skripsi finish

89
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Dalam era globalisasi dan otonomi daerah saat ini, perwujudan pemerintahan yang baik dan bersih merupakan tuntutan sekaligus kebutuhan yang mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan daerah. Betapa tidak, kendala paling besar yang menghambat kemajuan ekonomi dan pembangunan di daerah adalah masih maraknya praktek penyalahgunaan kekuasaan dan keuangan daerah sehingga sumber daya yang ada tidak bisa dimanfaatkan secara optimal bagi kesejahteraan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi daerah. Berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, membawa konsekuensi bagi daerah dalam bentuk tanggungjawab atas pengalokasian dana yang dimiliki dengan cara yang efisien dan efektif, khususnya dalam upaya peningkatan

Upload: antonk-wan

Post on 25-Oct-2015

34 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Dalam era globalisasi dan otonomi daerah saat ini, perwujudan

pemerintahan yang baik dan bersih merupakan tuntutan sekaligus kebutuhan yang

mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan daerah. Betapa tidak, kendala paling

besar yang menghambat kemajuan ekonomi dan pembangunan di daerah adalah

masih maraknya praktek penyalahgunaan kekuasaan dan keuangan daerah

sehingga sumber daya yang ada tidak bisa dimanfaatkan secara optimal bagi

kesejahteraan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi daerah.

Berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, membawa

konsekuensi bagi daerah dalam bentuk tanggungjawab atas pengalokasian dana

yang dimiliki dengan cara yang efisien dan efektif, khususnya dalam upaya

peningkatan kesejahteraan dan pelayanan umum kepada masyarakat. Undang-

undang tersebut mengamanatkan perlunya transparansi dan akuntabilitas dalam

pengelolaan keuangan daerah yang diwujudkan antara lain dengan mekanisme

pengawasan yang baik yakni pengawasan secara berkelanjutan, konsisten dan

komprehensif yang dilakukan secara eksternal maupun internal.

Kegiatan pengawasan berupa pemeriksaan terhadap kesesuaian rencana dan

realisasi anggaran keuangan pemerintah daerah biasa disebut proses audit. Auditor

adalah orang atau lembaga yang melakukan audit. Auditor sektor publik,

1

2

selanjutnya disebut auditor pemerintah berdasarkan Peraturan Menteri Negara

Pendayagunaan Aparatur Negara No. PER/05/M.PAN/03/2008 adalah pegawai

negeri sipil (PNS) yang mempunyai jabatan fungsional dan /atau pihak lain yang

diberi tugas, wewenang, tanggung jawab dan hak penuh oleh pejabat yang

berwenang melaksanakan pengawasan pada pemerintah untuk dan atas nama

APIP. Auditor pemerintah sendiri dibagi menjadi dua, yaitu auditor internal dan

eksternal.

Auditor internal merupakan unit pemeriksa yang merupakan bagian dari

organisasi yang diawasi. Auditor internal terdiri dari Inspektorat Jendral

Departemen, Satuan Pengawas Intern (SPI) di lingkungan lembaga Negara dan

BUMN/BUMD, Inspektorat Wilayah Propinsi (Itwilprop), Inspektorat Wilayah

Kabupaten/ Kota (Itwilkab/Itwilkot), dan Badan Pengawas Keuangan dan

Pembangunan (BPKP). Sedangkan auditor eksternal adalah BPK (Badan

Pemeriksa Keuangan) yang merupakan lembaga pemeriksa yang independen.

Auditor eksternal sendiri merupakan unit pemeriksa yang berada di luar organisasi

yang diperiksa (Mardiasmo, 2002).

Inspektorat yang sebelumnya bernama Badan Pengawas Daerah (Bawasda)

merupakan lembaga atau institusi yang diberi kewenangan melaksanakan fungsi

pengawasan internal dalam arti luas berupa pengawasan (supervising),

pemeriksaan (auditing) dan pengendalian (controlling) terhadap pelaksanaan

urusan pemerintahan Daerah/Kota. Untuk melaksanakan semua fungsi tersebut,

Inspektorat senantiasa dituntut meningkatkan profesionalisme dan kualitas

pemeriksaan (audit) sebagai kontribusi nyata mewujudkan tata kelola

3

pemerintahan yang baik di Kabupaten/Kota (Irban I dan Tim dalam

http :// inspektoratnunukan . wordpres.com)

Berkaitan dengan kualitas audit yang dihasilkan, Christiawan (2002) dalam

penelitiannya menyebutkan bahwa kualitas audit ditentukan oleh dua hal yaitu

kompetensi dan independensi. Selanjutnya De Angelo (1981) dalam Alim dkk

(2007) mendefinisikan kualitas audit sebagai probabilitas bahwa auditor akan

menemukan dan melaporkan pelanggaran pada sistem akuntansi klien. Ditambah

lagi dengan Deis dan Giroux (1992) masih dalam Alim dkk (2007) yang

menjelaskan bahwa probabilitas untuk menemukan pelanggaran tergantung pada

kemampuan teknis auditor (kompetensi) dan probabilitas melaporkan pelanggaran

tergantung pada independensi auditor.

Berdasarkan pada pernyataan tersebut, bisa ditarik kesimpulan bahwa

kompetensi dan independensi merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam

menentukan kualitas audit yang akan dihasilkan dalam rangka mewujudkan sistem

pengawasan yang baik sesuai dengan apa yang telah diamanatkan dalam Undang-

Undang.

Pentingnya untuk mengetahui tentang kompetensi dan independensi

terutama dilingkungan APIP yang berada di Kota Mataram dan Kabupaten

Lombok Timur didukung dengan adanya hasil pemeriksaan yang telah dilakukan

oleh pengawas eksteren yaitu BPK terhadap LKPD Nusa Tenggara Barat yang

terdiri dari 1 Pemerintah Provinsi, 1 Pemerintah Kota dan 4 Pemerintah

Kabupaten untuk dua tahun terakhir yaitu tahun 2007 dan 2008, BPK berpendapat

bahwa laporan keuangan untuk semua hal yang material adalah opini Wajar

4

Dengan Pengecualian (WDP) dan opini Disclaimer atau Menolak Memberikan

Pendapat (Inspektorat Kota Mataram, 2009).

Keadaan seperti ini merupakan salah satu kelemahan yang bisa terjadi

karena kurangnya kompetensi dan independensi dari Aparat Pengawasan Interen

Pemerintah (APIP) yang menjadi pengawas interen sebelum BPK melakukan

pemeriksaan lebih lanjut terhadap apa yang telah menjadi tanggungjawab APIP.

Penelitian mengenai kompetensi dan independensi telah banyak dilakukan,

diantaranya oleh Elfarini (2007), dan Andreas (2008). Dalam penelitiannya,

Elfarini menggunakan enam faktor yang mempengaruhi kompetensi dan

independensi yaitu (1) pengetahuan, (2) pengalaman, (3) lama ikatan dengan

klien, (4) tekanan dari klien, (5) telaah dari rekan auditor dan (6) jasa non audit.

Sementara Andreas dalam penelitiannya menggunakan variabel yang sama

dengan tidak mamasukkan variabel jasa non audit sebagai faktor yang

mempengaruhi kompetensi dan independensi auditor.

Penelitian ini penting dilakukan untuk mengkaji ulang faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap kompetensi dan independensi auditor dengan melihat

konteks yang berbeda dengan penelitian terdahulu yaitu penelitian diadakan pada

auditor pemerintah Kota Mataram dan Kabupaten Lombok Timur. Penelitian ini

merupakan pengembangan atas apa yang telah dilakukan oleh Andreas (2008)

dengan melakukan penyesuaian variabel terhadap objek penelitian dan menambah

variabel independennya berupa keahlian dan hubungan dengan auditi.

5

1. 2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah pokok yang diteliti dapat

dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah pengetahuan, pengalaman, dan keahlian baik secara parsial maupun

simultan berpengaruh signifikan terhadap kompetensi auditor pemerintah ?

2. Apakah lama ikatan dengan auditi, tekanan dari auditi, telaah dari rekan

auditor, dan hubungan dengan auditi baik secara parsial maupun simultan

berpengaruh signifikan terhadap independensi auditor pemerintah ?

1. 3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, penelitian ini dilakukan dengan tujuan :

1. Untuk mengetahui apakah pengetahuan, pengalaman, dan keahlian baik secara

parsial maupun simultan berpengaruh signifikan terhadap kompetensi auditor

pemerintah

2. Untuk mengetahui apakah lama ikatan dengan auditi, tekanan dari auditi,

telaah dari rekan auditor, dan hubungan dengan auditi baik secara parsial

maupun simultan berpengaruh signifikan terhadap independensi auditor

pemerintah

1. 4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diperoleh dengan diadakannya penelitian ini adalah

sebagai berikut :

a. Secara akademis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kebulatan studi

sarjana srata satu (S-1) pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi AMM Mataram.

6

b. Secara teoritis untuk menambah pengetahuan tentang auditing khususnya

masalah kompetensi dan independensi auditor pemerintah serta untuk

menambah pengetahuan dan wawasan dalam mengaplikasikan ilmu yang

didapat serta memberikan bukti empiris mengenai pengaruh faktor-faktor yang

mempengaruhi kompetensi dan independensi pada auditor pemerintah.

c. Secara praktek diharapkan dapat memberikan bukti empiris dan sebagai bahan

masukan bagi pihak-pihak yang terkait, sehingga dapat meningkatkan

kompetensi dan independensi, selain itu sebagai sumber referensi dan

tambahan pengetahuan dalam rangka pengembangan penelitian sejenis.

