skenario c blok 15
DESCRIPTION
Skenario C blok 15TRANSCRIPT
IV. Jawaban Analisis Masalah
a). Bagaimana berat badan normal pada perempuan berusia 7 tahun? (5 tahun
dalam kasus kita)
Jawab:
Menurut Nelson’s Pediatric Text Book, berat badan normal dapat dihitung
dengan rumus :
Usia 3-12 bulan : (usia (bulan) + 9) : 2 (kg)
1-6 tahun : (usia (tahun) x 2) + 8 (kg)
7-12 tahun : (usia (tahun) x 7 – 5 ) : 2 (kg)
BBnormal=(umur x 2 )+8
❑
BBnormal Zuhro=(5x 2 )+8=18 Kg
Jadi, berat badan Zuhro seharusnya 18 kg pada usianya yang 5 tahun.
b). Bagaimana hubungan berat badan kurang dengan penyakit yang dialami
Ayu?
Jawab:
Akibat suplai nutrisi yang kurang Infeksi berulang menyebabkan
meningkatnya proses metabolisme.
1. a). Apa faktor yang menyebebkan infeksi saluran nafas?
Jawab:
1) Penumpukan cairan dalam
rongga paru-paru :
kongesti pulmoner atau
edema pulmoner
2) Penyakit obstruktive jalan
napas
a). Asma
b). Bronkhitis
c). Chronic
obstructive
pulmonary
disease
d). Cystic fibrosis
e). Emphysema
f). Laryngeal edema
karena alergi
3) Immobilisasi diafragma
4) Restriksi volume dada
a). Ankylosing
spondylitis
b). Kerusakan tulang
rusuk
c). Kifosis
d). Onesitas
e). Kehamilan
f). Petus excavatum
g). Skoliosis
5) Kelainan sistem
kardiovaskuler
a). Aortic dissection
b). Cardiomyopathy
c). Congenital heart
disease
d). Gagal jantung
e). Ischemic heart
disease
f). Malignant
hipertensi
g). Kelainan
pericardium
termasuk cardiac
tamponade,
constrictive
pericarditis,
pericardial
effusion
h). Edema pulmonar
i). Embolisme
pulmonary
j). Valvular heart
disease
6) Gangguan fungsi
pengangkutan oksigen
a). Anemia
b). Hipoksia
c). Asidosis
metabolik
d). Sepsis
7) Hipermetabolisme
hipertiroidisme
8) Kelainan yang
mempengaruhi saraf dan
otot pernapasan
a). Anyotrophioc
lateral sclerosis
b). Guillain-Barre
syndrome
c). Multiple sclerosis
d). Myasthenia gravis
9) Kondisi psikologis :
neurosis atau cemas
10) Penyakit
heartwormPenyakit pada
parenkim paru-paru dan
pleura
11) Penyakit menular
a. Antrax karena
Bacillus anthracis
b. Pneumonia
c. Sindrom
respiratori akut
12) Penyakit tidak menular
a. Fibrosing
alveolitis
b. Atelectasis
c. Pneumonitis
hipersensitivitas
d. Penyakit paru
interstitial
e. Kanker paru-paru
f. Pleural effision
g. Pneumoconiosis
h. Pneumothorax
i. Non kardiogenik
pulonary edema
atau acute
respiratory
distress syndrome
j. Sarcoidosis
13) Penyakit pulmonary-
vaskular
a. Pulmonary emboli
akut
b. Pulmonari
hipertensi
c. Pulmonary veno-
occlusive disease
d. Superior vena
cava syndrome
14) Penyebab lain
a. Kerusakan jalan
napas
b. Kanker laring atau
faring
c. Empty nose
syndrome
d. Pulmonary
aspiration
e. Epiglottitis
f. Imlobilisasi
diafragma
g. Lesi saraf
phrenicus
h. Polycystic liver
disease
i. Tumor di
diafragma
c). Mengapa infeksi saluran nafasnya berulang?
