skripsi desain bronjong untuk perkuatan ......12. grafik hidrograf rancangan hss nakayasu..... 71...

154
SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN TEBING PADA HILIR JEMBATAN MONCONGLOE DI SUNGAI JENELATA KABUPATEN GOWA Oleh: IRWAN KURNIAWAN MASLAN 105 81 1957 13 105 81 1981 13 JURUSAN TEKNIK PENGAIRAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2019

Upload: others

Post on 28-Mar-2021

11 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

SKRIPSI

DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN TEBING PADA HILIR

JEMBATAN MONCONGLOE DI SUNGAI JENELATA

KABUPATEN GOWA

Oleh:

IRWAN KURNIAWAN MASLAN

105 81 1957 13 105 81 1981 13

JURUSAN TEKNIK PENGAIRAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2019

Page 2: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

SKRIPSI

DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN TEBING PADA HILIR

JEMBATAN MONCONGLOE DI SUNGAI JENELATA

KABUPATEN GOWA

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh

Gelar Sarjana Teknik Sipil Fakultas Teknik

Universitas Muhammadiyah Makassar

Disusun dan diajukan oleh

IRWAN KURNIAWAN MASLAN

105 81 1957 13 105 81 1981 13

JURUSAN TEKNIK PENGAIRAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2019

Page 3: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang
Page 4: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang
Page 5: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN TEBING PADA HILIR

JEMBATAN MONCONGLOE DI SUNGAI JENELATA

KABUPATEN GOWA

Prodi Teknik Sipil Fakultas Teknik Unismuh Makassar

E_mail : [email protected]

Prodi Teknik Sipil Fakultas Teknik Unismuh Mkassar

E_mail : [email protected]

Abstrak

Sungai Jenelata yang terletak di Kecamatan Manuju, Kabupaten Gowa,

Provinsi Sulawesi Selatan yang memiliki panjang 40 km dan memiliki letak

geografis 5ᵒ 172’24,02” LS dan 119ᵒ 36’ - 119ᵒ 34’46,75” BT merupakan salah

satu dari anak sungai Jeneberang. Kerusakan tebing sungai yang terjadi setiap

tahunnya di sungai tersebut semakin parah terutama di musim penghujan. Bagian

kerusakan yang parah yaitu pada bagian tikungan sungai, dikarenakan aliran

sungai pada tikungan sungai lebih cepat dibandingkan dengan sungai

berpenampang lurus. Hal ini berdampak buruk bagi masyarakat, terutama yang

tinggal di sekitar bantaran aliran sungai. Tingkat kerusakan tebing sungai perlu

ditekan agar tidak menambah kerusakan lainnya. Penelitian ini dilakukan

langsung di lapangan, dengan pengambilan data difokuskan pada 4 titik jarak 100

m. Hasil perhitungan debit dan kecepatan aliran dapat disimpulkan bahwa Debit

maksimum (Qmax) : 1995,14 m3/dtk > dari Debit normal (Qn) : 23,98 m3/dtk,

dan nilai rata-rata kecepatan aliran (Vmax) : 2,81 m/dtk > dari (Vn) : 0,77 m/dtk,

maka dapat di simpulkan bahwa pada debit (Qmax) dan kecepatan aliran (Vmax)

maksimun dapat menimbulkan terjadinya gerusan pada tebing sungai.

Kata kunci : Kecepatan Aliran, Erosi Tebing, Desain Perkuatan Tebing.

Abstract

Jenelata River, located in Manuju District, Gowa Regency, South Sulawesi

Province, which has a length of 40 km and has a geographical location of 5ᵒ

172'24.02 "latitude and 119ᵒ 36 '- 119ᵒ 34'46.75" BT is one of the tributaries

Clear. Damage to river banks that occur every year in the river is getting worse,

especially in the rainy season. Part of the severe damage that is at the bend in the

river. This has a negative impact on the community, especially those who live

around the riverbanks. The level of river bank damage needs to be suppressed so

as not to add to other damage. This research was conducted directly in the field,

with data collection focused on 4 points of 100 m distance. The results of the

calculation of discharge and flow velocity can be concluded that the maximum

discharge (Qmax): 1995,14 m3/s > from normal discharge (Qn): 23,98 m3/s, and

the average value of flow velocity (Vmax): 2,81 m/sec > from (Vn): 0.77 m/sec, it

can be concluded that the maximum discharge (Qmax) and flow velocity (Vmax)

can cause scouring on river banks.

Keywords: Flow Velocity, Cliff Erosion, Cliff Reinforcement Design.

Page 6: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

v

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan atas kehadirat Allah Azza Wa

Jalla, karena rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

tugas ini dengan baik.

Tugas ini merupakan salah satu persyaratan kami dalam rangka

menyelesaiakan studi di Fakultas Teknik Jurusan Sipil Pengairan Universitas

Muhammadiyah Makassar. Adapun judul tugas kami adalah “DESAIN

BRONJONG UNTUK PERKUATAN TEBING PADA HILIR

JEMBATAN MONCONGLOE DI SUNGAI JENELATA KABUPATEN

GOWA”

Melalui skripsi ini kami mengucapkan terima kasih atas segala bantuan,

bimbingan, saran dan petunjuk sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh

karena itu, pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan rasa hormat dan

banyak terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. H. Abdul Rahman Rahim, SE., MM. selaku Rektor Universitas

Muhammadiyah Makassar.

2. Bapak Ir. Hamzah Al Imran, ST., MT., IPM selaku Dekan Fakultas

Teknik Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Bapak Andi Makbul Syamsuri, ST., MT., IPM selaku Ketua Prodi Sipil

Pengairan Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Makassar.

Page 7: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

iv

4. Bapak Dr. Ir. H. Muhammad Idrus Ompo,Sp., PSDA selaku Pembimbing

I dan Bapak Dr. Muh. Yunus Ali, ST., MT., IPM selaku Pembimbing II

yang telah banyak meluangkan waktu dalam membimbing kami.

5. Bapak dan Ibu Dosen serta para Staf Administrasi pada Jurusan Teknik

Sipil Pengairan Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Makassar.

6. Saudara/saudari kami di Fakultas Teknik khususnya Angkatan RADICAL

2013, sahabat sepanjang masa.

7. Ayah dan Ibu yang tercinta, penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya atas segala limpahan kasih sayang, doa dan dukungan

secara moril maupun material.

Serta semua pihak yang telah membantu kami. Selaku manusia biasa

tentunya kami tak luput dari kesalahan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang

kostruktif sangat diharapkan demi penyempurnaan penulisan ini.

“Billahi Fii Sabilil Hak Fastabiqul Khaerat”.

Makassar, 13 September 2019

Penulis

Page 8: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

PERSETUJUAN JUDUL

KATA PENGANTAR ............................................................................... v

DAFTAR ISI ............................................................................................ vii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xi

DAFTAR TABEL .................................................................................... xiii

DAFTAR NOTASI .................................................................................. xv

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1

A. Latar Belakang ......................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ..................................................................... 4

C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 4

D. Manfaat Penelitian .................................................................... 4

E. Batasan Masalah ....................................................................... 5

F. Sistematika Penulisan ................................................................ 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 7

A. Sungai ........................................................................................ 7

1. Defenisi Sungai ..................................................................... 7

2. Morfologi Sungai .................................................................. 8

3. Perilaku Sungai .................................................................... 10

4. Bentuk-Bentuk Sungai ........................................................ 11

Page 9: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

viii

5. Struktur Sungai ..................................................................... 11

6. Alur Sungai ............................................................................ 14

7. Pengendali Daya Rusak Air .................................................. 15

8. Stabilitas Tanah ..................................................................... 17

B. Hidrologi .................................................................................. 20

1. Curah Hujan ......................................................................... 23

2. Parameter Statistik ................................................................ 25

3. Curah Hujan Reencana ......................................................... 26

4. Perhitungan Debit Banjir Rencana ....................................... 30

C. Hidrolika ................................................................................... 32

1. Kecepatan Aliran ................................................................... 32

2. Debit Aliran ........................................................................... 33

3. Tipe Aliran (Bilangan Froude) .............................................. 35

D. Bangunan Pengaturan Sungai ................................................... 37

1. Perkuatan Lereng ................................................................ 37

2. Klasifikasi dan Konstruksi Perkuatan Lereng ..................... 38

E. Proses Gerusan .......................................................................... 46

1. Tipe dari Gerusan .................................................................. 48

2. Gerusan dalam Perbedaan Kondisi Angkutan ..................... 48

3. Konsep dasar Gerusan........................................................... 48

4. Mekanisme Gerusan ............................................................. 50

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kedalaman Gerusan .... 51

Page 10: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

ix

F. Penanggulangan tebing Sungai dengan Bronjong ..................... 51

1. Spesifikasi Bronjong ............................................................. 51

2. Keuntungan Kawat Bronjong ............................................... 53

3. Dimensi Bronjong .................................................................. 53

BAB III. METODE PENELITIAN .......................................................... 55

A. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................... 55

B. Jenis Penelitian dan Sumber Data .............................................. 56

C. Alat dan Bahan Penelitian .......................................................... 56

D. Prosedur Penelitian .................................................................... 57

E. Flow Chart/ Bagan Penelitian .................................................... 59

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................. 60

A. Analisa Hidrologi ....................................................................... 60

1. Analisis Curah Hujan Wilayah dan Hujan Harian

Maksimum ............................................................................ 60

2. Analisis Frekuensi dan Curah Hujan Rencana ...................... 61

3. Analisis Debit Banjir Rencana .............................................. 66

B. Analisis Hidrolika ...................................................................... 73

1. Analisis Kapasitas Sungai ...................................................... 73

2. Analisis Bilangan Froude (Fr) .............................................. 91

3. Analisa Tinggi Muka air Sungai ........................................... 99

4. Perhitungan Kestabilan Lereng Dengan Lingkaran Gesek

Taylor ................................................................................... 103

Page 11: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

x

5. Perhitungan Kestabilan Lereng Dengan Metode Potongan

Fillenius dan Bishop ........................................................... 109

C. Desain Bronjong untuk Perkuatan Tebing Sungai .................... 112

1. Dimensi Bronjong ................................................................ 112

2. Analisis Kapasitas Bronjong ................................................ 113

3. Desain Bronjong ................................................................... 114

BAB V. PENUTUP ................................................................................... 115

A. Kesimpulan ............................................................................... 115

B. Saran .......................................................................................... 116

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 12: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

xi

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Kondisi Tebing Sungai Jenelata pada bagian tikungan ........................ 2

2. Sistem proses pembentukan dasar sungai / morfologi sungai............... 9

3. Bentuk-bentuk sungai buatan maupun alamiah ................................... 11

4. Bentuk morfoli sungai dimodifikasi..................................................... 12

5. Siklus Hidrologi ................................................................................... 23

6. Pola perjalanan gelombang di saluran terbuka ................................... 36

7. Jenis-jenis perkuatan lereng ................................................................ 38

8. Konstruksi perkuatan lereng ............................................................... 40

9. Bronjong batu ....................................................................................... 52

10. Lokasi penelitian .................................................................................. 55

11. Bagan alur penelitian ............................................................................ 59

12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu ......................................... 71

13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ............... 73

14. Sketsa Penampang Sungai Jenelata STA 0 + 000 ................................ 75

15. Sketsa Penampang Sungai Jenelata STA 0 + 100 ................................ 76

16. Sketsa Penampang Sungai Jenelata STA 0 + 200 ................................ 77

17. Sketsa Penampang Sungai Jenelata STA 0 + 300 ................................ 78

18. Sketsa Penampang Sungai Jenelata STA 0 + 400 ................................ 79

19. Sketsa Penampang Sungai Jenelata STA 0 + 000 ................................ 81

Page 13: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

xii

20. Sketsa Penampang Sungai Jenelata STA 0 + 100 ................................ 83

21. Sketsa Penampang Sungai Jenelata STA 0 + 200 ................................ 85

22. Sketsa Penampang Sungai Jenelata STA 0 + 300 ................................ 86

23. Sketsa Penampang Sungai Jenelata STA 0 + 400 ................................ 88

24. Grafik hubungan angka Froude dengan kecepatan aliran ................... 94

25. Grafik hubungan angka Froude dengan kecepatan aliran ................... 98

26. Sketsa Penampang Sungai Jenelata Debit kala ulang 2 tahun ........... 99

27. Sketsa Penampang Sungai Jenelata Debit kala ulang 5 tahun .......... 100

28. Sketsa Penampang Sungai Jenelata Debit kala ulang 10 tahun ........ 100

29. Sketsa Penampang Sungai Jenelata Debit kala ulang 25 tahun ........ 101

30. Sketsa Penampang Sungai Jenelata Debit kala ulang 50 tahun ........ 102

31. Sketsa Penampang Sungai Jenelata Debit kala ulang 100 tahun ...... 102

32. Profil Muka Air Sungai Jenelata Pada Q2, Q5, Q10, Q25, Q50, dan

Q100 ...................................................................................................... 103

33. Analisis lingkarang gelincir dengai memakai cara Fillenius dan Bishop

............................................................................................................. 110

34. Sketsa desain bronjong Sungai jenelata .............................................. 114

Page 14: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

xiii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Reduce Variataed (Yt) ...................................................................... 27

2. Reduced Mean (Yn) ......................................................................... 28

3. Reduce Standard deviation (Sn) ....................................................... 28

4. Nilai K untuk Distribusi Log-Pearson III......................................... 29

5. Harga Kritis Uji Kecocokan Smirnow-Kolmogorov ....................... 30

6. Ukuran Kawat Bronjong .................................................................. 54

7. Pembagian Daerah Aliran (Polygon Thiessen) ................................ 60

8. Rekapitulasi Hujan Maksimum Harian Rata-Rata Metode

Poligon Thiessen .............................................................................. 61

9. Analisis Parameter Statistik Curah Hujan Maksimum Harian

Rata-rata ........................................................................................... 63

10. Kesimpulan Pemilihan Jenis Metode .............................................. 63

11. Analisis Curah Rencana dengan Metode Log Pearson Type III ...... 65

12. Rekapitulasi Analisis Curah Hujan Rencana untuk Periode Ulang

Tahun (t) dengan Distribusi Log Pearson Type III .......................... 65

13. Rekapitulasi Perhitungan Curah Hujan Efektif ................................ 68

14. Waktu Lengkung Higrograf Nakayasu ............................................ 69

15. Ordinat Hidrograf Satuan Sintetik dengan Metode Nakayasu ......... 70

16. Rekapitulasi Debit Banjir Rencana Metode HSS Nakayasu ............ 72

17. Hasil pengukuran dimensi sungai Jenelata ...................................... 74

Page 15: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

xiv

18. Hasil perhitungan tampungan Sungai Jenelata Kondisi debit

Normal ( Qn ) .................................................................................... 80

19. Hasil Perhitungan Tampungan Sungai Jenelata Kondisi Debit

Maksimum (Qmax) ............................................................................. 90

20. Hasil Perhitungan ............................................................................. 91

21. Hasil perhitungn bilangan Froude ................................................... 94

22. Hasil perhitungn bilangan Froude ................................................... 97

23. Rekapitulasi Tinggi Muka Air Sungai Jenelata Pada Debit Q2,

Q5, Q10, Q25, Q50, dan Q100 ............................................................... 103

24. Lingkaran Gesek Taylor .................................................................. 109

25. Metode Fillenius ............................................................................. 111

26. Metode Bishop ................................................................................ 112

27. Ukuran Kawat Bronjong ................................................................. 112

Page 16: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

xv

DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN

P = curah hujan yang tercatat

A = Luas area polygon

n = banyaknya pos penakar hujan

Xi = curah hujan di stasiun hujan ke I (mm)

X = nilai curah hujan rata-rata (mm)

N = jumlah data

Sd = Standar deviasis

X = nilai rerata sampel

S = standar deviasi nilai sampel

Yt = Reduce Variate

Yn = Reduce Mean

Sn = Reduce Standard Deviation

X = nilai rata-rata dari curah hujan

K = faktor frekuensi

Sx = standar deviasi

A = luas daerah aliran sungai (m2)

I = intensitas hujan maksimum

C = angka pengaliran (tak terdefenisi)

Q = debit aliran (m3/det.)

V = kecepatan aliran (m3/det.)

Page 17: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

xvi

A = luas penampang (m2)

R = Jari-jari Hidrolis (m)

P = Keliling Basah Sungai (m)

n = Koefisien Manning

b = Lebar Sungai (m)

L = Jarak Perseksi

m = Kemiringan Talud

Fr = Angka Froude

v = Kecepatan rata-rata aliran (m/det)

h = Kedalama air (m)

g = Gaya gravitasi

I = Kemiringan saluran

G = Berat Bronjong (ton)

V = Volume Bronjong (m3)

Bj = Berat jenis batu (ton)

Page 18: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sungai adalah saluran terbuka yang terbentuk secara alami di muka

bumi yang mengalir menurut kondisi permukaan bumi dari mata air melewati

beberapa alur sungai menuju ke danau atau laut secara dinamis. Air yang

mengalir di dalam sungai akan mengakibatkan penggerusan tanah dasarnya.

Gerusan adalah fenomena alam yang terjadi karena erosi terhadap aliran air

pada dasar dan tebing saluran alluvial atau proses menurunnya atau semakin

dalamnya dasar sungai di bawah elevasi permukaan alami (datum) karena

interaksi antara aliran dengan material dasar sungai (Hoffmans and Verheij,

1997 dalam Rahmadani, 2014).

Proses gerusan tebing sungai dapat terjadi karena adanya perubahan

morfologi sungai berupa tikungan dan pelebaran sungai akibat aliran air

sungai yang mengalami kenaikan tinggi muka air. Penambahan gerusan akan

terjadi dimana ada perubahan setempat dari geometri sungai seperti

karakteristik tanah dasar setempat. Terjadinya gerusan tebing sungai tersebut

akan menyebabkan perubahan pola aliran yang mengakibatkan terjadinya

pelebaran disekitar tebing sungai tersebut.

Page 19: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

2

Banyak kasus yang terjadi di berbagai sungai mengenai kerusakan

tebing sungai yang diakibatkan oleh gerusan, salah satunya di Sungai Jenelata

yang merupakan salah satu anak sungai Jeneberang yang berada di Kecamatan

Manuju Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi Selatan. Kerusakan tebing sungai

yang terjadi setiap tahunnya di sungai tersebut semakin parah teruatama di

musim penghujan. Bagian kerusakan yang parah yaitu pada bagian tikungan

sungai. Hal ini dikarenakan aliran sungai pada belokan atau tikungan sungai

lebih cepat jika dibandingkan dengan sungai yang berpenampang lurus.

Berdasarkan survey awal, perkebunan masyarakat yang berada di dekat tepi

sungai terkikis akibat gerusan, bahkan ada perumahan penduduk yang

jaraknya sudah mendekati sungai. Perkebunan masyarakat yang tergerus

aliran sungai dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Kondisi Tebing Sungai Jenelata pada bagian tikungan (Sumber :

Notecam ,2019)

Page 20: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

3

Hal itu disebabkan oleh adanya perubahan kecepatan aliran dan

terjadinya banjir pada tanggal 23 januari 2019 yang mengakibatkan erosi

tebing dan serta memungkinkan terjadinya degradasi pada tebing sungai. Hal

ini berdampak buruk bagi masyarakat, terutama yang tinggal di sekitar

bantaran aliran sungai. Tingkat kerusakan tebing sungai perlu ditekan agar

tidak menambah kerusakan lainnya.

Adapun titik tinjau pada penelitian berada pada bagian hilir jembatan

dengan jarak 400 m, dan jarak setiap titik penelitian untuk tiap STA berkisar

100 m, tiap titik STA mempunyai kerusakan pada tebing sungai akibat

gerusan yang terjadi, meskipun pada kondisi kecepatan aliran yang normal

akan memberikan sumbangsi kerusakan pada tebing tersebut dengan jenis

tanah pada lokasi yaitu tanah podsolik dengan nilai erodibiltas atau kepekaan

tanah 0,16 yang terakumulasi berlempung dan berpasir.

Jadi dapat di asumsikan bahwa setiap titik tinjau memiliki kerusakan

akibat pengaruh dari kecepatan aliran normal ataupun kecepatan aliran pada

kondisi debit maksimum yang menyebabkan terjadinya gerusan pada tebing

sungai secara perlahan-lahan sehingga mengakibatkan terjadinya pelebaran

dimensi sungai yang berdampak pada lingkungan pemukiman sekitar, tingkat

kerusakan ini dapat dikurangi dengan dibangunnya bangunan perkuatan tebing

sungai yang berfungsi untuk melindungi tebing terhadap gerusan pada tebing

sungai.

Page 21: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

4

Dengan Pertimbangan diatas maka kami tertarik untuk menyusun tugas

akhir dengan judul “ANALISIS DESAIN PERKUATAN TEBING PADA

HILIR JEMBATAN MONCONGLOE DI SUNGAI JENELATA

KABUPATEN GOWA”.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah :

1. Bagaimana analisis desain perkuatan tebing pada hilir Jembatan

Moncongloe di Sungai Jenelata Kabupaten Gowa ?

2. Bagaimana desain perkuatan tebing pada hilir Jembatan Moncongloe di

Sungai Jenelata Kabupaten Gowa ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui hasil analisis desain perkuatan tebing pada hilir Jembatan

Moncongloe di Sungai Jenelata Kabupaten Gowa.

2. Mengetahui desain perkuatan tebing pada hilir Jembatan Moncongloe di

Sungai Jenelata Kabupaten Gowa.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan acuan dalam menanggulangi potensi gerusan di tebing

pada hilir Jembatan Moncongloe di Sungai Jenelata Kabupaten Gowa.

Page 22: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

5

2. Diharapkan dapat bermanfaat dalam menanggulani potensi gerusan di

tebing pada hilir Jembatan Moncongloe di Sungai Jenelata Kabupaten

Gowa.

E. Batasan Masalah

1. Penelitian ini difokuskan pada analisis dan desain perkuatan tebing

sungai pada bagian tikungan sungai.

2. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui batas pengambilan data pada

daerah potensi gerusan tebing sungai dibagian tikungan sungai.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam skripsi ini meliputi :

Bab I Pendahuluan yang meliputi ; latarbelakang, rumusan masalah, tujuan

penulisan, manfaat penulisan, batasan masalah, dan sistematika penulisan.

Bab II Kajian Pustaka yang meliputi ; tentang teori singkat yang digunakan

dalam menyelesaikan dan membahas permasalahan penelitian.

Bab III Metode Penelitian yang meliputi ; tentang Metodologi penelitian

mencakup lokasi penelitian, jenis penelitian dan sumber data, analisis dan

pengolahan data, bagan alur penelitian.

Bab IV Hasil dan Pembahasan yang meliputi ; tentang tahap penelitian yang

dilaksanakan yaitu terdiri dari : pembahasa dan analisis desain.

Bab V Penutup yang meliputi ; merupakan bab yang berisi tentang

kesimpulan yang diperoleh dari hasil analisis desain serta saran-saran dari

Page 23: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

6

penulis yang tentunya diharapkan agar penelitian ini berguna untuk ilmu

aplikasi rekayasa dan dapat dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya.

