skripsi penerapan metode jigsaw untuk...

128
SKRIPSI PENERAPAN METODE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN SALING KETERGANTUNGAN POSITIF DALAM PEMBELAJARAN KELOMPOK PADA PELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS VIIIB SLH CURUG TANGERANG Ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan akademik guna memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Oleh: NAMA : EKLESIA SAEMA PUTRI SORMIN NIM : 40420110009 JURUSAN PENDIDIKAN ILMU BIOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PELITA HARAPAN KARAWACI 2015

Upload: buixuyen

Post on 03-Feb-2018

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

SKRIPSI

PENERAPAN METODE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN

SALING KETERGANTUNGAN POSITIF DALAM

PEMBELAJARAN KELOMPOK PADA PELAJARAN

BIOLOGI SISWA KELAS VIIIB SLH CURUG TANGERANG

Ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan akademik

guna memperoleh gelar Sarjana Strata Satu

Oleh:

NAMA : EKLESIA SAEMA PUTRI SORMIN

NIM : 40420110009

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU BIOLOGI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PELITA HARAPAN

KARAWACI

2015

v

vi

ABSTRAK

Eklesia Saema Putri Sormin (40420110009)

PENERAPAN METODE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN SALING

KETERGANTUNGAN POSITIF DALAM PEMBELAJARAN

KELOMPOK PADA PELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS VIIIB SLH

CURUG TANGERANG (xvi + 73 halaman: 1 gambar; 18 tabel; 38 lampiran)

Kelas merupakan salah satu komunitas yang seharusnya mampu

mencerminkan kesatuan tubuh Kristus. Kesatuan tubuh Kristus terdiri dari

berbagai bagian yang mampu bekerja sama bukan bekerja secara individualis.

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa siswa kelas VIIIB di SLH Curug bersikap

individualis. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatan saling

ketergantungan positif dalam pembelajaran kelompok pada pelajaran biologi

siswa kelas VIIIB SLH Curug Tangerang dan mengetahui bagaimana cara

penerapan metode jigsaw dapat meningkatkan hal tersebut.

Peneliti menggunakan metode Penelitan Tindakan Kelas (PTK) pada

penelitian ini. Penelitian yang dilakukan melibatkan 35 siswa yang terdiri dari 17

siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan. Instrumen penelitian yang digunakan

adalah lembar obervasi mentor, kuesioner siswa dan catatan reflektif guru.

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 13–20 November 2014.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode jigsaw mampu

untuk meningkatkan saling ketergantungan positif dalam pembelajaran kelompok

pada pelajaran biologi siswa kelas VIIIB SLH Curug Tangerang. Saling

ketergantungan positif dapat ditingkatkan dengan cara memastikan informasi

penting pada setiap siswa berbeda-beda sehingga siswa dapat berbagi,

berpartisipasi, berkomunikasi dalam kelompok pembelajaran.

Referensi: 37 (1995-2014)

Kata kunci: metode jigsaw, saling ketergantungan positif

viii

ABSTRACK

Eklesia Saema Putri Sormin (40420110009)

THE IMPLEMENTATION OF JIGSAW METHOD TO IMPROVE

STUDENT’S POSITIVE INTERDEPENDENCE IN COOPERATIVE

LEARNING ON BIOLOGY IN GRADE VIIIB SLH CURUG

TANGERANG (vxiii + 73 pages: 1 figures; 18 tables; 38 attachments)

Class is one of the communities that should reflect the unity of Christ’s

body. The unity of Christ’s body consists of many parts which are able to work

cooperatively, not individually. The result shows that students in class VIIIB at

SLH Curug worked individually. The purposes of this research are to improve

student’s positive interdependence in cooperative learning on Biology in grade

VIIIB SLH Curug through the implementation of jigsaw method and to know how

can the implementation of jigsaw method improve it.

The researcher used Classroom Action Research (CAR) method in this

research. The research was done involving 35 students that consists of 17 male

students and 18 female students. The instruments used for the research were

mentor observation, student questionnaire and researcher’s journal reflection. This

research was conducted on November 13th

until November 20th

, 2014.

The result of this research stated that the implementation of jigsaw method

can improve student’s positive interdependence in cooperative learning on

Biology in grade VIIIB SLH Curug. Student’s positive interdependence can be

improved by making sure that the important information on the students are

different in such a way that they can share, participate, and communicate within

the learning group.

References: 37 (1995-2014)

Keywords: jigsaw method, positive interdependence

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala anugerah yang telah

diberikan-Nya, sehingga Tugas Akhir ini dapat diselesaikan.

Tugas Akhir dengan judul “PENERAPAN METODE JIGSAW UNTUK

MENINGKATKAN SALING KETERGANTUNGAN POSITIF DALAM

PEMBELAJARAN KELOMPOK PADA PELAJARAN BIOLOGI SISWA

KELAS VIIIB SLH CURUG TANGERANG” ini ditujukan untuk memenuhi

sebagian persyaratan akademik guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Strata

Satu Universitas Pelita Harapan, Tangerang.

Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan, bantuan, dan doa dari berbagai

pihak, Tugas Akhir ini tidak akan dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Oleh

karena itu, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada

semua pihak yang telah membantu dalam proses pengerjaan Tugas Akhir ini,

yaitu kepada:

1. Dra. Gunawati Tjoe, B.Ed., M.Pd., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu

Pendidikan.

2. Ibu Connie Rasilim, S.S., B.Ed., M.Pd. selaku Dekan Teachers College.

3. Bapak Yohanes Edi Gunanto, M.Si., selaku Ketua Fakultas Ilmu

Pendidikan Biologi.

4. Dr. Ir. Wahyu Irawati, M. Si., selaku Dosen Pembimbing yang telah

memberikan bimbingan dan banyak memberikan masukan kepada

penulis.

x

5. Kedua orangtua, Hasudungan Sormin dan Rahayu Wismaningtyas atas

dukungan doa dan biaya.

6. Kedua kakak tercinta, Binsar Yosua Sormin dan Martalina Roma Uli

Sormin atas dukungan doa dan semangat.

7. Miss Elfrida Dameria Sihombing, S. Pd., selaku guru mentor selama

penelitian berlangsung.

8. Keluarga 11IMB1 tercinta atas setiap tawa, doa dan semangat yang

diberikan selama 4 tahun yang berharga.

9. Bu Ban Garcia, Pak Stenly dan Ibu Trowce Djatah, Kak Heri dan Kak

Eka Yulianto, Pak Sutjipto dan Ibu Senia Asan, dan Ci Karlin Mulyadi

selaku Dorm Parents selama penulis tinggal di asrama TC-UPH.

10. Teman-teman dan adik-adik 407 dan 609 yang selalu memberikan

semangat, terutama Angge dan Elfani untuk printernya.

11. Rekan-rekan seperjuangan dalam praktikum ketiga dan pembuatan Tugas

Akhir, Yessy, Uki, Fila, Sry dan Apri.

12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan

dalam Tugas Akhir ini. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca akan sangat

bermanfaat bagi penulis. Semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi semua

pihak yang membacanya.

Tangerang, Maret, 2015

Penulis

xi

DAFTAR ISI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TUGAS AKHIR

PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING TUGAS AKHIR

PERSETUJUAN TIM PENGUJI TUGAS AKHIR

ABSTRAK .............................................................................................................. v

ABSTRACK ....................................................................................................... viii

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ix

DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiv

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xv

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah......................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 3

1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................... 3

1.4 Manfaat Penulisan .................................................................................. 3

1.5 Penjelasan Istilah .................................................................................. 4

1.5.1 Metode Jigsaw ........................................................................... 4

1.5.2 Saling Ketergantungan Positif ................................................... 5

BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................ 5

xii

2.1 Pembelajaran Kelompok ........................................................................ 5

2.1.1 Unsur-Unsur dalam Pembelajaran Kelompok ........................... 6

2.1.2 Manfaat dan Kelemahan Pembelajaran kelompok.................. 8

2.2 Metode Jigsaw .................................................................................... 10

2.2.1 Langkah-langkah Metode Jigsaw ............................................ 11

2.2.2 Manfaat Metode Jigsaw ........................................................... 12

2.3 Saling Ketergantungan Positif dalam Pembelajaran Kelompok .......... 12

2.3.1 Saling Ketergantungan Sosial .................................................. 12

2.3.2 Saling Ketergantungan Positif ................................................. 14

2.3.3 Indikator Saling Ketergantungan Positif .................................. 16

2.4 Kerangka Berpikir .............................................................................. 16

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......................................................... 18

3.1 Metode Penelitian ................................................................................ 18

3.2 Subyek, Tempat, dan Waktu Penelitian ............................................... 19

3.2.1 Subyek Penelitian ..................................................................... 19

3.2.2 Tempat Penelitian .................................................................... 19

3.2.3 Waktu Penelitian ...................................................................... 19

3.3 Prosedur Penelitian .............................................................................. 19

3.3.1 Tahap Persiapan .................................................................... 19

3.3.2 Tahap Pelaksanaan ................................................................... 20

3.4 Kriteria Keberlanjutan Siklus ............................................................. 22

3.5 Instrumen Penelitian ........................................................................... 23

3.6 Analisis, Temuan, dan Pembahasan ................................................... 29

3.7 Triangulasi dan Validasi ..................................................................... 30

xiii

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ....................................................... 32

4.1 Tahap Persiapan.................................................................................. 32

4.2 Tahap Pelaksanaan ............................................................................. 34

4.2.1 Siklus I .................................................................................. 34

4.2.2 Siklus II ................................................................................. 44

4.3 Analisis, Temuan dan Pembahasan .................................................... 53

4.3.1 Penerapan Metode Jigsaw ..................................................... 54

4.3.2 Saling Ketergantungan Positif ................................................. 56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 67

5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 67

5.2 Saran .................................................................................................... 67

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 69

LAMPIRAN

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Diagram Perbandingan Hasil Observasi Mentor tentang Saling

Ketergantungan Positif pada Siklus I dan II .................................. 61

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian untuk Penerapan Metode Jigsaw ......... 25

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen untuk Saling Ketergantungan Positif ................... 27

Tabel 3.3 Hubungan Indikator dan Pernyataan pada Instrumen tentang Saling

Ketergantungan Positif ........................................................................... 28

Tabel 4.1 Hasil Observasi Mentor tentang Penerapan Metode Jigsaw pada Siklus I

................................................................................................................ 37

Tabel 4.2 Hasil Catatan Reflektif Guru tentang Penerapan Metode Jigsaw pada

Siklus I .................................................................................................... 38

Tabel 4.3 Hasil Kuesioner Siswa tentang Saling Ketergantungan Positif pada

Siklus I .................................................................................................... 39

Tabel 4.4 Hasil Observasi Mentor tentang Saling Ketergantungan Positif pada

Siklus I .................................................................................................... 41

Tabel 4.5 Hasil Catatan Reflektif Guru tentang Saling Ketergantungan Positif

pada Siklus I............................................................................................ 42

Tabel 4.6 Hasil Observasi Mentor tentang Penerapan Metode Jigsaw pada Siklus

II .............................................................................................................. 46

Tabel 4.7 Hasil Catatan Reflektif Guru tentang Penerapan Metode Jigsaw pada

Siklus II ................................................................................................... 47

Tabel 4.8 Hasil Kuesioner Siswa tentang Saling Ketergantungan Positif pada

Siklus II ................................................................................................... 48

Tabel 4.9 Hasil Observasi Mentor tentang Saling Ketergantungan Positif pada

Siklus II ................................................................................................... 50

Tabel 4.10 Hasil Catatan Reflektif tentang Saling Ketergantungan Positif pada

Siklus II ................................................................................................... 51

Tabel 4.11 Hasil Perbandingan Observasi Mentor tentang Penerapan Metode

Jigsaw pada Siklus I dan II ..................................................................... 54

Tabel 4.12 Hasil Perbandingan Catatan Reflektif Guru tentang Penerapan Metode

Jigsaw pada Siklus I dan II ..................................................................... 55

xvi

Tabel 4.13 Hasil Perbandingan Kuesioner Siswa tentang Saling Ketergantungan

Positif pada Siklus I dan Siklus II ........................................................... 57

Tabel 4.14 Perbandingan Hasil Observasi Mentor tentang Saling Ketergantungan

Positif pada Siklus I dan Siklus II ........................................................... 60

Tabel 4.15 Hasil Perbandingan Catatan Reflektif Guru tentang Saling

Ketergantungan Positif pada Siklus I dan Siklus II ................................ 64

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A- 1 RPP pada Prasiklus ............................................................... A-1

LAMPIRAN A- 2 Umpan Balik Mentor pada Prasiklus .................................... A-3

LAMPIRAN A- 3 Materi Pembelajaran Siswa pada Prasiklus .......................... A-4

LAMPIRAN A- 4 Soal Kuis Siswa pada Prasiklus ............................................ A-5

LAMPIRAN A- 5 Catatan Reflektif Guru pada Prasiklus .................................. A-6

LAMPIRAN B- 1 RPP pada Siklus I .................................................................. B-1

LAMPIRAN B- 2 Umpan Balik Mentor pada Siklus I ...................................... B-3

LAMPIRAN B- 3 Topik Pembelajaran Siswa pada Siklus I .............................. B-4

LAMPIRAN B- 4 Kuis Siswa pada Siklus I ....................................................... B-5

LAMPIRAN B- 5 Lembar Observasi Mentor tentang Penerapan Metode Jigsaw

pada Siklus I ......................................................................... B-6

LAMPIRAN B- 6 Lembar Observasi Mentor tentang Saling Ketergantungan

Positif pada Siklus ................................................................ B-7

LAMPIRAN B- 7 Hasil Perhitungan Observasi Mentor tentang Saling

Ketergantungan Positif pada Siklus I ................................... B-9

LAMPIRAN B- 8 Sampel Lembar Kuesioner Siswa tentang Saling

Ketergantungan Positif pada Siklus I ................................. B-10

LAMPIRAN B- 9 Hasil Perhitungan Kuesioner Siswa tentang Saling

Ketergantungan Positif pada Siklus I ................................. B-11

LAMPIRAN B- 10 Catatan Reflektif Guru pada Siklus I ................................ B-13

xviii

LAMPIRAN C- 1 RPP pada Siklus II ................................................................ C-1

LAMPIRAN C- 2 Umpan Balik Mentor pada Siklus II ..................................... C-3

LAMPIRAN C- 3 Topik Pembelajaran Siswa pada Siklus II ............................. C-4

LAMPIRAN C- 4 Soal Kuis Siswa pada Siklus II ............................................. C-7

LAMPIRAN C- 5 Hasil Observasi Mentor tentang Penerapan Metode Jigsaw pada

Siklus II ................................................................................ C-8

LAMPIRAN C- 6 Lembar Observasi Mentor tentang Saling Ketergantungan

Positif pada Siklus II ............................................................ C-9

LAMPIRAN C- 7 Hasil Perhitungan Observasi Mentor tentang Saling

Ketergantugan Positif pada Siklus II .................................. C-11

LAMPIRAN C- 8 Sampel Lembar Kuesioner Siswa tentang Saling

Ketergantungan Positif pada Siklus II ................................ C-12

LAMPIRAN C- 9 Hasil Perhitungan Kuesioner Siswa tentang Saling

Ketergantungan Positif pada Siklus II ................................ C-13

LAMPIRAN C-10 Lembar Catatan Reflektif Guru pada Siklus II .................. C-15

LAMPIRAN D- 1 Lembar Validasi Indikator tentang Saling Ketergantungan

Positif ................................................................................... D-1

LAMPIRAN D- 2 Lembar Validasi Pernyataan untuk Lembar Observasi Guru

tentang Saling Ketergantungan Positif ................................. D-2

LAMPIRAN D- 3 Lembar Validasi Pernyataan untuk Lembar Kuesioner Siswa

tentang Saling Ketergantungan Positif ................................. D-3

LAMPIRAN D- 4 Lembar Validasi Lembar Kuesioner Siswa .......................... D-4

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Manusia adalah pribadi yang diciptakan segambar dan serupa dengan Allah.

Manusia mempunyai cerminan karakteristik dan sifat Allah dalam dirinya.

Kejatuhan manusia dalam dosa mengakibatkan gambar dan rupa Allah menjadi

rusak. Gambar dan rupa Allah memang telah rusak namun belum hancur.

Pendidikan dapat menjadi lengan Tuhan untuk memperbaiki gambar dan rupa

Allah yang telah rusak. Usaha pendidikan untuk memperbaiki citra siswa yang

telah rusak dapat dipandang sebagai karya penebusan (Knight, 2009). Pendidikan

Kristen memiliki misi untuk ikut serta dalam karya penebusan manusia dari dosa

dan penciptaan kembali melalui Kristus (Van Brummelen, 2009). Sekolah berarti

harus bisa mendidik siswa untuk menjadi warga kerajaan Allah. Salah satu

karakteristik warga negara Allah adalah menjadi murid Kristus yang tidak

individualistis (Van Brummelen, 2009). Kelas merupakan suatu komunitas

dimana setiap siswa memiliki talenta dan karakteristik yang unik untuk menjadi

satu kesatuan tubuh Kristus. Setiap siswa harus melayani dan saling percaya satu

sama lain untuk dapat memuliakan Tuhan (Van Brummelen, 2009). Warrend

(2012, hal 158) mengungkapkan bahwa untuk hidup bersama-sama harus terdapat

hubungan timbal balik sehingga setiap orang hidup saling bergantung.

Arends mengungkapkan kelas sebagai agen sosial harus mengembangkan

keterampilan-keterampilan sosial yang dibutuhkan siswa dalam masyarakat, yaitu

keterampilan sosial dan keterampilan kelompok. Keterampilan sosial mencakup

2

keterampilan untuk berbagi dan berpartisipasi. Siswa diharapkan dapat

membagikan informasi atau ide penting kepada temannya. Siswa juga diharapkan

mampu berpartisipasi aktif selama proses pembelajaran. Keterampilan kelompok

berarti semua siswa dalam satu kelompok bersama-sama saling membantu untuk

mencapai tujuan kelompok (Arends, 2008).

