ski aliyah 3

184
SEMESTER 1 Standar Kompetensi : Kemampuan mengidentifikasi, mengenal dan merekontruksikan sejarah Islam di Andalusia.dan gerakan modernisasi dunia Islam, latar belakang dan dampaknya. Kompetensi Dasar Indikator Materi Pokok Menganalisis sejarah Daulah Umayyah II di Andalusia Mengiden tifikasi faktor- faktor masuknya Islam ke Andalusia Menjelas kan proses masuknya Islam di Andalusia Mengambi l ibrah dari masuknya Islam di Andalusia Daulah Umayyah II Menganalisis kemajuan-kemajuan yang dicapai oleh Daulah Umayyah II Menunjuk kan peta wilayah kekuasaan Daulah Umayyah II Menyebut kan peninggalan sejarah Daulah Umayyah II Mengiden tifikasi kemajuan-kemajuan yang dicapai dibidang pendidikan dan ilmu pengetahuan Mengiden tifikasi

Upload: syamsulrahmi

Post on 04-Jul-2015

8.351 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SKI Aliyah 3

SEMESTER 1

Standar Kompetensi :Kemampuan mengidentifikasi, mengenal dan merekontruksikan sejarah Islam di Andalusia.dan gerakan modernisasi dunia Islam, latar belakang dan dampaknya.

Kompetensi Dasar Indikator Materi PokokMenganalisis sejarah Daulah Umayyah II di Andalusia

Mengidentifikasi faktor-faktor masuknya Islam ke Andalusia

Menjelaskan proses masuknya Islam di Andalusia

Mengambil ibrah dari masuknya Islam di Andalusia

Daulah Umayyah II

Menganalisis kemajuan-kemajuan yang dicapai oleh Daulah Umayyah II

Menunjukkan peta wilayah kekuasaan Daulah Umayyah II

Menyebutkan peninggalan sejarah Daulah Umayyah II

Mengidentifikasi kemajuan-kemajuan yang dicapai dibidang pendidikan dan ilmu pengetahuan

Mengidentifikasi kemajuan-kemajuan yang dicapai dalam bidang sosial budaya

Mendiskripsikan sejarah keruntuhan Daulah Umayyah II

Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab kemunduran dan kehancuran peradaban Islam di Andalusia

Menggali hikmah keruntuhan Daulah Umayyah II

Mengidentifikasi kejayaan Islam pada masa Daulah Muwahiddun

Mengidentifikasi kemajuan-kemajuan yang dicapai Daulah Muwahiddun

Menyebutkan ilmuwan, filosof dan

Page 2: SKI Aliyah 3

ulama’ pada masa Daulah Muwahiddun

Menganalisis proses masuknya imperialisme ke dunia Islam

Menjelaskan keadaan dunia Islam saat kedatangan penjajah.

Menyebutkan motifasi dan tujuan bangsa-bangsa Barat menjajah negara Islam

Menyebutkan beberapa wilayah yang dikuasai bangsa Barat

Menyebutkan dampak penjajahan bangsa Barat atas dunia Islam dalam bidang politik dan ekonomi

Menjelaskan dampak penjajahan bangsa Barat atas dunia Islam dalam bidang ilmu pengetahuan

Mengambil ibrah dari imperialisme tersebut

Imperialisme ke dunia Islam

Menganalisis gerakan pembaharuan Wahabi

Menjelaskan secara singkat biografi Muhammad bin Abdul Wahab

Menjelaskan gerakan di bidang akidah dan syari’ah Muhammad bin Abdul Wahab

Menilai pemikiran-pemikiran Muhammad bin Abdul Wahab

Gerakan pembaharuan Wahabi

Menganalisis gerakan anti imperialisme Jamaluddin al-Afgani

Menceritakan secara singkat biorafi Jamaluddin al-Afgani

Menceritakan peran Jamaluddin al-Afgani di bidang politik

Menjelaskan konsep khilafiyah ( Pan-Islamisme) al-Afgani.

Jamaluddin al-Afgani

Page 3: SKI Aliyah 3

Membandingkan konsep khilafiyah dengan negara modern

Menjelaskan peranannya di penerbitan Urwatul Wusqo

Meneladani sikap intelektual dan anti imperialisme Jamaluddin al-Afgani

Menganalisis gerakan pembaharuan Muhammad Abduh

Menceritakan sejarah singkat biografi Muhammad Abduh

Menjelaskan peran Muhammad Abduh di bidang politik

Menjelaskan konsep khilafah Muammad Abduh

Menilai pemikiran pembaharuan Muhammad Abduh

Gerakan pembaharuan Muhammad Abduh

Menganalisis gerakan pembaharuan Muhammad Rsyid Ridha

Menceritakan secara singkat biografi Muhammad Rasyid Ridha

Menyebutkan peranan Muhammad Rasyid Ridha dalam pengembangan pemikiran Muhammad Abduh

Menyebutkan nama tafsir yang ditulis Muhammad Rasyid Ridha

Menilai pemikiran pembaharuan Muhammad Rasyid Ridha

Gerakan pembaharuan Muhammad Rasyid Ridha

Menganalisis pemikiran Kamal Attatruk di Turki

Menceritakan secara singkat biografi Kamal Attatruk

Menjelaskan peranan Attatruk di bidang politik

Menjelaskan konsep sekulerisme attatruk

Menjelaskan

Pemikiran Kamal Attatruk

Page 4: SKI Aliyah 3

reaksi ulama’ atas ide sekulerisme

Mengambil hikmah dari sekulerisme di Turki

Menganalisis pemikiran Muhammad Iqbal

Menceritakan secara singkat biografi Mhammad Iqbal

Menjelaskan pemikiran Muhammad Iqbal tentang dinamisme Islam dan filsafat dri

Meneladani sikap intelektual dan nasionalisme Iqbal

Pemikiran Muhammad Iqbal

Page 5: SKI Aliyah 3

Bagian

1 PROSES MASUK DAN BERKEMBANGNYAISLAM DI ANDALUSIA

Spanyol dulu lebih dikenal dengan sebutan Andalusia. Sebelumnya andalusia lebih dikenal dengan sebutan Vandal. Dikalangan orang-orang Arab menyebutnya dengan nama Andalus atau Andalusia. Nama ini merujuk pada kebiasaan dan tradisi masyarakatnya yang masih primitif saat itu bila dibandingkan dengan masyarakat Islam yang telah mencapai banyak kemajuan di bawah pemerintahan Khalifah Bani Umayyah. Wilayah ini pada abad ke-2 M sampai dengan awal abad ke-5 M berada di bawah kekuasaan bangsa Romawi. Kemudian ditaklukan oleh bangsa Vandal pada awal abad ke-5M.

Bangsa Vandal kemudian melarikan diri ke wilayah Afrika Utara setelah dikalahkan oleh bangsa Gothic, tepatnya berada di kepulauan kecil di Ujung Benua Afrika, yaitu di pulau Ceuta. Di sinilah seorang bangsawan bernama De Graft Julian mempertahankan kekuasaan dari serangan raja Roderick. Serangan Roderick dan keinginan Julian untuk membebaskan diri dari kekuasaan bangsa Gothic ini, menimbulkan keinginan Julian untuk meminta bantuan kepada Musa ibn Nushair, salah seorang gubenur Bani Umayyah yang berkedudukan di Afrika Utara. Untuk kepentingan itu, kedua orang penguasa mengadakan perjanjian kerja sama dalam usaha penggulingan Roderick.

Setelah mendegar permohonan dari Julian untuk membebaskan diri dari kekuasaan bangsa Gothic, gubenur Musa Ibn Nushair meminta persetujuan dari khalifah al-Walid Ibn Abdul Malik. Pada prinsipnya, khalifah tidak keberatan dengan permintaan itu, ia memerintahkan kepada gubenur Musa Ibn Nushair melakukan ekspedisi dengan mengirim orang kepercayaaan. Tujuannya adalah untuk mengetahui perkembangan situasi politik di negeri itu, di samping untuk membuka jalan masuknya tentara Islam.

Sebagaimana permintaan khalifah, maka pada tahun 9 H / 710 M Musa Ibn Nushair mengutus orang bernama Tharif Ibn Malik yang dibantu oleh De Graft Julian menuju Andalusia. Hasilnya, ditemukan jalan yang tidak mendapat banyak hambatan-hambatan dari pasukan Roderick. Hanya saja, jalan yang harus di tempuh banyak liku-likunya dan terjal di tengah bukit karang, yang kemudian hari dikenal dengan nama Bukit Thariq (Jabal Thariq atau Gibraltar). Ekspedisi yang dilakukan menghasilkan banyak data dan informasi mengenai keberadaan dan kekuasaan

Page 6: SKI Aliyah 3

Roderick. Situasi inilah kemudian dimanfaatkan oleh musa Ibn Nushair dalam usaha peneklukan ke wilayah Eropa.

Namun usaha tersebut baru terwujud pada tahun 711 M, ketika Musa Ibn Nushair mengutus pasukan di bawah pimpinan Thariq Ibn Ziyad. Untuk mempermudah usaha itu, Khalifah al-Walid Ibn Abdul Malik mengirim tentara sebanyak 5000 orang, terdiri dari 4000 tentara biasa dan 1000 pasukan berkuda ditambah pasukan Musa Ibn Nushair sejumlah 2000 orang tentara, sehingga jumlah pasukan bertambah menjadi 7000 orang tenatra. Sementara bantuan yang diberikan De Graft Julian berupa perahu yang dapat digunakan untuk menyeberangi Selat Mediterania (Laut Tengah). Pasukan di bawah pimpinan Thariq Ibn Ziyad ini berhasil menyeberangi selat tersebut dan mendarat di sebuah bukit berbatu pada bulan Sya’ban 92 H / tahun 711 M. Bukit ini kemudian diberi nama sesuai dengan orang yang pertama kali menginjak mendarat disitu, yaitu Gilbraltar atau selat Jabal Thariq.

Roderick sangat terkejut mendengar pasukan Islam sudah mendarat di selat Gilbraltar di bawah pimpinan Thariq Ibn Ziyad. Hanya saja saat itu ia sedang menghadapi pemberontakan kelompok Achilla di Andalusia Utara, sehingga ia tidak segera melakukan serangan balik. Ketidakmampuan ini selain disebabkan adanya pemberontakan di dalam negeri, juga karena pendaratan Thariq Ibn Ziyad dan pasukannya tidak dipekirakan sebelumnya. Menyadari bahaya dan ancaman itu, akhirnya ia membelokkan sekitar 100.000 pasukannya menuju selatan Andalusia untuk menyambut kedatangan tentara Islam.

Kedatangan tentara Roderick dengan membawa pasukan yang cukup besar itu, tidak menciutkan hati Thariq ibn Ziyad dan pasukannya, malah membangkitkan semangat juang untuk meneruskan cita-cita umat Islam menaklukkan Andalusia yang ketika itu berada dibawah kekuasaan Roderick. Namun karena tidak sebandingnya pasukan, akhirnya Thariq Ibn Ziyad meminta tambahan pasukan dari Mus Ibn Nushair yang kemudian disanggupi dengan tambahan sekitar 5000 orang tentara, sehingga pasukan Thariq Ibn Ziyad saat itu berjumlah 12.000 orang. Kekuatan yang begitu besar semakin memperkuat keinginan Thariq Ibn Ziyad untuk terus melanjutkan serangan ke wilayah Utara Andalusia dan menguasai Spanyol secara keseluruhan.

Kedua pasukan bertemu di sungai kecil yang disebut oleh orang Arab dengan nama Wadi Bekka dekat Guadalete yang mengalir ke selat Tarafalagar. Thariq Ibn Ziyad dengan semangat juang yang didukung dengan 12.000 pasukan menyerang musuh-musuhnya dan memperoleh kemenangan, sehingga Roderick terbunuh dalam peperangan tersebut. Sementara pasukan Roderick menjadi tawanan perang.

Setelah pasukan Thariq Ibn Ziyad menang melawan lawan yang jauh pasukannya lebih besar, maka ia berusaha meneruskan penyerangannya ke seluruh wilayah Andalusia. Setelah melakukan musyawarah dengan pasukannya, akhirnya ia terus melakukan niatnya itu. Untuk kepentingan perluasan wilayah tersebut, ia membagi pasukannya menjadi tiga resimen yang ia sebarkan ke seluruh Siberia. Didukung 700 pasukan berkuda, pasukan umat Islam menuju Cordova. Sebagian besar penduduk Cordova mengungsi di Toledo, sementara yang masih menetap di kota ini hanyalah putra raja dan keluarganya yang dikawal dengan 400 pasukan berkuda, sehingga memudahkan pasukan umat Islam melakukan serangan ke pusat kekuasaan di Cordovo tanpa menimbulkan koban jiwa masyarakat sipil.

Page 7: SKI Aliyah 3

Wilayah Cordova telah dikelilingi oleh salju. maka tidak begitu mudah tentara Islam menaklukkan Cordova. Untunglah ada seorang pengembala (tidak disebutkan namanya) yang memberi petunjuk cara masuk ke benteng istana yang dijaga ketat. Karena cuaca begitu dingin ditambah angin dan hujan salju yang deras, para penjaga benteng tidak mendengar derap langkah pasukan berkuda umat Islam, sehingga umat Islam dengan mudah menyerang dan membuka pintu gerbang benteng istana. Dalam situasi ini putra raja dapat melarikan diri dan berlindung di gereja selama 3 bulan yang kemudian ditangkap. Di kota inilah kemudian orang-orang Yahudi dikumpulkan dan menetap. Masyarakay Yahudi terlibat di dalam kemenangan-kemenangan bangsa Arab Muslim. Mereka memberikan kemudahan umat Islam untuk melakukan penaklukan kota Rayya, Malaga, Granada di propinsi Elvira. Penduduk kota Ariola dan Toledo membuka pintu gerbangnya untuk orang-orang muslim.

Kemenangan umat Islam ini tidak lepas dari jasa-jasa orang Yahudi. Sebagai batas jasa, kaum Yahudi kemudian diperintahkan untuk tinggal dan menetap di Toledo yang dibantu dengan kawalan pasukan umat Islam. Sementara penduduk asli Toledo melarikan diri dan berlindung di bukit Karang. Mereka kemudian menyebrangi Guadalaxana (bukit batu) menuju Medinaceli terus ke Galicia di Barat Laut Andalusia.

Thariq Ibn Ziyad dan pasukannya terus mengalami kemenangan. Sehingga hampir seluruh Andalusia ditaklukan dan berada di bawah kekuasaan Dinasti Bani Umayyah yang berkuasa di Damaskus. Dengan cara-cara seperti itulah agama Islam masuk ke Andalusia, sehingga Andalusia menjadi daerah kekuasaan Islam selama lebih kurang 8 (delapan) abad, yaitu dari tahun 711-1492 M.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Andalusia pada saat itu telah menjadi salah satu propinsi atau wilayah dari kekuasaan dinasti Bani Umayyah, yang kemudian menjadi negara sendiri di seberang lautan Mediterania. Keberhasilan umat Islam menaklukan Andalusia saat itu, tidak hanya berkat jasa Thariq dan pasukannya, juga jasa-jasa orang lain, seperti Tharif Ibn Malik dan Musa Ibn Nushair, ditambah dengan adanya dukungan material dari De Graft Julian yang menjadi penguasa di Ceuta.

Perluasan wilayah kekuasaan Islam di Andalusia

Musa Ibn Nushair telah menyambut gembira atas kemenangan pasukan perangnya yang dipimpin Thariq Ibn Ziyad mengalami kemenangan, sebab ini merupakan peluang besar di depan mata bagi Musa Ibn Nushair untuk memperluas wilayah kekuasaan. Untuk itu, Musa Ibn Nushair telah memperluas wilayah kekuasaan. Untuk itu, Musa Ibn Nushair telah mempersiapkan sekitar 18.000 pasukan guna membantu Thariq Ibn Ziyad memperluas wilayah kekuasaan Islam. Pada musim panas tahun 712 M, Musa Ibn Nushair dengan pasukannya menyeberangi selat dan mendarat di benua Eropa. Musa dan pasukannya berhasil merebut Carmona, salah satu kota terkuat pertahannya di Andalusia. Kemudian ia melanjutkan ke Seville dan merebutnya dari tangan orang-orang Gothic. Karena kalah, orang-orang Gothic banyak yang melarikan diri ke Toledo. Mereka bertahan di kota Toledo selama beberapa bulan, sampai akhirnya kota itu jatuh ke tangan pasukan Musa Ibn Nushair.

Page 8: SKI Aliyah 3

Setelah menguasai Toledo, Musa Ibn Nushair dan pasukannya melanjutkan serangan ke Meride, sebuah kota yang menjadi ibu kota Andalusia.

Musa Ibn Nushair dan pasukannya terus melanjutkan penyerangan hingga akhirnya ia berhasil menaklukan Barcelona. Dari sini akhirnya Musa Ibn Nushair melanjutkan usaha exspansinya ke Candiz dan Calica. Di suatu tempat Talavera, Musa Ibn Nushair bertemu dengan Thariq Ibn Jiyad dan memecat Thariq dari jabatan panglima perang. Pemecatan itu terjadi karena Thariq Ibn Ziyad dianggap tidak mematuhi perintahnya untuk kembali ke Afrika Utara setelah berhasil menaklukkan beberapa kota di Andalusia. Bahkan kemudian Thariq Ibn Ziyad dipenjara karena kesalahan-kesalahan yang telah dibuatnya.Di sinilah akhir dari riwayat perjalanan hidup seorang mantan jederal perang Islam yang telah berjasa dalam penyebaran Islam di negeri Andalusia.

Musa Ibn Nushair tidak hanya berhenti setelah sampai di Talavera, tetai ia melajutkan mengejar musuhnya hingga ke pegunungan Pyreni. Lebih dari itu, ia bahkan memutuskan untuk terus melanjutkan ekspensinya ke wilayah selatan Perancis, hingga akhirnya ia mencapai negeri Konstantinopel.

Namun ditengah-tengah perjalanannya, Musa Ibnu Nushair diperintahkan kembali oleh Khalifah Walid Ibn Abdul Malik untuk menghentikan serangannya ke Eropa dan ia diminta kembali ke Damaskus. Kebijakan ini dibuat untuk menghindari bahaya yang lebih besar yang akan mengancam umat Islam di Andalusia. Selain itu, khalifah Walid Ibn Abdul Malik merasa takut apabila pengaruh Musa Ibn Nushair melebihi kekuatan pengaruh khalifah sendiri dan merebut kekuasaan yang telah diraihnya di Eropa. Instruksi tersebut diterima oleh Musa Ibn Nushair, dan langsung kembali ke Damaskus. Hanya saja ketika ia tiba di kota itu pada tahun 96 H / 715 M, khalifah Walid Ibn Abdul Malik telah wafat dan yang berkuasa adalah Sulaiman Ibn Abdul Malik, saudara Walid Ibn Abdul Malik. Khalifah baru ini meminta Musa Ibn Nushair untuk menyerahkan kekuasaan dan harta rampasan yang diperolehnya dari negeri Andalusia.

Niat khalifah yang tidak baik ini telah dipahami Musa Ibn Nushair. Hanya saja pada waktu itu, semua rampasan perang dan berbagai kemegahan yang diperoleh Musa Ibn Nushair dan Thariq Ibn Ziyad telah diserahkan ke khalifah sebelumnya, yaitu Walid Ibn Malik. Permintaan itu sebenarnya telah dipahami oleh Musa Ibn Nushair sebagai taktik untuk menjatuhkan dirinya. Hal ini terbukti ketika ia dimasukkan ke penjara hingga meninggal di ruang tahanan itu. Kebijakan ini dikeluarkan Khalifah Sulaiman, karena ia merasa tersaingi oleh kekuatan dan pengaruh Musa Ibn Nushair. Satu hal yang mestinya tidak perlu terjadi.

Begitulah nasib tokoh penting ini mengakhiri masa hidupnya. Ia mengalami nasib serupa seperti Thariq Ibn Ziyad. Rupanya ini merupakan hukum karma bagi orang yang bertindak sewenang-wenang yang telah memecat dan memenjarakan Thariq Ibn Ziyad hingga akhir hayatnya.

Pesan Musa Ibn Nushair sebelum meninggalkan Andalusia untuk kembali ke Damaskus karena panggilan khalifah, ia telah meminta Abdul Aziz Ibn Musa Ibn Nushair menggantikan posisinya sementara untuk mengatur semua kepentingan masyarakat di Andalusia. Berdasarkan tugas itu, ia kemudian mengorganisir tata pemerintahan dan membentuk dewan khusus untuk menyusun undang-undang yang sah sesuai dengan keadaan penduduk Andalusia. Selain itu, ia juga mencurahkan

Page 9: SKI Aliyah 3

tenaga dan pikirannya untuk membenahi sistem irigasi dan pertanian, sebuah bidang yang selama ini banyak digeluti masyarakat Andalusia. Sehingga para petani mendapatkan hasil maksimal dari usaha pertanian.

Kebijakan lain yang dikeluarkannya adalah membebaskan Andalusia dan masyarakatnya dari perbuatan lalim orang-orang Gothic. Menurunkan pajak, kebijakan toleransi beragama, menghapuskan diskriminasi karena ras dan agama: memberikan perlindungan hukum kepada rakyat dn menjamin keamanan serta kesejahteraan, selain perlindungan terhadap benda dan jiwa mereka. Kebijakan lain yang tak kalah pentingnya adalah asimilasi, yaitu perkawinan campuran antara orang-orang Arab Islam dengan penduduk setempat. Bahkan Abdul Aziz sendiri menikahi janda Roderick yang masih mempertahankan agama dan keyakinannya semula.

Beberapa kebijakan yang dikeluarkan Abdul Aziz ini menimbulkan simpati rakyat, sehingga banyak yang memeluk Islam. Proses asimilasi ini merupakan salah satu metode penyebaran Islam yang terjadi di banyak negara, termasuk di Andalusia.

Awal Islam berkuasa di Andalusia

Dalam keberhasilannya pasukan yang dipimppin Thariq Ibn Ziyad dan Musa Ibn Nushair dalam pengembangan kekuasaan Islam Bani Umayyah di Andalusia, membuka lembaran baru sejarah politik Islam. Sebab dengan jatuhnya Andalusia dan kota-kota penting lainnya di negeri itu, menambah luas daerah kekuasaan Islam dinasti Bani Umayyah. Pengambilalihan kekuasaan dari tangan Thariq Ibn Ziyad oleh Musa Ibn Nushair dan penyerahan kekuasaan Musa kepada anaknya, Abdul Aziz Ibn Musa Ibn Nushair, menandai awal berdirinya kekuasaan Islam di sana.

Abdul Aziz Ibn Musa Ibn Nushair boleh disebut sebagai peletak pertama berdirinya kekuasaan Islam di Andalusia sebab ia merupakan orang pertama yang menjadi penguasa di negeri itu setelah dikalahkan oleh pasukan Islam. Kebijakan-kebijakan politik pemerintahan yang dikeluarkannya merupakan bukti kepiaweannya dalam memimpin negeri yang baru saja porak-poranda dilanda perang. Keberhasilannya membangun masyarakat baru dan proses penyebaran Islam, merupakan karya nyata yang tak bisa dipungkiri oleh siapa pun. Terlepas dari kepentingan politik pribadi dan golongan, hal pasti yang dapat dikatakan disini adalah bahwa Abdul Aziz-lah orang yang pertama kali menjalankan roda pemerintahan di negeri Andalusia.

Selama masa pemerintahan kewalian, terdapat sejumlah orang wali yang mewakili pemerintahan Bani Umayyah di Andalusia. Diantaranya adalah;

Abdul Aziz Ibn Musa Ibn Nushair (95-97 H / 715-717 M). Masa-masa pemerintahannya merupakan periode awal pemerintahan Islam yang tunduk kepada pemerintahan Bani Umayyah di Damaskus. Gelar yang dipakai Abdul Aziz saat itu bukan Amir, melainkan wali yang merupakan wakil pemerintahan Islam Bani Umayyah yang berkedudukan di Andalusia. Semua kebijakannya yang dikelurkan harus mendapatkan persetujuan khalifah. Di antara usaha yang dilakukannya, selain yang telah disebutkan sebelumnya, adalah perluasan wilayah Islam dan menaklukkan kota-kota yang saat itu belum tunduk di bawah kekuasaannya. Kota-kota itu adalah Evora, Santarem, Malaga dan Ellira.

Page 10: SKI Aliyah 3

Harun Ibn Abdurrahman al-Tsaqafi (98-100 H / 717-719 M).Saman Ibn Malik al-Khaulani (100-102 H / 719-721 M).Anbasah (104-107 H / 723-726 M). Pada masa pemerintahannya, ia berhasil

menguasai wilayah Gallia, Septimia dan wilayah dekat sungai Rhone.Abd Al-Rahman Al-Ghafiqi (111/730 H). Pada masa pemerintahannya ia dapat

menguasai wilayah Hertogdom dan Aquitania yang masuk ke dalam wilayah kekuasaan Perancis.

Semua wali di atas adalah sangat berjasa dalam usaha perluasan dan pengembangan wilayah Islam di Eropa. Atas persetujuan khalifah Bani Umayyah di Damaskus, mereka terus melakukan pengembangan wilayah hingga mencapai wilayah perancis. Usaha ini terus dilakukan hingga dikemudian hari datang anak cucu Muawiyyah yang mengambil alih jbatan dari para wali tersebut. Di antaranya adalah Abdurrahman al-Dakhil, yang dikenal dengan sebutan Saqar Qurays (Garuda Qurays) karena keberhasilannya menyelamatkan diri dari serangan pasuakn Bani Abbas dan berkuasa di Andalusia. Sejak kedatangannya, sistem pemerintahan menggunakan gelar Amir atau gubenur jenderal. Hanya saja para Amir yang berkuasa di Andalusia tidak memiliki hubungan politik dengan pemerintahan Bani Abbas yang telah mengambil alih kekuasaan Bani Umayyah pada tahun 750 M/132 H. Bahkan mereka menjadi penentang kekuasaan Bani Abbas.

Mengingat jarak yang begitu jauh keberadaan kekuasaan para Amir dengan pusat kekhaliffahan Bani Abbas, maka khalifah tidak banyak berhasil menguasai mereka, selain kerena orientasi kebijakan pemerintah Bani Abbas sangat berbeda dengan pemerintahan Bani Umayyah sebelumnya. Kalau Bani Umayyah orientasinya adalah kekuasan dan perluasan wilayah, maka Bani Abbas memiliki orientasi pengembangan peradaban. Sementara untuk menjaga wilayah diserahkan kepada para gubenur atau bahkan diberikan kepada para penguasa lokal asal saja mereka masih tetap dibawah kekuasaan Bani Abbas dan mengakui keberadaannya. Hal ini ditandai dengan munculnya beberapa negara independen yang dikenal dengan nama al-Dawlah al-Mustaqillah.

Page 11: SKI Aliyah 3

La Tansa

- Spanyol dulu lebih dikenal dengan sebutan Andalusia. Sebelumnya andalusia lebih dikenal dengan sebutan Vandal. Dikalangan orang-orang Arab menyebutnya dengan nama Andalus atau Andalusia

- Musa Ibn Nushair telah menyambut gembira atas kemenangan pasukan perangnya yang dipimpin Thariq Ibn Ziyad mengalami kemenangan, sebab ini merupakan peluang besar di depan mata bagi Musa Ibn Nushair untuk memperluas wilayah kekuasaan

- Musa Ibn Nushair tidak hanya berhenti setelah sampai di Talavera, tetapi ia melanjutkan mengejar musuhnya hingga ke pegunungan Pyreni. Lebih dari itu, ia bahkan memutuskan untuk terus melanjutkan ekspensinya ke wilayah selatan Perancis, hingga akhirnya ia mencapai negeri Konstantinopel.

- Namun ditengah-tengah perjalanannya, Musa Ibnu Nushair diperintahkan kembali oleh Khalifah Walid Ibn Abdul Malik untuk menghentikan serangannya ke Eropa dan ia diminta kembali ke Damaskus

- Pesan Musa Ibn Nushair sebelum meninggalkan Andalusia untuk kembali ke Damaskus karena panggilan khalifah, ia telah meminta Abdul Aziz Ibn Musa Ibn Nushair menggantikan posisinya sementara untuk mengatur semua kepentingan masyarakat di Andalusia.

- Dalam keberhasilannya pasukan yang dipimppin Thariq Ibn Ziyad dan Musa Ibn Nushair dalam pengembangan kekuasaan Islam Bani Umayyah di Andalusia, membuka lembaran baru sejarah politik Islam

- Selama masa pemerintahan kewalian, terdapat sejumlah orang wali yang mewakili pemerintahan Bani Umayyah di Andalusia. Diantaranya adalah;

1. Abdul Aziz Ibn Musa Ibn Nushair (95-97 H / 715-717 M). 2. Harun Ibn Abdurrahman al-Tsaqafi (98-100 H / 717-719 M).3. Saman Ibn Malik al-Khaulani (100-102 H / 719-721 M).4. Abd Al-Rahman Al-Ghafiqi (111/730 H).

Page 12: SKI Aliyah 3

5. Anbasah (104-107 H / 723-726 M).

Tamrinat 1

Sejak kapan Islam mulai dikenal di Spanyol ?Siapakah yang paling berjasa atas masuknya Islam di SpanyolSiapakah yang berkuasa di Spanyol sebelum Islam masuk ?Siapakah pemimpin Islam yang berhasil memimpin pertama di Spanyol ?Sebutkan nama-nama wali yang pernah mewalihi di Andalusia !

Amanah :

Ceritakan dengan singkat sejarah masuknya Islam di Andalusia 1

Page 13: SKI Aliyah 3

Bagian

2 MASUK DAN BERKEMBANGNYA ISLAM DI ANDALUSIA

Terbentuknya Dinasti Bani Umayyah II di Andalusia, telah melalui beberapa peristiwa penting, yaitu peristiwa pengambil alihan kekuasaan dari para wali ke tangan para amir yang disebut dengan periode keamiran hingga terbentuknya sistem khilafah saat itu. Dari situlah mulai dikenal khilafah Bani Umayyah II.

Abdurrahman Al-Dakhil adalah Amir pertama yang berhasil menguasai Andalusia, ia adalah salah seorang cucu dari Abdul Malik Ibn Marwan yang berhasil meloloskan diri dari kejaran pasukan Abu Abbas Al-Saffah. Melalui rute yang tidak bisa dilalui, akhirnya ia berhasil memasuki wilayah Palestina, lalu ke Mesir, Afrika Utara hingga tiba di Ceuta (Septah). Di wilayah inilah ia mendapat bantuan dari bangsa Barbar dan menyusun kekuatan militer guna menyelesaikan konflik etnik politik antara bangsa Arab Mudhariyah dengan Himyariyah di Andalusia.

Abdurrahman diminta oleh pihak Arab Himyariyah untuk membantu merencanakan dan melaksanakan pemberontakan terhadap kelompok Mudhariyah. Gubernur Yusuf Ibn Abdurrahman Al-Fikry, yang mewakili kelompok Arab Mudhariyah, menindas kelompok Arab Himyariyah. Sebelum melancarkan serangan, Abdurrahman mengutus orang kepercayaannya bernama Bardar untuk mencari tahu perkembangan terakhir yang etrjadi. Utusan itu diterima dengan baik oleh kabilah-kabilah Arab karena ia merupakan utusan dari keturunan Bani Umayyah yang berkuasa di Damaskus. Badar memperoleh informasi mengenai perkembangan politik muktahir yang terjadi di Andalusia. Berita inilah yang kemudian ia sampaikan kepada Abdurrahman Al-Dakhil. Dari data dan informasi yang dikumpulkan, akhirnya Abdurrahman dan para pendukungnya memasuki wilayah Andalisia pada tahun 755 M. Dan memenangkan peperangan di Massarat pada tahun itu juga, sehingga ia menduduki tahta kekuasaan Andalusia sebagai bagian dari kekuasaan Dinasti Umayyah di Andalusia, yang saat itu telah hancur dikalahkan oleh kekuasaan Bani Abbas.

Page 14: SKI Aliyah 3

Yusuf Ibn Abdurrahman Al-Fikry sangat marah setelah melihat Abdurrahman Al-Dakhil datang bersama pengikutnya. Karena ia dianggap penentang dan mengancam kekuasaannya di Andalusia. Kedatangan mereka ke Andalusia ini tidak dianggap remeh oleh Yusuf. Dengan berbagai cara, Yusuf mencoba mengusir Abdurrahman Al-Dakhil dan para pendukungnya. Sehingga kelompok Abdurrahman melakukan serangan atas kekuasaan Yusuf di Cordova pada tahun 139 H / 758 M. Kemenangan ini membawa harum nama Abdurrahman Al-Dakhil. Sejak saat itulah ia mendirikan kekuasaan Islam di Andalusia, sebagai bagian dari kepanjangan kekuasaan Bani Umayah yang telah dihancurkan Bani Abbas pada tahun 132 H / 750 M.

Sejak Abdurrahman Al-Dakhil menjabat sebagai penguasa Islam di Andalusia, ia menghadapi berbagai gerakan pemberontakan internal. Gangguan pihak luar terbesar adalah serbuan pasukan Paoin, seorang raja Perancis dan puteranya yang bernama Charlemagne. Namun pasukan pengganggu ini dapat dikalahkan oleh kekuatan Abdurrahman Al-Dakhil. Hanya saja sebelum usia tugasnya menghancurkan kekuatan musuh dan memantapkan kekuasaannya di Andalusia, ia keburu meninggal pada tahun 172 H / 788 M.

Pasca meninggalnya Abdurrahman Al-Dakhil tidak menyurutkan niat generasi penerusnya untuk tetap mempertahankan kekuasaan. Posisi Abdurrahman Al-Dakhil digantikan oleh puteranya, yaitu Hisyam I (172-180 H / 788-796 M). Dalam catatan sejarah, Hisyam I dikenal sebagai seorang Amir yang lemah lembut dan administratur yang liberal. Semasa ia menjabat, banyak pemberontakan terjadi, diantaranya adalah pemberontakan di Toledo yang dilakukan oleh dua orang saudaranya, yaitu Abdullah dan Sulaiman. Pemberontakan tersebut dapat diselesaikan dengan baik. Usai mengatasi pemberontakan tersebut, Hisyam melancarkan serangan ke bagian Utara Andalusia. Di sini terdapat kelompok kristen yang sering kali mengganggu keamanan dan ketertiban pemerintahannya. Kota Norebonne dapat dikuasai, sementara suku-suku yang tinggal di Galica mengajukan perundingan perdamaian.

Hisyam adalah merupakan sosok pemimpin yang memiliki sifat lemah lembut dan bijaksana. Ia terus melaksanakan pembangunan dan peningkatan kesejahteraan rakyatnya. Hampir setiap malam ia melakukan inspeksi ke pemukiman-pemukiman penduduk. Mengunjungi orang yang sedang sakit, dan membantu mereka dengan materi atau uang yang mereka butuhkan. Hal itu dilakukan karena ia ingin mendengar dan melihat sendiri nasib rakyatnya yang diderita rakyatnya. Meskipun tampak kelihatan lemah lembut, ada sifat tegas yang tersembunyi di dalamnya, terutama kepada para pemberontak dan perusuh negara. Sifat ini dibawa hingga ajalnya tiba pada tahun 207 H / 796 M.

Pasca meningglnya Hisyam I, posisi kekuasaannya digantikan oleh Hakam (180-207 H / 796-822 M). Selama masa kekuasaannya, banyak terjadi gerakan pemberontakan, baik yang dilakukan oleh saudaranya, yaitu Abdullah yang mendapat dukungan militer dari Charlemagne dan berhasil menyusup ke wilayah Islam, sedang Alfonso panglima suku Galicia, menyerang Aragon. Semua serangan tersebut dapat digagalkan oleh Hakam. Setelah itu, ia berusaha mengatasi gerakan pemberontakan yang dilakukan oleh kedua saudaranya, yaitu Abdullah dan Sulaiman.

Selama dalam kepemimpinannya telah terjadi pemberontakan di beberapa wilayah kekuasaannya, baik yang dilakukan oleh Kristen Eropa maupun oleh pihak

Page 15: SKI Aliyah 3

muslim sendiri. Gerakan pemberontakan terbesar dan terlama dilakukan oleh Umar Ibn Hafsyun. Pemberontakan ini dapat diatasi oleh penguasa sesudah Munzir (273-275 H / 886-888 M), yaitu Abdullah (275-300 H/888-912 M) di bawah panglima Obaydillah. Kondisi aman mulai terlihat sejak pemberontak Umar Ibn Hafsyun dikalahkan. Abdullah merupakan Amir terakhir sebelum berdirinya kekhalifahan Bani Umayyah II diproklamirkan oleh Abdurrahman III.

Proses pembentukan pemerintahan Islam di Andalusia yang menggunakan sistem khalifah, tidak berlangsung mulus. Banyak pemberontakan terjadi dan kendala yang dihadapi para penguasa saat itu. Kondisi itu baru teratasi dengan baik, sejak akhir masa kekuasaan Abdullah yang masih menggunakan sistem keamiran hingga masa awal pemerintahan Khalifah Abdurrahman III.

Berdirinya Bani umayyah II di Andalusia

1. Abdurrahman al-Dakhil (138-172 H./ 757-788 M.).

Abdurrahman Al-Dakhil adalah keturunan Bani Umayah pertama yang menjadi penguasa dan pelangsung kekuasaan Bani Umayah di Andalusia, tapi ia bukan termasuk salah seorang Khalifah Bani Umayah.

Abdurrahman dalam memimpin Andalusia tidak menggunakan khlaifah, tetapi menggunakan istilah Amir. oleh karena itu, dalam jajaran kekhalifahan Bani Umayah di Andalusia dia dikenal sebagai perintis dan pembuka jalan bagi terbentuknya Dinasti Bani Umayah II di Eropa. Penguasa Bani Umayah sebenarnya yang menggunakan gelar khalifah adalah Abdurrahman III yang berkuasa selama lebih kurang 50 tahun. Walau demikian, dalam cacatan penting sejarah Islam, khususnya yang berkenaan dengan Dinasti Bani Umayah II di Andalusia, ia dimasukkan sebagai seorang penguasa Bani Umayah yang paling menonjol, karena keberhasilannya membangun dasar-dasar dan pengembangan kekuasaan Islam di Eropa.

Setelah Abdurrahman Al-Dakhil berhasil menguasai wilayah Spanyol dengan menundukkan penguasa Islam lokal bernama Yusuf Ibn Abdurrahman Al-Fikry tahun 758, Abdurrahman Al-Dakhil melakukan berbagai rencana kegiatan untuk membangun kerajaan besar, sebagai penerus dari Dinasti Bani Umayyah yang pernah berkuasa di Damaskus, Syiria. Langkah pertama untuk memperkuat posisinya adalah untuk memperbaiki keadaan dalam negeri, baik dari segi politik, keamanan, ketertiban dan pembangunan lainnya. Hampir selama masa kekuasaan, energinya dipergunakan untuk mempertahankan berbagai serangan yang datang, baik dari dalam wilayah kekuasaannya sendiri maupun dari luar. Misalnya, ancaman yang datang dari Abu Ja’far Al-Mansur (137-159 H / 754-775 M),

Page 16: SKI Aliyah 3

seorang penguasa Bani Abbas kedua, yang bekerja sama dengan Karl Martel, penguasa Perancis untuk menghancurkan kekuasaan Abdurrahman Al-Dakhil. Selain itu, datang pula ancaman dari Peppin, ayah Karl Martel. Sekitar tahun 146 H, Al-Mansur mengutus Al-Ula beserta pasukannya untuk menyerang kekuasaan Abdurrahman, tetapi usaha tersebut mengalami kegagalan, karena kekuatan Al-Ula dapat dipukul mundur oleh kekuatan Abdurrahman Al-Dakhil.

Selain ancaman dan serangan tersebut di atas, sekitar tahun 160 H/775 M, datang serangan yang dilakukan oleh Yusuf Ibn Abdurrahman al-Fikry, mantan penguasa Spanyol dan Sulaiman Ibn Al-Araby. Mereka bekerja sama dengan Karl Martel untuk menggulingkan Abdurrahman. Akan tetapi usaha mereka legi-legi mengalami kegagalan. Kemenangan ini membuat posisi Abdurrahman Al-Dakhil semakin kuat, sehingga ia dapat melakukan berbagai kegiatan pembangunan, sesuai yang direncanakannya. Usaha pertamanya adalah pembangunan masjid agung di Cordova, yaitu masjid Al-Hamra. Pembangunan itu dilanjutkan pada masa anaknya, yaitu Hisyam I (172-180 H/ 788-796 M).Beberapa jasa Abdurrahman al-Dakhil diantaranya adalah : Membangun masjid dan beberapa gedung-gedung perguruan beserta lembaga-lembaga ilmiah, seperti Universitas Cordova yang sangat terkenal dan melahirkan banyak ilmuan muslim berkaliber dunia. Selain itu, ia juga membangun irigasi untuk keperluan pertanian, sehingga hampir semua ladang yang dulunya tidak ditanami, pada masa pemerintahannya tumbuh dengan berbagai tanaman yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat Andalusia saat itu.

2. Hisyam Ibn Abdurrahman (172-180 H/788-796 M)

Pasca meninggalnya Abdurrahman, pemerintahan dipegang oleh anaknya bernama Hisyam. Ia dikenal sebagai seorang pemimpin yang sholeh dan adil bijaksana. Masa pemerintahannya dipergunakan untuk membangun dan meningkatkan kesejahteraan hidup rakyatnya. Ia mempunyai perhatian yang sangat besar terhadap rakyatnya yang miskin. Sehingga hampir seluruh lapisan masyarakatnya merasakan hasil-hasil pembangunan yang dikerjakan pada masa pemerintahan Hisyam. Di antara usaha pembangunan yang dilakukannya adalah sebagai berikut;

a. Bidang pendidikanDi antara jasanya yang paling besar adalah mempergiat perkembangan ilmu pengetahuan dan penelitian serta perluasan pengguanaan bahasa Arab sebagai bahasa ilmu pengetahuan dan budaya serta bahasa percakapan sehari-hari. Sehingga lambat laun bahasa Arab mengalahkan bahasa Arab mengalahkan bahasa Latin dalam berbagai kegiatan di semenanjung Liberia itu.

b. Bidang pengembangan fisikPada masa pemerintahannya, Hisyam I berhasil merampungkan pembangunan masjid Al-Hamra di Cordova, sehingga menjadi sebuah masjid megah dan mempesona banyak orang. Masjid itu tidak hanya dipergunakan sebagai

Page 17: SKI Aliyah 3

tempat ibadah, tetapi juga untuk lembaga pendidikan. Selain itu, ia juga memperluas bangunan irigasi untuk pertanian dan pembangunan saluran air ke berbagai kota di Andalusia.

c. Bidang hukumDi masa pemerintahan Hisyam I, mulai berkembang mazhab Maliki. Mazhab hukum Islam itu dibawa dan dikembangkan di Andalusia oleh para pengikutnya yang mendapat perlindungan Hisyam I. Dalam masalah penegakan hukum, Hisyam I ikut memberikan dorongan agar semua hak-hak seseorang diperhatikan dengan baik dan dilindungi. Karena keadilan dan ketertiban yang ada, maka pemerintahan Hisyam I yang hanya berklangsung selama 7 tahun 7 bulan, berjalan dengan baik hingga ia meninggal dunia pada tahun 180 H/796 M.

3. Abdurrahman II (al-Awsath, 206-238 H/822-852 M)

Al-Awsath telah menerima jabatan sebagai seorang amirdalam usia yang masih cukup muda, yaitu usia 31 tahun. (penguasa) Islam di Andalusia, menggantikan posisi ayahnya. Berbeda dengan sikap dan kebijakan ayahnya, Al-Hakam. Al-Hakam tidak berlaku adil, kurang peduli terhadap kepentingan masyarakat, sehingga ia sangat dibenci. Sementara Al-Awsath disukai, karena kebijakannya yang memihak masyarakat dan sikapnya yang tegas dan berani, terutama dalam mengatasi berbagai pemberontakan yang ada.

