skripsi analisis penerapan target costing sebagai …costing dengan standar biaya produksi...
TRANSCRIPT
SKRIPSI
ANALISIS PENERAPAN TARGET COSTING SEBAGAI
SISTEM PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI
(Studi Kasus Pada UD Winda Di Malino Kabupaten Gowa)
DEDY AKBAR HERIANTO
NIM 105730492014
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MAKASSAR
2020
ANALISIS PENERAPAN TARGET COSTING SEBAGAI
SISTEM PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI
(Studi Kasus Pada UD Winda Di Malino Kabupaten Gowa)
SKRIPSI
Oleh
DEDY AKBAR HERIANTO
NIM 105730492014
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MAKASSAR
2020
i
PERSEMBAHAN
Sujud syukur ku persembahkan pada ALLAH yang maha kuasa, berkat dan rahmat detak jantung, denyut nadi, nafas dan putaran roda kehidupan yang diberikan-Nya sehinga saat ini saya dapat mempersembahkan skripsi saya pada orang-orang tersayang: Kedua orang tua saya, Bapak (Kaimuddin) dan Ibunda (Nuraeni) Tercinta yang tak pernah lelah membesarkan ku dengan penuh kasih sayang, serta memberi dukungan, perjuangan, motivasi dan pengorbanan dalam hidup ini. Terimakasih kepada Kepala Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Malino (Ambo Asse A) yang selalu memberikan dukungan dalam penyelesaian Skripsi ini. Sahabat saya (Arizal Kurnia Syawal, Andi Asfriani Mangopo, Regita Cahyani Haliq, Heriani dan Indah Novitasari) yang selalu memberi semangat dan dukungan serta canda tawa , susah senang dirasakan bersama dan sahabat yang lain yang tidak bisa disebutkan satu-persatu. Terima kasih buat kalian semua.
MOTTO HIDUP
“Lakukan Dulu, Hasil Kemudian”.
Tidak akan ada yang namanya Hasil tanpa Usaha, dan Hasil yang baik hanya didapatkan dengan Usaha yang Maksimal.
v
ABSTRAK
Dedy Akbar Herianto ,2019. Analisis Penerapan Target Costing Sebagai Sistem Pengendalian Biaya Produksi Pada Produksi Mebel Winda DI Malino Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan. Skripsi Program Studi Akuntasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh “Pembimbing I Bapak Ansyarif khaliq dan Pembimbing II Ibu Idrawahyuni”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui klasifikasi biaya produksi Mebel pada UD Winda, untuk menganalisa pendekatan target costing agar dapat meningkatkan efisiensi biaya produksi Mebel dan untuk membandingkan antara biaya standar dan target costing. Dari hasil analisis mengenai perhitungan standar biaya produksi dalam memproduksi Mebel, terlihat bahwa standar biaya produksi untuk lemari 2 Pintu sebesar Rp. 971.620, untuk lemari 3 Pintu sebesar Rp. 1.209.119. Berdasarkan hasil analisis perbandingan penerapan target costing dengan standar biaya produksi perusahaan mengenai pelaksanaan target costing jauh lebih efisien, dimana dengan penerapan target costing,
dengan harga produksi sebagai berikut: Biaya produksi Lemari 2 Pintu sebesar Rp. 875.000, sedangkan biaya produksi Lemari 3 Pintu sebesar Rp. 1.050.000. Kata kunci: Target Costing, Efisiensi Biaya Produksi
vi
ABSTRACT
Dedy Akbar Herianto, 2019. Analysis of the Implementation of Target Costing as a Production Cost Control System in Winda Furniture Production in Malino, Gowa Regency, South Sulawesi. Thesis Accounting Study Program Faculty of Economics and Business, University of Muhammadiyah Makassar. Guided by "Supervisor I Mr. Ansyarif Khaliq and Supervisor II Mrs. Idrawahyuni". This study aims to determine the classification of furniture production costs at UD Winda, to analyze the target costing approach in order to improve the efficiency of furniture production costs and to compare between standard costs and target costing. From the analysis of the calculation of the standard production costs in producing furniture, it can be seen that the standard production cost for a 2-door cabinet is Rp. 971,620, for a 3-door cupboard of Rp. 1,209,119. Based on the results of a comparative analysis of the implementation of target costing with the company's standard production costs regarding the implementation of target costing is much more efficient, where with the application of target costing, the production price is as follows: 2 Door Cabinet production costs of Rp. 875,000, while the production cost of the 3 Door Cabinet is Rp. 1,050,000. Keywords: Target Costing, Production Cost Efficiency
vii
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat dan hidayah yang tiada henti diberikan kepada hamba-Nya. Shalawat
dan salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta
para keluarga, sahabat dan para pengikutnya. Merupakan nikmat yang tiada
ternilai manakala penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Penerapan Target
Costing Sebagai Sistem Pengendalia Biaya Produksi Pada Produksi Mebel
Winda Di Malino Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan’’. Skripsi yang penulis buat
ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan Program Sarjana (S1)
pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.
Teristimewa dan terutama penulis sampaikan ucapan terima kasih
kepada kedua orang tua penulis bapak Kaimuddin, S.Sos dan ibu Nuraeni yang
senantiasa memberi harapan, semangat, perhatian, kasih sayang dan doa tulus
tak pamrih dan saudara – saudarku tercinta yang senantiasa mendukung dan
memberikan semangat hingga akhir studi ini, dan seluruh keluarga besar atas
segala pengorbanan, dukungan dan doa restu yang telah diberikan demi
keberhasilan penulis dalam menuntut ilmu. Serta tak lupa penulis ucapkan
banyak terima kasih kepada Bapak Dr.H.Ansyarif Khalid,.SE,.MSI,.AK,.CA selaku
pembimbing I yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan
mengarahkan penulis, memberikan masukan yang tak bosan - bosannya,
membina yang tak henti-hentinya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan tanpa
adanya kendala, begitu pula Ibu Idrawahyuni, S,pd., M.Si. selaku pembimbing II
yang telah berkenaan membantu selama penyusunan skripsi, membenarkan
viii
kesalahan penulis, memberikan masukan masukan dan motivasi yang dapat
menjadikan skripsi ini selesai tanpa adanya kendala.
Semoga apa yang telah mereka berikan kepada penulis menjadi ibadah
dan cahaya penerang kehidupan di dunia dan di akhirat. Penulis menyadari
bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan
dorongan dari berbagai pihak. Begitu pula penghargaan yang setinggi - tingginya
dan terima kasih banyak disampaikan dengan hormat kepada :
1. Bapak Dr. H. Abd Rahman rahim, SE.,MM., Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar.
2. Bapak Ismail Rasullong, SE., MM, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Muhammadiyah Makassar.
3. Bapak Ismail Badollahi, SE., M.Si. Ak., selaku Ketua Jurusan Akuntansi
Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Bapak/ibu dan asisten Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar yang tak kenal lelah banyak menuangkan ilmunya
kepada penulis selama mengikuti kuliah. Para staf karyawan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.
5. Bapak H. Kamaruddin dan Pegawai.
6. Rekan - rekan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi
angkatan 2014 terkhusus kepada kelas ak 7 - 2014 yang selalu belajar
bersama yang tidak sedikit bantuannya dan dorongan dalam aktivitas studi
penulis.
ix
7. Terima kasih teruntuk semua kerabat yang tidak bisa saya tulis satu
persatu yang telah memberikan semangat, kesabaran, motivasi, dan
dukungannya sehingga penulis dapat merampungkan penulisan skripsi
ini.
Akhirnya, sungguh penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih sangat
jauh dari kesempurnaan oleh karena itu, kepada semua pihak utamanya para
pembaca yang budiman, penulis senantiasa mengharapkan saran dan
kritikannya demi kesempurnaan skripsi ini.
Mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak utamanya
kepada Almamater Kampus Biru Universitas Muhammadiyah Makassar.
Billahi fisabilil Haq fastabiqul khairat, Wassalamualaikum Wr.Wb
Makassar, 22 Juli 2020
Dedy Akbar Herianto
x
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .................................................................................................. x
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiv
I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 5
D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 6
II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 7
A. Definisi, Klasifikasi dan Sistem Informasi Biaya ............................... 7
B. Target Costing ..................................................................................... 13
C. Sistem Pengendalian .......................................................................... 23
D. Pengendalian Biaya Produksi ............................................................. 25
E. Penelitian Terdahulu ......................................................................... 31
F. Kerangka Konsep .............................................................................. 35
G. Hipotesis ............................................................................................ 36
III. METODE PENELITIAN ............................................................................ 37
A. Jenis Penelitian ................................................................................. 37
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................ 37
C. Definisi Operasional Variabel ............................................................. 37
D. Teknik Pengumpulan Data.................................................................. 38
E. Jenis dan Sumber Data ...................................................................... 38
xi
F. Metode Analisis ................................................................................... 39
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................................. 41
A. Gambaran Umum Objek Penelitian .................................................. 41
B. Struktur Organisasi ........................................................................... 45
C. Hasil Penelitian ................................................................................. 46
D. Pembahasan ..................................................................................... 57
V. PENUTUP ................................................................................................. 62
A. Kesimpulan ........................................................................................ 62
B. Saran ................................................................................................. 63
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 64
LAMPIRAN .................................................................................................... 66
xii
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 2.1 Penelitian yang Relevan 31
Tabel 4.1 Daftar Harga Kayu Tahun 2019 45
Tabel 4.2 Biaya Bahan Baku Lemari 2 Pintu 45
Tabel 4.3 Biaya Bahan Baku Lemari 3 Pintu 46
Tabel 4.4 Biaya Tenaga Kerja 46
Tabel 4.5 Daftar Harga Bahan Baku Tidak Langsung 47
Tabel 4.6 Daftar Biaya Bahan Baku Tidak Langsung
Untuk Setiap Pembuatan Satu Buah Lemari 50
Tabel 4.7 Daftar Penyusutan Peralatan Per Tahun 51
Tabel 4.8 Biaya Listrik dan Telepon 51
Tabel 4.9 Biaya Pengiriman Perbulan 52
Tabel 4.10 Tabel Jumlah Biaya Produksi Lemari 2 Pintu 52
Tabel 4.11 Tabel Jumlah Biaya Produksi Lemari 3 Pintu 53
Tabel 4.12 Daftar Produk dan Harga Lemari 54
Tabel 4.13 Perbandingan Biaya Menurut Perusahaan
Dengan Metode Target Costing dalam
Penjualan Lemari UD Winda 56
xiii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 2.1 Ilustrasi Target Costing 13
Gambar 2.2 Ilustrasi Pendekatan Target Costing
dengan Pendekatan Tradisional 14
Gambar 2.3 Prinsip-prinsip Penerapan Target Costing 16
Gambar 2.4 Model Kerangka Konsep 35
Gambar 4.1 Struktur Organisasi 44
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
Lampiran 1 Surat Keterangan Penelitian 67
Lampiran 2 Hasil Wawancara 68
Lampiran 3 Surat Pernyataan Telah Diwawancarai 72
Lampiran 4 Dokumentasi Pengambilan Data 73
Lampiran 5 Perhitungan Manual 76
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persaingan yang terjadi di semua lini usaha pada era perdagangan bebas
membawa berbagai macam dampak bagi perekonomian Indonesia. Adapun
dampak positifnya adalah memberikan peluang bagi Indonesia untuk
mengekspor produk yang semakin luas. Sedangkan dampak negatifnya
adalah persaingan yang terjadi bukan hanya antar pelaku bisnis domestik,
tetapi melibatkan pula pelaku bisnis dari luar negeri yang semakin bebas
memasarkan produk di Indonesia.
Sejalan dengan perkembangan teknologi dewasa ini, jenis-jenis produk
makin bertambah jumlahnya. Seiring dengan itu pula, persoalan yang
dihadapi perusahaan terutama perusahaan manufaktur akan semakin
kompleks. Hal ini menuntut manajemen perusahaan untuk menentukan suatu
tindakan dengan memilih berbagai alternatif dan kebijaksanaan dalam
mengambil keputusan yang sebaik-baiknya agar tujuan perusahaan dapat
tercapai. Salah satu tujuan yang paling utama adalah optimalisasi laba atau
keuntungan. Perusahaan yang ingin berkembang atau paling tidak bertahan
hidup harus mampu menghasilkan produksi yang tinggi dengan kualitas yang
baik.
Biaya produksi adalah sejumlah pengorbanan ekonomis yang harus
dikorbankan untuk memproduksi suatu barang. Biaya produksi juga
merupakan biaya yang digunakan dalam mengubah bahan baku menjadi
barang jadi. Pada perusahaan manufaktur, biaya produksi dapat dibedakan
menjadi biaya utama dan biaya konversi. Biaya utama terdiri dari bahan
2
langsung dan upah langsung, sedangkan biaya konversi terdiri dari upah tidak
langsug dan biaya tidak langsung. Biaya produksi ini juga biasanya terdiri dari
tiga unsur yaitu bahan baku langsung, tenaga kerja langsung dan overhead
pabrik. dimana bahan baku langsung adalah semua bahan baku yang
membentuk bagian integral dan produk jadi dan dimasukkan secara ekspilit
dalam perhitungan biaya produk. Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja
yang melakukan konversi bahan baku langsung menjadi produk jadi dan
dapat dibebankan secara layak ke produk tertentu, sedangkan overhead
pabrik merupakan semua biaya manufaktur yang tidak ditelusuri secara
langsung ke output tertentu. Biaya produksi ini juga merupakan unsur penting
dalam perhitungan harga pokok produksi.
Oleh karena itu bagi perusahaan manufaktur, biaya produksi merupakan
faktor penting dalam berhasil atau tidaknya perusahaan ditinjau dari segi
finansial. Biaya produksi ini merupakan pos biaya yang besar dibanding
dengan pos biaya lainnya. Jadi tujuan utama dalam pengendalian biaya
produksi adalah untuk dapat mempergunakan sumber-sumber ekonomi untuk
berproduksi secara efektif, sehingga tidak terjadi pemborosan biaya dalam
berproduksi.
Umumnya perusahaan beroperasi dengan mengembangkan dan
memproduksi barang/jasa terlebih dahulu. Kemudian mulai menghitung biaya
yang dikeluarkan untuk jenis produksi tersebut dan menetapkan harga jual
bagi produknya, setelah itu produk siap dipasarkan. Namun dalam metode
target costing, proses yang terjadi justru sebaliknya. Target costing
mempertimbangkan seluruh biaya produk atau jasa dalam siklus hidup produk
dan bertujuan untuk menurunkan biaya total sebuah produk atau jasa. Tujuan
3
yang ingin dicapai oleh perusahaan dengan menerapkan target costing adalah
untuk menurunkan total biaya dari total biaya sebelumnya sehingga
perusahaan pun bisa mendapatkan laba yang maksimal tanpa harus
menaikan harga jualnya.
