skripsi begawi adat lampung pepadun ......negara ratu adat istiadat dan budaya masih kental dan...
TRANSCRIPT
SKRIPSI
BEGAWI ADAT LAMPUNG PEPADUN
PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM
(Studi Kasus Desa Negara Ratu, Kec. Batanghari Nuban,
Kab. Lampung Timur)
Oleh:
HELMA KURNIA WATI
NPM. 1502040235
Jurusan Ekonomi Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO
1441 H / 2019 M
BEGAWI ADAT LAMPUNG PEPADUN
PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM
(Studi Kasus Desa Negara Ratu, Kec. Batanghari Nuban,
Kab. Lampung Timur)
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Memenuhi Sebagian Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Oleh:
HELMA KURNIA WATI
NPM. 1502040235
Pembimbing I : Drs. Dri Santoso, MH.
Pembimbing II : Selvia Nuriasari, M.E.I
Jurusan Ekonomi Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO
1441 H / 2019 M
DAFTAR ISI
Hal.
HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iv
HALAMAN ABSTRAK ................................................................................ v
HALAMAN ORISINALITAS PENELITIAN ............................................. vi
HALAMAN MOTTO .................................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN..................................................................... viii
HALAMAN KATA PENGANTAR .............................................................. ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Pertanyaan Penelitian ............................................................... 10
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................ 10
D. Penelitian Relevan .................................................................... 11
BAB II LANDASAN TEORI .................................................................... 14
A. Kebudayaan Suku Lampung ..................................................... 14
B. Upacara Begawi Adat Pepadun ................................................ 17
1. Pengertian Begawi .............................................................. 17
2. Makna dan Tujuan Begawi ................................................ 18
3. Tingkatan Gelar Dalam Begawi ......................................... 19
4. Syarat Pengambilan Gelar Dalam Begawi Cakak
Pepadun .............................................................................. 20
5. Upacara Adat Begawi Cakak Pepadun .............................. 21
C. Ekonomi Islam .......................................................................... 24
1. Pengertian Ekonomi Islam ................................................. 24
2. Prinsip ekonomi Islam ........................................................ 27
3. Konsumsi Dalam Islam ...................................................... 29
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... 38
A. Jenis dan Sifat Penelitian .......................................................... 38
B. Sumber Data ............................................................................. 39
C. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 40
D. Teknik Analisa Data ................................................................. 42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................... 43
A. Gambaran Umum Desa Negara Ratu Kecamatan
Batanghari Nuban Kabupaten Lampung Timur ....................... 43
1. Sejarah Desa Negara Ratu ................................................. 43
2. Letak Geografis .................................................................. 43
3. Jumlah Penduduk ................................................................ 44
4. Keadaan Ekonomi dan Mata Pencaharian Penduduk ......... 44
5. Struktur Organisasi Desa Negara Ratu ............................... 45
B. Tata Cara Pelaksanaan Begawi Masyarakat Pepadun Desa
Negara Ratu Kecamatan Batanghari Nuban Kabupaten
Lampung Timur ........................................................................ 46
C. Pelaksanaan Begawi di Desa Negara Ratu ............................... 60
D. Begawi Adat Lampung Pepadun Perspektif Ekonomi Islam ... 62
BAB V PENUTUP ..................................................................................... 71
A. Kesimpulan ............................................................................... 71
B. Saran ......................................................................................... 72
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
4.1. Luas Tanah Desa Negara Ratu ............................................................... 40
4.2. Sukeu dan Kepenyimbangan Desa Negara Ratu .................................... 44
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
4.1. Struktur Organisasi Desa Negara Ratu, Kec. Batanghari Nuban ........... 41
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Bimbingan
2. Outline
3. Alat Pengumpul Data
4. Surat Research
5. Surat Tugas
6. Formulir Konsultasi Bimbingan Skripsi
7. Foto-foto Penelitian
8. Surat Keterangan Bebas Pustaka
9. Riwayat Hidup
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ekonomi adalah perbuatan manusia dalam memenuhi kebutuhan dan
keinginan hidupnya. Kebutuhan adalah sesuatu yang harus di dapat dan
apabila tidak terpenuhi, manusia akan terganggu fisik dan psikisnya. Adapun
keinginan adalah sesuatu yang ingin di peroleh dan apabila tidak terpenuhi,
hanya menyebabkan gangguan fisik.
Ekonomi Islam sebagai suatu ilmu yang mempelajari perilaku manusia
dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan dengan alat pemenuhan kebutuhan
yang terbatas dalam kerangka syariah Islam. Menurut Adiwarman Karim,
bangunan ekonomi Islam di dasarkan atas lima prinsip dasar ekonomi Islam,
yaitu prinsip ketuhanan, prinsip keadilan, prinsip nubuwwah, khilafah dan
maad. Dimana apa yang kita kerjakan harus berlandaskan prinsip-prinsip
tersebut sesuai ketentuan syariah.
Konsumsi dalam ilmu ekonomi bermakna membelanjakan kekayaan
untuk memenuhi kebutuhan manusia seperti makanan, pakaian, perumahan,
barang-barang kebutuhan sehari-hari, pendidikan, kesehatan, kebutuhan
pribadi dan keluarga serta kebutuhan lainnya.
Konsumsi secara umum di definisikan sebagai pengguna barang dan
jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia. Menurut pandangan para ahli,
Albert C. Mayers mengatakan bahwa konsumsi adalah penggunaan barang
dan jasa yang berlangsung dan terakhir untuk memenuhi kebutuhan hidup
manusia.1
Sedangkan menurut ilmu ekonomi, konsumsi adalah setiap kegiatan
memanfaatkan, menghabiskan kegunaan barang dan jasa untuk memenuhi
kebutuhan dalam upaya menjaga kelangsuangan hidup. Adapun konsumsi
Islam adalah kegiatan memanfaatkan atau menghabiskan barang/jasa untuk
memenuhi kebutuhan manusia dalam upaya menjaga kelangsungan hidup
dengan ketentuan syariat.2
Ada tiga prinsip dasar konsumsi yang digariskan oleh Islam, yakni
konsumsi barang halal, konsumsi barang suci dan bersih, serta tidak
berlebihan atau sederhana.3 Prinsip kesederhanaan dalam konsumsi berarti
bahwa orang haruslah mengambil makanan dan minuman sekadarnya dan
tidak berlebihan karena makanan berlebihan berbahaya bagi kesehatan.
Prinsip kesederhanaan ini juga berlaku bagi perbelanjaan. Orang
tidaklah boleh terlalu kikir maupun boros. dalam Al-Qur’an surat Al- Furqan
ayat 67 menyatakan:
1 Vinna Sri Yuniarti, Ekonomi Mikro Syariah, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2016), 78 2 Ibid, 3 Muhammad Sharif Chaudhry, Sistem Ekonomi Islam, Prinsip dasar (Fundamental of
Islamic Economi System), (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), 137
Artinya: “Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta),
mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan
itu) di tengah-tengah antara yang demikian.” (Q.S. Al-Furqan: 67)4
Al-Qur’an menyebutkan kaum muslimin sebagai umat pertengahan,
dan karena itu islam menganjurkan prinsip kesederhanaan dan keseimbangan
dalam semua langkah mereka. Di bidang konsumsi, Harta maupun makanan,
Pertengahan adalah sikap utama. Baik kurang dari semestinya (kikir) maupun
lebih dari semestinya (berlebihan/boros) di larang.
Orang yang kikir adalah orang yang tidak membelanjakan uang untuk
dirinya maupun keluarganya sesuai dengan kemampuannya, dan ia tidak pula
mengeluarkan uangnya untuk sedekah. sedangkan boros adalah
membelanjakan uang untuk barang haram, belanja berlebihan pada barang
halal baik di dalam atau di luar kemampuannya serta belanja atau sedekah
hanya untuk pamer. Kekikiran adalah menahan sumber daya sehingga tidak
dapat di gunakan dengan sempurna, sementara pemborosan menghamburkan
sumber daya untuk hal-hal yang tidak berguna dan berlebihan.
Menanamkan nilai-nilai luhur budaya Lampung bagi masyarakat suku
lampung adalah merupakan hal yang sangat penting untuk dilaksanakan agar
nilai-nilai luhur tersebut dapat terwariskan di lingkungan masyarakat lampung.
Masyarakat lampung memiliki fondasi dan pedoman dalam menanamkan
nilai-nilai budaya adat lampung yaitu piil pesenggiri.
4 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: CV. Diponegoro,
2005), 291
Piil pesenggiri adalah falsafah hidup masyarakat lampung yang terdiri
dari beberapa kitap kuna yang dikenal dengan nama Kuntara Rajaniti dan
beberapa larangan dalam bentuk naskah yang berisi hukum dalam bentuk
peringatan kepada masyarakat adat istiadat lampung.5
Sikap watak Piil Pesenggiri ini nampak sekali pada lingkungan
masyarakat Lampung yang beradat Pepadun. Didasari oleh pandangan Piil
Pesenggiri yang salah satu unsurnya adalah bejuluk beadek, menghendaki
agar seseorang selain mempunyai nama juga diberi gelar panggilan
terhadapnya. Pada masa kini hal itu masih tergambar dalam upacara-upacara
adat seperti upacara Begawi Cakak Pepadun.
Adat budaya Begawi masyarakat lampung pepadun sampai sekarang
masih dilestarikan oleh masyarakat lampung, khususnya masyarakat di desa
Negara Ratu, Batanghari Nuban yang adat kebudayaannya masih terjaga dan
dilaksanakan hingga sekarang. Desa Negara Ratu, kec. Batanghari Nuban,
Kab. Lampung timur merupakan masyarakat lampung pepadun kebuayan
buay manik.
Pada Masyarakat lampung adat pepadun, derajat seseorang tidak
berdasarkan keturunan melainkan berdasarkan kemampuan seseorang secara
ekonomi serta diakui oleh umum. Maka bila sesorang ingin mengangkat
derajatnya secara adat, ia harus melaksanakan Begawi / cakak Pepadun.
5 Fachruddin Suharyadi, Upacara Cangget Agung Aktualisasi Nilai-Nilai Budaya Daerah
Lampung Bagi Generasi Muda, (Lampung: CV. Gunung Pesagi, 2003), 13
Seseorang yang telah melaksanakan begawi cakak pepadun, maka ia telah
menjadi penyimbang dan berhak memakai gelar suttan.6
Seseorang yang telah menjadi penyimbang berhak mengatur sendiri
anggota kerabatnya dan berhak atas gelar tertinggi yaitu suttan serta berhak
memakai alat kebesaran adat seperti jepana, lunnuk atau patcah aji payung
agung dan sebagainya.7
Cakak pepadun (naik pepadun) adalah peristiwa pelantikan
penyimbang menurut adat istiadat masyarakat lampung pepadun, yakni
begawi adat yang wajib dilaksanakan bagi seseorang yang akan berhak
memperoleh pangkat atau kedudukan sebagai penyimbang yang dilakukan
oleh lembaga perwatin adat.8
Pepadun adalah suatu benda berupa bangku yang terbuat dari lambang
dari tingkatan kedudukan dalam masyarakat mengenai suatu keluarga
keturunan.9 Begawi adat masyarakat lampung pepadun khususnya ditandai
dengan upacara-upacara adat besar dengan pemberian gelar atau juluk adek.
Dalam kedudukan setiap orang mendapatkan kesempatan untuk meningkatkan
status adat dengan melakukan cakak pepadun.
Demi kemampuan dan keinginan seseorang dengan menggelar acara
adat budaya begawi untuk mendapat gelar penyimbang atau suttan
6 Wawancara dengan bapak Idham(pengiran Ratu Agung) selaku tokoh adat, Jum’at, 30
November 2018 pukul 16.00 7 Wawancara dengan Zainal Abidin (Suttan Rajo Asal), Jum’at, 30 November 2018 pukul
19.00 8 Oki Laksito, ddk, Pakaian Upacara Adat Begawi Cakak Pepadun, (Lampung: Museum
Negeri Provinsi Lampung, 1999), 17 9 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Lampung, Pakaian Upacara Adat Begawi
Cakak Pepadun, (Bandar Lampung: UPTD Museum Negeri Provinsi Lampung “Ruwa Jurai”,
2008), 14
membutuhkan dana tidak sedikit dengan menggelar acara yang megah dan
mewah selama tujuh hari tujuh malam.
Proses pelaksanaan Begawi dalam masyarakat adat lampung pepadun
dengan alur atau tahapan sebagai berikut: 10
1. Sujud balak nettagh cawoan dipek sabai (kunjungan keluarga mempelai
pria ketempat keluarga mempelai wanita).
2. ngedio pemandei rasan (pengumpulan dan pengumuman kepada bujang
gadis yang di undang tiap- tiap desa bahwa acara begawi akan di mulai).
3. Pekughuk temui agung (kunjungan keluarga mempelai perempuan ke
tempat mempelai pria).
4. Pekughuk temui anak bai benulung/ mighul (mengumpulkan keluarga
mempelai pria yang akan ikut acara begawi).
5. Cangget turun mandei (tarian adat untuk pemberian gelar pangeran yang
dilakukan pada malam hari).
6. Seghak basah sesat turun mandei (tarian adat untuk pemberian gelar
pangeran yang dilakukan pada keesokan harinya / siang hari).
7. Cangget mepadun (tarian adat untuk pemberian gelar suttan yang di
lakukan pada malam hari).
8. pelaksanaan mepadun (pada siang hari, orang yang akan mendapat gelar
suttan didudukkan di atas kerajaan yang namanya pepadun / di atas
singgasananya dan resmi mendapat gelar suttan.
Berdasarkan hasil Prasurvey di desa Negara Ratu, kec. Batanghari
Nuban, Kab. Lampung timur, peneliti mewawancarai bapak Idham (pengiran
ratu agung) sebagai salah satu tokoh adat yang ada di desa Negara Ratu,
Syarat seseorang untuk melaksanakan begawi adalah membayar sejumlah
uang yang disebut duit dau dan sejumlah kerbau. Makin tinggi tingkat tahta
yang akan dicapai, makin banyak uang yang dibayarkan dan kerbau yang
harus dipotong dan acara tersebut dilakukan selama 7 hari 7 malam secara
megah dan mewah.11
10 Wawancara dengan bapak Idham(pengiran Ratu Agung), Sabtu, 5 Januari 2019, pukul
16.00 11 Wawancara dengan bapak Idham(pengiran Ratu Agung), Jum’at, 30 November 2018
pukul 16.00
Sebagaimana keterangan bapak M. Zen (suttan mangku alam) salah
satu penyimbang yang baru melaksanakan begawi cakak pepadun untuk ke
dua kalinya, untuk melaksanakan begawi cakak pepadun memerlukan uang
kurang lebih Rp 150.000.000 untuk seseorang yang belum pernah sama sekali
melaksanakan begawi dan ingin mempunyai derajat di Kebuaiyan serta
menjadi penyimbang. Sedangkan untuk seseorang yang sudah pernah
melaksanakan begawi atau telah mempunyai tahta di kebuayan dan ingin
meningkatkan derajatnya ke tahta yang lebih tinggi maka perlu menyiapkan
uang sekitar Rp. 90.000.000 – Rp. 125.000.000 rupiah. 12
Biaya-biaya tersebut di gunakan untuk pembiayaan sebelum begawi
hingga selesai begawi dengan rincian biaya pembelian 2 ekor sapi/ kerbau
untuk satu orang yang akan naik tahta atau mendapat gelar sebesar Rp
30.000.000, -, duit adat atau (duit dau) sebesar Rp 35.000.000, - biaya untuk
tarup menghabiskan biaya sekitar Rp 30.000.000, -, biaya jamuan dan
hidangan seperti daging ayam, ikan, bumbu dapur, kue-kue, teh, gula kopi,
dan hidangan lainnya berkisar Rp 20.000.000, -, pembuatan lunjuk beserta
isinya yaitu alat perabot rumah tangga, tapis, sinjang, bahan kebaya, dan lain-
lain menghabiskan uang sebesar Rp 10.000.000, -serta biaya-biaya lainnya
seperti petasan dan kembang api untuk memeriahkan acara.13
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, menunjukkan bahwa di desa
Negara ratu adat istiadat dan budaya masih kental dan sering di lakukan.
