skripsi efektivitas pembelajaran pendidikan .../efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan...

105
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI USAHA PENANAMAN NILAI DAN NORMA PADA SISWA DI SMK WASIS JOGONALAN KLATEN TAHUN AJARAN 2007-2009 SKRIPSI Oleh: THERESIA INUNG PURWATINING TYAS DEWANTY NIM K 6406059 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

Upload: dothuy

Post on 05-May-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

SKRIPSI

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN

KEWARGANEGARAAN SEBAGAI USAHA PENANAMAN NILAI DAN

NORMA PADA SISWA DI SMK WASIS JOGONALAN KLATEN

TAHUN AJARAN 2007-2009

SKRIPSI

Oleh:

THERESIA INUNG PURWATINING TYAS DEWANTYNIM K 6406059

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

Page 2: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user ii

SKRIPSI

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN

KEWARGANEGARAAN SEBAGAI USAHA PENANAMAN NILAI DAN

NORMA PADA SISWA DI SMK WASIS JOGONALAN KLATEN

TAHUN AJARAN 2007-2009

Oleh:

THERESIA INUNG PURWATINING TYAS DEWANTYNIM K 6406059

SKRIPSI

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar

Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

Page 3: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user iii

Page 4: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user iv

Page 5: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user v

ABSTRAK

Theresia Inung Purwatining Tyas Dewanty. EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI USAHA PENANAMAN NILAI DAN NORMA PADA SISWA DI SMK WASIS JOGONALAN TAHUN AJARAN 2007-2009 Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Mei 2011.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: Efektifitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan terhadap penanaman nilai dan norma pada siswa SMK Wasis Jogonalan Klaten. Masalah tersebut menyangkut (1) Sudah efektifkah pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di SMK Wasis Jogonalan Klaten Tahun Ajaran 2007-2009 (2) Dimana letak kelemahan proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dalam menanamkan nilai dan norma pada siswa di SMK Wasis Jogonalan Klaten Tahun Ajaran 2007-2009?(3) Bagaimana solusi yang tepat agar pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma dikalangan siswa menjadi efektif. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan strategi studi kasus tunggal terpancang. Sumber data yang digunakan adalah informan, dokumen, arsip serta tempat dan peristiwa. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi dan analisis dokumen. Validitas data dilakukan dengan cara triangulasi data atau sumber dan trianggulasi metode. Analisis data menggunakan model analisis interaktif melalui pengumpulan data, reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan. Prosedur penelitian dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) tahap persiapan, (2) tahap pengumpulan data, (3) tahap analisis data, dan (4) tahap penyusunan laporan penelitian.

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan : (1) Efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha

penanaman nilai dan norma di SMK Wasis Jogonalan klaten belum sepenuhnya efektif, hal tersebut dapat dilihat dari indikator input yakni karakteristik guru yang meliputi penampilan mengajar guru, kompetensi dan cara mengajar guru masih menggunakan metode mengajar ceramah dan diskusi. Proces pemberian alokasi waktu mengajar dan minimnya referensi serta materi pendidikaan kewarganegaraan yang tidak menekan pada penanaman nilai dan norma. dan output disesuaikan dengan teori behaviorisme yakni yang belum sesuai dengan yang diharapkan, perilaku siswa kurang sesuai ajaran nilai-nilai pancasila, norma-norma yang berlaku secara umum dan ajaran agama yang dianut.

(2) Letak kelemahan proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan terletak pada pemberian alokasi waktu yang kurang, pemilihan metode yang salah atau kurang bervariasi, materi pendidikan kewarganegaraan kurang mengandung penanaman nilai dan norma bagi siswa, pendidikan Moral Pancasila belum dianggap sebagai pelajaran yang tepat untuk penanaman nilai dan norma.

Page 6: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user vi

(3) Solusi yang di lakukan untuk mengatasi hal tersebut sekolah mengambil kebijakan:

(a) Selalu memperhatikan anak didik dan menjaga hubungan yang baik dengan orang tua (home visit) selalu bekerjasama agar secara eksklusif memberikan perhatian khusus pada anak didik

(b) Pemberian Bimbingan Konseling mengedepankan aspek afektif. (c) Peran walikelas di efektifkan. (d) Memberikan dukungan pendidikan karakter atau pendidikan nilai.

Page 7: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user vii

ABSTRACT

Theresa Inung Purwatining Tyas Dewanty. CITIZENSHIP EDUCATION AS LEARNING EFFECTIVENESS OF INVESTMENT IN STUDENT VALUE AND THE NORMS IN THE SMK WASIS JOGONALAN KLATEN FOR THE ACADEMIC YEAR 2007-2009. Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty, Sebelas Maret University, May 2011.

The purpose of this study is to determine: The effectiveness of citizenship education learning towards cultivation of values and norms on Students of SMK Wasis Jogonalan Klaten. The problem involves (1) It is effective learning Citizenship Education as a business investment values and norms on students in SMK Wasis Jogonalan Klaten for the Academic Year 2007-2009?. (2) Where barriers Citizenship Education in instilling values and norms on students of SMK Wasis Jogonalan Klaten School for the Academic Year 2007-2009?. (3) How the appropriate solution by the Citizenship Education as a business investment norms and values among students?.

This research used qualitative descriptive method with a single fixed strategy. Sources of data used informants, documents, and places and events. The sampling technique used was purposive sampling. Data collection techniques used were interviews, observation and document analysis. The validity of the data was done by triangulation of data and triangulation of metods , as well as informants review. Data analysis through data collection, data reduction, data display, and conclusion. Research procedures with the following steps: (1) preparation phase, (2) phases of data collection, (3) phases of data analysis, and (4) stage of the preparation of research reports.

The results of this study can be concluded: (1) Can be said that the effectiveness of teaching citizenship education as

a business investment values and norms in SMK Wasis Jogonalan klaten not yet fully effective. Can be said ineffective It can be seen from input teach and competence teacher make use of talkative and discussion.Proses until gift alocation times to lesson, until reference and lesson laying citizenship education as a business investment values and norms. and output Is the personal formation and behavior of students who behave according to the teachings of the values of Pancasila, the prevailing norms in general and the teachings of the religious affiliations,

(2) Some Mistake or lack of citizenship education learning process lies in the discrepancy is currently laying citizenship education as a business investment values and norms.

(3) Solutions that can be done by the school in subsequent (a) Policies to overcome this is to always pay attention to their

students and maintain good relationships with parents are always working exclusively for giving special attention to students.

(b) Giving the effectiveness education counseling (c) The fungtion homeroom teacher are optimalized (d) Giving character education or values education has not been give

Page 8: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user viii

MOTTO

” Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh

menghina hikmat dan didikan ”.

(Amsal 1:7)

” Janganlah seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda.

Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah

lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu”.

(1 Timotius 4:12)

Page 9: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user ix

PERSEMBAHAN

PERSEMBAHAN

Karya kecil ini di persembahkan sebagai wujud rasa

sayang, terimakasih dan cinta penulis kepada :

Ayah dan Ibu tercinta terimakasih atas doa, sayang,

dukungan dan perhatiannya,

Adik-adik tersayang Paulina Ratri & Nichodemus KR

Andreas Dwigati Nugroho terimakasih untuk

semangatnya,

Kost Griyananda ( Ratna, Tika, Mei dkk)

Teman-teman Civic angkatan 2006

Almamater ku

Page 10: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas

kasih karunia, berkat dan hikmat dari-Nya, skipsi ini dapat diselesaikan dengan

baik oleh penulis untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar

Sarjana Pendidikan.

Hambatan dan kesulitan yang penulis hadapi dalam menyelesaikan

penulisan skipsi ini dapat diatasi berkat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu,

atas segala bentuk bantuannya penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd, Dekan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah

memberikan ijin penyusunan skripsi dan penelitian lapangan

2. Bapak Drs. Syaiful Bachri, M. Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin penyusunan skripsi

3. Ibu Dr. Sri Haryati, M.Pd, Ketua Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan

4. Ibu Dra. Ch. Baroroh, MSi selaku pembimbing I yang telah memberikan

banyak sekali motivasi, ilmu dan arahan dengan penuh kesabaran

5. Bapak Drs. utomo, M.Pd Pembimbing II yang telah mengarahkan dan

membimbing serta memotivasi penulis dalam penyusunan skripsi, dan

menyelesaikan studi ini

6. Ibu Triana Rejekiningsih SH,KN selaku Pembimbing Akademik yang telah

memberikan bimbingan motivasi dan saran selama penulis menempuh

pendidikan di Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan Jurusan

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret Surakarta

7. Segenap Dosen Pengajar Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan bekal

ilmu pengetahuan dan wawasan kepada penulis

Page 11: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xi

8. Drs. Suharno selaku Kepala SMK Wasis Jogonalan , serta guru, karyawan

dan siswa-siswi SMK Wasis yang telah banyak memberikan bantuan bagi

penulis dalam penyusunan skripsi ini

9. Bapak Ibu guru Pendidikan Kewarganegaraan, untuk wawancaranya sehingga

diperoleh data yang berhubungan dengan skripsi dari penulis

10. Bapak Ibu guru Bimbingan Konseling untuk wawancara dan datanya sehingga

diperoleh data pendukung yang berhubungan dengan skripsi dari penulis

11. Bapak ibu guru Pendidikan Agama untuk wawancaranya sehingga diperoleh

data pendukung yang berhubungan dengan skripsi dari penulis

12. Berbagai pihak yang tidak mungkin disebutkan satu- persatu yang telah

membantu tersusunnya skripsi ini

Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari

Tuhan Yang Maha Esa.

Walaupun disadari dalam skripsi ini masih ada kekurangan, namun

diharapkan skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan juga

dunia pragmatika.

Surakarta, Mei 2011

Penulis

Page 12: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xii

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ............................................................................................... i

PENGAJUAN .................................................................................... ii

PERSETUJUAN ................................................................................ iii

PENGESAHAN ................................................................................. iv

ABSTRAK ......................................................................................... v

MOTTO ............................................................................................. viii

PERSEMBAHAN .............................................................................. ix

KATA PENGANTAR ....................................................................... x

DAFTAR ISI ...................................................................................... xi

DAFTAR TABEL .............................................................................. xiii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................... 1

B. Perumusan Masalah .................................................. 8

C. Tujuan Penelitian ...................................................... 9

D. Manfaat Penelitian .................................................... 9

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka ....................................................... 11

1. Tinjauan Tentang Efektifitas ............................... 11

2. Tinjauan Tentang Efektifitas Pembelajaran ........ 13

3. Tinjauan Tentang Teori Proses Perubahan

Tingkah laku ....................................................... 16

4. Tinjauan Tentang Pendidikan Kewarganegaraan 21

5. Tinjauan Tentang Nilai ........................................ 30

6. Tinjauan Tentang Norma ..................................... 33

7. Tinjauan Tentang Pendidikan Kewarganegaraan

Kaitannya dengan Pendidikan Nilai .................... 35

Page 13: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xiii

8. Efektivitas Pendidikan Nilai dan Norma ............. 39

B. Kerangka Berpikir ..................................................... 40

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................... 42

B. Bentuk dan Strategi Penelitian ................................. 43

C. Sumber Data ............................................................. 45

D. Teknik Sampling (Cuplikan) .................................... 47

E. Teknik Pengumpulan Data ....................................... 48

F. Validitas Data ........................................................... 52

G. Analisis Data ............................................................ 53

H. Prosedur Penelitian .................................................. 55

BAB. IV HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian ..................................... 56

B. Deskripsi Hasil Penelitian ........................................ 66

1. Keefektifan Pendidikan Kewarganegaraan

sebagai usaha penanaman nilai dan norma.......... 66

2. Letak kesalahan atau kekurangan proses

pembelajaran pendidikan kewarganegaraan

sebagai usaha penanaman nilai dan norma.......... 79

3. Solusi Pendidikan Kewarganegaraan sebagai

Usaha penanaman nilai dan norma dikalangan

siswa menjadi efektif ........................................... 81

C. Temuan Studi ........................................................... 83

BAB. V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Kesimpulan .............................................................. 87

B. Implikasi ................................................................... 88

C. Saran ......................................................................... 89

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 90

LAMPIRAN ....................................................................................... 94

Page 14: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Rencana Waktu Penelitian ............................................................... 42

Tabel 2. Daftar Guru, Staf Tata Usaha dan karyawan. ................................... 59

Tabel 3. Jenis Pelanggaaran Siswa................................................................. 78

Page 15: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir ............................................................. 41

Gambar 2. Model Analisis Interaktif .............................................................. 54

Gambar 3. Struktur Organisasi SMK Wasis Jogonalan ................................... 64

Page 16: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Daftar informan ....................................................................... 95

Lampiran 2. Pedoman Wawancara ............................................................. 96

Lampiran 3. Catatan Lapangan Wawancara ............................................... 98

Lampiran 4. Foto Kegiataan Penelitian ....................................................... 119

Lampiran 5. Kualitas Pelanggaran ............................................................... 123

Lampiran 6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ....................................... 125

Lampiran 7. Trianggulasi Data atau Sumber ............................................... 138

Lanpiran 8 Trianggulasi Metode ............................................................... 143

Lampiran 9 Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi Kepada Dekan

FKIP UNS ............................................................................... 145

Lampiran 10 Surat Keputusan Dekan FKIP UNS Tentang Ijin

Penyusunan Skripsi/Makalah .................................................. 146

Lampiran 11 Surat Permohonan Ijin Research/Try Out Kepada Rektor

UNS ......................................................................................... 147

Lampiran 12 Surat Permohonan Ijin Penelitian Kepada Pemerintah

Kabupaten Klaten .................................................................... 148

Lampiran 13 Surat Ijin Research Kepada Kepala Sekolah SMK Wasis

Jogonalan Klaten ..................................................................... 149

Lampiran 14 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari Sekolah

SMK Wasis Jogonalan Klaten ................................................ 150

Page 17: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Remaja adalah generasi penerus bangsa yang tumbuh dan berkembang

untuk melanjutkan perjuangan cita-cita bangsa. Remaja merupakan aset bangsa

yang harus dijaga dan dibentuk agar menjadi sumber daya manusia yang

berkualitas. Membentuk dan mengukir sosok remaja Indonesia yang berkualitas

dan memiliki daya saing tinggi bukan pekerjaan yang sederhana. Menanamkan

sifat kemanusiaan dalam diri puluhan juta kaum muda Indonesia bukan tugas dan

tanggungjawab yang dapat diselesaikan dalam kurun waktu satu tahun atau dua

tahun. Pekerjaan itu harus dilaksanaakan secara terarah, sistematis dan tiada henti-

hentinya. Jadi, kewajiban orang tua, masyarakat dan pemerintah adalah

memotivasi remaja dalam membentuk kepribadian, perilaku, dan menemukan jati

dirinya sesuai dengan nilai kehidupan bangsa Indonesia. Secara bertahap orangtua

hendaknya juga memberikan keteladanan dan menanamkan kebiasaan pada anak

untuk menaati prinsip-prinsip ajaran agama, moral dan adat, nilai dan norma yang

berlaku umum dalam masyarakat seperti baik, benar dan lain-lain sehingga sifat-

sifat baik itu secara bertahap dapat menjadi driving forces bagi terbentuknya

akhlak yang baik.

Orang tua hendaknya juga menjalin komunikasi yang baik dengan pihak

luar yaitu sekolah atau lembaga pendidikan untuk memantau segala hal berkaitan

dengan anak secara intensif, juga untuk melakukan tindakan korektif secara lebih

aktif dan proaktif, sehingga jika diperlukan upaya perbaikan dapat dilakukan

secara lebih efektif, efisien, terpadu, berkala dan berkesinambungan. Oleh karena

itu pemerintah mengambil langkah positif dengan mengadakan upaya pendidikan

untuk mencerdaskan kehidupan anak bangsa dan memfokuskan perhatian pada

dunia pendidikan terlihat dengan adanya UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang

sistem pendidikan nasional, dalam bab II pasal 3 dinyatakan bahwa:

Page 18: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggungjawab. (Anonim, 2003: 1)

Pendidikan dalam hal ini diartikan secara luas, yaitu sebagai upaya untuk

mentransformasikan nilai-nilai, sikap, pengetahuan dan keterampilan tertentu dari

generasi sebelumnya kepada generasi berikutnya. Pendidikan merupakan alat

strategis untuk membentuk dan mengembangkan nilai, sikap dan moral dari

generasi sebelumnya kepada generasi berikutnya. Kiprah dan peran institusi

pendidikan sekolah sudah cukup jelas, yaitu sebagai lapangan strategis bagi

penumbuhan dan pengembangan spiritual, nilai moral dan norma. Selain strategis

bagi pelaksanaan transformasi pengetahuan dan keterampilan serta penumbuhan

dan pengembangan kecerdasan. Sekolah hendaknya juga berperan sebagai

pendidikan lanjutan dari pendidikan di dalam keluarga, sehingga pembimbingan

terhadap siswa dapat terus dikembangkan, terlebih apabila kualitas pendidikan di

dalam keluarga kurang dapat diaktualisasikan. Hal ini diperlukan agar siswa

memiliki kematangan intelek atau intellectual Quotient (IQ), kematangan emosi

atau emotional Quotient (EQ) dan kematangan spiritual atau spiritual quotient

(SQ). Melalui kematangan IQ, EQ dan SQ diharapkan siswa mampu menanamkan

nilai dan norma dalam kehidupan sehari-harinya di sekolah, keluarga dan

masyarakat.

Negara Indonesia merupakan Negara yang menaruh perhatian yang

cukup besar pada masalah pendidikan moral. Kurikulum sekolah mulai dari

tingkat paling rendah hingga pada paling tinggi mengalokasikan untuk pembinaan

moral antara lain pendidikan kewarganegaraan dan pendidikan agama. Pendidikan

kewarganegaraanlah yang menjadi ujung tombak pembentuk penanaman nilai dan

norma yang berlaku di masyarakat pada umumnya pada anak didik mereka.

Namun dewasa ini usaha yang positif ini belum mampu menanamkan nilai dan

norma pada siswa saat ini, aktualisasi nilai dan norma disekolah belum begitu

tampak, ditambah lagi belum adanya pendidikan karakter atau pendidikan nilai

Page 19: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

yang seharusnya akan lebih mengacu pada penekanan nilai dan norma yang

tertuang dalam pelajaran pendidikan kewarganegaraan yang selama ini diajarkan

disekolah. Gagalnya output pendidikan saat ini ditandai oleh banyaknya

kejahatan-kejahatan moral, pelanggaran kesusilaan, kenakalan remaja, tawuran

antar pelajar, kejahatan narkoba dan sebagainya. Tentang kegagalan ini, Winarno

mengemukakan bahwa: “Sistem pendidikan di Indonesia dinilai gagal membentuk

karakter siswa menjadi orang baik yang ditandai dengan banyaknya kasus

korupsi, manipulasi, kebohongan, berbagai konflik dan terjadinya kekerasan”

(Winarno,2010: 2)

Didukung berdasarkan penelitian di Harvard University Amerika Serikat

yang menyatakan oleh Akhmad Sudrajat yaitu:

Kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill). Penelitian ini mengungkapkan, kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20 persen oleh hard skill dan sisanya 80 persen oleh soft skill. Bahkan orang-orang tersukses di dunia bisa berhasil dikarenakan lebih banyak didukung kemampuan soft skilldaripada hard skill. Hal ini mengisyaratkan bahwa mutu pendidikan peserta didik sangat penting untuk ditingkatkan. (Akhmad Sudrajat, 2010: 3)

Hal ini belum bisa menjadi bukti apakah pembelajaran yang diberikan

disekolah belum berhasil dengan baik. Menurut Starawaji (2009: 1)

mengemukakan bahwa :

Pembelajaran berasal dari kata belajar,yang memiliki arti yaitu aktivitas perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku yang dimaksud itu nyata memilki arti yang sangat laus yaitu perubahan tingkah laku dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak mengerti menjadi mengerti. Pada kenyataannya pembelajaran adalah merupakan proses kegiatan belajar mengajar yang dilakukan dimana saja tanpa ada ruang dan waktu,karena memang pembelajaran biasa dilakukan kapan saja dan dimana saja, walaupun banyak orang beranggapan bahwa pembelajaran hanya dilakukan disekolah atau lembaga tertentu. Dari uraian diatas maka dapat ditarik benang merahnya yaitu pembelajaran merupakan kegiatan perubahan tingkah laku secara kognitif,afektif dan psikomotorik.

Dari beberapa sumber yang didapat terlihat di lapangan tata tertib

disekolah yang mengatur kehidupan sekolah sehari-hari dan mengandung sanksi

atau hukuman terhadap yang melanggarnya pada kenyataan sehari-hari masih

Page 20: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

banyak ditemukan para pelajar yang melanggar tata tertib sekolah, masih adanya

sejumlah penyimpangan-penyimpangan yang masih terjadi didalam sekolah yang

dilakukan oleh para siswa di SMK WASIS Jogonalan, misalnya Berkelahi di

dalam sekolah dengan teman antar kelas, membawa minuman keras ke sekolah,

membolos saat jam pelajaran berlangsung. Seperti yang dikemukakan dalam

penelitian yang menyatakan bahwa:

Kenakalan remaja terutama pada tingkat kenakalan biasa seperti berbohong, pergi ke luar rumah tanpa pamit pada orang tuanya, keluyuran, berkelahi dengan teman, membuang sampah sembarangan dan jenis kenakalan biasa lainnya. Pada tingkat kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan seperti mengendarai kendaraan tanpa SIM, kebut-kebutan, mencuri, minum-minuman keras. (Masngudin, 2004: 2)

Dari data tersebut terdapat kegagalan keefektifan dalam pembelajaran

pendidikan kewarganegaraan. Seperti dalam jurnal internasional di situs internet

yang dikemukakan oleh Townsend & Otero (2010: 3) menyatakan bahwa:

Effective learning, other than based on a philosophical principle, should also be based on empirical findings of research studies focusing on school. Scheerens dalam Townsend & Otero. Identifies four major categories of schooling research :

1. Your review "outcomes" of education 2. Your review the education production function 3. Your review efektiif schools 4. Your review of effective instructional.

Artinya Belajar yang efektif, selain berdasarkan prinsip filosofis, juga

harus didasarkan pada temuan empiris studi penelitian berfokus pada sekolah.

Scheerens dalam Townsend & Otero. Mengidentifikasi empat kategori utama

penelitian pendidikan:

1. Tinjauan Anda "hasil" pendidikan

2. Tinjauan Anda fungsi produksi pendidikan

3. Tinjauan Anda efektiif sekolah

4. Tinjauan Anda efektif pembelajaran.

Efektivitas adanya kesesuaian antara orang yang melaksanakan tugas

dengan sasaran yang dituju. Efektivitas adalah bagaimana suatu organisasi

berhasil mendapatkan dan memanfaatkan sumberdaya dalam usahanya.

Page 21: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

Efektivitas pendidikan pada umumnya dapat dilihat berdasarkan teori sistem dan

dimensi waktu. Dalam jurnal Laurens Kaluge Jurnal ilmu Pendidikan, Februari

2003, Jilid 10, NOMOR 1 menyatakan bahwa: “Keefektivan pendidikan

merupakan satu masalah serius yang erat kaitannya dengan mutu pendidikan

dalam acuan konteks, proses, dan produk”. Menurut Mulyasa (2002: 82-85) ada

empat indikator untuk mengukur efektivitas yaitu: “Indikator Input, Indikator

Proses, indikator Output, Indikator outcame”.

Indikator tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Indikator input; meliputi karakteristik guru,fasilitas,perlengkapan,dan

materi pendidikan serta kapasitas manajemen.

2. Indikator proses; meliputi perilaku adsministratif,alokasi waktu guru dan

alokasi waktu peserta didik.

3. Indikator output; meliputi hasil-hasil dalam bentuk perolehan peserta

didik dan dinamikanya sistem sekolah, hasil-hasil yang berhubungan

dengan prestasi belajar dan hasil-hasil yang berhubungan dengan

perubahan sikap,serta hasil-hasil yang berhubungan dengan keadilan dan

kesamaan.

4. Indikator outcome; meliputi jumlah lulusan ke tingkat pendidikan

berikutnya,prestasi belajardisekolah yang lebih tinggi dan pekerjaan serta

pendapatan.

Menurut Drs. Helly Prajitno Soetjipto dalam bukunya Daniel Muijs &

David Reynolds (2008: 43) menyatakan bahwa:

Pengumpulan data tentang efektivitas guru dengan volumme yang cukup besar tentang anak dan latar belakang keluarganya disebut “intakes”, kemudian “proses” sekolah dan kelas dan “outcame” yaitu hasil dibidang akademik dan afektif (konsep diri,perilaku,kehadiran). Dalam studi ini melaporkan tentang faktor-faktor yang dikaitkan dengan efektivitas baik efektivitas antar bidang-hasil maupun efektivitas didalam subyek tertentu.