Konsep target costing sangat sesuai sejalan dengan meningkatnya
persaingan serta tingkat penawaran yang jauh melampaui tingkat permintaan,
maka kekuatan pasar memberi pengaruh yang semakin besar terhadap
tingkat harga. Untuk itulah diperlukan target costing untuk dapat mencapai
tujuan perusahaan dalam rangka pengurangan biaya (cost reduction), yang
pada akhirnya akan membawa dampak terhadap tingkat harga yang
kompetitif.
Sebagai salah satu manajemen inovasi, penerapan target costing dalam
suatu perusahaan juga harus memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan
keberhasilan implementasi dari adanya inovasi tersebut. Pada saat target
costing mulai diambil dan diimplementasikan oleh operasi bisnis organisasi di
dalam lingkungan bisnis yang lain maka dapat diasumsikan bahwa suatu hal
yang baru tentang pendekatan tersebut dapat dipelajari dengan
memperhatikan apa yang sedang terjadi dengan konteks bisnis lainnya.
Filosofi target costing mengharuskan manajemen biaya yang agresif
terjadi pada tahap perencanaan, tahap desain produk, dan tahap produksi.
Target costing didorong oleh analisis pasar dan analisis pesaing. Dengan
merancang biaya yang rendah, perusahaan akan mendapatkan penghematan
biaya.
Terkait target costing dengan pengendalian biaya produksi merupakan
salah satu bagian dari langkah – langkah intern yang dilakukan perusahaan
4
dalam usaha meningkatkan efisiensi. Pengendalian biaya terutama harus
diselaraskan terhadap tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan, salah satu
tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan adalah memaksimalkan target
costing, oleh karena itu dengan mengendalikan biaya produksi perusahaan
berharap dapat mencapai target costing yang telah di rencanakan sebelum
perusahaan melakukan proses produksi.
Beberapa peneliti pernah melakukan penelitian tentang penerapan target
costing, diantaranya Malue (2013) dengan judul Analisis Penerapan Target
Costing Sebagai Sistem Pengendalian Biaya Produksi Pada PT. Celebes
Mina Pratama. Tujuannya untuk membandingkan sistem pengendalian biaya
selama ini digunakan oleh perusahaan dengan metode target costing. Metode
yang digunakan yaitu analisis kuantitatif komparatif. Hasil penelitiannya yaitu
penerapan target costing pada PT. Mina Pratama lebih efisien jika
dibandingkan dengan yang dilakukan perusahaan selama ini. Lain halnya
pada penelitian yang dilakukan oleh Tertius Clara Caroline & Heince R.N.
Wokas (2016) dengan judul Analisis Penerapan Target Costing dan Activity-
Based Costing Sebagai Alat Bantu Manajemen Dalam Pengendalian Biaya
ProduksiI Pada UD. Bogor Bakery. Tujuannya untuk membandingkan
keefektifan penerapan metode Target Costing dan Activity-Based Costing.
Metode yang digunakan yaitu kuantitatif komparatif. Hasil penelitiannya yaitu
Activity-Based Costing lebih tepat diterapkan dari pada UD. Bogor Bakery
dibanding menggunakan Target Costing.
Tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan dengan menerapkan target
costing adalah untuk menentukan harga pokok produk sesuai dengan yang
diinginkan (target) sebagai dasar penetapan harga jual produk untuk
5
memperoleh laba yang diinginkan oleh perusahaan. Hal ini sangat baik untuk
diterapkan oleh perusahaan agar perusahaan dapat mengelola biaya dengan
baik, dan untuk mencapai tujuan perusahaan, perusahaan membentuk
sebuah tim untuk pengembangan produk yang bertanggungjawab dan
merancang produk yang dapat dibuat dengan biaya yang tidak lebih besar
dari target biaya yang telah dihitung oleh perusahaan, sehingga dengan
menggunakan pendekatan target costing, maka diharapkan dapat dijadikan
sebagai alat pengendalian biaya produksi mebel pada UD Winda.
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Analisis Penerapan Target Costing Sebagai
Sistem Pengendalian Biaya Produksi Mebel Pada UD Winda”.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah target
costing dapat dijadikan alat dalam mengendalikan biaya produksi mebel pada
UD Winda.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai adalah, untuk mengetahui penerapan target
costing dalam mengendalikan biaya produksi mebel pada UD Winda.
6
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis, sebagai kontribusi pendekatan teori dan konsep biaya
dalam menerapkan target costing bagi akademisi dan praktisi.
2. Manfaat Praktis, sebagai literatur dalam pengambilan keputusan tentang
penerapan target costing dalam mengendalikan biaya produksi mebel
pada UD Winda.
3. Kebijakan, sebagai masukan bagi semua pihak yang berkepentingan
dalam penerapan target costing.
4. Untuk Peneliti, diharapkan dapat menambah ilmu dan wawasan dalam
proses produksi barang dan jasa serta lebih mengetahui manfaat dari
penerapan metode target costing.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi, Klasifikasi dan Sistem Informasi Biaya
1. Definisi Biaya
Akuntansi biaya mengatur sumber-sumber ekonomi yang digunakan
untuk menghasilkan produk atau jasa dengan satuan uang. Satuan pengukur
yang digunakan untuk menyatakan nilai uang dari berbagai sumber ekonomi
yang digunakan tersebut dikenal dengan istilah “cost”. Pemakaian istilah cost
selalu dikaitkan dengan objek atau tujuan dari sumber-sumber penggunaan
ekonomi.
Biaya memiliki berbagai macam arti tergantung maksud dari pemakai
istilah tersebut. Mulyadi membedakan pengertian biaya ke dalam arti luas dan
arti sempit antara lain sebagai berikut (Mulyadi, 2007: 3) :
Dalam arti luas biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau mungkin terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam arti sempit biaya merupakan bagian dari harga pokok yang dikorbankan dalam usaha untuk memperoleh penghasilan.
Supriyono juga membedakan biaya ke dalam dua pengertian yang
berbeda yaitu biaya dalam arti cost dan biaya dalam arti expense (Supriyono,
2011: 14)
Biaya dalam arti cost (harga pokok) adalah “jumlah yang dapat diukur dalam satuan uang dalam rangka pemilikan barang dan jasa yang diperlukan perusahaan, baik pada masa lalu (harga perolehan yang telah terjadi) maupun pada masa yang akan datang (harga perolehan yang akan terjadi). Sedangkan expense (beban) adalah “Biaya yang dikorbankan atau dikonsumsi dalam rangka memperoleh pendapatan (revenues) dalam suatu periode akuntansi tertentu.”
8
Dari definisi-definisi biaya di atas, dapat disimpulkan bahwa biaya adalah
sumber ekonomi yang dapat diukur dengan satuan moneter yang dikeluarkan
untuk memperoleh penghasilan. Baik itu dalam proses produksi barang
maupun jasa.
2. Klasifikasi Biaya
Biaya merupakan faktor yang berkaitan dengan aktivitas bisnis
perusahaan, selain itu biaya juga berkaitan dengan berbagai tipe bisnis, non
bisnis, manufaktur, dan bidang usaha lainnya. Secara umum, jenis biaya yang
terjadi tergantung pada tipe organisasinya.
Dalam akuntansi biaya, biaya digolongkan menjadi beberapa macam.
Umumnya penggolongan biaya ini ditentukan atas dasar tujuan yang hendak
dicapai dengan penggolongan tersebut, karena dalam akuntansi biaya dikenal
konsep: “different costs for different purpose”. Diantaranya:
a. Objek pengeluaran.
b. Fungsi pokok dalam perusahaan.
c. Hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai.
d. Perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume
kegiatan.
e. Jangka waktu manfaat.
Klasifikasi Biaya Berdasarkan Tujuan yang Ingin Dicapai
a. Penggolongan Biaya Menurut Obyek Pengeluaran
Dalam cara ini, nama objek pengeluaran merupakan dasar
penggolongan biaya. Misalnya nama objek pengeluaran adalah bahan
9
bakar, maka semua pengeluaran yang berhubungan dengan bahan
bakar disebut biaya bahan bakar.
b. Penggolongan Biaya Menurut Fungsi Pokok Dalam Perusahaan Dalam
perusahaan manufaktur ada tiga fungsi pokok, yaitu fungsi produksi,
fungsi pemasaran, dan fungsi administrasi dan umum. Oleh karena itu
dalam perusahaan manufaktur, biaya dapat dikelompokkan menjadi
tiga kelompok:
1) Biaya Produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk
mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk
dijual. Menurut objek pengeluarannya, biaya produksi dapat
dibagi menjadi: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan
biaya overhead pabrik.
2) Biaya Pemasaran merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk
melaksanakan kegiatan pemasaran produk.
3) Biaya Administrasi dan Umum merupakan biaya-biaya yang
terjadi untuk mengkoordinasi kegiatan produksi dan pemasaran
produk.
c. Penggolongan Biaya Menurut Hubungan Biaya dengan Sesuatu yang
Dibiayai. Dalam hubungannya dengan sesuatu yang dibiayai, biaya
dapat dikelompokkan menjadi dua golongan:
1) Biaya Langsung (direct cost), yaitu biaya yang terjadi, yang
penyebab satu-satunya adalah karena adanya sesuatu yang
dibiayai.
2) Biaya Tidak Langsung (indirect cost), yaitu biaya yang
terjadinya tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai.
10
Biaya tidak langsung dalam hubungannya dengan produk
disebut dengan istilah biaya produksi tidak langsung atau biaya
overhead pabrik.
d. Penggolongan Biaya Menurut Perilakunya Dalam Hubungannya
dengan Perubahan Volume Kegiatan. Menurut cara penggolongan ini,
biaya dapat digolongkan menjadi empat, diantaranya:
1) Biaya variabel, adalah biaya yang jumlah totalnya berubah
sebanding dengan perubahan volume kegiatan.
2) Biaya semi variabel, adalah biaya yang berubah tidak
sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Dalam biaya
semi variable mengandung unsur biaya tetap dan unsur biaya
variabel.
3) Biaya semi tetap, adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume
kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan
pada volume produksi tertentu.
4) Biaya tetap, adalah biaya yang tetap jumlah totalnya dalam
kisar volume kegiatan tertentu. Contohnya: biaya gaji direktur
produksi.
e. Penggolongan biaya menurut jangka waktu manfaatnya, biaya dapat
dibagi menjadi dua, yaitu:
1) Pengeluaran modal (capital expenditure), adalah biaya yang
mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi.
Contohnya: pengeluaran untuk pembelian aktiva tetap, untuk
reparasi besar terhadap aktiva, biaya depresiasi, biaya
amortisasi.
11
2) Pengeluaran pendapatan, adalah biaya yang hanya
mempunyai manfaat dalam periode akuntansi terjadinya
pengeluaran tersebut. Contohnya: biaya iklan, biaya tenaga
kerja.
3. Sistem Informasi Biaya
Perusahaan dapat dipandang sebagai suatu sistem yang memproses
masukan untuk menghasilkan keluaran. Perusahaan yang bertujuan mencari
laba maupun yang tidak bertujuan mencari laba mengolah masukan berupa
sumber ekonomi untuk menghasilkan keluaran berupa sumber ekonomi lain
yang nilainya harus lebih tinggi daripada nilai masukannya. Oleh karena itu
baik dalam usahan bermotif laba maupun yang tidak bermotif laba,
manajemen selalu berusaha agar nilai keluaran lebih tinggi dari nilai keluaran
yang dikorbankan untuk menghasilkan keluaran tersebut, sehingga kegiatan
organisasi dapat menghasilkan laba (untuk perusahaan bermotif laba) atau
sisa hasil usaha (untuk perusahaan yang tidak bermotif laba). Dengan laba
atau sisa hasil usaha tersebut, perusahaan akan memiliki kemampuan untuk
berkembang dan tetap mampu mempertahankan eksistensinya sebagai suatu
sistem di masa yang akan datang. Dengan demikian untuk menjamin bahwa
suatu kegiatan usaha menghasilkan nilai keluaran yang lebih tinggi daripada
nilai masukan diperlukan alat untuk mengukur nilai masukan yang
dikorbankan untuk menghasilkan keluaran. Akuntansi biaya berfungsi
mengukur pengorbanan nilai masukan tersebut guna menghasilkan informasi
bagi manajemen yang salah satu manfaatnya adalah untuk mengukur apakah
kegiatan usahanya menghasilkan laba atau sisa hasil usaha tersebut.
Akuntansi biaya juga menghasilkan informasi biaya yang dapat dipakai oleh
12
manajemen sebagai dasar untuk merencanakan alokasi sumber ekonomi
yang dikorbankan untuk menghasilkan keluaran.
Menurut Bastian & Nurlelah (2010:56)
Sistem informasi biaya merupakan sistem yang membantu manajemen dalam mentapkan sasaran laba perusahaan, target laba departemen, mengevaluasi efektifitas rencana perusahaan, mengungkapkan kegagalan dan keberhasilan dalam bentuk tanggung jawab yang spesifik dan menganilisis serta memutuskan penyesuaian dan perbaikan yang diperlukan agar tujuan atau sasaran organisasi dapat dicapai.
Informasi biaya yang baik, tepat dan akurat diperlukan oleh setiap pemakai informasi biaya, hal tersebut dapat dipenuhi jika:
a. Informasi biaya yang digunakan secara sistematis dan komperatif, sehingga informasi biaya yang digunakan dapat diandalkan dalam memutuskan tindakan apa yang akan memberikan hasil yang optimal bagi perusahaan.
b. Informasi yang digunakan harus terkoordinasi dan terintegraasi sehingga informasi yang tersedia dapat digunakan oleh manajer perusahaan dan mudah dipahami dan dimengerti oleh pemakai.
c. Mencerminkan otoritas, sehingga masing-masing manajer dapat dimintai pertanggungjawabannya.
d. Informasi sebaiknya dapat memfokuskan perhatian manajemen.
Tanpa informasi biaya, manajemen tidak memiliki ukuran apakah
masukan yang dikorbankan memiliki nilai ekonomi yang lebih rendah daripada
nilai keluarannya, sehingga tidak memiliki informasi apakah kegiatan
usahanya menghasilkan laba atau sisa hasil usaha yang sangat diperlukan
untuk mengembangkan dan mempertahankan eksistensi perusahaannya.
Begitu juga tanpa informasi biaya, manajemen tidak memiliki dasar untuk
mengalokasikan berbagai sumber ekonomi yang dikorbankan dalam
menghasilakan sumber ekonomi lain.
