skripsi hubungan pengetahuan dan sikap keluarga …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 ika guswani...

147
SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN DALAM MERAWAT ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI GANGGUAN JIWA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIJUNJUNG KABUPATEN SIJUNJUNG TAHUN 2018 Penelitian Keperawatan Jiwa Oleh : IKA GUSWANI PRATIWI 14103084105015 PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN STIKes PERINTIS PADANG TAHUN 2017/2018

Upload: others

Post on 29-Feb-2020

17 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

SKRIPSI

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA DENGAN

TINGKAT KECEMASAN DALAM MERAWAT ANGGOTA

KELUARGA YANG MENGALAMI GANGGUAN JIWA

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIJUNJUNG

KABUPATEN SIJUNJUNG TAHUN 2018

Penelitian Keperawatan Jiwa

Oleh :

IKA GUSWANI PRATIWI

14103084105015

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

STIKes PERINTIS PADANG

TAHUN 2017/2018

Page 2: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

SKRIPSI

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA DENGAN

TINGKAT KECEMASAN DALAM MERAWAT ANGGOTA

KELUARGA YANG MENGALAMI GANGGUAN JIWA

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIJUNJUNG

KABUPATEN SIJUNJUNG TAHUN 2018

Penelitian Keperawatan Jiwa

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Keperawatan Program Studi Sarjana Keperawatan

STIKes PERINTIS Padang

Oleh :

IKA GUSWANI PRATIWI

14103084105015

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

STIKes PERINTIS PADANG

TAHUN 2017/2018

Page 3: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan
Page 4: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan
Page 5: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan
Page 6: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN STIKES PERINTIS PADANG

SKRIPSI, JULI 2018

IKA GUSWANI PRATIWI

NIM : 14103084105015

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA DENGAN TINGKAT

KECEMASAN DALAM MERAWAT ANGGOTA KELUARGA YANG

MENGALAMI GANGGUAN JIWA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

SIJUNJUNG KABUPATEN SIJUNJUNG TAHUN 2018

(IX + VI BAB + 103 halaman + 6 tabel + 4 skema + 10 lampiran)

ABSTRAK

Jumlah pasien gangguan jiwa sebanyak 75 orang pada tahun 2017di Wilayah kerja

Puskesmas Sijunjung Kabupaten Sijunjung dengan jumlah pasien gangguan jiwa teran

pada tahun 2017 pasien gangguan jiwa berada pada posisi ketiga dengan jumlah pasien 75

orang di Wilayah Kerja Puskesmas Sijunjung. Keluarga sangat berpengaruh terhadap

proses kesembuhan anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, oleh karena

keluarga sering merasakan kecemasan dalam merawat anggota keluarganya yang

menderita gangguan jiwa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan

pengetahuan dan sikap keluarga dengan tingkat kecemasan dalam merawat anggota

keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Penelitan ini menggunakan metode corelatif

study. Teknik sampling yang digunakan adalah multistage sampling melibatkan 48

responden, kemudian diolah menggunakan chi-square test. Hasil uji statistik diperoleh

nilai ρ value = 0,000 (ρ<0,01), maka ada hubungan pengetahuan dengan tingkat

kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Hasil uji

statistik diperoleh nilai ρ value = 0,004 (ρ<0,01), maka ada hubungan sikap dengan

tingkat kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.

Kesimpulan dari penelitian ini adanya hubungan pengetahuan dan sikap keluarga dengan

tingkat kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa di

Wilayah Kerja Puskesmas Sijunjung Kabupaten Sijunjung. Disarankan bagi peneliti

selanjutnya dalam melakukan penelitiannya dengan variabel yang berbeda dalam

merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.

Kata Kunci :Gangguan Jiwa, Keluarga, Pengetahuan, Sikap, Tingkat Kecemasan

Daftar Bacaan : 37 (2004 – 2016)

Seringkali keluarga

menjadi putus asa

berhadapan dengan orang

yang dicintai yang

memiliki penyakit mental.

Jika anggota

keluarga memburuk

akibat stress dan

banyak pekerjaan,

dapat menghasilkan

anggota keluarga

yang sakit tidak

memiliki sistem

pendukung yang

sedang berlangsung

Page 7: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

PROGRAM OF NURSING STUDY

PERINTIS SCHOOL OF HEALTH SCIENCE PADANG

UNDERGRADUATE SCRIPTION, JULY 2018

IKA GUSWANI PRATIWI

1410308105015

THE CORRELATION BETWEEN KNOWLEDGE AND ATTITUDE FAMILY WITH

THE LEVEL OF ANXIETY IN CARING FOR MEMBERS OF THE FAMILY

EXPERIENCING A MENTAL DISORDER IN THE WORKING ARE SIJUNJUNG

HEALTH CENTER, SIJUNJUNG REGENCY 2018

(IX + VI CHAPTER + 103 page + 6 table + 4 scheme + 10 attachment)

ABSTRACT

The number of patients with mental disorders as many as 75 people in 2017 in the

working area of Health Center Sijunjung Regency Sijunjung with the number of patients

teraty mental disorder in 2017 patients mental disorder is in the third position with the

number of patients 75 people in the Working Area Health Center Sijunjung. Family is

very influential on the healing process of family members who have mental disorders,

because the family often feel anxiety in caring for family members who suffer from mental

disorders. This study aims to determine the relationship of knowledge and attitudes of

families with anxiety levels in caring for family members who have mental disorders. This

research uses corelatif study method. The sampling technique used is multistage sampling

involving 48 respondents, then processed using chi-square test. Statistical test results

obtained value ρ value = 0,000 (ρ<0,01), then there is a relationship of knowledge with

the level of anxiety in caring for family members who have mental disorders. Statistical

test results obtained value ρ value = 0.004 (ρ<0,01), then there is an attitude relationship

with the level of anxiety in caring for family members who have mental disorders. The

conclusion of this research is the correlation between knowledge and attitude family with

the level of anxiety in caring for members of the family experiencing a mental disorder in

the Working Are Sijunjung Health Center, Sijunjung Regency 2018. It is suggested for

subsequent researchers in doing research with different variables in caring for family

members who have mental disorders.

Keyword : Attitude, Family, Knowledge, Level Of Anxiety, Mental Disorder,

Reading List : 37 (2004 – 2016)

Page 8: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Diri

Nama : Ika Guswani Pratiwi

Tempat/Tanggal Lahir : Solok, 26 Agustus 1995

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Jumlah Saudara : 2 Orang

Anak ke : 1 ( Pertama )

Alamat Lengkap : Perumnas Selasa Indah F/15, Muaro Sijunjung,

Kabupaten Sijunjung, Provinsi Sumatra Barat

B. Identitas Orang Tua

Nama Ayah : Irwansyah

Nama Ibu : Jumini, Amd. Kep

Alamat Lengkap : Perumnas Selasa Indah F/15, Muaro Sijunjung,

Kabupaten Sijunjung, Provinsi Sumatra Barat

C. Riwayat Pendidikan

2000-2002 : TK Bhayangkari Sijunjung

2002-2008 : SD Negeri 1 Sijunjung

2008-2011 : SMP Negeri 1 Sijunjung

2011-2014 : SMA Negeri 2 Sijunjung

2014-2018 : Program S1 Keperawatan STIKes Perintis Padang

Page 9: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

Rahmat, Nikmat, dan Karunia-Nya, sehingga penyusunan proposal ini dapat

terselesaikan. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam

menempuh Ujian Seminar Skripsi Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes

Perintis Padang tahun 2018 dengan judul proposal “Hubungan pengetahuan dan

sikap keluarga dengan tingkat kecemasan dalam merawat anggota keluarga

yang mengalami gangguan jiwa di Wilayah Kerja Puskesmas Sijunjung

Kabupaten Sijunjung.”

Selama penulisan skripsi ini, tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak yang

telah memberikan arahan dan masukan yang membangun, demi terselesaikannya

penulisan proposal ini. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan banyak terima

kasih kepada :

1. Bapak Yendrizal Jafri, S.Kp,M.Biomed selaku Ketua STIKes Perintis

Sumatera Barat.

2. Ibu Ns. Ida Suryati, M.Kep. selaku Ketua Program Studi Sarjana

Keperawatan STIKes Perintis Sumatera Barat.

Page 10: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

3. Bapak Ns. Falerisiska Yunere, M.Kep selaku pembimbing I yang telah

banyak memberikan bimbingan, arahan serta petunjuk dalam

penyusunan skripsi ini.

4. Ibu Ns. Yuli Permata Sari, M.Kep selaku pembimbing II yang juga

telah meluangkan waktu dan pikiran dalam memberikan bimbingan

dan saran kepada peneliti sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

5. Bapak dan ibu staf pengajar Prodi Ilmu Keperawatan STIKes Perintis

Padang.

6. Yang teristimewa kepada Ayahanda Irwansyah dan Ibunda Jumini

yang telah membesarkan, mendidik, dan mendoakanku, memberi

dukungan moral maupun materil. Karena dengan ketulusan, cinta,

kasih, sayang, kepedulian dan perhatian dari ayahanda Irwansyah dan

ibunda Jumini saya mampu menyelesaikan pendidikan dan mampu

menyelesaikan skripsi ini.

7. Kepada adik-adikku tersayang Recky Fernando Lubis dan Bagus

Harriyanto Lubis. Berkat dukungan, motivasi, dan bantuan dari

mereka, saya menjadi kuat dan bersemangat dalam menyelesaikan

skripsi ini untuk mencapai gelar sarjana.

8. Rekan-rekan Mahasiswa Prodi Ilmu Keperawatan STIKes Perintis

Sumbar Angkatan 2014 yang telah banyak memberikan masukan dan

semangat yang sangat berguna dalam menyelesaikan penulisan skripsi

ini. Dukungan yang sangat membantu dalam menyelesaikan penulisan

skripsi ini.

Page 11: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

9. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi

ini yang tidak dapat penulis ucapkan satu persatu.

Tiada satupun di alam semesta ini yang sempurna kecuali Allah SWT. Oleh

karena itu peneliti tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan, karena skripsi ini

masih jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran yang bersifat membangun demi

kesempurnaan skripsi ini sangat peneliti harapkan dari pembaca semuanya.

Harapan peneliti semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, baik bagi

peneliti sendiri, maupun pembaca dikemudian hari.

Bukittinggi, Juli 2018

Ika Guswani Pratiwi

Page 12: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERSETUJUAN

KATA PENGANTAR ................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................. iv

DAFTAR TABEL ......................................................................................... vii

DAFTAR SKEMA ........................................................................................ viii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. ix

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 9

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum ............................................................................. 9

1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................................ 9

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Lahan Penelitian .................................................................. 10

1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan ............................................................. 10

1.4.3 Bagi Peneliti ................................................................................ 11

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ................................................................... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Gangguan Jiwa

2.1.1 Defenisi Gangguan Jiwa .............................................................. 12

2.1.2 Faktor Yang Menyebab Gangguan Jiwa ...................................... 13

2.1.3 Ciri-ciri Gangguan Jiwa ............................................................... 16

2.1.4 Jenis-jenis Ganguan Jiwa ............................................................. 17

2.1.5 Dampak Gangguan Jiwa Bagi Keluarga ........................................ 22

2.2 Konsep Keluarga

2.2.1 Defenisi Keluarga ........................................................................ 25

Page 13: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

2.2.2 Bentuk Keluarga .......................................................................... 27

2.2.3 Peran Keluarga ............................................................................. 28

2.2.4 Fungsi keluarga ............................................................................ 29

2.2.5 Tugas Kesehatan Keluarga .......................................................... 31

2.2.6 Dampak Gangguan Jiwa bagi Keluarga ...................................... 33

2.2.7 Prpgram Untuk Keluarga Gangguan Jiwa ................................... 36

2.3 Konsep Pengetahuan

2.3.1 Defenisi Pengetahuan .................................................................. 39

2.3.2 Tingkat Pengetahuan ................................................................... 41

2.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ........................ 42

2.3.4 Cara Memperoleh Pengetahuan ................................................... 44

2.4 Konsep Sikap

2.4.1 Defenisi Sikap .............................................................................. 45

2.4.2 Ciri-ciri Sikap .............................................................................. 46

2.4.3 Tingkat Sikap ............................................................................... 47

2.4.4 Fungsi Sikap ................................................................................ 48

2.4.5 Pengukuran Sikap ........................................................................ 49

2.4.6 Pembentukan Sikap dan Pengubahan Sikap ................................ 51

2.4.7 Sikap Keluarga Terhadap Anggota Keluarga Yang Menglami

Gangguan Jiwa .............................................................................. 53

2.5 Konsep Kecemasan

2.5.1 Defenisi Kecemasan .................................................................... 55

2.5.2 Proses Terjadinya Kecemasan ..................................................... 56

2.5.3 Aspek-aspek yang Mempengaruhi Kecemasan ........................... 57

2.5.4 Teori Kecemasan ......................................................................... 58

2.5.5 Reaksi yang Ditimbulkan oleh Kecemasan ................................. 60

2.5.6 Tingkat Kecemsan ....................................................................... 61

2.5.7 Cara Mengatasi Kecemasan ......................................................... 64

2.5.8 Skala Kecemasan HARS ............................................................. 65

2.6 Kerangka Teori .................................................................................... 68

Page 14: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

BAB III KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konsep ................................................................................ 70

3.2 Defenisi Operasional ........................................................................... 71

3.3 Hipotesa ............................................................................................... 72

BAB IV METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian ................................................................................. 73

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................. 74

4.3 Populasi, Sampel dan Sampling .......................................................... 74

4.4 Instrumen Penelitian ............................................................................ 77

4.5 Pengumpulan Data .............................................................................. 77

4.6 Pengolahan dan Analisa ...................................................................... 79

4.7 Etika Penelitian .................................................................................... 82

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil penelitian ..................................................................................... 85

5.1.1 Analisa Univariat ......................................................................... 85

5.1.2 Analisa Bivariat ........................................................................... 87

5.2 Pembahasan

5.2.1 Univariat ...................................................................................... 90

5.2.2 Bivariat ......................................................................................... 97

BAB VI PENUTUP

6.1.Kesimpulan ........................................................................................... 102

6.2 Saran ..................................................................................................... 103

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 15: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Defenisi Operasional ............................................................................ 71

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Keluarga Tentang Gangguan

Jiwa ...................................................................................................... 86

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Sikap Keluarga Dalam Merawat Anggota

Keluarga Yang Mengalami Gangguan Jiwa ........................................ 86

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Keluarga Dalam Merawat

Anggota Keluarga Yang Mengalami Gangguan Jiwa .......................... 87

Tabel 5.4 Hubungan Pengetahuan Dengan Tingkat Kecemasan Keluarga Dalam

Merawat Anggota Keluarga Yang Mengalami Gangguan Jiwa ........... 88

Tabel 5.4 Hubungan Sikap Dengan Tingkat Kecemasan Keluarga Dalam

Merawat Anggota Keluarga Yang Mengalami Gangguan Jiwa ........... 89

Page 16: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

DAFTAR SKEMA

Skema 2.1 Proses Terjadinya Kecemasan ........................................................ 56

Skema 2.2 Rentang Respon Kecemasan ......................................................... 64

Skema 2.3 Kerangka Teori .............................................................................. 68

Skema 3.1 Kerangka Konsep .......................................................................... 70

Page 17: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 2 Format Persetujuan Responden (Informed Consent)

Lampiran 3 Kisi-kisi Kuesioner

Lampiran 4 Kuesioner Penelitian

Lampiran 5 Surat Izin Penelitian dari STIKes Perintis Padang

Lampiran 6 Surat Balasan dari Kesbangpol

Lampiran 7 Surat Balasan dari Kecamatan

Lampiran 8 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian

Lampiran 9 Jadwal Kegiatan Penelitian

Lampiran 10 Lembar Konsultasi

Page 18: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sehat menurut WHO (World Health Organization) adalah keadaan sejahtera

yang meliputi fisik, mental dan sosial yang tidak hanya bebas dari penyakit

atau kecacatan, sehingga kesehatan jiwa merupakan bagian yang terintegrasi

dalam kesehatan individu secara keseluruhan yang tidak hanya terbebas dari

gangguan jiwa saja tetapi lebih kepada kualitas untuk menjalani hidup yang

lebih bahagia (Efendi dan Makhfudli, 2009). Kesehatan jiwa adalah suatu

kondisi sehat emosional, psikologis, dan sosial yang terlihat dari hubungan

interpersonal yang memuaskan, perilaku dan koping yang efektif, konsep diri

yang positif dan kestabilan emosional.

Pemerintah dalam hal kesehatan jiwa telah menetapkan aturan dalam bentuk

perundang-undangan kesehatan jiwa yaitu Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 18 Tahun 2014 Pasal 1 ayat 1 tentang kesehatan jiwa,

menyatakan bahwa: “Kesehatan jiwa adalah kondisi dimana seorang individu

dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual dan sosial sehingga individu

tersebut menyadari kemampuan sendiri, mampu mengatasi tekanan dan bekerja

secara produktif, serta senantiasa memberikan kontribusi untuk komunitasnya

(Melisa, 2016).

Page 19: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan jiwa dapat dikategorikan sebagai

faktor individual, interpersonal, dan sosial /budaya. Faktor individual meliputi

struktur biologis, memiliki keharmonisan hidup ,vitalitas, menemukan arti

hidup, kegembiraan atau daya tahan emosional, spiritual dan memiliki

identitas yang positif. Faktor interpersonal meliputi komunikasi yang efektif,

membantu orang lain, keintiman dan mempertahankan keseimbangan antara

perbedaan dan kesamaan. Faktor sosial/budaya meliputi keinginan untuk

bermasyarakat, memiliki penghasilan yang cukup, tidak mentoleransi

kekerasan dan mendukung keragaman individu (Videbeck, 2008).

Ada empat masalah kesehatan utama di negara-negara maju, modren dan

industri yaitu penyakit degeneratif, kanker, gangguan jiwa dan kecelakaan.

Salah satu dari empat masalah kesehatan utama di negara-negara maju,

modren dan industri yaitu gangguan jiwa, meskipun gangguan jiwa tersebut

tidak dianggap sebagai hal yang menyebabkan kematian secara langsung,

namun beratnya gangguan tersebut dalam arti ketidakmampuan secara

invaliditas baik secara individu maupun kelompok akan menghambat

pembangunan, karena mereka tidak produktif dan tidak efisien (Hayani,

2012). Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena

adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku dimana individu tidak

mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain, masyarakat dan

lingkungan. (Simanjuntak, 2006)

Page 20: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

Gangguan jiwa meliputi gangguan dalam cara berpikir (cognitive), kemauan

(volition), emosi (affective), tindakan (psychomotor) (Hartanto, 2014). Dalam

kehidupan gangguan jiwa dapat mempengaruhi fungsi kehidupan seseorang.

Aktivitas, kehidupan sosial, ritme pekerjaan, serta hubungan dengan keluarga

jadi terganggu karena gejala ansietas, depresi, dan psikosis. Seseorang dengan

gangguan jiwa apapun harus segera mendapatkan pengobatan. Keterlambatan

pengobatan akan semakin merugikan penderita, keluarga dan masyarakat

(sulistyorini 2013).

Fenomena gangguan jiwa pada saat ini mengalami peningkatan yang sangat

signifikan, dan setiap tahun di berbagai belahan dunia jumlah penderita

gangguan jiwa bertambah. Menurut data WHO (2016) terdapat sekitar 35 juta

orang terkena depresi, 60 orang terkena bipolar, 21 juta terkena skizofrenia,

serta 47,5 juta terkena dimensia. Berdasarkan data dari World Health

Organisasi (WHO 2015), ada sekitar 478,5 juta orang didunia yang

mengalami gangguan jiwa (Melisa, 2016).

Di Indonesia dengan berbagai faktor biologi, psikologis dan sosial dengan

keanekaragaman penduduk; maka jumlah kasus gangguan jiwa terus

bertambah yang berdampak pada beban negara dan penurunan produktivitas

manusia untuk jangka panjang. Di Indonesia gangguan jiwa berat tertinggi di

Yogyakarta dan Aceh (masing-masing 2,7%), posisi kedua di Sulawesi

Selatan (2,6%), posisi ketiga di Jawa Tengah dan Bali (masing-masing 2,3%),

posisi keempat di Bangka Belitung dan Jawa Timur (masing-masing 2,2%).

Page 21: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

Posisi kelima di NTB (2,1%), posisi keenam di Sumatra Barat, Bengkulu,

Sulawesi Tengah (masing-masing 1,9%) dan gangguan jiwa berat terendah di

Kalimanatan Timur (0,7%) (Rikesdas 2013). Berdasarakan hasil Rikesdas

2013 Provinsi Sumatra Barat berada pada posisi keenam dalam daftar tabel

prevalensi gangguan jiwa berat menurut provinsi (Rikesdas, 2013).

Provinsi Sumatra Barat terdapat 19 kabupaten salah satunya Kabupaten

Sijunjung. Di kabupaten Sijunjung tercatat ada 214.560 jiwa, ada sekitar

48.322 kepala keluarga, ada 1 Rumah Sakit Umum Daerah dan ada 12 pusat

kesehatan masyarakat. Berdasarkan data yang di kumpulkan dari 1 RSUD dan

12 puskesmas didapatkan bahwa jumlah kunjungan gangguan jiwa ada

sebanyak 336 orang di sarana pelayanan kesehatan tahun 2014 di Kabupaten

Sijunjung dari 19 Kab/Kota di Sumatra Barat. Kabupaten Sijunjung berada

pada urutan posisi ke-15 dari 19 Kab/Kota di Sumatra Barat berdasarkan

banyak jumlah kunjungan gangguan jiwa pada tahun 2014. Jumlah kunjungan

gangguan jiwa tertinggi di Kepulauan Mentawai sebanyak 75.877 orang dan

kunjungan gangguan jiwa terendah di Bukittinggi sebanyak 122 orang.