James. L Murseli dalam Prof. I.P Simanjuntak M.A (1975: 1)

menyatakan:

Suatu pengajaran dikatakan berhasil baik jika pengajaran tersebut membangkitkan proses belajar yang efektif. Bukan hanya pada cara

Page 22: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

mengajar ataupun metode yang digunakan, namun lebih pada hasil atau pencapaian akhir tujuan pembelajaran atau indikator yaitu hasil yang dapat bertahan lama dan dapat dipergunakan dalam kehidupannya.

Pendidikan kewarganegaraan seharusnya tidak hanya semata-mata

mengajarkan pasal-pasal UUD tetapi hendaknya pelajaran tersebut harus

mencerminkan hubungan tingkah laku yang menjunjung tinggi nilai-nilai moral

dalam pancasila dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Ini merupakan

tantangan bagi guru pendidikan kewarganegaraan apalagi dilatarbelakangi dengan

sifat dan pemahaman murid yang berbeda. Ratna Megawangi (2007: 79)

menyatakan bahwa:

Salah satu penyebab utama kegagalan tersebut karena sistem pendidikan di Indonesia belum mempunyai kurikulum pendidikan karakter, tetapi yang ada hanya mata pelajaran tentang pengetahuan karakter (moral) yang tertuang didalam pelajaran agama, kewarganegaraan dan Pancasila. Ditambah lagi proses pembelajaran yang dilakukan dengan pendekatan penghafalan. Para siswa hanya diharapkan dapat menguasai materi yang keberhasilannya diukur dengan kemampuan anak menjawab soal ujian terutama dengan pilihan berganda.

Guru harus mampu memadukan hafalan atau materi pendidikan

kewarganegaraan dengan pendidikan nilai yang mengacu pada pembelajaran

kehidupan yang sebenarnya dalam masyarakat dimana nilai dan norma berlaku

untuk mengatur bagaimana manusia bertindak dan berperilaku yang baik.

Didukung oleh suatu pernyataan yang mengatakan bahwa: “Guru atau

pendidik memiliki tanggung jawab besar dalam menghasilkan generasi yang

berkarakter, berbudaya, dan bermoral. Guru merupakan teladan bagi siswa dan

memiliki peran yang sangat besar dalam pembentukan karakter siswa.”. Hal ini

dapat dijelaskan bahwa dalam pendidikan atau mendidik tidak hanya sebatas

mentransfer ilmu melainkan dapat mengubah atau membentuk karakter dan watak

seseorang menjadi lebih baik, lebih sopan dalam tataran etika maupun estetika

maupun perilaku dalam kehidupan sehari-hari. (Sabar Budi Raharjo, 2003: 229-

238).

Suatu pengajaran dikatakan berhasil baik jika pengajaran tersebut

membangkitkan proses belajar yang efektif. Bukan hanya pada cara mengajar

ataupun metode yang digunakan, namun lebih pada hasil atau pencapaian akhir

Page 23: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

tujuan pembelajaran atau indikator yaitu hasil yang dapat bertahan lama dan dapat

dipergunakan dalam kehidupannya. Banyak guru secara jujur dan penuh

keyakinan menaruh pendirian, bahwa selama anak mengalami perkembangan

kepribadiannya menurut garis perkembangan yang wajar, selama kepribadian

anak itu menunjukkan keseimbangan dalam penyesuaian dirinya dan alam

sekitarnya, maka selama itu pula pelajaran tidak terlalu penting artinya Tujuan

akhir pendidikan pada umumnya dan disekolah pada khususnya, ialah

pembentukan kepribadian anak didik. Hasil pengajaran berdasarkan mata

pelajaran itu hanya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan. Akan tetapi mata

pelajaran itu merupakan alat yang essensial dan alat yang khas yang digunakan

oleh sekolah dan guru, untuk tujuan utama yakni membentuk kepribadian

manusia. Efektif tidaknya suatu pembelajaran dapat diukur dengan indikator

efektivitas, salah satu indikator efektivitas adalah indikator output, yaitu

mencakup hasil-hasil yang berhubungan dengan perubahan sikap atau tujuan

pembelajaran dapat tercapai semaksimal mungkin.

Dari uraian penjelasan di atas maka penulis tertarik untuk meneliti

mengenai tingkat keefektivan pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha

penanaman nilai dan norma pada remaja siswa SMK Wasis Jogonalan. Sehingga

dalam penelitian ini penulis mengambil judul “EFEKTIVITAS

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI

USAHA PENANAMAN NILAI DAN NORMA PADA SISWA DI SMK

WASIS JOGONALAN TAHUN AJARAN 2007-2009”.

A. Identifikasi Masalah

Berdasarkan dari uraian latar belakang yang telah diuraikan di atas maka

dapat dikemukakan identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Peran guru, sekolah, orang tua, dan lingkungan sebagai unsur terkait

untuk menanamkan nilai dan norma anak belum maksimal.

2. Merosotnya nilai dan norma pada diri siswa

3. Kurang efektivitasnya pendidikan kewarganegaraan menyebabkan

tingkat penanaman nilai dan norma pada siswa kurang

4. Keteladanan guru dalam memberikan pembelajaran Pendidikan

Page 24: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

Kewarganegaraan di dalam kelas.

5. Solusi yang bisa dilakukan dalam pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan agar sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada

menjadi efektif.

B. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah serta identifikasi masalah, maka

permasalahan difokuskan pada efektivitas pendidikan kewarganegaraan sebagai

usaha penanaman nilai dan norma pada siswa. Masalah dalam penelitian ini

selanjutnya akan dibatasi mengingat keterbatasan waktu, biaya, serta tenaga.

Secara singkat masalah yang akan diteliti adalah Efektivitas pembelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada

siswa di SMK Wasis Jogonalan Klaten Tahun Ajaran 2007-2009.

C. Perumusan Masalah

Didalam penelitian ini pasti timbul masalah, supaya memperjelas

masalah apa yang dihadapi dan seperti apa pemecahannya , kiranya sangat perlu

masalah yang dihadapi itu dirumuskan. Berdasarkan latar belakang masalah,

identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah dikemukakan di atas,

maka dapat dirumuskan masalah ini yaitu:

1. Sudah efektifkah pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sebagai

usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di SMK Wasis

Jogonalan Klaten Tahun Ajaran 2007-2009?

2. Dimana letak kelemahan proses pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan dalam menanamkan nilai dan norma pada siswa di

SMK Wasis Jogonalan Klaten Tahun Ajaran 2007-2009?

3. Bagaimana solusi yang tepat agar pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma

dikalangan siswa menjadi efektif?

Page 25: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

D. Tujuan Penelitian

Dalam setiap kegiatan yang dilakukan seseorang tentu saja tidak lepas

dari tujuan yang ingin dicapainya. Begitu pula dalam penelitian ini. Tujuan yang

ingin penulis capai adalah untuk mengetahui:

1. Tingkat efektifitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai

usaha penanaman nilai dan norma pada siswa.

2. Letak kelemahan proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraaan

dalam menanamkan nilai dan norma pada siswa di SMK Wasis

Jogonalan Klaten tahun ajaran 2007-2009.

3. Solusi yang tepat agar dalam penyelenggaraan pembelajaran

pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha menanamkan nilai dan

norma dikalangan siswa menjadi efektif.

E. Manfaat Penelitian

Suatu penelitian sudah pasti diharapkan hasilnya akan berrmanfaat.

Demikian pula dalam penelitian ini, diharapkan mempunyai manfaat terutama dari

segi praktis dan teoritis. Adapun manfaat yang dimaksudkan adalah:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan untuk

pengembangan ilmu pengetahuan khususnya untuk mengetahui efektifitas

pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada

siswa di SMK Wasis Jogonalan Klaten.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Siswa

Memberikan masukan siswa untuk meningkatkan pengetahuannya

tentang nilai dan norma agar dapat berperilaku sesuai dengan nilai dan norma

yang berlaku di masyarakat.

b. Bagi Sekolah

Memberikan masukan kepada pihak sekolah untuk selalu memberikan

dukungan yang baik kepada seluruh siswa-siswinya agar mereka tetap

berperilaku dan bersikap baik sesuai nilai dan norma yang berlaku.

c. Bagi Guru

Page 26: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

Memberi masukan bagi guru untuk berperan serta menumbuh

kembangkan dan membentuk pribadi siswa yang baik sesuai nilai dan norma

yang berlaku dalam masyarakat

Page 27: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

Setiap kegiatan ilmiah termasuk penelitian ilmiah tidak akan pernah lepas

dari ilmu pengetahuan sebagai pendukung penelitian yang akan atau telah

dilaksanakan. Ilmu pengetahuan tersebut sangat diperlukan agar penelitian dapat

teruji kebenarannya. Karena penelitian yang baik adalah penelitian yang

mempunyai teori-teori relevan yang dapat mendukung apa yang akan atau telah

diteliti. Teori-teori yang dijadikan tinjauan pustaka tentunya adalah teori-teori

yang sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Teori harus mencakup berbagai

konsep yang ada dalam penelitian, oleh sebab itu setiap peneliti harus menemukan

sebanyak-banyaknya teori untuk mendukung penelitiannya. Begitu pula dalam

penelitian ini. Peneliti harus menemukan sejumlah teori yang dapat dijadikan

pendukung apa yang akan atau sedang diteliti.

Berdasarkan uraian di atas, maka dalam bab ini akan di uraikan mengenai

berbagai landasan teori yang sesuai dengan permasalahan yang diangkat dalam

penelitian ini sebagai berikut.

1. Tinjauan Tentang Efektivitas

a. Pengertian Efektivitas

Setiap orang dalam memaknai efektivitas memberikan pengertian yang

berbada-beda sesuai sudut pandang masing-masing.

Menurut Margono (1998:45) mendefinisikan ”efektif berarti semua

potensi dapat dimanfaatkan dan semua tujuan dapat tercapai”. Sedangkan menurut

Marbun (2003: 71): ”efektivitas (effectivences) suatu besaran atau angka untuk

menunjukkan sampai seberapa jauh sasaran ( target) tercapai”.

Menurut Chester I Barnad yang dikutip oleh Suyadi Prawiro Sentono

(1994: 14) “bila suatu tujuan yang akhirnya dapat dicapai, kita boleh mengatakan

bahwa kegiatan tersebut adalah efektif ”. Ia juga mengatakan bahwa efektivitas

dari kelompok adalah bila tujuan kelompok tersebut dapat dicapai sesuai dengan

yang direncanakan.

11

Page 28: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

William N Dunn (2000: 498) “efektivitas (effectiveness ) adalah suatu

kriteria untuk menseleksi berbagai alternatif untuk dijadikan rekomendasi

didasarkan pertimbangan apakah alternatif yang direkomendasikan tersebut

memberikan hasil (akibat) yang maksimal, lepas dari pertimbangan efisiensi”.

Sedangkan menurut Mulyasa (2002: 82) berpendapat mengenai

efektivitas yakni:

Efektivitas adalah adanya kesesuaian antara orang yang melaksanakan tugas dengan sasaran yang dituju. Efektivitas adalah bagaimana suatu organisasi berhasil mendapatkan dan memanfaatkan sumberdaya dalam usahanya mewujudkan tujuan operasional. Efeltivitas pendidikan pada umumnya dapat dilihat berdasarkan teori sistem dan dimensi waktu. Adapun kriteria yang digunakan untuk mengukur efektivitas menggunakan teori sistem.

Berkaitan dengan efektivitas dapat dijadikan barometer untuk mengukur

keberhasilan pendidikan. Dalam upaya pengukuran ini terdapat dua hal yang perlu

diperhatikan yaitu validasi dan evaluasi.

Menurut Rae dalam Mulyasa (2002: 83) mengemukakan bahwa:

Validasi dapat dilihat dari dua sisi yaitu interen dan eksteran. Validasi interen merupakan serangkaian tes dan penilaian yang dirancang untuk mengetahui secara pasti apakah suatu program pendidikan telah mencapai sasaran yang telah ditentukan. Adapun validasi eksternal merupakan serangkaian tes dan penilaian yang dirancang untuk mengetahui secara pastiapakah sasaran perilaku dari suatu program pendidikan secara interen telah valid.

Efektivitas dapat dilihat pada proses evaluasi, berkaitan dengan evaluasi,

menurut Firman (1990) dalam Mulyasa (2002: 84) menyebutkan bahwa:

Evaluasi dapat digunakan dalam mengukur tiga tahapan, yakni perencanaan,pelaksanaan,dan pasca pelaksanaan. Selanjutnya evaluasi yang baik dilaksanakan hanya apabila didasarkan rencana yang baik pula. Oleh karena itu, kegiatan evaluasi dalam kaitannya dengan mengukur efektivitas harus mengukur untung rugi, tidak hanya mengukuir pencapaian sasaran belaka.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat dikatakan bahwa efektivitas

adalah suatu keadaan yang dikehendaki yang merupakan akibat dari yang

dikerjakannya dan merupakan suatu pengukuran terhadap tercapainya sasaran atau

tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

Page 29: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

b. Kriteria Efektifitas

Kriteria efektivitas harus mencerminkan keseluruhan siklus input, proses,

output. Indikator tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: Adapun indikator

efektivitas menurut E. Mulyasa (2005: 84-85) antara lain meliputi “indikator

input, proses, output dan outcome”.

Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Indikator input; indikator input ini meliputi karakteristik guru, fasilitas,

perlengkapan, dan materi pendidikan serta kapasitas manajemen.

2) Indikator process; indikator proses meliputi perilaku administratif,

alokasi waktu guru, dan alokasi waktu peserta didik.

3) Indikator output; indikator dari output ini berupa hasil-hasil dalam bentuk

perolehan peserta didik dan dinamikanya sistem sekolah, hasil-hasil yang

berhubungan dengan prestasi belajar, dan hasil-hasil yang berhubungan

dengan perubahan sikap, serta hasil-hasil yang berhubungan dengan

keadilan, dan kesamaan.

4) Indikator outcome; indikator ini meliputi jumlah lulusan ke tingkat

pendidikan berikutnya, pretasi belajar di sekolah yang lebih tinggi dan

pekerjaan, serta pendapatan.

“Kriteria Efektivitas Pembelajaran didalam proses belajar mengajar

banyak faktor yang mempengaruhi terhadap berhasilnya sebuah pembelajaran,

antara lain kurikulum, daya serap, presensi guru, presensi siswa prestasi belajar”.

(Starawaji 2009: 2).

3. Tinjauan Efektivitas Pembelajaran

Proses belajar mengajar yang ada baik di sekolah dasar maupun di

sekolah menengah, sudah barang tentu mempunyai target bahan ajar yang harus

dicapai oleh setiap guru, yang didasarkan pada kurikulum yang berlaku pada saat

itu. Kurikulum yang sekarang ada sudah jelas berbeda dengan kurikulum zaman

dulu, ini ditenggarai oleh sistem pendidikan dan kebutuhan akan pengetahuan

mengalami perubahan sesuai dengan kebutuhan zaman. Bahan ajar yang banyak

terangkum dalam kurikulum tentunya harus disesuaikan dengan waktu yang

Page 30: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

tersedia pada hari efektif yang ada pada tahun ajaran tersebut. Namun terkadang

materi yang ada dikurikulum lebih banyak daripada waktu yang tersedia. Ini

sangat ironis sekali dikarenakan semua mata pelajaran dituntut untuk bisa

mencapai target tersebut. Untuk itu perlu adanya strategi efektivitas pembelajaran.

Pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk

memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Beberapa prinsip yang menjadi landasan pengertian tersebut ialah :

a. Pembelajaran sebagai suatu usaha memperoleh perubahan perilaku. Prinsip ini

bermakna bahwa prosees pembelajaran itu ialah adanya perubahan perilaku

dalam diri individu.

b. Hasil pembelajaran ditandai dengan perubahan perilaku secara keseluruhan.

c. Pembelajaran merupakan suatu proses. Prinsip ini mengandung makna bahwa

pembelajaran merupakan suatu aktifitas yang berkesinambungan.

d. Proses pembelajaran terjadi karena adanya sesuatu yang mendorong dan ada

suatu tujuan yang ingin dicapai.

e. Pembelajaran merupakan suatu pengalaman.

Efektivitas pembelajaran, biasanya diukur dengan tingkat pencapaian

siswa. Menurut Karwono (2009: 2) Ada empat aspek penting yang dapat dipakai

untuk mengetahui keefektivan pembelajaran yaitu :

a. Kecermatan penguasaan perilaku yang dipelajari atau sering disebut tingkat kesalahan

b. Kecepatan unjuk kerja c. Tingkat alih belajar d. Tingkat retensi dari apa yang dipelajari.

Sedangkan Slameto (1995: 92) berpendapat bahwa:

Pengajaran yang efektif adalah pembelajaran yang dapat membawa belajar siswa yang efektif. Belajar di sini adalah suatu aktivitas mencari, menemukan dan melihat pokok masalah. Siswa berusaha memecahkan masalah termasuk pendapat bahwa bila seseorang memiliki motor skill maka dia telah menghasilkan masalah dan menemukan kesimpulan.

Page 31: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

Menurut James. L Murseli dalam Prof. I.P Simanjuntak M.A (1975: 1)

menyatakan “Suatu pengajaran dikatakan berhasil baik kalau pengajaran itu

membangkitkan proses belajar efektif, dengan pertimbangan bukan dengan tujuan

pengajaran. Syarat tertinggi bagi pengukuran hasil pengajaran adalah hasilnya”.

Hasil yang dijadikan dasar untuk menilai pengajaran yang disebut baik

adalah :

a. Hasilnya yang tahan lama

b. Pelajar dapat dan memang mempergunakannya dalam hidupnya.

Kutipan dalam jurnal internasional “Learning is how a person or group

comes to know, and knowing consist of varety of types action, in learning, a

knower positions themselves in relation to the knowable, and engages”. (Bill

Cope 2007: 1)

Sesuai dengan jurnal internasional di atas yang artinya belajar adalah

bagaimana seseorang atau kelompok yang datang untuk mengetahui dan akhirnya

mengetahui bermacam-macam tindakan dalam pembelajaran, dalam pembelajaran

siswa menempatkan dirinya dalam hubungan saling mengetahui (yang

dipengaruhi oleh pengalaman, konsep, analisis atau penerapan).

Menurut Medley dalam Soekartawi (1995: 38) mendefinisikan efektivitas

pembelajaran sebagai berikut:

Pertama, efektivitas dirasakan sebagai kemuliaan karakteristik atau sifat pribadi tertentu yang dimiliki oleh seorang guru... . Kemudian, efektivitas tidak terlalu terlihat sebagai suatu fungsi karakteristik guru tetapi sebagai metode mengajar yang digunakan... . Maka, efektivitas sangat bergantung pada suasana kreatif dan penegakan disiplin seorang guru di dalam kelas.......

Menurut Medley dalam Soekartawi (1995: 38), menyebutkan bahwa:

Ada empat karakteristik dari mengajar yang efektif, yakni:

1) Penampilan pengajar (penguasaan baha ajar), persiapan mengajar, dsb. 2) Cara mengajar (pemilihan model instruksi, alat bantu mengajar dan

evaluasi yang dipakai) 3) Kompetensi dalam mengajar 4) Pengambilan keputusan yang bijaksana Jika diperhatikan, pengajaran akan menjadi efektif bila pengajar menguasai: 1) Apa yang diajarkan 2) Teori pengajaran (pemilihan instructional design) yang relevan

Page 32: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

3) Hal-hal baru (penelitian untuk memperkaya isi bahan ajar yang diberikan)

4) Karakteristik siswa

Efektivitas menunjukkan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya suatu

tujuan yang telah ditentukan. Hasil yang semakin mendekati tujuan yang telah

ditetapkan menunjukkan semakin tinggi tingkat efektivitasnya.

Dengan demikian dalam hal ini keefektivan pembelajaran adalah

pembelajaran yang didalamnya terdapat pemanfaatan potensi yang mampu

sebagai sarana untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan

efektivitas pembelajaran diartikan sebagai pengukuran terhadap perubahan-

perubahan yang terjadi pada siswa setelah siswa mempelajari suatu bahan

pelajaran (dalam hal ini mengenai keberhasilan belajar siswa).

2. Tinjauan Teori Proses Perubahan Tingkah laku

Efektifitas pembelajaran juga didukung dengan teori-teori pembelajaran

yang digunakan sebagai acuan dalam pembelajaran. Adapun teori-teori

pembelajaran tersebut sebagai berikut:

a. Teori Behaviorisme Ivan Petrovich Pavlov

Dalam arti teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku

manusia. memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberi respon

terhadap lingkungan. Behaviorisme merupakan salah satu pendekatan untuk

memahami perilaku individu. Menurut Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati (1991:

297) mengenai behaviorisme mengemukakan bahwa: “pada waktu dilahirkan

semua orang adalah sama. Behaviorisme pendidikan adalah maha kuasa. Manusia

hanya makhluk yang berkembang karena kebiasaan-kebiasaan, dan pendidikan

dapat mempengaruhi reflek sekehendak hatinya”.

Prinsip utama aliran behaviorisme adalah berdasarkan unit belajar. Albert

Bandura juga menyetujui keyakinan dasar behaviorisme yang dikutip oleh

Syamsu Yusuf (2008: 133) mengatakan bahwa: “Kepribadian dibentuk melalui

belajar”. Belajar menurut teori ini adalah suatu proses perubahan yang terjadi

karena adanya syarat-syarat yang menimbulkan reaksi.Yang terpenting dalam

belajar menurut teori ini adalah adanya latihan dan pengulangan. Kelemahan teori

Page 33: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

ini adalah belajar hanyalah terjadi secara otomatis keaktifan dan penentuan

pribadi dihiraukan.

Dalam teori ini belajar adalah perubahan dalam tingkah laku sebagai

akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Perubahan perilaku dapat berujud

sesuatu yang konkret atau yang non konkret, berlangsung secara mekanik

memerlukan penguatan. Teori belajar behaviorisme dapat diaplikasikan dalam

pembelajaran, tergantung dari beberapa hal seperti tujuan pembelajaran, sifat

materi pelajaran, karakteristik siswa, media dan fasilitas pembelajaran yang

tersedia. Pendekatan behaviorisme, lebih mengutamakan hal-hal yang nampak

dari individu atau siswa itu sendiri Perilaku adalah segala sesuatu yang bisa di

amati oleh alat indera sebagi hasil dari interaksi dengan lingkungnnya.

Pendekatan psikoanalisa, lebih mengutamakan hal-hal yang ada di bawah

kesadaran individu. Pendekatan kognitif, perilaku sebagai proses internal, yang

merupakan suatu proses input-output yaitu penerimaan dan pengolahan hasil dari

informasi, untuk kemudian menghasilkan keluaran.

Teori ini paling banyak menekankan proses perubahan tingkah laku

sebagai akibat adanya interaksi antara stimulis dan respon. Tujuan adanya

perubahan tingkah laku pada peserta didik. Evaluasi didasarkan pada perilaku

yang dicapai sebagai hasil dari latihan yang dilakukan. Hasil dari proses

pembelajaran ialah perubahan perilaku individu. Individu akan memperoleh

perilaku yang baru, menetap, fungsional, positif, disadari. Perubahan perilaku

sebagai hasil pembelajaran ialah perilaku keseluruhan yang mencakup aspek

kognitiif, afektif, dan motorik.

b. Aplikasi Teori Behaviorisme

Contohnya yaitu pada awal tatap muka antara guru dan murid dalam

kegiatan belajar mengajar, seorang guru menunjukkan sikap yang ramah dan

memberi pujian terhadap murid-muridnya, sehingga para murid merasa terkesan

dengan sikap yang ditunjukkan gurunya. Pembelajaran pendidikan

Kewarganegaraan yang efektif akan membawa perubahan tingkah laku yang

positif bagi siswa, sebaliknya dengan pembelajaran pendidikan Kewarganegaraan

yang dinilai kurang efektif akan membawa perubahan yang negatif bagi siswa

yang dapat melakukan penyimpangan-penyimpangan perilaku.

Page 34: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

c. Teori Skinner

Menurut Skinner salah satu elemen terpenting adalah penekanan pada

konsekuensi. Konsekuensi yang menyenangkan akan memperkuat perilaku,

sedangkan konsekuensi yang tidak menyenangkan akan melemahkan perilaku.