Diantara usaha-usaha yang dilakukan selama 31 tahum memimpin adalah :

Politik dalam negeri

Mengatasi pemberontakan

Usaha pertama yang dilakukannya adalah memadamkan pemberontakan yang terjadi di dalam negeri. Setelah terkendalinya keadaan, dan situasi politik dalam negeri mulai stabil, ia berusaha keras untuk melakukan pembangunan dalam berbagai bidang. Sehingga negara menjadi makmur.

Membangun masjid dan memperindah kota.

Dalam masa pemerintahannya, Abdurrahman II berhasil membangun kota dan daerah Lusitania, Murcia, Valencia, Castile dan kota-kota lainnya. Kota-kota tersebut diperindah dengan bangunan-bangunan umum, seperti masjid-masjid besar, perpustakaan dan lain-lain, termasuk pembangunan pabrik senjata di Cartagena dan Cadiz.

Memajukan ilmu pengetahuan

Page 18: SKI Aliyah 3

Pada masa pemerintahan Abdurrahman Al-Awsath, banyak lahir ilmuwan muslim dan para filosuf kenamaan. Ia membangkitkan gairah keilmuan para intelektual untuk terus melakukan kajian keilmuan dalam berbagai bidang disiplin ilmu dan peradaban lainnya. Untuk kepentingan itu, ia banyak membangun sekolah-sekolah dan perguruan tinggi yang dilengkapi dengan perpustakaan.

Kebebasan beragama

Salah satu kebijakan yang dikeluarkan pada masa pemerintahannnya adalah kebebasan beragama. Umat Kristen dan umat non-Muslim lainnya diberikan kebebasan untuk menjalankan ajaran agama yang mereka anut. Antara satu agama dengan pemeluk agama yang lain tidak dibenarkan memaksakan kehendak dan ajarannya kepada ogama lain. Kebijakan dan toleransi beragama ini pada akhirnya berdampak positif, karena banyak penganut agama lain memeluk Islam.

Politik luar negeri

Pada tahun 808 M terjadi serangan besar-besaran Raja Alfonso II dari kerajaan Lyon ke wilayah kekuasaan Abdurrahman II, sehingga beberapa kekuasaan Abdurrahman di Andalusia berhasil dikuasai, misalnya kota pelabuhan Porto. Keberhasilan tenatra Alfonso ini membuat semangat juang mereka terus bertambah besar, sehingga usaha penyerangan terus dilakukan hingga mencapai wilayah Lusiana, dan berhasil merebut Lisabon. Akan tetapi, ambisi pasukan Alfonso terbendung oleh kekuatan pasukan Abdurrahman, sehingga mereka berhasil mengusir kekuatan pasukan asing. Dengan demikian, dapat dikatakn salah satu kebijakan politik Abdurrahman II adalah mencegah masuknya pasukan asing ke wilayah Andalusia. Hal itu dilakukan demi terciptanya keamanan dan perdamaian di wilayah Andalusia yang pada saat itu berada di bawah kekuasaan Abdurrahman II.

Untuk memperkuat pengaruh dan posisinya di mata para penguasa di luar Andalusia, Abdurrahman mengadakan perjanjian persahabatan dengan kerajaan Byzanrium dan Navarra pada tahun 836 M. Perjanjian itu dimaksudkan untuk menciptakan persahabatan dan kerja sama antara kedua negara dalam berbagai bidang, terutama politik dan ekonomi. Selain itu, juga bertujuan untuk membendung kekuatan serangan yang setiap saat datang di kerajaan Franka.

4. Abdurrahman III (300-350 H/911-961 M)

Abdurrahman III dijuluki Al-Nashir (penolong). Ia naik menjadi pemimpin dalam usia yang sangat muda, yaitu pada usia 21 tahun. Ia diangkat menjadi pemimpin

Page 19: SKI Aliyah 3

setelah ayahnya meninggal dunia. Kemudian pada tahun 301 H/913 M Abdurrahman mengumpulkan pasukan militer yang sangat besar. Sehingga para perusuh dan musuh-musuhnya merasa gentar dengan pasukan yang kuat dan besar itu. Dengan kekuatan yang dimilikinya, Abdurrahman melakukan penaklukan kota-kota di bagian Utara Spanyol tanpa perlawanan. Setelah itu, ia berhasil menaklukan Seville dan beberapa kota penting lainnya. Para perusuh dan penentangnya, seperti kaum Kristen Andalusia yang selama itu menjadi penentang utama kekuasaan Islam, tidak berani melakukan perlawanan terhadap Abdurrahman III. Hanya masyarakat kota Toledo yang berusaha menentang kekuasaan Abdurrahman III ini. Tetapi, usaha mereka semua dapat digagalkan, karena kekutan pasukan Abdurrahman III tidak ada tandingannnya saat itu. Setelah ia berhasil menaklukkan masyarakat Kristen di Toledo ini, Abdurrahman meneruskan usahanya untuk menundukkan kekuatan Kristen di bagian Utara Andalusia.

Abdurrahman dikenal sebagai seorang pemimpin Islam yang tegas dan bijaksana. Ia akan segera menghancurkan semua gerakan yang akan menantang kekuasaannya. Untuk mewujudkan keinginannya itu, ia mengeluarkan beberapa kebijakan untuk perbaikan pemerintahannya. Di antara kebijakan itu adalah sebagai berikut:

a. Politik dalam negeri

Sejak awal menjalankan pemerintahannya di Andalusia ia sudah menghadapi beberapa pemberontak, baik dari intern umat Islam ataupun olek kelompok Kriste. Setelah dua tahun memangku jabatan sebagai penguasa Islam di Andalusia, Abdurrahman III menghadapi serangan dari Ordano II, kepala suku Lyon yang berusaha merebut beberapa wilayah kekuasaan Islam. Pada saat bersamaan, Abdurrahman juga tengah berselisih dengan Al-Mu’iz, Khalifah Fathimiyah di Mesir. Untuk mengatasi persoalan dalam negeri dan mengusir para perusuh, Abdurrahman III memberikan kepercayaan kepada Ahmad Ibn Abu Abda. Tugas itu dijalankan dengan baik, sehingga pasukan Ordano II terdesak. Melihat kenyataan ini, akhirnya Ordano II berkoali dengan pasukan Sancho, kepala suku dari Nevarra. Namun, usaha usaha koalisi mereka dapat dipatahkan oleh Abdurrahman III setelah berhasil mengatasi konflik dengan Khalifah Fathimiah. Dalam pertempuran itu, akhirnya Ordano II dan Sancho tewas terbunuh.

Setelah Abdurrahman III berhasil mengatasi gejolak politik dan peperangan di dalam negeri dan berhasil mengatasi persoalan dengan Al-Mu’iz, akhirnya ia melapaskan gelar Amir dan memproklamirkan gelar baru, yaitu khalifah dengan sebutan Al-Nashir li Dinillah. Sejak saat itulah para penguasa Islam di Andalusia menggunakan gelar tersebut. Dengan demikian pada masa ini

Page 20: SKI Aliyah 3

terdapat dua khalifah Sunni di dunia Islam; satu di Bagdad dan satunya lagi di Andalusia. Sementara di dunia Syi’ah, terdapat satu khalifah di Mesir, yaitu khalifah dari Dinasti Fathimiah.

b. Politik luar negeri

Setelah berhasil membangun kekuatan politik di dalam negeri, Abdurrahman melakukan exspansi ke luar Andalusia. Hal itu dilakukan sebagai perwujudan dari kebijakan politik luar negeri yang diambilnya. Salah satu exspansi yang dilakukan adalah serangan ke wilayah Afrika Utara, yang sedang diincar oleh Dinasti Fathimiah. Kalau wilayah Afrika Utara tidak dapat dikuasai, maka akan dengan mudah pasukan lain masuk ke wilayah Andalusia. Pada masa ini, Dinasti Fathimiah di Afrika Utara tengah berusaha melancarkan perluasan wilayah ke Barat, bahkan dengan bekerja sama dengan Umar Ibn Hafsun, Dinasti Fathimiah berusaha menaklukan kekuatan Umayyah di Andalusia. Untuk menahan kekuatan Dinasti Fathimiah itu, Abdurrahman III mendapat bantuan dari penduduk Afrika Barat, dan ia berhasil menaklukan sebagian wilayah tersebut. Akan tetapi, kemenangan itu hanya bersifat sementara karena tak lama kemudian datang serangan yang sangat hebat yang datang dari suku-suku Kristen, sehingga pasukan Abdurrahman III terdesak ke luar Afrika.

Kebesaran khalifah Abdurrahman telah melambung tinggi hingga ke Konstatinopel, Italia, Perancis dan Jerman. Negara-negara ini berusaha menjalin hubungan kerja sama dengan mengirim duta besar mereka ke Andalusia. Hal ini membuktikan bahwa Abdurrahman III tidak hanya sebagai seorang Khalifah yang memuliki kepedulian di bidang militer atau hal-hal yang berkaitan dengan persoalan dalam negeri, tetapi juga sangat peduli dalam bidang diplomatik. Hubungan diplomatik ini akan sangat membantu kerja khalifah di luar negeri.

c. Mendirikan angkatan laut.

Untuk memberikan keamanan yang terbaik bagi rakyatnya, maka Abdurrahman melakukan kebijakan dalam bidang militer. Salah satu kebijakan yang diambil adalah rekruitmen atau pengangkatan tentara dari masyarakat non-Arab, terutama dari bangsa Franka, Italia dan Slavia. Mereka didik secara militer, sehingga menjadi pasukan yang terlatih dan terampil berperang, selain sangat patuh terhadap khalifah. Salah satu alasannya karena ia tidak suka terhadap para bangsawan dan masyarakat Arab yang seringkali melakukan gerakan perlawanan dan menentang kebijakan-kebijakan yang dibuat Khalifah Abdurrahman III.

Kebijakan ini tentu saja menimbulkan amarah dari para bangsawan Arab, sehingga mereka melakukan pemberontakan. Sayangnya, pemberontakan mereka dapat dikalahkan oleh pasukan Abdurrahman III ini. Dalam

Page 21: SKI Aliyah 3

pertempuran Al-Khandaq dan pengepungan kota Zamora, militer Arab menderita kekalahan besar sehingga mereka tidak dapat berkutik lagi.

Konflik internal Umat Islam antara Khalifah Bani Umayyah dengan Khalifah Fathimiah di Afrika saat itu, melahirkan ide besar Abdurrahman III. Untuk menguasai jalur Laut Tengah dan benua Afrika, Khalifah memerlukan angkatan laut yang cukup besar. Untuk itulah ia membentuk armada angkatan laut yang dilengkapi dengan 300 buah kapal perang. Dengan kekuatan ini, pasukan Umayyah berhasil menguasai Ceuta (Septah) di ujung benua Afrika Utara, sehingga dengan mudah menguasai wilayah-wilayah lain di sekitar Ceuta.

d. Membangun Kota Cordova

Pada awalnya kota Cordova merupakan kota kecil yang tidak memiliki daya tarik bagi bangsa lain. Namun setelah khalifah Abdurrahman III berhasil menguasai kota Cordova, maka ia menjadikan kota Cordova sebagai kota terbesar dan termegah di dunia saat itu. Kebesaran dan kemegahan kota tersebut ditandai dengan adanya istana dan bangunan gedung-gedung mewah, masjid-masjid besar, jembatan yang kokoh dan panjang yang melintasi sungai Wail Kabir dan Madinah Al-Zahra, sebagai salah satu kota kecil dan mungil yang terletak di salah satu penjuru Cordova. Pada masa itu, Cordova memiliki 300 masjid besar, 100 istana megah, 1.300 gedung dan 300 buah tempat pemandian umum.

Selain itu, pembangunan irigasi dan pertanian menjadi ciri utama kota tersebut, sehingga hasil pertanian menjadi salah satu barang komoditi yang bisa diperdagangkan. Disamping itu, terdapat perkembangan lain di kota ini, dan hal yang tak kalah pentingnya adalah pengembangan ilmu, pengetahuan dan peradaban Islam, sehingga Cordova di kenal sebagai pusat peradaban Islam di Barat.

e. Memajukan ilmu pengetahuan

Abdurrahman III tidak hanya mampu mengendalikan kondisi politik ke yang lebih baik dan beberapa pembangunan yang terus mengalami kemajuan, malainkan juga berhasil memajukan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam. Ia juga memfokuskan perhatiannya pada hal-hal yang berkaitan dengan upaya pengembangan ilmu pengetahuan itu. Misalnya, ia banyak mendirikan lembaga pendidikan dan perpustakaan, sehingga pada masanya banyak sarjana yang lahir sebagai intelektual muslim yang memiliki ilmu pengetahuan yang luas. Sehingga Cordova menjadi pusat perhatian dan kunjungan para sarjana atau pencari ilmu dari berbagai negara di Eropa, Asia Barat dan Afrika.

5. Al-Hakam (350-366 H/961-976 M)

Page 22: SKI Aliyah 3

Al-Hakam II adalah putra Abdurrahman III. Ia menggantikan kedudukan ayahnya sebagai khalifah dalam usia 45 tahun. Dalam sejarah pemerintahan Khalifah Bani Umayyah di Andalusia, ia dikenal sebagai salah seorang pemimpin yang cinta damai. Setiap persoalan yang dihadapi, selalu diselesaikan lewat jalur perdamaian. Meskipun begitu, dalam hal-hal tertentu, ia termasuk pemimpin yang tegas. Misalnya pemberontakan yang dilakukan oleh suku Lyon di bawah pimpinan Sancho, Al-Hakam memberantas hingga dapat ditaklikkan. Semula Sancho beranggapan bahwa Al-Hakam tidak akan mungkin menumpas mereka dengan cara-cara kekerasan, karena ia dikenal sebagai seorang pemimpin yang cinta damai. Namun, anggapan itu sangat keliru dan diluar dugaan Sancho sendiri. Sebab Al-Hakam mengambil kebijakan lain bahwa pemberontakan Sancho ini tidak dapat dibiarkan, karena akan mengganggu stabilitas dan keamanan negara. Karena itu, Al-Hakam mengirim pasukan untuk memberantas gerakan Sancho yang berusaha ingin memisahkan diri dari wilayah kekuasaan Al-Hakam.

Selain itu, Untuk mengatasi konflik antara Bani Umayyah di Andalusia dengan Dinasti Fathimiah di Afrika Utara, ia mengutus Ghalib untuk menekan kekuatan Fathimiah. Ghalib berhasil menaklukan wilayah Afrika Utara dan beberapa suku Barber, seperti suku Barber di Maghrawa, Mikansa dan Zenate mengakui kepemimpinan Al-Hakam.

Al-Hakam bukan hanya sebagai seorang khalifah yang baik, tapi juga cerdik dan terdidik. Sehingga ia bisa menempatkan kebijakan sesuai pada tempatnya. Apabila dibutuhkan sikap tegas, maka semua itu sudah dipikirkan dengan masak semua akibat yang akan terjadi. Karena dengan cara-cara seperti ini, keamanan dan kedamaian dapat diwujudkan. Ketika situasi semakin aman, maka pembangunan akan dapat dilaksanakan dengan baik.Al-Hakam Setelah berhasil mengamankan situasi pilitik dalam dan luar negeri, ia melaksanakan pembangunan pendidikan. Ia mengirim sejumlah utusan keseluruh wilayah Timur untuk membeli buku-buku dan manuskrip-manuskrip, atau menyalinnya jika buku yang dibutuhkan tidak dapat dibeli, sekalipun dengan harga yang mahal. Semua buku dan manuskrip itu diperintahkan untuk dibawa ke Cordova sebagai bahan ajar bagi semua orang yang ingin menuntut ilmu pengetahuan.

Salahh satu keberhasilannnya dalam gerakan ini, adalah mengumpulkan lebih kurang 400.000 buku yang disimpan di perpustakaan negara di Cordova. Sementara katalog perpustakaan ini terdiri dari 44 jilid. Para ilmuan, ulama dan filosuf, dapat dengan bebas menggunakan bahan-bahan tersebut. Untuk meningkatkan kecerdasan rakyatnya, ia mendirikan sejumlah sekolah di ibukota Cordova. Hasilnya, seluruh rakyat Andalusia dapat menulis dan membaca. Sementara itu, umat Kristen Eropa kecuali para pendeta, tetap berada dalam kebodohan dan tidak dapat tulis baca.

Page 23: SKI Aliyah 3

Jasanyya yang paling besar dalam dunia pendidikan adalah : mendirikan sebuah perguruan tinggi terkenal, yaitu Universitas Cordova, selain mendirikan masjid-masjid dn pembangunan kota Madinah Al-Zahra.

6. Hisyam II (366-399 H/976-1009 M)

Hisyam II adalahh pewaris dari Al-Hakam. Ketika ia menjabat sebagai khalifah, usianya sekitar sepuluh tahun lebih. Karena usianya yang masih belia, maka kekuasaan sementara dipegang oleh ibunya bernama Sulthana Subh dan Muhammad Ibn Abi Amir yang bertindak sebagai perdana menteri. Ternayta Muhammad Ibn Abi Amir adalah orang yang sangat haus kekuasaan. Sebab, setelah ia berhasil memposisikan diri sebagai perdana menteri, ia kemudian menambah gelarnya dengan sebutan Hajib Al-Manshur. Ia merekrut tenaga militer dari kalangan suku Barber menggantikan militer Arab.

Dengan kekuatan militer dari suku Barber ini, ia berhasil menundukkan kekuatan Kristen di wilayah Andalusia, dan berhasil memperluas pengaruh Bani Umayyah di Barat laut Afrika. Akhirnya, ia berhasil memegang seluruh cabang kekuasaan negara. Sementara sang khalifah tidak lebih hanya sebagai boneka permainannya. Selain itu, surat-surat resmi dan maklumat negara diterbitkan atas nama Hajib Al-Mansur. Untuk memperkuat posisinya, tak jarang ia melakukan tindakan keji, seperti menyingkirkan calon-calon khalifah atau para pangeran Islam yang akan menduduki jabatan khalifah Bani Umayyah di Andalusia.

Al-Mansur adalah seorang perdana menteri yang juga ilmu pengetahuan. Ia berusaha mengumpulkan karya-karya dari berbagai penjuru untuk kemudian dibawa ke Andalusia, sehingga banyak di antara mereka berhasil mengembangkan ilmu pengetahuan yang sangat dibutuhkan umat manusia saat itu. Hasil kerja keras dan kreatifitas mereka benar-benar dihargai sebagai sebuah karya besar. Tidak hanya itu, bahkan kebutuhan mereka terpenuhi, sehingga mereka tidak melakukan pekerjaan lain untuk kebutuhan keluarga.Jasa dalam biodanng pembangunan adalahh mendirikan kota Al-Zahirah, dan memindahkan kantor-kantor pemerintahan di kota tersebut. Di kota inilah ia mencoba memproklamirkan dirinya sebagai seorang khalifah dengan gelar Al-Malik Al-Mansur. Ternyata usaha yang dilakukan berupa pendirian kota dan pemindahan semua kantor negara dan kas negara ke kota tersebut merupakan salah satu rencana besarnya untuk merebut kekuasaan dan menjadi penguasa tunggal di Andalusia. Bahkan namanya tercantum di dalam mata uang negara saat itu.

Akhir pemerintahannya, telah terjadi pemberontakan yang dipimpin oleh Muhammad. Pemberontak ini berhasil meruntuhkan kekuasaan Hisyam dan menurunkannya dari jabatan khalifah. Kemudian Muhammad menggantikan kedudukan Hisyam dengan memakai gelar Al-Mahdi. Setelah menduduki jabatan tersebut, ia berusaha menyerang Sanchol dan pasukannya, sehingga Al-Mahdi berhasil menangkap dan memenjarakan Sanchol. Tidak lama setelah itu, Al-

Page 24: SKI Aliyah 3

Mahdi pun meninggal dan posisinya digantikan oleh Sulaiman. Namun, kepemimpinan Sulaiman tidak sehebat Al-Mansur dan generasi sebelumnya yang berhasil membangun peradaban dan menciptakan kedamaian dan ketentraman warganya.

Hajib Al-Mansur dikenal sebagai seorang perdana menteri yang berhasil membangun negara dan memakmurkan rakyatnya. Sehingga Islam dan masyrakatnya menjadi sebuah negara dan masyarakat yang kaya dan diperhitungkan di daratan Eropa ketika itu.

Kemajuan peradabann Islam di Andalusia

Diantara tahun (711-1498 M) umat Islam di Andalusia telah membuka lembaran baru bagi sejarah perkembangan intelektual Islam, bahkan sejarah intelektual dunia. Para penguasa tidak hanya menyalakan suluh kebudayaan dan peradaban maju, juga sebagai media penghubung ilmu pengetahuan dan filsafat yang telah berkembang pada masa-masa sebelumnya, terutama pada jaman Yunani dan Romawi.

Andalusia pada masa pemerintahan Arab Muslim menjadi pusat peradaban tinggi. Para ilmuan dan pelajar dari berbagai penjuru dunia berdatangan ke negeri ini untuk menuntut ilmu pengetahuan. Kota-kota di Andalusia, seperti Granada, Cordova, Seville dan Toledo merupakan pusat kegiatan ilmu pengetahuan dan tempat tinggal kaum intelektual. Selain itu, kota-kota tersebut juga menjadi temapt atau markas tenatra terkenal. Mereka orang-orang terpilih, terdidik dan pandai, sehingga menjadi panutan masyarakat dan model dalam berbagai bidng keahlian.

Beberapa cabang ilmu pengetahuan yang berkembang di Andalusia. Diantaranya:

1. Kedokteran

Diantara ahli kedokteran yang terkenal pada saat itu antara lain adalah Abu Al-Qasim Al-Zahrawi. Di Eropa ia dikenal dengan nama Abulcassis. Beliau adalah seorang bedah ahli terkenal dan menjadi dokter istana. Ia wafat pada tahun 1013 M. Di antara karyanya yang terkenal adalah Al-Tasrif terdiri dari 30 jilid. Selain Al-Qasim, terdapat seorang filosuf besar bernama Ibn Rusyd yang juga ahli di bidang kedokteran. Di antara karya besarnya adalah Kulliyat Al-Thib.

2. Ilmu Tafsir

Beberapa ulama’ tafsir yang mucul masa masa itu adalah : Al-Baqi, Ibn Makhlad, Al-Zamakhsyari dengan karyanya Al-Kasysyaf, dan Al-Thabary. Selain mereka, terdapat ahli tafsir terkenal saat itu, yaitu Ibn ’Athiyah. Kebanyakan tafsir yang dibuat mengandung cerita israiliyat. Kebanyakan tafsir yang dibuat mengandung cerita israiliyat. Kumpilan tulisannya itu kemudian dibukukan oleh Al-Qurthubi.

3. Ilmu Fiqh

Page 25: SKI Aliyah 3

Demikian juga dengan ulama’ fiqih. Pada saat itu telah bermunculan sebagai tanda berkemangnya ilmu fiqih. Diantara nama-nama ulama’ fiqih (fuqaha) yang muncul. Mereka antara lain adalah Abdul Malik Ibn Habib Al-Sulami, Yahya Ibn Laits dan Isa Ibn Dinar. Mereka adalah ahli fiqh mazhab Maliki. Di antara mereka yang paling berperan dalam pengembangan mazhab ini adalah Abdul Malik Ibn Habib dan Ibn Rusyd dengan karyanya Bidayah Al-Mujtahid. Ibnu Rusyd menggunakan metode perbandingan terhadap pemikiran-pemikiran fiqh yang berkembang saat itu.

4. Ilmu Ushul Al-Fiqh

Selain perkembangan dalam bidang ilmu fiqh, terdapat pula perkembangan ilmu ushul al-fiqh (filsafat hukum Islam). Ibn Hazm dan Al-Syatibi adalah dua tokoh terkenal sangat produktif dalam bidang ini. Di antara karyanya adalah Al-Ihkam fi Ushul Al-Ahkam karya Ibn Hazm dan Al-Muwafaqat karya Al-Syatibi.

5. Ilmu Hadits

Selain ilmu yang penulis sebutkan di atas juga ada beberapa ilmu lainnya , seperti ; ilmu Hadits. ilmu hadits saat itu juga menjadi perhatian para ulama di Andalusia. Kebanyakan mereka belajar dari Timur, seperti di Bagdad. Di antara ahli ilmu hadits adalah Abdul Walid Al-Baji yang menulis buku Al-Muntaqal.

6. Sejarah dan Geografi

Ada saat itu pula muncul penulis-penulis terkenal, yaitu Ibn Abdi Rabbi’ dan Ali Ibn Hazm. Keduanya adalah penulis dan pemikir muslim kenamaan pada abad ke-11 M. Mereka telah menulis lebih dari 400 judul dalam bidang sejarah, teologi, hadits, logika, syair dan cabang-cabang ilmu lainnya. Pada masa ini juga muncul banyak ilmuan yang menekuni bidang sejarah dan geografi. Mereka antara lain adalah Ibn Khaldun, Ibn al-Khatib, Al-Bakry, Abu Marwan Hayyan Ibn Khallaf, yang lebih dikenal dengan sebutan Ibn Hayyan. Salah satu karya monumental Ibn Haldun adalah Al-Mukaddimah.

7. Astronomi

Ilmu astronomi pada saat itu juga mengalami perkembangan yang luar biasa. Para ahli ilmu perbintangan muslim saat itu berkeyakinan bahwa radiasi bintang-bintang besar pengaruhnya terhadap kehidupan dan kerusakan di muka bumi ini. Al-Majiriyah dari Cordova, Al-Zarqali dari Toledo dan Ibn Aflah dari Seville, merupakan para pakar ilmu perbintangan yang sangat terkenal saat itu.

8. Ilmu Fisika

Page 26: SKI Aliyah 3

Sementara itu kemajuan dalam bidang ilmu fisika ditandai dengan munculnya sejumlah fisikawan muslim terkenal. Di antara mereka adalah Al-Zahrawi dan Al-Zuhry. Selain terkenal dalam bidang fisikawan, mereka terkenal sebagai dokter. Al-Zahrawi hidup pada masa Al-Hakam II, sedang Al-Zuhry pada masa Abu Yusuf Ya’kub Al-Mansur, Ubaidillah Al-Muzaffar Al-Bahily, selain sebagai fisikawan, juga dikenal sebagai pujangga.

9. Filsafat

Dalam beberapa sejarah Islam telah disebutkan, bahwa Islam di Andalisia telah memainkan peran yang sangat penting dalam perkembangan intelektual muslim. Agama ini menjadi jembatan penghubung antara peradaban dan ilmu pengetahuan Yunani-Arab ke Eropa pada abad ke-12 M. Minat untuk mengkaji dalam bidang filsafat dan ilmu pengetahuan sudah dilakukan pada masa pemerintahan Bani Umayyah, yakni sejak abad ke-9 M pada masa pemerintahan Muhammad Ibn Abdurrahman (832-976 M), ketika ia memerintahkan kaum ilmuan dan orang-orang kepercayaannya untuk mencari data dan naskah-naskah dari Timur di bawa ke Barat untuk dikembangkan lebih lanjut. Sehingga perpustakaan-perpustakaan dan universitas-universitas di Cordova penuh dengan karya-karya intelektual muslim.

Kemajuan intelektual muslim Andalusia yang paling gemilang di bidang filsafat ditandai dengan munculnya banyak filosuf kenamaan, mereka antara lain adalah Abu Bakar Muhammad Ibn Yahya Ibn Bajjah, lahir di Saragosa, lalu pindah ke Seville dan Granada. Ia merupakan seorang filosuf terbesar yang pernah hidup pada abad ke-12 M. Selain sebagai seorang filosuf, dikenal pula sebagai seorang saintis, fisikawan, musisi, astronom dan komentator Aristoteles. Karyanya terbesar antara lain adalah Tadbir Al-Mutawahhid.

Selain Ibn Bajjah, filosuf terkenal kedua adalah Abu Bakar Ibn Thufail, lahir di Granada. Ia banyak menulis ilmu kedokteran, astronomi dan filsafat. Karya filsafatnya yang cukup terkenal adalah Hay Ibn Yaqdzan (Si Hidup bin Si Bangkit). Kemudian pada akhir abad ke-12, lahirlah seorang filosuf terkenal bernama Ibn Rusyd, lahir di Cordova pada tahun 1126 M. Ia memiliki keahlian tersendiri dalam mengomentari karya-karya filsafat Aristoteles. Pemikiran yang dikembangkannya sangat rasional. Karena begitu besarnya pengaruh pemikiran Ibn Rusyd di kalangan kaum intelektual Barat, maka pemikiran yang dikembangkannya dikenal dengan istilah Avveroisme. Ideologi pemikiran inilah yang membuka cakrawala pemikiran filsafat bangsa Barat. Sehingga bangsa Barat mengalami perkembangan yang sangat maju pada masa-masa sesudahnya.

Kemunduran dan Kehancuran daulah Bani Umayyah II di Andalusia

Islam berkuasa di Andalusia bertahan cukup lama, mulai dari tahun 711 M hingga tahun 1492 M. Ini berarti agama Islam berada di Eropa kurang lebih selama 781 tahun. Waktu yang begitu lama, telah banyak dimanfaatkan oleh para penguasa

Page 27: SKI Aliyah 3

dan masyarakat muslim untuk mengembangkan peradaban dunia. Setelah memberikan catatan penting mengenai peran yang telah dimainkan kaum intelektual muslim ketika itu. Mereka telah memberikan sumbangan yang sangat berharga bagi kemajuan peradaban dunia kini.

Sejarah panjang yang telah diukir oleh masyarakat muslim dan para penguasa Dinasti Bani Umayyah II di Andalusia akhirnya mengalami kemunduran dan kehancuran. Kemunduran dan kehancuran itu disebabkan oleh beberapa faktor. Berikut uraian singkat mengenai hal tersebut.

Konflik Islam dengan Kristen

Para penguasa muslim di Spanyol setelah Al-Hakam II, tidak ada yang secakap para khalifah sebelumnya. Kegigihan para pendahulu mereka dalam menyebarkan Islam dan mempertahankan wilayah kekuasaan, tidak dijadikan panutan. Hal ini berakibat pada melemahnya pertahanan yang ada. Kelemahan itu semakin menjadi ketika umat Kristen menemukan identitas dan perasaan kebangsaan mereka. Sehingga mereka mampu menggalang kekuatan guna mengalahkan para penguasa muslim.

Berawal dari kurang maksimalnya para penguasa muslim di Andalusia dalam melakukan proses Islamisasi. Bagi para penguasa, hal yang paling penting adalah pernyataan dan sikap umat dan raja-raja Kristen yang mau tunduk di bawah kekuasaan penguasa Islam dengan cara membayar upeti. Dengan cara itu mereka dibiarkan menganut agama dan menjalankan hukum, adat dan tradisi kristen, termasuk posisi hirarki tradisional, asal tidak ada perlawanan senjata.

Masyarakat Kristen di Andalusia menganggab kehadiran bangsa Arab sebagai penjajah. Kenyataan ini mereka rasakan sendiri ketika bangsa Arab tidak banyak memberikan peluang kepada mereka dalam jabatan-jabatan struktural penting di pemerintahan. Realitas politik inilah yang kemudian membangkitkan perasaan dan semangat nasionalisme masyarakat Kristen Andalusia. Kelompok raja-raja dan masyarakat Kristen terus menggalang dan menyusun kekuatan guna mengusir para penguasa Arab Muslim dari Andalusia. Hal ini mnjadi salah satu sebab kehidupan negara Islam di Andalusia tidak pernah berhenti dari konflik antara Islam dengan Kristen. Karena pertentangan ini terus berlanjut, sehingga tidak banyak yang dapat dilakukan oleh para penguasa muslim untuk mengembangkan bidang-bidang keilmuan yang dapat dijadikan sebagai bahan untuk memperkuat dan mempertahankan kekuasaan, akhirnya umat Islam di Andalusia mengalami kemunduran. Sementar sekitar abad ke-11 M, masyarakat Kristen mengalami kemajuan pesat dalam bidang IPTEK dan strategi perang.

Tidak Adanya Ideologi Pemersatu

Di Andalusia tidak seperti daerah lain yang ditaklukkan Islam. Para muallaf yang berasal dari penduduk setempat tidak pernah diterima secara utuh oleh para penguasa Arab Muslim. Kenyataan ini paling tidak masih diberlakukan hingga

Page 28: SKI Aliyah 3

abad ke-10 M. Hal itu ditandai dengan masih dipertahankannya istilah ibad dan muwalladun, suatu ungkapan yang dinilai merendahkan.

Akibatnya, kelompok-kelompok turis etnis non-Arab yang ada terutama etnis Slava dan Barber, seringkali menggerogoti dan merusak perdamaian. Hal ini tentu saja menimbulkan dampak yang kurang menguntungkan bagi perkembangan sosio-politik dan sosio-ekonomi Daulah Bani Umayyah II di Andalusia.Realitas ini menunjukkan bahwa tidak ada ideologi pemersatu yang dapat mengikat perasaan kebangsaan mereka. Bahkan banyak diantara mereka yang berusaha menghidupkan kembali fanatisme kesukuan guna mengalahkan kekuatan bani Umayyah.

Kesulitan Ekonomi

Sebagaimana yang telah dicatat dalam sejarah Islam, bahwa pada paruh kedua masa Islam di Andalusia, para penguasa begitu aktif pengembangan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam, sehingga mengabaikan pengembangan sektor ekonomi. Akibatnya, timbul kesulitan ekonomi yang memberatkan negra dan tentu saja berpengaruh bagi perkembangan politik dan militer. Kenyataan ini diperparah dengan datangnya musim paceklik yang dialami para petani. Para petani ini umumnya adalah masyarakat mantan budak yang telah dimerdekakan, sehingga mereka tidk mampu membayar pajak. Tersendatnya pembayaran pajak ini mengganggu perekonomian negara.

Hal lain yang menyebabkan tidak terkendalinya perekonomian adalah ; Penggunaan keuangan negara yang tidak terkendali oleh para penguasa muslim, juga merupakan salah satu faktor penyebab melemahnya perekonomian negara. Krisis ekonomi ini berdampak sangat serius terhadap kondisi sosial, politik, ekonomi, militer dan sebagainya.

La Tansa

- Terbentuknya Dinasti Bani Umayyah II di Andalusia, telah melalui beberapa

Page 29: SKI Aliyah 3

peristiwa penting, yaitu peristiwa pengambil alihan kekuasaan dari para wali ke tangan para amir yang disebut dengan periode keamiran hingga terbentuknya sistem khilafah saat itu. Dari situlah mulai dikenal khilafah Bani Umayyah II

- Abdurrahman Al-Dakhil adalah Amir pertama yang berhasil menguasai Andalusia, ia adalah salah seorang cucu dari Abdul Malik Ibn Marwan yang berhasil meloloskan diri dari kejaran pasukan Abu Abbas Al-Saffah

- Sejak Abdurrahman Al-Dakhil menjabat sebagai penguasa Islam di Andalusia, ia menghadapi berbagai gerakan pemberontakan internal. Gangguan pihak luar terbesar adalah serbuan pasukan Paoin, seorang raja Perancis dan puteranya yang bernama Charlemagne. Namun pasukan pengganggu ini dapat dikalahkan oleh kekuatan Abdurrahman Al-Dakhil

- Pasca meninggalnya Abdurrahman Al-Dakhil tidak menyurutkan niat generasi penerusnya untuk tetap mempertahankan kekuasaan. Posisi Abdurrahman Al-Dakhil digantikan oleh puteranya, yaitu Hisyam I (172-180 H / 788-796 M

- Proses pembentukan pemerintahan Islam di Andalusia yang menggunakan sistem khalifah, tidak berlangsung mulus. Banyak pemberontakan terjadi dan kendala yang dihadapi para penguasa saat itu. Kondisi itu baru teratasi dengan baik, sejak akhir masa kekuasaan Abdullah yang masih menggunakan sistem keamiran hingga masa awal pemerintahan Khalifah Abdurrahman III

- Beberapa cabang ilmu pengetahuan yang berkembang di Andalusia. Diantaranya:

- Kedokteran- Ilmu Tafsir- Ilmu Fiqh- Ilmu Ushul Al-Fiqh- Ilmu Hadits- Sejarah dan Geografi- Astronomi- Ilmu Fisika- Filsafat

Tamrinat 2

Page 30: SKI Aliyah 3

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar !

1. Sejak kapan Dinasti Umayyah II mulai terbentuk !2. Siapakah Abdurrahman al-Dakhil itu ?3. Bagaimanakah proses pembentukan pemerintahan Islam di

Andalusia ! Jelaskan !4. Sejak kapan pemerintahan di Andalusia menggunakan sistem

kekhalifahan !5. Sebutkanbeberapa cabang ilmu yang berkembang di

Andalusia !

Amanah :

Tuliskan dengan singkat sejarah masuknya Islam ke andalusia !

Page 31: SKI Aliyah 3

Bagian

3 DINASTI MUWAHHIDUN (1121-1235 M)

Proses Berdiri dan Berkembangnya Dinasti Muwahhidun

Dinasti Muwahhidun merupakan salah satu kerajaan Islam yang didirikan oleh bangsa Barbar Islam II setelah Dinasti Murabithun. Dinasti ini pernah menguasai wilayah yang terbentang dari pulau-pulau yang terbentang di Samudra Atlantik hingga perbatasan Mesir dan Andalusia (Eropa). Ini merupakan prestasi besar yang dilakukan bangsa Barbar Islam di Afrika Utara setelah Murabithun.

Dinasti ini didirikan oleh Ibnu Tumart pada tahun 1121 M. Ibnu Tumart dilahirkan di Sus, Maroko. Ia berasal dari suku Masmudah, salah satu suku yang terkenal dengan keberaniannya, mulia, kaya dan tersebar diseluruh Maroko. Hal-hal diatas merupakan faktor penunjang dari keberhasilan Ibnu Tumart dalam menjalankan pergerakannya.

Ibnu Tumart dalam catatan sejarah telah mendirikan pusat studi Islam kenamaan, seperti Cordova, Alexandria, Makkah dan Bagdad. Di kota Bagdad, Ibnu Tumart pernah belajar di Madrasah Nidlamiyah, sebuah perguruan tinggi terkemuka di kota Bagdad. Dalam pengembaraan ilmiahnya ia banyak berdialog dengan pemikiran-pemikiran yang aktual saat itu, di antaranya soal tidak diperlukannya lagi bagi bagi penganut mazhab Maliki untuk belajar tafsir Al-Qur’an dan Al-Hadits, karena keduanya telah dilakukan oleh Imam Malik. Kenyataan ini membuat Ibnu Tumart merasa ditantang. Untuk mengimbangi pemikiran seperti itu, ia menyerukan kepada umat Islam di Andalusia, agar menjadikan Al-Qur’an dan Al-Hadits serta Ijma’ sahabat sebagai dasar dari ajaran Islam. Selain itu, ia menolak ra’yu dan Qiyas sebagai dasar hukum.

Ibnu umart memanfaatkan waktu yang sedang mengalami stagnasi (mandek) serta pendidikan yang rendah pada masa pemerintahan Dinasti Murabithun, dijadikan sebagai motivasi dirinya untuk pergi ka Bagdad mencari ilmu. Sekembalinya dari Bagdad ke Afrika Utara, Ibnu Tumart pada tahun 1100 M bertekad untuk melakukan pemurnian ajaran Islam. Karena menurutnya, ajaran Islam dibawah pemerintahan Dinasti Murabithun, mengalami penyimpangan. Gerakannya ini di dasari atas keinginan untuk memurnikan ajaran Islam berdasarkan Tauhid. Karena itu, gerakannya ini kemudian dikenal dengan sebutan Muwahhidun.

Apa yang dilakukannya tidak banyak mendapat respon dari masyarakat, sehingga ia lebih memilih nomaden. Di tengah perjalanan, setelah keluar dari kota Bogie tahun 1117 M, ia bertemu dengan Abdul Mu’in. Dialah orang ang akan menggantikan posisinya kelak sebagai pemimpin kelompok Muwahhidun. Dari Maroko, Ibnu Tumart dan Abdul Mu’in pindah ke Tinmal. Dari kota inilah Ibnu Tumart melancarkan propagandanya.

Dengan usahanya yang maksimal akhirnya mendapatkan pengikut yang banyak dan kepercayaan penuh dari orang-orang terkemuka di sukunya, pada tahun

Page 32: SKI Aliyah 3

1121 M. ia mengaku dirinya sebagai Al-Mahdi dan bertekad untuk mendirikan pemerintahan Islam yang didasari atas prinsip-prinsip ketauhidan.

Ibnu Tumart mengirimkan sejumlah pengikutnya ke berbagai tempat untuk mengajak penduduk itu ke jalan yang benar sesuai dengan ajaran Islam dan menyelamaykan diri dari ajaran kelompok Murabithun yang dianggap telah menyekutukan Allah. Anjuran yang selalu diajarkan para pengikutnya adalah untuk berakhlak mulia, taat pada undang-undang, sholat tepat pada waktunya, membawa wirid yang dibuat Al-Mahdi dan buku-buku aqidah Muwahhidun.

Pengakuan dirinya sebagai Al-Mahdi, pengikutnya terus bertambah dan berhasil menghimpun sejumlah orang Barbar yang ketuanya adalah sahabat atau murid Ibnu Tumart. Dari sinilah kemudian Ibnu Tumart menyusun konsep dan memberikan definisi yang jelas bagi kelompoknya.

Pertama, kelompok Muwahhidun merupakan suatu kesatuan sosial yang beriman secara benar. Di luar mereka adalah kafir yang perlu diperangi. Kedua, kesatuan sosial itu dipimpin oleh imam. Imam pertama adalah Al-Mahdi selanjutnya adalah khalifah-khalifah. Ketiga, Al-Mahdi dibantu oleh 10 orang yang dipilih secara ketat dan berfungsi sebagai kabinet pemerintahan. Kesepuluh orang ini dapat menjadi komandan militer atau mewakili Al-Mahdi dalam imam sholat. Keempat, dewan 50 orang yang angota-angotanya terdiri dari cabang-cabang Barbar yang merupakan bagian dari masyarakat Muwahhidun yang berfungsi sebagai penasihat. Kelima, dewan 70 orang sebagai anggota majlis rakyat.

Kontak pertama dengan Murabithun terjadi ketika gubenur Sus dengan pasukannya menyerang suku Hurglah yang membangkang terhadap pemerintahan Murabithun. Tetapi, pasukan itu,dapat dikalahkan oleh kelompok Muwahhidun. Kemenangan pertama ini membangkitkan semangat kelompok Muwahhidun untuk melakukan serangan ke Maroko. Dengan kekuatan besar, kelompok Muwahhidun berusaha menaklukkan Maroko pada tahun 1125 M, tetapi gagal.

Pasca wafatnya Ibnu Tumart pada tahun1128 M, posisinya digantikan oleh Abdul Mu’in setelah mendapat pengakuan dan dinobatkan oleh dewan 10 orang. Gelar yang dipakai bukanlah Al-Mahdi, melainkan khalifah.

Kebijakan pertama setelah diangkat menjadi khalifah, langkah pertama yang dilakukannya adalah menundukkan kabilah-kabilah di Afrika Utara dan mengakhiri kekuasaan Murabithun di Afrika Utara. Sejak tahun 1144-1146 M, ia berhasil menguasai kota-kota yang pernah dikuasai Murabithun, seperti Tlemcen, Fez, Tangier dan Agmat. Setelah itu Andalusia dikuasainya pada tahun 1145 M. Kemudian pada tahun 1147 M seluruh wilayah Murabithun dikuasai Muwahhidun.

