skripsi diajukan kepada fakultas ilmu dakwah dan ilmu...

117
MODEL PENGORGANISASIAN MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN KESADARAN LINGKUNGAN (Studi Ketokohan Harini Bambang Wahono dalam Melakukan Pengorganisasian Masyarakat di Kampung Banjarsari RW 08 Kel. Cilandak Barat Kec. Cilandak Jakarta Selatan) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) Oleh: B U H O R I 106054103692 KONSENTRASI KESEJAHTERAAN SOSIAL JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H / 2010 M

Upload: truongngoc

Post on 07-Mar-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

MODEL PENGORGANISASIAN MASYARAKAT DALAM

MENINGKATKAN KESADARAN LINGKUNGAN

(Studi Ketokohan Harini Bambang Wahono dalam Melakukan

Pengorganisasian Masyarakat di Kampung Banjarsari RW 08 Kel. Cilandak

Barat Kec. Cilandak Jakarta Selatan)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh:

B U H O R I 106054103692

KONSENTRASI KESEJAHTERAAN SOSIAL

JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H / 2010 M

Page 2: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skiripsi yang berjudul “MODEL PENGORGANISASIAN MASYARAKAT

DALAM MENINGKATKAN KESADARAN LINGKUNGAN (Studi

Ketokohan Harini Bambang Wahono dalam Melakukan Pengorganisasian

Masyarakat di Kampung Banjarsari Rw 08 Kel. Cilandak Barat Kec.

Cilandak Jakarta Selatan)” telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi pada tanggal 21 Desember 2010. Skripsi ini

telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana untuk

Program Strata 1 (S-1) pada Konsentrasi Kesejahteraan Sosial Jurusan

Pengembangan Masyarakat Islam.

Jakarta, 21 Desember 2010

Sidang Munaqosyah

Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Drs. Wahidin Saputra, MA Ahmad Zaky, Msi

NIP. 197009031996031001 NIP. 150411158

Anggota:

Penguji I Penguji II

Siti Nafsiyah, MSW Lisma D Fuaida, M.Si

NIP. 19740101 200112 2002 NIP. 198005272007102001

Pembimbing

Ismet Firdaus, M.Si

NIP. 150411196

Page 3: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah dicantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah, Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah, Jakarta.

Jakarta, 20 September 2010

BUHORI

Page 4: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

i

ABSTRAK

Buhori

MODEL PENGORGANISASIAN MASYARAKAT DALAM

MENINGKATKAN KESADARAN LINGKUNGAN

(Studi Ketokohan Harini Bambang dalam Melakukan Pengorganisasian

Wahono di Kampung Banjarsari Rw 08 Kel. Cilandak Barat Kec. Cilandak

Jakarta Selatan)

Permasalahan lingkungan telah lama disadari sebagai ancaman serius bagi

kehidupan manusia sehingga dalam penanggulangannya telah dilakukan tindakan

nyata. Ironisnya, peristiwa-peristiwa yang ditakutkan seperti bencana alam,

kekeringan, keracunan, punahnya hewan dan tumbuhan, naiknya permukaan laut

dan tenggelamnya berbagai pulau serta lain sebagainya telah datang silih berganti

pada setiap tahunnya. Ini terjadi karena penanggulangan masih bersifat parsial.

Penanggulangan secara komprehensif merupakan tuntutan mendesak saat

ini. Salah satu upaya itu adalah membangun paradigma pembangunan yang

berorientasi ramah lingkungan dan berbasis pemberdayaan masyarakat.

Pengorganisasian masyarakat sebagai bagian dari pemberdayaan masyarakat

menjadi alternatif cara organisator Harini Bambang Wahono dalam membangun

kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari RW 08 Kel.Cilandak

Barat Kec. Cilandak Jakarta Selatan. Kontribusi positif Harini terhadap

lingkungannya ikut mendorong inisiatif lokal di berbagai daerah lain.

Atas dasar itu, meneliti model pengorganisasian masyarakat dalam

meningkatkan kesadaran lingkungan yang dilakukan oleh Harini Bambang

Wahono di Kampung Banjarsari Kel. Cilandak Barat Kec. Cilandak Jakarta

Selatan menjadi penting bagi peneliti. Adapun metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah kualitatif dimana peneliti sendiri menjadi instrument

penelitiannya. Untuk memperoleh data yang valid, peneliti melakukan wawancara

kepada perwakilan dari tiga unsur yaitu praktisi 1 orang, kader 1 orang, 2 orang

masyarakat biasa dan 2 orang kepemerintahan. Selain itu, untuk memperkuat data

yang diperoleh dari hasil wawancara, peneliti juga melakukan triangulasi data

pada pengamatan dan dokumentasi.

Dari hasil penelitian yang dilakukan secara keseluruhan, pengorganisasian

masyarakat yang dilakukan oleh Harini Bambang Wahono termasuk ke dalam

model pengorganisasian masyarakat lokal (locality development model). Dalam

identifikasi pengorganisasian masyarakat melalui 11 indikatornya, 1 indikator

yakni Karakteristik Taktik dan Teknik Perubahan pada wilayah asumsi lebih

mengarah pada Aksi Sosial, hal itu terbukti dari persetujuan Harini terhadap

tindakan demonstrasi sebagai kontrol kepada pemerintah. Adapun tahapan

pengorganisasiannya (tahapan alaminya, bukan berdasarkan pengklasifikasian

atau penggolongan) yaitu persiapan diri praktisi; memotivasi diri dan mulai dari

diri sendiri, interaksi/pendekatan; keterlibatan langsung dan tidak langsung,

membangun kontak; rekrutmen anggota untuk mendapatkan informasi tentang

masyarakat, diskusi kelompok (forum warga), membuat aturan; menyusun tata

tertib, pemetaan permasalahan; pembagian tugas, pembentukan kelompok kecil,

perencanaan pengorganisasian, pembentukan organisasi dan membangun jaringan;

melakukan promosi dan penyebarluasan ide-ide.

Page 5: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

� ���

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, pujian setinggi-tingginya penulis panjatkan kepada Allah

SWT Tuhan semesta alam, Tuhan yang telah menjadikan langit dan bumi ini

penuh dengan tanda-tanda kebesaranNnya, penguasa kehidupan dan penentu

kematian atas segala anugrah, nikmat, dan petunjuk yang dikaruniakanNya

sehingga penulis bisa memikirkan, merefleksikan dan menuangkan pikiran dalam

bentuk tulisan ini. Shalawat dan salam semoga selalu disampaikan untuk

junjungan nabi besar Muhammad Saw, beserta keluarga, sahabat dan para

pengikut setianya.

Suatu kenikmatan yang luar biasa yang tidak bisa diungkapkan dengan

kuasa kata setelah rampungnya skripsi ini. Harus diakui, dengan serba

keterbatasan yang ada sangatlah berat menyelesaikan skripsi ini, akan tetapi

motivasi dalam diri penulis mendongkrak semangat dan memecah hambatan-

hambatan yang ada.

Skripsi ini berjudul “Model Pengorganisasian Masyarakat dalam

Meningkatkan Kesadaran Lingkungan (Studi Ketokohan Harini Bambang

Wahono dalam Melakukan Pengorganisasian Masyarakat di Kampung

Banjarsari Rw 08 Kel. Cilandak Barat Kec. Cilandak Jakarta Selatan)”.

Judul ini lahir dari munculnya kekaguman penulis terhadap usaha yang telah

dilakukan oleh Harini Bambang Wahono dalam melakukan penyadaran

lingkungan di masyarakat Kampung Banjarsari Kel. Cilandak Barat Jakarta

Page 6: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

� ����

Selatan, kekaguman ini berlanjut pada keinginan untuk meneliti model

pengorganisasian yang dilakukannya.

Harapan penulis, skripsi ini dapat memberikan kontribusi positif terhadap

wawasan mahasiswa secara umum, khususnya mahasiswa UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari skripsi ini masih banyak kekurangan,

maka kritik yang membangun tentu menjadi asupan yang sangat penting.

Perlu penulis sampaikan, banyak sekali orang yang berjasa dan membantu

dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis mengucapkan terimakasih kepada kedua

orang tua penulis, berkat doa dan wejangan-wejangan mereka sehingga penulis

mampu menangkap sari-sari pengalaman dan memecah kebuntuan dalam

menghadapi permasalahan. Kepada kakak-kakaku dan adik-adiku yang bahu-

membahu mendorong penulis menyelesaikan skripsi ini. Dukungan moril dan

materil ini memberikan sumbangsih besar dalam penyelesaian skripsi ini, semoga

Allah Swt membalas kebaikan dan cinta yang mereka berikan dengan balasan

yang berlipat. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada:

1. Ismet Firdaus, M.Si, selaku pembimbing yang dengan tulus memberikan

pengarahan, petunjuk dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

2. Bapak Dr. Arief Subhan, MA, Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas wejangannya.

3. Bapak Drs. Wahidin Saputra, MA, selaku Pembantu Dekan I Fakultas

Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, atas

arahannya.

Page 7: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

� ��

4. Bapak Drs. H Mahmud Jalal, MA, Pembantu Dekan II Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, atas

bimbingannya.

5. Bapak Drs. Study Rizal LK, MA, Pembantu Dekan III Fakultas Dakwah

dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terimakasih atas

kritiknya.

6. Ibu Siti Nafsiyah, MSW ketua Jurusan Konsentrasi Kesejahteraan Sosial

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas arahannya.

7. Dosen-dosen Konsentrasi Kesejahteraan Sosial yang telah mendidik dan

memberikan dispensasi waktunya terhadap skripsi ini.

8. Kepada teman-teman FORMACI (Forum Mahasiswa Ciputat), HIMA

Persis Ciputat, BEM Jurusan Kesejahteraan Sosial periode 2008-2009,

BEM Fakultas Dakwah periode 2010-2011, KOMFAKDA periode 2008-

2009, AIC (Aula Insan Cita) era 2008-2009, kosan (Cak Roeney, A Gyn,

Cak May, Chui, Dani, Adit, Kambing, Alfi dan Angel) dan cak-cak yang

lain atas perjuangannya.

Akhirnya, segala kebenaran hanya milik-Nya, semoga Allah SWT

membalas jasa kebaikan mereka dengan balasan yang setimpal. Dan mudah-

mudahan skripsi ini membawa angin segar terhadap berbagai permasalahan

lingkungan yang berkembang.

Jakarta, 20 September 2010�

Page 8: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

����

DAFTAR GAMBAR

1. Bagan Alur Penelitian ..................................................................................... 13

2. Peta Wilayah RW 08 Kapung Banjarsari ........................................................ 39

3. Strategi Perubahan Dasar ................................................................................ 48

4. Alur Karakteristik Taktik dan Teknik Perubahan ........................................... 51

5. Peran Praktisi yang Menonjol ......................................................................... 52

6. Alur Media Perubahan .................................................................................... 55

7. Irisan Indikator Pengorganisasian Masyarakat ............................................... 60

8. Alur Model Pengorganisasian Masyarakat ..................................................... 66

9. Periodisasi Intervensi Masyarakat Banjarsari ................................................. 68

Page 9: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

DAFTAR ISI

ABSTRAK ......................................................................................................... i

KATA PENGATAR .......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... v

DAFTAR TABEL ............................................................................................. vii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1

B. Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah .............................. 8

1. Pembatasan Masalah ............................................................. 8

2. Rumusan Masalah ................................................................. 8

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian .................................. 9

1. Tujuan Penelitian .................................................................. 9

2. Manfaat Penelitian ................................................................ 9

D. Metodologi Penelitian ................................................................. 10

E. Pedoman Penulisan Skripsi ......................................................... 14

F. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 14

G. Sistematika Penulisan ................................................................. 15

BAB II LANDASAN TEORI

A. Model Pengorganisasian Masyarakat .......................................... 17

1. Pengertian Model .................................................................. 17

2. Pengertian Pengorganisasian ................................................. 18

3. Pengertian Masyarakat .......................................................... 19

4. Pengertian Pengorganisasian Masyarakat ............................. 20

B. Pemberdayaan Masyarakat .......................................................... 29

C. Kesadaran Lingkungan................................................................ 30

D. Modal Sosial ............................................................................... 31

BAB III PROFIL HARINI BAMBANG WAHONO DAN GAMBARAN

UMUM KAMPUNG BANJARSARI CILANDAK BARAT

JAKARTA SELATAN

A. Profil Harini Bambang Wahono.................................................. 32

1. Aktivitas dan Prestasi ............................................................ 32

2. Kepribadian dan Motivasi Terhadap Lingkungan Hidup ...... 34

B. Gambaran Umum Kampung Banjarsari ...................................... 38

1. Sejarah Berdirinya Kampung Banjarsari .............................. 38

2. Letak dan Kondisi Geografis Kelurahan Cilandak Barat ...... 39

Page 10: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

��

3. Kondisi Demografis Kelurahan Cilandak Barat ................... 39

4. Kondisi Geografis dan Akses Menuju Kampung Banjarsari 40

5. Kondisi Demografis Kampung Banjarsari ............................ 41

6. Aktivitas dan Kelembagaan Masyarakat ............................... 43

BAB IV PRESENTASI DAN ANALISA DATA

A. Identifikasi Model Pengorganisasian Masyarakat ...................... 46

1. Tujuan Tindakan ................................................................... 48

2. Pandangan Mengenai Struktur Komunitas dan

Permasalahannya ................................................................... 48

3. Strategi Perubahan Dasar ...................................................... 49

4. Karakteristik Taktik dan Teknik Perubahan Dasar ............... 51

5. Peran Praktisi yang Menonjol ............................................... 53

6. Media Perubahan Dasar ........................................................ 55

7. Orientasi Terhadap Strutur Kekuasaan ................................. 57

8. Batasan Definisi Sistem Klien .............................................. 58

9. Pandangan Mengenai Kepentingan dari Kelompok .............. 59

10. Konsepsi Mengenai Populasi Klien ...................................... 60

11. Konsepsi Mengenai Peran Klien ........................................... 60

B. Penjelasan Model Pengorganisasian ........................................... 61

C. Alur Pengorganisasian Kampung Banjarsari .............................. 63

1. Persiapan Pada Diri Praktisi .................................................. 63

2. Interaksi/Pendekatan dengan Masyarakat ............................. 64

3. Membangun Kontak .............................................................. 65

4. Diskusi Kelompok Melalui Forum Warga ............................ 65

5. Membuat Aturan atau Komitmen.......................................... 65

6. Pemetaan Permasalahan ........................................................ 66

7. Pembentukan Kelompok Kecil ............................................. 66

8. Perencanaan Pengorganisasian.............................................. 67

9. Pembentukan Organisasi ....................................................... 67

10. Membangun Jaringan ............................................................ 67

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................. 71

B. Saran-saran .................................................................................. 74

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 11: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Seperti yang kita ketahui, tren pembangunan di segala bidang merupakan

tuntutan dari peningkatan penduduk yang cepat dan kebutuhan akan kesejahteraan

hidup dengan standar kehidupan yang lebih baik. Hal tersebut tentunya bertujuan

untuk melepaskan masyarakat dari kemiskinan dan memberikan harapan yang

lebih baik di masa yang akan datang. Lebih jauh, pemerintah telah lama

memberikan pemahaman dan rangsangan kepada masyarakat untuk dapat

memecahkan permasalahannya sendiri, namun yang terjadi pembangunan justru

menjadi pemicu bagi timbulnya permasalahan yang baru, sehingga tujuan yang

hendak dicapai semakin jauh dari yang diinginkan. Salah satu permasalahan yang

sering muncul seiring dengan peningkatan pembangunan adalah permasalahan

lingkungan hidup.

Saat ini, pertimbangan aspek lingkungan hidup selalu diabaikan dalam

program-program perencanaan pembangunan, beberapa indikasi mengenai hal itu

diantaranya semakin berkurangnya kebutuhan dasar masyarakat seperti

pencemaran lingkungan air, tanah dan udara. Program pembangunan yang

mengarah pada eksploitasi sumberdaya alam pada kenyataannya dapat merusak

tatanan sosial dan keseimbangan kemanusiaan; merusak kehidupan masyarakat

dan sumberdaya hutan dan tanah, menimbulkan penyakit, dan menurunkan

sumberdaya perikanan dan laut.

Page 12: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

2

Dampak dari pembangunan yang salah urus itu sudah banyak terdengar

kasusnya di Indonesia, seperti beberapa eksploitasi alam yang dilakukan oleh

perusahaan-perusahaan kecil sampai berskala nasional dan multi nasional.

Dampak ini pun tidak hanya terjadi di tanah air yang kita diami ini saja, di

belahan dunia yang lain dampaknya sudah terjadi sedemikian hebat, seperti yang

terjadi di Amerika Serikat, yaitu sebagai berikut:

Peristiwa NEPA 1969, peristiwa ini adalah reaksi terhadap kerusakan

lingkungan oleh aktivitas manusia yang makin meningkat, antara lain

tercemarnya lingkungan oleh pestisida serta limbah insdustri dan

transportasi, rusaknya habitat tumbuhan dan hewan langka, serta

menurunnya nilai estetika alam. Sejak permulaan tahun 1950-an Los

Angeles di negara bagian Kalifornia, Amerika Serikat, telah terganggu

oleh asap-kabut atau asbut (smog = smoke + fog), yang menyelubungi

kota, mengganggu kesehatan dan merusak tanaman. Asbut berasal dari gas

limbah kendaraan dan pabrik yang mengalami fotooksidasi dan terdiri atas

ozon, peroksiasetil nitrat (PAN), nitrogenoksida, dan zat lainnya. Dengan

adanya inversi termal di udara pada waktu-waktu tertentu, asbut

terperangkap di udara di atas kota.1

Peristiwa di atas mengundang reaksi dari masyarakat luas dengan beragam

cara, mulai dari melakukan demonstrasi lingkungan, peningkatan riset-riset

mengenai dampak lingkungan sampai pada tulisan-tulisan keprihatinan baik

dalam bentuk novel atau karya ilmiah. Dalam buku Analisis Dampak Lingkungan

dijelaskan reaksi Rachel Carson dalam karyanya, seperti berikut :

Pada tahun 1962 terbit buku Rachel Carson yang berjudul The Silent

Spring (Musim Semi Yang Sunyi). Dalam Bab I bukunya itu Carson

antara lain menyatakan: “Penyakit misterius telah menyerang ayam; sapi

serta domba sakit dan mati. Di mana-mana terdapat bayangan kematian.

Para petani berbicara tentang banyaknya kematian dalam keluarga mereka.

Para dokter mengahadapi teka-teki penyakit baru. Kematian tiba-tiba yang

tidak dapat diterangkan penyebabnya terjadi di antara orang dewasa

maupun anak-anak yang tiba-tiba menjadi sakit waktu bermain-main dan

meninggal dalam waktu beberapa jam.2

1 Otto Soemarwoto, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, (Yogyakarta, Gajah Mada

University Press, 2005), cet 11, h. 1 2 Ibid., h. 2.

Page 13: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

3

Isi dalam buku tersebut setidaknya memberikan makna mengenai ancaman

serius dari dampak lingkungan yang sudah menjadi isu dunia. Hasilnya, Carson

mendapat perhatian luas dan memberikan dorongan positif bagi kesadaran

masyarakat luas dari berbagai kalangan awam, akademisi, politikus, agamawan

sampai pada profesional bisnis.

Beberapa bukti itu menunjukan bahwa isu mengenai perlindungan

lingkungan merupakan permasalahan paling mendesak yang dihadapi umat

manusia saat ini. Akan tetapi sepertinya belum tumbuh kesadaran manusia untuk

memahami pentingnya menjaga kelestarian lingkungan secara utuh sehingga

harus dipikirkan cara penanggulangan yang komprehensif.

Berbarengan dengan upaya penanggulangan permasalahan lingkungan,

dewasa ini telah muncul beberapa upaya-upaya rekonstruksi paradigma

pembangunan berbasis ramah lingkungan hingga tataran praktis, baik melalui

jalur dialogal maupun radikal. Pada jalur dialogal para politsi, akademisi

/profesional memainkan peranan penting, terutama kontribusinya terhadap

beberapa undang-undang atau peraturan yang mengarah pada perbaikan

lingkungan. Praktisi/aktivis bergerak pada jalur radikal, yaitu bagaimana mereka

menularkan pandangan-pandangan hingga pada titik kesadaran masyarakat.

Namun seringkali usaha-usaha di atas terpotong di tengah jalan, bahkan

menyerah sebelum “perang”. Hal ini membuktikan masih mendominasinya

kepentingan-kepentingan sesaat yang berujung pada kerugian lingkungan. Maka,

menjadi persyaratan mutlak bagi pemerintah untuk memposisikan diri secara tegas

terhadap penyelamatan lingkungan. Ketegasan itu harus didukung dengan

pandangan bahwa penanggulangan terhadap permasalahan lingkungan

Page 14: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

4

membutuhkan keseriusan dan partisipasi seluruh unsur yang terkait. Konsep

perubahan kesadaran pada akar rumput (bottom-up) saat ini penting dipikirkan

oleh pemerintah, karena hal ini akan terjadi aksi yang terintegrasi antara

pemerintah dan masyarakat (bottom-up plus top-bottom) dalam menghadapi

persoalan lingkungan kini dan masa depan. Jika partisipasi yang terintegrasi telah

terjadi, maka pemerintah tidak lagi menanggung beban permasalahan sendirian.

Padahal, agama telah jelas memproklamirkan mengenai pentingnya

menjaga alam dan lingkungannya. Seperti ajakan Nabi Muhammad kepada

umatnya, Nabi bersabda:

Kebersihan itu sebagian dari pada Iman.3

Sabda nabi di atas menjadi tanda mengenai ketegasan Nabi terhadap

pentingnya memelihara lingkungan.

Sejalan dengan hadits nabi mengenai upaya tegas dalam merespon

permasalahan lingkungan ini, yaitu melakukan penghijauan dan pengelolaan

sampah oleh masyarakat Kampung Banjarsari RW 08 Kel. Cilandak Barat Kec.

Cilandak Jakarta Selatan. Mereka telah sadar bahwa pelestarian dan

penyelamatan lingkungan akan berdampak langsung pada berbagai permasalahan

lainnya, misalnya; penyakit menular atau bencana alam. Maka, hal ini patut

diberikan apresiasi yang tinggi.

Perilaku sadar lingkungan masyarakat Kampung Banjarsari ini tidak serta

merta terjadi, dari pengamatan pendahuluan, ada satu tokoh masyarakat setempat

yang mengorganisir perubahan ini. Namanya Harini Bambang Wahono, wanita

3 http://opi.110mb.com/hadistwebsoftware (diakses pada tanggal 28 Januari 2011)

Page 15: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

5

berusia 75 tahun ini memiliki semangat pemberdayaan masyarakat yang

berorientasi lingkungan yang luar biasa!. Berkat wanita ini dan kepercayan

UNESCO menjadikan Kampung Banjarsari sebagai kawasan hijau percontohan di

Jakarta dan telah mendapatkan beberapa penghargaan baik nasional maupun

internasional.

Selain itu, kampung Banjarsari telah melahirkan beberapa kawasan lain yang

tidak kalah asrinya, maka kampung Banjarsari menjadi perintis dan menjadi role

model yang terus diadopsi. Ada perbedaan mendasar bagaimana Harini

membangun kesadaran lingkungan masyarakatnya, yaitu tidak melalui garis

instruksi yang biasanya muncul dari hirarkis yang dibentuk, tetapi semua proses

berbasis kesadaran.

Beberapa media baik cetak maupun elektronik telah banyak memberitakan

keberhasilan Kampung Banjarsari ini, seperti salah satu stasiun televisi Indosiar

pada program FOKUS yang menyoroti cara berfikir masyarakat dan peran Harini

Bambang Wahono, berikut petikannya:

Pernahkah anda mendengar keberadaan Kampung Banjarsari yang terletak

di kawasan Cilandak Jakarta Selatan. Keberhasilan kawasan pemukiman

ini menciptakan kawasan yang bersih dan asri tak terlepas dari manajemen

pengelolaan sampah lingkungan yang di lakukan oleh para ibu - ibu di

kawasan ini.

Sejumlah tehnik pengelolaan sampah dikembangkan sehingga sampah tak

lagi menjadi limbah, namun bisa di manfaatkan untuk lingkungan.

Sampahku adalah masalahku, demikian slogan yang menjadi moto para

kaum ibu PKK Banjarsari Cilandak Jakarta Selatan. Untuk menaruh

perhatian pada lingkungan sejak tahun 1982. Sampah di sadari sebagai

sumber masalah sehingga perlu di olah dengan baik.

Para ibu ini memulainya dari lingkungan keluarga dengan menerapkan

prinsip 4 R yakni reduce mengurangi pemakaian bahan yang sulit

dihancurkan, reuse pemakai ulang barang bekas kemasan, recycle

mendaur ulang dan replain menanam kembali.

Page 16: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

6

Adalah sosok Harini Bambang Wahono yang menjadi salah satu perintis

pengolahan sampah di Kampung Banjarsari. Bahkan di usianya yang tak

lagi muda kini, ia masih giat mengajarkan tehnik pengolahan sampah

kepada warga agar sampah menjadi ramah lingkungan.

Kini mulai dikembangkan pengolahan dengan sistem ifektif makro

organizam (IM). Dimana larutan tersebut dicampur mulasis atau tetes tebu

atau bisa juga gula pasir di dalam air tanah. Campuran ini diaduk merata

pada sampah yang akan dijadikan pupuk. Teknologi ini memudahkan

proses prementasi dan cepat menjadi pupuk.

Bermula dari kesadaran dalam keluarga Banjarsari berubah menjadi

kampung yang asri. Bahkan Banjarsari kini menjadi sekolah kilat

pengolahan sampah organik yang ramai dikunjungi warga dari berbagai

kota. (Rafael Don Bosco/Kiki Suhartono/Dv).4

Sementara majalah tempointeraktif menyoroti penghargaan dan berbagai

prestasi serta dijadikannya sebagai tujuan wisata di DKI Jakarta, berikut

penggalan beritanya:

“…Keasrian kampung Banjarsari tersiar keluar. Pada 2000, wilayah ini

mendapat penghargaan sebagai juara nasional Konservasi Alam dan

Penghijauan dari Departemen Pertanian dan Kehutanan. Setahun

kemudian, Presiden Megawati Soekarnoputri menganugerahkan

penghargaan Kalpataru bagi Harini, kini 76 tahun.

