skripsi ilham rev 2

47
KARAKTERISASI PRODUK PIROLISIS TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT DAN BIOPELET TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT ARDITYA RAHMAN ILHAMSYAH DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

Upload: muhammad-muzakkir

Post on 10-Apr-2016

59 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

aaa

TRANSCRIPT

Page 1: Skripsi Ilham Rev 2

KARAKTERISASI PRODUK PIROLISIS TANDAN KOSONG

KELAPA SAWIT DAN BIOPELET TANDAN KOSONG

KELAPA SAWIT

ARDITYA RAHMAN ILHAMSYAH

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2015

Page 2: Skripsi Ilham Rev 2
Page 3: Skripsi Ilham Rev 2

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Karakterisasi Produk

Pirolisis Tandan Kosong Kelapa Sawit dan Biopelet Tandan Kosong Kelapa Sawit

adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum

diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015

Arditya Rahman Ilhamsyah

F14100046

Page 4: Skripsi Ilham Rev 2

ABSTRAK

ARDITYA RAHMAN ILHAMSYAH. Karakterisasi Produk Pirolisis Tandan

Kosong Kelapa Sawit dan Biopelet Tandan Kosong Kelapa Sawit. Dibimbing oleh

ARMANSYAH H. TAMBUNAN.

Salah satu limbah industri kelapa sawit adalah berupa tandan kosong kelapa

sawit (TKKS). Jumlah TKKS sekitar 23% dari total tandan buah segar. Kandungan

lignoselulosa seperti hemiselulosa, selulosa, dan lignin dalam TKKS dapat diubah

menjadi bahan bakar dan dimanfaatkan sebagai sumber energi. Penelitian ini

menggunakan proses pirolisis. Produk yang dihasilkan dari proses pirolisis yang

berupa char, liquid, dan gas masing-masing memiliki komposisi tersendiri, dengan

menggunakan kendali proses komposisi masing-masing dapat diatur dengan

pengendalian prosesnya. Peningkatan nilai kalor bahan bakar biomassa dapat

dilakukan melalui proses densifikasi. Proses densifikasi dalam pembuatan biopelet

mempunyai beberapa keunggulan, diantaranya meningkatkan nilai kalor total per

satuan volume, memudahkan transportasi dan penyimpanan produk akhir, dan

mempunyai keseragaman bentuk dan kualitas. Proses pirolisis biopelet TKKS dan

TKKS berlangsung dengan pirolisis lambat maupun pirolisis cepat, meskipun lebih

cenderung pada proses pirolisis lambat. Nilai kalor char yang dihasilkan dari proses

pirolisis biopelet TKKS berada pada kisaran 23.37-25.16 (kJ/g) dan nilai kalor char

yang dihasilkan dari proses pirolisis TKKS berada pada kisaran 24.50-27.86 (kJ/g),

sedangkan nilai kalor spesifik gas yang dihasilkan dari proses pirolisis biopelet

TKKS berada pada kisaran 12.236-14.341 (kJ/g gas) dan nilai kalor spesifik gas

dari proses pirolisis TKKS berada pada kisaran 11.319-13.731 (kJ/g gas). Hasil nilai

kalor spesifik gas dari proses pirolisis tidak ada yang lebih besar dari nilai kalor

spesifik TKKS sebesar 18.708 (kJ/g), ini dimungkinkan karena nilai dari gas H2

yang tidak terdeteksi oleh alat gas analyzer.

Kata kunci : biopelet, densifikasi, pirolisis, tandan kosong kelapa sawit

ABSTRACT

ARDITYA RAHMAN ILHAMSYAH. Characterization of Pyrolysis Product from

Empty Fruit Bunch and Peletized Empty Fruit Bunch. Supervised by

ARMANSYAH H. TAMBUNAN.

One important form of the waste from palm oil industry empty fruit bunches

(EFB). Total EFB is approximately 23% of the total fresh fruit bunches. The content

of lignocellulosic such as hemicellulose, cellulose, and lignin in EFB can be

converted into fuel and used as an energy source. This study uses the pyrolysis

conversion technology. The products resulting from the pyrolysis process consists

of char, liquid, and gas each has its own composition, using a control composition

of each process can be adjusted by controlling the process . Increased calorific value

of biomass fuel can be carried through the process of densification. Densification

process in the manufacture of biopelet has several advantages, including increasing

the total calorific value per unit volume, ease of transportation and storage of the

Page 5: Skripsi Ilham Rev 2

final product, and has a uniform shape and quality. The pyrolysis process was

occurred both in slow and fast pyrolysis, even though it tended more to the slow

pyrolysis process. Calorific value of the pyrolysis char produced from peletized

EFB and the EFB were in the range of 23.37-25.16 (kJ / g) and 24.50-27.86 EFB

(kJ / g), respectively, while the specific calorific value gas biopelet EFB range

12.236-14.341 (kJ / g gas) and specific heating value gas EFB range 11.319-13.731

(kJ / g gas). Specific calorific value of gas in this study there was no greater than

EFB specific calorific value of 18.708 (kJ / g), is possible because the value of H2

gas were not detected by the gas analyzer.

Keyword : Biopelet, empty fruit bunch, densification, pyrolysis

Page 6: Skripsi Ilham Rev 2
Page 7: Skripsi Ilham Rev 2

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Teknik

pada

Departemen Teknik Mesin dan Biosistem

KARAKTERISASI PRODUK PIROLISIS TANDAN KOSONG

KELAPA SAWIT DAN BIOPELET TANDAN KOSONG

KELAPA SAWIT

ARDITYA RAHMAN ILHAMSYAH

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2015

Page 8: Skripsi Ilham Rev 2
Page 9: Skripsi Ilham Rev 2

Judul Skripsi : Karakterisasi Produk Pirolisis Tandan Kosong Kelapa Sawit dan

Biopelet Tandan Kosong Kelapa Sawit

Nama : Arditya Rahman Ilhamsyah

NIM : F14100046

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Armansyah H. Tambunan

Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Desrial, M. Eng

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Page 10: Skripsi Ilham Rev 2

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang

dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2014 ini ialah

pengaruh biopelet terhadap hasil pirolisis, dengan judul Karakterisasi Produk

Pirolisis Tandan Kosong Kelapa Sawit dan Biopelet Tandan Kosong Kelapa Sawit.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof. Dr. Ir. Armansyah H. Tambunan,

M. Agr selaku pembimbing yang telah banyak memberi saran dan juga masukan.

Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Asep Sutandi dan Dian

Nurhandayati, S. Ip selaku kedua orang tua yang selalu memberikan doa, dukungan,

dan kasih sayang kepada penulis selama proses perkuliahan dan penelitian di

kampus ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada saudari Khairani

Nadhir Athifah dan Marini Fitri Dewi, sahabat kontrakan (Taufiq, Iksan, Eko),

teman-teman Lab (Sigit, Haga, Well, Bang Agus, Bang Raju, Bang Irfan, Bang

Daniel, Kak Sari, Bu Inge, Pak Alimudin, Pak Jhon, Holil, Ramdhan, Muzzakir,

Fidel, dan Jhon), teman-teman Antares 47,Regenboog 48, serta UKM Tenis Meja

IPB

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi para pembacanya. Terima kasih

Bogor, Agustus 2015

Arditya Rahman Ilhamsyah

Page 11: Skripsi Ilham Rev 2

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN x

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Kelapa Sawit 2

Karakteristik Tandan Kosong Kelapa Sawit 3

Densifikasi 4

Pirolisis 5

METODE 7

Waktu dan Tempat 7

Alat dan Bahan 7

Prosedur Penelitian 7

Analisis ultimat, proksimat, dan lignoselulosa 10

Analisis gas hasil pirolisis 11

HASIL DAN PEMBAHASAN 13

Karakteristik Tandan Kosong Kelapa Sawit 13

Pirolisis Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) dan Biopelet TKKS 14

Karakteristik Hasil Pirolisis Biopelet TKKS dan TKKS 19

SIMPULAN DAN SARAN 22

Simpulan 22

Saran 22

DAFTAR PUSTAKA 23

LAMPIRAN 25

RIWAYAT HIDUP 35

Page 12: Skripsi Ilham Rev 2

DAFTAR TABEL

1. Karakteristik tandan kosong kelapa sawit 3 2. Penelitian mengenai pirolisis biomassa 6

3. Analisis proksimat dan ultimat TKKS 13 4. Perbandingan standar mutu nilai kalor biopelet di beberapa negara 14 5. Perbandingan standar mutu kadar air biopelet di beberapa negara 14 6. Analisis linognoselulosa tandan kosong kelapa sawit 14 7. Persamaan regresi linear dan laju pemanasan pirolisis TKKS 16

