sk&lampiran kesehatan karyawan

23
SURAT KEPUTUSAN DIREKSI RUMAH SAKIT PETUKANGAN NO : 034.01/SK-RSP/IX/2015 TENTANG KEBIJAKAN MANAJEMEN KESEHATAN KARYAWAN DI RUMAH SAKIT PETUKANGAN Menimbang : a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit Petukangan, maka diperlukan Manajemen Kesehatan Karyawan di Rumah Sakit. b. Bahwa agar pengelolaan Manajemen Kesehatan Karyawan di Rumah Sakit Petukangan dapat terlaksana dengan baik, perlu adanya panduan Direktur Rumah Sakit Petukangan sebagai landasan bagi penyelenggaraan Manajemen Kesehatan Karyawan di Rumah Sakit Petukangan. c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam a dan b, perlu ditetapkan dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Petukangan Mengingat : 1. Undang-undang Repubplik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit 2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan 3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 432 Tahun 2007 Tentang Pedoman Manajemen Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3) Di Rumah Sakit. 4. Keputusan Direktur Rumah Sakit Petukangan Nomor 010.01 Tahun 2015 Tentang Struktur Organisasi Rumah Sakit Petukangan.

Upload: gilang-haliza

Post on 01-Feb-2016

32 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

ser

TRANSCRIPT

Page 1: Sk&Lampiran Kesehatan Karyawan

SURAT KEPUTUSAN DIREKSIRUMAH SAKIT PETUKANGAN

NO : 034.01/SK-RSP/IX/2015

TENTANG

KEBIJAKAN MANAJEMEN KESEHATAN KARYAWANDI RUMAH SAKIT PETUKANGAN

Menimbang :

a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit Petukangan, maka diperlukan Manajemen Kesehatan Karyawan di Rumah Sakit.

b. Bahwa agar pengelolaan Manajemen Kesehatan Karyawan di Rumah Sakit Petukangan dapat terlaksana dengan baik, perlu adanya panduan Direktur Rumah Sakit Petukangan sebagai landasan bagi penyelenggaraan Manajemen Kesehatan Karyawan di Rumah Sakit Petukangan.

c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam a dan b, perlu ditetapkan dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Petukangan

Mengingat :

1. Undang-undang Repubplik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit

2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan

3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 432 Tahun 2007 Tentang Pedoman Manajemen Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3) Di Rumah Sakit.

4. Keputusan Direktur Rumah Sakit Petukangan Nomor 010.01 Tahun 2015 Tentang Struktur Organisasi Rumah Sakit Petukangan.

Menetapkan

Kesatu : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT PETUKANGAN TENTANG PEMBERLAKUKAN KEBIJAKAN MANAJEMEN KESEHATAN KARYAWAN RUMAH SAKIT PETUKANGAN

Kedua : Memberlakukan Kebijakan Manajemen Kesehatan Karyawan Rumah Sakit Petukangan sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.

Ketiga : Dengan dikeluarkannya peraturan Direktur Rumah Sakit Petukangan, maka apabila terdapat peraturan yang bertentangan dengan Peraturan

Page 2: Sk&Lampiran Kesehatan Karyawan

Direktur Rumah Sakit Petukangan ini maka peraturan-peraturan yang terdahulu dinyatakan tidak berlaku.

Keempat : Apabila dikemudian hari terdapat kekurangan dan atau kekeliruan dalam Peraturan Direktur Rumah Sakit Petukangan ini maka akan diadakan perubahan dan perbaikan sebagaimana semestinya.

Ditetapkan : Di JakartaPada Tanggal : 1 September 2015 RUMAH SAKIT PETUKANGAN

dr. Hendrivand, SpOGDirektur RS Petukangan

Page 3: Sk&Lampiran Kesehatan Karyawan

LAMPIRANPERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT PETUKANGANNOMOR : 016.01/SK-RSP/IX/2015TANGGAL : 1 SEPTEMBER 2015TENTANG : KEBIJAKAN PEDOMAN KESEHATAN KARYAWAN

I. PENDAHULUAN

Petugas kesehatan beresiko terinfeksi bila terekspos saat kerja, juga dapat menstransmisikan infeksi kepada pasien maupun petugas kesehatan lain.

