skripsi hubungan antara sikap dan tingkat …
TRANSCRIPT
i
SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA SIKAP DAN TINGKAT PENDIDIKAN
IBU RUMAH TANGGA DENGAN PERILAKU
PENGELOLAAN BANK SAMPAH DI RW 02 KELURAHAN
WINONGO KOTA MADIUN TAHUN 2018
Oleh :
RIZKY INDRA PERMATASARI
NIM : 201303045
PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN 2018
ii
SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA SIKAP DAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU
RUMAH TANGGA DENGAN PERILAKU PENGELOLAAN BANK
SAMPAH DI RW 02 KELURAHAN WINONGO KOTA MADIUN
TAHUN 2018
Diajukan untuk memenuhi
Salah satu persyaratan dalam mencapai gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.KM)
Oleh :
RIZKY INDRA PERMATASARI
NIM : 201303045
iii
PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2018
PERSETUJUAN
Laporan Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak
untuk mengikuti ujian sidang
SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA SIKAP DAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU
RUMAH TANGGA DENGAN PERILAKU PENGELOLAAN BANK
SAMPAH DI RW 02 KELURAHAN WINONGO KOTA MADIUN TAHUN
2018
Menyetujui,
Pembimbing I
Zaenal Abidin, S.KM., M.Kes (Epid)
NIS. 20160130
Menyetujui,
Pembimbing II
Beny Suyanto, S.Pd., M.Si
NIP. 194601201985031003
Mengetahui,
Ketua Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat
Avicena Sakufa Marsanti, S.KM., M.Kes
NIS. 20150114
iv
PENGESAHAN
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Skripsi dan dinyatakan telah
memenuhi sebagai syarat memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.KM)
Pada Tanggal, ................................
Dewan Penguji
Tim Penguji Nama
1. Dewan Penguji : A. Agus Widodo, S.KM., M.MKes ( ........................... )
2. Penguji 1 : Zaenal Abidin, S.KM., M.Kes (Epid) ( ........................... )
3. Penguji 2 : Beny Suyanto, S.Pd., M.Si ( ........................... )
Mengesahkan,
STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
Ketua,
Zaenal Abidin, S.KM., M.Kes (Epid)
v
LEMBAR PERSEMBAHAN
Dengan segenap rasa syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan skripsi
ini kepada:
1. Allah SWT, karena hanya atas ridho dan karunia-Nya maka skrispi ini dapat
dibuat dan selesai tepat waktu.
2. Untuk cahaya hidupku, kedua orang tuaku ayah Djatmiko Harijanto dan mama
Inna Intarti Puspito yang sangat saya hormati dan cintai, selama ini telah
memberikan semangat, dukungan, dan doa tiada henti untuk kesuksesan dan
kelancaran untuk mengerjakan skripsi ini.
3. Kembaranku Rizky Indah Permatasari dan adik iparku Pratu Nanang Aziz
Rifa’i dengan doa, semanagat, dan dukungan luar biasanya saya bisa
menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.
4. Suamiku Pratu Supriyono dan anakku Qaiser Arthanabil Supriyono yang
selalu memberikan semangat, doa dan dukungan untuk memberikan semangat
dan mencurahkan kasih sayang kepada bundanya.
5. Sahabat dan teman terbaik Nilam Nur Sofiana, Febri Permatasari, Lutfiana
Oktadila dan Syamsudin Widodo atas kesabaran dan bantuannya saya mampu
menyelesaikan skripsi ini
6. Bapak dan Ibu Dosen STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun yang senantiasa
memberikan ilmu yang bermanfaat dan membimbing saya dalam
menyelesaikan skripsi ini.
7. Seluruh kawan S1 Kesehatan Masyarakat angkatan 2013 yang memberikan
bantuan dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
vi
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Rizky Indra Permatasari
NIM : 201303045
Judul Proposal : Hubungan Antara Sikap dan Tingkat Pendidikan Ibu Rumah
Tangga dengan Perilaku Pengelolaan Bank Sampah
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil pekerjaan saya
sendiri dan di dalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan dalam
memperoleh gelar sarjana di suatu perguruan tinggi dan lembaga pendidikan
lainnya. Pengetahuan yang diperoleh dari hasil penerbitan baik yang sudah
maupun belum/tidak dipublikasikan, sumbernya dijelaskan dalam tulisan dan
daftar pustaka.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila
dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalampernyataan ini,
maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di perguruan tinggi ini.
Madiun, 18 September 2018
Penulis,
Rizky Indra Permatasari
NIM. 201303045
vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Rizky Indra Permatasari
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat dan Tanggal Lahir : Madiun, 16 Agustus 1995
Agama : Islam
Alamat : Jalan Trans Sulawesi Dusun IV Desa
Mongkoinit Kecamatan Lolak Kabupaten
Bolaang Mongondow Sulawesi Utara
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan : 1. SD Negeri 01 Winongo Kota Madiun (Lulus
pada tahun 2007)
2. SMP Negeri 9 Kota Madiun (Lulus pada
tahun 2010)
3. Madrasah Aliyah Negeri 2 Kota Madiun
(Lulus pada tahun 2013)
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kemudahan dan petunjuk dalam menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul
“Hubungan Persepsi Mutu Pelayanan Dengan Kepuasan Pasien di Ruang Rawat
Inap Rumah Sakit Tk.IV Madiun Tahun 2018”. Penelitian ini disusun sebagai
salah satu syarat menyelesaikan pendidikan jenjang Sarjana di Prodi Kesehatan
Masyarakat STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak yang telah
membantu dalam penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan
kepada :
1. Zaenal Abidin, S.KM., M.Kes (Epid) selaku Ketua STIKES Bhakti Husada
Mulia Madiun dan juga selaku Dewan Penguji Proposal Skripsi.
2. Avicena Sakufa Marsanti, S.KM., M.Kes selaku Ketua Program Studi
Kesehatan Masyarakat.
3. Zaenal Abidin, S.KM., M.Kes (Epid) selaku Dosen Pembimbing Skripsi I
yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan masukan dalam
penyusunan skripsi ini.
4. Beny Suyanto, S.Pd., M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi II yang telah
memberikan bimbingan, pengarahan dan masukan dalam menyusun skripsi
ini.
5. A. Agus Widodo, S.KM., M.MKes selaku dewan penguji
ix
6. Bu Siam Sumartini dan seluruh warga Kelurahan Winongo yang telah
menerima kehadiran penulis dengan baik, dan memberikan bantuan demi
kelancaran skripsi ini.
7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah
membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh
dari kesempurnaan. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.Atas semua perhatian dari segala
pihak penulis ucapkan terimakasih.
Madiun, 18 September
2018
Penulis,
Rizky Indra Permatasari
NIM. 201303045
x
ABSTRAK
Rizky Indra Permatasari
85 halaman + 10 tabel + 3 gambar + 5 lampiran
HUBUNGAN ANTARA SIKAP DAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU
RUMAH TANGGA DENGAN PERILAKU PENGELOLAAN BANK
SAMPAH DI RW 02 KELURAHAN WINONGO KOTA MADIUN TAHUN
2018
Perilaku merupakan yang berasal dari dorongan dalam diri seseorang.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara sikap dan tingkat
pendidikan ibu rumah tangga dengan perilaku pengelolaan bank sampah.
Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan cross
sectional dengan jumlah sampel sebanyak 77 dari 319 ibu rumah tangga yang
diambil dengan cara teknik propotional random sampling. Analisa data yang
digunakan adalah analisa bivariat menggunakan uji Chi Square.
Hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan antara sikap ibu rumah
tangga dengan perilaku pengelolaan bank sampah di Rw 02 Kelurahan Winongo
Kota Madiun yaitu p value 0,02 ˂ α 0,05. Sedangkan variable yang tidak
berhubungan antara tingkat pendidikan dengan perilaku pengelolaan bank sampah
yaitu p value 0,239 > α 0,05.
Kesimpulan variabel yang berhubungan sikap ibu rumah tangga dengan
perilaku pengelolaan sampah sedangkan variable yang tidak berhubungan tingkat
pendidikan dengan perilaku pengelolaan sampah. Diperlukan suatu upaya
pemberdayaan masyarakat dengan lebih mengutamakan peran ibu yang memiliki
pngetahuan kurang dalam pengelolaan bank sampah serta memberi pemahaman
mengenai sikap ibu dalam pengelolaan sampah rumah tangga, dengan melakukan
penyuluhan serta demo tentang pengelolaan sampah rumah tangga yang baik,
pemilihan sampah yang benar serta pemanfaatan sampah yang tidak berguna
menjadi lebih bernilai ekonomis
Kata kunci : Sikap, tingkat pendidikan, perilaku.
Kepustakaan : 29 (2009 – 2018)
xi
ABSTRACT
Rizky Indra Permatasari
85 pages + 10 tabel + 3 images + 5 attachments
RELATIONSHIP BETWEEN ATTITUDES AND EDUCATION LEVEL OF
HOUSWIVES WITH THE BEHAVIOUR OF WASTE BANK
MANAGEMENT IN RW 02 WINONGO VILLAGE IN 2018
A disgusting behavior that comes from encouragement insomeone.The
purpose of this study was to determine the relationship between attitudes and
education level of housewives with the behavior of waste bank management .
This type of research is analytic observational with cross sectional
approach, with a total sample of 77 out of 319 housewives taken by means of
propotional random sampling. Data analysis used was bivariate analysis using
chi square test.
The results showed that there was a relationship between the attitude of
housewives and the behavior of waste bank management at Rw 02 Winongo
Villages Madiun City namely p value 0,02 ˂ α 0,05. While the unrelated variable
between the level of education and the behavior of wasted bank management is p
value 0,239 > α 0,05.
Conclusions of variables relating to the attitude of housewife with garbage
processing behavior while variables that do not relate to the lavel of education
with garbage processing behavior. Related variables required an effort to
empower the community by prioritizing the role of mothers who have less
knowledge in managing waste banks and provide and understanding of the
mother’s attitude in managing household waste by conducting counseling and
demonstrations about good household waste management, selection of correct
waste and utilization of useless waste becomes more economical
Keywords : Atittude, level of education, behavior.
Literature
:
29 (2009 – 2018)
xii
DAFTAR ISI
Sampul Depan .................................................................................................... i
Sampul Dalam ..................................................................................................... ii
Lembar Persetujuan ............................................................................................ iii
Lembar Pengesahan ............................................................................................ iv
Lembar Pernyataan.............................................................................................. v
Kata Pengantar ................................................................................................... vi
Daftar Isi ............................................................................................................. vii
Daftar Tabel ....................................................................................................... viii
Daftar Gambar .................................................................................................... ix
Daftar Lampiran ................................................................................................. x
Abstrak ................................................................................................................ xi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 7
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 7
1.3.1 Tujuan Umum ..................................................................... 7
1.3.2 Tujuan Khusus .................................................................... 7
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................... 8
1.5 Keaslian Penelitian ...................................................................... 8
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perilaku Kesehatan ...................................................................... 10
2.1.1 Tinjauan Umum Tentang Perilaku Manusia……………... 10
2.2 Sikap Ibu Rumah Tangga ............................................................ 11
2.2.1 Fungsi Sikap ....................................................................... 15
2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap.......................... 17
2.3 Tingkat Pendidikan ...................................................................... 18
2.3.1 Definisi Pendidikan……………………………………. ... 18
2.3.2 Tujuan Pendidikan Nasional……………………………... 19
2.3.3 Jenjang Pendidikan di Indonesia……………………….. .. 19
2.3.4 Tahun Sukses Pendidikan……………………………… ... 22
xiii
2.4 Perilaku Ibu Rumah Tangga Tentang Bank Sampah .................. 23
2.4.1 Definisi Perilaku ................................................................. 23
2.4.2 Jenis Perilaku ...................................................................... 26
2.4.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku…………. .... 27
2.4.4 Teori Pembentukan Perilaku…………………………….. 31
2.4.5 Teori Perilaku……………………………………............. 32
2.5 Sampah ........................................................................................ 34
2.5.1 Definisi Sampah ................................................................. 34
2.6 Bank Sampah ............................................................................... 36
2.6.1 Definisi Bank Sampah ........................................................ 36
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep ....................................................................... 41
3.2 Hipotesis Penelitian .................................................................... 41
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian ............................................................................ 42
4.2 Populasi dan Sampel ................................................................... 42
4.2.1 Populasi .............................................................................. 42
4.2.2 Sampel ................................................................................ 43
4.3 Tehnik Sampling ......................................................................... 44
4.4 Kerangka Kerja Penelitian ........................................................... 46
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ............................. 47
4.5.1 Variabel Penelitian ............................................................. 47
4.5.2 Definisi Operasional ........................................................... 48
4.6 Instrumen Penelitian .................................................................... 49
4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................... 49
4.8 Sumber Data ................................................................................ 49
4.9 Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 50
4.10 Uji Validitas dan Reabilitas ......................................................... 53
4.11 Teknik Analisis Data ................................................................... 54
4.12 Etika penelitian ............................................................................ 56
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 58
5.1 Gambaran Umum ........................................................................ 58
5.1.1 Kondisi Umum Kelurahan Winongo .................................. 58
5.2 Hasil Penelitian ............................................................................ 59
5.2.1 Karakteristik Data Umum................................................... 59
xiv
5.2.2 Hasil Univariate .................................................................. 62
5.2.3 Hasil Bivariate .................................................................... 63
5.3 Pembahasan..................................................................................... 65
5.3.1 Nilai Tingkat Sikap Ibu Rumah Tangga ............................. 65
5.3.2 Nilai Tingkat Tingkat Pendidikan Ibu Rumah Tangga ...... 67
5.3.3 Nilai Tingkat Perilaku Pengelolaan Bank Sampah ............ 68
5.3.4 Hubungan Sikap Dengan Perilaku...................................... 69
5.3.5 Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Perilaku ............... 71
5.4 Keterbatasan Penelitian ................................................................... 73
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 75
6.1 Kesimpulan .................................................................................... 75
6.2 Saran ............................................................................................... 76
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... ..... 78
LAMPIRAN ....................................................................................................... 81
xv
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Tabel Halaman
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian ............................................................... 8
Tabel 4.1 Definisi Operasional ............................................................ 48
Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ....................... 59
Tabel 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
Terakhir ................................................................................ 59
Tabel 5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ................ 61
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Sikap Ibu Rumah Tangga di
RW 02 Kelurahan Winongo Kota Madiun ........................... 62
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Ibu rumah
Tangga di RW 02 Kelurahan Winongo Kota Madiun.......... 62
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Perilaku Pengelolaan Bank
sampah di RW 02 Kelurahan Winongo Kota Madiun ......... 63
Tabel 5.7 Tabulasi Silang Sikap Ibu Rumah Tangga
dengan Perilaku Pengelolaan Bank Sampah
di RW 02 Kelurahan Winongo Kota Madiun ...................... 64
Tabel 5.8 Tabulasi Silang Tingkat Pendidikan Ibu Rumah
Tangga dengan Perilaku Pengelolaan Bank
Sampah di RW 02 Kelurahan Winongo Kota Madiun ........ 65
xvi
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Gambar Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Teori ................................................................. 40
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual ...................................................... 41
Gambar 4.1 Kerangka kerja penelitian ................................................ 46
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner
Lampiran 2 Hasil analisis data menggunakan SPSS
Lampiran 3 Dokumentasi
Lampiran 4 Lembar Konsultasi Bimbingan
Lampiran 5 Lembar Persetujuan Perbaikan Skripsi
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Permasalahan sampah bukan lagi menjadi masalah baru di Indonesia.
Seiring dengan berjalannya pertumbuhan penduduk, volume sampah yang
terdapat di Tempat Pembuangan Akhir juga semakin meningkat. Hal
tersebut apabila dibiarkan tentunya akan menyebabkan banyaknya timbunan
sampah yang berakibat pada pecemaran udara, pencemaran tanah, hingga
menjadi sumber penyakit bagi masyarakat yang bertempat tinggal tidak jauh
dari Tempat Pembuangan Akhir.
