skripsi -...

122
KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA LETUSAN GUNUNG CIREMAI DI DESA CISANTANA KECAMATAN CIGUGUR KABUPATEN KUNINGAN SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Serjana Pendidikan (S.Pd) Di susun Oleh: Rizal Fahrudin 1112015000088 PROGRAM STUDI TADRIS ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019

Upload: others

Post on 18-Oct-2019

16 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI

BENCANA LETUSAN GUNUNG CIREMAI DI DESA

CISANTANA KECAMATAN CIGUGUR KABUPATEN

KUNINGAN

SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan sebagai salah satu syarat untuk

memenuhi persyaratan memperoleh gelar Serjana Pendidikan (S.Pd)

Di susun Oleh:

Rizal Fahrudin

1112015000088

PROGRAM STUDI TADRIS ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019

Page 2: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the
Page 3: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the
Page 4: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the
Page 5: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the
Page 6: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the
Page 7: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

i

ABSTRAK

Rizal Fahrudin (1112015000088) : Kesiapsiagaan Masyarakat dalam

Menghadapi Bencana Letusan Gunung Ciremai, di Desa Cisantana,

Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesiapsiagaan Masyarakat

dalam menghadapi Bencana Letusan Gunung Ciremai di Desa Cisantana,

Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan analisis kuantitaif.

Populasi dari penelitian ini adalah masyarakat Desa Cisantana, Dusun Cisantana.

Jumah sampel yang diambil adalah 25 orang. Teknik pengambilan sampel yang

digunakan yaitu dengan teknik Purposive Sample. Pengumpulan data

menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

menggunakan table frekuensi, kemudian juga dianlisis secara deskriptif. Nilai skor

dalam penelitian ini meliputi per parameter yaitu pengetahuan dan sikap tentang

bencana rencana tanggap darurat, sistem peringatan bencana dan mobilisasi

sumber daya.

Hasil penelitian menunjukan bahwa kesiapsiagaan masyarakat di Desa

Cisantana dalam menghadapi bencana letusan gunung Ciremai termasuk dalam

kategori siap memiliki rata-rata skor dari nilai kesluruhan respnden sebesar 18,56

persentase responden yang sangat siap yaitu sebesar 32% persentase respoden

yang siap sebesar 64% persentase responden kurang siap sebesar 4% dan

responden yag serta sangat tidak siap sebesar 0%

Kata Kunci : Kesiapsagaan, Masyarakat, Bencana Letusan

Page 8: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

ii

ABSTRACT

Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

Ciremai Mountain Eruption Disaster, in Cisantana Village, Cigugur District,

Kuningan Regency.

This study aims to determine community preparedness in the face of the

Ciremai Mountain Eruption Disaster in Cisantana Village, Cigugur District,

Kuningan Regency.

This research is a descriptive study with quantitative analysis. The

population of this study is the community of Cisantana Village, Cisantana Hamlet.

The number of samples taken is 25 people. The sampling technique used is the

Purposive Sample technique. Data collection uses a questionnaire consisting of 25

questions. Data analysis techniques use frequency tables, then also descriptively

analyzed. The score scores in this study include per parameter namely knowledge

and attitudes about disaster emergency response plans, disaster warning systems

and resource mobilization.

The results showed that community preparedness in Cisantana village in

the face of the Ciremai eruption disaster included in the category of ready to have

an average score of respnden overall value of 18.56 percent of respondents who

were very ready, namely 32% percentage of respondents prepared at 64%

percentage of respondents unprepared for 4% and respondents who are very

unprepared at 0%

Keywords: Preparedness, Society, Eruption Disaster

Page 9: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

iii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Segala puja dan puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul ”Kesiapsiagaan Masyarakat dalam Menghadapi

Bencana Letusan Gunung Ciremai di Desa Cisantana, Kecamatan Cigugur,

Kabupaten Kuningan” sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar

sarjana. Tanpa akal, berkah dan rahmat-Nya yangdiberikan penulis pasti tidak

akan sampai pada fase akhir di perkuliahan ini.Selanjutnya Shalawat serta salam

semoga terlimpah dan tercurah kepada junjungan alam, baginda Nabi Muhammad

SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya. Nabi akhirul zaman yang telah

membawa umat manusia dari zaman kegelapan menjadi zaman yang terang

berderang dengan ilmu dan teknologi yang berkembang dengan pesat saat ini.

Penulis sadar bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan

yang harus disempurnakan dan penuh denganhambatan yang harus dilalui. Tanpa

dukungan dari seluruh pihak yang telahmembantu pastinya skripsi ini tidak dapat

terselesaikan. Oleh karena itu padakesempatan ini penulis menyampaikan

penghargaan dan ucapan terima kasih kepada :

1. Dr. Sururin, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

2. Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd, selaku Ketua jurusan Pendidikan Imu

Pengetahuan Sosial sekaligus Dosen Pembimbing Akademik yang

senantiasa memberikan banyak perhatian, bimbingan, serta motivasi

kepada mahasiswa tingkat akhir disela-sela kesibukannya.

3. Bapak Drs. Syaripulloh, M.Si, selaku sekertaris Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial, yang juga senantiasa memberikan banyak perhatian

dan motivasi kepada mahasiswa tingkat akhir disela-sela kesibukannya.

4. Bapak Dr. Teukeu Ramli Zakaria, M.A selaku dosen pembimbing pertama

dan Bapak Dr. Sodiki, M.Si selaku dosen pembimbing kedua yang telah

Page 10: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

iv

bersedia meluangkan waktu serta selalu memberikan motivasi, bimbingan

dan nasehat selama penulisan skripsi ini.

5. Seluruh dosen Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah

memberikan ilmu selama penulis mengenyam pendidikan di kampus ini.

6. Kepada kedua orang tua, Bapak Jojo Sudrajat dan Ibu Yayah Rokayah

(alm) dan kedua Kaka saya tercinta dan semua keluarga saya terimakasih

atas seluruh doa dan dukungan moril maupun materil serta kasih sayang

yang selalu mengiringi langkah penulis hingga saat ini.

7. Kepada Agus Salim, Darul Faisal dan Wais selaku teman satu bimbingan.

Terimakasih atas perjuangan selama ini dalam menyeleaikan skripsi

bersama-sama yang telah menerima segala kekurangan penulis dalam suka

maupun duka.

8. Sahabat-sahabat tercinta Kosan Manda Terimakasih atas dukungan dan

doa kalian, yang selalu membuat penulis selalu semangat hingga saat ini.

9. Teman-teman Jurusan Pendidikan IPS angkatan 2012 atas kekompakannya

selama ini, baik di kelas ataupun saat praktikum.

10. Seluruh pihak yang penulis sadari atau tidak sadari telah membantu secara

langsung ataupun tidak langsung dalam penyusunan skripsi ini yang tidak

dapat disebutkan satu persatu.

Penulis harapkan semoga segala kebaikan yang diberikan mendapatkan

pahala yang berlipat ganda oleh Allah SWT dan senantiasa selalu dilindungi oleh

Allah SWT.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata

sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang akan

digunakan demi perbaikan dimasa yang akan datang. Penulis berharap agar skripsi

ini dapat bermanfaat, khusunya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.

Jakarta, 9 Mei 2019

Penulis,

Rizal Fahrudin

Page 11: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

v

DAFTAR ISI

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

ABSTRAK ............................................................................................................. i

KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ v

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1

B. Fokus Penelitian ........................................................................ 6

C. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................... 6

D. Perumusan Masalah ................................................................... 6

E. Tujuan Penelitian ....................................................................... 6

F. Kegunaan Hasil Penelitian ........................................................ 7

BAB II KAJIAN TEORI .............................................................................. 8

A. Kesiapsiagaan ............................................................................ 8

1. Pengertian Kesiapsiagaan .................................................. 8

2. Tindakan Kesiapsiagaan ..................................................... 8

B. Masyarakat ................................................................................ 9

1. Pengertian Masyarakat ......................................................... 9

2. Bentuk-bentuk Masyarakat ................................................. 10

C. Mitigasi Bencana ....................................................................... 11

1. Pengertian Bencana ............................................................. 11

2. Pengertian Mitigasi Bencana .............................................. 12

3. Jenis-jens Bencana .............................................................. 12

4. Pengertian Manajemen Bencana ......................................... 13

5. Mitigasi Bencana Letusan Gunung ..................................... 13

D. Gunung ...................................................................................... 17

Page 12: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

vi

1. Pengertian Gunung .............................................................. 17

2. Jenis-jenis Gunung .............................................................. 18

3. Persebaran Gunung di Indonesia ......................................... 20

4. Karakteristik Bentuk Lahan Gunung Strato di Indonesia ... 21

5. Jenis Erupsi Gunung ........................................................... 22

6. Tanda-tanda Awal Eksplosif Gunung ................................. 23

7. Bahaya Letusan Gunung ..................................................... 25

8. Jenis Bahaya Letusan Gunung ............................................ 27

E. Hasil Penelitian yang Relevan ................................................. 29

F. Sinopsis .................................................................................... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 33

A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................... 33

B. Metode Penelitian...................................................................... 33

C. Alat dan Bahan ......................................................................... 34

D. Populasi dan Sampel ................................................................ 35

E. Tahap Penelitian ....................................................................... 36

F. Teknik dan Instrument Pengumpulan Data .............................. 37

1. Kuesioner (Angket) ............................................................ 37

2. Wawancara ......................................................................... 38

3. Studi Dokumen ................................................................. 38

G. Langkah-langkah Pengolahan Data .......................................... 39

H. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ....................................... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................... 46

A. Gambaran Umum Daerah Penelitian ........................................ 46

1. Letak Geografis Daerah Penelitian ................................... 46

2. Kondisi Sosial Daerah Penelitian ...................................... 47

B. Deskripsi Responden ................................................................ 48

C. Deskripsi Hasil Penelitian ........................................................ 52

1. Hasil Observasi Penelitian ................................................ 52

2. Hasil Angket ..................................................................... 53

Page 13: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

vii

a. Pengetahuan dan Sikap Responden terhadap

Kesiapsiagaan Letusan Gunung Ciremai .................... 53

b. Rencana Tanggap Darurat ........................................... 59

c. Sistem Peringatan Dini ................................................ 64

d. Mobilisasi Kebencanaan ............................................. 71

3. Hasil Wawancara .............................................................. 76

4. Hasil Uji Instrument .......................................................... 76

a. Uji Validitas ................................................................ 76

b. Uji Realibilitas ............................................................ 78

D. Tingkat Kesiapsiagaan Masyarakat di Desa Cisantana ............. 78

E. Pembahasan Hasil Penelitian .................................................... 80

BAB V PENUTUP ...................................................................................... 82

A. Kesimpulan ............................................................................... 82

B. Implikasi ................................................................................... 82

C. Saran .......................................................................................... 83

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 14: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Siklus Mitigasi Bencana 14

Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian 33

Gambar 3.2 Peta Sebaran Sampel 36

Gambar 4.1 Piramida Penduduk Desa Cisantana menurut JenisKelamin 48

Page 15: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Hasil Penelitian Relevan 29

Tabel 3.1 Kisi-kisi Angket 37

Tabel 3.2 Pedoman Wawancara 38

Tabel 3.3 Data yang Dibutuhkan 39

Tabel 3.4 Nilai Skor Kesiapsiagaan Terhadap Bencana Letusan Gunung 41

Tabel 3.5 Skor Kategori Tingkat Kesiapsiagaan Masyarakat 44

Tabel 4.1 Data Penduduk Menurut Kelompok Umur 47

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Desa Cisantana Menurut Umur 49

Tabel 4.3 Karakteristik Responden Menurut Tingkat Pendidikan 50

Tabel 4.4 Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin 51

Tabel 4.5 Karakteristik Responden Menurut Jumlah Anggota Keluarga 52

Tabel 4.6 Pengetahuan Responden Tentang Bencana 54

Tabel 4.7 Pengetahuan Responden Tentang Bencana Letusan 55

Tabel 4.8 Pengetahuan Responden Tentang Penyebab Letusan 56

Tabel 4.9 Pengetahuan Masyarakat Tentang Tanda-tanda Letusan 57

Tabel 4.10 Pengetahuan Mengenai Dampak Letusan 58

Tabel 4.11 Sikap Responden Terhadap Bencana Letusan 58

Tabel 4.12 Rencana Evakuasi Responden saat Terjaid Bencana Letusan 60

Tabel 4.13 Kepemilikan Alat Transportasi 60

Tabel 4.14 Tempat Pengungsian Sementara 61

Tabel 4.15 Perlengkapan dan Barang-barang Evakuasi 62

Tabel 4.16 Ketersediaan Obat-obatan untuk Pertolongan Pertama 63

Tabel 4.17 Pembagian Tugas Penyelamatan 64

Tabel 4.18 Sistem Peringatan Dini Berbasis Kearifan Lokal 65

Page 16: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

x

Tabel 4.19 Pihak atau Pemberi Informasi Resmi 66

Tabel 4.20 Sistem Peringatan Bencana 67

Tabel 4.21 Sistem Peringatan Bencana Berbasis Teknologi 67

Tabel 4.22 Simulasi atau Latihan daam Pelatihan Kebencanaan 68

Tabel 4.23 Jumlah Keikiutsertaan dalam Pelatihan Kebencanaan 69

Tabel 4.24 Keikutsertaan Seminar Mengenai Bencana atau Kesiapsiagaan 70

Tabel 4.25 Kepemilikan Materi atau Buku tentang Kesiapsiagaan 71

Tabel 4.26 Akses Informasi dari Media dan Sumber Lain 72

Tabel 4.27 Keterampilan Kesiapsiagaan Bencana Anggota Keluarga 73

Tabel 4.28 Sumber Pendanaan Responden Untuk Menghadapi Bencana 74

Tabel 4.29 Jaringan Sosial Reponden 75

Tabel 4.30 Kesepatan Melakukan Simulasi 75

Tabel 4.31 Hasil Pengjian Validitas 77

Tabel 4.32 Uji Realibilitas 78

Tabel 4.33 Kategori Kesiapsiagaan Dalam Menghadapi Bencana 79

Tabel 4.34 Tingkat Kesiapsiagaan Masyarkat dalam Menghadapi Bencana 80

Page 17: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Surat .....................................................................................................................

1.1 Surat Bimbingan Skripsi ............................................................................ 89

1.2 Surat Permohonan Izin Penelitian .............................................................. 90

1.3 Surat Desa Cisantana.................................................................................. 91

2. Instrument Angket ........................................................................................... 92

3. Lembar Uji Referensi ..................................................................................... 100

4. Biodata Penulis .............................................................................................. 101

Page 18: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bumi ini telah diciptakan oleh Allah SWT., lengkap dengan segala

isinya, bentuk fisik bumi yang sempurna, contoh bentuk fisik yang sering

kita lihat diantaranya ada laut, sungai, bukit, dataran tinggi, dataran

rendah, gunung dan lain sebagainya. Dari semua bentuk fisik yang Allah

SWT., ciptakan, tentunya memiliki perannya masing-masing, seperti

halnya gunung ia ada senantiasa menjadi paku bumi atau sebagai penjaga

keseimbangan alam ini seperti yang telah dijelaskan dalam Al-Qur’an

Surat Luqman surat ke-31 ayat 10 yang berbunyi:

ي أن ت يد ب كم وبث ف يها م ن كل دابة ر ض رواس ال ت رو نا وأل قى ف خلق السماوات عمد ب غي

نا ف يها م ن كل زو ج كر ي وأن زل نا م ن السماء ماء فأن ب ت

“Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya dan

Dia meletakkan gunung-gunung (di permukaan) bumi supaya bumi itu

tidak menggoyangkan kamu; dan memperkembang biakkan padanya

segala macam jenis binatang. Dan Kami turunkan air hujan dari langit,

lalu Kami tumbuhkan padanya segala macam tumbuh-tumbuhan yang

baik.“

Dari ayat diatas kita bisa mengambil suatu pelajaran bahwa Allah

SWT., meletakkan gunung di permukaan bumi ini supaya bumi itu tidak

menggoyangkan kita atau untuk menjaga keseimbangan. Dari penciptaan

gunung ini juga menjadikan tanah yang disekitarnya menjadi subur,

sehingga banyak jenis tumbuhan dijumpai, dan banyak fauna yang

menempatinya, keanekaragaman flora dan fauna ini tentunya dapat

dimanfaatkan juga oleh manusia, baik untuk memenuhi kebutuhannya

maupun untuk dikelola untuk menghasilkan nilai ekonomi, kondisi ini

sangatlah menguntungkan manusia, dan mendukung terciptanya

keseimbangan alam.

Page 19: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

2

Setiap permukaan bumi memiliki bentukan morfologi yang

berbeda, daerah satu dengan yang lainnya memiliki kondisi morfologi

berbeda pula, contohnya ada beberapa wilayah yang banyak ditemui

gunung, bahkan ada yang tidak dijumpai gunung sama sekali. Kondisi ini

tentunya menjadikan setiap wilayah di permukaan bumi mempunyai satu

atau lebih macam ancaman bencana alam terutama wilayah yang sebaran

gunungnya banyak khususnya sebaran Gunung. Satu wilayah dengan

wilayah yang lain mempunyai macam dan intensitas ancaman yang

berbeda-beda. Dan di wilayah Indonesia memiliki ancaman bencana alam

(natural hazards) yang bermacam-macam, diantaranya berupa bencana

geologi, dan yang tergolong dalam bencana geologi salahsatunya adalah

bencana letusan Gunung.1

Indonesia juga merupakan wilayah dengan Jumlah Gunung

terbanyak di dunia2. ini dipengaruhi karena letak geografisnya merupakan

pertemuan 3 lempeng tektonik utama dunia. Yaitu lempeng Indo-Australia

di bagian selatan, lempeng Eurasia di bagian utara dan lempeng Pasifik di

bagian Timur. Ketiga lempeng tersebut bergerak dan saling bertumbukan

sehingga lempeng Indo-Australia menunjam ke bawah lempeng Eurasia

dan menimbulkan Gempa bumi, sesar dan Gunung. Inilah yang

menyebabkan Kepulauan Indonesia didominasi oleh gunung aktif

sepanjang Pulau Sumtera, Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara.

Berdasarkan data Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi

(PVMBG) Indonesia memiliki 13% jumlah Gunung yang ada di dunia atau

129 buah Gunung,3 selain itu berdasarkan data PVBG 60% dari jumlah

Gunung yang ada di Indonesia dan tersebar diseluruh pulau Indonesia

merupakan Gunung yang memiliki potensi letusan yang cukup besar.

Keadaan ini tentunya menjadikan wilayah Indonesia memiliki

potensi bencana yang sewaktu-waktu dapat mengancam harta benda,

nyawa, dan keselamatan masyarakat yang tinggal didalamnya. Dan sampai

saat ini kesiaapan masyarakat dalam menghadapi bencana letusan Gunung

1 Nurjannah dkk, Manajemen Bencana, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 20 2 Munir, Geologi Lingkungan, (Malang: B ayumedia Publishing, 2003), h. 211 3 Nurjannah dkk, Manajemen Bencana, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 84

Page 20: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

3

masih dirasakan kurang, Sejak tahun 1600 bencana Gunung di Indonesia

telah menelan korban sekitar 160.000. dua letusan Gunung terbesar yang

pernah terjadi di Indonesia adalah gunung Tambora pada tahun 1815 dan

Gunung krakatau pada tahun 1883, masing-masing menimbulkan korban

jiwa sebanyak 92.000 dan 36.000 orang.4

Contoh lainnya dilihat dari bencana letusan Gunung Yogya yaitu

merapi, dengan catatan sejarah letusan yang jelas, namun setiap kali

bencana terjadi cukup besar selalu menimbulkan korban jiwa dan kerugian

material yang cukup besar. Seperti letusan gunung merapi pada tahun 928

kerajaan Mataram hancur, tahun 1672 korban jiwa 64 orang, tahun 1969

korban jiwa 3 orang, tahun 1994 korban jiwa 64 orang, dan letusan yang

terakhir tercatat pada tahun 2010 korban jiwa sekurangnya 165 orang5

Dari penjelasan diatas kita bisa menyadari bahwa ancaman

bencana alam Gunung merupakan bencana alam yang sewaktu-waktu

dapat mengancam kita. Kondisi ini pun dirasakan sama pada daerah yang

berada disekitar Gunung, seperti Gunung Ceremai, Sosok Gunung

Ceremai atau sering juga disebut cereme, memang bagaikan sesosok

raksasa yang berdiri menjulang di tengah-tengah dataran rendah kawasan

pantai utara Jawa Barat bagian Timur. Tingginya yang mencapai 3.078

meter diatas permukaan laut (mdpl) atau 2.578 meter diatas kota Kuningan

membuatnya menjadi Gunung tertinggi di seantero Jawa Barat dan Banten.

Gunung Ceremai dikategorikan sebagai Gunung kuarter tipe A berbentuk

strato yang masih berstatus aktif. Status aktif Tipe A yang dimilikinya

membuat Ceremai adalah salah satu dari 80 Gunung sejenis yang tersebar

di seluruh Indonesia dan satu diantara teraktif di pulau Jawa.

