skripsi - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf ·...

136
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM PENANGGULANGAN GIZI BURUK SKRIPSI Disusun Guna Memenuhi Syarat-syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Administrasi Disusun oleh : DESTI SURYANING AYU D 0106113 JURUSAN ILMU ADMINISTRASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Upload: lamnhi

Post on 20-Feb-2018

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

STRATEGI DINAS KESEHATAN

KABUPATEN KLATEN DALAM

PENANGGULANGAN GIZI BURUK

SKRIPSI

Disusun Guna Memenuhi Syarat-syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan Ilmu Administrasi

Disusun oleh :

DESTI SURYANING AYU

D 0106113

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN

DALAM PENANGGULANGAN

GIZI BURUK

SKRIPSI

Disusun Guna Memenuhi Syarat-syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan Ilmu Administrasi

Disusun oleh :

DESTI SURYANING AYU

D 0106113

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 3: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

HALAMAN PENGESAHAN

Telah diuji dan Disahkan oleh Panitia Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada Hari :

Tanggal :

Panitia Penguji :

1. Drs. H. Sakur, M.S ( )

NIP. 194902051980121001 Ketua Penguji

2. Dra. Retno Suryawati, M.Si ( )

NIP. 196001061987022001 Sekretaris Penguji

3. Herwan Parwiyanto, S.Sos,MSi ( )

NIP. 197505052008011033 Penguji

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Drs. Supriyadi, SN., SU

NIP.195301281981031001

Page 4: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

HALAMAN PERSETUJUAN

Disetujui Untuk Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Pembimbing

Herwan Parwiyanto, S.Sos,MSi

NIP.197505052008011033

Page 5: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

MOTTO

“Lakukanlah apa yang dapat dilakukan dan buatlah dapat dilakukan

apa yang tidak dapat dilakukan”

(Alexander Graham Bell)

Inspirasi akan selalu bernyanyi kerana

inspirasi tidak pernah menjelaskan

( Khalil Ghibran )

Jika belajar hidup maka berusahalah untuk bisa menerima

kenyataan

Tapi jika belajar ilmu maka berusahalah untuk bisa

menyempurnakan

( Penulis )

Page 6: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini penulis persembahkan untuk :

à Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan hal yang terbaik di dalam

hidupku

à Ibuku Endang Purwanti dan adikku Devi Ratna Mayasari atas semua doa,

kasih sayang dan pengorbanan yang diberikan kepadaku.

à Keluarga besarku atas doa dan dukungan yang diberikan

à Keluarga Bapak Haryanto, atas doa dan dukungan yang diberikan sehingga

saya bisa menghadapi berbagai tantangan dalam menggapai mimpiku.

à Sahabatku dimasa kuliah masa-masa empat tahun ini sangat berarti, senang

dapat bertemu dan bersama-sama melewati masa perkuliahan dengan

kalian.

à Sahabatku mbak yuli, mas bayu, mbak sion, mbak rury, lewy, fendy,

yoyok, hary, yang telah menyemangatiku dalam pembuatan skripsi ini.

à Almamaterku Administrasi Negara 2006

à Semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam proses

penyusunan skripsi ini.

Page 7: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr, Wb,

Dengan mengucap syukur kepada Tuhan yang telah melimpahkan kasih

karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Strategi Dinas

Kesehatan Kabupaten Klaten Dalam Penanggulangan Gizi Buruk”. Penyusunan

skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di

Program Studi Administrasi Negara, Jurusan Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan beberapa pihak,

maka pada kesempatan ini dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima

kasih dan penghargaan khusus kepada:

1. Bapak Herwan Parwiyanto, S.Sos,MSi selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan bimbingan dan arahannya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini.

2. Dra. Sri Yuliani, M.Si. selaku pembimbing akademis, atas bimbingan

akademis yang telah diberikan selama ini.

3. Drs. Sudarto, M.Si. dan Drs. Agung Priyono, M.Si. selaku Ketua dan

Sekretaris Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Drs. Supriyadi SN., SU. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Page 8: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

5. Ibu Sri Hastuti Suprihandini, S.Km selaku Ketua Seksi Gizi Dinas Kesehatan

Kabupaten Klaten

6. Ibu Anis Sihretno, S.Sit, Ibu Sri Sunarti, S.KM,Msi, Ibu Yayuk Sri Indarti,

S.Km,MSi yang telah bersedia menjadi informan dalam penyusunan skripsi

ini.

7. Ibu Suminten selaku Ketua Posyandu Lestari yang telah bersedia menjadi

informan dalam penyusunan skripsi ini.

8. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam proses penyusunan

skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini jauh dari

kesempurnaan hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki.

Oleh karena itu kritik dan saran yang menuju kearah perbaikan skripsi ini akan

penulis perhatikan. Sebagai kata penutup, semoga skripsi ini dapat bermanfaat

bagi perkembangan Program Studi Ilmu Administrasi Negara, serta bagi pihak-

pihak yang memerlukannya.

Surakarta, Januari 2011

Penulis

Page 9: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL…………………………………………………….

HALAMAN PENGESAHAN……………………………………...…...

HALAMAN PERSETUJUAN…………………………………...……..

HALAMAN MOTTO…………………………………………..….……

HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………..….…....

KATA PENGANTAR…………………………………………………..

DAFTAR ISI…………………………………………………………….

DAFTAR TABEL……………………………………………………….

DAFTAR GAMBAR………………………………………………........

ABSTRAK…………………………..…….………………………..……

ABSTRACT.............................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah………………….…………………..

B. Rumusan Masalah…………………………….……………...

C. Tujuan Penelitian……...…………………….………………..

D. Manfaat Penelitian……………………………………………

I

ii

iii

iv

v

vi

viii

xi

xii

xiii

xv

1

8

8

8

Page 10: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori..………………………………………..........

B. Kerangka Pemikiran………………………………………….

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian……………………………………… ... ...

B. Lokasi Penelitian ....................................................................

C. Sumber Data ………………………………….......………

D. Teknik Pengambilan Sampel……………………………......

E. Teknik Pengumpulan Data……………………………………

F. Teknik Analisis Data…………………………………………..

G. Validitas Data…..……………………………………………..

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Dinas Kesehatan Kabupaten

Klaten……............................................................................

B. Strategi Dinkes Kabupaten Klaten dalam Penanggulangan

Gizi Buruk……………………………………..………..

1. Program Keluarga Sadar Gizi ( KADARZI ) ............

2. Indikator Program Keluarga Sadar Gizi ( KADARZI )

C. Upaya Dinkes dalam Penanggulangan Gizi Buruk Terkait

Program KADARZI .........................................................

9

31

35

35

36

37

38

40

43

46

60

61

66

110

Page 11: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………….

B. Saran ..……………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

114

117

Page 12: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Tabel Halaman

1.1 Status Gizi Balita dan Jumlah Kecamatan Rawan Gizi

Kabupaten Klaten Tahun 2008 ............................................................... 5

2.1 Pengertian Indikator Status Gizi ............................................................. 21

2.2 Indikator Penilaian Gizi ......................................................................... 23

4.1 Penilaian Indikator Kadarzi Berdasarkan Kriteria Keluarga .................. 62

4.2 Jumlah Bayi yang Diberi ASI Eklsklusif Kabupaten Klaten 2008 ......... 83 4.3 Pemberian Vitamin A 2008-2009 ........................................................... 92 4.4 Jumlah Keluarga Sadar Gizi Tahun 2008 ............................................. 97 4.5 Status Gizi Balita dan Jumlah Kecamatan Rawan Gizi Kabupaten Klaten Tahun 2009 ................................................................................. 102 4.6 Pembagian Sampel dan Cluster KADARZI Tahun 2010 ....................... 107 4.7 Jumlah Keluarga Sadar Gizi 2010 ........................................................... 109

Page 13: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Gambar Halaman

2.1

3.1

3.2

Bagan Kerangka Berfikir Strategi Dinas Kehatan Kabupatenn

Klaten Dalam Penanggulangan Gizi Buruk………………….

Model Analisis Interaktif …………...………………………..

Bagan Triangulasi Data ………………………………………

34

43

45

Page 14: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

ABSTRAK

DESTI SURYANING AYU. D0106113. STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM PENANGGULANGAN GIZI BURUK. Skripsi. Program Studi Administrasi Negara. Jurusan Ilmu Administrasi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. 2011. 119 Hal.

Angka status gizi buruk di Kabupaten Klaten relatif masih tinggi, pada tahun 2008 terdapat 116 balita yang mengalami gizi buruk. Kecamatan yang paling banyak balita yang mengalami gizi buruk pada tahun 2008 yaitu Kecamatan Bayat dan Kecamatan Juwiring yang masing- masing terdapat 9 balita yang mengalami gizi buruk. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan strategi penanggulangan gizi buruk yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari wawancara dengan narasumber dan arsip/ dokumen yang berkaitan dengan penelitian. Teknik penarikan sampel menggunakan purposive sampling. Purposive sampling digunakan ketika peneliti menetapkan narasumber yaitu pegawai di bidang gizi Dinkes Kabupaten Klaten. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan wawancara, observasi, dan telaah dokumen. Validitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode triangulasi data. Analisis data pada penelitian ini dengan menggunakan model analisis interaktif.

Hasil penelitian yang dilakukan di Dinkes Kabupaten Klaten dapat diketahui bahwa Dinkes Kabupaten Klaten telah melaksanakan program untuk menanggulangi gizi buruk yaitu program Keluarga Sadar Gizi ( KADARZI ) yang terdiri dari 5 antara lain :

1. Menimbang berat badan bayi secara teratur 2. Memberikan ASI saja kepada bayi sejak umur 0 – 6 bulan 3. Makan beraneka ragam 4. Menggunakan garam yodium 5. Minum suplemen gizi.

Hasil pengamatan masih banyak terdapat ibu balita yang bekerja sehingga pemberian ASI ekslusif belum bisa dikatakan berhasil, selain itu penganekargaman makanan juga belum bisa dikatakan berhasil disebabkan pendapatan masyarakat yang minim mempengaruhi pola konsumsi makan masyarakat

Dari kegiatan KADARZI adapun strategi yang dijalankan oleh Dinas Kesehatan agar program KADARZI dapat berjalan yaitu dengan mengeluarkan Perda No 7 Tahun 2008 tentang Inisiasi Menyususi dan ASI Ekslusif, penimbangan balita dengan antropometri, memberikan penyuluhan akan

Page 15: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

pentingnya makan beaneka ragam dan penggunaan garam yodium sesuai dengan UU No 64 Tahun 1994 tentang pengadaan garam yodium. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten dapat diketahui upaya penanggulangan gizi buruk yaitu penimbangan anak balita menggunakan Kartu Menuju Sehat ( KMS ) setiap bulan, memberikan pendidikan gizi dan kesehatan bagi ibu yang memiliki balita, memberikan vitamin A kepada bayi dan balita, dan meningkatkan pelayanan gizi, selain itu adanya pelatihan kader Posyandu atau petugas Puskesmas.

,

Page 16: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

ABSTRACT

DESTI SURYANING AYU. D0106113. THE STRATEGY IN KLATEN DISTRICT HEALTH OFFICE IN THE PREVENTION MALNUTRITION. Thesis. Government administration Study Program. Administration Department. Social and Politic Faculty. Sebelas Maret University. Surakarta. 2011. 119 pages.

Malnutrition States rates in Klaten Regency is high, in 2008 there are 116 children under five years (babies) which is plague striken malnutrition. The sub district which has the most babies that plague striken bad nutrient is Bayat and Juwiring there are 9 babies in every sub district that plague striken malnutriton. The purpose of this research to describe the strategy of tackling malnutition that has done by Klaten Distric Health Office.

Research method that used in this research is descriptive-qualitative research. Data source in this research was found by informant interview and archives/ document related to the research. The technique of drawing this sample use purposive sampling. Purposive sampling used when the researcher determine the informant as a employee in nutrient sector Klaten District Health Office. Technique of data collecting used in this research are interview, observation and research document. The validity data used in this research is triangulation technique date. Data analyze in this research is interactive analyze model.

The result of research that has done Klaten District Health Office can be known that the Klaten District Health Office was implemented the program for tackling malnutrition that is nutrient family aware program Keluarga Sadar Gizi ( KADARZI ) which are consist of 5 indicator they are :

1. Weighing the body of babies regularly

2. Giving breast feeding (ASI) for their baby since 0-6 months

3. Giving variety food

4. Using salt-iodized

5. Drinks nutrient supplement

The observation still there are many mothers who work so that exclusive breastfeeding can not be said to succeed, but it giving variety food also can not say successfully caused minimal incomes affect food consumption patterns of society.

As for the strategy of KADARZI activities run by the Public Health Service for KADARZI to run the program by issuing Regulation No. 7 of 2008 regarding the initiation of breastfeeding and exclusive breastfeeding, child's

Page 17: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

weight with anthropometry, provides counseling on the importance of eating beaneka range and use of iodized salt in accordance with Law No. 64 Year 1994 on the procurement of iodized salt. Based on the result of research that has done in Klaten District Health Office can be known for tackling malnutrition is weighing children under five years use Kartu Menuju Sehat ( KMS ) every moths, giving nutrient and health education for children’s mother, giving vitamin A for the babies and children under five and increasing nutrient service. Besides, there are training of Posyandu or Puskesmas.

Page 18: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan di Indonesia diselenggarakan secara menyeluruh

dan berkesinambungan yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan

kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat agar

terwujud derajat kesehatan yang setinggi – tingginya. Kesehatan merupakan

indikator keberhasilan pembangunan yang diselenggarakan oleh suatu negara.

Untuk memenuhi kebutuhan kesehatan semua warga negara Indonesia

bukanlah hal yang mudah, pemerintah telah mengupayakan pemenuhan

kebutuhan yang penting dengan menyediakan sarana dan prasarana yang

cukup memadai untuk menunjang kesehatan.

Untuk mengetahui keberhasilan pencapaian visi Indonesia masa depan

adalah tercapainya hak atas hidup sehat bagi seluruh lapisan masyarakat

melalui sistem kesehatan yang dapat menjamin terlindunginya masyarakat dari

berbagai resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan dan tersedianya

pelayanan kesehatan yang bermutu tinggi, ,terjangkau dan merata. Untuk

menunjang penyelenggaraan pembangunan kesehatan diperlukan manajemen

dan administrasi kesehatan yang memadai, termasuk pula perlu adanya

kemampuan perencanaan pembangunan kesehatan yang kuat. Perencanaan

pembangunan kesehatan merupakan proses untuk menentukan tindakan masa

Page 19: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

depan yang tepat, melalui urutan – urutan pilihan dengan mempertimbangkan

sumber daya yang tersedia dalam rangka pencapaian tujuan pembangunan

kesehatan.

Bila ditinjau dengan seksama perkembangan pembangunan kesehatan

di Indonesia sebenarnya telah terdapat peningkatan dalam pelayanan

kesehatan dasar dan derajat kesehatan di sementara masyarakat. Dalam

evaluasi pembangunan kesehatan yang terjadi bahwa pemerataan derajat

kesehatan dan berbagai pelayanan kesehatan belum dapat berhasil seperti yang

diharapkan. Sementara masyarakat masih merasa kurang berkewajiban dan

bertanggung jawab untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan

sehingga mengakibatkan kurang mandirinya masyarakat dalam menjaga

kesehatan.

Pembangunan kesehatan dalam hal ini adalah pembangunan tentang

gizi , merupakan hal yang penting dan perlu untuk diperhatikan terutama bagi

para balita. Di Indonesia terdapat empat masalah gizi utama, yaitu masalah

gizi makro , khususnya Kurang Energi Protein ( KEP ), masalah gizi mikro

terutama Kurang Vitamin A ( KVA ) . Anemia Gizi Besi ( AGB ), dan

Gangguan Akibat Kurang Yodium ( GAKY ) ( R. Hapsara Habib

Rachmat,2004:18 ).

Pada saat ini Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yaitu masalah

gizi kurang dan gizi buruk. Masalah gizi kurang pada umumnya disebabkan

oleh kemiskinan, kurang pendidikan pangan, kurang baiknya masalah

Page 20: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

lingkungan ( sanitasi ), kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi, menu

seimbang dan kesehatan. Sedangkan masalah gizi buruk penyebabnya sama

dengan gizi kurang ditambah karena kemampuan ekonomi pada lapisan

masyarakat tertentu disertai dengan kurangnya pengetahuan tentang gizi,

menu seimbang dan kesehatan.

Permasalahan tentang gizi juga terjadi di Kabupaten Klaten, diketahui

sebanyak 102 balita mengalami gizi buruk atau mal nutrisi dan 2.183 balita

mengalami kekurangan gizi, fakta tersebut merupakan hasil pendataan dari 26

kecamatan yang berada di Kabupaten Klaten. Dalam surat kabar Joglo Semar

Kepala Dinas Kesehatan Klaten menuturkan :

“ Joglo Semar, 31 Desember 2009. KLATEN—Sedikitnya 102 Balita (bawah lima tahun) di wilayah Kabupaten Klaten mengalami mal nutrisi atau gizi buruk, sementara 2.183 Balita yang lain mengalami kekurangan gizi. Fakta tersebut merupakan hasil pendataan dari 26 Puskemas di wilayah Kabupaten Klaten. Hasil laporan yang diterima oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) Klaten mencatat, kasus kurang gizi dan gizi buruk yang dialami di wilayah Klaten masih cukup tinggi dalam satu tahun terakhir ini. Kepala Dinkes Klaten, Rony Roekminto mengatakan, penderita gizi buruk tersebut tersebar di 26 kecamatan di Klaten. “ Asupan gizinya memang kurang, sehingga terjadi kasus gizi buruk. Kebanyakan dari anak-anak itu berasal dari kalangan keluarga tidak mampu,” kata Rony, Rabu (30/12) kemarin.

Rony menjelaskan terjadinya kekurangan gizi maupun gizi buruk tersebut salah satunya dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan keluarga. “Tingkat pendidikan ini sangat berpengaruh. Karena pengetahuan tentang pentingnya pemenuhan gizi Balita keluarga yang masih kurang,” kata dia. Ironis Rony mengakui kondisi tersebut memang ironis, karena banyaknya penderita kurang gizi dan gizi buruk di Klaten, ternyata tidak diimbangi dengan anggaran dalam APBD 2010. Anggaran dalam APBD sejauh ini belum berpihak kepada kaum lemah, terbukti, Dinas Kesehatan dalam APBD 2010 hanya mendapatkan anggaran Rp 300 juta.“Jumlah sebesar ini jelas tidak mampu untuk mendukung program pengentasan Balita dari kondisi kekurangan gizi,” ujarnya. Akan tetapi, anggapan tersebut justru dibantah oleh anggota Komisi IV DPRD Klaten,

Page 21: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

Sri Widodo. Ia mengatakan, meskipun jumlah anggaran untuk Dinkes Klaten terbatas, namun program pemenuhan gizi Balita sudah dipenuhi bantuan dari pemerintah pusat dan pemerintah provinsi.

Sehingga, anggaran pengentasan gizi tahun ini hanya difokuskan untuk distribusi program makanan tambahan (PMT) dan pemantauan kesehatan Balita. Sri Widodo juga membantah bahwa faktor ekonomi dan pengetahuan gizi yang menjadi penyebab utama adanya Balita mengalami gizi buruk. Dari hasil kunjungannya ke beberapa daerah, dirinya menemukan fakta bahwa gizi buruk adalah akibat lanjutan penyakit lain yang diderita balita. “Biasanya, balita itu menderita sakit yang lain, kemudian jadi tidak doyan makan. Karena itulah dia jadi kena gizi buruk,” ujarnya.( www.joglosemar.com )

Berdasarkan kasus tersebut bahwa permasalahan gizi buruk yang ada

di Indonesia memang cukup serius tetapi pemerintah terutama badan yang

terkait dalam penangganan gizi tidak hanya berdiam diri saja tetapi juga

berupaya untuk mengatasi permasalahan gizi yang terjadi pada balita – balita

yang ada di Indonesia. Permasalahan tentang balita yang mengalami gizi

buruk ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain : faktor ekonomi ,

sehingga orang tuanya tidak mampu untuk membelikan asupan makanan yang

bergizi kepada anaknya, faktor pendidikan, tingkat pendidikan yang rendah

juga akan mempengaruhi pengetahuan orang tua tentang pentingnya

pemberian gizi bagi balitanya. Hal tersebut yang memicu munculnya balita

mengalami gizi buruk atau kekurangan gizi. Pada tahun 2008 terdapat balita

yang mengalami masalah gizi buruk sebesar 116 balita, dapat diliha pada

tabel 1.1.

Page 22: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

Tabel 1.1

STATUS GIZI BALITA DAN JUMLAH KECAMATAN RAWAN GIZI

KABUPATEN/ KOTA KLATEN

TAHUN 2008

NO Kecamatan Puskesmas

Jumlah Balita % BALITA Kec.

Bebas

Rawa

n Gizi

Balita

yang ada

Ditimba

ng

BB

Naik BGM

Gizi

Buruk

Ditimba

ng BB Naik BGM

Gizi

Buruk

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

1 Prambanan Prambanan 1,592 1,415 1,098 21 1 88.88 77.60 1.48 0.07 +

Kebondalem Lor 1,903 1,324 812 59 4 69.57 61.33 4.46 0.30 +

2 Gantiwarno Gantiwarno 2,556 2,148 1,344 104 4 84.04 62.57 4.84 0.19 +

3 Wedi Wedi 3,456 3,290 2,584 58 1 95.20 78.54 1.76 0.03 +

4 Bayat Bayat 4,443 3,899 3,355 141 9 87.76 86.05 3.62 0.23 +

5 Cawas Cawas I 1,780 1,421 1,045 19 5 79.83 73.54 1.34 0.35 +

Cawas II 1,856 1,645 1,455 25 3 88.63 88.45 1.52 0.18 +

6 Trucuk Trucuk I 2,691 2,200 1,197 30 1 81.75 54.41 1.36 0.05 +

Trucuk II 2,827 2,827 1,831 98 5 100.00 64.77 3.47 0.18 +

7 Kalikotes Kalikotes 2,743 2,043 1,320 137 7 74,48 64.61 6.71 0.34 +

8 Kebonarum Kebonarum 1,363 1,158 1,006 13 5 84.96 86.87 1.12 0.43 +

9 Jogonalan Jogonalan I 2,159 1,648 1,406 32 3 76.33 85.32 1.94 0.18 +

Jogonalan II 1,712 1,546 1,313 121 2 90.30 84.93 7.83 0.13 +

10 Manisrenggo Manisrenggo 3,037 2,460 1,514 92 4 81.00 61.54 3.74 0.16 +

11 Karangnongko Karangnongko 2,545 2,371 1,968 73 2 93.16 83.00 3.08 0.08 +

12 Ngawen Ngawen 3,024 2,568 2,209 84 4 84.92 86.02 3.27 0.16 +

13 Ceper Ceper 2,487 2,049 1,714 27 2 82.93 83.65 1.32 0.10 +

Jambukulon 2,018 1,229 1,044 47 1 60.90 84.95 3.82 0.08 +

14 Pedan Pedan 3,209 2,847 2,501 28 1 88.72 87.85 0.98 0.04 +

15 Karangdowo Karangdowo 2,907 2,580 1,826 48 4 88.75 70.78 1.86 0.16 +

Page 23: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

16 Juwiring Juwiring 4,100 3,246 2,486 110 9 79.17 76.59 3.39 0.28 +

17 Wonosari Wonosari I 2,026 1,815 1,513 44 4 89.59 83.36 2.42 0.22 +

Wonosari II 2,571 2,195 1,813 60 1 85.38 82.60 2.73 0.05 +

18 Delanggu Delanggu 3,193 2,955 2,801 22 2 92.55 94.79 0.74 0.07 +

19 Polanharjo Polanharjo 2,715 2,017 1,267 51 4 74.29 62.82 2.53 0.20 +

20 Karanganom Karanganom 2,907 1,947 854 9 5 66.98 43.86 0.46 0.26 +

21 Tulung Tulung 1,948 1,714 1,267 4 1 87.99 73.92 0.23 0.06 +

Majegan 1,693 1,135 811 28 6 67.04 71.45 2.47 0.53 +

22 Jatinom Jatinom 2,094 1,665 1,122 56 1 79.51 67.39 3.36 0.06 +

Kayumas 2,043 1,646 1,365 46 3 80.57 82.93 2.79 0.18 +

23 Kemalang Kemalang 2,669 2,056 1,564 4 4 77.03 76.07 0.19 0.19 +

24 Klaten selatan Klaten selatan 2,878 3,849 1,474 35 2 133.74 38.30 0.91 0.05 +

25 Klaten tengah Klaten tengah 3,012 2,583 2,023 25 2 85.76 78.32 0.97 0.08 +

26 Klaten utara Klaten utara 2,984 2,283 1,608 57 4 76.51 70.43 2.50 0.18 +

JUMLAH ( KAB/ KOTA ) 87,141 73,.774 54,510 1.808 116 84.66 73.89 2.45 0.16 +

Sumber : Bidang Kesehatan Masyarakat

Pada kolom bertanda daerah bebas rawan gizi diisi tanda ( + )

Keadaan gizi atau status gizi balita dapat dipantau berdasarkan hasil

pencatatan dan pelaporan program perbaikan gizi masyarakat yang tercermin

dalam hasil penimbangan balita setiap bulan di Posyandu yang dapat di lihat

dalam data status gizi balita diatas. Pada tahun 2008 jumlah anak balita sebanyak

87.141 balita, dari jumlah tersebut balita yang ditimbang adalah sejumlah 73.774

anak ( 84,66%). Dari sejumlah balita yang ditimbang tersebut , ditemukan berat

badan naik sejumlah 54.510 (73,89%), berat badan di bawah garis merah sejumlah

1.808 balita ( 2,45%) , dan gizi buruk sejumlah 116 balita ( 0,16%) , daerah yang

Page 24: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

mengalami tingkat gizi buruk yang tinggi yaitu di Kecamatan Bayat terdapat 9

balita dan Kecamatan Juwiring juga terdapat 9 balita. (Profil Dinkes 2008 ).