Pemerintah Kota Madya Jakarta Selatan juga menjadikan Banjarsari

sebagai salah satu tujuan wisata di Jakarta Selatan. Banyak warga dari

Jakarta dan kota lain melakukan studi banding pengelolaan lingkungan

yang sehat dan bersih. Harini menyediakan kursus singkat daur ulang

sampah bagi para tamu…”5

Dari uraian di atas tampak jelas bahwa peran Harini dalam hal kesadaran

lingkungan di masyarakat Banjarsari begitu sentral. Maka tidak heran dalam

beberapa pemberitaan atau permintaan terhadapnya memiliki porsi lebih besar.

Kemudian, apa yang telah dilakukan oleh Harini ini tanpa disadari

memberikan inspirasi sekaligus kritik terhadap akademisi dan para pengambil

4 http://www.indosiar.com/fokus/60136/pengolahan-sampah-lingkungan (diakses pada

tanggal 15 jam 23:00) 5http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:pwKO8XpXBMJ:majalah.temp

ointeraktif.com/id/arsip/2007/03/26/LIN/mbm.20070326.LIN123484.id.html+kampung+banjarsari

+cilandak+harini+bambang+wahono+koran+tempo&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id&client=firefox

-a (diakses pada tanggal 15 jam 23:30)

Page 17: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

7

kebijakan. Dari wawancara awal, baginya sebuah sikap konsisten dan integritas

tinggi akan berujung pada inisiatif lokal yang sangat berarti dan sebagai seorang

Community Organizer beliau melihat dengan sungguh-sungguh potensi yang

dimiliki warganya. Hal lainnya adalah efek besar terhadap peningkatan

kesejahteraan masyarakat sekitarnya, jadi ada dua keuntungan, kelestarian

lingkungan dan kesejahteraan.

Dalam ilmu kesejahteraan sosial usaha Harini ini termasuk salah satu dari

dua pendekatan pemberdayaan masyarakat, yaitu pengorganisasian masyarakat,

karena menitik beratkan pada pembangunan kesadaran masyarakat. Sementara

pendekatan pengembangan masyarakat lebih fokus pada pengembangan yang

bersifat fisik masyarakat. Usaha Harini ini menyisakan pertanyaan bagi penulis,

bagaimana model pengorganisasian masyarakat yang digunakannya.

Melakukan penelitian lebih jauh mengenai model pengorganisasian dalam

meningkatkan kesadaran lingkungan yang dilakukan oleh Harini Bambang

Wahono ini tentunya menjadi masukan yang berharga (di tengah-tengah masih

didominasinya oleh fokus peningkatan standar ekonomi bagi kesejahteraan

masyarakat), khususnya perkembangan ilmu pemberdayaan masyarakat, umunya

ilmu kesejahteraan sosial, dan untuk itu penulis menuangkannya dalam judul

skripsi “Model Pengorganisasian Masyarakat dalam Meningkatkan

Kesadaran Lingkungan (Studi Ketokohan Harini Bambang Wahono dalam

Melakukan Pengorganisasian Masyarkat di Kampung Banjarsari Rw 08 Kel.

Cilandak Barat Kec. Cilandak Jakarta Selatan)”.

Page 18: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

8

B. Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Pada penelitian ini, penulis memberikan batasan permasalahan yang

akan dipaparkan. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya perluasan

materi yang akan dibahas. Pokok masalah yang akan dibahas adalah

bagaimana model pengorganisasian masyarakat dalam meningkatkan

kesadaran lingkungan yang dilakukan oleh Harini Bambang Wahono. Model

pengorganisasian masyarakat di sini berkaitan dengan identifikasi (temuan

indikator-indikator pengorganisasian masyarakat) model pengorganisasian

masyarakat dan penjelasannya, dan alur pengorganisasian masyarakat.

2. Rumusan Masalah

Dari pembatasan masalah tersebut, penulis membuat rumusan masalah

secara garis besar, yaitu “Bagaimana model pengorganisasian masyarakat

dalam meningkatkan kesadaran lingkungan yang dilakukan oleh Harini

Bambang Wahono di Kampung Banjarsari Kel. Cilandak Barat Kec. Cilandak

Jakarta Selatan?"

Secara lebih rinci dari rumusan masalah tersebut sebagai berikut:

1. Bagaimana identifikasi model pengorganisasian masyarakat dalam

meningkatkan kesadaran lingkungan yang dilakukan oleh Harini

Bambang Wahono di Kampung Banjarsari Kel. Cilandak Barat Kec.

Cilandak Jakarta Selatan?

2. Bagaimana penjelasan model pengorganisasian masyarakat dalam

meningkatkan kesadaran lingkungan yang dilakukan oleh Harini

Page 19: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

9

Bambang Wahono di Kampung Banjarsari Kel. Cilandak Barat Kec.

Cilandak Jakarta Selatan?

3. Bagaimana alur pengorganisasian masyarakat dalam meningkatkan

kesadaran lingkungan yang dilakukan oleh Harini Bambang Wahono

di Kampung Banjarsari Kel. Cilandak Barat?

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun secara umum tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui

model pengorganisasian masyarakat dalam meningkatkan kesadaran

lingkungan yang dilakukan oleh Harini Bambang Wahono di Kampung

Banjarsari Kel. Cilandak Barat Kec. Cilandak Jakarta Selatan.

Secara khusus tujuan penelitian ini untuk menjelaskan:

a. Identifikasi dan penjelasan model pengorganisasian masyarakat yang

dilakukan oleh Harini Bambang Wahono dalam meningkatkan

keasadaran lingkungan di Kampung Banjarsari Kel. Cilandak Barat

Kec. Cilandak Jakarta Selatan.

b. Alur pengorganisasian masyarakat yang dilakukan oleh Harini

Bambang Wahono dalam meningkatkan kesadaran lingkungan di

Kampung Banjarsari Kel. Cilandak Barat Kec. Cilandak Jakarta

Selatan.

2. Manfaat Penelitian

Adapun hasil penelitian yang dilakukan ini, peneliti berharap hasilnya

dapat diaplikasikan secara akademis dan praktis.

Page 20: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

10

a. Akademis

1) Memberikan tambahan khasanah keilmuan, khususnya di bidang

ilmu kesejahteraan sosial mengenai model-model pengorganisasian

masyarakat.

2) Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa mengenai model

pengorganisasian masyarakat yang dilakukan oleh Harini Bambang

Wahono di Kampung Banjarsari Kel. Cilandak Barat Kec.

Cilandak Jakarta Selatan.

b. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam melaksanakan

pengorganisasian masyarakat dalam meningkatkan kesadaran lingkungan.

D. Metodologi Penelitian

1. Unit analisis

Satuan kajian biasanya ditetapkan dalam rancangan penelitian.6 Untuk

menjaring sebanyak mungkin berbagai informasi dari berbagi sumber, maka

pencatatan datanya menggunakan sampel bertujuan (puposive sampling).

Dalam penelitian ini yang menjadi unit analisis adalah keterwakilan unsur dari

proses pengorganisasian, yaitu satu orang praktisi (wakil dari unsur

pengorganisasi), 1 orang kader, 2 orang masyarakat biasa sebagai unsur yang

diorganisasi dan 2 orang (Wakil lurah & pengurus RW 08) dari struktural

masyarakat sebagai unsur pendukung.

6 Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2004), Cet. Ke-20 edisi revisi, h. 225.

Page 21: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

11

2. Pendekatan penelitian

Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan kualitatif. Bogdan dan Taylor dalam Syamsir Salam menjelaskan

bahwa metodologi kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan

data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan

perilaku yang dapat diamati.7 Sementara menurut Nawawi pendekatan

kualitatif dapat diartikan sebagai rangkaian kegiatan atau proses menjaring

informasi dari kondisi sewajarnya dalam kehidupan suatu objek dihubungkan

dengan pemecahan suatu masalah baik dari sudut pandang teoritis maupun

praktis. Penelitian kualitatif dimulai dengan mengumpulkan informasi-

informasi dalam situasi sewajarnya untuk dirumuskan menjadi suatu

generalisasi yang dapat diterima oleh akal sehat manusia.8

Dari penjelasan di atas, maka pemilihan pendekatan kualitatif ini

bertujuan ingin mendapatkan gambaran model pengorganisasian dalam

meningkatkan kesadaran lingkungan di Kampung Banjarsari yang dilakukan

oleh Harini Bambang Wahono.

3. Sumber data

a. Data primer yaitu berupa data yang diperoleh dari sasaran penelitian

atau partisipan. Data primer yang penulis maksud adalah pengamatan

yang bersifat partisipatoris, artinya penulis melihat langsung proses

pengorganisasian, dan melakukan wawancara.

7 Syamsir Salam, Metode Penelitian Sosial (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h.30.

8 Hadari Nawawi, Instrumen Penelitian Bidang Sosial (Yogyakarta: Gajah Mada

University Press, 1992), h. 209.

Page 22: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

12

b. Data sekunder yaitu berupa catatan atau dokumen yang diambil dari

berbagai literatur, buku-buku, internet atau tulisan yang berhubungan

dengan masalah yang diteliti, seperti brosur, modul-modul pelatihan

arsip, dan lain-lain.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:

c. Pengamatan, dalam hal ini penulis melakukan pengamatan secara

langsung terhadap bagaimana proses dan model pengorganisasian

dalam meningkatkan kesadaran lingkungan.

d. Interview atau wawancara, merupakan suatu alat pengumpulan

informasi secara langsung tentang beberapa jenis data.9 Alat yang

digunakan dalam pencatatan data berupa alat tulis dan rekaman melalui

Hand Phone (HP).

e. Dokumentasi, hal ini digunakan untuk memperoleh data yang tidak

diperoleh dengan pengamatan dan interview, tetapi hanya diperoleh

dengan cara melakukan penelusuran data dengan menelaah buku,

majalah, surat kabar, jurnal, internet, modul-modul pelatihan dan

sumber lain yang berkaitan dengan apa yang sedang diteliti oleh

penulis.

5. Analisis Data

Dalam melakukan analisa data penulis menggunakan teknik biografi,

dimana langkah-langkah analisis data dimulai dari mengorganisir file

pengalaman objektif tentang hidup objek penelitian seperti perjalanan hidup,

9 Sutrisno Hadi, Metodologi Research (Yogyakarta: Andi Offset. 1989), h.49.

Page 23: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

13

beberapa karya, penghargaan atau prestasi dan kontribusi yang pernah

dilakukan.

Peneliti menggunakan metode deskriptif analisis, yaitu cara

melaporkan data dengan menerangkan, memberi gambaran dan

mengklasifikasikan serta menginterpreasikan data yang terkumpul secara apa

adanya kemudian disimpulkan.10

6. Keabsahan Data

Pada teknik keabsahan data, penulis melakukan diskusi secara analitis

dimana hasil penelitian sementara diekspos. Kemudian, dilakukan pola

pengoreksian bersama teman sejawat untuk kemudian melakukan perbaikan

secara terus menerus dan menfokuskan pada isu yang sedang diteliti. Teknik

pemeriksaan keabsahan data memiliki beberapa kriteria, yaitu :

a. Kredibilitas dengan teknik triangulasi yaitu memeriksa keabsahan data

yang memanfaatkan sesuatu yang lain.11

Adapun teknik triangulasi

yang dilakukan adalah triangulasi metode yaitu membandingkan

pandangan seseorang dengan dokumentasi. Dalam hal ini penulis

membandingkan pandangan seseorang dengan dokumentasi yang ada.

b. Keajegan pengamatan dengan maksud menemukan ciri-ciri dan unsur-

unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan isu yang sedang dicari,

kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.12

Pada

penelitian ini penulis hanya memusatkan jawaban sesuai dengan

rumusan masalah saja.

10

UI, Materi Mata Kuliah Metode Penelitian Sosial, h. 34. 11 Meleong, Metode Penelitian Kualitatif, h. 330. 12

Ibid., h. 329.

Page 24: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

14

7. Bagan Alur Penelitian

Secara ringkas, metodologi yang digunakan dalam penelitian ini dapat

di lihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 1. Bagan Alur Penelitian

E. Pedoman Penulisan Skripsi

Untuk tujuan mempermudah, teknik penulisan yang dilakukan dalam

skripsi ini merujuk pada buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah” yang

ditertbitkan oleh CeQda UIN Jakarta 2008.

F. Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian ini, penulis melakukan tinjauan pustaka pada tugas akhir

yang berjudul “Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat (Studi Kasus Rt 02 Rw

07 Kelurahan Benua Melayu Laut, Kecamatan Pontianak Selatan, Kota

Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat”, yang disusun oleh Merry Silalahi

mahasiswi Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.

OBSERVASI 1. MELIHAT

2. MENDENGAR

ANALISA DATA HASIL

STUDI

LITERATUR

INTERPRETASI

KATEGORISASI

IDENTIFIKASI

PENGUMPULAN

DATA

WAWANCARA

MENDALAM

DATA HASIL

ANALISIS DATA

Page 25: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

15

Penelitian tersebut memberikan gambaran tentang pengelolaan sampah

berbasis masyarakat yang diterapkan oleh komunitas Komplek Perumahan Dwi

Ratna dengan membuat pupuk kompos yang dilakukan secara individu dan

membuat kerajinan tangan secara berkelompok. Selain itu, pengembangan

pengelolaan sampah dipinggiran Sungai Kapuas memerlukan pengembangan

masyarakat dan pengembangan teknologi yang didukung oleh pemerintah.

Adapun permasalahan yang dihadapi masyarakat untuk dapat melaksanakan

pengelolaan sampah berbasis masyarakat adalah kepemimpinan ketua RT dan

komunikasi pemerintah dan masyarakat.13

Melakukan tinjauan pustaka pada tesis tersebut merupakan ketertarikan

penulis dalam studi proses pemberdayaan (pengelolaan sampah) berbasis

masyarakat. Apa yang dilakukan penelitian skripsi ini tentu menjadi bahan

perbandingan terhadap tesis tersebut.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan, menguraikan tentang latar belakang masalah,

pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, metodologi penelitian, pedoman penulisan skripsi,

tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.

BAB II Landasan teori, yang terdiri dari:

13

Silalahi, Mery, Tugas Akhir: “Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat (Studi Kasus

Rt 02 Rw 07 Kelurahan Benua Melayu Laut, Kecamatan Pontianak Selatan, Kota Pontianak,

Provinsi Kalimantan Barat”, (Bogor: Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. 2009), h.v.

Page 26: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

16

Pertama, model pengorganisasian masyarakat, yang di dalamnya

menguraikan tentang pengertian model, pengorganisasian,

masyarakat, pengorganisasian masyarakat, dan model-model

pengorganisasian masyarakat.

Kedua, pemberdayaan masyarakat, yang menguraikan tentang

pengertian pemberdayaan masyarakat.

Ketiga, kesadaran lingkungan, yang menguraikan tentang

pengertian kesadaran, lingkungan, dan kesadaran lingkungan.

Keempat, modal sosial, yang menguraikan tentang pengertian

modal sosial.

BAB III Profil Harini Bambang Wahono dan Gambaran Umum Kampung

Banjarsari Cilandak Barat Jakarta Selatan, menguraikan tentang

aktifitas dan prestasi, kepribadian dan motivasi terhadap

lingkungan hidup, tiga tokoh utama, sejarah berdirinya RW 08,

letak dan kondisi geografis Kelurahan Cilandak Barat, kondisi

demografis Kelurahan Cilandak Barat, kondisi geografis dan akses

menuju lokasi RW 08 Banjarsari, kondisi demografi RW 08

Kampung Banjarsari, serta aktivitas dan kelembagaan masyarakat.

BAB IV Hasil penelitian, menguraikan tentang identifikasi model

pengorganisasian masyarakat (menjelaskan temuan-temuan

indikator-indikator pengorganisasian masyarakat) dan penjelasan

model pengorganisasiannya, dan alur pengorganisasian

masyarakat.

BAB V Penutup, menguraikan kesimpulan dan saran.

Page 27: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

17

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Model Pengorganisasian Masyarakat

Model pengorganisasian masyarakat merupakan kalimat yang terdiri dari

tiga kata yang membentuknya yaitu, model-pengorganisasian-masyarakat. Pada

kata pengorganisasian terdapat kata dasar organisasi, maka penjelasan secara

terpisah mengenai makna atau maksud arti dari kata-kata itu menjadi penting

(dimaksudkan untuk menghindari kekeliruan atau maksud yang bias karena

adanya perbedaan dari pemaknaan) sebelum mendefinisikan secara keseluruhan

kalimat model pengorganisasian masyarakat.

1. Pengertian Model

Di sini penulis menuliskan dua sumber yang mengartikan kata model

yaitu, menurut Kamus Ilmiah Populer, kata model berarti bentuk mode;

bentuk rupa bentuk; contoh.1 Dalam Kamus Bahasa Indonesia, kata model

diartikan sebagai (1) pola (contoh, acuan, ragam, dsb), sesuatu yang akan

dibuat atau dihasilkan; (2) orang yang dipakai sebagai contoh untuk dilukis

(difoto); (3) orang yang (pekerjaannya) memperagakan contoh pakaian yang

akan dipasarkan; (4) barang tiruan yang kecil dengan bentuk (rupa) tepat benar

seperti yang ditiru.2

1 Pius A Partanto dan M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: ARKOLA,

2001), h. 476 2 Tim Penyusun, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Kamus Pusat Bahasa Departement

Pendidikan Nasional, 2008), h. 964

Page 28: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

18

Dari dua pengertian di atas, penulis mendefinisikan kata model ini

(terutama hubungannya dengan model pengorganisasian masyarakat) lebih

kepada contoh, bentuk (non fisik) atau pola.

2. Pengertian Pengorganisasian

Kata pengorganisasian memiliki kata dasar organisasi, maka

pengertian kata pengorganisasian dimulai dari kata organisasi. Menurut

Kamus Ilmiah Populer, kata organisasi berarti penyusunan dan pengaturan

bagian-bagian hingga menjadi suatu kesatuan; susunan dan aturan dari

berbagai bagian sehingga merupakan kesatuan yang teratur; gabungan kerja

sama (untuk mencapai tujuan tertentu).3 Sementara dalam Kamus Populer

Lengkap, kata organisasi diartikan sebagai suatu persatuan atau keadaan

kesatuan, susunan yang teratur dan berdisiplin.4 Dalam Kamus Bahasa

Indonesia, kata organisasi berarti susunan atau kesatuan dari berbagai-bagai

bagian (orang) sehingga merupakan kesatuan yang teratur. Menurut James L.

Gibson, John M. Ivencevich, James H Donnely Jr. organisasi didefinisikan

sebagai kesatuan yang memungkinkan anggota mencapai tujuan yang tidak

dapat dicapai melalui tindakan individu secara terpisah.5

Tentang pengorganisasian, ada dua sumber dimana masing-masing

memberikan pengertian sedikit berbeda. Hani Handoko mengartikan

pengorganisasian sebagai suatu proses untuk merancang struktur formal,

mengelompokan dan mengatur serta membagi tugas-tugas atau pekerjaan di

antara para anggota organisasi, agar tujuan organisasi dapat dicapai dengan

3Pius A Partanto dan M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, h. 547

4 Tigor Pangaribuan, Kamus Populer Lengkap, (Bandung: Pustaka Setia, 1996), h. 119

5 Dydiet Hardjito, Teori Organisasi Dan Teknik Pengorganisasian,(Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2002), h. 5

Page 29: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

19

efisien.6 Sementara menurut Ida Indrawati mendefinisikan organisasi sebagai

proses penyusunan pembagian kerja ke dalam unit-unit kerja dan fungsinya

beserta penetapannya dengan cara yang tepat mengenai orang-orangnya

(staffing) yang harus menduduki fungsi-fungsi itu beriktu penentuannya

dengan tepat tentang hubungan wewenang dan tanggung jawab.7

Dari berbagai pendapat tersebut, penulis berusaha memberikan

pengertian tentang pengorganisasian secara lebih jelas yaitu, pengorganisasian

merupakan proses pengelompokan, penyatuan, dan pengaturan orang-orang

untuk dapat digerakan/dimobilisasi sebagai suatu kesatuan (semuanya atas

dasar kesadaran dari masing-masing anggota, bukan berdasarkan instruksi),

sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dan dengan tujuan mencapai cita-

cita yang diharapkan/ditetapkan.

3. Pengertian Masyarakat

Dalam Kamus Bahasa Indonesia, ada dua pengertian masyarakat yaitu

( (1) sekumpulan orang yang hidup bersama pada suatu tempat atau wilayah

dengan ikatan aturan tertentu; (2) segolongan orang yang memiliki kesamaan

tertentu.8 Pengertian masyarakat menurut Alexis de Tocqueville (Hikam,

1996) yaitu sebagai wilayah sosial yang teroganisasikan dan bercirikan antara

lain: kesukarelaan (voluntary), keswasembadaan (self-generating), dan

keswadayaan (self-suporting), dan memiliki kemandirian yang tinggi bila

6 Dydiet Hardjito, Teori Organisasi Dan Teknik Pengorganisasian, h. 76

7 Ida Indrawati, Tanya-Jawab Pengantar Manajemen Organisasi, (Bandung: CV.

ARMICO, 1988), h. 9 8 Tim Penyusun, Kamus Bahasa Indonesia,., h. 924

Page 30: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

20

berhadapan dengan negara, serta mempunyai keterikatan dengan norma-norma

atau nilai-nilai hukum yang diikuti.9

Ada dua konsep masyarakat (Mayo, 1998:162)10

yang penulis

gabungkan sehingga masyarakat didefinisikan sebagai sebuah “tempat

bersama”,yakni sebuah wilayah geografis yang sama dengan dasar

“kepentingan bersama”, yakni kesamaan kepentingan berdasarkan kebudayaan

dan identitas.

4. Pengertian Pengorganisasian Masyarakat

Pengorganisasian Masyarakat adalah suatu kegiatan yang dilakukan

oleh individu-individu atau sekumpulan orang yang didorong oleh

kesadarannya tentang berbagai persoalan di masyarakat, kemudian berupaya

untuk melakukan perubahan bersama-sama masyarakat dengan menggunakan

segala potensi yang dimiliki oleh masyarakat tersebut. Selain itu,

pengorganisasian juga bertugas untuk mencapai cita-cita masyarakat sipil

yang dicita-citakan. Untuk melakukan pengorganisasian masyarakat terlebih

dahulu para pendamping / community organizer harus mempunyai

kemampuan untuk memahami berbagai hal mengenai pengorganisasian

masyarakat dan mampu mentransfer pemahamannya pada masyarakat.11

Istilah ‘pengorganisasian rakyat’ atau yang dikenal dengan

pengorganisasian masyarakat mengandung pengertian yang luas dari kedua

akar katanya. Istilah rakyat tidak hanya terbatas pada perkauman (community)

yang khas dalam konteks yang lebih luas, juga pada masyarakat (society) pada

9 Modul Pelatihan Pengorganisasian Rakyat, (Jakarta: Indonesian Institute for Civil

Society (INCIS), 2003), cet. Ke-1, hal. 14 10

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung: Anggota

IKAPI, 2005) hal. 57 11

Modul Pelatihan Pengorganisasian Rakyat, hal. 14.

Page 31: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

21

umumnya. Pengorganisasian lebih dimaknai sebagai suatu kerangka

menyeluruh dalam rangka memecahkan masalah ketidakadilan sekaligus

membangun tatanan yang lebih adil.12

Dari beberapa pengertian di atas, penulis mendefinisikan

pengorganisasian masyarakat ini sebagai upaya menyeluruh yang dilakukan

oleh individu-individu atau sekumpulan orang atas dasar kesadaran sendiri

untuk mencapai cita-cita atau harapan dan keluar dari permasalahan yang

dihadapi secara mandiri. Dalam proses pengorganisasian masyarakat ada

beberapa faktor inti, misalnya peran aktor pengorganisasi. Namun, faktor lain

dari diri aktor ini juga berpengaruh yaitu sifat kepemimpinan, cara atau

pendekatan yang dilakukan dan usaha teru menerus (kontinue).

Terkait dengan model praktek pengorganisasian masyarakat, Rothman dan

Tropman membaginya ke dalam 3 model, yaitu pengorganisasian masyarakat

lokal (locality development model), perencanaan sosial (social planning), dan aksi

sosial (social action).13

Pertama, pengorganisasian masyarakat lokal (locality development model)

adalah proses yang ditujukan untuk menciptakan kemajuan sosial dan ekonomi

bagi masyarakat melalui partisipasi aktif serta inisiatif anggota masyarakat itu

sendiri. Anggota masyarakat dipandang bukan sebagai sistem klien yang

bermasalah melainkan sebagai masyarakat yang unik dan memiliki potensi, hanya

saja potensi tersebut belum sepenuhnya dikembangkan.14

Ada beberapa perbedaan

mendasar dengan dua model lainnya, misalnya tentang orientasi atau tujuan

12

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, hal. 57 13

Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan, Masyarakat dan Intervensi

Komunitas, (Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2003), h. 66 14

Ibid., hal. 42

Page 32: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

22

tindakan terhadap masyarakat, pengorganisasian masyarakat lokal lebih

mementingkan “proses” dari pada tujuan atau hasil. Selain itu, masing-masing

anggota masyarakat bertanggung jawab atas penentuan dan pemilihan strategi

yang tepat untuk mencapai tujuan tersebut.15

Kedua, perencanaan sosial (social planning) menunjuk pada proses

pragmatis untuk menentukan keputusan dan menetapkan tindakan dalam

memecahkan masalah sosial tertentu seperti kemiskinan, pengangguran,

kenakalan remaja, kebodohan (buta huruf), kesehatan masyarakat yang buruk

(rendahnya usia harapan hidup, tingginya tingkat kematian bayi, kekurangan gizi)

dan lain-lain.16

Hal yang membedakan dengan pengorganisasian lokal adalah

orientasinya lebih kepada “tugas” (task).17

Ketiga, aksi sosial (social action) tujuan dan sasaran utama aksi sosial

adalah perubahan-perubahan fundamental dalam kelembagaan dan struktur

masyarakat proses pendistribusian kekuasaan (distribution of power), sumber

(distribustion of sources) dan pengambilan keputusan (distribustion of decision

making). Pendekatan aksi sosial didasari suatu pandangan bahwa masyarakat

adalah sistem klien yang seringkali menjadi “korban” ketidakadilan struktur.18

Aksi sosial berorientasi pada dua tujuan baik tujun proses maupun tujuan hasil.

