skripsi hubungan efikasi diri dengan perilaku sehat …repo.stikesperintis.ac.id/78/1/31 yulia...

106
SKRIPSI HUBUNGAN EFIKASI DIRI DENGAN PERILAKU SEHAT DALAM MODIFIKASI GAYA HIDUP PADA PASIEN STROKE BERULANG DI POLIKLINIK RSS BUKITTINGGI TAHUN 2018 Oleh: YULIA PUTRIANI 14103084105042 PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN STIKES PERINTIS PADANG TAHUN 2018

Upload: others

Post on 18-May-2020

17 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • SKRIPSI

    HUBUNGAN EFIKASI DIRI DENGAN PERILAKU SEHAT

    DALAM MODIFIKASI GAYA HIDUP PADA PASIEN

    STROKE BERULANG DI POLIKLINIK RSS

    BUKITTINGGI TAHUN 2018

    Oleh:

    YULIA PUTRIANI 14103084105042

    PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

    STIKES PERINTIS PADANG

    TAHUN 2018

  • SKRIPSI

    HUBUNGANEFIKASI DIRIDENGAN PERILAKU SEHAT

    DALAM MODIFIKASI GAYA HIDUP PADA PASIEN

    STROKE BERULANG DI POLIKLINIK RSSN

    BUKITTINGGI TAHUN 2017

    PenelitianKeperawatanMedikalBedah

    DiajukanSebagai Salah SatuSyaratUntukMelakukanPenelitianKeperawatan

    Program StudiSarjanaKeperawatanSTIKesPerintis Padang

    Oleh:

    YULIA PUTRIANI

    14103084105042

    PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

    STIKES PERINTIS PADANG

    TAHUN 2017/2018

  • PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

    SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERINTIS PADANG

    Skripsi, Juli 2018

    Yulia Putriani

    HUBUNGAN EFIKASI DIRI DENGAN PERILAKU SEHAT DALAM

    MODIFIKASI GAYA HIDUP PADA PASIEN STROKE BERULANG DI

    POLIKLINIK RSSN BUKITTINGGI TAHUN 2018

    vi + 74 halaman, 4 tabel, 2 Gambar, 10 lampiran

    ABSTRAK

    Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul mendadak disebabkan

    terjadinya gangguan peredaran darah ke otak yang dapat menyebabkan kelumpuhan.

    Setiap pasien stroke dituntut untuk mampu mengontrol perilaku dan modifikasi gaya

    hidup untuk menghindari keparahan dan serangan stroke berulang. Penelitian ini

    bertujuan untuk mengetahui hubungan efikasi diri dengan perilaku sehat dalam

    modifikasi gaya hidup pada pasien stroke berulang di Poliklinik RSSN Bukittinggi tahun

    2018. Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional

    study. Populasi adalah seluruh pasien stroke di poliklinik RSSN Bukittinggi dengan rata-

    rata 159 orang perbulan. Pengambilan sampel menggunakan teknik accidental sampling

    dengan besaran sampel sebanyak 61 orang. Pengumpulan data pada penelitian ini

    menggunakan kuisioner penelitian, analisa data meliputi analisa univariat dan analisa

    bivariat menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari

    sebagian (50,8%) responden dengan efikasi diri tinggi dan lebih dari sebagian (55,7%)

    responden dengan perilaku sehat dalam modifikasi gaya hidup baik. Ada hubungan antara

    efikasi diri dengan perilaku sehat dalam modifikasi gaya hidup pasien stroke dengan nilai

    p = 0,03. Dapat disimpulkan bahwa efikasi diri berhubungan signifikan dengan perilaku

    sehat dalam modifikasi gaya hidup pada pasien stroke. Diharapkan kepada semua pihak

    untuk selalu memberikan dukungan moril dan materil pada pasien stroke dalam rangka

    meningkatkan efikasi diri yang berpengaruh terhadap perilaku sehat dalam modifikasi

    gaya hidup pasien stroke.

    Daftar Pustaka : 28 (2008 – 2016)

    Kata Kunci : Efikasi Diri, Modifikasi Gaya Hidup, Perilaku Sehat, Stroke

  • NURSING SCIENCE PROGRAM

    PERINTIS HIGH SCHOOL OF HEALTH SCIENCE PADANG

    Research, July 2018

    Yulia Putriani

    EFFICIENCY RELATIONSHIP WITH HEALTHY BEHAVIOR IN LIFE STYLE

    MODIFICATION ON STROKE PATIENT RECOVER IN POLYCLINIC RSSN

    BUKITTINGGI 2018

    vi + 74 page, 4 table, 2 picture 10 attachment

    ABSTRACT

    Stroke is a sudden abnormality of brain function caused by the disruption of blood

    circulation to the brain that can cause paralysis. Each stroke patient is required to be able

    to control the behavior and lifestyle modification to avoiding the severity and recurrent

    of stroke. This study aims to determine the relationship of self efficacy with healthy

    behavior in lifestyle modification in recurrent stroke patients at National Stroke Hospital

    Polychinic Bukittinggi 2018. This research was descriptive correlation with cross

    sectional study approach. The population were all stroke patients in the with an average

    of 159 people per month. Accidental sampling technique determind sample size of 61

    respondents. Data collection by using research questionnaire, and data analysis include

    univariate analysis and bivariate analysis with chi-square test. The results showed that

    more than half (50.8%) respondents with high self efficacy and more than half (55.7%)

    respondents with healthy behavior in good lifestyle modification. There was an

    association between self efficacy was significantly related to health behavior in lifestyle

    modification on stroke patients. It is expected to all parties to always provide moral and

    material support in stroke patients in order to improve self efficacy that affects healthy

    behavior in modifiying lifestyle of stroke patients. It is expected to all parties to always

    provide moral and material support in stroke patients in order to improve self efficacy

    that affects healthy behavior in modifiying lifestyle of stroke patients.

    Daftar Pustaka : 28 (2008 – 2016)

    Kata Kunci : Efficacy, Healthy Behavior, Stroke

  • KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya

    sehingga penulis dapat menyelesaikanSkripsi ini yang berjudul “Hubungan

    Efikasi Diri Dengan Perilaku Sehat Dalam Modifikasi Gaya Hidup Pada

    Pasien Stroke Berulang Di Poliklinik RSSN Bukittinggi”dapat diselesaikan.

    Selama penulis skripsi ini, tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak yang telah

    memberikan arahan dan masukan yang membangun, demi terselesaikannya

    penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis juga mengucapkan terima kasih

    kepada:

    1. Bapak Yendrizal Jafri, S.Kp, M.Biomed selaku Ketua STIKes Perintis

    Padang.

    2. Ibu Ns. Ida Suryati, M.Kep selaku Kepala Program studi Keperawatan

    STIKes Perintis Padang.

    3. Ibu Ns. Lisa Mustika Sari,M.Kep selaku pembimbing I yang yang telah

    membimbing dan ketelitiannya telah banyak memberikan ilmu, arahan

    serta sumbangan pemikiran dalam penyususnan skripsi ini.

    4. Bapak Def Primal, M. Biomed, PA selaku pembimbing II yang telah

    banyak memberikan bimbingan, arahan, serta petunjuk dalam

    penyususnan skripsi ini.

  • 5. Bapak dan Ibu di Prodi Keperawatan yang telah memberikan ilmu selama

    mengikuti pendidikan di STIKes Perintis Padang.

    6. Teristimewa kepada Keluarga tercinta yang selalu memberikan dukungan

    baik secara moril maupun materi serta do’a dan kasih sayangnya sehingga

    penulis lebih semangat dalam meyelesaikan skripsi ini.

    7. Rekan-rekan se-Angkatan yang telah memberikan dukungan serta saran-

    saran yang bermanfaat dan membangun.

    Dalam penyusunan skripsi ini penulis telah berusaha sebaik-baiknya, namun

    penulis menyadari atas segala kekurangan itu, penulis mengharapkan kritik dan

    saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penyusunan skripsi ini.

    Akhir kata penulis ucapkan terima kasih atas segala bantuan dari semua pihak

    yang terlibat dalam penulisan skripsi ini. Mudah-mudahan skripsi ini dapat

    bermanfaat bagi kita semua, Amin.

    Bukittinggi, Juli 2018

    Penulis

    Yulia Putriani

  • DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR .................................................................................... i

    ABSTRAK ...................................................................................................... iii

    DAFTAR ISI ................................................................................................... iv

    DAFTAR TABEL .......................................................................................... viii

    DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... ix

    DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. x

    BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

    1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1

    1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 5

    1.3 Tujuan penelitian ...................................................................................... 6

    1.3.1. Tujuan Umum ............................................................................... 6

    1.3.2. Tujuan Khusus............................................................................... 6

    1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 6

    1.4.1. Bagi Peneliti .................................................................................. 6

    1.4.2. Bagi Institisu Pendidikan .............................................................. 7

    1.4.3. Bagi Lahan .................................................................................... 7

    1.5 Ruang Lingkup Penelitian ......................................................................... 7

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 9

    2.1 Stroke ........................................................................................................ 9

    2.1.1. Pengertian Stroke ............................................................................ 9

  • 2.1.2. Penyebab Stroke .............................................................................. 10

    2.1.3. Faktor Resiko .................................................................................. 11

    1. Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi .......................................... 11

    a. Usia ................................................................................................... 11

    b. Jenis Kelamin .................................................................................... 11

    c. Ras ..................................................................................................... 12

    d. Riwayat Keluarga.............................................................................. 12

    2. Faktor resiko yang dapat dimodifikasi .................................................. 12

    a. Hipertensi ......................................................................................... 13

    b. Obesitas ............................................................................................ 14

    c. Diabetes ............................................................................................ 14

    d. Merokok ........................................................................................... 15

    e. Aktifitas Fisik ................................................................................... 16

    f. Alkohol ............................................................................................. 16

    2.1.4. Klasifikasi Stroke ............................................................................. 17

    a. Stroke Iskemik .................................................................................. 17

    b. Stroke Hemoragik ............................................................................ 19

    2.1.5. Patofiologi ........................................................................................ 19

    2.1.6. Tanda dan Gejala.............................................................................. 21

    2.1.7. Komplikasi ....................................................................................... 22

    2.1.8. Prosedur Diagnostik ........................................................................ 22

    2.1.9 Penatalaksanaan Stroke .................................................................... 23

    2.2. Perilaku Sehat............................................................................................ 25

  • 2.2.1. Pengertian Perilaku Sehat ............................................................... 25

    2.2.2. Unsur-unsur Perilaku ...................................................................... 25

    2.2.3. Bentuk Perubahan Perilaku ............................................................. 26

    2.2.4. Perilaku Kesehatan Pada Penderita Stroke ..................................... 29

    2.2.5. Pengukuran Perilaku ....................................................................... 32

    2.3. Modifikasi Gaya Hidup ............................................................................. 34

    2.3.1. Pengertian Modifikasi Gaya Hidup................................................. 34

    2.3.2. Tujuan Modifikasi Gaya Hidup ..................................................... 35

    2.4.EfikasiDiri .................................................................................................. 37

    2.4.1. Pengertian efikasi diri ..................................................................... 37

    2.4.2. Klasifikasi efikasi diri ..................................................................... 38

    2.4.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi efikasi diri ............................... 40

