skripsi analisis kebijakan pengelolaan keuangan sektor
TRANSCRIPT
SKRIPSI
ANALISIS KEBIJAKAN PENGELOLAAN KEUANGAN SEKTOR
PUBLIK DALAM MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE DI
PEMERINTAH KOTA MAKASSAR
Ade Irma Suriani
10573 02414 11
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIAH MAKASSAR
2015
vii
DAFTAR ISI
HALAMA JUDUL. ................................................................................................. i
PERSETUJUAN PEMBIMBING........................................................................... ii
MOTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................................... iii
ABSTRAK ............................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR .............................................................................................v
DAFTAR ISI. ........................................................................................................ vii
I.PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah...............................................................................1
B. Rumusan masalah. .......................................................................................7
C. Tujuan penelitian..........................................................................................7
D. Manfaat penelitian........................................................................................7
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Sistem Pemerintahan di Indonesia ...............................................................9
B. Manfaat dan Kinerja Pemerintahan (sektor publik) ...................................11
1. Kinerja Sektor Publik ..........................................................................11
2. Manfaat kinerja Sektor publik.............................................................12
C. GOOD GOVERNANCE
1. Good governance ................................................................................15
2. Mewujudkan Good Governance ........................................................18
D. Good Governance di Pemerintahan Daerah...............................................22
E. Konsep Asas Pemerintahan Daerah ...........................................................23
F. KERANGKA PEMIKIRAN ......................................................................32
viii
G. HIPOTESIS................................................................................................33
III. METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Daerah Penelitian...............................................................34
B. Metode pengumpulan data. ..................................................................34
C. Jenis dan sumber data...........................................................................35
1.jenis data............................................................................................35
2.sumber data. ......................................................................................35
D. Metode Analisis.....................................................................................34
IV. STRUKTUR ORGANISASI
A. Gambaran Umum Kota Makassar ........................................................37
B. Tugas, funsi, dan struktur Organisasi BPKA .......................................37
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kebijakan Pengelola Keuangan Sektor Publik......................................50
B. Penerapan Prinsip Good Gonernance di Pemerintah Kota Makassar....51
C.Penggunaan Informasi keuangan Kota Makassar...................................54
D. Laporan Realisasi Anggaran di pemda kota Makassar .........................56
E. Neraca Pemerintah Kota Makassar ........................................................58
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan...........................................................................................59
B. Saran.....................................................................................................60
DAFTAR PUSTAKA. ...........................................................................................61
iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“Sesunggunya setelah ada kesulitan ada kemudahan,
setelah kesulitan ada kemudahan” (QS:Alinsyirah5-6)
“Hiduplah bagai lilin, dia rela berkorban demi untuk
menerangi sekitarnya”
“Barang siapa ingin do'anya terkabul dan dibebaskan dari
kesulitannya hendaklah dia mengatasi (menyelesaikan)
kesulitan orang lain”(HR.Ahmad)
Skripsi ini dipersembahkan untuk
Papah, mamah, keluarga tercinta,
Saudara dan sahabat, dan orang-orang
Yang telah memberi kasih sayangnya
Kepada penulis sehingga penulis dapat
Melayani hidup dengan lebih semangat
Optimis berwarna dan bertujuan.
iv
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara emprimis pengaruh penyajianlaporan keuangan daerah dan aksebilitasi laporan keuangan terhadap penggunaaninformasi keuangan daerah oleh para para pengguna informasi. Laporan keuanganmerupakan komponen penting yang harus diungkapkan oleh pemerintah daerahsejak otonomi daerah mulai diberlakukan oleh pemerintah pusat. Dan sudahmenjadi kunsekuensi jika laporan keuangan itu merupakan refleksi dari komitmenpemerintah daerah untuk menjalankan mandat dari masyarakat dan mewujudkangood governance di pemerintah daerah itu sendiri.
Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Pemerintah Kota Makassar (Walikota)dengan metode pengumpulan data melalui kuisioner. Kuisioner dalam penelitianini digunakan ditunjukan kepada para pengguna informasi laporan keuangandaerah di pemerintah kota Makassar dengan respon dari para pegawai Negeri sipil. Hasil dari pengujian hipotesi di dalam penelitian ini menujukkan bahwapenyajian laporan keuangan daerah secara signifikan berpengaruh positif terhadappenggunaan informasi keuangan daerah oleh para pengguna informasi. Sementaraaksebilitasi laporan keuangan berpengaruh positif dan signifikan terhadappenggunaan informasi keuangan daerah. Secara simultan penyajian laporankeuangan daerah dan aksebilitasi laporan keuangan berpengaruh dan signifikanterhadap penggunaan informasi keuangan daerah.
Kata Kunci: Good Governanc
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan berkah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kebijakan Pengelolaan
Keuangan Sektor Publik dalam Mewujudka Good Governance di
Pemerintah Kota Makassar”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat
untuk menyelesaikan program studi Strata (S1) pada Fakultas Ekonomi Dan
Bisnis Universitas Muhammadiah Makassar.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak mungkin terselesaikan dengan baik
tanpa adanya dukungan, bantuan, bimbingan serta do’a dari berbagai pihak selama
menyusun skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis hendak menyampaika
terimakasih kepada:
1. Bpk. Dr. H. Muhmud Nuhung, M.A selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Muhammadiah Makassar
2. Bpk. Drs. Hamsah Limpo, MS selaku dosen pembimbing dengan sabar
selalu memberi masukan, semangat dan koreksi sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
3. Bpk . Ismail Badollahi, SE,M.SI.Ak.CA selaku dosen pembimbing dengan
sabar selalu memberi masukan, semangat dan koreksi sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan.
vi
4. Bapak-bapak dan ibu-ibu Pegawai Negeri sipil kantor Pemerintah Daerah
Kota Makassar (Walikota) yang bersedia meluangkan waktunya untuk
menjadi reponden pada penelitian ini.
5. Seluruh staf pengajar, pegawai TU, Petugas Administrasi dan seluruh
pegawai Fakultas Ekonomi yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang
telah membantu penulis, selama proses kuliah di FE tercinta ini.
6. Keluarga tercinta: Papah, mamah, adik dan keluarga yang selalu
mendo’akan penulis, memberi, nasehat-nasehat yang membuat penulis
lebih semangat.
7. Sahabat-sahabat yang telah meluangkan waktunya untuk menemani dan
menunggu selama penulis mengerjakan skripsi.
Makassar Mei 2015
Penulis
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Paradigma atau pandangan masyarakat umumnya membentuk suatu
pengertian tertentu dalam dinamika perkembangan kehidupan masyarakat, bahkan
dapat mengembangkan prinsip atau pengertian tertentu menjadi lebih luas atau
lebih rinci. Paradigma baru di dalam perkembangan kehidupan masyarakat
modern, antara lain: adanya keterbukaan transparansi, peningkatan efiensi,
tanggung jawab yang lebih jelas responsibility, dan kewajaran farnes. Paradigma
tersebut merupakan akibat perkembangan proses demokrasi dan profesionalisme
di dunia. Proses reformasi dan krisis multidimensional (ekonomi, moneter,
hukum, dan politik) di Indonesia sering disebut Good Governance (tata kelola
pemerintahan yang baik). Paradigma tersebut mendorong adanya reformasi
manajemen keuangan daerah di tandai dengan adanya otonomi daerah serta
dikeluarkan berbagai undang-undang dan peraturan pemerintah.
Otonomi daerah di Indonesia yang di dasarkan pada undang-undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor
33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara Pemerintah pusat dan dan
Daerah yang membuka peluang yang luas bagi daerah untuk mengembangkan dan
membangun daerahnya sesuai dengan kebutuhan dan prioritasnya masing-masing.
Dengan berlakunya kedua undang-undang tersebut di atas membawa konsekuensi
bagi daerah dalam bentuk pertanggung jawaban atas pengalokasian dana yang
2
.
dimiliki, khususnya dalam upaya peningkatan kesejahtraan dan pelayanan umum
kepada masyarakat.
Proses penyelenggaraan kekuasaan negara dalam melaksanakan
penyediaan public good and services merupakan bagian dari Good Governance.
Agar Good Governance kenyataan dan sukses, dibutuhkan komitmen dari semua
pihak yaitu pemerintah dan masyarakat. Good Governance yang berkualitas
menuntut adanya koordinasi yang baik integritas, profosionalisme, serta etos kerja
dan moral yang tinggi terselenggaranya Good Governance merupakan persyaratan
utama untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dalam mencapai tujuan dan cita-
cita bangsa dan negara. Dalam rangka itu di perlukan pengembangan dan
penerapan sistem pertanggung jawaban yang tepat, jelas, dan nyata sehingga
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dapat berlangsung secara
berdaya guna, berhasil guna, bersih, bertanggung jawab serta bebas dari KKN.
Dalam suatu Good Governance, akuntabilitas suatu instansi
pemerintahan merupakan suatu perwujudan kewajiban untuk
mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi intansi
yang bersangkutan.
Peran utama sektor publik adalah menyediakan informasi akuntansi yang
akan digunakan oleh manejer publik dalam melakukan fungsi perencanaan dan
pengendalian organisasi. Informasi-informasi diberikan sebagai alat atau sarana
untuk untuk menjalankan funsi-fungsi sehingga tujuan pemerintah dapat tercapai.
Pada dasarnya prinsip akuntansi sektorpublik tidak berbeda dengan
prinsip akuntansi yang diterapkan pada sektor swasta. Akan tetapi aharus diingat
3
.
bahwa sektor publik memiliki perbedaan sifat dan krakteristik dengan sektor
swasta, sehingga penerapan tehnik akuntansi secara langsung tanpa madifikasi.
Perencanaan sektor publik sangat penting dilakukan untuk
mengantisipasi keadaan di masa yang akan datang. Bagi tiap-tiap jenis organisasi,
sistem perencanaan berbeda-beda tergantung pada tingkat ketidakpastian dan
ketidakstabilan lingkungan yang dihadapi organisasi, maka diperlukan sistem
perencanaan yang semakin kompleks dan canggih.
Dalam organisasi sektor publik, lingkungan yang mempengaruhi sangat
heterogen. Faktor politik dan ekonomi sangat dominan dalam mempengaruhi
tingkat kestabilan organisasi. Informasi akuntansi diperlukan untuk membuat
prediksi-prediksi dan etimasi mengenai kejadian ekonomi yang akan datang
dikaitkan dengan keadaan ekonomi dan politik saat ini.
Karena sebagian besar biaya yang terjadi di sektor publik, maka peran
manejer publik sangat penting dalam mengendalikan biaya. Akuntansi sektor
publik sangat erat dengan proses pemilihan program penenruan biaya. Akuntansi
sektor publik juga berfungsi untuk mempasilitasi dihasilkannya anggaran sektor
publik yang efektif, efisien, dan ekonomi.
Salah satu upaya untuk menilai akuntabilitas kinerja tersebut adalah
dengan dilakukannya reformasi anggaran sektor publik. Penganggaran sektor
publik terkait dengan proses penentuan jumlah alokasi dana untuk tiap-tiap
program dan aktivitas dalam satuan moneter. Tahap penggaran menjadi sangat
penting karena anggaran yang tidak efektif dan tidak bererientasi pada kinerja
dapat menggagalkan perencanaan yang sudah disusun. Anggaran sektor publik
4
.
dibuat untuk membantu meningkatkan kesejahtraan masyarakat dengan
menentukan tingkat kebutuhan masyarakat agar terjamin secara layak.
