skripsi optimalisasi operasional sarana bantu navigasi pelayaran (sbnp) secara umum di wilayah...

72
OPTIMALISASI OPERASIONAL SARANA BANTU NAVIGASI PELAYARAN (SBNP) SECARA UMUM DI WILAYAH PROVINSI SULAWESI BARAT S K R I P S I DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI TUGAS-TUGAS DALAM MEMENUHI SALAH SATU SYARAT GUNA MEMPEROLEH GELAR SARJANA SOSIAL DALAM BIDANG ILMU ADMINISTRASI NEGARA OLEH : J U S M AN NIM : 2902502020584 PROGRAM STRATA 1 PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

Upload: armand-andi-pasanrangi

Post on 29-Jul-2015

1.977 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

Sarana BAntu Navigasi Pelayaran

TRANSCRIPT

Page 1: SKRIPSI OPTIMALISASI OPERASIONAL SARANA BANTU NAVIGASI PELAYARAN (SBNP) SECARA UMUM DI WILAYAH PROVINSI SULAWESI BARAT

OPTIMALISASI OPERASIONAL SARANA BANTUNAVIGASI PELAYARAN (SBNP) SECARA

UMUM DI WILAYAH PROVINSISULAWESI BARAT

S K R I P S I

DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI TUGAS-TUGAS DALAMMEMENUHI SALAH SATU SYARAT GUNAMEMPEROLEH GELAR SARJANA SOSIAL

DALAM BIDANG ILMU ADMINISTRASINEGARA

OLEH :

J U S M ANNIM : 2902502020584

PROGRAM STRATA 1

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARAFAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS TOMAKAKA MAMUJUTAHUN 2011

Page 2: SKRIPSI OPTIMALISASI OPERASIONAL SARANA BANTU NAVIGASI PELAYARAN (SBNP) SECARA UMUM DI WILAYAH PROVINSI SULAWESI BARAT

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARAFAKULTAS SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS TOMAKAKA MAMUJU

Jl. Ir. Juanda No. 77 (Samping Polsek Mamuju) Tlp. (0426) 22085e-mail : http://[email protected]

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

JUDUL : OPTIMALISASI OPERASIONAL SARANA

BANTU NAVIGASI PELAYARAN (SBNP)

SECARA UMUM DI WILAYAH SULAWESI

BARAT.

OLEH : JUSMAN

NIM : 2902502020579

TANGGAL :

PEMBIMBING I

MISBAHUDDIN, S.Sos. M.Si

PEMBIMBING II

ABD. SAMAD, S.Pd

Dekan Fakultas Ilmu Sosialdan Ilmu Politik

MISBAHUDDIN, S.Sos. M.Si

Page 3: SKRIPSI OPTIMALISASI OPERASIONAL SARANA BANTU NAVIGASI PELAYARAN (SBNP) SECARA UMUM DI WILAYAH PROVINSI SULAWESI BARAT

LEMBAR KONSULTASI

NAMA : JUSMAN

NIM : 2902502020579

JURUSAN : ILMU ADMINISTRASI NEGARA

JUDUL YANG DISETUJUI : OPTIMALISASI OPERASIONAL

SARANA BANTU NAVIGASI

PELAYARAN (SBNP) SECARA UMUM

DI WILAYAH SULAWESI

BARAT.

NAMA KONSULTAN II : ABD. SAMAD, S.Pd

WAKTUKONSULTASIHARI/TANGGAL

MATERI DAN SARAN PERBAIKANTANDA

TANGANKONSULTAN

Catatan:Minimal 3 (tiga) kali konsultasi untuk satu orang konsultan

MENGETAHUI:KETUA PRODI,

ABD. SAMAD, S.Pd

Page 4: SKRIPSI OPTIMALISASI OPERASIONAL SARANA BANTU NAVIGASI PELAYARAN (SBNP) SECARA UMUM DI WILAYAH PROVINSI SULAWESI BARAT

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis persembahkan

kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga

penulis dapat menyelesaikan hasil penelitian untuk penulisan skripsi ini.

Penulisan hasil penelitian ini diajukan sebagai salah satu

persyaratan dalam penyusunan skripsi pada Program Studi Ilmu

Administrasi Negara Universitas Tomakaka Mamuju.

Penulis menyadari bahwa penulisan ini sangat banyak kendala dan

rintangan, namun berkat ridha Allah SWT, usaha dan kemauan keras

serta bantuan bimbingan dosen pembimbing dan berbagai pihak maka

segala kesulitan dan rintangan dapat teratasi.

Olehnya, dengan segala tulus ikhlas dan kerendahan hati penulis

menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Bapak Prof. Dr. Ansar, SE. M.Si, Rektor Universitas Tomakaka

Mamuju.

2. Bapak Misbahuddin, S.Sos. M.Si, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Tomakaka Mamuju sekaligus sebagai

Pembimbing I penulis.

3. Bapak Abd. Samad, S.Pd Ketua Program Stufi Administrasi Negara

Universitas Tomakaka Mamuju sekaligus sebagai Pembimbing II

penulis.

Page 5: SKRIPSI OPTIMALISASI OPERASIONAL SARANA BANTU NAVIGASI PELAYARAN (SBNP) SECARA UMUM DI WILAYAH PROVINSI SULAWESI BARAT

4. Bapak Kepala Mercusuar Tanjung Rangas Mamuju beserta

anggota yang telah melayani dan membantu penulis selama dalam

penelitian.

5. Seluruh dosen dan staf Fisipol Unika Mamuju yang senantiasa

melayani penulis selama berstatus sebagai mahasiswa.

6. Teristimewa istriku tercinta beserta anak-anakku yang senantiasa

memberikan dorongan dan motivasi dalam berbagai hal.

7. Kepada semua teman-teman yang tak dapat kusebutkan satu

persatu, terima kasih atas segala bantuannya.

Akhirnya semoga hasil penelitian ini dapat diterima sebagai bentuk

Karya Ilmiah sebagai salah satu syarat dalam penyelesaian studi penulis.

Mamuju, ………………………… 2011

P e n u l i s

Page 6: SKRIPSI OPTIMALISASI OPERASIONAL SARANA BANTU NAVIGASI PELAYARAN (SBNP) SECARA UMUM DI WILAYAH PROVINSI SULAWESI BARAT

DAFTAR ISI

Hal

Halaman Sampul…………………………………………………………….. i

Halaman Persetujuan……………………………………………………….. ii

Kata Pengantar………………………………………………………………. iv

Daftar Isi………………………………………………………………………. vi

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………… 1

1.1. Latar Belakang…………………………………………….. 1

1.2. Rumusan Masalah………………………………………… 2

1.3. Tujuan Penelitian …………………………………………. 3

1.4. Kegunaan Penelitian……………………………………… 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………….. 4

2.1. Pengertian Optimalisasi…………………………………... 4

2.2. Pengertian Operasional ………………………………….. 5

2.3. Rencana-Rencana Operasional…………………………. 6

2.3.1. Pengukuran Kinerja………………………………. 7

2.3.2. Pengertian SBNP………………………………….. 8

2.3.3. Sarana-Sarana Bantu Navigasi Visual…………. 9

2.3.4. Gambaran …………………………………………. 10

2.3.5. Karakteristik yang membedakan ……………….. 11

2.3.6. Warna Cayaha ……………………………………. 12

2.4. Data-Data Permasalahan………………………………… 20

2.4.1. Data-Data………………………………………….. 20

Page 7: SKRIPSI OPTIMALISASI OPERASIONAL SARANA BANTU NAVIGASI PELAYARAN (SBNP) SECARA UMUM DI WILAYAH PROVINSI SULAWESI BARAT