13
B. Target Costing
1. Definisi Target Costing
Simamora (2012:340) menyatakan bahwa: Target costing atau biaya pokok sasaran adalah sebuah strategi dimana
perusahaan pertama-tama menetapkan harga jual dimana mereka dapat menjual sebuah produk atau jasa baru, dan kemudian merancang sebuah produk atau jasa yang dapat diproduksi pada suatu biaya yang cukup rendah guna memberikan margin laba yang memadai. Metode ini diterapkan untuk mendorong berbagai departemen yang
terlibat dalam desain dan produksi produk dalam upaya mencari cara-cara
yang lebih mudah untuk mencapai keistimewahan dan mutu produk yang
sama atau lebih baik. Target costing digunakan selama tahap perencanaan
dan menuntun dalam pemilihan produk serta proses desain yang akan
dihasilkan suatu produk yang dapat diproduksi pada biaya yang diijinkan dan
pada suatu tingkat laba yang dapat diterima. Target costing juga memberikan
perkiraan harga pasar produk, volume penjualan, dan tingkat fungsionalitas.
(Sumber: Witjaksono, 2006:157)
Gambar 2.1
Ilustrasi Target Costing
Market research menentukan
harga jual produk baru
Manajemen menghitung biaya
produksi yang memungkinkan
tercapainya marjin laba yang
diinginkan
Engineers dan cost analysts mendesaian suatu produk yang mungkin
diproduksi pada biaya tersebut.
14
Dari ilustrasi target costing di atas dapat dilihat perbedaan mendasar
dalam penentuan harga pokok produk antara pendekatan target costing
dengan pendekatan tradisional :
(Sumber: Witjaksono, 2006:157)
Gambar 2.2
Ilustrasi Pendekatan Target Costing dengan Pendekatan Tradisional
Dari ilustrasi di atas perbedaan mendasar antara pendekatan tradisional
dan pendekatan target costing adalah dalam hal tahapan desain produk dan
penetapan harga jual. Secara tradisional proses produksi dimulai dari desain
produk barang/jasa, dilanjutkan menghitung harga pokok produk, kemudian
penetapan harga jual tidak bisa di-dikte oleh perusahaan, alias sudah “given”.
Contohnya saja adalah jasa foto copy, dimana harga jual pasar saat ini
misalnya Rp.60/lembar ukuran kertas A4 70 gram. Bila pengusaha menjual
Pendekatan Tradisional
Desain Produk
Menghitung Biaya
Penetapan Harga Jual
Laba atau Rugi
Pendekatan Target Costing
Penetapan Harga Jual
Mengatur Keuntungan
Menghitung Target Costing
Desain Produk
15
dengan harga di atas Rp.60/lembar, tentu resikonya adalah tidak laku. Dalam
kondisi demikian pengusaha dituntut agar dengan harga 60/lembar ia telah
dapat mengantongi keuntungan yang memadai. Caranya tentu saja dengan
“menekan” biaya, alias menetapkan target biaya produksi.
Dari ilustrasi tersebut Target costing dapat didefinisikan menurut
Witjaksono (2006:157) suatu sistem dimana:
a. Penentuan harga pokok produk adalah sesuai dengan yang diinginkan (target) sebagai dasar penetapan harga jual produk yang akan memperoleh laba yang diinginkan
b. Penentuan harga pokok sesuai dengan harga jual yang pelanggan rela membayarnya.
Lain halnya dengan Supriyono (2002:152) yang mendefinisikan target
costing sebagai:
Sistem untuk mendukung proses pengurangan biaya dalam tahap pengembangan dan perencanaan produk model baru tertentu, perubahan model secara penuh atau perubahan model minor.
Terdapat tiga langkah utama dalam penerapan metode Target Costing,
langkah pertama adalah memperoleh harga jual produk yang ditargetkan dan
profit margin yang ditargetkan sehingga allowable cost dapat diperoleh. Tahap
kedua adalah achievable product-level target cost. Sedangkan tahap ketiga
adalah menurunkan target cost pada produk level ke level komponen
sehingga harga pembelian komponen dapat diperoleh. Target cost
berdasarkan pada prediksi harga produk dan keuntungan yang diharapkan
perusahaan. Target costing digunakan selama tahap perencanaan dan
menuntun dalam pemilihan produk dan proses desain yang akan
menghasilkan suatu produk yang dapat diproduksi pada biaya yang diijinkan
dan pada suatu tingkat laba yang dapat diterima serta dapat memberikan
perkiraan harga pasar produk, volume panjualan, dan tingkat fungsionalis.
16
2. Prinsip-Prinsip Penerapan Target Costing
Target costing adalah suatu proses yang sistematis yang
menggabungkan manajemen biaya dan perencanaan laba. Gambar berikut
tentang proses penerapan target costing.
(Sumber: Witjaksono, 2006:159)
Gambar 2.3 Prinsip-prinsip Penerapan Target Costing
Berikut penjelasan gambar diatas menurut Witjaksono, 2006:159
a. Price Led Costing, dalam prinsip ini sistem target costing menetapkan target biaya dengan mengurangi required profit margin dari harga pasar yang diharapkan. Harga pasar dikendalikan oleh situasi pasar dan target laba ditentukan persyaratan keuangan dari suatu perusahaan dan industrinya. Price Led Costing mempunyai dua sub-
prinsip yang penting yaitu: 1) Harga pasar mendefinisikan rencana produk dan laba.
Rencana tersebut harus sering dianalisis agar portofolio produk perusahaan memberikan sumberdaya hanya kepada produk yang menghasilkan margin laba yang konsisten dan dapat
diandalkan.
Key principles of target costing
Cross-functional
teams
Value-chain
orientation
Fokus pada pada
product design Fokus pada
pelanggan
Fokus pada
process design
Life-cycle costs
Price led costing
17
2) Proses target costing digerakkan oleh competitive intelligence dan analisis yang aktif. Pemahaman tentang latar belakang harga pasar digunakan untuk melindungi ancaman dan tantangan yang kompetitif.
Menurut Witjaksono (2013) bila menggunakan metode target costing biaya produksi yang
seharusnya dipenuhi bisa dilihat dengan menggunakan formula berikut ini:
b. Focus on Customers, dalam prinsip ini sistem target costing digerakkan oleh pasar (market driven). Persyaratan pelanggan atas kualitas, biaya dan waktu secara simultan diintegrasikan ke dalam
produk, keputusan proses, dana mengarahkan analisis biaya. Target biaya tidak boleh dicapai dengan mengorbankan features yang diinginkan pelanggan, menurunkan kinerja atau keandalan suatu produk atau dengan menunda pengenalan produk di pasar.
c. Focus on Design, dalam prinsip ini sistem target costing mempertimbangakan desain produk dan proses sebagai kunci terhadap manajemen biaya. Perusahaan menghabiskan lebih banyak waktu pada tahap desain dan mengurangi waktu sampai ke pasar (time to market) dengan menghilangkan perubahan-perubahan yang mahal dan menghabiskan banyak waktu yang diperlukan dikemudian hari. Sebaliknya metode reduksi biaya tradisional memfokuskan pada skala ekonomi, kurva pembelajaran, dan perbaikan hasil dalam
mengelola biaya. Menurut Wiguna dan Sormin (2007) empat sub-prinsip yang mencakup implikasi dari orientasi desain ini adalah:
1) Sistem target costing mengelola biaya sebelum biaya terjadi. 2) Sistem target costing menyaring semua keputusan
perekayasaan melalui suatu customer value impact assesment sebelum diintegrasikan ke dalam desain.
3) Sistem target costing mendorong semua fungsi perusahaan yang berpartisipasi untuk menguji desain, sehingga perubahan produk dan perekayasaan dilakukan sebelum produk diproduksi.
4) Target costing mendorong simultaneous engineering dari produk dan proses daripada sequental engineerin. Hal ini mengurangi waktu pengembangan dan biaya dengan memungkinkan masalah lebih cepat diatasi dalam proses.
d. Tim Cross-functional, Wiguna dan Sormin (2007) mengemukakan bahwa:
Target costing menggunakan tim produk dan proses, dengan anggota-anggota dari desain dan perekayasaan manufacturing,
Target Biaya = Harga Pasar – Laba Kotor yang diinginkan
18
produksi, penjualan dan pemasaran, pengadaan material, akuntansi biaya, servis dan pendukung.
Tim lintas fungsional ini juga termasuk peserta dari luar, seperti pemasok, pelanggan, dealer, distributor, dan penyedia servis.
e. Pengurangan Biaya dalam Siklus Hidup (life Cycle), dalam prinsip ini target costing mempertimbangkan seluruh biaya produk selama
hidupnya, seperti harga pembelian, biaya operasi, pemeliharaan dan reparasi, serta biaya distribusi. Tujuan target costing adalah meminimalisir biaya daur hidup (life cycle cost) baik untuk pelanggan maupun produsen.
f. Value Chain Involvement (Keterlibatan Rantai Nilai), dalam prinsip ini target costing melibatkan seluruh anggota rantai, seperti pemasok, dealer, distributor, dan penyedia jasa dalam proses. Target costing didasari hubungan jangka panjang yang saling menguntungkan dengan pemasok dan anggota-anggota lain dari rantai nilai seperti distributor.
3. Asumsi Dasar Target Costing
Menurut Samryn (2001:45) Target costing sangat mungkin sesuai bagi
perusahaan yang Price Taker dalam suatu pasar yang heterogen, dimana
kompetisi menentukan harga jual produk barang/jasa, yang ditandai dengan
kharakteristik antara lain :
a. Umumnya tidak layak atau tidak ada kehendak untuk menawarkan produk dengan harga yang tak terjangkau oleh para kompetitor.
b. Keunggulan spesifik suatu perusahaan akan menentukan arah dalam melakukan deferensiasi produk baru dari yang telah ada di pasaran, misalnya (1) Cost Advantage produk yang sama/serupa namun dengan harga yang lebih murah dan (2) Penambahan fungsi, misalnya dengan tambahan fitur baru dengan harga yang kompetitif.
4. Tujuan dan Alasan Menggunakan Target Costing
Tujuan target costing adalah untuk merancang biaya produk pada tahap
perencanaan daripada mencoba mengurangi biaya selama tahap
manufakturing. Target costing merupakan contoh yang relevan yang dapat
digunakan untuk tujuan strategi dan betapa pentingnya bagi perusahaan
19
untuk mempunyai sistem yang mempertimbangkan pengukuran kinerja
sepanjang value chain secara keseluruhan (Garrison dan Noreen, 2000).
Sedangkan alasan menggunakan target costing ini berkaitan dengan
pengamatan 2 karakteristik dari market dan cost yang penting, yaitu:
a. Banyak perusahaan yang hanya mempunyai sedikit kontrol atas harga.
Pasar (penawaran dan permintaan) benar-benar menetukan harga,
dan perusahaan yang tidak mau berusaha mengetahui hal ini akan
berbahaya. Karena itu, antisipasi dari harga pasar dilakukan dengan
menggunakan target costing.
b. Kebanyakan biaya dari produk itu ditentukan pada tahap desain,
sehingga sekali produk itu sudah didesain dan masuk dalam proses
produksi, tidak banyak yang dapat dilakukan untuk mengurangi
biayanya secara signifikan, padahal kesempatan untuk mengurangi
biaya kebanyakan berasal dari desain produk, misalnya dengan
menjadikannya mudah dibuat, menggunakan bagian-bagian yang tidak
mahal namun masih dapat memenuhi kebutuhan konsumen.
Perbedaan antara target costing dengan pendekatan untuk
pengembangan produk yang lain, sangat mendalam, yaitu daripada
mendesain produk dan kemudian mencari berapa biayanya, lebih baik target
costing disusun dulu dan kemudian produk tersebut baru didesain, sehingga
targetnya dapat diperoleh. (Garrison dan Noreen, 2000:880-881).
20
5. Penerapan Target Costing untuk Penentuan Harga Target
Harga target yang dihitung dengan menggunakan informasi dari
pelanggan dan pesaing menjadi dasar untuk menghitung biaya target. Biaya
target per unit adalah harga target dikurangi penghasilan operasi target per
unit. Penghasilan operasi target per unit adalah penghasilan operasi yang
merupakan sasaran yang ingin diperoleh perusahaan per unit produk atau
jasa yang dijual. Biaya target per unit adalah perkiraan biaya jangka panjang
per unit atas sebuah produk atau jasa yang membuat perusahaan mampu
mencapai penghasilan operasi target per unit saat menjual pada harga target,
sebuah penentuan harga berbasis pasar adalah penentuan harga target.
Hongren at al (2008) mengemukakan bahwa:
Harga target adalah perkiraan harga untuk sebuah produk atau jasa yang bersedia dibayar calon pelanggan. Perkiraan ini didasarkan pada pemahaman tentang nilai yang dipersepsi pelanggan atas sebuah produk dan berapa pesaing akan memberi harga produk yang bersaing itu.
Organisasi penjualan dan pemasaran sebuah perusahaan melalui kontak
dan interaksi yang dekat dengan para pelanggan, biasanya merupakan posisi
terbaik untuk mengenali kebutuhan pelanggan dan nilai pandangan mereka
terhadap sebuah produk. Perusahaan juga melakukan penelitian pasar
tentang fitur produk yang diinginkan pelanggan dan harga yang bersedia
mereka bayar untuk fitur tersebut. Memahami apa yang dinilai pelanggan
merupakan sebuah aspek kunci yang berfokus pada pelanggan.
6. Target Costing dalam Praktek
Cooper dan Slagmulder (1999) meneliti praktek penerapan target costing
di beberapa perusahaan besar di Jepang yaitu Isuzu Motor, Olympus Optical
Company Ltd, Komatsu Ltd. Nissan Motor Corporatio, Sony Corporation, dan
21
Topeon Corporation. Perusahaan kamera Olympus dalam menetapkan harga
jualnya ternyata tidak hanya menggunakan harga pesaing namun mereka
juga menggunakan produk lain untuk melakukan set up harga misalnya
produk C+ maupun barang elektronik lainnya. Perbeda dengan Topcon
yangmenggunakan harga berdasarkan produk milik competitor. Bissan dalam
menentukan target profit di masa depan mempertimbangkan informasi
mengenai pelanggan bauran produk (Cooper, 1994 dalam Evaraeret 2006).
Perusahaan-perusahaan ini berhasil menerapkan target costing berdasarkan
ciri khas perusahaan mereka masing_masing. Mereka menemukan bahwa
keefektifan Target costing adalah pada disiplin.
