skripsi hasil belajr lompat jauh
DESCRIPTION
Meningkatkan hasil belajar lompat jauh gaya jongkok melalui modifikasi kardus.TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan jasmani dan olahraga di lembaga pendidikan formal atau
sekolah merupakan salah satu bagian kurikulum pendidikan yang pelaksanaannya
secara intrakurikuler (pada jam sekolah) dan ekstrakurikuler (di luar jam sekolah).
Dengan pelaksanaan pendidikan jasmani, peserta didik dibekali dan dididik secara
psikhis (mental dan motivasi), dan dididik secara fisik jasmani (physical exercise).
Latihan secara fisik akan memberikan bekal kemampuan dan keterampilan dalam
gerak dasar yang dapat dipergunakan dalam masa perkembangan selanjutnya, baik
dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam perkembangannya untuk mencapai
prestasi di bidang olahraga.
Dalam lembaga pendidikan formal, pendidikan jasmani yang diberikan
salah satunya adalah pendidikan gerak dan olahraga yang termuat dalam mata
pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (PENJAS ORKES).
Selain mengajarkan gerak dasar dan pembentukan kemampuan dan keterampilan
gerak bagi peserta didik, pendidikan jasmani dan kesehatan juga memberikan
bekal pengetahuan secara teoritis mengenai peningkatan kualitas kesehatan
kehidupan peserta didik. Salah satu bagian dari pendidikan jasmani di lembaga
formal adalah pendidikan gerak dan olah jasmani yang secara khusus merupakan
pendekatan ke salah satu cabang olahraga tertentu berdasarkan kurikulum yang
berlaku.
1
Dalam pelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Menengah Atas
(SMA) terdapat berbagai pelajaran mengenai cabang olahraga dan salah satunya
adalah pelajaran atletik, pelajaran ini merupakan salah satu cabang olahraga yang
sangat memerlukan kecepatan, kekuatan, kelincahan, kelentukan, daya tahan serta
berbagai komponen fisik lainnya.
Mengingat bahwa olahraga atletik merupakan salah satu dasar
pembinaan olahraga dan gerak jasmani, maka sangat penting peranan
pembelajaran atletik pada peserta didik khususnya di sekolah dasar yang
disesuaikan dengan kemampuan siswa. Pembelajaran atletik di sekolah dasar
merupakan upaya peletakan dasar kemampuan olah tubuh dan olah gerak,
sehingga dalam proses pembelajarannya menekankan pada faktor kegembiraan
pada anak dari permainan gerak dan kegiatan olahraga atletik.
Unsur – unsur dalam pembelajaran atletik meliputi nomor jalan, lari,
lompat dan lempar. Lompat jauh merupakan salah satu bagian dalam pengajaran
atletik di sekolah dasar sesuai dengan muatan materi Kurikulum Tingkat Satuan
Pelajaran (KTSP) tahun 2006. Pembelajaran lompat jauh di sekolah dasar
dilaksanakan dengan melihat pada keberadaan sarana dan prasarana sekolah yang
bersangkutan, kemampuan siswa dan arah pengembangan selanjutnya.
Lompat jauh merupakan salah satu nomor lompat yang mempunyai
karakteristik gerak dan teknik tersendiri. Untuk itu perlu dipelajari dan dilatih
secara baik dan intensif. Lompat jauh juga merupakan salah satu usaha melompat
sejauh mungkin dengan teknik yang benar, sesuai dengan yang diungkapkan
Supradianto (1995) bahwa, lompat jauh adalah salah satu nomor lompat yang
melompat sejauh-jauhnya.
Lompat jauh yang diajarkan di sekolah dasar merupakan latihan bagi
siswa untuk melakukan gerakan melompat dan mencapai jarak lompatan sejauh-
jauhnya yang dimulai dengan gerakan lari sebagai awalan dalam melompat
kemudian menolak pada papan tumpuan / tolakan kemudian gerakan melayang di
udara dan akhirnya mendarat pada titik terjauh ke dalam bak pasir sebagai media
pendaratannya.
2
Dalam upaya pencapaian jarak lompatan sejauh-jauhnya tersebut
seorang siswa harus memiliki beberapa persyaratan tertentu seperti misalnya
kondisi fisik dan penguasaan teknik dalam lompat jauh yang baik.
Rangkaian gerakan pada lompat jauh ini terdiri dari beberapa teknik
yang harus dikuasai oleh para pelompat jauh. Khusus pada teknik sikap badan di
udara ini dapat menggunakan beberapa macam gaya, salah satunya adalah gaya
jongkok. Gaya ini selalu diajarkan disekolah karena umumnya gaya ini mudah
dipelajari siswa.
Dalam kaitannya dengan penguasaan teknik lompat jauh gaya jongkok
dalam pembelajaran di sekolah dasar, terdapat beberapa aspek yang perlu
diperhatikan di antaranya : 1) Awalan yang baik dan tepat, 2) Macam gaya atau
sikap tubuh pada saat melayang di udara yang telah umum digunakan oleh atlet
profesional dalam lompat jauh untuk dapat mencapai jarak pendaratan yang
optimal. 3) Sikap pendaratan yang baik (Soegito dkk, 1992 : 143).