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di SLH Curug kelas VIII

B menunjukkan hal yang berbeda dengan keadaan ideal. Hasil observasi

menunjukkan bahwa siswa bersikap individualistis bukan kelompok. Hal ini dapat

dilihat dari 1) siswa lebih memilih membaca sendiri submateri yang seharusnya

dijelaskan oleh anggota kelompok lain, 2) siswa tidak melakukan diskusi

kelompok, 3) siswa tetap bekerja secara individu sekalipun dalam posisi tempat

duduk berkelompok, 4) siswa tidak saling berbagi informasi, 5) sebagian besar

siswa tidak mendengarkan dan mencatat pendapat anggota kelompok lain.

Pembelajaran kelompok adalah salah satu cara yang dapat digunakan untuk

mengurangi sikap individualistis anggota kelompok. Pembelajaran kelompok

menuntut siswa bertanggungjawab untuk saling membantu selama proses

pembelajaran (Li & Lam, 2013). Siswa dapat saling membantu dengan berbagai

cara seperti 1) memberikan pendapat dalam penyelesaian masalah, 2) berbagi

materi pembelajaran, 3) memberikan peran yang berbeda-beda pada setiap

anggota kelompok. Berkurangnya sikap individualis juga berarti meningkatnya

sikap saling ketergantungan antar kelompok yang bersikap positif (Johnson &

Johnson, 2009).

3

Salah satu metode dari pembelajaran kelompok yang dapat digunakan

adalah jigsaw. Jigsaw memberi kesempatan untuk setiap anggota kelompok

menguasai satu submateri sehingga setiap anggota kelompok mempunyai bagian

yang penting dalam kelompok. Jigsaw juga menuntut setiap siswa

bertanggungjawab untuk menjelaskan dan memastikan bahwa anggota kelompok

lain juga menguasai materi yang dia kuasai (Felder & Brent, 2007). Penggunaan

jigsaw diharapkan mampu meningkatkan sikap ketergantungan positif antar siswa.

1.2 Rumusan Masalah

1) Apakah penerapan metode jigsaw mampu meningkatkan saling

ketergantungan positif dalam pembelajaran kelompok pada pelajaran biologi

siswa kelas VIIIB SLH Curug Tangerang?

2) Bagaimanakah penerapan metode jigsaw mampu meningkatkan saling

ketergantungan positif dalam pembelajaran kelompok pada pelajaran biologi

siswa kelas VIIIB SLH Curug Tangerang?

1.3 Tujuan Penelitian

1) Mengetahui apakah penerapan metode jigsaw mampu untuk meningkatkan

saling ketergantungan positif dalam pembelajaran kelompok pada pelajaran

biologi siswa kelas VIIIB SLH Curug Tangerang.

2) Mengetahui bagaimana penerapan metode jigsaw mampu untuk

meningkatkan saling ketergantungan positif dalam pembelajaran kelompok

pada pelajaran biologi siswa kelas VIIIB SLH Curug Tangerang?

1.4 Manfaat Penulisan

Manfaat yang diberikan melaui penulisan penelitian ini adalah:

4

1) Bagi guru

a) Guru diberikan sebuah referensi baru mengenai metode pembelajaran

jigsaw.

b) Guru dimotivasi untuk mengembangkan metode pembelajarannya

sehingga meningkatkan keefektifan dalam kelas.

2) Bagi sekolah: diberikan sebuah masukan positif bagi pengembangan

pembelajaran di sekolahnya.

3) Bagi peneliti lain: memberikan referensi yang baru bagi penerapan metode

jigsaw di dalam kelas.

1.5 Penjelasan Istilah

1.5.1 Metode Jigsaw

Metode jigsaw adalah metode pembelajaran kelompok yang memiliki ciri

khas setiap anggota kelompok mengajarkan submateri tertentu dalam

kelompoknya (Silberman, 2007). Langkah-langkah metode jigsaw diawali dengan

pembagian siswa dalam kelompok yang masing-masing terdiri dari empat atau

lima anggota. Kelompok ini disebut kelompok asal. Setiap siswa memilih satu

submateri dan kemudian bergabung dengan anggota kelompok lain yang memilih

submateri yang sama. Gabungan anggota kelompok dengan materi yang sama ini

disebut kelompok ahli. Setiap siswa kemudian kembali ke kelompok asal setelah

berdiskusi di kelompok ahli. Siswa di kelompok asal saling berbagi informasi

yang didapat dari kelompok ahli. Langkah terakhir adalah siswa mengerjakan kuis

yang diberikanoleh guru (Arends 2008).

5

1.5.2 Saling Ketergantungan Positif

Saling ketergantungan positif adalah sikap saling membutuhkan dan

berusaha memberikan kontribusi yang seimbang dalam satu kelompok pada saat

proses pembelajaran (Johnson & Johnson, 2009). Indikator saling ketergantungan

positif adalah 1) anggota kelompok berbagi ide dan sumber belajar dengan

anggota kelompok lain, 2) anggota belajar banyak hal penting dari anggota

kelompok lain, 3) anggota kelompok saling membantu jika ada yang mengalami

kesulitan (Johnson & Johnson, 2009).

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pembelajaran Kelompok

Sekolah yang efektif adalah sekolah yang mampu menciptakan komunitas

belajar (Van Brummelen, 2009). Siswa harus bisa menjalankan tugas dalam suatu

komunitas, tidak hanya tugas pribadi. Siswa harus memberikan kontribusi sesuai

dengan talenta masing-masing (Van Brummelen, 2009). Perbedaan talenta

menjadikan setiap siswa memiliki peran yang unik dan penting dalam mencapai

tujuan bersama.

Perbedaan peran dalam mencapai satu tujuan merupakan cerminan dari

Allah Tritunggal yaitu Allah Bapa, Anak Allah yaitu Kristus dan Roh Kudus.

Masing-masing dari ketiga Pribadi Allah memiliki peran yang penting dan unik.

Peran Allah Tritunggal dapat dilihat dalam peristiwa penciptaan alam semesta.

6

Allah Bapa mencipta alam semesta melalui Firman-Nya yang merupakan Anak

Allah, sedangkan Roh Kudus merupakan manifestasi kehadiran Allah di dalam

ciptaan-Nya (Grudem, 2007). Peran Allah Tritunggal juga dapat dilihat dalam

proses keselamatan. Allah Bapa merancangkan rencana keselamatan manusia,

Allah Anak menggenapi rencana keselamatan melalui inkarnasi, penderitaan dan

kematiaan-Nya sedangkan Roh Kudus menginspirasi manusia agar tidak lagi

melakukan dosa (Berkhof, 1993). Karya penciptaan dan keselamatan manusia

tidak akan tercapai jika salah satu peran digantikan atau dihilangkan.

Kelas sebagai sebuah komunitas juga seharusnya mampu mendorong siswa

berkontribusi secara unik namun tetap memilki tujuan yg sama. Salah satu cara

yang bisa dilakukan guru untuk mengimplementasikan hal tersebut adalah melalui

pembelajaran kelompok. Pembelajaran kelompok adalah kegitan pembelajaran

yang dilakukan di dalam dan melalui kelompok untuk mencapai tujuan belajar

yang telah ditetapkan (Sudjana, 2010). Pembelajaran kelompok juga dapat

diartikan sebagai pembelajaran yang dirancang agar siswa saling bekerja bersama

dalam kelompok- kelompok kecil untuk mencapai tujuan bersama (Jacoebsen,

Eggen, & Kauchak, 2009). Pembelajaran kelompok dapat disimpulkan sebagai

pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok untuk mencapai tujuan

bersama.

2.1.1 Unsur-Unsur dalam Pembelajaran Kelompok

Pembelajaran kelompok harus memiliki beberapa unsur agar dapat berjalan

secara efektif dan efisien. Empat prinsip dasar pembelajaran kelompok menurut

Kagan dan Kagan (2009, bab 12.2) adalah:

7

1) saling ketergantungan positif, prinsip ini akan menghasilkan sikap saling

mendukung antar siswa dan menambah frekuensi dan kualitas kerjasama

antar siswa.

2) tanggung jawab perseorangan, sikap ini akan meningkatkan partisipasi dan

motivasi siswa untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

3) partisipasi yang sama dan seimbang, semua siswa harus bisa berpartisipasi

dengan porsi yang sama dan seimbang sehingga tidak ada siswa yang pasif

atau justru terlalu aktif.

4) interaksi secara bersama, jumlah partisipasi setiap siswa akan bertambah

ketika dilakukan bersama-sama dibandingkan hanya dilakukan secara

individual.

Jollieffe (2007, hal. 3) menyatakan hal yang berbeda bahwa hanya terdapat

dua unsur terpenting dalam pembelajaran kelompok yaitu:

1) saling ketergantungan positif, unsur ini tercipta ketika semua anggota

kelompok ikut berkontribusi secara aktif. Semua anggota anggota turut

bekerja sehingga muncul rasa membutuhkan satu sama lain.

2) tanggung jawab pribadi, setiap anggota kelompok memiliki rasa tanggung

jawab untuk menyelesaikan bagiannya masing-masing.

Anita Lie (2010, hal. 31) berpendapat bahwa dalam pembelajaran kelompok

terdiri dari lima unsur penting yaitu:

1) saling ketergantungan positif yaitu keberhasilan suatu karya bergantung

pada setiap anggota.

2) tanggung jawab perseorangan yaitu setiap anggota kelompok

8

bertanggungjawab untuk melakukan yang terbaik.

3) tatap muka yaitu harus ada kesempatan untuk setiap kelompok bertemu

langsung dan berdiskusi.

4) interaksi antar anggotanya yaitu kemampuan setiap anggota untuk

mengutarakan pendapat dan kesediaan untuk mendengarkan pendapat teman

lain.

5) evaluasi proses kelompok yaitu setiap anggota mengevaluasi proses dan

hasil kerjasama mereka sendiri agar selanjutnya bisa bekerjasama secara

lebih efektif.

Kesimpulan yang dapat diambil dari tiga pendapat di atas adalah unsur

saling ketergantungan positif dan tanggungjawab pribadi merupakan unsur yang

sangat penting dalam pembelajaran kelompok. Anita Lie (2010, hal. 31)

menambahkan bahwa sikap tanggung jawab pribadi merupakan akibat langsung

dari sikap saling ketergantungan positif sehingga saling ketergantungan positif

merupakan unsur yang paling penting dalam pembelajaran kelompok. Johnson,

Johnson dan Smith dalam Jones & Jones (2008, hal. 66) mengungkapkan bahwa

tugas utama guru dalam pembelajaran kelompok adalah membangun saling

ketergantungan positif. Unsur-unsur lain akan muncul jika saling ketergantungan

positif ini telah terbangun.

2.1.2 Manfaat dan Kelemahan Pembelajaran kelompok

Pembelajaran kelompok memiliki beberapa manfaat bagi siswa. Sanjaya

(2009, hal. 246-247) mengungkapkan beberapa manfaat pembelajaran kelompok

yaitu:

9

1) dapat meningkatkan prestasi akademik.

2) dapat menambah kemampuan berpikir siswa melalui mencari informasi dari

berbagai sumber.

3) dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide melaui kata-kata

secara verbal.

4) dapat meningkatkan tanggung jawab siswa untuk belajar.

5) Dapat meningkatkan kemampuan sosial yaitu hubungan interpersonal yang

positif antar anggota kelompok.

Jollieffe (2007, hal. 6) juga mengungkapkan manfaat lain dari pembelajaran

kelompok dalam berbagai bidang, yaitu:

1) dalam proses pembelajaran yaitu dapat meningkatkan produktivitas dan

kemampuan pemecahan masalah siswa.

2) dalam hal relasi interpersonal yaitu dapat membangun dan meningkatkan

sikap moral yaitu sikap saling peduli dan sikap saling membutuhkan

3) dalam hal psikologi yaitu dapat meningkatkan rasa percaya diri sehingga

mengurangi rasa minder serta meningkatkan kemampuan berkomunikasi

dan berbagi dengan orang lain.

Pembelajaran kelompok di sisi lain juga memiliki beberapa kelemahan.

Sudjana (2010, hal. 27-30) mengungkapkan beberapa kelemahan pembelajaran

kooperatif dan cara mengatasinya yaitu:

1) pembelajaran kelompok hanya mengutamakan kegiatan belajar dalam

kelompok sehingga mengabain aktivitas belajar perorangan. Kelemahan ini

dapat diatasi memberikan tugas individual kepada semua anggota

10

kelompok.

2) sulit ditentukannya alokasi waktu secara tepat dan akurat namun guru tetap

dapat memperkirakan alokasi waktu dalam rencana pembelajaran. Alokasi

waktu dalam rencana pembelajaran dapat digunakan sebagai acuan pada

saat kegiatan pembelajaran berlangsung.

3) kurangnya pendidik dan sumber belajar. Kelemahan ini dapat diatasi dengan

membuat pergantian waktu belajar dengan menggunakan sumber belajar

yang berbeda.

2.2 Metode Jigsaw

1 Korintus 12: 24-25 berbunyi "Allah telah menyusun tubuh kita begitu

rupa, ..., supaya jangan terjadi perpecahan dalam tubuh tetapi supaya anggota-

anggota yang berbeda itu saling memperhatikan.". Manusia telah diciptakan oleh

Allah untuk menjadi anggota tubuh jemaat yang berbeda-beda. Berbeda-beda

berarti memiliki karakter dan talenta berbeda sehingga memiliki peran yang

berbeda. Peran yang berbeda sengaja diciptakan olah Allah agar manusia dapat

saling melengkapi menjadi satu tubuh. Salah satu tujuan pendidikan Kristen

adalah mewujud nyatakan peran siswa yang berbeda-beda untuk saling melayani

dalam tubuh Kristus (Van Brummelen, 2009). Salah satu metode pembelajaran

yang dapat digunakan untuk mempraktekkan hal ini adalah jigsaw.

Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk merealisasikan

rencana pembelajaran agar mencapai tujuan tertentu (Sanjaya, 2009). Metode

pembelajaran terdiri dari prosedur yang disusun secara teratur dan logis yang

kemudian dipraktekkan dalam kegiatan pembelajaran (Sudjana, 2010). Metode

11

pembelajaran dapat disimpulkan sebagai prosedur yang dipraktekkan dalam

kegiatan pembelajaran agar mencapai suatu tujuan tertentu.

Metode jigsaw pertama kali dikembangkan oleh Elliot Aronson di

Universitas Texas dan Universitas California (Macpherson, 2002). Aronson

menciptakan metode ini untuk mengatasi perbedaan ras yang terdapat dalam kelas

(Kagan, bab. 17.2). Tujuan utama penerapan metode jigsaw adalah agar siswa

satu sama lain saling bergantung dalam pembelajaran (Macpherson, 2000).

Metode jigsaw kemudian dikembangkan oleh beberapa tokoh seperti Robert

Slavin dan Kagan. Metode jigsaw adalah pembelajaran kelompok yang memiliki

ciri khas setiap anggota kelompok mengajarkan submateri tertentu dalam

kelompoknya (Silberman, 2007).

2.2.1 Langkah-langkah Metode Jigsaw

Lie (2010, hal. 69), dan Kagan (2009, bab 17.2), Arends (2008, hal. 13)

mengungkapkan bahwa langkah- langkah jigsaw terdiri dari:

1) Siswa dibagi dalam tujuh kelompok sesuai kelompok. Kelompok ini disebut

kelompok asal.

2) Setiap anggota kelompok memilih submateri dari materi yang dipelajari.

3) Anggota kelompok yang memilih submateri sama, bergabung menjadi satu

kelompok. Kelompok ini dinamakan kelompok ahli.

4) Siswa melakukan diskusi dalam kelompok ahli.

5) Siswa kembali ke kelompok asal dan saling bertukar informasi yang

diperoleh dari kelompok ahli.

6) Siswa melaksanakan kuis.

12

Langkah-langkah metode jigsaw di atas juga merupakan indikator

penerapan jigsaw pada tahap pelaksanaan penelitian.

2.2.2 Manfaat Metode Jigsaw

Metode jigsaw memiliki beberapa manfaat dalam pembelajaran. Manfaat

penggunaan metode jigsaw dalam pembelajaran kelompok adalah: (Smith, 1996,

hal. 12)

1) dapat digunakan untuk mengenalkan materi baru selain melalui membaca

atau ceramah.

2) menciptakan ketergantungan anggota kelompok dalam hal mencari informasi

sehingga mampu meningkatkan hubungan baik yang positif.

3) memastikan semua siswa belajar secara langsung dan memroses kembali

informasi yang telah dipelajari.

Kelebihan metode jigsaw menurut Anita Lie (2010, hal. 69) adalah dapat

mengembangkan kemampuan membaca, menulis, berbicara, dan mendengarkan.

Kam (2004, hal. 96) mengungkapkan bahwa kelebihan metode jigsaw adalah

mampu mengembangkan kemampuan sosial siswa dalam kelas dan cocok untuk

semua kelas. Kesimpulan yang dapat diambil dari pendapat beberapa ahli di atas

adalah bahwa metode jigsaw bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan sosial

dan kognitif siswa..

2.3 Saling Ketergantungan Positif dalam Pembelajaran Kelompok

2.3.1 Saling Ketergantungan Sosial

Teori saling ketergantungan sosial pertama kali dikemukakan oleh pendiri

sekolah psikologi Gestalt, Kurt Koffka pada tahun 1920an (Johnson & Johnson,

13

2009). Kurt Koffa menyatakan bahwa saling ketergantungan antar anggota

kelompok memiliki beberapa varian namun Kurt Koffa belum dapat menjelaskan

variasi tersebut. Teori ini kemudian dikembangkan oleh Kurt Lewin. Kurt Lewin

menyatakan bahwa esensi dari sebuah kelompok adalah saling ketergantungan

antar anggota kelompok (Johnson & Johnson, 2009). Teori ini terus

dikembangkan oleh Morton Deutsch. Morton Deutsch melakukan sebuah riset

yang menghasilkan kesimpulan bahwa dalam kelompok terdapat dua jenis sikap

anggotanya yaitu kompetisi dan kerjasama (Johnson & Johnson, 2009).

