skripsi finish
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Dalam era globalisasi dan otonomi daerah saat ini, perwujudan
pemerintahan yang baik dan bersih merupakan tuntutan sekaligus kebutuhan yang
mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan daerah. Betapa tidak, kendala paling
besar yang menghambat kemajuan ekonomi dan pembangunan di daerah adalah
masih maraknya praktek penyalahgunaan kekuasaan dan keuangan daerah
sehingga sumber daya yang ada tidak bisa dimanfaatkan secara optimal bagi
kesejahteraan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi daerah.
Berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, membawa
konsekuensi bagi daerah dalam bentuk tanggungjawab atas pengalokasian dana
yang dimiliki dengan cara yang efisien dan efektif, khususnya dalam upaya
peningkatan kesejahteraan dan pelayanan umum kepada masyarakat. Undang-
undang tersebut mengamanatkan perlunya transparansi dan akuntabilitas dalam
pengelolaan keuangan daerah yang diwujudkan antara lain dengan mekanisme
pengawasan yang baik yakni pengawasan secara berkelanjutan, konsisten dan
komprehensif yang dilakukan secara eksternal maupun internal.
Kegiatan pengawasan berupa pemeriksaan terhadap kesesuaian rencana dan
realisasi anggaran keuangan pemerintah daerah biasa disebut proses audit. Auditor
adalah orang atau lembaga yang melakukan audit. Auditor sektor publik,
1
2
selanjutnya disebut auditor pemerintah berdasarkan Peraturan Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara No. PER/05/M.PAN/03/2008 adalah pegawai
negeri sipil (PNS) yang mempunyai jabatan fungsional dan /atau pihak lain yang
diberi tugas, wewenang, tanggung jawab dan hak penuh oleh pejabat yang
berwenang melaksanakan pengawasan pada pemerintah untuk dan atas nama
APIP. Auditor pemerintah sendiri dibagi menjadi dua, yaitu auditor internal dan
eksternal.
Auditor internal merupakan unit pemeriksa yang merupakan bagian dari
organisasi yang diawasi. Auditor internal terdiri dari Inspektorat Jendral
Departemen, Satuan Pengawas Intern (SPI) di lingkungan lembaga Negara dan
BUMN/BUMD, Inspektorat Wilayah Propinsi (Itwilprop), Inspektorat Wilayah
Kabupaten/ Kota (Itwilkab/Itwilkot), dan Badan Pengawas Keuangan dan
Pembangunan (BPKP). Sedangkan auditor eksternal adalah BPK (Badan
Pemeriksa Keuangan) yang merupakan lembaga pemeriksa yang independen.
Auditor eksternal sendiri merupakan unit pemeriksa yang berada di luar organisasi
yang diperiksa (Mardiasmo, 2002).
Inspektorat yang sebelumnya bernama Badan Pengawas Daerah (Bawasda)
merupakan lembaga atau institusi yang diberi kewenangan melaksanakan fungsi
pengawasan internal dalam arti luas berupa pengawasan (supervising),
pemeriksaan (auditing) dan pengendalian (controlling) terhadap pelaksanaan
urusan pemerintahan Daerah/Kota. Untuk melaksanakan semua fungsi tersebut,
Inspektorat senantiasa dituntut meningkatkan profesionalisme dan kualitas
pemeriksaan (audit) sebagai kontribusi nyata mewujudkan tata kelola
3
pemerintahan yang baik di Kabupaten/Kota (Irban I dan Tim dalam
http :// inspektoratnunukan . wordpres.com)
Berkaitan dengan kualitas audit yang dihasilkan, Christiawan (2002) dalam
penelitiannya menyebutkan bahwa kualitas audit ditentukan oleh dua hal yaitu
kompetensi dan independensi. Selanjutnya De Angelo (1981) dalam Alim dkk
(2007) mendefinisikan kualitas audit sebagai probabilitas bahwa auditor akan
menemukan dan melaporkan pelanggaran pada sistem akuntansi klien. Ditambah
lagi dengan Deis dan Giroux (1992) masih dalam Alim dkk (2007) yang
menjelaskan bahwa probabilitas untuk menemukan pelanggaran tergantung pada
kemampuan teknis auditor (kompetensi) dan probabilitas melaporkan pelanggaran
tergantung pada independensi auditor.
Berdasarkan pada pernyataan tersebut, bisa ditarik kesimpulan bahwa
kompetensi dan independensi merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam
menentukan kualitas audit yang akan dihasilkan dalam rangka mewujudkan sistem
pengawasan yang baik sesuai dengan apa yang telah diamanatkan dalam Undang-
Undang.
Pentingnya untuk mengetahui tentang kompetensi dan independensi
terutama dilingkungan APIP yang berada di Kota Mataram dan Kabupaten
Lombok Timur didukung dengan adanya hasil pemeriksaan yang telah dilakukan
oleh pengawas eksteren yaitu BPK terhadap LKPD Nusa Tenggara Barat yang
terdiri dari 1 Pemerintah Provinsi, 1 Pemerintah Kota dan 4 Pemerintah
Kabupaten untuk dua tahun terakhir yaitu tahun 2007 dan 2008, BPK berpendapat
bahwa laporan keuangan untuk semua hal yang material adalah opini Wajar
4
Dengan Pengecualian (WDP) dan opini Disclaimer atau Menolak Memberikan
Pendapat (Inspektorat Kota Mataram, 2009).
Keadaan seperti ini merupakan salah satu kelemahan yang bisa terjadi
karena kurangnya kompetensi dan independensi dari Aparat Pengawasan Interen
Pemerintah (APIP) yang menjadi pengawas interen sebelum BPK melakukan
pemeriksaan lebih lanjut terhadap apa yang telah menjadi tanggungjawab APIP.
Penelitian mengenai kompetensi dan independensi telah banyak dilakukan,
diantaranya oleh Elfarini (2007), dan Andreas (2008). Dalam penelitiannya,
Elfarini menggunakan enam faktor yang mempengaruhi kompetensi dan
independensi yaitu (1) pengetahuan, (2) pengalaman, (3) lama ikatan dengan
klien, (4) tekanan dari klien, (5) telaah dari rekan auditor dan (6) jasa non audit.
Sementara Andreas dalam penelitiannya menggunakan variabel yang sama
dengan tidak mamasukkan variabel jasa non audit sebagai faktor yang
mempengaruhi kompetensi dan independensi auditor.
Penelitian ini penting dilakukan untuk mengkaji ulang faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap kompetensi dan independensi auditor dengan melihat
konteks yang berbeda dengan penelitian terdahulu yaitu penelitian diadakan pada
auditor pemerintah Kota Mataram dan Kabupaten Lombok Timur. Penelitian ini
merupakan pengembangan atas apa yang telah dilakukan oleh Andreas (2008)
dengan melakukan penyesuaian variabel terhadap objek penelitian dan menambah
variabel independennya berupa keahlian dan hubungan dengan auditi.
5
1. 2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah pokok yang diteliti dapat
dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah pengetahuan, pengalaman, dan keahlian baik secara parsial maupun
simultan berpengaruh signifikan terhadap kompetensi auditor pemerintah ?
2. Apakah lama ikatan dengan auditi, tekanan dari auditi, telaah dari rekan
auditor, dan hubungan dengan auditi baik secara parsial maupun simultan
berpengaruh signifikan terhadap independensi auditor pemerintah ?
1. 3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, penelitian ini dilakukan dengan tujuan :
1. Untuk mengetahui apakah pengetahuan, pengalaman, dan keahlian baik secara
parsial maupun simultan berpengaruh signifikan terhadap kompetensi auditor
pemerintah
2. Untuk mengetahui apakah lama ikatan dengan auditi, tekanan dari auditi,
telaah dari rekan auditor, dan hubungan dengan auditi baik secara parsial
maupun simultan berpengaruh signifikan terhadap independensi auditor
pemerintah
1. 4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diperoleh dengan diadakannya penelitian ini adalah
sebagai berikut :
a. Secara akademis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kebulatan studi
sarjana srata satu (S-1) pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi AMM Mataram.
6
b. Secara teoritis untuk menambah pengetahuan tentang auditing khususnya
masalah kompetensi dan independensi auditor pemerintah serta untuk
menambah pengetahuan dan wawasan dalam mengaplikasikan ilmu yang
didapat serta memberikan bukti empiris mengenai pengaruh faktor-faktor yang
mempengaruhi kompetensi dan independensi pada auditor pemerintah.
