skripsi arif setyo nugroho d0307026/peranan... · daftar lampiran 1. daftar pertanyaan/interview...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERANAN KELOMPOK PENDUKUNG IBU (KP IBU) DALAM
PROGRAM PENINGKATAN CAPAIAN ASI EKSKLUSIF
(Studi Deskriptif Kualitatif Mengenai Peran Kelompok Pendukung Ibu (KP Ibu)
Dalam Program Peningkatan Capaian ASI Eksklusif di Kelurahan Semanggi,
Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta)
Oleh: ARIF SETYO NUGROHO
D0307026
SKRIPSI
Disususn Guna Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Pada
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
JURUSAN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
MOTTO
Seorang Pemenang Tidak Mudah Putus Asa, dan Seorang
Yang Mudah Putus Asa Tidak Akan Pernah Menang
(N.N)
Tidak ada kata gagal. Yang ada hanya sukses atau belajar
(Youth Motivation)
Hidup itu bukan untuk mengeluh, tetapi untuk berjuang dan
memenangkannya.
(Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
PERSEMBAHAN
Dengan segala kerendahan hati, ku persembahkan karya sederhana ini kepada:
Kedua Orang tuaku tercinta. Terima kasih atas segala cinta dan kasih
sayang,
Engkau berikan.
Kakak dan Adikku tersayang dan seluruh Keluarga Besarku. Atas
semua kerukunan dalam berbagi apapun yang kalian ciptakan.
Untuk orang-orang yang membantuku dan sering aku repotkan selamu
aku kuliah hingga terselesainya skripsi ini. Semoga Allah SWT
membalas kebaikan kalian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdu , puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan segala rahmat dan hidayah-NYA sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
PERANAN KELOMPOK
PENDUKUNG IBU (KP IBU) DALAM PROGRAM PENINGKATAN
CAPAIAN ASI EKSKLUSIF (Studi Deskriptif Kualitatif Mengenai Peran
Kelompok Pendukung Ibu (KP Ibu) Dalam Program Peningkatan Capaian
ASI Eksklusif di Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota
Surakarta) guna memperoleh
derajat kesarjanaan jurusan Sosiologi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Terselesaikannya penelitian skripsi ini juga tak lepas dari kerjasama dari
segenap civitas akademis Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh pendidikan di bangku
kuliah dan berbagai kemudahan lainnya. Dalam kesempatan ini, penulis dengan
segala kerendahan hati ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Drs. Pawito Ph, D selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bapak Dr. Bagus Haryono M.Si selaku Ketua Jurusan Sosiologi
Universitas Sebelas Maret Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
3. Bapak Drs. Bambang Santosa, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang
telah membantu Penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini
dengan memberikan nasehat, arahan dan bimbingan.
4. Bapak Drs. H. Supriyadi SN, SU, selaku Pembimbing Akademik yang
telah membimbing dan membantu penulis dalam menyelesaikan studi di
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
5.
motivasi serta pelajaran berharga dalam menghadapi dan menghahargai
hidup yang sebenarnya.
6. Mas Dinding Sugiantoro (MercyCors Jogja) yang telah bersedia
meluangkan waktunya untuk membantu, mengarahkan dan
membimbing penulis dalam melakukan penelitian KP Ibu di kelurahan
Semanggi.
7. Ibu Karyawati dan Ibu Sri Lestari selaku Motivator KP Ibu, dan seluruh
anggota KP Ibu Semanggi (Bu Sri Mulyani, Bu Mulyaningsih, Bu
Kamti, dkk) terima kasih atas informasinya.
8. Ibu Tri Keksi, Am.Keb selaku Bidan wilayah untuk KP Ibu Semanggi,
terima kasih atas informasinya.
9. Bapak Drs. Agus Santoso selaku Kepala Kelurahan Semanggi dan Bu
Unun selaku Sekretaris PKK Kelurahan Semanggi, terima kasih atas
kesediaanya menjadi informan.
10. Ibu Hj. Joko Sartono selaku Ketua Pokja IV PKK Kota Surakarta,
terima kasih atas informasinya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
11. Seluruh Staf Yayasan KAKAK Surakarta terima kasih atas diberinya
kesempatan magang di Yayasan KAKAK, dari kegiatan magang inilah
penulis mengetahui tentang KP Ibu.
12. Teman-teman senasib dan seperjuangan Sosiologi 2007 (Panggio,
Lody, Panjoel, Sigit, Galih, Dian, Antonia, Eko, Bebenk, Rendy, Jono,
Ardhy, Bhagas, Tangguh, Taufik, Joan, Zaid, Kharis, Nurul dan teman-
teman angkatan 2007 semua) terima kasih atas bantuan, dukungan,
semangat dan kebersamaannya selama ini. Senang bisa mengenal
kalian.
13. Teman-
segala Angkatan.
14. Semua pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini.
Semoga segala kebaikan dan bantuan yang telah diberikan kepada Penulis
akan mendapat balasan yang berlipat dari Allah SWT. Amiin.
Karya ini tentu saja tidak lepas dari banyaknya kekurangan dan keterbatasan
yang disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan keterampilan dari Penulis.
Oleh sebab itu saran dan kritik sebagai sesuatu yang dapat menciptakan perbaikan
sangat diharapkan.
Akhir kata, semoga karya sederhana dapat bermanfaat bagi Penulis dan
pihak yang berkepentingan. Amin.
Surakarta, Agustus 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii
HALAMAN MOTTO ................................................................................. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. v
KATA PENGANTAR ................................................................................ vi
DAFTAR ISI ............................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiv
ABSTRAK .................................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Perumusan Masalah .................................................................... 12
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 13
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 13
E. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 14
1. Konsep Yang Digunakan ........................................................ 14
2. Landasan Teori ....................................................................... 25
F. Kerangka Berfikir ....................................................................... 31
G. Definisi Konseptual ................................................................... 33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
H. Metode Penelitian ....................................................................... 34
BAB II DESKRIPSI LOKASI .................................................................... 42
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .......................................... 42
B. Gambaran Objek Penelitian ....................................................... 48
1. Latar belakang berdirinya KP Ibu .......................................... 48
2. Program KP Ibu ...................................................................... 51
3. Pengertian KP Ibu ................................................................... 52
4. Unsur-unsur KP Ibu ................................................................ 52
5. Struktur Pertemuan KP Ibu..................................................... 53
6. Proses Pendirian KP Ibu ......................................................... 53
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................ 54
A. Profil Informan ........................................................................... 54
B. Permasalahan KP Ibu Di Kelurahan Semanggi .......................... 61
1. Capaian Pemberian ASI Eksklusif ......................................... 61
2. Faktor-faktor Yang Melatar belakangi Rendahnya Capaian
ASI Eksklusif ......................................................................... 70
C. Peranan KP Ibu Dalam Program Peningkatan Capaian ASI
Eksklusif .................................................................................... 81
D. Hambatan-hambatan Dalam KP Ibu ........................................... 94
E. Analisis Data ............................................................................... 98
BAB IV PENUTUP .................................................................................... 107
A. Kesimpulan ................................................................................. 107
B. Implikasi ..................................................................................... 108
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
C. Saran ........................................................................................... 113
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 115
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jumlah Bayi Yang Diberi ASI Eksklusif Kota Surakarta Tahun 2010
Tabel 2. Tingkat Kepadatan Penduduk Kota Surakarta
Tabel 3. Jumlah Penduduk Kelurahan Semanggi Menurut Kelompok Usia
Tabel 4. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Tabel 5. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Tabel 6. Jumlah Cakupan ASI Eksklusif Kelurahan Semangi
Tabel 7. Matriks Temuan Hasil Penelitian
Tabel 8. Matriks Temuan Hasil Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka berpikir Peranan KP Ibu Dalam Program Peningkatan
Capaian ASI Eksklusif
Gambar 2. Model Analisis Data Interaktif
Gambar 3. Proses Pendirian KP Ibu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar Pertanyaan/Interview Guide
2. Matriks Hasil Wawancara
3. Permohonan Surat Pengantar Ijin Penelitian
4. Foto Kegiatan KP Ibu Di Semanggi
5. SK Menteri Kesehatan No. 450/MENKES/SK/IV/2004
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
ABSTRAK
Arif Setyo Nugroho, D0307026, PERANAN KELOMPOK PENDUKUNG IBU (KP IBU) DALAM PROGRAM PENINGKATAN CAPAIAN ASI EKSKLUSIF (Studi Deskriptif Kualitatif Mengenai Peran Kelompok Pendukung Ibu (KP Ibu) Dalam Program Peningkatan Capaian ASI Eksklusif di Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta). Skripsi, Surakarta : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Agustus 2011.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang melatar belakangi rendahnya capaian ASI eksklusif di Kelurahan Semanggi dan mengetahui peranan KP Ibu dalam program peningkatan capaian ASI eksklusif. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif yang berusaha memberikan gambaran tentang peran apa saja yang telah KP Ibu dapat berikan dalam program peningkatan capaian ASI eksklusif di kelurahan Semanggi, kecamatan Pasar Kliwon, Surakarta.
Dalam penelitan ini menggunakan paradigma definisi sosial. Dimana pokok persoalan dari paradigma ini adalah tentang tindakan sosial yang dikemukakan oleh Weber. Tindakan sosial merupakan tindakan individu sepanjang tindakanya itu mempunyai arti yang diarahkan kepada tindakan orang lain. Teori yang digunakan adalah teori aksi dari Talcot Parsons, menurut teori ini, manusia merupakan aktor yang aktif,kreatif dan evaluative. Aktor memiliki tujuan dan memikirkan sarana untuk mencapainya.
Lokasi penelitian ini adalah di kelurahan Semanggi, kecamatan Pasar Kliwon, Surakarta. Pemilihan lokasi berdasarkan pertimbangan yaitu, lokasi penelitian terdapat kelompok pendukung ibu yang paling aktif diantara yang lain. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik In-dept interview (wawancara mendalam) dan observasi. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor-faktor yang melatar belakangi rendahnya capaian ASI eksklusif di Kelurahan Semanggi antara lain: Pengetahuan, Pekerjaan, Budaya Masyarakat, Promosi susu formula dan Pengaruh penolong persalinan. Selain itu penelitian ini juga menunjukkan bahwa Kelompok Pendukung Ibu Semanggi RW VII telah melaksanakan perannya sebagai sebuah kelompok. KP Ibu mempunyai peran edukasi, yaitu dengan adanya kegiatan konseling atau penyampaian informasi dari motivator atau dari Bidan wilayah kepada para anggota KP Ibu. Selain itu itu KP Ibu juga sebagai tempat saling berinteraksi antara anggota yang satu dengan yang lain. Dengan adanya shering / saling bertukar pengalaman antar sesama anggota. KP Ibu tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan jumlah Capaian ASI eksklusif saja, namun juga berperspektif membangun rasa percaya diri, saling menumbuhkan sikap positif, dan tidak ada sikap menghakimi dengan pendapat orang lain atau tidak menjudge. Dengan adanya KP Ibu sangat membantu dalam meningkatkan jumlah capaian ASI Eksklusif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
ABSTRACT
Arif Setyo Nugroho, D0307026, THE ROLE OF MATERNAL SUPPORTING GROUP (KP IBU) IN THE PROGRAM OF IMPROVING THE EXCLUSIVE BREASTFEEDING GAIN (A Descriptive Qualitative Study on the Role of Maternal Supporting Group (KP Ibu) in the Program of Improving Exclusive Breastfeeding Gain in Kelurahan Semanggi, Pasar Kliwon Subdistrict, Surakarta City). Thesis, Surakarta: Social and Political Sciences Faculty, Surakarta Sebelas Maret University, August 2011.
The objective of research is to find out the factors contributing to the lower gain of exclusive breastfeeding in Kelurahan Semanggi and to find out the
ving the exclusive breastfeeding gain. This study employed a descriptive qualitative research type attempting to give a description about the role the Maternal Supporting Group has played in the program of improving exclusive breastfeeding gain in Kelurahan Semanggi, Pasar Kliwon Subdistrict, Surakarta.
This research used a social definition paradigm, the main problem of
action as long as that action has a meaning focusing on o
creative and evaluative actor. Actor has objective and thinks about the means of achieving it.
The research location was Kelurahan Semanggi, Pasar Kliwon Subdistrict, Surakarta. The location was selected because in this location has the most active
Semanggi, the exclusive breastfeeding gain is still below standard of 15.6%. The result of research shows that the Maternal Supporting Group of RW
VII has played its role as a group. Maternal Supporting Group plays an educating role, namely through counseling or information delivery activity from the motivator or regional Midwife to the members of Maternal Supporting Group. In addition, the Maternal Supporting Group serves as the place of interaction for all members, through sharing among the members. The Maternal Supporting Group not only aims to increase the number of exclusive breastfeeding gain, but also has perspective of building self-confidence, growing positive attitude, and no attitude
can help increasing the number of exclusive breastfeeding gain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kesehatan adalah hak semua orang, karena tanpa kesehatan manusia
tidak dapat beraktivitas dengan normal. Bahkan ada kata-kata bijak bahwa
kesehatan memang bukan segala-galanya, tapi tanpa kesehatan segalanya tidak
berarti apa-apa. Sehat menurut definisi World Health Organization (WHO)
adalah suatu keadaan sehat fisik, jiwa, sosial dan bukan hanya suatu keadaan
yang bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan atau penderitaan. Untuk tetap
sehat masyarakat melakukan berbagai upaya untuk menjaga dan
meningkatkan kesehatannya. Sementara jika sakit, maka berbagai upaya
pengobatan dan perbaikan kondisi dilakukan untuk kembali sehat. Semua
usaha untuk mencapai kesehatan tersebut, selain dilakukan oleh pribadi,
dilakukan juga oleh pemerintah maupun swasta.
Pada tahun 1991 mantan Presiden Soeharto telah menyebutkan bahwa
sasaran rencana Pembangunan Jangka Panjang II adalah peningkatan kualiatas
manusia dan masyarakat Indonesia. Oleh karena itu dengan manusia
berkualitas sehat, kuat dan cerdas kita dapat mempercepat, memperluas,
memperdalam pembangunan di segala bidang. Salah satu upaya yang
dilakukan adalah dengan melakukan pembinaan kesehatan anak sejak dini
melalui kegiatan kesehatan ibu dan anak, perbaikan gizi balita dan pembinaan
balita agar setiap balita yang dilahirkan akan tumbuh sehat dan berkembang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
menjadi manusia Indonesia yang tangguh dan berkualitas. (Fauzi Muzaham,
1995 : 7)
Agar dapat mempersiapkan manusia yang berkualitas tersebut, maka
kita perlu memelihara gizi anak sejak bayi berada dalam kandungan. Bayi dan
anak yang mendapat makanan yang bergizi akan tumbuh menjadi anak yang
sehat, cerdas dan terhindar dari berbagai penyakit infeksi.Selain
memperhatikan gizi bayi maka perlu memelihara gizi ibu terutama masa hamil
dan menyusui. Menyusui merupakan hal yang umum terjadi pada semua
budaya dan selalu dilakukan karena kelangsungan hidup bayi tergantung pada
air susu ibu. Sebaliknya, cara lain dalam memberi makan bayi-apa yang
diberikan, kapan, bagaimana, dan oleh siapa, berbeda-beda menurut waktu dan
tempat. Jadi, berbagai kebiasaan pemberian makan telah berkembang selama
berabad-abad, melalui proses trial and error (melakukan percobaan dan
belajar dari kesalahan) sehingga setiap orang beradaptasi dengan
lingkungannya yang seringkali orang kemudian akan berpegang kepada
kebiasaan yang dari segi gizi memberikan harapan yang terbaik. (James Akre,
1990 : 69)
Bayi yang lahir dari ibu yang gizinya baik selain dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik juga akan memberi air susu ibu (ASI) yang cukup
untuk bayinya. ASI merupakan makanan bergizi yang paling lengkap, aman,
hygienis dan murah. ASI juga meningkatkan keakraban ibu dan anak yang
bersifat menambah kepribadian anak dikemudian hari. Itulah sebabnya ASI
terbaik untuk bayi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Kebutuhan bayi akan zat gizi sangat tinggi untuk mempertahankan
kehidupannya. Kebutuhan tersebut dapat tercukupi dengan memberikan Air
susu Ibu (ASI) kepada bayi. ASI merupakan makanan yang ideal untuk bayi,
sebab ASI mengandung semua zat gizi untuk membangun dan menyediakan
energy dalam susunan yang diperlukan (Solihin Pudjiadi, 2000:14). ASI
Eksklusif harus diberikan pada bulan- bulan pertama setelah kelahiran bayi,
karena pada masa ini terjadi pertumbuhan fisik, pembentukan psikomotor, dan
akulturasi yang sangat cepat (Deddy Muchtadi, 1996:18).
Pada usia 0-6 bulan sebaiknya bayi juga tidak diberi makanan apapun
karena makanan tambahan mempunyai resiko terkontaminasi yang sangat
tinggi. Selain itu dengan memberikan makanan tambahan pada bayi, akan
mengurangi produksi ASI, karena bayi menjadi jarang menyusu (Deddy
Muchtadi, 1996:73).
Pada kenyataannya, pengetahuan masyarakat tentang ASI eksklusif
masih sangat kurang, misalnya pada masyarakat desa. Ibu sering kali
memberikan makanan padat kepada bayi yang baru berumur beberapa hari
atau beberapa minggu seperti memberikan nasi yang dihaluskan atau pisang.
Kadang- kadang ibu mengatakan air susunya tidak keluar atau keluarnya
hanya sedikit pada harihari pertama kelahiran bayinya, kemudian membuang
ASInya tersebut dan menggantikannya dengan madu, gula, mentega, air atau
makanan lain. Hal ini tidak boleh dilakukan karena air susu yang keluar pada
hari- hari yang pertama kelahiran adalah kolostrom (Dedy Muchtadi,
1996:39).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Pemberian ASI eksklusif dianjurkan sampai bayi berusia enam bulan.
Setelah berumur enam bulan bayi mulai diberi makanan pendamping ASI atau
makanan padat yang benar dan tepat. Air susu ibu harus tetap diberikan
sampai bayi berusia dua tahun atau lebih, karena ASI akan memberikan
sejumlah zat- zat gizi yang berguna untuk pertumbuhan bayi, seperti lemak,
protein bermutu tinggi, vitamin dan mineral (Deddy Muchtadi, 1996:39).
Pada zaman sekarang ini terjadi peningkatan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang demikian pesat. Saat ini, pengetahuan lama yang mendasar
seperti menyusui sudah semakin terlupakan. Di masa sekarang ini ibu yang
mempunyai tingkat sosial ekonomi menengah ke atas terutama di perkotaan,
dengan tingkat pendidikan yang cukup, justru tidak memberikan ASI dengan
tepat dan sesuai dengan praktek pemberian ASI eksklusif terhadap bayi.
Praktek pemberian ASI eksklusif di kota besar mengalami penurunan,
sedangkan di daerah pedesaan sering terjadi pemberian makanan tambahan
yang diberikan tidak pada usia yang telah dianjurkan (Haryono Suyono,
1989:7).
Balita di Indonesia yang mendapatkan ASI menunjukkan tingkat
kekurangan gizi yang lebih rendah, dan menghadapi resiko lebih kecil
terserang diare atau penyakit pernapasan lainnya dibandingkan dengan anak
balita yang tidak mendapatkan ASI (mendapat susu dari botol). Air susu ibu
mengandung zat-zat kekebalan serta gizi yan diperlukan untuk mencegah atau
mengurangi serangan penyakit- penyakit yang melemahkan tubuh, air susu ibu
memiliki manfaat yang sangat penting bagi pertumbuhan dan kesehatan anak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
balita. Air susu ibu juga merupakan sumber ekonomi utama. Dalam
perekonomian Indonesia harga bersih seluruh air susu ibu diperkirakan dapat
bernilai jutaan dolar (Haryono Suyono, 1989:7).
Menurut Survey Kesehatan dan Demografi Indonesia (SKDI) pada
tahun 2009-2010, jumlah pemberian ASI Eksklusif pada bayi dibawah usia
dua bulan hanya mencakup 64% dari bayi seluruhnya. Prosentase tersebut
menurun seiring dengan bertambahnya usia bayi, yaitu 46% pada bayi usia 2-3
bulan dan 14% pada bayi usia 4-5 bulan. Yang lebih memprihatinkan adalah
13% bayi dibawah usia 2 bulan telah diberikan susu formula, dan 30% bayi
usia 2-3 bulan telah diberikan makanan tambahan.
Data Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa di Indonesia hanya
14% bayi mendapat ASI eksklusif sampai usia 5 bulan dan hanya 8% bayi
mendapat ASI eksklusif sampai usia 6 bulan.
Banyaknya bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif kemungkinan
dipengaruhi oleh karakteristik ibu seperti umur ibu yang terlalu muda saat
pertama melahirkan sehingga tidak mengerti akan kebutuhan bayi, dan lebih
mementingkan keindahan tubuh pasca melahirkan, pengaruh pekerjaan,
pendidikan yang rendah serta pengetahuan yang kurang atau diakibatkan oleh
kurangnya informasi dari pihak kesehatan, keluarga dan masyarakat.
(Soetjiningsih, 1997 : 27)
Dari berbagai studi dan pengamatan menunjukkan bahwa dewasa ini
terdapat kecenderungan penurunan penggunaan ASI dan mempergunakan
pemberian ASI dengan susu fomula di masyarakat. Dengan kenaikan tingkat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
partisipasi wanita dalam angkatan kerja dan peningkatan sarana komunikasi
dan transportasi yang memudahkan periklanan susu buatan serta luasnya
distribusi susu buatan terdapat kecenderungan menurunnya kesediaan
menyusui maupun lamanya menyusui baik dipedesaan dan diperkotaan.
Menurunnya jumlah ibu yang menyusui sendiri bayinya pada mulanya
terdapat pada kelompok ibu di kota-kota terutama pada keluarga
berpenghasilan cukup yang kemudian menjalar sampai ke desa-desa.
Meskipun menyadari pentingnya pemberian ASI tetapi budaya modern dan
kekuatan ekonomi yang semakin meningkat telah mendesak para ibu untuk
segera menyapih anaknya dan memilih air susu buatan sebagai jalan
keluarnya. Meningkatnya lama pemberian ASI dan semakin meningkatnya
pemberian susu botol menyebabkan kerawanan gizi pada bayi dan balita.
UNICEF menyatakan, sebanyak 30.000 kematian bayi di Indonesia
dan 10 juta kematian anak balita di dunia setiap tahunnya bisa dicegah melalui
pemberian ASI (Air Susu Ibu) secara eksklusif selama enam bulan sejak
kelahiran, tanpa harus memberikan makanan atau minuman tambahan pada
bayi.
Meskipun manfaat memberikan ASI eksklusif dapat membantu
pertumbuhan dan perkembangan anak telah diketahui secara luas, namun
kesadaran para ibu untuk memberikan ASI ekslusif di Indonesia baru sekitar
14%, itu pun diberikan hanya sampai bayi berusia empat bulan. UNICEF
menyebutkan bukti ilmiah terbaru, yang juga dikeluarkan oleh Journal
Paediatrics ini, bahwa bayi yang diberikan susu formula memiliki
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
kemungkinan untuk meninggal dunia pada bulan pertama kelahirannya. Dan
peluang itu 25 kali lebih tinggi dibandingkan bayi yang disusui oleh ibunya
secara eksklusif.