Dalam kaitannya dengan penguatan, penting untuk diketahui bahwa tidak ada

konsekuensi yang dapat dikatakan mutlak sebagai hukuman atau penguat. Ada

dua tipe penguatan meenurut Daniel Muijs dan Daniel Reynolds (2009: 139-140 )

yakni: “ Penguatan positif dan penguatan negatif. Penguatan positif terjadi bila

stimulus positif diberikan menyusul perilaku tertentu. Penguatan negatif terjadi

bila stimulus tidak menyenangkan dihindarkan”. Misalnya menurut pengamatan

penulis dilapangan bahwa masih terdapat sejumlah pelanggaran yang sama dan

dilakukan oleh siswa anak kelas XII namun jumlahnya tidak banyak seperti yang

yang dilakukan oleh kelas XI. Hal ini berarti bahwa penguatan yang diberikan

oleh guru bersifat positif bagi siswa yang tidak mengulangi perbuatan pelanggaran

yang sama di kelas XII namun penguatan akan bersifat negatif karena stimulus

yang diberikan guru tidak ditanggapi oleh siswa yang ada justru siswa mengulangi

perbuatan pelanggaran yang sama.

d. Teori Konstruktivisme

Teori ini dikembangkan oleh Jean Piaget yang biasa dikenal dengan teori

perkembangan kognitif. Menurut Abdullah Idi (2007: 88) menganggap bahwa:

Teori kematangan mental ini tumbuh secara bertahap pada anak didik sebagai follow-up dari interaksinya dengan lingkungan. Anak didik harus dibimbing dengan teliti, bahan pelajarannya harus seimbang dengan tingkat perkembangan kognitifnya, dan perlu didorong supaya mereka maju ke arah tingkat perkembangan selanjutnya.

Sementara itu John Dewey mengemukakan tahap-tahap perkembangan

moral berdasarkan teori Jean Piaget yang dikutip oleh Abdullah Idi (2007: 90)

menjadi tiga yakni:

1) Tahap amoral Tidak tahu mana yang benar dan salah, tidak menghiraukan orang lain.

2) Tahap konvensional Menghormati nilai-nilai konvensional yang diperoleh dari orang tua dan masyarakat. Pujian dan hukuman dari orang dewasa direspon sebagai dasar norma moralnya.

Page 35: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

3) Tahap otonom Mulai memilih mana yang baik dan mana yang buruk.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka seorang anak akan melalui

beberapa tahapan untuk mencapai tingkat perkembangan moral, dan untuk sampai

pada tahapan yang paling sempurna maka ia akan melalui tahapan-tahapan yang

lebih rendah. Sehingga dalam hal ini Aristoteles mempunyai pandangan tentang

belajar berdasarkan prinsip asosiasionisme. Dasar pandangan Aristoteles adalah:

Awalnya, manusia tidak tahu apa-apa atau dalam keadaan kosong. Saat lahir, jiwanya seperti tabularasa (kertas putih belum berisi coretan dan tulisan). Kemudian pengetahuannya dibentuk oleh penangkapan perasaan-perasaan atau kejuatan-kejutan dasar, seperti suara, penglihatan, pembauan, dan rasa atau perasaan panas dan dingin. Selanjutnya, hal-hal yang ditangkap melalui indera-indera berkaitan hanya secara mekanis di dalam jiwa. Ide-ide pengetahuan yang kompleks terbentuk dari yang sederhana dan secara mekanis. (Abdullah Idi, 2007: 90)

Sehingga seorang anak akan berkembang mulai dari hal-hal yang paling

sederhana menjadi pemahaman yang lebih kompleks, dan hal tersebut telah

dikemukakan oleh Jean Piaget dalam tahap-tahap perkembangan moral anak yang

selanjutnya dilanjutkan oleh Kohlberg.

Berdasarkan penjelasan di atas maka dalam penelitian ini penulis

menggunakan teori Behaviorisme yang lebih menekankan pada tingkah laku

manusia memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberi respon

terhadap lingkungan karena pendidikan merupakan kegiatan yang melibatkan

individu yang berperilaku yang ikut terlibat dalam pendidikan. Seyogyanya

mereka yang terlibat dapat menunjukkan perilaku yang sesuai agar proses

pendidikan dapat berlangsung secara efektif sesuai dengan landasan dan tujuan

yang akan dicapai.

Selain itu penulis juga menggunakan Teori perkembangan kognitif. ini

didasarkan pada asumsi bahwa kemampuan kognitif merupakan sesuatu yang

fundamental dan yang membimbing tingkah laku anak. Dengan kemampuan

kognitif ini, maka anak dipandang sebagai individu yang secara aktif membangun

sendiri pengetahuan mereka. Jadi dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

dengan pengetahuan yang dimiliki peserta didik akan mengarahkan dan

membimbing tingkah laku anak. Pada penelitian ini, siswa memperoleh

Page 36: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

pengetahuan khususnya pengetahuan penanaman nilai dan norma dimana orang

lain atau lingkungan mempunyai pengaruh dan peranan untuk menjadikan sikap

dan tingkah laku siswa sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku umum. Proses

kognitif siswa hendaknya mendapat perhatian dari guru, kemudian hendaknya

lingkungan memberikan dukungan bagi proses pembelajaran, dan guru membantu

siswa dalam mengembangkan perilaku pembelajaran. Pada hal ini tingkah laku

anak dapat dikatakan sebagai hasil pembelajaran yang telah dilakukannya di

sekolah melalui mata pelajaran khususnya pendidikan kewarganegaraan.

Berkaitan dengan perkembangan moral Piaget mengemukakan dua tahap

perkembangan yang dialami oleh setiap individu. Tahap pertama disebut

heterenomous atau tahap realisme moral. Pada tahap ini seorang anak cenderung

menerima begitu saja aturan-aturan yang diberikan oleh orang-orang dalam hal ini

misalnya saja orang tua, guru, masyarakat dan lain sebagainya. Sedangkan tahap

kedua disebut autonomous morality atau independensi moral, dimana dalam

tahapan ini seorang anak akan memandang perlu untuk memodifikasi aturan-

aturan untuk disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada. Misalnya contoh

yang ada dilapangan bahwa tingkat pelanggaran yang terjadi paling banyak adalah

dikelas dua ini membuktikan bahwa anak-anak kelas satu sedang dalam tahap

heterenomous atau tahap realisme moral yaitu seorang anak cenderung menerima

begitu saja aturan-aturan yang diberikan oleh orang-orang dalam hal ini misalnya

saja orang tua, guru, masyarakat dan lain sebagainya. Selanjutnya pelanggaran

banyak dilakukan dikelas dua karena siswa sedang dalam tahap autonomous

morality atau independensi moral, dimana dalam tahapan ini seorang anak akan

memandang perlu untuk memodifikasi aturan-aturan untuk disesuaikan dengan

situasi dan kondisi yang ada. Teori Jean Piaget ini dilanjutkan oleh Lawrence

Kohlberg yang membagi perkembangan moral menjadi enam tahapan. Adapun

tahapan-tahapan tersebut adalah:

1) Orientasi hukuman dan kepatuhan 2) Orientasi relativis instrumental 3) Penyesusaian dengan kelompok atau orientasi menjadi ”anak manis” 4) Orientasi hukum dan ketertiban (law and order) 5) Orientasi kontrak-sosial legalistis 6) Orientasi prinsip etika yang universal (K. Bertens, 2007: 80)

Page 37: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

Di dalam hal ini perkembangan moral siswa antara yang satu dengan

yang lainnya berbeda-beda. Hal tersebut dikarenakan usia siswa yang juga

berbeda sehingga tingkat pemahaman siswa akan berbeda pula. Sebagai contoh

dilapangan bahwa siswa kelas tiga tingkat pelanggarannya sedikit menurun karena

secara tidak langsung siswa kelas tiga sudah bisa membedakan mana yang baik

dan yang benar sesuai dengan kondisi usia masing-masing siswa. Sehingga akan

berdampak pada tingkat pemahaman terhadap penanaman nilai dan norma itu

sendiri dan aktualisasi yang akan dihasilkan juga berbeda. Untuk melalui

beberapa tahapan-tahapan tersebut supaya mencapai tahapan paling tinggi peserta

didik dibantu oleh beberapa faktor seperti pendidik atau guru yang bertugas

sebagai agen perubahan perilaku siswa, lingkungan sekolah yang kondusif, dan

bahan pelajaran supaya peserta didik mencapai tahap perkembangan kognitif

secara sempurna sampai pada tahapan tertinggi.

Salah satu bahan pelajaran yang dapat membantu perkembangan kognitif

siswa adalah Pendidikan Kewarganegaraan didukung dengan pendidikan nilai

yang mengacu pada penanaman nilai dan norma disekolah dan Pendidikan agama.

Dimana mata pelajaran tersebut menanamkan nilai-nilai norma kepada siswanya.

Hal tersebut senada dengan pendapat Doni Koesoema dalam bukunya yang

menyatakan bahwa “ Efektivitas pendidikan nilai dan norma dapat terlihat di

pendidikan karakter. Pendidikan karakter lebih berkaitan dengan bagaimana

menanamkan nilai-nilai tertentu dalam diri anak di sekolah”. (Doni Koesoema,

2007: 206).

3. Tinjuan Tentang Pendidikan Kewarganegaraan

a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Kurikulum sekolah mulai dari tingkat paling rendah hingga pada paling

tinggi mengalokasikan waktu yang cukup banyak bagi bidang study yang

potensial untuk pembinaan moral antara lain Pendidikan Kewarganegaraan dan

Pendidikan Agama. Pendidikan Kewarganegaraan didalam suatu konsep

pendidikan sangatlah penting dan perlu untuk diberikan kepada seorang pelajar

yang menempuh suatu jenjang pendidikan baik itu SD, SMP, dan SMA/SMK

Page 38: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

serta pada jenjang perguruan tinggi karena Pendidikan Kewarganegaraan dapat

mencakup semua aspek pelajaran baik mata pelajaran geografi, sejarah sosiologi

maupun dibidang antropologi, oleh karena pendidikan kewarganegaraan memiliki

peranan yang penting dalam pembentukan moral dan budi pekerti seseorang

dalam kehidupan bernegara. Pernyataan tersebut juga dinyatakan dalam dalam

jurnal ilmiah pendidikan Nov 2006 Th.XXV No. 3 menyatakan bahwa “dengan

surat keputusan Mendikbud RI No 008c/U/1975 tanggal 15 Januari 1975

dibakukan kurikulum untuk SD, SMP, dan SMA”.

Perkembangan Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia dimulai

setelah Indonesia merdeka. Dalam jurnal ilmiah pendidikan Nov 2006 Th.XXV

No. 3 dinyatakan:

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan instruksi bahwa materi Civics adalah pancasila. Pada tahun 1975 mata pelajaran pendidikan kewargaan negara diganti dengan pendidikan moral pancasila. Pergantian dari kurikulum 1975 menjadi kurikulum 1994 menyebabkan pendidikan moral pancasila diganti dengan pendidikan pancasila dan kewarganegaraan ini ditetapkan atas dasar keputusan yang tersirat didalam UU no. 2 tahun 1989, Pasal 39 ayat (2), termasuk penjelasannya yang menyatakan pendidikan pancasila mengarahkan perhatian pada moral yang diharapkan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. (Tukiran, 2006: 362)

Sementara itu Sumarsono mengemukakan bahwa melalui Pendidikan

Kewarganegaraan dimaksudkan agar “Warga negara memiliki wawasan kesadaran

bernegara untuk bela negara dan memiliki pola pikir, pola sikap, dan perilaku

sebagai pola tindak yang cinta tanah air berdasarkan pancasila. Semua itu

diperlukan demi tetap utuh dan tegaknya NKRI ” (Sumarsono, 2002: 3).

Selanjutnya Muhson mengatakan bahwa:

Pkn merupakan representasi dari pendidikan nilai, norma dan moral di sekolah. Nilai, norma dan moral merupakan satu kesatuan yang utuh dalam kaitannya dengan upaya perwujudan nilai kemanusiaan, serta dalam hubungan antar umat manusia. Nilai merupakan landasan dari norma,selanjutnya norma menjadi dasar penuntun dari moral atau sikap dan perbuatan yang baik. Pembelajaran nilai, norma dan moral harus melingkupi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor yang direncanakan, disajikan dan dievaluasi secara integralistik dan berkesinambungan. (Muhson, 2002: 2)

Page 39: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

Syahrial Syarbini dkk (2006: 4) mengatakan bahwa:

Pendidikan Kewarganegaraan adalah suatu bidang kajian yang mempunyai objek telaah kebajikan dan budaya kewarganegaraan,dengan menggunakan disiplin ilmu pendidikan dan ilmu politik sebagai kerangka kerja keilmuan pokok serta disiplin ilmu lain yang relevan yang secara koheren diorganisasikan dalam bentuk program kulikuler kewarganegaraan, aktivitas sosial-kultural dan kajian ilmuan kewarganegaraan

Sementara itu Cholisin menyatakan bahwa:

Pendidikan Kewarganegaraan secara terminologis diartikan sebagai pendidikan politik yang fokus materinya peranan warga negara dalam kehidupan bernegara yang kesemuanya itu diproses dalam rangka untuk membina peranan tersebut sesuai dengan ketentuan Pancasila dan UUD 1945 agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan Negara. (Wijianto dan Winarno, 2010: 4).

Civic education menurut John J Cogan (1999) dalam Wijianto dan

Winarno (2010: 3) mengartikan sebagai “…the foundational course work in

school designed to prepare young citizens for an active role in their communities

in their adult lives”.

Pernyataan di atas mengandung pengertian bahwa civic education adalah suatu

mata pelajaran dasar di sekolah yang dirancang untuk mempersiapkan

warganegara muda, agar kelak setelah dewasa dapat berperan aktif dalam

masyarakatnya.

Seperti yang dikemukakan oleh H.A Kosasih Djahiri (2008: 3) yaitu:

PKN atau Civic Education adalah program pendidikan/pembelajaran yang secara programatik–prosedural berupaya memanusiakan (humanizing) dan membudyakan (civilizing) serta memberdayakan (empowering) manusia/anak didik (diri dan kehidupannya) menjadi warga negara yang baik sebagaimana tuntutan keharusan/ yuridis konstitusional bangsa/negara yang bersangkutan.

Sedangkan pendapat lain dikemukakan oleh Suriakusumah (1992: 1.

(http://pustaka.ut.ac.id) dalam Encyclopedia of Educational Research dijelaskan

bahwa:

Pendidikan Kewarganegaraan dapat dibagi 2, yaitu dalam arti sempit dan dalam arti luas. Dalam arti sempit, pendidikan kewarganegaraan membahas masalah hak dan kewajiban. Sedangkan dalam arti luas,

Page 40: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

pendidikan kewarganegaraan membahas masalah: moral, etika, sosial, serta berbagai aspek kehidupan ekonomi

Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia menurut Udin S. Winataputra

(2007: 70) terbagi dalam lima status yaitu:

1) Pertama, sebagai mata pelajaran di sekolah 2) Kedua, sebagai mata kuliah di perguruan tinggi 3) Ketiga, sebagai salah satu cabang pendidikan disiplin ilmu pengetahuan

sosial dalam kerangka program pendidikan guru 4) Keempat, sebagai program pendidikan politik yang dikemas dalam bentuk

Penataran Pedoman Penghayatan dan Pengalaman Pancasila (Penataran P4) 5) Kelima, sebagai kerangka konseptual dalam bentuk pemikiran individual

dan kelompok pakar terkait, yang dikembangkan sebagai landasan dan kerangka berpikir mengenai pendidikan kewarganegaraan dalam status pertama, kedua, ketiga, dan keem

Pendidikan Kewarganegaraan mengalami perkembangan dan perubahan

seiring dengan tuntutan zaman dan pergantian rezim.

Sejarah perkembangan pendidikan kewarganegaraan di Indonesia dimulai dengan mata pelajaran kewarganegaraan (1957), Civics (1961), Pendidikan Kewargaan Negara (1968), Pendidikan Moral Pancasila / PMP (1975 dan 1984), Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan PPKn (1994), Pelajaran Kewarganegaraan (2004) dan terakhir adalah keluarnya standar isi dan kompetensi mata pelajaran pada tahun 2006, Pelajaran Kewarganegaraan berganti nama menjadi mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. (Winarno, 2006: 21)

Pendidikan Kewarganegaraan berkembang seiring dengan perubahan

jaman dan keadaan, oleh karena itu peningkatan kompetensi dan mutu dari

pendidikan tersebut disesuaikan pula dengan perubahan tersebut.

Diungkapkan oleh Dasim Budimansyah (2007: 31) dituliskan bahwa:

“Kompetensi penguasaan bahan ajar dalam PKn mencakup 3 aspek, yaitu

memahami Pengetahuan Kewarganegaraan (Civic Knowledge), memahami

Keterampilan Kewarganegaraan (Civic Skills), dan memahami watak

kewarganegaraan (Civic dispositions)”. Pada aspek kompetensi tentang

pemahaman Pengetahuan Kewarganegaraan (Civic Knowledge) khusus pada sub

kompetensi pemahaman nilai, norma, dan moral.

Pendapat lain diungkapkan oleh Branson dalam Dasim Budimansyah dan

Karim Suryadi (2008: 55-61) yang mengatakan bahwa:

Page 41: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

“Untuk mengembangkan kompetensi PKn diperlukan tiga komponen

utama yaitu Pengetahuan Kewarganegaraan (civics knowledge), Kecakapan

Kewarganegaraan (civics dispotition), Watak Kewarganegaraan (civics skill)”.

Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Civic Knowledge (pengetahuan kewarganegaran) berkaitan dengan

kandungan atau apa yang seharusnya diketahui oleh warga negara

2) Civics skill (Kecakapan Kewarganegaraan) berkaitan dengan

kecakapan intelektual atau kecakapan berpartisipasi.

3) Civic dispotition (Watak kewarganegaraan) berkaitan dengan

karakter atau watak pribadi seseorang untuk bertanggung jawab

secara moral, dapat menghargai orang lain.

Jadi kesimpulannya dalam Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara

yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk

menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang

diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

b. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

Melalui mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan agar

peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1) Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan

2) Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti –korupsi

3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya

4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. (Departemen Pendidikan Nasional, 2006: 32)

Sedangkan Winataputra menyatakan bahwa:

Secara umum,PKn bertujuan untuk mengembangkan potensi individu warga negara indonesia. Oleh karena itu, diharapkan setiap individu memiliki wawasan, watak, serta keterampilan intelektual dan sosial yang memadai sebagaiwarga negara. Dengan demikian setiap warga negara

Page 42: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

dapat berpartisipasi secara cerdas dan bertanggungjawab dalam berbagai dimensi kehidupan masyarakat, bangsa dan negara indonesia serta dunia. Oleh karena itu setiap jenjang pendidikan perlu Pkn yang akan mengembangkan kecerdasan peserta didik melalui pemahaman dan pelatihan ketrampilan intelektual. Proses ini diharapkan akan bermanfaat sebagai bekal bagi peserta didik untuk berperan dalam pemecahan masalah yang dihadapi di lingkungannya. (Tukiran, 2006: 358).

Pendidikan kewarganegaraan yang berhasil akan membuahkan sikap

mental bersifat cerdas dan penuh tanggungjawab dari peserta didik dengan

perilaku yang:

1) Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang maha Esa dan menghayati nilai-nilai falsafah negara.

2) Berbudi pekerti luhur ,berdisiplin dalam msyarakat, berbangsa dan bernegara.

3) Bersikap rasional, dinamis dan sadar akan hak dan kewajibannya sebagai warga negara

4) Bersikap profesional yang dijiwai oleh kesadaran bela negara 5) Aktif memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni untuk

kepentingan kemanusiaan, bangsa dan negara. (Tukiran, 2006: 358).

c. Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan.

Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2006: 32-33) menyatakan

bahwa: Tujuan pendidikan kewarganegaraan dilengkapi dengan ruang lingkup

pendidikan kewarganegaraan, antara lain: “Persatuan dan Kesatuan bangsa;

Norma, hukum dan peraturan; Hak asasi manusia; Kebutuhan warga negara;

Konstitusi negara; Kekuasaan dan politik; Pancasila; Globalisasi”.

Hal tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

1) Persatuan dan kesatuan bangsa, meliputi: hidup rukun dalam perbedaan, cinta

lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa indonesia, sumpah pemuda, keutuhan

Negara Kesatuan Replubik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara,

sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia,keterbukaan dan

jaminan keadilan.

2) Norma, hukum dan peraturan meliputi: tertib dalam kehidupan keluarga,

tatatertib di sekolah, norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,

sistim hukum dan peradilan nasional, hukum dan peradilan internasional.

Page 43: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

3) Hak asasi manusia meliputi: hak dan kewajiban anak,hak dan kewajiban

anggota masyarakat,instrumen nasional dan ninternasional HAM, pemajuan,

penghormatan dan perlindungan HAM.

4) Kebutuhan warga negara meliputi: hidup gotong royong, harga diri sebagai

warga masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan

pendapat, menghargai keputusan bersama, prestasi diri, persamaan kedudukan

warga negara.

5) Konstitusi negara meliputi: proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang

pertama, konstitusi-konstitusi yang pernahdigunakan di indonesia, hubungan

negara dengan konstitusi.

6) Kekuasaan dan politik meliputi: pemerintahan desa dan

kecamatan,pemerintahan daerah dan otonomi,pemerintah pusat,demokrasi dan

sistem politik,budaya poltik,budaya demokrasi menuju masyarakat

madani,sistem pemerintahan,pers dalammasyarakat demokrasi.

7) Pancasila meliputi: kedudukan pancasila sebagai dasar negara dan ideologi

negara, proses perumusan sebagai dasar negara,pengalaman nilai-nilai

pancasila dalam kehidupan sehari-hari,pancasila sebagai ideologi terbuka.

8) Globalisasi meliputi: globalisasi di lingkungannya,politik luar negeri indonesia

di era globalisasi,dampak globalisasi,hubungan internasional dan organisasi

internasional,dan mengevaluasi globalisasi.

Dari uraian di atas menyatakan bahwa penanaman nilai dan norma

melalui mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan, dapat terlihat pada point

kedua pada Ruang lingkup pendidikan kewarganegaraan yang berbunyi:

Norma,hukum dan peraturan meliputi: tertib dalam kehidupan keluarga,tatatertib

di sekolah,norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,sistim hukum

dan peradilan nasional,hukum dan peradilan internasional . Selain itu Fungsi

Pendidikan Kewarganegaraan sebagai pendidikan nilai moral dapat kita sarikan

dari pernyataan bahwa Pendidikan Kewarganegaan berfungsi sebagai

pembentukan karakter warganegara.

Pendidikan Kewarganegaraan persekolahan memfokuskan pada

pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak

dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil,

Page 44: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan Undang-Undang Dasar

1945. Karakter yang dimaksud tentu saja karakter yang berpedoman pada nilai

luhur bangsa dalam hal ini Pancasila. Karakter kewarganegaraan baik untuk

pribadi maupun masyarakat Indonesia adalah karakter yang didasarkan atas nilai-

nilai Pancasila Hal ini juga senada dengan yang tertuang pada standar kompetensi

Memahami Hakikat bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan

kompetensi dasar Mendeskripsikan hakikat bangsa dan unsur-unsur terbentuknya

negara, Mendeskripsikan hakikat negara dan bentuk-bentuk kenegaraan,

Menjelaskan pengertian,fungsi,dan tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia,

Menunjukkan semangat kebangsaan, nasionalisme dan patriotisme dalam

kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

d. Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan

Adapun hakekat isi dari program pendidikan kewarganegaraan dalam UU

No 20 Sistem Pendidikan Nasional 2003 (Standar isi Permendiknas Nomor 22

tahun 2006) harus memuat antara lain :

1) Insan kehidupan religius iman dan taqwa dalam semua aspek kehidupan 2) Sadar akan politik hukum tahu/paham hal ikhwal keharusan

berkehidupan berbangsa bernegara baik secara konstitusional maupun secara praktis/nyatanya (kemarin, kini dan esok) tatanan dan kehidupan politik hukum masyarakat indonesia.

3) Insan dan kehidupan demokratis yang damai, aman dan tenteram dalam NKRI/pancasila/berbudaya indonesia.

4) Insan dan kehidupan yang cerdas, damai dan sejahtera 5) Insan yang berkehidupan yang cinta tanah air, patriotik, cinta dan bela

bangsa negara (hak daulat dan martabat bangsa negara) pergaulan dunia/agar antar bangsa yang sejajar dan damai. (Anonim, 2006: 22)

e. Efektivitas Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Keefektivan pembelajaran adalah pembelajaran yang didalamnya

terdapat pemanfaatan potensi yang mampu sebagai sarana untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan. Sedangkan efektivitas pembelajaran diartikan sebagai

pengukuran terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada siswa setelah siswa

mempelajari suatu bahan pelajaran (dalam hal ini mengenai keberhasilan belajar

siswa).