Kesimpulan dari teori yang dikemukakan oleh Lewin dan Deutsch adalah bahwa

sikap saling ketergantungan sosial adalah sikap yang terjadi ketika setiap anggota

kelompok saling berbagi tujuan yang sama dan apapun yang dilakukan anggota

kelompok mempengaruhi anggota kelompok lain (Johnson & Johnson, 2009).

Saling ketergantungan sosial dibagi menjadi tiga jenis yaitu: (Johnson &

Johnson, 2009, hal 91)

1) saling ketergantungan positif (kerjasama). Saling ketergantungan positif

terjadi ketika semua anggota kelompok memiliki satu tujuan yang sama dan

bekerjasama untuk meraihnya.

2) saling ketergantungan negatif (kompetitif). Saling ketergantungan negatif

terjadi ketika salah satu anggota kelompok ingin meraih tujuannya sendiri dan

berusaha untuk membuat anggota lain gagal.

3) saling ketergantungan netral (individualistis). Saling ketergantung netral

terjadi ketika masing-masing anggota kelompok berusaha meraih tujuannya

masing-masing tanpa mempedulikan anggota kelompok lain.

14

Hal yang dapat ditarik dari pendapat Johnson dan Johnson di atas adalah

ketika saling ketergantungan positif semakin meningkat maka ketergantungan

akan semakin tidak bersifat netral. Saling ketergantungan netral atau sikap

individualis dapat dikurangi dengan meningkatkan sikap saling ketergantungan

positif.

Teori saling ketergantungan sosial memang pada awalnya merupakan

sebuah teori psikologi namun terori ini sudah diaplikasikan dalam dunia

pendidikan, khususnya dalam pembelajaran kelompok (Johnson, 2003). Saling

ketergantungan positif kemudian dianggap sebagai salah satu pilar terpenting

dalam pembelajaran kelompok berdasarkan hasil penelititan oleh Johnson dan

Johnson (Johnson & Johnson, 2009).

2.3.2 Saling Ketergantungan Positif

Allah memanggil setiap orang untuk hidup bersama-sama dalam suatu

persekutuan, bukan untuk hidup seorang diri. Inti dari persekutuan adalah

kebersamaan dengan saling memberi dan berbagi yang berarti saling bergantung

(Warren, 2012). Rasul Paulus dalam 1 Korintus 12:5 berkata,” Cara Allah

merancang tubuh kita adalah sebuah contoh untuk memahami kehidupan kita

bersama sebagai sebuah gereja: setiap bagian bergantung pada bagian lainnya.”

(The Message). Setiap pribadi dalam kebersamaan harus dapat membangun

hubungan timbal baik, saling berbagi tanggungjawab, saling membantu, dan

saling menghormati (Warren, 2012). Paulus menambahkan dalam Roma 1:12

yang berbunyi,”Aku ingin agar kita saling menolong dengan iman yang kita

miliki. Imanmu akan menolongku, dan imanku akan menolongmu.” (versi Alkitab

15

Indonesia Terjemahan Baru). Allah ingin agar setiap orang saling membantu

dalam iman yang membawa pertumbuhan untuk menjadi serupa dengan Kristus

(Warren, 2012). Saling bergantung juga seharusnya dapat diimplementasikan

dalam komunitas kelas terutama dalam pembelajaran kelompok. Sikap bergantung

yang memberikan dampak positif dalam kelompok belajar dapat disebut dengan

saling ketergantungan positif.

Saling ketergantungan positif berarti setiap anggota kelompok saling

bergantung satu sama lain dalam porsi yang sama (Kagan, 2011). Wina Sanjaya

(2009, hal. 244) mengatakan bahwa saling ketergantungan positif terjadi ketika

semua anggota menyelesaikan tugasnya masing-masing sehingga tugas kelompok

dapat terselesaikan. Saling ketergantungan positif terjadi ketika setiap anggota

percaya bahwa mereka bisa mencapai tujuannya hanya jika mereka saling bekerja

bersama-sama (Johnson & Johnson, 2009). Kesimpulan definisi saling

ketergantungn positif adalah sikap saling bergantung antar anggota kelompok

dengan cara dengan cara bekerja bersama-sama dan dengan porsi yang sama.

Saling ketergantungan positif dibagi menjadi beberapa jenis yaitu:

(Collazos, Guerrero, Pino, & Ochoa, 2003, hal 363-365)

1) saling ketergantungan dalam hal tujuan yaitu kelompok saling bekerjasama

untuk mencapai satu tujuan bersama.

2) saling ketergantungan dalam hal penilaian yaitu setiap anggota kelompok

bekerjasama untuk mendapatkan nilai yang sama rata.

3) saling ketergantungan dalam hal sumber informasi yaitu setiap anggota

kelompok memberikan informasi, sumber dan materi yang berbeda-beda

16

namun dengan porsi yang sama.

4) saling ketergantungan dalam hal peran yaitu setiap anggota kelompok

memiliki peran yang berbeda-beda.

Saling ketergantungan positif yang diteliti pada penelitian ini adalah saling

ketergantungan positif dalam hal sumber informasi.

2.3.3 Indikator Saling Ketergantungan Positif

Johnson & Johnson (2009, hal. 68) mengatakan bahwa saling

ketergantungan positif dapat dilihat dalam pernyataan berikut:

1) setiap anggota kelompok berbagi ide dan sumber belajar dengan anggota

kelompok lain.

2) setiap anggota belajar banyak hal penting dari anggota kelompok lain.

3) setiap anggota kelompok saling membantu jika ada yang mengalami

kesulitan.

Indikator saling ketergantungan positif di atas juga digunakan sebagai

indikator pada penelitian ini.

2.4 Kerangka Berpikir

Felder & R. Brent (2004, hal. 8) mengungkapkan bahwa saling

ketergantungan positif dapat ditingkatkan dengan menggunakan metode jigsaw.

Metode jigsaw mewajibkan setiap siswa untuk menguasai satu submateri untuk

dibagikan dalam satu kelompok. Anita Lie (2010, hal. 32) mengungkapkan bahwa

dalam metode jigsaw siswa berkumpul, bertukar informasi dan dievaluasi oleh

guru sehingga siswa akan bertanggungjawab atas tugasnya masing-masing agar

yang lain dapat berhasil.

17

Arends (2009, hal. 27) mengungkapkan saling ketergantungan positif dapat

ditingkatkan dengan cara meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan

kemampuan sosial yang terdiri dari kemampuan berbagi dan berpartisipasi.

Kemampuan berkomunikasi mencakup kemampuan mengirim dan menerima

pesan (Arends, 2009). Metode jigsaw mengkondisikan siswa untuk

mengungkapkan informasi penting dan mendengarkan informasi dari anggota

kelompok lain. Meningkatkan kemampuan berbagi berarti mengurangi perilaku

dominatif siswa (Arends, 2009). Metode jigsaw menyamaratakan porsi informasi

yang harus dikuasai dan disampaikan oleh siswa sehingga tidak ada siswa yang

bersikap dominan. Meningkatkan kemampuan berpartisipasi berarti mendorong

siswa yang bersikap pasif untuk turut bepartisipasi dalam kelompok (Arends,

2009). Metode jigsaw mengkondisikan setiap anggota kelompok memiliki

informasi penting untuk dibagikan dalam kelompok asal sehingga setiap siswa

turut berpartisipasi secara aktif.

Kagan (2007, hal. 6) juga mengungkapkan cara untuk meningkatkan saling

ketergantungan positif adalah dengan memastikan informasi penting pada setiap

siswa berbeda-beda dan setiap siswa menjelaskannya pada anggota kelompok

lain. Metode jigsaw mengharuskan siswa untuk menguasai satu submateri yang

berbeda dengan anggota kelompok lain. Submateri yang berbeda ini harus

dibagikan ke anggota kelompok lain dalam kelompok asal.

Kesimpulan berdasarkan teori di atas adalah penerapan metode jigsaw dapat

meningkatkan saling ketergantungan postif dalam pembelajaran kelompok.

18

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian yang dilakukan adalah metode penelitian tindakan kelas.

Penelitian tindakan kelas merupakan suatu upaya untuk memperbaiki praktek

pembelajaran oleh guru sendiri dan melihat dampak yang nyata dari upaya

tersebut (Rochiati Wiriaatmadja, 2009). Penelitian tindakan kelas yang digunakan

adalah model spiral dari Kemmis dan McTaggart. Menurut Hopkins (2011, hal.

92) metode penelitian tindakan kelas model spiral memiliki empat tahapan yang

terdiri dari:

1) Tahap perencanaan

Peneliti mengidentifikasi masalah masalah yang terjadi di dalam kelas

kemudian membuat perencanaan pembelajaran yang meliputi metode yang akan

digunakan untuk mengatasi masalah tersebut. Peneliti juga melakukan kajian

teori-teori agar rencana pembelajaran dapat mengatasi masalah yang terjadi.

2) Tahap tindakan

Peneliti melaksanakan pembelajaran berdasarkan rancangan yang telah

dibuat pada tahap ini. Pada tahap ini akan terlihat metode yang telah direncanakan

berhasil mengatasi permasalahan atau tidak.

3) Tahap pengamatan

Peneliti melakukan pengamatan terhadap tindakan yang dilaksanakan dan

melakukan pencatatan sebagai bukti hasil pengamatan.

19

4) Tahap refleksi

Peneliti melakukan pengulasan secara kritis mengenai perubahan siswa.

Peneliti juga melihat hal-hal yang masih memerlukan perbaikan dan membuat

perencanaan untuk memperbaikinya.

3.2 Subyek, Tempat, dan Waktu Penelitian

3.2.1 Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIII B di SLH Curug. Jumlah

siswa kelas VIII B SLH Curug adalah 35 orang yang terdiri dari 17 orang siswa

laki-laki dan 18 orang siswa perempuan.

3.2.2 Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Sekolah Lentera Harapan Curug Tangerang.

3.2.3 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada tanggal 13 November 2014 sampai dengan

tanggal 20 November 2014. Penelitian dilakukan menggunakan dua kali siklus

yaitu siklus pertama dan siklus kedua. Siklus pertama dan siklus kedua masing-

masing memerlukan satu kali pertemuan selama 2 x 45 menit.

3.3 Prosedur Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas. Penelitian

dilaksanakan dalam dua tahap yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan.

1.3.1 Tahap Persiapan

Penelitian pada tahap persiapan diawali dengan melakukan pengamatan

kelas agar mendapatkan gambaran umum kelas yang akan diteliti. Gambaran

kelas yang diamati meliputi karakteristik kelas VIII B secara umum dan tingkat

20

kemampuan siswa. Pengamatan dilakukan ketika kegiatan belajar-mengajar

berlangsung. Pengamatan ini dilakukan ketika guru mentor dan peneliti sedang

mengajar untuk menemukan masalah yang harus diperbaiki. Masalah kemudian

diidentifikasi dengan cara berdiskusi dengan guru mentor. Langkah selanjutnya

adalah mencari penyebab masalah dan merumuskan rumusan masalah yang

terjadi. Tinjauan pustaka juga dilakukan agar mendapatkan cara atau metode

untuk mengatasi masalah tersebut.

3.3.2 Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan ini dilakukan dengan dua siklus. Setiap siklus terdiri dari

tahapan perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Siklus tersebut adalah:

3.2.2.1 Siklus I

Siklus I terdiri dari tahap perencanaan, tindakan, observasi, dan diskusi.

Siklus pertama ini akan dilakukan dalam satu kali pertemuan dengan waktu 2x45

menit.

1) Tahap perencanaan

Tahap perencanaan akan dimulai dengan membuat rencana proses

pembelajaran. Rencana pembelajaran kemudian didiskusikan dengan guru mentor.

Rencana proses pembelajaran berisi langkah-langkah pembelajaran jigsaw. Materi

pembelajaran adalah tentang fungsi darah manusia yang dibagi menjadi lima

submateri. Soal kuis juga dipersiapkan untuk dikerjakan oleh siswa di akhir

pembelajaran.

21

2) Tahap tindakan

Tahap tindakan merupakan proses belajar-mengajar. Proses belajar-

mengajar yang dilaksanakan akan disesuaikan dengan rencana proses

pembelajaran. Peneliti menjelaskan prosedur pembelajaran kelompok kepada

siswa sesuai dengan metode jigsaw. Siswa melakukan kuis secara individu di

akhir pertemuan.

3) Tahap observasi

Tahap observasi ini dilakukan bersamaan dengan tahap tindakan. Tahap

pengamatan akan dilakukan oleh guru mentor menggunakan lembar observasi.

Setiap siswa mengisi kuesioner dan guru menulis catatan reflektif berdasarkan

observasi selama mengajar.

4) Tahap refleksi

Guru mengkaji hasil kuesioner siswa, observasi mentor dan catatan reflektif

guru pada tahap ini. Guru juga berdiskusi dengan guru mentor untuk mengetahui

kelemahan pembelajaran pada siklus pertama. Langkah terakhir adalah menulis

refleksi sebagai dasar perbaikan pada siklus selanjutnya.

3.2.2.1 Siklus II

Siklus yang II juga berisi tahap perencanaan, tahap tindakan, tahap

observasi, dan tahap diskusi. Siklus kedua ini dilakukan dalam satu kali

pertemuan selama 2x45 menit.

1) Tahap perencanaan

Tahap perencanaan pada siklus II ini hampir sama dengan tahap

perencanaan pada siklus I. Rencana proses pembelajaran juga akan dibuat

22

kemudian didiskusikan kepada guru mentor. Materi pembelajaran adalah tentang

jantung manusia. Soal kuis juga dibuat untuk dikerjakan oleh siswa pada akhir

pembelajaran. Penyusunan rencana proses pembelajaran ini juga berdasarkan hasil

observasi dan refleksi dari siklus I. Rencana pembelajaran pada siklus kedua ini

berisi hal-hal yang ingin diperbaiki pada siklus I.

2) Tahap tindakan

Peneliti akan melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana yang telah

dibuat. Metode yang akan diterapkan tetap jigsaw dengan kelompok belajar siswa

yang sama. Metode ini disesuaikan berdasarkan evaluasi pada siklus I.

3) Tahap observasi

Tahap pengamatan pada siklus I juga akan dilakukan pengamatan oleh guru

mentor. Lembar observasi yang akan digunakan masih sama untuk melihat

perkembangan dari siklus pertama dan kedua. Setiap siswa akan mengisi

kuesioner yang sama dan guru juga menulis catatan reflektif.

4) Tahap refleksi

Guru akan mengkaji sekali lagi hasil kuesioner siswa, observasi mentor dan

catatan reflektif guru. Guru juga akan berdiskusi dengan guru mentor mengenai

kelemahan dan kelebihan siklus II.

3.4 Kriteria Keberlanjutan Siklus

Penelitian harus dilakukan sekurang-kurangnya dalam dua siklus tindakan

yang berbeda (Arikunto, Suhardjono, & Supardi, 2012). Siklus dapat

diberhentikan hingga peneliti sudah mendapatkan hasil yang diharapkan

(Arikunto, Suhardjono, & Supardi, 2012). Hasil yang diharapkan pada penelitian

23

ini adalah hasil observasi sudah dapat menjawab rumusan masalah penelitian.

Menurut Tampubolon (2014, hal. 35) tingkat keberhasilan penelitian sikap adalah

ketika hasil yang dicapai berada di standar baik. Standar baik yaitu 61%-80%

siswa telah menunjukkan sikap yang diinginkan (Tampubolon, 2014). Tingkat

keberhasilan tersebut terdapat pada hasil kuesioner siswa, observasi mentor, dan

catatan reflektif guru.

3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam atau

sosial yang diamati (Sugiyono, 2013). Instrumen penelitian yang digunakan pada

penelitian ini berupa:

1) Kuesioner

Kuesioner digunakan sebagai salah satu instrumen karena pertanyaan

melalui kuesioner bersifat lebih tertutup dan spesifik dibanding wawancara dan

lebih memudahkan peneliti dalam menganalisis penelitian (Babbie, 2005).

Kuesioner yang digunakan menggunakan skala respons sangat setuju, setuju, tidak

setuju dan sangat tidak setuju (Punch, 2003). Skala penilaian ragu-ragu yang

biasanya terletak di antara setuju dan tidak setuju tidak digunakan karena akan

berpotensi menjadi bias (Thomas, 2004). Kuesioner diisi oleh siswa sebagai

sampel sekaligus populasi. Kuesioner digunakan untuk mengukur saling

ketergantungan positif dalam diri siswa.

2) Lembar observasi

Lembar observasi yang digunakan berupa centang. Kelebihan dari

instrumen ini adalah tugas pengamat sangat sederhana dan dapat dilakukan

24

dengan cepat (Nawawi & Hadari, 1995). Pengamat hanya mengisi tanda cek yang

dapat berupa tanda silang (x) atau centang (√) setiap kali muncul gejala dalam

suatu tenggang waktu tertentu (Nawawi & Hadari, 1995). Lembar observasi berisi

enam buah pertanyaan yang berasal dari indikator. Lembar observasi ini

digunakan untuk mengumpulkan data berdasarkan hasil pengamatan guru mentor

sebagai pengamat. Lembar observasi digunkanan untuk mengamati penerapan

metode jigsaw dan saling ketergantungan positif.

3) Catatan reflektif

Catatan reflektif adalah catatan peristiwa yang terjadi di kelas dan ditambah

dengan refleksi terhadap peristiwa tersebut (Wiriaatmaja, 2009). Instrumen ini

ditulis oleh guru yang sekaligus peneliti. Catatan refleksi merupakan hasil dari

diskusi dengan pengamat pada saat dilakukan tindakan. Catatan reflektif

digunkanan untuk mengamati penerapan metode jigsaw dan saling ketergantungan

positif. Catatan reflektif terdiri dari hal yang telah dilakukan, hasil pengamatan

pada saat tindakan, hal yang perlu diperbaiki, dan rencana perbaikan pada siklus

selanjutnya.