Pariaman dan Solok tidak ada kunjungan gangguan jiwa di sarana pelayanan

kesehatan pada tahun 2014 (Profil kesehatan 2014 Provinsi Sumatra Barat).

Dari 13 jumlah puskesmas yang ada di Kabupaten Sijunjung, salah satunya

Puskesmas Sijunjung yang merupakan pusat pelayanan kesehatan yang dekat

dengan pusat kota Muaro Sijunjung. Berdasarkan data yang dihimpun dari

Dinas Kesehatan Kabupaten Sijunjung, jumlah keseluruhan pasien gangguan

Page 22: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

jiwa di Wilayah Kerja Puskesmas Sijunjung sebanyak 75 orang pada tahun

2017. Wilayah Kerja Puskesmas Sijunjung berada pada posisi ketiga (75

orang) setelah Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Gadang (109 orang) yang

berada pada posisi pertama dan Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Ampalu

(90 orang) berada pada posisi kedua dengan jumlah pasien gangguan jiwa di

Kabupaten Sijunjung. Jumlah total pasien gangguan jiwa dari 13 puskesmas

yang ada di Kabupaten Sijunjung yaitu sebanyak 723 orang (Laporan bulanan

pelayanan kesehatan jiwa tahun 2017, Dinas Kesehatan Kabupaten Sijunjung).

Dengan melihat kondisi masalah kesehatan jiwa setiap tahunnya meningkat

dibandingkan dengan masalah kesehatan lainnya, maka dalam laporan

“Kesehatan mental: pemahaman baru, harapan baru” oleh Brundtland (2001)

melaporkan bahwa pendekatan kesehatan masyarakat terutama keluarga dalam

penanganan kesehatan mental memiliki peranan yang penting, pemahaman

keluarga menjadi hal utama dalam mendukung kesembuhan penderita

gangguan jiwa (Simanjuntak, 2006).

Berdasarkan survei pada beberapa orang dengan anggota keluarga yang

mengalami gangguan jiwa diperoleh bahwa ada beberapa hal yang

menyebabkan keluarga tidak aktif dalam memberikan perhatian dan

pengobatan pada penderita gangguan jiwa (Biegel et al., 1995 dikutip dari

Stuart & Laraia, 2001). Ada beberapa masalah yang teridentifikasi yang

dialami oleh keluarga yaitu meningkatnya stres dan kecemasan keluarga,

sesama keluarga saling menyalahkan, kesulitan pemahaman (kurangnya

Page 23: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

pengetahuan keluarga) dalam menerima sakit yang diderita oleh anggota

keluarganya yang mengalami gangguan jiwa dan pengaturan sejumlah waktu

dan sikap keluarga dalam menjaga serta merawat penderita gangguan jiwa dan

keuangan yang akan dihabiskan pada penderita gangguan jiwa (Simanjuntak,

2006).

Penelitian yang dilakukan terhadap 32 keluarga inti yang menjadi responden,

yang salah satu anggota keluarganya berobat jalan di Poliklinik Rumah Sakit

Jiwa Propinsi Sumatera Utara Medan menggambarkan bahwa 59,4%

responden memiliki pengetahuan yang baik mengenai gangguan jiwa, 40,6%

responden memiliki pengetahuan yang sedang mengenai gangguan jiwa,

46,9% responden yang memiliki tingkat kecemasan ringan, 46,9% responden

memiliki tingkat kecemasan yang sedang. Sementara itu 46,2% responden

memiliki tingkat kecemasan yang berat dalam menghadapi anggota keluarga

yang mengalami gangguan jiwa (Simanjuntak, 2006).

Pengetahuan keluarga mengenai kesehatan mental merupakan awal usaha

dalam memberikan iklim yang kondusif bagi anggota keluarganya. Keluarga

selain dapat meningkatkan dan mempertahankan kesehatan mental anggota

keluarganya, juga dapat menjadi sumber problem bagi anggota keluarga yang

mengalami ketidakstabilan mental sebagai akibat minimnya pengetahuan

mengenai persoalan kejiwaan keluarganya (Notosoedirdjo & Latipun, 2005).

Page 24: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

Selain pengetahuan keluarga terhadap anggota keluarga yang mengalami

gangguan jiwa, sikap yang diberikan keluarga sangat berpengaruh terhadap

proses kesembuhan dan dalam memberikan perawatan kepada anggota

keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Sikap berupa dukungan keluarga

yang bisa diberikan kepada pasien meliputi dukungan emosional yaitu dengan

memberikan kasih sayang dan sikap positif yang diberikan kepada klien,

dukungan informasional yaitu dengan memberikan nasihat dan pengarahan

kepada klien untuk minum obat. Sikap yang baik dan perawatan yang baik

oleh keluarga terhadap anggota keluarga yang mengalami gannguan jiwa akan

berdampak baik bagi kehidupan dan kualitas hidup anggota keluarga yang

mengalami gangguan jiwa, begitu pula sebaliknya (Simanjuntak, 2016).

Oleh karena itu keluarga sering merasakan kecemasan dalam menghadapi

anggota keluarganya yang menderita gangguan jiwa Kecemasan yang di

rasakan dapat berupa; adanya perasaan cemas, adanya ketegangan, adanya

rasa ketakutan, adanya gangguan tidur, adanya gangguan kecerdasan, adanya

perasaan depresi dan gejala-gejala tingkat kecemasan lainnya yang diarasakan

keluarga dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.

Studi pendahuluan yang peneliti lakukan pada tanggal 3 Desember 2017,

kepada keluarga yang memiliki anggota keluarga mengalami gangguan jiwa

sebanyak 7 keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Sijunjung, yang dilakukan

wawancara untuk mengukur tingkat pengetahuan, dapat disimpulkan bahwa, 5

keluarga (71,4%) memiliki pengetahuannya tinggi dan terdapat 2 keluarga

Page 25: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

(28,6%) memiliki pengetahuannya rendah terhadap anggota keluarganya yang

mengalami gangguan jiwa.

Wawancara yang dilakukan pada 7 keluarga yang memiliki anggota keluarga

yang mengalami gangguan jiwa, untuk mengetahui sikap positif dan negatif

yang diberikan dapat disimpulkan bahwa, 4 keluarga (57,1%) memberikan

sikap positif terhadap anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa dan 3

keluarga (42,9%) memberikan sikap negatif terhadap anggota keluarga yang

mengalami gangguan jiwa.

Wawancara yang dilakukan pada 7 keluarga yang memiliki anggota keluarga

yang mengalami gangguan jiwa, untuk mengetahui tingkat kecemasan yang

dialami keluarga dapat disimpulkan bahwa, 4 keluarga (57,1%) memiliki

tingkat kecemasan ringan, 2 keluarga (28,6%) memiliki tingkat kecemasan

sedang dan 1 keluarga (14,3%) memiliki tingkat kecemasan berat terhadap

anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.

Berdasarkan fenomena tersebut peneliti tertarik ingin melakukan penelitian

yang berjudul “hubungan pengetahuan dan sikap keluarga dengan tingkat

kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa

di Wilayah Kerja Puskesmas Sijunjung Kabupaten Sijunjung tahun 2018.

Page 26: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskan permasalahan dalam

penelitian ini adalah, “Apakah Ada Hubungan Pengetahuan dan Sikap

Keluarga dengan Tingkat Kecemasan dalam Merawat Anggota Keluarga yang

Mengalami Gangguan Jiwa di Wilayah Kerja Puskesmas Sijunjung Kabupaten

Sijunjung tahun 2018”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Diketahui hubungan pengetahuan dan sikap keluarga dengan tingkat

kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

jiwa di Wilayah Kerja Puskesmas Sijunjung Kabupaten Sijunjung tahun

2018.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Diketahui distribusi frekuensi pengetahuan keluarga dalam merawat

anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa di Wilayah Kerja

Puskesmas Sijunjung Kabupaten Sijunjung tahun 2018.

b. Diketahui distribusi frekuensi sikap keluarga dalam merawat anggota

keluarga yang mengalami gangguan jiwa di Wilayah Kerja Puskesmas

Sijunjung Kabupaten Sijunjung tahun 2018.

c. Diketahui distribusi frekuensi tingkat kecemasan dalam merawat

anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa di Wilayah Kerja

Puskesmas Sijunjung Kabupaten Sijunjung tahun 2018.

Page 27: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

d. Diketahui distribusi frekuensi hubungan pengetahuan keluarga dengan

tingkat kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami

gangguan jiwa di Wilayah Kerja Puskesmas Sijunjung Kabupaten

Sijunjung tahun 2018.

e. Diketahui distribusi frekuensi hubungan sikap keluarga dengan tingkat

kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami

gangguan jiwa di Wilayah Kerja Puskesmas Sijunjung Kabupaten

Sijunjung tahun 2018.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Lahan Penelitian

Penelitian ini dapat menjadi bahan evaluasi dan penerapan pengetahuan

dan sikap keluarga dengan tingkat kecemasan dalam merawat anggota

keluarga yang mengalami gangguan jiwa di Wilayah Kerja Puskesmas

Sijunjung tahun 2018 khususnya terhadap keluarga yang memiliki anggota

keluarga yang mengalami gangguan jiwa.

1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan

Menambah referensi pustaka, khususnya buku tentang pengetahuan dan

sikap keluarga dengan tingkat kecemasan dalam merawat anggota

keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Sebagai data dan hasil penelitian

yang dapat dijadikan dasar atau data yang mendukung untuk penelitian

selanjutnya.

Page 28: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

1.4.3 Bagi Peneliti

Menambah wawasan dan pengetahuan peneliti tentang hubungan

pengetahuan dan sikap keluarga dengan tingkat kecemasan dalam merawat

anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa dan mengembangkan

kemampuan peneliti menyusun suatu laporan penelitian.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan

sikap keluarga dengan tingkat kecemasan dalam merawat anggota keluarga

yang mengalami gangguan jiwa di Wilayah Kerja Puskesmas Sijunjung

Kabupaten Sijunjung tahun 2018. Dimana variabel independen yang

digunakan oleh penelitii adalah pengetahuan dan sikap keluarga dalam

menghadapi anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Variabel

dependen yang digunakan oleh peneliti adalah tingkat kecemasan dalam

merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Dalam penelitian

ini yang menjadi populasi adalah semua keluarga yang memiliki anggota

keluarga mengalami gangguan jiwa diwilayah kerja Puskesmas Sijunjung

yaitu sebanyak 75 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah multistage sampling, dengan jumlah sampel yaitu

sebanyak 48 orang responden. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross

sectional. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar

kuesioner. Penelitian ini dilakukan dalam rentang tanggal 12 Februari sampai

12 Maret 2018. Tempat penelitian di lakukan di Wilayah Kerja Puskesmas

Sijunjung Kabupaten Sijunjung.

Page 29: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Gangguan Jiwa

2.1.1 Defenisi Gangguan Jiwa

Gangguan jiwa adalah suatu sindroma atau pola psikologis atau perilaku

yang penting secara klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitkan

dengan adanya distress (misalnya, gejala nyeri) atau disabilitas (yaitu

kerusakan pada satu atau lebih area fungsi yang penting) atau disertai

peningkatan risiko kematian yang menyakitkan, nyeri, disabilitas, atau

sangat kehilangan kebebasan (American Psychiatric Association, 1994

dalam Susanti, 2014). Gangguan jiwa adalah perubahan perilaku yang

terjadi tanpa alasan yang masuk akal, berlebihan, berlangsung lama, dan

menyebabkan kendala terhadap individu tersebut atau orang lain

(Suliswati, 2005). Dalam buku Keliat, 2012 menyebutkan gangguan jiwa

adalah suatu perubahan pada fungsi jiwa yang menyebabkan adanya

gangguan pada fungsi jiwa, yang menimbulkan penderitaan pada individu

dan atau hambatan dalam melaksanakan peran sosial.

Menurut PPDGJ III (Pedoman Penggolongan Dan Diagnosis Gangguan Jiwa)

gangguan jiwa adalah sindrom pola perilaku seseorang yang secara khas

berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) atau hendaya (impairment) di

dalam satu atau lebih fungsi yang penting dari manusia, yaitu fungsi psikologik,

perilaku, biologik, dan gangguan itu tidak hanya terletak di dalam hubungan

Page 30: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

antara orang itu tetapi juga dengan masyarakat (Maslim, 2002; Maramis, 2010).

Gangguan jiwa merupakan deskripsi sindrom dengan variasi penyebab. Banyak

yang belum diketahui dengan pasti dan perjalanan penyakit tidak selalu bersifat

kronis. Pada umumnya ditandai adanya penyimpangan yang fundamental,

karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta adanya afek yang tidak wajar atau

tumpul (Maslim, 2002) (dalam Ah. Yusuf, 2015).

2.1.2 Faktor Yang Menyebabkan Gangguan Jiwa

Gejala utama atau gejala yang paling menonjol pada gangguan jiwa

terdapat pada unsur kejiwaan, tetapi penyebab utamanya mungkin dibadan

(somatogenik), di lingkungan sosial (sosiogenik), ataupun psikis

(psikogenik), (Maramis, 2010). Biasanya tidak terdapat penyebab tunggal,

akan tetapi beberapa penyebab sekaligus dari berbagai unsur itu yang

saling mempengaruhi atau kebetulan terjadi bersamaan, lalu timbullah

gangguan badan ataupun gangguan jiwa.

Menurut Stuart & Sundeen (2008) penyebab gangguan jiwa

dapat dibedakan atas :

a. Faktor Biologis /Jasmaniah

1) Keturunan

Peran yang pasti sebagai penyebab belum jelas, mungkin terbatas

dalam mengakibatkan kepekaan untuk mengalami gangguan jiwa

tapi hal tersebut sangat ditunjang dengan faktor lingkungan kejiwaan

yang tidak sehat.

Page 31: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

2) Jasmaniah

Beberapa peneliti berpendapat bentuk tubuh seseorang berhubungan

dengan ganggua jiwa tertentu. Misalnya yang bertubuh

gemuk/endoform cenderung menderita psikosa manik depresif,

sedang yang kurus/ectoform cenderung menjadi skizofrenia.

3) Temperamen

Orang yang terlalu peka/sensitif biasanya mempunyai masalah

kejiwaan dan ketegangan yang memiliki kecenderungan mengalami

gangguan jiwa.

4) Penyakit dan cedera tubuh

Penyakit-penyakit tertentu misalnya penyakit jantung, kanker, dan

sebagainya mungkin dapat menyebabkan merasa murung dan sedih.

Demikian pula cedera/cacat tubuh tertentu dapat menyebabkan rasa

rendah diri.

b. Ansietas dan Ketakutan

Kekhawatiran pada sesuatu hal yang tidak jelas dan perasaan yang tidak

menentu akan sesuatu hal menyebabkan individu merasa terancam,

ketakutan hingga terkadang mempersepsikan dirinya terancam.

c. Faktor Psikologis

Bermacam pengalaman frustasi, kegagalan dan keberhasilan yang

dialami akan mewarnai sikap, kebiasaan dan sifatnya. Pemberian kasih

sayang orang tua yang dingin, acuh tak acuh, kaku dan keras akan

Page 32: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

menimbulkan rasa cemas dan tekanan serta memiliki kepribadian yang

bersifat menolak dan menentang terhadap lingkungan.

d. Faktor Sosio-Kultural

Beberapa penyebab gangguan jiwa menurut Wahyu (2012) yaitu :

1) Penyebab primer (primary cause)

Kondisi yang secara langsung menyebabkan terjadinya gangguan

jiwa, atau kondisi yang tanpa kehadirannya suatu gangguan jiwa

tidak akan muncul.

2) Penyebab yang pencetus (precipatating cause)

Ketegangan-ketegangan atau kejadian-kejadian traumatik yang

langsung dapat menyebabkan gangguan jiwa atau mencetuskan

gangguan jiwa.

3) Penyebab menguatkan (reinforcing cause)

Kondisi yang cenderung mempertahankan atau mempengaruhi

tingkah laku maladaptif yang terjadi.

4) Multiple cause

Serangkaian faktor penyebab yang kompleks serta saling

mempengaruhi. Dalam kenyataannya, suatu gangguan jiwa jarang

disebabkan oleh satu penyebab tunggal, bukan sebagai hubungan

sebab akibat, melainkan saling mempengaruhi antara satu faktor

penyebab dengan penyebab lainnya.

Page 33: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

e. Faktor Presipitasi

Faktor stressor presipitasi mempengaruhi dalam kejiwaan seseorang.

Sebagai faktor stimulus dimana setiap individu mempersepsikan dirinya

melawan tantangan, ancaman, atau tuntutan untuk koping. Masalah

khusus tentang konsep diri disebabkan oleh setiap situasi dimana

individu tidak mampu menyesuaikan. Lingkungan dapat mempengaruhi

konsep diri dan komponennya. Lingkungan dan stressor yang dapat

mempengaruhi gambaran diri dan hilangnya bagian badan, tindakan

operasi, proses patologipenyakit, perubahan struktur dan fungsi tubuh,

proses tumbuh kembang, dan prosedur tindakan serta pengobatan

(Stuart&Sundeen, 2008).

2.1.3 Ciri-Ciri Gangguan Jiwa

Ciri-ciri gangguan jiwa (Suliswati, 2005) meliputi:

a. Perubahan yang berulang dalam pikiaran, daya ingat, persepsi dan

daya tilikan yang bermanifestasi sebagai kelainan bicara dan perilaku.

b. Perubahan ini menyebabkan tekanan batin dan penderitaan pada

individu dan orang lain di lingkungannya.

c. Perubahan perilaku, akibat dari penderita ini menyebabkan gangguan

dalam kegiatan sehari-hari, efisien kerja, dan hubungan dengan orang

lain (hendaknya dalam bidang sosial dan pekerjaan).

Page 34: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

Dalam buku Keliat, 2012, menyebutkan ciri-ciri lain dari gangguan jiwa,

yaitu: sedih berkepanjangan, tidak semangat dan cenderung malas, marah

tanpa sebab, mengurung diri, tidak mengenali orang, bicara kacau, bicara

sendiri, tidak mampu merawat diri.

2.1.4 Jenis Gangguan Jiwa

Dalam buku Keliat, 2012 menyebutkan berdasarkan survei masalah yang

dilakukan di beberapa rumah sakit jiwa, ditemukan 7 diagnosa

keperawatan utama tentang gangguan jiwa, yaitu :

a. Harga diri rendah

Harga diri rendah dalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan

rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri

sendiri dan kemampuan diri sendiri. Tanda dan gejala dari harga diri

rendah adalah: mengkritik diri sendiri; perasaan tidak mampu;

pandangan hidup yang pesimis; penurunan produktivitas; penolakan

terhadap kemampuan diri (Keliat, 2012).

b. Isolasi sosial

Isolasi sosial adalah keadaan seorang individu yang mengalami

penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berintekasi dengan

orang lain disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima,

kesepian dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan

orang lain. Tanda dan gejala dari isolasi sosial yang dapat ditemukan

dengan wawancara adalah: pasien menceritakan perasaan kesepian

atau ditolak oleh orang lain; pasien merasa tidak aman dengan orang

Page 35: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

lain; pasien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu; pasien

tidak dapat berkosentrasi dan membuat keputusan; pasien merasa tidak

berguna; pasien tidak yakin dapat melangsungkan hidup (Keliat, 2012)

c. Halusinasi

Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang

dialami oleh pasien gangguan jiwa. Pasien merasa sensasi berupa

suara, penglihatan, pengcapan, perabaan, atau penghiduan tanpa

stimulus nyata. Suatu penghayatan yang dialami seperti melalui panca

indra tanpa stimulus ekternal: persepsi palsu (Keliat, 2012).

Jenis-jenis halusinasi dalam buku Kusumawati, 2010 ,yaitu :

1. Halusinasi Pendengaran : Mendengar suara atau kebisingan yang

kurang jelas ataupn yang jelas, dimana terkadang suara-suara

tersebut seperti mengajak berbicara klien dan kadang

memerintahkan klien utk melakukan sesuatu.

2. Halusinasi Penglihatan : Stimulus visual dalam bentuk kilatan

cahaya, gambar geometris, gambar kartun, bayangan yang rumit

atau kompleks. Bayangan bisa yang menyenangkan atau

menakutkan.

3. Halusinasi Penghidu atau Penciuman : Membau bau-bauan tertentu

seperti bau darah, urin, dan feses, parfum atau bau yang lain. Ini

sering terjadi pada seseorang pasca serangan stroke, kejang atau

dimensia.

Page 36: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

4. Halusinasi Pengecapan : Merasa mengecap rasa seperti rasa seperti

darah, urin, feses atau yang lainnya.

5. Halusinasi Perabaan : Merasa mengalami nyeri atau ketidak

nyamanan tanpa stimulus yang jelas. Rasa tersetrum listrik yang

datang dari tanah, benda mati atau orang lain.

6. Halusinasi Cenesthetik : Merasakan fungsi tubuh seperti aliran

darah di vena atau arteri, pencernaan makan atau pembentukan

urine.