Berdasarkan hasil pengamatan penulis yang ditemui di SD NEG 108293
Perbaungan bahwa pelaksanaan pembelajaran atletik nomor lompat jauh gaya
jongkok kurang maksimal. Hal ini disebabkan karena guru hanya mengandalkan
teori saja dalam pelaksanaan pembelajaran, tidak adanya modifikasi alat/media
yang digunakan pada pelaksanaan pembelajaran sehingga tidak adanya
peningkatan hasil belajar siswa tentang pembelajaran atletik khususnya di nomor
lompat jauh gaya jongkok.
Oleh karena itu, penulis menuangkan gagasan pemikiran ke dalam
tulisan ini untuk meneliti pelaksanaan pembelajaran atletik di nomor lompat jauh
gaya jongkok dengan menggunakan alat bantu sederhana.
Belajar lompat jauh yang menggunakan modifikasi alat bantu kardus ini
akan dibuat sedemikan rupa sehingga cocok untuk dimainkan siswa SMA kelas X
dan diharapkan mampu meningkatkan kemampuan hasil belajar lompat jauh yang
terdiri dari beberapa tahap yaitu sikap awalan, tolakan, melayang dan pendaratan
dengan baik.
3
Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian secara ilmiah dalam bentuk skripsi dengan judul :
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Lompat Jauh Gaya Jongkok Melalui
Penggunaan Alat Bantu Sederhana Pada Siswa Kelas X SMA Neg 11 Kec.
Medan Tembung Kota Medan Tahun Ajaran 2013/2014.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, maka dapat
diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut : Mengapa hasil belajar
lompat jauh gaya jongkok siswa kelas X SMA Neg 11 Medan Kec Medan
Tembung Kota Medan Tahun Ajaran 2013/2014 rendah? Faktor - faktor apa saja
yang menyebabkan hasil belajar lompat jauh gaya jongkok siswa kelas X SMA
Neg 11 Medan Kec Medan Tembung Kota Medan Tahun Ajaran 2013/2014
rendah? Bagaimana caranya agar hasil belajar lompat jauh gaya jongkok siswa
kelas X SMA Neg 11 Medan Kec Medan Tembung Kota Medan Tahun Ajaran
2013/2014 dapat meningkat? Apakah dengan menggunakan alat bantu sederhana
dapat meningkatkan hasil belajar lompat jauh gaya jongkok siswa kelas X SMA
Neg 11 Medan Kec Medan Tembung Kota Medan Tahun Ajaran 2013/2014?
C. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari penafsiran yang berbeda – beda terhadap masalah dalam
penelitian ini, maka penulis membatasi permasalahan yang akan diteliti. Adapun
batasan masalah tersebut adalah mengenai Upaya meningkatkan hasil belajar
lompat jauh gaya jongkok melalui penggunaan alat bantu sederhana pada siswa
kelas X SMA Neg 11 Medan Kec Medan Tembung Kota Medan Tahun Ajaran
2013/2014.
4
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah tersebut
diatas dapat diajukan rumusan masalah sebagai berikut : Apakah melalui
penggunaan alat bantu seerhana dapat meningkatan hasil belajar lompat jauh gaya
jongkok pada siswa kelas X SMA Neg 11 Medan Kec Medan Tembung Kota
Medan Tahun Ajaran 2013/2014 ?
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Tujuan Umum : untuk meningkatkan hasil belajar lompat jauh
gaya jongkok pada siswa kelas X SMA Neg 11 Medan Kec Medan
Tembung Kota Medan Tahun Ajaran 2013/2014.
2. Tujuan Khusus : untuk meningkatkan hasil belajar lompat
jauh gaya jongkok pada siswa kelas X SMA Neg 11 Medan Kec Medan
Tembung Kota Medan Tahun Ajaran 2013/2014 melalui penggunaan alat
bantu sederhana.
F. Manfaat Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
• Manfaat Bagi Siswa :
Diharapkan melalui penggunaan alat bantu sederhana siswa dapat
meningkatkan hasil belajar lompat jauh gaya jongkok.
• Manfaat Bagi Guru :
Diharapkan guru dapat lebih aktif lagi dalam menggunakan suatu alat/media
berdasarkan kemampuan/pertumbuhan anak.
5
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Kajian Teoritis
1. Hakikat Lompat Jauh Gaya Jongkok
Menurut pendapat dari Aip Syarifuddin (1992 : 2), atletik adalah satu
cabang olahraga yang diperlombakan dan meliputi nomor - nomor jalan, lari,
lempar, lompat dan loncat. Gerakan - gerakan yang dilakukan dan terdapat pada
semua cabang olahraga, pada intinya merupakan gerakan dasar yang berasal dari
gerakan pada olahraga atletik. Oleh karena itu, tidak berlebihan kiranya jika
dikatakan bahwa atletik merupakan ibu dari semua cabang olahraga (Aip
Syarifuddin, 1992 : 1). Atletik merupakan rangkaian aktivitas jasmani yang
efektif untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan individu. Atletik
juga merupakan sarana bagi pendidikan jasmani bagi peserta didik dalam upaya
meningkatkan daya tahan, kekuatan, kecepatan, kelincahan dan lain sebagainya.
Lompat jauh merupakan salah satu cabang dalam olahraga atletik. Sebagai
cabang dari olahraga atletik, gerakan-gerakan yang dilakukan dalam lompat jauh
merupakan gabungan dan pengembangan dari gerakan-gerakan dasar atletik yaitu
gerakan lari dalam menempuh awalan untuk memberikan daya tolakan yang
6
maksimal dan gerakan melompat sebagai kelanjutannya untuk mencapai
jarak lompatan sejauh-jauhnya.
