ski budidaya ikan nila
DESCRIPTION
TEKNIK INDUSTRI091TRANSCRIPT
STUDI KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA IKAN NILA DI
DAERAH KABUPATEN SLEMAN
Nama : Ari Zaqi Al Faritsy
NIM : 11916239
MAGISTER TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
0
BAB IPENDAHULUAN
2.2. Latar Belakang
Indonesia merupakan wilayah maritim yang sebagian besar daratannya
berupa perairan, baik itu perairan tawar dan perairan laut. Kedua perairan tersebut
memberikan kesejahteraan kepada masyarakat Indonesia. Perairan laut yang luas
menghasilkan ikan laut dan garam. Begitu juga dengan perairan tawar
menghasilkan ikan air tawar. Ikan laut dalam proses penangkapannya yang susah
dan tidak bisa di budidaya sehingga berbeda dengan ikan air tawar yang bisa
dibudiyakan dengan membuat kolam atau keramba air tawar. Budidaya ikan air
tawar banyak dilakukan oleh petani di Indonesia karena biaya yang murah dan
hasil yang maksimal.
Budidaya ikan air tawar khususnya ikan nila masih mempunyai peluang
usaha yang baik. Dengan permintaan pasar yang besar karena ikan air tawar ini
merupakan makanan yang mempunyai nilai gizi yang cukup tinggi. Ikan air tawar
tampaknya mulai menjadi pilihan utama bagi masyarakat Indonesia. Bila
diperhatikan, banyak pemerintah daerah di Indonesia membuat gerakan agar
masyarakat menyukai makan ikan. Disamping itu, pengusaha makanan baik
warung kaki lima ataupun restoran kelas atas juga menjadikan ikan sebagai menu
andalan atau menu pelengkap. Baik ikan tawar atau ikan laut, semuanya cukup
lezat dan nikmat bila dijadikan santapan.
Ikan nila merupakan jenis ikan yang sudah sangat terkenal di kalangan
masyarakat. Rasa daging ikan nila yang enak membuat banyak orang
menyukainya karena ikan nila sebagai sumber protein. Bagi masyarakat
memelihara ikan nila banyak dipilih karena mudah dalam membudidayakannya.
Selain itu minat pasar untuk ikan nila masih sangat lebar, mulai dari ikan nila
yang ukuran bibit sampai ikan nila yang sudah besar dan siap di panen untuk di
jual ke pasar. Karena termasuk ikan konsumsi, harga ikan nila cukup terjangkau
oleh masyarakat pasar.
1
Sleman merupakan salah satu kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta
(DIY) yang memiliki luas wilayah 7574,82 KM2. Disebelah utara berbatasan
dengan kabupaten Magelang dan kabupaten Boyolali, disebelah timur berbatasan
dengan kabupaten Klaten, disebelah barat berbatasan dengan kabupaten
Kulonprogo dan kabupaten Magelang, dan disebelah selatan berbatasan dengan
kota Yogyakarta, kabupaten Gunung Kidul dan kabupaten Bantul. Secara
administratif terbagi atas 17 kecamatan 86 desa, dan 1.212 padukuhan.
Kabupaten sleman memiliki ketinggian antara 100 meter sampai 2.500
meter di atas permukaan laut. Bagian selatan relatif datar dengan peruntukan
utama sebagai lahan pertanian, industri dan permukiman. Sedangkan bagian utara
merupakan lereng gunung merapi yang memiliki banyak potensi sumber air.
Beberapa sungai yang mengalir di wilayah kabupaten Sleman menuju pantai
selatan antara lain sungai Progo, Krasak, Sempor, Nyoho, Kuning dan Boyong.
Potensi yang menjadi unggulan kabupaten Sleman diantaranya sentra
produksi salak pondoh yang ada di kecamatan Tempel, Turi dan Pakem, sentra
produksi mendong yang berada di daerah Minggir, budidaya sapi potong yang
hampir tersebar di beberapa wilayah kabupaten Sleman, budidaya kambing PE di
daerah kecamatan Turi, Pakem dan Berbah, budidaya ikan air tawar yang berada
di daerah kecamatan Moyudan, Gamping, Godean, Seyegan, Minggir dan industri
mebel kayu, sarung tangan golf dan lain sebagainya. Potensi - potensi tersebut
merupakan bidang usaha masyarakat sleman dan sebagian bersifat industri dengan
adanya investasi dari orang lain.
2.3. Tujuan
Tujuan dilakukan studi kelayakan usaha budidaya ikan nila sebagai
berikut:
a) Mengetahui aspek lokasi usaha yang akan dijadikan tempat usaha
budidaya ikan.
b) Mengetahui aspek pasar usaha budidaya ikan nila
c) Mengetahui aspek organisasi dan SDM budidaya ikan nila
d) Mengetahui aspek teknis dan teknologi usaha budidaya ikan nila
e) Mengetahui aspek finansial usaha budidaya ikan nila
2
2.4. Analisis SWOT (Strength Weakness Opportunity Threat)
Analisis swot dalam pendirian usaha budidaya ikan nila adalah sebagai
berikut :
1.4.1. Strength (kekuatan)
Budidaya ikan nila dipilih sebagai usaha yang layak di kelurahan
Margodadi kecamatan Seyegan kabupaten Sleman karena memiliki beberapa
kekuatan sebagai berikut :
a) Sumber daya air yang melimpah
b) Lokasi yang strategis dan lahan mudah dialih fungsikan menjadi
kolam ikan
c) Ikan nilai mudah dibudidayakan termasuk budidaya bibit ikan nila
d) Hubungan baik dengan konsumen
e) Harga jual ikan nila yang terjangkau
f) Pelayanan yang berkualitas
g) Dijadikan wisata pemancingan
1.4.2. Weakness (kelemahan)
Usaha budidaya ikan nila di kelurahan Margodadi kecamatan Seyegan
kabupaten Sleman memiliki beberapa kelemahan sebagai berikut :
a) Usaha baru berdiri belum punya pasar yang konsisten
b) Jaringan usaha yang masih kurang
c) Promosi kurang
d) Budaya kerja diantara anggota belum seimbang dan kompak
e) Lokasi yang belum dikenal masyarakat banyak
f) Pemandangan dan tata letak kolam atau keindahan kolam kurang
menarik
1.4.3. Opportunity (peluang)
Peluang dalam usaha budidaya ikan nila di kelurahan Margodadi
kecamatan Seyegan kabupaten Sleman adalah sebagai berikut :
a) Didukung oleh pemerintah daerah
b) Didukung oleh masyarakat sekitar lokasi usaha budidaya
c) Terdapat lahan yang siap dialih fungsikan
3
d) Konsumsi ikan nila masyarakat kabupaten Sleman yang terus
meningkat
e) Jumlah rumah makan dan restoran kelas menengah ke atas
pertumbuhannya meningkat dari tahun ke tahun
f) Mudah untuk dibudidayakan dan bahan baku berupa benih ikan nila
mudah didapatkan
g) Perkembangan teknologi budidaya ikan air tawar
h) Ikan nila sudah menjadi makanan andalan masyarakat
1.4.4. Threat (ancaman)
Ancaman yang datang dalam keberlanjutan usaha budidaya ikan nilai
sebagai berikut :
a) Kondisi ekonomi, politik dan sosial
b) Daya beli masyarakat
c) Musim yang tidak menentu
d) Bencana alam yang sering terjadi
e) Persaingan yang tidak sehat
Hasil dari analisis SWOT tersebut dilakukan analisis secara internal
dengan nilai pembobotan setiap kriteria untuk mendapatkan seberapa besar nilai
peluang dari usaha budidaya ikan nilai di daerah kabupaten sleman. Analisis
internal yang dilakukan adalah sebagai berikut :
Tabel 1.1 Analisis Bobot Kekuatan
No Kekuatan Skor Bobot S x B1 Sumber daya air yang melimpah 5 5/7 3.6
2 Lokasi yang strategis dan lahan mudah dialih fungsikan menjadi kolam ikan 4 4/7 2.3
3 Ikan nilai mudah dibudidayakan termasuk budidaya bibit ikan nila 5 5/7 3.6
4 Hubungan baik dengan konsumen 5 5/7 3.65 Harga jual ikan nila yang terjangkau 5 4/7 2.36 Pelayanan yang berkualitas 5 5/7 3.67 Dijadikan wisata pemancingan 4 3/7 1.8Total 20.8
Tabel 1.2 Analisa Bobot Kelemahan
4
No Kekuatan Skor Bobot S x B1 Usaha baru berdiri belum punya pasar yang
konsisten4 5/6 3.3
2 Jaringan usaha yang masih kurang 5 5/6 4.23 Promosi kurang 5 5/6 4.24 Budaya kerja diantara anggota belum seimbang
dan kompak4 3/6 2
5 Lokasi yang belum dikenal masyarakat banyak 5 5/6 4.26 Pemandangan dan tata letak kolam atau keindahan
kolam kurang menarik5 4/6 3.3
Total 21.2
Tabel 1.3 Analisis Bobot Peluang
No Kekuatan Skor Bobot S x B1 Didukung oleh pemerintah daerah 5 5/8 3.12 Didukung oleh masyarakat sekitar lokasi usaha
budidaya5 5/8 3.1
3 Terdapat lahan yang siap dialih fungsikan 4 4/8 24 Konsumsi ikan nila masyarakat kabupaten Sleman
yang terus meningkat5 5/8 3.1
5 Jumlah rumah makan dan restoran kelas menengah ke atas pertumbuhannya meningkat dari tahun ke tahun
5 5/8 3.1
6 Mudah untuk dibudidayakan dan bahan baku berupa benih ikan nila mudah didapatkan
5 5/8 3.1
7 Perkembangan teknologi budidaya ikan air tawar 4 3/8 1.58 Ikan nila sudah menjadi makanan andalan
masyarakat5 5/8 3.1
Total 22.1
Tabel 1.4 Analisis Bobot Ancaman
No Kekuatan Skor Bobot S x B1 Kondisi ekonomi, politik dan sosial 5 5/5 52 Daya beli masyarakat 5 5/5 53 Musim yang tidak menentu 4 3/5 2.44 Bencana alam yang sering terjadi 4 3/5 2.45 Persaingan yang tidak sehat 4 4/5 3.2Total 18
Hasil dari bobot analisis internal setiap criteria analisis SWOT adalah
selisih antara nilai bobot kekuatan dan kelemahan adalah 20.8 – 21.2 = - 0.4.
Sedangkan selisih antara nilai bobot peluang dan ancaman adalah 22.1 – 18 = 4.1.
5
Maka dapat disimpulkan bahwa analisis SWOT berada di kuadran II yang artinya
usaha budidaya ikan nila mempunyai peluang yang tinggi namun juga mempunyai
beberapa kelemahan. Untuk kelemahan harus ditingkatkan lagi menjadi yang
terbaik.