Page 24: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sungai

1. Defenisi Sungai

Air hujan yang turun ke permukaan tanah sebagian besar mengalir

ke tempat-tempat yang lebih rendah hingga akhirnya melimpah ke danau

atau laut setelah mengalami bermacam-macam perlawanan akibat gaya

berat. Alur sungai adalah suatu alur yang panjang di atas permukaan bumi

tempat mengalirnya air dan berasal dari hujan.bagian yang senantiasa

tersentuh aliran air ini di sebut alur sungai. Dan perpaduan antara alur

sungai dan aliran air di dalamnya di sebut sungai (Suyono Sosrodarsono,

2008).

Defenisi di atas merupakan defenisi sungai yang alami, sedangkan

menurut undang-undang tentang peraturan pemerintah RI Nomor 35 Tahun

1991 tentang sungai yaitu dalam peraturan pemerintah pasal 1 ayat 1 ini

yang di maksud dengan sungai adalah suatu tempat dan wadah-wadah serta

jaringan pengaliran air mulai dari mata air sampai muara dengan di batasi

kanan dan kirinya serta sepanjang pengalirannya oleh garis sempadan.

Sungai atau saluran terbuka menurut Bambang Triatmodjo (1993)

merupakan saluran dimana air mengalir dengan muka air bebas. Pada

Page 25: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

8

saluran terbuka ,misalnya sungai (saluran alam), variabel aliran sangat tidak

teratur terhadap ruang dan waktu. Variabel tersebut adalah tampang lintang

saluran, kekasaran, kemiringan dasar, belokan, debit dan sebagainya.

Sedangkan undang-undang persungaian jepang menjelaskan

mengenai daerah sungai sebagai berikut (Suyono Sosrodarsono, 2008):

1) Suatu daerah yang tofografisnya, keadaan tanamannya dan keadaan

lainnya mirip dengan daerah yang didalamnya terdapat air yang mengalir

secara terus-menerus termaksud tanggul sungai, tetapi tidak termaksud

bagian daerah yang hanya secara sementara memenuhi keadaan tersebut

diatas, yang disebabkan oleh banjir atau peristiwa alam lainnya.

2) Suatu daerah yang didalamnya terdapat air yang mengalir secara terus

menerus.

2. Morfologi Sungai

Morfologi sungai merupakan hal menyangkut tentang geometri

(bentuk atau ukuran), jenis, sifat, dan perilaku sungai dengan segala aspek

perubahannya dalam dimensi ruang dan waktu, dengan demikian

menyangkut sifat dinamik sungai dan lingkungannya yang saling berkaitan

(Sidharta S.K. 1997).

Faktor domian yang mempengaruhi terhadap pembentukan

permukaan bumi adalah aliran air, termaksud didalamnya sungai

permukaan. Aliran air ini melintasi permukaan bumi dan membentuk aliran

Page 26: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

9

sungai dan morfologi sungai tertentu. Morfologi sungai tersebut

menggambarkan keterpaduan antara karakteristik abiotik (fisik – hidrologi,

hidrolika, sedimen, dan lain-lain) dan karakteristik biotik (biologi atau

ekologi – flora dan fauna) daerah yang di laluinya.

Mangelsdorf & Scheurmann (1980) dalam Agus Maryono 2009

mengusulkan empat faktor utama yang berpengaruh terhadap pembentukan

alur morfologi sungai selain sosia-antropogenetik, yaitu tektonik, geologi,

iklim, dan vegetasi. Hubungan antara faktor-faktor tersebut di sajikan pada

grafik di bawh ini. Proses tektonik, adanya geografi tanah dan batuan,

perubahan iklim, serta vegetasi merupakan syarat awal terjadinya alur

morfologi sungai.

Gambar 2. Sistem proses pembentukan dasar sungai / morfologi sungai

(Mangelsdorf & Scheuermann, 1980 dalam Agus Maryono.2009)

Tektonik Geologi Iklim Syarat alamiah

Vegetasi

Sedimen Debit Syarat alamiah

Tampang

memanjang

Tampak atas Tampang

melintang Geometri sungai

Page 27: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

10

3. Perilaku Sungai

Sungai adalah suatu saluran drainase yang terbentuk sacara alamiah

dan sumber utamanya berasal dari alam. Akan tetapi di samping fungsinya

sebagai saluran drainase dan dengan adanya air yang mengalir di

dalamnya,terbentuk lembah-lembah sungai yang dapat menggerus tanah

dasarnya secara terus-menerus sepanjang masa eksistensinya (Suyono

Sosrodarsono, dkk, 2008). Volume sedimen yang sangat besar yang

dihasilkan dari keruntuhan tebing. Tebing sungai di daerah pegunungan

kemiringan sungainya curam, gaya tarik aliran airnya cukup besar. Tetapi

setelah aliran sungai mencapai dataran, maka gaya tariknya sangat

menurun. Dengan demikian beban yang terdapat dalam arsn sungai

berangsur-angsur diendapkan. Karena itu ukuran butir sedimen yang

mengendap di bagian hulu, sungai itu lebih besar dari pada di bagian hilir

(Sidharta S.K. 1997).

Terjadinya perubahan kemiringan yang mendadak pada saat alur

sungai ke luar dari daerah pegunungan yang curam dan memasuki dataran

yang lebih landai, maka pada lokasi ini terjadi proses pengendapan yang

sangat intensif yang menyebabkan mudah berpindahnya alur sungai dan

berbentuk apa yang di sebut kipas pengendapan. Pada lokasi tersebut sunagi

bertambah lebar dan dangkal, erosi dasar sungai tidak lagi dapat terjadi,

bahkan sebaliknya terjadi pengendapan yang sangat intensif. Dasar sungai

secara terus-menerus naik, dan sedimen yang hanyut terbawa arus banjir,

Page 28: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

11

bersama dengan luapan air banjir tersebar dan mengendap secara luas

membentuk alluvial. Pada daerah dataran yang rata alur sungai tidak stabil

dan apabila sungai mulai membelok, maka terjadilah erosi pada tebing

belokan luar yang berlangsung sangat intensif, sehingga membentuk

meander.

4. Bentuk – Bentuk Sungai

Bentuk – bentuk sungai menurut bambang Hardianto (2014) baik

buatan maupun alamiah, yang dapat kita jumpai di perlihatkan pada gambar

berikut.

Gambar 3. Bentuk-bentuk sungai buatan maupun alamiah a) segi empat,

b)segi tiga, c) setengah elipse, d) tak beraturan, e) persegi

panajng, f) trapesium, g) lingkaran, h) setengah lingkaran

(http://teknikmesinunisma.blogspot.com/2015/05/)

5. Struktur Sungai

Menurut Forman dan Gordon (1983) dalam Agus Maryono (2009),

morfologi sungai pada hakekatnya merupakan bentuk luar, yang secara

rinci di gambarkan sebagai berikut :

Page 29: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

12

Gambar 4. Bentuk morfoli sungai dimodifikasi (http://4.bp.blogspot.com)

Keterangan :

A = bantaran sungai

B = tebing/jering sungai

C = badan sungai

D = batas tinggi air semu

E = dasar sungai

F = vegetasi riparian

Lebih jauh Forman (1983) dalam Agus Maryono (2009)

menyebutkan bahwa bagian dari bentuk luar sungai secara rinci dapat di

pelajari melalui bagian-bagian dari sungai, yang di sebut dengan istilah

struktur sungai. Struktur sungai dapat dilihat dari tepian aliran sungai

(tanggul sungai), alur bantaran, bantaran sungai dan tebing sungai, yang

secara rinci di uraikan sebagai berikut :

Page 30: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

13

1) Alur dan tanggul sungai

Alur sungai adalah bagian dari muka bumi yang selalu berisi air

yang mengalir yang bersumber dari aliran limpasan, aliran sub surface run-

off, mata air di bawah tanah (base flow).

2) Dasar dan gradien sungai

Dasar sungai sangat bervariasi dan sering mencerminkan batuan

dasar yang keras. Jarang di temukan bagian yang rata, kadangkala

bentuknya bergelombang, landai atau dari bentuk keduanya sering

terendapkan material yang terbawa oleh aliran sungai (endapan lumpur),

tebal tipisnya dasar sungai sangat di pengaruhi oleh batuan dasarnya.

3) Bantaran sungai

Bantaran sungai merupakan bagian dari struktur sungai yang sangat

rawan. Terletak antara badan sungai dengan tanggul sungai, mulai dari

tebing sungai hingga bagian yang datar. Peranan fungsinya cukup efektif

sebagai penyaring (filter nutrient), menghambat aliran permukaan dan

pengendali besaran laju erosi. Bantaran sungai merupakan habitat

tetumbuhan yang spesifik (vegetasi riparian), yaitu tumbuhan yang

komunitasnya tertentu mampu mengendalikan air pada saat musim

penghujan dan kemarau.

4) Tebing sungai

Bentang alam yang menghubungkan antara dasar sungai dengan

tanggul sungai disebut dengan “tebing sungai”. Tebing sungai umumnya

Page 31: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

14

membentuk lereng atau sudut lereng, yang tergantung dari medannya.

Semakin terjal akan semakin besar sudut lereng yang terbentuk. Tebing

sungai merupakan habitat dari komunitas vegetasi riparian,kadangkala

sangat rawan longsor karena batuan dasarnya sering berbentuk cadas.

6. Alur Sungai

Suatu alur sungai dapat dibagi menjadi tiga bagian. Tiga bagian

itu adalah bagian hulu, tengah dan hilir.

1) Bagian Hulu

Hulu sungai merupakan daerah konservasi dan juga daerah sumber

erosi karena memiliki kemiringan lereng yang besar (lebih besar dari 15%).

Alur di bagian hulu ini biasanya mempunyai kecepatan yang lebih besar

dari bagian hilir, sehingga saat banjir material hasil erosi yang diangkut

tidak saja partikel sedimen yang halus akan tetapi juga pasir, kerikil bahkan

batu.

2) Bagian Tengah

Bagian ini merupakan daerah peralihan dari bagian hulu dan hilir.

Kemiringan dasar sungai lebih landai sehingga kecepatan aliran relatif lebih

kecil dari bagian hulu. Bagian ini merupakan daerah keseimbangan antara

proses erosi dan sedimentasi yang sangat bervariasi dari musim ke musim.

3) Bagian Hilir

Alur sungai di bagian hilir biasanya melalui dataran yang mempunya

Page 32: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

15

kemiringan dasar sungai yang landai sehingga kecepatan alirannya lambat.

Keadaan ini menyebabkan beberapa tempat menjadi daerah banjir

(genangan) dan memudahkan terbentuknya pengendapan atau sedimen.

Endapan yang terbentuk biasanya berupa endapan pasir halus, lumpur,

endapan organik, dan jenis endapan lain yang sangat stabil.

7. Pengendalian Daya Rusak Air

Dalam UU No.7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air menjelaskan

tentang pengendalian daya rusak air.

Pengendalian daya rusak air adalah upaya untuk mencegah,

menanggulangi, dan memulihkan kerusakan kualitas lingkungan yang

disebabkan oleh daya rusak air. Pengendalian daya rusak air diutamakan

pada upaya pencegahan melalui perencanaan pengendalian daya rusak air

yang disusun secara terpadu dan menyeluruh dalam pola pengelolaan

sumber daya air. Pengendalian daya rusak air diselenggarakan dengan

melibatkan masyarakat. Pengendalian daya rusak air menjadi tanggung

jawab pemerintah, Pemerintah daerah, serta pengelola sumber daya air

wilayah sungai dan masyarakat.

Kegiatan Pengendalian Daya Rusak Air

1. Upaya Pencegahan

Pencegahan dilakukan baik melalui kegiatan fisik dan/atau nonfisik

maupun melalui penyeimbangan hulu dan hilir wilayah sungai. Pencegahan

Page 33: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

16

sebagaimana lebih diutamakan pada kegiatan nonfisik. Yang dimaksud

dengan kegiatan fisik adalah pembangunan sarana dan prasarana serta

upaya lainnya dalam rangka pencegahan kerusakan/ bencana yang

diakibatkan oleh daya rusak air. Daya rusak air adalah daya air yang dapat

merugikan kehidupan. Contoh dari daya rusak air seperti banjir, erosi,

kekeringan, kepunahan satwa dan tumbuhan, wabah penyakit, longsor,

tsunami, terjadinya amblesan tanah, kegiatan nonfisik adalah kegiatan

penyusunan dan/atau penerapan piranti lunak yang meliputi antara lain

pengaturan, pembinaan, pengawasan, dan pengendalian. Penyeimbangan

hulu dan hilir wilayah sungai adalah penyelarasan antara upaya kegiatan

konservasi di hulu dengan pendayagunaan di hilir. Pilihan kegiatan

ditentukan oleh pengelola sumber daya air yang bersangkutan. Ketentuan

mengenai pencegahan kerusakan dan bencana akibat daya rusak air diatur

lebih lanjut dengan peraturan pemerintah

2. Upaya Menanggulangi

Penanggulangan daya rusak air dapat dilakukan dengan mitigasi

bencana. Mitigasi bencana adalah kegiatan-kegiatan yang bersifat

meringankan penderitaan akibat bencana, misalnya penyediaan fasilitas

pengungsian dan penambalan darurat tanggul bobol. Penanggulangan

dilakukan secara terpadu oleh instansi terkait dan masyarakat melalui suatu

badan koordinasi penanggulangan bencana pada tingkat nasional, provinsi,

dan kabupaten/kota. Ketentuan mengenai penanggulangan kerusakan dan

Page 34: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

17

bencana akibat daya rusak air diatur lebih lanjut dengan peraturan

pemerintah.

3. Upaya Memulihkan Kerusakan Kualitas Lingkungan

Pemulihan daya rusak air dilakukan dengan memulihkan kembali

fungsi lingkungan hidup dan sistem prasarana sumber daya air. Pemulihan

menjadi tanggung jawab Pemerintah, pemerintah daerah, pengelola sumber

daya air, dan masyarakat. Pengendalian daya rusak air dilakukan pada

sungai, danau, waduk dan/atau bendungan, rawa, cekungan air tanah, sistem

irigasi, air hujan, dan air laut yang berada di darat. Ketentuan mengenai

pengendalian daya rusak air pada sungai, danau, waduk dan/atau

bendungan, rawa, cekungan air tanah, sistem irigasi, air hujan, dan air laut

yang berada di darat diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.

8. Stabilitas Tanah

Stabilisasi tanah merupakan usaha untuk memperbaiki sifat tanah

secara teknis dengan menggunakan bahan-bahan tertentu. Pekerjaan ini

umumnya dilakukan dengan mencampur tanah dengan jenis tanah lain

sehingga gradasi yang diinginkan bisa didapatkan. Selain itu, pencampuran

tanah juga dapat dilakukan dengan menggunakan bahan-bahan buatan

pabrik agar sifat-sifat teknis dari tanah bisa lebih baik.

Stabilisasi tanah biasanya memiliki tujuan utama untuk mengubah

sifat teknis tanah itu sendiri, seperti sifat kompresibilitas, kapasitas dukung,

Page 35: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

18

kemudahannya untuk dikerjakan, permeabilitas, sensitifitasnya terhadap

kadar air yang berubah, serta potensi pengembangannya.

Untuk mencapai tujuan tersebut, proses stabilisasi ini dapat dilakukan

dengan cara paling sederhana seperti pemadatan, hingga menggunakan

teknik yang lebih efektif dan juga memerlukan dana yang cukup besar,

yakni dengan mencampur tanah dengan pasir atau semen, grouting atau

injeksi semen, abu terbang, pemanasan dan lain sebagainya.

Pentingnya Stabilisasi Tanah

Proses pembangunan berupa perkerasan jalan merupakan salah satu

bentuk stabilisasi tanah yang umum dilakukan dalam masyarakat. Pekerjaan

ini bertujuan untuk memperbaiki material pada jalan lokal dengan

menggunakan metode stabilisasi mekanis atau menambahkan bahan

tambahan ke dalam tanah.

Tentunya, rencana perkerasan jalan juga harus melalui proses

perancangan terlebih dahulu. Setiap lapisan bahan yang akan digunakan

dalam perkerasan jalan juga harus memenuhi syarat kualitas yang

baik.Pastinya, setiap komponen dalam lapisan perkerasan jalan harus cukup

kuat menahan lendutan berlebih yang dapat menyebabkan lapisan atas retak,

pergeseran tanah, serta mencegah deformasi berlebihan yang permanen

karena material penyusun yang memadat.

Dengan dilakukannya stabilisasi tanah, kualitas tanah akan semakin

meningkat. Lapisan tanah yang lebih stabil membuatnya dapat

Page 36: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

19

mendistribusikan beban lebih jauh lagidengan lebih baik. Selain itu, tebal

lapisan tanah yang harus dibuat juga berkurang sehingga juga mengurangi

biaya pembangunan.

Stabilisasi ini juga sangat diperlukan di lokasi-lokasi proyek. Karena

alat-alat berat yang bekerja di dalam proyek tentu membutuhkan landasan

kerja dan jalan yang cukup kuat dan memenuhi syarat sebagai landasan.

Sehingga, pelaksanaan kerja di dalam proyek bisa menjadi lebih cepat,

efisien dan hasil kerjanya dapat lebih berkualitas.

Salah satu bagian dari proses stabilisasi tanah adalah

mempertimbangkan apakah kondisi tanah sudah cukup memenuhi syarat

sebagai lokasi pelaksanaan konstruksi. Apabila belum memenuhi syarat,

maka hal-hal yang diperlukan antara lain:

a) Pembongkaran tanah atau material yang ada di lokasi serta kemudian

menggantinya dengan yang lebih sesuai.

b) Meningkatkan sifat tanah yang ada di lokasi sehingga dapat lebih baik

dan memenuhi syarat untuk dilaksanakannya konstruksi.

Cara Stabilisasi Tanah terdapat 2 cara umum yang bisa dilakukan

untuk menstabilkan tanah, antara lain:

1. Stabilisasi secara Mekanis

Cara ini dilakukan dengan mencampur dua atau lebih macam tanah

dengan gradasi berbeda sehingga materialnya menjadi lebih baik, kuat dan

Page 37: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

20

memenuhi syarat. Cara ini juga bisa dilakukan dengan membongkar tanah di

lokasi, kemudian menggantinya dengan material yang lebih memenuhi

syarat.

2. Stabilisasi dengan Bahan Tambahan

Cara ini dilakukan dengan menambahkan bahan tertentu pada tanah

agar dapat memenuhi syarat. Bahan yang ditambahkan biasanya dari pabrik

dan dicampurkan dengan perbandingan tepat sehingga meningkatkan sifat

tanah dan membuatnya lebih kuat serta memenuhi syarat.

B. Hidrologi

Hidrologi merupakan tahapan awal perencanaan suatu rancangan

bangunan dalam suatu DAS untuk memperkirakan besarnya debit banjir

yang terjadi di daerah tersebut. Pada saat air hujan jatuh ke bumi, sebagian

air jatuh langsung ke permukaan bumi dan ada juga yang terhambat oleh

vegetasi (intersepsi). Intersepsi memiliki 3 macam, yaitu kehilangan

intersepsi (interception loss), curahan tajuk (through fall) dan aliran batang

(stem flow). Kehilangan intersepsi adalah air yang jatuh ke vegetasi tetapi

belum sampai mencapai tanah sudah menguap. Curahan tajuk adalah air

hujan yang tidak langsung jatuh ke bumi, tetapi terhambat oleh dedaunan

terlebih dahulu. Aliran batang adalah air hujan yang jatuh ke vegetasi dan

mengalir melalui batang vegetasi tersebut (Rahayu dkk, 2009).

Page 38: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

21

Air hujan yang terhambat vegetasi sebagian ada yang menguap lagi

atau mengalami evaporasi ada juga yang kemudian jatuh ke permukaan

tanah. Air hasil curahan tajuk ini mengalir di permukaan dan berkumpul di

suatu tempat menjadi suatu aliran permukaan (run off) seperti sungai, danau

dan bendungan apabila kapasitas lengas tanah sudah maksimal yaitu tidak

dapat menyerap air lagi. Dalam lengas tanah, ada zona aerasi yaitu zona

transisi dimana air didistribusikan ke bawah (infiltrasi) atau ke atas (air

kapiler). Semakin besar infiltrasi, tanah akan semakin lembab dan setiap

tanah memiliki perbedaan kapasitas penyimpanan dan pori-pori tanah

berbeda-beda. Vegetasi mengalami fotosintesis pada saat siang hari dan

mengalami transpirasi. Peristiwa berkumpulnya uap air di udara dari hasil

evaporasi dan transpirasi disebut evapotranspirasi. Evapotranspirasi

dikontrol oleh kondisi atmosfer di muka bumi. Evaporasi membutuhkan

perbedaan tekanan di udara. Potensi evapotranspirasi adalah kemampuan

atmosfer memindahkan air dari permukaan ke udara, dengan asumsi tidak

ada batasan kapasitas (Rahayu dkk, 2009).

Air yang jatuh di permukaan sebagian ada yang mengalami infiltrasi

atau diserap oleh tanah. Kapasitas infiltrasi tergantung dari tekstur,

vegetasi, lengas tanah, kemiringan lereng dan waktu. Air tersebut

memasuki celah-celah batuan yang renggang di dalam bumi atau

mengalami perkolasi untuk mengisi persediaan air tanah. Air tanah dapat

muncul ke permukaan tanah karena air memiliki kapilaritas yang tinggi.

Page 39: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

22

Dalam air tanah ada zona penahan air (aquifer) yaitu menyediakan

simpanan air yang besar yang mengatur siklus hidrologi dan berpengaruh

pada aliran air. Air tanah juga dapat menyuplai debit air sungai apabila jalur

air tanah terputus oleh jalur sungai. Air tanah dapat berkurang apabila

digunakan manusia untuk keperluan sehari-hari (Rahayu dkk, 2009). Selain

itu, air yang langsung jatuh ke permukaan tanah langsung mengisi

tampungan air (channel storage) contohnya sungai, danau dan bendungan

lalu menjadi aliran permukaan.

Tipe-tipe aliran adalah aliran di atas permukaan tanah (overland

flow), aliran langsung di bawah permukaan (sub surface storm flow) dan

aliran dasar (base flow). Aliran di atas permukaan tanah terjadi apabila

ketika kapasitas presipitasi melebihi batas infiltrasi. Aliran langsung di

bawah permukaan adalah air perkolasi yang bergerak di zona perkolasi

yang bergerak horizon tanah. Aliran dasar adalah air yang bergerak di atas

aliran air untuk pengukuran muka air. Tampungan air ini mengalami

infiltrasi untuk mengisi persediaan air tanah apabila dasar suatu tampungan

air jaraknya jauh dari tempat persediaan air tanah. Sebagian air pada

tampungan air mengalami evaporasi kembali karena pengaruh panas

matahari (Asdak, 2010).

Air di bumi ini mengulangi terus menerus sirkulasi-penguapan,

presipitasi dan pengaliran keluar (outflow). Air menguap ke udara dari

permukaan tanah dan laut, berubah menjadi awan sesudah melalui beberapa

Page 40: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

23

proses dan kemudian jatuh sebagai hujan atau salju ke permukaan laut atau

daratan. Sebelum tiba ke permukaan bumi sebagian langsung menguap ke

udara dan sebagian tiba ke permukaan bumi. Tidak semua bagian hujan

yang jatuh ke permukaan bumi mencapai permukaan tanah. Sebagian akan

tertahan oleh tumbuh-tumbuhan dimana sebagian akan menguap dan

sebagian lagi akan jatuh atau mengalir melalui dahan-dahan ke permukaan

tanah, berikut merupakan gambar siklus hidrologi ;

Gambar 5. Siklus Hidrologi (Asdak, 2010)

1. Curah Hujan

Data curah hujan yang tercatat diproses berdasarkan areal yang

mendapatkan hujan sehingga didapat tinggi curah hujan rata-rata dan

kemudian diramalkan besarnya curah hujan pada periode tertentu. Berikut

dijabarkan tentang cara menentukan tinggi curah hujan areal. Dengan

melakukan penakaran atau pencatatan hujan, kita hanya mendapat curah

Page 41: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

24

hujan di suatu titik tertentu (point rainfall). Jika di dalam suatu areal

terdapat beberapa alat penakar atau pencatat curah hujan, maka dapat

diambil nilai rata-rata untuk mendapatkan nilai curah hujan areal.

