skripsi asis mohpul_2
DESCRIPTION
skripsiTRANSCRIPT
STUDI PERBANDINGAN KASUS FLARE- UP PADA PERAWATAN
ENDODONTIK PASIEN POLIKLINIK GIGI DI RSUD HAJI DAN
RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR
TAHUN 2008-2012
AZIS MOHPUL
J111 07 121
SKRIPSI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
MAKASSAR
2013
STUDI PERBANDINGAN KASUS FLARE-UP PADA PERAWATAN
ENDODONTIK PASIEN POLIKLINIK GIGI DI RSUD HAJI DAN
RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR
TAHUN 2008-2012
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat
Mencapai Gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh :
AZIS MOHPUL
J 111 07 121
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
MAKASSAR
2013
HALAMAN PENGESAHAN
Judul : Studi Perbandingan Kasus Flare-Up pada Perawatan Endodontik Pasien
Poliklinik Gigi di RSUD Haji dan RSUD Labuang Baji Makassar
Tahun 2008-2012
Oleh : Azis Mohpul / J111 07 121
Telah Diperiksa dan Disahkan
pada Tanggal Desember 2013
Oleh :
Pembimbing
drg. Hafsah Katu, M.Kes NIP. 19601212 199412 2 001
Mengetahui,
Dekan Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Hasanuddin
Prof. drg. Mansjur Nasir, DDS, Ph.D NIP. 19540625 198403 1 001
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa mahasiswa yang tercantum namanya di bawah ini :
Nama : Azis Mohpul
Nim : J111 07 121
Judul Skripsi : Studi Perbandingan Jumlah Kasus Flare-Up
Perawatan Endodontik pada Pasien Poliklinik
Gigi di RSUD Haji dan RSUD Labuang Baji
Makassar Tahun 2008-2012
Menyatakan bahwa judul skripsi yang diajukan adalah judul yang baru dan tidak
terdapat di Perpustakaan Fakultas Kedokteran Gigi Unhas.
Makassar, Desember 2013
Staf Perpustakaan FKG-UH
Nuraeda, S.Sos
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt, karena berkat dan
rahmatnyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan Judul “Studi
Perbandingan Kasus Flare-up pada Perawatan Endodontik Pasien Poliklinik
Gigi di RSUD Haji dan RSUD Labuang Baji Makassar Tahun 2008-2012”
Skripsi ini di buat untuk memenuhi gelar sarjana kedokteran gigi.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah mendapat bimbingan dan
pengarahan yang sangat berguna dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan
kerendahan hati dan penghargaan yang tulus, penulis menyampaikan rasa terima
kasih kepada :
1. Penulis sangat beterima kasih sebesar-besarnya kepada Allah SWT (Maha
Pengasih dan Maha Penyayang), atas berkah, anugerah, kekuatan, kesabaran
serta rahmatnya yang tiada henti-hentinya diberikan kepada penulis dan
utusannya Nabi Muhammad SAW yang telah diutuskan menjadi panutan
istimewa kepada umat islam.
2. Prof. drg. Mansyur Natsir, Ph.D selaku dekan fakultas kedokteran gigi
terima kasih atas semua kebaikan yang diberikan kepada penulis
3. drg. Hafsah Katu, M.Kes selaku pembimbing skripsi yang telah bersedia
memberi banyak waktu luang untuk membimbing, mengarahkan dan memberi
banyak nasehat kepada penulis.
4. Buat kedua orang tua yang tersayang dan tercinta, Alm. Sanawiah dan Drs.
A.M Mohpul terima kasih atas doa, bimbingan serta pelajaran-pelajaran
mengenai arti kehidupan tanpa kalian penulis tidak akan pernah bisa menjadi
seperti ini, juga ananda haturkan ucapan terima kasih yang tak terhingga atas
keihklasan kasih sayang yang telah kalian berikan sungguh tidak ternilai
harganya.
5. Seluruh Keluarga Besar yang tidak bisa disebut namanya satu per satu
khususnya Ilham SM, Adam SM, S.Ip, Haerani M, S.Ip, Hasnani M,
Purnamawati M, S. Si, dan adik Ashari M S. Ked terima kasih atas kasih
sayang dan perhatiannya selama ini kepada penulis.
6. Untuk dinda Maryam Idris, S.KG terima kasih banyak atas perhatian, kasih
sayang, cinta serta dukungannya selama ini kepada penulis.
7. drg. Effendy S. Dangkeng MS selaku pembimbing akademik terima kasih
banyak atas saran dan nasehatnya yang diberikan kepada penulis.
8. Seluruh Dosen FKG UNHAS terima kasih banyak atas waktu dan
kesempatan yang telah menyediakan waktu untuk berbagi ilmu yang sangat
bermanfaat dan mendukung kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.
9. Seluruh Keluarga Besar Mamelon 07 FKG UNHAS yang tersayang dan
tercinta terima kasih atas bantuannya, motivasi dan partisipasi saling berbagi
selama ini dari proses menjadi MABA sampai menjadi KM Fkg Unhas serta
kebersamaannya dan solidaritasnya, penulis sangat berterima kasih.
10. Buat seluruh Senior FKG UNHAS yang tidak bisa disebut namanya satu-per
satu terima kasih banyak atas motivasi, saran dan keikhlasannya dalam
memberi pengalamannya kepada penulis sehingga penulis bersemangat dalam
menyelesaikan skripsi ini.
11. Seluruh Staf dan Pegawai FKG UNHAS yang telah banyak membantu
penulis dalam perkuliahan. Terima kasih juga atas motivasi, amanah dan saran
yang sangat bermanfaat kepada penulis.
12. Terkhusus buat kak Eda dan pak Amir beribu-ribu kasih atas perhatian serta
bantuannya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tulisan ini.
Dengan demikian, penulis mengharapkan agar kiranyan tulisan ini dapat
menjadi salah satu bahan pembelajaran dan peningkatan kualitas pendidikan di
kedokteran gigi.
Wassalamu`alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Makassar, Desember 2013
AZIS MOHPUL
Comparative Case Study of Flare-Ups Endodontic Treatment at Polyclinic Dental Patients in Haji Hospitals and Labuang Baji
Hospital Makassar Year 2008-2012
Azis Mohpul
Faculty of Dentistry, Hasanuddin University
Abstract
Background: Flare-ups has been becoming a major problem for patients and clinicians
for many years. By Igor Tsesis study for 982 patients from six studies the frequency of
flare-ups cases at 8.4% is a relatively high frequency of flare-ups that it should be
considered in the planning of root canal therapy (endodontic treatment), the risk factors
are anxiety, repeated treatment, female aged over 40 years, have a history of allergies,
and necrosis of the pulp diagnosis.