Banyaknya kasus kurang gizi pada anak-anak berusia di bawah dua
tahun yang sempat melanda beberapa wilayah Indonesia dapat diminimalisir
melalui pemberian ASI eksklusif. Oleh sebab itu, sudah sewajarnya ASI
eksklusif dijadikan sebagai prioritas program di negara kita yang sedang
berkembang.
UNICEF menyebutkan bahwa ketidaktahuan ibu tentang pentingnya
ASI, cara menyusui dengan benar, serta pemasaran yang dilancarkan secara
agresif oleh para produsen susu formula merupakan faktor penghambat bagi
terbentuknya kesadaran orang tua dalam memberikan ASI eksklusif. (Journal
Paediatrics, 2006)
Khusus di Indonesia, angka kematian ibu saat melahirkan sangat
tinggi dan salah satu penyebabnya adalah perdarahan setelah melahirkan.
Dengan memberdayakan para ibu mampu melakukan pemberian ASI secara
optimal maka kejadian perdarahan bisa dikurangi dan Resiko kematian Ibu
bisa diperkecil.
Berdasarkan Survey Kesehatan dan Demografi Indonesia (SKDI),
menunjukkan bahwa angka cakupan ASI eksklusif 6 bulan di Indonesia
mengalami penurunan, yaitu dari 42,4% (1997) menjadi 39,5% (2003). Dan
angka cakupan ASI eksklusif 6 bulan di Propinsi Jawa Tengah juga
mengalami penurunan, yaitu dari 28,8% (2006) menjadi 27,95% (2007). Dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
untuk Kota Surakarta sendiri Angka cakupan ASI eksklusif 6 bulan juga
mengalami penurunan, yaitu dari 49% (2007) menjadi 20-30% (2009).
Tabel 1
Jumlah Bayi Yang Diberi ASI Eksklusif
Kota Surakarta
Tahun 2010
No Kecamatan Puskesmas Jumlah Bayi
0-6 Bulan
Jumlah Bayi Yang
Diberi ASI Eksklusif
Jumlah %
1 Laweyan 1.113 176 15,82
Pajang 647 94 13,95
Penumping 193 25 12,99
Purwosari 246 57 23,17
2 Serengan 488 81 16,60
Jayengan 286 70 25
Kratonan 203 11 5,43
3 Pasar Kliwon 839 161 19,20
Gajahan 241 126 52,39
Sangkrah 598 35 5,85
4 Jebres 1.120 230 20,54
Purwodiningratan 253 168 67
Ngoresan 218 31 14
Sibela 348 29 8,33
Pucangsawit 302 2 0,66
5 Banjarsari 1.642 521 31,73
Nusukan 271 222 82,07
Manahan 251 25 9,98
Gilingan 305 105 34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Banyuanyar 260 57 21,92
Setabelan 159 47 30
Gambirsari 398 65 16
Jumlah (Kab/Kota) 5.201 1.169 22,48
Tahun 2009 4.528 465 10,27
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Surakarta, 2010
Dari data di atas menunjukkan bahwa cakupan ASI eksklusif di Kota
Surakarta masih sangat rendah, yaitu hanya 22,48%, angka ini telah
mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yang hanya mencapai
10,27%. Hal ini menunjukkan bahwa cakupan ASI Eksklusif di Kota
Surakarta ini masih sangat rendah jika dibandingkan dengan standar nasional
angka cakupan ASI Eksklusif yaitu sebesar 80 %.
Capaian ASI eksklusif > 35% = Rendah Capaian ASI eksklusif 36% 75% = Sedang Capaian ASI eksklusif 75% < = Tinggi Sumber : Dinas Kesehatan.
Di Kota Surakarta, didasarkan juga pada informasi di Harian Solopos
yang menyatakan bahwa di Kota Surakarta sebanyak 140 anak berusia di
bawah lima tahun (Balita) mengalami berat badan kurang, atau dalam istilah
kesehatan biasa dikenal dengan istilah di bawah garis merah (BGM). Jika
kondisi ini berlanjut, ke 140 anak ini akan berpotensi kurang gizi dan jika
masih dibiarkan berlanjut akan berpotensi busung lapar. (Solopos, 4 Juni
2010). Informasi yang diperoleh dari Dinas Kesehatan, saat dilakukan audiensi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
oleh Yayasan KAKAK dengan Dinas Kesehatan, diperoleh informasi bahwa
saat ini (tahun 2010) cakupan pemberian ASI Eksklusif di Kota Surakarta
adalah 25 %. Hal ini tentunya masih sangat jauh dari yang diharapkan,
terlebih saat ini Kota Surakarta termasuk menjadi salah satu kota yang
dikembangkan menjadi Kota Layak Anak.
Demikian juga situasi di 2 Kelurahan di Kota Surakarta, yaitu
Kelurahan Semanggi dan Kelurahan Jebres. Data yang dihimpun dari
pusksemas Jebres, jumlah ibu hamil : 487 orang dan jumlah bayi 0-6 bulan :
186 anak. Sedangkan dari Kalurahan Semanggi, data yang dihimpun dari
pusksemas menunjukkan bahwa jumlah ibu hamil : 538 orang dan jumlah bayi
0-6 bulan : 235 anak. Cakupan pemberian ASI Eksklusif di 2 kalurahan ini
adalah : Kelurahan Semanggi 15,6% dan Kelurahan Jebres 15,6%. Di
Kelurahan Jebres dan Semanggi telah berjalan program gerakan sayang bayi.
Kegiatan yang dilakukan adalah :
memberikan pelatihan dan refresing tentang pemberian ASI
Eksklusif kepada Kader Posyandu.
memberikan penyuluhan kepada ibu hamil dan menyusui (di
jadwal Posyandu)
menerapkan program Desa Siaga, yakni menggerakkan masyarakat
untuk responsif terhadap ibu hamil dan warga yang sakit.
membentuk kelompok peduli kesehatan : tim penanggulangan
warga yang sakit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Sebenarnya sudah ada kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan
capaian ASI Eksklusif. Kegiatan tersebut bersifat penyuluhan dan edukasi,
seperti kelas Ibu hamil dan kelas Ibu menyusui. Namun kegiatan itu belum
mampu meningkatkan capaian ASI Eksklusif secara signifikan, karena
kegiatan penyuluhan dan edukasi tersebut bersifat satu arah antara penyuluh
dengan peserta, dimana kegiatan itu menempatkan peserta hanya sebgai objek.
Jadi kegiatan ini dirasakan kurang berhasil dan kurang mengenai sasaran.
Kegiatan KP Ibu merupakan kegiatan pemberdayaan masyarakat.
Kegiatan ini berbeda dengan kegiatan-kegiatan yang ada sebelumnya. Dalam
kegiatan berjalan bukan hanya satu arah saja, kegiatan ini menempatkan para
peserta atau anggota sebagai subjek yang proses kegiatannya adalah belajar,
bercerita dan berbagi pengalaman yang semuanya dipandu oleh seorang
motivator
Di Kelurahan Semanggi dan Kelurahan Jebres telah terbentuk
Kelompok Pendukung Ibu (KP IBU), yang bertujuan untuk meningkatkan
capaian ASI Eksklusif di Kelurahan Semanggi dan Jebres tersebut.
Kelompok Pendukung Ibu di Surakarta pada awalnya hanya ada di 2
kelurahan, yaitu di Kelurahan Semanggi dan Kelurahan Jebres. Kelompok
Pendukung Ibu ini terbentuk mulai pertengahan tahun 2010, tepatnya pada
bulan Juli 2010. Kelompok Pendukung Ibu (KP IBU) ini terbentuk atas
kerjasama pemerintah kota Surakarta, dalam hal ini adalah Dinas Kesehatan,
dan dari pihak-pihak terkait yang membantu menangani permasalahan Ibu dan
bayi, diantaranya ada Yayasan KAKAK, maupun dari Ibu-ibu PKK setempat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Kelompok Pendukung Ibu (KP IBU) di Kelurahan Semanggi ini telah
berjalan selama kurang lebih setengah tahun, dan masih aktif sampai sekarang.
Dalam kelompok ini tentunya ada beberapa kegiatan di dalamnya.
Diantaranya adalah penyuluhan mengenai pentingnya ASI Eksklusif bagi bayi,
mentoring untuk ibu yang menyusui dan ibu hamil, kunjungan rumah / home
visit yang dilakukan kepada ibu baru melahirkan, dan evaluasi kegiatan KP
IBU. Semua kegiatan tersebut dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan
capaian ASI Eksklusif di wilayah Kelurahan Semanggi, dan bisa berkembang
lagi untuk seluruh wilayah Kota Surakarta.
Dengan adanya Kelompok Pendukung Ibu (KP IBU) ini, diharapkan
mampu berperan besar dalam meningkatkan capaian ASI Eksklusif. Dan
dengan kerjasama Pemerintah Kota Surakarta dan pihak-pihak terkait
diharapkan bisa mengembangkan Kelompok Pendukung Ibu (KP IBU) ini di
seluruh wilayah Kota Surakarta, dimana Kota Surakarta merupakan salah satu
kota dengan tingkat capaian ASI Eksklusif yang rendah.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Mengapa tingkat pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Semanggi,
Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta masih rendah?
2. Bagaimana peran Kelompok Pendukung Ibu (KP Ibu) dalam Program
Peningkatan Capaian ASI Eksklusif di Kelurahan Semanggi, Kecamatan
Pasar Kliwon Kota Surakarta.?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
C. TUJUAN PENELITIAN
Dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui tentang hal-hal sebagai berikut:
1. Mengetahui faktor-faktor yang melatar belakangi tingkat pemberian ASI
Ekslusif di Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta
yang masih rendah.
2. Mengetahui peran Kelompok Pendukung Ibu (KP Ibu) dalam Program
Peningkatan Capaian ASI Eksklusif di Kelurahan Semanggi, Kecamatan
Pasar Kliwon Kota Surakarta.
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Praktis
a. Sebagai bahan informasi bagi pembuat dan pengambil
keputusan/stakeholder daerah Kota Surakarta.
b. Sebagai bahan evaluasi bagi Pemerintah akan program-program
yang telah diberlakukan yang menyangkut tentang ASI eksklusif di
Kota Surakarta.
2. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini dapat memberikan kontribusi dan
sumbangan pemikiran bagi ilmu pengetahuan serta memperluas
khasanah ilmu terutama Sosiologi serta penelitian sejenis.
3. Manfaat Akademis
Sebagai syarat kelulusan setrata satu (S1) Jurusan Sosiologi Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
E. TINJAUAN PUSTAKA
1. Konsep yang digunakan
a. Peranan
menurut Hendrop
menjelaskan fungsi seseorang dan dibuat atas dasar tugas-tugas yang
nyata dilakukan seseorang. Setiap orang akan melakukan dengan cara-
Wujud dari peranan
itu adalah tugas-tugas yang dijalankan oleh seseorang berkaitan
dengan posisi atau fungsinya dalam masyarakat.
Dalam kamus sosiologi, peranan dapat didefinisikan dalam beberapa
hal, yakni sebagai berikut :
1) Aspek dinamis dari kedudukan
2) Perangkat hak-hak dan kewajiban
3) Perilaku actual dari pemegang kedudukan
4) Bagian dari aktivitas yang dimainkan oleh sesorang. (Soekanto,
1985 : 440)
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa apabila
seseorang telah melaksanakan hak-hak dan kewajiban-kewajiban
sesuai dengan kedudukannya (status), maka ia telah menjalankan
peranannya. Kedudukan tertentu yang ditempati individu akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
menimbulkan harapan-harapan. Harapan yang ada di dalam peranan,
ada 2 hal yaitu :
1) Harapan dari masyarakat terhadap pemegang peran atau
kewajiban-kewajiban dari pemegang peran.
2) Harapan-harapan yang dimilki oleh si pemegang peran terhadap
-orang yang berhubungan
dengannya dalam menjalankan peranannya atau kewajiban-
kewajibannya (Berry, 1982:101)
Pembahasan peranan-peranan tertentu yang melekat pada lembaga atau
organisasi dalam lembaga masyarakat penting bagi hal-hal sebagai
berikut :
1) Peranan-peranan tertentu harus dilaksanakan apabila
hendak mempertahankan struktur masyarakat.
2) Peranan tersebut diletakkan pada individu-individu yang
oleh masyarakat dianggap mampu melaksanakannya.
3) Individu yang tidak melaksanakan peranannya sebagaimana
yang diharapkan masyarakat, pelaksanaanya memerlukan
pengorbanan yang terlalu banyak dari kepentingan.
4) Apabila semua orang sanggup dan mampu melaksanakan
peranannya, belum tentu masyarakat memberikan peluang
yang seimbang. Bahkan seringkali terlihat masyarakat
terpaksa membatasi peluang tersebut (Soekanto, 2000: 272)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Dari uraian diatas, peranan-peranan dapat dilihat sebagai bagian dari
struktur masyarakat, misalnya peranan kelompok pendukung ibu (KP
Ibu) yang diciptakan oleh masyarakat bagi manusia. Walaupun
peranan adalah bagian dari struktur masyarakat, tetapi peranan tersebut
hanya ada selama peranan-peranan itu diisi oleh individu.
Pentingnya peranan adalah bahwa hal tersebut mengatur perilaku
seseorang atau organisasi dan juga menyebabkan seseorang atau
organisasi pada batas-batas tertentu dapat memprediksi perbuatan
orang lain, sehingga orang atau organisasi yang bersangkutan akan
dapat menyesuaikan perilaku sendiri dengan perikelakuan orang-orang
sekelompoknya.
Peranan selalu dikaitkan dengan status, status merupakan posisi yang
dimiliki seseorang. Wujud dari status dan peran itu adalah tugas yang
dijalankan oleh seseorang berkaitan dengan posisi dan fungsinya
dalam masyarakat, salah satunya adalah peranan kelompok pendukung
ibu (KP Ibu).
Kelompok pendukung ibu (KP Ibu) merupakan pemeran dalam
meningkatkan capaian ASI Eksklusif untuk masyarakat. Dimana dalam
kelompok tersebut terdapat kedudukan atau tugas masing-masing dari
pengurus atau anggota, sehingga dalam keberadaan kelompok
pendukung ibu (KP Ibu) dapat dirasakan oleh masyarakat pada
umumnya dan para anggota pada khususnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
b. Kelompok Pendukung
Kelompok Pendukung disebut lembaga kemasyarakatan karena
lembaga kemasyarakatan merupakan sistem tata kelakuan dan
hubungan yang berpusat kepada aktifitas-aktifitas untuk memenuhi
kompleks-kompleks kebutuhan khusus dalam kehidupan masyarakat
(Koentjaraningrat, 1984 : 134)
Lembaga kemasyarakatan sebagai tata cara atau prosedur yang
telah diciptakan untuk mengatur hubungan antar manusia yang
berkelompok dalam suatu kelompok kemasyarakatan yang dinamakan
asosiasi (Robert Mac Iver dan Charles H. Page). Seorang sosiolog lain
yaitu Summer melihatnya dari sudut kebudayaan, mengartikan
lembaga kemasyarakatan sebagai perbuatan, cita-cita, sikap dan
perlengkapan kebudayaan, bersifat kekal serta bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakat. Pentingnya adalah agar
ada keteraturan dan integrasi dalam masyarakat. Lembaga-lembaga
kemasyarakatan yang bertujuan memenuhi kebutuhan-kebutuhan
pokok manusia pada dasarnya mempunyai beberapa fungsi, yaitu :
1) Memberikan pedoman pada anggota masyarakat, bagaimana
mereka harus bertingkah laku dan bersikap di dalam
menghadapi masalah-masalah, terutama yang menyangkut
kebutuhan-kebutuhan.
2) Menjaga keutuhan masyarakat. Memberikan pegangan kepada
masyarakat untuk mengadakan sistem pengendalian sosial
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
(sosial control). Artinya, sistem pengawasan masyarakat
terhadap tingkah laku anggota-anggotanya.
Menurut Gillin dan Gillin dalam karyanya yang berjudul
General Features of Social instructions, menguraikan beberapa cirri
umum lembaga kemasyarakatan, sebagai berikut :
1) Suatu lembaga kemasyarakatan adalah organisasi pola-pola
pemikiran dan pola-pola perilaku yang terwujud melalui
aktifitas-aktifitas kemsyarakatan dan hasil-hasilnya.
2) Suatu tingkat kekekalan tertentu mempunyai ciri dari semua
lembaga kemasyarakatan.
3) Lembaga kemasyarakatan mempunyai satu atau beerapa
tujuan tertentu yang sejalan dengan fungsi lembaga yang
bersangkutan.
4) Lemga kemasyarakatan mempunyai alat-alat perlengkapan
yang dipergunakan untuk mencapai tujuan lembaga yang
bersangkutan.
5) Lembga-lembaga biasanya juga merupakan cirri khas dari
lembaga kemasyarakatan.
6) Suatu lembaga kemasyarakatan mempunyai tradisi tertulis
ataupun yang tak tertulis, yanh merumuskan tujuannya, tata
tertib yang berlaku dan lain-lain. (Soejono Soekanto, 1990
:230)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Lembaga kemasyarakatan antara lain seperti RT (Rukiun Tetngga) dan
RW (Rukun Warga). Dalam masyarakat yang sudah kelompok,
individu biasanya menjadi anggota kelompok sosial tertentu, seperti
RT dan RW. Ibu-ibu menyusui, ibu hamil dan teman sebaya dari
mereka membentuk kelompok dalam masyarakat yang memiliki
kepentingan dan tujuan yang sama serta persamaan nasib. Mereka
adalah kelompok-kelompok kecil yang hubungan antara anggotanya
saling rapat, kenal-mengenal antar anggota serta kerjasama erat yang
bersifat pribadi sebagai kelompok primer. (Soerjono Soekanto 1990:
125-136).
Kelompok Pendukung Ibu (KP IBU) ini merupakan suatu kelompok
teman sebaya dimana anggotanya adalah ibu menyusui dan ibu hamil
yang memilki tujuan yang sama yaitu meningkatkan tingkat capaian
ASI Eksklusif di Kelurahan Semanggi.
c. ASI
1) Pengertian ASI
Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan
protein, laktosa dan garam-garam anorganik yang sekresi oleh
kelenjar mamae ibu, yang berguna sebagai makanan bagi bayinya.
Sedangkan ASI Ekslusif adalah perilaku dimana hanya
memberikan Air Susu Ibu (ASI) saja kepada bayi sampai umur 4
(empat) bulan tanpa makanan dan ataupun minuman lain kecuali
sirup obat. (James Akre, 1990 : 28)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Menyusui sangatlah penting bagi kesehatan bayi, namun hal
ini belum mendapat respon yang positif dari sebagian besar
masyarakat, oleh karena itu kita harus mendukung agar Ibu
memberi ASI atau menyusi anaknya, hal ini sesuai dengan kutipan
dari International Breastfeeding Journal 2008.
"We see the management of mastitis as an illustration of health
professionals' management of wider breastfeeding issues. If health
professionals don't know how to manage this common problem,
how can they be expected to manage less common conditions such
as a breast abscess or nipple/breast candidiasis? There is an
urgent need for more clinical research into breastfeeding problems
and to improve the education of health professionals to enable
them to promote breastfeeding and support breastfeeding women."
Amir LH, Ingram J
Health professionals' advice for breastfeeding problems: Not good
enough!
International Breastfeeding Journal 2008, 3:22
"Kami melihat pengelolaan mastitis sebagai ilustrasi manajemen kesehatan profesional 'masalah menyusui yang lebih luas Jika profesional kesehatan tidak tahu bagaimana mengelola masalah umum ini,. bagaimana mereka bisa diharapkan untuk mengelola kondisi kurang umum seperti abses payudara atau kandidiasis puting payudara / Ada kebutuhan mendesak untuk penelitian klinis yang lebih menjadi masalah menyusui dan untuk meningkatkan pendidikan profesional kesehatan yang memungkinkan mereka untuk mempromosikan perempuan menyusui dan mendukung menyusui.?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
ASI dalam jumlah cukup merupakan makanan terbaik pada
bayi dan dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 4 bulan
pertama. ASI merupakan makanan alamiah yang pertama dan
utama bagi bayi sehingga dapat mencapai tumbuh kembang yang
optimal
2) Kebaikan ASI
Asi sebagai makanan alamiah adalah makan terbaik yang
dapat diberikan oleh seorang ibu kepada anak yang dilahirkannya.
a) Kandungan ASI dan keburukan pemberian makanan
buatan
(1.) ASI selalu merupakan bahan makanan terbaik untuk bayi
walaupun ibu sedang sakit, hamil, haid atau kurang gizi
kandungan ASI. ASI mengandung semua zat gizi yang
diperlukan bayi dalam 4 6 bulan I kehidupan, dianjurkan
agar kepada masa ini hanya diberikan ASI.
(2.) ASI mengandung protein dan lemak yang paling cocok
untuk bayi dalam jumlah yang tepat.
(3.) ASI mengandung lebih banyak laktosa (gula susu) daripada
susu lainnya dan laktosa merupakan zat yang diperlukan
bagi manusia.
(4.) ASI mengandung vitamin yang cukup bagi bayi. Bayi
selama 6 bulan tidak memerlukan vitamin tambahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
(5.) ASI mengandung zat besi yang cukup untuk bayi. Tidak
terlalu banyak zat besi yang dikandung, tetapi zat besi ini
diserap usus bayi dengan baik. Bayi yang disusui tidak akan
menderita anemia kekurangan zat besi.
(6.) ASI mengandung cukup air bagi bayi bahkan pada iklim
yang panas.
(7.) ASI mengandung garam, kalsium dan fosfat dalam jumlah
yang tepat
b) Cara ASI melindungi bayi terhadap infeksi
Bayi yang disusui lebih sedikit terkena diare
dibandingkan dengan bayi yang diberikan makanan buatan.
Bayi tersebut juga lebih sedikit menderita saluran pernafasan
dan telinga tengah.
Bayi yang diberi ASI menderita infeksi lebih sedikit karena :
bayi sakit.
ung antibodi (zat kekebalan) imunoglobulin
terhadap bakteri infeksi.
Hal ini akan membantu melindungi bayi sampai bayi
bisa membuat antibodinya sendiri.
o ASI mengandung sel darah putih (leukosit) hidup yang
membantu memerangi infeksi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
o ASI mengandung zat yang disebut faktor bifidus yang
membantu bakteria khusus, yaitu laktobacillus bifidus,
tumbuh dalam usus halus bayi. Laktobacillus bitidus
mencegah bakteria berbahaya lainnya tumbuh dan
menyebabkan diare.
o ASI mengandung laktoferin yang mengikat zat besi. Hal ini
mencegah pertumbuhan beberapa bakteria berbahaya yang
memerlukan zat besi. (James Akre, 1990 : 36)
Breastfeeding of child
"Breastfeeding is recognized as an important public
health issue with enormous social and economic implications.
In order to help women breastfeed successfully there is a need
to understand both the physiology of lactation and the social
and cultural context within which breastfeeding occurs.
International Breastfeeding Journal invites manuscripts from
around the world, which address all of these aspects, including
the impediments to breastfeeding, the health effects of not
breastfeeding for infants and their mothers, and the
management of breastfeeding problems."