Meskipun gunung ceremai termasuk memiliki tabiat Gunung yang

paling kalem dan ramah, karena sejak letusan pertama yang tercatat dalam

sejarah pada tahun 1698 lalu, gunung tersebut tidak pernah mengeluarkan

kekuatan yang terlalu berlebihan sehingga menyebabkan jatuhnya banyak

4 Lembaga Penelitian & Pengabdian kepada Masyarakat ITB, Ditulis oleh Hendra Grandis,

Mengelola resiko bencana di Negara Maritim Indonesia, Bandung 5 Asep Zaenudin, “Analisis Kerentanan Bencana Letusan Gunung Ceremai di Kecamtan Cilimus

Kabupaten Kuningan”, Skripsi pada Universitas Pendidikan Bandung, 2013, h. 1

Page 21: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

4

korban manusia. Menurut data dasar Gunung di Indonesia yang dimiliki

Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (DVMBG), selama

kurun waktu 400 tahun terakhir, Gunung Ceremai hanya meletus sebanyak

tujuh kali, tanpa data pasti jumlah korban jiwa yang ditimbulkan.

Dari kondisi ini tentu menjadikan penulis merasa penting untuk

menuliskan Skrispsi ini, karena Mengingat betapa banyaknya bahaya yang

ditimbulkan akibat dari erupsi Gunung, secara garis besar bahaya tersebut

meliputi antara lain: aliran piroklastik, lava, lahar, longsor, lontaran batu,

blok, bom dan abu Gunung, gas Volkani, gempa bumi dan tsunami. Dan

ini menjadi ancaman yang dapat menimbulkan banyak kerugian baik

berupa harta benda maupun nyawa dan keselamatan masyarakat yang

tinggal didalamnya.

Setidaknya masyarakat terlebih dahulu mengetahui bahaya dan

ancaman yang diitimbulkan dari letusan gunung ciremai, soal kapan waktu

terjadinya letusan gunung ciremai yang memang tidak bisa di perkirakan,

kondisi ini tentu memaksa masyarakat harus benar-benar siap menghadapi

kemungkinan terpahit apabila telah terjadi letusan Gunung ciremai,

Adapun usaha untuk meminimumkan dampak suatu bencana yaitu dengan

Mitigasi bencana Gunung, merupakan suatu usaha yang melibatkan

beberapa bidang keilmuan atau keahlian sehingga bersifat multi disiplin.

Penanganan pasca bencana dan penanganan pra bencana menjadi

suatu sistem yang harus diterapkan pada kawasan yang memang rawan

pada anacaman bencana ini, penanganan pra bencana seperti

kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana pun menjadi sangat

penting. mengingat pada penjelasan diatas bahwa kita memang harus

berkaca pada masa lalu, pada kejadian bencana-bencana Gunung yang

telah terjadi. Bencana yang banyak merenggut harta benda dan nyawa

maupun kerugian yang ditimbulkan, tentu ini semua terjadi karena kurang

kesiapan masyarakat dalam menghadapi bencana.

Untuk mengurangi korban dan kerugian yang ditimbulkan,

tentunya perlu adanya peningkatan kesiapan masyarakat dalam

menghadapi bencana letusan gununug api yang akan terjadi. Justru dengan

Page 22: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

5

rentang waktu yang cukup lama Gunung ciremai tertidur, atau kurang

lebih 400 tahun belum pernah menunjukan aktivitas letusan yang

membahayakan dan terjadi letusan yang dahsyat. Kondisi ini seharusnya

menjadi suatu kekhawatiran tersendiri, dimana kemungkinan terpahitnya

bisa saja malah gunung ciremai meletus dengan letusan yang sangat

dahsyat.

Oleh karena itu perlunya diadakan suatu usaha yang harus

dilakukan oleh masyarakat dalam menghadapi kemungkinan-kemungkinan

bencana yang sewaktu-waktu akan terjadi ini. Bisa juga melakukan

pengamatan di beberapa titik atau stasiun pemantauan yang bertujuan

untuk memberikan informasi kepada masyarakat juga mengetahui kondisi

aktivitas Gunung ciremai secara berkala.

Namun perlu diketahui juga bahwa sifat bencana itu datangnya

tidak dapat diduga-duga kedatangannya, kita hanya mampu menganalisa

kemungkinan akan terjadinya bencana dari tanda-tandanya saja,tapi ada

hal yang lebih penting yang harus dilakukan pada saat terjadinya bencana,

yaitu kita harus benar-benar siap pada kondisi menghadapi bencana alam

seperti penanganan pra bencana yaitu tentang kesiapsiagaan masyarakat

dalam menghadapi bencana letusan.

Mengingat daerah Kecamatan Cigugur Desa Cisantana, Dusun

palutungan merupakan kawasan rawan bencana erupsi gunung ceremai

karena radiusnya sangat dekat dengan sumber erupsi kurang lebih 5-8 KM

dan itu dikategorikan kawasan rawan bencana. Padahal bagaimana pun

juga, harus tetap disadari bahwa Gunung Ceremai adalah gunung berapi

aktif, tanpa kita ketahui sewaktu-waktu bisa saja terjadi letusan atau

aktivitas Gunung Ceremai secara mendadak, dari kondisi ini maka

dipandang perlu harus adanya kesadaran dan kesiapsiagaan masyarakat

dalam menghadapi bencana itu. Tentunya ini melibatkan seluruh elemen

masyarakat dan lembaga Pemerintah terkait

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk meneliti

kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana letusan Gunung

ciremai, sehingga peneliti membuat penelitian dengan judul

Page 23: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

6

“kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana letusan gunung

Ciremai di desa Cisantana, kecamatan Cigugur, kabupaten Kuningan”

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan diatas maka

masalah yang dapat di identifikasi adalah ;

1. Gunung Ceremai merupakan gunung aktif yang berpotensi

menimbulkan letusan

2. Kurangnya kesadaran masyarakat dalam menghadapi bencana gunung

meletus

3. Kurangnya kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana

letusan gunung ciremai

C. Ruang Lingkup Penelitian

Dikarenakan banyaknya permasalahan yang ada sehingga peneliti

membatasi hanya mengkaji kesiapsiagaan masyarakat desa Cisantana

kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan dalam menghadapi letusan

gunung Ceremai

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka pertanyaan peneletian

ini adalah bagaimana Kesiapsiagaan masyarakat desa Cisantana kecamatan

Cigugur kabupaten Kuningan dalam menghadapi letusan gunung Ceremai

E. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui seberapa besar kesiapsiagaan masyarakat Desa

Cisantana Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan dalam menghadapi

letusan Gunung Ciremai

Page 24: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

7

F. Kegunaan Hasil Penelitian

Adapun kegunaan atau manfaat yang diharapakan dari penelitian ini

adalah adanya suatu kontribusi baik secara teoritis atau pun secara praktis,

manfaat-manfaat tersebut yaitu sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Diharapkan dari penelitian ini dapat menjadi acuan untuk :

a. Perkembangan ilmu geografi lingkungan fisik seperti litosfer,

dan untuk mengkaji dan menjelaskan permasalahan tentang

kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi letusan Gunung,

Gunung ciremai pada khususnya.

b. Bagi pendidikan diharapkan dapat berguna sebagai bahan kajian

dalam pelajaran IPS dan Geografi khususnya pada materi litosfer.

c. Bagi Penulis penelitian ini diharapkan dapat menambah

wawasan, pengalaman ilmu dibidang geografi, dan tentang

kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan memberikan

informasi dan pengetahuan kepada masyarkat tentang

kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana letusan

gunung ciremai.

b. Bagi lembaga pemerintahan, diharapkan penelitian ini

memberikan rekomendasi untuk kepentingan pemerintahan.

c. Memperoleh pemecahan masalah dari kesiapsiagaan masyarakat

dalam menghadapi letusan Gunung Ceremai

d. Sebagai sarana untuk mengaplikasikan teori mengenai Mitigasi

bencana.

Page 25: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

8

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kesiapsiagaan

1. Pengertian Kesiapsiagaan

Dalam keadaan apapun kita dituntut untuk selalu waspada atau

selalu siap menghadapi kemungkinan bahaya yang akan mengancam

keselamatan diri kita, baik itu yang disebabkan oleh alam atau non

alam, dan kita pun tidak pernah tahu kapan bahaya atau bencana akan

datang menghampiri kita.

Oleh karena itu kita dituntut agar selalu siap siaga. Ada juga istilah

“Kesiapsiagaan” yang merupakan upaya menghadapi situasi darurat

serta mengenali berbagai sumber daya untuk memenuhi kebutuhan

pada saat itu. Hal ini bertujuan agar warga mempunyai persiapan yang

lebih baik untuk mengahadapi bencana.6

Sementara menurut BPBD DKI Jakarta Kesiapsiagaan adalah

serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana

melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan

berdaya guna.7

Jadi dapat disimpulkan bahwa kesiapsiagaan dapat diartikan

sebagai suatu upaya yang tepat guna dan berdaya guna untuk

menghadapi bencana, melalui penyusunan rencana yang efektif dalam

mengantisipasi bencana.

2. Tindakan Kesiapsiagaan

Karena pada prinsipnya bencana dapat dicegah dan diatasi sedini

mungkin, sehingga tidak perlu mengorbankan banyak harta benda dan

jiwa yang tak bernilai harganya. Salah satu dari tindakan kesiapsiagaan

adalah;

6 Yayasan IDEP, Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat, (Bali: Yayasan IDEP, 2007), h.

8 7 Widiani Nurrahmah, “Pengalaman Kesiapsiagaan Masyarakat Menghadapi Bencana Banjir di

Rt 001 Rw 012 Kelurahan Bintaro, Kecamatan Pesanggrahan, Jakarta Selatan Tahun 2015”

Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 26: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

9

a. Pembuatan sistem peringatan dini

b. Membuat sistem penyebaran ancaman

c. Pembuatan rencana evakuasi

d. Membuat tempat dan sarana evakuasi

e. Penyusunan rencana darurat, rencana siaga

f. Pelatihan, gladi, dan simulasi atau ujicoba

g. Memasang rambu evakuasi dan peringatan dini8

Sementara menurut UU RI No. 24/2007, meliputi ;

a. Penyusunan dan uji coba rencana penanggulangan kedaruratan

bencana.

b. Pengorganisasian, pemasangan dan pengujian sistem peringatan

dini.

c. Penyediaan dan penyiapan barang pasokan pemenuhan kebutuhan

dasar.

d. Pengorganisasian, penyuluhan, pelatihan dan gladi tentang

mekanisme tanggap darurat.

e. Penyiapan lokasi evakuasi.

f. Penyusunan data akurat, informasi dan pemutakhiran prosedur

tetap tanggap bencana.

g. Penyediaan dan penyimpanan bahan, barang dan peralatan untuk

pemenuhan pemulihan prasarana dan sarana.9

B. Masyarakat

1. Pengertian Masyarakat

Istilah yang paling lazim dipakai untuk menyebut kesatuan-

kesatuan hidup manusia, baik dalam tulisan ilmiah maupun dalam

bahasa sehari-hari adalah masyarakat. Dalam bahasa Inggris dipakai

8 Yayasan IDEP, Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat, (Bali: Yayasan IDEP, 2007), h.

8 9 Ersyad Tonnedy, “Tahapan Penanggulangan Bencana Situ Gintung oleh PKPU” Skripsi pada

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. h. 43

Page 27: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

10

istilah society yang berasal dari akar kata Arab Syaraka yang berarti

“ikut serta”, berpartisipasi.10

Menurut Koentjaraningrat, Masyarakat adalah memang

sekumpulan manusia yang saling “bergaul”, atau dengan istilah ilmiah,

saling “berinteraksi”. Suatu kesatuan masyarakat dapat mempunyai

prasaran melalaui apa yang warga-warganya dapat saling berinteraksi.

Suatu Negara modern msisalnya, merupakan kesatuan manusia dengan

berbagai macam prasarana, yang memunginkan para warganya untuk

berinteraksi secara intensif, dan dengan frekuensi yang tinggi. Suatu

Negara modern mempunyai suatu jaringan perhubungan udara,

jaringan telekomunikasi, sistem radio dan tv, berbagai macam surat

kabar ditingkat nasional, bahkan internasional. 11

Hampir sama seperti yang disampaikan oleh Ralp Linton,

masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah hidup dan

bekerja sama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur waktu dan

menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-

batas yang telah dirumuskan dengan jelas. 12

Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian masyarakat ialah

setiap manusia yang mengelompok atau membuat suatu komunitas dan

memiliki suatu kebudayaan.

2. Bentuk-bentuk Masyarakat

a. Masyarakat Tradisional

Adalah masyarakat yang kehidupannya masih banyak dikuasai oleh

adat istiadat lama. Adat istiadat adalah suatu aturan yang sudah

mantap dan mencakup segala konsepsi sistem budaya yang

mengatur tindakan atau perbuatan manusia dalam kehidpan

sosialnya. Jasi, masyarakat tradisional didalam melangsungkan

kehidupannya berdasarkan pada cara-cara atau kebiasaaan-

kebiasaan lama yang masih diwarisi dari nenek moyangnya.

10 Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 143-144 11 Iin Indriani, “Persepsi Masyarakat terhadap Kiai di Pondok Pesantren Ulumul Qur’an

Bojongsari, Kota Depok“ Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. h. 32 12 Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 144

Page 28: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

11

Masyarakat tradisional didup di daerah pedesaan yang secara

geografis terletak di pedalaman yang jauh dari keramaian kota.

Masyarakat ini juga disebut masyarakat pedesaan atau masyarakat

desa.

b. Masyarakat Modern

Adalah yang sebagian besar warganya mempunyai orientasi nilai

budaya yang terarah ke kehidupan dalam peradaban dunia masa

kini. Masyarakat modern relatif bebas dari kekuasaan adat-istiadat

lama. Karena mengalami perubahan dalam perkembangan zaman

deswasa ini. Perubahan-perubahan itu terjadi sebagai akibat

masuknya engaruh kebudayaan dari luar yang membawa kemajuan

terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada

umumnya masyarakat perkotaan atau masyarakat kota.13

C. Mitigasi Bencana

1. Pengertian Bencana

Banyak pengertian atau definisi tentang bencana yang pada

umumnya mereflesikan karakteristik tentang gangguan terhadap pola

hidup manusia, dampak bencana bagi manusia, dampak terhadap

struktur sosial, kerusakan pada aspek sistem pemerintahan, bangunan,

dan lain-lain serta kebutuhan masyarakat yang diakibatkan oleh

bencana.

Definisi bencana menurut undang-undang adalah peristiwa atau

rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan

penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam atau

faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan

timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta

benda dan dampak psikologis.14

Sementara definisi yang lain dari bencana yang dimuat dalam buku

disaster manajemen tersebut adalah:

13 Ferinaldi, “Perubahan Sosial Masyarakat Cigugur (analisis perubahan sistem mata

pencaharian masyarakat Cigugur, Kuningan, Jawa Barat)“ Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta. h. 24 14 Undang-undang nomor 24 Tahun 2007; (Tentang Penanggulangan Bencana)

Page 29: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

12

‘…Suatu kejadian, yang disebabkan oleh alam atau karena ulah

manusia, terjadi secara tiba-tiba atau perlahan-lahan, sehingga

menyebabkan hilangnya jiwa manusia, harta benda dan kerusakan

lingkungan, kejadian ini terjadi di luar kemampuan masyarakat

dengan segala sumber dayanya”15

2. Pengertian Mitigasi Bencana

Mitigasi atau pengurangan adalah upaya untuk mengurangi atau

meredam resiko. Kegiatan mitigasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu

fisik dan non fisik.16

Sementara dalam sumber lain disebutkan pengertian mitigasi

bencana itu adalah ;

istilah gabungan yang digunakan untuk mencakup semua tindakan

yang dilakukan sebelum munculnya satu bencana (tindakan-tindakan

pra bencana) yang meliputi tindakan-tindakan pengurangan resiko

jangka panjang.17

3. Jenis-jenis Bencana

Pada umumnya bencana dkelompokkan ke dalam enam kelompok

berikut :

a. Bencana Geologi;

Yang tergolong dalam bencana geologi anatara lain letusan

Gunung, gempa bumi atau tsunami, longsor atau gerakan tanah.

b. Bencana Hydro-meteorologi;

Antara lain banjir, banjir bandang, badai atau angin topan,

kekeringan, rob atau air laut pasang, kebakaran hutan.

c. Bencana Biologi;

Antara lain epidemic, penyakit tanaman atau hewan.

d. Bencana Kegagalan Teknologi;

Antara lain kegagalan atau kecelakaan industri, kecelakaan

transportasi, kesalahan desaign tekhnologi,

15 Nurjannah dkk, Manajemen Bencana, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 10-11 16 Yayasan IDEP, Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat, (Bali: Yayasan IDEP, 2007),

h. 8 17 Syafii Nasution, Penanggulangan Berbasis Komunitas, Tugas akhir pada Pascasarjana Institut

Pertanian Bogor, Bogor 2005

Page 30: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

13

e. Bencana Lingkungan;

Degradasi lingkungan antara lain pencemaran, abarasi pantai,

kebakaran (urban fire) kebakaran hutan (forest fire)

f. Bencana Sosial;

Diantaranya seperti konflik sosial atau kerusuhan.

g. Kedaruratan Kompleks;

yang merupakan kombinasi dari situasi bencana pada suatu daerah

konflik,, meskipun jarang terjadi namun dampaknya sangat besar.

Yang termasuk dalam kelompok ini antara lain konflik sosial,

terorisme atau ledakan bom, dan eksudus (pengungsian atau

berpindah tempat secara besar-besaran).18

4. Pengertian Manajemen Bencana

Manajeman bencana (Disaster Management) adalah ilmu

pengetahuan yang mempelajari bencana beserta segala aspek yang

berkaitan dengan bencana, terutama resiko bencana, dan bagaimana

menghindari risiko bencana. Manajemen bencana merupakan proses

dinamis tentang bekerjanya fungsi-fungsi manajemen yang kita kenal

selama ini misalnya fungsi planning, organizing, actuating, dan

controlling. Cara bekerja manajemen bencana adalah melalui

kegiatan-kegiatan yang ada pada tiap kuadran/siklus/bidang kerja

yaitu pencegahan mitigasi dan kesiapsiagaan, tanggap darurat, serta

pemulihan. Sedangkan tujuannya (secara umum) antara lain untuk

melindungi masyarakat beserta harta bendanya dari (ancaman)

bencana.19

5. Mitigasi Bencana Letusan Gunung

Berdasarkan siklus manajemen penanggulangan bencana itu maka

kegiatan penanggulangan bencana dapat dibagi menjadi enam

kelompok, adapun siklus mitigasi bencana seperti terlihat pada

Gambar 2.1

18 Nurjannah dkk, Manajemen Bencana, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 20 19 Nurjannah dkk, Manajemen Bencana, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 42

Page 31: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

14

Berdasarkan siklus manajemen penanggulangan bencana itu maka

kegiatan penanggulangan bencana dapat dibagi menjadi 6 kelompok,

yaitu :

a. Pada saat terjadi bencana atau tahap tanggap darurat (disaster

impact – quick response);

Penanggulangan pada tahap tanggap darurat dilaksanakan pada

saat terjadi bencana atau segera setelah bencana berlalu.

Pelaksanaan penanggulangan bencana itu dilakukan oleh petugas

SAR (Search and Resque), instansi lain yang berhubungan,

organiasasi sosial serta anggota masyarakat lainnya untuk

menyelamatkan jiwa penduduk dan harta benda yang terlanda

bencana. Usaha penanggulangan pada tahap tanggap darurat ini

misalnya:

1) Mengangkut korban yang luka-luka ke puskesmas atau rumah

sakit

2) Mencari korban yang hilang

Gambar 2.1

Page 32: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

15

3) Menguburkan korban yang meninggal dunia

4) Menyelamatkan harta benda yang ditinggal mengungsi

5) Membantu melakukan pengungsian

6) Menyediakan bahan makanan, pakaian, barak pengungsian

dan bantuan obat-obatan.

b. Rehabilitasi (recovery);

Tahap rehabilitasi dilakukan setelah bencana benar-benar berlalu,

yaitu membangun kembali secara darurat sarana dan prasarana,

seperti jalan, pasar, barak-barak pengungsian, saluran air, tanggul-

tanggul pengaman dan lain-lain agar kehidupan berangsur kembali

normal

c. Rekonstruksi (development)

Tehap berikutnya adalah rekonstruksi, atau pengembangan yang

berupa pembangunan sarana dan prasarana kehidupan yang

permanen setelah melalui pertimbangan tata guna lahan serta

usaha penanggulangan bencana di masa mendatang. Berdasarkan

pengalaman menghadapi bencana yang telah berlalu itu pada

tahap pengembangan ini juga dilakukan penelitian-penelitian serta

pengembangan program-program penanggulangan bencana pada

masa mendatang.

d. Pencegahan (prevention);

Untuk mencegah terulangnya bencana serupa di waktu yang akan

datang diperlukan usaha pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan.

Usaha-usaha penanggulangan bencana pada tahap pencegahan

antara lain :

1) Pembangunan sabodam untuk mengendalikan aliran lahar dan

banjir

2) Penyusunan peraturan tata guna lahan agar masyarakat tidak

mengembangkan pemukiman di daerah rawan bencana.

e. Mitigasi;

Ialah tindakan untuk mengurangi dampak bencana pada

masyarakat, seperti :

Page 33: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

16

1) Penerapan bangunan standar (building codes), antara lain

untuk mengantisipasi gempa bumi, hujan abu dan banjir

2) Penerapan tata guna lahan

3) Penerapan peraturan kemanan pada sistem transportasi, baik

darat, di udara maupun di laut.

4) Mengelola pertanian agar dapat mengurangi dampak bahaya

terhadap hasil-hasil pertanian, perkebunan dan kehutanan.

