skripsi apoteker

97
PENENTUAN KO NSTANTA IO N IS A SI(pK a)K A TEK IN SECARA PO TEN SIO M ETR I SK R IPSISA R JA N A FA R M A SI Oleh LIDIA NOFITA 01 138 020 FAKULTAS M ATEM A TIK A D A N ILM U PENG ETAHUAN ALAM UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2006 1

Upload: lina-darlinda

Post on 17-Dec-2015

75 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Contoh tugas akhir untuk mendapatkan gelar apoteker

TRANSCRIPT

6466

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbilalamin atas berkah, rahmat dan karunia yang telah diberikan oleh Allah SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul PENENTUAN KONSTANTA IONISASI (pKa) KATEKIN SECARA POTENSIOMETRI. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program pendidikan Strata Satu pada Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Andalas Padang.

Selesainya skripsi ini tidak lepas dari doa dan dorongan semangat yang diberikan oleh kedua orangtua dan adik-adik tercinta. Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada Ibu Dr. Henny Lucida, Apt dan Bapak Prof. Dr. Amri Bakhtiar, MS. DESS. Apt sebagai pembimbing yang telah meluangkan waktu, pikiran dalam memberikan petunjuk dan bimbingan selama penelitian dan penulisan skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Drs. Rusjdi Djamal, Apt sebagai Penasehat Akademik yang telah memberikan nasehat dan petunjuk selama penulis melaksanakan kegiatan akademik.

2. Bapak dan Ibu dosen jurusan Farmasi Universitas Andalas yang selama ini telah memberikan bimbingan dan curahan ilmu pengetahuan yang sangat berguna bagi penulis.

3. Rekan-rekan kerja di Laboratorium Farmasi Fisika yang telah memberikan dukungan dan bantuan selama pelaksanaan penelitian.

4. Teman-teman dan keluarga besar Farmasi Angkatan 2001 dan semua pihak yang telah memberikan dukungan kepada penulis untuk menyelesaikan penelitian ini.

Semoga Allah SWT membalas amalan budi baik yang telah diberikan, Amin. Penulis berharap semoga skripsi ini menjadi sumbangan yang bernilai ilmu pengetahuan dan bermanfaat bagi kita semua.

Padang, Maret 2006

Penulis

ABSTRAK

Penentuan konstanta ionisasi (pKa) katekin telah dilakukan secara potensiometri. Dari data penentuan pKa katekin antara pH vs volume KOH, terlihat kurva sigmoid pada awal titrasi yaitu pada pH 6,5-10,01, diduga di sini terjadi proses ionisasi dua gugus fenolik. Pada range pH 11,23-13,99 terlihat kembali kurva sigmoid, diduga pada range pH ini terjadi lagi proses ionisasi dua gugus fenolik lainnya. Konstanta ionosasi (pKa) yang dapat ditentukan adalah pada range I (6,5-10,01), diperoleh berturut-turut pKa1 = 7,720,07 dan pKa2 = 10,220,08. Nilai pKa3 dan pKa4 yang diduga berada pada rentang pH 11,23-13,99 belum dapat ditentukan.

ABSTRACTDetermination of the ionization constant of cathechin has been conducted by using potensiometric method. The first derivation plot of pH vs volume KOH showed two sigmoid curves, first at the pH range of 6.5-10.01 which was assumed to be ionization of two phenolic groups and second at pH 11.22-13.99 assumed to be that of the others. The pKa values of cathechin were calculated using aquation for polybasic acid(24). The calculated pKa values for two phenolic groups of cathechin were 7.720.08 and10.220.08 for pKa1 and pKa2 respectively. Calculation of pKa3 and pKa4 failed due to non linearity occured for data of the second sigmoid at the pH range 11.22-13.99.

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR

iii ABSTRAK

v

ABSTRACT

vi

DAFTAR ISI

vii

DAFTAR TABEL

ix

DAFTAR GAMBAR

x

I. PENDAHULUAN

1

II. TINJAUAN PUSTAKA

3

2.1 Monografi

3 2.1.1 Gambir

3 2.1.2 Katekin

4 2.2 Manfaat tanaman gambir

5 2.3 Preformulasi

5 2.4 Nilai pKa

6 2.4.1 Metoda-metoda penentuan konstanta ionisasi

9 2.4.1.1 Metoda potensiometri

9 2.4.1.2 Metoda spektrofotometri

12 2.4.1.3 Metoda konduktometri

14III. PELAKSANAAN PENELITIAN

3.1 Waktu dan tempat penelitian

15 3.2 Metodologi penelitian

3.2.1 Alat

15 3.2.2 Bahan

15 3.3 Prosedur penelitian

15IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

24 4.2 Pembahasan

24V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

28 5.2 Saran

28DAFTAR PUSTAKA

29LAMPIRAN

32DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

I. Hasil pembakuan larutan KOH dengan asam oksalat 0,1N

32

II. Hasil pemeriksaan bahan baku katekin

33

III. Hsil pemeriksaan kualitatif katekin

33

IV. Data kurva kalibrasi katekin 0,01N dalam etil asetat pada maks 280 nm

34

V. Data penentuan kadar katekin dlm etil asetat pada maks 280 nm

35

VI. Hasil perhitungan konstanta ionisasi asam asetat 0,01N

36

VII. Data perubahan pH larutan katekin 0,01N setelah penambahan KOH 0,0996N pada berbagai volume

38

VIII. Hasil perhitungan persamaan regresi linier pada penentuan pKa katekin menurut persamaan [13]

42

IX. Hasil perhitungan persamaan regresi linier pada penentuan pKa katekin menurut persamaan [13] (kurva sigmoid kedua)

46

XHasil perhitungan konstanta ionisasi katekin berdasarkan kurva X vs Y menurut persamaan [19]56

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.Rumus struktur (+) katekin4

2.Alat potensiometer10

3.Kurva titrasi potensiometri11

4.Kurva serapan maksimum katekin dalam etil asetat34

5.Kurva kalibrasi katekin 0,01N dalam etil asetat pada maks 280 nm

35

6.Kurva pH vs volume KOH 0,0996N pada penentuan konstanta ionisasi asam asetat 0,01N

37

7.Kurva pH vs volume KOH 0,0996N pada perubahan pH larutan katekin 0,01N setelah penambahan KOH 0,0996N pada berbagai volume

41

8.Kurva persamaan regresi linier katekin 0,01N menurut persamaan [13]

45

9.Kurva pengolahan data untuk kurva sigmoid kedua (pKa3 dan pKa4) berdasarkan persamaaan (13)55

I. PENDAHULUAN

Gambir merupakan ekstrak daun dan ranting tanaman Uncaria gambir (Hunter) Roxb, yang dikeringkan. Tanaman ini tidak hanya digunakan masyarakat sebagai teman bagi pinang dan sirih tapi juga digunakan sebagai bahan baku industri obat-obatan dan kosmetik (1).

Tanaman gambir telah digunakan masyarakat untuk berbagai pengobatan baik secara internal maupun eksternal. Misalnya saja di Kalimantan, sediaan infusa dari daun dan akar segar tanaman gambir digunakan untuk mengobati diare dan disentri. Sedangkan secara eksternal digunakan sebagai losio untuk luka bakar, pengobatan pegal pada pinggang atau panggul dan untuk sakit pinggang (2).

Salah satu komponen bioaktif utama penyusun gambir adalah katekin. Rasa dan bau yang khas dari gambir diberikan oleh katekin (3). Katekin merupakan senyawa polifenol golongan flavonoid yang bersifat sebagai adstringen, yang mempunyai aktivitas biologis sebagai antioksidan, antivirus, dan antibakteri (4,5).Katekin telah berhasil diperoleh dengan kemurnian 99%. Sebagai suatu senyawa murni yang menunjukkan aktivitas farmakologis maka perlu dilakukan suatu studi preformulasi sebagai langkah awal dalam mengetahui sifat fisikokimia obat yang akan dikembangkan menjadi sediaan obat, salah satu parameter utama yang ditetapkan dalam preformulasi tersebut adalah konstanta ionisasi (pKa) (6,7). Dari penelitian terdahulu tentang studi awal penentuan pKa katekin secara spektrofotometri belum diperoleh nilai pKa katekin karena standar deviasi yang besar. Namun dari profil spektrum dan serapan katekin pada berbagai pH diperoleh gambaran bahwa katekin memiliki lebih dari satu nilai pKa dengan jarak yang berdekatan sehingga mempengaruhi interpretasi data masing-masing pKa. Oleh karena itu dicoba menentukan nilai pKa katekin dengan menggunakan metode lain yaitu potensiometri.

Potensiometri merupakan metoda yang telah lama digunakan untuk menentukan pKa suatu senyawa. Keuntungan diantaranya : cepat, tidak butuh pelarut yang begitu banyak, dan tidak butuh jumlah sampel yang banyak (8,9,10).

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Monografi2.1.1. Gambir

Tanaman gambir dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Divisio

: Spermatophyta

Sub Divisio

: Angiospermae

Class

: Dicotyledone

Subclass

: Sympetalae Rubiales

Famili

: Rubiaceae

Genus

: Uncaria

Spesies

: Uncaria gambir ( Hunter ) Roxb

Indonesia merupakan eksportir gambir terbesar di dunia. Sumatera Barat adalah penghasil utama gambir di Indonesia. Lebih dari 80% produksi gambir berasal dari daerah ini seperti Payakumbuh dan Pesisir Selatan sehingga gambir ditetapkan sebagai salah satu komoditi unggulan Sumatera Barat. Tanaman ini mempunyai beberapa nama daerah seperti gambe dan gain (Aceh), Sontang (Batak), gambie (Minangkabau), gambir (Jawa) dan lain-lain (1).