2.5. Metodologi Studi
Metodologi studi yang dilakukan dalam studi kelayakan usaha budidaya
ikan nila adalah sebagai berikut :
1.5.1. Objek penelitian
Objek penelitian ini adalah lokasi usaha di Kelurahan Margodadi
Kecamatan Seyegan Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
1.5.2. Metode pustaka
Adapun studi pustaka yang dilakukan meliputi :
a) Mengenal dunia budidaya ikan nila
b) Studi tentang kriteria aspek lokasi
c) Stdui tentang kriteria aspek pasar
d) Studi tentang kriteria aspek organisasi dan SDM
e) Studi tentang kriteria aspek teknis dan teknologi
1.5.3. Jenis dan teknik pengumpulan data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan data kualitatif.
Pendekatan kualitatif dilakukan untuk mengkaji literatur yang berkaitan dengan
aspek – aspek studi kelayakan. Sedangkan pendekatan kuantatif dilakukan untuk
mengkaji seberapa besar peluang usaha budidaya ikan nila dan pembobotan faktor
– faktor yang ada dalam studi kelayakan industri. Teknik pengumpulan data yang
dilakukan adalah pengumpulan data primer yang diperoleh secara langsung dari
hasil wawancara dengan masyarakat di sekitar objek penelitian dan data badan
pusat statistik Sleman dan pengumpulan data sekunder melalui studi literatur
aspek – aspek kelayakan usaha budidaya ikan nila.
1.5.4. Metode analisis data
Analisis aspek – aspek dalam studi kelayakan usaha budidaya ikan nila
sebagai berikut :
6
a) Aspek Pasar dan Pemasaran, membahas mengenai segmentasi dan
target pasar, jumlah permintaan dan penawaran terhadap produk, dan
promosi.
b) Aspek Teknis dan Teknologi, membahas mengenai penentuan lokasi,
aspek teknis seperti pembenihan, pembesaran dan pemeliharaan,
peralatan dan mesin, dan lay out fasilitas.
c) Aspek organisasi dan sumber daya manusia, membahas mengenai
struktur organisasi, job description, beban kerja, kualifikasi pekerjaan,
prediksi SDM, dan program pengembangan karyawan.
d) Aspek Keuangan dan Ekonomi, membahas mengenai penyusunan
modal kerja dan modal investasi.
1.5.5. Analisis hasil dan kesimpulan
Hasil dari analisis data maka berikutnya diambil kesimpulan.
7
BAB IILOKASI USAHA
2.1 Gambaran Umum Lokasi Usaha
Lokasi tempat usaha yang dituju daerah Kelurahan Margodadi Kecamatan
Seyegan Kabupaten Sleman. Peta lokasi dapat dilihat pada gambar di bawah.
Sumber : google mapsGambar 2.1 Peta Dusun Kurahan Kelurahan Margodadi Kecamatan Seyegan
Kebupaten SlemanKelurahan margodadi sebelah utara berbatasan dengan kelurahan
Margokaton, Kelurahan Sendang Rejo, sebalah selatan berbatasan dengan
kelurahan Margoluwih, sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Sidorejo dan
sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Seyegan.
Kondisi kelurahan Margodadi pada umunya adalah lahan pertanian dan
sebagian masyarakat memelihara ikan air tawar. Sumber daya air yang begitu
banyak bahkan kalau musim kemarau sumber daya air di kelurahan Margodadi
tetap mengalir dan bisa mengairi sawah dan kolam – kolam ikan masyarakat.
2.2 Akses
Jarak kelurahan Margodadi ke kantor kecamatan Seyegan sekitar + 6 KM.
Jarak kelurahan Margodadi ke kantor kabupaten Sleman sekitar + 10 KM dan
jarak kelurahan Margodadi ke kota provinsi DIY sekitar + 16 KM. Akses jalan
menuju lokasi sudah beraspal dengan baik dan bisa dilalui oleh mobil – mobil
8
besar seperti truck. Pemandangan sekitar jalan menuju lokasi banyak sekali lahan
pesawahan dan kolam – kolam ikan milik masyarakat.
2.3 Temperatur
Kondisi temperatur kelurahan Margodadi berkisar antara 19oC – 30oC.
Daerahnya yang dikelilingi bukit dan hutan – hutan hijau menyebabkan
ketersediaan air tanah sangat besar dan tanahnya subur ditanami padi. Curah hujan
di daerah dusun kelurahan Margodadi jika musim hujan sangat tinggi sekali
2992.3 mm/tahun.
2.4 Demografi
Jumlah penduduk kelurahan Margodadi sebanyak 8336 Kepala keluarga
terdiri dari 4015 laki – laki dan 4318 perempuan. Jumlah penduduk Kabupaten
Sleman pada tahun 2011 tercatat sebanyak 1.125.369 jiwa. Penduduk laki-laki
berjumlah 559.302 jiwa (49,70%), perempuan 566.067 jiwa (50,30%).
Pertumbuhan penduduk kabupaten Sleman sebesar 0,73% pada tahun 2011.
Sedangkan jumlah penduduk Kabupaten Sleman menurut kecamatan tahun 2011
disajikan dalam tabel di bawah ini.
Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Kabupaten Sleman Menurut Kecamatan Tahun 2011
No. Kecamatan Laki – laki Perempuan Jumlah1 Kecamatan Gamping 47.343 47.530 94.8732 Kecamatan Godean 37.362 37.790 75.2523 Kecamatan Moyudan 18.394 19.396 37.7904 Kecamatan Minggir 18.925 19.986 38.9115 Kecamatan Seyegan 26.489 27.383 53.8726 Kecamatan Mlati 48.732 49.136 97.8687 Kecamatan Depok 65.787 64.872 130.6598 Kecamatan Berbah 25.528 25.768 51.2969 Kecamatan Prambanan 32.959 30.344 63.30310 Kecamatan Kalasan 36.253 36.752 73.00511 Kecamatan Ngemplak 30.449 31.476 61.92512 Kecamatan Ngaglik 49.468 50.043 99.51113 Kecamatan Sleman 34.182 35.072 69.25414 Kecamatan Tempel 32.580 33.564 66.14415 Kecamatan Turi 19.761 20.422 40.18316 Kecamatan Pakem 18.857 19.504 38.36117 Kecamatan Cangkringan 16.233 16.929 33.162Jumlah 559.302 566.067 1.125.369
Sumber : Kependudukan Kabupaten Sleman
9
BAB IIIASPEK PASAR DAN PEMASARAN
3.1. Produksi Ikan Sleman
Produksi ikan konsumsi di kabupaten Sleman selama periode 2007 – 2011
disajikan dalam tabel di bawah ini.
Tabel 3.1 Produksi ikan konsumsi kabupaten Sleman 2007 - 2011
No Produksi Ikan Tahun2007 2008 2009 2010 2011
1. Ikan konsumsi (ton)
8.148,85 10.297,78 12.425,90 14.574,68 18.364,10
Sumber : Perikanan kabupaten Sleman
Peningkatan jumlah produksi ikan konsumsi pada tahun 2011 sebesar
26,0%. Tingkat konsumsi ikan pada tahun 2011 meningkat 3,93% menjadi 27,78
kg/kapita/tahun dari 26,73 kg/kapita/tahun pada tahun 2010.
3.2. Permintaan Ikan
Permintaan Ikan konsumsi disesuaikan dengan tingkat konsumsi
masyarakat terhadap ikan. Tingkat konsumsi ikan Kabupaten Sleman adalah 27,7
Kg/Kapita/Tahun. Jika penduduk Sleman pada tahun 2011 berjumlah 1.125.362
jiwa maka permintaan ikan sebesar 1.125.362 x 27,7 = 31.172.721
Kg/Kapita/Tahun atau sekitar 31 ribu ton/kapita/tahun. Produksi ikan pada 2011
adalah sebesar 18.364.10 ton. Selisih antara produksi dan permintaan sebesar
18.364.10 – 31.172.72 = - 12.808.62 ton/kapita/tahun. Jadi, produksi ikan
konsumsi di daerah kabupaten Sleman masih kurang.
3.3. Peramalan
Pertumbuhan penduduk kabupaten Sleman pada tahun 2011 sebesar 0,73
% setiap tahun, maka dapat diprediksikan pertumbuhan penduduk kabupaten
Sleman sepuluh tahun kedepan adalah sebagai berikut disajikan dalam tabel di
bawah ini.
Tabel 3.2 Prediksi Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Sleman sepuluh tahun ke depan (Asumsi pertumbuhan penduduk = 0,73 %)
Tahun Jumlah Penduduk2011 11253692012 1133584
10
Tahun Jumlah Penduduk2013 11418592014 1150195
2015 11585912016 11670492017 11755692018 11841502019 11927942020 12015022021 1210273
Sumber : pengolahan sendiri
Hasil peramalan tabel di atas disajikan dalam bentuk grafik di bawah ini.
Sumber : pengolahan sendiriGambar 3.1 Grafik Pertumbuhan Penduduk Sleman 2011 – 2021
Kenaikan produksi ikan setiap tahun diasumsikan sebesar 2.26 % dan
kenaikan tingkat konsumsi ikan sebesar 3.93 % / tahun. Permintaan ikan
diprediksikan selama sepuluh tahun ke depan adalah sebagai berikut.
Tabel 3.3 Prediksi produksi ikan dan kebutuhan ikanKabupaten Sleman Tahun 2011 – 2021
Tahun Produksi Ikan (ton) Kebutuhan Ikan (Ton) Gap (ton)
2011 18364 31172.72 12808.622012 18779 32397.81 13618.682013 19204 33671.04 14467.512014 19638 34994.32 15356.782015 20081 36369.59 16288.252016 20535 37798.92 17263.73
11
Tahun Produksi Ikan (ton) Kebutuhan Ikan (Ton) Gap (ton)
2017 20999 39284.41 18285.142018 21474 40828.29 19354.432019 21959 42432.84 20473.672020 22455 44100.45 21645.012021 22963 45833.60 22870.66
Sumber : hasil pengolahan sendiri
Tabel prediksi di atas disajikan dalam bentuk grafik di bawah ini.
Sumber : pengolahan sendiriGambar 3.2 Grafik Produksi dan Kebutuhan Ikan Tahun 2011 - 2021
Ikan konsumsi di atas bisa berasal dari air tawar yang dihasilkan dari
budidaya. Budidaya ikan air tawar sangat banyak ragamnya seperti budidaya ikan
bawal, ikan gurami, dan ikan kancra. Dari total ikan konsumsi diatas, diasumsikan
bahwa produksi ikan nila sebesar 30 % dari produksi ikan konsumsi. Jadi
produksi ikan nila pada tahun 2011 sebanyak 30 % x 18.364.10 = 5.509 ton.
