skor predikitif untuk memprediksi kejadian penyakit

46
1 LAPORAN 100 % JENIS SKEMA PENELITIAN : PENGEMBANGAN ILMU KEDOKTERAN SKOR PREDIKITIF UNTUK MEMPREDIKSI KEJADIAN PENYAKIT JANTUNG ISKEMIK PADA PEKERJA Tim Pengusul Ketua Peneliti : dr Leli Hesti Indriyati, MKK (NIDN: 3304067705) Anggota Peneliti : dr Nurhayati ,MARS dr Jono Ulomo, SpPK Nomor Surat Kontrak Penelitian : 321/F.03.07/2020 Nilai Kontrak : Rp 12.000.000 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA 2020

Upload: others

Post on 21-Mar-2022

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

LAPORAN 100 %

JENIS SKEMA PENELITIAN : PENGEMBANGAN ILMU KEDOKTERAN

SKOR PREDIKITIF UNTUK MEMPREDIKSI

KEJADIAN PENYAKIT JANTUNG ISKEMIK PADA PEKERJA

Tim Pengusul

Ketua Peneliti : dr Leli Hesti Indriyati, MKK (NIDN: 3304067705)

Anggota Peneliti : dr Nurhayati ,MARS

dr Jono Ulomo, SpPK

Nomor Surat Kontrak Penelitian : 321/F.03.07/2020

Nilai Kontrak : Rp 12.000.000

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA

2020

2

HALAMAN PENGESAHAN

Penelitian Ilmu Kedokteran

Judul Penelitian

Skor Prediktif Untuk Memprediksi Kejadian Penyakit Jantung Iskemik Pada Pekerja

Jenis Penelitian : Penelitian Ilmu Kedokteran

Ketua Peneliti : Leli Hesti Indriyati

Link Profil simakip : http://simakip.uhamka.ac.id/pengguna/show/1252

Fakultas : Fakultas Kedokteran

Anggota Peneliti : Nurhayati

Link Profil simakip :

Anggota Peneliti : Jono Ulomo

Link Profil simakip :

Waktu Penelitian : 6 Bulan

Luaran Penelitian

Luaran Wajib : Jurnal Terakreditasi Sinta 3

Status Luaran Wajib : In Review

Luaran Tambahan : Prosiding Seminar Nasional

Status Luaran Tambahan : Submitted

Mengetahui,

Ketua Program Studi Ketua Peneliti

dr. Endin Nokik Stujanna, Ph.D dr. Leli Hesti Indriyati, MKK

NIDN. 0306078805 NIDN. 3304067705

Menyetujui,

Dekan Fakultas Kedokteran Ketua Lemlitbang UHAMKA

Dr. dr. Wawang Sukarya, SpOG(K),

MARS, MHKes

Prof. Dr. Suswandari, M.Pd

NIDN. 0030064701 NIDN. 0020116601

3

4

5

ABSTRAK

Abstrak: Penyakit Jantung Iskemik (PJI) merupakan salah satu penyebab utama

morbiditas dan mortalitas di banyak negara, seperti Indonesia. Oleh karena itu, model

prediksi risiko kardiovaskular diperlukan dalam praktik klinis untuk

mengidentifikasi dan mencegah penyakit pada populasi berisiko tinggi, termasuk

populasi pekerja.

Tujuan: Penelitian ini bertujuan mengembangkan skor risiko prediktif untuk deteksi

dini kejadian PJI pada pekerja di Jakarta, Indonesia.

Pasien dan Metode: Penelitian ini menganalisis database 4100 hasil medical check

up (MCU) pekerja di Jakarta dan sekitarnya sekitar bulan Januari hingga Oktober

2019.Kami menilai beberapa faktor risiko untuk mengembangkan sistem penilaian

yang dapat digunakan sebagai alat bantu. dan metode deteksi dini dalam

menggambarkan risiko PJI pada pekerja di Jakarta, Indonesia.

Hasil: Analisis multivariat menunjukkan umur> 40 tahun (p = 0,000; OR = 5,329

(95% CI 2,621-10,833)), riwayat sesak (p = 0,000; OR = 5,699 (95% CI 2,524-

12,871) ), merokok (p = 0,048; OR = 2,007 (95% CI 1,924-4,359)) dan HDL <50 mg

/ dL (p = 0,049; OR = 1,811 (95% CI 1,099-3,281)) ditemukan sebagai prediktor

yang baik untuk mendeteksi PJI pada pekerja. Variabel-variabel ini kemudian

digabungkan untuk membuat skor prediksi untuk deteksi dini PJI pekerja. Prosedur

Receiver Operating Characteristic (ROC) menghasilkan nilai AUC sebesar 0,726

(95% CI 0,655–0,797) ( Gambar 1). Dengan memanfaatkan nilai sensitivitas dan

spesifisitas kurva AUC, kami menentukan titik potong. Skor prediktif dengan cut-off

point 2,5 memiliki sensitivitas 79,2% dan spesifisitas 66,3%.

Kesimpulan: Pekerja yang memiliki skor> 2,5 berisiko tinggi mengalami PJI di

kemudian hari. Sistem penilaian ini dapat diterapkan langsung oleh pekerja dan

perusahaan untuk mengambil langkah-langkah pencegahan dini.

Keywords: predictive risk score, ischemic heart disease, workers

6

DAFTAR ISI

LAPORAN PENELITIAN .............................................................. Error! Bookmark not defined.

LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................................................2

SURAT KONTRAK PENELITIAN ................................................ Error! Bookmark not defined.

ABSTRAK ...................................................................................... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI................................................................................... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR TABEL ........................................................................... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR GAMBAR....................................................................... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................... Error! Bookmark not defined.

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................... Error! Bookmark not defined.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................... 14

BAB 3 METODE PENELITIAN ..................................................... Error! Bookmark not defined.

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................................... 27

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN .......................................... Error! Bookmark not defined.0

BAB 6 LUARAN YANG DICAPAI .............................................. Error! Bookmark not defined.1

BAB 7 RENCANA TINDAK LANJUT DAN PROYEKSI HILIRISASIError! Bookmark not

defined.2

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 43

Lampiran......................................................................................... Error! Bookmark not defined.

7

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Prevalensi Penyakit Jantung Iskemik pada Pekerja 27

Tebel 2 Karakteristik Baseline Pekerja 27

Tabel 3 Analisa Bivariat Variabel dengan Penyakit Jantung Iskemi 29

Tabel 4 Analisa Multivariat Faktor Risiko Penyakit Jantung Iskemik

pada Pekerja

32

Tabel 5 Skoring Prediktif Faktor Risiko Penyakit Jantung Iskemik pada

Pekerja

32

8

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Manifestasi Klinis dari Patofisiologis Penyakit Jantung Iskemik................................ 16

Gambar 2. Road Map Penelitian………………………………………………………................ 22

Gambar 3. Langkah Penelitian……………………………………….......................................... 23

Gambar 4. Grafik ROC Faktor Risiko Penyakit Jantung Iskemik pada Pekerja ……………...... 33

9

DAFTAR LAMPIRAN

Bukti Luaran Wajib …………………………………………………………………………. 47

Bukti Luaran Tambahan……………………………………………………………………... 47

Ethical Clearance……………………………………………………………………………. 48

10

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Penyakit jantung iskemik (PJI) termasuk dalam kategori penyakit kardiovaskuler

dimana beban penyakit ini secara global sekarang berada di negara-negara

berpenghasilan rendah dan menengah, termasuk Indonesia. Di Indonesia, penyakit

kardiovaskuler adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas, bertanggung

jawab atas sepertiga dari semua kematian di Indonesia.(WorldHealthOrganization,

2018). Dan semakin mengkhawatirkan karena penyakit jantung tidak hanya

menyerang lansia tetapi juga ditemukan pada usia yang lebih muda (Gulati et al.,

2020). Populasi yang lebih muda ini bermain sebagai usia produktif di antara

populasi yang bekerja. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik di Indonesia, per

Februari 2018 jumlah pekerja di sini mencapai 133,94 juta(Midayati, 2018)

Tren perkembangan penyakit tidak menular telah menyebabkan terjadinya

perubahan beban penyakit di Indonesia. Klaim rawat inap Biro Penyelenggara

Jaminan Sosial Kesehatan pada Januari - Juni 2014 mencapai 735 ribu kasus dengan

menyerap dana Rp 4,2 triliun (Wati & Thabrany, 2017). Hal ini juga sebenarnya

terjadi di negara maju lainnya. Data dari Amerika Serikat menunjukkan bahwa

seorang Amerika meninggal karena IHD setiap 60 detik dan hasilnya menghabiskan

biaya sekitar $ 200 miliar setiap tahun. Total biaya tidak hanya berasal dari rawat

inap dan perawatan tetapi juga termasuk hilangnya produktivitas.(Jayaraj, 2019)

Menurut Peraturan Menteri (02-1980), setiap perusahaan di Indonesia harus

melakukan Medical Check Up (MCU) untuk menilai dampak pekerjaan tertentu

terhadap kesehatan mereka.(Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI, 1980)

Kegiatan tersebut juga merupakan wujud dari penyelenggaraan kesehatan dan

keselamatan kerja ( OHS) bagi karyawan perusahaan untuk menjaga produktivitas.

