skripsi diajukan sebagaisalah satu syaratuntuk memperoleh
TRANSCRIPT
STUDI PELAKSANAAN PERUBAHAN HAK GUNA BANGUNAN ATASTANAH UNTUK RUMAH TINGGAL YANG DIBEBANI DENGAN HAK
TANGGUNGAN MENJADI HAK MILIK PADA KANTORPERTANAHAN KABUPATEN MALANG PROVINSI JAWA TIMUR
SkripsiDiajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Sebutan Sarjana Sains Terapan
Disusun Oleh:
A. CHANDRAWARDHANA
2091656/M
BADAN PERTANAHAN NASIONALSEKOLAH TINGGI PERTANAHAN NASIONAL
YOGYAKARTA
2004
INTISARI
Pada Kantor Pertanahan Kabupaten Malang kegiatan Pemberian Haklik untuk rumah tinggal selama Tahun 2002-2003 pelaksanaannyardasarkan pada KMNA/KBPN No.6 Tahun 1998 khusus untuk Hak Gunaingunan yang masih dibebani dengan Hak Tanggungan pelaksanaannyardasarkan PMNA/KBPN No.5 Tahun 1998, tetapi dalam keputusan tersebutak menyebutkan mekanisme pelaksanaan dan jangka waktu penyelesaiancara rinci sehingga dalam pelaksanaannya tergantung kebijakan kantorrtanahan masing-masing.
Berdasarkan latar belakang di atas telah dilakukan penelitian tentanglaksanaan Perubahan Hak Guna Bangunan atas tanah untuk rumah tinggalng masih dibebani dengan Hak Tanggungan menjadi Hak Milik pada Kantorirtanahan Kabupaten Malang serta apa saja yang menjadi faktor pendukungn kendalanya. Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahuilaksanaan perubahan hak guna bangunan untuk rumah tinggal yang dibebanik tanggungan menjadi hak milik dan mengetahui kendala-kendala dalamlaksanaannya serta usaha-usaha untuk mengatasi kendala-kendala tersebut.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptifngan lokasi penelitian di Kantor Pertanahan Kabupaten Malang danmggunakan teknik analisis deskriptif. Teknik pengumpulan data dengan caraiwancara, studi pustaka, dokumentasi.
Hasil dari penelitian ini adalah bahwa pelaksanaan perubahan hak gunangunan untuk rumah tinggal yang dibebani hak tanggungan menjadi hak milikda Kantor Pertanahan Kabupaten Malang secara umum telah sesuai dengan1NA/KBPN No. 6 Tahun 1998 dan PMNA/Kepala BPN No. 5 Tahun 1998.anya pelayanan pertanahan dengan sistem LOC dan pelimpahan wewenangmberian Hak Milik dari Kantor Wilayah kepada Kantor Pertanahan merupakantor pendukung sedangkan tidak adanya kepastian jangka waktu penyelesaianrmohonan hak merupakan suatu kendala dan upaya yang dilakukan adalahngan mengoptimalkan kembali fungsi dari loket informasi dan loketnerimaan berkas agar dapat meminimalisir masuknya berkas permohonanig persyaratannya kurang lengkap sehingga permohonan dapat diselesaikanngan cepat.