Berdasarkan pengertian dari Aip Syarifuddin (1999 : 60) lompat jauh
didefinisikan sebagai suatu bentuk gerakan melompat dengan mengangkat kedua
kaki ke atas ke depan dalam upaya membawa titik berat badan selama mungkin di
udara (melayang di udara) yang dilakukan dengan jalan melakukan tolakan pada
satu kaki untuk mencapai jarak sejauh-jauhnya.
Sasaran dan tujuan dari lompat jauh adalah untuk mencapai jarak lompatan
sejauh mungkin di sebuah tempat pendaratan atau bak lompatan. Jarak lompatan
ditunjukkan dengan ukuran panjang dari tepi papan lompatan yang paling dekat
dengan bak lompatan sampai pada titik pendaratan paling dekat dengan papan
tolakan yang ditandai dengan bekas sentuhan bak lompatan dengan tubuh atlet.
Berdasarkan teknik dalam olahraga lompat jauh terdapat beberapa macam
gaya yang biasanya digunakan, terutama oleh atlet profesional. Gaya yang
digunakan tersebut merupakan gaya yang telah terbukti dapat memberikan hasil
lompatan yang maksimal sesuai dengan kondisi fisik dan kemampuan atletnya.
Beberapa macam gaya yang digunakan tersebut antara lain adalah 1) Gaya
Jongkok, 2) Gaya Lenting dan 3) Gaya Berjalan di udara. Perbedaan dari ketiga
gaya lompat jauh tersebut adalah pada posisi tubuh pada saat melayang di udara
(Aip Syarifuddin, 1999 : 60).
Lompat jauh gaya jongkok merupakan salah satu nomor lompat yang
mempunyai gerak dan teknik tersendiri. Adapun gerakan lompat jauh gaya ini
tingkat kesulitannya kecil dan mudah untuk dilakukan siswa karena pada saat di
udara tubuh seperti orang yang sedang duduk, dan tidak ada gerakan lain yang
menyebabkan keseimbangan tubuh pada saat di udara menjadi terganggu, untuk
itu perlu dipelajari dan dilatih dengan benar.
Menurut Syarifuddin ( 1992 : 90 ) mengatakan bahwa ”gerakan lompat jauh
dapat dibagi menjadi awalan, tumpuan atau tolakan, melayang di udara serta
mendarat di bak pasir dengan kaki bersama-sama”.
7
a. Awalan
Awalan merupakan suatu gerakan permulaan dalam bentuk lari. Kosasi
(1985 : 67 ) mengungkapkan ”jarak awalan biasanya 30 – 50 m”. Hal ini
dilakukan dengan cara berlari pada kecepatan penuh, adapun tujuannya adalah
untuk kepastian pelompat sudah mendapat kecepatan optimal sebelum sampai
pada saat melakukan tolakan. Awalan merupakan suatu unsur penting untuk
mendapatkan daya dorong. Dengan cara berlari dengan sekencang-kencangnya
diharapkan tubuh terdorong ke depan dan titik berat badan dapat dipertahankan
selama mungkin pada saat di udara setelah melakukan tolakan nantinya.
Lebih lanjut Basuki ( 1997 : 99 ) mengungkapkan bahwa ”guna awalan
pada lompat jauh adalah untuk mendapatkan kecepatan yang setinggi – tingginya
sebelum mencapai balok tumpuan”. Dengan demikian awalan merupakan faktor
penting dari awal dalam melakukan lompat jauh.
Beberapa syarat untuk melakukan awalan yang baik menurut Yusuf
Adisasmita (1992 : 67) adalah : 1) Jarak lari yang disesuaikan dengan kemampuan
pelompat, 2) Jarak awalan relatif cukup jauh (untuk anak sekolah dasar antara
15 – 20 meter), 3) Kecepatan lari dan irama langkah harus ajeg (rata), 4) Langkah-
langkah terakhir diperkecil untuk menolak dengan lebih sempurna, 5) sikap lari
seperti lari jarak pendek.
b. Tolakan
Tolakan adalah perubahan atau perpindahan gerak horisontal ke gerakan
vertikal yang dilakukan secara cepat sebagai lanjutan dari gerakan lari pada
awalan untuk sampai pada gerakan melayang. Dimana dengan melakukan tolakan
yang baik dan benar akan menghasilkan lompat jauh gaya jongkok yang
sempurna. Tolakan dapat dilakukan dengan kaki kanan ataupun kaki kiri, yang
terpenting adalah kaki tolak merupakan kaki yang terkuat sehingga tolakan dapat
dilakukan dengan baik. Kosasih (1985 : 67) ”tolakan yaitu menolak sekuat-
kuatnya pada papan tumpuan dengan kaki yang terkuat ke atas dan setinggi –
tingginya ke depan”. Dengan demikian tolakan harus dilakukan secara eksplosif
agar kecepatan lari pada awalan dapat berguna dengan maksimal.
8
Cara bertumpu pada balok tumpuan harus dengan kuat. Tumit bertumpu
terlebih dahulu diteruskan dengan seluruh telapak kaki. Pandangan mata tetap
lurus ke depan agak ke atas, pelompat jauh yang baik harus mempunyai
kepercayaan pada diri sendiri bahwa pada saat bertumpu sudah tepat pada balok
penumpu hal ini harus ditunjang dengan keajegan dan ketepatan setiap langkah
yang dilakukan oleh seorang atlet lompat jauh (Sudarminto, 1998 : 239).