Pembelajaran merupakan aktivitas paling utama dalam proses pendidikan

disekolah. Oleh karena itu seorang guru dituntut memahami secara mendalam

Page 45: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

pengertian pembelajaran dan cara mengajar agar bisa dijadikan acuan agar

keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan bisa tercapai dengan efektif. Adapun

cara beberapa indikator agar proses pembelajaran bisa berjalan efektif.

Untuk mengukur efektivitas pembelajaran empat yaitu: “Indikator Input,

Indikator Proces, Indikator Output, Indikator outcame”. Mulyasa (2005: 84-85)

Indikator tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Indikator input; meliputi karakteristik guru,fasilitas,perlengkapan,dan materi

pendidikan serta kapasitas manajemen.

2) Indikator proces; meliputi perilaku adsministratif,alokasi waktu guru dan

alokasi waktu peserta didik.

3) Indikator output; meliputi hasil-hasil dalam bentuk perolehan peserta didik dan

dinamikanya sistem sekolah, hasil-hasil yang berhubungan dengan prestasi

belajar dan hasil-hasil yang berhubungan dengan perubahan sikap,serta hasil-

hasil yang berhubungan dengan keadilan dan kesamaan.

4) Indikator outcome; meliputi jumlah lulusan ke tingkat pendidikan

berikutnya,prestasi belajardisekolah yang lebih tinggi dan pekerjaan serta

pendapatan.

Sedangkan menurut Medley menyebutkan bahwa: ada empat

karakteristik dari mengajar yang efektif, yakni: “Penampilan pengajar, cara

mengajar, kompetensi dalam mengajar, pengambilan keputusan”. Soekartawi

(1995: 38-39).

Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Penampilan pengajar yakni penguasaan bahan ajar, persiapan mengajar

guru.

2) Cara mengajar yakni meliputi pemilihan model instruksi, alat bantu

mengajar dan evaluasi yang dipakai guru dalam pembelajaran.

3) Kompetensi dalam mengajar yakni seorang guru dituntut untuk selalu

menambah pengetahuan dan keterampilan agar supaya pengetahuan dan

keterampilan yang dimilikinya tidak ketinggalan jaman

4) Pengambilan keputusan yang bijaksana yakni setiap guru memberikan

pengajaran yang sama terhadap semua murid tanpa membeda-bedakan.

Page 46: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

Selanjutnya jika diperhatikan karakteristik seorang guru dalam mengajar

yang efektif akan menimbulkan dampak pengajaran akan menjadi efektif bila

pengajar menguasai:”Apa yang diajarkan, teori pengajaran, hal-hal baru,

karakteristik siswa”.

Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Apa yang diajarkan yakni apa yang diajarkan guru sesuai dengan

kompetensi yang akan dicapai dalam tujuan akhir pembelajaran.

2) Teori pengajaran yakni pemilihan instructional design yang relevan

3) Hal-hal baru yakni penelitian untuk memperkaya isi bahan ajar yang

diberikan

4) Karakteristik siswa yakni meliputi sikap kesiapan siswa dalam menerima

pelajaran. (Soekartawi, 1995: 38-39).

Jadi ditarik kesimpulan Efektivitas Pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan adalah pengukuran terhadap perubahan-perubahan yang terjadi

pada siswa setelah siswa mempelajari pelajaran pendidikan kewarganegaraan

yanhg merupakan suatu pendidikan yang bertujuan untuk mendidik generasi

muda agar menjadi warga negara yang memilki rasa kebangsaan dan cinta tanah

air, yang barpartisipasi aktif dalam rangka membangun sistem pendidikan yang

maju dan modern.

4. Tinjauan Tentang Nilai

a. Pengertian Nilai

DR. Kaelan. M.S. mengemukakan pengertian nilai sebagai berikut:

Nilai atau ”value” berasal dari bahasa inggris termasuk dalam bidang kajian filsafat. Filsafat sering juga diartikan limu tentang nilai. Istilah nilai dipakai untuk menunjuk kata benda abstrak yang artinya ”keberhargaan” ( worth ) dan kebaikan (goodness ), dan kata kerja yang artinya suatu tindakan kejiwaan tertentu dalam menilai atau melakukan penilaian. ( Kaelan, 2004: 87).

Sedangkan menurut Fransena dalam Hamid Darmadi (2007: 67)

menyatakan bahwa:

Page 47: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

Nilai atau ”value” (bahasa inggris) termasuk dalam bidang kajian filsafat. Istilah nilai dalam bidang filsafat dipakai untuk menunjuk kata benda bstrak yang artinya ”keberhargaan” (worth) atau kebaikan ”goodness”, dan kata kerja yang artinya suatu kejiwaan tertentu dalam menilai atau melakukan penilaian.

Dalam Kamus Purwadarminta dikatakan nilai adalah:

1). Harga dalam arti taksiran, misalnya nilai intan 2). Harga sesuatu, mosalnya uang 3). Angka kepandaian 4). Kadar, mutu

5). Sifat-sifat atau hal-hal yang penting atau berguna bagu manusia, misalnya nilai-nilai agama. (Bambang Daroeso, 1986: 19)

Di dalam Dictionary of sosiology and Related Sciences dikemukakan

bahwa ” Nilai adalah kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda

untuk memuaskan manusia. Jadi nilai itu pada hakekatnya sifat atau kualitas yang

melekat pada suatu objek, bukan objek itu sendiri”. (Syiham, 2010: 4).

Sedangkan pendapat lain mengatakan bahwa “Sesuatu yang mengandung nilai

artinya ada sifat atau kualitas yang melekat pada sesuatu itu” (Kaelan, 2004: 87).

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa berpendapat ”Nilai adalah sesuatu yang

berharga baik menurut standard logika (benar-salah), estetika (baik-buruk), etika

(adil/layak-tidak adil), agama (dosa dan haram-halal) serta menjadi acuan dan atas

sistem keyakinan diri maupun kehidupan”. (Hamid Darmadi, 2007: 27).

Nilai merupakan ukuran atau pedoman perbuatan manusia. Karena itu

maka nilai diungkapkan dalam bentuk norma dan norma ini mengatur tingkah

laku. Nilai sama sifatnya dengan ide, maka nilai itu abstrak, bahwa nilai itu tidak

bisa ditangkap oleh pancaindera, yang dapat dilihat adalah obyek yang

mempunyai nilai atau tingkah laku yang mengandung nilai. Nilai mengandung

harapan atau sesuatu yang diinginkan oleh manusia. Karena itu nilai tersebut

bersifat normatif, merupakan keharusan (dass solllen) untuk diwujudkan dalam

tingkah laku kehidupan manusia.

b. Macam dan Klasifikasi Nilai

Nilai banyak macamnya. Kita dapat memberi contoh nilai yang ada

disekitar kita. Adapun klasifikasi nilai menurut Prof. Drs. Notonegoro S.H sebagai

berikut:

Page 48: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

1) Nilai Materiil : sesuatu yang berguna bagi jasmani manusia 2) Nilai Vital : sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat

melaksanakan kegiatan 3) Nilai Kerohanian : dibedakan menjadi 4 macam

a) Nilai kebenaran bersumber pada akal pikiran manusia ( rasio, budi, dan cipta )

b) Nilai estetika (keindahan) bersumber pada rasa manusia c) Nilai kebaikan atau nilai moral bersumber pada kehendak keras,

karsa hati nurani manusia, dan d) Nilai religius (ketuhanan) bersifat mutlak bersumber pada

keyakinan manusia (Winarno, 2006: 5).

Sedangkan dalam filsafat nilai dibedakan menjadi tiga jenis yaitu:

” (a) Logika: nilai tentang benar salah

(b) Etika: nilai tentang baik buruk

(c) Estetika: nilai tentang indah atau jelek”. (Winarno, 2006: 5).

Selain mempunyai klasifikasi nilai juga mempunyai tingkatan-tingkatan.

Adapun tingkatan-tingkatan nilai menurut pendapat Max Scheller dapat

digolongkan menjadi empat yaitu:

a) Nilai kenikmatan dalam tingkatan ini terdapat dereran nilai-nilai yang mengenakkan dan tidak mengenakkan (die wertreihe des angenehmen and Unangehmen) yang menyebabkan orang senang atau menderita tidak enak.

b) Nilai kehidupan dalam tingkat ini terdapatlah nilai-nilai yang penting bagi kehidupan (werte des vitalen fuhlens) misalnya kesehatan,kesegaran jasmani,kesejahteraan umum.

c) Nilai kejiwaan dalam tingkat ini terdapat nilai-nilai kejiwaan (geistige werte) yang sama sekali tidak tergantung dari keadaan jasmani maupun lingkungan. Nilai-nilai semacam ini adalah keindahan,kebenaran,dan pengetahuan murni yang dicapai dalam filsafat.

d) Nilai kerohanian dalam tingkat ini terdapatlah modalitas nilai-dari yang suci dan tak suci (wermodalitat des heiligen ung Unheileigen). (Kaelan, 2004: 88).

Jadi kesimpulannya nilai adalah suatu kualitas yang melekat pada suatu

hal, sehingga haknya mempunyai harga dan manfaat.

c. Pendekatan Penanaman Nilai (Inculcation Approach).

Pendekatan ini mengusahakan agar peserta didik mengenal dan

menerima nilai sebagai milik mereka dan bertanggungjawab atas keputusan yang

diambilnya melalui tahapan: mengenal pilihan, menilai pilihan, menentukan

Page 49: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

pendirian, menerapkan nilai sesuai dengan keyakinan diri. Cara yang digunakan

dalam pendekatan ini antara lain keteladanan, penguatan positif, dan negatif,

simulasi dan bermain peran. Nilai-nilai itu diajarkan pada anak-anak di sekolah

secara terintegrasi dalam mata pelajaran. Namun ada kelompok mata pelajaran

yang memang porsi utamanya adalah mata pelajaran yang mengemban nilai-nilai

kepribadian, dan budi pekerti seperti agama, pendidikan budi pekerti dan

pendidikan kewarganegaraan Nilai-nilai tersebut menjadi bagian dari pokok-

pokok materi dalam Pendidikan Kewarganegaraan.

Penanaman nilai dapat ditunjukkan pula dengan melalui pendekatan

moral dalam pendidikan karakter di sekolah yang tentunya melibatkan individu

diri siswa pribadi dengan lembaga-lembaga lain yakni sekolah dan masyarakat.

6. Tinjauan tentang Norma

a. Pengertian Norma

Menurut Winarno (2006: 6) menyatakan perngertian norma adalah

bahwa:

Norma atau kaidah adalah acuan bagi manusia sebagai perwujudan dari nilai. Tentang bagaimana seyogyanya manusia berperilaku dalam kehidupan. Norrma umunya memberi batasan bagaimana manusia berperilaku yang sesuia dengan norma atau seharusnya tidak berperilaku yang menyalahi norma. Dengan demikian norma berisi anjuran, perintah, pengaturan, larangan, pantangan untuk berbuat atau tidak berbuat bagi manusia.

Penuturan lain tentang norma disampaikan oleh Syiham (2010: 3) yang

menyatakan bahwa:

Norma dalam sosiologi adalah seluruh kaidah dan peraturan yang diterapkan melalui lingkungan sosialnya. Sanksi yang diterapkan oleh norma ini membedakan norma dengan produk sosial lainnya seperti budaya dan adat. Ada/ tidaknya norma diperkirakan mempunyai dampak dan pengaruh atas bagaimana seseorang berperilaku.

Sedangkan menurut pendapat Kaelan (2004: 92) Norma adalah

“Perwujudan dari nilai-nilai yang bersifat normatif dan berfungsi sebagai

motivator tindakan manusia”.

Page 50: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

Dalam Kamus Bahasa Indonesia disebutkan bahwa norma adalah

“Aturan yang mengikat sekelompok masyarakat dalam wilayah tertentu dipakai

sebagai tata nilai kehidupan; hal tentang baik dan buruk dalam hidup

bermasyarakat aturan yang diterima dan diakui oleh masyarakat”. (Eka Yani,

1989: 316)

b. Macam Norma

Adapun norma yang berlaku secara umum dimasyarakat diklasifikasikan

kedalam beberapa macam antara lain:

1) Norma agama yaitu peraturan hidup manusia yang berisi perintah dan larangan yang berasal dari tuhan.

2) Norma Moral/kesusilaan yaitu peraturan/kaidah hidup yang bersumber dari hati nurani dan merupakan nilai-nilai moral yang mengikat manusia.

3) Norma Kesopanan yaitu peraturan /kaidah yang bersumber dari pergaulan hidup antar manusia.

4) Norma Hukum yaitu peraturan/kaidah yang diciptakan oleh kekuasaan resmi atau negara yang sifatnya memaksa dan mengikat. (Winarno, 2006: 6)

c. Hubungan Nilai dan Norma

Nilai yang abstrak belum dapat berfungsi praktis bagi manusia. Nilai

perlu dikonkritisasi atau diwujudkan ke dalam norma. Nilai yang bersifat normatif

dan berfungsi sebagai motivator tindakan manusia di implementasikan dalam

bentuk norma. Sedangkan dalam setiap norma pasti didalamnya terkandung

sebuah nilai. Nilai sekaligus menjadi sumber bagi norma. Tanpa ada nilai tidak

mungkin terwujud norma. Sebaliknya tanpa dibuat norma maka nilai yang hendak

dijalankan mustahil dapat terwujud. Dengan demikian norma adalah sebagai

perwujudan dari nilai. ”Nilai merupakan ukuran atau pedoman perbuatan

manusia. Karena itu maka nilai diungkapkan dala bentuk norma dan norma ini

mengatur tingkah laku tentang bagaimana seyogyanya manusia berperilaku dalam

kehidupan”. (Winarno, 2006: 8).

Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan

dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan

kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan

perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat

Page 51: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

istiadat. Begitu pula dalam pendidikan karena pada dasarnya nilai dan norma

tidak dapat dipisahkan, karena norma adalah perwujudan dari nilai. Oleh karena

itu dalam pendidikan pun tujuan pendidikan norma adalah sama dengan

pendidikan nilai/karakter. Pendidikan nilai atau pendidikan karakter dengan

pendidikan kewarganegaraan adalah bahwasanya pendidikan kewarganegaraan

bertugas membina dan mengembangkan nilai kewarganegaraan yang dianggap

baik sehingga terbentuk warga negara yang berkarakter bagi bangsa bersangkutan.

7. Tinjauan tentang Pendidikan Kewarganegaraan kaitannya dengan

Pendidikan Nilai/karakter

a. Tinjauan Pendidikan Nilai/Karakter

“Karakter berasal dari kata Yunani,Gharassein, yang berarti mengukir

sehingga terbentuklah sebuah pola. ... dalam istilah bahasa Arab karakter ini mirip

dengan akhlak (akar dan khuluk), yaitu tabiat atau kebiasaan melakukan hal yang

baik”. (Ratna Megawangi, 2004: 25).

Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat. (Akhmad Sudrajat, 2010: 1).

“Pendidikan Karakter yang memfokuskan bagaimana membangkitkan

rasa empati, etika moral, dan pelayanan social dapat menciptakan sebuah

masyarakat sekolah yang peduli dan saling menghormati antar kawan,antar guru

dan siswa,serta siswa dan orang tua”. (Ratna Megawangi, 2004: 56).

“Character education is an educational movement to help students

develop important core, ethical and performance values such as caring, honesty,

diligence, fairness, fortitude, responsibility, and respect for self and others”.

(Margaret Stimman Branson, 1998: 3).

Artinya Pendidikan karakter pada dasarnya adalah pendidikan nilai, budi pekerti,

etik dan segala hal yang berkaitan dengan kebajikan sebagai isi yang hendak

diinternalisasikan dalam diri anak.

Sedangkan menurut Ratna Megawangi (2004: 95) “Pendidikan Karakter

adalah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan

Page 52: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

bijak dan mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka

dapat memberikan konstribusi yang positif kepada lingkungannya”.

Pendidikan karakter adalah metode pendidikan moral yang secara

eksplisit memakai standar baik dan buruk yang sifatnya universal. Dalam

pendidikan karakter selalu ada nilai-nilai yang ingin ditanamkan kepada anak.

Adapun nilai-nilai karakter yang perlu ditanamkan kepada anak-anak adalah nilai-

nilai universal yang mana seluruh agama, tradisi dan budaya pasti menjunjung

tinggi nilai-nilai tersebut.

Ratna Megawangi (2004: 95) menyebutkan ada sembilan pilar karakter :

1) Cinta Tuhan dan Segenap Ciptaan-Nya 2) Kemandirian dan Tnaggungjawab 3) Kejujuran / Amanah, Bijaksana 4) Hormat dan Santun 5) Dermawan, suka menolong dan Gotongroyong 6) Percaya diri, Kreatif dan Pekerja Keras 7) Kepemimpinan dan Keadilan 8) Baik dan Rendah hati 9) Toleransi dan Kedamaian dan Kesatuan.

Keterkaitan pendidikan nilai atau pendidikan karakter dengan pendidikan kewarganegaraan adalah bahwasanya pendidikan kewarganegaraan bertugas membina dan mengembangkan nilai kewarganegaraan yang dianggap baik sehingga terbentuk warga negara yang berkarakter bagi bangsa bersangkutan. (Winarno, 2006: 23 )

Hal ini dikemukakan Doni Koesoema (2007: 193) dalam bukunya

Pendidikan karakter yang mengatakan bahwa:

Pendidikan karakter disekolah mengacu pada proses penanaman nilai-nilai. Pendidikan karakter lebih dekat maknanya dengan pendidikan kewarganegaraan, sebab, pendidikan karakter berusaha bukan hanya dengan pengembangan nilai-nilai moral dalam individu, melainkan juga memerhatikan corak relasional antarindividu dalam relasinya dngan struktur sosial sosial yang ada dimasyarakat.

Diungkapkan oleh Udin S. Winataputra dan Dasim Budimansyah (2007:

86) bahwa: “Pentingnya mata pelajaran PKn diberikan di sekolah adalah dalam

rangka membina sikap dan perilaku siswa sesuai dengan nilai moral Pancasila dan

UUD 1945 serta menangkal berbagai pengaruh negatif yang datang dari luar baik

yang berkaitan dengan masalah ideologi maupun budaya”.

Page 53: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

Selanjutnya Winarno (2008: 79) mengatakan “PKn adalah pendidikan

nilai moral yang masih berkaitan dengan rujukan Pancasila dasar negara dan

bahwa PKn merupakan pendidikan dasar berskala nasional yang berbasis nilai

lokal”.

Terlepas dari berbagai kekurangan dalam praktik pendidikan di

Indonesia, apabila dilihat dari standar nasional pendidikan yang menjadi acuan

pengembangan kurikulum (KTSP), dan implementasi pembelajaran dan penilaian

di sekolah, tujuan pendidikan sebenarnya dapat dicapai dengan baik. Pembinaan

karakter juga termasuk dalam materi yang harus diajarkan dan dikuasai serta

direalisasikan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Permasalahannya,

pendidikan karakter di sekolah selama ini baru menyentuh pada tingkatan

pengenalan norma atau nilai-nilai, dan belum pada tingkatan internalisasi dan

tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Hal tersebut senada dengan pendapat Ratna Megawangi dalam bukunya

Pendidikan Karakter (2004: 112) yang menyatakan bahwa:

”Pendidikan Karakter yang hanya mengajarkan Moral Knowing seperti

pada umumnya yang dilakukan di Indonesia dalam Pendidikan Agama dan

Pendidikan Moral Pancasila, tidak menjamin seseorang dapat berkarakter yaitu

orang yang sesuai antara pikiran, kata dan tindakan”.

Selanjutnya Dasim Budimansyah dan Udin S Winataputra menyebutkan

bahwa:” Pendidikan nilai merupakan esensi dari PKn dan tercakup dalam muatan

PKn”. (Winarno dan Wijianto, 2010: 64)

Pendapat lain disampaikan oleh Udin S. Winataputra dan Dasim

Budimansyah (2007: 15) yang mengungkapkan bahwa:

Pendidikan kewarganegaraan haruslah menjadi pendidikan untuk membangun jati diri kewarganegaraan; dengan pusat perhatian pada tiga strands atau garapan yakni social and moral responbility, community involvement and political literacy atau pengembangan tanggungjawab sosial dan moral, perlibatan kemasyarakaran, dan kemelekpolitikan.

Jadi dapat disimpulkan pendidikan kewarganegaraan sebagai pendidikan

nilai mempunyai tugas menanamkan nilai-nilai pancasila. Mata pelajaran formal

yang disebut civics yang dikenal dimasyarakat dengan sebutan pendidikan moral

pancasila atau P4 ( Penataran Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila)

Page 54: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

yang sekarang dalam kurikulum KTSP dikenal dengan Pendidikan

Kewarganegaraan lah yang menjadi ujung tombak proses penanaman nilai dan

norma di lembaga pendidikan disertai dengan pendidikan karakter.

John Dewey dalam bukunya Ratna Megawangi (2004: 119) menyatakan

bahwa ”sekolah yang tidak mempunyai program pendidikan karakter tetapi dapat

memberikan suasana lingkungan sekolah yang sesuai dengan nilai-nilai moral,

sekolah tersebut mempunyai pendidikan moral yang disebut hidden curriculum

atau kurikulum tersembunyi”.

Pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam pembelajaran pada setiap

mata pelajaran. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai

pada setiap mata pelajaran perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan dengan

konteks kehidupan sehari-hari.

Dari pendapat di atas menunjukkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan

sebagai salah satu mata pelajaran yang paling menonjol adalah sebagai pendidikan

nilai dan pendidikan moral. Oleh karena itu secara singkat Pendidikan

Kewarganegaraan dinilai sebagai mata pelajaran yang mengusung misi

pendidikan nilai dan moral. Alasannya antara lain sebagai berikut;

a) Materi PPKn adalah konsep-konsep nilai Pancasila dan UUD 45 beserta dinamika perwujudan dalam kehidupan masyarakat negara Indonesia. b) Sasaran belajar akhir PKn adalah perwujudan nilai-nilai tersebut dalam perilaku nyata kehidupan sehari-hari. c) Proses pembelajarannya menuntut terlibatnya emosional, intelektual, dan sosial dari peserta didik dan guru sehingga nilai-nilai itu bukan hanya dipahami (bersifat kognitif) tetapi dihayati (bersifat afektif) dan dilaksanakan (bersifat perilaku) (Anonim, 2007: 12).

Dengan demikian, pembelajaran nilai-nilai karakter tidak hanya pada

tataran kognitif, tetapi menyentuh pada internalisasi, dan pengamalan nyata

dalam kehidupan peserta didik sehari-hari di masyarakat. Dengan kata lain pula

bahwa pendidikan kewarganegaraan juga mempunyai misi sebagai pendidikan

nilai disetiap tingkat satuan pendidikan mulai dari yang paling rendah sampai

pada perguruan tinggi.

Page 55: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

8. Tinjauan Efektivitas Pendidikan Nilai dan Norma

Efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan diartikan sebagai

pengukuran terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa setelah

siswa mempelajari materi atau cakupan-cakupan materi pada mata pelajaran

pendidikan kewarganegaraan, sesuai dengan tujuan dan hakikat pendidikan

kewarganegaraan. Kurikulum tahun 1984 menetapkan pendidikan moral pancasila

yang dianggap sesuai untuk pembelajaran pada siswa untuk mencapai tujuan

terbentuknya warga negara yang sesuai dengan ajaran-ajaran pancasila, sedangkan

kurikulum 1994 beralih nama Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan yang

sekarang berganti lagi menjadi pendidikan kewarganegaraan. Hal ini

menunjukkkan bahwa pancasila yang menjadi sumber nilai-nilai kehidupan

menjadi sumber pula bagi pendidikan di indonesia khususnya pendidikan

kewarganegaraan.

Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter

kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau

kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap

Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan

sehingga menjadi manusia insan kamil. Dalam pendidikan karakter di sekolah,

semua komponen (stakeholders) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen

pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian,

kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan

sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana

prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah.

Menurut Doni Koesoema (2007: 206) menyatakan bahwa :

”Peranan negara dalam menjiwai pendidikan karakter disekolah menjadi sentral

karena negaralah yang memiliki perangkat utama berupa struktur yang memaksa

setiap lembaga pendidikan melaksanakan idealisme kewarganegaraan yang

diajukan oleh pemerintah lewat kurikulum yang mereka canangkan”.

Pengembangan karakter sementara ini direalisasikan dalam pelajaran

agama, pelajaran kewarganegaraan, yang program utamanya cenderung pada

pengenalan nilai-nilai secara kognitif, dan mendalam sampai ke penghayatan nilai

secara afektif.