Dari hasil MCU dapat dideteksi lebih dini, beberapa penyakit pada pekerja termasuk

IHD terjadi karena beberapa faktor risiko. Beberapa di antaranya merupakan faktor

risiko yang dapat dimodifikasi, misalnya tingkat merokok, olahraga, hipertensi,

obesitas, kolesterol, LDL, dan trigliserida. Sebaliknya, usia, jenis kelamin, dan

11

riwayat keluarga merupakan faktor risiko yang tidak dapat diubah (Hussain et al.,

2016). Bersama dengan potensi bahaya yang ditemukan di banyak lingkungan kerja,

seperti bahaya fisik, kimia, dan psikologis, faktor-faktor risiko ini dapat

meningkatkan risiko IHD pada populasi pekerja.(Bortkiewicz et al., 2010)

Berdasarkan data Medical Check Up (MCU) di salah satu perusahaan di Jakarta

menggunakan Skor Kardiovaskular, Jakarta diketahui bahwa 38% karyawan berisiko

tinggi terkena penyakit jantung. (Yusvita & Nandra, 2018). Apabila IHD ditemukan

pada banyak pekerja, niscaya hal ini akan merugikan banyak pihak, termasuk

pemerintah yang harus menanggung beban biaya pengobatan penyakit tersebut.

Namun sayangnya di Indonesia ketersediaan data dari MCU di berbagai perusahaan

yang digunakan untuk keperluan penelitian masih terbatas, padahal data tersebut

dapat digunakan untuk penelitian berbagai penyakit, termasuk penyakit akibat kerja.

Selama ini program K3 di Indonesia masih didominasi oleh program keselamatan

kerja untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Sementara itu, upaya kesehatan

kerja dan lingkungan kerja untuk pencegahan dan pengendalian penyakit akibat kerja

belum banyak dilaksanakan. Hampir semua data K3 berupa data kecelakaan kerja,

sedangkan data penyakit akibat kerja masih sangat minim(International Labour

Organization, 2018)

Karena prevalensi CVD yang tinggi dengan meningkatnya biaya beban, pekerja

berisiko tinggi dengan berbagai bahaya di tempat kerja, dan adanya data MCU,

diharapkan dapat membangun hubungan antara karakteristik pekerja di Indonesia

dengan risiko tersebut. dari IHD. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan

skor prediktif dari beberapa faktor risiko yang berperan sebagai alat pendeteksian

IHD pada pekerja Indonesia. Sehingga pemanfaatan laporan MCU akan lebih

optimal. Pencegahan penyakit harus dilakukan sedini mungkin agar produktivitas

pekerja tetap terjaga dan program K3 dapat berjalan dengan baik.

12

1.2 Rumusan Masalah

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar peran masing-masing

faktor risiko dan peran skor prediktif sebagai tools/metode deteksi dini dalam

menggambarkan risiko kejadian PJK di populasi pekerja.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Apakah skor prediktif, yang dikembangkan menggunakan kombinasi

karakteritik klinis dan laboratorium, akurat dan reliabel dalam membedakan

antara pekerja penderita penyakit jantung iskemik dengan pekerja sehat?

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Tujuan dari penelitian ini adalah memperoleh suatu skor prediktif yang

akurat dan reliabel dalam membedakan pekerja penderita penyakit jantung

iskemik dengan pekerja sehat.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Mengukur skor prediktif dalam menggambarkan risiko kejadian PJK di

populasi pekerja

2. Mengukur validitas termasuk sensititvas, spesivitas, dan akurasi.

13

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Untuk pekerja

Hasil penelitian diharapkan bermanfaat untuk pekerja dalam mengetahui kondisi

kesehatannya, khususnya terkait risiko penyakit jantung iskemik secara dini.

1.5.2. Untuk Perusahaan

Skor prediktif ini diharapkan dapat memandu dokter perusahaan atau bagian sumber

daya manusia di perusahaan dalam pengambilan keputusan klinis menyusun strategi,

identifikasi risiko penyakit, serta pengawasan terhadap pekerja dengan resiko tinggi

sehingga penanganan penyakit jantung iskemik akan lebih adekuat

1.5.3. Untuk Masyarakat

Dengan adanya skor prediktif ini dapat dibuat lagkah-langkah antisipasi untuk

mengoptimalkan tingkat kesehatan pekerja, serta mempertahankan kinerja dan

produktivitas perusahaan. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi

kontribusi FK UHAMKA kepada Kementerian Tenaga Kerja RI tentang

perlindungan tenaga kerja khususnya terkait masalah kesehatan.

14

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penyakit Jantung Iskemik

2.1.1. Definisi

Penyakit jantung iskemik (PJI) didefinisikan dengan nekrosis sel miokard karena

iskemia yang signifikan dan berkelanjutan. Kondisi penyakit jantung iskemik

ditandai dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen pada

miokard atau otot jantung akibat penurunan aliran darah koroner sehingga pasokan

oksigen yang tersedia tidak dapat memenuhi kebutuhan oksigen pada otot jantung.

Hal ini menyebabkan kerusakan permanen pada otot tersebut dan menimbulkan

sejumlah komplikasi serius.MI terjadi akibat obstruksi aliran darah karena plak di

arteri koroner atau, lebih jarang, akibat mekanisme penyumbatan lainnya (misalnya,

spasme arteri bebas plak). Plak ini merupakan konsekuensi dari adanya

aterosklerosis ((Mendis et al., 2011)

2.1.2 Diagnosis

Penyakit Jantung Iskemik didiagnosis ketika dua dari kriteria berikut terpenuhi:

1. Gejala iskemia berupa nyeri dada yang khas yang menjalar ke lengan kiri

atau sisi kiri leher, menembus ke punggung atau ke rahang disertai sesak

napas, berkeringat, mual, muntah, detak jantung tidak normal, gelisah, dan

kelelahan

2. Perubahan segmen ST baru atau blok cabang berkas kiri (LBBB)

3. Adanya gelombang Q patologis pada EKG

4. Studi pencitraan menunjukkan kelainan gerakan dinding daerah baru

5. Adanya trombus intrakoroner saat otopsi atau angiografi

Kriteria gelombang ST-T elektrokardiografi untuk diagnosis iskemia miokard akut.

Titik J digunakan untuk menentukan besarnya pergeseran segmen ST. "Sadapan yang

berdekatan" mengacu pada kelompok sadapan seperti sadapan anterior (V1-V6),

sadapan inferior (II, III, aVF) atau sadapan lateral / apikal (I, aVL).(Reddy, 2015)

15

2.1.2 Patofisiologis

Infark miokard merupakan konsekuensi dari ketidakseimbangan yang

berkepanjangan dan parah antara suplai dan kebutuhan oksigen miokard. Pada

sebagian besar kasus, infark miokard terjadi akibat aterosklerosis koroner dengan

trombus luminal yang ditumpangkan. Stenosis koroner tingkat tinggi yang

berkembang perlahan sering berkembang menjadi oklusi lengkap tanpa

menyebabkan infark miokard akut karena pembentukan jaringan vaskular kolateral

melindungi kardiomiosit dari kematian iskemik. Infark miokard biasanya terjadi

akibat oklusi mendadak arteri koroner ketika plak yang 'berisiko tinggi', rawan

trombosis terkikis atau pecah.( K. Thygesen, 2018)

Penyakit jantung iskemik mungkin merupakan hasil dari dua mekanisme kerja

patofisiologis: yakni coronoary arteri disease (CAD ) dan coronary microvascular

dysfunction(CMD) .CAD menunjukkan suatu kondisi yang ditentukan oleh adanya

plak aterosklerotik yang mengurangi diameter pembuluh darah lebih dari 50%, dan

biasanya merupakan penyebab utama, tetapi bukan satu-satunya penyebab PJI.

Sedangkan CMD, menyebabkan penurunan respon endotel dan nonendotelial

mikrovaskulatur koroner terhadap kebutuhan miokard, dikaitkan dengan penurunan

aliran darah koroner dan iskemia miokard secara independen dari CAD Dari sudut

pandang yang berlawanan, CMD mempromosikan pengembangan plak

aterosklerotik juga, mengubah fitur aliran darah koroner fisik dan meningkatkan

tekanan geser pembuluh epikardial.(Severino et al., 2019)

Gambar 1. Manifestasi Klinis dari Patofisiologis PJI

16

2.1.3 Gejala Klinis

Sindrom klinis yang berbeda dapat terjadi berdasarkan waktu dan tingkat keparahan

serangan iskemik miokard.(Dominique Yelle, 2007)

1. Angina

Angini terdiri dari angina stabil , angina tidak stabil dan angina varian

Umumnya disebabkan oleh plak aterosklerotik obstruktif cekat di satu atau

lebih arteri koroner, selain vasokonstriksi yang tidak tepat akibat disfungsi

endotel terkait aterosklerosis.Keparahan gejala biasanya berhubungan

dengan derajat stenosis dan kapasitas kompensasi pembuluh darah yang

resisten jauh terhadap vasodilatasi.

2. Sindrom Koroner Akut

SKA terdiri dari STEMI (ST Elevasi Myocard Infarc), NSTEMI (Non ST

Elevasi Myocard Infarc dan angina tidak stabil. SKA ini diklasifikasikan

berdasar gejala, gambaran EKG (ada tidaknya elevasi pada segmen ST) dan

biomarker (Troponin T dan CK-MB)

3. Silent Iskemia

Merupakan episode iskemia jantung yang terjadi tanpa adanya rasa tidak

nyaman atau nyeri yang terlihat. Patofisiologi tidak diketahui, tetapi diduga

melibatkan gangguan sensasi nyeri akibat neuropati perifer, karena silent

iskemia sangat umum terjadi pada pasien diabetes.

4. Sindrom X

Mengacu pada pasien dengan gejala khas angina pektoris yang tidak memiliki

bukti penyakit arteri koroner yang signifikan pada angiogramDiperkirakan

disebabkan oleh cadangan vasodilator pembuluh darah koroner yang tidak

memadai, yang tidak melebar dengan tepat selama periode peningkatan

kebutuhan oksigen miokard.

17

5. Sudden Death

Pada pasien penyakit jantung iskemik, sering ditemukan kematian mendadak

karena kematian otot jantung .Dapat terjadi dalam waktu satu jam setelah

timbulnya gejala. Henti jantung mendadak terjadi saat jantung berhenti

berdetak atau tidak cukup berdetak untuk mempertahankan perfusi dan

kehidupan.