    2.4.4. Fungsi efikasi diri ........................................................................... 44

    2.4.5. Pengaruh efikasi diri ....................................................................... 47

    2.5. Peran Perawat ............................................................................................ 48

    2.6. Kerangka Teori.......................................................................................... 49

    BAB III KERANGKA KONSEP .................................................................. 50

    3.1Kerangka Konsep ........................................................................................ 50

    3.2 Defenisi Operasional .................................................................................. 51

    3.3 Hipotesa ..................................................................................................... 52

    BAB IV METODE PENELITIAN .............................................................. 53

    4.1 Desain Penelitian ........................................................................................ 53

    4.2 Populasi dan Sampel ................................................................................. 53

  • 4.3 Sampling ................................................................................................... 55

    4.4 Instrumen Penelitian .................................................................................. 55

    4.5 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................... 56

    4.6 Metode Pengumpulan Data ....................................................................... 56

    4.7 Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data ............................................... 57

    4.8 Etika Penelitian ......................................................................................... 60

    BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    5.1 Gambaran Umum Responden .................................................................... 62

    5.2 Hasil Penelitian ......................................................................................... 62

    5.2.1 Analisa Univariat .......................................................................... 62

    5.2.2 Analisa Bivariat .............................................................................. 63

    5.3 Pembahasan ............................................................................................. 65

    5.3.1 Analisa Univariat ........................................................................... 65

    5.3.2 Analis Bivariat ............................................................................... 69

    BAB VI PENUTUP

    6.1 Kesimpulan ............................................................................................. 73

    6.2 Saran ......................................................................................................... 73

    6.2.1 Bagi Peneliti ................................................................................... 73

    6.2.2 Bagi Institusi Pendidikan .............................................................. 74

    6.2.3 Bagi Tempat Penelitian .................................................................. 74

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1 Resiko Stroke ................................................................................... 24

    Tabel 3.1 Defenisi Operasional ........................................................................ 43

  • DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Kerangka Teori ......................................................................... 41

    Gambar 3.1 Kerangka Konsep ..................................................................... 42

  • DAFTAR LAMPIRAN

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul mendadak disebabkan

    terjadinya gangguan peredaran darah ke otak bisa terjadi pada siapa saja dan

    kapan saja (Muttaqin, 2008). Stroke merupakan penyakit atau gangguan

    fungsional otak berupa kelumpuhan saraf akibat terhambatnya aliran darah

    ke otak. Secara sederhana stroke akut didefinisikan sebagai penyakit otak

    akibat terhentinya suplai darah ke otak karena sumbatan (stroke iskemik) atau

    pendarahan (stroke hemoragik).

    penelitian yang dilakukan Alvina (2016) tentang Pengaruh Stroke Education

    Program (SEP) Terhadap Pengontrolan Perilaku Kesehatan Dalam

    Modifikasi Gaya Hidup Pasca Stroke Di Poliklinik Neuro RSSN Bukittinggi

    tahun 2017”.Salah satu penyebab meningkatnya kasus penyakit pembuluh

    darah, seperti jantung dan stroke adalah kurangnya kesadaran masyarakat

    untuk menerapkan pola gaya hidup sehat. Selain itu, meningkatnya usia

    harapan hidup, kemajuan di bidang sosial ekonomi, serta perbaikan di bidang

    pangan yang tidak diikuti dengan kesadaran menerapkan gaya hidup sehat

    juga menjadi pemicunya. Sebaliknya, masyarakat kita sejak usia muda

    dimanjakan dengan gaya hidup sembarangan, yang kurang memperhatikan

    pola hidup sehat.

  • Efikasi Diri merupakan keyakinan diri seseorang akan kemampuannya untuk

    mengorganisasikan dan melakukan tindakan-tindakan yang perlu dalam

    mencapai tingkat kinerja tertentu. Efikasi merupakan penilaian diri apakah

    seseorang dapat melakukan tindakan yang baik, buruk tepat atau salah, bisa

    atau tidak mengerjakan sesuai dengan yang dipersyaratkan. Efikasi ini

    berbeda dengan aspirasi, karena cita-cita mengambarkan penilaian

    kemampuan diri (Bandura, 2009). Pasien yang juga kurang yakin akan

    kemampuannya untuk mengikuti anjuran akan cenderung kurang

    melakukannya (Kaplan dkk, 2008 ; Alaga dan Reddy, 2008).

    Di Amerika serikat, stroke merupakan penyebab kematian keempat terbesar

    yang membunuh lebih dari 129.000 orang setiap tahun (American Heart

    Associantion, 2014). Berdasarkan Lembaga Kelainan dan Stroke Neurologis

    Nasional (2013), insidensi penyakit stroke di Amerika Serikat mencapai

    795.000 pertahun. Diantaranya, 610.000 orang mendapat serangan stroke

    untuk pertama kalinya dan 185.000 orang dengan serangan stroke berulang

    (Penyakit Jantung dan Statistik Stroke, 2013). Data juga dapat mendapati

    bahwa di Amerika Serikat, terdapat seorang yang meninggal dalam setiap 4

    menit akibat stroke (Pusat Nasional Untuk Penyakit Kronis dan Promosi

    Kesehatan, 2014).

    Dinegara berkembang jumlah kematian yang diakibatkan oleh stroke amat

    tinggi dan mencapai dua pertiga dari total penderita stroke diseluruh dunia

    (stroke association, 2013). WHO mendefinisikan stroke sebagai suatu

  • disfungsi neurologis akut fokal yang berlangsung lebih dari 24 jam (BO

    Norrving, et al, 2013). Berdasarkan WHO (2016), didapati 15 juta orang yang

    menderita stroke di seluruh dunia, dengan 5 juta orang dari padanya yang

    mati dan 5 juta orang yang lainnya mengalami kecacatan permanen.

    Menurut Data Riset Kesehatan Dasar 2013 prevalensi stroke di Indonesia

    12,1 per 1.000 penduduk. Angka itu naik dibandingkan Riskesdas 2007 yang

    sebesar 8,3 %. Stroke telah jadi penyebab kematian utama di hampir semua

    rumah sakit di Indonesia, yakni 14,5 %. Dilihat dari karakteristiknya, stroke

    banyak dialami orang usia lanjut usia, berpendidikan rendah, dan tinggal

    diperkotaan. Perubahan gaya hidup, pola makan terlalu banyak gula, garam,

    dan lemak, serta kurang beraktifitas adalah faktor resiko stroke.

    Angka stroke di Sumatra Barat menepati urutan ke 6 dari 33 Provinsi dengan

    persentase 10,6% dengan jumlah penderita stroke 35.108 orang (Profil Dinas

    Kesehatan, 2016). Rumah Sakit Stroke Nasional (RSSN) Bukittinggi

    merupakan satu-satunya pusat stroke yang berada di Sumatra Barat yang

    merawat penderita stroke untuk memenuhi kebutuhan dasar.Penyakit stroke

    termasuk penyakit terbanyak yang ada diruangan unit rawat stroke di RSSN

    Bukittinggi. Berdasarkan dari data di Rumah Sakit Stroke Nasional

    Bukittinggi di dapatkan angka kejadian stroke dari tahun ke tahun meningkat,

    kejadian stroke di akhir tahun 2016 ditemui kasus stroke rawat inap RSSN

    Bukittinggi 4100 orang dan rawat jalan RSSN Bukittinggi 11.113 orang kasus

    (Data Mediccal Record, 2016).

  • Menurut penelitian Gabriella tahun 2015 tentang “Hubungan Stres Dengan

    Kejadian Stroke Berulang” Stroke merupakan penyebab kematian terbesar

    ketiga didunia dengan laju mortalitas 18-37 %, Stroke terjadi berkaitan

    dengan faktor resiko salah satunya adalah stres. Penanganan terhadap stres

    perlu dipriolitaskan, karena Dapartemen Kesehatan pada tahun 2008 mencatat

    sekitar 10 % dari seluruh penduduk Indonesia mengalami stres. Tujuan dari

    penelitian tersebut adalah mengetahui stres pada kejadian stroke berulang.

    Penelitian yang dilakukan Nur sa’adah (2016) tentang Hubungan Keyakinan

    Diri (Self Efficacy) Terhadap Perilaku Perawatan Kaki Diabetes Melitus, hasil

    penelitian ini menunjukkan bahwa perawatan kaki DM yang dilakukan teratur

    dapat mengurangi angka kejadian amputasi sebanyak 50%. Efikasi diri yang

    baik pada pasien DM akan meningkatkan motivasi dan mendorong untuk

    melakukan perilaku yang mendukung kesehatannya. Penelitian tersebut

    bertujuan untuk mengetahui hubungan efikasi diri dengan perilaku perawatan

    kaki pada pasien DM. Semakin tinggi efikasi diri semakin baik pula perilaku

    perawatan kaki DM. Perawat dapat meningkatkan efikasi diri pasien dengan

    pemberian pendidikan kesehatan yang rutin dan untuk penelitian selanjutnya

    dapat melakukan intervensi untuk meningkatkan efikasi diri pada pasien DM.

    Berdasarkan study pendahuluan yang akan dilakukan peneliti di RSSN

    Bukittinggi khususnya diruangan poliklinik, terdapat pasien stroke yang

    rawat jalan yaitu pasien stroke berulang yang sudah terkena serangan lebih

    dari satu kali. Dari wawancara singkat yang dilakukan oleh peneliti dengan

  • pasien stroke berulang yang datang ke poliklinik ada sebagian pasien yang

    sulit untuk merubah gaya hidupnya seperti masih mengkonsumsi makanan

    yang bergaram dan berkolestrol bahkan masih ada sebagian dari pasien laki-

    laki yang masih merokok dan kurangnya aktifitas fisik dirumah.Tingginya

    angka kejadian stroke berulang di RSSN Bukittinggi karena kurangnya fungsi

    kognitif dan motivasinya terhadap perilaku sehat dalam memodifikasi gaya

    hidupnya seperti faktor resiko stroke yang dapat diubah.

    Berdasarkan fenomena tersebut diatas, peneliti tertarik untuk melakukan

    penelitian yang berjudul “Hubungan Efikasi DiriDengan Perilaku Sehat

    Dalam Modifikasi Gaya Hidup Pada Pasien Stroke Berulang Di poliklinik

    Rumah Sakit Stroke Nasional (RSSN) Bukittinggi tahun 2017”.

    1.2 Rumusan Masalah

    Berdasarkan uraian di atas rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

    “Hubungan Efikasi Diri Dengan Perilaku Sehat Dalam Modifikasi Gaya

    Hidup Pada Pasien Stroke Berulang Di poliklinik Rumah Sakit Stroke

    Nasional (RSSN) Bukittinggi tahun 2017.

    1.3 Tujuan Penilitian

    1.3.1 Tujuan Umum

    Untuk mengetahui Hubungan Efikasi Diri Dengan Perilaku Sehat Dalam

    Modifikasi Gaya Hidup Pada Pasien Stroke Berulang Di Poliklinik Rumah

    Sakit Stroke Nasional (RSSN) Bukittinggi tahun 2017.

  • 1.3.2 Tujuan khusus

    a. Mengidentifikasi distribusi frekuensi efikasi diripada pasien stroke di

    poli klinik Rumah Sakit Stroke (RSSN) Bukittinggi tahun 2017.

    b. Mengidentifikasi distribusi frekuensi perilaku sehat dalam modifikasi

    gaya hidup pada pasien stroke berulang di poliklinik rumah sakit stroke

    (RSSN) Bukittinggi tahun 2017.

    c. Menganalisis hubungan efikasi diridengan perilaku sehat dalam

    modifikasi gaya hidup pada pasien stroke berulang di poliklinik rumah

    sakit stroke (RSSN) Bukittinggi tahun 2017.