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hasil Penelitian Terdahulu

Sebagai bahan acuan, dalam penelitian ini selain menggunakan landasan teori

yang ada dibuku, juga digunakan penelitian terdahulu yang dianggap relevan

dalam penelitian ini yaitu :

Andreas (2008) yang melakukan penelitian pada Kantor Akuntan Publik yang

berada di wilayah DKI Jakarta periode Mei-Agustus 2008 mengenai persepsi

auditor tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kompetensi dan independensi

sebagai kualitas audit. Data dalam penelitian ini merupakan data primer yang

diperoleh dari 67 angket yang disebarkan kepada seluruh auditor yang berada

diwilayah DKI Jakarta pada periode Mei – Agustus 2008. Metode analisa data

yang digunakan untuk menjawab permasalahan yang diangkat adalah dengan

menggunakan analisis kuantitatif yaitu dengan menggunakan statistic parametric

dan non parametric berupa one sample T-test dan uji binomial test dengan

bantuan program SPSS. Adapun yang dijadikan sebagai variabel dalam penelitian

ini adalah kompetensi dan independensi sebagai variabel independen dengan

indikator masing-masing adalah kompetensi dipengaruhi oleh pengetahuan dan

pengalaman sedangkan independensi dipengaruhi oleh lama ikatan dengan klien,

tekanan dari klien, dan telaah dari rekan auditor. Sementara yang menjadi

variabel dependennya adalah kualitas audit yang dipengaruhi oleh kompetensi dan

independensi audior. Berdasarkan pengujian diperoleh hasil bahwa variabel

independen yaitu pengetahuan secara signifikan mempengaruhi kualitas audit,

7

8

sedangkan variabel : pengalaman, lama ikatan dengan klien dan telaah dari rekan

auditor secara signifikan tidak mempengaruhi kualitas audit

Elfarini (2007) melakukan penelitian mengenai pengaruh kompetensi dan

independensi auditor terhadap kualitas audit yang merupakan studi empiris pada

Kantor Akuntan Publik di Jawa Tengah. Adapun permasalahan yang diangkat

dalam penelitian ini adalah apakah kompetensi dan independensi secara simultan

dan parsial mempunyai pengaruh terhadap kualitas audit. Adapun populasi dalam

penelitian ini adalah auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) di

Jawa Tengah dengan sampel penelitian yang diambil menggunakan teknik

Proporsional Simple Random Sampling dengan jumlah sampel sebanyak 77 orang

auditor. Variabel independen dalam penelitian ini adalah kompetensi dan

independensi dengan indikatornya adalah pengetahun, pengalaman, tekanan dari

klien, lama ikatan dengan klien, telaah dari rekan auditor dan jasa non audit,

sedangkan variabel dependennya adalah kualitas audit. Alat pengumpulan data

menggunakan kuesioner. Data yang terkumpul di analisis dengan menggunakan

teknik analisis deskriptif dan analisis statistik. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa secara simultan kompetensi dan independensi berpengaruh signifikan

terhadap kualitas audit dan hasil secara parsial menunjukkan bahwa variabel

kompetensi dan independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.

Sedangkan koefisien determinasi menunjukkan bahwa secara bersama-sama

kompetensi dan independensi memberikan sumbangan terhadap variabel terikat

(kualitas audit) sebesar 28,2 % sedangkan sisanya 71,8 % dipengaruhi oleh faktor

lain diluar model.

9

Penelitian yang dilakukan oleh Alim dkk (2007) mengenai pengaruh

kompetensi dan independensi auditor dengan etika auditor sebagai variabel

moderasi juga menjadi acuan dalam penelitian ini. Penelitian tersebut bertujuan

untuk 1) menguji pengaruh kompetensi terhadap kualitas audit, 2) menguji

pengaruh interaksi antara kompetensi dan etika auditor terhadap kualitas audit, 3)

menguji pengaruh independensi terhadap kualitas audit, dan 4) untuk menguji

pengaruh interaksi antara interaksi dan etika auditor terhadap kualitas audit.

Populasi dalam penelitian tersebut adalah seluruh auditor yang ada di wilayah

Jawa Timur dengan pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan cara

simple random sampling, dimana pemilihan sampel dilakukan dengan mengambil

langsung dari populasinya seraca random. Alat analisis data yang digunakan

dalam penelitian tersebut adalah analisis Regresi Moderate Two Way Interactions.

Dari analisis yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa kompetensi dan independensi

berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit, sedangkan interaksi kompetensi

dan etika auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.

Adapun persamaan antara penelitian yang dilakukan oleh Andreas (2008)

dengan penelitian yang akan dilakukan ini adalah sama-sama melakukan

penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kompetensi dan

independensi yang masing-masing variabel mempunyai indikator yang akan

diteliti lebih lanjut. Sedangkan perbedaan penelitian terdahulu dengan peneltian

yang dilakukan ini adalah dilihat dari objek penelitian yaitu dimana pada

penelitian terdahulu mengadakan penelitian terhadap auditor yang berpraktek

pada Kantor Akuntan Publik (KAP) sedangkan pada penelitian ini, penulis

10

melakukan penelitian terhadap auditor pemerintah yang berpraktek pada

Inspektorat Kota Mataram dan Kabupaten Lombok Timur. Selain itu perbedaan

penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah dalam hal teknik analisa data,

dimana dalam penelitian ini menggunakan analisa regresi linier berganda untuk

mengetahui pengaruh dari faktor-faktor independen terhadap faktor dependen.

Perbedaan lain adalah dalam variabel independennya yaitu faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap kompetensi dan independensi auditor pemerintah yang akan

disesuaikan dengan objek penelitian dan menambah variabel independennya

berupa keahlian dan hubungan dengan auditi.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Kompetensi

Standar umum pertama (SA seksi 219 dalam SPAP 2001) menyebutkan bahwa

audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan

pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor, sedangkan standar umum ketiga

(seksi 230 dalam SPAP, 2001) menyebutkan bahwa dalam pelaksanaan audit dan

penyusunan laporan, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalitasnya

dengan cermat dan seksama.

Dreyfus (1986) dalam Elfarini (2007), mendefinisikan kompetensi sebagai

keahlian seseorang yang berperan secara berkelanjutan yang mana pergerakannya

melalui proses pembelajaran dari mengetahui sesuatu ke mengetahui bagaimana.

Seperti misalnya dari sekedar pengetahuan yang tergantung pada aturan tertentu

kepada suatu pernyataan yang bersifat intuitif.

11

Sedangkan Trotter (1986) dalam Saifudin (2004) mendefinisikan bahwa

seorang yang kompeten adalah orang yang dengan keterampilannya mengerjakan

pekerjaan dengan mudah, cepat, intuitif dan sangat jarang atau tidak pernah

membuat kesalahan .

Adapun Bedard (1986) dalam Lastanti (2005:88) mengartikan keahlian atau

kompetensi sebagai seorang yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan

prosedural yang luas yang ditunjukkan dalam pengamatan audit.

Berdasarkan uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kompetensi auditor

adalah auditor yang dengan pengetahuan, pengalaman dan keahlian yang cukup

dapat melakukan audit secara objektif, cermat dan seksama.

Ashton (1991) dalam Alim dkk (2007:6), menunjukkan bahwa dalam literatur

psikologi, pengetahuan spesifik dan lama pengalaman bekerja sebagai faktor

penting untuk meningkatkan kompetensi. Ashton (1991) dalam Alim dkk (2007:6)

juga menjelaskan bahwa ukuran kompetensi tidak cukup hanya pengalaman tetapi

diperlukan pertimbangan-pertimbangan lain dalam pembuatan keputusan yang

baik karena pada dasarnya manusia memiliki sejumlah unsur lain selain

pengalaman.

De Angelo (1981) dalam Elfarini (2007) mengklasifikasikan kompetensi

kedalam 2 (dua) komponen yaitu pengetahuan dan pengalaman. Sedangkan

berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara

No.PER/04/M.PAN/03/2008 tentang Kode Etik Aparat Pengawasan Interen

Pemerintah, kompetensi auditor diproksikan kedalam pengetahuan, keahlian dan

pengalaman.

12

2.2.1.1 Pengetahuan

Pengetahuan diukur dari seberapa tinggi pendidikan seorang auditor karena

dengan demikian auditor akan semakin banyak mempunyai pengetahuan

(pandangan) mengenai bidang yang digelutinya sehingga dapat mengetahui

berbagai masalah secara lebih mendalam, selain itu auditor akan mudah dalam

mengikuti perkembangan yang semakin kompleks (Meinhard et.al, 1987 dalam

Harhinto, 2004:35)

Widhi (2006) dalam Elfarini (2007), menyatakan bahwa pengetahuan

memiliki pengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Adapun SPAP 2001 tetang

standar umum, menjelaskan bahwa dalam melakukan audit, auditor harus

memiliki keahlian dan struktur pengetahuan yang cukup.

Adapun secara umum ada 5 pengetahuan yang harus dimiliki oleh seorang

auditor (Kusharyanti (2003) dalam Elfarini, (2007)), yaitu : (1) pengetahuan

pengauditan umum, (2) pengetahuan area fungsional, (3) pengetahuan mengenai

isu-isu akuntansi yang paling baru, (4) pengetahuan mengenai industri khusus, (5)

pengetahuan mengenai bisinis umum serta penyelesaian masalah. Pengetahuan

mengenai pengauditan umum seperti resiko audit, dan lain-lain kebanyakan

diperoleh diperguruan tinggi , sebagian dari pelatihan dan pengalaman. Untuk

area fungsional seperti perpajakan dan pengauditan dengan komputer sebagian

didapatkan dari pendidikan formal perguruan tinggi, sebagian besar dari pelatihan

dan pengalaman. Demikian juga dengan isu akuntansi, auditor bisa

mendapatkannya dari pelatihan professional yang diselenggarakan secara

13

berkelanjutan. Pengetahuan mengenai industri khusus dan hal-hal umum

kebanyakan diperoleh dari pelatihan dan pengalaman.

2.2.1.2 Pengalaman

Pengalaman merupakan suatu proses pembelajaran dan pertambahan

perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan formal maupun non

formal atau bisa diartikan sebagai suatu proses yang membawa seseorang kepada

suatu pola tingkah laku yang lebh tinggi. Suatu pembelajaran juga mencakup

perubahan yang relatif tepat dari perilaku yang diakibatkan pengalaman,

pemahaman dan praktek. (Knoers & Haditono (1999) dalam Asih (2006:12))

Menurut Loeher (2002) dalam Elfarini (2007:11), pengalaman merupakan

akumulasi gabungan dari semua yang diperoleh melalui berhadapan dan

berinteraksi berulang-ulang dengan sesama benda alam, keadaan, gagasan dan

penginderaan.