8. Persamaan regresi linear dan laju pemanasan pirolisis Biopelet TKKS 18 9. Nilai kalor padatan (char) hasil pirolisis 20

10. Persentase nilai kalor gas per gram biomassa yang dapat dimanfaatkan

dari hasil pirolisis biopelet TKKS 20 11. Persentase nilai kalor gas per gram biomassa yang dapat dimanfaatkan

dari hasil pirolisis TKKS 21

DAFTAR GAMBAR

1. Tandan kosong kelapa sawit 4

2. Biopelet tandan kosong kelapa sawit 5 3. Proses pirolisis (Basu, 2010) 6

4. Persiapan bahan TKKS 8 5. (a) Hammer mill, (b) Disk mill 8

6. Roller-rotating pellet mills 9 7. Reaktor pirolisis skala lab 9 8. Titik pengukuran suhu pada reaktor 10

9. Bagan alir penelitian 12 10. Profil suhu pirolisis TKKS (a) 300°C, (b) 400°C, (c) 500°C, dan (d)

600°C 16

11. Profil suhu pirolisis biopelet TKKS (a) 300°C, (b) 400°C, (c) 500°C,

dan (d) 600°C 18

12. Fraksi massa biopelet TKKS dan TKKS 19

DAFTAR LAMPIRAN

1. Spektra NMR bio-oil hasil pirolisis biopelet TKKS pada suhu (a)

300°C, (b) 400°C, (c) 500°C, (d) 600°C 25

2. Spektra NMR bio-oil hasil pirolisis TKKS pada suhu (a) 300°C, (b)

400°C, (c) 500°C, (d) 600°C 29

3. Dokumentasi Saat Pengujian 30

Page 13: Skripsi Ilham Rev 2

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Energi merupakan salah satu kebutuhan hidup yang sangat penting. Sejalan

dengan perkembangan jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi, kebutuhan

energi semakin meningkat dari tahun ke tahun. Salah satu sumber energi yang

sekarang banyak digunakan berasal dari fosil (gas dan minyak bumi). Akan tetapi,

ketersediaan energi fosil semakin lama semakin berkurang, sedangkan permintaan

terhadap sumber energi bahan bakar tersebut semakin lama semakin bertambah.

Oleh karena itu diperlukan sumber energi alternatif yang baru untuk menggantikan

sumber energi tersebut. Agar kebutuhan energi tetap terpenuhi maka sumber energi

terbarukan mulai mendapatkan perhatian.

Sumber energi alternatif yang banyak diteliti dan dikembangkan saat ini

adalah energi biomassa yang ketersediaannya melimpah, mudah diperoleh, dan

dapat diperbaharui secara cepat. Indonesia merupakan salah satu penghasil minyak

mentah kelapa sawit (crude palm oil) terbesar dunia. Produksi minyak kelapa sawit

yang dihasilkan Indonesia sebesar 23,5 juta ton (Ditjen Perkebunan 2013). Limbah

yang dihasilkan dari industri kelapa sawit adalah tandan kosong kelapa sawit

(TKKS), yang jumlahnya dapat mencapai 23% dari total tandan buah segar (TBS).

Karakteristik dari biomassa mempengeruhi peranannya sebagai bahan

bakar. Kandungan lignoselulosa seperti hemiselulosa, selulosa, dan lignin dalam

biomassa dapat diubah menjadi bahan bakar dan dimanfaatkan sebagai sumber

energi. Beberapa teknik penggunaan biomassa sebagai bahan bakar adalah

pembakaran langsung, pirolisis, gasifikasi, torefaksi, dan liquefaksi (pencairan).

Penelitian ini menggunakan proses pirolisis. Pirolisis adalah dekomposisi

panas dari biomassa menjadi char, liquid dan gas dan berlangsung dalam keadaan

tanpa oksigen secara total. Produk yang dihasilkan dari proses pirolisis berupa char,

liquid, dan gas yang mana komposisi dari masing-masing produk tersebut memiliki

fungsinya tersendiri, dengan menggunakan kendali proses komposisi masing-

masing dapat diatur dengan mengendalikan prosesnya.

Menurut Yamada et al. (2005) pembakaran secara langsung dan tanpa

pengolahan akan menyebabkan timbulnya gangguan pernafasan karena adanya

karbon monoksida, sulfur dioksida (SO2), dan endapan partikulat. Sehingga perlu

teknologi baru untuk mengolah limbah tersebut menjadi bahan bakar yang ramah

lingkungan dan menghasilkan nilai tambah yang tinggi. Kerapatan yang rendah

pada biomassa dapat menyebabkan masalah pada penyimpanan. Densifikasi

merupakan proses pengkompakan residu menjadi produk yang mempunyai densitas

lebih tinggi daripada bahan baku aslinya. Proses densifikasi dalam pembuatan

biopelet mempunyai beberapa keunggulan, diantaranya meningkatkan nilai kalor

total per satuan volume, memudahkan transportasi dan penyimpanan produk akhir,

dan mempunyai keseragaman bentuk dan kualitas. Biopelet merupakan bahan bakar

padat berbasis biomassa yang berbentuk tabung padat atau pelet. Proses yang

digunakan adalah pengempaan dengan suhu dan tekanan tinggi, sehingga

membentuk produk yang seragam (Yang et al. 2005). Bahan bakar pelet ini

berdiameter antara 3-12 mm dengan panjang antara 6-25 mm (Ramsay 1982).

Page 14: Skripsi Ilham Rev 2

2

Berdasarkan penelitian sebelumnya, mengenai proses pirolisis biomassa

telah banyak dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bahan alternatif lain

pengganti bahan bakar fosil yang semakin hari semakin menipis persediaannya.

Bahan baku biomassa yang digunakan dalam penelitian sebelumnya seperti serbuk

gergaji, sekam padi, oil palm stone, palm kernel cake, dan lain-lain. Penelitian yang

dilakukan oleh Ginting (2014) menggunakan bahan tandan kosong kelapa sawit.

Pirolisis dilakukan dengan suhu 200 - 450°C. Hasil yang diperoleh adalah nilai

kalor gas yang terbentuk berupa H2, CO dan CH4 meningkat dengan meningkatnya

suhu pirolisis. Pada penelitian ini dilakukan karakterisasi produk pirolisis biopelet

tandan kosong kelapa sawit dan tandan kosong kelapa sawit untuk mengetahui

perbedaan nilai kalor yang dihasilkan serta kualitas dari hasil pirolisis.

Perumusan Masalah

Pirolisis adalah dekomposisi panas dari biomassa menjadi char, liquid dan

gas dan berlangsung dalam keadaan tanpa oksigen secara total. Produk yang

dihasilkan dari proses pirolisis yang berupa char, liquid, dan gas masing-masing

memiliki komposisi tersendiri, dengan menggunakan kendali proses komposisi

masing-masing dapat diatur dengan pengendalian prosesnya. Untuk menjadikan

biomassa sebagai bahan bakar, salah satu parameter kualitasnya adalah nilai kalor

yang dihasilkan dari proses pembakaran. Dengan pembuatan biopelet pada bahan

TKKS diharapkan dapat memberikan pengaruh lebih terhadap kualitas produk

pirolisis yang dihasilkan. Untuk itu dilakukan karakterisasi produk pirolisis dari

tandan kosong kelapa sawit dan biopelet tandan kosong kelapa sawit.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkarakterisasi produk pirolisis

dari tandan kosong kelapa sawit, serta membandingkan karakteristik hasil produk

pirolisis biopelet tandan kosong kelapa sawit dan tandan kosong kelapa sawit.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakterisasi dari produk

pirolisis tandan kosong kelapa sawit dan biopelet tandan kosong kelapa sawit

sebagai pengganti bahan bakar fosil.

TINJAUAN PUSTAKA

Kelapa Sawit

Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki

prospek yang baik. Indonesia memiliki potensi lahan yang subur serta pasokan

tenaga kerja yang cukup untuk menjadikan kelapa sawit sebagai andalan

pertumbuhan ekonomi. Saat ini Indonesia dan Malaysia memasok 22% dari total

produksi minyak nabati dan lemak dunia. Kedua negara itu menguasai 85%

Page 15: Skripsi Ilham Rev 2

3

produksi minyak kelapa sawit mentah dengan volume mencapai 49% dari total

perdagangan minyak nabati dan lemak dunia (Chandra 2005).