Usaha ekspansi Abdul Mu’in terus berlanjut. Pada tahun 1159 M, ia berhasil menaklukan Almeria dan menjadikan Giblaltar sebagai pusat pemerintahannya. Kemudian pada tahun 1162 M ia kembali ke Afrika Utara untuk memperkuat pangkalan militernya di Rabath guna memperkuat serangannya ke beberapa wilayah di Andalusia. Namun sebelum keinginannya itu terwujud, ia keburu wafat pada tahun 1163 M. Dapat ditaklukkan oleh Abdul Mu’in pada tahun 1125 M.

Pasca meninggalnya Abdul Mu’in, jabatan khalifah dipegang oleh anaknya bernama Abu Ya’kub Yusuf (1162 M). Dalam menjalankan roda pemerintahan, ia tetap berpegang pada kebijakan ayahnya. Karena itu, pada tahun 1172 M Abu Ya’kub berhasil merebut Seville, salah satu bandar penting di Andalusia. Serangan ini

Page 33: SKI Aliyah 3

kemudian dilanjutkan ke Toledo. Ketika pasukan Abu Ya’kub bermaksud mengadakan serangan ke Lisbon, di tengah perjalanan di Santarem pasukannya dihadang oleh pasuakn Kristen. Serangan ini menyebabkan ia tidak dapat menghindar hingga ia terluka dan kemudian wafat tahun 1184 M.

Setelah wafat kemudian digantikan oleh Abu Yusuf Ya’kub Al-Mansur. Untuk menjalankan pemerintahan, ia mengangkat Hafs sebagai Wazir dan Yahya bin Yusuf sebagai panglima militer di Andalusia. Pada masa pemerintahannya, ia menghadapi pemberontakan yang dilakukan oleh sisa-sisa kekuatan Murabithun, seperti Yahya, gubenur Valencia dan Muhammad, gubenur Cordova. Namun keduanya dapat dikalahkan. Al-Mansur kemudian melanjutkan serangannya dan berhasil menguasai Bogie dan bagian daerah Al-Jazair.

Peristiwa penting yang paling bersejarah dalam kepemimpinannya adalah usahanya yang berhasil mematahkan serangan Alfonso VIII di Alacros yang terletak antara Cordova dan Toledo. Usai kemenangan itu, pada tahun 1198 M, Al-Mansur meninggal dan posisinya digantikan oleh Muhammad Al-Nasir. Pada masanya, Dinasti Muwahhidun mulai melemah, sementara pasukan Kristen semakin kuat.

Kemajuan-kemajuan yang Dicapai Dinasti Muwahhidun.

Berbagai kemajuan yang dicapai Muwahhidun di antaranya adalah kemajuan-kemajuan dalam bidang:

a. Politik

Dalam bidang politik, Muwahhidun berhasil menguasai daerah kepulauan Samudra Atlantik hingga Mesir dan Andalusia.

b. Ekonomi

Di bidang ekonomi, Dinasti Muwahhidun menguasai jalur-jalur strategia di Italia dan menjalin hubungan dagang dengan Genoa, Pisa Marseila, Venecia dan Silcilia. Pada tahun 1154 M Muwahhidun mengadakan perjanjian dagang dengan Genoa dan tahun 1157 M dengan Pisa. Perjanjian itu berisi tentang perdagangan, ijin mendirikan bangunan gedung, kantor, loji dan pemungutan pajak.

c. Arsitektur

Dalam bidang arsitektur yang berbentuk monumen, seperti Giralda, menara pada masjid Jami’ di Seville, Bab Aguwnaou dan Al-Kutubiyah, menara yang sangat megah di Maroko dan menara Hasan di Rabath.

d. Ilmu Pengetahuan dan Filsafat

Pada masa Abu Ya’kub hidup seorang yang terkenal seperti Ibrahim bin Malik(Ibnu Mulkun), seorang pakar Al-Qur’an dan nahwu, Al-Hafidz Abu Bakar

Page 34: SKI Aliyah 3

bin Al-Jad, ahli fiqih, Ibnu Zuhry, ahli kedokteran, Ibnu Thufail dan Ibnu Rusyd, para filosuf muslim kenamaan.

Kemunduran dan Kehancuran Dinasti Muwahhidun

Dalam kepemimpinan halifah Muhammad Al-Nasir, Dinasti Muwahhidun mulai menunjukkan kelemahan-kelemahannya, karena khalifah ini tidak memiliki kemampuan untuk menyusun strategi militer guna menghadapi kekuatan tentara Kristen.

Akiobat kelemahan khalifah kekuasaan yang ada ditangannya digerogoti oleh kekuatan tentara Kristen. Pada tahun 1212 M Alfonso VIII dan pasukan sekutunya dari Leon, Castille, Navarre dan Aragon, melakukan serangan ke markas Muwahhidun di Las Navas de Tolosa (Al-’Uqd). Dalam pertempuran ini, pasukan Muwahhidun mengalami kekalahan.

Akibat dari kekalahannya, maka ia menderita dalam di hatinya. akhirnya ia meninggalkan Andalusia untuk kembali ke Fez dan Andalus diserahkan kepada anaknya yang baru berusia 15 tahun bernama Abu Ya’kub Yusuf II dengan gelar Al-Muntasir. Karena usianya masih muda, ia tidak mampu menjalankan pemerintahan. Akibatnya, perpecahan di kalangan keluarga istana tidak dapat dihindari, terutama setelah kematiannya pada tahun 1224 M. Hal itu terjadi karena Khalifah Al-Muntashir tidak memiliki anak yang dapat menggantikan posisinya sebagai khalifah.

Kondisi yang tidak stabil ini dibaca oleh para bawahannya, akhirnya beberapa orang kelompok Muwahhidun meneruskan pemerintahannya masing-masing di daerah tertentu. Keadaan ini dimanfaatkan oleh kekuatan Kristen untuk menyingkirkan para penguasa Dinasti Muwahhidun dari Andalusia. Usaha ini berhasil dengan terusirnya mereka dari Andalusia pada tahun 1236 M. Pengusiran ini secara total baru terjadi pada tahun 1238 M, kecuali daerah Granada yang dikuasai Dinasti Bani Nasr (Bani Ahmar) dari kerajaan Arab Madinah.

Kehancuran Muwahhidun di Andalusia diikuti oleh Muwahhidun di Afrika Utara. Wilayah Tripoli, sejak lama telah dikuasai oleh Shalahuddin Al-Ayyubi (1172 M) dan Maroko direbut oleh Bani Marin tahun 1269 M. Dengan demikian, hancurlah kekuasaan Dinasti Muwahhidun.

Adapun faktor-faktor penyebab kemunduran dan kehancuran Dinasti Muwahhidun adalah sebagai berikut:

a. Ketidakmampuan generasi penerus Ibnu Tumart dan Abdul Mu’min dalam menjalankan pemerintahan, sehingga menimbulkan konflik di kalangan istana dalam masalah kepemimpinan.

b. Ketikmampuan khalifah untuk melakukan kontrol terhadap para penguasa daerah, sehingga pusat menjadi lemah.

c. Para penguasa dan kelompok Muwahhidun lain melupakan garis perjuangan Ibnu Tumart dan Abdul Mu’min, sehingga mereka mulai melemah.

d. Menguatnya kelompok dan raja-raja Kristen di Andalusia dan lain-lain.

Page 35: SKI Aliyah 3

Demikian akhir dari perjalanan sejarah Dinasti Muwahhidun yang telah berjaya menguasai Andalusia. Tetapi karena banyak persoalan yang dihadapi, akhirnya kekuasaan Dinasti Muwahhidun melemah dan kemudian hancur akibat serangan dari berbagai pihak, baik di Andalusia maupun Afrika Utara.

La Tansa

- Dinasti Muwahhidun merupakan salah satu kerajaan Islam yang didirikan oleh bangsa Barbar Islam II setelah Dinasti Murabithun. Dinasti ini pernah menguasai wilayah yang terbentang dari pulau-pulau yang terbentang di Samudra Atlantik hingga perbatasan Mesir dan Andalusia (Eropa). Ini merupakan prestasi besar yang dilakukan bangsa Barbar Islam di Afrika Utara setelah Murabithun

- Dinasti ini didirikan oleh Ibnu Tumart pada tahun 1121 M. Ibnu Tumart dilahirkan di Sus, Maroko. Ia berasal dari suku Masmudah, salah satu suku yang terkenal dengan keberaniannya, mulia, kaya dan tersebar diseluruh Maroko

- Ibnu Tumart dalam catatan sejarah telah mendirikan pusat studi Islam kenamaan, seperti Cordova, Alexandria, Makkah dan Bagdad. Di kota Bagdad, Ibnu Tumart pernah belajar di Madrasah Nidlamiyah, sebuah perguruan tinggi terkemuka di kota Bagdad

- Kemajuan-kemajuan yang Dicapai Dinasti Muwahhidun.o Politiko Ekonomio Arsitekturo Ilmu Pengetahuan dan Filsafat

Tamrinat 3

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar !

Sejak kapan Dinasti Muwahhidun memegang kekuasaan ?Siapakah pendiri dari dinasti Muwahhidun ?Sebutkan jasa Ibnu Tumart dalam bidang pendidikan !Sebutkan beberapa kemajuan Dinasti Muwahhidun !Sebutkan pula beberapa kelemahan Dinasti Muwahhidun !

Amanah :

Bacalah buku sejarah Islam lainnya untuk menambah referensi anda. Kemudia tulislah cerita pendek tentang sejarah jatuhnya Dinasti Muwahhidun !

Page 36: SKI Aliyah 3

Bagian

4 Proses masuknya imperialisme ke dunia Islam

Keadaan dunia Islam saat kedatangan bangsa Barat

Sejak Andalusia, Sicilia dan beberapa wilayah Islam lainnya di Asia dan Afrika mengalami kemunduran, dunia Islam semakin melemah, baik dari segi kekuasaan politik maupun dari segi penguasaan sains dan tegnologi. Kemunduran Islam diperparah dengan jatuhnya kota Bagdad ke tangan bangsa Mongol di bawah pmpinan Hulughu Khan pada tahun 1258 M. Padahal Bagdad merupakan simbol negara adidaya Islam yang menjadi kebanggaan dunia Islam saat itu. Dengan demikian, sejak saat itu tidak ada adikuasa lagi di dunia Islam. Kekuasaan Islam terpecah menjadi beberapa kesultanan, seperti Murabithun, Muwahhidun, Bani Abad, Bani Ahmar dan sebagainya. Keadaan ini diperparah karena masing-masing kesultanan memiliki kewenangan dan kekuasaan sendiri, sehingga tidak ada kerja sama yang baik denganmengatasnamakan Islam dan umat Islam. Mereka hanya berfikir bagaimana caranya dapat mempertahankan kekuasaan masing-masing.

Pada permulaan abad ke-16 M. Muncul tiga adikuasa baru di dunia Islam, yaitu Kerejaan Turki Usmani (1229-1924 M), yang berpusat di Istambul, kerajaan Safawai (1602-1732 M) di Persia, dan kerajaan Mughal di India (1482-1857 M). Pada permulaan abad ke-17 kerajaan Turki Usmani dapat meluaskan kekuasaannya sampai ke pintu gerbang kota Wina di Austria. Keberhasilan ini membuka peluang bagi bangsa Turki Usmani untuk melakukan ekspansi ke wilayah Eropa Timur, Asia kecil, dunia Arab di Asia Barat dan Afrika Utara.

Tiga adikuasa ini dalam hal memimpin pemerintahan tidak sebagaimana Bani Abbasyiah dan Bani Umayyah. Mereka dalam memimpin negara tidak diimbangi kemajuan dalam bidang peradaban. Karenanya, ketika kerajaan itu besar dan mengalami kemajuan dalam bidang politik dan ekonomi, tetapi melemah dalam bidang pemikiran, sains, tegnologi dan filsafat. Akhirnya, kerajaan-kerajaan tersebut mengalami kemunduran pada akhir abad ke-17 M dan kemudian mengalami kehancuran pada awal abad ke-19 atau awal abad ke-20 M seperti kerajaan Turki Usman.

Disaat dunia Islam mulai mengalami kemunduran, di Eropa justru sebaliknya, yang sebelumnya dalam kegelapan mulai mengalami perubahan. Bangsa Eropa pada abad ke-16 dan 17 M bangkit dan mengalami kemajuan dalam bidang industri, tegnologi, ilmu pengetahuan dan sebagainya. Mereka mulai mengembangkan sains

Page 37: SKI Aliyah 3

dan tegnologi yang mereka pelajari dari dunia Islam, khususnya di universitas-universitas yang ada di Cordova, Granada, Seville dan Toledo.

Orang-orang Eropa menguasai bahasa Arab dan filsafat yang pernah dikembangkan ilmuwan muslim, buku-buku berbahasa Arab diterjemahkan ke dalam bahasa Latin. Mereka bukan saja memindahkan filsafat dan sains ke Eropa, melainkan juga mengadopsi pemikiran rasional Islam untuk menggantikan pemikiran dogmatis yang dikembangkan Gereja di Eropa.

Kajian yang mereka lakukan menghasilkan temuan luar biasa dan melahirkan satu periode, yaitu renaisans di Eropa. Pemikiran filosofis dan sains yang dipelajari dari dunia Islam mereka kembangkan, sehingga sejak abad ke-16 Eropa mulai berada di jaman modern. Pada saat yang sama, Eropa juga mengalami kemajuan yang signifikan (berarti) dalam bidang ekonomi, sehingga mereka mampu mengembangkan sains dan tegnologi modern. Hal inilah yang akhirnya mendorong Eropa untuk melakukan penetrasi dalam bentuk kolonialisme dan imperialisme ke dalam dunia Islam.

Para ilmuwan bangsa Eropa telah berhasil menemukan mesin uap, sebuah hasil revolusi industri yang sangat revolusioner ketika itu. Setelah itu, Eropa semakin terdorong untuk menjelajahi samudera (dunia) guna memperoleh dan menguasai jalur perdagangan internasional yang menguntungkan. Dengan pengetahuan yang diperoleh dari dunia Islam bahwa bumi itu bundar, bangsa Eropa berpendirian bahwa untuk pergi ke sumber rempah-rempah dan sutra di Timur, jalan yang bisa dilalui bukan hanya Timur Tengah, tetapi juga bisa dicapai melalui jalan Barat dan Selatan.

Tokoh legendaris yang berhasil menjelajahi dunia adalah Columbus dan Vasco Da Gama. Colombus berusaha menemukan jalan ke Timur Jauh melalui arah Barat dan berhasil menemukan Benua Amerika (1492 M). Sebenarnya Columbus ingin menemukan sumber rempah-rempah dan sutera di Timur Jauh, seperti India. Tetapi dalam pelayarannya, ia malah menemukan benua Amerika. Di benua baru ini ia bertemu dengan penduduk asli benua Amerika itu dengan Indian. Meskipun begitu, Columbus telah mencatat sejarah penting bagi bangsa Eropa, karena ternyata benua yang baru ditemukan itu memiliki harta kekayaan yang sangat berlimpah yang dapat memperkaya bangsa Eropa ketika itu.

Keberhasilan Columbus diikuti pula oleh Vasco da Gama. Karena ia berhasil menemukan jalan ke Selatan melalui Tanjung Harapan ke Timur jauh (1498 M). Dengan keberhasilannya ini, Vasco da Gama berpendapat bahwa hubungan perdagangan dan pencarian rempah, sutra dan jenis atau barang komoditi dagang lainnya, tidak harus melalui dunia Islam di Timur Tengah. Sebab hubungan itu dapat dilakukan secara langsung antara Eropa dengan Timur Tengah. Sebab hubungan itu dapat dilakukan secara langsung antara Eropa dengan Timur Jauh melalui Tanjung Harapan.

Para pedagang eropa telah menemukan jalur perdagangan baru melalui Tanjung Harapan, hal ini memperparah perekonomian dunia Islam. Sebab, jalur strategis yang ada melalui Timur Tengah, tidak lagi menguntungkan karena tidak banyak disinggahi para pedagang asing.

Dua penemuan ini merupakan peristiwa yang sangat berharga bagi bangsa Eropa, karena para pedagang Eropa tidak lagi bergantung pada jalur lama yang dikuasai umat Islam, tetapi telah memiliki jalur sendiri. Tidak hanya itu, penemuan

Page 38: SKI Aliyah 3

tersebut membuat bangsa Eropa dalam sekejap menjadi penguasa laut dan penguasa dunia. Keseimbangan kekuatan antara dunia Islam dan Kristen Eropa (Barat) mulai goyah dengan keuntungan lebih banyak pada Barat. Penemuan Benua Amerika mendatangkan sebuah daerah baru bagi bangsa Barat dengan sumber penghasilan yang potensial untuk dikembangkan. Harta yang baru ditemukan di Amerika mendorong timbulnya kapitalisme yang melahirkan organisasi industri besar-besaran dan perkembangan teknologi.

Salah satu bangsa Eropa yang dapat menandingi kekuatan ekonomi, politik dan militer umat Islam ketika itu adalah bangsa Portugis. Bangsa Portugis merupakan kekuatan kristen Eropa pertama yang menentang supremasi maritim Islam di Laut Arab dan Samudera India. Pada tahun 1509 M, mereka mengalahkan dan menghancurkan persekutuan armada Islam, termasuk Armada Mesir dekat Diu, di barat Pantai India.

Serangan Portugis ke Laut Arab merupakan isyarat yang menunjukkan kejatuhn politis, ekonimis dan intelektual bagi dunia Islam. Karena ulah Portugis ini perdagangan Arab (dunia Islam) menjadi lumpuh. Namun, kaum muslimin tidak menyadari akan hal ini. Imperium-imperium Usmani, Persia dan Mughal tidak mengambil langkah-langkah penyembuhan terhadap situasi yang sangat menyedihkan ini. Lumpuhnya perdagangan laut itu akhirnya menimbulkan perbudakan di seluruh dunia Islam, baik secara langsung atau tidak langsung.

Ketiga adikuasa Islam tersebut kini menghadapi saingan berat dari bangsa Eropa. Sementara itu pemikiran rasional dan orientasi dunia yang telah hilang dari dunia Islam, digantikan dengan pemikiran tradisional dan orietasi akherat. Pemikiran seperti ini jelas tidak bisa mengembangkan sains dan teknologi. Sementara di Eropa sains dan teknologi berkembang pesat, di dunia Islam tidak ada lagi sains dan teknologi. Dalam persaingan Inggris dan Perancis denagn sains dan teknologinya yang modern mengungguli ketiga adikuasa Islam senantiasa mengalami kekalahan. Jangankan melawan Inggris dan Perancis, melawan Spanyol dan Portugal saja, dunia Islam tidak sanggup. Spanyol dan Portugal melawan dunia Islam sebagai balas dendam terhadap umat Islam yang menguasai daerah mereka di Eropa untuk lebih dari 700 tahun. Di Timur jauh Spanyol dan Portugal dapat menjajah beberapa daerah seperti Philipina oleh Spanyol dan Timor-Timur oleh Portugal.

Sejak kemunduran dan jatuhnya negara-negara adikuasa Islam, wilayah kekuasaan (dunia) Islam jatuh ke dalam pendudukan dan kekuasaan Barat. Kerajaan Usmani yang semula ditakuti Barat karena ketangguhan militernya, kini digelari dengan ”The sick man of Europe”, Si Sakit dari Eropa.

Abad ke-18 merupakan babak awal pembalikan sejarah dunia. Bila sebelumnya dunia Islam menjadi adikuasa, kini giliran Eropa yang menguasai dan mendominasi dunia Islam dalam berbagai kehidupan meliputi sains teknologi, ekonomi, politik dan militer.

Sejak itulah, maka dunia Islam terus mengalami kemerosotan, karena pada abad ke-19 M dan ke-20 M dapat disebut sebagai abad kemajuan kolonialisme Barat. Pada abad ini, hampir seluruh dunis Islam berada dalam cengkeraman bangsa-bangsa Barat. Dunia Islam yang pertama kali yang mengalami penetrisi dan penjajahan bangsa Barat adalah India dan Malaka yang berada di bawah kekuasaan Inggris. Sejak pada abad ke-17 M Inggris telah datang ke kepulauan Hindia. Koloni Dagang

Page 39: SKI Aliyah 3

Inggris (BEIC: British East India Company) berusaha menguasai bagian Timur India. Ketika kerajaan Mughal melemah, Inggris mencoba menguasai seluruh India. Pada tahun 1857 M kerajaan Mughal dapat dikuasainya, dan mulai saat itu India berada di bawah kekuasaan kolonial Inggris. Kemudian pada tahun 1879 M Inggris menguasai Afganistan dan menjadikannya sebagai wilayah kekuasaan India-Inggris.

Awal abad ke-19 M Inggris telah melengkapi penaklukannya di India, Birma (Myanmar) dan Malaysia. Belanda di Indonesia dan Rusia di Kaukasus dan Turkistan. Kekuasaan Inggris berkembang dari India, Aden dan Teluk Persia. Tiga kali pasukan Inggris menyerbu Afganistan, sedangkan penaklukan Rusia dalam beberapa kesempatan menduduki sebagian Iran Utara.

Di Afrika, Perancis merebut Aljazair pada tahun 1830 M. Dari sana dan sepanjang Pantai Antlantik, Perancis terus menaklukan Sahara Tengah dan sebagian wilayah Barat serta daerah Katulistiwa Afrika yang kebanyakan penduduknya beragama Islam dengan pengecualian nama negara Emirat-emirat Nigeria Utara, yang jatuh ke dalam proteksi Inggris. Kemudian Perancis menduduki Tunisia pada tahun 1882 M, pada tahun 1980-an bergerak masuk ke wilayah sungai Nil ke Sudan.

Sementara itu, Spanyol memperluas kedudukan bersejarahnya di Maroko dan Sahara Barat, tetapi bagian terpenting Maroko berada di bawah pengaruh Perncis, yang akhirnya menjadi derah perlindungannya (protektorat) pada tahun 1912 M. Di bagian Sealatan batas dunia Islam, Jerman merebut Kamerun dan Tangnyika. Raja Leopold dari Belgia mendirikan sebuah kerajaan pribadi di Kongo, dan Inggris mengambil Zanzibar, Kenya dan Uganda. Italia merebut Eriteria dan membagi daratan Somalia dan Inggris, sedangkan Perancis memperoleh tempat strategis di pelabuhan Jibouti. Bahkan kerajaan Kristen Ethiopia setempat bergabung dalam pertempuran menundukkan penduduk muslim tetangganya, walaupun negeri itu sendiri akhirnya jatuh sebagai korban imperialisme Italia. Sebelumnya Italia telah menaklukan Libya pada tahun 1911 M.

Penetrasi dan penjajahan kolonial Barat yang melibatkan banyak negara berkembang sangat pesat, sehingga dunia Islam bukan saja dipecah-pecah oleh penjajah, juga menjadi mangsa politik dan ekonomi mereka. Mereka menguasai politik dunia Islam dan mengeksploitasi kekayaan alam yang ada di dalamnya.

Demikian cepatnya perkembangan penetrasi dan penjajahan bangsa Barat atas dunia Islam, sehingga pada tiga puluh tahun terakhir di abad ke-19 M, Inggris telah bertambah wilayahnya seluas lima juta mil persegi, dan penduduk sebesar 88 juta jiwa. Pada tahun 1900 wilayahnya telah meliputi seperlima luas dunia, dan memerintah 400 juta jiwa. Imperium Perancis berkembang dari 700 ribu hingga lebih dari 800 juta mil persegi, dari 50 juta jiwa menjadi 52 juta jiwa. Jerman yang tidak memiliki imperium menguasai satu juta mil persegi dan mempunyai penduduk koloni sebanyak 14 juta jiwa pada tahun 1900 M. Selama 10 tahun sejak dari 1841-1851 M, Inggris telah memperoleh New Zealand, Pantai Emas (Gold Coast), Labuan, Natal, Punjab, Sind dan Hongkong. Pada tahun 1870 M, hanya sepersepuluh luas benua Afrika yang ada di bawah kendali Eropa. Pada tahun 1900 M hanya tinggal sepersepuluh saja yang tetap berstatus merdeka.

Secara lebih rinci Inggris menguasai wilayah India, Asia dan Afrika Utara, yaitu dengan menaklukan Malaka (1811 M), Oman dan Qatar (1820 M), Aden (1839 M), India (1858 M), Mesir (1882 M), Sudan (1890 M) dan Bulichistan (1899 M).

Page 40: SKI Aliyah 3

Bahkan pada abad ke-20 M, koloni Inggris telah menckup kesultanan Muslim di Nigeria Utara (1906 M), Kuwait (1914 M) dan setelah berakhirnya perang dunia II, negara tersebut memperoleh mandat penguasaan Irak, Palestina dan Yordania.

Penaklukan Inggris atas Mesir semula dilatarbelakangi oleh kesepakatan dan jaminan yang diberikan oleh penguasa Mamluk saat itu, kepada armada Inggris untuk melintasi Laut Merah (1778 M). Perancis melihat hal ini sebagai ancaman bagi stabilitas ekonomi dan perdagangan. Perancis yang telah melakukan hubungan dagang di sana, sehingga berakibat terganggunya hubungan perdagangannya di wilayah tersebut.

Perancis memasuki Mesir tahun 1798 M, Aljazair tahun 1830 M, Tunisia tahun 1881 M, dan Maroko tahun 1912 M. Rusia memasuki wilayah Azov tahun 1775 M dan Besarrabia tahun 1812 M. Berikutnya Azerbaijan, Kazakhstan, Uzbekistan, Turkmenistan, Tazikistan dan Kirghistan. Sedangakn Austria memasuki Hongaria dan Transilvania. Selain itu, terdapat beberapa negara bagian yang melepaskan diri dari kerajaan Turki Usmani, seperti Yunani pada tahun 1830 M, kemudian Bosnia, Rumania, Bulgaria, Serbia dan Montenegro pad tahun 1878 M.Selain itu, Indonesia juga menjadi wilayah jajahan Barat. Belanda pertama kali datang ke Indonesia tahun 1595 M dengan kompeni dagangnya VOC. Sejak abad ke-17 M Belanda telah memonopoli perdagangan di wilayah Nusantara. Pada abad selanjutnya, abad 18 M, Voc berhasil menguasai hegemoni politik di pulau jawa dengan perjanjian Giyanti (1755 M).

Pada abad ke-19 M, tepatnya tahun 1800-1939 M, merupakan suatu masa di mana bangsa-bangsa Eropa mendominasi dunia, khususnya dunia Islam. Dunia Islam saat itu tampak tidak berdaya menghadapi penetrasi kolonial Barat, sehingga hampir seluruh dunia Islam menjadi daerah jajahan mereka. Hanya empat negara Islam yang tidak mereka kuasai, yaitu Turki, Saudi Arabia, Afganistan dan Yaman.

Motivasi bangsa Barat menjajah dunia Islam

1. Motivasi Ekonomi

Motifasi utama kolonialisasi Barat menjajah dunia Islam tidak dapat dipisahkan atas kepentingan ekonimi dan perdagangan. Ketika dunia Islam mengalami kemunduran, Eropa sedang berada di jaman kemajuan. Kemajuan yang diraih Barat mampu melhirkan dan mengembangkan industri. Industri ini tentu saja membutuhkan bahan-bahan baku dan rempah-rempah. Pada saat yang sama Barat juga perlu wilayah temapt memasarkan produk industri mereka.

Bangsa Barat terus berupaya mencari terobosan baru guna menguasai jalur-jalur perdagangan yang menguntungkan. Terobosan itu ternyata membawa hasil, yaitu dengan ditemukannya tanjung Harapan oleh Vasco da Gama dan Benua Amerika oleh Colombus. Penemuan ini sangat berarti bagi Amerika, tetapi merupakan tragedi yang merugikan bagi dunia Islam. Setelah penemuan ini Eropa semakin menumbuhkan semangat ekspansif dan penetratifnya ke dalam dunia Islam.

Page 41: SKI Aliyah 3

Dalam kondisi demikian, mereka mengeksploitasi dan menguras kekayaan alam serta memeras sumber daya manusia di saerah yang dikuasainya.

2. Motivasi Politik

Motivasi politik juga merupakan salah satu dari tujuhan mereka menjajah dunia Islam. Karena suatu wilayah yang secara politik sudah dikuasai akan memudahkan penguasa kolonial melakukan hubungan dagang dan monopoli kepentingan ekonominya. Jika penguasa kolonial sudah menguasai wilayah atau jajahan tentu saja berupaya mewujudkan stabilitas perdagangan dan ekonominya.

Sehingga pada saat yang sama penguasa kolonial merasa perlu mempertahankan kekuasaannya. Hal ini menjadi penting terutama penjajah harus menghadapi saingan politis dari bangsa Barat lainnya dalam melebarkn kekuasaannya. Stabilitas politik dalam negeri jajahan diperlukan untuk memperlancar eksploitasi sumber daya alam dan sumber daya manusia di satu pihak, dan di pihak lain mempertahankan kepentingan ekonomi atau gangguan dari rekan kolonial lainnya.

Untuk dapat mengusai lebih lama, maka bangsa Barat juga melakukan politik adu domba seperti yang dilakukan Belanda terhadap rakyat dan pemimpin di Indonesia. Hal ini ditempuh tidak lain untuk melemahkan persatuan dan kesatuan pribumi. Sehingga pihak kolonial denagn leluasa dapat melanggengkan kedudukan dan pemerasan ekonominya.

Dari politik adudomba yang diterapkan tersebut, berarti pihak kolonoal berkepentingan membuat kebijakan mengenai pribumi untuk memahami dan menguasai pribumi yang mayoritas muslim. Untuk kepentingan itu, Belanda mendatangkan ahli Islam bernama Christian Snounk Hourgronye yang ahli Islam dan pandai berbahasa Arab itu ke Indonesia. Sekalipun Snouck memahami bahwa orang Indonesia sangat toleran, cinta damai, tetapi ia tidak memungkiri adanya kemungkinan kelompok tertentu yang anti Belanda menggerakkan massa melakukan gerakan perlawanan. Karena itu, sebagai penasehat politik keagamaan pemerintah, C. Snouck Hurgronye, menyatakan bahwa musuh Belanda sebenarnya bukan Islam sebagai sebuah agama, melainkan Islam politik.

Kembali untuk memperkuat posisi politiknya, akhirnya pemerintah Belanda mengeluarkan kebijakan untuk melarang kelompok Islam melaksanakan komunikasi politik dengan dunia Islam di luar melalui perjalanan haji. Karena itu, pemerintah Belanda mengeluarkan aturan untuk memperketat pemberangkatan haji dari Indonesia. Tapi memberikan kelonggaran bagi mereka yang akan menjalankan ibadahnya di Indonesia, dan tidak perlu dicurigai.

3. Motivasi Agama

Page 42: SKI Aliyah 3

Selain motivasi ekonomi dan politik, tetapi juga agama. Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya pendeta dan pastur yang dikirim ke negara-negara Islam guna menyebarkan agama Kristen. Hal itu didasari atas tumbuhnya semangat reconquista, semangat balas dendam bangsa Barat, khususnya Portugal dan Spanyol, atas penjajahan bangsa Arab Islam di negeri mereka selama hampir delapan abad. Semangat ini terus mewarnai usaha mereka dalam melakukan penjajahan atas dunia Islam.

Bangsa Barat mengetrapkan tiga idiologi dalam usaha penguasaaan negara-negara Islam, yaitu Gold, Glory and Gospel. Usaha pertama adalah menguasai dunia Timur Islam yang sangat kaya itu menjadi bagian wilayah jajahan, sehingga mereka menguasai seluruh sektor penting di dalam perekonomian dunia. Setelah itu, mereka akan menjadi bangsa yang kaya dan makmur serta mencapai kejayaan (glory). Usaha selanjunya, dan ini tidak kalah pentingnya dibandingkan dengan usaha lain, adalah penyebaran agama Kristen di dunia Islam. Ketiga motivasi ini membawa hasil yang cukup signifikan dalam usaha mereka menguasai dunia Islam. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya penganut Kristen di dunia Islam, seperti di dunia Islam, seperti Indonesia, Mesir, wilayah jazirah Arabia dan lain sebagainya.

Dampak penjajahan Barat terhadap dunia Islam

Kedatangan bangsa Barat telah membawa dampak negatif bagi kemajuan umat Islam dalam berbagai bidang. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pemerintahan kolonial merupakan bencana yang tidak tanggung-tanggung. Kolonialisasi telah mempengaruhi upaya pencapaian cita-cita Islam dengan cara mengubah dan memutarbalikkan kenyataan yang sebenar-benarnya. Selama masa penjajahan, orang Islam harus berkorban dalam medan perang demi menyelamatkan panji-panji Islam. Bayaran yang dikeluarkan sangat mahal, tidak hanya ongkos politik, budaya, agama, juga bidang-bidang lain, terutama pengetahuan dan moral bangsa, yang terimbas oleh pengaruh penjajahan bangsa-bangsa Barat atas dunia Islam. Bahkan hingga kini masyarakat Islam masih harus membayar ongkos tersebut. Pemerintah kolonial telah melumpuhkan masyarakat muslaim, membekukan pemikiran dan menguburkan kejayaan Islam masa lalu. Lebih buruk lagi, kolonial telah merusak rasa percaya diri orang Islam, sehingga membuat mereka tak berdaya, seperti anak kecil.

Politik kolonial juga berdampak pada kelemahan umat Islam dalam memahami ajaran agamanya. Dalam hal ini Barat menempuh dua cara, pertama membangunkan beberapa pemikir muslim dengan gerakan progresivisme Islam yang bertujuan mencari legitimasi dari pemerintah kolonial dan memberikan pembenaran untuk pemerintahan kolonial terhadap umat Islam agar mereka tidak melakukan perlawanan. Kedua, menugasi beberapa orang Barat keturunan Asia yang beragama Kristen untuk meruncingkan perbedaan mazhab, memperlebar jurang pemisah dan politik adu domba di antara golongan umat Islam.

Penjajahan Barat terhadap dunia Islam juga meninggalkan warisan moral yang rusak. Sedikit banyak induvidualisme, materialisme dan kapitalisme yang diakibatkan

Page 43: SKI Aliyah 3

oleh kemajuan sains dan tegnologi Barat yang sekuler telah merasuki umat Islam. Akibatnya banyak orang Islam kehilangan moralitas dan identitas keislamamnya.

Seiring dengan penetrasi ekspansi dan pendudukan Barat terhadap dunia Islam masih juga tampak cahaya konsep ideal Islam. Kolonialisasi di satu segi melemahkan tatanan nilai dan masyarakat Islam, tetapi di segi lain juga melahirkan ”semangat jihad” untuk membebaskan diri dari penguasaan kolonial. Sejumlah cendikiawan dan pemimpin di Asia dan Afrika masih tetap berpegang teguh pada Al-Qur’an dan Syari’ah, meskipun pasukan penjajah Eropa semakin dekat. Pasuka Sanusi dan Mahdi bertempur melawan orang Eropa di Afrika, Imam Syamil di Kaukakus berjuang menentang orang Rusia, kelompok Naqsabandi yang berseragam hijau menentang pemerintahan pusat Cina, Umar Tal Al-Haji yang menentang pemerintahan teokrasinya dikuasai oleh Perancis, Muhammad Abdul Hasan di Somalia, Abdul Kadir di Aljazair; Orang Akhnud di Swat, Sayyid Ahmad Barelvi di India Utara, dan Haji Syari’atullah di Binggal, semua berjuang menentang musuh Islam.

Pengaruh lain yang disisahkan Barat di dunia Islam adalah nasionalisme. Nasionalisme merupakan salah satu politik dalam memecah belah kesatuan dan kekuatan umat Islam serta memudahkan mereka membagi-bagi wilayah Islam dan meguasainya. Namun demikian, masuknya Barat ke dunia Islam dengan membawa kultur asing mempunyai pengaruh yang besar terhadap rakyat dan merupakan fktor dalam mempercepat kesadaran nasional mereka. Akhirnya ide nasionalisme diterima oleh negara-negara Islam secara meluas. Paham ini secara khusus pernah dipakai dalam perjuangan melawan kekuasaan kolonialisme.

Bersamaan dengan kolonialisasi, berkembanglah di kalangan Barat sebuah kajian mengenai dunia Timur, yang kita kenal dengan orientalisme. Bahkan orientalisme merupakan ’kunci’ Barat untuk memahami dunia Timur, khususnay Islam. Semula orientalisme ini bertujuan memindahkan ilmu pengetahuan dan filsafat yang terdapat dalam peradaban Islam ke Eropa. Namun untuk kepentingan kolonialisasi, Barat perlu mempelajari adat-istiadat dan agama yang dianut bangsa-bangsa di dunia Timur (Islam). Oleh karena itu, mencullah tulisan-tulisan yang mencoba memberikan gambaran yang sebenarnya tentang Islam.

Mengenai adat-istiadat Indonesia terdapat karangan-karangan yang disusun oleh Mersden, Raffles, Wilken, Snouck Hourgronye dan sebagainya. Sewaktu Napoleon mengadakan ekspedisi ke Mesir pada thun 1798 M, dalam ronbongannya turut satu golongan orientalis untuk mempelajari adat istiadat, perekonomian dan pertanian Mesir. Hasil penyelidikan mereka perlu bagi Napoleon untuk menjalin hubungan baik dengan bangsa Mesir. Di antara orientalis yang mereka bawa adalah Langles, ahli bahasa Arab, Villoteau, yang mempelajari musik Arab, dan Marcel yang mempelajari sejarah Mesir. Tradisi orientalisme ini sampai sekarang tetap berkembang di dunia Barat, meskipun orientasi mempelajari dunia Timur dan Islam sudah berubah.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penjajahan bangsa-bangsa Barat atas dunia Islam pada akhirnya banyak membawa dampak negatif terhadap dunia dan umat Islam dalam berbagai bidang kehidupan, seperti kehidupan ekonomi, politik, ekonomo, budaya, agama, ilmu pengetahuan dan sebagainya. Karena itu, Islam dan umatnya menjadi terpuruk dan keterbelakangan, kebodohan dan kemiskinan menjadi

Page 44: SKI Aliyah 3

pemandangan sehari-hari. Mentalitas dan kultur yang ditanamkan oleh penjajah agaknya masih terasa hingga kini, paling tidak di kalangan rakyat Indonesia.

La Tansa

- Sejak Andalusia, Sicilia dan beberapa wilayah Islam lainnya di Asia dan Afrika mengalami kemunduran, dunia Islam semakin melemah, baik dari segi kekuasaan politik maupun dari segi penguasaan sains dan tegnologi. Kemunduran Islam diperparah dengan jatuhnya kota Bagdad ke tangan bangsa Mongol di bawah pmpinan Hulughu Khan pada tahun 1258 M.

- Bagdad merupakan simbol negara adidaya Islam yang menjadi kebanggaan dunia Islam saat itu. Dengan demikian, sejak saat itu tidak ada adikuasa lagi di dunia Islam. Kekuasaan Islam terpecah menjadi beberapa kesultanan, seperti Murabithun, Muwahhidun, Bani Abad, Bani Ahmar dan sebagainya

- Pada permulaan abad ke-16 M. Muncul tiga adikuasa baru di dunia Islam, yaitu Kerejaan Turki Usmani (1229-1924 M), yang berpusat di Istambul, kerajaan Safawai (1602-1732 M) di Persia, dan kerajaan Mughal di India (1482-1857 M).

- Pada permulaan abad ke-17 kerajaan Turki Usmani dapat meluaskan kekuasaannya sampai ke pintu gerbang kota Wina di Austria. Keberhasilan ini membuka peluang bagi bangsa Turki Usmani untuk melakukan ekspansi ke wilayah Eropa Timur, Asia kecil, dunia Arab di Asia Barat dan Afrika Utara.

- Orang-orang Eropa menguasai bahasa Arab dan filsafat yang pernah dikembangkan ilmuwan muslim, buku-buku berbahasa Arab diterjemahkan ke dalam bahasa Latin. Mereka bukan saja memindahkan filsafat dan sains ke Eropa, melainkan juga mengadopsi pemikiran rasional Islam untuk

Page 45: SKI Aliyah 3

menggantikan pemikiran dogmatis yang dikembangkan Gereja di Eropa- Kajian yang mereka lakukan menghasilkan temuan luar biasa dan melahirkan

satu periode, yaitu renaisans di Eropa. Pemikiran filosofis dan sains yang dipelajari dari dunia Islam mereka kembangkan, sehingga sejak abad ke-16 Eropa mulai berada di jaman modern

- Para ilmuwan bangsa Eropa telah berhasil menemukan mesin uap, sebuah hasil revolusi industri yang sangat revolusioner ketika itu. Setelah itu, Eropa semakin terdorong untuk menjelajahi samudera (dunia) guna memperoleh dan menguasai jalur perdagangan internasional yang menguntungkan

- Tokoh legendaris yang berhasil menjelajahi dunia adalah Columbus dan Vasco Da Gama. Colombus berusaha menemukan jalan ke Timur Jauh melalui arah Barat dan berhasil menemukan Benua Amerika (1492 M). Sebenarnya Columbus ingin menemukan sumber rempah-rempah dan sutera di Timur Jauh, seperti India. Tetapi dalam pelayarannya, ia malah menemukan benua Amerika

- Sejak kemunduran dan jatuhnya negara-negara adikuasa Islam, wilayah kekuasaan (dunia) Islam jatuh ke dalam pendudukan dan kekuasaan Barat. Kerajaan Usmani yang semula ditakuti Barat karena ketangguhan militernya, kini digelari dengan ”The sick man of Europe”, Si Sakit dari Eropa

- Pada abad ke-19 M, tepatnya tahun 1800-1939 M, merupakan suatu masa di mana bangsa-bangsa Eropa mendominasi dunia, khususnya dunia Islam. Dunia Islam saat itu tampak tidak berdaya menghadapi penetrasi kolonial Barat, sehingga hampir seluruh dunia Islam menjadi daerah jajahan mereka

- Ada beberapa motivasi bangsa Barat menjajah dunia Islam. Diantaranya adalah:- Motivasi ekonomi- Motivasi Politik- Motivasi Agama

- Kedatangan bangsa Barat telah membawa dampak negatif bagi kemajuan umat Islam dalam berbagai bidang. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pemerintahan kolonial merupakan bencana yang tidak tanggung-tanggung. Kolonialisasi telah mempengaruhi upaya pencapaian cita-cita Islam dengan cara mengubah dan memutarbalikkan kenyataan yang sebenar-benarnya

Tamrinat 4

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar !

Sejak kapan bangsa Barat menguasai dunia Islam ?Sebutkan beberapa kelemahan kepemimpinan Islam sehingga banghsa Barat dapat

menguasainya !Jelaskan apakah yang dimaksud dengan renaisans !Dan apakah yang dimaksud dengan The sick man of Europe

Page 46: SKI Aliyah 3

Sebutkan beberapa motivasi bangsa Barat menguasai dunia Islam !

Amanah ;

Buatlah cerita singkat tentang sejarah masuknya bangsa Barat ke dunia islam !

Bagian

5 MUHAMMAD BIN ABDUL WAHAB (1703-1787 M)

BIOGRAFI MUHAMMAD BIN ABDUL WAHAB

Nama lengkap : Abdullah Muhammad bin Abdul Wahab Sulaiman bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Rasyid At-Tamimi

Lahir : Uyainah, Najd pada tahun 1115 H/1703 M.Nama Bapak : Abdul wabah (seorang qodi/ hakim)

Abdullah Muhammad bin Abdul Wahab meniti karir dari ayahnya sendiri dibidang fiqih bermadzhab Hambali, Al-Qur’an (tafsir), hadits dan tauhid. Pendidikan yang diterima dari ayahnya telah menjadi dasar yang kuat bagi Muhammad bin Abdul Wahab dalam menghafal Al-Qur’an dan hadits-hadits yang terdapat dalam kitab Kutubus Sittah. Memasuki usianya yang ke-20 (dua puluh), ia sudah mulai bersikap kritis terhadap kondisi sosial dan keagamaan pada masyarakatnya. Tak jarang ia

Page 47: SKI Aliyah 3

melakukan kritikan bahkan celaan terhadap segala macam bentuk kepercayaan yang berbau kemusyrikan dan praktik-praktik yang menyimpang dari syari’at Islam.