Jawab:
Seseorang dengan ASD rentan mengalami infeksi paru yang berulang akibat
meningkatnya aliran darah pulmoner cenderung mengakibatkan banyaknya
cairan yang mengalir menuju paru, “membanjiri” paru dan menyebabkan paru
lebih rentan terhadap infeksi mikroorganisme.Selain itu adanya hipertrofi
ventrikel kanan menyebabkan penekanan pada bronkus. Silia yang terdapat di
dalam bronkus akan terganggu , sputum tidak dapat dikeluarkan. Sputum
tersebut berpotensi untuk menjadi tempat berkembangbiaknya bakteri dan juga
dapat membuat sesak nafas.
e). Bagaimana patofisiologi sesak nafas?
Jawab:
suplai nutrsi dari luar kurang sistem imun menurun mudah infeksi
infeksi berulang menyebabkan tubuh mengalami kelelahan melawan
infeksi yang berdampak poor weight gain
Infeksi berulang menyebabkan meningkatnya proses metabolisme, proses ini
seharusnya menyebabkan demam sebagai mekanisme pertahanan tubuh, tetapi
pada kasus, demam tidak terjadi karena proses metabolisme membutuhkan O2
yang banyak sedangkan suplai O2 yang di bawa oleh darah ke jaringan sendiri
berkurang karena darah lebih banyak masuk ke sistem pulmonaris daripada ke
sistemik.
f). Bagaimana patofisiologi mudah lelah?
Jawab:
Kelainan kongenital defek pada septum atrium shunt dari atrium kiri ke
atrium kanan jumlah darah yang masuk ke ventrikel kiri berkurang
cardiac output berkurang perfusi O2 ke jaringan (otot rangka) berkurang
ketika beraktivitas kebutuhan otot rangka akan O2 meningkat mudah lelah
setelah beraktivitas
2. a). Bagaimana anatomi dan patofisiologi jantung?
a. Jawab:
Perikardium ( jaringan ikat tebal)
Terdiri dari 2 lapisan:
a. Perikardium viseral ( epikardium)
Meluas sampai beberapa centimeter diatas pangkal aorta dan arteri
pulmonal.
b. Perikardium parietal
Terdapat ligamen perikardiosternal superior, yang merupakan perlekatan
perikardium parietal yang manubrium sterni. Dan perlekatan prosesus
sifoideus sebagai ligamen perikardiosterna inferior. Kolumna vertebral
disebut ligamen perikardiovertebral disebut ligament perikardiofrenikus.
Pada orang normal jumlah cairan perikardium 10-20 cm.
Kerangka jantung ( Jaringan ikat)
Bagian tengah badan jaringan ikat disebut trigonum fibrosa dekstra yang
mengikat bagian medial katup trikuspid, mitral, anulus aorta. Meluas
membentuk trigonum fibrosa sinistra, perluasan ini melingkari katup trikuspid
dan mitral membentuk anuli fibrosa kordis.
Persarafan jantung
Dipersarafi oleh sistem saraf otonom yaitu saraf simpatis dan saraf
parasimpatis.
a. Saraf simpatis
Mempersarafi daerah atrium dan ventrikel dan pembuluh darah
koroner.
Persarafaan simpatis efren preganglionik berasal dari medula spinalis
torakal atas yaitu 3 sampai 6 melalui pleksus kardialis dan berakhir
pada ganglionik servikalis superior, medial, dan inferior.
Dihantarkan oleh norepinefrin.
b. Saraf parasimpatis
Memberi persarafan pada nodus atrial, atrio-ventrikular dan serabut-
serabut otot atrium dapat pula menyebar keventrikel kiri.
Berasal dari saraf vagus di medula oblongata dan serabut-serabutnya
bergabung dengan sraf simpatis di pleksus kardialis.
Dihantarkan oleh asetilkolin.
Pendrahan jantung
Arteri
Pendarahan otot jantung berasal dari aorta, melalui arteri koroner
kanan ( RCA dan arteri koroner kiri ( LMCA ). Keduanya keluar dari sinus
valsava aorta, arteri koroner kiri berjalan dibelakang arteri pulmonal sebagai
arteri koroner kiri utama sepanjang 1 sampai 2 cm, bercabang menjadi ateri
sirkumfleks kiri, yang berjalan pada sulkus atrio-ventrikuler mengelilingi
permukaan
Posterior jantung dan arteri desndens anterior kiri , berjalan pada
sulkus inter-ventrikuler sampai keapeks. Arteri koroner kanan< berjalan dalam
sulkus atrio-ventrikuler ke kanan bawah mencapai kruks, cabang pertama
arteri atrium anterior kanan, untuk mendarahi nodus sino atrial dan cabang
lainnya adalah arteri koronaria desndens posterior yang akan mendarahi nodus
atrio ventrikuler.