Ada 3 macam cara yang berbeda dalam menentukan tinggi curah

hujan rata-rata pada areal tertentu dari angka-angka curah hujan di beberapa

titik pos penakar atau pencatat (Sosrodarsono dan Takeda, 1987), yaitu

Metode Aljabar, Metode Polygon Thiessen dan Metode Ishoyet. Namun

pada penelitian ini metode yang digunakan adalah metode Polygon

Thiessen.

Metode Polygon Thiessen digunakan untuk mengetahui luas daerah

pengaruh. Pemilihan stasiun hujan yang akan dianalisis harus meliputi

daerah yang dekat dengan bangunan yang akan direncanakan. Metode

perhitungan ini yaitu dengan memasukkan faktor pengaruh daerah yang

mewakili stasiun hujan yang disebut Koefisien Thiessen. Koefisien

Thiessen didapatkan dengan cara membentuk daerah pengaruh, cara

mencari daerah pengaruh yaitu dengan menggambarkan garis-garis sumbu

tegak lurus terhadap garis penghubung antara dua pos hujan. Untuk metode

ini harus menggunakan minimal 3 stasiun hujan. Kelemahan menggunakan

metode ini yaitu karena tidak memasukkan faktor topografi, tetapi

penggunaan Metode Thiessen lebih teliti, obyektif dan dapat dipakai pada

daerah yang memiliki titik pengamatan tidak merata. Koefisien Thiessen

dapat dihitung dengan persamaan di bawah ini.

Page 42: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

25

P =

................................................................. (1)

Keterangan :

P = curah hujan yang tercatat

A = Luas area polygon

n = banyaknya pos penakar hujan

2. Parameter Statistik

Variat dari suatu variabel hidrologi tidak semua sama dengan nilai

rata-rata dan kemungkinan nilai variabel lebih kecil atau lebih besar dari

rata-ratanya yang disebut dispersi. Maka dari itu perlu dilakukan parameter

statistik, parameter yang dihitung meliputi :

a) Standar Deviasi (Sd)

Sd = √∑

........................................................................................ (2)

Keterangan :

Xi = curah hujan di stasiun hujan ke I (mm)

X = curah hujan rata-rata (mm)

N = jumlah data

b) Koefisien Skewess (Cs)

.................................................................................. (3)

Keterangan :

Xi = curah hujan di stasiun hujan ke I (mm)

Page 43: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

26

X = curah hujan rata-rata (mm)

N = jumlah data

c) Koefisien Kurtosis

.......................................................................... (4)

Keterangan :

Xi = curah hujan di stasiun hujan ke I (mm)

X = curah hujan rata-rata (mm)

N = jumlah data

d) Koefisien Variasi (Cv)

Cv =

.................................................................................................... (5)

Keterangan :

Sd = Standar deviasis

X = curah hujan rata-rata (mm)

3. Curah Hujan Rencana

Dalam menganalisis curah hujan rencana dengan periode

tertentu, digunakan metode statistik yaitu Metode Log Normal, Metode

Gumbel dan Log Pearson III.

a. Metode Gumbel

Metode Gumbel banyak digunakan untuk analisis data maksimum,

seperti penggunaan pada analisis frekuensi banjir.

Page 44: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

27

Persamaan yang digunakan dalam metode ini adalah :

X = X + S . K t ...................................................................................... (6)

Keterangan :

X = nilai rerata sampel

S = standar deviasi nilai sampel

Frekuensi pada distribusi gumbel dapat dicari dengan pendekatan:

........................................................................................ (7)

Keterangan :

Yt = Reduce Variate,

Yn = Reduce Mean .

Sn = Reduce Standard Deviation

Tabel 1. Reduce Variataed (Yt)

Sumber : Suripin, Buku Sistem Drainase Perkotaan yang berkelanjutan,

2004

Page 45: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

28

Table 2. Reduced Mean (Yn)

Tabel 3. Reduce Standard deviation (Sn)

b. Metode Log Pearson III

Data-data yang dibutuhkan dalam menggunakan metode ini adalah

nilai rata- rata, standard deviasi dan koefisien kepencengan. Rumus yang

digunakan dalam metode ini adalah (Triatmodjo, 2009) :

Log Xt = log X + K . Sx ........................................................................ (8)

Keterangan :

X = nilai rata-rata dari curah hujan

K = faktor frekuensi, yang merupakan fungsi dari kala ulang

dan koefisien kepencengan

Page 46: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

29

Sx = standar deviasi

Tabel 4. Nilai K untuk Distribusi Log-Pearson III

Sumber : Suripin, Buku Sistem Drainase Perkotaan yang berkelanjutan,

2004

c. Uji kecocokan Smirnov-kolmogorov

Uji kecocokan Smornov – Kolmogorov merupakan uji kecocokan

non parametrik, karena pengujiannya tidak menggunakan fungsi distribusi

tertentu. Cara menggunakan uji yaitu dengan membandingkan probabilitas

untuk setiap varian, dari distribusi empiris dan teoritisnya akan terdapat

perbedaan (D) tertentu. Syarat persamaan distribusiditerima apabila harga

Dmaks yang dihitung lebih kecil dari Do kritis, namun apabila Dmaks lebih

besar dari Do kritis maka distribusi teoritis yang digunakan tidak dapat

diterima.

Page 47: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

30

Tabel 5. Harga Kritis Uji Kecocokan Smirnow-Kolmogorov

0.2 0.1 0.05 0.01

5 0.45 0.51 0.56 0.67

10 0.32 0.37 0.41 0.49

15 0.27 0.3 0.34 0.4

20 0.23 0.26 0.29 0.36

25 0.21 0.24 0.27 0.32

30 0.19 0.22 0.24 0.29

35 0.18 0.2 0.23 0.27

40 0.17 0.19 0.21 0.25

45 0.16 0.18 0.2 0.24

50 0.15 0.17 0.19 0.23

n>50 1.07/n 1.22/n 1.36/n 1.63/n

α derajat kepercayaanJumalah

data n

Sumber : Suripin, Buku Sistem Drainase Perkotaan yang berkelanjutan,

2004

4. Perhitungan Debit Banjir Rencana

Ada beberapa metode yang biasa digunakan untuk menghitung debit

aliran permukaan. Pada umumnya metode perhitungan aliran permukaan

yang disajikan adalah metode empirik yang merupakan hasil penelitian

lapangan dari para ahli hidrologi.

a. Metode Rasional

Menurut Imam Subarkah (1980). Metode ini mengasumsikan bahwa

laju pengaliran maksimum terjadi jika lama hujan sam adengan waktu

konsentrasi daerah alirannya. Atau dapat juga diartikan debit puncak akibat

intensitas berlangsung selama atau lebih lama dari waktu tiba banjir atau

konsentrasi.

Page 48: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

31

Waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlukan oleh hujan yang

jatuh pada titik terjauh DAS untuk mencapai outletmya.

Rumus rasional ini hanya digunakan untuk menemukan banjir

maksimum nagi saluran – saluran (sungai – sungai) dengan daerah aliran

kecil. Kira – kira 100 -200 acres atau kira – kira 40 – 80 ha.

Metode ini pertama kali digunakan di Irlandia oleh Mulvaney pada

tahun 1847 dengan pemikiran secara rasional yang dinyatakan secara

aljabar dengan:

Q = C.I.A cfs (cubic feet per second atau second feet) ........................ (9)

Dimana :

A = luas daerah aliran sungai (m2)

I = intensitas hujan maksimum selama waktu yang sama tenggang

waktu konsentrasi (innci/jam)

C = angka pengaliran (tak terdefenisi)

Jika digunakan satuan metric, maka rumus tersebut diatas menjadi :

Q = 0,278 C.I.A m3/det

Persamaan ini dapat diartikan bahwa jika hujan sebesar 1 mm/jam selama 1

jam pada DAS seluas 1 km2 pada permukaan yang licin

(c = 1) maka akan terjadi debit air sebesar 0,278 m2/det.

Untuk melengkapi kebutuhan persamaan tersebut di atas maka perlu

dicari nilai intensitas 1 dan wakttu konsentrasi tc.

Page 49: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

32

C. Hidrolika

Saluran yang mengalirkan air dengan suatu permukaan bebas disebut

saluran terbuka, menurut asalnya saluran dapat digolongkan menjadi

saluran alam (natural) dan saluran buatan (artificia) (Ven Te Chow.1992

dalam Rosalina Nensi.E. V).

Saluran alam meliputi semua alur air yang terdapat secara alamiah di

bumi, mulai dari anak selokan kecil di pegunungan, selokan kecil, kali,

sungai keci dan sungai besar sampai ke muara sungai. Aliran air di bawah

tanah dengan permukaan bebas juga dianggap sebagai saluran terbuka

alamiah.

Sifat-sifat hidrolik saluran alam biasanya sangat tidak menentu.

Dalam beberapa hal dapat dibuat anggapan pendekatan yang cukup sesuai

dengan pengamatan dan pengalaman sesungguhnya sedemikian rupa,

sehingga persyaratan aliran pada saluran ini dapat diterima untuk

menyelesaikan analisa hidrolika teoritis. Studi selanjutnya tentang perilaku

aliran pada saluran alam memerlukan pengetahuan dalam bidang lain,

seperti hidrologi, geomorfologi, angkutan sedimen dan sebagainya. Hal ini

merupakan ilmu tersendiri yang disebut hidrolika sungai.

1. Kecepatan Aliran

Kecepatan aliran disebabkan oleh tekanan pada muka air akibat

adanya perbedaan fluida udara dan air dan juga akibat gaya gesekan pada

dinding saluran (dasar maupun tebing saluran) maka kecepatan aliran pada

Page 50: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

33

suatu potongan melintang saluran tidak seragam (Addison, 1944; Chow

1959 dalam Robert. J Kodatie, 2009). Ketidakseragaman ini juga

disebabkan oleh bentuk tampang melintang saluran, kekerasan saluran dan

lokasi saluran (saluran lurus atau pada belokan).

Selanjutnya Chow mengatakan bahwa kecepatan maksimum

umumnya terjadi pada jarak 0,05 sampai 0,25 dikalikan kedalaman airnya

dihitung dari permukaan air. Namun pada sungai yang sangat lebar dengan

kedalaman dangkal (shallow), kecepatan maksimum terjadi pada

permukaan air (Addison, 1994 dalam Robert. J Kodatie, 2009). Makin

sempit saluran kecepatan maximumnya makin dalam. Kekasaran dasar

saluran juga mempengaruhi distribusi kecepatan.

2. Debit Aliran

Debit aliran adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang

melewati suatu penampang melintang sungai persatuan waktu. Dalam

sistem satuan SI besarnya debit dinyatakan dalam satuan meter kubik per

detik (m2/det) (Chay Asdak, 2014).

Pengukuran debit aliran dilapangan pada dasarnya dapat dilakukan

melalui empat kategori (Gordon Et Al, 1992 dalam Chay Asdak, 2014).

a) Pengukuran volume air

b) Pengukuran debit dengan cara mengukur kecepatan aliran dan

menentukan luas penampang melintang sungai menggunakan rumus :

Page 51: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

34

Q = V . A ........................................................................................ (10)

V = 2

1

3

2

IRn

1 ......................................................................... (11)

R = P

A

........................................................................................... (12)

P = b + 2H 2m1 ........................................................................ (13)

(

) ....................................................................... (14)

Dimana :

Q = debit aliran (m3/det.)

V = kecepatan aliran (m3/det.)

A = luas penampang (m2)

R = Jari-jari Hidrolis (m)

P = Keliling Basah Sungai (m)

n = Koefisien Manning

m = Kemiringan Talud

b = Lebar Sungai (m)

L = Jarak Perseksi

I = Kemiringan saluran

c) Mengukur debit dengan menggunakan bahan kimia (pewarna) yang

dialirkan dalam aliran sungai (substance tracing method).

d) Pengukuran debit dengan membuat bangunan pengukuran pengukuran

Page 52: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

35

seperti aliran air lambat (weir) atau aliran air cepat (flume).

3. Tipe Aliran (Bilangan Froude)

Berdasarkan gaya berat terhadap inersia, aliran dapat merupakan

aliran sub kritis, kritis dan super kritis. Ketiganya dipengaruhi oleh bilangan

Froude yang merupakan fungsi dari kecepatan (V) dan kedalaman aliran

(h). Perbandingan gaya inersia dengan berat suatu aliran disebut bilangan

Froude.

Ada tiga macam aliran (Rinaldi, 2002:20) sebagai berikut :

a) Aliran Sub Kritis

Aliran dikatakan sub kritis apabila lebih besar dari pada gaya inersia,

sehingga air akan mengalir dengan kecepatan rendah. Pada aliran sub kritis

√ dan . Dalam mekanisme gelombang √ dapat

disamakan dengan kecepatan perambatan gelombang dangkal. Jika

√ maka kecepatan perambatan gelombang akan lebih besar dari

pada kecepatan rata-rata aliran, sehingga gelombang dapat begerak kearah

hulu.

b) Aliran Super Kritis

Aliran dikatakan super kritis apabila gaya berat sangat lemah bila

dibandingkan dengan gaya inersia, sehingga air akan mengalir dengan

kecepatan tinggi. Pada aliran super kritis √ dan , Jika

√ maka kecepatan perambatan gelombang akan hanya lebih kecil

Page 53: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

36

dari pada kecepatan aliran rata-rata aliran, sehingga gelombang hanya

bergerak kearah hilir.

c) Aliran kritis

Antara keadaan sub kritis dan super kritis terdapat keadaan kritis. Pada

aliran kritis √ dan , Jika √ maka kecepatan

perambatan gelombang sama dengan kecepatan rata-rata aliran, sehingga

tidak ada pergerakan gelombang. Kedalaman pada keadaan kritis disebut

kedalaman kritis.

Gambar 6. Pola perjalanan gelombang di saluran terbuka (sumber Bambang

Triatmodjo, 2008)

Pada gambar diatas diperlihatkan suatu saluran panjang dengan

empat jenis kemiringan : sub kritis, kritis dan super kritis. Pada kemiringan

sub kritis (Gambar b) permukaan air di zona peralihan tampak

bergelombang. Aliran dibagian tengah saluran bersifat seragam namun

kedua ujungnya bersifat berubah. Pada kemiringan kritis (Gambar c)

Page 54: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

37

permukaan air dari aliran kritis ini tidak stabil. Dibagian tengah dapat

terjadi gelombang tetapi kedalaman rata-rata konstan dan alirannya dapat

dianggap seragam. Pada kemiringan sub kritis (Gambar d) permukaan air

beralih dari keadaan sub kritis menjadi super kritis setelah melalui terjunan

hidrolik lambat laun. Dibagian hilir zona peralihan aliran mendekati

seragam. Kedalaman aliran seragam disebut kadalaman normal (normal

depth).

√ ............................................................................................ (15)

Dimana :

Fr = Angka Froude

v = Kecepatan rata-rata aliran (m/det)

h = Kedalama air (m)

g = Gaya gravitasi

D. Bangunan Pengaturan Sungai

1. Perkuatan Lereng

Perkuatan lereng/Revetments merupakan struktur perkuatan yang

ditempatkan di tebing sungai untuk menyerap energi air yang masuk guna

melindungi suatu tebing alur sungai atau permukaan lereng tanggul

terhadap erosi dan limpasan gelombang (overtopping) ke darat dan secara

Page 55: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

38

kesuluruhan berperan meningkatkan stabilitas alur sungai atau tubuh

tanggul yang dilindungi.

Telah terjadi pengembangan yang sangat lanjut terhadap konstruksi

salah satu bangunan persungaian yang sangat vital ini dan pada saat telah

di mungkinkan memilih salah satu konstruksi, bahan dan cara pelaksanaan

yang paling cocok di sesuaikan dengan berbagai kondisi setempat.

Walaupun demikian konstruksi perkuatan lereng secara terus menerus di

kembangkan dan disempurnakan.

2. Klasifikasi dan Konstruksi Perkuatan Lereng

a. Klasifikasi berdasarkan lokasi

Berdasarkan lokasi, perkuatan lereng dapat dibedakan dalam 3 jenis,

yaitu perkuatan lereng tanggul (levee revetment), perkuatan tebing sungai

(low water revertment) dan perkuatan lereng menerus (high water

revetment).

Gambar 7. Jenis-jenis perkuatan lereng (Dr. Ir. Suyono Sosrodarsono dan

Dr. Masateru Tominaga)

Page 56: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

39

1. Perkuatan lereng tanggul

Dibangun pada permukaan lereng tanggul guna melindungi terhadap

gerusan rus sungai dan konstruksi yang kuat perlu dibuat pada tanggul-

tanggul yang sangat dekat dengan tebing alur sungai atau apabila

diperkirakan terjadi pukulan air (water hummer).

2. Perkuatan tebing sungai

Perkuatan semacam ini diadakan pada tebing alur sungai, guna

melindungi tebing tersebut terhadap gerusan alur sungai dan mencegah

proses meander pada alur sungai. Selain itu harus diadakan pengamanan-

pengamanan terhadap kemungkinan kerusakan terhadap bangunan

semacam ini, karena disaat terjadi banjir bangunan tersebut akan tenggelam

seluruhnya.

3. Perkuatan lereng menerus

Perkuatan lereng menerus dibangun pada lereng tanggul dan tebing

sungai secara menerus (pada bagian sungai yang tidak ada bantarannya).

b. Konstruksi perkuatan lereng

Konstruksi perkuatan lereng umumnya seperti yang tertera pada

gambar (7.Konstruksi perkuatan lereng) dengan kombinasi-kombinasi

sebagai uraian dibawah ini.

Page 57: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

40

Gambar 8. Konstruksi perkuatan lereng (Dr. Ir. Suyono Sosrodarsono dan

Dr. Masateru Tominaga)

1. Pelindung lereng

Pelindung lereng merupakan bagian utama dari bangunan perkuatan

kereng dan dimaksudkan untuk melindungi perkuatan lereng tanggul atau

permukaan tebing sungai terhadap gerusan arus sungai. Pemilihan

konstruksi pelindung lereng haruslah didasarkan pada resim sungai atau

lokasinya.

2. Pondasi dan pelindung kaki

Pondasi adalan semacam konstruksi yang akan berfungsi sbagai

landasan/tumpuan pelindung lereng atau penempatannya pada kaki tanggul

atau kaki lereng sungai.

Mengingat sebab utama kerusakan perkuatan lereng diawali dengan

kerusakan pondasinya, maka pondasi dan pelindung kaki harus dikerjakan

dengan sangat hati-hati.

3. Sambungan

Page 58: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

41

Sambungan dibuat pada setiap jarak 20 m perkuatan lereng, sebagai

sambungan pemisah konstruktif, guna melokalisir kemungkinan kerusakan.

Selain itu apabila lereng yang dilindungi cukup tinggi, maka diadakan pula

sambungan memanjang.

4. Konsolidasi

Guna lebih menjamin stabilitas pondasi dan melindungi terhadap

gerusan arus sungai, maka di atas permukaan dasar sungai di depan pondasi

ditempatkan hamparan pelindung atau konsilidasi pondasi yang dapat

berfungsi pula untuk melindungi permukaan dasar sungai terhadap gerusan.

Adapun jenis, dimensi serta metode pelaksanaannya sangatlah beraneka

ragam dan sangat bergantung pada kondisi setempat.

5. Pelindung mercu

Permukaan tebing alur sungai dan permukaan lereng tanggul yang

karena fungsi dan dimensinya mungkin tenggelam di saat terjadi banjir

besar dan tidak mengalami kerusakan-kerusakan diperlukan adanya

pelindung pada bagian mercunya.

c. Perencanaan Perkuatan Lereng

Pada tahapan perencanaan (planning) untuk perkuatan lereng

haruslah diperlukan secatra seksama pengaruh-pengaruh arus sungai, proses

pergeseran alur sungai, perilaku meander dan gerusan pada belokan-

belokan sungai.

Page 59: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

42

1) Proses Perubahan Alur Sungai

Proses perubahan alur sungai dapat dibedakan menjadi dua macam,

yaitu perubahan menyeluruh dan perubahan setempat. Perubahan-

perubahan setempat adalah gejala-gejala longsor tebing sungai,

pembentukan gosong-gosong pasir, pengendapan-pengendapan pola

belokan dalam dan gerusan pada belok luar serta perpindahan mendadak

alur sungai.

Dalam merencanakan perbaikan sungai secara keseluruhan yang

paling utama adalah pembuatan rencana denah dan penampang memanjang

serta penampang melintang sungai, demikian agaimencapai bentuk sungai

yang paling tebal, yakni mendekati bentuk kestabilan pada periode-periode

yang terakhir masa existensinya. Dengan demikian perkuatan-perkuatan

diperlukan hanyalah padaruas-ruas sungai yang sangat labilatau bagian-

bagian sungai yang mungkin tergerus akibat perubahan setempat saja.

Dengan demikian pekerjaan perkuatan-perkuatan lereng akan sangat

terbatas dan kestabilannya dapat diandalkan serta sungai secara keseluruhan

akan stabil pula. Jadi tahapan perencanaan perbaikan sungai haruslah

dimulai dengan mempelajari bentuk stabil optimal yang diinginkan oleh

perilaku sungaidan jangka waktu yang diinginkan untuk mempertahankan

bentuk stabil optimal tersebut.

2) Gejala Meander

Page 60: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

43

Sepanjang exsistensinya sungai sebagai suatu kesatuan senantiasa

bergerak, sehingga secaara visual sungai berbelok-belok mengikuti pola-

pola tertentu yang disebut meander. Akibat dari gejala meander ini, maka

ada bagian tebing sungai yang tergerus, adabagian yang menjaditempat

pengendapan sedimen dan setelah bagian sungai mencapai tahapan meander

yang kritis, maka terjadilah perpindahan alur sungai secara alamiah

(sedotan alamiah). Dengan demikian gejala meander pada sungai dapat

menyebabkan tergogosnya kaki tanggul yang lambat laun dapat

menjebolkan tanggul dan menimbulkan malapetaka yang besar

Adapun perilaku dari sungai-sungai yang stabil adalah sungai-sungai

dengan perubahan yang sangat lambat,sehingaa proses meander berjalan

secara lambat pula. Dengan demikian bentuk sungai berubah secara amt

lambat. Jadi agar dapat dicapai kondisi sungai yang stabil haruslah

direncanakan suatu trase alur sungai denganbelokan-belokan yang tidak

terlalu tajam, dengan panjang dan amplitudo tertentu. Selanjutnya baru

dapat ditentukan rencana trase tanggul sebagai satu kesatuan dengan

penentuan trase alur sungai dalam rangka perbaikan dan pengaturan sungai

secara menyeluruh. Akhirnya dapat ditetapkan trase perkuatan lereng

perkuatan lereng pada lereng tanggul, tebing sungai dan lain-lain dengan

segala perlengkapannya, seperti pondasinya, pelindung pondasi, dan krib-

Page 61: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

44

krib, dapat ditetapkan secara rasional baik ditinjau dari segi hidrolika

maupun ditinjau dari segi konstruksinya.