Kinerja aparatur pemerintahan akhir-akhir ini banyak menjadi sorotan,
terutama sejak timbulnya iklim yang lebih demokrasi dalam pemerintahan. Rakyat
mulai mempertanyakan akan nilai yang mereka peroleh atas pelayanan yang
dilakukan oleh oparatur pemerintah selama ini. Pengukuran akuntabilitas aparatur
pemerintah dalam menjalangkan tugas pokok dan fungsinya sulit dilakukan secara
objektif karena belum tersedianya suatu sistem pengukuran yang
mengimformasikan tingkat keberhasilan organisasi serta masih adanya anggapan
bahwa keberhasilan kinerja suatu intansi pemerintahan tergantung dari
kemampuan instansi tersebut menyerap anggaran tanpa mengukur hasil maupun
dampak yang dicapai dari pelaksanaan program. Oleh karena itu, perlu
dikembangkan suatu model pengukuran kinerja yang membantu memberikan
informasi atas efektivitas dan efesiensi pencapaiyan kinerja suatu organisasi
sebagai bahan pertanggungjawaban kepala pemerintahan terhadap masyarakat
melalui lembaga legislatif.
Sesuai dengan amanat peraturan pemerintah kinerja Nomor 58 Tahun
2005 tentang pengelolaan Keuangan Daerah yang telah dijabarkandalam
keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang pedoman
pengelolaan keuangan daerah serta tata cara penyusunan anggaran dan pendapatan
belanja daerah, yang secara substantif memberikan pedoman bagi pelaksanaan
sistem anggaran berbasis performance hudget, yaitu suatu sisitem anggaran yang
mengutamakan upaya pencapaiyan hasil kinerja dari perencanaan alokasi biaya
5
.
yang telah ditetapkan. Melalui pengukuran kinerja diharapkan intansi pemerintah
dapat mengetahui, mengukur, dn mengevaluasi kinerja dalam suatu periode
tertentu. Sehingga penghargaan dan tindakan disiplin dapat dilakukan lebih
objektif.
Kota makassar sebagi ibukota provinsi sulawesi selatan selatan dalam
basis dinamika perputaran modal dalam pasar ekonomi dan mainstream politik
kota makassar merupakan sentral kekuasaan politk dan kekuasaan ekonomi
sehingga dikalim oleh beberapa pemangku kekuasaan birokrasi pemerintahan
sebagai pintu gerbang Kawasan Timur Indonesia, dalam pemerintahan kota
makassar untuk mewujudkan Good Governance pemerintah akan menghadapi
globalisasi yang sarat debgan persaingan liberalisme arus, informasi, investasi,
modal, tenaga kerja, dan budaya.
Di sisi internal pemerintah kota makassar akan menghadapi masyarakat
yang semakin cerdas dan masyarakat yang semakin banyak tuntutannya.
Pemeberian otonomi daerah akan mengubah perilaku pemerintahdaerah untuk
lebih efesien dan propesional.
Jika kita melakukan introspeksi terhadap kondisi indonesia. Khususnya
praktik manajemen dan administrasi publik memang belum baik. Pelayanan
publik (publik service) yang buruk, ekonomi yang sangat birokratis. Kebocoran
anggaran, membudayakan korupsi, kolusi. Dan repotisme (KKN) merupakan
bukti kacaunya sistem manajemen keuangan publik. Buruknya manajemen
keuangan publik juga dialami oleh perusahaan milik pemerintah. Negara ini
sebenarnya memiliki kekayaan alam, kekayaan seni dan budaya. Serta sumber
6
.
daya manusia yang sangat potensial. Akan tetapi tidak dikelola dengan baik
sehingga tidak dapat menciptakan kesehjahtraan masyrakatanya. Pemerintah perlu
berfikir ulang untuk menentukan konsep pembangunan yang demokratis dan
memberi ruang bagi partisipasi publik.
Kebijakan pengelolaan keuangan di pemerintah kota Makassar
pelaksanaan pengelolaan keuangan dapat dipandang sebagai strategi yang
memiliki tujuan ganda, strategi untuk memperkuat perokonomian daerah dalam
rangka memperkokoh perekonomian nasional untuk menghadapi era perdagangan
bebas, secara internal masyarakat tengah dilanda ancaman disentegrtis bangsa,
dan kepanikan publik yang diakibatkan lemahnya keamanan dan ketertiban
umum.
Reformasi keuangan daerah berhubungan dengan perubahan sumber-
sumber pembiayaan pemerintah daerah yang meliputi perubahan sumber-sumber
penerimaan keuangan daerah, reformasi keuangan daerah juga akan berdampak
pada perlunya dilakukannya reformasi anggaran daerah.
Pemerintah fokus pada pemberian pengarahan bukan produksi pelayanan
publik. Pemerintah daerah harus menyediakan beragam pelayanan publik, tetapi
tidak harus terlibat secara langsung dengan proses produksinya (providing).
Sebaliknya pemerintah daerah memfokuskan diri pada pemberian arahan,
sedangkan produksi pelayanan publik diserahkan pada pihak swasta dan sektor
ketiga (lembaga swadaya masyarakat dan nonfrofit lainnya).
7
.
Berkaitan dengan uraiyan tersebut, maka penulis tertarik meneliti judul:
“Analisis Kebijkan Pengelolaan Keuangan Sektor Publik dalam Mewujudkan
Good Governance di Pemerintahan Daerah Kota Makassar”.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian terdahulu, maka sebagaimana masalah pokok pada penelitian
yang akan diadakan adalah Sistem tata cara pengelolaan keuangan daerah dalam
mewujudkan good governance di pemerintah kota makassar.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan diatas, maka
maksud serta tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui pengelolaan
keuangan sektor publik dalam mewujudkan good governance di pemerintahan
daerah kota makassar
D. Manfaat Penelitian
Penelitian yang penulis ini lakukan ini diharapkan akan mempunyai
manfaat bagi semua pihak, antara lain:
1. Manfaat Teoritis, Dapat mengetahui implementasi kebijakan terhadap
otonomi daerah pada kantor pemerintahan daerah kota makassar. Dapat
mengetahui penerapan good governance terhadap pelaksanaan otonomi
daerah pada kantor pemerintahan kota makassar
2. Manfaat praktis, Memperluas dan meningkatkan pengetahuan penulis
serta wawasan penulis mengenai masalah-masalah implementasi kebijakan
dan penerapan good governance dalam pelaksanaan otonomi daerah.
8
.
Sebagai referensi ilmiah bagi penelitian selanjutnya yang berminat untuk
melakukan penelitian yang sejenis
3. Sistem pengelolaan keuangan pemerintah daerah diharapkan menggunakan
peraturan pemerintah dan peraturan daerah yang berhubungan dengan
sistem pengelolaan sehingga terwujudnya good governance.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sistem Pemerintahan di Indonesia
Indonesia merupakan sebuah negara kesatuan yang menerapkan otonomi
kepada daerah atau desentralisasi yang sedikit mirip dengan negara
serikat/federal. Namun terdapat perbedaan-perbedaan yang menjadikan keduanya
tidak sama. Otonomi daerah bisa diartikan sebagai kewajiban yang dikuasakan
kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurusi sendiri pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat menurut aspirasi masyarakat untuk
meningkatkan daya guna dan juga hasil guna penyelenggaraan pemerintahan
dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat dan pelaksanaan pembangunan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan, sedangkan yang dimaksud dengan
kewajiban yaitu kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah
yang berwenang mengatur dan mengatur pemerintahan serta kepentingan
masyarakat sesuai prakarsa sendiri berdasarkan keinginanan dan suara masyarakat
(Sugiyanto, 1999).
Pelaksanaan otonomi daerah selain berdasarkan pada aturan hukum, juga
sebagai penerapan tuntutan globalisasi yang wajib diberdayakan dengan cara
memberikan daerah kewenangan yang lebih luas, lebih nyata dan bertanggung
jawab, utamanya dalam menggali, mengatur, dan memanfaatkan potensi besar
masing-masing daerah, pemberian otonomi daerah tidak berarti permasalahan
bangsa akan selesai dengan sendiriny. Otonomi daerah tersebut harus diikiuti
dengan serangkaiyan reformasi disektor publik.
10
.
Istilah sektor publik sendiri memiliki pengertian yang bermacam-macam.
Hal tersebut merupakan konsekuwensi dari luasnya wilayah publik, sehingga
setiap disiplin ilmu (ekonomi, politik, hukum dan sosial) memiliki cara pandang
dan difinisi yang berbeda beda dari sudut pandang ilmu ekonomi, sektor publik
dapat memahami sebagai suatu entitas yang aktivitasnya berhubungan dengan
usaha unuk menghasilkan barang dan pelayanan publik dalam rangka memenuhi
kebutuhan dan hak publik.
Beberapa tugas dan fungsi sektor publik sebenarnya dapat juga dilakukan oleh
sektor swasta, misalnya tugas untuk menghasilkan beberapa jenis pelayan publik,
seperti layananan komunikasi akan tetapi untuk tugas tertentu keberadaan sektor
publik tidak dapat digantikan oleh sektor swasta, misalnya fungsi birokrasi
pemerintahan. Sebagai konsikuensinya, akuntansi sektor publikdalam beberapa
hal berbeda dengan akuntansi pada sektor swasta.
Perbedaan yang lain adalah sistem akuntansi yang digunakan sistem akuntansi
yang bisa digunakan pada sektor swasta adalah akuntansi berbasis akrual
sedangkan pada sektor publik lebih banyak menggunakan sistem akuntansi
berbasis kas.
Dimensi reformasi sektor publik tersebut tidak saj sekedar perubahan format
lembaga akan tetapi mencangkup pembaharuan alat-alat yang digunakan untuk
mendukung berjalannya lembaga-lembaga publik tersebut secara ekonomis,
efisien, efektif, transparan, dan akuntabel sehingga cita-cita refoemasi yaitu
menciptakan Good Governance benar-benar tercapai.
11
.
B. Manfaat dan Kinerja pemerintah (sektor publik)
1. Kinerja sektor publik
Kinerja memfokuskan pemeriksaan pada tindakan-tindakan dan
kejadian –kejadian ekonomi yang menggambarkan kinerja entitas atau
fungsi yang di audit. Kinerja merupakan suatu proses yang sistematis
untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif agar dapat
melakukan penilaiyan secara independen atas ekonomi, efesiensi dan
efektivitas operasi dalam pencapaiyan hasil yang diinginkan dan
kepatuhan terhadap kebijakan, peraturan dan hukum yang berlaku,
menentukan kesesuaian antara kinerja yang telah dicapai dengan kriteria
yang telah ditetapkan sebelumnya serta mengkomunikasikan hasilnya
kepada pihak-pihak penggunaan laporan tersebut. Adapun pengertian
kinerja sektor publik sebagai berikut :
Menurut Indra Bastian (2007:47) “kinerja adalah pemeriksaan
secara obyektif dan sistematik terhadap macam bukti unutk dapat
melakukan penilaian secara independen atas kinerja entitas atau
program pemerintah.
Kinerja sektor piblik memang bukan sekedar masalh teknis belaka,
akan tetapi akuntansi sektor publik sebagai alat untuk menciptakan
Good Governance memiliki peran yang sangat vital dan signifikan.
Akuntansi sektor publik akan terus berkembang seiring dengan
meingkatnya tuntutan dilakukannya transparasi dan akuntabilitas publik
oleh lembag-lembaga sektor publik.
