skripsi · 2018-12-19 · fakultas ekonomi dan bisnis islam (febi) uin ar-raniry, keluarga besar...
TRANSCRIPT
SKRIPSI
PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI ACEH
BERDASARKAN JUMLAH PEKERJA MISKIN, REALISASI
ZAKAT, ANGKA HARAPAN HIDUP, ANGKA MELEK HURUF,
RATA-RATA LAMA SEKOLAH DAN PENGELUARAN RATA-
RATA PERKAPITA TAHUN 2011-2015
Disusun Oleh:
T. MUHAMMAD GHUFRAN
NIM: 140602003
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
BANDA ACEH
2018 M/1439 H
SKRIPSI
PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI ACEH
BERDASARKAN JUMLAH PEKERJA MISKIN, REALISASI
ZAKAT, ANGKA HARAPAN HIDUP, ANGKA MELEK HURUF,
RATA-RATA LAMA SEKOLAH DAN PENGELUARAN RATA-
RATA PERKAPITA TAHUN 2011-2015
Disusun Oleh:
T. MUHAMMAD GHUFRAN
NIM: 140602003
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
BANDA ACEH
2018 M/1439 H
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY BANDA ACEH
UPT. PERPUSTAKAAN
Jl. Syeikh Abdur Rauf Kopelma Darussalam Banda Aceh
Telp. 0651-7552921, 7551857, Fax. 0651-7552922 Web:www.library.ar-raniry.ac.id, Email:[email protected]
vi
vii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“Bergerak Bermanfaat”
(Penulis)
If you do good, you do good for your ownselves.
Setiap kebaikan yang kita kerjakan, akan melahirkan kebaikan-
kebaikan lainnya pada diri kita. Allah ‘Azza wajalla juga
berfirman dalam surat Al-Isra’ Ayat 7
“Jika kalian berbuat baik, sesungguhnya kalian berbuat baik bagi
diri kalian sendiri.
Setiap untaian kata yang tertulis adalah wujud cinta dan kasih
sayang Allah Subhanallahu wata’ala kepada hambanya
Skripsi ini kupersembahkan untuk kedua surgaku, Ayah dan
Mamak serta keluarga tercinta yang selalu menjadi tempat
ternyaman untuk pulang.
Untuk orang-orang yang kusayangi, dan untuk seluruh pejuang
ilmu yang akan menjadi Ayah generasi ummat dan Ibu
peradaban.
.
viii
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah
memberikan kesehatan dan kesempatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan Tugas Akhir yang berjudul Pengelompokan
Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh Berdasarkan Jumlah Pekerja
Miskin, Realisasi Zakat, Angka Harapan Hidup, Angka Melek Huruf,
Rata-Rata Lama Sekolah dan Pengeluaran Rata-Rata Perkapita
Tahun 2011-2015. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada
Rasulullah Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta seluruh
pengikutnya.
Adapun penulis menyadari bahwa terselesainya penyusunan
skripsi ini tidak terlepas dari saran, petunjuk, bimbingan, dan masukan dari
berbagai pihak. Maka dengan segala kerendahan hati, penulis ingin
menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Nazaruddin A. Wahid, MA, Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam UIN Ar-Raniry Banda Aceh.
2. Dr. Muhammad Yasir Yusuf, S.Ag.,MA selaku Wakil Dekan I, Dr.
Zaki Fuad Chalil, M.Ag selaku Wakil Dekan II dan Syahminan, S.Ag.,
M.Ag selaku Wakil Dekan III Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN
Ar-Raniry.
3. Dr. Muhammad Zulhilmi, MA dan Cut Dian Fitri, SE.M.Si.,Ak.,CA
selaku ketua dan sekretaris Program Studi Ekonomi Syariah UIN AR-
Raniry.
ix
4. Muhammad Arifin, Ph.D, selaku ketua dan Ismail Rasyid
RidlaTarigan, M.A selaku sekretaris Laboraturium Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Islam UIN Ar-Raniry.
5. Farid Fathony Ashal, Lc., MA selaku Penasehat Akademik (PA)
penulis selama menempuh pendidikan di Jurusan Ekonomi Syariah.
Terima kasih banyak telah memberi nasehat dan masukan baiknya
kepada penulis.
6. Dr. Muhammad Zulhilmi, MA selaku dosen pembimbing I, Winny
Dian Safitri, S.Si., M.Si selaku dosen pembimbing II dan Cut Dian
Fitri, SE., M.Si., Ak., CA. yang saya hormati dan saya banggakan,
yang telah bersedia menjadi orang tua kedua dalam membimbing saya
dengan sangat sabar, meluangkan waktu serta memberi arahan dan
motivasi dari awal penulisan hingga skripsi ini dapat diselesaikan
dengan baik.
7. Dr. Muhammad Adnan, S.E., M.Si., selaku penguji I dan Hafiizh
Maulana, S.P., S.Hi., M.E., selaku penguji II yang telah meluangkan
waktu, pikiran dan memberikan arahan kepada penulis. Terima kasih
sebesar-besarnya penulis ucapkan, semoga Bapak dan Ibu selalu
mendapat rahmat dan lindungan Allah SWT.
8. Teristimewa kepada Almarhumah nenek tercinta Rasyidah binti
Teungku Muhammad Ali yang telah menjadi embun disetiap pagi dan
menjadi senja yang indah disetiap petang. Kepada kedua Orang Tua
tercinta, Ayahanda Iskandar dan Ibunda Sutrisna atas segala cinta,
kasih sayang, doa, bimbingan, dukungan, dan nasehat yang luar biasa
tiada hentinya. Kepada Abang T. Safwatullah Iskandar, Adik T. Narjul
Kiram, dan seluruh keluarga yang telah menghibur, memberi
semangat, dukungan serta doa terbaik.
x
9. Chairunnas, Rama, Reza, Rafli, Furqan, Bang Azmul, Ilham, Wali,
Roni, Rahmat, Ichsan, Yossi, Una, Nadlia, Iin, Ayyak yang telah
banyak memberikan dukungan maupun doa terbaik. Keluarga besar
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) UIN Ar-raniry, keluarga
besar LDK Ar-risalah UIN Ar-raniry, keluarga besar Al-Mahira
Islamic Economics Community FEBI, keluarga besar mujahid
surgawi Raisul Fata, keluarga besar Balee Beut Ruwaqul Gahzali,
keluarga besar TPQ Masjid Jamik Al-Wustha.
10. Seluruh pihak-pihak terkait yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu yang telah banyak memberikan bantuan, arahan dan
kerjasama demi kelancaran penyusunan skripsi ini.
Hanya kepada Allah SWT kita berserah diri, semoga yang kita
amalkan mendapat ridhoNya. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan
skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, segala kritik dan
saran yang sifatnya membangun akan menyempurnakan penulisan skripsi
ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan.
Banda Aceh, 13 Juli 2018
Penulis
T. Muhammad Ghufran
xi
TRANSLITERASI ARAB-LATIN DAN SINGKATAN
Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri P dan K
Nomor: 158 Tahun 1987 – Nomor: 0543 b/u/1987
1. Konsonan
No Arab Latin No Arab Latin
ا 1Tidak
dilambangkan T ط 16
Z ظ B 17 ب 2
‘ ع T 18 ت 3
G غ S 19 ث 4
F ف J 20 ج 5
Q ق H 21 ح 6
K ك Kh 22 خ 7
L ل D 23 د 8
M م Ż 24 ذ 9
N ن R 25 ر 10
W و Z 26 ز 11
H ه S 27 س 12
’ ء Sy 28 ش 13
Y ي S 29 ص 14
D ض 15
xii
2. Vokal
Vokal Bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri
dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.
a. Vokal Tunggal
Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda
atau harkat, transliterasinya sebagai berikut:
Tanda Nama Huruf Latin
Fatḥah A
Kasrah I
Dammah U
b. Vokal Rangkap
Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa
gabungan antara harkat dan huruf, transliterasinya
gabungan huruf, yaitu:
Tanda dan
Huruf Nama
Gabungan
Huruf
ي Fatḥah dan ya Ai
و Fatḥah dan wau Au
Contoh:
kaifa : كيف
haula : هول
xiii
3. Maddah
Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harkat dan
huruf , transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:
Harkat dan
Huruf Nama Huruf dan tanda
ا ي / Fatḥah dan alif
atau ya Ā
ي Kasrah dan ya Ī
ي Dammah dan
wau Ū
Contoh :
qāla : ق ال
م ى ramā : ر
qīla : ق يل
yaqūlu : ي ق ول
4. Ta Marbutah (ة)
Transliterasi untuk ta marbutah ada dua.
a. Ta marbutah (ة) hidup
Ta marbutah (ة) yang hidup atau mendapat harkat fatḥah,
kasrah dan dammah, transliterasinya adalah t.
b. Ta marbutah (ة) mati
Ta marbutah (ة) yang mati atau mendapat harkat sukun,
transliterasinya adalah h.
xiv
c. Kalau pada suatu kata yang akhir katanya ta marbutah (ة) diikuti
oleh kata yang menggunakan kata sandang al, serta bacaan
kedua kata itu terpisah maka ta marbutah (ة) itu
ditransliterasikan dengan h.
Contoh:
طف ال ة ال وض rauḍah al-aṭfāl/ rauḍatul aṭfāl : ر
ة ن ور ين ة الم د /al-Madīnah al-Munawwarah : ا لم
al-Madīnatul Munawwarah
ة Ṭalḥah : ط لح
Catatan:
Modifikasi
1. Nama orang berkebangsaan Indonesia ditulis seperti biasa
tanpa transliterasi, seperti M. Syuhudi Ismail, sedangkan
nama-nama lainnya ditulis sesuai kaidah penerjemahan.
Contoh: Ḥamad Ibn Sulaiman.
2. Nama negara dan kota ditulis menurut ejaan Bahasa Indonesia,
seperti Mesir, bukan Misr ; Beirut, bukan Bayrut ; dan
sebagainya.
3. Kata-kata yang sudah dipakai (serapan) dalam kamus Bahasa
Indonesia tidak ditransliterasi. Contoh: Tasauf, bukan
Tasawuf.
xv
ABSTRAK
Nama : T. Muhammad Ghufran
NIM : 140602003
Fakultas/Program Studi : Ekonomi dan Bisnis Islam/Ekonomi Syariah
Judul : Pengelompokan Kabupaten/Kota di Provinsi
Aceh Berdasarkan Jumlah Pekerja Miskin,
Realisasi Zakat, Angka Harapan Hidup, Angka
Melek Huruf, Rata-Rata Lama Sekolah dan
Pengeluaran Rata-Rata Perkapita Tahun 2011-
2015
Tanggal Sidang : 2 Juli 2018
Tebal Skripsi : 120 Halaman
Pembimbing I : Dr. Muhammad Zulhilmi, MA
Pembimbing II : Winny Dian Safitri, S.Si., M.Si
Penelitian ini untuk mengetahui pengelompokan kabupaten/kota dan
pendistribusian jumlah pekerja miskin, realisasi zakat, angka harapan
hidup, angka melek huruf, rata-rata lama sekolah dan pengeluaran rata-rata
perkapita di Provinsi Aceh tahun 2011-2015. Data yang digunakan adalah
data jumlah pekerja miskin, realisasi zakat, persentase angka harapan
hidup, persentase angka melek huruf, persentase angka rata-rata lama
sekolah dan persentase pengeluaran perkapita 23 kabupaten/kota di
Provinsi Aceh dalam kurun waktu 2011-2015. Teknik analisis yang
digunakan berupa analisis hierarchical clustering yang didasarkan pada
ukuran kemiripan dan teknik jarak. Metode hierarchical clustering
menghasilkan 5 cluster dengan jumlah kabupaten/kota yang diperingkat
menjadi peringkat 1,2,3,4 dan 5. Secara umum kabupaten/kota di Provinsi
Aceh dari rentang tahun 2011-2015 memiliki tingkat kesejahteraan SDM
yang berada dalam rentang peringkat menengah kebawah. Kabupaten/kota
yang menempati peringkat terendah sebanyak 3 (tiga) kali atau lebih dalam
kurun waktu 2011-2015 yaitu Kabupaten Aceh Selatan, Kabupaten Aceh
Timur, Kabupaten Pidie, Kabupaten Bireun, Kabupaten Aceh Barat Daya,
Kabupaten Aceh Jaya dan Subulussalam. Kota Banda Aceh membentuk
kelompok pencilan yang mencirikan karakteristik lebih unggul dan
berbeda dengan kabupaten/kota lainnya yang ada di Provinsi Aceh. Kota
Langsa menjadi daerah di Provinsi Aceh yang dianggap sukses dalam
membangun kesejahteraan SDM karena berhasil merangkak maju dari
peringkat cluster terendah hingga ke peringkat cluster tertinggi.
Kata Kunci: Pengelompokan, Pekerja Miskin, Zakat, IPM, Aceh.
xvi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL KEASLIAN ............................................ i
HALAMAN JUDUL KEASLIAN ................................................ ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN .................................... iii
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ....................................... iv
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .......................................... v
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ................................. vi
LEMBAR MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................ viii
HALAMAN TRANSLITERASI ................................................. xi
ABSTRAK .................................................................................... xv
DAFTAR ISI .............................................................................. xvi
DAFTAR TABEL ....................................................................... .xx
DAFTAR GAMBAR ................................................................ xxi
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................... xxiii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................... 9
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................... 10
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................ 10
1.5 Sistematika Penelitian Penulisan .................................. 11
BAB II LANDASAN TEORI ..................................................... 13
2.1 Pekerja Miskin ............................................................. 13
2.2 Zakat .............................................................................. 18
2.2.1 Pengertian Zakat ................................................... 18
2.2.2 Dasar Hukum ........................................................ 20
2.2.3 Manfaat dan Tujuan Zakat ................................... 21
2.3 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) ........................... 24
2.3.1 Komponen Pembangunan Manusia ...................... 29
2.3.2 Angka Harapan Hidup .......................................... 30
2.3.3 Angka Melek Huruf .............................................. 31
2.3.4 Rata-rata Lama Sekolah ....................................... 32
2.3.5 Pengeluaran Perkapita .......................................... 32
xvii
2.4 Keterkaitan Antar Variabel ......................................... 33
2.4.1 Keterkaitan Zakat dengan Pekerja Miskin ........ 33
2.4.2 Keterkaitan Angka Harapan Hidup dengan
Pekerja Miskin .................................................... 34
2.4.3 Keterkaitan Angka Melek Huruf dengan
Pekerja Miskin ................................................... 35
2.4.4 Keterkaitan Rata-rata Lama Sekolah dengan
Pekerja Miskin ................................................... 35
2.4.5 Keterkaitan Pengeluaran Perkapita dengan
Pekerja Miskin .................................................... 36
2.5 Penelitian Terkait ........................................................ 37
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .............................. 49
3.1 Rancangan Penelitian ................................................. 49
3.2 Jenis dan Sumber Data ............................................... 49
3.3 Teknik Pengumpulan Data ......................................... 50
3.4 Operasional Variabel .................................................. 50
3.4.1 Pekerja Miskin (X1) ........................................... 50
3.4.2 Realisasi Zakat (X2) ........................................... 51
3.4.3 Persentase Angka Harapan Hidup (X3) ............. 51
3.4.4 Persentase Angka Melek Huruf (X4) ................. 51
3.4.5 Persentase Rata-Rata Lama Sekolah (X5) ......... 51
3.4.6 Pengeluaran Rata-Rata Perkapita (X6) .............. 51
3.5 Metode Analisis Data ................................................. 52
3.5.1 Konsep Clustering Analisis ............................... 53
3.5.2 Metode Hirarki .................................................. 54
3.5.3 Metode non-Hirarki .......................................... 56
3.6 Prosedur Penelitian ..................................................... 56
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ....... 58
4.1 Statistika Deskriptif .................................................... 58
4.1.1 Rata – Rata Persentase Pekerja Miskin
Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh Tahun
2011/2015 ........................................................... 58
4.1.2 Rata – Rata Jumlah Zakat Perkapita
Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh Tahun
2011/2015 ........................................................... 61
4.1.3 Rata-Rata Persentase Angka Harapan Hidup
xviii
Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh Tahun
2011/2015 ........................................................... 64
4.1.4 Rata–Rata Persentase Angka Melek Huruf
Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh Tahun
2011/2015 ........................................................... 66
4.1.5 Rata – Rata Persentase Rata-Rata Lama
Sekolah Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh
Tahun 2011/2015 ................................................ 68
4.1.6 Rata–Rata Persentase Pengeluaran Perkapita
Kabupaten / Kota di Provinsi Aceh Tahun
2011/2015 ........................................................... 70
4.2 Pengelompokan Kabupaten / Kota Berdasarkan
Jumlah Pekerja Miskin, Angka Realisasi Zakat,
Angka Harapan Hidup, Angka Melek Huruf, Rata
-Rata Lama Sekolah Dan Pengeluaran Perkapita ...... 72
4.2.1 Pengelompokan Kabupaten/Kota di Provinsi
Aceh Tahun 2011 ............................................... 73
4.2.2 Visualisasi Hasil Pengelompokan Kabupaten
/Kota di Provinsi Aceh Berdasarkan Peringkat
Tahun 2011 ........................................................ 75
4.2.3 Pengelompokan Kabupaten/Kota di Provinsi
Aceh Tahun 2012 ............................................... 77
4.2.4 Visualisasi Hasil Pengelompokan Kabupaten
/Kota di Provinsi Aceh Berdasarkan Peringkat
Tahun 2012 ......................................................... 79
4.2.5 Pengelompokan Kabupaten/Kota di Provinsi
Aceh Tahun 2013 .............................................. 81
4.2.6 Visualisasi Hasil Pengelompokan Kabupaten
/Kota di Provinsi Aceh Berdasarkan Peringkat
Tahun 2013 ........................................................ 83
4.2.7 Pengelompokan Kabupaten/Kota di Provinsi
Aceh Tahun 2014 .............................................. 85
4.2.8 Visualisasi Hasil Pengelompokan Kabupaten
/Kota di Provinsi Aceh Berdasarkan Peringkat
Tahun 2014 ........................................................ 87
4.2.9 Pengelompokan Kabupaten/Kota di Provinsi
Aceh Tahun 2015 .............................................. 89
4.2.10 Visualisasi Hasil Pengelompokan Kabupaten
xix
/Kota di Provinsi Aceh Berdasarkan Peringkat
Tahun 2015 ........................................................ 91
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................. 93
5.1. Kesimpulan ................................................................ 93
5.2. Saran .......................................................................... 94
DAFTAR PUSTAKA .............................................................. 96
LAMPIRAN ........................................................................... 100
xx
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Penelitian Terkait ...................................................... 43
Tabel 3.1 Daftar Singkatan Variabel ........................................ 52
xxi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 Siklus Kinerja Ekonomi, Sumber Daya Manusia
dan Produktivitas ................................................ ...7
Gambar 2.1 Konsep Ketenagakerjaan .................................... 13
Gambar 4.1 Rata-Rata Persentase Pekerja Miskin
Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh Tahun 2011-
2015..................................................................... 59
Gambar 4.2 Rata-Rata Jumlah Zakat Kabupaten/Kota di
Provinsi Aceh Tahun 2011-2015 ........................ 62
Gambar 4.3 Rata-Rata Persentase Angka Harapan Hidup
Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh Tahun 2011-
2015..................................................................... 65
Gambar 4.4 Rata-Rata Persentase Angka Melek Huruf
Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh Tahun 2011-
2015..................................................................... 67
Gambar 4.5 Rata-Rata Persentase Rata-Rata Lama Sekolah
Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh Tahun 2011-
2015..................................................................... 69
Gambar 4.6 Rata-Rata Persentase Pengeluaran Perkapita
Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh Tahun 2011-
2015..................................................................... 71
Gambar 4.7 Dendogram 23 Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh
Tahun 2011 ......................................................... 73
Gambar 4.8 Median, mean, nilai maksimum dan nilai
minimum cluster Kabupaten/Kota di Provinsi
Aceh Tahun 2011 ................................................ 75
Gambar 4.9 Peringkat Cluster Kabupaten/Kota di Provinsi
Aceh Tahun 2011 ................................................ 76
Gambar 4.10 Dendogram 23 Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh
Tahun 2012 ......................................................... 77
xxii
Gambar 4.11 Median, mean, nilai maksimum dan nilai
minimum cluster Kabupaten/Kota di Provinsi
Aceh Tahun 2012 ................................................ 79
Gambar 4.12 Peringkat Cluster Kabupaten/Kota di Provinsi
Aceh Tahun 2012 ................................................ 80
Gambar 4.13 Dendogram 23 Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh
Tahun 2013 ......................................................... 81
Gambar 4.14 Median, mean, nilai maksimum dan nilai
minimum cluster Kabupaten/Kota di Provinsi
Aceh Tahun 2013 ................................................ 83
Gambar 4.15 Peringkat Cluster Kabupaten/Kota di Provinsi
Aceh Tahun 2013 ................................................ 84
Gambar 4.16 Dendogram 23 Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh
Tahun 2014 ......................................................... 85
Gambar 4.17 Median, mean, nilai maksimum dan nilai
minimum cluster Kabupaten/Kota di Provinsi
Aceh Tahun 2014 ................................................ 87
Gambar 4.18 Peringkat Cluster Kabupaten/Kota di Provinsi
Aceh Tahun 2014 ................................................ 88
Gambar 4.19 Dendogram 23 Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh
Tahun 2015 ......................................................... 89
Gambar 4.20 Median, mean, nilai maksimum dan nilai
minimum cluster Kabupaten/Kota di Provinsi
Aceh Tahun 2015 ................................................ 91
Gambar 4.21 Peringkat Cluster Kabupaten/Kota di Provinsi
Aceh Tahun 2015 ................................................ 92
xxiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Data persentase pekerja miskin .............................. 100
Lampiran 2 Data zakat perkapita ............................................... 101
Lampiran 3 Data angka harapan hidup ...................................... 102
Lampiran 4 Data angka melek huruf ......................................... 103
Lampiran 5 Data rata-rata lama sekolah .................................... 104
Lampiran 6 Data pengeluaran perkapita .................................... 105
Lampiran 7 Output R. 3.3. hasil cluster .................................... 106
Lampiran 8 Output SPSS mean, media, max dan min cluster ... 111
Lampiran 9 Hasil voting peringkat ............................................ 116
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka
pembangunan manusia Indonesia untuk mewujudkan masyarakat
yang sejahtera, adil, makmur, yang merata, baik materil maupun
spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Pembangunan
ekonomi di Indonesia secara nasional tidak akan terlepas dari
pembangunan daerah. Kegiatan pembangunan haruslah dapat
menyentuh ke aspek terkecil sehingga dapat juga dirasakan
menyeluruh oleh masyarakat. Pembangunan membutuhkan proses
yang kompleks dimana proses multi dimensi yang mencakup kepada
perubahan-perubahan penting dalam akselerasi pertumbuhan
ekonomi, kesenjangan, struktur sosial masyarakat, pengangguran
dan penanganan kemiskinan. Tujuan pembangunan adalah untuk
meningkatkan standar hidup (pendapatan, penyediaan lapangan
pekerjaan, dan perbaikan kualitas pendidikan) dan perluasan pilihan-
pilihan ekonomis dan sosial (Nasir, 2008). Pembangunan sumber
daya manusia dianggap berpengaruh positif dalam memacu
pembangunan nasional dan pertumbuhan ekonomi dalam hal ini
adalah pekerja.