Sikap kritisnya berdampak besar bagi diri dan keluarganya. Ia sendiri diasingkan oleh para ulama. Sementara ayahnya dipecat dari jabatannya sebagai Qadi. Akibat tekanan politik dan keagamaan masyarakatnya, ditambah dengan pemecatan ayahnya, menyebabkan keluarga Muhammad bin Abdul Wahab tidak dapat menjalani kehidupan sebagaimana mestinya. Menyadari kenyataan ini, akhirnya Muhammad dan keluarganya pergi hijrah ke Huraimila pada tahun 1726 M. Tetapi mereka tidak lama menetap di daerah ini. Karena itu, mereka berusaha untuk kembali ke kampung halaman di Uyainah, namun kedatangan mereka tidak disambut dengan baik, karena dirinya telah mempermalukan masyarakat Uyainah, dan posisi ayahnya juga telah jatuh.

Abdullah Muhammad bin Abdul Wahab Akhirnya memilih pergi meninggalkan Uyainah dan menuju Hijaz. Di kota inilah Muhammad bin Abdul Wahab menunaikan ibadah haji. Menurut laporan Ibn Bishr di dalam kitabnya Unwan di Madinah belajar dibawah bimbingan dua orang syeikh yaitu Abdullah bin Ibrahim bin Sayf dan syeikh Muhammad Hayyat Al-Sindi. Ke dua syeikh tersebut adalah pengagum ajaran Ibnu Taimiyah dan ulama yang menganjurkan untuk melakukan gerakan reformasi dimana-mana.

Doktrin yang diterima dari kedua ulama’ tersebut memberi pengaruh besar terhadap pemikiran Muhammad bin Abdul Wahab. Muhammad Hayyat memberikan pengaruh besar atas pandangan-pandangan keagamaan Muhammad bin Abdul Wahab, terutama menyangkut pentingnya doktrin tauhid, penentangan terhadap taqlid, dan perlunya kembali kepada Al-Qur’an dan hadits. Muhammad Hayyat, termasuk salah seorang yang menentang pertikaian yang tidak perlu di antara mazhab-mazhab, dan sebaliknya mengajarkan toleransi dan rekonsiliasi.. Lebih jauh lagi, ia menghimbau ulama untuk melakukan ijtihad berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits. Ia juga menentang inovasi yang tak berdasarkan (bid’ah al-dhalalah) yang dapat membawa kepada syirik.

Sementara itu Abdullah bin Ibrahim bin Sayf adalah seorang ulama yang terkemuka di Madinah yang menguasai fiqh Hambali dan hadits. Selain itu, Ibnu Sayf juga salah seorang peagum pemikiran Ibnu Taimaiyah yang menyerukan kepada kaum muslimin untuk kembali kepada Al-Qur’an dan hadits serta meninggalkan praktik-praktik bid’ah mereka. Oleh karena itu, tampaknya ada kemungkinan besar ia menyuruh Muhammad bin Abdul Wahab membaca karya-karya Ibnu Taimaiyah. Ibnu Syf yang meikuti perkembangan Ibnu Taimiyah percaya bahwa perubahan harus dilaksanakan untuk menyebarkan pemahaman serta praktik-praktik Islam yang benar. Hanya saja cara yang dianjurkannya tidak dengan kekerasan, melainkan dengan cara-cara sejuk dan damai, seperti melalui pengajaran. Selain itu juga diketahui bahwa Ibnu Sayf mengatakan kepada Muhammad bin Abdul Wahab bahwa senjata yang paling baik lainnya untuk memerangi keyakinan dan praktik-praktik agama yang tidak benar adalah buku.

Proses evolusi intelektual Muhammad bin Abdul Wahab adalah ketika ia melanjutkan studinya ke Basra dan tinggal menetap di kota ini selama 4 (empat) tahun. Di Basra, ia mempelajari hadits, fiqh dan filologi. Salah seorang gurunya di Basra adalah Muhammad Al-Majmu’i. Selain aktifitas belajar dari para ulama

Page 48: SKI Aliyah 3

setempat, ia juga aktif dalam kelompok studi. Aktifitas lainnya yaitu mengajak para ulama untuk melakukan reformasi dunia Islam. Namun usahanya itu mendapat perlawanan dari para ulama, sehingga ia pun meninggalkan Basra.

Abdullah Muhammad bin Abdul Wahab kemudian mengikuti pendidikan di Basra, ia pindak ke Bagdad. Di kota ini ia memasuki kehidupan baru dengan menikahi seorang wanita kaya. Lima tahun kemudian, setelah istrinya meninggal dunia, ia pindah ke Kurdistan kemudian ke Hamdan dan Isfahan. Di kota terakhir ini, ia sempat mempelajari filsafat dan tasawuf. Setelah bertahun-tahun merantau, akhirnya ia kembali ke tempat kelahirannya di Najd.

Di negeri asalnya itu, ia masih sempat mempelajari tafsir Al-Qur’an, syarah assunah dan kitab-kitab lain mengenai ilmu-ilmu keislaman, seperti kitab karangan Ibnu Taimiyah dan Ibnu Qayim Al-Jauziah.

Sejak ia tinggal di Najd, Abdullah Muhammad bin Abdul Wahab mulai bersikap kritis terhadap praktik-praktik keagamaan yang bersifat khurafat, bid’ah dan syirik. Akibat dari sikap kritisnya ini, ia mendapat perlawanan keras dari para ulama dan bahkan dari ayahnya sendiri. Semua pemikiran keras ((radikal itu, ditulisnya ke dalam bentuk buku yang berjudul Kitab Al-Tauhid. Karyanya ini ditulisnya ketika ia menetap kembali ke kampung halamannya, Unaiyah, Najd. Kitab ini dicetak berulangkali dan disebarkan ke kota Najd.

Pemikirannya yang dianggap keras tersebut baru diwujudkan dalam bentuk gerakan setelah kematian ayahnya pada tahun 7440 M. Sejak saat itulah pemikirannya tentang perlunya kembali kepada ajaran Al-Qur’an dan hadits dan hanya Allah yang maha Esa, disebarkan ke dalam bentuk gerakan yang sangat agresif.

Dalam waktu yang relatif singkat, gerakan dan pengaruh pemikiran reformasi tauhid yang dilakukan Muhammad bin Abdul Wahab tersebar luas. Gerakannya ini semakin kuat ketika salah seorang penguasa Uyainah bernama Usman bin Mu’ammar melindungi gerakannya. Usman bin Mu’ammar mencoba merealisasikan dasar-dasar gerakan Muhammad bin Abdul Wahab. Aktifitas pertama yang dilakukannya adalah menghancurkan makam Zayd bin al-Khattab, yang banyak dikunjungi masyarakat untuk meminta berbagai keperluan dan sebagainya. Selain itu, ia juga mulai menghidupkan kembali penerapan hukum Islam tentang perzinahan. Bagi pelaku zina, laki-laki dan perempuan harus dirajam hingga mati.

Aktifitas Muhammad bin Abdul Wahab mendapatkan perlindungan dari penguasa Uyainah ini, mendapatkan reaksi dari para ulama dan masyarakat sekitarnya. Karena begitu kuatnya perlawanan tersebut, akhirnya ia meninggalkan Uyainah dan pergi ke kota Dar’iyah. Kota ini berada di bawah kekuasaan Muhammad bin Sa’ud. Di kota ini, Muhammad bin Abdul Wahab menetap selama lebih kurang 2 (dua) tahun, dan selama itu pula ia mempropagandakan pandangannya dan mengirimkan surat kepada penguasa, ilmuan dan kepala suku di Arabia.

Pada tahun 1744 M Ibnu Sa’ud dan Muhammad bin Abdul Wahab telah membentuk koalisi dalam menyebarkan gerakan Wahabiyah. Penguasa dan pemimpin reformis ini saling bekerja sama dalam menciptakan negara Saudi yang berideologi Wahabi.

Pada tahun 1773 M aktifitas Muhammad bin Abdul Wahab lebih terfokus kepada pendidikan ibadah saja. Hal ini dilakukan terus-menerus hingga kematiannya pada tahun 1791 M. Kematiannya ini tidak membuat gerakan Wahabiyah padam,

Page 49: SKI Aliyah 3

melainkan terus menyebar dan berpengaruh ke daerah-daerah lain di Jazirah Arabia. Paham ini menjadi kuat ketika Wahabiyah dijadikan sebagai ideologi negara kerajaan Saudi Arabia hingga kini.

Pemikiran dan karya Muhammad bin Abdul wahab

1. Pemikiran Muhammad bin Abdul Wahab

Terdapat tiga faktor yang menjadi latar belakang kemunculan gerakan pembaharuan yang dilakukan oleh Muhammad bin Abdul Wahab.

1). Muhammad bin Abdul Wahab dilahirkan dalam lingkungan keluarga yang memiliki basis agama yang cukup kuat. Dengan didikan dan tempaan yang matang dalam bidang agama, khususnya mazhab Hambali, menjadi modal dasar dalam pembentukan pemikirannya.

2). Dari kedua guru Muhammad Hayyat dan Ibnu Sayf, Muhammad bin Abdul Wahab banyak mengenal dan mengkaji pemikiran-pemikiran Ibnu Taimiyah. Seperti diketahui bahwab Ibnu Taimiyah yang hidup pada peralihan abad ke- dn ke- dikenal sebagai bapak pembaharuan, karena ide dan pemikirannya untuk kembali kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah, pembukaan kembali pintu ijtihad dn anti taqlid merupakan tema pokok dalam pemikirannya. Seruan ini kemudian banyak mempengaruhi pemikiran Muhammad bin Abdul Wahab.

3). kondisi sosio-relegius di Najd dan daerah-daerah yang dikunjungi sangat memprihatinkan, terutama paham tauhid yang banyak menyimpang dari ajaran Islam. Pada setiap negara yang dikunjunginya, Muhammad bin Abdul Wahab melihat kuburan-kuburan syekh terekat bertebaran. Tiap kota, bahkan juga kampung-kampung mempunyai kuburan syekh atau wali masing-masing. Ke kuburan-kuburan itu umat Islam pergi naik haji dan meminta pertolongan dari syekh atau wali yang dikuburkan di dalamnya untuk menyelesaikan problema hidup mereka sehari-hari. Ada yang meminta supaya diberi anak, jodoh, disembuhkan dari penyakit dan meminta kekayaan dan lain sebagainya. Selain itu, masyarakat masih dipengaruhi oleh keyakinan animisme. Mereka meyakini pohon dan batu-batuan yang memiliki kekuatan ghaib serta tempat-tempat tertentu untuk meminta pertolongan dalam mengatasi persoalan-persoalan hidup mereka.

Pemikiran-pemikiran yang dikembangkan oleh Muhammad bin Abdul Wahab di antaranya;

a. Tauhid

Page 50: SKI Aliyah 3

Tauhid merupakan tema sentral dalam pemikiran Muhammad bin Abdul Wahab Tauhid. Menurutnya, seperti yang ada dalam bukunya Kitab Al-Tauhid, yakni Al-Ibadah atau pengabdian kepada Allah, karena rasul yang diutus Allah memulai seruannya kepada manusia agar beribadah hanya kepada Allah SWT. Selanjutnya ia mengartikan kalimat tauhid La ilaha illallah bahwa hanya Allah-lah yang mempunyai kekuasaan hakiki dan hanya Allah pula-lah yang patut disembah selain Allah adalah syirik dan thagut.

Muhammad bin Abdul Wahab membagi tauhid dalam empat bagian yaitu: Tauhid Uluhiyah, (tauhid terhadap Allah sebagai yang disembah). Tauhid Rububiyah, (tauhid terhadap Allah sebagai pencipta segala sesuatu), Tauhid Asma dan Sifat, (tauhid yang berhubungan dengan nama dan sifat Allah), dan Tauhid Af’al (tauhid yang berhubungan dengan perbuatan Allah).

Namun dari ketiga tauhid yang disebut terakhir hanya tauhid ilmu dan keyakinan saja. Adapun tauhid yang sesungguhnya adalah tauhid Uluhiyah. Menurutnya, kebanyakan manusia di muka bumi ini hanya memiliki salah satu dari tiga bentuk tauhid (Rububiyah, Asma dan Sifat, serta Af’al), sedangkan tauhid uluhiyah ditolak oleh banyak orang.

Kesimpulan tauhid yang diajarkan dari Muhammad bin Abdul Wahab pada intinya sebagai berikut ;1). Yang boleh dan harus disembah hanyalah Tuhan Allah SWT, dan bagi

orang yang menyembah selain dari Tuhan Allah telah menjadi musyrik dan boleh dibunuh.

2). Kebanyakan orang Islam bukan lagi penganut paham tauhid yang sebenarnya, karena mereka meminta pertolongan bukan lagi kepada tuhan tetapi dari syekh atau wali dari kekuatan ghaib. Orang Islam yang demikian menjadi musyrik.

3). Menyebut nama nabi, syekh atau malaikat sebagai pengantar dalam doa juga merupakan syirik.

4). Meminta syafa’at selain dari kepada Tuhan Allah adalah juga syirik.5). Bernazar kepada selain dari Tuhan Allah juga syirik6). Memperoleh pengetahuan selain dari Al-Qur’an, hadits dan qiyas

merupakan kekufuran.7). Tidak percaya kepad qada dan qadar Tuhan juga merupakan kekufuran.8). Menafsirkan Al-Qur’an dengan ta’wil (interpretasi bebas) adalah kafir.

Ajaran tauhid yang dikembangkan oleh Muhammad bin Abdul Wahab bukan hanya dalam tatanan teoritis, tetapi ia juga mencoba mewujudkan pemikiran tauhidnya dalam bentuk aksi. Dengan gerakan wahabiyahnya, ia berusaha keras untuk memurnikan ajaran Islam dan mengembalikan ajaran pemahaman umat Islam kepada Islam yang murni, yakni Islam yang terdapat di dalam Al-Qur’an dan hadits. Ia pun mengajarkan untuk kembali kepada Al-Qur’an dan Hadits.

Page 51: SKI Aliyah 3

b. Terbukanya pintu ijtihad dan melarang taqlid

Seruan untuk kembali kepada Al-Qur’an dan Hadits membawa konsekkuensi logis bagi terbukanya pintu ijtihad. Hal ini dapat dipahami karena tidak semua ajaran Islam yang bersifat universal diformulasikan secara rinci di dalam Al-Qur’an dan Hadits. Dengan terbukanya pintu ijtihad, maka Muhammad bin Abdul Wahab melarang umet Islam untuk bertaqlid kepada para ulama.

c. Penetapan hukum Islam harus merujuk kepada Al-Qur’an dan Hadits

Prosedur yang harus dilalui dalam menetapkan hukum Islam yaitu pertama-tama harus meneliti apakah persoalan tersebut terdapat dalam Al-Qur’an dan Hadits. Jika tidak ada, maka diperlukan ijma’ (konsensus). Bagi Muhammad bin Abdul Wahab, ijma’ dipahami secara terbatas, yakni pada beberapa generasi muslim pertama.

d. Tawassul dan bid’ah

Muhammad bin Abdul Wahab membantah dengan keras lawan-lawannya yang membolehkan adanya tawassul. Menurutnya, ibadah dimaksudkan untuk menyerahkan seluruh ucapan dan tigkah laku hanya kepada Allah semata. Meminta bantuan atau perlindungan melalui perantaraan seseorang atau kepada simbol-simbol yang bersifat mistik dilarang dalam Islam. Sementara itu, dalam mengartikan bid’ah Ibn Abdul Wahab sangat ketat. Bid’ah didenifisikan sebagai ajaran atau aktifitas yang tidak berdasarkan kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah (praktik-praktik yang dijalankan oleh Rasullulah). Ia menolak semua bentuk bid’ah. Baginya tidak ada bid’ah hasanah. Beberapa contoh yang diklaim sebagai bid’ah yaitu; memasang kain Raudhah, mengucapkan kata Sayyidina Muhammad, merayakan hari lahirnya nabi, meminta tawassul dari para wali, mengirimkan Fatihah kepada para pendiri sufi setelah sholat lima waktu, dan mengulang sholat lima waktu setelah selesai shalat Jum’at di bulan Ramadhan.

2. Karya-karya Muhammad bin Abdul Wahab

Muhammad bin Abdul Wahab dapat digolongkan sebagai ulama yang produktif. Hal ini dapat dilihat dari karangannya yang mencapai puluhan judul. Kitab-kitabnya itu antara lain adalah:

Kitab Al-Tauhid, yang isinya berkisar tentang ajaran pemberantasan bid’ah dan kurafat yang terdapat di kalangan masyarakat dan ajaran untuk kembali pada ajaran tauhid yang murni.

Tafsir Surah Al-FatihahMukhtasar Sahih Al-BukhariMukhtasar As-Sirah An-NabawiyahNasihah Al-Mudlimin bi Ahadis Khatam An-Nabiyin

Page 52: SKI Aliyah 3

Usuhul ImanKitabul KabairKasyf AsysyubuhatSalasul UsulAdabul Masi Ila As-SalahAhadis Al-FitahMukhtasar Zad Al-Ma’adAl-Masa’il Al-Lati Khalafa Fiha Rasulullah Ahi Al-JahiliyahAt-Tauhid Fi Ma Yajibu min Haqqillah ‘Alal ‘AbidArba’i Qawa’id fittauhidIstinbathul Qur’an.

Gerakan Wahabiyah dan implikasinya pada pembaharuan Islam

Gerakan Wahabiyah tidak bisa dilepaskan dari nama Muhammad bin Abdul wahab. karena dialah yang membangun gerakan tersebut. Namun, nama gerakan itu tidak berasal dari Muhammad bin Abdul Wahab sendiri, melainkan dari golongan lain yang menjadi lawannya. Para pengikut Muhammad bin Abdul Wahab menamakan kelompoknya dengan sebutan Al-Muwahidun, yaitu kelompok yang berusaha mengesakan Tuhan semurni-murninya. Selain itu, mereka menamakan dirinya sebagai kaum Suni, pengikut mazhab Hambali, seperti yang dianut oleh Ibnu Taimiyah.

Para ahli sejarah menilai bahwa tujuan didirikan gerakan Wahabiyah adalah usaha untuk melakukan usaha perbaikan semata-mata, maksudnya memperbaiki kepincangan-kepincangan, menghapuskan segala perbuatan takhayul dan kembali pada Islam sejati. Namun dalam perkemangan sejarahnya, orientasi gerakan ini mengalami pembiasaan sehingga tujuan awal untuk pemurnian ajaran tauhid mengalami perkembangan dengan menambahkan adanya misi politik untuk membangun negara Saudi. Perubahan orientasi ini terlihat jelas ketika Muhammad bin Abdul Wahab berkoalisi dengan keluarga Al-Sa’ud untuk memperluas wilayah kekuasaan dan kemudian mendirikan kerajaan Saudi Arabia.

Gerakan Wahabiyah dapat dikatagorikan ke dalam tiga periode:

1. Periode Muhammad bin Abdul Wahab

Periode ini merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan awal dari gerakan Wahabiyah. Seperti yang telah diuraikan pada bagian awal bahwa ketika Muhammad bin Abdul Wahab berada di Basra, ia sudah melakukan berbagai analisis kritis dan kritikan tajam mengenai keadaan masyarakat di kota itu. Sikap ini menunjukkan adanya keinginan Muhammad bin Abdul Wahab untuk melakukan upaya gerakan reformasi akidah dan pemurnian ajaran Islam dari berbagai ketidabenaran dan penyimpangan. Keinginan tersebut baru dapat diwujudkan dalam bentuk gerakan ketika ia kembali lagi ke kampung halamannya, Uyainah, Najd. Bahkan dalam kurun waktu yang tidak begitu lama, gerakan tersebut semakin tumbuh berkembang hingga akhirnya terjadi koalisi dengan penguasa Usman bin Mu’ammar.

Page 53: SKI Aliyah 3

Kemudian pada tahun 1744 M, gerakan Wahabiyah lahir di Dar’iyah, berkat kerja sama yang baik antara Muhammad bin Abdul Wahab dengan Muhammad bin Sa’ud. Dua orang tokoh inilah yang kemudian mengembangkan gerakan Wahabiyah dan menjadikannya sebagai simbol gerakan dan ideologi karajaan Saudi Arabia.

Kematian kedua tokoh ini, Muhammad bin Saud pada tahun 1765 M dan Muhammad bin Abdul Wahab pada tahun 1792 M, tidak menghentikan misi kedua tokoh tersebut dalam melakukan usaha gerakan reformasi Islam. Gerakan Wahabiyah dalam kepemimpinan selanjutnya di pegang oleh keluarga Saud dan keturunan keluarga Muhammad bin Abdul Wahab.

Oleh karena itu, di sekitar permulaan abad ke-19 M, masyarakat Saudi Arabia, Wahabiyah menguasai semenanjung Arabia dan kota suci Mekkah dan Madinah. Selanjutnya, untuk menyebarkan paham Wahabiyah secara luas, kaum Wahabi melakukan ekspansi ke wilayah Irak dan Syria. Namun usaha itu mendapatkan perlawanan dari penguasa Turki. Pemimpin Turki meminta bantuan kepada Gubenur Mesir, Muhammad Ali Pasha, untuk mengirim tentaranya mengalahkan kaum Wahabi. Akhirnya pada tahun 1812 M tentara Mesir menduduki Madinah dan tahun 1818 M menguasai pusat pemerintahan Saudi di Dar’iyah. Dengan kekalahan ini, maka periode gerakan pertama Wahabiyah berakhir.

2. Periode Negara Saudi yang Berideologi wahabiyah

Tentara Mesir tidak lama menguasai Arabia. Kondisi ini dimanfaatkan oleh para pemimpin Saudi untuk mengambil alih kekuasaan, kemudian mereka mendirikan pusat pemerintahan di Riyadh. Tokoh kunci yang mengambil alih kekuasaan ini adalah cucu Muhammad bin Saud, yakni Turki (wafat 1834), dan anak-anaknya Faisal (wafat 1865). Negara Wahabi yang baru ini secara politis dan keagamaan lebih kecil dibandingkan dengan negara Saudi-Wahabi yang pertama. Meskipun demikian, negara ini dianggap sebagai negara yang mampu mewariskan ajaran-ajaran Wahabiyah.Kemudian pada penghujung abad ke-19 M, tepatnya setelah meninggalnya Faisal, terjadi konflik di dalam keluarga Saud. Dalam kondisi tersebut, akhirnya kekuasaan pada wilayah Saudi dipegang oleh kepala suku Arab lainnya. Pada tahun 1890 M keluarga Saud diasingkan dan sejak itu pula periode kedua berakhir.

3. Periode Kebangkitan Abad Ke-20 M

Periode ini ditandai dengan pengambil alihan kota Riyadh oleh Abdul Aziz bin Abduurrahmman yang terkenal dengan panggilan Ibn Saud (1879-1953 M), mengambil alih Riyadh. Kemudian, ia melakukan ekspansi ke beberapa daerah untuk menetapkan kekuasaannya. Akhirnya pada tahun 1920 M Abdul Aziz dapat

Page 54: SKI Aliyah 3

menguasai kembali beberapa daerah yang telah menjadi kekuasaan negara Saudi-Wahabi pertama dengan gerakan militer dan diplomasi.

Abdul Aziz dalam memimpin Saudi ini sangat konsisten akan misi Wahabi dan konstitusi yang digunakan berdasarkan Al-Qur’an. Keluarga syeikh memainkan peranan penting sebagai penasehat dan orang yang mengesahkan kebijakan negara. Kunci kesuksesan militer Saudi adalah menciptakan persaudaraan dan tentara-tentara suku Arab diorganisir dengan baik.

Pasca perubahan negara Saudi menjadi kerajaan, peranan gerakan Wahabiyah masih dominan. Namun gerakan Wahabiyah tidak lagi bersifat konserfatif, melainkan bekerja dalam kerangka modern.

Implikasi yang ditimbulkan gerakan Wahabiyah terhadap pembaharuan Islam cukup besar. Implikasi itu paling tidak dapat dilihat dalam dua hal besar yang berpengaruh terhadap dunia Islam.

1). ajaran-ajaran kaum Wahabiyah terutama Tauhid, kembali kepada Al-Qur’an dan Hadits serta Ijtihad, mempengaruhi pemikiran dan usaha-usaha pembaharuan pada periode modern dari sejarah Islam, perkembangan dan pemikiran dan usaha-usaha pembaharuan terutama terjadi di Mesir, India, Afrika dan Indonesia.

2). sikap teokratik-revolusioner yang ditunjukkan gerakan Wahabiyah banyak mempengaruhi gerakan militansi yang ada pada abad ke-19 M. Beberapa contoh gerakan semisal yaitu; di India, ada sebuah gerakan yang dipimpin oleh Syariatullah dan Sayyid Ahmad melawan kesultanan Moghul yang tengah mengalami kemunduran, kelompok-kelompok Sikh, dan penjajahan Inggris. Di Aljazair, gerakan tarekat yang dipimpin oleh Ibnu Ali Al-Sanusi di Cyrenaica yang mendirikan negara teokratik di Lybia bagian selatan dan di wilayah katulistiwa Afrika sebagai protes terhadap kecenderungan sekuleristik sulta-sulta Usmani; dan tarekat Al-mahdi dibentuk oleh Muhammad Ahmad sebagai alat pemberontak di Sudan Timur melawan pemerintah Turki-Mesir dan para penasehatnya dari Eropa. Bahkan wilayah-wilayah yang sangat jauh seperti di Nigeria dan Sumatera (gerakan Paderi), pengaruh Wahabi berperan dalam meledakkan gerakan-gerakan militan Islam.

Posisi gerakan Wahabiyah

Gerakan Wahabiyah, adalah murni sebuah gerakan purifikasi keagamaan yang timbul sebagai reaksi terhadap kondisi internal umat Islam pada saat itu. Gerakam purifikasi keagamaan ini dinilai sebagai gerakan yang paling berhasil dari usaha yang serupa di seluruh dunia Islam. Karena di antara tujuan ideal dari gerakan Wahabiyah

Page 55: SKI Aliyah 3

berhasil menampilkan gagasan pembaharuan yang sedikit demi sedikit tersebar di seluruh dunia Islam.

Gerakan Wahabiyah memiliki beberapa kelemahan; 1). terlalu revolusioner dan radikal sehingga banyak mendapat perlawanan dari para

ulama ortodoks. Karena itu ada ahli kemudian memandang bahwa gerakan Wahabiyah merupakan prototipe (jadi model) gerakan fundamentalisme keagamaan dan politik yang mempunyai semangat purifikasi internal. Muhammad bin Abdul Wahab menggoyang pendulum reformisme Islam ke titik ekstrem: Fundamentalisme Islam.

2). anti rasionalisme yang berlebihan sehingga semangat ijtihad yang diserukannya tidak efektif, karena intelektualisme tidak diberikan tempat yang proposional. Peneilaian yang seringkali muncul dan menimbulkan perbedaan terhadap gerakan Wahabiyah yakni keberadaan gerakan tersebut dalam wacana pembaharuan Islam. Satu sisi menilai gerakan Wahabiyah sebagai gerakan purifikasi. Sementara pada sisi yang lain gerakan Wahabiyah sebagai gerakan pembaharuan (modernisme). Kedua penilaian ini kadang didikotomiskan antara satu dengan yang lainnya, sehingga terjadi perbedaan.

Sebenarnya perbedaan ini tidak perlu ada apabila diambil dari akar kata kedua istilah tersebut yaitu kata Tajdid. Sebab kata Tajdid mengemban misi ganda,yaitu :1). Mengembalikan semua bentuk kehidupan keagamaan pada contoh jaman awal

Islam. Gerakan yang mengorientasikan pada tijuan ini disebut dengan gerakan purifikasi.

2). Dengan landasan universalitas ajaran Islam, kata Tajdid kemudian dimaksudkan sebagai upaya untuk mengimplementasikan ajaran Islam sesuai dengan tantangan perkembangan kehidupan. Gerakan yang memperjuangkan gerakan ini biasanya dikenal sebagai gerakan renewal (pembaharuan).

Gerakan pembaharuan atau purifikasi yang dilakukan Muhammad bin Abdul Wahab dapat dikelompokkan ke dalam gerakan yang disebut sebagai revivalisme pramodernis (pramodernisme revivalis). Pertimbangan dasar yang digunakan karena gerakan Wahabiyah lebih berorientasi pada perbaikan moral dan kehidupan sosial masyarakat.

La Tansa

- Nama lengkap Abdullah bin Abdul Wahab adalah : Abdullah Muhammad bin Abdul Wahab Sulaiman bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Rasyid At-Tamimi

Page 56: SKI Aliyah 3

- Abdullah Muhammad bin Abdul Wahab meniti karir dari ayahnya sendiri dibidang fiqih bermadzhab Hambali, Al-Qur’an (tafsir), hadits dan tauhid

- Pendidikan yang diterima dari ayahnya telah menjadi dasar yang kuat bagi Muhammad bin Abdul Wahab dalam menghafal Al-Qur’an dan hadits-hadits yang terdapat dalam kitab Kutubus Sittah.

- Memasuki usianya yang ke-20 (dua puluh), ia sudah mulai bersikap kritis terhadap kondisi sosial dan keagamaan pada masyarakatnya. Tak jarang ia melakukan kritikan bahkan celaan terhadap segala macam bentuk kepercayaan yang berbau kemusyrikan dan praktik-praktik yang menyimpang dari syari’at Islam.

- Sikap kritisnya berdampak besar bagi diri dan keluarganya. Ia sendiri diasingkan oleh para ulama. Sementara ayahnya dipecat dari jabatannya sebagai Qadi. Akibat tekanan politik dan keagamaan masyarakatnya, ditambah dengan pemecatan ayahnya, menyebabkan keluarga Muhammad bin Abdul Wahab tidak dapat menjalani kehidupan sebagaimana mestinya

- Di Madinah Muhammad bin Abdul Wahab belajar dibawah bimbingan dua orang syeikh yaitu Abdullah bin Ibrahim bin Sayf dan syeikh Muhammad Hayyat Al-Sindi. Ke dua syeikh tersebut adalah pengagum ajaran Ibnu Taimiyah dan ulama yang menganjurkan untuk melakukan gerakan reformasi dimana-mana.

- Karya-karya Muhammad bin Abdul Wahab, diantaranya adalah :- Kitab Al-Tauhid, yang isinya berkisar tentang ajaran pemberantasan

bid’ah dan kurafat yang terdapat di kalangan masyarakat dan ajaran untuk kembali pada ajaran tauhid yang murni.

- Tafsir Surah Al-Fatihah- Mukhtasar Sahih Al-Bukhari- Mukhtasar As-Sirah An-Nabawiyah- Nasihah Al-Mudlimin bi Ahadis Khatam An-Nabiyin- Usuhul Iman- Kitabul Kabair- Kasyf Asysyubuhat- Salasul Usul- Adabul Masi Ila As-Salah- Ahadis Al-Fitah- Mukhtasar Zad Al-Ma’ad- Al-Masa’il Al-Lati Khalafa Fiha Rasulullah Ahi Al-Jahiliyah- At-Tauhid Fi Ma Yajibu min Haqqillah ‘Alal ‘Abid- Arba’i Qawa’id fittauhid- Istinbathul Qur’an.

Tamrinat 5

Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan benar !

1. Siapakah nama lengkab Abdullah bin Abdul wahab ?

Page 57: SKI Aliyah 3

2. Dimanakah Abdullah bin Abdul wahab memperoleh pendidikan ?3. Sebutkan dampak dari sikap kritis Abdullah bin Abdul Wahab !4. Jelaskan ! Apakah yang dimaksud dengan faham Wahabiyah ?5. Tuliskan beberapa karya Abdullah bin Abdul wahab !

Amanah :

Ceritakan dengan singkat perjalanan hidup Abdullah bin Abdul wahab !

Bagian

6 JAMALUDDIN AL-AFGHANI

Page 58: SKI Aliyah 3

BIOGRAFI SINGKAT JAMALUDDIN AL-AFGHANI Nama lengkap : Jamaluddin al-AfghaniLahir : tahun 1838 M. di As’adabad, dekat Konar wilayah Kabul.Gelar : Sayyid, jalur keturunan keturunan Husein bin Ali bin Abi

TholibMadzhab : HanafiPendidikan : Menekuni dalan dunia filsafat, juga mempelajari tasawuf,

bahasa Arab, bahasa Persia dan bahasa Perancis.

Pada usia 18 tahun Jamaluddin al- Afghani pergi ke India dan tinggal di sana selama 1 (satu) tahun sebelum menunaikan ibadah haji pada tahun 1857 M. Sekembalinya di Afghanistan, ia memasuki dinas pemerintahan Amir Dost Muhammad Khan. Ketika Amir Dost meninggal dan digantikan oleh Sher Ali, ia diangkat menjadi menteri. Tetapi, karena situasi politik ketika itu tidak menentu, akhirnya Amir Sher Ali dijatuhkan. Kejatuhan Amir Sher Ali juga berdampak pada kedudukan Al-Afghani, hingga ia juga turun dari jabatan itu.

Jamaluddin al-Afghani tidak mau terlibat lebih jauh dalam politik praktis, akhirnya Al-Afghani berusaha menghindar dengan meninggalkan Afghanistan pada tahun 1869 M dan pergi menuju India. Di India Jamaluddin Al-Afghani menetap selama lebih kurang 2 (dua) bulan. Waktu yang sangat relatif singkat itu dimanfatkannya untuk memberikan pengeringatan kepada dunia Islam tentang bahaya dominasi Barat. Tidak hanya itu, ia juga terus berfikir untuk mencari jalan keluarnya dengan berbagai cara agar umat Islam dapat keluar dari dominasi Barat yang sudah begitu kuat ketika itu. Pemikiran gerakan yang dilancarkan dari India itu merupakan langkah awal baginya untuk mengkampanyekan anti kolonialisme dan imperialisme Barat.

Jamaluddin al-Afghani melakukan kampanye anti imperialisme dan kolonialisme. Hal ini dipandang oleh bangsa-bangsa barat, India dan Inggris sangat membahayakan. Pemerintah penjajahan Inggris di India sangat mengkhawatirkan pengaruh kekuatan Al-Afghani, karena dinilai akan menghasut bangsa India yang kemudian akan melakukan gerakan perlawanan terhadap penjajah Inggris. Karena itu, Al-Afghani selalu berhadapan dengan kekuatan penguasa Inggris dan seringkali dijebloskan ke penjara.

Setelah beberapa lama dipenjarakan di India, Al-Afghani keluar dari penjara, maka ia memilih meninggalkan India dan selanjutnya pada tahun 1871 M ia menuju Mesir. Pada awal kedatangannya di Cairo, Mesir, Al-Afghani berusaha meninggalkan persoalan-persoalan politik di negeri itu dan memusatkan perhatiannya pada ilmu pengetahuan dan sastra Arab. Karena ia termasuk orang yang cukup dikenal ketika itu, maka tak heran apabila tempat tinggalnya menjadi pusat pertemuan untuk mendiskusikan perihal ilmu pengetahuan, filsafat, logika, tasawuf dan astronomi. Para peserta diskusi terdiri dari orang-orang terkemuka dalam bidang peradilan, dosen-dosen, pegawai pemerintah dan mahasiswa dari Al-Azhar serta perguruan tinggi lain di Mesir. Di antara murid-murid Jamaluddin Al-Afghani, ada yang berasal dari kelompok akademis, budayawan dan tokoh pergerakan, seperti Muhammad Abduh, Sa’ad Zaghlul dan para pemimpin kemerdekaan Mesir.

Page 59: SKI Aliyah 3

Rencana Al-Afghani untuk meninggalkan lapangan politik dan menekuni bidang ilmiah, ternyata tidak bertahan lama, karena ketika campur tangan Inggris meningkat dalam soal politik di Mesir, Al-Afghani terpanggil untuk membela kepentingan rakyat Mesir dari campur tangan Inggris. Untuk itu Al-Afghani kembali ke kancah politik di Mesir, meskipun hanya 3 (tiga) tahun (1876-1879 M). Meskipun singkat, Al-Afghani telah memberikan sumbangan pemikiran dan gerakan yang sangat besar bagi kepentingan perjuangan masyarakat Mesir pada periode berikutnya.

Aktifitas politik yang dilakukannya di Mesir mendapat perhatian serius dari penguasa lokal Khedewi Taufiq. Karena itu, pada tahun 1879 M atas tekanan Inggris. Khadewi Taufiq mengusir Al-Afghani dari Mesir. Pengusiran ini secara diam-diam disambut baik oleh kelompok konservatif (kolot) Al-Azhar yang selama ini ini terganggu oleh ajaran filsafat Al-Afghani. Setelah terusir dari Mesir, Al-Afghani pergi menuju India. Di India Al-Afgani juga terlibat dalam urusan politik di sana, sehingga ia ditahan dan dibebaskan pada tahun 1882.

Pada tahun 1883 M Al-Afghani pergi ke London, Inggris terus pindak ke Paris. Di kota yang terakhir ini Al-Afghani mendirikan perkumpulan Al-‘Urwah Al-wusqa, dengan anggota terdiri dari orang-orang Islam, India, Suria, Afrika Utara dan lain-lain. Di antara tujuan yang hendak dicapai ialah memperkuat rasa persaudaraan Islam, membela Islam dan membawa umat Islam kepada kemajuan. Majalah Al-Urwah Al-Wusqa yang menerbitkan oleh perkumpulan ini cukup terkenal tidak hanya di Perancis dan negara-negara Timur Tengah, dan anak Benua di India, tetapi juga di Indonesia. Hanya saja, majalah yang cukup fenomenal itu tidak berumur panjang karena dibreidel. Penerbitannya terpaksa dihentikan, karena dunia Barat melarang majalah itu masuk ke dunia Islam yang berada dibawah kekuasaan bangsa-bangsa Barat.

Pada tahun 1889 M, Al-Afghani diundang datang ke Pesia untuk membantu penyelesaian persengketaan Persia-Rusia yang timbul karena politik pro Inggris yang dianut pemerintah Persia ketika itu. Al-Afghani tidak setuju denagn pemberian konsesi-konsesi ekonomi oleh Syah Nasiruddin kepada Inggris berupa pengakuan monopoli warga negara Inggris dalam pembelian, penjualan dan ekspor semua tembakau Iran. Akibatnya, timbul perselisihan paham antara Syah dengan Al-Afghani. Perselisihan ini berujung pada pengusiran dari Persia. Tetapi ia sempat berlindung pada sebuah tem,pat suci di Persia. Baru pada bulan januari tahun 1891 M, ia ditangkap, dihajar dan dipaksa berjalan dengan kaki tangan terikat rantai. Perbuatan yang dilakukan oleh Syah Nasruddin ini menimbulakan kemarahan pada pengikut Jamaluddin Al-Afghani. Akibatnya, pada tahun 1896 M Syah dibunuh oleh seorang pengikut fanatik Al-Afghani.

Pada tahun 1892 M atas undangan Sulta Abdul Hamid dari kerajaan Turki Usmani, Al-Afghani pindah ke Istambul. Tujuan antara lain adalah untuk membicarakan mengenai bentuk kerja sama dan penggalangan ketakutan umat Islam guna melawan kekuatan Eropa. Hal itu dilakukan Sulta karena bangsa Barat telah semakin merajalela menguasai wilayah Timur Tengah dan daerah-daerah kekuasaan Usmani lainnya. Tetapi rupanya kerja sama antara keduanya tidak bisa tercapai.karena ternyata pengaruh jamaluddin Al-Afghani di dunia Islam lebih besar ketimbang pengaruh kekuasaan Sutan sementara Al-Afghani menyadari bahwa bila ia meneruskan kerja sama, kebebasan akan hilang karena dibatasi oleh Sultan, sehingga

Page 60: SKI Aliyah 3

ia tidak dapat keluar dari Istambul. Meskipun begitu, akhirnya ia tetap bertahan di Istambul hingga akhir hayatnya pada tahun 1897 M karena kangker dan tidak meninggalkan anak istri, karena ia hidup membujang sepanjang umurnya.

Pemikiran dan Pembaharuan Jamaluddin Al-Afghani

Dalam sejarah hidupnya Al-Afghani seka pindah-pindah dari suatu negara Islam ke negara Islam lainnya, seperti telah diuraikan di atas merupakan pengalaman yang sangat berarti. Karena dapat memberikan kesadaran penuh bagi dirinya tentang adanya dua kehidupan yang berlainan, yaitu kehidupan Barat dan Islam. Dunia Islam hampir mengalami kemunduran di segala kehidupan, termasuk bidang ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan di dunia Islam dalam keadaan mandeg (stagnasi) dan umat Islam banyak dipengaruhi oleh sifat statis, kuat berpegang pada taklid dan bersikap fatalistis. Sebaliknya, ia melihat dunia Barat dalam kemajuan yang pesat. Realitas tersebut selanjutnya mendorong Al-Afghani untuk memunculkan pemikiran-pemikiran baru agar umat Islam dapat mengejar ketinggalan mereka dari dunia Barat dan membenaskan diri dari sikap fatalistis.

Jamaluddin Al-Afghani memiliki pemikiran, bahwa Islam adalah agama yang sesuai untuk semua agama, semua jaman dan semua keadaan. Kalau kelihatan ada pertentangan antar ajaran-ajaran Islam dengan kondisi yang dibawa perubahan jaman dan perubahan kondisi, penyesuaian dapat diperoleh dengan mengadakan interprestasi baru tentang ajaran-ajaran Islam seperti tercantum dalam Al-Qur’an dan hadits. Untuk interprestasi itu diperlukan ijtihad dan pintu ijtihad baginya terbuka.

Jamaluddin Al-Afghani yakin, bahwa dalam ajaran agama Islam tidak pernah menganjurkan apalagi memerintahkan umat Islam untuk berlaku statis dan mundur. Namun sebaliknya, Islam terus mendorong umat manusia untuk selalu maju. Jika pada kenyataannya umat Islam mengalamu kemunduran pada suatu periode sejarah, maka dapat dipastikan bahwa kemunduran itu disebabkan oleh umat Islam itu sendiri bukan disebabkan oleh ajaran agama yang dianutnya.

Jamaluddin Al-Afghani menilai bahwa kemunduran umat Islam pada masa itu disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:1. Umat Islam telah meninggalkan ajaran Islam yang sebenarnya, telah

dipengaruhi sifat statis, kuat perpegang pada taqlid, bersikap fatalistis telah meninggalkan ahklak tinggi dan telah melupakan ilmu pengetahuan. Sikap seperti itu pada gilirannya akan menimbulkan kejumudan befikir di dunia Islam dan kebodohan yang menyeluruh, bahkan akan menciptakan jurang pemisah antara golongan elit ulama dan masyarakat awam.

2. Adanya paham Jabariyah dan salah paham tentang qada dan qadar, sehingga memalingkan mereka untuk berusaha dengan sungguh-sungguh dan bekerja keras. Qada dan Qadar yang dipahami msyarakat pada waktu itu tidak lagi seperti yang dipahami oleh beberapa generasi sebelumnya. Pemahaman yang berkembang saat itu telah mencapai tingkat ekstrim yang menjelma dalam bentuk fatalistik. Sebenarnya Qada dan qadar itu sendiri mengandung pengertian bahwa segala sesuatu terjadi menurut ketentuan sebab akibat, kausalitas. Kemauan manusia merupakan mata rantai kausalitas itu.

Page 61: SKI Aliyah 3

3. Salah satu pengertian tentang maksud hadits yang mengatakan bahwa umat Islam akan mengalami kemunduran di akhir jaman. Salah pengertian ini membuat umat Islam tidak berusaha merubah nasib mereka.