Investasi dari pemberian makanan tambahan pemulihan yang

diprioritaskan kepada seluruh sasaran keluarga miskin diharapkan dapat

mencegah terjadinya ancaman loss generation akibat terjadinya booming balita

kurang gizi. Kegiatan lainnya yang dilakukan khususnya terhadap kasus gizi

buruk antara lain adalah pelacakan kasus yang bertujuan untuk melakukan analisis

tentang faktor – faktor yang berkaitan dengan gizi buruk serta upaya alternative

penanggulangannya ( Profil Kesehatan Dinkes Klaten 2008 ).

Akan tetapi Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten belum merasa puas akan

penurunan yang terjadi, sehingga mereka berupaya untuk melakukan analisis

tentang faktor – faktor yang berkaitan dengan gizi buruk serta upaya alternative

cara penanggulangannya. Dari permasalahan tentang bagaimana faktor – faktor

yang berkaitan dengan gizi buruk dan cara penanggulangan gizi buruk di

Kabupaten Klaten maka penulis mengambil judul :

“ STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

PENANGGULANGAN GIZI BURUK “

Page 25: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan

yaitu :

Bagaimana strategi yang dilakukan Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten dalam

penanggulangan gizi buruk ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Operasional

Untuk mengetahui startegi Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten dalam

penanggulangan gizi buruk di Kabupaten Klaten.

2. Tujuan Individual

Untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar kesarjanaan di

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

D. Manfaat Penelitian

a. Agar hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi Dinas Kesehatan

Kabupaten Klaten khususnya dan Dinas Kesehatan Kabupaten lain pada

umumnya sebagai bahan pertimbangan yang konstruktif bagi peningkatan

gizi.

b. Sebagai bahan pertimbangan dan pengembangan penelitian dengan

tema,lokasi ataupun kajian yang sama di masa mendatang.

Page 26: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.1 Pengertian Strategi

Kata strategi berasal dari bahasa Yunani yaitu strategos, atau strategus

dengan kata jamak strategi. Strategos berarti Jenderal tetapi dalam Yunani

Kuno berarti Perwira Negara dengan fungsi luas ( Salusu,1996:85 ).

Menurut Chandler (1966 ) strategi adalah penetapan dari tujuan dan

sasaran jangka panjang suatu organisasi serta penggunaan serangkaian

tindakan dan alokasi sumber daya yang diperlukan untuk mencapai tujuan

tersebut. Ada tiga komponen dalam definisi Chandler yaitu adanya tujuan dan

sasaran, adanya cara bertindak, dan alokasi sumber daya untuk mencapai

tujuan itu ( Salusu,1996:88 ).

Strategi adalah suatu proses yang dirancang secara sistematis untuk

meneruskan strategi, dan mengevaluasi strategi dalam rangka menyediakan

nilai yang terbaik bagi seluruh pelanggan untuk mewujudkan visi organisasi (

Bambang Hariadi.2005:3 ). Dalam penyusunan strategi ada beberapa tahapan

menurut Bambang Hariadi adalah :

1. Menetapkan upaya yang akan dijalankan dan cita – cita atau harapan apa

yang diinginkan pada masa depan

Page 27: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

2. Menerjemahkan visi dan misi ke dalam suatu tujuan strategi yang

ditentukan dari berbagai target kinerja yang harus dicapai

3. Menyusun strategi yang tepat untuk mencapai tujuan dan target dalam

penyusunan strategi diikuti pula dengan penetapan kebijakan yang akan

menjadi jembatan terhadap implementasi

4. Menjalankan implementasi strategi yang terpilih dan melakukan berbagai

keputusan taktis dengan efisien dan efektif

5. Melakukan evaluasi terhadap kinerja dan jika perlu melakukan berbagai

penyusunan terhadap arah tujuan strategi dan pelaksanaan sesuai situasi

Learned, Cristensen, Andrews mengatakan strategi adalah pola tujuan,

maksud, sasaran, dan kebijaksanaan umum serta rencana – rencana untuk

mencapai tujuan – tujuan tersebut. Steiner dan Miner mengatakan bahwa

strategi tidak hanya menunjuk pada “ misi, tujuan, dan sasaran organisasi yang

mendasar,” tetapi juga pada “ strategi kebijaksanaan dan program” serta pada

metode yang diperlukan untuk menjamin bahwa strategi itu dilaksanakan guna

mencapai tujuan organisasi (Salusu,1996:90 ).

Menurut Hax dan Majluf (dalam Salusu 1996:100 ) rumusan

komprehensif tentang strategi sebagai berikut :

a. Ialah suatu pola keputusan yang konsisiten, menyatu dan integral.

b. Menentukan dan menampilkan tujuan organisasi dalam arti sasaran jangka

panjang, program bertindak, dan prioritas alokasi sumber daya.

c. Menyeleksi bidang yang akan digeluti suatu organisasi.

Page 28: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

d. Mencoba mendapatkan keuntungan yang mampu bertahan lama, dengan

memberikan respon yang tepat terhadap peluang dan ancaman dari

lingkungan eksternal organisasi, dan kekuatan serta kelemahannya.

e. Melibatkan semua tingkat hierarki dari organisasi.

Kotten (dalam Salusu, 1998 : 105) mencoba menjelaskan mengenai

tipe-tipe strategi. Tipe-tipe strategi yang yang ia kemukakan berikut ini sering

pula dianggap sebagai suatu hierarki. Tipe-tipe strategi yang dimaksud adalah

sebagai berikut :

a. Corporate Strategy (strategi organisasi)

Strategi ini berkaitan dengan perumusan misi, tujuan, nilai-nilai dan

inisiatif-inisiatif stratejik yang baru. Pembatasan-pembatasan diperlukan,

yaitu apa yang dilakukan dan untuk siapa.

b. Program Strategy (strategi program)

Strategi ini lebih memberikan perhatian kepada implikasi-implikasi

stratejik dari program tertentu. Apa kira-kira dampaknya apabila program

tertentu diperkenalkan, apa dampaknya bagi sasaran organisasi.

c. Resource Support Strategy (strategi pendukung sumber daya)

Strategi ini memusatkan perhatian pada memaksimalkan sumber-sumber

daya esensial yang tersedia guna meningkatkan kualitas kinerja

organisasi. Sumber daya itu dapat berupa tenaga, keuangan, teknologi dan

sebagainya.

Page 29: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

d. Institutional Strategy (strategi kelembagaan)

Fokus dari strategi ini adalah mengembangkan kemampuan organisasi

untuk melaksanakan inisiatif-inisiatif stratejik.

Koteen (dalam Salusu, 1998 : 105) juga menambahkan bahwa

terlepas dari pendekatan yang digunakan dalam membagi strategi itu ke dalam

beberapa kategori, kita cukup diberi petunjuk bahwa strategi organisasi tidak

hanya satu. Disamping itu tiap-tiap strategi ini saling menopang sehingga

merupakan satu kesatuan kokoh yang mampu menjadikan organisasi sebagai

suatu lembaga yang kokoh pula, mampu bertahan dalam kondisi lingkungan

yang tidak menentu.

Setiap strategi yang telah dirumuskan, diharapkan dapat secepatnya

untuk di implementasikan. Tidak hanya dapat diimplementasikan, akan tetapi

juga dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Menurut Hatten dan Hatten

(dalam Salusu, 1998 : 107) ada beberapa prinsip agar strategi bisa sukses,

yaitu:

a. Strategi haruslah konsisten dengan lingkungannya

b. Setiap organisasi tidak hanya membuat satu strategi

c. Strategi yang efektif hendaknya memfokuskan dan menyatukan semua

sumberdaya tidak menceraiberaikan satu dengan yang lainnya

d. Strategi hendaknya memusatkan perhatian pada apa yang merupakan

kekuatannya dan tidak pada titik-titik yang justru adalah kelemahannya

e. Sumberdaya adalah sesuatu yang kritis

f. Strategi hendaknya memperhitungkan resiko yang tidak terlalu besar

Page 30: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

g. Strategi hendaknya di susun di atas landasan keberhasilan yang telah

dicapai

h. Tanda-tanda dari suksesnya strategi ditampakkan dengan adanya

dukungan dari pihak-pihak yang terkait, dan terutama dari para eksekutif,

dari semua pimpinan unit kerja dalam organisasi

Suatu strategi hendaknya mampu memberikan informasi kepada

pembacanya, yang sekaligus berarti mudah dipahami oleh setiap anggota

manajemen puncak dan setiap karyawan organisasi. Ada enam informasi yang

tidak boleh dilupakan dalam suatu strategi (Donnelly dalam Salusu, 1998 :

109) yaitu

(1) Apa yang akan dilakukan

(2) Mengapa demikian, suatu uraian tentang alasan yang dipakai dalam

menentukan apa di atas

(3) Siapa yang akan bertanggung jawab untuk mengoperasionalkan strategi

(4) Berapa banyak biaya yang harus dikeluarkan untuk menyukseskan strategi

(5) Berapa lama waktu diperlukan operasionalisasi strategi tersebut

(6) Hasil apa yang diperoleh dari strategi itu.

Strategi selayaknya merupakan respon terhadap harapan-harapan

masyarakat dan apa yang menjadi prioritas dalam kelompok masyarakat yang

dilayani. Harapan dan kepentingan masyarakat itu diseimbangkan dengan

harapan dan kepentingan dari para eksekutif dan para karyawan organisasi.

Jadi, diperlukan keserasian atau harmoni antara kepentingan organisasi dan

kepentingan masyarakat. Strategi yang mengabaikan kepentingan masyarakat

Page 31: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

tidak akan memberikan hasil yang memuaskan dan dikehendaki oleh para

eksekutif (Salusu, 1998 : 110).

Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten sebagai unsur pelaksana kebijakan

pembinaan dan pengurusan masalah gizi buruk, bertugas untuk melaksanakan

berbagai strategi untuk menangani gizi buruk yang ada di lingkungan

Pemerintah Kabupaten Klaten.

Untuk menjelaskan strategi Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten dalam

penanganan masalah gizi buruk, pada penelitian ini mengacu pada teori Kotten

(dalam Salusu, 1998 : 105) yang menjelaskan mengenai tipe-tipe strategi.

Berbagai strategi ini saling menopang sehingga merupakan satu kesatuan

kokoh yang mampu menjadikan organisasi sebagai suatu lembaga yang kokoh

pula. Tipe-tipe strategi yang dimaksud adalah sebagai berikut :

a. Corporate Strategy (strategi organisasi)

Strategi ini berkaitan dengan perumusan misi, tujuan, nilai-nilai

dan inisiatif-inisiatif stratejik oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten

dalam menanggulangi masalah gizi buruk. Strategi penanggulangan

masalah gizi buruk difokuskan pada balita yang mengalami gizi buruk di

daerah yang tingkat gizi buruknya paling banyak. Dengan tujuan untuk

mengurangi tingkat gizi buruk yang ada di Kabupaten Klaten.

b. Program Strategy (strategi program)

Strategi ini berkaitan dengan program-progam yang di

dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten dalam

penanggulangan masalah gizi buruk. Strategi ini lebih memberikan

Page 32: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

perhatian kepada implikasi-implikasi stratejik dari program yang

dilaksanakan. Sehingga program-program yang dilaksanakan dapat

mencapai tujuan yang diharapkan.

c. Resource Support Strategy (strategi pendukung sumber daya)

Strategi ini memusatkan perhatian pada memaksimalkan sumber-

sumber daya esensial yang tersedia guna meningkatkan kualitas kinerja

Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten dalam penanggulangan masalah gizi

buruk. Sumber daya itu dapat berupa tenaga, keuangan, teknologi dan

sebagainya. Dengan dukungan sumber-sumber daya yang memadai akan

sangat membantu tercapainya keberhasilan suatu strategi.

d. Institutional Strategy (strategi kelembagaan)

Strategi ini terfokus untuk mengembangkan kemampuan Dinas

Kesehatan Kabupaten Klaten untuk melaksanakan inisiatif-inisiatif

stratejik dalam penanggulangan gizi buruk. Strategi ini berkaitan dengan

kegiatan penguatan kelembagaan.

Pada penelitian ini terfokus pada Program Strategy (strategi program).

Program Strategy (strategi program) digunakan karena pada dasarnya

keempat strategi di atas saling berhubungan, walaupun pada penelitian ini

terfokus pada strategi program bukan berarti mengabaikan strategi yang

lainnya. Terlebih lagi dalam penanggulangan masalah gizi buruk yang lebih

menekankan pada program-program yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan

Kabupaten Klaten, sehingga dapat menggambarkan implikasi-implikasi

terhadap balita – balita yang mengalami gizi buruk. Alasan berikutnya karena

Page 33: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

keberadaan sebuah kantor dalam lingkungan pemerintah kabupaten atau kota

pada dasarnya merupakan unsur pelaksana tugas tertentu (khusus), maka dari

itu dalam tugas pokok dan fungsinya lebih terfokus pada program-program.

Dengan demikian pada penelitian ini terfokus pada Program Strategy

(strategi program) Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten dalam menanggulangi

masalah gizi buruk. Sehingga akan dijelaskan mengenai hal-hal, seperti :

Program-program yang dilaksanakan, Lembaga-lembaga yang terkait dengan

program tersebut, dan Sumber daya (tenaga, keuangan, dan teknologi) yang

digunakan, serta implikasi-implikasinya terhadap masyarakat.

A.2 Pengertian Gizi

Istilah gizi dikenal pada tahun 1950 –an berasal dari bahasa inggris yaitu

nutrition. Kata gizi sendiri berasal dari bahasa ghidza dalam bahasa arab yang

berarti makanan, kata ghidza dalam dialek mesir dibaca gizi, sementara itu ada

yang menerjemahkan kata nutrition menjadi nutrisi (Deddy Muchtadi.2009:1 )

Gizi buruk adalah kondisi gizi kurang berlangsung lama, mereka akan

berakibat semakin berat tingkat kekurangannya. Pada kondisi ini dapat

menjadi kwashiorkor dan maramus yang biasanya disertai penyakit lain seperti

diare, penyakit pencernaan, infeksi saluran pernapasan bagian atas, anemia

dan lain – lain (Yuyun Rumdasih dkk,2005:46 ).

Dalam bukunya Djiteng Roedjito (1989:11 ), Masalah gizi memang

masalah yang komplek, merupakan kombinasi dari beberapa faktor yang

Page 34: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

menjadi penyebabnya. Penyebab utama dari kelaparan adalah kekurangan

untuk makanan yang mencukupi kebutuhan pangan keluarga, ketidak cukupan

dengan faktor sosial, kepercayaan, proses pembagian dalam keluarga dan

distribusinya, sanitasi, dan efek lain dari kemiskinan. Ketajaman fluktuasi

pangan dan harga diri merupakan masalah lain yang menyebabkan kelaparan

dan kurang gizi. Masalah lain yang menyebabkan kurang gizi adalah tidak ada

atau lemahnya kebijakan untuk membantu memaksimumkan pengadaan

makanan yang cukup untuk memperbaiki gizi. Ada 5 bagian kegiatan yang

difokuskan dalam meneliti masalah kurang pangan dan gizi antara lain :

1. Organisasi dan pembiayaan program gizi

a. Siapa pembuat kebijakan dan pelaksanaanya

b. Pemilihan prosedur dan pelaksanaan program

c. Pembiayaan dan sarana program gizi

d. Komponen proses pelaksanaan di tingkat nasional, regional dan lokal

e. Peranan partisipasi masyarakat

2. Program pelengkap untuk ibu dan anak

a. Tipe dan waktu pemberian makanan

b. Kapan makanan tambahan diberikan kepada wanita hamil dan anak-

anak

c. Makanan tambahan untuk bayi yang sudah disapih

3. Evaluasi kebijakan dan program gizi

Biasanya dibuat kebijakan ekonomi dan prioritas alokasi, program

pengembangan wilayah dan pertumbuhan ekonomi.

Page 35: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

a. Pengaruh kebijakan harga pangan dan sisitem distribusi konsumsi

pangan

b. Penelitian pertanian dan produk pertanian yang dapat mempengaruhi

status gizi

c. Taksiran rencana kebijakan

4. Penyebab kurang gizi secara alami

a. Kebiasaan makan dan pemberian makanan praktis pada anak selama

menyusui dan disapih

b. Perubahan status gizi ibu dan anak

c. Masa menyusui yang tidak cukup

d. Keputusan dan distribusi pangan keluarga

5. Dimensi masalah gizi

Dimensi masalah gizi yaitu bagaimana masalah gizi menjadi lebih baik,

jelas, tepat dan mendekati standar gizi, serta menambah pengertian antara

interaksi kesehatan dan status gizi. Faktor – faktor masalah gizi antara lain

a. Faktor ekologi yang menyebabkan kekurangan gizi

Kurang gizi penyebabnya komplek dan tidak merupakan satu faktor

saja, keadaan lingkungan juga menentukan masalah gizi yang ada.

b. Penilaian masalah

Kurang gizi merupakan bidang yang perlu diteliti, untuk melakukan

penelitian ini tidak cukup hanya menggunakan satu metode

pengukuran. Sehingga masih perlu banyak penelitian menggenai

Page 36: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

metode penilaian status gizi dan interpretasinya, selain metode

antrometri, penilaian klinis, penilaian biokimia, dan penelitian biofisik.

c. Pendidikan informasi gizi

Informasi dan pendidikan merupakan kampanye gizi yang utama.

Melalui studi tentang sifat- sifat dari target yang dibutuhkan: (a) pesan

apa yang mereka butuhkan. (b) media apa yang paling cocok untuk

menyampaikan pesan.

d. Survai dan pemantauan gizi

Dibutuhkan suatu cara dan pengawasan yang efektif untuk menilai

keberhasilan dari program gizi.

e. Partisipasi masyarakat

Suatu pertimbangan dasar dalam perumusan setiap perencanaan dan

kebijakan perlu masukan dari masyarakat, juga penting untuk

menentukan sektor dalam masyarakat yang berpengaruh terhadap

situasi gizi lokal dan perlengkapan untuk keberhasilan program gizi

tersebut.

f. Kebijakan penelitian

Kebijakan penelitian bertujuan untuk menentukan hubungan antar

kebijakan dengan pengaruh program itu sendiri. Kemudian diperlukan

usaha mempelajari seluruh bidang ini pada lembaga yang paling

berwenang serta individu yang beroperasi tanpa memperhatikan

dampak yang mungkin terjadi pada aspek gizi dan masyarakat.

Page 37: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

g. Intervensi gizi

Pendekatan penanggulangan masalah gizi merupakan suatu keharusan

dalam rangka memperbaiki keadaan gizi dalam jangka pendek maupun

panjang. Penelitian melalui cara penanggulangan harus menggunakan

strategi yang tepat, efisien dan dengan biaya murah.

Status gizi anak merupakan indikator dalam kesehatan masyarakat.

Saptawati Bardosono, Sastroamidjojo Soemilah, Widjaja Lukito (2007:1-3)

dalam Determinants of child malnutrition during the 1999 economic crisis in

selected poor areas of Indonesia: Asia Pacific Journal of Clinical Nutrition

menegaskan bahwa :

“ The nutritional status of under-five children that can be used as a public health indicator, and, especially in developing countries, can be assessed by monitoring child growth. In situations such as monetary crisis or natural disaster, to estimate the need for intervention, nutrition surveys are necessary. Most frequently these include food intake and/or an anthropometrical survey. The importance of the nutritional status of the individual, particularly the vulnerable, such as under-five children, is that it affects physical, mental, social and intellectual growth beginning with fetal life, infancy and childhood extending to adolescence and adulthood. Status gizi balita yang dapat digunakan sebagai indikator kesehatan masyarakat, dan, khususnya di negara berkembang, dapat dinilai melalui pemantauan pertumbuhan anak. Dalam situasi seperti krisis moneter atau bencana alam, memperkirakan kebutuhan untuk intervensi, survei gizi yang diperlukan. Paling sering ini termasuk asupan makanan dan / atau survei antropometris. Pentingnya status gizi individu, khususnya rentan, seperti anak- anak balita, adalah bahwa hal itu mempengaruhi awal pertumbuhan fisik, mental, sosial dan intelektual dengan janin, bayi hidup dan anak-anak memanjang sampai masa remaja dan tua.

Di dalam ilmu gizi, status gizi tidak hanya diketahui dengan mengukur

BB (Berat Badan ) atau TB ( Tinggi Badan ) sesuai dengan umur ( U ) secara

sendiri- sendiri, tetapi juga dalam bentuk indikator yang dapat merupakan

Page 38: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

kombinasi antara ketiganya. Masing- masing indikator mempunyai makna

sendiri- sendiri. Misalnya kombinasi BB dan U membentuk indikator BB

dengan U yang disimbolkan “BB/U”, kombinasi antara TB dan U membentuk

indicator TB dengan U yang disimbolkan “TB/U”, dan kombinasi antara BB

dan TB membentuk indicator BB dengan TB yang disimbolkan “BB/TB”.

Indikator BB/U menunjukkan secara sensitif status gizi saat ini karena mudah

berubah. Namun indikator BB/U tidak spesifik karena berat badan selain

dipengaruhi oleh U juga dipengaruhi oleh TB. Indikator TB/U menggambarkan

status gizi masa lalu, dan indikator BB/TB menggambarkan secara sensitif dan

spesifik status gizi saat ini ( Soekirman.2000:66 ).

Tabel 2.1

Pengertian Indikator Status Gizi

Indikator BB/U Indikator TB/U Indikator BB/TB Kesimpulan

1. Rendah Rendah Normal Keadaan gizi anak saat ini baik,

tetapi anak tersebut mengalami

masalah gizi kronis. BB anak

proporsional dengan TB-nya

2. Normal Rendah Lebih Anak mengalami masalah gizi

kronis dan pada saat ini anak

menderita kegemukan karena BB

lebih proporsional terhadap TB-nya

3. Rendah Rendah Rendah Anak mengalami kurang gizi berat

dan kronis artinya pada saat ini

keadaan gizi anak tidak baik dan

riwayat masa lalunya juga tidak

baik

4. Normal Normal Normal Keadaan gizi anak baik pada saat

ini dan pada masa lalu

Page 39: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

5. Rendah Normal Rendah Anak mengalami kurang gizi yang

berat

6. Normal Normal Rendah Keadaan gizi anak secara umum

baik tetapi berat badannya kurang

proporsional terhadap TB-nya

karena tubuh anak jangkung

Sumber : Soekiman ( 2000: 70 )

Penilaian status gizi balita dengan penilaian Antropometri ( Djiteng

Roedjito.1989:66,73,75 )

1. Baku rujukan dalam pemantauan gizi menurut indikator BB dan U yaitu

a. Skor 0 : 90 – 100 % baku = Normal

b. Skor 1 : 80 – 90 % baku = Gizi baik

c. Skor 2 : 70 – 80 % baku = Gizi sedang

d. Skor 3 : 60 – 70 % baku = Gizi kurang

e. Skor 4 : ≤ 60 % baku = Gizi buruk

2. Baku rujukan dalam pemantauan gizi menurut indikator TB dan U yaitu

a. Skor 0 : 90 – 100 % baku = Normal

b. Skor 1 : 85 – 90 % baku = Gizi baik

c. Skor 2 : 80 – 85 % baku = Gizi sedang

d. Skor 3 ; 70 – 80 % baku = Gizi kurang

e. Skor 4 : ≤ 70 % baku = Gizi buruk

Page 40: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

3. Baku rujukan dalam pemantauan gizi menurut indikator BB/TB yaitu

a. Skor 0 : 0.160 = Normal

b. Skor 1 : 0.150 – 0.160 = Gizi baik

c. Skor 2 : 0.145 – 0.150 = Gizi sedang

d. Skor 3 : 0.40 – 0.145 = Gizi kurang

e. Skor 4 : di bawah 0.140 = Gizi buruk

Tabel 2.2

Indikator Penilaian Gizi

No Indikator Pejelasan

1 Demografi Subindikatornya adalah umur, suku bangsa,perbedaan

jenis kelamin, kepadatan penduduk, angka kelahiran,

angka kematian dan tingkat ketergantungan

2 Sosial

ekonomi

Subindikator adalah pendapatan, dimana pendapatan ini

dapat mempengaruhi tingkat gizi, keadaan perumahan,

status sosial, pendidikan, pengeluaran untuk makan dan

sebagainya. Ada dua stratifikasi yang menggambarkan

sosial masyarakat yang digunakan dalam menentukan

tingkat kemiskinan penduduk dan stratifikasi yang

digunakan untuk menilai setiap individu.

