ski budidaya ikan nila

71
STUDI KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA IKAN NILA DI DAERAH KABUPATEN SLEMAN Nama : Ari Zaqi Al Faritsy NIM : 11916239 0

Upload: ughanoegrah-macmoer-ti

Post on 16-Feb-2016

109 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

TEKNIK INDUSTRI091

TRANSCRIPT

Page 1: SKI Budidaya Ikan Nila

STUDI KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA IKAN NILA DI

DAERAH KABUPATEN SLEMAN

Nama : Ari Zaqi Al Faritsy

NIM : 11916239

MAGISTER TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

0

Page 2: SKI Budidaya Ikan Nila

BAB IPENDAHULUAN

2.2. Latar Belakang

Indonesia merupakan wilayah maritim yang sebagian besar daratannya

berupa perairan, baik itu perairan tawar dan perairan laut. Kedua perairan tersebut

memberikan kesejahteraan kepada masyarakat Indonesia. Perairan laut yang luas

menghasilkan ikan laut dan garam. Begitu juga dengan perairan tawar

menghasilkan ikan air tawar. Ikan laut dalam proses penangkapannya yang susah

dan tidak bisa di budidaya sehingga berbeda dengan ikan air tawar yang bisa

dibudiyakan dengan membuat kolam atau keramba air tawar. Budidaya ikan air

tawar banyak dilakukan oleh petani di Indonesia karena biaya yang murah dan

hasil yang maksimal.

Budidaya ikan air tawar khususnya ikan nila masih mempunyai peluang

usaha yang baik. Dengan permintaan pasar yang besar karena ikan air tawar ini

merupakan makanan yang mempunyai nilai gizi yang cukup tinggi.  Ikan air tawar

tampaknya mulai menjadi pilihan utama bagi masyarakat Indonesia. Bila

diperhatikan, banyak pemerintah daerah di Indonesia membuat gerakan agar

masyarakat menyukai makan ikan. Disamping itu, pengusaha makanan baik

warung kaki lima ataupun restoran kelas atas juga menjadikan ikan sebagai menu

andalan atau menu pelengkap. Baik ikan tawar atau ikan laut, semuanya cukup

lezat dan nikmat bila dijadikan santapan.

Ikan nila merupakan jenis ikan yang sudah sangat terkenal di kalangan

masyarakat. Rasa daging ikan nila yang enak membuat banyak orang

menyukainya karena ikan nila sebagai sumber protein. Bagi masyarakat

memelihara ikan nila banyak dipilih karena mudah dalam membudidayakannya.

Selain itu minat pasar untuk ikan nila masih sangat lebar, mulai dari ikan nila

yang ukuran bibit sampai ikan nila yang sudah besar dan siap di panen untuk di

jual ke pasar. Karena termasuk ikan konsumsi, harga ikan nila cukup terjangkau

oleh masyarakat pasar.

1

Page 3: SKI Budidaya Ikan Nila

Sleman merupakan salah satu kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta

(DIY) yang memiliki luas wilayah 7574,82 KM2. Disebelah utara berbatasan

dengan kabupaten Magelang dan kabupaten Boyolali, disebelah timur berbatasan

dengan kabupaten Klaten, disebelah barat berbatasan dengan kabupaten

Kulonprogo dan kabupaten Magelang, dan disebelah selatan berbatasan dengan

kota Yogyakarta, kabupaten Gunung Kidul dan kabupaten Bantul. Secara

administratif terbagi atas 17 kecamatan 86 desa, dan 1.212 padukuhan.

Kabupaten sleman memiliki ketinggian antara 100 meter sampai 2.500

meter di atas permukaan laut. Bagian selatan relatif datar dengan peruntukan

utama sebagai lahan pertanian, industri dan permukiman. Sedangkan bagian utara

merupakan lereng gunung merapi yang memiliki banyak potensi sumber air.

Beberapa sungai yang mengalir di wilayah kabupaten Sleman menuju pantai

selatan antara lain sungai Progo, Krasak, Sempor, Nyoho, Kuning dan Boyong.

Potensi yang menjadi unggulan kabupaten Sleman diantaranya sentra

produksi salak pondoh yang ada di kecamatan Tempel, Turi dan Pakem, sentra

produksi mendong yang berada di daerah Minggir, budidaya sapi potong yang

hampir tersebar di beberapa wilayah kabupaten Sleman, budidaya kambing PE di

daerah kecamatan Turi, Pakem dan Berbah, budidaya ikan air tawar yang berada

di daerah kecamatan Moyudan, Gamping, Godean, Seyegan, Minggir dan industri

mebel kayu, sarung tangan golf dan lain sebagainya. Potensi - potensi tersebut

merupakan bidang usaha masyarakat sleman dan sebagian bersifat industri dengan

adanya investasi dari orang lain.

2.3. Tujuan

Tujuan dilakukan studi kelayakan usaha budidaya ikan nila sebagai

berikut:

a) Mengetahui aspek lokasi usaha yang akan dijadikan tempat usaha

budidaya ikan.

b) Mengetahui aspek pasar usaha budidaya ikan nila

c) Mengetahui aspek organisasi dan SDM budidaya ikan nila

d) Mengetahui aspek teknis dan teknologi usaha budidaya ikan nila

e) Mengetahui aspek finansial usaha budidaya ikan nila

2

Page 4: SKI Budidaya Ikan Nila

2.4. Analisis SWOT (Strength Weakness Opportunity Threat)

Analisis swot dalam pendirian usaha budidaya ikan nila adalah sebagai

berikut :

1.4.1. Strength (kekuatan)

Budidaya ikan nila dipilih sebagai usaha yang layak di kelurahan

Margodadi kecamatan Seyegan kabupaten Sleman karena memiliki beberapa

kekuatan sebagai berikut :

a) Sumber daya air yang melimpah

b) Lokasi yang strategis dan lahan mudah dialih fungsikan menjadi

kolam ikan

c) Ikan nilai mudah dibudidayakan termasuk budidaya bibit ikan nila

d) Hubungan baik dengan konsumen

e) Harga jual ikan nila yang terjangkau

f) Pelayanan yang berkualitas

g) Dijadikan wisata pemancingan

1.4.2. Weakness (kelemahan)

Usaha budidaya ikan nila di kelurahan Margodadi kecamatan Seyegan

kabupaten Sleman memiliki beberapa kelemahan sebagai berikut :

a) Usaha baru berdiri belum punya pasar yang konsisten

b) Jaringan usaha yang masih kurang

c) Promosi kurang

d) Budaya kerja diantara anggota belum seimbang dan kompak

e) Lokasi yang belum dikenal masyarakat banyak

f) Pemandangan dan tata letak kolam atau keindahan kolam kurang

menarik

1.4.3. Opportunity (peluang)

Peluang dalam usaha budidaya ikan nila di kelurahan Margodadi

kecamatan Seyegan kabupaten Sleman adalah sebagai berikut :

a) Didukung oleh pemerintah daerah

b) Didukung oleh masyarakat sekitar lokasi usaha budidaya

c) Terdapat lahan yang siap dialih fungsikan

3

Page 5: SKI Budidaya Ikan Nila

d) Konsumsi ikan nila masyarakat kabupaten Sleman yang terus

meningkat

e) Jumlah rumah makan dan restoran kelas menengah ke atas

pertumbuhannya meningkat dari tahun ke tahun

f) Mudah untuk dibudidayakan dan bahan baku berupa benih ikan nila

mudah didapatkan

g) Perkembangan teknologi budidaya ikan air tawar

h) Ikan nila sudah menjadi makanan andalan masyarakat

1.4.4. Threat (ancaman)

Ancaman yang datang dalam keberlanjutan usaha budidaya ikan nilai

sebagai berikut :

a) Kondisi ekonomi, politik dan sosial

b) Daya beli masyarakat

c) Musim yang tidak menentu

d) Bencana alam yang sering terjadi

e) Persaingan yang tidak sehat

Hasil dari analisis SWOT tersebut dilakukan analisis secara internal

dengan nilai pembobotan setiap kriteria untuk mendapatkan seberapa besar nilai

peluang dari usaha budidaya ikan nilai di daerah kabupaten sleman. Analisis

internal yang dilakukan adalah sebagai berikut :

Tabel 1.1 Analisis Bobot Kekuatan

No Kekuatan Skor Bobot S x B1 Sumber daya air yang melimpah 5 5/7 3.6

2 Lokasi yang strategis dan lahan mudah dialih fungsikan menjadi kolam ikan 4 4/7 2.3

3 Ikan nilai mudah dibudidayakan termasuk budidaya bibit ikan nila 5 5/7 3.6

4 Hubungan baik dengan konsumen 5 5/7 3.65 Harga jual ikan nila yang terjangkau 5 4/7 2.36 Pelayanan yang berkualitas 5 5/7 3.67 Dijadikan wisata pemancingan 4 3/7 1.8Total 20.8

Tabel 1.2 Analisa Bobot Kelemahan

4

Page 6: SKI Budidaya Ikan Nila

No Kekuatan Skor Bobot S x B1 Usaha baru berdiri belum punya pasar yang

konsisten4 5/6 3.3

2 Jaringan usaha yang masih kurang 5 5/6 4.23 Promosi kurang 5 5/6 4.24 Budaya kerja diantara anggota belum seimbang

dan kompak4 3/6 2

5 Lokasi yang belum dikenal masyarakat banyak 5 5/6 4.26 Pemandangan dan tata letak kolam atau keindahan

kolam kurang menarik5 4/6 3.3

Total 21.2

Tabel 1.3 Analisis Bobot Peluang

No Kekuatan Skor Bobot S x B1 Didukung oleh pemerintah daerah 5 5/8 3.12 Didukung oleh masyarakat sekitar lokasi usaha

budidaya5 5/8 3.1

3 Terdapat lahan yang siap dialih fungsikan 4 4/8 24 Konsumsi ikan nila masyarakat kabupaten Sleman

yang terus meningkat5 5/8 3.1

5 Jumlah rumah makan dan restoran kelas menengah ke atas pertumbuhannya meningkat dari tahun ke tahun

5 5/8 3.1

6 Mudah untuk dibudidayakan dan bahan baku berupa benih ikan nila mudah didapatkan

5 5/8 3.1

7 Perkembangan teknologi budidaya ikan air tawar 4 3/8 1.58 Ikan nila sudah menjadi makanan andalan

masyarakat5 5/8 3.1

Total 22.1

Tabel 1.4 Analisis Bobot Ancaman

No Kekuatan Skor Bobot S x B1 Kondisi ekonomi, politik dan sosial 5 5/5 52 Daya beli masyarakat 5 5/5 53 Musim yang tidak menentu 4 3/5 2.44 Bencana alam yang sering terjadi 4 3/5 2.45 Persaingan yang tidak sehat 4 4/5 3.2Total 18

Hasil dari bobot analisis internal setiap criteria analisis SWOT adalah

selisih antara nilai bobot kekuatan dan kelemahan adalah 20.8 – 21.2 = - 0.4.

Sedangkan selisih antara nilai bobot peluang dan ancaman adalah 22.1 – 18 = 4.1.