Gambir merupakan tanaman perdu yang memiliki batang keras yang membelit, daunnya besar, lebar, bertangkai pendek, berwarna hijau muda dan tahan hama, bunganya sedikit berwarna putih, kecil, bertongkol bulat dan bergetah (11).

Tanaman ini biasa tumbuh liar di hutan dan tempat lainnya yang bertanah agak miring dan cukup mendapat sinar matahari. Biasanya tumbuh pada ketinggian 200-900 m diatas permukaan laut (1,11).

Gambir merupakan sari kental yang diperoleh dari pengolahan daun dan ranting tanaman gambir yang diendapkan dalam berbagai bentuk yang sudah dikeringkan (12).

Ekstrak gambir mengandung katekin (7-33%), asam kateku tanat (20-55%), kuersetin (2-4%), kateku merah (3-5%), gambir fluorosein (1-3%), pirokatekol (20-30%), lilin (1-2%), fixed oil dan alkaloid (dihidro gambir tannin, gambirdin, gambir tannin, gambirin, isogambirin, auproparin dan okso gambir tannin) (1).2.1.2. Katekin

Katekin yang terdapat didalam gambir adalah dalam bentuk (+) katekin, yang juga disebut asam katekinat, katekol, (+) cyanidanol, (+) cyanidan-3-ol dan (2R-trans)-2-(3,4-dihidroxyphenil)-3,4-dihidro-benzopyran-3,5,7-triol (4).

Gambar 1. Rumus struktur (+) Katekin (4)

Rumus molekul katekin C15H14O6, terdiri dari C 62,07%, H 4,86%, O 33,07%, dengan berat molekul 290,28 (1)

Katekin mempunyai titik leleh 175-1770C. Katekin berupa kristal jarum tidak berwarna, tidak larut dalam air dingin, larut dalam air panas, alkohol, asam asetat glasial, praktis tidak larut dalam benzen, CHCl3, dan petroleum eter (4).2.2. Manfaat tanaman gambir dan katekin (2)

Dalam industri farmasi gambir digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan obat antara lain pengobatan diare, obat-obatan anti racun dan sebagainya. Di industri kosmetik gambir digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan kosmetik yang berguna dalam melembutkan kulit dan menambah kelenturan serta daya renggang kulit. Pada industri batik digunakan sebagai pencelup dan pewarna. Di industri cat digunakan untuk pewarna sedangkan dalam industri kulit gambir sebagai penyamak

Efek farmakologis katekin antara lain untuk penyakit hati khususnya hepatitis, diare, untuk pengobatan penyakit haemolisis, kerusakan ginjal, anti inflamasi, anti bakteri, anti oksidan, menghilangkan bau badan, pengontrol kolesterol, gula darah dan tekanan darah (5,11).

2.3. Preformulasi

Rancangan dari suatu sediaan yang tepat memerlukan pertimbangan karakteristik fisika, kimia dan biologis dari semua bahan-bahan obat dan bahan-bahan farmasetik yang akan digunakan dalam membuat produk obat. Obat dan bahan-bahan farmasetik yang digunakan harus tercampurkan satu sama lainnya untuk menghasilkan suatu produk obat yang stabil, manjur, menarik, mudah dibuat dan aman. Produk harus dibuat dibawah pengontrolan agar memiliki kualitas yang baik dan dikemas dalam wadah yang membantu stabilitas obat. Produk tersebut harus diberi etiket (label) agar tidak salah digunakan dan disimpan pada kondisi sedemikian rupa sampai habis tanggal kadaluarsanya.

Preformulasi merupakan langkah awal dalam pemgembangan sediaan obat secara rasional dari suatu zat aktif, dimana langkah ini baru meliputi pengkajian untuk mengumpulkan keterangan-keterangan dasar tentang karakteristik fisika dan kimia senyawa obat yang dibuat menjadi bentuk sediaan farmasi. Pengkajian dasar ini merangkum penelitian preformulasi yang dibutuhkan sebelum formulasi produk yang sebenarnya dimulai (13,14).

Beberapa parameter yang ditetapkan dalam studi preformulasi adalah :

pKa

Profil pH kelarutan

Profil pH stabilitas

Koefisien partisi

Ukuran partikel

Bentuk kristal polimorfisa

Metoda analisa

Parameter-parameter ini menjadi dasar dalam penentuan bentuk sediaan obat dan komposisi formula uji untuk memperoleh sediaan yang paling baik (15,16,17,18).

2.4. Nilai pKa

Berdasarkan teori Arrhenius suatu asam membebaskan ion hidrogen dan senyawa yang bersifat basa membebaskan ion hidroksil didalam larutan. Teori Bronsted-Lowry mendefinisikan asam adalah senyawa yang menyumbangkan proton dan basa adalah senyawa yang menerima proton. Menurut Lewis asam adalah molekul atau ion yang dapat menerima pasangan elektron dari beberapa atom, sedangkan basa adalah zat yang mendonorkan sepasang elektron kepada suatu asam.

Derajat terionnya senyawa-senyawa obat didalam larutan sangat ditentukan oleh pH larutan atau mediumnya. Derajat ionisasi suatu obat penting diketahui karena dapat mempengaruhi proses absorbsi, distribusi dan eliminasi obat tersebut didalam tubuh. Oleh karena itu berguna dalam memprediksi ketersediaanhayati sediaan obat. Disamping itu derajat ionisasi senyawa obat dapat digunakan untuk memprediksi penyebab pengendapan didalam campuran (19).

Ionisasi obat yang bersifat asam lemah adalah sebagai berikut :

HA + H2O A- + H3O+ [1]

Dari persamaan diatas, derajat terionnya suatu senyawa asam lemah ditentukan oleh suatu parameter yang disebut konstanta ionisasi yang dikenal dengan pKa. Untuk asam lemah, dari persamaan [1] :

Ka = [2]

Maka :

pKa = -log Ka [3]

Nilai pKa merupakan suatu cara yang paling mudah untuk membandingkan kekuatan keasaman atau kebasaan senyawa-senyawa obat. Dalam formulasi sediaan obat, berdasarkan nilai pKanya, pH larutan dapat diatur untuk menjamin kelarutan maksimum senyawa obat tersebut dalam air dengan tetap mempertimbangkan kestabilan optimum senyawa obat tersebut (20).

Nilai pKa senyawa obat berbeda-beda tergantung pada struktur kimianya. Molekul yang strukturnya sederhana memiliki satu atau lebih dari dua proton yang dapat disumbangkan. Molekul yang memiliki lebih dari dua proton untuk disumbangkan disebut senyawa poliprotik, seperti asam sitrat mempunyai nilai pKa1 = 3,15; pKa2 = 4,78; pKa3 = 6,40 dan asam tartrat mempunyai pKa1 = 3,02; pKa2 = 4,36. Sedangkan basa poliprotik adalah basa yang dapat menerima dua atau lebih proton seperti pilokarpin yang mempunyai pKa1 =1,63 dan pKa2 = 7,05 (21).

Molekul suatu senyawa juga bisa memiliki gugus asam dan basa pada strukturnya sehingga disebut senyawa amfoter. Didalam larutan, pada pH tertentu kedua gugus terionisasi dalam porsi yang sama sehingga pH tersebut dinamakan titik isoelektrik. Contohnya : glisin, dapat bereaksi sebagai asam yaitu (21) :

+NH3CH2COO- + H2O NH2CH2COO- +H3O+ [4]

asam basa konyugasi

dan sebagai basa :

+NH3CH2COO- + H2O +NH3CH2COOH + OH- [5]

basa asam konyugasi

Persamaan Henderson-Hasselbach menggambarkan hubungan antara pKa dan pH serta menunjukkan hubungan rasio bentuk terion dan tak terion dengan pH larutan, sebagai berikut :

Untuk asam lemah :

pKa = pH + log [6]

Untuk basa lemah :

pKa = pH + log [7]

dimana : [A-] = konsentrasi basa konyugasi dari asam lemah

[HA]= konsentarsi asam

[B]= konsentrasi basa

[BH+]= konsentrasi asam konyugasi dari basa lemah

Persamaan ini merupakan basis untuk memprediksi pengaruh pH larutan terhadap derajat ionisasi, menghitung pH larutan asam atau basa lemah serta untuk menghitung pH larutan dapar atau buffer (14).

2.5.1. Metoda-metoda penentuan konstanta ionisasi

2.5.1.1. Metoda potensiometri

Titrasi potensiometri adalah suatu cara penetapan kadar pada titrasi volumetri, yang berdasarkan pengukuran beda potensial, yang terbentuk dari sepasang elektroda yang dicelupkan kedalam larutan yang akan ditentukan kadarnya. Pengukuran beda potensial tersebut dapat berupa pengukuran pH, ataupun pengukuran millivolt atau volt, yang tergantung pada pereaksi yang digunakan. Pasangan elektroda terdiri dari elektroda penunjuk dan elektroda pembanding (22,23,24,25,26).

Gambar 2. Alat potensiometer

Keterangan gambar :

1. Buret

2. Klem dan statis

3. Gelas piala berisi larutan uji

4. Pengaduk magnetik

5. Potensiometer

6. Elektroda

Elektroda kalomel berfungsi sebagai elektroda pembanding dan elektroda platina berfungsi sebagai elektroda penunjuk. Alat pengaduk magnetik digunakan untuk mengaduk larutan yang akan dititer agar tetap homogen. Voltmeter berfungsi untuk mengukur potensial larutan zat yang dititer.

Penentuan titik akhir dari titrasi potensiometri didasarkan pada pengukuran beda potensial yang terbentuk pada sepasang elektroda yang dipakai. Setiap penambahan sejumlah volume larutan pentiter, volume dan potensiaol yang terjadi harus diukur. Pada permulaan titrasi, potensial akan naik perlahan-lahan sampai pada suatu saat, dimana potential akan naik tajam dengan penambahan sedikit pentiter. Kemudian titrasi dilanjutkan sampai terjadi perubahan potensial yang kecil sebanding dengan penambahan pentiter yang semakin besar (24,27).