Berdasarkan UU. RI. Ketenagakerjaan (2003) tenaga kerja
merupakan setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
2
menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan
sendiri maupun untuk masyarakat. Maka perlu adanya perhatian
khusus terhadap kesejahteraan para pekerja.
Dalam nilai-nilai dasar ekonomi Islam keadilan merupakan
suatu nilai terhadap hak azasi yang harus selalu diberikan dalam
ajaran Islam. Menegakkan keadilan dan memberantas kedzaliman
adalah tujuan utama dari risalah para Rasul-Nya. Keadilan sering
kali diletakkan sederajat dengan kebajikan dan ketaqwaan sesuai
firman Allah Swt. dalam Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 8:
وا ن ينا آما لذ ا ا ط وا يا أاي ها س ق ل اءا ب دا ها نيا لل ش وا ق اوام ون ك ن ما ا الا وا اللا ت ق ا واى وا ق ت ل اب ل وا أاق وا ه ل د اع وا ل د وم عالاى أاال ت اع ناآن ق ا شا
ونا ل ما ري باا ت اع ب ن اللا خا إArtinya: “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi
orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah,
menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu
terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil.
Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Al-Maidah [5]: 8)
Asy-Syathibi menjadikan perwujudan mashlahah sebagai titi
temu antara maksud Allah dan perbuatan manusia. Tujuan akhir dari
suatu hukum adalah satu, yaitu mashlahah atau kebaikan dan
kesejahteraan umat manusia (Haq, 2007). Secara garis besar
keadilan dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan yang dimana
3
terdapat kesamaan perlakuan dimata hukum, hak kompensasi, hak
untuk dapat hidup secara layak, hak menikmati pembangunan dan
tidak adanya pihak yang dirugikan serta adanya keseimbangan
dalam setiap aspek kehidupan. Hak tersebut bersifat proposional
yang disesuaikan dengan ukuran setiap individu baik dari sisi tingkat
kebutuhan, kemampuan, pengorbanan, tanggung jawab, ataupun
kontribusi yang diberikan oleh seseorang (P3EI, 2013). Allah telah
menciptakan bumi terlebih dahulu dan menyiapkan bebagai macam
komponen di muka bumi untuk kelangsungan kehidupan manusia.
Sesuai dengan firman Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat
29:
اء ما لا الس واى إ ت ا س ا ث ا يع ا ف الارض جا ما لاقا لا ي خا وا الذ هب ن سا واه ي فاسا ل ء عا ي ل شا وا ب ات واه عا ساااوا
Artinya: “Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi
untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu
dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala
sesuatu.” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 29)
Pemanfaatan sumber daya alam yang dikelola oleh SDM
menjadi tolak ukur kemajuan suatu daerah maupun suatu negara.
Sesuai dengan firman Allah yang mengamanahkan manusia sebagai
pengelola segala sumber daya alam atau khalifah di muka bumi
dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 30:
4
وا أاتا ة قاال يفا ل ل ف الارض خا اع ن جا ة إ ا ئ لا ما ل ذ قاالا رابكا ل إ عال واقا ن كا وا د ح بام ب سا ن ن اءا وانا ما ك الد ف ياس ا وا يها د ف س ف ن ي ا ما يها د ف
ونا لاكا قاالا لام ا الا ت اع لا ما ن أاع إ
Artinya: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para
Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah
di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami
senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan
Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa
yang tidak kamu ketahui.” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 30)
Jika suatu daerah atau negara mampu mengoptimalisasi
sumber daya alam lalu hasilnya digunakan untuk kepentingan umat
bersama, maka sumber daya manusia pun akan dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya, dan jika masyaraktnya tercukupi kebutuhan
hidupnya, maka kamajuan suatu daerah atau suatu negara pun akan
dapat terwujud. Sesuai dengan peranan dan kedudukan pekerja,
diperlukan pembangunan ketenagakerjaan untuk meningkatkan
kualitas SDM dan peransertanya dalam pembangunan serta
peningkatan perlindungan pekerja dan keluarganya sesuai dengan
harkat dan martabat kemanusiaan sesuai dengan prinsip Islam.
5
Masalah pekerja merupakan permasalahan yang sangat
kompleks dan disebabkan oleh banyak faktor, mulai dari jumlah
angkatan kerja yang besar yang tidak mampu diserap, kualitas tenaga
kerja relatif rendah, persebaran tenaga kerja tidak merata,
kesempatan kerja masih terbatas, hingga meningkatnya
pengangguran. Masalah ini akan menyebabkan semakin
menurunnya kualitas SDM sehingga jumlah penduduk miskin juga
semakin besar dan memiliki efek-efek negatif yang lain pula.
Permasalahan ini juga menjadi tugas dari pemerintah daerah
salahsatunya pemerintah Provinsi Aceh. Jumlah penduduk yang
bekerja di Provinsi Aceh pada Februari 2017 mencapai 2,158 juta
orang (BPS, 2017). Kemiskinan adalah keadaan di mana terjadi
ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti
makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan.
Pada umumnya penduduk miskin tidak bekerja atau bekerja
di sektor informal. Penduduk miskin yang bekerja disektor pertanian
lebih banyak dibanding sektor lainnya. Di provinsi Aceh sebanyak
43,63% masyarakat Aceh usia 15 tahun ke atas berstatus sebagai
pekerja miskin dan hanya 15,74% yang dapat dikatakan pekerja
miskin produktif dan selebihnya tidak bekerja (BPS, 2016). Hal
diatas menjadi menarik karena usia 15 tahun ke atas termasuk
kedalam usia penduduk status bekerja produktif namun angka
kemiskinan terhadap pekerja juga tinggi.
6
Dalam upaya meningkatkan kesejahteraan SDM pemerintah
telah menyiapkan sejumlah kebijakan, diantaranya paket Bantuan
Langsung Tunai (BLT). Namun akibat manajemen dan koordinasi
yang kurang baik seringkali menjadikannya tidak efektif. Untuk itu,
diperlukannya instrumen alternatif yang diharapkan menjadi solusi
dari permasalahan kemiskinan, salah satunya adalah zakat, infak dan
sedekah (ZIS) (Beik, 2009). Islam adalah satu-satunya agama yang
menaruh perhatian khusus dalam pengentasan kemiskinan dengan
menjadikan zakat sebagai pilar penting. Umar bin Abdul Aziz dan
Harun Al Rasyid merupakan contoh dari pemimpin Islam yang telah
berhasil membuktikan betapa efektifnya zakat dalam memeratakan
dan meningkatkan kesejahteraan rakyatnya (Firmansyah, 2013).
Zakat memiliki arti mengeluarkan sebagian harta dengan
persyaratan tertentu untuk diberikan kepada golongan tertentu
(Mustahik) dengan persyaratan tertentu pula (Hafidhuddin, 2002).
Sebagai perwujudan syiar Islam dalam semangat pemerintahan yang
Islami, maka provinsi Aceh merupakan salahsatu daerah yang
memiliki institusi amil dan menjadikan zakat, infaq dan sedekah
sebagai salahsatu pendapatan asli daerah. Sistem distribusi zakat
merupakan solusi terhadap persoalan sosial seperti pengangguran,
kemiskinan, dan lain-lain dengan memberikan bantuan kepada orang
miskin tanpa memandang ras, warna kulit, etnis, dan atribut-atribut
keduniawian lainnya (Al-Qardhawi, 2005). Sementara itu, El-Din
juga menyatakan bahwa fungsi alokatif zakat diekspresikan sebagai
alat atau instrumen untuk memerangi kemiskinan (El-Din, 1986).
7
Kondisi para SDM yang sejahtera dan terbebas dari belenggu
kemiskinan tentu akan mendorong kinerja ekonomi.
Gambar 1.1
Siklus Kinerja Ekonomi, Sumber Daya Manusia dan
Produktivitas
Dari gambar 1.1 dapat kita amati adanya keterkaitan daripada
modal manusia terhadap produktivitas angkatan kerja dan
pertumbuhan ekonomi. Pembangunan manusia merupakan sebuah
sarana untuk menciptakan masyarakat yang sejahtera dan salah satu
cara untuk meningkatkan kesejahteraan adalah dengan
pembangunan ekonomi, yaitu serangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh pemerintah bersama dengan segenap lapisan masyarakat untuk
mencapai kehidupan yang lebih baik (Sukirno, 2004). Modal
manusia diukur dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) untuk
mengukur capaian pembangunan manusia berbasis sejumlah
komponen dasar kualitas hidup. Sebagai ukuran kualitas hidup, IPM
Modal Manusia
[Pendidikan/
kesehatan/
ketrampilan]
Produktivitas
Angkatan Kerja
Pertumbuhan/pembanguna
n ekonomi
8
dibangun melalui pendekatan tiga dimensi dasar. Dimensi tersebut
mencakup umur panjang dan sehat; pengetahuan dan kehidupan
yang layak.
Tingkat SDM dipengaruhi oleh sektor pekerjaan yang erat
kaitannya terhadap tingkat pendidikan yang akan mempengaruhi
angka kesempatan kerja. Tingkat pendidikan sendiri menjadi salah
satu item pengukuran dari indeks pembangunan manusia (IPM) yang
terdiri dari pengukuran perbandingan dari angka harapan hidup,
melek huruf, pendidikan dan standar hidup untuk semua negara
diseluruh dunia. Indikator IPM dianggap dapat merefleksikan SDM
atas indikator angka harapan hidup, angka harapan lama sekolah,
rata-rata lama sekolah, dan pengeluaran per kapita. Angka harapan
lama sekolah dan rata-rata lama sekolah dapat mewakili peran
pendidikan dalam jumlah kesempatan dan sektor kerja. Indikator
pengeluaran per kapita dianggap dapat merefleksikan kebutuhan
hidup daripada pekerja miskin. Premis complexity menjelaskan
bahwa persoalan hubungan dan interaksi variabel dalam suatu sistem
adalah suatu hubungan sangat kompleks dan komprehensif. Satu
variabel indikator menjadi faktor penyebab atau mempengaruhi
variabel yang lainnya dan demikian sebaliknya (Zulhilmi, 2015).
Bisa jadi ternyata pendapatan yang diperoleh oleh SDM selama ini
dianggap kurang jika dibandingkan cost yang harus dikeluarkan
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Mencermati beberapa kekeliruan dalam penanggulangan
masalah SDM, maka strategi yang harus dilakukan tidak hanya
9
memprioritaskan aspek ekonomi tetapi dimensi lain guna menekan
angka pekerja miskin, pengoptimalan dana realisasi zakat serta
peningkatan modal manusia. Sehingga penelitian ini melakukan
analisis pengelompokan kabupaten/kota guna proses pembangunan
SDM di Provinsi Aceh yang adil dan merata. Oleh karena itu maka
penulis tertarik membuat penelitian dengan judul skripsi
“Pengelompokan Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh
Berdasarkan Jumlah Pekerja Miskin, Realisasi Zakat, Angka
Harapan Hidup, Angka Melek Huruf, Rata-Rata Lama Sekolah
dan Pengeluaran Rata-Rata Perkapita Tahun 2011-2015”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan
maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana pengelompokan kabupaten/kota berdasarkan jumlah
pekerja miskin, realisasi zakat, angka harapan hidup, angka
melek huruf, rata-rata lama sekolah dan pengeluaran rata-rata
perkapita di Provinsi Aceh tahun 2011-2015?
2. Bagaimana pendistribusian jumlah pekerja miskin, realisasi
zakat, angka harapan hidup, angka melek huruf, rata-rata lama
sekolah dan pengeluaran rata-rata perkapita berdasarkan
peringkat kabupaten/kota di Provinsi Aceh tahun 2011-2015?
10
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas
maka penelitian ini bertujuan:
1. Untuk mengetahui pengelompokan kabupaten/kota berdasarkan
jumlah pekerja miskin, realisasi zakat, angka harapan hidup,
angka melek huruf, rata-rata lama sekolah dan pengeluaran rata-
rata perkapita di Provinsi Aceh tahun 2011-2015.
2. Untuk mengetahui pendistribusian jumlah pekerja miskin,
realisasi zakat, angka harapan hidup, angka melek huruf, rata-
rata lama sekolah dan pengeluaran rata-rata perkapita
berdasarkan peringkat kabupaten/kota di Provinsi Aceh tahun
2011-2015.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi secara teoritis maupun secara praktis.
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Mampu memberikan gambaran bagaimana kondisi pekerja
miskin, realisasi zakat, angka harapan hidup, angka melek huruf,
rata-rata lama sekolah dan pengeluaran rata-rata perkapita
terhadap terhadap tingkat pembangunan SDM kabupaten/kota di
Provinsi Aceh.
11
2. Mampu menyediakan pengetahuan dan informasi bagi lembaga-
lembaga terkait guna pencapaian pembangunan daerah yang
berkaitan dengan kesejahteraan SDM di Aceh.
3. Menjadi referensi bagi penelitian atau studi berikutnya yang
berkaitan dengan jumlah pekerja miskin, realisasi zakat, angka
harapan hidup, angka melek huruf, rata-rata lama sekolah dan
pengeluaran rata-rata perkapita di Aceh.
4. Menjadi masukan dan saran kepada pihak yang terkait dalam
menetapkan kebijakan guna meningkatkan kualitas hidup dan
kesejahteraan SDM terutama bagi para pekerja.
1.5 Sistematika Penelitian Skripsi
Adapun susunan sistematika dalam proposal ini adalah
sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini menguraikan tentang latar belakang
masalah, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan
penelitian, kegunaan penelitian serta sistematika
skripsi.
BAB II LANDASAN TEORI
Pada bab ini menguraikan landasan teori mengenai
pengertian jumlah pekerja miskin, realisasi zakat,
indikator ipm yakni angka harapan hidup, angka
12
melek huruf, rata-rata lama sekolah dan pengeluaran
perkapita, pembahasan hasil-hasil penelitian yang
menjadi acuan dalam penyusunan skripsi. Kerangka
pemikiran tentang keterkaitan antar variabel.
BAB III METODE PENELITIAN
Dalam bab ini diuraikan tentang variabel penelitian
dan definisi operasional, jenis dan sumber data,
lokasi dan waktu penelitian, teknik metode
pengumpulan data dan metode analisis data.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini menguraikan analisis deskriptif yang
berisi data yang dikumpulkan guna dideskripsikan
secara sistematis, objek penelitian dan pembahasan
mengenai hasil penelitian sesuai dengan acuan dan
kriteria-kriteria yang telah ditetapkan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini menyajikan kesimpulan yang diambil
dari hasil penelitian yang diperoleh secara ringkas
dan memberikan saran dari penelitian tersebut.
13
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pekerja Miskin
Pekerja Miskin adalah sebuah gabungan kata yang tersusun
daripada kata pekerja/buruh dan miskin/kemiskinan. Pekerja adalah
bagian daripada unit ketenagakerjaan. Ketenagakerjaan adalah
segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu
sebelum, selama, dan sesudah masa kerja Berdasarkan UU. RI.
Ketenagakerjaan (2003) tenaga kerja merupakan setiap orang yang
mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau
jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk
masyarakat.
Gambar 2.1
Konsep Ketenagakerjaan
Pen
du
du
k
Usia Kerja
Angkatan Kerja
Bekerja
Pekerja Produktif
Pekerja Miskin
Pengangguran
Pengangguran Tidak Miskin
Pengangguran Miskin
Bukan Angkatan Kerja
Sekolah
Mengurus RT
Lainnya
Bukan Usia Kerja
14
Dalam konsep ketenagakerjaan di atas penduduk
dikelompokkan menjadi penduduk usia kerja dan penduduk yang
bukan usia kerja. Penduduk usia kerja adalah penduduk yang berusia
15 tahun ke atas yang terdiri atas angkatan kerja dan bukan angkatan
kerja. Bukan angkatan kerja adalah penduduk yang tidak melakukan
aktivitas ekonomi. Angkatan kerja terdiri dari pengangguran dan
penduduk yang bekerja. Pengangguran adalah penduduk yang
mencari pekerjaan, penduduk yang mempersiapkan usaha,
penduduk yang putus asa yang merasa tidak mungkin memperoleh
pekerjaan serta penduduk yang sudah memperoleh pekerjaan namun
belum mulai bekerja. Penduduk yang bekerja adalah penduduk yang
sedang bekerja dan penduduk yang sementara tidak bekerja.
Penduduk yang bekerja disebut dengan pekerja yang kemudian
dikelompokkan menjadi pekerja produktif dan pekerja miskin (BPS,
2016).
Pekerja adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima
upah atau imbalan dalam bentuk lain. Bekerja adalah kegiatan
ekonomi yang dilakukan oleh seseorang dengan maksud
memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau
keuntungan, paling sedikit 1 jam (tidak terputus) dalam seminggu
yang lalu. Kegiatan tersebut termasuk pula kegiatan pekerja tak
dibayar yang membantu dalam suatu usaha/kegiatan ekonomi (BPS,
2017). Pemberi kerja adalah orang perseorangan, pengusaha, badan
hukum, atau badan-badan lainnya yang mempekerjakan pekerja
dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain.
15
Peran pekerja dan kedudukannya dalam pelaksanaan
pembangunan nasional dinilai sangat penting sebagai pelaku dan
tujuan pembangunan. Oleh sebab itu sesuai dengan peranan dan
kedudukan pekerja, maka diperlukan pembangunan terhadap pekerja
untuk meningkatkan kapabilitas dasar manusia dan peransertanya
dalam pembangunan ekonomi. Perlindungan terhadap pekerja
bermaksud untuk menjamin hak-hak dasar pekerja serta menjamin
kesamaan kesempatan dan perlakuan tanpa diskriminasi atas dasar
apapun untuk mewujudkan kesejahteraan pekerja dan keluarganya
dengan tetap memperhatikan perkembangan kemajuan ekonomi
serta dunia usaha. Sejalan dengan tujuan dari UU. RI. No. 13 tahun
2003 tentang ketenagakerjaan bahwa kesejahteraan pekerja adalah
suatu pemenuhan kebutuhan dan/atau keperluan yang bersifat
jasmaniah dan rohaniah, baik di dalam maupun di luar hubungan
kerja, yang secara langsung atau tidak langsung dapat mempertinggi
produktivitas kerja dalam lingkungan kerja yang aman dan sehat.
Pada umumnya penduduk miskin tidak bekerja atau bekerja
di sektor informal. Penduduk miskin yang bekerja disektor pertanian
lebih banyak dibanding sektor lainnya. Di provinsi Aceh sebanyak
43,63% masyarakat Aceh usia 15 tahun ke atas berstatus sebagai
pekerja miskin dan hanya 15,74% yang dapat dikatakan pekerja
miskin produktif dan selebihnya tidak bekerja (BPS, 2016). Bekerja
di sektor informal adalah penduduk yang mempunyai
status/kedudukan dalam pekerjaan utamanya adalah berusaha
sendiri, berusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tidak dibayar,
16
pekerja bebas, atau pekerja keluarga/tidak dibayar. Bekerja di sektor
formal adalah penduduk yang mempunyai status/kedudukan dalam
pekerjaan utamanya adalah bekerja dibantu buruh tetap/buruh
dibayar atau buruh/karyawan/pegawai. Bekerja di sektor pertanian
adalah penduduk yang bekerja di sektor pertanian tanaman padi, dan
palawija, hortikultura, perkebunan, perikanan, peternakan,
kehutanan dan pertanian lainnya (BPS, 2015).
Kemiskinan dipahami sebagai keadaan kekurangan uang dan
barang untuk menjamin kelangsungan hidup. Metode dalam
perhitungan kemiskinan badan pusat statistik menggunakan konsep
kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach).
Dalam pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai
ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan
dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi
pengeluaran.
Hidup dalam kemiskinan selain hidup dalam kekurangan
uang dan tingkat pendapatan rendah, juga banyak hal lain,
diantaranya seperti tingkat kesehatan, pendidikan rendah,
kerentanan terhadap ancaman tindak kriminal, perlakuan tidak adil
dalam hukum, serta ketidak berdayaan dalam menentukan jalan
hidupnya sendiri (Suryawati, 2005). Kemiskinan dibagi dalam
empat bentuk, yaitu:
a. Kemiskinan absolut, adalah kondisi dimana seseorang
memiliki pendapatan di bawah garis kemiskinan atau
tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan,
17
sandang, papan, kesehatan, perumahan, dan pendidikan
yang dibutuhkan untuk bisa hidup dan bekerja.
b. Kemiskinan relatif, adalah kondisi miskin diakibatkan
pengaruh kebijakan pembangunan yang belum
menjangkau seluruh masyarakat, sehingga menyebabkan
ketimpangan pada pendapatan.
c. Kemiskinan kultural, kondisi ini mengacu pada persoalan
sikap seseorang atau masyarakat yang disebabkan oleh
faktor budaya, seperti tidak mau berusaha untuk
memperbaiki tingkat kehidupan, malas, pemboros, tidak
kreatif meskipun ada bantuan dari pihak lain.
d. Kemiskinan struktural, adalah situasi miskin yang
disebabkan oleh rendahnya akses terhadap sumber daya
yang terjadi dalam suatu sistem sosial budaya dan sosial
politik yang tidak mendukung pembebasan kemiskinan,
malah seringkali menyebabkan suburnya kemiskinan.
Kemiskinan juga dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu:
a. Kemiskinan alamiah, adalah kemiskinan yang berkaitan
dengan kelangkaan sumber daya alam dan prasarana
umum, serta keadaan tanah yang tandus yang terjadi
secara natural.
b. Kemiskinan buatan, kemiskinan ini lebih banyak
diakibatkan oleh sistem modernisasi atau pembangunan
yang membuat masyarakat tidak mendapat menguasai
18
sumber daya, sarana, dan fasilitas ekonomi yang ada
secara merata.
Menurut BPS, tingkat kemiskinan didasarkan pada jumlah
rupiah konsumsi berupa makanan yaitu 2100 kilokalori perkapita
perhari (dari 52 jenis komoditi yang dianggap mewakili pola
konsumsi penduduk), dan konsumsi nonmakanan. Patokan
kecukupan 2100 kilokalori ini berlaku untuk semua umur, jenis
kelamin, dan perkiraan tingkat kegiatan fisik, berat badan, serta
perkiraan status fisiologis penduduk, ukuran ini sering disebut
dengan garis kemiskinan. Penduduk yang memiliki pendapatan
dibawah garis kemiskinan dikatakan dalam kondisi miskin.