12
.
Pengertian di atas menjelaskan bahwa audit kinerja sektor publik
adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan pada instansi pemerintah dengan
tujuan menilai kinerja dalm hal ekonomis, efesiensi, dan efektivitas untuk
memperbaiki kinerja dan mengoptimalisasikan pelayan publik.
2.Manfaat kinerja sektor publik
Manfaat kinerja menurut mahmudi (2007:189) secara lebih pasifik,
manfaat kinerja bagi organisasi sektor publik antara lain:
1. Meningkatkan pendapatan. Hal ini karena kebocoran, pengelapan dan
ketidakoptimalkan dalam sisi pendapatan bisa diketahui dan
diperbaiki.
2. Mengurangi biaya atau belanja. Melalui kinerja, sumber penyebab
kebocoran dan pemborosan organisasi bisa diindentifikasi sehingga
melalui efesiensi dapat melakukan penghematan biaya.
3. Memperbaiki efesiensi dan produktifitas. Hal ini juga berarti
memperbaiki proses.
4. Memperbaik kualitas pelayanan yang diberikan
5. Meningkatkan kesadaran manajemen sektor publik terhadap perlunya
transparasi dan akuntabilitasi dalam penggunaan sumberdaya publik.
Uraiyan menjelaskan bahwa kinerja bermanfaat untuk mengetahui
apakah sumber daya yang dimiliki organisasi organisasi sektor publik telah
diperoleh dan digunakan secara ekonomis, efesiensi, dan efektif serta
terhindar dari pembocoran dan salah sasaran dalam penggunaannya.
Selain itu kinerja berfungsi untuk mengetahui apakah pengguna
13
.
sumberdaya untuk mencapai target dan tujuan telah memenuhi prinsip
ekonomis, efesiensi, dan efektivitas serta tidak melanggar ketentuan,
perundang dan kebijan yang telah ditetapkan.
Disamping itu kinerja juga bermanfaat untuk mengindetifikasi cara-
cara guna memperbaiki permasalahan di sektor publik yang dapat
menghambat dalam pencapaian tujuannya serta mendorong dilkakukannya
perbaikan sistem pengendalian manajemen sektor publik guna menuju
good governance.
Pentingnya anggaran sektor publik tidak semua aspek kehidupan
tercakup oleh anggaran sektor publik. Terdapat beberapa aspek kehidupan
yang tidak tersentuh anggaran sektor publik, baik skala nasional maupun
lokal. Anggaran sektor publik dibuat untuk membantu menetukan tingkat
kebutuhan masyarakat.
Repormasi Sektor Pubik pelaksanaan otonomi daerah di indonesia
dapat dipandang sebagai suatu strategis yang memiliki tujuan ganda.
Pertama, pemberian otonomi daerah merupakan strategis untuk merespon
tuntutan masyarakat daerah terhadap tiga permasalah utama, yaitu, sharing
of power. Distribution of income, dan kemandirian sistem manajemen di
daerah. Kedua, otonomi daerah dimaksudkan sebagai strategis untuk
memperkuat perekonomian dalam rangka memperkokoh perekonomian
nasional untuk menghadapi era perdagangan bebas.
Reformasi keuangan daerah berhubungan dengan perubahan sumber-
sumber pembiayaan pemerintah daerah yang meliputi perubahnsumber-
14
.
sumber penerimaan keuangan daerah, dimensi reformasi keuangan daerah
tersebut adalah:
a. Perubahan kewenangan daerah dalam pemanfaatan dana
perimbangan keuangan.
b. Perubahan prinsip pengelolaan anggaran
c. Perubahan prinsip penggunaan dana pinjaman
d. Perubahan strategi pembiayaan
Di samping itu, secara internal bangsa indonesia tengah dilanda
multikrisis. Ancaman diistregrasi bangsa, dan kepanikan publik yang
diakibatkan oleh lemahnyakeamanan dan ketertiban umum serta
ketidakpastian hukum. Agar bangsa ini bisa secepatnyakeluar dari
belenggu krisis multidimensional dan tidak mengalami ancaman
dsentegrasi yang semakin parah
Pemberian otonomi daerah tidak berarti permasalahan bangsa akan
selesai dengan sendirinya. Otonomi daerah tersebut harus diikuti dengan
serangkaiyan reformasi di sektor publik. Dimensi reformasi sektor publik
tersebut tidak saja sekedar perubahan format lembaga, akan tetapi
mencangkup pembaharuan alat-alat yanmg digunakan untuk mendukung
berjalannya lembaga-lembaga publik tersebut secara ekonomis, efisien,
efektif, transparasi dan akuntabilitas sehinga cita-cita reformasi yaitu
menciptakan good governance benar-benar terjadi.
15
.
C. Good Governance
Menurut Haryanto ( 2007), Good Goverance sering disebut pada berbagai
event dan peristiwa oleh berbagai kalangan, pengertian Good Governance tata
kepemerintahan yang baik .
Menurut Yuswanto (2003), Good Governance Tata keleola keuang yang baik,
bahwa dalam governance terdapat tiga pilar yang terlibat, yaitu :
a. Publik Governance yang merujuk pada lembaga-lembaga pemerintahan,
sehingga dapat diartikan sebagai tata pemerintahan yang baik di lembaga-
lembaga pemerintahan.
b. Corporate goverance yang merujuk pada dunia usaha, sehingga dapat
diartikan sebagai tata kelola perusahan yang baik.
c. Civil society atau masyarakat.
Menurut Pierre Landell-Mills dan Ismael Seregelden mengedintifikasikan
sebagai pengguna otoritas politik dan kekeuasaan untuk mengelola sumber daya
demi pembangunan sosial politik.
Dari Uraiyan di atas menurut para ahli Good Governance bisa disimpulkan
bahwa good governace adalah Tata kelola kuangan yang baik.
Kepemerintahan yang baik (good governance) merupakanisu sentral yang
paling mengemuka dalam pengelolaan administrasi publik dewasa ini. Menurut
Sedarmayanti (2013) hal ini dikeranakan adanya tuntutan gencar yang dilakukan
oleh masyarakat kepada pemerintah untuk menyelenggarakan pemerintah yang
baik adalah sejalan dengan meningkatnya pengetahuan dan pendidikan
masyarakat, selain adanya pengaruh globalisasi.
16
.
Menurut United National Development program (UNDP), Governance
atau tata pemerintah memiliki tiga dominan yaitu:
a. Negara atau tata pemerintahan
1) Menciptaka kondisi politik, ekonomi, dan sosial yang stabil
2) Membuat peraturan yang efektif dan berkeadilan
3) Menyediakan publik service yang efektif dan accontable
4) Menegakkan HAM
5) Melindungi lingkungan hidup
6) Mengurus standar kesehatan dan standar keselamatan publik.
b. Sektor swasta atau dunia usaha dan (priver sektor)
1) Menjalankan industri
2) Menciptakan lapangan kerja
3) Menyediakan insentif bagi karyawan
4) Meningkatkan standar kehidupan masyarakat
c. Masyarakat (socirty)
1) Menjaga agar hak-hak masyarakat terlindungi
2) Mempengaruhi kebijakan
3) Mengembangkan SDM
UNDP sebagaimana yang dikutip oleh lembaga administrasi negara
(LAN) mengajukan krakteristik good governance sebagai berikut:
a. Partisipasi: setiap warga masyrakat mempunyai suara dalam
pembuatan keputusan, baik secara langsung maupun melalui
intermidasi institusi legitimilasi yang mewakili kepentingannya.
17
.
Partisipasi ini di bangun atas dasar kebebasan berososiliasi dan
berbicara serta berpartispasi secara konstruktif.
b. Aturan hukum: kerangka hukum harus adil dan dilaksanakan tanpa
pandang buku, terutama hukum untuk hak asasi manusia.
c. Transparasi: transparasi di bangun atas dasar kebebasan arus
informasi. Proses-proses, lembaga-lembaga dan informasi secara
langsung dapat di terimah oleh mereka yang membutukan informasi
harus dapat dipahami dan dapat dimonitor.
d. Daya tangkap: lembag-lembaga proses-proses harus menciba untuk
melayani
e. Berorentasi konsensus: good governance menjadi perantara
kepentingan yang berbeda untuk memperoleh pelimpahan terbaik
bagi kepentingan yang baik luas dalam hal kebijakan-kebijakan
maupun prosedur-prosedur.
f. Berkeadilan: semua warga negara, baik laki-laki maupun
perempuan, mempunyai kesepakatan untuk meningkatkan atau
menjaga kesejahtraan mereka.
g. Efektivitas dan efesiensi: proses-proses dan lembaga–lembaga sebaik
mungkin menghasilkan sesuai dengan apa yang digariskan dengan
menggunakan sumber-sumber yang tersedia.
h. Akuntabilitas: para pembuat keputusan dalam pemerintahan, sektor
swasta dan masyarakat kepada publik dan lembaga-lembaga.
Akuntabilitas ini tergantung pada organisasi dan sifat keputusan yang
18
.
dibuat, apakah keputusan tersebut untuk kepentingan internak dan
eksternal.
2. Mewujudkan Good Governance
Mewujudkan konsep good governance dapat dilakukan denga mencapai
keadaan yang baik dan sinergi antara pemerintah, sektor swasta dan
masyarakat sipil dalam pengelolaan sumber-sumber alam, sosial, lingkungan
dan ekonomi. Persyaratan minimal untuk mencapai good governance adalah
adanya tranparasi, akuntabilitas, partisipasi, pemberdayaan hukum, efekttvitas,
dan efesiensi, dan keadilan. Kebijakan publik yang dikeluarkan oleh
pemerintah harus transparan, efektif dan efesiensi, serta mampu menjawab
ketentuan dasar keadilan. Seabagi bentuk penyelenggaran negara yang baik
maka harus keterlibatan masyrakat di setiap jenjang pengambilan keputusan
(Hunja, 2009) konsep good governance dapt diartikan menjadi acuan untuk
proses dan struktur hubungan politik dan sosial ekonomi yang baik.
Human interest adalah faktor yang saat ini mempengaruhi baik buruknya
dan tercapai atau tidaknya sebuah negara serta pemerintahan yang baik. Sudah
menjadi bagian hidup yang tidak bisa dipisahkan bahwa setiap manusia
memiliki kepentinga. Baik kepentingan individu, kelompok, atau kepentingan
masyarakat nasional bahkan internasiaonal. Dalam rangka mewujudkan setiap
kepentingan tersebut selalu terjai benturan. Begitu juga dalam merelesiasikan
apa yang namanya “good governance” benturan kepentingan selalu lawan
utama. Kepentingn melahirkan jarak dan sekat antara individu dan sekelompok
yang membuat sulit tercapainya kata “sepakat”.
19
.
Good Governance pada dasarnya adalah suatu konsep yang mengacu kepada
proses pencapaian keputusan dan pelaksanaannya yang dapat di
pertanggungjawabkan secara bersama. Sebagai suatu konsensus yang dicapai
oleh pemerintah, warga negara, dan sektor swasta bagi penyelenggaraan
pemerintahan dalam suatu negara. Negara berperan memberikan pelayanan
demi kesejahtraan rakyat denga sistem peradilan yang baik dan sistem
pemerintahan yang dapat dipertanggungjawabkan kepada publik.