Kelapa Sawit merupakan salah satu tanaman budidaya penghasil minyak

nabati berupa Crude Plam Oil (CPO), sangat banyak ditanam dalam perkebunan di

Indonesia terutama di pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua. Selain

menghasilkan Crude Palm Oil (CPO), dalam proses pengolahan kelapa sawit selain

menghasilkan CPO juga menghasilkan limbah sangat banyak Diketahui untuk 1 ton

kelapa sawit akan mampu menghasilkan limbah berupa tandan kosong kelapa sawit

(TKKS) sebanyak 23% atau 230 kg, limbah cangkang (Shell) sebanyak 6,5% atau

65 kg, wet decanter solid (lumpur sawit) 4 % atau 40 kg, serabut (Fiber) 13% atau

130 kg serta limbah cair sebanyak 50%.

Dari ke empat limbah padat tersebut limbah tandan kosong kelapa sawit

(TKKS) dapat dihasilkan jumlahnya cukup besar yaitu sekitar 126.317,54

ton/tahun, namun pemanfaatannya masih terbatas. Sementara ini hanya dibakar dan

sebagian dihamparkan pada lahan kosong sebagai mulsa/pupuk, di kawasan sekitar

pabrik.

Karakteristik Tandan Kosong Kelapa Sawit

Karakteristik biomassa seperti kadar air, ukuran partikel, densitas, bahan yang

terkandung (C, H, N, S, dan O), bahan mudah menguap dan kadar abu

mempengaruhi kesesuaian biomassa sebagai bahan bakar (Omar 2011).

Karakteristik ini disebut analisis ultimat dan proksimat.

Tabel 1 menunjukkan analisis ultimat dan proksimat tandan kosong kelapa

sawit dari beberapa penelitian.

Tabel 1 Karakteristik tandan kosong kelapa sawit

Kandungan Tandan Kosong Kelapa Sawit

Analisis Ultimat A B C D

C (%) 46.62 48.78 49.07 53.78

H (%) 6.45 7.33 6.48 4.37

N (%) 1.21 0.00 0.7 0.35

S (%) 0.03 0.08 0.1 0.00

O (%) 45.66 40.18 38.29 41.5

Analisis Proksimat

Kadar air (%) 5.18 8.75 7.95 -

Volatile matter (%) 82.58 79.67 83.86 81.9

Karbon tetap (%) 8.97 8.68 10.78 12.6

Abu (%) 3.45 3.02 5.36 3.11

Nilai Kalor (kJ/g) 17.02 18.96 17.08 - A Mohammed (2011). B Ma dan Yousuf (2005). C Yang et al (2006). D

Abdulah dan Gerhauser (2008).

Page 16: Skripsi Ilham Rev 2

4

Gambar 1 berikut menunjukkan tandan kosong kelapa sawit yang digunakan.

Gambar 1 Tandan kosong kelapa sawit

Densifikasi

Densifikasi adalah salah satu cara untuk memperbaiki sifat fisik suatu bahan

yang bertujuan untuk memadatkan dan meningkatkan kerapatan, sehingga dapat

meningkatkan efisiensi nilai bahan yang digunakan. Proses densifikasi dilakukan

pada bahan berbentuk curah atau memiliki sifat fisik yang tidak beraturan. Terdapat

tiga tipe proses densifikasi, antara lain : extruding, briquetting, dan pelleting. Proses

extruding, bahan dimampatkan menggunakan sebuah ulir (screw) atau piston yang

melewati dies sehingga menghasilkan produk yang kompak dan padat. Proses

briquetting menghasilkan produk berbentuk seperti tabung dengan ukuran diameter

dan tinggi yang bervariasi sesuai dengan kebutuhan. Proses pelleting terjadi karena

adanya aliran bahan dari roll yang berputar disertai dengan tekanan menuju lubang-

lubang dies pencetak biopelet. Peletisasi merupakan proses pengeringan dan

pembentukan biomassa dengan menggunakan tekanan tinggi untuk menghasilkan

biomassa padat berbentuk silinder dengan diameter maksimum 25 mm. Proses

peletisasi bertujuan untuk menghasilkan bahan bakar biomassa dengan volume

yang secara signifikan lebih kecil dan densitas energi lebih tinggi, sehingga lebih

efisien untuk proses penyimpanan, transportasi, dan konversi ke dalam bentuk

energi listrik atau energi kimia lainnya (AEAT 2003).

Bahan baku pelet dipanaskan dan ditekan secara friksi melalui lubang yang

terdapat pada die. Selanjutnya material yang telah mengalami densifikasi keluar

melalui die dalam bentuk seragam dan dipotong menggunakan pisau sesuai dengan

ukuran panjang yang diinginkan. Pada umumnya, pelet yang dihasilkan mempunyai

diameter 5-15 mm dan panjang kurang dari 30 mm.

Proses densifikasi dalam pembuatan pelet mempunyai beberapa keunggulan,

di antaranya: meningkatkan nilai kalor total per satuan volume, memudahkan

transportasi dan penyimpanan produk akhir, mempunyai keseragaman bentuk dan

kualitas. Densifikasi juga mempunyai beberapa aspek kelemahan, seperti tingginya

biaya investasi dan kebutuhan energi yang dibutuhkan, serta adanya karakteristik

pembakaran yang tidak diinginkan, seperti sulit menyala dan menimbulkan asap

(Pastre 2002).

Page 17: Skripsi Ilham Rev 2

5

Biopelet

Biomassa merupakan sumber energi yang bersih dan dapat diperbarui namun

biomassa mempunyai kekurangan yaitu tidak dapat langsung dibakar, karena sifat

fisiknya yang buruk, seperti kerapatan energi yang rendah dan permasalahan

penanganan, penyimpanan dan transportasi (Saptoadi 2006). Untuk memperbaiki

karakteristik biomassa dilakukan cara densifikasi dalam bentuk briket atau biopelet.

Biopelet adalah bahan bakar biomassa berbentuk pelet yang memiliki

keseragaman ukuran, bentuk, kelembapan, densitas, dan kandungan energi

(Abelloncleanenergy 2009). Pada proses pembuatan biopelet, biomassa

diumpankan ke dalam pellet mill yang memiliki dies dengan ukuran diameter 6-8

mm dan panjang 10-12 mm (Mani et al. 2006). Menurut Saptoadi (2006), proses

pemampatan biomassa menjadi briket atau pelet dilakukan untuk :

1. Meningkatkan kerapatan energi bahan,

2. Meningkatkan kapasitas panas (kemampuan untuk menghasilkan panas

dalam waktu lebih lama dan mencapai suhu yang lebih tinggi).

3. Mengurangi jumlah abu pada bahan bakar.

Gambar 2 Biopelet tandan kosong kelapa sawit

Pirolisis

Pirolisis yaitu dekomposisi termokimia dari biomassa menjadi produk-

produk yang bermanfaat, baik dalam keadaan absen agen-agen pengoksidasi secara

total maupun dengan pemberian yang terbatas. Pirolisis tidak sama dengan proses

gasifikasi yang melibatkan reaksi kimia dengan sebuah agen eksternal. Proses

pirolisis biomassa biasanya berlangsung pada rentang suhu yang rendah dari 300-

650 oC berbeda dengan gasifikasi yang berlangsung pada suhu 800-1000 oC. Produk

awal pirolisis terbuat dari gas-gas yang dapat dikondensasikan dan arang padat. Gas

yang dapat terkondensasi selanjutnya berubah menjadi gas-gas yang tidak dapat

terkondensasi (CO ,CO2 ,H2 , dan CH4), cair dan arang.

Page 18: Skripsi Ilham Rev 2

6

Berdasarkan laju pemanasannya pirolisis dapat diklasifikasikan dalam

pirolisis lambat dan cepat. Dikatakan lambat apabila waktu yang dibutuhkan untuk

memanaskan bahan bakar ke temperatur pirolisis lebih lama dibandingkan waktu

reaksi pirolisis dan sebaliknya. Pada pirolisis lambat, waktu uap tinggal pada zona

pirolisis berkisar beberapa menit atau lebih lama. Proses ini digunakan secara utama

untuk produksi arang dan terbagi menjadi dua tipe : karbonisasi dan konvensional.

Sedangkan dalam pirolisis cepat, waktu tinggal uap pada zona pirolisis berlangsung

dalam detik.