Berbicara mengenai sampah, tentunya kita berbicara tentang perilaku
manusia, karena permasalahan sampah sebanding dengan jumlah
penduduk.Semakin banyak penduduk di suatu wilayah, semakin banyak juga
sampah yang dihasilkan dan semakin rumit juga permasalahan sampah yang
ditimbulkan.Pola hidup masyarakat ternyata dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan, status sosial, status ekonomi, dan tingkat tekhnologi yang
dimilikinya.Hal ini juga sangat berpengaruh pada jumlah dan jenis sampah
yang dihasilkan ( Basrianta, Memanen Sampah 2011)
Pesatnya pertumbuhan penduduk dunia dan pembangunan menjadikan
sampah sebagai masalah yang komplek dan dihadapi oleh hampir seluruh
bangsa.Sampah yang tidak dikelola sebagaimana mestinya tidak saja
2
menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan alami tetapi juga terhadap
kualitas terhadap kesehatan manusia. Pada tahun 2012 jumlah sampah padat
di kota-kota dunia adalah 1,3 miliar ton pertahun. Jumlah ini diperkirakan
meningkat 75% pada tahun 2025 menjadi 2,2 miliar ton pertahun (World
Bank, 2012). Mayoritas kenaikan sampah terjadi di kota-kota Negara
berkembang dan sebanyak 80% dari penyebaran penyakit di dalam
komunitas di Negara berkembang diyakini berhubungan dengan buruknya
system pengelolaan sampah perkotaan (Selin, 2013).
Bank sampah di Indonesia semakin berkembang setiap
tahunnya.Perkembangan bank sampah di Indonesia juga turut didukung oleh
Yayasan Unilever Indonesia dari divisi Environment lewat program
pembinaan bank sampah. Program ini bertujuan untuk menghasilkan uang
yang terkoordinasi dan membentuk jaringan kerja dengan para pelapak
sampah melalui pengumpulan dan penjualan sampah yang dikumpulkan di
bank sampah( Elsye, 2013). Pada tahun 2014, sebanyak 976 bank sampah
binaan Yayasan Unilever Indonesia yang terbesar di seluruh kota telah
mengolah 2.100 ton sampah. Sampah tersebut berasal dari 165.895 nasabah
dengan nilai transaksi sekitar Rp. 2,8 miliar. Pada tahun 2015 Yayasan
Unilever Indonesia telah membina 1.000 bank sampah yang terbesar di
Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, Medan, Balikpapan,
Banjarmasin, Makasar, dan Raja Ampat.
Dinas Kebersihan dan Pertamanan kota Madiun mencatat banyaknya
sampah yang ditampung di Tempat Pembuangan Akhir (TPA)Winongo yang
3
berada di samping jembatan layang Ring Road kota Madiun. Dengan lahan
seluas 6,4 ektar itu, 70% sudah menjadi zona green. Sampah yang terdapat di
TPA Winongo sebagian diolah menjadi gas metan untuk mengolah limbah
plastik menjadi bahan bakar minyak dan energy listrik, pengomposan sampah
organik, pembuatan bahan pencegah bau air lindi (Bio-Mad), pengembangan
zona pasif menjadi Ruang Terbuka ijau, Pemilihan Pengumpulan dan
penjualan sampah anorganik yang dikelola dengan manajemen bank sampah
dengan metode Control Land Fill. Setiap harinya, sampah yang masuk rata-
rata mencapai 100 kubik (Madiun, 2016).Sedangkan volume sampah setiap
tahun yang terangkat ke TPA Winongo rata-rata mengalami penurunan.
Paradigma lama harus mulai ditinggalkan dan diganti dengan
pengelolaan sampah paradigma baru.Paradigma baru memandang sampah
sebagai sumber daya yang mempunyai nilai ekonomi dan daoat
dimanfaatkan.Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah dalam mengatasi
dan mengelola permasalahan sampah adalah dengan mengesahkan Undang-
Undang Pengelolaan Sampah Nomor 18 Tahun 2008. Dalam UU tersebut
diatur mengenai cara pengelolaan sampah rumah tangga dengan menerapkan
prinsip 3R yaitu meliputi kegiatan pengurangan/pembatasan timbulan
sampah (reduce) misalnya dengan mengurangi penggunaan kertas tissue dan
diganti dengan penggunaan sapu tangan, pemanfaatan kembali sampah
(reuse)misalnya memilih wadah atau kantong yang bisa digunakan berkali-
kali contohnya menggunakan tas belanja dari kain, dan pendauran ulang
4
sampah (recycle) misalnya mendaur ulang sampah organic dirumah dengan
cara mengubahnya menjadi kompos cair maupun kompos padat.
Selain adanya suatu kebijakan dalam pengelolaan sampah yang
dilakukan oleh Dinas dan Pertamanan kota madiun, terdapat salah satu peran
yang tidak kalah penting dalam pelaksanaan pengelolaan sampah yaitu
besarnya partisipasi yang dilakukan oleh masyarakat. Keberhasilan terkait
penanganan pengelolaan sampah juga perlu adanya dukungan dari kesadaran
setiap masyarakat dimana masyarakat adalah penghasil dari sampah-sampah
tersebut.Selain menjadi objek, disini masyarakat yang lebih dekat dan
mengetahui bagaimana lingkungan fisik mereka, sehingga partisipasi dari
masyarakat menjadi sangat penting dalam meningkatkan kualitas hidup dan
lingkungan fisiknya.Mengacu pada Undang-Undang tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah, dalam mengatasi permasalahn terkait sampah perlu
adanya program-program pengelolaan sampah yang bertujuan untuk
meningkatkan kesehatan masyarakat serta menjadikan sampah sebagai
sumber daya.
Menurut data BPS Kota Madiun Tahun 2014 dalam grafik pengelolaan
sampah setempat sampah pada tingkat kelurahan, tingkat pengelolaan
sampah di Kelurahan Ngegong sebesar 45.00% dibandingkan dengan
Kelurahan Winongo tingkat pengelolaan sampah hanya 30.00%. Jadi tingkat
pengelolaan sampah yang berada di Kelurahan Winongo lebih buruk dari
pada tingkat pengelolaan sampah yang berada di Kelurahan Ngegong
5
Menurut data penelitian dari Nia Pramestyawati 2013 sampah tanpa
upaya reduksi setiap tahunnya semakin meningkat, pada tahun 2015 sebesar
22.172,80 (ton/tahun) tahun 2016 sebesar22.963,23 (ton/tahun) dan ditahun
2017 sebesar 23.758,98 (ton/tahun) dan sampah dengan reduksi bertahap juga
semakin meningkat, pada tahun 2015 sebesar 21.572,80 (ton/tahun) tahun
2016 sebesar 22.031,14 (ton/tahun) dan pada tahun 2017 22.473,13
(ton/tahun)
Kelurahan winongo merupakan satu-satunya kelurahan di kota Madiun
yang memiliki Tempat Pembuangan Akhir. Sebelumnya masyarakat kurang
peduli dalam melindungi dan mengelola lingkungan seperti bagaimana
mengurangi timbunan sampah dan memanfaatkannya dengan mendaur ulang.
Pengelolaan sampah di tingkat RT/RW hingga dikelurahan winongo
juga mengalami penurunan.Meski sudah ada program dari bank
sampahsampai pengelolaan terpadu, tetapi masyarakat belum sepenuhnya
berpartisipasi dalam penanganan sampah.Dulu sampah diangkut minimal 2
hari sekali, namun sekarang sampah diangkut paling lama seminggu hal ini
menimbulkan permasalahan yaitu bau yang tidak sedap dan aspek estetika.
Dari permasalahan tersebut beberapa pertemuan rutin diadakan diantaranyua
forum kelurahan, pertemuan PKK/RT/RW, pertemuan para kader dijadikan
sebagai wadah untuk menyampaikan ide-ide, saran dan juga pendapat untuk
menyelesaikan permasalahan sampah yang terdapat di kelurahan Winongo.
Hasil dari setiap pertemuan tersebut, pada tahun 2011 masyarakat di
6
kelurahan Winongo mendirikan bank sampah Matahari yang anggota dan
pengurusnya berasal dari masyarakat sekitar.
Berdasarkan dari hasil pengamatan peneliti, menunjukan bahwa
sebenarnya di wilayah RW 02 kelurahan Winongo fasilitas dan sarana untuk
pengumpulan Bank Sampah sudah tersedia dan tergolong cukup memadai
akan tetapi pada saat peneliti melakukan observasi ke lapangan untuk saat ini
banyak ibu rumah tangga yang jarang mengumpulkan sampah ke Bank
Sampah Matahari, hanya beberapa ibu rumah tangga saja yang
mengumpulkan sampah di bank sampah yang biasanya diadakan seminggu
sekali di hari minggu.
Berdasarkan penelitian (Ayu Fitria, 2011) tentang perilaku ibu rumah
tangga dalam pengelolaan samapah di desa bluru kidul RW 11 kecamatan
sidoarjo diketahui bahwa hasil penelitian menyatakan pengelolaan sampah
pada kategori sedang 87, 3%, dan tindakan responden pada pengelolaan
sampah berada dalam kategori sedang 83, 1%, dan tindakan responden dalam
pengelolaan sampah berada dalam kategori kurang 87, 3%.
Berdasarkan penelitian (A. Ismawati 2013) tentang gambaran
partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah pada bank sampah UKM
mandiri di RW 02 kelurahan tamamaung kota makasar diketahui bahwa hasil
penelitian menunjukan tingkat pengetahuanbaik (90,8%), tingkat tindakan
dikategorikan baik (100%) dan tingkat partisipasi kurang (51,5%).
Berdasarkan penelitian (Mertinawati, 2016) tentang partisipasi
masyarakat dalam pengelolaan sampah rumah tangga di kecamatan sukarami
7
kota Palembang diketahui bahwa tingkat partisipasi tergolong tinggi
(73,46%)
Hal inilah yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian
mengenai“Hubungan antara Sikap dan Tingkat Pendidikan Ibu Rumah
Tangga Dengan Perilaku Pengelolaan Bank Sampah di RW 02
Kelurahan Winongo Kota Madiun”.
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas, penulis merumuskan permasalahan
yaitu apakah ada hubungan antara sikap dan tingkat pendidikan ibu rumah
tangga dengan perilaku pengelolaan bank sampah di RW 02 Kelurahan
Winongo Kota Madiun?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum :
Diketahui“Hubungan antara Sikap dan Tingkat Pendidikan
dengan Perilaku Bank Sampah Di RW 02Kelurahan Winongo Kota
Madiun Tahun 2018”.
1.3.2 Tujuan Khusus :
1. Menilai tingkat sikap tentang pengelolaan bank sampah pada ibu
rumah tangga di RW 02 Kelurahan Winongo Kota Madiun Tahun
2018.
8
2. Menilai tingkat pendidikan ibu rumah tangga di RW 02 Kelurahan
Winongo Kota Madiun Tahun 2018.
3. Menilai tingkat perilaku pengelolaan bank sampah pada ibu
rumah tangga di RW 02 Kelurahan Winongo Kota Madiun Tahun
2018.
4. Menganalisis hubungan antara sikap ibu rumah tangga dengan
perilakupengelolaan bank sampah di RW 02 Kelurahan Winongo
Kota Madiun Tahun 2018.
5. Menganalisis hubungan antara tingkat pendidikan ibu rumah
tangga dengan perilaku pengelolaan bank sampah di RW 02
Kelurahan Winongo Kota Madiun Tahun 2018.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sarana informasi bagi
pengelola dan masyarakat tentang pentingnya pengelolaan sampah yang
baik sebagai upaya dampak negatif terhadap lingkungan di RW 02
Kelurahan Winongo Kota Madiun.
2. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sarana informasi bagi
Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup dalam upaya peningkatan
pengelolaan sampah di RW 02 Kelurahan Winongo Kota Madiun.
3. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pedoman bagi pihak-
pihak yang akan melakukan penelitian lebih lanjut.
9
1.5 Keaslian Penelitian
Tabel 1.1 Tentang Keaslian Penelitian
No Penelitian Judul Metode Hasil
1 Rifka Charisa Devi
“Hubungan tingkat
pendidikan masyarakat
dengan perilaku
pengolahan sampah di
kelurahan bandengan
kecamatan kota Kendal
Analisis korelasi
Product Moment
Hasil perhitungan rxy
yaitu tingkat koofesien
antara 0,400-0,600
dengan kriteria cukup
2 Hisham “Gambaran
perilaku siswa tentang
pengelolaan sampah si
SMA Negri 1 Tamalatean
Kab Jeneponto”
Quota sampling Menunjukan bahwa
daro 90 responden yang
memperoleh nilai
dengan tindakan baik
sebanyak (22,2%),
yang memperoleh nilai
dengan tindakan cukup
sebanyak (77,8%)
3 Fitrul Kamal “Hubungan
antara tingkat
pengetahuan dan sikap
ibu rumah tangga tentang
pengelolaan sampah
dengan perilaku
pembuangan sampah
pada masyarakat sekitar
sungai beringin di Rw 07
Kelurahan Wonoasri
Kecamatan Ngaliyan
Kota Semarang”
Survey analitik
dengan
rancangan cross
sectional study
Hasil penelitian ini
menyatakan tidak ada
hubungan antara
tingkat pengetahuan
dengan perilaku
pembuangan sampah
(p-value 0,0129> 0,05
dan CC 0,234). Sikap
berhubungan perilaku
(p-value 0,037 < 0,05
dan CC 0,293)
Perbedaan dengan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang
dilakukan adalah
1. Lokasi dan Waktu : Rw 02 Kelurahan Winongo Kecamatan
Manguharjo Kota madiun
2. Variabel : Dependen partisipasi pengelolaan bank
sampahIndependen sikap, tingkat pendidikan
ibu rumah tangga
10
3. Metode penelitian : menggunakan metode Kuesioner analitik
dengan pendekatanuji cross sectional(Uji Chi-
Square)
11
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perilaku Kesehatan
2.1.1 Tinjauan Umum Tentang Perilaku Manusia
Perilaku manusia merupakan hasil daripada segala macam pengalaman
serta interaksi antara manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam
bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan, dengan kata lain, perilaku
merupakan respon atau reaksi seorang individu terhadap stimulus yang
berasal dari luar individu maupun dari dalam dirinya.Respon ini dapat
bersifat pasif (tanpa tindakan berfikir, berpendapat, bersikap) maupun aktif
(melakukan tindakan).Sesuai dengan batasan ini, perilaku kesehatan dapat
dirumuskan sebagai segala bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan
lingkungannya, khususnya yang menyangkut pengetahuan dan sikap, serta
tindakannya.Perilaku manusia mempunyai pengaruh terhadap status
kesehatan individu, kelompok maupun masyarakat.
Perilaku itu sendiri adalah sesuatu yang kompleks, merupakan
resultante dari berbagai macam aspek internal maupun eksternal, psikologis
maupun fisik. Oleh karena sedemikian kompleksnya sehingga diperlukan
pemahaman dan analisis yang mendalam.Faktor penentu atau determinan
perilaku manusia sulit untuk dibatasi karena perilaku merupakan resultansi
dari berbagai faktor, baik internal maupun eksternal (lingkungan).Pada garis
besarnya perilaku manusia dapat dilihat dari tiga aspek yaitu aspek fisik,
psikologis dan sosial. Akan tetapi dari ketiga aspek tersebut sulit untuk
12
ditarik garis yang tegas dalam mempengaruhi perilaku manusia. Secara lebih
terinci perilaku manusia sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala
kejiwaan, seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi,
persepsi, sikap dan sebagainya.
Sebagai contoh, biasanya seseorang yang tidak mau berobat ke
puskesmas atau rumah sakit atau ke sarana pelayanan kesehatan lainnya
karena tidak tahu peranan sarana-sarana tersebut terhadap penyembuhan
penyakit (faktor predisposisi).Barangkali juga sarana-sarana tersebut jauh
dari tempat tinggalnya (faktor pendukung), mungkin juga karena dia tidak
suka terhadap petugas puskesmas atau rumah sakit yang sikap perilakunya
tidak dapat diterima (faktor pendorong).
2.2 Sikap Ibu Rumah Tangga
2.2.1 Definisi Sikap
Menurut Allport, dalam A. Ismawati 2013 sikap merupakan kesiapan
mental, yaitu proses yang berlangsung dalam diri seseorang, bersama dengan
pengalaman individual masing-masing, mengarahkan dan menentukan
respons terhadap berbagai objek dan situasi (Sarwono dan Meinarno, 2009
dalam Furnanda, 2012).
Menurut Allport (1954) yang dikutip dalam Furnanda (2012) sikap
mempunyai 3 komponen pokok yaitu:
1. Kepercayaan, ide dan konsep terhadap suatu objek.
2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
3. Kecenderungan untuk bertindak
13
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang
utuh. Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan,
dan emosi memegang peranan penting.
Sikap adalah konsep yang dibentuk oleh tiga komponen, yaitu kognitif,
efektif dan perilaku. Komponen kognitif berisi semua pemikiran serta ide-ide
seseorang yang berkenan dengan objek sikap. Isi pemikiran seseorang
meliputi hal-hal yang diketahuinya sekitar objek sikap, dapat berupa
tanggapan atau keyakinan, kesan, atribusi, dan penilaian terhadap objek.