Gambar 3. Kurva titrasi potensiometri. (a) Gambar kurva titrasi potensiometri E atau pH vs ml pentiter, (b) Gambar kurva titrasi potensiometri E/V atau pH/V vs ml pentiter, (c) Gambar kurva titrasi potensiometri 2E/V2 atau 2pH/V2 vs ml pentiter

Gambar (a) untuk menentukan titik akhir titrasi, yaitu dengan menarik sebuah garis vertikal melalui bagian curam dari kurva dan menemukan titik potong garis ini dengan absis (volume). Gambar (b) menunjukkan suatu gambar dari kemiringan kurva titrasi yaitu perubahan potensial dengan perubahan volume (E/V) terhadap volume titran. Gambar (c) memperlihatkan perubahan kemiringan (2E/V2) terhadap volume titran. Namun untuk penentuan titik akhir titrasi cukup hanya mempergunakan kurva gambar (a) dan (b), sedangkan kurva gambar (c) dipergunakan apabila letak titik akhir titrasi sulit untuk dicari menurut gambar (a) dan (b) (22,24).

Adapun keuntungan dari metoda potensiometri ini antara lain ; cepat, hemat dalam pemakaian larutan serta hemat dalam pemakaian sampel. Kelemahannya metoda ini kurang cocok untuk zat-zat yang sukar larut dalam air.

2.5.1.2. Metoda spektrofotometri

Metoda lain yang digunakan dalam penentuan pKa adalah metoda spektrofotometri. Penentuan pKa dengan metoda ini dapat dilakukan dengan dua cara:

a. Metoda penentuan konstanta ionisasi berdasarkan serapan langsung

Penentuan pKa dilakukan dengan terjadinya pergeseran spektrum batokromik atau hipsokromik. Pada spektrum UV-VIS disebabkan serapan dari berbagai proporsi bentuk terion dan tak terion suatu senyawa di dalam larutan dengan pH bervariasi. Secara langsung nilai pKa suatu asam atau basa lemah dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut :

untuk asam lemah :

pKa = pH + [8]

untuk basa lemah :

pKa = pH + [9]

dengan : Ai = serapan bentuk terion

Am = serapan berntuk tak teriopn (molekul)

A = serapan yang diukur pada berbagai pH larutan yang diamati

Jika spektrum bentuk tak terion (molekul) atau bentuk terion dari suatu senyawa berbeda, maka absorban campuran kedua bentuk ini akan sama pada satu titik dan terlihat jelas melewati satu titik yang dilewati oleh semua spektrum dan disebut titik isosbestik (27).

b. Metoda penentuan konstanta ionisasi berdasarkan kelarutan

Pada metoda ini digunakan persamaan berikut (15,27) :

untuk asam lemah :

pKa = pH log [10]

untuk basa lemah :

pKa = pH + log [11]

dengan : So = kelarutan pada berbagai pH

Si = kelarutan intrinsik

pH = pH larutan yang diamati

Berdasarkan persamaan diatas terlihat bahwa untuk menghitung nilai pKa suatu asam atau basa lemah diperlukan nilai kelarutan intrinsik yaitu kelarutan asam atau basa lemah dalam bentuk tak terionnya. Nilai Si suatu asam lemah dan basa lemah adalah suatu nilai yang konstan, dimana nilai Si selalu lebih kecil daripada nilai So di dalam larutan air. Dengan memvariasikan nilai pH larutan dapar yang digunakan, maka diperoleh nilai So yang bervariasi pada masing-masing pH sehingga nilai pKa dapat ditentukan (15,27).

Nilai pKa dapat dihitung lebih akurat dengan membuat grafik antara pH dengan log {Si/(So-Si)} yang akan memberikan suatu persamaan garis lurus dengan nilai pKa sebagai titik potong garis dengan sumbu y.

2.5.1.3. Metoda konduktometri

Pada metoda konduktometri terjadi perbedaan yang berarti dalam konduktan antara larutan asli dengan produk hasil reaksi dalam larutan. Metoda ini sekarang banyak digunakan untuk penentuan konstanta ionisasi asam sangat lemah yang berada dalam rentang 11-14 (27).

III. PELAKSANAAN PENELITIAN

3.1 Waktu dan tempat pelaksanaan.

Penelitian telah dilakukan dari Agustus sampai Januari di Laboratorium Farmasi Fisika, Jurusan Farmasi dan Laboratorium Analisis Instrumen, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas, Padang.

3.2 Metodologi Penelitian

3.2.1 Alat dan bahana. Alat : potensiometer, mikro buret, pengaduk magnetik, gelas piala, labu ukur, kertas saring, krus porselen, erlemeyer, pipet gondok, pipet tetes.

b. Bahan : katekin 98%, aqua bidestilata, etil asetat, etanol, KOH, asam oksalat, fenolftalein,asam asetat.

3.2.2 Pemeriksaan bahan baku ( 1, 12 )

Organoleptis, pemeriksaan dilakukan secara visual dengan mengamati bentuk, warna, bau, dan rasa.

Analisa kualitatif

a. Flavonoid, caranya : katekin sebanyak 5 mg dilarutkan dengan etanol dalam tabung reaksi, kemudian tambahkan beberapa tetes HCl pekat dan beberapa butir serbuk magnesium (Mg), uji positif bila terjadi warna merah.

b. Fenolik, caranya : katekin sebanyak 5 mg dilarutkan dengan etanol dalam tabung reaksi, kemudian tambahkan FeCl3, uji positif bila terbentuk warna hijau.

Kadar katekin

Yaitu untuk menentukan banyaknya katekin dalam gambir yang dinyatakan dalam persen bobot per bobot (% b/b), dilakukan secara Spektrofotometri.

a. Penentuan panjang gelombang serapan maksimum, caranya : katekin standar sebanyak 50 mg ditimbang dengan seksama dan dilarutkan dengan etil asetat hingga 50 ml (larutan induk). Larutan induk mengandung katekin dengan kadar 1 mg/ml. dari larutan induk ini dipipet 1 ml dan diencerkan dengan etil asetat dalam labu ukur 25 ml sehingga didapatkan kadar 0,04 mg/ml, kemudian dapat diukur panjang gelombang serapan maksimum katekin dengan menggunakan spektrofotometer UV.

b. Pembuatan kurva kalibrasi katekin, caranya : dari larutan induk dibuat larutan katekin dalam etil asetat dengan konsentrasi 0,02 mg/ml, 0,03 mg/ml, 0,04 mg/ml, 0,05 mg/ml, 0,06 mg/ml secara pengenceran, kemudian serapannya diukur dengan spektrofotometer UV pada panjang gelombang serapan maksimum 280 nm dan kurva kalibrasi serta persamaan regresinya dapat dihitung

c. Penetapan kadar katekin dalam gambir murni, caranya : gambir murni sebanyak 50 mg dilarutkan dalam etil asetat hingga 50 ml, kemudian dari larutan ini dilakukan pengenceran hingga diperoleh konsentrasi 0,020 mg/ml, 0,024 mg/ml, 0,028 mg/ml, 0,032 mg/ml, 0,036 mg/ml. Kemudian serapannya diukur pada panjang gelombang serapan maksimum 280 nm dengan menggunakan spektrofotometer UV. Kadar katekin dalam larutan dihitung dengan menggunakan persamaan regresi.

Susut pengeringan, caranya : ditimbang seksama 2 gram katekin ditempatkan dalam botol timbang yang diketahui beratnya dan dipanaskan dalam oven listrik pada suhu 1050 C selama 5 jam. Kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Panaskan lagi selama 30 menit, pendinginan dan penimbangan dilakukan beberapa kali sampai pengurangan berat antara dua penimbangan berturut-turut lebih kecil dari 0,001 g. Dihitung susut pengeringannya dari pengurangan berat yang didapat.

Kadar abu, caranya : ditimbang 2 gram katekin dan dimasukkan dalam krus porselen. Katekin dipijar dengan pembakar Bunsen selama kira-kira 1 jam dan disempurnakan pemijarannya dengan menempatkan bahan dalam tanur suhu tinggi pada 9000C200C sampai diperoleh abu berwarna abu-abu. Didinginkan dalam desikator dan ditimbang serta dicatat pengurangan beratnya. Dihitung kadar abu dari pengurangan berat yang didapat.

Kelarutan dalam air, etanol dan etil asetat, caranya : ditimbang untuk tiap-tiap pelarut masing-masing 1 gram katekin dan setiap pelarut dimasukkan ke dalam buret. Kemudian ditentukan kelarutan katekin dalam tiap-tiap pelarut dengan cara melarutkan katekin dalam pelarut yang diteteskan dari dalam buret. Dicatat jumlah pelarut yang terpakai pada saat semua gambir murni larut dalam pelarut yang diamati.

Penentuan kadar bahan yang tak larut dalam air, caranya : katekin ditimbang 1 gram, dimasukkan kedalam gelas piala 200 ml yang berisi 100 ml air. Campuran ini dipanaskan sampai mendidih dan disaring. Kertas saring beserta bagian campuran yang tidak larut dimasukkan ke dalam krus porselen. Berat krus porselen dan kertas saring telah ditimbang sebelumnya. Kemudian kertas saring beserta bagian yang tidak larut ini dikeringkan dalam oven pada suhu 1050 C hingga berat konstan. Kadar bahan yang tak larut dalam air dihitung dari pengurangan berat yang terjadi.