Sedangkan tingkat konsumsi ikan nila diasumsikan sebesar 6 Kg/Kapita/Tahun
dari tingkat konsumsi ikan Kabupaten Sleman. Maka konsumsi ikan nila
penduduk Kabupaten Sleman sebesar 1.125.369 x 6 = 6.752.210 Kg/Kapita/Tahun
atau sekitar 6 ribu ton. Maka Kabupaten Sleman kekurangan produksi ikan nila
sebesar 5.509 – 6.752,21 = - 1.242,98 ton/Kapita/Tahun.
12
Tabel 3.2 Prediksi Kebutuhan Ikan Nila Tahun 2011 – 2021
Tahun Produksi Ikan Nila (ton)
Kebutuhan Ikan Nila (ton) Gap (ton)
2011 5509 6752.21 1242.982012 5634 6801.51 1167.772013 5761 6851.16 1090.102014 5891 6901.17 1009.912015 6024 6951.55 927.142016 6161 7002.29 841.742017 6300 7053.41 753.632018 6442 7104.90 662.742019 6588 7156.77 569.022020 6737 7209.01 472.382021 6889 7261.64 372.75
Sumber : pengolahan sendiri
Hasil prediksi tabel di atas disajikan dalam bentuk grafik di bawah ini.
Sumber : pengolahan sendiriGambar 3.2 Prediksi Kebutuhan Ikan Nila Tahun 2011 – 2021
3.4. Target Pasar dan Lokasi Pemasaran
Target pasar adalah pasar potensial di daerah Kabupaten Sleman. Dari
pasar potensial diperkirakan sekitar 15 % merupakan sales potensial. Sehingga
dari kekurangan produksi ikan nila pada tahun 2012 sebesar 1.167.77 ton dipasok
sekitar 15 % dari hasil budidaya ikan nila kami atau sekitar 15 % x 1167.77 =
175.16 ton/Kapita/Tahun atau sekitar 175.164 Kg/Kapita/Tahun.
13
Lokasi pemasaran yang menjadi sales potensial adalah pasar Gamping,
pasar Cebongan, pasar Ngino, pasar Balangan, pasar Godean, pasar Ngijon dan
pasar Kebon Agung.
3.5. Pemasaran
Strategi pemasaran dengan menggunakan variabel marketing mix yang
meliputi : product (produk), price (harga), dan promotion (promosi). Secara garis
besar penjelasan strategi pemasaran setiap variabel di atas adalah sebagai berikut :
3.4.1. Product (produk)
Strategi yang dilakukan adalah dengan peningkatan kualitas serta kuantitas
dari benih ikan nila dan produksi ikan nila. Peningkatan kualitas dan kuantitas
tersebut dilakukan dengan menempuh berbagai langkah, antara lain :
a) Pendataan kembali indukan ikan nila yang ada karena terkadang
terjadi kematian atau pun hilang terbawa aliran air sehingga
mengakibatkan perubahan jumlah indukan ikan yang ada.
b) Menjaga ketersediaan stok benih ikan nila dan produksi ikan nila pada
waktu panen sehingga mampu memenuhi permintaan konsumen baik
dalam hal kuantitas serta kualitas.
3.4.2. Price (harga)
Strategi pemasaran berikutnya adalah dengan bertolak ukur pada variabel
price (harga). Pada dasarnya penetapan menggunakan perangkat pertimbangan
competition based pricing (penetapan harga berdasarkan persaingan) yang
dikhususkan lagi pada going rate pricing (perusahaan mendasarkan harga pada
harga pesaing dan kurang memperhatikan biaya dan permintaannya atau
perusahaan dapat mengenakan harga yang sama, lebih tinggi atau lebih rendah
dari pesaing utamanya).
Pada kondisi tertentu yaitu ketika ketersediaan stok ikan nila kami tidak
mampu memenuhi permintaan (demand) pasar, pembudidaya mengambil langkah
dengan mengambil stok dari dari petani ikan (UPR). Pada kondisi ini penetapan
harga didasarkan pada perangkat pertimbangan break even analysis and target
profit pricing (suatu metode yang digunakan perusahaan untuk menetapkan harga
apakah akan break even atau membuat target laba yang akan dicari) tentu saja laba
14
yang ditargetkan akan disesuaikan dengan harga pasar sehingga harga yang
ditetapkan akan lebih rendah dari harga pasar atau minimal sama dengan harga
pasar.
3.4.3. Promotion (promosi)
Strategi pemasaran yang ketiga didasarkan pada variabel promotion
(promosi). Definisi promosi menurut Kotler adalah segala jenis kegiatan yang
dilakukan perusahaan untuk memperkenalkan produknya kepada target pasar.
Perbaikan dalam hal promosi dilakukan yang meliputi beberapa langkah antara
lain :
a) Perbaikan pada pelayanan konsumen baik dari penggunaan buku tamu
untuk pencatatan data pembeli.
b) Sistem pelayanan pemesanan produksi ikan pada waktu akan panen
diperbaiki dengan pencatatan pesanan yang lebih terorganisir dan
penyediaan stok sesegera mungkin untuk memenuhi pesanan
c) Sistem hubungan 2 arah antara pembudidaya dengan konsumen yang
selalu dijaga baik dengan pemberitahuan perubahan harga terhadap
para pelanggan, penerapan harga khusus untuk pelanggan, dan info
berbagai ketersediaan stok secara periodik kepada pelanggan
(hubungan tersebut dilakukan dengan sms/call).
d) Skala prioritas pemenuhan pesanan tidak didasarkan pada kuantitas
pesanan tetapi berdasarkan hubungan pembudidaya dan konsumen.
Pembudidaya akan mendahulukan konsumen yang sudah menjalin
hubungan lama dibanding dengan konsumen baru.
15
BAB IVMANAJEMEN
4.1. Manajemen Organisasi dan SDM
Manajemen organisasi dan SDM sangat penting dianalisis studi
kelayakannya, terutama aspek SDM disekitar lokasi usaha budidaya ikan nila
yaitu kelurahan Margodadi. Dalam usaha budidaya ikan perlu persiapan secara
menyeluruh baik perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan
dalam pelaksanaanya. Semakin baik aspek manajemen yang diterapkan maka
akan semakin terkelola dengan baik usaha budidaya ikan nila.
Perencanaan dalam usaha budidaya ikan nila adalah persiapan teknis,
peralatan, tenaga kerja, biaya, waktu pelaksanaan, pemeliharaan, dan waktu
panen. Waktu produksi ikan nila sekitar 4 bulan.
Pengorganisasian dalam usaha budidaya ikan nilai dilakukan dengan
pembagian tugas, tanggung jawab, dan deskripsi pekerjaan kepada pekerja. Hal ini
untuk menghindari tugas rangkap dan menjalankan kewajiban pekerja masing –
masing dengan disiplin sesuai tanggung jawabnya.
Usaha budidaya ikan nila membutuhkan ahli motivasi dan penggerak
usaha untuk meningkatkan kuantitas produksi dan kualitas produksi. Kegiatan ini
dilakukan secara kontinyu dengan interval waktu sekitar dua bulan satu kali.
Proses kegiatan ini dengan mengundang pakar perikanan dan entrepreneur datang
ketempat lokasi untuk melakukan pelatihan dan pendidikan selama 1 hari.
Pengawasan dalam budidaya ikan nila adalah melakukan pengawasan
terhadap perkembangan ikan nila dari serangan hama atau penyakit,
mempersiapkan pemisahan ikan – ikan kecil yang baru dilahirkan dan kualitas air.
Pengawasan juga harus dilakukan dalam kualitas untuk menghasilkan ikan nila
yang masih segar untuk sampai ke konsumen.
4.2. Struktur Organisasi
Organisasi merupakan hal penting dalam melakukan pengelolaan dan
pembagian tenaga kerja dalam usaha budidaya ikan nila supaya berjalan dengan
baik dan terarah.
16
Adapun struktur organisasi dalam usaha budidaya ikan nila adalah sebagai
berikut :
a) Pimpinan
Pimpinan adalah jabatan tertinggi dalam usaha budidaya ikan nila ini.
Adapun tugas seorang pimpinan adalah mengatur dan mengelola tenaga
kerja yang ada, membuat strategi ke depan, membuat keputusan yang
penting buat usaha dan seorang pimpinan bertanggung jawab terhadap
maju dan mundurnya usaha budidaya ikan nila.
b) Bendahara atau bagian keuangan
Bendahara merupakan pembantu tugas pimpinan dalam mengelola dan
mengatur keuangan, selain itu tugas bendahara adalah membuat laporan
keuangan secara berkala, menandatangi pengeluaran dan penerimaan
keuangan, membuat dan mengumpulkan bukti – bukti tertulis
pengeluaran uang dan lain sebagainya, menerima, menyimpan, dan
membukukan keuangan, barang, tagihan, dan surat-surat berharga.
c) Sekretaris
Sekretaris bertugas membantu Pimpinan dalam mengelola surat
menyurat dan notulen rapat, selain itu tugas sekretaris adalah
merumuskan kebijaksanaan umum dalam bidang kesekretariatan dan
administrasi, bertanggung jawab atas pelaksanaan rapat, bertanggung
jawab bagi pengadaaan sarana serta prasarana kesekretariatan lainnya,
bersama dengan Pimpinan menandatangani surat-surat keluar, membuat
laporan kegiatan, menyediakan daftar hadir dan membuat catatan-
catatan rapat, mengumpulkan laporan-laporan dari tiap-tiap bidang
kerja, mengarsipkan segala macam surat menyurat, mewakili Pimpinan
apabila berhalangan tidak hadir atau tidak kuasa, melaksanakan tugas –
tugas dan pelayanan administratif , mencatat dan menyusun notulen
rapat/pertemuan, mengadakan surat-menyurat serta pengarsipannya,
dan menyiapkan laporan (bulanan, triwulan, dan tahunan), termasuk
hasil – hasil rapat pimpinan.
d) Produksi
17
Produksi merupakan bagian penting dalam usaha budidaya ikan nila.
Tanggung jawab bagian produksi adalah mengelola dan mengurus
perkembangan ikan nila dari benih ikan sampai ikan siap dipanen.
Bagian produksi bertugas mengelola kolam ikan, memberi pakan ikan,
mengatur saluran air, membersihkan kolam ikan dari sampah, membuat
pakan ikan, dan mengatur proses perkawinan ikan jantan dan betina
untuk menghasilkan benih ikan.
e) Pemasaran
Bagian Pemasaran bertugas menjual dan mencari pembeli hasil panen
ikan, selain itu bertanggung jawab untuk berkreasi, memperhatikan dan
menganalisa pelanggan, pasar, pesaing dan hubungan relasi mereka
untuk meningkatkan kemitraan antara konsumen dan pihak
pembudidaya.
f) Humas dan SDM
Humas dan SDM bertanggung jawab dalam mengelola dan
mengembangkan SDM serta menjaga hubungan baik dengan
masyarakat sekitar, selain itu tugas humas dan SDM adalah sebagai
berikut :
Menyediakan berbagai informasi kepada publik tentang kebijakan,
kegiatan, produk/jasa, dan personalia.