Vena
Aliran darh balik dari otot jantung dan sekitarnya melalui vena koroner
yang berjalan berdampingan dengan arteri koroner yang akan masuk kedalam
atrium kanan melalui sinus koronarius. Terdapat juga vena-vena kecil yang
disebut vena thebesii yang bermuara kedalam atrium kanan.
Pembuluh limfe
Ada tiga kelompok pleksus:
Subendokardial
Miokardial
Subepikardial
Penampung cairan limfe yangpaling besar adalah pleksus
subendokardial, dimana pembuluh-pembuluh limfe akan membentuk satu
trunkus yang berjalan sejajar dengan arteri koroner yang kemudian
meninggalkan jantuk didepan arteri pulmonal dan berakhir pada kelenjar limfe
antara vena kava superior dan arteri inominata.
b). Bagaimana embriologi pembentukan septum atrium jantung?
Jawab:
Tumbuhnya sekat yang akan memisahkan atrium terjadi pada minggu ke-5
kehamilan. Sekat berasal dan tumbuh dari 2 tempat, yaitu :
Septum primum
Septum ini tumbuh terlebih dahulu pada pada minggu kelima.Septum
berasal dari atap atrium komunis ke arah kaudal menuju endocardium
cushion (bantalan endokardium) dan sekat ventrikel yang sedang
tumbuh juga.
Septum Sekundum
Septum tumbuh setelah pertumbuhan septum primum, pada minggu
keenam, dari sebelah kanan septum primum, dari kaudal dan anterior.
Dimulai dengan septum primum yang tumbuh berbentuk bulan sabit,
yang akan membentuk bagian yang konkaf dan berbentuk lubang dan disebut
ostium primum. Septum primum akan terus tumbuh ke bawah hingga menutup
ostium primum.Namun, sebelum ostium primum menutup dan berfusi dengan
bantalan endokardium, pada bagian atas septum primum akan terbentuk
lubang yang disebut ostium sekundum. Ostium sekundum ini berguna untuk
mempertahankan shunt dari atrium kanan ke atrium kiri selama masa janin
sebagai sirkulasi normal janin.
Pada minggu berikutnya akan tumbuh septum kedua, yang disebut
septum sekundum.Septum yang juga berbentuk bulan sabit ini akan tumbuh
secara normal menutup bekas ostium primum dan sekundum yang dibentuk
oleh septum primum.Walaupun demikian , septum sekundum akan
membentuk lubang yang terletak sedikit lebih inferior dari ostium sekundum
dan kedua septum ini tidak berfusi atau menyatu, membiarkan darah tetap
mengalir dari atrium kanan ke atrium kiri. Septum primum akan berfungsi
sebagai klep yang membuat darah hanya dapat mengalir searah dari atrium
kanan ke atrium kiri pada saat janin.
Dari embriologi tersebut diketahui bahwa bila septum sekundum tidak
tumbuh dengan baik, terjadilah defek sekat atrium tipe sekundum (tipe II)
dengan tetap terbukanya ostium sekundum dari septum primum.Bila septum
primum tidak menutup sempurna dan tidak berfusi dengan bantalan
endokardium, terjadilah defek sekat atrium tipe primum (tipe I) dengan ostium
primum yang tetap terbuka.
Defek sekat atrium tipe I kadangkala disertai dengan kelainan pada
katup mitral dan atau katup trikuspidal. Variasi kelainan ini berkaitan dengan
embriologi dari bantalan endokardium yang berhubungan dengan ostium
primum. Defek bantalan endokardium ini biasa juga disebut sebagai defek
kanal atrioventrikular atau defek sekat atrioventrikular (AV). Sekat AV ini
ikut terlibat dalam pembentukan katup mitral dan katup trikuspidal.
c). Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormal pemeriksaan fisik?