3) Hidrolika Pada belokan-belokan sungai

Masalah utama dari proses meander adalah gerusan dan

pengendapan pada bagian sungai yang berkelok-kelok, dimana terjadi

pengendapan sedimen pada belokan dalam dan gerusan pada belokan

luarnya

4) Rencana trase perkuatan lereng

Penentuan trase perkuatan lereng didasarkan pada karakteristik

sungai, terutama yang berkaitan dengan perilaku meander sungai, serta

perubahan-perubahan alur sungai secara lokal baik vertical maupun

horizontal.

Selain itu harus diperhatikan pula data yang tercatat secara

pengalaman di masa-masa yang lalu. Dan secara garis besarnya hal-hal

yang perlu diperhatikan dalam merencanakan trase perkuatan lereng adalah

sebagai berikut :

a. Penentuan trase perkuatan lereng harns dicocokkan dengan kondisi

lapangan baikuntuk meningkatkan ketelitiannya terhadap bentuk-bentuk

meander sungainya maupun untuk mempertimbangkan hal-hal yang

Page 62: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

45

menyangkut pelaksanaannya, sehingga dapat ditetapkan metode

pelaksanaan yang cocok dengan kondisi setempat.

b. Kurva trase perkuatan lereng diusahakan sebesar mungkin supaya

arah trase rencana sesuai dengan arah aliran saat terjadi banjir besar.

Apabila kurvanya terlalu kecil, lengkungannya akan terlalu tajam dan

kecepatan arus akan meningkat akibat timbulnya gaya sentrifugal dan

penggerusan pada dasar sungai di tempat tersebut akan mudah terjadi dan

daya rusak arus terhadap konstruksi perkuatan lereng akan meningkat pula.

c. Trase perkuatan lereng ditempatkan sedemikian rupa sehingga dapat

dihindarkan pusaran-pusaran yang tidak teratur. Pusaran-pusaran dapat

merusak perkuatan lereng itu sendiri bahkan dapat membahayakan

bangunan-bangunan sungai yang berdekatan dengan lokasi pusaran

tersebut.

d. Trase perkuatan tebing alur sungai ditempatkan lebih kebelakang.

Biaya pembangunan perkuatan tebing alur sungai umumnya sangat tinggi

dan harganya akan semakin meningkat apabila posisinya semakin ke tengah

alur sungai.

e. Pemilihan lokasi perkuatan lereng haruslah dibatasi pada bagian

sungai yang diperlukan saja, yaitu bagian-bagian tebing atau tanggul yang

dapat tergerus dan bagian yang dapat terjadi pukulan air. Mengingat biaya

konstruksi perkuatan lereng yang sangat tinggi.

Page 63: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

46

f. Panjang perkuatan lereng ditetapkan secara empiris yang didasarkan

atas karakteristik sungai, kondisi setempat, kemiringan sungai dan debit

sungai.

g. Tinggi perkuatan lereng biasanya disamakan dengan elevasi

permukaan banjir rencana. Akan tetapi pada sungai-sungai yang cukup

penting, maka perkuatan lereng dibuat hingga mencapai mercu tanggul

yang akan dilindungi, yaitu pada sungai-sungai yang arusnya deras dan

sungai-sungai yang karena lebarnya, kadang-kadang dapat terjadi ombak

yang cukup tinggi.

E. Proses Gerusan

Gerusan (Scouring) merupakan suatu proses alamiah yang terjadi di

sungai sebagai akibat pengaruh morfologi sungai atau adanya bangunan air.

Morfologi sungai merupakan salah satu faktor yang menentukan dalam

proses terjadinya gerusan, hal ini di sebabkan oleh aliran saluran terbuka

mempunyai permukaan bebas. Kondisi aliran saluran terbuka berdasarkan

pada kedudukan permukaan bebasnya cenderung berubah sesuai ruang dan

waktu , disamping itu ada hubungan antara kedalaman aliran, debit air,

kemiringan dasar saluran dan permukaan bebas saluran itu sendiri.

Erosi adalah suatu proses pengikisan atau terkelupasnya partikel-

partikel tanah. Proses erosi terdiri atas tiga bagian yaitu pengelupasan

(datachement) Pengangkutan (transportation), dan pengendapan

Page 64: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

47

(sedimentation). Beberap tipe erosi permukaan yang sering di jumpai di

daerah tropis yaitu, erosi percikan (splash erosion), erosi kulit (sheet

erosion), erosi alur (rill erosion).

Gerusan tebing sungai adalah pengikisan tanah pada tebing-tebing

sungai dan penggerusan dasar sungai oleh aliran air sungai. Dua proses

berlangsungnya erosi tebing sungai adalah adanya gerusan aliran sungai dan

oleh adanya longsoran tanah pada tebing sungai . proses yang pertama

berkorelasi dengan kecepatan aliran sungai. Semakin cepat laju aliran

sungai ( debit puncak atau banjir ) semakin besar kemungkinan terjadi erosi

tebing

Menurut Laursen (1952) dalam Mulyandari (2010), gerusan adalah

pembesaran dari suatu aliran yang di sertai oleh pemindahan material

melalui aksi gerak fluida. Sifat alami gerusan mempunyai fenomena

sebagai berikut :

1. Besar gerusan akan sama selisihnya antara jumlah material yang

diangkut keluar daerah gerusan dengan jumlah material yang diangkut

kedalam daerah gerusan.

2. Besar gerusan akan berkurang apabila penampang basah di daerah

gerusan bertambah. Untuk kondisi aliran bergerak akan terjadi suatu

keadaan gerusan yang disebut gerusan batas, besarnya akan asimtotik

dengan waktu.

Page 65: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

48

Bresuers dan Raudviki (1991) dalam Mulyandari (2010), membagi

gerusan yang terjadi pada suatu struktur berdasarkan dua kategori yaitu :

1. Tipe dari gerusan

a. Gerusan Umum (General Scour), gerusan umum ini merupakan

suatu proses alami yang terjadi pada sungai.

b. Gerusan di lokalisir (Contriction Scour) gerusan ini terjadi akibat

penyempitan di alur sungai sehingga aliran menjadi terpusat.

c. Gerusan Lokal (Local Scour), gerusan lokal ini pada umumnya

diakibatkan oleh adanya bangunan air misalnya ; tiang, pilar

jembatan, dan lain-lain.

2. Gerusan dalam perbedaan kondisi angkutan

a. Kondisi clear water scour di mana gerusan dengai air bersih terjadi

jika material dasar sungai di sebelah hulu gerusan dalam keadaan

diam atau tidak terangkut.

b. Kondisi live bed scour di mana gerusan yang di sertai dengan

angkutan sedimen material dasar.

3. Konsep Dasar Gerusan

Dasar sungai yang tersusun dari endapan material sungai adalah

akibat dari suatu proses erosi dan deposisi yang dihasilkan oleh perubahan

pola aliran pada sungai alluvial. Berubahnya pola aliran dapat terjadi karena

terdapat halangan/rintangan pada sungai,berupa pilar, jembatan, krib

sungai, spur dikes, abutmen jembatan, dan sebagainya. Bangunan semacam

Page 66: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

49

ini di pandang dapat mengubah geometri alur serta pola aliran, yang

selanjutnya di ikuti dengan terjadinya gerusan lokal di dekat bangunan

tersebut (Legono 1990) dalam Rinaldi (2002:5).

Perbedaan tipe gerusan diberikan oleh Raudviki dan Ettema (1983)

dalam Rinaldi (2002:5), adalah sebagai berikut: Gerusan umum (general

Scour) di alur sungai, tidak berkaitan sama skali dengan terdapat atau

tidaknya bangunan sungai. Gerusan ini disebabkan oleh energi dari aliran.

Gerusan di lokalisir arus sungai, terjadi karena penyempitan alur sungai

sehingga aliran menjadi lebih terpusat. Gerusan lokal disekitar bangunan

terjadi karena pola aliran lokal disekitar bangunan sungai.

Ketiga jenis gerusan ini bisa terjadi dalam waktu bersamaan namun

pada tempat yang berbeda. Gerusan dari jenis 2 dan 3 kemudian dibedakan

menjadi gerusan tanpa transport sedimen. (clear-water scour) dan gerusan

dengan transport sedimen (live-bed scour). Clear-water scour terjadi jika

materi dasar sungai disebelah hulu bangunan dalam keadaan diam atau

tidak ada material tersangkut. Secara matamatis tegangan geser dasar, Ԏ <

tegangang geser kritis, live-bed scour terjadi disertai dengan

transportasi sedimendari material dasar.

Menurut Laursen (1952) dalam Garde dan Raju (1977) dalam

Renaldi (2002;6), gerusan adalah pembesaran pembesaran dari suatu aliran

yang disertai oleh pemindahan material melalui aksi gerak fluida. Gerusan

Page 67: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

50

lokal terjadi karena sedimen yang terangkut lebih besar dari sedimen yang

tersedia.

4. Mekanisme Gerusan

Gerusan yang terjadi di dekitar penyempitan saluran akibat

keberadaan bangunan akibat sistem pusaran (vortex sistem) yang timbul

karena terhalangnya aliran akibat penyempitan tersebut. vortex sistem yang

menyebabkan adanya lubang gerusan tersebut di mulai dari sebelah hulu

penyempitan (hulu bangunan) yaitu saat mulai munculnya komponen aliran

dari arah bawah. Selanjutnya pada bagian bawah komponen tersebut , aliran

akan terbalik arah menjadi vertikal yang kemudian di ikuti dengan

terbawanya material dasar sehingga terbentuk aliran spiral di daerah

gerusan.

Menurut Laursen (1952) dalam Legono (1990), sifat alami gerusan

mempunyai fenomena sebagai berikut :

a. Besar gerusan akan sama dengan selisih antara jumlah material yang

ditranspor keluar daerah gerusan dengan jumlah material yang ditranspor

masuk kedalam daerah gerusan.

b. Besar gerusan akan berkurang apabila penampang basah didaerah

gerusan bertambah (misal : karena erosi)

c. Untuk kondisi aliran akan terjadi suatu keadaan gerusan yang disebut

gerusan batas, besarnya akan asimtotik terhadap waktu

Page 68: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

51

5. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kedalaman Gerusan :

1. Tinggi muka air sungai.

2. Kemiringan dasar sungai.

3. Debit aliran sungai.

4. Jenis butiran dasar sungai dan jenis butiran yang dibawa aliran.

5. Penampang sungai dan bangunan yang ada.

F. Penanggulangan Gerusan Tebing Sungai dengan Bronjong

Daerah yang dilindungi revertment adalah daratan tepat di belakang

bangunan. Permukaan bangunan yang menghadap arah datangnya

gelombang dapat berupa sisi vertikal atau miring. Bangunan ini bisa terbuat

dari pasangan batu, beton, tumpukan pipa (buis) beton, turap, kayu,

bronjong ataupun beberapa jenis revertment yang di produksi oleh pabrik.

Namun yang sering di jumpai di lapangan adalah revertment yang terbuat

dari tumpukan batu dengan lapis luarnya terdiri dari batu dengan ukuran

yang lebih besar. Adapun salah satu jenis revertment penanggulangan

gerusan pada tebing sungai yaitu bronjong.

1. Spesifikasi Bronjong

Spesifikasi teknis untuk kawat bronjong digunakan acuan SNI 03-

0090-1999, tentang mutu dan uji bronjong dan kawat bronjong. Dalam

acuan SNI tersebut mendeskripsikan bahwa yang dimaksud dengan

Bronjong adalah kotak yang terbuat dari anyaman kawat baja berlapis seng

Page 69: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

52

yang pada penggunaannya diisi batu-batu untuk pencegah erosi yang

dipasang pada tebing-tebing, tepi-tepi sungai, yang proses penganyamannya

menggunakan mesin.

Gambar 9. Bronjong batu (https://www.academia.edu/121631 82/tipe-

tipe_struktur_pelindung_tebing_sungai)

Bangunan bronjong adalah struktur yang tidak kaku, oleh karena itu

bronjong dapat menahan gerakan baik vertikal maupun horizontal dan

apabila runtuh masih bisa dimanfaatkan lagi. Selain itu bronjong

mempunyai sifat yang lolos terhadap air, sehingga air dapat terus lewat

sementara pergerakan tanah dapat ditahan oleh bronjong. Bronjong pada

umumnya dipasang pada kaki lereng, biasanya berfungsi sebagai penahan

longsoran, dapat juga berfungsi mencegah penggerusan atau erosi tanah.

Keberhasilan penggunaan bronjong sangat tergantung dari kemampuan

bangunan ini untuk menahan geseran pada tanah di bawah alasnya. Oleh

Page 70: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

53

karena itu, bronjong harus diletakkan pada lapisan yang mantap dengan

kuat geser besar di bawah bidang gelincir. (Bina Marga, 1986).

Bronjong dapat menahan longsoran apabila gaya dorong yang terjadi

lebih rendah daripada gaya gesek statik. Struktur bronjong sebaiknya

dikombinasikan dengan pelandaian lereng. Dasar bronjong sebaiknya

diletakkan pada batuan dasar untuk mengurangi gerusan dasar bronjong.

Keuntungan menggunakan bronjong menurut Hardiyatmo (2006) adalah

tidak memerlukan pelat pondasi, tidak rusak oleh penurunan tanah yang

tidak seragam.

2. Keuntungan Kawat Bronjong

a. Cukup tahan lama.

b. Fleksibel, dapat mengikuti perubahan keadaan.

c. Tidak memerlukan drainase.

d. Dapat dikerjakan oleh setiap pekerja yang terlatih dan untuk mengisi

bronjong dapat dipakai batu kali atau batu pecahan dan pula dapat

dikerjakan dalam waktu pendek.

3. Dimensi Bronjong

Ukuran bronjong kawat bentuk I, menurut SNI 03-0090-1999,

adalah seperti berikut :

Page 71: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

54

Tabel 6. Ukuran Kawat Bronjong

(Sumber: SNI 03-0090-1999 Kementrian Pekerjaan Umum Badan

Pembinaan Konstruksi)

Kolom kode menunjukkan ukuran bronjong kawat sedangkan untuk

ukuran anyaman bronjong kawat 80 x 100 mm. Dalam hal ini kami

menggunakan bronjong Kode D dengan dimensi 2 x 1 x 0,5 (m).

Untuk menghitung kapasitas Bronjong menggunakan rumus :

G = V . Bj .............................................................................................. (15)

Dimana :

G = Berat Bronjong (ton)

V = Volume Bronjong (m3)

Bj = Berat jenis batu (ton)

Jumlah Kapasitas

Panjang Lebar Tinggi sekat m3

A 2 1 1 1 2

B 3 1 1 2 3

C 4 1 1 3 4

D 2 1 0,5 1 1

E 3 1 0,5 2 1,5

F 4 1 0,5 3 2

Ukuran ( m )Kode

Page 72: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

55

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Sungai Jenelata merupakan salah satu anak sungai Jeneberang yang

berada di Kecamatan Parangloe Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi

Selatan. Sungai ini berada di wilayah Desa Moncongloe Kecamatan

Manuju. Secara goegrafis terletak 5o

17’24,02” LS dan 119o

36’ – 119o

34’46,75” BT, dengan panjang sungai 40 kilometer. Penentuan lokasi

penelitian berada pada bagian hilir Jembatan Moncongloe dan pada titik

pengambilan data berada pada STA 0 + 000 sampai pada STA 0 + 400

setiap titik pengambilan data berkisar 100 m per STA.

Gambar 10 : Lokasi Penelitian (Sumber : Google Earth, 2019)

Page 73: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

56

Penelitian ini dilakukan di daerah aliran Sungai (DAS) Jenelata,

Kabupaten Gowa yang dilakukan selama 4 bulan (empat bulan) yaitu dari

bulan Mei 2019 . Dimana pada bulan pertama melakukan pengurusan

administrasi dan studi literatur, pada kedua, dan ke tiga adalahpengumpulan

data dan analisa data, dan pada bulan ke empat adalah proses penyelesaian

penelitian.

B. Jenis Penelitian Dan Sumber Data

1. Jenis penelitian

Penelitian Kasus/Lapangan adalah penelitian yang mempelajari secara

intensif latar belakang keadaan sekarang dan interaksi lingkungan

2. Sumber Data

Penelitian ini dilaksanakan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Jenelata

dimulai pada bulan Mei 2019. Data yang akan digunakan dalam penelitian

ini adalah data primer dan data sekunder.

a. Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara observasi langsung ke

lapangan yaitu di sungai Jenelata. Dalam observasi lapangan ini

dilakukan pengamatan kondisi fisik pada daerah aliran sungai

jenelata.dan pengambilan data dimensi sungai dan data kecepatan aliran

sungai yang diperoleh dari pengukuran langsung di lokasi penelitian

yang selanjutnya di buat hubungan dengan luas penampang sungai

sehingga diperoleh nilai debit air.adapun yang termaksud kedalam data

Page 74: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

57

tersebut berupa data lebar dan kedalaman sungai yang nantinya akan di

gunakan untuk memperoleh profil dan luas dari penampang sungai.

b. Sedangkan pengumpulan data sekunder yaitu mengumpulkan data yang

bersifat teoritis, dokumen, diperoleh melalui skripsi-skripsi kepustakaan,

diklat, jurnal, buku lain yang sesuai dengan materi penelitian serta dari

istansi terkait.adapun data yang di peroleh dari istansi yaitu data curah

hujan.

C. Alat dan Bahan Penelitian

Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan ini adalah :

1. Peta DAS Jenelata.

2. Meteran panjang, untuk mengukur panjang lereng.

3. Kamera untuk dokumentasi hasil kegiatan.

4. GPS (Global Positioning System)

5. Alat tulis menulis.

6. Current meter

7. Kertas label

D. Prosedur Penelitian

Secara garis besar prosedur penelitian adalah sebagai berikut :

1) Survei lapangan

Survei dilakukan untuk mengidentifikasi permasalahan yang terjadi di

lapangan dan juga melihat langsung kondisi yang ada di lokasi

penelitian dan menentukan titik pengambilan data.

Page 75: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

58

2) Studi literatur

Studi literatur dilakukan dengan mengkaji buku-buku dan referensi dari

artikel penelitian yang ada di perpustakaan maupun hasil download dari

internet untuk pembuatan hasil penelitian ini.

3) Pengumpulan data

Mengumpulkan data primer dilakukan dengan pengambialn data secara

langsung di lokasi studi penelitian dan data sekunder di peroleh pada

instansi terkait : Pemerintah Desa/Kecamatan, Dinas PU Provinsi

Sulawesi Selatan, masyarakat setempat, dan lain-lain.

4) Analisis dan pembahasan dari semua data yang diperoleh kemudian

menyimpulkan hasil penelitian yang telah ada.

Page 76: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

59

E. Flow chart Penelitian

Tahapan penelitian yang dilakukan sesuai dengan bagan alur pada

gambar berikut

Gambar 11 : Bagan alur penelitian

Pengumpulan Data

Study Literatur

Data Sekunder

Data curah hujan

Data Primer

Data Dimensi Sungai

Data Penampang Sungai

Data Debit Aliran

Sungai

Model Desain Bronjong

Menghitung Debit Banjir rencana

periode ulang

Mulai

Aman

Ya

Tidak

Menghitung Debit dan Kecepatan Aliran

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Menghitung Bilangan Froude

Menghitung Stabilitas Tanah

Page 77: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

60

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Hidrologi

1. Analisis Curah Hujan Wilayah dan Hujan Harian Maksimum

Curah hujan rata-rata wilayah dihitung dengan menggunakan metode

polygon thiessen yang terdiri dari 3 stasiun pencatatan curah hujan yaitu

curah hujan Stasiun Malino, curah hujan Stasiun Malakaji, curah hujan

Stasiun Tanralili dengan masing-masing stasiun curah hujan selama 10

tahun mulai tahun 2008 sampai dengan tahun 2017 dan memiliki luas

daerah aliran sungai (DAS) sebesar 222,60 km2. Adapun pembagian daerah

aliran menggunakan metode polygon thiessen dapat dilihat pada tabel 7, dan

hasil perhitungan curah hujan maksimum pada tanggal, bulan dan tahun

kejadian yang sama-sama dapat dilihat pada tabel 8.

Tabel 7. Pembagian Daerah Aliran (Polygon Thiessen)

No. Stasiun Hujan Luas

(km2)

Koefisien

Thiessen

1 Malino 135,65 0,609

2 Malakaji 12,75 0,057

3 Tanralili 74.20 0,333

Total 222,60 1,000

Sumber: Data

Selanjutnya dilakukan perhitungan hujan harian maksimum pada

tanggal, bulan, dan tahun kejadian yang sama, dapat dilihat pada tabel 8.

Page 78: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

61

Untuk rekapitulasi hasil perhitungan hujan maksimum harian rata-

rata menggunakan metode Poligon Thiessen dapat dilihat pada tabel 8,

sebagai berikut:

Tabel 8. Rekapitulasi Hujan Maksimum Harian Rata-Rata Metode Poligon

Thiessen

2. Analisis Frekuensi dan Curah Hujan Rencana

Dari tabel 8 curah hujan maksimum harian rata-rata kemudian

diurutkan dari yang terbesar ke terkecil dan dihitung dengan menggunakan

analisis parameter statistik untuk mengetahui metode perhitungan curah

hujan rencana yang dapat digunakan.

a. Analisa Parameter Statistik

Harga rata-rata (Xi) =

Tahun Bulan Tanggal

1 2008 Maret 12 24.67

2 2009 Januari 26 26.00

3 2010 Januari 8 23.16

4 2011 April 25 18.72

5 2012 Desember 11 38.00

6 2013 Januari 5 102.28

7 2014 Januari 17 60.53

8 2015 Maret 4 48.67

9 2016 Oktober 1 51.61

10 2017 Desember 21 15.33

Hujan Maksimum

Harian Rata-Rata

KejadianNO

Page 79: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

62

=

= 40,90

Standar deviasi (S) = √∑ (

)

= √

= 26,42

Koefisien variasi (Cv) =

=

= 0,65

Koefisien Skewnes (Cs) =

=

= 1,50

Koefisien kurtosis (Ck) =

=

= 6,21

Dari perhitungan di atas, selanjutnya dihitung analisis parameter

statistik curah hujan maksimum harian rata-rata. Hasil perhitungan dapat

dilihat pada tabel 9, berikut;

Page 80: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

63

Tabel 9. Analisis Parameter Statistik Curah Hujan Maksimum Harian Rata-

Rata

Setelah diperoleh hasil pada tabel 9, selanjutnya untuk menentukan

jenis metode yang digunakan dapat dilihat pada tabel 10, sebagai berikut;

Tabel 10. Kesimpulan Pemilihan Jenis Metode

Metode Syarat Hasil

Perhitungan Kesimpulan

Normal Cs = 0,00 Cs = 1,50

Tidak dipilih Ck = 3,00 Ck = 6,21

Gumbel Cs = 1,1396 Cs = 1,50

Tidak dipilih Ck = 5,4002 Ck = 6,21

Log Normal

Cs = Cv3 + 3Cv Cs = 1,50

Tidak dipilih Ck = Cv8 + 6Cv

6 + 15Cv

4 +

16Cv4 + 3

Ck = 6,21

Log Pearson

Type III

Tidak memenuhi sifat-sifat seperti pada

kedua distribusi di atas Dipilih

Dari analisis parameter statistik di atas, dapat dilihat pada tabel 10

diperoleh nilai Cs dan Ck tidak memenuhi syarat untuk metode Normal dan

No Tahun CH (mm) (Xi) (Xi - X) (Xi - X)2

(Xi - X)3

(Xi - X)4

1 2013 102.28 61.38 3767.40 231239.87 14193308.20

2 2014 60.53 19.63 385.52 7569.42 148622.13

3 2016 51.61 10.71 114.76 1229.34 13169.26

4 2015 48.67 7.77 60.37 469.06 3644.45

5 2012 38.00 -2.90 8.39 -24.31 70.43

6 2009 26.00 -14.90 221.92 -3305.88 49247.44

7 2008 24.67 -16.23 263.42 -4275.38 69390.35

8 2010 23.16 -17.74 314.54 -5578.57 98938.18

9 2011 18.72 -22.17 491.64 -10901.11 241709.87

10 2017 15.33 -25.56 653.50 -16705.69 427056.96

Jumlah 408.97 6281.45 199716.75 15245157.27

Rata-rata (Xr) = 40.90

Page 81: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

64

Gumbel. Maka, metode yang digunakan adalah metode log pearson type III

karena untuk metode ini tidak memiliki syarat nilai Cs dan Ck seperti

distribusi yang lain.

b. Analisis Curah Hujan Rencana Metode Log Pearson Type III

Adapun langkah perhitungannya sebagai berikut;

Nilai rata-rata (Log Xi) = ∑

=

=

Standar deviasi (Sx) = √∑

= √

=

Koefisien skewnes (Cs) = ∑( )

( )

=

= -0,42

Hitung curah hujan rencana untuk kala ulang 2 tahun:

Log Xt = Log Xi + G.Sx

= + (-0,069).(0,26)

= 1,52

X = antilog X

Page 82: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

65

Xt = 33,28

Untuk langkah perhitungan selanjutnya dapat dihitung dengan cara

yang sama. Adapun hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel 11 berikut.