2.1.4. Faktor Risiko

Faktor risiko dari penyakit jantung iskemik terdiri dari faktor risiko yang tidak dapat

dimodifikasi dan dapat di modifikasi. Studi INTERHEART mengevaluasi prevalensi

beberapa faktor risiko yang berpotensi dapat dimodifikasi .Faktor risiko tersebut

sangat terkait dengan PJI akut di 52 negara dan yang dapat dimodifikasi mewakili

lebih dari 90% risiko penyakit jantung iskemik akut. (Jayaraj,2018).

A. Faktor risiko yang tidak dapat di modifikasi adalah:

1. Usia

2. Jenis kelamin

3. Riwayat keluarga/genetik

B.Faktor risiko yang dapat di modifikasi adalah :

1. Tembakau: Merokok dapat merusak dinding bagian dalam arteri yang

memungkinkan penumpukan kolesterol dan zat lain memperlambat aliran

darah. Merokok juga meningkatkan risiko penggumpalan darah di arteri.

2. Diabetes: Diabetes tipe 1 dan tipe 2 dapat meningkatkan risiko iskemia

miokard, serangan jantung, atau masalah jantung lainnya.

3. Hipertensi: Seiring waktu, tekanan darah tinggi dapat merusak arteri dengan

mempercepat aterosklerosis. Obesitas dan pola makan tinggi garam juga bisa

meningkatkan risiko tekanan darah tinggi.

18

4. Dislipidemia :Kadar kolesterol total, LDL atau trigliserida darah yang tinggi

dan kadar kolesterol HDL yang rendah dapat mempersempit arteri di seluruh

tubuh dan berkontribusi terhadap aterosklerosis dan iskemia miokard.

5. Obesitas: Obesitas meningkatkan risiko iskemia miokard karena

hubungannya dengan kolesterol darah tinggi, tekanan darah tinggi dan

diabetes.

6. Lingkar pinggang: Lingkar pinggang lebih dari 80 cm pada wanita dan 90

cm atau lebih pada pria meningkatkan risiko penyakit jantung.

7. Kurangnya aktivitas fisik: Kurang olahraga berkontribusi pada obesitas dan

kolesterol tinggi serta trigliserida, yang meningkatkan risiko aterosklerosis.

2.1.5. Komplikasi

Komplikasi infark miokard akut berbeda dan terkadang mengancam nyawa.

Komplikasi ini dapat diklasifikasikan secara global dalam lima kategori: (1)

komplikasi iskemik, yang meliputi ekstensi infark, infark rekuren, dan angina pasca

infark; (2) komplikasi aritmia, dalam hal aritmia atrium atau ventrikel, dan disfungsi

sinus atau simpul atrioventrikular; (3) komplikasi emboli terhadap sistem saraf pusat

atau embolisasi perifer; (4) gangguan inflamasi, seperti perikarditis; (5) komplikasi

mekanis, seperti miokard pecah, disfungsi katup mitral, aneurisma ventrikel dan syok

kardiogenik hingga gagal jantung.( Serena Mariani,2014)

2.1.6.Terapi

Saat ini, perawatan infark miokard terutama berfokus pada rekanalisasi arteri koroner

yang tersumbat untuk memulihkan perfusi dan mencegah nekrosis miokard. Untuk

melakukan ini, metode yang umum digunakan termasuk terapi obat, terapi

trombolitik, intervensi koroner perkutan (PCI), dan operasi bypass arteri koroner

(CABG). (Peng X, Zhou J, Wu X,2017)

19

1. Terapi obat

Terapi obat tradisional termasuk penghambat enzim pengubah angiotensin

(ACEI), penghambat reseptor angiotensin (ARB), antagonis reseptor

aldosteron, penghambat reseptor β, dan lain sebagainya. Tujuan utama dari

perawatan ini adalah pencegahan remodeling ventrikel kiri.

2. Terapi trombolitik

Terapi trombolitik saat ini merupakan pendekatan utama untuk pengobatan

infark miokard. Prinsip terapi trombolitik dalam mengobati infark miokard

akut adalah rekanalisasi arteri koroner yang tersumbat dan pemulihan perfusi

sesegera mungkin.Sejumlah besar studi klinis menunjukkan bahwa terapi

trombolitik yang diambil dalam waktu 6 jam setelah onset infark miokard

mencapai efek kuratif terbaik, dan pengobatan lebih awal dimulai, semakin

baik efek kuratifnya. Uji biokimia dan klinis telah membuktikan bahwa

trombosis dan trombolisis adalah proses dinamis yang terjadi secara

bersamaan. Penghambatan pembentukan trombus akan mempercepat

pemecahan bekuan darah . Saat ini, obat trombolitik yang paling umum

digunakan adalah streptokinase, urokinase dan aktivator plasminogen tipe

jaringan.

3. Percutaneous coronary intervention (PCI)

Prosedur ini secara efektif memulihkan aliran darah dan memulihkan fungsi

otot jantung dengan memasukkan kateter khusus ke dalam pembuluh darah

dan menggembung di area arteri koroner yang menyempit [9]. Dibandingkan

dengan terapi trombolitik, PCI menghilangkan trombus dan tingkat reperfusi

setelah intervensi adalah 95% hingga 99%. Tetapi PCI juga memiliki

beberapa kemungkinan risiko, seperti pendarahan atau infeksi di tempat

pemasangan kateter, reaksi alergi terhadap pewarna kontras yang digunakan,

pembekuan darah di dalam pembuluh darah yang dirawat, pecahnya arteri

koroner, dan penutupan total arteri koroner.

20

4. Pencangkokan bypass arteri koroner (CABG)

Adalah perawatan bedah yang efektif untuk penyakit jantung koroner dan

iskemia miokard, yang dapat meredakan gejala secara efektif. Ini juga

merupakan metode yang efektif untuk pengobatan restenosis dan komplikasi

akut pada pasien setelah PCI. Setelah komplikasi akut terjadi setelah operasi,

CABG darurat akan meminimalkan kerusakan miokard dan mengurangi

mortalitas di rumah sakit dan efek samping .Oleh karena itu, CABG

merupakan terapi alternatif atau kombinasi penting untuk PCI

2.2. Urgensi Penelitian/State of Art

Identifikasi orang yang berisiko tinggi terkena penyakit jantung iskemik tetapi tidak

bergejala saat ini telah menjadi metode yang diterima untuk pencegahan primer

penyakit jantung iskemik di banyak negara. Pasien-pasien ini, bersama dengan

mereka yang sudah mengalami arteriosklerosis, adalah mereka yang paling

diuntungkan dari terapi obat untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas

kardiovaskular. Risiko kardiovaskular didefinisikan sebagai kemungkinan

munculnya beberapa penyakit kardiovaskular dalam jangka waktu tertentu, biasanya

10 tahun. Ketika penyakit yang terdeteksi adalah penyakit jantung iskemik dengan

mortalitas dan morbiditas yang tinggi ,maka kegunaan utama penghitungan risiko

kardiovaskular adalah untuk membantu pengambilan keputusan klinis dengan

mengidentifikasi pasien berisiko tinggi dalam perawatan kesehatan primer.

Skor prediktif memiliki peranan penting dalam memprediksi kejadian

penyakit jantung iskemk pada pekerja. Skor prediktif pada penyakit jantung iskemik

berperan sangat penting dalam pengambilan keputusan klinis secara umum pada

pekerja. Skor prediktif dapat disusun dengan menganalisis beberapa karakteristik

biologis, gambaran klinis, penyakit komorbiditas, dan faktor risiko lain pada pekerja

yang diketahui memiliki hubungan bermakna terhadap kejadian penyakit jantung

iskemik..

Sejauh ini belum ada penelitian untuk membuat skor prediktif ini khusus di

kalangan pekerja, dengan demikian hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat

21

untuk pekerja dalam mengetahui kondisi kesehatannya, khususnya terkait risiko

penyakit jantung iskemik secara dini. Skor predktif ini diharapkan dapat memandu

dokter perusahaan atau bagian sumber daya manusia di perusahaan dalam

pengambilan keputusan klinis menyusun strategi, identifikasi risiko penyakit, serta

pengawasan terhadap pekerja dengan resiko tinggi sehingga penanganan penyakit

jantung iskemik akan lebih adekuat. Dengan adanya skor prediktif ini dapat dibuat

lagkah-langkah antisipasi untuk mengoptimalkan tingkat kesehatan pekerja, serta

mempertahankan kinerja dan produktivitas perusahaan. Hasil penelitian ini juga

diharapkan dapat menjadi kontribusi FK UHAMKA kepada Kementerian Tenaga

Kerja RI tentang perlindungan tenaga kerja khususnya terkait masalah kesehatan.

2.3. Roadmap Penelitian

Penelitian ini merupakan tahapan kedua dari empat rencana tahapan pada

roadmap penelitian tentang penyakit jantung iskemik pada pekerja. Tahapan pertama

adalah penyelidikan tentang Faktor Risiko Penyakit Jantung Iskemik pada Pekerja.

Target pencapaian tahap ini adalah diketahuinya Keterkaitan antara jenis pekerjaan

dan karakteristik klinis pekerja di Indonesia dengan kejadian penyakit jantung

iskemik masih belum banyak diteliti.

Tahapan kedua, yaitu penelitian ini, adalah pembuatan Skor Prediktif untuk

Memprediksi Kejadian Penyakit Jantung Iskemik pada Pekerja. Target pencapaian

tahapan kedua ini adalah tersusunnya skor prediktif yang akurat dan reliabel, yang

dikembangkan berdasarkan kombinasi karakteritik klinis dan laboratorium, untuk

membedakan antara pekerja penderita penyakit jantung iskemik dengan pekerja

sehat.