Penentuan kadar bahan yang tak larut dalam alkohol, caranya : katekin ditimbang 1 gram, dimasukkan kedalam erlemeyer 200 ml yang berisi 100 ml alkohol. Erlemeyer ditutup dengan kapas yang dibungkus kain kasa. Campuran ini dipanaskan sampai mendidih dan disaring. Kertas saring beserta bagian campuran yang tidak larut dimasukkan kedalam krus porselen. Berat krus porselen dan kertas saring telah ditimbang sebelumnya. Kemudian kertas saring beserta bagian yang tidak larut ini dikeringkan dalam oven pada suhu 1050 C hingga berat konstan. Kadar bahan yang tidak larut dalam alkohol dihitung dari pengurangan berat yang terjadi.

3.2.3 Penyiapan larutan katekin dan reagensia (27,28)

3.2.3.1 Penyiapan larutan pentiter KOH 0,1N

Dilarutkan sebanyak 1,1222 gram KOH dalam gelas piala dengan aquabidestilata sampai 200 ml.

3.2.3.2 Penyiapan larutan asam oksalat 0,1N

Dilarutkan sebanyak 0,63 gram asam oksalat dalam labu ukur 100 ml dengan aquabidestilata sampai tanda batas.

3.2.3.3 Penyiapan larutan fenolftalein

Larutkan 100 mg fenolftalein dalam 30 ml etanol (90%) tambahkan air secukupnya sampai 50 ml.

3.2.3.4 Penyiapan larutan katekin 0,01N

Dilarutkan 0,0725 gram katekin dalam gelas piala dengan aquabidestilata sampai 100 ml.

3.2.4 Pembakuan larutan pentiter KOH 0,1N

Pipet 10 ml asam oksalat ke dalam erlemeyer, tambahkan indikator pp, titrasi dengan KOH sampai timbul warna merah muda, percobaan dilakukan 3 kali. Hitung Normalitas KOH.

3.2.5 Uji coba metoda dengan menentukan pKa asam asetat 0,01NSebanyak 0,3 ml asam asetat dimasukkan ke dalam labu ukur 500 ml, ditambahkan aquabidestilata sampai tanda batas.

3.2.6 Pengukuran dengan potensiometer

Alat potensiometer dipasang dan elektroda dicelupkan kedalam larutan katekin 0,01N sesuai skema (Gambar 2).

pH meter dikalibrasi dengan buffer standar pH 7 dan buffer standar pH 10.

Magnetic stirrer diletakkan sesuai skema (Gambar 2), hidupkan dan atur kecepatannya pada posisi sedang. Biarkan sampai didapatkan penbacaan pH yang stabil.

Penunjuk nilai pH dicatat pada posisi awal.

Penambahan pentiter KOH 0,0996N dilakukan tiap 0,1 ml, dibiarkan selama interval tertentu (20 atau 30 detik), lalu baca nilai pH larutan. Perbedaan pH yang terjadi pada tiap langkah percobaan ini dicatat. Jika beda potensial mencapai nilai 20 unit, maka tingkat penambahan pentiter KOH 0,0996N diturunkan menjadi tiap 0,02 ml.

Pada suatu keadaan akan didapat perbedaan nilai yang sangat mencolok, lanjutkan titrasi untuk 5 kali penambahan lagi sebelum titrasi dihentikan.

Data titrasi diolah dengan membuat kurva titrasi turunan pertama antara data pH vs volume pentiter.

Percobaan dilakukan 3 kali.

3.2.7 Analisa data

Data diperoleh berupa perubahan pH larutan katekin pada setiap ml pentiter yang ditambahkan. Kemudian dibuat grafik antara pH sebagai ordinat dan volume pentiter sebagai absis. Selanjutnya data mentah ini diolah menurut perhitungan pKa untuk senyawa asam polybasic (26).

Bila ionisasi asam polybasic adalah :H2A HA- + H+ A2- + H+[12]

Dimana :

H2A= spesies diprotonasi

HA-= spesies monoprotonasi

A2-= spesies nonprotonasi

H+= ion H+ (proton)

Maka nilai pKa dapat dicari menggunakan persamaan :

[13]

Keterangan :

Ka1 = konstanta ionisasi 1

Ka2 = konstanta ionisasi 2

F = koefisien aktivitas

{H+} = aktifitas ion H+

Harga F diperoleh dari persamaan :

F = [14] Keterangan :

F = koefisien aktivitas

CA = konsentrasi zat yang di titrasi

Ct = konsentrasi titran

{OH-} = aktifitas ion OH-

Dimana :

Ct = [15]

Keterangan :

Ct = konsentrasi titran

W = berat katekin

M = bobot molekul katekin

V = volume air yang digunakan untuk melarutkan sampel

VT = volume pentiter

Sedangkan nilai CA diperoleh dari persamaan :

CA = [16]

dimana :

CA = konsentrasi zat yang di titrasi

VT = volume pentiter

N = normalitas KOH 0,1N

V = volume air yang digunakan untuk melarutkan sampel

Apabila pada persamaan [13],

adalah X [17]

{H+}x adalah Y [18]

Maka persamaan [13] dapat diubah menjadi suatu persamaan garis lurus :

[19]

Dengan menggunakan persamaan regresi garis tersebut, maka Ka1 diperoleh dari kemiringan garis dan Ka2 dari titik potong garis dengan sumbu y.

Nilai pKa diperoleh dari persamaan :

pKa1 = -log Ka1 [20]

pKa2 = -log Ka2 [21]

Karena ada tiga perlakuan, maka nilai pKa1 dan pKa2 ratarata diperoleh dari rata-rata dari ketiga perlakuan tersebut.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

1. Hasil pemeriksaan bahan baku katekin meliputi pemerian, susut pengeringan, kadar abu, kelarutan dapat dilihat pada Lampiran 2, Tabel II.

2. Dari data orientasi diperoleh pKa asam asetat 4,7890,166, dapat dilihat pada Lampiran 4, Tabel VI.

3. Dari data mentah berupa grafik antara volume KOH 0,0996N vs pH diperoleh kurva sigmoid, dapat dilihat pada Lampiran 5, Tabel VII, Gambar 7.

4. Dengan mengolah data menurut persamaan [19], diperoleh kurva linier, dapat dilihat pada Lampiran 6, Tabel VIII, Gambar 8.

5. Diperoleh nilai pKa1 = 7,720,07 dan pKa2 = 10,220,08, dapat dilihat pada Lampiran 8, Tabel X.

4.2 Pembahasan

Pemeriksaan pendahuluan bahan baku katekin yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan menurut persyaratan yang terdapat dalam The Merck Index yang meliputi pemeriksaan organoleptis berupa bentuk, warna, bau, dan rasa, susut pengeringan, uji kadar abu, serta uji kelarutan..

Berdasarkan strukturnya katekin merupakan golongan flavonoid yang mempunyai 4 gugus fenolik (gambar 1). Tapi berdasarkan posisi gugus tersebut dan halangan ruang, gugus yang dapat terion pada range pH yang pernah diteliti yaitu pada range pH 3,89 9,70 adalah gugus nomor 3l dan 4l(29).

Akan tetapi penelitian tersebut belum bisa menyimpulkan nilai pKa1 dan pKa2 katekin. Hal ini disebabkan oleh kecenderungan meningkat atau menurunnya serapan tidak sama dengan meningkat atau menurunnya pH larutan. Hal ini menyulitkan dalam penghitungan nilai pKa masing-masing gugus yang terion berdekatan jaraknya (29). Diharapkan dengan metoda potensiometri dapat diperoleh gambaran yang lebih baik tentang pKa katekin.

Terlebih dahulu untuk menguji respon alat dilakukan penentuan konstanta ionisasi (pKa) asam asetat yang memiliki pKa tunggal yaitu 4,74 (26). Diperoleh data berupa perubahan pH larutan asam asetat 0,01N vs volume KOH 0,0996N seperti pada Tabel II. Data diolah menurut persamaan (23):

pKa = pH + log [22]

sehingga diperoleh nilai pKa asam asetat 4,7890,166. Perbedaan nilai asam asetat yang diperoleh dibandingkan dengan yang ada diliteratur mungkin disebabkan oleh faktor suhu yang berbeda, kekuatan ion dan perbedaan alat yang digunakan. Namun nilai yang diperoleh sudah menunjukkan respon alat cukup baik sehingga dapat digunakan dalam penentuan pKa katekin.

Dari data penentuan pKa katekin menggunakan KOH 0,0996N sebagai pentiter diperoleh kurva pH vs volume pentiter seperti terdapat pada Lampiran 5, Gambar 7. Dari Gambar 7, terlihat kurva seperti sigmoid pada awal titrasi yaitu pada range pH 6,510,01. Diduga proses ionisasi dua gugus fenolik (posisi 3l dan 4l pada Gambar 1) dari katekin terjadi pada range pH tersebut. Sedangkan pada range pH 10,1711,10 peningkatan nilai pH tidak terlalu signifikan. Pada range pH 11,2313,99 terdapat lagi kurva yang sigmoid. Diduga pada range pH ini terjadi ionisasi gugus fenolik nomor 5 dan 7 pada struktur katekin. Asumsi ini dikuatkan oleh analisa bahwa halangan ruang menyebabkan gugus nomor 5 dan 7 lebih sukar terion. Dalam hal ini ionisasi asam lemah pada pH sangat tinggi menunjukkan bahwa gugus 5 dan 7 pada struktur katekin bersifat asam sangat lemah. Diduga pKa3 dan pKa4 katekin berada pada range pH ini.

Dari kurva sigmoid pada Lampiran 6, Tabel VIII menghasilkan satu garis lurus bila diolah menurut persamaan [19]. Dicoba mencari nilai pKa1 dan pKa2 dari masingmasing kurva. Ternyata kurva yang terbentuk mengikuti persamaan garis lurus (r1 = 0,9939). Nilai Ka1 dan Ka2 diperoleh dari persamaan garis lurus grafik. vs {H+}x untuk masingmasing perlakuan. Seterusnya nilai Ka1 dan Ka2 dihitung dari persamaan garis lurus grafik vs {H+}x pada setiap perlakuan.