Tabel 11. Analisis Curah Rencana dengan Metode Log Pearson Type III

Tabel 12. Rekapitulasi Analisis Curah Hujan Rencana untuk Periode

Ulang Tahun (t) dengan Distribusi Log Pearson Type III

Dari tabel 12, dapat dinyatakan bahwa hasil perhitungan curah hujan

rencana untuk periode ulang 2 tahun = 33,285 mm, 5 tahun = 56,236 mm,

1 11.00 9.09 102.28 2.010 0.22056 0.10358

2 6.00 18.18 60.53 1.782 0.05849 0.01414

3 4.33 27.27 51.61 1.713 0.02979 0.00514

4 3.50 36.36 48.67 1.687 0.02164 0.00318

5 3.00 45.45 38.00 1.580 0.00157 0.00006

6 2.67 54.55 26.00 1.415 0.01567 -0.00196

7 2.43 63.64 24.67 1.392 0.02191 -0.00324

8 2.25 72.73 23.16 1.365 0.03076 -0.00539

9 2.11 81.82 18.72 1.272 0.07169 -0.01919

10 2.00 90.91 15.33 1.186 0.12567 -0.04455

409 15.40 0.59773 0.05177

40.90 1.54 0.05977 0.00941

No.Periode

Ulang P (%) Xi Log Xi

Jumlah

Rata-Rata

(Log Xi - Log Xrt)2

(Log Xi - Log Xrt)3

1 2 50 -0.069 1.522 33.285

2 5 20 0.814 1.750 56.236

3 10 10 1.318 1.880 75.832

4 25 4 1.886 2.026 106.216

5 50 2 2.271 2.125 133.479

6 100 1 2.629 2.218 165.093

XtLog XtGP (%)Periode

Ulang No.

Page 83: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

66

10 tahun = 75,832 mm, 25 tahun = 106,216 mm, 50 tahun = 133,479mm,

100 tahun = 165,093 mm.

3. Analisis Debit Banjir Rencana

a. Curah Hujan Jam-Jaman

Pada perencanaan ini tidak memiliki data pencatatan hujan jam-

jaman, maka perhitungan pola distribusi hujan menggunakan rumus

Mononobe;

[

] [

]

Dimana:

It = Intensitas hujan dalam t jam (mm/jam)

R24 = Curah hujan efektif dalam 1 hari

T = Waktu mulai hujan

t = Waktu konsentrasi hujan

Adapun lama waktu konsentrasi hujan (t) di Indonesia rata-rata t = 5

jam, maka diperoleh;

Untuk t = 1 jam, maka diperoleh R1 = *

+ *

+

= 0,5848.R24

Untuk t = 2 jam, maka diperoleh R2 = *

+ *

+

= 0,3684.R24

Untuk t = 3 jam, maka diperoleh R3 = *

+ *

+

= 0,2811.R24

Untuk t = 4 jam, maka diperoleh R4 = *

+ *

+

= 0,2321.R24

Page 84: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

67

Untuk t = 5 jam, maka diperoleh R5 = *

+ *

+

= 0,2000.R24

Dari perhitungan di atas mengenai intensitas hujan jam-jaman, maka

dengan menggunakan rumus di bawah ini diperoleh hujan jam-jaman

sebagai berikut;

[ ] [ ]

Untuk 1 jam, diperoleh R1 = [ ] [ ]

= (0,5848R24) – (0 x 0)

= 0,5848 x 100% = 58,48 %

Untuk 2 jam, diperoleh R2 = [ ] [ ]

= (0,5503R24) – (1 x 0,5848)

= 0,1520 x 100% = 15,20 %

Untuk 3 jam, diperoleh R3 = [ ] [ ]

= (0,7937R24) – (2 x 0,3467)

= 0,1066 x 100% = 10,66 %

Untuk 4 jam, diperoleh R4 = [ ] [ ]

= (0,8736R24) – (3 x 0,2646)

= 0,0849 x 100% = 8,49 %

Untuk 5 jam, diperoleh R5 = [ ] [ ]

= (0,9410R24) – (4 x 0,2184)

= 0,0717 x 100% = 7,17 %

Page 85: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

68

b. Curah Hujan Efektif

Untuk mencari curah hujan rancangan efektif jam-jaman dalam

periode ulang tertentu, data yang diperlukan:

Untuk prosedur perhitungannya dapat dilihat sebagai berikut:

Tr = 2 tahun

Rmaks = 33,285

C = 0,78 (koefisien pengaliran)

Rn = c . Rmaks

= 0,78 x 33,285

= 25,962 mm/hari

Jadi, curah hujan efektif = 58,480% x Rn

= 58,480% x 25,962

= 15,183 mm/hari

Untuk perhitungan selanjutnya dapat dihitung dengan cara yang sama.

Untuk melihat rekapitulasi hasil perhitungan curah hujan efektif

dapat dilihat pada tabel 13, sebagai berikut;

Tabel 13. Rekapitulasi Perhitungan Curah Hujan Efektif

2 Tahun 5 Tahun 10 Tahun 25 Tahun 50 Tahun 100 Tahun

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

1 58.480 58.480 15.183 25.652 34.591 48.450 60.886 75.307

2 15.200 73.681 3.946 6.667 8.991 12.593 15.826 19.574

3 10.663 84.343 2.768 4.677 6.307 8.834 11.101 13.731

4 8.489 92.832 2.204 3.723 5.021 7.033 8.838 10.931

5 7.168 100.000 1.861 3.144 4.240 5.939 7.463 9.231

25.962 43.864 59.149 82.848 104.113 128.773

0.78 0.78 0.78 0.78 0.78 0.78

33.285 56.236 75.832 106.216 133.479 165.093

Curah Hujan Rencana

Hujan Efektif

Koefesien Pengaliran

Prob. Hujan Maksimum

Waktu Ratio Kumulatif

Page 86: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

69

c. Analisis Debit Banjir Metode HSS Nakayasu

Untuk menganalisis debit banjir rancangan, terlebih dahulu harus

dibuat hidrograf banjir pada sungai yang bersangkutan. Adapun data-data

diketahui sebagai berikut:

Luas DAS (A) = 222,60 km2

Panjang sungai utama (L) = 40,00 km

Koefisien Pengaliran (c) = 0,78

Parameter alfa (α) = 1,679

Hujan satuan (Ro) = 1,000

tg = 0,40 + (0,058 x L ) ( L >15 km ) = 2,720

tr = 0 (0,5 sd. 1,0) tg, diambil tr = 0,8 tg = 2,176

Tp = tg + (0,8 * tr) = 4,461

T0,3 = a x tg = 4,566

Qp = (A x Ro) / (3,6 * ((0,3 * Tp) + T0,3) = 10,473

Tabel 14. Waktu Lengkung Higrograf Nakayasu

Dari tabel 14, diperoleh lengkung kurva naik (Qd0) berada pada

waktu (t) 4,461 jam, lengkung kurva turun tahap 1 (Qd1) berada pada waktu

Notasi Nilai Notasi Nilai

1 Lengkung (Kurva) Naik Qd0 0 0.000 Tp 4.461

2 Lengkung (Kurva) Turun Tahap 1 Qd1 Tp 4.461 Tp + T0,3 9.026

3 Lengkung (Kurva) Turun Tahap 2 Qd2 Tp + T0,3 9.026 Tp + 2,5 T0,3 15.875

4 Lengkung (Kurva) Turun Tahap 3 Qd3 Tp + T0,3 + 1,5 T0,3 15.875 ~ ~

No Karakteristik NotasiAwal (jam) Akhir (jam)

Page 87: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

70

(t) 9,026 jam, lengkung kurva turun tahap 2 (Qd2) berada pada waktu (t)

15,875 jam, lengkung kurva turun tahap 3 (Qd3) berada pada waktu (t) 24

jam. Untuk hasil perhitungan ordinat hidrograf dapat dilihat pada tabel 15

berikut;

Tabel 15. Ordinat Hidrograf Satuan Sintetik dengan Metode Nakayasu

Dari tabel 15 di atas, diperoleh grafik hidrograf rancangan dengan

metode HSS Nakayasu. Yang dapat dilihat pada gambar 18 di bawah ini ;

0.000 0.00000

1.000 0.28940

2.000 1.52747

3.000 4.04195

4.000 8.06203

4.461 10.47348

5.000 9.08528

6.000 6.97929

7.000 5.36148

8.000 4.11868

9.026 3.14204

t (jam) Q (m3/dt) ket

Qd0

Qd1

10.000 2.64773

11.000 2.22087

12.000 1.86282

13.000 1.56250

14.000 1.31060

15.000 1.09930

15.875 0.94261

16.000 0.92717

17.000 0.81263

18.000 0.71225

19.000 0.62426

20.000 0.54715

21.000 0.47956

22.000 0.42032

23.000 0.36840

24.000 0.32289

Qd2

Qd3

Page 88: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

71

Gambar 12. Grafik Hidrograf Rancangan HSS Nakayasu

Dari gambar 11, dapat dinyatakan bahwa debit puncak pada

perhitungan hidrograf banjir dengan metode HSS Nakayasu Qpuncak sebesar

10,47438 m3/dtk dan berada pada waktu 4,461 jam.

Adapun rekapitulasi hasil perhitungan debit banjir rencana dengan

menggunakan metode HSS Nakayasu, dapat dilihat pada tabel 16;

Page 89: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

72

Tabel 16. Rekapitulasi Debit Banjir Rencana Metode HSS Nakayasu

Dari tabel 16, rekapitulasi hasil perhitungan debit banjir rencana

metode HSS Nakayasu dapat dinyatakan bahwa debit banjir rencana

maksimum periode ulang 2 tahun = 213,34 m3/dtk, 5 tahun = 360,45

m3/dtk, 10 tahun = 486,05 m

3/dtk, 25 tahun = 680,78 m

3/dtk, 50 tahun =

855,53 m3/dtk, 100 tahun = 1058,17 m

3/dtk. Untuk grafik hidrograf banjir

HSS Nakayasu dapat dilihat pada gambar 11 berikut ;

Jam

Ke 2 5 10 25 50 100

0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.001 4.39 7.42 10.01 14.02 17.62 21.79

2 24.33 41.11 55.44 77.65 97.58 120.693 68.20 115.22 155.37 217.62 273.48 338.264 143.22 241.98 326.30 457.03 574.34 710.38

4.4608 205.93 347.92 469.16 657.13 825.80 1021.395 213.34 360.45 486.05 680.79 855.53 1058.176 196.10 331.32 446.77 625.78 786.40 972.667 172.18 290.91 392.27 549.45 690.48 854.028 142.53 240.80 324.71 454.81 571.55 706.93

9.0264 111.09 187.69 253.09 354.50 445.49 551.0010 88.81 150.04 202.32 283.39 356.13 440.4711 71.92 121.51 163.85 229.51 288.41 356.7312 58.97 99.63 134.34 188.17 236.47 292.4713 48.91 82.63 111.42 156.06 196.12 242.5714 41.04 69.34 93.51 130.97 164.59 203.5715 34.43 58.16 78.43 109.86 138.06 170.75

15.875 29.19 49.31 66.50 93.14 117.05 144.7716 26.64 45.00 60.68 85.00 106.82 132.1217 23.47 39.65 53.47 74.89 94.11 116.4018 20.71 34.99 47.18 66.09 83.05 102.7219 18.34 30.98 41.77 58.51 73.53 90.9520 16.26 27.47 37.04 51.88 65.20 80.6421 14.25 24.08 32.47 45.47 57.15 70.6822 12.49 21.10 28.46 39.86 50.09 61.9523 10.95 18.50 24.94 34.93 43.90 54.3024 9.59 16.21 21.86 30.62 38.48 47.590 4.11 6.95 9.37 13.12 16.49 20.40

Qmax 213.34 360.45 486.05 680.79 855.53 1058.17

Kala Ulang

Page 90: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

73

Gambar 13. Grafik Rekapitulasi Hidrograf Banjir Metode HSS Nakayasu

Dari gambar 12, dapat dinyatakan bahwa debit puncak pada

perhitungan hidrograf banjir dengan metode HSS Nakayasu pada periode

ulang 100 tahun sebesar 1058,17 m3/dtk pada waktu 4,461 jam.

B. Analisis Hidrolika

1. Analisis Kapasitas Sungai

Analisa dan perhitungan debit di Sungai Jenelata dibagi menjadi 2

bagian yaitu Debit normal (Qn) dan debit maksimum (Qmax)

a. Perhitungan Debit Normal (Qn)

Berikut ini adalah perhitungan debit sungai jenelata pada saat sungai

Page 91: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

74

dalam kondisi normal, yang mana sebelumnya telah dilakukan survei

lapangan dengan menggunakan alat ukur kecepatan aliran (current meter)

di 5 titik pengamatan ;

Tabel 17. Hasil pengukuran dimensi Sungai Jenelata

Dari data pengukuran yang dilakukan maka dilakukanlah analisa dan

perhitungan debit sungai Jenelata sebagai berikut :

1) STA 0 + 000

Data yang diperoleh ialah :

Lebar Sungai (B)

= 33,14 m

Kedalaman Sungai (h)

h1= 1,02 m ; h2 = 0,93 m ; h3 = 0,55 m

Lebar sungai (B) Vrata-rata

m m/detik

h1 1.02 V1 0.6

h2 0.93 V2 0.8

h3 0.55 V3 0.7

h1 1.04 V1 0.8

h2 0.87 V2 0.9

h3 0.68 V3 0.7

h1 1.05 V1 0.8

h2 0.84 V2 1.1

h3 0.67 V3 0.7

h1 1.02 V1 0.7

h2 1.11 V2 0.9

h3 0.71 V3 0.8

h1 0.77 V1 0.7

h2 1.30 V2 0.8

h3 0.86 V3 0.6

kedalama sungai (h) kecepatan aliran (V)NO. LOKASI

4 STA 0 + 300 45.11 0.80

5 STA 0 + 400 45.97 0.70

m m/detik

1 STA 0 + 000 33.14 0.70

2 STA 0 + 100 37.74 0.80

3 STA 0 + 200 38.1 0.87

Page 92: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

75

Kecepatan Aliran (V)

V1= 0,6 m/dtk ; V2 = 0,8 m/dtk ; V3 = 0,7 m/dtk

Maka nilai V rata-rata = 0,70 m/dtk

Gambar 14. Sketsa Penampang Sungai Jenelata STA 0 + 000

Luas Penampang (A)

(

)

(

)

Maka diperoleh debit sebesar :

Q = V x A

Q = 0,70 x 24,21

Q = 16,95 m3/dtk

2) STA 0 + 100

Data yang diperoleh ialah :

h1 h2h3

3.93 13.80 9.70 5.71

Page 93: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

76

Lebar Sungai (B)

= 37,74 m

Kedalaman Sungai (h)

h1 = 1,04 m ; h2 = 0,87 m ; h3 = 0,68 m

Kecepatan Aliran (V)

V1 = 0,8 m/dtk ; V2 = 0.9 m/dtk ; V3 = 0.7 m/dtk

Maka nilai V rata-rata = 0,80 m/dtk

Gambar 15. Sketsa Penampang Sungai Jenelata STA 0 + 100

Luas Penampang (A)

(

)

(

)

Maka diperoleh debit sebesar :

Q = V x A

Q = 0,80 x 27,98

h1 h2h3

4.10 13.80 13.62 6.22

Page 94: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

77

Q = 22,39 m3/dtk

3) STA 0 + 200

Data yang diperoleh ialah :

Lebar Sungai (B)

= 38,10 m

Kedalaman Sungai (h)

h1 = 1,05 m ; h2 = 0,84 m ; h3 = 0,67 m

Kecepatan Aliran (V)

V1 = 0,8 m/dtk ; V2 = 1,1 m/dtk ; V3 = 0.7 m/dtk

Gambar 16. Sketsa Penampang Sungai Jenelata STA 0 + 200

Luas Penampang (A)

(

)

(

)

h1 h2h3

4.23 13.80 13.62 6.45

Page 95: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

78

Maka diperoleh debit sebesar :

Q = V x A

Q = 0,87 x 27,71

Q = 24,01 m3/dtk

4) STA 0 + 300

Data yang diperoleh ialah :

Lebar Sungai (B)

= 45,11 m

Kedalaman Sungai (h)

h1 = 1,02 m ; h2 = 1,11 m ; h3 = 0,71 m

Kecepatan Aliran (V)

V1 = 0,7 m/dtk ; V2 = 0.9 m/dtk ; V3 = 0.8 m/dtk

Gambar 17. Sketsa Penampang Sungai Jenelata STA 0 + 300

Luas Penampang (A)

(

)

(

)

6.95 13.80 17.31 7.05

h1 h2h3

Page 96: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

79

Maka diperoleh debit sebesar :

Q = V x A

Q = 0,80 x 36,50

Q = 29,20 m3/dtk

5) STA 0 + 400

Data yang diperoleh ialah :

Lebar Sungai (B)

= 45,11 m

Kedalaman Sungai (h)

h1 = 0,77 m ; h2 = 1,30 m ; h3 = 0,68 m

Kecepatan Aliran (V)

V1 = 0,7 m/dtk ; V2 = 0,8 m/dtk ; v3 = 0,6 m/dtk

Gambar 18. Sketsa Penampang Sungai Jenelata STA 0 + 400

Luas Penampang (A)

7.00

h1 h2h3

13.80 17.31 7.86

Page 97: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

80

(

)

(

)

Maka diperoleh debit sebesar :

Q = V x A

Q = 0,70 x 39,05

Q = 27,34 m3/dtk

Tabel 18. Hasil perhitungan tampungan Sungai Jenelata Kondisi debit

Normal ( Qn )

Lebar sungai (B) VRata-rata ATotal Qn

m m/detik m2

m3/detik

h1 1.02 V1 0.6

h2 0.93 V2 0.8

h3 0.55 V3 0.7

h1 1.04 V1 0.8

h2 0.87 V2 0.9

h3 0.68 V3 0.7

h1 1.05 V1 0.8

h2 0.84 V2 1.1

h3 0.67 V3 0.7

h1 1.02 V1 0.7

h2 1.11 V2 0.9

h3 0.71 V3 0.8

h1 0.77 V1 0.7

h2 1.30 V2 0.8

h3 0.86 V3 0.6

23.98

kedalama sungai (h) kecepatan aliran (V)NO. LOKASI

m m/detik

45.97 0.70 39.05

16.95

22.39

24.01

29.20

27.34

1 STA 0 + 000 33.14 0.70 24.21

27.98

27.71

STA 0 + 100 37.74 0.80

3 STA 0 + 200 38.1 0.87

2

0.80 36.50

Debit Rata-rata

4 STA 0 + 300 45.11

5 STA 0 + 400

Page 98: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

81

Jadi, dari perolehan debit diatas dapat diambil rata-ratanya sebesar

23,98 m3/dtk dengan kondisi air normal.

b. Perhitungan Debit Maksimum (Qmax)

1) STA 0 + 000

Data yang diperoleh ialah :

Lebar Sungai (B)

= 85,90 m

Kedalaman Sungai (H)

= 11,72 m

Gambar 19. Sketsa Penampang Sungai Jenelata STA 0 + 000

Luas Penampang (A)

(

)

(

)

h1 h2 h3

16.30 24.61 36.59 8.40

Page 99: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

82

Keliling basah (P) :

Kemiringan dasar sungai (I) :

(

)

Jari – jari hidrolis (R) :

Kecepatan aliran (V) :

Debit sungai (Q) :

Q = A . V

= 710,04 x 2,15

= 1523,23 m3/dtk

2) STA 0 + 100

Data yang diperoleh ialah :

Page 100: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

83

Lebar Sungai (B)

= 91,00 m

Kedalaman Sungai (h)

= 11,69 m

Gambar 20. Sketsa Penampang Sungai Jenelata STA 0 + 100

Luas Penampang (A)

(

)

(

)

Keliling basah (P) :

h1 h2 h3

17.60 21.72 41.28 10.40

Page 101: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

84

Jari – jari hidrolis (R) :

Kemiringan dasar sungai (I) :

(

)

Kecepatan aliran (V) :

Debit sungai (Q) :

Q = A . V

= 744,62 x 2,87

= 2136,17 m3/dtk

3) STA 0 + 200

Data yang diperoleh ialah :

Lebar Sungai (B)

= 83,52 m

Kedalaman Sungai (h)

= 11,64 m

Page 102: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

85

Gambar 21. Sketsa Penampang Sungai Jenelata STA 0 + 200

Luas Penampang (A)

(

)

(

)

Keliling basah (P) :

Kemiringan dasar sungai (I) :

(

)

h1 h2 h3

15.70 18.72 39.28 9.82

Page 103: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

86

Jari – jari hidrolis (R) :

Kecepatan aliran (V) :

Debit sungai (Q) :

Q = A . V

= 673,47 x

= 2298,34 m3/dtk

4) STA 0 + 300

Data yang diperoleh ialah :

Lebar Sungai (B)

= 83,81 m

Kedalaman Sungai (h)

= 11,80 m

Gambar 22. Sketsa Penampang Sungai Jenelata STA 0 + 300

h1 h2 h3

14.30 31.70 30.30 7.51

Page 104: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

87

Luas Penampang (A)

(

)

(

)

Keliling basah (P) :

Kemiringan dasar sungai (I) :

(

)

Jari – jari hidrolis (R) :

Kecepatan aliran (V) :

Page 105: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

88

Debit sungai (Q) :

Q = A . V

= 726,23 x

= 2263,23 m3/dtk

5) STA 0 + 400

Data yang diperoleh ialah :

Lebar Sungai (B)

= 84,04 m

Kedalaman Sungai (h)

= 11,77 m

Gambar 23. Sketsa Penampang Sungai Jenelata STA 0 + 400

Luas Penampang (A)

(

)

h1 h2 h3

29.70 30.30 7.9016.14

Page 106: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

89

(

)

Keliling basah (P) :

Kemiringan dasar sungai (I) :

(

)

Jari – jari hidrolis (R) :

Kecepatan aliran (V) :

Debit sungai (Q) :

Q = A . V

Page 107: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

90

= 700.99 x 2,50

= 1754,73 m3/dtk

Tabel 19. Hasil Perhitungan Tampungan Sungai Jenelata Kondisi Debit

Maksimum (Qmax)

Jadi, dari hasil perhitungan kecepata aliran (V) pada STA 0 + 000

dengan nilai V = 2,15, STA 0 + 100 dengan nilai V = 2,87, STA 0 + 200

dengan nilai V = 3,41, STA 0 + 300 dengan nilai V = 3,12 dan STA 0 +

400 dengan nilai V = 2,50 dapat memberikan sumbangsi kerusakan atau

terjadinya gerusan secara perlahan-lahan pada tebing sungai.