Tahapan ketiga adalah Uji Validasi Skor Prediktif untuk Memprediksi

Kejadian Penyakit Jantung Iskemik pada Pekerja. Target pencapaian tahap ini adalah

tervalidasinya skor prediktif tersebut pada populasi yang lebih luas yang memiliki

karakteristk yang berbeda.

Tahapan terakhir adalah Penyusunan Rekomendasi kepada Kementerian

Tenaga Kerja: Skor Prediktif untuk Memprediksi Kejadian Penyakit Jantung Iskemik

22

pada Pekerja. Target pencapaian tahap ini adalah tersusunnya suatu rekomendasi

perangkat prediktor untuk memprediksi kejadian penyakit jantung iskemik pada

populasi pekerja.

Gambar 2. Roadmap Penelitian

- Tahun 2020 - Tahun 2020 - Tahun 2021 - Tahun 2021

Faktor Risiko Penyakit Jantung Iskemik pada Pekerja di

Jakarta

Skor Prediktif untuk Memprediksi Kejadian

Penyakit Jantung Iskemik pada Pekerja

Uji Validasi Skor Prediktif untuk Memprediksi Kejadian

Penyakit Jantung Iskemik pada Pekerja

Penyusunan Rekomendasi kepada Kementerian Tenaga

Kerja: Skor Prediktif untuk Memprediksi Kejadian

Penyakit Jantung Iskemik pada Pekerja

23

BAB 3. METODE PENELITIAN

a. Alur / Langkah Penelitian,

Secara garis besar langkah-langkah penelitian adalah sebagai berikut :

Gambar 3. Langkah Penelitian

Tahapan analisis data penelitian ini terdiri atas:

1. Variabel independen sebagai faktor kandidat predictor dianalisis secara bivariat.

Analisis ini disertai dengan perhitungan Odds Ratio (OR) dan interval

kepercayaan.

2. Parameter atau variabel dengan nilai p<0,25 dalam analisis bivariat dan OR tidak

sama dengan satu (dengan interval kepercayaan 95%) dilakukan analisis

multivariat (metode regresi logistik). Parameter variabel dengan hasil uji

multivariat yang bermakna ditetapkan sebagai variabel independen dalam skor

prediktif kejadian penyakit jantung iskemik.

Identifikasi pekerja yang melakukan medical check up di Laboratorium Klinik Jakarta

Identifikasi kesesuaian karakteristik setiap kandidat dengan kriteria eligibilitas penelitian

Pengkajian database untuk mengambil data variabel-variabel prediktor, variabel-variabel luar, dan variabel outcome.

24

3. Setelah menghitung skor prediktif, prosedur Receiver Operating Characteristic

(ROC) dilakukan untuk menentukan nilai Area Under Curve (AUC) dan nilai titik

potong optimal untuk menilai kemungkinan kejadian penyakit jantung iskemik.

4. Selanjutnya ditentukan nilai cut off skor prediktif tersebut. Tahap ini

menghasilkan nilai probabilitas kejadian penyakit jantung iskemik.

b. Lokasi Penelitian,

Lokasi Penelitian adalah pada sebuah laboratorium klinik di Jakarta Timur

c. Konsep Metode Penelitian Yg Digunakan,

Penelitian ini menggunakan rancangan studi Cross Sectional . Penelitian ini

menggunakan data sekunder. Data penelitian akan diambil dari database

medical check up pekerja di laboratorium klinis di Jakarta.

d. Desain Penelitian Yg Digunakan,

e. Populasi Dan Sampel Atau Subjek Penelitian/ Informan Penelitian,

Populasi sasaran adalah pekerja di Jakarta dan sekitarnya.Sampel penelitian

diambil dari yang melakukan medical check up (MCU) di Laboratorium

Klinik Jakarta, dengan kriteria eligibilitas pekerja dengan usia ≥18 tahun,

mengikuti MCU dan bersedia mengikuti penelitian. Kriteria eksklusi pada

penelitian ini adalah: yang tidak datang saat pemeriksaan MCU atau yang

hasil MCU nya tdak lengkap.

f. Cara Pengumpulan Data,

1. Mengidentifikasi pekerja yang melakukan medical check up di

Laboratorium Klinik Jakarta. Tujuannya adalah untuk mengetahui

kesesuaian subjek penelitian dengan kriteria inklusi yang

dimaksudkan dalam penelitian ini.

25

2. Tim peneliti mengkaji database identitas diri kandidat subjek

penelitian, serta mengidentifikasi secara umum kesesuaian

karakteristik setiap kandidat dengan kriteria eligibilitas penelitian

yang sudah ditentukan. Tujuannya adalah untuk mengetahui

kesesuaian subjek penelitian dengan kriteria eksklusi yang

dimaksudkan dalam penelitian ini.

3. Tim peneliti mengkaji database untuk mengambil data variabel-

variabel prediktor, variabel-variabel luar, dan variabel outcome.

Tujuannya adalah untuk melakukan analisis terhadap variable-

variabel prediktor, sehingga diketahui variable-variabel apasaja yang

dapat digunakan untuk menyusun skor predictor, serta kemudian

menentukan bobot masing-masing variable dan menentukan cut off

point dari total skornya.

4. Semua pengambilan data variabel dilakukan dengan metode yang

telah terstandarisasi. Pengukuran variabel-variabel prediktor dan

variabel outcome pada setiap subjek penelitian dilakukan oleh

pemeriksa yang berbeda, secara tersamar (blind).

g. Instrumen Yg Digunakan, Manajemen Analisis Data,

Tahapan analisis data penelitian ini terdiri atas:

1. Variabel independen sebagai faktor kandidat predictor dianalisis

secara bivariat. Analisis ini disertai dengan perhitungan Odds Ratio

(OR) dan interval kepercayaan.

2. Parameter atau variabel dengan nilai p<0,25 dalam analisis bivariat

dan OR tidak sama dengan satu (dengan interval kepercayaan 95%)

dilakukan analisis multivariat (metode regresi logistik). Parameter

variabel dengan hasil uji multivariat yang bermakna ditetapkan

sebagai variabel independen dalam skor prediktif kejadian penyakit

jantung iskemik.

26

3. Setelah menghitung skor prediktif, prosedur Receiver Operating

Characteristic (ROC) dilakukan untuk menentukan nilai Area Under

Curve (AUC) dan nilai titik potong optimal untuk menilai

kemungkinan kejadian penyakit jantung iskemik.

4. Selanjutnya ditentukan nilai cut off skor prediktif tersebut. Tahap ini

menghasilkan nilai probabilitas kejadian penyakit jantung iskemik.

h. Indikator Capain Hasil Penelitian

Indikator hasil penlitian ini adalah tersusunnya sebuah sistem skoring baru

sebagai skoring prediktif untuk memprediksi terjadinya penyakit jantung

iskemik di kalangan pekerja.

27

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.Hasil

Hasil pada penelitian ini dapat digambarkan dari beberapa tabel dibawah ini.

Tabel 1. Prevalensi Penyakit Jantung Iskemik pada Pekerja

No Penyakit Jantung Iskemik Frekuensi (f) Persentase (%)

1. Tidak 4052 98,8

2. Ya 48 1,2

Jumlah 4100 100

Sumber : Data Sekunder 2019

Pada Tabel 1 dapat dilihat dari 4100 responden, terdapat 48 responden (1,2%)

yang mengalami penyakit Jantung Iskemik. Kemudian pada tabel selanjutnya dapat

menunjukkan gambaran distribusi responden dan hasil analisis pada penelitian ini.

Tabel 2. Karakteristik Base Line Pekerja

Karakteristik Individu Frekuensi

N = 4100

Persentase

N = 100%

Demografi

Jenis Kelamin

Perempuan

Laki-laki

673

3427

16,5

83,5

Usia

≤40 tahun

>40 tahun

BMI

≤ 25

>25

Lingkar Pinggang

≤ 80 cm

>80 cm

1365

2735

2115

1985

1034

3066

33,3

66,7

51,6

48,4

25,2

74,8

Hasil Laboratorium

Kolesterol Total

≤ 200 mg/dL

>200 mg/dL

Trigliserida

≤ 150mg/dL

>150 mg/dL

HDL

≥50 mg/dL

<50 mg/dL

LDL

≤ 100 mg/dL

>100 mg/dL

2487

1613

2974

1126

1462

2638

713

3387

60,6

39,4

72,5

27,5

35,6

64,4

17,4

82,6

28

Ratio LDL/HDL

≤ 4.4

>4.4

Gula Darah Sewaktu

≤ 200mg/dL

>200 mg/dL

SGOT

≥40 mg/dL

>40 mg/dL

SGPT

≤ 56 mg/dL

>56 mg/dL

3775

325

4019

81

3924

176

3748

352

92,1

7,9

98,0

2,0

95,7

4,3

91,4

8,6

Riwayat Medis

Hipertensi

≤ 140/90 mmHg

>140/90 mmHg

Riwayat Hipertensi

Tidak

Ya

Riyawat Nyeri Dada

Tidak

Ya

Riwayat Sesak nafas

Tidak

Ya

Riwayat Kebiasaan

Merokok

Tidak

Ya

Olahraga

Teratur

Tidak Teratur

3687

413

4038

62

4027

73

3909

191

2782

1318

2282

1818

89,9

10,1

98,5

1,5

98,2

1,8

95,3

4,7

67,8

32,2

55,6

44,4

Sumber : Data Sekunder 2019

Tabel 2 menunjukkan pada karakteristik demografi dapat dilihat dari 4100

responden, didapatkan sebagian besar responden yaitu sebanyak 3427 responden (

83,5%) berjenis kelamin laki-laki dan berusia lebih dari 40 tahun sebesar 66,7 %

atau 2735 responden. Responden dengan lingkar pinggang >80 cm juga lebih banyak

ditemukan, yakni pada 3066 orang (74,8%). Hal ini sejalan dengan ditemukan nya

lebih banyak responden yang mempunyai Body Mass Indeks/BMI > 25 , yakni

didapatkan pada 2115 orang (51,6%). Sedangkan pada kategori hasil Laboratorium,

pada kondisi profil lipid ditemukan responden dengan kadar kolesterol total >200

mg/dL dan trigliserida >150 mg/dL lebih sedikit yakni sebanyak 1613 orang (39,4%)

dan 1126 orang (27,5 Sebaliknya, untuk responden dengan nilai HDL <50 mg/dL

dan LDL>100 mg/dL ditemukan lebih banyak yakni sebanyak 2638 orang (64,4%)

dan 3387 orang (82,6%). Begitu pula dengan ratio LDL/HDL , yakni pada 3775

29

orang atau sebesar 92,1%. Pada kondisi gula darah responden, sebagian besar

memiliki kadar gula darah yang baik. Hanya sekitar dan 81 orang atau sekitar 2%

responden dengan kadar gula darah sewaktu yang nilainya diatas 200 mg/dL.

