sko

Upload: mario-jeraman

Post on 10-Jan-2016

7 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

struktur dan konstruksi

TRANSCRIPT

  • 1

    MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG

    PERKANTORAN THE BELLEZZA OFFICE

    JAKARTA SELATAN MENGGUNAKAN FLAT SLAB

    Nama Mahasiswa : Silvanus

    NRP : 3105 100 114

    Jurusan : Teknik Sipil FTSP-ITS

    Dosen Konsultasi : Endah Wahyuni, ST., MSc., Ph.D

    Dr.techn. Pujo Aji, ST, MT

    Abstrak

    Dalam perencanaan gedung bertingkat terdapat

    kecenderungan untuk melakukan penghematan.

    Penghematan boleh dilakukan asalkan tidak mengurangi

    unsur kekuatan gedung tersebut. Salah satu alternatif

    pemecahannya adalah dengan menggunakan struktur flat

    slab. Flat slab dicirikan dengan tidak adanya balok

    sepanjang garis kolom dalam, namun balok tepi luar boleh

    jadi ada atau tidak, disesuaikan dengan kebutuhan. Flat

    slab mempunyai kekuatan geser yang cukup dengan adanya

    salah satu atau kedua hal berikut, pertama adanya drop

    panel yang merupakan penebalan plat di daerah kolom,

    kedua dibuatnya kepala kolom yaitu pelebaran yang

    mengecil dari ujung kolom atas (Chu Kia Wang dan Charles

    G. Salmon 1990).

    Dalam ilmu struktur terdapat satu sistem struktur

    yang beban gravitasinya dipikul sepenuhnya oleh rangka

    utama, sedangkan beban lateralnya dipikul oleh rangka

    utama sekurang-kurangnya 25% dan sisanya oleh

    shearwall. Sistem ini dikenal dengan nama sistem ganda,

    dimana gedung THE BELLEZZA ini direncanakan berada

    di zone gempa 3 dan direncanakan dengan sistem ganda.

    Kata kunci : flat slab, sistem ganda, beton

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang Dalam suatu perencanaan gedung, terdapat

    kecenderungan untuk melakukan penghematan-

    penghematan. Penghematan boleh dilakukan asalkan tidak

    mengurangi unsur kekuatan gedung tersebut. Salah satu

    alternatif pemecahannya adalah dengan membuat struktur

    flat slab. Flat slab dicirikan dengan tidak adanya balok

    sepanjang garis kolom dalam, namun balok tepi luar boleh

    jadi ada atau tidak ada, disesuaikan dengan kebutuhan.

    Dalam ilmu struktur terdapat suatu sistem struktur

    yang merupakan gabungan dari Sistem Rangka Pemikul

    Momen (SRPM) dan dinding struktur yang biasa disebut

    dengan sistem ganda. Di dalam perencanaan gedung dengan

    menggunakan sistem ganda, rangka kolom dan dinding

    geser didesain harus mampu menahan gaya geser dasar

    sesuai dengan proporsi kekakuan diantara keduanya.

    Pendistribusiannya adalah kolom menahan gaya geser dasar

    minimal sebesar 25 % sedangkan sisanya ditahan oleh

    dinding geser.

    Dalam tugas akhir ini penyusun akan membuat

    perencanaan struktur dengan objek The Bellezza Office

    Jakarta Selatan dengan menggunakan flat slab yang semula

    direncanakan dengan menggunakan balok dan sistem ganda

    (plat, balok, kolom, dan shear wall) dengan modifikasi pada

    beberapa bagian disesuaikan dengan kebutuhan

    1.2 Rumusan Masalah

    Permasalahan utama dari penyusunan Tugas Akhir ini

    adalah bagaimana merencanakan struktur gedung yang

    menggunakan flat slab dengan sistem ganda. Tujuan secara

    rinci dari permasalahan Tugas Akhir ini yaitu:

    1. Bagaimana merencanakan dmensi dimensi dari struktur utama yang menggunakan flat slab?

    2. Bagaimana memodelkan struktur bangunan yang menggunakan flat slab pada program ETABS?

    3. Bagaimana merencanakan shear wall dengan aturan dual system?

    4. Bagaimana merencanakan penulangan dari strukturstruktur utama yang didapat dari hasil analisa

    ETABS?

    1.3 Maksud dan Tujuan Tujuan secara umum dari penyusunan Tugas Akhir

    ini adalah agar dapat merencanakan struktur gedung yang

    menggunakan flat slab dengan sistem ganda. Tujuan secara

    rinci yang diharapkan dari perencanaan struktur gedung ini

    adalah sebagai berikut :

    1. Dapat mengetahui dimensidimensi dari struktur utama.

    2. Dapat membuat pemodelan struktur bangunan yang menggunakan flat slab pada program

    ETABS untuk kemudian dianalisa sesuai

    dengan SNI 03-1726-2002 dan kemudian

    dipakai dalam perhitungan struktur utama.

    3. Dapat merencanakan shear wall yang perencanaannya sesuai dengan aturan dual

    system.

    4. Dapat menghitung tulangan yang dibutuhkan oleh struktur utama.

    1.4 Batasan Masalah Dalam penyusunan tugas akhir ini permasalahan

    akan dibatasi sampai dengan batasanbatasan sebagai berikut :

    1. Pada perencanaan ini tidak meninjau analisa

    biaya dan manajemen konstruksi didalam

    menyelesaikan pekerjaan proyek.

    2. Tidak meninjau segi arsitekturalnya.

    3. Tidak merencanakan pondasi.

    4. Mutu beton dan tulangan struktur digunakan

    fc=30 Mpa dan fy = 400 Mpa, sehingga nilai = 0,85.

    5. Peraturan yang dipakai SNI 03 2847 2002 ,

    SNI 03 1726 2002 dan Revisi SNI 03-1727-1989.

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Umum Di dalam konstruksi beton bertulang pelat dipakai

    untuk mendapatkan permukaan datar. Jika nilai

    perbandingan antara panjang dan lebar pelat lebih dari 2,

    digunakan penulangan 1 arah (one way slab). Dan apabila

    nilai perbandingan antara panjang dan lebar pelat tidak lebih

    dari 2, digunakan penulangan 2 arah (two way slab) (Winter,

    1993). Untuk flat plate dan flat slab dicirikan oleh tidak

    adanya balok-balok sepanjang garis kolom dalam, namun

    balok-balok tepi pada tepi-tepi luar lantai boleh jadi ada atau

    tidak ada. Pada flat plate umumnya dipakai apabila panjang

    bentang tidak terlalu besar dan beban yang bekerja bukan

    merupakan beban yang berat.