Dan diperoleh debit rata-ratanya sebesar 1995,14 m3/dtk.

B b A P I R V Qmax

m m m2 m m m m/detik m

3/detik

h1 7.48

h2 11.72

h3 8.82

h1 7.46

h2 11.69

h3 8.89

h1 7.45

h2 11.64

h3 8.46

h1 8.52

h2 11.80

h3 8.70

h1 8.47

h2 11.77

h3 8.05

1995.14

112.50

114.41

113.17

0.000365

2 STA 0 + 100 91.00 0.000643

2.15

2.87

710.04

744.62

27.42

31.11

114.77

119.07

726.23

700.99

31.11

40.34

40.34

3 STA 0 + 200 83.52

m

1 STA 0 + 000 85.90 1523.23

2136.17

2298.34

2263.23

1754.73

Debit Rata-rata

6.19

6.25

5.99

6.35

6.19

0.000964

4 STA 0 + 300 83.81 0.000744

5 STA 0 + 400 84.04 0.000496

3.41

3.12

2.50

673.47

kedalama sungai (H)NO. LOKASI

Page 108: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

91

Tabel 20. Hasil Perhitung

2. Analisis Bilangan Froude (Fr)

1) Analisa Hasil Perhitungan Bilangan Froude ( Fr ) Dengan Kecepatan

Aliran ( V ) Normal

Bilangan Froude adalah perbandingan gaya inersia dengan berat

suatu aliran. Dengan demikian,bilangan Froude merupakan fungsi dari

semua peristiwa pola aliran yang berada dalam saluran. Hal ini bahwa

bilangan Froude sangat penting dalam menentukan kondisi aliran pada saat

aliran sub kritis, kritis dan super kritis.

Pada angka bilangan Froude (Fr) untuk mengidentifikasi jenis aliran,

menggunakan persamaan sebagai berikut :

Dimana :

Fr = Bilangan Froude (Fr)

= kecepatan Rata-Rata (m/s)

No Jenis Debit Besar Debit m³/detik

1 Debit normal (Qn) 23.98

2 Debit maksimum (Qmax) 1995.14

3 Debit kala ulang 2 tahun (Q2) 213.34

4 Debit kala ulang 5 tahun (Q5) 360.45

5 Debit kala ulang 10 tahun (Q10) 486.05

6 Debit kala ulang 25 tahun (Q25) 680.79

7 Debit kala ulang 50 tahun (Q50) 855.53

8 Debit kala ulang 100 tahun (Q100) 1058.17

Page 109: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

92

= Kedalaman Rata-Rata (m)

= Grafitasi (9,81)

a) Diketahui Hasil Analisa Data Di STA 0+000 :

V = 0,70 m/dtk

h = 0,83 m

g = 9,81

Penyelesaian :

b) Diketahui Hasil Analisa Data Di STA 0+100 :

V = 0,80 m/dtk

h = 0,86 m

g = 9,81

Penyelesaian :

c) Diketahui Hasil Analisa Data Di STA 0+200 :

V = 0,87 m/dtk

Page 110: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

93

h = 0,85 m

g = 9,81

Penyelesaian :

d) Diketahui Hasil Analisa Data Di STA 0+300 :

V = 0,80 m/dtk

h = 0,95 m

g = 9,81

Penyelesaian :

e) Diketahui Hasil Analisa Data Di STA 0+400 :

V = 0,70 m/dtk

h = 0,98 m

g = 9,81

Penyelesaian :

Page 111: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

94

Hasil perhitungan bilangan Froude pada kecepatan aliran dan waktu

yang digunakan dalam penelitian, dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 21. Hasil perhitungn bilangan Froude

Dari hasil analisis untuk bilangan Froude dengan nilai bilangan

Froude pada tabel, dapat di simpulkan bahwa aliran tersebut dikatakan

aliran sub kritis, karena √ dan .

Gambar 24. Grafik hubungan angka Froude dengan kecepatan aliran

STA

Kecepatan

aliran

(m/dtk)

Tinggi

Muka Air

/TMA (m)

Lebar

Saluran

(m)

Luas

Penampang

Basah (m2)

Keliling

Basah

(m)

Jari -jari

Hidrolis

(m)

Froude Keterangan

0+000 0.70 0.83 33.14 27.62 34.81 0.79 0.24 Subkritis

0+100 0.80 0.86 37.74 32.58 39.47 0.83 0.27 Subkritis

0+200 0.87 0.85 38.10 32.51 39.81 0.82 0.30 Subkritis

0+300 0.80 0.95 45.11 42.70 47.00 0.91 0.26 Subkritis

0+400 0.70 0.98 45.97 44.90 47.92 0.94 0.23 Subkritis

Page 112: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

95

Dari grafik di atas menunjukkan bahwa nilai Froude meningkat pada

STA 0 + 100 sampai pada STA 0 + 200 kemudian mengalami penurunan

pada STA 0 + 300 sampai STA 0 + 400. Dalam hal ini menandakan bahwa

pada daerah tikungan sungai, kecepatan aliran dan hasil perhitungan nilai

Froude tidak mengalami kestabialan pada aliran tersebut.

2) Analisa Hasil Perhitungan Bilangan Froude ( Fr ) Dengan Kecepatan

Aliran ( V ) Qmax

Pada angka bilangan Froude (Fr) untuk mengidentifikasi jenis aliran,

menggunakan persamaan sebagai berikut :

Dimana :

Fr = Bilangan Froude (Fr)

= kecepatan Rata-Rata (m/s)

= Kedalaman Rata-Rata (m)

= Grafitasi (9,81)

a) Diketahui Hasil Analisa Data Di STA 0+000 :

V = 2,15 m/dtk

h = 9,34 m

g = 9,81

Penyelesaian :

Page 113: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

96

b) Diketahui Hasil Analisa Data Di STA 0+100 :

V = 2,87 m/dtk

h = 9,35 m

g = 9,81

Penyelesaian :

c) Diketahui Hasil Analisa Data Di STA 0+200 :

V = 3,41 m/dtk

h = 9,18 m

g = 9,81

Penyelesaian :

d) Diketahui Hasil Analisa Data Di STA 0+300 :

V = 3,12 m/dtk

Page 114: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

97

h = 9,67 m

g = 9,81

Penyelesaian :

e) Diketahui Hasil Analisa Data Di STA 0+400 :

V = 2,50 m/dtk

h = 9,43 m

g = 9,81

Penyelesaian :

Hasil perhitungan bilangan Froude pada kecepatan aliran dan waktu

yang digunakan dalam penelitian, dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 22. Hasil perhitungn bilangan Froude

STA

Kecepatan

aliran

(m/dtk)

Tinggi

Muka Air

/TMA (m)

Lebar

Saluran

(m)

Luas

Penampang

Basah (m2)

Keliling

Basah

(m)

Jari -jari

Hidrolis

(m)

Froude Keterangan

0+000 2.15 9.34 85.90 802.31 104.58 7.67 0.22 Subkritis

0+100 2.87 9.35 91.00 850.55 109.69 7.75 0.30 Subkritis

0+200 3.41 9.18 83.52 766.99 101.89 7.53 0.36 Subkritis

0+300 3.12 9.67 83.81 810.72 103.16 7.86 0.32 Subkritis

0+400 2.50 9.43 84.04 792.50 102.90 7.70 0.26 Subkritis

Page 115: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

98

Dari hasil analisis untuk bilangan Froude dengan nilai bilangan

Froude pada tabel, dapat di simpulkan bahwa aliran tersebut dikatakan

aliran subkritis, karena √ dan .

Gambar 25. Grafik hubungan angka Froude dengan kecepatan aliran

Dari grafik di atas menunjukkan bahwa nilai Froude meningkat pada

STA 0 + 100 sampai pada STA 0 + 200 kemudian mengalami penurunan

pada STA 0 + 300 sampai STA 0 + 400. Dalam hal ini menandakan bahwa

pada daerah tikungan sungai, kecepatan aliran dan hasil perhitungan nilai

Froude tidak mengalami kestabialan pada aliran tersebut.

3. Analisis Tinggi Muka Air Sungai

Dari hasil perhitungan debit yang di perolah kita bisa

memperhitungkan tinggi muka air sesuai dengan debit yang terjadi, adapun

perhitungannya untuk memperoleh tinggi muka air sungai Jenelata adalah

0,22

0,30

0,36

0,32

0,26

0,00

0,05

0,10

0,15

0,20

0,25

0,30

0,35

0,40

0+000 0+100 0+200 0+300 0+400

Nila

i Fro

ud

e

STA

Nilai Froude (Fr) pada Kecepatan (V) Qmax

Page 116: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

99

sebagai berikut :

a. Perhitungan tinggi muka air Q2 :

Luas penampang sungai (A) :

Tinggi muka air maksimum (H) :

Gambar 26. Sketsa Penampang Sungai Jenelata Debit kala ulang 2 tahun

b. Perhitungan tinggi muka air Q5 :

Luas penampang sungai (A) :

H1

Q2

Page 117: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

100

Tinggi muka air maksimum (H) :

Gambar 27. Sketsa Penampang Sungai Jenelata Debit kala ulang 5 tahun

c. Perhitungan tinggi muka air Q10 :

Luas penampang sungai (A) :

Tinggi muka air maksimum (H) :

Gambar 28. Sketsa Penampang Sungai Jenelata Debit kala ulang 10 tahun

H2

Q5

H3

Q10

Page 118: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

101

d. Perhitungan tinggi muka air Q25 :

Luas penampang sungai (A) :

Tinggi muka air maksimum (H) :

Gambar 29. Sketsa Penampang Sungai Jenelata Debit kala ulang 25 tahun

e. Perhitungan tinggi muka air Q50 :

Luas penampang sungai (A) :

Tinggi muka air maksimum (H) :

H4

Q25

Page 119: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

102

Gambar 30. Sketsa Penampang Sungai Jenelata Debit kala ulang 50 tahun

f. Perhitungan tinggi muka air Q100 :

Luas penampang sungai (A) :

Tinggi muka air maksimum (H) :

Gambar 31. Sketsa Penampang Sungai Jenelata Debit kala ulang 100 tahun

H5

Q50

H6

Q100

Page 120: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

103

Tabel 23. Rekapitulasi Tinggi Muka Air Sungai Jenelata Pada Debit Q2, Q5,

Q10, Q25, Q50, dan Q100

Dari hasil perhitungan diperoleh profil muka air rata-rata seperti

ilustrasi penampang Sungai Jenelata pada gambar berikut :

Gambar 32. Profil Muka Air Sungai Jenelata Pada Q2, Q5, Q10, Q25, Q50, dan

Q100

Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa tampungan Sungai Jenelata

pada debit Q2, Q5, Q10, Q25, Q50, dan Q100 berada pada titik jagaan tanggul

sungai.

C. Analisis stabilitas Tanah

1. Perhitungan Kestabilan Lereng Dengan Lingkaran Gesek Taylor

Q Vrata-rata A H

m3/detik m

3/detik m

2m

Q2 213.34 2.81 75.92 4.52

Q5 360.45 2.81 128.27 5.88

Q10 486.05 2.81 172.97 6.83

Q25 680.79 2.81 242.27 8.08

Q50 855.53 2.81 304.45 9.06

Q100 1058.17 2.81 376.56 10.08

Debit

bidang persamaan

reference level

ELEVASI TANAH ASLI

ORIGINAL GROUND LEVEL

JARAK (m)

DISTANCE (m)

30.00

Lebar Sungai = m

= m

= m

= m

0.00

0.00

0.00

0.00

48

45

40

35

Qnormal

Q2

Q5

Q10

Q25

Q50

Q100

QMax

H1H2H3H4H5H6

HMax

b

h

Page 121: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

104

Dalam perhitungan stabilitas ini, guna untuk mendapatkan nilai

faktor keamanan dari tebing sungai yang direncanakan.

a. Menentukan luas tanah yang terganggu

Menentukan luas juring AOB

AOB =

x AB x OP

Dimana :

AB =

=

= 5,624 m

OP = R x Sin B’

B’ = b – (i-y)

= 55,07 – (35,54 – 32,50)

= 52,03ᵒ

OP = 6,96 x sin 52,03ᵒ

= 5,484 m

Jadi, luas juring AOB =

x 5,624 x 5,484

= 15,421 m

Menghitung luas AOD

AOD =

x AD x OT

Dimana :

AD = 7,97 m

OT = R x sin b

= 6,96 x sin 55,07ᵒ

Page 122: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

105

= 5,703 m

Jadi, luas AOD =

x 7,97 x 5,703

= 22,71 m

Menghitung luas ABD

ABD =

x AD x BD

Dimana :

AD = 7,79 m

BD = AB x sin (i-y)

= 5,62 x sin (35,54 – 32,50)

= 0,247 m

Jadi, luas ABD =

x 7,97x 0,563

= 0,984 m

Menghitung luas DOB

Luas DOB = Luas AOD – luas AOB – luas ABD

= 22,714 – 15,421 – 0,984

= 6,309 m

b. Perhitungan Gaya Berat Tanah

Menghitung gaya AOB (W1)

W1 = Luas AOB x ( ½ x (γ1+γ2))

= 15,421 x ( ½ x (2,10 + 2,35))

= 34,321 ton

Page 123: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

106

Menghitung gaya DOB (W2)

W2 = Luas DOB x γ2

= 6.309 x 2,35

= 14,825 ton

Menghitung Gaya Berat Tanah Terganggu (W3)

W3 = Berat tanah kering + berat tanah basah

= 43,17

Gaya berat tanah total (Wtotal)

Wtotal = W1 + W2 + W3

= 34,312 + 14,825 + 43,17

= 92,306 ton

c. Menentukan Garis Kerja Kohesi

Rumus :

OR =

Keterangan :

OR = Garis kerja kohesi

AD = Panjang AD

R = Jari-jari

OR =

= 7,40

Page 124: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

107

Jadi, jarak OR = 7,40 m dari O dan AD, jari-jari lingkaran gesek

dapat ditarik dengan system coba-coba

Rumus :

r = R x Sin q

q1 = 14ᵒ 7.40 x sin 14ᵒ = 1,79

q2 = 16ᵒ 7.40 x sin 16ᵒ = 2,04

q3 = 19ᵒ 7.40 x sin 19ᵒ = 2,41

q4 = 22ᵒ 7.40 x sin 22ᵒ = 2,77

q5 = 24ᵒ 7.40 x sin 24ᵒ = 3,01

Harga Kohesi Dari q Coba-coba

Rumus :

Cm =

q1 = 14ᵒ cm =

= 3,14

q2 = 16ᵒ cm =

= 3,95

q3 = 19ᵒ cm =

= 4,82

q4 = 22ᵒ cm =

= 5,75

q5 = 24ᵒ cm =

= 6,74

Menghitung Faktor Keamanan Terhadap Kohesi

Rumus :

Fc =

Page 125: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

108

Dimana :

Fc = Faktor keamanan terhadap kohesi

C rata-rata = Nilai rata-rata dari kohesi

Cm = Harga kohesi hasil coba-coba

C rata-rata =

=

= 4,030 t/m2

FCm1 = 3,14 Fc1 =

= 1,284 m

FCm2 = 3,95 Fc2 =

= 1,019 m

FCm3 = 4,82 Fc3 =

= 0,836 m

FCm4 = 5,75 Fc4 =

= 0,701 m

FCm5 = 6,74 Fc5 =

= 0,598 m

Menghitung Faktor Keamanan Terhadap Geser

Rumus :

Fφn =

φ rata-rata =

=

= 37

Tan 37 = 0,754

φ1 = 14 Tan 14 Fφ1 =

= 3,022 m

φ2 = 16 Tan 16 Fφ2 =

= 2,628 m

Page 126: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

109

φ3 = 19 Tan 19 Fφ3 =

= 2,188 m

φ4 = 22 Tan 22 Fφ4 =

= 1,865 m

φ5 = 24 Tan 34 Fφ5 =

= 1,693 m

Tabel 24. Lingkaran Gesek Taylor

2. Perhitungan Kestabilan Lereng dengan Metode Potongan Fillenius

dan Bishop

1. Menentukan Tekanan Air Pori

Cara menentukan tekanan air pori adalah sebagai berikut :

a. Tarik garis gtafik flow line dengan bidang grafik full

b. Membagi atas beberapa bagian dimana jarak antar tiap bagian adalah 1

cm

c. Pada potongan yang telah dibagi ditarik garis dari titik 0 hingga tembus

air hingga pada tanah keras

d. Dititik potongan yang telah dibagi, tentukan sudut a dan m

Faktor keamanan yang digunakan adalah 1,45. Jadi, nilai a dan m yang

diperoleh adalah sebagai berikut

q C AD C F C m f tan f tan f F φ n

Coba diukur rata-rata rata-rata rata-rata coba

1 14 25 8.477 4.030 3.139 37 0.754 0.249 3.022

2 16 31.5 8.477 4.030 3.955 37 0.754 0.287 2.628

3 19 38.4 8.477 4.030 4.821 37 0.754 0.344 2.188

4 22 45.8 8.477 4.030 5.750 37 0.754 0.404 1.865

5 24 53.7 8.477 4.030 6.742 37 0.754 0.445 1.693

No.

Page 127: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

110

Gambar 33. analisis lingkaran gelincir dengai memakai cara Fillenius dan

Bishop

a1 = 10 m1 = 2,16

a2 = 9 m2 = 2,04

a3 = 9 m3 = 2,00

a4 = 9 m4 = 2,01

a5 = 10 m5 = 2,08

a6 = 11 m6 = 2,23

a7 = 13 m7 = 2,52

a8 = 16 m8 = 3,17

a9 = 19 m9 = 3,67

Sin a =

X = sin a x R

Dimana : R = 10,84 m

X1 = sin a1 x R = sin 10 x 11,02 = 1,91 m

X2 = sin a2 x R = sin 9 x 11,02 = 1,72 m

Page 128: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

111

X3 = sin a3 x R = sin 9 x 11,02 = 1,72 m

X4 = sin a4 x R = sin 9 x 11,02 = 1,72 m

X5 = sin a5 x R = sin 10 x 11,02 = 1,91 m

X6 = sin a6 x R = sin 11 x 11,02 = 2,10 m

X7 = sin a7 x R = sin 13 x 11,02 = 2,48 m

X8 = sin a8 x R = sin 16 x 11,02 = 3,04 m

X9 = sin a9 x R = sin 19 x 11,02 = 3,59 m

Tabel 25. Metode Fillenius

Fs =

> 1,45

=

> 1,45

= 6,1640 > 1,45 (Aman)

43.168 1.8336 22.97542.2934 37.12058.38388.7955

9 37 1.30 19 2.220 0.3256

0.96130.2756 3.17 3.298

0.9455

0.7536

5.0465.775

3.9873

0.7228

1.040

0.7536

7 37 1.00 13 5.612

8 37 1.00 16 4.148

0.2250 0.9744

0.9816 1.3036 6.7065 4.20

5.4682 4.21.2624

2.2724.2791.019

2.524.3101.026 2.586

2.112

6 37 1.00 11 6.832 0.1908 2.23

0.9848 1.3135 7.4491 3.86 0.7536 2.085 37 1.00 10 7.564 0.1736

0.9877 1.1451 7.2299 3.86 2.01 2.0354 37 1.00 9 7.320 0.1564

6.3094 3.86 0.7536 2.003.908 2.025

1.535

2 37 1.00 9 2.423 0.1564 0.9877 2.04 2.065

3.86

3.86

3 37 1.00 9 0.9877 0.9993

0.9848 0.1149

0.3790

6.388 0.1564

1 37 0.70 10 0.662 0.1736

φr a m x eb/cos a

mcos a φr

e =

( t/m )sin a cos a

sin a

C x e

( t/m2 )

Wt CWt Wtb

tanPot

1.012

1.012

4.369

1.012

1.015

4.2

2.0991 4.2 1.375

1.1433

3.67

0.75362.7440.711

2.3927

0.6515

0.7536

0.7536

0.7536

0.7536

2.16

3.908

3.908

3.920

Page 129: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

112

Tabel 26. Metode Bishop

Fs =

x ƩM > 1,45

=

x 219,2223 > 1,45

= 26,1482 > 1,45 ( Aman )

D. Desain Bronjong untuk Perkuatan Tebing Sungai

1. Dimensi Bronjong

Ukuran bronjong kawat bentuk I, menurut SNI 03-0090-1999,

adalah seperti berikut :

Tabel 27. Ukuran Kawat Bronjong

(Sumber: SNI 03-0090-1999 Kementrian Pekerjaan Umum Badan

Pembinaan Konstruksi)

sin a

0.1564

cos a

0.9848

5.612

Wt

2.00 9 6.388

Pot φr b aWt

mWt

φr

Cm x b

tanM

( t/m ) sin a cos a ( t/m2 )

0.1149 0.6515 3.86 6.5620 3.672

0.1564

5.954

0.1584 20.107

1 37 1.70 10 0.662 0.1736

0.9877 0.3790 2.3927

7.7200

2.042 37 2.00 9 2.423

0.15840.9993 6.3094 46.6320.1564 0.9877 3.86 2.00 4.000

7.564 0.1736

7.2299 46.1164 37 2.00 9 7.320 0.9877

3 37

5 37 2.00 10 0.9848 1.3135 7.4491

2.52

6 37 2.00 11 6.832 0.1908 0.9816 1.3036

40.0892.08

5.4682

0.17633.86 7.7200 4.160

4.27 37 2.00 13 0.2250 0.9744

0.9613 1.1433

29.3784.2 8.4000 4.4602.23

3.9873

18.520

9.5408 37 3.172.00 16

4.2

4.148 0.2756

37 2.43 19 2.220 0.3256 0.9455 2.8870.34433.679

43.168 219.2223

C x btan

a

0.1763

44.690

0.1584

0.1944

0.2309

8.918

6.340

0.7536

0.7536

0.7536 0.2867

0.7536

0.7536

5.040

0.7536

0.75362.16

8.4000

4.080 0.7536

4.0207.7200

7.7200

0.7536

10.2060

8.4000

42.2934

4.2

2.01

8.3838

3.86

3.86

2.09910.7228

6.7065

1.1451

1.2624

1.8336 8.7955

Jumlah Kapasitas

Panjang Lebar Tinggi sekat m3

A 2 1 1 1 2

B 3 1 1 2 3

C 4 1 1 3 4

D 2 1 0,5 1 1

E 3 1 0,5 2 1,5

F 4 1 0,5 3 2

Ukuran ( m )Kode

Page 130: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

113

Kolom kode menunjukkan ukuran bronjong kawat sedangkan untuk

ukuran anyaman bronjong kawat 80 x 100 mm. Dalam hal ini kami

menggunakan bronjong Kode D dengan dimensi 2 x 1 x 0,5 (m).