Sehingga pekerja miskin dapat didefinisikan sebagai kondisi para
pekerja yang berada dalam ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk
memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang
diukur dari sisi pengeluaran.
2.2 Zakat
2.2.1 Pengertian Zakat
Zakat secara etimologis memiliki arti kata berkembang (an-
namaa), mensucikan (at-thaharatu) dan berkah (albarakatu).
Sedangkan secara terminologis zakat memiliki arti mengeluarkan
sebagian harta dengan persyaratan tertentu untuk diberikan kepada
golongan tertentu (Mustahik) dengan persyaratan tertentu pula
(Hafidhuddin, 2002). Zakat berarti at-Thahuru yang bermaksud
membersihkan dan mensucikan. Kedua zakat bermakna al-
19
Barakatu yaitu berkah, orang yang membayar zakat hartanya
selalu dilimpahkan keberkahan oleh Allah SWT. Ketiga, zakat
bermakna an-Numw yang artinya tumbuh dan berkembang.
Keempat zakat bermakna as-Shalahu yang artinya beres atau
bagus. Orang yang membayar zakat hartanya selalu bagus dan
terhindar dari masalah.
Menurut ulama fiqih makna zakat berarti sejumlah harta
tertentu yang diwajibkan Allah swt diberikan kepada orang yang
berhak menerimanya. Karena ulama ushuliyyin membahas zakat
dalam pokok bahasan kedua setelah ibadah shalat, sesuai dengan
urutan al-Quran dan Sunnah. Namun secara istilah zakat
bermakna mengeluarkan harta (tertentu) yang telah diwajibkan
Allah Swt untuk diberikan kepada orang-orang yang berhak
menerimanya, dengan kadar haul tertentu dan memenuhi syarat
dan rukunnya.
Hubungan antara makna zakat menurut Bahasa dan
menurut istilah sangat nyata dan erat sekali, yaitu bahwa harta
yang dikeluarkan zakatnya akan menjadi berkah, tumbuh dan
berkembang, suci dan baik (Hafidhuddin, 2002).
Firman Allah dalam Q.S. At-Taubah ayat 60 secara eksplisit
menyatakan bahwa zakat adalah satu-satunya ibadah yang memiliki
petugas khusus dalam pengelolaannya. Sebagai perwujudan syiar
Islam dalam semangat pemerintahan yang Islami, maka provinsi
Aceh merupakan salahsatu daerah yang memiliki institusi amil dan
20
menjadikan zakat, infaq dan sedekah sebagai salahsatu pendapatan
asli daerah. Al-Qardhawi mengatakan bahwa tujuan mendasar
ibadah zakat itu adalah untuk menyelesaikan berbagai macam
persoalan sosial seperti pengangguran, kemiskinan, dan lain-lain.
Sistem distribusi zakat merupakan solusi terhadap persoalan-
persoalan tersebut dengan memberikan bantuan kepada orang
miskin tanpa memandang ras, warna kulit, etnis, dan atribut-atribut
keduniawian lainnya (Al-Qardhawi, Spektrum Zakat Dalam
Membangun Ekonomi Kerakyatan, 2005). Zakat menjadi sarana
transfer harta dari kelompok kaya kepada kelompok miskin.
Sementara itu, El-Din juga menyatakan bahwa fungsi alokatif zakat
diekspresikan sebagai alat atau instrumen untuk memerangi
kemiskinan (El-Din, 1986). Kondisi para pekerja yang sejahtera dan
terbebas dari belenggu kemiskinan tentu akan mendorong kinerja
daripada pekerja tersebut.
2.2.2 Dasar Hukum
Kewajiban zakat dalam islam memiliki makna yang sangat
fundamental. Selain berkaitan erat dengan aspek-aspek ketuhanan,
juga ekonomi dan social. Di antara aspek-aspek ketuhanan
(transcendental) adalah banyaknya ayat-ayat alqur’an yang
menyebut masalah zakat (Nuruddin, 2006).
Pada surat at-Taubah: 60 telah ditegaskan bahwa orang-
orang yang berhak menerima zakat diantaranya adalah fakir dan
21
miskin. Begitu juga diantara tujuan zakat adalah menghapuskan
kefakiran, kemiskinan dan kemelaratan.
لفا ؤا م ال ا وا ها نيا عالاي ل عاام ال ني وا اك سا ما ااء واال قا ف ل قاات ل ناا الصدا إ و ل ة ق يل فايضا ب ن الس ب ا يل الل وا ب نيا واف سا غاارم ال قااب وا ل ف ا نا الل وا ة م
ي ي حا عال واالل
Artinya: “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-
orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para
mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-
orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang
sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan
Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (Q.S. Al-
Taubah [9]: 60)
2.2.3 Manfaat danTujuan Zakat
Kewajiban zakat dan dorongan untuk terus menerus
berinfaq dan bershadaqah yang demikian mutlak dan tegas itu,
disebabkan karena di dalam ibadah ini terkandung berbagai hikmah
dan manfaat yang demikian besar dan mulia, baik, bagi orang yang
harus berzakat (muzakki), penerima (mustahik) maupun masyarakat
keseluruhan (Hafidhuddin, 2002).
Manfaat zakat antara lain dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Sebagai perwujudan iman kepada Allah SWT,
mensyukuri nikmat-Nya, menumbuhkan akhlak mulia
22
dengan memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi,
menghilangkan sifat kikir dan rakus, menumbuhkan
ketenangan hidup, sekaligus mengembangkan harta
yang dimiliki.
2. Menolong, membantu dan membina kaum dhuafa (orang
yang lemah secara ekonomi) maupun mustahik lainnya
kearah kehidupannnya yang lebih baik dan lebih
sejahtera, sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya dengan layak, dapat beribadah kepada Allah
Swt., terhindar dari bahaya kekufuran, sekaligus
memeberantas sifat iri, dengki dan hasad yang mungkin
timbul ketika mereka (orang-orang fakir miskin) melihat
orang kaya yang berkecukupan hidupnya tidak
memperdulikan mereka.
3. Untuk mewujudkan keseimbangan dalam kepemilikan
dan distribusi harta. Dengan zakat dikelola dengan baik,
dimungkinkan membangun pertumbuhan ekonomi
sekaligus pemerataan pendapatan.
4. Sebagai sumber dana bagi pembangunan sarana maupun
prasarana yang dibutuhkan oleh ummat Islam, seperti
saran ibadah, pendidikan, kesehatan, sosial dan
ekonomi, sekaligus sarana pengembangan kualitas
sumber daya manusia (SDM) muslim.
5. Menyebarkan dan memasyarakatkan etika bisnis yang
baik dan benar
23
Tujuan zakat adalah untuk mencapai keadilan sosial
ekonomi. Zakat merupakan transfer sederhana dari bagian dengan
ukuran tertentu harta si kaya untuk dialokasikan kepada si miskin
sehingga terjadi keadilan. Para cendekiawan muslim banyak yang
menerangkan tentang tujuan-tujuan zakat, baik secara umum yang
menyangkut tatanan ekonomi, sosial, dan kenegaraan maupun
secara khusus yang ditinjau dari tujuan-tujuan nash secara eksplisit
yaitu:
1. Menyucikan harta dan jiwa muzakki.
2. Mengangkat derajat fakir miskin
3. Membentangkan dan membina tali persaudaraan sesama
umat Islam dan manusia pada umumnya.
4. Menghilangkan sifat kikir para pemilik harta.
5. Menghilangkan sifat dengki dan iri (kecemburuan sosial)
dari hati orang-orang miskin.
6. Menjembatani jurang antara si kaya dengan si miskin di
dalam masyarakat agar tidak ada kesenjangan di antara
keduanya.
7. Mengembangkan rasa tanggung jawab sosial pada diri
seseorang, terutama bagi yang memiliki harta.
8. Zakat merupakan manifestasi syukur atas Nikmat Allah.
9. Membebaskan si penerima (mustahiq) dari kebutuhan,
sehingga dapat merasa hidup tenteram dan dapat
meningkatkan kekhusyukan ibadat kepada Allah SWT.
10. Sarana pemerataan pendapatan untuk mencapai keadilan
24
sosial (Al-Qardhawi, Hukum Zakat, 2007).
Selain memliki arti penting religius, zakat juga memainkan
peranan yang amat penting dalam kehidupan sosial dan ekonomi
kaum muslimin serta bagi struktur finansial negara islam. Zakat
tidak hanya memberi dana untuk kesejahteraan sosial akan tetapi
juga kesejahteraan di sektor seperti pendidikan, kesehatan dana jasa-
jasa sosial lainnya (Chaudry, 2012).
2.3 Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Dalam UNDP (United Nations Development Programme),
pembangunan manusia adalah suatu proses untuk memperbesar
pilihan-pilihan bagi manusia (a process of enlarging people’s
choices). Konsep atau definisi pembangunan manusia tersebut pada
dasarnya mencakup dimensi pembangunan yang sangat luas. Dalam
konsep pembangunan SDM, pembangunan seharusnya dianalisis
serta dipahami dari sudut manusianya, bukan hanya dari
pertumbuhan ekonominya. Menurut Mankiw (2003 dalam
Nurmainah 2013) modal manusia adalah pengetahuan dan
kemampuan yang diperoleh oleh para pekerja melalui pendidikan
mulai dari program untuk anak-anak sampai dengan pelatihan dalam
pekerjaan (on the job training) untuk para pekerja dewasa. Seperti
halnya dengan modal fisik, modal manusia meningkatkan
kemampuan untuk memproduksi barang dan jasa. Untuk
meningkatkan level modal manusia dibutuhkan investasi dalam
bentuk guru, perpustakaan dan waktu belajar (Nurmainah, 2013).
25
IPM merupakan indikator tingkat pembangunan manusia
suatu wilayah yang dihitung melalui perbandingan dari angka
harapan hidup, pendidikan dan standar hidup layak. Indeks
pembangunan manusia merupakan indikator strategis yang banyak
digunakan untuk melihat upaya dan kinerja program pembangunan
secara menyeluruh di suatu wilayah. Dalam hal ini IPM dianggap
sebagai gambaran dari hasil program pembangunan yang telah
dilakukan beberapa tahun sebelumnya.
IPM ini mulai digunakan oleh UNDP sejak tahun 1990 untuk
mengukur upaya pencapaian pembangunan manusia suatu negara
(Subandi, 2016). Walaupun tidak dapat mengukur semua dimensi
dari pembangunan, namun mampu mengukur dimensi pokok
pambangunan manusia yang dinilai mencerminkan status
kemampuan dasar (basic capabilities) manusia. IPM dihitung
berdasarkan data yang dapat menggambarkan keempat komponen
yaitu angka harapan hidup yang mewakili bidang kesehatan, angka
melek huruf dan rata-rata lamanya bersekolah mengukur capaian
pembangunan di bidang pendidikan, dan kemampuan daya beli.
Sebagaimana dikutip dari UNDP (Human Development
Report, 1995), sejumlah premis penting dalam pembangunan
manusia adalah:
a. Pembangunan harus mengutamakan penduduk sebagai pusat
perhatian.
26
b. Pembangunan dimaksudkan untuk memperbesar pilihan-
pilihan bagi penduduk, tidak hanya untuk meningkatkan
pendapatan mereka. Oleh karena itu konsep pembangunan
manusia harus terpusat pada penduduk secara keseluruhan,
dan bukan hanya pada aspek ekonomi saja.
c. Pembangunan manusia memperhatikan bukan hanya pada
upaya meningkatkan kemampuan (capability) manusia tetapi
juga dalam upaya memanfaatkan kemampuan manusia
tersebut secara optimal.
d. Pembangunan manusia didukung oleh empat pilar pokok,
yaitu: produktifitas, pemerataan, kesinambungan, dan
pemberdayaan.
e. Pembangunan manusia menjadi dasar dalam penentuan
tujuan pembangunan dan dalam menganalisis pilihan-pilihan
untuk mencapainya.
Pembangunan manusia adalah suatu proses untuk
memperbanyak pilihan, diantaranya pilihan untuk berumur panjang
dan sehat, untuk berilmu pengetahuan dan untuk mempunyai akses
terhadap sumber daya yang dibutuhkan agar dapat hidup secara
layak (BPS, 2017). Untuk menjamin tercapainya tujuan
pembangunan manusia, empat hal pokok yang peril diperhatikan,
yaitu:
a. Produktivitas
Penduduk harus dimampukan untuk meningkatkan
produktivitas dan berpartisipasi penuh dalam proses
27
penciptaan pendapatan dan nafkah. Sehingga pertumbuhan
ekonomi merupakan himpunan bagian dari model
pembangunan manusia.
b. Pemerataan
Penduduk harus memiliki kesempatan yang sama untuk
mendapatkan akses terhadap sumber daya ekonomi dan
sosial. Semua hambatan yang memperkecil kesempatan
untuk memperoleh akses tersebut harus dihapus, sehingga
mereka dapat mengambil manfaat dam berpartisipasi dalam
kegiatan produktif yang dapat meningkatkan kualitas hidup.
c. Kesinambungan
Akses terhadap sumber daya ekonomi dan sosial harus
dipastikan tidak hanya untuk generasi saat ini, tetapi juga
generasi yang akan datang. Sumber daya fisik, manusia dan
lingkungan harus terus diperbaharui.
d. Pemberdayaan
Penduduk harus berpartisipasi penuh dalam keputusan dan
proses yang akan menentukan (bentuk dan arah) kehidupan
mereka, serta untuk berpartisipasi dan mengambil manfaat
dari proses pembangunan.
Menurut United Nations Development Programme (UNDP),
dalam Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terdapat tiga indikator
komposit yang digunakan untuk mengukur pencapaian rata-rata
suatu negara dalam pembangunan manusia, yaitu: lama hidup, yang
diukur dengan angka harapan hidup ketika lahir. pendidikan yang
28
diukur berdasarkan rata-rata lama bersekolah dan angka melek huruf
penduduk usia 15 tahun ke atas, standar hidup yang diukur dengan
pengeluaran perkapita yang telah disesuaikan dengan daya beli.
Dengan 3 ukuran pembangunan ini dan menetapkan suatu
formula yang kompleks, yang dibagi menjadi 3 kelompok:
1. Negara dengan pembangunan manusia rendah (low human
development) bila nilai HDI berkisar antara 0,0 hingga 0,59
2. Negara dengan pembangunan manusia yang menengah
(medium human development) bila nilai HDI berkisar antara
0,51 hingga 0,78
3. Negara dengan pembangunan manusia yang tinggi (high
human development) bila nilai HDI berkisar antara 0,80
hingga 1,0. (Subandi, 2016)
Konsep pembangunan manusia seutuhnya merupakan
konsep yang menghendaki peningkatan kualitas hidup secara fisik,
mental maupun secara spiritual. Bahkan secara eksplisit faktor yang
teramat penting dalam keberhasilan pembangunan yaitu dapat
terlihat pada faktor tenaga kerja sebagai bagian inti dari sumber daya
manusia. Dalam pelaksanaan pembangunan nasional, tenaga kerja
mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat penting sebagai
pelaku dan tujuan pembangunan. Pembangunan sumber daya
manusia secara fisik dan mental mengandung makna peningkatan
kualitas dasar pekerja yang kemudian akan memperbesar
kesempatan dalam berpartisipasi pada proses pembangunan yang
29
berkelanjutan dan pertumbuhan nasional. Pembentukan modal
manusia dalam penelitian ini adalah proses dalam memperoleh dan
meningkatkan jumlah pekerja yang mempunyai keahlian,
pendidikan, dan pengalaman yang menentukan bagi pembangunan
ekonomi suatu negara. Pembentukan modal manusia karenanya
dikaitkan dengan kesejahteraan pada para pekerja sebagai sumber
yang kreatif dan produktif. Rasionalnya bahwa pekerja dianggap
sebagai salah satu faktor yang berpengaruh positif dalam memacu
pembangunan nasional dan pertumbuhan ekonomi. Sehingga
pekerja yang handal sangat mempengaruhi proses pembangunan.
2.3.1 Komponen Pembangunan Manusia
Lembaga United Nations Development Programme (UNDP)
telah mempublikasikan laporan pembangunan sumber daya manusia
dalam ukuran kuantitatif yang disebut Human Development Indeks
(HDI). Meskipun HDI merupakan alat ukur pembangunan SDM
yang dirumuskan secara konstan, diakui tidak akan pernah
menangkap gambaran pembangunan SDM secara sempurna.
Komponen-komponen yang mempengaruhi indeks pembangunan
manusia antara lain, indeks harapan hidup, indeks hidup layak, dan
indeks Pendidikan.
Menurut Todaro pembangunan manusia ada tiga komponen
universal sebagai tujuan utama meliputi:
30
1. Kecukupan, yaitu merupakan kebutuhan dasar manusia
secara fisik. Kebutuhan dasar adalah kebutuhan yang apabila
tidak dipenuhi akan menghentikan kehidupan seseorang,
meliputi pangan, sandang, papan, kesehatan dan keamanan.
Jika satu saja tidak terpenuhi akan menyebabkan
keterbelakangan absolut.
2. Jati Diri, yaitu merupakan komponen dari kehidupan yang
serba lebih baik adalah adanya dorongan dari diri sendiri
untuk maju, untuk menghargai diri sendiri, untuk merasa diri
pantas dan layak mengejar sesuatu, dan seterusnya.
Semuanya itu terangkum dalam self esteem (jati diri).
3. Kebebasan dari Sikap Menghamba, yaitu merupakan
kemampuan untuk memiliki nilai universal yang tercantum
dalam pembangunan manusia adalah kemerdekaan manusia.
Kemerdekaan dan kebebasan di sini diartikan sebagai
kemampuan berdiri tegak sehingga tidak diperbudak oleh
pengejaran dari aspek-aspek materil dalam kehidupan.
Dengan adanya kebebasan kita tidak hanya semata-mata
dipilih tapi kitalah yang memilih (Todaro, 2003).
2.3.2 Angka Harapan Hidup
Angka Harapan Hidup (AHH) adalah angka perkiraan
daripada rata-rata usia yang ditempuh seseorang selama hidup.
Angka Harapan Hidup dijadikan indikator indeks pembangunan
manusia dalam mengukur capaian kesehatan suatu individu pada
31
suatu daerah. Angka Harapan Hidup dapat didefinisikan secara
umum sebagai rata-rata usia yang mungkin dicapai individu yang
lahir pada tahun tertentu. Pendekatan tidak langsung (Indirect
estimation) digunakan dalam menghitung Angka Harapan Hidup.
Data yang digunakan dalam menghitung Angka Harapan Hidup
terdiri dari Anak Lahir Hidup (ALH) dan Anak Masih Hidup
(AMH). Selanjutnya untuk menghitung indeks harapan hidup
digunakan nilai maksimum harapan hidup sesuai standar UNDP,
dimana 85 tahun adalah angka tertinggi sebagai batas atas untuk
penghitungan indeks dan terendah 25 tahun.
2.3.3 Angka Melek Huruf
Angka Melek Huruf merupakan salah satu indikator yang
dapat dijadikan ukuran kesejahteraan social yang merata dengan
melihat tinggi rendahnya persentase penduduk yang melek huruf.
Tingkat melek huruf dari penduduk dapat dijadikan sebuah ukuran
dalam melihat kapabilitas dasar SDM guna kemajuan suatu bangsa.
Angka Melek Huruf (AMH) merupakan perbandingan antara jumlah
penduduk usia 15 tahun ke atas yang mampu membaca dan menulis
dengan jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas. Batas maksimum
untuk angka melek huruf, adalah 100 sedangkan batas minimum
untuk angka melek huruf adalah 0. Hal ini menggambarkan kondisi
100 persen atau semua masyarakat mampu membaca dan menulis,
dan nilai nol mencerminkan kondisi sebaliknya.
32
2.3.4 Rata-rata Lama Sekolah
Rata-rata lama sekolah digunakan untuk melihat jenjang
penddikan individu atau mengindikasikan seberapa tingginya
pendidikan yang dicapai oleh masyarakat di suatu daerah. Semakin
tinggi rata-rata lama sekolah menunjukkan semakin tinggi jenjang
pendidikan yang dicapai. Asumsi yang berlaku dari variabel rata-
rata lama sekolah secara umum adalah semakin tinggi tingkat
pendidikan individu maka semakin tinggi pula kualitas individu,
baik secara pola pikir maupun pola tindakannya. Individu dengan
tingkat pendidikan lebih tinggi, diukur dengan jenjang waktu lama
sekolah akan memiliki kesempatan dalam memperoleh pekerjaan
dan upah lebih baik dibandingkan dengan orang yang pendidikannya
lebih rendah. Rata-rata lama sekolah merupakan rata-rata dari
jumlah tahun yang dihabiskan oleh individu yang berusia 15 tahun
ke atas dalam menempuh pendidikan formal. Angka 15 tahun
merupakan batas maksimum untuk rata-rata lama sekolah yang
mengindikasikan tingkat pendidikan maksimum yang ditargetkan
adalah setara Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) sedangkan 0
tahun adalah batas minimum.
2.3.5 Pengeluaran Perkapita
Pengeluaran perkapita merupakan biaya yang dikeluarkan
untuk konsumsi makanan maupun non-makanan selama sebulan
dibagi dengan banyaknya anggota rumah tangga. Pengeluaran
perkapita menggambarkan tingkat daya beli (Purchasing Power
33
Parity) masyarakat, sebagai salah satu komponen yang digunakan
untuk melihat status pembangunan manusia di suatu wilayah serta
memungkinkan pula dilakukan perbandingan harga-harga riil antar
provinsi dan antar kabupaten/kota mengingat nilai tukar yang biasa
digunakan dapat menurunkan atau menaikkan nilai daya beli yang
terukur dari konsumsi perkapita yang telah disesuaikan.. Data
pengeluaran dapat merefleksikan tentang pola konsumsi rumah
tangga secara umum sehingga komposisi pengeluaran rumah tangga
dapat dijadikan ukuran untuk menilai tingkat kesejahteraan ekonomi
penduduk (BPS, 2017).
2.4 Keterkaitan Antar Variabel
Pekerja miskin sebagai SDM dapat didefinisikan sebagai
kondisi para pekerja yang berada dalam ketidakmampuan dari sisi
ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan
makanan yang diukur dari sisi pengeluaran.
2.4.1 Keterkaitan Zakat dengan Pekerja Miskin
Pada dasarnya zakat merupakan pengeluarkan harta
(tertentu) yang telah diwajibkan Allah Swt untuk diberikan
kepada orang-orang yang berhak menerimanya, salahsatunya
kepada orang miskin dengan kadar haul tertentu dan memenuhi
syarat dan rukunnya. Islam adalah satu-satunya agama yang
menaruh perhatian khusus dalam pengentasan kemiskinan dengan
menjadikan zakat sebagai pilar penting. Umar bin Abdul Aziz dan
34
Harun Al Rasyid merupakan contoh dari pemimpin Islam yang telah
berhasil membuktikan betapa efektifnya zakat dalam memeratakan
dan meningkatkan kesejahteraan rakyatnya (Firmansyah, 2013).