Produk Pirolisis

Pirolisis memecah molekul-molekul kompleks yang besar menjadi beberapa

molekul yang lebih kecil. Produk dari pemecahan molekul ini diklasifikasikan

menjadi tiga tipe :

a. Padatan (kebanyakan dalam bentuk arang atau karbon)

b. Cairan (tar, hidrokarbon yang lebih berat, dan air)

c. Gas (CO2, H2O, CO, C2H2, C2H4, C2H6, dan lain-lain)

Jumlah dari produk-produk ini bergantung pada beberapa faktor termasuk laju

pemanasan dan temperatur akhir yang dicapai oleh biomassa. Beberapa penelitian

mengenai pirolisis biomassa ditunjukkan pada tabel 2 berikut.

Tabel 2 Penelitian mengenai pirolisis biomassa

Peneliti Bahan Perlakuan suhu Hasil

Razuan et

al (2010)

Oil palm

stone dan

palm kernel

cake

500, dan 700 oC Peningkatan nilai kalor pada char namun

menurunkan nilai kalor pada oil seiring

meningkatnya suhu. Konsentrasi gas H2

meningkat, CH4 mengalami peningkatan

sampai suhu 600 oC setelah itu mengalami

penurunan, sedangkan gas CO dan CO2

mengalami penurunan seiring dengan

meningkatnya suhu

Duric et al

(2011)

Tongkol

jagung

300, 350, 400,

450, 600, dan 650 oC

Peningkatan gas CH4 seiring peningkatan

suhu sedangkan gas CO dan H2 cenderung

stabil

Gambar 3 Proses pirolisis (Basu, 2010)

Page 19: Skripsi Ilham Rev 2

7

Imam dan

Capadera

(2012)

Ilalang 400, 500, dan 600 oC

Gas H2 dan gas CH4 menurun dan gas CO

meningkat seiring dengan peningkatan

suhu

Park et al

(2014)

Sekam padi 300, 400, 500,

600, dan 700 oC

Peningkatan hasil untuk gas dan oil namun

penurunan hasil biochar, nilai kalor

mengalami penurunan pada biochar namun

peningkatan hasil pada oil dan gas seiring

dengan peningkatan suhu. Konsentrasi CO

dan CO2 mengalami penurunan sedangkan

H2 dan CH4 mengalami peningkatan

seiring meningkatnya suhu

Ginting

(2014)

Tandan

kosong

kelapa sawit

200, 250, 300,

350, 400, dan 450 oC

Nilai kalor gas yang terbentuk berupa H2,

CO dan CH4 meningkat dengan

meningkatnya suhu

METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan dari bulan Desember 2014 sampai dengan bulan

Maret 2015 di Laboratorium Pindah Panas dan Massa, Departemen Teknik Mesin

dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, dan di UPT

Balai Penelitian dan Pengembangan Biomaterial – LIPI

Alat dan Bahan

Alat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Alat pirolisis skala

lab, golok, hammer mill, disk mill, saringan 60 mesh, Roller-rotating pellet mills,

gas analyzer LANCOM4 Portable flue gas monitoring, heater, termokopel,

stabilizer, pengendali suhu, current regulator, timbangan digital, dan termometer

digital.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tandan kosong kelapa

sawit. Bahan baku tersebut diperoleh dari pabrik kelapa sawit Kebun Cikasungka

PTPN VIII, Cigudeg, Bogor. Sebelum diumpankan ke alat pirolisis, tandan kosong

kelapa sawit terlebih dahulu dijemur pada sinar matahari untuk menurunkan kadar

airnya.

Prosedur Penelitian

Persiapan Bahan

Tahap persiapan bahan dilakukan di Laboratorium Lapang Siswadi Supardjo

IPB dengan mempersiapkan bahan baku dan alat. Bahan baku tandan kosong kelapa

sawit dijemur terlebih dahulu dibawah sinar matahari untuk mengurangi kadar air

pada bahan. Lalu ukuran bahan diseragamkan (±3-5 cm) untuk memudahkan proses

penggilingan.

Page 20: Skripsi Ilham Rev 2

8

Gambar 4 Persiapan bahan TKKS

Pembuatan Serbuk

Pembuatan serbuk tandan kosong kelapa sawit dilakukan di UPT Balai

Penelitian dan Pengembangan Biomaterial – LIPI. Tandan kosong kelapa sawit

yang telah diseragamkan ukuran (±3-5 cm), kemudian bahan tersebut secara

terpisah digiling dengan hammer mill sehingga menjadi serbuk untuk pembuatan

biopelet dan dilanjutkan dengan menggunakan disk mill agar dapat disaring dengan

alat penyaring serbuk dengan ukuran 60 mesh.

(a) (b)

Pencetakan Biopelet

Pencetakan biopelet dilakukan di UPT Balai Penelitian dan Pengembangan

Biomaterial – LIPI. Pencetakan biopelet dilakukan menggunakan roller-rotating

pellet mills bertekanan tinggi dengan ukuran diameter dies 8 mm.

Gambar 5 (a) Hammer mill, (b) Disk mill

Page 21: Skripsi Ilham Rev 2

9

Gambar 6 Roller-rotating pellet mills

Karakterisasi hasil pirolisis

Proses pirolisis dilakukan pada alat reaktor pirolisis yang berukuran Ø10 cm

x 40 cm seperti ditunjukkan pada Gambar 7.

Gambar 7 Reaktor pirolisis skala lab

Peralatan pengujian dilengkapi dengan peralatan ukur dan pengendali suhu

menggunakan termokopel tipe K dan termostat digital (Omron E5CZ) yang

berfungi mengendalikan suhu elemen pemanas (heater) pada reaktor. Tahapan

proses dimulai dengan memasukkan bahan kedalam reaktor kemudian arus listrik

dialirkan ke elemen pemanas. Arus listrik yang dialirkan dikendalikan melalui

termostat digital sesuai dengan suhu perlakuan. Gas yang dihasilkan dari proses

pirolisis dianalisis dengan alat gas LANCOM4 Portable flue gas monitoring.

Reaktor kemudian didiamkan sampai mencapai temperatur lingkungan dan

dilakukan penimbangan sisa padatan dan cairan yang dihasilkan.

Temperatur elemen pemanas diatur pada suhu 300 oC, 400 oC, 500 oC, dan 600 oC dengan sistem batch untuk masing-masing perlakuan suhu. Didalam reaktor

terdapat empat titik suhu yang digunakan untuk menentukan profil suhu biomassa

selama proses pirolisis berlangsung. Titik T1, T2, T3, dan T4 merupakan titik-titik

pengukuran suhu didalam reaktor. Titik T1 merupakan pusat reaktor yang berada

tepat di tengah reaktor, titik T2 berada di tengah jari-jari reaktor (0,5R), titik T3

berada 1 cm dari dinding dalam reaktor, dan titik T4 merupakan titik kontrol suhu

pirolisis yang ditempelkan pada dinding dalam reaktor. Gambar 8 menunjukkan

titik pengukuran suhu pada reaktor.

Page 22: Skripsi Ilham Rev 2

10

Gambar 8 Titik pengukuran suhu pada reaktor

Bahan yang digunakan untuk masing-masing perlakuan disesuaikan dengan

kapasitas muat reaktor dan kapasitas ketersediaan bahan. Untuk bahan tandan

kosong kelapa sawit, bahan yang digunakan sebanyak 300 gram ini disesuaikan

dengan kapasitas muat reaktor. Sementara untuk bahan biopelet sebanyak 1000

gram ini disesuaikan dengan ketersediaan bahan.

Analisis ultimat, proksimat, dan lignoselulosa

Analisis ultimat untuk mengetahui besarnya persentase karbon, hydrogen,

nitrogen, oksigen dan sulfur yang terkandung pada tandan kosong kelapa sawit

dilakukan menggunakan alat GCMS Pirolisis Shimadzu tipe GCMS-QP2010. Analisa

proximat untuk mengetahui kadar air, zat terbang (volatile metter), karbon tetap dan

abu dilakukan dengan menggunakan termogravimetri analyzer. Analisis lignoselulosa

tandan kosong sawit dilakukan untuk mengatahui persentase kandungan selulosa

menggunakan metode Norman Jenkins, lignin dengan standar TAPPI, T 6 m – 59

(ASTM), hemiseluloa menggunakan standar ASTM 1104-56 dan ASTM 1103-60.