Memberikan nasehat dan masukan kepada manajemen lain terkait
komunikasi dengan publik.
Melakukan kegiatan perekrutan tenaga kerja dan pemantauan
kegiatan dimasyarakat.
Untuk lebih jelasnya bisa dilihat dalam struktur organisasi usaha budidaya
ikan nila. Gambar struktur organisasi tersebut adalah sebagai berikut.
18
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Budidaya Ikan Nila
4.3. Jumlah Tenaga Kerja
Jumlah tenaga kerja usaha budidaya Ikan Nila termasuk pimpinan adalah
11 orang yang terdiri dari 1 orang pimpinan, 1 orang Sekretaris, 1 Orang
Bendahara, 1 Orang Ketua bagian produksi, 3 orang anggota bagian produksi, 1
orang bagian humas dan SDM, 1 orang Ketua bagian pemasaran dan 2 orang
anggota bagian pemasaran.
Beban kerja untuk setiap bagian adalah 6 hari kerja dari mulai jam 07.00 –
15.00 istirahat 1 jam pada jam 11.30 – 12.30. Khusus untuk bagian penjaga kolam
dari anggota produksi digunakan sistem shift dan rolling kerja malam.
4.4. Kualifikasi Tenaga Kerja
Kualifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan untuk mengisi setiap bagian
kerja yang ada di dalam usaha budidaya ikan nila adalah sebagai berikut :
a) Pimpinan
Mampu mengelola dan mengurus usaha budidaya ikan secara
keseluruhan
Kreatif, inovative dan punya visi serta misi ke depan
Komunikasi yang baik dan benar
Interpersonal yang baik
Minimal lulusan S1 semua jurusan
b) Bendahara atau bagian keuangan
Mampu dan mengerti cara mengelola keuangan usaha budidaya ikan
nila
Mampu dan menguasai cara membuat laporan keuangan
Komunikasi yang baik
19
Pimpinan
Sekretaris Bendahara Produksi Ikan Nila
PemasaranHumas dan SDM
Anggota 1 Anggota 2 Anggota 3 Anggota 1 Anggota 2
Interpersonal yang baik
Minimal lulusan SMEA bisnis dan manajemen
c) Sekretaris
Mampu dan mengerti cara membuat surat menyurat
Mampu dan mengerti cara menjadi seorang pimpinan rapat
Mampu dan mengerti cara menyampaikan hasil kesimpulan rapat
Mampu dan menguasai cara membuat laporan hasil rapat
Komunikasi yang baik
Interpersonal yang baik
Minimal lulusan SMA/SMEA
d) Produksi
Mampu dan mengetahui cara budidaya ikan nila
Mampu dan mengetahui cara membuat pakan ikan
Mampu dan mengetahui cara mengelola sarana dan prasarana usaha
budidaya ikan nila
Mampu dan mengetahui perkembangan ikan nila
Mampu dan mengetahui hama ikan
Komunikasi yang baik
Interpersonal yang baik
Minimal lulusan SMK Perikanan
e) Pemasaran
Berkomunikasi dengan baik
Memiliki interpersonal yang baik
Mampu membuat presentasi yang menarik konsumen
Mengetahui tempat dan lokasi pemasaran
Memiliki Sim C
f) Humas dan SDM
Mengetahui dan mampu cara memberikan informasi yang baik dan
jelas kepada masyarakat
Mampu dan mengerti untuk memotivasi dan menggerakkan orang
lain atau tenaga kerja yang lain
20
Menjalin hubungan yang baik dengan masyarakat dan konsumen
Memiliki interpersonal yang baik
Komunikasi yang baik
Minimal lulusan D3 perikanan dan Public Relation
4.5. Prediksi SDM
Melihat dari kebutuhan ikan nila di Sleman yang setiap tahun terus
mengalami peningkatan dan dibarengi dengan peningkatan konsumsi ikan nila
oleh Masyarakat. Ketika demand naik, pihak pembudidaya harus meningkatkan
kuantitas produksinya setiap tahun. Untuk meningkatkan kuantitas produksi
dipengaruhi beberapa faktor meliputi sarana dan prasarana termasuk lahan untuk
kolam selain itu SDM yang dibutuhkan semakin banyak karena permasalahan dan
pembagian tenaga kerja semakin komplek.
Banyaknya tugas yang harus dibagi dan tanggung jawab yang besar, hanya
bisa dilaksanakan oleh orang – orang yang memiliki kinerja dan integritas yang
tinggi. Semakin berkembang usaha budidaya maka akan semakin tinggi
kualifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan, hal ini harus dipersiapkan dari sekarang
untuk bekerjasama dengan pemasok tenaga kerja.
Prediksi kebutuhan SDM dimasa depan akan semakin tinggi karena tugas
dan aktivitas pekerjaan yang semakin komplek. Maka pihak budidaya ikan nila
melakukan perencanaan SDM yang matang dan sistemtis untuk menghadapi
persaingan dan kemajuan dimasa yang akan datang. Beberapa faktor eksternal
yang mempengaruhi aktivitas bisnis dan perencanaan SDM, antara lain:
globalisasi, kemajuan teknologi, pertumbuhan ekonomi dan perubahan komposisi
angkatan kerja. Perubahan karakteristik angkatan kerja yang ditandai oleh
berkurangnya tingkat pertumbuhan tenaga kerja, semakin meningkatnya masa
kerja bagi golongan tua, dan peningkatan diversitas tenaga kerja membuktikan
perlunya kebutuhan perencanaan SDM.
Menurut Jackson dan Schuler (1990), perencanaan sumber daya manusia
yang tepat membutuhkan langkah-langkah tertentu berkaitan dengan aktivitas
perencanaan sumber daya manusia menuju organisasi modern. Langkah-langkah
tersebut meliputi:
21
a) Pengumpulan dan analisis data untuk meramalkan permintaan maupun
persediaan sumber daya manusia yang diekspektasikan bagi
perencanaan bisnis masa depan.
b) Mengembangkan tujuan perencanaan sumber daya manusia
c) Merancang dan mengimplementasikan program-program yang dapat
memudahkan organisasi untuk pencapaian tujuan perencanaan sumber
daya manusia
d) Mengawasi dan mengevaluasi program-program yang berjalan.
Keempat tahap tersebut dapat diimplementasikan pada pencapaian tujuan
jangka pendek (kurang dari satu tahun), menengah (dua sampai tiga tahun),
maupun jangka panjang (lebih dari tiga tahun).
Rothwell (1995) menawarkan suatu teknik perencanaan sumber daya
manusia yang meliputi tahap :
a) investigasi baik pada lingkungan eksternal, internal, organisasional:
b) forecasting atau peramalan atas ketersediaan supply dan demand
sumber daya manusia saat ini dan masa depan;
c) perencanaan bagi recruitment, pelatihan, promosi, dan lain-lain;
d) utilasi yang ditujukan bagi man power dan kemudian memberikan
feedback bagi proses awal.
Persentase penduduk Sleman yang bekerja per lapangan usaha selama
2009 – 2011. Persentase ini menggambarkan bidang pertanian memberikan
kontribusi terbesar dalam penyerapan tenaga kerja. Untuk lebih jelasnya bisa
dilihat tabel di bawah ini.
Tabel 4.1 Persentase Penduduk Sleman yang bekerja per lapangan usaha tahun 2009 – 2011
No Sektor Tahun2009 2010 2011
1 Pertanian 20,31 24,39 28,262 Pertambangan & Penggalian 0,67 3,33 2,473 Industri 12,83 8,05 11,244 Listrik, Gas & Air 0,30 2,20 2,065 Bangunan 7,77 8,01 11,476 Perdagangan 26,36 12,10 10,537 Angkutan dan Komunikasi 3,42 4,00 4,23
22
No Sektor Tahun2009 2010 2011
8 Keuangan 3,43 3,35 4,89 Jasa 24,00 34,57 24,95
Total 100 100 100Sumber : www.slemankab.go.id
Dengan menggunakan peramalan metode Moving Average tiga tahun (MA
= 3) , prediksi persentase penduduk Sleman yang bekerja per lapangan usaha
selama lima tahun kedepan (2012 – 2016) sebagai berikut.
Tabel 4.2 Prediksi Penduduk Sleman yang bekerja per lapangan usaha selama lima tahun ke depan (2012 – 2016)
No Sektor
Tahun2012 2013 2014 2015 2016
1 Pertanian 24.32 25.66 26.08 25.35 25.702 Pertambangan &
Penggalian 2.16 2.65 2.43 2.41 2.503 Industri 10.71 10.00 10.65 10.45 10.374 Listrik, Gas & Air 1.52 1.93 1.84 1.76 1.845 Bangunan 9.08 9.52 10.02 9.54 9.706 Perdagangan 16.33 12.99 13.28 14.20 13.497 Angkutan dan
Komunikasi 3.88 4.04 4.05 3.99 4.038 Keuangan 3.86 4.00 4.22 4.03 4.089 Jasa 27.84 29.12 27.30 28.09 28.17
Total 100 100 100 100 100
Angkatan kerja penduduk Sleman yang terserap dalam dunia kerja selama
tahun 2009 – 2011 disajikan dalam tabel di bawah ini.
Tabel 4.3 Angkatan kerja penduduk Sleman yang terserap dunia kerja tahun 2009 - 2011
No Uraian Tahun2009 2010 2011
1 Bekerja 422.490 415.295 484.4052 Tidak bekerja 45.534 58.295 39.9213 Jumlah 468.024 473.590 524.326Persentase tidak bekerja 9.73 12.31 7,61
23
Angkatan kerja penduduk Sleman untuk lima tahun ke depan antara 2012
– 2016 diprediksi dengan metode Moving Average tiga tahun (MA = 3) disajikan
pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.4 Prediksi Angkatan Kerja yang terserap dunia kerja tahun 2012 – 2016
No Uraian Tahun2012 2013 2014 2015 2016
1 Bekerja 440.730 446.810 457.315 448.285 450.8032 Tidak bekerja 47.917 48.711 45.516 47.381 47.2033 Jumlah 488.647 495.521 502.831 495.666 498.006
Persentase tidak bekerja 10.20 10.17 11.05 10.46 10.55
Dari tabel prediksi angkatan kerja di atas bahwa penduduk kabupaten
Sleman masih banyak yang belum terserap dunia kerja sehingga Sumber Daya
Manusia di kabupaten Sleman masih tersedia untuk lima tahun kedepan.