Nilai Normal Pada Kasus Interpretasi
Tinggi Badan Berdasarkan
Nelson,
Menggunakan
rumus : (umur x
6) + 77; TB
normal usia 5
70 cm Gangguan
pertumbuhan
tahun yaitu 107
cm
Berat Badan Menggunakan
rumus ;
(umur x 2 )+8=18 Kg
BB normal pada
usia 5 tahun yaitu
18 kg
10 kg Poor weight gain
Suhu badan 36,5 -37,2 ° c 37,1 °c Normal tinggi
RR (Respiratory
Rate)
18-30x / menit 28x / menit Normal
HR (Heart Rate) 70-115 x / menit 100 x/ menit Normal
BP ( Blood
Pressure)
Sistol 75-100
mmHg, Diastol
50-75 mmHg
90/70 mmHg Normal
Chest:
Precordial bulging daerah dinding dada yang menonjol , dan menunjukkan
adanya kardiomegali
Hyperactive precordium gerakan kedutan dinding dada karena bertambahnya
peningkatan aktivitas kontraksi ventrikel sebagai mekanisme kompensasi
Second heart sound (S2) is fixed and widely split Suara jantung dua yang
membelah lebar (wide split) selama 0,05 detik atau lebih secara konstan (tak berubah
dengan respirasi) khas untuk kelainan defek sekat atrium yang cukup besar,
pembelahan lebar itu disebabkan oleh pengosongan beban berlebih ventrikel kanan
yang tertundaSplit (mendua) itu sendiri merupakan akibat penutupan katup pulmonal
yang terlambat dibanding katup aorta sehingga bunyi jantung terdengar mendua.
Splitting dapat bersifat fisiologis pada anak muda dan hanya terdengar ketika inspirasi
akibat peningkatan aliran balik vena ke atrium kanan yang kemudian masuk ke
ventrikel kanan. Karenan adanya peningkatan volume darah di ventrikel kanan,
sehingga aliran ke arteri pulmonal meningkat, katup pulmonal membuka lebih lama
ketika sistol , dan katup aorta menutup dengan cepat karena mengurangi volume
ventrikel kiri , sehingga timbulah suara mendua akibat perbedaan waktu penutupan
katup.Ketika ekspirasi , volume ventrikel kanan tidak meningkat dan katup pulmonal
menutup lebih awal dan bersamaan dengan katup aorta sehingga tidak terdengar split.
Kedua hal ini merupakan splitting yang fisiologis, namun dalam kasus ini split yang
terjadi terdengar saat fase inspirasi dan ekspirasi , akibat adanya defek pada sekat
atrium yang menyebabkan aliran darah dari atrium kiri ke atrium kanan sehingga
volume ventrikel kanan meningkat.Katup pulmonal menutup lebih lama dibanding
aorta dan tidak dipengaruhi fase inspirasi maupun ekspirasi.Selain itu, suara jantung
kedua membelah lebar yang menandakan besarnya defek pada sekat atrium sehingga
waktu penutupan katup pulmonal menjadi lebih lama.
A nonspecific 3/6, almost vibratory systolic ejection murmur suara bising yang
terdengar pada saat sistolik dan di area katup pulmonal. Menunjukkan adanya
turbulensi pada daerah katup pulmonal.Karena jumlah darah yang dipompakan ke
arteri pulmonalis meningkat sehingga terjadi turbulensi yang saat diauskultasi
terdengar suara bising fase sistolik.Nonspecific 3/6 menunjukkan derajat bising
jantung yaitu bising yang keras tetapi tidak disertai getaran bising , dengan penjalaran
yang sedang.
Middiastolic rumble murmur at the lower left sterna suara bising yang terdengar
pada saat diastolik, dan bising bersifat kasar , menunjukkan adanya turbulensi pada
area katup trikuspidalis akibat stenosis relatif katup trikuspidalis. Stenosis relatif
katup trikuspidalis ini terjadi karena aliran darah yang berlebihan melalui katup
trikuspid pada fase pengisian cepat ventrikel kanan sehingga menyebabkan adanya
regurgitasi dan timbulah getaran- getaran dalam dinding ventrikel yang pada saat
auskultasi terdengar suara murmur (bising).
3. Bagaimana DD?
Jawab:
Stenosis pulmonalis
Primary atrial septa defect
Inoscent murmur
4. a). Bagaimana interpretasi pemeriksaan EKG?
Jawab:
Right Bundle Branch Block (RBBB) pattern, menunjukkan adanya blok cabang
berkas kanan dan waktu depolarisasi ventrikel yang memanjang akibat adanya
pembesaran ventrikel kanan.Karakteristik EKG :
- Pola rSR’ di sadapan aVR dan V1
- Gelombang S lebar (durasi ≥ 0,04 detik) dan tumpul (slurred) di
sadapan I, aVL, V5 dan V6.