2.2.1.3 Keahlian

Sampai saat ini masih belum ada definsi operasioal yang tepat mengenai

keahlian. Menurut Webster’s Ninth New Collegiate Dictionary (1983) dalam Asih

(2006) mendefinisikan keahlian (expertise) adalah keterampilan dari seorang yang

ahli. Ahli (experts) didefinisikan sebagai seseorang yang memiliki tingkat

keterampilan tertentu atau pengetahuan yang tinggi dalam subjek tertentu yang

diperoleh dari pengalaman atau pelatihan.

Trotter (1986) dalam Asih (2006) mendefinisikan ahli adalah orang yang

dengan keterampilannya mengerjakan pekerjaan secara mudah, cepat, intuisi dan

sangat jarang atau tidak pernah membuat kesalahan. Menurut Tan dan Libby

14

(1997) dalam Asih (2007), keahlian audit dapat dikelompokkan ke dalam dua

golongan yaitu keahlian teknis dan keahlian non teknis. Keahlian teknis adalah

kemampuan mendasar seorang auditor berupa pengetahuan prosedural dan

kemampuan klerikal lainnya dalam lingkup akuntansi dan auditing secara umum.

Sedangkan keahlian non teknis merupakan kemampuan dari dalam diri seorang

auditor yang banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor personal dan pengalaman.

Dalam standar audit APIP dinyatakan bahwa auditor harus menggunakan

keahlian profesionalnya dengan cermat dan seksama (due professional care)

dan secara hati-hati (prudent) dalam setiap penugasan.

Penggunaan keahlian secara cermat dan seksama mewajibkan auditor untuk

melaksanakan tugasnya secara serius, teliti, dan menggunakan seluruh

kemampuan dengan pertimbangan profesionalnya dalam melaksanakan tugas

audit.(Pusdiklatwas BPKP, 2008:53)

2.2.2 Independensi

Arens, et.al (2003 : 84) mendefinisikan independensi dalam pengauditan

sebagai “cara pandang yang tidak memihak didalam pelaksanaan pengujian,

evaluasi hasil pemeriksaan, dan penyusunan laporan audit.

Sedangkan Mulyadi (2002:26) mendefinisikan independensi sebagai “keadaan bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain. Independensi juga berarti ada kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang objekif tidak memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya”.

Independensi menurut Halim (2003:46) merupakan suatu sikap mental yang dimiliki auditor untuk tidak memihak dalam melakukan audit. Masyarakat pengguna jasa audit memandang bahwa auditor akan independen terhadap laporan keuangan yang diperiksa dan pembuat dan pemakai laporan keuangan. Jika posisi

15

auditor terhadap kedua hal tersebut tidak independen maka hasil kerja auditor menjadi tidak berarti sama sekali.

Independensi auditor mempunyai tiga (3) aspek (Mulyadi, 1998: 49) yaitu :

1. Independensi dalam diri auditor yang berupa kejujuran dalam mempertimbangkan berbagai fakta yang ditemui dalam auditnya.

2. Independensi ditinjau dari sudut pandang pihak lain yang mengetahui informasi yang bersangkutan dengan diri auditor. Seorang auditor yang mengaudit laporan keuangan perusahaan yang dipimpin oleh ayahnya, kemungkinan dapat mempertahankan aspek independensi yang pertama, karena ia benar-benar jujur dalam mengemukakan hasil auditnya. Namun, dipandang dari pihak pemakai laporan audit yang mengetahui fakta, bahwa auditor tersebut memiliki hubungan istimewa dengan pimpinan perusahaan yang diauditnya (hubungan ayah-anak), independensi auditor tersebut pantas untuk diragukan.

3. Independensi dipandang dari sudut keahliannya. Seseorang dapat mempertimbangakan fakta dengan baik jika ia mempunyai keahlian mengenai audit atas fakta tersebut. Seorang auditor yang tdak mempunyai pengetahuan tentang bisnis asuransi, tidak akan dapat mempertimbangkan dengan objektif informasi yang tercantum dalam laporan keuangan perusahaan asuransi. Auditor tersebut tidak memilliki independensi bukan karena tidak adanya kejujuran dalam dirinya, melainkan karena tidak adanya keahlian mengenai objek yang diauditnya.

Independensi pada dasarnya adalah state of mind atau sesuatu yang dirasakan

oleh masing-masing menurut apa yang diyakini sedang berlangsung. Sehubungan

dengan hal tersebut, independensi auditor dapat ditinjau dan dievaluasi dari dua

sisi yaitu independensi praktisi dan independensi profesi. (Pusdiklatwas BPKP,

2008:47)

Secara lengkap mengenai dua macam independensi tersebut dapat diuraikan

sebagai berikut :

1. Independensi Praktisi, yakni independensi yang nyata atau faktual yang diperoleh dan dipertahankan oleh auditor dalam rangkaian kegiatan audit, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, sampai pada tahap pelaporan. Independensi dalam fakta ini merupakan tinjauan terhadap kebebasan yang sesungguhnya dimiliki oleh auditor, sehingga merupakan kondisi ideal yang perlu diwujudkan oleh auditor.

16

2. Independensi Profesi, yakni independensi yang ditinjau menurut citra (image) auditor dari pandangan publik atau masyarakat umum terhadap auditor yang bertugas. Independensi menurut tinjauan ini sering pula dinamakan independensi dalam penampilan (independence in appearance). Independensi menurut tinjauan ini sangat krusial karena tanpa keyakinan publik bahwa seorang auditor adalah independen, maka segala hal yang dilakukannya serta pendapatnya tidak akan mendapatkan penghargaa publik atau pemakainya. (Pusdiklatwas BPKP, 2008:48)

Dalam standar audit APIP yaitu pada standar umumnya dinyatakan bahwa

“dalam semua hal yang berkaitan dengan audit, APIP harus independen dan

para auditornya harus obyektif dalam pelaksanaan tugasnya”.

Adapun dalam penelitian ini akan diukur independensi auditor pemerintah

melalui lama hubungan dengan auditi, tekanan dari auditi, telaah dari rekan

auditor dan hubungan dengan auditi.

2.2.2.1 Lama Ikatan dengan Auditi (Audit Tenure)

Di Indonesia, masalah audit tenure atau masa kerja auditor dengan klien sudah

diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan No.17/PMK.01/2008 tentang jasa

Akuntan Publik. Keputusan menteri tersebut membatasi pemberian jasa audit atas

laporan dari suatu entitas dilakukan oleh KAP paling lama 6 tahun dan untuk

seorang Akuntan Publik paling lama 3 tahun buku berturut-turut dan dapat

kembali menerima penugasan untuk melakukan penugasan audit tersebut setelah

1 tahun buku tidak memberikan jasa audit umum atas laporan keuangan klien

tersebut. Pembatasan ini dimaksudkan agar auditor tidak terlalu dekat dengan

klien sehingga dapat mencegah terjadinya skandal akuntansi.

Menurut Supriyono (1988:6) dalam Elfarini (2003:36), penugasan audit yang

terlalu lama kemungkinan dapat mendorong auditor kehilangan independensinya

karena auditor tersebut merasa puas, kurang inovasi, dan kurang ketat dalam

17

melaksanakan prosedur audit. Sebaliknya penugasan audit yang lama

kemungkinan dapat pula meningkatkan independensinya karena auditor sudah

familiar. Pekerjaan dapat dilaksanakan dengan efisien dan lebih tahan terhadap

tekanan klien.

2.2.2.2 Tekanan dari Auditi

Dalam menjalankan fungsinya, auditor sering mengalami konflik kepentingan

dengan manajemen perusahaan. Manajemen mungkin ingin operasi perusahaan

atau kinerjanya tampak berhasil yakni tergambar melalui laba yang lebih tinggi

dengan maksud menciptakan penghargaan.

Pada situasi ini, auditor mengalami dilema. Pada satu sisi, jika auditor

mengikui keinginan klien maka ia melanggar standar profesi. Tetapi jika auditor

tidak mengikuti klien, maka klien dapat menghentikan penugasan atau mengganti

auditornya.

Goldman dan Barlev (1974) dalam Harhinto (2004:34), berpendapat bahwa

usaha untuk mempengaruhi auditor melakukan tindakan yang melanggar standar

profesi kemungkinan berhasil karena pada kondisi konflik ada kekuatan yang

tidak seimbang antara auditor dengan kliennya. Klien dapat dengan mudah

mengganti auditor jika auditor tersebut tidak bersedia memenuhi keinginannya.

Sementara auditor membutuhkan fee untuk memenuhi kebutuhannya. Sehingga

akan lebih mudah bagi klien untuk mengganti auditornya dibandingkan bagi

auditor untuk mendapatkan sumber fee tambahan atau alternatif sumber fee lain.

18

2.2.2.3 Telaah dari Rekan Auditor (Peer Review)

Tuntutan pada profesi akuntan untuk memberikan jasa yang berkualitas

menuntut transfaransi mengenai pekerjaan dan operasi auditor. Kejelasan

informasi tentang adanya sistem pengendalian kualitas yang sesuai dengan standar

profesi merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban terhadap klien dan

masyarakat luas akan jasa yang diberikan.

Oleh karena itu, pekerjaan auditor perlu dimonitor dan diaudit guna menilai

kelayakan desain sistem pengendalian kualitas dan kesesuaiannya dengan standar

kualitas yang disyaratkan sehingga output yang dihasilkan dapat mencapai standar

kualitas yang tinggi. Peer review sebagai mekanisme monitoring dipersiapkan

oleh auditor dapat meningkatkan jasa akuntansi dan audit. Manfaat yang diperoleh

dari peer review antara lain dapat memberikan pengalaman positif, mempertinggi

moral pekerja, dan lebih meyakinkan klien atas kualitas audit yang diberikan.