2.4.2 Menara Suar………………………………… 20

2.4.3 Rambu Suar…………………………………. 21

2.4.4 Pelampung Suar……………………………. 21

2.4.5 Tanda Siang………………………………… 22

2.5.1. Permasalahan …………………………………….. 22

2.5.2 Pemecahan Masalah ……………………… 25

2.5. Dasar Hukum Penyelenggaraan SBNP………………… 27

2.6. Fungsi SBNP……………………………………………….. 27

2.7. Kewenangan SBNP……………………………………….. 27

BAB III METODE PENELITIAN…………………………………………. 29

3.1. Tipe Penelitian…………………………………………….. 29

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ……………………………. 29

3.3. Populasi Sampel ………………………………………….. 29

3.4. Jenis dan Sumber Data…………………………………… 30

3.5. Sumber Informasi…………………………………………. 30

3.6. Teknik Pengumpulan Data ………………………………. 31

3.7. Definisi Operasional Konsep ……………………………. 31

3.8. Teknik Analisis Data …………………………….………. 32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………………….. 33

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian …………………… 33

4.1.1. Geografi……………………………………………. 33

Page 8: SKRIPSI OPTIMALISASI OPERASIONAL SARANA BANTU NAVIGASI PELAYARAN (SBNP) SECARA UMUM DI WILAYAH PROVINSI SULAWESI BARAT

4.1.2. Data-data SBNP yang mempunyai …………….. 34

Petugas dan tidak mempunyai petugas

Struktur organisasi, tugas pokok dan fungsi ……………..….. 37

A. Kepala Distrik Navigasi ……….………………………… 38

B. Kepala Bagian Tata Usaha ……………………………… 39

C. Kepala Bidang Operasi ………………………………….. 39

D. Kepala Bidang Logistik ………………………………….. 40

E. Kepala Sub Bagian Kepegawaian dan Umum ……….. 41

F. Kepala Sub Bagian Keuangan …………………………. 42

G. Kepala Seksi Operasi Sarana dan Prasarana ………… 43

H. Kepala Seksi Program dan Evaluasi …………………… 44

I. Kepala Seksi Pengadaan ……………………………….. 45

J. Kepala Seksi Inventaris dan Penghapusan …………… 46

K. Koordinator Kelompok Jabatan Fungsional……………. 47

L. Kepala Kelompok SBNP………………………………….. 48

M. Kepala Kelompok Kapal Negara ……………………….. 49

N. Kepala Kelompok Pengamatan Laut ………………….. 50

O. Kepala Kelompok Stasion Radio Pantai ………………. 50

P. Kepala Kelompok Bengkel ………………………………. 51

PERENCANAAN STRATEGIS………………………………… 54

4.2 Upaya dan Strategi Dalam Melaksanakan Efektifitas

dan Efisiensi Sarana Bantu Navigasi Pelayaran ……… 54

Page 9: SKRIPSI OPTIMALISASI OPERASIONAL SARANA BANTU NAVIGASI PELAYARAN (SBNP) SECARA UMUM DI WILAYAH PROVINSI SULAWESI BARAT

4.2.1 Perencanaan Strategis……………………………. 54

A. Visi dan Misi ………………………………………………. 56

B. Tujuan………………………………………………………. 57

C. Sasaran ……………………………………………………. 58

D. Kebijakan…………………………….…………………….. 59

E. Program……………………………………………………. 60

PENETAPAN KINERJA TAHUN 2011 ……..………………… 61

BAB V PENUTUP………………………………………………………… 64

5.1. Kesimpulan………………………………………………… 64

5.2. Saran-Saran ………………………………………………. 65

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………. 66

LAMPIRAN-LAMPIRAN …………………………………………………….. 66

Page 10: SKRIPSI OPTIMALISASI OPERASIONAL SARANA BANTU NAVIGASI PELAYARAN (SBNP) SECARA UMUM DI WILAYAH PROVINSI SULAWESI BARAT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada tahun 280 sebelum masehi di Timur Tengah (Pelabuhan

Alexandria) sudah ada rambu suar di bukit Pharos dan pada tahun

1700 di setiap pelabuhan dibuat api unggun sebagai sarana bantu

navigasi pelayaran. Pada tahun 1700-an lampu minyak bersumbu,

lampu pembakar uap minyak dan gas. Suar wadah lampu loncatan

arus listrik dan suar bola lampu kawat pijar tungsten. Peralatan optic

mengimbangi perkembangan ini mula-mula dengan sistem

pemantulan cahaya (reflector) dan kemudian dengan lensa.

Cahaya acetelyn mempunyai tempat yang istimewa dalam

sejarah sarana bantu navigasi pelayaran terutama karena menjadi

alat pertama yang dapat diandalkan untuk mengotomatiskan

menara. Pelampung dan rambu suar dalam jangka waktu awal abad

20. Sistem pencahataan acetelyn yang paling terkenal menyandang

nama perusahaan AGA (Aba Gas Accumulator Company Swedia)

dan berasal dari penemuan Gostaf Daleh. Penemuan utama

termasuk:

1. Metode produksi untuk menghasilkan, memurnikan dan

mengeringkan acetelyn dalam jumlah banyak.

Page 11: SKRIPSI OPTIMALISASI OPERASIONAL SARANA BANTU NAVIGASI PELAYARAN (SBNP) SECARA UMUM DI WILAYAH PROVINSI SULAWESI BARAT

2. Rancangan sebuah cylinder yang dipindah-pindahkan untuk daya

untuk memperoleh jangkauan cahaya tertentu dari sebuah optik

yang ada.

Mengantisipasi terjadinya kepadatan lalu lintas yang ada di

wilayah perairan Indonesia pada umumnya, di wilayah perairan

Sulawesi Barat pada khususnya. Diperlukan penempatan petugas

Sarana Bantu Navigasi Pelayaran yang handal; guna memantau,

mengamati dan merawat peralatan yang ada di wilayah Sulawesi

Barat.

Agar semua pengguna jasa laut merasa aman melintasi

perairan Sulawesi telah difungsikan Sarana Bantu Navigasi

Pelayaran yang dapat menentukan arah dan pengambilan posisi

yang baik.

Pada zaman modern saat ini Sarana Bantu Navigasi

Pelayaran yang telah dan harus menggunakan peralatan dan

fasilitas yang menggunakan teknologi modern dengan tujuan

meminimalisasikan hambatan atau bahaya pelayaran yang terjadi di

perairan Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

Dari fenomena yang ditemukan pada uraian latar belakang,

maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

Page 12: SKRIPSI OPTIMALISASI OPERASIONAL SARANA BANTU NAVIGASI PELAYARAN (SBNP) SECARA UMUM DI WILAYAH PROVINSI SULAWESI BARAT

Bagaimana optimalisasi operasional Sarana Bantu Navigasi

Pelayaran dalam meningkatkan efektivitas dan efisiensi untuk

mendukung keselamatan pelayaran di perairan Sulawesi Barat.

1.3 Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka

tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

Untuk mengatahui upaya dan strategi dalam meningkatkan Sarana

Bantu Navigasi Pelayaran yang ada di Sulawesi Barat.

1.4 Kegunaan Penelitian

Meningkatkan pengetahuan dalam bidang kenavigasian

khususnya di bidang Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP)

disamping itu skripsi ini merupakan salah satu syarat bentuk

menyelesaikan strata satu (S.1).

Bagi petugas Sarana Bantu Navigasi Pelayaran dapat

memberikan masukan bilamana suatu ketika memerlukan bentuk

insentif yang baik dan mungkin dapat dilaksanakan.

Page 13: SKRIPSI OPTIMALISASI OPERASIONAL SARANA BANTU NAVIGASI PELAYARAN (SBNP) SECARA UMUM DI WILAYAH PROVINSI SULAWESI BARAT

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Optimaliasi

Optimalisasi adalah : pencarian nilai terbaik yang tersedia dari

beberapa fungsi.

Kelainan sarana bantu navigasi pelayaran adalah berkurangnya

optimalisasi fungsi sarana bantu navigasi pelayaran baik karena

gangguan alam, gangguan teknis dan kesalahan manusia.

Untuk terselenggaranya sarana bantu navigasi pelayaran

secara optimal, Direktur Jenderal menetapkan :

1. Perencanaan, pengadaan, Pembangunan, Pengawadan,

Pedoman dan Standar Pengoperasian dan Pemeliharaan Sarana

Bantu Navigasi Pelayaran serta Penerbitan dan Penghapusan No

Daftar Suar Indonesia (DSI) termasuk penyiarannya.

2. Kecukupan dan keandalan sarana bantu navigasi pelayaran

termasuk sumber daya manusia yang mengoperasikannya.

3. Penyelenggaraan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran dilakukan

oleh Direktur Jenderal Perhubungan Laut.

4. Penyelenggaraan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran meliputi

kegiatan pengadaan, pengoperasian dan pemeliharaan.