5

Page 7: SKI Budidaya Ikan Nila

Maka dapat disimpulkan bahwa analisis SWOT berada di kuadran II yang artinya

usaha budidaya ikan nila mempunyai peluang yang tinggi namun juga mempunyai

beberapa kelemahan. Untuk kelemahan harus ditingkatkan lagi menjadi yang

terbaik.

2.5. Metodologi Studi

Metodologi studi yang dilakukan dalam studi kelayakan usaha budidaya

ikan nila adalah sebagai berikut :

1.5.1. Objek penelitian

Objek penelitian ini adalah lokasi usaha di Kelurahan Margodadi

Kecamatan Seyegan Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

1.5.2. Metode pustaka

Adapun studi pustaka yang dilakukan meliputi :

a) Mengenal dunia budidaya ikan nila

b) Studi tentang kriteria aspek lokasi

c) Stdui tentang kriteria aspek pasar

d) Studi tentang kriteria aspek organisasi dan SDM

e) Studi tentang kriteria aspek teknis dan teknologi

1.5.3. Jenis dan teknik pengumpulan data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan data kualitatif.

Pendekatan kualitatif dilakukan untuk mengkaji literatur yang berkaitan dengan

aspek – aspek studi kelayakan. Sedangkan pendekatan kuantatif dilakukan untuk

mengkaji seberapa besar peluang usaha budidaya ikan nila dan pembobotan faktor

– faktor yang ada dalam studi kelayakan industri. Teknik pengumpulan data yang

dilakukan adalah pengumpulan data primer yang diperoleh secara langsung dari

hasil wawancara dengan masyarakat di sekitar objek penelitian dan data badan

pusat statistik Sleman dan pengumpulan data sekunder melalui studi literatur

aspek – aspek kelayakan usaha budidaya ikan nila.

1.5.4. Metode analisis data

Analisis aspek – aspek dalam studi kelayakan usaha budidaya ikan nila

sebagai berikut :

6

Page 8: SKI Budidaya Ikan Nila

a) Aspek Pasar dan Pemasaran, membahas mengenai segmentasi dan

target pasar, jumlah permintaan dan penawaran terhadap produk, dan

promosi.

b) Aspek Teknis dan Teknologi, membahas mengenai penentuan lokasi,

aspek teknis seperti pembenihan, pembesaran dan pemeliharaan,

peralatan dan mesin, dan lay out fasilitas.

c) Aspek organisasi dan sumber daya manusia, membahas mengenai

struktur organisasi, job description, beban kerja, kualifikasi pekerjaan,

prediksi SDM, dan program pengembangan karyawan.

d) Aspek Keuangan dan Ekonomi, membahas mengenai penyusunan

modal kerja dan modal investasi.

1.5.5. Analisis hasil dan kesimpulan

Hasil dari analisis data maka berikutnya diambil kesimpulan.

7

Page 9: SKI Budidaya Ikan Nila

BAB IILOKASI USAHA

2.1 Gambaran Umum Lokasi Usaha

Lokasi tempat usaha yang dituju daerah Kelurahan Margodadi Kecamatan

Seyegan Kabupaten Sleman. Peta lokasi dapat dilihat pada gambar di bawah.

Sumber : google mapsGambar 2.1 Peta Dusun Kurahan Kelurahan Margodadi Kecamatan Seyegan

Kebupaten SlemanKelurahan margodadi sebelah utara berbatasan dengan kelurahan

Margokaton, Kelurahan Sendang Rejo, sebalah selatan berbatasan dengan

kelurahan Margoluwih, sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Sidorejo dan

sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Seyegan.

Kondisi kelurahan Margodadi pada umunya adalah lahan pertanian dan

sebagian masyarakat memelihara ikan air tawar. Sumber daya air yang begitu

banyak bahkan kalau musim kemarau sumber daya air di kelurahan Margodadi

tetap mengalir dan bisa mengairi sawah dan kolam – kolam ikan masyarakat.

2.2 Akses

Jarak kelurahan Margodadi ke kantor kecamatan Seyegan sekitar + 6 KM.

Jarak kelurahan Margodadi ke kantor kabupaten Sleman sekitar + 10 KM dan

jarak kelurahan Margodadi ke kota provinsi DIY sekitar + 16 KM. Akses jalan

menuju lokasi sudah beraspal dengan baik dan bisa dilalui oleh mobil – mobil

8

Page 10: SKI Budidaya Ikan Nila

besar seperti truck. Pemandangan sekitar jalan menuju lokasi banyak sekali lahan

pesawahan dan kolam – kolam ikan milik masyarakat.

2.3 Temperatur

Kondisi temperatur kelurahan Margodadi berkisar antara 19oC – 30oC.

Daerahnya yang dikelilingi bukit dan hutan – hutan hijau menyebabkan

ketersediaan air tanah sangat besar dan tanahnya subur ditanami padi. Curah hujan

di daerah dusun kelurahan Margodadi jika musim hujan sangat tinggi sekali

2992.3 mm/tahun.

2.4 Demografi

Jumlah penduduk kelurahan Margodadi sebanyak 8336 Kepala keluarga

terdiri dari 4015 laki – laki dan 4318 perempuan. Jumlah penduduk Kabupaten

Sleman pada tahun 2011 tercatat sebanyak 1.125.369 jiwa. Penduduk laki-laki

berjumlah 559.302 jiwa (49,70%), perempuan 566.067 jiwa (50,30%).

Pertumbuhan penduduk kabupaten Sleman sebesar 0,73% pada tahun 2011.

Sedangkan jumlah penduduk Kabupaten Sleman menurut kecamatan tahun 2011

disajikan dalam tabel di bawah ini.

Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Kabupaten Sleman Menurut Kecamatan Tahun 2011

No. Kecamatan Laki – laki Perempuan Jumlah1 Kecamatan Gamping 47.343 47.530 94.8732 Kecamatan Godean 37.362 37.790 75.2523 Kecamatan Moyudan 18.394 19.396 37.7904 Kecamatan Minggir 18.925 19.986 38.9115 Kecamatan Seyegan 26.489 27.383 53.8726 Kecamatan Mlati 48.732 49.136 97.8687 Kecamatan Depok 65.787 64.872 130.6598 Kecamatan Berbah 25.528 25.768 51.2969 Kecamatan Prambanan 32.959 30.344 63.30310 Kecamatan Kalasan 36.253 36.752 73.00511 Kecamatan Ngemplak 30.449 31.476 61.92512 Kecamatan Ngaglik 49.468 50.043 99.51113 Kecamatan Sleman 34.182 35.072 69.25414 Kecamatan Tempel 32.580 33.564 66.14415 Kecamatan Turi 19.761 20.422 40.18316 Kecamatan Pakem 18.857 19.504 38.36117 Kecamatan Cangkringan 16.233 16.929 33.162Jumlah 559.302 566.067 1.125.369

Sumber : Kependudukan Kabupaten Sleman

9

Page 11: SKI Budidaya Ikan Nila

BAB IIIASPEK PASAR DAN PEMASARAN

3.1. Produksi Ikan Sleman

Produksi ikan konsumsi di kabupaten Sleman selama periode 2007 – 2011

disajikan dalam tabel di bawah ini.

Tabel 3.1 Produksi ikan konsumsi kabupaten Sleman 2007 - 2011

No Produksi Ikan Tahun2007 2008 2009 2010 2011

1. Ikan konsumsi (ton)

8.148,85 10.297,78 12.425,90 14.574,68 18.364,10

Sumber : Perikanan kabupaten Sleman

Peningkatan jumlah produksi ikan konsumsi pada tahun 2011 sebesar

26,0%. Tingkat konsumsi ikan pada tahun 2011 meningkat 3,93% menjadi 27,78

kg/kapita/tahun dari 26,73 kg/kapita/tahun pada tahun 2010.

3.2. Permintaan Ikan

Permintaan Ikan konsumsi disesuaikan dengan tingkat konsumsi

masyarakat terhadap ikan. Tingkat konsumsi ikan Kabupaten Sleman adalah 27,7

Kg/Kapita/Tahun. Jika penduduk Sleman pada tahun 2011 berjumlah 1.125.362

jiwa maka permintaan ikan sebesar 1.125.362 x 27,7 = 31.172.721

Kg/Kapita/Tahun atau sekitar 31 ribu ton/kapita/tahun. Produksi ikan pada 2011

adalah sebesar 18.364.10 ton. Selisih antara produksi dan permintaan sebesar

18.364.10 – 31.172.72 = - 12.808.62 ton/kapita/tahun. Jadi, produksi ikan

konsumsi di daerah kabupaten Sleman masih kurang.

3.3. Peramalan

Pertumbuhan penduduk kabupaten Sleman pada tahun 2011 sebesar 0,73

% setiap tahun, maka dapat diprediksikan pertumbuhan penduduk kabupaten

Sleman sepuluh tahun kedepan adalah sebagai berikut disajikan dalam tabel di

bawah ini.

Tabel 3.2 Prediksi Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Sleman sepuluh tahun ke depan (Asumsi pertumbuhan penduduk = 0,73 %)

Tahun Jumlah Penduduk2011 11253692012 1133584

10

Page 12: SKI Budidaya Ikan Nila

Tahun Jumlah Penduduk2013 11418592014 1150195

2015 11585912016 11670492017 11755692018 11841502019 11927942020 12015022021 1210273

Sumber : pengolahan sendiri

Hasil peramalan tabel di atas disajikan dalam bentuk grafik di bawah ini.

Sumber : pengolahan sendiriGambar 3.1 Grafik Pertumbuhan Penduduk Sleman 2011 – 2021

Kenaikan produksi ikan setiap tahun diasumsikan sebesar 2.26 % dan

kenaikan tingkat konsumsi ikan sebesar 3.93 % / tahun. Permintaan ikan

diprediksikan selama sepuluh tahun ke depan adalah sebagai berikut.

Tabel 3.3 Prediksi produksi ikan dan kebutuhan ikanKabupaten Sleman Tahun 2011 – 2021

Tahun Produksi Ikan (ton) Kebutuhan Ikan (Ton) Gap (ton)

2011 18364 31172.72 12808.622012 18779 32397.81 13618.682013 19204 33671.04 14467.512014 19638 34994.32 15356.782015 20081 36369.59 16288.252016 20535 37798.92 17263.73

11

Page 13: SKI Budidaya Ikan Nila

Tahun Produksi Ikan (ton) Kebutuhan Ikan (Ton) Gap (ton)

2017 20999 39284.41 18285.142018 21474 40828.29 19354.432019 21959 42432.84 20473.672020 22455 44100.45 21645.012021 22963 45833.60 22870.66

Sumber : hasil pengolahan sendiri

Tabel prediksi di atas disajikan dalam bentuk grafik di bawah ini.

Sumber : pengolahan sendiriGambar 3.2 Grafik Produksi dan Kebutuhan Ikan Tahun 2011 - 2021

Ikan konsumsi di atas bisa berasal dari air tawar yang dihasilkan dari

budidaya. Budidaya ikan air tawar sangat banyak ragamnya seperti budidaya ikan

bawal, ikan gurami, dan ikan kancra. Dari total ikan konsumsi diatas, diasumsikan

bahwa produksi ikan nila sebesar 30 % dari produksi ikan konsumsi. Jadi

produksi ikan nila pada tahun 2011 sebanyak 30 % x 18.364.10 = 5.509 ton.