Gerakan menolak dimulai dengan meluruskan lutut dan kaki tumpu,
kemudian kaki ayun diangkat dengan tinggi setara dengan paha kaki ayun dan
bagian tungkai bawah bergantung lurus ke bawah. Pada saat menolak, titik berat
badan tidak tepat di atas kaki tumpu tetapi lebih sedikit ke depan seperti
ditunjukkan pada gambar berikut :
Gambar 1
(Sikap dan Gerakan dalam Melakukan Tolakan)
(Aip Syarifuddin, 1992 : 92)
Menurut Gunther Bernard (1993 : 23) untuk mendapatkan hasil yang
memuaskan dalam melompat maka harus memiliki daya tumpu yang kuat. Oleh
karena itu harus memiliki otot kaki yang kuat agar dapat menghasilkan daya ledak
yang kuat. Bentuk latihan yang mengarah pada daya ledak antara lain : lompat-
lompat di tempat dengan satu kaki bergantian, loncat di tempat dengan dua kaki,
squat jump, dan lari sambil melompat gawang.
9
c. Melayang
Melayang atau sikap badan di udara merupakan kelanjutan dari tolakan
pada papan tumpuan dan berakhir saat tumit menyentuh atau mendarat pada bak
pasir. Untuk dapat melintas suatu garis parabola, dibutuhkan kecepatan dan
kekuatan tekanan, karena tubuh dipengaruhi oleh gaya gravitasi. Pada saat badan
melayang di udara ada beberapa gaya yang dapat digunakan, salah satunya adalah
gaya jongkok.
Menurut Soegito, dkk (1994 : 62) yang dimaksud gaya jongkok adalah
gerakan lompat jauh di mana setelah kaki menolakkan tubuh dari balok tumpu,
kaki diayunkan ke depan atas untuk membantu mengangkat titik berat tubuh ke
atas. Kemudian diikuti kaki tolak menyusul kaki ayun dan pada saat melayang
kedua kaki sedikit ditekuk sehingga posisi badan berada dalam sikap jongkok.
Kemudian pada saat akan mendarat kedua kaki dan kedua tangan diluruskan ke
depan bersamaan.
Bentuk gerakan dalam lompat jauh gaya jongkok ini dapat dilihat pada
gambar berikut :
Gambar 2
Gerakan dalam Lompat jauh Gaya Jongkok
(Sunaryo Basuki, 1979 : 101)
10
d. Mendarat
Pada saat melayang dan kemudian mendarat diperlukan tinggi lompatan
konsentrasi pada gaya lompatan dan dilakukan dengan pendaratan yang mulus
artinya posisi saat mendarat tidak terjadi kesalahan mendarat dan tangan tidak
menyentuh tanah atau pasir di belakang kaki mendarat.
Pada waktu akan mendarat di bak lompatan, diperlukan gerakan
pendaratan yang dimulai dengan meluruskan kaki ke depan dan merapatkan kedua
kaki, kemudian membungkukkan badan ke depan dan mengayunkan kedua tangan
di depan sehingga berat badan dapat dibawa ke depan. Selama pelaksanaan
gerakan ini harus diusahakan untuk jatuh atau menyentuh bak lompatan pada
kedua ujung kaki yang dirapatkan kemudian sesegera mungkin melipatkan kedua
lutut di bawah dagu merapat ke dada sambil mengayunkan kedua tangan ke
bawah arah belakang untuk segera mungkin dibawa ke depan badan.
Menurut Gunther (1993 : 42) terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam hal pendaratan, di antaranya adalah : 1) Posisi pendaratan.
Pendaratan terbaik adalah sebagai gerakan lanjutan dari pola melayang pusat gaya
berat; 2) Posisi tubuh bagian atas. Posisi setegak mungkin dengan tungkai yang
terjulur lurus ke depan; 3) Posisi tangan. Posisi tangan yang sebelumnya terletak
di belakang tubuh, sesaat sebelum pendaratan tangan harus segera dilempar ke
muka juga saat kaki menyentuh pasir, tangan segera membantu untuk memberikan
tumpuan badan di samping kaki; 4) Efisiensi posisi landing. Efisiensinya
tergantung pada teknik yang digunakan pada saat melayang yaitu untuk
mengurangi atau memperlambat rotasi sewaktu mulai melayang / setelah kaki
tumpu melakukan tolakan.
11
Gerakan yang dilakukan seefisien mungkin tetapi memberikan dorongan
secara optimal maka hasil yang dicapai melalui lompatan gaya jongkok akan
maksimal. Untuk lebih jelas posisi-posisi badan yang benar dalam melakukan
pendaratan lompat jauh gaya jongkok dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 3
Sikap Tubuh pada saat Pendaratan
(Bernhard, Gunther, 1993 : 42)
Dengan melihat mekanika gerak suatu pendaratan maka dapat dilihat
bahwa kedua kaki akan menyentuh landasan / tempat mendarat pada kedua tumit
dan posisi kaki yang lurus ke depan dengan diikuti ayunan kedua tangan ke depan.
Gerakan ini dimaksudkan sebagai suatu perpindahan posisi proyeksi titik berat
badan yang sebelumnya berada di belakang kedua kaki dipindahkan ke depan
sehingga moment reaksi kerjanya sesuai dengan arah lompatan.