Komponen afektif dari sikap meliputi perasaan atau emosi seseorang terhadap
objek. Adanya komponen afeksi dari sikap, dapat diketahui melalui perasaan
suka atau tidak suka, senang atau tidak senang terhadap objek sikap. Isi
perasaan atau emosi pada penilaian seseorang terhadap objek sikap inilah
yang mewarnai sikap menjadi suatu dorongan atau kekuatan/daya. Apabila
orang suka dengan objek maka dia akan memilih objek tersebut. Hal ini
terjadi karena didorong perasaan dan keyakinan terhadap objek tersebut
(Furnanda, 2012).
Komponen perilaku dapat diketahui melalui respons subjek yang
berkenaan dengan objek sikap. Respons yang dimaksud dapat berupa
tindakan atau perbuatan yang dapat diamati dan dapat berupa intensi atau niat
untuk melakukan perbuatan tertentu sehubungan dnegan objek sikap. Intensi
merupakan predisposisi atau kesiapan untuk bertindak terhadap objek sikap.
Jika orang mengenali dan memiliki pengetahuan yang luas tentang objek
sikap, disertai perasaan yang positif mengenai kognisinya, maka ia akan
14
cenderung mendekati (approach) objek sikap tersebut. Sebaliknya, bila orang
memiliki anggapan, pengetahuan, dan keyakinan negatif yang disertai dengan
perasaan tidak senang terhadap objek sikap, maka ia cenderung menjauhinya.
Artinya, ia menentang,menolak dan menghindar dari objek tersebut
(Furnanda, 2012).
Sikap dapat dibentuk melalui empat pembelajaran sebagai berikut
(Sarwono dan Meinarno, 2009 dalam Furnanda, 2012):
1. Pengondisian klasik (classical conditioning: learning based on
association)
Proses pembelajaran dapat terjadi ketika suatu rangsang/stimulus
selalu diikuti oleh stimulus yang lain, sehingga stimulus yang pertama
menjadi suatu isyarat bagi rangsang yang kedua. Lama-kelamaan orang
akan belajar jika stimulus yang pertama muncul, maka akan diikuti oleh
stimulus yang kedua.
2. Pengondisian instrumental (instrumental conditioning)
Proses pembelajaran terjadi ketika suatu perilaku mendatangkan
hasil yang menyenangkan bagi seseorang, maka perilaku tersebut akan
diulang kembali. Sebaliknya, bila perilaku mendatangkan hasil yang
tidak menyenangkan bagi seseorang maka perilaku tersebut tidak akan
diulang lagi atau dihindari.
15
3. Belajar melalui pengamatan (observational learning, learning by
example)
Dalam keseharian, banyak sikap yang terbentuk karena kita aktif
mengamati berita-berita dan gambar melalui koran, televisi, majalah dan
media lainnya.
4. Perbandingan sosial (social comparison)
Dengan adanya kelompok sosial yang menjadi sumber referensi
dapat membentuk sikap yang baru. Seperti halnya dengan pengetahuan,
sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan, yakni:
a. Menerima (receiving) diartikan orang (subyek) mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek).
b. Merespon (responding) diartikan memberikan jawaban apabila
ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan
adalah suatu indikasi dari sikap ini karena dengan suatu usaha untuk
menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan,
terlepas pekerjaan itu benar atau salah, adalah bahwa orang
menerima ide tersebut.
c. Menghargai (valuing) diartikan mengajak orang lain untuk
mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu
indikasi sikap tingkat ini.
d. Bertanggung jawab (responsible) diartikan bertanggung jawab atas
segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko adalah
merupakan sikap yang paling tinggi dalam tingkatan sikap.
16
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung.
Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan
responden terhadap suatu obyek. Menurut WHO dalam Notoatmodjo (2007),
adapun ciri-ciri sikap adalah sebagai berikut :
1) Pemikiran dan perasaan ( Thoughts and feeling), hasil pemikiran dan
perasaan seseorang atau lebih tepat diartikan pertimbangan-pertimbangan
pribadi terhadap objek atau stimulus.
2) Adanya orang lain yang menjadi acuan (Personal references) merupakan
faktor penganut sikap untuk melakukan tindakan akan tetapi tetap
mengacu pada pertimbangan-pertimbangan individu.
3) Sumber daya (Resources) yang tersedia merupakan pendukung untuk
bersikap positif atau negatif terhadap objek atau stimulus tertentu dengan
pertimbangan kebutuhan dari pada individu tersebut.
4) Sosial budaya (Culture ) berperan besar dalam mempengaruhi pola pikir
seseorang untuk bersikap terhadap objek/stimulus tertentu.
2.2.2 Fungsi Sikap
Fungsi sikap dapat dibedakan menjadi empat golongan yaitu (A.ismawatu,
2013):
1. Sikap berfungsi sebagai alat untuk menyesuaikan diri.
Bahwa sikap adalah sesuatu yang bersifat communicable
artinya sesuatu yang mudah dipelajari dan mudah pula menjadi milik
bersama. Oleh karena itu sesuatu golongan yang mendasarkan atas
kepentingan bersama biasanya ditandai oleh adanya sikap anggotanya
17
yang sama terhadap sesuatu objek sehingga dengan demikian sikap bisa
menjadi rantai penghubung antara orang dengan kelompoknya atau
dengan anggota kelompok yang lain. Oleh karena itu anggota kelompok
yang mengambil sikap yang sama terhadap objek tertentu dapat
meramalkan tingkah laku anggota-anggota lainnya.
2. Sikap berfungsi sebagai alat pengukur tingkah laku.
Kita tahu bahwa tingkah laku anak kecil dan binatang pada
umumnya merupakan aksi-aksi yang spontan terhadap sekitarnya. Antara
perangsangan dan reaksi tidak ada pertimbangan, tetapi pada anak
dewasa yang sudah lanjut usia perangsangan itu pada umumnya tidak
diberi reaksi secara spontan akan tetapi terdapat adanya proses secara
sadar untuk menilai perangsangan-perangsangan itu. Jadi, antara
perangsangan dan reaksi terdapat suatu yang disisipkan yaitu sesuatu
yang terwujud pertimbangan-pertimbangan tehadap perangsangan itu
3. Sikap berfungsi sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman.
Dalam hal ini perlu dikemukakan bahwa manusia dalam
menerima pengalaman-pengalaman dari luar sikapnya tidak pasif tetapi
diterima secara aktif artinya semua pengalaman yang berasal dari dunia
luar itu tidak semuanya dilayani oleh manusia, tetapi manusia memilih-
milih mana yang perlu dan mana yang tidak perlu dilayani. Jadi semua
pengalaman itu diberi nilai lalu dipilih.
18
4. Sikap berfungsi sebagai pernyataan kepribadian.
Sikap sering mencerminkan pribadi seseorang. Disebabkan
karena sikap tidak pernah terpisah dari pribadi yang pernah
mendukungnya. Oleh karena itu, dengan melihat sikap-sikap pada objek-
objek tertentu sedikit banyak orang biasa mengetahui pribadi orang
tersebut. Jadi sikap sebagai pernyataan pribadi (Lasma, 2007 dalam
Furnanda, 2012).
2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap
Menurut Sunaryo (2004) dalam Mukhammad Aminudin (2016), ada 2
faktor yang mempengaruhi pembentukan dan pengubahan sikap adalah
faktor internal dan eksternal.
a. Faktor internal
Berasal dari dalam individu itu sendiri. Dalam hal ini individu
menerima, mengolah, dan memilih segala sesuatu yang datang dari luar,
serta menentukan mana yang akan diterima dan tidak diterima. Sehingga
individu merupakan penentu pembentukan sikap.
b. Faktor ekternal
Faktor yang berasal adri luar individu, berupa stimulus untuk
mengubah dan membentuk sikap.Stimulus tersebut dapat bersifat
langsung dan tidak langsung.
Pengukuran sikap dilakukan secara langsung dan tidak
langsung.Secara langsung dapat dilakukan dengan menanyakan
bagaimana pendapat atau pertanyaan responden terhadap suatu
19
objek.Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pertanyaan-
pertanyaan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat responden.
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak
langsung.Secara langsung dapat dilakukan dengan menanyakan
bagaimana pendapat atau pertanyaan responden terhadap suatu
objek.Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pertanyaan-
pertanyaan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat reponden.
2.3 Tingkat Pendidikan
2.3.1 Definisi Pendidikan
Di dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional disebutkan bahwa pengertian pendidikan sebagai berikut:
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia, pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata
laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara, perbuatan mendidik.
20
2.3.2 Tujuan Pendidikan Nasional
Rumusan tujuan pendidikan juga tercantum dalam Undang-undang Nomor
20 Tahun 2003 yang menyatakan bahwa:“Pendidikan nasional bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi Manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab”.
2.3.3 Jenjang Pendidikan Di Indonesia
“Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang telah ditetapkan
berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai,
dan kemampuan yang dikembangkan”. Jenjang pendidikan seseorang adalah
jenjang pendidikan formal yang pernah ditempuh atau ijazah terakhir yang
dimiliki seseorang. Jenjang pendidikan formal tersebut adalah jenjang
pendidikan sekolah sebagaimana yang telah diatur oleh pemerintah pasal 14
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 yang
menyebutkan bahwa “jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan
dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi”. Sebetulnya pendidikan
dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja, baik lingkungan keluarga,
sekolah dan dalam kehidupan masyarakat. Dalam pendidikan sehari-hari
dapat dibedakan tiga jalur pendidikan, yaitu:
A. Pendidikan Formal
Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional bahwa yang dimaksud pendidikan formal adalah
21
jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan
dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
Ciri yang menonjol pada pendidikan formal ini adalah dengan adanya
pengorganisasian yang ketat programnya lebih formal secara urut dan
sistematis. Yang termasuk jalur pendidikan sekolah antara lain:
a) Pendidikan Umum
Pendidikan yang mengutamakan perluasan pengetahuan dan peningkatan
ketrampilan peserta dengan mengharuskan yang diwujudkan pada tingkah
laku akhir pada akhir masa pendidikan, misalnya pendidikan SD, pendidikan
SMP, pendidikan SMA.
b) Pendidikan Kejuruan
Pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk program bekerja dalam
bidang tertentu. Program Pendidikan Kejuruan dilaksanakan oleh Sekolah
Menengah Kejuruan atau sering disingkat SMK. Sekolah Menengah
Kejuruan biasanya membuka beberapa pilihan jurusan atau spesialisasi,
misalnya elektronika, otomotif, Teknik Informasi dan Komputer, akutansi,
listrik.
c) Pendidikan Luar Sekolah
Pendidikan yang khusus diselenggarakan untuk peserta didik yang
menyandang kelainan fisik atau mental, misalnya pendidikan SLB.
d) Pendidikan Kedinasan
Pendidikan Kedinasan yang berusaha menghasilkan kemampuan atau
lembaga pendidikan non-departemen misalnya prajabatan, sepala, sepadya.
22
e) Pendidikan Keagamaan
Pendidikan Keagamaan adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta
didik untuk dapat menjalankan peranan yang menurut penguasaan khusus
tentang ajaran agama, misalnya Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah
Tsanawiyah (MTs), Madrasah Aliyah (MA). Pendidikan tersebut
dilaksanakan di bawah naungan Kementrian Agama Republik Indonesia.
B. Pendidikan Nonformal
Yang dimaksud Pendidikan Nonformal menurut Undang-undang Nomor 20
Tahun 2003 adalah jalur pendidikan luar di luar pendidikan formal yang
dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.
Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang
memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti,
penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal.
C. Pendidikan Jalur Informal
Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 bahwa yang dimaksud
dengan pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan
lingkungan.
Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa pendidikan informal
dilakukan oleh keluarga dan lingkungan secara mandiri.Pendidikan informal
dilakukan oleh orang tua kepada anaknya.
2.3.4 Tahun Sukses Pendidikan
Tahun sukses pendidikan merupakan ukuran lamanya waktu yang
ditempuholeh seseorang untuk mencapai pendidikan formal, terakhirnya
23
dalam ilmu demografi dinyatakan dengan istilah tahun sukses.Tahun sukses
dihitung berdasarkan lamanya waktu yang ditempuh oleh seseorang untuk
mencapai pendidikan terakhir. Di Indonesia program wajib belajar yang
berlaku saat ini adalah 12 tahun, yakni Sekolah Dasar (SD/sederajat) selama 6
tahun, Sekolah Menengah Pertama (SMP/sederajat) selama 3 tahun dan
Sekolah Menengah Atas (SMA/sederajat) selama 3 tahun. Maka jika
seseorang telah menempuh pendidikan sampai SMA/sederajat maka tahun
suksesnya adalah 12 tahun, jika hanya sampai tingkat SMP/sederajat maka
tahun suksesnya adalah 9 tahun dan jika hanya sampai tingkat SD/sederajat
maka tahun suksesnya adalah 6 tahun.
2.4 Perilaku Ibu Rumah Tangga Tentang Bank Sampah
2.4.1 Definisi Perilaku
Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat
diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar
(Notoatmodjo 2003).Menurut Depdiknas (2005) perilaku adalah tanggapan
atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan.Perilaku
masyarakat yang belum menyadari betul mengenai kesadaran lingkungan
tentunya akan menimbulkan kerugian bagi masyarakat itu sendiri. Oleh
karena itu dalam rangka menumbuhkan kesadaran maka diperlukan
partisipasi masyarakat itu sendiri untuk memperbaiki lingkungannya.Seperti
yang dinyatakan oleh Mikkelsen (2011) bahwasanya partisipasi adalah
keterlibatan masyarakat secara sukarela dalam perubahan yang ditentukan
24
sendiri oleh masyarakat.Pengertian lain menyebutkan perilaku manusia
berasal dari dorongan yang ada dalam diri manusia (Purwanto 2002). Perilaku
yang muncul dari individu dapat dikatakan merupakan usaha individu untuk
memenuhi kebutuhannya dan usaha tersebut dapat diamati.Perilaku manusia
dapat didefinisikan sebagai responsif antara tiga unsur sikap yaitu kognitif,
afektif, dan konatif.Begitupun dengan landasan dasar dari perilaku
masyarakat yang dilandasi oleh sikap masyarakat termasuk sikap masyarakat
untuk membuang sampah yaitu kognitif, afektif, dan konatif (Alport
1996).Perilaku sendiri dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu perilaku
terbuka (open behavior) dan perilaku tertutup (covert behavior) (Sarwono
1991).Perilaku terbuka merupakan sebuah praktik dari hasil komponen sikap
yang dapat langsung dilihat dan dirasakan oleh orang lain, sedangkan
perilaku tertutup adalah sebuah respon yang belum dapat dirasakan secara
langsung oleh orang lain (Notoatmojo 2007 dalam Rahmat Darmawan 2017).
Struktur perilaku terdiri atas tiga komponen yang saling menunjang yaitu
(Azwar 2003 dalam Rahmat Darmawan 2017) :
1. Komponen kognitif, merupakan representatif apa yang dipercayai oleh
individu, berisi kepercayaan stereotype yang dimiliki individu mengenai
sesuatu dapat disamakan penanganan (opini) terutama apabila menyangkut
masalah isu atau problem yang kontroversial.
2. Komponen afektif, merupakan perasaan yang menyangkut aspek
emosional. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam
sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap
25
pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah mengubah sikap seseorang
komponen afektif disamakan dengan perasaan yang dimiliki seseorang
terhadap sesuatu.
3. Komponen konatif, merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu
sesuai dengan ikap yang dimiliki oleh sesorang. Kecenderungan untuk
bertindak atau bereaksi terhadap sesuatu dengan cara – cara tertentu.
Sementara menurut Suryani (2008) struktur perilaku juga mempunyai tiga
komponen yaitu :
a. Komponen kognitif, berkenaan dengan hal-hal yang diketahui individu
atau pengalaman individu baik yang sifatnya langsung atau tidak langsung
dengan objek sikap.
b. Komponen afektif, berkenaan dengan perasaan atau emosi konsumen
mengenai objek sikap. Komponen afektif ini dapat beragam ekspresinya
mulai dari rasa sangat tidak suka atau sangat tidak senang hingga sangat suka
atau sangat senang.
c. Komponen konatif, berkenaan dengan predisposisi atau kecenderungan
individu untuk melakukan sesuatu tindakan berkenaan dengan objek sikap.