Purpose: To compare the incidence of flare-ups in endodontic treatment between
policlinik dental patient in Haji Hospital and Labuang Baji Hospital, and comparative
cases of flare-ups in endodontic treatment by sex, age, and types of teeth in years 2008-
2012.
Types of study: observational descriptive
Design of study: cross-sectional Methods: Dental Record gathering all endodontic treatment of patient in medical record Haji hospital and Labuang Baji Hospital, from these data were calculated it obtained the number of cases of flare-ups. Results: This study obtained the total Endodontic Treatment of 708 (13%) consisting of Labuang Baji Hospital by 52% (370/708) while Haji Hospital Makassar by 48% (338/708), obtained from endodontic treatment a case of flare-ups as much as 5% (39/708) consisting of 5.6% (21/370) of the Labuang Baji hospital and by 5.32% (18/338) of the Haji Hospital. The cases of flare-ups by sex most women are 27 cases while men only 12 cases, most in the age group 27-36 years are 17 cases while the age group >56 years only two cases is the least, and the most common Mandibular first Molar 15 cases while Maxilarry third Molar only two cases is the least. Conclusion: The case of a flare-up seems directly proportional with the total of endodontic treatment. Comparative Case flare-ups in Haji hospital and Labuang Baji hospital is 6: 7, cases of flare-ups more on Women, age group 27-36 years, and Mandibular first Molar. Keywords: Flare-ups, Endodontic treatment.
STUDI PERBANDINGAN KASUS FLARE- UP PADA PERAWATAN
ENDODONTIK PASIEN POLIKLINIK GIGI DI RSUD HAJI DAN RSUD
LABUANG BAJI MAKASSAR
TAHUN 2008-2012
Azis Mohpul
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin
Abstrak
Latar Belakang : Flare-up telah menjadi masalah utama bagi pasien dan klinisi selama
bertahun-tahun. Berdasarkan penelitian Igor Tsesis pada 982 pasien dari enam penelitian
frekuensi kasus flare-up mencapai 8,4 % merupakan frekuensi yang relatif tinggi
sehingga flare-up harus dipertimbangkan dalam perencanaan terapi saluran akar
(perawatan endodontik), dengan faktor risikonya adalah rasa cemas, perawatan ulang,
jenis kelamin wanita dan berusia di atas 40 tahun, memiliki riwayat alergi, dan diagnosis
nekrosis pulpa.
Tujuan : Untuk mengetahui perbandingan insiden flare-up pada perawatan endodontik
antara poliklinik gigi RSUD Haji dan RSUD Labuang Baji serta perbandingan kasus
flare-up pada perawatan endodontik berdasarkan jenis kelamin, umur, dan jenis gigi.
Jenis Penelitian: Observasional deskriptif Desain penelitian: cross-sectional Metode : Mengumpulkan semua Dental Record pasien perawatan endodontik di ruang rekam medis RSUD Haji dan RSUD Labuang Baji, dari data tersebut dihitung maka diperoleh jumlah kasus flare-up. Hasil : Pada pnelitian ini diperoleh jumlah perawatan endodontik 708 (13%) terdiri atas RSUD Labuang Baji 52% (370/708) sedangkan RSUD Haji 48% (338/708), dari perawatan endodontik diperoleh kasus flare-up sebanyak 5% (39/ 708) terdiri dari 5,6% (21/370) RSUD Labuang Baji dan sebesar 5,32% (18/338) RSUD Haji. Kasus flare-up berdasarkan jenis kelamin paling banyak pada perempuan yaitu 27 kasus sedangkan laki-laki hanya 12 kasus, paling banyak pada kelompok usia 27-36 tahun yaitu 17 kasus dan paling sedikit pada kelompok usia >65 tahun hanya 2 kasus, paling banyak terjadi pada gigi Molar Satu Rahang Bawah yaitu 15 kasus dan paling sedikit terjadi pada gigi Molar Tiga Rahang Atas hanya dua kasus. Kesimpulan: Kasus flare-up nampaknya sejalan dengan jumlah perawatan endodontik,
serta perbandingan kasus flare-up di RSUD Haji dan RSUD Labuang Baji adalah 6 : 7,
kasus flare-up lebih banyak pada Perempuan, kelompok usia 27- 36 tahun, dan pada gigi
Molar Satu Rahang Bawah.
Kata Kunci : Flare-up, Perawatan Endodontik.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... ii
SURAT PERNYATAAN................................................................................. iii
KATA PENGANTAR...................................................................................... iv
HALAMAN ABSTRAK…………………………………………………….. vii
DAFTAR ISI.................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... xi
DAFTAR TABEL............................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................... 1
1.1 Latar Belakang..................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................ 3
1.3 Tujuan Penelitian.................................................................. 4
1.4 Manfaat Penelitian............................................................... 4
1.5 Hipotesis Penelitian.............................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 5
2.1 Perawatan Endodontik ....... ............................................ 5
2.1.1 Definisi………………………............................ 5
2.1.2 Tujuan ………………………............................. 5
2.1.3 Indikasi…………………………....................... 6
2.1.4 Kontra Indikasi………………………............... 6
2.1.5 Penyakit-penyakit Pulpa dan Periapikal ............. 7
2.2 Flare-up..................................…............................. 10
2.2.1 Definisi.................................................................. 10
2.2.2 Etiologi……………………….............................. 10
2.2.3 Pencegahan…… …………….............................. 12
2.2.4 Penanganan………………………………….….. 12
BAB III METODOLOGI PENELITIAN................................................... 15
3.1 Metode Penelitian……........................................................... 15
3.2 Data Penelitian........................................................................ 15
3.3 Definisi Operasional............................................................... 16
3.4 Alur Penelitian........................................................................ 17
BAB IV HASIL PENELITIAN................................................................. 18
BAB V PEMBAHASAN......................................................................... 23
BAB VI PENUTUP.................................................................................. 27
6.1 Kesimpulan........................................................................... 27
6.2 Saran..................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................
LAMPIRAN……………………………………………….……………….....
