skripsi - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/50/1/hanik...
TRANSCRIPT
PERAN TAKMIR MASJID DALAM
MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN ISLAM
(Studi Di Masjid Al Muttaqiin Kalibening Tingkir Salatiga)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh:
HANIK ASIH IZZATI
NIM: 111 10 162
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2015
ii
iii
iv
v
MOTTO
“Sesungguhnya termasuk orang-orang pilihan diantara kalian adalah
yang terbaik budi pekertinya”
(HR. Bukhari)
vi
PERSEMBAHAN
Kubingkiskan karya sederhana ini untuk:
& Almamaterku tercinta IAIN Salatiga.
& Ibu &Almarhum Bapak tercinta yang selalu menyayangiku, mendukung, dan
menyemangatiku. Terima kasih atas untaian do’a yang tiada henti terucap dari
bibir dan hati Ibu untuk kebaikan Ananda.
& Kakak-kakakku Mbak Nur, Mbak Ana, dan Mas Khoirul Anam, terimakasih
sudah menjadi sosok pengganti Bapak, menjaga dan melindungiku sampai
saat ini.
& Adekku tercinta Agus Naji Al Haq dan semua Keponakanku, terimakasih
untuk dukungan kalian, dan semoga tercapai dengan indah cita-cita kalian.
& Teman-teman terbaikku, Attina,Umai,Rizky,Mbak Upla, Ainy, Henni, Amie,
Vita, Lilis,Aye,tiwik,Majid,Yudha, Endri,Endang, Vikadan Yahyaterima
kasih karena kalian telah membuatku mengerti arti persahabatan.
& Teman-temanD-paSta’10 dan HAPE’10 yang seperjuangan. Makasih atas
segala dukungan teman-teman selamaini. One all them..best friends forever.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
akhir skripsi dengan judul “Peran Takmir Masjid dalam Meningkatkan Kualitas
Pendidikan Islam(Studi di Masjid Al Muttaqiin Kalibening Tingkir Salatig).
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar
kesarjanaan S1 Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri
Salatiga.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak,
tidak akan mungkin penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan
lancar. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Rahmad Haryadi, M.Pd.,selaku Rektor IAIN Salatiga yang telah
memberikan ijin untuk melakukan penelitian di Masjid Al Muttaqiin
Kalibening Tingkir Salatiga.
2. Ibu Siti Rohayati, M.Ag., selaku dekan FTIK IAIN Salatiga yang telah
memberikan, arahan, serta masukan-masukan yang sangat membangun dalam
penyelesaian tugas akhir ini.
viii
3. Bapak Rasimin, M.Pd.,yang telah membimbing, memberikan nasehat, arahan,
serta masukan-masukan yang sangat membangun dalam penyelesaian tugas
akhir ini.
4. Seluruh dosen IAIN Salatiga yang telah banyak membantu selama kuliah dan
penelitian berlangsung.
5. Masjid Al Muttaqiin Kalibening, Bapak Masykur Suyuti selaku Ketua
Takmir, Bapak Agus Hamin Shodiq selaku sekretaris, Mas Imam Safrudi
selaku Ketua TPA Hidayatul Mubtadien dan seluruh pengurus Masjid Al
Muttaqiin yang telah memberikan informasi dan data yang diperlukan dalam
penelitian ini.
6. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak
langsung sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih kurang dari sempurna. Oleh
karena itu penulis mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun dari
berbagai pihak demi kesempurnaan tugas-tugas penulis selanjutnya. Semoga
skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan dunia pendidikan pada umumnya.
Amin ya robbal ’alamin
Salatiga, 7 Agustus2015
Penulis
Hanik Asih Izzati
NIM: 111 10 162
ix
ABSTRAK
Izzati, Hanik Asih 2015 Peran Takmir Masjid dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan
Islam (studi di Masjid Al Muttaqiin Kalibening Tingkir Salatiga) Skripsi. Jurusan
Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam
Salatiga. Pembimbing: Rasimin,M.pd.
Kata kunci: peran, takmir masjid, dan pendidikan Islam
Masjid Al Muttaqiin Kalibening Tingkir Salatiga merupakan masjid yang ada di
Kalibening. Masjid Al Muttaqiin memiliki beberapa kegiatan yang menjadikan
masjid tersebut makmur, salah satunya pendidikan Islam berupa Taman Pendidikan
Al-Qur’an (TPA), pengajian tiap hari,tiap bulan, dan tahunan. pengajian taklim,
pengajian Akbar, tadarus di bulan Ramadhandan beberapa kegiatan lainnya. Dari
berbagai kegiatan yang telah diselenggarakan, kegiatan-kegiatan tersebut pada
akhirnya akan membawa dampak positif bagi masyarakat yang selanjutnya menjadi
landasan dalam kehidupan sehari-hari.Salah satu pendukung utama dalam meningkatkan
pendidikan kualitas pendidikan Islam yaitu takmir masjid yang baik. Karena takmir
masjid sebagai mediator dalam meningkatkan pendidikan nonformal tentunya harus
memberikan teladan yang baik. Idealnya takmir masjid adalah seorang muslim yang
memiliki kepribadian islami dengan sejumlah ciri yang melekat pada dirinya seperti
memahami ilmu agama dengan baik, menjaga shalat berjamaah di masjid, bersungguh
sungguh dan bertanggung jawab serta kreatif (Faruq, 2010: 71).Penelitian ini untuk
menjawab rumusan masalah diantaranya : bagaimana peran takmir masjid Al Muttaqiin,
Kalibening, Tingkir, Salatiga dalam meningkatkan kualitas pendidikan Islam serta apa
faktor pendukung dan faktor penghambat yang dihadapi takmir masjid dalam
meningkatkan kualitas pendidikan islam di masjid Al Muttaqiin, Kalibening, Tingkir,
Salatiga. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Metode yang digunakan adalah
observasi, wawancara (interview), dan dokumentasi. Analisis data menggunakan teknik
analisis deskriftif kualitatif yang dilakukan dengan memberikan makna terhadap data
yang berhasil dikumpulkan, dan dari makna itulah ditarik kesimpulan dengan pola pikir
induktif Temuan penelitian ini adalah terdapat pada beberapa kegiatan rutin yang telah
berjalan dengan baik di Masjid Al-Muttaqiin Kalibening, Tingkir, Salatiga. Diantaranya
majelis taklim, pengajian ahad sore, dan beberapa kegiatan insidental seperti tabligh
akbar, sholawat bersama, dan tadarus Al-Qur’an di bulan Ramadhan serta terdapat pula
Taman Pendidikan Al-Qur’an. Maka dapat disimpulkan bahwa peran takmir masjid Al
Muttaqiin telah berjalan lancar dan baik. Faktor pendukung: tersedianya masjid sebagai
sarana pendidikan yang cukup baik dilengkapi dengan sarana dan prasarana penunjang
pendidikan, tersusunnya program kegiatan yang cukup baik sehingga akan tercapai tujuan
yang diinginkan, jumlah jama’ah yang banyak dan selalu aktif, komunikasi dan kerjasama
yang baik antara takmir masjid, remaja masjid, dan jama’ah di masyarakat, remaja masjid
yang menjadi generasi penerus yang selalu memberikan semangat, dan tersedianya dana
yang memadahi. Faktor penghambat: sumber daya manusia, kurangnya kesadaran
masyarakat untuk mengikuti kegiatan secara rutin dan metode pembelajaran yang
monoton dan tidak bervariasi.
x
DAFTAR ISI
JUDUL.....................................................................................................................i
PERTANYAAN KEASLIAN SKRIPSI................................................................ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING..........................................................................iii
PENGESAHAN KELULUSAN.............................................................................iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN..........................................................................v
KATA PENGANTAR..........................................................................................vii
ABSTRAK............................................................................................................ix
DAFTAR ISI..........................................................................................................x
DAFTAR TABEL.................................................................................................xiv
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah..................................................................1
B. Fokus Penelitian...............................................................................6
C. Tujuan Penelitian.............................................................................7
D. Kegunaan Penelitian........................................................................7
E. Penegasan Istilah.............................................................................8
F. Metode Penelitian..........................................................................10
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian............................................10
xi
2. Kehadiran Peneliti..................................................................11
3. Lokasi Penelitian....................................................................12
4. Sumber Data...........................................................................12
5. Prosedur Pengumpulan Data.................................................13
6. Analisis Data.........................................................................15
7. Pengecekan Keabsahan Data................................................15
8. Tahap-tahap Penelitian..........................................................16
G. Sistematika Penulisan..................................................................17
BAB II KAJIAN PUSTAKA............................................................................19
A. Takmir Masjid..............................................................................19
1. Definisi Peran.........................................................................19
2. Pengertian Takmir Masjid......................................................19
3. Kegiatan- kegiatan yang dilaksanakan takmir masjid............20
B. Masjid..........................................................................................20
1. Definisi Masjid.....................................................................20
2. Sejarah Masjid......................................................................21
3. Pengelolaan Masjid..............................................................23
4. Fungsi Masjid......................................................................31
C. Pendidikan Islam........................................................................37
1. Definisi Pendidikan ............................................................37
2. Dasar –dasar pendidikan Islam...........................................39
3. Tujuan pendidikan Islam....................................................41
xii
D. Peran Takmir Masjid dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan
Islam..........................................................................................43
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN......................47
A. Gambaran Umum Masjid Al Muttaqiin Kalibening Tingkir
Salatiga.....................................................................................47
1. Sejarah Berdiri Masjid........................................................47
2. Letak Geografis..................................................................48
3. Susunan Organisasi.............................................................48
4. Visi, Misi, dan Tujuan.........................................................50
5. Sarana dan Prasarana..........................................................51
6. Pengelolaan Masjid.............................................................53
B. Kegiatan–kegiatan di Masjid Al Muttaqiin yang dikelola oleh
Takmir Masjid……………………….......................................54
1. Majelis Taklim.....................................................................54
2. Taman Pendidikan Al-Qur’an.............................................57
C. Metode dan materi yang digunakan dalam meningkatkan kualitas
pendidikan Islam di Masjid Al Muttaqiin, Kalibening, Tingkir,
Salatiga………………………………………………………..57
1. Metode Ceramah……………………………………....58
2. Metode Tanya Jawab…………………………………..58
3. Metode Diskusi………………………………………...59
4. Metode Demonstrasi…………………………………...59
xiii
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN………………………..60
A. Peran Takmir Masjid dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan
Islam di Masjid Al Muttaqiin Kalibening, Tingkir Salatiga…....60
B. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Takmir Masjid Al
Muttaqiin Kalibening, Tingkir, Salatiga dalam Meningkatkan
Kualitas Pendidikan Islam……………………………………..66
BAB V PENUTUP……………………………………………………………69
A. Kesimpulan.................................................................................69
B. Saran...........................................................................................69
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP PENULIS
xiv
DAFTAR TABEL
Table 3.1 Daftar Inventaris Masjid Al Muttaqiin Kalibening Tingkir
Salatiga…………………………………………………………………………54
Table 4.1 Jadwal Pengajian di Masjid Al Muttaqiin Kalibening Tingkir
Salatiga................................................................................................................63
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lamp. 1 : Pedoman Wawancara
Lamp. 2 : Kode Penelitian
Lamp. 3: Transkip Wawancara
Lamp. 4: Lembar Konsultasi Skripsi
Lamp. 5: Surat Penunjukkan Pembimbing
Lamp. 6: Surat Bukti Penelitian
Lamp. 7: Surat Keterangan Kegiatan
Lamp. 8: Daftar Riwayat Hidup
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab 1 pasal 1 ayat 1
dikemukakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
dapat aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan Negara (UUD, 2003: 4).
Pendidikan merupakan suatu usaha atau kegiatan yang berproses
melalui beberapa tahap dan tingkatan-tingkatan yang mempunyai tujuan
yang bertahap dan bertingkat pula. Pendidikan sebagai usaha membentuk
pribadi manusia harus melalui proses yang panjang, dengan resultat
(hasil) yang tidak dapat diketahui dengan segera (Uhbiyati, 2010:15).
Pendidikan Islam adalah suatu sistem kependidikan yang
mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh hamba
Allah sebagaimana Islam telah menjadi pedoman bagi seluruh aspek
kehidupan manusia, baik duniawi maupun ukhrawi. Pendidikan Islam
yang bersumber dari nilai-nilai ajaran Islam harus bisa menanamkan
atau membentuk sikap hidup yang dijiwai nilai-nilai tersebut, juga
2
mengembangkan kemampuan berilmu pengetahuan sejalan dengan
nilai-nilai Islam yang melandasi, merupakan proses ikhtiariyah yang
secara pedagogis mampu mengembangkan hidup anak ke arah
kedewasaan/ kematangan yang menguntungkan dirinya (Arifin. 2008:
8).
Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar
pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan
berjenjang. Kehadiran Pendidikan nonformal dan Informal (PNFI)
sesungguhnya telah ada sebelum pendidikan formal. Di masyarakat
manapun, pada saat pendidikan formal belum ada, warga masyarakat
belajar sesuatu melalui PNFI.