Merujuk pada 3 (tiga) pilar pembangunan berkelanjutan dalam
pembangunan:
1. Ekonomi
2. Lingkungan
3. Pembangunan manusia
Good Governance menyentuh 3 (tiga) pihak yaitu :
1. Pihak pemerintah (penyelenggaraan negara)
2. Pihak korporat atau dunia usaha (penggerak ekonomi)
3. Masyarakat sipil (mengemukakan kesusuaiannya).
Ketiga pihak tersebut berperan dan mempengaruhi dalm penyelenggaraan
negara yang baik sinkronisasi dan harmonis antara pihak tersebut menjadi
jawaban besar, namun dengan keadaan indonesia saat ini masih sulit untuk bisa
terjadi (Efendi, 2005).
Dengan berbagai sttatment negatif yang dilontarkan terhadap pemerintah
atas keadaan Indonesia saat ini, banyak hal mendasar yang harus diperbaiki, yang
berpengaruh terhadap clean and good governance, diantaranya (Efendi, 2005):
20
.
1. Integritas pelaku pemerintahan peran pemerintah yang sangat
berpengaruh, maka integritassa dari para pelaku pemerintahan cukup
tinggi tidak akan terpengaruh walaupun ada kesempatan untuk
melakukan penyimpangan misalnya korupsi.
2. Kondisi politik dalm negeri jangan menjadi dianggap lumrah setiap
hambatan dan masalah yang dihadirkan oleh polotik. Bagi terwujudnya
good governance konsep politik yang tidak/kurang demokratis yang
berimplikasi pada berbagai persoalan di lapangan. Maka tentu harus
segera dilakukan perbaikan.
3. Kondisi ekonomi masyarakat krisis ekonomi bisa melahirkan berbagai
masalah sosial yang bila tidak teratasi akan mengganggu kinerja
pemerintahan secara menyeluruh.
4. Kondisi sosial masyarakat. Masyarakat yang solid dan berpartisipasi
aktif akan sangat menentukan berbagai kebijakan pemerintahan.
Khususnya dalam proses penyelenggaraan pemerintahan yang
merupakan perwujudan riil good governance. Masyarakat juga
melahirkan fungsi pengawasan yang efektif dalam pelaksanaan
penyelenggaraan pemerintahan. Namun jika masyarakat yang belum
berdaya di hadapan negara, dan masih banyak timbul masalah sosial
yang di dalamnya seperti konflik dan anarkisme kelompok, akan
sangat kecil kemungkinan good governance bisa di tegakkan.
5. Sistem hukum menjadi bagian yang tidak terpisahkan disetiap
penyelenggaraan negara. Hukum merupakan faktor penting dalam
21
.
penegakkan good governance. Kelemahan sistem hukum akan
berpengaruh besar terhadap kinerja pemerintah secara keseluruhan.
Good governance tidak akan berjalan dengan baik di atas sistem
hukum yang lemah. Oleh karena itu penguatan sistim hukum atau
reformasi hukum merupakan kebutuhan mutlak bagi terwujudnya good
governance.
Mencari orang yang jujur dan memiliki integratis tinggi sama halnya
dengan mencari jarum dalam tumpukan jerami. Memilih aparatur atau pelaku
pemerintahan yang unggul akan berpengaruh baik dengan penyelenggaraan
negara. Korupsi yang masih tetap eksis smpai saat ini adalah salah satu faktor
yang mempersulit dicapainya good governance. Pemberantasan korupsi kolusi
dan nepotisme (KKN) menjadi agenda wajib yang tidak pernah lelah untuk
dilakukan. Inilah satu hal yang tidak boleh dilewatkan untuk mencapai
pemerintahan yang baik.
Salah satu agenda reformasi total indonesia adalah menciptakan Good
Governance dalam rangka membentuk Indonesia baru. Harus diakui bahwa saat
ini Good Governance masih menjadi mimpi besar bagi bangsa indonesia. Jika
dilihat dari kaca mata akuntansi sektor publik paling tidak terdapat tiga
permasalahan utama mengapa good governance masih jauh dari kenyataan.
Pertama, belum adanya sistem akuntansi pemerintah daerah yang baik yang
dapat mendukung pelaksanaan pencatatan dan pelopran secara handal.
Mencegah (preventif) dan menanggulangi (represif) adalah dua upaya
yang dilakukan. Pencegahan dilakukan dengan memberi jaminan hukum bagi
22
.
perwujudan pemerintahan terbuka (open goverment). Jaminan kepada hak publik
seperti hak mengamati perilaku pejabat, hak memperoleh akses informasi, hak
berpartispasi dalm pengambilan keputusan dan hak mengajukan keberatan bila
ketiga hak di atas tidak dipenuhi secara memadai. Jaminan yang diberikan jika
memang benar-benar bisa disosialisasikan dengan baik kepada masyarakat
(Hardjasoemantri,2003)
D. Good Governance di pemerintahan daerah
1. Transparasi, yaitu pemerintahan yang baik akan bersifat transparan dan
tak ada yang berusaha untuk ditutupi dari rakyat, baik di tingkat daerah
hingga tingkat pusat.
2. Akuntabilitas, yaitu kewajiban aparat atau pejabat pemerintah untuk
bertanggung jawab terhadap segala kebijakan yang diambilnya.
3. Keterbukaan, yaitu berarti pemerintah menerima masukan dari rakyat
termasuk kritik apabila itu bersifat membangun. Pemerintah juga harus
siap menampung keluh kesah rakyatnya.
4. Aturan hukum, yaitu aturan hukum ini berlaku apabila ada seseorang
yang melanggar apa yang sudah ditentukan. Hukum ini harus tegas dan
bersifat membuat jera pelakunya. Jangan smpai ada ketidak adilan di
mata hukum, siapapun yang bersalah harus dikenakan sanksi yang
sesuai, baik itu rakyat biasa atau pejabat sekalipun.
5. Pengendalian, yaitu penerimaan dan pengeluaran daerah (APBD) harus
sering di monitor, yaitu dibandingkan antara yang dianggarkan dengan
yang dicapai. Untuk itu perlu dilakukan analisis varians (selisih)
23
.
terhadap penerimaan dan pengeluaran daerah agar dapat sesegera
mungkin dicari penyebab timbulnya varians tindakan antispasi ke
depan.
E. Konsep asas pemerintahan daerah
1. Konsep pembentukan pemerintahan daerah
Sebelum memasukipembahasan tentang pemerintahan daerah, terlebih
dahulu perlu dipahami apa yang dimaksud dengan istilah pemerintahan
adalah kegiatan penyelenggaraan negara guna memberikan pelayan dan
perlindungan bagi segenap warga masyrakat, melakukan pengaturan ,
mobilisasi semua sumber daya yang diperlukan , serta membina hubungan
baik dengan pemerintah nasional dan pemerintah daerah yang lainnya.
Defenisi tersebut tampak masih sangat umum, sehingga sulit untuk
menentukan maksud dari kegiatan penyelenggaraan negara yang mana
atau siapa yang dimaksud dengan pemerintah nasional.
Pemerintahan dalam arti luas mencangkup kekuasaan bidang
legislatifm eksekutif, yuikatif , sedangkan pemerintahan dalam arti
lembaga eklusif saja, yang berfungsi to execute atau melaksanakan apa
yang sudah disepakati atau diputuskan oleh pihak legislatif atau yudikatif.
Pengertian pemerintahan tersebut, berlaku juga ketika memahami konsep
pemerintahan daerah, baik dalm arti luas maupun sempit. Dalam hal ini
arti luas, pemerintahan daerah merupakan penyelenggaraan pemerintahan
oleh lembaga-lembaga kekuasanaan daerah, yang dalam perkembangannya
24
.
di indonesia terdiri dari kepala daerah dan DPRD. Sedangkan dalam arti
sempit adalah hanyalah penyelenggaraan oleh kepada daerah saja.
Pemeberian otonomi daerah seluas-luasnya berarti pemberian
kewenangan dan keleluasaan kepada daerah untuk mengolah dan
memanfaatkan sumber daya daerah secara optimal, agar tidak terjadi
penyimpangan dan penyelewengan, pemberian wewenang dan keleluasaan
yang luas tersebut harus diikuti dengan pengawasan yang kuat. Penguatan
fungsi pengawasan dapat dilakukan melalui optimilasi peran DPRD
sebagai kekuatan penyimbangan bagi eksekutif daerah dan transparasi
masyarakat.
Pengawasan oleh DPRD tersebut harus sudah dilakukan sejak tahap
perencanaan, tidak hanya pada tahap pelaksanaan dan pelaopran saja
sebagaimana yang terjadi slama ini. Pada tahap pelaksanaan akan
mengalami banyak penyimpangan akan tetapi harus dipahami bahwa
pengawasan terhadap eksekutif daerah hanyalah pengawasan terhadap
pelaksanaan kebijakan yang digariskan bukan pemeriksaan.
Untuk memperkuat fungsi pengawasan bisa membentuk badan
ombudsemen yang berfungsi sebagai pengawasan independen untuk
mengawasi jalannya suatu lembaga publik. Namun untuk fungsi
pemeriksaan tetap harus dilakukan oleh badan yang memiliki otoritas dan
keahlian profesi, sehingga dewan dapat lebih berkonsentrasi pada
permasalahan- permasalahan yang bersifat kebijakan.
25
.
Pelaksanaan pemerintahan daerah merupakan salah satu aspek
struktual dari suatu negara sesuai dengan pandangan bahwa negara sebagai
sebuah organisasi, jika dilihat dari sudut ketatanegaraan. Sebagai sebuah
organisasi pelaksanaan pemerintah daerah diharapkan dapat memperlancar
mekanisme roda kegiatan organisasi. Secara umum pemerintahan daerah
dibedakan menjadi dua tipe, yaitu pemerintahan perwakilan daerah dan
pemerintahan non perwakilan daerah. Namun apabila kedua tipe tersebut
digabungkan maka akan diperoleh empat jenis pemrintahan daerah, yaitu:
a. Unit perwakilan dan tujuan umum
b. Unit perwakilan dengan tujuan umum
c. Unit perwakilan dan tujuan khusus
d. Unit non perwakilan daerah tujuan khusus
Oleh karena itu maka, dalam imlementasinya telah dikenal dua bentuk
daerah yaitu daerah dalam arti otonom dan daerah dalam arti wilayah.
Daerah dalam arti otonom yaitu daerah sebagai pelaksanaan atas
desentralisasi. Daerah otonom merupakan daerah yang berhak mengatur
dan mengurus rumah tangganya sendiri menurut undang-undang.
Sedangkan daerah dalam arti wilayah jabatan atau wilayah kinerja.
Menurut undang-undang (irawan soejito, 1999:25).
Sementara itu di Indonesia belum ada Standar Akuntansi Keuangan
sektor publik yang baku yang dapat di gunakan sebagai pedoman bagi
pemerintah daerah dalam penyusunan laporan keuangan dan bagi auditor
dalam mengaudit laporan tersebut. Tidak hanya standar akuntansi yang
26
.
memadai akan menimbulkan implikasi negatif berupa rendahnya
realibilitas informasi keuangan serta menyulitkan dalam pengauditan.
Usaha untuk membuat standar akuntansi keuangan pemerintah sudah
pernah dilakukan oleh badan. Akuntansi Keuangan Daerah merupakan
lembaga yang di bentuk oleh departemen keuangan tahun 1992, yang
ditugasi untuk menyelenggarakan akuntansi dan mempersiapkan laporan
pertanggungjawaban konsitusional pemerintah pusat.