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR
HALAMAN
3.1 Alur penelitian........................................................................................... 17
DAFTAR TABEL
TABEL
HALAMAN
4.1 Perbandingan jumlah perawatan endodontik di RSUD Haji Makassar
dan RSUD Labuang Baji Makassar tahun 2008- 2012......................... 18
4.2 Perbandingan jumlah kasus flare-up perawatan endodontik di RSUD
Haji Makassar dan RSUD Labuang Baji Makassar tahun 2008- 2012.. 19
4.3 Perbandingan jumlah kasus flare-up perawatan endodontik
berdasarkan jenis kelamin di RSUD Haji dan RSUD Labuang Baji
Makassar tahun 2008- 2012.................................................................. 21
4.4 Perbandingan Jumlah kasus flare-up perawatan endodontik
berdasarkan umur di RSUD Haji dan RSUD Labuang Baji
Makassar tahun 2008- 2012.................................................................. 22
4.5 Perbandingan jumlah kasus flare-up perawatan endodontik
berdasarkan jenis gigi di RSUD Haji Makassar dan RSUD Labuang
Baji Makassar tahun 2008- 2012........................................................... 21
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit gigi dan mulut merupakan masalah kesehatan masyarakat
yang utama di dunia. Studi Morbiditas pada tahun 2001 menunjukkan bahwa
kesehatan gigi dan mulut di Indonesia merupakan hal yang perlu diperhatikan
karena penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi yang
dikeluhkan oleh masyarakat yaitu sebesar 60%. Penyakit gigi dan mulut
yang terbanyak diderita masyarakat adalah karies gigi. 1
Pola serangan karies pada gigi permanen nampaknya berbeda-beda,
hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti posisi gigi pada
lengkung rahang , jenis kelamin, dan usia. Hasil penelitan Massler gigi
permanen yang terbanyak mengalami karies adalah gigi molar rahang bawah,
disusul molar rahang atas, premolar kedua rahang bawah dan insisivus bawah
. Powel, dan Wycoff menyatakan bahwa prevalensi karies gigi pada wanita
lebih tinggi dibandingkan laki-laki, karies gigi juga dipengaruhi oleh usia
yaitu karies akan semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan pertambahan
usia. 2
Karies dianggap sebagai penyebab utama kerusakan pulpa, oleh
karena itu, karies yang lebih lanjut sudah diteliti secara intensif pada karies
2
yang dalam dikaitkan dengan toksin bakteri bukan akibat invasi bakteri
secara langsung. 3
Penyakit pulpa bisa diatasi dengan melakukan perawatan (kuratif)
yakni melalui perawatan endodontik. Tujuan perawatan endodontik adalah
menghilangkan bakteri dari saluran akar dan menciptakan lingkungan yang
tidak mendukung bagi setiap organisme yang tersisa untuk dapat bertahan
hidup. Gigi yang diindikasikan untuk perawatan endodontik adalah gigi
dengan kelainan jaringan pulpa dan atau kelainan jaringan periapikal,
sedangkan gigi yang tidak dapat direstorasi lagi atau gigi yang memiliki
prognosis buruk merupakan kontraindikasi dari perawatan endodontik. 4,5
Berdasarkan pola 10 penyakit terbesar pada pasien rawat jalan
Rumah Sakit di Indonesia penyakit pulpa dan periapikal dari tahun
2009-2010 mengalami peningkatan dari peringkat delapan menjadi
peringkat tujuh, untuk jumlah kasusnya yaitu tahun 2009 sebesar122.467
kasus dan terdapat 86.421 kasus baru pada tahun 2010 . 6,7
Perawatan endodontik bisa menyebabkan terjadinya komplikasi.
Komplikasi yang dapat ditimbulkan berupa alergi pada larutan irigasi,
kerusakan mata akibat cairan irigasi, serta rasa nyeri dan pembengkakan
pasca obturasi (flare-up). 8,9,10
Salah satu komplikasi pada perawatan endodontik biasa disebut
dengan flare-up. Flare-up merupakan salah satu komplikasi yang terjadi
pada perawatan endodontik berupa rasa sakit dan bengkak yang dimulai
3
pada saat atau setelah prosedur perawatan endodontik. Rasa sakit dapat
diakibatkan oleh berbagai penyebab, seperti faktor mikroba, perubahan
tekanan jaringan periapikal, mediator kimia, mekanik, dan faktor
psikologis. 11,12
Flare-up telah menjadi masalah utama bagi pasien dan klinisi selama
bertahun-tahun. Berdasarkan penelitian Igor Tsesis pada 982 pasien dari 6
penelitian frekuensi kasus flare-up mencapai 8,4 % merupakan frekuensi
yang relatif tinggi sehingga flare-up harus dipertimbangkan dalam
perencanaan terapi saluran akar (perawatan endodontik), dengan faktor
risikonya adalah rasa cemas, perawatan ulang, jenis kelamin wanita dan
berusia di atas 40 tahun, memiliki riwayat alergi, dan diagnosis nekrosis
pulpa. 11,12,13
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk
mengetahui perbandingan kasus flare-up pada pasien perawatan endodontik
berdasarkan jenis kelamin, usia, serta jenis gigi di RSUD Haji Makassar dan
RSUD Labuang Baji Makassar pada tahun 2008 –2012.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskan permasalahan
penelitian ini yaitu:
1. Berapa perbandingan insiden kasus flare-up pada perawatan endodontik
antara poliklinik gigi RSUD Haji Makassar dengan RSUD Labuang Baji
tahun 2008 – 2012 ?
4
2. Berapa perbandingan kasus flare-up pada perawatan endodontik
berdasarkan jenis kelamin, usia, dan jenis gigi?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui perbandingan insiden kasus flare-up pada perawatan
endodontik antara poliklinik gigi RSUD Haji Makassar dengan RSUD
Labuang Baji pada tahun 2008 – 2012
2. Perbandingan kasus flare-up pada perawatan endodontik berdasarkan jenis
kelamin, usia, dan jenis gigi
1.4 Manfaat Penelitian
1. Diharapkan dengan adanya hasil penelitian tersebut, dapat diketahui
seberapa besar prevalensi kasus flare-up pada perawatan endodontik
poliklinik gigi RSUD Haji Makassar dan RSUD Labuang Baji pada tahun
2008– 2012
2. Diharapkan dari hasil penelitian ini menjadi bahan bacaan yang berguna
dan dapat menambah pengetahuan bagi pembacanya mengenai flare-up.
3. Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat menjadi acuan bagi peneliti
selanjutnya.
I.5 Hipotesis
Sebelum melakukan penelitian, penulis melakukan penelitian
pendahuluan, sehingga dapat ditarik hipotesis sebagai berikut :
1. Insiden kasus flare-up pada perawatan endodontik di RSUD Haji
Makassar lebih banyak dibandingkan dengan RSUD Labuang Baji
Makassar.