Pengolahan data menurut persamaan [19] menghasilkan persamaan regresi. y = 58182728,83x + 5,37488x10-11 (r = 0,9939). Nilai pKa katekin kemudian dihitung menurut prinsip overlapping pKa untuk senyawa polybasic menggunakan persamaan [13]. Berdasarkan persamaan tersebut, dibuat grafik antara X dan Y, maka titik potong dengan sumbu y sama dengan Ka2 dan kemiringan garis sama dengan 1/Ka1. Nilai pKa1 diperoleh dari logaritma negatif Ka1 dan nilai pKa2 diperoleh dari logaritma negatif Ka2.

Berdasarkan perhitungan tersebut nilai pKa katekin diperoleh berturut turut pKa1 = 7,720,07 dan pKa2 = 10,220,08 (Lampiran 8, Tabel X). Hasil ini memperlihatkan selisih nilai pKa antara gugus 1 dan 2 hanya 2,5 unit pKa, yang berarti sangat berdekatan {< 3 unit, (26)}. Hal ini diduga menyebabkan sulitnya interpretasi pKa katekin dengan metoda spektrofotometri. Walaupun pada penelitian ini dapat ditentukan nilai pKa katekin, tapi perlu dikonfirmasi dengan menggunakan metoda lain seperti metoda konduktometri.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Setelah melakukan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa nilai pKa katekin yang dapat dihitung adalah pKa1 = 7,720,07 dan pKa2 = 10,220,08.

5.2 Saran

Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk menentukan nilai pKa katekin dengan menggunakan metoda konduktometri.

DAFTAR PUSTAKA1. Nazir, N., Gambir : Budidaya Pengolahan dan Prospek Diversifikasinya, Edisi I, Penerbit Yayasan Hutanku, Padang, 2000

2. Pedoman Peningkatan Mutu Gambir, Kantor Wilayah Departemen Perdagangan Propinsi Sumatera Barat, Padang, 1993

3. Bakhtiar, A, Manfaat Tanaman Gambir, Makalah Penataran Petani dan Pedagang Pengumpul Gambir di Kecamatan Pangkalan Kab. 50 Kota 29-30 November 1991, FMIPA Universitas Andalas, 1991, hal 2

4. The Merck Index, An Encyclopedia of Chemicals and Drug, Ninth Edition, Merck and Co., Inc, Rahway, New Tersey, USA, 1976

5. Davidson, M.W. and The Florida State University, Catechin Hydrate, http://micro.Magnet.fsu.edu/phytocemical/pages/catechin hydrate.html.20016. Connors, A. K., G. L.A. Amidon dan V. J. Stella, Stability Kimiawi Sediaan Farmasi, edisi II, diterjemahkan oleh Drs. Achmad Mustofa Fatah, Apt, IKIP Semarang Press, Semarang, 1985

7. Lucida H, Lora S, Dian A. U, Nuraini, Amri B., Kajian Preformulasi katekin, Senyawa Bioaktif dalam Gambir, Hasil Penelitian yang Tidak Dipublikasikan, 2004

8. Lachman, L.H., Lieberman, A., Kanig, J. L., The Theory and practice of Industrial Pharmacy, diterjemahkan oleh Siti Suyatmi, Teori dan Praktek Industri, Edisi III, Jilid I, University Indonesia Press, Jakarta, 1989, hal 400 4049. Abdel-Gawod, F. M.,Issa, Y. M., dan Abdul-Alhamid, S. M., Spectrophotometric and Potensiometric Studies on Some Salicylidene Sulph Derivations, Egyption Journal of Pharmaceutical Sciences 35, no. 1- 5, 1995, hal 219 23210. R. A. Day, JR dan A. L. Underwood, Analisis Kimia Kuantitatif, EdisiV, diterjemahkan oleh Aloysius Hadyana Pudjaatmika, Erlangga, Jakarta, 198611. Mapeni, Fakultas Pertanian Universitas Andalas, Potensi dan Kendala Pengembangan Gambir di Sumatera Barat, Buku Panduan Seminar Nasional Potensi dan Kendala Pengembangan, Padang, 13 November 2001, 2001, hal 1 12. Standar Nasional Indonesia Gambir, Departemen Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia, Badan Penelitian dan Pengembangan Industri dan Perdagangan, Padang, 199913. Hanamura, M., Cathecin : Cancer are Lower in Japans Green Tea production cente, www. jafra. gr. jp, Japan, 1999

14. Ansel, Howard C, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, edisi IV, diterjemahkan oleh Farida Ibrahim, University Indonesia Press, 1989, hal 144

15. Wells, J. I., Pharmaceutical Preformulation, The Physicochemical Properties of Drug Substance, Ellis Horwood Limited, New York, 1998, hal 13-28

16. Remingtons Pharmaceutical science, 18th ed., Mack Printing Company, Easton, Pennsylvania, 1990

17. Martin, A. J., Swarbrick, A. Cammarata, Farmasi Fisika, Dasar-dasar Kimia Fisik dalam Ilmu Farmasetik, Jilid I, Edisi III, diterjemahkan oleh Yoshita, Universitas Indonesia Jakarta, 1990

18. Banker, Gilbert S. and Robert K. Chalmers, Pharmaceutics and Pharmacy Practice, J. B. Lippincott Company, Philadelphia, 1982

19. Parrot, E. I., Pharmaceutical Technology, Burgess Publishing Company United States of America, 1970, hal 209

20. Carstensen, J. T., Modern Pharmaceutics, 2nd, Marcel Dekker inc, New York, hal 239-262

21. Wilson and Gisovold, Text Book of Organic Medical and Pharmaceutical Chemistry, 7th part 1, diterjemahkan oleh Drs. Achmad Mustofa Fatah,, Airlangga University Press, 1982

22. Ewing, Galen, W., Instrumental methods of Chemical Analysis, 5th ed., Mc Grawhill Book Company, United States of America, 1985, hal 33-65

23. Albert, A. and Searjeant, E. P., The Determination of Ionization Constant, A Laboratory manual, 2nd ed., Chapman and Hall, Edinburg, 1971, hal 44-75

24. Christian, G. D., Analytical Chemistry, 3rd ed., John Wiley and ons Inc, Toronto, Canada, 1980

25. Soendoro, R., Analisa Kimia Kuantitatif, edisi IV, Erlangga, Jakarta, 1983, hal 47-50, 52-55

26. Albert, A. and Searjeant, E. P., The Determination of Ionization Constants, A Laboratory Manual, Third Edition, Chapman and Hall, New York, 1984

27. Farmakope Indonesia, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Edisi III, Jakarta, 197928. Farmakope Indonesia, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Edisi IV, Jakarta, 199529. Lucida, H., Amri Bakhtiar, Dian, A. U., Studi Awal Penentuan Konstanta Ionisasi (pKa) Katekin dari Gambir secara Spektrofotometri Ultraviolet Visibel, Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, Vol. 10 no. 1, Akreditasi DIKTI Depdiknas RI No. 49/DIKTI/Kep/2005, 2007, hal 12-1830. Markham, K. R., Cara Mengidentifikasi Flavonoid, Penerbit ITB, Bandung, 1988Lampiran 1. Pembakuan larutan KOH 0,1N

Tabel I. Hasil pembakuan larutan KOH dengan asam oksalat 0,1N

ulanganVolume asam oksalat Volume KOH

110 ml10,1 ml

210 ml9,9 ml

310 ml10,1 ml

Normalitas KOH = 0,0996NLampiran 2. Pemeriksaan Bahan Baku Katekin

Tabel II. Hasil pemeriksaan bahan baku katekin

NoPemeriksaanPersyaratan (4.12)Pengamatan

1Pemerian

- Bentuk

- Warna

- Bau

- Rasa-- Serbuk

- Putih

- Khas

- Khas

2Kelarutan

- Air

- etanol

- etil asetat- Sukar larut

- Larut

- Larut - Sukar larut ( 1:568 )

- Larut ( 1: 14 )

- Larut ( 1 : 13 )

3Kadar bahan tak larut dalam air-30%

4Kadar bahan tak larut dalam alkokol-12%

5Susut pengeringan-1.9 %

6Kadar abu-0.002 %

Tabel III. Hasil pemeriksaan kualitatif katekin

NopemeriksaanPersyaratan (30)pengamatan

1FlavonoidMerahmerah

2FenolikHijauHijau

Lampiran 3. (lanjutan)

Gambar 5. Kurva kalibrasi katekin 0,01N dalam etil asetat pada maks 280 nm

Persamaan : y = 0,00627 + 13,162x

r = 0,9999

Tabel V. Data penentuan kadar katekin dalam etil asetat pada maks 280 nm

Konsentrasi ( mg/ml )AbsorbanKadar

0,0200,265198%

0,0240,314098%

0,0280,362597%

0,0320,418598%

0,0360,468798%

Kadar rata rata = 97,8% = 98 %Kadar =

Lampiran 4. Penentuan konstanta ionisasi asam asetat 0.01N

Tabel VI. Hasil perhitungan konstanta ionisasi asam asetat 0.01N

12345678

Titran KOH 0.1NpH[HA][A-][H+]