    1.4 Manfaat Penelitian

    1.4.1 Bagi Peneliti

    Meningkatkan pengetahuan dan menambah wawasan peneliti dalam

    mengembangkan pengetahuan yang diperoleh peneliti selama menempuh

    pendidikan dan untuk menerapkan ilmu penelitiannya “Hubungan Efikasi

    Diri Dengan Perilaku Sehat Dalam Modifikasi Gaya Hidup Pada Pasien

    Stroke Berulang Di Poliklinik RSSN Bukittinggi Tahun 2017.”

    1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan

    Dapat dijadikan sumber masukan dalam bidang ilmu keperawatan

    khususnya dalam mata ajar Keperawatan Medikal Bedah dan dapat

    memberikan sumbangan pikiran untuk melakukan penelitian lebih lanjut

    dan melihat dari aspek yang berbeda dan sebagai informasi awal bagi

  • peneliti selanjutnya.Sebagai bahan bacaan dan literatur di perpustakaan

    STIKes Perintis Padang.

    1.4.3 Bagi Lahan

    Dapat memberikan masukan atau informasi RSSN dalam keyakinan diri

    melaksanakan perilaku sehat dalam modifikasi gaya hidup pada pasien

    stroke berulang sehingga dapat menambah atau meningkatkan mutu

    pelayanan kesehatan.

    1.5 Ruang Lingkup Penelitian

    Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan efikasi diri dengan

    perilaku sehat dalam modifikasi gaya hidup pada pasien stroke berulang yang

    terkena stroke lebih dari satu kali, terdapat data yang didapatkan oleh peneliti

    dari MR sebanyak 1431 orang dari bulan Januari sampai September 2017

    karena peneliti akan melakukan penelitian selama satu bulan maka jumlah

    data dari sembilan bulan di bagi per bulan sebanyak 159 orang. Dimana yang

    akan diteliti adalah efikasi diri atau keyakinan diri pasien stroke berulang

    untuk perilaku sehat dalam modifikasi gaya hidup untuk sembuh. Penelitian

    ini telah dilakukan di poliklinik Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi.

    Penelitian ini akan dilakukan peneliti pada bulan Februari sampai Maret

    2018. Peneliti ingin mengangkat judul ini karena ingin lebih meyakinkan

    pasien stroke berulang yang lebih dari satu kali yang sedang menjalani rawat

    jalan di poliklinik RSSN Bukittinggi untuk lebih meningkatkan motivasinya

    untuk memodifikasi gaya hidup. Penelitian ini menggunakan metode

  • penelitian dengan desain deskriptif kolerasi dengan cara pengambilan sampel

    dengan menggunakan accidental sampling. Instrument yang akan dipakai

    untuk penelitian ini adalah dengan menggunakan kuesioner.

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Stroke

    2.1.1 Pengertian Stroke

    Stroke merupakan penyakit atau gangguan fungsional otak berupa

    kelumpuhan saraf (deficit neurologic) akibat terhambatnya aliran darah ke

    otak. Stroke didefinisikan sebagai penyakit otak akibat terhentinya suplai

    darah ke otak karena sumbatan atau perdarahan (Andi, 2011).

    Stroke adalah penyakit otak paling destruktif dengan konsekuensi berat,

    termasuk beban psikologis dan fisik. Stroke merupakan cedera vascular akut

    pada otak, Ini berarti bahwa stroke adalah suatu cedera mendadak dan berat

    pada pembuluh-pembuluh darah otak, penyempitan pembuluh darah,

    pecahnya pembuluh darah. Semua ini menyebabkan kurangnya pasokan

    darah yang memadai. Stroke mungkin menampakan gejala, mungkin juga

    tidak (stroke tanpa gejala disebut silent stroke), tergantung pada tempat dan

    ukuran kerusakannya (Bhuana, 2007).

    Stroke atau gangguan peredaran darah otak (GPDO) merupakan penyakit

    neurolis yang sering dijumpai dan harus ditangani secara cepat dan tepat.

    Stroke merupakan penyakit yang paling sering menyebabkan cacat berupa

    kelumpuhan anggota gerak, gangguan bicara, proses berfikir, daya ingat dan

    bentuk kecacatan lainnya sebagai akibat gangguan fungsi otak (Muttaqin,

    2011).

  • Stroke Berulang adalalah kejadian serebrovaskular baru yang mempunyai

    satu diantara kriteria seperti defisit neurologi yang berbeda dengan stroke

    pertama atau kejadian yang meliputi daerah anatomi atau daerah pembuluh

    darah yang berbeda dengan stroke pertama dan kejadian mempunyai sub

    tipe stroke yang berbeda dengan stroke pertama. Stroke berulang terjadi

    pada orang yang memiliki riwayat stroke sebelumnya atau terjadinya stroke

    baru setelah 28 hari dari onset stroke sebelumnya Menurut penelitian

    (Moroney, J.T, 2001).

    Dari beberapa defenisi di atas disimpulkan bahwa stroke adalah suatu

    penyakit atau gangguan fungsional otak yang mengakibatkan kelumpuhan

    dan kecacatan yang berkembang cepat dalam detik atau menit yang

    berlangsung lebih dari 24 jam atau menyebabkan kematian.

    2.1.2 Penyebab Stroke

    Stroke disebabkan oleh dua hal utama, yaitu penyumbatan arteri yang

    mengalirkan darah ke otak (disebut stroke iskemik dan hemoragik). Stroke

    dapat terjadi karena adanya dua atau lebih faktor resiko (multirisk factor),

    bukan hanya satu faktor. Banyak yang menyangka bahwa makan sate

    kambing dan merokok sering dianggap penyabab satu-satunya pemicu

    stroke. Pemicu stroke antara lain kecendrungan menu harian yang berlemak,

    pola dan gaya hidup tidak sehat, ketidak mampuan beradaptasi dengan stres

    (Andi, 2011).

  • 2.1.3 Faktor Resiko

    Faktor resiko adalah suatu faktor atau kondisi tertentu yang membuat

    seseorang rentan terhadap serangan stroke. Faktor resiko stroke umumnya

    dibagi menajadi 2 kelompok besar sebagai berikut :

    a. Faktor resiko Yang Tidak Dapat Dimodifikasi

    1) Usia

    Makin bertambah usia seseorang, makin meningkat resiko terkena

    stroke atau serang ulang stroke. Penambahan usia menyebabkan

    penurunan fungsi sistem pembuluh darah. Menurut feigin (2004),

    setelah mencapai usia 50 tahun, setiap penambahan usia tiga tahun

    resiko stroke meningkat sebesar 11-20%. Resiko tinggi adalah usia

    lebih dari 65 tahun, tetapi hampir 25% dari semua stroke terjadi pada

    usia kurang dari 65 tahun, dan 4% terjadi pada usia antara 15 dan 40

    tahun.

    2) Jenis kelamin

    Laki-laki lebih beresiko dibandingkan wanita, dengan perbandingan

    1,3:1, kecuali pada usia lanjut, resiko stroke pada laki-laki dan wanita

    hampir sama. Menurut penelitian iskandar (2003), laki-laki terkena

    stroke iskemik, sedangkan wanita lebih cenderung terkena stroke

    perdarah subaraknoid. Stroke pada wanita di duga akibat pemakaian

    obat kontrasepsi oral. Angka kematian stroke pada wanita dua kali

    lebih tinggi dari laki-laki.

  • 3) Ras

    Stroke, terutama stroke hemoragik lebih sering terjadi pada orang

    keturunan Afrika, Asia, Afro-Karibia, Maori dan Kepalaun Pasifik

    dibandingkan keturunan Eropa. Orang jepang dan Afrika-Amerika

    cenderung mengalami stroke perdarahan intrakranial, sedangkan

    orang berkulit putih cenderung terkena stroke iskemik akibatsumbatan

    ekstra kranial. Di Indonesia pada tahun 2007, stroke merupakan

    penyebab kematian tertinggi yaitu 15,4% dan penyebab utama

    kecatatan pada kelompok orang dewasa (Kementrian Kesehatan RI,

    2010).

    4) Riwayat keluarga

    Gen berperan besar dalam beberapa faktor resiko stroke seperti

    hipertensi, penyakit jantung, diabetes dan kelainan pembuluh darah.

    Faktor genetis berperan besar dalam perdarahan subaraknoid. Genetis

    menjadi penyebab pada 7% total kasus sampai 20% pada orang yang

    berusia muda. Riwayat stroke dalam keluarga, terutama jika dua atau

    lebih anggota keluarga pernah mengalami stroke pada usia kurang dari

    60 tahun, akan meningkat resiko stroke.

    b. Faktor resiko yang dapat dimodifikasi

    Menurut penelitian Alfred (2007) untuk mencegah resiko berulang

    dalam memodifikasi gaya hidup dalam diantaranya :

  • 1) Hipertensi

    Hipertensi merupakan faktor resiko yang banyak dialami penderita

    stroke. Berdasarkan data, stroke yang disebabkan oleh hipertensi

    dirumah sakit mencapai 73,9 persen. Banyak pasien mempunyai

    tekanan darah sistolik 150-170 mmHg, dan tekanan darah diastolik

    90-100 mmHg. Padahal normalnya, sistolik 110-120 mmHg dan

    diastolik 90-100 mmHg. Apabila tak segera diobati, persentase bakal

    terkena penyakit jantung dan stroke berulang akan mencapai lebih

    dari 20 persen.

    Untuk mengontrol tekanan darah tinggi pada pasien stroke, ada

    beberapa antipertensi efektif untuk penderita stroke. Beberapa obat

    tersebut adalah perindropin dari golongan ACE (Angiotension

    Coverting Enzyme) inhibitor. Obat tersebut terbukti tidak hanya

    penurunkan tensi, tetapi juga mencegah kambuhnya stroke. Resiko

    stroke lanjutan dan serangan jantung juga dikurangi menjadi 20-25

    persen. Selain obat obatan, pasien stroke yang mengindap hipertensi

    juga diminta untuk mengurangi asupan makanan yang kadar garam

    tinggi karna garam berpotensi meningktakan tekanan darah.

    Mengurangi kadar garam didalam darah hingga 100 mmol/hari.

    Pengurangan ini bisa menurunkan tekanan darah 1-7 mmHg tekanan

    darah siastol.

  • 2) Obesitas

    Menurut penelitian Alfred (2007) Selain itu juga diubah kebiasaan

    makan. Makanan makanan yang berlemak, seperti jeroan harus

    dihindari. Berat badan juga perlu dijaga agar tidak terlalu berlebihan.

    Berat badan yang normal bisa diukur dari indeks masa tubuh (IMT).

    Ukurannya berat badan dibagi tinggi badan dalam meter kuadrat.

    Berat badan yang ideal adalah indeks masa tubuhnya 18,5 hingga

    24,9. Juga harus memerhatikan lingkar pinggang maksimum 80 cm.

    3) Diabetes

    Menurut penelitian Alfred (2007) Diabetes mellitus dalah penyakit

    yang disebabkna pada gangguan produksi insulin oleh pankreas. Ada

    dua macam jenis diabetes mellitus :

    1. Diabetes tipe 1

    Adalah penyakit diabetes yang diakibatkan tidak berfungsinya

    pankreas dalam memproduksi insulin. Insulin adalah hormon

    yang menyeimbangkan kadar gula darah.