2. Analisis Kapasitas Bronjong

Volume bronjong (V)

V = 2 x 1 x 0,5 = 1 m3

Berat jenis batu (Bj)

Bj = 1500 kg = 1,5 ton

Berat bronjong (G)

G = V x Bj

= 1 x 1,5

= 1,5 ton

Volume Bronjong pada sisi kanan (400 m) dengan jumlah 15 trap

= (15 x 1,5) x 400

= 9000 ton

Volume Bronjong pada sisi kiri (400 m) dengan jumlah 19 trap

= (19 x 1,5) x 400

= 11400 ton

Maka, volume bronjong pada sisi kanan 9000 ton > Qmax 2011,75

m3

(aman) dan volume bronjong sisi kiri 11400 ton > Qmax 2011,75

m3(aman).

Page 131: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

114

Maka dapat disimpulkan bahwa volume bronjong berada pada titik

(aman) debit maksimum (Qmax).

3. Desain Bronjong

Gambar 34. Sketsa Desain Bronjong Sungai Jenelata

Berdasarkan hasil analisa dari perhitungan stabilitas tanah

menunjukkan bahwa angka keamanan terhadap kekuatan tanah (Fs) pada

tebing sungai lebih besar dari factor keamanan yang di guanakan yaitu

(1,45), akan tetapi dalam hal ini sesuai dengan kondisi pada lokasi sungai

yang menjadi titik penelitian, tetap direkomendasikan penggunaan bronjong

sebagai penanganan perkuatan tebing sungai untuk menaggulangi terjadinya

gerusan pada tebing sungai akibat dari kecepatan aliran yang dapat

memberikan kontribusi gerusan tebing pada sungai tersebut.

Bangunan bronjong adalah struktur yang tidak kaku, oleh karena itu

bronjong dapat menahan gerakan baik vertikal maupun horizontal dan

apabila runtuh masih bisa dimanfaatkan lagi. Selain itu bronjong

mempunyai sifat yang lolos terhadap air, sehingga air dapat terus lewat

sementara pergerakan tanah dapat ditahan oleh bronjong.

bidang persamaan

reference level

ELEVASI TANAH ASLI

ORIGINAL GROUND LEVEL

JARAK (m)

DISTANCE (m)

30.00

Lebar Sungai = m

= m

= m

= m

0.00

0.00

0.00

0.00

48

45

40

35

Qnormal

Q2

Q5

Q10

Q25

Q50

Q100

QMax

Page 132: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

115

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yag telah dilakukan, maka dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut :

1. Hasil perhitungan debit dan kecepatan aliran dapat disimpulkan bahwa

Debit maksimum (Qmax) : 1995,14 m3/dtk > dari Debit normal (Qn) :

23,98 m3/dtk, dan nilai rata-rata kecepatan aliran (Vmax) : 2,81 m/dtk >

dari (Vn) : 0,77 m/dtk, maka dapat di simpulkan bahwa pada debit

(Qmax) dan kecepatan aliran (Vmax) maksimun dapat menimbulkan

terjadinya gerusan pada tebing sungai karena dapat memberikan

kontribusi gerusan pada tebing sungai tersebut.

2. Berdasarkan hasil analisis untuk desain perkuatan tebing pada sungai

Jenelata Kabupaten Gowa maka di rekomendasikan untuk

menggunakan bronjong. hasil analisis dari perhitungan stabilitas tanah

menunjukkan bahwa angka keamanan terhadap kekuatan tanah (Fs)

pada tebing sungai lebih besar dari factor keamanan yang di guanakan

yaitu (1,45) dan analisis kapasitas bronjong di dapatkan volume

bronjong pada sisi kanan : 9000 ton > Qmax : 1995,14 m3

(aman) dan

volume bronjong sisi kiri : 11400 ton > Qmax : 1995,14 m3(aman).

Page 133: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

116

Maka dapat disimpulkan bahwa volume bronjong berada pada titik

(aman) debit maksimum (Qmax).

B. Saran

1. Hasil penelitian tugas akhir ini diharapkan dapat menjadi masukan yang

berguna dalam proses pengambilan keputusan untuk kepentingan

penanggulangan potensi gerusan tebing Sungai Jenelata.

2. Pekerjaan penanggulangan potensi gerusan yang terjadi di Sungai

Jenelata sebaiknya dilakukan secara menyeluruh dan

berkesinambungan, juga dengan pengawasan yang serius agar

menghasilkan infrastruktur yang bermanfaat.

3. Penelitian mengenai analisis desain perkuatan tebing Sungai Jenelata

diharapkan menggunakan data – data yang lebih terbaru agar

penaggulangan potensi gerusan tebing sungai yang menjadi penelitian

dapat sesuai dengan kenyataanya di masa sekarang.

Page 134: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

DAFTAR PUSTAKA

Asdak, C., 2014. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.

Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Bina Marga. 1986. Karakteristik Bangunan Bronjong. Variasi Konfigurasi

Bronjong. DPU Surakarta. https//bagian excavator.png (diakses 19 Juli

2019).

Breuser & Raudviki. 1991. Scouring. Rotterdam : A.A Balkema.

Daoed, D., Sunaryo., Istijono B., & Utama W.P., Kinerja Perkuatan Tebing

Saluran dengan Bronjong di Belokan 1200 Akibat Banjir Bandang (UJi

Eksperimental di Laboratorium). Jurnal Rekayasa Sipil Vol. 11 No.1,

Februari 2015 : ISSN 1858-2133.

Elshinta A.B., Made I., Utomo S., Perkuatan Tebing Sungai Menguunakan

Bronjong di Sungai Manikin. Jurusan Teknik Sipil Vol. 6 No. 2,

September 2017.

Firli & Naharuddin. 2017. Pengendalian Gerusan dengan Menggunakan

Riprap Sekitar Abutment Jembatan. Skripsi Jurusan Teknik Sipil,

Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Makassar.

Garde & Raju. 1997. Mechanics of Sediment Transportation and Alluvial

Stream Problem. New Delhi : Willy Eastern Limited.

Hardiyatmo. 2006. Mekanika Tanah 1. Yogyakarta : Gadjah Mada University

Press.

Hoffman & Verheij., 1997. Scour Manual. Rotterdam : A.A Balkema.

Kodoatie, R.J., 2001. Hidrolika Terapan Aliran Pada Saluran Terbuka dan

Pipa, Semarang : C.V Andi Offset.

Legono. 1990. Gerusan pada Bangunan Sungai. Yogyakarta : PAU Ilmu-ilmu

Teknik UGM

Maizir. Analisis Revetment Sebagai perlindungan Tebing Sungai Dalam

Upaya pengendalian Banjir(Studi Kasus pada Sungai Batang Mangor

di Kabupaten Padang Pariaman. Fakultas Teknik Sipil dan

Page 135: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

Perencanaan Institut Teknologi Padang : Jurnal Teknik Sipil ITP Vol. 3

No. 2, Juli 2016 ISSN 2354-8452.

Maryono A., 2009. Restorasi Sungai, Yokyakarta : Gadjah Mada Univerity

Press.

Murri, M.M., Surjandari, N.S., & As’ad, S. Analisis Stabilitas Lereng dengan

Pemasangan Bronjong (Studi Kasus di Sungai Gajah putih, Surakarta).

Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sebelas Maret : e-Jurnal

Matrix Teknik Sipil. Vol. 2 No. 1, Maret 2014 ISSN 2354-8630

Olga, P., Kanjalia T., Asriwiyanti D., Hanny J.B., Angga R.P. Analisis

Stabilitas Struktur Pelindung Pantai Batu Bronjong. Fakultas Teknik

Jurusan Sipil Universitas Kristen Maranatha : Jurnal Teknik Sipil Vol. (

No.1, April 2013 April.

Paresa, J., 2015. Studi Pengaruh Krib Hulu Tipe Impermeabel pada Gerusan

di Belokan Sungai (Studi Kasus Panjang Krib 1/10 dan 1/5 lebar

Sungai). Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Musamus

Merauke. Jurnal Ilmiah Mustek Anim Ha Vol. 4 No. 2, Agustus 2015

ISSN 2089-6697.

Putri, R.B., 2017. Perencanaan Konstruksi Pelindung Tebing Sungai Sebagai

Upaya Penanganan Longsor Akibat Banjir di Belokan Sungai. Skripsi

Fakultas Teknik Universitas Lampung.

Rahayu, S., 2009. Monitoring Air di Daerah Aliran Sungai. Bogor : Worl

Agroforesty Center ICRAF Asia Tenggara.

Raudviki & Attema. 1993. Clear Water Scour at Cylindrical Piers. Journal of

Hydraulic Enggineering Vol. 109 No. 3 PP. 338-350 ASCCE, New

York.

Safrianti, M., & Sari D. P., Studu Perencanaan Bronjong Pada tikungan

Sungai di Desa Meunasah Buloh. Fakultas Teknik Jurusan Sipil

Universitas Andalas : Jurnal Rekayasa Sipil Vol. 14 No. 2, Oktober

2018 ISSN 2477-3484.

Sidharta S.K., 1997. Irigasi dan Bangunan Air. Yogyakarta : Gunadarma.

Sosrodarsono, S. & Tominaga M., 2008. Perbaikan dan Pengaturan Sungai.

Jakarta : PT Pradya Paramita.

Page 136: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

Subarkah, I., 1980. Hidrologi untuk Perencanaan Bangunan Air. Bandung :

Digilib ITS.

Triatmodjo B., 1993. Hidraulika I, Yokyakarta : Universitas Gadjah Mada

Triatmodjo B., 1994. Hidraulika II, Yokyakarta : Universitas Gadjah Mada

Ven Te Chow., 1992. Hidrolika Saluran Terbuka. Jakarta : Erlangga.

Zainuri., Yanti G., Megasari, S.W., Analisis Karakteristik Tanah dan

Stabilitas Lereng Fakultas Ekonomi Universitas Lancang Kuning.

Program Studi Teknik Sipil Universitas Lancang Kuning : Jurnal

Teknik Sipil Siklus Vol. 2 No. 2, Oktober 2016.

Page 137: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

L

A

M

P

I

R

A

N

Page 138: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

DOKUMENTASI

PENGUKURAN KECEPATAN ALIRAN DAN PENAMPANG SUNGAI

Page 139: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

PENGUKURAN KECEPATAN ALIRAN DAN PENAMPANG SUNGAI

Page 140: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

PENGUKURAN KECEPATAN ALIRAN DAN PENAMPANG SUNGAI

Page 141: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

PENGUKURAN KECEPATAN ALIRAN DAN PENAMPANG SUNGAI

Page 142: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

STA. 0 + 000

STA. 0 + 100

STA. 0 + 200

STA. 0 + 300

STA. 0 + 400

j

e

m

b

a

t

a

n

JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAHMAKASSAR

TAHUN AKADEMIK 2019

NAMA TUGAS

PEMBIMBING

NAMA MAHASISWA

KETERANGAN

S K A L A

NO. GAMBAR JML. GAMBAR

TUGAS AKHIR

L O K A S I

Jl. St. Alauddin No. 259 Telp. (0411) 866 972 Makassar 90221

1 : 100

01

U

B

S

T

GAMBAR SITUASISUNGAI

Sungai JenelataKab.Gowa

4

0

.

2

7

0

4

0

.

0

0

0

3

9

.

8

3

0

3

9

.

5

1

0

3

8

.

7

8

0

3

7

.

9

8

0

3

6

.

4

0

0

3

5

.

3

8

0

3

5

.

3

0

0

3

5

.

3

1

0

3

5

.

3

4

0

3

5

.

3

9

0

3

5

.

5

2

0

3

5

.

7

7

0

3

5

.

8

3

0

3

6

.

8

4

0

3

6

.

8

9

0

3

7

.

8

0

0

3

8

.

2

1

0

3

9

.

3

0

0

4

0

.

1

3

0

4

0

.

3

5

0

4

3

.

3

8

0

4

6

.

9

0

0

4

7

.

0

3

0

47.010

46.800

42.220

40.270

39.870

39.830

39.530

38.740

37.940

36.420

35.370

35.280

35.320

35.380

35.450

35.490

35.570

35.640

35.750

36.810

37.670

38.120

38.650

39.870

40.120

42.930

45.870

46.830

4

7

.

0

3

0

4

7

.

0

1

0

4

2

.

2

7

0

4

0

.

2

7

0

4

0

.

0

0

0

4

2

.

2

7

0

4

6

.

7

3

0

4

1

.

3

6

0

4

0

.

2

7

0

3

9

.

7

6

0

3

9

.

5

2

0

3

9

.

4

6

0

3

8

.

6

6

0

3

7

.

9

1

0

3

6

.

3

9

0

3

5

.

3

5

0

3

5

.

2

7

0

3

5

.

3

4

0

3

5

.

3

6

0

3

5

.

4

8

0

3

5

.

5

6

0

3

5

.

5

9

0

3

5

.

6

3

0

3

5

.

6

5

0

3

6

.

7

9

0

3

7

.

5

6

0

3

8

.

0

2

0

3

8

.

4

5

0

3

9

.

5

6

0

3

9

.

9

9

0

4

2

.

8

7

0

4

5

.

6

4

0

4

6

.

3

5

0

4

0

.

2

7

0

4

6

.

9

8

0

4

1

.

2

7

0

4

0

.

2

7

0

3

8

.

9

8

0

3

8

.

6

3

0

3

8

.

4

9

0

3

7

.

2

8

0

3

6

.

7

5

0

3

5

.

4

9

0

3

5

.

3

0

0

3

5

.

4

2

0

3

5

.

3

1

0

3

5

.

2

7

0

3

5

.

2

1

0

3

5

.

3

0

0

3

5

.

3

8

0

3

5

.

4

9

0

3

5

.

6

1

0

3

5

.

6

8

0

3

6

.

5

6

0

3

7

.

5

3

0

3

8

.

3

1

0

3

9

.

3

9

0

3

9

.

8

6

0

4

2

.

7

2

0

4

5

.

3

8

0

4

6

.

2

6

0

4

0

.

0

0

0

4

6

.

7

2

0

4

0

.

4

7

0

4

0

.

2

7

0

3

8

.

7

6

0

3

8

.

5

3

0

3

8

.

3

2

0

3

7

.

1

3

0

3

6

.

6

8

0

3

5

.

5

8

0

3

5

.

5

5

0

3

5

.

3

8

0

3

5

.

2

7

0

3

5

.

1

2

0

3

5

.

0

2

0

3

5

.

2

4

0

3

5

.

2

8

0

3

5

.

3

3

0

3

5

.

3

7

0

3

5

.

4

6

0

3

6

.

3

4

0

3

7

.

4

5

0

3

8

.

7

4

0

3

9

.

1

5

0

3

9

.

7

2

0

4

1

.

9

2

0

4

5

.

2

4

0

4

5

.

9

8

0

13

Dr. Ir. H. Muhammad Idrus Ompo,Sp., PSDADr. Ir. Muh. Yunus Ali, ST., MT

Maslan 105 81 1981 13Irwan Kurniawan 105 81 1957 13

Page 143: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

bidang persamaan

reference level

ELEVASI TANAH ASLI

ORIGINAL GROUND LEVEL

JARAK (m)

DISTANCE (m)

30.00

Lebar Sungai = m

= m

= m

= m

85.90

0.00

0.00

0.00

47

.0

30

47

.0

10

42

.2

70

40

.2

70

40

.0

00

39

.8

30

39

.5

10

38

.7

80

37

.9

80

36

.4

00

35

.3

80

35

.3

00

35

.3

10

35

.3

40

35

.3

90

35

.5

20

35

.7

70

35

.8

30

36

.8

40

36

.8

90

37

.8

00

38

.2

10

39

.3

00

40

.1

30

40

.3

50

43

.3

80

46

.9

00

47

.0

30

0.9

0

1.20 1.10 4.11 3.89 4.80 5.30 5.40 3.66 4.54 2.82 2.69 4.63 3.66 4.86 4.84 3.92 3.69 4.69 3.25 3.05 2.00 4.30

0.7

5

0.9

5

0.4

0

0.5

0

48

45

40

35

STA. 0+000

gambar penampang dan dimensi sungai

bidang persamaan

reference level

ELEVASI TANAH ASLI

ORIGINAL GROUND LEVEL

JARAK (m)

DISTANCE (m)

30.00

4.18 2.82 2.69 4.63 3.66 4.86 4.84 3.92 1.79

38

35

STA. 0+000

gambar penampang basah

JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAHMAKASSAR

TAHUN AKADEMIK 2019

NAMA TUGAS

PEMBIMBING

NAMA MAHASISWA

KETERANGAN

S K A L A

NO. GAMBAR JML. GAMBAR

TUGAS AKHIR

L O K A S I

Jl. St. Alauddin No. 259 Telp. (0411) 866 972 Makassar 90221

Maslan 105 81 1981 13 Irwan Kurniawan 105 81 1957 13

1 : 100

02

L.Atas (B) = m

L.Dasar (b) = m

Ked.Air (h) = m

K.Saluran (S) =

33.39

27.42

1.02

GAMBAR PENAMPANGSUNGAI

Sungai JenelataKab.Gowa

13

Dr. Ir. H. Muhammad Idrus Ompo,Sp., PSDADr. Ir. Muh. Yunus Ali, ST., MT

Page 144: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

bidang persamaan

reference level

ELEVASI TANAH ASLI

ORIGINAL GROUND LEVEL

JARAK (m)

DISTANCE (m)

30.00

Lebar Sungai = m

= m

= m

= m

91.00

0.00

0.00

0.00

47

.0

10

46

.8

00

42

.2

20

40

.2

70

39

.8

70

39

.8

30

39

.5

30

38

.7

40

37

.9

40

36

.4

20

35

.3

70

35

.2

80

35

.3

20

35

.3

80

35

.4

50

35

.4

90

35

.5

70

35

.6

40

35

.7

50

36

.8

10

37

.6

70

38

.1

20

38

.6

50

39

.8

70

40

.1

20

42

.9

30

45

.8

70

46

.8

30

1.10 1.30 1.40 4.11 4.89 4.80 5.30 5.40 3.66 4.54 2.82 2.69 4.63 3.66 4.86 4.84 3.92 3.69 4.69 3.25 5.05 3.00 4.80

0.7

5

0.9

5

0.4

0

0.5

0

48

45

40

35

STA. 0+100

gambar penampang dan dimensi sungai

bidang persamaan

reference level

ELEVASI TANAH ASLI

ORIGINAL GROUND LEVEL

JARAK (m)

DISTANCE (m)

30.00

4.10 2.82 2.69 4.63 3.66 4.86 4.84 3.92 3.69 2.52

38

35

STA. 0+100

gambar penampang basah

JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAHMAKASSAR

TAHUN AKADEMIK 2019

NAMA TUGAS

KETERANGAN

S K A L A

NO. GAMBAR JML. GAMBAR

TUGAS AKHIR

Jl. St. Alauddin No. 259 Telp. (0411) 866 972 Makassar 90221

1 : 100

03

L.Atas (B) = m

L.Dasar (b) = m

Ked.Air (h) = m

K.Saluran (S) =

37.74

31.11

1.04

GAMBAR PENAMPANGSUNGAI

13

PEMBIMBING

NAMA MAHASISWA

L O K A S I

Maslan 105 81 1981 13 Irwan Kurniawan 105 81 1957 13

Sungai JenelataKab.Gowa

Dr. Ir. H. Muhammad Idrus Ompo,Sp., PSDADr. Ir. Muh. Yunus Ali, ST., MT

Page 145: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

bidang persamaan

reference level

ELEVASI TANAH ASLI

ORIGINAL GROUND LEVEL

JARAK (m)

DISTANCE (m)

30.00

42

.2

70

46

.7

30

41

.3

60

40

.2

70

39

.7

60

39

.5

20

39

.4

60

38

.6

60

37

.9

10

36

.3

90

35

.3

50

35

.2

70

35

.3

40

35

.3

60

35

.4

80

35

.5

60

35

.5

90

35

.6

30

35

.6

50

36

.7

90

37

.5

60

38

.0

20

38

.4

50

39

.5

60

39

.9

90

42

.8

70

45

.6

40

46

.3

50

0.7

0

1.60 1.10 4.11 3.89 4.30 4.30 3.40 3.66 4.54 2.82 2.69 4.63 3.66 4.86 4.84 3.92 3.69 4.69 3.25 3.05 2.00 4.30

0.7

5

1.87

0.4

0

0.5

0

47

45

40

35

STA. 0+200

gambar penampang dan dimensi sungai

bidang persamaan

reference level

ELEVASI TANAH ASLI

ORIGINAL GROUND LEVEL

JARAK (m)

DISTANCE (m)

30.00

3.66 4.23 2.82 2.69 4.63 3.66 4.86 4.84 3.92 3.69 2.78

38

35

STA. 0+200

gambar penampang basah

JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAHMAKASSAR

TAHUN AKADEMIK 2019

NAMA TUGAS

KETERANGAN

S K A L A

NO. GAMBAR JML. GAMBAR

TUGAS AKHIR

Jl. St. Alauddin No. 259 Telp. (0411) 866 972 Makassar 90221

1 : 100

04

Lebar Sungai = m

= m

= m

= m

83.52

0.00

0.00

0.00

L.Atas (B) = m

L.Dasar (b) = m

Ked.Air (h) = m

K.Saluran (S) =

38.12

31.11

1.05

GAMBAR PENAMPANGSUNGAI

13

PEMBIMBING

NAMA MAHASISWA

L O K A S I

Maslan 105 81 1981 13 Irwan Kurniawan 105 81 1957 13

Sungai JenelataKab.Gowa

Dr. Ir. H. Muhammad Idrus Ompo,Sp., PSDADr. Ir. Muh. Yunus Ali, ST., MT

Page 146: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

bidang persamaan

reference level

ELEVASI TANAH ASLI

ORIGINAL GROUND LEVEL

JARAK (m)

DISTANCE (m)

30.00

40

.2

70

46

.9

80

41

.2

70

40

.2

70

38

.9

80

38

.6

30

38

.4

90

37

.2

80

36

.7

50

35

.4

90

35

.3

00

35

.4

20

35

.3

10

35

.2

70

35

.2

10

35

.3

00

35

.3

80

35

.4

90

35

.6

10

35

.6

80

36

.5

60

37

.5

30

38

.3

10

39

.3

90

39

.8

60

42

.7

20

45

.3

80

46

.2

60

0.8

0

1.30 1.40 3.11 3.89 3.80 5.30 4.40 3.66 4.54 2.82 2.69 4.63 3.66 4.86 4.84 3.92 3.69 4.69 3.25 3.05 2.00 4.30