Upaya menghasilkan standar akuntansi keuangan yang baku terus
dilakukan. Pada tahun 1999 yang lalu ikatan akuntasi indonesia telah
membentuk kompartement baru yaitu kompartemen akuntan sektor publik.
Salah satu tugas kompartement baru ini adalah menyusun standar
akuntansi keuangan sektor publik.
Sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal
tantangan yang dihadapi akuntansi sektor publik adalah menyediakan
informasi yang dapat digunakan untuk monitor akuntabilitas pemerintah
daerah yang meliputi akuntabilitas finansial. Akuntasi sektor publik
memiliki peran utama untuk menyiapkan laporan keuangan sebagai salah
satu bentuk pelaksanaan akuntansi publik.
Terdapat beberapa alasan mengapa pemerintah daerah perlu membuat
laporan keuangan. Dilihat dari sisi internal laporan keuangan merupkan
alat pengendalian dan evaluasi kinerja pemerintah daerah merupakan salah
satu bentuk mekanisme pertanggungjawaban dan sebagai dasar untuk
27
.
prngsmbilan keputusan maka laporan keuangan pemerintah daerah perlu
dilengkapi dengan pengungkapan yang memadai mengeni informasi-
informasi yang dapat mempenagruhi keputusan.
2. Asas penyelenggaraan pemerintahan daerah
Dalam penyelenggaraan pemerintahan di dalam negara kesatuan republik
indonesia, ada beberapa asas yang digunakan yaitu: desentralisasi,
dekontralisasi, dan tugas pembantuan.
a. Desentralisasi
Keberadaan dan pelaksanaan desentralisasi di indonesia menjadi penting
ketika kekuasaan pusat menyadari semakin sulit untuk mengendalikan
sebuah ngara secara penuh dan efektif. Dengan demikian maka
desentralisasi berarti melepas atau menjauh pusat. Hooggertwerf
sebagaimana dikutip oleh sarung dajang (2001) mengemukakan bahwa “
desentralisasi adalah sebagai pengakuan atau wewenang oleh badan umum
yang lebih rendah yang secara mandiri dan berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan sendiri mengambil keputusan pengaturan dan pemerintah,
serta struktur kewenangan, yang terdiri dari hal itu”
b. Dekontralisasi
Dekontralisasi sebenarnya sentralisasi juga tetap lebih halus dari pada
sentralisasi. Dekontralisasi adalah pelimpahan wewenang administrasi dari
pemrintahan pusat kepada pejabatnya yang berada pada wilayah negara
diluar kantor pusatnya. Dalam konteks ini yang dilimpahkan adalah
28
.
wewenang administrasi belaka bukan wewenang politis. Wewenang politis
tetap dipegang oleh pemerintah pusat (Hanif Nurcholis, (2005:14)
c. Tuga pembantuan
Selain asas desentralisasi dan dekontrasi, dalampenyelenggaraan
pemerintahan daerah di indonesia dikenal juga yang disebut dengan asa
pembuatan. Menurut pasal 1 butir 9 undang-undang nomor 32 tahun 2004
tentang pemerintahan daerah dinyatakan bahwa tugas pembuatan adalah
penugasan dari pemerintah kepada daerah atau jasa desa dari provinsi
kepada kabupaten/kota atau desa serta dari pemerintah kebupaten kepada
untuk melaksanakan tugas tertentu.
3 . Kebijakan mutu sektor publik berdasarkan PP 71 .2010
Bahwa untuk melaksanakan Ketentuan pasal 32 ayat (2) Undang-undang
Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Pasal 184 ayat (3) Undang-
undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008
tentang perubahan Kedua atas Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, perlu menetapkan Peraturan Pemerintahan tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan :
a. Pasal 5 ayat Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945:
b. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
(Lembaga Negra Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286):
29
.
c. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 32 tahun
2004.
d. Reformasi keuangan Daerah
Secara langsung juga akan berdampak pada perlunya dilakukan
reformasi anggaran daerah (APBDN). Reformasi anggaran meliputi proses
penyusunan. Pengesahan, pelaksanaan dan pertanggungjawaban anggaran.
Berbeda dengan UU No. 5 Tahun 1974, proses penyusunan, mekanisme
pelaksanaan, dan pertanggungjawaban anggaran daerah menurut UU No.22
Tahun 1999 adalah tidak diperlukan lagi pengesahan dari menteri dalam
negeri untuk APBD propinsi dan pengesahan Gubernur untuk APBD
kabupaten/kota, melainkan diperlukan pengesahan dari Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD) melalui peraturan Daerah.
Sejalan dengan perlunya dilakukan reformasi sektor publik, saat ini telah
keluar peraturan Pemerintah sebagai operasional dari UU No. 22 Tahun
1999 dan UU No.25 Tahun 1999. Peraturan pemerintah (PP) untuk
mendukung pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi tersebut adalah :
1. Peraturan pemerintah (PP) No. 104 Tahun 2000 tentang Dana
Perimbangan
2. Peraturan pemerintah (PP) No. 105 Tahun 2000 tentang pengelolaan
dan pertanggungjawaban Keuangan Daerah.
30
.
3. Peraturan pemerintah (PP) No. 106 Tahun 2000tentang pengelolaan
dan pertanggungjawaban keuangan dalam pelaksanaan dekonstrasi dan
tugas pembantu.
4. Peraturan pemerintah (PP) No. 107 Tahun 2000 tentang pinjaman
Daerah
5. Peraturan pemerintah (PP) No. 108 Tahun 2000 tentang cara
pertanggungjawaban kepala daerah.
6. Peraturan pemerintah (PP) No. 109 Tahun 2000 tentang kedudukan
keuangan daerah dan wakil kepala daerah.
7. Peraturan pemerintah (PP) No. 110 Tahun 2000 tentang kedudukan
keuangan dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
Informasi akuntansi diperlukan untuk melakukan perencanaan keuangan,
menghitung, menghitung Biaya program, dan penganggaran. Anggaran publik
merupakan alat perencanaan sekaligus alat pengendalian pemerintah. Anggaran
sebagai alat perencanaan mengindikasikan target yang harus dicapai oleh
pemerintah. Sedangkan anggaran sebagai alat pengendalian mendintifikasi alokasi
sumber dana publik melibatkan partisipasi banyak pihak, sehingga informasi
finansial sangat diperlukan agar masyarakat umum dapat mengevaluasi anggaran
yang diajaukan oleh pemrintah.
Membuat anggaran membutuhkan pertimbangan-pertmbangan teknis akuntansi
yang matang. Dalam membuat anggaran, akuntansi sektor publik dibutuhkan
terutama untuk mengistimasi biaya perogram yang efektif sesuai dengan
kemampuan ekonomi pemerintah.
31
.
Terkait dengan manajemen pemerintah keuangan daerah, akuntasi sektor
publik (terutama akuntansi manajemen )berperan dalam hal:
1. Perencanaan strategis
2. Pemberian informasi biaya
3. Penilian investasi publik
4. Penganggaran
5. Evaluasi kinerja.
Perencanaan strategis akuntasi manajemen sektor publik sudah dibuthkan sejak
tahap perencanaan. Pada tahap perencanaan strategis pemerintah daerah menbuat
alternatif program yang dapat mendukung strategis organisasi.
Pemberian informasi biaya akuntasi manejem sektor publik memiliki peran yang
strategis dalam perencanaan keuangan publik terkait dengan identifikasi biaya-
baiaya yang terjadi.
Penilaiayan investasi akuntansi manajemen dibutuhkan pada saat organisasi sektor
publik hendak melakukan investasi yaitu untuk menilai kelayakan investasi secara
ekonomi dan vinansial.
Penganggaran sebagaimana telah dijelaskan dimuka bahwa akuntansi manajemen
memainkan peran yang vital dalam peroses pemilihan perogram, pentukan baiaya
perogram, dan penganggaran.
Evaluasi kinerja akuntansi manajemen sektor publik berperan dalam memberikan
informasi untuk mengevaluasi kinerja manajerial dan organisasi.
32
.
F. Kerang Pikir
Kerangka pemikiran teoritis ini adalah melihat kajian penerapan bagaimana
pemerintahan daerah mewujudkan Good Governance di pemerintahan Daerah.
Oleh karenanya peneliti melihat pada kajian ini di awali dalam bingkai otonomi
daerah dengan diharapkan mampu mengatur dan mengurus urusan
pemerintahannya secara mandiri. Khususnya pada persoalan keuangan daerah
merupakan salah satu unsur utama dalam penyelenggaraan otonomi daerah
diharapkan dapat memberi kemudahan serta kelancaran dalam pengelolaan
keuangan daerah nantinya.
33
.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada skema alur kerangka pikir.
G. Hipotesis
Diduga dari sistem pengelolaan sektor publik telah terwujud pada sistem
pengelolaan keuangan daerah dalam mewujudkan Good Governance.
Sistem Pemerintahan Daerah Kota Makassar
Manfaat dan kinerja pemerintah (sektor publik)
)
Good Governance
34
BAB.III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Daerah Penelitian
Adapun yang menjadi lokasi penelitian untuk memperoleh data dalam
penulisan skripsi ini adalah Kantor Walikota Makassar, Jln. Ahmad Yani No.2,
Kecamatan Makassar, Sulawesi Selatan. Penelitian ini diperkirakan dalam jangka
waktu kurang lebih dua bulan.
B. Metode Pengumpulan Data
Adapun tehnik yang digunakan penulis dalam penelitiam dan
pengumpulan data serta keterangan yang diperlakukan adalah sebagai berikut:
1. Penelitian lapangan, cara penelitian ini langsung kepada objek untuk
memperoleh data primer, untuk menghimpun data faktual penelitian ini
dilakukan dengan tehnik:
a. Observasi yaitu, tehnik pengumpulan data dengan menggamati
secara langsung objek yang diteliti. Observasi ini dilakukan langsung
terhadap objek penelitian untuk melengkapi data yang diperlukan
dan sebagai bahan perbandingan antara teori dan praktik di lapangan.
b. Wawancara, yaitu tehnik pengumpulan data dengan mengadakan
tanya jawab secara lagsung dengan pihak-pihak yang berkaitan
dengan objek penelitian dalam perusahaan untuk memberikan
penjelasan mengenai masalah yang dibahas.
35
.
c. Kuesioner, yaitu pengumpulan tehnik data dengan cara mengajukan
daftar pertanyaan kepda pihak-pihak yang berhubungan dengan
permasalahan yang diteliti.
2. Penelitian kepustakaan, suatu tehnik pengumpulan data dengan cara
membaca dengan catatan kuliah, literatur-literatur serta sumber-sumber
lain yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti penelitian ini
dapat digunakan sebagai dasar pedoman dalam melakukan penelitian
lapangan.
C. Jenis dan sumber data
1. Jenis data
Jenis data yang digunakan dalam penulisan ini sebagai berikut :
Data kualitatif. Yaitu data yang berupa keterangan atau penjelasan dari
pihak yang berwenang seperti keputusan direksi, sejarah singkat
perusahaan, struktur organisasi dan pendeksrisian tugas-tugasnya dan data
lain yang relevan dengan objek penulisan.
2. Sumber data
Data skunder, yaitu data yang diperoleh sudah merupakan data olahan dari
perusahaan yang bersangkutan, seperti laporan-laporan keuangan setiap
bagian
36
.