Dalam keadaan tertentu Direktur Jenderal Perhubungan Laut dapat

mengerahkan penyelenggaraan sarana bantu navigasi pelayaran

Page 14: SKRIPSI OPTIMALISASI OPERASIONAL SARANA BANTU NAVIGASI PELAYARAN (SBNP) SECARA UMUM DI WILAYAH PROVINSI SULAWESI BARAT

kepada pemerintah daerah atau badan hukum Indonesia setelah

mendapat persetujuan dari menteri.

2.2 Pengertian Operasional

Operasional adalah : kegiatan rutin yang dilaksanakan atas

dasar karakteristik yang dapat diobervasi dari apa yang sedang

didefenisikan.

Pengadaan sarana bantu navigasi pelayaran sebelum

dioperasikan dilakukan pemeriksaan fisik oleh petugas yang ditunjuk

Direktur Jenderal Perhubungan Laut.

Sarana bantu navigasi pelayaran akan dioperasikan diberikan nomor

tanda suar Indonesia oleh Direktur Jenderal Perhubungan Laut.

Pengoperasian dan pemeliharaan sarana bantu navigasi pelayaran

dilakukan oleh petugas pelayanan sarana bantu navigasi pelayaran

yang memenuhi persyaratan

1. Sehat jasmani dan rohani

2. Tidak buta warna

3. Tidak cacat penglihatan

4. Tidak takut ketinggian

5. Bebas narkotika dan obat terlarang

6. Mempunyai kemampuan teknis atau mempunyai pendidikan dan

pelatihan di bidang kenavigasian.

Page 15: SKRIPSI OPTIMALISASI OPERASIONAL SARANA BANTU NAVIGASI PELAYARAN (SBNP) SECARA UMUM DI WILAYAH PROVINSI SULAWESI BARAT

2.3 Rencana-Rencana Operasional Mencakup

1. Penerapan dari rencana strategis dan pernyataan issu kebijakan

saat ini seperti :

a. Pemeliharaan

b. Teknologi saat ini dan yang baru

c. Desain masa operasi infrastruktur baru

d. Pengawasan dan control jarak jauh

e. Keselamatan dan budaya lingkungan

f. Jasa kontrak

g. Jasa transport

h. Sumber-sumber pendapatan

i. Hubungan eksternal

j. Informasi, komunikasi dan manajemen konsultasi

2. Suatu daftar perubahan untuk sarana bantu navigasi pelayaran

termasuk berbagai fasilitas baru. Daftar ini akan

menggambarkan:

a. Keputusan-keputusan hasil dari konsultasi pemakai dan

pemangku kepentingan.

b. Termasuk orang-orang yang menggunakan

Analisa resiko, prosedur manajemen resiko

Tingkat proses jasa

Prosedur management kualitas dan otoritas

Kebijakan pemeliharaan dan teknis dan otoritas

Page 16: SKRIPSI OPTIMALISASI OPERASIONAL SARANA BANTU NAVIGASI PELAYARAN (SBNP) SECARA UMUM DI WILAYAH PROVINSI SULAWESI BARAT

3. Jadwal proyek yang mencerminkan prioritas yang dikenal seperti:

a. Kebijakan-kebijakan pemerintah

b. Persyaratan pemakai

c. Sumber daya yang tersedia

d. Batasan-batasan anggaran pendapatan

2.4 Pengukuran Kinerja

Pengukuran kinerja merupakan salah satu alat manajemen

yang dapat digunakan untuk mengukur, menganalisa dan memonitor

kinerja dari suatu jaringan kerja, sarana bantu navigasi atau sistem

dan peralatan tertentu.

Informasi yang didapatkan dapat digunakan untuk :

a. Memperlihatkan akuntabilitas untuk pemerintah dan pemangku

kepentingan.

b. Menunjukkan efisiensi dan efektivitas dari jasa yang disediakan.

c. Membandingkan kinerja dari

- Sistem atau peralatan yang sama dalam lokasi berbeda

- Kontrol dan jasa-jasa yang disediakan secara internal

d. Merubah :

- Desain sistem

- Keputusan-keputusan pengadaan

- Pilihan-piluhan peralatan

- Prosedur dan praktek pemeliharaan

Page 17: SKRIPSI OPTIMALISASI OPERASIONAL SARANA BANTU NAVIGASI PELAYARAN (SBNP) SECARA UMUM DI WILAYAH PROVINSI SULAWESI BARAT

- Meningkatkan atau mengurangi usaha pemeliharaan

- Memperluas interval pemeliharaan

2.2 Pengertian Sarana Bantu Navigasi Pelayaran

Sarana Bantu Navigasi Pelayaran adalah sarana yang dibangun atau

terbentuk secara alamai yang berada di luar kapal yang berfungsi

membantu navigator dalam menentukan posisi dan/atau haluan

kapal serta memberitahukan bahaya / atau rintangan pelayaran

untuk kepentingan keselamatan berlayar.

Bab ini menguraikan jenis-jenis utama sarana bantu navigasi

yang dipakai dewasa ini dan menjelaskan tentang penerapan dan

kinerja teknologinya. Sistem identifikasi otomatis Identification

Automatic System (IAS) dan jasa lalu lintas kapal Vessel Traffic

Service (VTS) dicakup dalam bab ini. IALA (International Association

of Lighthouse Authorities) mempertimbangkan jasa-jasa ini karena

memenuhi defisni sarana bantu navigasi.

Konsep e-navigation mendapatkan momentum, pada MSC 81

IMO diminta untuk mempertimbangkan pengembangan dari suatu

strategi e-navigation. IALA (International Association of Lighthouse

Authorities) telah mengenali e-navigation dalam perencanaan

strateginya, dan telah membentuk suatu komite e-navigation bagi

program pekerjaan 2006-2010. IALA (International Association of

Page 18: SKRIPSI OPTIMALISASI OPERASIONAL SARANA BANTU NAVIGASI PELAYARAN (SBNP) SECARA UMUM DI WILAYAH PROVINSI SULAWESI BARAT

Lighthouse Authorities) juga telah mengembangkan defines

pekerjaan bagi e-navigation.

e-navigation merupakan kumpulan, integrasi dan tampilan dari

infromasi maritime di atas kapal dan di darat dengan alat-alat

elektronik untuk meningkatkan navigasi tempat berlabuh ke tempat

berlabuh dan jasa-jasa terkait lainnya, keselamatan dan keamanan

di laut dan perlindungan dari lingkungan laut.

2.3 Sarana-Sarana Bantu Navigasi Visual

Tanda-tanda visual (visual mark) navigasi bisa benda alami

atau buatan manusia. Bangunan yang secara khusus dirancang

untuk membantu navigasi dan karakteristik daratan yang mudah

dilihat. Seperti, tanjung, puncak, gunung, batu karang, pohon-pohon,

menara gereja, menara, monument, cerobong asap, dan seterusnya.

Benda-benda visual dapat dilengkapi cahaya jika diperlukan

navigasi pada malam hari, atau biarkan tanpa cahaya jika navigasi di

siang hari.

Navigasi pada malam hari dimungkinkan sampai batas

tertentu, jika alat bantu tanpa cahaya dilengkapi dengan:

Suatu radar reflektor dan kapal itu memiliki suatu radar, atau;

Material pemantul balik, dan kapal itu memiliki cahaya cerlang.

Cara pendekatan ini umumnya hanya dapat diterima bagi kapal-

Page 19: SKRIPSI OPTIMALISASI OPERASIONAL SARANA BANTU NAVIGASI PELAYARAN (SBNP) SECARA UMUM DI WILAYAH PROVINSI SULAWESI BARAT

kapal kecil yang beroperasi pada perairan yang aman disertai

keunggulan tentang pengetahuan lokal.

2.4 Pengertian Navigasi

Navigasi adalah : proses membawa kapal dari satu titik ke titik

yang lain dengan lancar dan dapat menghindari bahaya dan / atau

rintangan pelayaran agar dapat menyelesaikan perjalanan dengan

selamat dan sesuai jadwal.

2.2.1 Gambaran

Sarana Bantu Navigasi Visual adalah fasilitas yang

dibangun untuk maksud tertentu yang mengkomunikasikan

informasi kepada seseorang pengamat terlatih di kapal untuk

membantu tugas navigasi. Proses komunikasi ini dikenal

sebagai isyarat pelayaran (marine signaling) contoh yang

umum tentang Sarana Bantu Navigasi Visual meliputi menara

suar, rambu, rambu garis tuntun, kapal suar, pelampung suar,

tanda siang serta isyarat lalu lintas.