  • 2

    Flat slab berbeda dari flat plate dalam hal bahwa

    lantai flat slab mempunyai kekuatan yang cukup dengan

    adanya salah satu atau kedua hal berikut :

    a. Drop Panel yaitu pertambahan tebal plat didalam daerah kolom.

    b. Kepala kolom (Column Capital) yaitu pelebaran mengecil dari ujung kolom atas.

    Gambar 2.1 Konstruksi flat slab (Ferguson, 1991)

    2.2 Analisa Struktur Flat Slab Analisa suatu konstuksi flat slab dapat dilakukan

    dengan dua cara, yaitu dengan metode desain langsung

    (direct design methode) dan metode potal ekuivalen.

    Perbedaan analisa antara dua metode yaitu pada

    metode perencanaan langsung, yang diperoleh adalah

    pendekatan momen dan geser dengan menggunakan

    koefisien-koefisien yang disederhanakan. Sedangkan

    metode rangka ekuivalen menganggap portal (rangka)

    idealisasi ini serupa dengan portal aktual sehingga hasilnya

    akan lebih eksak dan mempunyai batasan penggunaan yang

    lebih sedikit dibandingkan dengan metode perencanaan

    langsung (Nawy, 1998).

    2.3 Konsep Desain Tujuan Perencanaan Struktur tahan gempa adalah

    mengurangi kerusakan struktur bangunan, sehingga sebisa

    mungkin masih dapat diperbaiki, membatasi

    ketidaknyamanan penghuni saat terjadi gempa (sedang),

    melindungi layanan bangunan yang vital dan menghindari

    korban jiwa (kuat).

    Falsafah Perencanaan Bangunan Tahan Gempa

    1. Bangunan dapat menahan gempa ringan tanpa mengalami kerusakan

    2. Bangunan dapat menahan gempa sedang tanpa kerusakan yang berarti pada struktur utama,

    walaupun ada kerusakan pada struktur sekunder.

    3. Bangunan dapat menahan gempa tinggi tanpa mengalami keruntuhan total bangunan, walaupun

    bagian struktur utama sudah mengalami kerusakan

    atau mencapai pelelehan.

    2.4 Sistem Ganda Pengertian dari Sistem Ganda di dalam SNI 03

    1726 2002 mempunyai 3 ciri dasar yaitu: 1. Rangka ruang lengkap berupa SRPM (Sistem

    Rangka Pemikul Momen) yang penting berfungsi

    memikul beban gravitasi.

    2. Sistem struktur yang beban gravitasinya dan gaya lateralnya diterima space frame dan dinding geser,

    yang mana space frame memikul beban lateral

    minimal sebesar 25 % dan sisanya dipikul oleh

    dinding geser.

    3. Dinding geser dan SRPM direncanakan untuk menahan gaya gempa secara proposional

    berdasarkan kekuatan relatifnya.

    Untuk daerah dengan resiko gempa tinggi,yaitu

    Wilayah Gempa 5 dan 6, rangka ruang itu harus didisain

    sebagai SRPMK dan DS harus sesuai ketentuan SNI 2847

    Pasal 23.6.6 yaitu sebagai DSBK termasuk ketentuan

    ketentuan Pasal pasal sebelumnya yang masih berlaku. Di

    Wilayah Gempa 3 dan 4, SRPM harus SRPMM dan DS tak

    perlu detailing khusus. Untuk WG 1 dan 2, SRPM boleh

    pakai Rangka Pemikul Momen Biasa juga DS pakai DS

    Beton Biasa (Purwono, 2005).

    Gedung yang direncanakan berada di zone 3 yang

    merupakan daerah dengan resiko gempa menengah,

    sehingga rangka ruang didisain sebagai SRPMM dan DS tak

    perlu detailing khusus.

    2.4.1 Sistem Penahan Gaya Lateral Besarnya beban lateral kadang-kadang lebih besar

    dari beban gravitasi. Dan untuk menghindari terjadinya

    keruntuhan akibat beban lateral, maka direncanakan sistem

    penahan gaya lateral. Dalam SNI-2002 terdapat beberapa

    macam komponen sistem penahan gaya lateral, diantaranya

    adalah shearwall (dinding geser), braced frame, dan bearing

    wall.

    2.4.2 Macam, Bentuk dan Tipe Shear wall Dinding geser merupakan sistem penahan gaya lateral

    yang menahan gaya lateral akibat gempa dari gedung dan

    gaya geser dasar horisontal yang diakibatkan oleh gaya

    lateral tersebut. Dalam struktur dinding penahan lateral

    (shear wall) mempunyai bentuk-bentuk dan variasi yang

    berbeda-beda, dimana dimensi dari dinding geser

    dipengaruhi besarnya gaya lateral yang diterima oleh

    dinding geser. Pada gedung bertingkat tinggi sering juga

    digunakan dinding geser dengan flange wall, seperti pada

    tipe T dan L dimana efektif untuk struktur bertingkat tinggi

    dan membutuhkan duktilitas terbatas ketika flange untuk

    kondisi tekan.

    Tipe dinding geser dapat dibedakan menurut variasi

    dinding geser terhadap ketinggiannya. Untuk gedung dengan

    ukuran sedang, bentuk dari dinding geser seperti diatas tidak

    mengalami perubahan terhadap ketinggian struktur. Dan

    untuk gedung bertingkat tinggi tipe-tipe dinding geser yang

    biasa digunakan dapat dibedakan sebagai berikut, yaitu :

    cantilever wall, cantilever wall dengan ruang terbuka dan

    coupled wall.

    BAB III

    METODOLOGI

    3.1 Umum Bab ini menjelaskan urutan pelaksanaan penyelesaian

    yang akan digunakan dalam penyusunan Tugas Akhir.

    3.2 Langkah-langkah Penyelesaian Berikut akan dijelaskan langkah-langkah yang

    diambil untuk menyelesaikan tugas akhir ini, yang

    ditunjukkan dalam diagram alir pada gambar 3.1.

    3.2.1 Pengumpulan Data Data-data perencanaan secara keseluruhan mencakup

    data umum bangunan, data bahan dan data tanah.