24
BAB IVASPEK TEKNIS DAN TEKNOLOGI
4.1 Penentuan Lokasi
Lokasi yang dipilih dalam studi kelayakan ini adalah dusun – dusun yang
ada di Kelurahan Margodadi Kecamatan Seyegan Kabupaten Sleman. Dusun yang
dipilih ada tiga dusun yaitu Kurahan, Pendekan dan Bolu. Ketiga dusun ini saling
berdekatan namun mempunyai beberapa perbedaan yang tidak signifikan.
Penentuan lokasi ditentukan oleh beberapa faktor penting yang menunjang
terlaksananya pengelolaan dan pembudidayaan ikan nila berjalan dengan baik.
Faktor – faktor penting tersebut diantaranya :
4.1.1 Bahan baku
Ketersediaan bahan baku merupakan hal penting dalam budidaya ikan.
Bahan baku berupa benih ikan yang mempunyai tingkat kematian tinggi, sehingga
tidak bisa dikirim dari tempat yang sangat jauh ke lokasi budidaya. Pembenihan
ikan bisa dilakukan di lokasi dengan memisahkan kolam antara ikan nila yang
besar dan ikan nila yang masih kecil – kecil (benih).
Lokasi budidaya harus dekat dengan lokasi penjual dan penyedia benih
ikan selain itu akses ke lokasi mudah. Dalam hal ini dusun yang lebih mudah
diakses adalah Dusun Kurahan.
4.1.2 Tenaga kerja
Tenaga kerja yang dipakai adalah warga sekitar daerah lokasi budidaya.
Daerah yang mempunyai tenaga kerja yang terdidik dan sedikit lebih berkembang
dengan dusun yang lainnya adalah Dusun Pendekan. Dusun tersebut dipilih
sebagai penyalur dan pemasok tenaga kerja sehingga keberadaan lokasi budidaya
akan meningkatkan kesejahteraan dusun – dusun yang ada disekitarnya.
4.1.3 Pasar
Pasar merupakan tempat menjual ikan hasil panen. Ikan di jual ke pasar
dalam keadaan segar atau belum mati, sehingga lokasi budidaya harus memiliki
akses yang mudah ke setiap pasar yang ada di Sleman dan transportasi bisa
langsung masuk ke area lokasi budidaya ikan.
25
Lokasi yang dipilih adalah lokasi yang memiliki jalan raya yang lebar dan
beraspal sampai lokasi. Dari tiga dusun tersebut yang memiliki akses untuk semua
jenis angkutan sampai lokasi adalah Dusun Kurahan.
4.1.4 Transportasi
Transportasi yang sering digunakan dalam usaha budidaya ikan nila adalah
truck dan angkutan box terbuka yang pendek. Truck digunakan untuk mengangkut
pakan ikan sedangkan angkutan box terbuka yang pendek digunakan untuk
menyalurkan dan menjual ikan nila hasil panen ke pasar – pasar di Sleman.
Dua jenis angkutan tersebut bisa masuk ke lokasi budidaya yang dipilih
yaitu Dusun Kurahan, karena akses jalan dusun kurahan lebar dan sudah beraspal.
4.1.5 Sumber energi
Sumber energi yang digunakan adalah listrik PLN untuk mengoperasikan
peralatan dan penerangan lokasi budidaya. Dusun Kurahan, Pendekan, dan Bolu
sudah mendapat pasokan listrik PLN dengan baik. Untuk usaha budidaya
penggunaan daya listrik tidak terlalu besar sehingga ketiga lokasi bisa dijadikan
alternatif karena ketersediaan listrik PLN di ketiga dusun tersebut sama dan
merata.
4.1.6 Sumber Air
Ketersediaan air merupakan faktor utama dalam usaha budidaya ikan. Air
harus mengalir terus ke tempat lokasi budidaya baik selama musim hujan dan
musim kemarau.
Dari ketiga alternatif lokasi yang dipilih tersebut yang sumber airnya
bagus dan ada irigasi yang baik adalah Dusun Kurahan.
4.1.7 Peraturan daerah dan sistem pajak
Perda dan sistem pajak yang menentukan adalah kewenangan Kabupaten
Sleman. Untuk tiga lokasi alternatif mempunyai aturan perda dan sistem pajak
yang sama karena ketiga lokasi berada di bawah wilayah administrasi Kelurahan
Margodadi Kecamatan Seyegan Kabupaten Sleman.
4.1.8 Sikap masyarakat dan fasilitas perumahan
Lokasi budidaya merupakan pedesaan yang dimana masyarakatnya ramah
dan sopan santun. Di lokasi budidaya sudah banyak kolam – kolam ikan milik
26
masyarakat yang tidak bersifat komersial karena untuk memenuhi kebutuhan lauk
pauknya sehari – hari. Keberadaan tempat lokasi budidaya ikan nila akan
membantu untuk mensejahterakan masyarakat sekitar dan akan mendidik
masyarakat sekitar tentang cara – cara melakukan budidaya ikan nila dengan baik
dan benar. Sehingga keberdaan lokasi budidaya diketiga dusun sangat disambut
baik oleh masyarakat sekitar. Adapun lokasi yang menjadi sasaran adalah Dusun
Kurahan.
Perumahan di ketiga dusun yang dijadikan alternatif untuk lokasi belum
ada sama sekali. Perumahan – perumahan yang ada adalah perumahan penduduk
setempat. Untuk usaha budidaya ikan nila ini, tenaga kerja diambil dari warga
setempat sehingga tidak perlu memerlukan perumahan atau tempat penginapan.
4.1.9 Iklim
Kondisi temperatur dusun Kurahan berkisar antara 19oC – 30oC.
Daerahnya yang dikelilingi bukit dan hutan – hutan hijau menyebabkan
ketersediaan air tanah sangat besar dan tanahnya subur ditanami padi. Curah hujan
di daerah dusun Kurahan jika musim hujan sangat tinggi sekali 2992.3 mm/tahun.
4.1.10 Penentuan lokasi metode kuantitaif
Metode kuantitatif ini adalah metode dengan memberikan bobot dan skor
angka terhadap faktor – faktor yang menjadi pertimbangan dalam menentukan
lokasi. Adapun bobot dan skor faktor – faktor yang menjadi pertimbangan dalam
menentukan lokasi usaha budidaya ikan nila dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.1 Bobot dan skor faktor – faktor penentuan lokasi usaha budidaya ikan nila
Bobot Faktor SkorKurahan Bolu Pendekan
0.2 Kedekatan dengan pasar 95 85 900.4 Sumber air 95 80 850.02 Tenaga Kerja 90 90 950.04 Bahan baku 85 80 800.03 Harga tanah & gedung 90 90 900.05 Tingkat upah 70 70 700.02 Pajak Usaha dan Perda 80 80 800.05 Transportasi 85 75 750.14 Infra struktur 95 80 900.05 Faktor lainnya 90 80 80
27
Dari tabel di atas dilakukan pengolahan data yaitu dengan mengkalikan
tiap – tiap skor dengan bobot untuk mendapatkan skor terbesar dan daerah dengan
skor terbesar merupakan daerah yang dipilih dan dijadikan rekomendasi lokasi
usaha budidaya ikan nila. Hasil pengolahan data bisa dilihat pada tabel di bawah
ini.
Tabel 4.2 Hasil pengolahan data penentuan lokasi
Faktor SkorKurahan Bolu Pendekan
Kedekatan dengan pasar 19 17 18Sumber air 38 32 34Tenaga Kerja 1.8 1.8 1.9Bahan baku 3.4 3.2 3.2Harga tanah & gedung 2.7 2.7 2.7Tingkat upah 3.5 3.5 3.5Pajak Usaha dan Perda 1.6 1.6 1.6Transportasi 4.25 3.75 3.75Infra struktur 13.3 11.2 12.6Faktor lainnya 4.5 4 4
92.05 80.75 85.25
Dari tabel di atas yang memiliki skor terbesar adalah dusun Kurahan.
Maka dusun Kurahan di jadikan lokasi usaha budidaya ikan nila.
4.2 Kapasitas Produksi
Luas lahan untuk dijadikan kolam adalah satu hektar dengan jumlah kolam
sebanyak 10 kolam, luas kolam adalah 10m x 10m dan kolam terbuat dari beton.
Dari 10 kolam tersebut dibagi menjadi 2 kolam sesuai fungsinya, fungsi kolam
pertama untuk ikan nila yang kecil ukuran 4 – 5 cm sedangkan fungsi kolam
kedua untuk ikan nila ukuran 12 – 15 cm. Kapasitas satu kolam ditebar ikan nila
ukuran 4 – 5 cm sebanyak 50.000 ekor, sehingga kapasitas ikan nila berukuran 4 –
5 cm sebanyak 50.000 ekor x 5 = 250.000 ekor. Ikan nila dipanen setiap 4 bulan
sekali. Dalam satu tahun ada tiga kali panen ikan nila. Maka kapasitas ikan nila
dalam satu tahun sebanyak 250.000 ekor x 3 kali panen x 1 tahun = 750.000 ekor /
tahun atau sekitar 135.000 Kg / tahun (asumsi berat ikan setelah 4 bulan = 0.180
Kg/ekor). Dengan harga jual sekitar Rp. 18.000/Kg.
28
Kapasitas produksi yang dihasilkan belum mencukupi kebutuhan ikan nila
yang diprediksikan tahun 2012 sebesar 1.167.77 ton dipasok sekitar 15 % dari
hasil budidaya ikan nila kami atau sekitar 15 % x 1167.77 = 175.16
ton/Kapita/Tahun atau sekitar 175.164 Kg/Kapita/Tahun. Hal ini menandakan
bahwa peluang usaha budidaya ikan nila masih besar.
4.3 Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana dalam usaha budidaya ikan nila meliputi kolam,
peralatan, dan pemilihan teknologi. Sarana dan prasarana ini penting sekali untuk
mendukung jalannya usaha budidaya ikan dengan baik. Sarana – prasarana
tersebut dijelaskan satu – persatu di bawah ini.
4.3.1 Kolam
Kolam sebaiknya berbentuk persegi panjang dengan bagian yang panjang
sejajar dengan arah angin. Luas satu petak kolam 100 m2 (10m x 10m) dengan
kedalaman air rata – rata 70 cm untuk kolam ikan nila ukuran 4 – 5 cm dan 100
cm – 150 cm untuk kolam nila ukuran 12 – 15 cm dan jagaan (bagian atas yang
tidak kena air kolam) 25 cm. Bagian – bagian kolam adalah sebagai berikut :
a) Pematang kolam, berfungsi menahan genangan air. Penampang pematang
berbentuk trapesium yang memiliki ukuran lebar puncak 40cm, tinggi 110
cm, dan lebar bawah 260 cm.
b) Pintu pemasukan air, berfungsi untuk mengatur dan mengontrol aliran air
yang masuk ke dalam kolam. Pada prinsipnya, tempat pemasukan air
dibuat harus menjamin kuantitas dan dapat mencegah masuknya hewan-
hewan air lainnya ke dalam kolam yang merupakan pemangsa dan
penyaing makanan (kompetitor). Pintu pemasukan terdiri atas penyalur,
yang menghubungkan saluran air dengan kolam, dan bangunan tembok
tempat untuk memasang saringan dan pengatur debit air.
c) Pintu pengeluaran, berfungsi sebagai tempat pelimpasan air ketika volume
air berlebih dan tempat pengurasan air ketika berlangsung panen. Tempat
pengeluaran air berbentuk monnik yakni bangunan pintu air yang bersifat
permanen, terdiri dari dua bagian, yang satu berupa pipa pralon yang
menembus pematang, yang berfungsi menyalurkan air keluar kolam,
29
sedangkan yang lainnya berupa bangunan tembok/beton berbentuk kotak
yang berada di depan pipa tadi. Pada bangunan tersebut dapat dipasang
papan, yang menahan genangan air sekaligus menentukan ketinggian
kolam serta saringan, yang menahan ikan tidak hanyut bersama aliran air.