Page 56: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

“Pendidikan karakter tetap memberikan tempat bagi kebebasan individu

dalam menghayati nilai-nilai yang dianggapnya sebagai baik, luhur dan layak

diperjuangkan sebagai pedoman perilaku bagi kehidupan pribadi berhadapan

dengan dirinya, sesama dan Tuhan”. (Doni Koesoema, 2007: 207).

Hal diatas dimaksudkan bahwa pengembangan karakter dalam suatu sistem

pendidikan adalah keterkaitan antara komponen-komponen karakter yang

mengandung nilai-nilai perilaku, yang dapat dilakukan atau bertindak secara

bertahap dan saling berhubungan antara pengetahuan nilai-nilai perilaku dengan

sikap atau emosi yang kuat untuk melaksanakannya, baik terhadap Tuhan, dirinya,

sesama, lingkungan, bangsa dan negara serta dunia internasional. Hal ini

dimaksudkan bahwa pendidikan karakter yang baik harus melibatkan melalui tiga

langkah, yakni mengembangkan moral knowing, kemudian moral feeling, dan

moral action. Dengan kata lain, makin lengkap komponen moral dimiliki

manusia, maka akan makin membentuk karakter yang baik atau unggul/tangguh.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan nilai dan norma efektif

mengacu pada sebuah penanaman nilai-nilai di sekolah, sebab sekolah merupakan

lembaga yang dapat menjaga kehidupan nilai-nilai sebuah masyarakat. Efektivitas

pendidikan karakter sebagai pendidikan nilai dan norma pada dasarnya adalah

mendorong lahirnya anak-anak yang baik, tumbuh dan berkembangnya karakter

yang baik akan mendorong peserta didik tumbuh dengan kapasitas dan

komitmennya untuk melakukan berbagai hal yang terbaik dan melakukan

segalanya dengan benar dan memiliki tujuan hidup.

B. KERANGKA BERPIKIR

Kerangka berpikir adalah acuan yang digunakan dalam suatu penelitian,

adapun kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Meningkatnya masalah yang dihadapi oleh remaja yang mengarah

kepada penurunan nilai-nilai moral dan norma yang berlaku umum di masyarakat

yang lebih meluas dapat menyebabkan terjadinya menurunnya nilai generasi

muda bangsa Indonesia.

Keefektivan Pendidikan kewarganegaraan dan pendidikan karakter

seharusnya membawa peserta didik kepengenalan nilai secara kognitif,

Page 57: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

penghayatan nilai secara afektif, dan akhirnya ke pengamalan nilai secara nyata.

yang menjadi ujung tombak pembentuk penanaman nilai dan norma yang berlaku

di masyarakat pada umumnya pada anak didik mereka sebagai remaja generasi

penerus bangsa.

Proses pembelajaran ini sering kali menemui hambatan seperti alokasi

waktu pembelajaran yang kurang, selain itu materi bahasan pendidikan

kewarganegaraan saat ini berbeda dengan materi pendidikan kewarganegaraan

yag dahulu,yang kajian bahasannya lebih fokus pada penanaman nilai,dan

kurangnya fasilitas sekolah Hal ini berdampak bagi keberlangsungan

pembelajaran dan diharap dengan adanya pendidikan kewarganegaraan ini dapat

menemukan solusi yang tepat untuk penanaman nilai dan norma.

Adapun kerangka berpikir yang digunakan sebagai acuan dalam

penelitian ini dapat digambarkan secara skematis sebagai berikut:

Gambar 1: Skema Kerangka Berpikir

Pendidikan Kewarganegaraan Penanaman nilai

dan norma

Pembelajaran efektif

Tidak efektif

Hambatan Dampak

Solusi

Page 58: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

BAB III

METODOLOGI

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai maka penelitian ini

mengambil lokasi yaitu SMK Wasis kelompok bisnis dan manajemen status

Diakui (SK Dirjen Dikdasmen No.024/C/Kep/I/1995) Prawatan, Jogonalan,

Klaten Kodepos 57452 sebagai bahan pertimbangan adalah :

a. Lokasi tersebut mudah dijangkau oleh peneliti dan tempat tinggal

peneliti dekat dengan sekolah tersebut.

b. Peneliti mengetahui situasi dan kondisi SMK Wasis sehingga

memudahkan penulis untuk mendapatkan data.

2. Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan setelah konsultasi pengajuan judul disetujui oleh

Dosen Pembimbing Skripsi dan telah mendapatkan ijin dari berbagai pihak yang

berwenang baik dari dalam kampus maupun lembaga/instansi-instansi yang

terkait. Penelitian ini akan terhitung sejak pengajuan judul sampai penyusunan

laporan, dengan jadwal sebagai berikut:

Tabel 1 : Rencana waktu penelitian No Kegiatan Tahun 2010 2011

Mar Apr Mei Jun Jul Agt-Des Jan-Mei

1 Pengajuan judul

2 Penyusunan Proposal

3 Ijin Penelitian

4 Pengumpulan Data

5 Analisis Data

6 Penyusunan Laporan

42

Page 59: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

B. Bentuk dan Strategi Penelitian

1. Bentuk Penelitian

Sesuai dengan masalah penelitian yang diajukan yaitu menekankan pada

efektivitas pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sebagai usaha penanaman

nilai dan norma pada siswa di SMK Wasis, maka peneliti memilih penelitian

berbentuk deskriptif kualitatif.

Untuk lebih jelasnya akan penulis bahas pengertian mengenai metode

deskriptif kualitatif dari para ahli. Menurut H. Hadari Nawawi (1995: 63)

“Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang

diselidiki, yang mengganbarkan atau melukiskan keadaan subyek atau obyek

penelitian (seorang lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang

berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya”.

Menurut Cholid Narbuko dan H. Abu Achmadi (2002: 44) menyatakan

bahwa “penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha menuturkan

pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-datanya”.

Dengan demikian penulis dapat menyimpulkan bahwa yang dimaksud

dengan metode deskriptif adalah suatu cara untuk memecahkan masalah dan

menjawab permasalahan pada obyek penelitian pada saat sekarang berdasarkan

pada fakta yang ada di lapangan. Adapun penulis menggunakan metode deskriptif

dengan pertimbangan bahwa:

a. Dengan metode penelitian kualitatif, penulis dapat menggambarkan

dengan jelas tentang penelitian ini.

b. Metode penelitian deskriptif tertuju pada pemecahan masalah-masalah

sekarang.

c. Dengan metode penelitian deskriptif tidak hanya sekedar mengumpulkan

data saja, melainkan juga menyusun, menyajikan kemudian menganalisa

data.

d. Data yang diambil terjadi pada saat penelitian terjadi.

Menurut Lexy J. Moleong (2002: 3) mengutip pendapat Bogman dan

Taylor “ Metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang

dapat diamati”. H. B. Sutopo (2002: 89) mengatakan bahwa “penelitian kualitatif

Page 60: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

adalah suatu kegiatan untuk menjawab berbagai pertanyaan tentang bagaimana

dan mengapa (proses dan makna) dalam pernyataan nyatanya meliputi sejauh

mana”.

Berdasarkan pendapat diatas, maka bentuk penelitian ini adalah kualitatif

dan bersifat deskriptif. Penelitian deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang

mengambil masalah-masalah yang ada pada masa sekarang dengan

menggambarkan obyek yang menjadi pokok permasalahannya dengan

mengumpulkan, menyusun, mengklasifikasikan lalu menganalisis dan

menginterprestasikan.

2. Strategi Penelitian

Agar masalah yang diteliti dapat diungkap dan dipecahkan maka setelah

menentukan bentuk penelitian selanjutnya menentukan yang akan dipakai.

“strategi penelitian adalah suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan

data dan menganalisis data” (H.B. Sutopo, 2002: 123)

Di dalam penelitian kualitatif menurut H.B Sutopo (2002 : 2) bahwa “Di

dalam penelitian kualitatif di kenal adanya studi kasus tunggal dan studi kasus

ganda, kemudian keduanya masih dibedakan dengan jenis penelitian terpancang

ataupun holistik penuh”.

Adapun strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus

terpancang tunggal. Menurut H.B. Sutopo (2002: 41-42) “Setiap penelitian

diperlukan sebuah strategi agar tujuan yang telah direncanakan dapat dicapai

termasuk dalam menentukan fokus dan tujuan pada satu titik masalah penelitian”.

Hal ini dapat dijelaskan bahwa keterkaitan dalam penelitian kualitatif ditemui

adanya penelitian terpancang (embededd research) yaitu penelitian yang sudah

menentukan fokus penelitian berupa variabel utamanya yang akan dikaji

berdasarkan tujuan dan minat penelitiannya sebelum peneliti ke lapangan

studinya.

Dalam proposal ini peneliti sudah menentukan variabel tertentu. Namun

dalam hal ini peneliti tetap tidak melepaskan variabel fokusnya (pilihannya) dari

sifatnya yang holistik sehingga bagian-bagian yang diteliti tetap diusahakan pada

posisi bagian-bagian konteks keseluruhan guna menentukan makna yang lengkap.

Page 61: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

Jadi maksud dari strategi desain studi kasus tunggal terpancang dalam

penelitian ini adalah, terpancang artinya pada tujuan yaitu untuk mengetahui

efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman

nilai dan norma pada siswa di SMK Wasis Jogonalan Klaten.

C. Sumber Data

Sumber data dipilih sesuai dengan jenis informasi yang diperlukan

berdasarkan arahan beragam hal yang terdapat dalam rumusan masalah. Sumber

data harus dirumuskan secara rinci yang berkaitan dengan jenisnya, apa, siapa

yang secara langsung berkaitan dengan jenis informasi atau data yang akan digali.

Menurut H.B Sutopo (2002 : 49-54) bahwa “Dalam penelitian kualitatif

sumber datanya dapat berupa informan, peristiwa atau aktivitas, tempat atau

lokasi, benda, beragam gambar, rekaman, dokumen dan arsip”.

Berdasarkan uraian diatas sumber data yang kami gunakan dalam

penelitian ini yaitu :

1. Informan

Informan adalah orang yang dianggap mengetahui permasalahan yang

akan diteliti dan mengetahui mendalam tentang data-data yang diperlukan.

“Dalam penelitian kualitatif posisi sumber data manusia (narasumber) sangat

penting perannya sebagai individu yang memiliki informasinya” (H. B. Sutopo,

2002: 50).

Adapun Informan dalam penelitian ini sebagai berikut :

a) Guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan SMK Wasis Kec.

Jogonalan Kab. Klaten

b) Guru Bimbingan Konseling SMK Wasis Kec. Jogonalan Kab. Klaten

dan Guru Pendidikan Agama SMK Wasis Kec. Jogonalan Kab. Klaten

c) Beberapa siswa SMK Wasis Kec. Jogonalan Kab. Klaten siswa yang

melakukan pelanggaran dan yang tidak / belum tercatat dalam buku

pelanggaran. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada daftar informan

(Lampiran 1).

Page 62: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

2. Peristiwa atau Aktivitas

Tempat dan peristiwa dapat dijadikan sebagai sumber informasi karena

dalam pengamatan harus ada kesesuaian dengan konteksnya, dan setiap situasi

sosial selalu melibatkan pelaku, tempat, dan aktivitas.

Menurut H. B Sutopo (2002: 51) mengemukakan bahwa:

Dari pengamatan tempat dengan keragaman benda yang berada dilokasi, penelitian sering bisa memperoleh informasi yang berkaitan dengan perilaku atau peristiwa yang terjadi, atau bahkan sangat berkaitan dengan sikap dan pandangan pelakunya” dan “pengamatan pada peristiwa atau aktivitas, penelitian bisa mengetahui proses bagaimana sesuatu terjadi secara lebih pasti karena menyaksikan sendiri secara langsung.

Peristiwa atau aktivitas merupakan pengamatan terhadap proses

bagaimana sesuatu terjadi secara lebih pasti karena menyaksikan sendiri secara

langsung. Dalam penelitian ini aktivitas yang penulis amati yaitu praktek atau

realisasi pendidikan proses pembelajaran yang berlangsung terutama pada mata

pelajaran Kewarganegaraan. Selain itu aktivitas siswa diluar jam pelajaran tetapi

masih berada dalam sekolah. Misalnya, kegiatan ekstrakulikuler pramuka dan

kegiatan keagamaan.

3. Dokumen dan Arsip

Dokumen dan arsip merupakan bahan tertulis yang bergayutan dengan

atau peristiwa atau aktivitas tertentu dalam mengkaji dokumen dalam sebaliknya

tidak hanya mencatat apa yang tertulis, tetapi juga berusaha menggali dan

menangkap maknanya yang tersirat dari dokumen tersebut. Dokumen dan arsip

merupakan suber data yang tidak kalah penting dalam penelitian kualitatif.

Menurut H. B sutopo (2002: 54) mengemukakan bahwa “Dokumen merupakan

bahan tertulis atau benda yang berkaitan dengan suatu peristiwa atau aktivitas,

tetapi juga berupa gambaran atau benda peninggalan yang berhubungan dengan

suatu peristiwa tertentu”. Sedangkan arsip merupakan suatu dokumentasi berupa

catatan rekaman yang lebih bersifat formal dan terencana.

Adapun dokumen dan arsip yang digunakan peneliti sebagai sumber data :

a. Data tentang pelanggaran yang dilakukan oleh siswa yang terjadi

sekolah Tahun Ajaran 2007-2009.

b. Jenis kualitas Pelanggaran

Page 63: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

c. Rencana pelaksanaan pembelajaran.

D. Teknik Sampling

Sampling atau cuplikan berkaitan dengan pembatasan jumlah dan jenis

sumber data yang akan digunakan dalam penelitian. Teknik sampling dalam

penelitian kualitatif sering juga dinyatakan sebagai internal sampling yaitu

sampling diambil untuk mewakili informasinya, dengan kelengkapan dan

kedalamannya yang tidak sangat perlu ditentukan oleh jumlah sumber datanya,

karena jumlah informan yang kecil bisa saja menjelaskan informasi tertentu secara

lebih lengkap dan benar daripada informasi yang diperoleh dari jumlah nara

sumber yang lebih banyak yang mungkin kurang mengetahui dan memahami

informasi yang sebenarnya.

Menurut Lexy J. Moleong (2007: 224) sampel memiliki fungsi : “Untuk

menjaring sebanyak mungkin informasi dari berbagai sumber dan bangunannya”.

Dalam penelitian ini teknik sampling yang digunakan Purposive

Sampling. Teknik ini lebih bersifat selektif dalam mengambil sampel. Peneliti

melandaskan kepada kaitan teori yang digunakan. Keingintahuan pribadi,

karakteristik empirik yang dihadapi. Teknik ini mengarah kepada generalisasi

yang bersifat teoritik.

Oleh karena itu, dalam penelitian ini penulis menggunakan purposive

sampling (sampel bertujuan), sebab peneliti cenderung memilih informan yang

dianggap mengetahui informasi dan masalahnya secara mendalam dan dapat

dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap, sehingga dapat dijadikan

informasi kunci yang dapat dipercaya.

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu:

Dalam memecahkan masalah agar dapat terselasaikan dengan tutas, maka

diperlukan suatu data yang valid, sedangkan untuk mendapatkan data tersebut

maka perlu digunakan teknik pengumpulan data. Teknik pengumpulan data yang

penulis gunakan adalah sebagai berikut:

Page 64: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

1. Wawancara

“Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu

dilakukan oleh kedua pihak, yauitu pewawancara (interviewwer) yang

mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberi

jawaban atas pertanyaan itu”. (Moleong, 2007: 186).

Esterberg mengemukakan bahwa ada beberapa macam jenis wawancara

antara lain: “Wawancara Terstruktur ( structured interview ), Wawancara Semi

tersruktur (Semistructure Interview), Wawancara Tak berstruktur (Unstructured

Interview)”. (Sugiyono, 2010: 319). Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Wawancara Terstruktur ( structured interview )

Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data,

bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasrti

tentang informan apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam

melakukan wawancara, pengumpulan data telah menyiapkan instrumen

penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif

jawabannya pun telah disiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini

setiap responden diberi pertanyaan yang sama, dan pengumpul data

mencatatnya.

b. Wawancara Semi tersruktur (Semistructure Interview)

Jenis wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in-depth

interview, dimana dalam pelaksanaanya lebih bebas bila dibandingkan

dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah

untuk menemukan permasalahan yang lebih terbuka, dimana fihak

yang diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya. Dalam

melakukan wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan

mencatat apa yang dikemukakan oleh informan.

c. Wawancara Tak berstruktur (Unstructured Interview)

Wawancara tidak berstruktur, adalah wawancara yang bebas dimana

peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah disusun

secara sistematis dan lengkap untuk mengumpulkan datanya. Pedoman

wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar

permasalahan yang akan ditanyakan.

Page 65: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

Secara umum ada dua jenis teknik wawancara, yaitu “Wawancara

terstruktur dan wawancara tidak terstrukutur yang disebut wawancara mendalam

(in-depth interviewing)”.(H.B Sutopo, 2002: 58-59).

Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: Wawancara terstruktur merupakan

jenis wawancara yang sering juga disebut sebagai wawancara terfokus. Dalam

wawancara terstruktur, masalah ditentukan oleh peneliti sebelum wawancara

dilakukan. Sedangkan wawancara tidak terstruktur atau mendalam dilakukan

dengan pertanyaan yang bersifat “open ended” dan mengarah pada kedalaman

informasi, serta dilakukan dengan cara yang tidak secara formal strukur, guna

menggali pendangan subyek yang diteliti tentang banyak hal yang sangat

bermanfaat untukmenjadi dasar bagi penggalian informasinya secara lebih jauh

dan mendalam

Menurut H.B Sutopo (2002 : 61-62), “Teknik dalam wawancara

melibatkan lima tahapan yang perlu diperhatikan agar sesuai dengan kebutuhan

perlengkapan dan pendalaman data yang diperoleh”. Lima hal tersebut dapat

dijelaskan sebagai berikut:

a. Penentuan siapa yang akan diwawancarai

b. Persiapan wawancara

c. Langkah awal

d. Pengusahaan agar wawancara bersifat produktif

e. Penghentian wawancara dan mendapat kesimpulan

Sehingga dalam kegiatan wawancara ini yang utama dalam membuat

daftar pertanyaan agar sesuai dengan permasalahan yang sedang dikaji, kemudian

di dalam pelaksanaannya mencatat hal-hal yang penting dalam wawancara. Dalam

wawancara ini peneliti mengajukan pertanyaan kepada informan yang telah

dipilihnya dan dianggap mengetahui secara jelas terhadap permasalahan yang

akan diteliti. Wawancara ini dilakukan antara peneliti dengan informan. Adapun

yang diwawancara dalam penelitian ini antara lain :

a) Ibu. Dra. Puji Astuti, Ibu Dra. Dwi Lasmini dan Bpk. Ali Muklis SP.d

Guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan SMK Wasis Kec.

Jogonalan Kab. Klaten

Page 66: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

b) Ibu. Maryati Guru Bimbingan Konseling SMK Wasis Kec. Jogonalan Kab.

Klaten dan Ibu. Sri Widayati, S.Ag Guru Pendidikan Agama SMK Wasis

Kec. Jogonalan Kab. Klaten

c) Beberapa siswa SMK Wasis Kec. Jogonalan Kab. Klaten siswa yang

melakukan pelanggaran dan yang tidak / belum tercatat dalam buku

pelanggaran. Data tersebut dapat dilihat pada daftar informan. Adapun

pedoman wawancara dapat dilihat pada lampiran no. 2 sedangkan hasil

catatan wawancara dapat dilihat pada lampiran no. 3 dan foto kegiatan

penelitian dapat dilihat pada lampiran no. 4.

2. Observasi

Menurut HB Sutopo (2002 : 64) “Teknik observasi digunakan untuk

menggali data dari sumber data yang berupa peristiwa, tempat atau lokasi, dan

benda serta rekaman gambar”.

Selanjutnya menurut Kartini Kartono (1996: 182-188) “Kegiatan

observasi ditinjau dari cara pelaksanaan dan tujuannya dibedakan menjadi 3 yaitu

teknik observasi partisipatif dan nonpartisipatif, teknik observasi alam sistematis,

teknik observasi eksperimental”.

Hal tersebut dapat diuraikan sebagaai berikut:

a. Teknik observasi partisipatif dan nonpartisipatif. Teknik observasi partisipatif

yaitu teknik dimana observer ikut berpatisipasi dalam berbagai kegiatan yang

dilakukan oleh para subyek yang diobservasi. Dan tehnik nonpartisipasi

adalah teknik observasi dimana observer tidak terlibat langsung dalam

kegiatan.

b. Teknik observasi sistematis, yaitu untuk menemukan dan merumuskan

permasalahan, sekaligus menyusun katagori permasalahan. Teknik observasi

sistematis sering dilengkapi alat-alat pencatat mekanis, seperti kamera foto,

pita perekam, tape recorder dan lain sebagainya.

c. Teknik observasi eksperimental, yaitu merupakan teknik observasi yang

dilakukan secara nonpartisipatif namun berstruktur dan sistematis dalam

pelaksanaannya, dalam hal ini observasi dilakukan di SMK Wasis Jogonalan.

Page 67: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

Dalam penelitian ini penulis mengadakan observasi untuk

mengumpulkan data tentang Efektivitas pembelajaran pendidikan

kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di SMK

Wasis Jogonalan Klaten tahun ajaran 2007-2009. Oleh karena itu di gunakan

observasi partisipasif, di mana peneliti ikut langsung berpartisipasi dalam kegiatan

yang dilakukan oleh obyek penelitian. Dalam penelitian ini peneliti

mengobservasi dengan ikut kegiatan ekstrakulikuler dan ikut mengamati proses

kegiatan belajar mengajar mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di kelas 2

PJ di SMK Wasis Jogonalan Klaten.

3. Analisis Dokumentasi

Dokumen tertulis dan arsip merupakan sumber data yang sering memiliki

posisi penting dalam penelitian kualitatif.

Dokumen bisa memiliki beragam bentuk, dari yang tertulis sederhana sampai yang lengkap, dan bahkan bisa berupa benda-benda lainnya sebagai peninggalan masa lampau. Demikian pula arsip yang pada umumnya berupa catatan-catatan yang lebih formal bila dibandingkan dengan dokumen. Sebagai catatan formal arsip sering memiliki peran sebagai sumber informasi yang sangat berharga bagi pemaham suatu peristiwa. Sumber data berupa arsip dan dokumen biasanya merupakan sumber data pokok dalam penelitian kesejarahan, terutama untuk mendukung proses interpretasi dari setiap peristiwa yang diteliti. (H.B Sutopo, 2002 : 69).

Menurut Yin dalam HB Sutopo (2002 : 69-70),”Mencatat dokumen

disebut juga content analysis dan dimaksudkan bahwa peneliti bukan hanya

sekedar mencatat isi penting yang tersurat dalam dukumen atau arsip tetapi juga

tentang maknanya yang tersirat”.

Dokumen merupakan sumber data yang penting dalam penelitian

kualitatif. Teknik ini bertujuan untuk memperoleh data berdasarkan sumber-

sumber yang berasal dari buku-buku literatur dan laporan serta dokumen-

dokumen lain yang berkaitan dengan penulisan. Dokumen bisa diperoleh dari

lembaga pemerintah dan arsip serta dokumen pribadi. Adapun dokumen yang

yang bisa diperoleh antara lain: data pelanggaraan dari guru bimbingan konseling,

Page 68: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

Jenis kualitas pelanggaran (lihat lampiran no.5) dan Rencana pelaksanaan

pembelajaran (lihat lampiran no.6).

F. Validitas Data

Dalam penelitian kualitatif terdapat beberapa cara yang dapat dipilih

untuk melakukan uji validitas (kesahihan) data. Cara yang biasa digunakan yaitu

trianggulasi, review informan dan Member Chek.

Trianggulasi merupakan cara yang paling umum digunakan bagi

peningkatan validitas dalam penelitian kualitatif.

Dalam kaitan ini Patton menyatakan ada 4 macam teknik trianggulasi yaitu “1)

trianggulasi data (data trianggulation), 2) trianggulasi peneliti (investigator

trisnggulstion), 3) trianggulasi metodologis (methodological trianggualation), 4)

trianggulasi teoritis (theoretical trianggulation)”. (HB Sutopo, 2002 :78).

Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Trianggulasi data (trianggulasi sumber)

Yaitu peneliti menggunakan beberapa sumber data untuk

mengumpulkan data yang sama.

2. Triangulasi metode

Yaitu penelitian yang dilakukan dengan menggunakan teknik atau

metode pengumpulan data yang berbeda.