Kisi-kisi instrument penelitian untuk penerapan metode jigsaw dapat dilihat

pada tabel 3.1 sedangkan untuk saling ketergantungan positif dapat dilihat pada

tabel 3.2. Kisi-kisi instrumen penelitian berisi instrumen yang digunakan dan

rumusan masalah yang diteliti.

25

Tabel 3. 1 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian untuk Penerapan Metode Jigsaw

Pertanyaan Penelitian Indikator Sumber Data Metode

Pengumpulan Data

Instrumen

Pengumpulan Data

Apakah penerapan metode

jigsaw mampu

meningkatkan saling

ketergantungan positif

dalam pembelajaran

kelompok pada pelajaran

biologi siswa kelas VIIIB

SLH Curug Tangerang?

Siswa dibagi dalam tujuh kelompok sesuai kelompok.

Kelompok ini disebut kelompok asal.

- Guru Mentor - Observasi - Lembar Observasi

- Guru - Catatan reflektif -Lembar catatan reflektif

Setiap anggota kelompok memilih materi pelajaran. - Guru Mentor - Observasi - Lembar Observasi

- Guru - Catatan reflektif -Lembar catatan reflektif

Anggota kelompok yang memilih submateri sama, bergabung

menjadi satu kelompok. Kelompok ini dinamakan kelompok

ahli.

- Guru Mentor - Observasi - Lembar Observasi

- Guru - Catatan reflektif -Lembar catatan reflektif

Siswa melakukan diskusi dalam kelompok ahli. - Guru Mentor - Observasi - Lembar Observasi

- Guru - Catatan reflektif -Lembar catatan reflektif

Siswa kembali ke kelompok asal dan saling bertukar informasi

yang diperoleh dari kelompok ahli.

- Guru Mentor - Observasi - Lembar Observasi

- Guru - Catatan reflektif -Lembar catatan reflektif

Siswa melaksanakan kuis. - Guru Mentor - Observasi - Lembar Observasi

- Guru - Catatan reflektif -Lembar catatan reflektif

Apakah penerapan metode

jigsaw mampu

meningkatkan saling

ketergantungan positif

dalam pembelajaran

kelompok pada pelajaran

biologi siswa kelas VIIIB

SLH Curug Tangerang?

Siswa dibagi dalam tujuh kelompok sesuai kelompok.

Kelompok ini disebut kelompok asal.

- Guru Mentor - Observasi - Lembar Observasi

- Guru - Catatan reflektif -Lembar catatan reflektif

Setiap anggota kelompok memilih materi pelajaran. - Guru Mentor - Observasi - Lembar Observasi

- Guru - Catatan reflektif -Lembar catatan reflektif

Anggota kelompok yang memilih submateri sama, bergabung

menjadi satu kelompok. Kelompok ini dinamakan kelompok

ahli.

- Guru Mentor - Observasi - Lembar Observasi

- Guru - Catatan reflektif -Lembar catatan reflektif

Siswa melakukan diskusi dalam kelompok ahli. - Guru Mentor - Observasi - Lembar Observasi

26

- Guru - Catatan reflektif -Lembar catatan reflektif

Siswa kembali ke kelompok asal dan saling bertukar informasi

yang diperoleh dari kelompok ahli.

- Guru Mentor - Observasi - Lembar Observasi

- Guru - Catatan reflektif -Lembar catatan reflektif

Siswa melaksanakan kuis. - Guru Mentor - Observasi - Lembar Observasi

- Guru - Catatan reflektif -Lembar catatan reflektif

27

Tabel 3. 2 Kisi-Kisi Instrumen untuk Saling Ketergantungan Positif

Pertanyaan Penelitian Indikator Sumber Data Metode Pengumpulan

Data

Instrumen Pengumpulan

Data

Apakah penerapan metode jigsaw mampu

meningkatkan saling ketergantungan positif dalam

pembelajaran kelompok pada pelajaran biologi

siswa kelas VIIIB SLH Curug Tangerang?

Anggota kelompok membagi ide dan informasi

dengan orang lain.

- Siswa - Kuesioner - Lembar kuesioner siswa

- Guru Mentor - Observasi - Lembar Observasi

- Guru - Catatan reflektif -Lembar catatan reflektif

Anggota kelompok belajar banyak hal penting

dari anggota lain.

- Siswa - Kuesioner - Lembar kuesioner siswa

- Guru Mentor - Observasi - Lembar Observasi

- Guru - Catatan reflektif -Lembar catatan reflektif

Anggota kelompok saling membantu jika ada

yang mengalami kesulitan.

- Siswa - Kuesioner - Lembar kuesioner siswa

- Guru Mentor - Observasi - Lembar Observasi

- Guru - Catatan reflektif -Lembar catatan reflektif

Bagaimana penerapan metode jigsaw mampu

meningkatkan saling ketergantungan positif dalam

pembelajaran kelompok pada pelajaran biologi

siswa kelas VIIIB SLH Curug Tangerang?

Anggota kelompok membagi ide dan informasi

dengan orang lain.

- Siswa - Kuesioner - Lembar kuesioner siswa

- Guru Mentor - Observasi - Lembar Observasi

- Guru - Catatan reflektif -Lembar catatan reflektif

Anggota kelompok belajar banyak hal penting

dari anggota lain.

- Siswa - Kuesioner - Lembar kuesioner siswa

- Guru Mentor - Observasi - Lembar Observasi

- Guru - Catatan reflektif -Lembar catatan reflektif

Anggota kelompok saling membantu jika ada

yang mengalami kesulitan.

- Siswa - Kuesioner - Lembar kuesioner siswa

- Guru Mentor - Observasi - Lembar Observasi

- Guru - Catatan reflektif -Lembar catatan reflektif

28

Lembar kuesioner siswa, lembar observasi mentor, dan lembar catatan

reflektif guru tentang saling ketergantungan positif berisi indikator sikap saling

ketergantungan positif yang diwakili oleh beberapa pernyataan. Kalimat indikator

diganti dalam beberapa pernyataan agar lebih mudah diamati oleh guru mentor

dan guru ketika melakukan observasi. Indikator dalam kuesioner siswa juga

diganti dalam pernyataan agar lebih mudah dimengerti oleh siswa ketika mengisi

kuesioner siswa. Lembar kuesioner siswa, observasi mentor, catatan reflektif guru

berisi pernyataan yang sama hanya subyek pada tiap kalimat pernyataan yang

berbeda. Subyek pada kuesioner siswa adalah saya untuk menunjukkan bahwa

kuesioner merupakan cerminan pengalaman dari siswa sendiri. Subyek untuk

lembar observasi mentor dan catatan reflektif guru adalah siswa karena obyek

yang diamati adalah siswa.

Hubungan indikator dan pernyataan lembar observasi guru dan kuesioner

siswa dapat dilihat pada tabel 3.3.

Tabel 3. 3 Hubungan Indikator dan Pernyataan pada Instrumen tentang Saling Ketergantungan

Positif

No. Indikator Pernyataan

1. Anggota kelompok membagi ide dan

informasi dengan orang lain.

Saya/Siswa mengemukakan pendapat atau

informasi penting dalam kelompok.

2 Anggota kelompok belajar banyak hal

penting dari anggota lain.

Saya/Siswa mendengarkan ketika anggota

kelompok lain sedang berbicara.

Saya/Siswa mencatat hasil diskusi

kelompok.

Saya/Siswa bertanya ketika mengalami

kesulitan.

3 Anggota kelompok saling membantu jika

ada yang mengalami kesulitan.

Saya/Siswa mengoreksi atau memberi

masukan kepada anggota kelompok lain.

Saya/Siswa menjelaskan ulang ketika ada

anggota yang belum mengerti.

29

Indikator pertama yang digunakan adalah anggota kelompok membagi ide

dan informasi dengan orang lain. Pernyataan ditunjukkan dengan cara siswa

mengemukakan informasi penting di kelompok asal. Informasi penting diperoleh

dari kelompok ahli.

Indikator kedua adalah anggota kelompok belajar banyak hal penting dari

anggota lain. Pernyataan pertama untuk mewakili indikator tersebut adalah siswa

mendengarkan ketika anggota kelompok lain sedang berbicara. Pernyataan kedua

untuk mewakili indikator tersebut adalah siswa mencatat hasil diskusi kelompok.

Pernyataan terakhir untuk mewakili indikator ini adalah siswa bertanya ketika

mengalami kesulitan.

Indikator ketiga yang digunakan adalah anggota kelompok saling membantu

jika ada yang mengalami kesulitan. Pernyataan untuk mewakili indikator tersebut

adalah siswa mengoreksi atau memberi masukan kepada anggota kelompok lain

dan siswa menjelaskan ulang ketika ada anggota yang belum mengerti.

3.6 Analisis, Temuan, dan Pembahasan

Analisis data yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

1) Kuesioner siswa.

Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam menganalisis kuesioner

adalah:

a) Melakukan perhitungan menggunakan rumus berikut:

Persentase =

Keterangan:

A = jumlah siswa yang memilih setiap pilihan jawaban

30

B = jumlah semua siswa

2) Lembar observasi

a) Lembar observasi mentor tentang penerapan metode jigsaw

dianalisis dengan menghitung jumlah langkah metode metode jigsaw yang

dilakukan oleh siswa.

b) Lembar observasi tentang saling ketergantungan positif dianalaisis

dengan perhitungan sebagai berikut: (Arianto, 2010)

Persentase =

Keterangan:

A = jumlah siswa yang melakukan setiap sub indikator

B = jumlah semua siswa

Penghitungan analisis data kuesioner siswa dan observasi mentor dilakukan

pada setiap pernyataan kuesioner.

3) Catatan reflektif

Catatan reflektif guru baik tentang penerapan metode jigsaw maupun

tentang saling ketergantungan positif dianalisis secara deskripsi.

3.7 Triangulasi dan Validasi

Validasi adalah menguji kemampuan instrumen agar data yang diperoleh

sesuai dengan masalah yang akan diungkapkan (Nawawi & Hadari, 1995).

Validasi dilakukan dengan triangulasi dan pendapat ahli. Triangulasi berarti

pengecekan data dari berbagai sumber dan cara (Sugiyono, 2013, hal. 273).

Sumber dalam penelitian ini berasal dari siswa melalui kuesioner, guru mentor

melalui observasi, dan peneliti melalui refleksi. Validasi pendapat ahli berarti

31

meminta nasihat dari ahli mengenai penelitian yang dilakukan (Wiraatmaja, 2009,

hal. 172). Validasi pendapat ahli dilakukan oleh guru mentor. Instrumen divalidasi

adalah lembar observasi dan lembar kuesioner (lihat LAMPIRAN D-1 sampai D-

4). Intrumen yang sudah divalidasi ditandatangani oleh guru mentor.

32

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Bagian ini berisi hasil penelitian, analisis dan pembahasannya. Tahap

penelitian dibagi menjadi dua tahap yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan.

4.1 Tahap Persiapan

Tahap persiapan dilakukan sebelum dilaksanakan siklus pertama.

Pengamatan yang dilakukan adalah pengamatan kelas yang akan diteliti. Kelas

yang akan dijadikan sampel sekaligus populasi penelitian adalah kelas VIIIB.

Jumlah siswa di kelas VIIIB adalah 35 orang yang terdiri dari 17 orang siswa laki-

laki dan 18 orang siswa perempuan. Hasil pengamatan pada saat guru mentor dan

peneliti mengajar menunjukkan bahwa tingkat kognitif siswa sudah bagus. Rata-

rata nilai siswa dalam beberapa kali ulangan sudah mencapai lebih dari 80.

Kegaduhan juga tidak terjadi selama proses pembelajaran. Siswa sudah tertib dan

taat dengan peraturan yang ada. Siswa juga sudah terlibat aktif selama proses

pembelajaran. Keaktifan siswa terlihat ketika siswa mau menjawab ketika ditanya

oleh guru. Metode pembelajaran yang biasa digunakan dalam kelas adalah

ceramah. Siswa belum terbiasa untuk belajar secara berkelompok. Siswa terlihat

kebingungan sehingga tetap memilih untuk belajar sendiri meskipun duduk dalam

bentuk kelompok. Guru kemudian melaksanakan prasiklus untuk memastikan

bahwa masalah yang terjadi pada kelas yang akan diteliti memang masalah sikap

individualisme dalam kelompok (lihat LAMPIRAN A-1 & A-2). Prasiklus pada

tanggal 19 Oktober 2014. Metode pembelajaran yang digunakan dalam prasiklus

adalah diskusi kelompok. Siswa dibagi dalam tujuh kelompok yang terdiri dari

33

lima siswa dengan kemampuan akademik yang berbeda-beda. Setiap kelompok

mendapatkan satu lembar materi yang berisi faktor-faktor yang mempengaruhi

frekuensi pernapasan manusia. Setiap kelompok mendapat satu lembar materi dan

siswa berdiskusi mengenai materi tersebut (lihat LAMPIRAN A-3). Siswa juga

melaksanakan kuis diakhir pembelajaran (lihat LAMPIRAN A-4). Data yang

diperoleh kemudian ditulis dalam bentuk refleksi yang ditulis oleh peneliti (lihat

LAMPIRAN A-5). Refleksi ditulis berdasarkan observasi oleh guru. Hasil

observasi yang diperoleh pada saat prasiklus adalah:

1) siswa lebih memilih membaca sendiri submateri yang seharusnya dijelaskan

oleh anggota kelompok lain.

2) siswa tidak melakukan diskusi kelompok.

3) siswa tetap bekerja secara individu sekalipun dalam posisi tempat duduk

berkelompok.

4) siswa tidak saling berbagi informasi.

5) sebagian besar siswa tidak mendengarkan dan mencatat pendapat anggota

kelompok lain.

Kesimpulan yang diperoleh dari hasil observasi di atas adalah siswa

bersikap individualis (saling ketergantungan netral) meskipun pembelajaran

berbentuk kelompok. Kesimpulan didasari oleh pernyataan Huda (2013, hal 81)

yang mengatakan bahwa sikap individualis siswa dapat terlihat ketika setiap siswa

bekerja secara sendiri dan tidak terjadi interaksi antar anggota kelompok. Smith

(1996, hal. 3) juga mengemukakan bahwa sikap individualis terlihat ketika siswa

hanya duduk dalam bentuk kelompok dan masing-masing menyelesaikan sendiri

34

tugas kelompok. Refleksi yang telah ditulis kemudian ditandatangani oleh guru

mentor sebagai persetujuan bahwa masalah kelas yang terjadi adalah sikap

individualis.

Refleksi kemudian dianalisis untuk mengetahui penyebab dan cara

mengatasi masalah tersebut. Penyebab kurangnya saling ketergantungan positif

atau kerjasama oleh siswa dikarenakan selama ini guru sangat jarang

menggunakan metode pembelajaran kelompok. Slameto (2010, hal. 189)

mengatakan bahwa sikap dapat dibentuk melalui pengalaman yang diulang-ulang

sehingga menjadi suatu kebiasaan. Siswa bersikap individualis karena siswa tidak

terbiasa bekerjasama dalam kelompok. Guru menggunakan pembelajaran

kelompok untuk mencoba mengurangi sikap individualis siswa. Metode

pembelajaran yang digunakan adalah jigsaw.

4.2 Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dalam dua siklus yaitu siklus I dan

siklus II.

4.2.1 Siklus I

4.2.1.1 Tahap Perencanaan

Tahap perencanaan dimulai dengan menyusun rencana pelaksanaan

pembelajaran (lihat LAMPIRAN B-1 & B-2). Materi pembelajaran adalah tentang

fungsi darah manusia yang dibagi menjadi lima submateri, yaitu 1) sel darah

untuk menjaga kestabilan suhu tubuh, 2) sel darah sebagai zat pengangkut oksigen

dan karbondioksida, 3) sel darah sebagai zat pengangkut sari makanan, 4) sel

darah putih berperan dalam membunuh kuman penyakit, 5) keping darah berperan

35

dalam pembekuan darah (lihat LAMPIRAN B-3). Metode yang digunakan adalah

jigsaw.

4.2.1.2 Tahap Tindakan

Tahap tindakan merupakan pelaksanaan penelitian dalam proses

pembelajaran. Pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan rencana pelaksanaan

pembelajaran. Waktu yang digunakan adalah 2 x 45 menit. Proses pembelajaran

dibuka dengan siswa menyapa guru kemudian dibalas oleh siswa. Guru kemudian

menjelaskan tujuan dan agenda pembelajaran hari itu. Guru juga menjelaskan

langkah-langkah metode jigsaw yaitu:

1) Siswa dibagi dalam kelompok yang masing-masing terdiri dari empat atau

lima anggota. Kelompok ini disebut kelompok asal.

2) Setiap siswa dalam kelompok asal memilih satu submateri.

3) Setiap anggota kelompok bergabung dengan anggota kelompok lain yang

memilih submateri yang sama. Gabungan anggota kelompok dengan

submateri yang sama ini disebut kelompok ahli.

4) Siswa berdiskusi di kelompok ahli.

5) Siswa kembali ke kelompok asal untuk saling berbagi informasi yang

didapat dari kelompok ahli.

6) Siswa mengerjakan kuis yang telah dipersiapkan oleh guru secara

indivudual.

Siswa kemudian melaksanakan langkah-langkah di atas. Siswa dibagi ke

dalam tujuh kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari lima siswa.

Pertama-tama siswa yang dapat memimpin dibagi dalam masing-masing

36

kelompok kemudian siswa dibagi berdasarkan keanekaragaman kemampuan

akademik dalam masing-masing kelompok. Jumlah siswa laki-laki dan perempuan

pun disamaratakan dalam setiap kelompok.

Guru menekankan kepada siswa untuk benar-benar serius dalam berdiskusi

di kelompok ahli. Setiap siswa akan bertanggungjawab menjelaskan hasil diskusi

dari kelompok ahli kepada teman-teman mereka di kelompok asal. Guru juga

menekankan bahwa di akhir pembelajaran akan ada kuis individual sehingga

mereka harus saling membantu untuk mencapat nilai yang bagus (lihat

LAMPIRAN B-4).