Analisis ultimat, proximat dan lignoselulosa dilakukan di laboratorium pengujian hasil

hutan Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan

Hasil Hutan Bogor. Berdasarkan analisis ultimat dan kadar abu maka dapat dihitung

nilai kalor tertinggi (HHV) biomassa berdasarkan persamaan berikut :

𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑖𝑟 = 𝐻 + 𝑂 (1)

𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑒𝑟𝑎𝑡 = 𝐶 + 𝑁 + 𝑆 (2)

𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑏𝑢 = 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑏𝑢 (3)

𝐻𝐻𝑉 𝑏𝑘 =𝐻𝐻𝑉 𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠 𝑠𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑋 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑒𝑟𝑎𝑡

𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑏𝑢+𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑒𝑟𝑎𝑡 (4)

Nilai H,O,C,N,S dan abu merupakan massa komponen dalam basis massa.

Nilai HHV basis serat sebesar 20,4 kJ/gram.

Page 23: Skripsi Ilham Rev 2

11

Analisis gas hasil pirolisis

Produk pirolisis kemudian dianalisis dengan menimbang produk berupa

padatan, cairan dan gas. Hasil produk dihitung berdasarkan kesetimbangan massa

sesuai dengan persamaan berikut :

% 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 = 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 × 100% (5)

% 𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛 = 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 × 100% (6)

Sedangkan gas yang terbentuk pada proses pirolisis dihitung dengan

persamaan :

% 𝑔𝑎𝑠 = 100% − (% 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 + % 𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛) (7)

Saat proses pirolisis berlangsung, gas yang terbentuk diamati komposisnya

dengan alat analisis gas dengan menggunakan gas analyzer LANCOM4 Portable

flue gas monitoring. Setelah data hasil produk hasil pirolisis diperoleh, dilakukan

analisis mengenai nilai kalor yang terkandung dari tiap produk berupa biochar, bio-

oil dan gas.

Page 24: Skripsi Ilham Rev 2

12

Gambar 9 Bagan alir penelitian

Page 25: Skripsi Ilham Rev 2

13

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Tandan Kosong Kelapa Sawit

Rumus kimia tandan kosong kelapa sawit dapat dinyatakan sebagai

CmHnOxNySz dimana m, n, x, y dan z merupakan representasi dari fraksi C, H, O,

N dan S secara berturut-turut. Analisis proksimat dapat memberikan informasi

komponen biomassa berdasarkan kadar air, kandungan zat terbang (volatile metter),

kadar abu, dan kadar karbon tetap. Sedangkan untuk nilai kalor diperoleh dari

pengujian nilai kalor. Hasil analisis proksimat digunakan sebagai indikator hasil

yang diperoleh dari biomassa yang dikonversi menjadi energi. Kandungan karbon

tetap (fix carbon) dan zat terbang (volatile metter) merupakan komponen yang

menunjukkan kandungan energi yang terdapat dalam tandan kosong kelapa sawit.

Semakin tinggi rasio perbandingan antara zat terbang dan karbon tetap maka

semakin besar energi tersedia yang mampu dilepas biomassa. Sedangkan kadar air

dan kadar abu merupakan dua komponen yang dapat mempengaruhi kualitas bakan

bakar (Silva et al 2012).

Tabel 3 menunjukkan perbandingan hasil analisis proksimat dan ultimat

dari tandan kosong kelapa sawit (TKKS) yang digunakan pada penelitian ini dengan

hasil penelitian lainnya.

Tabel 3 Analisis proksimat dan ultimat TKKS

Kandungan Tandan Kosong Kelapa Sawit

Analisis Ultimat A B C D E F G

C (%) 71.93 60.4 66.16 46.62 48.78 49.07 53.78

H (%) 11.47 7.6 9.53 6.45 7.33 6.48 4.37

N (%) 0.83 2.2 1.51 1.21 0.00 0.7 0.35

S (%) 0.12 - 0.12 0.03 0.08 0.1 0.00

O (%) 15.63 29.8 22.71 45.66 40.18 38.29 41.5

Analisis Proksimat

Kadar air (%) 3.80 1.70 2.75 5.18 8.75 7.95 -

Volatile matter (%) 76.82 75.37 76.09 82.58 79.67 83.86 81.9

Kadar karbon tetap (%) 18.86 17.44 18.15 8.97 8.68 10.78 12.6

Kadar Abu (%) 4.33 7.27 5.8 3.45 3.02 5.36 3.11

Nilai Kalor (kJ/g) 18.71 18.74 18.725 17.02 18.96 17.08 - A Ulangan 1 .B Ulangan 2.C Rataan Hasil Penelitian. D Mohammed (2011). E Ma and Yousuf

(2005). F Yang et al (2006). G Abdulah dan Gerhauser (2008).

Berdasarkan data kandungan C, N, S dan kandungan abu dapat dihitung nilai

kalor tertinggi (HHV) basis kering berdasarkan persamaan 2, 3 dan 4. Nilai kalor

hasil perhitungan (18,79 kJ/g) mendekati nilai kalor yang diperoleh dari hasil

pengujian laboratorium (18,725 kJ/g). Hasil analisis nilai kalor bahan biopelet yang

digunakan, didapatkan hasil sebesar 19.04 kJ/g. Pada Tabel 4 menunjukkan

perbandingan nilai kalor biopelet hasil penelitian ini dengan nilai kalor di beberapa

negara.

Page 26: Skripsi Ilham Rev 2

14

Tabel 4 Perbandingan standar mutu nilai kalor biopelet di beberapa negara

Sumber Nilai Kalor (kJ/g)

Standar Austria (ONORM M 7135)a ≥ 18.02

Swedia (SS 18 71 20)a ≥16.91

Standar Jerman (DIN 51371)a 17.51-19.50

Prancis (ITEBE)b ≥16.91

Bipoelet Hasil Penelitian 19.04

Sumber : a)Hahn (2004); b)Douard (2007)

Dalam penelitian ini nilai kadar air dari biopelet tandan kosong kelapa sawit

sebesar 9.74%. Berikut ini merupakan table perbandingan standar mutu kadar air

biopelet yang di buat dengan biopelet di beberapa Negara.

Tabel 5 Perbandingan standar mutu kadar air biopelet di beberapa negara

Sumber Kadar air (%)

Standar Austria (ONORM M 7135)a <10

Swedia (SS 18 71 20)a ≤10

Standar Jerman (DIN 51371)a <12

Prancis (ITEBE)b ≤15

Biopelet Hasil Penelitian 9.74

Sumber : a)Hahn (2004); b)Douard (2007)

Tabel 6 menunjukkan hasil analisis lignoselulosa pada tandan kosong kelapa

sawit. Hasil analisis menunjukkan bahwa tandan kosong kelapa sawit memiliki

kandungan lignoselulosa yang cenderung mirip dengan kandungan lignoselulosa

pada beberapa penelitian lainnya.

Tabel 6 Analisis linognoselulosa tandan kosong kelapa sawit

Komponen Sumber Data

A B C D E F

Selulosa (%) 38.94 56.05 47.495 22.24 23.7 38.1-63.0

Hemiselulosa (%) 28.21 17.63 22.92 20.58 21.6 20.1-35.3

Lignin (%) 22.14 5.97 14.055 30.45 29.2 10.5-36.6 A Ulangan 1, B Ulangan 2, C Rataan Hasil Penelitian, D Muhammad et al

(2011), E Law et al (2007), F Yang et al (2006).

Pirolisis Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) dan Biopelet TKKS

Pada tahap ini , proses pirolisis telah dilakukan dan berlangsung pada suhu

300°C, 400°C, 500°C, dan 600°C dengan bahan yang digunakan tandan kosong

kelapa sawit dan biopelet tandan kosong kelapa sawit. Sumber panas yang

digunakan pada proses pirolisis ini berasal dari elemen pemanas listrik. Panas yang

dihasilkan secara konduksi mengalir ke dinding reaktor yang kemudian mengalir

ke bahan biomassa yang berada didalammnya. Didalam reaktor terdapat empat titik

suhu yang digunakan untuk menentukan profil suhu biomassa selama proses

pirolisis berlangsung. Titik T1, T2, T3, dan T4 merupakan titik-titik pengukuran

suhu didalam reaktor. Titik T1 merupakan pusat reaktor yang berada tepat di tengah

Page 27: Skripsi Ilham Rev 2

15

reaktor, titik T2 berada di tengah jari-jari reaktor (0,5R), titik T3 berada 1 cm dari

dinding dalam reaktor, dan titik T4 merupakan titik kontrol suhu pirolisis yang

ditempelkan pada dinding dalam reaktor. Pengontrolan suhu pirolisis dilakukan

dengan menggunakan termokontrol. Gambar dibawah ini menunjukkan profil suhu

pirolisis yang terjadi di dalam reaktor.