- Durasi kompleks QRS > 0,12 detik (blok komplit) atau antara 0,10-
0,12 detik (blok tidak komplit).
Right Ventricular Hypertrophy (RVH) menunjukkan adanya pembesaran
pada ventrikel kanan dengan karakteristik EKG :
- Deviasi aksis ke kanan (tanda awal)
- Gelombang R yang tinggi disertai depresi segmen ST dan gelombang
T terbalik di sadapan II, III, aVF. Sadapan aVR sering menunjukkan
tingginya gelombang R yang dapat berupa qR, QR atau hanya
kompleks R.
- Gelombang R yang tinggi terlihat pada V1. Pada V1, rasio R/S >1 atau
durasi gelombang R lebih dari 0,03 detik. Durasi QRS bisa melebar,
menyerupai blok berkas cabang.
- Gelombang S menetap (persistent S) di sadapan V5 dan V6
Right Atrial Hypertrophy (RAH) , menunjukkan adanya pembesaran pada
atrium kanan dengan karakteristik EKG :
- Gelombang P yang tinggi (> 2,5 mm) di sadapan II, III, aVF, disebut P
pulmonal
- Gelombang P bifasik di sadapan V1 dan dominan defleksi positif
5. a). Bagaimana interpretasi pemeriksaan X-Ray?
Jawab:
Pemeriksaan X-Ray :
Cardiothoracic ratio 60%, upward apex, increased pulmonary vascular
makings.
Cardiothoracic ratio (CTR) 60% menunjukkan adanya
kardiomegali (nilai normal CTR < 50%)
Upward apex (apeks jantung terangkat) menunjukkan adanya
pembesaran ventrikel kanan
Increased pulmonary vascular markings (peningkatan corak arteri
pulmoner) menunjukkan adanya peningkatan aliran arteri
pulmonal
b). Bagaimana mengukur CTR?
Jawab:
Perhitungan Cardiothoracic Ratio (CTR)
1. Buat garis lurus dari pertengahan thorax (mediastinum) mulai dari atas
sampai ke bawah thorax.
2. Tentukan titik terluar dari kontur jantung sebelah kanan dan namakan
sebagai titik A.
3. Tentukan titik terluar dari kontur jantung sebelah kiri dan namakan sebagai
titik B.
4. Buat garis lurus yang menghubungkan antara titik A dan B
5. Tentukan titik terluar bayangan paru kanan dan namakan sebagai titik C.
6. Buat garis lurus yang menghubungkan antara titik C dengan garis
mediastinum.
7. Perpotongan antara titik C dengan garis mediastinum namakan sebagai titik
D
Jika foto thorax digambar dengan menggunakan aturan di atas maka akan di dapatkan
foto thorax yang sudah di beri garis seperti di bawah ini :
Setelah dibuat garis-garis seperti di atas pada foto thorax, selanjutnya kita hitung
dengan menggunakan rumus perbandingan sebagai berikut :
Ketentuan : Jika nilai perbandingan di atas nilainya 50% (lebih dari/sama dengan 50%
maka dapat dikatakan telah terjadi pembesaran jantung (Cardiomegally)
a). Bagaimana penegakaan diagnosis pada kasus ini?
Anamnesis
1). Riwayat gestasi dan kelahiran : premature, kebiasaan dan konsumsi ibu
saat mengandung, cara kelahiran
2). Riwayat penyakit pasien : infeksi, dll
3). Riwayat penyakit keluarga : riwayat penyakit cardiovascular
4). Riwayat keperawatan : respon fisiologis terhadap defek (sianosis,
aktivitas terbatas)
5). Kaji adanya tanda-tanda gagal jantung, nafas cepat, sesak nafas,
retraksi, bunyi jantung tambahan (machinery mur-mur), edera tungkai,
hepatomegali, angina, palpitasi, sinkop.