Pendidikan non formal dan informal diletakkan pada tatanan
Pendidikan Sepanjang Hayat, karena membantu masyarakat untuk
mengembangkan diri melalui proses pendewasaan yang selalu
berusaha menemukan kepuasan bagi diri sendiri, serta dalam upaya
meningkatkan kualitas hidup dan kehidupan untuk kebermaknaan
diwaktu yang akan datang. Pengertian pendidikan sepanjang hayat
dan belajar sepanjang hayat secara konsep saling mengisi dan tidak
terpisahkan satu sama lain.
Tujuan pendidikan sepanjang hayat adalah dalam rangka
meningkatkan kualitas hidup, yaitu bahwa individu-individu dalam
masyarakat dapat belajar dan semestinya terus belajar, dan
berkesinambungan berupaya mengikis kebodohan (Abdulhak, 2012:
3
19).Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam
non formal adalah pendidikan Islam yang setiap kegiatan
terorganisasi dan sistematis, di luar sistem persekolahan yang mapan,
dilakukan secara mandiri atau merupakan bagian penting dari
kegiatan yang lebih luas, yang sengajadilakukan untuk melayani
manusia di dalam mencapai tujuan belajarnya.Bersamaan dengan itu,
Islam memandang pendidikan sebagai dasar utama seseorang
diutamakan dan dimuliakan.
Salah satu wadah pendidikan Islam nonformal adalah pendidikan
yang diselenggarakan di masjid, maka dari itu masjid harus mempunyai
kegiatan-kegiatan yang dapat menarik masyarakat di sekitar masjid.
Sehingga dengan adanya beberapa kegiatan tersebut dapat meningkatkan
pendidikan Islam masyarakat.
Masjid merupakan tempat ibadah multifungsi. Masjid bukanlah
tempat ibadah yang dikhususkan untuk shalat dan I’tikaf semata.
Masjid menjadi pusat kegiatan positif kaum muslimin dan
bermanfaat bagi umat .Dari sanalah seharusnya kaum muslimin
merancang masa depannya, baik dari segi din (agama), ekonomi,
politik, sosial, dan seluruh sendi kehidupan, sebagaimana para
pendahulunya memfungsikan masjid secara maksimal.
Fungsi masjid selain sebagai tempat ibadah adalah sebagai
tempat penyebaran dakwah dan ilmu Islam. Masjid juga menjadi
tempatmenyelesaikan masalah individu dan masyarakat, tempat
4
menerima duta-duta asing, tempat pertemuan pemimpin-pemimpin
Islam, tempat bersidang, dan madrasah bagi orang-orang yang ingin
menuntut ilmu khususnya tentang ajaran Islam. Pendidikan kaum
Muslim berpusat di masjid-masjid. Masjid Quba merupakan masjid
pertama yang dijadikan Rasulullah SAW sebagai institusi
pendidikan. Di dalam masjid, Rasululllah SAW mengajar dan
memberi khutbah dalam bentuk halaqah dimana para sahabat duduk
mengelilingi beliau untuk mendengar dan melakukan tanya jawab
berkaitan urusan agama dan kehidupan sehari-hari (M. Syafi’i Antonio,
2007: 185).
Dalam dunia pendidikan Rasulullah, menggunakan masjid
sebagai tempat pengajaran agam Islam. Pendidikan Islam memiliki
hubungan erat dengan masjid. Pendidikan Islam merupakan motor atau
mesin bagi masjid. Masjid tidak akan makmur jika jama’ah atau
masyarakat memiliki pendidikan Islam yang rendah. Pendidikan
Islamlah yang mengajak mereka berbondong-bondong menuju masjid,
mengajarkan kepada mereka pentingnya shalat berjama’ah.Bahkan
masjid menjadi pusat pendidikan Islam (Haidar, 2009: 62).Jika diamati
keadaan sebagian besar masjid sekarang sangat memprihatinkan.
Masjid hanya digunakan untuk shalat Jum’at, Maghrib isya, dan subuh.
Setelah itu masjid akan dikunci rapat sampai waktu subuh atau
shalat Jum’at datang lagi. Masjid dipenuhi jama’ah hanya waktu shalat
Jum’at dan awal Ramadhan. Semakin mendekati Idul Fitri, shof
5
shalat Tarawih semakin maju mendekati imam. Kemudian setelah
Ramadhan berakhir, berakhir pula kemakmuran masjid (Supardi dan
Amiruddin, 2001: 119).
Keadaan tersebut tidak oleh dibiarkan berlarut. Masyarakat perlu
dibina dan mengajak mereka untuk mengoptimalkan peran masjid
dalam meningkatkan kualitas pendidikan Islam masyarakat.
Masyarakat saat ini belum paham tentang fungsi masjid. Mereka
menganggap masjid hanya khusus digunakan untuk shalat dan
pengajian saja. Selain dua kegiatan itu mereka menganggap tidak boleh
dilakukan. Maka para tokoh dan takmir masjid yang berkompeten perlu
memberikan pengarahan kepada masyarakat. Baik itu melalui rapat RT,
pengajian atau cara lainnya. Adapun salah satu cara untuk
memakmurkan masjid adalah menjadikan masjid sebagai lembaga
pendidikan Islam bagi masyarakat seperti pengajian, Taman
Pendidikan AlQur’an (TPA), kajian dan beberapa kegiatan yang lain.
Masjid Al Muttaqiin Kalibening Tingkir Salatiga merupakan masjid
yang ada di Kalibening. Masjid Al Muttaqiin memiliki beberapa
kegiatan yang menjadikan masjid tersebut makmur, salah satunya
pendidikan Islam berupa Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA),
pengajian tiap hari,tiap bulan, dan tahunan. pengajian taklim, pengajian
Akbar, tadarus di bulan Ramadhandan beberapa kegiatan lainnya.
Dari berbagai kegiatan yang telah diselenggarakan, kegiatan-kegiatan
tersebut pada akhirnya akan membawa dampak positif bagi
6
masyarakat yang selanjutnya menjadi landasan dalam kehidupan
sehari-hari.
Salah satu pendukung utama dalam meningkatkan pendidikan
kualitas pendidikan Islam yaitu takmir masjid yang baik. Karena takmir
masjid sebagai mediator dalam meningkatkan pendidikan nonformal
tentunya harus memberikan teladan yang baik. Idealnya takmir masjid
adalah seorang Muslim yang memiliki kepribadian islami dengan
sejumlah ciri yang melekat pada dirinya seperti memahami ilmu agama
dengan baik, menjaga shalat berjamaah di masjid, bersungguh sungguh
dan bertanggung jawab serta kreatif (Faruq, 2010: 71)
Dari pemaparan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian tentang peran takmir masjid dalam
meningkatkan kualitas pendidikan Islam bagi masyarakat yang
berjudul “Peran Takmir Masjid dalam Meningkatkan Kualitas
Pendidikan Islam (Studi di Masjid Al Muttaqiin Kalibening
Tingkir Salatiga)”.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan maslah penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana peran Takmir Masjid Al Muttaqiin Tingkir Salatiga
dalam meningkatkan kualitas pendidikan Islam?
2. Faktor apa saja yang mendukung dan menghambat Takmir Masjid
dalam meningkatkan kualitas pendidikan Islam di Masjid Al
Muttaqiin Tingkir Salatiga?
7
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan skripsi ini
adalah:
1. Untuk mengetahui peran Takmir Masjid Al Muttaqiin Tingkir
Salatiga dalam meningkatkan kualitas pendidikan Islam.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mendukung dan
menghambat Takmir Masjid dalam meningkatkan kualitas
pendidikan Islam di Masjid Al Muttaqiin Kalibening Salatiga.
D. Kegunaan Penelitian
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis
dan praktis:
1. Manfaat Praktis :
a. Bagi Peneliti :
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai rujukan apabila
nantinya berkecimpung dalam masyarakat, khususnya dalam hal
peran takmir masjid dalam meningkatkan kualitas pendidikan
Islam masyarakat dan mengetahui faktor pendukung dan faktor
penghambat dalam meningkatkan kualitas pendidikan Islam di
masjid Al Muttaqiin Kalibening Tingkir Salatiga.
b. Bagi Takmir Masjid :
8
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
bahan pertimbangan keputusan dengan tujuan terciptanya
pendidikan Islam yang berkualitas.
c. Bagi Takmir Masjid Al Muttaqiin :
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
masukan khususnya dalam upaya- upaya untuk meningkatkan
kualitas pendidikan Islam di masyarakat.
2. Manfaat Teoretis
Untuk menambah khazanah keilmuan dan pengetahuan kongkrit
tentang peran takmir masjid dalam meningkatkan kualitas pendidikan
Islam serta mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat
dalam meningkatkan kualitas pendidikan Islam di masjid Al
Muttaqiin, Kalibening, Tingkir, Salatiga, sekaligus dapat digunakan
sebagai bahan acuan di bidang penelitian yang sejenis.
E. Penegasan Istilah
Agar mempermudah pemahaman serta untuk menentukan arah yang
jelas dalam menyusun penelitian ini, maka penulis memberikan penegasan
dan maksud penulisan judul sebagai berikut:
1. Pengertian Takmir
Takmir masjid adalah organisasi yang mengurus seluruh
kegiatan yang ada kaitannya dengan masjid, baik dalam
membangun, merawat maupun memakmurkannya, termasuk
usaha-usaha pembinaan remaja Muslim di sekitar masjid.
9
Pengurus takmir masjid harus berupaya untuk membentuk remaja
masjid sebagai wadah aktivitas bagi remaja Muslim. Dengan
adanya remaja masjid tugas pembinaan remaja Muslim akan
menjadi lebih ringan. Pengurus takmir masjid, melalui bidang
pembinaan remaja masjid, tinggal memberi kesempatan dan
arahan kepada remaja masjid untuk tumbuh dan berkembang,
serta mampu beraktivitas sesuai dengan nilai-nilai Islam
(Siswanto, 2005: 56-57).
2. Kualitas Pendidikan Islam
Kualitas adalah tingkat baik buruknya sesuatu (Depdikbud,
1988: 467).Pendidikan berasal dari kata didik yang mendapat
awalan pe- dan akhiran –an, yang berarti proses mengubah
sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
pelatihan (Depdiknas, 2005: 263).
Pendidikan Islam adalah suatu sistem kependidikan yang
mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh
hamba Allah, sebagaimana Islam telah menjadi pedoman bagi
seluruh aspek kehidupan manusia, baik duniawi maupun
ukhrawi (Arifin. 2008: 8).
10
3. Masjid Al Muttaqiin
Masjid Al Muttaqiin adalah salah satu masjid yang ada di
Salatiga.Masjid ini terletak di Desa Kalibening, Tingkir,
Salatiga. Masjid ini merupakan salah satu masjid yang
memiliki kegiatan, yaitu adanya majelis taklim dengan kegiatan
seperti pengajian rutin dan pengajian ahad pagi pada bulan
Ramadhan dan hari biasa, tadarusan setiap malam bulan
Ramadhan, pengajian akbar, Taman Pendidikan Al-Qur’an
(TPA).
Berdasarkan penjelasan istilah di atas, maka maksud dari judul
penelitian “Peran Takmir Masjid dalam Meningkatkan Kualitas
Pendidikan Islam (Studi di Masjid Al Muttaqiin Kalibening Salatiga)”
adalah untuk mengetahui potret peran masjid dalam meningkatkan kualitas
pendidikan islam serta untuk mengetahui faktor pendukung dan
penghambat kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan di masjid Al
Muttaqiin. (studi di Masjid Al Muttaqiin Kalibening Salatiga).
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Setiap penelitian memerlukan pendekatan dan jenis penelitian
yang sesuai dengan masalah yang dihadapi. Jenis penelitian yang
dipergunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan
dengan pendekatan kualitatif.
11
Penelitian kualitatif mengkaji perspektif partisipan dengan
multi strategi.Strategi-strategi yang bersifat interaktif, seperti
observasi, langsung, observasi partisipan, wawancara mendalam,
dokumen-dokumen, teknik-teknik perlengkapan seperti foto,
rekaman, dan lain-lain (Zuriah, 2009: 95).
Melalui metode kualitatif penulis dapat mengenal orang
(subjek) secara pribadi dan melihat perkembangan definisi mereka
sendiri tentang dunia ini. Penulis dapat merasakan apa yang mereka
alami dalam pergaulan dengan masyarakat mereka sehari-hari,
mempelajari kelompok-kelompok dan pengalaman-pengalaman
yang mungkin belum penulis ketahui sama sekali. Yang terakhir
metode kualitatif memungkinkan penulis menyelidiki konsep-
konsep yang dalam penelitian lainnya intinya akan hilang. Konsep-
konsep seperti keindahan, rasa sakit, keimanan, penderitaan,
frustasi, harapan, dan kasih sayang dapat diselidiki sebagaimana
orang-orang yang sesungguhnya dalam kehidupan mereka sehari-
hari (Sugiyono, 2007: 30).
2. Kehadiran Peneliti
Peneliti bertindak sebagai instrumen sekaligus pengumpul
data.Peneliti datang dan secara langsung berinteraksi di tengah-
tengah objek penelitian dan melakukan pengamatan, wawancara
mendalam dan aktivitas-aktivitas lainnya demi memperoleh data
yang diperlukan dalam penelitian serta turun langsung ke kancah
12
penelitian, tanpa mewakilkan pada orang lain. hal ini bertujuan
agar kegiatan yang berkaitan dalam menggali, mengidentifikasi
data informasi dan fenomena yang muncul di lapangan dapat
diperoleh secara akurat.