Dekker dan Amidt melakukan survey target costing di Jepang dan
melaporkan bahwa 61 persen dari perusahaan manufaktur yang diteliti
digunakan target costing. Mereka juga melakukan survei serupa di Belanda
dan menemukan tingkat adopsi 59 persen. Namun responden memberikan
berbagai nama dan deskripsi untuk praktek target costing menunjuk ke
banyak perbedaan antara sistem mereka dan definisi target costing (Dekker
andSmidt, 2003).
Penelitian Kroll (1997) menunjukkan bahwa target costing digunakan oleh
800 persen perusahaan Jepang yang bergerak dalam perakitan. boer dan
Etlite (1999) menyatakan bahwa 100 persen perusahaan mobil Jepang sudah
menggunakan target costing. Sedangkan di Amerika hanya 40 persen yang
menggunakan target costing (Pierce, 2002).
Daimler Benz menggunakan target costing pada tahun 1990an ketika
mengembangkan mobil sportnya. Perusahaan melakukan wawancara dan
analisis pasar dalam menentukan harga jualnya. Perusahaan menentukan
22
return per mobil berdasarkan harga jual yang ditargetkan dikurang dengan
target cost. Sebagai bagian dari target costing perusahaan menggunakan
benchmarking dalam prosesnya untuk meningkatkan performa mobilnya.
Tujuan yang ingin dicapai yaitu meningkatkan produktivitas, kompetisi, dan
kualitas serta penurunan biaya produksi (Albright and Lam, 2006).
Perusahaan Montclair Paper Mill sebuah perusahaan di Amerika menerapkan
target costing pada departemen yang memproduksi kertas. Hasil yang
diperoleh selama menggunakan target costing disimpulkan bahwa target
costing merupakan alat yang sangat proaktif dalam mengurangi biaya di
perusahaan yang menggunakan standard costing yang tidak efisien.
Walaupun pada awalnya manajemen Montclair sama sekali tidak mempunyai
ide untuk menerapkan target costing namun pada akhirnya mereka melihat
keunggulan target costing (Shank dan Fisher 1999).
ITT automotive menggunakan target costing untuk mempertahankan profit
dan meningkatkan market share selama masa kompetisi yang tinggi dalam
dunia otomotif. Walaupun prosesnya sulit dan sumberdaya yang mahal
dibutuhkan untuk memiliki target costing yang efektif namun ITT automotive
menemukan bahwa investasi sangat penting untuk mencapai tujuan
perusahaan. Target costing memiliki filosofi bottom up dan orientasi tim.
Target costing adalah metode yang terstruktur dalam menetapkan dan
mencapai tujuan. Supaya target costing berhasil maka penetapan tim lintas
fungsional tidak cukup. Yang lebih penting yaitu komitmen top manajemen
dalam proses target costing. Senior manajer harus mengalokasikan
sumberdaya yang dibutuhkan dan harus memberdayakan tim yang terdiri dari
lintas fungsional dalam mengambil keputusan (Smelgze dan Rolf, 1996).
23
7. Kendala Menerapkan Target Costing
Berikut ini adalah kendala yang kerap dikeluhkan oleh perusahaan yang
mencoba menerapkan target costing.
a. Konflik antar kelompok dan atau antar anggota kelompok
b. Karyawan yang mengalami burnout karena tuntutan target
penyelesaian pekerjaan
c. Target waktu penyelesaian yang terpaksa ditambah
d. Sulitnya melakukan pengaturan atas berbagai faktor penentu
keberhasilan target costing.
Dengan demikian sangat disarankan bagi perusahaan yang tertarik untuk
menerapkan target costing memperhatikan hal-hal berikut :
a. Manajemen puncak harus memahami proses target costing sebelum
mengadopsinya.
b. Apabila perhatian manajemen terlalu terpaku pada pencapaian
sasaran target costing, maka dapat mengalihkan perhatian dari
manajemen mengenai pencapaian sasaran keberhasilan organisasi
secara keseluruhan.
C. Sistem Pengendalian
1. Definisi dan Tujuan Pengendalian
Pengendalian adalah proses pengaturan berbagai faktor dalam suatu
perusahaan, sehingga pelaksanaan kerja dan rencana kerja yang telah dibuat
berjalan sesuai dengan yang direncanakan.
Pengendalian bukan hanya untuk mencari kesalahan-kesalahan, tetapi
berusaha untuk menghindari terjadinya kesalahan-kesalahan serta
24
memperbaikinya jika terdapat kesalahan. Jadi pengendalian dilakukan
sebelum proses, saat proses, dan setelah proses, yakni hingga hasil akhir
diketahui. Dengan pengendalian diharapkan pemanfaatan unsur-unsur
manajemen efektif dan efisien.
2. Asas-asas Pengendalian
Berikut ini beberapa asas-asas pengendalian yang dikutip dari Blogspot
diakses (2018).
a. Asas tercapainya tujuan. Pengendalian harus ditujukan ke arah tercapainya tujuan yaitu dengan mengadakan perbaikan untuk menghindari penyimpangan-penyimpangan dari rencana.
b. Asas efisiensi. Pengendalian itu efisien, jika dapat menghindari dari penyimpangan rencana.
c. Asas tanggung jawab pengendalian. Pengendalian hanya dapat dilaksanakan jika manajer bertanggung jawab terhadap pelaksanaan rencana.
d. Asas pengendalian terhadap masa depan. Pengendalian yang efektif harus ditujukan ke arah pencegahan penyimpangan-penyimapngan yang akan terjadi, baik pada waktu sekarang maupun masa yang akan datang.
e. Asas pengendalian langsung. Teknik control yang paling efektif ialah mengusahakan adanya bawahan yang berkualitas baik.
f. Asas refleksi rencana. Pengendalian harus disusun dengan baik, sehingga dapat mencerminkan karakter dan susunan rencana.
g. Asas penyesuaian dengan organisasi. Pengendalian harus dilakukan sesuai dengan struktur organisasi
h. Asas pengendalian individual. Pengendalian dan teknik pengendalian harus sesuai dengan kebutuhan manajer.
i. Asas standar. Pengendalian yang efektif dan efisien memerlukan standar yang tepat yang akan dipergunakan sebagai tolak ukur pelaksanaan dan tujuan yang akan dicapai.
j. Asas pengendalian terhadap strategi. Pengendalian yang efektif dan efisien memerlukan adanya perhatian yang ditujukan terhadap faltor-faktor yang strategis dalam perusahaan.
k. Asas pengecualian. Efisiensi dalam pengendalian membutuhkan adanya perhatian yang ditujukan terhadap factor pengecualian dalam keadaan tertentu atau tidak sama.
l. Asas pengendalian fleksibel. Pengendalian harus luwes untuk menghindari kegagalan pelaksanaan rencana.
m. Asas peninjauan kembali. Sistem pengendalian harus ditinjau berkali-kali, agar system yang digunakan berguna untuk mencapai tujuan.
25
n. Asas tindakan. Pengendalian dapat dilakukan, apabila ada ukuran-ukuran untuk mengoreksi penyimpangan-penyimpangan rencana, organisasi, staffing, dan actuating.
D. Pengendalian Biaya Produksi
1. Pengendalian Biaya Bahan
a. Definisi Pengendalian Biaya Bahan
Pengendalian bahan adalah penyediaan bahan dengan kuantitas
dan kualitas yang disyaratkan dan pada waktu dan tempat yang
diperlukan dalam proses produksi. Ini mengandung implikasi, bahwa
bahan yang diperoleh tidak boleh berlebihan jumlahnya, dan mestinya
dipertanggung jawabkan secara penuh dan dipergunakan sesuai
dengan yang dimaksudkan.
Pengendalian biaya bahan merupakan suatu tanggung jawab
penting untuk dapat menghasilkan produk bermutu secara ekonomi
sesuai dengan yang dijadwalkan, yang mengakibatkan pemuasan
kebutuhan pelanggan dan yang menghasilkan pengambilan yang
sesuaibagi para pemegang saham perusahaan. Controller harus
mengembangkan suatu sistem penghitungan biaya yang akan
mengendalikan sumber daya dan menyediakan informasi akuntansi
yang cukup untuk pengambilan keputusan yang berhubungan dengan
banyak masalah produksi yang terlibat.
Tanggung jawab controller adalah untuk menjamin, bahwa telah
ditetapkan sistem biaya produksi untuk melayani keinginan dan
kebutuhan para eksekutif produksi. Controller juga merupakan
pengumpul fakta biaya, dan adalah menjadi tanggungjawabnya untuk
melihat bahwa kepada manajer produksi telah tersedia informasi biaya
26
yang cukup pada waktu yang tepat untuk melaksanakan pengendalian
dan perencanaan yg wajar.
b. Keuntungan atau Manfaat Pengendalian Bahan
Keuntungan atau manfaat pengendalian bahan adalah
mengurangi penggunaan yang tidak efisien sehingga dapat
mengurangi pengeluaran yang tidak diperlukan. Hal ini juga berguna
untuk mengantisipasi terjadinya kecurangan bahkan mengurangi
resiko kecurian.
2. Pengendalian Biaya Tenaga Kerja Langsung
Di kutip dari Wordpress diakses (2018), gaji tenaga kerja langsung atau
gaji pabrik yang dapat diidentifikasikan terhadap suatu departemen yang
produktif, sebagai lawan dari suatu departemen jasa/penunjang, serta yang
penting artinya pada departemen tersebut. Pengendalian biaya tenaga kerja
langsung ini berkisar pada pengukuran prestasi pelaksanaan yang
sebenarnya terhadap tolak ukur atau standar dan mengadakan tindak lanjut
terhadap alasan terjadinya penyimpangan dari standar ini.
a. Penetapan Standar Prestasi Tenaga Kerja Untuk pengendalian biaya, maka memerlukan standar tenaga
kerja, yaitu: Standar jam kerja dan standar biaya. Penetapan standar pelaksanaan kerja memerlukan pekerjaan analitis yang tinggi yang memerlukan suatu latar belakang teknis mengenai proses produksi dan juga pengetahuan mengenai metode-metode studi waktu. Penetapan standar waktu kerja memerlukan penetapan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan setiap operasi dalam kondisi standar/normal. Oleh karena itu, penelitian mencakup kondisi kerja, termasuk rencana pengendalian bahan, perencanaan dan penjadwalan produksi, dan penyusunan peralatan dan fasilitasnya. Penetapan biaya standard harus konsisten dan informasi biaya perlu mempertimbangkan bagaimana standard ditetapkan dan bagaimana penyimpangannya (variances) akan dianalisis.
b. Penggunaan Standar Tarif Upah Umumnya tarif upah ditentukan oleh faktor-faktor ekstern. Bila
standar ini ditetapkan maka tidak akan terjadi perbedaan yang besar
27
dalam pembayaran upah karena adanya tarif standar tersebut. Namun bila terdapat perbedaan yang besar, maka hal itu adalah:
1) Lembur yang melebihi ketentuan dalam standar 2) Penggunaan (tenaga kerja yang lebih tinggi klasifikasinya pada
suatu pekerjaan) 3) Kegagalan menempatkan atau mempekerjakan manusia atas
dasar insentif
4) Memakai komposisi tenaga kerja yang berbeda dari standar
Pengendalian melalui pra-perencanaan cara pendekatan ini mencakup
pengendalian anggaran (budgetary control) dan dapat diterapkan pada
pengendalian biaya tenaga kerja. Sebagai contoh: jika kebutuhan tenaga kerja
untuk program produksi satu bulan dapat ditentukan satu bulan sebelumnya,
maka dapat diambil langkah-langkah untuk memperoleh kepastian bahwa
biaya tenaga kerja yang berlebihan tidak akan terjadi karena terlalu banyak
orang yang dimasukan pada daftar upah. Pelaksanaan pendekatan ini juga
tergantung pada kondisi industri dan kondisi khusus dalam perusahaan.
3. Pengendalian Biaya Overhead Pabrik
Biaya overhead atau biaya produksi tidak langsung telah makin banyak
bertambah begitu perusahaan menjadi semakin rumit, dan telah semakin
banyak dipergunakan mesin dan peralatan yang canggih. Oleh karena telah
bertambahnya investasi dalam mesin yang dikendalikan melalui komputer,
yang dapat menaikan produktivitas dan mengurangi jam kerja tenaga
langsung, maka pengendalian biaya penyusutan, biaya penggunaan tenaga
listrik dan sebagainya, perbaikan dan pemeliharaan mesin, dan lain-lainnya
yang sejenis telah mendapat perhatian yang lebih besar dari manajemen.
Overhead pabrik mempunyai beberapa karakteristik yang
membedakannya dengam biaya produksi langsung yang terdiri dari biaya
28
bahan baku dan upah langsung. Biaya overhead ini mencakup bermacam-
macam jenis biaya seperti penyusutan, pajak kekayaan, asuransi, upah tidak
langsung, bahan perlengkapan pabrik, listrik dan kegunaan umum lainnya
seperti air, biaya ketatausahaan, perbaikan dan pemeliharaan, dan biaya-
biaya lain yang tidak dapat diidentifikasikan secara langsung dengan suatu
produk, proses atau job tertentu. Jenis-jenis biaya ini mempunyai perilaku
yang berbeda dari baiya langsung dengan adanya volume produksi. Sebagian
biaya-biaya ini berfluktuasi sebanding dengan kenaikan atau penurunan
produksi, dan yang lain akan tetap dan tidak akan sensitive terhadap
perubahan dalam banyaknya unit produksi. Dapat dilihat juga bahwa
sebagian biaya yang lain bersifat semivariabel dan untuk sesuatu tingakat
volume tertentu adalah tetap (konstan) akan tetapi akan berubah secara
kurang proporsional dengan adanya perubahan volume dan dapat dipisahkan
menjadi komponen-komponen yang tetap dan yang variabel.
Pengendalian biaya overhead terletak di tangan banyak orang yang
terlibat dalam proses produksi. Berbagai biaya seperti perbaikan dan
pemeliharaan dikendalikan oleh kepala departemen pemeliharaan. Bahan
perkengkapan pengolahan dikendalikan oleh kepala masing-masing
departemen yang menggunakannya. Biaya-biaya lain dapat diputuskan oleh
manajemen dan ditugaskan kepada seseorang manager untuk dikendalikan
olehnya, misalnya penyusutan, pajak, asuransi, dan lain-lain. Pengendalian
biaya produksi tidak langsung banyak variasinya dan merupakan tantangan
bagi controller.
a. Masalah Akuntansi Dan Pengendalian Overhead Pabrik
29
Sifat dasar dari biaya overhead pabrik telah menimbilkan berbagai
masalah yang perlu diperhatikan, dan ini terutama menjadi tanggung
jawab fungsional dari controller. Keputusan-keputusan yang diambil
mempengaruhi pengendalian biaya, penilaian persediaan dan
penetapan harga. Dikutip dari Wordpress yang diakses (2018),
beberapa pertimbangan yang terkait dalam mengambil keputusan ini
adalah sebagai berikut:
1) Metode yang akan dipergunakan dalam menetapkan pusat biaya atau departemen untuk mengakumulasikan biaya yang sesungguhnya (actual cost) untuk membandingkannya dengan standar atau budget dan untuk menetapka penyimpangan atau biaya-biaya yang berlebihan.