5) Pengamanan sistem instalasi strategis dan vital seperti pusat

pembangkit tenaga listrik, air minum dan komunikasi (radio

dan televisi)

6) Pengembangan insfrastruktur seperti pembuatan jalan raya

baru yang menjauhi daerah rawan bencana.

f. Kesiapsiagaan (preparedness);

Tahap kesiapsiagaan merupakan tindakan-tindakan yang

memungkinkan pemerintah, organisasi sosial, masyarakat dan

perorangan, mampu mengantisipasi sesegera mungkin dan

seefektif mungkin terhadapa situasi kejadian bencana. Kegiatan

ini misalnya;

1) Mensiapsiagakan peralatan penanggulangan bencana untuk

dapat digunakan sewaktu-waktu diperlukan

2) Mensiapsiagakan pelaksanaan evakuasi atau pengungsian

3) Mensiapsiagakan sistem peringatan dini atau komunikasi

darurat

4) Melakukan penyuluhan atau pemberian informasi tentang

kebencanaan kepada masyarakat

5) Memperdayakan masyarakat untuk melakukan

penanggulangan bencana secara mandiri

6) Melakukan latihan penanggulangan bencana20

20 Ferad Puturuhu, Mitigasi Bencana dan Penginderaan Jauh, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2015), h.

128

Page 34: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

17

D. Gunung

1. Pengertian Gunung

Para ahli sampai saat ini belum mendapatkan kata sepakat

mengenai batasan atau istilah baku tentang definisi Gunung secara

jelas. Namun Ilmu yang mempelajari Gunung biasa dinamakan

vulkanologi. Ada beberapa ahli yang mendefinisikan Gunung seperti

Menurut Koesoemadinata Gunug api adalah “lubang atau saluran yang

menghubungkan suatu wadah berisi bahan yang disebut magma”21

Jadi Gunung itu selalu berasosiasi dengan Peristiwa yang

berhubungan dengan naiknya magma dari dalam perut bumi. Magma

yang biasa disebut juga campuran batu-batuan dalam keadaan cair, liat

dan panas. Magma adalah cairan atau larutan silikat yang mudah

bergerak. Akivitas magma disebabkan oleh tingginya suhu dan

banyaknya gas yang terkandung didalamnya.

Namun secara umum Gunung dapat didefinisikan sebagai suatu

sistem saluran fluida panas (batuan dalam wujud cair atau lava) yang

memanjang dari kedalaman sekitar 10 km di bawah permukaan bumi

sampai ke permukaan bumi, termasuk endapan hasil akumulasi

material yang dikeluarkan pada saat dia meletus.22

Di pertegas lagi oleh salah seorang ahli, Matahelamual menyatakan

bahwa Gunung (Vulkan) adalah suatu bentuk timbulan di muka bumi,

pada umumnya berupa suatu kerucut raksasa, kerucut terpacung, kubah

ataupun bukit yang diakibatkan oleh penerobosan magma ke

permukaan bumi23.

Jadi tidak semua tempat yang tinggi dinamakan gunung, karena

pengertian gunung harus memenuhi kriteria tinggi dan proses

terbentuknya. Begitu pula dengan Gunung. Dari definisi tersebut juga

terlihat bahwa Gunung tidak harus ada di daratan (seperti halnya

21 Dedi Hermon, Geografi Bencana Alam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), h. 163 22 http://e-jurnal.com/pengertian-gunung-api, diunggah pada tanggal 8 Oktober 2017, pukul 19.45

WIB 23 Nandi, “geologi Lingkungan” Hand Outs pada Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung,

Jawa Barat 2006

Page 35: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

18

pendapat masyarakat awam), tetap juga muncul di dasar laut (dikenal

sebagai submarine vulcano).24

2. Jenis-jenis Gunung

Setiap Gunung yang kita jumpai baik yang ada di daratan maupun

yang ada di bawah permukaan laut, semuanya memiliki potensi untuk

mengeluarkan magma yang terkandung di dalamanya, menurut Ir.

Soetoto Gunung bisa dibedakan berdasarkan magma yang keluar dan

bentuk tubuh Gunung yang terjadi, berdasarkan bentuk lubang

erupsinya, berdasarkan atas fase erupsinya, dan berdasarkan atas

tingkat aktivitas, sifat ledakan materi vulkanik dan komposisi materi

vulkaniknya Gunung. Berikut ini penjelasannya;

a. berdasarkan magma yang keluar dan bentuk tubuh Gunung yang

terjadi

1) Shield volcano;

yaitu Gunung yang mengeluarkan magma cair sehingga

terbentuk tubuh Gunung belerang landai (hanya beberapa

derajat). Magma cair yang keluar dari adalah jenis magma

basalt. Bahan-bahan fragmental sedikit. Contoh; Gunung

Maona Loa dan Kilauea di Hawai, gunungapi di Islandia,

Samoa, kepulauan Galapagos dan pulau-pulau samudera lain

yang merupakan bagian atas shield volcano yang besar.

2) Composit volcan;

yaitu Gunung yang mengeluarkan magma kental bersifat

andesitic dan riolitik. Disamping itu Gunung tersebut

mengeluarkan pula bahan-bahan fragmental sehingga terbentuk

tubuh Gunung berlapis-lapis yang juga disebut Gunung strato

(stratovolcano) yang berbentuk kerucut. Kemirngan lereng

kurang lebih 60 –di bgaian kaki dan 300 di dekat puncak.

Contoh; gunung-Gunung di Indonesia dan Gunung daerah

benua yang lain.

24 Munir, Geologi Lingkungan, (Malang: B ayumedia Publishing, 2003), h. 211

Page 36: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

19

b. berdasarkan bentuk lubang erupsinya;

1) Gunung linear

Yaitu Gunung yang mempunyai lubang erupsi berbentuk garis

atau celah lurus

2) Gunung sentral

Yaitu Gunung yang mempunyai lubang erupsi berbentuk

bundaran atau lingkaran.

c. berdasarkan atas fase erupsinya;

1) Gunung aktif, yaitu Gunung yang secara konstan melakukan

kegiatan erupsi

2) Gunung tidur (dormant volcano), yaitu Gunung yang tidak

aktif untuk periode waktu yang lama

3) Gunung mati (extinct volcano), yaitu Gunung yang sudah tidak

aktif lagi.

4) Gunung desdruktif (desdructive volcano), yaitu Gunung yang

sudah mati dan sudah mengalami proses penghancuran erosi.

d. berdasarkan atas tingkat aktivitas, sifat ledakan materi vulkanik

dan komposisi materi vulkaniknya Gunung;

1) Gunung tipe Hawai, tidak ada ledakan, lava cair bersifat basa

meleleh membentuk lereng landau.

2) Gunung tipe Stromboli, nama ini diambil dari nama Gunung

Stromboli di dekat Sisilia; ledakan ringan secara teratur dengan

interval pendek. Materi yang keluar yaitu lava merah panas

pijar dna bongkah-bongkah scoria.

3) Gunung tipe Vulkano (Volcanian type), nama gunung ini

diambil dari nama Gunung yang Vulkano di Kepulauan Lipari,

ledakan ringan secara teratur dengan interval pendek. Materi

yang keluar yaitu lava merah panas pijar dan bongkah-

bongkah.

4) Gunung tipe Vesuvius, nama gunung ini diambil dari nama

Gunung vesuvius di Italia dekat dengan Naples; ledakan kuat

secara tiba-tiba setelah masa tenang agak lama, lava kelaur

Page 37: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

20

bersama dengan banyak gas yang telah tertahan lama dan

banyak dalam dapur magma.

5) Gunung tipe Krakatau, ledakan dangat dahsyat, sampai

menghancurkan Gunung tersebut. Walaupun debu vulkanik

sangat banyak keluar tetapi tidak ada lava yang keluar.

6) Gunung tipe Pelee, nama gunung ini diambil dari nama

Gunung di Pelee di Martinique; ledakan berupa gas pijar atau

gelap dan debu (nuees ardentes) yang tidak dapat terhambur ke

atas karena tersumbat kubah lava, materi vulkanik ini kelaur

secara lateral melalui retakan-retakan pada tubuh Gunung

tersebut. 25

3. Sebaran Gunung di Indonesia

Jumlah Gunung baik yang aktif maupun yang tidak aktif banyak

tersebar di dunia, terutama di Indonesia, hampir seluruh daratan atau

pulau di Indonesia ada satu atau lebih gunung yang menempatinya,

Gunung di Indonesia dibedakan menjadi lima, yaitu :

a. Gunung kumpulan sunda;

Memanjang dari ujung Sumatera Utara melalui Jawa, Bali,

Sumbawa, Flores sampai Alor. Dalam kumpulan ini terdapat krang

lebih 300 buah Gunung yang masih aktif atau yang sedang padam.

Kelompok Gunung ini biasanya terdapat bertumpuk-tumpuk,

misalnya Gunung di Priangan, Flores, dan sekitar danau Toba.

Gunung yang berdiri sendiri atau Gunung soliter juga ada,

misalnya Gunung Ciremai di Kuningan, Jawa Barat. Gunung yang

telah padam misalnya gunung Muria di pantai utara Jawa Tengah.

b. Gunung kumpulan banda;

Muncul dari dasar laut cekungan Banda yang sangat dalam. Secara

keseluruhan tingginya dari dasar laut hingga 5.000 meter, tetapi

yang muncul di atas muka laut tidak lebih dari 1.000 meter. Contoh

Gunung yang terkenal adalah Gunung laut Emperor di Laut Cina.

c. Gunung kumpulan Minahasa dan Sangihe;

25 Soetoto, Geologi Dasar, (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2013), h. 114-120

Page 38: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

21

Merupakan gunug api yang sangat aktif dan dapat di ikuti ke arah

utara sampai Mindanao. Contoh Gunung yang masuk kelompok ini

adalah Gunung Soputan dan Lokon.

d. Gunung kumpulan Halmahera;

Terdapat di bagian tengah daerah Halmahera antara makian dan

Tobello. Di bagian lain daerah ini tidak terdapat aktivitas vulkanik

sejak zaman Neogen Tua. Dalam kelompok ini Gunung yang

terkenal adalah Gunung Tidore dan Maitara. Gunung di Halmahera

jelas terletak pada satu garis lurus yang menunjukan daerah lemah

dan patahan geologi dalam kerak bumi.

e. Gunung kumpulan Sulawesi Selatan dan Bonthain

Terhitung suatu kompleks yang besar, akan tetapi sekarang tidak

aktif lagi.26

4. Karakteristik Bentuk Lahan Gunung Strato di Indonesia

Erupsi sentral adalah yang dominan diantara Gunung strato,

meskipun Gunung yagn berkerucut tunggal sangat jarang. Menurut

Kemmerling, 1915, kebanyakan Gunung strato mempunyai dua

kerucut, sebagai akibat dari pergeseran sedikit dari pusat aktivitasnya.

Gunung Merapi di Jawa Tengah sebagai contohnya, beberapa Gunung

strato lainnya menunjukkan karakteristik celah yang jelas, seperti

Gamkonora di Halmahera, erupsi areal yang benar tidak ada, meskipun

aktivitas vulkanik tersebut menyebar di sekitar Gunung Lamongan,

Jawa Timur, mungkin sebagai atribut areal atau aktivitas magmatic

poly-orificic. Dua faktor yang berperan dalam perkembangan lereng

pada Gunung strato di Indonesia, yaitu dominasi abu dan material

klastik lainnya, di sebagian besar di Indonesia tingginya curah hujan

dan hujan lebat tropis. Sebagai konsekuensinya, lereng fluvio-vulkanik

yang terbentuk oleh aliran lahar meluas. Kenampakan tersebut sering

26 Sukandarrumidi, Bencana alam dan Bencana Anthropogene, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius,

2010), h. 67-68

Page 39: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

22

dijumpai dalam beberapa tingkat, masing-masing menunjukan fase

yang spesifik dan periode perkembangan dari .Gunung 27

5. Jenis Erupsi Gunung

Erupsi yakni proses keluarnya magma ke permukaan bumi karena

tekanan dari dalam, melalui retakan atau lubang kepundan. Menurut

sifart keluarnya magma ada yang bersifat letusan (explosive) dan

lelehan (effusive) :

a. Erupsi explosive;

Adalah keadaan dimana Gunung meletus melontarkan bahan

hamburan dari dalam bumi ke permukaan bumi, bahan hamburan

yang dilontarkan itu dalam bentuk :

1) Endapan Hidroklastik;

Endapan hidroklastik adalah bahan hamburan dari letusan

freatik Gunung yang dihasilkan oleh letusan non magmatik.

Kata hydro disini mencerminkan bahwa letusan berasal dari

uap air bertekanan tinggi sebagai hasil pemanasan air tanah

oleh magma di dalam bumi. Ini merupakan variasi dari

prioklastika yang terbentuk oleh letusan uap air.

2) Endapan / batuan prioklastika;

Bahan hamburan yang langsung berasal dari magma (Primay

magmatic materilas) disebut piroklas, onggokan piroklas

disebut endapan piroklastika dan setelah mengalami litifikasi

menjadi batuan piroklastika istilah piroklast berasal dari kata

pyro (bahasa Yunani) yang berarti api dan Clast yang berarti

bahan hamburan, butiran, fragmen, kepingan atau pecahan.

Oleh sebab itu piroklas adalah fragmen fijar atau butiran yang

mengeluarkan api (membara) pada saat dilontarkan dari dalam

bumi ke permukaan melalui kawah Gunung. Terbentuknya api

tersebut dikarenakan magma yang mempunyai temperatur

27 Herman Th. Verstappen,Garis Besar Geomorfologi Indonesia, (Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press, 2014), h. 75-76

Page 40: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

23

tinggi (900 – 1.2000 C) tiba –tiba dilontarkan ke permukaan

bumi dimana temperature rata-ratanya kurang dari 350 C.

b. Erupsi Effusive

Merupakan erupsi Effusive merupakan erupsi Gunung yang

menghasilkan bahan secara meleleh. Dalam arti yang

sempit/langsung kata ‘meleleh’ hanyalah memberikan kesan

keluarnya magma ke permukaan bumi kemudian mengalir

mengikuti bentang alam cekungan yang ada. Apabila berdsarkan

pengertian ini maka maka hanya aliran lava yang terpat sebagai

hasil erupsi efusiva. Namun demikian pada kenyataannya hasil

kegiatan Gunung nono eksplosif bukan hanya aliran lava dan

dalam beberapa hal produk-produk kegiatan itu saling berkaitan, da

juga lava mancur dan percikan lava pijar, lelehan lava di

permukaan hingga magma yang membentuk inrusi dangkal di

dalam tubuh Gunung.28

6. Tanda-tanda Awal Eksplosif Gunung

Masyarakat yang tinggal di lereng Gunung, yang sebetulnya

merupakan daerah rawan bencana, datang dengan keinginan sendiri,

berladang, berkelompok membentuk kampung dan desa. Akan tetapi,

apabila Gunung meletus, maka itulah yang harus dibantu dan

diselamatkan oleh pemerintah.

Sebelum melakukan kegiatan eksplosif yang oleh masyarakat

setempat dikenal dengan istilah meletus, Gunung akan menampakan

kalainan tingkah laku, yang oleh masyarakat dipandang sebagai

isyarat bahwa mereka harus bersiap-siap menyelamatkan diri. Isyarat

tersebut antara lain sebagai berikut;

a. Sering terjadi gempa vulkanik, mulai dari gempa skala kecil

hingga skala besar. Makin sering dan makin besar gempa vulkanik

berlangsung, makin dekat waktu eksplosif akan terjadi. Peranan

28 Ferad Puturuhu, Mitigasi Bencana dan Penginderaan Jauh, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2015), h.

88-89 dan 96

Page 41: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

24

petugas pos pengamat Gunung menjadi sangat penting dan

menentukan bilamana evakuasi harus dilakukan.

b. Sering timbul suara gemuruh yang dirasakan oleh masyarakat

yang tinggal di dekat daerah kepundan, sebagai akibat,

bergolaknya magma yang mencari jalan untuk keluar. Makin

sering dan makin kuat suara gemuruh tersebut, mencirikan

eksplosif akan segera terjadi.

c. Timbulnya awan panas mengakibatkan suhu di sekitar lereng

Gunung meningkat. Akbibatnya, binatang liar mulai tidak tahan

dan lari ke bawah, burung-burung berimigrasi meninggalkan

tempat yang berbahaya.

d. Timbul bau belerang yang sangat menyengat, bau tersebut akan

menyebar sesuai dengan arah tiupan angina.

e. Beberapa mata aiar di bagian lereng atas mulai mongering atau

debit airnya turun.

f. Diatas puncak Gunung sering terjadi kilatan-kilatan bunga api,

kilatan ini akan sangat mudah terlihat jelas [ada malam hari.

g. Terjadi aliran lava pijar. Aliran lava ini akan terlihat jelas pada

malam hari, melalui alur-alur. Lava pijar ini mampu membakar

apa saja yang diterjang, namun sangat indah apabila dilihat dari

kejauhan.29

Dari penjelasan di atas, ada juga penjelasan masyarakat Jawa

Tengah yang mepercayai kalau turunnya binatang dari lereng

puncak Gunung yang masih aktif, ke daerah dataran rendah

merupakan suatu petunjuk telah terjadi “ketidak nyamanan” di

lereng puncak Gunung, kejadian ini dipercaya oleh masyarakat

setempat sebagai tanda-tanda alam, sebagai penanda peringatan

kemungkinan Gunung akan meletus.30

29 Sukandarrumidi, Bencana alam dan Bencana Anthropogene, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius,

2010), h. 71-73 30 Sukandarrumidi, Geologi Medis; Pengantar Pemanfaatan Sumber Daya Alam Geologi dalam

Usaha Menuju Hidup Sehat, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2006), h. 160

Page 42: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

25

Ada juga slogan yang sering terdengar masyarakat sekitar gunung

Merapi di Jawa Tengah, “Kalau Merapi Berulah, Kenali Cara Lari”,

demikian seruan yang selalu disampaikan oleh para petugas Gunung

kepada masyarakat sekitar.31

7. Bahaya Letusan Gunung

Indonesia merupakan Negara yang kaya akan Gunung, hampir

seluruh pulau di Indonesia banyak di temui Gunung baik yang aktif

maupun yang tidak aktif. keadaan ini juga menjadikan tanah yang ada

di Indonesia sebagian besar termasuk pada jenis tanah vulkanik, tanah

ini merupakan tanah yang kaya akan unsur hara yang cocok bagi

tumbuhan jenis ini tentunya menguntungkan bagi para petani

khususnya. makanya tidak salah jika musisi terkenal seperti Koes

Ploes pernah menuliskan dalam lirik lagunya “…tongkat dan kayu jadi

tanaman” mungkin ini penggaambaran betapa suburnya negeri ini.

Karena banyak Gunung yang menempati di sebagian pulau

Indonesia, keadaan seperti ini disamping banyak keuntungan dalam hal

kesuburan tanahnya, keadaan ini juga menjadi ancaman bagi para

penghuninya. Diantara jenis bahaya Gunung yang paling pasti adalah

bahaya erupsi Gunung.

Bahaya yang mungkin timbul dapat merupakan bahaya

primer atau bahaya sekunder. Bahaya tersebut berasal dari hal-hal

berikut:

a. Awan panas;

Daerah yang dilewati aliran awan panas merupakan daerah yang

menderita paling parah. Arah mengalirnya awan panas

dipengaruhi oleh bentuk kawah/kepundan. Awan panas yang

dikeluarkan oleh gunung Merapi pada tahun 1994 telah

menghancurkan desa Turgo di lereng Merapi bagian selatan.

Puluhan rumah terbakar. (peristiwa; pada saat itu akan

31 Sukandarrumidi, Geologi Medis; Pengantar Pemanfaatan Sumber Daya Alam Geologi dalam

Usaha Menuju Hidup Sehat, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2006), h. 165

Page 43: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

26

berlangsung acara pernikahan. Sepasang pengantin, keluarga, dan

rumah ikut hangus terbakar)

b. Kebakaran Hutan;

Biasanya terjadi di sepanjang alur sungai yang di lalui oleh awan

panas. Tanaman kayu mongering sedangkan semak-semak dan

rerumputan terbakar, namun dalam waktu singkat akan segera

tumbuh kembali.

c. Eksplosif (letusan);

Yang memnuntahkan material vulkanik dari ukuran bom hingga

debu, bangunan rumah terutama atap tidak mampu menahan

timbunan material vulkanik ini, hingga akhirnya roboh. Tanaman

akan tertutup, terpanggang oleh panas material vulkanik, dan

akhirnya mati. Apabila tanaman tersebut merupakan tanaman

perkebunan atau tanaman semusim, tentunya petani akan

mengalami kerugian.

d. Banjir lahar dingin;

Akan melewati sungai yang berhulu di puncak biasanya hal ini

terjadi pada musim hujan dan membanjiri daerah hilir,

memperdalam alur sungai, serta menimbulkan longsoran tebing.

e. Keluar dan menyebarnya uap belerang;

Arah aliran uap belerang tergantung pada arah angin, uap belerang

dapat menyebabkan sesak napas dan apabila berkelanjutan dapat

mengakibatkan keracunan pada paru-paru, yang mengakibatkan

kematian.

f. Longosoran kubah lava;

Ini terjadi setelah Gunung mengeluarkan material vulkanik dan

membentuk kubah lava, seperti yang terjadi di gunung Merapi

pada saat mengeluarkan awan panas pada September 2007,

bahaya selanjutnya adalah longsoran kubah lava yang belum stabil

dan bersama air hujan akan akan mengalir turun hingga banjir

lahar. Berdasrakan pengalaman, banjir lahar turun setiap kali

turun hujan dengan intensitas hujan yang cukup tinggi, dengan

Page 44: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

27

curah hujan lebih dari 40 mm selama dua jam berturut-turut.