3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Masjid Al Muttaqiin
yang berlokasi di Desa Kalibening, Kecamatan Tingkir, Kota
Salatiga pada tanggal 01 Maret 2015 sampai dengan selesai.
4. Sumber Data
Sumber data yaitu subjek dari mana data diperoleh, sehingga
peneliti memperoleh sumber data yang dipandang paling
mengetahui dan berhubungan langsung dengan masalah yang
diteliti.
Responden adalah orang yang merespon atau menjawab
pertanyaan-pertanyaan peneliti baik pertanyaan tertulis maupun
lisan (Arikunto, 2010: 107).Sedangkan informan adalah orang yang
menjadi sumber data dalam penelitian (Alwi, 2007: 794).
Subyek penelitian adalah keseluruhan dari informan atau
sumber yang hendak diteliti (Arikunto,2010:256) dalam hal ini
subyeknya adalah:
a. Takmir Masjid Al Muttaqiin Kalibening Salatiga.
b. Ustadz/Ustadzah TPA di Masjid Al Muttaqiin
Kalibening Salatiga.
13
c. Santri TPA di Masjid Al Muttaqiin Kalibening
Salatiga.
5. Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah interview (wawancara), observasi, dan dokumentasi.
a. Interview (Wawancara)
Interview atau wawancara adalah suatu bentuk
komunikasi verbal jadi semacam percakapan yang
bertujuan untuk memperoleh informasi (Nasution, 1996:
113). Wawancara ialah percakapan dua orang atau lebih
(Usman dan Akbar, 1996: 57). Dari hasil wawancara ini
diharapkan penulis dapat memperoleh data yang diperlukan
yang berkaitan dengan peran takmir masjid dalam
meningkatkan kualitas pendidikan islam serta faktor
pendukung dan penghambat dalam meningkatkan kualitas
pendidikan islam di Masjid Al Muttaqiin Kalibening
Salatiga.
Penelitian ini menggunakan wawancara tidak terstruktur,
yaitu pedoman wawancara yang hanya memuat garis besar
yang akan ditanyakan (Arikunto, 2010: 197). Dimana
pewawancara berpedoman pada pedoman wawancara yang
telah disusun sebelumnya. serta mengajukan pertanyaan
yang dijawab oleh responden dengan bebas. Pewawancara
14
mengalihkan pada alur yang telah ditentukan, jika jawaban
dari responden mulai menyimpang dari arah
pertanyaan.Dalam hal ini penulis memperoleh keterangan
dari responden dengan berdialog langsung.
b. Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang
sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti (Arikunto,
2010: 54). Observasi dilakukan untuk memperoleh data
yang belum diperoleh waktu wawancara dan dokumentasi.
c. Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi
adalah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-
dokumen (Arikunto, 2010: 73). Metode ini digunakan untuk
memperoleh data yang berkaitan dengan penelitian seperti:
1) Deskripsi Masjid Al Muttaqiin Kalibening Salatiga
2) Visi, Misi dan Tujuan berdirinya Masjid Al Muttaqiin
Kalibening Salatiga
3) Struktur Organisasi Masjid Al Muttaqiin Kalibening
Salatiga
4) Sarana dan Fasilitas yang digunakan dalam pendidikan
islam
5) Program Masjid dalam meningkatkan kualitas
pendidikan Islam.
15
6. Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga mudah difahami, dan
temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain (Sugiyono,
2008: 244).
Penelitian ini menggunakan analisis secara kualitatif untuk
mengolah data dari lapangan:
a. Pengumpulan data
Proses analisis data di mulai dari menelaah seluruh data
yang diperoleh dengan menggunakan beberapa teknik, seperti
wawancara mendalam (indepth interview), observasi dan
dokumentasi yang diperoleh dari penelitian.
b. Penyajian data
Dengan menggambarkan fenomena-fenomena atau keadaan
sesuai dengan data yang telah di reduksi terlebih dahulu.
c. Kesimpulan
Yaitu permasalahan penelitian yang menjadi pokok pemikiran
terhadap apa yang akan diteliti.
7. Pengecekan Keabsahan Data
Sebagai upaya membuktikan bahwa data yang diperoleh
adalah benar-benar valid, maka peneliti menggunakan cara
16
triangulasi, yakni data atau informasi yang diperoleh dari satu
pihak di cek kebenarannya dengan cara memperoleh data itu dari
sumber lain, misalnya dari pihak kedua, ketiga, keempat dan
seterusnya dengan menggunakan metode yang berbeda-beda. Hal
ini bertujuan untuk membandingkan informasi tentang hal yang
sama yang diperoleh dari berbagai pihak, agar terhindar dari
subyektivitas.
8. Tahap-tahap Penelitian
Tahap-tahap penelitian yang digunakan oleh peneliti sebagai
berikut:
a. Tahap pra lapangan
1 Mengajukan judul penelitian
2 Menyusun proposal penelitian
3 Konsultasi penelitian kepada pembimbing
b. Tahap pekerjaan lapangan, yang meliputi:
1) Persiapan diri untuk memasuki lapangan penelitian
2) Pengumpulan data atau informasi yang terkait dengan fokus
penelitian
3) Pencatatan data yang telah dikumpulkan
c. Tahap analisa data, meliputi kegiatan:
1) Penemuan hal-hal yang penting dari data penelitian
2) Pengecekan keabsahan data
d. Tahap peneliti laporan penelitian
17
1) Penulisan hasil penelitian
2) Konsultasi hasil penelitian kepada pembimbing
3) Perbaikan hasil konsultasi
4) Pengurusan kelengkapan persyaratan ujian
5) Ujian munaqosah skripsi
G. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pembahasan dalam memahami isi dari
penelitian ini, maka disusun sistematika penulisan sebagai berikut :
Bab I: PENDAHULUAN, memuat Latar Belakang Masalah, Fokus
Penelitian, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Penegasan Istilah,
Metode Penelitian, dan Sitematika Penulisan.
Bab II: KAJIAN PUSTAKA, merupakan bagian yang menjelaskan landasan
teori yang berhubungan dengan penelitian yang pertama memuat takmir
masjid (definisi peran, pengertian takmir Masjid, kegiatan yang
dilaksanakan takmir), masjid (definisi masjid, sejarah masjid, pengelolaan
masjid dan fungsi masjid), pendidikan Islam (definisi, dasar dan tujuan
pendidikan Islam), dan peran takmir masjid dalam meningkatkatkan
kualitas pendidikan Islam.
Bab III: PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN, menjelaskan
tentang gambaran umum Deskripsi Masjid Al Muttaqiin Kalibening,
Tingkir, Salatiga, Kegiatan –kegiatan di Masjid Al- Muttaqiin, Klibening,
Tingkir, Salatiga, serta metode dan materi yang digunakan dalam
18
meningkatkan kualitas pendidikan Islam di Masjid Al Muttaqiin,
kalibening, Tingkir, Salatiga.
Bab IV: PEMBAHASAN, merupakan pembahasan hasil penelitian di
lapangan yang dipaparkan dalam bab III. Pembahasan di lakukan untuk
menjawab masalah penelitian yang di integrasikan ke dalam kumpulan
pengetahuan yang sudah ada dengan jalan menjelaskan temuan penelitian
dalam konteks khasanah ilmu.
Bab V: PENUTUP, berisi kesimpulan dari pembahasan hasil penelitian dan
saran-saran dari penulis sebagai sumbangan pemikiran berdasarkan teori
dan hasil penelitian yang telah diperoleh dan daftar
pustaka.
19
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Takmir Masjid
1 Definisi peran
Peran adalah bagian dari tugas utama yang harus diselesaikan.
Peran adalah seperangkat tingkat yang dimiliki oleh orang yang
berkedudukan dalam masyarakat (Kamus Besar Bahasa Indonesia,
1988:667). Adapun makna dari kata peran yaitu suatu penjelasan yang
menunjuk pada suatu konotasi ilmu sosial, yang mengartikan peran
sebagai suatu fungsi yang dibawakan seseorang ketika menduduki suatu
karakteristik (posisi) dalam struktur sosial dalam masyarakat.
2. Pengertian Takmir Masjid
Takmir masjid adalah organisasi yang mengurus seluruh kegiatan
yang ada kaitannya dengan masjid, baik dalam membangun, merawat
maupun memakmurkannya, termasuk usaha-usaha pembinaan remaja
muslim di sekitar masjid. Pengurus takmir masjid harus berupaya untuk
membentuk remaja masjid sebagai wadah aktivitas bagi remaja muslim.
Dengan adanya remaja masjid tugas pembinaan remaja muslim akan
menjadi lebih ringan. Pengurus takmir masjid, melalui bidang pembinaan
remaja masjid, tinggal memberi kesempatan dan arahan kepada remaja
masjid untuk tumbuh dan berkembang, serta mampu beraktivitas sesuai
dengan nilai-nilai Islam (Siswanto, 2005: 56-57).
20
3. Kegiatan- Kegiatan yang Dilaksanakan Takmir Masjid
a. Pengajian Agama (Majelis Ta’lim)
Majelis ta’lim atau pengajian agama merupakan salah satu
sarana pendidikan dalam Islam yang sering pula berbentuk
halaqah. Diselenggarakan secara berkala dan teratur yang
bertujuan uutuk membina dan mengembangkan serta mencerahkan
kehidupan (Muliawan, 2005: 161).
b. Taman Pendidikan Al- Qur’an (TPA)
TPA adalah lembaga pendidikan diluar sekolah yang
berfungsi sebagai pengajaran dasar-dasar pelaksanaan ibadah
dalam agama Islam, oleh sebab itu bersifat ilmiah (Muliawan,
2005: 160- 161).
c. Kajian Tahsin Al-Qur’an
Program kajian ini dimaksudkan untuk memperkenalkan al-
Qur’an dan bacaannya yang ditujukan bagi para remaja. Digunakan
metode-metode praktis dalam belajar membaca al-Qur’an. Melalui
sistem kajian dialogis dibawah bimbingan Ustadz, diharapkan
peserta dapat membaca al-Qur’an dengan lancar dan benar (tartil)
dan mengerti hukum-hukum tajwidnya (Siswanto, 2005: 295- 298).
B. Masjid
1. Definisi Masjid
Masjid berarti tempat untuk bersujud. Masjid berasal dari
bahasa Arab yang diambil dari akar kata -- yang
21
berarti patuh, taat, tempat sujud, atau tempat menyembah Allah SWT,
serta tunduk dengan penuh hormat (Ayub, 2007:1). Secara harfiah,
masjid adalah tempat sujud karena di tempat ini setidak-tidaknya
seorang muslim lima kali sehari semalam melaksanakan shalat
(Haidar, 2009:63).Menurut Siswanto, masjid adalah tempat beribadah
umat Islam, namun masjid bukan hanya tempat untuk shalat saja,
dapat juga dipergunakan untuk kepentingan sosial, misalnya tempat
belajar (Siswanto,2005: 23)
Dengan demikian, masjid merupakan tempat orang berkumpul
dan melakukan shalat secara berjama’ah, dengan tujuan
meningkatkan solidaritas dan silaturahmi di kalangan kaum
muslimin. Di masjid pulalah tempat terbaik untuk melangsungkan
shalat jum’at.
2. Sejarah Masjid
Sejarah berdirinya masjid berawal dari hijrahnya Nabi
Muhammad SAW di Madinah. Masyarakat Madinah yang dikenal
berwatak lebih halus lebih bisa menerima syiar Nabi Muhammad
SAW. Mereka dengan antusias mengirim utusan sambil
mengutarakan ketulusan hasrat mereka agar Rasullulah pindah ke
Madinah.
Kaum kafir Makkah mendengar kabar bahwa Nabi akan
berhijrah di Madinah dan mereka akan mengepung rumah Nabi
Muhammad SAW. Tetapi usaha mereka gagal total berkat
22
pertimbangan Allah SWT. Nabi keluar rumah dengan meninggalkan
Ali bin Abi Thalib, kemudian beliau mengisi tempat tidur beliau.
Pada saat itu, para pengepung tertidur dengan nyenyak.
Setelah terbangun, mereka menemukan sasaran yang diincar
tidak lagi berada di tempat. Pengejaran yang dilakukan kaum kafir
Makkah sia-sia. Dengan mengambil rute jalan yang tidak biasa
diselingi persembunyian di sebuah gua, Nabi sampai di desa Quba
yang terletak di sebelah barat Laut Yatsrib, kota yang dibelakang hari
berganti nama menjadi “Madinatur rosul”, “kota Nabi”, atau
“Madinah”.
Di desa itu Nabi Muhammad SAW beristirahat selama empat
hari. Dalam tempo pendek itulah Nabi membangun masjid bersama
para sahabat beliau dari Makkah yang sudah menunggu disana. Ali
bin Abi Thalib yang datang menyusul Nabi ikut mengangkat dan
meletakkan batu, sehingga tampak sekali keletihan pada wajah beliau.
Jerih payah Nabi dan para sahabat menghasilkan sebuah masjid yang
sangat sederhana yang disebut Masjid Quba.
Bangunan Masjid Quba terdiri dari pelepah kurma, berbentuk
persegi empat, dengan enam serambi yang bertiang. Masjid pertama
dalam sosialisasi Islam itu hanya sekedar tempat untuk bersujud,
Padang pasir yang tandus. Sejarah mencatat, Masjid Quba berdiri
pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun pertama Hijriyah. Keberadaan
23
masjid ini merupakan tonggak kokoh syiar keislaman periode awal
(Ayub, 2007: 2-3).