6). Kaji adanya hipoksia kronis : Clubbing finger
7). Kaji adanya hiperemia pada ujung jari
8). Kaji pola makan, pola pertambahan berat badan
9). Pengkajian psikososial meliputi : usia anak, tugas perkembangan anak,
koping yang digunakan, kebiasaan anak, respon keluarga terhadap
penyakit anak, koping keluarga dan penyesuaian keluarga terhadap
stress
Pemeriksaan Fisik
BMI
Tekanan darah
Temperature
Inspeksi
palpasi
perkusi
aukultasi
pemeriksaan penunjang
EKG
Foto thorak
Ekokardiogram
est
b). Bagaimana WD pada kasus ini?
Jawab: Atrial Septal Defect (ASD)
c). Apa etiologi?
Jawab:
Penyebabnya belum dapat diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa faktor
yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian ASD.
Faktor-faktor tersebut diantaranya :
1)Faktor Prenatal
Ibu menderita infeksi Rubella
Ibu alkoholisme Umur ibu lebih dari 40 tahun Ibu menderita IDDM Ibu
meminum obat-obatan penenang atau jamu
2)Faktor genetic Anak yang lahir sebelumnya menderita PJB Ayah atau ibu
menderita PJB Kelainan kromosom misalnya Sindroma Down Lahir dengan
kelainan bawaan lain ASD merupakan suatu kelainan jantung bawaan.
d). Apa epidemiologi?
Jawab:
Angka kejadian ASD berkisar 1 dari 1500 kelahiran hidup dan 7% dari seluruh
penyakit jantung bawaan.Prevalensi defek sekat atrium bertambah secara
progresif pada populasi yang hidup di tempat tinggi. Sebesar 70 % defek sekat
atrium tipe sekundum (tipe II) terjadi pada perempuan. Defek septum atrium
sekundum lebih sering terjadi pada perempuan dengan rasio 2:1 antara
perempuan dan pria, sedangkan pada tipe sinus venosus rasio 1:1. kelainan
katup jantung ini terjadi pada 10-20% remaja, tetapi kelainan ini asimptomatik
dan jarang terdiagnosa. Angka kejadian ASD berkisar 30-40% dari semua
angka kejadian penyakit jantung kongenital.
e). Bagaimana patofisiologi?
Jawab:
Darah dari atrium kiri dapat masuk ke atrium kanan melalui defek sekat ini. Aliran
ini tidak deras karena perbedaan tekanan pada atrium kiri dan kanan tidak begitu
besar (tekanan pada atrium kiri 6 mmHg sedang pada atrium kanan 5 mmHg).1
Adanya aliran darah menyebabkan penambahan beban pada ventrikel kanan,
arteri pulmonalis, kapiler paru-paru dan atrium kiri. Bila shunt besar, maka volume
darah yang melalui arteri pulmonalis dapat 3-5 kali dari darah yang melalui aorta.
Dengan bertambahnya volume aliran darah pada ventrikel kanan dan arteri
pulmonalis, maka tekanan pada kedua bagian tersebut akan naik., dengan adanya
kenaikan tekanan, maka tahanan katup arteri pulmonalis naik, sehingga adanya
perbedaan tekanan sekitar 15 -25 mmHg. Akibat adanya perbedaan tekanan ini,
timbul suatu bising sistolik ( jadi bising sistolik pada ASD merupakan bising dari
stenosis relative katup pulmonal ).
Juga pada valvula trikuspidalis ada perbedaan tekanan, sehingga disini juga
terjadi stenosis relative katup trikuspidalis sehingga terdengar bising diastolik.
Karena adanya
penambahan beban yang terus
menerus pada arteri pulmonalis,
maka lama kelamaan akan
terjadi kenaikan tahanan pada
arteri pulmonalis dan
akibatnya akan terjadi kenaikan
tekanan ventrikel kanan
yang permanen. Tapi kejadian ini
pada ASD terjadinya sangat
lambat (ASD I sebagian sama dengan ASD II). Hanya bila ada defek pada katup
mitral atau katup trikuspid, maka darah dari ventrikel kiri atau ventrikel kanan
mengalir kembali ke atrium kiri dan atrium kanan pada waktu sistolik. Keadaan ini
tidak pernah terjadi pada ASD II.
f). Apa manifestasi klinis?