Efektifitas sarana bantu navigasi visual ditentukan oleh

faktor-faktor seperti:

- Jenis dan karakteristik sarana bantu yang disediakan;

- Lokasi sarana bantu relative terhadap rute yang lazim

dilalui kapal;

- Jarak (jangkauan) antara sarana bantu dan pengamat;

Page 20: SKRIPSI OPTIMALISASI OPERASIONAL SARANA BANTU NAVIGASI PELAYARAN (SBNP) SECARA UMUM DI WILAYAH PROVINSI SULAWESI BARAT

- Kondisi atmosfir;

- Kontras relative terhadap keadaan latar ketersediaan

(availability) saranan bantu.

2.2.2 Karakteristik Yang Membedakan

Sarana Bantu Navigasi Visual dibedakan oleh:

Jenis:

Bangunan tetap;

Landasan terapung

Lokasi:

Mencakup sarana bantu pelengkap

Hubungan dengan sarana bantu navigasi lain

dengan karakteristik yang dapat diamati.

Karakteristik

Bentuk

Ukuran

Elevasi

Warna

Pencerlangan

Karakter

Sektor-sektor

Material konstruksi

Sifat-sifat pantul balik

Nama, huruf-huruf dan angka-angka.

Page 21: SKRIPSI OPTIMALISASI OPERASIONAL SARANA BANTU NAVIGASI PELAYARAN (SBNP) SECARA UMUM DI WILAYAH PROVINSI SULAWESI BARAT

Gambar: Jenis-Jenis SBNP

2.2.3 Warna Cahaya

IALA (International Association of Lighthouse

Authorities) telah membuat rekomendasi tentang warna untuk

sarana bantu navigasi suar dan warna permukaan untuk

pengenalan visual dari sarana bantu navigasi.

- Cahaya memakai system empat warna yang meliputi; putih,

merah, hijau, kuning yang sesuai dengan publikasi.

Warna cahaya sarana bantu navigasi menggunakan

system lima warna yang terdiri dari putih, merah, hijau, kuning,

Page 22: SKRIPSI OPTIMALISASI OPERASIONAL SARANA BANTU NAVIGASI PELAYARAN (SBNP) SECARA UMUM DI WILAYAH PROVINSI SULAWESI BARAT

dan biru. Sebagaimana yang akan ditetapkan dalam

rekomendasi E-XXX dari IALA (International Association of

Lighthouse Authorities) “Bagian 1 diterbitkan dalam kerangka

waktu 2006 – 2010. Meskipun wilayah-wilayah warna

ditetapkan dalam rekomendasi IALA (International Association

of Lighthouse Authorities) ini setuju dengan yang diberikan

dalam Komisi Internasional mengenai standar penerangan

(CIE) S 004/E 2001. Warna-warna cahaya, batas-batas dari

masing-masing wilayah warna berbeda dalam beberapa

kasus. Disamping itu, dalam standar mereka, CIE

merekomendasikan tanda visual yang secara normal tidak lagi

terdiri dari empat warna.

2.2.4 Pengeliatan Suatu Benda

Pengeliatan (jelas tidaknya terlihat) dipengaruhi oleh

satu atau lebih faktor-faktor berikut :

1. Jarak pengamatan (jangkauan)

2. Lengkungan bumi

3. Refraksi atmosfir

4. Transmissitas atmosfir (kejelasan meteorologis)

5. Ketinggian sarana bantu di atas permukaan laut

6. Persepsi visual pengamat

7. Tinggi mata pengamat

8. Kondisi pengamatan (siang atau malam)

Page 23: SKRIPSI OPTIMALISASI OPERASIONAL SARANA BANTU NAVIGASI PELAYARAN (SBNP) SECARA UMUM DI WILAYAH PROVINSI SULAWESI BARAT

9. Kejelasan tampilan tanda (bentuk, ukuran, warna, sifat

memantulkan cahaya termasuk sifat bahan pantul baik)

10.Kontras (pencahayaan latar belakang)

11.Suar atau tanpa suar

12. Intensitas dan sifat cerlang.

2.2.5 Penglihatan Meteorologi

Penglihatan meteorology (V) didefenisikan sebagai

jarak dimana suatu benda hitam berukuran wajar dapat dilihat

dan dikenali disiang hari pada latar belakang langit cakrawala

atau dalam hal pengamatan. Di malam hari, bisa dilihat

seandainya penyiaran umum ditingkatkan ke tingkat normal

siang hari, pengliatan biasanya dinyatakan dalam satuan

kilometer atau mil laut.

2.2.6 Jangkauan Suatu Tanda Visual

Jangkauan suatu sarana bantu navigasi dapat secara

luas dirumuskan sebagai jarak dimana receiver pengamat

dapat mendeteksi dan menentukan isyaratnya. Dalam hal

tanda-tanda visual receiver pengamat adalah pada sejumlah

defenisi yang lebih spesifik.

2.2.7 Jangkauan Jarak Geografis

Ini merupakan jarak terbesar dimana suatu objek atau

suatu sumber cahaya dapat dilihat di bawah kondisi-kondisi

dari penglihatan sempurna, sebagaimana dibatasi hanya oleh

Page 24: SKRIPSI OPTIMALISASI OPERASIONAL SARANA BANTU NAVIGASI PELAYARAN (SBNP) SECARA UMUM DI WILAYAH PROVINSI SULAWESI BARAT

lekukan bumi. Dengan refraksi dari atmosfir, dan dengan

elevasi pengamat dan objek atau cahaya. (kamus

internasional IALA mengenai sarana bantu navigasi laut).

2.2.8 Jangkauan Jarak Visual

Ini merupakan jarak mekasimum dimana kontras dari

objek terhadap latarnya dikurangi oleh atmosfir untuk ambang

kontras dari pengamat. Jangkauan visual dapat ditingkatkan

jika pengamat menggunakan binocular, meskipun

efektivitasnya tergantung pada stabilitas dari platform

pengamat. Jangkauan visual dapat diterjemahkan sebagai

jarak tempat cahaya tertentu dilihat oleh seorang pengamat.

2.2.9 Jangkauan Cahaya

Ini merupakan jarak maksimum dimana isyarat cahaya

tertentu dapat dilihat oleh mata pengamat pada waktu

tertentu. Sebagaimana ditentukan oleh penglihatan

meteorology yang umum. Pada waktu itu, hal ini

mempertimbangkan :

1. Tinggi Cahaya

2. Tinggi Mata Pengamat

3. Lekukan Bumi

2.3.1 Jangkauan Normal

Jangkauan Nominal adalah jangkauan cahaya ketika

ketika penglihatan meteorologi adalah 10 mil laut, yang untuk

Page 25: SKRIPSI OPTIMALISASI OPERASIONAL SARANA BANTU NAVIGASI PELAYARAN (SBNP) SECARA UMUM DI WILAYAH PROVINSI SULAWESI BARAT

suatu faktur transmisi T = 0,74. Jangkauan nominal umumnya

adalah angka yang digunakan adalam dokumentasi resmi

seperti peta laut, daftar cahaya, dst.

2.3.2 Lampu-Lampu sarana bantu Navigasi

Sejarah Singkat

Sampai aplikasi pertama dari listrik bagi lampu-lampu

pada akhir abad kesembilan belas. Semua cahaya buatan

dihasilkan oleh api. Sumber cahaya meningkat dari tumpukan

kayu bakar (digunakan sampai tahun 1800 – an). Untuk

cahaya sumbu minyak, pembakar minyak uap dan gas,

kemudian cahaya filmen tungsten dan arc. Alat-alat optik

menyesuaikan perkembangan ini, pertama kali dengan sistem

reflector dan kemudian dengan lensa.

Adalah menarik utuk dicatat bahwa usaha-usaha untuk

memahami persepsi manusia mengenai cahaya. Untuk

memperbaiki efesiensi dan efektivitas dari sumber cahaya.

Sarana bantu navigasi dan peralatan optik berada pada posisi

depan dengan usaha ilmiah selama bertahun-tahun.