Apabila tidak ada anomali pada alur sungai yang berujung di

puncak gunung, aliran lahar itu tetap mengalir mengikuti alur

sungai sehingga tidak akan menimbulkan bencana akibat

meluapnya lahar ke permukiman.

g. Kesulitan mendapatkan air bersih;

Masyarakat disekitar Gunung umumnya kesulitan mendapatkan

air bersih, karena mata air banyak yang hilang akibat terkena

longsoran.32

8. Jenis Bahaya Letusan Gunung

Mekanisme perusakan perusakan bahaya letusan Gunung di bagi

menjadi dua berdasarkan waktu kejadiannya, yaitu:

a. Bahaya Utama (Primer)

Bahaya utama (sering juga disebut bahaya langsung) letusan

Gunung adalah bahaya yang langsung terjadi ketika proses

peletusan sedang berlangsung. Jenis bahaya ini adalah sebagai

berikut;

1) Awan Panas (Piroclastic Flow)

Awan panas adalah campuran material letusan antara gas dan

bebatuan (segala ukuran) terdorong ke bawah akibat

densitasnya yang tinggi dan merupakan akibat adonan yang

jenuh, menggulung secara turbulensi bagaikan gulungan awan

yang menyusuri lereng. Selain suhunya sangat tiggi (antara

300-7000 C) kecepatan luncurannya pun sangat tinggi, > 70

Km per jam (tergantung kemirignan lereng).

2) Lontaran Batu Pijar (Pijar)

Lontaran material (pijar) terjadi ketika letusan (magmatik)

berlangsung. Jauhnya lontaran sangat bergantung dari

32 Sukandarrumidi, Bencana alam dan Bencana Anthropogene, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius,

2010), h. 73-75

Page 45: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

28

besarnya energi letusan, bisa mencapai ratusan meter jauhnya.

Selain suhunya tinggi (>2000 C), ukurannya pun besar (garis

tengah >10 cm), sehingga dapat membakar sekaligus melukai,

bahkan mematikan mahluk hidup, yang lazim disebut sebagai

“Bom Vulkanik”

3) Hujan Abu Lebat

Hujan abu lebat terjadi ketika letusan Gunung sedang

berlangsung. Material yang berukuran halus (abu dan pasir

halus) diterbangkan angin dan jatuh sebagai hujan abu,

arahnya tergantung arah angin, karena ukurannya halus, maka

berbahaya bagi pernafasan, mata, dapat mencemari air tanah,

merusak terumbuhan (terutama daun), kosorif pada atap seng

dan pesawat terbang (terutama yang bermesin jet) karena

mengandung unsur-unsur kimia yang bersifat asam.

4) Leleran Lava (Lava Flow)

Lava adalah magma yang mencapai permukaan, sifatnya

liquid (cairan kental) dan bersuhu tinggi, antara 700-12000 C.

karena cair, maka lava umumnya mengalir mengikuti lereng

atau lembah dan membakar apa saja yang dilalauinya menjadi

ladang batu.

5) Gas beracun

Gas racun yang muncul dari Gunung tidak selalu di dahului

oleh letusan, akan tetapi dapat keluar dengan sendirinya

melalui celah bebatuan yang ada, meskipun kerap kali diawali

oleh letusan gas utama yang biasa muncul dari celah bebatuan

Gunung adalah CO2, H2S, HCI, SO2 dan CO. yang paling

kerap dan sering menjadi penyebab kematian adalah CO2. Sifat

gas jenis ini lebih berat dari udara sehingga cenderung

menyelinap di dasar lembah atau cekungan terutama bila

malam hari, cuaca kabut atau tidak berangin, karena dalam

suasana tersebut konsentrasinya akan bertambah besar.

Sebagai contoh gunung Tangkubanparahu, Gunung Dieng,

Page 46: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

29

Gunung Ciremai, dan Gunung Papandayan, terkenal memiliki

karakteristik letusan gas dan sering menelan korban karena

keberadaan gas yang dikandungnya dan dikenal dengan

lembah maut.

b. Bahaya Ikutan (Sekunder)

Bahaya ikutan lettusan Gunung adalah bahaya terjadi setelah

proses peletusan berlangsung. Apabila suatu Gunung meletus

akan terjadi penumpukan material dalam berbagai ukuran di

puncak dan lereng bagian atas. Pada saat musim hujan tiba

sebagian material tersebut akan terbawa oleh air hujan dan tercipta

adonan lumpur yang turun ke lembah sebagai banjir lahar

dingin.33

E. Hasil Penelitian yang Relevan

Adapun beberapa penelitian yang pernah dilakukan dan hampir

sama sebagai acuan dalam penulisan skripsi ini diantaranya seperti

terlihat pada tabel 2.1

Tabel 2.1

Tabel hasil penelitian yang relevan

No. Judul

Peneliti Hasil Persamaan Perbedaan

1. Analisis Kesiapsiagaan

Masyarakat dan

Pemerintah dalam

Menghadapi Erupsi

Gunung Kelud Tahun

2014 (Puspita Indra

Wardhani, dkk)

1. Bagaimana keselarasan

pemerintah dan masyarakat

dalam menghadapi bencana.

2. Mengetahui lembaga

pemerintah yang kinerjanya

kurang optimal terkait

kebencanaan, seperti

SATLAK PBP, Sebagai

posko pusat yang menangani

1. Memiliki persamaan

dalam mencari tahu

kesiapsiagaan dalam

suatu masyarakat.

2. sama-sama mengkaji

letusan Gunung

1. Tidak melibatkan

lembaga

pemerintah terkait

kebencanaan

dalam penelitian

ini.

2. Lingkup objek

sasaran penelitian

kesiapsiagaan

33 Ferad Puturuhu, Mitigasi Bencana dan Penginderaan Jauh, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2015), h.

124

Page 47: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

30

segala kebutuhan, lembaga

khusus yang menangani

bencana yang dinilai kurang

perihal kinerjanya.

Penanganan banyak dibantu

oleh pihak TNI dan POLRI.

3. Adanya kekurangan yang

harus dilakukan seperti dalam

hal penyusunan dan

memperbaharui rencana

kontijensi untuk

memudahkan pengeolaan

bencana pada masa krisis.

4. Kurang baiknya Standart

Operational Procedures

(SOP) harus disusun dengan

baik agar mempermudah alur

penanganan bencana.

5. Kurangnya manajemen dan

stok logistik pada setiap

wilayah yang terkena bahaya

bencana. 34

lebih luas.

2. Analisis Kerentanan

Bencana Letusan

Gunung Ceremai di

Kecamatan Cilimus

Kabupaten Kuningan

(Asep Zaenudin)

1. Berdasarkan hasil analisis

dalam kerentanan sosial

kependudukan, kepadatan

penduduk yang tergolong

sangat padat ini membuat

sangat rentan terhadap

bencana mengingat akan

mengganggu proses

evakuasi saat bencana

1. sama-sama meniliti

tentang bencana

Gunung

2. studi kasus tempat

yang sama

3. sama-sma tidak

melibatkan lembaga

kebencanaan

pemerintah

1. objek sasaran

lebih luas

melingkupi satu

kecamatan

2. pembahasan

penelitian lebih

kepada pra

bencana

34 Junun Sartohadi dkk, Bungan Rampai Penelitian, Pengelolaan Bencana Kegunungapian Kelud

pada Periode Krisis Erupsi 2014 (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), h. 122

Tabel 2.1 (Lanjutan)

Page 48: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

31

terjadi apabila tidak

terkendali dan terjadi

kepanikan dan perlu di

perhatikan apabila laju

pertumbuhan penduduk

semakin tinggi karena hal

ini dapat meningkatkan

kerentanan bencana suatu

wilayah.

2. Perlunya peningkatan

perhatian terhadap

kelompok masyarakat yang

rentan terhadap dampak

bahaya bencana, terutama

pada penduduk yang

berusia dibawah 5 tahun

dan penduduk yang berusia

lebih dari 65 tahun serta

penduduk perempuan harus

tetap di perioritaskan untuk

dibantu dalam proses

evakuasi bencana

berlangsung.

3. Berdasarkan hasil analisis

tingginya jumlah penduduk

yang bermata pencaharian

di bidang pertanian akan

memberikan dampak

terhadap tingkat kerentanan

bencana letusan Gunung,

sedangkan penduduk

miskin atau keluarga pra

Tabel 2.1 (Lanjutan)

Page 49: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

32

sejahtera tidak terlalu

banyak.

4. Berdasarkan hasil analisis

kerentanan termasuk

kedalam klasifikasi sedang,

tentunya ini tetap perlu

menjadi perhatian agar

tidak menimbulkan korban

dan kerugian yang besar

dengan melakuka

5. n sosialisasi tentang

kebencanaan dan prosedur

mitigasi bencana

F. Sinopsis

Indonesia merupakan wilayah dengan jumlah Gunung

terbanyak dunia, hampir setiap pulau di Indonesia dihuni gunung,

baik itu gunung yang masih aktif atau gunung yang tidak aktif.

Hal ini terjadi akibat karena letak geografis Indonesia yang

berada pada titik pertemuan tiga lempeng tektonik utama dunia.

Yaitu lempeng Indo-Australia di bagian selatan, lempeng Eurasia

di bagian utara dan lempeng pasifik di bagian timur.

Pergerakan ketiga lempeng itu salahsatunya menyebabkan

terbentuknya Gunung, yang tersebar di sepanjang pulau Sumatera,

Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara.

Wilayah yang hampir didominasi gunung aktif ini selain

memberikan dampak positif, berupa tanah yang subur disekitar

pegunungan, banyaknya sumber mata air, menyediakan bahan

tambang pasir, atau sebagai penyedia energi panas bumi, tentu dari

banyaknya gunung aktif ini juga merupakan sebuah ancaman serius

bagi penghuninya bisa jadi kehilangan harta benda atau memakan

korban jiwa jika sewaktu-waktu terjadi bencana letusan guung api.

Tabel 2.1 (Lanjutan)

Page 50: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

33

Kondisi ini tentunya tidak dapat kita hindari, yang ada kita

hanya bisa meminimalisir dari dampak yang diakibatkan oleh

bencana letusan Gunung, dengan cara diberikan pelatihan dari

instansi pemerintah yang bergerak di bidang kebencanaan, bisa

berupa pelatihan Pengurangan Resiko Bencana (PRB), pelatihan

Mitigasi Bencana dan jenis pelatihan atau penyuluhan lainnya yang

nantinya akan bermuara pada kesiapsiagaan masyarakat dalam

menghadapi bencana letusan Gunung.

Page 51: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

34

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Cisantana, Kecamatan Cigugur,

Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Adapun waktu penelitian akan dilaksanakan

pada bulan Juli 2018. Adapun peta lokasi penelitian seperti terlihat pada Gambar

3.1.

PETA DESA CISANTANA

KECAMATAN CIGUGUR, KABUPATEN KUNINGAN

Gambar 3.1 Peta lokasi penelitian

B. Metode Penelitian

Metode penelitian berisi jenis penelitian yang digunakan peneliti untuk

memecahkan masalah penelitian. Penelitian ini menggunakan metode survei.

Menurut Sofian “Penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari

satu populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpul data pokok”35

35 Sofian Efendi dan Tukiran, Metode Penelitian Survei, (Jakarta; LP3ES, 2012), Cet. Ke-

XXX, h.3

Page 52: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

35

C. Alat dan Bahan

1. Alat

A. Seperangkat perangkat keras berupa laptop

B. Perangkat lunak komputer (software) berupa aplikasi yang digunakan

untuk pengolahan data, antara lain:

1) Microsoft Word untuk penulisan laporan

2) ArcView 3.3 untuk digitasi peta

3) Printer untuk mencetak hasil penelitian.

2. Bahan

a. Data Primer

Menurut Sugiono “Data primer adalah data yang langsung memberikan

kepada pengumpul data atau sumber pertama dimana sebuah data

dihasilkan.36 Peneliti menggunakan data ini untuk mendapatkan informasi,

dan data primer yang dibutuhkan adalah angket.

b. Data Sekunder

Menurut Sugiono “Data sekunder adalah data yang tidak langsung

memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau

lewat dokumen”. 37 Data dapat berupa majalah, publikasi dari berbagai

organisasi, lampiran-lampiran dari badan resmi seperti kementrian, hasil

studi, tesis, hasl survey, studi historis, dan sebagainya. Sumber data

sekunder diharapkan dapat berperan membantu mengungkap data yang

diharapkan. Mernurut Burhan “Sumber data sekunder juga dapat

memberikan keterangan, atau data pelengkap sebagai bahan

pembanding”.38 Data sekunder yang digunakan adalah:

1) Data jumlah penduduk Desa Cisantana, Kecamatan Cigugur,

Kabupaten Kuningan

2) Studi kepustakaan yang dapat diperoleh dari literatur yang relevan

dan berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti seperti artikel,

surat kabar, buku, makalah, skripsi, tesis dan sumber bacaan lain

36 Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung; CV Alfabeta, 2010). h.308 37 Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung; CV Alfabeta, 2010). h.308 38 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Prenada media, 2005), h.

112

Page 53: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

36

3) Studi dokumentasi dari media gambar, peta dan dokumen-

dokumen dari dinas terkait mitigasi bencana.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang

memunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan

hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga

bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi

meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu39.

Sebelum penelitian dilaksanakan, terlebih dahulu harus ditentukan populasi

penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh warga di Desa

Cisantana, Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan.

2. Sampel

Sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin

mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan

dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang

diambil dari populasi itu. apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya

akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari

populasi harus betul-betul representatif (mewakili)40.

Dilihat dari prinsip pengambilan sampel, jumlah populasi tersebut akan

diambil sampelnya dengan merujuk pada pendapat Suharsimi Arikunto yaitu:

“apabila obyeknya kurang dari 100 orang, lebih baik diambil semuanya sehingga

penelitiannya merupakan penelitian populasi. Sebaliknya, apabila obyeknya lebih

besar dapat diambil 10%-15% atau 20% atau lebih41.

39 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan

R&D, (Bandung: Alfabeta, 2015), h. 117. 40 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan

R&D, (Bandung: Alfabeta, 2015), h. 118. 41 Suharsimi Arikunto , Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Rineka Cipta,

2013, Cet. Ke-15), h. 173.

Page 54: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

37

Maka diputuskan untuk mengambil sampel pada satu desa yaitu Desa

Cisantana, Dusun Cisantana Adapun peta sebaran sampel seperti terlihat pada

Gambar 3.2

Gambar 3.2 Peta sebaran sampel

D. Tahapan Penelitian

Tahap-Tahap Penelitian Tahap-tahap penelitian ini dibagi menjadi 3 tahap yaitu :

1. Menentukan masalah penelitian, dalam tahap ini peneliti mengadakan studi

pendahuluan.

2. Pengumpulan data, pada tahap ini peneliti mulai dengan menentukan sumber

data, yaitu buku-buku yang berkaitan dengan kesiapsiagaan bencana, mitigasi

bencana dan tentang Gunung. Pada tahap ini diakhiri dengan pengumpulan

data dengan menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi.

3. Analisis dan penyajian data, yaitu menganalisis data dan akhirnya ditarik

suatu kesimpulan

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini untuk memperoleh data yang diperlukan, penulis

melakukan beberapa teknik pengumpulan data, yaitu :

Peta Sebaran Sampel

Keterangan :

Mewakili 3 orang

Page 55: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

38

1. Kuesioner (Angket)

Kuesioner meliputi berbagai instrument di mana subjek menanggapi untuk

menulis pertanyaan untuk mendapatkan reaksi, kepercayaan dan sikap.

Peneliti memilih atau membangun perangkat pertanyaan yang tepat dan

meminta kepada subjek untuk menjawabnya, biasanya dalam suatu form yang

meminta subjek untuk mengecek responden ( misalnya: ya, tidak, mungkin)42.

Teknik ini untuk mengumpulkan data melalui komunikasi secara tidak

langsung, dalam hal ini sampel penelitian yaitu sebagian warga Desa

Cisantana, Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan. Kuisioner ini akan

disebarkan pada warga Desa Cisantana yang berjumlah 25 Kepala Keluarga,

untuk menggali data tentang pengetahuan dan sikap , rencana tanggap darurat,

sistem peringatan bencana dan mobilisasi sosial dalam menghadapi bencana

letusan Gunung.

Adapun kisi-kisi angket seperti terlihat pada Tabel 3.1,

menjelaskan tentang indikator, nomor soal dan jumlah butir soal.

Tabel 3.1

Kisi-kisi Angket

No. Indikator Nomor Soal Jumlah

Soal

1. Pengetahuan dan Sikap 1,2,3,4,5,6 6

2. Rencana tanggap darurat 7,8,9,10,11,12 6

3. Sistem peringatan bencana 13,14,15,16,17,18 6

4. Mobilisasi sosial 19,20,21,22,23,24 6

2. Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti

ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang

harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari

42 Uhar Suharsaputra, Metode Penelitian:Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan, (Bandung:

PT Refika Aditama, 2012), h. 97.

Page 56: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

39

responden yang lebih mendalam dan jumlah repondennya sedikit/kecil 43 .

Adapun informan yang akan diwawancarai dalam penelitian ini antara lain

kepala desa dan tokoh masyarakat serta masyarakat asli Desa Cisantana,

Kabupaten Kuningan, untuk menggali tentang kesiapsiagaan masyarakat

dalam menghadapi bencana letusan Gunung dan peran pemerintah setempat

dalam melakukan tindakan saat bencana letusan Gunung terjadi.

Adapun tabel pedoman wawancara seperti terlihat pada Tabel 3.2,

menjelaskan tentang indikator, nomor soal dan jumlah soal.

Tabel 3.2

Pedoman Wawancara

No. Indikator Nomor Soal Jumlah Soal

1. Pengetahuan dan Sikap 1 1

2. Rencana Tanggap Darurat 2 1

3. Sistem Peringatan Bencana 3 1

4. Sistem Peringatan Bencana 4 1

5. Mobilisasi Sosial 5 1

3. Studi Dokumen

Studi dokumen dilakukan peneliti untuk mengumpulkan data yang

berkaitan dengan situasi sosial warga Desa Cisantana, Kecamatan Cigugur,

Kabupaten Kuningan. Kemudian yang dapat dijadikan data dokumentasi yaitu

berupa tulisan, gambar, atau karya-karya monumental seseorang atau

masyarakat sekitar, serta sebagai data pendukung dari data observasi dan

wawancara44.

Dan yang terakhir tabel studi dokumen seperti terlihat pada Tabel 3.3,

menjelaskan tentang dokumen yang dibutuhkan dan sumber dokumen lainnya

yang mendukung.

43 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan

R&D, (Bandung: Alfabeta, 2015), h. 194. 44 Sugiyono, Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&d, (Bandung:

Alfabeta, 2012, h 329.

Page 57: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

40

Tabel 3.3

Data yang Dibutuhkan

No. Dokumen yang Dibutuhkan Sumber

1. Data Monografi Desa Cisantana,

Kabupaten Kuningan

Kantor Desa Cisantana,

Kabupaten Kuningan

2. Data penduduk Desa Cisantana,

Kabupaten Kuningan

Kepala Desa Cisantana,

Kabupaten Kuningan

F. Langkah-langkah Pengolahan Data dan Analisis Data

Sesuai teknik pengolahan data, mencakup dua karakteristik yaitu data

kuantitatif dan kualitatif. Untuk mengelola data dengan metode kuantitatif dalam

penulisan ini, penulis melakukan langkah sebagai berikut:

1. Editing yaitu memeriksa kembali jawaban daftar pertanyaan yang diserahkan

oleh responden. Kemudian angket tersebut diperiksa satu persatu, tujuannya

untuk mengurangi kesalahan atau kekurangan yang ada pada daftar pertanyaan

yang telah diselesaikan. Jika ada jawaban yang diragukan atau tidak dijawab,

maka penulis menghubungi responden yang bersangkutan untuk

menyempurnakan jawabannya.

2. Scoring yaitu merupakan tahap pemberian skor terhadap butir-butir

pertanyaan yang terdapat dalam angket. Dalam setiap pertanyaan dalam

angket terdapat 2 butir jawaban yaitu: ada dan tidak ada yang harus dipilih

oleh responden.

3. Tabulating yaitu setelah diketahui setiap indikatornya, maka seluruh data

tersebut ditabulasikan dalam bentuk tabel untuk kemudian diketahui

perhitungannya45.

Adapun dari data wawancara dan dokumentasi merupakan data kualitatif yang

berguna untuk melengkapi data kuantitatif yang akan digunakan sebagai

pendukung.

45 Mardialis Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survei, (Jakarta: LP3ES,

1989), H.137.

Page 58: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

41

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dengan

pendekatan kuantitatif. Penelitian ini bertujuan memaparkan data hasil

pengamatan tanpa diadakan pengujian hipotesis. Data yang terkumpul ditata

dalam tabel frekuensi. Tabel tersebut akan menghasilkan gambaran secara

deskriptif mengenai kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana letusan

Gunung.

Gambaran tentang kesiapsiagaan diperoleh dari pemberian asumsi nilai

skoring kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana bencana letusan

Gunung yang dibagi menjadi parameter kesiapsiagaan yaitu, sangat siap, siap,

kurang siap, tidak siap, dan sangat siap.