7. Halusinasi Kinestetika : Merasakan pergerakan sementara berdiri

tanpa bergerak.

d. Waham

Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara

kuat/terus menerus namun tidak sesuai dengan kenyataan. Berbagai

kehilangan dapat terjadi pada pascabencana, baik kehilangan harta

benda, keluarga maupun orang yang bermakna. Kehilangan

menyebabkan stres bagi yang mengalami. Jika stres ini

berkepanjangan dapat memicu masalah gangguan jiwa dan waham.

Tanda dan gejala waham berdasarkan jenis waham meliputi:

1. Waham kebesaran: individu meyakini bahwa ia memiliki

kebesaran atau kekuasaan khusus dan diucapkan berulang kali,

tetapi tidak sesuai kenyataan.

Page 37: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

2. Waham curiga: individu meyakini bahwa ada seseorang atau

kelompok yang berusaha merugikan/ menciderai dirinya dan

diucapkan berulang kali, tapi tidak sesuai kenyataan.

3. Waham agama: individu memiliki keyakinan terhadap suatu agama

secara berlebihan dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai

kenyataan.

4. Waham somatik: individu meyakini bahwa tubuh atau bagian

tubuhnya terganggu atau terserang penyakit dan diucapkan

berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan.

5. Waham nihilistik: indiviu meyakini bahwa dirinya suda tidak ada

di dunia/ meninggal dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak

sesuai kenyataan .

e. Resiko Perilaku Kekerasan

Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk

melukai seseorang seseorang secara fisik maupun psikologis. Perilaku

kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri sendiri,

orang lain, dan lingkungan. Perilaku kekerasa dapat terjadi dalam 2

bentuk yaitu saat sedang berlangsung perilaku kekerasan atau riwayat

perilaku kekerasan.

Tanda dan gejala dari perilaku kekerasan adalah: muka merah dan

tegang; pandangan tajam; mengatupkan rahang dengan kuat;

mengepalkan tangan; jalan mondar-mandir; bicara kasar; suara tinggi,

Page 38: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

menjerit atau berteriak; mengancam secara verbal atau fisik; merusa

barang atau benda (Keliat, 2012).

f. Resiko Bunuh Diri

Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh

pasien untuk mengakhiri kehidupannya. Berdasarkan besarnya

kemungkinan pasien melakukan bunuh diri, ada tiga macam perilaku

bunuh diri, yaitu isyarat bunuh diri, ancaman bunuh diri, dan

percobaan bunuh diri. Isyarat bunuh diri ditunjukkan dengan

berperilaku secara tidak langsung ingin bunuh diri, mis, dengan

mengatakan “segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya”.

Pada kondisi ini pasien mungkin sudah memiliki ide untuk mengakhiri

hidupnya, namun tidak disertai ancaman dan percobaan bunuh diri

(Keliat, 2012).

g. Defisit Perawatan Diri

Defisit perawatan diri pada pasien gangguan jiwa terjadi akibat adanya

perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan

aktivitas perawatan diri menurun. Defisit perawatan diri tampak dari

ketidak mampuan merawat kebersihan diri, makan, berhias diri, dan

eliminasi (buang air besar dan buang air kecil) secara mandiri.

Tanda dan gejala dari defisit perawatan diri yaitu:

1. Gangguan kebersihan diri, ditandai dengan rambut kotor, gigi

kotor, kulit berdaki dan bau, kuku panjang dan kotor

Page 39: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

2. Ketidakmampuan berhias/berdandan, ditandai dengan rambut acak-

acakan, pakaian tidak kotor dan tidak rapi, pada pasien laki-laki

tidak bercukur, pada pasien wanita tidak berdandan.

3. Ketidakmampuan makan secara mandiri, ditandai dengan

ketidakmampuan mengambil makan sendiri, makan berceceran,

dan makan tidak pada tempatnya.

4. Ketidakmampuan berkemih/defekasi secara mandiri, ditandai

dengan defekasi/berkemih tidak pada tempatnya, tidak

membersihkan diri dengan baik setelah defekasi/ berkemih.

(Keliat, 2012)

2.1.5 Dampak Gangguan Jiwa bagi Keluarga

Menurut Wahyu, (2012) dari anggota yang menderita gangguan jiwa bagi

keluarga diantaranya keluarga belum terbiasa dengan:

a. Penolakan

Sering terjadi dan timbul ketika ada keluarga yang menderita gangguan

jiwa, pihak anggota keluarga lain menolak penderita tersebut dan

meyakini memiliki penyakit berkelanjutan. Selama episode akut

anggota keluarga akan khawatir dengan apa yang terjadi pada mereka

cintai. Pada proses awal, keluarga akan melindungi orang yang sakit

dari orang lain dan menyalahkan dan merendahkan orang yang sakit

untuk perilaku tidak dapat diterima dan kurangnya prestasi. Sikap ini

mengarah pada ketegangan dalam keluarga, dan isolasi dan kehilangan

hubungan yang bermakna dengan keluarga yang tidak mendukung

Page 40: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

orang yang sakit. Tanpa informasi untuk membantu keluarga belajar

untuk mengatasi penyakit mental, keluarga dapat menjadi sangat

pesimis tentang masa depan. Sangat penting bahwa keluarga

menemukan sumber informasi yang membantu mereka untuk

memahami bagaimana penyakit itu mempengaruhi orang tersebut.

Mereka perlu tahu bahwa dengan pengobatan, psikoterapi atau

kombinasi keduanya, mayoritas orang kembali ke gaya kehidupan

normal.

b. Stigma

Informasi dan pengetahuan tentang gangguan jiwa tidak semua dalam

anggota keluarga mengetahuinya. Keluarga menganggap penderita

tidak dapat berkomunikasi layaknya orang normal lainnya.

Menyebabkan beberapa keluarga merasa tidak nyaman untuk

mengundang penderita dalam kegiatan tertentu. stigma dalam begitu

banyak di kehidupan sehari-hari, tidak mengherankan, semua ini dapat

mengakibatkan penarikan dari aktif berpartisipasi dalam kehidupan

sehari-hari.

c. Frustasi, tidak berdaya dan kecemasan

Sulit bagi siapa saja untuk menangani dengan pemikiran aneh dan

tingkah laku aneh dan tak terduga. Hal ini membingungkan,

menakutkan, dan melelahkan. Bahkan ketika orang itu stabil pada obat,

apatis dan kurangnya motivasi bisa membuat frustasi. Anggota keluarga

memahami kesulitan yang penderita miliki. Keluarga dapat menjadi

Page 41: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

marah-marah, cemas, dan frustasi karena berjuang untuk mendapatkan

kembali ke rutinitas yang sebelumnya penderita lakukan.

d. Kelelahan dan Burn out

Seringkali keluarga menjadi putus asa berhadapan dengan orang yang

dicintai yang memiliki penyakit mental. Mereka mungkin mulai merasa

tidak mampu mengatasi dengan hidup dengan orang yang sakit yang

harus terus-menerus dirawat. Namun seringkali, mereka merasa

terjebak dan lelah oleh tekanan dari perjuangan sehari-hari, terutama

jika hanya ada satu anggota keluarga mungkin merasa benar-benar

diluar kendali. Hal ini bisa terjadi karena orang yang sakit ini tidak

memiliki batas yang ditetapkan di tingkah lakunya. Keluarga dalam hal

ini perlu dijelaskan kembali bahwa dalam merawat penderita tidak

boleh merasa letih, karena dukungan keluarga tidak boleh berhenti

untuk selalu men-support penderita.

e. Duka

Kesedihan bagi keluarga di mana orang yang dicintai memiliki penyakit

mental. Penyakit ini mengganggu kemampuan seseorang untuk

berfungsi dan berpartisipasi dalam kegiatan normal dari kehidupan

sehari-hari, dan penurunan yang dapat terus-menerus. Keluarga dapat

menerima kenyataan penyakit yang dapat diobati, tetapi tidak dapat

disembuhkan. Keluarga berduka ketika orang yang dicintai sulit untuk

disembuhkan dan melihat penderita memiliki potensi berkurang secara

substansial bukan sebagai yang memiliki potensi berubah.

Page 42: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

f. Kebutuhan pribadi dan mengembangkan sumber daya pribadi

Jika anggota keluarga memburuk akibat stress dan banyak pekerjaan,

dapat menghasilkan anggota keluarga yang sakit tidak memiliki sistem

pendukung yang sedang berlangsung. Oleh karena itu, keluarga harus

diingatkan bahwa mereka harus menjaga diri secara fisik, mental, dan

spiritual yang sehat. Memang ini bisa sangat sulit ketika menghadapi

anggota keluarga yang sakit mereka. Namun, dapat menjadi bantuan

yang luar biasa bagi keluarga untuk menyadari bahwa kebutuhan

mereka tidak boleh diabaikan (Kurniawan, 2016).

2.2 Konsep Keluarga

2.2.1 Defenisi Keluarga

Keluarga terdiri atas individu yang bergabung bersama oleh ikatan

pernikahan, darah atau adopsi dan tinggal dalam suatu rumah tangga yang

sama (Friedman, 2016). Keluarga sebagai suatu sistem sosial merupakan

sebuah kelompok kecil yang terdiri atas beberapa individu yang

mempunyai hubungan erat satu sama lain dan saling bergantung, serta

diorganisasi dalam satu unit tunggal dalam rangka mencapai tujuan

tertentu (Ah. Yusuf, 2015).

Menurut Duval (1972) keluarga adalah sekumpulan orang yang

dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adaptasi dan kelahiran yang

bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum,

meningkatkan perkembangan fisik, mental dan emosional serta sosial

Page 43: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

individu yang ada didalamnya, dilihat dari interaksi yang reguler dan

ditandai dengan adanya ketergantungan dan hubungan untuk mencapai

tujuan umum. Ballon dan Maglay (1989) menyatakan keluarga adalah dua

atau lebih individu yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan

dan adopsi dalam satu rumah tangga, yang berinteraksi satu dengan yang

lainnya dalam peran dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya

(Ali, 2010).

Keluarga merupakan lingkungan sosial yang sangat dekat hubungannya

dengan seseorang. Keluarga yang lengkap dan fungsional serta mampu

membentuk homoestatis akan dapat meningkatkan kesehatan mental para

anggota keluarganya dan kemungkinan dapat meningkatkan ketahanan

para anggota kelurganya dari gangguan-gangguan mental dan

ketidakstabilan emosional anggota keluarganya. Usaha kesehtan mental

sebaiknya dan seharusnya dimulai dari keluarga. Karena itu perhatian

utama dalam kesehatan mental adalah menggarap keluarga agar dapat

memberikan iklim yang kondusif bagi anggota keluarga yang mengalami

gangguan kesehatan mental ( Notosoedirdjo & Latipun, 2005 ).

2.2.2 Bentuk Keluarga

Tipe dan bentuk keluarga menurut Friedman, 1986 (dalam Ali, 2010)

terdiri atas:

Page 44: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

a. Keluarga inti (Nuclear Family). Terdiri dari orang tua dan anak yang

masih menjadi tanggungannya dan tinggal dalam satu rumah, terpisah

dari sanak keluarga yang lainnya.

b. Keluarga besar (Exstended Family). Satu keluarga yang terdiri dari

satu atau dua keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah dan saling

menunjang satu sama lain.

c. Single parent family. Satu keluarga yang dikepalai oleh satu kepala

keluarga dan hidup bersama dengan anak-anak yang masih bergantung

padanya.

d. Nuclear dyed. Keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri tanpa

anak, tinggal dalam satu rumah yang sama.

e. Blended family. Suatu keluarga yang terbentuk dari perkawinan

pasangan, yang masing-masing pernah menikah dan membawa anak

hasil perkawinan terdahulu

f. Three generation family. Keluarga yang terdiri dari tiga generasi, yaitu

kakek, nenek, bapak, ibu dan anak dalam satu rumah

g. Single adult living alone. Bentuk keluarga yang hanya terdiri dari satu

orang dewasa yang hidup dalam rumahnya.

h. Middle age atau elderly couple. Keluarga yang terdiri dari sepasang

suami istri paruh baya.

2.2.3 Peran Keluarga

Peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat,

kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi

Page 45: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

tertentu. Peran individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola

perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.

Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga (Effendy, 1998) adalah

sebagai berikut:

a. Peran ayah : sebagai suami dan ayah dari anak-anaknya, berperan

sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman,

sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya

serta sebagai anggota masyarakat dari lingkunganya.

b. Peran ibu : sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai

peran untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik

anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari

peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari

lingkungannya, disamping itu ibu juga berperan sebagai pencari

nafkah tambahan dalam keluarganya.

c. Peran anak : anak-anak melaksanakan peran psiko-sosial sesuai dengan

tingkatanperkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spiritual.

Keliat (2011), mengemukakan pentingnya peran serta keluarga dalam

perawatan klien gangguan jiwa yang dapa dipandang dari berbagai segi :

a. Keluarga merupakan tempat dimana individu memulai hubungan

interpersonal dengan lingkungannya.

b. Keluarga merupakan suatu sistem yang saling bergantung dengan

anggota keluarga yang lain.

Page 46: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

c. Pelayanan kesehatan jiwa bukan tempat klien semur hidup tetapi

fasilitas yang hanya membantu klien dan keluarga sementara.

d. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa salah satu faktor penyebab

gangguan jiwa adalah keluarga yang pengetahuannya kurang.

2.2.4 Fungsi Keluarga

Fungsi keluarga menurut Friedman (1998) adalah :

a. Fungsi Afektif

Berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga, sebagai basis

kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk memenuhi kebutuhan

psikososial terutama bagi klien gangguan jiwa. Keberhasilan

melaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan

kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Tiap anggota keluarga

saling mempertahankan iklim yang positif. Hal tersebut dapat

dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi dan hubungan dalam

keluarga. Dengan demikian, keluarga yang ebrhasil melaksanakan

fungsi afektif, seluruh anggota keluarga dapat mengembangkan konsep

diri positif.

Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan

fungsi afektif adalah :

1. Saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling

mendukung antara keluarga dengan anggota keluarga yang

mengalami gangguan jiwa, sehinggatercipta hubungan yang hangat

dan saling medukung.

Page 47: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

2. Saling menghargai, keluarga harus menghargai, mengakui

keberadaan dan hak anggota keluarga yang mengalami gangguan

jiwa serta selalu mempertahankan iklim positif.

3. Ikatan kekeluargaan yang kuat dikembangkan melalui proses

identifikasi dan penyesuaian pada berbagai aspek kehidupan

anggota keluarga terutama pada anggota keluarga yang mengalami

gangguan jiwa yang sangat membutuhkan perhatian dan dukungan

dari keluarganya. Keluarga harus mengembangkan proses

identifikasi yang positif sehingga anggota keluarga dapat meniru

tingkah laku yang positif tersebut.

b. Fungsi Sosialisasi

Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui

setiap anggota keluarganya, yang mengahasilkan interaksi sosial. Pada

anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, keluarga berperan

untuk membimbing anggota keluarga tersebut untuk mau bersosialisasi

dengan anggota keluarga yang lain dan lingkungan sekitarnya.

Keberhasilan perkembangan yang dicapai oleh anggota keluarga

melalui interaksi atau hubungan antara anggota keluarga yang

diwujudkan dalam sosialisasi.

c. Fungsi Ekonomi

Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi

kebutuhan seluruh anggota keluarga terutama anggota keluarga yang

mengalami gangguan jiwa seperti memberikan dana untuk pengobatan

Page 48: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

dan perawatan selama dirawat dirumah sakit jiwa maupun dirawat

dirumah. Keluarga menyediakan semua perlengkapan yang dibutuhkan

anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.

d. Fungsi Perawatan Kesehatan

Keluarga juga berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan

kesehatan dan merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

jiwa. Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan keperawatan

mempengaruhi status kesehatan keluarga. Kesanggupan keluarga

melaksankana pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas

kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Keluarga yang dapat

melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan

masalah kesehatan.

2.2.5 Tugas Kesehatan Keluarga

Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas

dibidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan. Friedman (dalam

Setiadi 2008) membagi tugas keluarga dalam bidang kesehatan yang harus

dilakukan, yaitu :

a. Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya

Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak

langsung menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga, maka

apabila menyadari adanya perubahan perlu segera dicatat kapan

terjadinya, perubahan apa yang terjadi dan seberapa besar

perubahannya.

Page 49: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi

keluarga

Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari

pertolongan yang tepat dan sesuai dengan keluarga, dengan

pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan

memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga maka segera

melakukan tindakan yang tepat agar masalah kesehatan dapat

dikurangi atau bahkan teratasi. Jika keluarga mempunyai keterbatasan

sebaiknya meminta bantuan orang lain dilingkungan sekitar keluarga.

c. Memberikan perawatan

Memberikan perawatan diri kepada anggota keluarga yang sakit

terutama anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa atau yang

tidak dapat membantu dirinya sendiri karena gangguan prose pikir,

cacat atau usianya yang terlalu muda/ tua. Perawatan ini dapat

dilakukan dirumah apabila keluarga memiliki kemampuan melakukan

tindakan untuk pertolongan pertama atau pergi kepelayanan kesehatan

untuk memperoleh tindakan lanjutan agar masalah yang lebih parah

tidak terjadi.

d. Memodifikasi lingkungan

Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan

dan perkembangan kepribadian keluarga.

e. Memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada

Page 50: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga

kesehatan.

2.2.6 Dampak Gangguan Jiwa bagi Keluarga

Menurut Wahyu, 2012 dari anggota keluarga yang menderita gangguan

jiwa bagi keluarga diantaranya keluarga belum terbiasa dengan:

a. Penolakan

Sering terjadi dan timbul ketika ada keluarga yang menderita

gangguan jiwa, pihak anggota keluarga lain menolak penderita tersebut

dan meyakini memiliki penyakit berkelanjutan. Selama episode akut

anggota keluarga akan khawatir dengan apa yang terjadi padamereka

cintai. Pada proses awal, keluarga akan melindungi orang yang sakit

dari orang lain dan menyalahkan dan merendahkan orang yang sakit

untuk perilaku tidak dapat diterima dan kurangnya prestasi. Sikap ini

mengarah pada ketegangan yang bermakna dengan keluarga yang tidak

mendukung orang sakit. Tanpa informasi untuk membantu keluarga

belajar untuk mengatasi penyakit mental, keluarga dapat menjadi

sangat pesimis tentang masa depan. Sangat penting bahwa keluarga

menemukan sumber informasi yang membantu mereka untuk

memahami bagaimana penyakit itu mempengaruhi orang tersebut.

Mereka perlu tahu bahwa dengan pengobatan, psikoterapi atau

kombinasi keduanya, mayoritas orang kembali ke gaya kehidupan

normal.

Page 51: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

b. Stigma

Informasi dan pengetahuan tentang gangguan jiwa tidak semua dalam

anggota keluarga mengetahuinya. Keluarga menganggap penderita

tidak dapat berkomunikasi layaknya orang normal lainnya.

Menyebabkan beberapa keluarga merasa tidak nyaman untuk

mengundang penderita dalam kegiatan tertentu. stigma dalam begitu

banyak di kehidupan sehari-hari, tidak mengherankan, semua ini dapat

mengakibatkan penarikan dari aktif berpartisipasi dalam kehidupan

sehari-hari.

c. Frustasi, tidak berdaya dan kecemasan

Sulit bagi siapa saja untuk menangani dengan pemikiran aneh dan

tingkah laku aneh dan tak terduga. Hal ini membingungkan,

menakutkan, dan melelahkan. Bahkan ketika orang itu stabil pada obat,

apatis dan kurangnya motivasi bisa membuat frustasi. Anggota

keluarga memahami kesulitan yang penderita miliki. Keluarga dapat

menjadi marah-marah, cemas, dan frustasi karena berjuang untuk

mendapatkan kembali ke rutinitas yang sebelumnya penderita lakukan.

d. Kelelahan dan Burn out

Seringkali keluarga menjadi putus asa berhadapan dengan orang yang

dicintai yang memiliki penyakit mental. Mereka mungkin mulai

merasa tidak mampu mengatasi dengan hidup dengan orang yang sakit

yang harus terus-menerus dirawat. Namun seringkali, mereka merasa

Page 52: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

terjebak dan lelah oleh tekanan dari perjuangan sehari-hari, terutama

jika hanya ada satu anggota keluarga mungkin merasa benar-benar

diluar kendali. Hal ini bisa terjadi karena orang yang sakit ini tidak

memiliki batas yang ditetapkan di tingkah lakunya. Keluarga dalam hal

ini perlu dijelaskan kembali bahwa dalam merawat penderita tidak

boleh merasa letih, karena dukungan keluarga tidak boleh berhenti

untuk selalu men-support penderita.

e. Duka

Kesedihan bagi keluarga di mana orang yang dicintai memiliki

penyakit mental. Penyakit ini mengganggu kemampuan seseorang

untuk berfungsi dan berpartisipasi dalam kegiatan normal dari

kehidupan sehari-hari, dan penurunan yang dapat terus-menerus.