    2. Diabetes tipe 2

    Adalah penyakit yang diakibatkan terganggunya produksi insulin.

    Penyakit ini lebih banyak disebabkan oleh pola hidup yang salah,

    seperti stress, makan yang berkolesterol, kurang olahraga, dan

    lain lain.

    Penderita diabetes bisa memicu stroke karena kadar gula darah

    yang tinggi bisa merusak pembuluh darah. Darah jadi mengental

  • dan tak mudah beku. Akibatnya, jika ada luka, sluka sukar

    sembuh. Pembuluh darah juga bisa rusak, itu juga bisa menimpa

    pembuluh darah otak. Pembuluh rusak, sehingga darah darah tak

    bisa mengalir ke otak dengan baik. Penderita bisa terkena stroke

    berulang. Untuk itu perlu dijaga kenormalan kada gula darah.

    Kadar gula darah normal adalah 80-109 mg/dl.

    4) Merokok

    Merokok merupakan kebiasaan sekaligus gaya hidup yang

    berdampak buruk bagi kesehatan. Apapun rokok yang beredar di

    pasaran semuanya mengandung 4000 racun dan 200 diantaranya

    sangat berbahaya. Asap rokok mengandung beberapa zat berbahaya

    yang sering disebut oksidator. Zat oksidator ini menimbulkan

    kerusakan pada dinding arteri. Dinding arteri yang rusak akibat asap

    rokok akan menjadi lokasi penimbunan lemak, sel trombosit,

    kolestrol, dan terjadi penebalanlapisan otot polos dinding arteri.

    Rokok menyebabkan berkurangnya jumlah oksigen dalam darah

    yang menyebabkan stroke jantung bekerja lebih keras, hal ini

    memudahkan terbentuknya gumapalan darah. Gumpalan ini akan

    menghambat aliran darah ke otak sehingga menyebabkan stroke

    (National Stroke Association, 2010). Selain itu rokok juga

    menyebabkan konsentrasi fibrinogen, hemtokrit, menurunkan

    aktivitas, fibrinolitik dan aliran darah serebral, vasokonstriksi,

    sehingga terjadi aterotrombolitik (Feigin, 2004).

  • Bahkan menurut Feigin (2004) perokok pasif (menghirup asap rokok

    secara tidak langsung) meningkatkan kemungkinan terkena stroke

    hampir 80%. Mereka yang menghisap 20 atau lebih batang rokok

    sehari memiliki resiko stroke dua kali lipat di bandingkan yang

    merokok lebih sedikit.

    5) Aktitas fisik

    Aktivitas fisik moderat yang teratur dapat mengurangi hingga

    separuh resiko stroke dan memperkecil kematian dini akibat semua

    sebab sekitar 70%. Yang diperlukan hanya lah olah raga tiga atau

    empat kali seminggu selama 30 menit. Orang yang kurang aktivitas

    fisik (olah raga

  • 2.1.4 Klasifikasi Stroke

    a. Stroke Iskemik

    Stroke iskemik disebabkan oleh penyumbatan pembuluh darah otak

    (stroke non perdarahan atau infark). Otak dapat berfungsi dengan baik

    jika aliran darah yang menuju ke otak lancar dan tidak mengalami

    hambatan. Namun jika persedian oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh

    sel-sel darah dan plasma terhalang oleh suatu bekuan darah atau terjadi

    trombosit pada dinding arteri yang mensuplai otak maka akan terjadi

    stroke iskemik yang dapat berakibat kematian jaringan otak yang

    disuplai. Terhalangnya aliran darah yang menuju ke otak dapat

    disebabkan oleh suatu thrombosis atau emboli. Keduanya merupakan

    jenis bekuan darah dan pengerasan arteri yang disebut plak aterosklerotik

    melalui proses aterosklerosis yang merupakan penumpukan dari lemak

    darah, kolestrol, kalsium pada dinding pembuluh darah arteri dan disebut

    juga dengan ateroma.

    1) Ateroma

    Pada stroke iskemik, penyumbatan bisa terjadi di sepanjang jalur

    arteri yang menuju ke otak. Misalnya suatu ateroma (endapan lemak)

    bisa terbentuknya di dalam arteri karotis sehingga menyebabkan

    berkurangnya aliran darah. Keadaan ini sangat serius karena setiap

    arteri karotis jalur utama memberikan darah ke sebagian besar otak.

  • 2) Emboli

    Endapan lemak juga bisa terlepas dari dinding arteri dan mengalir di

    dalam darah, kemudian menyumbat arteri yang lebih kecil. Arteri

    karotis dan arteri vertebralis beserta percabangannya bisa juga

    tersumbat karena adanya bekuan darah yang berasal dari tempat

    lain, misalnya dari jantung atau katupnya. Emboli lemak terbentuk

    jika lemak dari sumsum tulang yang pecah dilepaskan ke dalam

    aliran darah dan akhirnya tersumbat di dalam sebuah arteri (kecil).

    Stroke karena sumbatan emboli jarang terjadi.

    3) Infeksi

    Stroke juga bisa terjadi bila suatu perdangan atau infeksi

    menyebabkan menyempitannya pembuluh darah yang menuju ke

    otak. Selain peradangan umum oleh bakteri, peradangan juga bisa

    dipicu oleh asam urat (penyebab rematik gout) yang berlebihan

    dalam darah.

    4) Hipotensi

    Penurunan tekanan darah yang tiba-tiba bisa menyebabkan

    berkurangnnya aliran darah ke otak, yang biasanya menyebabkan

    seseorang pingsan. Stroke bisa terjadi jika tekanan darah rendahnya

    berat dan menahun. Hal ini terjadi jika seseorang mengalami

    kehilangan darah yang banyak karena cedera atau pembedahan,

    serangan jantung atau irama jantung yang abnormal.

  • b. Stroke Hemoragik

    Penyebab stroke hemoragik adalah terhalanagnya suplai darah ke otak

    pada stroke perdarahan disebabkan oleh arteri yang mensuplai darah ke

    otak pecah. Penyebabnya misalnya tekanan darah yang mendadak tinggi

    dan atau stres psikis berat. Perdarahan otak dapat terjadi di dalam otak

    yang disebut hemoragik otak sehingga otak tercemar oleh kumpulan

    darah (hematom). Atau darah masuk ke selaput otak. Pada pembuluh

    darah yang pecah dapat terjadi kontraksi atau vasokontraksi yaitu

    pengecilan diameter atau saluran arteri yang dapat menghambat aliran

    darah ke otak dan gejala yang timbul tergantung pada daerah otak mana

    yang dipengaruhi.

    2.1.5 Patofiologi

    a. Stroke Iskemik

    Menurut Feigin (2004), Hampir 80% stroke disebabkan oleh sumbatan

    oleh bekuan darah, penyempitan sebuah arteri atau beberapa arteri yang

    mengarah ke otak atau embolus (kotoran) yang terlepas dari jaringan atau

    arteri ekstrakrani (arteri yang berada diluar tengkorak) yang

    menyebabkan sumbatan di satu atau beberapa arteri intrakranial (arteri

    yang ada didalam tengkorak). Stroke Iskemik menyebabkan

    penyumbatan atau penyempitan yang disebabkan oleh aterosklerosis

    (mengerasnya arteri).

  • Iskemik disebabkan oleh adanya penyumbatan aliran darah otak oleh

    thrombus atau embulus. Trombus umumnya terjadi karna

    berkembangnya arterosklerosis pada dinding pembuluh darah, sehingga

    arteri menjadi tersumbat, aliran darah kearea thrombus menjadi

    berkurang, menyebabkan iskemia kemudian menjadi kompleks iskemia

    akhirnya terjadi infark pada jaringan otak. Emboli disebabkan oleh

    embulus yang berjalan menuju arteri serebral melalui arteri karotis.

    Terjadinya blok pada arteri tersebut menyebabkan iskemia yang tiba tiba

    berkembang cepat dan terjadi gangguan neurologis fokal. Perdarahan

    otak dapat disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah oleh emboli

    (Bunner dan sudarth, 2002).

    b. Stroke hemoragik

    Menurut Feigin (2004), stroke hemoragik disebabkan oleh perdarahan

    kedalam jaringan otak (disebut hemoragia intraserebrum atau

    hematomserebrum) atau kedalam ruang subaraknoid, yaitu ruang sempit

    antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang menetupi otak.

    Perdarahan dari sebuah arteri intraknium biasanya disebabkan oleh

    aneurisma (arteri yang melebar) atau pecah.

    Pembuluh darah otak yang pecah menyebabkan darah mengalir ke

    substansi atau ruangan subarchnoid yang menimbulkan perubahan

    kompenen intracranial yang seharusnya konstan. Adanya perubahan

    intracranial yang tidak dikompensasi tubuh akan meningkatkan TIK yang

    bila berlanjut akan menyebabkan herniasi otak sehingga timbul kematian.

  • Disamping itu, darah yang mengalir kesubstansi otak atau ruang

    subaraknoid dapat menyebabkan edema, spasme pembuluh darah otak

    dan penekan pada daerah tersebut menimbulkan aliran darah berkurang

    atau tidak ada sehingga terjadi nekrosis jaringan otak (Bunner dan

    sudarth, 2002).

    2.1.6 Tanda dan Gejala

    Manifestasi klinis stroke tergantung pada lokasi dan luas kerusakan otak

    yang terjadi, menurut Summer (2009) gejala stroke berdasarkan area otak

    yang dikenai yaitu :

    a. Hemisper dominan (kiri)

    Gejalanya adalah arah pandangan ke arah kiri, penurunan lapang

    pandang kanan, hemiparise kanan, kehilangan hemisensori kanan.

    b. Hemisper tidak dominan (kanan)

    Gejalanya adalah aerah pandang ke arah kanan, penurunan lapang

    pandang kiri, hemiparise kiri, kehilangan hemifarise kiri dan left neglect.

    c. Batang otak (brainstem)

    Gejalanya adalah mual dan muntah, diplopia, disartria, disfagia, vertigo,

    tinitus, hemiparise atau kuadriplegia, kehilangan sensori disebelah badan

    atau semua badan, penurunan kesadaran, cegukan, nafas tidak normal.

    d. Otak kecil (serebellum)

    Gejalanya adalah gaya berjalan ataxia, kaku leher.

  • 2.1.7 Komplikasi

    Kebiasaan yang terjadi bisa mengenai beberapa aspek atau organ lain :

    a. Neurologi, seperti : edema otak, kejang, tekanan tinggi intrakranial,

    infark berdarah, stroke iskemik berulang, delirium akut, depresi.

    b. Paru-paru, seperti : obstruksi jalan nafas, hipoventilasi, aspirasi,

    pneumonia.

    c. Kardiovaskuler, seperti : miokard infark, aritmia, dekompensasi kordis,

    hipertensi, DVT (Deep Vena Thrombosis), emboli paru.

    d. Nutrisi/pencernaan seperti : ulkus, perdarahan lambung, konstipasi,

    dehidrasi, gangguan elektrolit, malnutrisi, hiperglikemia.

    e. Traktus urinarius, seperti : inkontinesia, infeksi saluran kemih.

    f. Ortope – kulit, seperti : dekubitus, kontraktur, nyeri sendi bahu, jatuh/

    fraktur (Misbach, 2007).