Sedangkan tingkat konsumsi ikan nila diasumsikan sebesar 6 Kg/Kapita/Tahun

dari tingkat konsumsi ikan Kabupaten Sleman. Maka konsumsi ikan nila

penduduk Kabupaten Sleman sebesar 1.125.369 x 6 = 6.752.210 Kg/Kapita/Tahun

atau sekitar 6 ribu ton. Maka Kabupaten Sleman kekurangan produksi ikan nila

sebesar 5.509 – 6.752,21 = - 1.242,98 ton/Kapita/Tahun.

12

Page 14: SKI Budidaya Ikan Nila

Tabel 3.2 Prediksi Kebutuhan Ikan Nila Tahun 2011 – 2021

Tahun Produksi Ikan Nila (ton)

Kebutuhan Ikan Nila (ton) Gap (ton)

2011 5509 6752.21 1242.982012 5634 6801.51 1167.772013 5761 6851.16 1090.102014 5891 6901.17 1009.912015 6024 6951.55 927.142016 6161 7002.29 841.742017 6300 7053.41 753.632018 6442 7104.90 662.742019 6588 7156.77 569.022020 6737 7209.01 472.382021 6889 7261.64 372.75

Sumber : pengolahan sendiri

Hasil prediksi tabel di atas disajikan dalam bentuk grafik di bawah ini.

Sumber : pengolahan sendiriGambar 3.2 Prediksi Kebutuhan Ikan Nila Tahun 2011 – 2021

3.4. Target Pasar dan Lokasi Pemasaran

Target pasar adalah pasar potensial di daerah Kabupaten Sleman. Dari

pasar potensial diperkirakan sekitar 15 % merupakan sales potensial. Sehingga

dari kekurangan produksi ikan nila pada tahun 2012 sebesar 1.167.77 ton dipasok

sekitar 15 % dari hasil budidaya ikan nila kami atau sekitar 15 % x 1167.77 =

175.16 ton/Kapita/Tahun atau sekitar 175.164 Kg/Kapita/Tahun.

13

Page 15: SKI Budidaya Ikan Nila

Lokasi pemasaran yang menjadi sales potensial adalah pasar Gamping,

pasar Cebongan, pasar Ngino, pasar Balangan, pasar Godean, pasar Ngijon dan

pasar Kebon Agung.

3.5. Pemasaran

Strategi pemasaran dengan menggunakan variabel marketing mix yang

meliputi : product (produk), price (harga), dan promotion (promosi). Secara garis

besar penjelasan strategi pemasaran setiap variabel di atas adalah sebagai berikut :

3.4.1. Product (produk)

Strategi yang dilakukan adalah dengan peningkatan kualitas serta kuantitas

dari benih ikan nila dan produksi ikan nila. Peningkatan kualitas dan kuantitas

tersebut dilakukan dengan menempuh berbagai langkah, antara lain :

a) Pendataan kembali indukan ikan nila yang ada karena terkadang

terjadi kematian atau pun hilang terbawa aliran air sehingga

mengakibatkan perubahan jumlah indukan ikan yang ada.

b) Menjaga ketersediaan stok benih ikan nila dan produksi ikan nila pada

waktu panen sehingga mampu memenuhi permintaan konsumen baik

dalam hal kuantitas serta kualitas.

3.4.2. Price (harga)

Strategi pemasaran berikutnya adalah dengan bertolak ukur pada variabel

price (harga). Pada dasarnya penetapan menggunakan perangkat pertimbangan

competition based pricing (penetapan harga berdasarkan persaingan) yang

dikhususkan lagi pada going rate pricing (perusahaan mendasarkan harga pada

harga pesaing dan kurang memperhatikan biaya dan permintaannya atau

perusahaan dapat mengenakan harga yang sama, lebih tinggi atau lebih rendah

dari pesaing utamanya).

Pada kondisi tertentu yaitu ketika ketersediaan stok ikan nila kami tidak

mampu memenuhi permintaan (demand) pasar, pembudidaya mengambil langkah

dengan mengambil stok dari dari petani ikan (UPR). Pada kondisi ini penetapan

harga didasarkan pada perangkat pertimbangan break even analysis and target

profit pricing (suatu metode yang digunakan perusahaan untuk menetapkan harga

apakah akan break even atau membuat target laba yang akan dicari) tentu saja laba

14

Page 16: SKI Budidaya Ikan Nila

yang ditargetkan akan disesuaikan dengan harga pasar sehingga harga yang

ditetapkan akan lebih rendah dari harga pasar atau minimal sama dengan harga

pasar.

3.4.3. Promotion (promosi)

Strategi pemasaran yang ketiga didasarkan pada variabel promotion

(promosi). Definisi promosi menurut Kotler adalah segala jenis kegiatan yang

dilakukan perusahaan untuk memperkenalkan produknya kepada target pasar.

Perbaikan dalam hal promosi dilakukan yang meliputi beberapa langkah antara

lain :

a) Perbaikan pada pelayanan konsumen baik dari penggunaan buku tamu

untuk pencatatan data pembeli.

b) Sistem pelayanan pemesanan produksi ikan pada waktu akan panen

diperbaiki dengan pencatatan pesanan yang lebih terorganisir dan

penyediaan stok sesegera mungkin untuk memenuhi pesanan

c) Sistem hubungan 2 arah antara pembudidaya dengan konsumen yang

selalu dijaga baik dengan pemberitahuan perubahan harga terhadap

para pelanggan, penerapan harga khusus untuk pelanggan, dan info

berbagai ketersediaan stok secara periodik kepada pelanggan

(hubungan tersebut dilakukan dengan sms/call).

d) Skala prioritas pemenuhan pesanan tidak didasarkan pada kuantitas

pesanan tetapi berdasarkan hubungan pembudidaya dan konsumen.

Pembudidaya akan mendahulukan konsumen yang sudah menjalin

hubungan lama dibanding dengan konsumen baru.

15

Page 17: SKI Budidaya Ikan Nila

BAB IVMANAJEMEN

4.1. Manajemen Organisasi dan SDM

Manajemen organisasi dan SDM sangat penting dianalisis studi

kelayakannya, terutama aspek SDM disekitar lokasi usaha budidaya ikan nila

yaitu kelurahan Margodadi. Dalam usaha budidaya ikan perlu persiapan secara

menyeluruh baik perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan

dalam pelaksanaanya. Semakin baik aspek manajemen yang diterapkan maka

akan semakin terkelola dengan baik usaha budidaya ikan nila.

Perencanaan dalam usaha budidaya ikan nila adalah persiapan teknis,

peralatan, tenaga kerja, biaya, waktu pelaksanaan, pemeliharaan, dan waktu

panen. Waktu produksi ikan nila sekitar 4 bulan.

Pengorganisasian dalam usaha budidaya ikan nilai dilakukan dengan

pembagian tugas, tanggung jawab, dan deskripsi pekerjaan kepada pekerja. Hal ini

untuk menghindari tugas rangkap dan menjalankan kewajiban pekerja masing –

masing dengan disiplin sesuai tanggung jawabnya.

Usaha budidaya ikan nila membutuhkan ahli motivasi dan penggerak

usaha untuk meningkatkan kuantitas produksi dan kualitas produksi. Kegiatan ini

dilakukan secara kontinyu dengan interval waktu sekitar dua bulan satu kali.

Proses kegiatan ini dengan mengundang pakar perikanan dan entrepreneur datang

ketempat lokasi untuk melakukan pelatihan dan pendidikan selama 1 hari.

Pengawasan dalam budidaya ikan nila adalah melakukan pengawasan

terhadap perkembangan ikan nila dari serangan hama atau penyakit,

mempersiapkan pemisahan ikan – ikan kecil yang baru dilahirkan dan kualitas air.

Pengawasan juga harus dilakukan dalam kualitas untuk menghasilkan ikan nila

yang masih segar untuk sampai ke konsumen.

4.2. Struktur Organisasi

Organisasi merupakan hal penting dalam melakukan pengelolaan dan

pembagian tenaga kerja dalam usaha budidaya ikan nila supaya berjalan dengan

baik dan terarah.

16

Page 18: SKI Budidaya Ikan Nila

Adapun struktur organisasi dalam usaha budidaya ikan nila adalah sebagai

berikut :

a) Pimpinan

Pimpinan adalah jabatan tertinggi dalam usaha budidaya ikan nila ini.

Adapun tugas seorang pimpinan adalah mengatur dan mengelola tenaga

kerja yang ada, membuat strategi ke depan, membuat keputusan yang

penting buat usaha dan seorang pimpinan bertanggung jawab terhadap

maju dan mundurnya usaha budidaya ikan nila.

b) Bendahara atau bagian keuangan

Bendahara merupakan pembantu tugas pimpinan dalam mengelola dan

mengatur keuangan, selain itu tugas bendahara adalah membuat laporan

keuangan secara berkala, menandatangi pengeluaran dan penerimaan

keuangan, membuat dan mengumpulkan bukti – bukti tertulis

pengeluaran uang dan lain sebagainya, menerima, menyimpan, dan

membukukan keuangan, barang, tagihan, dan surat-surat berharga.

c) Sekretaris

Sekretaris bertugas membantu Pimpinan dalam mengelola surat

menyurat dan notulen rapat, selain itu tugas sekretaris adalah

merumuskan kebijaksanaan umum dalam bidang kesekretariatan dan

administrasi, bertanggung jawab atas pelaksanaan rapat, bertanggung

jawab bagi pengadaaan sarana serta prasarana kesekretariatan lainnya,

bersama dengan Pimpinan menandatangani surat-surat keluar, membuat

laporan kegiatan, menyediakan daftar hadir dan membuat catatan-

catatan rapat, mengumpulkan laporan-laporan dari tiap-tiap bidang

kerja, mengarsipkan segala macam surat menyurat, mewakili Pimpinan

apabila berhalangan tidak hadir atau tidak kuasa, melaksanakan tugas –

tugas dan pelayanan administratif , mencatat dan menyusun notulen

rapat/pertemuan, mengadakan surat-menyurat serta pengarsipannya,

dan menyiapkan laporan (bulanan, triwulan, dan tahunan), termasuk

hasil – hasil rapat pimpinan.

d) Produksi

17

Page 19: SKI Budidaya Ikan Nila

Produksi merupakan bagian penting dalam usaha budidaya ikan nila.

Tanggung jawab bagian produksi adalah mengelola dan mengurus

perkembangan ikan nila dari benih ikan sampai ikan siap dipanen.

Bagian produksi bertugas mengelola kolam ikan, memberi pakan ikan,

mengatur saluran air, membersihkan kolam ikan dari sampah, membuat

pakan ikan, dan mengatur proses perkawinan ikan jantan dan betina

untuk menghasilkan benih ikan.

e) Pemasaran

Bagian Pemasaran bertugas menjual dan mencari pembeli hasil panen

ikan, selain itu bertanggung jawab untuk berkreasi, memperhatikan dan

menganalisa pelanggan, pasar, pesaing dan hubungan relasi mereka

untuk meningkatkan kemitraan antara konsumen dan pihak

pembudidaya.

f) Humas dan SDM

Humas dan SDM bertanggung jawab dalam mengelola dan

mengembangkan SDM serta menjaga hubungan baik dengan

masyarakat sekitar, selain itu tugas humas dan SDM adalah sebagai

berikut :

Menyediakan berbagai informasi kepada publik tentang kebijakan,

kegiatan, produk/jasa, dan personalia.