c. Secara praktek diharapkan dapat memberikan bukti empiris dan sebagai bahan
masukan bagi pihak-pihak yang terkait, sehingga dapat meningkatkan
kompetensi dan independensi, selain itu sebagai sumber referensi dan
tambahan pengetahuan dalam rangka pengembangan penelitian sejenis.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hasil Penelitian Terdahulu
Sebagai bahan acuan, dalam penelitian ini selain menggunakan landasan teori
yang ada dibuku, juga digunakan penelitian terdahulu yang dianggap relevan
dalam penelitian ini yaitu :
Andreas (2008) yang melakukan penelitian pada Kantor Akuntan Publik yang
berada di wilayah DKI Jakarta periode Mei-Agustus 2008 mengenai persepsi
auditor tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kompetensi dan independensi
sebagai kualitas audit. Data dalam penelitian ini merupakan data primer yang
diperoleh dari 67 angket yang disebarkan kepada seluruh auditor yang berada
diwilayah DKI Jakarta pada periode Mei – Agustus 2008. Metode analisa data
yang digunakan untuk menjawab permasalahan yang diangkat adalah dengan
menggunakan analisis kuantitatif yaitu dengan menggunakan statistic parametric
dan non parametric berupa one sample T-test dan uji binomial test dengan
bantuan program SPSS. Adapun yang dijadikan sebagai variabel dalam penelitian
ini adalah kompetensi dan independensi sebagai variabel independen dengan
indikator masing-masing adalah kompetensi dipengaruhi oleh pengetahuan dan
pengalaman sedangkan independensi dipengaruhi oleh lama ikatan dengan klien,
tekanan dari klien, dan telaah dari rekan auditor. Sementara yang menjadi
variabel dependennya adalah kualitas audit yang dipengaruhi oleh kompetensi dan
independensi audior. Berdasarkan pengujian diperoleh hasil bahwa variabel
independen yaitu pengetahuan secara signifikan mempengaruhi kualitas audit,
7
8
sedangkan variabel : pengalaman, lama ikatan dengan klien dan telaah dari rekan
auditor secara signifikan tidak mempengaruhi kualitas audit
Elfarini (2007) melakukan penelitian mengenai pengaruh kompetensi dan
independensi auditor terhadap kualitas audit yang merupakan studi empiris pada
Kantor Akuntan Publik di Jawa Tengah. Adapun permasalahan yang diangkat
dalam penelitian ini adalah apakah kompetensi dan independensi secara simultan
dan parsial mempunyai pengaruh terhadap kualitas audit. Adapun populasi dalam
penelitian ini adalah auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) di
Jawa Tengah dengan sampel penelitian yang diambil menggunakan teknik
Proporsional Simple Random Sampling dengan jumlah sampel sebanyak 77 orang
auditor. Variabel independen dalam penelitian ini adalah kompetensi dan
independensi dengan indikatornya adalah pengetahun, pengalaman, tekanan dari
klien, lama ikatan dengan klien, telaah dari rekan auditor dan jasa non audit,
sedangkan variabel dependennya adalah kualitas audit. Alat pengumpulan data
menggunakan kuesioner. Data yang terkumpul di analisis dengan menggunakan
teknik analisis deskriptif dan analisis statistik. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa secara simultan kompetensi dan independensi berpengaruh signifikan
terhadap kualitas audit dan hasil secara parsial menunjukkan bahwa variabel
kompetensi dan independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.
Sedangkan koefisien determinasi menunjukkan bahwa secara bersama-sama
kompetensi dan independensi memberikan sumbangan terhadap variabel terikat
(kualitas audit) sebesar 28,2 % sedangkan sisanya 71,8 % dipengaruhi oleh faktor
lain diluar model.
9
Penelitian yang dilakukan oleh Alim dkk (2007) mengenai pengaruh
kompetensi dan independensi auditor dengan etika auditor sebagai variabel
moderasi juga menjadi acuan dalam penelitian ini. Penelitian tersebut bertujuan
untuk 1) menguji pengaruh kompetensi terhadap kualitas audit, 2) menguji
pengaruh interaksi antara kompetensi dan etika auditor terhadap kualitas audit, 3)
menguji pengaruh independensi terhadap kualitas audit, dan 4) untuk menguji
pengaruh interaksi antara interaksi dan etika auditor terhadap kualitas audit.
Populasi dalam penelitian tersebut adalah seluruh auditor yang ada di wilayah
Jawa Timur dengan pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan cara
simple random sampling, dimana pemilihan sampel dilakukan dengan mengambil
langsung dari populasinya seraca random. Alat analisis data yang digunakan
dalam penelitian tersebut adalah analisis Regresi Moderate Two Way Interactions.
Dari analisis yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa kompetensi dan independensi
berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit, sedangkan interaksi kompetensi
dan etika auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.
Adapun persamaan antara penelitian yang dilakukan oleh Andreas (2008)
dengan penelitian yang akan dilakukan ini adalah sama-sama melakukan
penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kompetensi dan
independensi yang masing-masing variabel mempunyai indikator yang akan
diteliti lebih lanjut. Sedangkan perbedaan penelitian terdahulu dengan peneltian
yang dilakukan ini adalah dilihat dari objek penelitian yaitu dimana pada
penelitian terdahulu mengadakan penelitian terhadap auditor yang berpraktek
pada Kantor Akuntan Publik (KAP) sedangkan pada penelitian ini, penulis
10
melakukan penelitian terhadap auditor pemerintah yang berpraktek pada
Inspektorat Kota Mataram dan Kabupaten Lombok Timur. Selain itu perbedaan
penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah dalam hal teknik analisa data,
dimana dalam penelitian ini menggunakan analisa regresi linier berganda untuk
mengetahui pengaruh dari faktor-faktor independen terhadap faktor dependen.
Perbedaan lain adalah dalam variabel independennya yaitu faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap kompetensi dan independensi auditor pemerintah yang akan
disesuaikan dengan objek penelitian dan menambah variabel independennya
berupa keahlian dan hubungan dengan auditi.
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Kompetensi
Standar umum pertama (SA seksi 219 dalam SPAP 2001) menyebutkan bahwa
audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan
pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor, sedangkan standar umum ketiga
(seksi 230 dalam SPAP, 2001) menyebutkan bahwa dalam pelaksanaan audit dan
penyusunan laporan, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalitasnya
dengan cermat dan seksama.
Dreyfus (1986) dalam Elfarini (2007), mendefinisikan kompetensi sebagai
keahlian seseorang yang berperan secara berkelanjutan yang mana pergerakannya
melalui proses pembelajaran dari mengetahui sesuatu ke mengetahui bagaimana.
Seperti misalnya dari sekedar pengetahuan yang tergantung pada aturan tertentu
kepada suatu pernyataan yang bersifat intuitif.
11
Sedangkan Trotter (1986) dalam Saifudin (2004) mendefinisikan bahwa
seorang yang kompeten adalah orang yang dengan keterampilannya mengerjakan
pekerjaan dengan mudah, cepat, intuitif dan sangat jarang atau tidak pernah
membuat kesalahan .
Adapun Bedard (1986) dalam Lastanti (2005:88) mengartikan keahlian atau
kompetensi sebagai seorang yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan
prosedural yang luas yang ditunjukkan dalam pengamatan audit.
Berdasarkan uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kompetensi auditor
adalah auditor yang dengan pengetahuan, pengalaman dan keahlian yang cukup
dapat melakukan audit secara objektif, cermat dan seksama.
Ashton (1991) dalam Alim dkk (2007:6), menunjukkan bahwa dalam literatur
psikologi, pengetahuan spesifik dan lama pengalaman bekerja sebagai faktor
penting untuk meningkatkan kompetensi. Ashton (1991) dalam Alim dkk (2007:6)
juga menjelaskan bahwa ukuran kompetensi tidak cukup hanya pengalaman tetapi
diperlukan pertimbangan-pertimbangan lain dalam pembuatan keputusan yang
baik karena pada dasarnya manusia memiliki sejumlah unsur lain selain
pengalaman.
De Angelo (1981) dalam Elfarini (2007) mengklasifikasikan kompetensi
kedalam 2 (dua) komponen yaitu pengetahuan dan pengalaman. Sedangkan
berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
No.PER/04/M.PAN/03/2008 tentang Kode Etik Aparat Pengawasan Interen
Pemerintah, kompetensi auditor diproksikan kedalam pengetahuan, keahlian dan
pengalaman.
12
2.2.1.1 Pengetahuan
Pengetahuan diukur dari seberapa tinggi pendidikan seorang auditor karena
dengan demikian auditor akan semakin banyak mempunyai pengetahuan
(pandangan) mengenai bidang yang digelutinya sehingga dapat mengetahui
berbagai masalah secara lebih mendalam, selain itu auditor akan mudah dalam
mengikuti perkembangan yang semakin kompleks (Meinhard et.al, 1987 dalam
Harhinto, 2004:35)
Widhi (2006) dalam Elfarini (2007), menyatakan bahwa pengetahuan
memiliki pengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Adapun SPAP 2001 tetang
standar umum, menjelaskan bahwa dalam melakukan audit, auditor harus
memiliki keahlian dan struktur pengetahuan yang cukup.
Adapun secara umum ada 5 pengetahuan yang harus dimiliki oleh seorang
auditor (Kusharyanti (2003) dalam Elfarini, (2007)), yaitu : (1) pengetahuan
pengauditan umum, (2) pengetahuan area fungsional, (3) pengetahuan mengenai
isu-isu akuntansi yang paling baru, (4) pengetahuan mengenai industri khusus, (5)
pengetahuan mengenai bisinis umum serta penyelesaian masalah. Pengetahuan
mengenai pengauditan umum seperti resiko audit, dan lain-lain kebanyakan
diperoleh diperguruan tinggi , sebagian dari pelatihan dan pengalaman. Untuk
area fungsional seperti perpajakan dan pengauditan dengan komputer sebagian
didapatkan dari pendidikan formal perguruan tinggi, sebagian besar dari pelatihan
dan pengalaman. Demikian juga dengan isu akuntansi, auditor bisa
mendapatkannya dari pelatihan professional yang diselenggarakan secara
13
berkelanjutan. Pengetahuan mengenai industri khusus dan hal-hal umum
kebanyakan diperoleh dari pelatihan dan pengalaman.
2.2.1.2 Pengalaman
Pengalaman merupakan suatu proses pembelajaran dan pertambahan
perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan formal maupun non
formal atau bisa diartikan sebagai suatu proses yang membawa seseorang kepada
suatu pola tingkah laku yang lebh tinggi. Suatu pembelajaran juga mencakup
perubahan yang relatif tepat dari perilaku yang diakibatkan pengalaman,
pemahaman dan praktek. (Knoers & Haditono (1999) dalam Asih (2006:12))
Menurut Loeher (2002) dalam Elfarini (2007:11), pengalaman merupakan
akumulasi gabungan dari semua yang diperoleh melalui berhadapan dan
berinteraksi berulang-ulang dengan sesama benda alam, keadaan, gagasan dan
penginderaan.
2.2.1.3 Keahlian
Sampai saat ini masih belum ada definsi operasioal yang tepat mengenai
keahlian. Menurut Webster’s Ninth New Collegiate Dictionary (1983) dalam Asih
(2006) mendefinisikan keahlian (expertise) adalah keterampilan dari seorang yang
ahli. Ahli (experts) didefinisikan sebagai seseorang yang memiliki tingkat
keterampilan tertentu atau pengetahuan yang tinggi dalam subjek tertentu yang
diperoleh dari pengalaman atau pelatihan.