12 Wawancara dengan bapak M.Zen (Suttan Mangku Alam), Jum’at, 30 November 2018
pukul 14.00 13 Hasil Wawancara dengan Bapak M. Zen (Suttan Mangku Alam) sebagai Penyimbang
Adat, wawancara dilakukan pada 16 September 2015.
Masyarakat pun masih sangat antusias untuk menjunjung tinggi adat budaya
lampung hingga rela mengeluarkan uang puluhan juta rupiah hanya untuk
mendapatkan gelar/ tahta serta kehormatan di daerahnya.
Kemewahan dan kemegahan dalam acara begawi terlihat dari tanjaran
(hidangan) yang beraneka macam dan dilakukan selama 7 hari tujuh malam
dari awal pelaksanaannya yaitu Ngolom (ngundang), sidang adat, sidang
penetuan biaya, ngedio, cangget agung, cangget turun mandei hingga cakak
pepadun yang menghabiskan biaya jika di akumulasikan dengan uang
mencapai puluhan hingga ratusan juta serta bunyi-bunyian petasan dan
kembang api yang di haruskan ada untuk memeriahkan acara begawi.
Aspek ekonomi dan faktor status sosial masyarakat Lampung menjadi
faktor utama dalam pelaksaan begawi. Masyarakat lampung pepadun rela
mengeluarkan uang ratusan juta rupiah sampai menjual harta benda miliknya
seperti tanah, kendaraan dan barang berharga lainnya dan berhutang hanya
untuk mendapat tahta / gelar, status sosial dan pengakuan dari masyarakat
serta menggelar acara yang sangat megah dan mewah agar di hormati
masyarakat.
Banyak masyarakat yang setelah melaksanakan upacara adat Begawi
dan mendapat gelar atau tahta, ekonomi mereka menurun. mereka mulai
memutar harta mereka yang masih tersisa atau kembali berhutang lagi untuk
memenuhi kebutuhan hidup mereka selanjutnya. Banyak dari mereka yang
bekerja keras tanpa mengenal lelah hanya untuk membayar hutang mereka
yang uangnya telah di gunakan untuk melaksanakan adat begawi.
Faktor kedua dalam adanya pelaksaan begawi adalah status keluarga
dan harga diri serta martabat masyarakat lampung yang tinggi. Bukan hanya
urusan pribadi, melainkan juga urusan keluarga, kerabat dan masyarakat adat
sekitar. pernikahan menetukan status keluarga, terlebih bagi kelurga anak
tertua laki-laki, dimana keluarga rumah tangganya akan menjadi pusat
pemerintahan kerabat bersangkutan sehingga pernikahan harus dilaksanakan
dengan upacara adat besar dan di lanjutkan dengan upacara adat begawi
sehingga mendapat kehormatan keluarga, kehormatan dan pengakuan dari
masyarakat bahwa mereka mampu melaksanakan upacara adat besar dan
upacara begawi yang megah dan mewah.
Tujuan dan manfaat dari adanya upacara adat begawi ini adalah untuk
mendapatkan tahta atau gelar penyimbang serta di akui oleh masyarakat
umum. Para Penyimbang juga akan mendapatkan uang (duit dau) dari setiap
upacara adat besar dalam masyarakat lampung pepadun yang melaksanakan
adat Begawi.
Dampak negatif dari adanya upacara adat Begawi ini adalah ekonomi
mereka yang turun drastis dan harus memulai hidup dari awal lagi serta
bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup dan untukn membayar
hutang.
Mereka terlalu memaksakan kehendak mereka untuk melaksanakan
begawi sampai menjual harta benda berharga mereka serta rela berhutang
dalam jumlah yang besar yang seharusnya bukan menjadi sebuah kebutuhan
pimer mereka hanya karena ingin menjukkankan kegengsian dan pamer
kepada masyarakat sekitar mereka serta pengakuan masyarakat.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk mengangkat
judul “Begawi Adat Lampung Pepadun perspektif Ekonomi Islam (Studi
Kasus Desa Negara Ratu Kecamatan Batanghari Nuban Kabupaten Lampung
Timur)”.
B. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah yang telah
dikemukakan di atas maka yang menjadi pertanyaan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Prosesi Pelaksanaan Begawi Adat Lampung Pepadun?
2. Bagaimana Begawi Adat Lampung Pepadun perspektif Ekonomi Islam?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah: “ untuk
mengetahui Begawi Adat Lampung Pepadun perspektif Ekonomi Islam di
desa Negara Ratu, kec. Batanghari Nuban, Kab. Lampung Timur.
2. Manfaat Penelitian
a. Secara Teoritis
Manfaat Teoritis dari penelitian ini adalah dapat menambah
khazanah ilmu pengetahuan mahasiswa IAIN Metro Lampung tentang
Begawi Adat Lampung Pepadun perspektif Ekonomi Islam.
b. Secara Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan
dan masukan bagi masyarakat adat lampung pepadun khususnya di
desa Negara Ratu dalam menggelar acara begawi saat ini yang sesuai
dengan kemampuan Ekonominya dan sesuiai ketentuan Ekonomi
Islam.
D. Penelitian Relevan
Penelitian relevan adalah suatu penelitian sebelumnya yang sudah
pernah dibuat dan dianggap mempunyai keterkaitan dengan judul yang akan di
teliti yang berguna untuk menghindari pengulangan penelitian dengan pokok
permasalahan yang sama. Berikut 3 penelitian yang relevan yaitu sebagai
berikut:
1. Noer Dian Rahmadi mahasiswa Jurusan Syariah STAIN Metro dalam
skripsinya yang membahas tentang “Tinjauan Hukum Islam terhadap
Tradisi Begawei (studi didesa Mataram Marga kecamatan Sukadana
Lampung Timur)”. Dalam skripsi tersebut dapat diambil kesimpulan,
Membahas pelaksaaan walimatul ‘ursy yang dilakukan secara adat oleh
masyarakat lampung (begawei), yang di tinjau dari hukum islam.14
2. Iqbal Al Ghozi mahasiswa Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam UIN Raden
Intan dalam skripsinya yang membahas tentang “ Makna Filosofis dalam
Prosesi Begawi Adat Cakak Pepadun di kelurahan Menggala Kota
Kecamatan Menggala Kabupaten Tulang Bawang ”. Hasil penelitian ini
14 Noer Dian Rahmadi, Tinjauan Hukum Islam terhadap Tradisi Begawei (studi didesa
Mataram Marga Kecamatan Sukadana Lampung Timur), (Lampung: STAIN Jurai Siwo Metro,
2015).
menunjukkan bahwa makna filosofis yang terkandung dalam acara
begawi cakak pepadun dikelurahan Menggala adalah sebagai berikut:
a. Menunjukkan status sosial seseorang dalam masyarakat.
b. Memiliki pesan moral yang disampaikan kepada masyarakat melalui
makna di balik perlengkapan yang digunakannya.
c. memiliki makna seseorang hendakya mampu menjaga kesucian serta
mampu beradaptasi walau di lingkungan yang tidak baik sekalipun.
d. Memiliki pesan pendidikan.15
3. Sarah Fadhilah Baihaqqi mahasiswa Universitas Bandar Lampung dalam
skripsinya yang berjudul “ Pewarisan Nilai Budaya Melalui Simbol Gelar
Adat Lampung Buay Nunyai”, yang menyatakan bahwa pemberian gelar
adat masyarakat lampung di awali dengan begawi cakak pepadun. Dalam
Begawi Cakak Pepadun terdapat prosesi Manjau atau penyambutan,
Cangget pada malam hari, Turun Duway atau turun mandi dan prosesi
terakhhir pemberian gelar adat Suttannya. Pewarisan nilai budaya yang
ada pada prosesi pengambilan gelar adat ini adalah saat tahta Suttan lama
sudah dialihkan ke Suttan yang baru disana muncul pewarisan antara
Suttan yang lama dengan Suttan yang baru, karena Suttan yang lama
tersebut menjadi tempat bertanya, petunjuk dalam adat maupun
masyarakat dan disandangkan masih ada keterkaitan atau hubungan
15 Iqbal Al Ghozi, Makna Filosofis dalam Prosesi Begawi Adat Cakak Pepadun di
kelurahan Menggala Kota Kecamatan Menggala Kabupaten Tulang Bawang, (Lampung: UIN
Raden Intan, 2017).
dengan keluarga terdahulu dan menjadi sebuah pewarisan nilai budaya
dalam simbol gelar adat.16
Ketiga Penelitian di atas, meneliti tentang begawi adat lampung yang
memiliki perbedaan pembahasan masalah kepada obyek tertentu. berdasarkan
penjelasan penellitian di atas, Peneliti memberikan titik beda dengan
penelitian di atas yaitu menjelaskan tentang pelaksanaan Begawi Adat
Lampung Pepadun perspektif Ekonomi Islam. Dengan demikian dapat
diketahui letak ketidaksamaan antara penelitian di atas dengan penelitian yang
dilakukan oleh peneliti.
16 Sarah Fadhilah Baihaqqi, Pewarisan Nilai Budaya Melalui Simbol Gelar Adat
Lampung Buay Nunyai, (Lampung: Universitas Bandar Lampung, 2017).
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kebudayaan Suku Lampung
Membicarakan kebudayaan Suku lampung, maka tidak akan lepas dari
falsafah piil pesenggiri. Piil pesenggiri adalah falsafah hidup masyarakat
lampung yang tersaring dari beberapa kitap kuno yang dikenal dengan nama
kuntara rajaniti dan beberapa keterem (larangan), yaitu dalam bentuk naskah
yang berisikan hukum dalam bentuk peringatan kepada masyarakat
pendukung adat istiadat Lampung.
Piil pesenggiri adalah merupakan sistem nilai yang dipanuti oleh
masyarakat lampung yang di berlakukan secara turun temurun, yang
membentuk adat yang telah terwariskan dari generasi ke generasi hingga
akhirnya terbentuk budaya seperti sekarang ini.17
Piil pesenggiri terdiri dari Nemui Nyimah, Nengah Nyappur, Sakai
Samabayan dan Juluk adek. Piil pesenggiri memiliki arti harga diri, makna
prinsip-prinsip yang harus dianut agar seseorang itu memiliki eksetensi atau
harga diri.
17 Dinas Pendidikan Provinsi Lampung, Upacara Cangget Agung Aktualisasi Nilai-Nilai
Budaya Daerah Lampung Bagi Generasi Muda, (Lampung: CV. Gunung Pesagi, 2003), 13
Nilai-nilai piil pesenggiri adalah sebagai berikut: 18
1. Nemui Nyimah
Pada hakekatnya nemui-nyimah dilandasi rasa keikhlasan dari
lubuk hati yang dalam untuk menciptakan kerukunan hidup berkeluarga
dan bermasyarakat. Nemui Artinya tamu, Simah artinya Santun, dalam
falsafah tamu maka pada garis besarnya masyarakat dunia memiliki
kesepakatan bahwa tamu itu adalah raja.
Bentuk konkrit Nemui Nyimah dalam konteks kehidupan
masyarakat dewasa ini lebih tepat diterjemahkan sebagai sikap kepedulian
sosial dan rasa setiakawan. Suatu keluarga yang memiliki keperdulian
terhadap nilai-nilai kemanusiaan, tentunya berpandangan luas ke depan
dengan motivasi kerja keras, jujur dan tidak merugikan orang lain.
2. Nengah Nyappur
Nengah Nyappur terdiri dari dua kata yaitu kata Nengah yang
berarti kerja keras, keterampilan, dan bertanding dan Nyappur yang
artinya persainga atau tenggang rasa. 19
Nengah Nyappur ini merupakan salah satu upaya masyarakat
Lampung untuk membekali diri baik dari sisi intelektual maupun spiritual,
sehingga memiliki kemampuan dalam mengorganisir isi alam untuk
kemudian dimanfaatkan secara optimal bagi kemakmuran masyarakat.
18 Dinas Pendidikan Provinsi Lampung, Upacara Cangget Agung Aktualisasi Nilai-Nilai
Budaya Daerah Lampung Bagi Generasi Muda, 13-21 19 Ibid., 16
3. Sakai Sambaian
Sakai sambaian terdiri dari dua kata yaitu Sakai dan Sambaian.
Kata Sakai berasal dari kata akai yang artinya terbuka dan bisa menerima
sesuatu yang datang dari luar. Sedangkan Sambai artinya intai yaitu
kemampuan untuk melihat, menyeleksi dan mengajukan kritik yang
bersifat membangun.20
Dengan demikian maka berarti bahwa dengan sakai sambaian kita
menjalin kerjasama dengan pihak-pihak lain secara egaliter dan sepadan.
seseorang yang melaksanakan sakai sambaiyan pasti akan mampu
menjalin kerja sama secara transparan dengan pihak lain.
4. Juluk Adek
Juluk adalah gelar yang diberikan kepada seorang anak yang
beranjak remaja, adek adalah gelar yang di berikan kepada seseorang
setelah dewasa (mapan) . Keduanya di berikan secara momentum dengan
upacara yang sakral, didukung oleh kerabat adat dan kerabat keluarga,
tetangga serta sanak famili yang datang. Juluk di berikan dengan upacara
seghek sepei, tughun diway. Sedangkan upacara pemberian adek adalah
dengan upacara begawi cakak pepadun.21
Bejuluk Buadek adalah didasarkan kepada titie gemetei yang
diwarisi turun temurun. Pada zaman dahulu tata keturunan pokok selalu
diikuti (titei gemetei) termasuk antara lain menghendaki agar seseorang di
20 Dinas Pendidikan Provinsi Lampung, Upacara Cangget Agung Aktualisasi Nilai-Nilai
Budaya Daerah Lampung Bagi Generasi Muda, 19 21 Ibid, 21
samping mempunyai nama juga diberi bejuluk dan setelah menikah, maka
akan diberi adek (buadek) setelah melakukan upacara-upacara tertentu.
Jadi setelah melaksanakan acara Begawi Adat Cakak Pepadun
semula telah mempunyai julukan/adek (panggilan/gelar), maka dapat kita
lihat perbedaan panggilan dari keturunan kepenyimbang yang mana
keturunan tertua dari kepunyimbang adat. Pelaksanaan Begawi Cakak
Pepadun salah satunya yaitu berjuluk buadek maksudnya dalam
melaksanakan hajatan tidak hanya melihat tata keturunan tetapi harus
mengetahui gelar dan panggilan untuk anak keturunan.