2) Basis untuk mengalokasikan biaya-biaya tidak langsung terhadap produk, departemen, proses, atau job untuk menetapkan harga pokok.
3) Penetapan tingkat kegiatan yang akan dipergunakan dalam mengukur hubungan biaya volume dan dalam menetapkan standar.
4) Pengalokasian biaya produksi terhadap operasi berjalan.
b. Pendekatan Dalam Pengendalian Biaya Overhead Pabrik
Banyaknya jenis biaya overhead dan tanggung jawab yang
terbagi-bagi dapat mempermudah terjadinya biaya-biaya yang
berlebihan.selanjutnya, kenyataan bahwa banyaknya unsur biaya
dengan jumlah yang kecil-kecil dan tidak penting dalam hubungannya
dengan pemakaian/konsumsi atau biaya per unit sering memperbesar
kelalaian mengadakan pengendalian yang semestinya. Bantuan
ketatausahaan harus dinaikkan dengan sendirinya pada saat volume
meningkat, tetapi terdapat keengganan, dan biasanya penundaan,
untuk mengahpuskan bantuan seperti itu pada saat tidak diperlukan
30
lagi. Pengurangan kebutuhan perlu diperkirakan dan diantisipasikan
serta diambil tindakan yang sesuai tepat pada waktunya. Terdapat
banyak jenis biaya yang walau harga pokok per unitnya kecil, tetapi
secara keseluruhan dapat membuat perusahaan kurang mampu untuk
bersaing. Beberapa contohnya adalah jam kerja manusia untuk
kegiatan pemeliharaan, pencetakan formulir-formulir atau penggunaan
perlengkapan khusus padahal cukup dengan menggunakan formulir
atau perlengkapan yang standar, penggunaan perlengkapan untuk
tujuan pribadi, pengunaan fasilitas-fasilitas komunikasi dan foto copy
secara serampangan. Semua jenis biaya produksi tidak langsung perlu
dievaluasi dan dikendalikan untuk mencapai pengurangan biaya kapan
saja mungkin.
Meskipun factor-faktor ini dapat agak menyulitkan pengendalian
biaya overhead, tetapi cara pendekatan dasar bagi pengendalian ini
pada pokoknya adalah sama seperti yang diterapkan terhadap biaya-
biaya langsung, yaitu: penetapan standar, pengukuran prestasi
pelaksanaan yang sebenarnya terhadap standar, dan pengambilan
tindakan perbaikan bila mereka yang bertanggung jawab untuk
memenuhi standar telah berulang kali gagal mencapai tujuannya.
Standar-standar dapat berubah pada tingkat volume yang berbeda-
beda; atau dengan cara lain, standar-standar itu harus cukup fleksibel
untuk menyesuaikan dengan tingkat operasi yang sedang berjalan.
Dalam hal ini penetapan da pengaplikasian standar biaya overhead
dapat berbeda dari prosedur yang dipergunkan dalam pengendalian
biaya bahan dan upah langsung. Tingkat kemulusan dan luasnya
31
aplikasi akan berbeda menurut jenis biaya yang bersangkutan.
Controller harus melakukan semua usaha utnuk menerapkan standar-
standar yang layak. Dia tidak boleh salah berfikir, bahwa hanya sedikit
yang diperlukan atau bahwa tidak ada apapun yang dapat dicapai
dengan standar.
E. Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Penelitian yang Relevan
No Nama
Peneliti
(Tahun)
Judul Penelitian Metode
Penelitian
Hasil Penelitian
1.
Alimuddin (2012)
Analisis Pendekatan Target Costing
Sebagai Alat Penilaian Efisiensi Produksi Semen Pada PT Semen Tonasa Kabupaten Pangkep
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis komparatif
Hasil penelitian yang didapat terlihat bahwa adanya suatu perbedaan yang signifikan ketika PT Semen Tonasa Kabupaten Pangkep menggunakan sistem tradisional dengan penggunaan target costing. Hasil analisis perbandingan antara total biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dengan menurut target costing, menunjukkan bahwa total biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dengan
32
menggunakan metode Target Costing lebih rendah dibanding menggunakan metode tradisional.
2.
Malue (2013)
Analisis Penerapan Target Costing Sebagai Sistem Pengendali Biaya Produksi (PT. Celebes Mina Pratama)
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis komparatif
Hasil penelitiannya yaitu penerapan target costing
pada PT. Mina Pratama lebih efisien jika dibandingka dengan yang dilakukan perusahaan selama ini.
3.
Rahmaji (2013)
Penerapan Activity-Based Costing System UntukMenentukan Harga Pokok Produksi Pada PT. Celebes Mina Pratama
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif
Hasil penelitiannya yaitu perhitungan harga pokok produksi menggunakan activity based costing system memberikan hasil yang lebih mahal dari sistem tradisional.
4.
Muhammad Asyhari Rahmat (2013)
Penerapan Target Costing dalam
Penentuan Tarif Kamar untuk Mengoptimalkan Perencanaan Laba pada UB Hotel Malang
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis komparatif
Penerapan metode target costing melalui proses efisiensi biaya dalam penentuan tarif kamar pada UB Hotel lebih efisien.
5.
Erni Apriyanti (2014)
Penerapan Metode Target Costing Dalam
Perhitungan Harga Pokok Produksi PT. Semen Gresik
Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Setelah di Lakukan Perhitungan Target Costing Berdasarkan RKAP dan Pencapaian
33
(Persero) analisis komparatif
Realisasi Produksi Ternyata Perolehan Target Costing
Mengalami Kenaikan .
6.
Widya Lestari (2015)
Analisis Penerapan Target Costing Untuk
Pengendalian Biaya Service Pada CV. Mahakam Jaya Safety
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis komparatif
Penerapan target costing pada CV. Mahakam Jaya Safety memberikan dampak positif pada laba yang didapat. Dengan menekan biaya produksi.
7.
Febriana Martina Longdong (2016)
Penerapan Target Costing Dalam Perencanaan Biaya Produksi Pada CV. Sinar Mandiri
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif
Perusahaan berhasil melakukan penghematan dengan menggunakan metode Target Costing.
8.
Tertius Clara Caroline & Heince R.N. Wokas (2016)
Analisis Penerapan Target Costing dan Activity-Based Costing Sebagai
Alat Bantu Manajemen Dalam Pengendalian Biaya ProduksiI Pada UD. Bogor Bakery.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis komparatif
Activity-Based Costing lebih tepat diterapkan dari pada UD. Bogor Bakery dibanding menggunakan Target Costing.
9.
Chaidir Hafid (2017)
Analisis Harga Pokok Produksi dan Penerapan Target Costing
pada UD Wajuku Makassar
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis komparatif
Penerapan target costing pada UD Wajuku Makassar Dapat Berperan Sebagai Alat Pengendalian Biaya produksi. Di buktikan dengan Turunnya Harga Pokok Produksi.
34
10.
Henri Paulus Gerungan (2013)
Pendekatan Target Costing Sebagai Alat Penilaian Efisiensi Produksi Pada PT. Tripica Cocoprima
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis komparatif
Penerapan Metode Target Costing dinilai lebih efisien dalam proses produksi pada PT. Tripica Cocoprima
11.
Kusumadewi (2012)
Analisis Pendekatan Target Costing Sebagai Alat Untuk Melakukan Efisiensi Produksi Pada Askha Jaya Lampung
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis komparatif
Penerapan target costing pada
Askha Jaya Lampung Dapat Berperan Sebagai Alat Pengendalian Biaya produksi. Di buktikan dengan Turunnya Harga Pokok Produksi.
12.
Herdinasari Luvina Lucky (2011)
Target Costing Dalam Perhitungan Harga Pokok Produksi Pada Pembuatan Tikar Tenun CV. Elresas Di Lamongan
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis komparatif
Penerapan target costing pada CV. Elresas Lamongan Dapat Berperan Sebagai Alat Pengendalian Biaya produksi. Di buktikan dengan Turunnya Harga Pokok Produksi.
35
F. Kerangka Konsep
Kerangka konsep ini merupakan model konseptual tentang bagaimana
teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai
masalah yang penting. Adapun masalah-masalah yang dianggap penting
dalam penelitian ini adalah penerapan metode target costing dapat
mengendalikan biaya produksi.
Berdasarkan uraian di atas, gambaran menyeluruh penelitian ini yang
mengangkat penelitian mengenai penerapan metode target costing dalam
upaya pengendalian biaya produksi. Berikut ini disajikan kerangka konsep
tentang pengelolaan limbah produksi terhadap perhitungan pendapatan dan
laba kontribusi.
Gambar 2.4 Model Kerangka Konsep
UD. Winda
Pengendalian
Biaya Produksi
Target Costing
Efisiensi Biaya
Produksi
Peningkatan
Keuntungan
36
G. Hipotesis
Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah
“diduga bahwa target costing dapat digunakan sebagai pengendali biaya
produksi pada UD Winda di Malino Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan”.
37
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
kuantitatif deskriptif menjadi jenis penelitian yang dipilih oleh peneliti dalam
pembuatan penelitian ini yang bertujuan untuk mengumpulkan segala
informasi secara aktual dan terinci yang kemudian membandingkan antara
konsep dasar, teori atau arsip mengenai penerapan metode target costing
dan kemudian ditarik kesimpulan dari penelitian yang dilakukan.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi yang dijadikan objek penelitian adalah Usaha Dagang Winda,
yang beralamat di jalan Parawansyah Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten
Gowa Sulawesi Selatan, dengan waktu penelitian kurang lebih 2 bulan (Mei -
Juni 2019).
C. Defenisi Operasional Variabel
Untuk lebih jelasnya unsur-unsur yang dipergunakan dalam penelitian ini
secara operasional adalah sebagai berikut:
1. Variabel dependen (X)
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah penerapan target costing yang
merupakan salah satu metode yang difokuskan pada produk dengan
mempertimbangkan proses manufaktur sehingga metode target costing ini
dapat digunakan oleh perancang sebelum produk dan proses desain
dilakukan untuk mencapai tujuan perbaikan usaha pada pengurangan biaya
operasional produk di masa depan.
38
2. Variabel independen (Y)
Variable independen dalam penelitian ini adalah pengendalian biaya produksi
yang merupakan hal yang sangat berpengaruh dalam memproduksi suatu produk.
Dengan adanya pengendalian biaya produksi, maka perusahaan dapat
mengoptimalkan biaya operasional yang digunakan dalam proses produksi.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Observasi Lapangan yaitu pengamatan secara langsung pada
objek penelitian.
2. Interview yaitu cara pengumpulan data dengan jalan melakukan
tanya jawab dengan responden untuk mendapatkan data yang
dibutuhkan.
E. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah:
1. Data Kuantitatif, yaitu data yang berupa angka-angka seperti data
jumlah produksi mebel yang dihasilkan.
2. Data Kualitatif, yaitu data yang diperoleh dalam bentuk tulisan yang
berupa gambaran umum perusahaan, maupun informasi langsung
yang menyangkut kebijakan perusahaan.
Sumber data dalam penulisan ini adalah:
1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari
perusahaan melalui pengamatan, wawancara langsung pada
perusahaan sebagai objek penelitian.
39
2. Data Sekunder, yaitu data berupa data yang diperoleh dari dokumen-
dokumen perusahaan dan pencatatan yang erat kaitannya dengan
masalah yang akan dibahas.
F. Metode Analisis
Berdasarkan masalah pokok dan tujuan penelitian yang ingin dicapai,
maka metode analisis yang digunakan yaitu analisa deskriptif. Metode
analisis deskriptif adalah metode yang digunakan dengan cara menganalisis
dan menguraikan untuk menggambarkan keadaan objek yang diteliti yang
menjadi pusat perhatian dalam penelitian. Metode analisis deskriptif secara
hakekatnya adalah data yang telah terkumpul itu kemudian diseleksi,
dikelompokkan, dilakukan pengkajian, interpretasi dan disimpulkan. Data
dalam penelitian ini berupa sejarah singkat perusahaan, struktur organisasi
dan informasi lainnya yang relevan dengan penelitian ini.
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan Target Costing.
2. Memeperoleh data-data perusahaan mengenai gambaran umum
perusahaan, biaya-biaya produksi dan nonproduksi, dan data-data
pendukung lainnya.
3. Menarik kesimpulan dan memberikan saran untuk dijadikan sebagai
bahan masukan bagi manajemen perusahaan.
40
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
Usaha Winda adalah Usaha yang bergerak dibidang pembuatan mebel.
Usaha Winda membuat mebel, berdasarkan pesanan yang masuk. Usaha ini
didirikan oleh Bapak H. Kamaruddin pada tahun 2004. Usaha ini bermula saat
bapak H. Kamaruddin melihat masih kurangnya tempat pembuatan mebel di
Malino.
H. Kamaruddin mendirikan usaha tersebut bertujuan untuk mencari laba
dan untuk meningkatkan taraf ekonomi dengan usahanya sendiri. Sebagai
pemilik H. Kamaruddin sudah mempunyai pengalaman dibidang mebel yang
dipelajarinya dari ayahnya. Selain itu beliau juga mengasah kemampuannya
dengan mempelajari teknik-teknik mebel sendiri. H. Kamaruddin mempunyai
keinginan untuk memperbesar usaha mebelnya dan berkeinginan juga agar hasil
mebel yang telah dihasilkan bisa di ekspor dan menghasilkan keuntungan yang
besar.
Pertumbuhan tingkat penjualan Usaha Winda mengalami peningkatan. Ini
dibuktikan dengan semakin meningkatnya penghasilan UD Winda dari tahun ke
tahun. Usaha Winda juga menerima pesanan besar untuk kebutuhan supplier
dalam pembangunan sebuah perumahan ataupun kantor.