Pendidikan kaum Muslim berpusat di masjid-masjid. Masjid
Quba juga merupakan masid pertama yang dijadikan Rasullulah
SAW sebagai institusi pendidikan. Di dalam masjid, Nabi
Muhammad SAW mengajar dan memberi khutbah dalam bentuk
halaqah dimana para sahabat duduk mengelilingi beliau untuk
mendengar dan melakukan Tanya jawab berkaitan urusan agama dan
kehidupan sehari-hari (M. Syafii Antonio, 2007: 185).
Di masjid Quba pula Nabi Muhammad SAW bersama para
sahabat shalat berjama`ah dan menyelenggarakan shalat jumat yang
pertama kali. Selanjutnya Nabi membangun masjid lain di tengah
kota Madinah, yakni Masjid Nabawi yang kemudian menjadi pusat
aktifitas Nabi dan pusat kendali seluruh masalah umat muslimin. Di
antara pusat masjid yang dijadikan pusat penyebaran ilmu dan
pengetahuan adalah Masjidil Haram, Masjid Kuffah, dan Masjid
Basrah.
3. Pengelolaan Masjid
Mengelola masjid pada zaman sekarang ini memerlukan ilmu dan
ketrampilan manajemen. Pengurus masjid harus mampu menyesuaikan
diri dengan perkembangan zaman. Metode/pendekatan, perencanaan,
strategi, dan model evaluasi yang dipergunakan dalam manajemen
modern merupakan alat bantu yang juga diperlukan dalam manajemen
24
masjid modern. Sebab bukan saatnya lagi pengurus mengandalkan sistem
pengelolaan tradisional yang tanpa perencanaan, tanpa pembagian tugas,
tanpa laporan pertanggung jawaban keuangan, dan sebagainya.
Untuk membentuk kepengurusan yang baik, diperlukan organisasi
dan manajemen yang tangguh serta didukung Sumber Daya Manusia
(SDM) yang berkualitas, baik kualitas iman, ilmu, maupun amal
shalihnnya. Guna mewujudkan semua itu, langkah-langkah konsolidasi
dan perbaikan perlu dikedepankan. Termasuk didalamnya, upaya
perkaderan anggota yang lebih terstruktur dan terarah, bukan berlangsung
apa adanya atau terjadi dengan sendirinya. Menurut Drs. EK Imam
Munawir, organisasi adalah merupakan kerja sama diantara beberapa
orang untuk mencapai suatu tujuan dengan mengadakan pembagian dan
peraturan kerja secara efektif dan efisien. Didukung juga dengan adanya
remaja masjid. Remaja masjid disini merupakan wadah kerja sama yang
dilakukan oleh dua orang remaja atau lebih yang memiliki keterkaitan
dengan masjid untuk mencapai tujuan bersama.
Remaja muslim disekitar masjid adalah sumber daya manusia
pendukung organisasi yang sangat potensial. Penyatuan mereka dalam
suatu wadah terorganisir dimaksudkan untuk mempersatukan segenap
potensi, persepsi, dan ukhuwah. Mereka bisa diolah kembangkan potensi
dan kemampuannya untuk menjadi penggerak aktivitas dalam mencapai
tujuan. Mereka adalah pendukung organisasi yang sangat menentukan
25
keberhasilan dalam perjuangan menegakkan dakwah Islamiyah di
lingkungan masjid tersebut (Siswanto, 2005:52-54).
Untuk itu perlu adanya sebuah takmir masjid dengan system
manajemen yang baik dalam mengelola dan memakmurkan masjid, agar
bias meningkatkan kualitas pendidikan Islam anggotanya. Untuk
mendapatkan takmir masjid yang baik, seharusnya takmir dipilih harus
mempunyai beberapa criteria sebagaimana yang disebutkan dalam Q.S
At-Taubah ayat 18 sebagai berikut:
18. hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang
beriman kepada Allah dan hari Kemudian, serta tetap mendirikan shalat,
menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah,
Maka merekalah orang-orang yang diharapkan Termasuk golongan
orang-orang yang mendapat petunjuk.
Berdasarkan ayat di atas maka terdapat criteria takmir masjid
sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah SWT, meliputi:
a. Beriman kepada Allah dan ahri kemudian
b. Mendirikan shalat
c. Menunaikan zakat
d. Tidak takut kepada siapa pun kecuali Allah SWT
26
Setelah memilih takmir masjid sesuai kriteria di atas, perlu juga
manajemen yang baik dalam pengelolaannya. Manajemen yang baik akan
membantu takmir masjid dalam merencanakan, melaksanakan setiap
rencana dan mengevaluasi semua pelaksanaan kegiatan.
Manajemen sendiri memilki pengertian yaitu suatu proses yang
terdiri dari perencanaan (planning), pelaksanaan (actuating), dan
pengawasan (controlling) dengan memanfaatkan ilmu dan seni dalam
usaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. George R.
Terry berpendapat bahwa prinsip-prinsip manajemen ada empat yaitu:
perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan
(actuating), dan pengawasan (controlling), yang disingkat dengan POAC
(Siswanto, 2005: 102-104).
Adapun tugas dan tanggung jawab takmir masjid dari masing-
masing adalah sebagai berikut:
a. Penasehat
Penasehat dalam organisasi takmir masjid memiliki tugas dan
tanggung jawab sebagai berikut:
1) Memberikan nasehat kepada ketua dan pengurus takmir masjid
lainnya.
2) Memberikan pendapat mengenai suatu hal apabila diminta oleh
ketua takmir.
3) Mengawasi jalannya kegiatan takmir masjid.
b. Ketua
27
1) Memimpin dan mengendalikan kegiatan para anggota pengurus
dalam melaksanakan tugasnya, sehingga mereka tetap berada
pada kedudukan atau fungsinya masing-masing.
2) Mewakili organisasi ke luar dan ke dalam.
3) Melaksanakan program dan mengamankan kebijaksanaan
pemerintah sesuai dengan peraturan yang berlaku.
4) Menandatangani surat-surat penting (surat atau nota
pengeluaran/dana/harta kekayaan organisasi).
5) Mengatasi segala permasalahan atas pelaksanaan tugas yang
dijalankan oleh para pengurus.
6) Mengevaluasi semua kegiatan yang dilaksanakan oleh para
pengurus.
7) Melaporkan dan mempertanggung jawabkan pelaksanaan
seluruh tugas organisasi kepada jama`ah.
c. Sekretaris
1) Mewakili ketua dan wakil ketua apabila yang bersangkutan
tidak hadir atau tidak ada di tempat.
2) Memberikan pelayanan teknis dan administrative.
3) Membuat dan mendistribusikan undangan.
4) Membuat daftar hadir rapat /pertemuan.
5) Mencatat dan menyusun notulen rapat/pertemuan.
6) Mengerjakan seluruh pekerjaan secretariat
d. Bendahara
28
1) Memegang dan memelihara harta kekayaan organisasi, baik
berupa uang, barang-barang inventaris, maupun tagihan.
2) Merencanakan dan mengusahakan masuknya dana masjid serta
mengendalikan Rencana Anggaran Belanja Masjid sesuai
dengan ketentuan.
3) Menerima, menyimpan, membukukan keuangan, barang
tagihan, dan surat-surat berharga.
4) Mengeluarkan uang sesuai dengan keperluan atau kebutuhan
berdasarkan persetujuan ketua.
5) Menyimpan surat bukti penerimaan dan pengeluaran uang.
6) Membuat laporan keuangan rutin atau pembangunan atau
laporan khusus
e. Seksi Pendidikan dan Dakwah
1) Merencanakan, mengatur, dan melaksanakan kegiatan
pendidikan dan dakwah, yang meliputi:
a) Peringatan hari besar Islam
b) Jadwal imam dankhatib Jum’at
c) Jadwal muadzin dan bilal Jum’at
d) Shalat Idul Fitri dan Idul Adha
2) Mengkoordinir kegiatan sholat Jum’at
f. Seksi Pembangunan, Pemeliharaan, Kebersihan
1) Merencanakan, mengatur, dan melaksanakan kegiatan
pembangunan dan pemeliharaan masjid.
29
2) Mengatur kebersihan, keindahan, dan kenyamanan di dalam dan
di luar masjid.
3) Memelihara sarana dan prasarana masjid.
4) Mendata kerusakan sarana dan prasarana masjid dan
mengusulkan perbaikan.
5) Melaksanakan tugas khusus yang diberikan oleh ketua
g. Seksi Peralatan dan Perlengkapan
1) Merencanakan, mengatur, dan menyiapkan peralatan, yang
meliputi:
a) Menginventaris harta kekayaan masjid.
b) Menyiapkan pengadaan peralatan untuk kelancaran kegiatan
masjid.
c) Mendata barang-barang yang rusak atau hilang dan
menyusun rencana pengadaannya.
d) Mengatur dan melengkapi sarana prasarana perpustakaan
masjid
2) Melaksanakan tugas khusus yang diberikan oleh ketua.
h. Seksi Sosial dan Kemasyarakatan
1) Merencanakan, mengatur dan melaksanakan kegiatan sosial dan
kemasyarakatan, yang meliputi:
a) Santunan kepada yatim piyatu, janda, jompo, dan orang
terlantar.
b) Khitanan masal.
30
c) Pernikahan.
d) Kematian.
e) Qurban/akikah.
2) Melakukan kordinasi dengan pengurus RT/RW dan pemuka
agama/tokoh masyarakat dalam pelaksanaan tugas.
3) Melaksanakan kegiatan khusus yang diberikan oleh ketua.
i. Pembantu Umum
1) Membantu secara umum kelancaran kegiatan pengurus masjid,
yang meliputi:
a) Menyampaikan undangan.
b) Mengumpulkan infaq/sedekah/amal jariyah/zakat.
c) Mengajak warga masyarakat memakmurkan masjid.
d) Sebagai penghubung organisasi dengan jama`ah/
masyarakat (Ayub, 2007:46-50).
Dalam melaksanakan tugas, pengurus tidak boleh berjalan sendiri-
sendiri. Koordinasi dan kerja sama merupakan sifat utama dalam praktek
berorganisasi. Dalam bekerja sama inilah diperlukan adanya
kekompakan, baik dalam melaksanakan program/kegiatan masjid
maupun dalam upaya memecahkan berbagai kendala dan hambatan yang
timbul. Kekompakan pengurus masjid sangat berpengaruh terhadap
kehidupan masjid. Kegiatan-kegiatan masjid akan berjalan baik dan
sukses apabila dilaksanakan oleh pengurus yang kompak bekerja sama.
Berbagai kendala dan hambatan yang dijumpai dalam pelaksanaan
31
kegiatan akan mudah diatasi oleh pengurus yang kompak bahu membahu.
Tanpa pengurus masjid yang kompak, maka akan terjadi kepincangan
dalam kepengurusan yang berakibat kegiatan masjid terganggu dan
lumpuh.
4. Fungsi Masjid
a. Definisi Fungsi
Fungsi adalah sekelompok aktivitas yang tergolong pada jenis
yang sama berdasarkan pelaksanaannya. Suatu organisasi
menyelenggarakan fungsi-fungsi dalam rangka melaksanakan
sebuah tugas pokok (http://www,wikiapbn.com/artikel/fungsi,
diakses pada tanggal 11 Januari 2015).
b. Fungsi Masjid
Masjid merupakan tempat ibadah multi fungsi. Masjid bukanlah
tempat ibadah yang dikhususkan untuk shalat dan I`tikaf semata.
Masjid menjadi pusat kegiatan positif kaum muslimin dan
bermanfaat bagi umat. Dari situlah seharusnya kaum muslimin
merancang masa depannya, baik dari segi din (agama), ekonomi,
politik, sosial, dan seluruh sendi kehidupan, sebagaimana para
pendahulunya memfungsikan masjid secara maksimal.
Fungsi utama masjid adalah tempat sujud kepada Allahh SWT,
tempat shalat dan tempat beribadah kepada-Nya. Lima kali sehari
semalam umat Islam dianjurkan mengunjungi masjid guna
melaksanakan shalat berjama’ah. Masjid juga merupakan tempat
32
yang paling banyak dikumandangkan nama Allah melalui adzan,
iqamah, tasbih, tahmid, tahlil, istighfar, dan ucapan lain yang
dianjurkan dibaca di masjid sebagai bagian dari lafaz yang
berkaitan dengan pengagungan asma Allah.
Pada masa sekarang Masjid semakin perlu untuk difungsikan,
diperluas jangkauan aktivitas dan pelayanannya serta
ditangani dengan organisasi dan manajemen yang baik.
Tegasnya, perlu tindakan mengaktualkan fungsi dan peran
Masjid. Meskipun fungsi utamanya sebagai tempat menegakkan
shalat, namun Masjid bukanlah hanya tempat untuk melaksanakan
shalat saja.
Di masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, selain
dipergunakan untuk shalat, berdzikir dan beri'tikaf, Masjid
bisa dipergunakan untuk kepentingan sosial. Misalnya, sebagai
tempat belajar dan mengajarkan kebajikan (menuntut ilmu),
merawat orang sakit, menyelesaikan hukum li'an dan lain
sebagainya. Berikut beberapa di antaranya adalah:
1) Sebagai Tempat Beribadah
Fungsi dan peran Masjid yang pertama dan utama adalah
sebagai tempat dzikir dan shalat (Ahmad Yani.2009: 37).