4. Lemahnya rasa persaudaraan di kalangan umat Islam dan terputusnya tali persaudaraan. Hal ini tidak terjadi di kalangan awam saja, tetapi dikalangan alim ulama. Ulama Turki tidak lagi kenal dengan ulama Hijaz, demikian para ulama India tidak mempunyai hubungan dengan ulama Afganistan. Kondisi serupa juga terjadi di kalangan raja-raja, seorang raja Islam tidak lagi mempunyai hubungan dengan raja Islam lainnya, bahkan terkadang mereka saling menyerang.

5. Sebab-sebab kemunduran yang bersifat politis ialah perpecahan yang terdapat pada umat Islam, pemerintahan absolut, mempercayakan pimpinan umat kepada orang-orang yang tidak dapat dipercaya, mengabaikan permasalahan militer, menyerahkan administrasi negara kepada orang yang tidak kompeten dan intervensi asing.

Untuk dapat merubah kemunduran umat Islam menjadi maju, Al-Afghani dengan kemampuan intelektual dan keluasan berfikirnya terus berusaha untuk mengikis dan menghilangkan kemunduran tersebut di atas. Upaya untuk memajukan kembali umat Islam seperti yang pernah dicapai pada saat klasik, pernah dilakukannya ketika ia berada di Mesir. Di sana ia memberikan kuliah dan mengadakan diskusi dalam berbagai disiplin ilmu, terutama dalam bidang filsafat, logika, tasawuf dan astronomi yang pada waktu itu tidak ada lagi dipelajari oleh kaum muslimin.

Adapun buku-buku yang diajarkan dan didiskusikan adalah sebagai berikut:1. Dalam bidang ilmu tasawuf, ia menggunakan kitab Al-Zaura’ karya Al-

Duwani. Melalui kitab ini mengembalikan ajaran tasawuf ke jalur sebenarnya dan sesuai dengan ajaran Islam. Selain itu juga berguna mengantisipasi tarekat-tarekat yang pada saat itu telah diliputi oleh khurafat dan superstisi (bid’ah)

2. Dalam bidang logika, ia menggunakan buku Syah Al-Quthb Al-Syamsiyah. Melalui kitab ini, ia ingin mengajak umat untuk berpikir lurus dan benar, sedang caranya ilmu logika harus dikuasai.

3. Dalam bidang filsafat, ia menggunakan kitab Al-Hidayah, Al-Isyarah, Al-Hikmah Al-Isyraq. Melalui buku-buku ini, Al-Afghani ingin mengajarkan cara berpikir benar dan mendalam tentang segala sesuatu. Karena dengan cara demikian, umat Islam akan mampu menggali ajaran agama dari sumbernya, yaitu Al-Qur,an dan Al-Hadits.

4. Dalam bidang astronomi, ia menggunakan buku Tadzkirah, karangan Syekh Al-Thusi.

Dengan demikian, cara dan metode atau media yang dipergunakan Jamaludin Al-Afghani dalam mengadakan pembaharuan berlainan dari apa yang dilakukan oleh Muhammad Ali dan Al-Tahtawi. Jika Al-Tahtawi mengadakan pembaharuan di Mesir dengan mengirimkan pelajar ke Barat (Perancis) dan Muhammad Ali dengan menerjemahkan buku-buku asing, maka Al-Afgani lebih tertarik untuk menggali pengetahuan dan filsafat tersebut dari kitab-kitab klasik, karena dengan menguasai filsafat umat Islam akan dapat mengejar ketinggalannya dari Barat, bahkan kemungkinan akan melampauinya.

Page 62: SKI Aliyah 3

Jamaluddin Al-Afghani berpendapat, bahawa untuk memeperbaiki kondisi umat Islam hanya ada satu jalan, yaitu kembali kepada ajaran Islam yang sebenarnya yang terdapat pada dalam Al-Qur’an dan hadits. Selain itu, hati mesti disucikan, budi pekerti luhur dihidupkan kembali. Demikian pula kesediaan berkurban untuk kepentingan umat. Dengan berpedoman pada ajaran-ajaran dasar dan riset yang dilakukan, umat Islam akan dapat bergerak dinamis dan mencapai kemajuan.

Jamaluddin Al-Afghani dalam setiap aktifitas ilmiahnya tidak pernah membatasi pembahasan buku-buku di atas hanya pada apa yang tertera (tekstual), tetapi ia juga mengajak murid-muridnya untuk menggali dan mengembangkan lebih dalam lagi secara kontekstual. Tidak hanya memahami lafal dan kalimatnya saja, tetapi juga harus dikaji dan dipahami secara mendalam. Karenanya tak heran bila terkadang ia membawa kajian tersebut pada kehidupan nyata, pada keadaan sosial yang sedang berkembang saat itu.

Pemikiran lain yang juga dikemukakan oleh Al-Afghani guna memperbaiki keadaan umat Islam ialah:1. Corak pemerintahan otokrasi harus dirubah dengan corak pemerintahan

demokrasi. Kepala negara harus mengadakan syura dengan pemimpin-pemimpin masyarakat yang banyak mempunyai pengalaman. Pengetahuan manusia secara individual terbatas sekali. Islam menurut pendapatnya menghendaki pemerintahan republik yang di dalamnya terdapat kebebasan mengeluarkan pendapat dan kewajiban kepala negara tunduk kepada undang-undang dasar

2. Di atas segala-galanya itu, persatuan umat Islam itu mesti diwujudkan kembali. Denagn bersatu dan bekerja sama yang erat umat Islam akan dapat kembali memperoleh kemajuan. Persatuan dan kerja sama merupakan sendi yang amat penting dalam Islam

Dari banyak uraian di atas, dapat kita simpulkan yang ditekankan oleh Al-Afghani dalam semua kegiatan dan tulisannya bukan hanya Islam, melainkan juga masalah anti imperialisme. Al-Afghani merupakan seorang pemikir dan pejuang umat Islam yang dihadapkan pada imperialisme Barat. Ia juga menyerukan kepada kepada orang-orang yang beriman untuk melawan serangan gencar orang-orang kafir (Barat), karena mereka membahayakan Islam dan umat Islam. Selain itu, ia juga berusaha menemukan sumber kekuatan Barat. Oleh karena itu, ia terus mendorong semua umat Islam untuk memperkuat peradaban mereka dengan mempelajari ilmu pengetahuan dari Barat dan mencontohnya.

Ide dan pemikiran Jamaluddin Al-Afghani telah menumbuhkan semangat luar biasa di dunia Islam. Pemikirannya ini banyak mempengaruhi pemikiran Sa’ad Zaghlul yang nasionalis dan Muhammad Abduh yang modernis. Dan Abduh, sebagaimana gurunya juga mempunyai pengaruh besar di dunia Islam.

Pan Islamisme dan Politik ala Jamaluddin al-Afghani

Jamaluddin Al-Afghani dalam sejarah hidupnya, sejak usia remaja hingga akhir hayatnya selalu terlibat dalam kegiatan politik. Hal ini tidak terlepas dari tujuan pokok yang ingin diperjuangkannya, yaitu kemerdekaan kaum muslimin dari dominasi Barat. Perjalannanya dari satu negara Islam ke negara Islam lainnya teklah menimbulkan kesadaran dalam dirinya. Bahkan mungkin ia adalah orang Islam yang

Page 63: SKI Aliyah 3

pertama yang dengan jelas menyadari bahwa dunia Islam yang dijajah bukan hanya Afghanistan atau India dan Mesir saja, tetapi juga semua negara Islam berada di bawah dominasi bangsa-bangsa Barat. Ia pula yang pertama-tama yang menggunakan konsep Islam dan Barat sebagai istilah yang mengandung arti gejala sejarah yang korelatif.

Sejak usia 18 tahun ia sudah aktif dalam dunia politik. Ketika pulang haji pada tahun 1857 M. Setelah itu ia memasuki dinas pemerintahan Amir Dost Muhammad Khan. Ketika Amir Dost meninggal dan digantikan oleh Amir Sher Ali, Al-Afghani diangkat menjadi penasehatnya. Beberapa tahun kemudian ia diangkat oleh Muhammad ’Azam Khan menjadi Perdana Menteri. Ketika pada tahun 1869 M pihak yang disokong Inggris dapat menggulingkan pemerintahan Muhammad ’Azam Khan, Al-Afghani merasa lebih aman meninggalkan Afganistan menuju India.

Selama tinggal di India, Al-Afghani tidak dapat berbuat banyak, karena adanya tekanan dari pihak pemerintah setempat. Oleh karena itu, pada tahun 1871 M ia pindah ke Mesir dan menetap disana sampai tahun 1871 M ia pindah ke Mesir dan menetap di sana sampai tahun 1879 M. Kegiatan politik Jamaluddun Al-Afghani dimulai sejak tahun 1876 M pada saat campur tangan Inggris sangat kuat di negeri itu. Kegiatan politik yang menonjol dilakukannya ialah menghubungi para tokoh dan pejabat, berbicara di berbagai forum pertemuan dan majlis-majlis tertentu. Memberikan pelajaran politik tentang bentuk pemerintahan yang demokratis, adanya majlis syura dan hak-hak masyarakat sebagai warga negara. Selanjutnya, untuk dapat bergaul dengan orang-orang politik di Mesir, ia memasuki perkumpulan Freemason Mesir. Perkumpulan ini memiliki semboyan kemerdekaan, persamaan dan persaudaraan. Al-Afghani mengira perkumpulan ini akan dapat menyalurkan ide-ide politiknya. Tetapi, suaranya tidak didengar di kalangan Freemason. Oleh karena itu, ia kemudian keluar dari perkumpulan ini.

Ide trias politica dan pratiotisme yang disiarkan Al-Tahtawi melalui buku-buku terjemahan dan karangannya, mulai menyentuh masyarakat Mesir. Diperkirakan situasi Mesir pada saat itu telah memulai menerima perubahan besar, sebagaimana telah digambarkan oleh Ahmad Amin dalam tulisannya: ”Mesir laksana bensin dan Al-Afghani korek apinya, ketika korek api dihidupkan, maka terbakarlah kota”. Al-Afghani melihat bahwa tiba waktunya untuk membentuk partai politik sebagai wahana penempungan aspirasi umat Islam. Oleh karena itu, pada tahun 1879 M atas usahanya terbentuklah partai Al-Hizb Al-Watani (Partai Nasional). Slogan ”Mesir untuk orang Mesir” mulai kedengaran. Tujuan partai ini selanjutnya ialah memperjuangkan pendidikan universal, kemerdekaan pers dan pemasukan unsur-unsur Mesir ke dalam posisi-posisi bidang militer.

Atas dukungan Al-Hizb Al- Wathani, Al-Afghani berusaha menggulingkan raja Mesir yang berkuasa saat itu, yaitu Khadewi Ismail, untuk diganti dengan putra mahkota Taufik. Taufik berjanji akan mengadakan pembaharuan-pembaharuan yang dituntut Al-Hizb Al-Wathani. Tetapi setelah menjadi raja, Khadewi Taufik tidak banyak melakukan perubahan karena selalu mendapat tekanan kuat dari Inggris. Bahkan akibat dari tekanan Inggris yang begitu kuat, Khadewi Taufik mengusir Jamaluddin Al-Afghani dari Mesir pada tahun 1879.

Al-Afghani di India banyak terlibat urusan politik praktis, sehingga ia ditahan dan baru dibebaskan pada tahun 1883 M. Kemudian Al-Afghani pergi ke London dan

Page 64: SKI Aliyah 3

kemudian ke Paris. Di kota ini, mendirikan perkumpulan Al-’Urwah Al-Wusqa”, dengan anggota terdiri dari orang-orang Islam dari India, Mesir, Suria, Afrika Utara dan lain-lain, seperti Muhammad Abduh yang diusir dari Mesir karena dituduh terlibat dalam pemberontakan Urabia Pasha. Majalah yang dibuat untuk memperkuat rasa persaudaraan Islam, membela Islam dan membawa umat Islam pada kemajuan ini tidak berumur panjang. Setelah terbit 8 bulan, ia terpaksa dihentikan karena dunia Barat melarang pemasukannya ke negara-negara Islam yang berada di bawah kekuasaan mereka.

Pada tahun 1886 M, Al-Afghani di undang oleh Syah Nasiruddin ke Teheran sebagai tamu. Namun popularitas Al-Afghani yang terus meluas membuat Syah cemas dan curiga terhadapnya. Oleh karena itu, ia pergi meninggalkan Teheran karena alasan kesehatan. Pada tahun 1889 M Al-Afghani di undang kembali ke Iran akibat politik pro Inggris yang dianut Iran saat itu, Al-Afghani tidak setuju dengan pemberian konsesi-konsesi ekonomi oleh Syah Nasir kepada Inggris. Akibatnya timbul pertikaian paham antara Syah denagnnya, suatu pertikaian yang menyebabkan diusir secara istimewa. Di tahun 1896 M Syah dibunuh oleh seorang pengikut Al-Afghani.

Jamaluddin Al-Afghani pada saat itu melemparkan gagasan persatuan umat Islam (Pan Islamisme), suatu gagasan yang bertujuan untuk mengembalikan keutuhan umat Islam dalam suatu ikatan politik tersbut, harus meliputi seluruh umat Islam dalam suatu ikatan politik. Asosiasi politik tersebut harus meliputi seluruh umat Islam dari segala penjuru dunia Islam, baik yang hidup dalam negara-negara yang merdeka termasuk Persia, maupun mereka yang masih merupakan rakyat-rakyat jajahan. Ikatan tersebut yang didasarkan atas solidaritas akidah Islam, bertujuan membina kesetiakawanan dan persatuan umat Islam dalam perjuangan menentang kolonialisme dan dominasi Barat.

Menurut Al-Afghani, dalam kaitan itu eksistensi dan kemandirian masing-masing negara tetap diakui dan dihormati. Sedangkan kedudukan para kepala negaranya, apa pun gelarnya, tetap sama dan sederajat satu dengan yang lain, tanpa ada satu pun dari mereka yang lebih ditinggikan.

Dari perjalanan sejarahnya ini, Al-Afghani terlihat berhasil menyadarkan masyarakat dan pemerintahan negara-negara Islam akan musuh mereka yang sebenarnya, tetapi ia sendiri gagal dalam mewujudkan gagasan persatuan umat Islam (Pan Islamisme)

Demikian biografi dan pemikiran Jamaluddin Al-Afghani. Dalam tataran sejarah Islam, Al-Afghani menempati posisi khusus. Sebab ia tidak hanya dikenal sebagai seorang pembaharu Islam, dengan memproklamirkan ide-ide pembaharuannya, tetapi juga dikenal sebagai seorang aktifis politik. Aktivitas politik yang dilakukannya bertujuan untuk membebaskan umat Islam dari hegemoni politik penjajah Barat. Al-Afghani mengajak umat Islam untuk bangkit kembali dengan melakukan kajian ilmiah dan kembali kepada sumber ajaran Islam sebenarnya, yaitu Al-Qur’an dan hadits. Karena menurut pandangannya, hanya dengan cara seperti itu, umat Islam akan terbebas dari imperialisme dan kolonialisme Barat Kristen..

Page 65: SKI Aliyah 3

La Tansa

- Jamaluddin Al-Afghani mendapatkan gelar Sayyid, karena masih memiliki jalur keturunan dari Husein bin Ali bin Abi Tholib

- Ia menekuni dalan dunia filsafat, juga mempelajari tasawuf, bahasa Arab, bahasa Persia dan bahasa Perancis

- Dalam sejarah hidupnya ia selalu pindah-pindah tempat dari negara Islam satu ke negara Islam lainnya.

- Jamaluddin al-Afghani melakukan kampanye anti imperialisme dan kolonialisme. Hal ini dipandang oleh bangsa-bangsa barat, India dan Inggris sangat membahayakan dan akhirnya dijebloskan ke penjara.

- Aktifitas politik yang dilakukannya di Mesir mendapat perhatian serius dari penguasa lokal Khedewi Taufiq. Karena itu, pada tahun 1879 M atas tekanan Inggris. Khadewi Taufiq mengusir Al-Afghani dari Mesir

- Adapun buku-buku yang diajarkan dan didiskusikan adalah sebagai berikut:

- Dalam bidang ilmu tasawuf, ia menggunakan kitab Al-Zaura’ karya Al-Duwani. Melalui kitab ini mengembalikan ajaran tasawuf ke jalur sebenarnya dan sesuai dengan ajaran Islam. Selain itu juga berguna mengantisipasi tarekat-tarekat yang pada saat itu telah diliputi oleh khurafat dan superstisi (bid’ah)

- Dalam bidang logika, ia menggunakan buku Syah Al-Quthb Al-Syamsiyah. Melalui kitab ini, ia ingin mengajak umat untuk berpikir lurus dan benar, sedang caranya ilmu logika harus dikuasai.

- Dalam bidang filsafat, ia menggunakan kitab Al-Hidayah, Al-Isyarah, Al-Hikmah Al-Isyraq. Melalui buku-buku ini, Al-Afghani ingin mengajarkan cara berpikir benar dan mendalam tentang segala sesuatu. Karena dengan cara demikian, umat Islam akan mampu menggali ajaran agama dari sumbernya, yaitu Al-Qur,an dan Al-Hadits.

- Dalam bidang astronomi, ia menggunakan buku Tadzkirah, karangan Syekh Al-Thusi.

- Jamaluddin Al-Afghani pada saat itu melemparkan gagasan persatuan umat Islam (Pan Islamisme), suatu gagasan yang bertujuan untuk mengembalikan keutuhan umat Islam dalam suatu ikatan politik tersbut, harus meliputi seluruh umat Islam dalam suatu ikatan politik.

Page 66: SKI Aliyah 3

Tamrinat 6

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar !

1. Siapakah Jamaluddin Al-Afghani Itu ? 2. Sebutkan beberapa ilmu yang ditekuni oleh Jamaluddin Al-Afghani !3. Jelaskan beberapa alasan Jamaluddin Al-afghani selalu pindah-pindah tempat

tinggal !4. Jamaluddin al-Afghani melakukan kampanye anti imperialisme dan

kolonialisme. Jelaskan apa yang dimaksut dengan imperialisme dan kolonialisme.

5. Jamaluddin Al-Afghani pada saat itu melemparkan gagasan Pan Islamisme. Jelaskan apakah yang dimaksud Pan Islamisme !

Amanah :

Ceritakan dengan singkat sejarah Jamaluddin Al-afghani dalam dunia politik !

Page 67: SKI Aliyah 3

Bagian

7 MUHAMMAD ABDUH

BIOGRAFI SINGKAT MUHAMMAD ABDUH

Nama lengkap : Syaik Muhammad bin Abduh bin Hasan KhairullahLahir : Di Mahallat Nashr, di kabupaten Al-Buhairah, Mesir pada

tahun 1849 M.Keluarga : Ia lahir dari keluarga yang sangat sederhana.

Muhammad Abduh bukan berasal dari keluarga kaya, dan bukan pula dari keturunan bangsawan. Namun ayahnya dikenal sebagai orang terhormat dan suka memberi pertolongan. Situasi yang dialamina keika lahir sangat tidak menguntungkan, karena penguasa Mesir bernama Muhammad Ali Pasha, bertindak sewenang-wenang. Ia memungut pajak begitu tinggi dari masyarakat, sehingga banyak masyarakat yang berusaha menghindar dari tagihan itu dengan cara berpindah tempat tinggal. Dalam pengungsian itulah Muhammad Abduh dilahirkan.

Meskipun demikian, orang tua Abduh sangat perhatian dalam bidang pendidikan anaknya. Untuk itu, Abduh kecil dikirim ke masjid Al-Ahmadi Tanta. Tapi karena sistem pengajaran di sini sangat monoton dan menjemukan, akhirnya setelah bertahan lebih kurang dua tahun, Abduh kembali ke kampung halamannya, Mahallat Nashr. Di sini Abduh menjalani kehidupannya sebagai petani, seperti yang dilakukan saudara-saudaranya. Tak lama setelah kembali ke desa, kira-kira dalam usia 16 tahun, Abduh dinikahkan dengan seorang gadis di desanya.

Ketika Muhammad Abduh baru sekitar 4 (empat) bulan menikah, ia dipaksa kembali melanjutkan studinya di Tanta. Tetapi keinginan itu tidak dipenuhi, bahkan Abduh bersembunyi di rumah pamannya bernama Syaikh Daewis Khadr. Berkat bujukan dan bimbingan pamannya itu, akhirnya Abduh mau meneruskan studinya di Tanta.

Page 68: SKI Aliyah 3

Setelah menyelesaikan studinya di Tanta, akhirnya pada tahun 1866 M, Abduh melanjutkan studinya ke Al-Azhar, Kairo Mesir. Studi ini diselesaikannya dalam tempo 11 (sebelas) tahun, yaitu pada tahun 1877 M dan memperoleh gelar ’Alim (sarjana). Setelah itu, ia mengajar di Darul ,Ulum dan di rumanya sendiri.

Pada saat belajar di Al-Azhar, Abduh bertemu dengan Jamaluddin Al-Afghani,, bahkan sering mendampingi Al-Afghani ketika mengajar dan mencari murid keyasangan Al-Afghani. di bawah bimbingan Afghani, Abduh belajar filsafat dan menulis artikel. Tulisannya banyak berkisar pada bidang sosial poliik dan keagamaan terutama berkaitan dengan persoalan pembaharuan Islam. Artikel-artikel tersebut umumnya dimuat dalam surat kabar Al-Ahram.

Jamaluddin Al-Afghani dituduh mengadakan gerakan menentang Khedewi Taufiq, raja Mesir saat itu, akhirnya pada tahun 1879 M Jamaluddin Al-Afghani diusir dari Mesir. Sebagai murid kesayangan dan pengikut setia, Abduh juga terkena imbasnya karena itu, Abduh dipecat dari jabatannya dan diasingkan ke luar kota Kairo. Tetapi, sekitar tahun 1880 M, Abduh diperbolehkan kembali ke Kairo dan diangkat sebagai direktur surat kabar resmi pemerintah, yaitu surat kabar Al-Waqa’i Al-Misriyah. Di bawah pimpinan Abduh, surat kabar ini mengalami perkembangan, karena berita resmi yang dimuat, juga berita-berita atau artikel tentang pentingnya nasionalisme.

Karena dituduh terlibat dengan gerakan revolusi Urabi Pasha pada tahun 1882 M, akhirnya Abduh dijatuhi hukuman 3 (tiga) tahun buangan, setelah menjalani hukuman tahanan selama 3 (tiga) bulan. Setelah itu, Abduh diberikan kebebasan untuk memilih daerah atau tempat untuk mengasingkan diri. Akhirnya, memilih Syiria sebagai tempat pengasingannya. Edi sini, Abduh menetap selama 1 (satu) tahun. Kemudian ia pergi ke Paris memenuhi panggilan gurunya, Jalaluddin Al-Afghani. Di Paris, bersama gurunya, Abduh mengelola majalah Al-’Urwatul Wutsqa, yang bertujuan untuk mendirikan Pan-Islamisme serta menentang penjajahan Barat, khususnya Inggris. Karena sikap dan pendapatnya yang sangat keras menentang kolonialisme dan memperjuangkan hak-hak rakyat Mesir, pada tahun 1885 M Abduh datang ke Inggris atas nama majalah Al-’Urawatul Wutsqa, memenuhi undangan para tokoh Inggris yang simpati atas usaha dan gerakannya. Setelah itu pada tahun yang sama, Abduh meninggalkan Inggris dan Paris, kemudian kembali ke Bairut. Di kota inilah Abduh banyak menghabiskan waktunya untuk menuangkan pemikirannya ke dalam bentuk tulisan ilmiah.

Muhammad Abduh dapat masuk kembali ke Mesir setelah mendapat bantuan temannya yang berkebangsaan Inggris pada tahun 1888 M. Tetapi pemerintah setempat tidak memberikan ijin kepadanya untuk kembali mengajar karena pemerintah takut pemikirannya mempengaruhi mahasiswa. Karena kecakapannya, akhirnay ia diteriam bekerja sebagai Hakim pada salah satu mahkamah.

Meskipun pemerintah tidak menyukai pemikiran dan gerakannya, Abduh ternyata masih memiliki peluang besar untuk menjadi inspirator dan motivator bagi pengembangan dunia pendidikan. Karena itu, sekitar tahun 1894 M, Abduh diberi kepercayaan untuk menjadi salah seorang anggota Majlis A’la universitas Al-Azhar, Mesir. Ketika itulah ia mempunyai kesempatan besar untuk melakukan berbagai perubahan dalam tubuh Al-Azhar. Kemudian pada tahun 1899 M, Abduh menduduki

Page 69: SKI Aliyah 3

jabatan sebagai seorang mufti Mesir. Jabatan ini dipegangnya hingga ia meninggal pada tahun 1905 M.

Pemikiran Muhammad Abduh dalam bidang pendidikan

Seagaimana Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh juga memiliki perhatian serius dan keprihatinan terhadap kemunduran dan problem yang dihadapi umat Islam. Mereka berdua sama-sama berupaya melakukan pembaharuan untuk memperbaiki keadaan umat Islam. Hanya saja, Abduh memiliki cara dan pandangan berbeda dengan gurunya dalam mencapai tujuan usaha pembaharuan. Al-Afghani berpendapat bahwa usaha perbaikan umat gharus dilakukan melalui politik, Sementara Abduh melalui pendidikan walaupun memerlukan waktu yang cukup lama. Karena Abduh berkeyakinan bahwa cara terbaik untuk mengadakan pembaharuan dan meningkatkan kehidupan umat Islam adalah melalui pendidikan yang dapat meletakkan dasar-dasar kuat bagi suatu perubahan lebih baik.

Muhammad Abduh memperhatikan bahwa di Mesir Tengah terjadi dualisme sistem pendidikan. Di satu sisi, terdapat madrasah-madrasah pendidikan agama tanpa memasukkan kurikulum pendidikan umum. Di sisi lain, terdapat sekolah-sekolah umum yang dikelola pemerintah yang tidak memberikan pendidikan agama memadai bagi murid-muridnya. Akibatnya, menurut Abduh, duslisme sistem pendidikan ini seperti menghasilkan dua golongan yang sulit dipertemukan membuat jurang pemisah yang sangat besar dan sulit dijembatani, yaitu golongan agama dan golongan umum (sekuler).

Muhammad Abduh memandang bahwa dualisme sistem pendidikan di Mesir kala itu tidak baik dan kurang menguntungkan bagi perkembangan umat Islam. Sebab akan dirinya paling unggul, dan seterusnya. Karena sistem madrasah yang lama akan melahirkan dua kubu yang berbeda yang saling mengklaim dirinya paling unggul, dan seterusnya. Karena sistem maderasah yang lama akan melahirkan ulama yang tidak memiliki pengetahuan ilmu-ilmu umum atau ilmu modern. Sementara sekolah umum, akan melahirkan para ahlimilmu pengetahuan sedikit tentang agama. Karena itu, perlu dimasukkan kurikulum ilmu pengetahuan umum ke dalam kurikulum maderasah. Sebaliknya, memasukkan kurikulum agama pada sekolah-sekolah umum denagncara seperti itu, maka jurang pemisah antara kedua lembaga pendidikan antara ahli agama dan ahli umum pengetahuan umum, akan dapat dihilangkan atau diminimalkan.

Muhammad Abduh terus melontarkan pemikirannya, tentang usaha pembaharuan sistem pendidikan nasional di Mesir dengan mempersatukan dua golongan agama dan umum dengan ide penghapusan dualisme sistem pendidikan nasional dan perubahan kurikulum. Karena itu, Abduh melihat bahwa Al-Azhar sebagai lembaga pendidikan yang tepat untuk mewujudkan pemikiran-pemikirannya dalam pendidikan. Abduh memiliki obsesi untuk menjadikan Al-Azhar memiliki posisi yang sama dengan universitas yang ada di Eropa. Ia juga berharap agar universitas Al-Azhar menjadi pusat pembaharuan yang ideal bagi dunia Islam.

Kesempatan untuk mewujudkan pemikiran-pemikirannyan dalam bidang pendidikan di Al-Azhar terbuka lebar ketika ia terpilih menjadi wakil pemerintah Mesir dalam dewan pimpinan Al-Azhar. Dewan yang dibentuk pada tanggal 15 Januari 1895 M berdasarkan keputusan Khadewi Abbas atas usul Muhammad Abduh

Page 70: SKI Aliyah 3

sendiri. Dewan ini terdiri dari ulama-ulama besar dengan mazhab Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hambali. Sebagai wakil pemerintah, Abduh memiliki peran yang sangat besar dan motor penggerak kegiatan dewan tersebut.

Kapasitas Muhammad Abduh sebagai anggota dewan pimpinan Al-Azhar, berusaha menerapkan pemikiran pembaharuannya di Al-Azhar. Abduh membuat pengaturan yang melarang pembacaan komentar (hasyiyah) dan penjelasan komprehensif tentang teks suatu buku (syarah) untuk para mahasiswa selama di masa empat tahun pertama. Sebagai gantinya, mahasiswa diberi pokok –pokok mata kuliah yang disampaikan dalam bahasa yang mudah dipahami.

Langkah pembaharuan yang dilakukan Muhammad Abduh di Al-Azhar, selain memperbaharui sistem pendidikannya, juga meningkatkan gaji pimpinan dan rektor (syaikh) Al-Azhar, memperbaiki menajemen administrasi dan perbaikan sarana dan prasarana pendidikan utama dan penunjang lain, seperti asrama mahasiswa. Karena sebelum Abduh menjadi pimpinan Al-Azhar, para syaikh (rektor) Al-Azhar menjalankan tugas dri rumah masing-masing. Hal ini tidak efektif karena pimpinan, para dosen dan mahasiswa selalu berkerumun di rumah rektor sehingga administrasi tidak berjalan denagn tertib. Karena itu, Abduh kemudian membangun gedung rektorat tersendiri dan mengangkat para pegawai yang ditugaskan membantu rektor.

Muhammad Abduh juga memiliki keinginan untuk membawa ilmu-ilmu modern ke dalam perguruan tinggi Al-Azhar. Tetapi, gagasan dan keinginan Abduh mendapat tantangan dari para ulama yang memiliki pengaruh cukup di Al-Azhar. Alasannya, mereka berpendapat bahwa ilmu pengetahuan modern itu tidak sesuai denagn ajaran Islam.

Muhammad Abduh juga berhasil memasukkan beberapa mata kuliah umum ke Al-Azhar, seperti ilmu ukur, ilmu bumi, ilmu matematika, dan Aljabar ke dalam kurikulum pendidikan Al-Azhar. Argumentasi yang dikemukakan Abduh adalah bahwa Islam sejati yang dipahami secara tepat tidak akan bertentangan dengan ilmu pengetahuan modern. Ilmu pengetahuan tentang fenomena alam memiliki pengaruh positif dalam mewujudkan dan menumbuhkan pengetahuan serta keyakinan tentang adanya Tuhan.

Pemikiran Muhammad Abduh dalam bidang politik

Ide politik yang dikemukakan Muhammad Abduh, bahwa jabatan pemerintahan atau kepala negara perlu dibatasi. Sebagai seorang manusia, menurutnya, kepala negara bisa saja berbuat salah. Pembatasan kekuasaan ini dapat dilakukan melalui konstitusi. Konstitusi ini dibuat berdasarkan musyawarah dengan memperhatikan prinsip-prinsip keadilan.

Muhammad Abduh juga menekankan perlu adanya kontrol sosial dalam menyelenggarakan suatu pemerintahan. Nasihat dari rakyat sebagai bentuk aspirasi yang dikembangkan, baik dalam bentuk perkataan maupun perbuatan dapat dijadikan sebagai alat kontrol masyarakat bentuk mengoreksi kesalahan-kesalahan kepala negara.

Ia sering melontarkan pemikirannya tentang hak dan kewajiban rakyat dalam berhadapan dengan penguasa. Ia juga menghimbau rakyat Mesir untuk menyadari hak masing-masing sebagai warga negara dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Page 71: SKI Aliyah 3

Masyarakat juga harus menyadari kewajibannya untuk mencintai tanah air sebagai tempat tinggal mereka dan membela negara. Selain itu, msyarakat juga harus patuh kepada pemerintah selama pemerintah mampu bersikap adil.

Menurut Muhammad Abduh, bahwa rakyat Mesir pada masa itu belum sepenuhnya siap dengan sistem demokrasi. Hal ini dapat dilihat dari penolakan yang dilakukan masyarakat dan penguasa Mesir terhadap gerakan urabi Pasha. Bahkan Abduh sendiri ketika itu tidak mnyetujui gerakan tersebut, sebab akan mengganggu stabilitas negara. Tetapi kemudian ia melihat hal penting yang ingin disampaikan oleh gerakan tersebut sehingga ia merasa simpatik. Karena itu, ia sempat dituduh terlibat dalam gerakan tersebut dan mengungsikan selama tiga tahun dari Mesir.

Demikian juga tentang tuntutan yang dianjurkan oleh gerakan Urabi Pasha yang menentang penguasa dan menuntut parlemen, semula Abduh tidak setuju dengan haluan politik Urabi Pasha. Sebab menurutnya, rakyat Mesir belum siap dengan sistem parlemen. Untuk menghadapi situasi itu, rakyat Mesir harus cerdas dan terdidik. Sebab yang diperlukan masyarakat Mesir saat itu adalah memperoleh pendidikan yang baik, bukan parlemen. Oleh karena itu, rakyat harus dicerdaskan terlebih dahulu karena hanya dengan pendidikan, rakyat akan dengan sendirinya dapat menentukan dan menilai sistem apa yang baik. Sikap dan persepsi Muhammad Abduh mulai berubah mengenai gerakan Urabi Pasha, ketika gerakan ini menentang Barat. Tidak hanya itu, Abduk kemudian mendukung gerakan tersebut. Karena menurutnya, bangsa Barat yang menjajah Mesir harus diusir dan Mesir harus merdeka.

Untuk mengantar rakyat yang belum siap dengan sistem demokrasi, tampaknya Abduh tidak keberatan jika untuk sementara rakyat diperintah oleh diktaktor yang adil, hingga masyarakat memiliki pengetahuan luas dan pendidikan yang lebih baik. Dengan begitu, masyarakat sudah siap baru dan kebebasan. Pada saat masyarakat sudah matang, dewan-dewan perwakilan rakyat akan dibentuk secara bertahap. Karena itu, menurut Abduh, jangka waktu 50 tahun merupakan masa yang cukup bagi masyarakat untuk mempersiapkan diri guna memperoleh hak-hak mereka secara penuh.

Namun, ide cemerlang Muhammad Abduh itu sulit diwujudkan karena terlalu ideal. Abduh sendiri tidak menjelaskan secara rinci kriteria orang yang dapat bertindak sebagai diktator yang mau berlaku adil terhadap rakyatnya. Selain itu, waktu setengah abad juga sangat lama untuk merubah sistem monorchi ke demokrasi.

Salah satu langkah strategis Muhammad Abduh adalah memasuki dunia politik praktis dengan menjadi salah seorang anggota majelis Syura sebelumnya, lembaga legistatif ini sering diabaikan oleh lembaga eksekutif oleh pemerintah. Tetapi atas usaha Abduh kedua lembaga ini dapat bekerja sama lebih baik. Semua rencana program pemerintah dikirim ke majelis Syura yang untuk dibahas dalam panitia yang dibentuk sesuai dengan komisi masing-msing.

Secara umum dapat dikatakan bahwa menurut Abduh, cara-cara yang ditempuh untuk menyelesaikan masalah-masalah yang berkaitan dengan politik dapat saja berubah sesuai dengan perubahan dan perkembangan situasi dan kondisi sosial politik. Karena itu, meskipun ia pernah membicarakan hak-hak untuk rakyat untuk mengoreksi atau mengontrol pemerintah yang salah, namun penyelesaian seperti itu diserahkan sepenuhnya kepada perkembangan jaman.

Page 72: SKI Aliyah 3

Selain itu, terkadang Abduh juga konsisten dalam berpolitik. Sebab menurutnya, politik dapat mengekang kebebasan berpikir, perkembangan ilmu dan agama. Hal itu wajar, bila mengingat proses perjalanan kariernya di Mesir. Sebagai seorang intelektual pembaharu, tampaknya berpolitik praktis tidak memuaskan bahkan cenderung menjemukannya.

Pandangan Muhammad Abduh tentang taqid dan ijtihad

Muhammad Abduh berpendapat bahwa keterbelakangan dan kemunduran umat Islam disebabkan oleh pandangan dan sikap jumud. Sikap dan pandangan seperti ini menyebabkan umat Islam statis, tidak dinamis serta tidak mau menerima perubahan. Selain itu, sikap jumud ini dalam pandangan Abduh sebagai sesuatu yang bertentangan dengan ajaran Islam seperti kepatuhan membabi buta terhadap ulama, pemujaan berlebihan terhadap syaikh dan paham taqlid. Agar umat Islam keluar dari situasi ini, mereka harus membebaskan diri dari tradisi taqlid, dan kembali pada ajaran Islam yang murni sesuai dengan Al-Qur’an dan hadits.

Kondisi yang semakin puruk bagi kemajuan umat Islam ini tidak pelu dipertahankan. Bahkan Muhammad Abduh sangat mengecam taqlid. Orang yang melakukan taqlid (muqallid), menurut Abduh, memiliki derajat yang lebih rendah dari orang yang diikutinya. Karena muqallid hanya melihat lahir perbuatan orang yang diikutinya, tanpa memeriksa dasar dan rahasia perbuatannya. Hal ini membuat pekerjaan muqallid menjadi tanpa dasar dan tidak karuan.

Muhammad Abduh terus-menerus melakukan seruan untuk melakukan ijtihad dengan menonjolkan pendapat Ibnu Taimiyah. Dalam konteks ini, Ibnu Taimiyah berpendapat bahwa ajaran Islam terdiri dari dua kategori: Ibadah dan Mu’amalah. Al-Qur’an dan hadits telah menetapkan aturan-aturan tegas, jelas dan sangat terinci mengenai ibadah. Sedangkan ajaran-ajaran Islam mengenai hidup kemasyarakatan, merupakan ajaran-ajaran dasar dan prinsip-prinsip umum yang tidak terinci. Karena itu, dapat disesuaikan dengan perubahan dan perkembangan jaman.

Umat Islam menurut Muhammad Abduh harus segera bisa menyesuaikan dasar-dasar kehidupan masyarakat yang terdapat di dalam Al-Qur’an dengan perubahan dan perkembangan jaman, ijtihad bukan hanya boleh dilakukan, justru merupakan suatu keharusan. Ijtihad yang dimaksud oleh Abduh tidak terbuka untuk setiap orang. Hanya orang-orang yang memenuhi syarat tertentu yang boleh melakukan ijtihad. Orang yang tidak memenuhi persyaratan ijtihad, dapat mengikuti pendapat mujtahid yang sesuai dengan pendapatnya.

Menurut Muhammad Abduh, pendapat para ulama tidak bersifat mengikat. Karena itu, pendapat mereka dapat diambil dan dapat pula ditinggalkan. Ijma’ mereka juga bisa bersifat salah. Ijtihad menurut Abduh, harus bersmber pada Al-Qur’an dan hadits, karena keduanya merupakan sumber utama ajaran Islam.

Pandangan Muhammad Abduh tentang perlunya ijtihad dan pemberantasan taqlid, tampaknya didasari atas kepercayaannya yang tinggi terhadap akal. Karena menurutnya, Islam menempatkan akal pada kedudukan yang tinggi. Sebab akal dapat membedakan ang baik dan yang buruk, antara yang bermanfaat dan yang tidak bermanfaat. Kebenaran yang dicapai akal tidak bertentangan dengan kebenaran yang disampaikan oleh wahyu.

Page 73: SKI Aliyah 3

Menurutnya dalil akal yang meyakinkan bertentangan dengan dalil naql yang tidak meyakinkan. Namun, masih menurut Abduh, ada dua cara yang dapat ditempuh jika ditemukan adanya kontradiksi antara dalil akal dengan dalil naql. Pertama, kita menerima dalil naql itu sebagai dalil yang sah, tetapi kita mengakui bahwa kita tidak mampu untuk memahaminya dan menyerahkan hal yang sesungguhnya kepada Allah SWT. Kedua, kita menta’wilkan dalil naql itu sesuai dengan tata bahasa sehingga artinya dapat menjadi sesuai dengan yang ditetapkan oleh akal.

Meskipun begitu, Abduh tetap mengakui keterbatasan akal manusia. Menurutnya, selain akal juga diperlukan wahyu. Sebab, tanpa wahyu akal tidak mampu membawa manusia mencapai kebahagian. Selanjutnya, Abduh berpendapat bahwa masalah-masalah yang berkenaan dengan hakekat Tuhan dan masalah-masalah metafisika, bukan merupakan wilayah sepenuhnya dapat dijangkau akal. Karena itu, penjelajahan akal dalam hal seperti itu perlu dibatasi. Di samping itu, akal juga memiliki keterbatasan dalam mengetahui kegunaan perbuatan-perbuatan tertentu, seperti jumlah raka’at shalat dan amalan-amalan dalam ibadah haji.

Pengaruh pemikiran Muhammad Abduh dalam pembaharuan Islam.

Usaha Muhammad Abduh dalam melakukan pembaharuan dapat bejalan sesuai dengan keinginannya. Sebab, seringkali Abduh mendapat tantangan dari para ulama yang bersikukuh berpegang pada tradisi lama. Bahkan Abduh sendiri pernah dicap sebagai orang kafir dan dituduh tidak percaya kepada Tuhan.

Tuduhan kafir yang dilakukan para ulama yang diserahkan kepadanya, membuat banyak orang lebih tertarik lagi untuk mengetahui pemikiran-pemikiran Abduh yang sebenarnya. Untuk membuktikan tuduhan itu, mereka mengikuti berbagai kegiatan ilmiah dan kuliah yang diadakan Abduh. Dari pengamatan dan pendengaran mereka, ternyata apa yang dituduhkan kepadanya tidak terbukti kebenarannya. Setelah mereka mengatahui perihal yang sebenarnya, mereka malah menjadi pengikut setia Muhammad Abduh.

Tantangan yang dihadapai Muhammad Abduh tidak membuatnya surut untuk melangkah terus untuk menjelaskan pemikiran-pemikiran pembaharuannya. Salah satu usaha pembaharuan yang telah dilakukannya adalah pembaharuan dalam bidang pendidikan di Al-Azhar. Meskipun usahanya boleh dibilang gagal, tetapi Abduh telah berhasil memasukkan beberapa ilmu pengetahuan umum ke dalam kurikulum Al-Azhar, seperti lmu bumi, ilmu ukur, ilmu matematika dan Aljabar. Karena itu, pemikiran Muhammad Abduh besar pengaruhnya di kalangan pemuda, meskipun Abduh telah wafat pengaruh yang ditinggalkannya pada generasi kemudian menggerakkan Al-Azhar untuk menata kembali metode pengajaran dan kurikulumnya.

Ide dan pemikiran Muhammad Abduh di Mesir telah melahirkan banyak ulama modern, seperti Mustafa Al-Maraghi, Mustafa Abdul Raziq, Tatawi Jauhari, dan Rasyid Ridha. Pemikiran-pmikiran Abduh juga berpengaruh bagi para penulis produktif seperti Muhammad Husain Haikal, Farid Wajdi, Ahmad Amin dan Qasim. Selain berpengaruh di negeri asalnya, pemikiran Abduh juga memiliki pengaruh yang cukup luas di luar Mesir, terutama di negara-negara Arab. Pengaruh itu diperoleh melalui tulisan-tulisan Abduh dan para pengikutnya yang menyebarkan paham

Page 74: SKI Aliyah 3

pembaharuannya. Seperti apa yang dilakukan Rasyid Ridha dalam majalah Al-Manar dan usahanya dalam pembukuan memiliki pemikiran gurunya dalam bidang tafsir, seperti tafsir Al-Manar, memiliki pengaruh yang sangat luas di kalangan para pelajar atau mahasiswa Timur Tengah, selain mereka yang belajar di Universitas Al-Azhar, Mesir. Lewat merekalah pemikiran-pemikiran Abduh tersosialisasikan dengan baik, hingga dikenal banyak orang dan dijadikan bahan rujukan bagi usaha pembaharuan Islam di negeri asal masing-masing mahasiswa tersebut, termasuk mahasiswa yang berasal dari Indonesia.