Trotter (1986) dalam Asih (2006) mendefinisikan ahli adalah orang yang
dengan keterampilannya mengerjakan pekerjaan secara mudah, cepat, intuisi dan
sangat jarang atau tidak pernah membuat kesalahan. Menurut Tan dan Libby
14
(1997) dalam Asih (2007), keahlian audit dapat dikelompokkan ke dalam dua
golongan yaitu keahlian teknis dan keahlian non teknis. Keahlian teknis adalah
kemampuan mendasar seorang auditor berupa pengetahuan prosedural dan
kemampuan klerikal lainnya dalam lingkup akuntansi dan auditing secara umum.
Sedangkan keahlian non teknis merupakan kemampuan dari dalam diri seorang
auditor yang banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor personal dan pengalaman.
Dalam standar audit APIP dinyatakan bahwa auditor harus menggunakan
keahlian profesionalnya dengan cermat dan seksama (due professional care)
dan secara hati-hati (prudent) dalam setiap penugasan.
Penggunaan keahlian secara cermat dan seksama mewajibkan auditor untuk
melaksanakan tugasnya secara serius, teliti, dan menggunakan seluruh
kemampuan dengan pertimbangan profesionalnya dalam melaksanakan tugas
audit.(Pusdiklatwas BPKP, 2008:53)
2.2.2 Independensi
Arens, et.al (2003 : 84) mendefinisikan independensi dalam pengauditan
sebagai “cara pandang yang tidak memihak didalam pelaksanaan pengujian,
evaluasi hasil pemeriksaan, dan penyusunan laporan audit.
Sedangkan Mulyadi (2002:26) mendefinisikan independensi sebagai “keadaan bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain. Independensi juga berarti ada kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang objekif tidak memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya”.
Independensi menurut Halim (2003:46) merupakan suatu sikap mental yang dimiliki auditor untuk tidak memihak dalam melakukan audit. Masyarakat pengguna jasa audit memandang bahwa auditor akan independen terhadap laporan keuangan yang diperiksa dan pembuat dan pemakai laporan keuangan. Jika posisi
15
auditor terhadap kedua hal tersebut tidak independen maka hasil kerja auditor menjadi tidak berarti sama sekali.
Independensi auditor mempunyai tiga (3) aspek (Mulyadi, 1998: 49) yaitu :
1. Independensi dalam diri auditor yang berupa kejujuran dalam mempertimbangkan berbagai fakta yang ditemui dalam auditnya.
2. Independensi ditinjau dari sudut pandang pihak lain yang mengetahui informasi yang bersangkutan dengan diri auditor. Seorang auditor yang mengaudit laporan keuangan perusahaan yang dipimpin oleh ayahnya, kemungkinan dapat mempertahankan aspek independensi yang pertama, karena ia benar-benar jujur dalam mengemukakan hasil auditnya. Namun, dipandang dari pihak pemakai laporan audit yang mengetahui fakta, bahwa auditor tersebut memiliki hubungan istimewa dengan pimpinan perusahaan yang diauditnya (hubungan ayah-anak), independensi auditor tersebut pantas untuk diragukan.
3. Independensi dipandang dari sudut keahliannya. Seseorang dapat mempertimbangakan fakta dengan baik jika ia mempunyai keahlian mengenai audit atas fakta tersebut. Seorang auditor yang tdak mempunyai pengetahuan tentang bisnis asuransi, tidak akan dapat mempertimbangkan dengan objektif informasi yang tercantum dalam laporan keuangan perusahaan asuransi. Auditor tersebut tidak memilliki independensi bukan karena tidak adanya kejujuran dalam dirinya, melainkan karena tidak adanya keahlian mengenai objek yang diauditnya.
Independensi pada dasarnya adalah state of mind atau sesuatu yang dirasakan
oleh masing-masing menurut apa yang diyakini sedang berlangsung. Sehubungan
dengan hal tersebut, independensi auditor dapat ditinjau dan dievaluasi dari dua
sisi yaitu independensi praktisi dan independensi profesi. (Pusdiklatwas BPKP,
2008:47)
Secara lengkap mengenai dua macam independensi tersebut dapat diuraikan
sebagai berikut :
1. Independensi Praktisi, yakni independensi yang nyata atau faktual yang diperoleh dan dipertahankan oleh auditor dalam rangkaian kegiatan audit, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, sampai pada tahap pelaporan. Independensi dalam fakta ini merupakan tinjauan terhadap kebebasan yang sesungguhnya dimiliki oleh auditor, sehingga merupakan kondisi ideal yang perlu diwujudkan oleh auditor.
16
2. Independensi Profesi, yakni independensi yang ditinjau menurut citra (image) auditor dari pandangan publik atau masyarakat umum terhadap auditor yang bertugas. Independensi menurut tinjauan ini sering pula dinamakan independensi dalam penampilan (independence in appearance). Independensi menurut tinjauan ini sangat krusial karena tanpa keyakinan publik bahwa seorang auditor adalah independen, maka segala hal yang dilakukannya serta pendapatnya tidak akan mendapatkan penghargaa publik atau pemakainya. (Pusdiklatwas BPKP, 2008:48)
Dalam standar audit APIP yaitu pada standar umumnya dinyatakan bahwa
“dalam semua hal yang berkaitan dengan audit, APIP harus independen dan
para auditornya harus obyektif dalam pelaksanaan tugasnya”.
Adapun dalam penelitian ini akan diukur independensi auditor pemerintah
melalui lama hubungan dengan auditi, tekanan dari auditi, telaah dari rekan
auditor dan hubungan dengan auditi.
2.2.2.1 Lama Ikatan dengan Auditi (Audit Tenure)
Di Indonesia, masalah audit tenure atau masa kerja auditor dengan klien sudah
diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan No.17/PMK.01/2008 tentang jasa
Akuntan Publik. Keputusan menteri tersebut membatasi pemberian jasa audit atas
laporan dari suatu entitas dilakukan oleh KAP paling lama 6 tahun dan untuk
seorang Akuntan Publik paling lama 3 tahun buku berturut-turut dan dapat
kembali menerima penugasan untuk melakukan penugasan audit tersebut setelah
1 tahun buku tidak memberikan jasa audit umum atas laporan keuangan klien
tersebut. Pembatasan ini dimaksudkan agar auditor tidak terlalu dekat dengan
klien sehingga dapat mencegah terjadinya skandal akuntansi.
Menurut Supriyono (1988:6) dalam Elfarini (2003:36), penugasan audit yang
terlalu lama kemungkinan dapat mendorong auditor kehilangan independensinya
karena auditor tersebut merasa puas, kurang inovasi, dan kurang ketat dalam
17
melaksanakan prosedur audit. Sebaliknya penugasan audit yang lama
kemungkinan dapat pula meningkatkan independensinya karena auditor sudah
familiar. Pekerjaan dapat dilaksanakan dengan efisien dan lebih tahan terhadap
tekanan klien.
2.2.2.2 Tekanan dari Auditi
Dalam menjalankan fungsinya, auditor sering mengalami konflik kepentingan
dengan manajemen perusahaan. Manajemen mungkin ingin operasi perusahaan
atau kinerjanya tampak berhasil yakni tergambar melalui laba yang lebih tinggi
dengan maksud menciptakan penghargaan.
Pada situasi ini, auditor mengalami dilema. Pada satu sisi, jika auditor
mengikui keinginan klien maka ia melanggar standar profesi. Tetapi jika auditor
tidak mengikuti klien, maka klien dapat menghentikan penugasan atau mengganti
auditornya.
Goldman dan Barlev (1974) dalam Harhinto (2004:34), berpendapat bahwa
usaha untuk mempengaruhi auditor melakukan tindakan yang melanggar standar
profesi kemungkinan berhasil karena pada kondisi konflik ada kekuatan yang
tidak seimbang antara auditor dengan kliennya. Klien dapat dengan mudah
mengganti auditor jika auditor tersebut tidak bersedia memenuhi keinginannya.
Sementara auditor membutuhkan fee untuk memenuhi kebutuhannya. Sehingga
akan lebih mudah bagi klien untuk mengganti auditornya dibandingkan bagi
auditor untuk mendapatkan sumber fee tambahan atau alternatif sumber fee lain.
18
2.2.2.3 Telaah dari Rekan Auditor (Peer Review)
Tuntutan pada profesi akuntan untuk memberikan jasa yang berkualitas
menuntut transfaransi mengenai pekerjaan dan operasi auditor. Kejelasan
informasi tentang adanya sistem pengendalian kualitas yang sesuai dengan standar
profesi merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban terhadap klien dan
masyarakat luas akan jasa yang diberikan.
Oleh karena itu, pekerjaan auditor perlu dimonitor dan diaudit guna menilai
kelayakan desain sistem pengendalian kualitas dan kesesuaiannya dengan standar
kualitas yang disyaratkan sehingga output yang dihasilkan dapat mencapai standar
kualitas yang tinggi. Peer review sebagai mekanisme monitoring dipersiapkan
oleh auditor dapat meningkatkan jasa akuntansi dan audit. Manfaat yang diperoleh
dari peer review antara lain dapat memberikan pengalaman positif, mempertinggi
moral pekerja, dan lebih meyakinkan klien atas kualitas audit yang diberikan.
2.2.2.4 Hubungan dengan Auditi
Dalam penjelasan standar umum mengenai gangguan terhadap independensi
dan obyektifitas auditor disebutkan bahwa auditor yang mempunyai hubungan
yang dekat dengan auditi seperti hubungan sosial, kekeluargaan atau hubungan
lainnya yang dapat mengurangi independensi dan obyektifitasnya, harus tidak
ditugaskan untuk melakukan audit terhadap entitas tersebut.