Strutur kekuasaan (pemerintah) menjadi faktor eksternal yang menjadi sasaran

aksi.19

15 Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan, Masyarakat dan Intervensi

Komunitas, (Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2003), h. 66 16

Suharto, Edi, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat hal. 44 17 Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan, Masyarakat dan Intervensi

Komunitas, h. 69 18

Suharto, Edi, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, hal. 45 19 Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan, Masyarakat dan Intervensi

Komunitas, h. 70

Page 33: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

23

Selain penjelasan mengenai definisi dari masing-masing model, Rothman

dan Tropman juga menjelaskan indikator dari masing-masing model, hal ini

ditujukan untuk melakukan perbandingan yang lebih rinci. Adapun tabel indikator

dari tiga model pengorganisasian masyarakat ini adalah sebagai berikut:

Tabel. 1

Tiga Model Praktek Pengorganisasian Masyarakat

Model A

(Pengembangan

Masyarakat

Lokal)

Model B

(Perencanaan

Sosial)

Model C

(Aksi Sosial)

1. Kategori tujuan

tindakan

masyarakat

Kemandirian,

pengembangan

kapasitas dan

pengintegrasian

masyarakat (tujuan

yang

dititikberatkan pada

proses = process

goals)

Pemecahan

masalahan dengan

memperhatikan

masalah yang

penting yang ada

pada masyarakat

(tujuan

dititikberatkan pada

tugas = task goals)

Pergeseran

(pengalihan)

sumber daya dan

relasi kekuasaan;

perubahan

institusi dasar

(task ataupun

process goals)

2. Asumsi

mengenai

struktur

komunitas dan

kondisi

pemasalahanny

a

Adanya anomie dan

‘kemurungan’

dalam masyarakat;

kesenjangan relasi

dan kapasitas

dalam memecahkan

masalah secara

demokratis;

komunitas

berbentuk

tradisional statis.

Masalah sosial yang

sesungguhnya;

kesehatan fisik dan

mental, perumahan

dan rekreasional.

Populasi yang

dirugikan;

kesenjangan

sosial,

perampasan hak,

dan

ketidakadilan.

3. Strategi

perubahan

dasar

Pelibatan berbagai

kelompok warga

dalam menentukan

dan memecahkan

masalah mereka

sendiri.

Pengumpulan data

yang terkait dengan

masalah, dan

memilih serta

menentukan bentuk

tidakan yang paling

rasional.

Kristalisasi dari

isu dan

pengorganisasian

massa untuk

menghadapi

sasaran yang

menjadi ‘musuh’

mereka.

4. Karakterisik

taktik dan

teknik

perubahan

Konsensus;

komunikasi anta

kelompok dan

kelompok

kepentingan dalam

masyarakat

(komunitas);

Konsensus atau

konflik

Konflik atau

kontes;

konfrontasi aksi

yang bersifat

langsung,

negosiasi.

Page 34: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

24

diskusi kelompok

5. Peran praktisi

yang menonjol

Sebagai Enabler-

katalis,

koordinator, orang

yang meng-‘ajar’-

kan keterampilan

memecahkan

masalah dan nilai-

nilai etis.

Pengumpul dan

penganalisis data,

pengimplementasi

program, dan

fasilitator.

Aktivis, advokat;

agigator, pialang,

negosiator,

partisan.

6. Media

Perubahan

Manipulasi

kelompok kecil

yang berorientasi

pada

terselesaikannya

suatu tugas (small

task oriented

group).

Manipulasi

organisasi formal

dan data yang

tersedia.

Manipulasi

organisasi massa

dan proses-

proses politik.

7. Orientasi

terhadap

struktur

kekuasaan

Anggota dari

struktur kekuasaan

bertindak sebagai

kolabolator dalam

suatu ‘ventura’

yang bersifat

umum.

Struktur kekuasaan

sebagai ‘pemilik’

dan ‘sponsor’

(pendukung).

Strutur

kekuasaan

sebagai sasaran

eksternal dari

tindakan yang

dilakukan;

mereka yang

memberikan

‘tekanan’ harus

dilawan dengan

memberikan

‘tekanan’ balik.

8. Batasan

definisi sistem

klien dalam

komunitas

(konstituensi)

Keseluruhan

komunitas

geografis.

Keseluruhan

komunitas atau

dapat pula suatu

segmen dalam

komunitas

(termasuk

komunitas

fungsional)

Segmen dalam

komunitas.

9. Asumsi

mengenai

kepentingan

dari kelompok-

kelompok di

dalam suatu

komunitas

Kepentingan umum

atau pemufakatan

dari berbagai

perbedaan

Pemufakatan

kepentingan atau

konflik.

Konflik

kepentingan

yang sulit dicapai

kara mufakat;

kelangkaan

sumber daya

10. Konsepsi

mengenai

populasi klien

(kostituensi)

Warga masyarakat. Konsumen

(penggunan jasa)

‘Korban’

11. Konsepsi

mengenai

peran klien

Partisipan pada

proses interaksional

pemecahan

Konsumen atau

recipien (penerima

pelayanan)

Employer,

konstituen,

anggota.

Page 35: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

25

masalah.

Dari tabel di atas hanya digambarkan secara ringkas mengenai penjelasan

setiap indikatornya, adapun penulis menjelaskan secara lebih terperinci dari

masing-masing indikator pada setiap model adalah sebagai berikut:20

1. Kategori Tujuan Tindakan Terhadap Masyarakat

Seperti yang sudah dijelaskan, ada dua tujuan utama mengenai

pengorganisasian masyarakat yang pertama lebih mengacu pada ‘tugas’ (task),

sementara lainnya lebih berorientasi pada ‘proses’. Pada model A, masyarakat

dalam hal ini dilihat sebagai ‘konsumen’ dilibatkan dalam proses pembuatan

kebijakan, penentuan tujuan, dan pemecahan masalah. Pada model B,

sebaliknya, tidak ada pelibatan penerima pelayanan. Pada model C, kedua

tujuan itu menjadi prioritas, si penerima layanan harus ikut terlibat dalam

keseluruhan proses (penyadaran, pemberdayaan dan tindakan aktual) dan dia

bersifat aktif, hal itu bertujuan untuk melakukan perubahan struktur kekuasaan

(pemerintah) ke arah yang memenuhi prinsip demokrasi, kemerataan dan

keadilan.

2. Asumsi Yang Terkait Dengan Struktur Masyarakat dan Kondisi

Permasalahannya

Pada model A, masyarakat ini seringkali dipimpin oleh sekelompok

kecil pemimpin-pemimpin konvesional dan terdiri dari populasi yang buta

huruf dan ada perbedaan sangat jauh dalam keterampilan pemecahan masalah.

Adanya kesenjangan itu disebabkan tertutupnya komunitas kecil oleh

komunitas yang lebih luas. Pada model B, seorang perencana sosial melihat

20

Ibid., h. 66-69

Page 36: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

26

komunitas atau masyarakat kecil ini terdiri dari masalah sosial yang inti

seperti pengangguran, gizi buruk perumahan dan lain-lain. Pada model C,

seorang praktisi pada model ini melihat komunitas sebagai (terdiri dari) hirarki

dari privilage dan kekuasaan.21

3. Strategi Perubahan Dasar

Pada model A, adanya upaya penetuan dan pemecahan masalah secara

mandiri serta melibatkan sebanyak mungkin warga. Pada model B, identik

dengan mengumpulkan fakta yang ada dan melakukan analisa sebelum

memilih tindakan yang tepat seperti apa. Tenaga perubahnya pun di luar

komunitas (sebagai penerima) dan upaya pengembangannya pun tidak ada

pelibatan. Pada model C, melakukan pengumpulan fakta yang melibatkan si

penerima, sehingga akhirnya mampu mengenali “musuh”, lalu mengorganisir

diri dan siap memberikan tekanan kepada sasaan mereka.

4. Karakteristik Taktik dan Teknik Perubahan Dasar

Pada model A, yang paling ditekankan model ini adalah kesepakatan

bersama. Namun Blakely menekankan pentinya teknik deliberatif dan

kooperatif, hal ini untuk mempertegas perbedaan dengan model lainnya. Pada

model B, taktik dan teknik sangat berpengaruh, maka seringkali pada model

ini melakukan analisa mendalam. Pada model C, lebih pada taktik konflik.

5. Peran Praktisi

Pada model A, praktisi lebih banyak berperan sebagai enabler,

membantu mengidentifikasi kebutuhan dan masalah mereka sehingga mandiri

dalam melakukan pemecahannya medianya melakukan mobilisasi. Pada

21

Ibid., h. 73

Page 37: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

27

model B, peran praktisi lebih sebagi expert (pakar). Penekanannya pada cara

penemuan fakta (berdasarkan penelitian), implementasi program (pewujudan)

dan memiliki relasi dengan birokrasi dan tenaga profesional.

6. Media Perubahan

Medianya perubahan pada model A melakukan manipulasi organisasi

(relasi antar organisasi). Pada model C, lebih sebagai advokat dan aktifis.

Medianya memanipulasi organisasi yang kemudian mempengaruhi proses

politik.

7. Orientasi Terhadap Strutur Kekuasaan

Pada model A, strutur kekuasaan dalam hal ini adalah sudah terdapat

masyarakat itu sendiri atau bagian dari masyarakat. Dalam menentukan tujuan

atau kebijakan selalu atas dasar kesepakatan bersama (saling menguntungkan)

artinya tidak berpihak pada satu kelompok tertentu. Pada model B, strutur

kekuasaan di sini biasanya sebagai pendukung atau bos dari praktisi, maka

kecenderungan hasil perencanaanya pun syarat ‘titipan’. Dalam

pelaksanaanya, praktisi membutuhkan dana, infrastrutur dan fasilitas lainnya,

maka keberhasilan lobi bergantung pada data yang faktual dari hasil analisa

dan penelitian sebelumnya. Pada model C, kelompok klien lebih dilihat

sebagai partisipan dan struktur kekuaan tidak dapat menjangkau atau menola

memberikan pelayanan (dengan alasan khusus), misalnya sentimen agama.

8. Batasan definisi sistem klien dalam komunitas (konstituensi)

Pada model A, klien adalah orang atau warga yang tingga dalam suatu

tempat yang bersifat lokal. Pada model B, klien dibatasi pada keseluruhan

komunitas atau dapat pula suatu segmen (bagian) dalam komunitas (termasuk

Page 38: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

28

komunitas fungsional), lebih cenderung tidak dibatasi oleh geografis. Pada model C,

klien adalah segmen dalam komunitas atau bagian tertentu yang memiliki

keterpinggiran.

9. Asumsi mengenai kepentingan kelompok-kelompok (subpart) dalam

suatu komunitas

Pada model A, semua atas kepentingan, niat baik, dan kesepakatan

bersama. Pada model B, orientasinya terkadang pragmatis (jangka pendek)

dan hanya masalah tertentu, akhirnya “aktor”tidak memiliki peran. Pada

model C, kepentingan selalu dilihat berbeda dan bertentangan, maka

penyelesaiannya adalah aksi dengan tujuan mempengaruhi proses politik

sehingga diharapkan terjadi pemerataan.

10. Konsepsi mengenai populasi klien

Pada model A, klien dipandang sebagai warga sederajat, yang

memiliki kekuatan potensi terpendam yang perlu diperhatikan. Setiap warga

adalah sumber daya aset. Pada model B, klien cenderung pasif, dia hanya

menerima layanan. Pada model C, klien adalah ‘korban’, pemerintah atau

penguasa dalam hal ini yang paling bertanggung jawab, maka hubungan antara

pengorganisasian jenis ini dengan penguasa selalu kontra.

11. Konsepsi mengenai peran klien

Pada model A, klien berpartisipasi aktif. Pada model B, klien sebagai

penerima. Pada model C, klien bersama praktisi berstatus ‘bawahan’ (yang

tertindas), praktisi sebagai pelayan masyarakat.

Page 39: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

29

B. Pemberdayaan Masyarakat

Adapun Edi Suharto dalam bukunya Membangun Masyarakat,

Memberdayakan Rakyat, mengatakan:

Secara konseptual, pemberdayaan atau pemberkuasaan

(empowerment), berasal dari kata ‘power’ (kekuasaan atau keberdayaan).

Karenanya, ide utama pemberdayaan bersentuhan dengan konsep

mengenai kekuasaan. Pemberdayaan menunjuk pada kempuan orang,

khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki

kekuatan atas kemampuan dalam (a) memenuhi kebutuhan dasarnya

sehingga mereka memiliki kebebasan (freedom), dalam arti bukan saja

bebas mengemukakan pendapat, melainkan bebas dari kelaparan, bebas

dari kebodohan, bebas dari kesakitan; (b) menjangkau sumber-sumber

produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan

pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang mereka

perlukan; dan berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-

keputusan yang mempengaruhi mereka.22

Dalam bukunya yang lain Pekerjaan Sosial Di Dunia Industri, Edi

Suharto mendefinisikan pemberdayaan masyarakat sebagai sebuah proses maupun

hasil yaitu, serangkaian aktivitas yang terorganisir dan ditunjukan untuk

meningkatkan kekuasaan, kapasitas atau kemampuan personal, interpersonal atau

politik sehingga individu, keluarga, atau masyarakat mampu melakukan tindakan

guna memperbaiki situasi-situasi yang mempengaruhi hidupnya.23

Sementara menurut Ginanjar Kartasasmita pemberdayaan masyarakat

adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial.

Konsep ini mencerminkan paradigma baru pembangunan, yakni yang bersifat

"peoplecentered, participatory, empowering, and sustainable" seperti dikatakan

oleh Robert Chamber (1995).24

22

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, hal.57 23 Edi Suharto, Pekerjaan Sosial Di Dunia Industri, (Bandung: PT. Refika Aditama,

2007), h. 144 24

Arsip Pidato Kebudayaan Ginanjar Kartasasmita (Menteri Negera Perencanaan

Pembangunan Nasional/Ketua Bapenans) yang Disamapaikan Pada Peringatan Hari Ke-28 Pusat

Kesenian Jakarta-Taman Ismail Marzuki Jakarta, 19 November 1996

Page 40: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

30

C. Kesadaran Lingkungan

1. Pengertian Kesadaran

Kesadaran merupakan asal kata dari sadar, menurut Kamus Bahasa

Indonesia, kata sadar berarti (1) insaf; merasa; tahu dan mengerti. (2) ingat

kembali (pingsan), (tidur). Kesadaran memiliki arti (1) keinsafan; keadaan

mengerti. (2) hal yang dirasakan atau dialami oleh seseorang.25

2. Pengertian Lingkungan

Arti kata lingkungan menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah (1)

daerah (kawasan) yang termasuk di dalamnya; (2) golongan; kalangan: (3)

semua yang mempengaruhi pertumbuhan manusia atau hewan.26

Ada keterkaitan antara kesadaran lingkungan dengan perilakunya,

sadar akan lingkungan mencakup semua pada taraf/tahapa (persepsi, sikap,

dan aksi), sementara perilaku sudah “action”/mengamalkan. Seperti apa yang

dikemukakan oleh Byer (1996) mendefinisikan behaviore sebagai semua

keputusan, praktek dan tindakan yang dilakukan oleh individu maupun

kelompok. Lebih lanjut mengenai perilaku terhadap lingkungan, Byers

mengatakan bahwa perilaku yang memiliki dampak positif terhadap alam

dapat digolongkan perilaku peduli lingkungan.27

Dari beberapa keterkaitan antar definisi di atas, penulis mendefinisikan

kesadaran lingkungan sebagai keseluruhan upaya sadar baik pada tingkat

persepsi, sikap dan tingkah laku yang memiliki dampak positif bagi

lingkungan. Pada tahapan perilaku, sadar akan lingkungan pada seseorang

25

Tim Penyusun, Kamus Bahasa Indonesia, h. 1240 26

Ibid., h.865 27 Takashi Inoguschi, Edward Newman dan Glen, Kota Dan Lingkungan, (Jakarta:

LP3ES, 2003), h. 131

Page 41: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

31

biasanya terkait dengan sebab-akibat atau sejarah kehidupannya (dampak

negatif dan positif secara langsung) atau dengan kata lain kesadarannya pada

tingkat persepsi berubah menjadi sikap dan diteruskan pada aksi (perilaku).

D. Modal Sosial

Ada banyak sumber yang memberikan pengertian mengenai modal sosial,

di bawah ini hanya dua pengertian yang menurut penulis cukup mewakili yaitu,

sebagai berikut:

Modal sosial dapat diartikan sebagai sumber (resource) yang timbul

dari adanya interaksi antara orang-orang dalam suatu komunitas. Namun

demikian, pengukuran modal sosial jarang melibatkan pengukuran

terhadap interaksi itu sendiri. Melainkan, hasil interaksi tersebut, seperti

terciptanya atau terpeliharanya kepercayaan antar warga masyarakat.

sebuah interaksi dapat terjadi dalam skala individu atau institusional.

Secara individual, interaksi terjad manakala relasi intim antara individu

terjalin satu sama lain sehingga terbentuk ikatan emosional. Setiap

masyarakat memiliki sumberdaya tertentu yang dapat dikembangkan untuk

mengatasi masalah bersama.28

Sementara dalam sumber lain disebutkan bahwa Francis Fukuyama

mendefiniskan modal sosial sebagai nilai atau norma yang diakui bersama oleh

anggota suatu kelompok atau masyarakat, yang memungkinkan terjadinya

kesepahaman dan kerja sama di antara mereka.29

Modal sosial menurut penulis adalah kepercayaan warga masyarakat dari

hasil interaksi yang terus menerus. Kepercayaan tidak serta merta timbul, tetapi

ada beberapa pemicu atau faktor pendukung, misalnya, “aktor interaksi” atau

faktor ketokohan.

28

Merry Silalahi, Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat (Studi Kasus Rt 02 Rw 07

Kelurahan Benua Melayu Laut, Kecamatan Pontianak Selatan, Kota Pontianak, Provinsi

Kalimantan Barat), (Bogor: Tesis Program Jurusan Pengembangan Masyarakat, Sekolah Pasca

Sarjana Institut Pertanian Bogor, 2009), h. 27 29 Mulya Amri dan Wicaksono Sarosa, CSR Untuk Penguatan Kohesi Sosial, (Jakarta:

Indonesia Business Links, 2008), h. 5

Page 42: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

32

BAB III

PROFIL HARINI BAMBANG WAHONO DAN

GAMBARAN UMUM KAMPUNG BANJARSARI CILANDAK BARAT

JAKARTA SELATAN

A. Profil Harini Bambang Wahono

1. Aktifitas dan Prestasi

Namanya Harini Bambang Wahono, saat ini ia tinggal di Jl. Banjarsari

XIV No. 4 A Kel. Cilandak Barat Kec. Jakarta Selatan, wanita kelahiran Solo

25 November 1931 (77 tahun) ini memiliki beragam aktivitas sosial

kemasyarakatan, mulai dari praktisi lingkungan, Ketua Kelompok Tani

Perkotaan Dahlia, PKK Pokja IV, mentor pada pelatihan pengelolaan sampah

terpadu, relawan kesehatan WHO, pengajar bahasa Inggris untuk anak-anak di

sekitar lingkungan dan lain-lain.

Latar belakang pendidikan sekolah rakyat pada zaman penjajahan

Jepang merupakan pelajaran berharga bagi perkembangan kepribadian Harini

yang pada akhirnya berpengaruh sangat penting untuk kemajuan Kampung

Banjarsari kedepan. Mencintai secara sungguh-sungguh terhadap tanah air

merupakan pesan yang selalu diingat Harini. Melindungi dan memelihara

lingkungan atau memberikan perlakuan posistif apapun terhadap lingkungan

adalah harga mati. Maka baginya, bepikir dan bertindak harus selalu

beriringan di setiap usaha. Selain itu, pendidikan dari ayahnya juga memberi

pengaruh yang cukup besar pada kepribadiannya, dua pesan yang selalu ia

terima dari ayahnya adalah kesabaran dan harus selalu berproses.

Page 43: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

33

Dari keseluruhan aktivitasnya, ia mendapatkan tanggung jawab yang

penting dan selalu memiliki peran sentral. Ia pun sering diundang untuk

berbicara di berbagai seminar dan pelatihan mengenai penghijauan dan

pengelolaan sampah. Salah satu pengalaman menariknya adalah ketika diberi

kesempatan untuk memberikan pesan di hadapan 15 pemimpin negara, maka

sejak saat itu ia menjadi pembicara berlisensi nasional dan internasional.

Keberhasilan mengorganisasikan dan membangun kesadaran

masyarakat untuk peduli terhadap lingkungan sekitarnya membuahkan hasil,

dimana pada tahun 2001 kampung Banjarsari mendapat penghargaan Juara

Penghijauan dan Konservasi Alam dari perlombaan yang diselenggarakan

pemerintah. Penghargaan juara ini juga menjadi bukti kesungguhan dari studi

bandingnya ke Philipina dan Thailand setahun sebelumnya. Masih pada tahun

2001, wanita 77 tahun ini mendapat penghargaan KALPATARU dari

pemerintah atas perannya terhadap perlindungan lingkungan. Pengabdian dan

kegigihan terhadap penghijauan lingkungan dan upaya pengelolaan sampah

berbasis masyarakat mendorong masyarakat lain untuk mengikuti jejaknya.

Atas jasanya ini, pada tahun 2003 ia mendapat penghargaan sebagai

Perempuan Pilihan Metro TV. Selanjutnya, pada tahun 2004 Bank Permata

memberikan penghargaan sebagai Insan Permata. Setahun kemudian, yaitu

pada tahun 2005 pemerintah DKI Jakarta memberikan penghargaan atas

pengabdian PKK selama 30 tahun.

Memiliki segudang prestasi di usia senja terbilang sangat langka,

apalagi usahanya ini berjasa pada khasanah keilmuan, ia telah memberikan

Page 44: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

34

inspirasi bagi semua orang, terutama generasi muda yang masih memiliki

banyak waktu.

2. Kepribadian dan Motivasi Terhadap Lingkungan Hidup

Sejarah masa kecilnya menjadi dorongan dalam menekuni kepedulian

terhadap lingkungan saat ini, yaitu suasana kenyamanan, teduh dan pepohonan

hijau yang rindang di Pasar Legi, Solo. Ia pun menceritakan bagaimana

pemerintahan kolonial belanda yang sangat tegas agar sampah diselesaikan di

sumbernya dan melakukan penghijauan. Akan tetapi, keprihatinan muncul di

benaknya, sekarang permasalahan lingkungan di Indonesia, terutama sampah,

telah menjadi isu nasional, bahkan beberapa tahun lalu Bandung sampai pada

posisi darurat sampah. Kejadian itu menurutnya sungguh miris di tengah

kekaguman dunia internasional terhadap Indonesia mengenai aset udaranya

yang bersih.1

Kesungguhan dan keinginan kuat Harini bermula dari pesan yang

disampaikan oleh suaminya sebelum meninggal, suaminya berpesan “cintailah

tanah air dan berjuanglah dengan hati”,2 dari pesan inilah ia meneruskan

kecintaan terhadap tanah airnya (selama ini hanya mengendap dalam

perasaannya) untuk beranjak bergerak, bersikap dan beraksi.

Selain itu, sikap dan perilaku peduli lingkungan Harini terbina dari

sejak kecil oleh ayahnya, yang seorang mantri tani pada zaman penjajahan

Belanda. Salah satu bentuk pembinaannya adalah dengan memberikan

tangggung jawab yang sama pada masing-masing anaknya untuk menanam

dan memelihara pohon buah-buahan sampai mendapatkan hasil.

1 Arsip Aplikasi STPP, Manajemen Bidang Lingkungan Hidup, (Maret 2009), h. 5 2 Harini Bambang Wahono, Wawancara pribadi (Jakarta: 9 Agustus 2010)

Page 45: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

35

Seperti halnya tokoh-tokoh lain, hambatan dan tantangan pun segera

datang mengujinya. Menurutnya, “siapa pun, dengan tujuan ingin

memberikan kesadaran kepada masyarakat dan itu positif, maka harus

menemui banyak tantangan, itu harus! tidak boleh tidak! Karena disitulah

saya belajar”.3 Dalam perjalananya, tantangan itu pun tidak hanya datang dari

tetangganya saja, tapi orang-orang di sekelilingnya pun sering sekali membuat

wanita 77 tahun ini putus asa.

Tantangan itu bisa tergambar dalam ceritanya sekitar beberapa tahun

yang lalu. Saat itu di rumahnya, yang mungil itu, kedatangan tamu besar dari

pejabat tinggi negara, atas dasar kekaguman kepada tindak-tanduk Harini

mengorganisasi masyarakat dalam rangka memberikan penyadaran terhadap

perlindungan lingkungan, hari itu dirinya mendapat pujian tinggi. Harini pun

merasakan uforia keberhasilan. Sejak saat itu, tamu-tamu dari kalangan

pejabat sering melakukan kunjungan ke rumahnya. Harini melihat peristiwa

ini pentinng untuk mebangun jaringan lebih luas kedepan. Tapi yang terjadi

justru malah di luar dugaannya, kader-kader, teman berserta warga sekitar

terjebak pada kecemburuan sosial berat, selama tiga bulan Harini tidak

mendapatkan simpati. Maka peristiwa ini merupakan pelajaran berharga.

Saat ini, Harini tinggal bersama cucu-cucunya, dan ia pun menularkan

kecintaannya terhadap lingkungan kepada mereka. Hasilnya, mereka menjadi

kader muda terdepan di waktu ia sudah tidak sanggup memenuhi undangan

pelatihan atau mengajar. Harini telah memiliki kader yang loyal (didasari atas

3 Ibid

Page 46: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

36

kesadaaran) terhadap aktivitasnya, bahkan mereka pun sudah mampu

melakukan kaderisasi ke luar.