Memberikan nasehat dan masukan kepada manajemen lain terkait

komunikasi dengan publik.

Melakukan kegiatan perekrutan tenaga kerja dan pemantauan

kegiatan dimasyarakat.

Untuk lebih jelasnya bisa dilihat dalam struktur organisasi usaha budidaya

ikan nila. Gambar struktur organisasi tersebut adalah sebagai berikut.

18

Page 20: SKI Budidaya Ikan Nila

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Budidaya Ikan Nila

4.3. Jumlah Tenaga Kerja

Jumlah tenaga kerja usaha budidaya Ikan Nila termasuk pimpinan adalah

11 orang yang terdiri dari 1 orang pimpinan, 1 orang Sekretaris, 1 Orang

Bendahara, 1 Orang Ketua bagian produksi, 3 orang anggota bagian produksi, 1

orang bagian humas dan SDM, 1 orang Ketua bagian pemasaran dan 2 orang

anggota bagian pemasaran.

Beban kerja untuk setiap bagian adalah 6 hari kerja dari mulai jam 07.00 –

15.00 istirahat 1 jam pada jam 11.30 – 12.30. Khusus untuk bagian penjaga kolam

dari anggota produksi digunakan sistem shift dan rolling kerja malam.

4.4. Kualifikasi Tenaga Kerja

Kualifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan untuk mengisi setiap bagian

kerja yang ada di dalam usaha budidaya ikan nila adalah sebagai berikut :

a) Pimpinan

Mampu mengelola dan mengurus usaha budidaya ikan secara

keseluruhan

Kreatif, inovative dan punya visi serta misi ke depan

Komunikasi yang baik dan benar

Interpersonal yang baik

Minimal lulusan S1 semua jurusan

b) Bendahara atau bagian keuangan

Mampu dan mengerti cara mengelola keuangan usaha budidaya ikan

nila

Mampu dan menguasai cara membuat laporan keuangan

Komunikasi yang baik

19

Pimpinan

Sekretaris Bendahara Produksi Ikan Nila

PemasaranHumas dan SDM

Anggota 1 Anggota 2 Anggota 3 Anggota 1 Anggota 2

Page 21: SKI Budidaya Ikan Nila

Interpersonal yang baik

Minimal lulusan SMEA bisnis dan manajemen

c) Sekretaris

Mampu dan mengerti cara membuat surat menyurat

Mampu dan mengerti cara menjadi seorang pimpinan rapat

Mampu dan mengerti cara menyampaikan hasil kesimpulan rapat

Mampu dan menguasai cara membuat laporan hasil rapat

Komunikasi yang baik

Interpersonal yang baik

Minimal lulusan SMA/SMEA

d) Produksi

Mampu dan mengetahui cara budidaya ikan nila

Mampu dan mengetahui cara membuat pakan ikan

Mampu dan mengetahui cara mengelola sarana dan prasarana usaha

budidaya ikan nila

Mampu dan mengetahui perkembangan ikan nila

Mampu dan mengetahui hama ikan

Komunikasi yang baik

Interpersonal yang baik

Minimal lulusan SMK Perikanan

e) Pemasaran

Berkomunikasi dengan baik

Memiliki interpersonal yang baik

Mampu membuat presentasi yang menarik konsumen

Mengetahui tempat dan lokasi pemasaran

Memiliki Sim C

f) Humas dan SDM

Mengetahui dan mampu cara memberikan informasi yang baik dan

jelas kepada masyarakat

Mampu dan mengerti untuk memotivasi dan menggerakkan orang

lain atau tenaga kerja yang lain

20

Page 22: SKI Budidaya Ikan Nila

Menjalin hubungan yang baik dengan masyarakat dan konsumen

Memiliki interpersonal yang baik

Komunikasi yang baik

Minimal lulusan D3 perikanan dan Public Relation

4.5. Prediksi SDM

Melihat dari kebutuhan ikan nila di Sleman yang setiap tahun terus

mengalami peningkatan dan dibarengi dengan peningkatan konsumsi ikan nila

oleh Masyarakat. Ketika demand naik, pihak pembudidaya harus meningkatkan

kuantitas produksinya setiap tahun. Untuk meningkatkan kuantitas produksi

dipengaruhi beberapa faktor meliputi sarana dan prasarana termasuk lahan untuk

kolam selain itu SDM yang dibutuhkan semakin banyak karena permasalahan dan

pembagian tenaga kerja semakin komplek.

Banyaknya tugas yang harus dibagi dan tanggung jawab yang besar, hanya

bisa dilaksanakan oleh orang – orang yang memiliki kinerja dan integritas yang

tinggi. Semakin berkembang usaha budidaya maka akan semakin tinggi

kualifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan, hal ini harus dipersiapkan dari sekarang

untuk bekerjasama dengan pemasok tenaga kerja.

Prediksi kebutuhan SDM dimasa depan akan semakin tinggi karena tugas

dan aktivitas pekerjaan yang semakin komplek. Maka pihak budidaya ikan nila

melakukan perencanaan SDM yang matang dan sistemtis untuk menghadapi

persaingan dan kemajuan dimasa yang akan datang. Beberapa faktor eksternal

yang mempengaruhi aktivitas bisnis dan perencanaan SDM, antara lain:

globalisasi, kemajuan teknologi, pertumbuhan ekonomi dan perubahan komposisi

angkatan kerja. Perubahan karakteristik angkatan kerja yang ditandai oleh

berkurangnya tingkat pertumbuhan tenaga kerja, semakin meningkatnya masa

kerja bagi golongan tua, dan peningkatan diversitas tenaga kerja membuktikan

perlunya kebutuhan perencanaan SDM.

Menurut Jackson dan Schuler (1990), perencanaan sumber daya manusia

yang tepat membutuhkan langkah-langkah tertentu berkaitan dengan aktivitas

perencanaan sumber daya manusia menuju organisasi modern. Langkah-langkah

tersebut meliputi:

21

Page 23: SKI Budidaya Ikan Nila

a) Pengumpulan dan analisis data untuk meramalkan permintaan maupun

persediaan sumber daya manusia yang diekspektasikan bagi

perencanaan bisnis masa depan.

b) Mengembangkan tujuan perencanaan sumber daya manusia

c) Merancang dan mengimplementasikan program-program yang dapat

memudahkan organisasi untuk pencapaian tujuan perencanaan sumber

daya manusia

d) Mengawasi dan mengevaluasi program-program yang berjalan.

Keempat tahap tersebut dapat diimplementasikan pada pencapaian tujuan

jangka pendek (kurang dari satu tahun), menengah (dua sampai tiga tahun),

maupun jangka panjang (lebih dari tiga tahun).

Rothwell (1995) menawarkan suatu teknik perencanaan sumber daya

manusia yang meliputi tahap :

a) investigasi baik pada lingkungan eksternal, internal, organisasional:

b) forecasting atau peramalan atas ketersediaan supply dan demand

sumber daya manusia saat ini dan masa depan;

c) perencanaan bagi recruitment, pelatihan, promosi, dan lain-lain;

d) utilasi yang ditujukan bagi man power dan kemudian memberikan

feedback bagi proses awal.

Persentase penduduk Sleman yang bekerja per lapangan usaha selama

2009 – 2011. Persentase ini menggambarkan bidang pertanian memberikan

kontribusi terbesar dalam penyerapan tenaga kerja. Untuk lebih jelasnya bisa

dilihat tabel di bawah ini.

Tabel 4.1 Persentase Penduduk Sleman yang bekerja per lapangan usaha tahun 2009 – 2011

No Sektor Tahun2009 2010 2011

1 Pertanian 20,31 24,39 28,262 Pertambangan & Penggalian 0,67 3,33 2,473 Industri 12,83 8,05 11,244 Listrik, Gas & Air 0,30 2,20 2,065 Bangunan 7,77 8,01 11,476 Perdagangan 26,36 12,10 10,537 Angkutan dan Komunikasi 3,42 4,00 4,23

22

Page 24: SKI Budidaya Ikan Nila

No Sektor Tahun2009 2010 2011

8 Keuangan 3,43 3,35 4,89 Jasa 24,00 34,57 24,95

Total 100 100 100Sumber : www.slemankab.go.id

Dengan menggunakan peramalan metode Moving Average tiga tahun (MA

= 3) , prediksi persentase penduduk Sleman yang bekerja per lapangan usaha

selama lima tahun kedepan (2012 – 2016) sebagai berikut.

Tabel 4.2 Prediksi Penduduk Sleman yang bekerja per lapangan usaha selama lima tahun ke depan (2012 – 2016)

No Sektor

Tahun2012 2013 2014 2015 2016

1 Pertanian 24.32 25.66 26.08 25.35 25.702 Pertambangan &

Penggalian 2.16 2.65 2.43 2.41 2.503 Industri 10.71 10.00 10.65 10.45 10.374 Listrik, Gas & Air 1.52 1.93 1.84 1.76 1.845 Bangunan 9.08 9.52 10.02 9.54 9.706 Perdagangan 16.33 12.99 13.28 14.20 13.497 Angkutan dan

Komunikasi 3.88 4.04 4.05 3.99 4.038 Keuangan 3.86 4.00 4.22 4.03 4.089 Jasa 27.84 29.12 27.30 28.09 28.17

Total 100 100 100 100 100

Angkatan kerja penduduk Sleman yang terserap dalam dunia kerja selama

tahun 2009 – 2011 disajikan dalam tabel di bawah ini.

Tabel 4.3 Angkatan kerja penduduk Sleman yang terserap dunia kerja tahun 2009 - 2011

No Uraian Tahun2009 2010 2011

1 Bekerja 422.490 415.295 484.4052 Tidak bekerja 45.534 58.295 39.9213 Jumlah 468.024 473.590 524.326Persentase tidak bekerja 9.73 12.31 7,61

23

Page 25: SKI Budidaya Ikan Nila

Angkatan kerja penduduk Sleman untuk lima tahun ke depan antara 2012

– 2016 diprediksi dengan metode Moving Average tiga tahun (MA = 3) disajikan

pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.4 Prediksi Angkatan Kerja yang terserap dunia kerja tahun 2012 – 2016

No Uraian Tahun2012 2013 2014 2015 2016

1 Bekerja 440.730 446.810 457.315 448.285 450.8032 Tidak bekerja 47.917 48.711 45.516 47.381 47.2033 Jumlah 488.647 495.521 502.831 495.666 498.006

Persentase tidak bekerja 10.20 10.17 11.05 10.46 10.55

Dari tabel prediksi angkatan kerja di atas bahwa penduduk kabupaten

Sleman masih banyak yang belum terserap dunia kerja sehingga Sumber Daya

Manusia di kabupaten Sleman masih tersedia untuk lima tahun kedepan.