    KOLOM

    FLAT SLAB

    DROP PANEL

    FLAT SLAB

    DROP PANEL

    KOLOM

  • 3

    Studi Literatur

    Perubahan

    Dimensi

    Pengumpulan Data

    Gambar - AutoCAD

    Perencanaan Struktur Sekunder

    Perencanaan Struktur Utama

    Preliminary Design

    Flat Slab, Kolom, Balok Tepi, Shearwall

    Analisa Pembebanan

    Berdasarkan PPIUG 1983

    SNI 03 1726 2002

    - Data Umum Bangunan Nama gedung : The Belezza Office

    Lokasi : Jakarta Selatan

    Fungsi : Gedung perkantoran

    Zone gempa : 3 ( menengah )

    Jumlah lantai : 12 lantai

    Tinggi Bangunan : 45 m

    Ketinggian tiap lantai : 3,75 m

    Struktur utama : Beton Bertulang

    Data Bahan :

    Kekuatan tekan beton (f c) = 30 MPa Tegangan leleh baja (fy) = 400 Mpa

    Gambar 3.1 Diagram alir penyelesaian tugas akhir

    BAB IV

    PERENCANAAN DIMENSI STRUKTUR

    4.1 Umum

    Bab ini berisi perhitungan-perhitungan untuk

    menentukan perkiraan awal dari struktur bangunan.

    Dimensi yang ditentukan pada bab ini antara lain adalah

    ukuran pelat beserta dimensi dari drop panel yang akan

    direncanakan, ukuran kolom, dimensi balok tepi, dan ukuran

    shear wall.

    4.2 Perencanaan Dimensi Pelat

    Hal-hal yang direncanakan antara lain tebal dari

    pelat yang pada perencanaan ini menggunakan flat slab,

    dimensi dari drop panel, dan dihitung juga tebal ekivalen

    dari pelat.

    Gambar 4.2 Dimensi pelat,drop panel dan

    kolom (m)

    4.3 Perencanaan Ukuran Kolom Dalam menentukan dimensi kolom pada tahap

    preliminary design ini menggunakan cara tributary area.

    Kolom yang ditinjau adalah kolom pada lantai dasar yang

    menerima beban terbesar.

    Didapatkan ukuran kolom : 85 85 cm2

    Gambar 4.4Ukuran kolom (cm)

    4.4 Perencanaan Ukuran Balok Tepi Desain dengan menggunakan peraturan SNI 03-

    2847-2002 Bab 11.5.2 dalam Tabel 8 disebutkan bahwa

    tebal minimum balok non prategang atau pelat satu arah bila

    lendutan tidak dihitung pada kedua ujung menerus yaitu

    h = 21

    1 Didapatkan dimensi balok tepi 30/50.

    Gambar 4.5 Ukuran balok tepi (m)

    4.5 Perencanaan Ukuran Dinding Geser

    Menurut SNI 03-2847-2002 pasal 16.5.3.(1) :

    ketebalan dinding pendukung tidak boleh kurang daripada

    25

    1 tinggi atau panjang bagian dinding yang ditopang

    secara lateral, diambil yang terkecil, dan tidak kurang

    daripada 100 mm.

    Jadi, didapatkan tebal shearwall sebesar 30 cm dan telah

    memenuhi syarat.

    OK

    START

    Kontrol

    Desain

    END

    NOT OK

  • 4

    Gambar 4.6 Dimensi dinding geser (m)

    BAB V

    PERENCANAAN STRUKTUR SEKUNDER

    5.1 Umum Pada bab ini akan dijelaskan mengenai

    perancangan pada komponen komponen struktur yang termasuk dalam struktur sekunder, diantaranya adalah

    struktur tangga dan struktur balok lift.

    5.2 Perencanaan Tangga Dalam perencanaan ini tangga diasumsikan sebagai

    frame 2 dimensi, yang kemudian dianalisa untuk

    menentukan gayagaya dalamnya dengan perencanaan struktur statis tertentu. Dalam perhitungan ini perletakan

    diasumsikan sebagai sendi-rol.

    Gambar 5.1 Denah tangga (m)

    Data data perencanaan : a. Lebar tangga : 120 cm b. Tebal pelat miring : 15 cm c. Tebal pelat bordes : 15 cm d. Tebal selimut beton : 20 mm l. Tinggi injakan ( t ) : 19 cm

    m. Lebar injakan ( i ) : 26 cm

    5.2.1 Analisa Gaya-Gaya Dalam

    Gambar 5.3 Analisa Gaya Dalam Tangga (m)

    Didapatkan, VA = 4423 Kg

    VB = 4124,336 Kg

    Didapatkan gaya-gaya dalam pada pelat tangga dan bordes:

    Gambar 5.6 Bidang momen dan lintang pada tangga

    5.2.2 Perhitungan Penulangan Pelat Tangga dan Bordes

    b =

    yy

    c

    ff

    f

    600

    600'85,0 1 = 0,033

    max = 0,75 b = 0,75 0,033 = 0,025

    min b = fy

    4.1 = 400

    4.1 = 0,0035

    min = 0,0018

    m =

    c

    y

    f

    f

    85.0 =

    3085.0

    400 = 15,68

    d = 150 20 (0,5 16) = 122 mm Perhitungan tulangan pelat tangga:

    Tulangan lentur = D16-105

    Tulangan pembagi = 8-120 Perhitungan tulangan pelat bordes :

    Tulangan lentur = D14-190

    Tulangan pembagi = 8-190

    5.2.5 Penulangan Balok Tangga Dipakai dimensi balok tangga 20/30.

    1. Penulangan lentur balok tangga

    Tumpuan Digunakan tulangan lentur 2D16 (Aspakai = 401,92 mm

    2)

    Lapangan Digunakan tulangan lentur 2D16 (As pakai = 401,92 mm

    2)

    5.3 Perencanaan lift

    Pada perancangan lift ini meliputi balok pemisah

    sangkar dan balok penumpu depan. Lift yang digunakan

    pada perancangan pada Tugas Akhir ini adalah lift yang

    diproduksi oleh Sigma dengan data data sebagai berikut :