Log k6pKa= pH + k7

04.050.010----

0.14.140.009240.000840.00007210.05261.0025.142

0.24.270.00840.001680.0000545.81310.65244.952

0.34.380.007560.002520.0000425.93440.46754.848

0.44.490.006720.003360.0000321.97170.29484.785

0.54.600.005880.004200.0000251.38580.14174.742

0.64.710.005040.005040.0000190.9925-0.00334.707

0.74.820.004200.005880.0000150.7099-0.14884.671

0.84.940.003360.006720.0000110.4975-0.30324.637

0.95.080.002520.007560.0000080.3319-0.47904.601

1.05.360.001680.00840.0000040.1994-0.70024.660

1.15.990.000840.009240.0000010.0908-1.04204.944

1.26.4900.01----

pKa asam asetat 0.01N rata rata = 4.789 0.166

Lampiran 4. ( lanjutan )

Gambar 6. Kurva pH vs volume KOH 0.1N pada penentuan konstanta ionisasi asam asetat 0.01M

Lampiran 5. Perubahan pH dan mV larutan katekin 0.01N

Tabel VII. Data perubahan pH dan mV larutan katekin 0.01N setelah penambahan KOH 0.1N pada berbagai volume

vol (ml)pHmVVol (ml)pHmVvol (ml)pHmV

06.5-25.13.29.38147.04.4010.30194.8

0.16.51-24.23.39.44150.34.4210.31195.2

0.26.63-16.63.49.5154.24.4410.31195.2

0.36.78-7.93.59.56157.24.4610.32195.6

0.46.910.23.69.6168.04.4810.34195.7

0.57.069.33.79.66163.84.5010.35195.7

0.67.1313.73.89.72167.74.5210.36195.7

0.77.2218.63.99.79171.64.5410.36196.3

0.87.3124.549.83173.74.5610.36196.3

0.97.429.34.19.88177.04.5810.37196.8

17.4934.74.29.92179.44.6010.37196.8

1.17.5839.94.39.96181.44.6210.38196.8

1.27.6645.14.410.01184.44.6410.39196.8

1.37.7349.24.0210.17185.54.6610.40197.3

1.47.8354.74.0410.18186.34.6810.41197.3

1.57.9260.14.0610.19188.94.7010.41197.3

1.68.0165.04.0810.19189.64.7210.42197.3

1.78.0869.94.1010.19190.24.7410.42197.4

1.88.1674.34.1210.20190.64.7610.42197.4

1.98.2479.14.1410.21191.04.7810.42197.4

28.383.64.1610.22191.24.8010.42197.8

2.18.3988.24.1810.23191.54.8210.43197.8

2.28.4993.24.2010.23191.84.8410.43197.8

2.38.5899.44.2210.24192.84.8610.43197.8

2.48.69105.84.2410.25192.94.8810.43197.8

2.58.79111.64.2610.25193.44.9010.43197.8

2.68.9118.44.2810.26193.54.9210.44197.8

2.78.98123.64.3010.27194.14.9410.44198.6

2.89.09129.94.3210.27194.14.9610.44198.6

2.99.18135.14.3410.28194.14.9810.44198.6

39.25139.54.3610.29194.15.0010.44198.6

3.19.32143.34.3810.29194.85.0210.44198.6

Lampiran 5. ( lanjutan )

Tabel VII. ( lanjutan )

vol (ml)pHmVvol (ml)pHmVvol (ml)pHmV

5.0410.44198.95.6810.54210.16.3410.71215.2

5.0610.44198.95.7010.54210.16.3610.71215.2

5.0810.44198.95.7210.54210.16.3810.71215.2

5.1010.45198.95.7410.54210.16.4010.73215.2

5.1210.45198.95.7610.54210.16.4210.80220.7

5.1410.45198.95.7810.54210.16.4410.83220.7

5.1610.45198.95.8010.55210.16.4610.83220.7

5.1810.47198.95.8210.55211.76.4810.83220.7

5.2010.48198.95.8410.55211.76.5010.85220.7

5.2210.48199.35.8610.55211.76.5210.86220.7

5.2410.48199.35.8810.55211.76.5410.87220.7

5.2610.49201.45.9010.55211.76.4610.89220.7

5.2810.49201.45.9210.55211.76.5810.92223.1

5.3010.49201.45.9410.55211.76.6010.92223.1

5.3210.50201.45.9610.55211.76.6210.92223.1

5.3410.50201.45.9810.55211.76.6410.94223.1

5.3610.50201.46.0010.55211.76.6610.94225.4

5.3810.51201.46.0210.55211.76.6810.97225.4

5.4010.51203.46.0410.55211.76.7010.97225.4

5.4210.51203.46.0610.55211.76.7211.00225.4

5.4410.52203.46.0810.57211.76.7411.00225.4

5.4610.52203.46.1010.57213.56.7611.01225.4

5.4810.52206.56.1210.57213.56.7811.01225.4

5.5010.53206.56.1410.58213.56.8011.01232.8

5.5210.53206.56.1610.58213.56.8211.05232.8

5.5410.53206.56.1810.58213.56.8411.10241.2

5.5610.53206.56.2010.60213.56.8611.23241.2

5.5810.53206.56.2210.63215.26.8811.23241.2

5.6010.53206.56.2410.63215.26.9011.25245.9

5.6210.53206.56.2610.63215.26.9211.25245.9

5.6410.53206.56.2810.65215.26.9411.27245.9

5.6610.54206.56.3010.65215.26.9611.27245.9

6.3210.71216.66.9811.30245.9

Lampiran 5. (lanjutan)

Tabel VII. (lanjutan)

vol (ml)pHmVvol (ml)pHmV

7.0011.25245.97.6612.49338.2

7.0211.25245.97.6812.53340.1

7.0411.27248.67.7012.53340.1

7.0611.27248.67.7212.59344.7

7.0811.30248.67.7412.65348.5

7.1011.33251.87.7612.73351.6

7.1211.35251.87.7812.79356.0

7.1411.35251.87.8012.85361.6

7.1611.37251.87.8212.87361.6

7.1811.43257.47.8412.87361.6

7.2011.43257.47.8612.93362.2

7.2211.43257.47.8812.00369.2

7.2411.49261.37.9012.10373.5

7.2611.53261.37.9212.23375.9

7.2811.53261.37.9412.35379.5

7.3011.57264.27.9612.39379.8

7.3211.57264.27.9812.43380.1

7.3411.62264.28.0012.43380.1

7.3611.65269.08.0212.57380.1

7.3811.69273.98.0412.69381.7

7.4011.71273.98.0612.75382.9

7.4211.73273.98.0812.75382.9

7.4411.75275.18.1012.83385.3

7.4611.79278.98.1212.83385.3

7.4811.93293.66.1412.91385.7

7.5012.01302.18.1612.91385.7

7.5212.05302.18.1812.91385.7

7.5412.10310.08.2012.91385.7

7.5612.21312.18.2212.93385.9

7.5812.26317.38.2412.96386.2

7.6012.33325.78.2612.97386.4

7.6212.37327.78.2813.98387.5

7.6412.37327.77.3013.99387.5

Lampiran 5. ( lanjutan )

Gambar 7. Kurva pH vs volume KOH 0.1N pada perubahan pH larutan katekin 0.01N setelah penambahan KOH 0.1N pada berbagai volume

Lampiran 6. Perhitungan persamaan regresi linier pada penentuan pKa katekin (perlakuan I)

Tabel VIII. Hasil perhitungan persamaan regresi linier pada penentuan pKa katekin menurut persamaan [1]

Vol (ml)pH[H+][OH-]CTCAFXY

06.344.571x10-72.188X10-080.00249800.0001741.82X10-172.29X10-07

0.16.433.72 x10-72.69X10-080.0024959.94006X10-050.0399772.81X10-151.82X10-07

0.26.453.55 x10-72.82X10-080.0024930.0001986030.0798085.23X10-151.7X10-07

0.36.53.16 x10-73.16X10-080.002490.0002976070.119636.36X10-151.48X10-07

0.46.662.19 x10-74.57X10-080.0024880.0003964140.1594234.15X10-159.99X10-08

0.56.791.62 x10-76.17X10-080.0024850.0004950250.1992332.91X10-157.21X10-08

0.66.931.175 x10-78.51X10-080.0024830.0005934390.2390441.87X10-155.08X10-08

0.77.088.32 x10-81.20X10-070.002480.0006916580.2788541.12X10-153.49X10-08

0.87.226.03 x10-81.66X10-070.0024780.0007896830.3186656.88X10-162.44X10-08

0.97.354.467X10-082.24X10-070.0024750.0008875120.3584734.36X10-161.75X10-08

17.483.311X10-083.02X10-070.0024730.0009851490.3982762.73X10-161.24X10-08

1.17.582.63X10-083.80X10-070.002470.0010825910.4380791.94X10-169.46X10-09

1.27.682.089X10-084.79X10-070.0024680.0011798420.4778761.37X10-167.17X10-09

1.37.771.698X10-085.89X10-070.0024660.00127690.5176681.01X10-165.53X10-09

Ct = CA = F = Y = {H+}x X =

Lampiran 6. (lanjutan)

Tabel VIII. (lanjutan)

Vol (ml)pH[H+][OH-]CTCAFXY

1.47.871.349X10-087.41X10-070.0024630.0013737670.5574437.03X10-174.14X10-09

1.57.952.754X10-108.91X10-070.0024610.0014704430.5972143.23X10-177.91X10-09

1.68.058.913X10-091.12X10-060.0024580.0015669290.6369623.71X10-172.37X10-09

1.78.137.413X10-091.35X10-060.0024560.0016632250.6767072.81X10-171.81X10-09

1.88.196.457X10-091.55X10-060.0024530.0017593320.7164632.33X10-171.43X10-09

1.98.285.248X10-091.91X10-060.0024510.001855250.7561551.67X10-171.03X10-09

28.364.365X10-092.29X10-060.0024490.001950980.7958351.26X10-177.4X10-10

2.18.453.548X10-092.82X10-060.0024460.0020465230.8354569.03X10-185.01X10-10

2.28.523.02X10-093.31X10-060.0024440.0021418790.8750927.09X10-183.35X10-10

2.38.62.512X10-093.98X10-060.0024410.0022370480.9146545.32X10-181.98X10-10

2.48.711.95X10-095.13X10-060.0024390.0023320310.954023.47X10-188.57X10-11

2.58.821.514X10-096.61X10-060.0024370.0024268290.993252.26X10-181.02X10-11

2.68.911.23X10-098.13X10-060.0024340.0025214421.0324611.61X10-18-4.1X10-11

2.79.029.55X10-101.05X10-050.0024320.0026158711.0713331.05X10-18-7.3X10-11

2.89.216.166X10-101.62X10-050.002430.0027101171.10884.73X10-19-7.5X10-11

Ct = CA = F = Y = {H+}x X =

Lampiran 6. (lanjutan)