Kini, setelah hampir seperempat abad tinggal di Kampung Banjarsari

ini, murid-murid sekolah dasar, aktivis PKK, kepala desa, aktivis lingkungan,

mahasiswa, profesor, hingga menteri pernah menyinggahi rumah

sederhananya. Sepetak ruangan rumahnya yang sederhana menjadi tempat

pelatihan pengolahan sampah terpadu, penghijauan pekarangan rumah,

pelatihan bahasa Inggris bagi anak-anak sekitarnya dan lain sebagainya.

Kepribadian Harini yang ramah, toleran, kuat dan berkarakter tidak

lepas dari pengalaman dalam menghadapi tantangan yang telah silih berganti

menerpanya. Sampai saat ini, ia selalu berpesan kepada generasi muda untuk

memulai sesuatunya dari hati, persoalan teknis (metode atau cara) mengenai

apa yang baik menurutnya itu akan mengikuti, asalkan ada keinginan untuk

terus belajar. Keinginan terus belajar dari seorang pemimpin atau leader jelas

sangat dibutuhkan, maka untuk hal ini tidak ada tawar-menawar. Sosok suami

dan pesan sejarah hidupnya baik masa kecil maupun sekarang memberikan

kekuatan melampaui harapannya sendiri. Dalam bersikap, ia selalu memberi

penghargaan kepada orang lain, perhatiannya tulus dan haus kritik.

Dalam keseharian selama ini, warga masyarakat Banjarsari lebih akrab

memanggil “ibu Bambang:” kepada Harini, sementara anak-anak kecil lebih

akrab memanggilnya “eyang”. Bagi Harini sendiri sebetulnya lebih nyaman

dipanggil ibu Bambang, menurutnya panggilan itu terkesan sederhana dan

lebih akrab. Tapi Harini tidak merasa nyaman ketika ada orang yang

Page 47: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

37

memanggilnya “embah”, karena panggilan itu biasaya diasosiasikan kepada

perempuan senja yang tidak produktif.

3. Tiga Tokoh Utama

Kesadaran masyarakat mengenai lingkungan tidak serta merta terjadi,

ada beberapa faktor yang membentuknya, salah satunya adalah inisiatif lokal.

Akan tetapi, ada keunikan lain dari inisiatif lokal di Kampung Banjarsari ini

yaitu motor penggerak awal dan sentralnya para kaum perempuan (ibu-ibu

rumah tangga). Dari hasil identifikasi awal ada tiga tokoh utama yaitu, Harini

Bambang Wahono, Ibu Agustin Riyanto dan Ibu Nina Sidle.

Dari ketiga tokoh itu, Harini merupakan perintis dan memiliki

pengaruh yang paling besar terhadap sejarah terbentuknya kesadaran

masyarakat Kampung Banjarsari. Hal ini tebukti dari inisiatif awal yang

dibangunnya pada tahun 1970-an, saat itu Harini

Kepribadian yang lugas, tegas, integritas tinggi, pantang menyerah,

dan mudah bergaul memberikan nilai lebih dalam proses penyadaran

masyarakat. Pengalaman dan pengetahuan yang dimilikinya sangat luas dan

berperan pada berbagai lapisan masyarakat.

Sementara dua tokoh lainnya memiliki fungsi dan tanggung jawab

lebih khusus, Ibu Agustin misalnya, ia lebih berperan terhadap tugas edukasi

dan pemberian model, karena keahlian yang dimilikinya lebih kepada hal-hal

teknis seperti pemanfaatan dan pengelolaan sampah. Lalu, Ibu Nina Sidle

lebih fokus pada penyadaran lingkungan untuk masyarakat menengah atas,

karena secara ekonomi dan pergaulan posisi tawarnya lebih tinggi.4

4 Harini Bambang Wahono, Wawancara pribadi, (Jakarta 15 Agustus 2010)

Page 48: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

38

Dari hasil wawancara dengan salah satu anggota masyarakat RW 08

Banjarsari, mamandang Harini sebagai sosok yang terbuka, terus belajar

dengan kegagalan yang ada dan sabar.5

B. Gambaran Umum Kampung Banjarsari Cilandak Barat Jakarta Selatan

1. Sejarah Berdirinya RW 08 Banjarsari

Nama kampung Banjarsari diambil dari nama salah satu kampung di

Jawa Tengah. Pemberian nama ini pun tidak terlepas dari peran tokoh

masyarakat (ketua RW pertama) yang pada saat itu berasal dari Banjarsari

Solo, Jawa Tengah.

Dari sejarahnya, kampung Banjarsari pada awalnya merupakan

hamparan kebun karet. Namun, seiring desakan, arus migrasi dan urbanisasi

dari berbagai wilayah ke Jakarta semakin besar, menjadikan daerah ini sedikit

demi sedikit beralih fungsi menjadi daerah permukiman.

Wilayah RW 08 Banjarsari merupakan hasil pemekaran dari wilayah

RW 05 Cilandak Barat pada tahun 1970. Pemekaran ini dikarenakan semakin

meningkatnya jumlah warga. Masih pada tahun ini, jumlah penduduk RW 08

relatif masih kurang, yakni hanya 590 jiwa. Ketika itu, RW 08 Banjarsari

masih masuk ke dalam wilayah Kelurahan Cilandak, Kecamatan Kebayoran

Lama, Jakarta Selatan. Tetapi dengan alasan yang sama, yaitu meningkatnya

jumlah penduduk. Saat ini Banjarsari masuk ke dalam wilayah Kelurahan

Cilandak Barat Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan.6

5 Faturahman, Wawancara Pribadi, (Jakarta 1 Agustus 2010)

6 Kuswara, SAP, Wawancara Pribadi dan Arsip Kelurahan Cilandak Barat (Jakarta 30

Agustus 2010)

Page 49: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

39

2. Letak dan Kondisi Geografis Kelurahan Cilandak Barat

Secara administratif, Kelurahan Cilandak Barat termasuk kecamatan

Cilandak Kotamadya Jakarta Selatan. Daerah ini terbagi ke dalam 13 rukun

warga 148 Rukun Tetangga (RT) dan 8.118 Kepala Keluarga (KK).7 Secara

keseluruhan, luas wilayah kelurahan adalah 608.000 ha dengan batas-batas

wilayah sebagai berikut: sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Cilandak

Timur; sebelah utara berbatasan dengan kelurahan Gandaria

Selatan/Kelurahan Cipete Selatan; sebelah selatan berbatasan dengan

Kelurahan Pondok Labu dan sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan

Pondok Pinang.8

Dilihat dari kondisi geografisnya, wilayah Kelurahan Cilandak Barat

termasuk daerah dataran rendah dan memiliki kontur tanah yang relatif

bergelombang. Dari beberapa kasus yang ada, terutama yang berhubungan

dengan kerusakan lingkungan, misalnya banjir, tanah longsor, kekeringan dan

sebagainya, daerah ini terbilang aman. Kemudian, di wilayah ini terdapat dua

sungai mengalir dari wilayah Depok menuju Bogor.9

3. Kondisi Demografis Kelurahan Cilandak Barat

Pada aspek ini dan berdasarkan data yang ada, jumlah penduduk

Kelurahan Cilandak Barat tahun 2009 sebanyak 59.686 jiwa dengan kepadatan

97 jiwa/ha. Sementara pada tahun 2008 jumlah penduduk 59.535 jiwa. Dari

data di atas penduduk Kelurahan Cilandak Barat mengalami peningkatan 0.32

7 Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah Direkorat Jenderal Tata Perkotaan dan

Tata Pedesaan: Buku Panduan Kelurahan Cilandak Barat Buku Panduan Kelurahan Cilandak

Barat, Geografi dan Iklim/Geographcal And Climate (30 Agustus 2010) 8 Kuswara, SAP, Wawancara Pribadi dan Arsip Kelurahan Cilandak Barat (Jakarta 30

Agustus 2010) 9 Ibid

Page 50: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

40

% dari tahun sebelumnya. Dari sisi penyebarannya, di daerah ini relatif tidak

merata. Misalnya, di RW 01 jumlah penduduknya 1556 jiwa, RW 06 sebanyak

1765 jiwa dan RW 08 sebanyak 1876 jiwa. Hal ini terjadi karena di beberapa

wilayah tertentu, terutama RW 08 dan RW 06 merupakan wilayah dengan

akses paling mudah.10

4. Kondisi Geografis dan Akses Menuju Lokasi RW 08 Banjarsari

Untuk akses menuju Lokasi RW 08 Banjarsari bisa dicapai dari

berbagai arah dan dengan jenis transportasi tertentu. Letaknya strategis, yaitu

berada di dua jalan raya, Jl. Fatmawati dari sebelah Timur dan Jl. TB.

Simatupang dari sebelah Selatan. Untuk masuk ke dalam wilayah RW 08

Banjarsari ini hanya jenis kendaraan roda dua dan empat dengan ukuran

sedang bisa memasukinya. Bis, truk besar dan kendaraan di atasnya tidak bisa

mengaksesnya. Akses bisa dilakukan untuk kendaran jenis ini (bis dan di

atasnya) namun hanya sebatas di bibir wilayah RW 08 Banjarsari. Kemudian,

di wilayah ini sebagian besar memiliki jalan dengan lebar sekitar 6 meter dan

di sisi kanan dan kirinya terdapat pot-pot tanaman sehingga kendaraan roda

empat harus hati-hati melewatinya. Adapun jalan-jalan ini terbuat dari paving

block yang lebih ramah lingkungan.

Untuk suhu udara di wilayah RW 08 Banjarsari ini terbilang panas

sedang, yaitu sekitar 23,8-32,9 Celcius untuk siang hari. 11

Ada perbedaan

besar dengan wilayah-wilayah lain di Jakarta, suhu udara di wilyah Banjarsari

ini sangat sejuk atau panas tapi sejuk. Secara umum pun, dari pengamatan

10

Ibid 11

Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah Direkorat Jenderal Tata Perkotaan

dan Tata Pedesaan: Buku Panduan Kelurahan Cilandak Barat Buku Panduan Kelurahan Cilandak

Barat, Geografi dan Iklim/Geographcal And Climate (30 Agustus 2010)

Page 51: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

41

penulis, keseluruhan wilayah Cilandak Barat juga sangat sejuk. Padahal kedua

wilayah ini, yaitu RW 08 Banjarsari dan Kelurahan Cilandak Barat berada di

pusat kota dengan intensitas kendaraan yang cukup tinggi. Hal ini tentunya

terlihat dari beberapa penempatan pohon yang rindang dan tanaman-tanaman

di sekitar rumah warga. Ada upaya pewajiban dari pihak pemerintah setempat

kepada setiap warga, instansi atau perusahaan untuk memberikan ruang yang

cukup besar bagi penghijauan. Maka jika ditarik lebih jauh, Jakarta Selatan

lebih sejuk di banding dengan wilayah lainnya. Adapun peta wilayah

Banjarsari dapat dilihat di bawah ini:

Gambar 2. Peta Wilayah RW 08 Banjarsari

5. Kondisi Demografi RW 08 Kampung Banjarsari

Jumlah penduduk pada tahun 1970 masih 590 jiwa, namun seiring

dengan pertambahan warga baru, pada tahun 2009 penduduk RW 08

Banjarsari telah mencapai 1876 jiwa dengan jumlah Kepala Keluarga

Page 52: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

42

� ��� ���� ���������� � ���� �

� ������ ����

�����

������� ����

� ���

� ���

� �

� �

� �

sebanyak 561. Maka hal ini menunjukkan telah terjadi peningkatan yang

sangat signifikan yaitu sebanyak 1286 atau 100% lebih.

Dari sisi penyebaran usia saat ini, warga kampung Banjarsari lebih di

dominasi oleh kelompok usia dewasa dan senja. Hal ini disebabkan oleh

tingkat kelahiran anak yang cenderung menurun, oleh karena itu tidak heran

jika aktivis lingkungan di wilayah ini di dominasi oleh kaum perempuan (ibu-

ibu rumah tangga).12

Kemudian untuk tingkat profesi di RW 08 Banjarsari ini lebih di

dominasi oleh pekerja swasta atau pemerintahan. Maka hal ini tentu menjadi

alasan bahwa di wilayah ini warga tergolong masyarakat menengah atas.

Aspek lainnya adalah di sisi pendidikan, sebagian besar penduduk di kampung

Banjarsari ini telah mengenyam pendidikan sekolah menengah atas (SMA)

dan sarjana (S1) disusul D3, kemudian sebagian kecil lainnya SD, SLTP, tidak

sekolah, S2 dan S3.13

Secara lebih jelas persebaran tingkat pendidikan ini

dalam bentuk histogram berikut ini.

Tabel 2. Tingkat Pendidikan Warga Kampung Banjarsari RW 08

12

Kuswara, SAP, Wawancara Pribadi dan Arsip Kelurahan Cilandak Barat (Jakarta 30

Agustus 2010) 13

Arsip Kelurahan Cilandak Barat (30 Agustus 2010)

Page 53: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

43

���

���

���

���

���

���

�������� ���������

������������������ �������!�����������

Jika dilihat dari jenis kelamin, jumlah penduduk laki-laki lebih besar

dibanding dengan perempuan: laki-laki 965 jiwa dan perempuan 911 jiwa.14

Data tersebut mengikuti pertumbuhan jumlah penduduk pada tahun 2009,

tentu mengalami peningkatan yang signifikan jika dibandingkan pada tahun

sebelumnya. Adapun penjelasan lebih jelas bisa dilihat dalam histogram

berikut:

Tabel 3. Perbandingan Jumlah Laki-laki- dan Perempuan Warga

Kampung Banjarsari RW 08

6. Aktivitas dan Kelembagaan Masyarakat

Seperti RW lain pada umunya, di RW 08 terdapat beberapa lembaga

yang menjadi wadah masyarakat untuk mengorganisasikan diri dalam

mencapai tujuan bersama. Namun ada perbedaan dalam hal pengelolaan

lingkungan, berkat kesadaran masyarakatnya, mereka secara khusus

mendirikan lembaga yang mengurusi lingkungan.

Kemudian, RW 08 ini pun telah menjadi salah satu daerah percontohan

di DKI Jakarta dalam hal pengelolaan lingkungan. Adapun kelembagaan yang

ada di RW 08 Banjarsari saat ini terdapat 9 (sembilan) kelembagaan intern,

14 Ibid

Page 54: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

44

kelembagaan tersebut adalah : Kelompok Wanita Tani (KWT), Majelis

Taklim, PKK, Komite Lingkungan, Karang Taruna, Forum Warga, Posyandu,

Lansia, Koperasi Warga.

Selain itu, banyak sekali lembaga-lembaga lain yang melakukan

kerjasama dengan lembaga intern di RW 08 ini. Ada dua kerjasama dengan

lembaga ekstern ini yaitu lokal (dalam negeri) dan luar negeri.

Untuk lembaga lokal, kerjasama berjalan sangat intens, hampir setiap

minggu mereka mengundang untuk memberikan bimbingan, pelatihan,

workshop, seminar, dan lain-lain. Adapun dalam bentuk pemberian kucuran

dana baik secara langsung maupun tidak langsung dari pihak bank, LSM,

pemerintah Jakarta, di luar Jakarta, perorangan dan lain-lain.

Untuk lembaga luar negeri, misalnya UNESCO, kerjasama sudah

terbangun sejak 15 tahun yang lalu. Kemudian kerjasama dengan

pemerintahan Thailand, yang mana sampai saat ini mereka selalu meminta

dari para kader warga RW 08 Banjarsari untuk memberikan penyuluhan. Dari

hasil wawancara, Harinimengatakan bahwa kerjasama ini tidak akan pernah

putus dan selalu terjalin secara terus-menerus terutama ketika diminta untuk

memberikan bimbingan atau ceramah kepada para pemimpin negara atau

gubenur di daerah mereka. Walaupun kerjasama itu terkesan lebih bersifat

pribadi, namun yang tidak kalah pentingnya adalah para tokoh atau kader ini

secara langsung atau pun tidak langsung melakukan kerjasama antar lembaga.

Kegiatan kelembagaan di RW 08 Banjarsari ini secara keseluruhan

terbangun dari kesadaran masyarakatnya terlebih dahulu. Selanjutnya, mereka

selalu melalui proses identifikasi bersama mengenai hakikat kebutuhannya,

Page 55: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

45

sehingga beberapa lembaga yang terbentuk lebih cenderung berorientasi pada

pemeliharaan lingkungan. Walaupun orientasi dari beberapa kelembagaan itu

lebih pada pemeliharaan lingkungan, akan tetapi kegiatan-kegiatan

keagamaan, penyuluhan kesehatan, olahraga, bantuan modal melalui koperasi

dan pemecahan masalah (biasanya individu) melalui rapat dalam sebuah

forum masih selalu di lakukan. Artinya, kelembagaan di RW 08 ini berfungsi

secara seimbang, tidak taerjadi disorientasi. Menurut ketua RW 08

mengatakan bahwa:

Keberadaan lembaga non lingkungan, misalnya Karang

Taruna, Posyandu, PKK, Forum Warga dan lainnya sangat

membantu kelancaran kegiatan pada lembaga yang berorientasi

lingkungan, jadi lembaga-lembaga ini saling membutuhkan.15

Keharmonisan kinerja antar organisasi intern di kampung

Banjarsari ini tercipta berawal dari adanya kesadaran akan kebutuhan dan

saling percaya dari masing-masing elemen masyarakat setempat. Oleh

karenanya, beberapa kampung atau kawasan lain di Jakarta tidak hanya

melakukan adopsi pada pengelolaan lingkungan saja, akan tetapi pada

pengelolaan organisasinya.

16

Nurjaya, SH, Wawancara pribadi, (Jakarta 21 Agustus 2010)

Page 56: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

46

BAB IV

TEMUAN DAN ANALISIS DATA

Pada bab ini akan dipaparkan model pengorganisasian yang dilakukan oleh

Harini dalam meningkatkan kesadaran lingkungan sebagai bagian upaya

pemberdayaan masyarakat di Kampung Banjarsari RW 08 Kelurahan Cilandak

Barat Jakarta Selatan, yang terdiri dari temuan indikator pengorganisasian

masyarakat, identifikasi dan penjelasan model pengorganisasian, alur

pengorganisasian serta periode pengorganisasiannya.

A. Identifikasi Model Pengorganisasian Masyarakat

Seperti yang sudah dijelaskan pada BAB sebelumnya, dalam

pengorganisasian masyarakat terdapat 11 (sebelas) indikator, yaitu kategori tujuan

tindakan, asumsi mengenai struktur komunitas dan kondisi pemasalahannya,

strategi perubahan dasar, karakterisik taktik dan teknik perubahan, peran praktisi

yang menonjol, media perubahan, orientasi terhadap struktur kekuasaan, batasan

definisi sistem klien dalam komunitas (konstituensi), asumsi mengenai

kepentingan dari kelompok-kelompok di dalam suatu komunitas, konsepsi

mengenai populasi klien (kostituensi), dan konsepsi mengenai peran klien.

Kesebelas indikator ini akan mendeteksi atau menjadi pisau analisa terhadap

indikator dari 3 (tiga) model pengorganisasian masyarakat (pengorganisasian

masyarakat lokal, perencanaan sosial dan aksi sosial). Pada bagian ini akan

dibahas mengenai temuan indikator model pengorganisasian masyarakat.

Page 57: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

47

1. Tujuan Tindakan

Tujuan tindakan yang dilakukan oleh Harini dalam upaya

mengorganisasikan masyarakat Banjarsari adalah pentingnya memahami

“proses”. Kualitas dari hasil akan terlihat berbeda tergantung dari kualitas

proses yang dijalani oleh mayarakat. Oleh karenanya, semakin memahami

pentingnya “proses” maka secara langsung mereka bisa menerima kenyataan

bahwa segala sesuatu yang ingin dicapai (harapan atau hasil) harus melalui

“proses”. Seperti yang diungkapkan Harini kepada penulis:

Dalam usaha mengorganisasikan masyarakat selalu melalui

tahapan atau proses, ga ada yang ga pake proses, dan harus berani

untuk memulai dan ini penting. Selain itu, yang yang menurut Eyang

penting adalah keyakinan diri dan cinta terhadap tanah air akan

mendorong seseorang untuk melakukan tindakan, ini apa yang Eyang

lakukan selama ini. Dalam proses ini pun Eyang sebagai praktisi harus

selalu melakukan pendampingan supaya ada pengawasan terhadap

mereka. Di proses pendampingan inilah Eyang memberikan doktrin

bahwa “proses itu penting”. Hal itu semua dilakukan supaya mereka

bisa mandiri.1

Dari pernyataan tersebut di atas terdapat dua kata kunci, yaitu

menitikberatkan proses dan menekankan kemandirian. Dua kata kunci ini

dalam pengorganisasian masyarakat termasuk indikator pengorganisasian

masyarakat lokal. Terdapat tiga indikator dalam pengorganisasian masyarakat

lokal yang berkenaan dengan kategori tujuan tindakan, yaitu menitikberatkan

pada proses (pengintegrasian dan pengembangan kapasitas masyarakat) dan

menekankan kemandirian. Sebenarnya, dalam aksi sosial atau perencanaan

sosial proses integrasi dan pengembangan kapasitas masyarakat dilakukan,

hanya berbeda dari tujuan tindakannya.

1 Harini Bambang Wahono, Wawancara pribadi, (Jakarta 27 Juni 2010)

Page 58: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

48

2. Pandangan Mengenai Strutur Komunitas dan Permasalahannya

Dalam pandangannya mengenai kondisi permasalahan masyarakat,

Harini melihatnya sebagai tugas bersama. Menurutnya, segala permasalahan

yang timbul dipandang sebagai hasil dari kelalaian bersama, sehingga

penyelesaianya pun harus bersama-sama. Untuk itu, apa yang dilakukannya

sekarang bertujuan mendorong partisipasi aktif semua elemen masyarakat

untuk menyelesaikan permasalahan yang ada (khususnya lingkungan).

Pandangan-pandangan itu dilatarbelakangi oleh kegelisahan terhadap

sikap acuh tak acuh masyarakat terhadap permasalahan lingkungan sekitar,

terutama masalah sampah. Sikap ini menurutnya bisa disebabkan oleh adanya

kesenjangan pendidikan dan ekonomi di masyarakat. Dari kegelisahan

tersebut, Harini melakukan berbagai pendekatan dengan tujuan untuk

membangun komunikasi antar anggota masyarakat dan memberikan

pemahaman yang mendalam (dengan memperlihatkan bukti-bukti konkrit)

serta mengadakan kegiatan-kegiatan yang menarik perhatian.

Sementara pandangannya mengenai struktur komunitas di lingkungan

masyarakat Banjarsari, Harini melihatnya sebagai masyarakat yang secara

geografis tinggal di pusat perkotaan dengan bentuk komunitas tradisional

dinamis. Seperti yang terangkum dalam pernyataannya, yaitu sebagai berikut:

Eyang melihat permasalahan masyarakat di sini adalah PR

bersama, entah itu awalnya dilakukan oleh salah satu oknum individu

atau sejumlah orang. Pada awalnya memang terjadi kesenjangan di

masyarakat, sikap acuh tak acuh misalnya, tapi setelah saya berpikir

dan berinovasi terus-menerus akhirnya saya menemukan jalan

keluarnya yaitu melalui komunikasi, karena selama ini yang saya

lakukan seperti itu. Sering bertemunya anggota masyarakat dalam

suatu kegiatan menjadikan mereka tidak canggung.2

2 Harini Bambang Wahono, Wawancara pribadi (Jakarta 15 Agustus 2010)

Page 59: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

49

Dari pandangan-pandangan di atas dalam teori pengorganisasian

termasuk dalam indikator model pengorganisasian masyarakat lokal. Dalam

model ini struktur terlihat dari pemimpin-pemimpin lokal sebagai penggerak

utamanya dan melihat kondisi permasalahan sebagai permasalahan bersama.

Selain itu, selalu terjadi kesenjangan yang jauh dari masing-masing anggota

masyarakatnya.

3. Strategi Perubahan Dasar

Salah satu strategi perubahan dasar yang dilakukan oleh Harini yaitu

selalu melibatkan masyarakat dalam proses pemecahan masalah. Menurutnya,

perasaan sukarela dari semua anggota masyarakat untuk terlibat dalam

pemecahan masalah tidak terlepas dari terbangunnya kesadaran dan

pemahaman mendalam mengenai suatu permasalahan. Tahapan sebagai

bagian dari strategi perubahan mendasar yang dilakukan Harini bisa terlihat

dalam gambar berikut:

Gambar 3. Strategi Perubahan Dasar

Keinginan

kuat/tekad (dari

rasa cinta tanah

air)

Pendekatan

(motivasi,

perhatian, tegur

sapa dll)

Keinginan

melibatkan diri

masyarakat

Individu Praktisi

Interaksi yang

bertujuan

Persiapan

prainteraksi &

Identifikasi

Refleksi & Proses

memahami

Masyarakat

Praktisi

Page 60: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

50

Keterlibatan masyarakat secara langsung terungkap dalam

pernyataannya, yaitu:

Dalam proses penyadaran lingkungan yang saya lakukan selalu

melibatkan masyarakat setempat, dimulai dari tetangga terdekat

sampai akhirnya keseluruhan masyakat Banjarsari. Ada berbagai cara

yang dilakukan dalam upaya pendekatan terhadap masyarakat ini, cara

yang menurut saya sederhana tapi merupakan kunci dalam mencapai

tahapan pendekatan selanjutnya, misalnya tegur sapa, jengukin anggota

masyarakat yang sedang sakit, ngasih pinjeman uang, ngundang

pengajian bersama, ngadain arisan dll. Selain itu, selalu diberikan

motivasi di sela-sela proses pendekatan itu. Selanjutnya, ketika

masyarakat sudah mulai paham dan tertarik saya mendorong mereka

untuk mencari cara sendiri dalam memecahkan permasalahan.3

Pernyataan di atas diperkuat oleh salah satu warga Banjarsari Ibu

Ernawati, mengatakan bahwa:

Oh ya, kita kalau ada pembahasan mengenai masalah lingkungan

pasti kita dilibatin, soalnya permasalahan lingkungan di lingkungan

sini berarti masalah bersama, kayak kemarin di daerah bawah ada

kebanjiran kita semua terlibat. Penghijauan juga sama, pokonya pasti

dilibatin. Yang kordinatorin kan Ibu Bambang.4

Dari pengamatan yang dilakukan penulis, ada beberapa pendekatan

Harini yang secara tidak langsung mendukung strategi perubahan dasarnya,

yaitu melakukan sentuhan fisik terhadap lawan bicaranya, misalnya mengusap

kepala kepada anak-anak, merangkul pingggang terhadap teman sebaya,

membungkukan badan kepada orang yang dihormati dan lain-lain.5

Dari uraian di atas terungkap bahwa strategi perubahan dasar yang

dilakukan Harini ini termasuk pada indikator model pengorganisasian

masyarakat lokal. Pelibatan langsung masyarakat dalam menentukan inti

permasalahan dan melakukan pemecahannya secara mandiri adalah indikator

model ini.