Nilai skor tersebut diperoleh dari pemberian asumsi skor pada setiap

jawaban instrument. Kemudian dari nilai skor dicari nilai terendah dan

tertingginya. Apabila nilai sudah diketahui nilai terendah dan tertinggi maka akan

digunakan dalam mencari interval skor untuk pemberian nilai pada setiap

kategori. Untuk menganalisis tingkat kesiapsiagaan digunakan rumus sebagai

berikut:

Keterangan : i = lebar interval

R = nilai tertinggi dikurangi nilai terendah

Asumsi nilai skor kesiapsiagaan terhadap bencana letusan Gunung dapat dilihat

pada Tabel 3.4

Tabel 3.4

Nilai Skor Kesiapsiagaan terhadap Bencana Letusan Gunung

No. Variabel Indikator Alternatif Jawaban Skor

1. Pengetahuan dan

sikap tentang

risiko bencana

letusan Gunung

Pengetahuan tentang

bencana

a. Mengetahui

b. Tidak mengetahui

1

0

Pengetahuan tentang

bencana letusan

Gunung

a. Mengetahui

b. Tidak mengetahui

1

0

Pengetahuan tentang a. Mengetahui 1

i = Jarak pengukuran (R)

Jumlah Interval

Page 59: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

42

penyebab letusan

Gunung

b. Tidak mengetahui 0

Tanda-tanda akan

terjadi letusan

Gunung

a. Mengetahui

b. Tidak mengetahui

1

0

Pengetahuan tentang

dampak letusan

Gunung

a. Mengetahui

b. Tidak mengetahui

1

0

Sikap saat terjadi

letusan Gunung

a. Mengungsi

b. Tetap tinggal

dirumah

1

0

2. Rencana tanggap

darurat

Rencana evakuasi a. Ada rencana

evakuasi

b. Tidak ada rencana

1

0

Alat transportasi

untuk keadaan darurat

a. Ada alat

transportasi untuk

keadaan darurat

b. Tidak ada alat

transportasi untuk

keadaan darurat

1

0

Kerabat/keluarga yang

menyediakan tempat

pengungsian

sementara

a. Ada

kerabat/keluarga

yang

menyediakan

tempat

pengungsian

b. Tidak Ada

kerabat/keluarga

yang

menyediakan

tempat

pengungsian

1

0

Perlengkapan

evakuasi dan barang-

barang

a. Ada perlengkapan

evakuasi

b. Tidak ada

perlengkapan

evakuasi

1

0

Obat-obatan untuk

pertolongan pertama

a. Ada obat-obatan

b. Tidak ada obat-

obatan

1

0

Pembagian tugas

dalam tindakan

penyelamatan

a. Ada pembagian

tugas

b. Tidak ada

pembagian tugas

1

0

Tabel 3.4 (lanjutan)

Page 60: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

43

3.

Sistem peringatan

bencana

Sistem peringatan

berbasis kesepakatan

lokal

a. Ada peringatan

b. Tidak ada

Peringatan

1

0

Alat penanda

peringatan bencana

letusan Gunung

a. ada (sebutkan)

b. tidak ada

1

0

Sistem peringatan dari

informasi resmi

a. Ada sistem

peringatan dari

informasi resmi

b. tidak ada

peringatan dari

informasi resmi

1

0

Sistem peringatan

berbasis teknologi

a. Ada

b. Tidak ada

1

0

Simulasi atau latihan

evakuasi

a. Pernah mengikuti

b. Tidak perna

mengikuti

1

0

Jumlah keikutsertaan

dalam pelatihan

kebencanaan

a. 1 atau lebih dari 1

kali

b. Belum pernah

1

0

Anggota keluarga

yang pernah

mengikuti

seminar/pertemuan/

workshop/pelatihan

mengenai

kesiapsiagaan bencana

a. Ada anggota

keluarga yang

mengikuti

b. Tidak ada

anggota keluarga

yang mengikuti

1

0

4. Mobilisasi sosial Kepemilikan materi

bencana Letusan

Gunung

a. Ya memiliki

b. Tidak memiliki

1

0

Akses informasi dari

sumber lain mengenai

letusan Gunung

a. Ya memiliki

b. Tidak memiliki

1

0

Anggota keluarga

yang memiliki

keterampilan

mengenai

kesiapsiagaan bencana

a. Ya ada

b. Tidak ada

1

0

Pendanaan untuk

menghadapi bencana

a. Ada

dana/anggaran

b. Tidak ada

1

0

Tabel 3.4 (Lanjutan)

Page 61: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

44

dana/anggaran

Jaringan sosial

(Saudara/teman) yang

siap membantu saat

bencana

a. Ada bantuan

b. Tidak ada

bantuan

1

0

Kesepakatan di dalam

keluarga untuk

melakukan simulasi

bencana

a. Ya ada

b. Tidak ada

1

0

Jumlah Skor tertinggi 25

Skor terendah 0

Berdasarkan Tabel 3.4 tentang nilai skor kesiapsiagaan terhadap bencana

letusan Gunung diperoleh nilai skor tertinggi adalah 25 dan nilai skor terendah

adalah 0. Nilai skor tersebut digunakan untuk mencari niai interval skor dengan

rumus sebagai berikut:

i = Jarak Pengukuran (R)

Jumlah Interval

i = (25−0)

5

i = 5

Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh nilai interval skor yaitu 5.

Interval skor tersebut dapat digunakan untuk menentukan nilai pada setiap

kategori kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana letusan Gunung

seperti terlihat pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5

Skor Kategori Tingkat Kesiapsiagaan Masyarakat

No. Interval skor Kategori parameter

1. 21 – 25 Sangat siap

2. 16 – 20 Siap

3. 11 – 15 Kurang siap

4. 6 – 10 Tidak siap

5. 0 – 5 Sangat tidak siap

Tabel 3.4 (Lanjutan)

Page 62: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

45

G. Teknik Pemeriksaan Keabsahan data

Tenik pemeriksaan keabsahan data atau uji kebsahan data dalam penelitian

kualitatif ini, di tekankan pada validitas dan realibilitas. Validitas merupakan

derajat ketepatan antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan data yang

dapat dilaporkan oleh peneliti, sedangkan relibilitas berkenaan dengan derajat

konsistensi dan stabilitas data atau temuan. Oleh karena itu Susan Stainback

menyatakan bahwa, “penelitian kuantitatif lebih menekankan pada aspek

realibilitas, sedangkan penelitian kualitatif lebih pada aspek validitas”.46

Dalam penelitian kualitatif terdapat dua macam validitas penelitian, yaitu

validitas internal yang berkenaan dengan derajad akurasi desain penelitian dengan

hasil yang dicapai, kalau dalam desain penelitia dirancang untuk menkaji

kehidupan sosial masyarakat Urban, maka data yang diperoleh seharusnya data

yang akurat tentang kehidupan sosial masyaratak urban. Penelitiian menjadi tidak

valid apabila yang ditemukan adalah motivasi masyarakat urban.

“jadi uji keabsahan data dalam penelitian kualitaitif meliputi uji

Credibility (validitas internal), Transferability (validitas eksternal), Dependability

(realibilitas), dan Comfirmabilility (obyektibilitas).47

Jadi, maksud perpanjang waktu uji keabsahan data yang dilakukan agar

data yang diperoleh peneliti memungkinkan meningkatkan derajad kepercayaan.

Sehingga terbangun rasa percaya subjek terhadap peneliti dan juga kepercayaan

diri peneliti sendiri. Ketekunan dan keseriusan pengamatan bermaksud untuk

menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situsai yang sangat relevan dengan

persoalanatau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal

tersebut secara rinci.

Trigulasi data yaitu memeriksa keabsahan data melalui sumber, metode

penyidik teori. Trigulasi data dengan sumber yang digunakan untuk

memcocockan hasil wawancara yang telah dilakuakn dengan data yang diperoleh

dari hasil pengamatan dan dokumentasi, membandingkan apa yang ada dari

sumber data di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi, dan apa

46Sugiyono, metode penelitian kuantitatif dan kualitatif dan R&D. (Bandung: alfabeta

2013), hal. 240.

47 Ibid., hal. 240.

Page 63: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

46

yang dikatakan informan dalam situasi penelitian dengan perspektif orang lain

ketika ketika sendirian.

Auting, yaitu pemeriksaan keabsahan data yang diperoleh dalam proses

pengumpulannya, dengan dilakuakan pencocokan semua catatan-catatan

pelaksanaan keseluruhan proses penelitian dengan dokumentasi yang berkaitan

dengan fokus penelitian.

Page 64: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

47

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Daerah Penelitian

1. Letak Geografis Daerah Penelitian

a. Lokasi Penelitian

Secara geografis gunung Ciremai tereletak pada koordinat 1080

20’- 1080 40’ BT dan 60 40’ - 680 58’ LS, sedangkan secara administratif

Gunung ini berada di tiga wilayah kabupaten yaitu Kabupaten Cirebon,

Kabupaten Kuningan dan kabupaten Majalengka, dengan ketinggian 3078

MDPL, Gunung Ciremai merupakan gunung tertinggi di Jawa Barat.

Sedangkan penelitian yang akan dilakukan berada di kecamatan Cigugur,

Desa Cisantana yang merupakan bagian dari Kabupaten Kuningan.

Adapun pembagian dan batas desa Cisantana:

Utara : Gunung Keling

Timur : Kelurahan Cigugur

Selatan : Desa Babakan M ulya

Barat : Kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai

b. Kondisi Iklim

Desa Cisantana termasuk Desa yang berada di kawasan dataran

tinggi yaitu 750-1.200 mdpl, dimana iklim curah hujannya 2.500

mm/th, jumlah bulan hujan 3-6 bulan, suhu rata-rata harian 26-320 C.

dengan perincian sebagai berikut :

Page 65: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

48

1) Musim Kemarau berlangsung antara bulan Juni – Oktober

2) Musimpenghujan berlangsung antara bulan November – mei,

dengan curah hujan rata-rata 2.000 – 2.500 mm/tahun, dan curah

hujan paling tinggi terjadi antara bulan Desember – Maret.

c. Kondisi Heterografi

Di wilayah kelurahan Cigugur terdapat beberapa sungai diantaranya

adalah :

1) Sungai Cigeurang yang melintasi wilayah Cigugur tepatnya

melintasi RT 14/15/16/17/32 RW. 04/05/06.

2) Sungai Citamba yang melintasi wilayah kelurahan Cigugur

tepatnya pada RT. 03 RW. 01

d. Kondisi Vegetasi

1) Sawah

Kelurahan Cigugur terdapat lahan sawah seluas ± 80 Ha yang

luasnya merupakan 26,67 % bagian dari luas wilayah Kelurahan

Cigugur.dilihat dari karakteristik tanah Cigugur merupakan lahan

yang subur untuk diolah dan ditanami sepanjang tahun.

2) Ladang

Wilayah kelurahan Cigugur terdapat lahan lading atau tegalan yang

arealnya lebih luas dari pesawahan dengan luas ± 83 Ha yang

sebagian besar terletak disebelah barat. Laha tersebut dominan

ditanami oleh ubi kayu, jagung serta sebagian besar merupakan

tanaman tahunan.

e. Kondsisi Geologi dan Geomorfologi

Kawasan desa Cisantana hampir didominasi oleh betuk bentang

alam yang memperlihatkan relief baik halus maupun kasar,

membentuk bukit-bukit dengan kemiringan lereng yang bervariasi.

Secara leibih rinci satuan morfologi perbukitan dapat dibagi menjadi

tiga saubsatuan, yakni: subsatuan morfologi perbukitan landau dengan

kemiringan lereng 5% - 15% dan memperlihatkan relief halus:

subsatuan morfologi perbukitan sedang dengan kemiringan lereng

berkisar antara lebih dari 15% hingga 40% dan memperlihatkan relief

Page 66: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

49

sedang. Dan subsatuan morfologi perbukitan terjal dengan kemiringan

lebih dari 40% dan memperlihatkan relief kasar.

2. Kondisi Sosial Daerah Penelitian

a. Jumlah Penduduk menurut kelompok umur

Umur responden kondisi umum masyarakat Desa Cisantana yang

menjadi subyek penelitian. Umur tersebut dihitung dari tahun

responden lahir hingga pada saat penelitian ini diambil dan diukur

dalam satuan tahun. Hasil penelitian menunjukan bahwa umur

responden yang termuda 16 tahun sedangkan umur tertua 65 tahun.

Karakteristik umur responden dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1

Data Penduduk menurut Kelompok Umur

NO RENTANG UMUR JUMLAH

Jumlah Laki-laki Perempuan

1 0-4 255 237 492

2 5-9 291 238 529

3 10-14 270 226 496

4 15-19 243 199 442

5 20-24 240 173 413

6 25-29 217 206 423

7 30-34 224 215 439

8 35-39 265 84 549

9 40-45 254 218 472

10 46-49 225 215 440

11 50-54 197 183 380

12 55-59 146 167 313

13 60-64 166 143 309

14 65-69 100 104 204

15 70-74 87 86 173

17 75 keatas 101 109 210

Jumlah 3.281 3.003 6.284

Sumber : Kuningan dalam Angka 2017

Page 67: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

50

Adapun penjelasan Tabel 4.1 dapat dilihat lebih ringkas pada

gambar 4.3 guna memudahkan untuk pengelompokan penduduk

berdasarkan kelompok umuur

Gambar 4.3 Piramida Penduduk Desa Cisantana

Menrut Jenis Kelamin

B. Deskripsi Responden

1. Karaktersitik Responden

Pengumpulan data di lapangan tentang kesiapsiagaan masyarakat

dalam menghadapi bencana letusan Gunung Ciremai yaitu menyebar

angket ke beberapa warga di Desa Cisantana dan wawancara kepada

aparatur Desa dan beberapa warga asli Desa Cisantana yang merupakan

data konkret untuk dijadikan sebagai bahan penelitian dan penulisan

skripsi.

a. Karakteristik Responden berdasarkan Tingkat Umur

Umur responden merupakan kondisi umum masyarakat Desa

Cisantana, Desa Cisantana yang menjadi subyek penelitian. Umur

tersebut dihitung dari tahun responden lahir hingga pada saat

penelitian ini diambil dan diukur dalamsatuan tahun. Hasil penelitian

ini menunjukan bahwa umur responden yang termuda adalah 16 tahun

sedangkan umur tertua 65 tahun. Karakteristik umur responden dapat

dilihat pada Tabel 4.2

10 5 0 5 10

0-4

10-14

20-24

30-34

40-45

50-54

60-64

70-74

Page 68: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

51

Tabel 4.2

Karaktersitik Responden Desa Cisantana menurut Umur

No. Kelompok Umur Responden (Th) Jumlah Persentase (%)

1 < 20 2 8%

2 20 – 29 4 16%

3 30 – 39 7 28%

4 40 – 49 6 24%

5 50 – 59 3 12%

6 > 60 3 12%

Jumlah 25 100%

Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui bahwa umur responden paling

banyak yaitu keompok umur 30 – 39 sebesar 7 jiwa atau sebesar 28%,

dan jumlah responden paling sedikit pada rentang umur < 20 tahun

sebesar 2 jiwa atau sebesar 8%. Data tersebut menunjukan bahwa

hampir semua responden tergolong dalam umur yang produktif.

Masyarakat pada umur yang masih produktif akan lebih aktif

dalam meningkatkatkan pengetahuan terhadap bencana dan dalam

melakukan upaya meningkatkan kesiapsiagaan dalam menghadapi

bencana letusan Gunung.

b. Karakteristik Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan responden dalam penelitian ini adalah

pendidkan formal responden yaitu tahun sukses atau lamanya

pendidikan formal. Yang pernah diikuti oleh responden. Semakin

tinggi tingkat pendidikan seeseorang maka semakin luas pengetahuan

dan wawasannya, sehingga pemikirannya lebih berkembang dalam

menghadapi dalam menyikapi masalah termasuk juga dalam

melakukan upaya kesiapsiagaan bencana letusan Gunung. tingkat

pendidikan responden seperti terlihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3

Karakteristik Responden Desa Cisantana Menurut Tingkat

Penddidikan

Page 69: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

52

No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%)

1 Tidak Sekolah 1 4%

2 Lulus SD 4 16%

3 Lulus SMP 5 20%

4 Lulus SMA 12 48%

5 Lulus Akademik/PT 3 12%

Jumlah 25 100%

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa tingkat

pendidikan terendah adalah tidak sekolah dan tingkat pendidikan

tertinggi adalah sarjana. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang

maka akan semakin baik pengetahuan yang dimiliki terkait bencana,

salah satunya bencana letusan Gunung. Tabel 4.3 menunjukan tingkat

pendidikan responden dengan tingkat terbanyak yaitu pada jenjang

SMA sebesar 48%. Responden dengan tingkat pendidikan yang paling

sedikit adalah tidak sekolah sebesar 4%. Secara keseluruhan tingkat

pendidikan responden dalam penelitian ini cukup baik, karena

sebagian besar responden mengikuti pendidikan formal dengan tahun

sukses tamat SD, SMP, SMA maupun tamat akademik atau perguruan

tinggi.

c. Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Pekerjaan

Pekerjaan merupakan gambaran kegiatan ekonomi yang dilakukan

seseorang untuk memenuhi kebutuhan dan kelangsungan hidupnya.

Adapun karakteristik responden berdasarkan jenis pekerjaan seperti

terlihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4

Karakteristik Responden Menurut Jenis Pekerjaan

No Jenis Pekerjaan Jumlah Persentase (%)

1 Petani 4 16%

2 Karyawan Swasta 3 12%

3 Wirasawasta 6 24%

Page 70: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

53

4 Pelajar 2 8%

5 Ibu Rumah Tangga 10 40%

Jumlah 25 100%

Dari Tabel 4.4 dapat diketahui bawha sebagian besar responden

dalam penelitian ini memliki pekerjaan sebgai Ibu rumah tangga

sebesar 40% dan pekerjaan responden paling sedikit dengan presentase

terendah adalah pelajar sebesar 8%. Dan Ibu rumah tangga menjadi

sector paling banyak di masyarakat Desa Cisantana. Namun ada juga

yang bekerja sebagai karyawan swasta 12% untuk mencari nafkah

memenuhi kebutuhan hidupnya. Semakin baik kondisi perekonomian

seseorang maka kemampuan untuk menyiapkan tabungan menghadapi

bencana dan perlengkapan untuk keadaan darurat ketika terjadi

bencana letusan Gunung dapat terpenuhi.

d. Karakteristik Responden berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga

Jumlah anggota keluarga merupakn jumlah banyaknya anggota

keluarga yang berada dalam satu rumah. Semakin sedikit anggota

keluarga maka dalam proses evakuasi saat terjadi bencana letusan

Gunung dating akan lebih efektif dan dapat meminimalisir munculnya

korban. Jumlah anggota keluarga dapat disajikan pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5

Karakteristik Responden Desa Cisantana Menurut Jumlah

Anggota Keluarga

No Jumlah Anggota

Keluarga

Jumlah Persentase (%)

1 1 – 2 7 28%

2 3 – 4 9 36%

3 5 – 6 6 24%

4 > 7 3 12%

Jumlah 25 100%

Tabel 4.4 (lanjutan)

Page 71: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

54

Berdasarkan Tabel 4.5 dapat diketahui bahwa sebagian besar

responden Desa Cisantana memiliki jumlah keluarga 3-4 jiwa yaitu

sebesar 36%. Responden dengan 1-2 jiwa sebesar 28%, sedangkan

pressentasi paling rendah 12% dengan jumlah anggota keluarga lebih

dari 7 jiwa. Jumlah anggota keluarga menjadi kerakteristik responden

dalam penelitian ini karena dalam proses evakuasi saat keadaan

darurat, seseorang kepala keluarga bertanggung jawab penuh atas

keselamatan seluruh anggota keluarga, jadi semakin sedikir jumlah

anggota keluarga maka akan mempermudah dalam proses evakuasi.

C. Deskripsi Hasil Penelitian

1. Hasil Observasi

Dari hasil observasi dapat dilihat lokasi Desa Cisantan a berada

didekat lereng Gunung Ciremai sehingga sangat rentan terhadap dampak

bencana letusan. Kondisi ini tentunya membuat masyarakat harus lebih

hati-hati dan mempersiapkan bencana letusan jika sewaktu-waktu bencana

itu datang masyarakat harus sudah mempersiapkan alat transportasi guna

memudahkan saat evakuasi masyarakat yang terkena bencana letusan, alat

transportasi ini sangat penting guna meminimalisir kerugian dan

kehilangan harta benda.

Di Desa Cisantana alat transportasi yang digunakan sudah

memenuhi kriteria standar kemanan dan memiliki daya tamping yang

cukup banyak. Meskipun demikian, tidak semuanya masyarakat dapat

terlayani atau terevakuasi semuanya secara bersamaan, tentunya ada warga

masyarakat yang memiliki kendaraan pribadi untuk mengangkut dan

mengevakuasi keluarga maupun membawa harta benda yang akan

diamankan.

Selain alat transportasi yang digunakan, ada juga penunjang untuk

memudahkan saat evakuasi jika bencana letusan gunung Ciremai terjadi

adalah penunjuk jalur evakuasi. Namun dari hasil pengamatan yang

dilakukan hanya sedikit saja jalur evakuasi terpasang di beberapa simpang

jalan maupun titik-titik pertemuan jalan dan papan jalur penunjuk jalur

evakuasi pun memilki ukuran yang kecil.

Page 72: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

55

2. Hasil Angket

a. Pengetahuan dan Sikap Responden terhadap Kesiapsiagaan

Letusan Gunung Ciremai

Pengetahuan dan sikap masyarakat merupakan hal mendasar yang

semestinya dimiliki oleh masyarkat. Hal ini meliputi pemahaman

tentang bencana, penyebab, gejala atau tanda, pengalaman akan

bencana, dampak yang ditimbulkan, maupun sikap apa yang dilakukan

bila terjadi bencana letusan Gunung.