3 Statistik Subindikator dapat angka kematian dan angka kesakitan.

Page 41: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

kesehatan Kematian orang dapat disebabkan oleh beberapa faktor

antara lain karena kurang gizi. Data statistik kesehatan

biasanya berisi jumlah, kematian bayi, keguguran dan

lahir mati, jumlah wanita yang melahirkan, jumlah

kematian akibat penyakit jantung, TBC, darah tinggi,

diabetes, dan penyakit infeksi lainnya.

4 Prasarana

Kesehatan

Sarana disini diartikan ahli medis , tokoh pelayanan

kesehatan masyarakat, fasilitas kesehatan seperti rumah

sakit, puskesmas. Subindikator yang digunakan tersedia

atau tidak ahli medis , ahli gizi , pendidik kesehatan,

pengajar gizi, BKIA, sarana dan fasilitas rumah sakit atau

Puskesmas untuk menanggulangi masalah gizi, program

gizi seperti rehabilitasi penderita, Taman Gizi, paket Gizi.

5 Kesehatan

Gigi

Kesehatan gigi dipengaruhi oleh zat gigi dari makanan

yang masuk ke dalam tubuh. Pemeliharaan gigi bersifat

universal tidak terbatas pada umur. Program kesehatan

gigi perlu diberikan di sekolah, kantor, dan lembaga

kesehatan. Hal yang perlu dipertimbangkan adalah kadar

atau pemakaiannya di dalam air minum sehari – hari.

6 Kebudayaan

Masyarakat

Tingkat gizi masyarakat sangat dipengaruhi oleh corak

hidup dan kebiasaan makan dalam kelompok sosial

tertentu. Untuk memperbaiki kebiasaan yang salah, perlu

diperhatikan tradisi yang berlaku dan tujuan hidup

Page 42: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

masyarakat yang akan diamati.

7 Organisasi

Sosial

Untuk dapat menerapkan program dalam suatu kelompok

masyarakat, haruslah mengetahui pola kebiasaan dan

organisasi sosial yang ada dalam masyarakat, bagaimana

kepemimpinan yang ada bagaimana hubungan antara

pemimpin dengan anggota masyarakat.

8 Perumahan

Penduduk

Data perumahan perlu dalam menilai status gizi

masyarakat, karena rumah dapat digunakan sebagai

indikator sosial ekonomi seseorang dan rumah juga dapat

digunakan untuk mengetahui keadaan keluarga itu.

Subindikator yang dipakai antara lain sanitasi rumah,

perlengkapan rumah tangga, fasilitas air bersih, sumber

penerangan.

9 Persediaan

Pangan

Untuk mengetahui jenis pangan apa yang tersedia,

potensi konsumsi, pasaran, penyimpanan dan lain- lain.

Subindikator yang dipakai adalah : a) harga bahan

pangan, b) standar makanan, untuk dapat

membandingkan sampai berapa jauh dapat tercukupi, apa

yang kurang dan perlu fortifikasi misalnya, c) sumber

bahan pangan setempat, terutama jenis- jenis yang ada

sudah dimanfaatkan atau belum, apa sebab, mengapa

tidak mengetahui dan sebagainya, terutama yang

mempunyai potensi untuk dapat dikembangkan sebagai

Page 43: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

makanan baru.

10 Program Gizi

Sekolah

Subindikatornya dapat dilihat bagaimana program gizi

menjadi mata ajaran yang diberikan di sekolah- sekolah

dan sampai sejauh mana program kesehatan sekolah

diberikan.

11 Program

Kesejahteraan

Sosial

Dapat dilihat bagaimana distribusi makanan pada setiap

keluarga, bagaimana alokasi biaya untuk mencukupi

kebutuhan pangan yang memenuhi syarat kesehatan,

bagaimana penggunaan sumber daya yang ada dan

bagaimana kualitas menu makanan sehari- hari.

12 Transportasi Sistem pengakuan atau transportasi sangat penting dalam

menggambarkan siklus pangan antara lain : a)

melancarkan usaha agar bahan pangan selalu tersedia di

daerah yang bersangkutan; b) melancarkan aktivitas

penduduk dan pelayanan bahan pangan, dan c)

menghilangkan hambatan berkomunikasi sesame

manusia. Subindikator yang dipakai antara lain jumlah

kendaraan angkutan umum, kendaraan angkutan barang,

sarana infrastruktur, jumlah bahan pangan yang diangkut,

distribusi, cara kemasan, perbungkusan, penyimpanan,

dan sebagainya.

13 Pendidikan Semua usaha perbaikan gizi, program pendidikan kader,

dapat gagal jika tidak berorientasi pada dasar- dasar

Page 44: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

pendidikan. Faktor utama adalah bahan pengantar.

Subindikator adalah sejauh mana tingkat pendidikan yang

ada, sejumlah sekolah- sekolah, murid, jenis bahasa

pengantar,tingkat pendidikan guru yang ada, dan lain-

lain.

14 Data Mata

Pencaharian

Data mata pencaharian penduduk, jumlah buruh yang

mengganggur dapat digunakan secara langsung untuk

mengetahui keadaan gizi masyarakat.

15 Keadaan

Geografi dan

Lingkungan

Data geografi dan lingkungan hidup dapat digunakan di

negara- negara yang belum berkembang dan daerah

pedesaan untuk tujuan utama yaitu produksi bahan

pangan ( terutama pertanian ). Untuk memproduksi ,

mereka sangat tergantung pada tanah dan iklim ( seperti

curah hujan, intensitas cahaya, kelembaban, dan lain=

lain ). Produksi dapat gagal jika iklim buruk dan adanya

bencana alam. Lingkungan juga dapat berubah karena

ulah manusia misalnya populasi air, udara, makanan, dan

lain- lain. Subindikator yang dipakai adalah tinggi

tempat, iklim, jenis tanah, jenis vegetasi, dan lain- lain.

16 Aspek – aspek

lain

Terutama yang menyangkut : a) kesadaran masyarakat, b)

rencana pemberian bantuan pada keadaan darurat. Dan c)

aktivitas lembaga atau organisasi yang ada di masyarakat.

Sumber : Djiteng Roedjito ( 1989: 91 )

Page 45: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

Gizi buruk adalah keadaan yang kronis dan membuat cemas bagi

pembangunan bangsa berbagai negara. Kekurangan gizi ini bersifat

multidisiplinner dan harus mempertimbangkan beberapa faktor secara simulator

antara lain : mobilitas sosial, kebijakan ekonomi dan sosial, perbaikan pertanian,

dan perbaikan gizi yang merupakann suatu rangkaian kegiatan.

Kekurangann gizi dapat disebabkan oleh komsumsi pangan kurang baik,

jumlah dan mutu, kekurangan salah satu atau lebih zat gizi yang dapat

menimbulkan beberapa penyakit defisiensi antara lain maramus, pellagra, skurri

polio, dan anemia gizi. Hal tersebut dapat terjadi karena menderita sakit, faktor

keturunan atau karena lingkungan yang menyebabkan gangguan penyerapan zat

gizi, selain itu karena konsumsi pangan berlebihan sehingga berakibat timbulnya

beberapa penyakit gizi lebih.

Masalah gizi buruk mempengaruhi perkembangan pertumbuhan balita. Afita

A Usfar, Endang L Achadi, Reynaldo Martorell, Hamam Hadi ( 2009 ) dalam

Food Fortification with Iron, Zinc and Calcium Pros and Cons from a Nutritional

and Technological Point of View: Asia Pasific Jurnal Nutrition Critical

menjelaskan bahwa :

“Children who fail to grow well also interact poorly with their environment and have fewer and less productive learning experiences. Poor nutrition also affects brain development directly. The long-term consequences of undernutrition in children are now better documented. They include short adult height and reduced lean body mass, characteristics that place women at greater risk of having newborns of low birth weight as well as increased risk of delivery complications and possibly death. These body size characteristics also lead to reduced work capacity and earnings. Long-term studies document strong relationships between stunting in early childhood and compromised measures of human

Page 46: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

capital such as school achievement, reading ability and intelligence, even after controlling for parental education and early life socioeconomic status. Anak-anak yang gagal tumbuh dengan baik buruk juga berinteraksi dengan lingkungan mereka dan memiliki pengalaman belajar yang lebih sedikit dan kurang produktif. Gizi buruk juga mempengaruhi perkembangan otak secara langsung. Konsekuensi jangka panjang dari gizi buruk pada anak-anak sekarang lebih baik didokumentasikan. Mereka termasuk tinggi dewasa pendek dan mengurangi massa tubuh ramping, karakteristik yang menempatkan perempuan pada risiko yang lebih besar memiliki bayi yang baru lahir dengan berat lahir rendah serta peningkatan risiko komplikasi persalinan dan mungkin kematian. Karakteristik ukuran tubuh ini juga mengakibatkan kapasitas kerja berkurang dan pendapatan. Jangka panjang dokumen studi hubungan kuat antara pengerdilan pada anak usia dini dan langkah-langkah dikompromikan modal manusia seperti prestasi sekolah, kemampuan membaca dan kecerdasan, bahkan setelah pengendalian untuk pendidikan orangtua dan status awal kehidupan sosial ekonomi.”

Dalam bukunya Suhardjo, golongan rawan gizi adalah bayi, anak – anak

balita, wanita hamil dan ibu menyusui. Pada bayi, protein merupakan bagian

penting selama masa pertumbuhannya dan masa perkembangan tubuhnya, misal

untuk tulang otot dan organ tubuh luar. Anak – anak yang dilahirkan dari ibu yang

mengalami kurang gizi, umumnya lahir prematur, kecil, dan cenderung banyak

kelemahan ( 2003:86 ).

Masalah gizi kurang atau gizi buruk memang menjadi suatu kegelisahan,

penanggulangan masalah gizi ini perlu dilakukan secara terpadu antardepartemen

dan kelompok profesi, melalui upaya – upaya peningkatan pengadaan pangan,

penganekaragaman produksi dan konsumsi pangan, peningkatan teknologi hasil

pertanian dan teknologi pangan. Semua upaya tersebut bertujuan untuk

memperoleh perbaikan pola konsumsi pangan masyarakat yang beraneka ragam,

dan seimbang dalam mutu gizi. Upaya penanggulangan masalah gizi yang

dilakukan secara terpadu antara lain ( Sunita Almatsier.2001:306 ) :

Page 47: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

a. Upaya pemenuhan persediaan pangan nasional terutama melalui

peningkatan produksi beranekaragam pangan.

b. Peningkatan usaha perbaikan gizi keluarga yang diarahkan pada

pemberdayaan keluarga untuk meningkatkan ketahanan pangan tingkat

rumah tangga.

c. Peningkatan upaya pelayanan gizi terpadu dan sisitem rujukan dimulai dari

tingkat Pos Pelayanan Terpadu ( Posyandu ), hingga puskesmas dan

Rumah Sakit.

d. Peningkatan upaya keamanan pangan dan gizi melalui Sistem

Kewaspadaan Pangan dan Gizi ( SKPG ).

e. Peningkatan komunikasi, informasi, dan edukasi dibidang pangan dan gizi

masyarakat.

f. Peningkatan teknologi pangan untuk mengembangkan berbagai produk

pangan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat luas.

g. Intervensi langsung kepada sasaran melalui pemberian makanan

tambahan, distribusi kapsul vitamin A dosis tinggi, tablet, dan sirup besi

serta kapsul minyak beryodium.

h. Peningkatan kesehatan lingkungan.

i. Upaya fortifikasi bahan pangan dengan vitamin A, iodium, dan zat besi

j. Upaya pengawasan makanan dan minuman

k. Upaya penelitian dan pengembangan pangan dan gizi.

Page 48: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

B. KERANGKA PEMIKIRAN

Zat gizi merupakan suatu hal yang penting dalam pertumbuhan

seseorang karena zat gizi sangat penting untuk proses pertumbuhan manusia.

Jika seseorang merasa sudah terpenuhi zat makanan yang bergizi pastilah

mempunyai badan yang sehat, akan tetapi jika seseorang kekurangan akan zat

gizi maka tubuhnya juga akan lemas bahkan akan menimbulkan suatu penyakit

yang nantinya dapat berakibat seorang atau balita mengalami gizi buruk.

Di Kabupaten Klaten masih terdapat daerah yang mempunyai balita

berstatus gizi buruk, balita yang mengalami gizi buruk ini menyebar di 26

kecamatan yang ada di Kabupaten Klaten, Kecamatan yang masih banyak

balita yang mengalami gizi buruk antara lain di Kecamatan Juwiring dan

Kecamatan Bayat. Kebanyakan balita yang mengalami gizi buruk disebabkan

oleh pengetahuan masyarakat terutama ibu tentang asupan gizi yang diberikan

kepada anak- anaknya masih kurang, perekonomian yang masih rendah

sehingga konsumsi pangan yang kurang baik jumlah dan mutu pangan, dan

adanya kelanjutan suatu penyakit yang diderita balita sehingga dapat

menyebabkan gizi buruk.

Masalah gizi buruk yang ada di setiap Kabupaten merupakan

permasalahan yang penting, apalagi sejak diberlakukannya otonomi daerah

seperti sekarang ini. Oleh karena itu setiap kabupaten berusaha untuk

mengatasi permasalahan gizi buruk tersebut. Masalah gizi buruk di wilayah

Page 49: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

kabupaten merupakan tanggung jawab instansi daerah dalam hal ini adalah

Dinas Kesehatan (DinKes).

Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten merupakan suatu unsur

pemerintahan yang bertanggung jawab terhadap permasalahan gizi buruk yang

ada di Kabupaten Klaten. Dalam mewujudkan Klaten sehat dan sejahtera ,

Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten mengalami permasalahan balita yang

mengalami gizi buruk. Balita yang mengalami gizi buruk tersebar di 26

kecamatan di Kabupaten Klaten. Maka Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten

membuat strategi untuk menanggulangi permasalahan gizi buruk yang terjadi.

Di harapkan setelah berbagai strategi tersebut di implementasikan, akan dapat

mengurangi jumlah balita yang mengalami gizi buruk dan meningkatkan

kesehatan balita terutama pemenuhan gizi di Klaten. Akan tetapi dalam

pelaksanaan strategi tersebut masih terdapat hambatan-hambatan yang dapat

mengganggu terwujudnya tujuan bersama. Sehingga perlu segera dicarikan

solusi untuk mengatasi hambatan tersebut.

Untuk menggambarkan strategi Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten

dalam penanggulangan gizi buruk, mengacu pada teori Kotten (dalam Salusu,

1988 : 105) yang menjelaskan mengenai tipe-tipe strategi. Tipe-tipe strategi itu

antara lain Corporate Strategy (strategi organisasi), Program Strategy (strategi

program), Resource Support Strategy (strategi pendukung sumber daya) dan

Institutional Strategy (strategi kelembagaan).

Pada penelitian ini, terfokus pada Program Strategy (strategi program).

Program Strategy (strategi program) digunakan karena pada dasarnya keempat

Page 50: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

strategi di atas saling berhubungan, walaupun pada penelitian ini terfokus pada

strategi program bukan berarti mengabaikan strategi yang lainnya. Dalam

penanggulangan gizi buruk ini cenderung menekankan pada program-program

yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten sehingga dapat

menggambarkan implikasi-implikasi terhadap balita yang mengalami gizi

buruk. Selain itu karena keberadaan sebuah Dinas dalam lingkungan

pemerintah merupakan suatu unsur yang tugas pokok dan fungsinya lebih

terfokus pada program-program. Program yang dilakukan untuk

menanggulangi gizi buruk adalah program Keluarga Sadar Gizi ( KADARZI ),

yang memiliki 5 indikator antara lain :

1. Menimbang berat badan secara teratur

2. Memberikan ASI kepada bayi sejak lahir sampai umur 6 bulan

3. Makan beranekaragam

4. Menggunakan garam beryodium

5. Minum suplemen gizi

Sehingga Program KADARZI dapat membantu tingkat status gizi

buruk di Kabupaten Klaten dapat terus berkurang dan balita atau bayi di

Kabupaten Klaten dapat tumbuh dengan baik sesuai dengan Visi Dinas

Kesehatan Kabupaten Klaten yaitu Klaten sehat dan sejahtera.

Page 51: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

Bagan 2.3

Kerangka Pemikiran

Penyebab Gizi buruk:

1. Kurangnya Pengetahuan tentang asupan gizi 2. Perekonomian masyarakat yang rendah 3. Kelanjutan dari penyakit yang diderita

Strategi Dinkes Kab. Klaten dilihat dari Program Strategi :

Program Keluarga Sadar Gizi ( KADARZI ) :

1. Menimbang berat badan bayi secara teratur

2. Memberikan ASI kepada bayi sejak lahir sampai umur 6 bulan ( ASI Eksklusif )

3. Makan beraneka ragam

4. Menggunakan garam beryodium

5. Minum suplemen gizi

Berkurangnya status gizi buruk di Kab. Klaten

Faktor Penghambat dan Faktor pendukung

Page 52: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang telah ditentukan diatas, maka jenis

penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif,

hal ini dikemukakan oleh Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi (1995:4),

penelitian deskriptif dimaksudkan untuk pengukuran cermat terhadap

fenomena sosial tertentu, peneliti mengembangkan konsep dan menghimpun

fakta, tetapi tidak melakukan pengujian hipotesa. Metode deskriptif digunakan

dengan cara mengumpulkan data, menyusun, mengklasifikasikan,

menganalisis dan menginterpretasikan data tersebut. Metode deskriptif

dimaksudkan untuk mengungkap berbagai informasi kualitatif dengan

deskripsi yang lebih berharga daripada sekedar jumlah atau frekuensi dalam

bentuk angka . Seperti yang disampaikan oleh H.B Sutopo (2002:35) yaitu

dengan penelitian deskriptif kualitatif, data yang dikumpulkan terutama

berupa kata-kata, kalimat atau gambar memiliki arti lebih dari sekedar angka-

angka atau frekuensi.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten.

Pemilihan lokasi tersebut berdasarkan pertimbangan bahwa instansi inilah

yang mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan rumah tangga daerah di

Page 53: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

bidang kesehatan di lingkungan Kabupaten Klaten termasuk di dalamnya

tentang penanggulangan gizi buruk.

C. Sumber Data

Pemahaman mengenai berbagai macam sumber data merupakan

bagian yang sangat penting bagi peneliti karena ketepatan memilih dann

menentukan jenis sumber data akan menentukan ketepatan dan kekayaan data

atau informasi yang diperoleh ( HB. Sutopo,2002:49 )

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terutama merupakan data

pokok yaitu data yang paling relevan dengan pokok permasalahan yang

diteliti, namun demi kelengkapan dan kebutuhan dari masalah yang diteliti

maka akan dikumpulkan pula data pelengkap yang berguna untuk melengkapi

data pokok. Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah

sebagai berikut :

1. Data Primer.

Merupakan sejumlah data yang dikumpulkan langsung dari nara

sumber penelitian ini adalah mereka yang dianggap mengetahui

permasalahan yang diteliti. Dalam penelitian ini informan yang

bersangkutan adalah

a. Kepala Seksi Gizi

b. Staf bagian Seksi Gizi

c. Ketua Posyandu Lestari

Page 54: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

2. Data Sekunder.

Merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung, melalui

catatan-catatan lapangan hasil observasi di Dinas Kesehatan Kabupaten

Klaten mengenai pengumpulan dokumen-dokumen yang terkait dengan

penelitian.

D. Teknik Pengambilan Sampel

Di dalam setiap penelitian, perlu adanya sumber data yang berasal dari

nara sumber yang terkait yaitu dengan cara mewawancarainya. Tetapi jika

mengingat banyaknya nara sumber yang akan diwawancarai dalam

penelitian tersebut maka perlu diambil suatu cara agar populasi yang ada

sebagai responden dapat diambil sebagian tetapi mewakili suara informan

secara keseluruhan. Oleh karena itu perlu adanya teknik pengambilan

sampel. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut (Sugiyono,2006:91).

Sedangkan teknik sampling ( cuplikan ) merupakan suatu bentuk

khusus atau proses bagi pemusatan sumber data dalam penelitian yang

mengarah pada seleksi (Haryono,2008:41). Terkait dengan pengambilan

sampel tersebut maka teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini

menggunakan purposive sampling karena dipandang mampu menangkap

kelengkapan dan kedalaman data di dalam menghadapi realitas yang tidak

tunggal. Pilihan atau sampel diarahkan pada sumber data yang dipandang

memiliki data yang penting yang berkaitan dengan permasalahan yang

Page 55: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

sedang diteliti. Untuk itu diperlukan pemahaman peneliti mengenai nara

sumber yang tersedia, dalam beragam posisinya, karena setiap posisi

memiliki akses informasi yang berbeda. Cuplikan ini memberikan

kesempatan maksimal pada kemampuan peneliti untuk menyusun teori yang

dibentuk dari lapangan (grounded theory) dengan sangat memperhatikan

kondisi lokal dengan memperhatikan nilai-nilainya (Haryono,2008:31).

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Wawancara mendalam (in-depth interviewing)

Teknik pengumpulan data yang dikenal dalam penelitian kualitatif

pada umumnya pertama adalah wawancara mendalam. Wawancara

adalah tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung.

Maksudnya ialah proses memperoleh data untuk tujuan penelitian

dengan cara tanya jawab tatap muka antara pewawancara dengan nara

sumber atau informan (Susanto, 2006:128). Wawancara dilakukan

terhadap nara sumber atau informan yang dapat memberikan

informasi dan keterangan-keterangan penting yang berkaitan.

Wawancara jenis ini bersifat lentur, terbuka, tidak berstruktur ketat,

tetapi dengan pertanyaan yang semakin terfokus dan mengarah pada

kedalaman informasi. Wawancara ini dilakukan terhadap mereka yang

mengetahui permasalahan yang diteliti. Wawancara ini melibatkan

Page 56: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

elemen-elemen yang berbeda untuk mendapatkan data yang diinginkan

dalam studi. Dalam penelitian ini dilakukan wawancara kepada Kepala

Seksi Gizi, Staf Seksi Gizi dan Ketua Posyandu Lestari

2. Observasi langsung

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis

terhadap gejala-gejala yang diteliti. Observasi berarti peneliti melihat

dan mendengarkan (termasuk menggunakan tiga indera yang lain) apa

yang dilakukan dan diperbincangkan para nara sumber dalam aktivitas

kehidupan sehari-hari terutama yang berkaitan dengan penelitian

(Susanto, 2006:126). Observasi dilakukan dalam bentuk observasi

partisipasi pasif. Dengan kata lain dalam hal ini peneliti membatasi

pada tingkat pengamatan secara pasif, sehingga dapat menjaga peran

bukan sebagai ‘orang dalam’. Terhadap beberapa pelaku dan kondisi

lingkungan yang relevan, termasuk didalamnya adalah beberapa

kegiatan dan proses terkait dengan studi. Peneliti mendatangi secara

langsung di Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten untuk melakukan

pengamatan dan pencatatan terhadap objek yang diteliti.

3. Pencatatan Dokumen

Yaitu dilakukan dengan mencatat dan mengambil sumber-sumber

tertulis yang ada, baik berupa dokumen atau arsip. Dokumen atau arsip

merupakan bahan tertulis yang bergayutan dengan suatu peristiwa atau

aktivitas tertentu ( H.B. Sutopo, 2002:54). Peneliti mengumpulkan dan

memahami data-data yang diperoleh dari dokumen dan arsip sebagai

Page 57: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

pendukung dan pelangkap data penelitian yang ada di Dinas Kesehatan

Kabupaten Klaten.

F. Analisis Data

Dalam proses analisis terdapat tiga alur kegiatan yang terjadi secara

bersamaan dan menentukan hasil akhir, tiga komponen tersebut menurut H.

B. Sutopo (2002:91-94) adalah :

a. Reduksi Data

Reduksi data merupakan komponen pertama dalam analisi yang

merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan dan abstraksi data

dari fieldnote. Proses ini berlangsung terus sepanjang pelaksanaan

penelitian. Bahkan prosesnya diawali sebelum pelaksanaan pengumpulan

data. Artinya, reduksi data sudah berlangsung sejak peneliti mengambil

keputusan tentang kerangka kerja konseptual, melakukan pemilihan kasus,

menyusun pertanyaan penelitian, dan juga waktu cara menentukan cara

pengumpulan data yang akan digunakan.

Pada waktu pengumpulan data berlangsung, reduksi data dilakukan

dengan membuat ringkasan dari catatan data yang diperoleh dilapangan.

Dalam menyusun ringkasan tersebut peneliti juga membuat coding,

memusatkan tema dan menentukan batas-batas permasalahan, dan juga

menulis memo. Proses reduksi data berlangsung terus sampai laporan akhir

penelitian selesai disusun.