DAFTAR ISI
Hal
\LAMAN JUDUL j
U_AMAN PERSETUJUAN ii
TAPENGANTAR jjj
TISARI v
kFTARISI vi
^FTARTABEL viii
^FTAR LAMPIRAN ix
^B I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Penelitian 1
B. Perumusan Masalah 5
C. Pembatasan Masalah 6
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 6
1. Tujuan Penelitian 6
2. Kegunaan Penelitian 7
,B II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 8
A. Tinjauan Pustaka 8
B. Kerangka Pemikiran 16
C. Anggapan Dasar 21
D. Batasan Operasional 22
B III. METODE PENELITIAN 23
A. Metode Penelitian 23
B. Lokasi Penelitian 23
C. Populasi Penelitian 23
D. Jenis dan Sumber Data 24
E. Teknik Pengumpulan Data 25
F. Teknik Analisis Data 25
\BIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27
A. Organisasi Kantor Pertanahan Kabupaten Malang 27
B. Pegawai Kantor Pertanahan Kabupaten Malang 31
C. Perkembangan Sistem Pelayanan 33
D. Jenis Hak Atas Tanah 36
\B V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 39
A. Hasil Penelitian 39
1. Tinjauan Umum KMNA/KBPN No. 6 Tahun 1998 39
2. Proses Pelaksanaan Perubahan Hak 42
3. Produk Sertipikat Hak Milik dari Perubahan Hak 50
B. Pembahasan 52
1. Perbandingan pelaksanaan Perubahan Hak menurut
ketentuan KMNA/KBPN Nomor 6 Tahun 1998 dan
PMNA/KBPN Nomor 5 Tahun 1998 dengan
pelaksanaan Perubahan Hak di Kantor Pertanahan
Kabupaten Malang 52
2. Faktor Pendukung dan kendala-kendala yang
dihadapi Kantor Pertanahan Kabupaten Malang
dalam pelaksanaan Perubahan Hak 56
J3 VI. PENUTUP 60
A. Kesimpulan 60
B. Saran 61
^FTAR PUSTAKA
MPIRAN
/VAYAT HIDUP
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang-Undang Pokok Agraria secara konseptual
sebenamya sarat dengan watak kerakyatan, selama ini
pelaksanaannya sangat dipengaruhi oleh sistem politik saat itu,
sehingga keberpihakan kepada rakyat kecil kurang mendapat
perhatian. Dalam rangka reformasi di bidang pertanahan, saat ini telah
dilaksanakan berbagai kebijakan pertanahan, salah satunya adalah
kebijakan perubahan hak atas tanah. Kebijakan tersebut memberikan
kemudahan kepada masyarakat dalam pemberian jaminan atas
kelangsungan kepemilikan hak atas tanah untuk rumah tempat tinggal
dengan status Hak Milik.
Untuk memenuhi kebutuhan tempat tinggal, salah satu
program pemerintah dalam pembangunan nasional adalah sektor
perumahan dan pemukiman. Dalam pelaksanaan pembangunan di
sektor perumahan diserahkan pada Perum Perumnas dengan fasilitas
KPR-BTN, dan pada pihak swasta dilaksanakan oleh para
pengembang. Disamping itu ada pula pihak-pihak (Badan Hukum)
yang menyediakan kapling siap bangun bagi masyarakat yang
membutuhkan tanah untuk membangun rumah.
Pembangunan perumahan dan pemukiman yang dilaksanakan
oleh Badan Hukum, status tanahnya tidak boleh dipunyai dengan hak
milik. Status hak atas tanah ini tidak sesuai dengan prinsip hukum
tanah nasional sebagaimana diatur dalam UUPA, yang menyediakan
hak milik bagi perseorangan warganegara Indonesia.
Kebijakan pemerintah dalam pemberian kepastian hukum
kepada perseorangan WNI akan kelangsungan hak atas tanahnya
yang dipergunakan untuk rumah tinggal, maka diterbitkan Keputusan
Menteri Negara Agraria/Kepala BPN Nomor 6 Tahun 1998 tentang
Pemberian Hak Milik atas tanah untuk rumah tinggal. Rumah tinggal.
yang dimaksud dalam keputusan tersebut adalah bagi tanah yang
luasnya 600 m2 atau kurang dan penggunaannya untuk rumah tinggal
dapat langsung diberikan hak milik dengan cara mendaftarkan ke
Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota setempat.
Dengan meningkatnya pembangunan nasional yang bertitik
tolak pada bidang ekonomi dibutuhkan penyediaan dana yang cukup
besar sehingga memerlukan lembaga jaminan yang kuat dan
memberikan kepastian hukum bagi pihak-pihak yang berkepentingan
yang dapat mendorong peningkatan partisipasi masyarakat dan salah
satu cara perolehan dana yang dapat dilakukan adalah melalui jasa
perbankan, yaitu melalui kredit yang diberikan oleh pihak bank atau
melalui jasa lembaga pembiayaan.