(a)

(b)

(c)

0

100

200

300

400

500

600

700

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100110120130140150160

Suh

u (°C

)

Waktu (menit)

Profil Suhu Pirolisis TKKS 300°C

T1 (pusatreaktor)T2 (0,5R)

T3 (R-1)

T4 (dindingdalam reaktor)

0

100

200

300

400

500

600

700

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160

Suh

u (°C

)

Waktu (menit)

Profil Suhu Pirolisis TKKS 400°C

T1 (pusatreaktor)T2 (0,5R)

T3 (R-1)

T4 (dindingdalam reaktor)

0

100

200

300

400

500

600

700

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160

Suh

u (°C

)

Waktu (menit)

Profil Suhu Pirolisis TKKS 500°C

T1 (pusatreaktor)T2 (0,5 R)

T3 (R-1)

T4 (dindingdalam reaktor)

Page 28: Skripsi Ilham Rev 2

16

(d)

Gambar 10 Profil suhu pirolisis TKKS (a) 300°C, (b) 400°C, (c) 500°C, dan (d)

600°C

Tabel 7 Persamaan regresi linear dan laju pemanasan pirolisis TKKS

Suhu

pirolisis(°C)

Titik

pengukuran Regresi linear Laju Pemanasan (°C/menit)

300

T1 y= 7.3162x + 25.569 dy= 7.32

T2 y= 13.693x + 19.883 dy= 13.69

T3 y= 22.78x + 9.5495 dy= 22.78

T4 y= 48.533x + 25.978 dy= 48.53

400

T1 y= 25.74x - 160.7 dy= 25.74

T2 y= 27.58x - 62.99 dy= 27.58

T3 y= 42.90x - 106.6 dy= 42.90

T4 y= 55.582x - 2.2182 dy= 55.58

500

T1 y= 38.41x - 142.9 dy= 38.41

T2 y= 28.72x - 24.34 dy= 28.72

T3 y= 40.04x - 69.89 dy= 40.04

T4 y= 52.78x + 20.69 dy= 52.78

600

T1 y= 42.09x - 247.4 dy= 42.09

T2 y= 49.33x - 238.1 dy= 49.33

T3 y= 38.01x -50.30 dy= 38.01

T4 y= 48.91x + 23.44 dy= 48.91

Pada profil suhu pirolisis TKKS titik T1, T2, dan T3 menunjukkan

kecenderungan pada proses pirolisis lambat, tetapi terjadi proses pirolisis cepat saat

tahap suhu pengeringan (100-120ºC) atau saat biomassa melepaskan uap air

berlangsung dengan cepat, hal Ini dapat dilihat dari gradien laju pemanasan pada

Tabel 7. Pada suhu rendah, suhu laju pemanasan pada reaktor kecenderungan

berbeda di tiap-tiap titiknya. Sedangkan seiring dengan peningkatan suhu pirolisis,

kecenderungan suhu laju pemanasan di tiap-tiap titiknya menjadi sama.

0

100

200

300

400

500

600

700

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100110120130140150160

Suh

u (°C

)

Waktu (menit)

Profil Suhu Pirolisis TKKS 600°C

T1 (pusat reaktor)

T2 (0,5 R)

T3 (R-1)

T4 (dinding dalamreaktor)

Page 29: Skripsi Ilham Rev 2

17

(a)

(b)

(c)

0

100

200

300

400

500

600

700

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160

Suh

u (°C

)

Waktu (menit)

Profil Suhu Pirolisis Biopelet TKKS 300°C

T1 (pusatreaktor)

T2 (0,5R)

T3 (R-1)

T4 (dindingdalam reaktor)

0

100

200

300

400

500

600

700

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160

Suh

u (°C

)

Waktu (menit)

Profil Suhu Pirolisis Biopelet TKKS 400°C

T1 (pusatreaktor)

T2 (0,5R)

T3 (R-1)

T4 (dindingdalam reaktor)

0

100

200

300

400

500

600

700

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160

Suh

u (°C

)

Waktu (menit)

Profil Suhu Pirolisis Biopelet TKKS 500°C

T1 (pusatreaktor)

T2 (0,5 R)

T3 (R-1)

T4 (dindingdalam reaktor)

Page 30: Skripsi Ilham Rev 2

18

(d)

Gambar 11 Profil suhu pirolisis biopelet TKKS (a) 300°C, (b) 400°C, (c) 500°C,

dan (d) 600°C

Tabel 8 Persamaan regresi linear dan laju pemanasan pirolisis Biopelet TKKS

Suhu

pirolisis(°C)

Titik

pengukuran Regresi linear Laju Pemanasan (°C/menit)

300

T1 y= 3.5461x – 197.46 dy= 3.54

T2 y= 5.3231x + 19.88 dy= 5.32

T3 y= 9.0737x + 10.968 dy= 9.07

T4 y= 38.809x + 21.591 dy= 38.81

400

T1 y= 12.012x – 891.2 dy= 12.01

T2 y= 3.6236x + 40.87 dy= 3.62

T3 y= 7.29x + 28.897 dy= 7.29

T4 y= 44.105x + 1.5897 dy= 44.11

500

T1 y= 13.528x + 625.71 dy= 13.53

T2 y= 5.2797x + 42.192 dy= 5.28

T3 y= 11.21x + 6.7613 dy= 11.21

T4 y= 42.329x + 3.3 dy= 42.33

600

T1 y= 23.462x – 570.6 dy= 23.46

T2 y= 12.545x - 24.605 dy= 12.50

T3 y= 19.943x -16.267 dy= 19.94

T4 y= 46.121x + 34.617 dy= 46.12

Dari Gambar 11 Profil suhu biopelet TKKS menunjukkan bahwa pada tiap

tingkatan suhu dengan biomassa yang sama terlihat profil suhu yang terjadi

menunjukkan perilaku cenderung sama. Dilihat dari hasil analisis kadar air bahan,

untuk bahan biopelet TKKS ini memiliki nilai kadar air sebesar 9.74 sedangkan

untuk bahan TKKS 2.75 perbedaan nilai kadar air ini yang dimungkinkan menjadi

penyebab garis yang kecenderungan datar pada suhu sekitar 100°C yang

dimungkinkan terjadi karena berkumpulnya uap air di bagian tengah reaktor. Ketika

uap air tersebut telah habis, terjadi peningkatan garis pada titik T1 profil suhu

0

100

200

300

400

500

600

700

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160

Suh

u (°C

)

Waktu (menit)

Profil Suhu Pirolisis Biopelet TKKS 600°C

T1 (pusatreaktor)

T2 (0,5 R)

T3 (R-1)

T4 (dindingdalam reaktor)

Page 31: Skripsi Ilham Rev 2

19

biopelet TKKS yang menyebabkan tingginya laju pemanasan di titik T1 yang dapat

dilihat pada Tabel 8.

Pada proses pirolisis lambat dapat dilihat bahwa jika laju pemanasan

meningkat maka hasil dari char akan menurun. Ketika laju pemanasan dinaikan

jumlah dari gas yang dihasilkan seperti CO, CH4 , dan gas lainnya juga meningkat.

Begitu juga produk liquid akan meningkat seiring dengan kenaikan laju pemanasan.

Temperatur memiliki pengaruh yang cukup signfikan terhadap hasil produk. Pada

temperatur yang lebih tinggi maka liquid yang dihasilkan semakin banyak dan char

semakin sedikit.

Karakteristik Hasil Pirolisis Biopelet TKKS dan TKKS

Pirolisis yang dilakukan pada tandan kosong kelapa sawit (TKKS) dan

biopelet tandan kosong kelapa sawit menghasilkan berupa padatan (char), cairan

(liquid), dan gas. Gambar 12 menunjukkan fraksi massa dari hasil pirolisis yang

dilakukan, untuk biopelet TKKS fraksi massa char, liquid, dan gas secara berturut-

turut adalah 28.25%-67.33%, 22.53%-44.99%, 10.14%-29.68%. sedangkan untuk

TKKS fraksi massa char, liquid, dan gas secara berturut-turut adalah 30.66%-

64.76%, 16.25%-29.16% dan 18.98%-44.49%. penggunaan bahan baku yang

berbeda mempengaruhi presentase produk dari hasil pirolisis tersebut.