3. Tringgulasi peneliti

Yaitu hasil penelitian baik data ataupun simpulan mengenai bagian

tertentu atau keselurahannya bisa diuji validitasnya dari beberapa

peneliti.

4. Trianggulasi teori yaitu trianggulasi yang dilakukan oleg peneliti

dengan menggunakan perspektif lebih dari satu teori dalam membahas

permasalah yang dikaji.

Sedangkan review informan merupakan usaha pengembangan validitas

penelitian yang sering digunakan oleh peneliti kualitatif. Dalam hal ini untuk

menjaga validitas data, laporan penelitian yang telah disusun dikonsultasikan pada

informan kunci. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh HB Sutopo bahwa:

Page 69: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

Pada waktu peneliti sudah mendapatkan data yang cukup lengkap dan berusaha menyusun sajian datanya walaupun mungkin masih belum utuh dan menyeluruh, maka unit-unit laporan yang telah disusunnya perlu dikomunikasikan dengan informannya, khususnya yang dipandang sebagai informan pokok (Key Informan). (HB Sutopo, 2002: 83)

Selanjutnya dalam penelitian kualitatif disamping sudah menggunakan

triangulasi data dan review informan dirasakan belum cukup untuk membuktikan

bahwa data yang diperoleh peneliti tersebut benar-benar valid. Untuk itu masih

menggunakan member chek, dimana laporan hasil penelitian diperiksa oleh

kelompok atau peneliti lain untuk mendapatkan pengertian yang tepat atau

mencantumkan kekurangan untuk lebih dimantapkan lagi.

Di dalam penelitian ini peneliti menggunakan trianggulasi data atau

sumber dan trianggulasi metode. Sebab cara ini mengarahkan peneliti agar dalam

pengumpulan data harus menggunakan beragam data yang tersedia, artinya data

yang sama atau sejenis akan lebih mantap kebenarannya bila digali dari beberapa

sumber yang berbeda. Hal ini dapat dilakukan antara lain dengan cara mencari

data dari informan. Selain itu menggunakan perbandingan data yang diperoleh

dari hasil pengamatan dan dokumen yang berhubungan dengan permasalahan

dalam penelitian ini. Adapun trianggulasi data dapat dilihat pada lampiran no. 7

dan juga dalam penelitian ini menggunakan trianggulasi metode, dalam hal ini

dengan mengumpulkan data sejenis tetapi menggunakan metode yang berbeda

yaitu dengan metode wawancara mendalam, observasi dan analisis dokumen

trianggulasi metode dapat dilihat pada lampiran no. 8.

G. Analisis Data

Dalam komponen utama proses analisis data terdapat tiga komponen

yang utama yang harus dipahami oleh setiap peneliti kualitatif. Adapun tiga

komponen utama tersebut adalah “1) reduksi data, 2) sajian data, dan 3) penarikan

simpulan serta verifikasinya”. (HB Sutopo, 2002 : 91).

Model analisis data yang dipakai oleh Model Analisis Interaktif, yang

digambarkan dalam skema sebagai

berikut :

Page 70: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

Gambar 2. Model Analisis Interaktif

(HB Sutopo,2002 : 96)

Untuk lebih jelasnya penulis paparkan sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Reduksi data adalah bagian dari proses analisa yang mempertegas,

memperpendek, membuat fokus, membuang hal-hal yan tidak penting, dan

mengatur data sedemikian rupa sehingga penelitian dapat dilakukan.

2. Sajian Data

Merupakan suatu rakitan organisasi informasi yang memungkinkan

kesimpulan penelitian dapat dilakukan dengan melihat suatu penyajian data,

peneliti akan memahami apa yang terjadi dam memungkinkan untuk berbuat

sesuatu pada analisis ataupun tindakan lain berdasarkan pemahaman tersebut.

3. Penarikan kesimpulan

Penarikan kesimpulan merupakan rangkaian pengolahan data yang berupa

gejala kasus yang terdapat di lapangan. Penyususnan catatan, pola dan arahan

sebab akibat dilakukan secara teratur. Hal ini berarti bahwa kesimpulan akhir

yang ditulis merupakan rangkaian keadaan dari yang belum jelas kemudian

meningkat sampai pada pertanyaan yang telah memiliki landasan yang kuat

dari proses analisa terhadap fenomena yang ada. Disamping itu, didalam

penarikan kesimpulan peneliti juga mendiskusikan permasalahan dengan

pihak yang relevan yang akhirnya terjadi sebuah kesepakatan kesimpulan

yang kokoh dan bisa dipercaya.

PENGUMPULAN DATA

SAJIAN DATA

PENARIKAN SIMPULAN/VERIFIKASI

REDUKSI DATA

Page 71: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

Proses analisis penelitian ini dilakukan dengan data cara mereduksi data

yang terkumpul. Setelah data direduksikan kemudian melakukan penyajian data

yang dirakit dalam suatu organisasi data. Selanjutnya data tersaji itu dianalisis

untuk memperoleh jawaban atau kesimpulan penelitian.

H. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian merupakan kejelasan langkah-langgkah penelitian

yang dilakukan oleh peneliti dari awal sampai akhir. Adapun prosedur penelitian

dilakukan melalui beberapa tahap sebagai berikut :

1. Tahap Pra Lapangan

Tahap ini dilakukan dengan melakukan kegiatan mulai dari penentuan lokasi

penelitian, meninjau lokasi penelitian, membuat dan mengurus proposal serta

mengurus perijinan guna melaksanakan penelitian di lapangan.

2. Tahap Pelaksanaan Lapangan

Tahap ini dimulai dengan kegiatan mengumpulkan data di lokasi penelitian

dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi.

3. Tahap Analisis Data

Tahap ini dilakukan dengan menganalisis data, melakukan verifikasi dan

pengayaan untuk selanjutnya merumuskan kesimpulan sebagai temuan

penelitian.

4. Tahap Penyusunan laporan Penelitian

Melakukan tahap pengambilan kesimpulan dari permasalahan yang diteliti

kemudian hasil dari penelitian ini nantinya akan ditulis laporan dalam bentuk

laporan penelitian

Page 72: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

BAB IV

LAPORAN HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Sejarah Singkat SMK WASIS

Sekolah Menengah Ekonomi Tingkat Atas (SMK WASIS) Klaten

merupakan salah satu organisasi yang bergerak dalam bidang pendidikan. Sekolah

Menengah Ekonomi Atas WASIS adalah salah satu dari sekian banyak sekolah

menengah atas yang bertujuan ikut serta membantu pemerintah dalam

menampung para siswa lulusan sekolah menengah tingkat pertama yang tidak

ditampung disekolah negeri dan untuk memenuhi aspirasi dari masyarakat serta

kebutuhan dari masyarakat setempat. Sekolah Menengah Kejuruan WASIS berdiri

berdasarkan Akte Notaris No. 101/1987 yang disetujui oleh Bapak Muhamad

Imron,S.H selaku notaris di Klaten beserta saksi-saksi yang mengajukan

pendirian Sekolah Menengah Ekonomi Atas WASIS pada tanggal 28 maret 1987.

Sekolah Menengah Ekonomi Tingkat Atas WASIS merupakan wujud

dari pelaksanaan dari Dharma Bhakti para alumni sekolah menengah ekonomi

atas negeri Klaten yang berdiri dibawah naungan “yayasan Warga Alumni Siswa

SMEA Negeri Klaten” yang dianggap telah mulai berjalan pada tanggal 17 Maret

1987. Yayasan ini berkedudukan di Klaten dan untuk pertama kalinya berkantor

pusat dijalan Ring Road Desa Bareng Lor, Kecamatan Ketandan dengan no

telepon 21442. Sedangkan Sekolah Menengah Ekonomi Atas WASIS saat ini

bertempat didesa Prawatan, Gondangwinangun, Kecamatan Jogonalan Kabupaten

Klaten dan memulai kegiatan pengajaran pada tahun ajaran 1988/1989.

Asas yang digunakan di Sekolah Menengah Ekonomi Atas WASIS

adalah berdasarkan pasal 2 yaitu : “Yayasan berdasarkan pancasila” dan tujuan

dari yayasan WASIS adalah :

a. Ikut serta mengisi cita – cita proklamasi kemerdekaan RI

b. Mempererat hubungan kekeluargaan dan menghimpun alumni siswa

SMEA Negeri di Klaten

56

Page 73: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

c. Mewujudkan Dharma Bhakti alumni SMEA Negeri Klaten kepada

bangsa dan Negara Indonesia dalam pendidikan, sosial, budaya, dan

ekonomi.

2. MISI dan VISI SMK WASIS JOGONALAN

VISI SMK WASIS Terciptanya sekolah yang dapat menghasilkan

tenaga kerja yang profesional untuk memenuhi tuntutan kebutuhan dunia kerja.

MISI SMK WASIS

a. Meningkatkan KBM bermutu yang berorientasi masa depan.

b. Mewujudkan pelayanan prima dalam melaksanakan tugas.

c. Mengembangkan diklat yang membekali siswa kreatif, inovatif,

produktif dan mandiri.

d. Mengembangkan iklim sekolah yang kondusif.

e. Meningkatkan mutu lulusan dan kelulusannya mewujudkan sekolah

yang mandiri.

3. Keadaan Fisik SMK WASIS JOGONALAN

a. Jenis bangunan yang berbatasan

1) Sebelah selatan berbatasan dengan jalan raya utama Jogja-Solo.

2) Sebelah timur berbatasan dengan komplek pabrik benih Sang

Hyang Sri.

3) Sebelah utara berbatasan dengan persawahan.

4) Sebelah barat berbatasan dengan desa Sumbersari.

b. Kondisi Lingkungan Sekolah

1) Ruang kelas rata-rata cukup luas

2) Halaman sekolah cukup luas dan terletak di tengah dapat

digunakan upacara bendera.

3) Ruang guru sebenarnya cukup luas.

Berdasarkan letaknya yang berada ditepi jalan raya, maka lokasi

sekolah mudah dijangkau oleh kendaraan umum dan dapat

dikatakan strategis. Dengan demikian akan mendukung kelancaran

proses belajar mengajar.

Page 74: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

4) Guru dan Peserta didik

a. Jumlah Guru SMK Wasis Jogonalan

Jumlah guru di SMK Wasis Jogonalan adalah 23 orang guru.

b. Jumlah Peserta didik

Jumlah peserta didik di SMK Wasis Jogonalan adalah 150

peserta didik.

4. Alat-Alat Pembelajaran yang Tersedia

Secara umum alat-alat pelajaran yang tersedia pada tiap-tiap kelas adalah

sebagai berikut:

a. Papan tulis

b. Penghapus

c. Meja guru

d. Meja murid

e. Kursi

f. Penggaris

g. Alat kebersihan kelas seperti sapu, kemoceng, tempat sampah,

Selain alat-alat tersebut, kegiatan belajar mengajar juga didukung dengan adanya

sarana dan prasarana lainnya antara lain:

a. Ruang perpustakaan

b. Tempat ibadah

c. Ruang Unit Kesehatan Siswa (UKS)

d. Ruang Bimbingan Konseling (BP)

e. Ruang computer / LCD

f. Laboratorium Pemasaran/akuntansi

g. Laboratorium Admistrasi perkantoran

Page 75: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

5. Daftar Guru, Staf Tata Usaha dan Karyawan

Tabel 2. Daftar Guru, Staf Tata Usaha dan Karyawan

No Nama Jabatan

1. Drs. Suharno Kepala sekolah/guru Mapel

Produktif Keu.AP.TN

2. Dra. Daryati Waka Kur/guru Produktif Keu.

AP.TN/Kaprodi Pemasaran

3. Mulyono Subroto, S.Pd Waka Kesiswaan/guru Bhs.

Inggris

4. Sukarno Waka Hum/ guru Produktif Keu.

AP.TN

5. St. Pardinah Guru Bhs. Daerah/Guru Agm.

Katolik

6. Drs. Ig. Suroso Guru Matematika

7. Heny Dwi. H. S.Pd Guru Olah raga

8. Woro M, S.Pd Guru Bhs. Inggris/Produktif Keu.

AP.TN/

9. A. Bambang, S.ST Guru KKPi/ Produktif Keu.

AP.TN

10. Nursehan. S. Pd Guru Produktif Keu. AP.TN

11. Sri Suhartini. S,Pd Guru Matematika

12. Erwin Prabowo Guru IPA/KWU/ Produktif Keu.

AP.TN/

13. Slamet H.S.Pd Guru Penjaskes

14. Dra. Dwi lasmani Guru Pend. Kewarganegaraan

15. Dra. Siti maemunah Guru guru Produktif Keu.

AP.TN/Perpajakan

16. Dra. Puji astuti Guru Pend.

Kewarganegaraan/IPS/KWU

17. Drs. Minadi Guru Pend. Agm.Kristen

18. Nyoman Ngatno Guru Pend. Agm. Hindu

Page 76: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

19. Ali muklis, S.Pd Guru Pend.

Kewarganegaraan/IPA/Seni

Budaya

20. Ninuk Siswantini, S.pd Guru Bhs. Indonesia

21. Sri Widayani, S.Ag Guru Pend. Agama Islam

22. Anisah Suharti, S.Pd Guru Produktif Keu. AP.TN

23. Drs. Maryati Guru Bimbingan dan Konseling

6. Managemen Sekolah

a. Kepala Sekolah

Kepala sekolah bertanggungjawab atas seluruh pengelolaan sekolah dan

melaksanakan tugas-tugas rutin,antara lain:

1) Merencanakan seluruh kegiatan sekolah dinantu oleh semua pembantu

kepala sekolah sesuia dengan urusannya masing-masing.

2) Mengorganisasi semua pegawainya dan dana secara efektif sesuai

dengan peraturan yang berlaku untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan.

3) Menggerakkan semua pembantu kepala sekolah termasuk gru dan staf

tata usaha untuk mencapaitujuan yang hendak dicapai sesuai dengan

bidang masing-masing.

4) Mengkoordinir semua pembantu agar terjalin hubungan kerja yang

baik,serasi dalam rangka memberikan motivasi kepada semua

unsur/personil sekolah,sehingga dapat membangkitkan partisipasi dan

dedikasi yang sebesar-besarnya.

5) Secara terus menerus melakukan pengawasan kepada semua personil

sekolah, sehingga bila terjadi ketimpangan/hambatan dapat segera

diketahui dan diatasi bersama.

6) Secara rutin mengadakan supervise/pembinaan setiap minggu sekali

pada hari sabtu atau senin dalam rangka mengatasi hambatan-

hambatan, misalnya memberitahukan catatan-catatan yang telah

Page 77: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

dibuat oleh siswa kepada semua guru program diklat sehingga dapat

ditangani dan dibina secara bersama.

7) Menyelanggrakan rapat-rapat sesuai dengan keperluannya yang

meliputi:

a) Membicarakan rencana program untuk tahun diklat berikutnya.

b) Membicarakan persiapan UU semester dan evaluasi setiap

semester

c) Membicarakan persiapan EBTA dan evaluasinya

d) Membicarakan kemajuan pengembangan pengajaran

e) Membicarakan penerimaan siswa baru.

f) Mengadakan evaluasi terhadap semua kegiatan sekolah dalam

rangka mengurangi hambatan dan pengembangannya.

g) Menjalin hubungan erat dengan industri/dunia kerja.

Dalam melaksanakan tugasnya kepala sekolah dapat mendelegasikan

kepada guru yang ditunjuk sebagai wakil kepala sekolah.

b. Wakil Kepala Sekolah

Wakil Kepala Sekolah mempunyai tugas membantu kepala sekolah

dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

1) Menyusun perencanaan membuat program.

2) Pengorganisasian.

3) Pengarahan.

4) Ketenagaan.

5) Pengkoordinasian.

6) Pengawasan.

7) Penilaian.

8) Identifikasi dan pengumpulan.

9) Penyusunan laporan.

Jumlah wakil kepala sekolah pada SMK tingkat atas disesuaikan dengan

kebutuhan sekolah, wakil kepala sekolah dipilih oleh guru dan karyawan, bukan

ditunjuk oleh kepala sekolah.

Page 78: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

1) Wakil kepala sekolah bagian kurikulum.

Wakil kepala sekolah urusan kurikulum mempunyai tugas membantu

kepala sekolah dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

a) Menyusun program pengajaran.

b) Menyusun pembagian tugas guru dan jadwal pelajaran.

c) Menyusun jadwal dan pelaksanaan Ulangan Umum serta Ujian akhir.

d) Menyusun pelaksanaan EBTA/UAN/UANAS.

e) Menyusun kriteria dan persyaratan naik/tidak naik serta lulus atau

tidak lulus.

f) Menyusun jadwal penerimaan buku laporan.

g) Mengkoordinasikan dan mengarahkan penyusunan program suatu

pelajaran dan pengadaan bahan pengajaran disemua program keahlian.

h) Menyediakan daftar buku acara guru dan siswa.

i) Menyusun laporan pelaksanaan pengajaran secara berkala.

2) Wakil Kepala Sekolah Urusan Kesiswaan

Tugas Wakasek Kesiswaan adalah membantu kepala sekolah dalam

kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

a) Menyusun program pembinaan dan tata tertib siswa/OSIS.

b) Melaksanakan bimbingan, pengarahan dan pengendalian kegiatan.

c) Mengkoordinir kegiatan bimbingan penyuluhan dan bimbingan karier.

d) Mengawasi disiplin belajar siswa disiplin mengajar guru dan disiplin

kerja pegawai sekolah.

e) Mengkoordinasikan kegiatan olahraga dan seni.

f) Mengatur penyelenggaraan upacara.

g) Membina pengurus OSIS dalam berorganisasi.

h) Menyusun program dan jadwal pembinaan siswa dalam kegiatan luar

sekolah.

i) Menyusun program ekstrakurikuler.

3) Wakil Kepala Sekolah Urusan HUMAS

Wakil Kepala Sekolah Urusan HUMAS mempunyai tugas membantu

kepala sekolah dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

Page 79: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

a) Mengatur dan menyelenggarakan hubungan sekolah dengan orang

tua/wali.

b) Membina hubungan antara sekolah dengan komite sekolah.

c) Membina pengembangan hubungan antara sekolah dengan lembaga

pemerintahan sosial lain.

d) Memberikan/berkonsultasi dengan dunia usaha.

e) Menyusun laporan hubungan masyarakat secara berkala.

f) Menghubungi industri untuk penjajakan kemungkinan kerjasama

dengan industri.

g) Mendorong dan mengkoordinasikan masing-masing program

keahlian, memelihara dan memanfaatkan kerjasam industri.

h) Merencanakan dan menyalurkan kunjungan dan praktek kerja industri

bagi guru dan siswa sekolah

i) Bekerjasama dengan BLPT Membantu program keahlian mencari

pasaran produksi untuk memasarkan hasil produksinya dan

memasarkan lulusan sekolah ke dunia usaha.

j) Membantu keluarga alumni.

7. Struktur Organisasi SMK Wasis Jogonalan

Struktur Organisasi merupakan suatu gambaran secara skematis

mengenai hubungan fungsional dalam lembaga pendidikan, dan menggambarkan

mengenai tugas, wewenang dan tanggung jawab antara pimpinan lembaga

pendidikan dengan seluruh anggota dan masyarakat yang tergabung didalamnya.

Berikut digambarkan dalam bagan gambar struktur Organisasi SMK

Wasis sebagai berikut:

Page 80: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

Gambar: 3 Struktur Organisasi SMK WASIS JOGONALAN

8. Perpustakaan

a. Identitas Perpustakaan

1) Nama Perpustakaan : Perpustakaan SMK Wasis Jogonalan

2) Alamat : Prawatan, Gondangwinangun

3) Status Sekolah : Swasta

4) Tahun Berdiri : 1988

5) Melayani : Peserta didik SMK Wasis Jogonalan

b. Koordinator Perpustakaan : Anisah Suharti, S.Pd

c. Tata Tertib Perpustakaan

1) Tata tertib di ruangan

a) Masuk didalam ruangan perpustakaan dilarang membawa

buku, tas, dll.

b) Menjaga kebersihan, ketertiban, ketenangan dan keamanan.

2) Tata tertib peminjaman

a) Peminjam harus mentaati tata tertib perpustakaan

b) Setiap anggota wajib memiliki kartu anggota perpustakaan

c) Peserta didik dapat meminjam buku jika dapat menunjukkan

kartu anggota perpustakaan

d) Kartu hanya dapat dipakai bagi yang berhak saja.

e) Peserta didik dapat meminjam buku sejumlah 1 buah dalam

jangka waktu 1 minggu.

Page 81: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

f) Keterlambatan pengembalian akan dikenakan denda

g) Buku rusak atau hilang tanggung jawab peminjam atau harus

diganti.

d. Buku-buku yang tersedia

a) Agama

b) IPS

c) Bahasa

d) Pengetahuan Murni

e) Teknologi

f) Kesenian /OR /hiburan

g) Kesusastraan

h) Sejarah /ilmu murni

i) Perakuntansian

j) Makalah

9. Struktur Organisasi OSIS

SUSUNAN PENGURUS OSIS TAHUN AJARAN 2009/2010

SMK WASIS JOGONALAN

a. Ketua Umum : Dewi Megawati

Fitri Dani. L

Santi Puji. A

b. Sekretaris : Haryanti

Dyah Ratna. B

c. Bendahara : Nike Hardika. S

Risma Arleni. P

d. Sie-sie

1) Sie Organisasi : Eko Sri Tri.W

Fransiska Aridita

2) Sie Keamanan : Cipto Agus

Nur Taufik

3) Sie Agama : Rias Prasetyo

Page 82: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

Etika Nur. H

4) Sie Seni Budaya : Arif Hidayat

Siti Nur. J

5) Sie Humas : Anita Rahmawati

Uswatun Chasanah

6) Sie Kewarganegaraan : Wahyuni

Irna Melinda

7) Sie Budi pekerti : Bernadheta. H

Asad Qisisin

8) Sie Konsumsi : Siti Masrufah

Ibnu Adi. S

9) Sie Pembantu umum : M. Sidik. P

Watini

Nirmaning.

B. Deskripsi Hasil Penelitian

1. Sudah efektifkah pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai

usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di SMK Wasis Jogonalan

Klaten Tahun Ajaran 2007-2009

Efektif atau belum pelajaran pendidikan kewarganegaraan tentu perlu

dikaji lebih jauh. Efektivitas merupakan keterkaitan antara tujuan dan hasil yang

dinyatakan, dan menunjukkan derajat kesesuaian antara tujuan yang dinyatakan

dengan hasil yang di capai. Suatu pengajaran dikatakan berhasil baik jika

pengajaran tersebut membangkitkan proses belajar yang efektif. Bukan hanya

pada cara mengajar ataupun metode yang digunakan, namun lebih pada hasil atau

pencapaian akhir tujuan pembelajaran atau indikator yaitu hasil yang dapat

bertahan lama dan dapat dipergunakan dalam kehidupannya.

Untuk mengetahui efektif atau tidaknya suatu pembelajaran dapat diukur

menggunakan indikator efektivitas. Adapun indikator efektivitas antara lain dapat

dijelaskan sebagai berikut:

Page 83: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

a. Indikator input

Indikator input ini mencakup empat karakteristik guru yang mengajar

efektif,yakni:

1) Penampilan pengajar (penguasaan bahan ajar), persiapan mengajar.

Karakteristik tersebut diatas dimaksudkan bahwa sebelum menentukan

materi pembelajaran terlebih dahulu perlu di identifikasi aspek-aspek keutuhan

kompetensi yang harus dipelajari atau dikuasai peserta didik. Aspek tersebut perlu

ditentukan, karena setiap standar kompetensi dan kompetensi dasar memerlukan

jenis materi yang berbeda-beda dalam kegiatan pembelajaran. Harus ditentukan

apakah standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta

didik termasuk ranah kognitif, psikomotor ataukah afektif. Hal ini terbukti dalam

pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang dibuat oleh masing-masing

guru mata pelajaran sebagaimana terlampir dalam Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran yang berkaitan dengan nilai dan norma. Selain itu hal kedua juga

berhubungan dengan kesiapan guru dalam menentukan cara dan metode

selanjutnya menjadi faktor penampilan mengajar guru bagi siswa, menyenangkan

atau tidak. Cara seorang guru mengajar dari hasil observasi penulis selama

penelitian pembelajaran dilakukan didalam kelas, suasana kegiatan belajar

mengajar cukup menarik siswa, namun pembelajaran yang dilakukan selalu

didalam kelas inilah yang membuat sebagian siswa bosan dan jenuh. Oleh karena

itu setiap guru harus mengidentifikasi kompetensi mana yang harus dicapai oleh

siswa khususnya dalam pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Agar sesuai

antara cara penyampaian materi, metode yang digunakan dengan materi yang

diajarkan. Seperti yang dikemukakan dalam wawancara berikut yang menyatakan

bahwa:

Materi dalam pendidikan kewarganegaraan yang ada saat ini antara lain seputar hakikat negara persatuan dan kesatuan bangsa, Norma juga sedikit di bahas, Hak asasi manusia, politik dan kekuasaan dan masih banyak lagi. (Petikan wawancara dengan Ibu. Dwi lasmini, Rabu 6 Oktober 2010 jam

09.00 WIB).

Hal ini juga dilakukan oleh semua guru di bidang studi apapun tidak

hanya pelajaran pendidikan kewarganegaraan. Keseimbangan guru dalam

Page 84: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

mengajar harus disesuaikan dengan kompetensi yang ingin dicapai dengan cara

mengajar dan pemilihan metode yang tepat agar guru sebagai penyampai pesean

dalam materi pembelajaran dapat tersalurkan pada siswa.