Sementara itu pada fungsi liver yang diwakili nilai SGOT dan SGPT sebagian besar

responden memiliki nilai baik. Sebanyak 3924 responden (95,7%) dengan kadar

SGOT ≤40 mg/dL dan 3748 orang( 91,4%) dengan nilai SGPT ≤ 56mg/dL.

Pada kategori riwayat medis, responden dengan tensi >140/90 mmHg hanya

didapatkan pada 413 orang atau sekitar 10,1% dan sekitar 1,5% (62 orang) yang

mempunyai riwayat hipertensi. Sedangkan responden yang mempunyai riwayat

sesak nafas sebanyak 191 orang (4,7%), lebih banyak daripada mereka yang

memiliki riwayat nyeri dada, yakni hanya sebanyak 73 orang (1,8%). Sementara itu

nilai yang berbeda didapatkan pada kategori kebiasaan yang mempengaruhi

kesehatan pekerja yakni kebiasaan merokok dan olahraga. Sebagian besar responden

yakni 67,8% (2782 orang ) tidak merokok dan lebih dari separuh responden ( 55.6%

atau pada 2282 orang) mengaku mempunyai kebiasaan olahraga teratur,

Tabel 3. Analisis Bivariat Variabel dengan Penyakit Jantung Iskemik

Variabel

Penyakit Jantung Iskemik Total P value

Tidak Ya

N % N % N %

Demografi

Jenis Kelamin

Perempuan 663 98,5 10 1,5 673 100,0 0.406

Laki-laki 3389 98.9 38 1.1 3427 100,0

Usia

≤40 tahun 2724 99,6 11 0,4 2735 100,0 0.000

>40 tahun 1328 97,3 37 2.7 1365 100,0

BMI

< 25 2099 99,2 16 0,8 2115 100,0 0,011

>25 1953 99,2 32 1,6 1985 100,0

Lingkar Pinggang

<80 cm 1028 99,4 6 0,6 1034 100,0 0,041

>80 cm 3024 98,6 42 1,4 3066 100,0

Hasil Laboratorium

Kolesterol Total

<200 mg dL 2461 99,0 26 1,0 2487 100,0 0,354

>200 mg dL 1591 98,6 22 1,4 1613 100,0

Trigliserida

≤ 150mg/dL 2942 98,9 32 1,1 2974 100,0 0.359

>150 mg/dL 1110 98,6 16 1,4 1126 100,0

30

HDL

≥50 mg/dL 1439 98,4 23 1,6 1462 100,0 0,075

<50 mg/dL 2613 99,1 25 0,9 2638 100,0

LDL

≤ 100 mg/dL 704 98,7 9 1,3 713 0,803

>100 mg/dL 3348 98,8 39 1,2 3387 100,0

Ratio LDL/HDL

≤ 4.4 3734 98,9 41 1,1 3775 100,0 0,086

>4.4 318 97,8 7 2,2 325 100,0

Gula Darah Sewaktu

≤ 200mg/dL 3974 98,9 45 1,1 4019 100,0 0,032

>200 mg/dL 78 96,3 3 3,7 81 100,0

SGOT

≤ 40 mg/dL 3877 98,9 47 1,2 3924 100,0 0,447

>40 mg/dL 175 99,4 1 0,6 176 100,0

SGPT

≤ 56 mg/dL 3704 98,8 44 1,2 3748 100,0 0,950

>56 mg/dL 348 98,9 4 1,1 352 100,0

Riwayat Medis

Hipertensi

≤ 140/90 mmHg 3647 98,9 40 1,1 3687 100,0 0,127

>140/90 mmHg 405 98,1 8 1,9 413 100,0

Riwayat Hipertensi

Tidak 3992 98,9 46 1,1 4038 100,0 0,130

Ya 60 96,8 2 3,2 62 100,0

Riyawat Nyeri Dada

Tidak 3980 98,8 47 1,2 4027 100,0 0,873

Ya 72 98,6 1 1,4 73 100,0

Riwayat Sesak nafas

Tidak 3874 99,1 35 0,9 3909 100,0 0,000

Ya 178 93,2 13 6,8 191 100,0

Riwayat Kebiasaan

Merokok

Tidak 2742 98,6 40 1,4 2782 100,0 0,021

Ya 1310 99,4 8 0,6 1318 100,0

Olahraga

Teratur 2258 98,9 24 1,1 2282 100,0 0,427

Tidak Teratur 1794 98,7 24 1,3 1818 100,0

Total 4052 98,8 48 1,2 4100 100,0

Sumber : Data Sekunder 2019

Pada Tabel 3 terlihat bahwa dari 48 responden yang positif terkena penyakit jantung

iskemik, berdasararkan kategori demografik adalah responden yang berjenis kelamin

laki-laki (38 orang atau 84,4%) , berusia lebih dari 40 tahun ( 77,1%) atau sebanyak

37 orang, responden yang mempunyai BMI>25 yakni sebesar 71,1 % ( 32 orang) dan

mereka dengan lingkar pinggang >80 cm, yaitu didapatkan pada 42 responden

(93,3%) . Pada hasil laboratorium, kadar gula darah dan fungsi liver merupakan

faktor yang paling banyak menunjukkan responden dengan penyakit jantung

iskemik. Sebesar 100 % atau seluruhnya dari 48 responden yang mengalami iskemik

31

dari hasil EKG mempunyai kadar gula darah puasa ≤ 200mg/dL. Sedangkan 47 orang

(97,9%) memiliki kadar SGOT ≤ 40 mg/dL. Untuk profil lipid, sebanyak 41 orang

(85,4%) dengan ratio LDL/HDL ≤ 4.4 yang positif terkena penyakit jantung iskemik.

Untuk nilai kolesterol total, responden yang positif mengalami iskemik,

prosentasenya tidak jauh berbeda antara mereka yang nilai kolesterol totalnya <200

mg/dL ( 26 orang atau 54,2% ) dengan responden yang mempunyai kadar kolesterol

totalnya > 200 mg / dL atau sebanyak 45,8% (22 orang ).

Pada kategori riwayat medis, hanya sedikit responden yang mempunyai berbagai

riwayat penyakit/keluhan yang postitif mengalami penyakit jantung iskemik. Hanya

1 orang (0,02%) yang mempunyai keluhan riwayat nyeri dada dan 2 orang mengaku

memiliki riwayat hipertensi (0,04%). Di sisi lain, responden yang mengalami riwayat

sesak nafas lebih banyak yang positif terkena iskemik. Ditemukan pada sekitar 0,

28% atau sebanyak 13 orang.

Pada kategori kebiasaan, baik responden yang olahraga teratur maupun yang tidak ,

menunjukkan hasil yang sama. Masing-masing sebanyak 24 orang (50%) memiliki

hasil positif terhadap iskemik. Kemudian hanya 8 orang (0,16%) responden yang

memiliki kebiasaan merokok yang mengalami penyakit jantung iskemik sekaligus

yang menunjukkan hasil signifikan.

Dari hasil bivariat, variabel yang mempunya nilai p< 0,05 kemudian diamasukkan

dalam analisis regresi logistik multivariat yang dapat di lihat pada tabel 4 dibawah

ini.Hasil yang tertera pada Tabel 4 menunjukkan bahwa dari sepuluh variabel

tersebut faktor usia>40 tahun, nilai HDL <50 mg/dL,merokok dan riwayat sesak

nafas merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap penyakit jantung

iskemik.

32

Tabel 4. Analisis Multivariat Faktor Risiko Penyakit Jantung Iskemik pada

Pekerja

Variable OR Gold

Standards

P value CI Interval

Usia >40 tahun

HDL <50 mg/dL

Gula darah >200 mg/dL

Riwayat sesak nafas

Riwayat hipertensi

Merokok

BMI>25

Lingkar pinggang > 80cm

Hipertensi

5,329

1,811

0,458

5,699

1,338

2,007

0,631

0,905

2,056

0,000*)

0,049*)

0,262

0,000*)

0,732

0,048*)

0,199

0,847

0,133

2,621-10,833

1,099-3,281

0,117-1,794

2,524-12,871

0,253-7,070

1,924-4,359

0,312-1,274

0,329-2,491

0,804-5,260

*) statistically significant

Dari hasil analisis multivariat, maka disusun skoring untuk memprediksi kejadian

penyakit jantung iskemik,seperti yang terlihat pada tabel 5 dibawah ini:

Tabel 5. Skoring Prediktif Faktor Risiko Penyakit Jantung Iskemik pada

Pekerja

Variable B S.E B/SE B/SE/

2.145

Scoring

Usia 1,673 0,362 4,621 2,628 3

HDL< 50 mg/dL 0,594 0,303 1,980 1,126 1

Merokok 0,696 0,396 1,758 1 1

Riwayat Sesak 1,740 0,416 4,183 2,379 2

33

Langkah selanjutnya kemudian menentukan Cut off point skor kemungkinan

seseorang terkena penyakit jantung iskemik, yakni dengan cara menyusun kurva

ROC dan luasan AUC nya yakni Sensitivitas (Se) dan Specificitas (Sp), dengan hasil

sebagai berikut.