Tinggi monik sama dengan tinggi pematang kolam, ukurannya disesuaikan
dengan luas kolam, minimal lebar monik kira-kira 30 cm.
d) Saluran dasar, berfungsi sebagai tempat berkumpul ikan ketika air
disurutkan ketika panen, sehingga ikan-ikan ini mudah ditangkap. Lebar
saluran dasar kira-kira 100 cm dengan kedalaman lebih kurang 20 cm.
Melakukan usaha budidaya ikan butuh perencanaan yang matang, terutama
perencanaan dalam pengelolaan air dan pengelolaan tanah.
Pengelolaan tanah bertujuan untuk menciptakan kondisi optimum tanah
agar dapat menyediakan lingkungan yang layak sebagai tempat hidup ikan.
Pengelolaan tanah meliputi pengolahan tanah, pengapuran dan pemupukan.
Setelah dilakukan pengolahan tanah, langkah selanjutnya adalah pengelolaan air.
Pengisian air ke dalam kolam dilakukan untuk mempercepat proses penguraian
(dekomposisi) unsur–unsur organik dari pupuk menjadi unsur anorganik yang
dapat menyuburkan kolam, setelah kapur dan pupuk ditebar, kolam diairi sedikit
dan dibiarkan selama 4 hari. Kemudian air ditambah lagi setinggi 10 cm dan
dibiarkan selama 3 hari sampai air berwarna coklat kehijau – hijauan. Sehari
sebelum ikan gurame dan ikan nila ditebar, kolam mulai diisi air sedalam 70 cm.
4.3.2 Peralatan dan mesin
Peralatan yang digunakan dalam budidaya ikan nila adalah jala, waring
(anco), cangkul, hapa (kotak dari jaring/kelambu untuk menampung sementara
induk atau benih), seser, ember berbagai ukuran, baskom berbagai ukuran,
timbangan skala kecil (gram) atau skala besar (kg), arit, pisau, piring secchi
(secchi disc) untuk mengukur kadar kekeruhan.
Sedangkan peralatan lain yang digunakan untuk memanen/menangkap
ikan nila antara lain adalah warring/scoopnet yang halus, ayakan panglembangan
diameter 100 cm, ayakan penandean diameter 5 cm, tempat menyimpan ikan,
keramba kemplung, keramba kupyak, fish bus (untuk mengangkut ikan jarak
30
dekat), kekaban (untuk tempat penempelan telur yang bersifat melekat), hapa dari
kain tricote (untuk penetasan telur secara terkontrol) atau kadang-kadang untuk
penangkapan benih, ayakan penyabetan dari alumunium/bambu, oblok/delok
(untuk pengangkut benih), sirib (untuk menangkap benih ukuran 10 cm keatas),
anco/hanco (untuk menangkap ikan), lambit dari jaring nilon (untuk menangkap
ikan konsumsi), scoopnet (untuk menangkap benih ikan yang berumur satu
minggu keatas), seser (gunanya sama dengan scoopnet, tetapi ukurannya lebih
besar), jaring berbentuk segiempat (untuk menangkap induk ikan atau ikan
konsumsi).
Mesin yang digunakan dalam usaha budidaya ikan nila adalah mesin
pompa untuk mengalirkan air menjadi air mancur disekitar kolam dan ditengah –
tengah kolam. Air mancur ini fungsinya sebagai air mengalir untuk
mengumpulkan ikan nila saat diberi pakan.
4.4 Aspek Teknis
Aspek teknis yang dikaji dalam usaha budidaya ikan nila adalah penebaran
benih, pembesaran, pemeliharaan, hama dan penyakit, pemanenan, pengangkutan
dan pemasaran. Aspek – aspek teknis tersebut diuraikan satu persatu di bawah ini.
4.4.1 Penebaran benih
Benih ikan yang telah dideder dan dipelihara dengan baik selama masa
tertentu (1 – 4 bulan) tidak semuanya memiliki ukuran yang sama, demikian juga
benih ikan tidak semuanya sehat. Oleh karena itu, benih ikan yang akan dibe-
sarkan harus diseleksi terlebih dahulu untuk mendapatkan benih ikan yang
berukuran sama, sehat dan pertumbuhannya baik. Benih – benih ikan yang telah
diseleksi dapat segera disebarkan ke kolam pembesaran. Untuk mencegah
kematian benih ikan akibat stress, perubahan suhu yang mendadak dari wadah ke
kolam pembesaran, luka dan serangan penyakit, maka dalam menebarkan ikan ke
kolam pembesaran hendaknya dilakukan pada pagi hari atau sore hari dan padat
penebarannya perlu diperhatikan. Padat penebaran ikan nila berukuran 20 gr rata –
rata 52 ekor/m2.
4.4.2 Pembesaran dan pemeliharaan
31
Dua minggu sebelum dan dipergunakan kolam harus dipersiapkan. Dasar kolam
dikeringkan, dijemur beberapa hari, dibersihkan dari rerumputan dan dicangkul
sambil diratakan. Tanggul dan pintu air diperbaiki jangan sampai teriadi
kebocoran. Saluran air diperbaiki agar jalan air lancar. Dipasang saringan pada
pintu pemasukan maupun pengeluaran air. Tanah dasar dikapur untuk
memperbaiki pH tanah dan memberantas hamanya. Kapur yang dipergunakan
kapur tohor sebanyak 100-300 kg/ha (bila dipakai kapur panas, Ca 0). Kalau
dipakai kapur pertanian dosisnya 500 - 1.000 kg/ha. Pupuk kandang ditabur dan
diaduk dengan tanah dasar kolam. Dapat juga pupuk kandang dionggokkan di
depan pintu air pemasukan agar bila diairi dapat tersebar merata. Dosis pupuk
kandang 1 - 2 ton/ha. Setelah semuanya siap, kolam diairi. Mula-mula sedalam 5 -
10 cm dan dibiarkan 2-3 hari agar teriadi mineralisasi tanah dasar kolam. Lalu
tambahkan air lagi sampai kedalaman 80 – 100 cm. Kini kolam siap untuk ditebari
Induk ikan.
a) Pemupukan
Pemupukan dengan jenis pupuk organik, anorganik (Urea dan TSP), serta
kapur. Cara pemupukan dan dosis yang diterapkan sesuai dengan standar
yang ditentukan oleh dinas perikanan daerah setempat, sesuai dengan tingkat
kesuburan di tiap daerah.
Beberapa hari sebelum penebaran benih ikan, kolam harus dipersiapkan
dahulu. Pematang dan pintu air kolam diperbaiki, kemudian dasar kolam
dicangkul dan diratakan.
Setelah itu, dasar kolam ditaburi kapur sebanyak 100-150 kg/ha. Pengapuran
berfungsi untuk menaikkan nilai pH kolam menjadi 7,0-8,0 dan juga dapat
mencegah serangan penyakit. Selanjutnya kolam diberi pupuk organik
sebanyak 300-1.000 kg/ha. Pupuk Urea dan TSP juga diberikan sebanyak 50
kg/ha. Urea dan TSP diberikan dengan dicampur terlebih dahulu dan
ditebarkan merata di dasar kolam. Selesai pemupukan kalam diairi sedalam
10 cm dan dibiarkan 3-4 hari agar terjadi reaksi antara berbagai macam pupuk
dan kapur dengan tanah. Hari kelima air kolam ditambah sampai menjadi
sedalam 50 cm. Setelah sehari semalam, air kolam tersebut ditebari benih
32
ikan. Pada saat itu fitoplankton mulai tumbuh yang ditandai dengan
perubahan warna air kolam menjadi kuning kehijauan. Di dasar kolam juga
mulai banyak terdapat organisme renik yang berupa kutu air, jentik-jentik
serangga, cacing, anak-anak siput dan sebagainya. Selama pemeliharaan ikan,
air kolam diatur sedalam 75 – 100 cm. Pemupukan susulan harus dilakukan 2
minggu sekali, yaitu pada saat makanan alami sudah mulai habis.
Pupuk susulan ini menggunakan pupuk organik sebanyak 500 kg/ha. Pupuk
itu dibagi menjadi empat dan masing-masing dimasukkan ke dalam keranjang
bambu. Kemudian keranjang diletakkan di dasar kolam, dua buah disisi kiri
dan dua buah di sisi kanan aliran air masuk. Sedangkan yang dua keranjang
lagi diletakkan di sudut-sudut kolam. Urea dan TSP masing-masing sebanyak
30 kg/ha diletakkan di dalam kantong plastik yang diberi lubang-lubang kecil
agar pupuk sedikit demi sedikit. Kantong pupuk tersebut digantungkan
sebatang bambu yang dipancangkan di dasar kolam. Posisi ng terendam tetapi
tidak sampai ke dasar kolam. Selain pukan ulang. ikan nila juga harus tetap
diberi dedak dan katul. pemupukan di atas dapat dilakukan untuk kolam air
tawar, payau atau sawah yang diberakan.
b) Pemberian Pakan
Pakan sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan ikan.
Pemberian pakan pada budidaya ikan gurami dilakukan 3 kali sehari.
Frekuensi pemberian pakan ikan adalah 3 kali per hari, yakni pagi, siang dan
sore.
Pemupukan kolam telah merangsang tumbuhnya fitoplankton, zooplankton,
maupun binatang yang hidup di dasar, seperti cacing, siput, jentik-jentik
nyamuk dan chironomus (cuk). Semua itu dapat menjadi makanan ikan nila.
Namun, induk ikan nila juga masih perlu pakan tambahan berupa pelet yang
mengandung protein 30-40% dengan kandungan lemak tidak lebih dan 3%.