2) Cara mengajar (pemilihan model instruksi, alat bantu mengajar dan

evaluasi yang dipakai).

Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan melatih.

Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup dan

kehidupan. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan

dan teknologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-

keterampilan pada siswa. Tugas guru dalam bidang kemanusiaan adalah

memposisikan dirinya sebagai orang tua kedua dimana ia harus menarik simpati

dan menjadi idola para siswanya agar mudah memberikan penekanan dalam hal

berperilaku dan bertindak yang baik. Bertolak dari uraian tersebut maka cara

mengajar dan pemilihan metode belajar sangat berpengaruh dalam suatu

pembelajaran yang efektif. Seharusnya guru sebagai penyampai pesan harus bisa

menarik siswa nya untuk senang terhadap pelajarannya sehingga siswa akan

memperhatikan dan apa yang menjadi kompetensi yang harus dicapai oleh guru

dan siswa dalam pembelajaran dapat tercapai. Adapun cara mengajar guru

meliputi tentang pemilihan metode, alat atau media yang digunakan dalam

mengajar, dan buku-buku yang menunjang pembelajaran dapat dilihat pada

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran hal ini baik dilakukan oleh seorang guru dan

siswa. Sesuai dengan hasil wawancara yang menyatakan rata-rata guru di sekolah

tersebut masih menggunakan cara mengajar sebagai berikut:

Saya menggunakan metode ceramah,namun saya juga kadang menggunakan LCD disaat materi saya memang harus menggunakan LCD agar siswa lebih paham dan disertai diskusi. untuk media saya masih menggunakan media papan tulis, sketsa materi, lembar kerja siswa, buku paket yang wajib siswa harus punya,karena di sekolah kami fasilitas masih belum seperti sekolah-sekolah yang lain. (Petikan wawancara dengan Ibu. Dra. Dwi Lasmini, Rabu 6 oktober 2010

jam 09.00 WIB).

Page 85: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

3) Kompetensi dalam mengajar

Kompetensi guru mengajar juga menjadi salah satu indikator karakteristik

guru yang mengajar efektif. Dimana seorang guru harus mempunyai kompetensi

baik dalam bidang materi dan cara mengembangkan pengetahuan siswa baik pada

saat pembelajaran maupun diluar pelajaran. Pemberian materi dimaksudkan yakni

pemberian materi tidak hanya berdasarkan buku paket dan lembar kerja siswa.

Diharapkan guru juga aktif memberikan contoh-contoh yang aktual kepada siswa.

Keberhasilan pembelajaran secara keseluruhan sangat tergantung pada

keberhasilan guru merancang materi pembelajaran. Materi pembelajaran

menempati posisi yang sangat penting dari keseluruhan kurikulum, yang harus

dipersiapkan agar pelaksanaan pembelajaran dapat mencapai sasaran. Sasaran

tersebut harus sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus

dicapai oleh peserta didik. Artinya, materi yang ditentukan untuk kegiatan

pembelajaran hendaknya materi yang benar-benar menunjang tercapainya standar

kompetensi dan kompetensi dasar, serta tercapainya indikator. Berkaitan dengan

pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma maka

materi pendidikan kewarganegaraan yang diajarkan adalah materi yang benar-

benar menunjang pada tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar,

serta tercapainya indikator penanaman nilai dan norma. Namun saat ini dianggap

belum sesuai. Hal ini senada dengan hasil wawancara sebagai berikut:

Sulit memang menurut saya, menanamkan nilai-nilai atau norma pada anak dijaman sekarang,kemajuan kecanggihnan tidak membuat unggul pribadi siswa namun kemerosotan moral,karena pengaruhnya sangat kuat,namun tidak menutup kemungkinan ppkn yang memang dianggap orang awam adalah tugas guru PPKn untuk membentuk pribadi siswa yang berbudi pekerti luhur. Materi dalam pendidikan kewarganegaraan yang ada saat ini ,malah tidak menekankan pada norma atau nilai, karena ppkn yang saat ini sangat luas materinya. (Petikan wawancara dengan Bapak Ali Muklis, Kamis 7 Oktober 2010

jam 10.20 WIB).

Berkaitan dengan kompetensi guru dalam mengajar, bila penanaman nilai

belum dirasakan pas oleh guru, bukan menjadi tanggung jawab guru pendidikan

kewarganegaraan saja. Semua guru berkompeten dalam penanaman nilai dan

Page 86: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

noram siswa baik disekolah maupun dilingkungan keluarga atau masyarakat. Hal

ini diungkapkan oleh seorang siswa sebagai berikut:

Pasti orang-orang beranggapan kalau ada siswa yang nakal selalu bertanya bagaimana dengan ppkn nya berati ppkn sangat penting didalamnya, tapi ppkn yang diajarkan tidak banyak menyinggung soal nilai dan norma, namun juga tugas semua guru untuk memberikan bimbingan kepada siswa soal nilai dan norma. (Petikan wawancara dengan Kurnianto siswa kelas 2 AK kamis 7

Oktober 2010 jam 11.45 WIB)

4) Pengambilan keputusan yang bijaksana

Adapun yang diberikan atau disampaikan guru hendaklah dapat

memotivasi hidupnya terutama dalam belajar dan berperilaku. Sebagaimana telah

di ungkapkan diatas, bahwa peran seorang guru sangat signifikan dalam proses

belajar mengajar bila seorang guru berlaku kurang menarik, maka kegagalan awal

akan tertanam dalam diri siswa. Berkaitan dengan pengambilan keputusan yang

bijaksana dimaksudkan agar guru berlaku adil terhadap semua siswa baik yang

bermasalah maupun yang tidak bermasalah. Hal ini senada dengan hasil

wawancara sebagai berikut:

Saya selalu bersikap adil dalam memberikan pelajaran, saya tetap memperhatikan dan ingat hak anak untuk sama dalam pendidikan. Jadi porsi saya akan selalu sama. Hal ini juga dilakukan oleh bapak ibu guru yang lain. (Petikan wawancara dengan Ibu. Puji Astuti Kamis 7 Oktober 2010 jam

09.15 WIB).

b. Indikator Proses

Indikator Proses mencakup perilaku administratif, alokasi waktu guru, dan

alokasi waktu peserta didik. Untuk pendidikan kewarganegaraan sekolah

memberikan alokasi waktu yang diberikan kepada guru pendidikan

kewarganegaraan selama 2 jam pelajaran atau 90 menit dalam satu minggu.

Dalam satu kali kesempatan tatap muka guru memiliki 2 jam penuh untuk

menyampaikan materi. Berkaitan dengan penanaman nilai dan norma selain

melalui pendidikan kewarganegaraan dapat diinternalisasikan melalui pendidikan

Page 87: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

agama dan bimbingan konseling dan peran wali kelas. Hal tersebut sesuai dengan

hasil wawancara yang mengungkapkan bahwa:

Saya mengajar hanya 2 jam selama 1 minggu, namun di dukung dengan pelajaran agama dan bimbingan konseling dan peran wali kelas sebenarnya menurut saya pemberian pendidikan kewarganegaraan itu sangat kurang, hanya 2 jam selama 1 minggu, walaupun di dukung dengan pelajaran agama namun untuk mewujudkan sikap siswa yang sesuai nilai dan norma yang berlaku mungkin dengan waktu yang hanya 2 jam menurut saya kurang apalagi dalam pembelajaran ini fasilitas yang sekolah punya saat ini belum mencukupi.

(Petikan wawancara guru pendidikan kewarganegaraan, yaitu Ibu. Dra.

Dwi Lasmini pada hari Rabu tanggal 6 Oktober 2010)

Pemberian waktu yang dirasa sudah cukup oleh sebagian guru dan

diharapkan waktu yang sekian tadi siswa dapat menangkap dan memahami isi dari

materi yang disampaikan oleh guru. Guru tidak hanya menyampaikan materi

namun juga dengan contoh-contoh yang sesuai dengan materi. Seperti penuturan

berikut:

Saya dan guru-guru Pkn lainnya setiap kali memberikan pelajaran pada siswa selalu memberikan contoh-contoh yang relevan dengan kehidupan nyata. Selain itu setiap akhir atau saat memulai pelajaran kami selalu menekankan anak-anak dengan menberi penguatan tentang bersikap sebagai anak muda yang baik sesuai norma.

(Petikan wawancara dengan guru Pkn Bapak Ali Mukils SP.d Kamis 7

Oktober 2010 jam 10.20 WIB).

Materi pembelajaran dipilih seoptimal mungkin untuk membantu peserta

didik dalam mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Hal-hal yang

perlu diperhatikan berkenaan dengan pemilihan materi pembelajaran adalah jenis,

cakupan, urutan, dan perlakuan (treatment) terhadap materi pembelajaran tersebut.

Agar guru dapat membuat persiapan yang berdaya guna dan berhasil guna,

dituntut memahami berbagai aspek yang berkaitan dengan pengembangan materi

pembelajaran, baik berkaitan dengan hakikat, fungsi, prinsip, maupun prosedur

pengembangan materi serta mengukur efektivitas persiapan tersebut agar dapat

diketahui hasil dari proses selama mengikuti pembelajaran. Hal ini dapat

Page 88: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

diketahui melalui hasil ulangan atau pun tugas-tugas yang diberikan oleh guru.

Hal ini sesuai dengan pernyataan sebagai berikut:

Untuk mengetahui hasil belajar siswa tentu dengan hasil belajar atau raport,namun sebelum itu saya melihat dengan hasil ulangan,keaktifan siswa dalam pelajaran, respon siswa terhadap pelajaran saya, ya sesuai dengan kognitif,afektif dan psikomotoriknya agar seimbang antara pengetahuan dan sikapnya.

(Petikan wawancara dengan Bapak Ali Muklis Kamis 7 Oktober 2010

jam 10.20 WIB).

Selain itu keterampilan mengelola kelas adalah keterampilan guru untuk

menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal, dan keterampilan

untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal, apabila terdapat gangguan

dalam proses belajar baik yang bersifat gangguan kecil dan sementara maupun

gangguan yang berkelanjutan. Bagi guru, tujuan keterampilan mengelola kelas

adalah untuk melatih keterampilannya dalam mengembangkan pengertian dan

keterampilan dalam memelihara kelancaran penyajian dan langkah-langkah proses

belajar mengajar secara efektif. Memiliki kesadaran terhadap kebutuhan siswa dan

mengembangkan kompetensinya dalam memberikan pengarahan yang jelas

kepada siswa. Memberi respon secara efektif terhadap tingkah laku siswa yang

menimbulkan gangguan-gangguan kecil atau ringan serta memahami dan

menguasai seperangkat kemungkinan strategi dan yang dapat digunakan dalam

hubungan dengan masalah tingkah laku siswa yang berlebihan atau terus menerus

melawan di kelas.

Dari hasil observasi penulis selama penelitian di sekolah tersebut

kegiatan belajar mengajar pendidikan kewarganegaraan selalu dilakukan didalam

kelas. Proses pemberian materi pelajaran akan dirasakan oleh sebagian siswa

menjadi sangat membosankan. Seperti penuturan siswa yang menyatakan bahwa:

Banyak yang tidak memperhatikan ppkn materinya dianggap mudah karena cuma hapalan pelajarannya selalu dikelas jadi membosankan kadang banyak siswa yang bolos saat pelajarannya.

(Petikan wawancara dengan Ragil siswa kelas 2 PJ Rabu 6 Oktober 2010

jam 11.45 WIB).

Page 89: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

Situasi dalam hubungan tersebut bisa terjadi dalam konteks

pembelajaran, sehingga guru sebagai pemegang kendali kelas harus mampu

memberikan teguran yang sesuai dengan tugas dan perkembangan siswa. Sifat

dari teguran tidak merupakan hal yang memberikan efek penyerta yang

menimbulkan ketakutan pada siswa tapi bagaimana siswa bisa tahu dengan

kesalahan yang dilakukannya. Memberi penguatan, penguatan adalah upaya yang

diarahkan agar prestasi yang dicapai dan perilaku-perilaku yang baik dapat

dipertahankan oleh siswa atau bahkan mungkin ditingkatkan dan dapat ditularkan

kepada siswa lainnya. Penguatan yang dimaksudkan dapat berupa reward yang

bersipat moril juga yang bersifat material tapi tidak berlebihan. Hal ini juga

dilakukan oleh semua guru di sekolah tersebut. Sebagai contoh pemberian pujian

kepada siswa jika siswa mampu memberikan contoh positif dalam hal berpakaian

kepada teman-temannya, dalam segi material guru memberikan sedikit hadiah

sebagai motivasi kepada siswa yang berprestasi, hal ini dilakukan agar menarik

siswa yang lain untuk ikut berprestasi.

c. Indikator Output

Indikator output mencakup hasil-hasil dalam bentuk perolehan peserta didik

dan dinamikanya sistem sekolah, hasil-hasil yang berhubungan dengan prestasi

belajar, dan hasil-hasil yang berhubungan dengan perubahan sikap, serta hasil-

hasil yang berhubungan dengan keadilan, dan kesamaan

Belajar adalah proses perubahan perilaku secara aktif, proses mereaksi

terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu, proses yang diarahkan pada

suatu tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman, proses melihat,

mengamati, dan memahami sesuatu yang dipelajari. Guru Seseorang yang

bertindak sebagai pengelola, katalisator, dan peran lainnya yang memungkinkan

berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif. Tujuan Pernyataan

tentang perubahan perilaku (kognitif, afektif, psikomotorik ) yang diinginkan

terjadi pada siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Terkait dengan hal

tersebut bila dilihat dari aspek penilaian, penilaian guru selalu memperhatikan

aspek kognitif, afektif dan psikomotorik siswa. Setidaknya taksonomi Bloom

tersebut masih dapat dipakai untuk mempelajari jenis perilaku dan kemampuan

Page 90: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

internal akibat belajar. Berikut yang dapat terlihat dalam ranah kognitif siswa di

SMK Wasis Jogonalan sebagai berikut:

a) Aspek pengetahuan dalam observasi atau hasil pengamatan penulis

di sekolah ini guru dapat menyampaikan materi sesuai dengan

rencana pembelajaran dan materi yang disampaikan sesuai dengan

kompetensi yang harus dicapai oleh siswa.

b) Aspek pemahaman, dalam hal ini bisa terlihat pada saat proses

diskusi kelas dimana siswa yang antusias dalam menyampaikan hasil

diskusinya berarti siswa mampu memahami materi dan

menyimpannya kemudian mengaplikasikan dalam bentuk presentasi.

c) Aspek penerapan disekolah ini menurut observasi dan hasil

wawancara diperoleh bahwa pemilihan metode yang digunakan oleh

guru adalah dengan menggunakan metode ceramah dan diskusi.

d) Aspek analisis sebagaimana hasil observasi pengamatan penulis

dapat dianalisis bahwa rasa interest siswa terhadap pelajaran yang

diikuti adalah baik, siswa tidak mempermasalahkan sarana dan

prasarana guru dalam mengajar,namun lebih pada cara pembelajaran

yang selalu dilakukan didalam kelas sehinga membuat siswa bosan.

e) Dalam hal evaluasi dilakukan oleh guru mata pelajaran dalam

bentuk pemberian ulangan, tugas baik individu maupun kelompok,

penilaiannya tidak hanya kognitifnya tetapi juga sikap siswa.

f) Aspek kreativitas dalam aspek ini berisi pembangkit dan

perencananan yakni guru sebagai motivator siswa dalam pemberian

tugas dan siswa bertindak sebagai perencana membuat tugas baik

perseorangan maupun kelompok.

Keenam jenis perilaku ini bersifat hierarkis, artinya perilaku pengetahuan

tergolong rendah, dan perilaku evaluasi tergolong tertinggi. Perilaku yang

terendah merupakan perilaku yang harus dimiliki terlebih dahulu sebelum

mempelajari perilaku yang lebih tinggi. Untuk menganalisis misalnya, siswa harus

memiliki pengetahuan, pemahaman, dan penerapan tertentu. Hal ini juga belum

tercapai disekolah ini terlihat masih ada remidi atau perbaikan nilai karena belum

mencapai kriteria ketuntasan minimum. Hal ini dibenarkan dalam hasil

Page 91: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

wawancara dengan guru maupun dengan siswa yang menyatakan bahwa disekolah

ini belum dapat mencapai kriteria ketuntasan minimum 100 % karena ada yang

masih remidi. Sedangkan yang termasuk dalam ranah afektif siswa yang terlihat di

SMK Wasis Jogonalan, sebagai berikut:

a) Aspek penerimaan dari hasil observasi dapat ditunjukkan dengan

perubahan sikap siswa yang mau mengakui perbedaan-perbedaan

antar pendapat dalam kelompok.

b) Aspek partisipasi siswa ditunjukkan dengan mematuhi aturan

sekolah, berpartisipasi dalam kegiatan program sekolah dan

ekstrakulikuler.

c) Penilaian dan penentuan sikap siswa ditunjukkan dengan menerima

suatu pendapat orang lain, teguran guru, dan karyawan sekolah.

d) Dalam hal organisasi siswa tergabung dalam OSIS dan kegiatan-

kegiatan lainnya.

e) Pembentukan pola hidup siswa yang menunjukkan sikap disiplin

siswa terhadap tata tertib sekolah.

Kelima jenis perilaku tersebut tampak mengandung tumpang tindih dan

juga berisi kemampuan kognitif. Kelima jenis perilaku tersebut bersifat hirearkis.

Perilaku penerimaan merupakan jenis perilaku terendah dan perilaku

pembentukan pola hidup merupakan jenis perilaku tertinggi. Dalam hasil

observasi dan wawancara banyak ditemui bahwa siswa pada saat meerima

pelajaran ada yang membolos karena pelajaran yang membosankan. Terkait

dengan peraturan sekolah dan tata tertib banyak siswa yang tidak mematuhi

peraturan yang berlaku umur disekolah. Hal ini senada dengan penuturan dalam

wawancara sebagai berikut:

Perilaku siswa di sekolah ini ya seperti ini, masih saja ada yang melanggar peraturan namun ada juga yang taat, ,malah peraturan ini sama sekali tidak dipatuhi oleh siswa,siswa nya sudah kelewat bandelnya, sistem kredit saja sudah tidak berlaku disekolah ini untuk akademisnya karena kami sekolah kejuruan kami mengutamakan profesi dan keahliannya. kami sebagai orang tua kedua siswa disekolah kami selalu berusaha membentuk siswa yang berkarakter, menjadi pribadi yang baik,namun semua kembali ke diri pribadi siswanya.

Page 92: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

(Petikan wawancara dengan Bapak/Ibu guru ppkn dan guru Bimbingan

Konseling Kamis 7 Oktober 2010 jam 09.00 WIB).

Selanjutnya dalam ranah psikomotorik siswa dapat terlihat sebagai

berikut:

a) Persepsi, dalam observasi siswa mampu memilah hal-hal yang bisa

dilakukan dan yang tidak bisa dilakukan.

b) Kesiapan, sebagaimana hasil dari observasi penulis bahwa siswa sikap

kesiapan siswa dalam menerima pelajaran didalam kelas rata-rata

siswa bersikap tenang, namun ada juga beberapa siswa yang tidak bisa

menjaga ketenangan didalam kelas sehingga siswa harus dikeluarkan

dari kelas.

c) Gerakan terbimbing, sebagaimana dalam observasi gerakan

terbimbing ini dilakukan oleh guru kepada siswa, sikap atau pribadi

guru baik didalam lingkungan sekolah ataupun diluar kegiatan sekolah

hendaknya dapat dicontoh dan diteladan oleh siswanya.

d) Gerakan yang terbiasa adalah gerakan yang biasa dilakukan oleh

siswa dalam kegiatan belajar mengajar seperti menyiapkan buku-

buku. Dalam observasi peneliti melihat siswa mampu menyiapkan

buku dan alat tulis sebelum metri pelajaran dimulai.

e) Gerakan kompleks, yang mencakup kemampuan melakukan gerakan

atau keterampilan yang terdiri dari banyak tahap, secara efisien, dan

tepat.

f) Penyesuaian pola gerakan, yang mencakup kemampuan mengadakan

perubahan dan penyesuaian pola gerak-gerik dengan persyaratan

khusus yang berlaku.

g) Kreativitas, mencakup kemampuan melahirkan pola gerak-gerak yang

baru atas dasar prakasa sendiri.

Ketujuh jenis perilaku tersebut mengandung urutan taraf keterampilan

yang berangkaian. Kemampuan-kemampuan tersebut merupakan urutan-urutan

fase-fase dalam proses belajar motorik. Urutan fase-fase motorik tersebut bersifat

hierarkis.

Page 93: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

Siswa yang belajar berarti telah memperbaiki kemampuan-kemampuan

kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Hal ini akan terlihat melalui evaluasi

pembelajaran, terpenuhinya aspek kognitif akan terukur melalui sejumlah ulangan

tertulis maupun lisan yang diberikan oleh guru, sedang aspek afektif dapat dilihat

melalui sikap dan pendapat siswa akan suatu permasalahan kemudian aspek

psikomotorik akan tercermin pada perilaku siswa baik di lingkungan sekolah

dimasyarakat. Sehingga pendidikan menjadi suatu hal yang berguna bagi

kehidupan siswa.

d. Indikator Efektifitas pembelajaran kaitannya dengan Teori Belajar

Behaviorisme Ivan Pavlov dan Teori Perkembangan Kognitif.

Sekolah tersebut sudah menerapkan pendidikan kewarganegaraan

didukung dengan pendidikan agama, Bimbingan Konseling dan peran wali kelas

tetapi saat ini masih ada yang melakukan penyimpangan perilaku, seperti

membolos, berkelahi didalam kelas, sampai pada membawa minuman keras ke

sekolah. Pelanggaran ini dilakukan oleh kebanyakan siswa kelas dua dan ada

beberapa kelas tiga. Sesuai dengan indikator dari efektivitas pembelajaran

pendidikan kewarganegaraan di atas, dan teori yang dikemukakan teori

Behaviorisme Ivan Petrovich Pavlov paling banyak menekankan proses perubahan

tingkah laku sebagai akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus

diberikan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar pendidikan kewarganegaraan

dan respon adalah tanggapan siswa dalam menerima pelajaran maupun dalam

bentuk perubahan sikap setelah menerima pelajaran. Hal tersebut sesuai dengan

penuturan guru Pkn Ibu. Dra. Dwi Lasmini pada hari Rabu tanggal 8 Oktober

2010 yaitu: ” seharusnya PKn dapat berdampak positif bagi siswa apalagi

ditambah dengan adanya pendidikan Agama dan BP,masak sudah di ajarkan PKn

tapi tidak bertindak yang positif ?”.

Aplikasi teori ini dalam pembelajaran adalah tergantung dari beberapa

hal antara lain tujuan pembelajaran, sifat meteri pelajaran, karakteristik siswa,

media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia, dalam indikator efektivitas masuk

dalam indikator proses. Pendidikan kewarganegaraan di SMK Wasis Jogonalan

dapat dikatakan belum efektif dan tingkat efektifnya masih rendah karena hasil

Page 94: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

yang semakin mendekati tujuan yang telah ditetapkan menunjukkan semakin

tinggi tingkat efektivitasnya. Namun, di SMK Wasis Jogonalan tersebut dari

indikator input, proses dan output belum sesuai dengan yang diharapkan.