Gambar 4.1 Grafik ROC Faktor Risiko Penyakit Jantung Iskemik pada

Pekerja

Berdasarkan hasil diatas , didapatkan cut off point paling ideal adalah : 2.5 dengan

sensitivitas 79,2% dan spesifisitas 66,3%

4.2.Pembahasan

Pada penelitian dengan menggunakan disain cross sectiona ini, ditemukan

prevalensi penyakit jantung iskemik pada pekerja pria yang melakukan pemeriksaan

Medical Check Up (MCU) di sebuah laboratorium di Jakarta Timur adalah sebanyak

48 orang (1,17 %) . Hal ini adalah berdasarkan hasil pemeriksaan EKG yang dibaca

oleh dokter Spesialis Jantung (SpJP)Hasil penelitian yang dilakukan hampir sejalan

dengan penelitian yang dilakukan penelitian oleh Pusat Penelitian dan

Pengembangan Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan,Kementrian Kesehatan RI.

Dari 722.329 data responden berusia ≥ 15 tahun di 33 provinsi di Indonesia

34

didapatkan prevalensi penyakit jantung koroner secara nasional berdasarkan

diagnosis dokter atau gejala sebesar 1,5% (Ghani et al., 2016).

Pekerja yang paling banyak mengalami penyakit jantung iskemik adalah

mereka dengan kategori usia >40 tahun (77,1%) dan menemukan adanya hubungan

yang bermakna, antara usia dengan penyakit jantung iskemik . Hasil ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan Ros Endah et al di Surakarta pada tahun 2016

yang menunjukkan bahwa ada pengaruh yang siginifikan antara kejadian penyakit

ini dengan faktor usia>40 tahun. Dalam Framingham Heart Study, kejadian penyakit

jantung iskemik dalam follow up selama 10 tahun adalah 12,9 / 1000 pada pria

berusia 30 hingga 34 tahun dan 5,2 / 1000 pada wanita berusia 35 hingga 44 tahun

.Insiden penyakit jantung iskemik delapan sampai sembilan kali lebih besar pada

pria dan wanita berusia 55 sampai 64 tahun (Gulati et al., 2020). Sebaliknya,

McManusetal. melaporkan kejadian 66 / 100.000 dari MI di antara pasien yang

dirawat berusia antara 25 dan 54 tahun . Sementara itu, Doughtye et al

menunjukkan> 10% dari semua pasien PJI adalah berusia muda. Usia muda dalam

penelitiannya di definisikan berusia <45 tahun.(Shah et al., 2016).

Perbedaan usia rata-rata di berbagai penelitian dapat dikaitkan dengan

distribusi usia populasi yang berbeda, perbedaan harapan hidup, gaya hidup dan

variasi dalam distribusi dan penanganan faktor risiko penyakit kardiovaskular.Pada

orang dengan usia yang lebih tua mengalami proses penuaan yang kemudian

dikaitkan dengan penurunan progresif dalam berbagai proses fisiologis, termasuk

efeknya pada jantung dan sistem arteri. Penuaan pembuluh darah menghasilkan

penebalan dan kekakuan arteri yang meningkat serta disfungsional endotelium. Pada

tingkat molekuler, seiring bertambahnya usia terdapat ketidakseimbangan antara

sistem oksidatif dan antioksidatif yang menyertai penuaan, dimana produksi ROS

secara signifikan meningkat baik di jantung maupun di pembuluh darah.Akibat

dipicu oleh stres antigenik dan oksidatif yang terus menerus, sebuah fenomena

inflamasi kronis muncul pada populasi lanjut usia. Disisi lain sel endotel

menunjukkan penurunan aktivitas sintetase oksida nitrat endotelial (eNOS), dan

berkurangnya NO yang merupakan vasodilator penting yang diproduksi oleh sel

35

endotel. Secara klinis, perubahan ini menghasilkan peningkatan tekanan sistolik dan

menghadirkan faktor risiko utama untuk perkembangan aterosklerosis, hipertensi dan

stroke, dan fibrilasi arteri. (Wu et al., 2014).Sedangkan pada mereka yang berusia

lebih muda, penyakit jantung iskemik terjadi karena adanya faktor risiko lain

terutama kebiasaan merokok. Pada sebuah penelitian di India, menemukan bahwa

merokok menjadi faktor risiko yang paling umum, terjadi pada sekitar 60% pasien

MI berusia muda. Selain itu pada penelitian lain Mukherjee et al., menemukan

prevalensi merokok lebih tinggi pada mereka yang berusia kurang dari 40 tahun,

dibandingkan dengan mereka yang berusia di atas 60 tahun. ( Bhardwaj et al, 2014).

Di Amerika Serikat, merokok menyumbang 33 persen dari semua kematian akibat

CVD dan 20 persen kematian akibat penyakit jantung iskemik pada orang yang

berusia lebih dari 35 tahun (Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit 2008).

Selain itu, perokok cenderung melakukan pilihan gaya hidup lain yang tidak

sehat,misalnya terkait pola makan dan kurangnya aktivitas fisik yang memiliki efek

independen terhadap risiko penyakit jantung iskemik.

Hal ini sejalan dengan penelitian ini yang menunjukkan bahwa merokok

menjadi salah satu faktor risiko penting dan masuk dalam salah satu komponen

skoring prediktif, walaupun hanya 8 orang (0,16%) responden yang memiliki

kebiasaan merokok yang mengalami penyakit jantung iskemik. Hal ini berbeda jauh

dengan penelitian diatas dan sebuah studi kohort prospektif pada Pusat Jantung

Sudan di Khartoum-Sudan antara Juli 2012 dan Juni 2014. Populasi penelitian terdiri

dari 168 pasien pria dewasa yang menjalani pemindaian ultrasonografi jantung. Dari

144 kasus, 65% (94) pasien adalah perokok.(Elkhader et al., 2016). Hal ini terjadi

mungkin disebabkan karena lebih banyak responden yang tidak merokok

dibandingkan dengan yang mempunyai kebiasaan merokok. Fakta ini sebenarnya

menggembirakan karena meningkatnya kesadaran dari para pekerja untuk selalu

hidup sehat, salah satunya adalah dengan tidak merokok. Saat ini, di berbagai

perusahaan biasanya selalu rutin diadakan health talk mengenai kesehatan sehingga

banyak pengetahuan yang didapatkan oleh para pekerja.

36

Merokok adalah faktor risiko utama dan independen untuk penyakit jantung

iskemik yang dikaitkan dengan banyak mekanisme. Sehubungan dengan

aterogenesis, merokok meningkatkan konsentrasi kolesterol LDL dan trigliserida

serum dan menurunkan kadar kolesterol HDL serum. Selain itu, asap rokok

meningkatkan kerusakan radikal bebas pada LDL, yang menyebabkan akumulasi

kolesterol LDL yang teroksidasi di dalam dinding arteri. Merokok tampaknya

berkontribusi pada karakteristik inflamasi vaskular dari aterosklerosis, seperti yang

ditunjukkan oleh kadar protein C-reaktif serum yang lebih tinggi pada perokok

dibandingkan bukan perokok. Merokok juga merusak fungsi endotel, merusak

pelepasan aktivator plasminogen jaringan (tPA) dan prostasiklin (PGI2), misalnya,

yang dapat menyebabkan hiperkoagulabilitas lokal. Merokok juga dapat

menyebabkan hiperkoagulabilitas dengan meningkatkan faktor jaringan, faktor VII,

fibrinogen, dan kadar hemoglobin. Merokok juga meningkatkan aktivitas platelet dan

interaksi antara platelet dan lapisan endotel pembuluh darah. Merokok juga

mengurangi pelepasan oksida nitrat (NO) endotel, yang menyebabkan berkurangnya

cadangan aliran koroner. (John A Ambrose, Rajat S Barua,2004)

Selain itu merokok, terutama melalui kandungan nikotinnya, mengaktifkan

sistem saraf simpatis (SNS), meningkatkan detak jantung dan tekanan darah sistolik.

Peningkatan hasil produk tekanan-kecepatan dalam peningkatan kebutuhan oksigen

miokard. Peningkatan aktivitas SNS akibat paparan nikotin juga menyebabkan

vasokonstriksi arteri koroner menurunkan aliran darah miokard pada saat kebutuhan

oksigen meningkat. Selain meningkatkan kebutuhan oksigen miokard dan

mengurangi aliran darah koroner, merokok juga meningkatkan kadar

karboksihemoglobin dalam darah, yang berpotensi mengurangi pengiriman oksigen

miokard dari oksihemoglobin.. (Alemu et al., 2011).