    2.1.8 Prosedur Diagnostik

    Diagnosa dini penting untuk penatalaksanaan stroke. Tujuan pemeriksaan

    penunjang adalah untuk mencari penyebab, mencegah rekurensi, dan

    mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat menyebabkan perburukan sistem

    saraf pusat (SSP). Pemeriksaan yang dilakukan adalah :

    a. CT-Scan, untuk membedakan stroke iskemik dan perdarahan. CT Scan

    tidak diperlukan oleh semua pasien, terutama jika diagnosis klinisnya

    sudah jelas.

    b. EKG, untuk mengetahui penyakit jantung, misalnya Atrial Fibrilasi, MCI

    (Myocard Infark).

  • c. Ultrasound: dopler ekstra maupun intrakranial dapat menentukan adanya

    stenosis atau oklusi, keadaan kolateral atau rekanalisasi.

    d. Pemeriksaan laboratorium :

    1) Pemeriksan darah rutin meliputi : darah perifer lengkap, hitung

    platelet, INR, APTT, serum elektrolit, gula darah, CRP dan LED,

    fungsi ginjal dan hati.

    2) Pemeriksan khusus sesuai indikasi meliputi : protein C, S, AT III,

    cardiopilin antibodies, hemocystein, vasculitis-screening (ANA,

    LupusAC), CSF.(Misback, 2007).

    2.1.9 Penatalaksanaan Stroke

    Pengobatan stroke akut menentukan kualitas hidup pasien dan bahkan

    mencegah kematian. Sehingga motto pelaksanaan pasien stroke “time is

    brain”. Oleh karna itu perawatan harus dilakukan di unit stroke. Selain

    sudah diakui kelebihannya oleh organisasi stroke internasional, perawatan di

    unit stroke dilakukan oleh multidisiplin yang terdiri dari dokter ahli saraf,

    perawat khusus stroke, fisioterapi, terapi wicara, dan okupasi, serta ahli

    nutrisi. Prinsip manajemen stroke akut adalah ;

    a) Diagnosis stroke yang cepat dan tepat

    b) Mengurangi luasnya lesi otak

    c) Mencegah dan mengobati komplikasi stroke

    d) Mencegah serangan stroke ulang dan

    e) Memaksimalkan kembali fungsi fungsi neurologik (Miscabk, 2007).

  • Tabel 2.1

    Resiko stroke

    Faktor

    Resiko Skor Faktor Resiko Hasil

    0 1 2 3

    Umur

    (Tahun)

    0-44 45-64 65-74 75+ 3

    Hipertensi Normal

    300

    mg/dl)

    3

    Diabetes Tidak ada Buruk

    ≥126

    Sedang

    110-125

    Baik 80-

    109

    3

    Obesitas

    Imt

    (kg/m2)

    Normal

    (18,5-24,9)

    Sedikit

    berlebihan

    berat badan

    (25-26,9)

    Lumayan

    berlebihan

    berat badan

    (27-29,9)

    Obesitas

    (30 atau

    lebih)

    3

    Alkohol Tidak

    berlebihan

    (0-2 gelas

    untuk pria

    dan 0-1

    untuk

    wanita)

    Sedikit

    berlebihan

    (3-4 gelas

    untuk pria

    dan 2 untuk

    wanita)

    Lumayan

    berlebihan

    (5-6 gelas

    untuk pria

    dan 3-4

    gelas untuk

    wanita)

    Sangat

    berlebihan

    (>6 gelas

    untuk pria

    dan >4

    untuk

    wanita)

    3

    Aktivitas

    fisik

    Normal

    (aktivitas

    berenergi 1

    Agak

    kurang (1

    jam

    Lumayan

    kurang

    (kurang

    Aktvitas

    fisik sangat

    kecil

    3

  • jam paling

    tidak 3 kali

    seminggu)

    aktivitas

    berenergi

    1-2 kali

    seminggu)

    dari 1 jam

    aktivitas

    berenergi-

    sekali

    seminggu)

    (hampir

    atau tanpa

    aktivitas

    berenergi)

    Sumber: Dimodifikasi Dari The Stroke Foundation Of New Zealand Guideilines

    (2003 ) Oleh Feigin (2004)

    2.2 Perilaku Sehat

    2.2.1 Pengertian

    Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat

    diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Perilaku

    merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulasi (rangsangan

    dari luar). Sedangkan perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang

    terhadap atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem

    pelayanan kesehatan, makanan dan minuman serta lingkungan

    (Notoatmodjo, 2010).

    Menurut penelitian Sarafino (2011) dikutip dari Rizi Faserina (2015),

    Perilaku kesehatan adalah setiap aktivitas individu yang dilakukan untuk

    mempertahankan atau meningkatkan kondisi kesehatan tanpa

    memperhatikan status kesehatan.

    2.2.2 Unsur Unsur Perilaku

    Perilaku muncul sebagai hasil interaksi antara tanggapan dari individu

    terhadap stimulasi yang datang dari lingkungannya agar bisa beradaptasi

    dan tetap survive yang mendasari timbulnya perilaku kesehatan adalah

  • dorongan yang ada dalam diri manusia, sedangkan dorongan merupakan

    usia jadi perilaku muncul karna adanya dorongan untuk survive. Ada tiga

    unsur utama perilaku yaitu :

    a. Adanya afektif (perasaan atau penilain pada berbagai hal)

    b. Kognitif (pengetahuan kepercayaan atau pendapat tentang suatu obyek)

    c. Psikomotor (niat serta tindakan yang berkaitan dengan suatu obyek)

    Perilaku memiliki hubungan yang cukup besar dalam menentukan tingkat

    pemanfaatan sarana kesehatan. Teori adopsi perilaku dari Rogers

    mengemukakan bahwa untuk mengubah perilaku seseorang akan melewati 5

    tahapan yaitu awareness (kesadaran), interest (perhatian atau ketertarikan

    dengan ide baru), evolution (perilaku terhadap ide), trial (usaha untuk

    mencoba) dan terakhir adaption (bila menerima ide baru) (Notoatmodjo,

    2010).

    2.2.3 Bentuk Perubahan Perilaku

    Menurut Notoatmodjo (2011) Hal yang penting dalam perilaku kesehatan

    adalah masalah pembentukan dan perubahan perilaku, karna perubahan

    perilaku merupakan tujuan dari pendidikan kesehatan atau promosi

    kesehatan sebagai penunjang program-program kesehatan yang lainnya.

    Bentuk perubahan perilaku dikelompokkan menjadi :

    a. Perubahan Alamiah (Natural Change)

    Perilaku manusia selalu berubah, dimana sebagian perubahan itu

    disebabkan karna kejadian alamiah. Apabila dalam masyarakat sekitar

    terjadi suatu perubahan lingkungan fisik atau sosial budaya dan

  • ekonomi, maka anggota-anggota masyarakat didalamnya juga akan

    mengalami perubahan.

    b. Perubahan rencana (Planned Change)

    Perubahan perilaku ini terjadi karna memang direncanakan sendiri oleh

    subjek

    c. Kesediaan untuk berubah (Readinnes to Change)

    Apabila terjadi suatu inovasi atau program-program pembangunan

    didalam masyarakat, maka yang yang sering terjadi adalah sebagian

    orang yang sangat cepat untuk menerima inovasi atau perubahan

    tersebut (berubah perilakunya). Tetapi sebagian orang lagi sangat

    lambat untuk menerima inovasi atau perubahan tersebut. Hal ini

    disebabkan karna pada setiap orang mempunyai kesediaan untuk

    berubah.

    Dalam program-program kesehatan, agar diperoleh perubahan perilaku

    kesehatan yang sesuai dengan norma-norma kesehatan, sangat

    diperlukan usaha-usaha konkrit dan positif. Beberapa strategi untuk

    memperoleh perubahan perilaku tersebut dikelompokkan menjadi tiga,

    menurut WHO (1984) dalam Notoatmodjo (2011) :

    1. Menggunakan kekuatan/kekuasaan atau dorongan

    Dalam hal ini perubahan perilaku dipaksakan pada sasaran atau

    masyarakat sehingga ia mau melakukan (berperilaku) seperti yang

    diharapkan. Cara ini akan menghasilkan perubahan periltersebut

  • belum aku yang cepat, akan tetapi perubahan tersebut belum tentu

    akan berlangsung lama, karna perubahan perubahan perilaku yang

    terjadi tidak atau belum berdasarkan kesadaran sendiri.

    2. Pemberian informasi

    Dengan memberikan inpai hidup informasi-informasi tentang cara

    mencapai hidup sehat, cara pemeliharaan kesehatan, cara

    menghindari penyakit dan meningkatkan pengetahuan masyarakat.

    Selanjutnya dengan pengetahuan-pengetahuan itu akan

    menimbulkan kesandaran mereka, dan akhirnya akan menyebabkan

    orang berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.

    Hasil atau perubahan perilaku dengan cara ini akan memakan

    waktu lama, tetapi perubahan yang dicapai akan bersifat langeng

    karna didasari pada kesadaran mereka sendiri (bukan karna

    paksaan)

    3. Diskusi dan partisipasi

    Cara ini adalah sebagian peningkatan cara kedua. Dimana dalam

    memberikan informasi-informasi tentang kesehatan tidak bersifat

    searah tetapi dua arah. Hal ini berarti masyarakat tidak hanya pasif

    menerima informasi tetapi juga harus aktif berpartisipasi melalui

    diskusi-diskusi tentang informasi yang diterimanya. Diskusi

    partisipasi adalah salah satu cara yang baik dalam rangka

    memberikan informasi-informasi dan pesan-pesan kesehatan.

  • 2.2.4 Perilaku Kesehatan Pada Penderita Stroke

    a. Faktor Berat Badan (Obesitas Atau Kegemukan)

    Menurut Basha (2004) dikutip dariRizi Faserina (2015 )Obesitas

    merupakan ciri khas penderita hipertensi. Walaupun belum diketahui

    secara pasti hubungan antara hipertensi dan obesitas, namun terbukti

    bahwa daya pompa jantung sirkulasi volume darah penderita obesitas

    dengan hipertensi lebih tinggi dari pada penderita hipertensi dengan

    berat badan normal. Pada orang yang terlalu gemuk, tekanan darahnya

    cenderung tinggi karna seluruh organ tubuh dipacu bekerja keras untuk

    memenuhi kebutuhan energi yang lebih besar, jantungpun bekerja

    ekstra karna banyaknya timbunan lemak yang menyebabkan kadar

    lemah darah juga tinggi, sehingga tekanan darah menjadi tinggi dan

    beresiko terjadi stroke.

    b. Terapi medikasi dan pengontrolan kesehatan

    Terapi medikasi dan pengobatan merupakan faktor yang paling harus

    diperhatikan pada penderita stroke. Penderita dengan pengobatan yang

    rutin dan teratur dapa mengurangi komplikasi penyakit bahkan

    menyembuhkan. Akan tetai waktu yang dibutuhkan oleh masing-

    masing penderita bervariasi

    c. Stres pekerjaan

    Menurut Basha (2004) dikutip Rizi Faserina (2015), Stress diduga

    melalui aktivitas syaraf simpatis (syaraf yang bekerja pada saat kita

    beraktivitas). Peningkatan akivitas syaraf simaptis mengakibatkan

  • tekanan darah secara intermitten (tidak menentu). Gangguan

    kepribadian yang bersifat sementara dapat terjadi pada orang yang

    menghadapi keadaan uang menimbulkan stess berat, gangguan tersebut

    dapat berkembang secara tiba-tiba atau secara bertahap.