40
41
Tempat usaha yang dimiliki Bapak H. Kamaruddin terbilang kecil jika
dibandingkan dengan usaha-usaha kusen lainnya yang rata-rata memiliki gudang
yang besar dan dapat menampung bahan baku serta persediaan dengan skala
besar. Namun lokasinya yang strategis berada di seberang jalan dapat dengan
mudah terlihat oleh konsumen sehingga mereka tidak kesulitan dalam
menemukan tempat usaha ini. Sejak tahun 2004 hingga saat ini, pencatatan
yang dimiliki Usaha Winda masih terbilang sangat sederhana. Beliau hanya
memiliki catatan gaji pegawai dan catatan atas transaksi. Bapak H. Kamaruddin
hanya mencatat sesederhana mungkin dan hanya dirinya sendiri yang
mengetahui skema atas pencatatan yang Beliau lakukan. Untuk sistem
pembayaran gaji yang diberikan kepada pekerja bawahannya tidak dibayarkan
per bulan atau pertahun seperti di bidang usaha lain pada umumnya, tetapi gaji
atau upah untuk pekerjanya dibayarkan per periode tertentu dan jumlahnya
adalah sebesar berapa banyak pegawai tersebut menyelesaikan produk.
Usaha tersebut mulai mengalami kendala pada tahun 2013 ditandai
dengan penurunan omset, biasanya Usaha Winda beromset Rp.120.000.000
dalam kurun waktu satu tahun, tetapi di tahun 2013 omset dari Usaha Winda
mengalami penurunan hingga mencapai angka Rp. 70.000.000 dalam kurun
waktu satu tahun yang diakibatkan oleh naiknya harga-harga bahan baku dan
berkurangnya jumlah pesanan yang diterima, sulitnya pangsa pasar tersebut
ditandai dengan banyaknya pesaing usaha di bidang jasa pembuatan mebel
yang mulai menjamur di wilayah Malino, hingga saat ini Usaha Winda mengalami
masalah dalam pemaksimalan laba, keuntungan yang diharapkan dari penjualan
per unit produk adalah 30% dari harga jualnya, kenyataannya laba yang didapat
42
dari penjualan per unit produk masih jarang yang menjangkau 30% dari harga
jual produk tersebut.
Bahan baku utama yang digunakan oleh Usaha Winda didatangkan
langsung dari Takalar. Usaha Winda rutin melakukan pembelian kayu tiap dua
bulan sekali. Usaha Winda mempunyai jangkauan pasar yang bertambah besar
sejak mulai mengirim produknya kebeberapa tempat, seperti Tombolo dan
Manipi selain itu, Usaha Winda juga menggunakan sosial media sebagai salah
satu cara memasarkan produknya. Selain tetap melayani customer yang telah
menjadi pelanggannya sejak lama, Usaha Winda juga melayani customer yang
berada di luar wilayah Malino seperti Tombolo dan Manipi.
Pada kasus ini, peneliti akan menerapkan metode target costing pada
Usaha Winda yang diprediksikan dapat menjadi metode yang tepat untuk
membantu mengatasi masalah dalam mengendalikan biaya produksi yang
sedang dialami oleh Usaha Winda, dalam penggunaan metode target costing
akan ditekankan untuk meminimalisir atau mengurangi biaya produksi pada
tahap perencanaan dan desain produk. Melalui target costing dapat diketahui
berapa besar selisih biaya yang dianggarkan dengan biaya yang terjadi yang
memungkinkan perusahaan untuk mencapai keuntungan.
Metode apapun yang digunakan, biaya selalu memegang peranan yang
penting untuk memperhitungkan dan memiliki pengaruh yang besar terhadap
penjualan suatu produk, dan sangat berkaitan dengan target laba yang ingin
dicapai oleh suatu perusahaan.
Proses produksi dimulai dari pagi hari dibuka pada pukul 08.00 sampai
pukul 17.00, berbeda jika pesanan mebel yang dikerjakan harus diselesaikan
dengan waktu yang lebih singkat. Proses produksi terus dilakukan biasanya
43
hingga malam hari atau lembur. Seiring berjalannya usaha tersebut Usaha Winda
terus melakukan perbaikan produk. Pemilik terus mengupayakan perbaikan
kualitas dengan mengontrol dan ikut membantu dalam pembuatan barang-
barang mebel tersebut agar dapat mendapat kepercayaan lebih dari para
pelanggan dan kepuasan pelanggan tetap terjaga.
Proses produksi untuk membuat satu buah lemari membutuhkan waktu 1
hingga 2 hari, proses produksi yang dimulai pukul 08.00 dimulai dengan proses
pembuatan bagian kaki lemari yang membutuhkan waktu sekitar 30 sampai 60
menit, tahap selanjutnya adalah pembuatan rangka lemari yang memakan waktu
3 sampai 4 jam tergantung model dan jenis lemari yang akan dibuat. Tahap
selanjutnya adalah pemasangan papan ke rangka lemari dengan menggunakan
paku. Setelah pemasangan papan maka akan terlihat model atau bentuk dari
lemari yang akan dibuat. Setelah itu pembuatan bagian topi lemari yang dibuat
selama 30 sampai 60 menit. Tahap selanjutnya yaitu proses pengamplasan yang
bertujuan untuk memperhalus permukaan kayu serta menghasilkan tekstur dasar
pada jenis kayu tersebut, pada tahap pengamplasan ini membutuhkan waktu
sekitar 45 menit. Tahap berikutnya adalah tahap pengecatan lemari, sebelum
melakukan pengecatan, lemari tersebut dijemur beberapa saat hingga kayunya
agak kering. Hal ini dilakukan agar proses pengecatan dapat menghasilkan
warna yang baik. Lama proses penjemuran tergantung dari teriknya matahari,
semakin bagus cuaca maka semakin cepat proses penjemuran. Sebelum di cat
lemari terlebih dahulu diberi dempul agar hasil cat yang dihasilkan nanti lebih
bagus dan tidak mudah hilang. Lama proses pengecatan memakan waktu 30
hingga 50 menit. Kemudian masuk pada tahap finishing yaitu pemasangan
44
cermin/kaca pada lemari. Setelah membersihkan atau merapikan pengerjaan
lemari, maka lemari siap untuk dijual.
B. Struktur Organisasi
Usaha Winda belum membuat struktur organisasinya secara formal.
Karena karyawannya sendiri hanya berjumlah 5 orang yang ditunjuk dan
dipercaya oleh pemilik Usaha Winda untuk mengembangkan usahanya. Struktur
dibawah ini merupakan gambaran struktur organisasi yang dibuat
berdasarkankan deskripsi dan keterangan dari karyawan Usaha Winda:
Sumber : Hasil wawancara
Gambar 4.1 Struktur Organisasi
P E M I L I K H. Kamaruddin
ADMINISTRASI H. Kamaruddin
KARYAWAN Dg. Naba
KARYAWAN Kadir
KARYAWAN Atong
KARYAWAN Immang
KARYAWAN Rizal
45
C. HASIL PENELITIAN
1. Deskripsi Data
Data-data yang diperlukan untuk penelitian ini salah satunya adalah
data mengenai biaya produksi dari Usaha Winda selama tahun 2019 yang
terdiri atas:
a. Biaya Bahan Baku Langsung
Bahan baku langsung yang dibutuhkan untuk membuat lemari antara
lain kayu jati putih, dempul, lem kayu, dan paku. Berikut ini adalah rincian
atas biaya-biaya bahan baku yang dikeluarkan oleh Usaha Winda:
Tabel 4.1 Daftar Harga Kayu Tahun 2019
Jenis Kayu Harga Kayu Perlembar
(4 Meter)
Kayu Jati Putih Rp. 55.000
Sumber : Hasil wawancara
Perhitungan biaya bahan baku yang digunakan pada produk lemari
dengan sebagai berikut:
1) Lemari 2 Pintu :
Tabel 4.2 Biaya Bahan Baku Lemari 2 Pintu
Jenis kayu Nilai satuan kayu Jumlah kayu Total nilai kayu
Jati Putih Rp. 55.000 12 Rp. 660.000
Sumber : Hasil olahan data
46
2) Lemari 3 Pintu :
Tabel 4.3 Biaya Bahan Baku Lemari 3 Pintu
Jenis kayu Nilai satuan kayu Jumlah kayu Total nilai kayu
Jati Putih Rp. 55.000 15 Rp. 825.000
Sumber : Hasil olahan data
b. Biaya Tenaga Kerja Langsung
Biaya tenaga kerja yang dibayarkan oleh Usaha Winda tergantung
jumlah lemari yang dikerjakan, satu orang akan dibayar Rp. 20.000 sampai
Rp. 80.000 untuk pengerjaan per satu lemari yang terselesaikan. Metode
penggajian tersebut dapat dikategorikan sebagai biaya tenaga kerja
variabel. Range biaya Rp. 20.000 sampai Rp. 80.000 per lemari tersebut
disesuaikan pula dengan tingkat kerumitan model profil lemari yang
dikerjakannya. Rincian untuk tenaga kerja sebagai berikut:
Tabel 4.4 Biaya Tenaga Kerja
Jenis Lemari Biaya
Lemari 2 Pintu Rp. 240.000
Lemari 3 Pintu Rp. 300.000
Sumber : Hasil wawancara
c. Biaya Overhead Pabrik
Biaya overhead yang yang dikeluarkan Usaha Winda antara lain
biaya bahan baku tidak langsung, biaya listrik, telepon, biaya angkut
pengiriman serta biaya lain-lain. Khusus untuk biaya angkut pengiriman
dalam periode satu bulan produksi biasanya Usaha Winda melakukan
47
pengiriman sebanyak empat kali kirim. Perhitungan biaya- biaya overhead
pabrik dari Usaha Winda sebagai berikut:
Tabel 4.5 Daftar Harga Bahan Baku Tidak Langsung
Bahan Baku Tidak Langsung Harga Keterangan
Lem Kayu 12 kg Rp. 118.000 Digunakan Untuk Pembuatan 24
Buah Lemari
Dempul 5 kg Rp. 110.000 Digunakan Untuk Pembuatan 15
Buah Lemari
Paku 2 cm 4 kg Rp. 108.000 Digunakan Selama 1 bulan
Paku 2,5 cm 4 kg Rp. 100.000 Digunakan Selama 1 bulan
Paku 4 cm 5 kg Rp. 105.000 Digunakan Selama 1 bulan
Paku 5 cm 5 kg Rp. 100.000 Digunakan Selama 1 bulan
Sumber : Hasil wawancara
keterangan:
1) Pembuatan satu buah lemari memerlukan bahan baku 12 buah kayu
ukuran 2 meter untuk lemari 2 pintu, dan 15 buah kayu ukuran 2 meter
untuk lemari 3 pintu.
2) Untuk perhitungan bahan baku lem kayu, paku, dan dempul untuk
digunakan pada setiap lemari sebagai berikut:
- Biaya untuk lem kayu 12 kg sebesar Rp. 118.000, dimana lem
tersebut habis dipakai dalam pembuatan 24 buah lemari, 1 kg lem
kayu dapat digunakan untuk membuat 2 buah lemari, untuk rata-rata
setiap bulannya Usaha Winda memproduksi 24 buah lemari :
Untuk Lemari 2 Pintu :
12 kg = 12.000 gram seharga Rp. 118.000
Rp. 118.000 : 2 = 59.000 yang diperlukan dalam 1 bulan
48
Rp. 59.000 : 24 = Rp. 2.458 biaya bahan baku lem kayu untuk
pembuatan satu buah lemari.
Untuk Lemari 3 Pintu :
12 kg = 12.000 gram seharga Rp. 118.000
Rp. 118.000 : 1 = 88.488 yang diperlukan dalam 1 bulan
Rp. 88.488 : 24 = Rp. 3.687 biaya bahan baku lem kayu untuk
pembuatan satu buah lemari.
- Biaya untuk dempul 5 kg seharga Rp. 110.000, dimana dempul
tersebut habis dipakai dalam pembuatan 15 buah lemari 2 pintu /
pembuatan 11 lemari 3 pintu :
Untuk Lemari 2 Pintu :
Rp. 110.000 : 15 = Rp. 7.333 biaya bahan baku dempul untuk
pembuatan satu buah lemari.
Untuk Lemari 3 Pintu :
Rp. 110.000 : 11 = Rp. 10.000 biaya bahan baku dempul untuk
pembuatan satu buah lemari.
- Biaya untuk paku 2 cm sejumlah 4 kg seharga Rp. 108.000, dimana
paku tersebut habis dipakai dalam waktu 1 bulan, untuk rata-rata
setiap bulannya Usaha Winda memproduksi 24 buah lemari 2 pintu /
16 buah lemari 3 pintu :
Untuk Lemari 2 Pintu :
4 kg = 4000 gram seharga Rp. 108.000
Rp. 108.000 : 24 = Rp. 4.500 biaya bahan baku paku 2 cm
untuk pembuatan satu buah lemari.
49
Untuk Lemari 3 Pintu :
4 kg = 4000 gram seharga Rp. 108.000
Rp. 108.000 : 16 = Rp. 6.750 biaya bahan baku paku 2 cm
untuk pembuatan satu buah lemari.
- Biaya untuk paku 2,5 cm sejumlah 4 kg seharga Rp. 100.000, dimana
paku tersebut habis dipakai dalam waktu 1 bulan, untuk rata-rata
setiap bulannya Usaha Winda memproduksi 24 buah lemari 2 pintu /
16 buah lemari 3 pintu :
Untuk Lemari 2 Pintu :
4 kg = 4000 gram seharga Rp. 100.000
Rp. 100.000 : 24 = Rp. 4.166 biaya bahan baku paku 2,5 cm
yang digunakan untuk pembuatan satu buah lemari.
Untuk Lemari 3 Pintu :
4 kg = 4000 gram seharga Rp. 100.000
Rp. 100.000 : 16 = Rp. 6.249 biaya bahan baku paku 2,5 cm
yang digunakan untuk pembuatan satu buah lemari.
- Biaya untuk paku 4 cm sejumlah 5 kg seharga Rp. 105.000, dimana
paku tersebut habis dipakai dalam waktu 1 bulan, untuk rata-rata
setiap bulannya Usaha Winda memproduksi 24 buah lemari :
Untuk Lemari 2 Pintu :
5 kg = 5000 gram seharga Rp. 105.000
Rp. 105.000 : 24 = Rp. 4.375 biaya bahan baku paku 4 cm
yang digunakan untuk pembuatan satu buah lemari.
50
Untuk Lemari 3 Pintu :
5 kg = 5000 gram seharga Rp. 105.000
Rp. 105.000 : 16 = Rp. 6.562 biaya bahan baku paku 4 cm
yang digunakan untuk pembuatan satu buah lemari.
- Biaya untuk paku 5 cm sejumlah 5 kg seharga Rp. 100.000, dimana
paku tersebut habis dipakai dalam waktu 1 bulan, untuk rata-rata
setiap bulannya Usaha Winda memproduksi 24 buah lemari :
Untuk Lemari 2 Pintu :
5 kg = 5000 gram seharga Rp. 100.000
Rp. 100.000 : 24 = Rp. 4.166 biaya bahan baku paku 5 cm
yang digunakan untuk pembuatan satu buah lemari.