Pada penyakit jantung iskemik, nyeri dada dan sesak nafas/dispnea adalah

gejala yang sering sering ditemukan. Mekanisme dispnea ini terjadi saat aktivitas dan

dianggap terkait dengan peningkatan transien pada tekanan akhir diastolik ventrikel

kiri yang disebabkan oleh iskemia miokard. Relaksasi ventrikel kiri yang terganggu

sementara menyebabkan peningkatan tekanan diastolik ventrikel kiri yang diteruskan

37

ke belakang ke dalam kapiler paru dan dapat memicu kongesti paru dan gejala

dispnea (Dominique Yelle,2000). Namun demikian, dispnea adalah pengalaman

subjektif yang akan berbeda pada tiap individu. Dispnea merupakan

ketidaknyamanan pernapasan yang terdiri dari sensasi berbeda dengan intensitas

yang berbeda-beda .Terdapat 13 orang (27,08%) dari responden yang melaporkan

riwayat sesak nafas/dyspnea dan terkena penyakit jantung iskemik pada penelitian

ini. Hal ini jauh berbeda dengan study oleh Bøtker et al., 2016 yang mengadakan

penelitian pada semua pasien yang menjalani triase telemedical berbasis

elektrokardiogram(EKG) di ambulans karena dugaan penyakit jantung iskemik di

Wilayah Denmark Tengah dari 1 Juni 2008 hingga 1 Januari 2013. Dari 17.398

pasien, 12.230 (70%) menderita nyeri dada, 1.464 (8%) mengeluh dispnea, 3540

(20%) menderita gejala lain dan 164 orang (1%) mengalami henti jantung. Penyakit

jantung iskemik kemudian dikonfirmasi pada 121 (8,3%) pasien dengan dispnea dan

pada 2319 (19%) dengan nyeri dada. Namun demikian hasil penelitan ini mirip pada

penelitian oleh Paudel et al,2016 dari 1.053 pasien, 654 (62%) mengalami nyeri dada,

229 (22%) mengalami dispnea, 117 (11%) mengalami nyeri dada dan dispnea, dan

53 (5%) mengalami stress test abnormal tanpa gejala. Dibandingkan dengan pasien

yang mengalami nyeri dada, pasien yang mengalami dispnea berusia lebih tua (67

tahun vs. 63 tahun, p <0,0001). Pada penelitian ini jumlah responden yang mengaku

memiliki riwayat sesak nafas bisa jadi karena penyakit lain diluar penyakit jantung

iskemik ,misalnya dari gangguan paru obstruktif , gagal jantung atau sebab lain.

Untuk itu perlu telaah lebih lanjut kepada para responden.Pada penelitian ini, hasil

laboratorium darah pada pekerja merupakan data penting yang masuk dalam analisis

untuk kemudian masuk dalam sistem skoring.

Pada hasil penelitian di berbagai studi sebelumnya didapatkan prevalensi

penyakit jantung iskemik yang cukup besar untuk pekerja dengan dislipidemia atau

diabetes mellitus. Kedua faktor risiko ini bersama dengan tekanan darah, BMI dan

lingkar pinggang termasuk dalam sindrome metabolik. Jover et al., 2011)

melaporkan pada penelitiannya di Spanyol, bahwa sindrom metabolik memiliki

prevalensi yang tinggi pada penderita jantung iskemik terutama pada wanita.

Komponen yang paling sering adalah hiperglikemia dan kadar HDLc yang rendah.

38

Ini sejalan dengan penelitian yang dikerjakan, bahwa pada pekerja dengan kadar

HDL<50 mg/dl, lebih banyak pekerja yang mengalami PJI, yakni pada 25 orang atau

sekitar 52%. Hubungan pada pasien yang sama dengan peningkatan kadar trigliserida

dan konsentrasi HDLc rendah biasanya dikaitkan dengan peningkatan partikel LDLc

yang kecil, padat, dan ini dianggap sangat aterogenik Hasil studi kardiovaskular

Québec, studi prospektif terhadap 2.103 pria paruh baya yang diikuti selama 5 tahun,

telah mengkonfirmasi hasil studi sebelumnya yang menunjukkan bahwa konsentrasi

kolesterol HDL plasma adalah prediktor independen dari penyakit jantung

iskemik.(Després et al., 2000)Salonen et al mempelajari 1.799 subjek laki-laki yang

dipilih secara acak yang berusia 43, 48, 54, atau 60 tahun dan menemukan bahwa

kadar HDL-C serum total <1.09 mmol / L dikaitkan dengan risiko 3,3 kali lipat dari

penyakit janutng iskemik akut. Dalam studi meta-analisis yang dikutip secara luas

dari empat penelitian besar (jumlah total individu yang diteliti: 15.252), peningkatan

1 mg / dL kadar HDL-C dilaporkan terkait dengan penurunan risiko CVD sebesar

2% -3%.(Ramirez & Hu, 2015)

HDL dapat berkontribusi pada pemeliharaan homeostasis sel endotel dan

memiliki sifat antioksidan kuat melalui berbagai enzim selain sebagai ateroprotektif.

Mungkin fungsi ateroprotektif yang paling relevan dari HDL adalah untuk

mendorong pembuangan kolesterol intraseluler melalui proses yang disebut reverse

cholesterol transport (RCT). Seperti yang didefinisikan oleh Vergeer dkk. RCT

adalah serapan kolesterol dari sel perifer. Keseluruhan proses RCT secara fisiologis

penting karena memungkinkan pembuangan kolesterol berlebih dari dinding arteri

dan dari plak aterosklerotik, sehingga mengurangi penumpukan plak di arteri yang

dapat menyebabkan iskemik (Verdier C,et al 2013). Berbagai studi diatas telah

menunjukkan bahwa konsentrasi kolesterol HDL serum yang rendah merupakan

faktor risiko penyakit kardiovaskular. Konsentrasi HDL rendah telah terbukti dapat

memprediksi kejadian penyakit jantung koroner seperti yang dimasukkan dalam

kriteria Framingham Score dan termasuk dalam sistem skoring yang dikembangkan

dalam penelitian ini.

39

Kegunaan model prediksi kardiovaskular telah terbukti dalam mengevaluasi

risiko dalam kardiologi akibat etiologi multifaktorial. Ada rumus regresi untuk

menilai kejadian koroner dan mortalitas pada pasien. Mungkin yang paling sering

digunakan dan model tertua adalah sistem Framingham Risk Score (FRS). Umur,

jenis kelamin, tekanan darah sistolik, kadar dislipidemia (kolesterol total dan HDL),

status merokok, keberadaan diabetes melitus (DM), dan pengobatan hipertensi

digunakan sebagai prediktor. Dalam studi berbasis populasi dari Eropa Selatan, FRS

memiliki sensitivitas 51,6% dan spesifisitas 85,6% untuk wanita, serta sensitivitas

79,1% dan spesifisitas 65,9% untuk pria (Artigao-rodenas et al., 2013) . Indonesia

sendiri telah mengembangkan model prediksi risiko kardiovaskular yaitu Skor

Kardiovaskular Jakarta (SKJ). Model ini memodifikasi FRS dan menggunakan jenis

kelamin, usia, tekanan darah, merokok, diabetes, indeks massa tubuh, dan aktivitas

fisik mingguan dengan sensitivitas 77,9% dan spesifisitas 90,0%(Kusmana, 2002)

Sementara itu, penelitian kami mengusulkan kombinasi prediksi baru dari 4

parameter yang terdiri dari usia, merokok, kadar kolesterol HDL, dan riwayat dispnea

memiliki sensitivitas 79,2% dan spesifisitas 66,3%.

Sepengetahuan kami, ini adalah studi pertama yang dilakukan pada populasi

pekerja di Indonesia. Dari sistem penilaian di atas, terdapat beberapa parameter

persamaan yang sama yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu umur, kadar HDL,

dan status merokok. Sejarah dispnea dalam skor kami membuat penelitian ini

berbeda dan unik. Model kami memiliki sensitivitas yang lebih tinggi dari SKJ dan

FRS pada wanita, tetapi sama pada pria. Namun spesifisitasnya lebih rendah

dibandingkan dengan SKJ dan FRS pada wanita. Namun, model kami lebih mudah

digunakan, dengan variabel yang lebih sedikit, sehingga waktu yang dibutuhkan

lebih singkat. Ini niscaya akan membantu dokter perusahaan dengan jumlah pekerja

yang banyak. Namun, penelitian kami memiliki beberapa keterbatasan. Pertama,

populasi penelitian kami dibatasi pada populasi pekerja dan didominasi oleh laki-

laki. Kedua, karena ini merupakan penelitian cross sectional dengan data sekunder,

sehingga dapat menimbulkan bias. Oleh karena itu, validasi pada database yang

berbeda dari populasi yang beragam dengan sampel yang lebih besar masih

diperlukan untuk rumus ini

40

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis data mulai univariat sampai multivariat, dapat diketahui

adanya 4 faktor risiko yang penting untuk dimasukkan dalam sebuah sistem

skoring untuk memprediksi dan mengkalkulasi terjadinya penyakit jantung

iskemik pada pekerja. Faktor risiko itu adalah usia>40 tahun , merokok, riwayat

sesak nafas dan kadar HDL<50 mg/dL. Masing-masing mempunyai mekanisme

yang berbeda dalam menyebabkan penyakit jantung iskemik. Tiap faktor risiko

mempunyai skoring yang berbeda pula, yakni untuk usia>40 tahun mempunyai

skor 3, untuk merokok dan nilai HDL<50 mg/dL mempunyai skor 1. sedangkan

riwayat sesak nafas mempunyai skor 2. Pada pekerja yang mempunyai semua

faktor risiko diatas, maka nilai skor >2.5 dan berisiko tinggi terkena penyakit

jantung iskemik di masa mendatang. Dengan mengetahui risiko tinggi sejak awal,

maka langkah pencegahan penyakit jantung iskemik dapat dilakukan sejak dini

.Oleh karena itu sistem skoring ini dapat diaplikasikan secara langsung baik oleh

pekerja, dokter perusahaan maupun pihak perusaan sendiri untuk melakukan

tindakan pencegahan agar semua pekerja tetap sehat dan produktifitas terjaga.