Di Indonesia, pengaruh pemikiran Muhammad Abduh masuk dan berkembang melalui majalah Al-Urwatul Wutsqa, Al-Manar, Tafsir Al-Manar, dan buku Abduh yang sangat monumental, Risalah Tauhid. Karenanya tak heran bila banyak ahli yang berpendapatan bahwa pemikiran Abduh turut mempengaruhi pergerakan pembaharuan Islam di Indonesia, baik yang dicetuskan oleh Muhammadiyah maupun Al-Irsyad, Persis dan beberapa firqah lain-lain.

Organisasi pembaharuan di Indonesia, seperti Muhammadiyah memiliki visi dan misi dengan gerakan dan pemikiran Muhammad Abduh, antara lain adalah perlunya dilakukan ijtihad, penolakan taqlid dan memandang Rasul serta para sahabat sebagai contoh dalam melaksanakan ibadah. Para sahabat sebagai contoh dalam melaksanakan ibadah. Karena ada ahli yang berpendapat bahwa gerakan pembaharuan di Indonesia merupakan salah satu usaha reproduksi dari perkembangan pembaharuan Islam di Mesir.

La Tansa

- Muhammad Abduh bukan berasal dari keluarga kaya, dan bukan pula dari keturunan bangsawan. Namun ayahnya dikenal sebagai orang terhormat dan suka memberi pertolongan

- Meskipun demikian, orang tua Abduh sangat perhatian dalam bidang pendidikan anaknya. Untuk itu, Abduh kecil dikirim ke masjid Al-Ahmadi Tanta. Tapi karena sistem pengajaran di sini sangat monoton dan menjemukan, akhirnya setelah bertahan lebih kurang dua tahun, Abduh kembali ke kampung halamannya

- Setelah menyelesaikan studinya di Tanta, akhirnya pada tahun 1866 M, Abduh melanjutkan studinya ke Al-Azhar, Kairo Mesir. Studi ini diselesaikannya dalam tempo 11 (sebelas) tahun, yaitu pada tahun 1877 M dan memperoleh gelar ’Alim (sarjana). Setelah itu, ia mengajar di Darul ,Ulum dan di rumanya sendiri

- Seagaimana Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh juga memiliki perhatian serius dan keprihatinan terhadap kemunduran dan problem yang dihadapi umat Islam. Mereka berdua sama-sama berupaya melakukan pembaharuan untuk memperbaiki keadaan umat Islam. Hanya saja, Abduh memiliki cara dan pandangan berbeda dengan gurunya dalam mencapai

Page 75: SKI Aliyah 3

tujuan usaha pembaharuan- Di Indonesia, pengaruh pemikiran Muhammad Abduh masuk dan

berkembang melalui majalah Al-Urwatul Wutsqa, Al-Manar, Tafsir Al-Manar, dan buku Abduh yang sangat monumental, Risalah Tauhid. Karenanya tak heran bila banyak ahli yang berpendapatan bahwa pemikiran Abduh turut mempengaruhi pergerakan pembaharuan Islam di Indonesia, baik yang dicetuskan oleh Muhammadiyah maupun Al-Irsyad, Persis dan beberapa firqah lain-lain.

Tamrinat 7

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar !

1. Tuliskan biografi singkat Muhammad Abduh !2. Dimanakah Muhammad Abduh menyelesaikan pendidikannya ?3. Muhammad Abduh dikenal sebagai pembaharu dalam Islam. Jelaskan !4. Sebutkan beberapa kitab yang dipengaruhi oleh pemikiran Muhammad Abduh

!5. Muhammadiyah adalah salah satu organisasi Islam pembaharu di Indonesia.

Jelaskan !

Amanah :Bagimana menurut pendapatmu tentang ide pembaharuan Muhammad Abduh tersebut !

Bagian

8 MUHAMMAD RASYID RIDHA

BIOGRAFI SINGKAT MUHAMMAD RASYID RIDHA

Nama lengkap : Al-Sayyid Muhammad Rasyid Ibn RidhaLahir : hari rabu tanggal 17 Jumadil Ula 1882 H/18 Oktober 1865 M di

Qalamun,Nama Ibu : Fatimah (mempunyai pertalian darah dengan Al-Husain, cucu

Rasulullah saw)

Rasyid Ridha dilahirkan dari keluarga terhormat. Ayah dan kakeknya merupakan orang yang terpandang di masyarakat Qalamun. Menurut Rasyid Ridha, ketika masih remaja ia sering melihat para pendeta dan pemuka kristen Tripoli datang mengunjungi ayahnya di Qalamun, terutama pada hari-hari raya. Ayahnya

Page 76: SKI Aliyah 3

menyambut mereka dengan penuh penghormatan sebagaimana ia menyambut para ulama dan penguasa muslim lainnya.

Pada usia 7 (tujuh) tahun, Rasyid Ridha di sekolahkan di lembaga pendidikan dasar yang disebut Kuttab. Di lembaga ini, Rasyid Ridha belajar membaca Al-Qur’an, menulis, dan berhitung. Setelah menyelesaikan pendidikan dasarnnya, ia dibimbing oleh guru privat di rumahnya untuk memperdalam ajaran Islam. Ketika berusia 17 tahun, Rasyid Ridha melanjutkan pendidikan di Tripoli. Pada awalnya, ia melanjutkan pendidikan di Tripoli. Pada awalnya, ia memasuki Al-Madrasah Al-Rusyidiyah (sekolah kedasaran). Materi pelajaran yang diberikan di sekolah ini adalah grametika bahasa Arab (nahwu), aqidah, berhitung dan ilmu bumi dengan menggunakan bahasa Turki sebagai bahasa pengantar. Hal itu didasari atas kenyataan sejarah bahwa pendidikan lembaga ini bertujuan mendidik para pemuda untuk menjadi pegawai pemerintah Turki Usmani.

Rasyid Ridha tidak tertarik menjadi pegawai pemerintah, ia memutuskan keluar dari madrasah tersebut. Di sini ia hanya bersekolah selama lebih kurang 1 (satu) tahun. Kemudian ia masuk sekolah Al-Madrasah Al-Wathaniyah Al-Islamiyah (Sekolah Nasional Islam) yang didirikan dan dikelola oleh Syaikh Husain Al-Jisr, seorang ulama besar Libanon yang telah dipengaruhi oleh ide-ide modern. Hal itu dapat dibuktikan, antara lain dari pernyataannya bahwa umat Islam tidak akan maju, kecuali dengan mempelajari dan menguasai ilmu-ilmu umum secara terpadu dan melaksanakan pendidikan secara nasional.

Sejalan dengan pendiriannya itu, maka ilmu-ilmu agama, ilmu-ilmu umum seperti matematika, fisika, logika dan filsafat, bahasa Arab, bahasa Turki, bahasa Perancis, harus dipelajari dan dikuasai secara baik. Berbeda dengan yang berlaku di madrasah Rusyidiyah, bahasa pengantar di madrasah Wathaniyah Islamiyah adalah bahasa Arab. Meskipun tujuan didirikannya madrasah Al-Wathaniyah itu adalah untuk mendidik generasi muda agar tidak tertarik masuk k sekolah Kristen, penguasa Turki Usmani tidak mau mengakui madrasah tersebut sebagai sekolah agama dan tidak mau membebaskan para siswanya dari dinas militer. Akibatnya, madrasah tersebut terpaksa ditutup dan para siswanya pindah ke madrasah-madrasah yang ada di Tripoli tak trkecuali Rasyid Ridha.

Meskipun Rasyid Ridha pindah ke lembaga pendidikan lain, hubungan dengan Syaikh Al-Jisr masih tetap berlangsung sebagaimana biasa sebab di madrasah yang baru dimasukinya itu Rasyid Ridha tetap berguru kepada Syaikh Al-Jisr yang dalam bidang studi ilmu agama dan bahasa Arab. Setelah lebih kurang delapan tahun berguru kepada Syaikh Al-Jisr, akhirnya Rasyid Ridha berhasil memperoleh ijasah untuk mengajar ilmu agama, bahasa Arab, dan ilmu umum. Selain itu, berkat kesempatan dan bimbingan yang diberikan gurunya, ia juga memperoleh pengalaman menulis artikel di berbagai surat kabar di Tripoli, suatu pengalaman yang sangat penting artinya dalam menunjang kariernya di kemudian hari.

Selain Syeikh Al-Jisr, masih ada beberapa ulama lagi yang berjasa dalam memberikan pelajaran dan bimbingan kepada Rasyid Ridha. Mereka itu antara lain; Muhammad Al-Husaini, Syaikh Muhammad Kamil Al-Rafi’i, Syaikh Abdul Ghani Al-Rafi’i, Syaikh Muhammad Al-Qawaji dan Syaikh Mahmud Nasyabah.merka semuanya adalah para ahli hadits. Berkat bimbingan mereka itulah, Rasyid Ridha juga menjadi ahli hadits dan pakar dalam menilai kualitas-kualitas hadits. Selain itu,

Page 77: SKI Aliyah 3

ia juga mempunyai kemampuan menilai kualitas isi buku-buku akhlak, tasawuf dan khutbah. Kenyataan ini dibuktikan dengan pengakuan para ulama yang hidup pada masanya ataupun yang hidup sesudahnya.

Rasyid Ridha sangat berbeda dengan Syaikh Muhammad Abduh yang pada masa mudanya mempunyai kegemaran berolah raga dan keunggulan dalam menunggang kuda dan berenang, Rasyid Ridha tidak mempunyai kegemaran semacam itu. Bahkan sewaktu kecil, ia lebih senang mendengarkan percakapan para ulama yang datang ke rumahnya dari pada bermain dengan kawan sebayannya. Bahkan setelah dewasa, tidak hanya tekun melaksanakan ibadah, tapi juga tekun melaksanakan riyadlah (latihan-latihan) yang biasa dilakukan oleh para sufi, seperti hidup sederhana, menghindari menyantp yang lezat-lezat dan tidur di atas kasur, dan membaca wirid-wirid khusus, terutama yang berasal dari tarekat Naqsyabandiyah. Karena kesholehan dan ketekunan beribadah, ditambah dengan beberapa kelebihan ruhaniyah yang dimilikinya, tak jarang masyarakat sekitarnya menganggap Rasyid Ridha adalah seorang pemuda yang sudah sampai ke peringkat wali yang memiliki barakah dan karamah meskipun anggapan itu selalu dibantahnya.

Menurut Rasyid Ridha, kesalehan dan kecenderungannya kepada kehidupan sufi itu adalah karena pengaruh ajaran Al-Ghazali dalam kitabnya Ihya ’Ulum Al-Din. Menurutnya, kitab tersebut tidak hanya menarik niatnya untuk membaca berulang kali, juga merupakan gurunya yang pertama dalam mmbentuk kepribadian dan sikap keberagaman. Bahkan begitu besarnya pengaruh kitab itu terhadap jiwa dan tingkah lakunya, ia pernah memiliki perasaan dapat berjalan di atas air dan terbang di udara. .

Dalam perkembangan selanjutnya, rasyid Ridha juga telah membaca majalahAl-’Urwat Al-Wusqa yang berisi artikel-artikel tentang ide-ide pembaharuan Sayyid Jamaluddin Al-Afghani dan Syaikh Muhammad Abduh.

Menurut Rasyid Ridha, setiap kali ia membaca majalah tersebut, ia selalu merasakan dirinya seperti terkena aliran listrik yang kemudian menimbulkan gerakan dan ledakan. Kalau sebelum membaca majalah itu, cita-citanya hanya ingin meluruskan akidah umat Islam, mencegah mereka dari melakukan perbuatan-perbuatn haram, mendorong mereka agar melakukan perbuatan-perbuatan yang diperintah agama. Dan mengajak mereka agar Zuhud terhadap dunia. Tetapi setelah ia membaca buku itu, keinginannya menjadi bertambah besar untuk membimbing mereka agar hidup maju, mampu melepaskan negeri dan diri mereka dari belenggu penjajahan Barat. Sanggup bersaing dengan umat-umat lain yang telah maju dalam bidang sains, tegnologi, industri dan bidang-bidang lain yang menjadi sendi-sendi kehidupan masyarakat dan umat.

Ide-ide pembaharuan dari kedua tokoh itu pengaruhnya semakin dalam ketika Rasyid Ridha bertemu dan berdialog langsung dengan Muhammad Abduh. Ia bertemu untuk pertama kalinya dengan Abduh ketika tokoh tersebut dibuang ke Beirut pada tahun 1882 M, karena dituduh terlibat pemberontakan ’Urabi Pasha. Selanjutnya, Rasyid Ridha bertemu lagi untuk kedua kalinya dengan Abduh sewaktu tokoh itu singgah di Beirut pada tahun 1894 M, dalam perjalanan pulang dari Paris ke Mesir. Pertemuan kedua kalinya telah menimbulkan kesan luar biasa pada Rasyid Ridha terhadap Muhammad Abduh dan ide-ide pembaharuannya.

Rasyid Ridha kemudian ia melakukan sosialisasi gerakan dan pemikiran para tokoh pembaharu tersebut. Tapi usahanya mendapat tantangan dari penguasa Turki

Page 78: SKI Aliyah 3

Usmani. Karena merasa tidak memiliki kebebasan bergerak dan menjelaskan pemikiran-pemikiran para pembaharu, termasuk ide dan pemikirannya, akhirnya pada thun 1898 M Rasyid Ridha pergi ke Mesir untuk menjadi murid Muhammad Abduh dan mitranya dalam melakukan pembaharuan.

Di Mesir, Rasyid Ridha menerbitkan majalah Al-Manar. Majalah tersebut banyak memuat ide-ide Muhammad Abduh. Guru memberikan ide-ide kepada murid, murid menulis dan menganalisisnya, kemudian mempublikasikannya pada majalah Al-Manar. Selain itu, Al-Manar juga mempublikasikan tulisan-tulisan Abduh sendiri dan tulisan dari murid-muridnya, seperti tulisan-tulisan Rasyid Ridha dan tulisan para pendukung pembaharuan di berbagai negeri Islam.

Salah satu tujuan diterbitkannya majalah al-Manar adalah : mengadakan pembaharuan dalam bidang agama, sosial dan ekonomi, memberantas takhayul, khurafat dan bid’ah yang masuk ke dalam tubuh Islam. Menghilangkan paham fatalisme yang terdapat di kalangan umat Islam dan paham-paham yang salah telah dibawa oleh tarekat-tarekat tasawuf. Meningkatkan mutu pendidikan umat Islam, dan membela umat Islam terhadap permainan politik negara-negara Barat. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Rasyid Ridha selain yang berkenaan dengan majalah Al-Manar adalah menerbitkan buku-buku klasik, terutama yang telah disusun oleh para ulama Salafiyah dan buku-buku yang telah disusun oleh dia sendiri. Menulis tafsir Al-Qur’an, terjun ke dalam bidang politik dalam upaya mempersatukan bangsa Turki dan bangsa Arab, mempertahankan negeri-negeri Islam, dan mengusir penjajah dari negeri-negeri mereka. Selain itu, beliau juga terjun ke dalam bidang pendidikan dan dakwah, antara lain dengan mendirikan Madrasah Al-Irsyad wa Al-Dakwah.

Pada tanggal 23 Jumadil ula 1334/22 Agustus 1935 M, Rasyid Ridha pun wafat pada saat sedang membaca Al-Qur’an dalam perjalanan pulang dari kota Suez.

Pemikiran pembaharuan Rasyid Ridha

1. Pemikiran Pembaharuan Rasyid Ridha dalm Bidang Keagamaan

Menurut Rasyid Ridha, umat Islam membutuhkan pembaharuan di bidang agama, ilmu pengetahuan, sosial, politik, ekonomi dan lain-lain. Semuanya saling melengkapi, karena yang satu tidak terlaksana, kecuali dengan dilaksanakan sektor atau bidang lainnya. Meskipun begitu, ia akan mengarahkan perhatiannya hanya pada bidang agama, sosial dan politik. Sebab pada tiga bidang itulah yang memerlukan perhatian yang serius guna memperbaiki keadaan umat Islam.

Menurut Rasyid Ridha, yang mendorongnya untuk melakukan pembaharuan di bidang agama adalah karena adanya kesalah pahaman sebagian besar umat Islam

Page 79: SKI Aliyah 3

terhadap ajaran Islam yang sebenarnya. Kesalapahaman itu menjadi faktor penyebab kemunduran umat Islam dalam berbagai bidang kehidupan.

Faktor penyebab kemunduran umat Islam adalah karena mereka tidak lagi menganut ajaran-ajaran Islam yang benar. Selain itu, perilaku mereka bnayak yang menyimpang dari ajaran-ajaran Islam yang benar. Bid’ah-bid’an sudah banyak yang masuk ke dalam kepercayaan mereka. Misalnya, keyakinan kekuatan batin yang dapat membuat sang pemiliknya memperoleh apa saja yang dikehendakinya. Padahal menurut ajaran Islam, kebahagian di dunia dan di akherat hanya akan dapat diperoleh melalui usaha yang sesuai dengan sunattullah. Bid’ah lain yang juga membawa kemunduran adalah ajaran-ajaran dari Syaikh-syaikh tarekat tentang tawakal, tawassul, dan kepatuhan yang berlebihan kepada wali dan Syaikh.

Zuhud yang berlebihan menurut Rasyid Ridha, merupakan salah satu sebab dari mundurnya umat Islam. kebanyakan cerita tentang zuhud Rasulullah saw. Yang kemudian dijadikan dalil bagi ajaran-ajaran mereka adalah maudlu’ dan tidak ada dasarnya. Sebab, seperti dijelaskan dalam sejarah bahwa Rasulullah saw. Itu menyantap makanan yang tidak lezat dan makanan lezat, memakai pakaian kasar dan bagus, dan tidak pernah meminum air, kecuali air tawar bersih.

Zuhudnya Rasulullah saw terhadap dunia adalah zuhud terhadap apa yang ditangan orang lain, bukan zuhud dalam arti tidak mau bekerja dan menjauhi pekerjaan. Lebih dari itu, Islam tidak pernah melarang siapapun bekerja dan mencari rizki dengan cara-cara yang dibenarkan oleh syariat. Islam tidaklah diturunkan hanya untuk memperbaiki jasmani dan ruhani secara bersamaan dan mendatangkan kemaslahatan kepada kita, baik di dunia maupun di akherat, baik jasmani maupun nurani.

Sementara itu kaum muslimin ada yang salah dalam memahami makna zuhud. Mereka mengartikan zuhud adalah: lebih mengutamakan hidup miskin daripada kecukupan atau lebih mengutamakan orang yang bekerja daripada saudaranya yang tekun beribadah, sedangkan biaya hidupnya ditanggunmg saudaranya yang bekerja itu. Menurut Rasyid Ridha zuhud yang disukai itu apabila orang yang tidak menjadi hamba harta benda dan hal itu merupakan sikap mental terhadap harta itu. Rasyid Ridha juga menjelaskan bahwa salah satu faktor penyebab juga menjelaskan bahwa salah satu faktor penyebab kmunduran umat Islam adalah berkembangnya paham zabariyah (fatalis). Sebaliknya, diantara faktor kemajuan bangsa Barat adalah membudayakan paham ikhtiar (dinamis). Padahal Islam telah mendorong umatnya agar bersikap dinamis. Ajaran tersebut termuat dalam kata Jihad, yang berarti berrusaha keras, bersungguh-sunguh mencurahkan segenap pikiran, kekuatan, dan kemampuan untuk mencapai kekuatan yang luhur, dan berani berkurban, baik dengan harta benda maupun dengan jiwa raga untuk mencapai tujuan perjuangan.

Page 80: SKI Aliyah 3

Oleh karena itu, apabila umat Islam ingin maju, maka harus kembali kepada ajaran-ajaran Islam yang sebenarnya, murni dari segala bentuk bid’ah, khurafat, dan takhayul. Islam yang murni itu sederhana sekali, baik dalam masalah ibadah maupun dalam masalah mu’amalah. Ibadah kelihatannya berat dan ruwet karena hal-hal yang wajib. Demikian pula masalah mu’amalah. Islam hanya menetapkan dasar-dasarnya, seperti perasaan, keadilan, dan musyawarah untuk pemerintahan.

Hukum-hukum fiqh yang berkenaan dengan kemayarakatan meskipun didasarkan pada Al-Qur’an dan As-Sunnah, tidak boleh dianggap absolut dan tidak dapat dirubah. Hukum-hukum itu ditetapkan sesuai dengan tempat dan jaman. Selain itu, umat Islam juga harus meninggalkan paham jabariyah (fatalis). Sebaliknya, umat Islam juga harus menganut paham jihad. Sebab dengan paham itu umat Islam klasik dapat menguasai dunia.

Sebagaimana Muhammad Abduh, Rasyid Ridha juga menghargai akal manusia. Meskipun penghargaannya tidak setinggi yang diberikan gurunya. Karena ia menghargai akal, ia juga sependapat dengan gurunya bahwa taqlid harus dibasmi dan ijtihad harus dikembangkan. Namun perlu digaris bawahi di sini bahwa yang dimaksud dengan ijtihad bukanlah ijtihad yang leberal mencakup segala hal.

Menurut Rasyid Ridha, ijtihad hanya diperlukan untuk hal-hal yang berkenaan dengan mu’amalat dan kemasyarakatan, namun tidak diperlukan lagi untuk hal-hal yang berkenaan dengan ibadah. Demikian pula, ijtihad hanya dapat diterapkan untuk menjawab masalah-masalah yang tidak ada nashnya dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Selainitu, ijtihad hanya dapat dilakukan dalam upaya memahami ayat-ayat dan hadits-hadits yang mengandung pengertian zhani, tetapi tidak dapat diterapkan dalam upaya memahami ayat-ayat dan hadits-hadits yang mengandung pengertian yang qath’i

2. Pemikiran Pembaharuan Rasyid Ridha dalam Bidang Pendidikan.

Pemikiran pembaharuan yang dikemukakan Rasyid Ridha adalah soal perempuan dan pendidikan. Menurut Rasyid Ridha Islam datang antara lain untuk memperbaiki taraf hidup kaum perempuan. Sebab, dengan membaiknya taraf kehidupan perempuan, akan baik pula kehidupan masyarakat. Perempuan mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan pria, kecuali dalam hal-hal tertentu karena adanya sifat-sifat biologis khusus yang ada padanya, seperti menstruasi, mengandung, melahirkan dan menyusui. Karena itu, kaum pria berkewajiban mendidik kaum perempuan dan memberi mereka ilmu pengetahuan agar mereka dapat memperoleh hak dan melaksanakan kewajiban mereka, baik terhadap Tuhan, suami, anak, keluarga dekat maupun warga masyarakat mereka. Bagaimana mungkin mereka dapat melaksanakan kewajiban dan memperoleh hak mereka kalau mereka bodoh-bodoh..

Rasyid Ridha juga mengatakan bahwa para para pembaharu yang telah mencela bangsa mereka, sebenarnya telah melecehkan dan mengekang kaum perempuan.

Page 81: SKI Aliyah 3

Ia menuntut kepada mereka agar memberikan kebebasan dan persamaan kepada kaum perempuan agar kaum perempuan memperoleh ilmu pengetahuan dan hal-hal yang diperlukan dalam kehidupan mereka di dunia ini. Menurut Rasyid Ridha, para pembaharu tersebut dapat diklasifikasiakan menjadi dua kelompok: (1) para pembaharu yang menuntut perbaikan nasib kaum perempuan dengan mengikuti petunjuk Islam dan (2) para pembaharu yang menuntut perbaikan nasib perempuan dengan mengikuti apa yang telah dilakukan di dunia Barat.

Dalam penilainnya, Ridha mengatakan bahwa kelompok pertama menuntut perbaikan hanya dengan omongan (verbalisme). Sementara kelompok kedua menuntut perbaikan dengan perbuatan dan tindakan. Mereka memberikan pelajaran membaca, menulis, berbahasa Eropa, memainkan alat-alat musik, menjahit, dan membordir, kepada anak-anak gadis mereka, namun tidak memberikan pelajaran agama, moral dan adat kebiasaan mereka. Meskipun dengan cara itu akan terjadi perubahan sosial, namun dampaknya akan menghancurkan sendi-sendi kamasyarakatan dan kepribadian kita.

Menurut Ridha pendidikan perempuan harus didasarkan pada moral agama dan hukum-hukum Islam. Selain itu kepada anak-anak gadis kita harus diajarkan bahasa Arab, sejarah umat Islam, ilmu pendidikan, berhitung, cara mengatur rumah tangga, merawat anak, menjaga kebersihan dan berbagai ketrampilan yang dibutuhkan, seperti menjahit, membordir dan memasak.

Ilmu pengetahuan yang dibutuhkan oleh setiap perempuan harus diajarkan kepada setiap perempuan sebagai pengalaman pendidikan dasar. Selain itu Rasyid Ridha juga menganjurkan agar sebagian perempuan menempuh pendidikan tinggi, seperti mempelajari ilmu kedokteran dan ilmu bedah, terutama yang berkaitan dengan persoalan perempuan. Sebab, menurut ajaran Islam, perempuanlah yang seharusnya mengobati perempuan-perempuan yang sakit. Perempunlah yang seharusnya mendidik anak-anak gadis. Pokoknya, ilmu apa saja yang bermanfaat untuk kaum perempuan dan umat, mereka berhak untuk mempelajarinya.

Berkaitan dengan pendidikan, Rasyid Ridha mengatakan bahwa orang membaca sejarah dan mengetahui bahwa kekuatan dan kesejahteraan suatu bangsa dapat terwujud berkat pendidikan yang merata pada bangsa itu. Namun, di kalangan umat Islam pendidikan yang merata itu telah diabaikan. Karena itu, agar umat Islam menjadi kuat, makmur dan sejahtera, kita harus terlebih dahulu melakukan pembaharuan di bidang pendidikan dan pengajaran. Pendidikan dan pengajaran tersebut mencakup semua ilmu pengetahuan yang diperlukan. Akan tetapi, dia juga menyadari bahwa setiap orang tidak akan mampu mempelajari semua ilmu pengetahuan, meskipun ia sudah menghabiskan waktu dan meninggalkan semua pekerjaan. Sebab ilmu itu sangat banyak, sedangkan umur manusia sangat terbatas. Karena itu, Islam telah membagi ilmu pengetahuan yang wajib dipelajari itu menjadi dua macam:

Page 82: SKI Aliyah 3

Yang termasuk wajib ’aini, yaitu yang wajib dipelajari oleh setiap muslim, seperti ilmu-ilmu yang berkenaan dengan akidah, ibadah, halal dan haram, dan akhlak.

Yang termasuk wajib kifai, yaitu yang wajib dipelajari oleh orang-orang tertentu saja, seperti ilmu-ilmu yang menjadi penopang agama (misalnya, tafsir, hadits dan fiqh) dan yang akan menjadi penompang kemakmuran dan kesejateraan dunia (misalnya, ilmu pertanian, perindustrian, kedokteran dan teknologi). Apabila sudah ada sekelompok orang yang mempelajari ilmu-ilmu tersebut, bebaslah semua orang dari dosa.

Rasyid Ridha menjelaskan bahwa ilmu-ilmu pengetahuan modern tidaklah bertentangan dengan Islam. Oleh karena itu, peradaban Barat mengalami kemajuan karena ditopang oleh ilmu pengetahuan dan teknologi. Karenanya, sudah sepantasnya umat Islam di seluruh dunia mendambakan kemajuan mempelajari ilmu pengetahuan tersebut. Hal itu didasari atas kenyataan sejarah bahwa kemajuan yang pernah dicapai umat Islam pada jaman klasik adalah juga berkat kemajuan mereka di bidang ilmu pengetahuan. Namun, ilmu pengetahuan itu telah diabaikan oleh umat Islam dan dikembangkan oleh bangsa-bangsa Barat, sehingga umat Islam mengalami kemunduran, sementara bangsa-bangsa Barat mengalami kemajuan. Karena itu, jika umat Islam sekarang ini mempelajari ilmu pengetahuan dari Barat, sebenarnya mereka mempelajari kembali ilmu pengetahuan yang pernah mereka miliki.

Pemikiran Pembaharuan Rasyid Ridha dalam Bidang Politik

Rasyid Ridha mengatakan bahwa, semua umat Islam harus bersatu di bawah satu keyakinan, satu sistem moral, satu sistem hukum dan undang-undang. Hukum dan undang-undang tidak akan dapat dijalani tanpa ada kekuasaan pemerintah. Karena itu, kekuasaan umat mengambil bentuk negara dengan pimpinan seorang khalifah. Khalifah itu harus memenuhi syarat-syarat seorang mujtahid dan tidak boleh bersifat absolut. Untuk dapat melaksanakan tugasnya itu dengan baik, ia harus dibantu oleh para ulama.

Menurut Rasyid Ridha; perbedaan mazhab dan aliran jangan sampai menimbulkan perpecahan di kalangan umat Islam. Guna menghindari perpecahan tersebut, maka perlu dihidupkan sikap toleransi di antara para pengikut suatu mazhab dengan para pengikut mazhab lain, yaitu dengan cara saling menghormati paham dan pendirian masing-masing. Hanya saja dalam masalah-masalah pokok diperlukan persamaan, sedangkan masalah-masalah yang tidak pokok tidak diperlukan. Bahkan untuk mereka diberi kebebasan untuk mengikuti mazhab dan aliran-aliran masing-masing.Dalam upaya memasyarakatkan ide-ide pembaharuan Rasyid Ridha, baik yang berasal dari gurunya maupun dari dirinya sendiri, Rasyid Ridha tidak hanya mengandalkan pada majalah Al-Manar, tetapi juga menulis Tafsir Al-Qur’an sebagaimana yang pernah dilakukan sebelumnya oleh para pemuka mazhab dan

Page 83: SKI Aliyah 3

aliran dalam memperkuat pendirian masing-masing agar masyarakat dapat menerima pendirian mereka.

Pada mulanya penulisan Tafsir Al-Qur’an itu telah diusulkannya kepada Syekh Muhammad Abduh, namun gurunya itu menolak dengan alasan bahwa kitab-kitab tafsir sudah cukup banyak dan saling melengkapi. Akan tetapi, karena Rasyid Ridha terus mendesaknya dan mengemukakan pentingnya tafsir itu dalam upaya pembaharuan, akhirnya Abduh bersedia memberikan kuliah tafsir, yang dimulai pada tahun 1323 H. Kuliah itu dihadiri oleh para mahasiswa Al-Azhar, termasuk Rasyid Ridha sendiri.

Salah satu ketrampilan Rasyid Ridha adalah: Ia selalu mencatat keterangan-keterangan gurunya di dalam kuliah, kemudian dieditnya sehingga menjadi sebuah karangan yang sistematis. Hasil kerjanya diserahkan kepada gurunya untuk diperiksa. Apabila gurunya setuju, baru dimuat dalam majalah Al-Manar agar dapat dibaca oleh banyak orang. Itulah sebabnya tafsir itu disebut Tafsir Al-Manar. Setelah Syekh Muhammad Abduh wafat, Rasyid Ridha sendiri yang menafsirkan ayat-ayat selanjutnya sampai dia wafat. Sekarang Tafsir Al-Manar itu sudah dicetak secara tersendiri yang terdiri 12 jilid besar yang dimulai dari surat Al-Fatihah sampai surat An-Nisa, ayat 125 merupakan hasil kerja sama antara Abduh dengan Rasyid Ridha, sedangkan selebihnya merupakan hasil karya Rasyid Ridha sendiri.

Dalam hal menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an, Rasyid Ridha tidak selalu mengikuti metode Abduh. Hal itu terlihat, antara lain ketika ia menafsirkan ayat-ayat mutasyabihat, seperti Tuhan mempunyai tangan dan kaki dengan pengertian majazi. Ridha menafsirkan dengan arti harfiahnya, meskipun dengan catatan bahwa yang diberikan Tuhan itu tidak sama dengan organ tubuh yang ada pada manusia. Begitu pula dalam menafsirkan ayat-ayat yang berkenaan dengan balasan di akhirat, Abduh lebih menekankan tafsiran filosofis sehingga tafsirannya mengandung pengertian bahwa balasan tersebut bersifat ruhani, sedangkan Ridha menafsirkannya lebih menekankan tafsiran harfiah, sehingga tafsirannnya mengandung pengertian bahwa balasan tersebut bersifat ruhani dan jasmani.

Karya-karya Rasyid Ridha

Rasyid Ridha adalah seorang ilmuwan yang cukup produktif menulis. Hal ini dapat dilihat dari hasil karya dan pemikirannya yang dituangkan ke dalam bentuk tulisan. Berikut antara lain karya Rasyid Ridha:

1. Al-Hikmah As-Syar’iyyah fi Muhakamati Dariyyah wal Rifa’iyah2. Al-Azhar wa Al-Manar3. Tarikhul Ustadz wal Imam4. Nida lil Jinsil Lathief5. Dzikra Mauludin Nabi

Page 84: SKI Aliyah 3

6. Risalatul Hujjaatul Islam Al-Ghazali7. As-Sunnah wa Syi’ah8. Al-Wahdatul Islamiyah9. Haqiqaturriba10. Al-Wahyu Al-Muhammadi11. Al-Khilafah awil Imam Al-’Udzma12. Tafsir Al-Manar

Semua tulisan ini merupakan representasi dari pemikiran Rasyid Ridha. Hampir semua persoalan umat yang menjadi perhatian dunia Islam ketika itu, dikajinya dengan baik sehingga Ridha mampu memberikan formulasi penting bagi upaya pemecahan problematika umat Islam.

La Tansa

- Rasyid Ridha dilahirkan dari keluarga terhormat. Ayah dan kakeknya merupakan orang yang terpandang di masyarakat Qalamun

- Pada usia 7 (tujuh) tahun, Rasyid Ridha di sekolahkan di lembaga pendidikan dasar yang disebut Kuttab

- Menurut Rasyid Ridha, yang mendorongnya untuk melakukan pembaharuan di bidang agama adalah karena adanya kesalah pahaman sebagian besar umat Islam terhadap ajaran Islam yang sebenarnya. Kesalapahaman itu menjadi faktor penyebab kemunduran umat Islam dalam berbagai bidang kehidupan

- Faktor penyebab kemunduran umat Islam adalah karena mereka tidak lagi menganut ajaran-ajaran Islam yang benar. Selain itu, perilaku mereka bnayak yang menyimpang dari ajaran-ajaran Islam yang benar. Bid’ah-bid’an sudah banyak yang masuk ke dalam kepercayaan mereka

- Zuhudnya Rasulullah saw terhadap dunia adalah zuhud terhadap apa yang ditangan orang lain, bukan zuhud dalam arti tidak mau bekerja dan menjauhi pekerjaan. Lebih dari itu, Islam tidak pernah melarang siapapun bekerja dan mencari rizki dengan cara-cara yang dibenarkan oleh syariat

- Menurut Ridha pendidikan perempuan harus didasarkan pada moral agama dan hukum-hukum Islam. Selain itu kepada anak-anak gadis kita harus diajarkan bahasa Arab, sejarah umat Islam, ilmu pendidikan, berhitung, cara mengatur rumah tangga, merawat anak, menjaga kebersihan dan berbagai ketrampilan yang dibutuhkan, seperti menjahit, membordir dan memasak

- Salah satu ketrampilan Rasyid Ridha adalah: Ia selalu mencatat keterangan-keterangan gurunya di dalam kuliah, kemudian dieditnya sehingga menjadi sebuah karangan yang sistematis. Hasil kerjanya diserahkan kepada gurunya untuk diperiksa. Apabila gurunya setuju, baru dimuat dalam majalah Al-Manar agar dapat dibaca oleh banyak orang.

Tamrinat 8

Page 85: SKI Aliyah 3

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar !

1. Tuliskan biografi singkat rasyid Ridha !2. Menurut Rasyid Ridha ada beberapa faktor yang menyebabkan kemunduran

umat Islam. Jelaskan !3. Jelaskan yang dimaksud zuhud menurut Rasulullah !4. Sebutkan beberapa peranan Rasyid Ridha dalam membawa kemajuan bagi umat

Islam !5. sebutkan konsep pemikiran Rasyid Ridha dala pembaharuan !

Amanah :

Sebutkan beberapa konsep Rasyid Ridha dalam upaya mewujudkan pembaharuan bagi dunia Islam !

Bagian

Page 86: SKI Aliyah 3

9 MUSTAFA KEMAL ATTARTURK

BIOGRAFI MUSTAFA KEMAL ATTARTURK

Nama lengkap : Musthafa Kemal AttarturkLahir : Selonika pada tahun 1881 MNama ayah : Ali RezaNama Ibu : Zubeyde Kelebihan : al-Hafidz

Musthafa Kemal Attarturk pada waktu kecil disekolahkan di sebuah sekolah tradisional yang bernama Madrasah Fatima Mollah Kadin. Tetapi Kemal tidak betah dan sering melawan gurunya. Akhirnya Kemal dimasukkan pada sekolah umum Shemsi Effend. Ternyata di sekolah inilah ia sukses dalam belajar dan memiliki prestasi bagus.

Kemudian Kemal memasuki sekolah militer menengah atas keinginannya sendiri. Ia tamat ketika berusia empat belas tahun. Kemudian ia masuk pada sekolah latihan militer di Monastir. Setelah tamat, ia masuk sekolah tinggi Militer di Istambul tahun 1899 M. Enam tahun kemudian, ia berhasil memperoleh ijasah dan diberi pangkat kapten. Untuk menambah wawasan dan pengetahuannya tentang politik, ia belajar banyak tentang politik dari kawannya, yaitu Ali Fethi. Orang inilah yang mendorong Kemal untuk belajar bahasa Perancis. Tujuannya supaya Kemal dapat membaca karya-karya Rousseau, Voltaire, Auguste Comte dan lain-lain, serta sejarah dan sastra yang menarik minatnya.

Mustafa Kemal ketika belajar di Istambul terlibat dalam berbagai aktivitas untuk menentang kekuatan absolut Sultan Abdul Hamid. Bahkan menerbitkan surat kabar tulis tangan sebagai media komunikasi para aktivis dan forum untuk melakukan kritik terhadap kebijakan Sultan. Aktifitas politiknya ini terus dilakukan hingga ia menyelesaikan pendidikan militernya. Risikonya, kemudian ia ditangkap dan dipenjarakan beberapa bulan. Setelah dibebaskan, ia bersama temannya, Ali Fuad diasingkan ke Syiria.

Penjara ternyata tidak membuat Kemal jera, ia tetap melakukan aktivitas politik praktis, bahkan dalam pengasingannya di Damaskus, Kemal mengadakan pertemuan dengan tokoh-tokoh terkemuka yang dibuang ke kota itu. Di sana ia mendirikan perkumpulan Vatan (tanah air) tahun 1906 M. Perkumpulan ini kemudian membuka berbagai cabangnya di Yaffa, Yerusalem dan Beirut. Tetapi ia melihat bahwa daerah-daerah itu tidak strategis untuk melakukan provokasi guna melakukan gerakan revolusi. Sebab, selain tempatnya jauh dari Istambul, mayoritas penduduknya adalah orang Arab. Karena itu, ia memilih Selonika sebagai tempat yang sangat strategis dalam pergerakan. Di kota inilah kemudian ia mendirikan cabang Vatan dan mengubah nama organisasi tersebut menjadi Vatan ve Hurrivet Cemiyeti (perkumpulan tanah air dan kemerdekaan).

Page 87: SKI Aliyah 3

Selain jenjang militer yang ditekuni Kemal, ia juga bekerja sebagai staf umum pada tahun 1907 M di Selonika. Di sini ia bergabung dengan Komite Persatuan dan Kemajuan (Comitte of Union and Progress/Ittihad Ve Terekki), yang telah memiliki pengaruh cukup lama dan luas ketimbang Vatan ve Hurriyet Cemiyeti. Pada revolusi 1908 M peran Kemal belum begitu menonjol, karena masih ada tokoh-tokoh yang lebih senior dan berpengaruh, seperti Enver, Talaat dan Jamal.

Sultan Abdul Hamid II pada tahun 1908 M telah membuat kebijakan yang memberlakukan kembali konstitusional 1876 M, sangat tidak menguntungkan posisi dan gerakan Turki Muda. Karena terjadi perbedaan Mustafa Kemal seorang militer, ia sangat tidak setuju terhadap pendapat pemimpin Union Progress tentang keterlibatan militer dalam dunia politik. Hal itu menimbulkan berbagai tindakan protes dan demonstrasi yang dipelopori oleh Derwis Vahdeti pemimpin ittihad Muhammadi suatu organisasi Pan Islamisme. Mereka menuntut pemberlakuan kembali Syari’ah Islam. Untuk mengatasi berbagai gerakan demonstrasi itu, Mustafa Kemal diangkat menjadi kepala staff kesatuaan Angkatan Darat dari Selonika untuk memadamkan pemberontakan tersebut.

Meskipun demikian, tetap saja kekuasaan dipegang oleh partai Union Kongres sejak tanggal 23 Januari 1913 M hingga akhir perang dunia I. Situasi sosial politik ketika itu belum mereda, bahkan terjadi pertentangan antara Mustafa Kemal dan para pemimpin Turki Muda, khususnya antara Kemal dengan Enver Pasya. Mustafa Kemal juga menganggap terlalu pagi atas keputusan Turki untuk bergabung dengan Jerman.

Dampak kritikan ini, Kemal dan temannya Ali Fethi dibuang ke Sofia pada tahun 1913 M. Kalau Ali Fethi dibuang sebagai tahanan politik, sementara Kemal diangkat sebagai duta Atase militer. Tampaknya Kemal senang di tempatkan di daerah ini, sebab ia dapat berkenalan langsung dengan peradaban Barat yang dikagumi, terutama dalam hal sistem pemerintahan parlemen.

Perang dunia I pecah pada tahun 1914 M, Kemal dipanggil kembali untuk memimpin devisi 19 di Gallipolli. Sebagai perwira ia menjadi komandan pada pasukan dalam perang Dardanela 1915 M, perang Kaukakus 1916 M, dan perang Palestina 1917 M. Sebagai penghargaan atas kehebatannya dalam pertempuran, pangkatnya dinaikan dari kolonel menjadi jenderal ditambah dengan gelar Pasya

Pada tahun 1920 M, Kemal menjadi Ketua Majlis Nasional Agung. Melalui sidangnya di Ankara, mengantarkannya menjadi seorang Presiden di Turki. Pemerintahannya diakui, baik secara de fakto maupun de jure, oleh dunia internasional maupun oleh sekutu setelah ditandatangani perjanjian Laussanue pada tanggal 23 Juli 1923 M.

Mustafa Kemal baru menikah setelah ia berhasil menggapai semua cita-cita yanng diinginkannya. Ia menikah dengan Latifa Hanim, puteri Usakizade Muammer, seorang pedagang kaya dari Izmir. Sayang sekali, perkawinan ini tidak berumur panjang dan berakhir dengan perceraian, karenna Mustafa sibuk denngann tugas dan kewajjiban sebagai kepala negara Turki yang baru lahir hingga ia meninggal dunia pada tanggal 10 november 1938 M, dalam usia 57 tahun.

Musthafa Kemal melawan penjajah

Page 88: SKI Aliyah 3

Dalam Perang Dunia I, pemerintahan Turki dikuasai oleh tiga serangkai Turki Muda; yaitu Enver, Talaat dan Jamal. Mereka bersimpati terhadap Jerman, dan sebaliknya sangat benci terhadap Rusia yang selalu mengancam Turki. Ketika perang terjadi, Turki memihak Jerman, dan menyerang Rusia. Sekutu menyerang Dardanella, tetapi gagal sama sekali berkat keperkasaan Kemal mempertahankannya.