Skala yang digunakan seperti yang digunakan oleh penelitian dari Penny dkk
(2012) yaitu menggunakan skala Guttman. Kategori baik, sedang, dan kurang
dengan definisi sesuai pada tabel berikut :
26
Tabel 2.1 Kategori penilaian berdasarkan jawaban presentase responden
Sumber : Penny et al (2012)
Penelitian ini menggunakan konsep perilaku yang mengacu pada pernyataan
Azwar (2003) dan Suryani (2008) tentang struktur perilaku terdapat tiga
komponen, yaitu komponen kognitif, afektif, dan konatif, karena penelitian ini
mempunyai variabel terikat yaitu perilaku masyarakat bantaran sungai dalam
membuang sampah yang akan mengukur aspek kognitif, afektif, dan konatif dari
masyarakat bantaran sungai.
2.4.2 Jenis Perilaku
Menurut Skinner 1976 (dalam Eko Wibowo 2010:27), perilaku manusia dapat
dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu :
a) Perilaku yang alami (innate behaviour) atau perilaku yang berupa reflek dan
insting yaitu perilaku yang dibawa manusia sejak manusia dilahirkan.
b) Perilaku operan (operant behaviour) yaitu perilaku yang dibentuk melalui
proses belajar.
No Persentase Kategori Keterangan
1 >75 persen dari
nilai tertinggi
Baik Akumulasi perilaku
masyarakat dari skor
pengetahuan, sikap, dan
tindakan >75%
2 40 persen – 75
persen dari nilai
tertinggi
Sedang Akumulasi perilaku
masyarakat dariskor
pengetahuan, sikap, dan
tindakan 40% - 75%
3 <40 persen dari
nilai tertinggi
Kurang Akumulasi perilaku
masyarakat dari skor
pengetahuan, sikap, dan
tindakan <40%
27
Pada manusia perilaku operan atau perilaku psikologis lebih dominan
berpengaruh akibat dari bentuk kemampuan untuk mempelajari dan dapat
dikendalikan atau di ubah melalui proses pembelajaran. Sebaliknya reflek
merupakan perilaku yang pada dasarnya tidak dapat untuk di kendalikan.
2.4.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku
Faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi karena
perilaku merupakan resultansi dari berbagai faktor baik internal maupun
eksternal ( lingkungan). Pada garis besarnya perilaku manusia dapat dilihat
dari tiga aspek yaitu aspek fisik, psikologis dan sosial.Akan tetapi dari
ketiga aspek tersebut sulit untuk ditarik garis yang tegas dalam
mempengaruhi perilaku manusia.Secara terperinci perilaku manusia
sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan, seperti
pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap dan
sebagainya.
Lawrence Green (1980) mengembangkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku adalah faktor predisposisi (Predisposing factor)(1)
seperti kebiasaan, tradisi, sikap, kepercayaan, pengetahuan dan lain-lain,
faktor yang memudahkan (Enabling factor)(2) seperti ketersediaan fasilitas
dan lain sebagainya, faktor yang memperkuat (Reinforcing factor)(3) seperti
sikap dan perilaku petugas kesehatan.
Banyak teori yang telah mencoba mengungkap determinan perilaku berangkat dan
analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku, khususnya perilaku
28
yang berhubungan dengan kesehatan, penjelasan dari masing-masing teori
tersebut adalah :
1. Faktor predisposisi (Predisposing factor)
a. Pengetahuan
Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain.
Dalam hal ini pengalaman adalah pengalaman tentang pengelolaan bank
sampah.
b. Sikap
Sikap adalah suatu reaksi atau tanggapan yang menggambarkan suka ataupun
tidak suka, setuju atau tidak setuju seseorang terhadap pengelolaan sampah.
Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain. Sikap
membuat seseorang mendekati atau menjahui orang lain.
c. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi terhadap perilaku seseorang dalam
pengelolaan sampah.Dalam teori Lawrence Green juga dikatakan bahwa
pendidikan kesehatan mempunyai peranan penting dalam mengubah dan
menguatkan perilaku sehingga menimbulkan perilaku positif dalam ibu
rumah tangga. Karena melalui pendidikan, manusia makin mengetahui dan
sadar akan bahaya sampah terhadap lingkungan, terutama bahaya
pencemaran terhadap kesehatan manusia.
d. Kebudayaan
Kebudayaan ini terbentuk dalam waktu yang lama sebagai akibat dari suatu
kehidupan masyarakat bersama sehubungan dengan pengelolaan
29
sampah.Kebudayaan selalu berubah, baik lambat maupun cepat, sesuai
dengan peradaban manusia.Kebudayaan atau pola hidup masyarakat disini
merupakan kombinasi dari semua yang telah disebutkan di atas.Perilaku
yang normal adlah salah satu aspek dari kebudayaan, dan selanjutnya
kebudayaan mempunyai pengaruh yang dalam terhadap perilaku ini.
e. Jenis Kelamin
Partisipasi yang diberikan seorang pria dan wanita dalm pembangunan adalah
berbeda.Hal ini disebabkan adanya system pelapisan sosial yang terbentuk
dalam masyarakat, yang membedakan kedudukan dan derajat antara pria
dan wanita. Perbedaan kedudukan dan derajat ini, akan menimbulkan
perbedaan-perbedaan hak dan kewajiban antara pria dan wanita.
f. Usia
Perbedaan usia juga mempengaruhi tingkat partisipasi masyrakat. Dalam
masyarakat terdapat pembedaan kedudukan dan derajat atas dasar senoiritas,
sehingga akan memunculkan golongan tua dan golongan muda, yang
berbeda-beda dalam hal tertentu. Dalam hal ini golongan tua yang dianggap
lebih berpengalaman atau senior, akan lebih banyak memberikan pendapat
dalam hal memberikan keputusan.
2. Faktor yang memudahkan (Enabling factor)
a. Ketersediaan Fasilitas
Ketersediaan fasilitas berpengaruh terhadap perilaku seseorang atau kelompok
masyarakat.Pengaruh tersebut dapat bersifat positif atau negative terhadap
perilaku pembuangan sampah.
30
b. Mata Pencaharian
Mata pencaharian ini akan berkaitan dengan tingkat penghasilan seseorang.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa mata pencaharian dapat
mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Hal ini
disebabkan karena pekerjaan akan berpengaruh terhadap waktu luan
seseorang untuk terlibat dalampembanguan, misalnya dalam hal menghadiri
pertemuan, kerja bakti dan sebagainya.
3. Faktor yang memperkuat (Reinforcing factor)
a. Sosial Ekonomi
Tingkat sosial ekonomi seseorang dapat mempengaruhi perilaku seseorang, hal ini
disebabkan seseorang dengan tingkat sosial ekonomi yang tinggi pasti
mampu untuk memenuhi semua kebutuhan hidupnya termasuk untuk
melakukan pengelolaan sampah.
b. Sikap dan Perilaku Petugas Kesehatan
Sikap dan perilaku petugas kesehatan sangat berpengaruh dalam mendukung
masyarakat untuk menyelanggarakan pengelolaan sampah yang baik.
2.4.4 Teori Pembentukan Perilaku
Pembentukan perilaku kebiasaan, adalah pembentukan perilaku yang ditempuh
dengan mengkondisikan atau membiasakan diri untuk berperilaku seperti
yang diharapkan.
31
a) Pembentukan perilaku dengan pengertian (insight), adalah pembentukan
perilaku yang dilakukan dengan cara pembelajaran disertai dengan
memberikan pengertian.
b) Pembentukan perilaku dengan model atau contoh, adalah pembentukan
perilaku dengan mengunakan model atau contoh dan biasanya didasarkan
atas bentuk-bentuk perilaku yang telah ada. Contohnya adalah orang
tua/guru yang memberikan arahan kepada anak/muridnya. Dalam rangkaian
pembentukan perilaku manusia terdapat dua jenispembelajaran yaitu
pembelajaran secara fisik adalah adalah belajar dengan menerima respon
fisik untuk di contoh seperti belajar menari naik sepeda dan sebagainya, dan
pembelajaran secara psikis dimana seorang mempelajari perannya dan peran
orang lain dalam kontak sosial (sociallearning), dan selanjutnya orang
tersebut akan menyesuaikan tingkahlakunya sesuai dengan peran sosial
yang telah dipelajarinya (Sarwono 2002, dalam Eko Wibowo 2010:28).
2.4.5 Teori Perilaku
Perilaku manusia tidak lepas dari keadaan individu sendiri dan
lingkungan dimana individu itu berada.Perilaku manusia didorong oleh
motif tertentu sehingga manusia berperilaku. Dari hal tersebut terdapat
beberapa teori yang dapat dikemukakan antara lain:
a) Teori Insting
Teori ini dikemukakan oleh McDougall sebagai pelopor dari psikologi
sosial menyatakan, insting sebagai perilaku bawaan atau innate dapat
mengalami perubahan akibat terbentuknya sebuah pengalaman.
32
b) Teori Dorongan (drive theory)
Teori yang menyatakan bahwa organisme dalam hal ini manusia
mempunyai dorongan atau drive yang berkaitan dengan pemenuhan atas
kebutuhannnya, sehingga dorongan tersebut menimbulkan pengaruh pada
perilaku manusia atau individu tersebut.
c) Teori Insentif (incentive theory)
Teori ini bertitik tolak kepada pendapat bahwa perilaku organisme
dalam hal ini manusia, disebabkan oleh adanya insentif. Dengan insentif
akan mendorong manusia berperilaku. Insentif atau disebut juga
reinforcement ada 2 macam yaitu dan negatif. Reinforcement positifakan
mendorong manusia untuk berbuat, sedangkan reinforcement yang negatif
akan menghambat manusia dalam berperilaku.
d) Teori Artribusi
Teori ini dikemukakan oleh Fritz Heider, menjelaskan tentang sebab-
sebab perilaku manusia, perilaku bisa disebabkan oleh disposisi internal
(misalnya motif dan sikap) dan oleh keadaan eksternal (misanya situasi).
e) Teori Kognitif
Teori yang menitikberatkan kepada kemampuan individu dalam
berfikir untuk mempertimbangkan pilihan perilakunya. Dengan kemampuan
berfikir individu akan dapat melihat dan memilih perilaku mana yang harus
dilakukan. Disamping itu dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
melihat apa yang dihadapi pada waktu sekarang dan juga dapat melihat ke
33
depan apa yang akan terjadi dalam individu berperilaku (Fishben & Ajzen
1975, dalam Eko Wibowo 2010:29).
Ada beberapa faktor yang dapat mendorong masyarakat untuk
berpartisipasi. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah kondisi yang
kondusif untuk berpartisipasi. Kondisi-kondisi tersebut menurut Tonny
(2002) dalam Furananda (2012) antara lain:
1. Masyarakat akan berpartisipasi jika mereka memandang penting issue-
issue atau aktivitas tertentu.
2. Masyarakat akan berpartisipasi jika mereka merasa bahwa tindakannya
akan membawa perubahan, khususnya di tingkat rumah tangga atau
individu.
3. Perbedaan bentuk-bentuk partisipasi dan didukung dalam
partisipasinya.
4. Orang harus dimungkinkan untuk berpartisipasi dan didukung dalam
partisipasinya.
2.5 Sampah
2.5.1 Definisi Sampah
Dalam Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah menyatakan definisi sampah sebagai sisa kegiatan sehari-hari
manusia dan atai dari proses alam yang berbentuk padat.
Sampah adalah sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau
sesuatu yang harus dibuang yang umumnya berasal dari kegiatan yang
dilakukan oleh manusia termasuk kegiatan industry dan umumnya bersifat
34
padat karena air bekas tidak termasuk di dalamnya. Sampah akan terus dan
tidak akan berhenti diproduksi oleh kehidupan manusia, Jumlahnya akan
berbanding lurus dengan jumlah penduduk. Permaslahan ini timbul ketika
sampah menumpuk dan tidak dapat dikelola dengan baik (Anwar,2008).
Sampah adalah istilah umum yang sering digunakan untuk menyatakan
limbah padat. Sampah adalah sisa-sisa bahan yang mengalami perlakuan-
perlakuan, baik karena telah sudah diambil bagian utamanya, atau karena
pengolahan, atau karena sudah tidak ada manfaatnya yang ditinjau dari segi
sosial ekonomis tidak ada harganya dan dari segi lingkungan dapat
menyebabkan pencemaran atau gangguan terhadap lingkungan hidup
(Hadiwiyoto dalam Alfiandra, 2009).
Sampah menjadi masalah penting untuk kota yang padat penduduknya.
Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yaitu (Kuncoro, 2011):
1. Volume sampah yang sangat besar sehingga melebihi kapasitas daya
tamping Tempat Pemroses Akhir sampah (TPA)
2. Lahan TPA semakin sempit karena tergeser penggunaan lain
3. Teknologi pengelolaan sampah tidak optimal sehingga sampah lambat
membusuknya, hal ini menyebabkan percepatan peningkatan volume
sampah lebih besar dari pembusukannya oleh karenaitu selalu diperlukan
perluasan area TPA baru.
4. Sampah yang sudah layak menjadi kompos tidak dikeluarkan dari TPA
karena beberapa pertimbangan.
35
5. Manajemen pengelolaan sampah tidak efektif sehingga seringkali menjadi
penyebab distorsi dengan masyarakat setempat.
6. Pengelolaan sampah dirasakan tidak memberikan dampak positif terhadap
lingkungan.
7. Kurangnya dukungan kebijakan dari pemerintah dalam memanfaatkan
produk sampingan sehingga tertumpuknya produk tersebut di lahan TPA.
8. Ratio timbulan sampah dikota besar umumnya dihasilkan tiap-tiap jiwa
adalah 0,7 kg/kapita/hari.
2.6 Bank Sampah
2.6.1 Definisi Bank Sampah
Bank Sampah lahir dari program Green and Clean yaitu salah satu
cara pengelolaan sampah skala rumah tangga, yang menitik beratkan pada
pemberdayaan masyarakat dalam mengelola sampah rumah tangga. Bank
sampah adalah tempat pemilahan dan pengumpulan sampah yang dapat
didaur ulang dan atau diguna ulang yang memiliki nilai ekonomi
(Peraturan Menteri Negera Lingkungan Hidup Republik Indonesia No. 13
Tahun 2012).
Bank Sampah merupakan konsep pengumpulan sampah kering dan
dipilah serta memiliki manajemen layaknya perbankan, tetapi yang
ditabung bukan uang melainkan sampah. Warga yang menabung disebut
dengan nasabah memiliki buku tabungan dan dapat meminjam uang yang
dapat dikembailkan dengan sampah seharga uang yang dipinjam
(Furnanda, 2012). Cara kerja Bank Sampah pada umumnya hampir sama
36
dengan bank lainnya, terdapat nasabah, pencatatan pembukuan dan
manajemen pengelolaannya, apabila dalam bank yang dikenal oleh
masyarakat pada umumnya menyetorkan sejumlah uang maka dalam Bank
Sampah yang disetorkan adalah sampah yang mempunyai nilai ekonomi,
sedangkan pengelola Bank Sampah harus orang yang kreatif dan inovatif
serta memiliki jiwa kewirausahaan agar dapat meningkatkan pendapatan
masyarakat (Furnanda, 2012).
Sistem kerja Bank Sampah pengelolaan sampahnya berbasis rumah
tangga, dengan memberikan reward kepada yang berhasil memilah dan
menyetorkan sejumlah sampah. Bank Sampah menjadi metode alternatif
pengelolaan sampah yang efektif, aman, sehat dan ramah lingkungan. Hal
ini dikarenakan pada Bank Sampah, masyarakat menabung dalam bentuk
sampah yang sudah dikelompokan sesuai jenisnya sehingga dapat
memudahkan pengelola Bank Sampah dalam melakukan pengelolaan
sampah seperti pemilihan dan pemisahan sampah berdasarkan jenisnya
sehingga tidak terjadi pencampuran antara sampah organik dan anorganik
yang membuat Bank Sampah lebih efektif, aman, sehat dan ramah
lingkungan (Furnanda, 2012).
Konsep Bank Sampah ini tidak jauh berbeda dengan konsep 3R
(Reduce, Reuse, Recycle). Jika dalam konsep 3R ditekankan bagaimana
agar mengurangi jumlah sampah yang ditimbulkan dengan menggunakan
atau mendaur ulangnya, dalam konsep Bank Sampah ini, paling
ditekankan adalah bagaimana agar sampah yang sudah dianggap tidak
37
berguna dan tidak memiliki manfaat dapat memberikan manfaat tersendiri
dalam bentuk uang, sehingga masyarakat termotivasi untuk memilah
sampah yang mereka hasilkan. Proses pemilahan inilah yang mengurangi
jumlah timbunan sampah yang dihasilkan dari rumah tangga sebagai
penghasil sampah terbesar di perkotaan (Furnanda, 2012).