4.2.1.3 Tahap Observasi

Tahap observasi dilaksanakan bersamaan dengan tahap tindakan. Observasi

yang dilakukan terdiri dari dua jenis observasi yaitu observasi penerapan metode

jigsaw dan observasi saling ketergantungan positif. Observasi penerapan metode

jigsaw dilakukan oleh mentor menggunakan lembar observasi penerapan metode

jigsaw. Penerapan metode jigsaw juga ditulis dalam catatan reflektif guru.

Observasi saling ketergantungan poistif dilakukan oleh siswa, mentor dan

guru. Siswa mengisi kuesioner yang telah disediakan. Siswa mengisi kuesioner

berdasarkan pengalaman mereka ketika berada di kelompok asal. Mentor

melakukan observasi dengan menggunakan lembar observasi centang. Guru juga

menulis refleksi berdasarkan observasi selama pembelajaran.

37

4.2.1.3.1 Penerapan Metode Jigsaw pada Siklus I

1) Observasi mentor tentang penerapan metode jigsaw pada siklus I

Mentor melakukan observasi penerapan metode jigsaw dengan memberi

tanda (√) pada lembar yang telah disediakan (lihat LAMPIRAN B-5). Hasil

observasi mentor tentang penerapan metode jigsaw pada siklus I terdapat pada

tabel 4.1.

Tabel 4. 1 Hasil Observasi Mentor tentang Penerapan Metode Jigsaw pada Siklus I

No. Langkah Metode Jigsaw Dilaksanakan Tidak

dilaksanakan

1. Siswa dibagi dalam tujuh kelompok sesuai kelompok.

Kelompok ini disebut kelompok asal. √

2. Setiap anggota kelompok memilih materi mengenai

jantung. √

3. Anggota kelompok yang memilih submateri sama,

bergabung menjadi satu kelompok. Kelompok ini

dinamakan kelompok ahli.

4. Siswa melakukan diskusi dalam kelompok ahli. √

5. Siswa kembali ke kelompok asal dan saling bertukar

informasi yang diperoleh dari kelompok ahli. √

6. Siswa melaksanakan kuis. √

Hasil observasi mentor tentang penerapan metode jigsaw menunjukkan

bahwa siswa sudah melaksanakan semua langkah metode jigsaw.

2) Catatan reflektif guru tentang penerapan metode jigsaw pada siklus I

Guru menulis catatan reflektif mengenai penerapan metode jigsaw dalam

bentuk deskripsi (lihat LAMPIRAN B-9).

38

Tabel 4. 2 Hasil Catatan Reflektif Guru tentang Penerapan Metode Jigsaw pada Siklus I

No. Langkah Metode Jigsaw Catatan Reflektif Guru

1. Siswa dibagi dalam tujuh

kelompok sesuai kelompok.

Kelompok ini disebut kelompok

asal.

Di awal pembelajaran saya membagi kelas menjadi tujuh

kelompok. Kelompok ini bernama kelompok asal.

2. Setiap anggota kelompok

memilih materi mengenai

jantung.

Selanjutnya saya meminta mereka untuk bergabung

dalam kelompok asal dan meminta mereka untuk

membagi submateri untuk dibahas.

3. Anggota kelompok yang

memilih submateri sama,

bergabung menjadi satu

kelompok. Kelompok ini

dinamakan kelompok ahli.

Setelah itu, siswa dari semua kelompok yang

submaterinya sama, bergabung menjadi satu membentuk

kelompok ahli.

4. Siswa melakukan diskusi dalam

kelompok ahli.

Selanjutnya siswa berdiskusi dalam kelompok ahli.

5. Siswa kembali ke kelompok

asal dan saling bertukar

informasi yang diperoleh dari

kelompok ahli.

Setelah 20 menit, siswa kembali ke kelompok asal untuk

menyampaikan informasi yang telah mereka peroleh dari

kelompok ahli.

6. Siswa melaksanakan kuis. Di akhir pertemuan siswa melaksanakan kuis tentang

fungsi darah manusia.

Hasil catatan reflektif guru tentang penerapan metode jigsaw pada sikus I

menunjukkan bahwa siswa melaksanakan semua langkah metode jigsaw.

4.2.1.3.2 Saling Ketergantungan Positif

Hasil observasi saling ketergantungan positif tercermin dalam kuesioner

siswa, observasi mentor dan catatan relektif guru.

1) Hasil kuesioner siswa tentang saling ketergantungan positif pada siklus I

Kuesioner diisi oleh siswa ketika berada di kelompok asal (lihat

LAMPIRAN B-8). Hasil kuesioner siswa dapat dilihat pada tabel 4.3.

39

Tabel 4. 3 Hasil Kuesioner Siswa tentang Saling Ketergantungan Positif pada Siklus I

No. Indikator Pernyataan

Jumlah

siswa yang

memilih

Persentase

Jumlah

siswa yang

memilih

Persentase

Jumlah

siswa yang

memilih

Persentase

Jumlah

siswa yang

memilih

Persentase

Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju

1. Anggota kelompok

membagi ide dan

informasi dengan orang

lain.

Saya mengemukakan

pendapat atau informasi

penting dalam kelompok. 10 28,6% 21 60% 4 11,4% 0 0%

2. Anggota kelompok

belajar banyak hal

penting dari anggota lain.

Saya mendengarkan ketika

anggota kelompok lain

sedang berbicara.

18 51,4% 16 45,7% 1 2,9% 0 0%

Saya mencatat hasil diskusi

kelompok. 15 42,9% 9 25,7% 8 22,9% 3 8,6%

Saya bertanya ketika

mengalami kesulitan. 16 45,7% 16 45,7% 1 2,9% 2 5,7%

3. Anggota kelompok saling

membantu jika ada yang

mengalami kesulitan.

Saya mengoreksi atau

memberi masukan kepada

anggota kelompok lain.

4 11,4% 23 65,7% 8 22,9% 0 0%

Saya menjelaskan ulang

ketika ada anggota yang

belum mengerti.

16 45,7% 14 40% 4 11,4% 1 2,9%

40

Hasil kuesioner siswa pada siklus I menunjukkan bahwa 28,6% siswa sangat

setuju bahwa mereka mengemukakan pendapat atau informasi penting dalam

kelompok; 51,4% siswa sangat setuju bahwa mereka mendengarkan ketika

anggota kelompok lain sedang berbicara; 42,9% siswa sangat setuju bahwa

mereka mencatat hasil diskusi kelompok; 45,7% siswa sangat setuju bahwa

mereka bertanya ketika mengalami kesulitan; 11,4% siswa sangat setuju bahwa

mereka mengoreksi atau memberi masukan kepada anggota kelompok lain dan

45,7% siswa sangat setuju bahwa mereka menjelaskan ulang ketika ada anggota

yang belum mengerti.

Hasil kuesioner di atas juga menunjukkan bahwa 11,4% siswa masih tidak

setuju bahwa mereka mengemukakan pendapat atau informasi penting dalam

kelompok, 2,9% siswa sangat setuju bahwa mereka mendengarkan ketika anggota

kelompok lain sedang berbicara; 22,9% siswa tidak setuju bahwa mereka

mencatat hasil diskusi kelompok; 2,9% siswa tidak setuju bahwa mereka bertanya

ketika mengalami kesulitan; 22,9% siswa tidak setuju bahwa mereka mengoreksi

atau memberi masukan kepada anggota kelompok lain dan 11,4% siswa tidak

setuju bahwa mereka menjelaskan ulang ketika ada anggota yang belum mengerti.

41

2) Hasil Obervasi mentor tentang saling ketergantungan positif pada siklus I

Observasi dilakukan oleh guru mentor (lihat LAMPIRAN B-6 & B-7).

Observasi dilakukan ketika siswa berdiskusi dalam kelompok asal setelah siswa

kembali dari kelompok ahli. Hasil observasi oleh guru mentor dapat dilihat pada

tabel 4.4.

Tabel 4. 4 Hasil Observasi Mentor tentang Saling Ketergantungan Positif pada Siklus I

No. Indikator Pernyataan

Jumlah siswa

yang

melaksanakan

pernyataan

Persentase

siswa yang

melaksanakan

pernyataan

1. Anggota kelompok

membagi ide dan informasi

dengan orang lain.

Siswa mengemukakan

pendapat atau informasi

penting dalam kelompok.

35 100%

2. Anggota kelompok belajar

banyak hal penting dari

anggota lain.

Siswa mendengarkan

ketika anggota kelompok

lain sedang berbicara.

1 2,8%

Siswa mencatat hasil

diskusi kelompok. 12 34,2%

Siswa bertanya ketika

mengalami kesulitan. 6 17,1%

3. Anggota kelompok saling

membantu jika ada yang

mengalami kesulitan.

Siswa mengoreksi atau

memberi masukan kepada

anggota kelompok lain.

5 14,2%

Siswa menjelaskan ulang

ketika ada anggota yang

belum mengerti.

6 17,1%

Hasil observasi mentor pada siklus pertama menunjukkan bahwa 100%

siswa mengemukakan pendapat atau informasi penting dalam kelompok; 2,8%

siswa mendengarkan ketika anggota kelompok lain sedang berbicara; 34,2% siswa

mencatat hasil diskusi kelompok; 17,1% siswa bertanya ketika mengalami

kesulitan; 14,2% siswa mengoreksi atau memberi masukan kepada anggota

kelompok lain.siswa melaksanakannya; 17,1% pernyataan siswa menjelaskan

ulang ketika ada anggota yang belum mengerti.

42

3) Hasil catatan reflektif guru tentang saling ketergantungan positif pada siklus

I

Catatan reflektif ditulis berdasarkan hasil observasi guru (lihat LAMPIRAN

B-9). Hasil catatan reflektif dapat dilihat pada tabel 4.5.

Tabel 4. 5 Hasil Catatan Reflektif Guru tentang Saling Ketergantungan Positif pada Siklus I

No. Indikator Pernyataan Catatan Reflektif Guru

1. Anggota kelompok membagi

ide dan informasi dengan

orang lain.

Siswa mengemukakan

pendapat atau informasi

penting dalam kelompok.

100% siswa telah

mengemukakan pendapat

atau informasi di kelompok

asal. Informasi diperoleh dari

hasil diskusi di kelompok

ahli.

2. Anggota kelompok belajar

banyak hal penting dari

anggota lain.

Siswa mendengarkan ketika

anggota kelompok lain

sedang berbicara.

Sekitar 50% siswa

mendengarkan anggota

kelompok lain ketika

menjelaskan.

Siswa mencatat hasil diskusi

kelompok.

Hanya sekitar 20% siswa saja

yang mencatat hasil diskusi

kelompok.

Siswa bertanya ketika

mengalami kesulitan.

Sekitar 50% siswa lebih

memilih meminjam handout

angota kelompok lain

daripada bertanya.

3. Anggota kelompok saling

membantu jika ada yang

mengalami kesulitan.

Siswa mengoreksi atau

memberi masukan kepada

anggota kelompok lain.

Sekitar 25% siswa saja

mencoba mengoreksi atau

memberi masukan kepada

anggota kelompok lain.

Siswa menjelaskan ulang

ketika ada anggota yang

belum mengerti.

Sekitar 50% mau

menjelaskan ulang materi

yang mereka dapatkan di

kelompok ahli.

Hasil catatan reflektif guru tentang saling ketergantngan positif pada siklus I

menunjukkan bahwa 100% siswa mengemukakan pendapat atau informasi penting

dalam kelompok; sekitar 50% siswa mendengarkan ketika anggota kelompok lain

sedang berbicara; sekitar 10% siswa mencatat hasil diskusi kelompok, sekitar

50% siswa bertanya ketika mengalami kesulitan; sekitar 25% siswa mengoreksi

atau memberi masukan kepada anggota kelompok lain; sekitar 50% siswa

menjelaskan ulang ketika ada anggota yang belum mengerti.

43

4.2.1.4 Tahap Refleksi

Refleksi dilaksanakan berdasarkan hasil data yang diperoleh dari semua

instrumen. Hasil observasi mentor dan catatan reflektif guru tentang penerapan

metode jigsaw pada siklus I menunjukkan bahwa siswa sudah melaksanakan

semua langkah metode jigsaw (tabel 4.1 dan 4.2). Hasil instrumen tentang sikap

saling ketergantungan positif dianalisis apakah sudah memenuhi standar baik

yaitu jika mencapai 61%-80% (Tampubolon, 2014). Rata-rata hasil kuesioner

siswa untuk pilihan jawaban sangat setuju mencapai 37,7%. Rata-rata hasil

questioner siswa untuk pilihan jawaban setuju mencapai 47,2% Hasil observasi

mentor dan catatan reflektif guru menunjukkan bahwa 100% siswa

mengemukakan pendapat atau informasi penting dalam kelompok sedangkan

untuk pernyataan lainnya masih sama dengan atau di bawah 50% (tabel 4.4 dan

4.5).

Hasil observasi pada siklus I belum mencapai 61% dan rumusan masalah

belum dapat dijawab. Penelitian kemudian dilanjutkan pada siklus II agar lebih

dari 61% siswa dapat melaksanakan semua indikator dan rumusan masalah dapat

terjawab.

Pembelajaran pada siklus I mengalami beberapa kelemahan. Alokasi waktu

tidak tercantum pada rancangan proses pembelajaran sehingga menejemen waktu

kurang baik. Siswa juga mengalami kebingungan ketika melaksanakan metode

jigsaw karena metode yang masih baru bagi mereka dan instruksi yang terlalu

panjang. Guru mentor memberi masukan agar pada siklus II alokasi waktu

dicantumkan dalam rancangan proses pembelajaran. Siswa juga sebaiknya

44

melaksanakan satu instruksi terlebih dahulu baru diberikan instruksi berikutnya

agar tidak terjadi kebingungan. Sebagian besar siswa juga tidak mencatat hasil

diskusi sehingga hasil kuis siswa juga kurang baik. Siswa akan ditekankan untuk

mencatat hasil diskusi pada siklus II.

4.2.2 Siklus II

4.2.2.1 Tahap Persiapan

Persiapan mengajar kembali dilakukan pada tahap ini. Rencana

pelaksanaan pembelajaran ini sama dengan rencana pelaksanaan pembelajaran

pada siklus I namun ditambah dengan hal-hal yang perlu diperbaiki pada siklus II

(lihat LAMPIRAN C-1 & C-2). Alokasi waktu ditambahkan pada rencana proses

pembelajaran. Materi pembelajaran yang digunakan adalah mengenai jantung

manusia yang dibagi menjadi lima submateri yaitu 1) letak jantung, 2) bagian-

bagian jantung, 3) cara kerja jantung ketika berlaksasi, 4) cara kerja jantung ketika

berkontraksi, dan 5) tekanan darah (lihat LAMPIRAN C-3, C-4 & C-5). Metode

pembelajaran yang digunakan adalah masih jigsaw. Soal kuis juga disusun untuk

dikerjakan oleh siswa (lihat LAMPIRAN C-6).

4.2.2.2 Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan berlangsung bersamaan dengan proses belajar mengajar.

Siswa kembali belajar dalam kelompok yang sama seperti pada siklus

sebelumnya. Siswa melaksanakan kembali langkah-langkah metode jigsaw yaitu:

1) Siswa dibagi dalam kelompok yang masing-masing terdiri dari empat atau

lima anggota. Kelompok ini disebut kelompok asal.

2) Setiap siswa dalam kelompok asal memilih satu submateri.

45

3) Setiap anggota kelompok bergabung dengan anggota kelompok lain yang

memilih submateri yang sama. Gabungan anggota kelompok dengan

submateri yang sama ini disebut kelompok ahli.

4) Siswa berdiskusi di kelompok ahli.

5) Siswa kembali ke kelompok asal untuk saling berbagi informasi yang

didapat dari kelompok ahli.

6) Siswa mengerjakan kuis yang telah dipersiapkan oleh guru secara

indivudual.

Siswa kemudian melaksanakan langkah-langkah di atas. Kelompok belajar

yang digunakan juga masih sama seperti pada siklus pertama. Perbedaan

pelaksanaan pada siklus II ini adalah siswa melaksanakan satu langkah instruksi

terlebih dahulu kemudian dijelaskan instruksi selanjutnya. Guru sekali lagi

menekankan bahwa setiap siswa harus bertanggungjawab terhadap submateri

yang mereka pilih karena mereka harus menjelaskannya ketika kembali ke

kelompok asal. Guru juga memberikan instruksi agar semua siswa mencatat hasil

diskusi di buku catatan masing-masing. Guru juga menekankan bahwa akan

diadakan kuis pada akhir pembelajaran.

4.2.2.3 Tahap Observasi

Tahap observasi dilaksanakan bersamaan dengan tahap pelaksananaan.

Mentor dan guru kembali melakukan observasi tentang penerapan jigsaw dan

saling ketergantungan positif. Siswa kembali mengisi kuesioner tentang saling

ketergantungan positif. Mentor melakukan obsevasi dengan menggunkan lembar

46

observasi berbentuk centang. Guru juga menulis catatan reflektif sesuai dengan

pengalaman pada saat pelaksanaan siklus II.

4.2.2.3.1 Penerapan Metode Jigsaw

1) Observasi mentor tentang penerapan metode jigsaw pada siklus II

Mentor masih menggunakan lembar observasi tentang penerapan metode

jigsaw yang sama pada saat siklus I (lihat LAMPIRAN C-7). Hasil observasi

mentor tentang penerapan metode jigsaw pada saat tahap pelaksanaan dapat

dilihat pada tabel 4.6.

Tabel 4. 6 Hasil Observasi Mentor tentang Penerapan Metode Jigsaw pada Siklus II

No. Langkah Metode Jigsaw Dilaksanakan Tidak

dilaksanakan

1. Siswa dibagi dalam tujuh kelompok sesuai kelompok.

Kelompok ini disebut kelompok asal. √

2. Setiap anggota kelompok memilih materi mengenai

jantung. √

3. Anggota kelompok yang memilih submateri sama,

bergabung menjadi satu kelompok. Kelompok ini

dinamakan kelompok ahli.