Keluarga dapat menerima kenyataan penyakit yang dapat diobati,

tetapi tidak dapat disembuhkan. Keluarga berduka ketika orang yang

dicintai sulit untuk disembuhkan dan melihat penderita memiliki

potensi berkurang secara substansial bukan sebagai yang memiliki

potensi berubah.

f. Kebutuhan pribadi dan mengembangkan sumber daya pribadi

Jika anggota keluarga memburuk akibat stress dan banyak pekerjaan,

dapat menghasilkan anggota keluarga yang sakit tidak memiliki sistem

pendukung yang sedang berlangsung. Oleh karena itu, keluarga harus

diingatkan bahwa mereka harus menjaga diri secara fisik, mental, dan

spiritual yang sehat. Memang ini bisa sangat sulit ketika menghadapi

Page 53: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

anggota keluarga yang sakit mereka. Namun, dapat menjadi bantuan

yang luar biasa bagi keluarga untuk menyadari bahwa kebutuhan

mereka tidak boleh diabaikan (Kurniawan, 2016).

2.2.7 Program Untuk Keluarga Gangguan Jiwa

Keluarga sering mengalami stress dan shock ketika terdapat anggota

keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Keadaan demikian tentu seperti

snow ball bagi penderita sendiri. Padahal dirinya sendiri (penderita)

membutuhkan keadaan yang mendukung untuk proses kesembuhannya

dari orang-orang terdekat. Pfeff dan Mostek (Sriati, 2000 : 67)

mengidentifikasi kategori program untuk keluarga yaitu :

1) Pemberian kekuasaan

Keluarga perlu belajar menghadapi situasi sulit dengan memberikan

kepada mereka perasaan mampu mengontrol kehidupanya.

2) Pendidikan keluarga

Pendidikan keluarga menjadi intervensi keperawatan primer dalam

setting keperawatan jiwa. Walsh merekomendasikan cara-cara dalam

pendidikan keluarga sebagai berikut:

a) Terima kenyataan apa adanya pada anggota keluarga yang

mengalami gangguan jiwa. Tidak ada pilihan lain yang

menguntungkan bagi keluarga kecuali menerima kenyataan.

Keputusan memilih diluar hal tersebut justru semakin memperparah

keadaan penderita, dan akan memperlebar wilayah gangguan jiwa

bagi anggota keluarga yang lainya.

Page 54: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

b) Rencanakan program perawatan diri.

Keluarga harus mengatur, bagaimana pemenuhan kebutuhan sehari-

hari, agar tercukupi secara memadai bagi anggota keluarganya yang

mengalami gangguan jiwa. Siapa yang bertanggung jawab urusan

tertentu, dan siapa untuk urusan lainnya, termasuk perlibatan

penderita itu sendiri sesuai dengan kemampuannya harus benar-

benar dibicarakan bersama. Disinilah penderita akan mendapatkan

“Rasa nyaman” sebagai jaminan bagi dirinya.

c) Mengerjakan aktivitas personal dan hobby.

Keluarga dalam hal ini, adalah juga sebagai manusia yang juga

membutuhkan pemenuhan-pemenuhan kebutuhan secara wajar bagi

keseimbangan fisik dan mentalnya. Dalam hal ini, bukan berarti

keluarga dengan anggota keluarga gangguan jiwa, berperilaku tidak

wajar dan memiliki pemenuhan kebutuhan yang tidak sama, justu

jika ingin kembali harmonis dan utuh, maka mereka sebagai

keluarga tetap harus mengerjakan aktivitas personal dan hobby

tertentu secara wajar pula.

d) Terlibat dalam organisasi sosial yang mendukung.

Disinilah urgensi keluarga. Apalagi dengan anggota keluarga

mengalami gangguan jiwa, yang sebenarnya senantiasa akan

membutuhkan support dari lingkungannya. Sarana yang paling

memungkinkan untuk hal tersebut adalah keterlibatan keluarga

dalam aktivitas atau organisasi sosial masyarakat yang mendukung.

Page 55: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

e) Hindari nasihat dan opini dari orang yang tidak mempunyai

pengalaman gangguan jiwa.

Sangat mungkin bahwa keluarga akan mendapat komentar minimal

dari orang atau keluarga lain ketika mengetahui adanya anggota

keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Komentar yang tidak

produktif atau dapat diprediksi demikian, merupakan langkah untuk

menghindari jika akan mendapat stressortersendiri bagi keluarga,

karena komentar yang berupa nasihat atau opini dari orang lain

adalah sebuah keniscayaan yang tidak akan selalu berhasil ketika

terus menerus menghindari coping. Hal ini merupakan sebuah sikap

semacam lari dari kenyataan.

f) Ingat bahwa kebahagiaan dapat terjadi.

Sengsara atau bahagia sesungguhnya adalah sebuah kemestian.

Kemestian adalah sebuah keputusan pilihan. Untuk itulah keluarga

yang ingin dan memahami dengan baik, serta memiliki kemampuan

untuk berubah, kebahagiaan hidup dalam keluarga adalah sesuatu

yang dapat terjadi, disinilah keluarga sekiranya memilikioptimisme

dan kekuatan untuk melakukan perubahan.

g) Berhenti menyalahkan diri sendiri

Pada satu sisi, begitu kuatnya memori yang ada mengatakan pada

keluarga bahwa gangguan jiwa adalah penyakit yang sangat sulit

disembuhkan. Hal demikian semakin memperkuat dan

memperpanjang perasaan menyalahkan diri sendiri keluarga, yang

Page 56: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

pasti bahwapikiran dan perasaan tersebut bagi keluarga justru

semakin tidak menguntungkan. Pemaknaan tersebut harus disadari

oleh keluarga sebagai langkah awal untuk perbaikan dan pemulihan,

sehingga ketika perasaan itu muncul tidak ada pilihan lain kecuali

harus menghentikannya(Susana,2007)

2.3 Konsep Pengetahuan

2.3.1 Defenisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang

terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan

sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga

menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas

perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan

seseorang diperoleh melalui oleh indra pendengaran (telinga), dan indra

penglihatan (mata). Pengetahuan seseorang tehadap objek mempunyai

intensitas atau tingkat yang berbeda-beda (Notoatmodjo, 2010).

Pengetahuan keluarga mengenai kesehatan mental merupakan awal usaha

dalam memberikan iklim yang kondusif bagi anggota keluraganya.

Keluarga selain dapat meningkatkan dan mempertahankan kesehatan

mental anggota keluarga, juga dapat menjadi sumber problem bagi anggota

keluarga yang mengalami persoalan kejiwaan keluarganya ( Notosoedirdjo

& Latipun, 2005 ).

Page 57: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

Penelitian ini diperkuat berdasarkan penelitian dari badan National Mental

Health Association/NMHA (2001), diperoleh bahwa banyak

ketidakmengertian ataupun kesalahpahaman keluarga mengenai gangguan

jiwa, keluarga menganggap bahwa seseorang yang mengalami gangguan

jiwa tidak akan pernah sembuh kembali. Namun faktanya, NMHA

mengemukakan bahwa orang yang mengalami gangguan jiwa dapat

sembuh dan dapat mulai kembali melakukan aktivitasnya (Foster, 2001).

Tanpa adanya pemahaman yang jernih mengenai masalah gangguan jiwa

yang dihadapi keluarga akan dapat menimbulkan kecemasan dan hal ini

didukung oleh adanya penelitian yang dilakukan oleh Brown & Bradley

(2002) pada keluarga yang memiliki anggota keluarga yang mengalami

gangguan jiwa dan didapatkan bahwa kecemasan keluarga akan semakin

meningkat tanpa pengetahuan yang baik mengenai masalah gangguan jiwa

yang dihadapi keluarga (Simanjuntak, 2006)

2.3.2 Tingkat Pengetahuan

Dalam buku Notoatmodjo, 2010, pengetahuan di bagi dalam 6 tingkat

yakni:

a. Tahu ( know), diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang

telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Untuk mengetahui

atau mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat menggunakan

pertanyaan-pertanyaan, dengan menggunakan kalimat tanya 5W+1H.

Page 58: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

b. Memahami (comprehension), memahami suatu objek bukan sekedar

tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar menyebutkan, tetapi orang

tersebut harus dapat mengintreprestasikan secara benar tentang objek

yang diketahui tersebut.

c. Aplikasi (application), diartikan apabila orang yang telah memahami

objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip

yang diketahui tersebut pada situasi yang lain.

d. Analisis (analysis), adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan

dan atau memisahkan kemudian, kemudian mencari hubungan antara

komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek

yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah

sampai pada tingkat analisi adalah apabila orang tersebut telah dapat

membedakan atau memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram

(bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut.

e. Sintesis (synthesis), menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk

merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari

komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Misalnya dapat

membuat atau meringkas dengan kata-kata atau kalimat sendiri tentang

hal-hal yang telah dibaca atau didengar dan dapat membuat kesimpulan

tentang artikel yang telah dibaca.

f. Evaluasi (evaluation), berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek terentu.

Page 59: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

2.3.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoadmojo (2003) pengetahuan dipengaruhi oleh faktor :

(a) Pendidikan

Pendidikan adalah proses belajar yang berarti terjadi proses pertumbuhan,

perkembangan atau perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik dan

lebih matang pada diri individu, keluarga atau masyarakat. Beberapa hasil

penelitian mengenai pengaruh pendidikan terhadap perkembangan pribadi,

bahwa pada umumnya pendidkan itu mempertinggi taraf intelegensi

keluarga dalam merawat pasien skizofrenia agar pasien skizofrenia mampu

kembali ke keluarga dan beradaptasi dengan lingkungan.

(b) Persepsi

Persepsi, mengenal dan memilih objek sehubungan dengan tindakan yang

akan diambil. Persepsi keluarga tentang skizofrenia merupakan salah satu

faktor yang mempengaruhi kesembuhan pasien skizofrenia tersebut.

Keluarga menganggap skizofrenia merupakan penyakit yang memalukan

dan membawa aib bagi keluarga maka hal ini juga akan mempengaruhi

kesembuhan pasien skizofrenia.

(c) Motivasi

Motivasi merupakan dorongan, keinginan dan tenaga penggerak yang

berasal dari dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu dengan

mengesampingkan hal-hal yang dianggap kurang bermanfaat. Dalam

mencapai tujuan dan munculnya motivasi dan memerlukan rangsangan

dari dalam individu maupun dari luar. Motivasi murni adalahmotivasi

yang betul-betul disadari akan pentingnya suatu perilaku akan dirasakan

Page 60: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

suatu kebutuhan. Motivasi keluarga dalam mencari informasi tentang

skizofrenia mempengaruhi cara keluarga melakukan perawatan

padapasien skizofrenia. Tingginya motivasi keluarga untuk mendapatkan

informasi menunjang tingginya pengetahuan dan informasi yang

diperoleh keluarga mengenai skizofrenia

(d) Pengalaman

Pengalaman adalah sesuatu yang dirasakan (diketahui, dikerjakan) juga

merupakan kesadaran akan suatu hal yang tertangkap oleh indera

manusia. Faktor eksternal yang mempengaruhi pengetahuan antara lain

meliputi: lingkungan, sosial, ekonomi, kebudayaan dan informasi.

Lingkungan sebagai faktor yang berpengaruh bagi pengembangan sifat

dan perilaku individu. Sosial ekonomi, penghasilan sering dilihat untuk

memiliki hubungan antar tingkat penghasilan dengan pemanfaatan.

Kecenderungan perawatan berulang pada pasie skizofrenia merupakan

pengalaman keluarga dalam merawat pasien skizofrenia. Pengalaman

tersebu merupakan pembelajaran kepada keluarga tentang bagaimana cara

yang tepat merawat pasien skizofrenia

2.3.4 Cara Memperoleh Pengetahuan

Cara memperoleh pengetahuan menurut Notoatmodjo, 2013 adalah

sebagai berikut:

a. Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan

1. Cara coba salah

Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan, bahkan mungkin

mungkin sebelum adanya peradapan. Cara coba salah ini dilakukan

Page 61: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah

dan apabila kemungkinan itu tidak berhasil maka dicoba

kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut dapat dipecahkan.

2. Cara kekuasaan atau otoritas

Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpin-pemimpin

masyarakat baik formal atau informal , ahli agama, pemegang

pemerintah, dan berbagai prinsip orang lain yang mempunyai yang

dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa memuji

terlebih dahulu atau membuktikan kebenarannya baik berdasarkan

fakta empiris maupun penalaran sendiri.

3. Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya memperoleh

pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang

pernah diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi

masa lalu.

b. Cara modren untuk memperoleh pengetahuan

Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih populer disebut

metode penelitian. Cara ini mula-mula dikembangkan oleh Francis

Bacom (1561-1626) kemudian dikembangkan oleh Deobold Van

Daven. Akhirnya lahir suatu cara untuk melakukan penelitian yang

dewasa ini kita kenal dengan penelitian ilmiah.

Page 62: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

2.4 Konsep Sikap

2.4.1 Defenisi Sikap

Sikap adalah juga respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek

tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang

bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik

dan sebagainya). Campbell (1950) mendefinisikan sangat sederhana,

yakni: “An individual’s attitude is syndrome of response consistency with

regard to object”, dikatakan bahwa sikap itu suatu sindrom atau kumpulan

gejala dalam merespon stimulus atau objek. Sehingga sikap itu melibatkan

pikiran, perasaan, perhatian, dan gejala kejiwaan yang lain.

Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap

adalah merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan

merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dalam kata lain fungsi sikap belum

merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan

predisposisi perilaku (tindakan) atau reaksi tertutup (Notoatmodjo, 2010).

Sikap itu bersifat sosial dalam arti kita menyesuaikan dengan orang lain

dan kelihatannya sikap itu menuntun perilaku kita sehingga kita bertindak

sesuai dengan sikap yang kita ekspresikan (Abraham, 1997). Sikap yang

terdapat pada diri individu akan memberi warna atau corak tingkah laku

ataupun perbuatan individu yang bersangkutan. Dengan memahami atau

mengetahui sikap individu, dapat diperkirakan respons ataupun perilaku

yang akan diambil oleh individu yang bersangkutan (Sunaryo, 2004).

Page 63: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

2.4.2 Ciri-ciri Sikap

Dalam buku Sunaryo, 2004, ciri-ciri sikap sebagaimana di kemukakan

oleh para ahli, seperti Gerungan (1996), Abu Ahmadi (1999), Sarlito

Wirawan Sarwono (2000), Bimo Walgono (2001), pada intinya sama ,

yaitu:

a. Sikap tidak dibawa sejak lahir, tetapi dipelajari (learnability) dan

dibentuk berdasarkan pengalaman dan latihan sepanjang

perkembangan individu dalam hubungan dengan objek.

b. Sikap dapat berubah-ubah dalam situasi yang memenuhi syarat untuk

itu sehingga dapat dipelajari.

c. Sikap tidak berdiri sendiri , selalu berhubungan dengan objek sikap.

d. Sikap dapat tertuju pada satu objek ataupun dapat tertuju pada

sekumpulan/ banyak objek.

e. Sikap mengandung faktor perasaan atau motivasi sehingga

membedakan dengan pengetahuan.

2.4.3 Tingkat Sikap

Menurut Soekidjo Notoatmodjo, 2010, sikap mempunyai tingkat-tingkat

berdasarkan intensitasnya, sebagai berikut:

a. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang atau subjek mau menerima stimulus

yang diberikan (objek)

b. Menanggapi (responding)

Page 64: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

Menanggapi disini diartikan memberikan jawaban atau tanggapan

terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi .

c. Menghargai (valuing)

Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai yang

positif terhadap objek atau stimulus.

d. Bertanggung jawab ( responsible)

Sikap yang paling tinggi tingkatnya adalah bertanggung jawab

terhadap apa yang telah diyakininya. Seseorang yang telah mengambil

sikap tertentu berdasarkan keyakinannya, dia harus berani mengambil

resiko bila ada orang lain yang mencemoohkan atau adanya resiko

lainnya.

2.4.4 Fungsi Sikap

Menurut Attkinson, R.L, dkk, dalam bukunya Pengantar Psikologi jilid 2

edisi 11 (Sunaryo, 2004), sikap memiliki 5 fungsi berikut:

a. Fungsi instrumental

Fungsi sikap ini dikaitkan dengan alasan praktis atau manfaat, dan

menggambarkan keadaan keinginan. Sebagaimana kita maklumi

bahwa untuk mencapai tujuan, diperlukan saran yang disebut sikap.

Apabila objek sikap dapat membantu individu mencapai tujuan,

individu akan bersikap positif terhadap objek sikap tersebut atau

sebaliknya.

b. Fungsi pertahanan ego

Page 65: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

Sikap ini diambil individu dalam rangka melindungan diri dari

kecemasan atau ancaman harga dirinya.

c. Fungsi nilai ekspresi

Sikap ini mengekspresikan nilai yang ada dalam diri individu. Sistem

nilai apa yang ada pada diri individu, dapat dilihat dari sikap yang

diambil oleh individu yang bersangkutan terhadap nilai tertentu.

d. Fungsi pengetahuan

Sikap ini membantu individu untuk memahami dunia , yang membawa

keteraturan terhadap bermacam-macam informasi yang perlu

diasimilasikan dalam kehidupan sehari-hari. Setiap individu memiliki

motif ingin tahu, ingin mengerti dan ingin banyak mendapat

pengalaman dan pengetahuan.

e. Fungsi penyesuaian sosial

Sikap ini membantu individu merasa menjadi bagian dari masyarakat.

Dalam hal ini, sikap yang diambil tersebut individu tersebut akan dapat

menyesuaikan dengan lingkungannya.

2.4.5 Pengukuran Sikap

Dalam buku Sunaryo, 2004, membagi pengukuran sikap, sebagai berikut:

a. Secara langsung

Dengan cara ini, subjek secara langsung dimintai pendapat bagaimana

sikapnya terhadap suatu masalah atau hal yang dihadapkan kepadanya.

Jenis-jenis pengukuran sikap secara lansung, yaitu:

1. Langsung berstruktur

Page 66: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

Cara ini menggunakan sikap dengan menggunakan pertanyaan-

pertanyaan yang telah disusun sedemikian rupa dalam suatu alat

yang telah ditentukan dan langsung diberikan kepada subjek yang

diteliti.

Contoh:

a) Pengukuran sikap dengan skala Bogardus - Menyusun

pernyataan berdasarkan jarak sosial

Seseorang dari sesuatu golongan dihadapakan pada seuatu

golongan tertentu, bagaimana sikapnya terhadap golongan

tersebut. Misalnya, kesediaan untuk menikah, menjadi teman

dekat, menerima sebagai tetangga, menerima sebagai teman

sejabatan, sebagai warga negara,dan tidak bersedia menerima

dalam negaranya. Jawabannya “ya” atau “tidak”

b) Pengukuran sikap dengan skala thurston - Mengukur sikap

juga menggunakan metode “Equal-Appearing Intervals” Skala

yang telah disusun sedemikian rupa sehingga merupakan range

dari yang menyenangkan (favorable) sampai tidak

menyenangkan (unfavorable). Nilai skala bergerak dari 0,0

merupakan ekstrem bawah sampai dengan 11,0 sebagai

ekstrem atas.

c) Pengukuran sikap dengan skala likert - Dikenal dengan teknik

“Summated Rattings”. Responden diberikan pernyataan-

Page 67: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

pernyataan dengan kategori jawaban yang telah dituliskan dan

pada umumnya 1 sampai dengan 5 kategori jawaban.

2. Langsung tak berstruktur

Cara ini merupakan pengukuran sikap yang sederhana dan tidak

diperlukan persiapan yang cukup mendalam, misalnya mengukur

sikap dengan wawancara bebas atau free interview, pengamatan

langsung atau survei.

b. Secara tidak langsung

Cara pengukuran sikap dengan menggunakan tes. Umumnya di

gunakan skala semantik-deferensial yang terstandar. Cara pengukuran

sikap yang terbanyak digunakan adalah skala yang dikembangkan oleh

Charles E. Osgood.

2.4.6 Pembentukan dan Pengubahan Sikap

Menurut Sunaryo, 2004, faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan

dan perubahan sikap, yaitu:

1. Faktor internal

Faktor ini berasal dari dalam diri individu. Dalam hal ini individu

menerima, mengolah dan memilih segala sesuatu yang datang dari

luar, serta menentukan apa yang akan diterima dan mana yang tidak.

Oleh karena itu , faktor individu merupakan faktor penentu

pembentukan sikap. Faktor intern ini menyangkut motif dan sikap

yang bekerja dalam diri individu pada saat itu, serta yang mengarahkan

Page 68: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

minat dan perhatian (faktor psikologis), juga perasaan sakit, lapar dan

haus (faktor fisiologis).

2. Faktor ekternal

Faktor ini berasal dari luar diri individu, berupa stimulus untuk

membentuk dan mengubah sikap. Stimulus tersebut dapat bersifat

langsung, misalnya individu dengan individu , individu dengan

kelompok. Dapat bersifat tidak langsung, yaitu melalui perantara,

seperti: alat komunikasi dan media masa baik elektronik maupun non

elektronik.