2.2.2.4 Hubungan dengan Auditi

Dalam penjelasan standar umum mengenai gangguan terhadap independensi

dan obyektifitas auditor disebutkan bahwa auditor yang mempunyai hubungan

yang dekat dengan auditi seperti hubungan sosial, kekeluargaan atau hubungan

lainnya yang dapat mengurangi independensi dan obyektifitasnya, harus tidak

ditugaskan untuk melakukan audit terhadap entitas tersebut.

Mengenai hubungan keluarga dan pribadi antara auditor dengan klien,

Mulyadi (1998:51) mengemukakan hal-hal sebagai berikut :

1. Hubungan keluarga dan pribadi dapat mempengaruhi objektivitas. Oleh karena itu, auditor harus menghindari penugasan audit atas laporan keuangan kliennya jika ia memiliki hubungan keluarga atau hubungan pribadi.

19

2. Hubungan keluarga yang pasti akan mengancam independensi adalah seperti akuntan publik yang bersangkutan, atau staf yang terlibat dalam penugasan itu, merupakan suami atau istri, keluarga sedarah semenda sampai dengan garis kedua. Termasuk dalam pengertian klien disini pemilik perusahaan pemegang saham utama, direksi dan eksekutif lainnya.

3. Hubungan pribadi yang bisa mempengaruhi independensi adalah seperti usaha kerja sama antara akuntan publik dengan kliennya diperusahaan yang tidak diaudit.

2.3 Kerangka Berfikir

Dalam penelitian ini, terdapat beberapa faktor yang dianggap paling

berpengaruh terhadap kompetensi dan independensi auditor pemerintah yang akan

diuji kebenarannya yaitu :

1. Pengalaman

2. Pengetahuan

3. Keahlian

4. Lama ikatan dengan auditi

5. Tekanan dari auditi

6. Telaah dari rekan auditor

7. Hubungan dengan auditi

Faktor-faktor di atas akan diteliti dan dibahas mengenai apakah ada pengaruh

secara signifikan terhadap kompetensi dan independensi auditor pemerintah Kota

Mataram dan Kabupaten Lombok Timur.

20

Gambar 2.1. Kerangka berfikir

2.4 Hipotesis

Berdasarkan penelitian terdahulu dan landasan teori yang telah dipaparkan

sebelumnya, dapat dibuatkan hipotesis penelitian sebagai berikut :

1) Diduga faktor-faktor pengetahuan, pengalaman, dan keahlian baik secara

parsial maupun simultan berpengaruh signifikan terhadap kompetensi auditor

pemerintah

Pengetahuan

Keahlian

(X3)

Kompetensi

(Y1)

Pengetahuan

(X1)

Pengalaman

(X2)

Lama ikatan

dengan auditi (X1)

Tekanan dari auditi

(X2)

Telaah dari rekan

auditor (X3)

Hubungan dengan

auditi (X4)

Independensi

(Y2)

21

2) Diduga faktor-faktor lama ikatan dengan auditi, tekanan dari auditi, telaah dari

rekan auditor, dan hubungan dengan auditi baik secara parsial maupun

simultan berpengaruh signifikan terhadap independensi auditor pemerintah.

22

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

asosiatif. Adapun yang dimaksud dengan penelitian asosiatif adalah penelitian

yang bertujuan untuk mengetahui hubungan dua variabel atau lebih

(Sugiyono,2005:11)

Dalam hal ini, penelitian asosiatif digunakan untuk mengetahui hubungan dan

pengaruh yang disebabkan oleh faktor-faktor independen seperti pengetahuan,

pengalaman, keahlian, lama ikatan dengan auditi, tekanan dari auditi, telaah dari

rekan auditor, dan hubungan dengan auditi terhadap variabel dependen yaitu

kompetensi dan independensi auditor pemerintah.

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

3.2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh auditor pemerintah yang berada

pada Inspektorat Kota Mataram dan Kabupaten Lombok Timur pada tahun 2009.

Auditor yang dimaksud adalah pegawai negeri sipil (PNS) yang mempunyai

jabatan fungsional auditor (JFA) dan/atau pihak lain yang diberi tugas, wewenang,

tanggungjawab dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang melaksanakan

pengawasan pada instansi pemerintah untuk dan atas nama Aparat Pengawasan

Intern Pemerintah (APIP) (Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur

Negara N0. PER 05/M.PAN/03/2008).

22

23

Jadi penelitian ini mengambil seluruh auditor yang bekerja pada Inspektorat

Kota Mataram dan Kabupaten Lombok Timur yang telah bersetifikasi atau diberi

tugas, wewenang, tanggungjawab dan hak penuh untuk melaksanakan audit.

Berdasarkan pengertian tersebut, auditor yang telah bersetifikasi dapat dilihat

pada tabel berikut :

Tabel 3.1. Kondisi Auditor Inspektorat Kota Mataram dan Kabupaten

Lombok Timur Tahun 2009

No Instansi

Diklat JFA Jumlah

AuditorTR A KT D

1

2

Inspektorat Kota Mataram

Inspektorat Kabupaten

Lombok Timur

2

6

12

7

4

4

0

0

18

17

Sumber : BPKP Denpasar, Mei 2009

Keterangan :

TR : Auditor Terampil

A : Auditor Ahli

KT : Auditor Ketua

D : Auditor Pengendali Teknis (Dalnis)

Berdasarkan data pada tabel diatas, dapat diketahui bahwa jumlah auditor yang

bekerja pada Inspektorat Kota Mataram dan Kabupaten Lombok Timur adalah

sebanyak 35 orang auditor.

24

3.2.2 Sampel

Pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik non probability

sampling yaitu teknik yang tidak memberi peluang sama bagi setiap unsur atau

anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel dengan melakukan teknik

sampling jenuh yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi

digunakan sebagai sampel (Sugiyono: 2000)

Berdasarkan teknik pengambilan sampel tersebut, maka dalam penelitian ini

akan menggunakan sampel sebanyak populasi yang ada yaitu 35 orang auditor

yang bekerja pada inspektorat Kota Mataram dan Kabupaten Lombok Timur.

3.3 Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Penelitian ini mengambil lokasi pada Badan Pengawas Daerah (BAWASDA)

Kota Mataram dan Kabupaten Lombok Timur, yang sekarang dikenal dengan

nama INSPEKTORAT. Adapun alasan dipilihnya Inspektorat sebagai lokasi

penelitian adalah kesediaan pihak terkait untuk memberikan data dan izin untuk

mengadakan penelitian mengenai permasalahan yang diangkat dalam penelitian

ini.

Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah dengan metode interview atau wawancara dengan alat yang digunakan

berupa angket (kuesioner). Kuesioner adalah pertanyaan tertulis yang digunakan

untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya

atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto,2002:128).

25

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari tiga tahap

pelaksanaan yaitu sebagai berikut :

1. Tahap pendahuluan

Pada tahap ini penulis melakukan pencarian informasi mengenai tempat

auditor pemerintah melakukan praktek auditnya. Pencarian informasi

menghasilkan bahwa auditor pemerintah melakukan praktek auditnya pada

Inspektorat dan selanjutnya dengan surat izin yang diberikan dari pihak

kampus yang kemudian disampaikan ke BAPPEDA Kota Mataram dan Badan

Lingkungan Hidup dan Penelitian (BLHP dan memberikan izin untuk

mengadakan penelitian pada Inspektorat Kota Mataram dan Kabupaten

Lombok Timur.

2. Tahap persiapan

Pada tahap ini peneliti mengumpulkan data dan mempelajari literatur yang

berkaitan dengan masalah yang diangkat dalam penelitian ini.

3. Tahap pelaksanaan penelitian

Pada tahap ini penelitian dilakukan dengan datang secara langsung ke

lokasi penelitian yaitu Inspektorat Kota Mataram dan Kabupaten Lombok

Timur, kemudian melakukan penyebaran kuesioner dan mengadakan

wawancara secara langsung pada para auditor untuk memperoleh data yang

diperlukan dalam penelitian ini. Setelah data diperoleh, langkah selanjutnya

adalah melakukan analisis terhadap data yang telah dikumpulkan.

26

3.4 Jenis dan Sumber Data

3.4.1 Jenis Data

Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Data kualitatif

Data kualitatif adalah data yang berbentuk uraian dan penjelasan-

penjelasan yang diperoleh dari objek penelitian berupa data demografi

responden.

b. Data kuantitatif

Data kuantitaif adalah data yang berbentuk angka dan dapat dihitung,

seperti data jumlah auditor pada inspektorat Kota Mataram dan Kabupaten

Lombok Timur.

3.4.2 Sumber Data

Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah :

a. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari objek penelitian

seperti data hasil kuesioner yang disebarkan kepada auditor pemerintah yang

menjadi responden dalam penelitian ini.

b. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek

penelitian seperti data-data kepustakaan dari jurnal-jurnal penelitian.

3.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

Dalam penelitian ini menggunakan dua buah variabel terikat (dependen) yaitu

variabel kompetensi dan independensi. Dua variabel tersebut dipengaruhi oleh

27

variabel bebas (independen) yaitu kompetensi di pengaruhi oleh pengetahuan,

pengalaman dan keahlian sedangkan independensi di pengaruhi oleh lama ikatan

dengan auditi, tekanan dari auditi, telaah dari rekan auditor, dan hubungan dengan

auditi.

1. Kompetensi (Y1)

Kompetensi auditor adalah pengetahuan, pengalaman dan keahlian yang

dimiliki oleh seorang auditor agar mampu melakukkan audit secara objektif,

cermat dan seksama. Oleh karena itu pada penelitian ini kompetensi auditor

diproksikan kedalam pengetahuan, pengalaman, dan keahlian.

a. Pengetahuan (X1)

Pengetahuan dalam penelitian ini diartikan sebagai pengetahuan yang

dimiliki oleh auditor yang meliputi pengauditan (umum dan khusus),

pengetahuan mengenai auditing dan akuntansi pemerintahan serta memahami

jenis kegiatan auditi. Indikator yang akan dikembangkan berkaitan dengan

pengetahuan auditor pemerintah adalah : (1) pengetahuan akan prinsip

akuntansi, standar audit dan kode etik APIP; (2) pengetahuan tentang jenis

kegiatan auditi; (3) pengetahuan tentang kondisi kegiatan auditi; (4)

pendidikan formal yang sudah ditempuh; dan (5) pelatihan, kursus dan

keahlian khusus yang dimiliki.

b. Pengalaman (X2)

Pengalaman merupakan rentang waktu seorang auditor telah menekuni

profesi sebagai seorang auditor dalam kegiatannya berupa melakukan

pemeriksaan terhadap obrik atau auditi. Indikator pengalaman dalam

28

penelitian ini adalah : (1) lama melakukan audit; (2) jumlah obrik yang sudah

diaudit; (3) jenis obrik yang sudah diaudit; dan (4) ukuran obrik yang sudah

diperiksa.

c. Keahlian (X3)

Keahlian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keahlian yang

dimiliki oleh auditor pemerintah dalam mendeteksi kecurangan-kecurangan

yang mungkin ditemukan dalam kegiatan pengawasan terhadap auditi.