Dengan moment yang mengarah ke depan maka tubuh akan terdorong ke
depan sehingga akan membantu dalam pencapaian jarak lompatan yang optimal
dan menghindarkan terjadinya pendaratan dengan posisi terduduk yang
mengakibatkan sentuhan bagian tubuh atlet pada bak lompatan di belakang tubuh
pelompat jauh dan akan sangat merugikan bagi pelompat dengan berkurangnya
jarak lompatan.
12
2. Hakikat Hasil Belajar
Belajar merupakan proses perubahan yang terjadi pada diri seseorang
melalui penguatan ( reinforcement), sehingga terjadi perubahan yang bersifat
permanen dan persisten pada dirinya sebagai hasil pengalaman (Learning is a
change of behaviour as a result of experience), demikian pendapat John Dewey,
salah seorang ahli pendidikan Amerika Serikat dari aliran Behavioural Approach.
Ada empat unsur utama proses belajar mengajar, yakni tujuan-bahan-
metode dan alat serta penilaian. Tujuan sebagai arah dari proses belajar-mengajar
pada hakikatnya adalah rumusan tingkah laku yang diharapakan dapat dikuasai
oleh siswa setelah menerima atau menempuh pengalaman belajarnya. Bahan
adalah seperangkat pengetahuan ilmiah yang dijabarkan dari kurikulum untuk
disampaikan atau dibahas dalam proses belajar-mengajar agar sampai kepada
tujuan yang telah ditetapkan. Metode dan alat adalah cara atau teknik yang
digunakan dalam mencapai tujuan. Sedangkan penilaian adalah upaya atau
tindakan untuk mengetahui sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan itu tercapai
atau tidak. Dengan kata lain, penilaian berfungsi sebagai alat untuk mengetahui
keberhasilan proses dan hasil belajar siswa.
Proses adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai
tujuan pengajaran, sedangkan menurut ( Nana Sudjana, 1989 : 22) Hasil belajar
adalah kemampuan – kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima
pengalaman belajarnya. Horward Kingsley membagi tiga macam hasil belajar,
yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap
dan cita-cita. Masing – masing jenis belajar dapat diisi dengan bahan yang telah
ditetapkan dalam kurikulum. Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil
belajar, yakni (a) informasi verbal, (b) keterampilan intelektua, (c) strategi
kognitif, (d) sikap, dan (e) keterampilan motoris.
Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik
tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil
belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga
ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotoris.
13
Ranah konitif berkenaan dengan hasil belajar inteletual yang terdiri dari
enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis,
sintesis, dan evaluasi. Ranah afektif berkenaan denga sikap yang terdiri dari lima
aspek yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasidan
internalisasi. Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan
dan kemempauan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni
(a) gerakan refleks, (b) keterampilan gerakan dasar, (c) kemampuan perceptual,
(d) keharmonisan atau ketetapan, (e) gerakan keterampilan kompleks, dan (f)
gerakan ekspresif dan interpreatif. Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian
hasil belajar.
3. Hakikat Modifikasi
Modifikasi adalah sebuah pendekatan dalam pembelajaran yang
menekankan kepada kegembiraan, kecakapan jasmani dan pengayaan gerak anak
(Ngasmain, 17). Modifikasi juga diartikan sebagai perubahan dari keadaan semula
menjadi keadaan baru. Perubahan ini dapat berupa bentuk, fungsi, cara
penggunaan dan manfaat tanpa sepeuhnya menghilangkan karaktristik semula.
(FPOK UPI, 1996/1997).
Pengertian modifikasi olahraga dalam pendidikan jasmani tidak
menunjuk kepada salah satu metodologi atau model pembelajaran tertentu, tetapi
ia menunjukan pada berbagai keterampilan mengajar yang diadaptasikan secara
tepat oleh guru selama proses pengajaran. Dalam pendidikan jasmani, modifikasi
olahraga sama sekali tidak mengubah isi kurikulum yang telah ditetapkan. Justru
dengan pendekatan modifikasi yang menyesuaikan materi dengan kemampuan
siswa, merupakan upaya agar kurikulum pendidikan jasmani dapat dilaksanakn
secara intensif dan efektif.
Lutan (1988) menyatakan, modifikasi dalam mata pelajaran pendidikan
jasmani diperlukan, dengan tujuan agar :
1. Siswa memperoleh kepuasan dalam mengikuti pelajaran.
2. Meningkatkan kemungkinan keberhasilan dalam berprestasi
3. Siswa dapat melakukan pola gerak secara benar.
14
Modifikasi Alat Bantu Kardus
Lompat jauh yang diajarkan di sekolah dasar merupakan latihan bagi
siswa untuk melakukan gerakan melompat dan mencapai jarak lompatan sejauh-
jauhnya.
Dalam nomor lompat jauh dimulai dengan gerakan lari sebagai
awalan dalam melompat kemudian menolak pada papan tumpuan / tolakan
kemudian gerakan melayang di udara dan akhirnya mendarat pada titik terjauh ke
dalam bak pasir sebagai media pendaratannya.
Untuk mencapai hasil belajar mengenai materi lompat jauh tersebut,
maka akan dibuat modifikasi alat bantu kardus. Yang mana tujuan dari modifikasi
alat bantu kardus ini adalah untuk melatih gerak dasar anak dalam melompat.
Modifikasi yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Kegiatan belajar mengajar lompat jauh menggunakan alat – alat yang
tersusun seperti 5 buah kardus. Tujuannya untuk melatih melatih kaki dalam
variasi dalam melompat kardus tersebut.