Saat menjadi karyawan baru seorang petugas kesehatan harus diperiksa riwayat pernah terinfeksi apa saja dan status imunisasinya,imunisasi yang dianjurkan hepatitis B,bila memungkinkan haemophilus influenza, campak, tetanus, difteri, rubella, mantoux test. Alur pasca pajanan harus dibuat dan dipastikan dipatuhi untuk HIV,HBV,HCV.

Pedoman ini merupakan strategi preventif terhadap infeksi yang didapatkan dari rumah sakit meliputi :

1. Monitoring dan support kesehatan petugas.2. Edukasi pada seluruh staf rumah sakit tentang PPIRS3. Vaksinasi dan imunisasi bila dibutuhkan .4. Menyediakan antivirus profilaksis.5. Mengenal tanda awal transmisi infeksi saluran napas akut.6. Terapi dan follow up. 7. Rencanakan petugas diperbolehkan masuk sesuai pengukuran resiko bila terkena

infeksi.8. Upayakan support psikososial.

II. TUJUAN

1. Menjamin keselamatan petugas dilingkungan rumah sakit.2. Memelihara kesehatan petugas kesehatan.3. Mencegah KLB.

Unsur yang dibutuhkan

1. Petugas yang berdedikasi.2. SPO yang jelas dan tersosialisi dengan baik.3. Koordinasi yang baik antar unit.4. Penanganan pasca pajanan infeksius.5. Pelayanan konseling dan privasi.

Page 4: Sk&Lampiran Kesehatan Karyawan

Pelaksanaan :

1. Perlindungan yang minimal bagi petugas adalah imunisasi hepatitis B, imunisasi masal dan diulang tiap 5 tahun pasca imunisasi .

2. Manajemen pasca pajanan.a. Tes pada pasien sebagai sumber pajanan.b. Tes HBS Ag dan Anti HBS petugas.c. Pemberian immunoglobulin hepatitis B pasca pajanan sebelum 48 jam

III. EVALUASI

1. Dilakukan sebelum dan sesudah pajanan.2. Status imunisasi .3. Riwayat kesehtan yang lalu.4. Terapi saat ini.5. Pemeriksaan fisik.6. Pemerisaan lab dan radiologi.7. Edukasi :

SPO PPI Kewaspdaan isolasi Kewaspadaan transmisi

8. Pelaporan yang meliputi : Informasi resiko ekspos. Alur manajemen dan tindak lanjut. Penyimpanan data

Pajanan dan tindakan :

1. Virus H5N1

Bila terjadi pajanan diberikan oseltaivir 2x 75 mg selama 5 hari.

2. Virus HIV.

Resiko terpajan 0,2 – 0,4 % per injuri.Profilaksis diberikan dalam waktu 4 jam pasca pajanan dengan pemberian ARV,AZT,3TC dan Indinavir sesuai pedoman.pasca pajana harus dilakukan pemeriksaan HIV seroologidan dicatat sampai jadwal pemeriksaan monitoring lanjutan nya.

3. Virus Hepatitis B.

Resiko terpajan Hepatitis B 1,9-40 % per pajanan,segera pasca pajanan dilakukan pemeriksaan ,dapat terinfeksi bila sumber pajanan positif HbsAg atau HbeAg.

Page 5: Sk&Lampiran Kesehatan Karyawan

Berikut tata laksana penyakit menular dan pencegahannya :

Penyakit Masa inkubasi

Menular selama/ virus shedding

Cara transmisi Kewaspadaan yang perlu dijalankan

Masa petugas diliburkan/ tindakan

Tindakan

Abses Selama luka mengeluarkan cairan tubuh

Kontak Kontak konserfatif

Acinetobacter baumanii

Luka bakar yang di hydroterapi

Flora N kulit manusia, mukus menbran dan tanah. Bertahan di tempat lembab dan kering sampai berbulan, menular melalui peralatan rawat respirasi, tangan petugas, humidifier, stetoscop, termometer, matras, bantal, prmk TT, mop, gorden, tempat mandi luka terbuka