Tabel VIII. (lanjutan)

Vol (ml)pH[H+][OH-]CTCAFXY

2.99.334.677X10-102.14X10-050.0024270.0028041791.1465062.94X10-19-8X10-11

39.433.715X10-102.69X10-050.0024250.0028980581.1840512X10-19-8.4X10-11

3.19.513.09X10-103.24X10-050.0024220.0029917561.2216331.5X10-19-8.8X10-11

3.29.582.63X10-103.80X10-050.002420.0030852711.259121.18X10-19-9.2X10-11

3.39.662.188X10-104.57X10-050.0024180.0031786061.2957638.81X10-20-9.2X10-11

3.49.711.95X10-105.13X10-050.0024150.003271761.3332737.6X10-20-9.7X10-11

3.59.831.479X10-106.76X10-050.0024130.0033647341.3663274.72X10-20-8.6X10-11

3.69.951.122X10-108.91X10-050.0024110.0034575291.3972122.92X10-20-7.4X10-11

3.710.058.913X10-111.12X10-040.0024080.0035501451.4274361.98X10-20-6.7X10-11

3.810.137.413X10-111.35X10-040.0024060.0036425821.4577961.48X10-20-6.3X10-11

3.910.26.31X10-111.59X10-040.0024040.0037348411.4877631.16X10-20-6X10-11

Ct = CA = F = Y = {H+}x

Lampiran 6. (lanjutan)

Gambar 8. Kurva persamaan regresi linier pada penentuan pKa katekin menurut persamaan [13] (perlakuan 1)

Lampiran 7. Perhitungan persamaan regresi linier pada penentuan pKa katekin (kurva sigmoid kedua)

Tabel IX. Hasil perhitungan persamaan regresi linier pada penentuan pKa katekin menurut persamaan [13] (kurva sigmoid kedua)

Vol (ml)pH[H+][OH-]CTCAFXY

4.210.62.512X10-110.00039810.0023969180.0040111.5071261.92953X10-21-2.58463X10-11

4.2210.632.344X10-114.27X10-040.0023964580.0040291.5031691.66232X10-21-2.3739X10-11

4.2410.632.344X10-114.27X10-040.0023959980.0040471.5111021.69821X10-21-2.45046X10-11

4.2610.632.344X10-114.27X10-040.0023955390.0040661.5190361.73528X10-21-2.52955X10-11

4.2810.652.239X10-114.47X10-040.0023950790.0040841.5185771.58132X10-21-2.4118X10-11

4.310.652.239X10-114.47X10-040.002394620.0041021.5265091.6162X10-21-2.48971X10-11

4.3210.711.95X10-115.13X10-040.0023941610.004121.5067911.16169X10-21-2.0037X10-11

4.3410.711.95X10-115.13X10-040.0023937020.0041391.5147171.18688X10-21-2.06828X10-11

4.3610.711.95X10-115.13X10-040.0023932430.0041571.5226441.2129X10-21-2.135X10-11

4.3810.711.95X10-115.13X10-040.0023927850.0041751.530571.2398X10-21-2.20398X10-11

4.410.731.862X10-115.37X10-040.0023923260.0041931.5284231.1237X10-21-2.08645X10-11

4.4210.81.585X10-116.31X10-040.0023918680.0042121.4970487.47769X10-22-1.56639X10-11

4.4410.831.479X10-116.76X10-040.002391410.004231.4861066.32576X10-22-1.39903X10-11

Ct = CA = F = Y = {H+}x X =

Lampiran 7. ( lanjutan )

Tabel IX. ( lanjutan )

Vol (ml)pH[H+][OH-]CTCAFXY

4.4610.831.479X10-116.76X10-040.0023909520.0042481.4940196.4589X10-22-1.44404X10-11

4.4810.831.479X10-116.76X10-040.0023904940.0042661.5019336.59628X10-22-1.49048X10-11

4.510.851.413X10-117.08X10-040.0023900370.0042851.4965415.93484X10-22-1.39359X10-11

4.5210.861.38X10-117.24X10-040.002389580.0043031.4975475.67602X10-22-1.36653X10-11

4.5410.871.349X10-117.41X10-040.0023891220.0043211.4983835.43594X10-22-1.3403X10-11

4.4610.891.288X10-117.76X10-040.0023909520.0042481.4521534.39729X10-22-1.06302X10-11

4.5810.921.202X10-118.32X10-040.0023882090.0043581.4763054.07293X10-22-1.09323X10-11

4.610.921.202X10-118.32X10-040.0023877520.0043761.4842074.15745X10-22-1.12839X10-11

4.6210.921.202X10-118.32X10-040.0023872950.0043941.4921084.24461X10-22-1.16464X10-11

4.6410.941.148X10-118.71X10-040.0023868390.0044121.4835853.78615X10-22-1.07502X10-11

4.6610.941.148X10-118.71X10-040.0023863830.004431.4914833.86542X10-22-1.10955X10-11

4.6810.971.072X10-119.33X10-040.0023859270.0044481.473273.21428X10-22-9.63197X10-12

4.710.971.072X10-119.33X10-040.0023854710.0044671.4811633.28066X10-22-9.94158X10-12

Ct = CA = F = Y = {H+}x X =

Lampiran 7. ( lanjutan )

Tabel IX. ( lanjutan )

Vol (ml)pH[H+][OH-]CTCAFXY

4.72111X10-111.00X10-030.0023850160.0044851.4610892.71119X10-22-8.55595X10-12

4.74111X10-111.00X10-030.002384560.0045031.4689772.76631X10-22-8.83157X10-12

4.7611.019.772X10-121.02X10-030.0023841050.0045211.4672172.62973X10-22-8.56944X10-12

4.7811.019.772X10-121.02X10-030.002383650.0045391.4751032.68358X10-22-8.84499X10-12

4.811.019.772X10-121.02X10-030.0023831950.0045571.4829892.73908X10-22-9.12895X10-12

4.8211.058.913X10-121.12X10-030.002382740.0045751.4493262.09083X10-22-7.27262X10-12

4.8411.17.943X10-121.26X10-030.0023822860.0045931.3996961.47106X10-22-5.28863X10-12

4.8611.235.888X10-121.70X10-030.0023818320.0046121.2232515.45972X10-23-1.69231X10-12

4.8811.235.888X10-121.70X10-030.0023813770.004631.2310835.55064X10-23-1.76952X10-12

4.911.255.623X10-121.78X10-030.0023809230.0046481.2053144.79557X10-23-1.45275X10-12

4.9211.255.623X10-121.78X10-030.0023804690.0046661.2131394.87471X10-23-1.52312X10-12

4.9411.275.37X10-121.86X10-030.0023800160.0046841.1856714.19868X10-23-1.22438X10-12

Ct = CA = F = Y = {H+}x X =

Lampiran 7. ( lanjutan )

Tabel IX. ( lanjutan )

Vol (ml)pH[H+][OH-]CTCAFXY

4.9611.275.37X10-121.86X10-030.0023795620.0047021.1934894.26734X10-23-1.28831X10-12

4.9811.35.012X10-122.00X10-030.0023791090.004721.1454043.36682X10-23-8.52763X10-13

511.255.623X10-121.78X10-030.0023786560.0047381.244445.20765X10-23-1.81917X10-12

5.0211.255.623X10-121.78X10-030.0023782030.0047561.2522665.29524X10-23-1.89705X10-12

5.0411.275.37X10-121.86X10-030.002377750.0047741.2247634.55582X10-23-1.55692X10-12

5.0611.275.37X10-121.86X10-030.0023772970.0047921.2325824.63162X10-23-1.62749X10-12

5.0811.35.012X10-122.00X10-030.0023768450.004811.1844443.64824X10-23-1.1335X10-12

5.111.334.677X10-122.14X10-030.0023763930.0048281.1320772.85318X10-23-7.11726X10-13

5.1211.354.467X10-122.24X10-030.002375940.0048461.0973642.42588X10-23-4.81838X10-13

5.1411.354.467X10-122.24X10-030.0023754880.0048641.1051522.46436X10-23-5.2491X10-13

5.1811.433.715X10-122.69X10-030.0023745850.00490.9299591.19945X10-232.43171X10-13

5.211.433.715X10-122.69X10-030.0023741340.0049180.9377111.21827X10-232.17835X10-13

Ct = CA = F = Y = {H+}x X =

Lampiran 7. ( lanjutan )

Tabel IX. ( lanjutan )