B. Upacara Begawi Adat Pepadun
1. Pengertian Begawi
Secara keadatan masyarakat Lampung dapat di bedakan atas dua
golongan, yaitu masyarakat pepadun dan masyarakat sai batin
(peminggir/pesisir). Secara mendasar dua kelompok adat memiliki unsur
budaya tertentu yang sangat menonjol yaitu kepenyimbangan.
Penyimbang artinya orang yang dituakan karena adalah pewaris dalam
keluarga kerabat atau kebuaian.
Suku lampung beradat pepadun ditandai dengan melaksanakan
upacara adat begawi. Begawi adalah upacara adat naik tahta yang duduk
di atas alat yang di sebut pepadun, yaitu singgasana adat pada upacara
pengambilan gelar adat yang biasa disebut begawi cakak pepadun. 22
22 Dinas Pendidikan Provinsi Lampung, Pakaian dan perhiasan pengantin tradisional
lampung, (Bandar Lampung: UPTD Museum Negeri Provinsi Lampung “Ruwa Jurai”, 2003), 3
Cakak pepadun atau naik pepadun adalah peristiwa pelantikan
penyimbang menurut adat istiadat masyrakat Lampung pepadun, yakni
begawi adat yang wajib di laksanakan bagi seseorang yang akan berhak
memperoleh pangkat atau kedudukan sebagai penyimbang yang di
lakukan oleh lembaga perwatin adat. 23
Jadi Begawi Adat Cakak Pepadun, merupakan sebuah pekerjaan
kebudayaan masyarakat Lampung Pepadun dalam pengambilan gelar
untuk melestarikan budaya adat Lampung pepadun secara turun temurun
dan melembaga sampai sekarang.
2. Makna dan Tujuan Begawi Adat Cakak Pepadun
Begawi adat adalah adat yang dilakukan untuk memberi gelar
kepada seseorang dengan melaksanakan suatu upacara begawi. Tradisi
pemberian gelar menentukan kedudukan seseorang dalam adat dan
mempengaruhi peran, kedudukan dalam struktur adat dan upacar adat.
Makna dan tujuan begawi adat cakak pepadun adalah sebagai
berikut: 24
a. Penghormatan dan Status sosial masyarakat dalam upacara adat
Bejuluk Beadek memiliki kedudukan yang istimewa dalam
upacara adat. Seseorang yang telah mendapat juluk akan memilki
23 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Lampung, Pakaian Upacara Adat Begawi
Cakak Pepadun, (Bandar Lampung: UPTD Museum Negeri Provinsi Lampung “Ruwa Jurai”,
2008), 14 24 Umi Kholifatun, dkk, “Makna Gelar Adat Terhadap Status Sosial Pada Masyarakat
Desa Tanjung Aji Keratuan Melinting”Solidarity.Semarang: Universitas Negeri Semarang
(UNNES), No.6 Februari 2017, 208-210
status sosial yang lebih tinggi kedudukannya di bandingkan dengan
yang belum meiliki gelar adat.
b. Pengaturan relasi dalam kekerabatan
Kekerabatan adalah unit-unit sosial yang terdiri dari beberapa
keluarga yang memilki hubungan darah atau hubungan perkawinan.
Prinsip keturunan yang di anut, anak laki-laki tertua menjadi pemimpin
dan mengatur anggota kerabatnya. Hal ini juga berlaku untuk
penunjukan sebagai penyimbang adat.
Pemanggilan gelar dalam kehidupan sehari-haridi maksudkan
untuk membiasakan anggota keluarga lainnya untuk memanggil gelar
adatnya dan dijadikan simbol penghormatan keluarga yang bergelar.
c. Mekanisme pelestarian budaya
Tradisi pemberian gelar merupakan adat kebiasaan yang
dilakukan masyarakat pepadun dan merupakan warisan leluhur yang
terkandung banyak makna di dalamnya.
3. Tingkatan Gelar Dalam Begawi
Menurut Informan Idham Efendi (pengiran rateu agung) sebagai
tokoh adat, tingkatan gelar dalam begawi adalah sebagai berikut: 25
a. Suttan (tertinggi)
b. Pengiran
c. Tuan
d. Rajo/Rateu
25 Wawancara dengan bapak Idham(pengiran Ratu Agung) selaku tokoh adat, Minggu, 12
Oktober 2019, pukul 10.00 Wib
Keterangannya menurut Idham Efendi gelar suttan memiliki
fungsi yang lebih tinggi dan atau telah menjadi penyimbang serta
mempunyai pepadun (benda berupa bangku yang terbuat dari lambang
dari tingkatan kedudukan) yang fungsinya sebagai ketua dalam kebuaian
atau kerabatnya. Sedangkan Gelar pengiran, tuan, rajo atau rateu hampir
sama dengan gelar suttan tetapi kedudukannya di bawah suttan, tetapi
jika di dalam gelarnya telah menjadi penyimbang maka telah mempunyai
fungsi mengatur kebuaiyan dan telah mempunyai pepadun.
4. Syarat-syarat Pengambilan Gelar Dalam Begawi Cakak Pepadun
Menurut Informan Idham Efendi (pengiran rateu agung) sebagai
tokoh adat, Syarat pengambilan gelar dalam begawi cakak pepadun adalah
sebagai berikut: 26
a. Disetujui oleh lembaga perwatin adat dan para penyimbang
b. Telah memenuhi syarat begawi yaitu membuat sesat adat (tempat
pelaksanaan begawi), lunjuk (Batang pinang) yang berisi Tapis
Lampung, bahan kebaya, sinjang dan alat perabot rumah tangga yang
akan di panjat pada saat acara begawi sebagai acara hiburan bagi
orang-orang yang sudah lelah bekerja dalam pelaksanaan begawi,
serta menyiapkan Duit adat.
c. Memotong 2 ekor kerbau untuk mendapat gelar suttan dan 1 ekor
kerbau untuk mendapat gelar pengiran.
d. Melakukan prosesi begawi
26 Wawancara dengan bapak Idham (pengiran Ratu Agung) selaku tokoh adat, Minggu,
12 Oktober 2019, pukul 10.00 Wib
5. Upacara Adat Begawi Cakak Pepadun
Upacara Adat Begawi Cakak Pepadun termasuk dalam kategori
Upacara Masa Peralihan yaitu Peralihan dari gelar terendah hingga gelar
tertinggi, dari gelar Rateu, rajo, tuan, pengiran dan suttan.. Untuk itu
diadakan upacara yang berkaitan dengan peralihan fase perjalanan hidup
seseorang sekaligus pengumuman kepada masyarakat luas mengenai
keberadaan gelar seseorang.
Selain berkaitan dengan filosofi, arti simbolis Upacara Adat
Begawi merupakan sarana komunikasi antara kelompok kerabat,
kelompok teman dan antar kelompok masyarakat luas yang terikat dalam
kekerabatan akibat dari terjadinya perkawinan.
Dalam persiapan begawi dilaksanakan beberapa kegiatan yang
meliputi: 27
a. Upacara gawi bisa dilaksanakan ditempat pria maupun ditempat
wanita.
b. Para penyimbang kedua belaha pihak ditempat masing-masing
mengadakan pertemuan atau musyawarah untuk mengatur persiapan-
persiapan selanjutnya.
c. Persiapan yang harus dilakukan oleh pihak keluarga pria adalah
menyiapkan semua perlengkapan adat dan upacara untuk ngakuk
majau (mengambil mempelai wanita) dan begawi turun duwei dan atau
cakak pepadun.
d. Ditempat pihak gadis para penyimbang mempersiapkan untuk
menerima mempelai pria dan rombongannya serta mempersiapkan
barang-barang bawaan atau sesan. peralatan lengkap ini meliputi: sesat,
lunjuk/patcah aji, rato, kutomaro, jepano, pepadun, panggo, burung
garuda, kulintang/talo, kepala kerbau, payung agung, lawang kuri,
titian/tangga, bendera, kandang rarang, dan kayu ara.
27 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Lampung, Pakaian Upacara Adat Begawi
Cakak Pepadun, (Bandar Lampung: UPTD Museum Negeri Provinsi Lampung “Ruwa Jurai”,
2008), 15
Pada upacara perkawinan sering di rangkaikan dengan cakak
pepadun (naik tahta kepenyimbangan adat) atau negi pepadun
(mendirikan pepadun) atau bebelah pepadun (berbagi pepadun) atau liwak
pepadun (memisah dari pepadun).
Dalam pelaksanaan upacara ini dilakukan beberapa tahapan: 28
a. Tahap pertama meliputi:
1) Upacara Merwatin (musyawarah adat), yaitu menyerahkan
peserahan disertai dengan peserahan sigeh (tempat sirih) yang berisi
galang sili (uang sidang) atau pengutenan atau rokok. Upacara ini
disertai dengan acara pemotongan kerbau untuk menjamu para
penyimbang.
2) Acara ngakuk majau(Hibal serbo/Bumbang Aji), yaitu rombongan
para penyimbang menuju ketempat mempelai wanita.
3) pengaturan dan pemberangkatan arak-arakan dengan ditandai
tembakan dan iringan dengan tabuh-tabuhan serta pincak silat.
4) Acara tanya jawab, yaitu masing-masing juru bicara penyimbang
berdialog yang dibatasi oleh appeng (rintangan atau tali pengikat
sanggar).
5) Di dalam sesat secara resmi para penyimbang dari pihak mempelai
pria menyerahkan seluruh barang-barang bawaan kepada para
penyimbang mempelai wanita.
6) Acara Temu (perkawinan menurut adat lampung) atau patcah aji
28Ibid, 16
7) oleh para Tuwalo Anow (isteri para penyimbang) dan dirangkaikan
dengan acara musek, yaitu menyuap kedua mempelai.
8) Acara ngebekas, yaitu orang tua atau ketua perwatin adat dari pihak
mempelai wanita menyerahkan mempelai wanita kepada ketua
perwatin adat pihak mempelai pria.
b. Tahap Kedua Meliputi:
1) Ditempat mempelai pria adalah memberi judul perkawinan yaitu
musyawarah para penyimbang untuk memberikan batasan acara
perkawinan, apakah sampai pada acara turun duwai (turun mandi)
atau sampai cakak pepadun (penobatan pengantin sebagai
penyimbang).
2) Penyampaian undangan atau uleman adat berisi dodol, kue dan
uang dibungkus dengan timpak tangan atau kain seribu kepada
setiap marga melalui ketua adat.
c. Tahap ketiga meliputi:
1) Upacara turun mandei di patcah aji.
2) kedua mempelai diiringi tumalau anaw (orang tua mempelai),
Lebau kelamo (Paman Mempelai), benulung (kakak mempelai) dan
penyimbang menuju tempat upacara.
3) Acara pertemuan kedua jempol kaki pengantin
4) Acara musek kedua mempelai disuap penganan oleh batang
pangkal, lebaw, kelamo, benulung dan tumalaw anaw.
5) Pembagian uang atau penyujutan kepada seluruh penyimbang.
6) Upacara Inai adek (pemberian gelar)
7) Penyampaian pepatttun atau nasihat
8) Upacara pemberian selamat sambil menyerahkan daw atau uang
penyaliman.
d. Tahapan keempat meliputi:
1) Acara ngedio, yaitu acara surat suratan mulei meghanai.
2) Acara Cangget agung, yaitu tari adat cangget mepadun pada
malam hari
3) Upacara cakak pepadun di dahului dengan iringan calon
penyimbang menuju sesat dengan mengendarai jepana yang
diiringi oleh penyimbang, tumaw anaw, lebu, kelamo, mengiyan
dan mighul.
4) Acara tari igel / ngigel mepadun
5) Calon penyimbang didudukkan di atas pepadun dan di umumkan
gelar tertinggi serta kedudukannya dalam adat.
Seseorang yang telah menjadi penyimbang pepadun berhak
mengatur sendiri anggota kerabatnya dan berhak atas gelar tertinggi yaitu
suttan serta berhak memakai alat kebesaran adat seperti jepana, lunnuk,
atau patcah aji, payung agung dan sebagainya.
C. Ekonomi Islam
1. Pengertian Ekonomi Islam
Kata ekonomi berasal dari bahasa Yunani (Greek): Oikos dan
Nomos. Oikos berarti rumah tangga, sedangkan Nomos berarti aturan,
kaidah atau pengelolaan. Dengan demikian secara sederhana ekonomi
dapat diartikan sebagai kaidah-kaidah, aturan-aturan, atau cara
pengelolaan suatu rumah tangga.29
Adapun istilah ekonomi Islam berasal dari dua kata ekonomi dan
Islam. Islam adalah kata bahasa Arab yang terambil dari kata Salima yang
berarti selamat, damai, tunduk, pasrah dan berserah diri. Objek
penyerahan diri adalah sang pecipta. Dengan demikian Islam berarti
penyerahan diri Kepada Allah SWT.30
Akan tetapi dalam mendefinisikan istilah ekonomi Islam, sebagai
mana definisi-definisi lainnya, para ahli atau ekonom muslim pun
beraneka ragam dalam mengartikannya.
Beberapa ahli mendefinisikan ekonomi Islam sebagai suatu ilmu
yang mempelajari perilaku manusia dalam usaha untuk memenuhi
kebutuhan dengan alat pemenuhan kebutuhan yang terbatas dalam
kerangka syariah Islam.
Definisi mengenai ekonomi Islam yang di kemukakan oleh ahli
ekonomi Islam adalah sebagai berikut: 31
a. M. Akram Kan
Ia memberikan definisi secara demensi normatif dan deminsi
positif. Bahwa ekonomi Islam itu bertujuan untuk melakukan kajian
tentang kebahagian hidup manusia yang dicapai dengan
29 Abdul Aziz, Ekonomi Islam Analisis Mikro dan Makro, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2008), 1 30 Ibid, 2 31 Veithzal Rivai & Andi Buchari, Islamic Economics (Ekonomi Syariah Bukan Opsi
Tetapi Solusi), (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), 325-326
mengorganisasi sumber daya alam atas dasar bekerja sama dan
berpartisipasi.
b. Muhammad Abdul Manan
Ekonomi Islam adalah ilmu pengetahuan sosial yang
mempelajari masalah-masalah ekonomi yang diilhami oleh nilai-nilai
Islam.
c. Muhammad Nejatullah Ash-Sidiqyy
Ekonomi Islam adalah respon pemikir muslim terhadap
tantangan ekonomi pada masa tertentu. Berpedoman pada Al-qur’an,
sunah, akal (ijtihad) dan pengalaman.
d. Kursyid Ahmad
Ilmu ekonomi Islam adalah sebuah usaha sistematis untuk
memahami masalah-masalah ekonomi dan tingkah laku manusia
secara relasional dalam perspektif Islam.