Pembentukan dan Perubahan Sikap

Menurut Sarlito Wirawan Sarwono (2000) dalam buku Sunaryo

,2004, ada beberapa cara untuk membentu atau mengubah sikap

individu, yaitu:

a. Adopsi

Adopsi adalah suatu cara pembentukan dan perubahan sikap

melalui kejadian yang terjadi berulang dan terus-menerus

sehingga lama-kelamaan secara bertahap hal tersebut akan

diserap oleh individu dan akan mempengaruhi pembentukan

dan perubahan terhadap sikap individu.

b. Diferensiasi

Diferensiasi adalahsuatu cara pembentukan dan perubahan

sikap karena sudah dimilikinya pengetahuan, pengalaman,

intelegensi dan bertambahnya umur. Oleh karena itu , hal-hal

Page 69: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

yang tadinya dianggap sejenis, sekarang dipandang tersendiri

dan dilepas dari jenisnya sehingga membentuk sikap tersendiri.

c. Integrasi

Integrasi adalah suatu cara pembentukan dan perubahan sikap

yang terjadi secara bertahap demi tahap, diawali dari macam-

macam pengetahuan dan pengalaman yang berhubungan

dengan objek sikap tertentu sehingga pada akhirnya akan

terbentuksikap terhadap objek tersebut.

d. Trauma

Trauma adalah suatu cara pembentukan dan perubahan sikap

melalui suatu kejadian secara tiba-tiba dengan mengejutkan

sehingga meninggalkan kesan mendalam dalam diri individu

tersebut. Kejadian tersebut akan membentuk atau mengubah

sikap individu terhadap kejadian sejenis.

e. Generalisasi

Generalisasi dalah suatu cara pembentukan dan perubahan

sikap karena pengalaman traumatik pada diri individu terhadap

hal tersebut, dapat menimbulkan sikap negatif terhadap semua

hal yang sejenis atau sebaliknya.

2.4.7 Sikap Keluarga Terhadap Anggota Yang Mengalami Gangguan Jiwa

Ketika gangguan jiwa dipandangan sebagai suatu beban sendiri bagi

keluarga, maka hal itu dapat dibedakan menjadi bersifat obyektif dan

subyektif. Dikatakan obyektif, maksudnya berupa tingkah laku pasien,

Page 70: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

peran pasien, bantuan untuk memenuhi kebutuhan pasien, masalah

keuangan dan lain-lain. Sedangkan beban keluarga dikatakan bersifat

subyektif, maksudnya berupa perasaan pasien karena menjadi beban bagi

keluarga. Kategori respon keluarga terhadap anggota keluarga dengan

gangguan jiwa menurut Susana (2007):

1) Berduka (grief)

Berduka adalah respon wajar yang paling umum terjadi sehubungan

dengan adanya proses kehilangan seseorang yang awalnya dikenal

sebelum sakit, untuk kemudian hilangnya harapan pada pasien, hanya

masalahnya, seberapa dalam dan lamanya respon berduka ini dialami

oleh keluarga, seawal mungkin perawat mampu mengidentifikasinya,

sehingga keluarga maupun pasien sendiri dapat pulih dengan segera.

2) Marah (anger)

Respon berikutnya ketika berduka dialami keluarga, maka akan

berhadapan dengan respon kedua yaitu marah. Respon tersebut

merupakan hal yang wajar namun jangan sampai perilaku tersebut

membawa keluarga kedalam penderitaan yang justru semakin parah

lagi.

3) Merasa tidak berdaya dan takut

Keluarga dengan anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa

merupakan suatu beban tersendiri. Keluarga berupaya untuk mengobati

atau menyembuhkan pasien skizofrenia. Pada kenyataanya patologis

gangguan jiwa itu sendiri semakin lama diderita justru semakin sulit

Page 71: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

kesembuhannya, inilah yang menyebabkan keluarga merasa tidak

berdaya dan takut. Perasaan keluarga demikian, di negara kita juga

didukung oleh rata-rata keadaan ekonomi yang pas-pasan bahkan

kekurangan, sehingga sangat wajar, apabila tidak sedikit mereka yang

terganggu jiwanya menjadi gelandangan atau keluyuran dimana-mana

atau tersangkut oleh razia dinas sosial (Permatasari, 2014).

2.5 Konsep Kecemasan

2.5.1 Defenisi Kecemasan

Menurut Kaplan, Sadock dan Grebb (1994), kecemasan adalah respon

terhadap situasi tertentu yang mengancam dan merupakan hal yang normal

terjadi menyertai perkembangan, perubahan, pengalaman baru atau yang

belum pernah dilakukan, serta dalam menemukan identitas diri dan arti

hidup. Kecemasan memiliki karakteristik berupa munculnya perasaan dan

kehati-hatian atau kewaspadaan yang tidak jelas dan tidak menyengkan

(Davison & Neale, 2001) (Fausiah, 2006).

Dalam buku Suliswati, 2005, menyebutkan kecemasan merupakan respon

individu terhadap suatu keadaan yang tidak menyenangkan dan dialami

oleh semua makhluk hidup dalam kehidupan sehari-hari. Kecemasan

merupakan pengaruh subjektif dari individu dan tidak dapat

diobservasikan secara lansung serta merupakan suatu keadaan emosi tanpa

objek yang spesifik. Kecemasan pada individu dapat memberikan motivasi

Page 72: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

untuk mencapai sesuatu dan meupakan sumber penting dalam usaha

memelihara keseimbangan hidup.

Ahli lain, Atkinson, dkk (1996) menjelaskan bahwa kecemasan merupakan

emosi yang tidak menyenangkan yang ditandai dengan gejala seperti

kekhawatiran dan perasaan takut. Segala bentuk situasi yang mengancam

kesejahteraan organisme menimbulkan kecemasan, konflik merupakan

salah satu sumber munculnya rasa cemas. Adanya ancaman fisik, ancaman

terhadap harga diri, serta perasaan tertekan untuk melakukan sesuatu

diluar kemampuan juga menimbulkan kecemasan (Safaria, 2012)

2.5.2 Proses Terjadinya Kecemasan

Burn (1998) mengemukakan, emosi atau rasa cemas yang kita rasakan

disebabkan karena adanya dialog internal dalam pikiran individu yang

mengalami kecemasan ataupun perasaan cemas.

Skema 2.1

Proses terjadinya kecemasan

(adaptasi Blackburn dan Davidson, 1994)

Stimulus Perantara (skemata) Respon

(situasi yang (pengalaman

Menimbulkan kecemasan

Kecemasan) Proses kognitif subjektif,

kesiagaan

otomatis,

Hasil Kognitif hambatan

(penilaian primer dalam

Dan sekunder) bertindak)

Page 73: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

Menurut Blackburn dan Davidson (1994), secara teoritis terjadinya

kecemasan diawali oleh individu dengan stimulus yang berupa situasi yang

berpengaruh dalam membentuk kecemasan (situasi mengancam), yang

secara langsung/ tidak langsung hasil pengamatan/ pengalaman tersebut

diolah melalui proses kognitif dengan menggunakan skemata

(pengetahuan yang telah dimiliki individu terhadap situasi tersebut yang

sebenarnya mengancam/ tidak mengancam dan pengetahuan tentang

kemampuan dirinya untuk mengendalikan dirinya dan situasi tersebut).

Setiap pengetahuan tersebut dapat terbentuk dari keyakinan pendapat

orang lain, maupun pendapat individu sendiri maupun dunia luar.

Pengetahuan (skemata) tersebut, tentunya akan memengaruhi individu

untuk dapat membuat penilaian (hasil kognitif), sehingga respon yang akan

ditimbulkan tergantung seberapa baik penilaian individu untuk mengenal

situasi tersebut dan tergantung seberapa baik individu tersebut dapat

mengendalikan dirinya. Apabila pengetahuan (skemata) subyek terhadap

situasi yang mengancam tersebut tidak memadai, tentunya individu

tersebut akan mengalami kecemasan.

2.5.3 Aspek-aspek yang Mempengaruhi Kecemasan

Setelah membahas proses terjadinya kecemasan dikutip oleh Safaria

(2012) menurut Blackburn dan Davidson (1994), dapat disimpulkan

bahwa aspek-aspek yang mempengaruhi kecemasan dapat berupa

pengetahuan yang telah dimiliki subjek tentang situasi yang sedang

Page 74: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

dirasakan, apakah sebenarnya mengancam/ tidak mengancam, serta

pengetahuan tentang kemampuan dirinya untuk mengendalikan

dirinya(termasuk keadaan emosi maupun fokus kepermasalahannya)

dalam menghadapi situaasi tersebut. Kesimpulan ini sesuai dengan

pendapat Lazarus (Mayne dan Bonano, 2003), beliau menyatakan apabila

kita mampu mengenali situasi yang mengancam dan kita mampu

mengendalikan emosi dan permasalahannya adalah hal-hal yang dapat

memengaruhi emosi negatif, seperti rasa bosan, marah, takut, maupun

kecemasan.

Selain pendapat tersebut, Bandura (Blackburn dan Davidson, 1994)

menjelaskan hal-hal yang berpengaruh dalam meredakan kecemasan

antara lain sebagai berikut:

a. Self efficacy adalah salah satu perkiraaan individu terhadap

kemampuannya sendiri dalam mengatasi situasi.

b. Outcome expectancy memiliki pengertian sebagai perkiraan individu

terhadap kemungkinan terjadinya akibat-akibat tertentu yang mungkin

berpengaruh dalam menekan kecemasan.

2.5.4 Teori Kecemasan

Dalam bukunya Sunaryo, 2004, membagi teori kecemasan sebagai berikut:

a. Teori psikoanalitik

Kecemasan dapat timbul secara otomatis akibat dari stimulus internal

dan eksternal yang berlebihan. Akibat stimulus (internal dan eksternal)

Page 75: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

yang berlebihan sehingga melampaui kemampuan individu untuk

menanganinya. Ada 2 tipe kecemasan yaitu kecemasan primer dan

kecemasan subsekuen.

1. Kecemasan primer

Kejadian traumatik yang diawali saat bayi akibat adanya stimulus

tiba-tiba dan trauma pada saat persalinan, kemudian berlanjut

dengan kemungkinan tidak tercapainya rasa puas akibat kelaparan

atau kehausan. Penyebab kecemasan primer adalah keadaan

ketegangan atau dorongan yang diakibatkan oleh faktor ekternal.

2. Kecemasan subsekuen

Sejalan dengan peningkatan ego dan usia, Freud melihat ada jenis

kecemasan lain akibat konflik emosi diantara dua elemen

kepribadian yaitu id dan superego. Freud menjelaskan bila terjadi

kecemasan maka posisi ego sebagai pengembang id dan superego

berada pada kondisi bahaya.

b. Teori interpersonal

Sullivan mengemukakan bahwa kecemasan timbul akibat

ketidakmampuan untuk berhubungan interpersonal dan sebagai akibat

penolakan. Kecemasan bisa dirasakan bila individu mempunyai

kepekaan lingkungan. Harga diri seseorang merupakan faktor penting

yang berhubungan dengan kecemasan.

Page 76: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

c. Teori perilaku

Teori perilaku menyatakan bahwa kecemasan merupakan hasil frustasi

akibat berbagai hal yang memengaruhi individu dalam mencapai

tujuan yang diinginkan misalnya memperoleh pekerjaan, keluarga,

kesuksesan dalam sekolah. Perilaku merupakan hasil belajar dari

pengalaman yang pernah dialami. Kecemasan dapat juga muncul

melalui konflik antara dua pilihan yang saling beralwanan dan individu

harus memilih salah satu.

d. Teori keluarga

Studi pada keluarga dan epidemologi memperlihatkan bahwa

kecemasan selalu ada tiap-tiap keluarga dalam berbagai bentuk dan

sifatnya heterogen.

e. Teori biologis

Otak memiliki reseptor khusus terhadap benzodiazepin, reseptor

tersebut berfungsi membantu regulasi kecemasan. Regulasi tersebut

berhubungan dengan aktivitas neurotransmiter gamma amino butyric

acid (GABA) yang mengontrol aktivitas neuron dibagian otak yang

bertanggung jawab menghasilkan kecemasan

2.5.5 Reaksi yang Ditimbulkan oleh Kecemasan

Menurut Priest (1991) bahwa individu yang mengalami kecemasan akan

menunjukkan reaksi fisik berupa tana-tanda jantung berpacu lebih cepat,

tangan dan lutut gemetar, ketegangan pada syaraf di belakang leher,

Page 77: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

gelisah atau sulit tidur, banyak berkeringat, gatal-gatal pada kulit, serta

selalu ingin buang air kecil.

Calhoun dan Acocella (1995) mengemukakan aspek-aspek kecemasan

yang dikemukakan dalam tiga reaksi, yaitu sebagai berikut:

a. Reaksi emosional, yaitu komponen kecemasan yang berkaitan dengan

persepsi individu terhadap pengaruh psikologis dari kecemasan, seperti

perasaan keprihatinan, ketegangan, sedih, mencela diri sendiri atau

orang lain.

b. Reaksi kognitif, yaitu ketakutan dan kekhawatiran yang berpengaruh

terhadap kemampuan berpikir jernih sehingga menganggu dalam

memecahkan masalah dan mengatasi tuntuntan lingkungan sekitar.

c. Reaksi fisiologis, yaitu reaksi yang ditampilkan oleh tubuh terhadap

sumber ketakutan dan kekhawatiran. Reaksi ini berkaitan dengan

sistem syaraf yang mengendalikan berbagai otot dan kelenjer tubuh

sehingga timbul reaksi dalam bentuk jantung berdebar lebih keras,

nafas bergerak lebih cepat, tekanan darah meningkat (Safaria, 2012).

2.5.6 Tingkat Kecemasan

Menurut Pelapina Heriana, 2014, membagi tingkat kecemasan sebagai

berikut:

a. Antisipasi

Pada tingkat ini seseorang akan dapat merencanakan kegiatan dengan

baik.

Page 78: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

b. Kecemasan ringan

Pada tingkat ini dikatakan kecemasan normal. Pada tingkat ini individu

mampu belajar dan memecahkan masalah secara efektif motivasi untuk

melakukan sesuatu sangat besar (dalam kehidupan sehari-hari), dapat

memotivasi diri maupun orang lain untuk bertindak.

1. Respon fisik : ketegangan oto ringan, sadar akan lingkungan, rileks

atau sedikit gelisah, penuh perhatian, rajin.

2. Respon kognitif : lapang persepsi luas, terlihat tenang, percaya diri,

perasaan gagal sedikit, waspada dan memperhatikan banyak hal,

mempertimbangkan informasi, tingkat pembelajaran optimal.

3. Respon emosional : perilaku otomatis, sedikit tidak sabar, aktivitas

menyendiri, terstimulus, tenang (Videbeck, 2008).

c. Kecemasan sedang

Pada kecemasan sedang ini pasien atau individu mempunyai persepsi

terhadap permasalahan yang ada menyempit sehingga perlu

pengarahan orang lain untuk memecahkan permasalahnya.

1. Respon fisik : ketegangan otot sedang, tanda-tanda vital meningkat.

Pupil dilatasi, mulai berkeringat, sering mondar mandir,

memukulkan tangan, suara berubah (bergetar dan nada suara

tinggi), kewaspadaan dan ketegangan meningkat, sering berkemih,

sakit kepala, pola tidur berubah, nyeri punggung.

2. Respon kognitif : lapang persepsi menurun, tidak perhatian secara

selektif, fokustehadap stimulus meningkat, rentang perhatian

Page 79: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

menurun, penyelesaian masalah menurun, pembelajaran terjadi

dengan memfokuskan.

3. Respon emosional : tidak nyaman, mudah tersinggung,

kepercayaan diri goyah, tidak sabar, gembira (Videbeck, 2008).

d. Kecemasan berat

Kecemasan berat ini menjadi pusat perhatian pasien atau individupada

detail yang kecil atau perhatiannya terpecah, muncul perasaan tidak

percaya pada orang lain. Tak mampu membuat kaitan yang masuk

akal, tidak sadar bahwa dirinya cemas dan tidak sabar, tidak nyaman.

1. Respon fisik : ketegangan otot berat, hiperventilasi, kontak mata

buruk, pengeluaran keringat meningkat, bicara cepat, nada suara

tinggi, tindakan tanpa tujuan dan serampangan, rahang menegang,

menggertakkan gigi, kebutuhan ruang gerak meningkat, mondar

mandir, berteriak, meremas tangan, gemetar.

2. Respon kognitif : lapang persepsi terbatas, proses berpikir

terpecah-pecah, sulit berpikir, penyelesaian masalah buruk, tidak

mampu mempertimbangkan informasi, hanya memperhatikan

ancaman, preokupasi dengan pikiran sendiri, egosentris.

3. Respon emosional : sangat cemas, agitasi, takut, bingung, merasa

tidak adekuat, menarik diri, penyangkalan, ingin bebas(Videbeck,

2008).

Page 80: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

e. Panik

Panik adalah tingkat kecemasan yang paling berat, disini individu

kacau sehingga berbahaya untuk dirinya maupun orang lain, tidak

mampu untuk melakukan tindakan untuk pemecahan masalahnya

(sehingga seolah-olah lumpuh), hiperaktif dan gelisah (agitasi).

1. Respon fisik : ketegangan otot-otot sangat berat, agitasi motorik

kasar, pupil dilatasi, tanda-tanda vital meningkat kemudian

menurun, tidak dapat tidur, hormon stres dan neurotransmiter

berkurang, wajah menyeringai, mulut ternganga.

2. Respon kognitif : perepsi sangat sempit, pikiran tidak logis,

terganggu kepribadian kacau, tidak dapat menyelesaikan masalah,

fokus pada pikiran sendiri, tidak rasional, sulit memahami stimulus

eksternal, halusinasi, waham, ilusi mungkin terjadi.

3. Respon emosional : merasa terbebani, merasa tidak mampu, tidak

berdaya, lepas kendali, mengamuk, putus asa, marah, sangat takut,

mengharapkan hasil yang buruk, kaget, takut, lelah (Videbeck,

2008).

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

Skema 2.2 Rentang Respon Kecemasan

Page 81: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

2.5.7 Cara untuk Mengatasi Kecemasan

Menurut Ramaiah (2003) dalam buku Safaria, 2012 ada beberapa cara

untuk mengatasi kecemasan, yaitu sebagai berikut:

a. Pengendalian diri yakni segala sesuatu usaha untuk mengendalikan

berbagai keinginan pribadi yang sudah tidak sesuai lagi dengan

kondisinya.

b. Dukungan, yakni dukungan dari keluarga dan teman-teman dapat

memberikan kesembuhan terhadap kecemasan.

c. Tindakan fisik, yakni melakukan kegiatan-kegiatan fisik, seperti

olahraga akan sangat baikuntuk menghilangkan kecemasan.

d. Tidur, yakni tidur yang cukup dengan tidur 6-8 jam pada malam hari

dapat mengembalikan kesegaran dan kebugaran.

e. Mendengarkan musik, yakni mendengarkan musik lembut akan dapat

membantu menenangkan pikiran dan perasaan.

f. Konsumsi makanan, yakni keeimbangan dalam mengonsumsi

makanan yang mengandung gizi dan vitamin sangat baik untuk

menjaga kesehatan.

2.5.8 Skala Kecemasan Hamilton Anxiety Rating scale (HARS)

Dalam penelitian ini untuk menetukan tingkat kecemasan pasien

menggunakan skala HARS (Hamilton Anxiety Rating scae) merupakan

salah satu alat ukur untuk menilai tingkat kecemasan, yang didasarkan

pada munculnya syimtops pada individu yang mengalami kecemasan.

Page 82: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

Menurut skala HARS yang dikutip dari Nursalam (2013), penilaian

kecemasan terdiri atas 14 item, yaitu:

1. Perasaan cemas: firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah

tersinggung.

2. Ketegangan: merasa tegang, lesu, mudah terkejut, tidak bisa istirahat

dengan tenang, mudah menangis, gemetar, gelisah.

3. Ketakutan: pada gelap, ditinggal sendiri, pada orang asing, pada

binatang besar, pada keramaian lalu lintas, pada kerumunan banyak

orang.

4. Gangguan tidur: sukar memulai tidur, terbangun malam hari, tidak

pulas, mimpi buruk, mimpi menakutkan.

5. Gangguan kecerdasan: daya ingat buruk, sulit konsentrasi, sering

bingung.

6. Perasaan depresi: kehilangnya minat, sedih, bangun dini hari,

berkurangnya kesenangan pada hobi, perasaan berubah-ubah

sepanjang hari.

7. Gejala somatic (otot-otot): nyeri otot, kaku, kedutan otot, gigi

gemeretak, suara tak stabil.

8. Gejala sensorik: telinga berdengung, penglihatan kabur, muka merah

dan pucat, merasa lemah, perasaan ditusuk-tusuk.

9. Gejala kardiovaskuler: denyut nadi cepat, berdebar-debar, nyeri dada,

denyut nadi mengeras, rasa lemah seperti mau pingsan, detak jantung

hilang sekejap.

Page 83: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

10. Gejala pernapasan: rasa tertekan didada, perasaan tercekik, merasa

nafas pendek/sesak, sering menarik napas panjang.

11. Gejala gastrointestinal: sulit menelan, mual muntah, berat badan

menurun, konstipasi/sulit buang air besar, perut melilit, gangguan

pencernaan, nyeri lambung sebelum/sesudah makan, rasa panas

diperut, perut terasa penuh/kembung.

12. Gejala urogenital: sering kencing, tidak dapat menahan kencing,

amenor/menstruasi yang tidak teratur.

13. Gejala vegetatif/autonom: mulut kering, muka kering, mudah

berkeringat, pusing/sakit kepala, bulu roma berdiri.

14. Apakah Ibu/Bapak merasakan: gelisah, tidak tenang, mengerutkan

dahi muka tegang, tonus/ketegangan otot meningkat, napas pendek

dan cepat, muka merah.