Shalat memiliki makna, ”menghubungkan”, yaitu
menghubungkan diri dengan tuhan (Allah) dan oleh
karenanya shalat tidak hanya berarti menyembah saja. “
33
Ghazalba berpendapat bahwa shalat adalah hubungan
yang teratur antara muslim dengan tuhannya (Allah).
Ibadah shalat ini boleh dilakukan dimana saja, karena seluruh
bumi ini adalah Masjid (tempat sujud), dengan ketentuan
tempat tersebut haruslah suci dan bersih. Akan tetapi Masjid
sebagai bangunan khusus rumah ibadah tetap sangat
diperlukan. Karena, Masjid tidak hanya sebagai tempat
kegiatan ritual-sosial saja, tetapi juga merupakan salah satu
simbol terjelas dari eksistensi Islam (Azyumardi.2002: 234).
2) Sebagai Tempat Menuntut Ilmu.
Sebagaimana yang telah banyak dicatat oleh kaum
sejarawan bahwa Rasulullah SAW, telah melakukan
keberhasilan dakwahnya ke seluruh penjuru dunia. Salah satu
faktor keberhasilan dakwah tersebut antara lain karena
mengoptimalkan masjid, salah satunya adalah bidang
pendidikan.
Masjid ini pun digunakan sebagai pusat kegiatan
masyarakat sehingga dalam waktu yang relatif singkat selama
rentang waktu 23 tahun beliau mampu melakukan
perubahan sosial yang sangat berarti. Seluruh kegiatan
umat termasuk pendidikan difokuskan di masjid. Adapun
majelis pendidikan yang dilakukan Rasulullah dan para
sahabatnya di Masjid dengan sistem halaqah. Tetapi
34
dalam perkembangan selanjutnya tumbuh semangat di
kalangan umat Islam untuk menuntut ilmu dan
memotivasi mereka mengantarkan anakanaknya untuk
memperoleh pendidikan di Masjid sebagai pendidikan
menengah setelah kuttab (Samsul Nizar.2005: 13).
Sebagaimana yang telah dikemukakan Hasan
Langgulung bahwa “sarana pendidikan Islam dari kaum
muslimin yang telah melembaga pada masa permulaan Islam
adalah kuttab (surau), sekolah (madrasah) dan masjid (Hasan
Langgulung.1985: 32).
Di zaman Nabi Muhammad ilmu agama yang
diajarkan AlQur’an dan Hadits dan proses pentransferan
ilmu ini langsung berhubungan dengan masjid sebagai
sarana pendidikan Islam. Pangkal tolak dari pelajaran Islam
ialah menghafalkan dan mengartikan Qur’an. Di zaman Nabi
pelajaran dilakukan di masjid, dimana nabi sebagai
pendidik dan mukmin-mukmin sebagai peserta didik datang
bertemu.
3) Tempat Pembinaan Umat
Dengan adanya umat Islam di sekitarnya, masjid
berperan dalam mengkoordinir mereka guna menyatukan
potensi dan kepemimpinan umat. Selanjutnya umat yang
terkoordinir secara rapi dalam organisasi takmir masjid di
35
bina keimanan, ketakwaan, ukhuwah Islamiyah, dan dakwah
Islamiyah. Sehingga masjid menjadi basis umat Islam yang
kokoh.
4) Pusat Dakwah dan Kebudayaan
Masjid merupakan jantung kehidupan bagi kehidupan umat
Islam yang selalu berdenyut untuk menyebar luaskan
dakwah Islamiyah dan budaya Islami. Di masjid pula
direncanakan, diorganisasi, dikaji, dilaksanakan dan
dikembangkan dakwah dan kebudayaan Islam yang
menyahuti kebutuhan masyarakat. Karena itu masjid
berperan sebagai sentra aktivitas dakwah dan kebudayaan.
5) Pusat Kaderisasi Umat
Sebagai tempat pembinaan jama’ah dan kepempiminan
umat, masjid memerlukan aktivitas yang berjuang
menegakkan Islam secara istiqamah dan
berkesinambungan. Patah tumbuh hilang berganti. Karena
itu pemibinaan kader perlu dipersiapkan dan dipusatkan di
masjid sejak mereka masih kecil sampai dewasa.
Diantaranya dengan Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ),
remaja masjid maupun takmir masjid beserta kegiatannya.
6) Basis Kebangkitan Umat Islam
Abad ke-15 hijriyah ini telah dicanangkan umat Islam
sebagai abad kebangkitan Islam. Umat Islam yang
36
sekian lama tertidur dan tertinggal dalam pencaturan
peradaban dunia berusaha untuk bangkit dengan
berlandaskan nilai-nilai agamanya. Islam dikaji dan ditelaah
dari berbagai aspek, baik ideology, hokum, ekonomi,
politik, budaya, sosial, dan lain sebagainya.
Fungsi-fungsi tersebut telah diaktualisasikan dengan
kegiatan operasional yang sejalan dengan program
pembangunan. Umat Islam bersyukur bahwa dalam decade
akhir-akhir ini masjid semakin tumbuh dan berkembang,
baik dari segi jumlahnya maupun keindahan arsitekturnya.
Hal ini menunjukan adanya peningkatan kehidupan
ekonomi umat, peningkatan gairah, dan semaraknya
kehidupan beragama.
Fenomena yang muncul, memperlihatkan banyak masjid
telah menunjukkan fungsinya sebagai tempat ibadah,
tempat pendidikan, dan kegiatan-kegiatan sosial lainnya.
Dengan demikian, keberadaan masjid memberikan manfaat
bagi jama’ahnya dan bagi masyarakat lingkungannya.
Fungsi masjid yang semacam itu perlu terus dikembangkan
dengan pengelolaan yang baik dan teratur, sehingga dari
masjid lahir insane-insan Muslim yang berkualitas dan
masyarakat yang sejahtera. Dari masjid diharapkan pula
37
tumbuh kehidupan khaira ummatin (predikat mulia yang
diberikan Allah SWT kepada umat Islam).
C. Pendidikan Islam
1. Definisi Pendidikan Islam
Pendidikan menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab 1 pasal 1 ayat 1
dikemukakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik dapat aktif mengembangkan potensi pada dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendakian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UUD, 2003:4).
Islam sebagai agama wahyu yang diturunkan oleh Allah dengan
tujuan mensejahterakan dan membahagiakan hidup dan kehidupan
umat manusia di dunia dan di akhirat. Islam juga merupakan ajaran
yang dating dari Allah sesungguhnya merefleksi nilai-nilai
pendidikan yang mampu membimbing dan mengarahkan manusia
menjadi manusia sempurna. Islam sebagai agama universal telah
memberikan pedoman hidup bagi manusia menuju kehidupan
bahagia, yang pencapaiannya bergantung pada pendidikan.
Pendidikan merupakan kunci penting untuk membuka jalan
kehidupan manusia. Dengan demikian Islam sangat berhubungan erat
dengan pendidikan (Prianta, 2004:1).
38
Pendidikan Islam adalah suatu sistem kependidikan yang
mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh hamba
Allah. Sebagaimana Islam telah menjadi pedoman bagi seluruh aspek
kehidupan manusia, baik duniawi maupun ukhrawi. Pendidikan Islam
yang bersumber dari nilai-nilai ajaran Islam yang melandasi,
merupakan proses ikhtiariyah yang secara pedagogis mampu
mengembangkan hidup anak kea rah kedewasaan/ kematangan yang
menguntungkan dirinya (Arifin, 2008: 8).
2. Dasar Pendidikan Islam
Dasar adalah landasan tempat berpijak. Dasar suatu bangunan
yakni fondamen yang menjadi landasan bangunan tersebut agar tegak
dan kokoh berdiri. Demikian pula dasar pendidikan Islam yaitu
fondamen yang berupa ideologi yang muncul baik sekarang maupun
yang akan dating menjadi landasan pendidikan Islam agar tetap tegak
berdiri. Dengan adanya ini, maka pendidikan Islam tidak mudah
diombang ambingkan oleh pengaruh luar (Uhbiyati, 2005:19). Dasar
pendidikan Islam secara garis besar ada 3 yaitu al-Qur’an, as-Sunnah
dan perundang-undangan yang berlaku di Negara kita.
1) Al-Qur’an
Islam mewajibkan umatnya untuk melaksanakan
pendidikan dan pengajaran. Menurut ajaran Islam,
pendidikan merupakan kebutuhan hidup mutlak manusia
yang harus dipenuhi. Karena itu Islam selalu mendorong
39
umatnya. Ayat al-Qur’an yang pertama kali turun adalah
berkenaan dengan pendidikan. Allah SWT berfirman: (QS.
Al-Alaq (96) 1-5)
1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang
Menciptakan,
2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah,
4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Ayat ini menjelaskan bahwa seolah-olah Tuhan berkata
hendaknya manusia meyakini akan adanya Tuhan pencipta
manusia (dari segumpal darah), dan untuk memperkokoh
keyakinan dan memelihara agar tidak luntur hendaknya
melaksanakan pendidikan dan pengajaran (Uhbiyati, 2005:20).
2) As-Sunnah
Rasullulah SAW bersabda:
40
Rasulullah SAW pernah bersabda : "Barangsiapa yang
menyembunyikan suatu ilmu yang dengan ilmu itu Allah
memberi manfaat kepada manusia didalam urusan agama,
maka pada hari qiyamat Allah akan mengendalinya dengan
kendali api neraka". [HR. Ibnu Majah]
Hadis diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Rasullulah
SAW mewajibkan umatnya untuk menyelenggarakan
pendidikan dan pengajaran (Uhbiyati, 2005:22).
3) Perundang-undangan yang berlaku di Indonesia
Bahwa Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 mengamanatkan kepada pemerintah untuk
mengusahakan dan menyelenggarakan satu system pendidikan
nasional yang meningkatkan keimanan, ketaqwaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa, dan akhlak mulia dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa serta memajukan ilmu
pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai
agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban
kesejahteraan umat manusia (UUD,2003: 3).
41
3. Tujuan Pendidikan Islam
Tujuan merupakan komponen yang sangat penting dalam
setiap proses pembelajaran karena menjadi acuan seluruh langkah-
langkah dalam proses tersebut (thoha, 2004:12).
Menurut Ali Asraf, tujuan pendidikan Islam adalah:
1) Mengembangkan wawasan spiritual yang semakin mendalam
dan mengembangkan pemahaman rasional mengenai Islam
dalam konsteks kehidupan modern.
2) Membekali anak didik dengan berbagai kemampuan
pengetahuan dan kebajikan, baik pengetahuan praktis,
kesejahteraan lingkungan sosial, dan pembangunan nasional.
3) Mengembangkan kemampuan pada diri anak didik, untuk
menghargai dan membenarkan superioritas komparatif
kebudayaan dan peradaban Islami diatas semua peradaban
dan kebudayaan lain.
4) Memperbaiki dorongan emosi melalui pengalaman imajinatif,
sehingga kemampuan kreatif dapat berkembang dan berfungsi
mengetahui norma-norma Islam yang benar dan yang salah.
5) Membantu anak yang sedang tumbuh untuk belajar berpikir
secara logis dan membimbing proses pemikirannya dengan
berpijak pada hipotesis dan konsep-konsep pengetahuan
yang dituntut.
42
6) Mengembangkan, mengharuskan, dan mendalami kemampuan
berkomunikasi dalam bahasa tulis dan bahasa latin (Ali
Asraf,1989: 130-131)
Menurut Depag, tujuan pendidikan yaitu menciptakan manusia
berakhlak Islam, beriman, bertaqwa, dan meyakininya sebagai suatu
kebenaran serta berusaha dan mampu membuktikan kebenaran
tersebut melalui akal, rasa, dan feeling di dalam seluruh perbuatan
dan tingkah laku sehari-hari (Depag, 1997:143).
Menurut Arifin, tujuan pendidikan agama Islam adalah
realisasi dari cita-cita ajaran Islam itu sendiri, yang membawa misi
bagi kesejahteraan umat manusia sebagai hamba Allah lahir dan
batin, di dunia dan di akhirat. Merealisasi sikap penyerahan diri
sepenuhnya kepada Allah, baik secara perorangan, masyarakat,
maupun sebagai umat manusia keseluruhannya (Arifin, 2004:41)
Beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan
pendidikan Islam adalah menanamkan taqwa dan akhlak mulia serta
menegakkan kebenaran dalam rangka membentuk manusia yang
berpribadi luhur menurut ajaran Islam dalam kehidupan pribadi,
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Tujuan diadakan pendidikan Islam nonformal adalah untuk
memberikan pemahaman, pengetahuan, dan pembelajaran tentang
Islam secara benar berdasarkan al-Qur’an dan sunnah sesuai dengan
pemahaman generasi sahabat, tabiin, dan tabiut tabiin. Dengan
43
demikian, pendidikan menuntut adaanya proses interaksi antara
pendakwah dengan objek pendakwah. Proses tersebut dilakukan
secara terus-menerus, baik dalam bentuk klasikal, seperti halaqah
(majelis kecil dalam bentuk lingkaran), dan pengajian rutin, atau
dalam bentuk incidental, seperti tabligh akbar dan lain-lain.