Provinsi Aceh merupakan salahsatu daerah yang memiliki
institusi amil dan menjadikan zakat, infaq dan sedekah sebagai
salahsatu pendapatan asli daerah. Tujuan mendasar ibadah zakat itu
adalah untuk menyelesaikan berbagai macam persoalan sosial
seperti pengangguran, kemiskinan, dan lain-lain. Sistem distribusi
zakat merupakan solusi terhadap persoalan-persoalan tersebut
dengan memberikan bantuan kepada orang miskin tanpa
memandang ras, warna kulit, etnis, dan atribut-atribut keduniawian
lainnya (Al-Qardhawi, 2005). Zakat menjadi sarana transfer harta
dari kelompok kaya kepada kelompok miskin. Fungsi alokatif zakat
diekspresikan sebagai alat atau instrumen untuk memerangi
kemiskinan (El-Din, 1986). Kondisi para pekerja yang sejahtera dan
terbebas dari belenggu kemiskinan tentu akan mendorong kinerja
daripada pekerja tersebut.
2.4.2 Keterkaitan Angka Harapan Hidup dengan Pekerja
Miskin
Angka harapan hidup menunjukan bahwa besarnya
persentase bayi yang lahir akan selamat atau angka perkiraan
daripada rata-rata usia yang ditempuh seseorang selama hidup.
Angka harapan hidup dijadikan indikator dalam mengukur capaian
kesehatan suatu individu pada suatu daerah. Akses kesehatan yang
35
sulit dan mahal dalam pemenuhannya tentu akan menyebabkan
meningkatnya beban pengeluaran bagi pekerja miskin. Angka
harapan hidup cenderung mengalami peningkatan seiring dengan
bertambahnya angka produktifitas pekerja.
2.4.3 Keterkaitan Angka Melek Huruf dengan Pekerja
Miskin
Angka Melek Huruf merupakan salah satu indikator yang
dapat dijadikan ukuran kesejahteraan social serta untuk melihat
kapabilitas dasar pekerja. Pembangunan manusia merupakan
tujuan pembangunan itu sendiri. Pembangunan manusia
memainkan peranan kunci dalam membentuk kemampuan sebuah
negara dalam menyerap teknologi modern dan untuk
mengembangkan kapasitasnya agar tercipta pertumbuhan serta
pembangunan yang berkelanjutan (Putra, 2011).
Ketidakmampuan pekerja dalam melek huruf akan
meningkatkan kondisi pekerja miskin karena menyulitkan pekerja
dalam proses persaingan dunia kerja sehingga hal tersebut akan
berimbas pada rendahnya status kerja dan tingkat upah.
2.4.4 Keterkaitan Rata-Rata Lama Sekolah dengan Pekerja
Miskin
Rata-rata lama sekolah digunakan untuk melihat jenjang
penddikan individu atau mengindikasikan seberapa tingginya
pendidikan yang dicapai oleh masyarakat di suatu daerah.
36
Kenyataannya dapat dilihat dengan melakukan investasi
pendidikan akan mampu meningkatkan kualitas SDM yang
diperlihatkan dengan meningkatnya pengetahuan dan keterampilan
seseorang pekerja (Suliswanto, 2010). Naiknya tingkat
kesejahteraan pekerja semakin maka semakin tinggi tingkat
pendidikan pekerja, dimana pengetahuan dan keahlian juga akan
meningkat sehingga dapat mendorong peningkatan produktivitas
kerja.
Pekerja dengan produktivitas tinggi akan menghasilkan
keuntungan yang lebih banyak. Sehingga pemberi kerja juga akan
bersedia memberikan upah yang lebih tinggi bagi pekerja yang
bersangkutan. Di sektor informal seperti pertanian, peningkatan
keterampilan dan keahlian pekerja akan mampu meningkatkan
hasil pertanian, karena pekerja yang terampil mampu bekerja secara
efisien. Pada akhirnya pekerja yang memiliki produktivitas yang
tinggi akan memperoleh kesejahteraan yang lebih baik, hal ini
diperlihatkan melalui peningkatan pendapatan maupun konsumsi.
Rendahnya produktivitas kaum miskin dapat disebabkan oleh
rendahnya akses mereka untuk memperoleh terhadap pendidikan
(Sinaga, 2004).
2.4.5 Keterkaitan Pengeluaran Perkapita dengan Pekerja
Miskin
Pengeluaran perkapita menggambarkan tingkat daya beli
(Purchasing Power Parity) masyarakat, sebagai salah satu
37
komponen yang digunakan untuk melihat status pembangunan
manusia di suatu wilayah serta memungkinkan pula dilakukan
perbandingan harga-harga riil antar provinsi dan antar
kabupaten/kota mengingat nilai tukar yang biasa digunakan dapat
menurunkan atau menaikkan nilai daya beli yang terukur dari
konsumsi perkapita yang telah disesuaikan.
Pengeluaran perkapita dapat menjadi ukuran untuk menilai
tingkat kesejahteraan pekerja miskin. Peningkatan pada sektor
pendapatan perkapita memberikan kontribusi bagi pembangunan
kesejahteraan pekerja miskin.
2.5 Penelitian Terkait
Gangga Anuraga. Tentang hierarchical clustering
multiscale bootstrap untuk pengelompokan kemiskinan di Jawa
Timur. Penggunaan metode hierarki dengan teknik pengukuran
jarak hanya memberikan satu solusi dalam penyelesaiannya, yaitu
didasarkan pada ukuran kemiripan pada teknik jarak yang
digunakan. Hasil dari penelitian ini menampilkan kelompok kelima
yang terdiri dari Kabupaten Jember, Kabupaten Bondowoso,
Kabupaten Situbondo, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Pasuruan
dapat dikatakan sebagai daerah yang masih cukup tinggi persentase
kemiskinannya dibandingkan dengan kelompok 1, 2, 3, dan 4.
Yulmardi, dkk. Tentang kinerja pembangunan daerah
kabupaten/kota di Provinsi Jambi. Cluster Analysis digunakan untuk
mengkategorikan kabupaten/ kota di Provinsi Jambi menurut
38
indikator pembangunan ekonomi, SDM, dan infrastruktur serta
menguraikan karakteristiknya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Kota Jambi menempati peringkat pertama dalam kinerja
pembangunan secara keseluruhan, diikuti oleh dari Tanjab Barat dan
Kabupaten Batang Hari.
Warnia Nengsih. Tentang descriptive modelling
menggunakan k-means untuk pengclusteran tingkat kemiskinan di
Propinsi Riau. Kesulitan dalam menentukan wilayah mana yang
mengalami tingkat kemiskinan yang paling tinggi dan normal serta
wilayah dengan tingkat kemiskinan rendah menjadi sebuah alasan
untuk melakukan metode cluster. Hasil cluster yang diperoleh
dimana record 3 dan record 9 berada pada cluster 2. Record
1,2,4,5,6,7,8,10,11,12 berada pada cluster 3. Tidak ada kota atau
kabupaten yang berada pada cluster 1.
Riyana Putri & Edy Widodo. Tentang analisis hierarchical
clustering untuk pengelompokan kabupaten/kota di Jawa Tengah
berdasarkan indikator indeks pembangunan manusia (IPM) tahun
2015. Hasil dari penelitian menunjukkan kelompok 1 terdiri dari 19
kabupaten/kota, kelompok 2 terdiri dari 3 kabupaten/kota, kelompok
3 terdiri dari 10 kabupaten/kota dan kelompok 4 terdiri dari 3
kabupaten/kota dengan variabel yang ditentukan.
Kumalasari. Tentang analisis pengaruh laju pertumbuhan
ekonomi, angka harapan hidup, angka melek huruf, rata-rata lama
sekolah, pengeluaran perkapita dan jumlah penduduk terhadap
tingkat kemiskinan di Jawa Tengah. Hasil dari penelitian ini
39
menunjukkan bahwa variabel angka harapan hidup (AHH),
pengeluaran perkapita disesuaikan, dan jumlah penduduk
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di
Provinsi Jawa Tengah.
Firmansyah. Tentang zakat sebagai instrumen pengentasan
kemiskinan dan kesenjangan pendapatan. Penelitian ini membahas
peran zakat dalam mengurangi kemiskinan dan ketimpangan
pendapatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada
kesenjangan yang signifikan antara potensi dan realisasi zakat di
Indonesia, (2) lembaga zakat resmi belum memainkan peran penting
dalam penggalangan dana zakat, karena masih banyak muzakki yang
menggunakan lembaga zakat tidak resmi, dan (3) alokasi anggaran
untuk mendukung zakat produktif masih terbatas karena beberapa
kendala yang dihadapi. Namun, kehadiran program zakat telah
mengurangi tingkat kemiskinan dan ketimpangan pendapatan para
mustahik.
Irfan Syauqi Beik. Tentang analisis peran zakat dalam
mengurangi kemiskinan: studi kasus Dompet Dhuafa Republika.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa secara empirik apakah
zakat memiliki dampak terhadap upaya pengurangan tingkat
kemiskinan. Peneliti mengambil studi kasus di Lembaga Amil Zakat
Nasional (Laznas) Dompet Dhuafa Republika. Penelitian ini
menggunakan sejumlah alat analisa, yaitu : headcount ratio, untuk
mengetahui berapa jumlah dan persentase keluarga miskin; rasio
kesenjangan kemiskinan dan rasio kesenjangan pendapatan, yang
40
digunakan untuk mengetahui tingkat kedalaman kemiskinan; dan
indeks Sen serta indeks Foster, Greer dan Thorbecke (FGT), yang
digunakan untuk mengukur tingkat keparahan kemiskinan. Hasil
analisa menunjukkan bahwa zakat mampu mengurangi jumlah dan
persentase keluarga miskin, serta mengurangi kedalaman dan
keparahan kemiskinan.
Rahmatina A. Kasri. Penelitiannya yang berjudul
Effectiveness of Zakah Targeting in Alleviating Poverty in Indonesia
dijelaskan bahwa zakat merupakan suatu institusi dalam ekonomi
Islam yang unik karena hanya menyasar pada delapan asnaf yang
bertujuan untuk redistribusi pendapatan, mengurangi kemiskinan,
dan mencapai kesejahteraan sosial. Namun, dampak dan efektivitas
penetapan sasaran zakat untuk mengurangi kemiskinan masih jarang
dilakukan. Data dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif
dan indeks kemiskinan. Hasil penelitian menemukan bahwa insiden,
kedalaman, dan keparahan kemiskinan antar penerima telah
menurun seiring dengan kontribusi yang telah dilakukan oleh
organisasi pengelola zakat. Terdapat indikasi lain bahwa zakat telah
didistribusikan kepada orang yang tidak beruntung seperti orang
yang tidak berpendidikan ataupun tidak memiliki pekerjaan. Hasil
ini memberikan suatu bukti empiris terkait kontribusi positif dan
efektivitas penetapan sasaran zakat dalam pengentasan kemiskinan
di Indonesia. Implikasi kebijakan dari temuan ini adalah bagaimana
meningkatkan peran zakat dalam pengentasan kemiskinan pada
masyarakat muslim.
41
Anggit Yoga Permana. Tentang analisis pengaruh pdrb,
pengangguran, pendidikan, dan kesehatan terhadap kemiskinan di
Jawa Tenggah tahun 2004-2009 yang mana penelitian tersebut
menggunakan data sekunder dengan alat analisis panel data, yang
terdiri dari data times series selama periode 2004-2009 dan data
cross section35 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah. Salah satu
pendekatan yang digunakan untuk mengestimasi model regresi data
panel adalah dengan menggunakan fixed effect model (FEM). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa variabel laju pertumbuhan PDRB,
pendidikan, dan kesehatan berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap kemiskinan. Sementara itu, variabel tingkat pengangguran
berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kemiskinan. Laju
pendidikan dan kesehatan berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap kemiskinan, artinya bahwa semakin tinggi derajat
pendidikan dan kesehatan maka akan mengurangi tingkat
kemiskinan.
Whisnu Adhi Saputra. Tentang analisis pengaruh jumlah
penduduk, PDRB, IPM, pengangguran terhadap tingkat kemiskinan
di Kabupaten/Kota Jawa Tengah. Model regresi yang digunakan
adalah metode analisis regresi linier berganda (Ordinary Least
Squares Regression Analysis) dengan menggunakan panel data
dengan menggunakan pendekatan efek tetap (Fixed Effect Model).
Penelitian ini menggunakan dummy tahun sebagai salah satu
variabelnya. Penggunaan dummy tahun dalam penelitian ini adalah
untuk melihat variasi tingkat kemiskinan antar waktu di
42
Kabupaten/Kota Jawa Tengah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
variabel jumlah penduduk berpengaruh positif dan signifikan
terhadap tingkat kemiskinan di Jawa Tengah, PDRB berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Jawa Tengah,
IPM berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan
di Jawa Tengah, dan pengangguran berpengaruh negatif dan tidak
signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Jawa Tengah.
Adit Agus Prastyo. Tentang analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat kemiskinan dengan studi kasus 35
kabupaten/kota di Jawa Tengah tahun 2003-2007. Penelitian ini
menganalisis pengaruh pertumbuhan ekonomi, upah minimum,
pendidikan, dan tingkat pengangguran terhadap tingkat kemiskinan
di Jawa Tengah dari tahun 2003 hingga tahun 2007. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah panel data dengan pendekatan
efek tetap (fixed effect model), dan menggunakan jenis data
sekunder. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa variabel
pertumbuhan ekonomi, upah minimum, pendidikan, dan tingkat
pengangguran berpengaruh signifikan terhadap variabel tingkat
kemiskinan. Perkembangan pertumbuhan ekonomi, upah minimum,
pendidikan, dan tingkat pengangguran patut menjadi pertimbangan
untuk mengatasi masalah kemiskinan.
Prima Sukmaraga. Tentang analisis pengaruh IPM, PDRB
perkapita, dan jumlah pengangguran terhadap jumlah penduduk
miskin di Provinsi Jawa Tengah tahun 2008. Metode analisis dalam
43
penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda dengan
metode Ordinary Least Square (OLS) yang menggunakan data antar
ruang (cross section) Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah
tahun 2008 dengan bantuan software Eviews 4.1. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan bahwa variabel IPM berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap jumlah penduduk miskin di Provinsi Jawa
Tengah, PDRB per kapita berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap jumlah penduduk miskin di Provinsi Jawa Tengah, dan
jumlah pengangguran berpengaruh positif dan signifikan terhadap
jumlah penduduk miskin di Provinsi Jawa Tengah.
Tabel 2.1
Penelitian Terkait
No Judul Penelitian Tujuan Hasil
1 Hierarchical
Clustering
Multiscale
Bootstrap untuk
Pengelompokan
Kemiskinan di
Jawa Timur
(Anuraga,
2015)
Tujuannya
penggunaan
metode hierarki
untuk
mengelompokan
daerah
didasarkan pada
ukuran
kemiripan pada
teknik jarak
yang digunakan.
Hasil dari penelitian
ini menampilkan
kelompok kelima
yang terdiri dari
Kabupaten Jember,
Kabupaten
Bondowoso,
Kabupaten
Situbondo,
Kabupaten
Probolinggo,
Kabupaten Pasuruan
dapat dikatakan
sebagai daerah yang
masih cukup tinggi
persentase
kemiskinannya
44
Tabel 2.1-Lanjutan
No Judul Penelitian Tujuan Hasil
dibandingkan dengan
kelompok 1, 2, 3,
dan 4.
2 Kinerja
Pembangunan
Daerah
Kabupaten/Kota
di Provinsi
Jambi
(Yulmardi,
2015)
Cluster Analysis
digunakan untuk
mengkategorika
n kabupaten/
kota di Provinsi
Jambi menurut
indikator
pembangunan
ekonomi, SDM,
dan infrastruktur
serta
menguraikan
karakteristiknya.
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
Kota Jambi
menempati peringkat
pertama dalam
kinerja pembangunan
secara keseluruhan,
diikuti oleh dari
Tanjab Barat dan
Kabupaten Batang
Hari.
3 Tentang
Descriptive
Modelling
Menggunakan
K-Means untuk
Pengclusteran
Tingkat
Kemiskinan di
Propinsi Riau
(Nengsih, 2014)
Menentukan
wilayah dengan
metode cluster
yang mengalami
tingkat
kemiskinan yang
paling tinggi dan
normal serta
wilayah dengan
tingkat
kemiskinan
rendah.
Hasil cluster yang
diperoleh dimana
record 3 dan record
9 berada pada cluster
2. Record
1,2,4,5,6,7,8,10,11,1
2 berada pada cluster
3. Tidak ada kota
atau kabupaten yang
berada pada cluster
1.
4 Analisis
Hierarchical
Clustering
untuk
Mengelompokan
kabuapen/kota
di wilayah Jawa
Tengah untuk
Hasil dari penelitian
menunjukkan
kelompok 1 terdiri
dari 19
45
Tabel 2.1-Lanjutan
No Judul Penelitian Tujuan Hasil
Pengelompokan
Kabupaten/Kota
di Jawa Tengah
Berdasarkan
Indikator Indeks
Pembangunan
Manusia (IPM)
tahun 2015
(Widodo, 2017)
mengetahui
karakteristik
kabupaten/kota
tersebut dalam
bidang IPM.
kabupaten/kota,
kelompok 2 terdiri
dari 3
kabupaten/kota,
kelompok 3 terdiri
dari 10
kabupaten/kota dan
kelompok 4 terdiri
dari 3
kabupaten/kota
dengan variabel yang
ditentukan.
5 Analisis
Pertumbuhan
Ekonomi,
Angka Harapan
Hidup, Angka
Melek Huruf,
Rata-Rata Lama
Sekolah,
Pengeluaran
Perkapita dan
Jumlah
Penduduk
terhadap tingkat
kemiskinan di
Jawa Tengah
(Kumalasari,
2011)
Menganalisis
pengaruh laju
pertumbuhan
ekonomi, AHH,
AMH, RLS,
Pengeluaran
Perkapita dan
Jumlah
Penduduk
terhadap tingkat
kemiskinan di
Jawa Tengah.
Variabel Angka
Harapan Hidup
(AHH), Pengeluaran
Perkapita
Disesuaikan, dan
Jumlah Penduduk
berpengaruh negatif
dan signifikan
terhadap tingkat
kemiskinan di
Provinsi Jawa
Tengah
6 Zakat as An
Instrument for
Poverty and
Inequality
Menganalisis
peran zakat
dalam
mengurangi
Menunjukkan bahwa
zakat telah
mengurangi tingkat
kemiskinan dan
46
Tabel 2.1-Lanjutan
No Judul Penelitian Tujuan Hasil
Reduction
(Firmansyah,
2013)
kemiskinan dan
ketimpangan
pendapatan.
ketimpangan
pendapatan para
mustahik.
7 Analisis Peran
Zakat dalam
Mengurangi
Kemiskinan:
Studi Kasus
Dompet Dhuafa
Republika
(Beik, 2009)
Menganalisa
secara empirik
apakah zakat
memiliki
dampak
terhadap upaya
pengurangan
tingkat
kemiskinan.
Zakat mampu
mengurangi jumlah
dan persentase
keluarga miskin,
serta mengurangi
kedalaman dan
keparahan
kemiskinan.
8 Effectiveness of
Zakah
Targeting in
Alleviating
Poverty in
Indonesia
(Kasri, 2016)
Menganalisa
bagaimana
keefektifan
zakat dalam
pengentasan
kemiskinan di
Indonesia
Zakat memiliki
kontribusi positif dan
efektivitas penetapan
sasaran zakat dalam
pengentasan
kemiskinan di
Indonesia.
9 Analisis
Pengaruh
PDRB,
Pengangguran,
Pendidikan, dan
Kesehatan
Terhadap
Kemiskinan di
Jawa Tenggah
Tahun 2004-
2009 (Permana,
2012)
Menganalisis
Pengaruh
PDRB,
Pengangguran,
Pendidikan, dan
Kesehatan
Terhadap
Kemiskinan di
Jawa Tenggah
Tahun 2004-
2009.
Menghasilkan laju
pendidikan dan
kesehatan
berpengaruh negatif
dan signifikan
terhadap kemiskinan,
artinya bahwa
semakin tinggi
derajat pendidikan
dan kesehatan maka
akan mengurangi
tingkat kemiskinan
47
Tabel 2.1-Lanjutan
No Judul Penelitian Tujuan Hasil
10 Analisis
Pengaruh
Jumlah
Penduduk,
PDRB, IPM,
Pengangguran
Terhadap
Tingkat
Kemiskinan di
Kabupaten/Kota
Jawa Tengah
(Putra, 2011)
Menganalisis
bagaimana dan
seberapa besar
pengaruh
variabel Jumlah
Penduduk,
PDRB, Indeks
Pembangunan
Manusiaj dan
Pengangguran
terhadap tingkat
kemiskinan di
Kabupaten/Kota
Jawa Tengah.
Menghasilkan Indeks
Pembangunan
Manusia
berpengaruh negatif
dan signifikan
terhadap tingkat
kemiskinan
11 Analisis Faktor-
Faktor Yang
Mempengaruhi
Tingkat
Kemiskinan
(Studi Kasus 35
Kabupaten/Kota
Di Jawa Tengah
Tahun 2003-
2007) (Prastyo,
2010)
Menganalisis
pengaruh
pertumbuhan
ekonomi, upah
minimum,
pendidikan, dan
tingkat
pengangguran
terhadap tingkat
kemiskinan di
Jawa Tengah
dari tahun 2003
hingga tahun
2007.
Variabel
pertumbuhan
ekonomi, upah
minimum,
pendidikan, dan
tingkat
pengangguran
berpengaruh
signifikan terhadap
variabel tingkat
kemiskinan
12 Analisis
Pengaruh
Indeks
Pembangunan
Manusia, PDRB
Menganalisis
bagaimana dan
seberapa besar
pengaruh
variabel Indeks
Variabel Indeks
Pembangunan
Manusia (IPM)
berpengaruh negatif
dan signifikan
48
Tabel 2.1-Lanjutan
No Judul Penelitian Tujuan Hasil
Per Kapita, dan
Jumlah
Pengangguran
Terhadap
Jumlah
Penduduk
Miskin di
Provinsi Jawa
Tengah
(Sukmaraga,
2011)
Pembangunan
Manusia, PDRB
per kapita, dan
jumlah
pengangguran
terhadap jumlah
penduduk
miskin di
Provinsi Jawa
Tengah pada
tahun 2008.
terhadap jumlah
penduduk miskin
49
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode analisis kuantitatif yang menekankan analisisnya
pada data numerical atau angka yang diperoleh dengan metode
statistik yang tergolong dalam penelitian eksplanasi yang berusaha
untuk menjelaskan variabel-variabel yang diteliti. Penelitian ini
menganalisis interaksi data jumlah pekerja miskin, realisasi zakat
dan indikator indeks pembangunan manusia yaitu angka harapan
hidup, angka melek huruf, angka rata-rata lama sekolah dan
pengeluaran perkapita yang bertujuan untuk mengelompokkan n
satuan pengamatan ke dalam k kelompok, sehingga unit-unit
pengamatan dalam satu kelompok mempunyai ciri-ciri yang lebih
homogen dibandingkan unit pengamatan dalam kelompok lain
(Mattjik, 2002).