24

Page 26: SKI Budidaya Ikan Nila

BAB IVASPEK TEKNIS DAN TEKNOLOGI

4.1 Penentuan Lokasi

Lokasi yang dipilih dalam studi kelayakan ini adalah dusun – dusun yang

ada di Kelurahan Margodadi Kecamatan Seyegan Kabupaten Sleman. Dusun yang

dipilih ada tiga dusun yaitu Kurahan, Pendekan dan Bolu. Ketiga dusun ini saling

berdekatan namun mempunyai beberapa perbedaan yang tidak signifikan.

Penentuan lokasi ditentukan oleh beberapa faktor penting yang menunjang

terlaksananya pengelolaan dan pembudidayaan ikan nila berjalan dengan baik.

Faktor – faktor penting tersebut diantaranya :

4.1.1 Bahan baku

Ketersediaan bahan baku merupakan hal penting dalam budidaya ikan.

Bahan baku berupa benih ikan yang mempunyai tingkat kematian tinggi, sehingga

tidak bisa dikirim dari tempat yang sangat jauh ke lokasi budidaya. Pembenihan

ikan bisa dilakukan di lokasi dengan memisahkan kolam antara ikan nila yang

besar dan ikan nila yang masih kecil – kecil (benih).

Lokasi budidaya harus dekat dengan lokasi penjual dan penyedia benih

ikan selain itu akses ke lokasi mudah. Dalam hal ini dusun yang lebih mudah

diakses adalah Dusun Kurahan.

4.1.2 Tenaga kerja

Tenaga kerja yang dipakai adalah warga sekitar daerah lokasi budidaya.

Daerah yang mempunyai tenaga kerja yang terdidik dan sedikit lebih berkembang

dengan dusun yang lainnya adalah Dusun Pendekan. Dusun tersebut dipilih

sebagai penyalur dan pemasok tenaga kerja sehingga keberadaan lokasi budidaya

akan meningkatkan kesejahteraan dusun – dusun yang ada disekitarnya.

4.1.3 Pasar

Pasar merupakan tempat menjual ikan hasil panen. Ikan di jual ke pasar

dalam keadaan segar atau belum mati, sehingga lokasi budidaya harus memiliki

akses yang mudah ke setiap pasar yang ada di Sleman dan transportasi bisa

langsung masuk ke area lokasi budidaya ikan.

25

Page 27: SKI Budidaya Ikan Nila

Lokasi yang dipilih adalah lokasi yang memiliki jalan raya yang lebar dan

beraspal sampai lokasi. Dari tiga dusun tersebut yang memiliki akses untuk semua

jenis angkutan sampai lokasi adalah Dusun Kurahan.

4.1.4 Transportasi

Transportasi yang sering digunakan dalam usaha budidaya ikan nila adalah

truck dan angkutan box terbuka yang pendek. Truck digunakan untuk mengangkut

pakan ikan sedangkan angkutan box terbuka yang pendek digunakan untuk

menyalurkan dan menjual ikan nila hasil panen ke pasar – pasar di Sleman.

Dua jenis angkutan tersebut bisa masuk ke lokasi budidaya yang dipilih

yaitu Dusun Kurahan, karena akses jalan dusun kurahan lebar dan sudah beraspal.

4.1.5 Sumber energi

Sumber energi yang digunakan adalah listrik PLN untuk mengoperasikan

peralatan dan penerangan lokasi budidaya. Dusun Kurahan, Pendekan, dan Bolu

sudah mendapat pasokan listrik PLN dengan baik. Untuk usaha budidaya

penggunaan daya listrik tidak terlalu besar sehingga ketiga lokasi bisa dijadikan

alternatif karena ketersediaan listrik PLN di ketiga dusun tersebut sama dan

merata.

4.1.6 Sumber Air

Ketersediaan air merupakan faktor utama dalam usaha budidaya ikan. Air

harus mengalir terus ke tempat lokasi budidaya baik selama musim hujan dan

musim kemarau.

Dari ketiga alternatif lokasi yang dipilih tersebut yang sumber airnya

bagus dan ada irigasi yang baik adalah Dusun Kurahan.

4.1.7 Peraturan daerah dan sistem pajak

Perda dan sistem pajak yang menentukan adalah kewenangan Kabupaten

Sleman. Untuk tiga lokasi alternatif mempunyai aturan perda dan sistem pajak

yang sama karena ketiga lokasi berada di bawah wilayah administrasi Kelurahan

Margodadi Kecamatan Seyegan Kabupaten Sleman.

4.1.8 Sikap masyarakat dan fasilitas perumahan

Lokasi budidaya merupakan pedesaan yang dimana masyarakatnya ramah

dan sopan santun. Di lokasi budidaya sudah banyak kolam – kolam ikan milik

26

Page 28: SKI Budidaya Ikan Nila

masyarakat yang tidak bersifat komersial karena untuk memenuhi kebutuhan lauk

pauknya sehari – hari. Keberadaan tempat lokasi budidaya ikan nila akan

membantu untuk mensejahterakan masyarakat sekitar dan akan mendidik

masyarakat sekitar tentang cara – cara melakukan budidaya ikan nila dengan baik

dan benar. Sehingga keberdaan lokasi budidaya diketiga dusun sangat disambut

baik oleh masyarakat sekitar. Adapun lokasi yang menjadi sasaran adalah Dusun

Kurahan.

Perumahan di ketiga dusun yang dijadikan alternatif untuk lokasi belum

ada sama sekali. Perumahan – perumahan yang ada adalah perumahan penduduk

setempat. Untuk usaha budidaya ikan nila ini, tenaga kerja diambil dari warga

setempat sehingga tidak perlu memerlukan perumahan atau tempat penginapan.

4.1.9 Iklim

Kondisi temperatur dusun Kurahan berkisar antara 19oC – 30oC.

Daerahnya yang dikelilingi bukit dan hutan – hutan hijau menyebabkan

ketersediaan air tanah sangat besar dan tanahnya subur ditanami padi. Curah hujan

di daerah dusun Kurahan jika musim hujan sangat tinggi sekali 2992.3 mm/tahun.

4.1.10 Penentuan lokasi metode kuantitaif

Metode kuantitatif ini adalah metode dengan memberikan bobot dan skor

angka terhadap faktor – faktor yang menjadi pertimbangan dalam menentukan

lokasi. Adapun bobot dan skor faktor – faktor yang menjadi pertimbangan dalam

menentukan lokasi usaha budidaya ikan nila dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.1 Bobot dan skor faktor – faktor penentuan lokasi usaha budidaya ikan nila

Bobot Faktor SkorKurahan Bolu Pendekan

0.2 Kedekatan dengan pasar 95 85 900.4 Sumber air 95 80 850.02 Tenaga Kerja 90 90 950.04 Bahan baku 85 80 800.03 Harga tanah & gedung 90 90 900.05 Tingkat upah 70 70 700.02 Pajak Usaha dan Perda 80 80 800.05 Transportasi 85 75 750.14 Infra struktur 95 80 900.05 Faktor lainnya 90 80 80

27

Page 29: SKI Budidaya Ikan Nila

Dari tabel di atas dilakukan pengolahan data yaitu dengan mengkalikan

tiap – tiap skor dengan bobot untuk mendapatkan skor terbesar dan daerah dengan

skor terbesar merupakan daerah yang dipilih dan dijadikan rekomendasi lokasi

usaha budidaya ikan nila. Hasil pengolahan data bisa dilihat pada tabel di bawah

ini.

Tabel 4.2 Hasil pengolahan data penentuan lokasi

Faktor SkorKurahan Bolu Pendekan

Kedekatan dengan pasar 19 17 18Sumber air 38 32 34Tenaga Kerja 1.8 1.8 1.9Bahan baku 3.4 3.2 3.2Harga tanah & gedung 2.7 2.7 2.7Tingkat upah 3.5 3.5 3.5Pajak Usaha dan Perda 1.6 1.6 1.6Transportasi 4.25 3.75 3.75Infra struktur 13.3 11.2 12.6Faktor lainnya 4.5 4 4

92.05 80.75 85.25

Dari tabel di atas yang memiliki skor terbesar adalah dusun Kurahan.

Maka dusun Kurahan di jadikan lokasi usaha budidaya ikan nila.

4.2 Kapasitas Produksi

Luas lahan untuk dijadikan kolam adalah satu hektar dengan jumlah kolam

sebanyak 10 kolam, luas kolam adalah 10m x 10m dan kolam terbuat dari beton.

Dari 10 kolam tersebut dibagi menjadi 2 kolam sesuai fungsinya, fungsi kolam

pertama untuk ikan nila yang kecil ukuran 4 – 5 cm sedangkan fungsi kolam

kedua untuk ikan nila ukuran 12 – 15 cm. Kapasitas satu kolam ditebar ikan nila

ukuran 4 – 5 cm sebanyak 50.000 ekor, sehingga kapasitas ikan nila berukuran 4 –

5 cm sebanyak 50.000 ekor x 5 = 250.000 ekor. Ikan nila dipanen setiap 4 bulan

sekali. Dalam satu tahun ada tiga kali panen ikan nila. Maka kapasitas ikan nila

dalam satu tahun sebanyak 250.000 ekor x 3 kali panen x 1 tahun = 750.000 ekor /

tahun atau sekitar 135.000 Kg / tahun (asumsi berat ikan setelah 4 bulan = 0.180

Kg/ekor). Dengan harga jual sekitar Rp. 18.000/Kg.

28

Page 30: SKI Budidaya Ikan Nila

Kapasitas produksi yang dihasilkan belum mencukupi kebutuhan ikan nila

yang diprediksikan tahun 2012 sebesar 1.167.77 ton dipasok sekitar 15 % dari

hasil budidaya ikan nila kami atau sekitar 15 % x 1167.77 = 175.16

ton/Kapita/Tahun atau sekitar 175.164 Kg/Kapita/Tahun. Hal ini menandakan

bahwa peluang usaha budidaya ikan nila masih besar.

4.3 Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana dalam usaha budidaya ikan nila meliputi kolam,

peralatan, dan pemilihan teknologi. Sarana dan prasarana ini penting sekali untuk

mendukung jalannya usaha budidaya ikan dengan baik. Sarana – prasarana

tersebut dijelaskan satu – persatu di bawah ini.