4. Siswa melakukan diskusi dalam kelompok ahli. √

5. Siswa kembali ke kelompok asal dan saling bertukar

informasi yang diperoleh dari kelompok ahli. √

6. Siswa melaksanakan kuis. √

Hasil observasi mentor menunjukkan bahwa siswa sudah melaksanakan

semua langkah metode jigsaw. Tidak ada langkah metode jigsaw yang tidak

dilaksanakan oleh siswa.

2) Catatan reflektif guru tentang penerapan metode jigsaw pada siklus II

Guru kembali menulis catatan reflektif tentang penerapan metode jigsaw

(lihat LAMPIRAN C-11). Hasil catatan reflektif guru dapat dilihat pada tabel 4.7.

47

Tabel 4. 7 Hasil Catatan Reflektif Guru tentang Penerapan Metode Jigsaw pada Siklus II

No. Langkah Metode Jigsaw Catatan Reflektif Guru

1. Siswa dibagi dalam tujuh

kelompok sesuai kelompok.

Kelompok ini disebut kelompok

asal.

Saya masih menggunakan susunan kelompok yang sama

dengan kelompok metode jigsaw yang sebelumnya.

Kelompok ini bernama kelompok asal.

2. Setiap anggota kelompok

memilih materi mengenai

jantung.

Saya meminta mereka untuk berkumpul di kelompok asal

dan membagi submateri.

3. Anggota kelompok yang

memilih submateri sama,

bergabung menjadi satu

kelompok. Kelompok ini

dinamakan kelompok ahli.

Selanjutnya siswa dari semua kelompok yang

submaterinya sama, bergabung menjadi satu membentuk

kelompok ahli.

4. Siswa melakukan diskusi dalam

kelompok ahli.

Selanjutnya siswa berdiskusi dalam kelompok ahli.

5. Siswa kembali ke kelompok

asal dan saling bertukar

informasi yang diperoleh dari

kelompok ahli.

Setelah 25 menit, siswa kembali ke kelompok asal untuk

menyampaikan informasi yang telah mereka peroleh dari

kelompok ahli. Siswa saling bertukar informasi di

kelompok asal selama 25 menit.

6. Siswa melaksanakan kuis. Siswa kemudian melaksanakan kuis individu di akhir

pembelajaran.

Hasil catatan reflektif guru di atas menunjukkan bahwa semua siswa sudah

melaksanakan metode jigsaw sesuai dengan instruksi yang diberikan oleh guru.

4.2.2.3.2 Saling Ketergantungan Positif

1) Hasil kuesioner siswa tentang saling ketergantungan positif pada siklus II

Siswa kembali mengisi kuesioner pada siklus II (lihat LAMPIRAN C-10).

Kuesioner diisi berdasarkan pengalaman siswa ketika berada di kelompok asal

48

Tabel 4. 8 Hasil Kuesioner Siswa tentang Saling Ketergantungan Positif pada Siklus II

No. Indikator Pernyataan

Jumlah

siswa yang

memilih

Persentase

Jumlah

siswa yang

memilih

Persentase

Jumlah

siswa yang

memilih

Persentase

Jumlah

siswa yang

memilih

Persentase

Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju

1. Anggota kelompok

membagi ide dan

informasi dengan orang

lain.

Saya mengemukakan

pendapat atau informasi

penting dalam kelompok. 24 68,6% 11 31,4% 0 0% 0 0%

2. Anggota kelompok

belajar banyak hal

penting dari anggota lain.

Saya mendengarkan ketika

anggota kelompok lain

sedang berbicara.

25 71,4% 10 28,6% 0 0% 0 0%

Saya mencatat hasil diskusi

kelompok. 23 65,7% 11 31,4% 0 0% 1 2,9%

Saya bertanya ketika

mengalami kesulitan. 16 45,7% 18 51,4% 1 2,9% 0 0%

3. Anggota kelompok saling

membantu jika ada yang

mengalami kesulitan.

Saya mengoreksi atau

memberi masukan kepada

anggota kelompok lain.

11 31,4% 20 57,1% 4 11,4% 0 0%

Saya menjelaskan ulang

ketika ada anggota yang

belum mengerti.

23 65,7% 11 31,4% 1 2,9% 0 0%

49

Hasil kuesioner siswa tentang saling ketergantungan positif pada sikus II

menunjukkan bahwa 68,6% siswa sangat setuju bahwa mereka mengemukakan

pendapat atau informasi penting dalam kelompok; 71,4% siswa sangat setuju

bahwa mereka mendengarkan ketika anggota kelompok lain sedang berbicara;

65,7% siswa sangat setuju bahwa mereka mencatat hasil diskusi kelompok adalah

melaksanakannya; 45,7% siswa sangat setuju bahwa mereka bertanya ketika

mengalami kesulitan; 31,4% siswa sangat setuju bahwa mereka mengoreksi atau

memberi masukan kepada anggota kelompok lain; dan 65,7% siswa sangat setuju

bahwa mereka menjelaskan ulang ketika ada anggota yang belum mengerti.

Hasil kuesioner siswa di atas juga menunjukkan tidak ada siswa yang tidak

setuju bahwa mereka mengemukakan pendapat atau informasi penting dalam

kelompok, mendengarkan ketika anggota kelompok lain sedang berbicara dan

mencatat hasil diskusi kelompok adalah melaksanakannya, namun 2,9% siswa

tidak setuju bahwa mereka bertanya ketika mengalami kesulitan; 11,4% siswa

tidak setuju bahwa mereka mengoreksi atau memberi masukan kepada anggota

kelompok lain; dan 2,9% siswa tidak setuju bahwa mereka menjelaskan ulang

ketika ada anggota yang belum mengerti.

2) Hasil observasi mentor tentang saling ketergantungan positif pada siklus II

Guru mentor sekali lagi melakukan observasi dan menuliskannya pada

lembar observasi mentor (lihat LAMPIRAN C-8 & C-9). Lembar observasi yang

digunakan masih sama dengan lembar observasi pada siklus I.

50

Tabel 4. 9 Hasil Observasi Mentor tentang Saling Ketergantungan Positif pada Siklus II

No. Indikator Pernyataan

Jumlah siswa

yang

melaksanakan

pernyataan

Persentase

siswa yang

melaksanakan

pernyataan

1. Anggota kelompok

membagi ide dan informasi

dengan orang lain.

Siswa mengemukakan

pendapat atau informasi

penting dalam kelompok.

35 100%

2. Anggota kelompok belajar

banyak hal penting dari

anggota lain.

Siswa mendengarkan ketika

anggota kelompok lain

sedang berbicara.

18 51,4%

Siswa mencatat hasil diskusi

kelompok. 26 74,2%

Siswa bertanya ketika

mengalami kesulitan. 3 8,5%

3. Anggota kelompok saling

membantu jika ada yang

mengalami kesulitan.

Siswa mengoreksi atau

memberi masukan kepada

anggota kelompok lain.

2 5,7%

Siswa menjelaskan ulang

ketika ada anggota yang

belum mengerti.

3 8,5%

Hasil observasi mentor tentang saling ketergantungan positif pada siklus II

menunjukkan bahwa 100% siswa telah mengemukakan pendapat atau informasi

penting dalam kelompok; 51,4% siswa mendengarkan ketika anggota kelompok

lain sedang berbicara; 74,2% siswa mencatat hasil diskusi kelompok; 8,5% siswa

bertanya ketika mengalami kesulitan; 5,7% siswa mengoreksi atau memberi

masukan kepada anggota kelompok lain; dan 8,5% siswa menjelaskan ulang

ketika ada anggota yang belum mengerti.

51

1) Hasil catatan reflektif guru tentang saling ketergantungan positif pada siklus

II

Catatan reflektif tentang saling ketergantungan positif juga disusun oleh

guru berdasarkan hasil observasi pada siklus II (lihat LAMPIRAN C11). Hasil

catatan reflektif terdapat pada tabel. 4.10.

Tabel 4. 10 Hasil Catatan Reflektif tentang Saling Ketergantungan Positif pada Siklus II

No. Indikator Pernyataan Catatan Reflektif Guru

1. Anggota kelompok

membagi ide dan informasi

dengan orang lain.

Siswa mengemukakan

pendapat atau informasi

penting dalam kelompok.

100% siswa sudah

mengemukakan pendapat atau

informasi penting ketika

kembali ke kelompok asal.

2. Anggota kelompok belajar

banyak hal penting dari

anggota lain.

Siswa mendengarkan ketika

anggota kelompok lain sedang

berbicara.

Sekitar 90% siswa sudah

mendengarkan anggota

kelompok lain ketika

menjelaskan.

Siswa mencatat hasil diskusi

kelompok.

Sudah 90% siswa mencatat

hasil dikusi kelompok setelah

guru menekankan untuk

menulis hasil diskusi di buku

catatan masing-masing.

Siswa bertanya ketika

mengalami kesulitan.

Sekitar 80% siswa sudah mau

bertanya ketika mengalami

kesulitan, bukan meminjam

handout anggota kelompok

lain.

3. Anggota kelompok saling

membantu jika ada yang

mengalami kesulitan.

Siswa mengoreksi atau

memberi masukan kepada

anggota kelompok lain.

Sekitar 70% siswa sudah mau

mengoreksi atau memberikan

masukan karena materi semua

anggota kelompok

berkesinambungan.

Siswa menjelaskan ulang

ketika ada anggota yang

belum mengerti.

Sekitar 80% siswa sudah mau

menjelaskan ulang materi yang

anggota kelompok lain belum

mengerti.

Hasil catatan reflektif guru tentang saling ketergantungan positif pada siklus

II menunjukkan bahwa 100% siswa telah mengemukakan pendapat atau informasi

penting dalam kelompok; sekitar 90% siswa mendengarkan ketika anggota

kelompok lain sedang berbicara; sekitar 90% siswa mencatat hasil diskusi

kelompok; sekitar 80% siswa bertanya ketika mengalami kesulitan; sekitar 70%

52

siswa mengaoreksi atau memberi masukan kepada anggota kelompok lain; dan

sekitar sekitar 80% siswa menjelasakan ulang katika ada anggota kelompok yang

belum mengerti menunjukkan siswa melakukannya.

4.2.2.4 Tahap Refleksi

Refleksi dilaksanakan berdasarkan hasil kuesioner siswa, observasi mentor,

dan catatan reflektif guru pada siklus II, baik tentang penerapan metode jigsaw

maupun tentang saling ketergantungan positif. Hasil observasi mentor dan catatan

reflektif guru tentang penerapan metode jigsaw menunjukkan bahwa semua

langkah metode jigsaw sudah dilaksanakan oleh siswa.

Hasil angket siswa, observasi mentor, dan catatan reflektif guru pada siklus

II kembali tentang saling ketergantungan positif juga dilihat apakah sudah standar

baik yaitu antara 61%-80% siswa menunjukkan sikap yang ingin diteliti atau

belum (Tampubolon, 2014) dan sudah dapat menjawab rumusan masalah

penelitian. Hasil kuesioner siswa pada semua pernyataan bahkan sudah mencapai

lebih dari 61% kecuali untuk siswa bertanya ketika mengalami kesulitan. (tabel

4.8). Hasil observasi mentor menunjukkan bahwa hanya pernyataan siswa

mengemukakan pendapat atau informasi penting dalam kelompok saja yang sudah

mencapai lebih dari 80% sedangkan pada pernyataan lain belum (tabel 4.9). Hasil

catatan reflektif guru pada pernyataan semua pernyataan sudah mencapai standar

baik (tabel 4.10).

Hasil kuesioner siswa, observasi mentor, catatan reflektif siswa pada siklus I

dan II sudah dapat dibandingkan apakah terjadi peningkatan atau tidak. Hasil dari

kuesioner siswa dan catatan reflektif guru juga sudah mencapai target penelitian

53

yaitu 61%. Hasil siklus I dan II secara umum sudah dapat menjawab pertanyaan

penelitian sehingga penelitian dihentikan pada siklus II.

Pembelajaran pada siklus II lebih efektif dibandingkan dengan siklus I.

Siswa sudah mulai terbiasa dan mengerti langkah-langkah metode jigsaw. Alokasi

waktu pada siklus II lebih efisien dibanding pada siklus I. Hasil kuis juga sudah

menunjukkan peningkatan dibanding hasil kuis pada siklus II.

4.3 Analisis, Temuan dan Pembahasan

Hasil data yang diperoleh pada siklus pertama dan kedua digunakan untuk

menjawab pertanyaan:

1) Apakah penerapan metode jigsaw mampu untuk meningkatkan saling

ketergantungan positif dalam pembelajaran kelompok pada pelajaran biologi

siswa kelas VIIIB SLH Curug Tangerang?

2) Bagaimanakah penerapan metode jigsaw mampu untuk meningkatkan saling

ketergantungan positif dalam pembelajaran kelompok pada pelajaran biologi

siswa kelas VIIIB SLH Curug Tangerang.

Pertanyaan-pernyataan di atas dijawab dengan menganalisis semua hasil

data yang diperoleh pada siklus I dan II yaitu yang berasal dari observasi mentor

tentang penerapan jigsaw dan saling ketergantungan positif, catatan reflektif guru

tentang penerapan jigsaw dan saling ketergantungan positif serta kuesioner siswa

tentang saling ketergantungan positif.

54

4.3.1 Penerapan Metode Jigsaw

Hasil perbandingan observasi mentor dan catatan reflektif guru tentang

penerapan jigsaw dianalisis untuk melihat kekonsistenan penerapan metode

jigsaw pada siklus I dan II.

4.3.1.1 Hasil Perbandingan Observasi Mentor tentang Penerapan Metode

Jigsaw pada Siklus I dan II

Hasil perbandingan observasi mentor tentang penerapan metode jigsaw

terlihat pada tabel 4.11.

Tabel 4. 11 Hasil Perbandingan Observasi Mentor tentang Penerapan Metode Jigsaw pada Siklus I

dan II

No. Langkah Metode Jigsaw Dilaksanakan

pada Siklus I

Dilaksanakan

pada Siklus II

1. Siswa dibagi dalam tujuh kelompok sesuai kelompok.

Kelompok ini disebut kelompok asal. √ √

2. Setiap anggota kelompok memilih materi pelajaran. √ √

3. Anggota kelompok yang memilih submateri sama,

bergabung menjadi satu kelompok. Kelompok ini

dinamakan kelompok ahli.

√ √

4. Siswa melakukan diskusi dalam kelompok ahli. √ √

5. Siswa kembali ke kelompok asal dan saling bertukar

informasi yang diperoleh dari kelompok ahli. √ √

6. Siswa melaksanakan kuis. √ √

Hasil tabel perbandingan observasi mentor tentang penerapan metode

jigsaw menunjukkan bahwa siswa sudah melaksanakan semua langkah metode

jigsaw pada siklus I maupun siklus II. Tidak terdapat langkah metode jigsaw yang

tidak dilaksanakan oleh siswa. Hasil observasi menunjukkan bahwa siswa secara

konsisten tetap melaksanakan semua langkah-langkah metode jigsaw.

55

4.3.1.2 Hasil Perbandingan Catatan Reflektif Guru tentang Penerapan Metode Jigsaw pada Siklus I dan II

Hasil perbandingan catatan reflektif guru juga digunakan untuk melihat kekonsistenan siswa melaksanakan metode jigsaw pada

siklus I dan II. Hasil tersebut dapat dilihat pada tabel 4.12.

Tabel 4. 12 Hasil Perbandingan Catatan Reflektif Guru tentang Penerapan Metode Jigsaw pada Siklus I dan II

No. Langkah Metode Jigsaw Catatan Reflektif Guru pada Siklus I Catatan Reflektif Guru pada Siklus II

1. Siswa dibagi dalam tujuh

kelompok sesuai kelompok.

Kelompok ini disebut kelompok

asal.

Di awal pembelajaran saya membagi kelas menjadi tujuh

kelompok. Kelompok ini bernama kelompok asal.

Saya masih menggunakan susunan kelompok yang sama

dengan kelompok metode jigsaw yang sebelumnya.

Kelompok ini bernama kelompok asal.

2. Setiap anggota kelompok memilih

materi pelajaran.

Selanjutnya saya meminta mereka untuk bergabung dalam

kelompok asal dan meminta mereka untuk membagi

submateri untuk dibahas.

Saya meminta mereka untuk berkumpul di kelompok asal

dan membagi submateri.

3. Anggota kelompok yang memilih

submateri sama, bergabung

menjadi satu kelompok.

Kelompok ini dinamakan

kelompok ahli.

Setelah itu, siswa dari semua kelompok yang

submaterinya sama, bergabung menjadi satu membentuk

kelompok ahli.

Selanjutnya siswa dari semua kelompok yang

submaterinya sama, bergabung menjadi satu membentuk

kelompok ahli.

4. Siswa melakukan diskusi dalam

kelompok ahli.

Selanjutnya siswa berdiskusi dalam kelompok ahli. Selanjutnya siswa berdiskusi dalam kelompok ahli.

5. Siswa kembali ke kelompok asal

dan saling bertukar informasi

yang diperoleh dari kelompok

ahli.

Setelah 20 menit, siswa kembali ke kelompok asal untuk

menyampaikan informasi yang telah mereka peroleh dari

kelompok ahli.

Setelah 25 menit, siswa kembali ke kelompok asal untuk

menyampaikan informasi yang telah mereka peroleh dari

kelompok ahli. Siswa saling bertukar informasi di

kelompok asal selama 25 menit.

6. Siswa melaksanakan kuis. Di akhir pertemuan siswa melaksanakan kuis tentang

fungsi darah manusia.

Siswa kemudian melaksanakan kuis individu di akhir

pembelajaran.

56

Perbandingan hasil catatan reflektif guru tentang penerapan metode jigsaw

di atas menunjukkan bahwa pembelajaran pada siklus I dan II tetap menggunakan

metode jigsaw. Siswa secara konsisten dan terus menerus melaksanakan metode

yang sama untuk meningkatkan saling ketergantungan positif siswa pada

pembelajaran kelompok.

4.3.2 Saling Ketergantungan Positif

Hasil perbadingan kuesioner siswa, observasi mentor dan catatan reflektif

tentang saling ketergantungan positif pada siklus I dan II juga dianalisis untuk

menjawab pertanyaan rumusan masalah. Hasil perbandingan tersebut dianalis

untuk melihat adanya peningkatan saling ketergantungan positif antar siswa dan

bagaimana peningkatan tersebut terjadi.