3 Ibid

4 Ernawati, Wawancara pribadi (Jakarta 7 Agustus 2010) 5 Hasil pengamatan (Jakarta 7 Agustus 2010)

Page 61: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

51

4. Karakteristik Taktik dan Teknik Perubahan

Sebaga bagian dari teori pengorganisasian, karakteristik taktik dan

teknik perubahan yang dilakukan Harini secara umum sama dengan model

pengorganisasian masyarakat lokal yaitu semuanya atas dasar kesepakatan

bersama dan sebanyak-banyaknya melibatkan banyak warga.

Dari hasil observasi, teknik yang dilakukan oleh Harini bisa disebut

“jemput bola”, yaitu mendatangi setiap anggota masyarakat diselingi ajakan

berkumpul untuk mendiskusikan suatu permasalahan. Sebelumnya Harini

memberitahukan mengenai maksud dan tujuan kegiatan kepada penanggung

jawab masyarakat setempat atau aparat. Pemecahan masalah selalu dilakukan

melalui diskusi dengan tujuan adanya kesepakatan yang sesuai dengan

kebutuhan bersama. Hal ini seperti diungkapkan oleh salah satu anggota

masyarakat Banjarsari yang mengatakan bahwa:

Kita di sini kalau ada permasalahan apa pun, misalnya sampah,

selalu kesepakatan bersama. Kalau tidak begitu suka terjadi

kecemburuan atau cek-cok, misalnya masalah penyimpanan pot-pot

tanaman harusnya seperti apa, itukan perlu dibicarain sama-sama. Kita

biasanya diskusi bareng aja6

Salah satu taktik dan teknik perubahan melalui diskusi kelompok yang

terungkap di atas diperkuat oleh penyataan Harini, yaitu:

Eyang sih selalu melibatkan masyarakat, ya caranya diskusi

berkelompok datang ke rumah atau diskusi antar perorangan. Nah,

sebanyak mungkin memang semua masyarakat datang, biar tidak ada

kecemburuan, soalnya masing-masig itu orang beda-beda.7

Dari dua ungkapan tersebut, secara ekplisit keduanya mengatakan

bahwa salah satu cara yang dilakukan dalam menyelesaikan permasalahan -

6 Ernawati, Wawancara pribadi, (Jakarta 7 Agustus 2010)

7 Harini Bambang Wahono, Wawancara pribadi, (Jakarta 15 Agustus 2010)

Page 62: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

52

khususnya masalah lingkungan - melalui diskusi kelompok. Alasan agar tidak

terjadi kecemburuan sosial yang disebabkan perbedaan kepentingan atau

kebutuhan seseorang sehingga menjadi dasar teknik ini dilakukan. Ilustrasi

mengenai taktik dan teknik perubahan yang dilakukan Harini ini bisa dilihat

dalam gambar di bawah ini:

Gambar 4. Alur Karakteristik dan Teknik Perubahan

Secara keseluruhan dari taktik dan teknik perubahan yang digunakan,

dalam indikator model pengorganisasian masyarakat lokal yang berkenaan

dengan taktik dan teknik peerubahannya memiliki kesamaan, yaitu

komunikasi antar kelompok dan kelompok kepentingan.

1 2

3

Tetangga

Warga

Aparat

Praktisi

Diskusi

Kelompok

Page 63: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

53

5. Peran Praktisi yang Menonjol

Dari beberapa penjelasan sebelumnya telah dikemukakan bahwa salah

satu peran Harini yang paling menonjol dalam proses pengorganisasian ini

adalah motivator. Dalam berbagai kesempatan baik ketika beraktifitas formal

atau pun nonformal Harini selalu melakukan pembicaraan yang bersifat

memotivasi. Harini mencontohkan momen-momen penting dalam melakukan

motivasi atau pendekatan emosionalnya yaitu ketika tetangga atau salah satu

warga di sekitar rumahnya sakit, menurutnya saat itulah kesungguhan seorang

organisator memberikan perhatian dengan hati yang tulus harus dibuktikan.

Dan luar biasa perubahannya, mereka cenderung lebih kooperatif dan loyal.

Sementara dari hasil wawancara, Harini berperan sebagai artikuler dan

mendorong masyarakatnya untuk bisa mengartikulasikan kebutuhannya

sendiri. Selain itu, peran lainnya pun seperti sebagai pembimbing, koordinator

dan mentor sering dilakukannya. Peran-peran menonjol yang dilakukan Harini

ini senada dengan apa yang diungkapkan wakil lurah Cilandak Barat bapak

Kuswara Eka, SAP, beliau mengatakan:

Harini sudah sejak lama telah menjadi tokoh masyarakat

Banjarsari. Setahu saya, selain sebagai tokoh, beliau juga sebagai

pembimbing dan mentor bagi masyarakat. Sekarang beliau dikenal

sama orang-orang sebagai praktisi lingkungan.8

Pernyataan di atas diperkuat oleh Ernawati, salah satu warga

Banjarsari yang menyatakan:

Bu Bambang itu udah lama di sini mengurusi lingkungan dan

penghijauan. Dia dikenal sebagai teman, dan warga di sini sudah lama

8 Kuswara Eka, SAP, Wawancara pribadi, (Jakarta 30 Agustus 2010)

Page 64: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

54

bekerjasama dengan ibu. Dia tokoh masyarakat di sini dan sering

ngadain pelatihan sama orang-orang di luar.9

Ungkapan-ungkapan mengenai peran Harini jika penulis ilustrasikan

dalam gambar akan terlibat seperti di bawah ini:

Gambar 5. Peran Praktisi yang Menonjol

Berdasarkan uraian-uraian di atas peran yang paling menonjol dari

Harini adalah pendamping, pembimbing, mentor, dan motivator, dimana

kesemuanya termasuk dalam lingkup sebagai seorang praktisi (praktisi

lingkungan), orang sering menyebutnya aktivis lingkungan, peran lain yang

juga ia geluti adalah dalam bidang kesehatan masyarakat yaitu sebagai

volunteer kesehatan.

Peran Harini di atas dalam model pengorganisasian masyarakat lokal

dapat digolongkan sebagai peran praktisi yang menonjol, hal ini dapat dilihat

dari ciri-cirinya yaitu sebagai enabler-katalis, koordinator, orang yang

mengajarkan keterampilan memecahkan masalah dan nilai-nilai etis.

9 Ernawati, Wawancara pribadi, (Jakarta 7 Agustus 2010)

Pendamping

Mengartikulasikan

kebutuhan

Motivator

Membantu

refleksi

Koordinator

Mengkoordinasi

kan & Mengatur

Mentor

Melatih

Praktisi

Motivator Pendamping

Mentor Koordinator

Page 65: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

55

Sebagai enabler-katalis bisa dicontohkan dalam beberapa kegiatan

kesehariannya yaitu beberapa warga, tetangga, kader maupun praktisi

lingkungan lain selalu meminta penjelasan mengenai berbagai persolan

misalnya, perawatan tanaman obat-obatan, pengelolaan sampah hingga

menjadi barang tepat guna, pemetaan untuk penghijauan dll.

Memberikan komado koordinasi pada saat warga Banjarsari mengikuti

kegiatan perlombaan, menerapkan program, mengadakan acara hibuaran dan

lain sebagainya menjadi tugas pokok Harini. Selain itu, terkadang pada waktu

yang bersaman pun Harini memberikan rujukan atau pandangan mengenai

etika dalam bergaul, bermasyarakat, bermusyawarah, bertutur kata dan

termasuk pada wilayah teknis seperti etika sebagai seorang pelatih atau

mentor.

6. Media Perubahan

Media perubahan dalam hal ini tidak pada bentuk fisiknya akan tetapi

bentuk-bentuk mobilisasinya. Berdasarkan observasi, yang dilakukan Harini

adalah kerjasama antar kelompok masyarakat: kelompok dengan tingkat

ekonomi atas dan menengah melalui kegiatan penghijauan atau penanaman

tanaman obat, untuk ekonomi tingkat bawah melalui kegiatan daur ulang

sampah. Selain itu kerjasama juga dilakukan dengan pemerintahan setempat

(RT, RW dan kelurahan) dengan membentuk komite lingkungan yang

diprakarsai oleh UNESCO. Kemudian kerjasama dengan lembaga di luar

Jakarta (pemerintah DKI Jakarta dan lembaga yang berorientasi pada

penyelamatan lingkungan dan lain-lain) dan luar negeri (Filipina,

Page 66: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

56

pemerintahan Thailan dan lain-lain).10

Bentuk-bentuk kerjasama ini tercermin

dalam ungkapan Harini, yaitu:

Banyak sekali kerjasama yang sudah dilakukan, misalnya dengan

UNESCO, Jepang, Thailand, dan banyak lagi sebenarnya. Kalau

pertama kali melakukan kerjasama seingat Eyang itu awalnya

kerjasama dengan tetangga dulu, tapi itu juga biasanya tergantung dari

minatnya, misalnya minatnya nanam tanaman, terus Eyang cari orang

yang minatnya sama juga, kalau masyarakat bawah Eyang kasih tau

bahwa mengelola sampah dengan didaur ulang juga bisa memberikan

penghasilan sampingan. Ya, biasanya kan mereka mencari yang lebih

bisa bermanfaat dalam segi uang. Dengan RT atau RW Eyang juga

kerjasama, kelurahan Cilandak atau kelurahan di luar, misalnya yang

sekarng juga terkenal Rawasari.11

Pernyataan di atas diperkuat oleh Wakil Lurah Bapak Kuswara Eka,

SAP, yaitu:

Sampai saat ini kita tetap kerjasama dengan Bu Bambang, dulu

sempat membentuk Komite Lingkungan dan berjalan sampai sekarang.

Sekarang kita masih terus kerjasama, apalagi kalau ada kegiatan atau

kungjungan dari pemerintah luar, kita pasti ikut mendukung.12

Selain itu Ibu Agustin, teman sebaya dan tokoh penghijauan dengan

Harini menambahkan bahwa:

Di Banjarsari ini kita udah bekerjasama dengan berbagai LSM

atau pemerintah yang peduli terhadap lingkungan, kita bekerjasama

dengan Departemen Kehutanan, Departemen Lingkungan, Bank-bank.

LSM misalnya, Mapala UI, dari LSM Jepang, banyak pokonya.13

Berdasarkan uraian di atas, media perubahan yang dilakukan Harini

memenuhi karakteristik pada salah satu indikator model pengorganisasian

masyarakat lokal yaitu manipulasi kelompok kecil yang berorientasi

terselesaikannya suatu tugas. Sebagai ilustrasi mengenai alur media perubahan

yang dilakukan Harini ini bisa dilihat pada gambar berikut.

10

Observasi (Jakarta 7 Agustus 2010) 11

Harini Bambang Wahono, Wawancara pribadi, (Jakarta 15 Agustus 2010) 12 Kuswara Eka, SAP, Wawancara Pribadi (30 Agustus 2010) 13

Agustin, Wawancara pribadi, (8 Agustus 2010)

Page 67: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

57

Gambar 6. Alur Media Perubahan

7. Orientasi Terhadap Strutur Kekuasaan

Berkaitan dengan orientasi terhadap struktur kekuasaan ini secara

keseluruhan baik tindakan praktisi dan masyarakat Kampung Banjarsari yang

sudah terbentuk dalam kelompok-kelompok lingkungan selalu didasarkan

pada kepentingan dan kebutuhan bersama atau tidak ada keberpihakan

terhadap kelompok tertentu, hal ini senada dengan karakteristik taktik dan

teknik perubahan yang sudah dijelaskan sebelumnya. Kemudian, aparat atau

penanggung jawab masyarakat (RT dan RW) setempat ikut terlibat dalam

kegiatan-kegiatan kemasyarakatan (kerja bakti, karang taruna, penghijauan

dll), maka proses pengawasan dan monitoring dilakukan secara bersamaan.

Saat ini hampir sebagian besar keanggotaan dalam struktur kepengurusan di

Kampung Banjarsari mengikuti kegiatan penghijauan lingkungan.

Banjarsari

yang Asri

Instansi atau

perorangan dari

pihak luar

Aparat

setempat

1

2 3

4 Kelompok

Tani, Komite

lingkungan

Abu-abu

Minat A

Minat B

Page 68: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

58

Dari hasil informasi dan wawancara dengan Kuswara Eka, SAP, aparat

setempat telah memberikan dukungan penuh pada kegiatan-kegiatan

penyelamatan lingkungan ini bahkan sering kali menjadi promotor, fasilitator

atau mediator dalam kerjasama dengan kampung atau kelurahan lain. Maka

dari uraian tadi dapat dikatakan bahwa telah terjadi pengintegrasian secara

alami oleh Harini antara kegiatan lingkungan dengan seperangkat kegiatan

dalam kepengurusan di Kampung Banjarsari.14

Keterlibatan dalam pengelolaan lingkungan dengan berbagai perannya

terungkap dalam pernyataan Ketua RW 08 Kampung Banjarsari H Nurjaya,

SH, yaitu:

Saya sangat mendukung terhadap inisiatif warga terutama Bu

Bambang untuk ngelola lingkungan biar bersih, soalnya itu baik. Satu

waktu malah saya sering mempromosikan atau mengejak kerjasama ke

RW lain supaya bisa mengelola lingkungan juga, terus saya suruh Bu

Bambang yang bimbing. Pokonya saya dukung.15

Pernyataan tersebut di atas secara eksplisit terungkap bahwa baik

anggota atau ketua kepengurusan RW dan kelurahan setempat mendukung dan

berperan ganda. Berperan sebagai promotor, kolabolator, mediator dan

fasilitator dalam orientasi struktur kekuasaan termasuk indikator

pengorganisasian masyarakat lokal.

8. Batasan Definisi Sistem Klien

Dari data geografis kelurahan Cilandak Barat, bahwa yang dimaksud

masyarakat Kampung Banjarsari adalah warga yang tinggal di RW 08.

Wilayah RW 08 Banjarsari merupakan hasil pemekaran dari wilayah RW 05

Cilandak Barat pada tahun 1970. Pemekaran ini dikarenakan semakin

14 Kuswara Eka, SAP, Wawancara Pribadi (Jakarta 30 Agustus 2010) 15

H Nurjaya, SH, Wawancara pribadi (Jakarta 21 Agustus)

Page 69: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

59

meningkatnya jumlah warga. Masih pada tahun ini, jumlah penduduk RW 08

relatif masih kurang, yakni hanya 590 jiwa. Ketika itu, RW 08 Banjarsari

masih masuk ke dalam wilayah Kelurahan Cilandak, Kecamatan Kebayoran

Lama, Jakarta Selatan. Tetapi dengan alasan yang sama, yaitu meningkatnya

jumlah penduduk. Saat ini Banjarsari masuk ke dalam wilayah Kelurahan

Cilandak Barat Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan.16

9. Pandangan Mengenai Kepentingan dari Kelompok-Kelompok

Mengenai adanya perbedaan kepentingan dalam setiap kelompok

masyarakat menurut Harini sangatlah wajar. Mencari kata mufakat melalui

diskusi kelompok atau perundingan menjadi cara yang paling tepat, karena ini

semua untuk kepentingan bersama. Selama ini apa yang dilakukannya tidak

selalu berjalan mulus atau banyak rintangan yang dihadapi, maka untuk

meminimalisir perbedaan tersebut Harini harus pintar memahami kebutuhan

masyarakat dengan cepat. Dinamika ini tercermin dalam pernyataan Harini

yaitu:

Permasalahan yang ada di masyarakat Banjarsari khususnya

lingkungan adalah permasalahan bersama dan harus diselesaikan

bersama pula. Tidak ada pelemparan tanggung jawab pada kelompok

masyarakat tertentu. Perbedaan kepentingan (kelompok masyarakat

dengan ekonomi lemah cenderung pada kepentingan ekonomi,

kelompok masyarakat atas cenderung pada hal-hal pribadi misalnya

populeritas) dalam kelompok masyarakat di banjarsari ini Eyang

melihatnya adalah hal yang wajar, apalagi ini manusia, sekalipun

kembar, nah gimana kata mufakat itu bisa tercetus, maka mau tidak

mau melakukan perundingan atau diskusi, sampai saat ini cara yang

paling baik.17

Dari uraian tersebut dalam teori pengorganisasian masyarakat yang

berkenaan dengan pandangan mengenai kepentingan kelompok-kelompok di

16 Kuswara Eka, SAP, Arsip Kelurahan Cilandak Barat (Jakarta 30 Agustus 2010) 17

Harini Bambang Wahono, Wawancara pribadi, (Jakarta 15 Agustus 2010)

Page 70: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

60

dalam suatu komunitas memenuhi persyaratan pada indikator model

pengorganisasian masyarakat lokal. Indikator-indikator ini yaitu memandang

masyarakat sebagai keseluruhan komunitas geografis dan kesepatan di capai

dari adanya perbedaan di setiap kelompok dalam suatu komunitas.

10. Konsepsi Mengenai Populasi Klien

Harini memandang masyarakat sebagai sebuah keluarga, artinya ketika

salah satu anggota masyarakat dalam keadaan sakit maka dia pun ikut

merasakannya. Dalam upaya mengorganisasikan masyarakat Banjarsari ini,

Harini tidak menjadikan masyarakat sebagai objek, melainkan sebagai

subjek.18

Pernyataan tersebut di atas dalam teori pengorganisasian masyarakat

termasuk dalam salah satu indikator model pengorganisasian masyarakat

lokal, yaitu masyarakat dilihat sebagai subjek dan berpartisipasi aktif atau

terlibat.

11. Konsepsi Mengenai Peran Klien

Masyarakat dalam hal ini menurut Harini harus aktif, dia yang

menentukan mana inti permasalahan dan bagaimana pemecahannya. Dalam

misi penyadaran lingkungan dan melalui usaha pengorganisasian yang

dilakukan Harini, masyarakat dilihatnya memiliki potensi yang besar baik

dalam penyelamatan lingkungan maupun meningkatkan kesejahteraan

ekonomi.

Masyarakat Banjarsari sangat berpartisipasi aktif dalam berbagai

kegiatan kemasyarakatan. Partisipasi masyarakat ini tercermin dalam berbagai

18

Harini Bambang Wahono, Wawancara pribadi, (Jakarta 15 Agustus 2010)

Page 71: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

61

prestasi yang sudah didapat. Keterlibatan masyarakat dipertegas dalam

pertanyaan Harini yaitu:

Semua anggota masyarakat di kampung Banjarsari ini terlibat

dalam berbagai kegiatan, ada PKK, Wanita Tani, Karang Taruna,

Forum Warga, dan banyak. Apalagi dalam even-even besar seperti hari

besar atau nasional, masyarakat pasti tumpah ruah dan tiap taun kita

ngadain lomba kebersihan atau pekarangan hijau.19

Pernyataan tersebut di atas dalam teori pengorganisasian masyarakat

termasuk dalam salah satu indikator model pengorganisasian masyarakat

lokal, yaitu konsepsi mengenai peran klien dimana masyarakat berpartisipan

pada proses interaksional pemecahan masalah.

B. Penjelasan Model Pengorganisasian

Dari beberapa uraian mengenai temuan indikator pengorganisasian

masyarakat di atas, maka keseluruhan pengorganisasian masyarakat yang

dilakukan oleh Harini mengarah pada indikator model pengorganisasian

masyarakat lokal.

Akan tetapi ada salah satu bagian indikator yang cenderung pada aksi

sosial, yaitu karakterisik taktik dan teknik perubahan yang terlihat pada konflik

atau kontes; konfrontasi aksi yang bersifat langsung atau negosiasi. Hal ini dapat

di lihat dari padangan Harini yang mendukung aksi demonstrasi penyelamatan

lingkungan yang dilakukan oleh mahasiswa atau para aktivis LSM.

Terkait peran, tidak sedikit dari masyarakat maupun kalangan pemerintah

dan LSM menyebut Harini sebagai seorang aktivis lingkungan. Pandangan ini

tentu memiliki alasan, karena dari hasil wawancara diketahui selain dikenal

19

Ibid

Page 72: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

62

sebagai praktisi lingkungan, Harini dikenal mendukung tindakan secara frontal

kepada pemerintah, misalnya dalam bentuk aksi atau demonstrasi, asalkan tidak

melanggar misi penyelamatan lingkungan. Aktivis yang tidak radikal lebih

tepatnya demikian, karena selama ini yang dilakukan oleh banyak pihak seperti

aktivis LSM, mahasiswa atau organisasi lainnya, demostrasi dilakukan terkadang

tidak sesuai dengan spiritnya, membakar ban pada saat demonstrasi telah

mencederai misi mulia penyelamatan lingkungan.

Sementara dari sisi asumsinya, Harini melihat tindakan frontal juga

dibutuhkan sebagai kontrol terhadap pemerintah agar beranjak melakukan

evaluasi. Menurutnya, peristiwa Bandung Darurat Sampah merupakan titik

kulminasi dari sikap asuh tak acuh masyarakat dan pemerintah terhadap

lingkungannya. Ini tidak bisa dibiarkan, harus ada tindakan dari masyarakat

lainnya yang masih sadar akan lingkungan.

Dari penjelasan tersebut, penulis akan mengilustrasikan irisan dari temuan

indikator pengorganisasian masyarakat ini, yaitu seperti gambar di bawah ini.

�������

Page 73: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

63

Gambar 7. Irisan Indikator Pengorganisasian Masyarakat

Dari gambar di atas terlihat bahwa indikator karakterisik taktik dan teknik

perubahan (akan tetapi hanya pada wilayah asumsi saja) berada di dua lingkaran

antara model pengorganisasian masyarakat lokal dan aksi sosial. Maka

pengorganisasian masyarakat yang dilakukan Harini tidak sepenuhnya locality

development (pengorganisasian masyarakat lokal), tapi identik.

C. Alur Pengorganisasian Masyarakat Kampung Banjarsari

Pada poin ini akan dijelaskan mengenai alur pengorganisasian masyarakat

lokal yang dilakukan Harini terlepas dari indikator-indikator yang sebelumnya

telah dijelaskan, hal ini ditujukan untuk menggambarkan alurnya secara alami

atau berdasarkan uraian praktisi langsung. Selain itu, adanya perbedaan pada

setiap tahapan dalam alur ini merupakan ciri khas dan menjadi bahan

perbandingan dengan model-model lainnya. Dari hasil wawancara dengan Harini

setidaknya ada 10 tahapan, yaitu sebagai berikut:20

1. Persiapan Pada Diri Praktisi

Tahapan pertama ini merupakan bagian paling penting dalam

mengawali pengorganisasian masyarakat yang dilakukan Harini, karena

konsistensi dan komitmen yang tinggi terbentuk di tahapan ini. Tidak adanya

keyakinan, motivasi dan aksi pada diri sendiri mustahil bisa mendapatkan hal

diinginkan oleh seorang praktisi. Kecintaan terhadap tanah air menjadi alasan

utama Harini terhadap usahanya selama ini. Harini menyebutnya sebagai

mengikhlaskan diri.

20

Harini Bambang Wahono, Wawancara pribadi, (Jakarta 15 Agustus 2010)

Page 74: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

64

a. Motivasi diri

Hal penting lainnya dalam mengawali proses pengorganisasian

masyarakat yang Harini lakukan adalah membulatkan tekad/keyakinan.

Tahapan ini adalah titik awal untuk memotivasi diri praktisi.

b. Mulai dari diri sendiri

Setelah tahapan sebelumnya terpenuhi, hal pertama yang dilakukan

adalah mulai dari diri sendiri. Hal ini menurut Harini ditujukan untuk

pembiasaan pada diri sendiri.

2. Interaksi/Pendekatan dengan Masyarakat

Segala usaha-usaha (tanpa pamrih) penyadaran lingkungan oleh Harini

mengundang simpati warga, maka pendekatan yang bertujuan pun mulai

dilakukan. Ada dua cara pendekatan, yaitu:

a. Keterlibatan langsung

Keterlibatan langsung di sini tidak hanya diartikan sebagai keterlibatan

Harini pada kegiatan-kegiatan yang ada saja, akan tetapi pelibatan

perasaan. Pada tahap ini bisa dicontohkan melalui menjenguk salah

satu anggota masyarakat yang sedang sakit, ikut merayakan ulang

tahun salah satu anggota masyarakat, terlibat dalam pengajian-

pengajian, teman curhat dan sebaginya.

b. Keterlibatan tidak langsung

Untuk tahapan ini Harini selalu mengikuti informasi megenai isu-isu

penting lingkungan dan memberikan kontribusinya melalui sumbangan

pandangan dan dukungan moril.

Page 75: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

65

3. Membangun Kontak

Harini mendefinisikannya sebagai upaya untuk mendapatkan orang

yang bisa memberikan banyak informasi tentang keadaan masyarakat, di

samping itu juga sudah mulai melakukan penyebaran ide atau gagasan kepada

beberapa orang yang dianggap sepaham dalam membangun kontak ini.

Dengan tahapan ini Harini mampu melakukan percepatan perubahan

masyarakat Banjarsari.

4. Diskusi Kelompok Melalui Forum Warga

Setelah terjalin kepercayaan dan kontak antar masyarakat, upaya lain

melalui undangan rapat atau membuat forum untuk membahas pemecahan

permasalahan lingkungan menjadi mudah. Diskusi atau forum adalah cara

paling efektif yang selama ini dilakukan oleh Harini, karena meminimalisir

miskomunikasi antar individu atau warga. Alasan lainnya yaitu semua

keputusan didasarkan pada kepentingan dan kesepakan bersama.