Ketika terjadi perang antara Turki dengan Inggris dan Perancis di Timur Tengah, Turki kalah, sehingga dibuatlah gencatan senjata di Mudros pada tanggal 30 Oktober 1918 M. Sejak itu mulailah era baru pendudukan Sekutu di Turki. Pada tanggal 13 November 1918 M, armada Sekutu menduduki Selat Borporus dan berlabuh di Tanduk Emas. Dalam keadaan demikian, Mustafa Kemal memutuskan untuk pergi ke Anatolia, karena di tempat itu ada tanda-tanda kebangkitan nasional.

Mustafa Kemal yang tiba di daerah itu ternyata tidak menjalankan perintah Sultan, tetapi malah mengadakan pertempuran; bergabung dengan para pimpinan kelompok itu dan dengan komando-komando tentara seperti Jenderal Karabakir corp Angkatan Darat di Erzurum. Mobilisasi ini dilakukan untuk membentuk kader-kader tentara nasional untuk mengadakan apa yang disebut dengan ”Perang Pembebasan” (the war of liberation). Dalam pertemuannya dengan tokoh-tokoh nasionalis seperti Rauf Bey, Ali Fuad dan Ref’at berhasil membuat kesepakatan membentuk bangsa Turki yang merdeka, bebas dari kontrol asing dan diputuskan pula mengundang semua kelompok perlawanan untuk berkonverensi.

Mustafa Kemal melihat perlunya diadakan pemerintahan tandingan, dan menjadikan anatolia sebagai pusat pergerakan/pemerintahan. Setelah pemerintahan di bentuk, Mustafa Kemal dengan rekan-rekannya segera mengeluarkan maklumat yang berisi pernyataan-pernyataan berikut ini; 1. Kemerdekaan tanah air sedang dalam keadaan bahaya.2. Pemerintahan ibu kota terletak di bawah kekuasaan Sekutu, dan karena itu

tidak dapat menjalankan tugasnya.3. Rakyat Turki harus berusaha sendiri untuk membebaskan tanah air dari

kekuasaan asing.4. Gerakan-gerakan tanah air yang sudah ada harus dikoordinasi oleh suatu

panitia nasional pusat.5. Untuk itu perlu diadakan kongres.

Dari usaha-usaha perjuangan, dan atas tersiarnya maklumat tersebut di atas, Mustafa Kemal diperintahkan datang ke Istambul untuk menghadap Sultan, tetapi ia menolak. Atas sikapnya yang menolak atas perintah Sultan, maka Mustafa Kemal dicopot dari jabatannya sebagai panglima; artinya ia dikeluarkan dari dinas militer. Meskipun begitu, tidak berarti Kemal kehilangan wibawa di kalangan rakyat Turki, malah sebaliknya ia segera diangkat sebagai ketua perkumpulan pembela hak-hak rakyat di daerah Erzurum.

Setelah Kemal menjadi ketua, langkah pertama yang dilakukan Kemal adalah melaksanakan kongres pertama di Erzurum pada tanggal 23 Juli 1919 M. Keputusan penting yang dihasilkan oleh kongres tersebut adalah lahirnya deklorasi yang dikenal dengan ”Piagam Nasional” (Milli Misaq/National Fact) isi piagam mengukuhkan komitmen mereka membentuk gerakan pembela tanah air, guna membebaskan Turki

Page 89: SKI Aliyah 3

dari kekuasaan asing; sebagai reaksi terhadap pendudukan sekutu dan ketidakpercayaan terhadap pemerintah Sultan yang sudah lumpuh.

Pada Kongres kedua, yang diselenggarakan di Sivas pada tanggal 4-11 September 1919 M. Keputusan penting yang diambil adalah mempertegas keputusan pada kongres pertama; yaitu Turki harus bebas dan mereka. Keputusan lain adalah membentuk Komite Perwakilan Rakyat. Setelah Komite Perwakilan Rakyat terbentuk, Mustafa Kemal terpilih menjadi ketuanya.

Perasaan benci kemal terhadap sekutu di Istambul semakin meningkat. Gerakan nasionalis semakin kuat kedudukannya dan banyak di antara anggota parlemen yang mendukung gerakan ini secara terang-terangan. Bahkan golongan nasionalis mendapat jumlah mayoritas ketika diadakan pemilihan parlemen di Istambul. Pada bulan Maret 1920 M Istambul dikuasai oleh sekutu secara paksa dan Turki dinyatakan dalam keadaan darurat perang. Perdana Menteri Ali Reza diganti olehh Saleh Pasha, para pemimpin gerakan nasionalis ditangkap dan diasingkan ke Malta. Mereka yang sempat lari melarikan diri ke Annatolia menggabungkan diri dengan Mustafa Kemal.

Sultan melancarkan kampanye anti nasionalis, dan Syikhnul Islam mengeluarkan fatwa bahwa membunuh pemberontak atas perintah khalifah merupakan suatu kewajiban dalam agama. Di samping iu keputusan hukuman mati diambil oleh pengadilan perang di Istambul terhadap Mustafa Kemal. Ancaman lain, perjanjian rahasia antara Inggris, Perancis dan Rusia yang terkenal dengan ”Sykes Agreement 1916” yang akan membagi-bagikan wilayah Turki di antara mereka.

Pada tahun 1920 M atas usaha Kemal dan teman-temannya dapat dibentuk Majlis Nasional Agung (MNA). Tampaknya parlemen sudah dikuasai oleh golongan nasionalis, Kemal sebagai tokohnya. Pada sidang pertama MNA yang berlangsung di Ankara yang kemudian menjadi ibu kota Republik Turki, Mustafa Kemal dipilih menjadi ketua sekaligus kepala pemerintahan tandingan. Keputusan sidang itu sebagai berikut:1. Kekuasaan tertinggi terletang di tangan rakyat Turki.2. MNA merupakan perwakilan rakyat tertinggi3. MNA, bertugas sebagai bertugas sebagai bahan legislatif dan badan eksekutif.4. Majelis negara yang anggotanya dipilih dari MNA akan menjalankan tugas

pemerintah.5. Ketua MNA merangkap jabatan ketua Majelis Negara.6. Pada tanggal 10 Agustus Sultan menandatangani ”Perjanjian Surves”, yang

menciutkan wilayah Turki yang tinggal hanya Istambul dan sekitarnya serta Anatolia Utara. Wilayah-wilayah lain diserahkan kepada Sekutu. Langkah ini mendapat reaksi keras dari Kemal: ”Saya akan bertempur sampai kiamat”, katanya tegas

Kemal membuktikan ucapannya, ia memmobilisir beberapa pasukan yang didukung oleh kaum nasionalis dan beberapa kelompok masyarakat untuk melakukan perjuangan fisik melawan sekutu. Pada tahun 1921 M tentara pendudukan Yunani dikalahkan oleh tentara Turki di bawah komado Ismet Inano. Pada tahun 1922 M, pasukan Kemal menyerbu Izmir yang sejak 1919 M dikuasai Yunani, kemudian akhirnya kota itu jatuh. Izmir berikut penduduknya yang moyoritas berbahasa Yunani kini kembali menjadi milik pemerintah Turki. Dengan demikian, seluruh kekuatan

Page 90: SKI Aliyah 3

Yunani berakhir di Anatolia. Atas kemenangan dan sekaligus pengabdiannya, MNA memberinya gelar Ghazi (pahlawan perang).

Keberhasilan tersebut amat menentukan bagi kaum nasionalis untuk meneruskan perjuangan fisik dan monuver politik berikutnya, sehingga mereka dapat menguasai situasi dan membebaskan Turki dari penguasa asing. Akhirnya sekutu terpaksa mengakui mereka sebagai penguasa baik secara de vakto maupun de jure di Turki. Kemudian setelah ditandatangani perjanjian ”Lausanue” tanggal 24 Juli 1923 di Lausanue Swiss pemerintah Kemal mendapat pengakuan internasional.

Dengan ditandatanganinya perjanjian Lausanue, Turki memperoleh kemerdekaan. Sekitar sebulan kemudian, Inggris meninggalkan Istambul, menandai berakhirnya pendudukan sekutu di Turki. Dengan demikian, terbentuklah negara RepublikTurki pada tanggal 29 Oktober 1923 M. Ankara dijadikan Ibu Kota, Kemal Ataturk ditunjuk menjadi Presiden didampingi Ismet Inonu sebagai Perdana Menteri.

Usaha Kemal membentuk Rebublik Turki

Untuk mengawali usaha pembaharuan dan modernisasi besar-besaran, pemimpin Turki, Mustafa Kemal Attarturk mengubah Turki menjadi negara sekulernyang memberlakukan hukum sipil, menyelenggarakan siatem pendidikan bebas, dan melarang poligami. Segala sesuatu yang bersifat tradisional ditinggalkannya.

Pembaharuan-pembaharuan yang dilakukan Kemal di negara Republik Turki baru; yang diproklamirkan pada tanggal 29 Oktober 1923 meliputi bidang politik, hukum, pendidikan, peradaban dan ekonomi. Berikut ulasan singkatnya.

Pembaharuan dalam Bidang Politik

Sebelum Mustafa Kemal diangkat menjadi Presiden Republik Turki, pada tahun 1920 M dibentuk Majlis Nasional Agung, atas usaha beliu dan teman-temannya. Dalam sidang di Ankara, yang kemudian menjadi ibu kota Republik Turki, ia dipilih sebagai ketua serta diambil keputusan-keputusan antara lain sebagai berikut:Kekuasaan tertinggi terletak di tangan rakyat Turki.Majlis Nasional Agung merupakan perwakilan rakyat tertinggiMajlis Nasional Agung bertugas sebagai badan legislatif dan badan eksekutif.Majlis Negara yang anggotanya dipilih dari Majlis Nasional Agung akan

menjalankan tugas pemerintahKetua Majlis Nasional Agung merangkap jabatan ketua Majlis Negara.

Konstitusi yang diambil merupakan bentuk baru dan sama sekali berbeda dengan pemikiran elite birokrat tradisional yang kedaulatannya terletak ditangan sultan dan khalifah. Juga bentuk negara baru berdasarkan pada nasionalisme Turki yang mengharuskan diadakannya sekulerisasi; di mana pemerintahan harus dipisahkan dari agama.

Page 91: SKI Aliyah 3

Ide nasionalisme yang diterima Kemal merupakan ide nasionalisme Turki yang terbebas dari geografisnya dan bukan ide nasionalisme Turki yang luas. Dalam piagam nasional tahun 1920 M, disebut antara lain bahwa Turki melepaskan tuntutan teritorial terhadap daerah-daerah yang dahulu terletak di bawah kekuasaan Kerajaan Usmani kecuali daerah yang di dalamnya terdapat ayoritas Turki. Dalam salah satu pidatonya, Kemal menjelaskan bahwa kaum nasionalis akan bekerja dalam lingkungan daerah teritorial Turki untuk kebahagian dan kesejahteraan rakyat Turki.Pernyataan Kemal itu mengindikasikan bahwa bangsa Turki yang nasionalismenya adalah Men-Turki-kan segala-galanya agar menjadi bangsa Turki yang berbahasa satu, berbudaya satu, yang dijiwai semangat patriotik Turki.

Langkah selanjutnya Kemal mengambil alih semua jabatan-jabatan penting dan strategis serta membebaskannya dari pengaruh-pengaruh agama di dalamnya. Hal ini pada kenyataannya tidak sampai menghilangkan agama; Turki masih tetap memainkan peranan kunci dalam kontrol agama melalui Direkorat Jederal Urusan Keagamaan, lembaga yang berada di bawah wewenang Perdana Menteri.

Sesuai dengan konstitusi pada tahun 1920 M dinyatakan bahwa Turki adalah Negara Republik dengan Islam sebagai agama negara. Oleh karenanya, negara yang baru lahir ini belum menjadi negara sekuler.

Perkembangan selanjutnya, Turki menjadi negara sekuler. Sekulerisasi yang dilakukkan Kemal bukan untuk menghapus agama, melainkan suatu proses rasionalisasi terhadap ajaran-ajaran Isalam. Meskipun sebagai seorang sekuler, Kemal sangat memahami arti pentingnya peranan agama dalam kehidupan rakyat Turki, terutama saat perjuangan kemerdekaan. Dengan demikian, pembaharuan yang dilakukan Kemal di Turki merupakan gabungan antara sekulerisasi dan westernisasi.

Setelah negara republik terbentuk, di Turki terdapat dua pemegang kekuasaan duniawi, Raja Turki di satu pihak dan Majlis Negara di pihak lain. Untuk menghindari Turki dari dualisme pemerintahan ini, langkah pertama yang ditempuh Kemal adalah menghapuskan lembaga kesultanan pada bulan November 1922 M. Selain itu ada tendensi lain dalam penghapusan jabatan sultan ini, di mana sultan di Istambul masih dianggap oleh Sekutu sebagai penguasa nsatu-satunya; padahal sultan itu tidak berkuasa lagi.

Seiring dengan sirnanya jabatan-jabatan sultan, maka semua instansi yang bernaung di bawah kekuasaannya kehilangan fungsi strukturalnya seperti Al-Syaikh Al-Islam. Biro ini dihapuskan pada 1924 M, lalu diganti dengan kementrian Syari’at-zaman Kerajaan Usmani jelas tidak ada—yang langsung bertanggung jawab kepada presiden.

Dengan demikian, bahwa jelas Turki diperintah oleh seorang presiden dengan sebuah konstitusi. Salah satu pasal dari konstitusi itu adalah: kedaulatan-

Page 92: SKI Aliyah 3

kedaulatan berada di tangan Barat tanpa syarat. Kekuasaan legislatif dijalankan oleh wakil-wakil dalam sidang Majlis Nasional Agung. Pemerintahan didasarkan atas pemerintahan rakyat yang langsung menentukan naib mereka sendiri. Dengan demikian, Turki akan terhindar dari kekuasaan dalam sistem pemerintahan yang absolut.

Pasca dihapuskan hapusnya jabatan Sultan, saat itu di Turki masih ada jabatan khalifah yang dipegang oleh Abdul Majid. Khalifah tidak mempunyai kekuasaan duniawi, yang ada hanyalah kekuasaan spiritual. Oleh karena itu, di Turki tidak ada lagi terjadi dualisme dalam memegang kekuasaan duniawi. Walau begitu, pada kenyataannya kedudukan khalifah masih diberi pengertian oleh golongan Islam sebagai Kepala Negara. Mereka mempertahankan adanya khalifah dan memperkuat kedudukannya; sehingga ia bertindak sebagai raja Usmani sebelumnya, seperti menerima wakil-wakil dari luar negeri, mengirim wakil-wakil ke luar negeri, mengadakan prosesi kebesaran pada hari Jum’at ke masjid untuk sembahyang, dan tetap tinggal di Istana Istambul.

Eksistensi kekhalifahan ini selalu mengundang perdebatan antara golongan Islam dan golongan nasionalis, akhirnya pada tahun 1924 M jabatan khalifah sebagai penguasa spiritual dan politik tertinggi yang berkuasa selama berabad-abad di kesultanan Turki dihapus oleh Kemal. Selanjutnya, Khalifah Abdul Majid diusir dari Turki dan ia beserta keluarganya pergi ke Swiss.

Setelah dihapusnya kedua lembaga itu, timbul reaksi dari golongan oposisi yang diatur oleh kelompok mistik dalam organisasi tarekat; dengan melakukan gerakan di bawah tanah untuk melawan kekuasaan Mustafa Kemal Attarturk. Kelimpik mistik itu diantaranya adalah Bekhtasiyah, Naksyabandiyah, qodiriyah dan Maulawiyah. Oleh karena itu, pada tahun 1925 M aliran-alira keagamaan dan tarekat-tarekat dibubarkan beserta tempat-tenpat pertemuan mereka, tekke dan maqam-maqam ditutup. Hal ini dianggap jalan terbaik bagi Kemal mengingat aliran-aliran mistik itu dipandang sebagai penghalang bagi langkah-langkah pembahauan yang digalakkan oleh kelompok nasionalis.

Pembaharuan dalam Bidang Hukum dan Pendidikan

Kemal menghapuskan Kementerian Urusan Syari’at yang semula dibentuk sebagai pengganti biro Syaikh Al-Islam. Lalu pada tahun 1926 M, hukum syariat diganti dengan UU sipil yang diambil dari UU Swiss. Perkawinan tidak lagi dilakukan menurut hukum syari’at tapi menurut hukum sipil; juga dibuat dan diberlakukan hukum dan perundang-undangan baru seperti hukum dagang, hukum pidana dan hukum laut yang semuanya diambil dari hukum Barat.

Kementrian Syari’at dihapus dengan tujuan untuk memudahkan usaha Kemal menghilangkan pasal-pasal dalam konstitusi 1921 M, yang menyatakan bahwa Islam sebagai agama negara. Sembilan tahun kemudian, ia memasukkan prinsip

Page 93: SKI Aliyah 3

sekulerisme dalam konstitusi dan sejak itulah Turki secara resmi menjadi negara sekuler.

Di bidang pendidikan, langkah pembaharuan yang dilakukan Kemal adalah mengeluarkan dan memberlakukan dekrit 7 Pebruari 1924 M, yang melepaskan unsur-unsur keagamaan dari sekolah-sekolah asing. Sebulan kemudian, pada 1 Maret 1924 M ditetapkan penyatuan pendidikan di bawah satu atap yakni berada di bawah pengawasan yang dilakukan oleh badan-badan Islam terhadap sekolah-sekolah.

Pembaharuan bidang pendidikan berikutnya terjadi pada tahun 1928 M yaitu menghilangkan simbol-simbol peradaban Islam, seperti bahasa Arab dan bahasa Persia yang terdapat pada kurikulum sebelumnya. Lalu pada tahun 1930 M hingga tahun 1933 M, pendidikan agama di sekolah-sekolah baik yang ada di sekolah maupun yang ada di pedesaan seluruhnya dihapuskan. Pendidikan agama hanyalah tanggung jawab orang tua, demikian pula lembaga pendidikan imam dan khatib (negeri) ditutup tahun 1931 M dan tahun 1933 M, fakultas theologi di Istambul ditutup.

Dari pembahasan di atas terlihat bahwa usaha-usaha pembaharuan yang dilakukan Kemal tidak bertujuan menghilangkan agama dari kehidupan masyarakat Turki; ia hanya menghilangkan unsur-unsur agama dari konstitusi dan struktur pemerintah. Pendidikan agama menjadi tanggung jawab orang tua bukan berarti menghilangkan agama dari kehidupan masyarakat. Karena Kemal percaya bahwa kehidupan modern dapat ditopang oleh agama rakyat, dan agama rakyat di Turki adalah Islam.

Pembaharuan dalam Bidang Peradaban dan Ekonomi.

Pembaharuan di bidang peradaban dan ekonomi juga dilakukan. Di bidang peradaban, pada tahun 1925 M dilarangnya pemakaian terbus (peci) dan diganti dengan topi Barat. Pakaian keagamaan dilarang dan rakyat Turki diharuskan memakai pakaian Barat baik pria maupun wanita. Tahun 1931 M dibuat keputusan bahwa azan harus dengan bahasa Turki, bukan bahasa Arab. Al-Qur’an harus diterjemahkan ke dalam bahasa Turki agar dapat dipahami oleh rakyat Turki. Kutbah jum’at pun harus diberikan dalam bahasa Turki. Pada tahun 1935 M rakyat Turki diwajibkan mempunyai nama belakang. Hari cuti resmi mingguan diganti dari hari jum’at menjadi hari minggu. Begitu pula corak musik yang beraliran Timur harus diganti dengan corak musik beraliran Barat. Serta radio-radio Turki harus menyiarkan lagu-lagu Barat.

Khusus bidang ekonomi, Kemal membatasi diri untuk bekerja sama dengan Barat. Ia tidak menginginkan negerinya dikuasai oleh kekuatan asing sebagaimana yang pernah dialami oleh pemerintahan Sultan. Sumber-sumber vital dalam negeri diambil alih oleh negara. Dalam menghadapi resesi ekonomi sebagai akibat dari perang dunia I, Kemal menerapkan berbagai kebijakan antara lain, mengurangi

Page 94: SKI Aliyah 3

volume perdagangan luar negeri, menekan belanja rutin, mengurangi pengeluaran atau anggaran militer menjadi rata-rata dari seluruh anggaran pengeluaran, memberi bantuan pada sektor swasta agar lebih bisa mandiri.

Kebijakan ekonomi yang diterapkan, tahun 1949 M ekonomi Turki sangat baik. Sektor pertanian masyarakat Turki selalu mengalami surplus; kebutuhan pangan dalam negeri selalu terpenuhi. Oleh karenanya, Kemal dapat mempertahankan kekuasaannya selama 15 tahun meski tak sedikit tantangan yang datang dari pihak oposisi.

Pembaharuan yang dilakukan oleh Mustafa Kemal Attarturk, bukan tidak mendapat respon dari dunia internasional, khususnya dunia Islam dan para ulama. Reaksi keras justru datang dari dunia Islam. Bahkan Indonesia juga turut bereaksi saat itu, dengan membentuk Komite Hijaz yang dilakukan oleh para ulama Indonesia guna mengklarifikasi mengenai berbagai pembaharuan Turki dan tanggapan pemerintah Ibnu Sa’ud ketika itu. Umat Islamm khawatir kebijakan Kemal akan berdampak pada semakin melemahnya umat Islam, karena tidak ada simbol pemersatu dunia Islam, yaitu khalifah

La Tansa

- Musthafa Kemal Attarturk pada waktu kecil disekolahkan di sebuah sekolah tradisional yang bernama Madrasah Fatima Mollah Kadin. Tetapi Kemal tidak betah dan sering melawan gurunya. Akhirnya Kemal dimasukkan pada sekolah umum Shemsi Effend. Ternyata di sekolah inilah ia sukses dalam belajar dan memiliki prestasi bagus

- Pada tahun 1920 M atas usaha Kemal dan teman-temannya dapat dibentuk Majlis Nasional Agung (MNA). Tampaknya parlemen sudah dikuasai oleh golongan nasionalis, Kemal sebagai tokohnya. Pada sidang pertama MNA yang berlangsung di Ankara yang kemudian menjadi ibu kota Republik Turki, Mustafa Kemal dipilih menjadi ketua sekaligus kepala pemerintahan tandingan

- Untuk mengawali usaha pembaharuan dan modernisasi besar-besaran, pemimpin Turki, Mustafa Kemal Attarturk mengubah Turki menjadi negara sekulernyang memberlakukan hukum sipil, menyelenggarakan siatem pendidikan bebas, dan melarang poligami. Segala sesuatu yang bersifat tradisional ditinggalkannya

- Pembaharuan-pembaharuan yang dilakukan Kemal di negara Republik Turki baru; yang diproklamirkan pada tanggal 29 Oktober 1923 meliputi bidang politik, hukum, pendidikan, peradaban dan ekonomi

- Sesuai dengan konstitusi pada tahun 1920 M dinyatakan bahwa Turki adalah Negara Republik dengan Islam sebagai agama negara. Oleh karenanya, negara yang baru lahir ini belum menjadi negara sekuler

- Kemal menghapuskan Kementerian Urusan Syari’at yang semula dibentuk sebagai pengganti biro Syaikh Al-Islam. Lalu pada tahun 1926 M, hukum

Page 95: SKI Aliyah 3

syariat diganti dengan UU sipil yang diambil dari UU Swiss. Perkawinan tidak lagi dilakukan menurut hukum syari’at tapi menurut hukum sipil; juga dibuat dan diberlakukan hukum dan perundang-undangan baru seperti hukum dagang, hukum pidana dan hukum laut yang semuanya diambil dari hukum Barat

- Khusus bidang ekonomi, Kemal membatasi diri untuk bekerja sama dengan Barat. Ia tidak menginginkan negerinya dikuasai oleh kekuatan asing sebagaimana yang pernah dialami oleh pemerintahan Sultan. Sumber-sumber vital dalam negeri diambil alih oleh negara

Tamrinat 9

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar !

1. Tuliskan biografi singkat Musthafa Kemal Attarturk !2. Sejak kapa Musthafa Kemal Attarturk aktif dalam dunia politik ?3. Ide apa yang dilontarkan Musthafa Kemal Attarturk dalam pembaharuan

Islam ?4. Bagaimana sikap Musthafa Kemal Attarturk dalam bidang ekonomi terhadap

Barat !5. bagaimana kebijakan Musthafa Kemal Attarturk dibidang hukum dan politi ?

amanah :

Ceritakan dengan singkat sejarah Musthafa Kemal Attarturk !

Page 96: SKI Aliyah 3

Bagian

10 SIR MUHAMMAD IQBAL

BIOGRAFI SINGKAT SIR MUHAMMAD IQBAL

Nama lengakap; Muhammad IqbalLahir ; 22 Pebruari 1873 M/ 22 Dzulhijjah 1289 H.Nama ayah ; Nur MuhammadPendidikan ; Scottish Mission School (SMS)Keturunan

Iqbal memperoleh pendidikan yang baik yang akan menjadi bekal hidupnya kelak dari seorang ulama yang terkenal bernama Syams Mir Hasan. Beberapa tahun kemudian Iqbal mengakuai besarnya jasa yang telah diberikan gurunya itu, hingga ia menjadi orang terkenal. Bentuk pengakuan itu dilukiskan dalam bentuk sajak nafasnya mengembangkan kuntum hasratku menjadi bunga. Pendidikan dapat diselesaikan di SMS, Sialkot, kemudian melanjutkan studinya di Government College pada tahun 1987 M dengan memperoleh gelar BA ( Bachelor of Art) dengan nilai yang cukup memuaskan, terutama dalam bidang studi bahasa, Arab dan inggris. Kemudian ia melanjutkan program MA (Master Of Art) pada lembaga yang sama di bidang studi filsafat. Dari sinilah Iqbal memperoleh pendidikan filsafat Islam dari Sir Thomas W. Arnold.

Pasca memperoleh gelar MA ia ditunjuk sebagai pengajar sejarah dan filsafat di Oriental Colegeh Lahor. Selain itu juga mengajar filsafat dan bahasa Inggris di almamaternya disinilah ia menjadi pengajar yang populer dan namanya terkenal di lingkungan pendidikan.

Iqbal terkenal tidak hanya dari mengajar, melainkan juga penyair populer di Lahore. Pada tahun 1899 M ia membawakan sebuah syair yang berjudul Nala-i Yatim

Page 97: SKI Aliyah 3

(rintihan si yatim) dihadapan undangan pertemuan tahunan Anjuman Humayat-i Islam (organisasai pemelihara Islam). Pada tahun berikutnya ia membacakan sajak An Orphan’s Address to Id Crescent (Khutbah seorang yatim pada Idul Fitri).

Atas dorongan gurunya Sir Thomas Arnold, pada tahun 1905 M, Iqbal yang saat itu berusia 32 tahun melanjutkan pendidikannya di Eropa. Di Inggris, Iqbal masuk ke Combridge University dan belajar ilmu filsafat dibawah bimbingan Dr. Mc Taggart, disinilah ia memperoleh gelar akademis dalam bidang filsafat moral. Kemudian ia melanjutkan pendidikan ilmiahnya di Jerman dan masuk ke Munich University dan menyelesaikan studinya dengan disertasi yang berjudul The Development of Metaphysics in Persia. Selanjutnya Muhammad Iqbal kembali ke London, Inggris untuk belajar ilmu hukum dan menyelesaikan studinya dan meraih keadvokatannya. Selain itu, Iqbal juga masuk ke School of Political Sciences.

Pada tahun 1908 M, Muhammad Iqbal kembali ke India dan dinana beliau mengajar di almamaternya yaitu di Government College untuk bidang ilmu filsafat, sastra Arab dan sastra Inggris. Dan hal itu hanya bertahan satu tahun, karena ia ingin lebih berkonsentrasi di bidang advokat, karena ia berkeyakinan bahwa sebagai advokad ia mampu memusatkan perhatiannya pada soal hukum dan keyakinannya mengenai politik, nasionalisme dan cita-cita keislaman selama ia menjadi advokat. Profesi ini ditekuninya hingga tahun 1934 M, yaitu seblum Iqbal meninggal dunia.

Pada tahun 1922, Muhammad Iqbal memperoleh gelar kebangsawanan (Sir) dari penguasa Inggris di India. Peanugrahan ini didasari atas ketenarannya lewat publikasi karya sastranya di Eropa dan di dunia Timur. Kemudian ia diangkat sebagai anggota legislatif Punjab selama tiga tahun yaitu pada tahun 1927 -1930 M. Selanjutnya pada tahun 1930, ia diangkat sebagai “ Presiden Liga Muslimin” dalam kongres Liga Muslimin yang diadakan di Alahabad. Kemudian Iqbal berencana untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi Anak Benua India yaitu ia mendukung sebuah gagasan negara Islam di wilayag Timur Laut India. Dan pada saat itulah ia diberi gelar sebagai Bapak Pemimpin Pakistan. Kemudian pada tahun 1931-1932 M ia mengikuti Konfrensi Meja Bundar di London untuk merumuskan Undang-Undang Negara.

Di samping aktifitasnya dalam berpolitik, pada tahun 1928 M, ia juga gemar mengumpulkan berbagai makalah seminar, untuk kemudian dieditnya dan menjadikannya sebuah buku yang berjudul “The Reconstruction of Religious Thought in Islam”. Dan ia juga gemar melakukan safari intelektual dan sering memberikan ceramah di Madras, Hiderabad, Aligarth.

Karya-karya Muhammad Iqbal

Karya-karya Muhammad Iqbal dalam pemikiraanya dituangkan dalam sajak berbahasa sajak Urdu dan Persia, serta prosa (essey) ditulis dalam bahasa Inggris yang diterbitkan di Lahore. Untuk lebih jelasnya mengenai karya-karya Muhammad Iqbal adalah sebagai berikut:1. Berupa sajak, antara lain:

i. Asrar-i Khudi, berbahasa Persia diterbitkan tahun 1915 M.ii. Rumuz-i, berbahasa Persia diterbitkan tahun 1915 M

iii. Payam-i Mashriq, berbahasa Persia diterbitkan tahun 1923 M

Page 98: SKI Aliyah 3

iv. Zzabur-i Ajam, berbahasa Persia diterbitkan tahun 1929 M.v. Javid Nama, berbahasa Persia diterbitkan tahun 929 M

vi. Musafir, berbahasa Persia diterbitkan tahun 1934 Mvii. Bal-i Jirail, berbahasa Urdu diterbitkan tahun 1935 M

viii. Pas Chai Bayard Kard, brbahasa Persia diterbitkan tahun 1936 Mix. Darb-i Kalim, berbahasa Urdu diterbitkan tahun 1937 Mx. Armughan-i Hijaz, berbahasa Persia dan Urdu, diterbitkan

setelah ia wafat.

2. Berupa prosa, antara lain:a. Ilm Al-Iqtishad, berbahasa Urdu diterbitkan tahun 1901 Mb. The Development of Metapysics in Persia, berbahasa Inggris, diterbitkan

tahun 1908 Mc. Islam as a Moral and Political Ideal, berbahasa Inggris, diterbitkan tahun

1909.d. The Recontruksion of Religious Thought in Islam, berbahasa Inggris

diterbitkan tahun 1934 Me. Letters of Iqbal to Jinnah, berbahasa Inggris diterbitkan tahun 1944 Mf. Speeches and Statements of Iqbal, berbahasa Inggris diterbitkan tahun

1944 M

Dari kesimpulan karya-karya pemikiran Sir Muhammad Iqbal, mengandung pesan bahwa ia ingin mendorong kebangkitan kembali Islam melalui kecintaan kepada Allah dan pembinaan aktifitas diri. Selain itu, sepenuhnya Iqbal percaya bahwa yang mampu menggerakkan manusia adalah kebebasan dan kekuatan aktifitas itu sendiri.

Pemikiran Muhammad Iqba

1. Pemikiran Pembaharuan dan Politik Muhammad Iqbal

Sir Muhammad Iqbal bukan hanya seorang penyair, tetapi ia juga seorang pembaharu Islam, khususnya di India. Kecerdasannya berhasil mengungkap beberapa faktor penyebab mundurnya kejayaan umat Islam, ia berpendapat bahwa umat Islam harus merebut kembali kejayaan Islam dan merespon berbagai tantangan yang datang dari Barat. Menurut pengamatan Iqbal beberapa faktor penyebab mundurnya umat Islam disebabkan oleh tiga faktor yaitu:

a. Pertama, hancurnya Bagdad yang telah menjadi pusat politik, kebudayaan dan pusat kemajuan pemikiran umat Islam pada tahun 1258 M oleh serangan bangsa Mongol di bawah pimpinan Hulughu Khan. Akibatnya, pemikiran ulama pada saat itu hanya bertumpu pada ketertiban sosial saja, mereka menolak pembaharuan di bidang hukum dan ijtihad, hal ini menyebabkan kemunduran dinmika berfikir umat Islam.

Page 99: SKI Aliyah 3

b. Timbulnya paham fanatisme yang menyebabkan umat Islam pasrah pada nasib, dan enggan bekerja keras. Pengaruh zuhud yang terdapat dalam ajaran tasawuf yang dipahami secara berlebihan dan salah, menyebabkan umat Islam tidak mementingkan soal kemasyarakatan.

c. Ketiga, sikap zumud (statis) dalam pemikiran umat Islam. Hukum dalam Islam telah sampai pada situasi statis atau stagnan. Kaum konservatif menganggap bahwa kaum rasional telah menyebabkan timbulnya disintegrasi yang mengancam kestabilan umat. Oleh karena itu kaum konservatif hanya memilih tempat yang aman dengan bertaqlid kepada Imam mazhab.

2. Pemikiran Muhammad Iqbal tentang Filsafat Ego

Para ahli sejarah menilai bahwa filsafat ego Muhammad Iqbal merupakan respon atas adanya paham-paham baik di dalam sistem kepercayaan maupun dalam sistem filsafat yang mengajarkan penyangkalan diri dan peniadaan diri (the Negation of Self). Ajaran itu pada gilirannya memalingkan orang dari kenyataan kehidupan dan menyingkirkannya dari perjuangan memperbaiki dan merubah nasibnya.

Menurut Muhammad Iqbal Khudi atau ego manusia sebagai kesatuan intuitif atau titik kesadaran pencerah yang menerangi pemikiran, perasaan dan keinginan manusia, merupakan hal yang diliputi rahasia dan mengorbanisasi berbagai kemampuan yang tidak terbatas dalam fitrah manusia. Dalam kontek ini ia mengambil rujukan dari ayat Al-Qur’an surat 17 ayat 85

أ�ل�ون�ك� ي�س� وح� ع�ن� و� ل� الر� وح� ق� ن� ال��ر� ر� م� ب�ي أ�م��� ر� ا ن� أ�وت�يت�م� و�م� ل�يال' إ�ال$ ال�ع�ل�م� م� ق�

Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit".

Filsafat ego menurut Iqbal berkembang ke tiga jurusan, yaitu kemerdekaan ego manusia, keabadian ego manusia dan terwujudnya perwakilan Tuhan di muka bumi. Untuk mencapai predikat ego yang demikian, manusia harus menempuh sesuatu yang dapat memperkuat egonya dan menghindari hal-hal yang dapat melemahkannya. Hal yang memperkuat ego itulah yang baik dan melemahkannya itulah yang buruk. Faktor-faktor tersebut menurut Iqbal:

a. Faktor-faktor yang memperkuat ego manusia:1. Cinta (Isyq)2. Faqr, yang dapat diartikan perasaan sama sekali tidak

mengharapkan balasan yang akan diberikan di dunia3. Semangat atau keberanian4. Toleransi (tenggang rasa)5. Kasbul Halal, dapat diartikan dengan hidup dari penghasilan halal

Page 100: SKI Aliyah 3

6. Bekerja orisinil dan kreatif

b. Faktor-faktor yang melemahkan ego manusia:1. Rasa takut (fear)2. Sual, atau meminta-minta (beggary)3. Perbudakan (slavery)4. Rasa bangga akan keturunan (pride of extraction).

Sebagai gambaran kalau cinta memperkuat ego manusia, maka sual (meminta-minta) melemahkannya. Jadi, untuk memperkuat egonya, manusia harus memupuk cinta, yakni kemampuan bertindak asimilatif dan menghindari segala bentuk meminta, yakni tidak bertindak apa pun.

La tansa

- Iqbal memperoleh pendidikan yang baik yang akan menjadi bekal hidupnya kelak dari seorang ulama yang terkenal bernama Syams Mir Hasan

- Beberapa tahun kemudian Iqbal mengakuai besarnya jasa yang telah diberikan gurunya itu, hingga ia menjadi orang terkenal. Bentuk pengakuan itu dilukiskan dalam bentuk sajak nafasnya mengembangkan kuntum hasratku menjadi bunga.

- Iqbal terkenal tidak hanya dari mengajar, melainkan juga penyair populer di Lahore. Pada tahun 1899 M ia membawakan sebuah syair yang berjudul Nala-i Yatim (rintihan si yatim) dihadapan undangan pertemuan tahunan Anjuman Humayat-i Islam (organisasai pemelihara Islam). Pada tahun berikutnya ia membacakan sajak An Orphan’s Address to Id Crescent (Khutbah seorang yatim pada Idul Fitri).

- Atas dorongan gurunya Sir Thomas Arnold, pada tahun 1905 M, Iqbal yang saat itu berusia 32 tahun melanjutkan pendidikannya di Eropa. Di Inggris, Iqbal masuk ke Combridge University dan belajar ilmu filsafat dibawah bimbingan Dr. Mc Taggart, disinilah ia memperoleh gelar akademis dalam bidang filsafat moral. Kemudian ia melanjutkan pendidikan ilmiahnya di Jerman dan masuk ke Munich University dan menyelesaikan studinya dengan disertasi yang berjudul The Development of Metaphysics in Persia.

Page 101: SKI Aliyah 3

Selanjutnya Muhammad Iqbal kembali ke London, Inggris untuk belajar ilmu hukum dan menyelesaikan studinya dan meraih keadvokatannya. Selain itu, Iqbal juga masuk ke School of Political Sciences

- Pada tahun 1922, Muhammad Iqbal memperoleh gelar kebangsawanan (Sir) dari penguasa Inggris di India. Peanugrahan ini didasari atas ketenarannya lewat publikasi karya sastranya di Eropa dan di dunia Timur. Kemudian ia diangkat sebagai anggota legislatif Punjab selama tiga tahun yaitu pada tahun 1927 -1930 M. Selanjutnya pada tahun 1930, ia diangkat sebagai “ Presiden Liga Muslimin” dalam kongres Liga Muslimin yang diadakan di Alahabad.

Tamrinat 10

Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan benar !1. Dimanakah Iqbal menyelesaikan pendidikannya yang terakhir ?2. Siapak nama guru Igbal yang paling berjasa ?3. Apakah yang diberikan Iqbal kepada gurunya sebagai ucapan

terima kasih ?4. Menurut Iqbal ada beberapa faktor yang dapat memperkuat ide

manusia. Sebutkan !5. dan juga ada beberapa faktor yang dapat melemahkan ide

manusia . Sebutkan !

Amanah :Tuliskan sebuah ayat yang dijadikan Iqbal sebagai rujukan dalam menulis tentang ego manusia !

Bagian

11 KEDATANGAN ISLAM DI INDONESIA

Kedatangan Islam di Indonesia

Dalam beberapa sejarah telah tercatat bahwa agama Islam telah masuk ke Indonesia sejak awal perkembangan Islam sekitar abad ke-7 M/abad ke-1 H, langsung dari Arab atau Persia. Namun ada pula sejarah yang mencatat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia baru terjadi pada abad ke-11 M/5 H. Bahkan ada juga sejarah

Page 102: SKI Aliyah 3

yang mencatat Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-13 M yang datang dari Gujarat atau India. Beberapa sejarah tersebut memiliki landasan dan argumentasi masing-masing, sehingga antara penulis satu dengan penulis sejarah yang lainnya sebenarnya tidak bertentangan, melainkan menjadi pelengkap satu sama lain.

Sejarah yang mengatakan bahwa agama Islam yang datang ke Indonesia sejak awal perkembangan Islam di Timur Tengah antara lain Thomas W. Arnold, Azyumardi Azra, Hamka, Uka Tjandrasasmita, A. Hasymi, dan seterusnya.

Sejarah lain yang mencatat bahwa agama Islam telah datang ke Indonesia sejak abad ke-7 M atau abad ke-1 H. Agama Islam ini langsung dibawa para saudagar dan mubaligh yang berasal dari negeri Arab atau Persia.

Sedangkan sejarah yang mencatat bahwa agama Islam yang masuk ke Indonesia pada abad ke-11 M/ 5 H. Didasari atas penemuan arkeologis berupa batu nisan. Bukti arkeologis tersebut ditemukan di daerah jalur perdagangan internasional serta jalur persimpangan. Batu nisan tertua yang ditemukan di kuburan Fatimah binti Maimun bin Hibatullah yang wafat pada tanggal 7 Rajab 475 H/ Desember 1082 M. Bentuk nisan dan tulisan yang lain juga ditemukan atas nama Ahmad bin Abu Ibrahim bin Arradh Rahdar alias Abu Kamil (wafat kamis malam, 29 Shafar 431 H/ 1039 M).

Berdasarkan data arkeologi ini maka dapat diperkirakan bahwa di pesisir Utara Jawa Timur, khususnya di Leran, Gresik telah terdapat sekelompok komunitas muslim yang berasal dari Timur Tengah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Islam masuk ke Indonesia berasal dari Timur Tengah oleh para saudagar dan para mubaligh Arab atau Persia muslim.

Sementara itu, sejarah yang menyebutkan agama Islam yang masuk ke Indonesia pada abad ke-13 M berasal dari Gujarat, India. Tulisan ini didasari atas data arkeologi berupa batu nisan pada makam raja Malikus Saleh yang ditemukan di kerajaan Islam Samudera Pasai. Batu nisan ini bertuliskan angka tahun 686 H/ 1297 M.

Penyebaran Islam di IndonesiaIslam masuk ke Indonesia dengan melalui beberapa media, seperti

perdagangan, perkawinan, pendidikan, kesenian dan tasawuf.

6. Melalui PerdaganganProses Islamisasi di Indonesia salah satunya adalah melalui perdagangan hal ini dapat diketahui melalui adanya kesibukan lalu lintas perdagangan pada abad ke-7 M hingga abad ke-16 M. Aktifitas perdagangan ini banyak melibatkan bangsa-bangsa di dunia, termasuk bangsa Arab, Persia, India, Cina dan lainnya.

Islamisasi lewat jalur perdagangan ini sangat menguntungkan, karena para raja dan bangsawan turut serta dalam aktifitas perdagangan tersebut. Bahkan mereka menjadi pemilik kapal dan saham perdagangan itu. Fakta sejarah ini dapat diketahui berdasarkan data dan informasi penting yang dicatat Tome Pirres bahwa para pedagang muslim banyak yang bermukim di pesisir pulau Jawa yang ketika itu penduduknya masih kafir. Mereka berhasil mendirikan masjid-masjid dan mendatangkan mullah-mullah dari luar, sehingga jumlah mereka semakin

Page 103: SKI Aliyah 3

bertambah banyak. Dalam perkembangan selanjutnya, anak keturunan mereka menjadi penduduk muslim yang kaya raya.