    Tipe lift : Passenger

    Merk : Sigma

    Kapasitas :17orang (1150 kg)

    q1 =1482 Kg/m

    C B

    A

    q2 =1051,2 Kg/m

    3.75

    5.2 0.8

    +

    +

    A

    C B

    6600,16 Kgm

    2963,1 Kgm

    -- BC

    A

    +

    3571,Kg

    -2651 Kg-3283,376 Kg

    -4124,336 Kg

  • 5

    Kecepatan : 60 m/menit

    Lebar pintu (opening width) : 1000 mm

    Dimensi sangkar (car size) Outside : 2240 1785 mm

    2

    Inside : 2150 1600 mm2

    Dimensi ruang luncur (hoistway) Duplex : 5700 2350 mm

    2

    Dimensi ruang mesin (duplex) : 5700 2350 mm2

    Beban reaksi ruang mesin R1 = 13900 kg R2 = 9350 kg

    5.3.3 Penulangan Balok Pemisah Sangkar (25/30)

    1. Penulangan lentur

    a. Tumpuan Tulangan terpasang 3 D14 dengan As = 4,62 cm

    2

    Tulangan tekan 2 D14 dengan As

    = 3,08 cm2

    b. Lapangan Tulangan terpasang 3 D14 dengan As = 4,62 cm

    2

    Tulangan tekan 2 D14 dengan As

    = 3,08 cm2

    2. Penulangan geser

    Dipasang tulangan 10 120

    5.3.4 Penulangan Balok Penumpu Depan (40/60)

    1. Penulangan lentur a. Tumpuan

    Tulangan terpasang 3 D22 dengan As = 11,4 cm2

    Tulangan tekan 2 D22 dengan As

    = 7,6 cm2

    b. Lapangan Tulangan terpasang 3 D22 dengan As = 11,4 cm

    2

    Tulangan tekan 2 D22 dengan As

    = 7,6 cm2

    2. Penulangan geser Jarak antar sengkang maksimum tidak boleh lebih dari

    d/2 = 593/2 = 296,5 mm maka dipasang 10-290

    5.3.5 Penulangan Balok Penumpu Belakang (40/60)

    1. Penulangan lentur a. Tumpuan

    Tulangan terpasang 4 D22 dengan As = 15,2 cm2

    Tulangan tekan 3 D22 dengan As

    = 11,4 cm2

    b. Lapangan Tulangan terpasang 3 D22 dengan As = 11,4 cm

    2

    Tulangan tekan 2 D22 dengan As

    = 7,6 cm2

    2. Penulangan geser Jarak antar sengkang maksimum tidak boleh lebih dari

    d/2 = 593/2 = 296,5 mm maka dipasang 10-290

    BAB VI

    PERENCANAAN STRUKTUR PRIMER

    6.1 Umum Bab ini akan membahas mengenai analisa dan

    perhitungan dari struktur primer. Hal yang akan dibahas

    pertama kali adalah merencanakan beban gempa yang

    bertujuan untuk mendapatkan beban gempa yang sesuai

    dengan peraturan untuk dibebankan kedalam struktur

    gedung. Setelah didapat gaya gaya dalam yang merupakan output dari hasil analisa program ETABS v9.2.0, maka

    dilakukan perhitungan untuk menentukan jumlah tulangan.

    Jadi, struktur primer yang ditinjau pada bab ini meliputi:

    1. Pelat (flat slab). 2. Balok tepi. 3. Kolom. 4. Dinding geser.

    6.11 Perencanaan Pelat

    6.11.1 Perencanaan Lentur Pelat

    - SNI 03-2847-2002 pasal 23.10.6.

    Pengaturan tersebut menyangkut banyaknya tulangan yang

    harus dipasang menerus sepanjang jalur kolom.

    Perhitungan penulangan diambil contoh pada pelat

    lantai 7 dengan ukuran 7 7 m2

    (P1). Dengan data- data

    sebagai berikut :

    Mutu beton ( fc ) = 30 Mpa

    Mutu baja tulangan ( fy ) = 400 Mpa

    h pelat = 20 cm

    h drop panel = 15 cm

    Ukuran plat = 700 700 cm2

    Ukuran drop panel = 240 240 cm2

    b =

    yy

    c

    ff

    f

    600

    600'85,0 1 = 0,033

    max = 0,75 b = 0,75 0,033 = 0,025

    400

    4,1min

    = 0,0035

    m =

    c

    y

    f

    f

    '85.0 =

    3085.0

    400 = 15,6

    6.11.1.1 Penulangan Jalur Kolom

    Arah x Tumpuan

    As = b d = 0,0163 1000 319 = 5192,89 mm2

    Digunakan tulangan D 22 70 (As = 5427,71 mm2)

    Tulangan atas minimum yang harus dipasang menerus

    sepanjang bentang arah x

    = As = 5427,71 = 1356,92 mm2

    Tulangan bawah minimum yang harus dipasang menerus

    sepanjang bentang arah x

    = 1/3 As = 1/3 5427,71 = 1809,23 mm2

    As = b d = 0,0083 1000 319

    = 2645,67 mm2 > 1809,23 mm

    2 (OK)

    Digunakan tulangan D 22 140 (As = 2713,86 mm2)

    Lapangan

    As = b d = 0,031 1000 169 = 5239 mm2

    Digunakan tulangan D 22 70 (As = 5427,7 mm2)

    As = b d = 0,016 1000 169 = 2704 mm2

    Digunakan tulangan D 22 135 (As = 2814,37 mm2)

    Arah y

    Tumpuan

    As = b d = 0,00155 1000 319 = 4944,5 mm2

    Digunakan tulangan D 22 75 (As = 5065,87 mm2)

    Tulangan atas minimum yang harus dipasang menerus

    sepanjang bentang arah y

    = As = 5065,87 = 1266,47 mm2

    Tulangan bawah minimum yang harus dipasang menerus

    sepanjang bentang arah y

    = 1/3 As = 1/3 5065,87 = 1688,62 mm2

    As = b d = 0,0079 1000 319

    = 2520,1 mm2 > 1688,62 mm

    2 (OK)

    Digunakan tulangan D 22 150 (As = 2532,93 mm2)

    Lapangan

    As = b d = 0,021 1000 169 = 3549 mm2

    Digunakan tulangan D 22 105 (As = 3618,5 mm2)

    As = b d = 0,011 1000 169 = 1859 mm2

  • 6

    Digunakan tulangan D 22 200 (As = 1899,7 mm2)

    6.11.1.2 Penulangan jalur tengah

    Arah x

    Tumpuan

    As = b d = 0,027 1000 169 = 4563 mm2

    Digunakan tulangan D 22 80 (As = 4749,25 mm2)

    As = b d = 0,014 1000 169 = 2366 mm2

    Digunakan tulangan D 22 160 (As = 2374,6 mm2)

    Lapangan

    As = b d = 0,025 1000 169 = 4225 mm2

    Digunakan tulangan D 22 85 (As = 4469,88 mm2)

    As = b d = 0,013 1000 169 = 2197 mm2

    Digunakan tulangan D 22 170 (As = 2234,9 mm2)

    Arah y

    Tumpuan

    As = b d = 0,027 1000 169 = 4563 mm2

    Digunakan tulangan D 22 80 (As = 4749,25 mm2)

    As = b d = 0,014 1000 169 = 2366 mm2

    Digunakan tulangan D 22 160 (As = 2374,625 mm2)

    Lapangan

    As = b d = 0,025 1000 169 = 4225 mm2

    Digunakan tulangan D 22 85 (As = 4469,88 mm2)