5
2. Kasus flare-up pada pasien perawatan endodontik lebih banyak pada
perempuan, usia 25 tahun, dan gigi molar satu rahang bawah.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perawatan Endodontik
2.1.1 Definisi
Endodontik adalah cabang ilmu kedokteran gigi yang mencakup
morfologi, fisiologi, dan patologi dari jaringan pulpa dan jaringan
periapikal gigi manusia. Bidang studi dan prakteknya mencakup sains
klinik dan sains dasar yang meliputi biologi jaringan pulpa normal,
etiologi, diagnosis, prevensi, dan perawatan dari penyakit serta cedera
jaringan pulpa dan jaringan periapikal.. 13
Perawatan endodontik adalah prosedur perawatan gigi yang
menggunakan bahan kimia dan perawatan mekanik sehingga dapat
diterima secara biologik dalam system saluran akar untuk
menghilangkan penyakit pulpa dan periradikular dan merangsang
penyembuhan dan perbaikan jaringan periradikular. 14
2.1.2 Tujuan
Menghilangkan bakteri dari saluran akar dan menciptakan
lingkungan yang tidak mendukung bagi setiap organisme yang tersisa
untuk dapat bertahan hidup,menghilangkan penyakit pulpa, penyakit
periapikal dan mempercepat penyembuhan serta perbaikan kerusakan
jaringan periodontal. 4-5
7
2.1.3 Indikasi
Gigi dengan kelainan jaringan pulpa berupa pulpitis, nekrose
dan atau kelainan jaringan periapikal merupakan kasus endodontik.
Gigi tanpa kelainan jaringan pulpa atau jaringan periapikal juga
memerlukan perawatan endodontik guna mendapatkan tempat pasak
bagi retensi restorasinya. Gigi yang dipertahankan untuk menyangga
suatu overlay denture kadang-kadang juga perlu dilakukan perawatan
endodontik karena gigi akan dipreparasi sedemikian rupa sehingga
melibatkan kamar pulpa. 5
2.1.4 Kontra Indikasi
Kontra indikasi dari perawatan endodontik adalah sebagai berikut: 15
a. Gigi yang tidak dapat difungsikan dan direstorasi
b. Gigi dengan dukungan periodontal yang tidak memadai.
c. Gigi dengan prognosis buruk, pasien tidak kooperatif atau pasien
dengan kondisi yang tidak memungkinkan dilakukan perawatan
d. Gigi pasien dengan kondisi mulut yang buruk dan tidak dapat
diperbaiki dalam jangka waktu yang tepat.
2.1.5 Penyakit-penyakit Pulpa dan Periapikal
Macam-macam penyakit pulpa gigi sebagai berikut: 16-17
8
1. Pulpitis reversibel
1) Definisi
Pulpitis reversibel adalah kondisi inflamasi pulpa
ringan hingga sedang karena adanya stimulus atau rangsangan
dan pulpa mampu kembali pada keadaan tidak terinfeksi
setelah stimulus ditiadakan.
2) Gejala
Pulpitis reversibel biasanya asimptomatik atau
tanpa gejala. Rangsangan seperti cairan dingin atau panas atau
bahkan udara dapat menyebabkan sakit sementara yang tajam.
Jika rangsangan dihilangkan nyeri akan segera reda.
2. Pulpitis irreversibel
1) Definisi
Pulpitis irreversible merupakan proses inflamasi pulpa
yang parah yang tidak akan bisa pulih walaupun penyebabnya
dihilangkan. Pulpitis irreversibel merupakan perkembangan
dari pulpitis reversibel.
2) Gejala
Secara klinis pulpitis irreversibel dapat bersifat
simptomatik dan asimptromatik. Pulpitis reversible
simptomatik merupakan salah satu jenis pulpitis irrevesibel
yang ditandai dengan rasa nyeri spontan. Spontan berarti
stimulus tidak jelas. Nyeri spontan terus-menerus dapat
9
dipengaruhi dari perubahan posisi tubuh. Pulpitis irreversible
simptomatik yang tidak diobati dapat bertahan atau mereda
jika terdapat sirkulasi untuk eksudat inflamasi, sedangkan
pulpitis irreversibel asimptomatik merupakan tipe lain dari
pulpitis irreversible dimana eksudat inflamasi dengan cepat
dapat dihilangkan. Pulpitis irreversible asimptomatik biasanya
disebabkan oleh paparan karies yang besar atau oleh trauma
sebelumnya yang mengakibatkan rasa sakit yang cukup lama.
3. Nekrosis Pulpa
1) Definisi
Nekrosis adalah matinya pulpa atau suatu kondisi
histologis akibat dari pulpitis irreversibel yang tidak dirawat,
akibat trauma, atau karena gangguan suplai darah ke pulpa
dalam jangka waktu yang lama.
2) Gejala
Pulpa nekrotik biasanya asimptomatik akan tetapi
mungkin saja terjadi rasa sakit spontan dan tidak nyaman atau
nyeri yang berasal dari jaringan periradikuler timbul oleh
aplikasi panas dan bukan karena peningkatan tekanan intra
pulpa.
10
Macam-macam penyakit periapikal gigi sebagai berikut:17
1. Periodontitis apikal akut
1) Definisi
Periodontitis apikalis akut adalah radang akut pada ligament
periodontal, bisa terjadi pada gigi vital yang disebabkan oleh
trauma oklusi, kecelakaan, infeksi melalui sulkus ginggiva, dan
pada gigi non vital yang diakibatkan oleh nekrosis pulpa atau
instrumentasi yang berlebihan .
2) Gejala
Gejala klinisnya rasa sakit yang menetap dan menekan, gigi
terasa lebih panjang dari gigi lainnya .
2. Abses periradikular akut
1) Definisi
Abses periradikular akut adalah abses yang terdiri dari eksudat
yang disertai rasa nyeri di sekitar akar dan merupakan
kelanjutan dari periododontitis apikal akut yang tidak dirawat.
2) Gejala
Gejala abses periradikular akut meliputi serangan ringan yang
cepat sampai pada tahap pembengkakan, moderat sampai pada
nyeri hebat, sakit karna perkusi dan palpasi, dan kemungkinan
mengakibatkan gigi semakin goyang.
11
3. Periodontitis Apikalis kronis
1) Definisi
Periodontitis Apikal kronis merupakan lesi periapikal
asimtomatik yang dimanifestasikan secara radiograpi.