    Stress dapat meningkatkan tekanan darah dalam waktu yang pendek

    tetapi kemungkinan bukan penyebab meningkatnya tekanan dalam

    waktu yang panjang.

    d. Aktivitas fisik (olah raga)

    Menurut Beevers (2002) dikutip dari Rizi Faserina (2015), Olahraga

    lebih banyak dihubungkan dengan pengolalaan hipertensi karna

    olahraga isotonik dan teratur (aktivitas fisik aerobic selama 30-45

    menit/hari) dapat menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan

    tekanan darah. Kurangnya melakukan olahraga akan meningkatkan

    kemungkinan timbulnya obesitas (Arjatmo T & Hendra U, 2001).

    Meskipun tekanan darah meningkat secara tajam ketika sedang

    berolahraga, namun jika berolahraga secara teratur akan lebih sehat dan

    memiliki tekanan darah lebih rendah dari pada mereka yang tidak

    melakukan olahraga. Olahraga yang teratur dalam jumlah sedang lebih

    baik dari pada olahraga berat tetapi hanya sekali.

    e. Faktor asupan garam

    Menurut Sutrani (2004) dikutip dari Rizi Faserina (2015), Natrium

    bersama klorida yang terdapat dalam garam dapur dalam jumlah normal

    dapat membantu tubuh mempertahankan keseimbanagan cairan tubuh

  • untuk mengatur tekanan darah. Namun natrium dalam jumlah yang

    berlebihan dapt menahan air (retensi), sehingga meningkatkan volume

    darah. Akibatnya jantung hars bekerja lebih keras untuk memompanya

    dan tekanan darah menjadi naik

    f. Perilaku keamanan

    Menurut Beevers (2002) dikutip dari Rizi Faserina (2015),

    Penimbangan berat badan secara teratur perlu dilakukan pada penderita

    stroke untuk mencegah terjadinya stroke berulang. Selain itu modifikasi

    lingkungan yang aman harus diperhatikan untuk mencegah resiko

    cidera. WHO pada tahun 1990 menganjurkan pembatasan konsumsi

    garam dapur hingga 6 gram sehari (sama dengan 2400 mg

    Natrium)(Atmatsier, 2006). Konsumsi garam memiliki efek langsung

    terhadap tekanan darah. Telah ditunjukkan bahwa peningkatan darah

    ketika semakin tua, yang terjadi pada semua masyarakat kota,

    merupakan akibat dari banyaknya garam yang dikonsumsi. Masyarakat

    yang mengkonsumsi garam yang tinggi dalam pola makannya adalah

    masyarakat dengan tekanan darah yang sedikit, seiring dengan

    bertambahnya usia. Terdapat bukti bahwa mereka yang memiliki

    kecenderungan menderita hipertensi dan stroke secara keturunan

    memiliki kemampuan yang lebih rendah untuk mengeluarkan garam

    dalam tubuhnya. Namun mereka mengkonsumsi garam tidak lebih

    banyak dari orang lain, meskipun tubuh mereka cendurung menimbun

    apa yang mereka makan.

  • 2.2.5 Pengukuran Perilaku

    Secara garis besar mengukur perilaku terbuka atau praktek dapat dilakukan

    melalui dua metode, yakni:

    a. Langsung

    Mengukur perilaku secara langsung, berarti peneliti langsung mengamati

    atau mengobservasi perilaku subjek yang diteliti. Peneliti dapat

    menggunakan media instrumen check list dengan skala Guttman. Skala

    ini merupakan skala yang bersifat tegas dan konsisten dengan

    memberikan jawaban yang tegas seperti jawaban dari pertanyaan atau

    pernyataan : ya dan tidak, positif dan negatif, setuju dan tidak setuju,

    benar dan salah. Skala Guttman ini pada umumnya dibuat seperti cheklist

    dengan interpretasi penilaian, apabila skor benar nilainya 1 dan apabila

    salah nilainya 0 dan analisisnya dapat dilakukan seperti skala Likert

    (Hidayat 2012).

    b. Tidak langsung

    Pengukuran perilaku secara tidak langsung ini, berarti peneliti tidak

    secara langsung mengamati perilaku orang yang diteliti (responden).

    peneliti dapat menggunakan media angket/kuesioner dengan skala

    likert (Notoatmodjo 2010). Menurut Azwar (2011)Salah satu skor

    standar yang biasanya digunakan dalam skala model Likert adalah skor –

    T, yaitu

  • Dimana:

    X : Skor responden pada skala perilaku yang hendak diubah menjadi

    skor T

    X : Mean skor kelompok

    X : Deviasi standar skor kelompok

    Untuk mencari s digunakan rumus:

    Skor mean T = Skor T Responden

    Jumlah Responden

    Untuk kategori penilaian menjadi:

    Perilaku positif : jika skor T hasil penghitungan > mean T (50)

    Perilaku Negatif : jika skor T hasil perhitungan < mean T (50)

    Pengukuran perilaku sering digunakan adalah skala dengan skala ini akan

    diperoleh jawaban yang tegas yaitu sering, selalu, kadang-kadang dan

    jarang. Penelitian menggunakan skala likert dilakukan bila ingin

    mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang

    dinyatakan.

    Skala ini dapat pula dibentuk checklist atau pilihan ganda. Pertanyaan

    yang bernilai positif. Jawaban dari item pernyataan perilaku positif:

    a) Selalu (SL) jika responden selalu dengan pernyataan kuesioner dan

    diberikan melalui jawaban kuesioner skor 4

    http://4.bp.blogspot.com/-Hljz-PkRIsU/UxkjnF9xFMI/AAAAAAAAA7Y/OLLctWYC18g/s1600/Rumus+Perilaku1.tif

  • b) Sering (SR) jika responden sering dengan pernyataan kuesioner dan

    diberikan melalui jawaban kuesioner skor 3

    c) Jarang (KK) jika responden kadang-kadang dengan pernyataan

    kuesioner dan diberikan melalui jawaban kuesioner skor 2

    d) Tidak Pernah (TP) jika responden tidak pernah dengan pernyataan

    kuesioner dan diberikan melalui jawaban kuesioner skor 1

    2.3 Modifikasi Gaya hidup

    2.3.1 Pengertian Modifikasi Gaya Hidup

    Gaya hidup adalah segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik

    dalam menciptakan hidup yang sehat dan menghidarkan kebiasaan buruk

    yang dapat mengganggu kesehatan (Hasil konferensi nasional promosi

    kesehatan 2003).

    Menurut penelitian Andalia Roza dkk (Mudzakir 2006)Gaya hidup adalah

    pola tingkah laku sehari-hari yang patut dijalankan oleh suatu kelompok

    social ditengah masyarakat, sesuai dengan norma dan agamanya. Pada

    umumnya gaya hidup dipengaruhi oleh cara pandang kehidupan seseorang

    terhadap pedomannya. Gaya hidup juga dipengaruhi oleh kemajuan

    infrastruktur latar belakang lingkungannya.

    2.3.2 Tujuan Modifikasi Gaya Hidup

    Tujuan dari modifikasi gaya hidup adalah menerapkan pola hidup sehat

    tentunya untuk menjaga kesehatan tubuh dan mendapatkan kehidupan yang

    lebih baik

    a. Mengurangi resiko terkena penyakit tekanan darah tinggi

  • b. Mengurangi resiko diabetes

    c. Mengurangi resiko terkena serangan stroke dan jantung koroner

    Unsur-unsur perilaku hidup sehat adalah:

    a. Modifikasi diit

    Mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan terbukti memberikan

    perlindungan terhadap penyakit stroke. Setiap peningkatan konsumsi per

    hari mengurangi resiko stroke sebesar 6%. Diit dengan membatasi lemak

    total dan lemak jenuh dapat menurunkan kadar kolesterol LDR hingga

    10-20%. Mengurangi penggunaan garam maupun bumbu penyedap.

    (stroke esensial, 2003)

    b. Tidak merokok

    Merokok merupakan kebiasaan sekaligus gaya hidup yang berdampak

    buruk bagi kesehatan. Apapun rokok yang beredar di pasaran semuanya

    mengandung 4000 racun dan 200 diantaranya sangat berbahaya. Asap

    rokok mengandung beberapa zat berbahaya yang sering disebut

    oksidator. Zat oksidator ini menimbulkan kerusakan pada dinding arteri.

    Dinding arteri yang rusak akibat asap rokok akan menjadi lokasi

    penimbunan lemak, sel trombosit, kolestrol, dan terjadi penebalanlapisan

    otot polos dinding arteri.

    Rokok menyebabkan berkurangnya jumlah oksigen dalam darah yang

    menyebabkan stroke jantung bekerja lebih keras, hal ini memudahkan

    terbentuknya gumapalan darah. Gumpalan ini akan menghambat aliran

  • darah ke otak sehingga menyebabkan stroke (National Stroke

    Association, 2010). Selain itu rokok juga menyebabkan konsentrasi

    fibrinogen, hemtokrit, menurunkan aktivitas, fibrinolitik dan aliran darah

    serebral, vasokonstriksi, sehingga terjadi aterotrombolitik (Feigin, 2004).

    Bahkan menurut Feigin (2004) perokok pasif (menghirup asap rokok

    seyucara tidak langsung) meningkatkan kemungkinan terkena stroke

    hampir 80%. Mereka yang menghisap 20 atau lebih batang rokok sehari

    memiliki resiko stroke dua kali lipat di bandingkan yang merokok lebih

    sedikit.

    c. Aktifitas fisik

    Aktivitas fisik moderat yang teratur dapat mengurangi hingga separuh

    resiko stroke dan memperkecil kematian dini akibat semua sebab sekitar

    70%. Yang diperlukan hanya lah olah raga tiga atau empat kali seminggu

    selama 30 menit. Orang yang kurang aktivitas fisik (olah raga

  • 1. Terapi okupasional

    Bertujuan untuk melatih diri mengatasi keberisihan pribadi dan

    kehidupan sehari-hari seperti makan, berpakaian, buang air besar,

    mandi, sikat gigi dan sebagainya. Ketrampilan lebih lanjut akan

    memperikan kemampuan bergerak atau melatih diri untuk sehat.

    2. Terapi bicara

    Pelatihan untuk menolong mampu berkomunikasi, apakah dalam

    kelompok ataupun satu lawan satu, terapi ini untuk memulihkan

    kemampuan bicara harus dilatih kembali, misalnya lidah, bibir,

    rahang, harus aktif digerakkan.

    2.4 Efikasi Diri

    2.4.1 Pengertian Efikasi Diri

    Efikasi diri merupakan keyakinan diri seseorang akan kemampuannya untuk

    mengorganisasikan dan melakukan tindakan-tindakan yang perlu dalam

    mencapai tingkat kinerja tertentu. Efikasi merupakan penilaian diri apakah

    seseorang dapat melakukan tindakan yang baik, buruk tepat atau salah, bisa

    atau tidak mengerjakan sesuai dengan yang dipersyaratkan. Efikasi ini

    berbeda dengan aspirasi, karena cita-cita mengambarkan penilaian

    kemampuan diri (Bandura, 2009). Pasien yang juga kurang yakin akan

    kemampuannya untuk mengikuti anjuran akan cenderung kurang

    melakukannya (Kaplan dkk, 2008 ; Alaga dan Reddy, 2008).