    As = b d = 0,013 1000 169 = 2197 mm2

    Digunakan tulangan D 22 170 (As = 2234,94 mm2)

    6.11.2 Penulangan Geser Plat

    6.11.2.1 Penulangan Geser Plat Kolom Interior

    -SNI 03-2847-2002 Ps. 13.12.6

    Dari perhitungan program bantu Etabs v9.2, didapat :

    Vu = 19038 kg

    Mu = 48765 kgm

    dari perhitungan didapatkan Vu < Vc maka tidak perlu

    penulangan geser

    6.11.2.2 Penulangan Geser Pelat Kolom Eksterior

    Dari perhitungan program bantu Etabs v9.2, didapat :

    Vu = 16301 kg

    Mu = 25625 kgm

    Dari perhitungan didapatkan Vu < Vc maka tidak perlu

    penulangan geser

    6.12 Perancangan Balok Tepi

    Untuk perancangan balok tepi, diambil balok tepi

    B1. Perhitungan struktur mempertimbangkan beberapa

    kombinasi beban yang terjadi.

    6.12.1 Data Perancanganf c = 30 MPa

    fy = 400 Mpa

    h = 500 mm

    b = 300 mm

    Dtul. longitudinal = 25 mm

    Dsengkang = 10 mm

    d = 40 + 10 + 25 = 62,5 mm dx = h d = 500 62,5= 437,5 mm

    0035,0400

    4,14,1min

    yf

    yy

    c

    balff

    f

    600

    6001.'.85,0 = 0,0325

    balance75,0

    max = 0,75 0,0325 = 0,025

    69,153085,0

    400

    '.85,0 xf

    fm

    c

    y

    6.12.2 Penulangan Daerah Tumpuan Kiri Balok Tepi

    Akibat Momen Positif

    Mu = + 17589 kgm = +175890000 Nmm

    As = b d = 0,0105 300 437,5 = 1378,125 mm2

    Digunakan Tulangan Lentur 3 D25

    As ada = 1471,875mm2 > Asperlu = 1378,125 m

    2...........(Ok)

    As = b d = 0,0055 300 437,5 = 721,875 mm

    2

    Digunakan Tulangan Lentur 2 D25

    Asada = 981,25 mm2 > Asperlu = 721,875 mm

    2..............( Ok)

    Akibat Momen Negatif

    Mu = -27262 kg.m = -272620000 Nmm

    As = b d = 0,0166 300 437,5 = 2178,75 mm2

    Digunakan Tulangan Lentur 5 D25

    As ada = 2453,125 mm2 > As perlu = 2178,75 mm

    2.......(Ok)

    As = b d = 0,0079 300 437,5 = 1036,875 mm2

    Digunakan Tulangan Lentur 3 D25

    As ada = 1471,875 mm2 > As perlu = 1036,875 mm

    2.......( Ok)

    Maka tulangan yang dipakai adalah yang terbesar

    Tulangan atas = 5 D25 (As = 2455 mm2 )

    Tulangan bawah = 3 D25 (As = 1473 mm2 )

    6.12.3 Penulangan Daerah Lapangan Balok Tepi

    Mu = 7835 kgm = 78350000 Nmm

    As = b d = 0,0047 300 437,5 = 616,875 mm2

    Digunakan Tulangan Lentur 2 D 25

    As ada = 981,25 mm2 > As perlu = 616,875 mm

    2..............(Ok)

    As = min b d = 0,0035 300 437,5 = 459,375 mm2

    Digunakan Tulangan Lentur 2 D 25

    Asada = 982 mm2 > Asperlu = 459,375 mm

    2.................(Ok)

    6.12.4 Penulangan Daerah Tumpuan Kanan Balok Tepi

    Akibat Momen Negatif

    Mu = -24883 kgm = -248830000 Nmm

    As = b d = 0,0152 300 437,5 = 1995 mm2

    Digunakan Tulangan Lentur 5 D25

    As ada = 2453,125 mm2 > As perlu = 1995 mm

    2............(Ok)

    As = b d = 0,008 300 437,5 = 1050 mm2

    Digunakan Tulangan Lentur 3 D25

    Asada = 1471,875 mm2 > Asperlu = 1050 mm

    2..............( Ok)

    Akibat Momen Positif

    Mu = +17292 kgm = +172920000 Nmm

    As = b d = 0,0105 300 437,5 = 1378,125 mm2

    Digunakan Tulangan Lentur 3 D25

    As ada = 1471,875 mm2 > As perlu = 1378,125 mm

    2.........(Ok)

    As = b d = 0,0055 300 437,5 = 721,875 mm2

    Digunakan Tulangan Lentur 2 D25

    Asada = 982 mm2 > Asperlu = 721,875 mm

    2..............( Ok)

    Maka tulangan yang dipakai adalah yang terbesar

    Tulangan atas = 5 D25 (As = 2455 mm2 )

    Tulangan bawah = 3 D25 (As = 1473 mm2 )

    6.12.6 Penulangan Geser Balok

    - SNI 03-2847-2002 pasal 23.10.4(2) :

    6.12.6.1 Penulangan Geser Tumpuan Balok

    Dipasang 12 - 120 mm sepanjang 2h = 2.500 = 1000 mm

    dari muka kolom, dimana tulangan geser pertama dipasang

    50 mm dari muka kolom.

    6.12.6.2 Penulangan Geser Lapangan Balok Tepi

    Pemasangan tulangan geser di luar sendi plastis (>2h)

    Dipasang 12 - 150 mm

    -26258 -64063.17

    13372 28077.54 7835

  • 7

    6.13 Penulangan Kolom

    6.13.1 Kolom Interior

    Untuk contoh penulangan, akan digunakan kolom

    interior yang terletak pada lantai dasar (K2) dengan data :

    Dimensi kolom = 850 850 mm2

    Mutu beton, fc = 30 MPa Mutu baja, fy = 400 MPa

    Diameter tul utama = D25 mm

    Diameter tul sengkang = 12 mm

    6.13.1.1 Perhitungan Tulangan Lentur Kolom Interior

    Perhitungan penulangan memanjang kolom

    menggunakan program bantu PCACOL v3.64. Berdasarkan

    kombinasi beban, ternyata untuk semua lantai kolom interior

    memerlukan tulangan memanjang yang sama sebanyak 1,09

    % atau 16D25. Prosentase kolom ini sesuai syarat SNI 03-

    2847-2002 Pasal 23.4.3.1 yaitu antara 1 % - 6 % telah

    terpenuhi.