57

4.3.2.1 Hasil Perbandingan Kuesioner Siswa tentang Saling Ketergantungan Positif pada Siklus I dan II

Hasil perbandingan persentase kuesioner siswa tentang saling ketergantungan positif pada siklus I dan II dapat dilihat pada

tabel 4.13.

Tabel 4. 13 Hasil Perbandingan Persentase Kuesioner Siswa tentang Saling Ketergantungan Positif pada Siklus I dan Siklus II

No. Indikator Pernyataan

Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju

Siklus I Siklus II Siklus I Siklus II Siklus I Siklus II Siklus I Siklus II

1. Anggota kelompok

membagi ide dan

informasi dengan orang

lain.

Saya mengemukakan

pendapat atau informasi

penting dalam kelompok. 28,6% 68,6% 60% 31,4% 11,4% 0% 0% 0%

2. Anggota kelompok

belajar banyak hal

penting dari anggota lain.

Saya mendengarkan ketika

anggota kelompok lain

sedang berbicara.

51,4% 71,4% 45,7% 28,6% 2,9% 0% 0% 0%

Saya mencatat hasil diskusi

kelompok. 42,9% 65,7% 25,7% 31,4% 22,9% 0% 8,6% 2,9%

Saya bertanya ketika

mengalami kesulitan. 45,7% 45,7% 45,7% 51,4% 2,9% 2,9% 5,7% 0%

3. Anggota kelompok saling

membantu jika ada yang

mengalami kesulitan.

Saya mengoreksi atau

memberi masukan kepada

anggota kelompok lain.

11,4% 31,4% 65,7% 57,1% 22,9% 11,4% 0% 0%

Saya menjelaskan ulang

ketika ada anggota yang

belum mengerti.

45,7% 65,7% 40% 31,4% 11,4% 2,9% 2,9% 0%

58

Tabel hasil kuesioner siswa di atas dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan

antara siklus I dan II. Selisih persentase siswa sangat setuju bahwa mereka

mengemukakan pendapat atau informasi penting dalam kelompok adalah sebesar

40%. Hasil kuesioner siswa yang sangat setuju bahwa mereka mendengarkan

ketika anggota kelompok lain sedang berbicara adalah sebesar 20%. Hasil

kuesioner siswa untuk siswa yang sangat setuju bahwa mereka mencatat hasil

diskusi kelompok adalah sebesar 22,8%. Siswa yang sangat setuju bahwa mereka

mengoreksi atau memberi masukan kepada anggota kelompok lain mengalami

kenaikan sebesar 20%. Hasil kuesioner siswa untuk siswa yang sangat setuju

bahwa mereka menjelaskan ulang ketika ada anggota yang belum mengerti adalah

sebesar 20%. Tidak terjadi peningkatan untuk siswa yang sangat setuju bahwa

mereka bertanya ketika mengalami kesulita namun terjadi peningkatan untuk

pilihan setuju yaitu sebesar 0,7%. Hasil persentase untuk siswa yang sangat setuju

bahwa mereka mengoreksi atau memberi masukan kepada anggota kelompok lain

memang belum mencapai 60% namun sudah mengalami peningkatan.

Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil kuesioner siswa adalah terjadi

peningkatan sikap saling ketergantungan positif pada siklus I dan II.

Peningkatan hasil kuesioner siswa terjadi pada siklus II karena metode

jigsaw mengkondisikan siswa untuk saling berbagi. Siswa saling berbagi pada

saat berada di kelompok asal. Siswa di kelompok asal memiliki informasi penting

yang berbeda-beda. Tidak ada anggota kelompok yang lebih dominan karena

setiap siswa mempunyai porsi informasi yang sama sesuai pembagian dari guru.

Siswa yang saling berbagi juga ditunjukkan pada pernyataan kuesioner siswa.

59

Siswa saling berbagi dengan cara 1) mengemukakan pendapat atau informasi

penting dalam kelompok, 2) bertanya ketika mengalami kesulitan, 3) mengoreksi

atau memberi masukan kepada anggota kelompok lain, 4) menjelaskan ulang

ketika ada anggota yang belum mengerti.

Metode jigsaw juga mendorong semua siswa untuk berpartisipasi sehingga

tidak ada siswa yang pasif. Setiap siswa berpartisipasi karena setiap setiap siswa

mempunyai informasi penting yang harus dibagikan. Siswa berpartisipasi pada

saat berada di kelompok asal. Pernyataan-pernyataan pada kuesioner siswa juga

menunjukkan bahwa siswa berpartisipasi dalam kelompok belajar. Siswa

berpartisipasi melalui 1) mengemukakan pendapat atau informasi penting dalam

kelompok, 2) mengoreksi atau memberi masukan kepada anggota kelompok lain.

Cara meningkatkan saling ketergantungan positif melalui metode jigsaw didasari

oleh pernyataan Arends (2009, hal. 27) bahwa saling ketergantungan positif dapat

ditingkatkan dengan cara meningkatkan kemampuan sosial yang terdiri dari

kemampuan berbagi dan berpartisipasi.

Peningkatan yang terjadi pada hasil kuesioner siswa juga dikarenakan

metode yang digunakan sudah dilakukan berulang-ulang oleh siswa. Hal ini sesuai

dengan pendapat Slameto (2010, hal. 195) yaitu cara untuk mempengaruhi sikap

seseorang dapat dilakukan melalui pengalaman yang diulang-ulang. Nabi Musa

dalam Ulangan 6:7 juga menyebutkan bahwa hal yang diajarkan harus diajarkan

berulang-ulang. Ajaran harus dilakukan berulang-ulang agar tertanam dalam diri

siswa. Metode jigsaw sudah dilaksanakan oleh siswa dalam dua kali pertemuan

sehingga siswa sudah terbiasa dan sudah tertanam dalam diri siswa.

60

4.3.2.2 Perbandingan Hasil Observasi Mentor tentang Saling Ketergantungan Positif pada Siklus I dan II

Hasil observasi mentor juga digunakan untuk menjawab pertanyaan pada rumusan masalah. Hasil perbandingan observasi

mentor pada sikus I dan II dapat dilihat pada tabel 4.14 dan gambar 4.1.

Tabel 4. 14 Perbandingan Hasil Observasi Mentor tentang Saling Ketergantungan Positif pada Siklus I dan Siklus II

No. Indikator Pernyataan

Siklus I Siklus II

Jumlah siswa yang

melaksanakan

pernyataan

Persentase siswa

yang

melaksanakan

pernyataan

Jumlah siswa yang

melaksanakan

pernyataan

Persentase siswa

yang

melaksanakan

pernyataan

1. Anggota kelompok membagi ide

dan informasi dengan orang lain.

Siswa mengemukakan pendapat

atau informasi penting dalam

kelompok.

35 100% 35 100%

2. Anggota kelompok belajar

banyak hal penting dari anggota

lain.

Siswa mendengarkan ketika

anggota kelompok lain sedang

berbicara.

1 2,8% 18 51,4%

Siswa mencatat hasil diskusi

kelompok. 12 34,2% 26 74,2%

Siswa bertanya ketika mengalami

kesulitan. 6 17,1% 3 3%

3. Semua anggota kelompok saling

membantu jika ada yang

mengalami kesulitan.

Siswa mengoreksi atau memberi

masukan kepada anggota

kelompok lain.

5 14,2% 2 2%

Siswa menjelaskan ulang ketika

ada anggota yang belum

mengerti.

6 17,1% 3 3%

61

Hasil perbandingan observasi mentor pada tabel 4.9 menunjukkan bahwa

siswa yang mengemukakan pendapat atau informasi penting dalam kelompok

tetap 100%. Peningkatan hasil observasi mentor terjadi pada pernyataan kedua

dan ketiga. Selisih hasil observasi mentor untuk siswa mendengarkan ketika

anggota kelompok lain sedang berbicara adalah 48,6%. Selisih hasil observasi

mentor untuk siswa mencatat hasil diskusi kelompok adalah 40%. Penurunan hasi

observasi mentor terjadi pada pernyataan keempat, kelima dan keenam. Selisih

hasil observasi untuk siswa bertanya ketika mengalami kesulitan adalah 14,1%.

Selisih hasil observasi untuk siswa mengoreksi atau memberi masukan kepada

anggota kelompok lain adalah 12,2%. Selisih hasil observasi untuk siswa

menjelaskan ulang ketika ada anggota yang belum mengerti adalah 14,1%.

Hasil perbandingan observasi mentor tentang saling ketergantungan positif

pada siklus I dan II juga dapat dilihat pada gambar 4.1.

Gambar 4. 1 Gambar Diagram Perbandingan Hasil Observasi Mentor tentang Saling

Ketergantungan Positif pada Siklus I dan II

100

2.8

34.2

17.1 14.2 17.1

100

51.4

74.2

3 2 3

0

20

40

60

80

100

120

1 2 3 4 5 6

Ha

sil

Ob

serv

asi

Men

tor

(%)

Pernyataan Lembar Observasi Mentor

Siklus I

Siklus II

62

Keterangan gambar 4.1:

1) 1: Siswa mengemukakan pendapat atau informasi penting dalam kelompok.

2) 2: Siswa mendengarkan ketika anggota kelompok lain sedang berbicara.

3) 3: Siswa mencatat hasil diskusi kelompok.

4) 4: Siswa bertanya ketika mengalami kesulitan.

5) 5: Siswa mengoreksi atau memberi masukan kepada anggota kelompok lain.

6) 6: Siswa menjelaskan ulang ketika ada anggota yang belum mengerti.

Hasil perbandingan observasi mentor pada tabel 4.10 dan gambar 4.1

menunjukkan bahwa terjadi peningkatan jumlah siswa mengemukakan pendapat

atau informasi penting dalam kelompok, mendengarkan ketika anggota kelompok

lain sedang berbicara, dan mencatat hasil diskusi kelompok namun tidak terjadi

peningkatan jumlah siswa bertanya ketika mengalami kesulitan, mengoreksi atau

memberi masukan kepada anggota kelompok lain, dan menjelaskan ulang ketika

ada anggota yang belum mengerti.

Materi pembelajaran pada siklus I (lihat LAMPIRAN B-3) sangat berbeda

satu sama lain sehingga siswa akan bertanya jika belum mengerti penjelasan dari

anggota kelompok lain. Materi pembelajaran pada siklus II (lihat LAMPIRAN

C3-C5) berbeda saling berkaitan antar submateri sehingga jika siswa masih bisa

mencoba menyambungkan submateri yang mereka belum mengerti dengan

submateri yang mereka sendiri kuasai. Penurunan hasil observasi mentor pada

pernyataan kelima dan keenam merupakan akibat dari turunnya hasil observasi

pada pernyataan keempat. Jumlah siswa yang memberi masukan dan menjelaskan

uang kepada anggota kelompok lain berkurang karena jumlah siswa yang bertanya

karena belum mengerti penjelasan siswa lain berkurang.

Peningkatan hasil pada pernyataan siswa mengemukakan pendapat atau

informasi penting dalam kelompok, mendengarkan ketika anggota kelompok lain

sedang berbicara, dan mencatat hasil diskusi kelompok terjadi karena melalui

63

metode jigsaw siswa mempunyai informasi yang berbeda-beda dalam satu

kelompok. Setiap anggota kelompok diharuskan untuk mengusai satu submateri

dari materi yang sedang dipelajari bersama. Informasi diperoleh siswa ketika

berdiskusi di dalam kelompok ahli. Informasi yang berbeda membuat siswa

membutuhkan informasi dari anggota kelompok lain. Informasi yang berbeda juga

mengkondisikan siswa untuk menjelaskan informasi yang dimiliki kepada anggota

kelompok lain. Setiap siswa bertanggungjawab agar setiap anggota kelompok

mengerti materi yang sedang dipelajari bersama melalui penjelasanya. Hal ini

sesuai dengan Kagan (2007, hal 6) yang mengungkapkan bahwa saling

ketergantungan positif dapat ditingkatkan dengan memastikan informasi penting

pada setiap siswa berbeda-beda dan setiap siswa menjelaskannya kepada anggota

kelompok lain.

Van Brummelen (2009) mengungkapkan bahwa pendidikan adalah agen

penebusan bagi siswa. Agen penebusan berarti mendorong siswa untuk bertumbuh

serupa dengan Kristus. Guru harus bisa berperan sebagai penuntun pertumbuhan

namun Roh Kudus sajalah yang mampu merubah siswa diikuti dengan peran aktif

siswa untuk mau diubah (Van Brummelen, 2009). Penurunan sikap saling

ketergantungan positif berdasarkan hasil observasi mentor menunjukkan bahwa

dalam proses pertumbuhan siswa seringkali mengalami kejatuhan. Kejatuhan

dalam proses pertumbuhan memang sering kali terjadi namun guru tetap harus

berusaha menuntun siswa untuk bertumbuh sesuai dengan tujuan pendidikan yaitu

sebagai agen penebusan bagi siswa.

64

4.3.2.3 Hasil Perbadingan Catatan Reflektif Guru tentang Saling Ketergantungan Positif pada Siklus I dan II

Tabel 4. 15 Hasil Perbandingan Catatan Reflektif Guru tentang Saling Ketergantungan Positif pada Siklus I dan Siklus II

No. Indikator Pernyataan Catatan Reflektif Guru pada Siklus

I

Catatan Reflektif Guru pada

Siklus II

1. Anggota kelompok membagi ide dan

informasi dengan orang lain.

Siswa mengemukakan pendapat atau

informasi penting dalam kelompok.

Semua siswa telah mengemukakan

pendapat atau informasi di kelompok

asal. Informasi diperoleh dari hasil

diskusi di kelompok ahli.

Semua siswa sudah mengemukakan

pendapat atau informasi penting

ketika kembali ke kelompok asal.

2. Anggota kelompok belajar banyak

hal penting dari anggota lain.

Siswa mendengarkan ketika anggota

kelompok lain sedang berbicara.

Sekitar 50% siswa mendengarkan

anggota kelompok lain ketika

menjelaskan.

Sekitar 90% siswa sudah

mendengarkan anggota kelompok

lain ketika menjelaskan.

Siswa mencatat hasil diskusi

kelompok.

Hanya sekitar 20% siswa saja yang

mencatat hasil diskusi kelompok.

Sudah 90% siswa mencatat hasil

dikusi kelompok setelah guru

menekankan untuk menulis hasil

diskusi di buku catatan masing-

masing.

Siswa bertanya ketika mengalami

kesulitan.

Sekitar 50% siswa lebih memilih

meminjam handout angota

kelompok lain daripada bertanya.

Sekitar 80% siswa sudah mau

bertanya ketika mengalami

kesulitan, bukan meminjam handout

anggota kelompok lain.

3. Semua anggota kelompok saling

membantu jika ada yang mengalami

kesulitan.

Siswa mengoreksi atau memberi

masukan kepada anggota kelompok

lain.

Sekitar 25% siswa saja mencoba

mengoreksi atau memberi masukan

kepada anggota kelompok lain.

Sekitar 70% siswa sudah mau

mengoreksi atau memberikan

masukan karena materi semua

anggota kelompok

berkesinambungan.

Siswa menjelaskan ulang ketika ada

anggota yang belum mengerti.

Sekitar 50% sudah mau menjelaskan

ulang materi yang mereka dapatkan

di kelompok ahli.

Sekitar 80% siswa sudah mau

menjelaskan ulang materi yang

anggota kelompok lain belum

mengerti

65

Hasil catatan reflektif guru di atas menunjukkan bahwa persentase siswa

yang mengemukakan pendapat atau informasi penting dalam kelompok tetap

sama yaitu 100%. Hasil perbandingan catatan reflektif guru pada siklus I dan II

menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pada pernyataan kedua hingga keenam.

Selisih siswa yang mendengarkan ketika anggota kelompok lain sedang berbicara

adalah sekitar 40%. Selisih siswa yang mencatat hasil diskusi kelompok adalah

sekitar 60%. Selisih siswa yang bertanya ketika mengalami kesulitan adalah

sekitar 30%. Selisih siswa yang mengoreksi atau memberi masukan kepada

anggota kelompok lain adalah sekitar 45%. Selisih siswa yang menjelaskan ulang

ketika ada anggota yang belum mengerti juga mengalami peningkatan adalah

sekitar 30%. Perbandingan hasil catatan reflektif guru pada siklus I dan II

menunjukkan terjadi peningkatan saling ketergantungan positif dalam diri siswa.

Peningkatan hasil catatan reflektif guru terjadi karena siswa melakukan

komunikasi antar anggota kelompok melalui metode jigsaw. Komunikasi terdiri

dari menyampaikan dan menerima pesan (Arends, 2009). Siswa menyampaikan

pesan melalui mengemukakan pendapat atau informasi penting dalam kelompok,

mengoreksi atau memberi masukan kepada anggota kelompok lain, dan menjelaskan

ulang ketika ada anggota yang belum mengerti. Metode jigsaw juga

mengkondisikan siswa untuk menerima pesan yaitu melalui pernyataan siswa

mendengarkan ketika anggota kelompok lain sedang berbicara. Siswa

menyampaikan dan menerima pesan pada saat siswa melakukan diskusi dalam

kelompok ahli dan saling bertukar informasi di kelompok asal. Meningkatkan

66

saling ketergantungan positif melalui berkomunikasi sesuai dengan pernyataan

dari Arends (2009, hal. 27).

Kesimpulan dari hasil kuesioner siswa, observasi mentor dan catatan

reflektif guru adalah metode jigsaw dapat meningkatkan saling ketergantungan

positif antar anggota kelompok belajar siswa kelas VIII pada pelajaran biologi.

Metode jigsaw dapat meningkatkan saling ketergantungan positif antar anggota

kelompok belajar siswa kelas VIII pada pelajaran biologi dengan cara memastikan

informasi penting pada setiap siswa berbeda-beda sehingga siswa dapat berbagi,

berpartisipasi, berkomunikasi serta melakukan metode ini secara berulang-ulang.