Desain lensa kaca dipelopori oleh frensel sekitar 1820

tetap merupakan elemen utama dari cahaya sarana bantu

navigasi modern meskipun saat ini lensa siang sering dibuat

dari plastic dibandingkan kaca.

Page 26: SKRIPSI OPTIMALISASI OPERASIONAL SARANA BANTU NAVIGASI PELAYARAN (SBNP) SECARA UMUM DI WILAYAH PROVINSI SULAWESI BARAT

Beberapa negara masih memiliki lampu-lampu gas

yang menggunakan asetiline atau propane. Bagaimanapun,

mayoritas lampu-lampu sarana bantu navigasi menggunakan

lampu-lampu listrik dari berbagai jenis pada akhirnya lebih

banyak, lampu-lampu ini menarik tenaganya dari sumber

energi yang dapat diperbaharui seperti surya, angin atau

kekuatan gelombang.

Lampu-lampu listrik khususnya telah dirancang bagi

aplikasi sarana Navigasi. Bagaimanapun, lampu-lampu dipilih

dari jangkauan besar dari hasil-hasil komersial juga telah

digunakan atau diadaptasi bagian sarana bantu Navigasi.

Teknologi cahaya memancarkan diode (LED) telah

muncul sebagai suatu alternatif untuk lampu-lampu fibament.

2.3.3 Lampu-Lampu Gas

2.3.4 Asetiline

Cahaya asetiline memiliki tempat khusu dalam sejarah

sarana bantu navigasi. Terutama sekali bagi alat layak

pertama dari menara suar otomatis, pelampung suar dan

rambu-rambu selama bagian awal dari abad ke 20. Sistem

pencahayaan asetiline berasal dari penemuan Gustaf Dalen

dan dibuat oleh sejumlah supplier. Gas asetilne memiliki

property pembakaran yang tidak lazim dengan nyala api putih

ketika dicampur dengan benar dengan udara. Hal ini

Page 27: SKRIPSI OPTIMALISASI OPERASIONAL SARANA BANTU NAVIGASI PELAYARAN (SBNP) SECARA UMUM DI WILAYAH PROVINSI SULAWESI BARAT

memungkinkan pengembangan lentera api terbuka yang

sangat layak.

Teknologi pencahayaan asetiline selanjutnya

ditingkatkan oleh pengembangan “mixer” Dalen yang

mengijinkan gas dan udara ditarik ke dalam suatu ruangan

dan kemudian dikonsumsi dalam mantel pijar untuk

menghasilkan sumber cahaya yang lebih terang dibandingkan

jenis nyala terbuka. Mantel pijar dapat dijalankan dengan

suatu sumber nyala sebentar-sebentar di dalam suatu lensa

tetap atau sebagai sumber terus-menerus dalam lensa

berputar. Pengembangan terkait memasukkan suatu

mekanisme yang dioperasikan gas bagi pemutar suatu lensa

dan peralatan perubahan mantel otomatis yang ditagani

mesin jam.

Sesuai Publikasi IALA

Catatan praktisi bagi penanganan gas yang aman,

oktober 1993

2.3.5 Propane dan Butane

Gas Propane dan Butane telah digunakan sebagai

bahan bakar bagi sistem pencahayaan gas, peralatan harus

menggunakan pembakar mantel pijar sebagai gas membakar

dengan nyala api kuning/orange. Ketika suatu pembakar nyala

api terbuka digunakan instalasi pencahayaan gas terus

Page 28: SKRIPSI OPTIMALISASI OPERASIONAL SARANA BANTU NAVIGASI PELAYARAN (SBNP) SECARA UMUM DI WILAYAH PROVINSI SULAWESI BARAT

digunakan dalam beberapa Negara. Dimana mereka dipilih

bagi kekuatan dan kesederhanaan operasinya. Mereka telah

digantikan oleh instalasi surya/listrik dalam banyak negara

yang umumnya mengakibatkan penghematan signifikan dalam

biaya operasi.

2.3.6 Lampu-Lampu Listrik

Gambar Operasi

1. Dapat dijalankan secara langsung dari supplay listrik yang

tepat.

2. Voltase nominal 6 b sampai 240 Volt, kedua AC dan DC.

3. Sumber cahaya ini telah digunakan disebagian negara

dari paling tidak awal 1900-an. Banyak desain cahaya

khusus telah digunakan selama bertahun-tahun. Sebagai

ukuran, bentuk, dan lokasi filment harus sesuai dengan

sistem lensanya.

Penggunaan Umum :

Semua jenis suar cahaya (cahaya utama, cahaya sector, cahaya

3600, lentera pada pelampung suar cahaya.).

Beberapa negara dan pembuatan telah mengadopsi desain standar,

sesuai dengan code, bagi lampu-lampu yang dirancang khusu bagi

aplikasi menara suar. Desain ini umumnya termasuk dukungan

filament untuk memelihara bentuk filament dan meyakinkan suatu

output yang rata pada 3600 asimut.

Page 29: SKRIPSI OPTIMALISASI OPERASIONAL SARANA BANTU NAVIGASI PELAYARAN (SBNP) SECARA UMUM DI WILAYAH PROVINSI SULAWESI BARAT

2.4 Data dan Permasalahan

A. Data-Data

Untuk kelancaran transportasi dialur pelayaran wilayah

Indonesia banyak kita temui sarana bantu navigasi pelayaran

yang mendukung kelancaran keamanan, serta kenyamanan.

Maka sangat diperlukan yang memudahkan bagi navigator untuk

mencapai tujuan.

Adapun sarana bantu navigasi pelayaran yang dimaksud:

1. Menara Suar

2. Rambu Suar

3. Pelampung Suar

4. Tanda Siang

Untuk memahami keempat jenis sarana bantu navigasi

pelayaran di atas, kami sampaikan definisi satu-persatu:

1. Menara Suar

Adapun sarana bantu navigasi tetap yang bersuar dan

mempunyai jarak tampak sama atau lebih dari 20 mil laut

yang membantu navigator dalam menentukan posisi dan

haluan kapal serta menunjukkan arah daratan dan adanya

pelabuhan serta dapat juga dipergunakan sebagai batas

wilayah negara. Di sarana bantu navigasi pelayaran jenis

menara suar terdapat beberapa sarana prasarana pendukung

Page 30: SKRIPSI OPTIMALISASI OPERASIONAL SARANA BANTU NAVIGASI PELAYARAN (SBNP) SECARA UMUM DI WILAYAH PROVINSI SULAWESI BARAT

yang dapat mengoptimalkan fungsi menara suar adalah

sebagai berikut:

a. Sumber tenaga

b. Alat komunikasi

c. Tenaga operasional

2. Rambu Suar

Adalah sarana bantu navigasi yang bersuar dan

mempunyai jarak tampak sama atau lebih dari 10 mil laut

yang dapat membantu navigator tentang adanya rintangan

atau bahaya navigasi antara lain, karang, air dangkal,

gosong, dan bahaya nterpencil serta menentukan posisi dan

atau haluan kapal. Sumber tenaga yang dipergunakan pada

rambu suar adalah solar sel yang dilengkapi dengan batere

yang tentunya memerlukan perawatan serta pengawasan dan

pemeliharaan untuk mempertahankan kehandalan dari rambi

suar tersebut.

3. Pelampung Suar

Adalah sarana bantu navigasi apung yang mempunyai

jarak tampak lebih kurang 6 mil laut yang dapat membantu

menunjukkan kepada para navigator adanya rintangan atau

bahaya navigasi antara lain; karang, air dangkal, gosong,

kerangka kapal, dan untuk menunjukkan perairan aman serta

pemisah alur. Yang menjadi sumber tenaga adalah solar sel

Page 31: SKRIPSI OPTIMALISASI OPERASIONAL SARANA BANTU NAVIGASI PELAYARAN (SBNP) SECARA UMUM DI WILAYAH PROVINSI SULAWESI BARAT

yang dilengkapi batere serta diatur sesuai dengan dimana

pelampung suar tersebut ditempatkan.

4. Tanda Siang

Semua sarana bantu navigasi berupa anak pelampung

atau rambu siang untuk menunjukkan kepada navigator

adanya bahaya atau rintangan navigasi antara lain karang, air

dangkal, gosong, kerangka kapal dan menunjukkan perairan

yang aman serta pemisah alur yang hanya dapat

dipergunakan pada siang hari.