Seperti gambar yang di bawah ini
Gambar 4
Koordinasi gerakan jalan,lari,lompat melalui kardus
(Mochamad Djumidar A. Widya, 2002 : 66)
15
2. Kordinasi gerakan jalan, lari dan lompat melalui kotak – kotak yang
tersusun dua-dua setiap jarak ditempuh dengan irama satu langkah.
Ditambah menggunakan tali sebagai batasan untuk melompat, serta
abu/lakban sebagai tanda papan tolakan.
Seperti gambar yang berikut ini.
Gambar 5
Lompat melalui kotak-kotak yang tersusun dua-dua setiap jarak
(Mochamad Djumidar A. Widya, 2002 : 66)
B. Kerangka Berpikir
Seorang dikatakan berhasil dalam belajar apabila terdapat perubahan
dalam diri siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Salah satu faktor yang
dapat mendukung keberhasilan tersebut adalah penggunaan model pembelajaran
bervariasi dengan tujuan yang ingin dicapai. Seperti yang telah diuraikan
sebelumnya bahwa masalah yang selama ini dialami dalam belajar lompat jauh
gaya jongkok adalah guru hanya mengandalkan teori saja dalam pelaksanaan
pembelajaran, tidak adanya modifikasi alat/media yang digunakan pada
pelaksanaan pembelajaran sehingga tidak adanya peningkatan hasil belajar siswa
tentang pembelajaran atletik khususnya di nomor lompat jauh gaya jongkok.
Oleh karena itu diperlukan strategi dalam pembelajaran lompat jauh, salah
satunya adalah menggunakan alat bantu sederhana yang cocok untuk dimainkan
oleh siswa X dan diharapkan mampu meningkatkan kemampuan hasil belajar
16
lompat jauh yang terdiri dari beberapa tahap yaitu sikap awalan, tolakan,
melayang dan pendaratan dengan baik.
C. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir tersebut di atas
diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut :
Melalui penggunaan alat bantu sederhana dapat meningkatkan hasil
belajar lompat jauh gaya jongkok siswa kelas X SMA Neg 11 Medan Kec Medan
Tembung Kota Medan Tahun Ajaran 2013/2014.
17
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Neg 11 Medan Kec Medan
Tembung Kota Medan yang beralamat di Jalan Pertiwi no 93.
Waktu penelitian ini telah dilaksana pada tanggal 21 s/d 28
September 2013.
B. Subjek Penilaian
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 11
Medan Kota Medan Tahun Ajaran 2013/2014 yang sebanyak 10 kelas dengan
jumlah 350 orang.
2. Sampel
Sampel penelitian adalah siswa kelas X 1 SMA NEG 11 Medan
Tahun Ajaran 2013/2014 sebanyak 40 orang, dengan teknik pengambilan sampel
Total Sampling.
Adapun persyaratan sampel yang harus dipenuhi populasinya adalah
sebagai berikut :
1. Berbadan sehat
2. Mempunyai waktu dan bersedia mengikuti sampel.
3. Jenis kelamin putra dan putri.
C. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan pengembangan metode dan strategi
pembelajaran. Metode dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan
kelas (Class Action Research) yaitu suatu penelitian yang dikembangkan bersama
sama untuk peneliti dan decision maker tentang variable yang dimanipulasikan
dan dapat digunakan untuk melakukan perbaikan.
18
D. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas
diawali dengan perencanaan tindakan (planning), penerapan tindakan (action),
mengobeservasi dan mengevaluasi proses dan hasil tindakan (observation dan
evaluation) dan melakukan reflexi (reflecting) dan seterusnya sampai perbaikan
atau peningkatan yang diharapkan tercapai (Kriteria keberhasilan).
Aspek yang diamati dalam setiap siklusnya adalah kegiatan atau aktifitas
siswa saat mata pelajaran pendidikan jasmani dengan pendekatan modifikasi alat
bantu kardus untuk mengetahui tingkat kemajuan hasil belajar lompat jauh gaya
jongkok siswa yang sudah disebutkan diatas.
Sesuai dengan jenis penelitian ini, yaitu penelitian tindakan kelas maka
penelitian terdiri dari beberapa tahap yang berupa suatu siklus sebagai berikut :
a. Tahap Perencanaan Tindakan I ( Alternatif Pemecahan I )
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah merencanakan tindakan
berupa membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Salah satunya
mempersiapkan konsep materi yang akan dijadikan bahan pembelajaran, yaitu
belajar lompat jauh dengan menggunakan modifikasi alat bantu kardus. Kegiatan
yang lain dilakukan adalah membuat tes hasil belajar I
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan I
Setelah perencanaan disusun maka dilakukan tindakan terhadap kesulitan
siswa. Pada akhir tindakan diberikan tes hasil belajar I kepada siswa untuk
melihat hasil belajar yang dicapai setelah pemberian tindakan.
c. Observasi dan Evaluasi I
Pada tahap ini dilakukan observasi dan evaluasi terhadap pelaksanaan
tindakan yang telah dilakukan. Melakukan observasi dengan memakai format
observasi yang sudah disiapkan yaitu dengan melakukan modifikasi alat bantu
kardus untuk belajar lompat jauh. Dan menilai hasil tindakan yang dilakukan.
19
d. Tahap Refleksi I
Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan meliputi evaluasai
mutu, jumlah dan waktu dari setiap macam tindakan. Memperbaiki pelaksanaan
tindakan sesuai hasil evaluasi, untuk digunakan pada siklus berikutnya.