Pembentukan telur pada ikan memerlukan bahan protein yang cukup di dalam
pakannya. Perlu pula ditambahkan vitamin E dan C yang berasal dan taoge
dan daun-daunan/sayuran yang duris-iris. Boleh juga diberi makan tumbuhan
air seperti ganggeng (Hydrilla). Banyaknya pelet sebagai pakan induk kira-
33
kira 3% berat biomassa per han. Agar diketahui berat bio massa maka diambil
sampel 10 ekor ikan, ditimbang, dan dirata-ratakan beratnya. Berat rata-rata
yang diperoleh dikalikan dengan jumlah seluruh ikan di dalam kolam. Misal,
berat rata-rata ikan 220 gram, jumlah ikan 90 ekor maka berat biomassa 220 x
90 = 19.800 g. Jumlah ransum per han 3% x 19.800 gram = 594 gram.
Ransum ini diberikan 2-3 kali sehari. Bahan pakan yang banyak mengandung
lemak seperti bungkil kacang dan bungkil kelapa tidak baik untuk induk ikan.
Apalagi kalau han tersebut sudah berbau tengik. Dedak halus dan bekatul
boleh diberikan sebagai pakan. Bahan pakan seperti itu juga berfungsi untuk
menambah kesuburan kolam.
c) Pemeliharaan Kolam/Tambak
Sistem dan intensitas pemeliharaan ikan nila tergantung pada tempat
pemeliharaan dan input yang tersedia.Target produksi harus disesuaikan
dengan permintaan pasar. Biasanya konsumen menghendaki jumlah dan
ukuran ikan yang berbeda-beda. Intensitas usaha dibagi dalam tiga tingkat,
yaitu
Sistem ekstensif (teknologi sederhana)
Sistem ekstensif merupakan sistem pemeliharaan ikan yang belum
berkembang. Input produksinya sangat sederhana. Biasanya dilakukan
di kolam air tawar. Dapat pula dilakukan di sawah. Pengairan
tergantung kepada musim hujan. Kolam yang digunakan biasanya
kolam pekarangan yang sempit. Hasil ikannya hanya untuk konsumsi
keluarga sendiri. Sistem pemeliharaannya secara polikultur. Sistem ini
telah dipopulerkan di wilayah desa miskin.
Pemupukan tidak diterapkan secara khusus. Ikan diberi pakan berupa
bahan makanan yang terbuang, seperti sisa-sisa dapur limbah
pertanian (dedak, bungkil kelapa dll.).
Perkiraan pemanenan tidak tentu. Ikan yang sudah agak besar dapat
dipanen sewaktu-waktu. Hasil pemeliharaan sistem ekstensif
sebenarnya cukup lumayan, karena pemanenannya bertahap. Untuk
kolam herukuran 2 x 1 x 1 m ditebarkan benih ikan nila sebanyak 20
34
ruang berukuran 30 ekor. Setelah 2 bulan diambil 10 ekor, dipelihara
3 bulan kemudian beranak, demikian seterus. Total produksi sistem ini
dapat mencapai 1.000 kg/ha/tahun 2 bln. Penggantian air kolam
menggunakan air sumur. Penggantian dilakukan seminggu sekali.
Sistem semi-Intensif (teknologi madya)
Pemeliharaan semi-intensif dapat dilakukan di kolam, di tambak, di
sawah, dan di jaring apung. Pemeliharaan ini biasanya digunakan
untuk pendederan. Dalam sistem ini sudah dilakukan pemupukan dan
pemberian pakan tambahan yang teratur.
Prasarana berupa saluran irigasi cukup baik sehingga kolam dapat
berproduksi 2-3 kali per tahun. Selain itu, penggantian air juga dapat
dilakukan secara rutin. Pemeliharaan ikan di sawah hanya
membutuhkan waktu 2-2,5 bulan karena bersamaan dengan tanaman
padi atau sebagai penyelang. OIeh karena itu, hasil ikan dan sawah
ukurannya tak lebih dari 50 gr. Itu pun kalau benih yang dipelihara
sudah berupa benih gelondongan besar.
Budidaya ikan nila secara semi-intensif di kolam dapat dilakukan
secara monokultur maupun secara polikultur. Pada monokultur
sebaiknya dipakai sistem tunggal kelamin. Hal mi karena nila jantan
lebih cepat tumbuh dan ikan nila betina.
Sistem semi-intensif juga dapat dilakukan secara terpadu (intergrated),
artinya kolam ikan dikelola bersama dengan usaha tani lain maupun
dengan industri rumah tangga. Misal usaha ternak kambing, itik dan
sebagainya. Kandang dibuat di atas kolam agar kotoran ternak
menjadi pupuk untuk kolam.
Usaha tani kangkung, genjer dan sayuran lainnya juga dapat dipelihara
bersama ikan nila. Limbah sayuran menjadi pupuk dan pakan
tambahan bagi ikan. Sedangkan lumpur yang kotor dan kolam ikan
dapat menjadi pupuk bagi kebun sayuran.
35
Usaha huler/penggilingan padi mempunyai hasil sampingan berupa
dedak dan katul. Oleh karena itu, sebaiknya dibangun kolam ikan di
dekat penggilingan tersebut.
Hasil penelitian Balai Penelitian Perikanan sistem integrated dapat
menghasilkan ikan sampai 5 ton atau lebih per 1 ha/tahun.
Sistem intensif (teknologi maju)
Sistem pemeliharaan intensif adalah sistem pemeliharaan ikan paling
modern. Produksi ikan tinggi sampai sangat tinggi disesuaikan dengan
kebutuhan pasar.
Pemeliharaan dapat dilakukan di kolam atau tambak air payau dan
pengairan yang baik. Pergantian air dapat dilakukan sesering mungkin
sesuai dengan tingkat kepadatan ikan. Volume air yang diganti setiap
hari sebanyak 20% atau bahkan lebih.
Pada usaha intensif, benih ikan nita yang dipelihara harus tunggal dain
jantan saja. Pakan yang diberikan juga harus bermutu.
Ransum hariannya 3% dan berat biomassa ikan per hari. Makanan
sebaiknya berupa pelet yang berkadar protein 25-26%, lemak 6-8%.
Pemberian pakan sebaiknya dilakukan oleh teknisinya sendiri dapat
diamati nafsu makan ikan-ikan itu. Pakan yang diberikan knya habis
dalam waktu 5 menit. Jika pakan tidak habis dalam waktu 5 menit
berarti ikan mendapat gangguan. Gangguan itu berupa serangan
penyakit, perubahan kualitas air, udara panas, terlalu sering diberi
pakan.
4.4.3 Hama dan Penyakit
Budidaya ikan tidak lepas dari gangguan hama dan penyakit. Datangnya
penyakit disebabkan oleh beberapa hal seperti lingkungan budidaya, teknik
budidaya, penanganan panen dan pasca panen yang kurang baik serta tidak
sesuainya ukuran dan jenis bahan ynag digu-nakan pada wadah penampungan
sehingga ikan luka. Datangnya penyakit tidak hanya merugi-kan dari sisi
produktifitas, tetapi juga pada kematian gurami yang dibudidayakan. Oleh karena
36
itu, perlu dilakukan upaya pencegahan datangnya penyakit dan pengendalian
penyakit yang menyerang.
Beberapa penyakit yang biasa menyerang ikan, baik dalam kolam maupun
wadah lain adalah kutu ikan, penyakit cacing ikan, white spot. Pengobatannya
dengan perendaman garam dapur (NaCl) dosis 1-3 gr/ 100cc air selama 5 menit
atau formalin 25 cc/m3.
Pengendaliannya dengan seleksi ikan yang tahan penyakit. Vacsinasi Ich,
mengurangi kepadatan ikan, kondosi perairan cukup oksigen. Air kolam
diusahakan mengalir terus menerus dan pemberian pakan yang baik untuk
meningkatkan daya tahan tubuh ikan atau menaikkan suhu air yang berkisar 28-
32C
Penyakit nonparasit merupakan penyakit yang bukan disebabkan oleh
adanya penyakit, tetapi disebabkan oleh faktor lingkungan dan faktor makanan
(nutrisi). Faktor lingkungan yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan ikan
adalah pH air yang terlalu rendah atau terlalu tinggi, perubahan suhu air yang
terlalu mendadak, zat–zat beracun yang ada dalam air, penumpukan kotoran atau
sisa – sisa makanan, kadar oksigen dalam air rendah, kejenuhan gas (nitrogen,
oksigen dan karbondioksida) serta kadar amoniak yang tinggi.
Pencegahan penyakit nonparasiter dapat dilakukan dengan pemberian
pakan yang tepat (baik jumlah dan mutunya), ikan tidak diberi pakan yang telah
busuk/rusak, penyimpanan pakan ditempat yang bersih dan kering, per-baikan
lingkungan parairan kolam, meningkat-kan kualitas air, meningkatkan aerasi,
mengu-rangi bahan organik dan fitoplankton.
4.4.4 Pemanenan dan Pengangkutan
Pemanenan ikan dilakukan dengan mem-perhatikan umur ikan, bobot ikan
saat tebar, bobot ikan saat panen, dan waktu pemanenan. Ikan nila dapat dipanen
pada umur 3–4 bulan. Pada umur tersebut bobotnya sudah mencapai 100 gr/ekor.
Jika pasar menghendaki ikan yang berbobot 250 gr/ekor, maka panen dapat
dilakukan pada umur 6 bulan (Cahyono Bambang, 2000). Pada budi-daya ikan
nila, ukuran tebar ikan 20 gr/ekor dan lama pemeliharaan 4 bulan diperoleh berat
ikan saat panen 300 gr/ekor. Waktu panen yang baik adalah pada pagi hari atau
37
sore hari karena keadaan suhu rendah yang dapat menurunkan aktivitas
metabolisme tubuh dan gerak ikan.
Ikan–ikan yang telah dipanen harus tetap dipetahankan mutunya sampai di
pasaran. Oleh karena itu, penanganan pasca-panen harus dilakukan dengan baik
dan benar. Penanganan pascapanen ikan yaitu pembersihan, pembero-kan,
pengolahan, pengangkutan dan pemasaran
Pada saat pengangkutan sering kali ikan mengalami kerusakan. Untuk
menekan keru-sakan sekecil mungkin, maka ikan harus dikemas dengan baik.
Hal–hal yang perlu diperhatikan dalam pengangkutan ikan adalah wadah untuk
mengemas ikan, kepadatan ikan dalam wadah dan sistem pengangkutan (Cahyono
bambang, 2000). Untuk pengemasan ikan gurami petani ikan menggunakan
jerigen plastik karena ikan masih dalam keadaan hidup, sedangkan ikan nila sudah
dalam keadaan mati sehingga dapat menggunakan box fiberglass atau styrofoam.
Saat pengangkutan, kepadatan ikan sangat tergantung pada ukuran ikan,
sistem pengangkutan dan lamanya pengangkutan. Apabila ikan terlalu padat akan
menyebabkan ikan cepat rusak dan membusuk atau mati. Pada pengangkutan ikan
gurami yang menggu-nakan jerigen plastik kepadatan pengangkutan 30 kg dalam
120 liter air selama 6 jam. Sedang-kan ikan nila dalam setiap box kepadatan
maksimalnya adalah 70 kg, sehingga jumlah ikan nila saat pengangkutan adalah
sekitar 230 ekor/box dengan ukuran panen 300 gr/ekor.