Adapun cara penilaiannya adalah setiap item yang diobservasidiberi 5

tingkat skor, yaitu antar 0 (nol) sampai dengan 4, dengan kategori sebagai

berikut:

0 = Tidak ada gejala sama sekali

1 = Ringan satu dari gejala yang ada

2 = Sedang separuh dari gejala yang ada

3 = Berat lebih dari separuh yang ada

4 = Sangat berat semua gejala yang ada

Page 84: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

Penentu derajat kecemasan ditentukan dengan cara menjumlahkan nilai

skor dari 14 item diatas dengan hasil sebagai berikut (Nursalam, 2013):

< 14 : tidak ada kecemasan

14 - 20 : kecemasan ringan

21 - 27 : kecemasan sedang

28 - 41 : kecemasan berat

42 - 56 : kecemasan sangat berat

Page 85: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

BAB III

KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian atau visualisasi hubungan

atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara

variabel yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin

diteliti (Notoatmodjo 2012).

Berdasarkan latar belakang dan teori pada bab sebelumnya, peneliti

menetapkan pemikiran sebagai berikut: hubungan pengetahuan dan sikap

keluarga dengan tingkat kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang

mengalami gangguan jiwa. Maka dapat dirumuskan kerangka konsep

sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

pengetahuan

Skema 3.1

Kerangka Konsep Penelitian

“Hubungan pengetahuan dan sikap keluarga dengan tingkat kecemasan dalam

merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa

di Wilayah Kerja Puskesmas Sijunjung

Kabupaten Sijunjung tahun 2018”

Pengetahuan

Tingkat Kecemasan

Sikap

Page 86: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

3.2 Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang dimaksud

atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan

(Notoatmodjo, 2012).

Tabel 3.1 Defenisi Operasional

No Variabel Devenisi

Operasional

Alat

Ukur

Cara

Ukur

Skala

Ukur

Hasil

Ukur

Independen

1 Pengetahuan Hasil pengindraan

manusia, atau hasil

tahu seseorang

terhadap objek

melalui indra yang

dimiliki.

Angket Kuesioner Ordinal Tinggi ≥ 9,83

Rendah < 9,83

2 Sikap Respons tertutup

seseorang terhadap

stimulus atau objek

tertentu , yang sudah

melibatkan faktor

pendapat dan emosi

yang bersangkutan .

Angket Kuesioner Ordinal Negatif ≥ 25,35

Positif < 25,35

Dependen

1 Tingkat

Kecemasan

Respon individu

terhadap suatu

keadaan yang tidak

menyenangkan dan

dialami oleh semua

makhluk hidup dalam

kehidupan sehari-hari.

Angket Kuesioner

dengan skala

HARS

Ordinal Kecemasan ringan

(skor 14-20)

Kecemasan sedang

(skor 21-27)

Page 87: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

3.3 Hipotesis

Hipotesis dalam suatu penelitian adalah jawaban sementara penelitian,

patokan dugaan atau dalil sementara, yang kebenarannya akan dibuktikan

dalam penelitian tersebut (Notoadmodjo, 2012). Terdapat dua macam

hipotesa yaitu hipotesa nol (Ho) dan hipotesa alternative (Ha). Secara

umum hipotesa nol (Ho) diungkapkan sebagai tidak terdapatnya hubungan

(signifikan) antara dua variabel. Hipotesa alternative (Ha) menyatakaan

ada hubungan antara dua variabel atau lebih.

Dalam penelitian ini hipotesa yang akan dirancang oleh peneliti adalah:

Ha : Ada hubungan antara pengetahuan dengan tingkat kecemasan dalam

merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa di

wilayah kerja Puskesmas Sijunjung, Kabupaten Sijunjung tahun

2018.

Ha : Ada hubungan antara sikap dengan tingkat kecemasan dalam

merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa di

wilayah kerja Puskesmas Sijunjung, Kabupaten Sijunjung tahun

2018.

Page 88: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.3 Desain Penelitian

Desain penelitian adalah hasil akhir dari suatu tahap keputusan yang dibuat

oleh peneliti berhubungan dengan bagaimana suatu penelitian bisa

diterapkan (Nursalam ,2011). Metode penelitian yang digunakan adalah

corelatif study yaitu penelitian atau penelaahan hubungan antara dua

variabel pada situasi atau kelompok subjek (Notoatmodjo, 2012).

Menurut Notoatmodjo (2012), penelitian ini menggunakan pendekatan

cross sectional yaitu variabel sebab atau resiko (independent variable) dan

akibat atau kasus (dependent varible) yang terjadi pada objek penelitian

diukur atau dikumpulkan secara simultan (dalam waktu yang bersamaan

atau sekaligus). Penelitian ini dilakukan pada variabel yang berhubungan,

yaitu mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap keluarga dengan

tingkat kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami

gangguan jiwa di Wilayah Kerja Puskesmas Sijunjung Kabupaten

Sijunjung tahun 2018.

Page 89: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

4.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Sijunjung Kabupaten

Sijunjung. Alasan peneliti menjadikan Puskesmas Sijunjung sebagai

tempat penelitian karena masih banyaknya jumlah penderita gangguan

jiwa yaitu nomor 3 dari 13 puskesmas yang ada di Kabupaten Sijunjung

dan belum ada yang melakukan penelitian di Puskesmas Sijunjung.

4.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan dalam rentang dari tanggal 12 Februari

sampai 12 Maret 2018.

4.3 Populasi, Sampel, dan Sampling

4.3.3 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang akan di teliti

(Notoatmodjo, 20012). Populasi dalam penelitian adalah subjek (manusia,

klien) yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2011).

Populasi dalam penelitian ini adalah 75 orang pasien gangguan jiwa ada di

wilayah kerja Puskesmas Sijunjung Kabupaten Sijunjung.

4.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian kecil yang diambil dari keseluruhan objek yang

diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2012).

Sampel terdiri dari bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan

sebagai subjek penelitian melalui sampling.

Page 90: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

Rumus : n = N.z² p.q.

d ( N-1) + z.p.q

Keterangan : n = jumlah sampel

N = jumlah populasi

z = nilai standar normal untuk α = 0,05 (1,96)

p = perkiraan proporsi, jika tidak diketahui dianggap 50%

q = 1 – p (100% - p)

d = tingkat kesalahan yang dipilih (d = 0,01)

Jadi sampelnya adalah dari populasi 75 orang, tingkat signifikan 95%.

Rumus : n = N.z² p.q.

d ( N-1) + z².p.q

= 75 (1,96) ² . 0,5 . 0,5

(0,01) (56 – 1) + (1,96) ² . 0,5 . 0,5

n = 75 (3,841) . 0,25

0,55 + (3,841) . 0,25

n = 72,018

1,51

n = 47,694

n = 48 responden

Sampel diambil berdasarkan kriteria inklusi dan eklusi. Kriteria inklusi

adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota

populasi yang dapat diambil sebagai sampel. Sedangkan kriteria ekslusi

adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil sampel

(Notoatmodjo, 2012).

Page 91: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

Kriteria sampel inklusi adalah:

1. Keluarga yang memiliki anggota keluarga yang mengalami

gangguan jiwa diwilayah kerja puskesmas Sijunjung.

2. Keluarga terdekat dan berkompeten dalam merawat anggota

keluarga yang mengalami gangguan jiwa.

3. Anggota keluarga yang mampu membaca dan menulis.

4. Anggota keluarga yang sehat jasmani dan rohani.

5. Bersedia diwawancarai dan mau mengisi kuesioner.

4.3.3 Sampling

Sampling adalah proses penyeleksian porsi dari populasi untuk dapat

mewakili populasi (Nursalam, 2011). Teknik sampling yang digunakan

dalam penelitian ini multistage sampling. Teknik multistage sampling

adalah pengambilan sampel dengan dilakukan berdasarkan tingkat wilayah

secara bertahap. Hal ini memungkinkan untuk dilaksanakan bila populasi

terdiri dari bermacam-macam tingkat wilayah (Notoadmodjo, 2012).

Peneliti mengambil sampel penelitian di Wilayah Kerja Puskesmas

Sijunjung pada tahun 2018, yaitu sebanyak 48 orang responden.

4.4 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan digunakan

pengumpulan data (Notoatmodjo, 2012). Instrumen yang digunakan dalam

penelitian ini adalah berupa angket, yang digunakan pada 3 variabel yaitu:

pengetahuan, sikap dan tingkat kecemasan keluarga dalam merawat

anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.

Page 92: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

4.5 Pengumpualan Data

Prosedur pengumpulan data penelitian dilakukan dengan pengisian

kuesioner untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap keluarga

dengan tingkat kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang

mengalami gangguan jiwa.

Peneliti meminta surat izin penelitian dari institusi pendidikan STIKes

Perintis Padang dan mengajukan surat penelitian ke Kantor

KESBANGPOL Sijunjung dengan membawa fotocopy proposal yang

merupakan syarat untuk melakukan penelitian di Sijunjung. Setelah

mendapatkan surat balasan dari KESBANGPOL peneliti mengajukan surat

ke Kantor Camat, kemudian srat balasan dari kantor camat diberikan

kepada Kepala Puskesmas Sijunjung untuk meminta izin melakukan

penelitian. Setelah mendapatkan izin dari Kepala Puskesmas Sijunjung,

peneliti meminta izin kepada perawat yang memegang program gangguan

jiwa. Kemudian membuat kontrak antara peneliti dengan perawat

pemegang program untuk mengunjungi rumah keluarga yang memilki

anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Setelah mendapatkan

kesepatan, perawat dan peneliti mengunjungi rumah keluarga yang

memilki anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.

Page 93: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

Penelitian ini dilakukan 20 hari dalam rentang tanggal 12 Februari sampai

12 Maret. Pembagian kuesioner di nagari Sijunjung mulai dari hari

pertama sampai hari kelima. Hari pertama peneliti dan perawat

memberikan kuesioner kepada 2 responden, hari kedua 3 responden, hari

ketiga 1 responden. Hari keempat peneliti pergi ke rumah responden tanpa

ditemani perawat dan memberikan kuesioner kepada 2 responden dan hari

kelima 3 responden.

Pembagian kuesioner dinagari Pematang Panjang mulai dari hari keenam

sampai hari kesepuluh. Hari keenam peneliti dan perawat pergi membagi

kuesioner kepada 2 reponden, hari ketujuh 4 responden, hari kedelapan 2

responden, hari kesembilan 2 responden dan hari kesepuluh 3 responden.

Pembagian kuesioner dinagari Aie Angek mulai dari hari kesebelas sampai

hari keempat belas. Hari kesebelas peneliti dan perawat pergi membagikan

kuesioner kepada 3 responden, hari kedua belas 3 responden, hari

ketigabelas 3 responden dan hari keempat belas 1 responden. Pembagian

kuesioner dinagari Kandang Baru mulai dari hari kelima belas dan hari

keenam belas. Hari kelima belas peneliti pergi kerumah responden tanpa

ditemani perawat dan memberikan kuesioner kepada 3 responden dan hari

keenam belas 2 responden.

Pembagian kuesioner dinagari Paru mulai dari hari ketujuh belas dan har

kedelapan belas. Hari ketujuh belas peneliti perawat pergi membagikan

kuesioner kepada 2 responden dan hari kedelapan belas 3 responden.

Page 94: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

Pembagian kuesioner dinagari Solok Amba mulai dari hari kesembilan

belas dan kedua puluh. Hari kesembilan belas peneliti dan perawat pergi

mebagikan kuesioner kepada 2 reponden dan hari kedua puluh 2

responden.

Proses penelitian ini diawali dengan memberikan penjelasan tujuan ,

manfaat, serta hak dan kewajiban selama menjadi responden, meminta

persetujuan responden dengan memberikan lembar informed concen,

peneliti memberikan petunjuk cara pengisian kuesioner kepada responden

dan memberi waktu selama 50 menit untuk pengisian. Setelah pengisian

kuesioner, kemudian kuesioner di berikan kembali kepada peneliti dan

diperiksa kelengkapan data yang diisi responden. Kemudian peneliti

mengakhiri pertemuan dengan mengucapkan terimakasih kepada

responden atas kerja samanya.

Setelah selesai melakukan penelitian, peneliti melapor kepada Kepala

Puskesmas Sijunjung dan meminta surat keterangan telah melakukan

penelitian di Wilayah Kerja Puskesmas Sijunjung, selanjutnya peneliti

melakukan pengolahan dan analisa data.

Page 95: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

4.6 Pengolahan dan Analisa Data

4.6.1 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan beberapa tahap, diantaranya

(Notoatmodjo, 2012)

a. Pengeditan Data (Editing)

Hasil wawancara, angket, atau pengamatan dari lapangan harus

dilakukan penyuntingan (editing) terlebuh dahulu. Secara umum

editing adalah merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan

isian formulir atau kuesioner tersebut.

b. Pengkodean (Coding)

Setelah semua kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan

peng ”kodean” atau “coding”, yakni mengubah data berbentuk kalimat

atau huruf menjadi data angka atau bilangan. Penelitian ini untuk

variabel pengetahuan menggunakan pengkodean yaitu 1=tinggi dan

1=rendah; untuk variabel sikap menggunakan pengkodean yaitu

5=sangat tidak setuju, 4=tidak setuju, 3=ragu-ragu, 2=setuju, 1=sangat

setuju; dan untuk variabel kecemasan menggunakan pengkodean yaitu

4=sangat berat, 3=berat, 2=sedang, 1=ringan dan 0=tidak ada.

c. Memberi Nilai (Scoring)

Pada tahap ini peneliti memberikan nilai terhadap setiap jawaban yang

telah diisi oleh responden pada lembar kuesioner, untuk variabel

pengetahuan, sikap dan tingkat kecemasan. Untuk variabel

pengetahuan dikatakan tinggi ≥ 9,83 dan dikatakan rendah < 9,83.

Page 96: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

Untuk variabel sikap dikatakan Positif < 25,35 dan negatif ≥ 25,35.

Untuk variabel tingkat kecemasan dikatakan ringan bila skor 14-20,

sedang bila skor 21-27.

d. Memasukkan Data (Data Entry)

Data, yakni jawaban - jawaban dari masing-masing responden yang

dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam

program “software” komputer. Salah satu program yang paling sering

digunakan untuk “entry data” penelitian adalah program

komputerisasi. Dalam proses ini juga dituntut ketelitian dari orang

yang melakukan “data entry” ini. Apabila tidak maka akan terjadi

bias, meskipun memasukkan data saja.

e. Pembersihan Data (Cleaning)

Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai

dimasukkan, dicek kembali untuk melihat kemungkinan adanya

kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan dan sebagainya,

kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi. Proses ini disebut

pembersihan data (data cleaning).

4.6.2 Analisa Data

a. Analisa Univariate (Analisa Deskriptif)

Analisa univariate bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk analisa univariate

tergantung dari jenis datanya. Untuk data numerik digunakan nilai

mean atau rata-rata, median dan standar deviasi.

Page 97: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi

frekuensi dan persentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2012).

Variabel tersebut menggunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan:

P = Nilai persentase responden

f = Frekuensi atau jumlah yang benar

n = Jumlah responden

Untuk data numerik digunakan nilai mean atau rata-rata, median dan

standar deviasi. Pada umunya dalam analisa ini hanya menghasilkan

distribusi frekusensi dan persentase dari tiap variabel (Notoatmodjo,

2012). Mean digunakan ketika data yang kita miliki memiliki sebaran

normal atau mendekati normal.

Rumus :

Mean =

Keterangan :

Me = Rata-rata (mean)

∑ . i = Jumlah nilai ke i sampai ke n

N = Jumlah individu

Page 98: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

b. Analisa Bivariate

Analisa bivariate yang dilakukan terhadap 2 variabel yang diduga

berhubungan atau berkorelasi. Analisa bivariate untuk melihat

hubungan pengetahuan dan sikap keluarga dengan tingkat kecemasan

dalam menghadapi anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa

di Wilayah Kerja Puskesmas Sijunjung, Kabupaten Sijunjung tahun

2018. Pengujian hipotesa untuk mengambil keputusan tentang apakah

hipotesa yang diajukan cukup meyakinkan untuk ditolak atau diterima

dengan menggunakan uji statistik Chi-Square test. Pada tingkat

kepercayaan yang digunakan adalah 95% dikatakan signifikan bila

(ρ<0,01)

4.7 Etika Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, peneliti memberikan surat ijin

permohonan penelitian kepada pihak uskesmas Sijunjung dengan

memperhatikan etika penelitian, yang meliputi (Hidayat, 2007) :

a. Self Determinant

Responden diberi kebebasan dalam menentukan hak kesediaannya

untuk terlibat dalam penelitian ini secara sukarela, setelah semua

informasi dijelaskan pada responden menyangkut penelitian, dengan

menandatangani informed consent yang disediakan. Apabila terjadi

hal-hal yang tidak seharusnya maka diperbolehkan mengundurkan

diri.

Page 99: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

b. Anonimity

Dalam penggunaan subjek penelitian dilakukan dengan cara tidak

memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar

observasi dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan

data atau hasil penelitian yang akan disajikan.

c. Confidentiality

Peneliti memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik

informasi maupun masalah-masalah lainnya yang berhubungan

dengan responden. Hanya kelompok data tertentu yang akan

dilaporkan pada hasil riset.

d. Informed Consent

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara

peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar

persetujuan. Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian

dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden.

Tujuannya adalah supaya subjek mengerti maksud dan tujuan

penelitian. Jika subjek bersedia, maka responden harus

menandatangani lembar persetujuan, jika responden tidak bersedia,

maka peneliti harus menghormati hak responden.

Setelah calon respondent ditentukan, maka peneliti memberikan

penjelasan tentang tujuan, manfaat, dan kerahasian informasi atau data

yang diberikan. Peneliti memberi kesempatan kepada calon responden

untuk bertanya tentang penjelasan yang diberikan, jika dianggap

Page 100: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

sudah jelas dan dimengerti, maka peneliti meminta calon responden

yang bersedia menjadi responden pada penelitian untuk

menandatangani informed consent sebagai bukti kesediannya

berpartisipasi dalam penelitian yaitu sebagai sampel atau responden.

Calon responden berhak menolak atau menerima untuk menjadi

responden dalam penelitian ini.

Page 101: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 12 Februari sampai 12 Maret

2018 untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap keluarga dengan

tingkat kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami

gangguan jiwa di Wilayah Kerja Puskesmas Sijunjung Kabupaten

Sijunjung tahun 2018. Jumlah responden penelitian ini sebanyak 48 orang

responden dengan menggunakan teknik multistage sampling. Metode

pengumpulan data yang digunakan adalah dengan cara membagikan

kuesioner kepada keluarga yang memiliki anggota keluarga mengalami

gangguan jiwa di 6 nagari yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas

Sijunjung Kabupaten Sijunjung. Data yang telah terkumpul diolah

menggunakan komputerisasi dan disajikan dalam bentuk tabel. Sesuai

dengan kondisi responden pada saat itu tanpa pengaruh ataupun paksaan

dari orang lain termasuk peneliti.

5.1.1 Analisa Univariat

Analisis univariat yang dilakukan dengan menggunakan analisa distribusi

frekuensi antara variabel independen yaitu pengetahuan dan sikap keluarga

dengan variabel dependen yaitu tingkat kecemasan dalam merawat

anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa di Wilayah Kerja

Puskesmas Sijunjung Kabupaten Sijunjung 2018, sebagai berikut pada

tabel dibawah ini.

Page 102: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

5.1.1.1 Pengetahuan Keluarga Tentang Gangguan Jiwa

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Keluarga Tentang Gangguan Jiwa

di Wilayah Kerja Puskesmas Sijunjung

Kabupaten Sijunjung

Tahun 2018

Pengetahuan Frekuensi %

Tinggi 36 75,0

Rendah 12 25,0

Jumlah 48 100

Berdasarkan tabel 5.1 didapatkan bahwa lebih dari separuh yaitu sebanyak

36 (75,0%) responden yang memiliki pengetahuan tinggi tentang

gangguan jiwa.

5.1.1.2 Sikap Keluarga Dalam Merawat Anggota Keluarga Yang Mengalami

Gangguan Jiwa

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Sikap Keluarga Dalam Merawat Anggota Keluarga

Yang Mengalami Gangguan Jiwa di Wilayah Kerja Puskesmas

Sijunjung Kabupaten Sijunjung

Tahun 2018

Sikap Frekuensi %

Positif 26 54,2

Negatif 22 45,8

Jumlah 48 100

Berdasarkan tabel 5.2 didapatkan bahwa lebih dari separuh yaitu sebanyak

26 (54,2%) responden yang memiliki sikap positif dalam merawat anggota

keluarga yang mengalami gangguan jiwa.

Page 103: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

5.1.1.3 Tingkat Kecemasan Keluarga Dalam Merawat Anggota Keluarga

Yang Mengalami Gangguan Jiwa

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Keluarga Dalam Merawat

Anggota Keluarga Yang Mengalami Gangguan Jiwa

di Wilayah Kerja Puskesmas Sijunjung

Kabupaten Sijunjung

Tahun 2018

Tingkat Kecemasan Frekuensi %

Rendah 32 66,7

Sedang 16 33,3

Jumlah 48 100

Berdasarkan tabel 5.1 didapatkan bahwa lebih dari separuh yaitu sebanyak

32 (66,7%) responden yang memiliki tingkat kecemasan rendah dalam

merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.