2) Gejala
Gejala umum yakni seperti timbulnya radiolusensi apikal dan
di dukung dengan adanya pulpa nekrose
2. 2 Flare-up
2.2.1 Definisi
Flare-up adalah salah satu komplikasi perawatan pada
perawatan endodontik yang terjadi berupa rasa sakit dan atau bengkak
selama perawatan endodontik yang memerlukan kunjungan pasien tak
terjadwal dan intervensi aktif oleh dokter gigi.17-18
2.2.2 Etiologi
Penyebab flare-up multifaktorial, mikroorganisme dapat
menjadi penyebab utama jika didukung oleh faktor-faktor
sebagai berikut: 17
1) Debridement yang tidak adekuat
2) Rasa sakit yang persisten dari kondisi yang akut adalah tanda
dari adanya sisa jaringan pulpa pada penggunaan instrument yang
tidak adekuat atau adanya saluran yang tidak terdeteksi
3) Ekstrusi debris
12
Pengontrolan panjang kerja yang terbatas dari instrument,
preparasi saluran akar yang menyisakan bagian jaringan pulpa,
jaringan yang mati, mikroorganisme, dan irigasi saluran akar
yang keluar melalui foramen apikal.
4) Instrumentasi yang berlebihan
Insiden nyeri moderat sampai berat dilaporkan bermakna lebih
tinggi jika instrumen melewati foramen apikal.
5) Pengisian yang berlebihan
Ekstrusi sealer atau guttap-percha atau keduanya ke daerah
periapikal gigi tanpa daerah radiolusen besar kemungkinan
menyebabkan insiden dan derajat nyeri pasca obturasi yang lebih
tinggi.
6) Perawatan endodontik satu kali kunjungan.
7) Perawatan ulang endodontik.
Kasus perawatan ulang memungkinkan insiden flare-up lebih
tinggi.
8) Lesi periapikal
Radiolusensi pada periapikal memiliki hubungan dengan
peningkatan frekuensi dari flare-up.
9) Host
Intensitas nyeri preoperasi dan pemahaman pasien memiliki
hubungan dengan tingkat nyeri setelah operasi.
13
2.2.3 Pencegahan
Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya
kasus flare-up sebagai berikut: 19
1) Pemilihan teknik instrumentasi dan pengambilan jaringan debris
pada apikal yang adekuat.
2) Penyelesaian prosedur kemo – mekanis satu kali kunjungan.
3) Penggunaan antimikroba intrakanal antar kunjungan.
4) Tidak meninggalkan gigi terbuka untuk drainase.
5) Mempertahankan rantai aseptik selama prosedur intrakanal.
2.2.4 Penanganan
Manajemen penanganan kasus flare-up terdiri atas: 20-21
1) Instrumentasi ulang
Panjang kerja harus diukur kembali untuk menyesuaikan panjang
kerja yang sudah diukur sebelumnya, penetapan foramen apikal,
dan membuang atau membersihkan debris, sisa jaringan dengan
irigasi.
2) Trepanasi kortikal
Trepanasi diartikan sebagai tindakan penembusan tulang alveolar
untuk melepaskan eksudat jaringan yang bermasalah, akan tetapi
efektivitas dari prosedur ini masih kontroversial.
14
3) Insisi dan Drainase
Insisi adalah pengirisan abses bagian paling terendah untuk
pembuatan drainase. Prosedur insisi dan drainase ini dimaksudkan
untuk membersihkan nanah, mikroorganisme dan produk-produk
beracun dari jaringan periradikuler, selain itu untuk memungkinkan
dekompresi terkait peningkatan tekanan jaringan.
4) Obat-obatan intrakanal
Penggunaan steroid intrakanal, obat anti-inflamasi non-steroid atau
senyawa kortikosteroid-antibiotik telah terbukti mengurangi nyeri
pasca pengobatan.
5) Pengurangan oklusal
Gigi dengan rasa sakit pada saat menggigit dapat ditangani secara
efektif dengan pengurangan oklusal sehingga dapat mengurangi
nyeri pasca operasi.
6) Antibiotik
Antibiotik secara sistemik harus dibatasi untuk pasien yang
menunjukkan tanda-tanda sistemik, seperti selulitis, demam,
malaise, dan toksemia, contoh penicillin dan formokresol.
7) Analgesik dan anti-inflamasi
15
Non-Steroid Anti Inflamatory Drugs (NSAID) dan
acetominophen telah terbukti sangat efektif untuk menghilangkan
rasa sakit pada pulpa dan jaringan periradikuler.Contoh NSAID
adalah Asam mefenamat dan Meklofenamat, Diklofenak,
Ibuprofen, Fenbufen, Indometasin, Piroksisam dan Meloksisam.
16
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Jenis Penelitian : Observasional deskriftif
Desain Penelitian : cross- sectional
Waktu Penelitian :1 Februari 2013–1 Maret 2013
LokasiPenelitian :Poliklinik Gigi RSUD Haji dan RSUD Labuang
Baji Makassar
Sampel : Kasus flare-up pasien perawatan endodontik
Populasi : Dental Record pasien perawatan endodontik
yang datang berobat di Poliklinik Gigi RSUD
Haji dan RSUD Labuang Baji Makassar tahun
2008 – 2012
Metode sampling : Total sampling
3.2 Data Penelitian
Jenis Data : Data Sekunder
Penyajian Data : Data disajikan dalam bentuk tabel
Data yang diteliti : 1. Jumlah pasien
2. Jenis kelamin pasien
3. Usia pasien
4. Jumlah kasus flare-up pada pasien yang
dilakukan perawatan endodontik
17
3.3 Definisi Operasional
1. Perawatan endodontik adalah perawatan saluran akar dengan mengambil
jaringan pulpa di bagian korona dan akar gigi kemudian mengisi saluran
akar.
2. Flare-up adalah salah satu komplikasi perawatan endodontik berupa rasa
sakit dan atau bengkak yang terjadi selama perawatan atau setelah
perawatan endodontik gigi.
18
3.4 Alur Penelitian
Gambar 3.1 Alur Penelitian
Direktur RSUD Haji dan RSUD
Labuang Baji Makassar
Mengurus Perizinan
Fakultas Kedokteran Gigi
Badan Penelitian dan
Pengembangan Daerah
Poliklinik RSUD Haji dan RSUD
Labuang Baji Makassar
Pengambilan Data Sekunder
Analisis
Hasil
19
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan data dari Rekam Medis pasien di Rumah Sakit Umum
Daerah Labuang Baji dan Rumah Sakit Umum Haji Makassar pada tahun 2008-
2012, jumlah perawatan gigi sebanyak 5378 kasus dengan rincian 2341 kasus di
RSUD Haji Makassar dan 3033 kasus di RSUD Labuang Baji. Dari data tersebut
perawatan endodontik sebesar 708 (13%) sedangkan dari perawatan endodontik
diperoleh kasus flare-up sebanyak 39 (5%). Jumlah perawatan endodontik di
RSUD Labuang Baji dan RSUD Haji Makassar 2008-2012 dapat dilihat pada
Tabel. 4.1
Tabel 4.1Perbandingan jumlah perawatan endodontik di RSUD Haji Makassar
dan RSUD Labuang Baji Makassar tahun 2008- 2012
TAHUN RSUD Haji Makassar
RSUD Labuang Baji Makassar
JUMLAH
2008 2009 2010 2011 2012
62 64 62 66 84
64 63 67 73
102
127 127 129 139 186
JUMLAH 338 370 708
Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa jumlah perawatan endodontik di RSUD
Labuang Baji Makassar sebesar 370 lebih banyak dibandingkan di RSU Haji
Makassar yang hanya sebanyak 338. Perawatan terbanyak terjadi pada tahun 2012
sebesar 186 yang terdiri dari 84 di RSUD Haji Makassar dan 102 di RSUD
Labuang Baji Makassar, sedangkan perawatan yang paling sedikit terjadi pada
20
tahun 2008 dan 2009 yaitu masing-masing 127 yang terdiri dari tahun 2008
RSUD Haji Makassar 62 dan RSUD Labuang Baji Makassar 65, tahun 2009
RSUD Haji Makassar 64 dan RSUD Labuang Baji 63.