Standar dan kontak

Adenovirus type 1-7

6-9 hari Sekret saluran nafas

Droplet, kontak

Konserfatif

Aspergilosis

Infeksi jar luas dengan cairan berlebihan

Inhalasi stadium airbone, conidia

Kontak dan airbone

Candidiasis

Standar, kontak

Chlamidia C trachomatis

Standar, kontak, termasuk seksual

Congenital rubella

Sampai umur 1 tahun

Kontak dengan bahan nasofaring dan urin

Standar, kontak

Restriksi 7 hari

Conjungtivitis

5- 12 hari

14 hari stl onset

Kontak dengan tangan, alat

Kontak standar

Sampai mata tidak kluar

Pengobatan

Page 6: Sk&Lampiran Kesehatan Karyawan

*adenovirus type 8

terkontaminasi kotoran

Campak 5-21 hari 3-4 hr stl bercak timbul mel nasofaring

Droplet yang besar (kontak dekat) & udara

Transmisi udara

Restriksi 7 hari setelah bercak merah timbul (yg imun) 5hr stl ekspos- 21 hr stl ekspos

Pengobatan simtomatik

Campilobacter

Standar

Closrtidium difficile

kontak

Cytomegalo virus

Tidak diketahui

Tahan di lingkungan dlm wkt pendek

Kontak dg sekresi &eksresi : saliva dan urin

Standar hand hygiene

Tidak perlu

Difteria Sekresi dr mulut mengandung c difteriae

Droplet, kontak

Sampai terapi antibiotika telah lengkap dan sampai 2 kultur berjarak 24 jam dinyatakan negatif, perlu imunisasi tiap 10 tahun

Pengobatan simtomatik dan virus.Minum eritromicin 3x 1 tb sampai 7 hari

Gastroenteritis*salmonella*shingella*yenterocolitica

Kontak px, konsumsi makanan/ air terkontaminasi

Standar atau kontak

Tidak mengolah makanan sp 2x jarak 24jam kultur feses negatif

Glardia lambilia

Feses Kontak

Hepatitis A

15- 50 hari

2 minggu, kadang2 sp 6 bulan (prematur)

Fekal oral melalui feses

Standar Libur di area perawatan/ pengolahanmakanan,i minggu setelah sakit kuning imunisasi paksa ekspos

Vaksinasi hepatitis a

Hepatitis B,D

B:6-24mgg

Akut atau kronik dg

Perkutaneus mukosa, kulit yg

Standar Tidak perlu dibatasi smp

-segera periksa HbsAg atau

Page 7: Sk&Lampiran Kesehatan Karyawan

D: 3-7 mgg

HbsAg positif

tdk utuh kontak dgn darah, semen, cairan vagina, cairan tubuh yg lain

HbeAg negatif. HbeAg,tidak perlu divaksin bila petugas telah mengandung Anti HBs ≥ 10 mliu/ml

Hepatitis C,F,G

Perkutaneus mukosa kulit yg tdk utuh kontak gdn darah, semen, cairan vagina, cairan tubuh yg lain

Standar Restriksi sampai kondisi membaik/ sampai HceAg negatif

Herpes simplex

2-14 hr Asiptomatik dpt mengeluarkan virus

Kontak dgn ludah karier mengandung virus langsung/ lwt sekresi luka aberasi/ cairan vesikel

Standar, kontak tangan

Retriksi tidak perlu, tp dibatasi kontak dgn px

HIV Perkutaneus mukosa, kulit yg tdk utuh kontak dgn darah, semen, cairan vagina, cairan yubuh yg lain

Standar Kurang dari 4 jam paska pajanan

-diberikan arv,azt dan 3 tc.-dilakukan pemeriksaan HIVserologi dan menitor setelah 3 bln,9bln,11 bln

Helicobacter pylori

Standar

MDRO (MRSA, VRE, VISA, ESBL, Srep pneumonia

Kontak luka Kontak

Influensa 1-5hr Infeksius pd 3hr pertama sakit.Virus dpt dikeluarkan sblm gejala timbul smp 7hr stlh

Airbone, kontak langsung/ droplet dgn sekresi saluran napas

kontak Vaksinasi pd petugas yg rentan. Amantadin untuk kontak dgn influensa A

Page 8: Sk&Lampiran Kesehatan Karyawan

dimulai sakit, lebih panjang pd anak dan orang

Hemophilus InfluenzaeDewasaAnak

Standar droplet

Human Metapneumo virus (HMPV)

Batuk non produktif, kongesti nasal whezing, bronkhiolitis, pneumonia pada anak + 11,5 tahun

Droplet sekret respirasi

Kontak Droplet

Novirus 12-48 jam

Diare, KLB Makanan, air terkontamibasi feses

Kontak, makanan, air

N meningitis

2-10 hr Kontak dgn sekret saluran napas

Trasmisi mel droplet

Libur spm 24jam stlh terapi paska ekspos. Rifampin2x600mg, 2hr; ciprofloxacin1x500mg atau ceftriaxon250mg IM