Semua yang kami sampaikan di atas adalah

merupakan sarana bantu navigasi pelayaran visual.

B. Permasalahan

Dengan pentingnya sarana bantu navigasi pelayaran yang

diuraikan di atas dipandang perlu diadakan pengawasan atau

pemantauan terhadap sarana bantu navigasi yang telah

terpasang dari kemungkinan-kemungkinan yang terjadi, seperti

misalnya:

1. Batere pada rambu suar dan pelampung suar sering hilang;

2. Rusaknya sarana bantu navigasi pelayaran disebabkan

kurangnya perawatan secara periodic;

3. Kurangnya sarana dan prasarana perbaikan.

Page 32: SKRIPSI OPTIMALISASI OPERASIONAL SARANA BANTU NAVIGASI PELAYARAN (SBNP) SECARA UMUM DI WILAYAH PROVINSI SULAWESI BARAT

Ketiga hal tersebut di atas merupakan kendala atau

hambatan yang mempengaruhi optimalisasi sarana bantu

navigasi pelayaran. Untuk itu diperlukan sumber daya manusia,

sarana dan prasarana serta teknologi yang tepat guna yang

dapat mendukung terwujudnya pengoperasian sarana bantu

navigasi pelayaran yang optimal.

Penelitian tingkat keselamatan, akurasi data perairan

penempatan SBNP yang tepat dan akurat sangat diperlukan

untuk keselamatan berlayar.

Dengan maksud meningkatkan keamanan dan

keselamatan serta efisiensi pengaruh lalu lintas laut terhadap

lingkungan dan merencanakan tingkat keamanan di seluruh area

perairan perlu ditetapkan pusat pelayanan informasi lalu lintas

laut guna membantu perlindungan keselamatan pelayaran.

Keselamatan di wilayah peraiaran mencakup:

1. Keselamatan di wilayah pantai;

2. Keselamatan di wilayah alur pelayaran;

3. Keselamatan di wilayah pelabuhan system sarana bantu

navigasi pelayaran;

4. Penyelenggaraan SBNP;

5. Penggunaan peralatan modern dan hemat energi;

6. Survey kelautan dan penyediaan data kelautan;

7. Pelaksanaan hydrografi guna menjamin keselamatan berlayar;

Page 33: SKRIPSI OPTIMALISASI OPERASIONAL SARANA BANTU NAVIGASI PELAYARAN (SBNP) SECARA UMUM DI WILAYAH PROVINSI SULAWESI BARAT

8. Inventarisasi manajemen dan penyedia data hydrografi dan

informasi.

Perlindungan lingkungan laut dan pencegahan bencanan

kelautan, pemerintah segera mengantisipasi terhadap bencana

yang terjadi di pelaksanaan kegiatan untuk melindungi

lingkungan hidup kelautan.

Pemerintah juga berupaya melindungi lingkungan laut

dengan melaksanakan survey dan penelitian pencemaran laut.

Serta meningkatkan kesadaran dalam memelihara lingkungan

laut. Disamping itu untuk meningkatkan keamanan dan

keselamatan pelayaran perlu dilakukan pengaturan terhadap:

1. Adanya peningkatan volume lalu lintas dan syarat kapal

melalui penetapan STS guna menghindari kecelakaan kapal.

2. Pemanfaatan ruang bawah air agar dapat digunakan kegiatan

lainnya melalui penataan kegiatan bawah air guna

pengamanan fasilitas dari kerusakan maupun bencana serta

efisiensi.

3. Perairan ataupun alur pelayaran melalui penjagaan dan

pemeliharaan alur agar tetap lancar dan aman bagi kapal

berlayar serta terhidar dari adanya pendirian bangunan

ataupun instalasi baik diperairan maupun di atasnya.

4. Kegiatan ship to ship (STS) guna pengamanan area dan

menjaga keselamatan kapal berlayar di sekitar area tersebut.

Page 34: SKRIPSI OPTIMALISASI OPERASIONAL SARANA BANTU NAVIGASI PELAYARAN (SBNP) SECARA UMUM DI WILAYAH PROVINSI SULAWESI BARAT

2.5 Pemecahan Masalah

Hal-hal yang perlu diperhatikan karena adanya kegiatan di perairan:

1. Alur pelayaran merupakan bagian dari perairan yang alami

maupun buatan yang dari segi kedalaman, lebar dan hambatan

pelayaran lainnya dianggap aman untuk dilayari. Gunan

keselamatan dan keamanan, maka kondisi alur pelayaran harus

dipelihara dan dilengkapi dengan fasilitas sarana bantu navigasi

pelayaran. Adanya berbagai aktifitas di alur pelayaran perlu

diinformasikan kepada masyarakat agar berhati-hati melintasi alur

tersebut.

2. Untuk keselamatan bernavigasi selama masih berlangsungnya

kegiatan, maka pemerintah menghimbau kerjasamanya semua

kapal-kapal untuk mengamati dan mentaati peraturan

keselamatan lalulintas laut (maritime traffic safety laws). Dan

peraturan lokal serta rekomendasi yang diperuntukkan pada area

tersebut antara lain:

1) Masalah-masalah umum yang membutuhkan perhatian:

a. Pusatkan perhatian kepada area kegiatan dan waktu

kerja kegiatan dan posisi sarana bantu navigasi

pelayaran sebagai indicator area kegiatan.

b. Berikan perhatian ekstra hati-hati dalam maneuver

kapal di wilayah perairan di sekitar area. Bagi kapal-

Page 35: SKRIPSI OPTIMALISASI OPERASIONAL SARANA BANTU NAVIGASI PELAYARAN (SBNP) SECARA UMUM DI WILAYAH PROVINSI SULAWESI BARAT

kapal yang membutuhkan boat sebagai pemandu

diminta untuk mengajukan permohonan terlebih

dahulu.

2) Masalah-masalah yang membutuhkan perhatian oleh

kapal ketika akan melintasi area kegiatan untuk:

a. Memberikan peringatan / hati-hati yang lengkap

tentang cuaca, hydrografi dan kemampuan maneuver

bagi kapal-kapal serta penyimpangan kapal-kapal di

area kegiatan yang diakibatkan oleh angin maupun

arus.

b. Menjauhkan / menghindari area tersebut dengan

posisi sejajar sarana bantu navigasi pelayaran dekat

area kegiatan disebabkan lebar alur yang sempit di

perairan sekitar kegiatan.

c. Kapal-kapal yang tidak terpaksa berlayar di seluruh

area tersebut harus segera keluar dari alur tersebut

kecuali bahwa kedalaman perairan aman bagi kapal-

kapal yang melalui area tersebut.

Page 36: SKRIPSI OPTIMALISASI OPERASIONAL SARANA BANTU NAVIGASI PELAYARAN (SBNP) SECARA UMUM DI WILAYAH PROVINSI SULAWESI BARAT

2.6 Dasar Penyelenggaraan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran

1. UU No. 17 Tahun 1985 tentang Pengesahan United National

Convention on The Law of The Sea (UNCLOS) 1982 (HUKUM

LAUT) Lembaran Negara RI No. 76 Tahun 1985

2. UU No. 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1992 No. 98)

3. Peraturan Pemerintah No. 81 Tahun 2000 tentang Kenavigasian

4. Peraturan Menteri Perhubungan No. KM 7 Tahun 2009 tentang

Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP)

2.7 Fungsi Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP)

1. Menentukan posisi dan haluan kapal

2. Memberitahukan adanya bahaya dan rintangan pelayaran

3. Menunjuk batas-batas alur pelayaran yang aman

4. Menandai garis-garis pemisah lalu lintas kapal

5. Menunjukkan kawasan dan kegiatan khusus di perairan

6. Penunjuk batas negara

2.8 Kewenangan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP)

1. Petugas SBNP secepatnya memberikan teguran kepada kapal-

kapal yang berlayar di wilayah kerjanya, apabila mengetahui

kapal melakukan pelanggaran SBNP di perairan.

Page 37: SKRIPSI OPTIMALISASI OPERASIONAL SARANA BANTU NAVIGASI PELAYARAN (SBNP) SECARA UMUM DI WILAYAH PROVINSI SULAWESI BARAT

2. Petugas SBNP secepatnya memberikan informasi kepada Badan

SAR, apabila mengetahui terjadinya kecelakaan kapal dan

mengambil tindakan penyelamatan sebelum Tim SAR tiba di

lokasi kecelakaan.