Data hasil penelitian perbandingan kasus flare-up perawatan endodontik
di RSUD Haji danRSUD Labuang Baji Makassar dari tahun 2008-2012 dapat
terlihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2 Perbandingan jumlah kasus flare-up perawatan endodontik di RSUD Haji Makassar dan RSUD Labuang Baji Makassar tahun 2008- 2012
TAHUN RSUD Haji Makassar
RSUD Labuang Baji Makassar
JUMLAH
2008 2009 2010 2011 2012
2 2 5 3 6
3 2 4 5 7
5 4 9 8
13
JUMLAH 18 21 39
Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa jumlah kasus flare-up di RSUD
Labuang Baji sebanyak 21 kasus lebih banyak dibandingkan RSUD Haji yang
hanya sebanyak 18 kasus. Kasus yang paling banyak terjadi pada tahun 2012
yaitu 13 yang terdiri atas enam kasus di RSUD Haji Makassar dan tujuh kasus
pada RSUD Labuang Baji Makassar sedangkan kasus yang paling sedikit terjadi
pada tahun 2009 yaitu empat kasus yang masing-masing terdiri dari dua kasus di
RSUD Labuang Baji dan dua kasus di RSUD Haji Makassar.
21
Data hasil penelitian perbandingan jumlah kasus flare-up perawatan
endodontik berdasarkan jenis kelamin di RSUD Haji dan RSUD Labuang Baji
Makassar dari tahun 2008-2012 dapat terlihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3 Perbandingan jumlah kasus flare-up perawatan endodontik berdasarkan
jenis kelamin di RSUD Haji dan RSUD Labuang Baji Makassar
tahun 2008- 2012
TAHUN
LOKASI
JENIS KELAMIN
JUMLAH
Laki-laki Perempuan
RSUD HAJI MAKASSAR
2008 2009 2010 2011 2012
- - 2 1 2
2 2 3 2 4
2 2 5 3 6
RSUD LABUANG
BAJI MAKASSAR
2008 2009 2010 2011 2012
1 1 1 2 2
2 1 3 3 5
3 2 4 5 7
JUMLAH 12 27 39
Berdasarkan tabel 4.3 di atas jumlah kasus flare-up pada perempuan 27
kasus yang terdiri atas 14 di RSUD Labuang Baji dan 13 kasus di RSUD Haji
lebih banyak dibandingkan laki-laki yang hanya 12 kasus yang terdiri atas tujuh
kasus di RSUD Labuang Baji Makassar dan lima kasus di RSUD Haji Makassar.
Data hasil penelitian perbandingan jumlah kasus flare-up perawatan
endodontik berdasarkan usia di RSUD Haji Makassar dan RSUD Labuang Baji
Makassar dari tahun 2008-2012 dapat terlihat pada tabel 4.4.
22
Tabel 4.4 Perbandingan jumlah kasus flare-up perawatan endodontik berdasarkan usia di RSUD Haji dan RSUD Labuang Baji Makassar tahun 2008- 2012
TAHUN
LOKASI
KELOMPOK USIA (TAHUN)
JUMLAH
17- 26 27- 36 37- 46 47- 56 >56
RSUD HAJI MAKASSAR
2008 2009 2010 2011 2012
1 - - 1 1
1 - 2 2 3
- - 1 - 2
- 1 1 - -
- 1 1 - -
2 2 5 3 6
RSUD LABUANG
BAJI MAKASSAR
2008 2009 2010 2011 2012
- - 1 - 1
1 1 2 2 3
1 1 1 2 2
1 - - 1 1
- - - - -
3 2 4 5 7
JUMLAH 5 17 10 5 2 39
Berdasarkan Tabel 4.4 di atas jumlah kasus flare-up yang paling banyak
pada kelompok usia 27-36 tahun sebanyak 17 kasus yang terdiri atas 8 kasus di
RSUD Haji dan 9 kasus di RSUD Labung Baji, sedangkan jumlah kasus yang
paling sedikit terjadi pada kelompok usia >56 tahun yaitu 2 kasus dari RSUD Haji
Makassar.
Data hasil penelitian perbandingan jumlah kasus flare-up perawatan
endodontik berdasarkan jenis gigi di RSUD Haji Makassar dan RSUD Labuang
Baji Makassar dari tahun 2008-2012 dapat terlihat pada tabel 4.5.
23
Tabel 4.5 Perbandingan jumlah kasus flare-up perawatan endodontik berdasarkan jenis gigi di RSUD Haji Makassar dan RSUD Labuang Baji Makassar tahun 2008- 2012
TAHUN
LOKASI
JENIS GIGI JUMLAH Rahang Atas
Rahang Bawah
P2 M1 M2 M3 P2 M1 M2 M3
RSUD HAJI MAKASSAR
2008 2009 2010 2011 2012
- - - - 1
- - - 1 1
- - - - 1
- - 1 - -
- - - - -
1 - 2 2 2
1 1 1 - 1
- 1 1 - -
2 2 5 3 6
RSUD LABUANG
BAJI MAKASSAR
2008 2009 2010 2011 2012
- - 1 - 1
- 1 - 1 -
- - - 1 1
- - - - 1
- - - - -
2 1 2 1 2
1 - 1 1 1
- - - 1 1
3 2 4 5 7
JUMLAH 3 4 3 2 0 15 8 4 39
Berdasarkan Tabel 4.5 di atas jumlah kasus flare-up yang paling banyak
pada jenis gigi molar satu rahang bawah yaitu 15 kasus yang terdiri atas tujuh
kasus di RSUD Haji dan delapan kasus di RSUD Labung Baji, sedangkan jumlah
kasus yang paling sedikit terjadi pada jenis molar tiga rahang atas hanya dua kasus
yang masing-masing terdiri dari satu kasus di RSUD Haji dan RSUD Labuang
Baji.