-perlu profilaksis dgn Rif2x600 mg selama 2 hari ,dan dosis tunggal cipro1x1,atau ceftriaxone 250 mg IM

Parotitis, Mumps

16-18hr (12-25hr)

Community acquired, virus berada dlm saliva 6-7hr sbl parotitis sp 9hr stl onset Px immunokompromls

Kontak dengan droplet atau langsung dgn sekret sal napas, yi saliva, hidung dan mulut

Trasmisi droplet

Vaksinasi efektif, MMR Restriksi sp 9hr stlh onset parotitis. Petugas renyan : 12hr paska ekspos pertama sp 25 hr stlh ekspos terakhir

Parvovirus/B19

6-10hr Menular sblm bercak merah sp 7hr stlh

Kontak dgn droplet besar, muntahan

Transmisi drolpet

Tidak perlu restriksi

Page 9: Sk&Lampiran Kesehatan Karyawan

onsetPertusis 7-10 hr F catarrhal

sangat menular

Kontak dgn sekresi sal napas, droplet besar kontak dekat

Transmisi droplet sp 5 hr menerima antibiotik

Vaksin direkomen umur 11-64 th petugas dgn pertusis: restriksi fase catarrhal sp mg 3 stl onst / 5 hr stlh tx antibiotik kontak saja tidak perlu retriksi

Pollomyelitis

Nonparalitik: 3-6hr; paralitik 7-12hr

Sal napas 1mgg stlh gejala muncul, dlm feses bbrp mgg-bulan stlh gejala muncul

Kontak cairan sal napas, benda terkontaminasi fese

Transmisi kontak

Imunisasi direkomendasikan

Rubella 12-23hr, bintik merah timbul 14-16hr stlh ekspos

Sangat menular saat bintik merah keluar, virus lepas 1mgg sblm smp 5-7hr stl onset, congenital rubella bisa melepas virus berbulan-bertahun2

Kontak dgn droplet nasofaring px

Transmisi droplet dan kontak dgn cairan sal napas

5hr stlh bintik keluar : petugas rentan 7hr stl ekspos pertama sp 21hr stl ekspos terakhir

RSV (infeksi virus respiratorik)

2-8hr (tersering 4-6hr)

Orang sakit dapat mengeluarkan virus selama 3-8hr. Tp pd bisa anak 3-4mgg

Tangan terkontaminasi saat merawat pasien atau menyentuh benda mati, transmisi RSV bila menyentuh mata atau hidung

Transmisi kontak erat dhn droplrt atau aerosol partikel kecil

Batasi kontak dgn pasien rawat dan lingkungan bila ada KLB RSV Restriksi sampai gejala akut hilang

MRSA Kontak dengan petugas, mungkn

Strandar transmisi kontak, dapat

Retriksi perawatan pasien dan pengolahan

Page 10: Sk&Lampiran Kesehatan Karyawan

karier nares anterior, tangan, axilla, perineum, nasofaring, orofaring

airbone makanan bila petugas dengan lesi kulit basah tidak perlu retriksi bila kolonisasi

Streptococ A

Kontak sisi terinfeksi & mensekresi

Kulit, faring rektum, vagina

Standar berdasar transmisi

Retriksi perawatan pasien & pengolahan makanan sp 24 jam stl mendapat antibiotik Tidak perlu retriksi petugas dg kolonisasi

Salmonella, Shingella

Orang- orang lewat fekal oral air/ makanan terkontaminasi

Sypilis Kontak langsung dg lesi primer atau sekunder sypilis

Kontak

Tuberkolosis

Sp 1 bl minum OAT

Inhalasi droplet nuklei

Airbone, kontak (mengeluarkan c tubuh infeksius)

Sampai terbukti non infeksius

-petugas yg terexpose perlu tes mantoux bila indurasinya> 10 mm perlu profilaksis INH sesuai rekomendasi lokal

Varicella Sp lesi kering & berkusta

Airbone, kontak, standar

8 hari pasca kontak sp 21 hari paska kontak, beri imuno globulin IV paska kontak, imunisasi petugas paska pajanan dalam 4 hari