Setelah dilaksanakan siklus I dan hasil belum sesuai terhadap tingkat
penguasaan yang telah ditetapkan, maka dalam hal ini dilaksanakan siklus II
dengan tahap – tahap sebagai berikut :
a. Tahap Perencanaan Tindakan II (Alternatif Pemecahan II)
Dari hasil analisis data pada refleksi I maka dibuat kembali rencana
tindakan II untuk mengatasi permasalahan yang terjadi pada siklus I. Pada tahap
ini kegiatan yang dilakukan masih tetap memuat perencanaan tindakan sebagai
upaya mengatasi kesulitan siswa dalam pembelajaran lompat jauh gaya jongkok
melalui pendekatan modifikasi alat bantu kardus. Kegiatan yang lain dilakukan
adalah menyusun tes hasil belajar II.
b. Pelaksanaan Tindakan II
Pemberian tindakan II ini merupakan pengembangan dan pelaksanaan dari
program perencanaan yang telah disusun. Pada tahap ini diakhiri dengan
pemberian tes hasil belajar II yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana
peningkatan penguasaan siswa terhadap materi yang diberikan.
c. Observasi dan Evaluasi II
Observasi II dilaksanakan untuk melihat apakah kondisi belajar mengajar
dikelas sudah terlaksana sesuai program pengajaran ketika tindakan diberikan.
Setelah tes hasil belajar II diberikan kepada siswa maka diperoleh sejumlah
informasi dari hasil tes siswa tersebut. Selanjutnya peneliti menganalisis hasil
penelitian yang telah didapat. Dari sini diperlihatkan hasil belajar lompat jauh
gaya jongkok siswa setelah dilakukan pembelajaran melalui pendekatan
modifikasi alat bantu kardus.
d. Refleksi II
Seluruh data yang diambil dianalisis dan ditarik kesimpulan dari tindakan
perbaikan yang telah dilakukan. Dan dapat ditarik kesimpulan hasil belajar siswa
dari siklus ke siklus.
20
Siklus yang terdiri dari beberapa tahap tersebut dapat dilihat pada skema
berikut :
(Gambar 6. Spiral penelitian Tindakan Kelas (Hopkins, 1993))
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang dipergunakan adalah berupa lembar penilaian
tes hasil belajar I dan II. Tes hasil belajar diberikan setelah pengajaran melalui
pendekatan modifikasi alat bantu kardus dilakukan. Dalam tes ini siswa diminta
untuk melakukan rangkaian teknik lompat jauh gaya jongkok (awalan, tolakan,
sikap melayang dan mendarat) dan peneliti menilai setiap proses pelaksanaan
rangkaian teknik lompat jauh gaya jongkok yang dilakukan siswa.
1. Alat – alat perlengkapan test :
Perencanaan
Pengamatan
SIKLUS I
Pengamatan
Perencanaan
SIKLUS II
Refleksi Pelaksanaan
PelaksanaanRefleksi
?
21
- bak lompat 1 buah
- pacul 1 buah
- alat pengukur 1 buah
- alat pencatat (alat tulis)
2. Bentuk Tes
Tes hasil belajar bertujuan untuk mengetahui apakah hasil belajar
lompat jauh gaya jongkok siswa akan meningkat setelah menggunakan alat bantu
sederhana.
Bentuk tes yang dilakukan adalah lompat jauh gaya jongkok dengan
tahapan awalan, tolakan, melayang dan mendarat.
Aspek penilaian dan besaran skor yang diperoleh dari setiap item
disesuaikan berdasarkan kriteria – kriteria yang telah dibuat, dimana jumlah skor
tertinggi adalah 3 dan terendah adalah 1, dan total skor maksimum dari semua
item adalah 36. Seperti yang dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah.
3. Pelaksanaan Tes
Dalam pelaksanaan tes, telah dilaksanakan hal – hal sebagai berikut :
a. Sebelum tes dimulai, kepada siswa diberikan penjelasan
tentang tes yang akan mereka lakukan, dengan melakukan peragaan
(contoh).
b. Sebelum tes dilaksanakan maka melakukan pemanasan
terlebih dahulu.
22
Tabel 3.1 Lembar Penilaian Tes Hasil Belajar Lompat Jauh Gaya Jongkok
No Aspek PenilaianSkor / Nilai
1 2 3
1 Sikap Awalan :
1. Titik Awalan
2. Sudut Awalan
3. Percepatan langkah awalan
2 Sikap Tolakan :
1. Posisi badan saat akan bertumpu
2. Cara menapakkan kaki pada saat tumpuan
3. Posisi kaki ayun saat melakukan tumpuan
3 Sikap Melayang :
1. Posisi kaki tumpuan dan kaki ayun saat melayang
2. Posisi badan saat melayang
3. Posisi kaki ayun dan kaki tumpuan menjelang pendaratan
4 Sikap Mendarat :
1. Posisi kaki saat mendarat
2. Posisi badan saat mendarat
3. Arah badan saat mendarat
Keterangan Aspek Penilaian :
23
1. Sikap Awalan
a. Titik Awalan
Skor 1 : Jarak awalan kurang dari 15 meter
Skor 2 : Jarak awalan 15 – 29 meter
Skor 3 : Jarak awalan 30 – 40 meter
b. Sudut Awalan
Skor 1 : Sudut awalan kurang dari 400
Skor 2 : Sudut awalan lebih dari 500
Skor 3 : Sudut awalan 400 - 500
c. Percepatan langkah pada awalan
Skor 1 : Memperlambat langkah pada saat mendekati papan
tumpuan
Skor 2 : Kecepatan langkah tetap dari awal sampai papan tumpuan
Skor 3 : Meningkatkan dan memelihara langkah untuk percepatan
lari
2. Sikap Tolakan
a. Posisi badan saat akan menumpu
Skor 1 : Badan condong ke depan
Skor 2 : Badan tegak
Skor 3 : Badan sedikit condong ke belakang
b. Cara menapakkan kaki pada saat tumpuan
24
Skor 1 : Menapakkan menggunakan tumit kaki
Skor 2 : Menapakkan menggunakan telapak kaki
Skor 3 : Menapak menggunakan kaki bagian depan
c. Posisi kaki ayun saat melakukan tumpuan
Skor 1 : Tungkai ayun ( yang berada di belakang ) tidak diangkat
ke depan atas
Skor 2 : Tungkai ayun diangkat ke depan atas sedikit
Skor 3 : Tungkai ayun diangkat cukup tinggi ke depan atas
dengan maksimal
3. Sikap Melayang
a. Posisi kaki tumpuan dan kaki ayun saat melayang
Skor 1 : Kaki tumpuan dibiarkan tinggal di belakang setelah kaki
ayun diangkat ke depan atas
Skor 2 : Kaki tumpuan ditarik ke depan sedikit mengikuti kaki
ayun.