Page 58: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

b. Penyajian Data

Penyajian data merupakan suatu rakitan organisasi informasi,

deskripsi dalam bentuk narasi yang memungkinkan simpulan penelitian

dapat dilakukan. Sajian ini merupakan kalimat yang disusun secara logis

dan sistematis, sehingga bila dibaca, akan bias mudah dipahami berbagai

hal yang terjadi dan memungkinkan peneliti untuk berbuat sesuatu pada

analisis ataupun tindakan lain berdasarkan pemahamannnya tersebut.

Sajian data ini harus mengacu pada rumusan masalah yang telah

dirumuskan sebagai petanyaan penelitian, sehingga narasi yang tersaji

merupakan deskripsi mengenai kondisi yang rinci untuk menceritakan dan

menjawab setiap permasalahan yang ada.sajian data ini merupakan narasi

yang disusun dengan pertimbangan permasalahannya dengan

menggunakan logika penelitiannya. Yang banyak terjadi dimasa lalu,

penyajian data tetap berupa kalimat-kalimat panjang atau cerita yang tidak

banyak berbeda dengan catatan lengkap yang diperoleh dari lapangan. Hal

itu sangat menyulitkan peneliti untuk mendapatkan gambaran yang jelas

tentang data keselurtuhan guna menyusun simpulan studi secara cepat dan

tepat. Kemampuan manusia terbatas dalam menghadapi catatan lapangan

yang mungkin jumlahnya meliputi ribuan halaman. Sajian data yang baik

dan jelas sistematikanya, akan banyak menolong peneliti sendiri dalam

menyelesaikan pekerjannya. Sajian data selain dalam bentuk narasi

kalimat, juga dapat meliputi berbagai jenis matriks, gambar atau skema,

Page 59: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

jaringan kerja, kaitan kegiatan, dan juga table sebagai pendukung

narasinya.

c. Penarikan Simpulan

Dari awal pengumpulan data, peneliti sudah harus memahami apa

arti dari berbagai hal yang dia temui dengan melakukan pencatatan

peraturan-peraturan, pola-pola, pernyataan-pernyataan, konfigurasi yang

munkin, arahan sebab-akibat, dan berbagai proporsisi. Peneliti yang ahli

menangkap berbagai hal tersebut secara kuat, nemun tetap terbuka dan

bersifat keptic. Konklusi-konklusi dibiarkan tetap disitu, yang pada waktu

awalnya mungkin kurang jelas, kemudian semakin meningkat secara

eksplisit, dan juga memiliki landasan yang semakin kuat. Simpulan akhir

tidak akan terjadi sampai pada waktu proses pengumpulan data berakhir.

Simpulan perlu diverifikasi agar cukup mantap dan benar-benar

bias dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu perlu dilakukan aktivitas

pengulangan untuk tujuan pemantapan, penelusuran data kembali dengan

cepat, mungkin sebagai akibat fikiran kedua yang timbul melintas pada

peneliti pada waktu menulis sajian data dengan melihat kembali sebentar

pada catatan lapangan. Verifikasi juga dapat berupa kegiatan yang

dialkukan dengan lebih mengembangkan ketelitian, misalnya dengan cara

berdiskusi, atau saling memeriksa antar teman. Dalam penelitian ini,

penulis menggunakan metode analisis ,yaitu: reduksi data, sajian data,

serta penarikan kesimpulan dan verifikasi berjalan bersama pada waktu

kegiatan pengumpulan data sebagai satu siklus yang berlangsung sampai

Page 60: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

akhir penelitian. Untuk lebih jelasnya dapat terlihat skema bagan model

analisis interaktif berikut ini :

Bagan 3.1

Model Analisis Interaktif

(H.B.Sutopo,2002:96)

G. Validitas Data

Djamaludin Ancok mengatakan validitas menunjukan sejauh mana

suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur (dalam

Singarimbun dan Effendi,1989:124).

Data yang telah berhasil digali, dikumpulkan dan dicatat dalam

kegiatan penelitian, harus diusahakan kemantapan dan kebenarannya. Oleh

karena itu setiap peneliti harus bisa memilih dan menentukan cara yang

Pengumpulan Data

Penyajian Data

Penarikan Simpulan / Verifikasi

Reduksi Data

Page 61: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

tepat untuk mengembangkan validitas data yang diperolenya. Cara

pengumpulan data dengan beragam tekniknya harus benar-benar sesuai dan

tepat untuk menggali data yang benar-benar diperlukan bagi penelitiannya.

Ketepatan data tersebut tidak hanya tergantung dari ketepatan memilih

sumber data dan teknik pengumpulannya, tetapi juga diperlukan teknik

pengembangan validitas datanya ( HB.Sutopo,2002:77-78).

Dalam penelitian kuakitatif model validitas data yang sering

digunakan adalah model triangulasi. Menurut Paton (1984), menyatakan

bahwa terdapat empat macam teknik triangulasi (dalam HB.

Sutopo,2002:78-82):

a. Triangulasi data (sumber)

Di dalam pengumpulan data, peneliti wajib menggunakan beragam

sumber data yang tersedia. Artinya, data yang sama atau sejenis akan

lebih mantap kebenarannya, bila digali dari beberapa sumber data yang

berbeda.

b. Triangulasi metode

Teknik ini dilakukan dengan mengumpulkan data sejenis, tetapi

dengan menggunakan metode pengumpulan data yang berbeda.

c. Triangulasi peneliti

Hasil penelitian baik data ataupun simpulan mengenai bagian

tertentu atau simpulannya bisa diuji validitasnya dari berbagai macam

peneliti.

Page 62: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

d. Triangulasi teori

Teknik ini menggunakan perspektif lebih dari satu teori dalam

membahas permasalahan-permasalahan yang dikaji.

Dari berbagai macam kesimpulan mengenai metode triangulasi

diatas maka dalam penelitian ini model triangulasi yang digunakan adalah

triangulasi data ( sumber ). Menurut Moeloeng penelitian yang

menggunakan teknik pemeriksaan melalui sumbernya artinya

membandingkan atau mengecek ulang derajat kepercayaan suatu informasi

yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda (dalam Iskandar,

2008:230).

Bagan 3.2 Bagan Triangulasi data

(sumber : HB. Sutopo,2002:80 )

DATA

AKTIVITAS

DOKUMEN/ARSIP

INFORMAN

OBSERVASI

CONTENT ANALYSIS

WAWANCARA

Page 63: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi

1. Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten

Negara bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan dan keadilan

bagi masyarakatnya. Kesejahteraan dapat dilihat dari beberapa aspek, yaitu

kondisi dimana kebutuhan lahir maupun batin dapat terpenuhi dengan

baik. Salah satunya adalah terpenuhinya kebutuhan kesehatan. Maka

negara berkewajiban mewujudkan atau memenuhi kebutuhan warga

negaranya akan kesehatan dalam hal ini dalam pemenuhan gizi

masyarakat. Seperti yang telah diamanatkan pada pembukaan Undang-

undang Dasar Republik Indonesia yang merupakan tujuan negara yang

salah satunya adalah mewujudkan kesejahteraan umum bagi seluruh rakyat

Indonesia. Kesejahteraan tersebut salah satunya diwujudkan dengan

adanya jaminan kesehatan bagi seluruh warga negara Indonesia.

Dasar pembangunan kesehatan adalah nilai kebenaran dan aturan

pokok yang menjadi landasan pokok untuk berfikir dan bertindak dalam

penyelenggaraan Pembangunan Kesehatan. Dasar – dasar berikut ini

merupakan landasan penyusunan Visi, Misi, dan Strategi serta sebagai

petunjuk pokok pelaksanaan pembangunan kesehatan yaitu

a. Dasar- dasar penyusunan Visi, Misi, Strategi dan petunjuk pokok

pelaksanaan pembangunan kesehatan yaitu

1) Perikemanusiaan

Page 64: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

Setiap kegiatan, proyek, program kesehatan harus berlandaskan

perikemanusiaan yang dijiwai , digerakkan dan dikendalikan oleh

keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa

2) Pemberdayaan dan Kemandirian

Individu, keluarga, masyarakat beserta lingkungannya bukan

saja objek tetapi sekaligus sebagai subjek kegiatan, proyek,

program kesehatan. Segenap komponen bangsa bertanggung jawab

untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan individu,

keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya. Setiap kegiatan ,

proyek, program kesehatan harus mampu membangkitkan peran

serta individu, keluarga dan masyarakat sedemikian rupa sehingga

setiap individu, keluarga dan masyarakat dapat menolong dirinya

sendiri.

Dengan dasar ini setiap individu, keluarga dan masyarakat

melalui kegiatan, proyek, program kesehatan difasulitasi agar

mampu mengambil keputusan yang tepat ketika membutuhkan

pelayanan kesehatan. Warga masyarakat harus mau saling tolong

menolong kepada siapa saja yang membutuhkan pertolongan agar

dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang sesuai dengan

kebutuhan dalam waktu yang sesingkat mungkin. Di lain pihak,

fasilitas pelayanan kesehatan yang ada perlu terus diberdayakan

agar mampu memberikan pertolongan kesehatan yang berkualitas,

Page 65: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

terjangkau, sesuai dengan norma sosial budaya setempat serta tepat

waktu.

3) Adil dan Merata

Setiap individu, keluarga dan masyarakat mempunyai

kesempatan yang sama untuk memperoleh pelayanan kesehatan

yang dibutuhkan sehingga dapat mencapai derajat kesehatan yang

samauntuk memperoleh derajat kesehatan yang setinggi- tingginya.

Kesempatan untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang

berkualitas, terjangkau dan tepat waktu tidak boleh memandang

perbedaan ras, golongan , agama, dan status ekonomi seorang

individu, keluarga atau sekelompok masyarakat.

Pembangunan kesehatan harus terus diimbangi dengan upaya-

upaya pelayanan kesehatan yang bersifat rujukan, bersifat luar

gedung maupun yang bersifat satelit pelayanan. Dengan demikian

pembangunan kesehatan dapat menjangkau kantong – kantong

penduduk resiko tinggi yang merupakan pemyumbang terbesar

kejadian sakit dan kematian. Kelompok- kelompok penduduk

inilah yang sesungguhnya lebih membutuhkan pertolongan karena

selain lebih rentan terhadap penyakit juga kemampuan membayar

mereka jauh lebih sedikit sehingga pembangunan kesehatan akan

dapat meningkatkan derajat kesehatan dan menurunkan angka

kesakitan dan kematian.

Page 66: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

4) Pengutamaan dan Manfaat

Pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran dan

atau kesehatan dalam kegiatan, proyek dan program kesehatan

harus mengutamakan peningkatan kesehatan dan pencegahan

penyakit. Kegiatan, proyek dan program kesehatan

diselenggarakan agar memberikan manfaat yang sebesar- besarnya

bagi peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Kegiatan, proyek

dan program kesehatan diselenggarakan agar memberikan manfaat

yang sebesar – besarnya bagi peningkatan derajat kesehatan.

Kegiatan, proyek dan program kesehatan diselenggarakan dengan

penuh tanggung jawab sesuai dengan standar profesi dan peraturan

perundang – undangan yang berlaku serta mempertimbangkan

dengan sungguh- sungguh dan kondisi spesifik daerah.

Sejak berlakunya Undang – UndangNo 22 Tahun 1999 yang

kemudian disempurnakan dengan berlakunya Undang – Undang No 32

Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, maka daerah perlu mengadakan

pembentukan kembali organisasi perangkat daerah Kabupaten Klaten.

Guna memperlancar pelaksanaan penyelenggaraan otonomi daerah dalam

sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia, pengembangan wilayah

Klaten tidak lepas dari kondisi dan potensi wilayah dan social ekonomi

masyarakatnya yang berorientasi pada terciptanya masyarakat Klaten yang

sejahtera. Walaupun demikian pemerintah daerah Klaten tidak semata –

mata tolak ukur dari pengembangan pembangunan wilayah dan potensi

Page 67: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

Kabupaten Klaten saja, tetapi juga melibatkan peran serta masyarakat

sehingga terciptanya keserasian pengembangan pembangunan SDA dan

pengembangan masyarakat Klaten, dalam artian pengembangan Sumber

Daya Manusia itu sendiri sehingga dapat tercipta suatu kerjasama antara

pemerintah daerah dan masyarakat untuk mencapai suatu kesejahteraan

bersama antara daerah dan masyarakat.

Dengan adanya otonomi daerah maka instansi daerah Kabupaten

Klaten yang menangani bidang khususnya bidang kesehatan antara lain

Departemen Kesehatan yang ada di Kabupaten Klaten perlu ditata dan

diintegrasikan dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Daerah Tingakat II

Klaten agar memiliki daya dukung yang optimal terhadap

penyelenggaraan otonomi daerah di bidang kesehatan. Berdasarkan

ketentuan diatas maka pemerintah daerah kabupaten Klaten menetapkan

Peraturan Daerah No 6 Tahun 2001 tentang pembentukan susunan

organisasi dan tata kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten. Peraturan

Daerah ini pengganti Peraturan Daerah sebelumnya yaitu Perda No 4

Tahun 1995 tentang susunan organisasi dan tata kerja Pusat Kesehatan

Masyarakat Kabupaten Daerah Tingkat II Klaten.

Pasal 3,4 dan 5 Perda Kabupaten Klaten No 6 Tahun 2001

menyebut tentang kedudukan, tugas dan fungsi Dinas Kesehatan

Kabupaten Klaten pasal 3 yaitu

Page 68: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

1. Dinas Kesehatan sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 2,

berkedudukan sebgai unsure pelaksana Pemerintah Daerah di

bidang kesehatan.

2. Dinas Kesehatan Sebagaimana yang dimaksud pada ayat 1

dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada dibawah dan

bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.

Pasal 4 yaitu

Dinas Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan kewenangan

Kabupaten di bidang kesehatan.

Pasal 5 yaitu

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana yang dimaksud pada pasal

4, Dinas Kesehatan mempunyai fungsi :

1. Pelaksanaan program, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian,

dan pelaporan di bidang kesehatan

2. Pemberian perizinan dan pelaksanaan pelayanan umum di

bidang kesehatan

3. Pembinaan terhadap Unit Pelaksana Teknis Dinas di

lingkungan Dinkes

Dengan ketentuan diatas maka Dinas Kesehatan adalah Dinas

daerah Kabupaten Klaten yang merupakan unsure pelaksana di bidang

kesehatanyang di pimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada di bawah

Page 69: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. Dinkes

mempunyai tugas pokok di dalam bidang kesehatan. Untuk melaksanakan

tugas dan fungsi Dinkes, menurut peraturan daerah No 6 Tahun 2001

disebutkan sebagaimana dijabarkan dalam Keputusan Bupati Klaten

Nomor 065/ 359 / 2001 tentang penjabaran tugas dan fungsi Dinkes antara

lain :

1. Dinas Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan kewenangan

kabupaten dibidang kesehatan yang meliputi pelayanan

kesehatan, pencegahan dan pemberantasan penyakit dan

kesehatan masyarakat.

2. Untuk melaksanakan tugas dimaksud maka Dinas Kesehatan

mempunyai fungsi yaitu

a. Perencanaan program, pelaksanaan, pengawasan,

pengendalian dan pelaporan dibidang kesehatan.

b. Pemberian perizinan dan pelaksanaan pelayanan umum di

bidang kesehatan.

c. Pembinaan terhadap unit pelaksanaan teknis Dinas di

lingkungan Dinas Kesehatan.

Dalam menjalankan fungsinya Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten

mempunyai Visi, Misi, Motto dan Strategi :

1. Visi Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten :

“ Mewujudkan Klaten Sehat dan Sejahtera “

Page 70: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

2. Misi Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten :

a. Sebagai katalisator dan motivator pembangunan kabupaten klaten

yang berwawasan kesehatan

b. Mendorong kemandirian masyarakat untuk berperilaku hidup

bersih dan sehat

c. Mempercepat terwujudnya sistem kesehatan daerah

d. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan masyarakat secara

paripurna, didukung oleh sumber daya manusia yang professional,

sarana dan prasarana memadai.

3. Motto Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten :

“ Responsive. Tepat, dan Bertanggung jawab “

4. Strategi Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten :

a. Pemantapan manajemen kesehatan yang mandiri dan akuntabel.

b. Pemberdayaan masyarakat dengan menggunakan pendekatan

keluarga menuju kemandirian masyarakat yang bertumpu pada

potensi yang ada.

c. Pemantapan kapasitas dan mutu pelayanan kesehatan.

d. Perluasan dan peningkatan sarana, prasarana dan tenaga

kesehatan.

e. Penanaman sikap untuk peduli serta berperilaku hidup bersih

dan sehat.

Page 71: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

5. Mengenai susunan organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten

diatur dalam pasal 6 :

a. Kepala Dinas

Kepala Dinas memimpin pelaksanaan tugas dan fungsi Dinas

Kesehatan

b. Sekretariat :

1. Sub Bagian Perencanaan dan Pelaporan

Sub bagian perencanaan, evaluasi dan pelaporan

mempunyai tugas mengkoordinasi dan menyusun rencana

program kegiatan rutin dan pembangunan, melakukan

pengumpulan dan pengolahan data dibidang kesehatan.

2. Sub Bagian Keuangan

Sub bagian keuangan mempunyai tugas melaksanakan

pengelolaan administrasi keuangan yang meliputi penyusunan

anggaran pendapatan dan belanja, pembukaan, pertanggung

jawaban dan laporan keuangan.

3. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian

Mempunyai tugas pengelolaan administrasi,

penyusunan pedoman dan petunjuk ketatalaksanaan di bidang

kepegawaian.

Page 72: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

c. Bidang Pelayanan Kesehatan :

1. Seksi Rumah Sakit dan Puskesmas

Seksi Rumah Sakit dan Puskesmas mempunyai tugas pokok

menyiapkan bahan pembinaan, perkembangan, pengawasan,

pelaksaan pelayanan Rumah Sakit dan Puskesmas.

2. Seksi Registrasi dan Akreditasi

Seksi registrasi dan akreditasi mempunyai tugas

melaksanakan bimbingan dan pengendalian di bidang registrasi dan

akreditasi serta tugas lain yang diberikan Kepala Sub Dinas

Pelayanan Kesehatan.

3. Seksi Kefarmasian, Penyehatan Makanan dan Minuman

Seksi kefarmasian, penyehatan makanan dan minuman

mempunyai tugas menyiapkan bahan untuk pengawasan dan

evaluasi pemakaian obat disemua sarana kesehatan serta

pembinaan dan pengawasan Tempat Pengolahan Pangan.

d. Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

Bidang pencegahan dan pengendalian penyakit mempunyai

tugas menyiapkan rencana penyelenggaraan kegiatan pengamatan,

pencegahan, pemberantasan, pengawasan penyakit, imunisasi dan

penyelidikan penyakit. Bidang ini dibagi menjadi beberapa seksi

antara lain :

Page 73: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

1. Seksi Pencegahan dan Pengamatan Penyakit

Tugas seksi ini adalah memeonitoring , mengevaluasi

pelaksanaan imunisasi pada PPKKS, Posyandu, Unit Pelaksanaan

Kesehatan lainnya, dan menganalisa hasil penyelidikan penyakit.

2. Seksi Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang

Seksi ini mempunyai tugas mengumpulkan bahan

penyelenggaraan, pencegahan , pemberantasan, penanggulangan

penyakit bersumber pada binatang.

3. Seksi Pengendalian Penyakit Menular Langsung dan Penyakit

Tidak Menular

Seksi ini mempunyai tugas mengumpulkan bahan

penyelenggarakan pemberantasan penyakit menular langsung dan

tidak langsung dan meyebarluaskan informasi pencegahan dan

pemberantasannya.

e. Bidang Kesehatan Masyarakat

Bidang kesehatan masyarakat mempunyai tugas melakukan

pembinaan dan pengawasan kegiatan pemeriksaan, pelayanan

kesehatan ibu, anak , kelahiran dan Keluarga Berencana dan kesehatan

lingkungan pada PPKKS, PPKKS pembantu, PPKKS dengan rawat

inap serta sistemasi bahan rencana koordinasi kegiatan peningkatan

kebersihan lingkungan pemukiman.

Bidang ini dibagi menjadi beberapa seksi antara lain :

Page 74: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

1. Seksi Kesehatan Keluarga

Seksi ini mempunyai tugas mengumpulkan bahan

penyelenggaraan usaha kesehatan dan pelayanan kesehatan ibu,

anak remaja , usia lanjut, Keluarga Berencana, dan upaya

penyehatan lingkungan dan pemukiman.

2. Seksi Gizi

Tugas seksi gizi adalah mengumpulkan bahan pembinaan

pengaturan dan memonitoring gizi masyarakat.

3. Seksi Kesehatan Lingkungan

Tugas seksi ini adalah mengumpulkan bahan pembinaan,

penyelenggaraan kesehatan lingkungan.

f. UPTD

Memiliki tugas melakukan sebagian tugas Dinas Kesehatan

dibidang kesehatan.

g. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok ini memiliki tugas melaksanakan penelitian,

pengembangan , peningkatan, penerapan konsep dan teori serta metode

operasional dan penerapan disiplin ilmu pengetahuan yang mendasari

pelaksanaan tugas dan fungsi sesuai peraturan perundang – undangan

yang berlaku.

Di dalam struktur seksi yang bertugas mengurusi penanggulangan

gizi buruk atau masalah gizi lainnya adalah Seksi Gizi, adapun

penjelasanya sebagai berikut

Page 75: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

a. Seksi Gizi

1. Seksi Gizi sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 2 ayat ( 1 )

huruf e angka 2, dipimpin oleh Kepala Seksi yang mempunyai

tugas melaksanakan sebagaian tugas bidang kesehatan masyarakat

meliputi pengelolaan pembinaan, pengaturan dan monitoring gizi

masyarakat.

2. Struktur organisasi Seksi Gizi :

a. Kepala Seksi Gizi : Sri Hastuti Suprihandini, S.Km

b. Staf : Sri Sunarti, S.Km.M.Si

Yayuk Sri Indarti, S.Km.M.Si

Anis Sihretno, S.Sit

3. Rincian tugas sebagaimana yang dimaksud pada ayat ( 1 ) adalah

sebagai berikut :

a. Menyiapkan bahan penyusunan kebijakan, petunjuk teknis dan

perencanaan pembinaan, pengaturan dan monitoring gizi

masyarakat

b. Menyusun rencana kegiatan Seksi Gizi

c. Melaksanakan pembinaan, pengaturan dan monitoring 4 masalah

gizi utama ( KEP, KVA, GAKI, dan Anemia ) dan program ASI

Eksklusif

d. Menyajikan data di bidang gizi

Page 76: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

e. Melaksanakan koordinasi dengan unit kerja lain dalam pelaksanaan

Program Pemberian Makanan Tambahan Anak Sekolah ( PMT- AS

)

f. Melaksanakan koordinasi dengan unit kerja terkait dalam

pelaksanaan program Posyandu

g. Membantu pemenuhan pelayanan sarana dan prasarana kesehatan (

pengadaan alat timbangan, distribusi KMS, distribusi obat- obatan

dan vitamin ) serta dukungan bimbingan tenaga teknis kesehatan

h. Membagi tugas dan memberi petunjuk kepada bawahan dengan

jalan memonitor dan mengevaluasi hasil kerja

i. Menilai hasil kerja bawahan dengan jalan memonitor dan

mengevaluasi hasil kerja

j. Mengevaluasi dan menginvestarisasi permasalahan yang

berhubungan dengan pelaksanaan tugas serta mencari alternatif

pemecahan masalah

k. Melaksanakan koordinasi dan kerjasama sesuai bidang tugasnya

dalam rangka kelancaran pelaksanaan tugas

l. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas/ kegiatan kepada atasan

m. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai bidang

tugasnya.

Page 77: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

B. Strategi Dinas Kesehatan dalam Penanggulangan Gizi Buruk

Keadaan gizi yang baik merupakan prasyarat terciptanya sumberdaya

manusia masa depan yang berkualitas. Anak yang mengalami masalah gizi

pada usia dini akan mengalami gangguan tumbuh kembang dan meningkatkan

kesakitan, penurunan produktivitas serta kematian. Pemerintah melalui

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2005-2009 telah

bertekad menurunkan prevalensi gizi kurang menjadi setinggi-tingginya 20%,

termasuk prevalensi gizi buruk menjadi setinggi-tingginya 5% pada tahun

2009.

Dalam rangka mencapai tujuan RPJMN dan Rencana Strategi

Departemen Kesehatan 2005-2009, Departemen Kesehatan melaksanakan

Program Perbaikan Gizi di seluruh Indonesia, agar seluruh keluarga menjadi

keluarga sadar gizi (KADARZI) yang merupakan salah satu komponen desa

siaga. KADARZI adalah keluarga yang mengenal masalah gizi dan mampu

mengatasi masalah gizi setiap anggota keluarga.