Mengenai hubungan keluarga dan pribadi antara auditor dengan klien,
Mulyadi (1998:51) mengemukakan hal-hal sebagai berikut :
1. Hubungan keluarga dan pribadi dapat mempengaruhi objektivitas. Oleh karena itu, auditor harus menghindari penugasan audit atas laporan keuangan kliennya jika ia memiliki hubungan keluarga atau hubungan pribadi.
19
2. Hubungan keluarga yang pasti akan mengancam independensi adalah seperti akuntan publik yang bersangkutan, atau staf yang terlibat dalam penugasan itu, merupakan suami atau istri, keluarga sedarah semenda sampai dengan garis kedua. Termasuk dalam pengertian klien disini pemilik perusahaan pemegang saham utama, direksi dan eksekutif lainnya.
3. Hubungan pribadi yang bisa mempengaruhi independensi adalah seperti usaha kerja sama antara akuntan publik dengan kliennya diperusahaan yang tidak diaudit.
2.3 Kerangka Berfikir
Dalam penelitian ini, terdapat beberapa faktor yang dianggap paling
berpengaruh terhadap kompetensi dan independensi auditor pemerintah yang akan
diuji kebenarannya yaitu :
1. Pengalaman
2. Pengetahuan
3. Keahlian
4. Lama ikatan dengan auditi
5. Tekanan dari auditi
6. Telaah dari rekan auditor
7. Hubungan dengan auditi
Faktor-faktor di atas akan diteliti dan dibahas mengenai apakah ada pengaruh
secara signifikan terhadap kompetensi dan independensi auditor pemerintah Kota
Mataram dan Kabupaten Lombok Timur.
20
Gambar 2.1. Kerangka berfikir
2.4 Hipotesis
Berdasarkan penelitian terdahulu dan landasan teori yang telah dipaparkan
sebelumnya, dapat dibuatkan hipotesis penelitian sebagai berikut :
1) Diduga faktor-faktor pengetahuan, pengalaman, dan keahlian baik secara
parsial maupun simultan berpengaruh signifikan terhadap kompetensi auditor
pemerintah
Pengetahuan
Keahlian
(X3)
Kompetensi
(Y1)
Pengetahuan
(X1)
Pengalaman
(X2)
Lama ikatan
dengan auditi (X1)
Tekanan dari auditi
(X2)
Telaah dari rekan
auditor (X3)
Hubungan dengan
auditi (X4)
Independensi
(Y2)
21
2) Diduga faktor-faktor lama ikatan dengan auditi, tekanan dari auditi, telaah dari
rekan auditor, dan hubungan dengan auditi baik secara parsial maupun
simultan berpengaruh signifikan terhadap independensi auditor pemerintah.
22
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
asosiatif. Adapun yang dimaksud dengan penelitian asosiatif adalah penelitian
yang bertujuan untuk mengetahui hubungan dua variabel atau lebih
(Sugiyono,2005:11)
Dalam hal ini, penelitian asosiatif digunakan untuk mengetahui hubungan dan
pengaruh yang disebabkan oleh faktor-faktor independen seperti pengetahuan,
pengalaman, keahlian, lama ikatan dengan auditi, tekanan dari auditi, telaah dari
rekan auditor, dan hubungan dengan auditi terhadap variabel dependen yaitu
kompetensi dan independensi auditor pemerintah.
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
3.2.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh auditor pemerintah yang berada
pada Inspektorat Kota Mataram dan Kabupaten Lombok Timur pada tahun 2009.
Auditor yang dimaksud adalah pegawai negeri sipil (PNS) yang mempunyai
jabatan fungsional auditor (JFA) dan/atau pihak lain yang diberi tugas, wewenang,
tanggungjawab dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang melaksanakan
pengawasan pada instansi pemerintah untuk dan atas nama Aparat Pengawasan
Intern Pemerintah (APIP) (Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara N0. PER 05/M.PAN/03/2008).
22
23
Jadi penelitian ini mengambil seluruh auditor yang bekerja pada Inspektorat
Kota Mataram dan Kabupaten Lombok Timur yang telah bersetifikasi atau diberi
tugas, wewenang, tanggungjawab dan hak penuh untuk melaksanakan audit.
Berdasarkan pengertian tersebut, auditor yang telah bersetifikasi dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel 3.1. Kondisi Auditor Inspektorat Kota Mataram dan Kabupaten
Lombok Timur Tahun 2009
No Instansi
Diklat JFA Jumlah
AuditorTR A KT D
1
2
Inspektorat Kota Mataram
Inspektorat Kabupaten
Lombok Timur
2
6
12
7
4
4
0
0
18
17
Sumber : BPKP Denpasar, Mei 2009
Keterangan :
TR : Auditor Terampil
A : Auditor Ahli
KT : Auditor Ketua
D : Auditor Pengendali Teknis (Dalnis)
Berdasarkan data pada tabel diatas, dapat diketahui bahwa jumlah auditor yang
bekerja pada Inspektorat Kota Mataram dan Kabupaten Lombok Timur adalah
sebanyak 35 orang auditor.
24
3.2.2 Sampel
Pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik non probability
sampling yaitu teknik yang tidak memberi peluang sama bagi setiap unsur atau
anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel dengan melakukan teknik
sampling jenuh yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi
digunakan sebagai sampel (Sugiyono: 2000)
Berdasarkan teknik pengambilan sampel tersebut, maka dalam penelitian ini
akan menggunakan sampel sebanyak populasi yang ada yaitu 35 orang auditor
yang bekerja pada inspektorat Kota Mataram dan Kabupaten Lombok Timur.
3.3 Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Penelitian ini mengambil lokasi pada Badan Pengawas Daerah (BAWASDA)
Kota Mataram dan Kabupaten Lombok Timur, yang sekarang dikenal dengan
nama INSPEKTORAT. Adapun alasan dipilihnya Inspektorat sebagai lokasi
penelitian adalah kesediaan pihak terkait untuk memberikan data dan izin untuk
mengadakan penelitian mengenai permasalahan yang diangkat dalam penelitian
ini.
Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan metode interview atau wawancara dengan alat yang digunakan
berupa angket (kuesioner). Kuesioner adalah pertanyaan tertulis yang digunakan
untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya
atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto,2002:128).
25
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari tiga tahap
pelaksanaan yaitu sebagai berikut :
1. Tahap pendahuluan
Pada tahap ini penulis melakukan pencarian informasi mengenai tempat
auditor pemerintah melakukan praktek auditnya. Pencarian informasi
menghasilkan bahwa auditor pemerintah melakukan praktek auditnya pada
Inspektorat dan selanjutnya dengan surat izin yang diberikan dari pihak
kampus yang kemudian disampaikan ke BAPPEDA Kota Mataram dan Badan
Lingkungan Hidup dan Penelitian (BLHP dan memberikan izin untuk
mengadakan penelitian pada Inspektorat Kota Mataram dan Kabupaten
Lombok Timur.
2. Tahap persiapan
Pada tahap ini peneliti mengumpulkan data dan mempelajari literatur yang
berkaitan dengan masalah yang diangkat dalam penelitian ini.
3. Tahap pelaksanaan penelitian
Pada tahap ini penelitian dilakukan dengan datang secara langsung ke
lokasi penelitian yaitu Inspektorat Kota Mataram dan Kabupaten Lombok
Timur, kemudian melakukan penyebaran kuesioner dan mengadakan
wawancara secara langsung pada para auditor untuk memperoleh data yang
diperlukan dalam penelitian ini. Setelah data diperoleh, langkah selanjutnya
adalah melakukan analisis terhadap data yang telah dikumpulkan.
26
3.4 Jenis dan Sumber Data
3.4.1 Jenis Data
Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Data kualitatif
Data kualitatif adalah data yang berbentuk uraian dan penjelasan-
penjelasan yang diperoleh dari objek penelitian berupa data demografi
responden.
b. Data kuantitatif
Data kuantitaif adalah data yang berbentuk angka dan dapat dihitung,
seperti data jumlah auditor pada inspektorat Kota Mataram dan Kabupaten
Lombok Timur.
3.4.2 Sumber Data
Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah :
a. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari objek penelitian
seperti data hasil kuesioner yang disebarkan kepada auditor pemerintah yang
menjadi responden dalam penelitian ini.
b. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek
penelitian seperti data-data kepustakaan dari jurnal-jurnal penelitian.
3.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
Dalam penelitian ini menggunakan dua buah variabel terikat (dependen) yaitu
variabel kompetensi dan independensi. Dua variabel tersebut dipengaruhi oleh
27
variabel bebas (independen) yaitu kompetensi di pengaruhi oleh pengetahuan,
pengalaman dan keahlian sedangkan independensi di pengaruhi oleh lama ikatan
dengan auditi, tekanan dari auditi, telaah dari rekan auditor, dan hubungan dengan
auditi.
1. Kompetensi (Y1)
Kompetensi auditor adalah pengetahuan, pengalaman dan keahlian yang
dimiliki oleh seorang auditor agar mampu melakukkan audit secara objektif,
cermat dan seksama. Oleh karena itu pada penelitian ini kompetensi auditor
diproksikan kedalam pengetahuan, pengalaman, dan keahlian.
a. Pengetahuan (X1)
Pengetahuan dalam penelitian ini diartikan sebagai pengetahuan yang
dimiliki oleh auditor yang meliputi pengauditan (umum dan khusus),
pengetahuan mengenai auditing dan akuntansi pemerintahan serta memahami
jenis kegiatan auditi. Indikator yang akan dikembangkan berkaitan dengan
pengetahuan auditor pemerintah adalah : (1) pengetahuan akan prinsip
akuntansi, standar audit dan kode etik APIP; (2) pengetahuan tentang jenis
kegiatan auditi; (3) pengetahuan tentang kondisi kegiatan auditi; (4)
pendidikan formal yang sudah ditempuh; dan (5) pelatihan, kursus dan
keahlian khusus yang dimiliki.
b. Pengalaman (X2)
Pengalaman merupakan rentang waktu seorang auditor telah menekuni
profesi sebagai seorang auditor dalam kegiatannya berupa melakukan
pemeriksaan terhadap obrik atau auditi. Indikator pengalaman dalam
28
penelitian ini adalah : (1) lama melakukan audit; (2) jumlah obrik yang sudah
diaudit; (3) jenis obrik yang sudah diaudit; dan (4) ukuran obrik yang sudah
diperiksa.
c. Keahlian (X3)
Keahlian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keahlian yang
dimiliki oleh auditor pemerintah dalam mendeteksi kecurangan-kecurangan
yang mungkin ditemukan dalam kegiatan pengawasan terhadap auditi.