  • 2.4.2 Klasifikasi Efikasi Diri

    Secara garis besar, Efikasi diri terbagi atas dua bentuk yaitu efikasi diri

    tinggi dan efikasi diri rendah :

    a. Efikasi diri tinggi

    Seseorang yang memiliki efikasi diri yang tinggi menganggap

    kegagalan sebagai akibat dari kurangnya usaha keras, pengetahuan, dan

    keterampilan. Di dalam melaksanakan berbagai tugas orang yang

    mempunyai efikasi diri yang tinggi adalah sebagai orang yang

    berkinerja sangat baik. Seseorang yang efikasi diri tinggi memiliki cirri-

    ciri yang mampu menangani masalah yang mereka hadapi secara

    efektif, yakin terhadap kesuksesan dalam menghadapi masalah atau

    rintangan.

    b. Efikasi diri rendah

    Seseorang yang ragu akan kemampuan mereka (efikasi diri yang

    rendah) akan menjauhi tugas-tugas yang sulit karena tugas tersebut

    dipandang sebagai ancaman bagi mereka. Orang yang memeliki efikasi

    diri yang rendah tidak berfikir tentang bagaimana cara yang baik dalam

    menghadapi tugas-tugas yang sulit, mereka juga lamban dalam

    memenahi atau pun mendapatkan kembali efikasi diri mereka ketika

    menghadapi kegagalan. Meraka yang memiliki efikasi diri yang rendah

    mencoba pun tidak bisa, tidak peduli betapa baiknya kemampuan

    mereka yang sesungguhnya. Seseorang yang memiliki efikasi diri yang

    rendah memiliki ciri- ciri yang tidak yakin bisa menghadapi

  • masalahnya, mengihindari masalah yang sulit seperti ancaman

    dipandang sebagai sesuatu yang harus dihindari. Cepat menyerah ketika

    menghadapi masalah ragu dalam kemampuan dirinya sendiri.

    Tabel 2.2

    Kombinasi efikasi diri dengan lingkungan sebagai prediktor tingkahlaku

    Efikasi Lingkungan Prediksi hasil tingkah laku

    Tinggi Responsif Sukses, melaksanakan tugas yang

    sesuai dengan kemampuannya

    Rendah Tidak responsive Depresi, melihat orang lain sukses

    pada tugas yang dianggapnya sulit

    Tinggi Tidak responsive Berusaha keras mengubah lingkungan

    menjadi responsive, melakukan

    aktifitas social, bahkan memaksakan

    perubahan

    Rendah Responsif Orang menjadi apatis, pasrah, merasa

    tidak mampu

    2.4.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi efikasi diri

    Menurut Bandura (dalam Jess Feist & Feist, 2010:213-215) efikasi diri

    dapat ditumbuhkan dan dipelajari melalui empat hal, yaitu:

    a. Pengalaman Menguasai Sesuatu

  • Pengalaman menguasai sesuatu yaitu performa masa lalu. Secara umum

    performa yang berhasil akan menaikan efikasi diri individu, sedangkan

    pengalaman pada kegagalan akan menurunkan. Setelah efikasi diri kuat

    dan berkembang melalui serangkain keberhasilan, dampak negatif dari

    kegagalan-kegagalan yang umum akan terkurangi secara sendirinya.

    Bahkan kegagalan-kegagalan tersebut dapat diatasi dengan memperkuat

    motivasi diri apabila seseorang menemukan hambatan yang tersulit

    melalui usaha yang terus-menerus.

    b. Modeling Sosial

    Pengamatan terhadap keberhasilan orang lain dengan kemampuan yang

    sebanding dalam mengerjakan suatu tugas akan meningkatkan efikasi

    diri individu dalam mengerjakan tugas yang sama. Begitu pula

    sebaliknya, pengamatan terhadap kegagalan orang lain akan

    menurunkan penilaian individu mengenai kemampuannya dan individu

    akan mengurangi usaha yang dilakukannya.

    c. Persuasi Sosial

    Individu diarahkan berdasarkan saran, nasihat, dan bimbingan sehingga

    dapat meningkatkan keyakinannya tentang kemampuan-kemampuan

    yang dimiliki dapat membantu tercapainya tujuan yang diinginkan.

    Individu yang diyakinkan secara verbal cenderung akan berusaha lebih

    keras untuk mencapai suatu keberhasilan. Namun pengaruh persuasi

    tidaklah terlalu besar, dikarenakan tidak memberikan pengalaman yang

  • dapat langsung dialami atau diamati individu. Pada kondisi tertekan dan

    kegagalan yang terus-menerus, akan menurunkan kapasitas pengaruh

    sugesti dan lenyap disaat mengalami kegagalan yang tidak

    menyenangkan.

    d. Kondisi Fisik dan Emosional

    Emosi yang kuat biasanya akan mengurangi performa, saat seseorang

    mengalami ketakutan yang kuat, kecemasan akut, atau tingkat stres yang

    tinggi, kemungkinan akan mempunyai ekspetasi efikasi yang rendah.

    Tinggi rendahnya Efikasi Diri seseorang dalam tiap tugas sangat

    bervariasi. Hal ini disebabkan oleh adanya beberapa faktor yang

    berpengaruh dalam mempersepsikan kemampuan diri individu. Ada

    beberapa yang mempengaruhi Efikasi Diri, antara lain: (Bandura, dalam

    Anwar: 2009)

    a. Budaya

    Budaya mempengaruhi efikasi diri melalui nilai (value),

    kepercayaan (beliefs), dan proses pengaturan diri (self-regulation

    process) yang berfungsi sebagai sumber penilaian efikasi diri dan

    juga sebagai konsekuensi dari keyakinan akan efikasi diri.

    b. Jenis Kelamin

    Perbedaan gender juga berpengaruh terhadap efikasi diri. Hal ini

    dapat dilihat dari penelitian Bandura (1997) yang menyatakan

  • bahwa wanita efikasinya lebih tinggi dalam mengelola perannya.

    Wanita yang memiliki peran selain sebagai ibu rumah tangga, juga

    sebagai wanita karir akan memiliki efikasi diri yang tinggi

    dibandingkan dengan pria yang bekerja.

    c. Sifat dari tugas yang dihadapi

    Derajat kompleksitas dari kesulitan tugas yang dihadapi oleh

    individu akan mempengaruhi penilaian individu tersebut terhadap

    kemampuan dirinya sendiri semakin kompleks suatu tugas yang

    dihadapi oleh individu maka akan semakin rendah individu tersebut

    menilai kemampuannya. Sebaliknya, jika individu dihadapkan pada

    tugas yang mudah dan sederhana maka akan semakin tinggi

    individu tersebut menilai kemampuannya.

    d. Insentif eksternal

    Faktor lain yang dapat mempengaruhi efikasi diri individu adalah

    insentif yang diperolehnya. Bandura menyatakan bahwa salah satu

    faktor yang dapat meningkatkan efikasi diri adalah competent

    contingens incentive, yaitu insentif yang diberikan oleh orang lain

    yang merefleksikan keberhasilan seseorang.

    e. Status atau peran individu dalam lingkungan

    Individu yang memiliki status lebih tinggi akan memperoleh derajat

  • kontrol yang lebih besar sehingga efikasi diri yang dimilikinya juga

    tinggi. Sedangkan individu yang memiliki status yang lebih rendah

    akan memiliki kontrol yang lebih kecil sehingga efikasi diri yang

    dimilikinya juga rendah.

    f. Informasi tentang kemampuan diri

    Individu akan memiliki efikasi diri tinggi, jika ia memperoleh

    informasi positif mengenai dirinya, sementara individu akan

    memiliki efikasi diri yang rendah, jika ia memperoleh informasi

    negatif mengenai dirinya.

    Ada beberapa faktor yang mempengaruhi efikasi diri menurut

    Greenberg dan Baron (Maryati, 2008:51) mengatakan ada dua

    faktor yang mempengaruhi, yaitu:

    a. Pengalaman langsung, sebagai hasil dari pengalaman

    mengerjakan suatu tugas dimasa lalu (sudah melakukan tugas

    yang sama dimasa lalu).

    b. Pengalaman tidak langsung, sebagai hasil observasi pengalaman

    orang lain dalam melakukan tugas yang sama (pada waktu

    individu mengerjakan sesuatu dan bagaimana individu tersebut

    menerjemahkan pengalamannya tersebut dalam mengerjakan

    suatu tugas.

  • 2.4.4 Fungsi Efikasi diri

    Efikasi diri yang telah terbentuk akan mempengaruhi dan memberi fungsi

    pada aktifitas individu. Bandura (1994) menjelaskan tentang pengaruh dan

    fungsi tersebut, yaitu:

    a. Fungsi kognitif

    Bandura menyebutkan bahwa pengaruh dari efikasi diri pada proses

    kognitif seseorang sangat bervariasi. Pertama, efikasi diri yang kuat

    akan mempengaruhi tujuan pribadinya. Semakin kuat efikasi diri,

    semakin tinggi tujuan yang ditetapkan oleh individu bagi dirinya

    sendiri dan yang memperkuat adalah komitmen individu terhadap

    tujuan tersebut. Individu dengan efikasi diri yang kuat akan

    mempunyai cita-cita yang tinggi, mengatur rencana dan berkomitmen

    pada dirinya untuk mencapai tujuan tersebut. Kedua, individu dengan

    efikasi diri yang kuat akan mempengaruhi bagaimana individu tersebut

    menyiapkan langkah-langkah antisipasi bila usahanya yang pertama

    gagal dilakukan.

    b. Fungsi motivasi

    Efikasi diri memainkan peranan penting dalam pengaturan motivasi

    diri. Sebagian besar motivasi manusia dibangkitkan secara kognitif.

    Individu memotivasi dirinya sendiri dan menuntun tindakan-

    tindakannya dengan menggunakan pemikiran-pemikiran tentang masa

    depan sehingga individu tersebut akan membentuk kepercayaan

  • mengenai apa yang dapat dirinya lakukan. Individu juga akan

    mengantisipasi hasil-hasil dari tindakan- tindakan yang prospektif,

    menciptakan tujuan bagi dirinya sendiri dan merencanakan bagian dari

    tindakan-tindakan untuk merealisasikan masa depan yang berharga.

    Efikasi diri mendukung motivasi dalam berbagai cara dan menentukan

    tujuan-tujuan yang diciptakan individu bagi dirinya sendiri dengan

    seberapa besar ketahanan individu terhadap kegagalan. Ketika

    menghadapi kesulitan dan kegagalan, individu yang mempunyai

    keraguan diri terhadap kemampuan dirinya akan lebih cepat dalam

    mengurangi usaha-usaha yang dilakukan atau menyerah. Individu

    yang memiliki keyakinan yang kuat terhadap kemampuan dirinya akan

    melakukan usaha yang lebih besar ketika individu tersebut gagal

    dalam menghadapi tantangan. Kegigihan atau ketekunan yang kuat

    mendukung bagi mencapaian suatu performansi yang optimal. Efikasi

    diri akan berpengaruh terhadap aktifitas yang dipilih, keras atau

    tidaknya dan tekun atau tidaknya individu dalam usaha mengatasi

    masalah yang sedang dihadapi.

    c. Fungsi Afeksi

    Efikasi diri akan mempunyai kemampuan coping individu dalam

    mengatasi besarnya stres dan depresi yang individu alami pada situasi

    yang sulit dan menekan, dan juga akan mempengaruhi tingkat

    motivasi individu tersebut. Efikasi diri memegang peranan penting

  • dalam kecemasan, yaitu untuk mengontrol stres yang terjadi.