Amir LH
Introducing a new journal
International Breastfeeding Journal 2006, 1:1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Menyusui Bayi "Menyusui diakui sebagai masalah kesehatan
masyarakat yang penting dengan implikasi sosial dan ekonomi yang sangat besar. Dalam rangka membantu wanita menyusui dengan sukses. ada kebutuhan untuk memahami kedua fisiologi laktasi dan konteks sosial dan budaya di mana menyusui terjadi. Internasional Menyusui Jurnal mengundang manuskrip dari seluruh dunia, yang alamat semua aspek, termasuk hambatan untuk menyusui, efek kesehatan dari tidak menyusui bagi bayi dan ibu mereka, dan pengelolaan mas
c) Produksi ASI
Proses terjadinya pengeluaran air susu dimulai atau
dirangsang oleh isapan mulut bayi pada putting susu ibu.
Gerakan tersebut merangsang kelenjar Pictuitary Anterior
untuk memproduksi sejumlah prolaktin, hormon utama yang
mengandalkan pengeluaran Air Susu. Proses pengeluaran air
susu juga tergantung pada Let Down Replex, dimana hisapan
putting dapat merangsang kelenjar Pictuitary Posterior untuk
menghasilkan hormon oksitolesin, yang dapat merangsang
serabutotot halus di dalam dinding saluran susu agar
membiarkan susu dapat mengalir secara lancar.
Kegagalan dalam perkembangan payudara secara
fisiologis untuk menampunga air susu sangat jarang terjadi.
Payudara secara fisiologis merupakan tenunan aktif yang
tersusun seperti pohon tumbuh di dalam putting dengan cabang
yang menjadi ranting semakin mengecil.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Susu diproduksi pada akhir ranting dan mengalir kedalam
cabang-cabang besar menuju saluran ke dalam putting. Secara
visual payudara dapat di gambarkan sebagai setangkai buah
anggur, mewakili tenunan kelenjar yang mengsekresi dimana
setiap selnya mampu memproduksi susu, bila sel-sel
Myoepithelial di dalam dinding alveoli berkontraksi, anggur
tersebut terpencet dan mengeluarkan susu ke dalam ranting
yang mengalir ke cabang-cabang lebih besar, yang secara
perlahan-lahan bertemu di dalam aerola dan membentuk sinus
lactiterous. Pusat dari areda (bagan yang berpigmen) adalah
putingnya, yang tidak kaku letaknya dan dengan mudah dihisap
(masuk kedalam) mulut bayi
2. Landasan Teori
Dengan melihat kenyataan diatas, maka paradigma yang digunakan dalam
penelitian ini adalah paradigma definisi sosial yang membahas mengenai
tindakan sosial (social action). Paradigma definisi sosial mempunyai tiga
teori yang menjelaskan yaitu teori aksi (action theory), interaksionisme
simbolik (symbolic interaction), dan fenomenologi (phenomenology).
Ketiganya mempunyai kesamaan, namun ketiganya juga memiliki
perbedaan (Ritzer, 1992: 49).
Apabila dilihat kesamaannya sangat banyak sekali yaitu kesemuanya
mengambil eksemplar dari karya Max Weber. Dan dari ketiganya teori
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
tersebut menurut mereka, manusia adalah actor yang kreatif dari realitas
sosialnya. Weber sangat tertarik pada masalah sosiologis yang luas
mengenai struktur sosial dan kebudayaan, dan cara untuk melakukan studi
menurut Weber adalah dengan pemahaman yang mendalam terhadap
tindakan sosial individu. Atas dasar rasionalitas tindakan sosial, Weber
membedakannya kedalam empat tipe.
Tipe tindakan sosial tersebut adalah: (D.P Johnson, 1986:219-222) (Ritzer,
2003:40-41)
a. Rasional Instrumental (zweckrationaliat)
Tindakan rasional tertinggi ini meliputi pertimbangan dan pilihan ang
sadar yang berhubungan dengan tujuan tindakan itu dan alat yang
dipergunakan untuk mencapainya.
b. Rasionalitas yang Berorientasi Nilai (wetrationaliat)
Dibandingkan dengan rasionalitas instrumental, sifat rasional yang
berorientasi nilai yang penting adalah bahwa alat-alat hanya
merupakan objek pertimbangan dan perhitungan sadar, tujuan sudah
ada dalam hubungannya dengan nilai-nilai individu yang bersifat
absolut atau merupakan nilai akhir baginya.
c. Tindakan Tradisional
Tindakan tradisional merupakan tipe tindakan sosial yang bersifat non
rasional. Weber melihat bahwa tipe tindakan ini sedang hilang karena
meningkatnya rasionalitas instrumental.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
d. Tindakan Afektif
Tindakan ini ditandai oleh dominasi perasaan atau emosi tanpa
refleksi intelekual atau perencanaan yang sadar. Apalagi tipe ini
sangat sesuai dengan kewajiban atau peran Kelompok Pendukung
(KP) Ibu dalam program ASI Eksklusif, yaitu membantu kepada ibu-
ibu menyusui untuk memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya. Jadi
yang terpenting di sini adalah ikatan batin antara anggota KP Ibu dan
Ibu-ibu menyusui, bukan karena kewajiban semata.
Selain tipe-tipe diatas, tindakan sosial dapat pula dibedakan dari sudut
waktu sekarang, waktu lalu atau waktu akan datang. Dilihat dari segi
sasarannya, yang menjadi sasaran tindakan si aktor dapat berupa
seseorang individu atau sekumpulan orang (ibid, 1985 : 44)
Dalam penelitian ini peran kelompok pendukung Ibu (KP Ibu) merupakan
tindakan yang nyata-nyata diarahkan kepada masyarakat sekitar. Tindakan
para anggota KP Ibu tersebut dengan sengaja dengan tujuan untuk
menciptakan kesehatan masyarakat lingkungannya.
Untuk mengkaji permasalahan mengenai peran kelompok pendukung Ibu
(KP Ibu) dalam Program ASI Eksklusif di Kelurahan Semanggi,
Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta dapat ditelaah dengan berbagai
teori diantaranya dengan menggunakan Teori Aksi.
Beberapa asumsi fundamental Teori Aksi yang dikemukakan oleh Hinkle
dengan merujuk karya Mac Iver, Znaniecki dan Parsons sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
1. Tindakan manusia muncul dari kesadarannya sendiri sebagai
subjek dan dari situasi eksternal dalam posisinya sebagai
objek.
2. Sebagai subjek manusia bertindak atau berperilaku untuk
mencapai tujuan-tujuan tertentu
3. Dalam bertindak manusia menggunakan cara, teknik,
prosedur, metode serta perangkat yang diperkirakan cocok
untuk mencapai tujuan tersebut.
4. Kelangsungan manusia hanya dibatasi oleh kondisi yang
tidak dapat diubah denngan sendirinya.
5. Manusia memilih, menilai, mengevaluasi, terhadap tindakan
yang akan, sedang dan telah dilakukannya.
6. Ukuran-ukuran, aturan-aturan atau prinsip moral diharapkan
timbul pada saat pengambilan keputusan.
7. Studi mengenai antar hubungan sosial memerlukan
pemakaian teknik penemuan yang bersifat subyektif seperti
metode verstehen, imajinasi, sympatic recontruction atau
seakan-akan mengalami sendiri (vicarious experience)
(Ritzer, 2003:46)
Teori aksi yang dikembangkan oleh Talcot Parson yang
merupakan pengikut Weber, mendapat sambutan luas. Parson seperti
pengikut Teori Aksi lainnya menginginkan pemisahan antara Teori
Aksi dengan aliran behaviorisme. Dipilihnya bukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
karena menurutnya mempunyai konotasi yang berbeda.
secara tidak langsung menyatakan kesesuaian secara
mekanik antara perilaku (respons) dengan rangsangan dari luar
menyatakan secara tidak
langsung suatu aktifitas, kreativitas dan proses penghayatan diri
individu
Penelitian sosial harus menginterprestasikan tindakan si
aktor. Menurut Parson tindakan sosial memilki karakteristik, yaitu :
1. Adanya individu selaku aktor.
2. Aktor dipandang sebagai pemburu tujuan-tujuan tertentu.
3. Aktor mpunyai alternatif cara, alat serta teknik untuk mencapai
tujuan.
4. Aktor berhadapan dengan sejumlah kondisi situasional yang dapat
membatasi tindakannya dalam mencapai tujuan.
5. Aktor berada dibawah kendala dari nilai-nilai, norma-norma dan
berbagai ide absrak yang mempengaruhinya dalam memilih dan
menentukan tujuan serta tindakan alternatif untuk mencapai tujuan
(Ritzer, 2003 : 48-49)
Aktor mengejar tujuan dalam situasi dimana norma-norma
mengarahkan dalam memilih alternatif cara dan alat untuk mencapai
tujuan. Norma-norma itu tidak menetapkan pilihannya terhadap cara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
atau alat, tetapi ditentukan oleh kemampuan aktor untuk memilih.
Kemampuan inilah yang disebut Parsons sebagai voluntarisme.
Voluntarisme adalah kemampuan individu melakukan
tindakan dalam arti menetapkan cara atau alat dari sejumlah alternatif
dalam rangka mencapai tujuannya. Konsep voluntarisme adalah
pelaku aktif dan kreatif serta mempunyai kemampuan menilai dan
memilih alternatif tindakan. Walaupun aktor tidak mempunyai
kebebasan total, namun ia mempunyai kebebasan dalam memilih
berbagai alternatif tindakan. Berbagai tujuan yang hendak dicapai,
kondisi dan norma serta situasi penting lainnya kesemuanya
membatasi kebebasan aktor.
Dalam teori aksi yang dikemukakan oleh Parson tersebut
dijadikan landasan oleh mereka untuk motivasi dn etos kerja dalam
melaksanakan tugasnya. Manusia harus aktif dan kreatif serta harus
mempunyai kemampuan menilai dan memilih dari alternatif tindakan.
Walaupun aktor tidak mempunyai kebebasan total, namun ia
mempunyai kemauan bebas dalam memilih berbagai alternatif
tindakan.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan tindakan sosial
merupakan suatu proses dimana aktor terlibat dalam pengambilan
indakan berdasar keputusan subyektif tentang sarana dan cara untuk
mencapai tujuan yang dipilih, dan kesemuanya itu dibatasi
kemungkinan-kemungkinannya oleh sistem kebudayaan dalam bentuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
norma-norma, ide-ide dan nilai-nilai sosial. Di dalam menghadapi
situasi yang bersifat kendala baginya itu, aktor mempunyai sesuatu di
dalam dirinya berupa kemuauan bebas. (Ritzer, 2003 : 49-50)
F. KERANGKA BERFIKIR
Kerangka pemikiran adalah suatu pandangan yang sistematis
mengenai permasalahan yang hendak diteliti. Pada penelitian ini peneliti
hendak meneliti mengenai peranan Kelompok Pendukung Ibu (KP Ibu) dalam
meningkatkan capaian ASI Eksklusif. Selain itu penelitan ini juga untuk
mengetahui faktor-faktor yang melatar belakangi tingkat capaian ASI
Eksklusif yang masih rendah.
Peranan merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan. Apabila
seseorang melaksanakan hak-hak dan kewajiban-kewajibannya sesuai dengan
kedudukannya, maka organisasi atau kelompok tersebut menjalankan suatu
peranannya. Jadi pentingnya peranan Kelompok Pendukung Ibu (KP Ibu)
adalah hal itu mengatur perilaku seseorang atau kelompok, dan juga
menyebabkan seseorang atau kelompok tersebut pada batas-batas tertentu
dapat meramalkan perbuatan-perbuatan orang lain.
Berawal dari suatu masalah yaitu rendahnya tingkat capaian ASI
Eksklusif yang ada di wilayah Kelurahan Semanggi pada khususnya, dan di
Kota Surakarta pada umumnya, maka Kelompok Pendukung Ibu (KP Ibu) ini
dibentuk. Dengan adanya KP Ibu ini diharapkan dapat membantu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
meningkatkan capaian ASI Eksklusif di Kelurahan Semanggi pada khususnya,
dan di Kota Surakarta pada umumnya.
Dengan mengadakan kegiatan yang nantinya dapat dijadikan pondasi
atau dasar untuk beraktualisasi diri dengan masyarakat di lingkungan dan
dengan menjalin kerjasama dengan pihak-pihak terkait, sebuah organisasi
mampu memberikan kontribusi yang berarti bagi masyarakat.
Dengan adanya Kelompok Pendukung Ibu (KP Ibu), berarti
mempermudah para motivator dalam memberikan suatu pemahaman kepada
masyarakat akan pentingnya memberikan ASI kepada bayi. Selain itu
keberadaan Kelompok Pendukung Ibu (KP Ibu) dapat menggali potensi yang
dimiliki dengan saling bertukar informasi antar anggota dan menggalang
sumber yang ada di lingkungan mereka, yang tujuannya untuk merealisasikan
suatu kegiatan dengan memberdayakan potensi yang dimilki.
Harapan yang diinginkan masyarakat dari adanya Kelompok
Pendukung Ibu (KP Ibu) adalah para anggota menjadi lebih peka terhadap
masalah menyusui atau kesehatan bayi dan dapat meningkatkan capaian ASI
Eksklusif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Berikut ini secara sistematis dapat digambarkan, berikut ini :
Gambar .1
Kerangka Berfikir
Peranan KP IBU Dalam Program Peningkatan Capaian ASI Eksklusif
G. DEFINISI KONSEPTUAL
1. Peranan
Peranan adalah pola tingkah laku, kepercayaan, nilai, sikap yang
diharapkan oleh masyarakat yang menandai sifat dan tindakan pemegang
kedudukan. Ini berarti peran menggambarkan perilaku yang seharusnya
diperlihatkan oleh pemegang pemeranan. Dalam penelitian ini peranan
utama dari aktivitas yang dijalankan oleh permpuan-perempuan di
Capaian ASI Eksklusif Rendah
Capaian ASI Eksklusif meningkat
Peranan KP IBU Dalam Program Peningkatan
Capaian ASI Eksklusif
KP IBU
Kegiatan Yang Dilakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Kalurahan Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta dalam
program ASI Eksklusif.
2. Kelompok Pendukung Ibu (KP IBU)
Suatu kegiatan berbasis masyarakat,
merupakan kelompok sebaya yang terdiri dari 8 10 orang ibu hamil dan
ibu bayi 0-6 bulan berkumpul secara rutin 2 minggu sekali untuk berbagi
pengalaman, ide, dan informasi berkaitan dengan kehamilan, melahirkan
dan menyusui dalam suasana saling mendukung dan saling percaya yang
dipandu oleh motivator dengan tujuan mendukung ibu agar sukses
memberikan ASI Eksklusif 6 bulan
3. ASI Eksklusif
ASI Eksklusif adalah Pemberian ASI pada bayi tanpa tambahan makanan
lainnya ataupun cairan lainnya seperti susu formula, jeruk, madu, teh, air
putih dan tanpa tambahan makanan padat apapun seperti pisang,pepaya,
bubur susu, biskuit, bubur nasi dan tim sampai usia enam bulan (Oetami
Roesli, 2000:3).
H. METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah
metode kualitatif yang mencakup wawancara dan obvservasi singkat kepada
pengurus/anggota kelompok pendukung Ibu (KP Ibu) serta mendiskripsikan
data yang telah dilaporkan oleh Dinas Kesehatan Kota Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Pendekatan
Dalam penelitian ini pendekatan yang dipakai adalah Holistic
Perspektif atau pandangan menyeluruh yaitu dengan memahami program
dalam segala konteks baik dari settings atau frame program, nuansa atau
perubahan yang terjadi, tingkat interdependensi atau ketergantungan
masyarakat pada program dan kompleksitasnya. Dimana dalam pendekatan
ini, segala kelakuan atau tingkah laku manusia terhadap program akan dikaji.
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah deskriptif
kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif dilakukan dengan
mendeskripsikan kualitas suatu gejala sosial yang menggunakan ukuran
perasaan sebagai dasar penilaian ( Slamet, 2000 : 7 ).
2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini mengambil lokasi di Kelurahan Semanggi,
Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta. Adapun pemilihan lokasi
tersebut karena beberapa pertimbangan, antara lain :
- Karena tempat tersebut terdapat beberapa kelompok pendukung Ibu
(KP Ibu) dengan sosial penelitian yang akan diambil dimana
kelompok pendukung Ibu (KP Ibu) tersebut adalah kelompok KP Ibu
yang paling aktif seKelurahan Semanggi.
- Di Kota Surakarta, khususnya di Kelurahan Semanggi Angka
Cakupan Asi Eksklusif masih dibawah standar yaitu hanya 15,6%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
3. Sumber Data
Pemahaman mengenai berbagai sumber data merupaka bagian yang
sangat penting bagi peneliti karena ketepatan memilih dan menentukan
jenis sumber data akan menentukan ketepatan dan kekayaan data informasi
yang diperoleh. Data tidak akan bias diperoleh tanpa adanya sumber data.
Betapapun menariknya suatu permasalahan atau topic penelitiaan, bila
sumber l ddan dipahami (Sutopo, 2002 : 49). Data pada penelitian ini
bersumber pada :
a. Sumber Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah responden.
Responden adalah orang yang dipandang mengetahui permasalahan
yang akan dikaji dan bersedia memberikan jawaban atau informasi
tentang kegiatan atau upaya kelompok pendukung Ibu (KP Ibu) dalam
program ASI eksklusif ini. Adapun yang menjadi responden dalam
penelitian ini adalah anggota dan pengurus kelompok pendukung Ibu
(KP Ibu) di Kelurahan Semanggi.
b. Sumber Sekunder
Data sekunder adalah data primer yang telah diolah lebih lanjut dan
disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau pihak lain. Misal
dalam bentuk tabel atau diagram (Husein Umar, 199 :42 )
Data sekunder adalah data yang diperolreh secara tidak langsung dari
sumbernya. Dalam penelitian ini sumber data berupa sumber data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
tertulis, yaitu Buku pegangan tentang KP Ibu, surat kabar, arsip,
dokumen.
4. Teknik Pengumpulan Data dan Sampel
a. In-Dept interview (wawancara Mendalam)
Untuk mengumpulkan informasi dari sumber data diperlukan teknik
wawancara, yang dalam penelitiaan kualitatif khususnya dilakukan
dalam bentuk wawancara mendalam. Teknik wawancara ini
merupakan teknik yang paling banyak digunakan dalam penelitian
kualitatif, terutama pada penelitian lapangan ( Sutopo, 2002 : 58).
Wawancara mendalam dilakukan untuk memperoleh data secara
terperinci
b. Observasi
Observasi merupakan pengamatan secara langsung terhadap, dimana
kedudukan peneliti hanya sebagai pengamat bukan sebagai anggota
penuh dari kelompok yang sedang diteliti. Peneliti melakukan
pengamatan dan pencatatan segala yang diamati langsung pada daerah
penelitian yaitu di Kelurahan Semanggi.
c. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini, menggunakan
sampel purposive sampling. Pengambilan sampel ini menitik beratkan
pada kasus kasus ( responden ) yang kaya informasi karena kasus
tersebut memiliki ciri yang tidak biasa atau ciri istimewa dalam hal
hal tertentu. Ciri yang tidak biasa atau istimewa itu bisa karena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
baiknya atau mungkin karena jeleknya. Seperti misalnya keberhasilan
yang menyebabkan terkenal atau karena kegagalannya. Dasar
pemikiran dari cara pengambilan sampel terhadap kasus kasus (
responden ) yang menyimpang ini ialah bahwa kasus, yang
menyimpang memberikan informasi yang kaya tentang faktor faktor
yang menyebabkan kasus responden tersebut menjadi orang yang
tidak biasa atau istimewa.
Sampel yang kami pakai untuk penelitian ini adalah kelompok
pendukung Ibu RW VII yang mendapat predikat KP ibu terbaik dan
masih aktif se Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon
Surakarta.
5. Validitas Data
Validitas data membuktikan bahwa apa yang diamati sesuai apa yang ada
dalam kenyataan, apakah penjelasan yang diberikan tentang dunia
kenyataan memang sesuai dengan apa yang sebenarnya terjadi. Dalam
penelitian ini, untuk mengusahakan hal tersebut maka dilakukan cara
triangulasi.
Trianggulasi adalah tehnik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik
Trianggulasi yang paling banyak digunakan adalah pemeriksaan melalui
sumber yang lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Penelitian ini menggunakan triangulasi sumber yang berarti
membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi
yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode
kualitatif. Hal itu dapat dicapai dengan jalan :
a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil
wawancara.
b. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan (MOLEONG, 1994 : 178)
6. Teknik Analisis Data
Dalam tahap analisis data ada tiga komponen yang harus diikuti yaitu:
a. Reduksi
Reduksi Data merupakan proses seleksi, pemfokusan
penyerderhanaan, dan abstraksi data dari field note, dilakukan
selama penelitian berlangsung. Dengan reduksi data, data
kualitatif dapat disederhanakan dan ditransformasikan dalam
berbagai cara, seperti seleksi ketat, ringkasan dan
menggolongkan dalam suatu pola yang lebih luas.
b. Sajian data
Penyajian data merupakan suatu rakitan organisasi
informasi, deskripsi dalam bentuk narasi yang memungkinkan
simpulan peneliti dapat dilakukan. Sajian ini merupakan rakitan
kalimat yang disusun secara logika dan sistematis sehingga bila
dibaca akan bisa mudah dipahami berbagai hal yang terjadi dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
memungkinkan peneliti untuk berbuat sesuatu pada analisis
ataupun tindakan lain berdasarkan pemahaman tersebut. Sajian
data ini harus mengacu pada rumusan masalah yang telah
dirumuskan sebagai pernyataan peneliti, sehingga narasi yang
tersaji merupakan deskriptif mengenai kondisi yang rinci untuk
menceritakan dan menjawab setiap permasalahan yang ada.
Sajian ini merupakan narasi yang disusun dengan pertimbangan
permasalahannya dengan menggunakan logika penelitinya. Yang
banyak terjadi dimasa lalu, penyajian data tetap berupa kalimat-
kalimat.
c. Penarikan Kesimpulan
Merumuskan kesimpulan berdasarkan semua hal yang terdapat dalam reduksi data
dan sajian data. Jika disimpulkan dirasa kurang mantap, maka penulis akan
menggali dalam field note, tetapi jika dalam field note belum diperoleh data yang
diinginkan maka penulis mencari data lagi dilapangan. Kesimpulan perlu
diverifikasi agar cukup mantap dan benar-benar bisa dipertanggungjawabkan.
Kesimpulan akhir yang ditulis merupakan rangkaian keadaan dari yang belum
jelas kemudian meningkat sampai pada pertanyaan yang telah memiliki landasan
yang kuat dari proses analisis terhadap fenomena yang ada. (Sutopo, 2002 : 91-
93)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Adapun skema yang menunjukkan hal tersebut, dapat dilihat seperti
dibawah ini :
Gambar.2
Model Analisis Interaktif
Pengumpulan data Penyajian data
Reduksi data
Kesimpulan : penarikan/ verifikasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
BAB II
DESKRIPSI LOKASI
Bagian ini akan menggambarkan secara singkat gambaran umum tentang
kelurahan Semanggi sebagai lokasi penelitian. Gambaran ini untuk memberi
gambaran mengenai lokasi penelitian berupa pemaparan secara singkat Kelurahan
Semanggi dan kondisi demografi penduduknya serta kondisi sosial ekonominya.
A. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
1. Letak Geografis Semanggi
Kelurahan Semanggi merupakan daerah yang termasuk dalam wilayah
Kecamatan Pasar Kliwon kota Surakarta. Kelurahan Semanggi terletak disebelah
selatan kota Surakarta. Jarak antara kelurahan Semanggi dengan kota Surakarta
kurang lebih 5 km. kelurahan Semanggi terdapat Semanggi terdapat saran dan
prasarana transportasi yang memadai yang memudahkan untuk bisa mengakses
kelurahan ini. Bahkan sudah ada angkutan umum yang masuk kedalam wilayah
Semanggi, sehingga sangat memudahkan bagi warga yang tidak memiliki
kendaraan pribadi untuk melakukan perjalanan ke daerah lain. Kendaraan
umum yang melewati daerah ini adalah a
becak.
Secara administratif kelurahan Semanggi terletak dan termasuk dalam
wilayah kecamatan Pasar Kliwon kota Surakarta dengan jarak kurang lebih 5
km. Letak pusat pemerintahan kelurahan Semanggi ini kurang strategis, karena
terteletak agak masuk dalam kampung dan bukan terletak di pinggir jalan utama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Tetapi akses jalan untuk masuk ke kelurahan Semanggi sudah cukup memadai,
sehingga dapat memudahkan bagi warganya untuk melakukan berbagai
keperluan yang berhubungan dengan administrasi, baik tingkat kelurahan,
kecamatan maupun tingkat kota.
Batas-batas kelurahan Semanggi dengan daerah lain adalah :
a.) Sebelah Utara berbatasan dengan kelurahan Sangkrah.
b.) Sebelah Selatan berbatasan dengan wilayah kecamatan Grogol
Kabupaten Sukoharjo.
c.) Sebelah Barat berbatasan dengan kelurahan Pasar Kliwon.
d.) Sebelah Timur berbatasan dengan kecamatan Grogol kabupaten
Sukoharjo.
2. Kondisi Geografis Kelurahan Semanggi
Luas wilayah Kota Surakarta sebesar 44,04 kilometer persegi yang
terbagi dalam 5 Kecamatan, 51 Kelurahan dengan jumlah penduduk terbesar
berada di wilayah Banjarsari dengan jumlah penduduk sebanyak 162.708 jiwa
perkilometer persegi. Kelurahan yang paling tinggi kepadatannya yakini
Kelurahan Serengan, dengan rata-rata kepadatan penduduk sebesar 19.394 jiwa
perkilometer persegi.
Tabel. 2
Tingkat Kepadatan Penduduk Kota Surakarta
Kecamatan Luas
Wilayah (KM2)
Jumlah Penduduk Jumlah Total
Penduduk
Tingkat Kepadatan Laki-laki Perempuan
Laweyan 8,64 53.150 54.472 107.622 12.495
Serengan 3,19 30.390 31.555 61.946 19.394 Pasar Kliwon 4,82 41.955 43.636 85.593 17.776
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Jebres 12,58 66.471 70.291 136.762 10.870 Banjarsari 14,81 80.347 82.361 162.708 10.986
Jumlah 44,04 272.315 232.815 554.630 12.594 Sumber : Kota Surakarta dalam Angka 2010 BPS Kota Surakarta.
Dari data di atas dapat dilihat bahwa persebaran penduduk Surakarta
pada dasarnya tidak merata, dimana daerah yang padat penduduknya berada di
pinggiran kota yang mengelilingi wilayah Kota Surakarta, yang umumnya
dicirikan dengan adanya perkampungan kumuh.
Sedangkan Kelurahan Semanggi sendiri memiliki luas lahan seluas
166,82 Ha, serta memiliki penduduk sebesar 34.049 jiwa, yang terdiri dari
berbagai macam karakteristik serta lingkungan sosial yang beraneka ragam,
karena seperti yang diketahui bahwasannya di Kelurahan tersebut terjadi
perpaduan antara beberapa etnis bangsa yang tentunya membawa unsur budaya
masing-masing, seperti etnis keturunan bangsa Arab sebagai keturunan, serta
etnis asli Indonesia sebagai penduduk mayoritas, selain masih ada etnis bangsa
lain seperti Cina serta sejumlah kecil Warga Negara Asing dari selain Indonesia.
3. Penduduk
Penduduk kelurahan Semanggi bejumlah 34.049 jiwa yang tebagi dalam
10.354 kepala keluarga. Besarnya penduduk kelurahan Semanggi yang
didistribusikan ke dalam kelompok umur dan jenis kelamin, seperti pada table di
bawah ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Tabel 3
Jumlah Penduduk Kelurahan Semanggi Menurut Kelompok Usia.
Kelompok Umur (tahun) Laki-laki Perempuan Jumlah
0-4 1.019 929 1.948 5-9 1.392 1.292 2.684
10-14 1.403 1.314 2.717 15-19 1.507 1.419 2.926 20-24 1.381 1.451 2.832 25-29 1.598 1.508 3.106 30-39 2.994 2.887 5.881 40-49 2.384 2.481 4.865 50-59 1.836 1.940 3.776 60 + 1.483 1.831 3.314
Jumlah 16.997 17.052 34.049 Sumber :Monografi Kelurahan Semanggi, Februari 2011
Dari data di atas dapat diketahui bahwa di Kelurahan Semanggi, jumlah
penduduk antara laki-laki dan perempuan jumlahnya tidak terpaut terlalu
banyak, hanya selisih 55 jiwa saja, dimana jumlah penduduk perempuannya
yang lebih banyak. Kelompok usia terbanyak adalah berkisar antara usia 30-39
tahun, yang berjumlah sebanyak 5.881 jiwa, sedangkan diurutan kedua adalah
kelompok usia antara 40-49 tahun yang berjumlah sebanyak 4.865 jiwa dan
untuk kelompok usia terkecil jumlah penduduknya adalah kelompok usia 0-4
tahun yang berjumlah 1.948 jiwa.
4. Pendidikan
Dari total jumlah penduduk kelurahan Semanggi yang berjumlah 34.049
jiwa, tidak semua dapat menikmati pendidikan formal. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat dari table berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Tabel 4
Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan Jumlah Penduduk Tamat Perguruan Tinggi / Akademi 2.361
Tamat SLTA 8.168 Tamat SLTP 6.337
Tamat SD 7.345 Tidak Tamat SD 3.082 Belum Tamat SD 2.063
Jumlah 29.896 Sumber : Monografi Kelurahan Semanggi, Februari 2011
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk yang
mengenyam bangku sekolah terbanyak adalah mereka yang lulus SLTA, yaitu
sebesar 8.168 jiwa. Sedangkan pada urutan kedua adalah yang telah
menyelesaikan pendidikan SD. Apabila dilihat,ada kesenjangan yang cukup
signifikan antara jumlah terbesar penduduk yang mengenyam bangku
pendidikan tinggi dan yang belum menamatkan pendidikan dasar atau hanya
mengenyam bangku Sekolah Dasar. Hal ini tentunya juga akan mempengaruhi
tingkat kehidupan atau aspek sosial dari masing-masing wilayah juga akan
mempengaruhi tingkah laku, serta kebiasaan, ataupun kebudayaan masyarakat
tersebut ( karakteristik masyrakat ).
5. Mata Pencaharian
Sebagian besar penduduk kelurahan Semanggi bekerja sebagai buruh,
baik itu sebagai buruh bangunan,burhi industry ataupun buruh yang lain,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
disamping penduduk dengan mata pencaharian lain. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat dalam tabel berikut :
Tabel 5
Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Jenis Mata Pencaharian Jumlah Penduduk Petani -
Buruh Tani - Pengusaha 689
Buruh Industri 3.552 Buruh Bangunan 3.197
Pedagang 4.405 Pengangkutan 1.584
PNS / ABRI 288 Pensiunan 363 Lain-lain 3.456
Jumlah 17.534 Sumber : Monografi Kelurahan Semanggi, Februari 2011
Dari data yang ditampilkan dalam bentuk sajian tabel di atas, dapat
diketahui bahwa mata pencaharian sebagian besar penduduk adalah sebagai
pedagang sebesar 4.405 jiwa, kemudian untuk urutan selanjutnya adalah buruh
industry yaitu sebesar 3.552 jiwa. Sedangkan untuk urutan terakhir adalah PNS /
ABRI yaitu sebesar 288 jiwa.
6. Kondisi Sosial Budaya
Kehidupan bermasyarakat di kelurahan Semanggi berlangsung dengan
baik. Dengan kondisi masyarakat yang beragam baik lingkungan penduduk asli
maupun pendatang yang menempati daerah pemukiman Semanggi berjalan
tanpa konflik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Kegiatan-kegiatan bersifat kemasyarakatan masih bisa dibilang cukup
banyak. Untuk ibu-ibu rumah tangga ada kegiatan PKK yang lingkup
terkecilnya dimulai dari tingkat RT dan paling tinggi tingkatannya adalah
tingkat kelurahan yang di koordinir langsung oleh Ibu Lurah Semanggi. Di
samping itu ada kegiatan untuk Ibu hamil dan Ibu menyususi, yaitu kegiatan KP
Ibu (Kelompok Pendukung Ibu) dimana kegiatan itu dipandu oleh motivator dan
berada di bawah tanggung jawab dari PKK Pokja IV. Sedangkan untuk
kelompok yang spesifik lagi ada kelompok pengajian bagi kelompok masyarakat
yang beragama islam yang berada di tingkatan RW. Sedangkan bagi para
remaja dan pemudanya mempunyai wadah yang mereka beri nama Remaja
Masjid.
Secara umum kegiatan-kegiatan tersebut masih berlangsung dengan
baik yang dilakukan oleh masing-masing kelompok. Walaupun berbeda-beda
namun masing-masing menghormati dan tidak mengganggu aktivitas dari
kelompok lain.
B. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
1. Latar Belakang berdirinya KP-Ibu Di Surakarta
Pada mulanya Yayasan KAKAK yang mempunyai kepedulian dan
perhatian besar terhadap permasalahan anak dan konsumen, memiliki sebuah
program Pelatihan Menyusui bagi masyarakat. Program tersebut sudah ada sejak
bulan Oktober 2008, namun baru dilaksanakan pada Februari 2009. Sasaran dari
program ini adalah Petugas Kesehatan, Ibu hamil dan pasangan, Kader
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Posyandu, Karyawan perusahaan yang banyak terdapat Ibu hamil dan Pasien di
tempat pelayanan kesehatan.
Pada bulan Juni 2009, ada suatu Seminar tentang IMD (Inisiasi Menyusui
Dini) yang bertempat di Hotel Dana Surakarta. Seminar tersebut ditujukan
kepada Petugas Kesehatan dan bagi Masyarakat. Dari peserta yang hadir,
diantaranya ada dari pihak Yayasan KAKAK dan dari MercyCorps. Setelah
adanya seminar ini, terjalin kerjasama antara Yayasan KAKAK dengan
Mercycorps untuk mengadakan program guna mendukung cakupan ASI
Eksklusif di kota Surakarta. Selain itu MercyCorps juga melobi pihak Dinas
Kesehatan Kota Surakarta untuk membentuk Kelompok Pendukung Ibu (KP
Ibu).
Setelah kurun waktu 1 tahun, telah terjalin hubungan antara pihak
MercyCorps dengan Dinas Kesehatan Kota Surakarta. Pada bulan Juni 2010
MercyCorps mengundang Dinas Kesehatan Kota Surakarta, PKK Kota
Surakarta dan Yayasan KAKAK untuk mengikuti Training Nasional untuk
menjadi Pembina motivator tingkat Kota/Kabupaten, yang diselenggarakan di
Yogyakarta. Dalam Training Nasional ini dihadiri peserta dari Jakarta, Riau,
Jawa Barat, Jawa Tengah dan Yogyakarta. Setelah training tersebut berjalan, ada
rencana tindak lanjut untuk membentuk KP Ibu di masing-masing wilayah dari
peserta training tersebut. Khusus untuk Kota Surakarta, penentuan wilayah
diputuskan di wilayah kerja Yayasan KAKAK, yaitu di Kelurahan Semanggi
dan Kelurahan Jebres yang mana kedua wilayah tersebut merupakan pilot
project yang nantinya akan direplikasi di seluruh wilayah Kota Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Karena dengan alasan lebih mudah dalam pengorganisasian masyarakat,
dan sudah ada jalinan kerjasama stakeholder di tingkat kelurahan. Yayasan
KAKAK mulai intensif melakukan kegiatan-kegiatan di Posyandu untuk melihat
cakupan ASI Eksklusif, penggunaan ASI sebagai asupan utama gizi bayi, serta
masalah tentang kesehatan bayi dan ibu hamil lainnya. Pendekatan dilakukan ke
Posyandu, Bidan wilayah, dan pihak Kelurahan ( pra kondisi ). Setelah itu,
tepatnya pada awal bulan Juli 2010 diadakan sosialisasi kepada masyarakat
mengenai KP Ibu dari kelurahan tersebut. Para peserta sosialisasi ini khususnya
adalah ibu hamil dan ibu yang mempunyai bayi usia 0 6 bulan. Selain dari ibu
hamil dan ibu yang mempunyai bayi usia 0 6 bulan, sosialisasi KP Ibu ini juga
diikuti oleh Kader Posyandu / PKK, Tokoh masyarakat, Ormas, Tempat
pelayanan kesehatan di 2 wilayah ( Kelurahan Semanggi dan Kelurahan Jebres)
dan Bidan Wilayah. Adapun wilayah yang menjadi sasaran sosialisasi KP Ibu ini
ada beberapa RW dari kedua Kelurahan tersebut yaitu di Kelurahan Semanggi di
RW 1, RW 2, RW 3 dan RW 7. Sedangkan di Kelurahan Jebres ada di RW 33,
RW 34, RW 35.
Setelah diadakan sosialisasi KP Ibu di bulan Juli 2010, baru kemudian
tahap seleksi motivator yang dilakukan oleh Pembina tingkat Kota. Pada bulan
Agustus 2010 dilaksanakan Pelatihan Motivator di wilayah Jebres dan
Semanggi. Pelatihan ini dilaksnakan oleh Pembuina Tingkat Kota dan dibantu
oleh seorang fasilitator nasional yang bertindak sebagai Mentor. Fasilitator
nasional ini berasal dari MercyCorps.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Pada bulan September 2010, pembentukan KP Ibu di masing-masing
wilayah, yaitu di Kelurahan Semanggi dan di Kelurahan Jebres sudah terwujud.
Dan pelaksanaan KP Ibu juga berlangsung di bulan yang sama. Setelah
pembentukan KP Ibu di 2 wilayah tersebut sudah terlaksana, diadakan juga
pelatihan Pembina KP Ibu di tingkat wilayah, yaitu petugas kesehatan (Bidan),
di 17 Puskesmas Kota Surakarta untuk mengikuti Training calon Pembina
motivator di tingkat wilayah.
Setelah adanya Training calon pembina motivator tersebut, KP Ibu yang
sudah ada di wilayah Jebres dan Semanggi ini direplikasi ke 17 Kelurahan di
Kota Surakarta, dimana masing-masing kelurahan ada 2 Kelompok Pendukung
Ibu (KP Ibu). Selanjutnya diadakan pelatihan motivator, dimana yang menjadi
motivator adalah ibu hamil dan ibu menyususi. Pelatihan motivator ini
dilaksanakan di 17 kelurahan, dengan masing-masing kelurahan terdapat 4 orang
motivator dan setiap kelurahan nantinya akan dibentuk 2 KP Ibu. Sampai
sekarang sudah terdapat 38 Kelompok Pendukung Ibu (KP Ibu) di seluruh
wilayah Kota Surakarta. Dan diharapkan akan terus bertambah jumlahnya untuk
setiap kelurahan yang berada di Kota Surakarta.
2. Program Kelompok Pendukung Ibu
a. KP Ibu adalah PEER SUPPORT (Kelompok Sebaya) Bukan Kelas
Edukasi / Penyuluhan.
b. Promosi / edukasi / penyuluhan yang telah / banyak dilakukan cakupan
ASI eksklusif 6 bulan tetap menurun.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
c. Peningkatan pengetahuan saja tidak cukup untuk merubah perilaku.
d. Ibu butuh keterampilan dan dukungan (kepercayaan, penerimaan
pengakuan dan penghargaan) terhadap perasaan-perasaannya.
e. Suasana sering memberi dukungan lebih mudah terbangun dalam
kelompok sebaya yang mempunyai pengalaman dan situasi lingkungan
yang sama.
3. Pengertian Kelompok Pendukung Ibu (KP Ibu)
Suatu kegiatan berbasis masyarakat dimana 8 10 orang ibu hamil dan
ibu bayi 0-6 bulan berkumpul secara rutin 2 minggu sekali untuk berbagi
pengalaman, ide, dan informasi berkaitan dengan kehamilan, melahirkan dan
menyusui dalam suasana saling mendukung dan saling percaya yang dipandu
oleh motivator dengan tujuan mendukung ibu agar sukses memberikan ASI
Eksklusif 6 bulan.
4. Unsur-unsur Kelompok Pendukung Ibu (KP Ibu)
a. Peserta : Masyarakat (Ibu hamil dan ibu bayi usia 0-6
bulan )
b. Pemandu : Masyarakat terlatih yang merupakan teman sebaya
dengan peserta (Motivator)
c. Pembina : Konselor Laktasi yang sudah terlatih membina KP-Ibu
d. Penggerak : Pemilik Masyarakat (Lurah/Kepala Desa)
5. Struktur Pertemuan Kelompok Pendukung Ibu (KP-IBU)
a. Pembukaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
b. Membangun Keakraban
c. Pengumuman dan Perayaan
d. Diskusi
e. Kesimpulan dan Penutup
1) Apa yang saya sukai dari pertemuan ini?
2) Apa yang saya pelajari dari pertemuan ini?
3) Apa yang ingin saya ubah/tingkatkan dari pertemuan ini?
6. Proses Pendirian Kelompok Pendukung Ibu (KP Ibu)
Gambar.3
Proses Pendirian Kelompok Pendukung Ibu (KP Ibu)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. PROFIL INFORMAN
1. Nama : Karyawati
Umur : 28 tahun
seorang motivator KP Ibu di kelurahan Semanggi. Pekerjaan sehari-hari
Semanggi RT 3/ VII. Beliau mempunyai 2 orang anak. Dalam
bidang percetakan dan sablon kardus kecil-kecilan dirumahnya.
Ibu Wati merupakan salah satu orang yang paling antusias dan
bersemangat dalam urusannya dengan kegiatan KP Ibu. Beliau sangat
senang bisa menjadi seorang motivator dalam KP Ibu. Karena menurutnya
bisa membantu ibu-ibu di wilayah Semanggi dalam program peningkatan
ASI eksklusif. Anaknya yang kedua juga telah diberikan ASI eksklusif,
namun untuk anak yang pertama beliau tidak memberikan ASI secara
eksklusif dikarenakan pada waktu itu beliau belum tahu pentingnya ASI
eksklusif.
2. Nama : Sri Lestari
Umur : 32 tahun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Ibu Sri Lestari adalah salah satu motivator KP Ibu di RW VII
kelurahan Semanggi, kecamatan Pasar Kliwon kota Surakarta. Dalam
kesehariannya Bu Sri yang hanya tamatan SMP ini berprofesi sebagai
pedagang. Bu Sri bertempat tinggal di Semanggi RT 03 / VII.
Sama seperti Bu Wati yang juga sebagai seorang motivator, Bu Sri
memiliki kepedulian yang besar dalam hal peningkatan cakupan ASI
eksklusif. Sebagai motivator Bu Sri merasa senang, karena dirinya merasa
berguna dan bermanfaat bagi orang lain, khsususnya bagi ibu-ibu hamil
dan menyusui di RW VII Semanggi. Bu Sri memiliki 4 orang anak, tetapi
beliau belum dapat memberikan ASI secara eksklusif kepada anak-
anaknya dikarenakan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah pada
waktu itu Bu Sri belum mengetahui pentingnya ASI bagi bayi.
3. Nama : Kamti
Umur : 24 tahun
Ibu Kamti merupakan salah satu dari anggota KP Ibu di kelurahan
Semanggi. Beliau bertempat tinggal di Semanggi RT 03 / VII. Ibu yang
hanya berpendidikan sampai sekolah menengah pertama ini hanya dalam
kesehariannya sebagai ibu rumah tangga. Bu Kamti ini adalah seorang ibu
menyusui, yang baru mempunyai bayi pertamananya. Bayinya baru
berusia 2 bulan. Bu Kamti merupakan anggota yang aktif mengikuti
pertemuan KP Ibu. Beliau merasa banyak manfaat yang didapat setelah
mengikuti kegiatan KP Ibu, diantaranya adalah pengetahuan tentang ASI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
eksklusif dan seputar masalah-masalah kehamilan atau kesehatan bayi. Bu
Kamti juga telah memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya.
4. Nama : Mulyaningsih
Umur : 29 tahun
Ibu Mulyaningsih adalah salah satu dari anggota KP Ibu di
kelurahan Semanggi. Beliau bertempat tinggal di Semanggi RT 3 / VII.
Ibu yang mengenyam pendidikan sampai tamat SD ini, dalam
kesehariannya berprofesi sebagai pedagang dan membuka warung kecil-
kecilan di dekat rumahnya. Ibu Mulyaningsih adalah seorang ibu hamil.
Ini merupakan hamil yang ke 2, dan usia kehamilannya telah menginjak 5
bulan. Anak pertamanya telah berusia 10 tahun. Bu Mulyaningsih ini juga
salah satu anggota yang aktif mengikuti kegiatan KP Ibu. Beliau mengaku
senang bisa mengikuti kegiatan KP Ibu, karena banyak manfaat yang
dirasakan setelah mengikuti kegiatan itu. Selain itu beliau juga mengaku
cukup nyaman dalam kegiatan tersebut, dimana dalam kegiatan itu bisa
dijadikan sebagai tempat untuk shering dan berbagi pengalaman antar ibu
hamil dan menyusui lainnya. Beliau juga berencana akan memberikan ASI
eksklusif kepada bayinya setelah lahir nanti.
5. Nama : Sri Mulyani
Umur : 28 tahun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Ibu Sri Mulyani adalah salah satu dari anggota KP Ibu di kelurahan
Semanggi. Beliau bertempat tinggal di Semanggi RT 01 / VII. Dalam
kesehariannya ibu yang pernah mengenyam pendidikan sampai Sekolah
Menengah Atas ini hanya sebagai ibu rumah tangga. Ibu Sri Mulyani
merupakan seorang ibu menyusui. Beliau baru mempunyai anak pertama
ini, bayinya baru berusia 3 bulan. Ibu Sri Mulyani juga menjadi salah satu
anggota yang aktif mengikuti pertemuan KP ibu. Tapi semenjak
melahirkan, beliau belum aktif lagi mengikuti pertemuan karena masih
repot mengurusi bayinya. Bu Sri Mulyani mengaku senang telah
mengikuti kegiatan KP Ibu ini, karena menurut beliau kegiatan ini telah
memberikan banyak manfaat, terutama bagi ibu-ibu yang sedang hamil
atau baru melahirkan. Dan yang terpenting adalah beliau menjadi lebih
tahu tentang pentingnya ASI eksklusif. Beliau juga telah memberikan ASI
eksklusif kepada bayinya. Ibu Sri Mulyani berharap agar kegiatan KP Ibu
ini dapat terus berjalan dan tidak berhenti sampai disini.