0.7

5

1.56

0.4

0

0.5

0

48

45

40

35

STA. 0+300

gambar penampang dan dimensi sungai

bidang persamaan

reference level

ELEVASI TANAH ASLI

ORIGINAL GROUND LEVEL

JARAK (m)

DISTANCE (m)

30.00

L.Atas (B) = m

L.Dasar (b) = m

Ked.Air (h) = m

K.Saluran (S) =

45.11

40.34

1.11

2.41 4.54 2.82 2.69 4.63 3.66 4.86 4.84 3.92 3.69 4.69 2.36

37

35

STA. 0+300

gambar penampang basah

JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAHMAKASSAR

TAHUN AKADEMIK 2019

NAMA TUGAS

KETERANGAN

S K A L A

NO. GAMBAR JML. GAMBAR

TUGAS AKHIR

Jl. St. Alauddin No. 259 Telp. (0411) 866 972 Makassar 90221

1 : 100

05

Lebar Sungai = m

= m

= m

= m

83.81

0.00

0.00

0.00

GAMBAR PENAMPANGSUNGAI

13

PEMBIMBING

NAMA MAHASISWA

L O K A S I

Maslan 105 81 1981 13 Irwan Kurniawan 105 81 1957 13

Sungai JenelataKab.Gowa

Dr. Ir. H. Muhammad Idrus Ompo,Sp., PSDADr. Ir. Muh. Yunus Ali, ST., MT

Page 147: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

bidang persamaan

reference level

ELEVASI TANAH ASLI

ORIGINAL GROUND LEVEL

JARAK (m)

DISTANCE (m)

30.00

40

.0

00

46

.7

20

40

.4

70

40

.2

70

38

.7

60

38

.5

30

38

.3

20

37

.1

30

36

.6

80

35

.5

80

35

.5

50

35

.3

80

35

.2

70

35

.1

20

35

.0

20

35

.2

40

35

.2

80

35

.3

30

35

.3

70

35

.4

60

36

.3

40

37

.4

50

38

.7

40

39

.1

50

39

.7

20

41

.9

20

45

.2

40

45

.9

80

1.20 1.30 1.60 3.19 3.99 4.86 4.30 3.40 3.66 4.54 2.82 2.69 4.63 3.66 4.86 4.84 3.92 3.69 4.69 3.25 3.05 2.00 4.30 1.75

0.9

5

0.4

0

0.5

0

47

45

40

35

STA. 0+400

gambar penampang dan dimensi sungai

bidang persamaan

reference level

ELEVASI TANAH ASLI

ORIGINAL GROUND LEVEL

JARAK (m)

DISTANCE (m)

30.00

2.46 4.54 2.82 2.69 4.63 3.66 4.86 4.84 3.92 3.69 4.69 3.17

37

35

STA. 0+400

gambar penampang basah

JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAHMAKASSAR

TAHUN AKADEMIK 2019

NAMA TUGAS

KETERANGAN

S K A L A

NO. GAMBAR JML. GAMBAR

TUGAS AKHIR

Jl. St. Alauddin No. 259 Telp. (0411) 866 972 Makassar 90221

1 : 100

06

Lebar Sungai = m

= m

= m

= m

84.04

0.00

0.00

0.00

L.Atas (B) = m

L.Dasar (b) = m

Ked.Air (h) = m

K.Saluran (S) =

45.97

40.34

1.30

GAMBAR PENAMPANGSUNGAI

13

PEMBIMBING

NAMA MAHASISWA

L O K A S I

Maslan 105 81 1981 13 Irwan Kurniawan 105 81 1957 13

Sungai JenelataKab.Gowa

Dr. Ir. H. Muhammad Idrus Ompo,Sp., PSDADr. Ir. Muh. Yunus Ali, ST., MT

Page 148: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

bidang persamaan

reference level

ELEVASI TANAH ASLI

ORIGINAL GROUND LEVEL

JARAK (m)

DISTANCE (m)

30.00

Lebar Atas = m

= m

= m

= m

85.90

27.42

0.00

0.00

47

.0

30

47

.0

10

42

.2

70

40

.2

70

40

.0

00

39

.8

30

39

.5

10

38

.7

80

37

.9

80

36

.4

00

35

.3

80

35

.3

00

35

.3

10

35

.3

40

35

.3

90

35

.5

20

35

.7

70

35

.8

30

36

.8

40

36

.8

90

37

.8

00

38

.2

10

39

.3

00

40

.1

30

40

.3

50

43

.3

80

46

.9

00

47

.0

30

0.9

0

1.20 1.10 4.11 3.89 4.80 5.30 5.40 3.66 4.54 2.82 2.69 4.63 3.66 4.86 4.84 3.92 3.69 4.69 3.25 3.05 2.00 4.30

0.7

5

0.9

5

0.4

0

0.5

0

48

45

40

35

STA. 0+000

bidang persamaan

reference level

ELEVASI TANAH ASLI

ORIGINAL GROUND LEVEL

JARAK (m)

DISTANCE (m)

30.00

= m

= m

= m

= m

91.00

31.11

0.00

0.00

47

.0

10

46

.8

00

42

.2

20

40

.2

70

39

.8

70

39

.8

30

39

.5

30

38

.7

40

37

.9

40

36

.4

20

35

.3

70

35

.2

80

35

.3

20

35

.3

80

35

.4

50

35

.4

90

35

.5

70

35

.6

40

35

.7

50

36

.8

10

37

.6

70

38

.1

20

38

.6

50

39

.8

70

40

.1

20

42

.9

30

45

.8

70

46

.8

30

1.10 1.30 1.40 4.11 4.89 4.80 5.30 5.40 3.66 4.54 2.82 2.69 4.63 3.66 4.86 4.84 3.92 3.69 4.69 3.25 5.05 3.00 4.80

0.7

5

0.9

5

0.4

0

0.5

0

48

45

40

35

STA. 0+100

bidang persamaan

reference level

ELEVASI TANAH ASLI

ORIGINAL GROUND LEVEL

JARAK (m)

DISTANCE (m)

30.00

42

.2

70

46

.7

30

41

.3

60

40

.2

70

39

.7

60

39

.5

20

39

.4

60

38

.6

60

37

.9

10

36

.3

90

35

.3

50

35

.2

70

35

.3

40

35

.3

60

35

.4

80

35

.5

60

35

.5

90

35

.6

30

35

.6

50

36

.7

90

37

.5

60

38

.0

20

38

.4

50

39

.5

60

39

.9

90

42

.8

70

45

.6

40

46

.3

50

0.7

0

1.60 1.10 4.11 3.89 4.30 4.30 3.40 3.66 4.54 2.82 2.69 4.63 3.66 4.86 4.84 3.92 3.69 4.69 3.25 3.05 2.00 4.30

0.7

5

1.87

0.4

0

0.5

0

47

45

40

35

STA. 0+200

= m

= m

= m

= m

83.52

31.11

0.00

0.00

JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAHMAKASSAR

TAHUN AKADEMIK 2019

NAMA TUGAS

KETERANGAN

S K A L A

NO. GAMBAR JML. GAMBAR

TUGAS AKHIR

Jl. St. Alauddin No. 259 Telp. (0411) 866 972 Makassar 90221

1 : 100

07

GAMBAR RENCANAGALIAN TANAH DASAR

Lebar Dasar

Lebar Atas

Lebar Dasar

Lebar Atas

Lebar Dasar

13

PEMBIMBING

NAMA MAHASISWA

L O K A S I

Maslan 105 81 1981 13 Irwan Kurniawan 105 81 1957 13

Sungai JenelataKab.Gowa

Dr. Ir. H. Muhammad Idrus Ompo,Sp., PSDADr. Ir. Muh. Yunus Ali, ST., MT

Galian tanah biasa

Galian tanah biasa

Galian tanah biasa

Galian tanah biasa

Galian tanah biasa

Galian tanah biasa

Galian tanah biasa

Galian tanah biasa

Galian tanah biasa

Galian tanah biasa

Galian tanah biasa

Qnormal

Qnormal

Qnormal

Page 149: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

bidang persamaan

reference level

ELEVASI TANAH ASLI

ORIGINAL GROUND LEVEL

JARAK (m)

DISTANCE (m)

30.00

40

.2

70

46

.9

80

41

.2

70

40

.2

70

38

.9

80

38

.6

30

38

.4

90

37

.2

80

36

.7

50

35

.4

90

35

.3

00

35

.4

20

35

.3

10

35

.2

70

35

.2

10

35

.3

00

35

.3

80

35

.4

90

35

.6

10

35

.6

80

36

.5

60

37

.5

30

38

.3

10

39

.3

90

39

.8

60

42

.7

20

45

.3

80

46

.2

60

0.8

0

1.30 1.40 3.11 3.89 3.80 5.30 4.40 3.66 4.54 2.82 2.69 4.63 3.66 4.86 4.84 3.92 3.69 4.69 3.25 3.05 2.00 4.30

0.7

5

1.56

0.4

0

0.5

0

48

45

40

35

STA. 0+300

bidang persamaan

reference level

ELEVASI TANAH ASLI

ORIGINAL GROUND LEVEL

JARAK (m)

DISTANCE (m)

30.00

40

.0

00

46

.7

20

40

.4

70

40

.2

70

38

.7

60

38

.5

30

38

.3

20

37

.1

30

36

.6

80

35

.5

80

35

.5

50

35

.3

80

35

.2

70

35

.1

20

35

.0

20

35

.2

40

35

.2

80

35

.3

30

35

.3

70

35

.4

60

36

.3

40

37

.4

50

38

.7

40

39

.1

50

39

.7

20

41

.9

20

45

.2

40

45

.9

80

1.20 1.30 1.60 3.19 3.99 4.86 4.30 3.40 3.66 4.54 2.82 2.69 4.63 3.66 4.86 4.84 3.92 3.69 4.69 3.25 3.05 2.00 4.30 1.75

0.9

5

0.4

0

0.5

0

47

45

40

35

STA. 0+400

= m

= m

= m

= m

83.81

40.34

0.00

0.00

= m

= m

= m

= m

84.04

40.34

0.00

0.00

JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAHMAKASSAR

TAHUN AKADEMIK 2019

NAMA TUGAS

NAMA MAHASISWA

KETERANGAN

S K A L A

NO. GAMBAR JML. GAMBAR

TUGAS AKHIR

Jl. St. Alauddin No. 259 Telp. (0411) 866 972 Makassar 90221

1 : 100

08

GAMBAR RENCANAGALIAN TANAH DASAR

Lebar Atas

Lebar Dasar

Lebar Atas

Lebar Dasar

13

PEMBIMBING

NAMA MAHASISWA

L O K A S I

Maslan 105 81 1981 13 Irwan Kurniawan 105 81 1957 13

Sungai JenelataKab.Gowa

Dr. Ir. H. Muhammad Idrus Ompo,Sp., PSDADr. Ir. Muh. Yunus Ali, ST., MT

Galian tanah biasa

Galian tanah biasa

Galian tanah biasa

Galian tanah biasa

Galian tanah biasa

Galian tanah biasa

Galian tanah biasa

Qnormal

Qnormal

Page 150: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

bidang persamaan

reference level

ELEVASI TANAH ASLI

ORIGINAL GROUND LEVEL

JARAK (m)

DISTANCE (m)

30.00

Lebar Atas = m

= m

= m

= m

85.90

27.42

0.00

0.00

47

.0

30

47

.0

10

42

.2

70

40

.2

70

40

.0

00

39

.8

30

39

.5

10

38

.7

80

37

.9

80

36

.4

00

35

.3

80

35

.3

00

35

.3

10

35

.3

40

35

.3

90

35

.5

20

35

.7

70

35

.8

30

36

.8

40

36

.8

90

37

.8

00

38

.2

10

39

.3

00

40

.1

30

40

.3

50

43

.3

80

46

.9

00

47

.0

30

0.9

0

1.20 1.10 4.11 3.89 4.80 5.30 5.40 3.66 4.54 2.82 2.69 4.63 3.66 4.86 4.84 3.92 3.69 4.69 3.25 3.05 2.00 4.30

0.7

5

0.9

5

0.4

0

0.5

0

48

45

40

35

STA. 0+000

bidang persamaan

reference level

ELEVASI TANAH ASLI

ORIGINAL GROUND LEVEL

JARAK (m)

DISTANCE (m)

30.00

= m

= m

= m

= m

91.00

31.11

0.00

0.00

47

.0

10

46

.8

00

42

.2

20

40

.2

70

39

.8

70

39

.8

30

39

.5

30

38

.7

40

37

.9

40

36

.4

20

35

.3

70

35

.2

80

35

.3

20

35

.3

80

35

.4

50

35

.4

90

35

.5

70

35

.6

40

35

.7

50

36

.8

10

37

.6

70

38

.1

20

38

.6

50

39

.8

70

40

.1

20

42

.9

30

45

.8

70

46

.8

30

1.10 1.30 1.40 4.11 4.89 4.80 5.30 5.40 3.66 4.54 2.82 2.69 4.63 3.66 4.86 4.84 3.92 3.69 4.69 3.25 5.05 3.00 4.80

0.7

5

0.9

5

0.4

0

0.5

0

48

45

40

35

STA. 0+100

bidang persamaan

reference level

ELEVASI TANAH ASLI

ORIGINAL GROUND LEVEL

JARAK (m)

DISTANCE (m)

30.00

42

.2

70

46

.7

30

41

.3

60

40

.2

70

39

.7

60

39

.5

20

39

.4

60

38

.6

60

37

.9

10

36

.3

90

35

.3

50

35

.2

70

35

.3

40

35

.3

60

35

.4

80

35

.5

60

35

.5

90

35

.6

30

35

.6

50

36

.7

90

37

.5

60

38

.0

20

38

.4

50

39

.5

60

39

.9

90

42

.8

70

45

.6

40

46

.3

50

0.7

0

1.60 1.10 4.11 3.89 4.30 4.30 3.40 3.66 4.54 2.82 2.69 4.63 3.66 4.86 4.84 3.92 3.69 4.69 3.25 3.05 2.00 4.30

0.7

5

1.87

0.4

0

0.5

0

47

45

40

35

STA. 0+200

= m

= m

= m

= m

83.52

31.11

0.00

0.00

JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAHMAKASSAR

TAHUN AKADEMIK 2019

NAMA TUGAS

KETERANGAN

S K A L A

NO. GAMBAR JML. GAMBAR

TUGAS AKHIR

Jl. St. Alauddin No. 259 Telp. (0411) 866 972 Makassar 90221

1 : 100

09

GAMBAR RENCANABRONJONG

Lebar Dasar

Lebar Atas

Lebar Dasar

Lebar Atas

Lebar Dasar

13

PEMBIMBING

NAMA MAHASISWA

L O K A S I

Maslan 105 81 1981 13 Irwan Kurniawan 105 81 1957 13

Sungai JenelataKab.Gowa

Dr. Ir. H. Muhammad Idrus Ompo,Sp., PSDADr. Ir. Muh. Yunus Ali, ST., MT

Timbunan

Pemasangan Bronjong

Kawat Galvanis

Timbunan

Pemasangan Bronjong

Kawat Galvanis

Timbunan

Pemasangan Bronjong

Kawat Galvanis

Timbunan

Pemasangan Bronjong

Kawat Galvanis

Timbunan

Pemasangan Bronjong

Kawat Galvanis

Timbunan

Pemasangan Bronjong

Kawat Galvanis

QMax

QMax

QMax

Page 151: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

bidang persamaan

reference level

ELEVASI TANAH ASLI

ORIGINAL GROUND LEVEL

JARAK (m)

DISTANCE (m)

30.00

40

.2

70

46

.9

80

41

.2

70

40

.2

70

38

.9

80

38

.6

30

38

.4

90

37

.2

80

36

.7

50

35

.4

90

35

.3

00

35

.4

20

35

.3

10

35

.2

70

35

.2

10

35

.3

00

35

.3

80

35

.4

90

35

.6

10

35

.6

80

36

.5

60

37

.5

30

38

.3

10

39

.3

90

39

.8

60

42

.7

20

45

.3

80

46

.2

60

0.8

0

1.30 1.40 3.11 3.89 3.80 5.30 4.40 3.66 4.54 2.82 2.69 4.63 3.66 4.86 4.84 3.92 3.69 4.69 3.25 3.05 2.00 4.30

0.7

5

1.56

0.4

0

0.5

0

48

45

40

35

STA. 0+300

bidang persamaan

reference level

ELEVASI TANAH ASLI

ORIGINAL GROUND LEVEL

JARAK (m)

DISTANCE (m)

30.00

40

.0

00

46

.7

20

40

.4

70

40

.2

70

38

.7

60

38

.5

30

38

.3

20

37

.1

30

36

.6

80

35

.5

80

35

.5

50

35

.3

80

35

.2

70

35

.1

20

35

.0

20

35

.2

40

35

.2

80

35

.3

30

35

.3

70

35

.4

60

36

.3

40

37

.4

50

38

.7

40

39

.1

50

39

.7

20

41

.9

20

45

.2

40

45

.9

80

1.20 1.30 1.60 3.19 3.99 4.86 4.30 3.40 3.66 4.54 2.82 2.69 4.63 3.66 4.86 4.84 3.92 3.69 4.69 3.25 3.05 2.00 4.30 1.75

0.9

5

0.4

0

0.5

0

47

45

40

35

STA. 0+400

= m

= m

= m

= m

83.81

40.34

0.00

0.00

= m

= m

= m

= m

84.04

40.34

0.00

0.00

JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAHMAKASSAR

TAHUN AKADEMIK 2019

NAMA TUGAS

NAMA MAHASISWA

KETERANGAN

S K A L A

NO. GAMBAR JML. GAMBAR

TUGAS AKHIR

Jl. St. Alauddin No. 259 Telp. (0411) 866 972 Makassar 90221

1 : 100

10

GAMBAR RENCANABRONJONG

Lebar Atas

Lebar Dasar

Lebar Atas

Lebar Dasar

13

PEMBIMBING

NAMA MAHASISWA

L O K A S I

Maslan 105 81 1981 13 Irwan Kurniawan 105 81 1957 13

Sungai JenelataKab.Gowa

Dr. Ir. H. Muhammad Idrus Ompo,Sp., PSDADr. Ir. Muh. Yunus Ali, ST., MT

Timbunan

Pemasangan Bronjong

Kawat Galvanis

Timbunan

Pemasangan Bronjong

Kawat Galvanis

Timbunan

Pemasangan Bronjong

Kawat Galvanis

Timbunan

Pemasangan Bronjong

Kawat Galvanis

QMax

QMax

Page 152: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

YA

NG

A

DA

EX

IS

TIN

G

bidang persamaan / reference level

JARAK PATOK

30.00

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

SV = 1 : 100

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

SH = 1 : 100

0+000

50.00

45.00

40.00

35.00

JARAK LANGSUNG

RE

NC

AN

A

DE

SIN

G

El.Tanggul Kanan (m)

El.Tanggul Kiri (m)

El.Dasar Sungai (m)

El.Tanggul Kanan (m)

El.Tanggul Kiri (m)

El.Dasar Bronjong kanan (m)

El.Dasar Bronjong kiri (m)

0+100 0+200 0+300 0+400

JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAHMAKASSAR

TAHUN AKADEMIK 2019

NAMA TUGAS

KETERANGAN

S K A L A

NO. GAMBAR JML. GAMBAR

TUGAS AKHIR

Jl. St. Alauddin No. 259 Telp. (0411) 866 972 Makassar 90221

1 : 100

11

GAMBAR MEMANJANGSUNGAI

+ 35.300

+ 35.020

35.300

35.280

35.270

35.210

35.020

47.030

47.010

46.910

47.010

46.790

46.860

46.350

46.260

45.980

39.530

37.530

39.510

37.510

39.410

37.410

38.510

37.010

38.290

36.790

10

PEMBIMBING

NAMA MAHASISWA

L O K A S I

Maslan 105 81 1981 13 Irwan Kurniawan 105 81 1957 13

Sungai JenelataKab.Gowa

Dr. Ir. H. Muhammad Idrus Ompo,Sp., PSDADr. Ir. Muh. Yunus Ali, ST., MT

El.Muka Air Normal (m)

36.320

36.320

36.320

36.320

36.320

+ 36.320

+ 36.320

El.Muka Air Maksimum (m)

+ 47.030

+ 46.530

+ 46.030

+ 45.530

+ 45.030

+ 44.530

+ 44.030

+ 43.530

+ 43.030

+ 42.530

+ 42.030

+ 41.530

+ 41.030

+ 40.530

+ 40.030

+ 39.530

+ 39.030

+ 38.530

+ 38.030

+ 37.530

47.010

46.790

+ 47.030

47.030

+ 46.790

+ 45.980

47.030

47.010

46.910

47.030

47.010

46.910

46.510

46.290

+ 46.290

+ 38.290

+ 39.530

+ 37.530

+ 36.790

+ 37.030

STA. 0 + 100

STA. 0 + 200

STA. 0 + 300

STA. 0 + 400

STA. 0 + 000

j

e

m

b

a

t

a

n

S K A L A 1 : 1.000

U

B

S

T

46.380

46.360

46.350

46.290

46.100

+ 46.380

+ 46.100

Page 153: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

48

45

40

Pemasangan Bronjong

Timbunan

Tanah Dasar

JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAHMAKASSAR

TAHUN AKADEMIK 2019

NAMA TUGAS

KETERANGAN

S K A L A

NO. GAMBAR JML. GAMBAR

TUGAS AKHIR

Jl. St. Alauddin No. 259 Telp. (0411) 866 972 Makassar 90221

1 : 30

12

RENCANA DESAINBRONJONG

13

PEMBIMBING

NAMA MAHASISWA

L O K A S I

Maslan 105 81 1981 13 Irwan Kurniawan 105 81 1957 13

Sungai JenelataKab.Gowa

Dr. Ir. H. Muhammad Idrus Ompo,Sp., PSDADr. Ir. Muh. Yunus Ali, ST., MT

M A B

Page 154: SKRIPSI DESAIN BRONJONG UNTUK PERKUATAN ......12. Grafik hidrograf rancangan HSS Nakayasu..... 71 13. Grafik rekapitulasi hidrograf banjir metode HSS Nakayasu ..... 73 14. Sketsa Penampang

JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAHMAKASSAR

TAHUN AKADEMIK 2019

NAMA TUGAS

KETERANGAN

S K A L A

NO. GAMBAR JML. GAMBAR

TUGAS AKHIR

Jl. St. Alauddin No. 259 Telp. (0411) 866 972 Makassar 90221

1 : 20

13

DIMENSI DESAINBRONJONG

13

PEMBIMBING

NAMA MAHASISWA

L O K A S I

Maslan 105 81 1981 13 Irwan Kurniawan 105 81 1957 13

Sungai JenelataKab.Gowa

Dr. Ir. H. Muhammad Idrus Ompo,Sp., PSDADr. Ir. Muh. Yunus Ali, ST., MT

100.00

200.00

50.00

Lobang 80 mm x 100 mm

Kawat Sisi Galvanis

200.00

100.00

50.0050.00

Lobang 80 mm x 100 mm

Kawat Sisi Galvanis

Keterangan :

-Lobang 80 mm x 100 mm

-Kawat Ayaman Galvanis

-Kawat Sisi Galvanis

-Uk.Bronjong 200 x 100 x 50 cm

100.00

200.00

100.00

50.0050.00