Konsep Bank Sampah ini tidak jauh berbeda dengan konsep 3R
(Reduce, Reuse, Recycle). Jika dalam konsep 3R ditekankan bagaimana
agar mengurangi jumlah sampah yang ditimbulkan dengan menggunakan
atau mendaur ulangnya, dalam konsep Bank Sampah ini, paling
ditekankan adalah bagaimana agar sampah yang sudah dianggap tidak
berguna dan tidak memiliki manfaat dapat memberikan manfaat tersendiri
dalam bentuk uang, sehingga masyarakat termotivasi untuk memilah
sampah yang mereka hasilkan. Proses pemilahan inilah yang mengurangi
jumlah timbunan sampah yang dihasilkan dari rumah tangga sebagai
penghasil sampah terbesar di perkotaan (Furnanda, 2012).
Konsep Bank Sampah membuat masyarakat sadar bahwa sampah
memiliki nilai jual yang dapat menghasilkan uang, sehingga mereka peduli
untuk mengelolanya, mulai dari pemilahan, pengomposan, hingga
menjadikan sampah sebagai barang yang bisa digunakan kembali dan
bernilai ekonomis (Aryeti, 2011 dalam Furnanda, 2012).
Konsep Bank Sampah ini menjadi salah satu solusi bagi
pengelolaan sampah di Indonesia yang masih bertumpu pada pendekatan
akhir. Dengan program ini, sampah mulai dikelola dari awal sumber
38
timbunan sampah, yaitu rumah tangga. Pemilahan yang dilakukan oleh
masyarakat sejak awal membuat timbunan sampah yang dihasilkan dan
dibawa ke tempat pembuangan akhir (TPA) menjadi berkurang (Furnanda,
2012).
39
39
Kerangka Teori
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Sumber : Teori Lawrence Green (Notoatmodjo,2011)
Faktor Predisposisi
(Predisposing Factor)
1. Pengetahuan
2. Sikap
3. Pendidikan
4. Kebudayaan
5. Jenis Kelamin
6. Usia
Faktor Yang
Memperkuat
(Reinforcing Factor)
1. Sosial Ekonomi
2. Sikap dan
Perilaku
Petugas
3. Tingkat
Penghasilan
Faktor Pendukung
(Enabling Factor)
1. Ketersediaan
Fasilitas
2. Mata
Pencaharian
Perilaku Pengelolaan
Bank Sampah
40
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian atau visualisasi hubungan
atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara
variable yang satu dengan variable yang lain dari masalah yang ingin di teliti
(Notoadmojo,2012).
Variabel Independen Variabel Dependen
: Diteliti
: Mempengaruhi
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual
3.2 Hipotesa Penelitian
1. Ada hubungan antara sikap ibu rumah tangga dengan perilaku pengelolaan
Bank Sampah di Kelurahan Winongo Kota Madiun tahun 2018.
2. Ada hubungan antara Tingkat Pendidikan ibu rumah tangga dengan
perilaku pengelolaan Bank Sampah di Kelurahan Winongo Kota Madiun
tahun 2018.
Sikap
Tingkat Pendidikan
Perilaku Pengelolaan Bank
Sampah
41
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Jenis Penelitian adalah analitik, yaitu penelitian yang menekankan
adanya hubungan antara satu variable dengan variable lainnya.(Swarjana,
2015).Desain Penelitian ini adalah Cross Sectional, yaitu penelitian yang
mendesain pengumpulan datanya dilakukan pada satu titik waktu dimana
fenomena yang diteliti adalah selama satu periode pengumpulan data.
4.2 Populasi Dan Sampel
4.2.1 Populasi
Populasi adalah sekumpulan orang atau subjek yang memiliki
kesamaan dalam satu atau beberapa hal dan membentuk masalah pokok
dalam suatu riset khusus. Populasi yang akan diteliti harus didefinisikan
dengan jelas sebelum penelitian dilakukan (Sujarweni, 2015). Populasi dalam
penelitian ini adalahseluruh ibu rumah tangga yang berada di RW 02
Kelurahan Winongo Kecamatan Manguharjo Kota Madiun, denegan jumlah
ibu rumah tangga seluruhnya yaitu 319 ibu rumah tangga.
4.2.2 Sampel
Sampel adalahbagian atau sejumlah cuplikan tertentu yang dapat
diambil dari suatu populasi dan diteliti secara rinci.Atau dapat dikatakan
sampel adalah sebuah miniatur dari populasi.Meskipun demikian sampel
tidak selalu dapat menggambarkan populasi secara sempurna.Selalu saja ada
42
distorsi, walaupun sampel tersebut telah diupayakan untuk ditentukan atau
diambil sesistematis mungkin.Untuk meminimalisasikan distorsi, maka
sampel harus benar-benar mewakili populasi asalnya (Sujarweni, 2015).
Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah ibu rumah tangga yang
mengumpulkan sampah di Bank sampah Kelurahan Winongo Kecamatan
Manguharjo Kota Madiun.
Sampel dalam penelitian ini di ambil dengan menggunakan kriteria-
kriteria sampel menurut Hidayat (2009) yang meliputi :
a. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu
populasi target yang terjangkau dan akan diteliti. Adapun kriteria inklusi
pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Ibu rumah tangga yang sudah menikah
2) Ibu rumah tangga yang bersedia menjadi responden
3) Ibu rumah tangga yang tinggal di wilayah Rw 02 Kelurahan Winongo
b. Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang
memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab, antara lain :
1) Menolak menjadi responden
2) Sedang beraktivitas atau bekerja
3) Tidak berada di tempat penelitian pada waktu pelaksaan penelitian
43
Dengan menggunakan rumus slovin maka,
Besar sampel dalam penelitian ini adalah :
dimana :
n = Ukuran Sampel
N= Populasi
e= Prosentase kelonggaran ketidakterikatan karena kesalahan
pengambilan sampel yang masih diinginkan (Sujarweni, 2015).
=
=
= 76, 13 dibulatkan menjadi 77
Jadi, pada penelitian ini jumlah sampel yang digunakan
sebanyak 77ibu rumah tangga di Kelurahan Winongo
Kecamatan Manguharjo Kota Madiun.
4.3 Tekhnik Sampling
Tehnik sampling adalah merupakan teknik pengambila nsampel.Untuk
menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat beberapa
teknik sampling yang digunakan (Sugiyono, 2009).
44
Sampling adalah kegiatan mengambil sebagian dari populasi yang akan
diteliti dengan cara tertentu yang dapat dipertanggung jawabkan supaya sebagian
yang diambil mewakili ciri populasi (Purwanto, 2011).
Penelitian ini menggunakan metode propotional random sampling.
Propotional Random Sampling adalah pengambilan sampel yang memperhatikan
pertimbangan unsur-unsur atau kategori dalam populasi penelitian (Kurwinda
Kristi, 2012).
Dengan menggunakan teknik Propotional Random Sampling
didapatkan jumlah sample sebanyak 77 ibu rumah tangga yang berusia 23-55
tahun, adapun besar atau jumlah pembagian sampel untung masing-masing
RT dengan menggunakan rumus menurut Sugiyono (2007).
Tabel 4.1 Perhitungan Sampel Penelitian Propotional Random Sampling
No RT Jumlah IRT usia
23-55 tahun Jumlah Sampel
1 RT 05 106 orang 106 x 77
319
26 orang
2 RT 06 110 orang 110 x 77
319
26 orang
3 RT 07 52 orang 52 x 77
319
12 orang
4 RT 08 12 orang 51 x 77
319
13 orang
TOTAL 77 orang
45
4.4 Kerangka Kerja Penelitian
Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian
Populasi
Semua ibu rumah tangga di Kelurahan Winongo KotaMadiun berjumlah
319orang.
Sampel
Ibu rumah tangga di Kelurahan Winongo Kota Madiun yang berjumlah
77 orang.
Teknik Sampling
Propotional Random Sampling
Desain Penelitian
Cross Sectional
Pengumpulan Data
Kuesioner
Pengolahan Data
Editing, Coding, Entry data, Cleaning, Tabulating dananalisisstatistik
Analisis Data
Uji Chi Square
Penyajian Hasil dan Kesimpulan Penelitian
Pelaporan
46
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
4.5.1 Variabel Penelitian
Variabel adalah sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal
tersebut dan kemudian ditarik kesimpulannya.
1. Variabel independen atau variable bebas merupakan variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau
timbulnya variable dependen. Variabel independen dalam penelitian
ini adalah perilaku, sikap dan tingkat pendidikan ibu rumah tangga.
2. Variabel dependen atau variable terikat merupakan variabel yang
dipengaruhi atau akibat, karena adanya variable bebas. Variabel
dependen dalam penelitian ini adalah perilaku ibu rumah tangga.
47
4.5.2 Definisi Operasional
Tabel 4.1 Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional
Variabel Definisi operasional Parameter Alat Ukur Skala
Data Skor Kategorik
Sikap Sikap merupakan
kesiapan mental,
yaitu proses yang
berlangsung dalam
diri seseorang,
bersama dengan
pengalaman
individual masing-
masing, mengarahkan
dan menentukan
respons terhadap
berbagai objek dan
situasi (Sarwono dan
Meinarno, 2009
dalam Furnanda,
2012)
Kuesioner Wawancara Nominal Dengan skor
1. STS = 5
2. TS = 4
3. RR = 3
4. S = 2
5. SS = 1
(Skala Likert)
1. Kategori sikap
positif apabila
score T ≥ mean
T
2. Kategori sikap
negative
apabila score T
˂ mean T
.
Tingkat
pendidikan
Pendidikan yang di
tempuh berdasarkan
ijazah terakhir (UU
RI No 20 Tahun
2003)
Kuesioner Wawancara Nominal Denganskor
1. Tidak tamat
SD = 5
2. SD = 4
3. SMP = 3
4. SMA = 2
5.Perguruan
Tinggi = 1
(UU RI No 20
Tahun 2003)
1. Dasar ≤ SMP
2. Menengah ≥
SMA
Perilaku Perilaku adalah
tanggapan atau reaksi
individu terhadap
rangsangan atau
lingkungan
(Depdiknas, 2005)
Lembar
Observasi
Observasi
secara
langsung
Ordinal Denganskor
1. Baik = 1
2. Buruk = 0
1. Baik jika nilai
yang di dapat ≥
76-100%
2. Buruk jika nilai
yang di dapat ≤
60% (Arikunto,
2013)
48
4.6 InstrumenPenelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih
baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah
diolah (Arikunto, 2010). Dalam penelitian ini pengumpulan data
menggunakan sumber data sekunder dan lembar kuesioner lembar kuesioner
untuk mendapatkan data tentang sikap, tingkat pendidikan ibu rumah tangga
dan perilaku pengelolaan bank sampah.
4.7 Lokasi Dan WaktuPenelitian
1. Lokasipenelitiandi Rw 02 Kelurahan Winongo Kecamatan Manguharjo
Kota madiun Tahun 2018.
2. Waktu penelitian dilaksanakan bulan Agustus 2018.
4.8 Sumber Data
Sumber data adalah subjek dari mana asal data penelitian itu diperoleh.
Sumber data adalah dari mana data berasal. Sumber data dapat terdiri dari
sumber data primer dan sumber data sekunder.
4.8.1 Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari responden melalui
kuesioner, kelompok fokus dan panel atau juga data hasil wawancara
penelitian dari narasumber. Data yang diperoleh dari data primer ini
harus diolah lagi. Sumber data yang langsung memberikan data
kepada pengumpul data (Sujarweni, 2015).
49
4.9 TeknikPengumpulan Data
Pengolahan data adalah kegiatan untuk mengubah sejumlah data yang
ditetapkan menjadi suatu bentuk yang dapat di analisis dan di
interprestasikan. Adapun langkah-langkah pokok dalam pengolahan data
yaitu :
1. Pengecekan data (Editing)
Pengecekan data (editing), yaitu kegiatan untuk melihat atau
mengecek kuesioner-kuesioner atau formulir yang telah terisi, apakah
isian kuesioner atau formulir dapat dibaca, apakah semua pertanyaan
telah dijawab, apakah ada ketidak serasian atau ketidak konsistenan
jawaban, apakah nomor sudah berurutan dan berbagai kesalahan-
kesalahan lainnya.
2. Memberi kode Akses(coding)
Data yang sudah di dapat jika perlu dilakukan pengkodean
(coding), yaitu kegiatan mengubah data berbentuk huruf menjadi data
berbentuk angka atau bilangan. Kegunaan pengkodean adalah
mempermudah pada saat analisis data dan juga mempercepat pada saat
memasukkan (entry) data ke komputer.
a. Coding pada variable perilaku adalah :
Baik : 1
Buruk : 0
50
b. Coding pada variable sikap adalah :
SS (Sangat Setuju) : 5
S (Setuju ) : 4
RR (Ragu Ragu) : 3
TS (Tidak Setuju) : 2
STS (Sangat Tidak Setuju) : 1
c. Coding pada variable tingkat pendidikan adalah :
Tidak tamat SD : 5
SD : 4
SMP : 3
SMA : 2
Perguruan Tinggi : 1
3. Memasukkan data (entry data)
Mentransfer atau memasukkan data ke program komputer agar data
dapat disajikan dan dianalisis dengan baik. Semua data yang akan di
proses kemudian direkam dan disimpan dalam media penyimpanan data
dengan menggunakan format atau perangkat lunak atau paket program
tertentu.
4. Skoring
Pemberian nilai berupa angka pada jawaban pertanyaan untuk
memperoleh data kuantitatif.Dalam penelitian ini urutan pemberian skor
berdasarkan tingkatan jawaban yang diterima dari responden.
51
Skoring dalam penelitian ini menggunakan skala likert, skala likert
adalah skala yang digunakan untuk mengukur presepsi, sikap atau
pendapat seseorang atau kelompok mengenai sebuah peristiwa atau
fenomena sosial, berdasarkan definisi operasional yang telah ditetapkan
oleh peneliti.
Responden diminta memberikan skor 5 untuk yang tertinggi dan
skor 1 untuk yang terendah atau sebaliknya.
Adapun prosedur dalam membuat skala likert :
Tabel Bobot Nilai
A 5
B 4
C 3
D 2
E 1
Tabel Presentase Nilai
Jawaban Keterangan
0% - 19,99% Sangat (Tidak Setuju, Buruk, atau Kurang Sekali)
20% - 39,99% Tidak Setuju atau Kurang Baik
40% - 59,99% Cukup atau Netral
60% - 79,99% Setuju, Baik atau Suka
80% - 100% Sangat ( Setuju, Baik, Suka)
5. Pembersihan data (cleaning data)
Data yang sudah dimasukkan kedalam komputer harus diperiksa
kembali dari kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi, sehingga data
yang masuk ke program komputer tersebut betul-betul sudah tidak
terdapat kesalahan lagi dan siap untuk dianalisis.
52
6. Tabulating
Merupakan pengorganisasian data sedemikian rupa agar dengan
mudah dapat dijumlah, disusun dan di data menggunakan table 2 x 2
untuk disajikan dan dianalisis (Budiarto Eko, 2010)
4.10 Uji Validitas dan Reliabilitas
Setelah semua data terkumpul maka langkah selanjutnya adalah
menganalisis data. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik
sebagai berikut :
4.10.1 Validitas dan Reliabilitas
Data penelitian yang sudah terkumpul yang berasal dari kuesioner yang
telah diisi oleh responden harus dilakukan uji validitas dan reliabilitas terlebih
dahulu. Alasannya agar data yang diperoleh tersebut benar-benar handal, sehingga
hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan.
1. Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-butir dalam
suatu daftar pertanyaan dalam mendefinisikan suatu variabel. Daftar pertanyaan
ini pada umumnya mendukung suatu kelompok variabel tertentu.Uji validitas
sebaiknya dilakukan pada setiap butir pertanyaan di uji validitasnya. Hasil r
hitung kita bandingkan r tabel dimana df=n-2 dengan sig 5%. Jika r table < r
hitung maka valid. Hasil r hitung dibandingkan dengan r tabel dimana df= n-2,
53
jadi df= 20-2 = 18, maka r tabel = 0,378. Pernyataan ini dikatakan valid jika r
hitung> rtabel. Dapat dilihat dari Corrected Item Total Correlation. Uji validitas
menggunakan teknik korelasi product moment. Adapun hasil dari uji validitas
kuesioner sebagai berikut :
Tabel 4.4 Hasil Uji Validitas Kuesioner SikapIbu Rumah Tangga.