Indikator keahlian dalam penelitian ini berupa : (1) ahli tentang standar audit,

kebijakan, prosedur dan praktek audit; (2) ahli merencanakan audit,

mengidentifikasi kebutuhan professional auditor dan mengembangkan teknik

serta metodologi audit; (3) pengetahuan, keterampilan, dan disiplin ilmu; dan

(4) sertifikasi jabatan dan diklat berkelanjutan (Pusdiklatwas BPKP)

2. Independensi (Y2)

Independensi merupakan sikap yang dimiliki oleh auditor yang tidak cepat

terpengaruh oleh/dengan siapapun dalam mengungkapkan apa yang menjadi

temuan dalam proses audit. Dalam penelitian ini, independensi dipengaruhi oleh 4

faktor yaitu :

a. Lama ikatan dengan auditi (X1)

Dalam penelitian ini, lama ikatan dengan klien diartikan sebagai seberapa

lama auditor telah melakukan audit terhadap auditi yang sama. Indikator yang

akan dikembangkan berkaitan dengan lama ikatan dengan auditi yaitu lama

mengaudit auditi.

29

b. Tekanan dari auditi (X2)

Tekanan dari auditi diartikan sebagai suatu sikap auditi yang ditujukan

langsung kepada auditor berkaitan dengan kegiatan audit yang dilakukan.

Indikator yang akan dikembangkan dalam penelitian ini berkaitan dengan

tekanan dari auditi adalah : (1) ancaman dari auditi; dan (2) fasilitas yang

diberikan oleh auditi kepada auditor.

c. Telaah dari rekan auditor (X3)

Telaah dari rekan auditor merupakan monitoring yang dilakukan oleh satu

auditor berkaitan dengan hasil audit yang telah dikeluarkan oleh auditor

lainnya, dalam hal ini adalah monitoring yang dilakukan oleh auditor BPK.

Indikator yang berkaitan dengan telaah dari rekan auditor adalah : (1) manfaat

telaah dari rekan auditor; dan (2) konsekuensi terhadap audit yang buruk.

d. Hubungan dengan auditi (X4)

Hubungan yang dimaksud disini adalah ikatan keluarga atau persahabatan

yang dimiliki oleh auditor yang melakukan audit terhadap auditi. Indikator

yang akan dikembangkan kaitannya dengan hubungan auditor dengan auditi

dalam penelitian ini adalah larangan melakukan audit terhadap auditi yang

ada hubungan dengan auditor.

3.6 Metode Analisis Data dan Uji Hipotesis

3.6.1 Metode Analisis Data

1) Analisis Data Kualitatif

Analisis data kualitatif adalah menganalisis data yang berbentuk kata,

kalimat, atau gambar (Sugiyono, 2005). Dalam penelitian ini, analisis data

30

kualitatif dilakukan dengan cara memilih data, mengelompokkan data,

memberikan gambaran menggunakan teori dan kemudian menarik

kesimpulan.

2) Analisis Data Kuantitatif

a) Uji Validitas

Validitas adalah seberapa cermat alat ukur dapat mengungkap dengan

jitu gejala-gejala atau bagian-bagian yang hendak diukur. Suatu instrument

yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi, sebaliknya intrumen

yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah (Arikunto,2002:144).

Validitas dihitung setiap butirnya menggunakan rumus product moment

dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

rxy = koefisien korelasi

N = jumlah subyek

∑X = jumlah skor item

∑Y = jumlah skor total

∑XY = jumlah perkalian x dan y

X2 = kuadrat dari x

Y2 = kuadrat dari y

31

Hasil perhitungan rxy dikonsultasikan pada tabel dengan taraf kesalahan 5

% , jika rxy > r tabel maka item soal tersebut valid. Untuk mengetahui hasil Uji

validitas, dalam penelitian ini akan menggunakan bantuan program SPSS 17.00

b) Uji Reliabilitas

Reliabilitas menyangkut ketepatan alat ukur. Suatu alat ukur disebut

mempunyai reliabilitas tinggi atau dapat dipercaya, jika alat ukur itu

mantap, dalam pengertian bahwa alat ukur tersebut stabil, dapat

diandalkan (dependability) dan dapat diramalkan (predictability) (Nazir,

1999). Reliabilitas instrument penelitian diuji dengan menggunakan rumus

koefisien Cronbach’s Alpha. Pertanyaan dikatakan reliabel (andal) bila

Cronbach’s Alpha lebih besar dari 0,5.

Berikut adalah rumus Cronbach’s Alpha yang dugunakan dalam

penelitian ini :

Keterangan

rtt = koefisien alpha

M = jumlah butir

Vx = jumlah varian butir

Vt = varian total

c) Analisis Data

Analsis data adalah cara-cara mengolah data yang telah terkumpul

kemudian dapat memberikan interpretasi. Hasil pengolahan data ini

kemudian digunakan untuk menjawab masalah yang telah dirumuskan.

32

Analisis data dilakukan dengan menggunakan rumus regresi linier

berganda. Adapun alasan menggunakan regresi linier berganda untuk

melakukan analisis terhadap data yang diperoleh adalah karena variabel-

variabel dalam penelitian ini sudah dapat diketahui melalui penelitian

terdahulu. Adapun persamaan regresi masing-masing adalah sebagai

berikut :

1) Kompetensi

Dimana :

Y1 = Kompetensi

β0 = Konstanta

X1 = Pengetahuan

X2 = Pengalaman

X3 = Keahlian

β 1, β 2, β 3 = Koefesien regresi

e = Error

2) Independensi

Dimana :

Y2 = Independensi

β0 = Konstanta

X1 = Lama ikatan dengan auditi

X2 = Tekanan dari auditi

33

X3 = Telaah dari rekan auditor

X4 = Hubungan dengan auditi

β 1, β 2, β 3, β 4 = Koefesien regresi

e = Error

Toleransi kesalahan (α) yang ditetapkan masing-masiing adalah

sebesar 5 % dengan signifikan sebesar 95 %.

3.6.2 Uji Hipotesis

Pengujian terhadap hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan uji t dan uji F. Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-

masing variabel bebas terhadap variabel terikat. Uji t dilakukan dengan

membandingkan antara thitung dengan ttabel. Untuk mengetahui nilai ttabel ditentukan

dengan tingkat signifikan 5 % dengan derajat kebebasan df = (n-k-1) dimana n

adalah jumlah responden dan k adalah jumlah variabel.

Sementara uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen

secara bersama-sama atau simultan terhadap variabel dependen. Uji F dilakukan

dengan membadingkan antara Fhitung dengan Ftabel pada tingkat kepercayaan 5 %

dan derajat kebebasan (degree of freedom) df = (n-k-1) dimana n adalah jumlah

responden dan k adalah jumlah variabel.

Adapun prosedur uji hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Merumuskan hipotesis statistik

Adapun hipotesis statistik dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Hipotesis statistik untuk kompetensi

34

H0 : tidak ada pengaruh yang signifikan dari variabel independen yaitu

pengetahuan, pengalaman dan keahlian baik secara parsial maupun

simultan terhadap kompetensi auditor pemerintah

Ha: ada pengaruh yang signifikan variabel independen seperti pengetahuan,

pengalaman, dan keahlian baik secara parsial mapun simultan

terhadap variabel dependen yaitu kompetensi auditor pemerintah

b. Hipotesis statsistik untuk independensi

H0 : tidak ada pengaruh yang signifikan dari variabel independen yaitu

lama ikatan dengan auditi, tekanan dari auditi, telaah dari rekan

auditor dan hubungan dengan auditi baik secara parsial maupun

simultan terhadap variabel dependen yaitu independensi auditor

pemerintah

Ha : ada pengaruh yang signifikan dari variabel independen yaitu lama

ikatan dengan auditi, tekanan dari auditi, telaah dari rekan auditor

dan hubungan dengan auditi baik secara parsial maupun simultan

terhadap variabel dependen yaitu independensi auditor pemerintah

c. Menentukan kriteria pengujian hipotesis

Adapun kriteria pengujian hipotesis adalah sebagai berikut :

1. Uji secara parsial

a. Kriteria pengujian untuk kompetensi

Jika thitng > ttabel maka Ho ditolak dan terima Ha

Jika thitung < ttabel maka Ho diterima dan tolak Ha

b. Kriteria pengujian untuk independensi

35

Jika thitng > ttabel maka Ho ditolak dan terima Ha

Jika thitung < ttabel maka Ho diterima dan tolak Ha

2. Uji secara simultan

a. Kriteria pengujian untuk kompetensi

Jika Fhitng > Ftabel maka Ho ditolak dan terima Ha

Jika Fhitung < Ftabel maka Ho diterima dan tolak Ha

b. Kriteria pengujian untuk independensi

Jika Fhitng > Ftabel maka Ho ditolak dan terima Ha

Jika Fhitung < Ftabel maka Ho diterima dan tolak Ha

36

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4. 1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian

Obyek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Inspektorat Kota

Mataram dan Kabupaten Lombok Timur yang dulu dikenal dengan nama Badan

Pengawas Daerah (BAWASDA), yaitu suatu instansi yang bertugas melakukan

pengawasan interen terhadap kinerja semua SKPD (Satuan Kerja Perangkat

Daerah ) Kabupaten/Kota secara komprehensif.