Salah satu definisi ekonom muslim yang mengakomodasi unsur-
unsur maqasid asy syari’ah adalah definisi ekonomi Islam yang
dirumuskan Yusuf Al Qardhawi. Ia mengatakan ekonomi Islam memiliki
karakteristik tersendiri. Dan keunikan peradaban Islam yang
membedakannya dengan sistem ekonomi lain. Ia adalah ekonomi
Rabbaniyah, Ilaihiyah, Insaniyah (berwawasan kemanusiaan), ekonomi
berakhlak dan ekonomi pertengahan.32
32 Muhammad, Prinsip-prinsip Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), 2
Ekonomi Islam di ikat oleh seperangkat nilai iman dan akhlak,
moral dan etik bagi setiap aktivitas ekonominya, baik dalam posisinya
sebagai konsumn, produsen, distributor, dan lain-lain maupun dalam
usahanya dalam mengembangkan, menciptakan serta menggunakan
hartanya.
2. Prinsip dasar ekonomi Islam
Menurut Adiwarman Karim, bangunan ekonomi Islam di dasarkan
atas lima prinsip dasar ekonomi Islam, yakni:
a. Prinsip Tauhid
Tauhid merupakan pondasi ajaran Islam. Dengan tauhid, manusia
menyaksikan bahwa "Tiada sesuatupun yang layak disembah selain
Allah dan "tidak ada pemilik langit, bumi dan isinya, selain daripada
Allah" karena Allah adalah pencipta alam semesta dan isinya dan
sekaligus pemiliknya,termasuk pemilik manusia dan seluruh sumber
daya yang ada. Karena itu, Allah adalah pemilik hakiki. Manusia hanya
diberi amanah untuk memiliki untuk sementara waktu, sebagai ujian
bagi mereka.
Dalam Islam, segala sesuatu yang ada tidak diciptakan dengan sia-
sia,tetapi memiliki tujuan. Tujuan diciptakannya manusia adalah untuk
beribadah kepada- Nya. Karena itu segala aktivitas manusia dalam
hubungannya dengan alam dan sumber daya serta manusia
(mu'amalah) dibingkai dengan kerangka hubungan dengan Allah.
Karena kepada-Nya manusia akan mempertanggungjawabkan segala
perbuatan, termasuk aktivitas ekonomi dan bisnis .
b. 'Adl
Manusia sebagai khilafah di muka bumi yang harus memelihara
hukum Allah, dan menjamin segala sesuatu yang berkaitan dengan
sumber daya di arahkan untuk kebahagiaan dan kesejahteraan supaya
semua mendapatkan manfaat dari padanya secara adil dan baik.
c. Nubuwwah
Allah mengutus para nabi dan rasul untuk senantiasa berprilaku
sesuai dengan apa yang Allah perintahkan. Dan fungsi rasul juga
menjadi tauladan manusia agar selamat di dunia ataupun di akhirat.
Beberapa sifat utama rasul dan para nabi yang harus di teladani yaitu:
Sidiq (benar dan jujur) Amanah
d. Khilafah
Dalam surah Al-Baqoroh ayat 253 Allah berfirman "bahwa
manusia di ciptakan untuk menjadi Khilafah di bumi". Karna pada
dasarnya manusia berhak menjadi pemimpin. Dan para pemimpin
harus dapat mengalokasikan perekonomiannya dengan baik, sesuai
syariat agama yang di ajarkan. Hal ini jelas, status Khilafah harus bisa
menjalani tugas keKhalifahan tersebut sesuai hukum agama yang telah
di sepakati.
e. Ma'ad
Walaupun sering kita dengar pengertian Ma'ad adalah
"kebangkitan", tetapi secara harfiahma'ad berarti "kembali". Pengertian
tersebut berkaitan dengan surah Al-Alaq ayat 8 "dan kita semua akan
kembali kepada allah". Hal ini juga jelas bahwasannya kita tidak boleh
teropsesi oleh kenikmatan di dunia saja terlebih pengelolahan ekonomi
yang semakin berkembang, melainkan harus mengingat tujuan kita di
akhirat nanti dan mengamalkan apa yang Maha Esa perintahkan dari
sekarang.
3. Konsumsi dalam Islam
Ekonomi Islam adalah suatu ilmu yang multi demensi,
komprehensif, dan saling terintegrasi, meliputi ilmu Islam yang
bersumber dari Al-Qur’an dan sunah, dan juga ilmu rasional (hasil
pemikiran atau pengalaman manusia).
Ekonomi Islam mempunyai 3 bidang, yaitu produksi, konsumsi
dan distribusi. Produksi mencakup rantai yang panjang yang mencakup
industri dan jasa. Tuhan telah menciptakan manusia dan mengetahui
hakikat manusia yang menyukai kekayaan dan keinginan untuk
mengakumulasi, memiliki, serta menikmati harta.33
Konsumsi bermakna membelanjakan kekayaan untuk memenuhi
kebutuhan dan keinginan manusia, dan teori distribusi berkaitan dengan
distribusi kekayaan yang berarti bahwa kekayaan tidak boleh membentuk
33 Muhammad Sharif Chaudhry, Sistem Ekonomi Islam, Prinsip dasar (Fundamental of
Islamic Economi System), (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), 47
sebuah lingkaran di antara kaum kaya saja, melainkan harus tetap di
dalam sirkulasi diantara semua masyarakat da memenuhi kebutuhan
semua orang.34
f. Pengertian Konsumsi
Konsumsi adalah kegiatan ekonomi yang penting, bahkan
terkadang di anggap paling penting dalam mata rantai kegiatan
ekonomi, yaitu produksi, konsumsi, distribusi. Kegiatan produksi ada
karena ada yang mengonsumsi, kegiatan konsumsi ada karena ada
yang memproduksi, dan kegiatan distribusi muncul karena ada jarak
antara konsumsi dan produksi.35
Konsumsi secara umum di definisikan sebagai pengguna
barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia. Menurut
pandangan para ahli, Albert C. Mayers mengatakan bahwa konsumsi
adalah penggunaan barang dan jasa yang berlangsung dan terakhir
untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. 36
Menurut ilmu ekonomi, konsumsi adalah setiap kegiatan
memanfaatkan, menghabiskan kegunaan barang dan jasa untuk
memenuhi kebutuhan dalam upaya menjaga kelangsuangan hidup.
Adapun konsumsi Islam adalah kegiatan memanfaatkan atau
34 Ibid., 137 35 Fordeby, ADESy, Ekonomi Dan Bisnis Islam: Seri Konsep dan Aplikasi Ekonomi Dan
Bisnis Islam, (Depok: Pt. Raja Grafindo Persada, 2017), 317 36 Vinna Sri Yuniarti, Ekonomi Mikro Syariah, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2016), 78
menghabiskan barang/jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam
upaya menjaga kelangsungan hidup dengan ketentuan syariat. 37
Dalam Ekonomi Islam konsumsi memiliki pengertian yang
sama, tetapi memiliki perbedaan dalam setiap yang melingkupinya.
Perbedaan yang mendasar dengan konsumsi konvensional adalah
tujuan pencapaian dari konsumsi. Dalam ekonomi Islam cara
pencapaiannya harus memenuhi kaidah syariat Islam.
g. Prinsip Dasar Konsumsi
Muhammad Sharif Chaudhry dalam buku nya tentang sistem
ekonomi Islam mengatakan dalam ekonomi Islam, ada tiga prinsip
dasar konsumsi yang di gariskan oleh Islam, yakni konsumsi barang
halal, konsumsi barang suci dan bersih, serta tidak berlebihan atau
sederhana.38
Menurut Abdul Manan, Prinsip nilai yang harus menjadi
pedoman nilai dan dan etika dalam perilaku konsumsi seorang muslim
adalah prinsip keadilan, kebersihan, kesederhanaan, kemurahan hati
dan moralitas.39 Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
1) Prinsip Halal, Seorang Muslim di perintahkan oleh Islam untuk
makan- makanan yang halal dan tidak mengambil yang haram.
Prinsip halal juga berlaku bagi hal selain makanan. Seseorang di
haruskan membelanjakan pendapatannya hanya pada barang yang
37 Ibid, 38 Muhammad Sharif Chaudhry, Sistem Ekonomi Islam., 137 39 Vinna Sri Yuniarti, Ekonomi Mikro Syariah., 80
halal saja dan di larang membelanjakan pada barang haram seperti
minuman keras, narkoba, judi, kemewahan, dan sebagainya.40
2) Prinsip kebersihan dan menyehatkan, Al-Qur’an memerintahkan
manusia untuk makan-makanan yang baik yang telah Allah
anugerahkan kepada mereka.41
3) Prinsip kesederhanaan, Prinsip kesederhanaan dalam konsumsi
berarti bahwa orang haruslah mengambil makanan dan minuman
sekadarnya dan tidak berlebihan karena makanan berlebihan
berbahaya bagi kesehatan. 42 Prinsip kesederhanaan ini juga
berlaku bagi perbelanjaan. Orang tidaklah boleh terlalu kikir
maupun boros. dalam Al-Qur’an surat Al-Furqan ayat 67
menyatakan:
Artinya: “Dan orang-orang yang apabila membelanjakan
(harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan
adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang
demikian.” (Q.S. Al-Furqan: 67)43
4) Prinsip Keadilan, Prinsip ini mengandung arti mencari rezeki yang
halal dan tidak di larang hukum. Konsumsi tidak boleh
40 Muhammad Sharif Chaudhry, Sistem Ekonomi Islam., 138 41 Ibid 42 Ibid, 139 43 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: CV. Diponegoro,
2005), 291
menimbulkan kezaliman, berada dalam koridor aturan atau hukum
agama, serta menjunjung tinggi kepantasan atau kebaikan.44
5) Prinsip Kemurahan Hati: Sifat konsumsi manusia juga harus di
landasi oleh kemurahan hati. Jika memang masih banyak orang
yang kekurangan makanan dan minuman, seorang muslim
hendaklah menyisihkan makanan yang ada padanya kemudian
memberikan kepada mereka yang sangat membutuhkan. 45
mengandung maksud tindakan konsumsi seseorang harus bersifat
ikhlas dan bukan dipaksakan serta mempertimbangkan aspek
sosial seperti pemberian sedekah.
6) Prinsip Moralitas: Pada Akhirnya konsumsi seorang muslim harus
di bingkai oleh moralitas, sehingga tidak semata-mata memenuhi
segala kebutuhan. Yusuf Qordhawi Menyebutkan beberapa norma
dasar dalam perilaku konsumsi muslim yang beriman, yaitu
sebagai berikut: 46
a) Membelanjakan harta dalam kebaikan dan menjauhi sifat kikir.
b) Tidak melakukan kemubaziran
c) Menghindari hutang
d) Menjaga aset yang mapan dan pokok
44 Vinna Sri Yuniarti, Ekonomi Mikro Syariah, (Bandung: Cv. Pustaka Setia, 2016), 80 45 Ibid., 81 46 Yusuf Qordhawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 1997),
112
h. Batasan dalam Konsumsi
Batasan-batasan konsumsi dalam Islam adalah sebagai
berikut:47
1) Kualitas dan kemurnian (Keaslian)
Al-Qur’an memberikan petunjuk yang sangat jelas dalam
hal konsumsi. Ia mendorong penggunaan barang-barang yang baik
dan bermanfaat serta melarang adanya pemborosan dan
pengeluaran terhadap hal-hal yang tidak penting.
2) Kewajaran
Al-Qur’an menetapkan satu jalan tengah (sikap wajar)
antara dua cara hidup yang ekstrim. Disatu sisi melarang
membelanjakan harta secara berlebih-lebihan semata-mata
menuruti hawa nafsu, sementara disisi lain juga mengutuk
perbuatan menjauhkan diri dari kesenangan menikmati benda-
benda yang baik dan halal dalam kehidupan
3) Pemborosan harta benda
Manusia dianjurkan untuk menjaga harta benda mereka
dengan hati-hati dan membelanjakannya secara adil dan bijaksana
agar keinginan-keinginan yang halal terpenuhi dan agar
pemborosan kekayaan terkontrol.
47 Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam, (Jakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1995), 18
4) Keinginan
Keinginan manusia itu tidak terbatas. Hampir tidak pernah
berhenti berkeinginan. Pada dasarnya harta kekayaan di perlukan
untuk memuaskan keinginan-keinginan manusia.
5) Jenis-jenis keinginan
a) Kebutuhan-kebutuhan hidup yaitu makanan, pakaian, dan
tempat tinggal.
b) Kenyamanan
Menikmati kesenangan dan kenyaman di bolehkan oleh
Islam. Islam mengakui kebutuhan-kebutuhan budaya manusia.
Dalam masalah keutuhan-kebutuhan manusia akan keindahan
dan budaya alamiah, Islam membolehkan mengikuti kebutuhan-
kebutuhan pokok manusia, menikmati kesenangan-kesenangan.
c) Kemewahan
Islam telah melarang bermewah-mewah karena hal
tersebut bisa menumbuhkan industri-industri yang tidak
produktif dan tidak bermoral sehingga kekacauan dalam
masyarakat yang akhirnya dapat menghancurkan kesatuan.
d) Standar hidup
e) Hidup sederhana
Penghidupan yang sederhana dan bersahaja dalam
menikmati kesengan-kesenangan hidup secara material adalah
prinsip yang paling baik yang di anjurkan oleh Islam dalam hal
penggunaan kekayaan.
i. Perilaku Konsumtif
Pada umumnya, setiap orang akan melakukan kegiatan
konsumsi dan menyenangi terhadap hal-hal yang bersifat konsumtif,
seperti suka berbelanja.
1) Pola perilaku konsumtif
Pola perilaku konsumtif adalah pola pembelian dan
pemenuhan kebutuhan yang lebih mementingkan faktor keinginan
dari pada kebutuhan dan cenderung dikuasai oleh hasrat
keduniawian dan kesenangan semata.48
Perilaku seseorang di pengaruhi oleh gaya hidup yang
akhirnya menentukan pilihan konsumsi seseorang. Dalam artian
luas, konsumtif adalah perilaku berkonsumsi yang boros dan
berlebihan, yang lebih mendahulukan keinginan dari pada
kebutuhan serta dapat diartikan sebagai gaya hidup yang
bermewah-mewahan.
2) Dampak Perilaku Konsumtif
Perilaku konsumtif akan menimbulkan dampak negatif,
yaitu sebagai berikut: 49
a) Pola hidup yang boros akan menimbulkan kecemburuan sosial,
karena orang akan membeli semuabarang yang diinginkan
48 Vinna Sri Yuniarti, Perilaku Konsumen, Teori dan Praktik, (Bandung: CV. Pustaka
Setia, 2015), 31 49 Ibid, 36
tanpa memikirkan harga barang tersebut, sehingga bagi orang
yang tidak mampu, tidak akan sanggup untuk mengikuti pola
kehidupan yang seperti itu.
b) Mengurangi kesempatan untuk menabung karena orang akan
lebih banyak membelanjakan uangnya dibandingkan
menyisihkan uangnya untuk di tabung.
c) Cenderung tidak memikirkan kebutuhan yang akan datang,
orang akan mengkonsumsi lebih banyak barang pada saat
sekarang tanpa memikirkan kebutuhan pada masa mendatang.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Sifat Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan “(field
research). penelitian lapangan merupakan penelitian yang dilakukan
secara langsung dilokasi penelitian dan fokus terhadap objek yang diteliti
untuk mengetahui tentang Tinjauan Ekonomi Islam terhadap Begawi Adat
Lampung Pepadun. Adapun Objek atau lokasi penelitian akan dilakukan di
Desa Negara Ratu Kecamatan Batanghari Nuban Kabupaten Lampung
Timur.