Vaksinasi varicella

Vibrio Kontak feces

Page 11: Sk&Lampiran Kesehatan Karyawan

kolera

Zoster*lokal

Tutupi lesi, jangan kontak dg pasien rawat

Retriksi sampai lesi mengering dan mengelupas

* menyeluruh atau orang immuno kompromais

Jangan kontak dg pasien

Retriksi sampai semua lesi kering dan mengelupas

* paska pajanan (person yang rentan)

Jangan kontak dg pasien rawat

Dari hr ke 10 paska pajanan pertama sp hari ke 21 atau hr 28 bila di beri lagi atau sampailesi kering dan mengelupas

A. Tindakan pertama pada pasca pajanan bahan kimia atau cairan tubuh.

1. Pada mata : Bilas dengan air mengalir selama 15 menit.2. Pada Kulit : Bilas dengan air mengalir selama 1 menit.3. Pada Mulut : segera kumur-kumur selama 1 menit4. Lapor ke komite PPI atau K3RS atau dokter karyawan

B. Tata laksana bila petugas terpajan sumber infeksius Hepatitis B dari jarum bekas

Orang yang terkena Sumber HbsAg (+) Sumber HbsAg (-) Sumber tidak diketahuiTidak divaccin HIBG 1x dan

diberikan vaksin HBBeri vaksinHB Bila sumber merupakan

resiko tinggi,dapat diperlakukan sebagai sumber HbsAg

Pernah diberi vaksin tapi tidak diketahui serokonversinya

Tes untuk HBs:1.jika titernya cukup tidak perlu perlu terapi.2.jika tidak cukup titernya beri boosster HB dalam waktu 7 hari.

Tidak ada pengobatan

Tidak ada pengobatan

Page 12: Sk&Lampiran Kesehatan Karyawan

Diketahui non serokonversinya

HBIG 1x(dalam waktu 72 jam)+ 1x dosis vaksin HB(dalam waktu 7 hari)

Tidak ada pengobatan

Jika sumbermerupakan resiko tinggi dapat diperlakukan sebagai sumber HbsAg (+)

Tidak diketahui serokonversinya

Tes untuk HBs :1.jika (-) obat seperti non serokonversi.2.jika titer tidak cukup HBIG 1x + booster vaksin HB dan ulangi pemeriksaan setelah 4 minggu.3.Jika titer cukup,tidak perlu diobati

Tidak ada pengobatan

Tes untuk anti HBs :1.jika (-) ,obati seperti non serokonversi.2.jika titer tidak cukup booster vaksin HB.3.jika tter cukup tidak perlu diobati.

-HBIG (Human B imunoglobulin)dosis untuk dewasa 400 unit.-Titer (antibodi) yang sudah cukup berada pada level 10 mIU/ml

C. Pengobatan jika sumber positif HIV sbb :

Orang yang terkena Sumber positif HIV Sumber negatif HIV

Sumber tidak diketahui

HIV(-) Rujuk ke dokter internis aagar mendapatkan nasehat.Setelah kejadian diketahui dari pasien HIV (+) staf harus dirujuk kefasilitas post exposur propilaksis(PEP) dalam waktu 2 jam setelah pajanan.Tes ulang saat itu 6 minggu,3,6dan 12 bulan .

Saran :Lakukan pencegahan penularan .

Tunda proses

Tidak ada pengobatan

Konsultasi dengan spesilais mikrobiologi /internist mungkin diobati seperti pasien HIV (+),jika resiko tinggi.

Page 13: Sk&Lampiran Kesehatan Karyawan

HIV (+)

kehamilan selama 3 bulan.

Jangan memberikan donor darah .

Suntikan zidovudine selama 4 minggu (250 mg 3x/hari) atau 150 mg 2x/hari(untuk tablet)

Tidak perlu pemberian pengobatan propilaksis

Tidak perlu diobati

D. Pengobatan jika sumber (+) Hepatitis COrang yang terkena Sumber HbsAg (+) Sumber

HbsAg (-) Sumber tidak diketahui

Hepatitis C negatif Berikan nasehat untuk melakukan pemeriksaan 0,3,6,12 bln pemeriksaan HVC dengan PCR dan diperiksa LVT untuk mengetahui status infeksinya

Sarankan untuk meminalkan penularan

Tidak perlu diobati

Tidak perlu diobati konsul dokter internist jika perlu.