6. Nama : Tri Keksi Am.keb
Umur : 54 tahun
Ibu Tri Keksi atau biasa dipanggil dengan Bu Keksi adalah seorang
Bidan yang bertugas di Puskesmas Sangkrah. Beliau juga bertugas di
Puskesmas Pembantu I di Semanggi. Bu Keksi bertempat tinggal di rumah
dinas yang masih satu lokasi dengan Puskesmas Sangkrah. Sebagai
seorang Bidan, beliau mempunyai kepedulian yang tinggi terhadap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
masalah kesehatan ibu dan bayi, juga masalah mengenai rendahnya
cakupan ASI eksklusif di daerah Semanggi pada khususnya. Beliau
berperan aktif dalam kegiatan KP Ibu yang ada di Semanggi. Beliau selalu
memberi dukungan kepada anggota KP ibu dan memberikan pengetahuan
dan motivasi agar Ibu mau memberikan ASI secara eksklusif kepada
bayinya. Beliau juga sering member masukan atau sering juga beliau
menjadi narasumber dalam pertemuan KP ibu di Semanggi itu. beliau
berharap agar KP Ibu yang ada ini tetap bertahan dan KP Ibu bisa
berkembang di wilayah lain. Yang paling penting adalah kegiatan KP Ibu
ini bisa menekan angka kematian bayi dan kematian ibu bersalin, dan
dengan adanya kegiatan KP Ibu ini cakupan ASI Eksklusif jadi meningkat.
7. Nama : Ny. Hj. Joko Sartono
Umur : 52 tahun
Ibu Joko Sartono adalah ketua Pokja IV PKK Kota Surakarta.
Sebagai ketua, beliau bertanggung jawab atas terlaksananya semua
kegiatan yang menjadi tugas dari Pokja IV. Pokja IV sendiri berttanggung
jawab atas bidang kesehatan, kelestarian hidup dan perencanaan sehat.
Permasalahan mengenai kesehatan ibu dan bayi, permasalahan mengenai
rendahnya cakupan ASI eksklusif tentu menjadi tugas dari Pokja IV ini.
Dalam kesehariannya beliau bekerja dikantor di gedung PKK yang
berlokasi di kawasan Balai Kota Surakarta. Beliau juga aktif memantau
kegiatan KP ibu di wilayah kota Surakarta. Pihaknya juga selalu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
mendukung dan mensupport kegiatan KP ibu ini. Karena sasaran KP ibu
juga merupakan sasaran dari Posyandu, maka pihak Pokja IV PKK Kota
Surakarta berharap semua Posyandu ada kegiatan KP Ibu sehingga
kegiatan KP ibu nantinya bisa berkembang di seluruh wilayah kota
Surakarta.
8. Nama : Bernadeta Unun Ernawati
Umur : 40 tahun
Ibu Unun adalah salah satu pengurus PKK Kelurahan Semanggi,
beliau menjabat sebagai sekretaris PKK kelurahan. Sehari-hari beliau
bekerja di kantor kelurahan Semanggi. Bu Unun telah mempunyai 2 orang
anak dan bertempat tinggal di Semanggi RT 04 / VIII. Sebagai pengurus
PKK, beliau mempunyai kepedulian tentang permasalahan rendahnya
cakupan ASI eksklusif di wilayah Semanggi. Dari pihak PKK kelurahan
sendiri juga selalu mendukung dan mensupport kegiatan KP Ibu. Beliau
berharap dengan adanya kegiatan KP Ibu ini bisa meningkatkan
pengetahuan ibu tentang pentingnya ASI eksklusif dan bisa mebingkatkan
cakupan ASI eksklusif di wilayah Semanggi.
9. Nama : Drs. Agus Santoso
Umur : 48 tahun
Pak Agus adalah Lurah di kelurahan Semanggi. Beliau bertempat
tinggal di rumah dinas yang letaknya masih satu lokasi dengan kantor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Kelurahan Semanggi. Sebagai seorang Lurah, beliau juga memiliki
tanggung jawab atas permasalahan-permasalahan yang ada di wilayah
Semanggi. Tak terkecuali juga masalah mengenai rendahnya cakupan ASI
ekslusif di kelurahan tersebut. Beliau selalu mendukung dan mensuport
setiap kegiatan yang tujuannya positif, seperti kegiatan KP Ibu. Dalam hal
ini Pak Lurah tentu dibantu oleh stafnya dan bekerjasama dengan Tim
Penggerak PKK kelurahan Semanggi. Beliau berharap kegiatan KP Ibu ini
supaya bisa dikembangkan ke setiap Posyandu yang ada, sehingga KP Ibu
itu bisa berkembang ke seluruh wilayah kota Surakarta.
10. Nama : Mulyanto
Umur : 31 tahun
Bapak Mulyanto merupakan suami dari Bu Kamti (Anggota KP
Ibu Semanggi) Dalam kesehariannya pak Mulyanto ini bekerja sebagai
wiraswasta. Selain itu beliau juga aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial di
daerahnya. Pak Mulyanto ini merupakan suami dari Bu Kamti, yang
menjadi salah satu anggota KP Ibu. Pak Mulyanto mengaku sangat
mendukung istrinya untuk mengikuti kegiatan KP Ibu ini, yang sekarang
baru memilki bayi pertama dan juga telah diberi ASI secara eksklusif oleh
ibunya. Pak Mulyanto ini juga sering member dukungan dan motivasi
untuk selalu memberikan ASI, hal ini dibuktikan dengan melakukan donor
ASI. Jadi ASI dari istrinya ini disimpan didalam lemari es, lalu kemudian
bisa didonorkan kepada ibu lain yang sedang menyusui anaknya. Pak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Mulyanto berharap kegiatan KP Ibu ini bisa berkembang dan maju,
mungkin bukan hanya disini tapi juga bisa di seluruh Indonesia.
11. Nama : Yuli Tri Anggoro
Umur : 28 tahun
Bapak Yuli merupakan salah satu warga yang bertempat tinggal di
Semanggi RT 01 / VII, yang juga suami dari Bu Sri Mulyani (Anggota KP
Ibu Semanggi). Dalam kesehariannya pak Yuli bekerja sebagai karyawan
swasta. Pak Yuli juga memiliki kepedulian sosial yang tinggi. Pada
awalnya, beliau tidak tahu sama sekali tentang apa itu KP Ibu, tetapi
setelah istrinya aktif mengikuti kegiatan KP ibu ini beliau menjadi lebih
tahu tentang kegiatan dan tujuan KP ibu itu. Pak Yuli selalu mensuport
istrinya yang baru mempunyai anak pertama baru berusia 2 bulan. Beliau
selalu mendukung dan memberi motivasi kepada istrinya agar mau
memberikan ASI kepada bayinya. Pak Yuli berharap agar kegiatan KP ibu
ini bisa dikembangkan atau bisa melebarkan sayapnya ke wilayah-wilayah
yang lain karena kegiatan ini dinilai sangat bermanfaat bagi ibu-ibu hamil
dan menyusui.
B. PERMASALAHAN KP IBU DI KELURAHAN SEMANGGI
1. Capaian Pemberian ASI Eksklusif
Upaya Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) yang bertujuan untuk
meningkatkan status gizi masyarakat, diprioritaskan pada kelompok
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
masyarakat risiko tinggi, yaitu golongan bayi, balita, usia sekolah, remaja,
ibu hamil, ibu menyusui serta usia lanjut. Upaya perbaikan gizi pada bayi
dimulai sejak dalam kandungan. Air Susu Ibu (ASI) diberikan sejak usia
dini, terutama pemberian ASI eksklusif yaitu pemberian hanya ASI kepada
bayi sejak lahir sampai berusia 6 bulan. Pemberian ASI secara eksklusif
dapat mempercepat penurunan angka kematian ibu dan sekaligus
meningkatkan status gizi balita yang pada akhirnya akan menngkatkan
status gizi pada masyarakat.
Pemberian ASI di Indonesia belum dilaksanakan sepenuhnya.
Upaya meningkatkan perilaku menyusui pada ibu yang memiliki bayi
khususnya ASI eksklusif masih dirasa kurang. Permasalahan yang utama
adalah faktor sosial budaya, kesadaran akan pentingnya ASI, pelayanan
kesehatan dan petugas kesehatan yang belum sepenuhnya mendukung PP-
ASI, gencarnya promosi susu formula dan ibu bekerja.
Pemerintah sebenarnya sangat gencar mempromosikan ASI
Eksklusif. Hal ini bisa terlihat dengan adanya iklan-iklan di media cetak
maupun elektronik. Namun kurangnya penyuluhan di puskesmas dan
posyandu menyebabkan promosi tentang ASI Eksklusif kurang optimal.
Selain itu program ASI Eksklusif bukan merupakan prioritas program
puskesmas, yang menjadi perhatian utama saat ini adalah program
penanggulangan gizi buruk.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Tabel 6 Jumlah Cakupan ASI Eksklusif Kelurahan Semangi
Sumber : Puskesmas Sangkrah 2011
Menurut hasil pengamatan dan penelitian di lapangan, di
Kelurahan Semanggi jumlah cakupan ASI ekslusif masih sangat rendah
apabila dibandingkan dengan jumlah yang dicanangkan pemerintah. Dari
tabel di atas dapat diketahui, bahwa jumlah bayi usia 0-6 bulan di
Kelurahan Semanggi sebanyak 167, bayi yang diberi ASI ekslusif hanya 16
bayi saja. Hal ini berarti cakupan ASI eksklusif di Kelurahan Semanggi
masih rendah, yaitu hanya sebesar 8%. Hal ini seperti yang diungkapkan
oleh Bu Keksi (Bidan Puskesmas Sangkrah) :
secara eksklusif itu masih sangat sedikit, dan kebanyakan bayi yang sudah diberi makanan pendamping ASI sejal usia dini. Padahal ASI sangat bermanfaat bagi pertumbuhan bayi itu
Wawancara tanggal 6 Mei 2011)
Pernyataan Bu Keksi di atas dibenarkan oleh keterangan dari Ibu
Karyawati (Seorang Motivator KP Ibu) :
ekslusif selama 6 bulan, paling cuma beberapa saja yang di beri ASI, yang lain itu sudah diberikan makanan pendamping ASI oleh ibunya. (Wawancara tanggal 11 April 2011)
Jumlah Bayi 0-6 Bulan
Bayi Yang diberi ASI Eksklusif
Jumlah %
197 16 8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Diperkuat lagi dengan jawaban dari Ketua Tim Penggerak PKK
Kota Surakarta, yang diwakili oleh Ibu Hj. Joko Sartono :
masih terbilang rendah, bila dibandingkan dengan standar yang ditargetkan oleh pemerintah. Memang hal ini telah menjadi tugas dari kami (PKK Pokja IV) untuk membantu supaya cakupan ASI
.(Wawancara tanggal 5 April 2011)
Rendahnya pemberian ASI Eksklusif menjadi pemicu rendahnya
status gizi bayi dan balita. Banyak tindakan yang relatif murah dan mudah
diterapkan untuk meningkatkan kesehatan dan kelangsungan hidup bayi
baru lahir. Salah satunya adalah pemberian Air Susu Ibu (ASI) segera
setelah lahir atau biasa disebut inisiasi menyusu dini serta pemberian ASI
Eksklusif. Hal ini didukung oleh pernyataan United Nations Childrens
Fund (UNICEF), bahwa sebanyak 30.000 kematian bayi di Indonesia dan
10 juta kematian anak balita di dunia pada tiap tahunnya, bisa dicegah
melalui pemberian ASI secara eksklusif selama enam bulan sejak tanggal
kelahirannya, tanpa harus memberikan makanan serta minuman tambahan
kepada bayi.
Untuk membantu meningkatkan status gizi dan kesehatan, di
Kelurahan Semanggi pernah diadakan kegiatan-kegiatan yang berhubungan
dengan masalah kesehatan. Baik itu dari pemerintah maupun dari pihak
swasta yang semuanya bertujuan dalam bidang pelayanan kesehatan dan
gizi. Sesuai dengan hasil wawancara yang peneliti lakukan, di Kelurahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Semanggi ada beberapa kegiatan yang dilakukan, sebelum adanya kegiatan
KP Ibu antara lain:
a. Penyuluhan
Istilah penyuluhan seringkali dibedakan dari peberangan,
walaupun keduanya merupakan upaya edukatif. Secara popular
lebih
perubahan perilaku manusia yang dilakukan melalui pendekatan
edukatif. Pendekatan edukatif diartikan sebagai rangkaian kegiatan
yang dilakukan secara sistematik, terencana dan terarah; dengan peran
serta aktif indovidu maupun kelompok atau masyarakat, untuk
memecahkan masalah masyarakat dengan memperhitungkan faktor
sosial, ekonomi dan budaya setempat. (Notoadmojo, 2003)
Sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti, di
Kelurahan Semanggi ini pernah ada kegiatan penyuluhan mengenai
ASI ekslusif dan masalah kesehatan. Penyuluhan ini dilakukan oleh
PKK atau Posyandu setempat. Kegiatan ini mendapat respon yang
bagus dari masyarakat, dan masyarakat cukup antusias dalam
mengikuti kegiatan ini. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Ibu
Unun (Sekretaris PKK Kelurahan Semanggi) :
oleh PKK, penyuluhan ini memang telah menjadi agenda yang dijalankan oleh Tim Penggerak PKK, khususnya Pokja IV. Dan penyuluhan ini lebih mengarah kepada kesehatan ibu dan anak yang didalamnya taerdapat juga penyuluhan mengenai ASI
(Wawancara, 28 April 2011)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Pernyataan Bu Unun tersebut, dibenarkan oleh keterangan dari
Ibu Sri Lestari (Motivator KP Ibu) :
PKK dan Posyandu, yang hadir ya lumayan banyak dan peserta juga cukup antusias, karena rasa ingin tahu yang
(Wawancara, 11 April 2011)
Hal senada juga diungkapkan oleh Ibu Mulyaningsih (Anggota
KP Ibu Semanggi) :
Posyandu dan PKK kelurahan. Penyuluhannya biasanya tentang kesehatan ibu dan anak, pernah juga penyuluhan
(Wawancara, 30 April 2011)
Dari petikan wawancara diatas dapat diketahui bahwa
penyuluhan yang pernah ada di kelurahan Semanggi mendapat respon
yang positif dari masyarakat. Hal ini dikarenakan adanya rasa ingin
tahu dari peserta penyuluhan yang dilakukan oleh PKK atau Posyandu
yaitu ibu hamil dan ibu menyusui. Namun, hal ini kurang begitu efektif
dalam meningkatkan cakupan ASI ekslusif untuk wilayah Kelurhan
Semanggi.
b. Peningkatan Gizi
Selain penyuluhan, kegiatan yang pernah dilakukan di
Kelurahan Semanggi adalah kegiatan yang bertujuan untuk
peningkatan status gizi masyarakat. Bentuk dari kegiatan itu adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
semacam rapat atau pertemuan dimana yang menjadi psereta dari
kegitan tersebut adalah Ibu-ibu hamil. Dalam pertemuan yang
diadakan oleh Posyandu itu, selain ada pengarahan dari kader
posyandu, setiap peserta yang hadir juga diberikan biscuit untuk
dibawa pulang. Dan tentunya pemberian biscuit ini dilakukan dengan
maksud memberikan tambahan gizi untuk ibu hamil, supaya mendapat
asupan makanan untuk kesehatan janin yang dikandungnya. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Bu Unun (Sekretaris PKK Kelurahan
Semanggi) :
Semanggi ini juga ada, kegiatan itu dilakukan oleh kader posyandu, dan pesertanya adalah ibu hamil. Dan didalam pertemuan itu para peserta diberikan biscuit khuusus untuk ibu
(Wawancara, 28 April 2011)
KP Ibu Semanggi) :
a pernah ada kegiatan yang untuk peningkatan
pertemuan atau rapat yang dipandu oleh kader posyandu, terus
(Wawancara, 11 April 2011)
Pernyataan Bu Karyawati tersebut dibenarkan oleh Bu
Mulyaningsih (Anggota KP Ibu Semanggi ) :
Posyandu, dan setiap ibu hamil itu mendapat biscuit khusus (Wawancara, 30
April 2011)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
c. Pelayanan Kesehatan
Salah satu kegiatan yang paling berguna adalah kegiatan yang
melayani kesehatan masyarakat. Sesuai dengan hasil wawancara yang
dilakukan oleh peneliti, kegiatan dalam pelayanan kesehatan antara
lain adalah kegiatan Posyandu yang masih berjalan aktif, yang
dilakukan oleh kader posyandu dan dibantu dari pihak Puskesmas
Sangkrah. Dalam kegiatan ini, yang dilakukan diantaranya adalah
pemberian PMT, pemantauan tumbuh kembang, memberikan
penyuluhan & pemberian alat kontrasepsi sederhana (seperti pil dan
kondom) serta pemberian imunisasi pada bayi. Hal ini sesuai dengan
keterangan dari Bu Keksi (Bidan Puskesmas Sangkrah) :
diantaranya adalah kegiatan Posyandu, yang dilaksanakan setiap tanggal 25.., yang menyelenggarakan kegiatan tersebut adalah kader posyandu dibantu dari petugas puskesmas dan PLKB, bentuk kegiatan tersebut, antara lain : pemberian PMT, Pemantauan tumbuh kembang, Memberikan penyuluhan & pemberian alat kontrasepsi sederhana (seperti pil dan kondom), Pemberian imunisasi pada bayi. (Wawancara, 6 Mei 2011)
Pernyataan Bu Keksi tersebut dibenarkan oleh Bu Unun
(Sekretaris PKK Kelurahan Semanggi) :
seperti Kegiatan Posyandu yang setiap bulan masih berjalan aktif sampai sekarang, kegiatan ini dilakukan oleh kader
(Wawancara, 28 April 2011)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Selain kegiatan posyandu yang rutin diadakan setiap bulannya,
di Kelurahan Semanggi ini kegiatan yang berhubungan dengan
pelayanan kesehatan adalah pengobatan gratis. Pengobatan gratis ini
biasanya dilakukan dari pihak pemerintah seperti dari R.S.U.D dr.
Moewardi, maupun dari pihak swasta (non-pemerintah), seperti dari
paratai politik, atau dari organisasi masyarakat lainnya. Seperti
ini :
kesehatan masyarakat, kegiatannya itu pengobatan gratis mas,.dulu di sini pernah ada pengobatan gratis dari partai politik, dan pernah juga pengobatan dari rumah sakit
(Wawancara, 11 April 2011)
Hal senada juga diungkapkan oleh Bu Sri Mulyani (Anggota
KP Ibu Semanggi) berikut ini :
esehatan, disini pernah ada pengobatan
gratis mas. Itu biasanya dari partai politik dan ada juga yang
(Wawancara, 30 April
2011)
Kegiatan yang bertujuan untuk pelayanan kesehatan
masyarakat itu mendapat respon yang bagus dari masyarakat sekitar.
Masyarakat cukup senang dengan adanya pengobatan gratis tersebut,
apalagi untuk masa-masa sekarang ini yang apa-apa serba mahal, dan
untuk pergi berobat ke dokter saja juga memerlukan biaya yang tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
sedikit. Jadi kegiatan ini sangat bermanfaat bagi masyarakat. Hal ini
seseuai dengan keterangan dari Bu Sri Lestari (Motivator KP Ibu
Semanggi) berikut ini :
banyak sekali mas, dan semuanya senang karena ada kegiatan itu, dan berharap kegiatan semacam ini akan datang lagi di
(Wawancara, 11 April 2011)
Hal berbeda dikemukakan oleh Pak Mulyanto (Salah seorang
warga Semanggi RT 03 / VII) yang menganggap pengobatan gratis itu
hanya untuk kepentingan partai politik tertentu saja, dan kegiatan ini
kurang begitu mengena untuk masyarakat. Hal ini sesuai dengan
penuturan Pak Mulyanto berikut ini :
dilakukan pas waktu pemilu saja, jadi ya itu cuma mencari simpati para warga sini. Dan biasanya pengobatan gratis itu kan cuma untuk mengobati penyakit-penyakit yang ringan saja mas, seperti masuk angin, demam, flu, atau mungkin Cuma untuk cek tensi saja. Kalau penyakit yang sudah agak berat ya tidak mungkin mas untuk dilayani (Wawancara, 30 April 2011).
Dari hasil wawancara yang telah peneliti lakukan, dapat
diketahui bahwa di kelurahan Semanggi pernah diadakan pengobatan
gratis yang dilakukan oleh partai politik dan dari Rumah Sakit dr.
Moewardi Jebres. Kegiatan tersebut memang mendapat tanggapan
yang baik di masyarakat, namun dalam pengobatan gratis itu hanya
melayani untuk penyakit-penyakit yang ringan, sedangkan untuk
penyakit uang sudah berat dalam kegiatan itu tidak bisa dilayani.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
2. Faktor-faktor yang Melatarbelakangi Rendahnya Cakupan ASI
Eksklusif
Pemberian ASI pada bayi erat kaitannya dengan keputusan yang
dibuat oleh ibu. Selama ini ibu merupakan figure utama dalam keputusan
untuk memberikan ASI atau tidak pada bayinya. Pengambilan keputusan
ini dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor dari dalam maupun dari
faktor dari luar diri ibu (Widiastuti, 1999).
Faktor-faktor dari dalam diri ibu atau faktor internal antara lain
pengetahuan ibu mengenai proses laktasi, pendidikan, motivasi, sikap,
pekerjaan ibu, dan kondisi kesehatan ibu. Sementara itu, faktor dari luar
diri ibu atau faktor eksternal antara lain sosial ekonomi, tata laksana rumah
sakit, kondisi kesehatan bayi, pengaruh iklan susu formula yang intensif,
keyakinan keliru yang berkembang di masyarakat dan kurangnya
penerangan dan dukungan terhadap ibu dari tenaga kesehatan atau petugas
penolong persalinan maupun orang-orang terdekat ibu seperti ibu, mertua,
suami, dan lain-lain.
Sesuai dengan hasil wawancara yang telah peneliti lakukan, di
Kelurahan Semanggi terdapat beberapa faktor yang melatar belakangi
rendahnya jumlah cakupan ASI eksklusif, antara lain :
a. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
terjadi melalui pancaindra, yakni indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, perasa, dan peraba. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan ibu tentang ASI merupakan salah satu faktor yang
penting dalam kesuksesan proses menyusui. Thaib et al dalam Abdullah
et al (2004) menyatakan bahwa tingkat pengetahuan, pendidikan, status
kerja ibu, dan jumlah anak dalam keluarga berpengaruh positif pada
frekuensi dan pola pemberian ASI.