Meningkatkan saling ketergantungan positif dalam diri siswa juga

merupakan salah satu cara untuk mempersiapkan siswa untuk hidup dalam

persekutuan. Allah memanggil manusia untuk hidup dalam persekutuan misalnya

dalam gereja. Gereja terdiri dari beberapa bagian yang harus saling bergantung (1

Korintus 12:5, versi The Message). Setiap pribadi dalam persekutuan juga harus

iman saling menolong dalam pertumbuhan iman (Roma 1:12, versi Alkitab

Indonesia Terjemahan Baru).

67

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang didapat dari penelitian hasil analisis adalah:

1) penerapan metode jigsaw mampu untuk meningkatkan saling

ketergantungan positif dalam pembelajaran kelompok pada pelajaran biologi

siswa kelas VIIIB SLH Curug Tangerang.

2) penerapan metode jigsaw meningkatkan saling ketergantungan positif dalam

pembelajaran kelompok pada pelajaran biologi siswa kelas VIIIB SLH

Curug Tangerang dengan cara memastikan informasi penting pada setiap

siswa berbeda-beda sehingga siswa dapat berbagi, berpartisipasi,

berkomunikasi dalam kelompok pembelajaran serta melakukan metode ini

secara berulang-ulang.

3) meningkatkan saling ketergantungan positif dalam kelas berarti

mempersiapkan siswa untuk hidup dalam komunitas sebagaimana gereja

yang terdiri dari beberapa bagian yang harus saling bergantung (1 Korintus

12:5, versi The Message).

5.2 Saran

Saran yang diberikan dalam menggunakan metode jigsaw untuk

meningkatkan saling ketergantungan positif adalah:

1) kepada guru lain yang menggunakan metode jigsaw untuk memastikan

bahwa setiap siswa mengerti instruksi yang diberikan oleh guru bahkan jika

68

perlu guru menuliskannya di papan tulis. Proses pembelajaran dapat

memakan waktu yang lama ketika guru harus menjelaskan instruksi secara

berulang-ulang. Metode jigsaw juga lebih cocok untuk diterapkan pada ilmu

sosial seperti IPS dan PKn.

2) kepada peneliti lain untuk memastikan bahwa pengamat lain selain peneliti

memilki pemikiran yang sama terhadap lembar observasi yang digunakan

sehingga tidak terjadi perbedaan hasil observasi yang jauh berbeda.

69

DAFTAR PUSTAKA

Arends, R. I. (2008). Learning to Teach: Belajar untuk Mengajar Edisi

Ketujuh/Jilid 2 . Pustaka Pelajar: Yogyakarta.

Arikunto, S., Suhardjono & Supardi. (2012). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:

PT. Bumi Aksara.

Arianto. (2010). Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action

Research): Teori & Praktik . Surabaya: Prestasi Pustaka Publisher.

Babbie, E. (2005). The Casic of Social Research. Canada: Wadswoth.

Berkhof, L. (1993). Theologi Sistematika vo. 1: Doktrin Allah. Jakarta: Lembaga

Reformed Injili Indonesia.

Van Brummelen, H. (2009). Berjalan Bersama Tuhan di Dalam Kelas:

Pendekatan Kristiani untuk Pembelajaran. Jakarta: Universitas Pelita

Harapaan.

Collazos, C. A, L. A. Guerrero, J. A Pino & S. F. Ochoa. (2003). Collaborative

Scenarios to Promote Positive Interdependence among Group Members.

356-370

Felder, R. M & R. Brent. (2004). Cooperative Learning. National Effective

Teaching Institute.

Grudem, W. (2000). Systematic Theology: An Introduction to Biblical Doctrine.

USA: Zondervan Publishing House.

Hopskins, D. (2011). Panduan Guru: Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Huda, M. (2013). Cooperative Learning: Metode, Teknik, Struktur, dan Model

Terapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Jacoebsen, D. A, P. Eggen & D. Kauchak. (2009). Metode-Metode Pengajaran:

Meningkatkan Belajar Siswa TK-SMA. USA: Allyn & Bacon.

Johnson, D. W & F. P Johnson. (2009). Joining Together: Group Theory and

Group Skills. USA: Pearson.

Johnson, D. W. (2003). Social Interdependence: Irrelationships Among, Theory,

Research, and Practice. American Psychologist. 934-945.

70

Jollieffe, W. (2007). Cooperative Learning in the Classroom: Putting into

Practice. UK: Paul Chapman Publishing.

Jones, K. A & J. L. Jones. (2008). Making Cooperative Learning Work in The

College Classroom: An Application of the 'Five Pillars' of Cooperative

Learning to Post-Secondary Intruction. The Journal of Effective Teaching,

8(2), 61-76.

Kagan, S. The Two Dimensions of Positive Interdependence. San Clemente, CA:

Kagan Publishing. Kagan Online Magazine, Fall 2007.

www.KaganOnline.com

Kagan, S. & M. Kagan. (2009). Cooperative Learning. USA: Kagan Publishing

CA.

Kam, C. (2004). Using 'Jigsaw II' in Teacher Education Programmes. Hong Kong

Teachers' Center Journal, 3 , 91-97.

Knight, G. (2009). Filsafat dan Pendidikan: Sebuah Pendahuluan dari Perspektif

Kristen. Tangerang: Universitas Pelita Harapan Press.

Lie, A. (2010). Cooperative Learning: Mempraktekkan Cooperative Learning di

Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo.

Li, M. P & B. H. Lam. (2013). Cooperative Learning. The Active Classroom, 1-

33. dikutip dari www.ied.edu.hk/aclass/

Macpherson, A. (2000). Cooperative Learning Group Activities for College

Courses: A Guide for Instructors. Cooperative Learning Structures and

Activities.

Nawawi, H. & M. M. Hadari. (1995). Instrumen Penelitian Bidang Sosial.

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Punch, K. F. (2003). Survey Research: the Basics. UK: Paul Chapman Publishing

Ltd.

Sanjaya, W. (2009). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana

Santrock, John. (2011). Educational Psychology. USA: McGraw-Hill.

Silberman, M. L. (2007). Active Learning: 101 Strategi Pembelajaran Aktif.

Yogyakarta: Pustaka Insan Madani

71

Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT.

Rineka Cipta.

Smith, K.A. (1996). Cooperative learning: Making "groupwork" work. In C.

Bonwell & T. Sutherlund, Eds., Active learning: Lessons from practice

and emerging issues. New Directions for Teaching and Learning 67, 71-

82. San Francisco: Jossey-Bass.

Sudjana. (2010). Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif . Bandung: Falah

Production.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D .

Bandung: ALFABETA.

Susilo, H., H. Chotimah & Y. D. San. (2009). Penelitian Tindakan Kelas sebagai

Sarana Perkembangan Keprofesionalan Guru & Calon Guru . Malang:

Bayumedia Publishing.

Tampubolon, Saur. (2014). Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan

Profesi Pendidik Keilmuan. Jakarta: Erlangga.

Thomas, S. J. (2009). Using Web and Paper Quistionaires for Data-Based

Decission Making. USA: Corwin Press.

Warren, Rick. (2012). The Purpose-Driven ® Life. Malang: Gandum Mas.

Wiraatmaja, R. (2009). Metode Penelitian Tindakan Kelas . Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

A-1

LAMPIRAN A- 1 RPP pada Prasiklus

A-2

A-3

LAMPIRAN A- 2 Umpan Balik Mentor pada Prasiklus

A-4

LAMPIRAN A- 3 Materi Pembelajaran Siswa pada Prasiklus

A-5

LAMPIRAN A- 4 Soal Kuis Siswa pada Prasiklus

C-6

LAMPIRAN A- 5 Catatan Reflektif Guru pada Prasiklus

B-1

LAMPIRAN B- 1 RPP pada Siklus I

2

B-3

LAMPIRAN B- 2 Umpan Balik Mentor pada Siklus I

4

LAMPIRAN B- 3 Topik Pembelajaran Siswa pada Siklus I

B-5

LAMPIRAN B- 4 Kuis Siswa pada Siklus I

B-6

LAMPIRAN B- 5 Lembar Observasi Mentor tentang Penerapan

Metode Jigsaw pada Siklus I

B-7

LAMPIRAN B- 6 Lembar Observasi Mentor tentang Saling

Ketergantungan Positif pada Siklus

B-8

B-9

LAMPIRAN B- 7 Hasil Perhitungan Observasi Mentor tentang

Saling Ketergantungan Positif pada Siklus I

No. Siswa Pernyataan

1 2 3 4 5 6

1 1 1 1 0 1 1

2 1 0 1 0 0 0

3 1 0 0 1 0 0

4 1 0 0 0 0 0

5 1 0 0 0 0 0

6 1 0 1 0 0 0

7 1 0 1 0 0 0

8 1 0 1 0 0 0

9 1 0 0 0 0 0

10 1 0 1 0 0 0

11 1 0 0 1 1 1

12 1 0 0 1 1 1

13 1 0 0 0 0 1

14 1 0 0 0 0 0

15 1 0 0 0 0 0

16 1 0 0 0 0 0

17 1 0 1 0 0 0

18 1 0 0 0 0 0

19 1 0 0 0 0 0

20 1 0 0 0 0 0

21 1 0 0 0 0 0

22 1 0 1 0 0 0

23 1 0 0 0 0 1

24 1 0 0 0 0 0

25 1 0 0 0 0 0

26 1 0 0 0 0 0

27 1 0 1 0 0 0

28 1 0 0 0 0 0

29 1 0 0 0 0 0

30 1 0 1 0 0 0

31 1 0 0 1 1 0

32 1 0 1 1 0 0

33 1 0 0 1 1 1

34 1 0 1 0 0 0

35 1 0 0 0 0 0

Total 35 1 12 6 5 6

Presentase:

Total x100%

35

100% 2,8% 34,2% 17,1% 14,2% 17,1%

B-10

LAMPIRAN B- 8 Sampel Lembar Kuesioner Siswa tentang Saling

Ketergantungan Positif pada Siklus I

B-11

LAMPIRAN B- 9 Hasil Perhitungan Kuesioner Siswa tentang

Saling Ketergantungan Positif pada Siklus I

Responden Pernyataan

1 2 3 4 5 6

1 4 3 4 4 3 4

2 3 4 4 3 3 2

3 3 4 2 4 2 4

4 3 4 4 3 3 3

5 4 3 2 4 4 4

6 4 4 3 4 3 4

7 3 4 3 4 2 4

8 3 4 2 4 3 3

9 4 3 4 3 4 3

10 3 4 3 3 3 3

11 3 3 4 4 3 3

12 3 3 4 4 3 4

13 3 4 4 4 3 3

14 2 3 3 3 2 3

15 3 4 4 3 3 4

16 3 3 1 4 3 3

17 3 4 2 4 4 4

18 3 3 2 3 2 4

19 4 3 4 4 3 4

20 2 3 1 1 2 2

21 3 4 3 4 3 3

22 4 3 2 3 3 4

23 3 4 4 3 3 4

24 3 4 3 4 3 2

25 3 4 4 4 4 4

26 2 3 4 3 2 3

27 4 4 3 3 2 3

28 4 3 2 3 3 3

29 3 3 4 3 3 4

30 3 3 3 3 3 2

31 3 4 3 3 3 4

32 4 4 4 4 3 4

33 4 4 4 3 3 3

34 3 3 2 1 2 3

35 2 2 1 2 3 1

B-12

No. Pernyataan Kuesioner

Jumlah

siswa yang

memilih

Persentase

Jumlah

siswa yang

memilih

Persentase

Jumlah

siswa yang

memilih

Persentase

Jumlah

siswa yang

memilih

Persentase

Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju

1. Saya mengemukakan pendapat atau

informasi penting dalam kelompok. 10 28,6% 21 60% 4 11,4% 0 0%

2. Saya mendengarkan ketika anggota

kelompok lain sedang berbicara. 18 51,4% 16 45,7% 1 2,9% 0 0%

Saya mencatat hasil diskusi kelompok. 15 42,9% 9 25,7% 8 22,9% 3 8,6%

Saya bertanya ketika mengalami

kesulitan. 16 45,7% 16 45,7% 1 2,9% 2 5,7%

3. Saya mengoreksi atau memberi

masukan kepada anggota kelompok

lain.

4 11,4% 23 65,7% 8 22,9% 0 0%

Saya menjelaskan ulang ketika ada

anggota yang belum mengerti. 16 45,7% 14 40% 4 11,4% 1 2,9%

Perhitungan persentase: jumlah siswa yang memilih jawaban x 100%

jumlah siswa (35)

C-13

LAMPIRAN B- 10 Catatan Reflektif Guru pada Siklus I

C-1

LAMPIRAN C- 1 RPP pada Siklus II

D-2

C-3

LAMPIRAN C- 2 Umpan Balik Mentor pada Siklus II

D-4

LAMPIRAN C- 3 Topik Pembelajaran Siswa pada Siklus II

C-5

D-6

C-7

LAMPIRAN C- 4 Soal Kuis Siswa pada Siklus II

D-8

LAMPIRAN C- 5 Hasil Observasi Mentor tentang Penerapan

Metode Jigsaw pada Siklus II

C-9

LAMPIRAN C- 6 Lembar Observasi Mentor tentang Saling

Ketergantungan Positif pada Siklus II

D-10

C-11

LAMPIRAN C- 7 Hasil Perhitungan Observasi Mentor tentang

Saling Ketergantugan Positif pada Siklus II

No. Siswa Pernyataan

1 2 3 4 5 6

1 1 0 1 0 0 0

2 1 1 1 0 0 0

3 1 1 1 0 0 0

4 1 0 1 0 0 0

5 1 1 1 0 0 0

6 1 1 1 0 0 0

7 1 1 1 0 0 0

8 1 1 0 0 0 0

9 1 0 1 0 0 0

10 1 1 1 0 0 0

11 1 0 1 0 1 1

12 1 0 1 0 0 0

13 1 1 1 0 0 0

14 1 0 0 0 0 0

15 1 0 0 0 0 0

16 1 0 1 0 0 0

17 1 1 1 0 0 0

18 1 1 1 0 0 0

19 1 0 0 0 0 0

20 1 0 1 0 0 0

21 1 1 0 0 0 0

22 1 1 0 0 0 0

23 1 0 0 0 1 1

24 1 0 1 0 0 0

25 1 0 1 0 0 0

26 1 1 1 0 0 0

27 1 1 0 0 0 0

28 1 1 1 1 0 0

29 1 0 1 0 0 1

30 1 1 1 1 0 0

31 1 1 1 0 0 0

32 1 1 1 0 0 0

33 1 0 1 1 0 0

34 1 0 1 0 0 0

35 1 0 0 0 0 0

Total 35 18 26 3 2 3

Presentase:

Total

x100%

35

100% 51,4% 74,2% 8,5% 5,7% 8,5%

D-12

LAMPIRAN C- 8 Sampel Lembar Kuesioner Siswa tentang

Saling Ketergantungan Positif pada Siklus II

C-13

LAMPIRAN C- 9 Hasil Perhitungan Kuesioner Siswa tentang

Saling Ketergantungan Positif pada Siklus II

Responden Pernyataan

1 2 3 4 5 6

1 4 3 3 4 4 4

2 3 3 4 3 2 2

3 4 4 3 4 3 4

4 3 4 4 4 3 3

5 4 4 4 4 4 4

6 4 4 4 4 3 4

7 3 4 4 4 2 3

8 4 4 4 4 3 3

9 3 4 4 3 3 4

10 4 4 1 3 3 3

11 4 3 3 3 3 4

12 4 4 4 4 4 4

13 4 3 4 3 3 3

14 3 4 4 3 3 4

15 4 3 4 3 3 4

16 4 4 4 3 3 4

17 3 3 4 3 2 4

18 3 4 4 4 3 4

19 4 4 4 4 3 3

20 4 3 4 4 3 4

21 4 4 3 3 4 4

22 4 4 4 4 4 4

23 3 3 3 2 2 4

24 3 3 2 3 3 3

25 4 4 3 4 4 4

26 4 4 4 3 3 4

27 4 4 3 3 4 4

28 4 4 4 3 4 3

29 4 4 4 3 3 4

30 4 4 4 4 3 4

31 4 4 4 4 4 4

32 4 3 3 3 4 3

33 4 4 3 4 4 4

34 3 4 2 3 3 3

35 3 4 4 3 3 3

D-14

No. Pernyataan Kuesioner

Jumlah

siswa yang

memilih

Persentase

Jumlah

siswa yang

memilih

Persentase

Jumlah

siswa yang

memilih

Persentase

Jumlah

siswa yang

memilih

Persentase

Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju

1. Saya mengemukakan pendapat atau

informasi penting dalam kelompok. 24 68,6% 11 31,4% 0 0% 0 0%

2. Saya mendengarkan ketika anggota

kelompok lain sedang berbicara. 25 71,4% 10 28,6% 0 0% 0 0%

Saya mencatat hasil diskusi kelompok. 23 65,7% 11 31,4% 0 0% 1 2,9%

Saya bertanya ketika mengalami

kesulitan. 16 45,7% 18 51,4% 1 2,9% 0 0%

3. Saya mengoreksi atau memberi

masukan kepada anggota kelompok

lain.

11 31,4% 20 57,1% 4 11,4% 0 0%

Saya menjelaskan ulang ketika ada

anggota yang belum mengerti. 23 65,7% 11 31,4% 1 2,9% 0 0%

Perhitungan persentase: jumlah siswa yang memilih jawaban x 100%

jumlah siswa (35)

C-15

LAMPIRAN C- 10 Lembar Catatan Reflektif Guru pada Siklus II

D-1

LAMPIRAN D- 1 Lembar Validasi Indikator tentang Saling Ketergantungan Positif

D-2

LAMPIRAN D- 2 Lembar Validasi Pernyataan untuk Lembar Observasi Guru tentang Saling

Ketergantungan Positif

D-3

LAMPIRAN D- 3 Lembar Validasi Pernyataan untuk Lembar Kuesioner Siswa tentang Saling

Ketergantungan Positif

D-4

LAMPIRAN D- 4 Lembar Validasi Lembar Kuesioner Siswa