Untuk Lemari 3 Pintu :
5 kg = 5000 gram seharga Rp. 100.000
Rp. 100.000 : 16 = Rp. 6.249 biaya bahan baku paku 5 cm
yang digunakan untuk pembuatan satu buah lemari.
Tabel 4.6 Daftar Biaya Bahan Baku Tidak Langsung Untuk Setiap Pembuatan Satu Buah Lemari
Bahan Baku Tidak Langsung Lemari 2 Pintu Lemari 3 Pintu
Lem Kayu Rp. 2.458 Rp. 3.687
Dempul Rp. 7.333 Rp. 10.000
Paku 2 cm Rp. 4.500 Rp. 6.750
Paku 2,5 cm Rp. 4.166 Rp. 6.249
Paku 4 cm Rp. 4.375 Rp. 6.562
Paku 5 cm Rp. 4.166 Rp. 6.249
Total Rp . 26.988 Rp. 39.497
Sumber : Hasil olahan data
51
Tabel 4.7 Daftar Penyusutan Peralatan Per Tahun
Peralatan Harga Perolehan Masa Manfaat Biaya
Penyusutan Mesin
Kattang Listrik Rp. 2.800.000 5 Tahun Rp. 560.000
Mesin Bor Rp. 2.500.000 5 Tahun Rp. 500.000
Kattang Setrika Rp. 1.800.000 5 Tahun Rp. 360.000
Mesin Gergaji Rp. 1.300.000 5 Tahun Rp. 260.000
Mesin Profil Rp. 365.000 3 Tahun Rp. 121.666
Mesin Amplas Rp. 750.000 3 Tahun Rp. 250.000
Sumber : Hasil wawancara yang diolah
Keterangan:
- Nilai penyusutan peralatan untuk satu tahun sebesar Rp. 2.051.666
nilai penyusutan tersebut dibebankan ke produk.
- Nilai penyusutan per bulan Rp. 2.051.666 : 12 = 170.972
- Nilai penyustan per produk Rp. 170.972 : 24 = 7.123
Tabel 4.8 Biaya Listrik dan Telepon
Keterangan Biaya per bulan Total produksi perbulan
Listrik Rp. 400.000 24 unit
Telepon Rp. 100.000 24 unit
Sumber : Hasil wawancara
Keterangan:
- Biaya listrik pada Usaha Winda masih menyatu dengan listrik rumah
pribadi, tetapi untuk setiap bulannya Usaha lemari dan mebel lain
sebesar Rp. 400.000 per bulan.
- Biaya telepon per bulan Rp. 100.000
52
- Rp. 400.000 + Rp. 100.000 = Rp. 500.000
- Rp. 500.000 : 24 unit = Rp. 20.833 unit
- Maka biaya listrik dan telepon dibebankan Rp. 20.833 untuk tiap unit
produk.
d. Biaya Pengiriman
Tabel 4.9 Biaya Pengiriman Perbulan
Biaya satu kali kirim
Jumlah pengiriman per bulan
Total biaya
Biaya Pengiriman Rp. 100.000 4 Rp. 400.00
Sumber : Hasil wawancara
Keterangan:
- Rp. 400.000 : 24 unit = Rp. 16.666/unit
- Maka biaya angkut pengiriman dibabankan Rp. 16.666 untuk tiap unit
produk.
Dari pendeskripsian data di atas maka biaya yang diperlukan untuk
membuat produk lemari diperlukan biaya sebesar:
Tabel 4.10 Tabel Jumlah Biaya Produksi Lemari 2 Pintu
Keterangan Lemari 2 Pintu
Bahan baku Langsung Rp. 660.000
Tenaga Kerja Langsung Rp. 240.000
Biaya Overhead Pabrik Rp. 54.954
Biaya Pengiriman Rp. 16.666
Total Rp. 971.620
Sumber : Hasil olahan data
53
Tabel 4.11 Tabel Jumlah Biaya Produksi Lemari 3 Pintu
Keterangan Lemari 3 Pintu
Bahan baku Langsung Rp. 825.000
Tenaga Kerja Langsung Rp. 300.000
Biaya Overhead Pabrik Rp. 67.453
Biaya Pengiriman Rp. 16.666
Total Rp. 1.209.119
Sumber : Hasil olahan data
2. Hasil Penelitian
Tahap-tahap berikutnya yaitu bagaimana menguraikan proses
penerapan metode target costing pada Usaha Winda. Seperti yang telah
dijelaskan pada bab sebelumnya, penerapan metode target costing dilakukan
adalah sebagai berikut:
a. Menentukan harga pasar
b. Menentukan laba yang diharapkan,
c. Menghitung biaya target (target cost) pada harga pasar yang dikurangi
dengan laba yang diharapkan,
Berdasarkan tahapan-tahapan yang harus dilakukan untuk
mendapatkan hasil dari penerapan metode target costing terdapat dua
metode untuk mengendalikan biaya-biaya pada perusahaan yaitu pada tahap
keempat dan kelima. Untuk kedua tahap tersebut tidak diharuskan untuk
menjalankan keduanya dalam satu perusahaan tergantung kebutuhan
perusahaan, apakah perlu menerapkan keduanya atau salah satu diantara
dua metode pengendalian biaya tersebut.
54
“Tahapan terakhir adalah jika target cost tersebut tidak dapat dicapai
maka lakukan value engineering dan atau kaizen costing untuk menurunkan
biaya sehingga target cost dapat dicapai.”
Struktur organisasi pada Usaha Winda masih sangat sederhana
sehingga tidak memungkinkan untuk menerapkan kaizen costing, maka
setelah mendapatkan biaya yang ditargetkan perusahaan kemudian masuk ke
tahap pengendalian biaya value engineering. Maka Usaha Winda hanya perlu
menjalankan sampai pada tahap keempat. Berikut adalah langkah-langkah
penerapan metode target costing target costing yang dilakukan pada Usaha
Winda:
a. Menentukan Harga Pasar
Saat ini Usaha Winda memiliki beberapa jenis produk mebel yang
dikerjakan, namun pada penelitian ini penulis memfokuskan pada produk
lemari dengan ukuran 180 x 90 dan 180 x 140, karena produk tersebut
yang paling tinggi tingkat permintaannya tetapi produk tersebut mengalami
kendala dalam pemaksimalan laba. Berikut daftar harga lemari yang dijual
Unit Dagang Winda:
Tabel 4.12 Daftar Produk dan Harga Lemari
Jenis Lemari Harga Jual
Lemari 2 Pintu Rp. 1.250.000
Lemari 3 Pintu Rp. 1.500.000
Sumber : Hasil wawancara
Penentuan Harga Jual oleh Usaha Winda menggunakan metode
tradisional yaitu dengan memperkirakan biaya yang dikeluarkan selama
pembuatan lemari.
55
b. Target Laba
Target laba yang diharapkan dari Usaha Winda adalah 30% dari
harga jual per unit produk, karena setelah semakin banyaknya pengrajin
mebel di sekitaran lokasi Usaha Winda keuntungan yang didapat sulit
untuk mencapai target laba yang diharapkan.
c. Perhitungan Harga Jual Dengan Metode Target Cost
Menurut Supriyatna (2010) bila menggunakan metode target costing
biaya produksi yang seharusnya dipenuhi bisa dilihat dengan
menggunakan formula berikut ini:
Formula: Biaya Produksi = Harga Jual – Keuntungan yang diharapkan
Tci = Pi – Mi
Keterangan: Tci = Target Cost (target biaya) per unit produk i
Pi = Harga Jual per unit produk i
Mi = Laba per unit produk i
a. Target cost Lemari 2 Pintu
TCi = Rp. 1.250.000 – (30%x Rp. 1.250.000)
TCi = Rp. 875.000
b. Target cost Lemari 3 Pintu
TCi = Rp. 1.500.000 – (30%x Rp. 1.500.000)
TCi = Rp. 1.050.000
56
Tabel 4.13 Perbandingan Biaya Menurut Perusahaan dengan Target Costing
dalam Penjualan Lemari UD Winda
Sumber : Hasil Olahan Data
Berdasarkan table 4.13 yang merupakan hasil perbandingan total biaya
yang dikeluarkan oleh perusahaan dan perhitungan total biaya yang dikeluarkan
dengan Metode Target Costing. Berdasarkan perbandingan diatas, maka dapat
dikatakan bahwa perhitungan biaya dengan menggunakan penerapan metode
target costing lebih efisien dibandingkan dengan perhitungan biaya yang
dilakukan perusahaan selama ini.
D. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan Target
costing dapat dijadikan sebagai alat bantu untuk mencapai target laba
perusahaan, dan dari rumusan masalah pada bab sebelumnya maka dapat
dijelaskan bahwa apakah penerapan Metode Analisis Target Costing dapat
dijadikan sebagai system pengendali Biaya Produksi Pada Produksi Mebel
Winda Di Malino Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan ?
Dapat dilihat pada tabel 4.1 sampai dengan tabel 4.9, telah di lampirkan
besarnya biaya bahan baku, Biaya tenaga kerja, dan Biaya overhead pabrik.
Jenis Mebel
Besarnya Biaya
Menurut
Perusahaan (Rp)
Besarnya Biaya
Menurut Target
Costing (Rp)
Penghematan Biaya
Rp %
Lemari 2 Pintu 971.620 875.000 96.620 9,94
Lemari 3 Pintu 1.209.119 1.050.000 159.119 13,15
57
Dimana masing-masing biaya tersebut di bagi dengan total produksi masing-
masing dengan tujuan untuk mendapatkan besarnya biaya untuk satu buah
lemari. Oleh karenanya di dapatkan biaya bahan baku untuk pembuatan lemari 2
pintu sebesar Rp. 660.000 sedangkan biaya bahan baku untuk pembuatan
lemari 3 pintu sebesar Rp. 825.000. kemudian untuk biaya tenaga kerja sebesar
Rp. 240.000 untuk pembuatan lemari 2 pintu dan Rp. 300.000 untuk pembuatan
lemari 3 pintu sedangkan untuk biaya overhead pabrik yaitu Rp. 54.954 untuk
lemari 2 pintu dan Rp. 67.453.
Untuk Biaya Pemasaran Usaha Winda yang dimana terdiri atas biaya
pengiriman sebesar Rp. 100.000 untuk satu kali pengantaran. Pada tabel 4.10 di
sajikan hasil perhitungan biaya per mebel dimana total biaya/harga pokok untuk
lemari 2 pintu sebesar Rp. 971.620 dan Rp. 1.209.119 untuk lemari 3 pintu. Dari
hasil perhitungan biaya per mebel disajikan margin laba menurut perusahaan
yaitu sebesar 28,65 % untuk lemari 2 pintu dan 24,05 % untuk lemari 3 pintu
yang di mana margin laba tersebut belum memenuhi presentase laba yang
diinginkan usaha winda sebesar 30%.
Dari hasil perbandingan antara biaya produksi mebel yang di keluarkan
perusahaan dengan biaya menurut metode penggunaan Target costing,
Sebelumnya perlu diketahui bahwa target Keuntungan Perusahaan sebesar 30%
dari harga jual, Sedangkan menurut Perusahaan biaya yang dikeluarkan dalam
memproduksi lemari 2 pintu sebesar Rp. 971.620 atau 28,65 % sedangkan untuk
lemari 3 pintu sebesar Rp.1.209.119 atau 24,05 % yang di mana tidak memenuhi
target perusahaan. Biaya atau harga pokok untuk lemari 2 pintu yang
dikeluarkan menurut Target costing sebesar Rp. 875.000 atau 42,85 %
sedangkan biaya atau harga pokok untuk lemari 3 pintu yang dikeluarkan
58
menurut Target Costing sebesar Rp. 1.050.000 atau 42.85 % yang di mana telah
memenuhi target perusahaan.
Dapat dilihat dari total Biaya Produksi Perusahaan bahwa besarnya biaya
untuk pembuatan lemari 2 pintu sebesar Rp. 971.620 dan Rp. 1.209.119 untuk
pembuatan lemari 3 pintu (angka tersebut diperoleh dengan menjumlahkan
seluruh biaya yang termasuk dalam kegiatan produksi) sedangkan menurut
target costing untuk pembuatan lemari 2 pintu sebesar Rp. 875.000 dan Rp.
1.050.000 untuk pembuatan lemari 3 pintu. Serta diperoleh penghematan
masing- masing sebesar Rp. 96.620 untuk lemari 2 pintu dan untuk lemari 3 pintu
sebesar Rp. 159.119. Dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa penerapan
target costing dapat meningkatkan efisiensi biaya produksi mebel. Oleh karena
itu Metode Target costing dapat di jadikan alat bagi UD. Winda dalam
mengendalikan biaya produksi sehingga dapat mencapai target laba yang
dinginkannya.
Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa target costing merupakan
alternatif yang baik dalam upaya menurunkan atau menekan biaya sesuai
dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Iyeh Supriyatna (2010),
dimana penelitian tersebut mengemukakan keberhasilan metode taget costing
dalam upaya penurunan biaya perusahaan dengan menggunakan analisis value
engineering atau rekayasa nilai produk pada tahap desain yang sangat
menentukan karena sebagian besar biaya produk ditentukan dan diantisipasi
pada tahap desain. Dalam penelitian tersebut membahas usaha-usaha
penurunan biaya pada tahap produksi di perusahaaan garmen yang dilakukan
dengan menekan pemborosan-pemborosan pada saat pengadaan barang,
59
penyimpanan bahan, proses pemakaian bahan dan penjahitan, dan pada proses
pengemasan dan penyerahan produk ke pasar.
Kalkulasi biaya-biaya pada sub-bab sebelumnya merupakan gambaran
atau deskripsi dari penerapan metode target costing sebagai alternatif yang
penulis rekomendasikan kepada perusahaan agar dapat menekan biaya
produksinya guna mendapatkan keuntungan sesuai dengan target laba yang
diinginkan perusahaan, jika perusahaan ingin mendapatkan keuntungan
maksimum perusahaan perlu mengaplikasikan metode tersebut, namun semua
keputusan adalah hak dari kepala perusahaan untuk menerapkan metode apa
yang harus digunakannya agar perusahaan dapat mendapatkan keuntungan
yang maksimal.