Gambar 12 Fraksi massa biopelet TKKS dan TKKS

Dari grafik tersebut menunjukkan bahwa hasil produksi padatan (char) pada

biopelet tandan kosong kelapa sawit pada suhu 300°C lebih banyak dibandingkan

tandan kosong kelapa sawit, dan semakin berkurang jumlahnya seiring dengan

peningkatan suhu. Sedangkan untuk hasil produksi liquid pada biopelet tandan

kosong kelapa sawit lebih banyak dibandingkan tandan kosong kelapa sawit, ini

disebabkan pengaruh penambahan kadar air pada saat pembuatan biopelet yang

berfungsi sebagai perekat saat proses peletisasi. Kadar air merupakan salah satu

parameter penentu kualitas biopelet yang berpengaruh pada nilai kalor pembakaran,

kemudahan menyala, daya pembakaran, dan jumlah asap yang dihasilkan selama

67.33

43.0429.10 28.25

64.76

45.2830.66 32.77

22.53

37.22

41.22 44.99

16.25

25.86

24.8529.16

10.1419.74

29.68 26.7618.98

28.8644.49 38.08

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

300 400 500 600 0 300 400 500 600

Biopelet TKKS TKKS

Fraksi Massa

char liquid gas

Page 32: Skripsi Ilham Rev 2

20

pembakaran (Rahman 2011). Kadar air biopelet yang semakin tinggi menyebabkan

nilai kalor pembakaran biopelet semakin rendah dan asap yang dihasilkan semakin

banyak. Sehingga efisiensi pembakaran biopelet akan menurun dan saat proses

penyalaan akan semakin sulit karena api terlebih dahulu menguapkan air (Hansen

et al. 2009). Menurut El Bassam dan Maegaard 2004, untuk meningkatkan

efektivitas pembakaran nilai kadar air biopelet harus kurang dari 10%. Dan untuk

hasil produksi gas, biopelet tandan kosong kelapa sawit lebih sedikit dibandingkan

tandan kosong kelapa sawit.

Peningkatan suhu pirolisis menurunkan presentase produksi char yang

diakibatkan oleh devolatilisasi lanjutan dari volatile matter yang tersisa pada char.

Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan Sukiran (2009) dan

Abnisa (2011). Sebaliknya, peningkatan suhu pirolisis meningkatkan produksi

liquid dan gas karena adanya penambahan devolatilisasi zat terbang dari char.

Nilai kalor hasil produk pirolisis yang berupa char tersaji dalam Tabel 9,

terlihat perbedaan antara nilai kalor char biopelet tandan kosong kelapa sawit

dengan tandan kosong kelapa sawit . Peningkatan suhu pirolisis pada bahan biopelet

tandan kosong kelapa sawit berdampak pada penurunannya nilai kalor char. Tetapi

untuk bahan tandan kosong kelapa sawit nilai kalor char mengalami peningkatan

berbanding lurus dengan peningkatan suhu pirolisis namun mengalami penurunan

pada suhu 600 °C. Penurunan ini dimungkinkan karena terjadinya proses

devolatilisasi lanjutan, dimana arang yang sudah terbentuk terdevolatilisasi lagi

sehingga menyebabkan nilai kalor berkurang.

Tabel 9 Nilai kalor padatan (char) hasil pirolisis

Suhu (°C) Nilai Kalor Bahan (kJ/g)

Biopelet TKKS TKKS

300 25.16 25.63

400 24.35 26.92

500 24.16 27.86

600 23.37 24.50

Tabel 10 Persentase nilai kalor gas per gram biomassa yang dapat dimanfaatkan

dari hasil pirolisis biopelet TKKS

Suhu

(°C)

CO

(g)

CH4

(g)

CO

(kJ)

CH4

(kJ)

Nilai kalor

gas (kJ/g gas)

300 0.333 0.039 3.385 1.955 14.354

400 0.613 0.066 6.229 3.301 14.033

500 2.851 0.327 28.967 16.304 14.245

600 1.010 0.056 10.257 2.776 12.226

Page 33: Skripsi Ilham Rev 2

21

Tabel 11 Persentase nilai kalor gas per gram biomassa yang dapat dimanfaatkan

dari hasil pirolisis TKKS

Suhu

(°C)

CO

(g)

CH4

(g)

CO

(kJ)

CH4

(kJ)

Nilai kalor

gas (kJ/g gas)

300 0.105 0.010 1.068 0.518 13.791

400 0.120 0.008 1.224 0.378 12.515

500 0.363 0.029 3.690 1.462 13.143

600 1.101 0.033 11.189 1.651 11.322

Tabel 10 dan Tabel 11 menunjukkan nilai kalor gas per massa gas hasil

pirolisis. Pada Tabel 10 nilai kalor spesifik gas yang dihasilkan dari biopelet TKKS

berkisar 12.226-14.354 (kJ/g gas). Sedangkan pada Tabel 11 nilai kalor spesifik gas

yang dihasilkan dari TKKS berkisar 11.322-13.791 (kJ/g gas). Nilai kalor spesifik

gas yang dihasilkan dari proses pirolisis tidak ada yang melebihi nilai kalor spesifik

TKKS yaitu sebesar 18.708 (kJ/g), ini dimungkinkan karena nilai kalor dari gas H2

yang tidak terdeteksi oleh alat gas analyzer. Pelepasan gas H2 disebabkan oleh

terurainya komponen selulosa dan lignin yang terjadi pada suhu yang lebih tinggi.

Selulosa terurai pada suhu 315-400 oC dan lignin pada suhu 150-900 oC.

Untuk suhu pirolisis 600°C di kedua bahan perlu mendapatkan kajian lebih

lanjut untuk mengetahui mengapa terjadi penurunan nilai kalor gas.

Page 34: Skripsi Ilham Rev 2

22

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Proses pirolisis biopelet TKKS dan TKKS berlangsung dengan pirolisis lambat

maupun pirolisis cepat, meskipun lebih cenderung pada proses pirolisis lambat.

Proses pirolisis cepat terjadi saat tahap suhu pengeringan (100-120ºC) atau saat

biomassa melepaskan uap air berlangsung dengan cepat. Pada proses pirolisis

lambat dapat dilihat bahwa ketika laju pemanasan meningkat maka hasil dari char

akan menurun. Ketika laju pemanasan dinaikan jumlah dari gas yang dihasilkan

akan meningkat. Begitu juga produk liquid akan meningkat seiring dengan

kenaikan laju pemanasan. Temperatur memiliki pengaruh yang cukup signfikan

terhadap hasil produk. Pada temperatur yang lebih tinggi maka liquid yang

dihasilkan semakin banyak dan char semakin sedikit. Karakteristik nilai kalor char

yang dihasilkan dari proses pirolisis biopelet TKKS berada pada kisaran 23.37-

25.16 (kJ/g) dan nilai kalor char yang dihasilkan dari proses pirolisis TKKS berada

pada kisaran 24.50-27.86 (kJ/g). Untuk nilai kalor char dari hasil analisis,

disimpulkan bahwa hasil nilai kalor TKKS lebih besar dari nilai kalor biopelet

TKKS. Sedangkan karakteristik nilai kalor spesifik gas yang dihasilkan dari proses

pirolisis biopelet TKKS berada pada kisaran 12.226-14.354 (kJ/g gas) dan nilai

kalor spesifik gas dari proses pirolisis TKKS berada pada kisaran 11.322-13.791

(kJ/g gas). Hasil nilai kalor spesifik gas dari proses pirolisis tidak ada yang lebih

besar dari nilai kalor spesifik TKKS sebesar 18.708 (kJ/g), ini dimungkinkan karena

nilai dari gas H2 yang tidak terdeteksi oleh alat gas analyzer.

Saran

Perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk penanganan bahan biopelet

setelah proses pencetakan. Disamping itu perlu dilakukan penelitian dengan

menggunakan alat gas analyzer yang lebih baik sehingga dapat mengukur gas

mampu bakar dengan lebih lengkap.

Page 35: Skripsi Ilham Rev 2

23

DAFTAR PUSTAKA

[AEAT]. 2003. AET. Wood pellet manufacture in Scotland. A report produced for

Scottish Enterprise Forest Industries Cluster. Issue 1.

Abdullah N, Gerhauser H. 2008. Bio oil derived from empty fruit bunch. Fuel. 87:

2606-2613.

Abelloncleanenergy. 2009. Cofiring with biopelets: An efficient way to reduce

greenhouse greenhouse gas emissions [internet]. 2009 Nov 19. [diunduh 10

Mei 2015]. Tersedia pada : http://www.pellexo.com/global/pdf/co-firing.pdf

Abnisa F, Daud WMAD, Husin WNW, Sahu JN. 2011. Utilization possibilities of

palm shell as a source of biomass energy in Malaysia by producing bio-oil in

pyrolysis process. Biomass and Bioenergy. 35: 1863-1872.