24
BAB V
PEMBAHASAN
Berdasarkan data yang dikumpulkan dari kartu status pasien yang
berkunjung pada poliklinik gigi RSUD Labuang Baji Makassar dan RSUD Haji
Makassar diperoleh jumlah perawatan gigi sebanyak 5378 kasus dengan rincian
2341 kasus di RSUD Haji Makassar dan 3033 kasus di RSUD Labuang Baji, dari
data tersebut diperoleh 708 kasus perawatan endodontik yang terdiri atas 380
kasus di RSUD Labuang Baji dan 338 kasus di RSUD Haji Makassar .
Hasil penelitian (Tabel 4.1) menunjukan bahwa jumlah kasus perawatan
endodontik RSUD Labuang Baji lebih banyak dibanding dengan RSUD Haji
Makassar yaitu RSUD Labuang Baji Makassar sebesar 52% (370/708) sedangkan
RSUD Haji Makassar sebesar 48% (338/708) kasus, hal tersebut mungkin karena
RSUD labuang Baji sangat mengedepankan pelayanan yang bersifat konservatif
salah satunya yaitu perawatan endodontik. Selain itu, faktor pendukung lainnya
yaitu usia RSUD Labuang Baji lebih tua sehingga lebih dikenal oleh masyarakat
dan pada umumnya mendapat rujukan pasien dari puskesmas yang lebih banyak
dibanding RSUD Haji Makassar, letak RSUD Labuang Baji lebih strategis yang
berkedudukan di daerah padat penduduk dan mudah dijangkau oleh penduduk dari
berbagai arah terutama penduduk dari daerah Gowa karena dilalui oleh jalur
transportasi Gowa-pasar sentral Makassar, jumlah dokter gigi di RSUD Labuang
Baji lebih banyak yaitu sebanyak 10 orang dokter gigi (tanpa dokter gigi spesialis
konservasi) sedangkan, di RSUD Haji hanya memilki enam orang dokter gigi
25
(tanpa dokter gigi spesialis konservasi) dan sarana di RSUD Labuang Baji lebih
memadai dengan jumlah kursi unit sebanyak tiga buah sedangkan, di RSUD Haji
hanya memilki dua buah kursi unit.
Kasus flare-up (Tabel 4.2) RSUD Labuang Baji lebih banyak dibanding
dengan RSUD Haji Makassar yaitu RSUD Labuang Baji Makassar sebesar 5,6%
(21/370) sedangkan, RSUD Haji Makassar sebesar 5,32% (18/338), hal tersebut
mungkin disebabkan karena dokter gigi di RSUD Labuang Baji pada umumnya
merupakan dokter lulusan terbaru (lulusan dokter gigi tahun 2005 ke atas).
Hasil penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian Oshima K, dkk,22
dari 271 pasien yang datang konsultasi di Endodontic Team of the Nippon Dental
University Hospital dari tahun 2003-2008 ditemukan 16 (5,9 %) pasien kasus
flare-up.
Hasil penelitian ini berbeda dengan pendapat Walton dan Torabinejad13
yaitu variasi insiden terjadinya flare-up hanya berkisar 2% sampai dengan 4%, hal
tersebut mungkin disebabkan karena berbagai faktor misalnya tidak adanya tenaga
ahli dibidang perawatan endodontik (dokter spesialis konservasi), adanya
perbedaan lokasi penelitian, serta kurangnya pengetahuan masyarakat dan dokter
gigi mengenai kasus flare-up.
Hasil penelitian ini juga berbeda dengan hasil penelitian Christopher dan
Emmanuel yang menemukan frekuensi flare-up relatif tinggi sehingga
menganggap kasus flare-up harus dipertimbangkan dalam perawatan saluran akar.
Hasil penelitian Christopher dan Emmanuel23 menemukan bahwa dari 160 sampel
26
frekuensi terjadinya flare-up sebesar 16 (10%), hal tersebut dikarenakan lokasi,
kondisi pasien penelitian yang berbeda-beda.
Kasus flare-up (Tabel 4.3) perawatan endodontik baik di RSUD Labuang
Baji maupun RSUD Haji Makassar berdasarkan jenis kelamin lebih banyak terjadi
pada perempuan daripada laki-laki. Ini sesuai dengan hasil penelitian Oshima K,
dkk,22 dari 16 kasus terdapat 13 perempuan dan tiga laki-laki. Jumlah terjadinya
kasus flare-up lebih banyak pada perempuan dibanding laki-laki karena potensi
terjadinya kasus flare-up pada perempuan lebih besar dibandingkan laki-laki, hal
tersebut diperkuat dengan pernyataan Richard E Walton24 yang mengatakan
bahwa sejumlah besar pasien flare-up perawatan endodontik terdapat pada
perempuan, hal tersebut mungkin disebabkan karena faktor hormonal antara
perempuan dan laki-laki berbeda dimana hormon pada perempuan lebih tinggi
dibanding laki-laki, selain itu berdasarkan data jumlah pasien yang datang
berkunjung di RSUD Labuang Baji dan RSUD Haji sebagian besar perempuan
terutama pada kasus perawatan endodontik sehingga potensi terjadinya kasus
flare-up pada perempuan lebih besar.
Kasus flare-up (Tabel 4.4) perawatan endodontik berdasarkan usia lebih
banyak terjadi pada usia 27-36 tahun, karena pada usia tersebut kemungkinan gigi
lebih berpotensi mengalami karies.
Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian dari Yi Fen Chen
dkk,25 flare-up lebih banyak terjadi pada kelompok usia 40-49 tahun sebanyak
empat kasus (2,76%), juga berbeda dengan hasil penelitian Christopher dan
Emmanuel23 yang menyatakan bahwa kasus flare-up paling banyak terjadi pada
27
usia antara 18-20 tahun sebanyak 16 kasus dari 161 perawatan endodontik
(9,93%), adanya perbedaan tersebut mungkin dikarenakan lokasi penelitian yang
berbeda.