Tujuan dari Kadarzi adalah untuk mengetahui hubungan positif antara

status gizi balita dengan keluarga sadar gizi. Selain itu bertujuan untuk

mengukur tingkat keberhasilan penerapan KADARZI. Pemantauan

KADARZI harus dilakukan secara berkala setiap tahun. Pemantauan tersebut

dapat menghasilkan informasi besaran masalah gizi dan trend status gizi

penduduk dari waktu ke waktu serta informasi keluarga sadar gizi yang telah

melaksanakan perilaku gizi baik.

Page 78: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten merupakan salah satu Dinas

Kesehatan yang menggunakan strategi program KADARZI dalam

penanggulangan masalah gizi di Klaten.

1. Program Keluarga Sadar Gizi ( KADARZI )

Program KADARZI merupakan salah satu program yang

dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Klaten. Dengan mencermati

perkembangan masalah gizi dan pengalaman didalam pelaksanaan

program perbaikan gizi, diperlukan pergeseran orientasi program

perbaikan gizi, mengacu pada paradigma sehat.

Upaya perbaikan gizi mempertimbangkan beberapa hal penting sebagai

berikut:

a. Arah perbaikan gizi lebih mengedepankan perubahan perilaku keluarga,

untuk mencegah dan menanggulangi gizi kurang dan gizi lebih.

b. Sasaran perbaikan gizi diperluas mencakup seluruh kelompok siklus

hidup, meliputi : bayi, balita, usia sekolah, remaja dan usia produktif

serta usia lanjut.

c. Pendekatan yang lebih mengutamakan pemberdayaan keluarga,

pemberdayaan masyarakat, peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan

didukung kerjasama lintas sektor.

Keluarga Sadar Gizi (KADARZI), merupakan gambaran keluarga yang

berperilaku gizi seimbang, mampu mengenali dan memecahkan masalah

gizi anggota keluarganya. Sasaran dari program KADARZI adalah

keluarga karena

Page 79: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

a. Pengambilan keputusan dalam bidang pangan, gizi dan

kesehatan dilaksanakan terutama di tingkat keluarga

b. Sumber daya dimiliki dan dimanfaatkan di tingkat keluarga

c. Masalah gizi yang terjadi di tingkat keluarga, erat kaitannya

dengan perilaku keluarga, tidak semata-mata disebabkan oleh

kemiskinan dan ketidaktersediaan pangan

d. kebersamaan antar keluarga dapat memobilisasi masyarakat

untuk memperbaiki keadaan gizi dan kesehatan

Penilaian indikator KADARZI berdasarkan karakteristik keluarga

sebagai berikut :

Tabel 4.1 Penilaian Indikator KADARZI

Berdasarkan Karakteristik Keluarga

No Karakteristik Keluarga

Indikator KADARZI yang berlaku *)

Keterangan

1 2 3 4 5 1 Bila keluarga

mempunyai Ibu hamil, bayi 0-6 bulan, balita 6-

59 bulan,

Indikator ke 5 yang digunakan adalah balita mendapat kapsul

vitamin A

2 Bila keluarga mempunyai bayi 0-6

bulan, balita 6-59 bulan,

-

3 Bila keluarga mempunyai ibu hamil,

balita 6-59 bulan

- √

Indikator ke 5 yang digunakan adalah balita mendapat kapsul

vitamin A

4 Bila keluarga mempunyai Ibu hamil

- - √

Indikator ke 5 yang digunakan adalah ibu hamil mendapat TTD 90

tablet

5 Bila keluarga mempunyai bayi 0-6

bulan

Indikator ke 5 yang digunakan adalah ibu nifas mendapat suplemen

gizi

Page 80: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

6

Bila keluarga

mempunyai balita 6-59 bulan

- √

-

7 Bila keluarga tidak mempunyai bayi, balita

dan ibu hamil

- - √

- -

*) Keterangan: 1. Menimbang berat badan secara teratur. 2. Memberikan Air Susu Ibu (ASI) saja kepada bayi sejak lahir sampai umur 6 bulan (ASIeksklusif). 3. Makan beraneka ragam. 4. Menggunakan garam beryodium. 5. Minum suplemen gizi (TTD, kapsul Vitamin A dosis tinggi) sesuai anjuran. √ : berlaku - : tidak belaku

Dari penilaian indikator KADARZI berdasarkan keluarga, dapat

diketahui karakteristik keluarga yang mempunyai ibu hamil dan keluarga

yang memiliki balita dengan dinilai melalui 5 indikator KADARZI,

sehingga dapat diketahui keluarga yang melakukan KADARZI itu bukan

hanya balita yang sudah lahir saja tetapi ibu hamil juga agar janin yang ada

di perut ibu hamil juga memiliki gizi yang seimbang, dan agar nantinya

saat janin itu lahir berat badannya juga tidak kurang.

Keluarga yang dianggap sudah menurut KADARZI adalah sebagai berikut

a. Status gizi seluruh anggota keluarga khususnya ibu dan anak baik

b. Tidak ada lagi bayi berat lahir rendah pada keluarga

c. Semua anggota keluarga mengkonsumsi garam beryodium

d. Semua ibu memberikan hanya ASI saja pada bayi sampai usia 6 bulan

e. Semua balita dalam keluarga yang ditimbang naik berat badannya

sesuai umur

f. Tidak ada masalah gizi lebih dalam keluarga

Page 81: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

Program Keluarga Sadar Gizi ini berjalan sudah cukup lama di

Kabupaten Klaten. Program ini berpedoman pada Keputusan Mentri

Kesehatan No.747/MenKes/SK/VI/2007 tentang Pedoman Operasional

Keluarga Sadar Gizi. Kegiatan program KADARZI di Kabupaten Klaten

dilaksanakan di 26 kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Klaten yang

dilaksanakan oleh 34 Puskesmas yang ada di Kabupaten Klaten. Program

KADARZI dilaksanakan Dinas Kesehatan bekerja sama dengan Puskesmas

yang ada di Kabupaten Klaten , sehingga Puskesmas tersebutlah yang

mendatangi Posyandu yang ada di Kecamatan ,dan dari data yang ada

Puskesma melaporkan data ke Dinas Kesehatan sehingga data tersebut

dapat diolah dan dapat diketahui apakah Program KADARZI di Kabupaten

Klaten ini dapat berhasil atau belum.

Hal ini juga di ungkapkan oleh ibu Sri Hastuti selaku Kepala Seksi

Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten :

“ Program KADARZI yang ada di Kabupaten berlangsung sudah lama, program ini dilaksanakan di 26 Kecamatan yang ada di Kabupaten Klaten. Program ini diserahkan ke semua Puskesmas yang ada di Klaten, sehingga yang terjun ke lapangan yaitu puskesmas, kami hanya memantau dan mengolah data yang berasal dari semua Puskesmas yang ada di Klaten.( wawancara tanggal 4 Oktober 2010 )

Pelaksanaan program KADARZI dilakukan dengan beberapa

indikator yang telah ada di pedoman program Keluarga Sadar Gizi No.747

tahun 2007 antara lain :

1. Menimbang berat badan secara teratur.

Page 82: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

2. Memberikan ASI saja kepada bayi sejak lahir sampai umur 6 bulan

( ASI Eksklusif ).

3. Makan beraneka ragam

4. Menggunakan garam beryodium

5. Minum suplemen gizi ( TTD, kapsul vitamin A dosis tinggi )

sesuai anjuran.

Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten tidak mengubah atau

menambahkan kegiatan - kegiatan lain untuk mendukung program

KADARZI, hanya menggunakan 5 indikator yang telah ada untuk

mengukur tingkat status gizi balita yang ada di Kabupaten Klaten dan di

dalam program ini tidak ada makanan tambahan yang diberikan kepada

balita . Seperti yang diutarakan oleh ibu Anis selaku staf Seksi Gizi :

“ Program Keluarga Sadar Gizi yang ada di sini menggunakan 5 indikator yang telah ada, yang berasal dari pemerintah yaitu menimbang berat badan secara teratur, memberikan ASI Eksklusif, makan beraneka ragam, menggunakan garam yodium dan minum suplemen gizi, di sini tidak ada program tambahan atau program pendukung lain yang berkaitan dengan program KADARZI, dan tidak ada tambahan bahan makanan dalam program ini.” ( wawancara tanggal 4 Oktober 2010 )

Page 83: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

2. Indikator Program Keluarga Sadar Gizi Program KADARZI merupakan program yang dilakukan oleh

pemerintah untuk mengatasi balita yang mengalami masalah tentang gizi.

Program KADARZI ini memiliki 5 indikator yaitu

a. Memantau berat badan secara teratur

· Pemantauan berat badan ini perlu dilakukan karena :

1. Perubahan berat badan menggambarkan perubahan konsumsi

makanan atau gangguan kesehatan. Perubahan pola makan

berpengaruh terhadap perubahan berat badan karena jika balita

diberikan makanan yang bergizi dan memiliki kandungan gizi

yang lengkap maka pertumbuhan balita akan maksimal

sehingga berat badan balita tidak semakin turun, dan balita

tidak akan mudah terkena penyakit sebab makanan yang

dikonsumsi mengandung nilai gizi yang dapat meningkatkan

kekebalan tubuhnya.

2. Menimbang dapat dilakukan oleh keluarga dimana saja.

Menimbang anak atau balita dapat dilakukan di mana saja,

untuk mengetahui perubahan berat badan yang terjadi. Untuk

mengetahui perubahan berat badan tidak hanya pada saat ada

Posyandu saja, tetapi bisa datang ke tempat – tempat yang

terdapat alat penimbang contohnya di apotek, bidan, Puskesmas

dan lain – lain.

Page 84: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

3. Keluarga dapat mengenali masalah kesehatan dan gizi anggota

keluarganya. Dengan pemantauan berat badan baik itu oleh

sendiri atau pada saat Posyandu, dalam hal ini khususnya pada

saat Posyandu, orang tua balita dapat mengetahui masalah

kesehatan pada anaknya misalnya jika balita tersebut berat

badannya turun maka petugas Posyandu atau petugas

Puskesmas yang datang ke Posyandu dapat memberikan

pengarahan terhadap orang tua balita masalah apa yang terjadi

pada anaknya , mungkin balita tersebut pola makannya salah

atau makanan yang diberikan orang tuanya tidak mengandung

gizi yang sempurna, sehingga balita itu berat badannya turun.

4. Keluarga mampu mengatasi masalahnya baik oleh sendiri atau

dengan bantuan petugas. Pemantauan berat badan balita ,

sangatlah penting karena dengan adanya pemantauan yang

dilakukan secara rutin ,jika balita mengalami suatu masalah

kesehatan atau gizi dapat segera diatasi karena jika tidak segera

diatasi bisa berdampak ke masalah gizi kurang bahkan gizi

buruk. Sehingga orang tua dapat mengetahui apa yang akan dia

perbuat untuk anaknya, selain dengan bantuan petugas yang

ada.

Page 85: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

· Kegiatan yang dilakukan pada saat penimbangan berat badan yang

berhubungan dengan pengukuran status gizi balita antara lain dengan

metode pengukuran antropometri yaitu

1. Menimbang berat badan balita dengan timbangan gantung,

anak di tempatkan pada sebuah selendang yang telah ditali

dan dihubungkan dengan alat penimbang

2. Mengukur tinggi badan balita dengan microtoise bagi anak

yang sudah bisa berdiri dan alat pengukuran tinggi badan

bagi anak yang belum bisa berdiri

3. Selain dengan pengukuran tersebut jika ditemukan anak

yang mengalami penurunan berat badan maka dapat di ukur

dengan mengukur lingkar lengan atas yaitu dengan

menggunakan alat berupa suatu pita pengukur yaitu fiber

glas atau kertas tertentu berlapis plastik, dengan

menggunakan ambang batas (Cut of Points): LLA WUS

dengan risiko KEK di Indonesia < 23.5 cm. Pada bayi 0-30

hari : ≥9.5 cm dan Balita dengan KEP <12.5 cm

4. Mencatat kembali pertumbuhan balita dalam KMS untuk

mengetahui status berat badan dan gizi balita. Pencatatan

ini perlu dilakukan karena sangat penting jika balita

mengalami perubahan berat badan, apalagi jika balita

tersebut mengalami penurunan berat badan secara drastis.

Page 86: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

· Strategi yang dilakukan Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten dalam

pemantauan berat badan balita

Strategi yang dilakukan Dinkes dalam menangani ketidak

teraturan ibu dalam penimbangan balita yaitu dengan mengadakan

penyuluhan kepada kader – kader Posyandu tentang pertumbuhan gizi

balita karena pertumbuhan yang baik dapat diketahui dengan

penimbangan berat badan, kemudian kader tersebut mengadakan

pendekatan kepada ibu-ibu yang memiliki balita untuk selalu aktif

menimbangkan balitanya ke Posyandu, karena dengan menimbangkan

balita secara aktif maka pertumbuhan balita dapat dikontrol dengan

baik. Seperti yang dituturkan ibu tutik selaku kepala bagian gizi :

“ Jika ada warga yang mungkin belum melakukan penimbangan anaknya secara teratur dari pihak kami hanya memberikan penyuluhan kepada kader Posyandu untuk mengadakan pendekatan kepada ibu- ibu yang mempunyai balita, misal pada saat para ibu berkumpul membicarakan anaknya disitu diberikan informasi pentingnya penimbangan secara teratur sehingga kita dapat mengetahui pertumbuhan balita kita.” ( wawancara tanggal 28 Desember 2010 )

Selain strategi dalam dalam pemberian penyuluhan kepada kader

Posyandu, Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten juga menurunkan

personilnya untuk terjun kelapangan melalui petugas Puskesmas dengan

adanya mobil Puskesmas keliling. Tugas dari mobil Puskesmas keliling

yaitu melakukan monitoring ke Posyandu- Posyandu untuk mendapatkan

data atau hasil dari kegiatan yang dilaksanakan di Posyandu terutama

mengenai status berat badan bayi dan balita yang ada di Posyandu

tersebut, kegiatan monitoring ini dilaksanakan setiap bulan dengan

Page 87: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

mendatangi Posyandu yang sedang melaksanakan kegiatannya. Jika

ditemukan balita yang berat badannya turun secara drastis atau bahkan

sampai pada dibawah garis merah maka dari kader Posyandu melaporkan

kepada petugas Puskesmas kemudian petugas Puskesmas melaporkan data

itu ke Dinas Kesehatan, kemudian Dinas Kesehatan menerjunkan petugas

Puskesmas untuk datang ke Posyandu yang terdapat balita yang

mengalami penurunan gizi untuk ditindak lanjuti. Akan tetapi walaupun

yang melaksanakan itu petugas Puskesmas dari Dinas Kesehatan pun juga

melakukan rujukan ke Puskesmas induk selama 4 – 6 hari secara bergilir

untuk melakukan pengukuran antropometri ulang kepada anak yang

mengalami penurunan berat badan di bawah garis merah. Pada kegiatan ini

sudah bisa ditentukan status gizi balita yang masuk program

penanggulangan gizi buruk. yaitu

1. Bila z-score BB/TB <-2 maka balita langsung masuk pada

CTC (Community Based Therapeutical Center).

Penanggulangan terapi gizi buruk dengan berbasis

masyarakat.

2. Bila z-score BB/TB <-3 maka balita akan masuk dalam rawat

inap, TFC (Therapeutical Feeding Center).

3. Bila ia menunjukkan gejala marasmik kwashiorkor,

kwashiorkor, biasanya karena sudah ada oedema maka

biasanya berat badan tidak bisa lagi dijadikan patokan, yang

digunakan adalah tanda-tanda klinis. Pasien yang demikian

Page 88: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

atau pasien A atau B dengan penyakit komplikasi yang berat

dilakukan rujukan ke RS.

4. Setelah dilakukan penimbangan diberikan, obat cacing, zinc

sirup dan PMT ala kadarnya.

Strategi tersebut dilakukan untuk mengantisipasi bertambahnya balita

yang mengalami status gizi buruk atau balita yang berat badannya di

bawah garis merah dan untuk membantu Dinas Kesehatan dalam

pengecekan kembali balita yang mengalami gizi buruk. Seperti penuturan

ibu tutik selaku kepala bagian Seksi Gizi :

“ Upaya atau strategi yang kami lakukan selain dengan penyuluhan kepada kader- kadernya, dari Dinas sendiri menerjukan personil melalui petugas Puskesmas dengan adanya mobil Puskesmas keliling yang bertugas memonitoring kegiatan Posyandu dan mengumpulkan data dari kegiatan tersebut terutama status berat badan balita, Puskesmas keliling ini dilaksanakan sebulan sekali dengan mendatangi Posyandu- Posyandu yang pada saat itu melaksanakan kegiatan Posyandu, dari pengambilan data dilapangan tersebut yang dilakukan setiap bulan jika ditemukan balita yang penurunan berat badannya drastis maka dari pihak Posyandu melaporkan hal itu kepada petugas Puskesmas dan dari Puskesmas melaporkan ke dinas kemudian dinas kesehatan mendatangi Puskesmas untuk mengecek kembali atau mengadakan pengukuran ulang kembali dengan penugaskan petugas Puskesmas karena mungkin terjadi kekeliruan, hal tersebut dilakukan selama 4-6 hari secara bergiliran. Jika ditemukan balita yang mengalami gizi buruk dapat kita lakukan penanggulangannya sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan kalau kalau z-skore <-2 maka mash bisa untuk dirawat di rumah karena belum berbahaya, jika z-skore <-3 disarankan untuk rawat inap di Puskesmas saja, tetapi jika sudah parah maka di rujuk ke Rumah Sakit. Setelah diadakan penimbangan atau pengukuran kembali balita diberikan obat cacing, zyng siru atau makanan tambahan misalnya biskuit.” ( wawancara tanggal 28 Desember 2010 )

Page 89: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

Dengan adanya strategi yang dilakukan Dinas Kesehatan Kabupaten

Klaten tersebut dengan adanya penyuluhan tentang pentingnya

penimbangan balita secara teratur , kader Posyandu telah melaksanakan

pendekatan kepada masyarakat yang mempunyai balita untuk melakukan

penimbangan balitanya dengan teratur baik itu pendekatan saat kegiatan

Posyandu dilaksanakan atau pun di luar kegiatan Posyandu. Sejauh ini

pendekatan atau penyuluhan yang dilakukan kader Posyandu di Posyandu

Lestari telah berjalan lancar, warga yang mempunyai balita atau bayi telah

rutin melaksanakan kegiatan penimbangan balitanya setiap bulan, bahkan

dari petugas Puskesmas juga rutin untuk datang ke Posyandu untuk

mengecek data- data dan mengumpulkannya untuk dijadikan bahan

laporan ke Dinas Kesehatan, dari pihak Posyandu sendiri jika menemukan

balita yang mengalami penurunan berat badan, usaha yang dilakukan

kader Posyandu yaitu dengan memberikan penyuluhan kepada si ibu untuk

mengatur pola makan dan memberikan asupan gizi yang cukup kepada

balitanya, jika penurunan berat badan balita itu sangat drastis bahkan

sampai dibawah garis merah maka kader Posyandu segera melaporkan

kepada petugas Puskesmas untuk segera dirujuk ke Puskesmas dahulu. Hal

ini seperti yang dituturkan oleh ketua Posyandu Lestari Ibu Suminten:

“Sebagian besar warga disini sudah melaksanakan kegiatan penimbangan secara rutin, dari pikah kader sendiri juga memberikan arahan ataupun pendekatan kepada warga yang mempunyai balita untuk melaksanakan penimbangan balitanya agar si balita dapat diketahui status berat badannya, dan dari pihak Puskesmas sendiri juga mendatangi Posyandu kami setiap bulan pada saat kegiatan Posyandu berlangsung, jika kami menemukan

Page 90: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

balita yang mengalami berat badan turun hal pertama yang kami tanyakan yaitu tentang asupan makanan dan pola makan si anak kepada ibunya, kemudian kami memberikan pengarahan bagaimana seharusnya mengatur pola makan anak, jika memang ditemukan balita yang betul- betul serius penurunan berat badannya , kami melaporkan kepada petugas Puskesmas untuk segera mengecek balita tersebut jika balita memang serius mengalami penurunan berat badan yang drastis maka dapat dirujuk ke Puskesmas.”( wawancara tanggal 10 Desember 2011 )

b. Makan beraneka ragam

· Makan beraneka ragam ini perlu dilakukan karena

a. Tubuh manusia memerlukan semua zat gizi (energi, lemak,

protein, vitamin dan mineral) sesuai kebutuhan. Manusia tidak

hanya membutuhkan satu macam zat gizi saja, tetapi perlu

berbagai macam zat gizi, karena jika hanya mengkonsumsi satu

jenis zat gizi pertumbuhan balita tidak bisa sempurna. Zat gizi

yang diperlukan oleh manusia dibagi menjadi 4 kelompok

bahan makanan antara lain :

· Makanan pokok, sebagai sumber zat tenaga : beras,

jagung, ubi, singkong, mie, dan lain-lain.

· Lauk pauk, sebagai sumber zat pembangun : ikan,

telur, ayam, daging, tempe, kacang-kacangan, tahu,

dll.

· Sayuran dan buah-buahan, sebagai sumber zat

pengatur : bayam, kangkung, wortel, buncis, kacang

panjang, sawi, daun singkong, daun katuk, pepaya,

pisang, jeruk, semangka, nanas dan lain-lain.

b. Tidak ada satu jenis bahan makanan pun yang lengkap

kandungan zat gizinya. Setiap jenis makanan pasti mempunyai

Page 91: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

kandungan gizi yang berbeda- beda, tidak ada satu jenis

makanan yang mengandung gizi yang lengkap, misalnya pada

buah- buahan banyak mengandung vitamin, ikan, telur atau

daging mengandung protein dan lemak, sehingga tidak ada

makanan yang mengandung gizi lengkap.

c. Mengkonsumsi makanan beraneka ragam yang mengandung

sumber energi, lemak, protein, vitamin dan mineral untuk

menjamin pemenuhan kebutuhan gizi. Hal ini perlu dilakukan

karena dengan balita diberikan makanan yang mengandung gizi

lengkap dapat memperlancar perkembangan balita dan

pertumbuhan balita, sehingga balita dapat tumbuh dengan

maksimal. Selain itu manfaat mengkonsumsi makanan

beraneka ragam untuk melengkapi zat-zat gizi yang diperlukan

oleh tubuh agar dapat melakukan pekerjaan sehari-hari dan

terhindar dari penyakit kekurangan gizi.

Pemberian makanan beraneka ragam diperlukan tubuh kita untuk

perkembangan dan pertumbuhan tubuh. Setiap hari sebaiknya makan

makanan yang bergizi, makan lauk hewani dan mengkonsumsi buah-

buahan. Adapun kegagalan dari Program KADARZI ini adalah masyarakat

kurang memperhatikan menu makanan, kurangnya konsumsi lauk hewani

dan buah- buahan setiap hari sehingga program KADARZI tidak berjalan

dengan lancar. Selain itu karena pendapatan masyarakat yang kurang juga

Page 92: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

mempengaruhi konsumsi makanan yang mereka makan sehari – hari.

Seperti yang diutarakan ibu Anis selaku staf seksi gizi :

“ Program KADARZI juga dipengaruhi oleh pemberian makanan yang beraneka ragam, karena setiap bahan makanan kebanyakan mengandung satu jenis zat gizi sehingga perlu mengkonsumsi beraneka ragam makanan. Adapun kegagalan KADARZI ini juga di sebabkan oleh kurangnya konsumsi bahan makanan yang beraneka ragam misalnya, setiap hari tidak ada menu lauk hewani atau tidak mengkonsumsi buah – buahan sehingga tingkat konsumsi aneka ragam makanan juga tidak maksimal sehingga capaian tentang aneka ragam makanan belum bisa mencapai target program KADARZI.” ( wawancara tanggal 4 Oktober 2010 )

Pada indikator ini Dinas Kesehatan hanya bisa memberikan arahan

atau penyuluhan kepada masyarakat untuk sebisanya makan beraneka

ragam makanan misal empat sehat lima sempurna setiap harinya, seperti

spanduk- spanduk yang ada di setiap kecamatan yang ada di Kabupaten

Klaten, tetapi bagi masyarakat miskin mungkin terasa berat sehingga

strategi yang dilakukan berupa penyuluhan saja kurang berhasil.. Upaya

lainnya yang dilakukan selain dengan memberikan penyuluhan, Dinas

Kesehatan hanya bisa memberikan makanan tambahan pengganti ASI

pada saat penimbangan saja bagi masyarakat miskin, strategi khusus untuk

indikator ini tidak ada karena adanya keterbatasan dana dalam pemberian

makanan yang beraneka ragam. Pemberian makanan yang beraneka ragam

ini tergantung pada status ekonomi masyarakat dan kesadaran masyarakat

untuk makan berbagai macam makanan yang mengandung gizi, Dinas

Kesehatan hanya dapat memberikan arahan kepada masyarakat karena

keterbatasan dana yang ada. Seperti yang dituturkan ibu tutik :

Page 93: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

“ Untuk indikator ini tidak ada strategi khusus dalam pemberian makannan yang beraneka ragam setiap harinya, paling pada saat Posyandu dengan memberikan MP-ASI itupun bagi balita yang kurang gizi pada masyarakat miskin. Kami hanya memberikan arahan atau penyuluhan pentingnya makan makanan yang beranekaragam misal ada sayur, tempe, telur, buah, nasi dan lain- lain yang dapat menunjang gizi balita dalam pertumbuhan balita. Selain karena dana yang tidak ada dalam pemberian makanan beraneka ragam, sehingga disesuaikan dengan kemampuan pendapatan keluarga.” ( wawancara tanggal 28 Desember 2010 )

Pemberian makanan yang beraneka ragam memang sulit untuk

dilaksanakan karena tergantung pada perekonomian masing- masing

keluarga. Penyuluhan tentang penganeka ragaman makanan sejauh ini

kurang efektif karena warga belum mampu memberikan berbagai macam

asupan makanan kepada balitanya, kalaupun hanya nasi, sayur dan lauk

tempe atau tahu mungkin warga sudah melaksanakannya tetapi jika

didampingi oleh buah – buahan atau lauk hewani warga kemungkinan sulit

untuk mengkonsumsi karena apapun yang dikonsumsi pada suatu keluarga

juga tergntung dari pendapatan yang mereka peroleh sehari – hari, bagi

warga yang mendapatannya lebih mungkin lauk hewani atau buah bisa

mereka konsumsi tetapi jika warga yang mendapatannya rendah, mereka

belum tentu bisa mengkonsumsi lauk hewani atau buah karena untuk

membeli lauk atau beras pun mungkin belum bisa.