Basu P. 2010. Biomass Gasification And Pyrolysis Practical Design. San Diego

(US): Academic presss is an imprint of Elsevier.

Bhattacharya SC. 1998. Appropriate biomass energy technologies: issues and

problems. Invited Paper for Seminar on Renewable Energy Sources for Rural

Areas; 1998 Jul 20-25; Nadi, Fiji. Nadi (FJ). 8:255-266.

[Ditjenbun] Direktorat Jenderal Perkebunan. 2013. Luas Perkebunan Kelapa Sawit

2013. Departemen Pertanian.

Douard F. 2007. Chalange in the expanding french pellet market. ITEBE Pellet

2007 Conference. Wells (AT), Austria.

Duric NS, Brankov DS, Kosanic RT, Ceranic BM, Smaragdakis N. 2011. The

Composition of Gaseous Products From Corn Stalk Pyrolysis Process. Serbia

(CS): Faculty of Technical Sciensces, University of Novi Sad, Novi Sad.

El Bassam N. dan P. Maegaard. 2004. Integrated Renewable Energy Or Rural

Communities. Amsterdam (NL): Planning guidelines, Technologies and

Applications Elsevier.

Ginting AS. 2014. Karekterisasi gas-gas hasil pyrolisis tandan kosong kelapa sawit

[tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Hahn B. 2004. Existing Guidelines and Quality Assurance for Fuel Pellets. Austria

(AT): Umbera.

Hansen MT, jein AR, Hayes S, Bateman P. 2009. English Handbook for Wood

Pellet Combustion. Denmark (DK): Intelligent Energy for Europe.

Iman T, Capadera S. 2011. Characterrization of bio-oil, syn-gas and bio-char from

switchgrass pirolisis at various temperatures. Jurnal of Analytical and

Applied Pirolisis, doi:10.1016/j.jaap.2011.11.010.

Lee Y, Park J, Ryu C, Gang KS, Yang W, Park YK, Jung J, Hyun S. 2013.

Comparison of biochar properties from biomass residues produced by slow

pyrolysis at 500 °C. Bioresource Technology. 148: 196–201.

Mani S, Tabil LG, Sokhansanj S. 2006. Effects of compressive force, particle size

and moisture content on mechanical properties of biomass pellets from

grasses. Biomass and Bioenergy. 30: 648 – 654.

Ma AN, Yousof B. 2005. Biomass energy from palm oil industry in Malysia.

Ingenieur. 27: 18-25.

Page 36: Skripsi Ilham Rev 2

24

Mani S, Tabil LG, Sokhansanj S. 2006. Effects of compressive force, particle size

and moisture content on mechanical properties of biomass pellets from

grasses. Biomass and Bioenergy. 30: 648 – 654.

Mohammed MAA, Salmiaton A, Wan A, Amran M. 2011.Gasification of oil palm

fruit bunch : a characterization and kinetic study. Bioresource Technology.

110: 628-636.

Omar R, Idris A, Yunus R, Khalid K, Aida I. 2011. Characterization of empty fruit

bunch for micromave-assisted pyrolisis. Fuel. 90: 1536-1544.

Pastre O.2002. Analysis of The Technical Obstacles Related to The Production and

Utilisation of Fuel Pellets Made from Agricultural Residues. Swedia (SE):

EUBIA, Pellet for Europe.

Rahman. 2011. Uji keragaan biopelet dari biomassa limbah sekam padi (oryza

sativa sp.) sebagai bahan bakar alternatif terbarukan [skipsi]. Bogor (ID):

Institut Pertanian Bogor.

Ramsay, W.S. 1982. Energy From Forest Biomass. New York (US): Ed Academic

Press, Inc.

Saptoadi H. 2006. The best biobriquette dimension and its particle size. In

Proceedings of the 2nd Joint International Conference on, Sustainable Energy

and Environment (SEE 2006) [internet]. 2006 Nov 21-23; Bangkok, Thailand

(TH). 9:161-175 ; [diunduh 2015 Jun 27]. Tersedia pada:

http://www.jgsee.kmutt.ac.th/see1/cd/file/C-004.pdf

Silva LS, Gonzales DS, Villasenor P, Sanchez J, Valverde L. 2012.

Thermogravimetric - mass spectrometric analysis of lignocellulosic and

marine biomass pirolisis. Bioresource Technology. 109:163-172.

Sukiran M. 2008. Pyrolysis of empty oil palm fruit bunch using the quartz fluidized-

fixed bed reactor [tesis]. Kuala Lumpur (MY):University of Malaya.

Syukri MN. 2014. Karakteristik Kelapa Sawit Sebagai Bahan Baku Bioenergi.

Kutai Timur (ID): PT Insan Fajar Mandiri Nusantara.

Yamada K, Kanada M, Wang Q, Sakamoto K, Uchiyama I, Mizoguchi T, Zhou Y.

2005. Utility of coal - biomass briquette for remediation of indoor air

pollution caused by coal burning in rural area, in China. Proceedings of

Indoor Air. 2005-3671.

Yang H, Yan R,Chen H, Lee D, Liang D, Zhang C. 2006. Pyrolisis of palm oil waste

for enhance production of hydrogen rich gas. Fuel Processing Technology.

87: 935-942.

Yang YB, Ryu C, Khor A, Yates NE, Sharifi VN, Switthenbank J. 2005. Effect of

fuel properties on biomass combustion: part I . Fuel. 85(2006): 1039-1046

Page 37: Skripsi Ilham Rev 2

25

Lampiran 1 Spektra NMR bio-oil hasil pirolisis biopelet TKKS pada suhu (a) 300°C, (b) 400°C, (c) 500°C, (d) 600°C

(a) 300°C

Page 38: Skripsi Ilham Rev 2

26

(b) 400°C

Page 39: Skripsi Ilham Rev 2

27

(c) 500°C

Page 40: Skripsi Ilham Rev 2

28

(d) 600°C

Page 41: Skripsi Ilham Rev 2

29

Lampiran 2 Spektra NMR bio-oil hasil pirolisis TKKS pada suhu (a) 300°C, (b) 400°C, (c) 500°C, (d) 600°C

(a) 300°C

Page 42: Skripsi Ilham Rev 2

30

(b) 400°C

Page 43: Skripsi Ilham Rev 2

31

(c) 500°C

Page 44: Skripsi Ilham Rev 2

32

(d) 600°C

Page 45: Skripsi Ilham Rev 2

33

Proses pengujian

Reaktor pirolisis skala lab Gas analyzer Lancom4

Lampiran 4 Lampiran 3 Dokumentasi Saat Pengujian

Page 46: Skripsi Ilham Rev 2

34

Char Biopelet TKKS Char TKKS

Liquid Biopelet TKKS Liquid TKKS

Gas Biopelet TKKS Gas TKKS

Lampiran 4 Dokumentasi Hasil Pirolisis

Page 47: Skripsi Ilham Rev 2

35

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 27 November 1991, anak pertama

dari dua bersaudara dari keluarga Bapak Asep Sutandi dan Ibu Dian Nurhandayati

S.Ip. Penulis menyelesaikan jenjang pendidikan SD pada tahun 1998 di SD Negeri

Krida Utama 1 Padalarang pada tahun 1998 sampai tahun 2004. Penulis

melanjutkan pendidikan menengah di SMP Negeri 3 Kota Cimahi pada tahun 2004

dan lulus pada tahun 2007. Pada tahun 2007 penulis melanjutkan pendidikan di

SMA Negeri 1 Kota Cimahi dan lulus tahun 2010. Pada tahun yang sama penulis

diterima sebagai mahasiswa IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB

(USMI) di Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian.

Selama perkuliahan, penulis pernah menjadi wakil ketua Unit Kegiatan

Mahasiswa (UKM) Tenis Meja IPB, ketua pelaksana Olimpiade Mahasiswa IPB

(OMI) 2014, dan anggota Himpunan Mahasiswa Teknik Pertanian (HIMATETA).

Pada bulan Januari - Maret 2014, penulis melaksanakan Praktik Lapangan di PT

Sayuran Siap Saji Megamendung, Bogor, Jawa Barat dengan judul Mempelajari

Aspek Keteknikan pada Kegiatan Proses Pengolahan Sayuran di PT. Sayuran Siap

Saji Megamendung, Bogor, Jawa Barat