Pada penelitian ini kasus flare-up (Tabel 4.5) paling banyak terjadi pada
gigi molar satu rahang bawah. Hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian
yang dilakukan oleh Paul D. Elazer, dkk, 26 yang membandingkan kasus flare-up
gigi molar satu dan molar dua tanpa melihat posisi, rahang atas atau rahang
bawah, dimana hasilnya kasus flare-up lebih banyak terjadi pada gigi molar satu
dibandingkan dengan gigi molar dua, hal tersebut mungkin karena gigi molar satu
merupakan gigi yang berpotensi karies yang lebih besar karena waktu erupsi
molar satu (usia 6-7 tahun) lebih dahulu dari gigi molar yang lain sehingga lebih
dahulu berfungsi, dan khususnya molar satu rahang bawah lebih banyak
mengalami tekanan, selain itu anatomi gigi molar satu pada bagian oklusal
terdapat banyak pit dan fisur yang dalam. 27
28
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Dalam keterbatasan penelitian yang telah dilakukan ini dapat disimpulkan
bahwa :
Jumlah kasus flare-up nampaknya sejalan dengan jumlah perawatan
endodontik di RSUD Labuang Baji Makassar dan RSUD Haji Makassar, serta:
1) Perbandingan kasus flare-up di RSUD Haji Makassar dan RSUD Labuang
Baji Makassar adalah 18 : 21 atau 6 : 7
2) Kasus flare-up lebih banyak terjadi pada perempuan daripada laki-laki
dengan perbandingan 9:4, kelompok usia 27- 36 tahun, dan pada gigi
molar satu rahang bawah
6.2 Saran
1) Perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai kasus flare-up di tempat
yang berbeda dengan sarana yang lebih memadai dari penelitian ini serta
memiliki dokter gigi spesialis konservasi.
2) Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai penangan komplikasi
perawatan endodontik terutama pada kasus flare-up.
29
DAFTAR PUSTAKA
1. Anggita, P.S. 2010. Pengaruh status diabetes mellitus terhadap derajat karies
gigi. Jurnal Media Medika Muda. 1:1-9.
2. Suwelo, I.S. 1992. Karies Gigi Pada Anak Dengan Berbagai Faktor Etiologi.
Ed. ke-1. EGC. Jakarta. Hlm. 12 dan 28.
3. Neelakantan, P. Chandragirl, V.S. dan Jamuna, I. 2012. Bacteriology of deep
carious lesions underneath amalgam restorations with different pulp-capping
materials in vivo analysis. J Appl Oral Sci. 20(2): 143.
4. Mohammadi, Z.Y. 2008. Sodium hypochlorite in endodontics: an update
review. International Dental Journal. 58:329.
5. Bence, R. 2005. Buku Pedoman Endodontik Klinik. Ed. ke-1. UI-PRESS.
Jakarta. Hlm. 1-5.
6. Departemen Kesehatan. 2010. Profil kesehatan Indonesia tahun 2009.
Departemen kesehatan RI. Jakarta.hal. 34
7. Departemen Kesehatan. 2011. Profil kesehatan Indonesia tahun 2010.
Departemen kesehatan RI. Jakarta.hal. 43
8. Hulsmann, H. dan Hahn, W. 2000. Complications during root canal irrigation
– literature review and case reports. International endodontics journal. 33:
186-9.
9. Yingying, S.U. Wang, C. dan Ling, Y.E. 2010. Healing Rate and Post-
obturation Pain of Single- versus multiple-visit Endodontic Treatment for
Infected Root Canals. A Systematic Review. 3:4.
30
10. Farzana, F. Hossain, S.M.I. Islam, S.M.N. dan Rahman M.A. 2010.
Postoperative pain following multi-visit root canal treatment of teeth with
vital and non-vital pulps. JAFMC. 6: 28.
11. Tsesis, I. Faivishevsky, V. Fuss, Z. dan Zukerman, O. 2008. Flare-ups after
endodontic treatment: A Meta-Analysis of literature. JOE.34: 1180.
12. Singh, R.D. Khatter, R. dan Rupam K.B. 2013. Intracanal Medications
Versus Placebo In Reducing Postoperative Endodontic Pain - A Double–
Blind Randomized Clinical Trial. Brazillian Dental Journal.24(1): 25.
13. Walton, E.R, Torabinejad, M. 2007. Prinsip dan praktek ilmu endodonsia.
Penerjemah: Narlan,S. EGC. Jakarta. Hal. 4, 190, dan 601.
14. Chng, H.K. Nah, N.C. Eng, T.K. 2004. Guidelines for root canal treatment.
Singapure Dental Journal. 26(1): 60
15. European Society of Endodontology 2006. Quality guidelines for endodontic
treatment:consensus report of the European Society of Endodontology.
International Endodontic Journal 39:923.
16. Torabinejad, M. dan Walton, R.E. 2009. Endodontics principles and practice.
Ed. ke-4. Saudes elsavier: United States .Hlm. 53-6.
17. Cohen, A.S. dan Brown Clifford D. 2000. Orafacial dental pain emergencies:
endodontik diagnoses and management. Dalam. Pathways of the pulp. Cohen
S, Ed. Ke-8, United States: Mosby. Hlm. 62-3.
18. Cohen, A.S. dan Brown Clifford D. 2000. Orafacial dental pain emergencies:
endodontik diagnoses and management. Dalam. Pathways of the pulp. Cohen
S, Ed. Ke-10, United States: Mosby. Hlm. 62-3.
31
19. Siquera, J.F, and Irving J. Naidorf, DDS.2003. Microbial causes of
endodontic flare-ups. International endodontics journal.36:453-463.
20. Manuel, S.T, Parolia, A, Kundabala, M. Inter-appointment flare-up : A
Review. Kerala dental journal. 35
21. Jayakodi, H, Kailasam, S, Kumaravadivel, K, Thangavelu, B, Mathew, S,
Clinical and pharmacological management of endodontic flare-up. J Pharm
Biolallied Sci.2:294-8
22. Oshima, K. Ishii, T. Ogura, Y. Aoyama, Y. dan Katsuumi, I. 2009. Clinical
investigation of patients who develop neuropathic tooth pain after endodontic
procedure. JOE.35:959.
23. Christopher, U. dan Emmanuel, A. 2010. Flare-up Incidence And Related
Factors In Adults. Journal of dentistry and oral hygiene. 2(2):21
24. Walton, R.E. 2002. Interappointment flare-ups: incidence, releated factors,
prevention, and management. Endodontic Topics.3:67-9.
25. Chen, Y.F. Lin, Y.H. Chen, C.C dan Chen, H.L. 2007. Endodontic flare-ups
and associated factors in a Taiwanese hospital. J Dent Sci.2:42.
26. Elazer, P.D. dan Elazer, K.R. 1998. Flare-up Rate in Pulpally Necrotic Molar
in One-Visit Versus Two-Visit Endodontic Treatment. Journal of
endodontics.24:614-5.
27. Beresescu, L. Pacurar, M dan Blanca, P. 2012. Clinical-Statistik Study
Regarding the Decay of the first Permanent Molars. Romanian journal of
oral rehabilitation. 4:22.