3.2 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis
data ratio yang diperoleh dalam bentuk angka, yaitu data time series
dan cross section. Data time series periode tahun 2011-2015
sedangkan data cross section adalah 23 kabupaten/kota di Aceh.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder, yaitu data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi
atau sudah dikumpulkan dari sumber lain dan diperoleh dari pihak
50
lain seperti buku-buku literatur, catatan- catatan, data hasil publikasi
pemerintah seperti laporan dari BPS atau sumber yang berhubungan
dengan masalah yang diteliti. Data pada penelitian ini diperoleh dari
BPS yang terdiri dari data jumlah pekerja miskin, realisasi zakat,
persentase angka harapan hidup, persentase angka melek huruf,
persentase angka rata-rata lama sekolah dan persentase pengeluaran
perkapita.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Bila dilihat dari sumbernya, pengumpulan data
menggunakan sumber data skunder yaitu data diperoleh dalam
bentuk yang sudah jadi yaitu data diperoleh dari badan pusat
statistik (BPS) dan dari sumber yang berhubungan dngan masalah
yang diteliti.
3.4 Operasional Variabel
Dalam penelitian ini variabel-variabel yang diamati ada
enam variabel. Untuk memahami setiap variabel yang digunakan,
maka diberikan definisi variabel sebagai berikut:
3.4.1 Pekerja Miskin (X1)
Pekerja miskin adalah kondisi para pekerja yang berada
dalam ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi
kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi
pengeluaran.
51
3.4.2 Realisasi Zakat (X2)
Zakat adalah sebagian harta dengan persyaratan tertentu
untuk diberikan kepada golongan tertentu (Mustahik) dengan
persyaratan tertentu pula.
3.4.3 Persentase Angka Harapan Hidup (X3)
Angka Harapan Hidup (AHH) adalah angka perkiraan
daripada rata-rata usia yang ditempuh seseorang selama hidup.
3.4.4 Persentase Angka Melek Huruf (X4)
Angka Melek Huruf (AMH) merupakan perbandingan
antara jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas yang mampu
membaca dan menulis dengan jumlah penduduk usia 15 tahun ke
atas.
3.4.5 Persentase Rata-Rata Lama Sekolah (X5)
Rata-rata lama sekolah merupakan rata-rata dari jumlah
tahun yang dihabiskan oleh individu yang berusia 15 tahun ke atas
dalam menempuh pendidikan formal.
3.4.6 Pengeluaran Rata-Rata Perkapita (X4)
Pengeluaran perkapita merupakan biaya yang dikeluarkan
untuk konsumsi makanan maupun non-makanan selama sebulan
dibagi dengan banyaknya anggota rumah tangga.
52
Tabel 3.1
Daftar Singkatan Variabel
Variabel Singkatan
Pekerja Miskin (%) X1
Realisasi Zakat (Rp) X2
Persentase Angka Harapan Hidup (%) X3
Persentase Angka Melek Huruf (%) X4
Persentase Rata-Rata Lama Sekolah (%) X5
Pengeluaran Rata-Rata Perkapita (%) X6
3.5 Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu analisis cluster. Analisis cluster adalah suatu metode dalam
analisis peubah ganda yang bertujuan untuk mengelompokkan n
satuan pengamatan ke dalam k kelompok, sehingga unit-unit
pengamatan dalam satu kelompok mempunyai ciri-ciri yang lebih
homogen dibandingkan unit pengamatan dalam kelompok lain
(Mattjik, 2002).
Tujuan utama teknik ini adalah melakukan pengelompokkan
berdasarkan kriteria tertentu sehingga objek-objek tersebut
mempunyai variasi di dalam pengelompokan (within cluster) relatif
kecil dibandingkan variasi antar pengelompokan (between cluster).
53
Secara garis besar ada tiga hal yang harus terjawab dalam
proses kerja analisis cluster, yaitu :
1. Mengukur kesamaan
Ukuran untuk mengukur kesamaaan antar objek, yaitu dengan
menggunakan ukuran jarak.
2. Membentuk cluster secara hirarki
Prosedur yang diterapkan harus dapat mengelompokkan objek-
objek yang memiliki kesamaan yang tinggi ke dalam sutau cluster
yang sama.
3. Menentukan jumlah cluster
Pada prinsipnya jika jumlah cluster berkurang maka homogenitas
cluster secara otomatis akan menurun. Algoritma cluster harus
dapat memaksimalkan perbedaan relatif cluster terhadap variasi
dalam cluster. Dua metode paling umum dalam algoritma cluster
adalah metode hirarki dan metode non hirarki. Penentuan metode
mana yag akan dipakai tergantung kepada peneliti dan konteks
penelitian dengan tidak mengabaikan substansi, teori dan konsep
yang berlaku (Sartono, dkk., 2003).
3.5.1 Konsep Clustering Analisis
Clustering analisis merupakan salahsatu metode algoritma
guna menghasilkan kelompok k dengan perbedaan yang
memungkinkan. Jumlah dari k didasari pada jarak dan harus dihitung
dari data yang sesuai dengan kebutuhan. Algoritma dalam clustering
analisis memiliki parameter dalam menentukan k dengan membagi
54
sekumpulan n data ke k pengelompokan hingga tingkat kemiripan
antar anggota dalam setiap k menjadi tinggi dan kemiripan ciri antar
anggota k lain menjadi sangat rendah. Kemiripan n pada k diukur
sesuai dengan jarak kedekatan n terhadap nilai rata-rata pada k atau
disebut sebagai centroid atau pusat klaster.
Pada tahapan awal, algoritma cluster memilih secara acak k
titik data sebagai centroid. Selanjutnya, jarak antar n dengan
centroid dihitung dengan jarak euclidian. Data ditempatkan kedalam
centroid yang paling dekat, dihitung dari titik tengah cluster.
Centroid ditentukan jika semua n data sudah ditempatkan ke dalam
cluster yang memiliki jarak paling dekat (Paramartha, 2017).
3.5.2 Metode Hirarki
Metode hirarki dalah pendekatan dalam penggabungan
objek-objek yang harus ditentukan terlebih dahulu jarak antar
pengelompokan (cluster). Konsep jarak yang digunakan disini
adalah jarak Euclidean dengan formulanya sebagai berikut:
𝒅(𝒙, 𝒚) = √∑(𝒙𝒊 − 𝒚𝒊)𝟐
𝒑
𝒊=𝟏
Hal penting dalam metode hirarki adalah bahwa hasil pada
tahap sebelumnya selalu bersarang di dalam hasil pada tahap
55
berikutnya, membentuk sebuah pohon. Untuk menghitung ulang
jarak antar cluster yang terbentuk ada beberapa metode, yaitu:
1. Pautan Tunggal
Metode ini didasarkan pada jarak minimum. Dimulai dengan
dua objek yang dipisahkan dengan jarak paling pendek maka
keduanya akan ditempatkan pada cluster pertama, dan
seterusnya. Metode ini dikenal pula dengan nama pendekatan
tetangga terdekat.
2. Pautan Lengkap
Metode ini disebut juga pendekatan tetangga terjauh. Dasarnya
adalah jarak maksimum. Pada metode ini menggunakan jarak
yang paling jauh antara dua anggota gerombol yang berbeda, Br
dan Bs. Secara formal dapat ditulis:
𝒉 (𝑩𝒓 , 𝑩𝒔) = 𝐦𝐚𝐱{𝒅(𝒙𝒊, 𝒙𝒋); 𝒙𝒊 𝒂𝒏𝒈𝒈𝒐𝒕𝒂 𝑩𝒓 𝒅𝒂𝒏 𝒙𝒋 𝒂𝒏𝒈𝒈𝒐𝒕𝒂 𝑩𝒔}
3. Pautan Centroid
Jarak antara dua cluster adalah jarak antar centroid cluster
tersebut. Centroid cluster adalah nilai tengah observasi pada
peubah dalam suatu set peubah cluster. Keuntungannya adalah
outlier atau data observasi yang muncul dengan nilai-nilai
ekstrim, baik secara univariate ataupun multivariate hanya
sedikit berpengaruh jika dibandingkan dengan metode lain.
Yang dimaksud dengan nilai-nilai ekstrim dalam observasi
adalah nilai yang jauh atau beda sama sekali dengan sebagian
besar nilai lain dalam kelompoknya.
(3.2)
56
4. Pautan Rata-rata
Pautan rataan dasarnya adalah jarak rata-rata antar observasi.
Pengelompokan dimulai dari tengah atau pasangan observasi
dengan jarak paling mendekati jarak rata-rata.
5. Metode Ward ( Ward’s Method )
Dalam metode ini jarak antara dua cluster adalah jumlah
kuadrat antara dua cluster untuk seluruh peubah. Metode ini
cenderung digunakan untuk mengkombinasi cluster-cluster
dengan jumlah kecil (Dillon., 1984)
3.5.3 Metode non-Hirarki
Metode non-hirarki dimulai dengan menentukan terlebih
dahulu jumlah cluster yang diinginkan, sehingga sifat
pengelompokannya tidaklah alamiah karena dikondisikan untuk
jumlah kelompok tertentu.
3.6 Prosedur Penelitian
Metode yang digunakan untuk menganalisis dan
mendapatkan pengelompokan peringkat kabupaten/kota
berdasarkan pendistribusian jumlah pekerja miskin, realisasi zakat,
persentase angka harapan hidup, persentase angka melek huruf,
persentase angka rata-rata lama sekolah dan persentase pengeluaran
perkapita adalah metode analisis cluster dengan bantuan software
Microsoft Excel, SPSS 19, R 3.3. dan ArcGis. Selanjutnya dilakukan
langkah-langkah sebagai berikut:
57
1. Mencari rata-rata semua variabel dari data tahun 2011 sampai
2015.
2. Menentukan pengelompokkan dan jumlah cluster dengan
menggunakan software R 3.3.
3. Melakukan analisis komponen statistika berupa mean, median,
nilai maksimum dan nilai minimum terhadap data rata-rata 6
variabel dengan menggunakan software SPSS 19.
4. Menentukan peringkat menggunakan metode voting dari data
rata-rata.
5. Menentukan input hasil data voting peringkat pengelompokan
kabupaten/kota beserta titik koordinat daerah kedalam Microsoft
Excel.
6. Menginterpretasikan hasil yang diperoleh dari pengelompokan
peringkat kabupaten/kota berdasarkan pendistribusian jumlah
pekerja miskin, realisasi zakat, persentase angka harapan hidup,
persentase angka melek huruf, persentase angka rata-rata lama
sekolah dan persentase pengeluaran perkapita masing-masing
kabupaten/kota yang ada di Provinsi Aceh dengan menggunakan
mapping software yaitu ArcGis.
7. Melakukan analisis hasil terhadap data pervariabel pada tahun
2011, 2012, 2013, 2014 dan 2015.
8. Melakukan analisis beserta visualisasi pengelompokan
kabupaten/kota di Provinsi Aceh berdasarkan peringkat pada
tahun 2011, 2012, 2013, 2014 dan 2015.
58
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Statistika Deskriptif
Penelitian ini menggunakan 6 variabel yang terdiri atas
jumlah pekerja miskin yang diperoleh dari data kemiskinan
penduduk yang bekerja di sektor informal, angka realisasi zakat,
persentase angka harapan hidup, persentase angka melek huruf,
persentase rata-rata lama sekolah dan persentase pengeluaran
perkapita tahun 2011-2015. Variabel tersebut dihitung berdasarkan
kabupaten/kota di Provinsi Aceh yaitu sebanyak 23 kabupaten/kota.
4.1.1 Rata-Rata Persentase Pekerja Miskin Kabupaten/Kota
di Provinsi Aceh Tahun 2011-2015
Masalah pekerja miskin merupakan sebuah persoalan yang
harus diperhatikan dalam proses pembangunan suatu negara.
Ketersediaan data pekerja miskin yang akurat dan tepat sasaran
merupakan salah satu aspek penting dalam mendukung strategi
penanggulangan pekerja miskin. Pengukuran jumlah pekerja miskin
yang akurat dapat menjadi instrumen penting bagi penentu
kebijakan dalam memfokuskan perhatian terhadap para pekerja
yang berada dalam kondisi kemiskinan. Gambar 4.1 menampilkan
kondisi pekerja miskin kabupaten/kota di Provinsi Aceh dalam
kurun waktu 2011-2015.
44,12%
59
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS), 2011-2015 (diolah)
Gambar 4.1
Rata-Rata Persentase Pekerja Miskin Kabupaten/Kota di
Provinsi Aceh Tahun 2011-2015
Pada Gambar 4.1 menunjukkan rata-rata persentase
penduduk miskin kabupaten/kota yang ada di Provinsi Aceh dalam
kurun waktu tahun 2012-2016. Kabupaten Gayo Lues yang
memiliki rata-rata persentase pekerja miskinnya paling tinggi
dibandingkan Kabupaten/Kota lain yang ada di Provinsi Aceh yaitu
sebesar 73,47%. Kabupaten Gayo Lues yang memiliki luas 5,719
km2 terdiri dari 11 kecamatan dan 145 kelurahan merupakan
salahsatu kabupaten di Aceh hasil pemekaran dari Kabupaten Aceh
Tenggara dengan dasar hukum undang-undang no. 4 tahun 2002
pada tanggal 10 April 2002. Kabupaten ini merupakan kabupaten
yang paling terisolasi di Aceh. Pusat pemerintahan Gayo Lues
60
dikendalikan dari Desa Cinta Maju dan pusat perekonomian di
ibukota Blangkejeren.
Potensi hutan Gayo Lues seperti bambu yang tumbuh subur
serta rotan yang dapat ditemukan. Kondisi serta keunikan hutan
Gayo Lues yang berbeda dengan daerah lain tersebut harusnya bila
dapat dikelola dengan baik dapat meningkatkan ekonomi
masyarakat. Namun kurangnya keterampilan serta rendahnya
kualitas dan produktivitas tenaga kerja dalam pengelolaan hasil
pertanian serta tata kelola pemerintah menyebabkan hasil hutan
Gayo Lues tidak termanfaatkan dengan baik guna meningkatkan
ekonomi masyarakat. Sebaliknya Kota Banda Aceh memiliki rata-
rata pekerja miskin yang paling rendah yaitu sebesar 24,89% berada
jauh dibawah angka rata-rata persentase pekerja miskin di Aceh
untuk rentang waktu tahun 2011-2015 sebesar 44,12%.
Kota Banda Aceh yang berada diujung pulau Sumatera
merupakan ibukota dari Provinsi Aceh. Sebagai ibukota dari
provinsi Aceh menyebabkan segala sesuatu baik dari segi
pendidikan, perekonomian, pemerintahan, kesehatan dan lain
sebagainya secara umum terpusat di Kota Banda Aceh. Bila
ditinjuau dari komoditi unggulan, nilai produksi perikanan hasil laut
pada tahun 2015 yang mencapai 111,76 milyar rupiah dan dari hasil
budidaya sebesar 5,19 milyar rupiah menjadikan sektor perikanan
menjadi andalan. Sebagai pusat pendidikan menjadikan Kota Banda
Aceh memiliki teknologi yang memadai, pendidikan dan
61
keterampilan yang unggul dibandingkan dengan daerah lain yang
ada di Provinsi Aceh. Hal tersebut menjadikan Kota Banda Aceh
sebagai salahsatu destinasi para pekerja di Provinsi Aceh seperti
berdagang ataupun bekerja di perusahaan baik nasional ataupun
swasta.
Rata-rata persentase pekerja miskin kabupaten/kota di
Provinsi Aceh dalam kurun waktu 2011-2015 sebesar 44,12%.
Kabupaten/kota yang berada dibawah garis rata-rata persentase
pekerja miskin di Provinsi Aceh yaitu Kabupaten Pidie Jaya,
Kabupaten Nagan Raya, Kabupaten Aceh Timur, Kota
Subulussalam, Kabupaten Aceh Barat, Kabupaten Aceh Besar,
Kabupaten Aceh Utara, Kabupaten Aceh Barat Daya, Kabupaten
Aceh Singkil, Kabupaten Bireun, Kabupaten Aceh Tamiang, Kota
Sabang, Kota Langsa, Kota Lhokseumawe, dan Kota Banda Aceh.
Adapun Kabupaten/kota yang berada diatas garis rata-rata
persentase pekerja miskin di Provinsi Aceh yaitu Kabupaten Aceh
Selatan, Kabupaten Aceh Jaya, Kabupaten Pidie, Kabupaten
Simeulue, Kabupaten Aceh Tenggara, Kabupaten Bener Meriah,
Kabupaten Aceh Tengah, dan Kabupaten Gayo Lues.
4.1.2 Rata-Rata Jumlah Zakat Perkapita Kabupaten/Kota di
Provinsi Aceh Tahun 2011-2015
Zakat merupakan pilar penting dalam meningkatkan
kesejahteraan dan merupakan instrumen yang berdimensi keadilan
sosial Islam untuk menekan angka kemiskinan. Sebagai perwujudan
62
syiar Islam dalam semangat pemerintahan maka provinsi Aceh
merupakan salahsatu daerah yang memiliki institusi amil dan
menjadikan zakat, infaq dan sedekah sebagai salahsatu pendapatan
asli daerah. Tujuan mendasar zakat adalah untuk menyelesaikan
berbagai macam persoalan sosial seperti pengangguran,
kemiskinan, dan lain-lain. Dalam penelitian ini data yang digunakan
adalah data realisasi zakat perkapita, yaitu jumlah zakat yang dibagi
dengan jumlah penduduk di setiap kabupaten/kota di Provinsi Aceh.
Gambar 4.2 menampilkan kondisi jumlah rata-rata realisasi zakat
kabupaten/kota di provinsi Aceh dalam kurun waktu 2011-2015.
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS), 2011-2015 (diolah)
Gambar 4.2
Rata-Rata Jumlah Zakat Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh
Tahun 2011-2015
63
Pada gambar 4.2 menunjukan rata-rata realisasi zakat
perkapita setiap kabupaten/kota di Provinsi Aceh selama tahun 2011
sampai 2015. Berdasarkan gambar tersebut terlihat bahwa
kabupaten/kota yang memiliki jumlah realisasi zakat perkapita
terendah adalah Kabupaten Pidie yaitu sebesar 1.471,71 rupiah.
Sedangkan jumlah realisasi zakat perkapita tertinggi adalah Kota
Banda Aceh yaitu sebesar 61.247,35 rupiah. Rata-rata jumlah zakat
kabupaten/kota di Provinsi Aceh dalam kurun waktu 2011-2015
sebesar 22.537,26 rupiah. Kabupaten/kota yang berada dibawah
garis rata-rata jumlah zakat di Provinsi Aceh yaitu Kota
Lhokseumawe, Kota Subulussalam, Kabupaten Simeulue,
Kabupaten Aceh tenggara, Kabupaten Aceh Utara, Kabupaten Aceh
Jaya, Kabupaten Aceh Barat Daya, Kabupaten Pidie Jaya,
Kabupaten Gayo Lues, Kabupaten Aceh Singkil, Kabupaten Aceh
Tamiang, Kabupaten Aceh Selatan, Kabupaten Aceh Timur,
Kabupaten Bireun dan Kabupaten Pidie. Sedangkan kabupaten/kota
yang berada diatas garis rata-rata jumlah realisasi zakat di Provinsi
Aceh yaitu Kabupaten Nagan Raya, Kabupaten Aceh Besar,
Kabupaten Aceh Barat, Kota Langsa, Kabupaten Bener Meriah,
Kabupaten Aceh Tengah, Kota Sabang dan Kota Banda Aceh.
64
4.1.3 Rata-Rata Persentase Angka Harapan Hidup
Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh Tahun 2011-2015
Angka harapan hidup adalah data rata-rata tahun hidup yang
masih akan dijalani oleh individu yang berhasil mencapai usia
tertentu pada satu tahun dalam kondisi mortalitas yang berlaku di
lingkungan sekitarnya. Data angka harapan hidup diperoleh dari
catatan registrasi kematian secara bertahun-tahun sehingga
memungkinkan dibuat tabel kematian guna menjadi alat untuk
mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan
kesejahteraan penduduk dan meningkatkan derajat kesehatan
penduduk pada khususnya. Ketersediaan data angka harapan hidup
yang akurat merupakan salah satu aspek penting dalam mendukung
program pembangunan kesehatan, dan program sosial lainnya
termasuk kesehatan lingkungan, kecukupan gizi dan kalori termasuk
program pemberantasan kemiskinan. Gambar 4.3 menampilkan
mengenai rata-rata persentase angka harapan hidup kabupaten/kota
di provinsi Aceh dalam kurun waktu 2011-2015.
65
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS), 2011-2015 (diolah)
Gambar 4.3
Rata-Rata Persentase Angka Harapan Hidup Kabupaten/Kota
di Provinsi Aceh tahun 2011-2015
Pada gambar 4.3 menunjukan rata-rata persentase angka
harapan hidup setiap kabupaten/kota di Provinsi Aceh selama tahun
2011 sampai 2015. Berdasarkan gambar tersebut terlihat bahwa
kabupaten/kota yang memiliki jumlah persentase angka harapan
hidup terendah adalah Kota Subulussalam yaitu sebesar 62,93 tahun,
artinya rata-rata usia penduduk Kota Subulussalam sekitar 62,93
tahun. Sedangkan jumlah persentase angka harapan hidup tertinggi
adalah Kota Banda Aceh yaitu sebesar 70,80 tahun. Rata-rata jumlah
angka harapan hidup kabupaten/kota di Provinsi Aceh dalam kurun
waktu 2011-2015 sebesar 67,49 tahun. Kabupaten/kota yang berada
dibawah garis rata-rata angka harapan hidup di Provinsi Aceh yaitu
66
Kabupaten Aceh Barat, Kabupaten Aceh Tenggara, Kabupaten
Aceh Singkil, Kabupaten Aceh Jaya, Kabupaten Pidie, Kabupaten
Gayo Lues, Kabupaten Simeulue, Kabupaten Aceh Barat Daya,
Kabupaten Aceh Selatan dan Kota Subulussalam. Sedangkan
kabupaten/kota yang berada diatas garis rata-rata angka harapan
hidup di Provinsi Aceh yaitu Kabupaten Aceh Timur, Kabupaten
Nagan Raya, Kabupaten Aceh Tengah, Kabupaten Aceh Utara,
Kabupaten Aceh Tamiang, Kota Langsa, Kabupaten Bener Meriah,
Kabupaten Pidie Jaya, Kabupaten Aceh Besar, Kota Sabang,
Kabupaten Bireun, Kota Lhokseumawe dan Banda Aceh.