5.1.2 Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk melihat hubungan variabel independen

yaitu pengetahuan dan sikap keluarga terhadap variabel dependen yaitu

tingkat kecemasan dalam menghadapi anggota keluarga yang mengalami

gangguan jiwa yang dilakukan terhadap 48 orang responden. Uji hipotesis

untuk mengambil keputusan hipotesis yang diajukan cukup menyakinkan

untuk ditolak atau diterima dengan menggunakan chi-square test.

Uji chi-square digunakan untuk menyimpulkan ada tidaknya hubungan

pengetahuan dengan tingkat kecemasan dan sikap dengan tingkat

kecemasan. Untuk melihat kemaknaan perhitungan statistik digunakan

batasan kemaknaan 0,01 sehingga jika p < 0,01 secara statistik disebut

Page 104: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

bermakna dan jika P ≥ 0,01 maka hasil hitungan disebut tidak bermakna.

Adapun hasil analisa bivariat tersebut adalah :

5.1.2.1 Hubungan Pengetahuan Dengan Tingkat Kecemasan Dalam Merawat

Anggota Keluarga Yang Mengalami Gangguan Jiwa di Wilayah Kerja

Puskesmas Sijunjung Kabupaten Sijunjung Tahun 2018

Tabel 5.4

Hubungan Pengetahuan Dengan Tingkat Kecemasan Dalam Merawat

Anggota Keluarga Yang Mengalami Gangguan Jiwa

di Wilayah Kerja Puskesmas Sijunjung

Kabupaten Sijunjung

Tahun 2018

Pengetahuan Tingkat Kecemasan Total Ρ value OR

Rendah Sedang

F % F % F %

Tinggi

Rendah

31

1

86,1

8,3

5

11

13,9

91,7

36

12

100

100

0,000 0,15 (0,002-

0,140)

Jumlah 32 66,7 16 33,3 48 100

Berdasarkan tabel 5.4 didapatkan bahwa dari 48 responden yang memiliki

pengetahuan tinggi dengan tingkat kecemasan sedang sebanyak 5

responden (13,9%) dan pengetahuan rendah dengan tingkat kecemasan

sedang sebanyak 11 responden (91,7%). Berdasarkan hasil uji statistic

chi-square di dapat p value = 0,000 jika dibandingkan dengan α = 0,01

maka p value < α 0,01 maka ada hubungan bermakna antara pengetahuan

dengan tingkat kecemasan. Dari hasil uji statistic juga didapatkan nilai OR

= 0,15 artinya keluarga yang memiliki pengetahuan rendah mempunyai

peluang 0,15 kali untuk memiliki tingkat kecemasan yang sedang dalam

Page 105: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa dibandingkan

dengan keluarga yang memiliki pengetahuan tinggi.

5.1.2.2 Hubungan Sikap Dengan Tingkat Kecemasan Dalam Merawat

Anggota Keluarga Yang Mengalami Gangguan Jiwa di Wilayah Kerja

Puskesmas Sijunjung Kabupaten Sijunjung Tahun 2018

Tabel 5.5

Hubungan Sikap Dengan Tingkat Kecemasan Dalam Merawat Anggota

Keluarga Yang Mengalami Gangguan Jiwa

di Wilayah Kerja Puskesmas Sijunjung

Kabupaten Sijunjung

Tahun 2018

Sikap Tingkat Kecemasan Total Ρ value OR

Rendah Sedang

F % F % F %

Positif

Negatif

22

10

84,6

45,5

4

12

15,4

54,5

26

22

100

100

0,010 6,600

(1,700-

25,617)

Jumlah 32 66,7 16 33,3 48 100

Berdasarkan tabel 5.5 didapatkan bahwa dari 48 responden yang memiliki

sikap positif dengan tingkat kecemasan sedang sebanyak 4 responden

(15,4%) dan sikap negatif dengan tingkat kecemasan sedang sebanyak 12

responden (54,5%). Berdasarkan hasil uji statistic chi-square di dapat p

value = 0,010 jika dibandingkan dengan α = 0,01 maka p value = α 0,01

maka ada hubungan bermakna antara pengetahuan dengan tingkat

kecemasan dari hasil uji statistic juga didapatkan nilai OR = 6,600 artinya

keluarga yang memiliki sikap negatif mempunyai peluang 6,600 kali untuk

memiliki tingkat kecemasan sedang dalam merawat anggota keluarga yang

mengalami gangguan jiwa dibandingkan dengan keluarga yang memiliki

sikap positif.

Page 106: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

5.2 Pembahasan

5.2.2 Univariat

5.2.1.1 Pengetahuan

Berdasarkan dari hasil penelitian didapatkan bahwa jawaban dari 48 orang

keluarga yang menjadi responden di dapatkan bahwa 36 responden (75%)

memiliki pengetahuan tinggi dan 12 responden (25%) memiliki

pengetahuan rendah, hal ini menunjukkan bahwa lebih banyak keluarga

yang memiliki anggota keluarga dengan mengalami gangguan jiwa di

Wilayah Kerja Puskesmas Sijunjung memiliki pengetahuan yang tinggi

mengenai gangguan jiwa.

Penelitian ini juga diperkuat oleh teori Notoatmodjo (2010) yaitu

pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang

terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan

sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga

menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas

perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan

seseorang diperoleh melalui oleh indra pendengaran (telinga), dan indra

penglihatan (mata). Pengetahuan seseorang tehadap objek mempunyai

intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Pengetahuan keluarga mengenai

kesehatan mental merupakan awal usaha dalam memberikan iklim yang

kondusif bagi anggota keluarganya. Keluarga selain dapat meningkatkan

dan mempertahankan kesehatan mental anggota keluarganya, juga dapat

menjadi sumber problem bagi anggota keluarga yang mengalami

Page 107: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

ketidakstabilan mental sebagai akibat minimnya pengetahuan mengenai

persoalan kejiwaan keluarganya (Notosoedirdjo & Latipun, 2005).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ida (2016),

tentang hubungan pengetahuan keluarga dengan tingkat kecemasan dalam

menghadapi anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa di Rumah

Sakit Jiwa Propinsi Sumatra Utara, Medan. Didapatkan hasil 19 responden

(59,4%) yang memiliki pengetahuan baik (tinggi) mengenai gangguan

jiwa dan 13 responden (40,6%) yang menjadi responden memiliki

pengetahuan sedang mengenai gangguan jiwa dari 32 keluarga inti.

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lendra

(2012), tentang gambaran pengetahuan keluarga tentang cara merawat

pasien halusinasi di rumah. Didapatkan hasil 21 responden (70%) dengan

pengetahuan baik, 7 responden (23,3%) dengan pengetahuan cukup dan 2

responden (6,7%) dengan pengetahuan kurang dari 30 orang yang menjadi

responden. Kedua penelitian diatas sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh peneliti yaitu sama-sama memiliki pengetahuan tinggi.

Menurut asumsi peneliti tingkat pengetahuan sangat dibutuhkan dalam

merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, setelah

dibandingkan antara kondisi anggota keluarga yang berpengetahuan tinggi

dengan berpengetahuan rendah dalam merawat anggota keluarga yang

mengalami gangguan jiwa, bahwa kondisi keluarga yang berpengetahuan

tinggi lebih terjaga dibandingkan pada keluarga yang memiliki

Page 108: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

pengetahuan rendah. Hal tersebut dapat dilihat dalam hasil pengisian

kuesinoer banyak keluarga yang menjawab benar tentang pengertian dari

gangguan jiwa. Sehingga sangat diperlukan bagi keluarga untuk memiliki

pengetahuan tinggi dalam merawat anggota keluarga yang mengalami

gangguan jiwa.

5.2.1.2 Sikap

Berdasarkan dari hasil penelitian diketahui bahwa jawaban dari 48 orang

keluarga yang menjadi responden di dapatkan bahwa 26 responden

(54,2%) memiliki sikap positif dan 22 responden (45,8%) memiliki sikap

negatif , hal ini menunjukkan bahwa lebih banyak keluarga yang memiliki

anggota keluarga dengan mengalami gangguan jiwa di Wilayah Kerja

Puskesmas Sijunjung memiliki sikap yang positif dalam merawat anggota

keluarga yang mengalami gangguan jiwa.

Penelitian ini diperkuat oleh teori Newcomb, salah seorang ahli psikologi

sosial menyatakan bahwa sikap adalah merupakan kesiapan atau kesediaan

untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dalam

kata lain fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau

aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku (tindakan) atau

reaksi tertutup (Notoatmodjo, 2010). Sikap yang diberikan keluarga sangat

berpengaruh terhadap proses kesembuhan dan dalam memberikan

perawatan kepada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.

Sikap berupa dukungan keluarga yang bisa diberikan kepada pasien

Page 109: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

meliputi dukungan emosional yaitu dengan memberikan kasih sayang dan

sikap positif yang diberikan kepada klien, dukungan informasional yaitu

dengan memberikan nasihat dan pengarahan kepada klien untuk minum

obat. Sikap yang baik dan perawatan yang baik oleh keluarga terhadap

anggota keluarga yang mengalami gannguan jiwa akan berdampak baik

bagi kehidupan dan kualitas hidup anggota keluarga yang mengalami

gangguan jiwa, begitu pula sebaliknya (Simanjuntak, 2016).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitri (2012),

tentang hubungan persepsi keluarga tentang gangguan jiwa dengan sikap

keluarga pada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa di Rumah Sakit

Jiwa Daerah Surakarta. Didapatkan hasil sebanyak 52 responden (54,2%)

memiliki sikap positif pada anggota yang mengalami gangguan jiwa dan

44 resoponden (45,8%) memiliki sikap yang negatif pada anggota yang

mengalami gangguan jiwa dari 96 orang yang menjadi responden.

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sri

2013), tentang hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap keluarga

dengan kekambuhan pada pasien skizofrenia di RSJD Surakarta.

Didapatkan dari 50 orang yang menjadi responden sebanyak 44 responden

(88%) memiliki sikap yang baik dan 6 responden (12%) memiliki sikap

yang tidak baik terhadap penderita skizofrenia. Kedua penelitian diatas

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu sama-sama

memiliki sikap positif dalam merawat anggota keluarga yang mengalami

jiwa.

Page 110: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

Menurut asumsi peneliti bahwa sikap positif akan membantu seseorang

dalam menentukan arah dan tujuan yang akan dicapai. Pada penelitian ini

sikap positif dapat membuat seseorang itu dapat bertindak dan melalukan

hal dengan lebih baik. Sikap positif yang diberikan keluarga sangat

berpengaruh terhadap proses kesembuhan dan dalam memberikan

perawatan kepada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Hal

tersebut dapat dilihat dalam hasil pengisian kuesinoer rata-rata keluarga

yang menjawab sangat setuju atau setuju dalam menerima anggota

keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Sikap yang baik dan perawatan

yang baik oleh keluarga terhadap anggota keluarga yang mengalami

gannguan jiwa akan berdampak baik bagi kehidupan dan kualitas hidup

anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, begitu pula sebaliknya.

5.2.1.3 Tingkat Kecemasan

Berdasarkan dari hasil penelitian diketahui bahwa jawaban dari 48 orang

keluarga yang menjadi responden di dapatkan bahwa 33 responden

(66,7%) memiliki tingkat kecemasan rendah dan 16 responden (33,3%)

memiliki tingkat kecemasan sedang, hal ini menunjukkan bahwa lebih

banyak keluarga yang memiliki anggota keluarga dengan mengalami

gangguan jiwa di Wilayah Kerja Puskesmas Sijunjung memiliki tingkat

kecemasan rendah dalam merawat anggota keluarga yang mengalami

gangguan jiwa.

Page 111: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

Menurut Kaplan, Sadock dan Grebb (1994), memperkuat teori bahwa

kecemasan adalah respon terhadap situasi tertentu yang mengancam dan

merupakan hal yang normal terjadi menyertai perkembangan, perubahan,

pengalaman baru atau yang belum pernah dilakukan, serta dalam

menemukan identitas diri dan arti hidup. Kecemasan memiliki

karakteristik berupa munculnya perasaan dan kehati-hatian atau

kewaspadaan yang tidak jelas dan tidak menyengkan (Davison & Neale,

2001) (Fausiah, 2006). Kecemasan dapat dirasakan oleh individu ataupun

sekelompok orang termasuk keluarga, kecemasan meliputi keluarga dan

mereka sangat terbebani dengan kondisi penderita. Bahkan tidak sedikit

keluarga yang sama sekali tidak mengetahui rencana apa yang harus

mereka lakukan untuk menghadapi masalah gangguan jiwa salah satu

anggota keluarganya. Kecemasan akan semakin meningkat tanpa

pemahaman yang jernih mengenai masalah besar yang dihadapi keluarga.

Terkadang masalah ini tidak dapat dihadapi dan semakin membuat konflik

di dalam keluarga sehingga sering terjadi penolakan terhadap penderita

gangguan jiwa (Brown & Bradley, 2002).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Risnasari

(2013), tentang tingkat kecemasan keluarga dalam menghadapi anggota

keluarga penderita gangguan jiwa di Poli Jiwa Rumah Sakit Bhayangkara

Kota Kediri. Didapatkan bahwa hampir sebagian responden yaitu 8 orang

(40 %) mengalami cemas ringan,6 orang (30 %) responden mengalami

cemas berat, 5 orang (25 %) responden lainnya mengalami cemas sedang,

Page 112: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

dan 1 orang (5 %) responden tidak mengalami cemas dari 20 keluarga

yang menjadi responden. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Ida, tentang hubungan pengetahuan keluarga dengan

tingkat kecemasan dalam menghadapi anggota keluarga yang mengalami

gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa Propinsi Sumatra Utara, Medan.

Didapatkan hasil dari 32 orang responden sebanyak 15 responden (46,9%)

dengan tingkat kecemasan ringan, 14 responden (43,8%) dengan tingkat

kecemasan sedang dan 3 responden (9,3%) dengan tingka kecemasan

berat. Kedua penelitian diatas sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh peneliti yaitu sama-sama memiliki tingkat kecemasan ringan yang

lebih dominan.

Menurut asumsi peneliti kecemasan yang di rasakan dapat berupa; adanya

perasaan cemas, adanya ketegangan, adanya rasa ketakutan, adanya

gangguan tidur, adanya gangguan kecerdasan, adanya perasaan depresi

dan gejala-gejala tingkat kecemasan lainnya yang diarasakan keluarga

memiliki pengaruh dalam merawat anggota keluarga yang mengalami

gangguan jiwa. Tingkat kecemasan yang ringan akan membuat keluarga

Page 113: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

5.2.2 Bivariat

5.2.2.1 Hubungan Pengetahuan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Dalam

Merawat Anggota Keluarga Yang Mengalami Gangguan Jiwa

Berdasarkan hasil uji statistic chi-square di dapat p value = 0,000 jika

dibandingkan dengan α = 0,01 maka p value < α 0,01 maka ada hubungan

bermakna antara pengetahuan dengan tingkat kecemasan. Dari hasil uji

statistic juga didapatkan nilai OR = 0,15 artinya keluarga yang memiliki

pengetahuan rendah mempunyai peluang 0,15 kali untuk memiliki tingkat

kecemasan yang sedang dalam merawat anggota keluarga yang mengalami

gangguan jiwa dibandingkan dengan keluarga yang memiliki pengetahuan

tinggi. Berdasarka tabel 5.4 diatas dapat dilihat bahwa 86,1% responden

memiliki pengetahuan tinggi dengan tingkat kecemasan rendah dan 13,9%

responden memiliki pengetahuan rendah dengan tingkat kecemasan

sedang dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa

di Wilayah kerja Puskesmas Sijunjung Kabupaten Sijunjung tahun 2018.

Penelitian ini diperkuat berdasarkan penelitian dari badan National Mental

Health Association/NMHA (2001), diperoleh bahwa banyak

ketidakmengertian ataupun kesalahpahaman keluarga mengenai gangguan

jiwa, keluarga menganggap bahwa seseorang yang mengalami gangguan

jiwa tidak akan pernah sembuh kembali. Namun faktanya, NMHA

mengemukakan bahwa orang yang mengalami gangguan jiwa dapat

sembuh dan dapat mulai kembali melakukan aktivitasnya (Foster, 2001).

Tanpa adanya pemahaman yang jernih mengenai masalah gangguan jiwa

Page 114: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

yang dihadapi keluarga akan dapat menimbulkan kecemasan dan hal ini

didukung oleh adanya penelitian yang dilakukan oleh Brown & Bradley

(2002) pada keluarga yang memiliki anggota keluarga yang mengalami

gangguan jiwa dan didapatkan bahwa kecemasan keluarga akan semakin

meningkat tanpa pengetahuan yang baik mengenai masalah gangguan jiwa

yang dihadapi keluarga (Simanjuntak, 2006).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ida (2006)

tentang hubungan pengetahuan keluarga dengan tingkat kecemasan dalam

menghadapi anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa di Rumah

Sakit Jiwa Propinsi Sumatra Utara, Medan. Terdapat hubungan yang

signifikan antara pengetahuan dengan tingkat kecemasan keluarga dalam

menghadapi anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa dengan

ρvalue = 0,008 dibawah dari nilai α = 0,01. Penelitian ini juga sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Ulfah (2010), tentang tentang

faktor-faktor yang berhubungan dengan kecemasan keluarga pada klien

halusinasi di Badan Pengelola Rumah Sakit Dadi Makasar. Terdapat

hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan tingkat kecemasan

keluarga pasien halusinasi dengan ρ value = 0,003 dibawah dari nilai α =

0,05.

Menurut asumsi peneliti bahwa ada hubungan keterkaitan antara

pengetahuan dengan tingkat kecemasan keluarga dalam merawat anggota

keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Pengetahuan yang tinggi tentang

Page 115: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

gangguan jiwa akan membuat tingkat kecemasan keluarga menjadi rendah

dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Hal

tersebut dikarenakan karena keluarga memiliki wawasan dan pemahaman

yang baik tentang gangguan jiwa maka akan membuat keluarga tidak

terlalu merasakan kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang

mengalami gangguan jiwa

5.2 Hubungan Sikap Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Dalam

Merawat Anggota Keluarga Yang Mengalami Gangguan Jiwa

Berdasarkan hasil uji statistic chi-square di dapat p value = 0,010 jika

dibandingkan dengan α = 0,01 maka p value = α 0,01 maka ada hubungan

antara pengetahuan dengan tingkat kecemasan dari hasil uji statistic juga

didapatkan nilai OR = 6,600 artinya keluarga yang memiliki sikap negatif

mempunyai peluang 6,600 kali untuk memiliki tingkat kecemasan sedang

dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa

dibandingkan dengan keluarga yang memiliki sikap positif.

Berdasarkan tabel 5.5 diatas dapat dilihat bahwa 15,4% responden

memiliki sikap positif dengan tingkat kecemasan sedang dan 54,5%

responden emiliki sikap negatif dengan tingkat kecemasan sedang dalam

merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa di Wilayah

kerja Puskesmas Sijunjung Kabupaten Sijunjung tahun 2018.

Penelitian ini diperkuat dengan teori dari Newcomb, salah seorang ahli

psikologi sosial dalam buku Notoatmodjo, 2010 menyatakan bahwa sikap

adalah merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan

Page 116: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dalam kata lain fungsi sikap belum

merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan

predisposisi perilaku (tindakan) atau reaksi. Menurut Stuart & Laraia

(2006). Salah satu faktor pencentus terjadinya kecemasan yang bersifat

eksternal adalah ancaman terhadap sistem diri dapat membahayakan

identitas harga diri, dan fungsi sosial yang terintegrasi pada individu.

Demikian pula menurut Suliswati, kajian keluarga menunjukkan bahwa

gangguan ansietas biasanya terjadi didalam keluarga.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ulfah (2010)

tentang Faktor-faktor yang berhubungan dengan kecemasan keluarga pada

klien halusinasi di Badan Pengelola Rumah Sakit Dadi Makasar. Terdapat

hubungan yang signifikan antara sikap dengan tingkat kecemasan keluarga

dalam menghadapi anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa

dengan ρ value = 0,003 dibawah dari nilai α = 0,05.

Menurut asumsi peneliti ada hubungan keterkaitan antara sikap keluarga dengan

tingkat kecemasan yang dirasakan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang

mengalami gangguan jiwa. Keluarga yang memiliki anggota keluarga yang

mengalami gangguan jiwa tentunya merasakan cemas karena bagi sebagian

masyarakat memiliki keluarga yang gangguan jiwa merupakan suatu hal yang

buruk, sehingga keluarga merasa malu, merasa tidak dihargai, tidak lagi diterima

oleh masyarakat. Hal tersebut dilihat dari hasil penelitian yang peneliti lakukan

dengan membagikan kuesioner kepada keluarga dengan hasil lebih dari separoh

Page 117: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

keluarga yang dijadikan responden memiliki sikap positif kepada anggota

keluarga yang mengalami gangguan jiwa sehingga membuat tingkat kecemasan

keluarga rendah. Dari hasil kuesioner yang peneliti berikan kepada keluarga

bahwa tidak ada keluarga yang menjawab mengalami kecemasan sangat berat dari

14 item pertanyaan yang ada dikuesioner. Hal tersebut dikarenakan karena sikap

yang baik dan positif yang diberikan kelurga kepada anggota kelurga yang

mengalami gangguan jiwa membuat keluarga yang merawat tidak terlalu

merasakan kecemasan.