2. Sifat Penelitian
Sifat penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, karena penelitian ini
berupa pengungkapan fakta yang telah ada dan menjadi suatu penelitian
yang terfokus pada usaha mengungkapkan suatu masalah dan keadaan
sebagaimana adanya, yang diteliti dan dipelajari sebagai sesuatu yang
utuh.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, karena data yang di
kumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka”.50
Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang mnghasilkan data
50 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2011), 11.
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku
yang dapat diamati. 51
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami untuk mengetahui
secara mendalam kondisi dilapangan secara real berupa gambaran dan
keterangan-keterangan mengenai Begawi Adat Lampung Pepadun
Perspektif Ekonomi Islam.
B. Sumber Data
1. Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah sumber data yang langsung
memberikan data kepada pengumpul data.52 Data primer ini di peroleh
peneliti melalui wawancara dengan para penyimbang adat (seseorang yang
telah mempunyai kedudukan/ gelar) dan tokoh adat setempat di Desa
Negara Ratu, Kec. Batanghari Nuban, kab. Lampung Timur.
2. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau
dokumen.53
Sumber data sekunder yang peneliti gunakan berasal dari buku-
buku, jurnal, tesis, skripsi dan situs internet yang berkaitan dengan objek
penelitian yaitu buku-buku tentang ekonomi Islam dan begawi adat
lampung pepadun. Antara lain buku tentang Pakaian Upacara Adat
51 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif., 11 52 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R& D, (Bandung: Alfabeta,
2012), 225. 53 Ibid.
Begawi Cakak Pepadun, Prinsip-prinsip Ekonomi Islam, Norma dan Etika
Ekonomi Islam, Sistem ekonomi Islam, dan Prilaku Konsumen.
C. Teknik Pengumpulan Data
1. Wawancara
Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar
informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat di kontruksikan
makna dalam suatu topik tertentu.54
Dalam penelitian ini menggunakan wawancara terstruktur yaitu
wawancara yang digunakan sebagai tekhnik pengumpul data, bila peneliti
telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan di
peroleh55, mengenai hal-hal yang akan di tanyakan terkait dengan Begawi
adat Pepadun Perspektif Ekonomi Islam di Desa Negara Ratu.
Adapun dalam penelitian ini, peneliti mengambil sampel data
dengan menggunakan teknik purposive sampling yaitu teknik penentuan
sampel dengan pertimbangan khusus sehingga layak dijadikan sampel.
Berdasarkan teknik purposive sampling, maka peneliti dengan
penuh pertimbangan mengambil sample untuk di wawancara yaitu 2 orang
tokoh adat dan 5 orang Penyimbang adat dari 28 orang penyimbang adat
yang ada di desa Negara Ratu .
Peneliti memilih 2 orang tokoh adat dan 5 orang Penyimbang adat
dari 28 orang penyimbang adat yang ada di desa Negara Ratu dengan
pertimbangan tertentu karena telah memenuhi kriteria untuk di jadikan
54 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R& D, 231 55 Ibid, 233
narasumber yaitu: orang yang di tuakan di desa negara ratu, telah menjadi
panutan kebuaiannya (keluarga besarnya), telah menjadi penyimbang adat
lebih dari 7 tahun, baru melaksanakan begawi adat kurang dari 5 tahun
terakhir, dan dianggap paling tahu serta menguasai materi tentang begawi
adat Lampung serta seorang kepala desa Negara Ratu yang nantinya akan
di tinjau dari segi Ekonomi Islam.
Adapun 5 orang penyimbang yang akan diwawancarai, yaitu
bapak M. Zen (Suttan Mangku Alam), bapak Tarmizi (pengiran yang
tuan), bapak Agus (suttan keu), Bapak Hendi (suttan rajo gawang), dan
bapak Busro Efendi serta 2 orang tokoh adat yaitu Zainal Abidin (suttan
Rajo Asal) dan Idham Efendi (Pengiran Ratu Agung) serta Bapak Agus
Ismail selaku kepala desa Negara Ratu.
2. Metode Dokumentasi
Dokumentasi ini digunakan untuk melengkapi data yang diperoleh
dari wawancara. Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah
berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya
monumental dari seseorang. 56
Dokumentasi ini digunakan untuk melengkapi data yang diperoleh
dari wawancara. Dengan dokumentasi, peneliti mengumpulkan bahan-
bahan berupa gambar / Foto yang berkenaan dengan keadaan dan
keterangan dari narasumber yang berkaitan dengan Begawi Adat
56 Sugiyono, Metode Penelitian kuantitatif kualitatif R&d (Bandung: Alfabeta, 2009), 240
Lampung Pepadun perspektif dari Ekonomi Islam kemudian di
deskripsikan menjadi sebuah penjelasan.
D. Teknik Analisa Data
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa
data kualitatif. Dalam penelitian kualitatif, data di peroleh dari berbagai
sumber, dengan menggunakan tekhnik pengumpulan data yang bermacam-
macam (Triangulasi) dan dilakukan secara terus menerus sampai datanya
jenuh.57
Cara berpikir yang di gunakan adalah induktif, yaitu analisis
berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan menjadi
hipotesis. Hipotesis yang dirumuskan berdasarkan data tersebut, selanjutnya
dicari data lagi berulang-ulang dengan tekhnik triangulangi, sehingga dapat
disimpulkan hipotesis di terima dan dapat dikembangkan menjadi teori.58
Maka peneliti akan menganalisis data yang bersifat khusus berupa
Begawi adat Lampung Pepadun yang selanjutnya akan ditarik kesimpulan ke
data yang bersifat umum tentang begawi adat Lampung pepadun perspektif
ekonomi Islam.
57 Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2014), 87 58 Ibid, 89
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Desa Negara Ratu Kecamatan Batanghari Nuban
Kabupaten Lampung Timur
1. Sejarah Desa Negara Ratu Desa Negara Ratu Kecamatan Batanghari
Nuban Kabupaten Lampung Timur
Pada masa penjajahan dahulu sebelum merdeka, masyarakat yang
sekarang dikenal dengan warga Desa Negara Ratu Buai Manik dan warga
Desa Gunung Tiga Buai Nuban menjadi satu kelompok menempati hutan
demi keselamatan mereka dan untuk menghindari para penjajah. Pada
akhirnya masyarakat yang merasa keturunan Buai Manik memisahkan diri
dan membangun desa sendiri yang sekarang di kenal dengan nama Desa
Negara Ratu. Begitu pula masyarakat yang merasa keturunan Buai Nuban
membangun desa sendiri yaitu Desa Gunung Tiga.
Pertama kali Desa Negara Ratu Batanghari Nuban didirikan pada
tahun 1914, tepatnya tanggal 17 september 1914. Desa Negara Ratu
adalah pemekaran dari desa Gunung tiga yang di pimpin oleh Suttan
Kanjeng junjungan Ratu Sebuay Manik. 59
2. Letak Geografis
Desa Negara Ratu memiliki luas 403 ha.yang terbagi dalam
perkarangan dengan luas 114 ha, peladangan dengan luas 12 ha,
pesawahan dengan luas 235 ha, dan rawa 42 ha. 60
59 Dokumentasi profil Umum Desa Negara Ratu, dicatat tanggal 20 September 2019
60 Dokumentasi Profil Umum Desa Negara Ratu, dicatat tanggal 20 September 2019
Tabel 4.1.
Luas Tanah Desa Negara Ratu
No Pertanahan Luas
1 Pekarangan 114 Hektar
2 Peladangan 12 Hektar
3 Persawahan 235 Hektar
4 Rawa 42 Hektar
Letak geografisnya secara khusus mempunyai jarak tempuh adalah
sebagai berikut:
a. Jarak dari pusat pemerintahan kecamatan : 5 km
b. Jarak dari Ibu Kota Kabupaten : 13 km
Batas-batas wilayah Desa Negara Ratu adalah sebagai berikut:
a. Sebelah Utara : Desa Purbolinggo, kec. Batanghari Nuban
b. Sebelah Selatan : Desa Isem, kec. Batanghari Nuban
c. Sebelah Timur : Desa Rajabasa Swikis, kec. Batanghari Nuban
d. Sebelah Barat : Desa Sukacari, kec. Batanghari Nuban
3. Jumlah Penduduk
Berdasarkan Monografi Desa Negara Ratu tahun 2019, jumlah
penduduk Desa Negara Ratu adalah 1.810 jiwa dengan jumlah Kepala
Keluarga (KK) sebanyak 750 Keluarga. Penduduk Desa Sukadana terdiri
dari laki-laki sebanyak 940 jiwa dan perempuan sebanyak 870 jiwa. 61
61 Dokumentasi profil Umum Desa Negara Ratu, dicatat tanggal 20 September 2019
4. Keadaan Ekonomi dan Mata Pencaharian Penduduk
Desa Negara Ratu termasuk wilayah yang memiliki hasil tambang
yang melimpah dan merupakan dataran subur. Hal ini dapat dibuktikan
dari hasil tambang batu belah dan hasi pertanian yang ada. Karena
sebagian yang kita ketahui, Desa Negara Ratu adalah salah satu penghasil
batu belah serta hasil pertanian seperti singkong dan jagung yang cukup
besar.
Jumlah penduduk menurut mata pencarian yaitu 640 orang
seebagai petani, 97 orang sebagai pemecah dan pemuat batu belah dan 68
sebagai wira swasta dan 18 orang sebagai PNS dengan jumlah 823 orang
yang memiliki pekerjaan didesa sukadana. Dapat kita ketahui sebagian
besar penduduknya bermata pencaharian petani dan wira swasta yaitu
membuka usaha batu belah, dikarenakan Desa Sukadana merupakan
daerah tropis dan memiliki hasil tambang cukup besar.62
62 Dokumentasi profil umum Desa Negara Ratu, dicatat tanggal 20 September 2019
5. Struktur Organisasi Desa Negara Ratu
Gambar 4.1
Struktur Organisasi Desa Negara Ratu, Kec. Batnghari Nuban
Sumber: Dokumentasi profil Umum Desa Negara Ratu Tahun 2019
B. Tata Cara Pelaksanaan Begawi Masyarakat Pepadun Desa Negara Ratu
Kecamatan Batanghari Nuban Kabupaten Lampung Timur
1. Sejarah Begawi Cakak Pepadun di Desa Negara Ratu
Pewarisan budaya adalah suatu proses, perbuatan atau cara
mewarisi budaya masyarakatnya. Pewarisan budaya membentuk sikap dan
perilaku warga masyarakat sesuai dengan budaya masyarakatnya. Budaya
diwariskan dari generasi terdahulu ke generasi berikutnya. Untuk
selanjutnya diteruskan ke generasi yang akan datang.
Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Idham Efendi sebagai
tokoh adat di desa Negara Ratu, masyarakat yang melakukan begawi
cakak pepadun adalah masyarakat buay manik Negara Ratu pemekaran
dari buay nuban kelompok dari abung siwo migo (abung sembilan
marga) masyarakat adat pepadun yang ada di Desa Negara Ratu.63
Menurut Idham Efendi (pengiran rateu agung) selaku tokoh adat
desa Negara Ratu, Masyarakat Desa Negara ratu memiliki marga
(keturunan) dari buay Manik yang bergelar Suttan kanjeng junjungan
rateu sebuay manik yaitu suttan sekaligus penyimbang tertua dan
pertama yang ada di desa Negara Ratu. Masyarakat Negara ratu memilki
istilah bilik/sukeu (kelompok masyarakat yang dikelompokkan dalam satu
wilayah akan tetapi masih dalam satu kesatuan desa Negara Ratu). Bilik/
sukeu tersebut yaitu bilik libo, bilik talang, suku dalemsuku battten, suku
ratu, suku gedung, suku banjar, dan suku jayo agung.64
Prosesi begawi cakak pepadun atau begawi mepadun munggah
bumei yang ada di desa Negara ratu berawal bilik libo yaitu suttan
kanjeng junjungan rateu sebuay manik sebagai tuan rumah (saybul hajat)
atas pelaksanaan begawi pertama kalinya dan ikuti oleh adik-adiknya
yaitu Suttan pengiran ratu sebuay pallang dan tuan pengiran.
Akan tetapi dikarenakan tuan rumah (saybul hajat) yaitu suttan
kanjeng junjungan rateu sebuay manik, Suttan pengiran ratu sebuay
pallang dan tuan pengiran telah mengambil gelar tertinggi di jurai
pepadun, maka mereka tidak lagi bersatu dalam satu bilik/sukeu yaitu
63 Wawancara dengan bapak Idham Efendi, selaku tokoh adat di desa Negara ratu, pada
tanggal 12 Oktober 2019, pukul 10.00. 64 Wawancara dengan bapak Idham Efendi, selaku tokoh adat di desa Negara ratu, pada
tanggal 12 Oktober 2019, pukul 10.00.
bilik libo dan tidak lagi menjadikan suttan kanjeng junjungan rateu
sebuay manik sebagai penyimbang (pemimpin kebuayan) mereka,
melainkan mereka sendiri telah menjadi penyimbang di dalam kebuaiyan
(keluarga dan keturunan) mereka serta menjadi pemimpin beberapa
bilik/Sukeu yang ada di desa negara ratu.65
Berdasarkan adanya pelaksanaan begawi cakak pepadun tersebut
banyak masyarakat dari berbagai bilik/sukeu di desa Negara ratu ingin
memisahan diri dari kepenyimbangan suttan kanjeng junjungan rateu
sebuay manik, Suttan pengiran ratu sebuay pallang serta tuan pengiran
dan ingin mendirikan kepenyimbangan sendiri.
Dari suku Bilik talang yaitu kebuaiyan suttan rajo asal
melaksanakan begawi cakak pepadun mengambil gelar tertinggi dan
memisahkan diri dari bilik libo dan mendirikan kepenyimbangan sendiri.
Selanjutnya diikuti oleh sukeu-sukeu lainnya untuk melaksanakan begawi
cakak pepadun dan untuk mendapat gelar atau mengambil gelar tertinggi
yang masih terlaksanakan dan di lestarikan hingga saati ini.
Saat ini sudah ada 28 Sukeu dan Kepenyimbangan yang ada di
desa Negara Ratu. Kepenyimbangan tersebut adalah sebagai berikut: 66
65 Wawancara dengan bapak Idham Efendi, selaku tokoh adat di desa Negara ratu, pada
tanggal 12 Oktober 2019, pukul 10.00. 66 Buku Balai kencano adat Negara ratu manik, Gawei bilik libo tengah (Tuan Pengiran,
Rajjo keu), 2015
Tabel 4.2.