1) Pemahaman tentang bencana

Pemahaman masyakat tentang bencana dapay dijadikan dasar bagi

masyarakat untuk melakukan aktivitas yang tepat dalam

mengantisipasi datangnya bencana. Pemahaman mengenai bencana

termasuk hal yang paling dasar untuk menghadapi bencana.

Pengetahuan masyarakat Desa Cisantana mengenai bencana letusan

Gunung Ciremai dapat dilihat pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6

Pengetahuan Responden tentang Bencana

No Pengetahuan Responden

tentang Bencana Frekuensi Presentase (%)

1 Perisriwa yang mengancam

dan mengganggu kehidupan

yang berasal dari alam maupun

tidak

15 60%

2 Peristiwa rusaknya lingkungan,

pemukiman oleh bencana 10 40%

Jumlah 25 100%

Bersarkan Tabel 4.6 dari 25 responden, sebanyak 15 responden

atau sebesar 60% menjawab bencana adalah peristiwa yang

mengancam dan mengganggu kehidupan yang berasal dari alam

maupun tidak. Sebanyak 10 responden atau 40% menjawab bahwa

Page 73: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

56

bencana adalah peristiwa rusaknya lingkungan rumah akibat bencana.

Dapat disimpulkan bahwa masyarakat mengetahui bencana letusan

Gunung dapat mengakibatkan rusaknya pemukiman dan lingkungan.

2) Pengetahuan tentang bencana letusan Gunung

Pemahaman masyarakat tentang bencana banjir dapat dijadikan

dasar bagi masyarakat untuk melakukan aktivitas yang tepat dalam

mengantisipasi datangnya bencana letusan Gunung Ciremai.

Pengetahuan masyarakat Desa Cisantana mengenai bencana letusan

Gunung Ciremai disajikan pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7

Pengetahuan Responden tentang Bencana Letusan Gunung

Ciremai

No.

Pengetahuan responden

tentang Bencana Letusan

Gunung Ciremai

Frekuensi Presentase (%)

1 Gunung Ciremai

merupakan Gunung yang

masih aktif

20 80%

2 Gunung Ciremai

merupakan Gunung yang

tidak aktif

5 20%

Jumlah 25 100%

Berdasarkan Tabel 4.7 dari 25 responden, sebanyak 20 responden

atau sebesar 80% menjawab bahwa Gunung Ciremai merupakan

Gunung yang masih aktif dan berpotensi untuk meletus, namun,

sebanyak 5 responden atau sebesar 20% menjawab bahwa Gunung

Ciremai dikategorikan Gunung yang sudah mati atau tidak aktif lagi,

dapat disimpulkan bahwa sebagian besar masyarakat desa Cisanta

sudah mengetahui bahwa Gunung Ciremai merupakan gunug api yang

masih aktif dan berpotensi meletus.

3) Pengetahuan tentang penyebab letusan Gunung

Pengetahuan masyarakat tentang penyebab bencana letusan

Gunung Ciremai dapat dijadikan acuan bagi masyarakat agar dapat

Page 74: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

57

diketahui hal-hal apa saja yang menjadi penyebab bencana letusan

Gunung Ciremai. pengetahuan masyarakat Desa Cisantana mengenai

penyebab bencana letusan Gunung Ciremai, disajikan pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8

Pengetahuan Responden tentang Penyebab Letusan

No

Pengetahuan Responden

tentang Bencana Letusan

Gunung

Frekuensi Presentase (%)

1 Diakibatkan oleh tekanan

gas dari dalam perut bumi

20 80%

2 Gerakan batuan dan tanah

didalam perut bumi

5 20%

Jumlah 25 100%

Berdasarkan tabel 4.8 dari 25 responden, sudah hampir sepenuhnya

mengetahui penyebab terjadinya bencanaletusan Gunung Ciremai,

sebanyak 20 responden atau sebanyak 80% sudah mengetahui

penyebab terjadinya bencana letusan Gunung itu disebabkan oleh

magma yang mengendap dan didorong keluar gas bertekanan tinggi,

sedangkan sebagian kecil responden menjawab bahwa penyebab

terjadinya letusan Gunung adalah disebabkan oleh gerakan tanah dan

dorongan oleh tanah perut bumi, jadi dapat disimpulkan bahwa sudah

hampir semua masyarkat Desa Cisantana sudah mengetahui penyebab

bencana letusan Gunung Ciremai.

4) Pengetahuan Tanda-tanda akan terjadi letusan Gunung

Pengetahuan masyarakat tentang tanda-tanda bencana letusan

Gunung Ciremai dapat dijadikan acuan bagi masyarakat agar dapat

mengetahui hal-hal apa saja yang akan terjadi jika akan terjadi bencana

letusan Gunung Ciremai. Setidaknya jika sudah mengetahui tanda-

tanda bencana letusan Gunung agar masyarkat dapat waspada dan siap

dalam menghadapi bencaca letusa Gunung Ciremai. Pengetahuan

masyarakat Desa Cisantana seperti terlihat pada Tabel 4.9.

Page 75: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

58

Tabel 4.9

Pengetahuan Masyarakat tentang Tanda-tanda Letusan

Gunung

No

Pengetahuan Responden

tentang Tanda-tanda

letusan Gunung

Frekuensi Persentase (%)

1 Hewan-hewan berpindah

ke pemukiman

15 60%

2 Sering terjadi gemuruh

disekitar kawah

9 36%

3 Tidak mengetahui 1 4%

Jumlah 25 100%

Berdasarkan Tabel 4.9 dari 25 responden dapat diketahui

hanya 1 responden atau sebesar 4% saja yang tidak mengetahui tanda-

tanda akan terjadinya bencana letusan Gunung Ciremai, sebanyak 9

responden atau sebesar 36% menjawah bahwa tanda-tanda adalah

sering terjadinya suara gemuruh di sekitar kawah gunung dan tercium

bau belerang yang menyengat, dan sisanya sebanyak 15 responden

atau sebesar 60% menjawab jika akan terjadi bencana letusan Gunung

adalah jika hewan-hewan yang tinggal disekitar gunung mulai turun ke

pemukiman, jadi dapat disimpulkan bahwa masyarakat Desa Cisantan

sudah mengetahui tanda-tanda akan terjadinya bencana letusan

Gunung Ciremai.

5) Pengetahuan tentang dampak letusan Gunung

Pengetahuan mengenai dampak letusan Gunung sangat penting,

jika masyarakat mengethaui dampak letusan Gunung makan akan

mengetahui hal apa yang seharusnya dilakukan saat terjadi bencana

letusan Gunung terjadi. Pengetahuan mengenai dampak bencana

letusan Gunung disajikan dalam Tabel 4.10.

Tabel 4.10

Pengetahuan Mengenai Dampak Letusan Gunung

Page 76: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

59

No Pengetahuan Mengenai

Dampak Letusan Gunung

Frekuensi Persentasi (%)

1 Mengetahui dampak

letusan Gunung 25 100%

2 Tidak mengetahui dampak

letusan Gunung 0 0%

Jumlah 25 100%

Berdasarkan Tabel diatas seluruh responden mengetahi apa itu

dampak yang ditimbulkan dari letusan gunug api Ciremai, ada yang

menjawab dapat menelan korban jiwa, kehilangan harta benda,

kerusakan lingkungan, kehilangan dokumen penting dan lain

sebagainya. Pengetahuan tentang dampak bencana letusan Gunung

yang sudah diketahui ini dapat menjadi pedoman masing-masing

responden maupun masyarakat ketika akan menghadapi bencana

letusan Gunung Ciremai terjadi, guna mengrangi resiko bencana dan

meminimalisir dampak yang ditimbulkan.

6) Sikap saat terjadi letusan Gunung.

Sikap terhadap bencana letusan Gunung adalah keputusan yang

akan diambil saat Gunung meletus. Sikap ini meliputi apakah

masyarakat akan mengungsi saat terjadi bencana letusan Gunung atau

mengungsi ke tempat yang lebih aman atau pergi ke tempat

pengungsian.sikap masyarakat desa Cisantana terhadap bencana

letusan Gunung Ciremai dapat dilihat pada Tabel 4.11.

Tabel 4.11

Sikap Responden terhadap Bencana Letusan Gunung Ciremai

No

Sikap Responden

terhadap Bencana

Letusan Gunung Ciremai

Frekuensi

Persentase

(%)

1 Menyelamatkan diri dan

keluarga ke tempat yang

lebih aman atau mengungsi

25 100%

2 Tetap tinggal di rumah 0 0%

Jumlah 25 100%

Page 77: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

60

Berdasarkan Tabel 4.11 dari 25 responden sebanyak 25 responden

atau sebesar 100% menjawab akan melakukan sikap menyelamatkan

diri atau mengungsi dan keluarga ke daerah yang lebih aman jika

terjadi letusan Gunung Ciremai. Dapat disimpulkan banyaknya

responden yang memilki sikap untuk menyelamtkan diri, menandakan

bahwa masyarakat telah memiliki kesadaran dan sikap yang tepat jika

sewaktu-waktu terjadi bencana, sehingga dapat mengurangi risiko

jatuhnya korban jiwa maupun harta benda.

b. Rencana tangap Darurat

Recana tanggap darurat menjadi bagian yang penting dalam suatu

proses kesiapsiagaan, terutama yang terkait dengan evakuasi,

pertolongan dan penyelamatan, aar korban bencana dapat

diminimalkan

1) Rencana evakuasi.

Rencana evakuasi merupakan hal yang dilakukan sebelum

bencana letusan Gunung Ciremai dating. Adanya rencana evakuasi

akan membantu keselamatan masyarakat itu sendiri dan keluarga.

Jika masyarakat memiliki rencana untuk mengevakuasikan diri saat

terjadi bencana letusan Gunung, berarti masyarakat tersebut

memiliki sikap yang tepat agar mengurangi risiko jatuhnya korban

jiwa. Sedangkan jika masyarakat tidak memiliki rencana evakuasi

maka akan meningkatkan risiko jatuhnya korban jiwa, dikarenakan

ketidak siapannya masyarakat. Rencana evakuasi masyarakat desa

Cisantana jika terjadi bencana letusan Gunung Ciremai disajikan

pada Tabel 4.12.

Tabel 4.12

Rencana Evakuasi Responden saat Terjadi Bencana letusan

Gunung Ciremai

No Rencaana Evakuasi

Responden saat terjadi

Frekuensi

Persentase

(%)

Page 78: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

61

Letusan Gunung Ciremai

1 Memilki rencana evakuasi 25 100%

2 Tidak memilki rencana evakuasi 0 0%

Jumlah 25 100%

Berdasarkan Tabel 4.12 dari 25 responden sebeesar 22

responden atau sebanyak 100% menjawab telah memiliki rencana

evakuasi demi keselamatan keluarga. Dan tidak ada satupun

responden yang memilih untuk menetap di rumah atau tidak ada

rencana untuk melakukan evakuasi. Jadi dapat disimpulkan bahwa

masyarakat desa Cisantana sudah memiliki rencana untuk evakuasi

ke daerah yang lebih aman, sikap ini merupakan sikap yang tepat

dilakukan guna dapat mengurangi risiko jatuhnya korban jiwa.

2) Alat transportasi untuk keadaan darurat

Alat transportasi untuk keadaan darurat merupakan alat

yang dapat memudahkan bagi masyarakat dalam proses

evakuasi menuju tempat pengungsian atau derah yang lebih

aman. Kepemilikan alat transportasi untuk keadaan darurat

memilki peran penting dalam proses evakuasi yang lebih cepat

dan efisien. Kepemilikan alat transportasi untuk keadaan

darurat disajikan pada Tabel 4.13.

Tabel 4.13

Kepemilikan Alat Transportasi untuk Keadaan Darurat

No

Kepemilikan Alat

Transportasi untuk

Keadaan Darurat

Frekuensi

Persentase (%)

1 Memilki alat transportasi 23 92%

2 Tidak Memilki alat

transportasi 2 8%

Jumlah 25 100%

Berdasarkan Tabel 4.13 dari 25 resoponden sebanyak 23

responden atau sebesar 92% sudah memilki kendaraan untuk

Tabel 4.13 (lanjutan)

Tabel 4.12 (lanjutan)

Page 79: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

62

proses evakuasi. Dan hanya 2 responden atau sebesar 8% saja yang

tidak memiliki alat transportasi untuk proses evakuasi dan mereka

hanya mengandalkan bantuan dari pemerintah setempat atau hanya

sekedar berlari saat keadaan darurat. Jadi dapat disimpulkan bahwa

sudah sebagian besar masyarakat Desa Cisantana sudah memilki

kendaraan untuk menyelamatkan diri ke tempat yang lebih aman.

3) Kerabat/keluarga yang menyediakan tempat pengungsian

sementara

Tempat pengungsian sementara adalah hal yang sangat

penting saat terjadi bencana letusan Gunung, baik yang diberikan

dari kerabat maupun dari keluarga. Tempat pengungsiaan

sementara yang disediakan saat terjadi bencana letusan Gunung

Ciremai dapat disajikan pada Tabel 4.14.

Tabel 4.14

Tempat Pengungsian Sementara

No Tempat Pengungsian

Sementara

Frekuensi

Persentase (%)

1 Ada tempat pengungsiaan

sementara 25 100%

2 Tiadak ada tempat

pengungsian sementara 0 0%

Jumlah 25 100%

Berdasarkan tabel 4.15 dari 25 responden, semua responden

atau sebesar 100% menyebutkan bahwa yang menyediakan tempat

pengungsian adalah di kantor atau lapangan Badan Pusat

Penanggulangan Bencana (BPBD) Kabpuaten Kuningan . Dapat

disimpulkan bahwa wilayah Desa Cisantana sudah memiliki

gambaran untuk mengungsi ke tampat yang lebih aman.

4) Perlengkapan Barang-barang Evakuasi

Perlengkapan evakuasi merupakan barang-barang yang

dibawa saat proses evakuasi yang dapat mengurangi dampak

Page 80: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

63

kerugian akibat bencana, barang-barang yang dibawa biasanya

merupakan barang yang berharga atau asset yang dimiliki.

Perlengkapan dan barang-barang yang dibawa saat banjir datang

disajikan dalam Tabel 4.15.

Tabel 4.15

Perlengkapan dan Barang-barang Evakuasi

No Tempat Pengungsian

Sementara

Frekuensi

Persentase

(%)

1 Menyiapkan perlengkapan

dan barang-barang saat

evakuasi

21 84%

2

Tidak menyiapkan

perlengkapan dan barang-

barang saat evakuasi

4 16%

Jumlah 25 100%

Berdasarkan Tabel 4.15 dari 25 responden sebanyak 21

responden atau sebesar 84% menjawab menyiapkan surat-surat

berharga seperti ijazah, surat nikah, dan surat berharga lainnya.

Selain surat berharga, mereka juga membawa uang, harta benda.

Adapun sebanyak 4 responden atau sebesar 16% menjawab tidak

menyiapkan perlengkapan dan barang-barang evakuasi karena

kondisi yang serba mendadak dan kepanikan muncul sehingga

mereka tidak sempat menyiapkan apapun. Dapat disimpulkan

bahwa banyaknya masyarakat yang sudah siap membawa hal-hal

yang berharga jika terjadi bencana letusan Gunung Ciremai datang,

karena hal tersebut merupakan sesuatu yang penting untuk masa

yang yang akan datang.

5) Ketersediaan Obat-obatan untuk Pertolongan Pertama

Pada saat terjadi bencana letusan bencana gunug api

Ciremai, obat-obatan penting atau khusus harus ada yang dibawa,

dikarenakan akan menjadi penolong pertama jika datang penyakit,

Page 81: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

64

atau sekadar mengobati luka-luka ringan. Ketersedian kotak P3K

atau obat-obatan penting disajikan pada Tabel 4.16.

Tabel 4.16

Ketersediaan Obat-obatan untuk Pertolongan Pertama

No Ketersediaan Kotak P3K

atau Oabt-obatan

Frekuensi Persentasi

(%)

1 Memiliki persediaan obat-

obatan 21 84%

2 Tidak memiliki persediaan

obat-obatan 4 16%

Jumlah 25 100%

Berdasarkan Tabel 4.16 dari 25 responden, sebanyak 21

responden atau sebesar 84% menjawab membawa obat-obatan

yang penting namun sebanyak 4 responden atau sebesar 16% lagi

menjawab tidak menyediakan obata-obatan. Dapat disimpulkan

bahwa obat-obatan penting sudah dipersiapkan masyarakat Desa

Cisantana jika sewaktu-waktu bencana letusan Gunung Ciremai

terjadi.

6) Pembagian tugas dalam tindakan penyelamatan

Pembagian tugas dalam tindakan penyelamatan jika

sewaktu-waku terjadi bencana letusan Gunung Ciremai

merupakan hal yang penting guna dapat meminimalisir kerugian

yang ditimbulkan juga dapat mempermudah dalam proses

penyelamatan, pembagian tugas jika sewaktu-waktu terjadi

bencana letusan Gunung Ciremai dapat lebih terorganisir.

Pembagian tugas dalam tindakan penyelamatan jika terjadi

bencana letusan Gunung Ciremai disajikan dalam Tabel 4.17.

Tabel 4.17

Pembagian Tugas Penyelamatan

No Pembagian Tugas

Penyelatan

Frekuensi Persentasi (%)

1 Ada pembagian tugas 25 100%

2 Tidak ada pembagian 0 0%

Page 82: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

65

tugas

Jumlah 25 100%

Berdasarkan Tabel 4.17 sebanyak 25 responden atau sebesar 100%

mengatakan bahwa pembagian tugas penyelamatan jika bencana

letusan Gunung Ciremai terjadi. Dapat disimpulkan bahwa adanya

pembagian tugas meminimalisir keugian-kerugian yang terjadi seperti

kehilangan anggota keluarga, kehilangan harta benda dan lain

sebagainya.

c. Sistem Peringatan Dini

Sistem peringatan merupakan awal dari semua kesiapsiagaan yang

dilakukan masyarakt Desa Ciasantana, sistem peringatan bencana yang

baik dapat mengurangi kerugian yang ditimbulkan. Sistem peringatan

dan distribusi informasi jika terjadi bencana.

1) Sistem Peringatan Berbasis Kesepakatan Lokal

Sistem peringatan dini berbasis kearifan lokal merupakan

sistem peringatan dini melalui pengenalan bencana yang dilakukan

terhadap gejala-gejala alam yang muncul sebelum terjadinya

bencana. Kepercayaannya berupa ada hewan lutung hideung

(hitam) dan Careuh Bulan yang datang ke pemukiman. Adapun

kepercayaan masyarakat Desa Cisantana jika akan terjadi bencana

letusan Gunung Ciremai akan terjadi adalah jika masyarakat sudah

mulai merasakan hawa panas dan bau belerang yang menyengat

disekitar kaki gunung Ciremai. Adapun sistem peringatan dini

berbasis kearifan lokal disajikan pada Tabel 4.18.

Tabel 4.18

Sistem Peringatan Dini Berbasis Kearifan Lokal

No Sistem Peringatan Dini

Berbasis Kearifan Lokal

Frekuensi Persentasi

(%)

1 Ada kepercayaan setempat

mengenai tanda bahaya

letusan Gunung Ciremai

23 92%

2 Tidak ada kepercayaan 2 8%

Tabel 4.17 (lanjutan)

Page 83: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

66

setempat mengenai tanda

letusan Gunung Ciremai

Jumlah 25 100%

Berdasarkan Tabel 4.18 dari responden, sebanyak 23 responden

atau sebesar 92% mengatakan bahwa kepercayaan setempat

mengenai tanda bahaya jika akan terjadi bencana letusan Gunung

Ciremai dan sisanya sebanyak 2 responden atau sebesar 8%

mengatakan bahwa tidak ada dikarenakan kurang menyadari tanda-

tanda yang terjadi. Dapat disimpulkan bahwa kepercayaan

setempat mengenai tanda bahaya akan terjadi bencana letusan

Gunung Ciremai seperti meningkatnya temperatur suhu disekitar

kaki gunung Ciremai, turunnya hewan-hewab penghuni gunung ke

area pemukiman, sreing terjadi aktivitas di puncak gunung, sering

terjadi gemuruh atau getaran disekitar area gunung dan tercium bau

belerang yang sangat menyengat.

2) Alat Penanda Peringatan Bencana Letusan Gunung

Pihak atau sumber pemberi informasi bahwa bencana letusan

Gunung Ciremai akan terjadi sangat membantu masyarakat dalam

kesiapsiagaan untuk menhadapi bencana letusan. Pihak atau

sumber informasi resmi disajikan pada Tabel 4.19.

Tabel 4.19

Pihak atau Sumber Pemberi Informasi Resmi

No Pihak atau Sumber

Pemberi Informasi

Resmi

Frekuensi Persentasi

(%)

1 Adanya pihak atau

sumber pemberi

informasi resmi

25 100%

2 Tidak adanya pihak atau

sumber pemberi

informasi resmi

0 0%

Jumlah 25 100%

Tabel 4.18 (lanjutan)

Page 84: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

67

Berdasarkan Tabel 4.19 menunjukan bahwa adanya pihak

pemberi informasi resmi dari jawaban 25 responden atau sebesar

100%. Dapat disimpulkan bahwa pemberi informasi resmi kepada

masyarakat dilakukan oleh aparatur Desa setempat, yang di

informasikan langsung oleh BPBD (Badan Penanggulangan

Bencana Daerah) Kabupaten Kuningan. Jika suda diinformasikan

ini dapat memudahkan dalam proses persiapan evakuasi dan proses

penyelamatan barang-barang berharga yang akan dibawa.