D. Metode analisis
Metode analisis yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode
analisis deskriftif kualitatif, yaitu indeks kebijakan pemerintah dalam
mewujudkan Good Governance dipemerintahan daerah kota Makassar.
37
BAB IV
GAMBARAN UMUM INSTANSI
A. Gambaran Umum Kota Makassar
Kota Makassar sebagi ibukota provinsi sulawesi selatan selatan dalam
basis dinamika perputaran modal dalam pasar ekonomi dan mainstream politik
kota makassar merupakan sentral kekuasaan politk dan kekuasaan ekonomi
sehingga dikalim oleh beberapa pemangku kekuasaan birokrasi pemerintahan
sebagai pintu gerbang Kawasan Timur Indonesia, dalam pemerintahan kota
makassar untuk mewujudkan Good Governance pemerintah akan menghadapi
globalisasi yang sarat debgan persaingan liberalisme arus, informasi, investasi,
modal, tenaga kerja, dan budaya.
Di sisi internal pemerintah kota makassar akan menghadapi masyarakat
yang semakin cerdas dan masyarakat yang semakin banyak tuntutannya.
Pemeberian otonomi daerah akan mengubah perilaku pemerintahdaerah untuk
lebih efesien dan propesional.
B. Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi BPKA
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 7 Tahun 2013
tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2009 Tentang
Pembentukan dan Susunan Oganisasi Perangkat Daerah Kota Makassar dan
Peraturan Walikota Makassar No 12 Tahun 2014 tentang Uraian Tugas Jabatan
Struktural pada Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset.
38
.
Organisasi Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Makassar terdiri
dari; 1 (satu) kepala badan, 1 (satu) sekretaris, 4 (empat) kepala bidang, 3 (tiga)
kepala sub bagian, dan 8 (delapan) kepala sub bidang. Organisasi Badan
Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Makassar, disajikan pada Bagan I, sebagai
berikut:
Bagan I
Struktur Organisasi
Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Makassar
Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset dipimpin oleh seorang Kepala
Badan dan mempunyai tugas membantu Walikota dalam menyelenggarakan
sebagian urusan pemerintahan daerah di bidang Keuangan Daerah, berdasarkan
pada:
39
.
(a) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah,
(b) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang
Milik Negara/Daerah,
(c) Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang
Negara/Daerah,
(d) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang
Milik Negara/Daerah,
(e) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan
Kedua Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah,
(f) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman
Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah,
(g) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 55 Tahun 2008 tentang Tata Cara
Penatausahaan dan Penyusunan Laporan Pertanggungjawaban Bendahara
serta Penyampaiannya, dan
(h) Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 2 Tahun 2009 tentang Urusan
Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kota Makassar
(Lembaran Daerah Kota Makassar Tahun 2009 Nomor 2).
40
.
(i) Peraturan Walikota Makassar No 12 Tahun 2014 tentang Uraian Tugas
Jabatan Struktural pada Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset.
Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset dipimpin oleh seseorang Kepala
Badan dan mempunyai tugas pembantu Walikota dalam menyelenggarakan
sebagian urusan pemerintahan derah di bidang Keuangan Daerah.
Kepala Badan
a. Sekertaris
1. Kepala Sub Bagian Umum dan Kepegawaiyan
2. Kepala Sub Bagian Keuangan
3. Kepala Sub Bagian Perlengkapan
b. Kepala Bidan Anggaran
1. Kepala Sub Bidang Perencanaan dan Penyusunan Anggaran
2. Kepala Sub Bidang Pengendalian Anggaran
c. Kepala Bidang Akuntansi
1. Kepala Sub Bidang Pembukuan
2. Kepala Sub Bidang Pelaporan
d. Kepala Bidang Aset
1. Kepala Sub Bidang Mutasi dan Iventarisasi Aset.
2. Kepala Sub Bidang Pengadaan dan PemanfaataN Aset.
a. Kepala Badan Pengelolaan Keuangan Daerah
b. Sekertaris
41
.
Sekertaris dipimpin oleh sekretaris terdiri atas 3 (tiga) sub Bidang yaitu : (a).
Sub Bagian Umum dan Kepegawaiyan, (b). Sub Bagian Keuangan, (c). d
Sub Bagian Perlengkapan. Secara umum tugas pokok sekretariat mempunyai
tugas memberikan pelayanan administrasi bagi seluruh satuan kerja di lingkungan
Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset.
Dalam melaksanakan tugas, sekretariat menyelenggarakan fungsi:
a. Pengelolaan ketatausahaan Badan
b. Pelaksanaan urusan kepegawaian Badan
c. Pelaksanaan urusan keuangan Badan
d. Pelaksanaan urusan perlengkapan Badan
e. Pelaksanaan urusan umum dan rumah tangga Badan
f. Pelaksanaan koordinasi perumusan program kerja dan rapat kerja Badan.
c. Kepala Bidang Anggaran
Kepala Bidang Anggaran Mempunyai tugas melaksanakan sebagian
tugas dinas pendapatan pengelolaan keuangan dan aset daerah dalam
urusan penyusunan anggaran, administrasi anggaran dan pembiyaan dan
investasi yang menjadi kewenangan pemerintah Kota.
Dalam melaksanakan tugas, Bidang Anggaran menyelenggarakan fungsi:
a. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen
Pelaksanaan Anggaran (DPA) Bidang Anggaran.
b. Penyusunan rencana dan program kerja Bidang Anggaran
42
.
c. Pengkoordinasian penyusunan program dan kegiatan pembahasan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
d. Pelaksanaan kebijakan penyusunan anggaran pendapatan belanja
daerah dan perubahan anggaran pendapatan belanja daerah.
e. Penyusunan KUA dan PPAS beserta perubahannya
f. Pengkoordinasi penyusunan standar harga dan analisis standar belanja
daerah
g. Melaksanakan pengesahan DPA-SKPD DAN DPPA-SKPD
h. Penyusunan perencanaan anggaran Kas dan menetapkan SPD
i. Pelaksanaan penyusunan anggaran peraturan perundangan daerah dan
kebijakan pengelolaan anggaran
j. Pelaksanaan penyusunan petunjuk teknis dan petunjuk pelaksanaan
anggaran pendapatan belanja daerah dan pelaksanaan pembiayaan dan
investasi daerah.
k. Pelaksanaan kebujakan dan pedoman pengelolaan pembiayaan dan
investasi.
l. Pelaksanaan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan sesuai
dengan bidang tugasnya.
m. Pengelolaan administrasi urusan tertentu.
d. Kepala Bidang Perbendaharaan
Kepala Bidang Perbendaharaan mempunyai tugas melaksanakan
sebagian tugas Badan pengelolaan keuangan dan aset daerah dalam
43
.
pengelolaan perbendaharaan umum daerah, perbendaharaan belanja dan
vertisifikasi bukti penerimaan dan pengeluaran keuangan daerah.
Dalam melaksanakan tugas, bidang perbendaharaan menyelenggarakan
fungsi:
a. penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen
Pelaksanaan Anggaran (DPA) Bidang Perbendaharaan;
b. perumusan bahan/data dan informasi untuk menyusun program
pembangunan di bidang Perbendaharaan;
c. Pelaksanaan penerbitan SP2D;
d. Pelaksanaan pemantauan peneriman dan pengeluaran APBD oleh Bank
dan/atau lembaga keuangan lainnya yang ditunjuk;
e. Pengusahaan dan pengaturan dana yang diperlukan dalam pelaksanaan
APBD;
f. Pelaksanaan penyimpanan uang daerah dan penempatan uang daerah;
g. Pelaksanaan pembayaran berdasarkan permintaan pejabat pengguna
anggaran atas beban rekening kas umum daerah;
h. Pengkoordinasian pelaksanaan kewajiban perpajakan
i. Penyusunan kebijakan petunjuk teknis dan petunjuk pelaksanaan
pengelolaan perbendaharaan umum daerah, belanja dan verifikasi
kelengkapan penerimaan dan pengeluaran keuangan daerah;
j. Pelaksanaan penyusunan peraturan pelaksanaan dan pengendalian
anggaran pendapatan dan belanja daerah dan perubahan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah;
44
.
k. Pelaksanaan verifikasi dan meneliti kelengkapan administrasi penerimaan
kas dan pengeluaran kas sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
l. pengelolaan administrasi urusan tertentu.
e. Kepala Bidang Akuntansi
Kepala Bidang Akuntansi memiliki tugas pokok menyelenggarakan
akuntansi atas transaksi keuangan, aset, utang piutang dan ekuitas dana,
termasuk transaksi pembiayaan dan perhitungannya dalam rangka menyusun
laporan dan pertanggungjawaban keuangan daerah sesuai dengan standar
akuntansi pemerintah.
Dalam melaksanakan tugas, Bidang Akuntasi menyelenggarakan fungsi :
a. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen
Pelaksanaan Anggaran (DPA) Bidang Akuntansi;
b. Penyusunan kebijakan dan pedoman teknis operasional penyelenggaraan
akuntansi daerah;
c. Penyelenggaraan akuntansi dan sistem informasi pengelolaan keuangan
daerah;
d. Pelaksanaan penyusunan laporan dan pertanggungjawaban keuangan
pemerintah daerah sesuai Standar Akuntansi Pemerintah;
e. Pelaksanaan pemberian pinjamanan atas nama pemerintah daerah;
f. Melaksanakan pengelolaan hutang dan piutang daerah
g. Penyelenggaraan evaluasi laporan keuangan dan laporan
pertanggungjawaban pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah;
45
.
h. pengelolaan administrasi urusan tertentu.
f. Kepala Bidang Aset
Kepala Bidang Aset memiliki tugas pokok yaitu mengendalikan, dan
mengkoordinasikan perumusan kebijakan teknis dan pelaksanaan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan Badan yang meliputi mutasi aset dan
inventarisasi serta pemanfaatan dan pemberdayaan aset.
Dalam melaksanakan tugas, Bidang Aset menyelenggarakan fungsi :
a. penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan
Anggaran (DPA) Bidang Aset;
b. penyusunan program kerja dan rencana kegiatan Bidang;
c. perumusan kebijakan, petunjuk teknis serta rencana strategis sesuai lingkup
bidang tugasnya;
d. perumusan kebijakan teknis dan pelaksanaan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan Badan yang meliputi mutasi aset dan inventarisasi serta
pemanfaatan dan pemberdayaan asset;
e. pelaksanaan pengumpulan dan penyusunan bahan kebijakan umum dan teknis
rencana kebutuhan asset daerah, penelitian dan pengkajian kebutuhan barang
daerah sebagai dasar pelaksanaan pengadaan barang, mengikuti pelaksanaan
pelelangan barang dan bangunab n, pelaksanaan administrasi barang daerah,
penilaian dan penyusutan asset daerah, pencatatan barang milik daerah,
inventarisasi data asset daerah, penyimpanan seluruh bukti asli kepemilikan
kekayaan daerah serta pelaksanaan sensus barang milik daerah setiap 5 (lima)
tahun sekali;
46
.
f. pelaksanaan penyusunan pedoman petunjuk teknis pemanfaatan dan
pengendalian kekayaan daerah, evaluasi daftar hasil pengadaan barang
daerah, pematauan dan pengawasan kepemelikan asset daerah serta
dokumentasi kepemilikan asset berupa kendaraan, tanah dan bangunan;
g. pelaksanaan hubungan kerjasama pelaksanan tugas dengan SKPD terkait;
h. pelaksanaan monitoring dan evaluasi kegiatan dalam lingkup tugasnya;
i. pengelolaan administrasi urusan tertentu.