4.1.4 Rata-Rata Persentase Angka Melek Huruf
Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh tahun 2011-2015
Angka melek huruf adalah data kemampuan membaca
menulis kalimat sederhana dalam huruf latin, huruf arab dan huruf
lainnya terhadap penduduk usia 15 tahun keatas. Data angka melek
huruf sebagai indikator dasar yang telah dicapai kabupaten/kota
untuk melihat sejauh mana masyarakat terbuka terhadap
pengetahuan. Data angka melek huruf menjadi alat untuk
mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan sistem
pendidikan dasar yang efektif serta program keaksaraan yang
memungkinkan sebagian besar masyarakat untuk memperoleh
kemampuan membaca dalam kehidupan sehari-hari dan
melanjutkan pembelajaran. Gambar 4.4 menampilkan mengenai
67
rata-rata persentase angka melek huruf kabupaten/kota di provinsi
Aceh dalam kurun waktu 2011-2015.
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS), 2011-2015 (diolah)
Gambar 4.4
Rata-Rata Persentase Angka Melek Huruf Kabupaten/Kota di
Provinsi Aceh Tahun 2011-2015
Pada gambar 4.4 menunjukan rata-rata persentase angka
melek huruf setiap kabupaten/kota di Provinsi Aceh selama tahun
2011 sampai 2015. Berdasarkan gambar tersebut terlihat bahwa
kabupaten/kota yang memiliki jumlah persentase angka melek huruf
terendah adalah Kabupaten Gayo Lues yaitu sebesar 90,59%.
Sedangkan jumlah persentase angka melek huruf tertinggi adalah
Kabupaten Simeulue yaitu sebesar 99,41%. Rata-rata jumlah angka
melek huruf kabupaten/kota di Provinsi Aceh dalam kurun waktu
2011-2015 sebesar 96,59%. Kabupaten/kota yang berada dibawah
garis rata-rata angka melek huruf di Provinsi Aceh yaitu Kabupaten
99,41%
68
Aceh Barat, Kabupaten Pidie, Kabupaten Aceh Jaya, Kabupaten
Aceh Selatan, Kabupaten Aceh Barat Daya, Kabupaten Nagan
Raya, Kabupaten Aceh Singkil, Kabupaten Pidie Jaya, Kota
Subulussalam dan Kabupaten Gayo Lues. Sedangkan
kabupaten/kota yang berada diatas garis rata-rata angka melek huruf
di Provinsi Aceh yaitu Kabupaten Aceh Utara, Kabupaten Aceh
Tamiang, Kabupaten Aceh Besar, Kabupaten Aceh Timur,
Kabupaten Aceh Tenggara, Kabupaten Bireun, Kota Sabang,
Kabupaten Bener Meriah, Kabupaten Aceh Tengah, Kota Langsa,
Kota Lhokseumawe, Kota Banda Aceh dan Kabupaten Simeulue.
4.1.5 Rata-Rata Persentase Rata-Rata Lama Sekolah
Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh tahun 2011-2015
Rata-rata lama sekolah merupakan jumlah tahun belajar
yang telah diselesaikan dalam pendidikan formal oleh penduduk
usia 15 tahun ke atas. Data rata-rata lama sekolah diperoleh dari
partisipasi sekolah, jenjang dan jenis pendidikan yang pernah atau
sedang diduduki, ijazah tertinggi dan tingkat tertinggi yang pernah
diduduki. Data persentase rata-rata lama sekolah menjadi alat untuk
melihat kualitas penduduk dalam hal mengenyam pendidikan
formal. Gambar 4.5 menampilkan mengenai rata-rata persentase
rata-rata lama sekolah kabupaten/kota di provinsi Aceh dalam kurun
waktu 2011-2015.
69
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS), 2011-2015 (diolah)
Gambar 4.5
Rata-Rata Persentase Rata-Rata Lama Sekolah
Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh tahun 2011-2015
Pada gambar 4.5 menunjukan rata-rata persentase rata-rata
lama sekolah setiap kabupaten/kota di Provinsi Aceh selama tahun
2011 sampai 2015. Berdasarkan gambar tersebut terlihat bahwa
kabupaten/kota yang memiliki jumlah persentase rata-rata lama
sekolah terendah adalah Kota Subulussalam yaitu selama 6,63
tahun, artinya rata-rata jumlah tahun belajar yang telah diselesaikan
penduduk Kota Subulussalam dalam pendidikan formal oleh
penduduk usia 15 tahun ke atas adalah selama 6,63 tahun.
Sedangkan jumlah persentase rata-rata lama sekolah tertinggi adalah
Kota Banda Aceh yaitu selama 12,20 tahun. Rata-rata persentase
rata-rata lama sekolah kabupaten/kota di Provinsi Aceh dalam kurun
waktu 2011-2015 selama 8,50 tahun. Kabupaten/kota yang berada
dibawah garis rata-rata lama sekolah di Provinsi Aceh yaitu
70
Kabupaten Pidie, Kabupaten Pidie Jaya, Kabupaten Aceh Barat,
Kabupaten Aceh Utara, Kabupaten Nagan Raya, Kabupaten Aceh
Tamiang, Kabupaten Aceh Barat Daya, Kabupaten Aceh Jaya,
Kabupaten Aceh Selatan, Kabupaten Aceh Singkil, Kabupaten Aceh
Timur, Kabupaten Gayo Lues dan Kota Subulussalam. Sedangkan
kabupaten/kota yang berada diatas garis rata-rata lama sekolah di
Provinsi Aceh yaitu Kabupaten Simeulue, Kabupaten Bireun,
Kabupaten Aceh Tengah, Kabupaten Bener Meriah, Kabupaten
Aceh Tengah, Kabupaten Aceh Besar, Kota Sabang, Kota
Lhokseumawe, Kota Langsa dan Kota Banda Aceh.
4.1.6 Rata-Rata Persentase Pengeluaran Perkapita
Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh Tahun 2011-2015
Pengeluaran perkapita secara umum digunakan sebagai
indikator proposi pengeluaran untuk makanan dan non makanan
yang dihitung dari biaya yang dikeluarkan untuk konsumsi semua
anggota rumah tangga selama sebulan dibagi dengan banyaknya
anggota rumah tangga, makin rendah persentase pengeluaran untuk
makanan terhadap total pengeluaran makin membaik tingkat
kesejahteraan . Data persentase pengeluaran perkapita dapat
dijadikan ukuran untuk menilai tingkat kesejahteraan ekonomi
penduduk. Gambar 4.6 menampilkan mengenai rata-rata persentase
pengeluaran perkapita kabupaten/kota di provinsi Aceh dalam kurun
waktu 2011-2015.
71
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS), 2011-2015 (diolah)
Gambar 4.6
Rata-Rata Persentase Pengeluaran Perkapita Kabupaten/Kota
di Provinsi Aceh Tahun 2011-2015
Pada gambar 4.6 menunjukkan rata-rata persentase
pengeluaran perkapita Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Aceh
dalam kurun waktu lima tahun, yakni tahun 2011-2015.
Berdasarkan gambar tersebut terlihat bahwa kabupaten/kota yang
memiliki jumlah persentase pengeluaran perkapita terendah adalah
Kota Banda Aceh yaitu sebesar 47,90%. Sedangkan jumlah
persentase rata-rata pengeluaran perkapita adalah Kabupaten Aceh
Tenggara yaitu sebesar 70,02%. Rata-rata persentase pengeluaran
perkapita kabupaten/kota di Provinsi Aceh dalam kurun waktu
2011-2015 sebesar 64,03%. Kabupaten/kota yang berada dibawah
garis pengeluaran perkapita di Provinsi Aceh yaitu Kabupaten Bener
Meriah, Kota Sabang, Kabupaten Aceh Tamiang, Kabupaten Aceh
70,02%
72
Barat, Kabupaten Aceh Besar, Kabupaten Aceh Tengah, Kota
Lhokseumawe, Kota Langsa dan Kota Banda Aceh. Adapun
kabupaten/kota yang berada diatas garis rata-rata pengeluaran
perkapita di Provinsi Aceh yaitu Kabupaten Aceh Timur, Kabupaten
Simeulue, Kabupaten Nagan Raya, Kabupaten Gayo Lues,
Kabupaten Pidie Jaya, Kabupaten Aceh Utara, Kabupaten Aceh
Barat Daya, Kabupaten Bireun, Kabupaten Aceh Singkil, Kota
Subulussalam, Kabupaten Aceh Jaya, Kabupaten Pidie, Kabupaten
Aceh Selatan dan Aceh Tenggara.
4.2 Pengelompokan Kabupaten/Kota Berdasarkan Jumlah
Pekerja Miskin, Angka Realisasi Zakat, Angka Harapan
Hidup, Angka Melek Huruf, Rata-Rata Lama Sekolah
Dan Pengeluaran Perkapita
Pada dasarnya pengelompokan objek dengan menggunakan
metode penggerombolan non-hirarki atau pengelompokan secara
natural adalah untuk melihat jarak antar objek. Apabila nilai jarak
untuk setiap objek kecil, maka akan dikelompokkan menjadi satu
kelompok (cluster). Dengan menggunakan software R 3.3, SPSS dan
Microsoft Excel. Konsep utama pada analisis cluster yaitu
perhitungan jarak tiap objek yang dihitung dengan jarak Euclidean
untuk data 23 kabupaten/kota. Semakin kecil nilai jarak Euclidean
antara dua objek, maka semakin mirip karakteristik kedua objek
tersebut.
73
4.2.1 Pengelompokan Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh
Tahun 2011
Pada dasarnya pengelompokan objek dengan menggunakan
metode penggerombolan non-hirarki untuk melihat jarak antar
objek, yaitu adalah 23 kabupaten/kota di Provinsi Aceh berdasarkan
jumlah pekerja miskin, angka realisasi zakat, angka harapan hidup,
angka melek huruf, rata-rata lama sekolah dan pengeluaran
perkapita. Apabila nilai jarak untuk setiap objek kecil, maka akan
dikelompokkan menjadi satu gerombol (cluster). Dengan
menggunakan software R 3.3 diperoleh output sebagai berikut:
Dendogram Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh
Tahun 2011
Keterangan
1. Simeulu
2. Aceh Singkil
3. Aceh Selatan
4. Aceh Tenggara
5. Aceh Timur
6. Aceh Tengah
7. Aceh Barat
8. Aceh Besar
9. Pidie
10. Bireun
11. Aceh Utara
12. Abdya
13. Gayo Lues
14. Aceh Tamiang
15. Nagan Raya
16. Aceh Jaya
17. Bener Meriah
18. Pidie Jaya
19. Banda Aceh
20. Sabang
21. Langsa
22. Lhokseumawe
23. Subulussalam
Gambar 4.7
Dendogram 23 Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh Tahun 2011
Hasil analisis cluster untuk data rata-rata 23 kabupaten/kota
berdasarkan jumlah pekerja miskin, angka realisasi zakat, angka
harapan hidup, angka melek huruf, rata-rata lama sekolah dan
pengeluaran perkapita tahun 2011 yaitu:
74
1. Cluster I yaitu Kabupaten Simeulue, Kabupaten Aceh
Singkil, Kabupaten Aceh Selatan, Kabupaten Aceh
Tenggara, Kabupaten Aceh Timur, Kabupaten Aceh Besar,
Kabupaten Pidie, Kabupaten Bireun, Kabupaten Aceh
Utara, Kabupaten Aceh Barat Daya, Kabupaten Gayo Lues,
Kabupaten Aceh Tamiang, Kabupaten Aceh Jaya, Kota
Langsa dan Kota Subulussalam
2. Cluster II yaitu Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten
Bener Meriah
3. Cluster III yaitu Kabupaten Aceh Barat, Kabupaten Nagan
Raya, Kabupaten Pidie Jaya dan Kota Lhokseumawe
4. Cluster IV yaitu Kota Banda Aceh
5. Cluster V yaitu Kota Sabang
Jumlah kabupaten/kota di Provinsi Aceh yang masuk
kedalam cluster kemudian diperingkatkan dengan menggunakan
software SPSS dengan instrumen statistik yang terdiri dari median,
mean, nilai maksimum dan nilai minimum dari pada tiap variabel
diperoleh output sebagai berikut:
75
Gambar 4.8
Median, mean, nilai maksimum dan nilai minimum cluster
Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh Tahun 2011
Dengan menggunakan metode voting maka didapati
peringkat 1 adalah cluster IV, peringat 2 adalah cluster V, peringkat
3 adalah cluster II, peringkat 4 adalah cluster III dan peringkat 5
adalah cluster I.
4.2.2 Visualisasi Hasil Pengelompokan Kabupaten/Kota di
Provinsi Aceh Berdasarkan Peringkat Tahun 2011
Kabupaten/kota telah digerombolkan menjadi 5 cluster
berdasarkan jumlah pekerja miskin, angka realisasi zakat, angka
76
harapan hidup, angka melek huruf, rata-rata lama sekolah dan
pengeluaran perkapita tahun 2011. Kelima cluster tersebut
diperingkatkan berdasarkan 4 nilai statistik dari peringkat 1 sampai
peringkat 5. Perbedaan dari tiap cluster divisualisasikan dengan peta
kabupaten/kota di Provinsi Aceh berikut ini:
Gambar 4.9
Peringkat Cluster Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh Tahun
2011
Gambar 4.9 menampilkan bahwa Provinsi Aceh tahun 2011
dominan diduduki kabupaten/kota yang berada pada peringkat 5.
Kabupaten/kota yang berwarna merah adalah wilayah dengan
peringkat terendah berdasarkan pengelompokan 6 variabel yang
diteliti, adapun wilayah tersebut meliputi Simeulue, Aceh Singkil,
Aceh Selatan, Aceh Tenggara, Aceh Timur, Aceh Besar, Pidie,
Bireun, Aceh Utara, Abdya, Gayo Lues, Aceh Tamiang, Aceh Jaya,
77
Langsa dan Subulussalam. Sedangkan wilayah yang berwarna hijau
adalah wilayah dengan peringkat tertinggi, adapun wilayah tersebut
hanya diduduki oleh Kota Banda Aceh.
4.2.3 Pengelompokan Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh
Tahun 2012
Pada dasarnya pengelompokan objek dengan menggunakan
metode penggerombolan non-hirarki untuk melihat jarak antar
objek, yaitu adalah 23 kabupaten/kota di Provinsi Aceh berdasarkan
jumlah pekerja miskin, angka realisasi zakat, angka harapan hidup,
angka melek huruf, rata-rata lama sekolah dan pengeluaran
perkapita. Apabila nilai jarak untuk setiap objek kecil, maka akan
dikelompokkan menjadi satu gerombol (cluster). Dengan
menggunakan software R 3.3 diperoleh output sebagai berikut:
Dendogram Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh
Tahun 2012
Keterangan
1. Simeulu
2. Aceh Singkil
3. Aceh Selatan
4. Aceh Tenggara
5. Aceh Timur
6. Aceh Tengah
7. Aceh Barat
8. Aceh Besar
9. Pidie
10. Bireun
11. Aceh Utara
12. Abdya
13. Gayo Lues
14. Aceh Tamiang
15. Nagan Raya
16. Aceh Jaya
17. Bener Meriah
18. Pidie Jaya
19. Banda Aceh
20. Sabang
21. Langsa
22. Lhokseumawe
23. Subulussalam
Gambar 4.10
Dendogram 23 Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh Tahun 2012
78
Hasil analisis cluster untuk data rata-rata 23 kabupaten/kota
berdasarkan jumlah pekerja miskin, angka realisasi zakat, angka
harapan hidup, angka melek huruf, rata-rata lama sekolah dan
pengeluaran perkapita tahun 2012 yaitu:
1. Cluster I yaitu Kabupaten Simeulu, Kabupaten Aceh
Tenggara, Kota Subulussalam dan Kabupaten Nagan Raya
2. Cluster II yaitu Kabupaten Aceh Singkil, Kabupaten Aceh
Selatan, Kabupaten Aceh Timur, Kabupaten Pidie,
Kabupaten Bireun, Kabupaten Aceh Utara, Kabupaten Aceh
Barat Daya, Kabupaten Gayo Lues, Kabupaten Kabupaten
Aceh Tamiang, Kabupaten Aceh Jaya, Kabupaten Pidie Jaya,
Kota Langsa dan Kota Lhokseumawe
3. Cluster III yaitu Kabupaten Aceh Tengah, Kabupaten Aceh
Barat, Kabupaten Aceh Besar dan Kabupaten Bener Meriah
4. Cluster IV yaitu Kota Banda Aceh
5. Cluster V yaitu Kota Sabang
Jumlah kabupaten/kota di Provinsi Aceh yang masuk
kedalam cluster kemudian diperingkatkan dengan menggunakan
software SPSS dengan instrumen statistik yang terdiri dari median,
mean, nilai maksimum dan nilai minimum dari pada tiap variabel
diperoleh output sebagai berikut:
79
Gambar 4.11
Median, mean, nilai maksimum dan nilai minimum cluster
Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh Tahun 2012
Dengan menggunakan metode voting maka didapati
peringkat 1 adalah cluster IV, peringat 2 adalah cluster V, peringkat
3 adalah cluster III, peringkat 4 adalah cluster II dan peringkat 5
adalah cluster I.
4.2.4 Visualisasi Hasil Pengelompokan Kabupaten/Kota di
Provinsi Aceh Berdasarkan Peringkat Tahun 2012
Kabupaten/kota telah digerombolkan menjadi 5 cluster
berdasarkan jumlah pekerja miskin, angka realisasi zakat, angka
80
harapan hidup, angka melek huruf, rata-rata lama sekolah dan
pengeluaran perkapita tahun 2012. Kelima cluster tersebut
diperingkatkan berdasarkan 4 nilai statistik dari peringkat 1 sampai
peringkat 5. Perbedaan dari tiap cluster divisualisasikan dengan peta
kabupaten/kota di Provinsi Aceh sebagai berikut:
Gambar 4.12
Peringkat Cluster Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh Tahun
2012
Gambar 4.12 menampilkan bahwa Provinsi Aceh tahun 2012
dominan diduduki kabupaten/kota yang berada pada peringkat 4.
Kabupaten/kota yang berwarna merah adalah wilayah dengan
peringkat terendah berdasarkan pengelompokan 6 variabel yang
diteliti, adapun wilayah tersebut meliputi Simeulue, Aceh Tenggara,
Subulussalam dan Nagan Raya. Sedangkan wilayah yang berwarna
81
hijau adalah wilayah dengan peringkat tertinggi, adapun wilayah
tersebut hanya diduduki oleh Kota Banda Aceh.
4.2.5 Pengelompokan Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh
Tahun 2013
Pada dasarnya pengelompokan objek dengan menggunakan
metode penggerombolan non-hirarki untuk melihat jarak antar
objek, yaitu adalah 23 kabupaten/kota di Provinsi Aceh berdasarkan
jumlah pekerja miskin, angka realisasi zakat, angka harapan hidup,
angka melek huruf, rata-rata lama sekolah dan pengeluaran
perkapita. Apabila nilai jarak untuk setiap objek kecil, maka akan
dikelompokkan menjadi satu gerombol (cluster). Dengan
menggunakan software R 3.3 diperoleh output sebagai berikut:
Dendogram Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh
Tahun 2013
Keterangan
1. Simeulu
2. Aceh Singkil
3. Aceh Selatan
4. Aceh Tenggara
5. Aceh Timur
6. Aceh Tengah
7. Aceh Barat
8. Aceh Besar
9. Pidie
10. Bireun
11. Aceh Utara
12. Abdya
13. Gayo Lues
14. Aceh Tamiang
15. Nagan Raya
16. Aceh Jaya
17. Bener Meriah
18. Pidie Jaya
19. Banda Aceh
20. Sabang
21. Langsa
22. Lhokseumawe
23. Subulussalam
Gambar 4.13
Dendogram 23 Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh Tahun 2013
Hasil analisis cluster untuk data rata-rata 23 kabupaten/kota
berdasarkan jumlah pekerja miskin, angka realisasi zakat, angka
82
harapan hidup, angka melek huruf, rata-rata lama sekolah dan
pengeluaran perkapita tahun 2013 yaitu:
1. Cluster I yaitu Kabupaten Simeulue, Kabupaten Aceh
Tenggara dan Kabupaten Nagan Raya
2. Cluster II yaitu Kabupaten Aceh Singkil, Kabupaten Aceh
Selatan, Kabupaten Aceh Timur, Kabupaten Pidie,
Kabupaten Bireun, Kabupaten Aceh Utara, Kabupaten Aceh
Barat Daya, Kabupaten Gayo Lues, Kabupaten Aceh
Tamiang, Kabupaten Aceh Jaya, Kabupaten Pidie Jaya, Kota
Langsa, Kota Lhokseumawe dan Kota Subulussalam
3. Cluster III yaitu Kabupaten Aceh Tengah, Kabupaten Aceh
Barat, Kabupaten Aceh Besar dan Kabupaten Bener Meriah
4. Cluster IV yaitu Kota Banda Aceh
5. Cluster V yaitu Kota Sabang
Jumlah kabupaten/kota di Provinsi Aceh yang masuk
kedalam cluster kemudian diperingkatkan dengan menggunakan
software SPSS dengan instrumen statistik yang terdiri dari median,
mean, nilai maksimum dan nilai minimum dari pada tiap variabel
diperoleh output sebagai berikut:
83
Gambar 4.14
Median, mean, nilai maksimum dan nilai minimum cluster
Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh Tahun 2013
Dengan menggunakan metode voting maka didapati
peringkat 1 adalah cluster IV, peringat 2 adalah cluster V, peringkat
3 adalah cluster III, peringkat 4 adalah cluster I dan peringkat 5
adalah cluster II.
4.2.6 Visualisasi Hasil Pengelompokan Kabupaten/Kota di
Provinsi Aceh Berdasarkan Peringkat Tahun 2013
Kabupaten/kota telah digerombolkan menjadi 5 cluster
berdasarkan jumlah pekerja miskin, angka realisasi zakat, angka
84
harapan hidup, angka melek huruf, rata-rata lama sekolah dan
pengeluaran perkapita tahun 2013. Kelima cluster tersebut
diperingkatkan berdasarkan 4 nilai statistik dari peringkat 1 sampai
peringkat 5. Perbedaan dari tiap cluster divisualisasikan dengan peta
kabupaten/kota di Provinsi Aceh berikut ini:
Gambar 4.15
Peringkat Cluster Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh Tahun
2013
Gambar 4.15 menampilkan bahwa Provinsi Aceh tahun 2013
dominan diduduki kabupaten/kota yang berada pada peringkat 5.