Indikator keahlian dalam penelitian ini berupa : (1) ahli tentang standar audit,
kebijakan, prosedur dan praktek audit; (2) ahli merencanakan audit,
mengidentifikasi kebutuhan professional auditor dan mengembangkan teknik
serta metodologi audit; (3) pengetahuan, keterampilan, dan disiplin ilmu; dan
(4) sertifikasi jabatan dan diklat berkelanjutan (Pusdiklatwas BPKP)
2. Independensi (Y2)
Independensi merupakan sikap yang dimiliki oleh auditor yang tidak cepat
terpengaruh oleh/dengan siapapun dalam mengungkapkan apa yang menjadi
temuan dalam proses audit. Dalam penelitian ini, independensi dipengaruhi oleh 4
faktor yaitu :
a. Lama ikatan dengan auditi (X1)
Dalam penelitian ini, lama ikatan dengan klien diartikan sebagai seberapa
lama auditor telah melakukan audit terhadap auditi yang sama. Indikator yang
akan dikembangkan berkaitan dengan lama ikatan dengan auditi yaitu lama
mengaudit auditi.
29
b. Tekanan dari auditi (X2)
Tekanan dari auditi diartikan sebagai suatu sikap auditi yang ditujukan
langsung kepada auditor berkaitan dengan kegiatan audit yang dilakukan.
Indikator yang akan dikembangkan dalam penelitian ini berkaitan dengan
tekanan dari auditi adalah : (1) ancaman dari auditi; dan (2) fasilitas yang
diberikan oleh auditi kepada auditor.
c. Telaah dari rekan auditor (X3)
Telaah dari rekan auditor merupakan monitoring yang dilakukan oleh satu
auditor berkaitan dengan hasil audit yang telah dikeluarkan oleh auditor
lainnya, dalam hal ini adalah monitoring yang dilakukan oleh auditor BPK.
Indikator yang berkaitan dengan telaah dari rekan auditor adalah : (1) manfaat
telaah dari rekan auditor; dan (2) konsekuensi terhadap audit yang buruk.
d. Hubungan dengan auditi (X4)
Hubungan yang dimaksud disini adalah ikatan keluarga atau persahabatan
yang dimiliki oleh auditor yang melakukan audit terhadap auditi. Indikator
yang akan dikembangkan kaitannya dengan hubungan auditor dengan auditi
dalam penelitian ini adalah larangan melakukan audit terhadap auditi yang
ada hubungan dengan auditor.
3.6 Metode Analisis Data dan Uji Hipotesis
3.6.1 Metode Analisis Data
1) Analisis Data Kualitatif
Analisis data kualitatif adalah menganalisis data yang berbentuk kata,
kalimat, atau gambar (Sugiyono, 2005). Dalam penelitian ini, analisis data
30
kualitatif dilakukan dengan cara memilih data, mengelompokkan data,
memberikan gambaran menggunakan teori dan kemudian menarik
kesimpulan.
2) Analisis Data Kuantitatif
a) Uji Validitas
Validitas adalah seberapa cermat alat ukur dapat mengungkap dengan
jitu gejala-gejala atau bagian-bagian yang hendak diukur. Suatu instrument
yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi, sebaliknya intrumen
yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah (Arikunto,2002:144).
Validitas dihitung setiap butirnya menggunakan rumus product moment
dengan rumus sebagai berikut :
Keterangan :
rxy = koefisien korelasi
N = jumlah subyek
∑X = jumlah skor item
∑Y = jumlah skor total
∑XY = jumlah perkalian x dan y
X2 = kuadrat dari x
Y2 = kuadrat dari y
31
Hasil perhitungan rxy dikonsultasikan pada tabel dengan taraf kesalahan 5
% , jika rxy > r tabel maka item soal tersebut valid. Untuk mengetahui hasil Uji
validitas, dalam penelitian ini akan menggunakan bantuan program SPSS 17.00
b) Uji Reliabilitas
Reliabilitas menyangkut ketepatan alat ukur. Suatu alat ukur disebut
mempunyai reliabilitas tinggi atau dapat dipercaya, jika alat ukur itu
mantap, dalam pengertian bahwa alat ukur tersebut stabil, dapat
diandalkan (dependability) dan dapat diramalkan (predictability) (Nazir,
1999). Reliabilitas instrument penelitian diuji dengan menggunakan rumus
koefisien Cronbach’s Alpha. Pertanyaan dikatakan reliabel (andal) bila
Cronbach’s Alpha lebih besar dari 0,5.
Berikut adalah rumus Cronbach’s Alpha yang dugunakan dalam
penelitian ini :
Keterangan
rtt = koefisien alpha
M = jumlah butir
Vx = jumlah varian butir
Vt = varian total
c) Analisis Data
Analsis data adalah cara-cara mengolah data yang telah terkumpul
kemudian dapat memberikan interpretasi. Hasil pengolahan data ini
kemudian digunakan untuk menjawab masalah yang telah dirumuskan.
32
Analisis data dilakukan dengan menggunakan rumus regresi linier
berganda. Adapun alasan menggunakan regresi linier berganda untuk
melakukan analisis terhadap data yang diperoleh adalah karena variabel-
variabel dalam penelitian ini sudah dapat diketahui melalui penelitian
terdahulu. Adapun persamaan regresi masing-masing adalah sebagai
berikut :
1) Kompetensi
Dimana :
Y1 = Kompetensi
β0 = Konstanta
X1 = Pengetahuan
X2 = Pengalaman
X3 = Keahlian
β 1, β 2, β 3 = Koefesien regresi
e = Error
2) Independensi
Dimana :
Y2 = Independensi
β0 = Konstanta
X1 = Lama ikatan dengan auditi
X2 = Tekanan dari auditi
33
X3 = Telaah dari rekan auditor
X4 = Hubungan dengan auditi
β 1, β 2, β 3, β 4 = Koefesien regresi
e = Error
Toleransi kesalahan (α) yang ditetapkan masing-masiing adalah
sebesar 5 % dengan signifikan sebesar 95 %.
3.6.2 Uji Hipotesis
Pengujian terhadap hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan uji t dan uji F. Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-
masing variabel bebas terhadap variabel terikat. Uji t dilakukan dengan
membandingkan antara thitung dengan ttabel. Untuk mengetahui nilai ttabel ditentukan
dengan tingkat signifikan 5 % dengan derajat kebebasan df = (n-k-1) dimana n
adalah jumlah responden dan k adalah jumlah variabel.
Sementara uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen
secara bersama-sama atau simultan terhadap variabel dependen. Uji F dilakukan
dengan membadingkan antara Fhitung dengan Ftabel pada tingkat kepercayaan 5 %
dan derajat kebebasan (degree of freedom) df = (n-k-1) dimana n adalah jumlah
responden dan k adalah jumlah variabel.
Adapun prosedur uji hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Merumuskan hipotesis statistik
Adapun hipotesis statistik dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Hipotesis statistik untuk kompetensi
34
H0 : tidak ada pengaruh yang signifikan dari variabel independen yaitu
pengetahuan, pengalaman dan keahlian baik secara parsial maupun
simultan terhadap kompetensi auditor pemerintah
Ha: ada pengaruh yang signifikan variabel independen seperti pengetahuan,
pengalaman, dan keahlian baik secara parsial mapun simultan
terhadap variabel dependen yaitu kompetensi auditor pemerintah
b. Hipotesis statsistik untuk independensi
H0 : tidak ada pengaruh yang signifikan dari variabel independen yaitu
lama ikatan dengan auditi, tekanan dari auditi, telaah dari rekan
auditor dan hubungan dengan auditi baik secara parsial maupun
simultan terhadap variabel dependen yaitu independensi auditor
pemerintah
Ha : ada pengaruh yang signifikan dari variabel independen yaitu lama
ikatan dengan auditi, tekanan dari auditi, telaah dari rekan auditor
dan hubungan dengan auditi baik secara parsial maupun simultan
terhadap variabel dependen yaitu independensi auditor pemerintah
c. Menentukan kriteria pengujian hipotesis
Adapun kriteria pengujian hipotesis adalah sebagai berikut :
1. Uji secara parsial
a. Kriteria pengujian untuk kompetensi
Jika thitng > ttabel maka Ho ditolak dan terima Ha
Jika thitung < ttabel maka Ho diterima dan tolak Ha
b. Kriteria pengujian untuk independensi
35
Jika thitng > ttabel maka Ho ditolak dan terima Ha
Jika thitung < ttabel maka Ho diterima dan tolak Ha
2. Uji secara simultan
a. Kriteria pengujian untuk kompetensi
Jika Fhitng > Ftabel maka Ho ditolak dan terima Ha
Jika Fhitung < Ftabel maka Ho diterima dan tolak Ha
b. Kriteria pengujian untuk independensi
Jika Fhitng > Ftabel maka Ho ditolak dan terima Ha
Jika Fhitung < Ftabel maka Ho diterima dan tolak Ha
36
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4. 1 Hasil Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian
Obyek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Inspektorat Kota
Mataram dan Kabupaten Lombok Timur yang dulu dikenal dengan nama Badan
Pengawas Daerah (BAWASDA), yaitu suatu instansi yang bertugas melakukan
pengawasan interen terhadap kinerja semua SKPD (Satuan Kerja Perangkat
Daerah ) Kabupaten/Kota secara komprehensif.