Pengadaan makanan yang beraneka ragam ini sebenarnya dapat

dilakukan dengan menanam sayur- sayuran di pekarangan rumah atau pun

dapat digerakan penanaman sayuran massal di desa tersebut yang

kemungkinan bibit dari sayuran itu dapat dilakukan dengan cara iuran per

kepala keluarga kalau pun mereka kesulitan dana, misalnya tanaman yang

Page 94: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

menanam pohon singkong, menanam sayur sawi, kangkung, atau

sejenisnya. Jika masyarakat tidak mempunyai lahan dapat juga di tanam di

pot. Dari hasil tanaman itu sebagian kecil dapat dijual untuk dibelikan lauk

pauk mungkin itu lauk hewani atau lauk nabati bahkan buah- buahan. Dari

pihak Dinas sendiri belum mengupayakan program tersebut, tetapi mereka

tetap akan berusaha agar masyarakat tetap bisa mengkonsumsi makanan

yang bergizi terutama bagi balita, karena Dinas Kesehatan sejauh ini hanya

bisa memberikan bantuan berupa biskuit untuk pendamping ASI yang

diberikan kepada balita- balita terutama balita dari keluarga miskin. Dinas

Kesehatan sendiri tidak memberikan dana kepada kegiatan- kegiatan

Posyandu karena adanya keterbatasan dana tersebut, seperti yang

dituturkan oleh ibu tutik:

“ Program pemberian bantuan bibit mungkin kami belum melaksanakan, keanekaragaman makanan juga berkaitan dengan daerah rawan pangan dan program tesebut berkaitan dengan Dinas Pertanian, tetapi kami sudah menyarakan warga untuk sebisa mungkin makan beranekaragam makanan, walaupun hanya nasi, sayur dan tempe atau tahu pasti warga sudah mengkonsumsinya, hanya mungkin kalau lauk hewani atau buah ada warga yang belum bisa mengkonsumsi itu setiap hari, karena apa yang mereka makan itu juga tergantung dari pendapatan mereka, usaha yang kami lakukan hanya bisa memberikan bantuan biskuit atau MP-ASI kepada balita khususnya balita dari keluarga miskin dan tidak memberikan dana bantuan kepada Posyandu karena keterbatasan dana.” ( wawancara tanggal 11 Januari 2011 )

Sejauh ini memang penyuluhan telah memberikan masukan kepada

masyarakat, tetapi jika masyarakat pendapatannya kurang suatu penyuluhan

memang kurang efektif. Posyandu Lestari memang suatu Posyandu yang

melaksanakan kegiatannya secara rutin, makanan tambahan di sana sejauh

Page 95: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

ini memang agak rendet karena keterbatasan dana, dahulu memang

Posyandu ini menyediakan makanan tambahan karena dari Puskesmas

Posyandu ini mendapatkan dana sebesar Rp. 50.000 dalam setahun untuk

memberikan makanan tambahan kepada balita misalnya kader Posyandu

memberikan bubur kacang ijo, tetapi dana 50.000 ribu itu dalam setahun

kemungkinan tidak cukup, maka para kader Posyandu berinisiatif sendiri

untuk mengumpulkan uang untuk memberikan makanan tambahan karena

pada tahun 2010 Posyandu Lestari sudah tidak mendapatkan dana dalam

kegiatan Posyandu karena terjadi perubahan kepengurusan dari Puskesmas,

sehingga para kader berinisiatif sendiri untuk tetap menjalankan program

pemberian makanan tambahan walaupun hanya sekedar biskuit saja, tetapi

pada akhir – akhir bulan program ini kurang berjalan lancar karena

keterbatasan dana, bahkan bagi ibu- ibu yang melaksanakan penimbangan

juga ada yang tidak mau memberikan iuran sehingga program tersebut

berhenti di tengah jalan.

Solusi untuk menangani pemberian makanan tambahan ini yaitu

menggerakan kembali iuran warga yang mempunyai balita untuk mau

melaksanakan program tersebut, karena dengan penyuluhan saja kurang

efektif untuk dijalankannya. Dengan adanya iuran itu dapat digunakan

untuk memberikan makanan tambahan kembali kepada balita sehingga

balita tetap mendapatkan makanan yang sehat pada saat penimbangan.

Seperti yang dituturkan ibu Suminten selaku ketua Posyandu Lestari :

Page 96: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

“ Sejauh ini memang dari pihak Dinas atau Puskesmas hanya memberrikan penyuluhan tentang makanan yang beraneka ragam, hal ini menurut saya kurang efektif, Posyandu kami dulu tahun 2009 hanya diberikan dana 50.000 dalam setahun, tetapi pada tahun 2010 tidak ada dana yang datang untuk pemberian makanan tambahan, sehingga kami kader- kader Posyandu berinisiatif untuk mengumpulkan dana untuk kegiatan Posyandu tentang pemberian makanan tambahan walaupun hanya sekedar roti atau biskuit, tetapi pada akhir- akhir bulan memang tidak berjalan karena kami keterbatasan dana karena dana Posyandu atau kegiatann Posyandu itu kan kegiatan sosial jadi dari pihak kader sendiri pun juga kualahan terus dalam pemberian makanan tambahan, bahkan ibu- ibu yang melaksanakan kegiatan Posyandu juga ada yang kurang setuju untuk diajak iuran. Tetapi kami berupayya pada tahun ini pemberian makanan itu akan berjalan kembali.” (wawancara tanggal 11 Januari 2011 )

c. Hanya mengkonsumsi garam beryodium

Mengkonsumsi garam yodium ini penting karena

a. Zat yodium diperlukan tubuh setiap hari, karena garam yang

memiliki zat yodium merupakan garam yang telah ditambah zat

yodium yang diperlukan oleh tubuh. Pada kemasan biasa ditulis

“garam beryodium zat yodium berguna untuk pertumbuhan dan

perkembangan kecerdasan.

b. Gangguan akibat kekurangan yodium ( GAKY ) menimbulkan

penurunan kecerdasan, gangguan pertumbuhan dan pembesaran

kelenjar gondok. Sebaiknya anak- anak usia balita sudah diberikan

zat yodium agar pertumbuhan dan perkembangannya tidak

terganggu. Gangguan GAKY dapat dicegah dengan pemberian

garam dapur yang memiliki yodium selain itu makan makanan

Page 97: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

yang berasal dari laut. Tanda- tanda GAKY antara lain :

membesarnya kelenjar gondok didaerah leher sehingga mengurangi

daya tarik seseorang dan pertumbuhan anak tidak normal atau

kretin/ kerdil.

c. Kandungan zat yodium dalam air dan tanah di beberapa daerah

belum mencukupi kebutuhan. Kandungan yodium belum tercukupi

karena masyarakat belum menggunakan garam dapur yang

beryodium selain itu karena disebabkan oleh beberapa faktor salah

satunya karena lokasi tanah. Semakin jauh tanah dari pantai

semakin sedikit kandungan yodiumnya.

Pemberian garam yodium memang penting untuk menunjang keberhasilan

program ini, masyarakat pun juga banyak yang mengetahui dan memakai

garam beryodium , kegiatan yang dilakukan yaitu memberikan penyuluhan

tentang garam beryodium dan memberikan contoh merk garam yang

beryodium itu seperti apa misalnya garam cap dangdut biasanya yang sering

digunakan oleh masyarakat desa. Selain itu penggunaan garam beryodium

juga berdasarkan pada Keppres No 64 Tahun 1994 tentang pengadaan garam

beryodium, seperti yang diutarakan ibu tutik :

“ Pemberian garam beryodium memang penting untuk mencegah pembesaran gelenjar gondok. Strategi atau upaya yang kami lakukan dengan memberikan penyuluhan dan contoh garam yang mengandung zat yodium, karena masyarakat pedesaan biasanya belum dapat mengetahui garam mana yang mengandung yodium maka kami memberikan sampel garam tersebut misalnya cap dangdut atau garam yang bertuliskan garam yodium, sehingga masyarakat desa dapat mencontoh garam yang akan dibeli. Kami tidak memberikan pasokan garam karena keterbatasan dana

Page 98: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

sehingga kami hanya memberikan contoh garam yang beryodium, karena penggunaan garam beryodium juga di atur dalam Keppres No 64 Tahun 1994 tentang pengadaan garam beryodium.” ( wawancara tanggal 28 Desember 2010 )

Sejauh ini konsumsi garam yodium sudah dilaksanakan oleh warga,

karena warga sudah mengetahui mana garam yang beryodium atau bukan

berkat penyuluhan sampel garam yang dilakukan oleh pihak Puskesmas,

sehingga dalam pengadaan pemberian garam yodium ini tidak ada suatu

kendala yang didapati., di Posyandu Lestari pun masyarakat yang ada di

daerah situ juga sudah menggunakan garam yodium dalam masakannya,

karena sudah diberikan contohh garam yang beryodium biasanya mereka

menggunakan garam merk dangdut atau garam refil yang bertuliskan

garam beryodium. Seperti yang diutarakan ibu Suminten selaku ketua

Posyandu Lestari:

“ Warga disini juga sudah menggunakan garam beryodium, karena mereka juga diberikan contoh garam yang beryodium itu seperti apa, warga disini biasanya menggunakan garam merk dangdut.”( wawancara tanggal 11 Januari 2011 )

d. Memberikan ASI saja pada bayi sampai usia 6 bulan

Hal ini perlu dilakukan karena

a. ASI merupakan makanan bayi yang paling sempurna, bersih

dan sehat, karena ASI merupakan air susu yang berasal dari ibu

sehingga tidak tercampur dengan bahan- bahan kimia seperti

susu yang lain. Selain itu ASI mengandung kolustrum dan

mengandung zat kekebalan untuk mencegah timbulnya

penyakit.

Page 99: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

b. ASI dapat mencukupi kebutuhan gizi bayi untuk tumbuh

kembang dengan normal sampai berusia 6 bulan (ASI

Eksklusif), karena dengan bayi diberikan ASI selama 6 bulan

dapat membantu perkembangan bayi dikelanjutan hari sehingga

bayi dapat tumbuh dengan normal dan dengan selalu diberikan

ASI bayi akan selalu sehat.

c. Praktis karena lebih mudah diberikan setiap saat. ASI mudah

diberikan kapan saja dan di mana saja selagi bayi berada dekat

dalam jangkauan ibu.

d. Meningkatkan kekebalan tubuh bayi. Dengan diberikan ASI

juga dapat meningkatkan kekebalan tubuh bayi karena di dalam

ASI banyak mengandung zat gizi yang bermanfaat untuk

meningkatkan metabolisme tubuh bayi. Berbeda dengan bayi

yang jarang diberikan ASI, hanya diberi susu tambahan pasti

kekebalan tubuh bayi juga kurang bagus, misalnya bayi sering

mencret karena susu yang diberikan tidak cocok, cara

pembuatannya tidak bersih ,dan pengeluaran biaya rumah

tangga semakin banyak. Perkembangan tumbuh pun juga

berbeda antara anak yang selalu diberi ASI dengan anak yang

kurang diberi ASI.

e. Menjalin hubungan kasih sayang antara ibu dan bayi. ASI

dapat menjadikan hubungan bayi dan ibu semakin dekat,

dengan ibu selalu memberikan ASI kepada bayinya maka si

Page 100: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

bayi dapat juga merasakan kasih saying ibunya, seperti orang

bilang ada suatu ikatan batin di dalam ASI tersebut.

Pemberian ASI Eksklusif ini sangat penting diberikan kepada bayi,

sayangnya kurangnya kesadaran ibu tentang pemberian ASI saja

mempengaruhi pertumbuhan bayi. Dapat dilihat pada tabel 4.2 tentang

pemberian ASI Eksklusif pada tahun 2008.

Tabel 4.2 Jumlah bayi yang diberi ASI Eksklusif

Kabupaten Klaten 2008

No

Kecamatan

Puskesmas

Jumlah bayi 0-6

bulan

Jumlah bayi yang diberi ASI Eksklusif

Jumlah % 1 2 3 4 5 6 1 Prambanan Prambanan 132 10 7,58 Kebondalem lor 224 50 22,32 2 Gantiwarno Gantiwarno 226 166 73,45 3 Wedi Wedi 232 138 59,48 4 Bayat Bayat 34 133 38,22 5 Cawas Cawas I 99 57 57,58 Cawas II 190 31 16,32 6 Trucuk Trucuk I 380 159 41,84 Trucuk II 367 54 14,71 7 Kalikotes Kalikotes 226 193 85,40 8 Kebonarum Kebonarum 263 163 61,98 9 Jogonalan Jogonalan I 163 28 17,18 Jogonalan II 167 22 13,17

10 Manisrenggo Manisrenggo 259 46 17,76 11 Karangnongko Karangnongko 252 9 3,57 12 Ngawen Ngawen 250 6 27,20 13 Ceper Ceper 260 35 13,46 Jambukulon 230 11 51,30

14 Pedan Pedan 328 30 9,15 15 Karangdowo Karangdowo 336 98 29,17 16 Juwiring Juwiring 370 200 54,05 17 Wonosari Wonosari I 236 198 83,90 Wonosari II 221 77 34,84

18 Delanggu Delanggu 203 158 77,83

Page 101: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

19 Polanharjo Polanharjo 293 166 56,66 20 Karanganom Karanganom 213 25 11,74 21 Tulung Tulung 160 84 52,50 Majegan 107 44 41,12

22 Jatinom Jatinom 108 88 44,44 Kayumas 227 85 37,44

23 Kemalang Kemalang 265 133 50,19 24 Klaten Selatan Klaten Selatan 247 116 46,96 25 Klaten Tengah Klaten Tengah 308 267 86,69 26 Klaten Utara Klaten Utara 217 114 52,53

Jumlah 8197 3363 41,03

Dari data jumlah bayi yang diberi ASI Eksklusif , dapat diketahui

bahwa banyak masyarakat yang tidak memberikan ASI saja selama anak

berumur 6 bulan. Dari data pemberian ASI Eksklusif hanya sekitar 41,03

% atau 3363 bayi dari 8197 bayi yang ada di kabupaten Klaten saja yang

memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya. Bahkan di Puskesmas

Karangnongko hanya terdapat 9 bayi atau 3,57 % dari jumlah 252 bayi

yang ada di Kecamatan Karangnongko yang mendapatkan ASI Ekslusif

dan di Puskesmas Prambanan hanya terdapat 10 bayi atau 7,58 % dari 132

bayi yang ada di Kecamatan Prambanan. Kurangnya kesadaran ibu akan

pemberian ASI Eksklusif ini disebabkan karena ibu sibuk bekerja dan

kurangnya pengetahuan ibu akan pemberian ASI kepada bayinya, sehingga

bayi diberikan susu tambahan sebelum umur 6 bulan. Sedangkan

pemberian ASI yang paling tinggi yaitu di Puskesmas Klaten Tengah

sebesar 267 bayi dari 308 bayi yang ada di kecamatan Klaten Tengah. Hal

ini seperti yang diutarakan oleh ibu Tutik selaku kepala seksi gizi :

“ Pemberian ASI Eksklusif ini diberikan kepada bayi yang berumur 0 – 6 bulan, adanya kegagalan dalam program KADARZI salah satunya yaitu bayi sebelum umur 6 bulan sudah diberikan makanan atau susu tambahan, hal inilah yang menyebabkan target KADARZI tidak tercapai. Kebanyakan ibu memberikan susu tambahan karena ibu tersebut bekerja sehingga mereka meninggalkan bayinya di rumah dan diberikan susu tambahan, hal inilah yang menyebabkan salah satu target KADARZI tidak tercapai.” ( wawancara tanggal 25 Oktober 2010 )

Page 102: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

Dalam kenyataannya masyarakat belum bisa memberikan ASI saja sampai

umur 6 bulan, bahkan pada saat lahir pun sudah diberikan susu tambahan

pengganti ASI. Sebenarnya ada kebijakan dalam pemberian ASI saja sampai

umur 6 bulan sesuai dengan Kepmenkes RI 450/MENKES/SK/IV 2004

tentang pemberian ASI secara eklusif bagi bayi di Indonesia sejak lahir sampai

usia 6 bulan dan dianjurkan sampai anak berusia 2 tahun dengan pemberian

makanan tambahan yg sesuai dan semua tenaga kesehatan yang bekerja

disarana kesehatan agar menginformasikan kepada semua ibu melahirkan agar

memberikan ASI eklusive sesuai 10 langkah menyusui antara lain:

1. Sarana pelayanan kesehatan mempunyai kebijakan

peningkatan pemberian ASI tertulis secara rutin

dikomunikasikan kepada semua petugas

2. Melakukan pelatihan bagi petugas dalam halpengetahuan

dan keterampilan untuk menerapkan kebijakan tersebut

3. Menjelaskan semua kepada ibu hamil tentang manfaat

menyusui dan penatalaksanaannya dimulai sejak masa

kehamilan, bayi lahir termasuk cara mengatasi kesulitan

menyusui

4. Membantu ibu dalam menyusui bayinya dalam 30 menit

setelah melahirkan yang dilakukan di ruang bersalin,

apabila ibu menlakukan operasi cesar bayi disusui setelah

30 menit ibu sadar

Page 103: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

5. Membantu ibu bagaimana menyusui yang benardan cara

mempetahankan menyusui meski ibu dipisah oleh bayi atas

dasar indikasi medis

6. Tidak memberikan makanan atau minuman apapun kepada

bayi saat bayi lahir

7. Melaksanakan rawat gabung dengan mengupayakan ibu

bersama bayi selama 24 jam seharian

8. Membantu ibu menyusui semau bayi semau ibu tanpa

pembatasan terhadap lama dan frekuensi menyusui

9. Tidak memberikan dot atau kempeng kepada bayi yang

diberi ASI

10. Mengupayakan terbentuknya kelompok pendukung ASI

dan rujuk ibu kepada kelompok tersebut ketika pulang dari

rumah sakit atau habis melahirkan

Strategi yang dilaksanakan Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten

dalam pemberian ASI saja sampai umur 6 bulan, yaitu dengan memiliki

Perda No 7 Tahun 2008 tentang inisiasi menyusui dini dan ASI Ekslusif,

sehingga diupayakan agar anak sebelum umur 6 bulan harus diberikan ASI

Ekslusif, walaupun banyak iming- iming terhadap susu formula. Akan

tetapi pada kenyataannya mash banyak warga masyarakat yang anaknya

sebelum umur 6 bulan sudah diberikan makanan tambahan atau minuman

karena adanya faktor pekerjaan, ASI belum bisa keluar, hal ini juga

tergantung pada kesadaran masyarakat akan pentingnya ASI walaupun

Page 104: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

pihak Dinas Kesehatan sendiri sudah memberikan Perda tentang Inisiasi

Menyusui Dini ( IMD ) dan ASI Ekslusif. Seperti yang diutarakan ibu tutik

“ Dinas Kesehatan sudah mengupayakan dalam perbaikan indikator menyusui dari mulai lahir sampai umur 6 bulan, tetapi kebanyakan masyarakat masih saja kurang sadar akan pentingnya pemberian ASI saja sampai umur 6 bulan, sehingga dikeluarkannya Perda No 7 Tahun 2008 tentang Iniasiasi Menyusui Dini dan pemberian ASI saja kepada balita, walaupun banyak juga iming- imningan dari mitra yang mengelola susu formula, dengan adanya Perda tersebut diharapkan warga beserta instansi yang terkait dapat mejaga dan melaksanakan terus program ini, karena pemberian ASI saja itu sangat penting untuk meningkatkan kekebalan tubuh dan di dalam ASI.”( wawancara tanggal 28 Desember 2010 )

Selain dengan adanya Perda tentang inisiasi menyusui dini dan ASI

ekslusif Depkes juga mengeluarkan Undang- Undang No 36 Tahun 2009

tentang pemberian ASI eksklusif. Pemberian ASI ekslusif sangat

dilindungi, terbukti dengan adanya 3 pasal yang mengatur tentang

pemberian ASI, salah satunya mengatur tentang ancaman pidana bagi

mereka yang menghalangi ibu melakukan program ASI eksklusif antara

lain :

Pasal 128

1. Setiap bayi berhak mendapatkan air susu ibu eksklusif sejak

dilahirkan selama 6 (enam) bulan, kecuali atas indikasi

medis.

2. Selama pemberian air susu ibu, pihak keluarga, Pemerintah,

pemerintah daerah, dan masyarakat harus mendukung ibu

Page 105: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

bayi secara penuh dengan penyediaan waktu dan fasilitas

khusus.

3. Penyediaan fasilitas khusus sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) diadakan di tempat kerja dan tempat sarana umum.

Pasal 129

1. Pemerintah bertanggung jawab menetapkan kebijakan

dalam rangka menjamin hak bayi untuk mendapatkan air

susu ibu secara eksklusif.

2. Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 200

Setiap orang yang dengan sengaja menghalangi program

pemberian air susu ibu eksklusif sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 128 ayat (2) dipidana penjara paling lama 1

(satu) tahun dan denda paling banyak Rp100.000.000,00

(seratus juta rupiah).

Tetapi UU tersebut terdapat beberapa kekhawatiran bahwa sanksi

pidana dalam UU Kesehatan ini dapat menjaring seorang ibu yang tidak

menyusui bayinya. Bila dilihat dari unsur-unsur pasal tersebut, yang dapat

terkena ancaman sanksi pidana pasal 200 adalah keluarga, pemerintah,

pemerintah daerah dan masyarakat yang menghalangi si ibu untuk

Page 106: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

menyusui eksklusif bayinya. Penghalangan tersebut dapat berupa tidak

diberikan waktu menyusui maupun tidak disediakan fasilitas khusus untuk

melakukan kegiatan menyusui. Sehingga dalam hal ini, justru pasal ini

melindungi ibu untuk melaksanakan program ASI Eksklusif, bukan

malahan mengancamnya dengan hukuman pidana bila tidak melaksanakan

program ASI eksklusif.

Sejauh ini Pemberian ASI ekslusif kepada bayinya bagi warga di

desa kuncen terutama di Posyandu Lestari memang masih kurang,

karena ibu yang memiliki bayi tersebut bekerja sehingga bayinya

hanya dititipkan kepada orang lain dan diberikan susu formula,

sebenarnya hal ini dapat dikatakan salah, sebab dari aturan yang ada

bayi umur 0 – 6 bulan harus mendapatkan ASI saja, tetapi pada

kenyataannya hal itu belum bisa dilaksanakan oleh semua ibu- ibu

yang ada disini, mungkin bagi ibu – ibu yang tidak bekerja pemberian

ASI saja dapat dilakukan secara penuh, tetapi bagi ibu yang bekerja

pemberian ASI saja belum bisa dilakukan secara penuh, walaupun ada

peraturan dari pusat tetap saja kurang efektif, hal ini juga tergantung

pada kesadaran si ibu untuk menyusui bayinya, bahkan jika pada saat

melahirkan jika susu ibu belum keluar tetap dibantu dengan susu

formula, memang hal ini salah tetapi pemberian susu tambahan juga

membantu. Memang dalam pemberian ASI saja ini kurang berjalan

dengan lancar, walaupun dari pihak Dinas Kesehatan atau kabupaten

sudah mengeluarkan peraturan tetap saja warga kurang

Page 107: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

mempedulikannya karena faktor atau kendala- kendala yang dialami

para ibu sehingga mereka belum bisa memberikan ASI saja. Seperti

yang dituturkan ibu Suminten selaku ketua Posyandu Lestari :

“ Untuk pemberian ASI ekslusif menurut saya warga disini kurang memberikan ASI saja kepada bayinya, karena adanya beberapa hambatan yang mungkin menjadi kendala salah satunya karena si ibu bekerja sehingga mau tidak mau bayi dititipkan dan diberikan susu tambahan, misalnya jika si ibu bekerja di pabrik atau di luar kota pasti bayi tidak sepenuhnya diberikan ASI saja, sehingga perlu susu tambahan, hal inilah yang menjadi salah satu kendala besar dalam kegagalan pemberian ASI ekslusif, mungkin bagi ibu yang tidak bekerja tidak masalah mereka bisa memberikan ASI ekslusif kepada bayinya, tetapi bagi ibu yang bekerja hal ini menjadi kendala, walaupun ada peraturannya tetapi kemungkinan besar tidak digubris, karena ibu bekerjakan juga untuk anaknya, walaupun memang menjadikan kesadaran ibu untuk menyusui itu kurang, tetapi bagaimana lagi.”( wawancara tanggal 11 Januari 2011 )

e. Mendapatkan dan memberikan suplementasi gizi bagi anggota

keluarga yang membutuhkan.