3) Sistem Peringatan Dari Informasi Atau Instansi Resmi

Pemasangan sistem peringatan bencana letusan Gunung

Ciremai di daerah yang memiliki potensi terkena dampak bencana

letusan Gunung Ciremai merupakan bagian penting dalam upaya

kesiapsiagaan. Penerapan yang baik dan benar dapat melindungi

dan meyelamatkan masyarakat, masyarakat dapat menyelamatkan

diri dan melindungi masyarakat, dan dapat juga melindungi

keluarga, harta benda yang masih dimilikinya sehingga kerugiaan

akibat bencana dapat diminimalkan. Sistem peringatan bencana

letusan Gunung Ciremai dapat disajikan dalam Tabel 4.20.

Tabel 4.20

Sistem Peringatan Bencana

No Sistem Peringatan

Bencana Letusan

Gunung Ciremai

Frekuensi Persentasi

(%)

1 Adanya sistem peringatan

bencana letusan 25 100%

2 Tidak adanya sistem

peringatan bencana letusan 0 0%

Jumlah 25 100%

Berdasarkan Tabel 4.20 sebanyak 25 responden atau

sebesar 100% menyatakan bahwa masyarakat menyatakan bahwa

mereka mengetahui sistem peringatan dini bila akan terjadi

bencana letusan yang terdapat disana berupa adanya pengeras suara

dari sirine dan kentongan yang dibunyikan oleh petugas.

Page 85: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

68

4) Sistem Peringatan Berbasis Teknologi

Pemasangan sistem peringatan bencana letusan Gunung

Ciremai yang memiliki potensi bahaya letusan merupakan bagian

yang penting dalam upaya kesiapsiagaan. Penerapan yang baik dan

benar dapat melindungi dan menyelamatkan masyarkat, setidaknya

masyarakat ada aba-aba untuk menyelamatkan diri dan keluarga

serta harta benca yang dimilikinya sehingga kerugian akibat

bencana dapat diminimalkan. Sistem peringatan bencana letusan

Gunung Ciremai disajikan dalam Tabel 4.21.

Tabel 4.21

Sistem Peringatan Bencana Berbasis Teknologi

No Sistem Peringatan Bencana

Letusan Gunung Ciremai

Frekuensi Persentasi

(%)

1 Adanya sistem peringatan

bencana berbasis teknologi 25 100%

2 Tidak adanya sistem

peringatan bencana berbasis

teknologi

0 0%

Jumlah 25 100%

Berdasarkan Tabel 4.21 sebesar 100% responden atau sebanyak

25 responoden menyatakan bahwa mereka mengetahui sistem

peringatan akan terjadi bencana letusan Gunung Ciremai, yaitu

berupa adanya sistem peringatan yang diberikan oleh Lembaga

Swadaya Masyarakat dan penjaga area Taman Nasional Gunung

Ciremai (TNGC) yang dilakukan di stasiun pengamatan dan pos-

pos pemantauan aktivitas Gunung Ciremai. Yang kemudian

informasi tersebut akan diberikan kepada masyarakat Desa

Cisantana melalui humas atau apratur Desa Cisantana melalui

Walky atau pengeras suara.

5) Simulasi atau Latihan Evakuasi Kebencanaan

Keikutsertaan dalam pelatihan bencana sangat dibutuhkan agar

masyarakat mengetahui apa saja yang harus dilakukan saat bencana

Page 86: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

69

terjadi. Keikutsertaan dalam pelatihan bencana disajikan dalam

Tabel 4.22.

Tabel 4.22

Simulasi atau Latihan dalam Pelatihan Kebencanaan

No Jumlah keikutsertaan dalam

pelatihan kebencanaan

Frekuensi Persentasi

(%)

1 Pernah mengikuti pelatihan

bencana 8 32%

2 Belum pernah mengikuti

pelatihan bencana 17 68%

Jumlah 25 100%

Berdasarkan Tabel 4.22 kegiatan sosialiasi kebencanaan di

Desa Cisantana cukup baik, sebanyak 32% atau sebanyak 8

responden mengatakan bahwa mereka sudah pernah mengikuti

kegiatan pelatihan yang berkaitan dengan kesiapsiagaan bencana

letusan Gunung Ciremai, baik itukegiatan yang diadakan oleh

pihak Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten

Kuningan atau oleh pihak mahasiswa yang melakukan kegiatan

sosial di Desa Cisantana. Namun sebagian besar responden

sejumlah 17 responden atau sebesat 68% belum pernah mengikuti

pelatihan kesiapsiagaan bencana letusan Gunung Ciremai, dapat

disimpulkan bahwa masih banyak masyarakat yang acuh jika ada

kegiatan penyuluhan atau pelatihan kebencanaan tentunya ini akan

berdampak pada kurang siapnya mayarakat dalam upaya

mempersiapkan diri menghadapi bencana dan minimnya akan

risiko bencana letusan Gunung Ciremai.

6) Jumlah Keikutsertaan dalam Pelatihan Kebencanaan

Keikutsertaan dalam kesiapsiagaan merupakan hal yang

penting agar mampu memiliki kesiapan yang matang dalam

menghadapi bencna yang akan datang. Semakin sering mengikuti

pelatihan kebencanaan semakin siap juga mental dan matang

kesiapan yang dimiliki jika suatu saat bencana letusan Gunung

Page 87: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

70

Ciremai datang. Adapun jumlah atau frekuensi keikutsetaan dalam

pelatihan disajikan dalam tabel 4.23.

Tabel 4.23

Jumlah keikutsertaan dalam Pelatihan Kebencanaan

No Jumlah keikutsertaan dalam

pelatihan kebencanaan

Frekuensi Persentasi

(%)

1 Lebih dari 1 kali 8 32%

2 Belum pernah mengikuti

pelatihan bencana 17 68%

Jumlah 25 100%

Berdasarkan Tabel 4.23 dikarenakan hampir setengah dari

responden sebesar 17 responden atau sebesar 68% mengatakan

belum pernah mengikuti pelatihan dan hanya sebesar 32% atau

sebanyak 8 responden hanya pernah mengikuti 1 sampai 2 kali

terlibat dalam pelatihan. Hal ini mempengaruhi kesiapsiagaan

responden dalam menghadapi bencana letusan Gunung Ciremai.

Dapat simpulkan bahwa karena masyarakat masih banyak belum

pernah mengikuti pelatihan kesiapsiagaan, hal ini akan

menyebabkan kurang siap jika sewaktu-waktu bencana letusan

Gunung Ciremai datang.

7) Keikutsertaan Seminar mengenai Bencana atau Kesiapsiagaan

kegiatan sosialisasi mengenai kebencanaan sangatlah

penting dilakukan agar masyarakat mengetahui apa saja yang perlu

diperhatikan saat bencana terjadi ataupun cara mencegahnya.

Keikutsertaan seminar mengenai bencana disajikan pada Tabel

4.24.

Tabel 4.24

Keikutsertaan Seminar mengenai Bencana atau Kesiapsiagaan

No Keikutsertaan seminar

mengenai bencana

Frekuensi Persentasi

(%)

1 Pernah mengikuti pelatihan

bencana 8 32%

2 Belum pernah mengikuti 17 68%

Page 88: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

71

pelatihan bencana

Jumlah 25 100%

Berdasarkan Tabel 4.24 tingkat antusiasme masyarakat terhadap

kegiatan sosialisai kebencanaan di Desa Cisantana masih

dikategorikan rendah. Hampir 68% atau 17 responden bahwa

mereka atau anggota keluarganya belum pernah mengikuti

kegiatan seminar atau pertemuan yang berkaitan dengan

kesiapsiagaan bencana letusan Gunung Ciremai. Dapat

disimpulkan banyaknya responden yang belum pernah

mendapatkan kegiatan sosialisasi kebencanaan dan pelatihan

responden yang belum pernah mendapatkan kegiatan sosialisasi

kebencanaan dan pelatihan evakuasi. Dan hanya sebanyak 32%

atau 8 responden saja yang pernah mengikuti pelatihan

kebencanaan atau pelatihan mengenai kesiapsiagaan bencana

letusan Gunung Ciremai. Jadi dapat disimpulkan banyakanya

responden yang belum pernah mendapatkan kegiatan sosialisasi

kebencanaan dan pelatihan evakuasi

d. Mobilliasi Kebencanaan

Mobilisasi sumberdaya dibutuhkan individu atau

masyarakat dalam upaya pemulihan atau bertahan dalam kondisi

bencana atau keadaan darurat.

1) Kepemilikan Materi Bencana Letusan Gunung

Kepemilikan materi atau buku tentang kesiapsiagaan

bencana letusan Gunung Ciremai merupakan salah satu hal

penting, agar masyarakat mengetahui apa saja yang harus

dilakukan ketika bencana letusan Gunung Ciremai datang.

Kepemilikan materi atau buku tentang kesiapsiagaan bencana

letusan Gunung Ciremai disajikan pada Tabel 4.25.

Tabel 4.25

Kepmilikan Materi atau Buku tentang Kesiapsiagaan

Bencana Letusan Gunung

Tabel 4.24 (lanjutan)

Page 89: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

72

No Kepemilikan materi atau buku

tentang kesiapsiagaan bencana

letusan Gunung

Frekuensi Persentasi

(%)

1 Memiliki materi kesiapsiagaan

bencana letusan Gunung 2 8%

2 Tidak memiliki materi

kesiapsiagaan bencana letusan

Gunung

23 92%

Jumlah 25 100%

Berdasarkan Tabel 4.25 sebagian besar responden

menjawab bahwa mereka tidak memiliki bahan atau materi

bacaan mengenai kesiapsiagaan bencana letusan Gunung

Ciremai sebanyak 23 responden atau 92% dan 2 responden atau

4% menjawab memiliki materi kesiapsiagaan bencana

dikarenakan pernah mengikuti pelatihan. Dapat disimpulkan

bahwa hal seperti ini akan mengurangi kesiapan masyarakat

dalam menghadapi bencana letusan Gunung Ciremai, karena

jika tidak memiliki panduan mengenai kesiapsiagaan bencana,

ketika bencana datanag makan akan dilakukan hanyalah

sesuatu yang bisa dikerjakan dan kurang mendapat sumber

referensi untuk menghadapi bencana letusan Gunung Ciremai

jika sewaktu-waktu terjadi.

2) Akses Informasi dan Sumber lain Mengenai Letusan

Gunung

Akses informasi dari media dansumber lain merupakan

pendukung untuk memberikan pemberitahuan mengenai

datangnya bencana letusan Gunung Ciremai. Akses informasi

dari media dan sumber lain disajikan pada Tabel 4.26.

Tabel 4.26

Akses Informasi dari Media dan Sumber lain

Page 90: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

73

No Akses informasi dari media

dan sumber lain

Frekuensi Persentasi

(%)

1 Adanya akses informasi dari

media dan sumber lain 25 100%

2 Tidak adanya akses informasi

dari media dan sumber lain 0 0%

Jumlah 25 100%

Berdasarkan Tabel 4.28 sebanyak 25 responden atau

sebesar 100% menjawab memiliki akses informasi dari sumber

lain, seperti dari Televisi, radio, internet maupun informasi

langsung dari humas Desa Cisantana. Jadi dapat disimpulkan

bahwa wilayah Desa Cisantana tidak berada di daerah yang

kurang akses informasi jika suatu saat terjadi bencana letusan

Gunung Ciremai.

3) Keterampilan Kesiapsiagaan Bencana Letusan Gunung

Keterampilan yang dimiliki anggota keluarga sangatlah

penting terutama yang berkaitan dengan kesiapsiagaan

bencana. Keterampilan yang dimiliki anggota keluarga yang

berkaitan dengan kesiapsiagaan bencana disajikan pada Tabel

4.27.

Tabel 4.27

Keterampilan yang

Keterampilan Kesiapsiagaan Bencana Anggota Keluarga

No Keterampilan kesiapsiagan

bencana anggota keluarga Frekuensi

Persentasi

(%)

1 Adanya anggota keluarga

yang memilki keterampilan 10 40%

2 Tidak adanya anggota

keluarga yang memilki

keterampilan

15 60%

Jumlah 25 100%

Berdasarkan Tabel 4.27 sebagian besar responden dari

jumlah 25 responden menjawab ada anggota keluarga yang

memiliki keterampilan tentang kesiapsiagaan bencana sebesar

Page 91: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

74

40% atau 10 responden dan sebagian lagi menjawab tidak ada

anggota keluarga yang memiliki keterampilan tentang

kesiapsiagaan bencana sebesar 60% atau 15 responden. Mereka

yang menjawab memilki keterampilan mengenai bencana, saat

bencana letusan Gunung Ciremai datang memungknkan akan

banyak melakukan hal yang bisa dilakukan untuk

penyelamatan diri maupun anggota keluarga dan kerabat

lainnya. Dari data anggket diatas dapat disimpulkan bahwa

memilki ketrampilan mengenai kesiapsiaggan sangatlah

diperlukan agar pada saat bencana letusan Gunung Ciremai

datang dapat membantu anggota kelaurga mengevakuasi diri.

4) Pendanaan untuk Menghadapi Bencana

Sumber dana yang dimiliki responden untuk

menghadapi bencana ada seperti tabnungan di bank dan

simpanan di rumah. Hal ini akan membantu responden dalam

memenuhi kebutuhannya ketika bencana letusan Gunung

Ciremai datang. Pedanaan masyarakat Desa Cisantana untuk

menghadapi bencana disajikan pada Tabel 4.28.

Tabel 4.28

Sumber Pendanaan Responden untuk Menghadapi Bencana

No Sumber pendanaan

responden Frekuensi

Persentasi

(%)

1 Tabungan di Bank 5 20%

2 Tabungan di Rumah 16 64%

3 Tidak memilki tabungan 4 16%

Jumlah 25 100%

Berdasarkan Tabel 4.28 menunjukan bahwa sebanyak 4

responden atau sebesar 16% menjawab tidak memiliki

tabungan apapun. Sebesar 20% atau 5 responden menjawab

memiliki tabungan di rumah. Sisanya sebanyak 16 responden

atau sebsear 64% menjawab memilki tabungan di rumah.

Dapat disimpulkan bahwa masyarakat sebagian sudah

Page 92: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

75

mempersiapkan tabungan atau simpanan untuk digunakan

disaat darurat.

5) Jaringan Sosial Responden

Jaringan sosial yang dimiliki oleh responden akan dapat

membantu dalam keadaan darurat dan dapat membantu dalam

proses pemulihan setelah terjadinya bencana. Jaringan sosial

menjadi sumber kekuatan bagi masyarakat yang sedang terkena

bencana. Jaringan sosial dapat membantu korban bencana

dalam bentuk bantuan finansial atau pun membantu dalam

proses pemulihan rumah pasca terjadi bencana letusan.

Jaringan sosial responden disajikan pada Tabel 4.29.

Tabel 4.29

Jaringan Sosial Responden

No Jaringan Sosial Responden Frekuensi Persentasi

(%)

1 Adanya jaringan sosial

responden 20 80%

2 Tidak adanya jaringan sosial

responden 5 20%

Jumlah 25 100%

Berdasarkan Tabel 4.29 dari 25 responden sebanyak 80%

atau 20 responden menjawab memiliki saudara maupun kerabat

yang dapat membantu saat terjadi bencana letusan Gunung

Ciremai sebanyak 20% atau 5 responden menjawab tidak

memiliki saudara maupun kerabat yang dapat membantu saat

terjadi bencana letusan Gunung Ciremai. Dari angket diatas

dapat disimpulkan bahwa masyarakat sebagian besar masih

memiliki jaringan responden untuk membantu saat terkena

bencana letusan Gunung Ciremai.

6) Kesepakatan Keluarga untuk melakukan Simulasi

Bencana

Kesepakatan melakukan simulasi bencana dimaksudkan

untuk latihan didalam keluarga untuk mempersiapkan diri jika

Page 93: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

76

swaktu-waktu Gunung Ciremai meletus. simulasi yang

dilakukan seperti menyelamatkan barang-barang berharga,

surat-surat penting, keluarga yang masih kecil atau sudah tua

agar tidak ada korban saat Gunung Ciremai meletus.

kesepakatan melakukan simulasi disajikan pada Tabel 4.30.

Tabel 4.30

Kesepakatan melakukan Simulasi

No Kesepakatan melakukan

simulasi

Frekuensi Persentasi

(%)

1 Adanya kespakatan

melakukan simulasi 23 92%

2 Tidak adanya kespakatan

melakukan simulasi 2 8%

Jumlah 25 100%

Berdasarkan Tabel 4.30 dari 25 responden, sebanyak 23

responden atau 92% menjawab ada simulasi sederhana dan 2

responden atau sebesar 8% menjawab tidak ada simulasi

menghadapi bencana letusan Gunung Ciremai datang, agar saat

Gunung Ciremai meletus sudah mengetahui apa saja yang perlu

dilakukan terlebih dahulu.

3. Hasil Wawancara

Wilayah Desa Cisantana merupakan wilayah yang rawan

terdampak bencana letusan Gunung Ciremai, dikarenakan

lokasinya berada persis dibawah kaki gunung Ciremai.

Wawancara ini dilakukan dengan pihak-pihak yang dapat

memperkuat hasil angket dengan mewawancarai 5 responden

yang berhubungan dengan kesiapsiagaan.

Kaitannya dengan pengetahuan dan sikap masyarakat

mengenai bencana letusan Gunung Ciremai, Bapak Sarman

selaku Humas Desa Cisantana menuturkan bahwa :

“sebagian besar masyarakat Desa Cisantana pasti sudah

mengetahuinya, hanya sebagian kecil saja yang kurang

memahami sehingga kurang tanggap jika suatu saat terjadi

Page 94: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

77

bencana letusan Gunung Ciremai, semuanya sih memilih

mengungsi”.48

4. Hasil Uji Instrumen

a. Uji Validitas

Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan

penyebaran angket kepada 25 responden. Data yang

diperoleh dianalisis menggunakan SPSS 16, yaitu dengan

memperhatikan angka pada Corrected Item-Total yang

merupakan korelasi antara skor item Denfan skor total item.

Sebuah item dikatakan valid apabila nilai r-hitung > r-tabel.

r-tabel untuk jumlah responden 25 adalah 0,361.

Tabel 4.31

Hasil Pengujian Validitas

No Item r item r tabel Kesimpulan

1 0,563 0,361 Valid

2 0,568 0,361 Valid

3 0,582 0,361 Valid

4 0,710 0,361 Valid

5 0,582 0,361 Valid

6 0,568 0,361 Valid

7 0,582 0,361 Valid

8 0,710 0,361 Valid

9 0,568 0,361 Valid

10 0,582 0,361 Valid

11 0,710 0,361 Valid

12 0,568 0,361 Valid

13 0,582 0,361 Valid

14 0,568 0,361 Valid

15 0,243 0,361 Tidak Valid

48 Hasil wawancara dengan B3apak Sarman pada tanggal 23 Agustus 2017.

Page 95: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

78

16 0,582 0,361 Valid

17 0,445 0,361 Valid

18 0,582 0,361 Valid

19 0,582 0,361 Valid

20 0,393 0,361 Tidak Valid

21 0,565 0,361 Valid

22 0,517 0,361 Valid

23 0,710 0,361 Valid

24 0,582 0,361 Valid

Sumber : Data Primer yang diolah.

Pada hasil pengujian diketahui data valid sebanyak

24. Dapat dilihat dari 24 item, 22 item memiliki nilai

korelasi skor total diatas 0,361 maka dapat disimpulkan

bahwa item tersebut valid dan 2 item memilliki nilai

korelasi skor total dibawah 0,361. Item tersebut adalah nilai

item soa nomer 15 dan 20 nilai korelasinya dibawah 0,361

maka item tersebut tidak valid.

b. Uji Relibilitas

Uji rerliabilitas merupakan uji yang digunakan

untuk mengetahui suatu kehandalan dan konsistensi butir

soal. Sebuah instrument dilakukan reliabel ketika mencapai

nilai minimal 0,6 dan apabila reliabilitasnya kurang dari 0,6

dikatakan tidak reliabel. Hasil pengujian reliabilitas dapat

dilihat pada Tabel 4.31 berikut ini :

Tabel 4.32

Uji Reliabilitas

Cronbach’s Aplha N of item

.740 24

Sumber : Data Primer yang diolah

Seperti yang terlihat pada Tabel 4.32 semua

pertanyaan pada kuisioner dapat dikatakan reliabel karena

Tabel 4.31 (lanjutan)

Page 96: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

79

Nilai Cronbach’s Alpha Based on Standardized item pada

setiap variable >0,6

D. Tingkat Kesiapsiagaan Masyarakat di Desa Cisantana

Tingkat kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana letusan

Gunung Ciremai sangat diperlukan untuk mengurangi risiko bencana.

Semakin tinggi tingkat kesiapsiagaan masyarakat maka semaikn siap

masyarakat dalam menghadapi bencana. Potensi kerugian akibart bencana

akan semakin menurun dengan meningkatnya tingkat kesiapsiagaan di daerah

tersebut. Kesiapsiagaan masyarakat di Desa Cisantana diperoleh dari empat

parameter, yaitu pengetahuan dan sikap, rencana keadaan darurat, sistem

peringatan dini dan mobilisasi sumber daya. Tingkat kesiapsiagaan dapat

dihitung menggunakan rumus rata-rata dari nilai skor masing-masing

responden, yaitu sebagai berikut :

𝑀 = ∑X

N

Keterangan :

M = Jumlah rata-rata

X = Nilai Individual

N = Jumlah individu

Nilai individual meupakan hasil dari penjumlahan nilai skor setiap

jawaban instrument yang diperoleh responden dari empat parameter

kesiapsiagaan yaitu pengetahuan dansikap, rencana keadaan darurat, sistem

peringatan bencana, dan mobilisasi sumber daya. Jumlah individual

merupakan jumlah responden dalam penelitian. Nilai rata-rata (M) merupakan

hasil dari jumlah nilai individual (X) dibagi dengan jumlah individual (N).

selanjutnya nilai rata-rata ini akan digunakan untuk menghitung tingkat

kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana letusan Gunung

Ciremai. Kategori kesiapsiagaan masyarakat Desa Cisantana disajikan pada

tabel 4.33 (hasil penghitungan manual).