38
BAB V
ASPEK FINANSIAL
5.1 Dana Modal Tetap
Modal tetap adalah sejumlah uang yang digunakan untuk investasi tanah,
bangunan, teknologi, mesin dan lain sebagainya. Modal tetap berkaitan dengan
pembangunan usaha budi daya ikan nila.
NO KELOMPOK BIAYA Jumlah (Rp)1 Pra Investasi
a) Perijinan Rp 900,000 b) Riset / Studi Rp 1,500,000 c) Evaluasi Partner Rp 500,000
2 Tanah
a) Pembelian 1 ha Rp 1,100,000,000 b) Penyiapan, pematangan Rp 2,500,000
3 Gedung dan Bangunan Lain
a) Bangunan Rp 2,000,000 b) Instalasi air Rp 750,000 c) Instalasi listrik Rp 500,000 d) Selokan Rp 900,000 e) Pagar Rp 1,000,000
4 Mesin dan Peralatan
a) Pembelian mesin Pellet Rp 3,500,000 b) Peralatan Perikanan Rp 500,000
5 Kendaraan
a) Pembelian Rp 25,000,000 b) Pengurusan Rp 500,000
6 Pengadaan Teknologi Rp 5,000,000 Jumlah Dana Modal Tetap Rp 1,145,050,000
5.2 Dana Modal Kerja Netto
Dana modal kerja netto adalah dana yang berkaitan dengan operasional
proyek seperti bahan baku, bahan pembantu, piutang dagang dan lain sebagainya.
Selain biaya pada tabel di bawah, juga pada modal kerja di cantumkan biaya
variabel dan biaya tetap.
NO KELOMPOK BIAYA DASAR PERHITUNGAN JUMLAH
1 Harta Lancar a) Persediaan
- Bahan Pakan 3 Kg / hari Rp 450,000.00
39
NO KELOMPOK BIAYA DASAR PERHITUNGAN JUMLAH
- Benih ikan 5 - 7 Cm = 350 Rp 175,000,000.00 - Obat - Obatan Ikan Rp 900,000.00 b) Piutang Dagang Rp 45,000,000.00 c ) Kas Rp 10,000,000.00 Jumlah Harta Lancar Rp 231,350,000.00
2 Hutang Lancar a) Hutang Dagang Rp 15,000,000.00
b) Lain-lain Rp 3,500,000.00 Jumlah Hutang Lancar
Rp 18,500,000.00
3 Modal Kerja Netto (1-2) Rp 212,850,000.00
5.3 Sumber PembiayaanSumber pembiayaan berasal dari modal sendiri dan modal pinjaman dari
bank. Tabel sumber pembiyaan di bawah ini.
A. JUMLAH MODALa) Modal Tetap JumlahTanah Rp 1,102,500,000.00Bangunan Rp 5,150,000.00Mesin dan peralatan Rp 4,000,000.00Teknologi Rp 5,000,000.00Pra-investasi Rp 2,900,000.00b) Modal Kerja Netto Rp 212,850,000.00Jumlah Biaya Proyek Rp 1,332,400,000.00B. SUMBER PEMBIAYAANa) Modal Sendiri Rp 900,000,000.00b) Modal Pinjaman Bank Rp 432,400,000.00
40
5. 4. Aliran KasAliran kas ini menggambarkan keaadaan finansial budidaya ikan nila selama sepuluh Tahun.
Tahun 0 1 2 3 4 5Program Produksi / Penjualan Konstruksi 70% 90% 90% 100% 100%
A. Aliran kas Masuk Hasil Penjualan - Rp2,300,000,000 Rp2,430,000,000 Rp2,430,000,000 Rp4,320,000,000 Rp4,320,000,000B. Arus Kas Keluar1. Investasi Awal Rp 1,332,400,0002. Angsuran Pinjaman Rp 43,240,000 Rp 43,240,000 Rp 43,240,000 Rp 43,240,000 Rp 43,240,0003. Biaya Tetap Rp 29,000,000 Rp 29,000,000 Rp 29,000,000 Rp 29,000,000 Rp 29,000,0004. Biaya Variabel Rp 27,000,000 Rp 27,000,000 Rp 27,000,000 Rp 31,000,000 Rp 31,000,000Jumlah Arus Kas Keluar Rp 1,332,400,000 Rp 99,240,000 Rp 99,240,000 Rp 99,240,000 Rp 103,240,000 Rp 103,240,000
R/L Sebelum Pajak Rp2,330,760,000 Rp2,330,760,000 Rp2,330,760,000 Rp4,216,760,000 Rp4,216,760,000Pajak (15%) Rp 349,614,000 Rp 349,614,000 Rp 349,614,000 Rp 632,514,000 Rp 632,514,000Laba Setelah Pajak Rp 1,332,400,000 Rp1,870,646,000 Rp1,981,146,000 Rp1,981,146,000 Rp3,584,246,000 Rp3,584,246,000Nilai Sisa Harta Tetap
Tabel Lanjutan Aliran Kas Tahun ke – 6 sampai ke - 10
41
Tahun 6 7 8 9 10Program Produksi / Penjualan
100% 100% 100% 100% 100%
A. Aliran kas MasukHasil Penjualan Rp4,320,000,000 Rp4,320,000,000 Rp4,320,000,000 Rp4,320,000,000 Rp 4,320,000,000B. Arus Kas Keluar1. Investasi Awal Rp 1,332,400,0002. Angsuran Pinjaman Rp 43,240,000 Rp 43,240,000 Rp 43,240,000 Rp 43,240,000 Rp 43,240,000
3. Biaya Tetap Rp 29,000,000 Rp 29,000,000 Rp 29,000,000 Rp 29,000,000 Rp 29,000,0004. Biaya Variabel Rp 31,000,000 Rp 31,000,000 Rp 31,000,000 Rp 31,000,000 Rp 31,000,000Jumlah Arus Kas Keluar Rp 1,332,400,000 Rp 103,240,000 Rp 103,240,000 Rp 103,240,000 Rp 103,240,000 Rp 103,240,000
R/L Sebelum Pajak Rp4,216,760,000 Rp4,216,760,000 Rp4,216,760,000 Rp4,216,760,000 Rp 4,216,760,000
Pajak (15%) Rp 632,514,000 Rp 632,514,000 Rp 632,514,000 Rp 632,514,000 Rp 632,514,000Laba Setelah Pajak Rp 1,332,400,000 Rp3,584,246,000 Rp3,584,246,000 Rp3,584,246,000 Rp3,584,246,000 Rp 3,584,246,000
Nilai Sisa Harta Tetap Rp 28,413,660,000
42
5.5 Membandingkan Alternatif
Jika MARR adalah 10 %
a. Analisa Nilai Sekarang (NPV)
NPV = - Rp 1,332,400,000 + Rp1,870,646,000 (P/F, 10%,1) + Rp1,981,146,000
(P/A,10%,2) (P/F, 10%, 1) + Rp3,584,246,000 (P/A, 10%, 6) (P/F,
10%, 3) + Rp 31,887,406,000 (P/F, 10%, 10)
NPV = - Rp 1,332,400,000 + Rp1,870,646,000 (0,9091) + Rp1,981,146,000
(1.736) (0,9091) + Rp3,584,246,000 (4.355) (0.7513) + Rp
31,887,406,000 (0,3855)
NPV = - Rp 1,332,400,000 + (Rp 1,700,604,279 + Rp 3,126,639,862 + Rp
11,727,335,706 + Rp 12,292,595,013)
NPV = - Rp 1,332,400,000 + Rp 28,847,174,860
NPV = Rp 27,514,774,860
b. Analisa Deret Seragam
NPV = Rp 27,514,774,860 (A/P, 10%, 10)NPV = Rp 27,514,774,860 (0,1627)NPV = Rp 4,476,653,870
c. Analisa Nilai MendatangNPV = Rp 27,514,774,860 (F/P,10%, 10)NPV = Rp 27,514,774,860 (2.594)NPV = Rp 71,373,325,986.84
d. Analisa Tingkat Pengembalian (rate and return)Di coba dengan tingkat bunga (i) sebesar 50 % dan 60 %i = 50%
NPV = - Rp 1,332,400,000 + Rp1,870,646,000 (P/F, 50%,1) + Rp1,981,146,000
(P/A,50%,2) (P/F, 50%, 1) + Rp3,584,246,000 (P/A, 50%, 6) (P/F,
50%, 3) + Rp 31,887,406,000 (P/F, 50%, 10)
NPV = - Rp 1,332,400,000 + Rp1,870,646,000 (0.6667) + Rp1,981,146,000
(1.111) (0.6667) + Rp3,584,246,000 (1.824) (0.2903) + Rp
31,887,406,000 (0.0173)
NPV = - Rp 1,332,400,000 + Rp. 1.247.159.688 + 1.467.442.172 + 1.897.884.064 + 551.652.124
NPV = - Rp 1,332,400,000 + Rp. 5.164.138.048
43
NPV = Rp. 3,831,738,048.01
i = 60%
NPV = - Rp 1,332,400,000 + Rp1,870,646,000 (P/F, 60%,1) + Rp1,981,146,000
(P/A,60%,2) (P/F, 60%, 1) + Rp 3,584,246,000 (P/A, 60%, 6) (P/F,
60%, 3) + Rp 31,887,406,000 (P/F, 60%, 10)
NPV = - Rp 1,332,400,000 + Rp 1,870,646,000 (0.6250) + Rp 1,981,146,000
(1.016) (0.6250) + Rp 3,584,246,000 (1.567) (0.2441) + Rp
31,887,406,000 (0.00909)
NPV = - Rp 1,332,400,000 + 1169153750 + 1258027710 + 1370990941 + 289856521
NPV = - Rp 1,332,400,000 + 4088028921NPV = 2,755,628,921
Dengan interpolasi
44
Daftar Pustaka
www.slemankab.go.id diakses pada tanggal 19 April 2012
www.ikannila.com diakses pada tanggal 27 April 2012
www.binaukm.com diakses pada tanggal 4 Mei 2012
www.pemda-diy.go.id diakses pada tanggal 19 April 2012
Purnomo, hari. Diktat Mata Kuliah Studi Kelayakan Industri. UII. Yogyakarta
_________________. Budidaya Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (www.ristek.go.id). Jakarta.
Istikharoh Nunik, Surjatin, Mimit Primyastanto. Perencanaan Usaha Pengembangan Budidaya Ikan Gurami (Osphronemus Gouramy) dan Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) di Kabupaten Nganjuk Propinsi Jawa Timur. Sosial Ekonomi Perikanan, Universitas Brawijaya Malang.
45