Adapun kegiatan utama yang dilaksanakan oleh setiap Inspektorat baik Kota
maupun Kabupaten adalah sebagai berikut :
a) Audit
Kegiatan audit yang dilaksanakan oleh inspektorat terdiri dari :
1. Audit kinerja terhadap penggunaan dana APBN dan APBD
Ruang lingkup audit kinerja berupa audit ekonomis, efisiensi dan
efektivitas penggunaan anggaran dan serta ketaatan pelaksanaan kegiatan
terhadap peraturan perundang-undangan. Audit ini bertujuan untuk menilai
kinerja penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan yang didanai
APBN dan APBD, serta memberikan rekomendasi dalam rangka
membantu manajemen/pimpinan instansi pemerintah meningkatkan
kinerja.
37
2. Audit kinerja atas penyelenggaraan pelayanan publik
Audit ini bertujuan untuk memastikan bahwa kualitas pelayanan publik
termasuk perijinan yang diberikan oleh instansi pemerintah kepada
masyarakat telah sesuai dengan ketentun dan standar pelayanan publik
yang baku.
3. Audit kinerja atas optimalisasi penerimaan Negara dan Daerah
Audit ini dilakukan untuk mendukung pemerintah dalam upaya
optimalisasi penerimaan Negara, baik penerimaan pemerintah pusat
maupun pedapatan asli daerah baik penerimaan pajak maupun penerimaan
Negara bukan pajak.
4. Audit keuangan atas pinjaman dan hibah luar negeri (PHLN)
Audit ini merupakan audit umum untuk memberikan opini atau pernyataan
pendapat terhadap kewajaran laporan keuangan proyek-proyek yang
dibiayai dari sumber dana PHLN.
5. Audit investigative
Audit ini dilakukan bila ada dugaan kasus KKN dilingkungan aparatur
Negara. Selain itu, audit ini dilaksanakan berdasarkan pengembangan atas
temuan hasil audit yang belum ada atau belum tuntas tindak lanjutnya,
pengaduan masyarakat melalui kotak pos atau yang langsung ditujukan
kepada APIP yang bersangkutan.
6. Audit terhadap masalah yang menjadi fokus perhatian pimpinan
lembaga/instansi pemerintah
36
38
7. Audit bersifat khas
Sesuai dengan tujuan pembentukannya, setiap unit APIP dapat mempunyai
tugas dan fungsi yang bersifat khas yang tidak dimiliki oleh APIP lainnya
seperti audit akhir masa jabatan Kepala Daerah.
b) Monitoring
Monitoring oleh APIP dilakukan secara terus-menerus terhadap seluruh tahap
pelaksanaan tugas pokok instansi pemerintah sejak tahap perencanaan, sebagai
salah satu bentuk pengarahan dan penjagaan terhadap pelaksanaan tugas dan
fungsi instansi pemerintah, agar tetap berjalan sesuai dengan kebijakan,
rencana, prosedur dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
c) Kegiatan evaluasi
Kegaiatan evaluasi yang dilakukan oleh inspektorat terdiri dari :
1. Evaluasi sistem pengendalian interen pemerintah
2. Evaluasi penggunaan dana dekonsentrasi dan pembantuan
3. Evaluasi aspek tertentu penyelenggaraan program instansi pemerintah
d) Review
Review merupakan salah satu bentuk kegiatan pengawasan, berupa penilaian
terhadap hasil kegiatan suatu instansi pemerintah, seperti reviu terhadap
laporan keuangan pemerintah. Tujuan review tersebut terutama adalah untuk
menilai laporan keuangan dari sudut penyajiannya.
4.1.2 Deskripsi Responden
Jumlah kuesioner yang disebarkan kepada Inspektorat Kota Mataram dan
Kabupaten Lombok Timur khususnya kepada para responden yaitu para auditor
39
yang melakukan praktek audit berjumlah 35 kuesioner dengan tingkat
pengembalian 88,5 % atau 31 kuesioner. Adapun pengembalian kuesioner tidak
mencapai 100 % disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :
1. 1 orang auditor telah pengsiun pada saat penelitian ini dilakukan
2. 1 orang auditor meninggal dunia sebelum penelitian ini dilakukan
3. 2 orang auditor telah pindah tugas dari inspektorat
Adapun deskripsi profil responden dalam penelitian ini terdiri dari
jabatan/posisi yang sedang diduduki oleh responden, lama pengalaman responden
dalam bidang audit pemerintah, keahlian khusus yang dimiliki oleh responden
selain audit pemerintah, lama responden telah menekuni keahlian khusus tersebut,
tingkat pendidikan formal yang telah diikuti oleh responden, kepemilikan
sertifikat yang mendukung dalam bidang audit disektor publik, dan keikutsertaan
responden dalam hal pelatihan sebagai seorang auditor disektor publik.
Berikut adalah pertanyaan mengenai profil responden dan hasil yang
diperoleh berdasarkan pertanyaan tersebut.
1. Pertanyaan :
Jabatan/posisi anda saat ini :
a. Ketua tim
b. Ahli
c. Terampil
d. Lain-lain (sebutkan) : ..................................
Hasil :
40
Adapun hasil yang diperoleh berdasarkan pertanyaan diatas adalah bahwa
auditor yang menjadi responden dalam penelitian ini memiliki jabatan/posisi
yang bervariasi yaitu sebagai ketau tim 25,8% atau 8 orang, auditor ahli
45,2% atau 14 orang, auditor terampil 29% atau 9 orang.
2. Pertanyaan :
Lama pengalaman kerja dibidang audit pemerintah sampai saat
ini : ......tahun......bulan
Hasil :
Adapun hasil yang diperoleh berdasarkan pertanyaan tersebut adalah
bahwa auditor yang memiliki pengalaman dalam bidang audit pemerintah
dibawah 3 tahun sebanyak 16,1% atau 5 orang dan diatas 3 tahun sebanyak
83,9% atau 26 orang.
3. Pertanyaan :
Keahlian khusus yang anda miliki saat ini selain audit :
a. Analisis sistem
b. Konsultan pajak
c. Konsultan manajemen
d. Lain-lain (sebutkan) : ..............................
Hasil :
Berdasarkan pertanyaan diatas, hasil yang diperoleh adalah bahwa
keahlian khusus yang dimilki oleh auditor yang menjadi responden dalam
penelitian ini bermacam-macam yaitu sebagai analis system 3 orang dengan
pengalaman masing-masing selama 2 tahun, 5 tahun dan 1 tahun 11 bulan.
41
Sedangkan yang memiliki keahlian lainnya sebanyak 3 orang masing-masing
memiliki keahlian dibidang audit administrasi barang dengan pengalaman
selama 4 tahun 1 bulan, sebagai JFA terampil dengan pengalaman selama 5
tahun, dan sebagai auditor ahli madya dengan pengalaman selama 7 tahun.
Sedangkan 25 orang auditor lainnya tidak memiliki keahlian khusus seperti
auditor yang telah disebutkan tersebut.
4. Pertanyaan :
Tingkat pendidikan formal anda
Hasil :
Adapun hasil yang diperoleh berdasarkan pertanyaan diatas adalah bahwa
auditor yang memiliki pendidikan formal D3 terdiri dari 6,5 % atau 2 orang,
S-1 90,3 % atau 28 orang, dan S-2 3,2 % atau 1 orang.
5. Pertanyaan :
Apakah anda mempunyai sertifikasi/gelar profesional lain yang menunjang
bidang keahlian (selain auditor)
a. Ya, sebutkan ................................
No Tingkat Pendidikan ∑ %
1
2
3
4
Prasarjana (Setingkat D3)
Strata satu (S-1)
Strata dua (S-2)
Strata tiga (S-3)
2
28
1
6,5
90,3
3,2
Total 31 100
42
b. Tidak
Hasil :
Hasil yang diperoleh berdasarkan kepemilikan sertifikat lain yang akan
membantu dalam audit sektor publik adalah yang memiliki adalah sebanyak
16,1 % atau 5 orang, dan yang tidak memiliki sebanyak 83,9 % atau 26 orang.
6. Pertanyaan :
Apakah anda pernah mengikuti pelatihan dalam bidang audit, berapa kali ?
a. Ya, sebutkan……………………
b. Tidak
Hasil :
Hasil yang diperoleh berdasarkan keikutsertaan responden dalam
mengikuti pelatihan dalam bidang audit sektor publik yaitu auditor yang
pernah mengikuti sebanyak 100 % atau 31 orang.
Berikut adalah tabel ringakasan profil responden yang berpartisipasi dalam
penelitian ini.
Tabel 4.1
Profil Responden
Keterangan Jumlah Prosentase
Jabatan/posisi :
Ketua tim
Ahli
Terampil
Lain-lain
Lama pengalaman dalam bidang audit
< 3 tahun
> 3 tahun
8
14
9
-
5
26
25,8 %
45,2 %
29 %
16,1 %
83,9 %
43
Keahlian khusus yang dimiliki
Analisis sistem
Konsultan pajak
Lain-lain
Lama menekuni keahlian khusus
< 3 tahun
> 3 tahun
Pendidikan formal/ jenjang pendidikan
D3
S-1
S-2
Kepemilikan sertifikat yang mendukung
Punya
Tidak punya
Keikut sertaan dalam pelatihan bidang audit
Ikut
Tidak ikut
2
-
3
2
3
2
28
1
5
26
31
-
6,5 %
9,7 %
6,5 %
9,7 %
6,5 %
90,3 %
3,2 %
16,1 %
83,9 %
100 %
4.1.3 Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Pengujian validitas dilakukan dengan mengkorelasikan setiap item pertanyaan
dengan total setiap nilai variabel. Korelasi setiap total pertanyaan dengan total
nilai dilakukan dengan uji korelasi pearson, jika hasil perhitungan korelasi lebih
besar dari nilai r tabel, maka ini berarti butir pertanyaan sahih (valid), sedangkan
pengujian reliabilitas setiap variabel dilakukan dengan teknik Crombach alpha,
pertanyaan disebut reliabel (andal) bila Alpha crombach lebih besar dari 0,5.