    Penjelasan tersebut sesuai dengan pernyataan Bandura bahwa efikasi

    diri mengatur perilaku untuk menghindari suatu kecemasan. Semakin

    kuat efikasi diri, individu semakin berani menghadapi tindakan yang

    menekan dan mengancam. Individu yang yakin pada dirinya sendiri

    dapat menggunakan kontrol pada situasi yang mengancam, tidak akan

    membangkitkan pola-pola pikiran yang mengganggu. Sedangkan bagi

    individu yang tidak dapat mengatur situasi yang mengancam akan

    mengalami kecemasan yang tinggi. Individu yang memikirkan

    ketidakmampuan coping dalam dirinya dan memandang banyak aspek

    dari lingkungan sekeliling sebagai situasi ancaman yang penuh

    bahaya, akhirnya akan membuat individu membesar-besarkan

    ancaman yang mungkin terjadi dan khawatiran terhadap hal-hal yang

    sangat jarang terjadi. Melalui pikiran-pikiran tersebut, individu

    menekan dirinya sendiri dan meremehkan kemampuan dirinya sendiri.

    d. Fungsi Selektif

    Fungsi selektif akan mempengaruhi pemilihan aktivitas atau tujuan

    yang akan diambil oleh indvidu. Individu menghindari aktivitas dan

    situasi yang individu percayai telah melampaui batas kemampuan

    coping dalam dirinya, namun individu tersebut telah siap melakukan

    aktivitas-aktivitas yang menantang dan memilih situasi yang dinilai

    mampu untuk diatasi. Perilaku yang individu buat ini akan

    memperkuat kemampuan, minat- minat dan jaringan sosial yang

  • mempengaruhi kehidupan, dan akhirnya akan mempengaruhi arah

    perkembangan personal. Hal ini karena pengaruh sosial berperan

    dalam pemilihan lingkungan, berlanjut untuk meningkatkan

    kompetensi, nilai-nilai dan minat-minat tersebut dalam waktu yang

    lama setelah faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan keyakinan

    telah memberikan pengaruh awal.

    2.4.5 Pengaruh Efikasi diri

    Menurut hidayat (2011: 157) apapun faktor yang mempengaruhi sebuah

    perilaku, pada dasarnya berakar dari keyakinan bahwa mereka dapat

    mencapai target yang diharapkan. Orang yang memiliki efikasi diri

    cenderung memelih tugas-tugas atau kegiatan yang membuat mereka

    merasa kompoten dan percaya diri, dan sebaliknya akan menghindari

    kegiatan yang mereka anggap tidak dapat diselesaikan. Apabila seorang

    individu memiliki keyakinan diri yang besar untuk dapat menyelesaikan

    suatu masalah, ia cenderung memiliki usaha yang lebih hingga mencapai

    tujuan yang diinginkan.

    (Bandura, 2009), menjelasakan bahwa efikasi diri seseorang akan

    mempengaruhi tindakan, upaya, ketekunan, fleksibilitas, dan realisasi tujuan

    dari individu sehingga efikasi diri yang terkait dengan kemampuan

    seseorang sering kali menentukan outcome sebelum tindakan terjadi.

    Seseorang dengan efikasi diri yang tinggi mampu meningkatkan upaya dan

    selalu optimis dalam melakukan suatu kegiatan. Mereka akan terus berusaha

    untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

  • 2.5 Peran Perawat

    Peran perawat yang dapat dilakukan dari pengetahuan tentang terapi

    komplementer diantaranya sebagai konselor, pendidi kesehatan, peneliti,

    pemberi pelayanan langsung, coordinator dan sebagai advokat. Sebagai

    konselor perawat dapat menjadi tempat bertanya, konsultasi, dan diskusi

    apabila klien membutuhkan informasi atau sebelum mengambil keputusan.

    Sebagai pendidik kesehatan, perawat dapat penjadi pendidik bagi perawat

    disekolah tinggi keperawatan seperti yang berkembang di Australia dengan

    lebih dahulu mengembangkab kurikulum pendidikan (Crips & Taylor, 2001).

    Peran perawat sebagai peneliti diantaranya dengan melakukan berbagai

    penelitian yang dikembangkan dari hasil-hasil Evidence-Based Practice.

    Perawat dapat berperan sebagai pemberi pelayanan langsung misalnya dalam

    praktik pelayanan kesehatan yang melakukan integrasi terapi komplementer

    (Snyder & Lindquis, 2002). Perawat lebih banyak berinteraksi dengan klien

    sehingga peran koordinator dalam terapi komplementer juga sangat penting.

    Perawat dapat mendiskusikan terapi komplementer dengan dokter yang

    merawat dan unit menajer terkait. Sedangkan sebagai advokat perawat

    berperan untuk memenuhi permintaan kebutuhan perawatan komplementer

    yang mungkin diberikan termasuk perawatan alternatif dan perawat sebagai

    Educator, yaitu orang yang memberikan informasi kesehatan. (Smith et al,

    2004).

  • 2.6 Kerangka Teori

    Gambar 2.1

    Kerangka Teori Modifikasi Siswanto (2005:77), Sacco, Burn.

    Stroke Berulang adalalah kejadian

    serebrovaskular baru yang

    mempunyai satu diantara kriteria

    seperti defisit neurologi yang berbeda

    dengan stroke pertama atau kejadian

    yang meliputi daerah anatomi atau

    daerah pembuluh darah yang berbeda

    dengan stroke pertama dan kejadian

    mempunyai sub tipe stroke yang

    berbeda dengan stroke pertama. Stroke

    berulang terjadi pada orang yang

    memiliki riwayat stroke sebelumnya

    atau terjadinya stroke baru setelah 28

    hari dari onset stroke sebelumnya

    Menurut penelitian (Moroney,J.T,

    2001).

    Faktor Resiko Yang Tidak

    Dapat Diubah

    Umur

    Jenis Kelamin

    Ras atau suku

    Riwayat stroke

    Faktor Resiko Yang Dapat

    Diubah

    Hipertensi

    Penyakit Jantung

    Diabetes

    Dyslipidemia

    Atherosclerosis

    Obesitas

    Konsumsi rokok

    Konsumsi alkohol

    Kontrasepsi oral

    Stroke adalah cedera vascular akut

    pada otak. Disebabkan pecahnya

    pembuluh darah dan sumbatan oleh

    bekuan darah (feigin, 2004).

    Faktor Resiko

    Stroke Berulang

    Riwayat hipertensi

    Riwayat diabetes

    TIA

    Riwayat stroke Pencegahan

    sekunder

  • BAB III

    KERANGKA KONSEP

    3.1 Kerangka Konsep

    Kerangka konsep merupakan justifikasi ilmiah terhadap penelitian yang

    dilakukan dan memberi landasan kuat terhadap topik yang dipilih sesuai

    dengan identifikasi masalahnya (Hidayat, 2012).

    Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan efikasi diri dengan

    perilaku sehat dalam modifikasi gaya hidup pada pasien stroke berulang di

    poliklinik RSSN Bukittinggi tahun 2017. Adapun yang menjadi variabel

    independen adalah efikasi diri dan yang menjadi variabel dependen adalah

    Perilaku sehat dalam modifikasi gaya hidup.

    Variable independen Variable dependen

    Gambar 3.1

    Kerangka Konsep

    Efikasi diri Perilaku sehat dalam modifikasi

    gaya hidup

  • 3.2 Defenisi Operasional

    Tabel 3.1

    Defenisi Operasional

    N

    o Variable

    Definisi

    Operasional Cara Ukur Alat Ukur Skala Hasil Ukur

    1 Independen

    Efikasi diri

    Kurangnya

    keyakinan diri

    atau motivasi

    pasien stroke

    berulang dengan

    perilaku sehat

    dalam

    modifikasi gaya

    hidupnya

    dengan faktor

    resiko stroke

    yang dapat

    dimodifikasi

    seperti :

    hipertensi,

    obesitas,

    merokok,

    aktifitas fisik.

    Lembar

    kuesioner

    Kuesioner

    Ordinal

    Tinggi

    > 85

    Rendah

    ≤ 85

    2 Dependen

    Perilaku

    Kesehatan

    Dalam

    Modifikasi

    Gaya Hidup

    Kurangnya

    pengetahuan

    pasien stroke

    berulang dengan

    Perilaku sehat

    dalam

    modifikasinya

    Lembar

    kuesioner

    Kuesioner

    Ordinal

    - Baik >40

    - Kurang Baik ≤

    40

  • 3.3 Hipotesa

    Hipotesa adalah jawaban atau dalil sementara yang kebenarannya akan

    dibuktikan melalui penelitian. Hipotesa ditarik dari serangkaian fakta yan

    muncul sehubungan dengan masalah yang diteliti (Notoatmodjo, 2010).

    Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam

    penelitian adalah :

    Ha : Ada Hubungan efikasi diri Dengan Pengontrolan Perilaku kesehatan

    dalam Modifikasi Gaya Hidup Pada Pasien Stroke Berulang Di

    poliklinik RSSN Bukittinggi Tahun 2017.

    Ho : Tidak Ada Hubungan efikasi diri Dengan Pengontrolan Perilaku

    Kesehatan dalam Modifikasi Gaya Hidup Pada Pasien Stroke Berulang

    Di poliklinik RSSN Bukittinggi Tahun 2017.

  • BAB IV

    METODE PENELITIAN

    4.9 Desain Penelitian

    Desain atau rancangan penelitian adalah sesuatu yang sangat penting dalam

    penelitian, memungkinkan pengontrolan maksimal beberapa faktor yang

    dapat mempengaruhi akurasi suatu hasil (Nursalam, 2013).

    Penelitian ini menggunakan desain atau rancangan penelitian deskriptif

    korelasi yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variable pada

    suatu situasi atau sekelompok subjek. Dengan melihat hubungan antara

    efikasi diri dengan perilaku sehat dalam modifikasi gaya hidup pada pasien

    stroke berulang di poliklinik RSSN Bukittinggi Tahun 2017.

    4.2 Populasi Dan Sampel

    4.2.1 Populasi

    Populasi adalah subjek yang memenuhi kriteria yang telah di tetapkan

    (Nursalam, 2013). Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien

    stroke berulang yang terkena stroke lebihdarisatu kali yang datang ke

    poliklinik RSSN Bukittinggi, dimana didapatkan data populasi pasien

    stroke tahun 2017 sebanyak 1431 orang dari bulan Januari sampai

    September tahun 2017dihitung per bulan berjumlah 159 orang.

  • 4.2.2 Sampel

    Sampel adalah bagian dari populasi yang terpilih dengan sampling tertentu

    mewakili populasi yang ada (Nursalam, 2013) untuk penelitian

    menggunakan rumus slovin dapat dirumuskan :

    2)(1 dN

    Nn

    Keterangan :

    n = Jumlah Sampel

    N = Jumlah populasi

    d = Tingkat Signifikan (p)

    Jadi sampelnya adalah dari populasi 159 orang, tingkat signifikan 95%

    Rumus :

    2)(1 dN

    Nn

    2)1,0(1591

    159n

    59,2

    159n

    n = 61,3

    n = 61 responden

    Dari rumus di atas maka jumlah responden yaitu 61 orang.

  • 4.3 Sampling

    Sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan teknik pengambilan secara

    Accidental sampling yaitu pengambilan sampel dengan mengambil kasus atau

    responden yang kebetulan ada atau tersedia disuatu tempat sesuai dengan

    konteks pen