5. Membuat Aturan atau Komitmen

Untuk menjaga agar kesadaran terhadap lingkungan terjaga, maka

dibuat aturan yang mengikat warga dalam bentuk tata tertib. Tata tertib ini

disusun atas kesepakatan bersama. Aturan ini akan berubah ketika sudah tidak

sesuai dengan keadaan yang baru. Pada tanggal 1 Januari 2000, dibuat suatu

Peraturan Tata Tertib sebagai berikut:

a. Tiap penghuni bertanggung jawab atas kebersihan huniannya sehingga

tidak mengganggu tetangga maupun kesehatan warga pada umunya.

Page 76: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

66

b. Tiap kepala rumah tangga bertanggung jawab atas selokan yang ada di

depan rumahnya.

c. Tiap kepala rumah tangga bertanggung jawab atas separuh jalan yang

berada di depan rumahnya, atau seluruh badan jalan pada kasus rumah

tidak berhadapan.

d. Tiap kepala rumah tangga bertanggung jawab atas pemilahan sampah

dari dapur dan pekarangan rumah tinggalnya.

e. Tiap rumah tangga dianjurkan membuat kompos dan menggunakan

hasil komposnya untuk menanam obat, rempah dapur, pohon bunga

atau pohon produktif.

f. Sanksi: denda untuk kas lingkungan. Besarnya denda tergantung

kesepakatan.

g. Penghargaan: hadiah bagi yang melakukan dengan baik.21

6. Pemetaan Permasalahan

Ketika kesepakatan untuk menyelesaikan masalah sudah tercapai,

tahapan selanjutnya adalah membuat peta pemecahannya. Pertama, ditentukan

sumber masalah secara bersama-sama. Kedua, pembagian tugas sesuai dengan

porsi masing-masing individu atau warga.

7. Pembentukan Kelompok Kecil

Selanjutnya, Harini membuat kelompok-kelompok kecil yang sesuai

dengan minat masing-masing. Kelompok ini tentu yang sepaham/sehati

terhadap kepedulian lingkungan. Kemudian melakukan kaderisasi secara terus

21

Arsip Kampung Banjarsari (Jakarta 15 Agustus 2010)

Page 77: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

67

menerus lintas usia. Hal ini dilakukan agar kesadaran masyarakat terus

terjamin.

8. Perencanaan Pengorganisasian

Seiring dengan proses pembentukan kelompok kecil, Harini membuat

perencanaan pengorganisasian yang nantinya akan dijadikan pedoman dan

bahan refleksi secara terus-menerus dalam melihat perkembangan

permasalahan.

9. Pembentukan Organisasi

Setelah rampung dalam perencanaan pengorganisasian, Harini

membentuk organisasi dari kelompok-kelompok kecil tadi. Menurutnya,

organisasi menjadi penting sebagai wadah yang memudahkan dalam

melakukan proses kepedulian atau pengelolaan lingkungan; penghijauan dan

pengelolaan sampah.

10. Membangun Jaringan

Terakhir, setelah organisasi terbentuk, Harini membangun jaringan

atau kerjasama dengan kawasan di luar Jakarta, misalnya daerah Rawasari.

Dalam proses pembangunan jaringan ini Harini tidak secara aktif

menyebarluaskan model pengelolaan lingkungannya, akan tetapi sebagian

besar pihak luarlah yang berinisiatif.

Awal mula jaringan ini terbentuk ketika masyarakat Banjarsari mulai

memberanikan diri mengikuti lomba-lomba yang diadakan oleh instansi

pemerintah atau swasta tentang kebersihan lingkungan. Prestasi yang

gemilang membuka akses bagi pihak luar untuk melakukan kerjasama baik

dalam bentuk pelatihan atau studi banding. Dari sinilah Harini mulai melihat

Page 78: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

68

peluang yang besar untuk lebih menyebarkan luaskan ide atau gagasan

mengenai pengelolaan lingkungan. Maka harapan besar Harini untuk

menyadarkan masyarakat sangat terbuka. Dari keseluruhan tahapan itu, Harini

melakukannya secara alami, pengetahuan dalam melakukan pengorganisasian

di dapatkannya dari bangku sekolah di zaman Belanda dahulu, nilai kejujuran,

kerja keras tapi cerdas menjadi kunci keberhasilan.

Adapun penjelasan mengenai alur model pengorganisasian masyarakat

lokal yang dilakukan Harini ini dapat dilihat dalam ilutrasi gambar berikut:

Gambar 8. Alur Model Pengorganisasian Masyarakat

Berdasarkan informasi dan wawancara dengan Harini, pengorganisasian

masyarakat yang dilakukan Harini ini dapat terbagi kedalam tiga periode yaitu era

prakarsa masyarakat (sebelum 1996), era intervensi pihak luar (1996-2002), era

pengembangan jaringan (2002 – sekarang), periodisasi ini hanya dimaksudkan

untuk melihat perbedaan dari intervensi yang dilakukan dari pihak luar maupun

pihak dalam.

Banjarsari

Asri

Page 79: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

69

Pertama, periode prakarsa masyarakat (sebelum tahun 1996), kepedulian

masyarakat terhadap lingkungan (penghijauan, kebersihan lingkungan dan

pengelolaan sampah) sudah dimulai sejak tahun1980-an. Melalui penerapan 10

Program Pokok PKK, maka para pengurus PKK khususnya di RT 007 berusaha

mendorong peningkatan kesadaran masyarakat bahwa manusia dalam hidupnya

memerlukan lingkungan yang baik, bersih, sehat, dan nyaman.

Perwujudan dari peningkatan kesadaran masyarakat sudah mulai

tampak dengan adanya upaya untuk menjaga kelestarian lingkungan fisik

melalui upaya penanaman tanaman untuk menciptakan kesejukan lingkungan

dan lingkungan sosial terkait dengan pengelolaan lingkungan yaitu

melaksanakan kerja bakti untuk membersihkan lingkungan sekitar seminggu

sekali. Mengingat lahan yang terbatas, umumnya masyarakat di Kampung

Banjarsari menggunakan secara maksimal pekarangan yang mereka miliki.

Demikian pula masyarakat menggunakan pot-pot untuk menanam bunga

dalam rangka menambah keasrian dan kesejukan lingkungan Banjarsari.

Seiring dengan peningkatan kesadaran masyarakat tersebut, di

lingkungan Kampung Banjarsari sering diadakan perlombaan kebersihan

antar-RT secara terbatas dalam lingkup RW. Lomba-lomba ini dilaksanakan

setiap tahun yang biasanya dirangkaikan dengan perayaaan hari besar nasional

seperti hari kemerdekaan bangsa Indonesia setiap tanggal 17 Agustus 1945.

Dalam beberapa tahun, lomba-lomba tersebut ternyata membawa pengaruh

positif pada meningkatnya kesadaran masyarakat dalam pengelolaan

lingkungan di satu sisi dan disisi yang lain adalah adanya peningkatan

kebersihan lingkungan kampung Banjarsari.

Page 80: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

70

Kedua, periode intervensi pihak luar (1996-2002), pada era 1990-an ini

kesadaran lingkungan masyarakat lebih spesifik yaitu menekankan pada

pengelolaan sampah terpadu. Dari upaya ini masyarakat Banjarsari mulai

memberanikan diri mengikuti lomba-lomba kebersihan dan lingkungan yang

diadakan oleh berbagai instansi dan lembaga. Dari sinilah prestasi masyarakat

banjarsari banyak ditorehkan. Prestasi inipun mengundang UNESCO untuk

menjadikan Kampung Banjarsari sebagai pilot project dalam pengelolaan

sampah dan daur ulang limbah. Pada saat kerjasama inilah UNESCO

menerapkan intervensi sosial melalui 2 cara, yaitu mengadakan pelatihan dan

memberikan bantuan berupa alat.

Ketiga, periode pengembangan jaringan, pada era ini adalah akhir dari

intervensi UNESCO terhadap Kampung Banjarsari. Namun kebiasaan

mengelola sampah dan peduli terhadap lingkungan sudah menjadi bagian

hidup masyarakat. Dari UNESCO ini pengetahuan masyarakat bertambah,

maka banyak dari tokoh masyarakat yang menjadi instruktur, juri, pengawas,

mentor dan lain sebagainya di berbagai daerah, bahkan luar negeri. Maka

semakin luaslah jaringan yang dibangun masyarakat Banjarsari. Secara

ringkas uraian mengenai periodisasi ini dapat dirangkum pada gambar berikut:

Gambar 9. Periodisasi Intervensi Masyarakat Banjarsari

Periode Prakarsa Masyarakat Periode Intervensi UNESCO Periode Membangun Jaringan

Page 81: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

71

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dalam penelitian ini, penulis

menyimpulkan bahwa model pengorganisasian masyarakat dalam meningkatkan

kesadaran lingkungan yang dilakukan oleh Harini Bambang Wahono di Kampung

Banjarsari Kel. Cilandak Barat Kec. Cilandak Jakarta Selatan ini termasuk ke

dalam model pengorganisasian masyarakat lokal.

Hal tersebut sesuai dengan temuan yang didapat dari masing-masing

indikator pengorganisasian masyarakat sebagai berikut:

1. Tujuan tindakan pengorganisasian masyarakat dalam meningkatkan

kesadaran lingkungan yang dilakukan oleh Harini Bambang Wahono di

Kampung Banjarsari Kel. Cilandak Barat Kec. Cilandak Barat Jakarta

Selatan ini adalah untuk memahami pentingnya proses.

2. Pandangan Harini Bambang Wahono mengenai struktur komunitas dan

permasalahan di Kampung Banjarsari Kel. Cilandak Barat Kec. Cilandak

Barat Jakarta dalam melakukan pengorganisasian masyarakat terkait

peningkatan kesadaran lingkungan, yaitu adanya sikap acuh tak acuh di

masyarakat atau egoisme sosial dan permasalahan yang timbul merupakan

tugas bersama.

3. Strategi perubahan dasar yang dilakukan oleh Harini Bambang Wahono

dalam melakukan pengorganisasian masyarakat terkait meningkatkan

kesadaran lingkungan di Kampung Banjarsari Kel. Cilandak Barat Kec.

Page 82: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

72

Cilandak Barat Jakarta Selatan adalah pelibatan masyarakat secara

langsung dalam proses penentuan sumber masalah dan pemecahan

masalah.

4. Karakteristik Taktik dan Teknik Perubahan yang dilakukan oleh Harini

Bambang Wahono dalam melakukan pengorganisasian masyarakat terkait

peningkatkan kesadaran lingkungan di Kampung Banjarsari Kel. Cilandak

Barat Kec. Cilandak Barat Jakarta Selatan, yaitu semuanya atas dasar

kesepakatan dan kepentingan bersama, dan adanya proses dialog antar

kelompok yang berbeda kepentingan.

5. Peran yang menonjol dari Harini Bambang Wahono ketika melakukan

pengorganisasian masyarakat dalam meningkatkan kesadaran lingkungan

di Kampung Banjarsari Kel. Cilandak Barat Kec. Cilandak Barat Jakarta

Selatan adalah sebagi pendamping, koordinator, motivator dan mentor.

6. Media perubahan yang dilakukan Harini Bambang Wahono dalam

melakukan pengorganisasian masyarakat terkait peningkatkan kesadaran

lingkungan di Kampung Banjarsari Kel. Cilandak Barat Kec. Cilandak

Barat Jakarta Selatan yaitu melakukan kerjasama dengan kelompok-

kelompok kecil yang berbeda minat dan kelompok masyarakat yang

berbeda kelas ekonomi dan pendidikan

7. Orientasi terhadap struktur kekuasaan dalam proses pengorganisasian

masyarakat terkait peningkatan kesadaran lingkungan yang dilakukan

Harini Bambang Wahono di Kampung Banjarsari Kel. Cilandak Barat

Kec. Cilandak Barat Jakarta Selatan adalah aparat setempat melakukan

kerjasama dan kolaborasi dalam proses pengorganisasian.

Page 83: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

73

8. Batasan definisi klien dalam pengorganisasian masyarakat yang dilakukan

Harini Bambang Wahono terkait peningkatan kesadaran lingkungan adalah

warga yang tinggal di Kampung Banjarsari Kel. Cilandak Barat Kec.

Cilandak Barat Jakarta Selatan.

9. Pandangan Harini Bambang Wahono mengenai kepentingan kelompok-

kelompok dalam pengorganisasian masyarakat terkait peningkatan

kesadaran lingkungan di Kampung Banjarsari Kel. Cilandak Barat Kec.

Cilandak Barat Jakarta Selatan yaitu musyawarah sebagai cara paling tepat

dalam mencapai mufakat, karena semuanya atas dasar kepentingan

bersama.

10. Konsepsi mengenai populasi klien menurut Harini Bambang Wahono

dalam melakukan pengorganisasian masyarakat terkait peningkatan

kesadaran lingkungan di Kampung Banjarsari Kel. Cilandak Barat Kec.

Cilandak Barat Jakarta Selatan adalah klien dianggap sebagai

partner/warga sederajat yang memiliki potensi yang bisa terus

dikembangkan.

11. Konsepsi mengenai peran klien menurut Harini Bambang Wahono dalam

melakukan pengorganisasian masyarakat terkait peningkatan kesadaran

lingkungan di Kampung Banjarsari Kel. Cilandak Barat Kec. Cilandak

Barat Jakarta Selatan yaitu warga berpartisipasi aktif dan tidak dijadikan

objek tetapi subjek.

Adapun tahapan-tahapan pengorganisasian masyarakat yang dilakukan

Harini Bambang Wahono di Kampung Kel. Cilandak Barat Kec. Cilandak Barat

Jakarta Selatan tanpa terikat dengan indikator-indikator pengorganisasian di atas,

Page 84: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

74

yaitu persiapan pada diri praktisi, interaksi/pendekatan terhadap masyarakat,

membangun kontak, diskusi kelompok melalui forum warga, membuat aturan atau

komitmen, melakukan pemetaan permasalahan, pembentukan kelompok kecil,

perencanaan pengorganisasian, dan membangun jaringan.

Selain itu pengorganisasian masyarakat yang dilakukan Harini Bambang

Wahono di Banjarsari terbagi dalam 3 periode, yaitu periode prakarsa masyarakat

(sebelum tahun 1996), periode intervensi pihak luar (1996-2002) dan periode

pengembangan jaringan.

B. Saran-saran

Untuk mendukung upaya Harini Bambang Wahono dalam

mengorganisasikan masyarakat dalam rangka meningkatkan kesadaran

lingkungan di Kampung Banjarsari Kel. Cilandak Barat Kec. Cilandak Barat

Jakarta Selatan direkomendasikan sebagai berikut:

1. Hendaknya Harini Bambang Wahono memberikan promosi kepada tokoh-

tokoh seperjuangan, seperti Nina Sidle dan Agustin Riyanto, juga para

kader serta masyarakat untuk menjelaskan peran-peran penting mereka

sehingga tidak terkesan bahwa kemajuan masyarakat Banjarsari hanya

melalui satu peran seseorang saja, ini dimaksudkan untuk memberikan

porsi yang sama kepada masyarakat baik internal maupun eksternal

tentang kemajuan kampung Banjarsari.

2. Hendaknya Harini Bambang Wahono selalu melakukan koordinasi dengan

pemerintahan setempat (RT, RW, Kelurahan dan Kecamatan) agar tidak

terjadi pengguguran kewajiban dari mereka, sehingga hak masyarakat

Banjarsari seperti dukungan moril atau infrastrutur tidak terabaikan.

Page 85: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Rukminto, Isbandi, Pemberdayaan, Pengembangan, Masyarakat dan

Intervensi Komunitas, Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,

2003.

Adi, Rukminto, Isbandi, Perencanaan Partisipatoris Berbasis Aset Komunitas

dari Pemikiran Menuju Penerapan, Jakarta: Fisip UI Press 2007.

Al Barry, M. Dahlan dan Partanto, Pius A, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya:

ARKOLA, 2001.

Alwi, Hasan, (ed), Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2002,

cet. Ke-2

Amri, Mulya dan Sarosa, Wicaksono, CSR Untuk Penguatan Kohesi Sosial,

Jakarta: Indonesia Business Links, 2008.

Arsip Aplikasi STPP, Manajemen Bidang Lingkungan Hidup, Maret 2009.

Database, Good Practices: Kegiatan Lingkungan Berbasis Masyarakat di

Indonesia, Japan Bank For International Cooperation, Desember 2007.

Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah Direktorat Jenderal Tata

Perkotaan dan Tata Perdesaan Direktorat Perkotaan dan Perdesaan

Wilayah Barat, Kel. Banjarsari Upaya Pengelolaan Sampah Secara

Individual, Juni 2002.

Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah Direkorat Jenderal Tata

Perkotaan dan Tata Pedesaan: Buku Panduan Kelurahan Cilandak Barat,

Geografi dan Iklim/Geographcal And Climate, 30 Agustus 2010.

Dydiet, Hardjito, Teori Organisasi Dan Teknik Pengorganisasian, Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada, 2002.

Hadi, Sutrisno, Metodologi Riset, Yogyakarta: Andi Offset. 1989

Indrawati, Ida, Tanya-Jawab Pengantar Manajemen Organisasi, Bandung: CV.

ARMICO, 1988.

Inoguschi, Takashi, Edward Newman dan Glen, Kota Dan Lingkungan, Jakarta:

LP3ES, 2003.

Kartasasmita, Ginanjar, Peringatan Hari Ke-28 Pusat Kesenian Jakarta-Taman

Ismail Marzuki, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001, cet. Ke-1 Jakarta, 19

November 1996, (arsip pidato kebudayaan).

Page 86: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

Moleong, Lexy J, M.A., Prof., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : PT.

Remaja Rosdakarya, 2004, cet. Ke-20.

Nawawi, Hadari, Instrumen Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gajah Mada

University Press, 1992.

Pangaribuan, Tigor, Kamus Populer Lengkap, Bandung: Pustaka Setia, 1996.

Silalahi, Merry, Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat (Studi Kasus Rt 02

Rw 07 Kelurahan Benua Melayu Laut, Kecamatan Pontianak Selatan,

Kota Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat), Bogor: Tesis Program

Jurusan Pengembangan Masyarakat, Sekolah Pasca Sarjana Institut

Pertanian Bogor, 2009.

Suharto, Edi, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Bandung:

Anggota IKAPI, 2005.

Soehartono, Irawan, Metode Penelitian Sosial, Bandung: PT. Remaja Rosda

Karya, 1995.

Soemarwoto, Otto, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, Yogyakarta: GAJAH

MADA UNIVERSITY PRESS, 2005, cet. Ke-11.

Suharto, Edi, Pekerjaan Sosial Di Dunia Industri, (Bandung: PT. Refika Aditama,

2007

Syamsir, Salam, Metode Penelitian Sosial, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006.

Tim Penyusun, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Kamus Pusat Bahasa

Departement Pendidikan Nasional, 2008.

TIM Penyusun, Modul Pelatihan Pengorganisasian Rakyat, Jakarta: Indonesian

Institute for Civil Society (INCIS), 2003), cet. Ke-1.

Internet

http://www.indosiar.com/fokus/60136/pengolahan-sampah-lingkungan (diakses

pada tanggal 15 jam 23:00)

http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:pwKO8XpXBMJ:majala

h.tempointeraktif.com/id/arsip/2007/03/26/LIN/mbm.20070326.LIN12348

4.id.html+kampung+banjarsari+cilandak+harini+bambang+wahono+koran

+tempo&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id&client=firefox-a (diakses pada

tanggal 15 jam 23:30)

http://opi.110mb.com/hadistwebsoftware (diakses pada tanggal 28 Januari 2011)

Page 87: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

���

DAFTAR TABEL

1. Tabel 1 Tiga Model Pengorganisasian Masyarakat ...................................... 23

2. Tabel 2 Tingkat Pendidikan Kampung Banjarsari RW 08 ............................ 40

3. Tabel 3 Perbandingan Jumlah Laki-laki dan Perempuan ............................. 41

Page 88: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

1

Lampiran 2

T R A N S K I P W A W A N C A R A

SKRIPSI

MODEL PENGORGANISASIAN MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN

KESADARAN LINGKUNGAN (Studi Kasus Pemberdayaan Masyarakat Yang Dilakukan

Ibu/Bapak Harini Bambang Wahono Di Kampung Banjarsari Rw 08 Kel. Cilandak Barat

Kec. Cilandak Jakarta Selatan)

Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Jurusan Konsetrasi Kesejahteraan Sosial

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Perihal : Model pengorganisasian dalam meningkatkan kesadaran lingkungan

Fokus : Identifikasi 3 Model Pengorganisasian

(Rothman dan tropman, 1987)

Model pengembangan masyarakat (locality development model),

perencanaan sosial (social planing), model aksi sosial (social action

model).

Sifat : Pendahuluan

Responden : Faturahman (Anggota Masyarakat Banjarsari)

Hari/Tanggal/

Lokasi : Sabtu, 1 Agustus 2010 / Warung di Kampung Banjarsari

Waktu : 11-00-12:00

Model Pengorganisasian Masyarakat

P Apa yang bapak tahu tentang Bu Bambang?

R

Bu bambang warga sini…dia terkenal aktivis lingkungan sini….banyak orang sih

yang berkunjung ke rumahnya…ada orang jepang….kemaren kalau ga salah ke

rumahnya….ada mahasiswa…pemerintahan…dia orangnya baik1

P Dia orang bagaimana, cara bergaul dengan masyarakat misalnya?

R

Dia orangnya baik, semua masyarakat di sini kenal…dia tuh emang sabar, ga putus

asa, mau belajar sama orang…dia bagus kalau dengan masyarakat…kalau ga bagus

mana mungkin masyarakat kenal sama dia…baiklah

P Bapak sendiri ikut dalam kegiatannya Bu Bambang?

R Oh ya…tapi saya sendiri enggak, paling istri saya aja…tapi kita kan semua punya

tanggung jawab buat jaga kebersihan di sini….yang paling saling menjaga aja

P Apa kekurangan Ibu Bambang menurut bapak?

R Kekurangan…apa ya…ga ada sih…engga ga ada saya sering maen ke rumahnya,

1 Dijadikan Footnote pada BAB III Hal 36

Note Book Mini

Page 89: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

2

eyang baik, ramah

P Bapak sendiri ikut dalam kepengurusan Rt atau Rw di sini?

R Oh enggak…saya saya masyarakat biasa aja…ya kalau ada kegiatan-kegiatan

model kerja bakti…saya pasti ikut…karena memang di sini cukup aktif ya

P Bapak sendiri aktivitasnya apa saja, atau istri bapak?

R Oh saya biasa aja…kerja, pagi-pagi berangkat kerja…istri yang munkin di dapur

atau nyiram tanaman…

P Yang bapak tahu tentang aktivitas di kampung ini, terutama masalah pengelolaan

sampah atau penghijauan?

R Ya…PKK, Karangtaruna, dulu sempet Komite Lingkungan….yang paling itu aja

sih…paling kalau ada perbaikan atau kerja bakti biasanya semuanya keluar tuh…

P Menurut bapak yang ikut kegiatan yang diadakan oleh Ibu Bambang banyak yang

mengikuti di sini?

R Hm..enggak semua sih…paling Ibu-ibu di sini mah…ada anak-anak juga palin

enggak semua, remajanya juga ada

P Aktivitas di sini apa saja yang bapak tahu, maksudnya masyarakat di sini?

R

Seperti masyarakat lainnya…ada yang kerja…kalau yang Ibu-ibu nganter anak-

anak ga ada yang aneh sih….oh kalau itu memang iya paling pagi, siang, sore pada

nyiram tanaman, bersih-bersih paling gitu aja…ya

Catatan :

Pertanyaan bersifat eksploratif dan selalu dilakukan probing

Page 90: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

Lampiran

Penghargaan-penghargaan Piagam penghargaan

Kegiatan kerja bakti Halaman depan rumah

Harini Bambang Wahono

Keasrian sepanjang jalan

Kampung Banjarsari

Produk-produk daur ulang

Halaman belakang rumah

Harini Bambang Wahono

Mengajar Bahasa Inggris

kepada anak-anak di lingkungan

sekitar

Page 91: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

Gapura Kampung

Banjarsari

Kertas hasil daur ulang

Tong sampah Kampung

Banjarsari

Suasana sepanjang jalan

Kampung Banjarsari

Tempat pelatihan Hasil kerajinan

Page 92: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

1

P A N D U A N W A W A N C A R A

SKRIPSI

MODEL PENGORGANISASIAN MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN

KESADARAN LINGKUNGAN (Studi Kasus Pemberdayaan Masyarakat Yang Dilakukan

Ibu Harini Bambang Wahono Di Kampung Banjarsari Rw 08 Kel. Cilandak Barat Kec.

Cilandak Jakarta Selatan)

Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Jurusan Konsetrasi Kesejahteraan Sosial

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Masyarakat Biasa 1

Hari/tanggal : 7

Bulan : Agustus

Perihal : Model pengorganisasian masyarakat

Fokus : Identifikasi 3 Model Pengorganisasian

(Rothman dalam Hartuningsih, 2003)

Sub : Model pengembangan masyarakat (locality development model),

perencanaan sosial (social planing), model aksi sosial (social action

model), reformasi sosial (social reform model) atau terpadu

Jumlah

Responden : Ernawati

��������������

No Indikator/Parameter Pertanyaan

1 Kategori tujuan

tindakan masyarakat

Apa ujuan ibu mengikuti kegiatan ini?bagaimana cara ibu Harini

memberikan pengajaran atau penyuluhan?

Jawab:

Tujuan saya ya…untuk memelihara lingkungan saja, kalau

lingkungan bersih kan kitanya juga enak, masyarakat sini juga

enak.

Bu Bambang kita sering kumpul, dulu sih sering cuman sekarang

kan masyarakt udah bisa sendiri, jadi enggak

2

Asumsi mengenai

struktur komunitas dan

kondisi

pemasalahannya

Ibu sendiri merasa hambatan apa yag dirasakan? Bagaima

dengan kondisi masyarakat di sini?

Jawab:

Hambatan…hambatan itu ga ada, masyarakat jalan saja…

Permasalahann mah ada saja, yang miskin, yang ga sekolah…ya

ada

3

Strategi perubahan

dasar

Biasanya Ibu Bambang tahapannya apa saja dalam kegiatan yang

ibu/bapak ikut?