2.1 Sumber Daya BPKA
Sumber Daya Manusia memegang peranan penting dalam pelaksanaan
kegiatan Pengelolaan Keuangan dan Aset. Data pegawai pada Badan
Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Makassar berjumlah orang posisi
tanggal 7 April 2014 dengan klasifikasi sebagai berikut:
Tabel 1. Berdasarkan Golongan
No. Golongan Laki-Laki Perempuan Total Orang
1. Golongan I 1 - 1
2. Golongan II 4 6 10
3. Golongan III 13 13 26
4. Golongan IV 3 1 4
Total 21 20 41
47
.
Tabel 2. Berdasarkan Pendidikan
No. Pendidikan Laki-Laki Perempuan Total Orang
1. SD. SLTP - - -
2. SLTA 2 2 4
3. Sarjana Muda/D III 1 - 1
4. Sarjana (S1) 11 12 23
5. Master (S2) 7 6 13
6. Doktor (S3) - - -
Total 21 20 41
Sumber : Sub Bagian Umum & Kepegawaian BPKA
Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset sebagai instansi pemerintah Kota
Makassar menempati gedung kantor di Balaikota. Gedung kantor Badan
Pengelolaan Keuangan dan Aset terletak di Jalan Jenderal Ahmad Yani 2
Makassar yang ditempati oleh Kepala Badan selaku Bendahara Umum Daerah,
Sekretaris, Bidang Anggaran, Bidang Perbendahaaran, Bidang Akuntansi,
Bidang Aset.
2.2 Kinerja Pelayanan BPKA
Dengan diberlakukannya Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 3
Tahun 2009 tentang Pembentukan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Badan
Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Makassar (Lembaran Daerah Nomor 3
Tahun 2009). sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
48
.
Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4844); maka Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota
Makassar masih terbilang SKPD yang baru untuk itu kinerja pelayanan yang
akan kami capai yang terdiri :
1. Penyusunan APBD yang tepat waktu dan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
2. Akurasi penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D).
3. Menyusun Laporan Keuangan Pemerintah Daerah yang sistematis,
akuntabel dan terstruktur.
4. Pengelolaan barang milik daerah yang profesional dan modern.
5. Meningkatkan kapasitas organisasi pengelolaan keuangan dalam hal ini
SDM, sarana dan prasarana aparatur BPKA.
2.3 Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan BPKA
Yang menjadi tantangan pelayanan Badan Pengelolaan dan Keuangan
Aset Kota Makassar ialah :
1. Sinergitas APBD dengan dokumen perencanaan secara terpadu dengan
memperhatikan asas keadilan, kepatutan dan bermanfaat bagi masyarakat.
2. Meningkatkan akurasi penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) .
3. Penyusunan laporan keuangan Pemerintah Daerah yang meraih opini BPK
Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).
4. Pengelolaan barang milik daerah Pemerintah Kota Makassar yang tertib
atau sesuai dengan SOP pengelolaan aset daerah.
5. SDM, sarana dan prasarana yang memadai bagi aparat Badan Pengelolaan
49
.
Keuangan dan Aset Kota Makassar.
Peluang pengembangan pelayananan pada Badan Pengelolaan
Keuangan dan Aset Kota Makassar yaitu :
1. Penyelenggaraan penyusunan APBD yang sesuai dengan dokumen
perencanaan.
2. Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) yang diterbitkan oleh BPKA selaku
Bendahara Umum Daerah (BUD) sudah sesuai dengan Dokumen
Pelaksanaan dan Anggaran (DPA) yang ada dan telah diverifikasi serta
diteliti oleh PPK SKPD.
3. Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) yang sesuai dengan PP 24
Tahun 2005 tentang Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah.
4. Melakukan koordinasi dalam peningkatan pelaksanaan dan pengawasan
pengelolaan barang milik daerah.
5. Menciptakan aparatur Badan pengelolaan Keuangan dan Aset yang handal
didukung oleh fasilitas dengan segala penunjangnya.
50
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kebijakan Pengelola Keuangan Pada Pemerintah Kota Makassar
Tuntutan keuangan daerah secarah langsung agar pengelolaan uang
rakyat dilakukan secara transparan sehingga terciptanya akuntabilitas publik,
reformasi keuangan secara langsung juga akan berdampak pada perlunya
dilakukan reformasi anggaran daerah (APBD), reformasi anggaran tidak hanya
pada aspek perubahan struktur (APBD) namun jika diikuti dengan perubahan
proses penyusunan anggara, anggaran pendapatan dan pembiayaan daerah dalam
era otonomi disusun dengan pendapatan kinerja, suatu sistem anggaran yang
mengutamakan kepada upaya pencapaiyan hasil kinerja atau output dari
perencanaan alokasi biaya atau input yang ditetapkan, berbagai perubahan
tersebut harus tetap berpegang pada prinsip-prisip pengelolaan keuangan daerah
(anggaran) yang baik.
Penegelolaan keuangan di pemerintah kota makassar berjalan dengan
peraturan-peraturan yang ada, pengelolaan keuangan mengcangkup aktivitas,
pelaksaanaan, pengawasan, pengendalian, pelaporan dan evaluasi, pengelolaan
keuangan dapat dipertanggungjawabkan ditandai dengan hasil laporan keuangan
yang transparan dan akuntabel, masyarakat sebagai pihak kepercayaan kepada
pemerintah untuk mengelolah keuangan publik berhak untuk mendapatkan
informasi, pemerintah wajib memberikan informasi keuangan yang akan
51
.
digunakan untuk pengembalian keputusan ekonomi, sosial dan politik oleh pihak-
pihak yang berkepentingan.
B. Penerapan Prinsip Good Governance di Pemerintah Kota Makassar
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Penulis dapat diketahui bahwa
pemerintah kota Makassar telah menerapkan secara baik prinsip partisipasi
(participation). Hal ini terbukti dengan banyaknya masyarakat yang ikut
berpartisipasi dalam pembangunan kota Makassar, mereka menyalurkan
aspirasinya melalui media yang disediakan oleh pemerintah kota Makassar itu
sendiri, selain itu pula mereka menyampaikan apa yang menjadi keluhannya
kepada pemerintah. Dimana dari keluhan tersebut dapat dijadikan sebagai
masukan bagi pemerintah agar pemerintah lebih memperhatikan masyarakat. Dan
dari hasil penelitian juga dapat diketahui bahwa pemerintah menyediakan media
komunikasi untuk masyarakat seperti melalui media massa, dan adanya lembaga
musyawarah dan hal ini merupakan upaya pemerintah untuk menampung aspirasi
masyarakat.
Pemerintah kota Makassar juga telah menerapkan prinsip tegaknya
suprmasi hokum (rule of law), hal ini terlihat dari kondisi penegakan hokum di
kota Makasasr sudah berjalan dengan cukup baik, namun tentu saja masih
memerlukan peningkatan terutama dalam rangka pencegahan terjadinya berbagai
bentuk penyimpangan dan pelanggaran hukum. Langkah kebijakan yang telah
diambil pemerintah kota Makassar serta memberikan kepastian hokum dan
ketentraman dalam kehidupan, yaitu :
52
.
1. Meningkatkan pelayanan masyarakat di bidang hokum serta
menyelenggarakan penyuluhan hokum dalam rangka meningkatkan
kesadaran serta budaya hokum dan tertib hokum.
2. Penyusunan dan pengkajian produk hokum daerah dimana hasil yang
dicapai yaitu legalisasi rancangan peraturan perundang-undangan berupa
terbentuknya produk hokum terdiri dari peraturan daerah, penetapan
keputusan walikota dan pengaturan keputusan walikota.
3. Peningkatan sistem jaringan Dokumentasi Hukum (JDIH) dimana hasil
yang dicapai adalah tersedianya buku perda, lembar keputusan walikota,
buku himpunan perda, buku himpunan keputusan walikota.
Selain itu juga pemerintah kota Makassar menerapkan prinsip
transparansi, hal ini dapat diketahui dengan adanya upaya pemerintah untuk
menyediakan informasi yang berguna bagi masyarakat serta mempermudah
masyarakat untuk memperoleh informasi tersebut yaitu dengan cara menyediakan
informasi melalui media massa atau media elektronik. Dan mereka juga
menyediakan informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
Pemerintah kota Makassar juga menerapkan prinsip-prinsip Good
Governance, hal ini dapat diketahui dengan adanya pelayanan yang baik yang
diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat, dan mereka cepat dalam
menanggapi keluhan yang disampaikan oleh masyarakat. Serta dapat diketahui
juga dengan adanya media pelayanan pengaduan masyarakat baik melalui media
53
.
massa, media elektronik atau tatap muka langsung. Ini merupakan salah satu cara
mereka untuk melaksanakan prinsip good governance :
1. Transparasi yang terjadi di pemerintah kota Makassar sudah berjalan
dengan cukup efisien, pemerintah kota makassar menjamin akses
terhadap berbagai informasi mengenai proses kerja, anggaran untuk
pelaksanaan kebijakan pemantaun dan evaluasi, pemerintah kota
makassar juga sudah memberikan kekuasaan kepada direksi untuk
pejabat pemerintah dan sudah memudahkan masyarakat untuk
memperoleh informasi yang layak kepada masyarakat.
2. Akuntabilitas yang terjadi di kota Makassar dalam penyelenggaraan
pemerintah sudah mempertanggungjawabkan hasil kerja atas
pelaksanaan tugas dan fungsi kepada masyarakat, pemerintah kota
makassar juga sudah memperkuat cara-cara yang mereka gunakan
dalam melaksanakan tugasnya.
3. Pengendalian pemerintah kota makassar sudah sangat dapat
membandingkan yang di anggarkan dengan yang dicapai, pemerintah
kota makassar menyatakan bahwa perlu dilakukan analisis varians
(selisih) terhadap penerimaan dan pengeluaran daerah agar dapat
segerah mungkin dicari penyebab timbulnya varians tindakan antisipasi
kedepan.
4. Keterbukaan dan kejujuran pemerintah kota makassar sudah bisa
menerima masukan dari rakyat termasuk kritik apabila itu bersifat
membangun, pemerintah kota makassar juga sudah siap menampung
54
.
keluh kesah rakyat, dan pemerintah juga slalu mendengarkan keluh
kesah masyarakat, membalas smuah keluh kesah masyarakat.
5. Aturan hukum pemerintah kota Makassar,Hukum harus tegas dan
membuat jerah pelakunya, jangan sampai ada ketidakadilan dimata
hukum, siapa pun yang bersalah harus dikenakan sanksi yang sesuai,
baik itu rakyat biasa atau pejabat sekalipun.
C. Penggunaan Informasi Keuangan di Kota Makassar
Pemerintah kota Makassar sudah menerapkan penerapan otonomi
daerah, penerapan pendekatan baru ini realtif akan menghadapi cukup banyal
kendala. pemerintah kota Makassar juga sudah mendukung uapaya
penyempurnaan sistem sumber daya manusia dngan diberikan pemaham
yang memadai, pemerintah juga sangat memahami peran dan fungsi laporan
keuangan mereka
Pembuat laporan keuangan pemerintah kota makassar bertujuan
memberi informasi keuangan yang berguna untuk pembuatan keputusan
untuk memberi informasi keuangan yang berguna untuk pembuatan
keputusan ekonomi, sosial, politik dan juga laopran akuntabilitas itu sendiri
selain tujuan tersebut, tujuan yang lebih penting dalam laporan itu adalah
kepuasan pengguna informasi.