Sukeu dan Kepenyimbangan Desa Negara Ratu
No Bilik/sukeu Adek Penyimbang
1 Bilik Libo Suttan Kanjeng Junjungan Ratu Sebuay
Manik
2 Bilik Libo Ghabo Suttan Pengiran Ratu Sebuay Pallang
3 Bilik Libo Tengah Tuan Pengiran
4 Bilik Talang Suttan Rajo Asal
5 Suku Dalem Pengiran Yang Tuan
6 Bilik Tengah Suttan Tuan Yang Agung
7 Suku Batten Suttan Puccak
8 Suku Ratu Suttan Berlian Suttan
9 Suku Gedung Pengiran Kepalo Rajo
10 Suku Gedung Tengah Pengiran Penutup
11 Suku Gedung Unggak Pengiran Ratu Agung
12 Suku Agung Unggak Suttan Junjungan Suttan
13 Suku Agung Tengah Suttan Keturunan Suttan
14 Bilik Libo Deh Pengiran Rajo Migo
15 Bilik Libo Way Suttan Passei Mergo
16 Suku Banjar Suttan Uger Pengiran
17 Suku Banjar Adat Suttan Selibar
18 Suku Banjar Syah Suttan Syah Alam
19 Suku Batten Agung Suttan Maha Tuan Rajo Semano Mano
20 Suku Jayo Agung Suttan Indra Guru
21 Suku Jayo Agung Unggak Suttan Rajo Tihang
No Bilik/sukeu Adek Penyimbang
22 Suku Jayo Agung Tengah Suttan Umpuan
23 Suku Jayo Agung Deh Suttan Penutup Migo
24 Suku Ghuppun Libo Suttan Rajo Sebuay
25 Suku Melako Libo Suttan Rajo Gawang
26 Suku Titisan Libo Suttan Brajo Sattei
27 Suku Libo Ghabo Muaro Suttan Pesirah Adat
28 Suku Jurai Agung Suttan Surya Pulun
2. Analisa Acara Begawi Adat Lampung Pepadun
Masyarakat di Desa Negara Ratu, Kecamatan Batanghari Nuban
kabupaten Lampung Timur masih memegang erat tradisi adat istiadat
yang ada sejak nenek moyang terdahulu. Bagi masyarakat di Desa Negara
Ratu, Kecamatan Batanghari Nuban kabupaten Lampung Timur
Pelaksanaan Begawi cukup penting, karena untuk menjaga keaslian adat
Lampung agar terjaga sampai anak cucu dan agar tidak punah.
Survei yang telah peneliti lakukan dengan metode wawancara dan
dokumentasi menghasilkan keterangan tentang Begawi Adat Lampung
Pepadun Perspektif Ekonomi Islam.
Berdasarkan hasil data penelitian yang di peroleh dari wawancara
kepada bapak Agus Ismail (Suttan Keu) sebagai penyimbang Adat
sekaligus Kepala Desa Negara Ratu Mengenai Acara Begawi Adat
Lampung pepadun yang ada di desa Negara Ratu, untuk melaksanakan
acara adat Begawi Cakak Pepadun harus meminta izin terlebih dahulu
dengan kepala desa dibuktikan berupa surat arsip berbentuk surat Izin
pengadaan acara Adat di Desa Negara Ratu serta Kepala desa beserta
aparatur desa harus ikut berpartisipasi dalam acara tersebut.67
Menurut bapak Zainal Abidin (suttan rajo asal) sebagai tokoh adat
Desa Negara Ratu, beliau mengatakan bahwa upacara Begawi yang ada
di Desa Negara ratu masih sering dilaksanakan, mengingat khususnya
ulun lappung pepadun, begawi merupakan salah satu adat yang dimiliki
orang lampung Pepadun. 68
Mengenai Makna dan tujuan begawi, bapak Idham Efendi
(pengiran ratu agung) mengatakan bahwa makna dan tujuan dari begawi
adalah untuk mendapat gelar, agar diakui dan kenal masyarakat sekitar,
serta untuk meningkatkan kualitas adat lampung, bila mana tidak
dilaksanakan maka akan punah.69
Dimana gelar dikatakan sebagai identitas sosial budaya dalam
masyarakat adat pepadun yang mempunyai hak istimewa dan berbeda dari
masyarakat biasa.
Pokok-pokok yang harus di siapkan dalam acara begawi menurut
bapak Tarmizi (pengiran yang tuan) yaitu dana untuk pelaksanaan acara
begawi dan sarana serta prasarana begawi.70
67 Hasil Wawancara dengan Bapak Agus Ismail (Suttan Keu) sebagai Penyimbang dan
kepala desa Negara Ratu, wawancara dilakukan pada 13 September 2015.
68 Hasil Wawancara dengan bapak Zainal Abidin (suttan rajo asal) sebagai tokoh adat,
wawancara dilakukan pada 17 September 2015.
69 Hasil Wawancara dengan Bapak Idham (Pengiran Rateu Agung) sebagai tokoh adat,
wawancara dilakukan pada 15 September 2015.
70 Hasil Wawancara dengan Bapak Tarrmizi (Pengiran Yang Tuan) sebagai penyimbang
adat, wawancara dilakukan pada 17 September 2015
Sedangkan menurut bapak M.Zen (suttan mangku alam) pokok-
pokok yang harus di siapkan dalam acara begawi adalah sigeh yang berisi
uang adat sebesar Rp 12.000, - dan rokok 2 bungkus untuk musyawarah
perwatin adat yang selanjutnya setelah sigeh di terima maka di katcah (di
perbincangkan) berapa orang yang mengikuti begawi. Selain sigeh,
pokok-pokok yang harus disiapkan sebelum acara begawi adalah sesat
agung, lunjuk kayu aro, dan lawang kuri.71
Tingkatan gelar dalam upacara adat begawi, bapak Idham Efendi
(pegiran ratu agung) mengatakan bahwa tingkatan gelar di mulai dari
gelar terendah hingga gelar yang paling tinggi yaitu gelar ratu/rajo, tuan,
pengiran dan suttan. Gelar suttan memiliki fungsi yang lebih tinggi dan
atau telah menjadi penyimbang serta mempunyai pepadun (benda berupa
bangku yang terbuat dari lambang dari tingkatan kedudukan) yang
fungsinya sebagai pemimpin dalam kebuaian atau kerabatnya. Sedangkan
Gelar pengiran, tuan, rajo atau rateu hampir sama dengan gelar suttan
tetapi kedudukannya di bawah suttan, jika di dalam gelarnya telah
menjadi penyimbang maka telah mempunyai fungsi pemimpin mengatur
kebuaiyan dan telah mempunyai pepadun.72
71 Hasil Wawancara dengan Bapak M. Zen (Suttan Mangku Alam) sebagai Penyimbang
Adat, wawancara dilakukan pada 16 September 2015 72 Hasil Wawancara dengan Bapak Idham (Pengiran Rateu Agung) sebagai tokoh adat,
wawancara dilakukan pada 15 September 2015.
Menurut bapak Idham Efendi (pengiran rateu agung) sebagai
tokoh adat, Syarat pengambilan gelar dalam begawi cakak pepadun adalah
sebagai berikut: 73
e. Disetujui oleh lembaga perwatin adat dan para penyimbang
f. Telah memenuhi syarat begawi yaitu membuat sesat adat (tempat
pelaksanaan begawi), lunjuk (Batang pinang) yang berisi Tapis
Lampung, bahan kebaya, sinjang dan alat perabot rumah tangga yang
akan di panjat pada saat acara begawi sebagai acara hiburan bagi
orang-orang yang sudah lelah bekerja dalam pelaksanaan begawi,
serta menyiapkan Duit adat.
g. Memotong 2 ekor kerbau untuk mendapat gelar suttan dan 1 ekor
kerbau untuk mendapat gelar pengiran.
h. Melakukan prosesi begawi
Berdasarkan hasil data penelitian yang di peroleh peneliti dari
wawancara dengan tokoh adat di desa Negara Ratu yaitu bapak Idham
(Pengiran Rateu Agung), beliau menjelaskan mengenai prosesi Begawi
yang sering dilaksanakan di desa Negara Ratu, yaitu dengan melakukan
tahapan-tahapan sebagai berikut.74
73 wawancara dengan bapak Idham(pengiran Ratu Agung) selaku tokoh adat, Minggu, 12
Oktober 2019, pukul 10.00 Wib 74 Hasil Wawancara dengan Bapak Idham (Pengiran Rateu Agung) sebagai tokoh adat,
wawancara dilakukan pada 15 September 2015.
Tahapan-tahapan dalam acara Begawi adat Lampung Pepadun
yaitu:
a. Tahap Persiapan yaitu mempersiapkan perlengkapan cakak pepadun
diantaranya Sesat (rumah adat), Lunjuk (tempat pemantenan gelar
adat), Kuto Maro (Tempat duduk anak para penyimbang pada saat
cangget), Jepano (alat untuk menunggang calon penyimbang adat),
Pepadun (Tempat duduk penyimbang), burung garuda, Talo Balak
(alat musik), Payung agung, lawang kughi (Bambu yang di buat
seperti pintu yang di pasang di pintu keluar masuk sesat), kandang
raring (kain yang di pegang pada saat gadis akan turun ke sesat),
kayu aro dan kepala kerbau atau kepala sapi.
b. Tahap Musyawarah Adat (Merwatin) adalah upacara musyawarah
para penyimbang untuk menetapkan layak atau tidaknya seseorang
untuk melaksanakan cakak Pepadun. Dalam hal ini biaya yang harus
di keluarkan meliputi uang sidang yang disebut dengan galang silo
yang besarnya telah di tetapkan oleh adat serta memotong hewan
sapi/ kerbau untuk menjamu para penyimbang beserta undangan.
c. Tahap Menyebar Undangan yaitu Mengundang (uleman) yang
mempunyai tata cara khusus yakni saat menyampaian undangan harus
membawa dodol, kue dan uang yang dibungkus dengan sapu tangan
khas Lampung yang terbuat dari kain bekas sisa jahitan. Uleman
tersebut ditujukan kepada setiap marga melalui ketua adat masing-
masing.
d. Tahap Pelaksanaan Begawi cakak pepadun adalah sebagai berikut:
1) Ngedio merupakan acara surat menyurat bujang gadis.
2) Pekughuk Temui Agung (kunjungan keluarga mempelai
perempuan ketempat mempelai pria).
3) Pekhughuk Temui anak Bai Benulung Mighul (kunjungan
keluarga dari bibi)
4) Cangget turun Mandei (acara menari) di malam hari
5) Siang harinya turun mandei yang dilakukan oleh penyimbang adat
dan bubai bidang sukeu.
6) Cangget Pepadun di malam hari
7) Ngigel (menari tari cangget Igel) secara bersamaan dengan tujuan
menandakan si perempuan berhak menjadi milik si pria dan sudah
tidak ada campur tangan dari pihak keluarga perempuan
dilanjutkan dengan Mepadun dan di umumkan gelar tertinggi
kepenyimbangan dari orang yang cakak pepadun serta
kedudukannya dalam adat.
Sedangkan menurut bapak Zainal Abidin (suttan rajo asal)
Pelaksanaan begawi di mulai dari merwatin adat hingga sampai di katcah
dan diperbincangkan berapaorang yang akan melaksanakan begawi.
setelah itu dilajutkan dengan pelaksanaan cangget agung 2 hari 2 malam.
Malam pertama cangget turun mandi yaitu semua anak bujang gadis para
penyimbang adat menari di dalam sesat agung yang selanjutnya pada
siang harinya di lanjutkan acara turun mandei yaitu orang yang akan
mendapat gelar meragakan tari igel dan bertemu di lunjuk.
Malam kedua cangget yaitu cangget mepadun yang
pelaksanaannya sama dengan cangget turun mandi, tetapi berbeda di
siangharinya, perbedaan terdapat di pelaksaan nari orang yang akan
mendapat gelar yaitu nari di atas pemagat (bambu bulat) dan gabur
sangai (memperebutkan bambu belah yang berbalut kain putih) yang
selanjutnya semua penyimbang duduk di atas pepadunnya masing-masing
dan mengumuman gelar saibul hajat.75
Kisaran biaya yang dikeluarkan tuan rumah dari awal persiapan
begawi hingga berakhirnya acara begawi, menurut bapak M. Zen (suttan
mangku alam) Bapak M. Zen (Suttan Mangku Alam) sebagai Penyimbang
Adat, yang baru melaksanakan begawi cakak pepadun untuk ke dua
kalinya, untuk melaksanakan begawi cakak pepadun memerlukan uang
kurang lebih Rp 150.000.000.76 Biaya- biaya tersebut di gunakan untuk
pembiayaan sebelum begawi hingga selesai begawi dengan rincian biaya
pembelian 2 ekor sapi sebesar Rp 30.000.000, -, duit adat atau (duit dau)
sebesar Rp 35.000.000, - biaya untuk tarup menghabiskan biaya sekitar
Rp 30.000.000, biaya jamuan dan hidangan seperti daging ayam, ikan,
bumbu dapur, kue-kue, teh, gula kopi, dan hidangan lainnya berkisar Rp
20.000.000, -, pembuatan lunjuk beserta isinya yaitu alat perabot rumah
75 Hasil Wawancara dengan bapak Zainal Abidin (suttan rajo asal) sebagai tokoh adat,
wawancara dilakukan pada 17 September 2015. 76 Hasil Wawancara dengan Bapak M. Zen (Suttan Mangku Alam) sebagai Penyimbang
Adat, wawancara dilakukan pada 16 September 2015.
tangga, tapis, sinjang, bahan kebaya, dan lain-lain menghabiskan uang
sebesar Rp 10.000.000, -serta biaya-biaya lainnya seperti petasan dan
kembang api.
Sedangkan Menurut bapak Busro Efendi (Suttan Sahalam), Untuk
melaksanakan Begawi Cakak Pepadun, kisaran biaya yang harus
disiapkan tidak dapat di pastikan, menurut jenjang dana Lembaga
Perwatin Adat dan tergantung dengan berapa orang yang akan mendapat
gelar, gelar apa saja yang akan di dapatkan dan berapa Duit Dau yang
akan di keluarkan. Misalnya jika Seseorang akan mendapat gelar di mulai
jenjang dari nol, maka Duit Dau yang di keluarkan berkisar Rp
30.000.000, - dan itu baru Duit Dau nya saja belum alat peragat lainnya.
maka jika dalam satu Kebuaiyan ada 5 orang yang ingin mendapat gelar
hingga jenjang suttan semua, kisaran biaya yang harus di keluarkan
adalah sekitar Rp 250.000.000, - beserta Duit Dau dan alat peragat
lainnya.77
Bapak Hendi (suttan rajo gawang) mengatakan ia melaksanakan
begawi menghabiskan uang sekitar 180 juta hingga mendapat gelar suttan
dan menjadi penyimbang. Hingga ia harusmenjual beberapa bidang tanah
untuk melunasi hutang atas pelaksaaan begawi tersebut. Uang tersebut di
gunakan sebagai biaya acara begawi yaitu dengan membeli 2 ekor sapi
sebesar Rp 35.000.000, -, membayar uang adat dari nol hingga
ngunggahei bumei sekitar Rp 45.000.000, biaya sarana begawi sekitar Rp
77 Hasil Wawancara dengan Bapak Busro Efendi (Suttan Sahalam) sebagai Penyimbang
Adat, wawancara dilakukan pada 19 September 2015.