Jawab:

Bu Bambang sih biasa aja ya…kita bareng-bareng aja, kalau ada

acara atau apa kita kumpul…masyarakat diundang, kayak

yasinan atau pengajian…..Oh ya… kita kalau ada pembahasan

Page 93: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

2

mengenai masalah lingkungan pasti kita dilibatin, soalnya

permasalahan lingkungan di lingkungan sini berarti masalah

bersama, kayak kemarin di daerah bawah ada kebanjiran kita

semua terlibat. Penghijauan juga sama, pokonya pasti dilibatin.

Yang kordinatorin kan Ibu Bambang…sama Bu Nina…juga

4

Karakterisik taktik dan

teknik perubahan

Apa benar di sini pernah diadakan arisan lingkungan? Bisa

ceritakan bagaimana prosesnya?adakah kegiatan lain?

Jawab:

Oh ya, saya ikut, tapi enggak semua paling ibu-ibunya saja,

arisannya kayak biasa Cuma yang menang dapet tanaman

dikasih ya gitu terus kita di sini kalau ada permasalahan apa pun,

misalnya sampah, selalu kesepakatan bersama. Kalau tidak

begitu suka terjadi kecemburuan atau cek-cok, misalnya masalah

penyimpanan pot-pot tanaman harusnya seperti apa, itukan perlu

dibicarain sama-sama. Kita biasanya diskusi bareng aja1

5

Peran praktisi yang

menonjol

Dalam kegiatan ibu berperan sebagai apa?Ibu Bambang sebagai

apa?

Oh saya engga sebagai apa-apa ya, biasa aja, kita bareng-

bareng…bu Bambang udah lama di sini mengurusi lingkungan

dan penghijauan dia dikenal sebagai teman, dan warga di sini

sudah lama bekerjasama dengan dia tokoh masyarakat di sini dan

sering ngadain pelatihan sama orang-orang di luar2…ada banyak

kemaren ada mahasiswa dari Jepang kalau ga salah…

6 Media Perubahan

Ketika ada ajakan dari Ibu Bambang ibu selalu ikut

serta?bagaiman cara mengajak warga?

Jawab:

Tergantung…kalau emang ada waktu saya juga ikut, tapi

sekarang-sekarang saya sibuk kerjaan rumah jadi jarang ikut..

Biasa aja…ya seperti orang ngajak saja

7 Orientasi terhadap

struktur kekuasaan

Yang ibu/bapak lihat keharmonisan antar warga

bagaimana?antara Ibu Bambang dengan aparat?Aparat dengan

masyarakat?

Jawab:

Selama ini harmonis-harmonis saja tuh de…ga da masalah…Ibu

juga baik hubungannya…kalaupun ada masalah itu biasa….

Aparat….pak RW maksudnya…aman-aman saja, ga da

apa….harmonis

8

Batasan definisi sistem

klien dalam komunitas

(konstituensi)

Dalam kenyataannya siapa saja yang terlibat?adakah pembedaan

si miskin atau si kaya atau etnis?

Jawab:

Maksudnya?...dalam kebersihan lingkungan kita masyarakat

semua terlibat…

9 Asumsi mengenai Perselisihan apa yang biasanya yang terjadi antar kelompok

1 Dijadikan Footnote pada BAB IV Hal. 50 2 Dijadikan Footnote pada BAB IV Hal. 52

Page 94: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

3

kepentingan dari

kelompok-kelompok di

dalam suatu komunitas

masyarakat di sini?

Jawab:

Ga ada tuh, paling Cuma masalah kebersihan aja…ada yang

bersih lingkungannya…biasanya jadi bahan omongan

10

Konsepsi mengenai

populasi klien

(kostituensi)

Menurut ibu potensi masyarakat di sini itu apa?apakah ikut aktif

atau tidak?

Jawab:

Ga tau yah…semua udah bekerja sih de…saya biasa saja

11 Konsepsi mengenai

peran klien

Bagaimana keterlibatan masyarakat sendiri terhadap upaya

kesadaran dan penyelamatan lingkungan ini? Apakah sejauh ini

sudah sesuai harapan? Harapannya seperti apa?

Jawab:

Masyarakat terlibat semua…yang ini ada saja…namanya juga

orang …sesuai

Page 95: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

1

Lampiran 3

O B S E R V A S I

SKRIPSI

MODEL PENGORGANISASIAN MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN

KESADARAN LINGKUNGAN (Studi Kasus Pemberdayaan Masyarakat Yang Dilakukan

Ibu/Bapak Harini Bambang Wahono Di Kampung Banjarsari Rw 08 Kel. Cilandak Barat

Kec. Cilandak Jakarta Selatan)

Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Jurusan Konsetrasi Kesejahteraan Sosial

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Perihal : Model pengorganisasian dalam meningkatkan kesadaran lingkungan

Fokus : Identifikasi 3 Model Pengorganisasian

(Rothman dan tropman, 1987)

Model pengembangan masyarakat (locality development model),

perencanaan sosial (social planing), model aksi sosial (social action

model).

Sifat : Observasi

Responden : -

Hari/Tanggal/

Lokasi : Sabtu, 7 Agustus 2010 / Wilayah RW 08 & Rumah Ibu Harini

Waktu : 15-00-14:00

Observasi

Harini ini adalah hari ke 4 seingat saya datang ke Kampung Banjarsari ini, dari

pengamatan penulis, yaitu dari gang masuk jika melalui jalan pinggiran lampu merah

Fatmawati, jalan-jalan begitu bersih, walaupun pot-pot tanaman kurang terlihat dan

terkesan gersang. Memasuki Banjarsari IV mulai terasa sejuk dan bersih, yaitu tepat di

tengah perempatan antar gang di wilayah RW 08. Tepat di depan jalan dimana saya

berjalan terdapat tong sampah kebanggaan masyarakat dengan tiga warna, merah, hijau

dan kuning kemerah-merahan (krem) sebagai kode pemilahan jenis sampah, organik, non

organik dan lain-lain. Keseluruhan wilayah RW 08 Kampung Banjarsari ini sangat sejuk,

karena hampir di setiap depan rumah di simpan pot-pot tanaman dan di lahan-lahan

kosong ditanami pepohonan hias atau pohon biasa.

Note Book Max

Page 96: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

2

Kemudian saya berjalan menelusuri jalan menuju rumah Eyang, 30 meter kira-kira

sebelum rumahnya terdapat tempat usaha penjualan mobil atau mungkin bengkel,

kondisinya bersih, rapi dan sekila orang akan melihatnya bukan sebagai tempat usaha tapi

rumah biasa. Persis di depan bengkel ini ada rumah dengan tulisan di halam rumahnya

“Kelompok Tani Dahlia”, itu sepertinya rumah Ibu Nina Sidle. Akhirnya saya sampai di

rumah Eyang, seperti biasa Eyang sedang menyiram dan merawat tanamannya, kemudian

penulis bertegur sapa sekaligus menanyakan kabar Eyang. Rumah Eyang sederhana, tapi

semua sudut di rumahnya penuh dengan tanaman, jadi suasananya sejuk, sunyi, tapi

bergairah. Ya ternyata betul apa yang dikatakan masyarakat sekitar ketika menunjukan

rumahnya saat penulis pertama kali berkunjung, kira-kira 6 bulan yang lalu, “rumah bu

Bambang yang banyak pohonnya dan orangnya sudah tua yang rumahnya adem pasti

ketemu”.

Seperti biasa Eyang memberikan segelas minuman, kemudian penulis

mengutarakan masksud kedatangan hari itu yaitu hanya observasi atau melihat-lihat.

Eyang memberitahu saat ini mulai berencana untuk membuka program pengajaran bahasa

Inggris untuk anak-anak di sekitar rumahnya, jadi mungki ke depan Eyang sibuk ngajar

untuk jam sore seperti ini. Penulis menganggukan kepala seraya memaklumi. Dari

selingan obrolan datang ke rumah eyang seorang Ibu yang sebaya dengan Eyang dan

menanyakan tentang rencana pengajaran anak-anak, Eyang mendekatinya dan

mengajaknya ke luar rumah, ditepuknya pinggang temannya sebagai bentuk keakraban

keduanya, mereka sangat akrab. Setelah itu, Eyang kembali dan penulis menanyakan

tentang temannya itu, Eyang bilang dia Ibu Nina Sidle teman dan kader saya. Selang

beberapa menit, datang anak-anak kecil ke rumah Eyang sambil meminta izin bermain di

rumahnya, Eyang mengizinkan sambil mengusap kepala anak itu, penulis melihat itu

sebagai pendekatan. Memang dari beberapa kunjungan penulis sering melihat Eyang

Page 97: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

3

melakukan sentuhan fisik terhadap lawan bicaranya, mengusap kepala kepada anak-anak,

merangkul pingggang terhadap teman sebaya, membungkukan badan kepada orang yang

dihormati kepada pak RW jika kebetulan melewati rumah Eyang.1

Kemudian penulis melanjutkan obrolan dengan Eyang, penulis melakukan

wawancara secara tidak terstruktur (orbolan bertujuan) dan melakukan observasi tempat.

Dari pengakuannya yang dilakukan Eyang selama ini adalah kerjasama antar kelompok

masyarakat: kelompok dengan tingkat ekonomi atas dan menengah melalui kegiatan

penghijauan atau penanaman tanaman obat, untuk ekonomi tingkat bawah melalui

kegiatan daur ulang sampah. Selain itu kerjasama juga dilakukan dengan pemerintahan

setempat (RT, RW dan kelurahan) dengan membentuk komite lingkungan yang

diprakarsai oleh UNESCO. Itu terlihat dari beberapa foto kegiatan di rumahnya.

Kemudian kerjasama dengan lembaga di luar Jakarta (pemerintah DKI Jakarta dan

lembaga yang berorientasi pada penyelamatan lingkungan dan lain-lain) dan luar negeri

(Filiphina, pemerintahan Thailand dan lain-lain)2

Selain itu, Eyang memanggil anaknya untuk menyiram tanaman di depan

rumahnya, Eyang mengatakan tanaman disiram 3-4 kali sehari, pagi, siang, sore dan

malam hari. Eyang juga menceritakan siapa saja yang sudah datang ke rumahnya untuk

tujuan berkunjung, belajar dan berlatih, ada anak SMA, kalangan pemerintah, DINAS,

masyrakat di daerah lain, pokonya banyak. Saat ini, pelatihan sudah dilakukan ke beberapa

sekolah, Eyang sering diundang ke beberapa sekolahan di Jakarta, ada yang datang ke

rumahnya juga.

Dalam beberapa kesempatan eyang bisa disebut artikulator, eyang selalu menjadi

bahan rujukan untuk menjelaskan berbagai kebingungan yang dialami oleh kader atau

tetangganya, paling sering menjelaskan kebingungan tentang perawatan tanaman obat.

1 Dijadikan Footnote di BAB IV Hal 49 2 Dijadikan Footnote di BAB IV Hal. 53

Page 98: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

1

Lampiran 3

P A N D U A N W A W A N C A R A

SKRIPSI

MODEL PENGORGANISASIAN MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN

KESADARAN LINGKUNGAN (Studi Kasus Pemberdayaan Masyarakat Yang Dilakukan

Ibu/Bapak Harini Bambang Wahono Di Kampung Banjarsari Rw 08 Kel. Cilandak Barat

Kec. Cilandak Jakarta Selatan)

Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Jurusan Konsetrasi Kesejahteraan Sosial

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Responden : Kuswara Eka, SAP Ketua RW 08

Hari/Tanggal/

Lokasi : Senin, 30 Agustus 2010 / Rumah RW

Waktu : 12-27-14:02

Observasi

Setelah beberapa lama penulis menunggu surat disposisi untuk wawancara,

akhirnya hari ini penulis bisa mewawancarai wakil kelurahan Cilandak Barat Jakarta

Selatan. Dalam wawancara ini penulis lebih banyak menanyakan profil Banjarsari dan

sedikit menyinggung indikator pengorganisasian masyarakat. Responden lebih banyak

menjawab dengan merekomendasikan arsip dan panduan wilayah Kecamatan Cilandak.

berikut petikan wawancaranya:

1. P : Yang bapak tahu Banjarsari itu dulunya seperti apa, mungkin ke sejaranya?

J : Sebetulnya saya tidak tahu persis, namun dari beberapa

informasi…khususnya orang dulu yang pernah menjadi pengurus kelurahan ini

bilang…dulunya…dulu ini wilayah kebun jati, tapi sejalan perkembangan lama-

kelamaan seperti sampai sekarang ini.

2. P : Katanya Banjarsari atau RW 08 ini hasil pemekaran?

J : Ya, wilayah RW 08 Banjarsari merupakan hasil pemekaran dari wilayah RW

05 Cilandak Barat pada tahun 1970an…pemekaran ini dikarenakan semakin

meningkatnya jumlah warga…waktu itu…RW 08 Banjarsari masih masuk ke

dalam wilayah Kecamatan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan…tapi dengan alasan

Note Book Max

Page 99: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

2

meningkatnya jumlah penduduk tadi…saat ini Banjarsari masuk ke dalam wilayah

Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan.

3. P : Perbatasannya dengan apa saja?

J : Sebelah timur sana berbatasan dengan Kelurahan Cilandak Timur…sebelah

utaranya berbatasan dengan kelurahan Gandaria Selatan/Kelurahan Cipete

Selatan..terus sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Pondok Labu dan

sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Pondok Pinang….

4. P : Kondisi geografisnya gimana?seperti keadaan tanah, sering banjir atau tidak?

J : Wilayah Kelurahan Cilandak Barat termasuk daerah dataran rendah dan

memiliki kontur tanah yang relatif agak bergelombang…kalau dari beberapa

kasus…yang berhubungan dengan kerusakan lingkungan, misalnya banjir, tanah

longsor, kekeringan atau lainnya, daerah ini terbilang aman…kemudian di wilayah

juga dua sungai mengalir dari wilayah Depok menuju Bogor.

5. P : Jumlah penduduknya bisa dijelaskan dari tahun ketahun?

J : Untuk data-data statistiknya semua ada di buku panduan dan arsip

ini…paling dari beberapa RW itu…RW 08 sama RW 06 yang paling

padat…karena akses ke jalan lebih mudah…dan dekat pusat kota…

6. P : Kalau untuk penyebaran usianya?

J : Kalau dari arsip ini…secara jelas khususnya Banjarsari lebih didominasi oleh

usia dewasa dan senja….maka mungkin aktivis lingkungannya juga banyaknya

dari ibu kan…atau karena tingkat kelahirannya juga makin menurun…

7. P : Kalau kerjasama dengan Ibu Bambang seperti apa?

J : Sampai saat ini kita tetap kerjasama dengan Bu Bambang…dulu sempat

membentuk Komite Lingkungan dan berjalan sampai sekarang….sekarang kita

Page 100: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

3

masih terus kerjasama…apalagi kalau ada kegiatan atau kungjungan dari

pemerintah luar…kita pasti ikut mendukung.

8. P : Kalau ada dukungan perannya seperti apa?

J : Oh ya, kita sering kali menjadi promotor, fasilitator atau mediator dalam

kerjasama dengan kampung atau kelurahan lain.

9. P : Tahun berapa kira-kira awal jumlah penduduk Banjar sari dahulu?

J : Dulu tahun 1970an, sekitar 590an jiwa…kalau sekarang ga tau

yah…mungkin sekitar 600% mungkin sampai…coba dilihat di arsip ini…

10. P : Kalau peran Bu Bambang selain dikenal praktisi lingkungan juga apa?

J : Bu Bambang sudah lama dikenal tokoh masyarakat Banjarsari…setahu

saya…selain sebagai tokoh…beliau juga sebagai pembimbing dan mentor bagi

masyarakat..sekarang saja beliau dikenal sama orang-orang sebagai praktisi

lingkungan

Page 101: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

1

Lampiran 1

W A W A N C A R A T I D A K T E R S T R U T U R

SKRIPSI

MODEL PENGORGANISASIAN MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN

KESADARAN LINGKUNGAN (Studi Kasus Pemberdayaan Masyarakat Yang Dilakukan

Ibu/Bapak Harini Bambang Wahono Di Kampung Banjarsari Rw 08 Kel. Cilandak Barat

Kec. Cilandak Jakarta Selatan)

Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Jurusan Konsetrasi Kesejahteraan Sosial

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Perihal : Model pengorganisasian dalam meningkatkan kesadaran lingkungan

Fokus : Identifikasi 3 Model Pengorganisasian

(Rothman dan tropman, 1987)

Model pengembangan masyarakat (locality development model),

perencanaan sosial (social planing), model aksi sosial (social action

model).

Sifat : Pendahuluan

Responden : Harini Bambang Wahono

Hari/Tanggal/

Lokasi : Minggu, 27 Juni 2010 / Rumah Ibu Harini

Waktu : 15:10-15:30

Model Pengorganisasian Masyarakat

P Bisa diceritakan tentang pengalaman Ibu dalam membangun masyarakat Banjarsari

ini?

R

Tantangan pasti ada…tapi semuanya harus memulai dari proses dulu, Ibu sudah

sering berbicara di depan para pejabat dan pemerintah di daerah atau seperti

kemarin saya habis di Pontianak…mereka sangat antusias ingin belajar dari kita,

pengalaman banyak mungkin bisa dilihat dari beberapa penghargaan yang didapat,

ada dari media, perusahaan, pemertintahan…banyak mungkin kamu bisa lihat

sendiri di dinding yang nempel sertifikat atau penghargaannya…

Terus, dalam usaha mengorganisir masyarakat di sini selalu melalui tahapan atau

proses, itu slalu ya…semuanya ga ada yang ga pake proses, dan ingat harus berani

untuk memulai, ini penting. Nah, selain itu, yang yang menurut Eyang penting juga

adalah yakinkan diri dulu dan cinta terhadap tanah air penting untuk mendorong

seseorang untuk melakukan tindakan langsung, eksen (action), inilah yang Eyang

lakukan. Dalam proses ini pun Eyang sebagai praktisi harus selalu melakukan

Note Book Mini

Page 102: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

2

pendampingan supaya ada pengawasan terhadap mereka. Di proses pendampingan

inilah Eyang memberikan doktrin bahwa “proses itu penting”. Itu semua supaya

mereka bisa mandiri1

P Harapan ibu seperti apa kedepannya untuk Kampung Banjarsari ini?

R

Harapan saya ya…tentunya inginnya semua masyarakat sadar tentang lingkungan,

terutama sampah…saya sering lihat di pinggiran daerah BSD sana ada tumpukan

sampah yang itu terlihat sama semua orang yang lewat situ…saya sendiri sampai

heran…itu gimana dengan pemerintahnya atau warganya…mereka acuh tak acuh

sepertinya…itulah, memang terlalu berlebihan untuk bisa menyadarkan masyarakat

semua, ya itu aja..

P Apakah Kampung ini sudah ideal menurut Ibu?

P

Untuk saat ini ya…tapi saya harapkan untuk masyarakat sini tidak pernah puas,

karena apa…tetangga RW lain belum melakukannya seperti kita,…pelan-pelan

lah…ya tapi itu tadi sekarang ini cobaan saya gunjingan orang-orang, ya…itu saya

harus kuat

P Apa tujuan Ibu membangun masyarakat Banjarsari untuk sadar atau peduli

lingkungannya?

R

Tujuan saya adalah menyelamatkan Bumi yang sekarang sudah mendekati

kehancuran akibat ulah kita, kita yang mendiami, kita juga yang merusaknya, inikan

Bumi kita…mestinya sadar untuk bisa bertahan bagi anak cucu kita ya..kita harus

selamatkan, jangan jauh-jauh….kita memelihara lingkungan kita aja dulu…efeknya

kan terasa gak ada banjir, nyamuk, longsor, tapi justru sejuk, enak…gitu jadi

tujuannya jelas untuk kebaikan kita juga

P Bagaimana cara Ibu mengorganisasikan masyarakat?

R

Saya ga pake cara-cara khusus, gak ada teorinya, alami aja….pertama tetangga

dulu…terus baru ke tetangga lain, begitu aja…ga pake teori-teorian, saya bikin

kelompok, terus ada lomba-lomba supaya semangat…alami aja pokonya

P Mungkin ada strategi yang Ibu lakukan?

R Paling arsisan tadi, yang menang nanti di rumahnya dikasih tanaman hias atau obat-

obatan…atau lomba-lomba

Catatan :

Pertanyaan bersifat eksploratif dan selalu dilakukan probing

1 Dijadikan Footnote pada BAB IV Hal 46

Page 103: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

1

Lampiran 3

P A N D U A N W A W A N C A R A

SKRIPSI

MODEL PENGORGANISASIAN MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN

KESADARAN LINGKUNGAN (Studi Kasus Pemberdayaan Masyarakat Yang Dilakukan

Ibu/Bapak Harini Bambang Wahono Di Kampung Banjarsari Rw 08 Kel. Cilandak Barat

Kec. Cilandak Jakarta Selatan)

Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Jurusan Konsetrasi Kesejahteraan Sosial

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Responden : H Nurjaya, SH Ketua RW 08

Hari/Tanggal/

Lokasi : Sabtu, 21 Agustus 2010 / Rumah RW

Waktu : 16-40-17:04

Observasi

Karena waktu yang diberikan ketua RW 08 ini tidak banyak, jadi hanya beberapa

pertanyaan saja yang penulis lontarkan, yaitu hanya wilayah geografis, aktivitas

masyarakat Banjarsari dan bentuk kerjasamanya saja. Berikut petikan wawancaranya:

1. P : Wilayah Banjarsari itu mana saja pak?

J : Wilayah Banjarsari itu masuk dalam wilayah RW 08, salaha satunya RT 07

yang dimana Bu Bambang tinggal di situ…dulu ini wilayah kebun semua, makin

lama ada penduduk sampai seperti ini.

2. P : Aktivitasnya apa saja masyarakat di sini?

J : Aktivitasnya sama saja…di sini banyak yang sudah bekerja….kebanyakan

kerja kantoran…Ibu-ibu juga ada yang karir ada juga yang rumah tangga…oh

kalau aktivitas pengelolaan lingkungan ade mungkin sudah tau…dari Bu

Bambang…ada kelompok tani, forum warga…

3. P : Dukungan bapak sendiri terhadap aktivitas masyarkat selama ini bagaimana?

J : Saya sendiri sangat mendukung terhadap inisiatif warga terutama Bu

Bambang untuk ngelola lingkungan biar bersih…soalnya itu baik…satu waktu

Note Book Max

Page 104: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

2

malah saya sering mempromosikan atau mengejak kerjasama ke RW lain supaya

bisa mengelola lingkungan juga, terus saya suruh Bu Bambang yang bimbing.

Intinya saya dukung.1

4. P : Kan di sini ada organisasi lingkungan sama organisasi bentukan RW itu

gimana, apa sering terjadi bentrok atau penumpukan?

J : Keberadaan lembaga non lingkungan, misalnya ya Karang Taruna, Posyandu,

PKK, Forum Warga terus lainnya menurut saya justru sangat membantu

kelancaran kegiatan pada lembaga yang berorientasi lingkungan, jadi lembaga-

lembaga ini saling membutuhkan2, tidak ada saling saing-saingan, ga ada..

5. P : Bentuk kerjasamanya seperti apa?

J : Oh tidak ada yang khusus…saya mungkin bentuknya dukungan…ikut dalam

forum dan rapat-rapat…ya itu saja

1 Dijadikan Footnote di BAB IV Hal. 56 2 Dijadikan Footnote di BAB IV Hal 13

Page 105: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

1

H A S I L W A W A N C A R A

SKRIPSI

MODEL PENGORGANISASIAN MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN

KESADARAN LINGKUNGAN (Studi Kasus Pemberdayaan Masyarakat Yang Dilakukan

Ibu Harini Bambang Wahono Di Kampung Banjarsari Rw 08 Kel. Cilandak Barat Kec.

Cilandak Jakarta Selatan)

Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Jurusan Konsetrasi Kesejahteraan Sosial

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Perihal : Model pengorganisasian dalam meningkatkan kesadaran lingkungan

Fokus : Identifikasi 3 Model Pengorganisasian

(Rothman dan tropman, 1987)

Model pengembangan masyarakat (locality development model),

perencanaan sosial (social planing), model aksi sosial (social action

model).

Sifat : Pendahuluan

Responden : Harini Bambang Wahono

Hari/Tanggal/

Lokasi : Minggu, 15 Agustus 2010 / Rumah Ibu Harini

Waktu : 15:10-17:30

No Indikator/Parameter Pertanyaan

1 Kategori tujuan

tindakan masyarakat

Apakah tujuan Ibu melakukan penyadaran lingkungan di

kampung ini? Mana yang penting, prosesnya, tujuannya

(karena hanya sebagai tugas) ungkit tentang UNESCO,

atau proses dan tujuannya (lebih pada perubahan strutur

politik).

Jawab:

Tujuannya adalah untuk menyadarkan masyarakat bahwa

dengan menjaga lingkungan maka menjaga juga bumi

kita…jadi tujuannya ingin menyelamatkan bumi, karena

kalau bukan kita siapa lagi iyakan...tapi semuanya kan

tidak hanya inginnya saja…harus berusaha…iya saya

mementingkan proses…yang penting masyarakat tahu

caranya, misalnya saja cara daur ulang sampah,

masyarakat ga mungkin langsung bisa…harus ada

pendekatan dulu…dikasih tahu dulu caranya..ya..harus

berproses dulu…Eyang tidak menjadikan ini sebagai

kayak asal jadi…ini kewajiban…dan memang harus

seperti itu

2

Asumsi mengenai

struktur komunitas dan

kondisi

� Bagaimana Ibu melihat masyarakat di sini?

khususnya mengenai masalah ekonomi dan

Page 106: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

2

pemasalahannya lingkungannya? Mungkin ada kesenjangan, nuansa

ketidakadilan?

� Hambatannya apa saja?

� sampai saat ini apa yang masih menjadi masalah

paling mendesak bagi Ibu?