Hubungan perdagangan ini dimanfaatkan oleh pedagang muslim sebagai sarana atau media dakwah. Sebab dalam Islam setiap muslim mempunyai kewajiban untuk menyebarkan ajaran Islam kepada siapa saja dengan cara yang baik dan tanpa paksaan. Sebagaimana dalam surat an-Nahl : 125

ب�يل� إ�ل�ى اد�ع� ب�ك� س� ة� ر� ك�م� و�ع�ظ�ة� ب�ال�ح� ال�م� ن�ة� و� ال�ح�س���م� اد�ل�ه� ن� ه�ي� ب�ال$ت�ي و�ج� س� ب$ك� إ�ن$ أ�ح� و� ر� ن� أ�ع�ل�م� ه� ب�م�

ل$ ب�يل�ه� ع�ن� ض� و� س� ت�د�ين� أ�ع�ل�م� و�ه� ه� ب�ال�م�

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan h ikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.

7. Melalui Perkawinan

Para pedagang muslim mayoritas kondisi ekonominya lebih baik dari pada penduduk pribumi. Hal ini menyebabkan banyak penduduk pribumi, terutama para wanita yang tertarik menjadi istri-istri para saudagar muslim. Hanya saja ada ketentuan hukum Islam, bahwa para wanita yang akan dinikahi harus di-Islamkan terlebih dahulu. Para wanita dan keluarga mereka tidak merasa keberatan, karena proses peng-Islaman hanya dengan mengucapkan dua kalimat syahadat.

Perkawinan ini akan lebih menguntungkan lagi apabila terjadi antara saudagar muslim dengan anak bangsawan atau anak raja atau anak Adi Pati. Sebab mereka memiliki bawahan yang jika atasannya masuk Islam, maka mereka akan ikut masuk Islam. Salah satu contohnya adalah: perkawinan antara Raden Rahmat atau Sunan Ampel dengan Nyai Manila, antara Sunan Gunung Jati dengan Puteri Kawunganten, Brawijaya dengan Putri Campa, orang tua Raden Patah, raja kerajaan Islam Demak dan masih banyak lagi lainnya. Semuanya itu lebih menguntungkan bagi dakwah Islam.

8. Melalui Pendidikan

Proses Islamisasi di indonesia juga ada yang melalui pendidikan. Banyak para muballigh kita yang mendirikan lembaga-lembaga pendidikan Islam atau pondok-pondok pesantren. Dari lembaga-lembaga inilah kemudian para ulam’ atau muballigh mengajarkan ilmu agama Islam.

Diantara para lembaga yang berhasil didirikan pada awal Islam di Jawa adalah : Pesantren yang didirikan oleh Raden Rahmad di Ampel Delta, Pesantren Giri

Page 104: SKI Aliyah 3

yang didirikan oleh Sunan Giri. Pesantren-pesantren ini memiliki gaung keseluruh Pulau Jawa hingga Maluku.

9. Melalui TasawufMedia lain yang juga tidak kalah pentingnya dalam proses Islamisasi di Indonesia adalah Tasawuf salah satu sifat khas dari ajaran ini adalah akomodasi terhadap budaya lokal, sehingga menyebabkan banyak masyarakat Indonesia yang menerima ajaran Tasawuf. Pada umumnya, para pengajar Tasawuf atau para Sufi adalah guru-guru pegembara, dengan sukarela menghayati kemiskinan, juga sering berhubungan dengan perdagangan, mereka juga mengajarkan teosofi yang telah bercamppur dengan ajaran yang sudah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Mereka mahir dalam hal magis dan memiliki kekuatan untuk menyenbuhkan. Diantara mereka juga ada yang menikahi gadis bangsawan setempat.

Dengan tasawuf bentuk Islam yang ajarkan kepada pribumi mempunyai persamaan dengan alam pikiran mereka yang sebelumnya telah memeluk agama Hindu. Dianatar para Sufi yang memberikan ajaran yang mengandung persamaan dengan alam pikiran Indonesia pra Islam adalah Hamzah Fan Suri di Aceh, Syeikh Lemah Abang dan Sunan Panggung di Jawa. Ajaran mistik seperti ini dianut hingga kini.

10. Melalui Kesenian

Islamisasi melalui kesenian adalah pertunjukan wayang. Seperti Sunan kali Jaga adalah tokoh yang mahir dalam mementaskan wayang. Dia tidak pernah meminta upah materi dalam setiap pertunjukannya. Diah hanya menginginkan penonton untuk mengikutinya dalam dua kalimah syahadad. Sebagaian besar cerita wayang dianbil dari cerita Ramayana dan Brata, tetapi muatan isinya berisi tentang ajarn Islam dan nama-nama pahlawan Muslim. Selai9n wayang juga seni bangunan., seni pahat, seni tari, seni musik dan seni sastra. Diatara bukti pengembangan Islam awal adalah seni bangunan Masjid Agung Demak, Sedang Duwur, Agung Kasepuha, Ciribon, Masjid Agung Banten dan seterusnya

Pengaruh Islam terhadap kebudayaan Indonesia. Islam datang di Indonesia tidak hanya mempengaruhi keyakinan masyarakat

pribumi, melainkan juga berpengaruh kepada kebudayaannya. Penerimaan Islam di Indonesia sangat berkaitan dengan corak Islam sufistik yang berkembang, sehingga mudah diterima karena sesuai dengan kebudayaan lokal yang ada.

Dari ciri sufistik tersebutlah, maka Islam disambut baik dan dapat diintregrasikan ke dalam pola sosial, budaya, dan politik yang sudah ada. Para tokoh yang sudah dikenal masyarakat Jawa dalam pengembangan Islam adalah wali 9 (wali songo). Di antara cara vyang ditempuh oleh para wali. Misalnya Sunan Kudus menggunakan sapi (hewan suci umat Hindu) sebagai media dakwah dalam masyarakat yang sebagian besar beragama Hindu. Sunan Kalijaga menciptakan

Page 105: SKI Aliyah 3

perayaan sekaten (asal kata dari shahadatain) untuk memperingati maulid Nabi saw. Dengan gamelan sekaten yang dibunyikan di Masjid Agung dekat keraton.

La Tansa

- Dalam beberapa sejarah telah tercatat bahwa agama Islam telah masuk ke Indonesia sejak awal perkembangan Islam sekitar abad ke-7 M/abad ke-1 H, langsung dari Arab atau Persia

- Namun ada pula sejarah yang mencatat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia baru terjadi pada abad ke-11 M/5 H. Bahkan ada juga sejarah yang mencatat Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-13 M yang datang dari Gujarat atau India.

- Sejarah yang mengatakan bahwa agama Islam yang datang ke Indonesia sejak awal perkembangan Islam di Timur Tengah antara lain Thomas W. Arnold, Azyumardi Azra, Hamka, Uka Tjandrasasmita, A. Hasymi, dan seterusnya.

- Islam masuk ke Indonesia dengan melalui beberapa media, seperti perdagangan, perkawinan, pendidikan, kesenian dan tasawuf

- Islam datang di Indonesia tidak hanya mempengaruhi keyakinan masyarakat pribumi, melainkan juga berpengaruh kepada kebudayaannya

Tamrinat 11

Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan benar !

1. Sejak kapan Islam masuk ke Indonesia ?2. Jelaskan alasan, bahwa Islam masuk ke Indonesia sejak abad ke 7 !3. Tuliskan nama sejarawan yang mengatakan bahwa Islam masuk ke indonesia

sejak perkembangan islam di Timur Tengah !4. Tuliskan beberapa media yang dijadikan untuk menyebarkan agama Islam ?

Page 106: SKI Aliyah 3

5. Masuknya Islam ke Indonesia juga mempengaruhi terhadap kebudayaan. Jelaskan !

Amanah ;

Ceritakan dengan singkat awal masuknya Islam ke Indonesia !

Bagian

12 PERANAN WALI SONGO DALAM PENYEBARAN ISLAM

Penyebaran Islam di Indonesia lebih dikenal dengan sebutan wali atau syeikh. Para wali atau syeikh memiliki peran yang sangat penting dalam proses Islamisasi. Dari sekian banyak wali atau syeikh, khususnya di Jawa lebih dikenal dengan sebutan wali 9 atau walisongo.

Page 107: SKI Aliyah 3

Walisongo berarti sembilan orang wali. Mereka adalah Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Derajat, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria, Sunan Gunung Jati. Dari kesembilan wali tersebut tidak hidup saat bersamaan, tapi satu sama lain mempunyai hubungan yang sangat erat. Hubungan itu bisa terjadi karena adanya hubungan darah, juga bisa karena ada hubungan guru dengan murid.

Dari beberapa sunan tersebut, Maulana Malik Ibrahim. Sunan Ampel anak Maulana Malik Ibrahim. Sunan Giri adalah keponakan Maulana Malik Ibrahim juga sepupu Sunan Ampel. Sunan Bonang dan Sunan Derajat adalah anak Sunan Ampel. Sunan Kalijogo meruipakan sahabat sekaligus murid Sunan Bonang. Sunan Muria anak Sunan Kalijogo. Sunan Kudus murid Sunan Kalijogo. Sunan Gunung jati adalah sahabat Sunan lain, kecuali Maulana Malik Ibrahim yang lebih dahulu meninggal.

Pada umumnya para wali tersebut tinggal di pantai Utara Jawa sejak dari awal abad 15 M hingga pertengahan abad 16 M di tiga wilayah penting yaitu Surabaya, Gresik, Lamongan di Jawa Timur, Demak, Kudus, Muria di Jawa Tengah serta Cirebon di Jawa Barat. Mereka adalah para intelektual yang menjadi pembaharu masyarakat pada masanya. Mereka mengenalkan berbagai bentuk peradaban baru, mulai dari kesehatan, bercocok tanam, niaga, kebudayaan dan kesenian serta kemasyarakatan hingga pemerintahan.

Biografi Walisongo1. Maulana Malik Ibrahim. Nama aslinya adalah Maulana Makhdum Ibrahim

Assamarkandy. Lahir di Samarkand, Asia Tengah, pada paruh pertama abad ke-14 M. Malik Ibrahim juga disebut Syeikh Magribi. Ia bersaudara dengan Maulana Ishaq, ulama terkenal di Samudera Pasai sekaligus ayah dari Sunan Giri (Raden Paku) Ibrahim dan Ishaq adalah anak dari seorang ulama Persia, bernama Maulana Jumadil Kubra, yang menetap di Samarkand

2. Sunan Ampel. Beliau adalah putara tertua Maulana Malik Ibrahim. Nama aslinya adalah Raden Rahmat. Beliau lahir pada tahun 1401 M. di Campa. Dari seorang ibu keturunan raja Campa. Nama Ampel sendiri diidentikkan dengan nama tempat dimana ia bermukim, wilayah yang kini menjadi bagian dari surabaya.

3. Sunan Giri. Nama asli Sunan Giri adalah Muhammad Ainul Yaqin. Nama kecil Sunan Giri adalah Raden paku. Ia lahir di Blambangan (Banyuwangi) pada tahun 1442 M. Ada juga yang menyebutnya Jaga Samudra. Sebuah nama yang dikaitkan dengan masa kecilnya yang pernah dibuang oleh keluarga ibunya_ seorang ptri raja Blambangan bernama Dewi Sekar Dadu ke laut. Raden paku kemudia dipungut anak oleh Nyai Semboja. Ayahnya dalah Maulana Ishak, saudara kandung Malulana Malik Ibrahim.

4. Sunan Bonang. Sunan Bonang adalah anak dari sunan Ampel, yang berarti juga cucu Maulana Malik Ibrahim. Nama kecilnya dalah Raden Makdum Ibrahim. Diperkirakan lahir pada tahun 1465 M. Dari seorang perempuan yang bernama Nyi Ageng manila, putri seorang Adipati di Tuban. Sunan Bonang belajar agama dari pesantren ayahnya di Ampel Delta

5. Sunan kalijaga. Sunan ini namanya paling banyak disebut masyarakat Jawa. Lahir sekitar tahun 1450 M. Ayahnya adalah Arya Wilatikta,

Page 108: SKI Aliyah 3

Adipati Tuban, salah seorang keturunan dari tokoh pemberontak Majapahit. Pada masa itu Arya Wilatikta diperkirakan telah menganut Islam. Naa kecil sunan kalijaga adalah Raden Said. Ia juga memiliki beberapa nama panggilan seperti; Loka Jaya, Syaikh Malaya Pangeran Tuban atau Raden Abdurrahman.

6. Sunan Gunung Jati. Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah diperkirakan lahir pada tahun 1448 M. Ibunya adalah Nyai Rara Santang, putri dari raja Pajajaran, raden Manah Rasasa. Sedangkan ayahnya adalah Sultan Syafif Abdullah Maulana Huda, Pembesar Mesir keturunan Bani Hasyim dari Palestina.

7. Sunan Drajat. Ia dilahirkan kira-kira pada tahun 1470 M. Nama kecilnya adalh raden Qosim dan bergelar Raden Syaifuddin. Ayahnya adalah Sunan Ampel. Dengan demikian ia bersaudara dengan Sunan Bonang.

8. Sunan Kudus. Nama kecilnya adalah ; shadiq. Ia ptra pasangan Sunan Ngudung dan Syarifah, adaik Sunan Bonang, anak Nyi Ageng maloka. Disebutkan bahwa Sunan Ngudung adalah salah seorang putra di Mesir yang berkelana hingga di Jawa. Dikesultanan Demak ia diangkat menjadi panglima perang. Sunan Kudus banyak berguru pada Sunan Kali Jaga.

9. Sunan Muria. Ia adalah putra Dewi Sarah dari hasil perkawinanya dengan Sunan kali Jaga. Dewi Sarah adalah adik kandung Sunan Giri sekaligus anak Syek Maulana Ishak. Nama kecil Sunan Muria adalah Raden Prawoto. Nama muria diambil dari tempat tinggal terakhirnya dilereng gunung Mulia, ang berjarak 18 km. Ke utara kota Kudus.

La Tansa

- Penyebaran Islam di Indonesia lebih dikenal dengan sebutan wali atau syeikh. Para wali atau syeikh memiliki peran yang sangat penting dalam proses Islamisasi. Dari sekian banyak wali atau syeikh, khususnya di Jawa lebih dikenal dengan sebutan wali 9 atau walisongo

- Walisongo berarti sembilan orang wali. Mereka adalah Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Derajat, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria, Sunan Gunung Jati

- Dari kesembilan wali tersebut tidak hidup saat bersamaan, tapi satu sama lain mempunyai hubungan yang sangat erat. Hubungan itu bisa terjadi karena adanya hubungan darah, juga bisa karena ada hubungan guru dengan murid

- Pada umumnya para wali tersebut tinggal di pantai Utara Jawa sejak dari awal abad 15 M hingga pertengahan abad 16 M di tiga wilayah penting yaitu Surabaya, Gresik, Lamongan di Jawa Timur, Demak, Kudus, Muria di Jawa Tengah serta Cirebon di Jawa Barat

- Mereka adalah para intelektual yang menjadi pembaharu masyarakat pada masanya. Mereka mengenalkan berbagai bentuk peradaban baru, mulai dari kesehatan, bercocok tanam, niaga, kebudayaan dan kesenian serta kemasyarakatan hingga pemerintahan

Page 109: SKI Aliyah 3

Tamrinat 12 Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar !

1. Siapakah yang paling berperan dalam upaya penyebaran Islam di jawa ?2. Sebutkan nama-nama wali sembilan !3. Sebutkan tempat tugas dari masing-masing wali sembilan !4. Sebutkan hubungan antara wali satu dengan wali lainnya !5. Sebutkan beberapa peranan wali sembilan dalam upaya menyebaran agama

Islam di Jawa !

Amanah : Tuliskan sejarah adanya wali sembilan ?

Bagian

13 MUHAMMADIYAH

Sejarah berdirinya Muhammadiyah

Ada dua faktor yang menyebabkan berdirinya gerakan Muhammadiyah, yaitu;

Page 110: SKI Aliyah 3

1. Faktor eksternal yaitu berkaitan dengan politik Islam Belanda terhadap kaum muslimin di Indonesia, pengaruh ide dan gerakan dari Timur Tengah, dan juga kesadaran dari beberapa pemimpin Islam tentang kemajuan yang telah dicapai oleh Barat.

2. Faktor internal yaitu berkaitan dengan kondisi kehidupan keagamaan kaum muslimin di Indonesia yang dianggapnya telah menyimpang dari ajaran Islam yang benar.

Melihat kondisi keagamaan yang ada di Indonesia pada waktu itu Islam datang ke Jawa, kehidupan keagamaan yang nampak adalah campuran antara kepercayaan tradisional yang telah menjelma menjadi adat kebiasaan yang bersifat agamis dengan bentuk mistik yang dijiwai oleh agama Hindu dan Budha. Sehingga yang terlihat adalah kepercayaan tradisional Jawa tetap hidup dan mempengaruhi bentuk kehidupan keagamaan.

Ide Pembaharuan Muhammadiyah

Organisasi Muhammadiyah didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan. Pada tahun 1912 M di Yogyakarta, merupakan organisasi sosial keagamaan. Sebagai gerakan Islam modern, Muhammadiyah mendasarkan programnya untuk membersihkan Islam dsari pengaruh ajaran yang salah, memperbaharui sistem pendidikan Islam dan memperbaiki kondisi sosial kaum muslimin di Indonesia. Diantara program-program ini, maka pendidikan merupakan aspek yang sangat menonjol dari pembaharuan yang dilakukan oleh Muhammadiyah.

Muhammadiyah sebagai organisasi gerakan yang berlandaskan agama, maka ide pembaharuan Muhammadiyah ditentukan pada usaha untuk memurnikan Islam dari pengaruh tradisi dan kepercayaan lokal yang bertentangan dengan ajaran Islam. Usaha yang dilakukan Muhammadiyah banyak terkait dengan masalah-masalah praktis ubudiyah dan muamalah.

Pembaharuan yang dilakukan Muhammadiyah adalah kembali kepada ajaran yang murni, yakni Al-Qur’an dan sunnah. Ini berarti bahwa masalah yang berkaitan dengan ubudiyah kaum muslimin hanya mengikuti apa yang diperintahkan oleh Al-Quan dan As-Sunnah, bukan dari yang lain.

Di dalam pemikiran kaagamaan Muhammadiyah hanya berpegang pada Al-Qur’an dan sunnah sebagai pokok ajaran Islam. Muhammadiyah juga gigih mempertahankan pendapat bahwa pitu ijtihad masih tetap terbuka dan menolak tentang taqlid. Hal ini bukan berarti Muhammadiyah menolak pendapat para imam mazhab, tetapi menganggap bahwa fatwa yang berpendapat para imam begitu juga ide-ide yang lain merupakan subyek untuk penelitian selanjutnya. Bagi Muhammadiyah kebenaran suatu amalan pada prinsipnya didasarkan pada Al-Qur’an dan sunnah. Di bidang sosial Muhammadiyah mempelopori pendayagunaan modal yang ada yang berasal dari zakat, infak dan sadaqah, ke dalam bentuk usaha yang permanen dalam rangka meringankan beban sosial dan memberikan bantuan bagi

Page 111: SKI Aliyah 3

yang memerlukannya. Dalam hal ini Muhammadiyah mendirikan rumah sakit, panti asuhan dan beberapa lembaga sosial lainnya.

Sementara itu dalam bidang pendidikan, Muhammadiyah sangat berkeinginan untuk mencetak ” elite”. Muslim terdidik yang memberikan bimbingan dan keteladanan terhadap masyarakat, sekaligus sebagai kekuatan untuk mengimbangi tantangan kaum elite sekuler yang berpendidikan Barat yang dihasilkan oleh sistem pendidikan Belanda pada waktu itu

Sebagai konsekwensi untuk mencapai tujuan tersebut, Muhammadiyah menyempurnakan kurikulum pendidikan Islam dengan memasukkan pendidikan agama (Islam) ke sekolah umum dan pengetahuan sekuler ke dalam sekolah agama. Sedangkan di bidang teknik penyelenggaraan, pembaharuan yang dilakukan meliputi metode, alat dan sarana pengajaran, organisasi sekolah serta sistem evoluasi. Bentuk pembaharuan teknis diambil dari sistem pendidikan modern yang belum dikenal di sekolah Islam pada saat itu. Muhammadiyah juga melakukan gerakan pembaharuan sistem pendidikan Islam yang berpusat di pondok pesantern pada waktu itu yang terisolasi dari perkembangan ilmu pengetahuan dan masyarakat modern. Di sisi lain, sekolah –sekolah Belanda yang sekuler mengancam kehidupan spiritual kaum muda muslim dan menjauhkannya dari agama dan budaya mereka. Hal inilah yang menjadikan alasan Muhammadiyah untuk memperbaharui sistem pendidikan Islam.

Ada beberapa hal yang mendorong tumbuh menjadi kekuatan dalam bidang pendidikan:

1. Karena tatanan struktur kelembagaan pendidikan dan wewenang yang jelas, sehingga memudahkan pembinaan dan kontrol terhadap sekolah Muhammadiyah.

2. Adanya keseragaman pemakaian nama atau label sekolah bagi setiap perguruan Muhammadiyah.

3. Karena sifatnya yang fleksibel dari kebijaksanaan dari organisasi pendidikan Muhammadiyah, dibeberapa daerah dibentuk suatu koordinator yang bertanggung jawab atas sejumlah sekolah menjadi suatu unit pengelolaan. Sekolah yang berada dalam satu atap pengolahan ini biasanya nterdiri dari berbagai jenis dan tingkatan, misalnya SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi jadi satu

Lembaga-lembaga pendidikan yang telah didirikan Muhammadiyah telah menghasilkan tamatan yang memiliki pengetahuan dasar agama Islam yang cukup tentang ibadah praktis yang terkait dengan muamalah, selain pengetahuan umum dan ketrampilan lain. Muhammadiyah pada era modern ini menghadapi dua tantangan besar pertama yang bersifat ekstern, dan yang kedua bersifat intern. Secara ekstern Muhammadiyah akan menghadapi tantangan global akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teghnologi. Perubahan-perbahan yang terjadi sedikit banyak akan mempengaruhi, bukan saja pada individu warga Muhammadiyah, juga kelembagaan yang ada di Muhammadiyah. Dari sisi intern, Muhammadiyah akan semakin merasakan kekurangan kader-kader ulama penerus organisasi, yang sekarang ini sudah dirasakannya. Tipe kader yang di8butuhkan tidak banyak bisa dihasilkan dari sekolah Muhammadiyah setimgkat SMP dan SMA tetapi melalui dari lembaga

Page 112: SKI Aliyah 3

pendidikan lain yang harus dimiliki oleh Muhammadiyah, apakah Perguruan Tinggi atau Takhassus.

Reaksi atas gerakan MuhammadiyahMuhammadiyah yang berdiri pada tahun 1912 M di Yogyakarta, mengundang

reaksi dari berbagai pihak, baik dari pemerintah kolonial Belanda maupun dari beberapa kelompok masyarakat Indonesia. Reaksi tersebut ada yang positif dan ada pula yang negatif. Sikap positif ditunjukkan oleh kaum muda (kelompok pembaharu) yang memiliki kesamaan ide dengan Muhammadiyah sedang sikap negatif datang dari kelompok Belanda, bagian kelompok nasionalis dan kelompok tradisionalis yang masing-masing kelompok memiliki alasan tersendiri.

D Indonesia, kelompok kaum modernis yang memperjuangkan Islam secara murni disebut kaum muda. Mereka dipandang sebagai pelopor dalam melaksanakan dalam perubahan-perubahan radikal di bidang pemikiran dan pelaksanaan ajaran Islam. Itulah sebabnya tatkala beberapa organisasi Islam modern berdiri pada awal abad kedua puluh, mereka menjadi kelompok masyarakat pertama yang menyambut dengan baik munculnya organisasi-organisasi Islam tersebut. Oleh karena itu, tidak beberapa lama setelah Muhammadiyah berdiri, banyak dari pimpinannya berasal dari kelompok ini. Ketika Muhammadiyah diperkenankan membuka cabangnya di luar Yogyakarta oleh pemerintah kolonial, daerah-daerah yang semula menjadi basis Kaum Muda dengan cepat berubah menjadi cabang dari Muhammadiyah.

Tidak semua sambutan atas berdirinya Muhammadiyah disambut baik oleh semua kalangan. Contohnya kolonial Belanda mengizinkan Muhammadiyah berdiri melalui surat keputusan Pemerintah kolonial Belanda nomor : 81, tanggal 22 Agustus 1914. Keputusan mengizinkan Muhammadiyah berdiri adalah bertentangan dengan kebijaksanaan mereka terhadap Islam di Indonesia. Meraka mengizinkan Muhammadiyah berdiri karena ingin mendapat simpati dan mengurangi sikap kaum muslimin terhadap pemerintah Kolonial.

La Tansa

- Ada dua faktor yang menyebabkan berdirinya gerakan Muhammadiyah, yaitu;

Page 113: SKI Aliyah 3

1. Faktor eksternal yaitu berkaitan dengan politik Islam Belanda terhadap kaum muslimin di Indonesia, pengaruh ide dan gerakan dari Timur Tengah, dan juga kesadaran dari beberapa pemimpin Islam tentang kemajuan yang telah dicapai oleh Barat.

2. Faktor internal yaitu berkaitan dengan kondisi kehidupan keagamaan kaum muslimin di Indonesia yang dianggapnya telah menyimpang dari ajaran Islam yang benar.

- Organisasi Muhammadiyah didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan. Pada tahun 1912 M di Yogyakarta, merupakan organisasi sosial keagamaan. Sebagai gerakan Islam modern, Muhammadiyah mendasarkan programnya untuk membersihkan Islam dsari pengaruh ajaran yang salah,

- Muhammadiyah sebagai organisasi gerakan yang berlandaskan agama, maka ide pembaharuan Muhammadiyah ditentukan pada usaha untuk memurnikan Islam dari pengaruh tradisi dan kepercayaan lokal yang bertentangan dengan ajaran Islam

- Pembaharuan yang dilakukan Muhammadiyah adalah kembali kepada ajaran yang murni, yakni Al-Qur’an dan sunnah. Ini berarti bahwa masalah yang berkaitan dengan ubudiyah kaum muslimin hanya mengikuti apa yang diperintahkan oleh Al-Quan dan As-Sunnah, bukan dari yang lai

- Ada beberapa hal yang mendorong tumbuh menjadi kekuatan dalam bidang pendidikan:

- Karena tatanan struktur kelembagaan pendidikan dan wewenang yang jelas, sehingga memudahkan pembinaan dan kontrol terhadap sekolah Muhammadiyah.

- Adanya keseragaman pemakaian nama atau label sekolah bagi setiap perguruan Muhammadiyah.

- Karena sifatnya yang fleksibel dari kebijaksanaan dari organisasi pendidikan Muhammadiyah, dibeberapa daerah dibentuk suatu koordinator yang bertanggung jawab atas sejumlah sekolah menjadi suatu unit pengelolaan. Sekolah yang berada dalam satu atap pengolahan ini biasanya nterdiri dari berbagai jenis dan tingkatan, misalnya SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi jadi satu

- Lembaga-lembaga pendidikan yang telah didirikan Muhammadiyah telah menghasilkan tamatan yang memiliki pengetahuan dasar agama Islam yang cukup tentang ibadah praktis yang terkait dengan muamalah, selain pengetahuan umum dan ketrampilan lain

Tamrinat 13

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar !

1. Sejak kapan Muhammadiyah berdiri di Indonesia ?

Page 114: SKI Aliyah 3

2. Siapak pendiri Muhammadiyah ?3. Sebutkan misi dari berdirinya Muhammadiyah!4. Sebutkan peranan Muhammadiyah dalam mencerdaskan bangsa Indonesia !5. Sebutkan beberapa hambatan bagi perkembangan Muhammadiyah !

Amanah :

Ceritakan dengan singkat sejarah berdirinya Muhammadiyah !

Bagian

14 NAHDLATUL ULAMA (NU)

Page 115: SKI Aliyah 3

Periodesasi Berdirinya NUJam’iya Nadlatul Ulama (NU) berdiri di Surabaya pada tahun 1926 M. Dalam

kurun waktu yang relatif singkat organisasi ini segera tersebar pesat di seluruh pulau Jawa. Kemudian pada tahun 1930 M dibuka cabang pertama di Banjar, Martapura, Kalimantan. Meskipun begitu, basis kekuatannya tetap berada di Jawa Timur, yaitu pesantren yang bergabung ke dalam organisasi NU. Dalam perkembangan selanjutnya, sekitar tahun 1936 M sebuah organisasi lokal di Kalimantan, bernama Hidayatul Islamiyah bergabung dengan Nahdlatul Ulama.

Sebagai organisasi para ulama saat itu, NU telah melakukan gerakan muktamar yang dihadiri para ulama terkenal yang berasal dari Jawa dan luar Jawa. Pada muktamar pertama, organisasi ini telah dihadiri oleh 93 orang kyai dari pulau Jawa dan Madura. Kemudian pada muktamar ke-2 tahun 1927 M dihadiri sekitar 260 orang kyai dari 35 cabang NU. Pada muktamar ke -5 pada tahun 1930 M telah terbentuk 46 cabang (18 cabang di Jawa Timur termasuk Madura, 21 cabang di Jawa Tengah dan 6 cabang di Jawa Barat).

Pada periode awal NU, kegiatan ini lebih banyak dilakukan dalam rangka menjaga kemurnian paham yang diyakininya. Menyebarluaskan pandangan-pandangan yang dianggap penting untuk diketahui oleh para jamaahnya, mengambil bagian dari masyarakat di bidang sosial, bidang pendidikan dan bidang perekonomian. Dalam anggaran dasar organisasi, disebutkan bahwa NU akan mendirikan badan-badan perdagangan. Hal ini didasari atas kenyataan bahwa banyak diantara organisasi ini berprofesi sebagai pedagang dan petani, pemilik kebun sehingga perlu dirasakan mendirikan badan-badan tersebut.

Pada tahun 1930 M dalam muktamar ke-5 diputuskan pembentukan Lajnah Waqfiyah (panitia waqaf) pada setiap cabang NU yang bertugas mengurus waqaf. Meskipun waqaf tidak dapat dianggap sebagai perusahaan tapi dalam pengurusannya ada yang mendapatkan keuntungan dan dapat dipergunakan untuk urusan sosial tertentu. Pada tahun 1937 M NU mendirikan badan khusus yaitu Waqfiyah NU yang boleh membeli, menguasai atau menjadi nazir bagi tanah-tanah waqaf berdasarkan ajaran-ajaran Islam dengan merujuk pada mazhab empat.

Usaha lain yang dilakukan oleh NU adalah mendirikan badan-badan koprasi yang disebut syrikah mu’awanah. Badan-badan koprasi ini didirikan di Surabaya, Singosari, Bangil dan Gresik. Rencana untuk mengimpor sepeda dari Singapura tidak dapat diwujudkan tetapi mengimpor barang pecah belah dari Jepang dapat terlaksana dengan diberi tanda cap simbol Nahdlatul Ulama

Selain kegiatan-kegiatan tersebut, NU juga memiliki kegiatan ke arah perjuangannya menentang penjajah. Pola perjuangan ini antara lain diwujudkan dalam bentuk kultural, seperti keputusan NU mengharamkan pakaian pantolan (celana panjang) dan dasi, karena menyerupai Belanda. Perkembangan berikutnya NU berhasil membentuk para kyai dan santri-santrinya menjadi lapisan masyarakat bangsa Indonesia yang sangat besar pada perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Pada saat Jepang berkuasa di Indonesia yaitu pada tahun (1942-1945) semua partai dan organisasi dibubarkan, termasuk NU. Kemudian NU berusaha supaya organisasi ini hidup kembali agar dapat mengadakan pembinaan kepada cabang-cabagnya, usaha ini diperbolehkan oleh Jepang. Pada waktu itu Jepang memperalat

Page 116: SKI Aliyah 3

setiap organisasi untuk kepentingan perangnya, mak NU pun dibatasi kegiatannya. NU hanya boleh mengurusi pesantren saja, pengajian dan Madrasah-madrasah. KHA. Wahid Hasyim mengundurkan diri dari MIAI kemudian memusatkan perhatiannya untuk mengurusi Pesantren Tebuireng di Jombang (Jatim). Walaupun begitu, NU sama sekali tidak melepas MIAI, karena ketika MIAI berubah namanya menjadi Majlis Syura Muslimin Indonesia yang disingkat dengan Masyumi, K.H.A. Wahid Hasyim kembali aktif sebagai pimpinan majalah Masyumi yang bernama Muslimin Indonesia.

NU periode Tahun 1945-1973 M.

NU pada periode ini berkiprah aktif tidak hanya pada pengembangan pendidikan, tetapi juga dalam bidang sosial politik dan keagamaan lainnya. Karena itu Partai Masyumi adalah satu-satunya partai Islam yang menampung aspirasi politik umat, yaitu berdiri pada tanggal 7 Ncpember 1945 M. NU dalam muktamarnya ke 16 di Purwakerto pada tahun 1946 M. Mengajak seluruah anggotanya agar mendukung partai ini.

Pada tahun 1949 M saat terjadinya konggres di Yogyakara Masyumi mengalami perubahan dalam hal status dan fungsi, yaitu majlis Syuro yang dulunya sebagai tempat penting bagi para ulama’ dan pemimpin Islam, sebagai badan legislatif berubah menjadi badan penasehat saja. Karena perubahan tersebut, maka NU mengundurkan diri dari Masyumi. Keputusa ini secara resmi diputuskan pada saat Muktamar NU ke 19 M di Palembang pada bulan Oktober 1952 M.

Setelah NU memutuskan untuk keluar dari Masyumi, maka ia segera mengusulkan dibentuk federasi bagi partai-partai Islam. Usul NU ditanggapi oleh Masyumi dengan sikap dingin. Oleh sebab itu, NU berpaling kepada PSII dan Perti yang menyambutnya dengan hangat, kemudian pada tanggal 30 Agustus 1952 M. Tiga muslimin Indonesia, berdiri yang diikuti oleh tiga partai Islam serta organisasi Islam yang berkedudukan di Sulawesi Selatan, yaitu Darud-Dakwah wal Irsyad.

NU Periode tahun 1973 sampai Sekarang

Pada tanggal 5 Januari 1973, dibentuklah partai persatuan pembangunan yang merupakan fusi dari NU, Parmusi, PSII dan Perti. Dalam kepengurusan yang pertama DPP Partai Persatuan Pembangunan, sebagai presiden partai KH. Idam Khalid, ketua umum NPP KH. Maskur, dan Rois ‘Am (Ketua Umum) Majlis Syura PPP KH. Bisri Syamsuri. Bila melihat dari susunan dan struktur kepengurusan partai tersebut maka dapat dikatakan bahwa PPP merupakan satu-satunya Partai Islam yang kepengurusannya didominasi oleh orang-orang NU.

Pada tanggal 5 Januari 1973 M, PPP merupakan satu-satunya partai Islam yang dapat menampung seluruh aspirasi pilitik umat Islam. Kemudian pada tanggal5-8 Mei 1975 M NU mengadakan konfrensi besar di jakarta yang isinya memantapkan kedudukan dan fungsi Jam’iyah Nahdlatul Ulama, yang isinya yaitu bahwa NU sebagai organisasi sosial keagamaan yang menitikberatkan perjuangannya dalam bidang-bidang dakwah, pendidikan, sosial, ekonomi dan budaya untuk kesejahteraan umat dalam rangka pembangunan bangsa dan manusia indonesia seutuhnya.

Page 117: SKI Aliyah 3

Statusnya sebagai Jam’iyah dimantapkan pada muktamar ke-26 di Semarang pada tanggal 5-11 Juni 1979 M.

Dalam muktamar ke-27 di Situbondo pada tanggal 18 sampai 21 Desember 1983 M berhasil merumuskan pokok-pokok pikiran tentang NU kembali kepada khittahnya 1926 M. Yang dimaksud dengan khittah NU 1926 M adalah landasan befikir, bersikap dan bertindak warga NU yang harus dicerminkan dalam tinkah laku perseorangan maupun organisasi, serta dalam setiap proses dalam setiap pengambilan keputusan.

Sebagai bukti kembalinya NU ke khittah 26 antara lain, dapat dikemukakan sebagai berikut:

Syari’ah NU sebagai lembaga formal NU yang mencerminkan kepemimpinan ulama dalam jamiyah NU.

Pengurus Tanfidziyah dapat diberhentikan oleh pengurus syuriah bila syuriah berpendapat bahwa yang bersangkutan melakukan pelanggaran terhadap ketentuan jamiyah maupun agama, tanpa menunggu jabatan selesai

Pengurus Tanfidziyah yang terkena tindakan tersebut dapat diberi kesempatan untuk membela diri pada kesempatan musyawarah berikutnya.

NU bukan merupakan wadah bagi kegiatan politik praktis.NU dalam melaksanakan kegiatannya akan lebih memperioritaskan pada

kegiatan dakwah Islamiyah, kegiatan pendidikan, baik pendidikan sekolah maupun pendidikan luar sekolah yang bersifat keagamaan maupun yang non-keagamaan.

Bidang Pendidikan di Lingkungan NULembaga yang mengurusi pendidikan disebut Lembaga Pendidikan Ma’arif.

Lembaga Pendidikan Ma’arif dalam melaksanakan tugasnya berpedoman pada AD/ART NU. Program dasar pengembangan dasar pendidikan NU, peraturan dasar lembaga pendidikan Ma’arif dan peraturan rumah tangga lembaga pendidikan Ma’arif

Di dalam anggaran dasar NU pasal 6 antara lain disebutkan, bahwa di bidang pendidikan, pengajarann dan kebudayaan NU mengusahakan terwujudnya penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran, serta pengembangan kebudayaan berdasarkan agama Islam untuk membina manusia muslaim yang bertaqwa, berbudi luhur, berpengetahuan luas dan terampil, berkepribadian serta berguna bagi agama, bangsa dan negara. Pada peraturan dasar lembaga pendidikan ma’arif pasal 9 antara lain disebutkan: lembaga pendidikan ma’arif berusaha mendirikan dan menyelenggarakan sekolah atau madrasah mulai dari pendidikan pra sekolah sampai dengan pendidikan tinggi. Lembaga pendidikan ma’arif selain menyelenggaran pendidikan formal juga pendidikan non-formal

Untuk merealisasikan program yang tercantum dalam anggaran dasar tersebut di atas lembaga pendidikan ma’arif mengelola beberapa pendidikan sebagai berikut, TK, SD, SMP, SMU sampai Perguruan Tinggi.

La Tansa

Page 118: SKI Aliyah 3

- Jam’iya Nadlatul Ulama (NU) berdiri di Surabaya pada tahun 1926 M. Dalam kurun waktu yang relatif singkat organisasi ini segera tersebar pesat di seluruh pulau Jawa. Kemudian pada tahun 1930 M dibuka cabang pertama di Banjar, Martapura, Kalimantan. Meskipun begitu, basis kekuatannya tetap berada di Jawa Timur, yaitu pesantren yang bergabung ke dalam organisasi NU

- Dalam perkembangan selanjutnya, sekitar tahun 1936 M sebuah organisasi lokal di Kalimantan, bernama Hidayatul Islamiyah bergabung dengan Nahdlatul Ulama.

- Sebagai organisasi para ulama saat itu, NU telah melakukan gerakan muktamar yang dihadiri para ulama terkenal yang berasal dari Jawa dan luar Jawa. Pada muktamar pertama, organisasi ini telah dihadiri oleh 93 orang kyai dari pulau Jawa dan Madura. Kemudian pada muktamar ke-2 tahun 1927 M dihadiri sekitar 260 orang kyai dari 35 cabang NU. Pada muktamar ke -5 pada tahun 1930 M telah terbentuk 46 cabang (18 cabang di Jawa Timur termasuk Madura, 21 cabang di Jawa Tengah dan 6 cabang di Jawa.

- Pada periode awal NU, kegiatan ini lebih banyak dilakukan dalam rangka menjaga kemurnian paham yang diyakininya. Menyebarluaskan pandangan-pandangan yang dianggap penting untuk diketahui oleh para jamaahnya, mengambil bagian dari masyarakat di bidang sosial, bidang pendidikan dan bidang perekonomian.

- Usaha lain yang dilakukan oleh NU adalah mendirikan badan-badan koprasi yang disebut syrikah mu’awanah. Badan-badan koprasi ini didirikan di Surabaya, Singosari, Bangil dan Gresik

- Selain kegiatan-kegiatan tersebut, NU juga memiliki kegiatan ke arah perjuangannya menentang penjajah. Pola perjuangan ini antara lain diwujudkan dalam bentuk kultural, seperti keputusan NU mengharamkan pakaian pantolan (celana panjang) dan dasi, karena menyerupai Belanda

- Dalam muktamar ke-27 di Situbondo pada tanggal 18 sampai 21 Desember 1983 M berhasil merumuskan pokok-pokok pikiran tentang NU kembali kepada khittahnya 1926 M.

- Lembaga yang mengurusi pendidikan disebut Lembaga Pendidikan Ma’arif. Lembaga Pendidikan Ma’arif dalam melaksanakan tugasnya berpedoman pada AD/ART NU. Program dasar pengembangan dasar pendidikan NU, peraturan dasar lembaga pendidikan Ma’arif dan peraturan rumah tangga lembaga pendidikan Ma’arif

Tamrinat 13

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar !

1. Sejak kapan organisasi NU mulai terbentuk !2. Siapakah pendiri organisasi NU ?

Page 119: SKI Aliyah 3

3. Pada muktamarnya yang ke 27 di Situbondo NU menyatakan kembali ke khittah ’ 26. Jelaskan yang dimaksud dengan kembali ke khittah’ 26 tersebut !

4. Sebutkan peranan NU dalam bidang pendidikan !5. Sebutkan peranan NU dalam mengusir penjajah Belanda !

Amanah :

Tuliskan cerita sejarah berdirinya NU dengan baik ! dan berilah komentar antar NU pada awal berdirinya dengan NU pada saat sekarang !

DAFTAR PUSTAKA

- Abdur Raziq naufal, Kisah-kisah Teladan Sepanjang Sejarah Islam, Husaini, bandung, 1987

Page 120: SKI Aliyah 3

- Abdul Hamid Judas As Sahhar, Sejarah Nabi Muhammad, Mizan, Bandung, 1992

- Afzalur Rahman, Nabi Muhammad Sebagai Seorang Pemimpin Militer, Bumi Aksara, Jakarta, 1991

- Ali Syari’ati, Rasulullah SAW Sejak Hijrah Hingga Wafat, Pustaka Hidayah, Bandung, 1995

- Al-Qur’an Al-karim dan Terjemahnya, Departemen Agama RI, Edisi Revisi 2002, Thaha Putra, Semarang, 2002

- Arifin Muhammad, Klasifikasi Ayat Al-qur’an, FIAD UMSurabaya, Surabaya, 2004

- A. Hasymi, Sejarah Kebudayaan Islam, Bulan Bintang, jakarta, 1979

- A. Syalabi, Sejarah Kebudayaan Islam, Pustaka Al-Husna, Jakarta, 1992

- Bisri M. Djailani, Sejarah Nabi Muhammad SAW, Buana Pustaka, Yogyakarta, 2004.

- Hamka, Sejarah Umat Islam, Bulan Bintang, jakarta, 1989

- Hasan Ibrahim Hasan, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Kota Kembang, Yogyakarta, 1989.

- Kurikulum 2004, Standar Kompetensi Madrasah Aliyah, Departemen Agama RI Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, Jakarta, 2004.

- M. Din Syamsuddin, Muhammadiyah Kini dan Isuk, Pustaka Panji Mas, Jakarta, 1990

- Marijan, Kacung, Quo Vadis NU Setelah Kembali ke Khittah 1926, erlangga, jakarta. Tt.

- Mughni, syafiq, Sejarah kebudayaan Islam di Turki, Logos Wacana Ilmu, Jakarta, 1997

- M. Ebrahim Khan, Kisah-Kisah Teladan, Mitra Pustaka, Yogyakarta, 2003

- Rusli Ishaq, Sejarah Kebudayaan Islam, Thoha Putra, Semarang, 2003.

Page 121: SKI Aliyah 3

- Syed Mahmudunnasir, Islam Konsepsi dan Sejarahnya, Rosdakarya, Bandung, 1994.