Kabupaten/kota yang berwarna merah adalah wilayah dengan
peringkat terendah berdasarkan pengelompokan 6 variabel yang
diteliti, adapun wilayah tersebut meliputi Aceh Singkil, Aceh
Selatan, Aceh Timur, Pidie, Bireun, Aceh Utara, Abdya, Gayo Lues,
Aceh Tamiang, Aceh Jaya, Pidie Jaya, Langsa, Lhokseumawe dan
85
Subulussalam. Sedangkan wilayah yang berwarna hijau adalah
wilayah dengan peringkat tertinggi, adapun wilayah tersebut hanya
diduduki oleh Kota Banda Aceh.
4.2.7 Pengelompokan Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh
Tahun 2014
Pada dasarnya pengelompokan objek dengan menggunakan
metode penggerombolan non-hirarki untuk melihat jarak antar
objek, yaitu adalah 23 kabupaten/kota di Provinsi Aceh berdasarkan
jumlah pekerja miskin, angka realisasi zakat, angka harapan hidup,
angka melek huruf, rata-rata lama sekolah dan pengeluaran
perkapita. Apabila nilai jarak untuk setiap objek kecil, maka akan
dikelompokkan menjadi satu gerombol (cluster). Dengan
menggunakan software R 3.3 diperoleh output sebagai berikut:
Dendogram Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh
Tahun 2014
Keterangan
1. Simeulu
2. Aceh Singkil
3. Aceh Selatan
4. Aceh Tenggara
5. Aceh Timur
6. Aceh Tengah
7. Aceh Barat
8. Aceh Besar
9. Pidie
10. Bireun
11. Aceh Utara
12. Abdya
13. Gayo Lues
14. Aceh Tamiang
15. Nagan Raya
16. Aceh Jaya
17. Bener Meriah
18. Pidie Jaya
19. Banda Aceh
20. Sabang
21. Langsa
22. Lhokseumawe
23. Subulussalam
Gambar 4.16
Dendogram 23 Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh Tahun 2014
86
Hasil analisis cluster untuk data rata-rata 23 kabupaten/kota
berdasarkan jumlah pekerja miskin, angka realisasi zakat, angka
harapan hidup, angka melek huruf, rata-rata lama sekolah dan
pengeluaran perkapita tahun 2014 yaitu:
1. Cluster I yaitu Kabupaten Simeulue, Kabupaten Aceh Barat,
Kabupaten Aceh Besar, Kota Lhokseumawe dan Kota
Subulussalam
2. Cluster II yaitu Kabupaten Aceh Singkil, Kabupaten Aceh
Timur, Kabupaten Pidie, Kabupaten Bireun, Kabupaten
Gayo Lues, Kabupaten Aceh Tamiang, Kabupaten Pidie Jaya
dan Kota Sabang
3. Cluster III yaitu Kabupaten Aceh Selatan, Kabupaten Aceh
Barat Daya dan Kabupaten Aceh Jaya
4. Cluster IV yaitu Kabupaten Aceh Tenggara, Kabupaten
Aceh Utara, Kabupaten Nagan Raya dan Kota Langsa
5. Cluster V yaitu Kabupaten Aceh Tengah, Kabupaten Bener
Meriah dan Kota Banda Aceh
Jumlah kabupaten/kota di Provinsi Aceh yang masuk
kedalam cluster kemudian diperingkatkan dengan menggunakan
software SPSS dengan instrumen statistik yang terdiri dari median,
mean, nilai maksimum dan nilai minimum dari pada tiap variabel
diperoleh output sebagai berikut:
87
Gambar 4.17
Median, mean, nilai maksimum dan nilai minimum cluster
Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh Tahun 2014
Dengan menggunakan metode voting maka didapati
peringkat 1 adalah cluster V, peringat 2 adalah cluster IV, peringkat
3 adalah cluster I, peringkat 4 adalah cluster II dan peringkat 5
adalah cluster III.
4.2.8 Visualisasi Hasil Pengelompokan Kabupaten/Kota di
Provinsi Aceh Berdasarkan Peringkat Tahun 2014
Kabupaten/kota telah digerombolkan menjadi 5 cluster
berdasarkan jumlah pekerja miskin, angka realisasi zakat, angka
88
harapan hidup, angka melek huruf, rata-rata lama sekolah dan
pengeluaran perkapita tahun 2014. Kelima cluster tersebut
diperingkatkan berdasarkan 4 nilai statistik dari peringkat 1 sampai
peringkat 5. Perbedaan dari tiap cluster divisualisasikan dengan peta
kabupaten/kota di Provinsi Aceh berikut ini:
Gambar 4.18
Peringkat Cluster Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh Tahun
2014
Gambar 4.18 menampilkan bahwa Provinsi Aceh tahun 2014
dominan diduduki kabupaten/kota yang berada pada peringkat 4.
Kabupaten/kota yang berwarna merah adalah wilayah dengan
peringkat terendah berdasarkan pengelompokan 6 variabel yang
diteliti, adapun wilayah tersebut meliputi Aceh Selatan, Aceh Barat
Daya dan Aceh Jaya. Sedangkan wilayah yang berwarna hijau
89
adalah wilayah dengan peringkat tertinggi, adapun wilayah tersebut
adalah Aceh Tengah, Bener Meriah dan Banda Aceh.
4.2.9 Pengelompokan Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh
Tahun 2015
Pada dasarnya pengelompokan objek dengan menggunakan
metode penggerombolan non-hirarki untuk melihat jarak antar
objek, yaitu adalah 23 kabupaten/kota di Provinsi Aceh berdasarkan
jumlah pekerja miskin, angka realisasi zakat, angka harapan hidup,
angka melek huruf, rata-rata lama sekolah dan pengeluaran
perkapita. Apabila nilai jarak untuk setiap objek kecil, maka akan
dikelompokkan menjadi satu gerombol (cluster). Dengan
menggunakan software R 3.3 diperoleh output sebagai berikut:
Dendogram Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh
Tahun 2015
Keterangan
1. Simeulu
2. Aceh Singkil
3. Aceh Selatan
4. Aceh Tenggara
5. Aceh Timur
6. Aceh Tengah
7. Aceh Barat
8. Aceh Besar
9. Pidie
10. Bireun
11. Aceh Utara
12. Abdya
13. Gayo Lues
14. Aceh Tamiang
15. Nagan Raya
16. Aceh Jaya
17. Bener Meriah
18. Pidie Jaya
19. Banda Aceh
20. Sabang
21. Langsa
22. Lhokseumawe
23. Subulussalam
Gambar 4.19
Dendogram 23 Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh Tahun 2015
90
Hasil analisis cluster untuk data rata-rata 23 kabupaten/kota
berdasarkan jumlah pekerja miskin, angka realisasi zakat, angka
harapan hidup, angka melek huruf, rata-rata lama sekolah dan
pengeluaran perkapita tahun 2015 yaitu:
1. Cluster I yaitu Kabupaten Simeulue, Kabupaten Aceh
Tenggara, Kabupaten Aceh Utara, Kabupaten Aceh Barat
Daya, Kabupaten Gayo Lues, Kabupaten Aceh Tamiang,
Kabupaten Nagan Raya, Kabupaten Aceh Jaya dan
Kabupaten Pidie Jaya
2. Cluster II yaitu Kabupaten Aceh Singkil, Kabupaten Aceh
Selatan, Kabupaten Aceh Timur, Kabupaten Aceh Barat,
Kabupaten Pidie dan Kabupaten Bireun
3. Cluster III yaitu Kabupaten Aceh Tengah, Kabupaten Bener
Meriah, Kota Banda Aceh dan Kota Sabang
4. Cluster IV yaitu Kabupaten Aceh Besar, Kota Lhokseumawe
dan Kota Subulussalam
5. Cluster V yaitu Kota Langsa
Jumlah kabupaten/kota di Provinsi Aceh yang masuk
kedalam cluster kemudian diperingkatkan dengan menggunakan
software SPSS dengan instrumen statistik yang terdiri dari median,
mean, nilai maksimum dan nilai minimum dari pada tiap variabel
diperoleh output sebagai berikut:
91
Gambar 4.20
Median, mean, nilai maksimum dan nilai minimum cluster
Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh Tahun 2015
Dengan menggunakan metode voting maka didapati
peringkat 1 adalah cluster V, peringat 2 adalah cluster III, peringkat
3 adalah cluster IV, peringkat 4 adalah cluster I dan peringkat 5
adalah cluster II.
4.2.10 Visualisasi Hasil Pengelompokan Kabupaten/Kota di
Provinsi Aceh Berdasarkan Peringkat Tahun 2015
Kabupaten/kota telah digerombolkan menjadi 5 cluster
berdasarkan jumlah pekerja miskin, angka realisasi zakat, angka
harapan hidup, angka melek huruf, rata-rata lama sekolah dan
92
pengeluaran perkapita tahun 2015. Kelima cluster tersebut
diperingkatkan berdasarkan 4 nilai statistik dari peringkat 1 sampai
peringkat 5. Perbedaan dari tiap cluster divisualisasikan dengan peta
kabupaten/kota di Provinsi Aceh berikut ini:
Gambar 4.21
Peringkat Cluster Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh Tahun
2015
Gambar 4.21 menampilkan bahwa Provinsi Aceh tahun 2015
dominan diduduki kabupaten/kota yang berada pada peringkat 4.
Kabupaten/kota yang berwarna merah adalah wilayah dengan
peringkat terendah berdasarkan pengelompokan 6 variabel yang
diteliti, adapun wilayah tersebut meliputi Aceh Singkil, Aceh
Selatan, Aceh Timur, Aceh Barat, Pidie dan Bireun. Sedangkan
wilayah yang berwarna hijau adalah wilayah dengan peringkat
tertinggi, adapun wilayah tersebut hanya diduduki oleh Kota Langsa.
93
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Penelitian ini secara umum menginterpretasikan kondisi
kesejahteraan sumber daya manusia (SDM) melalui hasil analisis
cluster pada 23 kabupaten/kota di Provinsi Aceh berdasarkan data
rata-rata jumlah pekerja miskin, angka realisasi zakat, persentase
angka harapan hidup, persentase angka melek huruf, persentase rata-
rata lama sekolah dan persentase pengeluaran perkapita tahun 2011-
2015. Metode hierarchical clustering menghasilkan 5 cluster
dengan jumlah kabupaten/kota yang diperingkat menjadi peringkat
1,2,3,4 dan 5.
Melihat pergeseran wilayah melalui analisis visual terhadap
output cluster untuk data rata-rata 23 kabupaten/kota di Provinsi
Aceh dalam kurun waktu 2011-2015 menunjukkan tren yang sama,
yakni menampilkan bahwa Kota Banda Aceh membentuk kelompok
pencilan yang mencirikan karakteristik Kota Banda Aceh terhadap
variabel jumlah pekerja miskin, angka realisasi zakat, persentase
angka harapan hidup, persentase angka melek huruf, persentase rata-
rata lama sekolah dan persentase pengeluaran perkapita lebih unggul
dan berbeda dengan kabupaten/kota lainnya yang ada di Provinsi
Aceh. Kota Langsa menjadi daerah di Provinsi Aceh yang dianggap
sukses dalam membangun kesejahteraan SDM karena berhasil
merangkak maju dari peringkat cluster terendah hingga ke peringkat
94
cluster tertinggi. Secara umum kabupaten/kota di Provinsi Aceh dari
rentang tahun 2011-2015 memiliki tingkat kesejahteraan SDM yang
berada dalam rentang peringkat menengah kebawah. Tahun 2014
merupakan periode yang menampilkan adanya perubahan positif
yang terbukti berdasarkan peta visual yang menunjukkan hanya 3
(tiga) daerah saja yang masuk kedalam zona merah yaitu Kabupaten
Aceh Selatan, Kabupaten Aceh Barat Daya dan Kabupaten Aceh
Jaya. Kabupaten/kota yang menempati peringkat terendah sebanyak
3 (tiga) kali atau lebih dalam kurun waktu 2011-2015 yaitu
Kabupaten Aceh Selatan, Kabupaten Aceh Timur, Kabupaten Pidie,
Kabupaten Bireun, Kabupaten Aceh Barat Daya, Kabupaten Aceh
Jaya dan Subulussalam.
5.2 Saran
Perubahan kelompok kabupaten/kota di Provinsi Aceh setiap
tahunnya yang bersifat fluktuatif dan kurang merata terhadap daerah
yang berada diperingkat menengah keatas menandakan perlu adanya
perhatian khusus dari pemerintah terhadap daerah yang tertinggal.
Aceh memiliki sumber daya alam yang melimpah dengan kekayaan
minyak bumi dan gas alam serta kekayaan hutannya yang terbentang
sepanjang jajaran Bukit Barisan dari Kabupaten Aceh Tenggara
sampai Kabupaten Aceh Jaya. Aceh juga terkenal dengan kekayaan
seni budaya dan kekhasannya terhadap semangat syiar Islam dalam
berbagai sendi kehidupan dan kebangsaan sehingga menjadikan
Aceh sebagai salahsatu poros pembangunan ekonomi halal.
Semangat pembangunan ekonomi halal di Aceh bari berbagai sektor
95
perekonomian baik dari sektor keuangan, perbankan, industri,
pertambangan sampai pariwisata secara langsung maupun tidak
langsung akan membutuhkan pekerja yang berkualitas sehingga
pemerintah perlu melakukan pembangunan serta peningkatan
perlindungan dan kesejahteraan terhadap sumber daya manusia di
Provinsi Aceh.
Pembangunan serta peningkatan perlindungan dan
kesejahteraan sumber daya manusia di Provinsi Aceh dapat dimulai
dalam cita-cita untuk menekan angka pekerja miskin dengan
mengoptimalkan pendistribusian zakat yang tepat sasaran terkhusus
terhadap para pekerja dengan status ekonomi yang masuk kedalam
kondisi miskin. Pemerintah harus menyiapkan sumber daya manusia
yang siap baik dari segi ekonomi dan kemampuan dalam
pengelolaan sumber daya alam di Provinsi Aceh, untuk itu
pemerintah dalam hal ini perlu meningkatkan kapabilitas dasar
manusia yang direfleksikan dari komponen indeks pembangunan
manusia.
Penelitian ini menggunakan metode cluster yang dapat
dipakai untuk penelitian yang serupa. Hasil penelitian ini
memberikan simpulan adanya pengaruh spasial suatu daerah
terhadap daerah lainnya. Peneliti selajutnya untuk dapat melakukan
analisis spasial secara mendalam.
96
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qardhawi, Y. (2005). Spektrum Zakat Dalam Membangun
Ekonomi Kerakyatan. Jakarta: Zikrul Hakim.
---------------------, (2007). Hukum Zakat. Jakarta: Pustaka Litera
Antarnusa.
Anuraga, G. (2015). Hierarchical Clustering Multiscale Bootstrap
untuk Pengelompokan Kemiskinan di Jawa Timur.
Stastitika, Vol. 1, No. 3.
Beik, I. S. (2009). Analisis Peran Zakat dalam Mengurangi
Kemiskinan: Studi Kasus Dompet Dhuafa Republika. Jurnal
Pemikiran dan Gagasan, Vol II.
BPS. (2015). Data dan Informasi Kemiskinan Kabupaten Kota.
BPS.
------, (2016). Data dan Informasi Kemiskinan Kabupaten Kota.
BPS.
------, (2016). Indikator Tenaga Kerja Provinsi Aceh Agustus 2016.
Aceh: BPS Provinsi Aceh.
------, (2017). Keadaan Angkatan Kerja di Indonesia Februari 2017.
Jakarta: Badan Pusat Statistik.
------, (2017). Provinsi Aceh Dalam Angka. Banda Aceh: BPS.
Chaudry, M. S. (2012). Sistem Ekonomi Islam: Prinsip Dasar
(Fundamental Of Islamic Economics Sistem) Edisi Pertama.
Jakarta: Kencana Prenda Media Group.
Dillon., W. d. (1984). Multivariate Analysis. Methods dan
Applications John Wiley dan Sons, Singapore.
97
El-Din, S. I. (1986). Allocative and Stabilizing Functions of Zakat
in an Economy. Journal of Islamic Banking and Finance,
3:4.
Firmansyah. (2013). Zakat as An Instrument for Poverty and
Inequality Reduction. Jurnal Ekonomi dan Pembangunan,
Vol 21, No. 2.
Hafidhuddin, D. (2002). Zakat dalam Perekonomian Modern.
Jakarta: Gema Insani Pers.
Haq, H. (2007). Al-Syathibi Aspek Teologis Konsep Mashlahah
dalam Kitab Al-Muwafaqat. Jakarta: Erlangga.
Kasri, R. A. (2016). Effectiveness Of Zakah Targeting In Alleviating
Poverty In Indonesia. Al-Iqtishadi Journal of Islamic
Economics, 169-186.
Kumalasari, M. (2011). Analisis Pertumbuhan Ekonomi, Angka
Harapan Hidup, Angka Melek Huruf, Rata-rata Lama
Sekolah, Pengeluaran Perkapita dan Jumlah Penduduk
terhadap Tingkat Kemiskinan di Jawa Tengah. FEB
Universitas Diponegoro Semarang.
Mattjik, A. S. (2002). Aplikasi Analisis Peubah Ganda. Depdiknas
Bogor.
Nasir, M. S. (2008). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kemiskinan Rumah Tangga Di Kabupaten Purworejo.
Jurnal Eksekutif, Vol. 5 No.4.
Nengsih, W. (2014). Tentang Descriptive Modelling Menggunakan
K-Means untuk Pengclusteran Tingkat Kemiskinan di
Propinsi Riau. Politeknik Caltex Riau.
98
Nurmainah, S. (2013). Analisis Pengaruh Belanja Modal Pemerintah
Daerah ,Tenaga Kerja Terserap dan Indeks Pembangunan
Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan
(Studi Kasus 35 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah).
Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE), 131-141.
Nuruddin. (2006). Zakat Sebagai Instrumen Dalam Kebijakan
Fiskal. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
P3EI, P. P. (2013). Ekonomi Islam. Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada.
Paramartha, G. N. (2017). Analisis Perbandingan Metode K-Means
Dengan Improved Semi-Supervised K-Means Pada Data
Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Jurnal
Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer,
Vol. 1, hlm. 813-824.
Permana, A. Y. (2012). Analisis Pengaruh PDRB, Pengangguran,
Pendidikan Dan Kesehatan Terhadap Kemiskinan Di Jawa
Tengah Tahun 2004-2009.
Prastyo, A. A. (2010). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Tingkat Kemiskinan.
Putra, W. A. (2011). Analisis Pengaruh Jumlah Penduduk, Pdrb,
Ipm, Pengangguran Terhadap Tingkat Kemiskinan Di
Kabupaten/Kota Jawa Tengah.
Sinaga, R. K. (2004). Dampak Investasi Sumber Daya Manusia
terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan di
Indonesia: Pendekatan Model Computable General
Equilibrium. e-journal UNUD.
Subandi. (2016). Ekonomi Pembangunan. Bandung: Alfabeta.
99
Sukirno, S. (2004). Makroekonomi Teori Pengantar, Edisi Ketiga.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Sukmaraga, P. (2011). Analisis Pengaruh Indeks Pembangunan
Manusia, Pdrb Per Kapita, Dan Jumlah Pengangguran
Terhadap Jumlah Penduduk Miskin Di Provinsi Jawa
Tengah.
Suliswanto, M. S. (2010). Pengaruh Produk Domestik Bruto (PDB)
dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Terhadap Angka
Kemiskinan di Indonesia. Jurnal Ekonomi Pembangunan,
Vol. 8 No. 2.
Suryawati, C. (2005). Memahami Kemiskinan Secara
Multidimensional. Vol. 08 No. 03.
Todaro, M. P. (2003). Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga.
Jakarta: Erlangga.
Widodo, R. P. (2017). Analisis Hierarchical Clustering untuk
Pengelompokkan Kabupaten/Kota di Jawa Tengah
Berdasarkan Indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
tahun 2015. Prosiding Seminar Nasional Integrasi
Matematika dan Nilai Islami, Vol 1 No. 1.
Yulmardi, R. D. (2015). Kinerja Pembangunan Daerah
Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi. Jurnal Perspektif
Pembiayaan dan Pembangunan Daerah, Vol. 2 No. 3.
Zulhilmi, J. S. (2015). Pengantar Metodologi Islam Merintis Jalan
Menuju Social Wellbeing. Jawa Tengah: Wellbeing Institute.