Jawab:
Sebagian besar penderita ASD tidak menampakkan gejala (asimptomatik)
pada masa kecilnya, kecuali pada ASD besar yang dapat menyebabkan kondisi
gagal jantung di tahun pertama kehidupan pada sekitar 5% penderita. Kejadian
gagal jantung meningkat pada dekade ke-4 dan ke-5, dengan disertai adanya
gangguan aktivitas listrik jantung (aritmia).3, 4
Gejala yang muncul pada masa bayi dan kanak-kanak adalah adanya infeksi
saluran nafas bagian bawah berulang, yang ditandai dengan keluhan batuk dan
panas hilang timbul (tanpa pilek). Selain itu gejala gagal jantung (pada ASD
besar) dapat berupa sesak napas, kesulitan menyusu, gagal tumbuh kembang
pada bayi atau cepat capai saat aktivitas fisik pada anak yang lebih besar.
Selanjutnya dengan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang seperti
elektro-kardiografi (EKG), rontgent dada dan echo-cardiografi, diagnosis ASD
dapat ditegakkan.
Gejalanya bisa berupa:
- Sering mengalami infeksi saluran pernafasan
- Dispneu (kesulitan dalam bernafas)
- Sesak nafas ketika melakukan aktivitas
- jantung berdebar-debar (palpitasi)
- Pada kelainan yang sifatnya ringan sampai sedang, mungkin sama sekali
tidak .......ditemukan gejala atau gejalanya baru timbul pada usia pertengahan
- Aritmia
g). Bagaimana penatalaksanaan?
Jawab:
Adanya defek sekat atrium ukuran sedang-besar yang tidak menutup setelah
umur lebih dari 3 bulan dan besar defek lebih dari 8 mm merupakan indikasi
untuk melakukan penutupan defek secara intervensi bedah atau non bedah
dengan kateterisasi.Disarankan melakukan penutupan DSA pada usia 5 tahun
atau lebih dan memiliki berat badan lebih dari 20 kg.Adapun secara
pengobatan (medikamentosa) tidak akan menyebabkan menutupnya lubang
ASD sedang-besar, dan bersifat simptomatik saja.
Terapi intervensi non bedah
ASO (Anplatzer Septal Occluder) adalah alat khusus yang dibuat untuk
menutup ASD tipe sekundum secara non bedah yang dipasang melalui kateter
secara perkutaneus lewat pembuluh darah di lipat paha (arteri femoralis). Alat
ini terdiri dari 2 buah cakram yang dihubungkan dengan pinggang pendek dan
terbuat dari anyaman kawat Nitinol yang dapat teregang menyesuaikan diri
dengan ukuran ASD. Di dalamnya ada patch dan benang polyester yang dapat
merangsang trombosis sehingga lubang/komunikasi antara atrium kiri dan
kanan akan tertutup sempurna. 6 (Gambar 2)
Gb. 2. Penutupan ASD dengan pemasangan ASO (Courtessy of dr. Poppy S.
Roebiono, SpJP(K))