    6.13.1.2 Kontrol Kapasitas Beban Aksial Kolom Interior

    Terhadap Beban Aksial Terfaktor

    - SNI 03-2847-2002 Pasal 12.3.5.2 : kapasitas beban aksial

    kolom tidak boleh kurang dari beban aksial terfaktor hasil

    analisa struktur.

    st A

    yf)

    stA

    g (A'

    c f , ,)(n.P 85080max

    = 11109059 N = 11109,059 kN > 7654.92 kN OK

    6.13.1.3 Persyaratan Strong Column Weak Beams Sesuai dengan filosofi desain kapasitas , maka SNI

    -2847-2002 pasal 23.4.2 mensyaratkan bahwa

    ge MM 5/6 . Dimana Me adalah momen

    kapasitas kolom dan Mg merupakan momen kapasitas balok. Karena pada tugas akhir ini tidak menggunakan balok

    interior, jadi momen kapasitas untuk balok menggunakan

    momen kapasitas dari jalur kolom pelat. Perlu dipahami

    bahwa Me harus dicari dari gaya aksial terfaktor yang

    menghasilkan kuat lentur terendah, sesuai dengan arah

    gempa yang ditinjau yang dipakai untuk memeriksa syarat

    strong column weak beam. Setelah kita dapatkan jumlah

    tulangan untuk kolom, maka selanjutnya adalah mengontrol

    apakah kapasitas kolom tersebut sudah memenuhi

    persyaratan strong kolom weak beam.

    Nilai momen nominal jalur kolom pelat yang

    menggunakan tulangan atas D 2270 (As = 5427,71 mm2)

    dan tulangan bawah D 22140 (As = 2713,86 mm2) adalah

    sebesar:

    Momen Nominal Kiri

    a = 24003085,0

    400 5427,71

    '85,0 bf

    fA

    c

    ys = 35,48 mm

    Mnr = As fy2

    ad = 654,07 kNm

    Momen Nominal Kanan

    a = 24003085,0

    400 5427,71

    '85,0 bf

    fA

    c

    ys = 35,48 mm

    Mnr = As fy2

    ad = 654,07 kNm

    Jadi, 5

    6 Mg = [ 56 (654,07+ 654,07)] = 1569,768 kNm

    Me = [(1800 + 1775)] / 0,65 = 5500 kNm

    Karena ge MM 56 , maka persyaratan Strong

    Column Weak Beam terpenuhi.

    6.13.1.4 Kebutuhan Tulangan Geser

    - SNI 03-2847-2002 pasal 23.10.5.1

    Digunakan sengkang 2 12-100.

    Sengkang pertama harus dipasang tidak lebih dari 0,5 so dari

    muka hubungan balok kolom.

    Pengekangan pada luar sendi plastis

    - SNI 03-2847-2002 pasal 23.10.5.4, spasi sengkang ikat

    diseluruh penampang kolom tidak boleh lebih dari: 2So =

    2(100) = 200mm

    Sehingga dipakai sengkang 212-200.

    6.13.1.5 Panjang Lewatan pada Sambungan Tulangan

    Kolom Interior

    - SNI 03-2847-2002 Ps.14.2.3

    - SNI 03-2847-2002 pasal 14.15.1

    Sambungan lewatan tulangan ulir dan kawat ulir dalam

    kondisi tarik harus menggunakan sambungan kelas B, yaitu

    sepanjang 1,3 ld dan tidak kurang dari 300 mm. Sehingga :

    Panjang lewatan = d3,1

    = 5,6573,1 =854,75mm 855 mm > 300 mm

    6.13.2 Kolom Eksterior

    Untuk contoh penulangan, akan digunakan kolom Eksterior

    yang terletak pada lantai dasar (K1) dengan data :

    Dimensi kolom = 850 850 mm2

    Mutu beton, fc = 30 MPa Mutu baja, fy = 400 MPa

    Diameter tul utama = D25 mm

    Diameter tul sengkang = 14 mm

    6.13.2.1 Perhitungan Tulangan Lentur Kolom Eksterior

    Perhitungan penulangan memanjang kolom

    menggunakan program bantu PCACOL v3.6. Berdasarkan

    kombinasi beban, ternyata untuk semua lantai kolom

    eksterior memerlukan tulangan memanjang yang sama

    sebanyak 1,09 % atau 16D25. Prosentase kolom ini sesuai

    syarat SNI 03-2847-2002 Pasal 23.4.3.1 yaitu antara 1 % - 6

    % telah terpenuhi.

    6.13.2.2 Kontrol Kapasitas Beban Aksial Kolom

    Eksterior Terhadap Beban Aksial Terfaktor

    - SNI 03-2847-2002 Pasal 12.3.5.2 : kapasitas beban aksial

    kolom tidak boleh kurang dari beban aksial terfaktor hasil

    analisa struktur.

    st A

    yf)

    stA

    g (A'

    c f , ,)(n.P 85080max

    785040078502

    8503085065080 ) ( , , ,

    = 11109059 N = 11109,059 kN > 4514.14 kN OK

    6.13.2.3 Persyaratan Strong Column Weak Beams Sesuai dengan filosofi desain kapasitas , maka SNI

    -2847-2002 pasal 23.4.2 mensyaratkan bahwa

  • 8

    ge MM 5/6 . Dimana Me adalah momen

    kapasitas kolom dan Mg merupakan momen kapasitas balok. Perlu dipahami bahwa Me harus dicari dari gaya

    aksial terfaktor yang menghasilkan kuat lentur terendah,

    sesuai dengan arah gempa yang ditinjau yang dipakai untuk

    memeriksa syarat strong column weak beam. Setelah kita

    dapatkan jumlah tulangan untuk kolom, maka selanjutnya

    adalah mengontrol apakah kapasitas kolom tersebut sudah

    memenuhi persyaratan strong kolom weak beam.

    Nilai momen nominal balok tepi yang menggunakan

    tulangan atas 5D25 (As = 2455 mm2

    ) dan tulangan bawah 3

    D25 (As = 1473 mm2 ) adalah sebesar:

    Momen Nominal Kiri

    a = 3003085,0

    400 2455

    '85,0 bf

    fA

    c

    ys = 128,37 mm

    Mnr = As fy2

    ad = 366,6 kNm

    Momen Nominal Kanan

    a = 3003085,0

    400 2455

    '85,0 bf

    fA

    c

    ys = 128,37 mm

    Mnl = As fy2

    ad = 366,6 kNm

    Jadi, 5

    6 Mg = [ 56 (366,6+ 366,6)] = 879,84 kNm

    Me = [(1600 + 1575)] / 0,65 = 4884,615 kNm

    Karena ge MM 56 , maka persyaratan Strong

    Column Weak Beam terpenuhi.