Pihak pemben dana sering meminta jaminan secara khusus
dengan membuat perjanjian jaminan kebendaan maupun perjanjian
kebendaan perorangan. Perjanjian jaminan kebendaan biasanya lebih
disukai oleh kreditur pemberi dana, karena dalam perjanjian jaminan
kebendaan dengan jelas ditentukan benda yang diikat dalam
perjanjian. Sedangkan obyek jaminan yang paling disukai adalah
tanah, karena tanah mempunyai nilai ekonomis yang sangat tinggi dan
tanah tidak pernah susut dan harganya terus meningkat, dalam hal ini
sertipikat hak atas tanah merupakan salah satu jaminan yang dapat
diterima oleh bank karena dianggap memenuhi persyaratan yuridis
maupun ekonomis.
Praktek kegiatan perkreditan tersebut dalam pelaksanaannya
disesuaikan dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku
yaitu Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 mengenai Hak Tanggungan
Atas Tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah dan
peraturan-peraturan lain yang terkait.
Di dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Undang-
Undang Pokok Agraria (UUPA) khususnya Pasal 51 menegaskan
bahwa : "Hak Tanggungan dapat dibebankan pada Hak Milik, Hak
Guna Usaha, Hak Guna Bangunan yang tersebut dalam Pasal 25, 33,
39 diatur dengan Undang-Undang". Di dalam Pasal 4 Undang-Undang
No.4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan juga ditegaskan bahwa :
1) Hak atas tanah yang dapat dibebani hak tanggungan adalah:1. Hak Milik
2. Hak Guna Usaha
3. Hak Guna Bangunan2) Selain hak-hak atas tanah sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), Hak Pakai atas tanah milik negara yang menurut
ketentuan berlaku wajib didaftarkan dan menurut syaratnyadapat dipindahtangankan dapat juga dibebani HakTanggungan.
Sedangkan Hak Guna Bangunan diatur dalam Pasal 35
sampai dengan Pasal 40 UUPA, dimana Hak Guna Bangunan
merupakan hak untuk mendirikan dan mempunyai bangunan di atas
tanah yang bukan miliknya sendin, yang berarti bahwa dapat di atas
tanah negara maupun di atas tanah milik orang lain dengan jangka
waktu paling lama 30 tahun dan selanjutnya dapat diperpanjang
selama 20 tahun. Hak Guna Bangunan dapat dialihkan kepada pihak
lain serta dapat dijadikan jaminan hutang dengan dibebani Hak
Tanggungan.
Pada Kantor Pertanahan Kabupaten Malang pelaksanaan
pemberian Hak Milik untuk rumah tinggal selama Tahun 2002-2003
terdapat 342 permohonan termasuk yang dibebani dengan Hak
Tanggungan sebanyak 11 permohonan, sedangkan pelaksanaannya
berdasarkan pada Keputusan Menteri Negara Agraria/Kepala BPN
No.6 Tahun 1998 khusus untuk Hak Guna Bangunan yang masih
dibebani dengan Hak Tanggungan pelaksanaannya berdasarkan
PMNA/Kepala BPN No.5 Tahun 1998, tetapi dalam keputusan tersebut
tidak menyebutkan mekanisme pelaksanaan dan jangka waktu
penyelesaian secara rinci.
Bertitik tolak dari uraian tersebut di atas, maka dalam
penulisan skripsi ini penulis mengambil judul "STUDI PELAKSANAAN
PERUBAHAN HAK GUNA BANGUNAN ATAS TANAH UNTUK
RUMAH TINGGAL YANG DIBEBANI DENGAN HAK TANGGUNGAN
MENJADI HAK MILIK PADA KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN
MALANG PROVINSI JAWA TIMUR"
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas yang mendasari
diadakan penelitian, maka penulis merumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimanakah pelaksanaan Perubahan Hak Guna Bangunan atas
tanah untuk rumah tinggal yang masih dibebani dengan Hak
Tanggungan menjadi Hak Milik pada Kantor Pertanahan
Kabupaten Malang ?