Vol (ml)pH[H+][OH-]CTCAFXY

5.2211.433.715X10-122.69X10-030.0023736820.0049360.9454631.23737X10-231.92127X10-13

5.2411.493.236X10-123.09X10-030.0023732310.0049540.7855116.77292X10-245.71504X10-13

5.2611.532.951X10-123.39X10-030.002372780.0049720.667644.36375X10-247.36132X10-13

5.2811.532.951X10-123.39X10-030.002372330.004990.6753374.4397X10-247.23264X10-13

5.311.572.692X10-123.72X10-030.0023718790.0050080.5451682.71561X10-248.41615X10-13

5.3211.572.692X10-123.72X10-030.0023714290.0050260.5528382.76841X10-248.31807X10-13

5.3411.622.399X10-124.17X10-030.0023709780.0050440.3690261.30218X10-249.281X10-13

5.3611.652.239X10-124.47X10-030.0023705280.0050620.2501067.16507X10-259.59494X10-13

5.3811.692.042X10-124.90X10-030.0023700780.005080.0767091.66308X10-259.80278X10-13

5.411.711.95X10-125.13X10-030.0023696290.005098-0.013199-2.49303X10-269.81392X10-13

5.4211.731.862X10-125.37X10-030.0023691790.005116-0.107365-1.76638X10-259.78432X10-13

5.4411.751.778X10-125.62X10-030.002368730.005134-0.206636-2.96032X10-259.72249X10-13

5.4611.791.622X10-126.17X10-030.002368280.005151-0.428399-4.6412X10-259.5407X10-13

Ct = CA = F = Y = {H+}x X =

Lampiran 7. ( lanjutan )

Tabel IX. ( lanjutan )

Vol (ml)pH[H+][OH-]CTCAFXY

5.4811.931.175X10-128.51X10-030.0023678310.005169-1.411282-5.71179X10-258.30555X10-13

5.512.019.772X10-131.02X10-020.0023673820.005187-2.117442-4.91079X10-257.39868X10-13

5.5212.058.913X10-131.12X10-020.0023669340.005205-2.532779-4.43895X10-256.94666X10-13

5.5412.17.943X10-131.26X10-020.0023664850.005223-3.117303-3.84332X10-256.39082X10-13

5.5612.216.166X10-131.62X10-020.0023660370.005241-4.631876-2.65539X10-255.23625X10-13

5.5812.265.495X10-131.82X10-020.0023655890.005259-5.470661-2.21114X10-254.75946X10-13

5.612.334.677X10-132.14X10-020.0023651410.005277-6.817136-1.69126X10-254.14656X10-13

5.6212.374.266X10-132.34X10-020.0023646930.005294-7.656658-1.44296X10-253.82423X10-13

5.6412.374.266X10-132.34X10-020.0023642450.005312-7.650564-1.44272X10-253.82395X10-13

5.6612.493.236X10-133.09X10-020.0023637980.00533-10.81733-8.83771X10-262.98353X10-13

5.6812.532.951X10-133.39X10-020.002363350.005348-12.08122-7.47152X10-262.74143X10-13

5.712.532.951X10-133.39X10-020.0023629030.005366-12.07597-7.47106X10-262.74135X10-13

Ct = CA = F = Y = {H+}x X =

Lampiran 7. ( lanjutan )

Tabel IX. ( lanjutan )

Vol (ml)pH[H+][OH-]CTCAFXY

5.7212.592.57X10-133.89X10-020.0023624560.005383-14.18716-5.78883X10-262.41123X10-13

5.7412.652.239X10-134.47X10-020.0023620090.005401-16.63784-4.47517X10-262.11887X10-13

5.7612.731.862X10-135.37X10-020.0023615630.005419-20.44449-3.1581X10-261.77904X10-13

5.7812.791.622X10-136.17X10-020.0023611160.005437-23.82905-2.42717X10-261.5592X10-13

5.812.851.413X10-137.08X10-020.002360670.005455-27.68086-1.86203X10-261.36539X10-13

5.8212.871.349X10-137.41X10-020.0023602240.005472-29.07674-1.70268X10-261.30559X10-13

5.8412.871.349X10-137.41X10-020.0023597780.00549-29.0747-1.70268X10-261.30559X10-13

5.8612.931.175X10-138.51X10-020.0023593320.005508-33.735-1.30335X10-261.14212X10-13

5.88131X10-131.00X10-010.0023588860.005526-40.05039-9.52438X10-279.76219X10-14

5.913.17.943X10-141.26X10-010.0023584410.005543-51.03227-6.07119X10-277.79322X10-14

5.9213.235.888X10-141.70X10-010.0023579950.005561-69.65189-3.37009X10-275.80582X10-14

5.9413.354.467X10-142.24X10-010.002357550.005579-92.60507-1.95322X10-274.41978X10-14

5.9613.394.074X10-142.46X10-010.0023571050.005597-101.7788-1.62776X10-274.03474X10-14

Ct = CA = F = Y = {H+}x X =

Lampiran 7. ( lanjutan )

Tabel IX. ( lanjutan )

Vol (ml)pH[H+][OH-]CTCAFXY

5.9813.433.715X10-142.69X10-010.002356660.005614-111.8471-1.35588X10-273.68237X10-14

613.433.715X10-142.69X10-010.0023562160.005632-111.8607-1.35588X10-273.68237X10-14

6.0213.572.692X10-143.72X10-010.0023557710.00565-155.2996-7.15472X10-282.67489X10-14

6.0413.692.042X10-144.90X10-010.0023553270.005667-205.5479-4.12958X10-282.03216X10-14

6.0613.751.778X10-145.62X10-010.0023548830.005685-236.3663-3.13476X10-281.77054X10-14

6.0813.751.778X10-145.62X10-010.0023544390.005703-236.4033-3.13476X10-281.77054X10-14

6.113.831.479X10-146.76X10-010.0023539950.005721-284.7837-2.17219X10-281.47384X10-14

6.1213.831.479X10-146.76X10-010.0023535510.005738-284.8299-2.17219X10-281.47384X10-14

6.1413.911.23X10-148.13X10-010.0023531080.005756-342.9695-1.50413X10-281.22643X10-14

6.1613.911.23X10-148.13X10-010.0023526640.005774-343.0266-1.50413X10-281.22644X10-14

6.1813.911.23X10-148.13X10-010.0023522210.005791-343.0837-1.50413X10-281.22644X10-14

6.213.911.23X10-148.13X10-010.0023517780.005809-343.1408-1.50413X10-281.22644X10-14

Ct = CA = F = Y = {H+}x X =

Lampiran 7. ( lanjutan )

Tabel IX. ( lanjutan )

Vol (ml)pH[H+][OH-]CTCAFXY

6.2213.931.175X10-148.51X10-010.0023513350.005826-359.4866-1.37299X10-281.17175X10-14

6.2413.961.096X10-149.12X10-010.0023508930.005844-385.4518-1.19502X10-281.09317X10-14

6.2613.971.072X10-149.33X10-010.002350450.005862-394.579-1.14339X10-281.0693X10-14

6.2813.981.047X10-149.55X10-010.0023500080.005879-403.8797-1.09081X10-281.04442X10-14

6.313.991.023X10-149.77X10-010.0023495660.005897-413.3968-1.04149X10-281.02054X10-14

Ct = CA = F = Y = {H+}x X =

Lampiran 7. ( lanjutan )

Gambar 9. Kurva pengolahan data untuk kurva sigmoid kedua (pKa3 dan pKa4) berdasarkan persamaan [13]Lampiran 8. Penentuan konstanta ionisasi katekin

Tabel X. Hasil perhitungan konstanta ionisasi katekin berdasarkan kurva X vs Y menurut persamaan [19]

InterceptSlopeKa1Ka2pKa1pKa2

5.37488x10-1158182728.831.7187x10-85.37488x10-117.7610.30

6.37934x10-1144016324.282.2719x10-86.37934x10-117.6410.20

7.14357x10-1158209812.691.7179x10-87.14357x10-117.7710.15

pKa1 = 7.72 0.07

pKa2 = 10.22 0.084

3

2

6

5

1

3

3.25

3.5

3.75

4

4.25

4.5

4.75

5

5.25

5.5

5.75

6

6.25

6.5

6.75

0

0.5

1

1.5

volume KOH 0,0996N (ml)

pH

6

6.2

6.4

6.6

6.8

7

7.2

7.4

7.6

7.8

8

8.2

8.4

8.6

8.8

9

9.2

9.4

9.6

9.8

10

10.2

10.4

10.6

10.8

11

11.2

11.4

11.6

11.8

12

12.2

12.4

12.6

12.8

13

13.2

13.4

13.6

13.8

14

0

2

4

6

8

10

volume KOH 0,0996N (ml)

pH

y = 58182728,83x + 5,37288x10-11

r = 0,9939

-1

0

1

2

3

4

5

6

7

0

0,2

0,4

0,6

0,8

1

1.2

{H }xF/(2-F) (10-16)

{H }x(1-F)/(2-F) (10-9)

-3

-2.5

-2

-1.5

-1

-0,5

0

0,5

-0,5

0

0,5

1

1.5

2

2.5

{H }xF/(2-F) (10-21)

{H }x(1-F)/(2-F) (10-11)

y = -2 + 10x 7x10-13

r = 0,9304

_1203339286.unknown

_1203339312.unknown

_1204443269.unknown

_1204450789.unknown

_1204450792.unknown

_1209543664.cdx

_1204450790.unknown

_1204443299.unknown

_1203339317.unknown

_1203339319.unknown

_1203339321.unknown

_1203339324.unknown

_1203339325.unknown

_1203339322.unknown

_1203339320.unknown

_1203339318.unknown

_1203339314.unknown

_1203339315.unknown

_1203339313.unknown

_1203339307.unknown

_1203339309.unknown

_1203339311.unknown

_1203339308.unknown

_1203339305.unknown

_1203339306.unknown

_1203339287.unknown

_1203322142.unknown

_1203339281.unknown

_1203339284.unknown

_1203339285.unknown

_1203339282.unknown

_1203322335.unknown

_1203339278.unknown

_1203322238.unknown

_1203321079.unknown

_1203322019.unknown

_1203322077.unknown

_1203321253.unknown

_1201593780.unknown

_1203318327.unknown

_1201589073.unknown

_1201589075.unknown

_1201589076.unknown

_1201589074.unknown

_1201423988.unknown