Masih banyaknya ibu hamil dan ibu mempunyai bayi 0 6
bulan di Kelurahan Semanggi yang kurang memiliki pengetahuan
tentang pentingnya ASI bagi kesehatan bayinya menjadi salah satu
faktor yang melatar belakangi mengapa masih sedikit ibu yang
memberikan ASI nya secara eksklusif. Hal ini sesuai dengan penuturan
Bapak Drs. Agus Santosa (Lurah Semanggi) berikut ini :
disebabkan karena pengetahuan dan pemahaman masyarakat akan pentingnya ASI Eksklusif ini masih sangat terbatas. Masyarakat masih menganggap bahwa ASI itu tidak lebih baik dari susu formula. Atau mungkin karena ada rasa gengsi
(Wawancara, 28 April 2011)
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Bu Sri Lestari
(Motivator KP Ibu Semanggi) berikut ini :
-ibu disini tidak memberikan ASI eksklusif itu karena kebanyakan ibu-ibu itu masih kurang pengetahuannya tentang pentingnya ASI, dan kebanykan Ibu
(Wawancara, 11 April 2011)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Diperkuat lagi dengan jawaban dari Ketua Tim Penggerak
PKK Kota Surakarta, yang diwakili oleh Bu Hj.Joko Sartono (Ketua
Pokja IV) :
ASI menjadi salah satu faktor mengapa jumlah cakupan ASI ekskl (Wawancara, 5 April 2011)
b. Pekerjaan
Salah satu alasan yang paling sering dikemukakan bila ibu
tidak menyusui adalah kerena mereka harus bekerja. Wanita selalu
bekerja, terutama pada usia subur, sehingga selalu menjadi masalah
untuk mencari cara merawat bayi. Bekerja bukan hanya berarti
pekerjaan yang dibayar dan dilakukan di kantor, tapi bisa juga berarti
bekerja di ladang, bagi masyarakat di pedesaan misalnya.
Pada Pekan ASI Sedunia tahun 1993 diperingati dengan tema
Tempat Kerja Sayang Bayi (Mother Friendly Workplace),
menunjukkan bahwa adanya perhatian dunia terhadap peran ganda ibu
menyusui dan bekerja. Salah satu kebijakan dan strategi Kementerian
Kesehatan RI tentang Peningkatan Pemberian ASI (PP-ASI) pekerja
wanita adalah mengupayakan fasilitas yang mendukung PP-ASI bagi
ibu yang menyusui di tempat kerja dengan menyediakan sarana ruang
memerah ASI, menyediakan perlengkapan untuk memerah dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
menyimpan ASI, menyediakan materi penyuluhan ASI, dan
memberikan penyuluhan.
Selain masih kurangnya pengetahuan ibu tentang ASI
eksklusif, faktor lain yang melatar belakangi rendahnya jumlah cakupan
ASI eksklusif di Kelurahan Semanggi adalah banyaknya ibu yang
bekerja. Karena ibu harus bekerja, maka akibatnya tidak bisa
memberikan ASI nya secara maksimal atau bahkan tidak sempat
memberikan ASI kepada bayinya. Hal ini sebagaimana dikemukkan
oleh Bu Kamti (Anggota KP Ibu Semanggi) berikut ini :
(Wawancara, 30 April 2011)
(Motivator KP Ibu Semanggi) berikut ini :
eksklusif karena Banyak ibu yang bekerja dan tidak mempunyai banyak waktu untuk member ASI, ada juga yang member ASI dan member Susu formula, selain itu juga ada
(Wawancara, 11 April 2011)
Diperkuat lagi dengan jawaban dari Bu Unun (Sekretaris PKK
Kelurahan Semanggi) berikut ini:
ngnya pengetahuan tentang ASI juga banyaknya ibu yang harus bekerja, jadi pemberian ASI kurang maksimal atau bahkan ada yang tidak seempat
(Wawancara, 28 April 2011)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
c. Keyakinan yang keliru di masyarakat (Budaya Masyarakat)
Pemberian makanan padat pada bayi yang terlalu dini tidak
dianjurkan sebab pada bulan-bulan pertama bayi belum dapat menelan
makanan padat dengan baik. Selain itu zat-zat yang terdapat dalam
makanan baru ini dapat menyebabkan alergi. Energi yang tinggi dalam
makanan padat dapat menyebabkan keadaan gizi lebih pada bayi
(Pudjiadi, 2001).
Sesuai dengan hasil wawancara yang telah peneliti lakukan,
bahwasanya di Kelurahan Semanggi masih terdapat keyakinan
mengenai makanan bayi yang keliru di masyarakat. Seperti banyak
yang menanggap bahwa bayi yang menangis itu karena lapar, jadi
merasa tidak cukup kalau hanya diberi ASI. Selain itu ada juga bayi
makanan selain ASI) dengan alasan lain ASI tidak mau keluar dan
akibatnya bergantung pada makanan pendamping ASI. Hal ini
sebagaimana diungkapkan oleh Bu Keksi (Bidan Puskesmas Sangkrah)
berikut ini :
dan ASI belum keluar jadi akibatnya ya bayi sudah diberi m (Wawancara, 6 Mei 2011)
Hal tersebut juga diutarakan oleh Bu Mulyaningsih (Anggota
KP Ibu Semanggi) berikut ini :
terus ada nggapan kalau bayi itu menangis kan karena lapar,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
jadi harus diberi makan dan bukan di beri air susu dari (Wawancara, 30 April 2011)
Mitos tentang menyusui dapat mengurangi rasa percaya diri ibu
maupun dukungan yang diterimanya. Empat mitos yang paling sering
berdasarkan pernyataan bersama UNICEF dan WHO adalah: stress
menyebabkan ASI kering, ibu dengan gizi kurang tidak mampu
menyusui, bayi dengan diare membutuhkan air atau teh, sekali
menghentikan menyusui, tidak dapat menyusui lagi.
Hal tersebut juga diungkapkan oleh Bu Sri Lestari (Motivator
KP Ibu) berikut ini :
sakit itu nanti tidak mampu menyusui, terus kalau ibu sudah berhenti menyusui nanti tidak akan bisa menyusui lagi, terus nanti kan pada akhirnya diberi makanan t(Wawancara, 11 April 2011)
Faktor lain yang berpengaruh terhadap pemberian ASI adalah
sikap ibu terhadap lingkungan sosialnya dan kebudayaan dimana dia
dididik. Apabila pemikiran tentang menyusui dianggap tidak sopan dan
memerlukan , maka reflex keluar akan terhambat. Sama halnya suatu
kebudayaan tidak mencela penyusunan, maka pengisapan akan tidak
terbatas dan permintaan akan menolong pengeluaran ASI.
Selain itu kemampuan ibu yang seusianya lebih tua juga sangat
rendah produksi ASInya, sehingga bayi cendrung mengalami
malnutrisi. Alasan lain ibu ibu tidak menyusui bayinya adalah karena
ibu tersebut secara tidak sadar berpendapat bahwa menyusui hanya ibu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
merupakan beban bagi kebebasan pribadinya atau hanya memperburuk
potongan dan ukuran tubuhnya.
d. Promosi Susu Formula
Meskipun mendapat predikat The Gold Standard, makanan
paling baik, aman, dan satu dari sedikit bahan pangan yang memenuhi
kriteria pangan berkelanjutan (terjangkau, tersedia lokal dan sepanjang
masa, investasi rendah), sejarah menunjukkan bahwa menyusui ASI,
apalagi ASI Eksklusif selalu mendapat tantangan, terutama dari
kompetitor utama produk susu formula yang mendisain susu formula
menjadi pengganti ASI (YLKI, 2005).
Iklan yang menyesatkan dari produksi makanan bayi
menyebabkan ibu beranggapan bahwa makanan-makanan itu lebih baik
dari ASI. Sesuai dengan hasil wawancara yang peneliti lakukan,
bahwsanya pada masa sekarang ini telah banyak iklan dan semakin
gencarnya promosi susu formula yang dilakukan oleh beberapa
produsen susu formula. Biasanya tempat yang paling dicari untuk
promosi adalah tempat bersalin atau di klinik atau bahkan di rumah
sakit pun sekarang telah terdapat promosi susu formula. Salah satu jenis
promosi yang dilakukan oleh produsen susu adalah member sampel
susu kepada ibu hamil dan pada ibu yang telah mengalami persalinan.
Sebagaimana diutarakan oleh Bu Keksi (Bidan Puskesmas Sangkrah)
berikut ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Informasi yang kurang akan pentingnya ASI, dan promosi yang aktif dari produsen susu formula.juga sangat berpengaruh terhadap pemberian ASI, apalagi sekarang ini promosi itu dilakukan di tempat pelayanan kesehatan, seperti
(Wawancara, 6 Mei 2011)
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Bu Unun (Sekretaris
PKK Kelurahan Semanggi) berikut ini :
-ibu di sini telah menjadi korban iklan dari berbagai jenis susu formula untuk bayi, karena kan saat ini semakin banyak bentuk promosi, biasanya itu promosinya
(Wawancara, 28 April 2011)
Diperkuat dengan jawaban dari Bu Kamti (Anggota KP Ibu
Semanggi) berikut ini :
juga pernah dapat sampel susu formula, kadang juga diberi (Wawancara, 30 April 2011).
e. Pengaruh Penolong Persalinan
Kendala lain yang dihadapi dalam upaya peningkatan
penggunaan ASI adalah sikap sementara petugas kesehatan dari
berbagai tingkat yang tidak bergairah mengikuti perkembangan ilmu
kedokteran dan kesehatan. Konsep baru tentang pemberian ASI dan
mengenai hal hal yang berhubungan dengan ibu hamil, ibu bersaliin,
ibu menyusui dan bayi baaru lahir. Disamping itu juga sikap sementara
penaggung jawab ruang bersaliiin dan perawatan dirumah sakit, rumah
bersalinn yang berlangsung memberikan susu botol pada bayi baru lahir
ataupun tidak mau mengusahakan agar iibu mampu memberikan ASI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
kepada bayinya, serta belum diterapkannya pelayanan rawaat
disebahagian besar rumah sakit /klinik bersalin.
Penolong persalinan di Indonesia terdiri dari dukun bayi, bidan,
dan dokter. Dukun bayi umumnya menolong persalinan di rumah, bidan
dapat menolong persalinan di rumah maupun di rumah bersalin,
sedangkan dokter umumnya menolong persalinan di Rumah Sakit
maupun Rumah Sakit Bersalin. Di banyak masyarakat dan rumah sakit,
saran dari petugas kesehatan juga mempengaruhi pemberian cairan
selain ASI. Sebagai contoh, penelitian di sebuah kota di Ghana
menunjukkan 93% bidan berpendapat cairan harus diberikan kepada
semua bayi sejak hari pertama kelahirannya. Di Mesir, banyak perawat
menyarankan para ibu untuk memberi air manis kepada bayinya segera
setelah melahirkan (LINKAGES, 2002).
Tenaga penolong persalinan di Rumah Sakit atau klinik
memang mempunyai pengaruh yang besar akan terlaksananya
pemberian ASI secara eksklusif. Sesuai dengan hasil wawancara
dengan beberapa informan, sebagian besar ibu hamil di Kelurahan
Semanggi melahirkan di Rumah Sakit atau di klinik bersalin, dan sudah
tidak ada lagi yang pergi ke dukun bayi mengingat jaman sudah
berkembang dengan berbagai macam teknologi yamg maju. Oleh sebab
itu kebijakan dari tempat pelayanan kesehatan atau tempat bersalin turut
mempengaruhi pemberian ASI kepada bayi. Hal ini sesuai dengan
keterangan dari Bu Keksi (Bidan Puskesmas Sangkrah), berikut ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
turut berpengaruh dalam suksesnya pemberian ASI secara eksklusif adalah kebijakan dari instansi tempat ibu itu bersalin, selain itu juga petugas RS yang kurang dalam memberikan bimbingan pada ibu yang melahirkan, terutama pada ibu yang baru pertama kali melahirkan
(Wawancara, 6 Mei 2011)
Pernyataan Bu Keksi tersebut juga dibenarkan oleh Bu
rumah sakit atau rumah bersalin, ada perawat dan bidan untuk menganjurkan pmberian ASI, tetapi juga ada yang tidak
(Wawancara, 11 April 2011)
Hal senada juga diutarakan oleh Bu Kamti (Anggota KP Ibu
Semanggi) berikut ini :
bersalin pada saat melahirkan, biasanya kan bidan itu mengarahkan untuk langsung memberikan ASI kepada
(Wawancara, 30 April 2011)
Dokter, perawat, dan petugas kesehatan wanita lainnya bisa
juga menjadi seorang ibu. Bila mereka harus menganjurkan dan
menolong wanita lain menyusui, mereka sendiri harus bisa melakukan
untuk diri mereka sendiri dan memberikan contoh. Di banyak tempat,
petugas kesehatanlah yang pertama menggunakan susu botol. Hal ini
disebabkan karena persoalan yang dihadapi mereka saat kembali
bekerja setelah melahirkan. Jam giliran kerja mereka menyulitkan untuk
menyusui. Sehingga mereka tidak dapat diharapkan mengajar ibu lain
untuk melakukan apa yang tidak dapat dilakukan oleh mereka sendiri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Mat
riks
Tem
uan
Has
il P
enel
itia
n
No
Akt
or
Akt
ivit
as /
Sup
port
dal
am P
enin
gkat
an C
apai
an A
SI e
kskl
usif
1 M
otiv
ator
KP
Ibu
M
eman
du p
erte
mua
n K
P-Ib
u se
cara
rut
in
M
embe
ri
mot
ivas
i /
doro
ngan
ke
pada
ib
u-ib
u un
tuk
bisa
m
embe
rika
n A
SI
eksk
lusi
f.
M
enda
mpi
ngi i
bu y
ang
baru
saj
a m
elah
irka
n m
elal
ui k
unju
ngan
rum
ah
Se
lalu
men
ging
atka
n ib
u-ib
u un
tuk
hadi
r da
lam
KP
Ibu.
Ber
koor
dina
si d
enga
n ka
der,
RT
, RW
unt
uk m
enda
patk
an d
ukun
gan
2 A
nggo
ta K
P Ib
u
Ikut
akt
if d
alam
set
iap
pert
emua
n K
P Ib
u.
Sa
ling
bert
ukar
pen
gala
man
dan
ber
tany
a ap
abila
ada
mas
alah
tent
ang
keha
mila
n ke
pada
mot
ivat
or.
3 B
idan
Wila
yah
M
embe
ri s
uppo
rt p
ada
mot
ivat
or
M
embe
ri m
asuk
an /
mat
eri y
ang
dipe
rluk
an u
ntuk
kel
angs
unga
n K
P Ib
u.
B
erse
dia
men
jadi
nar
asum
ber a
pabi
la d
iper
luka
n.
M
enga
jak
/ mem
otiv
asi m
asya
raka
t, kh
usus
nya
kepa
da ib
u ha
mil
dan
ibu
men
yusu
i unt
uk m
engi
kuti
kegi
atan
KP
Ibu.
4
PKK
Pok
ja IV
Mem
beri
dor
onga
n / d
ukun
gan
mor
iil m
aupu
n m
ater
iil.
M
eman
tau
jala
nnya
keg
iata
n K
P Ib
u.
5 K
elur
ahan
(B
p. L
urah
)
Men
duku
ng k
egia
tan
KP
Ibu.
Mem
beri
fasi
litas
yan
g m
ungk
in d
ibut
uhka
n un
tuk
kegi
atan
KP
Ibu.
6
Suam
i
Sela
lu m
embe
ri s
uppo
rt d
an d
ukun
gan
mor
iil k
epad
a is
tri u
ntuk
mem
beri
kan
ASI
ek
sklu
sif.
Men
duku
ng s
ang
iste
ri u
ntuk
ikut
dal
am k
egia
tan
KP
Ibu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
C. PERANAN KP IBU DALAM PROGRAM PENINGKATAN CAPAIAN
ASI EKSLUSIF
1. Sebelum Terbentuknya KP Ibu
Sesuai dengan latar belakang masalah dalam penelitian ini,
rendahnya cakupan ASI eksklusif menjadi masalah pokok. Tentunya ini
sudah menjadi pekerjaan rumah bagi Pemerintah khususnya Dinas
Kesehatan dan seluruh Stakeholder untuk menekan angka kematian ibu saat
melahirkan dan meningkatkan jumlah cakupan ASI eksklusif. Kita tahu
bahwa cakupan ASI eksklusif untuk provinsi Jawa Tengah masih rendah,
khususnya untuk kota Surakarta yaitu hanya sebesar 22,48 % masih jauh
dibawah standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah yaitu sebesar 80 %.
Pada dasarnya pemerintah sudah mengupayakan berbagai cara
untuk dapat meningkatkan jumlah sakupan ASI eksklusif. Diantaranya
dengan menerbitkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No. 450 tahun 2004, yang berisi tentang 10 langkah menuju
keberhasilan menyusui. Selain itu juga dilakukan berbagai macam
penyuluhan baik itu oleh pemerintah maupun dari LSM yang semuanya itu
bertujuan untuk dapat meningkatkan cakupan ASI eksklusif. Untuk wilayah
Surakarta sendiri, khususnya Kelurahan Semanggi sebenarnya juga telah
banyak diadakan pennyuluhan. Namun penyuluhan atau kagiatan lain yang
bertujuan untuk peningkatan cakupan ASI itu belum berjalan secara
maksimal. Semua kegiatan itu dinilai kurang efektif dalam mencapai tujuan
peningkatan jumlah cakupan ASI. Penyuluhan yang dilakukan hanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
berlangsung satu arah saja, jadi para peserta yang hadir seolah menjadi
pasif. Dengan demikian maka apa yang menjadi tujuan dari penyuluhan
tersebut kurang maksimal. Salah satu faktor yang dominan adalah
pengetahuan ibu akan pentingnya manfaat ASI bagi bayi. Hal inilah yang
menjadi hambatan dimana untuk merubah cara pandang ibu-ibu menegenai
ASI itu tidaklah mudah dan memerlukan waktu yang tidak sedikit. Berikut
pernyataan dari Bapak Drs. Agus Santosa (Lurah Semanggi) berikut ini :
ada penyuluhan mengenai ASI atau kesehatan Ibu dan anak, tapi yang menjadi kendala adalah merubah cara pandang atau pola pikir ibu tentang pentingnya ASI itu. jadi saya kira ini
(Wawancara, 28 April 2011)
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Bu Unun (Sekretaris PKK
Kelurahan Semanggi) berikut ini :
sudah mengadakan penyuluhan, tetapi memang setiap pertemuan tidak selalu dilakukan penyuluhan mengenai ASI eksklusif. Dan kegiatan ini kurang begitu efektif karena sebagian masyarakat
(Wawancara, 28 April 2011)
Semua kegiatan yang dilakukan untuk tujuan peningkatan cakupan
ASI eksklusif tersebut masih dinilai kurang efektif. Hal itu masih belum
mampu mengubah cara pandang atau pola pikir ibu-ibu di Semanggi
mengenai pentingnya ASI bagi bayi. Walaupun setiap kali ada penyuluhan,
namun hal tersebut belum mampu merubah perilaku ibu yang memberikan
makanan pendamping ASI atau member susu formula kepada bayinya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Sebagaimana diungkapkan oleh Bu Sri Lestari (Motivator KP Ibu
Semanggi) berikut ini :
ada KP Ibu itu ya sebenarnya sudah ada penyuluhan-penyuluhan dari PKK mas. Tapi kan penyuluhannya tidak selalu tentang ASI, dan setelah ada penyuluhan ibu-ibu itu masih tetep
(Wawancara, 11 April 2011)
Jawaban dari Bu Sri Lestari tersebut dibenarkan oleh Bu
Mulyaningsih (Anggota KP ibu) berikut ini :
mampu untuk meyakinkan ibu-ibu di sini (Wawancara, 30 April 2011)
Diperkuat lagi dengan jawaban dari Bu Kamti (Anggota KP Ibu)
berikut ini :
pemyuluhan itu tidak hanya tentang ASI saja, tapi juga tentang masalah lainnya. Jadi untuk ibu-ibu disini kegitan itu masih kurang untuk mengubah perilaku ibu memberikan ASI saja, soale di sini masih banyak yang memberikan susu botol mas daripada
(Wawancara, 30 April 2011)
Berangkat dari masalah-masalah tersebut, kegiatan KP Ibu itu
diadakan, yang tujuannya adalah untuk meningkatkan jumlah cakupan ASI
eksklusif dan diharapkan mampu merubah perilaku ibu-ibu untuk dapat
memberikan ASI secara eksklusif. Hal ini juga merupakan tindak lanjut
dari SK Menkes No. 450 tahun 2004, poin no 10. Yaitu mengupayakan
terbentuknya Kelompok Pendukung ASI (KP-ASI) dan rujuk ibu kepada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
kelompok tersebut ketika pulang dari Rumah Sakit/Rumah Bersalin/Sarana
Pelayanan Kesehatan.
Sebelum terbentuknya KP Ibu ini, pihak Dinas Kesehatan bekerja
sama dengan Yayasan Kakak dengan alasan lebih mudah dalam
pengorganisasian masyarakat dan telah ada jalinan dari Stakeholder di
tingkat Kelurahan. Pada awalnya kegiatan KP Ibu ini hanya terdapat di dua
Kelurahan yaitu di Kelurahan Semanggi dan Kelurahan Jebres. Pada waktu
itu peneliti juga sempat melakukan kegiatan magang di Yayasan Kakak.
Dan sebelum KP Ibu itu dijalankan, ada kegiatan training untuk motivator
KP Ibu untuk dua kelurahan tersebut. Motivator-motivator itu semua
berasal dari warga yang bertempat tinggal di Kelurahan tersebut. Untuk
motivator wilayah Semanggi RW VII ini adalah Bu Karyawati (28 tahun)
dan Bu Sri Lestari (32 tahun). Selanjutnya motivator-motivator itu akan
mengikuti training yang diadakan dari Mercycorps bekerjasama dengan
Yayasan Kakak dan juga Dinas Kesehatan Kota Surakarta. Setalah
motivator mendapatkan training, diharapkan bisa berperan dalam setiap
kegiatan KP Ibu. Seorang motivator harus mampu meberikan support atau
dukungan kepada ibu-ibu untuk dapat memberikan ASI secara eksklusif.
Sebagai seorang motivator tentumya mempunyai kepeduluian yang besar
terhadap masalah cakupan ASI eksklusif. Berikut penuturan dari salah satu
menjadi Motivator KP ibu itu agar bisa menularkan apa yang saya tahu tentang Pentingnya ASI eksklusif kepada Ibu- (Wawancara, 11 April 2011)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
Hal senada juga diungkapkan oleh Bu Sri Lestari, berikut ini :
di motivator KP Ibu itu ingin mempunyai pengalaman pribadi, karena kepedulian saya tentang sosial masyarakat sekitar, dan juga ingin memberikan pengetahuan saya tentang pentingnya ASI eksklusif kepada ibu-ibu agar mau memberikan ASI eksklusif kepada bayiny (Wawancara, 11 April 2011)
2. Setelah KP Ibu Terbentuk
Suatu program yang telah dirumuskan pasti mempunyai tujuan dan
target yang ingin dicapai. Pencapaian target baru akan terealisasi bila
program tersebut telah diimplementasikan, dengan demikian dapat
dikatakan bahwa implementasi program merupakan tahapan yang sangat
penting dalam proses program bahkan jauh lebih penting daripada pembuat
program. Dan langkah pertama yang dapat diambil dalam proses
implementasi tersebut adalah dengan adanya sosialisasi program /
kebijakan yang telah diputuskan. Karena sosialisasi pada dasarnya adalah
penyebarluasan informasi (program, kebijakan, peraturan) dari satu pihak
(pemilik program, kebijakan, peraturan) kepada pihak(-pihak) lain (aparat,
masyarakat yang terkena program, dan masyarakat umum), yang mana isi
informasi yang disebarluaskan bermacam-macam tergantung pada tujuan
program. Sehubungan dengan program ASI Eksklusif, maka perlu adanya
sosialisasi kepada masyarakat akan adanya suatu kegiatan yang dinamakan
Kelompok Pendukung Ibu (KP Ibu) dengan tujuan dapat meningkatkan
jumlah cakupan ASI eksklusif dan menekan angka kematian ibu saat
persalinan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Sebelum KP Ibu ini dibangun, tentunya harus melewati beberapa
tahapan-tahapan. Diantara tahapan tersebut adalah sosialisasi kegiatan KP
Ibu ini kepada ibu hamil dan ibu yang mempunyai bayi usia 0 6 bulan.