    6.13.2.4 Kontrol Persyaratan Kolom Eksterior Terhadap

    Gaya Geser Rencana Ve

    - SNI 03-2847-2002 pasal 23.10.5.1

    Digunakan sengkang 2 12-150.

    Sengkang pertama harus dipasang tidak lebih dari 0,5 so dari

    muka hubungan balok kolom.

    Pengekangan pada luar sendi plastis

    - SNI 03-2847-2002 pasal 23.10.5.4, spasi sengkang ikat

    diseluruh penampang kolom tidak boleh lebih dari: 2So =

    2(130) = 260mm

    Sehingga dipakai sengkang 212-200.

    6.13.2.5 Panjang Lewatan pada Sambungan Tulangan

    Kolom Eksterior

    - SNI 03-2847-2002 Ps.14.2.3

    - SNI 03-2847-2002 pasal 14.15.1, sambungan lewatan

    tulangan ulir dan kawat ulir dalam kondisi tarik harus

    menggunakan sambungan kelas B, yaitu sepanjang 1,3 ld

    dan tidak kurang dari 300 mm. Sehingga :

    Panjang lewatan= d3,1 =854,75mm 855 mm > 300mm 6.13.2.6 Perencanaan Hubungan Balok Kolom

    - SNI 03-2847-2002 ps.23.10.5.3

    Digunakan sengkang 2 12-100 mm untuk dipasang pada

    HBK.

    6.14 Perancangan Dinding Geser tipe Siku

    6.14.1 Data Perancangan

    Mutu beton (f c) = 30 MPa

    Mutu baja (fy) = 400 MPa

    Tebal Shearwall = 30 cm

    Tinggi Shearwall = 45 m

    Tebal selimut beton Panel = 40 mm

    6.14.2 Kontrol Kapasitas Beban Aksial Dinding Geser

    Tipe Siku terhadap Beban Aksial

    - SNI 03-2847-2002 pasal 16.5.2 2

    32155,0

    h

    kAfP cgcnw

    ,

    = 24075 kN > Pu max = 6661,14 kN OK!

    6.14.3 Geser Rencana

    - SNI 03-2847-2002 Pasal 16.3, rasio tulangan vertikal ( v)

    tidak boleh kurang dari 0,0012 dan 0,002 untuk rasio

    tulangan horizontal ( h). Tulangan horizontal menggunakan

    2 12 dengan spasi 300 mm, dan vertikal 2D12 dengan

    spasi 250 mm.

    a. Kontrol rasio tulangan vertikal :

    250300

    226= 0,003 > 0,0012 OK!

    b. Kontrol rasio tulangan horizontal :

    300300

    226= 0,0025 > 0,0025 OK!

    6.14.4 Kontrol dan Desain Panjang Daerah Komponen

    Batas (Boundary Zone) Dinding Geser

    Menurut 03-2847-2002 Pasal 23.6.6.2(a) daerah tekan harus diberi komponen batas bila :

    w

    u

    w

    h

    c

    600

    ; dimana w

    u

    htidak boleh diambil

    kurang dari 0,007.

    Dari perumusan pasal 23.6.6.2a diatas menunjukkan bahwa

    shearwall tersebut tidak membutuhkan komponen batas , hal

    ini disebabkan baban aksial yang bekerja pada shearwall

    relatif kecil.

    BAB VII

    KESIMPULAN DAN SARAN

    7.1 Kesimpulan

    Berdasarkan keseluruhan hasil analisa yang telah

    dilakukan dalam penyusunan Tugas Akhir ini dapat ditarik

    beberapa kesimpulan sebagai berikut :

    1. Didapatkan dimensi elemen struktur :

    Tebal pelat lantai dan atap = 20 cm

    Dimensi drop panel = 240 240 15 cm3

    Dimensi balok tepi = 30 50 cm2

    Dimensi kolom = 85 85 cm2

    Tebal shear wall = 30 cm 2. Dari hasil analisa struktur, ternyata pemodelan yang

    drencanakan sesuai dengan SNI 03-1726-2002.

  • 9

    3. Berikut adalah persentase shear wall dalam menahan beban gempa : Tabel 7.1 Persentase kolom dan dinding geser dalam menahan beban gempa

    No Kombinasi

    Prosentase Penahan Gempa

    FX FY

    KOLOM DG KOLOM DG

    1 RSPX 38,91% 61,09% 27,17% 72,83%

    2 RSPY 27,67% 72,33% 38,30% 61,70%

    Berdasarkan tabel diatas, maka persyaratan dari SNI 03-1726-2002 ps. 5.2.3 terpenuhi.

    4. Didapatkan tulangan yang dibutuhkan oleh pelat, balok tepi, dan shear wall. Berikut adalah rekapitulasi dari hasil perhitungan tulangan.

    Tabel 7.2 Rekapitulasi perhitungan penulangan lentur pelat

    Arah Posisi Ukuran Pelat

    Penulangan Tulangan 7 m x 7m (P1)

    6m x 7m (P2)

    7m x 6.5m (P3)

    6m x 6.5m (P4)

    Arah X

    Tumpuan lajur kolom

    atas D22-70 D22-80 D22-80 D22-85

    bawah D22-140 D22-155 D22-150 D22-160

    Lapangan lajur kolom

    atas D22-135 D22-145 D22-145 D22-155

    bawah D22-70 D22-80 D22-75 D22-85

    Tumpuan lajur tengah

    atas D22-80 D22-95 D22-85 D22-95

    bawah D22-160 D22-175 D22-165 D22-175

    Lapangan lajur tengah

    atas D22-170 D22-185 D22-180 D22-180

    bawah D22-85 D22-95 D22-90 D22-95

    Arah Y

    Tumpuan lajur kolom

    atas D22-75 D22-80 D22-85 D22-80

    bawah D22-150 D22-160 D22-160 D22-155

    Lapangan lajur kolom

    atas D22-200 D22-210 D22-205 D22-210

    bawah D22-105 D22-115 D22-115 D22-115

    Tumpuan lajur tengah

    atas D22-80 D22-95 D22-95 D22-90

    bawah D22-160 D22-165 D22-175 D22-170

    Lapangan lajur tengah

    atas D22-170 D22-185 D22-180 D22-180

    bawah D22-85 D22-95 D22-95 D22-95

    Tabel 7.3 Rekapitulasi penulangan balok tepi

    Balok Posisi Tumpuan Lapangan Geser

    B1 atas 5D25 2D25 Plastis 12-120

    bawah 3D25 2D25 Non Plastis 12-150

    B2 atas 5D25 2D25 Plastis 12-120

    bawah 3D25 2D25 Non Plastis 12-150

    B3 atas 5D25 2D25 Plastis 12-130

    bawah 3D25 2D25 Non Plastis 12-150

    B4 atas 6D25 2D25 Plastis 12-150

    bawah 5D25 2D25 Non Plastis 12-170

  • 10

    Tabel 7.4 Rekapitulasi penulangan kolom

    tipe kolom tulangan memanjang tulangan geser

    K1 16D25 plastis 212-100

    non plastis 212-200

    K2 16D25 plastis 212-150

    non plastis 212-200

    Rekapitulasi penulangan shear wall :