100
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Data persentase pekerja miskin
No Kab/kota 2011 2012 2013 2014 2015 Rata-rata
1 Simeulu 58.86 59.70 70.22 46.10 49.52 56.88
2 Aceh Singkil 25.87 33.35 39.40 38.86 40.30 35.56
3 Aceh Selatan 39.47 51.27 53.59 43.61 38.73 45.33
4 Aceh Tenggara 61.47 58.06 65.07 59.06 63.46 61.42
5 Aceh Timur 52.27 43.09 31.04 42.01 48.41 43.36
6 Aceh Tengah 74.26 65.78 74.65 70.39 73.66 71.75
7 Aceh Barat 33.94 35.58 45.76 41.81 47.80 40.98
8 Aceh Besar 40.70 34.00 43.40 46.12 37.54 40.35
9 Pidie 54.23 51.60 39.94 54.07 37.01 47.37
10 Bireun 27.83 36.97 37.13 36.90 36.83 35.13
11 Aceh Utara 44.16 31.77 33.40 33.96 51.63 38.98
12 Abdya 32.23 38.68 39.56 32.25 47.72 38.09
13 Gayo Lues 78.51 70.93 76.86 68.61 72.46 73.47
14 Aceh Tamiang 32.88 32.14 35.35 31.08 35.27 33.34
15 Nagan Raya 39.65 59.25 36.85 36.08 45.21 43.41
16 Aceh Jaya 40.55 54.26 40.03 30.82 67.68 46.67
17 Bener Meriah 62.12 68.41 73.45 71.83 71.72 69.51
18 Pidie Jaya 45.31 43.25 49.34 36.97 44.49 43.87
19 Banda Aceh 24.53 25.97 24.15 24.29 25.52 24.89
20 Sabang 25.53 26.36 21.78 25.48 42.06 28.24
21 Langsa 25.45 21.53 37.07 21.26 32.49 27.56
22 Lhokseumawe 20.32 27.79 21.23 29.62 34.98 26.79
23 Subulussalam 34.68 41.57 47.39 43.41 41.98 41.81
Aceh 42.38 43.97 45.07 41.94 47.24 44.12
Persentase Pekerja Miskin Kabupaten/Kota di Povinsi Aceh 2011-2015
101
Lampiran 2: Data zakat perkapita
No Kab/kota 2011 2012 2013 2014 2015 Rata-rata
1 Simeulu 14493.28 13567.48 13547.08 39441.54 20928.11 20395.50
2 Aceh Singkil 13029.57 4963.11 7966.89 8348.35 10566.02 8974.79
3 Aceh Selatan 7354.74 7474.82 9366.65 12173.35 1647.27 7603.37
4 Aceh Tenggara 10922.52 6960.77 16692.87 22154.88 24796.20 16305.45
5 Aceh Timur 5424.05 4849.74 5188.86 6084.94 8418.66 5993.25
6 Aceh Tengah 38164.88 26871.61 43739.41 68741.03 82172.68 51937.92
7 Aceh Barat 28137.06 35586.89 37343.53 45732.14 4906.54 30341.23
8 Aceh Besar 12921.10 28933.51 30988.61 36868.51 35914.63 29125.27
9 Pidie 1513.13 886.79 1845.24 1592.47 1560.90 1479.71
10 Bireun 7429.64 2710.42 4251.55 7250.08 7051.83 5738.70
11 Aceh Utara 7980.33 15298.90 10200.40 22578.22 22155.54 15642.68
12 Abdya 12082.81 9236.12 10137.00 13162.52 17402.55 12404.20
13 Gayo Lues 14181.83 6904.21 8850.58 9766.71 18789.38 11698.54
14 Aceh Tamiang 5031.51 4972.29 3418.81 5291.14 19944.19 7731.59
15 Nagan Raya 28699.23 20831.69 21033.24 26297.00 22179.34 23808.10
16 Aceh Jaya 12039.63 8762.11 9742.98 14700.07 20391.77 13127.31
17 Bener Meriah 38803.31 28536.83 40504.49 68740.53 67330.77 48783.19
18 Pidie Jaya 23248.57 10836.98 9347.76 1110.97 14406.43 11790.14
19 Banda Aceh 54165.48 70733.18 53556.27 61179.95 66601.89 61247.35
20 Sabang 70291.82 47422.35 70052.51 7710.83 79177.36 54930.97
21 Langsa 8513.86 10046.97 9949.36 19089.54 137448.91 37009.73
22 Lhokseumawe 18693.31 11154.68 7710.55 35036.54 34313.13 21381.64
23 Subulussalam 9954.34 13226.70 1423.56 40360.70 39566.24 20906.31
Aceh 19264.17 16989.92 18559.05 24930.96 32942.19 22537.26
Jumlah Zakat Perkapita Kabupaten/Kota di Povinsi Aceh 2011-2015
102
Lampiran 3: Data angka harapan hidup
No Kab/kota 2011 2012 2013 2014 2015 Rata-rata
1 Simeulu 64.15 64.22 64.23 64.24 64.66 64.30
2 Aceh Singkil 66.76 66.85 66.91 66.94 66.97 66.89
3 Aceh Selatan 63.03 63.12 63.16 63.18 63.64 63.23
4 Aceh Tenggara 66.93 66.96 67.03 67.07 67.40 67.08
5 Aceh Timur 67.97 68.02 68.05 68.06 68.20 68.06
6 Aceh Tengah 68.27 68.30 68.35 68.38 68.44 68.35
7 Aceh Barat 67.21 67.25 67.30 67.33 67.49 67.32
8 Aceh Besar 69.38 69.41 69.44 69.46 69.47 69.43
9 Pidie 66.20 66.25 66.27 66.28 66.46 66.29
10 Bireun 70.30 70.32 70.34 70.35 70.64 70.39
11 Aceh Utara 68.36 68.40 68.41 68.42 68.48 68.41
12 Abdya 63.55 63.63 63.69 63.72 64.20 63.76
13 Gayo Lues 64.31 64.38 64.42 64.44 64.77 64.46
14 Aceh Tamiang 68.61 68.65 68.66 68.67 68.99 68.72
15 Nagan Raya 68.24 68.26 68.28 68.29 68.59 68.33
16 Aceh Jaya 66.35 66.39 66.45 66.48 66.63 66.46
17 Bener Meriah 69.56 68.58 68.62 68.64 68.79 68.84
18 Pidie Jaya 69.05 69.07 69.11 69.13 69.49 69.17
19 Banda Aceh 70.74 70.76 70.79 70.80 70.89 70.80
20 Sabang 69.54 69.54 69.54 69.54 69.93 69.62
21 Langsa 68.70 68.75 68.78 68.79 68.94 68.79
22 Lhokseumawe 70.57 70.56 70.61 70.62 70.96 70.66
23 Subulussalam 62.83 62.83 62.86 62.87 63.27 62.93
Aceh 67.42 67.41 67.45 67.47 67.71 67.49
Persentase Angka Harapan Hidup Kabupaten/Kota di Povinsi Aceh 2011-2015
103
Lampiran 4: Data angka melek huruf
No Kab/kota 2011 2012 2013 2014 2015 Rata-rata
1 Simeulu 98.85 99.29 99.97 99.96 99.00 99.41
2 Aceh Singkil 93.23 92.64 94.74 96.51 97.26 94.88
3 Aceh Selatan 94.42 93.27 94.90 96.91 96.54 95.21
4 Aceh Tenggara 96.76 96.77 98.08 99.26 98.65 97.90
5 Aceh Timur 95.30 97.54 97.85 98.68 97.85 97.44
6 Aceh Tengah 98.41 98.33 98.98 99.37 99.19 98.86
7 Aceh Barat 93.76 94.96 96.63 98.41 96.32 96.02
8 Aceh Besar 96.06 95.59 96.68 98.76 98.15 97.05
9 Pidie 96.30 95.24 94.16 96.93 95.40 95.61
10 Bireun 97.24 97.65 98.25 99.09 98.69 98.18
11 Aceh Utara 95.27 96.43 97.09 98.70 97.18 96.93
12 Abdya 93.23 93.83 94.65 96.39 96.64 94.95
13 Gayo Lues 90.16 87.89 90.37 91.42 93.13 90.59
14 Aceh Tamiang 96.33 95.97 96.75 97.83 98.09 96.99
15 Nagan Raya 93.77 93.57 93.93 97.20 96.01 94.90
16 Aceh Jaya 93.31 95.30 95.67 97.40 95.98 95.53
17 Bener Meriah 96.87 97.78 98.73 98.81 99.46 98.33
18 Pidie Jaya 93.22 92.75 92.81 96.49 96.96 94.45
19 Banda Aceh 98.57 99.25 99.39 99.99 99.62 99.36
20 Sabang 96.72 98.85 98.71 98.75 98.03 98.21
21 Langsa 97.86 99.01 99.01 99.91 99.08 98.97
22 Lhokseumawe 98.29 98.17 99.41 99.84 99.70 99.08
23 Subulussalam 91.76 90.32 91.12 94.42 96.30 92.78
Aceh 95.46 95.67 96.43 97.87 97.53 96.59
Persentase Angka Melek Huruf Kabupaten/Kota di Povinsi Aceh 2011-2015
104
Lampiran 5: Data rata-rata lama sekolah
No Kab/kota 2011 2012 2013 2014 2015 Rata-rata
1 Simeulu 8.26 8.34 8.55 8.89 8.90 8.59
2 Aceh Singkil 6.86 7.16 7.33 7.48 7.50 7.27
3 Aceh Selatan 7.53 7.56 7.59 7.60 7.79 7.61
4 Aceh Tenggara 8.45 8.57 8.58 8.77 9.32 8.74
5 Aceh Timur 7.09 7.13 7.28 7.38 7.40 7.26
6 Aceh Tengah 9.13 9.19 9.25 9.31 9.65 9.31
7 Aceh Barat 7.71 7.77 7.83 8.17 8.47 7.99
8 Aceh Besar 9.44 9.45 9.46 9.61 9.91 9.57
9 Pidie 7.96 8.08 8.15 8.25 8.74 8.24
10 Bireun 8.45 8.50 8.58 8.85 9.14 8.70
11 Aceh Utara 7.39 7.69 7.83 8.06 8.07 7.81
12 Abdya 7.49 7.53 7.69 7.89 7.90 7.70
13 Gayo Lues 6.24 6.88 7.00 7.04 7.06 6.84
14 Aceh Tamiang 7.64 7.66 7.69 7.71 7.95 7.73
15 Nagan Raya 7.32 7.73 7.78 7.93 8.22 7.80
16 Aceh Jaya 7.34 7.64 7.70 7.88 7.89 7.69
17 Bener Meriah 8.22 8.63 8.93 9.00 9.42 8.84
18 Pidie Jaya 7.90 7.93 7.95 8.30 8.45 8.11
19 Banda Aceh 12.00 12.07 12.19 12.37 12.38 12.20
20 Sabang 10.12 10.16 10.21 10.35 10.37 10.24
21 Langsa 10.38 10.43 10.47 10.48 10.49 10.45
22 Lhokseumawe 10.08 10.16 10.37 10.39 10.41 10.28
23 Subulussalam 6.41 6.53 6.65 6.77 6.78 6.63
Aceh 8.24 8.38 8.48 8.63 8.79 8.50
Persentase Rata-Rata Lama Sekolah Kabupaten/Kota di Povinsi Aceh 2011-2015
105
Lampiran 6: Data pengeluaran perkapita
No Kab/kota 2011 2012 2013 2014 2015 Rata-rata
1 Simeulu 65.59 66.17 68.66 66.72 61.35 65.70
2 Aceh Singkil 67.40 68.03 69.50 67.34 62.56 66.97
3 Aceh Selatan 67.11 68.21 70.66 69.52 66.94 68.49
4 Aceh Tenggara 71.17 70.83 72.20 69.68 66.22 70.02
5 Aceh Timur 65.64 65.76 66.65 64.77 61.52 64.87
6 Aceh Tengah 62.32 61.65 63.27 62.16 58.31 61.54
7 Aceh Barat 63.82 64.43 63.99 63.25 57.53 62.60
8 Aceh Besar 62.25 62.51 63.97 60.84 60.22 61.96
9 Pidie 69.97 67.51 69.04 66.04 64.34 67.38
10 Bireun 68.28 67.64 67.66 66.68 63.03 66.66
11 Aceh Utara 66.49 64.93 66.99 67.11 66.46 66.40
12 Abdya 67.32 67.62 66.30 66.12 64.99 66.47
13 Gayo Lues 68.27 65.97 65.98 65.47 63.01 65.74
14 Aceh Tamiang 63.06 63.95 64.53 61.11 61.34 62.80
15 Nagan Raya 68.06 69.50 67.05 62.81 61.20 65.72
16 Aceh Jaya 66.65 67.37 67.55 67.07 66.90 67.11
17 Bener Meriah 65.40 63.71 64.42 62.66 61.74 63.59
18 Pidie Jaya 67.12 65.86 65.92 67.05 64.65 66.12
19 Banda Aceh 47.77 52.25 48.09 47.26 44.12 47.90
20 Sabang 66.75 63.68 65.06 62.57 57.74 63.16
21 Langsa 57.23 58.42 57.90 56.85 53.70 56.82
22 Lhokseumawe 59.42 57.42 58.67 56.50 55.71 57.54
23 Subulussalam 68.10 68.48 68.92 65.83 63.84 67.03
Aceh 65.01 64.87 65.35 63.71 61.19 64.03
Persentase Pengeluaran Perkapita Kabupaten/Kota di Povinsi Aceh 2011-2015
106
Lampiran 7: Output R. 3.3. hasil Cluster
1. Tahun 2011 2011 > H.fit <- hclust(d, method="complete") > groups <- cutree(H.fit, k=5) > table(groups) groups 1 2 3 4 5 15 2 4 1 1 > groups [1] 1 1 1 1 1 2 3 1 1 1 1 1 1 1 3 1 2 3 4 5 1 3 1 > plot(H.fit)
107
2. Tahun 2012
2012
> H.fit <- hclust(d, method="complete") > groups <- cutree(H.fit, k=5) > table(groups) groups 1 2 3 4 5 4 13 4 1 1 > groups [1] 1 2 2 2 2 3 3 3 2 2 1 2 2 2 1 2 3 2 4 5 2 2 1
108
3. Tahun 2013
2013
H.fit <- hclust(d, method="complete") > groups <- cutree(H.fit, k=5) > table(groups) groups 1 2 3 4 5 3 14 4 1 1 > groups [1] 1 2 2 1 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 1 2 3 2 4 5 2 2 2 > plot(H.fit)
109
4. Tahun 2014
2014
groups <- cutree(H.fit, k=5) > table(groups) groups 1 2 3 4 5 5 8 3 4 3 > groups [1] 1 2 3 4 2 5 1 1 2 2 4 3 2 2 4 3 5 2 5 2 4 1 1 > plot(H.fit)
110
5. Tahun 2015
2015
> table(groups) groups 1 2 3 4 5 9 6 4 3 1 > groups [1] 1 2 2 1 2 3 2 4 2 2 1 1 1 1 1 1 3 1 3 3 5 4 4 > plot(H.fit)
116
Lampiran 9: Hasil voting peringkat
1. Tahun 2011
Cluster 1 Cluster 2 Cluster 3 Cluster 4 Cluster 5
X1 40.5500 68.1900 36.7950 24.5300 25.5300
X2 9954.3400 38484.0950 25692.8150 54165.4800 70291.8200
X3 66.7600 68.9150 68.6450 70.7400 69.5400
X4 95.3000 97.6400 93.7650 98.5700 96.7200
X5 7.5300 8.6750 7.8050 12.0000 10.1200
X6 67.1100 63.8600 65.4700 47.7700 66.7500
X1 43.2773 68.1900 34.8050 24.5300 25.5300
X2 9524.8227 38484.0950 24694.5425 54165.4800 70291.8200
X3 66.4953 68.9150 68.7675 70.7400 69.5400
X4 95.0720 97.6400 94.7600 98.5700 96.7200
X5 7.7953 8.6750 8.2525 12.0000 10.1200
X6 66.3020 63.8600 64.6050 47.7700 66.7500
X1 78.51 74.26 45.31 24.53 25.53
X2 14493.28 38803.31 28699.23 54165.48 70291.82
X3 70.30 69.56 70.57 70.74 69.54
X4 98.85 98.41 98.29 98.57 96.72
X5 10.38 9.13 10.08 12.00 10.12
X6 71.17 65.40 68.06 47.77 66.75
X1 25.45 62.12 20.32 24.53 25.53
X2 1513.13 38164.88 18693.31 54165.48 70291.82
X3 62.83 68.27 67.21 70.74 69.54
X4 90.16 96.87 93.22 98.57 96.72
X5 6.24 8.22 7.32 12.00 10.12
X6 57.23 62.32 59.42 47.77 66.75
Median
Mean
Maksimum
Minimum
117
2. Tahun 2012
Cluster 1 Cluster 2 Cluster 3 Cluster 4 Cluster 5
X1 58.6550 38.6800 50.6800 25.9700 26.3600
X2 13397.0900 7474.8200 28735.1700 70733.1800 47422.3500
X3 65.5900 68.0200 68.4400 70.7600 69.5400
X4 95.1700 95.3000 96.6850 99.2500 98.8500
X5 8.0350 7.6600 8.9100 12.0700 10.1600
X6 68.9900 65.9700 63.1100 52.2500 63.6800
X1 54.6450 41.2792 50.9425 25.9700 26.3600
X2 13646.6600 7545.9338 29982.2100 70733.1800 47422.3500
X3 65.5675 67.2608 68.3850 70.7600 69.5400
X4 94.9875 95.0531 96.6650 99.2500 98.8500
X5 7.7925 8.0269 8.7600 12.0700 10.1600
X6 68.7450 65.2838 63.0750 52.2500 63.6800
X1 59.70 70.93 68.41 25.97 26.36
X2 20831.69 15298.90 35586.89 70733.18 47422.35
X3 68.26 70.56 69.41 70.76 69.54
X4 99.29 99.01 98.33 99.25 98.85
X5 8.57 10.43 9.45 12.07 10.16
X6 70.83 68.21 64.43 52.25 63.68
X1 41.57 21.53 34.00 25.97 26.36
X2 6960.77 886.79 26871.61 70733.18 47422.35
X3 62.83 63.12 67.25 70.76 69.54
X4 90.32 87.89 94.96 99.25 98.85
X5 6.53 6.88 7.77 12.07 10.16
X6 66.17 57.42 61.65 52.25 63.68
Median
Mean
Maksimum
Minimum
118
3. Tahun 2013
Cluster 1 Cluster 2 Cluster 3 Cluster 4 Cluster 5
X1 65.0700 39.4800 59.6050 24.1500 21.7800
X2 16692.8700 8408.7350 38924.0100 53556.2700 70052.5100
X3 67.0300 67.4800 68.4850 70.7900 69.5400
X4 98.0800 95.2850 97.7050 99.3900 98.7100
X5 8.5500 7.6950 9.0900 12.1900 10.2100
X6 68.6600 66.8200 63.9800 48.0900 65.0600
X1 57.3800 41.5236 59.3150 24.1500 21.7800
X2 17091.0633 7100.0136 38144.0100 53556.2700 70052.5100
X3 66.5133 66.9800 68.4275 70.7900 69.5400
X4 97.3267 95.4843 97.7550 99.3900 98.7100
X5 8.3033 8.0200 8.8675 12.1900 10.2100
X6 69.3033 66.1621 63.9125 48.0900 65.0600
X1 70.22 76.86 74.65 24.15 21.78
X2 21033.24 10200.40 43739.41 53556.27 70052.51
X3 68.28 70.61 69.44 70.79 69.54
X4 99.97 99.41 98.98 99.39 98.71
X5 8.58 10.47 9.46 12.19 10.21
X6 72.20 70.66 64.42 48.09 65.06
X1 36.85 21.23 43.40 24.15 21.78
X2 13547.08 1423.56 30988.61 53556.27 70052.51
X3 64.23 62.86 67.30 70.79 69.54
X4 93.93 90.37 96.63 99.39 98.71
X5 7.78 6.65 7.83 12.19 10.21
X6 67.05 57.90 63.27 48.09 65.06
Median
Mean
Maksimum
Minimum
119
4. Tahun 2014
Cluster 1 Cluster 2 Cluster 3 Cluster 4 Cluster 5
X1 43.4100 37.9150 32.2500 35.0200 70.3900
X2 39441.5400 6667.5100 13162.5200 22366.5500 68740.5300
X3 67.3300 68.3650 63.7200 68.3550 68.6400
X4 98.7600 97.3800 96.9100 98.9800 99.3700
X5 8.8900 7.9800 7.8800 8.4150 9.3100
X6 63.2500 65.7550 67.0700 64.9600 62.1600
X1 41.4120 41.7475 35.5600 37.5900 55.5033
X2 39487.8860 5894.4363 13345.3133 22529.9100 66220.5033
X3 66.9040 67.9263 64.4600 68.1425 69.2733
X4 98.2780 96.9625 96.9000 98.7675 99.3900
X5 8.7660 8.1700 7.7900 8.8100 10.2267
X6 62.6280 65.1288 67.5700 64.1125 57.3600
X1 46.12 68.61 43.61 59.06 71.83
X2 45732.14 9766.71 14700.07 26297.00 68741.03
X3 70.62 70.35 66.48 68.79 70.80
X4 99.96 99.09 97.40 99.91 99.99
X5 10.39 10.35 7.89 10.48 12.37
X6 66.72 67.34 69.52 69.68 62.66
X1 29.62 25.48 30.82 21.26 24.29
X2 35036.54 1110.97 12173.35 19089.54 61179.95
X3 62.87 64.44 63.18 67.07 68.38
X4 94.42 91.42 96.39 97.20 98.81
X5 6.77 7.04 7.60 7.93 9.00
X6 56.50 61.11 66.12 56.85 47.26
Median
Mean
Maksimum
Minimum
120
5. Tahun 2015
Cluster 1 Cluster 2 Cluster 3 Cluster 4 Cluster 5
X1 49.5200 39.5150 71.7200 37.5400 29.0050
X2 20391.7700 5979.1850 79177.3600 35914.6300 102025.4000
X3 67.4000 67.2300 68.7900 69.4700 69.9150
X4 96.9600 96.9000 99.1900 98.1500 99.3500
X5 8.0700 8.1300 9.6500 9.9100 11.4350
X6 64.6500 62.7950 58.3100 60.2200 48.9100
X1 53.0489 41.5133 62.4800 38.1667 29.0050
X2 20110.3900 5691.8700 76226.9367 36598.0000 102025.4000
X3 67.0233 67.2333 69.0533 67.9000 69.9150
X4 96.8489 97.0100 98.8933 98.0500 99.3500
X5 8.1956 8.1733 9.8133 9.0333 11.4350
X6 64.0133 62.6533 59.2633 59.9233 48.9100
X1 72.46 48.41 73.66 41.98 32.49
X2 24796.20 10566.02 82172.68 39566.24 137448.91
X3 69.49 70.64 69.93 70.96 70.89
X4 99.00 98.69 99.46 99.70 99.62
X5 9.32 9.14 10.37 10.41 12.38
X6 66.90 66.94 61.74 63.84 53.70
X1 35.27 36.83 42.06 34.98 25.52
X2 14406.43 1560.90 67330.77 34313.13 66601.89
X3 64.20 63.64 68.44 63.27 68.94
X4 93.13 95.40 98.03 96.30 99.08
X5 7.06 7.40 9.42 6.78 10.49
X6 61.20 57.53 57.74 55.71 44.12
Median
Mean
Maksimum
Minimum
Riwayat Hidup
Nama : T. Muhammad Ghufran
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat/Tanggal Lahir : Langsa, 29 Februari 1996
Status : Belum Menikah
Warga Negara : Indonesia
Suku : Aceh
Agama : Islam
Alamat : Jln. Prada Utama, Lr. Jeumpa Puteh, No. 7
Lamgugob, Kec. Syiah Kuala, Kota Banda
Aceh.
Nomor Telepon : 082322277755
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan
2002 – 2008 : SDN 11 Langsa
2008 – 2011 : MTsN Langsa
2011 – 2014 : MAN Kp. Teungoh Langsa
2014 – 2018 : UIN Ar-Raniry Banda Aceh
Pengalaman Organisasi
2015 – 2016 : Wakil Ketua Divisi Keagamaan HMP
Ekonomi Syariah
2016 – 2017 : Ketua Divisi Media HMP Ekonomi Syariah
2016 – 2017 : Ketua Departemen Media Al-Mahira
Islamic Economics Community (IEC) Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam
2016 – 2017 : Ketua Umum LDK Ar-Risalah UIN
Ar-Raniry
2017 – 2018 : Ketua Departemen Kaderisasi Al-Mahira
Islamic Economics Community (IEC) Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam
2017 – 2018 : Ketua Departemen Kaderisasi LDK Ar
Risalah UIN Ar-Raniry
2018 – 2021 : Anggota Departemen Pendidikan, Pelatihan
dan Standarisasi Kompetensi SDI MES Provinsi
Aceh