3. Memantau dan mengamati setiap pergerakan kapal-kapal yang

melintas di wilayah kerjanya.

4. Memperlihatkan zona keamanan dan keselamatan di sekitar

instalasi dan Bangunan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran

(SBNP)

Page 38: SKRIPSI OPTIMALISASI OPERASIONAL SARANA BANTU NAVIGASI PELAYARAN (SBNP) SECARA UMUM DI WILAYAH PROVINSI SULAWESI BARAT

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Tipe penelitian adalah deskriptif yang akan menggambarkan

bagaimana pemberian pelayanan terhadap pengguna jasa laut yang

ada di wilayah perairan Sulawesi Barat. Dan bagaimana respon

terhadap pelayanan yang diberikan oelh petugas sarana bantu

navigasi pelayanan yang bertugas di Sulawesi Barat.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di mercusuar yang ada di

Sulawesi Barat, tepatnya di Kabupaten Mamuju. Pada lokasi ini

mempunyai hubungan langsung dengan masyarakat pengguna jasa

laut. Sedangkan waktu penelitian ini direncanakan bulan Maret s/d

Mei 2011.

3.3 Populasi Sampel

3.3.1 Populasi

Dalam penelitian ini yang dijadikan populasi adalah seluruh

petugas Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP) yang berjumlah

25 orang yang ada di wilayah Kabupaten Mamuju yang merupakan

obyek pelayanan kepada masyarakat pengguna jasa laut ini sendiri.

Page 39: SKRIPSI OPTIMALISASI OPERASIONAL SARANA BANTU NAVIGASI PELAYARAN (SBNP) SECARA UMUM DI WILAYAH PROVINSI SULAWESI BARAT

3.3.2 Sampel

Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan

cara purposive (sengaja) dengan menggunakan snowball sampling.

Hal ini dimaksudkan agar dapat memperoleh sampel informan

berikutnya dengan informasi dan informan sebelumnya. Karena

diharapkan informan yang terpilih betul-betul dapat mengetahui

informasi yang akan digali dalam menjawab masalah penelitian ini.

3.4 Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data dalam penelitian adalah:

1. Data primer, yaitu data yang langsung diperoleh di lapangan

melalui wawancara mendalam dengan sejumlah tenaga petugas

sarana bantu navigasi pelayaran yang ada di Kabupaten Mamuju.

2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari dokumen-

dokumen, brosur, buku, laporan-laporan penelitian yang erat

hubungannya dengan penelitian ini.

3.5 Sumber Informasi

Sumber informasi meliputi komponen unsur masyarakat

pengguna jasa laut yang memanfaatkan jasa sarana bantu navigasi

pelayaran.

Page 40: SKRIPSI OPTIMALISASI OPERASIONAL SARANA BANTU NAVIGASI PELAYARAN (SBNP) SECARA UMUM DI WILAYAH PROVINSI SULAWESI BARAT

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Wawancara, yaitu mengumpulkan data yang dilakukan secara

langsung melalui tanya jawab atau percakapan dengan informan

yang terkait dengan pemberian pelayanan;

2. Observasi, yaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh

berdasarkan hasil pengamatan yang berkaitan dengan aktifitas

pemberian layanan kepada petugas sarana bantu navigasi

pelayaran.

3. Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh

melalui beberapa buku yang berkaitan dengan masalah yang

diteliti, meliputi: peraturan pemerintah, dan peraturan menteri

serta dokumen lainnya yang terkait dengan obyek penelitian.

3.7 Definisi Operasional Konsep

1. Desentralisasi adalah kewenangan pemerintah pusat dalam

pembuatan kebijakan. Indikator adalah keterlibatan aparat dan

masyarakat dalam pembuatan kebijakan.

2. Fasilitas layanan adalah kelengkapan sarana dan prasarana

kantor yang dimiliki oleh pemerintah pusat dalam melaksanakan

tugas-tugas yang berkaitan dengan pelayaran.

Page 41: SKRIPSI OPTIMALISASI OPERASIONAL SARANA BANTU NAVIGASI PELAYARAN (SBNP) SECARA UMUM DI WILAYAH PROVINSI SULAWESI BARAT

3. Sumber daya manusia adalah kemampuan petugas yang

membidangi Sarana Bantu Navigasi Pelayaran.

3.8 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik

analisis data deskriptif kualitatif yaitu melukiskan secara sistematis,

factual dan akurat mengenai fakta-fakta yang diperoleh. Proses

analisis dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari

berbagai sumber. Atas yang diperoleh dari wawancara digunakan

untuk menguraikan secara negatif temuan penelitian. Secara teknik

aplikasi, penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan kinerja

petugas menara suar yang ada di Sulawesi Barat.

Page 42: SKRIPSI OPTIMALISASI OPERASIONAL SARANA BANTU NAVIGASI PELAYARAN (SBNP) SECARA UMUM DI WILAYAH PROVINSI SULAWESI BARAT

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Geografi

Untuk memberikan gambaran tentang potensi dari Sulawesi

Barat, maka ini dapat kita lihat pada peta Propinsi Sulawesi Barat,

Nampak jelas bahwa Propinsi Sulawesi Barat berada di tengah-

tengah dengan luas wilayah 38.140 km2 posisi 4°. 6° LS dan 119°.

121° BT dengan batas wilayah :

Sebelah Utara Propinsi Sulawesi Tengah

Sebelah Timur Propinsi Sulawesi Tenggara

Sebelah Selatan Propinsi Sulawesi Selatan

Sebelah Barat Selat Makassar

Pada bulan-bulan tertentu yakni bulan 12 sampai pertengahan bulan

3 masih terjadi angin kencang dan tinggi gelombang, kecepatan

angin mencapai 17 - 21 mil/jam dan gelombang naik 1 sampai 3

meter.

Untuk menunjang lancarnya lalu lintas di alur pelayaran baik

itu kapal yang lewat di wilayah perairan Sulawesi Barat maupun yang

keluar masuk pelabuhan yang dimiliki Propinsi Sulawesi Barat.

Maka sangat penting pemasangan rambu-rambu laut, guna

memperlancar kapal-kapal menentukan posisi sehingga mencegah

Page 43: SKRIPSI OPTIMALISASI OPERASIONAL SARANA BANTU NAVIGASI PELAYARAN (SBNP) SECARA UMUM DI WILAYAH PROVINSI SULAWESI BARAT

terjadinya kecelakaan kapal, baik itu tabrakan atau kandas, maka

dari itu sangat penting adanya kelengkapan Sarana Bantu Navigasi

Pelayaran (SBNP).

Karena pentingnya peranan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran

(SBNP) dalam suatu wilayah yang mempunyai alur kapal yang

padat, dalam bagian ini perlu dikemukakan data-data Sarana Bantu

Navigasi yang ada di Propinsi Sulawesi Barat berikut ini :

4.2.1 Data-Data Sarana Bantu Navigasi Pelayaran yang mempunyai

petugas.

1. Menara Suar Pulau Ambo

Daftar suar Indonesia 4660, jarak tampak 17 mil

Posisi 02° 32 °30,0 ° S117°56 ° 50,0 ° E

2. Menara Suar Tg. Rangas Mamuju

Daftar suar Indonesia 5090, jarak tampak 23 mil

Posisi 02° 37 °30,0 ° S118° 49 °00,0 ° E

3. Menara Suar Tg. Lallereh

Daftar suar Indonesia 5100, jarak tampak 18 mil

Posisi 01 °59 ° 40,0 ° S119°12 °30,0 ° E

4. Menara Suar Cape Mandar

Daftar suar Indonesia 5080, jarak tampak 21 mil

Page 44: SKRIPSI OPTIMALISASI OPERASIONAL SARANA BANTU NAVIGASI PELAYARAN (SBNP) SECARA UMUM DI WILAYAH PROVINSI SULAWESI BARAT

Posisi 03 ° 34 ° 00,0° S118°56 ° 00,0 ° E

5. Menara Suar Pasangkayu

Daftar suar Indonesia 5105, jarak tampak 21 mil

Posisi 01° 10 °15,0 ° S119°20 ° 20,0 ° E

4.1.3 Data-Data Sarana Bantu Navigasi Pelayaran yang tidak

mempunyai petugas.