Alat ini pertama kali diteliti pada hewan coba sejak tahun 1997,
kemudian pada manusia melalui berbagai studi multisenter sampai didapatkan
kesimpulan bahwa tindakan ini sangat efektif, aman dan menunjukkan hasil
yang sangat baik. 12-14
Penutupan ASD secara intervensi non bedah ini menunjukkan hasil
yang baik, angka kesakitan periprosedural yang minimal, dapat mengurangi
kejadian aritmia atrium dan dapat digunakan pada ASD berdiameter sampai
dengan 34 mm. Keuntungan lain adalah risiko infeksi pasca tindakan yang
minimal dan masa pemulihan-perawatan di rumah sakit yang lebih singkat,
trauma bedah minimal serta secara subyektif dirasakan lebih nyaman bagi
penderita dan keluarga karena tidak memerlukan tindakan bedah jantung
terbuka. 14 Adapun indikasi dari intervensi ASO sama dengan indikasi operasi,
namun harus memenuhi beberapa kriteria khusus (Tabel 1). 6 Kendala yang
masih muncul adalah besarnya biaya yang diperlukan karena harga alat ASO
yang relatif mahal, dan belum adanya jaminan pembiayaan kesehatan yang
memadai di negara kita. Vida VL, et.al melaporkan bahwa biaya pemasangan
ASO di negara berkembang masih lebih tinggi dibandingkan dengan biaya
penutupan ASD dengan tindakan bedah konvesional. 16
Tabel 1. Kriteria penderita ASD yang akan dilakukan pemasangan
ASO. 6
1. ASD sekundum
2. Diameter kurang atau sama dengan 34 mm
3. Flow ratio lebih atau sama dengan 1,5 atau terdapat tanda-tanda
beban volume pada ventrikel kanan
4. Mempunyai rim minimal 5 mm dari sinus koronarius, katup atrio-
ventrikular, katup aorta dan vena pulmonalis kanan
5. Defek tunggal dan tanpa kelainan jantung lainnya yang memerlukan
intervensi bedah
6. Muara vena pulmonalis normal ke atrium kiri
7. Hipertensi pulmonal dengan resistensi vaskuler paru (Pulmonary
Artery Resistance Index = PARi) kurang dari 7 - 8 U.m2
8. Bila ada gagal jantung, fungsi ventrikel (EF) harus lebih dari 30%.
Pasca Pemasangan ASO/ADO/AVO
Karena alat tersebut merupakan benda asing yang dapat memacu pembekuan
darah, maka pasien akan diberikan obat anti-trombosis seperti aspirin dosis
rendah dan clopidrogel untuk 3-6 bulan sampai terbentuk sepalut/membran
yang membungkus alat amplatzer tersebut.
Terapi Intervensi Bedah
Terapi intervensi bedah tidak boleh dilakukan apabila telah terjadi sindrom
eisenmenger (pembalikan aliran darah dari kanan ke kiri).Tindak bedah ini
dilakukan dengan jalan penutupan dengan menjahit langsung DSA dengan
jahitan jelujur atau menambal defek menggunakan sepotong dakron.
- Indikasi operasi bila left to right shunt dengan Qp/Qs ≥ 1,5 :1
- Kontraindikasi operasi jika PVR ≥ 10 U/m², > 7 U/m² dengan
vasodilator)
- Timing operasi : menunggu usia 3 atau 4 tahun karena masih ada
kemungkinan menutup spontan (sebelum usia sekolah)
- Mortalitas < 1%
- Komplikasi: aritmia, cerebral accident
h). Apa prognosis?
Jawab:
Prognosis Atrial Septal Defect (ASD)
Biasanya ASD dapat ditoleransi dengan baik pada bayi maupun pada
anak. Hanya kadang – kadang pada ASD dengan shunt yang besar
menimbulkan gejala – gejala gagal jantung, dan pada keadaan ini perlu
dibantu dengan digitalis. Kalau dengan digitalis tidak berhasil perlu dioperasi,
untuk ASD dengan shunt yang besar, operasi segera dipikirkan, guna
mencegah terjadinya hipertensi pulmonal. Hipertensi pulmonal pada ASD
jarang sekali terjadi pada anak. Umur harapan penderita ASD sangat
tergantung pada besarnya shunt. Bila shunt kecil dan tekanan darah pada
ventrikel kanan normal operasi tedak perlu dilakukan. Pada defek sekat atrium
primum lebih sering terjadi gagal jantung dari pada ASD II. Gagal jantung
biasanya terjadi pada umum kurang dari 5 tahun. Endokarditis Infektif Sub
akut lebih sering terjadi pada ASD I, sedang terjadinya hipertensi pulmonal
hampir sama dengan ASD II.
i). Apa komplikasi?
Jawab:
Akibat sulitnya dan ketiadaan tanda yang khas pada kelainan ini, penemuan
secara insidental biasanya telah menunjukkan suatu kondisi yang cukup berat.
Hipertensi pulmoner merupakan kondisi yang paling sering ditemui. Demikian
pula dengan flutter atrium dan fibrilasi atrium yang semakin meningkat
kejadiannya seiring dengan pertambahan usia. Keadaan yang berat tanpa
intervensi cenderung mengakibatkan gagal jantung. Penyebab kematian
tersering orang dengan ASD adalah emboli pulmoner, trombosis pulmoner,
emboli paradoksikal (akibat pirau yang terjadi), abses otak, maupun infeksi
(terutama infeksi paru).3,4
j). Apa KDU?
Jawab:
3b,mampu melakukan pemeriksaan fisik dan tambahan kemudian
merujuk ke dokter spesialis.
K) Diagnosis Banding?
Jawab:
V. Hipotesis
Ayu perempuan 7 tahun, mengalami Atrial Septal Defect ( ASD ) tipe
sukundum
VI.Kerangka Konsep