Page 14: Sk&Lampiran Kesehatan Karyawan

Tidak ada chemopropilaksis tersdia ,rujuk pada dokter penyakit menular

E. Petunjuk penggunaan ARV

1. ARV harus diberikan dalam waktu kurang dari 4 jam.2. Termasuk didalamnya pajanan tehadap darah,cairan serebrospinal,semen,vagina,amnion dari

pasien dengan positif HIV.3. Tes HIV diulang setelah 6 minggu ,3 bulan dan 6 bulan.

F . Status HIV pasien.

Pajanan Tidak diketahui Positif Positif Resiko tinggi

Rejimen

Kulit utuh Tidak perlu PPP Tidak perlu PPP Tidak perlu PPP -Mukosa/kulit tidak utuh

Pertimbangkan rejimen 2 obat

Berikan rejimen 2 obat

Berikan rejimen 2 obat

AZT 300mg/12 jam x 28 hari,3TC 150 mg/12 jam 28 hari

- Tusukan benda tajam solid

- Tusukan benda tajam berongga

Berikan rejimen 2 obat.

Berikan rejimen 2 obat

Berikan rejimen 2 obat.

Berikan rejimen 3 obat

Berikan rejimen 3 obat

Berikan rejimen 3 obat

AZT 300mg/12 jam x 28 hari,3TC 150 mg/12 jam 28 hari,Lop/r 400/100mg/12 jam x28 hari.

Page 15: Sk&Lampiran Kesehatan Karyawan

PENCATATAN DAN PELAPORAN TERTUSUK JARUM

No. Dokumen

SPO/PPI/051

No. Revisi

0

Halaman

1 /3

STANDAR

PROSEDUR

OPERASIONAL

( SPO )

Tanggal Terbit

01 September 2015

Ditetapkan,

Direktur RS Petukangan

dr. Hendrivand SpOG

PENGERTIAN

Penatalaksanaan tertusuk jarum dan benda tajam adalah salah satu upaya pencegahan dan pengendalian infeksi terhadap petugas yang tertusuk benda yang memiliki sudut tajam atau runcing yang menusuk, memotong, melukai kulit seperti jarum suntik, jarum jahit bedah, pisau, skalpel, gunting, atau benang kawat.

TUJUANMelindungi petugas kesehatan, mahasiswa, petugas kebersihan, pengunjung dari perlukaan dan tertular penyakit seperti hepatitis B, hepatitis C dan HIV

KEBIJAKAN

1. Undang-undang Repubplik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit

2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan

3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 432 Tahun 2007 Tentang Pedoman Manajemen Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3) Di Rumah Sakit.

PROSEDUR Prosedur penatalaksanaan tertusuk jarum bekas pakai dan benda tajam:

1. Pertolongan Pertama

a. Jangan panik.b. Penatalaksanaan lokasi terpapar :

1) Segera cuci bagian yang terpapar dengan sabun antiseptik dan air mengalir2) Bilas dengan air bila terpapar pada daerah membran mukosa3) Bilas dengan air atau cairan NaCl bila terpapar pada daerah mata

2. Penanganan Lanjutan :a. Bila terjadi di luar jam kerja segera ke Instalasi Gawat Darurat (IGD)

untuk penatalaksanaan selanjutnya b. Bila terjadi di dalam jam kerja segera ke Poliklinik Penyakit Dalam

dengan membawa surat konsul dari dokter rungan unit kerja3. Laporan dan Pendokumentasian:

Page 16: Sk&Lampiran Kesehatan Karyawan

a. Laporan meliputi: Hari, tanggal, jam, dimana, bagaimana kejadian, bagian mana yang terkena, penyebab, jenis sumber (darah, urine, faeces) dan jumlah sumber yang mencemari (banyak/sedikit)

b. Tentukan status pasien sebagai sumber jarum dan benda tajam ( pasien dengan riwayat sakit apa )

c. Tentukan status petugas yang terpapar : Apakah menderita hepatitis B, apakah pernah mendapatkan imunisasi Hepatitis B, apakah sedang hamil/menyusui

d. Jika tidak diketahui sumber paparannya. Petugas yang terpapar diperiksa status HIV, HBV, HCV

e. Bila status pasien bebas HIV, HBV, HCV dan bukan dalam masa inkubasi tidak perlu tindakan khusus untuk petugas, tetapi bila diragukan dapat dilakukan konseling