Adapun kegiatan utama yang dilaksanakan oleh setiap Inspektorat baik Kota

maupun Kabupaten adalah sebagai berikut :

a) Audit

Kegiatan audit yang dilaksanakan oleh inspektorat terdiri dari :

1. Audit kinerja terhadap penggunaan dana APBN dan APBD

Ruang lingkup audit kinerja berupa audit ekonomis, efisiensi dan

efektivitas penggunaan anggaran dan serta ketaatan pelaksanaan kegiatan

terhadap peraturan perundang-undangan. Audit ini bertujuan untuk menilai

kinerja penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan yang didanai

APBN dan APBD, serta memberikan rekomendasi dalam rangka

membantu manajemen/pimpinan instansi pemerintah meningkatkan

kinerja.

37

2. Audit kinerja atas penyelenggaraan pelayanan publik

Audit ini bertujuan untuk memastikan bahwa kualitas pelayanan publik

termasuk perijinan yang diberikan oleh instansi pemerintah kepada

masyarakat telah sesuai dengan ketentun dan standar pelayanan publik

yang baku.

3. Audit kinerja atas optimalisasi penerimaan Negara dan Daerah

Audit ini dilakukan untuk mendukung pemerintah dalam upaya

optimalisasi penerimaan Negara, baik penerimaan pemerintah pusat

maupun pedapatan asli daerah baik penerimaan pajak maupun penerimaan

Negara bukan pajak.

4. Audit keuangan atas pinjaman dan hibah luar negeri (PHLN)

Audit ini merupakan audit umum untuk memberikan opini atau pernyataan

pendapat terhadap kewajaran laporan keuangan proyek-proyek yang

dibiayai dari sumber dana PHLN.

5. Audit investigative

Audit ini dilakukan bila ada dugaan kasus KKN dilingkungan aparatur

Negara. Selain itu, audit ini dilaksanakan berdasarkan pengembangan atas

temuan hasil audit yang belum ada atau belum tuntas tindak lanjutnya,

pengaduan masyarakat melalui kotak pos atau yang langsung ditujukan

kepada APIP yang bersangkutan.

6. Audit terhadap masalah yang menjadi fokus perhatian pimpinan

lembaga/instansi pemerintah

36

38

7. Audit bersifat khas

Sesuai dengan tujuan pembentukannya, setiap unit APIP dapat mempunyai

tugas dan fungsi yang bersifat khas yang tidak dimiliki oleh APIP lainnya

seperti audit akhir masa jabatan Kepala Daerah.

b) Monitoring

Monitoring oleh APIP dilakukan secara terus-menerus terhadap seluruh tahap

pelaksanaan tugas pokok instansi pemerintah sejak tahap perencanaan, sebagai

salah satu bentuk pengarahan dan penjagaan terhadap pelaksanaan tugas dan

fungsi instansi pemerintah, agar tetap berjalan sesuai dengan kebijakan,

rencana, prosedur dan ketentuan peraturan perundang-undangan.

c) Kegiatan evaluasi

Kegaiatan evaluasi yang dilakukan oleh inspektorat terdiri dari :

1. Evaluasi sistem pengendalian interen pemerintah

2. Evaluasi penggunaan dana dekonsentrasi dan pembantuan

3. Evaluasi aspek tertentu penyelenggaraan program instansi pemerintah

d) Review

Review merupakan salah satu bentuk kegiatan pengawasan, berupa penilaian

terhadap hasil kegiatan suatu instansi pemerintah, seperti reviu terhadap

laporan keuangan pemerintah. Tujuan review tersebut terutama adalah untuk

menilai laporan keuangan dari sudut penyajiannya.

4.1.2 Deskripsi Responden

Jumlah kuesioner yang disebarkan kepada Inspektorat Kota Mataram dan

Kabupaten Lombok Timur khususnya kepada para responden yaitu para auditor

39

yang melakukan praktek audit berjumlah 35 kuesioner dengan tingkat

pengembalian 88,5 % atau 31 kuesioner. Adapun pengembalian kuesioner tidak

mencapai 100 % disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :

1. 1 orang auditor telah pengsiun pada saat penelitian ini dilakukan

2. 1 orang auditor meninggal dunia sebelum penelitian ini dilakukan

3. 2 orang auditor telah pindah tugas dari inspektorat

Adapun deskripsi profil responden dalam penelitian ini terdiri dari

jabatan/posisi yang sedang diduduki oleh responden, lama pengalaman responden

dalam bidang audit pemerintah, keahlian khusus yang dimiliki oleh responden

selain audit pemerintah, lama responden telah menekuni keahlian khusus tersebut,

tingkat pendidikan formal yang telah diikuti oleh responden, kepemilikan

sertifikat yang mendukung dalam bidang audit disektor publik, dan keikutsertaan

responden dalam hal pelatihan sebagai seorang auditor disektor publik.

Berikut adalah pertanyaan mengenai profil responden dan hasil yang

diperoleh berdasarkan pertanyaan tersebut.

1. Pertanyaan :

Jabatan/posisi anda saat ini :

a. Ketua tim

b. Ahli

c. Terampil

d. Lain-lain (sebutkan) : ..................................

Hasil :

40

Adapun hasil yang diperoleh berdasarkan pertanyaan diatas adalah bahwa

auditor yang menjadi responden dalam penelitian ini memiliki jabatan/posisi

yang bervariasi yaitu sebagai ketau tim 25,8% atau 8 orang, auditor ahli

45,2% atau 14 orang, auditor terampil 29% atau 9 orang.

2. Pertanyaan :

Lama pengalaman kerja dibidang audit pemerintah sampai saat

ini : ......tahun......bulan

Hasil :

Adapun hasil yang diperoleh berdasarkan pertanyaan tersebut adalah

bahwa auditor yang memiliki pengalaman dalam bidang audit pemerintah

dibawah 3 tahun sebanyak 16,1% atau 5 orang dan diatas 3 tahun sebanyak

83,9% atau 26 orang.

3. Pertanyaan :

Keahlian khusus yang anda miliki saat ini selain audit :

a. Analisis sistem

b. Konsultan pajak

c. Konsultan manajemen

d. Lain-lain (sebutkan) : ..............................

Hasil :

Berdasarkan pertanyaan diatas, hasil yang diperoleh adalah bahwa

keahlian khusus yang dimilki oleh auditor yang menjadi responden dalam

penelitian ini bermacam-macam yaitu sebagai analis system 3 orang dengan

pengalaman masing-masing selama 2 tahun, 5 tahun dan 1 tahun 11 bulan.

41

Sedangkan yang memiliki keahlian lainnya sebanyak 3 orang masing-masing

memiliki keahlian dibidang audit administrasi barang dengan pengalaman

selama 4 tahun 1 bulan, sebagai JFA terampil dengan pengalaman selama 5

tahun, dan sebagai auditor ahli madya dengan pengalaman selama 7 tahun.

Sedangkan 25 orang auditor lainnya tidak memiliki keahlian khusus seperti

auditor yang telah disebutkan tersebut.

4. Pertanyaan :

Tingkat pendidikan formal anda

Hasil :

Adapun hasil yang diperoleh berdasarkan pertanyaan diatas adalah bahwa

auditor yang memiliki pendidikan formal D3 terdiri dari 6,5 % atau 2 orang,

S-1 90,3 % atau 28 orang, dan S-2 3,2 % atau 1 orang.

5. Pertanyaan :

Apakah anda mempunyai sertifikasi/gelar profesional lain yang menunjang

bidang keahlian (selain auditor)

a. Ya, sebutkan ................................

No Tingkat Pendidikan ∑ %

1

2

3

4

Prasarjana (Setingkat D3)

Strata satu (S-1)

Strata dua (S-2)

Strata tiga (S-3)

2

28

1

6,5

90,3

3,2

Total 31 100

42

b. Tidak

Hasil :

Hasil yang diperoleh berdasarkan kepemilikan sertifikat lain yang akan

membantu dalam audit sektor publik adalah yang memiliki adalah sebanyak

16,1 % atau 5 orang, dan yang tidak memiliki sebanyak 83,9 % atau 26 orang.

6. Pertanyaan :

Apakah anda pernah mengikuti pelatihan dalam bidang audit, berapa kali ?

a. Ya, sebutkan……………………

b. Tidak

Hasil :

Hasil yang diperoleh berdasarkan keikutsertaan responden dalam

mengikuti pelatihan dalam bidang audit sektor publik yaitu auditor yang

pernah mengikuti sebanyak 100 % atau 31 orang.

Berikut adalah tabel ringakasan profil responden yang berpartisipasi dalam

penelitian ini.

Tabel 4.1

Profil Responden

Keterangan Jumlah Prosentase

Jabatan/posisi :

Ketua tim

Ahli

Terampil

Lain-lain

Lama pengalaman dalam bidang audit

< 3 tahun

> 3 tahun

8

14

9

-

5

26

25,8 %

45,2 %

29 %

16,1 %

83,9 %

43

Keahlian khusus yang dimiliki

Analisis sistem

Konsultan pajak

Lain-lain

Lama menekuni keahlian khusus

< 3 tahun

> 3 tahun

Pendidikan formal/ jenjang pendidikan

D3

S-1

S-2

Kepemilikan sertifikat yang mendukung

Punya

Tidak punya

Keikut sertaan dalam pelatihan bidang audit

Ikut

Tidak ikut

2

-

3

2

3

2

28

1

5

26

31

-

6,5 %

9,7 %

6,5 %

9,7 %

6,5 %

90,3 %

3,2 %

16,1 %

83,9 %

100 %

4.1.3 Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Pengujian validitas dilakukan dengan mengkorelasikan setiap item pertanyaan

dengan total setiap nilai variabel. Korelasi setiap total pertanyaan dengan total

nilai dilakukan dengan uji korelasi pearson, jika hasil perhitungan korelasi lebih

besar dari nilai r tabel, maka ini berarti butir pertanyaan sahih (valid), sedangkan

pengujian reliabilitas setiap variabel dilakukan dengan teknik Crombach alpha,

pertanyaan disebut reliabel (andal) bila Alpha crombach lebih besar dari 0,5.