No. rhitung rtabel Keterangan
1 0,514 0,378 Valid
2 0,484 0,378 Valid
3 0,468 0,378 Valid
4 0,443 0,378 Valid
5 0,443 0,378 Valid
6 0,507 0,378 Valid
7 0,514 0,378 Valid
8 0,398 0,378 Valid
9 0,557 0,378 Valid
10 0,484 0,378 Valid
Sumber : Data Primer 2018
Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa hasil uji validitas kuesioner
persepsi mutu pelayanan adalah valid, karena nilai rhitung>rtabel = 0,378
Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas Kuesioner Perilaku Pengelolaan Bank Sampah
No. rhitung rtabel Keterangan
1 0,395 0,378 Valid
2 0,415 0,378 Valid
3 0,585 0,378 Valid
4 0,704 0,378 Valid
5 0,593 0,378 Valid
6 0,751 0,378 Valid
7 0,521 0,378 Valid
8 0,480 0,378 Valid
9 0,754 0,378 Valid
10 0,530 0,378 Valid
Sumber : Data Primer 2018
54
Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa hasil uji validitas kuesioner
kepuasan pasien adalah valid, karena nilai rhitung>rtabel = 0,378.
2. Reliabilitas
Uji reliabilitas (keandalan) merupakan ukuran suatu kestabilan dan
kosistensi responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan kontruk-kontruk
pertanyaan yang merupakan dimensi suatu variabel dan disusun dalam suatu
bentuk kuesioner.
Uji reliabilitas dapat dilakukan secara bersama-sama terhadap seluruh butir
pertanyaan jika nilai alpha > 0,60 maka reliable.
Tabel 4.7 Hasil Uji Reliabilitas Persepsi Mutu Pelayanan dan Kepuasan
Pasien
No. Kuesioner rtabel rhitung Keterangan
1 Sikap Ibu Rumah Tangga 0,734 0,60 Reliable
2 Perilaku Ibu Rumah Tangga 0,840 0,60 Reliable
Sumber : Data Primer 2018
Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa uji reliabilitas kuesioner
persepsi mutu pelayanan dan kepuasan pasien adalah reliabel, karena Cronbach’s
Alpha> 0,60
4.11 Teknik Analisis Data
4.11.1 Analisis Univariat
Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan untuk menganalisis tiap
variabel dari hasil penelitian yang disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi
yang dinarasikan (Notoatmodjo, 2012). Dalam penelitian ini yang dilakukan
untuk analisis univariat adalah mendeskripsikan karakteristik setiap variabel
penelitian meliputi 1) identitas responden, 2) Nama, 3) Usia, 4) jenis kelamin, 5)
55
Pekerjaan, 6) pendidikan terakhir terhadap responden di Rumah Sakit Tk.IV
Madiun.
4.11.2 Analisis Bivariat
Analisis Bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga
berhubungan atau berkorelasi (Notoadmojo,2012).Untuk mengetahui apakah ada
hubungan persepsi mutu pelayanan denga kepuasan pasien diruang rawat inap
Rumah sakit Tk.IV Madiun, maka digunakan uji Chi Square.
Chi Square adalah statistik non parametrik.Hal ini disebabkan karena data
untuk pengujian chi-square adalah data kategorik/kualitatif (nominal, ordinal).Chi
square disini digunakan untuk mencari hubungan dan tidak dapat untuk melihat
seberapa besar hubungannya. Chi square digunakan untuk menguji perbandingan
(komparatif) variabel. Chi square biasanya menggunakan derajat kepercayaan
95% (α = 5%) (Sujarweni,2015).
a. Jika Sig > 0,05 maka Ho diterima, tidak ada hubungan persepsi mutu
pelayanan dan kepuasan pasien.
b. Jika Sig < 0,05 maka Ho ditolak, ada hubungan persepsi mutu pelayanan dan
kepuasan pasien.
Tabel 4.7 Keeratan Korelasi Nilai r Korelasi Keeratan
0,00-0,20 Sangat Lemah
0,21-0,40 Lemah
0,41-0,70 Kuat
0,71-0,90 Sangat Kuat
0,91-0,99 Kuat Sekali
1 Sempurna
56
4.12 Etika Penelitian
Etika penelitian membantu untuk merumuskan pedoman etis yang
lebih adekuat dan norma-norma baru yang dibutuhkan karena adanya
perubahan dinamis dalam kehidupan masyarakat. Etika penelitian menunjuk
pada prinsip – prinsip etis yang diterapkan dalam kegiatan penelitian.
Dalam melaksanakan seluruh kegiatan penelitian, peneliti harus memegang
teguh sikap ilmiah (scientific attitude) serta menggunakan prinsip – prinsip
etika penelitian yakni:
1. Menghormati harkat dan martabat manusia
Peneliti perlu mempertimbangkanhak – hak responden untuk
mendapatkan informasi yang terbuka berkaitan dengan jalannya
penelitian. Memiliki kebebasan menentukan pilihan dan bebas dari
paksaan untuk berpartisipasi dalam kegiatan penelitian. Oleh karena
itu, peneliti harus mempersiapkan formulir persetujuan responden
(informed consent).
2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subyek penelitian
Penelitian akan memberikan akibat terbukanya informasi
individu, termasuk informasi yang bersifat pribadi. Tidak semua orang
menginginkan informasinya diketahui oleh orang lain, sehingga peneliti
perlu memperhatikan privasi dan kebebasan individu tersebut.
Peneliti tidak boleh menampilkan informasi mengenai identitas
responden, baik nama maupun alamat dalam kuesioner/alat ukur.
57
Peneliti dapat menggunakan koding (inisial atau nomor identitas
responden).
3. Menghormati keadilan dan inklusivitas
Prinsip keadilan mempunyai makna keterbukaan dan adil.
Penelitian harus dilakukan secara jujur, hati – hati, profesional,
berperikemanusiaan, dan memperhatikan faktor-faktor ketepatan,
keseksamaan, kecermatan, intimitas, psikologis, serta perasaan religius
responden.
Prinsip keadilan menekankan sejauh mana kebijakan penelitian
membagikan keuntungan dan beban secara merata atau menurut
kebutuhan, kemampuan, kontribusi, dan pilihan bebas masyarakat.
Misalnya dalam prosedur penelitian, peneliti mempertimbangkan aspek
keadilan gender dan hak responden untuk mendapatkan perlakuan yang
sama, baik sebelum, selama, maupun sesudah berpartisipasi dalam
penelitian.
4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan
Peneliti harus melaksanakan penelitian sesuai dengan prosedur
penelitian agar hasilnya bermanfaat semaksimal mungkin bagi
responden dan dapat digeneralisasikan di tingkat populasi. Peneliti juga
harus meminimalisasi dampak yang merugikan responden.
Apabila intervensi penelitian berpotensi mengakibatkan cedera
atau stres tambahan, maka responden dikeluarkan dari kegiatan
58
penelitian untuk mencegah terjadinya cedera, kesakitan, stres, maupun
kematian.
59
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Umum
5.1.1 Kondisi Umum Kelurahan Winongo
Secara geografis letak Kelurahan Winongo berada di wilayah barat
Kota Madiun Jawa Timur. Wilayah Kelurahan Winongo didominasi oleh
penggunaan lahan pemukiman padat penduduk, dengan batas-batas wilayah
sebagai berikut :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Sogaten
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Manguharjo
c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Grobogan
d. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Madiun Lor
Secara administrative Kelurahan Winongo terdapat 11 Rw dan 36 Rt
dengan luas wilayah mencapai 2,00 km² dengan jumlah penduduk 7.609
jiwa yang terdiri dari 3.680 jiwa penduduk laki-laki dan 3.929 jiwa
penduduk perempuan.
Kelurahan Winongo memiliki Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
yang berarti di Kelurahan Winongo lah sampah yang dihasilkan oleh
masyarakat Kota Madiun ditampung di TPA Winongo.Selain memiliki TPA
Kelurahan Winongo juga memiliki Tempat Peenampungan Sementara (TPS)
dan juga Tempat Pengelolaan Sampah.
60
5.2 Hasil Penelitian
5.2.1 Karakteristik Data Umum
Sesuai dengan penelitian populasi yang telah dilakukan oleh peneliti,
maka peneliti memperoleh data dari responden berdasarkan usia, pendidikan
terkakhir dan pekerjaan. Sehingga dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
1. Karakteristik Umur Ibu Rumah Tangga di Rw 02 Kelurahan Winongo
Kota madiun
Berdasarkan hasil penelitian karakteristik responden berdasarkan umur
di Rw 02 Kelurahan Winongo Kota Madiun Tahun 2018 dapat dilihat pada
table di bawah ini :
Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Di Rw 02 Kelurahan
Winongo Kota Madiun Tahun 2018
No. Umur Jumlah (n) Persentase (%)
1. 17-25 15 19,5
2. 26-35 31 40,3
3. 36-45 6 7,8
4. 46-55 25 32,5
Total 77 100
Sumber: Data Primer 2018
Berdasarkan tabel 5.1 diatas dapat diketahui persentase pada kelompok
umur responden ibu rumah tangga Rw 02 Kelurahan Winongo Kota Madiun tahun
2018 dengan menggunakan SPSS 16.0, persentase tertinggi terdapat pada umur
26-35 tahun sebesar 40,3% dengan jumlah 31 responden. Selain itu untuk
61
persentase kelompok umur terendah terdapat pada umur 36-45 tahun sebesar 7,8%
dengan jumlah 6 responden
2. Karakteristik Tingkat Pendidikan Ibu Rumah Tangga di Rw 02 Kelurahan
Winongo Kota Madiun.
Berdasarkan hasil penelitian karakteristik responden berdasarkan pendidikan
terakhir di Rw 02 Kelurahan Winongo Kota Madiun Tahun 2018 dapat dilihat
pada table di bawah ini :
Tabel 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Di Rw 02
Kelurahan Winongo Kota Madiun Tahun 2018
No. Pendidikan Terakhir Jumlah
(n)
Persentase (%)
1. Tamat Pendidikan Dasar 45 58,4
2. Tamat Pendidikan Menengah
atau Pendidikan Atas
32 41,6
Total 77 100
Sumber: Data Primer 2018
Berdasarkan tabel 5.2 diatas dapat diketahui persentase pada kelompok
pendidikan terakhir responden ibu rumah tangga Rw 02 Kelurahan Winongo Kota
Madiun Tahun 2018 dengan menggunakan SPSS 16.0, persentase tertinggi
terdapat pada kelompok Pendidikan Dasar sebesar 58,4% dengan jumlah 45
responden. Selain itu untuk persentase kelompok pendidikan terendah terdapat
pada kelompok Pendidikan Dasar sebesar 41,6% dengan jumlah 32 responden.
62
3. Karakteristik Pekerjaan Ibu Rumah Tangga di Rw 02 Kelurahan Winongo Kota
Madiun
Berdasarkan hasil penelitian karakteristik responden berdasarkan pekerjaan di
Rw 02 Kelurahan Winongo Kota Madiun Tahun 2018
Tabel 5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Di Rw 02 Kelurahan
Winongo Kota Madiun Tahun 2018
No. Pekerjaan Jumlah (n) Persentase (%)
1. PNS 9 6,9
2. Pegawai Swasta 17 13,0
3. Tidak Bekerja/IRT 41 31,3
5. Pensiun 7 5,3
6. Petani 3 2,3
Total 77 100
Sumber: Data Primer 2018
Berdasarkan tabel 5.3 diatas dapat diketahui persentase pada kelompok
pekerjaan responden ibu rumah tangga Rw 02 Kelurahan Winongo Kota Madiun
Tahun 2018 dengan menggunakan SPSS 16.0, persentase tertinggi terdapat pada
kelompok tidak bekerja (IRT) sebesar 31,3% dengan jumlah 41 responden. Selain
itu untuk persentase kelompok pekerjaan terendah terdapat pada petani sebesar
2,3% dengan jumlah 3 responden.
63
5.2.2 Analisis Univariate Variabel Penelitian
1. Hasil Penilaian Sikap Ibu Rumah Tangga Tentang Pengelolaan Bank
Sampah
Dari hasil penelitian diperoleh data distribusi responden berdasarkan sikap
ibu rumah tangga didapat hasil sebagai berikut :
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Sikap Ibu Rumah Tangga Di RW 02 Kelurahan
Winongo Kota Madiun Tahun 2018
No. Sikap Ibu Rumah Tangga Jumlah (n) Persentase (%)
1. Positif 24 31,2
2. Negatif 53 68,8
Total 77 100
Sumber: Data Primer 2018
Berdasarkan tabel 5.4 diatas dapat diketahui ibu rumah tangga yang
menilai positif terhadap sikap sebanyak 31,2% dengan jumlah 24 responden.
Sedangkan ibu rumah tangga yang menilai negatif sebanyak 68,8% dengan
jumlah 53responden.
2. Hasil Penilaian Tingkat Pendidikan Ibu Rumah Tangga
Dari hasil penelitian diperoleh data distribusi responden berdasarkan
tingkat pendidikan ibu rumah tangga didapat hasil sebagai berikut :
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Ibu Rumah Tangga Di RW 02
Kelurahan Winongo Kota Madiun Tahun 2018
No. Tingkat Pendidikan Ibu
Rumah Tangga
Jumlah (n) Persentase (%)
1. Pendidikan dasar 45 58,4
2. Pendidikan menengah 32 41,6
Total 77 100
Sumber: Data Primer 2018
64
Berdasarkan tabel 5.5 diatas dapat diketahui ibu rumah tangga
denganTingkat Pendidikan Dasar sebanyak 58,4% dengan jumlah 45 responden.
Sedangkan ibu rumah tangga dengan Tingkat Pendidikan Menengah sebanyak
41,6% dengan jumlah 32 responden.
3. Hasil Penilaian Perilaku Ibu Rumah Tangga Tentang Pengelolaan Bank
Sampah
Dari hasil penelitian diperoleh dari data distribusi responden berdasarkan
perilaku ibu rumah tangga didapat hasil sebagai berikut :
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Perilaku Pengelolaan Bank Sampah Di Rw 02
Kelurahan Winongo Kota Madiun Tahun 2018
No. Perilaku Pengelolaan Bank
Sampah
Jumlah (n) Persentase (%)
1. Baik 37 48,1
2. Buruk 40 51,9
Total 77 100
Sumber: Data Primer 2018
Berdasarkan tabel 5.6 diatas dapat diketahui ibu rumah tangga yang
menilai baik sebanyak 48,1% dengan jumlah 37 responden. Sedangkan ibu rumah
tangga yang menilai buruk sebanyak 51,9% dengan jumlah 40 responden.
5.2.3Analisis Bivariat Variabel Penelitian
Pada analisis bivariat, variable independen (faktor sikap dan tingkat
pendidikan) dihubungkan dengan variable dependen (oerilaku pengelolaan Bank
Sampah).Penelitian ini menggunakan uji statistik dengan uji chi square dengan α=
0,05 dan diolah dengan aplikasi SPSS 16.0 for windows.
65
1. Hubungan Antara Sikap Dengan Perilaku Pengelolaan Bank Sampah.
Dari penelitian yang dilakukan didapatkan hasil dari tabulasi silang tentang
pengaruh antara sikap dengan perilaku pengelolaan bank sampah, sebagai berikut
Tabel 5.7 Tabulasi Silang Sikap dengan Perilaku Pengelolaan Bank Sampah di Rw
02 Kelurahan Winongo Kota Madiun.
Sumber: Data Primer, 2018
Berdasarkan tabel 5.7 diatas, dapat diketahui bahwa perilaku pengelolaan bank
sampah pada ibu rumah tangga yang buruk lebih banyak pada sikap negatif
sebanyak 35 orang (66,0%) dibanding dengan perilaku pengelolaan bank samapah
yang memiliki sikap positif sebanyak 6 orang (25,0%). Hasil analisis uji Chi-
Square hubungan antara sikap dengan perilaku pengelolaan sampah menunjukkan
bahwa nilai signifikansi yaitu 0,02 kurang dari dari α = 0,05. Maka, dapat diambil
kesimpulan bahwa secara uji statistik ada hubungan antara antara sikap ibu rumah
tangga dengan perilaku pengelolaan bank sampah.
2. Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Perilaku Pengelolaan Bank
Sampah
Dari penelitian yang dilakukan didapatkan hasil dari tabulasi silang tentang
hubungan antara tingkat pendidikandengan perilaku pengelolaan bank sampah,
sebagai berikut :
Sikap
Perilaku Pengelolaan Bank Sampah
P-value RP
95% CI Buruk Baik Total
F % F % F %
Negatif 35 66,0 18 34,0 53 100,0
0,002
2,642
(1,287–
5,423) Positif 6 25,0 18 75,,0 24 100,0
66
Tabel 5.8 Tabulasi Silang Tingkat PendidikanDengan Perilaku Pengelolaan Bank
Sampah di Rw 02 Kelurahan Winongo Kota Madiun
Sumber: Data Primer, 2018
Berdasarkan tabel 5.11 di atas, diketahui bahwa perilaku pengelolaan bank
sampah yang buruk lebih banyak pada berpendidikan dasar yaitu sebanyak 27
orang (60,0%) dibandingkan perilaku pengelolaan bank sampah dengan yang
berpendidikan menengah yaitu sebanyak 14 orang (43,8%). Hasil analisis uji Chi-
Square hubungan antara tingkat pendidikan dengan perilaku pengelolaan bank
sampah menunjukkan bahwa nilai signifikansi yaitu 0,403 lebih dari α = 0,05.