2. Faktor pendukung dan kendala apa yang dihadapi dalam
pelaksanaan perubahan Hak Guna Bangunan atas tanah untuk
rumah tinggal yang masih dibebani dengan Hak Tanggungan
menjadi Hak Milik di Kantor Pertanahan Kabupaten Malang serta
upaya apa yang dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut ?
C. Pembatasan Masalah
Untuk memberikan arah dan agar tidak keluar dari ruang
lingkup penelitian, maka dalam penelitian ini penyusun membatasi
permasalahan sebagai berikut:
1. Pelaksanaan kegiatan pendaftaran perubahan Hak Guna
Bangunan untuk rumah tinggal yang masih dibebani dengan Hak
Tanggungan dan luas tanahnya 600 m2 atau kurang menjadi Hak
Milik.
2. Obyek penelitian dibatasi dalam kurun waktu 2 tahun terakhir yaitu
antara Januari 2002 sampai dengan Desember 2003.
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan hal yang penting, yaitu untuk
dijadikan pedoman bagi penulis agar penelitian menjadi terarah dan
dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam mengadakan pendekatan
terhadap suatu masalah yang dikemukakan dalam suatu penelitian.
Dari rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian adalah :
a. Untuk mengetahui pelaksanaan perubahan Hak Guna
Bangunan atas tanah untuk rumah tinggal yang masih
dibebani dengan Hak Tanggungan menjadi hak milik.
7
b. Untuk mengetahui faktor yang menjadi pendukung dan
kendala dalam pelaksanaan perubahan hak di Kantor
Pertanahan Kabupaten Malang.
2. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian yang dilakukan adalah :
a. Untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan di bidang
pertanahan khususnya mengenai tentang perubahan hak atas
tanah yang masih dibebani dengan Hak Tanggungan.
b. Sebagai bahan masukan bagi para kreditor, debitor dan
pejabat lain yang terkait dalam hubungannya dengan
pemanfaatan sertipikat hak atas tanah sebagai jaminan kredit.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebagai pembahasan akhir dalam penulisan skripsi ini, penulis
akan mengambil inti dari pembahasan permasalahan yang telah
diuraikan dalam pembahasan sebelumnya sebagai suatu kesimpulan,
adapaun kesimpulan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Proses pelaksanaan pembahan hak guna bangunan untuk rumah
tinggal yang dibebani hak tanggungan menjadi hak milik pada
Kantor Pertanahan Kabupaten Malang secara umum telah sesuai
dengan KMNA/KBPN No. 6 Tahun 1998 dan PMNA/KBPN No. 5
Tahun 1998. Dari dari 22 poin perbandingan antara pelaksanaan
perubahan hak menumt KMNA/KBPN No. 6 Tahun 1998 dan
PMNA/KBPN No.5 Tahun 1998 dengan pelaksanaan perubahan
hak di Kantor Pertanahan Kabupaten Malang terdapat 18 poin yang
telah sesuai atau sekitar 85,71% sedangkan yang tidak sesuai
terdapat 2 poin atau 9,25%.
2. Faktor Pendukung dan kendala-kendala yang dihadapi Kantor
Pertanahan Kabupaten Malang dalam pelaksanaan Pembahan
Hak. Antara lain :
a. Adanya Pelayanan Pertanahan dengan sistem LOC (Land
Office Computerization) dan pelimpahan wewenang pemberian
B. Saran-Saran
61
Hak Milik dari Kantor Wilayah kepada Kantor Pertanahan
sehingga proses permohonan pemberian hak dapat
diselesaikan dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama,
b. Pemeriksaan data yuridis tentang penggunaan tanah untuk
rumah tinggal, Kantor Pertanahan Kabupaten Malang tidak perlu
atau diperkenankan untuk mengadakan pemeriksaan tanah atau
pemeriksaan lapang cukup dengan memeriksa 1MB dan Buku
Tanah. Sedangkan tidak adanya kepastian jangka waktu
penyelesaian permohonan hak juga merupakan suatu kendala,
hal ini tergantung pada volume pekerjaan yang masuk, rata-rata
permohonan masuk yang persyaratannya lengkap dapat
diselesaikan dalam waktu 2 (dua) sampai 4 (empat) minggu.
Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala ini adalah
dioptimalkannya kembali fungsi dari loket informasi dan loket
penerimaan berkas, sehingga dapat meminimalisir masuknya
berkas permohonan yang persyaratannya kurang lengkap.
Berdasarkan uraian permasalahan dan pembahasannya
penulis akan memberikan saran-saran atau masukan yang diharapkan
dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkaitan dengan materi dari
penulisan skripsi ini.
62
1. Pelaksanaan pelayanan sistem loket hendaknya disesuaikan
kembali dengan ketentuan yang ada sehingga masyarakat dapat
mengetahui prosedur, biaya dan jangka waktu penyelesaian
permohonan secara pasti.
2. Perlu adanya kebijakan yang baku terutama mengenai penafsiran
peraturan-peraturan agraria yang belum secara rinci menyebutkan
mekanisme pelaksanaan kegiatan pertanahan. Sehingga
masyarakat dapat mengetahui secara transparan proses
pelaksanaan kegiatan-kegiatan pelayanan pertanahan.
DAFTAR PUSTAKA
Budi Harsono, Hukum Agraria Indonesia, Jakarta, Penerbit Djambatan,1999.
Budi Harsono, Komentar Tentang Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996tentang Hak Tanggungan Atas Tanah beserta Benda-Benda yangberkaitan Dengan Tanah. Jakarta, Penerbit Fakultas HukumUniversitas Trisakti, 1996
Imam Soetiknjo, Politik Agraria Nasional, Yogyakarta, PenerbitGajahmada University Press, 1990
J. Satrio, Hukum Jaminan, Hak Jaminan Kebendaan, Tanggungan, Buku1, Bandung, Penerbit PT. Citra Aditya Bakti, 1997
Moh. Nazir, Metode Penelitian, Cetakan 3, Jakarta, Ghalia Indonesia,1993. "
Maria S.W. Sumardjono, Prof. Dr.S.H.MCL.MPA, (2001) KebijakanPertanahan : Antara Regulasi dan Implementas/, Jakarta, PenerbitKompas
Hadari Nawawi, (1998), Metode Penelitian Bidang Sosial, Gadjah MadaUniversity Press, Yogyakarta
Effendi Perangin, Hukum Agraria di Indonesia Suatu Telaah Dari SudutPandang Praktisi Hukum, Cetakan III, Jakarta, Rajawali, 1991.
Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional, Pedoman Penulisan Skripsi,Yogyakarta, 2003.
Masri Singarimbun, dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survai, Jakarta,LP3ES, 1989.
Soeprapto, Undang-Undang Pokok Agraria dalam Praktek, Jakarta,Penerbit CV. Mitra Sari, 1986.
Sudargo Gautama, Tafsiran Undang-Undang Pokok Agraria, Cetakan IX,Bandung, PT. Citra Aditya Bakti, 1993.
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,Jakarta, Penerbit Rineka Cipta, 1998.
PERATURAN-PERATURAN
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria.
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan AtasTanah
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan danPermukiman
Keputusan Menteri Negara Agraria/Kepala BPN Nomor 6 Tahun 1998tentang Pemberian Hak Milik atas Tanah untuk Rumah Tinggal
Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala BPN Nomor 5 Tahun 1998tentang Pembahan Hak Guna Bangunan atau Hak Pakai atastanah untuk Rumah Tinggal yang dibebani dengan HakTanggungan menjadi Hak Milik.
Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha,Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai Atas Tanah
Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2002 tentang Tarif PenerimaanNegara Bukan Pajak