Suplemen gizi perlu diberikan karena

· Kebutuhan zat gizi pada kelompok bayi, balita, ibu hamil dan ibu

menyusui meningkat dan seringkali tidak bisa dipenuhi dari

makanan sehari-hari, terutama vitamin A untuk balita, zat besi

untuk ibu dan yodium untuk penduduk di daerah endemis gondok.

Bahwa vitamin A sangat penting bagi mata terutama bayi dan

balita agar penglihatan mereka tidak terganggu, vitamin A yang

diberikan kepada anak berusia 6 – 11 bulan berwarna biru,

sedangkan vitamin A yang diberikan anak berusia 12 – 59 bulan

Page 108: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

mendapatkan vitamin A warna merah, selain itu zat besi diberikan

untuk menambah kekuatan pada ibu baik itu ibu hamil, ibu nifas

selain itu juga ibu nifas juga memerlukan vitamin A dalam hal ini

vitamin A warna merah.

· Suplementasi zat gizi (tablet, kapsul atau bentuk lain) diperlukan

untuk memenuhi kebutuhan zat gizi tersebut. Suplemen zat gizi

memiliki beberapa bentuk dan merk. Bahkan sekarang ini banyak

ditawarkan produk suplemen penambah gizi baik itu untuk anak-

anak tau orang dewasa. Suplemen zat gizi ini juga membantu untuk

meningkatkan metabolism tubuh dan untuk perkembangan

pertumbuhan.

· Apabila kebutuhan zat-zat gizi tersebut dipenuhi dari pengkayaan

makanan, maka suplementasi zat gizi dapat dihentikan secara

bertahap. Jika makanan yang kita makan atau makanan yang

diberikan ibu kepada balita mampu memenuhi gizi balita misalnya

diberikan makan lauk hewani setiap hari, makan buah atau

makanan yang bergizi setiap hari , maka suplemen zat gizi dapat

dihentikan , karena makanan yang diberikan sudah memenuhi

makanan yang memiliki gizi.

Suplemen gizi yang diberikan yaitu vitamin A,pemberian vitamin

A ini dilakukan pada bulan februari dan agustus. Vitamin A berwarna biru

diberikan kepada bayi yang berumur 6 – 11 bulan, dan vitamin A berwarna

Page 109: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

merah diberikan kepada balita berusia 1 – 5 tahun. Adapun data pemberian

vitamin A pada tahun 2008- 2009 sebagai berikut :

Tabel 4.3

Pemberian Vitamin A

Tahun 2008 – 2009

Sumber : Seksi Gizi Sub Dinkesmas

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pada tahun 2008 bulan

februari bayi yang mendapatkan vitamin A sebesar 11.159 bayi dari

11.172 bayi dengan target sasaran 11.815 bayi dan balita sebanyak 69.753

dari 70.087 balita dengan target sasaran 70.346. Sedangkan pada bulan

agustus bayi yang mendapat vitamin A sebesar 12.026 bayi dari12.025

bayi dari target sasaran 12.296 bayi, balita yang mendapat vitamin A pada

bulan agustus sebesar 68.740 balita dari 69.034 balita dengan target

sasaran 71.626 balita. Sehingga pada bulan februari sampai agustus ada

0

10000

20000

30000

40000

50000

60000

70000

80000

Februari 2008 Agustus 2008 Februari 2009 Agustus 2009

BAYI

BALITA

Page 110: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

peningkatan pemberian vitamin A karena bertambahnya kelahiran bayi

dan bertambahnya bayi yang diberikan vitamin A. Pada tahun 2009 juga

mengalami peningkatan pemberian vitamin A. Pada bulan februari

sebanyak 11.507 bayi dari 11.568 bayi dengan target sasaran 12.158 bayi,

balita sebesar 69.549 balita dari 68.549 dengan target sasaran 71.583

balita, dan pada bulan agustus bayi yang mendapat vitamin A sebesar

11.775 bayi dari 11.792 dengan target sasaran 11871 bayi sedangkan balita

ada 68688 balita dari 69346 dengan target sasaran 75209 balita. Perubahan

jumlah bayi dan balita pada setiap pemberian vitamin A selalu berubah –

ubah karena jumlah kelahiran dan kematian balita yang meningkat dan

kesadaran ibu untuk membawa anaknya ke Posyandu atau Puskesmas

untuk diberikan vitamin A pada bulan yang telah ditentukan, hal ini yang

menyebabkan perubahan bayi dan balita yang memperoleh vitamin A dan

berpengaruh pada program KADARZI karena jika kesadaran masyarakat

kurang terhadap pemberian vitamin A maka tingkat capaian KADARZI

semakin rendah.

Dalam pemberian vitamin A ini strategi pihak Dinas Kesehatan

Kabupaten Klaten memberikan vitamin A kepada balita pada bulan

februari dan agustus. Vitamin A diberikann kepada kader Puskesmas yang

menanganinya dan ditujukan kepada kader Posyandu selaku kader yang

melaksanakan kegiatan Posyandu. Vitamin A ini penting bagi mata balita

agar dapat melihat dengan baik dan diberikan pada saat balita melakukan

penimbangan pada bulan februari dan agustus, vitamin A tidak hanya

Page 111: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

diberikan kepada balita tetapi bagi ibu nifas juga mendapatkan kapsul

vitamin A warna merah 2 kapsul. Selain dengan pemberian vitamin A

Dinkes Klaten juga memberikan MP-ASI kepada balita yang mengalami

berat badan dibawah garis merah khususnya bagi balita GAKI seperti yang

dituturkan ibu tutik:

“ Strategi dalam pemberian vitamin atau suplemen, Dinkes hanya memberikan makanan tambahan atau MP-ASI kepada balita yang mengalami berat badan dibawah garis merah khususnya bagi balita GAKI, selain itu kami juga memeberikan vitamin A kepada balita -balita pada bulan februari dan agustus untuk kesehatan mata balita.” ( wawancara tanggal 28 Desember 2010 )

Sejauh ini indikator tentang pemberian suplemen gizi sudah

dilaksanakan di Posyandu – Posyandu contohnya di Posyandu Lestari

setiap bulan februari dan agustus Posyandu tersebut mendapatkan vitamin

A untuk diberikan kepada balita yang melakukan kegiatan penimbangan,

sehingga kendala yang di dapat dalam pemberian suplemen gizi ini pada

saat penimbangan tidak ada, tepai kesadaran masyarakat di luar

penimbangan mungkin masih kurang dalam pemberian suplemen gizi

selain itu karena faktor biaya untuk membeli suplemen gizi dan

masyarakat kurang paham akan suplemen gizi yang dapat membantu juga

dalam kesehatan balitanya, sehingga balita hanya mendapatkan vitamin A

pada bulan februari dan agustus. Seperti yang diutarakan ibu Suminten

selaku ketua Posyandu Lestari:

“ Suplemen gizi yang diberikan yaitu vitamin A yang kami berikan pada bulan februari dan agustus, dari pihak Puskesmas juga hanya memberikan suplemen gizi yaitu vitamin A, selain itu kami juga menganjurkan kepada warga untuk memberikan tambahan

Page 112: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

suplemen atau vitamin kepada balitanya, adapun warga yang paham dan mengerti tetapi ada juga warga yang kurang mengerti akan pentingnya tambahan suplemen bagi kesehatan balita, dan juga tidak jauh dari keterbatasan dana untuk membelikan suplemen gizi, sehingga suplemen gizi hanya di dapat dari penimbangan balita saja.”( wawancara tanggal 11 Januari 2011 )

Dinas Kesehatan menjalankan Program KADARZI ini dilakukan

dengan pemantauan dan survai dengan cara memberikan kuisoner yaitu

mengisi daftar pertanyaan dengan cara check list yang disediakan oleh

Dinas Kesehatan yang ditujukan kepada keluarga yang dijadikan sampel

terutama ibu yang memiliki balita. Pertanyaan tersebut ditujukan kepada

ibu hamil dan ibu nifas atau yang mempunyai bayi < 3 bulan mengenai

konsumsi makanan, pola makan dan penimbangan yang mereka berikan

kepada balitanya, karena kegagalan program ini adanya asupan gizi dan

ketidak teraturan penimbangan yang tidak sesuai dengan indikator

KADARZI. Seperti yang diutarakan ibu Anis selaku staf Seksi Gizi :

“ Program KADARZI ini kami lakukan dengan cara survai mencari sampel KK di setiap kecamatan kemudian kami berikan kuesioner untuk mereka jawab, apakah mereka sudah melakukan program ini dengan benar, sehingga kita juga dapat mengetahui bagaimana perkembangan program KADARZI, walaupun yang menangani secara langsung adalah pihak Puskesmas tetapi dengan cara menyebar kuesoner kita dapat mengetahui perkembangan program ini.” ( wawancara tanggal 12 Oktober 2010 )

Pada tahun 2008 program KADARZI di Kabupaten Klaten belum

dapat mencapai target yang telah ditentukan dalam prosentasi angka

capaian KADARZI sejumlah 80 %, karena target capaian KADARZI

Page 113: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

dikatakan berhasil jika mencapai 80 % dari semua indikator dan , sesuai

dengan sasaran yang ada di dalam program KADARZI antara lain :

a. 80% balita ditimbang setiap bulan

b. 80% bayi 0-6 bulan diberi ASI saja (ASI eksklusif)

c. 90% keluarga menggunakan garam beryodium

d. 80% keluarga makan beraneka ragam sesuai kebutuhan

e. Semua balita gizi buruk dirawat sesuai standar tata laksana gizi

buruk

f. Semua anak 6-24 bulan GAKIN mendapatkan MP-ASI

g. 80% balita (6-59 bulan) dan ibu nifas mendapat kapsul vitamin

A sesuai anjuran

h. 80% ibu hamil mendapatkan TTD minimal 90 tablet selama

kehamilannya.

Akan tetapi Program KADARZI yang ada di Kabupaten Klaten

belum mencapai prosentase angka capaian, dapat kita lihat dalam table 4.4

KADARZI tahun 2008.

Page 114: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

Tabel 4.4

Jumlah Keluarga Sadar Gizi

Tahun 2008

No

Kecamatan

Puskesmas

Jml KK diperiksa

Keluarga dengan 5 Indikator KADARZI

%

1 2 3 4 5 6 1 Prambanan Prambanan 10 3 30,00 Kebondalem lor 10 3 30,00 2 Gantiwarno Gantiwarno 10 9 90,00 3 Wedi Wedi 10 0 0 4 Bayat Bayat 10 0 0 5 Cawas Cawas I 10 6 60,00 Cawas II 10 8 80,00 6 Trucuk Trucuk I 10 0 0 Trucuk II 10 1 10,00 7 Kalikotes Kalikotes 10 3 30,00 8 Kebonarum Kebonarum 10 0 0 9 Jogonalan Jogonalan I 10 0 0 Jogonalan II 10 0 0

10 Manisrenggo Manisrenggo 10 7 70,00 11 Karangnongko Karangnongko 10 0 0 12 Ngawen Ngawen 10 0 0 13 Ceper Ceper 10 1 10,00 Jambukulon 10 1 10,00

14 Pedan Pedan 10 0 0 15 Karangdowo Karangdowo 10 9 90,00 16 Juwiring Juwiring 10 4 40,00 17 Wonosari Wonosari I 10 3 30,00 Wonosari II 10 2 20,00

18 Delanggu Delanggu 10 1 10,00 19 Polanharjo Polanharjo 10 0 0 20 Karanganom Karanganom 10 3 30,00 21 Tulung Tulung 10 1 10,00 Majegan 10 1 10,00

22 Jatinom Jatinom 10 1 10,00 Kayumas 10 1 10,00

23 Kemalang Kemalang 10 1 10,00 24 Klaten Selatan Klaten Selatan 10 5 50,00 25 Klaten Tengah Klaten Tengah 10 4 40,00 26 Klaten Utara Klaten Utara 10 2 20,00

JUMLAH 340 80 23,53

Page 115: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

Dari data diatas dapat kita ketahui berapa prosentasi capaian

KADARZI di Kabupaten Klaten. Dari 340 sampel KK yang diambil dalam

program KADARZI capaian KADARZI pada tahun 2008 hanya sebesar

80 KK atau 23,53 % karena masyarakat yang dijadikan sampel KADARZI

hanya sekitar 80 Kepala Keluarga saja yang berhasil melaksanakan

program ini. Dari data KADARZI 2008, ada 10 Puskesmas yang 100 %

gagal atau tidak ada KK yang berhasil melaksanakan program ini antara

lain Puskesmas Wedi, Bayat, Trucuk 1, Kebonarum, Jogonalan I,

Jogonalan II, Karangnongko, Ngawen, Pedan dan Polanharjo. Hal ini

dikarenakan dari sampel 10 Kepala Keluarga yang ditunjuk tidak semua

keluarga bisa melaksanakan program KADARZI. Pada tabel di atas

jumlah KK paling banyak yang berhasil menjalankan Program KADARZI

adalah di Puskesmas Karangdowo dan Puskesmas Gantiwarno sebesar 9

KK atau 90 %, hal ini disebabkan karena warga yang ada di kecamatan

tersebut melakukan 5 indikator yang telah ditentukan dalam program

KADARZI. Sedangkan Puskesmas- Puskesmas yang lain sebesar 10 – 80

% saja yang bisa melaksanakan program KADARZI.

Program KADARZI pada tahun 2008 cara penilaian program ini

yaitu menggunakan 5 indikator KADARZI tersebut, jika salah satu

indikator belum tercapai tetapi 4 indikator lainnya sudah tercapai maka

dapat dikatakan Kepala Keluarga tersebut berhasil melakukan program

KADARZI, sehingga jika data menunjukan belum ada Kepala Keluarga

yang bisa melakukan program ini disebabkan karena mereka belum bisa

Page 116: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

memenuhi indikator yang telah ada, misal penimbangan balita yang tidak

teratur, anak usia 0 – 6 bulan sudah diberikan makanan tambahan selain

ASI, garam dapur yang digunakan orang tua balita bukan garam

beryodium, belum diberikanya suplemen gizi kepada balita, mungkin hanya

saat penimbangan di Posyandu. Masalah semacam inilah yang

menyebabkan kegagalan Program KADARZI di Kabupaten Klaten. Hal ini

diutarakan oleh Ibu Tutik selaku Kepala Gizi :

“ Program KADARZI dikatakan berhasil jika memenuhi target capaian sebesar 80 % sesuai dengan yang telah ditentukan dari Departemen Kesehatan, di Kabupaten Klaten belum bisa memenuhi target capaian 80% karena mereka belum bisa memenuhi 5 indikator yang telah ditentukan, karena penilaian Program KADARZI berdasarkan indikator yang telah dintentukan. Kegagalan tersebut terjadi karena mereka yang memiliki balita tidak teratur dalam penimbangan yang dilakukan setiap bulan, balita dibawah 6 bulan sudah diberi makanan tambahan atau susu tambahan,karena dalam program ini balita dibawah umur 6 bulan harus diberi ASI Ekslusif, orang tua balita tidak memakai garam beryodium untuk memasak makanan,kurang diberi suplemen gizi, hal – hal inilah yang menyebabkan kegagalan program KADARZI.” ( wawancara tanggal 12 Oktober 2010 )

Dari realita di lapangan program KADARZI ini memang

dilaksanakan di seluruh kecamatan yang ada di Klaten, salah satunya yaitu

di Posyandu Lestari di kecamatan Jatinom. Posyandu Lestari

melaksanakan kegiatan penimbangan berat badan setiap tanggal 9 yang

dilakukan setiap bulannya. Pelaksanaan kegiatan Posyandu yang dilakukan

berdasarkan program kegiatan yang berasal dari Kabupaten, antara lain

salah satunya tentang gizi dengan menjalankan kegiatan tentang

penyuluhan dan motivasi makanan bergizi, pemberian PMT penyuluhan,

Page 117: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

pemberian PMT pemulihan, pendistribusian vitamin A, penyuluhan

penggunaan garam beryodium, pemasyarakatan MP-ASI. Seperti yang

diutarakan Ibu Suminten ketua Posyandu Lestari :

“ Program Keluarga Sadar Gizi ini saya tahu, di Posyandu kami melakukan penimbangan berat badan setiap bulannya pada tanggal 9. Selain itu kami memberikan penyuluhan tentang pemberian ASI eksklusif yang diberikan kepada bayi 0-6 bulan, penyuluhan garam beryodium,dan penyuluhan tentang makanan yang bergizi, pemberian vitamin A yang dilaksanakan setiap bulan februari dan agustus serta mengadakan PMT “ ( wawancara tanggal 20 Oktober 2010 )

Penimbangan di Posyandu Lestari dilakukan setiap bulan dengan

warga selalu rutin melaksanakan penimbangan anak- anaknya, jika ada

balita yang berat badannya turun maka petugas Posyandu memberikan

arahan kepada ibu balita tersebut. Seperti yang diutarakan ibu Suminten

selaku ketua Posyandu Lestari :

“ Warga di sini memang aktif dalam penimbangan anaknya, adapun sedikit balita yang mengalami penurunan berat badan, jika ada kami petugas Posyandu hanya memberikan penyuluhan mengapa anak anda bisa berat badannya turun bu? Apakah anak anda sakit? Selain itu memberikan anjuran agar ibu balita memberikan makanan yang bergizi dan mengatur pola makan anaknya. Hal itu yang bisa diberikan oleh petugas Posyandu dalam menangganai balita yang berat badannya turun.” ( wawancara tanggal 20 Oktober 2010 )

Sedangkan kegiatan pemberian vitamin A dilakukan setiap bulan

februari dan agustus diberikan vitamin A yang bertujuan untuk kesehatan

mata anak- anak dan ibu nifas. Vitamin A yang diberikan berwarna merah

dan biru, vitamin A yang berwarna merah diberikan kepada balita berusia

1 – 5 tahun dan ibu nifas, bagi ibu nifas diberikan 2 kapsul vitamin A.

Page 118: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

Vitamin A berwarna biru diberikan kepada bayi yang berumur 6 – 11

bulan. Karena pada usia 0 – 6 bulan bayi dianjurkan hanya mengkonsumsi

ASI saja tidak diberikan makanan lain atau vitamin lainnya, tetapi pada

kenyataanya bayi yang berumur kurang dari 6 bulan sudah diberikan

makanan tambahan selain ASI, karena disebabkan oleh beberapa faktor

yaitu karena ibu bekerja sehingga bayinya diberikan susu tambahan

pengganti ASI, selain itu karena kurangnya pengetahuan ibu tentang

pentingnya ASI bagi bayi. Seperti yang diutarakan ibu Suminten selaku

ketua Posyandu Lestari yaitu

“Pemberian vitamin A dilaksanakan pada bulan februari dan agustus saja, pemberian vitamin A ini berguna untuk kesehatan mata baik itu bayi, balita taupun ibu nifas. Kapsul vitamin A warna biru untuk bayi berumur 6 – 11 bulan, sedangkan kapsul vitamin A warna merah untu balita umur 1- 5 tahun dan ibu nifas. Kami juga mengadakan penyuluhan tentang pemberian ASI Eksklusif, bahwa pemberian ASI saja dianjurkan sampai usia 6 bulan, tetapi pada kenyataannya banyak warga yang anaknya sebelum umur 6 bulan sudah diberikan susu tambahan dikarenakan orang tua bayi bekerja sehingga anaknya dititipkan dan diberi susu tambahan bahkan ada juga yang memberikan ASI sampai umur 3 bulan.” ( wawancara tanggal 20 Oktober 2010 )

Dengan adanya program KADARZI ini dapat membantu dalam

penurunan masalah gizi terutama gizi buruk yang ada di Kabupaten Klaten,

sebenarnya tingkat gizi buruk yang terjadi disebabkan karena adanya

komplikasi penyakit yang diderita balita sehingga menyebabkan turunnya

berat badan. Dapat kita lihat dari tabel 4.6 tentang status gizi balita tahun

2009.

Page 119: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

TABEL 4.5 STATUS GIZI BALITA DAN JUMLAH KECAMATAN RAWAN GIZI

KABUPATEN/KOTA KLATEN

TAHUN 2009

NO KECAMATAN PUSKESMAS

JUMLAH BALITA % BALITA KEC BEBAS

RAWAN

GIZI

BALITA

YANG ADA DITIMBANG BB NAIK BGM Gizi Buruk DITIMBANG BB NAIK BGM Gizi Buruk

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

1 Prambanan Prambanan 1,681 1,417 1,032 24 - 84.30 72.83 1.69 - +

Kebondalem Lor 1,899 1,208 791 42 3 63.61 65.48 3.48 0.25 +

2 Gantiwarno Gantiwarno 2,629 2,247 1,308 115 5 85.47 58.21 5.12 0.22 +

3 Wedi Wedi 3,588 3,048 2,564 89 - 84.95 84.12 2.92 - +

4 Bayat Bayat 4,304 3,912 3,021 115 15 90.89 77.22 2.94 0.38 +

5 Cawas Cawas I 1,945 1,620 1,325 26 1 83.29 81.79 1.60 0.06 +

Cawas II 1,764 1,327 1,081 44 - 75.23 81.46 3.32 - +

6 Trucuk Trucuk I 2,736 2,265 1,344 33 1 82.79 59.34 1.46 0.04 +

Trucuk II 2,915 2,489 2,061 89 2 85.39 82.80 3.58 0.08 +

7 Kalikotes Kalikotes 2,455 1,995 1,216 106 7 81.26 60.95 5.31 0.35 +

8 Kebonarum Kebonarum 1,397 1,167 976 12 6 83.54 83.63 1.03 0.51 +

9 Jogonalan Jogonalan II 2,104 1,762 1,429 67 4 83.75 81.10 3.80 0.23 +

Jogonalan II 1,827 1,515 1,270 69 - 82.92 83.83 4.55 - +

10 Manisrenggo Manisrenggo 3,058 2,371 1,596 85 2 77.53 67.31 3.58 0.08 +

11 Karangnongko Karangnongko 2,605 2,307 1,940 61 2 88.56 84.09 2.64 0.09 +

12 Ngawen Ngawen 3,120 2,493 1,922 163 3 79.90 77.10 6.54 0.12 +

13 Ceper Ceper 2,356 1,399 771 60 1 59.38 55.11 4.29 0.07 +

102

Page 120: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Jambukulon 1,935 1,416 1,095 57 1 73.18 77.33 4.03 0.07 +

14 Pedan Pedan 3,319 2,843 2,439 35 - 85.66 85.79 1.23 - +

15 Karangdowo Karangdowo 2,776 2,358 1,689 80 3 84.94 71.63 3.39 0.13 +

16 Juwiring Juwiring 4,115 3,450 2,723 144 4 83.84 78.93 4.17 0.12 +

17 Wonosari Wonosari II 1,884 1,537 1,126 48 1 81.58 73.26 3.12 0.07 +

Wonosari II 2,519 2,159 1,835 61 - 85.71 84.99 2.83 - +

18 Delanggu Delanggu 3,222 2,971 2,802 182 2 92.21 94.31 6.13 0.07 +

19 Polanharjo Polanharjo 2,679 1,994 1,272 98 7 74.43 63.79 4.91 0.35 +

20 Karanganom Karanganom 2,930 1,993 959 137 6 68.02 48.12 6.87 0.30 +

21 Tulung Tulung 2,030 1,446 1,142 24 4 71.23 78.98 1.66 0.28 +

Majegan 1,749 1,129 749 22 3 64.55 66.34 1.95 0.27 +

22 Jatinom Jatinom 2,053 1,350 842 14 2 65.76 62.37 1.04 0.15 +

Kayumas 1,969 1,139 871 34 6 57.85 76.47 2.99 0.53 +

23 Kemalang Kemalang 2,898 2,251 1,812 60 4 77.67 80.50 2.67 0.18 +

24 Klaten Selatan Klaten Selatan 2,767 2,388 1,427 24 3 86.30 59.76 1.01 0.13 +

25 Klaten Tengah Klaten Tengah 2,984 2,388 1,886 24 1 80.03 78.98 1.01 0.04 +

26 Klaten Utara Klaten Utara 2,781 1,782 1,373 51 10 64.08 77.05 2.86 0.56 +

JUMLAH (KAB/KOTA) 86,993 69,136 51,689 2,295 109 79.47 74.76 3.32 0.16 +

Sumber : Laporan Bulanan Gizi ( Seksi Gizi )

Pada kolom kecamatan bebas rawan gizi diisi tanda

(+) bila kecamatan tersebut bebas rawan gizi

(-) bila kecamatan tersebut tidak bebas rawan gizi

103

Page 121: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

104

Dari data diatas dapat kita ketahui bahwa keadaan status gizi buruk

di Kabupaten Klaten sudah mengalami penurunan, angka gizi buruk yang

awalnya pada tahun 2008 sejumlah 116 balita berkurang menjadi 109

balita yang mengalami gizi buruk pada tahun 2009, dari 86.993 balita yang

ada. Sedangkan balita yang ditimbang hanya 69.136 balita dengan berat

badan naik 51.689 balita dan balita yang status di KMS yaitu Bawah Garis

Merah sebesar 2.295 balita. Walaupun ada kecamatan yang tingkat status

gizi buruk semakin meningkat terutama di kecamatan Bayat dan

kecamatan Klaten Utara yang mengalami tingkat kenaikan yang cukup

tinggi, hal ini dikarenakan adanya beberapa hal yang mempengaruhi

tingkat kenaikan gizi buruk terutama adanya komplikasi penyakit yang

diderita balita sehingga balita mengalami penurunan berat badan yang

drastis. Dari data status gizi ada 6 Puskesmas yang tidak ada balita yang

mengalami gizi buruk antara lain Puskesmas Prambanan, Puskesmas

Wedi, Puskesmas Cawas II, Puskesmas Jogonalan II, Puskesmas

Jambukulon dan Puskesmas Wonosari II. Ke enam Puskesmas ini tidak

ada balita yang mengalami gizi buruk. Sedangkan Puskesmas yang paling

banyak terdapat balita gizi buruk ada di Puskesmas Bayat sebanyak 15

balita dan Puskesmas Klaten Utara sebanyak 10 balita.