50.000.000, -, biaya jamuan atau hidangan yang menghabiskan uang
berkisar Rp 30.000.000, Biaya pergi sujud beserta kendaraannya berkisar
Rp 10.000.000 serta biaya rokok untuk penyimbang dan tenaga kerja dan
bunyi-bunyian (petasan) untuk memeriahkan acara begawi dan biaya
lain-lain bekisar Rp 25.000.000, -.78
Mengenai berapa uang adat yang harus di keluarkan, menurut
bapak Hendi (Suttan Rajo Gawang) mengatakan biasanya duit dau yang
di keluarkan tergantung dari tingkat derajat seseorang dan dan berapa
orang yang akan masuk adat serta memakai gelar adat, misalnya
seseorang menikah dan belum sama sekali mempunyai gelar maka untuk
melaksanakan Begawi Cakak Pepadun harus masuk adat dan di terangkan
dalam Adat. Untuk masuk adat dan di terangkan dalam adat harus
mengeluarkan duit dau berkisar Rp. 35.000.000, - dari Guwai Bumei
hingga dingunggahei Bumei (duduk di atas Pepadun).79
Bapak Agus Ismail (Suttan keu) mengatakan bahwa Duit Dau
diserahkan ke lembaga perwatin adat dan oleh lembaga Perwatin adat di
bagikan ke para Penyimbang, tokoh adat termasuk Mulei menghanai
(bujang gadis) serta ibu-ibu tulau anau (istri para penyimbang). Besaran
Duit Dau yang di dapat dibagi sesuai Tingkatan gelar dan jabatan dalam
adat. 80
78 Hasil Wawancara dengan Bapak Hendi (Suttan Rajo Gawang) sebagai Penyimbang
Adat, wawancara dilakukan pada 19 September 2015. 79 Hasil Wawancara dengan Bapak Hendi (Suttan Rajo Gawang) sebagai Penyimbang
Adat, wawancara dilakukan pada 19 September 2015. 80 Hasil Wawancara dengan Bapak Agus Ismail (Suttan keu) sebagai Penyimbang Adat,
wawancara dilakukan pada 20 September 2015.
Mengenai apakah pelaksanaan begawi dapat di singkat sehingga
acara tersebut tidak memakan waktu hingga 7 hari 7 malam, bapak Zainal
Abidin (suttan rajo asal) mengatakan bahwa Begawi Cakak Pepadun
dapat di singkat dari 7 hari 7 malam menjadi 5 hari 5 malam dengan cara
tahap persiapan dapat di gabung dengan Peghadu dau menjadi 1 hari,
kemudian Netar dau dan ngebekas juga dapat disatukan dalam satu hari
serta Cangget Agung yang biasanya di laksanakan 2 malam menjadi 1
malam. Hal ini di perbolehkan dengan dan atas izin para penyimbang adat
dan alasan di singkat tersebut di terima oleh lembaga perwatin adat serta
yang penting rangkaian acara di atas tetap harus dilaksanakan secara
berurutan.81
Kisaran biaya dan berapa uang adat yang harus dikeluarkan dan
dibayar jika acara begawi di singkat, bapak Zainal Abidin (suttan rajo
asal) mengatakan kisaran biaya yang di keluar jika begawi di singkat
malah lebih besar dari begawi biasa dikarenakan prosesi begawi yang
disingkat itu harus di bayar atau di uangkan. satu hari satu malam
menyingkat prosesi begawi harus membayar uang adat sebesar Rp
5.000.000.82
Mengenai bagaimana begawi tetap terlaksana namun dengan cara
berhemat, bapak Idham Efendi (pengiran ratu agung) mengatakan sangat
tidak mungkin dilaksanakan dengan cara berhemat. Penghematan hanya
81 Hasil Wawancara dengan Bapak Zainal Abidin (Suttan Rajo Asal) sebagai tokoh adat,
wawancara dilakukan pada 15 September 2015. 82 Hasil Wawancara dengan Bapak Zainal Abidin (Suttan Rajo Asal) sebagai tokoh adat,
wawancara dilakukan pada 15 September 2015.
dapat dilakukan pada hidangan dan tenaga kerja pada pelaksanaan prosesi
begawi . Selain itu tidak dapat dilakukan penghematan, prosesi begawi
tetap harus terlaksana secara berurutan dan jika di singkat tetap harus
membayar uang adat yang bahkan lebih besar bukan dikatakan
berhemat.83
Dampak positif dan dampak negatif begawi, Menurut bapak Busro
Efendi (Suttan sahalam) mengatakan bahwa dampak positif acara begawi
adalah untuk melestarikan budaya adat Lampung pepadun, memperkokoh
persaudaraan dan untuk mendapat status sosial di masyarakat. Dampak
negatif begawi adalah termasuk kedalam perbuatan boros serta
melemahkan ekonomi keluarga.84
Sedangkan menurut bapak M. Zen dampak positif dari begawi
adalah Cuma hanya semata-mata untuk mengenalkan diri ke masyarakat
sekitar dengan telah mendapat gelar dan menjadi penyimbang serta tidak
ada dampat negatif dari pelaksanaan begawi tersebut dan ia tidak sampai
meninggalkan hutang atau menjual hartanya.85
Bapak Hendi (suttan rajo gawang) mengatakan dampak positif
begawi adalah mendapat status sosial di masyarakat, lebih di hormati dan
di hargai oleh masyarakat. Sedangkan Dampak negatif dari pelaksanaan
begawi tersebut adalah ekonomi keluarganya melemah, harta benda yang
83 Hasil Wawancara dengan Bapak Idham (Pengiran Rateu Agung) sebagai tokoh adat,
wawancara dilakukan pada 15 September 2015.
84 Hasil Wawancara dengan Bapak Busro Efendi (Suttan Sahalam) sebagai Penyimbang
Adat, wawancara dilakukan pada 19 September 2015. 85 Hasil Wawancara dengan Bapak M. Zen (Suttan Mangku Alam) sebagai Penyimbang
Adat, wawancara dilakukan pada 16 September 2015.
di kumpulkan selama bertahun-tahun habis hanya untuk begawi serta
masih meninggalkan hutang, lebih baik jika mempunyai duit lagi untuk
menaikkan haji kedua orang tua dari pada begawi lagi.86
C. Pelaksanaan Begawi di Desa Negara Ratu
Begawi dilaksanakan dalam kurun waktu 7 hari 7 malam dengan
menggelar acara yang megah dan mewah, berikut tahapan begawi yang ada di
desa Negara Ratu, Kec. Batnghari Nuban, Kab. Lampung Timur.
Tahap pertama, yaitu tahap persiapan dimana masyarakat desa Negara
Ratu, membantu saibul hajat untuk menyiapkan sesat, lunjuk (patcah haji),
rato, kutomaro, jepano,pepadun, burung garuda, talo balak, payung agung,
lawang kughi, kadang rarang, kayu agha yang biasanya tahap persiapan ini
membutuhkan waktu 2 hari.
Selanjutnya di hari kedua di lakukan musyawarah adat untuk menetapkan
biaya- biaya yang harus dikeluarkan serta berapa kerbau yang harus di potong.
setalah di lakukan musyawarah adat.
Tahap selanjutnya yaitu di hari ketiga Menyebar Undangan yaitu
Mengundang (uleman) yang mempunyai tata cara khusus yakni saat
menyampaian undangan harus membawa dodol, kue dan uang yang dibungkus
dengan sapu tangan khas Lampung yang terbuat dari kain bekas sisa jahitan.
Uleman tersebut ditujukan kepada setiap marga melalui ketua adat masing-
masing serta di rumah saibul hajat memotong kerbau untuk hidangan para
tamu yang datang.
86 Hasil Wawancara dengan Bapak Hendi (Suttan Rajo Gawang) sebagai Penyimbang
Adat, wawancara dilakukan pada 19 September 2015.
Pada hari ke empat, malam harinya di adakan acara ngedio, Ngedio
merupakan acara surat menyurat bujang gadis yang diadakan pada malam hari
dimana seluruh bujang gadis anak para penyimbang di kumpulkan untuk
memeriahkan acara tersebut. Selanjutnya pada siang harinya di laksanakan
acara Pekughuk Temui Agung (kunjungan keluarga mempelai perempuan
ketempat mempelai pria).
Tahap selanjutnya pada hari ke lima, di adakan acara Pekhughuk Temui
anak Bai Benulung Mighul (kunjungan keluarga dari bibi) .
Selanjutnya pada hari keenam, malam harinya di adakan acara Cangget
turun Mandei (acara menari) , dimana mulei meghanai ( bujang gadis ) anak
para penyimbang di dandani dan memakai pakaian adat lampung dan di bawa
kedalam sesat. Di sesat mereka di minta menari dan mempunyai giliran
masing- masing. Siang harinya turun mandei yang dilakukan oleh penyimbang
adat dan bubai bidang sukeu , dimana orang yang akan mendapat gelar
meragakan tari igel dan bertemu di lunjuk.
Pada hari ketujuh, malam harinya diadakan acara Cangget Pepadun yang
pelaksanaannya sama dengan cangget turun mandi, tetapi berbeda di siang
harinya, perbedaan terdapat di pelaksaan nari. Orang yang akan mendapat
gelar yaitu nari di atas pemagat (bambu bulat) dan gabur sangai
(memperebutkan bambu belah yang berbalut kain putih) yang selanjutnya
semua penyimbang duduk di atas pepadunnya masing-masing dan
mengumuman gelar saibul hajat.
D. Begawi Adat Lampung Pepadun Perspektif Ekonomi Islam
Setelah peneliti melakukan wawancara kepada beberapa tokoh adat
dan penyimbang adat di Desa Negara Ratu serta kepala Desa Negara Ratu,
kec. Batanghari Nuban, Kab. Lampung Timur, maka peneliti akan
mendeskripsikan hasil wawancara tersebut yaitu tentang Begawi adat
Lampung pepadun perspektif ekonomi Islam.
Berdasarkan hasil wawancara dengan para tokoh adat dan penyimbang
di desa Negara Ratu, kecamatan Batanghari Nuban dan jika dikaitkan dengan
penjelasan mengenai ekonomi Islam dan konsumsi Islam, maka dapat di
pahami bahwa pelaksanaan begawi di desa Negara Ratu, kecamatan
Batanghari Nuban ada yang berbeda dengan ketentuan dalam ajaran Islam
dalam bidang ekonomi islam dan konsumsi islam yaitu dalam Pelaksanaan
acara begawi yang menghabiskan uang ratusan juta, serta memakan waktu
hingga 7 hari 7 malam.Sedangkan Al-Qur’an surat Al- Furqan ayat 67
menyatakan:
Artinya: “Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta),
mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan
itu) di tengah-tengah antara yang demikian.”87
87 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: CV. Diponegoro,
2005), 291
Akan tetapi dana yang dikeluarkan dalam acara begawi sangatlah
banyak dari dana persiapan begawi, dana pelaksananya serta duit dau atau
uang adat yang harus di bayar sebagai syarat pelaksanaan begawi dan
pengambilan gelar adat, sedangkan di dalam Islam di larang untuk
menghambur-hamburkan uang dan bersikap boros.
Al-Qur’an di dalamnya menjelaskan bahwa dalam hal pemanfaatan
nikmat dan karunia Allah SWT harus dilakukan secara adil dan seimbang
sesuai prinsip syariah. Islam mengajarkan kepada kita agar dalam
mengeluarkan (membelanjakan) harta tidak berlebihan, karena sifat berlebih-
lebihan merupakan sifat yang akan merusak jiwa, harta, dan juga memberikan
efek negatif terhadap masyarakat.
Dilihat dari makna dan tujuan begawi yaitu Penghormatan dan Status
sosial masyarakat dalam upacara adat, Pengaturan relasi dalam kekerabatan,
dan sebagai mekanisme pelestarian budaya. Dimana sebenarnya tujuan dari
acara begawi ini cukup bagus, tetapi dalam perkembangan zaman,
pelaksanaan begawi ini mengalami pergeseran degradasi makna adat begawi
sehingga banyak masyarakat yang terlalu memaksakan kehendak untuk
melaksanakan begawi disebabkan oleh faktor status sosial dan harga diri
masyarakat Lampung pepadun yang tinggi yang kurang selaras dalam prinsip
ekonomi dan prinsip konsumsi Islam.
Menurut Adiwarman Karim, bangunan ekonomi Islam di dasarkan atas
lima prinsip dasar ekonomi Islam, yakni salah satunya adalah sebagai berikut :
1. Prinsip tauhid, Dalam Islam, segala sesuatu yang ada tidak diciptakan
dengan sia-sia,tetapi memiliki tujuan. Tujuan diciptakannya manusia
adalah untuk beribadah kepada- Nya. Karena itu segala aktivitas manusia
dalam hubungannya dengan alam dan sumber daya serta manusia
(mu'amalah) dibingkai dengan kerangka hubungan dengan Allah.
Allah telah menetapkan tujuan hidup manusia yaitu beribadah
kepada Allah. Dalam pelaksanaan begawi menghabiskan uang hingga
ratusan juta rupiah hanya untuk memperoleh gelar adat yang tujuannya
hanya agar mendapatkan status sosial dalam masyarakat bukan bernilai
ibadah. Alangkah baiknya jika uang ratusan juta rupiah yang digunakan
untuk menggelar acara begawi tersebut di gunakan untuk mendekatkan diri
serta beribadah kepada Allah dengan cara naik haji.
2. ‘Adl ( keadilan), Manusia sebagai khilafah di muka bumi yang harus
memelihara hukum Allah, dan menjamin segala sesuatu yang berkaitan
dengan sumber daya di arahkan untuk kebahagiaan dan kesejahteraan
supaya semua mendapatkan manfaat dari padanya secara adil dan baik.
Dimana dalam pelaksanaan begawi banyak yang terlalu
memaksakan kehendaknya untuk melaksanakan begawi agar mendapatkan
gelar, kedudukan dan status sosial dalam bermasyrakat yang di sebabkan
oleh faktor harga diri yang tinggi tanpa memikirkan dampak pelaksanaan
acara begawi terhadap ekonomi dan kesejahteraan keluarganya. Banyak
masyarakat yang menggelar acara begawi menjual harta benda berharga
miliknya dan berhutang sehingga setelah mendapat gelar tersebut banyak
dari masyarakat yang ekonominya menurun, tidak dapat mencukupi
kebutuhan keluarganya serta pendidikan anak-anaknya terbengkalai da
kehilangan hartanya.
3. Khilafah, Dalam surah Al-Baqoroh ayat 253 Allah berfirman "bahwa
manusia di ciptakan untuk menjadi Khilafah di bumi". Karna pada
dasarnya manusia berhak menjadi pemimpin. Dan para pemimpin harus
dapat mengalokasikan perekonomiannya dengan baik, sesuai syariat
agama yang di ajarkan.
Dalam menjadi khilafah (pemimpin) seseorang harus dapat
mengalokasi perekonomiannya dengan baik, harta benda yang telah ia
kumpulkan harus di gunakan dan di optimalisasi dengan bai untuk
memenuhi kebutuhan diriny dan keluarganya serta bermanfaat untuk
orang banyak. Dimana dalam pelaksanaan begawi, banyak masyarakat
yang menjual harta benda miliknya yang telah ia kumpulkan selama
bertahun-tahun demi mendapatkan gelar, keudukan dan status sosial dalam
msyarkat serta mengkesampingkan kelanjutan hidupnya serta keluarganya.