Tabel 4.33

Kategori Kesiapsiagaan dalam menghadapi Bencana Letusan Gunung

Ciremai

Page 97: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

80

No Kategori Frekuensi persentase

1 Sangat Siap 8 32%

2 Siap 16 64%

3 Kurang Siap 1 4%

4 Tidak Siap - -

5 Sangat Tidak Siap - -

Jumlah 25 100%

Sumber: Hasil penelitian 2018

Berdasarkan Tabel 4.33 bahwa kesiapsiagaan masyarakat dalam

menghadapi bencana letusan Gunung Ciremai terbagi menjadi tiga kategori

yaitu sangat siap sebesar 32%, siap sebesar 64% dan kurang siap sebesar 4%.

Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa masyarakat Desa Cisantana

dalam menghadapi bencana letusan Gunung termasuk dalam kategori siap.

Tingkat kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana letusan

Gunung Ciremai disajikan pada Tabel 4.34.

Tabel 4.34

Tingkat Kesiapsiagaan Masyarakat dalam menghadapi Bencana

Letusan Gunung Ciremai

Alamat Jumlah Nilai

Individu

Jumlah

Individu (N)

Rata-rata

(M)

Kategori

Cisantana 464 25 18,56 Siap

Sumber : Hasil Penelitian 2018

Berdasarkan Tabel 4.34 dapat diketahui bahwa tingkat

kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana letusan Gunung

Ciremai adalah siap.

Pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap risiko bencana

menunjukan masyarakat sudah memahami potensi dan kerakteristik bencana

serta memiliki sikap antisipasi yang tepat jika terjadi bencana yaitu

masyarakat siap dan mau untuk dievakuasi. Rencana untuk keadaan darurat

sudah dimiliki oleh masarakat, seluruh masyarakat memiliki kesepakatan

untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman atau tempat titik kumpul

evakuasi.

Page 98: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

81

Sistem peringatan dini bencana letusan Gunung Ciremai menggunakan

Toa atau alat pengeras suara, bahkan menggunakan sirine yang dibunyikan

oleh petugas dari pihak BPBD maupun pejabat Desa, sehingga masyarakat

dapat bergegas mempersiapkan diri untuk menyelamatkan diri. Mobilisasi

sumber daya manusia menunjukan bahwa masih sebagian kecil masyarakat

yang mengikuti kegiatan sosialisasi, artinya masyarakat sudah dalam kondisi

siap untuk menghadapi bencana letusan Gunung Ciremai sehingga dapat

meminimalkan resiko bencana.

E. Pembahasan Hasil Penelitian

Hasil penelitian diatas merupakan proses yang telah dilakukan peneilti

dengan pemenuhan persyaratan penelitian administrasi dan pengurusan surat

izin penelitian. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif,

tentang apakah masyarakat Desa Cisantana memilki kesiapsiagaan dalam

menghadapi bencana letusan Gunung Ciremai, dan berikut pembahasan yang

akan diinterpretasikan sesuai dengan instrument dan hasil penelitian di

lapangan.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa masyarakat Desa Cisantana

termasuk dalam golongan siap dalam menghadapi bencana letusan Gunung

Ciremai. Mungkin bencana letusan ini belum pernah terjadi dalam waktu

dekat, tapi masyarakat Desa Cisantana sudah menyadari akan bahaya dari

Gunung Ciremai.

Dari hasil pemaparan permasalahan diatas bahwa kesiapsiagaan berkaitan

dengan upaya-upaya yang diambil sebelum terjadinya bencana untuk

memastikan tindakan efektif guna meminimalkan risiko bencana. Parameter

kesiapsiagaan dimulai dari pengetahuan dan sikap, rencana tanggap darurat,

sistem peringatan dini, dan mobilisasi sosial.

Sekitar 64% masyarakat Desa Cisantana memiliki kesiapsiagaan pada

kategori siap jika bencana letusan Gunung Ciremai terjadi. Sekitar 32%

masyarakat Desa Cisantana memiliki kesiapsiagaan pada kategori Sangat

Siap. Dan untuk kategori kurang siap hanya sebesar 4%. Hal ini menunjukan

bahwa untuk saat ini dan beberapa waktu kedepan masyarakat memiliki

kesiapsiagaan yang siap.

Page 99: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

82

Selain kesiapsiagaan masyarkat, adanya juga peran pemerintah setempat

sangat membantu mengurangi dampak dari bencana letusan Gunung Ciremai.

Pemerintah berupaya memberikan sosialisasi berupa penyuluhan tentang

bahaya bencana dan dampak dari letusan Gunung Ciremai.

Dalam menghadapi bencana letusan Gunung Ciremai ada beberapa upaya

masyarakat untuk meningkatkan kesiapsiagaan ketika bencana letusan

Gunung Ciremai datang, seperti : menyiapkan peralatan untuk evakuasi,

peralatan darurat, menyiapkan tempat pengungsian, melakukan erencanaan

untuk evakuasi, menempatkan barang-barang ke tempat yang aman, dan

mengevakuasi kelompok yang rentan terhadap bencana.

Page 100: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

83

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian diatas penulis dapat mengambil kesimpulan

bahwa masyarakat termasuk pada kategori siap yaitu memiliki rata-rata

skor dai nilai keseluruhan responden sebesar 18,56. Persentase responden

yang sangat siap yaiu sebesar 32%, persentase responden yang siap

sebesar sebesar 64%, persentase responden yang kurang siap sebesar 4%

dan responden yang tidak siap serta sangat tidak siap sebesar 0%.

Pengetahuan dan sikap masyarakat termasuk kategori siap karena

masyarakat akan mengetahui akan bahaya serta dampak dari bencana

letusan Gunung Ciremai. Sehingga jika sewaktu-waktu bencana letusan

datang masyarakat sudah siap dan memilih untuk mengungsi ke tempat

yang lebih aman.

Rencana tanggap darurat yang dilakukan yaitu masyarakat

memiliki rencana akan mengevakuasi diri dan keluarga ke daerah yang

lebih aman , agar dapat mengurangi jumlah korban mauoun kerugian harta

benda. Selain itu masyarakat juga saling membantu kondisi rumah masing-

masing, saat proses evakuasi masyarakat membawa perlengkapan dan

barang-barang terpenting ke tempat pengungsian seperti surat-surat

berharga dan obat-obatan.

B. Implikasi

berdasarkan kesimpulan yang telah dilakukan, maka peneliti dapat

memberikan implikasi yang dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam

menentukan kebijakan yang berhubungan dengan kesiapsiagaan

menghadapi bencana.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang penting

bagi masyarakat di Desa Cisanatana, dalam mempersiapkan diri dan

pengetahuan mengenai bencana letusan gunung Ciremai, Peran

masyarakat dan pemerintah sangatlah penting dalam mencegah bencana

letusan Gunung Ciremai, karena kerjasama yang baik antara masyarakat

Page 101: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

84

dan pemerintah akan mengurangi resiko munculnya korban dan kerugian

harta benda pada saat terjadi bencana letusan Gunnug Ciremai.

C. Saran

Dari penelitian yang telah dilakukan, maka penulis memberikan

saran sebagai berikut:

1. Untuk daerah penelitian

a. Lebih meningkatkan kesiapsiagaan apabila sewaktu-waktu

bencana letusan Gunung Ciremai datang tanpa disadari.

b. Mengoptimalkan kerjasama antar warga dalam berpartisipasi

mengurangi resiko bencana letusan Gunung Ciremai.

2. Untuk pemerintah Desa Cisantana

Mengadakan pelatihan-pelatihan dan sosialisai mengenai

kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana letusan Gunung Ciremai.

3. Untuk peneliti selanjutnya

Diharapkan memperluas objek penelitian dan memperluas

daerah survei agar memperbanyak sampel sehingga data yang

diperoleh lebih valid. Dan menambahkan variabel selain

kesiapsiagaan mengenai kebijakan agar hasilnya lebih maksimal.

Page 102: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

85

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Rineka

Cipta, 2013.

Badan Koordinasi Nasional Penanganan Bencana,Pengenalan Karakteristik

Bencana dan Upaya Mitigasi di Indonesia. Jakarta: Direktorat Mitigasi,

2007.

Badan Penanggulangan Bencana, Panduan Kontijesi Menghadapi Bencana.

Jakarta :BNPB,2011.

Badan Pusat Statistik 2006. Kecamatan Cigugur dalam angka Tahun 2006,

BPS Cigugur, Kabupaten Kuningan

Bungin, Burhan, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Jakarta: Prenada media,

2005.

Dedi Hermon, Geografi Bencana Alam, Jakarta: Rajawali Pers, 2015.

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahannya, Proyek Pengadaan

Kitab Suci Al-Qur’an Indonesia.

Undang-Undang tentang Penanggulangan Bencana, UU No.24Tahun 2007,

LN No.66 Tahun 2007, TLN No. 4723.

Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta: Rineka Cipta, 2002.

Lembaga penilitian & Pengabdian Kepada Masyarakat ITB, Mengelola Risiko

Bencana di Negara Maritim Indonesia.Bandung: ITB,2009.

Munir. Geologi Lingkungan, Malang: B Ayumedia Publishing, 2003.

Nurjannah dkk, Manajemen Bencana, Bandung: Alfabeta, 2012

Pusat Data dan Analisa, Indonesia Rawan Bencana. Jakarta: Tempo,2006.

Puturuhu, Ferad, Mitigasi Bencana dan Penginderaan Jauh, Yogyakarta:

Graha Ilmu, 2015.

Page 103: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

86

Sartohadi, Junun, Bungan Rampai Penelitian, Pengelolaan Bencana

Kegunungapian Kelud

pada Periode Krisis Erupsi 2014 , Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014.

Singarimbun, Mardialis, Metode Penelitian Survei, Jakarta: LP3ES, 1989.

Soetoto, Geologi Dasar, Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2013.

Sofian Efendi dan Tukiran, Metode Penelitian Survei, Jakarta; LP3ES, 2012.

Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2013.

Suharsaputra, Uhar, Metode Penelitian:Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan,

Bandung: PT Refika Aditama, 2012.

Sukandarrumidi, Bencana Alam dan Bencana Antrhopogone.Yogyakarta:

Kanisius,2010.

Suryabrata ,Sumadi, Metodologi Penelitian.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

1997.

Taufik, Giri Ahmad. Bencana Alam dan Pengungsi. Jakarta: Komnas

HAM,2006.

Verstappen, Herman, Garis Besar Geomorfologi Indonesia, Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press, 2014.

Yayasan IDEP,Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat .Bali :

Yayasan IDEP,2007.

Sumber Skripsi

2013

Asep Zaenudin, “Analisis Kerentanan Bencana Letusan Gunung Ceremai di

Bencana Banjir di Rt 001 Rw 012 Kelurahan Bintaro, Kecamatan

Pesanggrahan, Jakarta Selatan Tahun 2015” Skripsi pada UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Ferinaldi, “Perubahan Sosial Masyarakat Cigugur (analisis perubahan sistem

Indonesia, Bandung, Jawa Barat 2006

Indria ni,Iin, “Persepsi Masyarakat terhadap Kiai di Pondok Pesantren

Ulumul Qur’an

Bojongsari, Kota Depok“ Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 104: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

87

Kecamtan

Cilimus Kabupaten Kuningan”, Skripsi pada Universitas Pendidikan Bandung,

mata pencaharian masyarakat Cigugur, Kuningan, Jawa Barat)“ Skripsi

Nandi, “Geologi Lingkungan” Hand Outs pada Universitas Pendidikan

Nasution, Syafii, Penanggulangan Berbasis Komunitas, Tugas akhir pada

Nurrahmah, Widiani, “Pengalaman Kesiapsiagaan Masyarakat Menghadapi

pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pascasarjana institut Pertanian Bogor, Bogor 2005.

PKPU” Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tonnedy, Ersyad, “Tahapan Penanggulangan Bencana Situ Gintung oleh

Sumber Undang-undang dan Peraturan Presiden

Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008 tentang Badan Nasional

Penanggulangn Bencana

Undang-undang nomor 24 Tahun 2007

Sumber Internet

Pdf e-jurnal www.pvmbg.go.id

Page 105: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 106: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

89

1. Surat

1.1 Surat Bimbingan Skripsi

Page 107: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

90

1.2 Surat Permohnan Izin Penelitian

Page 108: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

91

1.3 Surat Desa Cisantana

Page 109: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

92

Page 110: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

93

2. Instrument Angket

ANGKET PENELITIAN

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA

LETUSAN GUNUNG API CIREMAI DI DESA CISANTANA, KECAMATAN

CIGUGUR,

KABUPATEN KUNINGAN

No. Kuisioner :

Tanggal/Bulan/Tahun :

Pukul :

RT/RW :

1. Nama :

2. Umur :

3. Pendidikan Terakhir :

4. Pekerjaan :

5. Jumlah Anggota keluarga :

Petunjuk Pengisian :

Isilah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini dengan keadaan sebenarnya dengan

memberi tanda silang (X) pada pilihan jawaban yang tersedia.

A. Pengetahuan dan sikap

1. Apakah Bapa /Ibu mengetahui jika gunung api ciremai dikategorikan sebagai

gunung api yang masih aktif ?

a. Mengetahui b. Tidak mengetahui

Penjelasan :

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………….

2. Apakah Bapak/Ibu mengetahui jika gunung api ciremai memiliki potensi

untuk meletus ?

a. Mengetahui b. Tidak mengetahui

Penjelasan :

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………….

Page 111: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

94

3. Berdasarkan pengalaman Bapak/Ibu, apakah Bapak/Ibu mengetahui

penyebab bencana letusan gunung api ciremai ?

a. Mengetahui b. Tidak mengetahui

Penjelasan :

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………….

4. Apakah Bapak/Ibu mengetahui tanda-tanda akan terjadinya bencana letusan

gunung api ciremai?

a. Mengetahui b. Tidak mengetahui

Penjelasan :

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………….

5. Berdasarkan pengalaman Bapak/Ibu, apakah Bapak/Ibu mengetahui dampak

bencana letusan gunung api ciremai?

a. Mengetahui b. Tidak mengetahui

Penjelasan :

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………….

6. Berdasarkan pengalaman Bapak/Ibu, Sikap seperti apakah yang paling aman

diambil ketika terjadi bencana letusan gunung api ciremai ?

a. Mengungsi b. Tetap tinggal di rumah

Penjelasan :

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………….

B. Rencana tanggap darurat

7. Apakah Bapak/Ibu dan keluarga sudah ada rencana evakuasi ke daerah yang

lebih aman saat akan terjadi bencana letusan gunung api ciremai ?

a. Ada rencana evakuasi b. Tidak ada rencana evakuasi

Penjelasan :

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………….

Page 112: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

95

8. Apakah Bapak/Ibu dan keluarga sudah memiliki kendaraan untuk

mengevakuasi ke daerah yang lebih aman ketika terjadi bencana letusan

gunung api ciremai?

a. Ada alat transportasi untuk b. Tidak ada alat

transportasi untuk

Keadaan darurat Keadaan darurat

Penjelasan :

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………….

9. Apakah ada kerabat/keluarga yang menyediakan tempat pengungsian

sementara apabila terjadi bencana letusan gunung api ciremai?

a. Ada kerabat/keluarga yang b. Tidak ada

kerabat/keluarga yang

menyediakan tempat pengungsian menyediakan tempat

pengungsian

Penjelasan :

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………….

10. Apakah ada perlengkapan dan barang-barang yang dibawa Bapak/Ibu dan

keluarga saat akan evakuasi ke daerah aman ?

a. Ada perlengkapan evakuasi b. Tidak ada

perlengkapan evakuasi

Penjelasan :

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………….

11. Apakah tersedia kotak P3K atau obat-obatan penting untuk pertolongan

pertama?

a. Ada obat-obatan b. Tidak ada obat-

obatan

Penjelasan :

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………….

12. Adakah pembagian tugas dalam tindakan penyelamatan apabila terjadi

darurat ?

a. Ada pembagian tugas b. Tidak ada pembagian

tugas

Page 113: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

96

Penjelasan :

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………….

C. Sistem peringatan bencana

13. Menurut Bapak/Ibu, apakah ada kepercayaan setempat mengenai tanda

bahaya akan terjadinya bencana letusan gunung api ciremai?

a. Ya ada b. Tidak ada

Penjelasan :

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………….

14. Apakah ada alat yang digunakan sebagai penanda akan terjadi letusan gunung

api ciremai?

b. Ada (sebutkan) b. Tidak ada

Penjelasan :

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………….

15. Apakah Bapak/Ibu memiliki pihak/sumber yang memberi informasi resmi

bahwa akan terjadi bencana letusan gunung api ciremai ?

a. Ya ada pihak/sumber b. Tidak ada piha/sumber

yang memberikan informasi yang memberikan informasi

Penjelasan :

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………….

16. Berdasarkan pengalaman Bapak/Ibu, apakah ada sistem peringatan berbasis

teknologi jika akan terjadi letusan gunung api ciremai ?

a. Ada b. Tidak ada

Penjelasan :

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………….

17. Apakah Bapak/Ibu pernah mengikuti pelatihan kebencanan (mitigasi

bencana, kesiapsiagaan bencana, evakuasi, dll) ?

a. Pernah mengikuti b. Tidak pernah mengikuti

Page 114: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

97

Penjelasan :

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………….

18. Jika iya, sudah berapa kali Bapak/Ibu mengikuti pelatihan kebencanaan

tersebut ?

a. Lebih dari 1 kali b. 1 kali

Penjelasan :

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………….

19. Apakah ada salah satu anggota keluarga Bapak/Ibu pernah mengikuti

seminar/pertemuan/workshop/pelatihan mengenai kesiapsiagaan bencana

letusan gunung api ciremai?

a. Ada anggota keluarga b. Tidak ada anggota

keluarga

yang mengikuti yang mengikuti

Penjelasan :

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………….

D. Mobilisasi sosial

20. Apakah Bapak/Ibu memiliki materi/ panduan kesiapsiagaan bencana letusan

gunung api ?

a. Ya memiliki b. Tidak memiliki

Penjelasan :

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………….

21. Apakah Bapak/Ibu memiliki aksses informasi dari media dan sumber lain

mengenai bencana letusan gunung api yang akan terjadi ?

a. Ya ada b. Tidak ada

Penjelasan :

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………….

Page 115: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

98

22. Apakah ada anggota keluarga Bapak/Ibu yang memilki keterampilan yang

berkaitan dengan kesiapsiagaan terhadap bencana letusan gunung api

ciremai?

a. Ya ada b. Tidak ada

Penjelasan :

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………….

23. Apakah Bapak/Ibu/keluarga memiliki anggaran/dana untuk persiapan yang

sewaktu-waktu dapat digunakan saat akan terjadi bencana letusan gunung api

ciremai?

a. Ada dana/anggaran b. Tidak ada dana/anggaran

Penjelasan :

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………….

24. Apakah Bapak/Ibu memiliki pihak luar (kerabat/keluarga/teman) yang

sewaktu-waktu dapat membantu saat terjadi bencana letusan gunung api

ciremai ?

a. Ya, ada bantuan b. Tidak ada bantuan

Penjelasan :

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………….

25. Apakah ada kesepakatan didalam keluarga untuk melakukan simualasi

bencana letusan gunug api ciremai ?

a. Ya ada b. Tidak ada

Penjelasan :

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………….

Page 116: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

99

3. Dokumentasi Foto-Foto Penelitian

Page 117: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

100

4. Lembar Uji Referensi

Page 118: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

101

Page 119: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

102

Page 120: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

103

Page 121: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

104

Page 122: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46648/1/RIZAL...ii ABSTRACT Rizal Fahrudin (1112015000088): Community Preparedness in Facing the

105

BIODATA PENULIS

Rizal Fahrudin, lahir di Kuningan 02

Agustus 1994, putra dari Bapak Jojo Sudrajat

dan Ibu Yayah Rokayah (Alm) yang

beralamat tinggal di Desa Kawah Manuk,

Darma, Kuningan, Jawa Barat. Putra ketiga

dari 4 bersaudara ini telah menempuh

Pendidikan Sekolah Dasar (2000-2006),

Kemudian penulis melanjutkan ke Madrasah

Tsanawiyah Darma (2007-2009), selanjutnya

meneruskan pendidikan di Madrasah

Madrasah Aliyah Al-Wutsqo Depok (2009-2012) dan Setelah lulus Madrasah

Aliyah, penulis melanjutkan pedidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Ilmu Pegetahuan Sosial

konsentrasi Geografi angkatan 2012 melalui jalur Mandiri.

Skripsi yang berjudul “Kesiapsiagaan Masyarakat dalam Menghadapi

Bencana Letusan Gunung Ciremai di Desa Cisantana, Kecamatan Cigugur,

Kabupaten Kuningan” ini di bawah bimbingan Bapak Dr. Teukeu Ramli Zakaria,

M.A sebagai Dosen Pembimbing I dan Bapak Dr. Sodikin, M.Si sebagai Dosen

Pembimbing II.