Penurunan status gizi buruk di wilayah Klaten juga disebabkan

oleh program KADARZI , dengan adanya program KADARZI ini dapat

membantu dan mengontrol keadaan balita di Klaten, dengan adanya

Program KADARZI para ibu juga mendapatkan wawasan bagaimana

Page 122: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

105

mengurus balita yang benar, dengan memakai 5 indikator KADARZI yang

telah dijelaskan oleh petugas Puskesmas ke Posyandu- Posyandu yang ada

di wilayah Klaten. Seperti yang dituturkan oleh ibu Tutik selaku Kepala

Seksi Gizi :

“ Status gizi buruk memang berkurang, ada wilayah yang status gizi buruk memang naik , hal ini karena adanya komplikasi penyakit yang menyerang balita sehingga menyebabkan balita tidak doyan makan dan mengalami penurunan berat badan , sehingga kenaikan itu mayoritas dari penyakit yang diidap oleh balita. Dengan adanya Program KADARZI ini dapat mengurangi angka status gizi buruk di Klaten, karena kita juga dapat mengontrol perkembangan masalah gizi dari program KADARZI. Walaupun program ini belum sempurna atau belum bisa dikatakan berhasil di Kabupaten Klaten.” ( wawancara tanggal 12 Oktober 2010 )

Program KADARZI yang ada di Kabupaten Klaten ini selain

belum bisa mencapai target program KADARZI yang sempurna juga

disebabkan oleh dana yang ada untuk menjalankan program tersebut,

karena dalam penjalanan program tidaklah lepas dari dana yang diberikan.

Pada tahun 2009 Kabupaten Klaten tidak melaksanakan program

KADARZI karena pengaruh dana, dana program KADARZI pada tahun

2009 di Kabupaten Klaten tidak ada, karena dari Dinas Kesehatan Provinsi

tidak memberikan dana untuk program KADARZI di Kabupaten Klaten,

sehingga program ini berlangsung kembali pada tahun 2010.

Pada tahun 2010 penilaian Program KADARZI berbeda dengan

tahun 2008, pada tahun 2008 penilaian program ini yaitu jika sampel yang

diambil sudah memenuhi 80 % angka capaian KADARZI yang telah

ditentukan tetapi ada satu indikator yang belum memenuhi target maka

Page 123: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

106

dianggap berhasil, berbeda dengan tahun 2010 penilaiannya semua

indikator yang ada , dalam arti 5 indikator tersebut harus bisa mencapai 80

%, jika salah satu indikator tersebut belum bisa mencapai target 80 %

maka sudah dianggap gagal, misal balita yang ditimbang belum mencapai

80 % karena penimbangan balita tidak teratur maka sudah dianggap gagal,

walaupun indikator yang lain sudah mencapai 80% tetapi salah satu

indikator sudah gugur maka Program ini di anggap belum berhasil, selain

itu program KADARZI belum bisa berhasil karena :

1. Penimbangan balita belum dilakukan secara teratur

2. Balita yang berusia 0-6 bulan sudah diberikan makanan

tambahan

3. Lauk hewani tidak diberikan kepada balita setiap hari

4. Garam yang digunakan bukan garam beryodium

5. Kurangnya konsumsi buah pada balita

Hal ini seperti yang diutarakan oleh ibu Anis selaku staf Seksi Gizi

“ Penilaian pada tahun ini berbeda dengan tahun sebelumnya, pada tahun- tahun sebelumnya penilaian yang kita lakukan dengan menilai menggabungkan 5 indikator tersebut , jika salah satu belum sesuai target maka kami anggap berhasil, berbeda dengan sekarang. Kalau sekarang penilaian yang kami lakukan dengan menilai satu per satu prosentase 5 indikator tersebut jika salah satu belum bisa mencapai target yang telah ditentukan sebesar 80 % maka semua dianggap gagal, sehingga menyebabkan program KADARZI ini belum berhasil di Kabupaten Klaten.” (wawancara tanggal 12 oktober 2010 )

Pada tahun 2010 ini, program KADARZI dilakukan dengan

menyebarkan cluster- cluster atau petugas yang menangani program

Page 124: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

107

KADARZI yang disebar di 26 Kecamatan yang ada di Kabupaten Klaten,

yang nantinya terdapat 7800 sampel Kepala Keluarga yang menjadi

sampel program KADARZI, yang dapat dilihat melalui tabel 4.7 tentang

pembagian cluster KADARZI.

Tabel 4.6

Pembagian Cluster dan sampel KADARZI

Tahun 2010

No Kecamatan Puskesmas Jumlah Cluster

Jumlah sampel ( KK )

Jumlah KK

1 Prambanan Prambanan 15 10 150 Kebon dalemlor 15 10 150 2 Gantiwarno Gantiwarno 30 10 300 3 Wedi Wedi 30 10 300 4 Bayat Bayat 30 10 300 5 Cawas Cawas I 15 10 150 Cawas II 15 10 150 6 Trucuk Trucuk I 15 10 150 Trucuk II 15 10 150 7 Kalikotes Kalikotes 30 10 300 8 Kebonarum Kebonarum 30 10 300 9 Jogonalan Jogonalan I 15 10 150 Jogonalan II 15 10 150 10 Manisrenggo Manisrenggo 30 10 300 11 Karangnongko Karangnongko 30 10 300 12 Ngawen Ngawen 30 10 300 13 Ceper Ceper 15 10 150 Jambukulon 15 10 150 14 Pedan Pedan 30 10 300 15 Karangdowo Karangdowo 30 10 300 16 Juwiring Juwiring 30 10 300 17 Wonosari Wonosari I 15 10 150 Wonosari II 15 10 150 18 Delanggu Delanggu 30 10 300 19 Polanharjo Polanharjo 30 10 300 20 Karanganom Karanganom 30 10 300

Page 125: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

108

21 Tulung Tulung 15 10 150 Majegan 15 10 150 22 Jatinom Jatinom 15 10 150 Kayumas 15 10 150 23 Kemalang Kemalang 30 10 300 24 Klaten Selatan Klaten Selatan 30 10 300 25 Klaten Tengah Klaten Tengah 30 10 300 26 Klaten Utara Klaten Utara 30 10 300 Jumlah 780 10 7800

Dinas Kesehatan pada tahun 2010 mengambil sampel KADARZI

sebanyak 30 cluster yang berada di 1 kecamatan, adapun pembagiannya

jika dalam satu kecamatan terdapat dua Puskesmas maka pembagiannya

15 cluster per Puskesmas sehingga jumlah cluster yang tersebar di semua

kecamatan sebanyak 780 cluster, dan 1 cluster mencari sampel 10 Kepala

Keluarga, sehingga masyarakat yang dijadikan sampel oleh Dinkes Klaten

sebesar 7800 KK yang tersebar di Kabupaten Klaten, dengan dana 55 juta

dalam melaksanakan program, seperti yang diutarakan Ibu Tutik selaku

Kepala Seksi :

“ Program KADARZI ini pelaksanaanya dengan mengambil sampel, dengan menyebar 30 cluster disetiap kecamatan, sehingga ada 780 cluster di Kabupaten Klaten karena jumlah kecamatannya ada 26 kecamatan. 780 cluster tersebut dibagi menjadi 1 cluster mengambil sampel 10 KK, sehingga nantinya ada 7800 KK yang menjadi sampel KADARZI, dengan dana 55 juta.” ( wawancara tanggal 4 Oktober 2010 )

Program KADARZI pada tahun 2010 belum diketahui apakah

program ini berhasil atau belum di Kabupaten Klaten, karena data program

KADARZI pada tahun 2010 belum lengkap baru ada 4 Puskesmas yang

Page 126: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

109

dapat dilihat apakah program KADARZI ini berhasil apa belum antara lain

yaitu Puskesmas Bayat, Puskesmas Ceper , Puskesmas Jatinom dan

Puskesmas Polanharjo. Dapat dilihat pada tabel 4.8 tentang capaian

KADARZI 2010 pada 4 Puskesmas di Kabupaten Klaten.

Tabel 4.7

Jumlah Keluarga Sadar Gizi

Tahun 2010

No Kecamatan Puskesmas Jumlah KK yang dipriksa

Keluarga dengan 5 indikator

%

1 2 3 4 5 6 1 Bayat Bayat 300 57 19 2 Polanharjo Polanharjo 300 37 12,3 3 Ceper Ceper 150 20 13,3 4 Jatinom Jatinom 150 11 7,3

Dari data diatas dapat diketahui bahwa tidak semua Kepala

Keluarga yang menjadi sampel dapat menjalankan Program KADARZI,

dapat dilihat pada tabel KADARZI diatas bahwa di Puskesmas Bayat

terdapat 57 KK atau 19 % KK yang berhasil melaksanakannya,

Puskesmas Polanharjo ada 37 atau 12,3 KK, Puskesmas Ceper terdapat 20

atau 13,3 % KK, karena kecamatan Ceper terdapat 2 Puskesmas maka

dalam data tersebut tertulis ada 150 KK karena Puskesmas Jambukulon

yang termasuk kecamatan Ceper juga belum melaporkan data program

KADARZI, dan pada Puskesmas Jatinom ada 11 atau 7,3 % KK yang

berhasil melaksanakan program KADARZI, karena di wilayah kecamatan

Jatinom juga terdapat 2 Puskesmas maka sampel yang ada pada data hanya

Page 127: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

110

150 KK karena Puskesmas Kayumas juga belum melaporkan data

KADARZI 2010. Dari penjelasan sebelumnya dapat diketahui bahwa

program KADARZI belum bisa berhasil sesuai target capaian KADARZI

80 %, karena tidak semua atau tidak ada setengah dari KK yang dijadikan

sampel dapat berhasil menjalankan program ini.

C. Upaya Dinas Kesehatan dalam penanggulangan gizi buruk terkait

program KADARZI

Masalah gizi buruk terjadi karena anak tidak mendapatkan gizi yang

seimbang yaitu ASI saat berumur 0 – 6 bulan, dan Makanan Pendamping ASI (

MP- ASI ) yang memenuhi syarat 6 – 24 bulan. Selain karena tidak mendapatkan

makanan yang mengandung gizi seimbang juga disebabkan oleh infeksi, terutama

diare, Infeksi Saluran Pernapasan Akut ( ISPA ) dan campak. Kedua penyebab

tersebut antara lain tidak mendapat gizi yang seimbang dan adanya infeksi

penyakit ini saling memperkuat, selain itu didorong oleh faktor kemiskinan,

kurangnya pendidikan, lingkungan tidak bersih, dan banyaknya anak dengan

jarak kelahiran dekat juga dapat menjadi penyebab masalah gizi. Dari faktor

tersebut maka anak tidak mendapatkan pengasuhan secara maksimal,seperti tidak

diberi ASI, tidak dapat menyediakan MP- ASI yang baik dan tidak dibawa ke

Posyandu atau pelayanan kesehatan. Sehingga perlu adanya penyuluhan dan

perbaikan gizi di tingkat masyarakat.

Program KADARZI merupakan salah satu program untuk menekan

angka status gizi buruk yang tinggi. Upaya Dinkes Kabupaten Klaten

Page 128: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

111

untuk menekan kasus gizi buruk di Klaten yaitu dengan melakukan

pelacakan kasus gizi buruk dengan pengamatan dari data yang ada melalui

pemantauan status berat badan balita yang ada di Kabupaten Klaten.

Program pencegahan gizi buruk di Klaten dilaksanakan dengan

berbagai program salah satunya dengan program KADARZI. Upaya

Dinkes dalam penanggulangan gizi buruk yaitu dengan:

1. Penimbangan setiap bulan anak balita dengan menggunakan

KMS. Dengan adanya Kartu Menuju Sehat ( KMS ), petugas

kesehatan atau Posyandu dan ibu bisa mengetahui

perkembangan berat badan anaknya setiap bulan, jika anak

berat badannya dibawah garis merah berarti anak tersebut

mengalami masalah gizi sehingga perlu segera ditanganni.

2. Memberikan pendidikan gizi dan kesehatan bagi ibu yang

memiliki balita. Pendidikan gizi dan kesehatan perlu dilakukan

karena dengan dasar masyarakat terutama ibu mengetahui pola

asupan gizi yang baik dan pengetahuan kesehatan lainnya

maka balita akan tumbuh dengan sehat.

3. Memberikan vitamin A kepada bayi dan balita. Pemberian

vitamin A ini dianjurkan karena dapat membantu kesehatan

balita terutama kesehatan mata karena dalam pertumbuhan

balita kesehatan mata sangat penting.

4. Meningkatkan pelayanan gizi, misalnya dengan memberikan

makanan tambahan kepada balita yang mengalami masalah gizi

Page 129: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

112

atau gizi buruk, segera menangani balita yang mengalami gizi

buruk.

Seperti yang diutarakan ibu Tutik selaku Kepala Seksi gizi yaitu

“ Dalam penanggulangan masalah gizi buruk ini menggunakan 5 indikator KADARZI, terutama dalam hal pemantauan berat badan balita, dari pemantauan yang dilakukan maka dapat mengetahui status berat badan serta gizi balita. Jika ada balita yang mengalami berat badan dibawah garis merah maka balita dapat dikatakan kurang gizi yang nantinya bisa menyebabkan gizi buruk, dengan itu maka pemantauan status gizi balita tersebut perlu ditingkatkan dan diberikan Makanan Pendamping ASI ( MP- ASI ).” ( wawancara tanggal 8 November 2010 )

Penanggulangan masalah gizi buruk dengan Program KADARZI,

diharapkan setiap anggota keluarga harus mengetahui masalah gizi di

dalam keluarganya dan dapat mengatasi masalah dengan sumber daya

yang ada, hal ini ditandai dengan :

1. Kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan pangan

bagi semua anggota keluarga termasuk kebutuhan gizi,

menjaga kesehatan lingkungan, mencegah infeksi suatu

penyakit

2. Perilaku keluarga dalam memanfaatkan pendapatan,

mendistribusikan pangan keluarga, memantau pertumbuhan

dan perkembangan anak, memberikan pertolongan awal

masalah kelainan gizi, memperoleh pelayanan kesehatan

Page 130: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

113

Pemantauan berat badan dapat dilakukan di Posyandu karena

Posyandu mengadakan penimbangan berat badan balita setiap bulan

sehingga dari penimbangan tersebut dapat dipantau status berat badan

balita, jika ada balita yang berada di bawah garis merah dapat segera

ditangani. Sehingga perlu adanya suatu penyuluhan atau pembinaan kader

yang dilakukan Dinkes Klaten kepada kader Posyandu, karena kader

Posyandulah yang secara langsung mengetahui dan menangani masalah

gizi pertama kali, adapun kegiatan yang dilakukan Posyandu yaitu

1. Pelatihan kader yang berasal dari masyarakat setempat atau

petugas dari Puskesmas

2. Pelatihan ulang petugas dan kader

3. Pembinaan dan pendampingan kader

4. Penyediaan sarana KMS/ Buku KIA, panduan Posyandu,

sarana pencatatan

Penanggulangan masalah gizi dapat segera teratasi jika para kader

mendapatkan pelatihan atau penyuluhan dalam memperlakukan balita

yang mengalami masalah gizi agar nantinya tidak berkembang menjadi

gizi buruk. Seperti yang diutarakn ibu Tutik selaku Kepala Seksi Gizi

yaitu:

“ Selain dengan pemantauan dari data yang ada, juga ada pembinaan kader baik itu dari Puskesmas atau masyarakat setempat yang menjadi kader Posyandu. Dengan adanya pembinaan kader diharapkan dapat membantu Dinkes untuk menanggulangi kasus gizi terutama gizi buruk yang ada di masyarakat.” ( wawancara tanggal 8 November 2010 )

Page 131: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

115

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Di Kabupaten Klaten masih terdapat balita yang mengalami gizi

buruk. Pada tahun 2008, balita yang banyak mengalami gizi buruk

yaitu di kecamatan Bayat dan Juwiring.

2. Untuk menangani kasus gizi buruk ini,maka terdapat program

Keluarga Sadar Gizi ( KADARZI ), yang di dalam program tersebut

terdapat 5 indikator antara lain :

a. Memantau berat badan bayi secara teratur

Kegiatan yang dilakukan pada saat penimbangan berat badan yang

berhubungan dengan pengukuran status gizi balita antara lain

dengan metode pengukuran antropometri. Strategi dalam indikator

ini adalah dengan adanya penyuluhan pentingnya penimbangan

balita, pengontrolan dan pencatatan kondisi balita oleh petugas

Puskesmas yang datang setiap bulan ke Posyandu- Posyandu,

selain itu dengan pengecekan kembali balita yang mengalami berat

badan dibawah garis merah. Hambatan dari indikator ini yaitu

kurangnya kesadaran ibu akan pentingnya penimbangan balita,

tetapi setelah diadakan pendekatan dari kader Posyandu hambatan

tersebut dapat berkurang.

Page 132: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

115

b. Makan beraneka ragam

Strategi yang dilakukan dalam indikator ini adalah dengan

mengadakan penyuluha karena keterbatasan dana untuk

membantu masyarakat dalam ketersediaan bahan pangan yang

beraneka ragam. Hambatan dalam indikator ini karena keterbatasan

dana yang dugunakan untuk menunjang program penganeka

ragaman makanan, sehingga pihak Dinas Kesehatan hanya

memberikan penyuluhan dan batuan biskuit kepada balita dari

keluarga miskin.

c. Hanya mengkonsumsi garam beryodium

Strategi yang dilakukan dengan mengadakan penyuluhan garam

yodium dengan memberikan contoh merk garam beryodium karena

disesuaikan dengan UU No 64 Tahun 1994 tentang pengadaan

garam beryodium.

d. Memberikan ASI Ekslusif pada bayi berumur 0 – 6 bulan

strategi dalam pemberian ASI ekslusif yaitu dengan mengeluarkan

Perda No 7 Tahun 2008 tentang Inisiasi Menyusui Dini dan ASI

ekslusif di Kabupaten Klaten serta UU No 36 Tahun 2009 tentang

pemberian ASI ekslusif. Hambatan yang didapat dari indikator ini

dikarenakan ibu bayi bekerja sehingga kurang dalam memberikan

ASI ekslusif kepada bayinya.

Page 133: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

116

e. Mendapatkan dan memberikan suplementasi gizi bagi anggota

keluarga yang membutuhkan

Strategi yang dilakukan dengan memberikan bantuan berupa MP-

ASI kepada balita dari keluarga miskin yang berat badannya

dibawah garis merah. Hambatan dalam indikator ini yaitu

keterbatasan dana untuk ibu memberikan suplemen gizi kepada

anaknya dan kesadaran ibu dalam pemberian suplemen gizi, karena

balita hanya mendapatkan suplemen gizi pada saat ada kegiatan

Posyandu.

3. Program KADARZI ini dilaksanakan di 26 Kecamatan yang ada di

Kabupaten Klaten. Program KADARZI pelaksanaanya sesuai dengan

Keputusan Mentri Kesehatan No.747/MenKes/SK/VI/2007 tentang

Pedoman Operasional Keluarga Sadar Gizi. Di Kabupaten Klaten

program ini pada tahun 2008 belum bisa mencapai target capaian

program KADARZI karena hanya sejumlah 23,53 %, padahal capaian

KADARZI adalah 80% sehingga dianggap belum berhasil. Program

KADARZI ini memiliki hambatan, hambatan tersebut berasal dari

masyarakat yang kurang mengetahui bagaimana memberikan asupan

gizi yang baik bagi balita, kurang paham tentang bahan makanan yang

mereka makan, adanya bayi yang berumur 0 – 6 bulan sudah diberikan

makanan tambahan, sehingga Program KADARZI di Kabupaten

Klaten belum bisa dikatakan berhasil. Sedangkan pada tahun 2009

Page 134: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

117

program KADARZI di Kabupaten Klaten tidak ada karena tidak

adanya dana dari provinsi untuk melaksanakan program tersebut.

4. Upaya dalam penaggulangan status gizi buruk di Kabupaten Klaten

yaitu dengan penimbangan anak balita menggunakan KMS setiap

bulan, memberikan pendidikan gizi dan kesehatan bagi ibu yang

memiliki balita, memberikan vitamin A kepada bayi, dan

meningkatkan pelayanan gizi. Selain terkait dengan program

KADARZI adapun upaya lain yang dilakukan yaitu pelatihan kader

Posyandu atau petugas Puskesmas, pelatihan ulang petugas dan kader,

pembinaan dan pendampingan kader dan penggunaan sarana KMS.

B. Saran

1. Menurut hasil pengamatan, bahwa pemberian penyuluhan tentang

pemberian ASI saja kepada bayi kurang efektif disebabkan masih

banyak ibu bayi yang bekerja sehingga bayi kurang diberikan ASI

secara ekslusif, dengan adanya permasalahan ini pihak Dinas

Kesehatan Kabupaten Klaten seharusnya memberikan penyuluhan

lebih aktif lagi kepada kadernya atau dapat terjun langsung ke

Posyandu- Posyandu untuk lebih menekankan ibu- ibu yang

mempunyai bayi untuk menyusui bayinya dengan ASI saja selama 6

bulan, memberikan solusi kepada ibu- ibu yang mempunyai bayi

bagaimana cara memberikan ASI ekslusif kepada bayinya misalnya

dengan mempompa ASI dengan alat pompa ASI kemudian dimasukan

Page 135: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

118

di dalam botol dan di simpan di kulkas atau pun tempat yang tidak

secara langsung terkena sinar matahari jika tidak memiliki kulkas,

cara seperti ini dapat efektif untuk bayi tetap selalu mendapatkan ASI

ekslusif walaupun ibu bayi tetap bekerja asalkan tidak lebih dari 24

jam.

2. Dari hasil pengamatan ditemukan masih banyak masyarakat yang

belum bisa memenuhi keanekaragaman pangan,, mereka hanya dapat

mengkonsumsim makanan seadanya menurut pendaptan mereka, hal

inilah yang memicu kegagalan kegiatan makan beraneka ragam,.

Penyuluhan yang diberikan oleh Dinas Kesehatan memang kurang

efektif karena penyebab masyarakat kurang makan aneka ragam

makanan yaitu pendapatan yang diperoleh mereka sehingga kebutuhan

akan pangan kurang tercukupi, dari permasalahan itu pihak Dinas

Kesehatan seharusnya tidak hanya memberikan penyuluhan saja tetapi

dapat memberikan bantuan berupa bibit tanaman kepada masyarakat

untuk mereka dapat meningkatkan kegiatan makan makanan beraneka

ragam, kemungkinan dengan adanya pemberian bantuan tersebut

kegiatan ini dapat berhasil misalnya dengan bantuan bibit tersebut

warga dapat menanam apotik hidup ataupun warung hidup sendiri,

karena biasanya warga yang tinggal di desa tanah pekarangan yang

mereka miliki luas sehingga dapat menanam berbagai macam sayur-

sayuran, jika warga yang tidak mempunyai pekarangan dapat

melakukannya dengan hidroponik atau dengan istilah tanaman organik.

Page 136: SKRIPSI - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/8442/1/192821511201110061.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

119

Jika warga belum mengetahui bagaimana cara menanam tanaman

dengan media pot dapat diberikan penjelasan tentang bagaimana

menanam tanaman di media pot dengan baik.