Data yang dikumpulkan menggunakan alat berupa kuesioner, yang dijabarkan

dalam 40 item pertanyaan diuji validitas dan reliabilitasnya. Hal ini dilakukan

44

untuk memperoleh keyakinan bahwa pernyataan-pernyataan dalam kuesioner

telah sesuai mengukur konsep yang dimaksudkan dan telah konsisten dalam

mengukur konsep tersebut berdasar jawaban responden yang menjadi sampel

dalam penelitian.

Berikut adalah hasil pengujian validitas dan reliabilitas masing-masing item

pertanyaan untuk semua variabel dalam penelitian.

Tabel 4.2

Hasil uji validitas butir pertanyaan semua variabel

Sumber : Lampiran (data yang diolah)

Berdasarkan data pada tabel 4.2 diatas, dapat diketahui bahwa semua butir

pertanyaan untuk setiap variabel dalam penelitian ini telah valid karena koefisien

butir total masing-masing lebih besar bila dibandingkan dengan r tabel dengan

n=31 yaitu 0,355. Maka dapat disimpulkan bahwa data yang diperoleh

berdasarkan kuesioner dapat digunakan untuk analisis lebih lanjut.

Tabel 4.3

Hasil uji reliabilitas untuk semua variabel

Sumber : Lampiran (data yang diolah)

45

Berdasarkan pada tabel 4.3 diatas, dapat diketahui bahwa seluruh butir

pertanyaan untuk semua variabel memiliki cronbach’s alpha lebih besar dari 0,5

sehingga reliabel dan dapat disimpulkan bahwa data tersebut bisa digunakan

untuk analisa lebih lanjut.

4.1.4 Analisis Regresi

4.1.4.1. Analisis regresi untuk kompetensi

Berikut adalah hasil analisis regresi untuk variabel kompetensi.

Tabel 4.4.

Model Summary Regresi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .324a .105 .006 .88903 1.143

a. Predictors: (Constant), Keahlian, Pengalaman, Pengetahuan

b. Dependent Variable: Kompetensi

Berdasarkan tabel model summary regresi diatas dapat diketahui bahwa

koefisien korelasi berganda (R) sebesar 0,324 dengan koefisien determinasinya

(R2) sebesar 0,105 atau 10,5 %. Hal ini menunjukkan bahwa 10,5 % dari variance

kompetensi bisa dijelaskan oleh perubahan pengetahuan, pengalaman, dan

keahlian dari auditor pemerintah tersebut. Sedangkan sisanya yaitu sebesar 89,5 %

bisa dipengaruhi oleh faktor lain diluar model seperti emotional yang dimiliki

oleh auditor itu sendiri.

46

Tabel 4.5

ANOVA Regresi

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 2.505 3 .835 1.057 .384a

Residual 21.340 27 .790

Total 23.845 30

a. Predictors: (Constant), Keahlian, Pengalaman, Pengetahuan

b. Dependent Variable: Kompetensi

Berdasarkan tabel ANOVA Regresi diatas dapat diketahui bahwa nilai

Fhitung dari variabel-variabel yang mempengaruhi kompetensi sebesar 1,057.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara simultan, faktor-faktor seperti

pengetahuan, pengalaman, dan keahlian memiliki pengaruh yang tidak signifikan

terhadap kompetensi karena memiliki nilai Fhitung< Ftabel yaitu sebesar 1,84 dengan

tingkat signifikan yang lebih besar bila dibandingkan dengan tingkat signifikan

yang telah ditentukan yaitu 5 % (0,05). Berdasarkan hal tersebut, dapat ditarik

kesimpulan bahwa dalam penelitian dapat menerima H0 dan menolak Ha.

Sedangkan untuk koefesien-koefesien regresi secara parsial dapat dilihat pada

tebel berikut.

47

.Tabel 4.6

Koefesien-koefesien hasil perhitungan analisis regresi berganda

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 3.624 .789 4.592 .000

Pengetahuan .227 .172 .255 1.323 .197 .895 1.118

Pengalaman -.232 .168 -.260 -1.381 .179 .936 1.069

Keahlian -.125 .166 -.140 -.749 .460 .954 1.048

a. Dependent Variable: Kompetensi

Berdasarkan pada tabel tersebut, dapat diketahui bahwa secara parsial dari

ketiga variabel tersebut tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

kompetensi. Hal ini dapat dilihat dari probabilitas signifikan untuk masing-masing

variabel tersebut berada jauh diatas tingkat signifikan yang telah ditentukan yaitu

sebesar 5 % (0,05) dengan nilai thitung<ttabel yaitu sebesar 1,697. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini menerima H0 dan menolak Ha.

Dari hasil analisa tersebut, dapat dibuatkan persamaan regresi berganda

untuk kompetensi sebagai berikut :

Y1’ = 3,624 + 0,227 X1 - 0,232 X2 - 0,125 X3

Berikut adalah penjelasan berdasarkan persamaan regresi berganda yang

terbentuk :

1. Koefesien regresi masing-masing variabel ada yang bernilai positif dan

ada yang bernilai negatif, yang berarti bahwa persamaan rergresi

48

tersebut memiliki hubungan dua arah. Dengan demikian kompetensi

akan berubah sebesar koefesien masing-masing variabel.

2. Konstanta bernilai positif berarti bahwa seorang auditor akan tetap

memiliki kompetensi sebesar konstanta meskipun variabel

independennya nol.

4.1.4.2. Analisis regresi untuk independensi

Berikut adalah hasil analisis regresi untuk variabel independensi yang

dilakukan dengan bantuan program SPSS 17.0

Tabel 4.7

Model Summary Regresi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .509a .259 .145 .90999 1.583

a. Predictors: (Constant), Hubungan_dengan_auditi, Lama_ikatan_dengan_auditi,

Telaah_dari_rekan_auditor, Tekanan_dari_auditi

b. Dependent Variable: Independensi

Berdasarkan tabel model summary regresi diatas dapat diketahui bahwa

koefisien korelasi berganda (R) untuk independensi sebesar 0,509 dengan

koefisien determinasinya (R2) sebesar 0,259 atau 25,9 %. Hal ini menunjukkan

bahwa 25,9 % dari variance independensi bisa dijelaskan oleh perubahan lama

ikatan dengan auditi, tekanan dari auditi, telaah dari rekan auditor dan hubungan

dengan auditi dari auditor pemerintah tersebut. Sementara 74,1 % dipengaruhi

oleh variabel lain diluar model seperti misalnya etika auditor dan kepercayaan

pimpinan.

49

Tabel 4.8

ANOVA Regresi

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 7.513 4 1.878 2.268 .000a

Residual 21.530 26 .828

Total 29.043 30

a. Predictors: (Constant), Hubungan_dengan_auditi, Lama_ikatan_dengan_auditi,

Telaah_dari_rekan_auditor, Tekanan_dari_auditi

b. Dependent Variable: Independensi

Berdasarkan tabel ANOVA Regresi diatas dapat diketahui bahwa nilai Fhitung

dari variabel-variabel yang mempengaruhi independensi sebesar 2,268. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa secara simultan, faktor-faktor seperti lama

ikatan dengan auditi, tekanan dari auditi, telaah dari rekan auditor, dan hubungan

dengan auditi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kompetensi karena

memiliki nilai Fhitung> Ftabel yaitu sebesar 1,84 dengan tingkat signifikan yang lebih

kecil bila dibandingkan dengan tingkat signifikan yang telah ditentukan yaitu 5 %

(0,05). Berdasarkan hal tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam penelitian

dapat menerima Ha dan menolak H0.

Sedangkan untuk koefisien-koefisien regresi secara parsial dapat dilihat pada

tabel berikut ini.

50

Tabel 4.9

Koefisien-koefisien hasil perhitungan analisis regresi berganda

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardize

d

Coefficients

t Sig.

Collinearity

Statistics

B Std. Error Beta

Toleranc

e VIF

1 (Constant) .275 .931 .296 .770

Lama_ikatan_dengan

_auditi

.400 .173 .406 2.319 .029 .928 1.077

Tekanan_dari_auditi .046 .221 .046 .209 .836 .587 1.703

Telaah_dari_rekan_a

uditor

.224 .175 .229 1.277 .213 .890 1.124

Hubungan_dengan_a

uditi

.166 .215 .167 .772 .447 .613 1.632

a. Dependent Variable: Independensi

Berdasarkan pada tabel tersebut, dapat diketahui bahwa secara parsial dari

keempat variabel tersebut tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

kompetensi. Hal ini dapat dilihat dari probabilitas signifikan untuk masing-masing

variabel tersebut berada jauh diatas tingkat signifikan yang telah ditentukan yaitu

sebesar 5 % (0,05) dengan nilai thitung<ttabel yaitu sebesar 1,697. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini menerima H0 dan menolak Ha.

Berdasarkan analisa yang telah dilakukan tersebut, dapat dibuatkan persamaan

regresi berganda untuk independensi sebagai berikut :

Y2’ = 0,275 + 0,400 X1 + 0,046 X2 + 0,224 X3 + 0,166 X4

Berikut adalah penjelasan berdasarkan persamaan regresi berganda yang

terbentuk

51

1. Nilai koefisien regresi untuk masing-masing variabel tersebut bernilai

positif berarti bahwa dalam model regresi berganda tersebut memiliki

hubungan yang searah. Ini berarti bahwa independensi auditor

pemerintah akan mengalami perubahan sebesar koefesien regresi yang

dimililki oleh masing-masing variabel tersebut.

2. Konstanta bernilai positif berarti bahwa seorang auditor akan tetap

bersikap independen meskipun variabel indepedennya nol.

4. 2 Pembahasan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada inspektorat Kota Mataram

dan Kabupaten Lombok Timur, diperoleh hasil sebagai berikut:

Menurut persepsi auditor pemerintah yang berada di Inspektorat Kota

Mataram dan Kabupaten Lombok Timur, ternyata pengetahuan tidak berpengaruh

secara signifikan terhadap kompetensi auditor pemerintah. Walaupun ada

pengaruhnya, tetapi tidak terlalu mengubah atau menambah kompetensi seorang

auditor, hal ini bisa dilihat dalam tingkat pendidikan yang dimiliki oleh auditor

pemerintah. Dimana masih ada auditor yang memiliki pendidikan formal sampai

D3 tetapi bisa melakukan proses audit dan bahkan sama dengan auditor yang

pendidikan formalnya S-1.