Data yang dikumpulkan menggunakan alat berupa kuesioner, yang dijabarkan
dalam 40 item pertanyaan diuji validitas dan reliabilitasnya. Hal ini dilakukan
44
untuk memperoleh keyakinan bahwa pernyataan-pernyataan dalam kuesioner
telah sesuai mengukur konsep yang dimaksudkan dan telah konsisten dalam
mengukur konsep tersebut berdasar jawaban responden yang menjadi sampel
dalam penelitian.
Berikut adalah hasil pengujian validitas dan reliabilitas masing-masing item
pertanyaan untuk semua variabel dalam penelitian.
Tabel 4.2
Hasil uji validitas butir pertanyaan semua variabel
Sumber : Lampiran (data yang diolah)
Berdasarkan data pada tabel 4.2 diatas, dapat diketahui bahwa semua butir
pertanyaan untuk setiap variabel dalam penelitian ini telah valid karena koefisien
butir total masing-masing lebih besar bila dibandingkan dengan r tabel dengan
n=31 yaitu 0,355. Maka dapat disimpulkan bahwa data yang diperoleh
berdasarkan kuesioner dapat digunakan untuk analisis lebih lanjut.
Tabel 4.3
Hasil uji reliabilitas untuk semua variabel
Sumber : Lampiran (data yang diolah)
45
Berdasarkan pada tabel 4.3 diatas, dapat diketahui bahwa seluruh butir
pertanyaan untuk semua variabel memiliki cronbach’s alpha lebih besar dari 0,5
sehingga reliabel dan dapat disimpulkan bahwa data tersebut bisa digunakan
untuk analisa lebih lanjut.
4.1.4 Analisis Regresi
4.1.4.1. Analisis regresi untuk kompetensi
Berikut adalah hasil analisis regresi untuk variabel kompetensi.
Tabel 4.4.
Model Summary Regresi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .324a .105 .006 .88903 1.143
a. Predictors: (Constant), Keahlian, Pengalaman, Pengetahuan
b. Dependent Variable: Kompetensi
Berdasarkan tabel model summary regresi diatas dapat diketahui bahwa
koefisien korelasi berganda (R) sebesar 0,324 dengan koefisien determinasinya
(R2) sebesar 0,105 atau 10,5 %. Hal ini menunjukkan bahwa 10,5 % dari variance
kompetensi bisa dijelaskan oleh perubahan pengetahuan, pengalaman, dan
keahlian dari auditor pemerintah tersebut. Sedangkan sisanya yaitu sebesar 89,5 %
bisa dipengaruhi oleh faktor lain diluar model seperti emotional yang dimiliki
oleh auditor itu sendiri.
46
Tabel 4.5
ANOVA Regresi
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 2.505 3 .835 1.057 .384a
Residual 21.340 27 .790
Total 23.845 30
a. Predictors: (Constant), Keahlian, Pengalaman, Pengetahuan
b. Dependent Variable: Kompetensi
Berdasarkan tabel ANOVA Regresi diatas dapat diketahui bahwa nilai
Fhitung dari variabel-variabel yang mempengaruhi kompetensi sebesar 1,057.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara simultan, faktor-faktor seperti
pengetahuan, pengalaman, dan keahlian memiliki pengaruh yang tidak signifikan
terhadap kompetensi karena memiliki nilai Fhitung< Ftabel yaitu sebesar 1,84 dengan
tingkat signifikan yang lebih besar bila dibandingkan dengan tingkat signifikan
yang telah ditentukan yaitu 5 % (0,05). Berdasarkan hal tersebut, dapat ditarik
kesimpulan bahwa dalam penelitian dapat menerima H0 dan menolak Ha.
Sedangkan untuk koefesien-koefesien regresi secara parsial dapat dilihat pada
tebel berikut.
47
.Tabel 4.6
Koefesien-koefesien hasil perhitungan analisis regresi berganda
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 3.624 .789 4.592 .000
Pengetahuan .227 .172 .255 1.323 .197 .895 1.118
Pengalaman -.232 .168 -.260 -1.381 .179 .936 1.069
Keahlian -.125 .166 -.140 -.749 .460 .954 1.048
a. Dependent Variable: Kompetensi
Berdasarkan pada tabel tersebut, dapat diketahui bahwa secara parsial dari
ketiga variabel tersebut tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kompetensi. Hal ini dapat dilihat dari probabilitas signifikan untuk masing-masing
variabel tersebut berada jauh diatas tingkat signifikan yang telah ditentukan yaitu
sebesar 5 % (0,05) dengan nilai thitung<ttabel yaitu sebesar 1,697. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini menerima H0 dan menolak Ha.
Dari hasil analisa tersebut, dapat dibuatkan persamaan regresi berganda
untuk kompetensi sebagai berikut :
Y1’ = 3,624 + 0,227 X1 - 0,232 X2 - 0,125 X3
Berikut adalah penjelasan berdasarkan persamaan regresi berganda yang
terbentuk :
1. Koefesien regresi masing-masing variabel ada yang bernilai positif dan
ada yang bernilai negatif, yang berarti bahwa persamaan rergresi
48
tersebut memiliki hubungan dua arah. Dengan demikian kompetensi
akan berubah sebesar koefesien masing-masing variabel.
2. Konstanta bernilai positif berarti bahwa seorang auditor akan tetap
memiliki kompetensi sebesar konstanta meskipun variabel
independennya nol.
4.1.4.2. Analisis regresi untuk independensi
Berikut adalah hasil analisis regresi untuk variabel independensi yang
dilakukan dengan bantuan program SPSS 17.0
Tabel 4.7
Model Summary Regresi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .509a .259 .145 .90999 1.583
a. Predictors: (Constant), Hubungan_dengan_auditi, Lama_ikatan_dengan_auditi,
Telaah_dari_rekan_auditor, Tekanan_dari_auditi
b. Dependent Variable: Independensi
Berdasarkan tabel model summary regresi diatas dapat diketahui bahwa
koefisien korelasi berganda (R) untuk independensi sebesar 0,509 dengan
koefisien determinasinya (R2) sebesar 0,259 atau 25,9 %. Hal ini menunjukkan
bahwa 25,9 % dari variance independensi bisa dijelaskan oleh perubahan lama
ikatan dengan auditi, tekanan dari auditi, telaah dari rekan auditor dan hubungan
dengan auditi dari auditor pemerintah tersebut. Sementara 74,1 % dipengaruhi
oleh variabel lain diluar model seperti misalnya etika auditor dan kepercayaan
pimpinan.
49
Tabel 4.8
ANOVA Regresi
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 7.513 4 1.878 2.268 .000a
Residual 21.530 26 .828
Total 29.043 30
a. Predictors: (Constant), Hubungan_dengan_auditi, Lama_ikatan_dengan_auditi,
Telaah_dari_rekan_auditor, Tekanan_dari_auditi
b. Dependent Variable: Independensi
Berdasarkan tabel ANOVA Regresi diatas dapat diketahui bahwa nilai Fhitung
dari variabel-variabel yang mempengaruhi independensi sebesar 2,268. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa secara simultan, faktor-faktor seperti lama
ikatan dengan auditi, tekanan dari auditi, telaah dari rekan auditor, dan hubungan
dengan auditi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kompetensi karena
memiliki nilai Fhitung> Ftabel yaitu sebesar 1,84 dengan tingkat signifikan yang lebih
kecil bila dibandingkan dengan tingkat signifikan yang telah ditentukan yaitu 5 %
(0,05). Berdasarkan hal tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam penelitian
dapat menerima Ha dan menolak H0.
Sedangkan untuk koefisien-koefisien regresi secara parsial dapat dilihat pada
tabel berikut ini.
50
Tabel 4.9
Koefisien-koefisien hasil perhitungan analisis regresi berganda
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardize
d
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta
Toleranc
e VIF
1 (Constant) .275 .931 .296 .770
Lama_ikatan_dengan
_auditi
.400 .173 .406 2.319 .029 .928 1.077
Tekanan_dari_auditi .046 .221 .046 .209 .836 .587 1.703
Telaah_dari_rekan_a
uditor
.224 .175 .229 1.277 .213 .890 1.124
Hubungan_dengan_a
uditi
.166 .215 .167 .772 .447 .613 1.632
a. Dependent Variable: Independensi
Berdasarkan pada tabel tersebut, dapat diketahui bahwa secara parsial dari
keempat variabel tersebut tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kompetensi. Hal ini dapat dilihat dari probabilitas signifikan untuk masing-masing
variabel tersebut berada jauh diatas tingkat signifikan yang telah ditentukan yaitu
sebesar 5 % (0,05) dengan nilai thitung<ttabel yaitu sebesar 1,697. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini menerima H0 dan menolak Ha.
Berdasarkan analisa yang telah dilakukan tersebut, dapat dibuatkan persamaan
regresi berganda untuk independensi sebagai berikut :
Y2’ = 0,275 + 0,400 X1 + 0,046 X2 + 0,224 X3 + 0,166 X4
Berikut adalah penjelasan berdasarkan persamaan regresi berganda yang
terbentuk
51
1. Nilai koefisien regresi untuk masing-masing variabel tersebut bernilai
positif berarti bahwa dalam model regresi berganda tersebut memiliki
hubungan yang searah. Ini berarti bahwa independensi auditor
pemerintah akan mengalami perubahan sebesar koefesien regresi yang
dimililki oleh masing-masing variabel tersebut.
2. Konstanta bernilai positif berarti bahwa seorang auditor akan tetap
bersikap independen meskipun variabel indepedennya nol.
4. 2 Pembahasan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada inspektorat Kota Mataram
dan Kabupaten Lombok Timur, diperoleh hasil sebagai berikut:
Menurut persepsi auditor pemerintah yang berada di Inspektorat Kota
Mataram dan Kabupaten Lombok Timur, ternyata pengetahuan tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap kompetensi auditor pemerintah. Walaupun ada
pengaruhnya, tetapi tidak terlalu mengubah atau menambah kompetensi seorang
auditor, hal ini bisa dilihat dalam tingkat pendidikan yang dimiliki oleh auditor
pemerintah. Dimana masih ada auditor yang memiliki pendidikan formal sampai
D3 tetapi bisa melakukan proses audit dan bahkan sama dengan auditor yang
pendidikan formalnya S-1.