Jawab:

Masalah pasti ada ya…tapi kalau masalah yang besar itu

ga ada…ada paling ini ni…Ibu-ibu tua yang tadi keluar

dari rumah Eyang, itu dia tidak diperhatiin sama anak-

anaknya…itu gimana anaknya…ko setega itu…nah

paling itu…atau ada yang pinjam uang…macem-

macemlah…kalau kesenjangan terlalu jauh sih

enggak…masyarakat di sini tergolong menengah

aja…nuasa ketidakadilan enggak ada juga tuh…semua

baik-baik aja, tapi melihat permasalahan masyarakat di

sini adalah PR bersama, entah itu awalnya dilakukan oleh

salah satu oknum individu atau sejumlah orang awalnya

memang terjadi kesenjangan di masyarakat, sikap acuh

tak acuh misalnya, tapi setelah saya berpikir dan

berinovasi terus-menerus akhirnya Eyang menemukan

jalan keluarnya yaitu melalui komunikasi…sering

komunikasi, karena selama ini yang saya lakukan seperti

itu…sering bertemu anggota masyarakat membuat

mereka tidak canggung lagi1…Eyang enggak

ngebayangin kalau mau bangun kampung tapi enggak

kenal sama masyarakatnya kan gimana…

Hambatan mah ada aja…paling mendesak di

Banjarsari….ekonomi…itu umum memang…lingungan

paling mendesak

3

Strategi perubahan

dasar

� Bagaimana strategi Ibu dalam melakukan penyadaran

lingkungan ini?

� Langkah-langkah atau tahapan-tahapannya

bagaimana?

� Siapa yang terlibat?

� Dalam penentuan masalah, siapa yang paling

berwenang dalam menentukan “ini masalahnya” atau

“itu masalahnya” ketika melakukan identifikasi

masalah (khususnya usaha penyadaran lingkungan?

Apakah Ibu juga melakukan aksi-aksi lingkungan

(demonstrasi lngkungan)? Jika ya, apakah itu selalu

dilakukan dan menjadi prioritas?

Jawab:

Strategi saya tidak ada yang khusus…semua dalam

proses penyadaran lingkungan kepada masyarakat yang

1 Dijadikan Footnote pada BAB IV Hal. 47

Page 107: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

3

saya lakukan selalu melibatkan masyarakat setempat,

dimulai dari tetangga terdekat sampai akhirnya semua

masyakat Banjarsari…ada berbagai cara yang dilakukan

dalam upaya pendekatan terhadap masyarakat ini, dan

cara yang menurut saya sederhana tapi merupakan kunci

dalam mencapai tahapan pendekatan seterusnya,

misalnya tegur sapa…jengukin anggota masyarakat yang

sedang sakit…ngasih pinjeman uang…hm ngundang

pengajian bersama…terus…seperti ngadain arisan...

terus juga selalu diberikan motivasi di sela-sela proses

pendekatan nah ketika masyarakat sudah mulai paham

dan tertarik dengan kegiatan…atau ajakan…saya

mendorong mereka untuk mandiri dalam memecahkan

masalah berikutnya2…soalnya kalau tidak seperti itu

mereka akan menjadi pengikut saja…

Langkah-langkahnya itu…pertama motivasi diri kita

dulu…apa yang jadi motivasi kita…kedua mulai dari diri

kita dulu…biasanya orang mau ikut sama kita kalau ada

bukti kita juga udah berbuat…kan

gitu…terus…pendekatan…bisa kita jenguk anggota

masyarakat yang sedang sakit atau ikut kegiatannya..buat

kontak jaringan…nah dari hasil pendekatan tadi saya

bisa cari informasi tentang situasi

masyarakat…kemudian bikin forum atau kelompok,

kayak forum warga…kelompok yang sepaham dan

semuanya atas dasar kesepakatan…baru buat

komitmen….ini penting biar ada peraturan jelas….buat

pemetaan masalah…kayak pembagian spot-spot yang

pas untuk menyimpan pot tanaman…nah dari kelompok

buat organisasinya…organisasi penting untuk

memudahkan….3

4

Karakterisik taktik dan

teknik perubahan

� Dalam usaha melakukan perubahan kepada

masyarakat di sini memakai cara apa?

� Semuanya atas kesepakatan atau bagaimana?

Bentuknya diskusi antar kelompok, memberikan

penyuluhan, role playing (permainan aturan; ungkit

masalah arisan lingkungan) atau hanya dengan kader

saja?

Jawab:

Kalau yang dimaksud itu….Eyang sih selalu

melibatkan masyarakat ya, ya…. caranya bisa lewat

diskusi kelompok kayak gambar di sana…itu

sebetulnya spseri itu alurnya, datang ke rumah atau

diskusi tatap muka begini, nah sebanyak mungkin

memang semua masyarakat datang, biar tidak ada

2 Dijadikan Footnote pada BAB IV Hal. 49 3 Dijadikan bahan olahan pada BAB IV tentang tahapan 61-66

Page 108: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

4

kecemburuan, soalnya masing-masig itu orang beda-

beda4…..ya taktiknya bisa kayak tadi…lomba-

lombaan…ngadain arisan…karena emang Ibu-ibu

kebanyakan di sini…

5

Peran praktisi yang

menonjol

� Dalam proses penyadaran lingkungan ini bagaimana

peran Ibu? Artikuler kebutuhan mereka, motivator,

inisiator, sebagai pembimbing, penganjur,

koordinator atau peneliti, fasilitator atau aktivis

advokasi, broker, negosiator.

Jawab:

Peran apa ya…orang-orang sih taunya Eyang itu

praktisi lingkungan…terserahlah orang mau

nyebutnya apa…tapi paling saya lebih suka

masyarakat biasa saja…ya, ada yang bilang mentor

pelatihan…tapi untuk anak-anak saya pembimbing

aja.. ada dua tokoh yang punya tanggung jawab

khusus, Ibu Agustin misalnya, ia lebih ke tugas

mendidik dan pemberian model, karena keahlian

yang dimilikinya lebih ke cara-cara seperti

pemanfaatan dan pengelolaan sampah

gimana…kalau Bu Nina lebih fokus ke penyadaran

lingkungan untuk masyarakat menengah, mungkin

pergaulannya…5

6 Media Perubahan

Apakah Ibu melakukan kerjasama dengan kelompok-

kelompok lain di luar kelompok lingkungan yang telah

melalui kaderisasi? Bagaimana bentuk kerjasamanya?

Siapakah yang memegang peranan penting (porsinya

lebih besar) dalam memobilisasi? Bagaimana cara

memobilisasinya? Bagaimana dan sejauh mana

keterlibatan mereka? Apakah bekerjasama dengan

organisasi formal? Jika ada, sejauh mana keterlibatan

mereka?

Jawab:

Oh…banyak sekali kerjasama yang sudah dilakukan,

misalnya dengan UNESCO, Jepang, pemerintah

Thailand, dan banyak lagi sebenarnya. Kalau pertama

kali melakukan kerjasama seingat Eyang itu awalnya

kerjasama dengan tetangga dulu, tapi itu juga biasanya

tergantung dari minatnya, misalnya nanam tanaman,

terus Eyang cari orang yang minatnya sama juga, kalau

masyarakat bawah Eyang kasih tau bahwa mengelola

sampah dengan didaur ulang juga bisa buat penghasilan

sampingan. Ya, biasanya kan mereka mencari yang lebih

4 Dijadikan Footnote pada BAB IV Hal. 50 5 Dijadikan Footnote pada BAB III Hal. 36

Page 109: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

5

bisa bermanfaat dalam segi uang. Sama RT atau RW

Eyang juga kerjasama, kelurahan Cilandak atau

kelurahan di luar, misalnya yang sekarang juga terkenal

Rawasari6 Bentuk kerjasama pun berbeda

beda…kebanyakan dari Banjarsari sekarang dari daerah

yang mau ngembangin lingkungan kayak kita…

7 Orientasi terhadap

struktur kekuasaan

� Bagaimana peran aparat pemerintah

(RT/RW/Kelurahan) dalam kegiatan Ibu?

� Kerjasamanya seperti apa? Apakah sama-sama

terlibat dalam prosesnya atau hanya pendukung

(sponsor)?

Jawab:

Oh ya…pemerintah terlibat….sekarang kan dari

PEMDA DKI, Kelurahan semua mendukung…bentuk

kerjasamanya paling pemberian fasilitas atau

kunjungan…oh ya penghargaan…RT, RW sudah

tentu…pasti terlibat

8

Batasan definisi sistem

klien dalam komunitas

(konstituensi)

Apakah semua anggota atau kelompok (baik orang cacat,

miskin, pengangguran, kaya, atau kelompok kurang

beruntung) masyarakat terlibat dan bertanggung jawab

dalam penyadaran lingkungan ini?

Jawab:

Masyarakat Banjarsari itu…masyarakat yang tinggal di

kampung Banjarsari tentunya

9

Asumsi mengenai

kepentingan dari

kelompok-kelompok di

dalam suatu komunitas

Menurut Ibu bagaimana penanganan masalah yang ada,

khususnya lingkungan yang saat ini Ibu geluti bersama

masyarakat lainnya? Biasanya penyelesaianya seperti

apa? Apakah ada keyakinan bahwa masalah yang

dihadapi masyarakat di sini akan terselesaikan secara

keseluruhan melalui upaya sekarang? Apakah Ibu

meyakini bahwa yang penting tujuan tercapai, sekalipun

ada perbedaan kepentingan yang belum tercapai kata

mufakat di sana? Apakah Ibu setuju bahwa sampai

kapanpun tidak akan ada kata mufakat di antara sesama

kelompok masyarakat, jadi jalan aksi (demonstrasi,

pemboikotan terhadap hal-hal (perusahaan atau

kebijakan) yang mengganggu lingkungan, misalnya

polusi udara, kelestarian lingkungan dan lain-lain

dianjurkan untuk dilakukan? Dan adakah rencana

kegiatan ke arah itu, artinya apakah harus seperti itu?

Jawab:

Cara menangani masalah dari dulu kita sama-

sama…pasti tereselsaikan…permasalahan yang ada di

masyarakat Banjarsari khususnya lingkungan adalah

6 Dijadikan Footnote pada BAB IV Hal. 54

Page 110: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

6

permasalahan bersama dan harus diselesaikan bersama

pula. Tidak ada pelemparan tanggung jawab pada

kelompok masyarakat tertentu. Perbedaan kepentingan

dalam kelompok masyarakat di banjarsari ini Eyang

melihatnya adalah hal yang wajar, apalagi ini manusia,

sekalipun kembar, nah gimana kata mufakat itu bisa

tercetus, maka mau tidak mau melakukan perundingan

atau diskusi, sampai saat ini cara yang paling baik7

Untuk demo-demo saya kira boleh saja…cuman kalau

memang masih bisa dilakukan hal mungkin dilakukan

tidak perli itu demo…kecuali kalau darurat…memang

pemerintah harus ada yang mengotrol…untuk aksi-aksi

seperti itu kita belum pernah…

10

Konsepsi mengenai

populasi klien

(kostituensi)

� Bagaimana Ibu melihat masyarakat di sini, apakah

memiliki potensi dalam menangani permasalahan

lingkungan ini?

� Siapakah sasarannya?Apakah Ibu melihat

masyarakat hanya sebagai objek saja (pasif atau tidak

ikut terlibat), artinya pemerintah memiliki proram

mengenai lingkungan (pelestarian, perlindungan dan

penyadaran) yang tidak perlu ada keterlibatan

masyarakat, cukup memanfaatkan program

pemerintah saja? Atau dengan keadaan kesadaran

masyarakat yang kurang mengenai kepedulian

lingkungan saat ini, apakah itu murni kesalahan

pemerintah, misalnya karena adanya kebijakan

pembangunan yang cenderung merusak lingkungan,

kira-kira bagaimana? Bagaimana karakteristik

sasarannya, dalam pengorganisasian.

Jawab:

Oh ya….semua itu ada potensinya kalau mau

menggalinya ya…iya termasuk itu…seperti Eyang bilang

selalu dilibatkan masyarakat..

Oh enggak masalah lingkungan kita di sini yang

disalahkan pemerintah…enggak begitu dong..itu tugas

bersama…

11 Konsepsi mengenai

peran klien

Bagaimana keterlibatan masyarakat sendiri terhadap

upaya kesadaran dan penyelamatan lingkungan ini?

Apakah sejauh ini sudah sesuai harapan? Harapannya

seperti apa?

Jawab:

Terlibat…semua terlibat…berembuk..musyawarah…

Pokoknya semua anggota masyarakat di kampung

banjarsari ini terlibat dalam berbagai kegiatan, ada

PKK… Wanita Tani…. Karang Taruna terus Forum

Warga, dan banyak. Apalagi dalam acara besar seperti

7 Dijadikan Footnote pada BAB IV Hal. 57

Page 111: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

7

hari besar atau nasional, masyarakat pasti tumpah dan

tiap taun kita ngadain lomba kebersihan atau pekarangan

hijau8

Catatan :

Pertanyaan bersifat eksploratif dan selalu dilakukan probing

Catatan lain:

Setelah melakukan wawancara, penulis meneruskan dengan menanyakan perjalanan

perubahan Kampung Banjarsari dari tahun ke tahun. Dulu sekitar tahun 96-97an, mulai

saya sama beberapa kader merintis usaha pengelolaan lingkungan ini…kemudian setelah

itu tahun 98 atau sebelumnya…lupa lagi saya sampai 2000-2001 atau 2002an kita

kerjasama sama UNESCO…tahun 2002an kita sudah tidak kerjasama lagi…sekarang

mandiri..9

Harini menjelaskan mengenai tahapan-tahapan dalam melakukan pengorganisasiannya.

Pertama, persiapan pada diri, tahapan pertama ini adalah bagian terpenting dalam

mengawali pengorganisasian yang dilakukan, sebab konsistensi dan komitmen yang tinggi

dibentuk di tahapan ini. Ga da keyakinan, motivasi dan aksi pada diri kita mustahil bisa

mendapatkan hal diinginkan oleh seseorang, entah praktisi atau siapa pun. Kecintaan

terhadap tanah air menjadi modal utama mnurutnya, terhadap usahanya selama ini. Ia

menyebutnya sebagai proses pengikhlaskan diri.

Pertama, motivasi diri, ini penting untuk mengawali proses ini yaitu membulatkan

tekad/yakin. Tahapan ini titik awal untuk memotivasi dirinya.

Kedua. mulai dari diri sendiri, saya inget omongan A Agym, dan bagus ini emang setelah

tahapan sebelumnya selesai, hal pertama yang dilakukan adalah mulai dari diri sendiri. Hal

ini menurut Harini ditujukan untuk membiasakan pada diri sendiri. Saya sih menyebutnya

keterlibatan langsung, keterlibatan langsung itu tidak diartikan sebagai keterlibatan biasa

Harini pada kegiatan-kegiatan yang ada saja, akan tetapi harus melibatkan perasaan kita.

Di tahap ini saya contohkan seperti menjenguk salah satu anggota masyarakat yang sedang

sakit, ikut ngerayaain ulang tahun salah satu anggota masyarakat, ikut terlibat dalam

pengajian-pengajian, jadi teman curhat dan sebagainya. Terus saya sebut keterlibatan ga

langsung buat tahapan ini dirinya selalu mengikuti informasi megenai isu-isu penting

lingkungan dan memberikan kontribusinya melalui sumbangan pandangan dan dukungan

moril.

8 Dijadikan Footnote pada BAB IV Hal. 58 9 Dijadikan bahan olahan pada BAB IV tentang periodisasi Hal. 66-68

Page 112: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

1

Lampiran 2

W A W A N C A R A T I D A K T E R S T R U T U R

SKRIPSI

MODEL PENGORGANISASIAN MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN

KESADARAN LINGKUNGAN (Studi Kasus Pemberdayaan Masyarakat Yang Dilakukan

Ibu/Bapak Harini Bambang Wahono Di Kampung Banjarsari Rw 08 Kel. Cilandak Barat

Kec. Cilandak Jakarta Selatan)

Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Jurusan Konsetrasi Kesejahteraan Sosial

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Perihal : Model pengorganisasian dalam meningkatkan kesadaran lingkungan

Fokus : Biografi

Responden : Harini Bambang Wahono

Hari/Tanggal/

Lokasi : Senin, 9 Agustus 2010 / Rumah Ibu Harini

Waktu : 10-00-10:20

Hari ini sebenarnya penulis melakukan wawancara pribadi dengan Ibu Bambang

pada jam 13:00 atau sehabis dzuhur, namun karena kepentingan mendadak akhirnya

Eyang memutuskan untuk memajukan pertemuannya yaitu jam 10:00. Tidak sekedar itu,

Eyang meminta wawancaranya pun diperpendek 50%, berarti sekitar 20 menit penulis bisa

berbincang. Maka karena tujuan mendesak itulah penulis hanya menanyakan seputar profil

atau biografi Eyang saja. Sebenarnya pada pertemuan terdahulu penulis sudah melakukan

wawancara dengan Eyang perihal Biografinya, untuk saat ini mungkin penulis

menanyakannya sedikit lebih mendalam. Berikut petikannya:

PROFIL HARINI BAMBANG WAHONO

No Profil & Aktivitasnya

1 P Nama Lengkap & Tempat Tanggal Lahir Ibu?

2 P Aktivitas Ibu apa saja?bisa diceritakan?

3 R

Jawaban 1 & 2 secara singkat, responden memberikan lembar panduan

pelatihan pengelolaan sampah yang didalamnya terdapat profil lengkap Ibu

diantaranya tempat tanggal lahir, aktivitas & prestasi/penghargaan. Setelah

itu, Ibu bercerita mengenai pengalamannya dari berbagai penghargaan atau

prestasi yang didapatkannya, intinya penjelasan tentang prestasi-prestasinya.

Note Book Mini

Page 113: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

2

4 P Bisa dijelaskan mengenai aktivitas Ibu yang tertera di buku panduan ini?

5 R

Ya…sebagai praktisi lingkungan Ibu sering diundang bicara di daerah lain

atau di luar pulau…memberikan pelatihan bagaimana caranya memelihara

lingkungan, ngelola sampah, nanam tanaman obat…pokonya yang ikut ada

dari kalangan anak-anak sekolah, pegawai kantoran, kelurahan di sana.

Kalo…kelompok tani di sini aktivitasnya mengatur tanaman-tanaman baik

obat-obatan, tanaman hias supaya rapih, atau ada informasi baru tentang

tanaman yang baru bisa didiskusikan…ada masalah misalnya dari kelompok

yang sedang nanam juga dibicarakan

Kalo mentor sebetulnya Ibu-ibu lain pun sering memberikan mentor didaerah

lain, jadi nggak hanya Ibu saja, tapi emang Ibu sampai saat ini masih sering

ngasih pelatihan pengelolaan sampah…karena memang aktivitas utama kita

kan ngelola sampah…dari sampah organik kita bedain sampai jadi bahan jadi

lagi….daur ulang lah seperti itu

Ya…Ibu juga sebagai relawan kesehatan…tempo hari ada yang sakit, tapi

karena kurang mampu…saya usahakan dan alhamdulillah bisa…dengan uang

tiga juta dari pemerintah tanpa ngeluarin sepeserpun uang dari

mereka…sebetulnya bisa kalo diusahakan

Perihal Motivasi Hidup

6 P Bisa Ibu ceritakan bagaimana bisa seperti saat ini?menjadi seorang praktisi

yang dikenal oleh masyarakat luas sampai para pemimpin negara luar?

7 R

Dulu…jaman Belanda…lingkungan itu dikelola dengan baik….bahkan anak-

anak diajarkan seperti itu…mungkin almarhum bapak saya yang paling

mengalami bagaimana pemerintah Belanda ketat dalam pengelolaan

lingkungan…ya itulah hal positif dari bangsa mereka…jadi saya belajar dari

bapak saya yang juga didik oleh Belanda…dulu di Solo, di Pasar Legi itu

memang hijau, asri bersih, nyaman rindang....padahal saya ingat betul itu

daerah yang sedang maju-majunya…pepatah orang Belanda kan, kalo kamu

mau negeri kamu maju cintai dulu negerimu….sekarang apa yang

terjadi…dulu ada isu Bandung Darurat Sampah ko bisa…padahal kota

Bandung dikenal kota kembang ko bisa jadi banyak sampah…aneh saya.

Almarhum bapak saya berpesan supaya saya melanjutkan perjuangan ini, saya

sampai sekarang teringat betul pesan itu….alhamdulillah sampai saat ini

Page 114: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

3

bertahan…memang sekarang ujiannya semakin berat…gunjingan sana-sini

dari orang-orang sekitar…jadi saya lebih nyaman mengembangkan

lingkungan di luar dari pada di sini..saya harus kuat…saya sempat putus asa

juga, tapi suami saya selalu berpesan: “cintailah tanah air dan berjuanglah

dengan hati”…sampai saat ini saya bisa bertahan

8 P Bagaimana dengan hambatan-hambatan yang Ibu temui?

9 R

Semuanya ada tantangannya, siapa pun, dengan tujuan ingin memberikan

kesadaran kepada masyarakat dan itu positif, maka harus menemui banyak

tantangan, itu harus! tidak boleh tidak! karena disitulah saya belajar...saat ini

yang seperti yang saya bilang, godaan dari gunjingan orang-orang yang

menjadi tantangan berat saya…tapi ga apa-apalah itu semuanya harus

dihadapi, gitu toh…ya kan..

10 P Terus yang Ibu lakukan apa?

11 R

Ya…saya diamkan saja…paling nantinya berhenti sendiri…saya tidak merasa

melakukan kesalahan atau melanggar hukum…kecuali kalau salah…saya

pasti meminta maaf….itulah tantangannya…semuanya ga bisa enak terus, ada

paitnya juga

Catatan :

Pertanyaan bersifat eksploratif dan selalu dilakukan probing

Page 115: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

1

Lampiran 3

W A W A N C A R A T I D A K T E R ST R U K T U R

D A N P E N G A M A T A N

SKRIPSI

MODEL PENGORGANISASIAN MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN

KESADARAN LINGKUNGAN (Studi Kasus Pemberdayaan Masyarakat Yang Dilakukan

Ibu/Bapak Harini Bambang Wahono Di Kampung Banjarsari Rw 08 Kel. Cilandak Barat

Kec. Cilandak Jakarta Selatan)

Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Jurusan Konsetrasi Kesejahteraan Sosial

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Perihal : Model pengorganisasian dalam meningkatkan kesadaran lingkungan

Fokus : Identifikasi 3 Model Pengorganisasian

(Rothman dan tropman, 1987)

Model pengembangan masyarakat (locality development model),

perencanaan sosial (social planing), model aksi sosial (social action

model).

Sifat : Observasi

Responden : Ibu Agustin (Teman Sebaya)

Hari/Tanggal/

Lokasi : Sabtu, 7 Agustus 2010 / Wilayah RW 08 & Rumah Ibu Harini

Waktu : 15-09-15:18

Pengamatan

Hari ini sekalipun penulis tidak mendapat sasaran untuk diwawancara karena yang

bersangkutan sakit, tapi mendapatkan data yang cukup penting yaitu perbincangan dengan

Ibu Agustin terkait peran Bu Bambang. Bu Agustin menjelaskan mengenai beberapa

peran, kerjasama dan aktivitas apa saja yang ada di Banjarsari, sayang sekali penulis hanya

bisa ngobriol 15 menit saja, pertanyaan pun tidak terstruktur. Diantara ringkasan obrolan

ini penulis sisihkan hasil pengamatan tentang interaksi antara Ibu Bambang dan Ibu

Agustin.

Sebelum penulis melakukan perbincangan dengan Ibu Agustin, Bu Bambang

berbicara dengan Ibu Agustin mengenai kejadian banjir yang menimpa tetangga sebelah.

Dari pengamatan penulis, Ibu bambang tidak memberikan komando atau instruksi kepada

Note Book Max

Page 116: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

2

lawan bicaranya, tapi sharing dimana ada hubungan saling antar keduanya, yaitu saling

meminta saran untuk kemudian membuat kesepakatan ide yang dilanjutkan dalam bentuk

aksi membantu. Berjalan alami, dari situasi itu Ibu Bambang layaknya masyarakat biasa,

tidak seolah yang paling tahu.

Setelah perbincangan keduanya selesai dan Ibu Bambang memberitahukan

ketidaksediaannya diwawancara karena kondisi sakitanya. Penulis akhirnya membujuk

dan terlibat obrolan dengan Bu Agustin, pertanyaan pertama adalah mengenai bagaimana

Bu Bambang mengajak teman atau masyarakat di sini untuk melakukan pengelolaan

lingkungan. Ibu Agustin menegaskan bahwa semua yang dilakukan masyarakat Banjarsari

ini tidak bisa dilihat sebagai satu-satunya usaha Ibu Bambang, tapi semua usaha bersama.

Bu Bambang tidak pakai cara khusus untuk mengajak kita, tapi cukup dengan bukti saja

dan mungkin ketulusannya, itu saja. Adapun ringkasan perbincangan dengan Ibu Agustin

ini yaitu:

1. P : Bu, sebetulnya gimana Ibu Bambang mengajak masyarakat buat

memelihara lingkungan ini, kayak melakukan penghijauan?

Jawab : Ya sepertinya tidak ada yang khusus ya…tapi sebetulnya masyarakat

bisa seperti sekarang, ya sadar terhadap lingkungan bukan karena Bu Bambang

saja, peran masyarakat dan kader-kadernya juga sangat penting…tidak ada sih,

tidak ada yang khusus

2. Masyarakat Banjarsari kan terkenal dengan lingkungan asrinya, emang ada

awalnya gimana?

Jawab : Tentu tidak sekaligus berhasil ya….semuanya juga ada prosesnya…ya

kesadaran masyarakat saja…awalnya emang Ibu Bambang yang merintisnya,

tapi sekarangkan semuanya sudah sadar…kan kita juga kerjasama dengan

lembaga-lembaga…di Banjarsari ini kita udah bekerjasama dengan berbagai

Page 117: Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6000/1/BUHORI... · kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari

3

LSM atau pemerintah yang peduli terhadap lingkungan, kita bekerjasama

dengan Departemen Kehutanan, Departemen Lingkungan, Bank-bank. LSM

misalnya, Mapala UI, dari LSM Jepang, ya banyak pokonya1…jelasnya bisa

tannya Bu Bambang kapan-kapan aja…

3. RW lain udah bikin penghijauan juga?

Jawab : Udah…tuh RW sebelah sudah mulai….mas bisa datang kesana lihat

langsung…

4. Ibu sendiri di Banjarsari ini termasuk kelompok apa?

Jawab :

Saya bersama Ibu Bambang di kelompok tani dahlia…

1 Dijadikan Footnote pada BAB IV Hal 54