Dari hasil olah validitas tersebut maka dapat disimpulkan bahwa belum

terdapat keefektifan pembelajaran pendidikan kewarganegaraan di sekolah

tersebut, yaitu belum tercapainya tujuan akhir pendidikan pada umumnya dan

disekolah pada khususnya, ialah pembentukan kepribadian anak didik dalam hal

penanaman nilai dan norma pada siswa. Di sekolah tersebut di dapat kurang

terbentuknya pribadi siswa yang bersikap serta perilaku sesuai ajaran nilai-nilai

pancasila dan agama serta ajaran agama yang dianut dan Guru kurang memiliki

keteladanan. Hal tersebut dapat dilihat dalam tabel pelanggaran berikut dan

kualitas pelanggaran dapat dilihat pada lampiran no.6 yang menandai adanya

sikap atau perilaku siswa yang masih melakukan pelanggaran tata tertib sekolah

diantaranya, membolos, tidak berseragam sesuai aturan, tidak masuk sekolah

selama satu minggu, merokok didalam sekolah, bahkan membawa minuman keras

di dalam lingkungan sekolah.

Tabel 3: Jenis pelanggaran siswa

No Nama siswa / kelas Tanggal pelanggaran Jenis pelanggaran

1. Nur Roshit / 3PJ Selasa, 20 januari 2009 Tidak masuk sekolah tanpa

keterangan selama 3 hari

2. Andre, Ragil, Yadi

/ 2 PJ

Selasa, 20 januari 2009 Membolos pada jam

pelajaran Bu Puji

3. Cipto Agus

Wijayanto

Rabu, 21 Januari 2009 Tidak masuk sekolah

selama 2 minggu karena

ada masalah di

keluarganya.

4. Wahyu / 3 AP Selasa, 3 Februari 2009 Tidak masuk sekolah

5. Kurnianto / 2 AK Jumat, 6 Februari 2009 Tidak masuk sekolah

6. Rinadi,Rahmad / 3 PJ

Senin, 9 Februari 2009 Pulang sekolah kerumah rahmad Membawa minuman keras. Kasus ditangani kepolisian

Page 95: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

setempat

7. Wulanndari / 2 AP Rabu, 26 Februari 2009 Setelah pulang sekolah tidak pulang kerumah selama 1 hari dan tidak masuk sekolah. (diperkosa) kasus ditangani kepolisian setempat.

8. Tovik / 2 PJ Senin, 27 Juli 2009 Belum mengambil raport

karena belum membayar

uang SPP selama 3 bulan.

9. Antoni / 1 PJ Selasa, 28 Juli 2009 Tidak masuk sekolah

selam 1 minggu

10. Jaim / 1 AK Rabu, 29 Juli 2009 Belum membayar SPP

11. Titik / 1 AP Selasa 27 Oktober 2009 Berkelahi dengan Dewi

siswa kelas 2 AK

12. Enis wulandari / 2

PJ

Senin, 29 Maret 2010 Meninggalkan sekolah saat

jam pelajaran

13. Ragil / 2 PJ Senin, 29 Maret 2010 Meninggalkan sekolah saat

jam pelajaran

14. Evy / 2 AK Senin, 29 Maret 2010 Belum membayar SPP 11

bulan

2. Letak kelemahan proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan

dalam menanamkan nilai dan norma pada siswa di SMK Wasis

Jogonalan Klaten Tahun Ajaran 2007-2009.

Guru yang profesional dengan dukungan fasilitas pembelajaran memadai

dapat mencapai hasil belajar secara optimal. Dalam pelaksanaannya, pembelajaran

profesional menggunakan berbagai teknik atau metode dan media serta sumber

belajar yang bervariasi sesuai dengan karakteristik materi dan peserta didik.

Karakteristik pembelajaran profesional antara lain Efektif, Efisien, aktif, Kreatif,

Inovatif, menyenangkan, dan mencerdaskan. Tujuan pembelajaran dapat dicapai

oleh peserta didik sesuai yang diharapkan. Seluruh kompetensi (kognitif, afektif,

Page 96: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

dan psikomotor) dikuasai peserta didik. Aktivitas pembelajaran berfokus dan

didominasi Siswa. Guru secara aktif memantau, membimbing, dan mengarahkan

kegiatan belajar siswa. Pembaharuan dan penyempurnaan dalam pembelajaran

(strategi, materi, media & sumber belajar) perlu terus dilakukan agar dicapai hasil

belajar yang optimal.

Dalam hal guru sebagai penyampai pesan pada mata pelajaran

Pendidikan kewarganegaraan dalam usaha penanaman nilai dan norma kesalahan

tidak mutlak pada guru Pendidikan kewarganegaraannya saja. Dalam Teori

perkembangan kognitif ini didasarkan pada asumsi bahwa kemampuan kognitif

merupakan sesuatu yang fundamental dan yang membimbing tingkah laku anak.

Dengan kemampuan kognitif ini, maka anak dipandang sebagai individu yang

secara aktif membangun sendiri pengetahuan mereka. Jadi dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa dengan pengetahuan yang dimiliki peserta didik akan

mengarahkan dan membimbing tingkah laku anak.

Selain itu untuk menunjukkan dimana letak kesalahan pendidikan

kewarganegaraan itu tidak hanya menunjuk pada pendidikan kewarganegaraannya

tetapi melihat dari hasil indikator efektifitas input, proces dan output yang

didapat. Dari hasil yang telah diuraikan diatas telah diketahui bahwa kesalahan

terletak pada:

1) Alokasi waktu yang hanya diberikan selama 90 menit dalam satu

minggu, membuat guru tidak maksimal memberikan pengajaran.

2) Sikap siswa yang bosan dengan pelajaran didalam kelas dengan

metode belajar ceramah dan diskusi, sehingga membuat siswa sering

membolos saat jam pelajaran.

3) Cakupan materi yang luas, tidak banyak menekan pada proses

penanaman nilai dan norma. Akan lebih memberikan manfaat bila

diselenggarakan pendidikan karakter atau pendidikan budi pekerti.

Pada point ketiga ini oleh sejumlah guru pendidikan kewarganegaraan

tidak hanya oleh guru di sekolah ini tetapi juga oleh guru seindonesia hal ini

terbukti dengan artikel yang dimuat dalam harian Kompas jumat 6 Mei 2011

yang menyatakan kini sulit menanamkan nilai-nilai, sesuai kurikulum materi yang

diajarkan memang hanya hafalan dan penambahan pengetahuan. Sedikit peluang

Page 97: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

penanaman nilai-nilai dan pembentukan moral anak. Pendidikan kewarganegaraan

semestinya menjadi pintu masuk untuk pendidikan karakter siswa dan penanaman

nilai dan norma. Pendidikan pancasila dan kewarganegaraan yang diberlakukan

sebelum sebelum tahun 2004 lebih berorientasi pada penanaman nilai, sedangkan

pendidikan kewarganegaraan yang saat ini lebih menekankan agar warga negara

menjadi patuh dan taat hukum. Dari hasil observasi dan wawancara yang

dilakukan penulis selama penelitian guru di sekolah ini juga menyatakan hal yang

demikan yakni Pendidikan Moral Pancasilalah yang dianggap tepat sebagai

pelajaran yang berorientasi pada penanaman nilai dan norma.

3. Solusi yang tepat agar pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

sebagai usaha penanaman nilai dan norma dikalangan siswa menjadi

efektif.

Solusi yang bisa di lakukan untuk mengatasi hal tersebut sekolah

mengambil kebijakan dengan selalu memperhatikan anak didik dan menjaga

hubungan yang baik dengan orang tua selalu bekerjasama agar secara eksklusif

memberikan perhatian khusus pada anak didik. (home visit). Kontribusi yang

diberikan Pendidikan Kewarganegaraan terhadap masyarakat, bangsa dan negara

secara umum Pendidikan Kewarganegaraan (civic education) yang dilakukan oleh

berbagai negara mengarah dan bertujuan agar warga negara bangsa tersebut

mendalami kembali nilai-nilai dasar, sejarah dan masa depan bangsa yang

bersangkutan sesuai dengan nilai-nilai paling fundamental (dasar negara) yang

dianut bangsa yang bersangkutan. Sejalan dengan kenyataan tersebut pada

hakekatnya Pendidikan Kewarganegaraan, dengan dukungan Bimbingan

Konseling dan peran wali kelas yang merupakan salah satu bagian dari mata

pelajaran kepribadian harus mengedepankan aspek afektif di kalangan siswa.

Diimbangi dengan dukungan Pendidikan karakter bertujuan untuk

meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang

mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik

secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan. Melalui

pendidikan karakter diharapkan peserta didik mampu secara mandiri

meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan

Page 98: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia

sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.

Landasan filosofis dan harapan di atas, kemudian perlu dicari

relevansinya dengan kondisi dan tantangan kehidupan nyata dalam masyarakat,

agar Pendidikan Kewarganegaraan mampu memberikan kontribusi yang positif

bagi pemecahan permasalahan kemasyarakatan yang sedang dan akan dihadapi

suatu bangsa atau masyarakat. Oleh karena itu apapun bentuk Pendidikan

Kewarganegaraan yang dikembangkan di berbagai bangsa sangat perlu

mengembangkan nilai-nilai fundamental bangsa tersebut sesuai dengan dinamika

perubahan sosial, agar nilai-nilai fondamental tersebut menemukan relevansinya

untuk memberikan kontribusi yang signifikan terhadap masalah-masalah

masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang dikembangkan di Indonesia

seharusnya juga mampu menemukan kembali relevansi nilai-nilai fundamental

masyarakat dengan dinamika sosial yang berubah secara cepat. Sehubungan

dengan itu pengajaran PKn tidak boleh hanya bermateri pada persoalan-persoalan

kognitif semata, tetapi harus memberikan sentuhan moral dan social action.

Sentuhan moral dan social action ini justru harus mendapat perhatian yang lebih

besar, agar pengajaran PKn mampu menuju sasaran dan tujuannya, yaitu untuk

membentuk siswa menjadi warga negara yang baik dan bertanggung jawab.

Dengan pendekatan pengajaran dengan sentuhan moral dan sosial actions di atas,

Pendidikan Kewarganegaraan akan mampu menanamkan nilai-nilai budaya

bangsa dan moral yang tinggi kepada para mahasiswa agar kelak mereka mampu

memahami dan memecahkan persoalan-persoalan kemasyarakatan. Lembaga-

lembaga pendidikan sebagai salah satu elemen civil society organization perlu

menggalang jaringan yang kuat agar gagasan civic education (Pendidikan

Kewarganegaraan) ini cepat meluas sebagai salah satu upaya recovery dari

keterpurukan krisis multi demensional dan akan ada keseimbangan dalam proses

penanaman nilai dan norma anak didik disekolah dengan pendidikan karakter

seharusnya membawa peserta didik ke pengenalan nilai secara kognitif,

penghayatan nilai secara afektif, dan akhirnya ke pengamalan nilai secara nyata.

sehingga mudah diimplementasikan di sekolah.

Page 99: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

C. Temuan Studi

Berdasarkan data penelitian yang dipaparkan di atas, peneliti menemukan

beberapa temuan studi yaitu:

1. Efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha

penanaman nilai dan norma pada siswa di SMK Wasis Jogonalan Klaten

Tahun Ajaran 2007-2009.

Efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan di SMK Wasis

belum efektif, hal ini dapat diukur dengan menggunakan indikator dari efektivitas,

yakni dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Indikator input meliputi karakteristik guru SMK Wasis antara lain

mengajar sesuai kompetensi yang diingin dicapai dalam pendidikan

kewarganegaraan saat ini sesuai dengan kurikulum, pembelajaran

dilakukan didalam kelas, rata-rata cara mengajar guru menggunakan

metode ceramah dan diskusi Materi pembelajaran yang banyak namun

ruang lingkup atau pokok bahasan Pendidikan kewarganegaraan yang

sesuai kurikulum saat ini tidak banyak mengacu pada nilai dan norma. Di

SMK Wasis semua guru bersikap adil dalam memberikan pelajaran

kepada semua siswa baik yang bermasalah maupun yang tidak bermasalah.

b. Indikator proses berupa alokasi waktu yang diberikan dari kebijakan

sekolah dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan. Waktu yang

diberikan selama 90 menit, terlalu minimnya referensi. Pembelajaran juga

didalam kelas dan pemilihan metode hanya ceramah dan diskusi sehingga

siswa membuat siswa bosan dan sering membolos saat jam pelajaran

berlangsung. Guru selalu memberikan contoh-contoh yang relevan dengan

kehidupan nyata dan selalu memberikan penguatan kepada siswa disetiap

akhir pelajaran.

c. Indikator output salah satunya mencakup perubahan perilaku atau sikap

sebagai hasil dari proses belajar dalam hal ini pembelajaran pendidikan

kewarganegaraan, yang pada kenyataannya belum mencapai tujuan yang

maksimal, hal ini terbukti dari banyaknya siswa yang melakukan

penyimpangan perilaku disekolah.

Page 100: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

Disesuaikan dengan teori Behaviorisme yakni penekanan proses

perubahan tingkah laku sebagai akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon

belum dapat diaplikasikan dengan baik oleh siswa. Dimaksudkan bahwa siswa

memperoleh stimulus dari penyampaian materi pendidikan kewarganegaraan yang

diberikan oleh guru, kemudian direspon oleh siswa dalam bentuk implementasi

perubahan tingkah laku. Namun, tampaknya hal ini belum tercapai dalam

pembelajaran, dapat ditunjukkan melalui aktivitas siswa selama mengikuti proses

kegiatan belajar mengajar yakni siswa masih sering membolos saat pelajaran

berlangsung dikarenakan siswa bosan dengan cara mengajar guru yang hanya

dengan ceramah dan diskusi. Selain itu siswa tidak menunjukkan sikap perubahan,

terlihat dengan masih adanya pelanggaran yang dilakukan oleh siswa. Jadi sesuai

teori Behaviorisme Ivan Pavlov yang menekankan pada penekanan perubahan

tingkah laku sebagai akibat interaksi stimulus dan respon. Untuk saat ini siswa di

SMK Wasis belum ada perubahan secara maksimal.

2. Dimana letak kelemahan proses pembelajaran pendidikan

kewarganegaraan dalam menanamkan nilai dan norma pada siswa di SMK

Wasis Jogonalan Klaten Tahun Ajaran 2007-2009.

Pendidikan kewarganegaraan telah menjadi semacam momok bagi

masyarakat atas kegagalannya mengembangkan fungsinya sebagai pendidikan

moral. Pelajaran PPKn/PKn yang telah berlangsung selama ini ternyata tidak

berhasil menciptakan manusia manusia yang bermoral dan berakhlak sesuai

dengan misi dan tujuannya. Merebaknya praktik-praktik kolusi, korupsi dan

budaya nepotisme pada masa pemerintahan Orde Baru semakin semakin

meneguhkan tuduhan terhadap pelajaran Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan/Pendidikan Kewarganegaraan hanya sebagai media penguasa

semata untuk memperkokoh kekuasaannya melalui penanaman nilai nilai

penguasa. Demikian juga perilaku dan tindakan politik para pejabat negara justru

sangat menyimpang dari apa yang selalu diucapkannya selama ini. Hal ini

menjadikan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan/Pendidikan

Kewarganegaraan sebagai mata pelajaran semakin terlecehkan (terdeskreditkan)

secara jauh. Karena itu semakin perlu untuk melihat kembali akan kedudukan dan

Page 101: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

peran Pendidikan Kewarganegaraan sebagai salah satu wahana pendididikan

moral dan penanaman nilai dan norma bagi siswa.

Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan di SMK Wasis Jogonalan

bahwa letak kesalahan proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan terdapat

beberapa kesalahan hal ini dapat ditunjukkan dengan pemberian alokasi waktu

yang hanya diberikan selama 90 menit dalam satu minggu yang membuat guru

tidak maksimal dalam memberikan materi pengajaran pendidikan

kewarganegaraan. Selain itu pemilihan metode pembelajaran yang kurang tepat

yang membuat siswa bosan dengan pelajaran didalam kelas, sehingga membuat

siswa sering membolos saat jam pelajaran. Namun yang menjadi pokok adalah

peletakan cakupan dan materinya pendidikan kewarganegaraan saat ini tidak

banyak menekankan pada penanaman nilai dan norma, Pendidikan Moral

Pancasila lah yang dianggap oleh sebagian guru yang dapat menanamkan nilai

dan norma pada siswa sesuai dengan misi dan visi Pendidikan Moral Pancasila

Dan belum adanya pendidikan nilai atau pendidikan budi pekerti disinyalir

menjadi sebab kurang efektifnya pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha

penanaman nilai dan norma bagi siswa.

Dari hasil penelitian dapat dikatakan letak kelemahan proses

pembelajaran pendidikan kewarganegaraan pada siswa di SMK Wasis Jogonalan

terletak pada proses penyampaian stimulus. Dalam pemberian stimulus guru

menggunakan metode ceramah, dan tidak didukung oleh fasilitas yang memadai

sehingga stimulus yang disampaikan guru tidak dapat di respon dengan baik oleh

siswa. Selain dari segi media dan metode pembelajaran minimnya stimulus yang

dapat direspon oleh siswa juga disebabkan karena alokasi jam pembelajaran

pendidikan kewarganegaraan kurang yaitu hanya 2 jam dalam satu minggu,

akibatnya guru sebagai penyampai pesan tidak dapat menyampaikan materi secara

maksimal. Pembelajaran profesional harusnya dirancang secara sistematis sesuai

dengan tujuan, karakteristik materi pelajaran dan siswa, dilakukan oleh guru yang

profesional dan dukungan fasilitas pembelajaran memadai sehingga mencapai

hasil belajar secara optimal. Teori Behaviorisme menyatakan bahwa perubahan

tingkah laku merupakan akibat adanya interaksi dan respon, sedangkan efektivitas

pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai pengukuran terhadap

Page 102: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

perubahan yang terjadi pada diri siswa setelah siswa mempelajari materi atau

cakupan materi pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan.

Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa proses penyampaian stimulus

sesuai dengan teori behaviorisme karena sudah terjadi interaksi antara stimulus

dan respon, akan tetapi dalam penyampaiannya belum efektif. Hal ini terlihat

masih adanya bentuk pelanggaraan yang dilakukan oleh siswa dari sebelum

dilakukan stimulus yang berupa pembelajaran pendidikan kewarganegaraan

ataupun sesudah diberikannya pembelajaran pendidikan kewarganegaraan.

3. Solusi yang tepat agar pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

sebagai usaha penanaman nilai dan norma dikalangan siswa menjadi efektif.

Solusi yang bisa di lakukan oleh sekolah dalam kebijakan-kebijakan

selanjutnya untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan selalu memperhatikan

anak didik dan menjaga hubungan yang baik dengan orang tua selalu bekerjasama

agar secara eksklusif memberikan perhatian khusus pada anak didik. Sejalan

dengan kenyataan tersebut pada hakekatnya Pendidikan Kewarganegaraan yang

merupakan salah satu bagian dari mata pelajaran kepribadian harus

mengedepankan aspek afektif di kalangan siswa. Diimbangi dengan dukungan

Bimbingan Konseling, peran wali kelas dan pemberian Pendidikan karakter

bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di

sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia

peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi

lulusan.

Hasil penelitian sesuai dengan teori kognitif Pieget yang menyatakan

bahwa kemampuan atau pengetahuan yang dimiliki peserta didik akan

mengarahkan dan membimbing tingkah laku anak. Proses kognitif siswa dalam

hal ini yaitu peserta didik memperoleh Pendidikan Kewarganegaraan hendaknya

mendapat perhatian dari guru, kemudian hendaknya lingkungan sekolah

memberikan dukungan bagi proses pembelajaran, dan guru membantu siswa

dalam mengembangkan perilaku pembelajaran. Maka pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan yang efektif, komponen afektif dalam hal perilaku dan sikap

juga akan berubah.

Page 103: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan di lapangan dan analisis yang telah

dilakukan oleh peneliti maka dapat ditarik suatu kesimpulan guna menjawab

perumusan masalah. Adapun kesimpulan peneliti adalah sebagai berikut :

1. Efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha

penanaman nilai dan norma di SMK Wasis Jogonalan klaten dapat dikatakan

belum sepenuhnya efektif, hal ini dapat dilihat dari Indikator input, Indikator

proces, Indikator output yang disesuaikan dengan teori Behaviorisme yakni

penekanan proses perubahan tingkah laku sebagai akibat adanya interaksi

antara stimulus dan respon belum dapat diaplikasikan dengan baik oleh siswa.

Tampak melalui aktivitas siswa selama mengikuti proses kegiatan belajar

mengajar yakni siswa masih sering membolos saat pelajaran berlangsung

dikarenakan siswa bosan dengan cara mengajar guru yang hanya dengan

ceramah dan diskusi. Selain itu siswa tidak menunjukkan sikap perubahan,

terlihat dengan masih adanya pelanggaran yang dilakukan oleh siswa.

2. Letak kelemahan proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan dalam

menanamkan nilai dan norma pada siswa di SMK Wasis Jogonalan Klaten

Tahun Ajaran 2007-2009 ada pada pemberian alokasi waktu yang hanya

diberikan selama 90 menit dalam satu minggu dan pemililihan metode yang

kurang tepat. Peletakan cakupan dan materinya pendidikan kewarganegaraan

saat ini tidak banyak menekankan pada penanaman nilai dan norma,

Pendidikan Moral Pancasila lah yang dianggap oleh sebagian guru yang dapat

menanamkan nilai dan norma pada siswa sesuai dengan misi dan visi

Pendidikan Moral Pancasila dan belum adanya pendidikan nilai atau

pendidikan budi pekerti disinyalir menjadi sebab kurang efektifnya pendidikan

kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma bagi siswa.

3. Solusi yang dapat dilakukan oleh sekolah mengambil kebijakan-kebijakan

antara lain dengan selalu memperhatikan anak didik dan menjaga hubungan

yang baik dengan orang tua selalu bekerjasama agar secara eksklusif

memberikan perhatian khusus pada anak didik. Pendidikan Kewarganegaraan

87

Page 104: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

dengan didukung peran wali kelas secara efektif dan Bimbingan Konseling

yang merupakan salah satu bagian dari mata pelajaran kepribadian harus

mengedepankan aspek afektif dikalangan siswa. Diimbangi dengan

memberikan dukungan Pendidikan karakter atau pendidikan nilai yang

bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di

sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak

mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar

kompetensi lulusan.

B. Implikasi

Berdasarkan kesimpulan atas jawaban yang telah dirumuskan yang

berkaitan dengan efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan

sebagaimana diuraikan di atas, dapat menimbulkan implikasi sebagai berikut:

1. Karena pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMK Wasis

Jogonalan belum sepenuhnya efektif. Setelah mengetahui hal tersebut maka

guru mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan di SMK Wasis Jogonalan

berusaha memberikan penekanan lebih mendalam pada siswa dengan

memberikan penguatan, dan akan lebih bervariasi dengan metode

pembelajaran yang lebih efektif agar mampu mencapai tujuan pembelajaran

dan materi yang disampaikan dapat dipahami oleh siswa.

2. Karena letak kelemahan proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan

pada pemberian alokasi waktu, pemililihan metode yang kurang tepat dan

peletakan cakupan dan materinya pendidikan kewarganegaraan saat ini tidak

banyak menekankan pada penanaman nilai dan norma, maka guru sebagai

penyampai pesan dan agen perubahan perilaku siswa di sekolah belum

berjalan dengan baik.

3. Karena untuk menciptakan efektivitas Pendidikan Kewarganegaraan sebagai

penanaman nilai dan norma maka lebih menekankan pendidikan nilai atau

karakter pada siswa agar menjadikan peserta didik peduli dan

menginternalisasi nilai-nilai pancasila.

Page 105: SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN .../Efekti... · efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma pada siswa di smk wasis jogonalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dari penelitian ini, maka peneliti

dapat mengemukakan saran-saran sebagai berikut:

1. Sebaiknya guru lebih bervariasi dalam pemilihan dan penggunaan metode

pembelajaran sehingga tidak membuat siswa bosan untuk menerima materi

didalam kelas. Dan dengan memberikan dukungan baik dalam bentuk

penambahan alokasi waktu, penguatan dan mata pelajaran pendidikan budi

pekerti atau pendidikan nilai untuk mendapatkan pembelajaran pendidikan

kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma akan lebih

efektif.

2. Hendaknya penyesuaian materi pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha

penanaman nilai dan norma bagi siswa agar lebih diperhatikan, pemberian

alokasi waktu yang kurang bisa diantisipasi dengan penambahan jam

pelajaran pendidikan nilai atau pendidikan budi pekerti, selain itu guru harus

mampu memadupadankan hafalan materi dengan pengalaman dalam hidup

sehari-hari.

3. Diharapkan pemerintah dan Sekolah diharapkan lebih aktif menjalin

hubungan yang baik dengan orang tua siswa, dan memberikan Bimbingan

Konseling, peran wali kelas dan pendidikan nilai atau pendidikan budi

pekerti secara lebih efektif.