    Tulangan horizontal : 2 12-300

    Tulangan vertikal : 2D12-250

    7.2 Saran

    Berdasarkan hasil perancangan yang telah dilakukan, maka disarankan :

    1. Perancangan dimensi kolom hendaknya dibagi menjadi beberapa bagian. Hal ini dikarenakan gaya aksial pada kolom akan semakin kecil pada kolom yang lebih tinggi. Sehingga dimensi kolom dapat diperkecil.

    2. Diusahakan dalam merencanakan denah bangunan, dibuat sesimetris mungkin dengan tujuan untuk menghindari adanya konsentrasi gaya pada elemen struktur tertentu ketika beban bekerja.

    Berikut ini akan ditampilkan flowchart dari beberapa hal yang sudah dikerjakan diatas.

    START

    Pelajari denah

    bangunan

    Rencanakan letak

    tangga

    Sketsa tangga

    Menentukan

    dimensi pelat

    tangga & bordes

    Pembebanan

    Analisa gaya

    dalam pada pelat

    & bordes

    Perhitungan

    penulangan pelat

    & bordes

    Penggambaran

    hasil analisa

    Rencanakan letak

    lift

    Menentukan tipe

    dan ukuran lift

    yang sesuai

    dengan kebutuhan

    Analisa lift

    yang

    dipakai

    Sketsa lift

    Merencanakan

    dimensi balok

    penumpu & balok

    pemisah sangkar

    Pembebanan

    Menghitung gaya

    dalam

    Perhitungan

    penulangan balok

    pemisah sangkar &

    balok penumpu lift

    FINISH

    Alur Perencanaan

    Struktur Sekunder

    START

    Analisa

    Data

    Perhitungan

    Berat Struktur

    Pemodelan gempa

    dinamis dengan

    program bantu

    ETABS V 9.2.0

    RUN

    Penentuan

    eksentrisitas antara

    pust massa dan rotasi

    (SNI 03-1726-2002

    psl 5.4.3)

    RUN

    Kontrol gaya

    geser dasar

    (SNI 03-1726-2002

    psl 7.1.3)

    -Kontrol partisipasi massa

    (SNI 03-1726-2002 psl 7.2.1)

    -Kontrol waktu getar alami

    (SNI 03-1726-2002 psl 7.2.2)

    -Kontrol drift

    (SNI 03-1726-2002 psl 8.1.2)

    -Kinerja batas ultimate

    (SNI 03-1726-2002 psl 8.2.1)

    -kontrol dual sistem

    (SNI 03-1726-2002 psl 5.2.3)

    SNI 03-1726-2002

    psl 7.2.3

    Perubahan

    terhadap denah

    dan dimensi

    struktur primer

    Perencanaan penulangan

    pelat, balok tepi, kolom,

    dan dinding geser

    berdasarkan gaya dalam

    dari hasil analisa ETABS

    Penggambaran

    detai hasil

    perhitungan

    FINISH

    YES

    NO

    YES

    NO

    Alur Perencanaan Kontrol

    Pembebanan Gempa

  • 11

    START

    Analisa Data

    & Denah

    Penentuan Jalur Kolom &

    Jalur Tengah Pelat

    (SNI 03-2847-2002 ps. 15.7)

    Menentukan Nilai

    Momen Pelat dari

    Hasil Analisa

    Etabs

    Menentukan Data-

    data Untuk

    Perencanaan

    Penulangan Pelat:

    b, max, min, m

    Mencari Jumlah

    Luasan Tulangan

    Pada Pelat

    (SNI 03-2847-2002

    ps. 23.10.6.4&5)

    Penulangan Geser

    Pelat

    (SNI 03-2847-2002

    ps. 13.12.6)

    Penggambaran

    Hasil Perhitungan

    FINISH

    START

    Analisa Data

    & Denah

    Menentukan nilai momen

    pada daerah tumpuan dan

    lapangan balok dari hasil

    analisa ETABS

    Menentukan Data-

    data Untuk

    Perencanaan

    Penulangan Pelat:

    b, max, min, m

    Mencari Jumlah

    Luasan Tulangan

    Pada Daerah

    Tumpuan dan

    Lapangan Balok

    Tepi

    Penulangan Geser

    Tumpuan dan

    Lapangan Balok

    Tepi

    (SNI 03-2847-2002

    ps. 13.5)

    Penggambaran

    Hasil Perhitungan

    FINISH

    Penulangan Torsi

    Balok (SNI 03-

    2847-2002 ps.

    13.6.2)

    Perhitungan Panjang

    Penyaluran Tulangan

    Tarik dan Tekan

    START

    Analisa Data

    & Denah

    Menentukan nilai momen

    dan aksial kolom dengan

    bantuan ETABS

    Merencanakan jumlah

    tulangan memanjang

    dengan bantuan

    PCA-Col (SNI 03-2847-

    2002 ps. 23.4.3.1)

    Penggambaran

    Hasil Perhitungan

    FINISH

    Perhitungan Tulangan

    Geser Sendi Plastis

    (SNI 03-2847-2002

    ps.23.10.3)

    Kontrol Kapasitas Beban

    Aksial Kolom Terhadap

    Beban Aksial Terfaktor (SNI

    03-2847-2002 ps. 12.3.5.2)

    Merencanakan

    Ulang Jumlah

    Tulangan

    NO

    YES

    Strong Column

    Weak Beams (SNI

    03-2847-2002 ps.

    23.4.2)

    YES

    NO

    Perhitungan Tulangan

    Geser Luar Sendi

    Plastis (SNI 03-2847-

    2002 ps.23.10.5.4)

    Perhitungan Panjang

    Lewatan pada

    Sambungan Tulangan

    Kolom (SNI 03-2847-

    2002 ps. 14.2.3)

    Alur Perencanaan

    Penulangan KolomAlur Perencanaan

    Penulangan Balok Tepi

    Alur Perencanaan

    Penulangan Pelat