Salah satu alat untuk memfalitasi melalui penyajian laporan keuangan
pemerintah kota Makassar yang konfrensif. Pemerintah diharapkan dapat
menyajikan laporan keuangan yang terdiri dari Laporan ralisasi anggaran,
Laporan Aliran kas dan Neraca. Laporan keuangan tersebut merupakan
55
.
kompenen penting untuk menciptakan akuntansi sektor publik dan
merupakan salah satu alat ukur kinerja pemerintah kota Makassar.
Alasan mengapa pemerintah kota Makassar perlu membuat laporan
keuangan, Laporan keuangan pemerintah kota Makassar merupakan salah
satu bentuk mekanisme pertanggungjawaban dan sebagai dasar untuk
pengambilan keputusan, maka Laporan keuangan pemerintah kota Makassar
perlu dilengkapi dengan pengungkapan yang memadai.
Penyajian laporan keuangan oleh pemerintah kota Makassar bertujuan
untuk mewujudkan good governance. Permberlakuan otonomi daerah dari
pemerintah kota Makassar kemudian menjadikan prinsip transparasi dan
akuntabilitas sebagai Landasan perwujudan good governance dalam
pelayanan kepada masyarakat.
Tujuan penyajian laporan keuangan sektor public pemerintah kota
Makassar adalah :
1. Untuk menentukan biaya program dan aktivitas sehingga memudahkan
melakukan perbandingan.
2. Untuk mengepaluasi tingkat ekonomi dan efesiensi operasi program,
aktifitas, dan fungsi tertentu diunit pemerintah
3. Untuk mengevaluasi hasil suatu program, aktivitas terhadap pencapaiyan
target
4. Untuk mengepaluasi tingkat pemerataan.
Kelompok utama pengguna laporan keuangan pemerintah, namun
tidak terbatas pada :
56
.
1. Masyarakat
2. Para wakil rakyat dan lembaga pengawasan dan lembaga pemeriksa
3. Pihak yang member atau berperan dalam proses donasi, investasi dan
pinjaman maupun pemerintah.
Dalam hal penyajian laporan keuangan khususnya berupa neraca
sangat penting sebab pemerintah pada umumnya mempunyai asset yang
disignifikasikan dan utang pengungkapan atas informasi ini merupakan suatu
elemen dasar dari transparansi fisikal dan akuntabilitas. Bila sistim informasi
keuangan daerah ingin menghasilkan laporan keuangan secara lengkap pada
akhir tahun, maka terelbih dahulu disusun neraca.
D. Laporan Realisasi Anggaran di pemda Kota Makassar
Lapporan Realisasi Anggaran (LRA) merupakan salah satu komponen
laporan keuangan pemerintah yang menyajikan informasi tentang realisasi
dan anggaran entitas pelaporan secara tersanding untuk suatu periode
tertentu.
Laporan realisasi anggaran menyajikan informasi realisasi pendapatan,
belanja, transfer dan pembiayaan yang masing-masing di perbandingkan
dengan anggarannya dalam suatu periode tertentu, dalam pengertian kerangka
konseptual akuntansi pemerintah, laporan realisasi anggaran menyajikan
ikhtisar sumber, alokasi dan pemakaian sumber daya ekonomi yang dikelola
oleh pemerintah pusat / daerah yang menggambarkan perbandingan antara
anggaran dan realisasinya dalam satu periode laporan.
57
.
Tujuan Laporan Realisasi Anggaran adalah menetapkan dasar-dasar
penyajian laporan realisasi anggaaran untuk pemerintah dalam rangka
memenuhi tujuan akuntabilitas sebagaimana ditetapkan oleh peraturan
perundang-undangan.
Di pemerintah Kota Makassar Laporan realisasi anggaran sudah
menyediakan informasi yang berguna dalam memperediksi sumber daya
ekonomi yang akan diterimah untuk menandai kegiatan pemerintah pusat dan
daerah dalam periode mendatang dengan cara menyajikan laporan secara
konfratif, pemerintah Kota Makassar juga informasi kepada para pengguna
laporan tentang indekasi perolehan dan pengguna sumberdaya ekonomi
bahwa keuangan pemerintah kota makassar telah dilaksanakan secara efisien
dan hemat juga dilaksanakan sesuai dengan anggarannya.
Laporan realisasi anggaran disajikan sekurang-kurangnya sekali dalam
setahun. Dalam situasi tertentu tanggal laporan suatu entitas berubah dan
laporan realisasi anggaran tahunan disajikan dengan suatu periode yang lebih
panjang atau pendek dari satu tahun agar masyarakat pemerintah kota
Makassar tidak bertanya-tanya lagi tentang anggaran pemerintah.
Pendapatan adalah semua penerimaan kas pemerintah kota makassar
yang menambah ekuitas dana dalam periode tahun anggaran yang
bersangkutan yang menjadi hak pemerintah kota makssar dan tidak perlu
dibayar kembali oleh pemerintah lagi.
Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali
dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran
58
.
bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya, yang dalam
penganggaran pemerintah kota makassar terutama dimaksudkan untuk
menutup defisit atau memanfaatkan surplus anggaran.
E. Neraca Pemerintah Kota Makassar
Neraca pemerintah kota makassar penyajian laporan keuangan dari
daerah masing-masing penting sebab pemerintah pada umumnya mempunyai
jumlah aset yang disignifikasikan dan utang pengungkapan atas informasi
inmerupakan suatu element dasar dari Transfarasi fisikal dan akuntabilitas,
disamping itu seiring dengan tuntutan yang dikehendaki dalam PP No. 11 tahun
2010 tentag informasi keuangan daerah, neraca pembukaan (neraca yang pertama
kali dibuat) menjai suatu yang harus dimiliki oleh setiap pemerintah daerah sebab,
bila sistem informasi keuangan daerah ingin menghasilkan laporan keuangan
secara lengkap pda akhir tahun, maka terlebih dahulu disusun neraca, untuk lebih
jelasnya penyusunan,
Pemerintah kota makassar juga sudah melihat dari segi biaya atau
kewajiban yang harus dikeluarkan baik itu berupa modal maupun hutang, dalam
hal ini pemerintah kota Makassar mempunyai suatu catatan sistem dalam aspek
yang mengukur dan mambahas, pembukuan bepasangan pendataan dan pencatatan
suatu aktifitas transaksi yangmemiliki data kredit.
Dengan demikian Neraca pemerintah kota Makassar yang berisi tentang
catatan transaksi akan siap menjadi sebuah laporan yang akan digunakan untuk
resensi pemerintah
59
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan
maka dapat ditarik kesimpulan, pemerintah daerah kota Makassar telah
melaksanakan prinsip good governance , meskipun belum maksimal. Hal ini
dapat dilihat dari adanya supermasi hukum, adanya kemudahan dalam
mengakses informasi, adanya upaya pemberian pelayanan yang baik kepada
masyarakat, dan mempertanggungjawabkan segala yang diamanakan
kepadanya. Reformasi Keuangan Daerah secarah langsung juga akan
berdampak pada perlunya dilakukan reformasi anggaran daerah (APBD).
Reformasi anggaran meliputi proses penyusunan, pengesahan, pelaksanaan
dan pertanggungjawaban anggra.
Fenomena yang terjadi dalam perkembangan sektor publik di Indonesia
dewasa ini adalah semakin menguatnya tuntutan akuntabilitas publik oleh
lembaga-lembaga publik , baik di pusat maupun daerah . pada dasarnya
akuntabilitas publik adalah pemberian informasi dan pengungkapan atas
aktivitas dan kinerja finansial pemerintah daerah kepada pihak-pihak yang
berkepentingan.
60
.
B.Saran
Dari penelitian yang telah dilakukan, penulis mencatat beberapa hal
yang perlu diperhatikan oleh pihak Pemerintah Kota Makassar, diantaranya:
dalam hal penerapan prinsip good governance ini, agar lebih ditingkatkan
karena penerapan prinsip ini dapat meningkatkan kinerja pemerintah kota
makassar.
Pemerintah, baik pusat maupun daerah, harus bisa menjadi subyek
pemberi informasi dalam rangka pemenuhan hak-hak publik, yaitu untuk tahu
hak untuk diberi informasi (right to be informed), dan hak untuk di dengar
aspirasinya.
61
DAFTAR PUSTAKA
Dwiyanto Agus 2008, mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan Publik,Gadjah mada Universitas Press, yogyakarta
Efendi (2005) akuntasi manajemen suatu pengantar.raja grafindo persada jakarta.
Elwood, Sheila (Autumn 1993) “Parish and Town Councils: FinancialAccontability and Management”. Local Goverment Studies Vol. 19,pp:368-386
Hanif Nurcholis (2005)sistem administrasi keuangan daerah. Gramedia pustakautama, jakarta
Hunja (2009) manajemen accounting , jakarta salemba empat
Haryanto, 2007, Good Governance Bagian kedua Membangun kienerja GunaMenigkatkan Produktivitas Menuju Good Goverance, Mandar Maju,Bandung.
Hardjasoemantri (2003), Tuntutan penyusunan karya ilmiah, makalah, skripsi,tesis, disertai, sinar Baru Algensido, bandung.
Irawan soejito. (1999) ‘Aspek hubungan keuangan pusat-daerah dalampengelolaan keuangan daerah ‘ in the seminar Nasional manajemenkeuangan daerah dalam era global.yogyakarta.
Indra Bastian, 2007, Teori Administrasi Publik, Alfabeta, Bandung
Sarung Dajang (2001) “Otonomi Daerah dalam Transisi”, pada SeminarNasioanal Manajemen Keuangan Daerah Era Global, 12 April,Yogyakarta.
Lembaga Administrasi Negara dan BPKB (2000) Akuntabilitas dan GoodGovernanace, modul Sosialisasi Sistem Akintabilitas Kinerja InstanPemerintah (AKIP).
Mardiasmo (1999), the impact of central and provincial goverment interventionon local Goverment Budgetary management: the Case of indonesia.Ph.D Thesis (Unpublishde)
Mahmudi (2007), Akintansi sektor publik, yogyakarta penerbit andi.
Mardiasmo dan kirana jaya, wihana (1999) “pengelolaan keuangan daerah yangberorientasi pada kepentingan publik “. KOMPAK STIE YO,yogyakarta, oktober.
62
.
Mulgan, R (1997) “The Processes of Publik Accountintability.’ Australia Journalof Public Administration, 56 (1), 25-36
Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah (2002, 2004), Pref. Dr. Mardiasmo,MBA, Ak
Ridwan Juniarso dan sudrajat sodik, 2009, Hukum Administrasi Negara danKebijakan Pelayanan Publik, PT.Nusa Bandung
Sedarmayanti, 2003, GOOD GOVERNANCE dalam Rangka Otonomi Daerah.Mandar Maju, Bandung.
Sugiyanto,(1999) “kerangka strategis perubahan manajemen keuangan daerahsebagai implikasi UU RI No.22 tahun 1999 dan UU RI No.25 tahun1999”, PSPP, Jakarta , juli-desembe
63
.
SKRIPSI
ANALISIS KEBIJAKAN PENGELOLAAN KEUANGAN SEKTOR
PUBLIK DALAM MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE DI
PEMERINTAH KOTA MAKASSAR
Ade Irma Suriani
10573 02414 11
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIAH MAKASSAR
2015