D. Peran Takmir Masjid dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan
Islam
Peranan menurut Levinson sebagaimana dikutip oleh Soejono Soekamto
adalah sebagai berikut, peranan adalah suatu konsep perihal apa yang
dapat dilakukan individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat,
peranan meliputi norma-norma yang dikembangkan dengan posisi atau
tempat seseorang dalam masyarakat, peranan dalam arti ini merupakan
rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam
kehidupan kemasyarkatan (Soekamto, 2001: 238).
Pengurus masjid yang telah mendapatkan kepercayaan untuk mengelola
masjid sesuai denga fungsinya memegang peran penting dalam
memakmurkan masjid. merekalah lokomatif atau motor yang
menggerakkan umat Islam untuk mengelola masjid, memakmurkan
masjid, membina jamaah, membentuk remaja masjid dan
menganekaragamkan kegiatan yang dapat dikuti oleh masyarakat sekitar.
Masjid yang dikelola secara baik akan membuahkan hasil yang baik pula.
Keadaan fisik masjid akan terawat dengan baik. Kegiatan-kegiatan masjid
44
akan berjalan dengan baik, jamaah pun akan terbina dengan baik dan
masjid menjadi makmur (Mohammad, 2007: 75).
Peran takmir masjid dapat dilihat dari beberapa kegiatan pendidikan yang
diselenggarakan oleh takmir masjid. Kegiatannya sebagai berikut:
1. Pengajian Agama (Majelis Taklim)
Majelis taklim adalah salah satu sarana pendidikan dalam Islam.
Majelis Taklim lebih dikenal dengan istilah pengajian-pengajian dan
sering pula berbentuk halaqah. Umumnya berisi ceramah atau khutbah-
khutbah keagamaan Islam. Tetapi dalam perkembangannya, majelis
taklim sering digunakan sebagai wadah wahana ilmiah, sosiologis,
politik, hokum, dan seterusnya. Ini terlihat pada masing-masing di
lingkungan perguruan tinggi. Diselenggarakan secara berkala dan teratur
yang diikuti oleh jamaah yang relative banyak yang bertujuan untuk
membina dan mengembangkan serta mencerahkan kehidupan (Muliawan,
2005:161)
Dalam kurikulum Majelis Taklim (2004:3), dikemukakan bahwa
majelis taklim berfungsi antara lain:
a. Membina dan mengembangkan agama Islam dalam rangka
membentuk masyarakat beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT
b. Sebagai taman rekreasi rohani karena diselenggarakan dengan
serius tapi santai
c. Sebagai ajang silaturrahmi yang dapat menghidupsuburkan dakwah
dan ukhuwah Islamiyah
45
d. Sebagai motivasi terhadap pembinaan jama’ah dalam mendalami
ilmu agama Islam (Umar, 2010:142-144).
2. Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA)
Taman pendidikan Al-Qur’an (TPA) adalah salah satu organisasi
yang banyak menjamur dimasyarakat sebagai bentuk kepedulian
terhadap pendidikan agama pada anak-anak. TPA sebagai penunjang
dari pendidikan agama di MI/SD yang dilaksanakan diluar jam
sekolah. TPA juga berfungsi sebagai pengajaran dasar-dasar
pelaksanaan ibadah dalam agama Islam, oleh sebab itu bersifat
alamiah. Sangat perlu untuk menghindari bentuk-bentuk pemaksaan
dalam pembelajarannya.
Tujuan didirikannya TPA adalah menyiapkan anak didik menjadi
generasi muslim yang bias membaca al-Qur’an, mencintainya,
komitmen terhadapnya dan menjadikannya sebagai pandangan
hidupnya. Materi yang diajarkan juga harus menunjang pemahaman
santri tentang pendidikan agama. Materinya seperti materi pokok
yaitu santri dapat membaca al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai
tajwid. Sedangkan materi penunjangnya adalah hafalan surat-surat
pendek, hafalan bacaan shalat, doa sehari-hari, bahasa Arab, menulis
Arab, Akhlak, dan Aqidah (Cendekia, 2010:11-13).
3. Tahsin Al-qur’an
Tahsin al-Qur’an merupakan upaya pembinaan bagi anggota yang
berkeinginan untuk dapat membaca al-Qur’an serta mengenal Ilmu
46
Tajwid. Kegiatan Tahsin ini dimaksudkan untuk memperkenalkan al-
Quran dan bacaannya melalui metode-metode yang praktis dalam
membaca al-Qur’an, sehingga peserta dapat dan mampu membaca al-
Qur’an dengan lancer dan benar (tartil) dan mengerti hukum-hukum
bacaannya.
Kegiatan tahsin diselenggarakan dengan menyediakan forum yang
kondusif bagi mereka, terutama untuk belajar membaca dan menulis
huruf al-Qur’an (Arab). Kegiatan tahsin juga diharapkan dapat memberi
pencerahan bagi anggota masyarakat dan berbagai manfaat, antara lain:
a. Menambah rasa cinta pada a-Qur’an
b. Meningkatkan kemampuan dalam membaca al-Qur’an
c. Mampu menulis huruf al-qur’an (Arab)
d. Mengetahui Ilmu Tajwid
e. Memahami keilmuan seputar al-Qur’an
f. Berinteraksi dengan al-Qur’an (Siswanto,2005: 296)
47
BAB III
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum Masjid Al Muttaqiin Kalibening Tingkir Salatiga
1. Sejarah Berdiri Masjid
Masjid Al Muttaqiin berdiri di Desa Kalibening Kecamatan Tingkir
Kota Salatiga. Sebelum berdiri bangunan Masjid tersebut masih berupa
lahan tanah kosong milik salah satu warga di desa Kalibening. Kemudian
tanah tersebut di wakafkan untuk didirikan sebuah Masjid. Awal
berdirinya bentuk masjid belum berupa bangunan kokoh dan megah
seperti yang sudah ada pada saat ini, masjid Al Muttaqiin pada masa itu
dibangun masih berupa bilik bambu (gedhek) dan berlantaikan lembaran
papan. Masjid ini dibangun dengan gotong royong masyarakat
Kalibening yang sangat antusias dalam proses pembangunannya. Banyak
berbagai kalangan membantu dalam proses pembangunan masjid, dari
masyarakat yang menyumbangkan sebagian hartanya untuk membeli
bahan pembangunan, pemberian jaburan (makanan untuk para pekerja),
dan ada juga yang memberikan bantuan berupa tenaga.
Masjid Al Muttaqiin pada masa itu hanya berukuran separuh dari
bangunan yang saat ini telah mengalami banyak perubahan. Masjid Al
Muttaqiin mengalami masa kempemimpinan yang pertama kali oleh KH.
Syahri, kemudian masa kepemimpinan kedua yaitu KH. Mail, yang
ketiga KH, Abdul Halim, dan diteruskan oleh Mbah Sahlan, kemudian
48
dipimpin oleh KH. Mansur, dan sampai pada saat ini dipimpin oleh KH.
Abda’ Abdul Malik.
2. Letak Geografis
Masjid Al Muttaqiin terletak di Desa Kalibening Kecamatan
Tingkir Kota Salatiga, dengan menempati Area tanah 20x25m2 Masjid ini
terdiri dari 2 lantai, yang sebagian bangunan yang berada di bawah
digunakan sebagai tempat wudhu dan kamar kecil.
Adapun batasannya yaitu :
a. Sebelah Barat berbatasan dengan rumah penduduk
b. Sebelah Timur berbatasan dengan rumah penduduk
c. Sebelah Utara berbatasan dengan Taman Pendidikan Al-Qur’an
(TPA) Al Muttaqiin dan SMKN 3 Salatiga
d. Sebelah Utara berbatasan dengan rumah penduduk
Letak geografisnya sangat strategis, karena lingkungan di sekitar
masjid ini terdapat bangunan rumah penduduk. Taman Pendidikan Al-
Qur’an (TPA) Al Muttaqiin, dan SMKN 3 Salatiga, sehingga secara
otomatis lingkungan masjid ini sangat erat hubungannya dengan
pendidikan baik formal maupun nonformal (observasi pada tanggal 1
Maret 2015).
3. Sususan Organisasi
Organisasi adalah merupakan kerja sama di antara beberapa orang
untuk mencapai tujuan. Untuk mencapai tujuan diperlukan kerjasama
antara individu dalam sebuah organisasi melalui struktur organisasi.
49
Berdasarkan dokumentasi dari takmir masjid memberikan rincian
struktur organisasi sebagai berikut :
SUSUNAN PENGURUS MASJID AL-MUTTAQIN
KALIBENING TINGKIR SALATIGA PERIODE 2014-2015
Penasehat: 1. KH. Abdak Abdul Malik
2. Susuki Surya Wijaya
Ketua: Masykur Suyuti
Sekretaris: 1. Agus Hamin Shodiq S.Ag.
2. R Mustaghis Hilmiy
Bendahara: 1. H. Komsani
2. Nayiri
Seksi-seksi:
a) Dakwah dan Pendidikan: 1. Zainal Arifin
2. Muhtarom
3. Miftahur R
4. Makmun
5. Nasifudin
6. Azam Arifin
b) Humas: 1. Drs. Wiyono
2. Agus Supriyato
50
3. Afandi
c) Perlengkapan: 1. Kabul
2. Maksum Al’arofi
d) Pemberdayaan Jama’ah: 1. K. Muhyidin
2. H. Agus Sholeh
e) Kebersiha: 1. Abdillah
2. Munadzir
3. Sabiqun
4. Visi, Misi, dan Tujuan
a. Visi
“Menjadikan Masjid Al Muttaqiin yang unggul dan mampu
mewujudkan desa yang Islami sesuai al-Qur’an dan as-Sunnah”
b. Misi
1) Menyelenggarakan kegiatan keagamaan untuk meningkatkan
keimanan dan ketaqwaan.
2) Menyelenggarakan kegiatan pendidikan untuk meningkatkan
sumber daya manusia
3) Membangun kesadaran jama’ah masjid untuk menjalankan
rukun Islam.
51
4) Menciptakan lingkungan masjid yang kondusif, aman, nyaman
demi efektifitas seluruh kegiatan dan aktifitas di masjid.
c. Tujuan
“Memberikan semangat bagi para warga untuk lebih
mendekatkan diri kepada Allah dan meletakkan dasar Pendidikan
Islam, serta sebagai sentral ukhwah Islamiyah yang berakhlakul
karimah”
5. Sarana dan Prasarana
Berdasarkan hasil dokumentasi dan observasi pada tanggal 1 Maret
2015, masjid Al Muttaqiin Kalibening, Tingkir, Salatiga memiliki
beberapa sarana dan prasaran diantarannya :
a. Bangunan
Bangunan yang ada di dalam masjid Al Muttaqiin diantaranya :
1) Masjid
Masjid Al Muttaqiin memiliki ukuran seluas 20x25m2.
Masjid ini terdiri dari 3 lantai, yang sebagian bangunan yang di
bawah digunakan sebagai tempat wudhu dan kamar kecil.
2) Toilet pria dan wanita
3) Tempat wudhu pria dan wanita
4) Gudang
b. Perlengkapan
52
TABEL 3.1
Daftar Inventaris Masjid Al Muttaqiin Kalibening Tingkir
Salatiga Tahun 2015
No NAMA BARANG LAMA BARU JUMLAH KET
1. Karpet Sajadah 25 Baik
2. Karpet Lembaran 7 Baik
3. Karpet Imam 2 1 3 Baik
4. Sajadah Imam 2 2 4 Baik
5. Meja Panjang 12 Baik
6. Kotak Amal Besar 2 Baik
7. Kotak Amal Kecil 5 Baik
8. Mimbar 1 Baik
9. Jadwal Khutbah 1 Baik
10. Jam Dinding 4 2 6 Baik
11. Rak 1 Baik
12. Almmari 1 Baik
13. Kipas Angin 4 1 5 Baik
14. Speaker Aktif 2 2 4 Baik
15. Salon 2 Baik
16. Horn Toa 1 Baik
17. Mic 3 2 5 Baik
18. Tiang Mic 2 Baik
19. Genset 1 Baik
20. Tikar besar 11 4 15 Baik
21. Papan pengumuman 1 Baik
22. Gelas 1 gross Baik
23. Teko 5 Baik
24. Tikar kecil 7 4 11 Baik
53
25. Keset 3 5 8 Baik
26. Mukena 5 5 10 Baik
27. Al-Qur’an 22 Baik
Sumber dokumen Masjid Al Muttaqiin Kalibening Tingkir Salatiga, tanggal 1
maret 2015.
6. Pengelolaan Masjid
Mengelola masjid pada zaman sekarang ini memerlukan ilmu dan
keterampilan manajemen. Dengan adanya takmir masjid dengan sistem
manajemen yang baik dalam mengelola dan memakmurkan masjid, agar
dapat meningkatkan kualitas pendidikan.
Takmir masjid Al Muttaqiin merupakan salah satu organisasi yang
sangat berperan dalam proses pendidikan masyarakat islam. Takmir
masjid juga dibantu oleh remaja masjid. Dengan tersusunnya agenda
kegiatan yang baik, takmir masjid dengnan remaja masjid pasti mampu
meningkatkan pendidikan islam masyarakatnya. Takmir masjid Al
Muttaqiin selalu beriman kepada Allah, selalu mendirikan sholat secara
berjama’ah, menunaikan zakat, dan aktif dalam kegiatan apapun.