Pada awal kemunculannya, KP Ibu di Semanggi RW VII ini mendapat
berbagai tanggapan dari masyarakat, terutama ibu-ibu hamil dan menyusui.
Ada beberapa orang yang meremehkan dan masih mengannggap bahwa
kegiatan ini sama halnya dengan kegiatan-kegiatan yang bersifat
penyuluhan yang sudah ada sebelumnya. Hal ini sebagaimana diungkapkan
oleh Bu Sri Lestari (Motivator KP Ibu Semanggi) berikut ini :
KP Ibu, ya ada mas yang meremehkan, terus masih tidak peduli dengan KP Ibu ini, mereka itu mengangap KP Ibu itu sama seperti penyuluhan-penyuluhan
(Wawancara, 11 April 2011)
Pernyataan Bu Sri Lestari tersebut diperkuat oleh jawaban dari Bu
Mulyaningsih (Anggota KP Ibu) berikut ini :
-macem tanggapan dari masyarakat sini, terutama ibu-ibu, dan kebanyakan ibu-ibu itu pada mulanya masih menganggap KP ibu itu hanya sama dengan penyuluhan yang lai (Wawancara, 30 April 2011)
Hal yang sama juga diungkapkan oleh anggota KP Ibu yang lain,
Bu Kamti berikut ini :
Pas awalnya KP Ibu ini ada, saya juga beranggapan bahwa KP Ibu ini paling hanya sama saja dengan kegiatan penyuluhan yang sudah ada. Awalnya sih saya agak males untuk mengikuti kegiatan
(Wawancara, 30 April 2011)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
Dari hasil wawancara yang telah peneliti lakukan terhadap anggota
dan motivator KP Ibu,dapat diketahui bahwa pada awal KP Ibu ini
terbentuk, memang telah mendapat berbagai tanggapan dari masyarakat.
Pada pertemuan-pertemuan awal KP Ibu ini hampir semua ibu-ibu hamil
dan ibu yang mempunyai bayi usia 0 6 bulan telah mengikuti kegiatan ini.
Namun, pada bulan-bulan pertama kegiatan ini berjalan, belum ada
perubahan yang signifikan dari perilaku ibu menyusui dan memberikan ASI
secara eksklusif. Masih banyak ibu-ibu yang tidak memberikan ASI kepada
bayinya atau dengan kata lain telah member makanan tambahan kepada
bayi yang masih berusia kurang dari 6 bulan. Hal ini menunjukkan bahwa
peran KP Ibu dalam program peningkatan jumlah cakupan ASI eksklusif
ini belum terasa, selain itu juga karena faktor dari sikap dan pengetahuan
dari ibu.
Seiring berjalannya waktu, KP Ibu di Semanggi ini telah mendapat
respon yang positif dari masyarakat. Hal ini terbukti dengan masih
berjalannya kegiatan KP Ibu itu sampai sekarang. Oleh karenanya, KP Ibu
di Kelurahan Semanggi RW VII ini mendapat predikat KP Ibu yang paling
aktif jika disbanding dengan KP Ibu di wilayah lain, seperti KP ibu di
Kelurahan Jebres yang kegiatannya kurang lancar.
Menurut hasil wawancara yang telah peneliti lakukan, kegiatan
yang ada dalam KP Ibu adalah pertemuan yang dihadiri oleh ibu hamil dan
ibu menyusui. Ibu hamil dan ibu menyusui merupakan anggota dari KP Ibu.
Di dalam pertemuan tersebut terdapat beberapa kegiatan, antara lain
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
diskusi, saling bertukar pengalaman atau sekedar sherring seputar masalah
kehamilan dan kesehatan bayi. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Bu
pengalaman dari ibu yang satu dengan yang lain, Tanya jawab. Pemecahan masalah,,misalnya ada seorang ibu punya masalah mengenai mengatasi anaknya dia langsung bertanya ke
(Wawancara, 11 April 2011)
Hal senada juga diungkapkan oleh Bu Sri Mulyani (Anggota KP
ibu Semanggi) berikut ini :
kegiatan yang ada di KP Ibu itu diskusi, shering, tanyajawab (Wawancara, 30
April 2011)
Jawaban dari Bu Sri Mulyani tersebut diperkuat oleh jawaban
dari Bu Kamti berikut ini :
kegiatan yang ada di KP Ibu itu diskusi, tanya jawab, saling bertukar pengalaman, terus biasanya kalau ibu-ibu ada masalah pada bayinya itu bisa bertanya kepada bidan atau motivator KP
(Wawancara, 30 April 2011)
Selain itu, kegiatan yang ada dalam KP Ibu adalah kunjungan
rumah. Kunjungan rumah ini dilakukan oleh seorang motivator kepada ibu
yang baru saja mengalami persalinan. Ibu yang baru saja melahirkan
dikunjungi sebanyak 2 kali dalam 2 minggu pertama setelah melahirkan.
Yang dilakukan oleh motivator dalam kunjungan rumah tersebut adalah
pengamatan dan wawancara. Tentu saja ini dilakukan dengan tujuan untuk
member dukungan /support kepada ibu yang baru saja melahirkan untuk
memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Dengan demikian seorang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
motivator telah membangun rasa percaya diri ibu (yang baru saja
melahirkan), memberikan informasi yang relevan, selain itu juga
mendengarkan keluh kesah seorang ibu dan memberikan saran jika perlu.
H
dilakukan oleh motivator, kunjungan rumah itu kepada ibu yang baru melahirkan, nanti disitu motivator bertanya-tanya kepada ibu yang baru melahirkan, terus juga member arahan supaya bisa memberikan (Wawancara, 11 April 2011)
Kegiatan pertemuan KP Ibu ini dipandu oleh motivator KP Ibu
yang sebelumnya telah mendapat training sebagai motivator. Seorang
motivator sendiri juga merupakan teman sebaya dari anggota KP Ibu. Hal
ini dimaksudkan agar lebih mudah memberi support atau dukungan kepada
anggota KP Ibu. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Bu Unun (Sekretaris
PKK Kelurahan Semanggi) berikut ini :
merupakan teman sebaya dari para peserta KP Ibu, jadi biar tiadak ada rasa canggung atau malu bertanya kepada motivator. Selain itu kan kalau teman sebaya itu biasanya lebih mudah memberi support atau
(Wawancara, 28 April 2011)
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Bu Keksi (Bidan
Puskesmas Sangkrah) berikut ini :
sebaya, agar lebih mudah dalam memberikan motivasi dan (Wawancara, 6 Mei 2011)
Pertemuan KP Ibu ini dilakukan setiap 2 minggu sekali atau
paling tidak setiap bulan ada 2 kali pertemuan. Yang hadir dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
pertemuan ini adalah ibu hamil dan ibu yang mempunyai bayi usia kurang
dari 6 bulan. Untuk KP ibu di Semanggi RW VII ini setiap pertemuannya
dihadiri oleh 10-13 orang. Selain dipandu oleh motivator KP Ibu,
pertemuan tersebut juga dihadiri oleh Bidan wilayah sebagai Pembina
sekaligus dapat juga sebagai pembicara dalam pertemuan itu. Disamping
itu pertemuan ini kadangkala juga dihadiri oleh tamu-tamu dari luar,
misalnya dari LSM atau ada juga dari mahasiswa yang akan melakukan
observasi atau kegiatan penelitian, dan juga dalam pertemuan ini ada
perwakilan dari Dinas Kesehatan Kota Surakarta yang memantau jalannya
kegiatan KP Ibu walaupun tidak setiap pertemuan dihadiri dari pihak Dinas
Kesehatan Kota Surakarta. Berikut penuturan dari Bu Karyawati (Motivator
KP Ibu Semanggi) :
yang hadir itu ibu-ibu menyusui dan ibu hamil yang berada di
tinggal 5. Terus juga ada bidan wilayah yang hadir, kalau disini (Wawancara,
11 April 2011)
Hal senada juga diungkapkan oleh Bu Sri Mulyani (Anggota KP
Ibu) berikut ini :
diantaranya ibu hamil dan ibu menyusui. Biasanya juga ada bu Bidan yang hadir, terus kadang ada juga dari Dinas Kesehatan yang ikut dalam
(Wawancara, 30 April 2011)
Dalam setiap pertemuan KP Ibu, motivator berperan penting
dalam kelancaran kegiatan ini. Selain memandu jalannya acara pertemuan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
seorang motivator juga member pengarahan, atau penjelasan mengenai KP
Ibu, misalnya memberi penjelasan mengenai pentingnya ASI bagi bayi dan
seputar masalah kesehatan atau perawatan bayi. Motivator juga selalu
mengingatkan dan mengajak ibu-ibu hamil atau ibu yang memiliki bayi
usia 0-6 bulan untuk selalu hadir dan ikut aktif dalam setiap pertemuan KP
memberi contoh (pengarahan) yang baik kepada Ibu-ibu tentang cara merawat bayi. Orang jawa biasanya kan masih percaya mitos, kebanyakan ibu-ibu disini masih percaya mitos yang diajarkan oleh Simbah (nenek), hla sekarang berusaha untuk menghapus mitos-mitos t (Wawancara, 11 April 2011)
Hal yang sama juga diutarakan oleh motivator lainnya, Bu Sri
Lestari berikut ini :
Sebagai Motivator itu memandu jalannya acara KP ibu, biasanya membuka acara diskusi. Selain itu motivator juga memberi pengarahan atau menyampaikan materi-materi yang hubungan dengan KP Ibu. Kadang-kadang saya juga mengingatkan pada ibu- (Wawancara, 11 April 2011)
Sesuai dengan namanya, KP Ibu merupakan kelompok
pendukung dalam upaya meningkatkan cakupan ASI eksklusif. Perlu
diketahui bahwa kegiatan ini tidak sama dengan kegiatan penyuluhan.
Yang membedakan kegiatan ini dengan kegiatan penyuluhan adalah proses
komunikasinya. Kegiatan penyuluhan itu komunikasi hanya berjalan satu
arah saja, yaitu dari penyuluh kepada peserta. Untuk kegiatan KP Ibu ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
komunikasi berjalan dua arah, yaitu antara motivator ke anggota atau bisa
sebaliknya. Dalam kegiatan ini diharapkan setiap anggota dapat
berinteraksi dengan motivator, Bidan wilayah maupun ke sesama anggota
KP Ibu. Setiap anggota bisa bertanya kepada motivator maupun Bidan,
selain itu juga bisa berbagi pengalaman seputar masalah kehamilan kepada
anggota lainnya atau kepada motivator. Jadi dengan demikian diharapkan
mampu mendorong atau memberikan support kepada ibu-ibu untuk bisa
memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Sebagaimana diungkapkan
juga yang aktif bertanya atau bercerita tentang pengalaman pribadinya seputar masalah kehamilan atau masalah merawat
(Wawancara, 11 April 2011)
Hal senada juga diutarakan oleh Motivator lainnya, Bu Sri
Lestari berikut ini :
pengalaman pribadinya seputar masalah kehamilan, tapi ya ada (Wawancara, 11
April 2011)
Jawaban dari Bu Sri Lestari tersebut diperkuat dengan jawaban
dari Bu Sri Mulyani (Anggota KP Ibu) berikut ini :
tang masalah kehamilan atau shering dan bertukar pengalaman seputar
(Wawancara, 30 April 2011)
Dengan keaktifan anggotanya dalam setiap pertemuan, KP Ibu di
Semanggi RW VII sampai sekarang masih tetap berjalan dengan lancar.
Hal ini tidak lepas dari dukungan pihak-pihak terkait seperti dari PKK
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
Pokja IV Kelurahan Semanggi, Dinas Kesehatan Kota Surakarta dan juga
masyarakat sekitar. Dengan demikian, maka banyak manfaat yang
dirasakan oleh anggota maupun motivator KP Ibu setelah mengikuti
kegiatan ini. Yang paling penting adalah kegiatan ini dapat bermanfaat bagi
setiap ibu hamil dan ibu menyusui, yaitu tambahan ilmu atau informasi
mengenai pentingnya ASI eksklusif bagi bayi. Hal ini sesuai dengan
or KP Ibu) berikut ini :
anyak mas manfaatnya, jadi semakin tau tentang pentingnya ASI bagi kesehatan bayi dan masalah kehamilan lainnya, selain itu juga menambah ilmu dan tentunya meniungkatkan kepedulian
(Wawancara, 11 April 2011).
Berikut jawaban dari Bu Sri Lestari (Motivator KP Ibu Semanggi) :
ya banyak mas manfaatnya, terutama jadi lebih tau tentang pentingnya ASI bagi kesehatan bayi dan masalah kehamilan lainnya,terus juga nambah pengalaman saya sebagai motivator KP Ibu, selain itu juga menambah wawasan dan ilmu yang saya
(Wawancara, 11 April 2011).
Berikut jawaban dari Bu Sri Mulyani (Anggota KP Ibu) :
tentang pentingnya ASI eksklusif bagi bayi.dan saya menjadi (Wawancara,
30 April 2011)
Berikut jawaban dari Bu Kamti (Anggota KP Ibu) :
eksklusif dan masalah kehamilan, selain itu juga menambah ilmu (Wawancara, 30 April 2011)
Berikut jawaban dari Bu Mulyaningsih (Anggota KP Ibu) :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
ASI eksklusif mas. Jadi termotivasi untuk memberikan ASI pada (Wawancara, 30 April 2011)
Dengan kegiatan KP Ibu yang masih aktif berjalan ini, diharapkan
mampu mebantu program pemerintah dalam meningkatkan cakupan ASI
eksklusif di wilayah Semanggi. banyak manfaat yang dirasakan oleh
anggota maupun motivator KP Ibu. Hal ini tentu saja bisa menjadikan
motivasi tersebdiri bagi ibu untuk bisa memberikan ASI secara eksklusif
kepada bayinya.
D. HAMBATAN-HAMBATAN DALAM KP IBU
Kelompok Pendukung Ibu (KP Ibu) merupakan suatu bentuk
dukungan untuk yang diberikan kepada ibu-ibu hamil dan ibu mempunyai
bayi usia 0-6 bulan, dengan tujuan agar ibu-ibu itu bisa lebih aktif dalam
memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya. Dalam melakukan
kegiatannya, terdapat hal-hal yang membuat kegiatan atau aktivitas KP Ibu ini
sedikit terhambat dan menjadikan kegiatan ini berjalan kurang lancar.
Sesuai dengan hasil wawancara yang telah peneliti lakukan terhadap
anggota KP Ibu, Motivator KP Ibu serta beberapa Stakeholder, ada beberapa
hambatan yang dialami KP Ibu yang menjadikan setiap proses kegiatannya
berjalan kurang lancar, antara lain :
1. Sulitnya menentukan jadwal (Waktu Pertemuan)
Masalah waktu memang menjadi masalah pokok dalam setiap
kegiatan. KP Ibu di Kelurahan Semanggi RW VII ini mengadakan
kegiatan setiap 2 minggu sekali. Dalam hal ini kegiatan tidak bisa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
ditentukan melalui tanggal saja, ini berarti jadwal untuk setiap pertemuan
berbeda-beda, namun tetap diusahakan setiap 2 minggu atau setiap bulan 2
kali pertemuan. Karena banyaknya ibu yang bekerja atau yang sibuk
mengurusi masalah rumah tangga, masalah waktu menjadi kendala utama
dalam kegiatan ini. Jadi untuk menentukan kapan akan dilaksanakannya
kegiatan ini harus mengatur waktu dan mencari waktu yang sekiranya
longgar untuk setiap angota KP Ibu. Hal ini dimaksudkan agar setiap
kegiatan itu dilakukan, setiap anggota dapat hadir semua dan tanpa
mengganggu urusan pekerjaan atau urusan rumah tangga lainya. Hal ini
sebagaimana diungkapkan oleh Bu Kamti (Anggota KP Ibu Semanggi)
berikut ini :
tannya ya ada mas, masalah waktu,, yang susah itu mencari waktu yang tepat terus yang semua ibu-ibu itu longgar,
(Wawancara, 30 April 2011)
Hal yang sama juga diutarakan oleh Bu Mulyaningsih, anggota
KP Ibu yang lain berikut ini :
tidak menentu, kan disini kebabnyakan ibu-ibu pada sibuk mas jadi untuk mengatur jadwalnya itu yang agak susah. Tapi ya
(Wawancara, 30 April 2011)
Diperkuat oleh jawaban dari Ketua Tim Penggerak PKK Kota
Surakarta, yang diwakili oleh Bu Hj. Joko Sartono berikut ini :
memang yang menjadi kendala utama dalam kegiatan KP Ibu itu masalah waktunya, karena kebanyakan ibu bekerja jadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
memang agak repot mengatur waktu kapan kegiatan itu (Wawancara, 5 April 2011)
2. Kurangnya Kesadaran Dari Anggota KP Ibu
Selain masalah waktu, hambatan yang ditemui dalam kegiatan
KP Ibu di Semanggi adalah masih kurangnya kesadaraaan dari anggota KP
Ibu, yaitu ibu hamil dan ibu menyusui. Masih ada sebagian ibu-ibu yang
meremehkan kegiatan KP Ibu ini, jadi mereka belum benar-benar tahu
akan manfaat dari KP Ibu itu sendiri. Memang pada awalnya sebagian
besar masyarakat, terutama ibu hamil dan ibu yang masih mempunyai bayi
menganggap kegiatan KP Ibu ini tidak bermanfaat dan terkesan
meremehkannya. Hal ini dikarenakan kurangnya pemahaman masyarakat
akan manfaat KP Ibu, sehingga perlu waktu yang tidak sebentar untuk
meyakinkan ibu-ibu akan manfaat yang didapat dari kegiatan KP Ibu ini.
Hal tersebut sebagaimana diungkapkan oleh Bu Unun (Sekretaris PKK
Kelurahan Semanggi) berikut ini :
pengetahuan ibu hamil akan pentingnya menyusui dan manfaat ASI, Selain itu banyak ibu-ibu juga belum mengetahui manfaat dan pentingnya kegiatan KP Ibu itu sendiri. Dan untuk meyakinkan ibu-ibu itu tidak mudah mas,harus melalui proses yang lama. Jadi ibu-ibu itu terkesan seperti meremehkan
(Wawancara, 28 April 2011)
Pernyataan Bu Unun tersebut dibenarkan oleh keterangan dari Bu
Sri Lestari (Motivator KP Ibu Semanggi) berikut ini :
-kadang dulu pesertanya udah diundang tapi gag mau datang, ada juga yang meremehkan kegiatan KP ibu ini, jadi mereka itu belum serius mengikuti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
(Wawancara, 11 April 2011)
berikut ini :
diundang, tapi tidak datang ke pertemuan KP Ibu, mungkin karena malas datang (Wawancara, 11 April 2011)
3. Pendanaan
Kelompok Pendukung Ibu yang sudah terbentuk ini bisa
dikatakan sebagai suatu bentuk pemberdayaan masyarakat. Oleh
karenanya untuk menjalankan setiap kegiatan, masalah dana juga menjadi
penting. Tetapi untuk KP Ibu di sini memang tidak ada sumber dana yang
tetap. Jadi setiap kegiatan yang dilakukan itu bersifat mandiri, tanpa
adanya pemasukan dana dari luar. Sama halnya seperti kegiatan atau rapat
yang lain, pertemuan KP Ibu ini juga menyuguhkan konsumsi atau
hidangan di setiap pertemuan. Dimana lokasi setiap pertemuan itu
berganti-ganti. Tentunya yang menjadi tuan rumah akan menanggung
biaya untuk keperluan konsumsi tersebut. Hal ini memang menjadi salah
satu kendala yang ditemui dalam kelancaran KP Ibu. Biasanya setiap
peserta yang hadir akan lebih semangat apabila di setiap pertemuan itu
terdapat hidangannya (konsumsi). Sebagaimana diutarakan oleh Bu
Mulyaningsih (Anggota KP Ibu Semanggi) berikut ini :
mas, jadi ya benar-benar mandiri., dan biasanya ibu-ibu itu mengeluhkan masalah hidangan mas, kalau ada hidangannya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
(Wawancara, 30 April 2011)
Hal senada juga diungkapkan oleh anggota KP ibu lainnya, Bu
Sri Mulyani berikut ini :
(Wawancara, 30 April 2011)
Namun seiring berjalannya waktu, kegiatan KP Ibu ini telah
mendapat dukungan dari pihak PKK Pokja IV Kelurahan Semanggi.
Adapun bentuk dukungannya adalah memberikan bantuan dana untuk
mengatasi masalah konsumsi. Dengan demikian, pertemuan KP Ibu jadi
lebih mudah dan tentunya hal ini akan semakin menarik minat para peserta
untuk datang dalam kegiatan KP Ibu. Hal ini sesuai dengan keterangan
dari Bu Sri Lestari ( Motivator KP Ibu Semanggi) berikut ini :
selain itu juga dari masalah hidangan mas yang menjadi kendala. Tapi sekarang kalau masalah hidangan sudah ada yg
(Wawancara, 11 April 2011)
Pernyataan Bu Sri Lestari tersebut dibenarkan oleh jawaban dari Bu
Unun (Sekretaris PKK Kelurahan Semanggi) berikut ini :
yang mandiri, namun kami dari PKK tentunya selalu member support dan dukungan, diantaranya kami juga turut membantu untuk masalah konsumsi dalam setiap pertemuan KP Ibu itu. ini
(Wawancara, 28 April 2011)
E. ANALISIS DATA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
Peran Kelompok Pendukung Ibu (KP Ibu) dalam program
peningkatan cakupan ASI eksklusif sangatlah penting dimana KP Ibu ini turut
membantu pemerintah dalam upaya meningkatkan jumlah cakupan ASI
eksklusif di kota Surakarta. Dengan adanya peranan yang dilakukan oleh KP
Ibu ternyata mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam upaya
meningkatkan cakupan ASI eksklusif di kelurahan Semanggi. Pengaruh
tersebut dapat dilihat dari kegiatan yang dilakukan KP Ibu dimana yang
menjadi sasaran adalah ibu-ibu hamil dan ibu mempunyai bayi usia 0 6
bulan.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan paradigma definisi sosial
untuk menjelaskan peranan Kelompok Pendukung Ibu (KP Ibu) dalam
program peningkatan cakupan ASI eksklusif di Kelurahan Semanggi, Kota
Surakarta. Paradigma definisi sosial ini mengartikan sosiologi sebagai studi
tentang tindakan sosial antar hubungan sosial. Intinya adalah tindakan yang
penuh arti dari individu. Dimana dimaksudkan dengan tindakan sosial itu
adalah tindakan individu sepanjang tindakannya itu memiliki makna dan arti
subjektif bagi dirinya dan diarahkan kepada orang lain.