4.3.1 Kolam

Kolam sebaiknya berbentuk persegi panjang dengan bagian yang panjang

sejajar dengan arah angin. Luas satu petak kolam 100 m2 (10m x 10m) dengan

kedalaman air rata – rata 70 cm untuk kolam ikan nila ukuran 4 – 5 cm dan 100

cm – 150 cm untuk kolam nila ukuran 12 – 15 cm dan jagaan (bagian atas yang

tidak kena air kolam) 25 cm. Bagian – bagian kolam adalah sebagai berikut :

a) Pematang kolam, berfungsi menahan genangan air. Penampang pematang

berbentuk trapesium yang memiliki ukuran lebar puncak 40cm, tinggi 110

cm, dan lebar bawah 260 cm.

b) Pintu pemasukan air, berfungsi untuk mengatur dan mengontrol aliran air

yang masuk ke dalam kolam. Pada prinsipnya, tempat pemasukan air

dibuat harus menjamin kuantitas dan dapat mencegah masuknya hewan-

hewan air lainnya ke dalam kolam yang merupakan pemangsa dan

penyaing makanan (kompetitor). Pintu pemasukan terdiri atas penyalur,

yang menghubungkan saluran air dengan kolam, dan bangunan tembok

tempat untuk memasang saringan dan pengatur debit air.

c) Pintu pengeluaran, berfungsi sebagai tempat pelimpasan air ketika volume

air berlebih dan tempat pengurasan air ketika berlangsung panen. Tempat

pengeluaran air berbentuk monnik yakni bangunan pintu air yang bersifat

permanen, terdiri dari dua bagian, yang satu berupa pipa pralon yang

menembus pematang, yang berfungsi menyalurkan air keluar kolam,

29

Page 31: SKI Budidaya Ikan Nila

sedangkan yang lainnya berupa bangunan tembok/beton berbentuk kotak

yang berada di depan pipa tadi. Pada bangunan tersebut dapat dipasang

papan, yang menahan genangan air sekaligus menentukan ketinggian

kolam serta saringan, yang menahan ikan tidak hanyut bersama aliran air.

Tinggi monik sama dengan tinggi pematang kolam, ukurannya disesuaikan

dengan luas kolam, minimal lebar monik kira-kira 30 cm.

d) Saluran dasar, berfungsi sebagai tempat berkumpul ikan ketika air

disurutkan ketika panen, sehingga ikan-ikan ini mudah ditangkap. Lebar

saluran dasar kira-kira 100 cm dengan kedalaman lebih kurang 20 cm.

Melakukan usaha budidaya ikan butuh perencanaan yang matang, terutama

perencanaan dalam pengelolaan air dan pengelolaan tanah.

Pengelolaan tanah bertujuan untuk menciptakan kondisi optimum tanah

agar dapat menyediakan lingkungan yang layak sebagai tempat hidup ikan.

Pengelolaan tanah meliputi pengolahan tanah, pengapuran dan pemupukan.

Setelah dilakukan pengolahan tanah, langkah selanjutnya adalah pengelolaan air.

Pengisian air ke dalam kolam dilakukan untuk mempercepat proses penguraian

(dekomposisi) unsur–unsur organik dari pupuk menjadi unsur anorganik yang

dapat menyuburkan kolam, setelah kapur dan pupuk ditebar, kolam diairi sedikit

dan dibiarkan selama 4 hari. Kemudian air ditambah lagi setinggi 10 cm dan

dibiarkan selama 3 hari sampai air berwarna coklat kehijau – hijauan. Sehari

sebelum ikan gurame dan ikan nila ditebar, kolam mulai diisi air sedalam 70 cm.

4.3.2 Peralatan dan mesin

Peralatan yang digunakan dalam budidaya ikan nila adalah jala, waring

(anco), cangkul, hapa (kotak dari jaring/kelambu untuk menampung sementara

induk atau benih), seser, ember berbagai ukuran, baskom berbagai ukuran,

timbangan skala kecil (gram) atau skala besar (kg), arit, pisau, piring secchi

(secchi disc) untuk mengukur kadar kekeruhan.

Sedangkan peralatan lain yang digunakan untuk memanen/menangkap

ikan nila antara lain adalah warring/scoopnet yang halus, ayakan panglembangan

diameter 100 cm, ayakan penandean diameter 5 cm, tempat menyimpan ikan,

keramba kemplung, keramba kupyak, fish bus (untuk mengangkut ikan jarak

30

Page 32: SKI Budidaya Ikan Nila

dekat), kekaban (untuk tempat penempelan telur yang bersifat melekat), hapa dari

kain tricote (untuk penetasan telur secara terkontrol) atau kadang-kadang untuk

penangkapan benih, ayakan penyabetan dari alumunium/bambu, oblok/delok

(untuk pengangkut benih), sirib (untuk menangkap benih ukuran 10 cm keatas),

anco/hanco (untuk menangkap ikan), lambit dari jaring nilon (untuk menangkap

ikan konsumsi), scoopnet (untuk menangkap benih ikan yang berumur satu

minggu keatas), seser (gunanya sama dengan scoopnet, tetapi ukurannya lebih

besar), jaring berbentuk segiempat (untuk menangkap induk ikan atau ikan

konsumsi).

Mesin yang digunakan dalam usaha budidaya ikan nila adalah mesin

pompa untuk mengalirkan air menjadi air mancur disekitar kolam dan ditengah –

tengah kolam. Air mancur ini fungsinya sebagai air mengalir untuk

mengumpulkan ikan nila saat diberi pakan.

4.4 Aspek Teknis

Aspek teknis yang dikaji dalam usaha budidaya ikan nila adalah penebaran

benih, pembesaran, pemeliharaan, hama dan penyakit, pemanenan, pengangkutan

dan pemasaran. Aspek – aspek teknis tersebut diuraikan satu persatu di bawah ini.

4.4.1 Penebaran benih

Benih ikan yang telah dideder dan dipelihara dengan baik selama masa

tertentu (1 – 4 bulan) tidak semuanya memiliki ukuran yang sama, demikian juga

benih ikan tidak semuanya sehat. Oleh karena itu, benih ikan yang akan dibe-

sarkan harus diseleksi terlebih dahulu untuk mendapatkan benih ikan yang

berukuran sama, sehat dan pertumbuhannya baik. Benih – benih ikan yang telah

diseleksi dapat segera disebarkan ke kolam pembesaran. Untuk mencegah

kematian benih ikan akibat stress, perubahan suhu yang mendadak dari wadah ke

kolam pembesaran, luka dan serangan penyakit, maka dalam menebarkan ikan ke

kolam pembesaran hendaknya dilakukan pada pagi hari atau sore hari dan padat

penebarannya perlu diperhatikan. Padat penebaran ikan nila berukuran 20 gr rata –

rata 52 ekor/m2.

4.4.2 Pembesaran dan pemeliharaan

31

Page 33: SKI Budidaya Ikan Nila

Dua minggu sebelum dan dipergunakan kolam harus dipersiapkan. Dasar kolam

dikeringkan, dijemur beberapa hari, dibersihkan dari rerumputan dan dicangkul

sambil diratakan. Tanggul dan pintu air diperbaiki jangan sampai teriadi

kebocoran. Saluran air diperbaiki agar jalan air lancar. Dipasang saringan pada

pintu pemasukan maupun pengeluaran air. Tanah dasar dikapur untuk

memperbaiki pH tanah dan memberantas hamanya. Kapur yang dipergunakan

kapur tohor sebanyak 100-300 kg/ha (bila dipakai kapur panas, Ca 0). Kalau

dipakai kapur pertanian dosisnya 500 - 1.000 kg/ha. Pupuk kandang ditabur dan

diaduk dengan tanah dasar kolam. Dapat juga pupuk kandang dionggokkan di

depan pintu air pemasukan agar bila diairi dapat tersebar merata. Dosis pupuk

kandang 1 - 2 ton/ha. Setelah semuanya siap, kolam diairi. Mula-mula sedalam 5 -

10 cm dan dibiarkan 2-3 hari agar teriadi mineralisasi tanah dasar kolam. Lalu

tambahkan air lagi sampai kedalaman 80 – 100 cm. Kini kolam siap untuk ditebari

Induk ikan.

a) Pemupukan

Pemupukan dengan jenis pupuk organik, anorganik (Urea dan TSP), serta

kapur. Cara pemupukan dan dosis yang diterapkan sesuai dengan standar

yang ditentukan oleh dinas perikanan daerah setempat, sesuai dengan tingkat

kesuburan di tiap daerah.

Beberapa hari sebelum penebaran benih ikan, kolam harus dipersiapkan

dahulu. Pematang dan pintu air kolam diperbaiki, kemudian dasar kolam

dicangkul dan diratakan.

Setelah itu, dasar kolam ditaburi kapur sebanyak 100-150 kg/ha. Pengapuran

berfungsi untuk menaikkan nilai pH kolam menjadi 7,0-8,0 dan juga dapat

mencegah serangan penyakit. Selanjutnya kolam diberi pupuk organik

sebanyak 300-1.000 kg/ha. Pupuk Urea dan TSP juga diberikan sebanyak 50

kg/ha. Urea dan TSP diberikan dengan dicampur terlebih dahulu dan

ditebarkan merata di dasar kolam. Selesai pemupukan kalam diairi sedalam

10 cm dan dibiarkan 3-4 hari agar terjadi reaksi antara berbagai macam pupuk

dan kapur dengan tanah. Hari kelima air kolam ditambah sampai menjadi

sedalam 50 cm. Setelah sehari semalam, air kolam tersebut ditebari benih

32

Page 34: SKI Budidaya Ikan Nila

ikan. Pada saat itu fitoplankton mulai tumbuh yang ditandai dengan

perubahan warna air kolam menjadi kuning kehijauan. Di dasar kolam juga

mulai banyak terdapat organisme renik yang berupa kutu air, jentik-jentik

serangga, cacing, anak-anak siput dan sebagainya. Selama pemeliharaan ikan,

air kolam diatur sedalam 75 – 100 cm. Pemupukan susulan harus dilakukan 2

minggu sekali, yaitu pada saat makanan alami sudah mulai habis.

Pupuk susulan ini menggunakan pupuk organik sebanyak 500 kg/ha. Pupuk

itu dibagi menjadi empat dan masing-masing dimasukkan ke dalam keranjang

bambu. Kemudian keranjang diletakkan di dasar kolam, dua buah disisi kiri

dan dua buah di sisi kanan aliran air masuk. Sedangkan yang dua keranjang

lagi diletakkan di sudut-sudut kolam. Urea dan TSP masing-masing sebanyak

30 kg/ha diletakkan di dalam kantong plastik yang diberi lubang-lubang kecil

agar pupuk sedikit demi sedikit. Kantong pupuk tersebut digantungkan

sebatang bambu yang dipancangkan di dasar kolam. Posisi ng terendam tetapi

tidak sampai ke dasar kolam. Selain pukan ulang. ikan nila juga harus tetap

diberi dedak dan katul. pemupukan di atas dapat dilakukan untuk kolam air

tawar, payau atau sawah yang diberakan.

b) Pemberian Pakan

Pakan sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan ikan.

Pemberian pakan pada budidaya ikan gurami dilakukan 3 kali sehari.

Frekuensi pemberian pakan ikan adalah 3 kali per hari, yakni pagi, siang dan

sore.

Pemupukan kolam telah merangsang tumbuhnya fitoplankton, zooplankton,

maupun binatang yang hidup di dasar, seperti cacing, siput, jentik-jentik

nyamuk dan chironomus (cuk). Semua itu dapat menjadi makanan ikan nila.

Namun, induk ikan nila juga masih perlu pakan tambahan berupa pelet yang

mengandung protein 30-40% dengan kandungan lemak tidak lebih dan 3%.