Manajemen masji Al Muttaqiin dimulai dengan merencanakan
program-program seperti kegiatan untuk masyarakatnya dalam rangka
mencapai tujuan bersama. Kemuadian membentuk suatu organisasi yang
harmonis dan dikelola bersama pengurus melalui organisasi pemuda.
Selanjutnya yaitu melaksanakan program tersebut sesuai yang telah
disepakati bersama. Pengurus akan lebih giat dan mensukseskan
54
program-program yang telah direncanakan. Langkah yang terakhir adalah
pengawasan. Pengawasan terhadapn organisasi yang sudah diberi
tanggung jawab dengan adanya program tertentu. Takmir juga selalu
mengarahkan dan mengatur kegiatan bersama remaja masjid agar sesuai
dengan program dan tujuan yang telah ditetapkan.
B. Kegiatan-kegiatan di Masjid Al Muttaqiin yang dikelola oleh Takmir
Masjid
Dari hasil penelitian di Masjid Al Muttaqqin, peneliti menemukan
kegiatan-kegiatan yang rutin di lakukan di Masjid Al Muttaqiin, yaitu sebagai
berikut :
1. Majelis Taklim
Majelis Taklim yaitu kegiatan yang diisi dengan berbagai kegiatan
pengajian seperti : pengajian rutin, pengajian ahad sore, kegiatan
insidental ( tabligh akbar dan sholawat bersama) dan tadarusan
ramadhan.
“ dalam meningkatkan kualitas pendidikan agama di Masjid Al
Muttaqiin mengadakan kegiatan majelis taklim yang terdiri dari
berbagai kegiatan pengajian, seperti : pengajian rutin yang
dilaksanakan setiap hari sesuai dengan jadwalnya, kegiatan
insidental dan tadarusan ramadhan.” (wawancara dengan takmir
masjid).
55
a. Pengajian Rutin
Pengajian rutin yaitu kegiatan pengajian yang dilakukan setiap
hari senin, kamis, jum’at, sabtu dan ahad. Peserta dan materi yang
disampaikan disesuaikan dengan jadwal pengajian tersebut.
“ Kegiatan pengajian rutin yang dilaksanakan di Masjid Al
Muttaqiin dilaksanakan setiap hari senin, kamis, jum’at, sabtu
dan ahad dengan peserta pengajian sesuai dengan jadwal,
seperti: pengajian yang dilaksanakan setiap hari senin ba’da
maghrib diikuti oleh bapak-bapak dan diisi dengan membaca
Al-Qur’an bersama. Pengajian yang dilaksanakan setiap hari
kamis ba’da magrib yang diikuti oleh bapak-bapak dan ibu-ibu
dengan kegiatan pembacaan surat Yasiin dan Tahlil.pengajian
setiap jum’at ba’da dzuhur yang diikuti oleh ibu-ibu sepuh
yang mempelajari berbagai kitab, pengajian ansor
dilaksanakan setiap jum’at ba’da isya yang peserta
pengajiannya pemuda dan bapak-bapak, dan yang terkhir
pengajian yang dilaksanakan setiap ahad sore yaitu pengajian
yang diikuti oleh pemuda-pemudi.” (wawancara dengan takmir
masjid).
b. Kegiatan Insidental
Kegiatan Insidental yaitu kegiatan yang terdiri dari Tabligh
Akbar dan Sholawat bersama yang diikuti oleh seluruh warga
56
Kalibening dan sekitar mulai dari anak-anak sampai bapak-bapak
dan ibu-ibu. Kegiatan ini dilaksanakan setiap setahun sekali.
“ kegiatan Insidental yaitu kegiatan tabligh akbar dan sholawat
bersama. Kegiatan tabligh akbar dilaksanakan setiap setahun
sekali tapi waktunya tidak menetap dan kalau kegiatan
sholawat bersama dilaksanakan setiap pergantian tahun
hijriyah dengan tujuan untuk mengurangi kegiatan-kegiatan
yang dilakukan pemuda yang kurang mendidik dan kurang
bermanfaat.”(wawancara dengan ketua TPA)
c. Tadarusan Ramadhan
Tadarusan pada bulan Ramadhan juga menjadi salah satu
kegiatan yang dapat meningkatkan kualitas bacaan dari masyarakat.
Terutama pada remaja yang belum mahir dalam membaca al-Qur’an.
Tadarusan Ramadhan ini biasa dilakukan ba’da sholat subuh di
Masjid Al Muttaqiin Kalibening. Tadarusan ini diikuti oleh bapak-
bapak, ibu-ibu, pemuda-pemudi serta anak-anak Kalibening.
“ Setiap bulan Ramadhan di Masjid Al Muttaqiin mengadakan
kegiatan tadarusan yang dilaksanakan setiap ba’da sholat
subuh. Kegiatan ini diikuti oleh bapak-bapak, ibu-ibu, pemuda-
pemudi serta anak-anak warga Kalibening.” (wawancara
dengan takmir masjid).
57
2. Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA)
Taman pendidikan Al-Qur’an (TPA) yaitu kegiatan pembelajaran
yang mempelajari tentang al-Qur’an dan ilmu agama yang
disampaikan oleh ustadz-ustadzah kepada santriwan-santriwati.
Kegiatan TPA ini dilaksanakan setiap hari senin, selasa, rabu, kamis,
sabtu dan ahad pada pukul 14.00 -16.00 WIB.
“Untuk meningkatkan kualitas pendidikan agama Islam, masjid al
Muttaqiin mengadakan kegiatas TPA yang memberikan
pembelajaran tentang ilmu agama dan al-Qur’an untuk anak-anak.
Kegiatan TPA ini terdiri dari 70 santriwan-santriwati dan 15
ustadz-ustadah. Kegiatan TPA ini dilaksanakan setiap hari
senin,selasa,rabu,kamis, sabtu dan ahad pada pukul 14.00-16.00
WIB” (wawancara dengan ketua TPA).
C. Metode dan Materi yang Digunakan oleh Takmir Masjid Dalam
Meningkatkan Kualitas Pendidikan Islam Di Masjid Al Muttaqiin
Pada dasarnya usaha-usaha pengurus masjid dengan progam
keagamaannya sangat bermanfaat bagi masyarakat Kalibening dalam
meningkatkan kualitas pendidikan agama Islam pada masyarakat, namun
dalam pelaksanaan usaha-usaha tersebut juga membutuhkan kerja keras,
kesabaran, ketelatenan, dan kegigihan dalam meningkatkan kualitas
pendidikan.
Adapun materi-materi yang disampaikan dalam pengajian yaitu :
fiqh, akidah,al- Qur’an dan hadis.
58
“ materi yang disampaikan dalam pengajian bermacam-macam
yang disesuaikan dengan kegiatan pengajiannya, seperti materi fiqh,
akidah, al-Qur’an dan Hadis.” (Wawancara dengan takmir masjid).
Adapun metode- metode yang digunakan dalam mengkatkan
kualitas pendidikan agama Islam yaitu :
1. Metode Ceramah
Metode ceramah adalah metode yang sering digunakan
pemateri dalam menyampaikan materi. Dengan metode ceramah
jama’ah pengajian akan lebih mudah memahami materi yang
disampaikan.
“Dalam menyampaikan materi pembelajaran pendidikan agama Islam,
pemateri sering menggunakan metode ceramah karena selain lebih
mengena pada jama’ah, juga akan lebih mudah menerapkan materi
yang saya sampaikan dalam kehidupan sehari-hari jama’ah
pengajian“ (Wawancara dengan takmir masjid).
2. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab digunakan untuk mengetahui
keberhasilan dalam penyampaian materi dan untuk jama’ah
pengajian menambah pemantapan dalam menerima materi.
“ untuk mengetahui tingkat pemahaman jama’ah pengajian dalam
menerima materi yang telah saya berikan, saya terapkan metode
tanya jawab di tengah pengajian tersebut. Jika jama’ah pengajian
sudah memahami maka akan dilanjutkan ke materi selanjutnya
59
namun jika dinilai kurang paham maka akan dijelaskan kembali
yang tidak paham tadi” (Wawancara dengan takmir masjid).
3. Metode Diskusi
Pengajian rutin yang dilaksanakan setiap jum’at juga
menerapkan metode diskusi untuk menyampaikan pendapat atau
mendengarkan pendapat orang lain atau berbagi ilmu pengetahuan
agama.
4. Metode Demontrasi
Dalam materi pembelajaran pendidikan agama Islam ada
yang membutuhkan metode demontrasi supaya jama’ah pengajian
lebih memahaminya. Seperti materi sholat, wudhu, haji adalah
materi yang tidak cukup menggunakan metode ceramah tetapi
memerlukan peragaan agar jama’ah pengajian lebih
memahaminya.
“ pemateri juga menggunakan metode demontrasi dalam
menyampaikan materi yang mengandung gerakan-gerakan
tertentu seperti wudhu, sholat agar santriwan-santriwati lebih
memahami dan bisa langsung mempraktekkan dengan benar “
(Wawancara dengan ketua TPA).
60
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
D. Peran Takmir Masjid Dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan Islam
di Masjid Al Muttaqiin, Kalibening, Tingkir, Salatiga
Peran Takmir Masjid Al Muttaqiin mempunyai posisi yang sangat
penting untuk meningkatkan kualitas pendidikan islam masyarakatnya. Peran
Takmir masjid adalah mengoptimalkan fungsi masjid sebagai Islamic Center
yaitu tmpat membina hubungan manusia dengan Allah SWT dan hubungan
manusia dengan manusia dan membina serta mengadakan kegiatan- kegiatan
yang dapat meningkatkan kualitas pendidikan agama bagi masyarakat.Pada
saat fungsi masjid sudah terwujud, maka kualitas masyarakat akan semakin
meningkat dan membanggakan. Kualitas masyarakat dapat dilihat ketika
mereka selalu melaksanakan shalat berjama’ah di masjid dan mengikuti
beberapa kegiatan yang sudah diselenggarakan dengan kuantitas jamaah yang
banyak.
Peran takmir masjid Al Muttaqiin dapat dilihat dari bebrapa kegiatan
dan aktivitas yang diselenggarakan di masjid ini. Kegiatan-kegiatan tersebut
pada akhirnya akan membawa dampak positif bagi pendidikan islam
masyarakat yang selanjutnya menjadi landasan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan islam di Masjid Al
Muttaqiin Kalibening Tingkir Salatiga, takmir masjid mengadakan kegiatan
sebagai berikut :
61
1. Majelis Taklim
Majelis taklim diisi dengan berbagai kegiatan pengajian seperti :
a. Pengajian Rutin
Pengajian ini diikuti oleh Bapak-bapak, ibu-ibu, dan pemuda-pemudi
dari masyarakat Kalibening. Adapun jenis pengajian sebagai
berikut:
TABEL 4.1
Jadwal Pengajian
No Hari dan Waktu Peserta Jumlah keterangan
1 Kamis ba’da Magrib Bapak-bapak dan
ibu-ibu
30 Pembacaan surat
Yasiin dan Tahlil
2 Jum’at ba’da Dzuhur Ibu-ibu Tua
(sepuh)
20 Pengajian berbagai
kitab
3 Jum’at ba’da Isya Pemuda dan
Bapak-bapak
40 Pengajian Ansor
4 Sabtu ba’da Isya Pemuda-pemudi 30 Pengajian Remaja
Masjid
5 Senin ba’da maghrib Bapak-bapak 25 Pembacaan surat-
surat Al-Qur’an
Sumber dokumen Masjid Al Muttaqiin Kalibening, tanggal 1 maret
2015.
b. Pengajian Ahad Sore
Pengajian Ahad sore yang diselenggarakan oleh Takmir masjid
dan pemateri KH. Abda’ Abdul Malik dilaksanakan setiap hari
Ahad (minggu) dimulai ba’da ashar. Pengajian ini diikuti oleh
para pemuda dan santriwan-santriwati Al Muttaqiin. Pengajian
ini tidak hanya diikuti oleh pemuda-pemudi dari daerah
62
Kalibening saja, bahkan ada dari daerah lain yang mengikuti
pengajian Ahad sore.
Pengajian Ahad sore tersebut berisikan pengajian tentang kajian
dari beberapa kitab, antaranya kitab tijanud darori,
mar’atussolihah, dan kifayatul ghulam. Selain pengajian yang
mengkaji dari kitab-kitab tersebut, pemateri juga sering mengisi
tentang materi fiqh, Aqidah, dan Hadis.
c. Kegiatan Insidental
1) Tabligh Akbar
Kegiatan ini berisi pengajian tematik yang diikuti oleh jama’ah
Masjid Al Muttaqiin Kalibening maupun jama’ah dari daerah
lain. Tabligh Akbar ini pesertanya campur ada Bapak-Bapak,
Ibu-Ibu, Pemuda-Pemudi, dan Anak-Anak. Pengajian ini
sering menghadirkan pemateri terkenal dari daerah-daerah
lain. Ustadz-Ustadz yang pernah mengisi tabligh akbar
adalah sebagai berikut :
a) Ustadz Nasiffudin dari Tulungagung
b) KH. Ali Shodiq (Alm) dari Ngunut
c) KH. Rofi’i dari Bandungan
d) Habib Muh Idrus bin Idrus Alaydrus dari Solo
e) KH. Duri Azhari dari Semarang
f) KH. Makmun dari Domas Salatiga
63
g) KH. Wahib dari Jombor
h) KH. Mahyan
i) KH. Abdurrahman dari Semarang
j) KH. Ahmad Baidhowi dari Rembang
2) Sholawat bersama
Sholawat bersama adalah kegiatan bersholawat yang diadakan
setiap setahun sekali. Acara ini dibentuk oleh para remaja
masjid setiap malam pergantian Tahun baru Nasional.