Skor 3 : Kaki tumpuan ditarik ke depan atas mengikuti kaki ayun
secara maksimal
b. Posisi badan saat melayang
Skor 1 : Posisi badan tegak
Skor 2 : Posisi badan dicondongkan ke depan
25
Skor 3 : Posisi badan dicondongkan ke depan dan kedua kaki
diluruskan ke depan
c. Posisi kaki ayun dan kaki tumpuan menjelang pendaratan
Skor 1 : Tungkai kaki ditarik ke belakang
Skor 2 : Tungkai kaki dijulurkan ke depan
Skor 3 : Tungkai kaki dijulurkan ke depan sejauh mungkin dan
menundukkan kepala
4. Sikap Mendarat
a. Posisi kaki saat mendarat
Skor 1 : Mendarat dengan satu kaki
Skor 2 : Mendarat menggunakan dua kaki
Skor 3 : Mendarat dengan dua kaki dengan menjulurkan tungkai ke
depan sejauh mungkin
b. Posisi badan saat mendarat
Skor 1 : Berat badan dicondongkan ke belakang
Skor 2 : Berat badan dalam posisi tegak
Skor 3 : Berat badan berada di depan atau condong ke depan
c. Arah badan saat mendarat
Skor 1 : Arah badan berbalik ke belakang
Skor 2 : Arah badan ke samping
Skor 3 : Arah badan lurus ke depan secara horizontal
26
F. Teknik Analisis Data
1. Reduksi Data
Proses reduksi data dilakukan dengan cara menyeleksi,
menyederhanakan dan mentransformasikan data yang telah disajikan
dalam transkip catatan lapangan. Kegiatan reduksi data ini bertujuan untuk
melihat kesalahan atau kekurangan siswa dalam pelaksanaan tes dan
tindakan apa yang dilakukan untuk perbaikan kesalahan tersebut.
2. Paparan Data
Dalam kegiatan ini data yang diperoleh dari hasil belajar siswa
dipaparkan dalam bentuk table dengan menggunakan rumus yang telah
ditetapkan. Untuk mengetahui perkembangan ketuntasan hasil belajar
lompat jauh pada siswa kelas X (SMA Neg 11 Medan) dipergunakan nilai
KKM ( Kriteria Ketuntasan Minimal) mata pelajaran PENJASKES
Tingkat SMA Kurikulum KTSP.
Tabel 3.2 KKM Penjas Orkes SMA Kurikulum KTSP
Indikator Deskriptor
Sikap Awalan 3 2 1
Gerakan Tolakan 3 2 1
Sikap Melayang 3 2 1
Sikap Mendarat 3 2 1
Jika indicator memiliki criteria kompleksitas tinggi, daya dukung tinggi
dan intake siswa sedang, maka nilai KKM –nya adalah :
KKM = Indikator 1+ Indikator 2+Indikator 3+Indikator 4. X 100 Jumlah Deskriptor (12)
Dengan kriteria : Kriteria ketuntasan belajar.
27
1. Mendapat nilai sangat baik = 91 – 100% = Tuntas
2. Mendapat Nilai Baik = 80 – 90 % = Tuntas
3. Mendapat Nilai Cukup = 70 – 79 % = Tuntas
4. Mendapat Nilai Kurang = 60 – 69 % = Tidak Tuntas
Sumber : KTSP Depdiknas ( 2008 )
Dari uraian diatas dapat diketahui siswa yang belum tuntas dalam belajar
dan siswa yang sudah tuntas dalam belajar secara individu. Selanjutnya didapat
juga diketahui apakah ketuntasan belajar siswa secara klasikal dapat tercapai,
dilihat dari persentase siswa yang sudah tuntas dalam belajar dapat dirumuskan
sebagai berikut :
PKK = Banyak siswa yang KKM 70%
Banyak siswa keseluruhan
Keterangan : Persentase Ketuntasan Klasikal
Berdasarkan kriteria ketuntasan belajar, jika dikelas telah tercapai 85 %
yang telah mencapai presentase penilaian hasil 70 % maka ketuntasan belajar
secara klasikal telah tercapai. ( Suryosubroto, 1997:129)
28