Biaya target per unit adalah harga target dikurangi penghasilan operasi
target per unit. Penghasilan operasi target per unit adalah penghasilan operasi
yang merupakan sasaran yang ingin diperoleh perusahaan per unit produk atau
jasa yang dijual. Biaya target per unit adalah perkiraan biaya jangka panjang per
unit atas sebuah produk atau jasa yang membuat perusahaan mampu mencapai
penghasilan operasi target per unit saat menjual pada harga target, sebuah
penentuan harga berbasis pasar adalah penentuan harga target. Pada rencana
dan kebijakan perusahaan sebelumnya yang sifatnya masih sederhana dan tidak
terdapat perencanaan manajemen yang baik untuk mengendalikan biaya yang
seharusnya dikeluarkan perusahaan, perusahaan perusahaan hanya terfokus
pada penyediaan bahan baku utama berupa kayu yang harus selalu tersedia
ketika perusahaan akan memproduksi produk lemari, tanpa memberi rencana
yang tepat bahwa dalam waktu kurun waktu tertentu perusahaan harus memiliki
berapa banyak persediaan bahan baku. Kejadian tersebut menyebabkan tidak
60
terkendalinya biaya-biaya yang seharusnya terjadi, sehingga perusahaan sulit
untuk merencanakan berapa banyak atau berapa jumlah keuntungan yang
seharusnya menjadi target perusahaan. Begitu pula dalam menentukan harga
jual atau dalam perhitungan biaya produksi, sebelumnya perusahaan
menerapkan kebijakan yang tergolong metode traditional cost.
Perusahaan hanya melihat biaya-biaya yang langsung terjadi ketika
melakukan aktifitas produksi, tanpa melihat faktor biaya lain seperti biaya
overhead pabrik. Harga produk yang terjadi pun hanya didapat dari
pengakumulasian biaya-biaya yang langsung terjadi dan harga ditentukan sesuai
berkembangnya harga di pasaran. Berdasarkan hasil penelitian dalam
menerapkan metode target costing pihak Usaha Winda dapat merencanakan
bagaimana mendesain ulang biaya sedemikian rupa mulai dari mengganti faktor-
faktor yang mempengaruhi tingginya biaya yang terjadi pada desain biaya produk
sebelumnya. Harga target yang dihitung dengan menggunakan informasi dari
pelanggan dan pesaing menjadi dasar untuk menghitung biaya target. Sehingga
dapat dijadikan tolak ukur dimana perusahaan dapat dengan mudah melihat
sejauh mana perusahaan menentukan standarisasi harga dan kualitas produk.
Melalui pengendalian biaya, penerapan target costing dilakukan dengan
mengidentifikasi berapa harga yang diinginkan pasar dan kemudian mendesain
produk yang bersedia dibayar oleh pasar tersebut. Dalam hal ini perusahaan
menetapkan harga jual yang terbaru dan masih berlaku pada pasar dari produk
tersebut, maka dari itu dengan metode target costing perusahaan akan dapat
lebih mudah untuk mencapai laba yang ditargetkan yaitu sebesar 30% dari setiap
satu unit produk yang dipasarkan.
61
62
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dan perhitungan, maka dapat ditarik
beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil perhitungan mengenai penerapan target costing,
menunjukkan bahwa penerapan target costing pada Usaha Dagang
Winda lebih efisien jika dibandingkan dengan yang dilakukan oleh
perusahaan selama ini, dan juga merupakan alternatif yang baik bagi
erusahaan untuk menekan biaya produksinya, dimana dengan penerapan
target costing, perusahaan dapat memperoleh penghematan biaya
sebesar 9% hingga 13% dari biaya yang dikeluarkan sebelum
menggunakan metode target costing.
2. Biaya produksi pembuatan lemari 2 pintu pada UD. Winda sebesar Rp.
971.620, sedangkan besarnya biaya produksi dengan menggunakan
metode Target Costing adalah Rp. 875.000. Biaya produksi pembuatan
lemari 3 pintu pada UD. Winda sebesar Rp. 1.209.119, sedangkan
besarnya biaya produksi dengan menggunakan metode Target Costing
adalah Rp. 1.050.000.
3. Penerapan metode target costing pada UD Winda dapat berperan
sebagai alat pengendalian biaya produksi. Hal ini ditunjukkan dengan
penurunan harga pokok produksi pembuatan Lemari dimana untuk
pembuatan lemari 2 pintu diperoleh penurunan sebesar Rp. 92.620 dan
untuk pembuatan lemari 3 pintu sebesar Rp. 159.119. Penurunan biaya
itu tidak mengubah kualitas hasil produksi dan memungkinkan
63
peningkatan laba yang optimal dengan tetap mengacu pada harga jual
kompetitif di pasar.
B. Saran
1. Saran Untuk Pemilik Usaha
Untuk mencapai Target Costing yang diinginkan, maka disarankan untuk
mengontrol penggunaan bahan baku dan bahan baku pendukung dalam
proses produksi pembuatan lemari. Ini dilakukan untuk menghindari bahan
baku dan pendukung yang terbuang percuma.
2. Saran Untuk Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti berikutnya penulis menyarankan untuk lebih memvariasikan
variable-variabel yang dapat dihubungkan dengan penerapan metode target
costing dan juga menggunakan kedua metode pengendalian biaya yang
termasuk dalam teknik analisis target costing yaitu kaizen costing dan value
engineering, karena pada penelitian ini masih menggunakan variable-variabel
yang tidak jauh berbeda dari peneliti-peneliti sebelumnya serta hanya
menggunakan metode pengendalian biaya value engineering saja. Serta
mempersiapkan penelitian tersebut dengan seksama mulai dari lamanya
waktu penelitian hingga periode data yang diperoleh dari perusahaan agar
lebih akurat dalam mendapatkan hasil penelitian dari target costing secara
lebih mendalam.
64
64
DAFTAR PUSTAKA Alimuddin. 2012. Analisis Pendekatan Target Costing Sebagai Alat Penilaian
Efisiensi Produksi Semen Tonasa Kabupaten Pangkep. Skripsi. Universitas Hasanuddin Makassar.
Apriyanti , E. 2014. Penerapan Metode Target Costing Dalam Perhitungan
Harga Pokok Produksi PT. Semen Gresik (Persero). Skripsi. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya.
Bustami, Bastian dan Nurlela. 2012. Manajemen Biaya. Edisi 4. Salemba
Empat, Jakarta. Caroline, T. C. dan Wokas, H. R. N. 2016. Analisis Penerapan Target Costing
dan Activity-Based Costing Sebagai Alat Bantu Manajemen Dalam Pengendalian Biaya ProduksiI Pada UD. Bogor Bakery. Universitas Sam Ratulangi. Jurnal EMBA. Vol 4, No 1
Gerungan, Henri Paulus. 2013. “Pendekatan Target Costing Sebagai Alat
Penilaian Efisiensi Produksi Pada PT. Tropica Cocoprima”. Jurnal EMBA, Vol.1 No.3.
Hafid, C. 2017. Analisis Harga Pokok Produksi dan Penerapan Target Costing
Pada UD Wajuku Makassar. Skripsi. Universitas Hasanuddin Makassar.
Horngren at al. 2008. Akuntansi Biaya Jilid 1. Erlangga. Jakarta. Krismiaji dan Aryani, Y. 2011. Akuntansi Manajemen. Edisi 2. Unit Penerbit dan
Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN. Yogyakarta. Kusumadewi, F. 2012. Analisis Pendekatan Target Costing Sebagai Alat Untuk
Melakukan Efisiensi Produksi Pada Askha Jaya Lampung. Skripsi. Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Lestari, W. 2015. Analisis Penerapan Target Costing Untuk Pengendalian Biaya
Service Pada CV. Mahakam Jaya Safety. Jurnal EMBA. Longdong, F. M. 2016. Penerapan Target Costing Dalam Perencanaan Biaya
Produksi Pada CV. Sinar Mandiri. Universitas Sam Ratulangi. Jurnal EMBA. Vol 4, No. 1
Lucky, Herdinasari Luvina. 2011. “Target Costing Dalam Perhitungan Harga
Pokok Produksi Pada Pembuatan Tikar Tenun CV. Elresas Di Lamongan”. Skripsi. Universitas Airlangga.
Malue, J. 2013. Analisis Penerapan Target Costing Sebagai Sistem
Pengendalian Biaya Produksi Pada PT. Celebes Mina Pratama, Manado. Universitas Sam Ratulangi. Jurnal EMBA 957. Vol.1, No.3.
65
65
Mulyadi. 2012. Akuntansi Biaya. Edisi 5. Yogyakarta:UPP STIM YKPN. Rahmaji. 2013. Penerapan Activity-Based Costing System Untuk Menentukan
Harga Pokok Produksi Pada PT. Celebes Mina Pratama. Jurnal Emba Vol 1, No. 3
Rahmat, M. A. 2013. Penerapan Target Costing dalam Penentuan Tarif Kamar
untuk Mengoptimalkan Perencanaan Laba pada UB Hotel Malang. Jurnal EMBA. Vol 2, No 2
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B. Bandung:
Alfabeta. Supriyadi, H. 2013. Penerapan Target Costing dalam Upaya Pengurangan
Biaya Produksi Untuk Peningkatan Laba Perusahaan (Studi Kasus Pada Usaha Dagang Eko Kusen). Skripsi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Hidayatullah Jakarta.
Supriyono. 2000. Akuntansi Biaya: Perencanaan dan Pengendalian Biaya Serta
Pembuatan Keputusan. Edisi Kedua. BPEF, Yogyakarta.
66
LAMPIRAN
68
PEDOMAN WAWANCARA SEMI TERSTRUKTUR
A. IDENTITAS INFORMAN
Nama Informan : Dedy Akbar Herianto
Jenis kelamin : Laki-Laki
Usia : 23 Tahun
NIM : 105730492014
Fakultas / Jurusan : Ekonomi / Akuntansi
PTS : Universitas Muhammadiyah Makassar
Judul Penelitian : Analisis Penerapan Target Costing Sebagai
Sistem Pengendalian Biaya Produksi Pada Produksi
Mebel Winda Di Malino Kabupaten Gowa Sulawesi
Selatan
B. PENDAHULUAN
1. Memperkenalkan diri.
2. Menjelaskan maksud dan tujuan wawancara disertai dengan manfaat
penelitian dan menjelaskan bahwa kerahasiaan informan terjamin.
3. Melakukan kontrak wawancara, menawarkan waktu wawancara 20 menit
sampai 30 menit.
C. PERTANYAAN WAWANCARA
Setelah menyampaikan maksud dan tujuan, selanjutnya peneliti mewawancarai
informan dengan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1. Siapa Nama Pemilik UD. Winda?
- H. Kamaruddin
2. Tahun berapa UD Winda Mulai Beroperasi atau menjalankan usahanya, dan
dimana lokasi pertama tempat usahanya?
- Tahun 2004, di Rumah Sendiri
3. Berapa orang tenaga kerjanya? Sebutkan nama dan tugas pokok masing-
masing.
Ada 5 orang karyawan
- Dg. Naba (Pembuatan Rangka)
69
- Kadir (Pembuatan Rangka)
- Atong (Penyelesaian)
- Immang (Penyelesaian)
- Rizal (Penyelsaian)
4. Siapa yang berperan sebagai bendahara?
- Yang berperan sebagai bendahara adalah pemilik (H. Kamaruddin)
5. Berapa omset yang didapatkan dari usaha dagang tersebut dalam jangka
waktu satu tahun?
- Omset yang diperoleh selama setahun kurang lebih 100 – 120 Juta
tergantung banyaknya penjualan Lemari.
6. Apakah pernah mengalami penurunan omset di bulan atau tahun-tahun
sebelumnya?
- Pernah di tahun 2013 karna semakin banyaknya yang membuat usaha
sejenis
- Antara Bulan Januari – April (Musim Hujan)
7. Berapa persentase keuntungan yang diinginkan dari penjualan produk
tersebut?
- 30%
8. Metode apa yang biasa digunakan sebagai penentu biaya produksi untuk
menentukan harga jual ? Metode traditional cost atau cost-plus pricing
ataukah metode biaya standar ? Atau adakah metode yang lain
- Traditional Cost
9. Berapa jumlah jam kerja dalam sehari ?
- Jam kerja dimulai pukul 08.00 – 17.00 Wita
10. Mengenai biaya-biaya langsung:
a. Berapa total biaya bahan baku yang diperlukan dalam sebulan?
Rp. 8.000.000 sampai dengan Rp. 10.000.000
70
b. Berapa biaya gaji tenaga kerja langsungnya dan bagaimana sistem
penggajiannya?
- Gaji karyawan sebesar Rp. 300.000 sampai dengan Rp. 500.000
(tergantung kerumitan lemari yang dikerjakan)
11. Mengenai biaya overhead pabrik:
a. Berapa biaya sewa bangunan, listrik, air, dan telpon?
- Biaya listrik pada UD Winda masih menyatu dengan biaya listrik rumah
sebesar Rp. 400.000 perbulan
- Biaya Telpon Rp. 100.000 perbulan
b. Berapa biaya yang dikeluarkan untuk pengangkutan penjualan dan biaya
angkut pembelian?
- Biaya pengangkutan tergantung dari tempat pemasaran
Manipi : Rp. 200.000
Tombolo : Rp. 100.000
Sedangkan untuk angkut pembelian tergantung dari jarak pengantaran
12. Dari manakah bahan baku tersebut didapat?
- Bahan baku di dapatkan dari Takalar
Kayu Jati Putih dengan Harga Rp. 55.000 (Ukuran 4 Meter)
13. Seberapa luas jangkauan pasar dari Usaha Dagang WINDA?
Manipi, Tombolo dan Malino
14. Bagaimana proses produksi untuk produk kusen tersebut?
1. Pembuatan Rangka
2. Pembuatan kaki Mebel
3. Pembuatan Badan
4. Penyelesaian (Pernis, Cat dll)
71
15. Berapa harga untuk mebel yang anda jual ?
- Harga Lemari
Lemari 2 Pintu Rp. 1.250.000
Lemari 3 Pintu Rp. 1.500.000
D. PENUTUP
1. Menyimpulkan hasil wawancara
2. Menyampaikan terima kasih
3. Mengakhiri wawancara.
73
DOKUMENTASI
74
75
76
PERHITUNGAN PRESENTASE LABA PERUSAHAAN
Rumus :
Presentase laba =
x 100 %
1. Lemari 2 pintu
Presentase laba =
x 100 %
=
x 100 %
= 28,65 %
2. Lemari 3 pintu
Presentase laba =
x 100 %
=
x 100 %
= 24,05 %
77
PERHITUNGAN PRESENTASE LABA DENGAN TARGET COSTING
Rumus :
Presentase laba =
x 100 %
1. Lemari 2 pintu
Presentase laba =
x 100 %
=
x 100 %
= 42,85 %
2. Lemari 3 pintu
Presentase laba =
x 100 %
=
x 100 %
= 42,85 %