Pembentukan telur pada ikan memerlukan bahan protein yang cukup di dalam

pakannya. Perlu pula ditambahkan vitamin E dan C yang berasal dan taoge

dan daun-daunan/sayuran yang duris-iris. Boleh juga diberi makan tumbuhan

air seperti ganggeng (Hydrilla). Banyaknya pelet sebagai pakan induk kira-

33

Page 35: SKI Budidaya Ikan Nila

kira 3% berat biomassa per han. Agar diketahui berat bio massa maka diambil

sampel 10 ekor ikan, ditimbang, dan dirata-ratakan beratnya. Berat rata-rata

yang diperoleh dikalikan dengan jumlah seluruh ikan di dalam kolam. Misal,

berat rata-rata ikan 220 gram, jumlah ikan 90 ekor maka berat biomassa 220 x

90 = 19.800 g. Jumlah ransum per han 3% x 19.800 gram = 594 gram.

Ransum ini diberikan 2-3 kali sehari. Bahan pakan yang banyak mengandung

lemak seperti bungkil kacang dan bungkil kelapa tidak baik untuk induk ikan.

Apalagi kalau han tersebut sudah berbau tengik. Dedak halus dan bekatul

boleh diberikan sebagai pakan. Bahan pakan seperti itu juga berfungsi untuk

menambah kesuburan kolam.

c) Pemeliharaan Kolam/Tambak

Sistem dan intensitas pemeliharaan ikan nila tergantung pada tempat

pemeliharaan dan input yang tersedia.Target produksi harus disesuaikan

dengan permintaan pasar. Biasanya konsumen menghendaki jumlah dan

ukuran ikan yang berbeda-beda. Intensitas usaha dibagi dalam tiga tingkat,

yaitu

Sistem ekstensif (teknologi sederhana)

Sistem ekstensif merupakan sistem pemeliharaan ikan yang belum

berkembang. Input produksinya sangat sederhana. Biasanya dilakukan

di kolam air tawar. Dapat pula dilakukan di sawah. Pengairan

tergantung kepada musim hujan. Kolam yang digunakan biasanya

kolam pekarangan yang sempit. Hasil ikannya hanya untuk konsumsi

keluarga sendiri. Sistem pemeliharaannya secara polikultur. Sistem ini

telah dipopulerkan di wilayah desa miskin.

Pemupukan tidak diterapkan secara khusus. Ikan diberi pakan berupa

bahan makanan yang terbuang, seperti sisa-sisa dapur limbah

pertanian (dedak, bungkil kelapa dll.).

Perkiraan pemanenan tidak tentu. Ikan yang sudah agak besar dapat

dipanen sewaktu-waktu. Hasil pemeliharaan sistem ekstensif

sebenarnya cukup lumayan, karena pemanenannya bertahap. Untuk

kolam herukuran 2 x 1 x 1 m ditebarkan benih ikan nila sebanyak 20

34

Page 36: SKI Budidaya Ikan Nila

ruang berukuran 30 ekor. Setelah 2 bulan diambil 10 ekor, dipelihara

3 bulan kemudian beranak, demikian seterus. Total produksi sistem ini

dapat mencapai 1.000 kg/ha/tahun 2 bln. Penggantian air kolam

menggunakan air sumur. Penggantian dilakukan seminggu sekali.

Sistem semi-Intensif (teknologi madya)

Pemeliharaan semi-intensif dapat dilakukan di kolam, di tambak, di

sawah, dan di jaring apung. Pemeliharaan ini biasanya digunakan

untuk pendederan. Dalam sistem ini sudah dilakukan pemupukan dan

pemberian pakan tambahan yang teratur.

Prasarana berupa saluran irigasi cukup baik sehingga kolam dapat

berproduksi 2-3 kali per tahun. Selain itu, penggantian air juga dapat

dilakukan secara rutin. Pemeliharaan ikan di sawah hanya

membutuhkan waktu 2-2,5 bulan karena bersamaan dengan tanaman

padi atau sebagai penyelang. OIeh karena itu, hasil ikan dan sawah

ukurannya tak lebih dari 50 gr. Itu pun kalau benih yang dipelihara

sudah berupa benih gelondongan besar.

Budidaya ikan nila secara semi-intensif di kolam dapat dilakukan

secara monokultur maupun secara polikultur. Pada monokultur

sebaiknya dipakai sistem tunggal kelamin. Hal mi karena nila jantan

lebih cepat tumbuh dan ikan nila betina.

Sistem semi-intensif juga dapat dilakukan secara terpadu (intergrated),

artinya kolam ikan dikelola bersama dengan usaha tani lain maupun

dengan industri rumah tangga. Misal usaha ternak kambing, itik dan

sebagainya. Kandang dibuat di atas kolam agar kotoran ternak

menjadi pupuk untuk kolam.

Usaha tani kangkung, genjer dan sayuran lainnya juga dapat dipelihara

bersama ikan nila. Limbah sayuran menjadi pupuk dan pakan

tambahan bagi ikan. Sedangkan lumpur yang kotor dan kolam ikan

dapat menjadi pupuk bagi kebun sayuran.

35

Page 37: SKI Budidaya Ikan Nila

Usaha huler/penggilingan padi mempunyai hasil sampingan berupa

dedak dan katul. Oleh karena itu, sebaiknya dibangun kolam ikan di

dekat penggilingan tersebut.

Hasil penelitian Balai Penelitian Perikanan sistem integrated dapat

menghasilkan ikan sampai 5 ton atau lebih per 1 ha/tahun.

Sistem intensif (teknologi maju)

Sistem pemeliharaan intensif adalah sistem pemeliharaan ikan paling

modern. Produksi ikan tinggi sampai sangat tinggi disesuaikan dengan

kebutuhan pasar.

Pemeliharaan dapat dilakukan di kolam atau tambak air payau dan

pengairan yang baik. Pergantian air dapat dilakukan sesering mungkin

sesuai dengan tingkat kepadatan ikan. Volume air yang diganti setiap

hari sebanyak 20% atau bahkan lebih.

Pada usaha intensif, benih ikan nita yang dipelihara harus tunggal dain

jantan saja. Pakan yang diberikan juga harus bermutu.

Ransum hariannya 3% dan berat biomassa ikan per hari. Makanan

sebaiknya berupa pelet yang berkadar protein 25-26%, lemak 6-8%.

Pemberian pakan sebaiknya dilakukan oleh teknisinya sendiri dapat

diamati nafsu makan ikan-ikan itu. Pakan yang diberikan knya habis

dalam waktu 5 menit. Jika pakan tidak habis dalam waktu 5 menit

berarti ikan mendapat gangguan. Gangguan itu berupa serangan

penyakit, perubahan kualitas air, udara panas, terlalu sering diberi

pakan.

4.4.3 Hama dan Penyakit

Budidaya ikan tidak lepas dari gangguan hama dan penyakit. Datangnya

penyakit disebabkan oleh beberapa hal seperti lingkungan budidaya, teknik

budidaya, penanganan panen dan pasca panen yang kurang baik serta tidak

sesuainya ukuran dan jenis bahan ynag digu-nakan pada wadah penampungan

sehingga ikan luka. Datangnya penyakit tidak hanya merugi-kan dari sisi

produktifitas, tetapi juga pada kematian gurami yang dibudidayakan. Oleh karena

36

Page 38: SKI Budidaya Ikan Nila

itu, perlu dilakukan upaya pencegahan datangnya penyakit dan pengendalian

penyakit yang menyerang.

Beberapa penyakit yang biasa menyerang ikan, baik dalam kolam maupun

wadah lain adalah kutu ikan, penyakit cacing ikan, white spot. Pengobatannya

dengan perendaman garam dapur (NaCl) dosis 1-3 gr/ 100cc air selama 5 menit

atau formalin 25 cc/m3.

Pengendaliannya dengan seleksi ikan yang tahan penyakit. Vacsinasi Ich,

mengurangi kepadatan ikan, kondosi perairan cukup oksigen. Air kolam

diusahakan mengalir terus menerus dan pemberian pakan yang baik untuk

meningkatkan daya tahan tubuh ikan atau menaikkan suhu air yang berkisar 28-

32C

Penyakit nonparasit merupakan penyakit yang bukan disebabkan oleh

adanya penyakit, tetapi disebabkan oleh faktor lingkungan dan faktor makanan

(nutrisi). Faktor lingkungan yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan ikan

adalah pH air yang terlalu rendah atau terlalu tinggi, perubahan suhu air yang

terlalu mendadak, zat–zat beracun yang ada dalam air, penumpukan kotoran atau

sisa – sisa makanan, kadar oksigen dalam air rendah, kejenuhan gas (nitrogen,

oksigen dan karbondioksida) serta kadar amoniak yang tinggi.

Pencegahan penyakit nonparasiter dapat dilakukan dengan pemberian

pakan yang tepat (baik jumlah dan mutunya), ikan tidak diberi pakan yang telah

busuk/rusak, penyimpanan pakan ditempat yang bersih dan kering, per-baikan

lingkungan parairan kolam, meningkat-kan kualitas air, meningkatkan aerasi,

mengu-rangi bahan organik dan fitoplankton.

4.4.4 Pemanenan dan Pengangkutan

Pemanenan ikan dilakukan dengan mem-perhatikan umur ikan, bobot ikan

saat tebar, bobot ikan saat panen, dan waktu pemanenan. Ikan nila dapat dipanen

pada umur 3–4 bulan. Pada umur tersebut bobotnya sudah mencapai 100 gr/ekor.

Jika pasar menghendaki ikan yang berbobot 250 gr/ekor, maka panen dapat

dilakukan pada umur 6 bulan (Cahyono Bambang, 2000). Pada budi-daya ikan

nila, ukuran tebar ikan 20 gr/ekor dan lama pemeliharaan 4 bulan diperoleh berat

ikan saat panen 300 gr/ekor. Waktu panen yang baik adalah pada pagi hari atau

37

Page 39: SKI Budidaya Ikan Nila

sore hari karena keadaan suhu rendah yang dapat menurunkan aktivitas

metabolisme tubuh dan gerak ikan.

Ikan–ikan yang telah dipanen harus tetap dipetahankan mutunya sampai di

pasaran. Oleh karena itu, penanganan pasca-panen harus dilakukan dengan baik

dan benar. Penanganan pascapanen ikan yaitu pembersihan, pembero-kan,

pengolahan, pengangkutan dan pemasaran

Pada saat pengangkutan sering kali ikan mengalami kerusakan. Untuk

menekan keru-sakan sekecil mungkin, maka ikan harus dikemas dengan baik.

Hal–hal yang perlu diperhatikan dalam pengangkutan ikan adalah wadah untuk

mengemas ikan, kepadatan ikan dalam wadah dan sistem pengangkutan (Cahyono

bambang, 2000). Untuk pengemasan ikan gurami petani ikan menggunakan

jerigen plastik karena ikan masih dalam keadaan hidup, sedangkan ikan nila sudah

dalam keadaan mati sehingga dapat menggunakan box fiberglass atau styrofoam.

Saat pengangkutan, kepadatan ikan sangat tergantung pada ukuran ikan,

sistem pengangkutan dan lamanya pengangkutan. Apabila ikan terlalu padat akan

menyebabkan ikan cepat rusak dan membusuk atau mati. Pada pengangkutan ikan

gurami yang menggu-nakan jerigen plastik kepadatan pengangkutan 30 kg dalam

120 liter air selama 6 jam. Sedang-kan ikan nila dalam setiap box kepadatan

maksimalnya adalah 70 kg, sehingga jumlah ikan nila saat pengangkutan adalah

sekitar 230 ekor/box dengan ukuran panen 300 gr/ekor.