Maka, dapat diambil kesimpulan bahwa secara uji statistik tidak ada hubungan
antara antara pendidikan dengan perilaku pengelolaan bank sampah.
5.3 Pembahasan
5.3.1 Nilai Sikap Ibu Rumah Tangga tentang Pengelolaan Sampah
Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat sikap ibu rumah tangga Rw 02
Kelurahan Winongo Kota Madiun yang menyatakan negatif terhadap pengelolaan
bank sampah sebanyak 68,8% dengan responden 53 orang.
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup terhadap suatu
stimulus atau objek.Reaksi sikap terhadap pengelolaan sampah, baik perasaan
yang mendudkung atau tidak mendukung tentang sampah yang terwujud dalam
Tingkat
Pendidikan
Perilaku Pengelolaan Bank Sampah
P-value RP
95% CI Buruk Baik Total
F % F % F %
Pendidikan
Dasar 27 60.0 18 40.0 45 100,0
0,239
1,371
(0,866–
2,172) Pendidikan
Menengah 14 43.8 18 56.2 32 100,0
67
perilaku kesehatan yang terjadi dilam individu masing- masing masyarakat
tentang pengelolaan sampah. Roberts (2014)
Dari 77 responden yang meiliki sikap negative dari indikator pertanyaan
yang menyatakan sikap tidak setuju yaitu ibu rumah tangga harus melakukan
pengelolaan sampah setiap harinya, ibu rumah tangga kurang setuju bila
menyediakan kantong-kantong plastic sendiri untuk memisahkan sampah, dan
diadakan pengelolaan sampah secara berkelompok. Untuk responden yang
memiliki sikap positif dari indikator pertanyaan yang menyatakan sikap setuju
yaitu setiap ibu rumah tangga harus membuang sampah sesuai dengan jenis
sampah, dalam mengelola sampah harus memilah sampah plastic dan sampah
sayuran.
Penelitian ini sejalan dengan Khairunisa (2011) yang menyatakan bahwa
ada hubungan sikap dengan perilaku ibu rumah tangga dalam pengelolaan sampah
domestic di Lingkungan I Kelurahan Pulo Brayan jika ibu rumah tangga sebagai
responden telah paham mengenai pengelolaan sampah, maka hal tersebut otomatis
menjadi kebutuhan, karena pada dasarnya melakukan pengelolaan sampah
termasuk dalam hal yang positif, seperti kesehatan, ekonomi dan sosial.
Sikap responden yang baik dalam pengelolaan sampah tidak menjamin
perilaku pengelolaan sampahnya baik, hal ini dikarenakan responden tidak mau
kerepotan dengan masalah sampah, sehingga mereka hanya membuang sampah
tetapi hanya membuang di tempat sampah. Mayarakat hanya perlu lebih
meningkatkan kepedulian mengenai masalah sampah yang dhasilkan oleh tiap-
tiap rumah tangga khususnya terhadap pemilahan bank sampah, pengelolaan
68
sampah, dan mengetahui bagaimana caranya mendaur ulang sampah agar tidak
mencemari lingkungan.
5.3.2 Nilai Tingkat Pendidikan Pendidikan Ibu Rumah Tangga tentang
Pengelolaan Bank Sampah
Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkatpendidikan formal masyarakat
Rw 02 Kelurahan Winongo Kota madiun tergolong dasar yaitu sebagian besar
tingkat pendidikan responden taman pendidikan dasar sebanyak 58,4% dengan
responden 45 orang, sedangkangkan tamat pendidikan menengah sebanyak 41,6%
dengan responden 32 orang.
Meskipun tingkat pendidikan ibu rumah tangga Rw 02 Kelurahan Winongo
Kota Madiun tergolong menengah ke bawah, namun perilaku pengelolaan
samapah termasuk dalam kriteria kurang yaitu 51,9%. Dari pertanyaan angket,
sebagian besar ibu rumah tangga masih membuang sampah di sungai.
Hal ini sesuai dengan penelitian Matsumoto (2011) yang menemukan fakta
bahwa masyarakat yang memiliki pendidikan yang baik terlibat secara aktif dalam
pengelolaan sampah sampah rumah tangga dibanding dengan masyarakat yang
tingkat pendidikan rendah.
Tingkat pendidikan searah dengan perilaku, namun tidak berhubungan dengan
perilaku pengelolaan bank sampah. Hal ini diduga terjadi karena perilaku pada ibu
rumah tangga berpendidikan dasar bukan merupakan perilaku yang dilakukan
berdasasrkan kesadaran dari pengetahuan atau pengalaman pendidikan tetapi lebih
kepada faktor ajakan dari pengetahuan untuk bergabung dan menghadiri rapat.
69
5.3.3 Nilai Perilaku Pengelolaan Bank Sampah
Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar ibu rumah tangga Rw
02 Kelurahan Winongo Kota Madiun yang berperilaku buruk dalam melakukan
pengelolaan bank sampah sampah sebanyak 51,9% dengan jumlah responden 40
orang.
Pengalaman membuktikan bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan
lebih langgeng dari pada yang tidak didasari pengetahuan.Perilaku yang baik juga
menunjukan kesadaran ibu rumah tangga dalammengelola lingkungan sehingga
tidak menggangu kesehatan diri, keluarga dan masyarakat. Notoadmodjo (2010)
Dari 77 responden yang meiliki sikap buruk dari indikator pertanyaan
yang menyatakan perilaku buruk yaitu masih ada ibu rumah tangga yang
membuang sampah di sungai, ibu rumah tangga belum melakukan kompos
mandiri, dan ubu rumah tangga tidak memanfaatkan kembali atau mendaur ulang
samaph yang masih bisa dimanfaatkan. Untuk responden yang memiliki sikap
baik dari indikator pertanyaan yang menyatakan sikap baik yaitu setiap ibu rumah
tangga sudah menyiapkan tempat sampah dirumah, ibu rumah tangga membawa
kantong sendiri saat berbelanja, dan ibu rumah tangga mengumpulkan bekas
produk sampah yang masih bernilai harganya
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Mulyadi A, dkk (2010) yang
mengatakan bahwa perilaku masyarakat dalam mengelola sampah yang buruk
juga ditemukan di Kota Tembilah.Mereka Masih banyak yang belum
memanfaatkan tempat pembuangan sampah, bahkan masih banyak warga yang
membuang sampah ke sungai.
70
Perilaku yang kurang baik dalam mengelola sampah plastic tersebut terjadi
karena rendahnya kesadaran mengelola sampah plastik yang semakin hari
semakin banyak digunakan.Selain itu, tempat sampah untuk pemilahan jenis
sampah plastic tidak tersedia di setiap rumah karena kebiasaan membakar sampah
plastic di sekitar rumah.Ketersediaan fasilitas tempat sampah merupakan langkah
awal untuk pemilahan sampah plastic berhubungan dengan praktik perilaku hidup
sehat.
Responden yang berperilaku baik berusaha mengaplikasikan sikap yang
mereka terapkan dalam kehidupan sehari-hari.Perilaku manusia merupakan hasil
dari berbagai pengalaman interaksi manusia dengan lingkungan yang terwujud
dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan. Wibowo (2009)
5.3.4 Hubungan Sikap Ibu Rumah Tangga dengan Perilaku Pengelolaan
Bank Sampah
Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar ibu rumah tangga
perilaku buruk dengan sikap negatif (66,00%) sedangkan responden yang
mempunyai perilaku baik dengan sikap positif (34,00%). Dari hasil penelitian
juga terlihat bahwa peresentase responden mempunyai perilaku baik dengan sikap
positif dalam pengelolaan bank sampah lebih banyak (75,00%) dibandingkan
responden perilaku buruk sikap positif (25,0%),
Berdasarkan perhitungan Chi-square ada hubungan antara sikap
responden dengan perilaku pengelolaan bank sampah dengan nilai p value 0,02
dengan nilai RP sebesar 2,642yang berarti sikap yang negatif memiliki nilai
sebesar 2,642 untuk perilaku buruk dalam berpartisipasi mengelola bank sampah.
71
Hasil penelitian ini sejalan dengan A. Ismawatu (2013) yang meneliti
tentang gambaran pasrtisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah pada bank
samaph UKM mandiri dengan hasil presentase dari 119 responden yang
merupakan nasabah Bank Sampah hanya 71 responden (36,7%) dengan kategori
sikap buruk dan 48 responden (24,7%) hanya bersikap cukup.
Upaya pengelolaan sampah yang dapat mempengaruhi sikap
masyarakat dalam melakukan pembuangan dan pengelolaan sampah diharapkan
adanya pengawasan maupun peneguran jika terjadi sikap yang salah dan adanya
seseorang yang ditunjuk untuk melakukan pengecekan agar tidak terjadi
penumpukan sampah. Sikap akan berdampah terhadap perilaku masyarakat,
dengan sikap yang baik diharapkan akan menimbulkan perilaku yang baik
walaupun tidak selalu. Sudiharti.(2012)
Sikap Masyarakat Rw 02 Kelurahan Winongo sebenarnya sudah baik dari segi
pengelolaan sampah dan perilaku pengelolaan sampah diperkiraakan karena
masyarakat sudah merasakan sendiri manfaat pengelolaan sampah seperti dari
segi ekonomi dan pengendalian pencemaran lingkungan, akan tetapi di Rw 02
Kelurahan Winongo kurangnya kader penanggung jawab untuk menggerakkan
masyarakat untuk aktif kembali dalam pengelolaan bank sampah sehingga
masyarakat bisa mulai aktif kembali dan tergerak dalam pengelolaan bank.
Faktor yang mempengaruhi sikap terhadap objek sikap yaitu pengalaman
pribadi yang meninggalkan kesan yang kuat dan pengaruh orang lain yang
dianggap penting. Wawan, dkk (2010)
72
Sikap juga dipengaruhi oleh pengetahuan, pengetahuan yang baik
tentang pengelolaan sampah juga menjadi dasar dalam sikap yang baik dalam
dalam pengelolaan sampah, yang berarti pengetahuan berpikir memegang peranan
penting dalam pembentukan sikap. Aryenti (2011)
Sikap responden yang baik dalam pengelolaan sampah tidak menjamin
perilaku pengelolaan sampahnya baik, hal ini dikarenakan responden tidak mau
kerepotan dengan masalah sampah, sehingga mereka hanya membuang sampah
tetapi hanya membuang di tempat sampah.Hal tersebut sesuai dengan penelitian
sebelumnya yang menyatakan terdapat hubungan antara sikap dan perilaku
pengelolaan sampah. Mulasari (2012)
5.3.5 Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Perilaku Pengelolaan Bank
Sampah
Hasil Penelitian Menunjukan bahwa sebagaian besar ibu rumah tangga
perilaku buruk dengan tingkat pendidikan dasar sebanyak 27 responden
(60,0%) sedangkan responden perilaku baik dengan tingkat pendidikan dasar
sebanyak 18 responden (40,0%). Dari hasil penelitian juga terlihat bahwa
perilaku buruk dengan tingkat pendidikan menengah sebanyak 14 responden
(43,8%) dan perilaku baik dengan tingkat pendidikan menengah sebanyak 18
responden (56,2%).Ibu rumah tangga diRw 02 Kelurahan Winongo Kota
Madiun lebih banyak memiliki tingkat pendidikan yang rendah.
Berdasarkan perhitungan Chi-square tidak ada hubungan antara tingkat
pendidikan ibu rumah tangga dengan perilaku pengelolaan bank sampah dengan
nilai p value 0,293 dengan nilai RP sebesar 1,371 yang berarti dapat dikatakan
73
bahwa tidak ada hubungan antara tigkat pendidikan dengan perilaku pengelolaan
bank sampah.
Pendidikan adalah suatu proses dengan metode-metode tertentu, sehingga
seseorang memperoleh pengetahuan, pemahaman, pengalaman dan cara
bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan. Gurdjita (2012)
Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Novita Sari (2017) yang meneliti
tentang pengetahuan, sikap, dan pendidikan dengan perilaku pengelolaan sampah
di kelurahan bener kecamatan tegalrejo yogyakarta yang responden memiliki
pendidikan tinggi sebanyak 54 responden (66,7%) dan yang memiliki pendidikan
rendah sebanyak 27 responden (33,3%) p value 0,355 > α 0,05 sedangkan nilai
RP 1,219 yang berarti pendidikan tidak bermakna secara statistik.
Pendidikan merupakan upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan merubah
sikap, sehingga responden yang memiliki pendidikan tinggi memiliki perilaku
yang baik dalam pengelolaan sampah. Tetapi pendidikan yang tinggi tidak
menjamin perilaku pengelolaan sampahnya baik, hal ini diperkirakan karena
adanya kesadaran akan pengelolaan sampah, malas dan tidak mau kerepotan
dengan permasalahan sampah. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang
menyatakan tidak ada hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan
perilaku pengelolaan bank sampah. Mifbakhuddin, dkk (2010)
Pada umumnya tingkat pendidikan dan pengetahuan akan mempengaruhi
sikap dan perilaku, karena tingkat pendidikan yang rendah dan pengetahuan yang
kurang akan meningkatkan sikap dan perilaku yang tidak sehat. Keberhasilan
pendidikan adalah peningkatan pengetahuan, sehingga dengan pendidikan yang
74
tinggi diharapkan pengetahuan tentang pengelolaan bank sampah akan
meningkat yang akan merubah sikap dan perilaku positif terhadap pengelolaan
sampah. Adanya tindakan yang baik dalam pengelolaan bank sampah maka ibu
rumah tangga dapat meminimalkan jumlah sampah dan dapat memusnahkan
sampah oleh masing-masing ibu rumah tangga sehingga dapat terhindar dari
berbagai penyakit yang dapat disebabkan oleh sampah dan lingkungan rumah
akan bersih dan nyaman.
Dengan pendidikan juga diharapkan masyarakat sadar akan permasalahan
sampah sehingga mau ikut berpartisipasi dalam pengelolaan sampah, hal ini
sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan kebodohan merupakan
salah satu faktor yang menimbulkan masalah sampah, jalan yang ditempuh
dalam upaya meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mengolah hasil sampah
yang diproduksi adalah dengan pendidikan. Riswan, dkk (2011).
5.4 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang mungkin dapat
mempengaruhi hasil penelitian, yaitu sebagai berikut :
1. Kuesioner yang digunakan oleh penelitian ini dibuat oleh peneliti
berdasarkan teori tentang sikap, tingkat pendidikan mengenai perilaku
pengelolaan bank sampah, karena belum ada kuesioner yang baku
mengenai hal tersebut. Oleh karena itu peneliti melakukan uji validitas dan
reliabilitas kuesioner untuk membuktikan ketepatan dan kelayakan
75
kuesioner yang akan digunakan untuk mengukurvariabel yang akan
diteliti.
2. Sebagian dari responden yang akan diteliti lebih memilih melakukan
bersama-sama dengan ibu-ibu dan menunggu penjual sayur daripada
datang kerumah. Sehingga peneliti kesulitan untuk melakukan
komunikasi.
76
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Pada bab ini akan dibahas kesimpulan dan saran dari hasil penelitian tentang
hubungan antara sikap dan tingkat pendidikan ibu rumah tangga dengan perilaku
pengelolaan bank sampah di Rw 02 Kelurahan Winongo Kota Madiun, sebagai
berikut :
1. Sebagian besar ibu rumah tangga Rw 02 Kelurahan Winongo Kota Madiun
yang menyatakan negatif terhadap pengelolaan bank sampah sebanyak 68,8%
responden.
2. Sebagian besar ibu rumah tangga Rw 02 Kelurahan Winongo Kota madiun
yang memiliki tingkat pendidikan dasar 58,4% responden, sedangkan ibu
rumah tangga yang memiliki tingkat pendidikan menengah sebanyak 41,6%.
3. Sebagian besar ibu rumah tangga Rw 02 Kelurahan Winongo Kota Madiun
yang berperilaku buruk dalam melakukan pengelolaan bank sampah sampah
sebanyak 51,9%.
4. Ada hubungan antara sikap dengan perilaku pengelolaan bank sampah di Rw
02 Kelurahan Winongo Kota Madiun dengan hasil p value = 0,02, RP (95%
CI) =2,642(1,287– 5,423).
5. Tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan perilaku pengelolaan
bank sampah di Rw 02 Kelurahan Winongo Kota Madiun dengan hasil p =
0,239, RP (95% CI) =1,371(0,866–2,172).
77
6.2 Saran
1. Bagi Masyarakat Rw 02 Kelurahan Winongo
Diperlukan suatu upaya sosialisasi dan pelatihan masyarakat dengan
lebih mengutamakan peran ibu yang memiliki pngetahuan kurang dalam
pengelolaan bank sampah serta memberi pemahaman mengenai sikap
ibu dalam pengelolaan sampah rumah tangga, dengan melakukan
penyuluhan serta demo tentang pengelolaan sampah rumah tangga yang
baik, pemilihan sampah yang benar serta pemanfaatan sampah yang tidak
berguna menjadi lebih bernilai ekonomis.
2. Bagi Rt dan Rw
Kepada aktor penggerak bank sampah hendaknya terus mengajak
dan mengingatkan masyarakat untuk lebih peduli dengan persoalan
sampah sehingga keseluruhan masyarakat dapt ikut andil dalam membantu
pemerintah untuk mengatasi permasalahn sampah yang terdapat di Kota
Madiun. Terus menjaga keterbukaan antara bank sampah dengan para
anggota sehingga kepercayaan dari masyarakat tetap stabil dan akan lebih
banyak lagi masyarakat yang turut serat menabung bank sampah pada
bank sampah.’
3. Bagi STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
Informasi dari penelitian ini diharapkan mendorong pihak institusi
untuk dapat berperan dalam melakukan penyuluhan kepada masyarakat
tentang pengelolaan bank sampah.
78
4. Bagi Penelitian Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya, peneliti sarankan untuk melakukan
penelitian lanjutan tentang hal-hal yang berhubungan dengan faktor yang
mempengaruhi pengelolaan sampah seperti pekerjaan, pendapatn, inovasi
dan permasalahan sampah sehingga mau ikut berpartisipasi dalam
pengelolaan sampah.
79
DAFTAR PUSTAKA
Alfiandra.2009.Kajian Partisipasi Masyarakat yang Melakukan Pengelolaan
Persampahan 3R di Kelurahan Ngaliyan,Kalipancur,Kota Semarang tesis.
Semarang (ID):Universitas Diponegoro
Aminudin,M.2016.Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap dengan Perilaku
Konsumsi Jajan Sehat di MI Sulaimaniyah Mojoagung Jombang. Tesis
UNAIR,2016
Aryenti, 2011, Peningkatan Peranserta Masyarakat melalui Gerakan Menabung
Bank Sampah Di Kelurahan Babakan Surabaya, Kiaraconcong Bandung,
Jurnal Pemukiman, 6(1), hal.40-46
Basriyanta.2012.Memanen Sampah,Penerbit Kansius ogyakarta, Cetakan Pertama.
BPS Kota Madiun.2014. Kecamatan Manguharjo dalam Angka Tahun
2014.(madiunkota.bps.go.id)
Elsye,D.2013.Analisis Program Bank Sampah.Jakarta(ID):Universitas BINUS
Fitria,Ayu.2011.Perilku Ibu Rumah Tangga dalam Pengelolaan Sampah di Desa
Bluru Kidul RW 11 Kecamatan Sidoarjo.Skripsi UI
Furnanda,Riska.2012.Partisipasi Ibu Rumah Tangga Dalam Mewujudkan
Program Medan Green n Clean (MdGC)Melalui Pengelolaan Bank
Sampah di Lingkungan II Kelurahan Tanjung Gusta Kecamatan Medan
elvetia Kota Medan.Skripsi.Fakultas Kesehatan Masyarakat.Universitas
Sumut
Gurdjita.2012.Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Formal Dan Sikap warga
Dengan Perilakunya Dalam Pemeliharaan Kebersihan Lingkungan.Jurnal
Pendidikan & Ilmu Pengetahuan.4 (2), hal. 53-57
Hisham.2012.Gamparan Perilaku Siswa tentang Pengelolaan Sampah di SMA
Negri 1 Tamalenta Kab Jeneponto.Skripsi,Makasar.UIN Alauddin
Ismawatu,A.2013.Gambaran Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah
pada Bank Sampah UKM Mandiri di RW 02 Kelurahan Tamamaung Kota
Makasar.Skripsi UIN Alauddin Makasar
80
Kamal,Fitrul.2009.Hubungan antara Tingkat Pengetahuan dan Sikap Ibu Rumah
Tangga tentang Pengelolaan Sampoah dengan Perilaku Pembuangan
Sampah Pada Masyarakat sekitar Sungai Beringin di RW 07 Kelurahan
Wonoasri Kecamatan galiyan Kota Semarang tahun 2009
Martinawati, Zahri Imron,dkk.2016.Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan
Sampah Rumah Tangga.Jurnal Pengelolaan Lingkungan.Vol 2,no 18
Januari 2016
Mifbakhuddin, Salawati, dkk.2010.Gambaran Pengelolaan Sampah Rumah
Tangga Aspek Pendidikan, Pengetahuan, dan Pendapatan Perkapita Rt 6
Rw 1 kelurahan Pendurungan Tengah Semarang, Jurnal Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Semarang Vol. 6,No
1. Hal 1-16.2010.
Mikkelsen,B.2011.Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya
Pemberdayaan.Jakarta:Yayasan Pustaka Obor Indonesia
Mulasari, A.S.,2012,Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Terhadap
Perilaku Masyarakat Dalam Mengolah Bank Sampah Di Dusun
Padukuhan Desa Sidokarto Kecamatan Godean Kabupaten Sleman
Yogyakarta, Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol. 6, No 3.204-211
Mulyadi, dkk.2010.Perilaku Masyarakat Dan Peran Sera Pemerinta Daerah
Dalam Pengelolaan Sampah Di Kota Tembilah. Ilmu LIngkungan. Jurnal
environmental Science. 2 (3): 147-62
Penny L,Bijaksana U,dkk.2012.Kajian Perilaku Masyarakat Membuyang Sampah
di Bantaran Sungai Martapura terhadap Lingkungan Perairan.Jurnal
Environcientae.Vol 8,no 02 Halaman 117-126
Pramestyawati.2013.Potensi Reduksi Sampah terhadap Penurunan Timbulan Gas
Rumah Kaca di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)Kota Madiun.Paper
ITS,2013.
Riswan, dkk., 2011, Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kecamatan Daha
Selatan, Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol.9, No 1, 31-39
Selin,E.2013.Solid Waste Management and Health Effects-A qualitative Study on
Awareness of Risk and Environmentally Significant Behaviour in
Mutomo,Kenya.UMEA Universitet.
81
Sudiharti,S,2012, Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Dengan Perilaku Perawat
Dalam Pembuanagan sampah Medis Di Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Yogyakarta, Jurnal Kesehatan Masyarakat, 6 (1), hal. 49-
59.
Wawan, dkk., 2010, Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap & Perilaku
Manusia, 16-18, Nuha Medika, Yogyakarta
Wibowo I. Pola Perilaku Kebersihan: studi psikologi lingkungan tentang
penanggulangan samapah perkotaan. MAKARA Sosial Humaniora, 2009;
13 (1): 37-47.
82
Lampiran 1
KUESIONER PENELITIAN
“HUBUNGAN ANTARA PERILAKU, SIKAP, DAN TINGKAT
PENDIDIKAN IBU RUMAH TANGGA DENGAN PARTISIPASI
PENGELOLAAN BANK SAMPAH DI KELURAHAN WINONGO KOTA
MADIUN TAHUN 2018”
Nomor Responden :
Tanggal Penelitian :
I. Data Responden
Nama :
JenisKelamin : ( ) Wanita
Usia (tahun) :
Jumlah anggota keluarga :
Tingkat Pendidikan : ( ) Tidak TamatSD
( ) Tamat SD
( ) Tamat SMP
( ) Tamat SMA
( ) Tamat Perguruan Tinggi(D1-S3)
Pekerjaan : ( ) Tidak Bekerja / Ibu Rumah Tangga
( ) Pensiun
( ) Petani / Buruh
( ) Lainnya ……….
( ) Karyawan Swasta
( ) ASN / TNI / Polri
83
II. Perilaku dalam Mengelola Sampah
Diberikan tanda ceklis (√) dikolom yang dianggap benar jawabannya.
Keterangan :
B : Baik
B : Buruk
No Pertanyaan B B
1 Ibu membuang sampah di sungai
2 Ibu membuang sampah di jalan
3 Ibu memusnahkan sampah dengan cara dibakar
4 Ibu menyediakan tempat sampah dirumah
5 Ibu memisahkan tempat sampah khusus untuk
samapah organik (sisa makanan, sayur, daun dan
buah) dan sampah anorganik (sampah kertas,
plastic, dan kaca)
6 Ibu sudah melaksanakan pengolahan kompos
mandiri dari sisa makanan, daun, sayur, dan buah
7 Ibu langsung membuang produk seperti botol
plastik, kantong plastik, kertas, kaleng, dan kaca
8 Ibu membawa kantong sendiri saat berbelanja di
pasar tradisional dan supermarket untuk
mengurangi pemakaian kantong plastik
9 Ibu memanfaatkan kembali atau mendaur ulang
kembali bekas produk seperti botol plastik, kantong
plastik, kertas, kaleng dan kaca
10 Ibu mengumpulkan bekas produk seperti botol
plastik, kantong plastik, kertas, kaleng dan kaca
84
III. SIKAP
PetunjukPengisian
Beritanda (√) padajawaban yang andaanggapbenar.
Keterangan :
SS : SangatSetuju
S : Setuju
RR : Ragu Ragu
TS : TidakSetuju
STS : SangatTidakSetuju
No Pertanyaan SS S RR TS STS
1 Setiap ibu rumah tangga harus
melakukan pengelolaan sampah setiap
harinya.
2 Setiap ibu rumah tangga harus
membuang sampah sesuai dengan jenis
sampah.
3 Mengelola sampah perlu dilakukan
untuk menjaga kesehatan.
4 Untuk mencegah bau tidak sedap,
sebaiknya sampah yang mudah
membusuk dibuang k etong sampah
terlebih dahulu.
5 Setiap ibu rumah tangga harus
menyediakan kantong-kantong plastik
sendiri untuk memisahkan sampah.
6 Dalam mengelola sampah harus
memisahkan antara sampah plastik dan
sampah sayuran.
7 Untuk mengelola sampah di RW anda,
apakah pendapat anda bila diadakan
pengelolaan secara berkelompok
8 Ibu perlu memisahkan sampah yang
mudah membusuk dan sampah yang
tidak mudah membusuk
9 Dalam mengelola sampah harus
memisahkan sampah plastik
10 Dalam mengelola sampah harus
memisahkan sampah sayuran.
85
FREQUENCIES VARIABLES=SIKAP TINGKAT_PENDIDIKAN PERILAKU
/ORDER=ANALYSIS.
Frequencies
Notes
Output Created 30-Oct-2007 23:45:34
Comments
Input Data G:\SPSS BARUUUUU\INPUT BARUU 1YA.sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File
77
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as missing.
Cases Used Statistics are based on all cases with valid data.
Syntax FREQUENCIES VARIABLES=SIKAP TINGKAT_PENDIDIKAN PERILAKU
/ORDER=ANALYSIS.
Resources Processor Time 00:00:00.000
Elapsed Time 00:00:00.000
86
[DataSet1] G:\SPSS BARUUUUU\INPUT BARUU 1YA.sav
Statistics
SIKAP
TINGKAT_PENDIDIKAN PERILAKU
N Valid 77 77 77
Missing 0 0 0
Frequency Table
SIKAP
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid NEGATIF 53 68.8 68.8 68.8
POSITIF 24 31.2 31.2 100.0
Total 77 100.0 100.0
TINGKAT_PENDIDIKAN
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid DASAR 45 58.4 58.4 58.4
MENENGAH 32 41.6 41.6 100.0
Total 77 100.0 100.0
87
PERILAKU
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid BURUK 40 51.9 51.9 51.9
BAIK 37 48.1 48.1 100.0
Total 77 100.0 100.0
CROSSTABS
/TABLES=SIKAP BY PERILAKU
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CHISQ CC RISK
/CELLS=COUNT EXPECTED ROW
/COUNT ROUND CELL.
Crosstabs
Notes
Output Created 30-Oct-2007 23:45:57
Comments
Input Data G:\SPSS BARUUUUU\INPUT BARUU 1YA.sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
88
N of Rows in Working Data File
77
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as missing.
Cases Used Statistics for each table are based on all the cases with valid data in the specified range(s) for all variables in each table.
Syntax CROSSTABS
/TABLES=SIKAP BY PERILAKU
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CHISQ CC RISK
/CELLS=COUNT EXPECTED ROW
/COUNT ROUND CELL.
Resources Processor Time 00:00:00.032
Elapsed Time 00:00:00.014
Dimensions Requested 2
Cells Available 174762
[DataSet1] G:\SPSS BARUUUUU\INPUT BARUU 1YA.sav
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
SIKAP * PERILAKU 77 100.0% 0 .0% 77 100.0%
89
SIKAP * PERILAKU Crosstabulation
PERILAKU
Total BURUK BAIK
SIKAP NEGATIF Count 35 18 53
Expected Count 28.2 24.8 53.0
% within SIKAP 66.0% 34.0% 100.0%
POSITIF Count 6 18 24
Expected Count 12.8 11.2 24.0
% within SIKAP 25.0% 75.0% 100.0%
Total Count 41 36 77
Expected Count 41.0 36.0 77.0
% within SIKAP 53.2% 46.8% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 11.175a 1 .001
Continuity Correctionb 9.588 1 .002
Likelihood Ratio 11.504 1 .001
Fisher's Exact Test .001 .001
Linear-by-Linear Association 11.030 1 .001
N of Valid Casesb 77
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.22.
b. Computed only for a 2x2 table
90
Symmetric Measures
Value Approx. Sig.
Nominal by Nominal Contingency Coefficient .356 .001
N of Valid Cases 77
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for SIKAP (NEGATIF / POSITIF)
5.833 1.971 17.260
For cohort PERILAKU = BURUK
2.642 1.287 5.423
For cohort PERILAKU = BAIK
.453 .291 .704
N of Valid Cases 77
CROSSTABS
/TABLES=TINGKAT_PENDIDIKAN BY PERILAKU
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CHISQ CC RISK
/CELLS=COUNT EXPECTED ROW
/COUNT ROUND CELL.
91
Crosstabs
Notes
Output Created 30-Oct-2007 23:46:53
Comments
Input Data G:\SPSS BARUUUUU\INPUT BARUU 1YA.sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File
77
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as missing.
Cases Used Statistics for each table are based on all the cases with valid data in the specified range(s) for all variables in each table.
Syntax CROSSTABS
/TABLES=TINGKAT_PENDIDIKAN BY PERILAKU
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CHISQ CC RISK
/CELLS=COUNT EXPECTED ROW
/COUNT ROUND CELL.
Resources Processor Time 00:00:00.094
Elapsed Time 00:00:00.079
Dimensions Requested 2
Cells Available 174762
92
[DataSet1] G:\SPSS BARUUUUU\INPUT BARUU 1YA.sav
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
TINGKAT_PENDIDIKAN * PERILAKU
77 100.0% 0 .0% 77 100.0%
TINGKAT_PENDIDIKAN * PERILAKU Crosstabulation
PERILAKU
Total BURUK BAIK
TINGKAT_PENDIDIKAN DASAR Count 27 18 45
Expected Count 24.0 21.0 45.0
% within TINGKAT_PENDIDIKAN
60.0% 40.0% 100.0%
MENENGAH Count 14 18 32
Expected Count 17.0 15.0 32.0
% within TINGKAT_PENDIDIKAN
43.8% 56.3% 100.0%
Total Count 41 36 77
Expected Count 41.0 36.0 77.0
% within TINGKAT_PENDIDIKAN
53.2% 46.8% 100.0%
Chi-Square Tests
93
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 1.984a 1 .159
Continuity Correctionb 1.385 1 .239
Likelihood Ratio 1.989 1 .158
Fisher's Exact Test .174 .120
Linear-by-Linear Association 1.958 1 .162
N of Valid Casesb 77
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14.96.
b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures
Value Approx. Sig.
Nominal by Nominal Contingency Coefficient .158 .159
N of Valid Cases 77
94
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for TINGKAT_PENDIDIKAN (DASAR / MENENGAH)
1.929 .770 4.832
For cohort PERILAKU = BURUK
1.371 .866 2.172
For cohort PERILAKU = BAIK
.711 .444 1.138
95
Lampiran 2
Lembar Konsultasi Bimbingan
96
97
98