5.2 Saran

Setelah tersusun sistem skoring ini, maka perlu di adakan ini uji validasi skor

prediktif untuk memprediksi kejadian penyakit jantung iskemik pada pekerja dengan

target pencapaian tahap ini adalah tervalidasinya skor prediktif tersebut pada

populasi pekerja yang lebih luas yang memiliki karakteristik yang berbeda. Bila

sistem skoring ini dapat di terapkan pada masyarakat umum, maka perlu di adakan

penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih besar dan heterogen.

41

BAB 6 LUARAN YANG DICAPAI

Luaran yang dicapai berisi Identitas luaran penelitian yang dicapai oleh peneliti

sesuai dengan skema penelitian yang dipilih.

Jurnal

IDENTITAS JURNAL

1 Nama Jurnal Journal of Occupational Health (JOH)

2 Website Jurnal https://mc.manuscriptcentral.com/joccuphealth#

3 Status Makalah Submitted

4 Jenis Jurnal Jurnal International

4 Tanggal Submit 21 Desember 2020

5 Bukti Screenshot submit Terlampir

Pemakalah di Seminar

IDENTITAS SEMINAR

1 Nama Conference International Conference on Natural and Social

Science Education

2 Website Conference https://conference.uhamka.ac.id/lic/

3 Status Makalah Accepted

4 Jenis Prosiding Prosiding International

4 Tanggal Submit 22 Oktober 2020

5 Bukti Screenshot submit Terlampir

42

BAB 7. RENCANA TINDAK LANJUT DAN PROYEKSI HILIRISASI

Hasil Penelitian

Identifikasi orang yang berisiko terkena penyakit jantung

tetapi saat ini tidak memiliki gejala telah menjadi metode

yang diterima untuk pencegahan primer penyakit jantung

iskemik di banyak negara. Kegunaan utama penghitungan

risiko kardiovaskular yang dikembangkan dalam sebuah

sistem skoring adalah untuk membantu pengambilan

keputusan klinis dengan mengidentifikasi pasien berisiko

tinggi dalam perawatan kesehatan primer,sehingga

diharapkan dapat mengurangi morbiditas dan mortalitas

kardiovaskular. Di Indonesia,sejauh ini belum ada penelitian

yang mengembangkan skoring prediktif untuk memprediksi

kejadian penyakit jantung iskemik khususnya di kalangan

pekerja. Dengan demikian penelitian ini merupakan

pengembangan keilmuan dalam bidang kedokteran

khususnya kesehatan kerja.

Rencana Tindak

Lanjut

Rencana selanjutnya dari penelitian ini adalah uji validasi

Skor Prediktif untuk memprediksi kejadian penyakit jantung

iskemik pada pekerja. Target pencapaian tahap ini adalah

tervalidasinya skor prediktif tersebut pada populasi yang

lebih luas yang memiliki karakteristik yang berbeda.

Tahapan terakhir adalah penyusunan rekomendasi kepada

Kementerian Tenaga Kerja dimana target pencapaian tahap

ini adalah tersusunnya suatu rekomendasi perangkat

prediktor untuk memprediksi kejadian penyakit jantung

iskemik pada populasi pekerja.

43

DAFTAR PUSTAKA

Alemu, R., Fuller, E. E., Harper, J. F., & Feldman, M. (2011). Influence of

Smoking on the Location of Acute Myocardial Infarctions. ISRN Cardiology,

2011, 174358. https://doi.org/10.5402/2011/174358

Artigao-rodenas, L. M., Carbayo-herencia, J. A., Divisón-garrote, J. A., & Gil-, V.

F. (2013). Framingham Risk Score for Prediction of Cardiovascular

Diseases : A Population-Based Study from Southern Europe. 8(9), 1–10.

https://doi.org/10.1371/journal.pone.0073529

Bortkiewicz, A., Gadzicka, E., Siedlecka, J., Szyjkowska, A., Viebig, P., Wranicz,

J. K., Kurpesa, M., Dziuba, M., Trzos, E., & Makowiec-Dabrowska, T. (2010).

Work-related risk factors of myocardial infarction. International Journal of

Occupational Medicine and Environmental Health, 23(3), 255–265.

https://doi.org/10.2478/v10001-010-0030-7

Després, J.-P., Lemieux, I., Dagenais, G.-R., Cantin, B., & Lamarche, B. (2000).

HDL-cholesterol as a marker of coronary heart disease risk: the Qu&#xe9;bec

cardiovascular study. Atherosclerosis, 153(2), 263–272.

https://doi.org/10.1016/S0021-9150(00)00603-1

Elkhader, B. A., Abdulla, A. A., & Ali Omer, M. A. (2016). Correlation of smoking

and myocardial infarction among sudanese male patients above 40 years of

age. Polish Journal of Radiology, 81, 138–140.

https://doi.org/10.12659/PJR.894068

Ghani, L., Susilawati, M. D., & Novriani, H. (2016). Faktor Risiko Dominan

Penyakit Jantung Koroner di Indonesia. Buletin Penelitian Kesehatan, 44(3),

153–164. https://doi.org/10.22435/bpk.v44i3.5436.153-164

Gulati, R., Behfar, A., Narula, J., Kanwar, A., Lerman, A., Cooper, L., & Singh, M.

(2020). Acute Myocardial Infarction in Young Individuals. Mayo Clinic

Proceedings, 95(1), 136–156. https://doi.org/10.1016/j.mayocp.2019.05.001

Hussain, M. A., Mamun, A. Al, Peters, S. A. E., Woodward, M., & Huxley, R. R.

(2016). The burden of cardiovascular disease attributable to major modifiable

risk factors in Indonesia. Journal of Epidemiology, 26(10), 515–521.

44

https://doi.org/10.2188/jea.JE20150178

International Labour Organization. (2018). Profil K3 Nasional Indonesia 2018.

Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 287.

Jayaraj, J. C. (2019). Epidemiology of Myocardial Infarction (K. Davatyan (ed.); p.

Ch. 2). IntechOpen. https://doi.org/10.5772/intechopen.74768

Jover, A., Corbella, E., Muñoz, A., Millán, J., Pintó, X., Mangas, A., Zúñiga, M.,

Pedro-Botet, J., & Hernández-Mijares, A. (2011). Prevalence of Metabolic

Syndrome and its Components in Patients With Acute Coronary Syndrome.

Revista Española de Cardiología (English Edition), 64(7), 579–586.

https://doi.org/10.1016/j.rec.2011.03.009

Kusmana, D. (2002). The influence of smoking cessation, regular physical exercise

and/or physical activity on survival: A 13 years cohort study of the Indonesian

population in Jakarta. Medical Journal of Indonesia, 11(4), 230–242.

https://doi.org/10.13181/mji.v11i4.78

Mendis, S., Thygesen, K., Kuulasmaa, K., Giampaoli, S., Mähönen, M., Ngu

Blackett, K., Lisheng, L., & infarction, W. group on behalf of the participating

experts of the W. H. O. consultation for revision of W. H. O. definition of

myocardial. (2011). World Health Organization definition of myocardial

infarction: 2008–09 revision. International Journal of Epidemiology, 40(1),

139–146. https://doi.org/10.1093/ije/dyq165

Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI. (1980). PERATURAN MENTERI

TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI No. Per.02/MEN/1980

TENTANG PEMERIKSAAN KESEHATAN TENAGA KERJA DALAM

PENYELENGGARAAN KESELAMATAN KERJA. Menteri Tenaga Kerja

Dan Transmigrasi RI, 02, 1–6.

Midayati, N. (2018). Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia Februari 2018. Berita

Resmi Statistik, 42, 1–16. https://doi.org/No. 74/11/35/Th.XVI, 5 November

2018

Ramirez, A., & Hu, P. P. (2015). Low high-density lipoprotein and risk of

myocardial infarction. Clinical Medicine Insights: Cardiology, 9, 113–117.

https://doi.org/10.4137/CMC.S26624

45

Reddy, K. (2015). Recent advances in the diagnosis and treatment of acute

myocardial infarction. World Journal of Cardiology, 7(5), 243.

https://doi.org/10.4330/wjc.v7.i5.243

Severino, P., D’Amato, A., Netti, L., Pucci, M., Infusino, F., Maestrini, V.,

Mancone, M., & Fedele, F. (2019). Myocardial ischemia and diabetes mellitus:

Role of oxidative stress in the connection between cardiac metabolism and

coronary blood flow. Journal of Diabetes Research, 2019.

https://doi.org/10.1155/2019/9489826

Shah, N., Kelly, A. M., Cox, N., Wong, C., & Soon, K. (2016). Myocardial

Infarction in the “Young”: Risk Factors, Presentation, Management and

Prognosis. Heart Lung and Circulation, 25(10), 955–960.

https://doi.org/10.1016/j.hlc.2016.04.015

Wati, H., & Thabrany, H. (2017). Perbandingan Klaim Penyakit Katastropik

Peserta Jaminan Kesehatan Nasional di Provinsi DKI Jakarta dan Nusa

Tenggara Timur Tahun 2014. Jurnal Ekonomi Kesehatan Indonesia, 1(2), 18–

27. https://doi.org/10.7454/eki.v1i2.1771

WorldHealthOrganization. (2018). NCDs Country Profiles 2018 WHO. 224.

https://www.who.int/nmh/publications/ncd-profiles-2018/en/

Wu, J., Xia, S., Kalionis, B., Wan, W., & Sun, T. (2014). The Role of Oxidative

Stress and Inflammation in Cardiovascular Aging. BioMed Research

International, 2014. https://doi.org/10.1155/2014/615312

Yusvita, F., & Nandra, N. S. (2018). Gambaran Tingkat Risiko Penyakit Jantung

Dan Pembuluh Darah Pada Pekerja Di Pt . X. Jurnal Forum Ilmiah, 15(2),

267–275.

46

LAMPIRAN

1. Submit ke Jurnal of Occupational Health

2. Presentasi Seminar International Conference on Natural and Social Science

Education