Secara definitif Weber merumuskan sosiologi sebagai ilmu yang
berusaha untuk menafsirkan dan memahami (interpretative understanding)
tindakan sosial serta hubungan sosial untuk sampai pada penjelasan kausal.
Dalam definisi ini terkandung dua konsep dasar, pertama tindakan sosial dan
yang kedua konsep tentang penafsiran dan pemahaman.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
Pemahaman sosial adalah tindakan individu sepanjang tindakan itu
mempunyai makana atau arti subjektif bagi dirinya dan diarahkan kepada
tindakan orang lain. Disini peranan KP Ibu dapat dikatakan sebagai tindakan
sosial yang merupakan lembaga atau kelompok dimana tindakan dari pihak
Kelompok Pendukung Ibu (KP Ibu) memiliki arti subjektif bagi pihaknya
yaitu ikut serta ambil bagian dan menjalankan perananya sebagai pihak KP
Ibu dalam program peningkatan cakupan ASI eksklusif di Kelurahan
Semanggi Kota Surakarta dan tindakan dari pihak KP Ibu Semanggi tersebut
diarahkan kepada orang lain dalam hal ini adalah ibu hamil dan ibu yang
mempunyau bayi usia 0 6 bulan.
Untuk menganalisa dan mengkaji peranan Kelompok Pendukung Ibu
(KP Ibu) dalam program peningkatan ASI eksklusif di Kelurahan Semanggi
Kota Surakarta teori yang mendukung untuk digunakan adalah teori aksi.
Teori ini merupakan bagian dari paradigma sosial yang dikemukakan oleh
Max Weber. Teori ini memfokuskan diri pada analisa tentang orientasi
subyektif individu dan pola-pola motivasional yang mendasarinya. Sebagai
kerangka dasar analisisnya, Weber menggunakan konsep rasionalitas. Weber
melihat kenyataan sosial sebagai suatu yang didasarkan pada motivasi
individu dan tindakan tindakan sosial.
Tindakan ini sendiri dimaksudkan semua perilaku manusia sepanjang
individu itu memberi arti subjektif yang digunakan oleh individu untuk
bertindak dengan memperhitungkan perilaku orang lain karena itu diarahkan
ke tujuanya. Dengan menggunakan konsep rasionalitasnya, Weber
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
membedakan kedalam empat tipe tindakan yaitu zwerk rational, werktrational,
affectual action,dan traditional action(Ritzer,2002:40)
Keempat tindakan tesebut merupakan tipe-tipe ideal dan tidak hanya
tindakan yang seluruhnya sesuai dengan tindakan salah satu tipe ideal
tersebut. Dalam memahami tindakan yang dilakukan KP Ibu yaitu dalam
upaya meningkatkan jumlah cakupan ASI eksklusif di kelurahan Semanggi
Kota Surakarta yaitu bahwa tindakan KP Ibu yang dilakukan oleh motivator
yang berperan sebagai seseorang yang mampu member support dan dukungan
kepada anggota KP Ibu merupakan tindakan afektif (affectual action),tindakan
ini ditandai oleh dominasi perasaan atau emosi tanpa refleksi intelekual atau
perencanaan yang sadar. Apalagi tipe ini sangat sesuai dengan kewajiban atau
peran Kelompok Pendukung (KP) Ibu dalam program peningkatan cakupan
ASI Eksklusif, yaitu membantu kepada ibu-ibu menyusui untuk memberikan
ASI Eksklusif kepada bayinya. Jadi yang terpenting di sini adalah ikatan batin
antara anggota KP Ibu dan Ibu-ibu menyusui, bukan karena kewajiban semata.
Dalam penelitian ini peran kelompok pendukung Ibu (KP Ibu)
merupakan tindakan yang nyata-nyata diarahkan kepada masyarakat sekitar.
Tindakan para anggota KP Ibu tersebut dengan sengaja dengan tujuan untuk
menciptakan kesehatan masyarakat lingkungannya.
Untuk mengkaji permasalahan mengenai peran kelompok pendukung
Ibu (KP Ibu) dalam program peningkatan ASI eksklusif di Kelurahan
Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta dapat ditelaah dengan
berbagai teori diantaranya dengan menggunakan Teori Aksi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
Beberapa asumsi fundamental Teori Aksi yang dikemukakan oleh
Hinkle dengan merujuk karya Mac Iver, Znaniecki dan Parsons sebagai
berikut :
1. Tindakan manusia muncul dari kesadarannya sendiri sebagai subjek dan
dari situasi eksternal dalam posisinya sebagai objek.
2. Sebagai subjek manusia bertindak atau berperilaku untuk mencapai tujuan-
tujuan tertentu
3. Dalam bertindak manusia menggunakan cara, teknik, prosedur, metode
serta perangkat yang diperkirakan cocok untuk mencapai tujuan tersebut.
4. Kelangsungan manusia hanya dibatasi oleh kondisi yang tidak dapat
diubah denngan sendirinya.
5. Manusia memilih, menilai, mengevaluasi, terhadap tindakan yang akan,
sedang dan telah dilakukannya.
6. Ukuran-ukuran, aturan-aturan atau prinsip moral diharapkan timbul pada
saat pengambilan keputusan.
7. Studi mengenai antar hubungan sosial memerlukan pemakaian teknik
penemuan yang bersifat subyektif seperti metode verstehen, imajinasi,
sympatic recontruction atau seakan-akan mengalami sendiri (vicarious
experience) (Ritzer, 2003:46)
Sedangkan parsons adalah salah satu pengikut weber juga turut
berperan dalam mengembangkan teori aksi, Parsons menyusun skema unit-
unit dasar tindakan sosial dengan karakteristik sebagai berikut:
a. Adanya individu sebagai aktor.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
Dalam hal ini pihak Kelompok Pendukung Ibu Semanggi (motivator)
sebagai pelaku.
b. Aktor dipandang sebagai pemburu tujuan tertentu.
Dalam hal ini pihak KP Ibu Semanggi dipandang sebagai pemburu tujuan-
tujuan tertentu yang dalam hal ini adalah upaya dalam peningkatan
cakupan ASI Eksklusif di kelurahan Semanggi, kecamatan Pasar Kliwon,
kota Surakarta.
c. Aktor memiliki alternatif cara,alat serta tehnik untuk mempunyai tujuan.
Dalam hal ini pihak KP Ibu mempunyai cara, alat serta tehnik untuk
mencapai tujuanya. Pihak KP Ibu dalam upaya meningkatkan jumlah
cakupan ASI eksklusif dengan cara melakukan pertemuan, dimana
terdapat interaksi antar anggota dan motivator KP Ibu. Dalam kegiatan ini
meliputi shering dan bertukar pengalaman serta diskusi pemecahan
masalah seputar kehamilan dan kesehatan bayi. Sehingga memudahkan
motivator dalam memberikan dukungan dan support kepada anggota KP
Ibu untuk bisa memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya.
d. Aktor berhadapan dengan sejumlah kondisi situasional yang dapat
membatasi tindakan dalam mencapai tujuan.
Pihak KP Ibu berhadapan pada sejumlah kondisi situasional yang dapat
membatasi tindakanya dalam mencapai tujuanya tersebut. Kendala
tersebut berupa situasi dan kondisi, sebagian tidak dapat dikendalikan oleh
individu maupun oleh Kelompok Pendukung Ibu (KP Ibu)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
e. Aktor dibawah kendala dari nilai nilai,norma-norma dan berbagai ide
abstrak yang mempengaruhinya dalam memilih dan menentukan tujuan
serta tindakan alternatif untuk mencapai tujuan.
Pihak KP Ibu berada dibawah kendali dari nilai-nilai, norma-norma
dan berbagai ide abstrak yang mempengaruhi dalam memilih dan menentukan
tujuan serta tindakan alternatif untuk mencapai tujuan.
Peranan yang dilakukan Kelompok Pendukung Ibu (KP Ibu)
diantaranya adalah memberikan konseling, informasi, wadah interaksi dan
juga sebagai tempat untuk memecahkan masalah yang tengah dihadapi dan
dimana tindakan tersebut dikatakan sebagai Affectual action karena didalam
menjalankan perananya motivator menggunakan perasaan yaitu dengan penuh
rasa kesabaran ikatan batin yang terjalin antara motivator dan sesama anggota
KP Ibu. Dengan latar belakang dari setiap anggota yang berbeda-beda namun
mereka tetap mempunyai satu kesamaan, yaitu sebagai seorang ibu yang harus
bertanggung jawab akan kesehatan bayinya.
Dalam teori aksi,konsep voluntarisme berkaitan erat dengan motivasi
untuk melakukan tindakan sosial. Dimana voluntarisme Parsons dapat
dijelaskan pihak Kelompok Pendukung Ibu (KP Ibu) Semanggi mengejar
tujuan dalam meningkatkan jumlah cakupan ASI eksklusif dimana norma-
norma mengarahkan dalam memilih cara dan alat untuk mencapai tujuan,
disini norma dalam meningkatkan jumlah cakupan ASI eksklusif. Norma-
norma tersebut tidak menetapkan pilihanya terhadap cara atau alat, tetapi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
ditentukan oleh kemampuan pihak KP Ibu dalam memilih cara atau alat yang
dipergunakann dalam mencapai tujuan tersebut.
Pihak Kelompok Pendukung Ibu (KP Ibu) menurut konsep
voluntarisme ini adalah perilaku aktif dan kreatif serta memiliki kemampuan
menilai dan memilih dari alternatif tindakan. Walaupun pihak KP Ibu ini tidak
memiliki kebebasan total, namun KP Ibu memiliki kemamuan bebas dalam
memilih alternatif tindakan.
Berbagai tujuan yang hendak dicapai, kondisi dan norma serta situasi
penting lainya yang kesemuanya membatasi kebebasan aktor tetapi disebelah
itu aktor adalah manusia yang aktif, kreatif dan evaluatif. Dimana dengan
kemampuan yang dimilikinya, KP Ibu Semanggi ini dapat melakukan peranan
dalam rangka meningkatkan jumlah cakupan ASI eksklusif di kelurahan
Semanggi, kecamatan Pasar Kliwon kota Surakarta.
KP Ibu Semanggi sangat berperan dalam meningkatkan jumlah
cakupan ASI eksklusif di kelurahan Semanggi, kota Surakarta. Sehingga
secara tidak langsung KP Ibu telah membantu pemerintah dalam
meningkatkan jumlah cakupan ASI eksklusif di kota Surakarta. Peranan KP
Ibu yang terpenting disini adalah memberi dukungan dan support kepada ibu
hamil dan ibu yang mempunyai bayi usia 0-6 bulan untuk bisa memberikan
ASI eksklusif kepada bayinya, memberikan konseling, informasi, wadah
interaksi dan juga sebagai tempat untuk memecahkan masalah-masalah
seputar kehamilan dan kesehatan atau bayi yang tengah dihadapi oleh anggota
KP ibu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan dengan judul Peranan
Kelompok Pendukung Ibu (KP IBU) Dalam Program Peningkatan Capaian ASI
Eksklusif (Studi Deskriptif Kualitatif Mengenai Peran Kelompok Pendukung Ibu (KP
IBU) Dalam Program Peningkatan Capaian ASI Eksklusif di Kelurahan Semanggi,
Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta), maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut : Faktor-faktor yang melatar belakangi rendahnya capaian ASI
eksklusif di kelurahan Semanggi antara lain faktor pengetahuan ibu;
pekerjaan; budaya masyarakat; promosi susu formula; pengaruh penolong
persalinan. Selain itu, kesimpulan yang lain adalah Kelompok Pendukung Ibu
Semanggi RW VII telah melaksanakan perannya sebagai sebuah kelompok.
Kegiatan yang terdapat dalam KP Ibu antara lain adalah pertemuan rutin yang
dipandu oleh motivator KP Ibu, diskusi pemecahan masalah, saling bertukar
pengalaman atau shering tentang masalah kehamilan dan kesehatan bayi.
Selain itu dalam KP Ibu terdapat juga kegiatan kunjungan rumah yang
dilakukan oleh motivator kepada ibu yang baru saja melahirkan.
Pada awal keberadaanya, KP Ibu Semanggi ini belum mampu berjalan
secara maksimal, hal ini dikarenakan pada awalnya KP ibu ini belum
mendapat tanggapan yang posistif dari masyarakat. Namun setelah beberapa
bulan berjalan, kegiatan ini telah mendapat tanggapan yang bagus dari
masyarakat. Hal ini terbukti dari adanya dukungan dari berbagai pihak, baik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
dari pemerintah maupun swasta. Dan sampai saat ini kegiatan KP Ibu di
Semanggi masih berjalan aktif.
KP Ibu mempunyai peran edukasi, yaitu dengan adanya kegiatan
konseling atau penyampaian informasi dari motivator atau dari Bidan wilayah
kepada para anggota KP Ibu. Selain itu KP Ibu juga sebagai tempat saling
berinteraksi antara anggota yang satu dengan yang lain. Dengan adanya
shering / saling bertukar pengalaman antar sesama anggota. Dengan demikian
terjadi interaksi antara anggota yang satu dengan yang lain atau antara anggota
dengan motivator. Hal ini juga bertujuan untuk membangun rasa percaya diri
dan memberi dukungan kepada ibu-ibu agar mau memberikan ASI eksklusif
kepada bayinya. Ada 3 hal dari setiap pertemuan KP Ibu, yaitu apa yang
disukai dari pertemuan ini, apa yang bisa dipelajari dari pertemuan ini dan apa
yang perlu ditingkatkan.
KP Ibu tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan jumlah Capaian
ASI eksklusif saja, namun juga berperspektif membangun rasa percaya diri,
saling menumbuhkan sikap positif, dan tidak ada sikap menghakimi dengan
pendapat orang lain atau tidak menjudge.(melihat sesuatu tidak dari
kekurangan atau kejelekannya saja)
B. IMPLIKASI
1. Implikasi Empiris
Kegiatan KP Ibu di kelurahan Semanggi sudah berjalan dengan
baik. Pada awal berdirinya KP Ibu memang mendapat respon yang kurang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
positif dari masyarakat. Namun setelah berjalan beberapa bulan kegiatan
ini telah mendapat tanggapan yang bagus dan masyarakat mendukung
kegiatan ini. Pada awal munculnya KP Ibu ini masih belum mampu
meningkatkan capaian ASI eksklusif. Hal ini menunjukkan bahwa pada
saat itu kegiatan KP Ibu ini belum berperan maksimal, yang dikarenakan
masih kurangnya kesadaran ibu akan kegiatan KP Ibu dan peran dari
motivator yang belum maksimal. Tetapi setelah berjalan beberapa bulan
kemudian KP Ibu Semanggi ini telah berkembang dan berdampak positif,
yaitu dapat merubah perilaku ibu untuk memberikan ASI eksklusif kepada
bayinya. Untuk itu diharapkan dukungan dari berbagai pihak untuk selalu
mendukung kegiatan KP Ibu ini.
2. Implikasi Teoritis
Dalam penelitan ini,penulis menggunakan paradigma definisi
sosial. Dimana pokok persoalan dari paradigma ini adalah tentang
tindakan sosial yang dikemukakan oleh Weber. Tindakan sosial
merupakan tindakan individu sepanjang tindakanya itu mempunyai arti
yang diarahkan kepada tindakan orang lain. Dalam hal ini,Peranan KP Ibu
Semanggi RW VII berupaya untuk menjalankan perananya sebagai
kelompok yang membantu dalam program peningkatan capaian ASI
eksklusif, termasuk tindakan sosial karena setiap kegiatan yang dilakukan
oleh KP Ibu Semanggi diarahkan kepada ibu-ibu hamil dan ibu yang
mempunyai bayi usia 0 6 bulan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
Teori yang digunakan adalah teori aksi dari Talcot Parsons,
menurut teori ini, manusia merupakan aktor yang aktif,kreatif dan
evaluative. Aktor memiliki tujuan dan memikirkan sarana untuk
mencapainya. Hasil penelitian ini secara teoritis mendukung teori yang
digunakan dalam penltian, dimana pendekatan ini menekankan pada
tindakan yang diambil pihak KP Ibu untuk selalu berusaha meningkatkan
jumlah capaian ASI eksklusif di kelurahan Semanggi.
Menurut Parsons sebagai pedukung teori aksi Weber,istilah aksi
menyatakan secara tidak langsung sebagai suatu aktifitas, kreatifitas dan
proses penghayatan individu yang ditentukan oleh kemampuanya.
Kemampuan inilah yang disebut Parsons sebagai Voluntarisme adalah
kemampuan individu melakukan tindakan-tindakan dalam arti menetapkan
cara atau alat dari sejumlah alternative tindakan yang tersedia dalam
rangka mencapai tujuanya.
Dari konsep voluntarisme yang dikemukakan Parsons tersebut
dipergunakan untuk menganalisis peranan KP Ibu dalam program
peningkatan capaian ASI Eksklusif di kelurahan Semanggi, dimana pihak
KP Ibu dianggap sebagai aktor merupakan pelaku yang aktif dan kreatif
yang mempunyai kemampuan menilai dan memilih alternative tindakanya
untuk berperan dalam upaya meningkatkan capaian ASI eksklusif.
Pihak KP Ibu Semanggi memilih cara yang dianggap efektif di
dalam menjalankan perananya dalam upaya menigkatkan capaian ASI
eksklusif di kelurahan Semanggi melalui kegiatan-kegiatan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
dilakukannya, seperti pertemuan untuk shering, konseling dan diskusi.
Dengan demikian penggunaan teori aksi dalam penelitian ini sangatlah
mendukung untuk hasil penelitian.
3. Implikasi Metodologis
Penelitian yang telah dilaksanakan ini merupakan penelitian
kualitatif dengan jenis deskriptif yang berupa kata-kata tertulis ataupun
lisan mengenai Peranan Kelompok Pendukung Ibu (KP IBU) Dalam
Program Peningkatan Capaian ASI Eksklusif (Studi Deskriptif Kualitatif
Mengenai Peran Kelompok Pendukung Ibu (KP IBU) Dalam Program
Peningkatan Capaian ASI Eksklusif di Kelurahan Semanggi, Kecamatan
Pasar Kliwon, Kota Surakarta), yang berasal dari beberapa informan.
Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistic
(menyuluruh).
Dalam penelitian ini peneliti berperan sebagai instrumen dalam
pengumpulan data dengan cara berinteraksi dan melakukan wawancara
dengan obyek yang diteliti. Informan dipilih berdasarkan purposive
sampling, karena dipandang lebih mampu menangkap kelengkapan dan
kedalaman data. Peneliti menggunakan teknik tersebut, dirasa cukup
efektif, sehingga peneliti dapat menemukan informan yang tepat dan
sesuai dengan permasalahan penelitian ini. Informan dalam penelitian ini
adalah dari anggota dan motivator KP Ibu Semanggi. Sedangkan sebagai
cross cek data adalah PKK Pokja IV Kota Surakarta, Dinas Kesehatan, dan
Bidan Wilayah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
Pengambilan data menggunakan teknik wawancara secara
mendalam yang dibantu dengan interview guide yang berupa pertanyaan-
pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya yang digunakan sebagai
panduan dalam melakukan wawancara. Wawancara dilakukan secara
informal, yaitu percakapan biasa yang dilakukan secara santai tetapi tetap
bertujuan menggali data sebanyak-banyaknya. Untuk melakukan
wawancara, peneliti melakukan di wilayah Kelurahan Semanggi (Anggota
KP Ibu, Motivator KP Ibu, dan masyarakat), kantor kelurahan Semanggi
(Bapak Lurah dan Sekretaris PKK Kelurahan), Gedung PKK Kota
Surakarta (Ketua Pokja IV PKK Kota Surakarta), dan di Puskesmas
Sangkrah (Bidan Wilayah).
Data yang berhasil dikumpulkan berupa field note, direduksi secara
terus menerus dan dibuatkan matriks tersendiri baru kemudian disajikan.
Data yang berhasil ditemukan agar memiliki kredibilitas dan validitas
yang tinggi, maka dilakukan triangulasi data yaitu dengan trianggulasi data
dan trianggulasi metode. Trianggulasi dengan cara pembandingan dari
hasil wawancara mendalam, observasi / pengamatan dan dari hasil
dokumentasi, sedangkan trianggulasi data dengan melakukan kroscek
dengan sumber lain yang berkaitan dengan masalah dalam penelitian ni.
Kroscek dilakukan kepada pihak Stakeholder terkait, yaitu PKK Pokja IV,
dan dari Dinas Kesehatan (Bidan Wilayah). Setelah itu baru kemudian
diverifikasi selama penelitian berlangsung. Dalam proses reduksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
data,penyajian data dan penarikan kesimpulan saling menjalin hingga
proses análisis selesai.
C. SARAN
1) Bagi Motivator KP Ibu
1) Bagi motivator KP Ibu diharapkan untuk lebih meningkatakan
kapabilitas dalam melaksanakan peranannya di KP Ibu.
2) Mempertahankan kinerja yang sudah baik dan berusaha untuk lebih
inovatif dan kratif dalam membangun kekakraban di KP Ibu.
2) Anggota KP Ibu
1) Bagi setiap anggota KP Ibu diharapkan agar lebih aktif dalam
mengikuti setiap kegiatan yang diadakan oleh KP Ibu.
2) Anggota KP Ibu hendaknya lebih menghargai waktu, dan agar waktu
yang digunakan untuk setiap kegiatan KP Ibu lebih efektif dan efisien.
3) Bidan Wilayah
1) Bagi Bidan wilayah diharapkan lebih aktif memantau dan mengantrol
setiap pertemuan KP Ibu.
2) Ikut aktif dalam peningkatan capaian ASI eksklusif dengan mengajak
masyarakat atau memberikan informasi yang tepat kepada masyarakat
tentang pentingnya ASI.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
4) Stakeholder
1) Bagi Dinas Kesehatan Kota Surakarta hendaknya mengontrol atau
membatasi setiap promosi / iklan susu formula di tempat-tempat
pelayanan kesehatan, seperti di Rumah Sakit, Puskesmas dan Rumah
Bersalin.
2) Bagi PKK Kota Surakarta Pokja IV agar lebih aktif memantau dan
mengontrol kegiatan KP Ibu, serta dapat mengembangkan KP Ibu di
seluruh wilayah kota Surakarta.
3) Bagi Kelurahan Semanggi agar selalu mendukung kegiatan KP Ibu dan
memberi fasilitas yang baik untuk setiap kegiatan yang berhubungan
dengan kesehatan masyarakat lainnya.
4) Perlu kerjasama lintas sektoral (antar departemen) untuk mengatasi
masalah struktural dan kultural dalam memasyarakatkan ASI
Eksklusif.
5) Masyarakat
1) Bagi masyarakat agar lebih aktif mencari informasi yang penting bagi
kesehatan keluarga agar pengetahuan yang diperoleh tidak salah.
2) Bagi masyarakat diharapkan memberikan respon yang baik untuk
kegiatan KP Ibu dan menciptakan kondisi sosial yang mendukung ibu
untuk dapat menyususi secara eksklusif.