Menurut persepsi auditor pemerintah yang berada di Inspektorat Kota
Mataram dan Kabupaten Lombok Timur, pengalaman juga tidak mempuyai
pengaruh yang signifikan terhadap kompetensi audtor pemerintah. Hal ini
menunjukkan bahwa selama apapun auditor pemerintah telah melakukan audit,
52
jumlah auditi yang yang banyak dan jenis auditi yang diperiksa beragam, tidak
berdampak sinifikan terhadap kompetensi audtor pemerintah dalam melakukan
audit terhadap objek pemeriksaan yang diaudit. Hal ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Abdolmohammadi dan Wrigt (1987) yang menyatakan
bahwa pengaruh pengalaman akan signifikan ketika tugas yang dilaksanakan
semakin kompleks (tugas yang dilakukan tidak terstruktur). Berkaitan dengan hal
tersebut, kemungkinannya adalah bahwa karena tugas yang dilakukan oleh auditor
dari tahun ketahun tetap sama dan berada ditempat yang sama, sehingga dengan
demikian tidak akan terjadi pengembangan kompetensi yang dimiliki oleh auditor
tersebut.
Menurut auditor pemerintah Kota Mataram dan Lombok Timur, keahlian
yang dimiliki oleh auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap kompetensi
auditor pemerintah. Hal itu menunjukkan bahwa seahli apapun seorang auditor
dalam mendeteksi dan mengetahui adanya kecurangan dalam melakukan
pemeriksaan terhadap auditi, tidak begitu kelihatan dalam perkembangan
kompetensi diri auditor. Hal ini bisa disebabkan oleh lingkup pemeriksaan yang
stagnan dan monoton dari waktu kewaktu.
Berkaitan dengan lama ikatan dengan auditi, auditor pemerintah Kota
Mataram dan Kabupeten Lombok Timur berpendapat bahwa hal tersebut tidak
berpengaruh signifikan terhadap independensi seorang auditor. Artinya bahwa
independensi seorang auditor akan terganggu dengan adanya ikatan kerja yang
terlalu lama dengan satu orang auditi. Hal ini sesuai dengan pendapat yang
dikemukakan oleh Supriyono (1988:6) dalam Elfarini (2007:36) yang menyatakan
53
bahwa penugasan audit yang terlalu lama kemungkinan akan mendorong auditor
kehilangan independensinya karena auditor merasa puas, kurang inovasi, dan
kurang ketat dalam melaksanakan audit.
Mengenai tekanan dari auditi, auditor pemerintah Kota Mataram dan
Kabupaten Lombok Timur berpendapat bahwa hal tersebut walaupun berpengaruh
tetapi tidak siginifikan terhadap independensi seorang auditor. Auditor merasa
independensinya masih bisa terganggu jika masih ada tekanan dari auditi yang
diaudit baik berupa ancaman dari auditi atau berupa pasilitas yang disediakan oleh
auditi kepada auditor tersebut.
Telaah dari rekan auditor menurut auditor pemerintah Kota Mataram dan
Kabupaten Lombok Timur juga tidak berpengaruh signifikan terhadap
independensi auditor pemerintah. Auditor mungkin menganggap bahwa telaah
yang dilakukan oleh auditor lain sampai saat ini belum dilaksanakan secara
maksimal. Tidak ada tindak lanjut dari telaah yang dilakukan tersebut, sehingga
auditor merasa bahwa apapun yang dilakukannya tidak berdampak pada dirinya.
Persepsi auditor Kota Mataram dan Kabupaten Lombok Timur mengenai
hubungan dengan auditi yaitu bahwa hal tersebut juga tidak berpengaruh
signifikan terhadap independensi seorang auditor. Sikap independensi seorang
auditor masih bisa terganggu apabila dalam instansi yang akan diaudit memiliki
hubungan, baik berupa hubungan kekeluargaan atau persahabatan.
Berdasarkan temuan-temuan tersebut, dapat disimpulkan bahwa penelitian ini
mendukung atas apa yang telah dilakukan sebelumnya oleh Andreas (2008) yang
mendapatkan hasil bahwa tidak semua variabel yang diproksikan untuk
54
kompetensi dan independensi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kompetensi dan independensi auditor.
55
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap auditor pemerintah yang
berada di Inspektorat Kota Mataram dan Kabupaten Lombok Timur mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi kompetensi dan independensi auditor
pemerintah, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
1. Secara simultan, faktor-faktor seperti pengetahuan, pengalaman, dan
keahlian tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kompetensi
auditor pemerintah.
2. Secara parsial, faktor-faktor seperti pengetahuam, pengalaman, dan keahian
yang dimililki oleh auditor tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
kompetensi auditor pemerintah.
3. Secara simultan, faktor-faktor seperti lama ikatan dengan auditi, tekanan
dari auditi, telaah dari rekan auditor dan hubungan dengan auditi
berpengaruh signifikan terhadap independensi auditor pemerintah meskipun
ada faktor lain yang mungkin bisa mempengaruhi independensi auditor
seperti etika auditor dan kepercayaan pimpinan terhadap auditor tersebut.
4. Secara parsial, baik faktor lama ikatan dengan auditi, tekanan dari auditi,
telaah dari rekan auditor, dan hubungan dengan auditi tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap independensi auditor pemerintah.
55
56
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat dikemukakan adalah :
1. Untuk menghasilkan kualitas audit yang baik, seperti yang telah dikemukakan
oleh peneliti-peneliti terdahulu bahwa kompetensi dan independensi
merupakan faktor yang mempengaruhi kualitas audit, untuk itu disarankan
kepada para auditor untuk tetap meningkatkan kompetensinya dan menjaga
independensi dalam melakukan praktek auditnya.
2. Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya menambah variabel lain yang
mungkin bisa berpengaruh terhadap kompetensi seperti emotional question
yang dimiliki oleh auditor dan untuk independensi auditor pemerintah seperti
etika auditor dan kepercayaan yang diberikan oleh pimpinan kepada auditor
tersebut.
3. Karena terhalang dengan waktu dan biaya, pada penelitian ini hanya
mengambil sampel pada dua inspektorat yang berda di Pulau Lombok.
Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk mengambil sampel yang
mungkin bisa mewakili pulau Lombok dan Sumbawa.
57
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Halim, 2003, Auditing Dasar-dasar Audit Laporan Keuangan, UPP YKPN: Yogyakarta
Arens, Loebbecke,2003, Auditing Buku Satu, Salemba Empat : Jakarta
Dwi Ananing Tyas Asih, 2006, Pengaruh Pengalaman Terhadap Tingkat Keahlian Auditor dalam Bidang Audit, Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia
Eunike Christina Elfarini, 2007, Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Jawa Tengah), Skripsi Universitas Negeri Semarang
Frianty Kartika Widhi, 2006, Pengaruh Faktor-faktor Keahlian dan Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris KAP di Jakarta), Semarang, Skripsi S1 Universitas Diponegoro (Tidak di Publikaskan)
Hexana Sri Lastanti, 2005, Tinjauan Terhadap Kompetensi dan Independensi Akuntan Publik : Refleksi atas Skandal Keuangan. Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi. Vol.5.No.1. April 2005 Hal 85-97
IAI, 2001, Standar Profesional Akuntan Publik, Salemba Empat, Jakarta
Ludfian Andreas, 2008, Persepsi Auditor Tentang Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kompetensi dan Independensi Sebagai Kualitas Audit, Skripsi ABFI INSTITUTE PERBANAS
Mardiasmo, 2002, Akuntansi Sektor Publik, Andi, Yogyakarta
M.Nizarul Alim, Trisni Hapsari, Liliek Purwati, 2007, Pengaruh Kompetensi dan Independensi Terhadap Kualitas Audit Dengan Etika Auditor Sebagai Variabel Moderasi, Simposium Nasional Akuntansi X Unhas Makasar 26-28 Juli 2007
Moh. Nazir, 1999, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta.
Mulyadi, 1998, Auditing Edisi Kelima Salemba Empat,Jakarta
Mulyadi, 2002, Auditing Buku 1 Edisi 6, Salemba Empat, Jakarta
58
Murtanto, 1999, Identifikasi Karakteristik-karakteristik Keahlian Audit, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, 2 (1) :37-51, STIE, Yogyakarta
Permenpan Nomor PER/04/M.PAN/03/2008 tentang Kode Etik Aparat Pengawasan Intern Pemerintah
Permenpan Nomor PER/05/M.PAN/03/2008 tentang Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.01/2008 tentang jasa Akuntan Publik
Pusdiklatwas BPKP, 2005, Kode Etik dan Standar Audit, Edisi Keempat
Saifudin, 2004, Pengaruh Kompetensi dan Independensi Terhadap Opini Audit Going Concern (Studi Kuasteksperimen pada Auditor dan Mahasiswa), Semarang, Tesis Undip (Tidak di Publikasikan)
Sugiyono, 2005, Metode Penelitian Bisnis, CV Alfabeta, Bandung
Suharsimi Arikunto, 2002, Prosedur Penelitian Suatu Pedekatan Praktek Edisi Revisi V, Rineka Cipta, Jakarta.
STIE AMM MATARAM, 2009, Pedoman Penyusunan Skripsi, LP3M, Mataram
Teguh Harhinto, 2004, Pengaruh Keahlian dan Independensi Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris pada KAP di Jawa Timur), Semarang, Tesis Maksi, Universitas Diponegoro, (Tidak di Pubilkasikan)
Yulius Jogi Christiawan, 2003, Kompetensi dan Independensi Akuntan Publik: Refleksi Hasil Penelitian Empiris, Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol.4 No.2 (Nov) Hal.79-92