4. Ma’ad (hasil) Pengertian tersebut berkaitan dengan surah Al-Alaq ayat 8
"dan kita semua akan kembali kepada allah". Hal ini juga jelas
bahwasannya kita tidak boleh teropsesi oleh kenikmatan di dunia saja
terlebih pengelolahan ekonomi yang semakin berkembang, melainkan
harus mengingat tujuan kita di akhirat nanti dan mengamalkan apa yang
Maha Esa perintahkan dari sekarang.
Dalam Islam, kebebasan berkehendak tidak di benarkan,
seseorang harus melakukan segala sesuatu yang memiliki keuntungan
untuk dirinya bukan hanya di dunia tetapi juga diakhirat. Dimana dalam
pelaksaan begawi, terlalu banyak masyarakat yang terlalu memaksakan
kehendak untuk memperoleh gelar tanpa memikirkan kelanjutan hidupnya
setelah melaksanakan begawi. Masyarakat adat lampung Pepadun dalam
menggelar acara begawi atas kehendak sendiri karena didorong oleh harga
diri yang tinggi dan sikap gengsi, keadaan ekonomi yang mendukung dan
ikut ikutan orang lain. Menghambur-hamburkan harta untuk menggelar
acara begawi termasuk kedalam sifat boros dan kurang bermanfaat,
alangkah baik nya jika ada kelebihan rezeki kita gunakan untuk sesautu
yang lebih bermanfaat (sedekah) yang akan mempercantik diri kita didunia
dan diakhirat.
Salah satu pakar ekonomi muslim Muhammad Abdul Mannan dan
Muhammad Sharif Chaudhry dalam buku nya tentang sistem ekonomi Islam
menawarkan enam prinsip konsumsi dalam Islam yang diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Prinsip kesederhanaan, Prinsip kesederhanaan ini juga berlaku bagi
perbelanjaan. Orang tidaklah boleh terlalu kikir maupun boros.
mengandung maksud sesuai dengan kebutuhan dan tidak berlebih lebihan
karena hal ini merupakan pangkal dari kerusakan dan kehancuran baik
bagi individu maupun masyarakat.
Allah SWT melarang kaum muslimin bersikap boros yaitu
membelanjakan harta tanpa perhitungan yang cermat hingga menjadi
mubazir. Oleh karena itu umat Islam dituntut untuk hidup sederhana,
karena seorang muslim harus selektif dalam membelanjakan hartanya
tidak terlalu boros dan tidak pula terlalu kikir agar apa yang di belanjakan
sesuai dengan keperluan dan pendapatan mereka. Tidak semua hal yang
dianggap butuh itu harus dilaksanakan. Apalagi orang yang melaksanakan
begawi tidak semua dari keluarga menengah keatas, ada yang dari
kalangan menengah sedang sampai menengah kebawah, hal tersebut akan
membawa dampak terhadap ekonomi keluarganya hanya karena terlalu
memaksakan kehendak mereka agar mendapat status sosial dan pengakuan
dari masyarakat.
2. Prinsip keadilan, mengandung pengertian bahwa dalam berkonsumsi tidak
boleh menimbulkan kedzaliman baik bagi individu yang bersangkutan
maupun bagi orang lain.
Pelaksanaan begawi ini disebabkan oleh faktor status sosial dan
status keluarga serta gaya hidup masyarakat Lampung pepadun yang di
pengaruhi oleh harga diri masyarakat yang tinggi sehingga menimbulkan
sikap gengsi dan pamer jika tidak melaksanakan acara begawi. Dalam
pelaksanaan begawi mengeluarkan dana yang besar yang seharusnya
bukan menjadi sebuah kebutuhan primer, tetapi hanya untuk mendapat
gelar, status sosial dan pengakuan masyarakat. Seiring dengan perubahan
emosi tersebut, tebentuk pola konsumsi yang dapat berkembang menjadi
prilaku konsumtif untuk meningkatkan derajat, harkat serta martabat dan
mendapat pengakuan masyarakat yang lebih mendahului keinginan dari
pada kebutuhan atau bermewah-mewahan.
3. Prinsip Kemurahan Hati, mengandung maksud tindakan konsumsi
seseorang harus bersifat ikhlas dan bukan dipaksakan serta
mempertimbangkan aspek sosial seperti pemberian sedekah.
Masyarakat adat lampung Pepadun dalam menggelar acara begawi
atas kehendak sendiri karena didorong oleh harga diri yang tinggi dan
sikap gengsi, keadaan ekonomi yang mendukung dan ikut ikutan orang
lain. Sebagian masyarakat merasa keberatan dan tidak setuju menggelar
acara begawi karena merupakan perbuatan yang mubazir menghambur-
hambur kan uang untuk sesautu yang kurang bermanfaat, alangkah baik
nya jika ada kelebihan rezeki kita gunakan untuk sesautu yang lebih
bermanfaat (sedekah) yang akan mempercantik diri kita didunia dan
diakhirat .
4. Aspek Moralitas, Prinsip Moralitas: Pada Akhirnya konsumsi seorang
muslim harus di bingkai oleh moralitas, sehingga tidak semata-mata
memenuhi segala kebutuhan. Yang mengandung arti bahwa perilaku
konsumen muslim harus tetap tunduk pada norma-norma yang berlaku
dalam Islam yang tercermin baik sebelum, sewaktu dan sesudah konsumsi.
Yusuf Qordhawi Menyebutkan beberapa norma dasar dalam prilaku
konsumsi muslim yang beriman, yaitu:
a. Membelanjakan harta dalam kebaikan dan menjauhi sifat kikir,
Dalam pelaksanaan acara begawi, masyarakat rela
mengeluarkan uang ratusan juta, rela habis-habisan menjual harta
benda bahkan rela berhutang untuk melaksanakan acara begawi dari
awal persiapan, pelaksanaan hingga selesainya acara tersebut dan
membayar uang adat (duit dau) sebagai salah satu syarat begawi dari
jenjang terendah hingga jenjang tertinggi. Semua itu mereka lakukan
hanya untuk mendapat gelar atau tahta, status sosila dan pengakuan
masyarakat serta mengangkat harkat martabatnya.
b. Tidak melakukan kemubaziran,
Dalam pelaksanaan acara begawi, mereka membelanjakan
hartanya untuk menggelar acara adat yang mewah dan megah,
kemegahan dan kemewahan acara begawi terlihat dari hidangan
(Konsumsi) yang melimpah selama prosesi acara Begawi yaitu 7 hari
7 malam dan pesta adat dari Pakaian, tarup, kursi, perlengkapan
begawi, dekor serta bunyi-bunyian seperti petasan dan kembang api
diharuskan untuk memeriahkan acara tersebut.
c. Menghindari hutang dan menjaga aset pokok
Dalam pelaksanaan acara begawi, masyarakat rela habis-
habisan menjual harta benda miliknya serta berhutang untuk
menggelar acara tersebut. Harta benda yang dikumpul bertahun-tahun
lenyap dalam 7 hari 7 malam serta masih meninggal kan hutang yang
berpengaruh pada melemahnya ekonomi keluarga. Tidak ada timbal
balik yang menguntungkan dari segi ekonomi, hanya saja
mendapatkan gelar, stastu sosial dan pengakuan dari masyarakat yang
secara tidak langsung mengangkat harkat, martabat serta derajatnya.
Berdasarkan uraian tersebut dapat di pahami bahwa pelaksanaan
begawi adat Lampung di Desa Negara Ratu, Batanghari Nuban, yaitu
harus tetap dijaga dan dilestarikan agar tidak punah dan tetap terjaga
keasliannya sampai anak cucu yang akan datang. Begawi juga tetap bisa
dilaksanakan untuk orang-orang yang memang benar-benar mampu secara
ekonomi dan bagi yang kurang mampu jangan terlalu memaksakan
kehendak untuk melaksanakan begawi. Di samping itu terdapat hal-hal
yang tidak selaras dengan ekonomi Islam, yaitu pelaksanaan begawi yang
yang terlalu memaksakan kehindak tanpa memikirkan dampaknya, biaya
untuk melaksanakan begawi terlalu mahal dan berlebihan yang mengacu
pada pemborosan, pelaksanaan begawi selam tujuh hari 7 malam yang
mengacu pada kemewahan dan kemegahan, hidangan yang melimpah serta
bunyi-bunyian petasan, kembang api dan tembakan yang di lakukan untuk
memeriahkan acara tersebut termasuk kedalam sikap menghambur-
hamburkan harta secara berlebihan dan sifat yang mubazir.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang Begawi Adat
Lampung Pepadun Perspektif Ekonomi Islam (studi kasus di Desa Negara
ratu, Kec. Batanghari Nuban, Kab. Lampung Timur), maka dapat disimpulkan
bahwa:
Acara begawi adat Lampung pepadun merupakan acara adat yang
tujuannya memperoleh gelar dan kedudukan sosial di masyarakat sekitar.
Dimana begawi membutuhkan dana puluhan sampai ratusan juta rupiah untuk
prosesi pelaksanaan acara begawi dari awal hingga akhir serta untuk
membayar duit dau (uang adat) dan dalam pelaksanaan begawi menggelar
acara yang megah dan mewah terlihat setiap prosesi acaranya seperti menjamu
para tamu yang datang dengan sistem tanjaran (hidangan makanan) dalam
setiap tahapan acara serta bunyi-bunyian seperti tembakan, petasan dan
kembang api untuk memeriahkan acara. Sehingga untuk menggelar adat
begawi ada yang memaksakan kehendak demi harga diri yang tinggi sampai
menjual harta benda berharga miliknya dan berhutang kepada orang lain.
Pelaksanaan acara begawi bertentangan dengan ajaran islam, dilihat
dari prinsip ekonomi Islam yaitu prinsip ketuhanan dan prinsip ma’ad , dari
pada melaksanakan begawi lebih baik harta benda yang di habiskan untuk
melaksanakan begawi di gunakan untuk naik haji, mendekatkan diri kepada
Allah dan beribadah kepada-Nya yang menguntungkan dirinya didunia
maupun diakhirat. Serta prinsip keadilan, dimana seseorang harus
mengedepankan kebutuhannya dan keluarganya dalam upaya memenuhi
kelangsungan hidupnya tanpa harus memaksakan kehendak untuk
melaksanakan begawi hanya karena ingin memperoleh gelar, status sosial dan
kedudukan dalam msyarakat.
Dalam konsumsi Islam, seseorang tidak di anjurkan berprilaku
berlebihan / bermewah-mewahan dalam membelanjakan harta. Dengan
demikian maka dapat disimpulkan bahwa begawi masyarakat adat Lampung
pepadun perspektif ekonomi Islam kurang selaras dengan pandangan ekonomi
islam dalam bidang konsumsi Islam. Karena dalam konsumsi Islam
mengajarkan, sesuatu hal yang berlebih-lebihan itu dilarang apalagi mengacu
pada pemborosan dan kemubaziran.
B. Saran
Berdasrkan kesimpulan yang peneliti kemukakan di atas, maka saran
yang dapat peneliti berikan adalah sebagai berikut:
1. Untuk menjaga kelestarian budaya adat lampung, khususnya Lampung
pepadun yang telah di warisi nenek moyang, maka masyarakat Lampung
harus tetap melestarikan budaya tersebut agar tetap terjaga keasliannya dan
agar tidak punah serta tetap harus memiliki kesadaran untuk tetap
menjunjung tinggi adat istiadat Lampung, namun dnegan cara tidak
memaksakan kehendak.
2. Untuk masyarakat Desa Negara Ratu, jangan terlalu memaksakan diri
untuk memenuhi keinginan nafsu duniawi untuk melakukan sesuatu di luar
batas kemampuan diri kita. Seperti halnya menggelar acara begawi untuk
mendapat gelar/ atau tahta demi status sosial dan pengakuan masyarakat
yang kita sendiri kurang mampu secara ekonomi sampai memaksakan diri
dengan menjual harta benda dan berhutang untuk melaksanakannya.
3. Untuk masyarakat yang mampu secara ekonomi dan di akui oleh umum,
jangan terlalu menghambur-hamburkan uang hanya untuk mendapat status
sosial dan pengakuan masyarakat sekitar. Begawi masih tetap dan dapat
dilaksanakan dengan cara disingkat atau dengan cara berhemat untuk
mengurangi jumlah biaya yang di keluarkan dan tidak mengandung unsur
pemborosan.
DAFTAR PUSTAKA
ADESy, Fordeby. Ekonomi Dan Bisnis Islam: Seri Konsep dan Aplikasi Ekonomi
Dan Bisnis Islam. Depok: Pt. Raja Grafindo Persada, 2017.
Al Ghozi, Iqbal. Makna Filosofis dalam Prosesi Begawi Adat Cakak Pepadun di
kelurahan Menggala Kota Kecamatan Menggala Kabupaten Tulang
Bawang. Lampung: UIN Raden Intan, 2017.
Aziz, Abdul. Ekonomi Islam Analisis Mikro dan Makro. Yogyakarta: Graha Ilmu,
2008.
Baihaqqi, Sarah Fadhilah. Pewarisan Nilai Budaya Melalui Simbol Gelar Adat
Lampung Buay Nunyai. Lampung: Universitas Bandar Lampung, 2017.
Chaudhry, Muhammad Sharif. Sistem Ekonomi Islam. Prinsip dasar Fundamental
of Islamic Economi System. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012.
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Bandung: CV. Diponegoro,
2005.
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Lampung. Pakaian Upacara Adat
Begawi Cakak Pepadun. Bandar Lampung: UPTD Museum Negeri
Provinsi Lampung “Ruwa Jurai”, 2008.
Dinas Pendidikan Provinsi Lampung. Upacara Cangget Agung Aktualisasi Nilai-
Nilai Budaya Daerah Lampung Bagi Generasi Muda. Lampung: CV.
Gunung Pesagi, 2003.
Kholifatun, Umi, dkk. “Makna Gelar Adat Terhadap Status Sosial Pada
Masyarakat Desa Tanjung Aji Keratuan Melinting”Solidarity.Semarang:
Universitas Negeri Semarang UNNES. No.6 Februari 2017.
Laksito, Oki, dkk. Pakaian Upacara Adat Begawi Cakak Pepadun. Lampung:
Museum Negeri Provinsi Lampung, 1999.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011.
Muhammad. Prinsip-prinsip Ekonomi Islam. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007. 2
Qordhawi, Yusuf. Norma dan Etika Ekonomi Islam. Jakarta: Gema Insani Press,
1997.
Rahmadi, Noer Dian. Tinjauan Hukum Islam terhadap Tradisi Begawei studi
didesa Mataram Marga Kecamatan Sukadana Lampung Timur. Lampung:
STAIN Jurai Siwo Metro, 2015.
Rahman, Afzalur. Doktrin Ekonomi Islam. Jakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1995.
Rivai, Veithzal & Andi Buchari. Islamic Economics Ekonomi Syariah Bukan Opsi
Tetapi Solusi. Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2014.
-------. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R& D. Bandung: Alfabeta, 2012.
Suharyadi, Fachruddin. Upacara Cangget Agung Aktualisasi Nilai-Nilai Budaya
Daerah Lampung Bagi Generasi Muda. Lampung: CV. Gunung Pesagi,
2003.
Yuniarti, Vinna Sri. Ekonomi Mikro Syariah. Bandung: CV. Pustaka Setia, 2016.
-------. Perilaku Konsumen. Teori dan Praktik. Bandung: CV. Pustaka Setia, 2015.