38

Page 40: SKI Budidaya Ikan Nila

BAB V

ASPEK FINANSIAL

5.1 Dana Modal Tetap

Modal tetap adalah sejumlah uang yang digunakan untuk investasi tanah,

bangunan, teknologi, mesin dan lain sebagainya. Modal tetap berkaitan dengan

pembangunan usaha budi daya ikan nila.

NO KELOMPOK BIAYA Jumlah (Rp)1 Pra Investasi

 a) Perijinan Rp 900,000 b) Riset / Studi Rp 1,500,000 c) Evaluasi Partner Rp 500,000

2 Tanah

  a) Pembelian 1 ha Rp 1,100,000,000 b)  Penyiapan, pematangan Rp 2,500,000

3 Gedung dan Bangunan Lain

 

a) Bangunan Rp 2,000,000 b) Instalasi air Rp 750,000 c) Instalasi listrik Rp 500,000 d) Selokan Rp 900,000 e) Pagar Rp 1,000,000

4 Mesin dan Peralatan

  a) Pembelian mesin Pellet Rp 3,500,000 b) Peralatan Perikanan Rp 500,000

5 Kendaraan

  a) Pembelian Rp 25,000,000 b) Pengurusan Rp 500,000

6 Pengadaan Teknologi Rp 5,000,000 Jumlah Dana Modal Tetap Rp 1,145,050,000

5.2 Dana Modal Kerja Netto

Dana modal kerja netto adalah dana yang berkaitan dengan operasional

proyek seperti bahan baku, bahan pembantu, piutang dagang dan lain sebagainya.

Selain biaya pada tabel di bawah, juga pada modal kerja di cantumkan biaya

variabel dan biaya tetap.

NO KELOMPOK BIAYA DASAR PERHITUNGAN JUMLAH

1 Harta Lancar      a)      Persediaan    

- Bahan Pakan 3 Kg / hari Rp 450,000.00

39

Page 41: SKI Budidaya Ikan Nila

NO KELOMPOK BIAYA DASAR PERHITUNGAN JUMLAH

- Benih ikan 5 - 7 Cm = 350 Rp 175,000,000.00 - Obat - Obatan Ikan   Rp 900,000.00 b) Piutang Dagang   Rp 45,000,000.00 c ) Kas   Rp 10,000,000.00 Jumlah Harta Lancar   Rp 231,350,000.00

2 Hutang Lancar      a)      Hutang Dagang   Rp 15,000,000.00

b)      Lain-lain   Rp 3,500,000.00 Jumlah Hutang Lancar

  Rp 18,500,000.00

3 Modal Kerja Netto (1-2)   Rp 212,850,000.00

5.3 Sumber PembiayaanSumber pembiayaan berasal dari modal sendiri dan modal pinjaman dari

bank. Tabel sumber pembiyaan di bawah ini.

A. JUMLAH MODALa) Modal Tetap JumlahTanah Rp 1,102,500,000.00Bangunan Rp 5,150,000.00Mesin dan peralatan Rp 4,000,000.00Teknologi Rp 5,000,000.00Pra-investasi Rp 2,900,000.00b) Modal Kerja Netto Rp 212,850,000.00Jumlah Biaya Proyek Rp 1,332,400,000.00B. SUMBER PEMBIAYAANa) Modal Sendiri Rp 900,000,000.00b) Modal Pinjaman Bank Rp 432,400,000.00

40

Page 42: SKI Budidaya Ikan Nila

5. 4. Aliran KasAliran kas ini menggambarkan keaadaan finansial budidaya ikan nila selama sepuluh Tahun.

Tahun 0 1 2 3 4 5Program Produksi / Penjualan Konstruksi 70% 90% 90% 100% 100%

A. Aliran kas Masuk Hasil Penjualan - Rp2,300,000,000 Rp2,430,000,000 Rp2,430,000,000 Rp4,320,000,000 Rp4,320,000,000B. Arus Kas Keluar1. Investasi Awal Rp 1,332,400,0002. Angsuran Pinjaman Rp 43,240,000 Rp 43,240,000 Rp 43,240,000 Rp 43,240,000 Rp 43,240,0003. Biaya Tetap Rp 29,000,000 Rp 29,000,000 Rp 29,000,000 Rp 29,000,000 Rp 29,000,0004. Biaya Variabel Rp 27,000,000 Rp 27,000,000 Rp 27,000,000 Rp 31,000,000 Rp 31,000,000Jumlah Arus Kas Keluar Rp 1,332,400,000 Rp 99,240,000 Rp 99,240,000 Rp 99,240,000 Rp 103,240,000 Rp 103,240,000

 R/L Sebelum Pajak Rp2,330,760,000 Rp2,330,760,000 Rp2,330,760,000 Rp4,216,760,000 Rp4,216,760,000Pajak (15%) Rp 349,614,000 Rp 349,614,000 Rp 349,614,000 Rp 632,514,000 Rp 632,514,000Laba Setelah Pajak Rp 1,332,400,000 Rp1,870,646,000 Rp1,981,146,000 Rp1,981,146,000 Rp3,584,246,000 Rp3,584,246,000Nilai Sisa Harta Tetap

Tabel Lanjutan Aliran Kas Tahun ke – 6 sampai ke - 10

41

Page 43: SKI Budidaya Ikan Nila

Tahun 6 7 8 9 10Program Produksi / Penjualan

100% 100% 100% 100% 100%

A. Aliran kas MasukHasil Penjualan Rp4,320,000,000 Rp4,320,000,000 Rp4,320,000,000 Rp4,320,000,000 Rp 4,320,000,000B. Arus Kas Keluar1. Investasi Awal Rp 1,332,400,0002. Angsuran Pinjaman Rp 43,240,000 Rp 43,240,000 Rp 43,240,000 Rp 43,240,000 Rp 43,240,000

3. Biaya Tetap Rp 29,000,000 Rp 29,000,000 Rp 29,000,000 Rp 29,000,000 Rp 29,000,0004. Biaya Variabel Rp 31,000,000 Rp 31,000,000 Rp 31,000,000 Rp 31,000,000 Rp 31,000,000Jumlah Arus Kas Keluar Rp 1,332,400,000 Rp 103,240,000 Rp 103,240,000 Rp 103,240,000 Rp 103,240,000 Rp 103,240,000

R/L Sebelum Pajak Rp4,216,760,000 Rp4,216,760,000 Rp4,216,760,000 Rp4,216,760,000 Rp 4,216,760,000

Pajak (15%) Rp 632,514,000 Rp 632,514,000 Rp 632,514,000 Rp 632,514,000 Rp 632,514,000Laba Setelah Pajak Rp 1,332,400,000 Rp3,584,246,000 Rp3,584,246,000 Rp3,584,246,000 Rp3,584,246,000 Rp 3,584,246,000

Nilai Sisa Harta Tetap Rp 28,413,660,000

42

Page 44: SKI Budidaya Ikan Nila

5.5 Membandingkan Alternatif

Jika MARR adalah 10 %

a. Analisa Nilai Sekarang (NPV)

NPV = - Rp 1,332,400,000 + Rp1,870,646,000 (P/F, 10%,1) + Rp1,981,146,000

(P/A,10%,2) (P/F, 10%, 1) + Rp3,584,246,000 (P/A, 10%, 6) (P/F,

10%, 3) + Rp 31,887,406,000 (P/F, 10%, 10)

NPV = - Rp 1,332,400,000 + Rp1,870,646,000 (0,9091) + Rp1,981,146,000

(1.736) (0,9091) + Rp3,584,246,000 (4.355) (0.7513) + Rp

31,887,406,000 (0,3855)

NPV = - Rp 1,332,400,000 + (Rp 1,700,604,279 + Rp 3,126,639,862 + Rp

11,727,335,706 + Rp 12,292,595,013)

NPV = - Rp 1,332,400,000 + Rp 28,847,174,860

NPV = Rp 27,514,774,860

b. Analisa Deret Seragam

NPV = Rp 27,514,774,860 (A/P, 10%, 10)NPV = Rp 27,514,774,860 (0,1627)NPV = Rp 4,476,653,870

c. Analisa Nilai MendatangNPV = Rp 27,514,774,860 (F/P,10%, 10)NPV = Rp 27,514,774,860 (2.594)NPV = Rp 71,373,325,986.84

d. Analisa Tingkat Pengembalian (rate and return)Di coba dengan tingkat bunga (i) sebesar 50 % dan 60 %i = 50%

NPV = - Rp 1,332,400,000 + Rp1,870,646,000 (P/F, 50%,1) + Rp1,981,146,000

(P/A,50%,2) (P/F, 50%, 1) + Rp3,584,246,000 (P/A, 50%, 6) (P/F,

50%, 3) + Rp 31,887,406,000 (P/F, 50%, 10)

NPV = - Rp 1,332,400,000 + Rp1,870,646,000 (0.6667) + Rp1,981,146,000

(1.111) (0.6667) + Rp3,584,246,000 (1.824) (0.2903) + Rp

31,887,406,000 (0.0173)

NPV = - Rp 1,332,400,000 + Rp. 1.247.159.688 + 1.467.442.172 + 1.897.884.064 + 551.652.124

NPV = - Rp 1,332,400,000 + Rp. 5.164.138.048

43

Page 45: SKI Budidaya Ikan Nila

NPV = Rp. 3,831,738,048.01

i = 60%

NPV = - Rp 1,332,400,000 + Rp1,870,646,000 (P/F, 60%,1) + Rp1,981,146,000

(P/A,60%,2) (P/F, 60%, 1) + Rp 3,584,246,000 (P/A, 60%, 6) (P/F,

60%, 3) + Rp 31,887,406,000 (P/F, 60%, 10)

NPV = - Rp 1,332,400,000 + Rp 1,870,646,000 (0.6250) + Rp 1,981,146,000

(1.016) (0.6250) + Rp 3,584,246,000 (1.567) (0.2441) + Rp

31,887,406,000 (0.00909)

NPV = - Rp 1,332,400,000 + 1169153750 + 1258027710 + 1370990941 + 289856521

NPV = - Rp 1,332,400,000 + 4088028921NPV = 2,755,628,921

Dengan interpolasi

44

Page 46: SKI Budidaya Ikan Nila

Daftar Pustaka

www.slemankab.go.id diakses pada tanggal 19 April 2012

www.ikannila.com diakses pada tanggal 27 April 2012

www.binaukm.com diakses pada tanggal 4 Mei 2012

www.pemda-diy.go.id diakses pada tanggal 19 April 2012

Purnomo, hari. Diktat Mata Kuliah Studi Kelayakan Industri. UII. Yogyakarta

_________________. Budidaya Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (www.ristek.go.id). Jakarta.

Istikharoh Nunik, Surjatin, Mimit Primyastanto. Perencanaan Usaha Pengembangan Budidaya Ikan Gurami (Osphronemus Gouramy) dan Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) di Kabupaten Nganjuk Propinsi Jawa Timur. Sosial Ekonomi Perikanan, Universitas Brawijaya Malang.

45