Adapun tujuan dari Acara Sholawat bersama ini dimaksudkan
untuk menghindari pemuda-pemudi Kalibening dalam
merayakan malam tahun pada umumnya, seperti meniup
terompet, menyalakan kembang api, dan yang paling penting
mencegah pemuda dan pemudi keluar malam hanya untuk
sekedar melakukan hal yang tidak bermanfaat. Selain itu juga
mengajarkan kepada pemuda pemudi untuk lebih mengenal
dan dekat terhadap baginda Nabi Muhammad SAW.
3) Tadarusan Ramadhan
Tadarusan pada bulan Ramadhan juga menjadi salah satu
kegiatan yang dapat meningkatkan kualitas bacaan dari
masyarakat. Terutama pada remaja yang belum mahir dalam
membaca al-Qur’an. Tadarusan Ramadhan ini biasa
dilakukan ba’da sholat subuh di Masjid Al Muttaqiin
64
Kalibening. Tadarusan ini diikuti oleh bapak-bapak, ibu-ibu,
bahkan pemuda-pemudi Kalibening.
2. Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA)
Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) adalah salah satu organisasi
yang banyak menjamur dimasyarakat sebagai bentuk kepedulian
terhadap pendidikan agama pada anak-anak. TPA Al Hidayatul
Mubtadien memiliki santriwan dan santriwati sebanyak 70 santri.
Mereka berasal dari warga Kalibening dan warga sekitar. Jadwal
masuknya seminggu 6 kali, yaitu senin, selasa, rabu, kamis, sabtu
,dan minggu. Proses pembelajaran pada TPA tersebut dimulai dari
jam 14.00-16.00 WIB. Ustad-ustadzah berjumlah 15 orang yang
berkompeten dalam bidang agama Islam.
Materi yang diajarkan harus menunjang pemahaman santri tentang
pendidikan agama. Materinya seperi materi pokok yaitu santri dapat
membaca al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai tajwid. Sedangkan
materi penunjangnya adalah hafalan surat-surat pendek, hafalan
bacaan sholat, hafalan do’a sehari-hari, bahasa arab, kitab Alala, kitab
Hidayatus sibyan, Akhlak, dan Aqidah.
Berdasarkan beberapa kegiatan yang sudah berjalan di masjid Al
Muttaqiin ini, menjadikan masjid ini mempunyai peran yang sangat
penting untuk meningkatkan kualitas pendidikan Islam masyarakat
dan mewujudkan desa Kalibening sesuai dengan al-Qur’an dan as-
Sunnah. Masjid memiliki kedudukan yang sangat penting dalam
65
masyarakat Islam, yakni sebagai pusat pendidikan Islam. Pada saat
fungsi dan peran masjid sudah terwujud, maka kualitas masyarakat
akan semakin meningkat dan membanggakan. Kualitas masyarakat
dapat dilihat ketika mereka selalu melaksanakan shalat berjama’ah di
masjid dan mengikuti beberapa kegiatan yang sudah diselenggarakan
dengan kuantitas jama’ah yang banyak. Kualitas yang dimaksud tidak
hanya sebatas pada seberapa sering jama’ah mengikuti aktivitas di
masjid, melainkan juga pada kualitas kehidupan yang dijalani setiap
harinya.\
Fungsi masjid selain menjadi tempat ibadah dan tempat
mendekatkan diri pada Allah SWT juga berperan sebagai tempat
untuk belajar mengajar khususnya ilmu agama. Hal ini sudah terbukti
dengan adanya beberapa kegiatan yang sudah diselenggarakan dan
dilaksanakan oleh takmir masjid dan remaja masjid. Dengan
kegiatan-kegiatan yang sudah dilaksanakan, masyarakat mampu
menerapkan dan mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari, baik di
lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara serta menjadi
pribadi yang bertanggung jawab dan berakhlakul karimah dalam
berbagai aspek kehidupan.
66
E. Faktor Pendukung dan penghambat Takmir Masjid Al Muttaqiin,
Kalibening, Tingkir, Salatiga, dalam Meningkatkan Kualitas
Pendidikan Islam
Berkaitan dengan proses pendidikan Islam dalam meningkatkan
kualitas pendidikan Islam masyarakat tersebut, ada beberapa faktor yang
mempengaruhi proses tersebut. Yaitu faktor pendukung dan faktor
penghambat. Faktor pendukung dan penghambat sebagai berikut :
1. Faktor Pendukung
a. Majelis Taklim
1) Adanya Masjid
Masjid sebagai tempat belajar mengajar, khususnya ilmu
agama yang merupakan fardlu’ainbagi umat Islam.
Disamping itu juga ilmu-ilmu lain, baik ilmu alam, sosial,
humaniora, keterampilan dan lain sebagainya dapat diajarkan
di masjid. Pada masa Rasullullah masjid selain sebagai
tempat ibadah shalat juga sebagai tempat pendidikan bagi
umat Islam.
2) Adanya agenda / Tersusunnya Program Kegiatan
Kegiatan akan berjalan dengan baik apabila direncanakan
dan diprogram dengan baik dan matang. Sehingga kegiatan-
kegiatan yang akan dilaksanakan akan tercapai tujuan yang
diinginkan.
67
3) Jumlah Jama’ah
Masyarakat yang tinggal di desa Kalibening semua
beragama Islam. Masyarakatnyapun sangat antusias mengikuti
beberapa kegiatan yang diselenggarakan oleh takmir masjid Al
Muttaqiin. Tidak hanya masyarakat dalam saja yang mengikuti,
tetapi daerah lain juga.
4) Komunikasi dan kerjasama
Komunikasi dan kerjasama atar pengurus takmir masjid,
remaja masjid, dan jama’ah sudah berjalan dengan baik.
Sehingga dengan diadakannya kegiatan ini mampu
mewujudkan nilai pendidikan Islam masyarakat yang baik.
5) Remaja masjid
Adanya forum remaja masjid sebagai generasi muda yag
selalu memberikan semangat baru.
6) Tersedianya dana yang memadai
Dana merupakan hal yang paling penting dalam hal
apapun. Karena tanpa dana yang cukup, tidak mungkin suatu
kegiatan akan berjalan dengan baik dan sesuai progran dan
rencana yang disusun. Dana di dapat dari uang infak
masyarakat Kalibening.
b. Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA)
1) Adanya tempat untuk proses pembelajaran, yaitu masjid
dan ruang kelas di TPA Al Muttaqiin.
68
2) Ustadz-ustadzah yang berkompeten dalam urusan agama
Islam
3)Jumlah santriwan-santriwati yang banyak
4) Masyarakat mendukung adanya TPA Al Hidayatul
Mubtadien (wawancara dengan Ustadz TPA Al Muttaqiin
pada tanggal 1 Maret 2015).
2. Penghambat
Adapun yang menghambat proses kegiatan pendidikan Islam yang
dilaksanakan oleh Takmir Masjid Al Muttaqiin yaitu :
a. Majelis Taklim
1) Kurangnya kesadaran masyarakat untuk mengikuti kegiatan
secara rutin.
2) Penggunaan metode yang monoton dan kurang bervariasi.
Terkadang kegiatan tersebut semakin lama semakin
membuat jama’ah jenuh. Sehingga kegiatannya terasa monoton.
(observasi dan wawancara dengan ketua takmir masjid dan
masyarakat di desa Kalibening pada tanggal 1 Maret 2015).
b. Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA)
1) Santriwan-santriwati yang kurang tanggap terhadap peraturan
yang ada.
2) Waktu dalam proses pembelajaran yang kurang lama
(wawancara dengan Ustadzah TPA Hidayatul Mubtadien).
69
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data dapat disimpulkan
bahwa :
1. Takmir Masjid Al-Muttaqqin sangat berperan dalam meningkatkan kualitas
pendidikan Islam yang terbukti dengan adanya kegiatan-kegiatan yang telah
terselenggarakan di masjid Al-Muttaqiin seperti Taman Pendidikan Al-
Qur’an, Majelis taklim dan lain-lain.
2. Faktor pendukung dalam meningkatkan kualitas pendidikan Islam yang
dihadapi oleh Takmir Masjid Al Muttaqiin, yaitu tersusunnya program
kegiatan, jumlah jama’ah yang banyak dan selalu aktif, adanya komunikasi
dan kerja sama yang baik antara takmir masjid, remaja masjid dan jama’ah di
masyarakat.Sedangkan faktor penghambatnya yaitu kurangnya kesadaran
masyarakat untuk mengikuti kegiatan secara rutin dan metode pembelajaran
yang monoton dan tidak bervariasi.
B. Saran
Setelah penulis mengadakan penelitian dan pengamatan tentang peran
masjid dalam meningkatkan kualitas pendidikan Islam masyarakat Kalibening
tingkir Salatiga, maka penulis ingin menyampaikan saran-saran demi
perbaikan dan kemajuan :
1. Pengurus Takmir Masjid
70
Kepada takmir masjid untuk lebih meningkatkan dan
menghidupkan lagi kegiatan-kegiatan yang sudah berjalan. serta lebih
menguatkan kekompakan antara sesama pengurus masjid, remaja, dan
masyarakat.
2. Jama’ah
Kepada jama’ah agar selalu senantiasa menghadiri shalat lima
waktu secara berjama’ah dan ikut berpartisipasi dalam berbagai
kegiatan untuk meningkatkan kualitas pendidikan Islam masyarakat
Kalibening yang diadakan oleh Takmir masjid Al Muttaqiin.
3. Ustadz-Ustadzah
Kepada para ustadz-ustadzah baik itu ustadz-ustadzah pengajian
maupun Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) agar selalu semangat
dalam mengajar dan memberikan materi kepada jama’ah dan
santriwan santriwati. Serta lebih bervariasi dalam mengajar dan
menerapkan Partisipasi Aksi Riset (PAR) sebagai pemberdayaan dan
pegembangan mutu pendidikan masyarakat terutama pendidikan
Islam bagi masyarakat Kalibening.
DAFTAR PUSTAKA
Abdulhak, Ishak.2012. Penelitian Tindakan Dalam Pendidikan Nonformal.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Antonio, Muhammad Syafi’i. 2007. The Super Leader Super Manager. Jakarta:
Prophetic Leadership and Management.
Arikunto, Suharsimi. 1990. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: PT Nimas Multima.
Ayub, Muhammad E. 2007. Manajemen Masjid. Jakarta: GemaInsani.
Cendekia, Tim Pena. 2010. Panduan Mengajar TPA/TPQ. Solo: Gazza Media.
Daulany, PutraHaidar.2009. Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan
Islam di Indonesia. Jakarta: Kencana Predana Media Group.
Depdikbud.1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Herdiansyah.2010. Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta:
Salemba Humanika.
HM.Arifin. 2000. Ilmu Pendidikan Islam (Tinjauan Teorotis dan Praktis
Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner). Jakarta: Sinar Grafika
Offnet.
. . 2008. Ilmu Pendidikan Islam (Tinjauan Teorotis dan Praktis
Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner). Jakarta: Sinar Grafika
Offnet.
Milles dan Huberman. 1992. Data Kualitatif Buku Sumber Tentang Metode-
Metode Baru. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya.
Muliawan, Jasa Ungguh. 2005. Pendidikan Islam Integratif. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Priyatna, Tedy. 2004. Reaktualisasi Paradigma Pendidikan . Bandung: Pustaka
Bani Quraisy.
Rahman, Abdur. 2005. Pendidikan Islam Integratif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Siswanto. 2005. Panduan Praktis Organisasi Remas. Jakarta Timur: Al-Kautsar.
Sudjana, Nana. 2004. Manajemen Program Pendidikan untuk Pendidikan
NonFormal dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung:
Falah Production.
Sukmadinata, Nana Saodih. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosda
Karya.
Supardi dan Amiruddin. 2001. Manajemen Masjid dalam Pembangunan
Masyarakat: Mengoptimalkan Peran dan Fungsi Masjid.
Yogyakarta: UII Press.
Thoha, Chabib. 2004. Metodologi Pengajaran Agama. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Uhbiyati, Nur 2005.Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: PustakaSetia.
. 2010.IlmuPendidikan Islam. Bandung: PustakaSetia.
Usman, Husaini.Dkk. 2008.Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: BumiAksara.
http://wajburni.wordpress.com/2012/01/17/sistem-penyelenggaraan-pendidikan-
islam-non-formal-di-indonesia/ diaksespada 28 Maret 2013
padapukul 11.00 WIB).
http://www.wikiapbn.com/artikel/Fungsi, diakses pada tanggal 11 Februari 2015).
DOKUMENTASI
Masjid tampak dari depan
Masjid tampak dari atas samping
Proses belajar mengajar di TPA Hidayatul Mubtadien
Pengajian Ansor
TPA Hidayatul Mubtadien tampak dari depan