1. Rambu Suar Polewali

Daftar suar Indonesia 5050, jarak tampak 4 mil

Posisi 03 ° 26 °22,0 ° S119°20 ° 25,0 ° E

2. Rambu Suar Pelabuhan Majene

Daftar suar Indonesia 5050, jarak tampak 4 mil

Posisi 03 ° 33 °00,0 ° S118°58 ° 00,0 ° E

3. Rambu Suar Majene

Daftar suar Indonesia 5071, jarak tampak 11 mil

Posisi 03 ° 33° 42,0 ° S118°57 ° 36,0 ° E

4. Rambu Suar Tg. Binanga

Daftar suar Indonesia 5082, jarak tampak 18 mil

Posisi 03° 20 °17,8 ° S118°50 ° 41,3 ° E

5. Rambu Suar Tg. Ongkona

Page 45: SKRIPSI OPTIMALISASI OPERASIONAL SARANA BANTU NAVIGASI PELAYARAN (SBNP) SECARA UMUM DI WILAYAH PROVINSI SULAWESI BARAT

Daftar suar Indonesia 5084, jarak tampak 12 mil

Posisi 03 °05 ° 34,1° S118° 46 °34,06 ° E

6. Rambu Suar Tg. Kai

Daftar suar Indonesia 5087, jarak tampak 15,5 mil

Posisi 03 °51 ° 46,0 ° S118° 46 ° 06,0° E

7. Rambu Suar Pelabuhan Simboro Barat

Daftar suar Indonesia 5091, jarak tampak 12 mil

Posisi 02° 40 ° 31,0 ° S118° 46 ° 06,0° E

8. Rambu Suar Simboro Mamuju

Daftar suar Indonesia 5091,1 jarak tampak 12 mil

Posisi 02 ° 40 °21,0 ° S118°51 °51,05 ° E

9. Rambu Suar Alur Pelabuhan Belang-Belang

Daftar suar Indonesia 5095, jarak tampak 10 mil

Posisi 02° 28 °33,0 ° S119°06 ° 26,8 ° E

10.Rambu Suar Alur Pelabuhan Belang-Belang

Daftar suar Indonesia 5097, jarak tampak 10 mil

Posisi 02° 28 °24,0 ° S119°06 ° 40,0 ° E

11.Rambu Suar Alur Pelabuhan Belang-Belang

Daftar suar Indonesia 5098, jarak tampak 23 mil

Page 46: SKRIPSI OPTIMALISASI OPERASIONAL SARANA BANTU NAVIGASI PELAYARAN (SBNP) SECARA UMUM DI WILAYAH PROVINSI SULAWESI BARAT

Posisi 02° 28 °27,0 ° S119°06 ° 55,0 ° E

12.Rambu Suar Pulau Liutang

Daftar suar Indonesia 5098, jarak tampak 23 mil

Posisi 02° 28 °07,0 ° S119°07 ° 02,0 ° E

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan seperti yang

telah dikemukakan pada bagian terdahulu, maka terdapat beberapa

kesimpulan yang bias diambil, sebagai berikut :

1. Sarana Bantu Navigasi Pelayaran sangat penting fungsi dan

keberadaannya di wilayah alur pelayaran di Indonesia khususnya

yang ada di Sulawesi Barat, maka fungsi operasionalnya harus

optimal. Untuk mencapai fungsi di atas tentunya harus

memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

Menjaga keamanan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran

Menjaga fungsi dan keandalan Sarana Bantu Navigasi

Pelayaran

Melaksanakan peraturan perundang-undangan yang

berlaku agar tercapainya tujuan yang utama yaitu

Page 47: SKRIPSI OPTIMALISASI OPERASIONAL SARANA BANTU NAVIGASI PELAYARAN (SBNP) SECARA UMUM DI WILAYAH PROVINSI SULAWESI BARAT

optimalisasi operasional Sarana Bantu Navigasi pelayaran

di seluruh wilayah Indonesia.

2. Semua kegiatan yang berkaitan dengan masalah Sarana Bantu

Navigasi Pelayaran maka fungsi peraturan pemerintah No. 21

Tahun 2000 tentang Kenavigasian berperan sangat penting.

3. Peningkatan kualitas dalam pelaksanaan tugas sangat diperlukan

sumber daya manusia yang handal melalui pendidikan dan

pelatihan untuk menambah kemampuan dan profesionalisme

dalam melaksanakan tugas.

5.2 Saran-Saran

Setelah membaca, mendengar, melihat dan mengetahui

sendiri baik dalam proses belajar maupun praktek kerja lapangan

maka dapat disarankan :

1. Sebelum melaksanakan tugas di lapangan sebaiknya diadakan

pelatihan-pelatihan dan praktek kerja lapangan secara optimal.

2. Pendidikan dan pelatihan sangat mendukung kualitas hasil kerja

bagi para personil secara optimal.

3. Mohon pada masa yang akan datang pendidikan dan pelatihan

Sarana Bantu Navigasi Pelayaran, Praktek Kerja Lapangan

minimal bisa mencapai 50 persen.

Page 48: SKRIPSI OPTIMALISASI OPERASIONAL SARANA BANTU NAVIGASI PELAYARAN (SBNP) SECARA UMUM DI WILAYAH PROVINSI SULAWESI BARAT

4. Setiap ada peralatan dan teknologi baru untuk operasional.

Sarana Bantu Navigasi Pelayaran, agar dapat berfungsi optimal

mohon diadakan job training atau kursus kilat.

Page 49: SKRIPSI OPTIMALISASI OPERASIONAL SARANA BANTU NAVIGASI PELAYARAN (SBNP) SECARA UMUM DI WILAYAH PROVINSI SULAWESI BARAT

DAFTAR PUSTAKA

UU No. 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1992 No. 98).

UU No. 17 Tahun 1985 tentang Pengesahan United Nastional

Convention on The Law of The Sea (UNCLOS) 1982

(HUKUM LAUT) Lembaran Negara RI No. 76 Tahun 1985.

Peraturan Pemerintah No. 81 Tahun 2000 tentang Kenavigasian

Peraturan Menteri Perhubungan No. KM 7 Tahun 2009 tentang

Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP)

Keputusan Presiden Nomor 102 Tahun 2011 tentang Kedudukan

Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan

Tata Kerja Departemen.

Keputusan Menhub No. 173/AL.401/PHB-84 tentang berlakunya The

IALA, MARITIME Bouyoge System untuk Regional dalam

Tatanan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran di Indonesia.

Keputusan Menhub No. 24 Tahun 2001, tentang Organisasi dan Tata

Kerja Departemen Perhubungan.

Hasibuan, Melayu S.P, 1994, Manajemen Sumber Daya Manusia

Dasar dan Kunci Keberhasilan.

Gibson, Ivamsevich, 1996, Organisasi dan Manajemen, Perilaku,

Struktur dan Proses, Jakarta ; Erlangga.

Bungin, B. 2007, Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta ; Raja Grafindo

Persada.

Page 50: SKRIPSI OPTIMALISASI OPERASIONAL SARANA BANTU NAVIGASI PELAYARAN (SBNP) SECARA UMUM DI WILAYAH PROVINSI SULAWESI BARAT

Moenir, H.A.S, 1992, Manajemen Pelayaran Umum di Indonesia

Jakarta, PT Bumi Aksara.

Soedarsono, H Soekarto, et. All, 2000, Strategi Pelayaran Prima.

Jakarta Lembaga Administrasi Negara RI.

Indra Wijaya, Wijaya, 1996, Perilaku Organisasi, Bandung Sinar Baru

Algasindo.

Sunardi, 1996, Motivasi dan Pemotivasian dan Manajemen, Jakarta,

PT. Rajawali.

Suparjo, J. 1997, “Pengukuran Tingkat Kepuasan Konsumen,”

Jakarta, Rineke Cipta.

Poewadarma, H, J, S, 1991, Kamus, Umum, Bahasa Indonesia,

Jakarta, Balai Pustaka.

Sugiono, 1007, Metode Penelitian Administrasi, Bandung Alfabeta.

Siagian, Sondang P. 1989, Manajemen Sumber Daya Manusia,

Jakarta Bumi Aksara.