Menurut persepsi auditor pemerintah yang berada di Inspektorat Kota

Mataram dan Kabupaten Lombok Timur, pengalaman juga tidak mempuyai

pengaruh yang signifikan terhadap kompetensi audtor pemerintah. Hal ini

menunjukkan bahwa selama apapun auditor pemerintah telah melakukan audit,

52

jumlah auditi yang yang banyak dan jenis auditi yang diperiksa beragam, tidak

berdampak sinifikan terhadap kompetensi audtor pemerintah dalam melakukan

audit terhadap objek pemeriksaan yang diaudit. Hal ini sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Abdolmohammadi dan Wrigt (1987) yang menyatakan

bahwa pengaruh pengalaman akan signifikan ketika tugas yang dilaksanakan

semakin kompleks (tugas yang dilakukan tidak terstruktur). Berkaitan dengan hal

tersebut, kemungkinannya adalah bahwa karena tugas yang dilakukan oleh auditor

dari tahun ketahun tetap sama dan berada ditempat yang sama, sehingga dengan

demikian tidak akan terjadi pengembangan kompetensi yang dimiliki oleh auditor

tersebut.

Menurut auditor pemerintah Kota Mataram dan Lombok Timur, keahlian

yang dimiliki oleh auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap kompetensi

auditor pemerintah. Hal itu menunjukkan bahwa seahli apapun seorang auditor

dalam mendeteksi dan mengetahui adanya kecurangan dalam melakukan

pemeriksaan terhadap auditi, tidak begitu kelihatan dalam perkembangan

kompetensi diri auditor. Hal ini bisa disebabkan oleh lingkup pemeriksaan yang

stagnan dan monoton dari waktu kewaktu.

Berkaitan dengan lama ikatan dengan auditi, auditor pemerintah Kota

Mataram dan Kabupeten Lombok Timur berpendapat bahwa hal tersebut tidak

berpengaruh signifikan terhadap independensi seorang auditor. Artinya bahwa

independensi seorang auditor akan terganggu dengan adanya ikatan kerja yang

terlalu lama dengan satu orang auditi. Hal ini sesuai dengan pendapat yang

dikemukakan oleh Supriyono (1988:6) dalam Elfarini (2007:36) yang menyatakan

53

bahwa penugasan audit yang terlalu lama kemungkinan akan mendorong auditor

kehilangan independensinya karena auditor merasa puas, kurang inovasi, dan

kurang ketat dalam melaksanakan audit.

Mengenai tekanan dari auditi, auditor pemerintah Kota Mataram dan

Kabupaten Lombok Timur berpendapat bahwa hal tersebut walaupun berpengaruh

tetapi tidak siginifikan terhadap independensi seorang auditor. Auditor merasa

independensinya masih bisa terganggu jika masih ada tekanan dari auditi yang

diaudit baik berupa ancaman dari auditi atau berupa pasilitas yang disediakan oleh

auditi kepada auditor tersebut.

Telaah dari rekan auditor menurut auditor pemerintah Kota Mataram dan

Kabupaten Lombok Timur juga tidak berpengaruh signifikan terhadap

independensi auditor pemerintah. Auditor mungkin menganggap bahwa telaah

yang dilakukan oleh auditor lain sampai saat ini belum dilaksanakan secara

maksimal. Tidak ada tindak lanjut dari telaah yang dilakukan tersebut, sehingga

auditor merasa bahwa apapun yang dilakukannya tidak berdampak pada dirinya.

Persepsi auditor Kota Mataram dan Kabupaten Lombok Timur mengenai

hubungan dengan auditi yaitu bahwa hal tersebut juga tidak berpengaruh

signifikan terhadap independensi seorang auditor. Sikap independensi seorang

auditor masih bisa terganggu apabila dalam instansi yang akan diaudit memiliki

hubungan, baik berupa hubungan kekeluargaan atau persahabatan.

Berdasarkan temuan-temuan tersebut, dapat disimpulkan bahwa penelitian ini

mendukung atas apa yang telah dilakukan sebelumnya oleh Andreas (2008) yang

mendapatkan hasil bahwa tidak semua variabel yang diproksikan untuk

54

kompetensi dan independensi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

kompetensi dan independensi auditor.

55

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap auditor pemerintah yang

berada di Inspektorat Kota Mataram dan Kabupaten Lombok Timur mengenai

faktor-faktor yang mempengaruhi kompetensi dan independensi auditor

pemerintah, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

1. Secara simultan, faktor-faktor seperti pengetahuan, pengalaman, dan

keahlian tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kompetensi

auditor pemerintah.

2. Secara parsial, faktor-faktor seperti pengetahuam, pengalaman, dan keahian

yang dimililki oleh auditor tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

kompetensi auditor pemerintah.

3. Secara simultan, faktor-faktor seperti lama ikatan dengan auditi, tekanan

dari auditi, telaah dari rekan auditor dan hubungan dengan auditi

berpengaruh signifikan terhadap independensi auditor pemerintah meskipun

ada faktor lain yang mungkin bisa mempengaruhi independensi auditor

seperti etika auditor dan kepercayaan pimpinan terhadap auditor tersebut.

4. Secara parsial, baik faktor lama ikatan dengan auditi, tekanan dari auditi,

telaah dari rekan auditor, dan hubungan dengan auditi tidak berpengaruh

secara signifikan terhadap independensi auditor pemerintah.

55

56

5.2 Saran

Adapun saran yang dapat dikemukakan adalah :

1. Untuk menghasilkan kualitas audit yang baik, seperti yang telah dikemukakan

oleh peneliti-peneliti terdahulu bahwa kompetensi dan independensi

merupakan faktor yang mempengaruhi kualitas audit, untuk itu disarankan

kepada para auditor untuk tetap meningkatkan kompetensinya dan menjaga

independensi dalam melakukan praktek auditnya.

2. Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya menambah variabel lain yang

mungkin bisa berpengaruh terhadap kompetensi seperti emotional question

yang dimiliki oleh auditor dan untuk independensi auditor pemerintah seperti

etika auditor dan kepercayaan yang diberikan oleh pimpinan kepada auditor

tersebut.

3. Karena terhalang dengan waktu dan biaya, pada penelitian ini hanya

mengambil sampel pada dua inspektorat yang berda di Pulau Lombok.

Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk mengambil sampel yang

mungkin bisa mewakili pulau Lombok dan Sumbawa.

57

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Halim, 2003, Auditing Dasar-dasar Audit Laporan Keuangan, UPP YKPN: Yogyakarta

Arens, Loebbecke,2003, Auditing Buku Satu, Salemba Empat : Jakarta

Dwi Ananing Tyas Asih, 2006, Pengaruh Pengalaman Terhadap Tingkat Keahlian Auditor dalam Bidang Audit, Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia

Eunike Christina Elfarini, 2007, Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Jawa Tengah), Skripsi Universitas Negeri Semarang

Frianty Kartika Widhi, 2006, Pengaruh Faktor-faktor Keahlian dan Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris KAP di Jakarta), Semarang, Skripsi S1 Universitas Diponegoro (Tidak di Publikaskan)

Hexana Sri Lastanti, 2005, Tinjauan Terhadap Kompetensi dan Independensi Akuntan Publik : Refleksi atas Skandal Keuangan. Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi. Vol.5.No.1. April 2005 Hal 85-97

IAI, 2001, Standar Profesional Akuntan Publik, Salemba Empat, Jakarta

Ludfian Andreas, 2008, Persepsi Auditor Tentang Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kompetensi dan Independensi Sebagai Kualitas Audit, Skripsi ABFI INSTITUTE PERBANAS

Mardiasmo, 2002, Akuntansi Sektor Publik, Andi, Yogyakarta

M.Nizarul Alim, Trisni Hapsari, Liliek Purwati, 2007, Pengaruh Kompetensi dan Independensi Terhadap Kualitas Audit Dengan Etika Auditor Sebagai Variabel Moderasi, Simposium Nasional Akuntansi X Unhas Makasar 26-28 Juli 2007

Moh. Nazir, 1999, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Mulyadi, 1998, Auditing Edisi Kelima Salemba Empat,Jakarta

Mulyadi, 2002, Auditing Buku 1 Edisi 6, Salemba Empat, Jakarta

58

Murtanto, 1999, Identifikasi Karakteristik-karakteristik Keahlian Audit, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, 2 (1) :37-51, STIE, Yogyakarta

Permenpan Nomor PER/04/M.PAN/03/2008 tentang Kode Etik Aparat Pengawasan Intern Pemerintah

Permenpan Nomor PER/05/M.PAN/03/2008 tentang Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.01/2008 tentang jasa Akuntan Publik

Pusdiklatwas BPKP, 2005, Kode Etik dan Standar Audit, Edisi Keempat

Saifudin, 2004, Pengaruh Kompetensi dan Independensi Terhadap Opini Audit Going Concern (Studi Kuasteksperimen pada Auditor dan Mahasiswa), Semarang, Tesis Undip (Tidak di Publikasikan)

Sugiyono, 2005, Metode Penelitian Bisnis, CV Alfabeta, Bandung

Suharsimi Arikunto, 2002, Prosedur Penelitian Suatu Pedekatan Praktek Edisi Revisi V, Rineka Cipta, Jakarta.

STIE AMM MATARAM, 2009, Pedoman Penyusunan Skripsi, LP3M, Mataram

Teguh Harhinto, 2004, Pengaruh Keahlian dan Independensi Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris pada KAP di Jawa Timur), Semarang, Tesis Maksi, Universitas Diponegoro, (Tidak di Pubilkasikan)

Yulius Jogi Christiawan, 2003, Kompetensi dan Independensi Akuntan Publik: Refleksi Hasil Penelitian Empiris, Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol.4 No.2 (Nov) Hal.79-92