Page 118: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

BAB VI

PENUTUP

6.2 Kesimpulan

Berdasarkan hasil peneilitian maka beberapa kesimpulan yang dapat

diambil sebagai berikut :

1. Lebih dari separuh yaitu sebanyak 36 responden (75%) memiliki

pengetahuan tinggi tentang gangguan jiwa di Wilayah Kerja

Puskesmas Sijunjung Kabupaten Sijunjung tahun 2018.

2. Lebih dari separuh yaitu sebanyak 26 responden (54,2%) memiliki

sikap yang positif dalam merawat anggota keluarga yang mengalami

gangguan jiwa di Wilayah Kerja Puskesmas Sijunjung Kabupaten

Sijunjung tahun 2018.

3. Lebih dari separuh yaitu sebanyak 32 responden (66,7%) memiliki

tingkat kecemasan rendah dalam merawat anggota keluarga yang

mengalami gangguan jiwa di Wilayah Kerja Puskesmas Sijunjung

Kabupaten Sijunjung tahun 2018.

4. Terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan keluarga

dengan tingkat kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang

mengalami gangguan jiwa di Wilayah Kerja Puskesmas Sijunjung

dengan nilai ρ value = 0,000 dengan nilai OR= 0,15.

Page 119: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

5. Terdapat hubungan antara sikap keluarga dengan tingkat kecemasan

dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa di

Wilayah Kerja Puskesmas Sijunjung dengan nilai ρ value = 0,01

dengan nilai OR= 6,600.

6.2 Saran

6.2.1 Bagi Lahan Peneliti

Hasil penelitian ini hendaknya dapat digunakan sebagai baghan masukan

ataupun eveluasi kepada tenaga kesehatan agar selalu memberikan arahan

tentang sikap positif yang harus diberikan keluarga dalam merawat

anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa di Wilayah Kerja

Puskesmas Sijunjung Kabupaten Sijunjung.

6.2.2 Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dapat menambah buku-buku, referensi dan jurnal tentang

keperawatan jiwa. Hasil ini hendaknya dijadikan sebagai bahan acuan

ataupun pertimbangan didalam memberikan pengetahuan dan wawasan

dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa dalam

program pegabdian masyarakat yang dilakukan kepada masyarakat.

6.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini hendaknya dapat bermanfaat bagi peneliti selanjutnya

dalam melakukan penelitiannya dengan variabel yang berbeda dalam

merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa yang dirawat

dirumah.

Page 120: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Z., (2010). Pengantar Keperawatan Keluarga, [ebook], diakses tanggal 7

November 2017, dari <https://books.google.co.id>

Efendi, F. & Makhfudli. (2009), Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori Dan

Praktik Dalam Keperawatan, [e-book], diakses tanggal 20 Oktober 2017,

dari <https://books.google.co.id>

Fausiah, F. & Widury, J. (2005). Psikologi Abnormal Klinis Dewasa. Universitas

Indonesia (UI-Pres): Jakarta.

Page 121: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

Kurniawan, F. (2016). Gambaran Karakteristik Pada Pasien Gangguan Jiwa

Skizofrenia Yang Dirawat Di Instalasi Pelayanan Kesehatan Jiwa Terpadu

RSUD Banyumas tahun 2015. Naskah Publikasi. Purwokerto: Program

Studi Ilmu Keperawatan S1 Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Purwokerto. Diakses pada tanggal 1 Februari 2018, dari

<http://repository.ump.ac.id>

Kusumawati, F. & Hartono, Y. (2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Salemba

Medika: Jakarta.

Laporan bulanan pelayanan kesehatan jiwa tahun 2017. Data Dinas Kabupaten

Sijunjung.

Marselina, M., Khomsiyah, N., (2016). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan

Status Personal Hygiene Pada Pasien Gangguan Jiwa Di Wilayah Kerja

Puskesmas Wonokerto I Kabupaten Pekalongan. Naskah Publikasi.

Pekalongan: Program Studi Ners STIKes Muhammadiyah Pekajangan.

Diakses pada tanggal 04 Oktober 2017, dari <http://www.e-

skripsi.stikesmuh-pkj.ac.id>

Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta

(2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta.

Notosoedirdjo & Latipun. (2005). Kesehatan Mental, Konsep dan Penerapan.

Malang: UMM Press.

Nursalam, (2013). Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis Dan Instrumen Penelitian

Keperawatan. Salemba Medika: Jakarta

(2011). Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis Dan Instrumen Penelitian

Keperawatan. Salemba Medika: Jakarta.

Permatasari, H,D., (2014) Gambaran Tingkat Kecemasan Keluarga Dalam Merawat

Pasien Gangguan Jiwa Skizofrenia Paranoid Di Rsj Dr. Amino Gondohutomo

Page 122: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

Semarang. Naskah Publikasi. Semarang: Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu

Keperawatan Dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang.

Diakses tanggal 1 Maret 2018, dari <https://vdocuments.com.br>

Profil kesehatan 2014 Propinsi Sumatra Barat, Dinas Kesehatan Sumatra Barat,

diakses tanggal 19 Oktober 2017, dari <http://www.depkes.go.id>

Profil kesehatan tahun 2015, Dinas kesehatan Kabupaten Sijunjung, diakses

tanggal 19 Oktober 2017, dari <http://www.depkes.go.id>

Riset kesehatan dasar (Rikesdas) 2013. Badan penelitian dan pengembangan

kesehatan kementerian kesehatan RI, Menteri Kesehatan Republik

Indonesia, Jakarta, diakses tanggal 19 Oktober 2017, dari

<http://www.depkes.go.id>

Risnasari, N., (2013). Tingkat Kecemasan Keluarga Dalam Menghadapi Anggota

Keluarga Penderita Gangguan Jiwa Di Poli Jiwa Rumah Sakit Bhayangkara

Kota Kediri. Naskah Publikasi. Kediri: Prodi DIII Keperawatan Universitas

Nusantara PGRI Kediri. Diakses pada tanggal, 7 Juli 2018 dari,

<http://scholar.google.co.id>

Safaria, T. & Saputra, N. E., (2012) . Manajemen Emosi, Sebuah Panduan Cerdas

Bagaimana Mengelola Emosi Positif dalam Hidup Anda. Bumi Aksara:

Jakarta.

Simanjuntak, I.T.M., Daulay, W., (2006). Hubungan Pengetahuan Keluarga

Dengan Tingkat Kecemasan Dalam Menghadapi Anggota Keluarga Yang

Mengalami Gangguan Jiwa Di Rumah Sakit Jiwa Propinsi Sumatera

Utara, Medan. Naskah Publikasi. Medan: Program S1 Keperawatan PSIK

FK USU. Diakses pada tanggal 4 Oktober 2017, dari

<http://repository.usu.ac.id>

Sugiyono, (2013). Metodologi Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R & D ). Bandung: ALFABETA.

Page 123: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

Sulistyorini, N., (2013). Hubungan Pengetahuan Tentang Gangguan Jiwa

Terhadap Sikap Masyarakat Kepada Penderita Gangguan Jiwa Di

Wilayah Kerja Puskesmas Colomadu 1. Naskah Publikasi. Surakarta:

Program studi ilmu keperawatan Fakultas ilmu kesehatan universitas

muhammadiyah Surakarta. Diakses pada tanggal 4 Oktober 2017, dari

<http://eprints.ums.ac.id>f

Susanti, R., (2014), Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Terhadap Pemenuhan

Kebutuhan Dasar Pasien Gangguan Jiwa Dengan Defisit Perawatan Diri.

Naskah Publikasi. Riau: Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas

Riau. Diakses pada tanggal 11 Oktober 2017, dari

<https://media.neliti.com>

Ulfah, (2010). Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Kecemasan Keluarga

Pada Pasien Halusinasi di Badan Pengelola Rumah Sakit Dadi Makasar.

Naskah Pusblikasi. Makasar: Prodi Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan

UIN Alauddin Makasar. Diakses pada tanggal 5 Oktober 2018 dari,

<http://repositori.uin-alauddin.ac.id>

Page 124: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

Lampiran 1

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth:

Calon Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Sijunjung

Kabupaten Sijunjung

Dengan Hormat,

Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah Mahasiswa Program Studi Sarjana

Keperawatan STIKes Perintis Padang:

Nama : Ika Guswani Pratiwi

Nim : 14103084105015

Akan mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan pengetahuan dan sikap

keluarga dengan tingkat kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang

mengalami gangguan jiwa di Wilayah Kerja Puskesmas Sijunjung

Kabupaten Sijunjung tahun 2018”.

Penelitian ini tidak akan menimbulkan akibat yang merugikan bagi saudara

sebagai responden. Kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga dan

hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

Apabila saudara menyetujui, maka dengan ini saya mohon kesediaan untuk

menandatangani lembar persetujuan (informed concent) dan melakukan tindakan

yang saya berikan.

Demikian atas kesediaan saudara sebagai responden saya ucapkan terimakasih.

Bukittinggi, Februari 2018

Peneliti

Ika Guswani Pratiwi

Page 125: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

Lampiran 2

FORMAT PERSETUJUAN RESPONDEN

(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Umur :

Alamat :

Setelah dijelaskan maksud dari peneliti, maka saya bersedia menjadi responden

yang dilakukan oleh saudari Ika Guswani Pratiwi Mahasiswa Sekolah Tinggi

Sarjana Keperawatan Perintis Padang yang akan mengadakan penelitian dengan

judul ”Hubungan pengetahuan dan sikap keluarga dengan tingkat

kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa

di Wilayah Kerja Puskesmas Sijunjung Kabupaten Sijunjung tahun 2018”.

Demikian persetujuan ini saya tanda tangani dengan sesungguhnya sukarela tanpa

paksaan siapapun agar dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Bukittinggi, Ferbruari 2018

Responden

( )

Page 126: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

Lampira 3

KISI-KISI KUESIONER

No Variabel Jenis

Variabel

Materi Nomor

Soal

Jumlah

1 Independen Pengetahuan Defenisi gangguan jiwa 1, 2 2 pertanyaan

Penyebab gangguan jiwa 3, 4, 5, 6 4 pertanyaan

Cri-ciri gangguan jiwa 7, 8, 9 3 pertanyaan

Tanda dan gejala perilaku

kekerasan 10

1 pertanyaan

Tanda dan gejala defisit

perawatan diri 11, 12

2 pertanyaan

Peran keluarga 13 1 pertanyaan

Fungsi afektif keluarga 14 1 pertanyaan

Fungsi ekonomi keluarga 15 1 pertanyaan

2 Sikap 1, 2, 3, 4, 5, 6,

7, 8, 9, 10, 11

11 pertanyaan

3 Dependen Tingkat

Kecemasan

1, 2, 3, 4, 5, 6,

7, 8, 9, 10, 11,

12, 13, 14

14 pertanyaan

Jumlah 40 pertanyaan

Page 127: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

Lampiran 4

No. Responden

Hari/ Tanggal : ..........................

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA DENGAN

TINGKAT KECEMASAN DALAM MERAWAT ANGGOTA

KELUARGA YANG MENGALAMI GANGGUAN JIWA

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIJUNJUNG

KABUPATEN SIJUNJUNG TAHUN 2018

I. Data Identitas Responden

Isilah data dibawah ini!

1. Initial (pasien) :

2. Jenis Kelamin (pasien) : Perempuan : Laki-laki :

3. Tanggal Lahir : / /

4. Usia (pasien) :

5. Alamat :

6. No. Telpon / HP (keluarga) :

7. Nama Pengisi Data :

8. Hubungan Keluarga :

9. Tinggal Bersama Siapa :

tahun

Page 128: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

II. Kuesioner Pengetahuan Keluarga Dalam Merawat Anggota Keluarga

yang Mengalami Gangguan Jiwa

Petunjuk pengisian:

Lingkari jawaban yang menurut anda benar!

1. Apa yang disebut dengan gangguan jiwa?

a. Perubahan pada fungsi jiwa yang menyebabkan adanya gangguan

pada fungsi jiwa, yang menimbulkan penderitaan pada individu dan

atau hambatan dalam melaksanakan peran sosial.

b. Keadaan yang mengancam nyawa seseorang dan orang lain.

c. Kondisi yang membuat seseorang lupa ingatan dan tidak mengenal

orang-orang dan keluarga terdekat.

d. Suatu kondisi dimana seseorang mengalami limbung, kehilangan

keseimbangan, atau seperti akan pingsan.

2. Perubahan perilaku yang terjadi tanpa alasan yang masuk akal, berlebihan,

berlangsung lama dan menyebabkan kendala terhadap individu yang

bersangkutan, hal tersebut merupakan?

a. Gangguan pola makan

b. Gangguan jiwa

c. Kelainan bentuk tubuh

d. Ketidakberdayaan

3. Apa yang menyebabkan seseorang mengalami gangguan jiwa?

a. Kejadian yang menekan, stres dan ketegangan hidup.

b. Perilaku hidup yang tidak sehat.

Page 129: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

c. Obesitas.

d. Memiliki keluarga yang harmonis.

4. Dibawah ini yang merupakan penyebab seseorang bisa mengalami

gangguan jiwa, adalah..

a. Kekecewaan

b. Pengalaman masa lalu

c. Hayalan

d. Imajinasi

5. Posisi sosial & pengalaman sosial merupakan salah satu penyebab

seseorang mengalami gangguan jiwa dilihat dari segi..

a. Lingkungan politik

b. Lingkungan sekolah

c. Lingkungan sosial

d. Lingkungan kantor

6. Beberapa ketegangan hidup yang umum terjadi adalah perselisihan yang

dihubungkan dengan?

a. hubungan perkawinan

b. Hubungan bertetangga

c. ketegangan yang dihubungkan dengan ekonomi keluarga

Page 130: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

d. a dan c benar

7. Apa saja ciri-ciri dari seseorang yang mengalami gangguan jiwa?

a. Perubahan yang berulang dalam pikiran, daya ingat.

b. Perubahan perilaku.

c. Perubahan bentuk tubuh yang tidak normal.

d. a dan b benar

8. Sedih berkepanjangan, tidak semangat dan cenderung malas, marah tanpa

sebab, mengurung diri, tidak mengenali orang, hal tersebut merupakan

ciri-ciri dari?

a. Kelainan dalam berprilaku

b. Kehilangan nafsu makan

c. Mengalami gangguan jiwa

d. Tidak berkonsentrasi

9. Perubahan perilaku, akibat dari penderita gangguan jiwa ini menyebabkan

gangguan dalam..

a. Suasana hati

b. Pola hidup sehat

c. Tidur

d. Kegiatan sehari-hari, efisien kerja, dan hubungan dengan orang lain

10. Tanda dan gejala dari perilaku kekerasan adalah..

a. Muka merah dan tegang; pandangan tajam; bicara kasar; suara tinggi,

Page 131: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

b. Diam dan tenang

c. Nyeri, tidak nyaman dan gelisah

d. Tidak peduli dengan orang lain

11. Penderita gangguan jiwa tidak dapat melakukan..

a. Merawat kebersihan diri

b. Berhias diri

c. Minum

d. a dan b benar

12. Gangguan kebersihan diri, ditandai dengan..

a. Kulit berdaki

b. Rambut kotor,

c. Gigi kotor dan bau,

d. Kuku panjang dan kotor

13. Kenapa peran keluarga sangat penting?

a. Karena keluarga akan memasung pasien gangguan jiwa

b. Karena keluarga akan mengucilkan pasien gangguan jiwa

c. Karena keluarga merupakan tempat dimana individu memulai

hubungan interpersonal dengan lingkungannya.

d. Karena keluarga orang terjauh bagi pasien gangguan jiwa.

14. Dibawah ini yang merupakan hal yang harus dilakukan keluarga, kecuali..

a. Keluarga harus menghargai anggota keluarga yang mengalami

gangguan jiwa

Page 132: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

b. Saling menerima, saling mendukung antara keluarga dengan anggota

keluarga yang mengalami gangguan jiwa

c. Tidak peduli dan mengucilkan anggota kelurga yang mengalami

gngguan jiwa

d. Ikatan kekeluargaan yang kuat dan penyesuaian pada berbagai aspek

kehidupan pada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa

15. Memberikan dana untuk pengobatan dan perawatan selama dirawat

dirumah sakit jiwa maupun dirawat dirumah, hal tersebut merupakan

fungsi keluarga dalam segi..

a. Politik

b. Sosial

c. Kesehatan

d. Ekonomi

Page 133: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

III. Kuesioner Sikap Keluarga Dalam Merawat Anggota Keluarga yang

Mengalami Gangguan Jiwa

Petunjuk pengisian:

Berilah tanda ( √ ) pada jawaban yang dipilih !

Keterangan :

SS : Sangat Setuju TS : Tidak Setuju

S : Setuju STS : Sangat Tidak Setuju

RR : Ragu-ragu

No Pernyataan

SS

(1)

S

(2)

RR

(3)

TS

(4)

STS

(5)

1 Keluarga menerima anggota keluarga yang

mengalami gangguan jiwa

2 Keluarga memberikan perawatan yang baik

kepada anggota keluarga yang mengalami

gangguan jiwa

3 Keluarga yakin anggota keluarga yang

mengalami gangguan jiwa bisa sembuh jika

teratur minum obat

4 Keluarga selalu membawa anggota keluarga

yang mengalami gangguan jiwa ke pelayanan

kesehatan untuk berobat

5 Keluarga selalu mengingatkan angota keluarga

yang mengalami gangguan jiwa untuk selalu

konsumsi obat secara teratur

6 Keluarga tidak melakukan pemasungan kepada

anggota keluarga yang mengalami gangguan

jiwa saat mengamuk

7 Keluarga tidak mengasingkan anggota keluarga

yang mengalami gangguan jiwa

8 Keluarga tidak malu bahwa seseorang di

keluarganya mengalami gangguan jiwa dan

bukan merupakan suatu aib yang harus ditutupi

9 Keluarga merawat anggota keluarga yang

mengalami gangguan jiwa

10 Anggota keluarga yang mengalami gangguan

jiwa bisa melakukan pekerjaan seperti orang

normal

11 Keluarga tidak mempedulikan pandangan

negatif orang lain disekitar lingkungan rumah

Page 134: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

IV. Kuesioner Tingkat Kecemasan Keluarga Dalam Merawat Anggota

Keluarga yang Mengalami Gangguan Jiwa

Petunjuk pengisian:

Berilah tanda ( √ ) pada jawaban yang dipilih !

Keterangan :

TA : Tidak ada B : Berat

R : Ringan SB : Sangat Berat

S : Sedang

Saat Ibu/ Bapak merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa

apa yang Ibu/ Bapak rasakan?

No Pernyataan TA

(0)

R

(1)

S

(2)

B

(3)

SB

(4)

1 Perasaan cemas

o Firasat buruk

o Takut akan pikiran sendiri

o Mudah tersinggung

2 Ketegangan

o Merasa tegang

o Lesu

o Mudah terkejut

o Tidak dapat istirahat dengan nyenyak

o Mudah menangis

o Gemetar

o Gelisah

3 Ketakutan

o Pada gelap

o Ditinggal sendiri

Page 135: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

o Pada orang asing

o Pada binatang besar

o Pada keramaian lalu lintas

o Pada kerumunan orang banyak

4 Gangguan tidur

o Sukar memulai tidur

o Terbangun malam hari

o Tidak pulas

o Mimpi buruk

o Mimpi yang menakutkan

5 Gangguan kecerdasan

o Daya ingat buruk

o Sukar berkonsentrasi

o Sering bingung

6 Perasaan depresi

o Kehilangan minat

o Sedih

o Bangun dini hari

o Berkurangnya kesukaan pada hobi

o Perasaan berubah-ubah sepanjang hari

7 Gejala somatik (otot-otot)

o Nyeri otot

o Kaku

o Kedutan otot

o Gigi gemeretak

o Suara tak stabil

8 Gejala sensorik

Page 136: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

o Telinga berdengung

o Penglihatan kabur

o Muka merah dan pucat

o Merasa lemah

o Perasaan ditusuk-tusuk

9 Gejala kardiovaskuler

o Denyut nadi cepat

o Berdebar-debar

o Nyeri dada

o Denyut nadi mengeras

o Rasa lemah seperti mau pngsan

o Detak jantung hilang sekejap

10 Gejala pernapasan

o Rasa tertekan didada

o Perasaan tercekik

o Merasa napas pendek/sesak

o Sering menarik napas panjang

11 Gejala gastrointestinal

o Sulit menelan

o Mual muntah

o Berat badan menurun

o Konstipasi/sulit buang air besar

o Perut melilit

o Gangguan pencernaan

o Nyeri lambung sebelum/sesudah makan

Page 137: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

o Rasa panas diperut

o Perut terasa penuh/kembung

12 Gejala urogenital

o Sering kencing

o Tidak dapat menahan kencing

o Amenor/mentruasi yang tidak teratur

13 Gejalavegetatif/autonom

o Mulut kering

o Muka kering

o Mudah berkeringat

o Pusing/sakit kepala

o Bulu roma berdiri

14 Ibu/bapak merasakan

o Gelisah

o Tidak tenag

o Mengerutkan dahi muka tegang

o Tonus/ketegangan otot meningkat

o Napas pendek dan cepat

o Muka merah

Menurut skala HARS yang dikutip dalam Nursalam, 2013

Page 138: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan
Page 139: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan
Page 140: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan
Page 141: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan
Page 142: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan
Page 143: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan
Page 144: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan
Page 145: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan
Page 146: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan
Page 147: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …repo.stikesperintis.ac.id/59/1/10 IKA GUSWANI PRATIWI JIWA.pdf · kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan