skenario 4 blok 13 final
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Selama kehamilan wanita mengalami berbagai macam perubahan pada tubuhnya baik
fisiologis anatomis maupun fungsional juga terjadi perubahan biokimiawi Termasuk ada
wanita menderita diabetes melitus (DM) karena kehamilannya yang disebut DM Gestasional
Diabetes Mellitus (DM) adalah kelainan metabolisme karbohidrat di mana glukosa
darah tidak dapat digunakan dengan baik sehingga menyebabkan keadaan hiperglikemia
DM merupakan kelainan endokrin yang terbanyak dijumpai Diabetes Melitus dengan
kehamilan (Diabetes Mellitus Gestational ndash DMG) adalah kehamilan normal yang disertai
dengan peningkatan insulin resistance (ibu hamil gagal mempertahankan euglycemia) Pada
golongan ini kondisi diabetes dialami sementara selama masa kehamilan Artinya kondisi
diabetes atau intoleransi glukosa pertama kali didapati selama masa kehamilan biasanya pada
trimester kedua atau ketiga(1)
Prevalensi DM sulit ditentukan karena standar penetapan diagnosisnya berbeda-beda
Berdasarkan kriteria American Diabetes Association (ADA) sekitar 102 juta orang di
Amerika Serikat (AS) menderita DM dan yang tidak terdiagnosis sekitar 54 juta Dengan
demikian diperkirakan lebih dari 15 juta orang di AS menderita DM Sementara itu di
Indonesia prevalensi DM sebesar 15-23 penduduk usia gt15 tahun bahkan di daerah
Manado prevalensi DM sebesar 61(1)
Diabetes melitus gestasional berhubungan dengan meningkatnya komplikasi perinatal
(di sekitar waktu melahirkan) dan ibu memiliki risiko untuk dapat menderita penyakit
diabetes melitus yang lebih besar dalam jangka waktu 5-10 tahun setelah melahirkan
Diabetes Mellitus Gestasional ini meningkatkan morbiditas neonatus misalnya hipoglikemia
ikterus polisitemia dan makrosomia Hal ini terjadi karena bayi dari ibu GDM mensekresi
insulin lebih besar sehingga merangsang pertumbuhan bayi dan makrosomia Frekuensi
DMG kira-kira 3ndash5 dan para ibu tersebut meningkat risikonya untuk menjadi DM di masa
mendatang (1)
1
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
I DIABETES MELITUS
A Pengertian
Menurut Brunner and Suddarth 2001 Diabetes Mellitus merupakan sekelompok
kelainan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia Pada Diabetes Mellitus kemampuan
tubuh untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun atau pankreas dapat menghentikan
sama sekali produksi insulin (1)
Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat
kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo 2002)
B Klasifikasi
1 Klasifikasi diabetes mellitus secara umum sebagai berikut
1 DM tipe 1 Diabetes mellitus tergantung insulin (IDDM)
Kerusakan fungsi sel beta di pankreas
Autoimun idiopatik
2 DM Tipe 2 Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (NIDDM)
Menurunnya produksi insulin atau berkurangnya daya kerja insulin atau
keduanya
3 DM tipe lain
Karena kelainan genetik penyakit pankreas obat infeksi antibodi sindroma
penyakit lain
4 DM pada masa kehamilan ( Gestasional Diabetes ) (7)
2
2 Klasifikasi menurut umur waktu penyakit timbul lama sakit berat penyakit
dan komplikasi (White)
a Kelas A
Diabetes laten (subklinis atau diabetes hamil) Uji toleransi gula tidak normal
Pengobatan tidak memerlukan insulin cukup dengan diet saja Prognosis untuk ibu
dan janin baik
b Kelas B
Diabetes dewasa diketahui setelah usia 19 tahun berlangsung kurang dari 10 tahun
tidak disertai kelainan pembuluh darah
c Kelas C
Timbul pada umur 10-19 tahun menderita selama 10-19 tahun tanpa kelainan
pembuluh darah
d Kelas D
Diderita sejak umur 10 tahun lama 20 tahun disertai kelainan pembuluh darah
seperti arteriosklerosis pada retina tungkai dan renitis
e Kelas E
Telah terjadi kalsifikasi pembuluh darah
f Kelas F
Diabetes dengan nefropatia termasuk glomerulonefritis dan pielonefritis
g Kelas R
Diabetes dengan komplikasi retinistis proliferans atau dengan perdarahan dalam
korpus vitreum
h Kelas H
Diabetes dengan komplikasi penyakit koroner (1)
3
C Etiologi
1 DM tipe I
a) Faktor genetic
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi
suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I
Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (1)
b) Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi
terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut
yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing Yaitu otoantibodi terhadap sel-
sel pulau Langerhans dan insulin endogen (1)
c) Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan
destruksi sel beta (1)
2 Diabetes Tipe II
Menurut Brunner dan Suddarth 2001 mekanisme tepat yang menyebabkan belum
diketahui Namun ada beberapa resiko yang berhubungan dengan terjadinya DM type II
a Faktor genetik
b Usia
c Obesitas
d Riwayat keluarga
e Kelompok etnik (1)
4
D Tanda dan Gejala
a Banyak kencing (poliuria)
b Haus dan banyak minum (polidipsia) lapar (polifagia)
c Letih lesu
d Penurunan berat badan yang tidak dapat
e dijelaskan sebabnya
f Lemah badan kesemutan gatal pandangan
g kabur disfungsi ereksi pada pria dan pruritus
h vulvae pada wanita(7)
E Patofisiologi (Patways) DM
5
Menurut Supartondo gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering ditemukan
adalah
Katarak
Glaukoma
Retinopati
Gatal seluruh badan
Pruritus Vulvae
Infeksi bakteri kulit
Infeksi jamur di kulit
Dermatopati
Neuropati perifer
Neuropati viseral
Amiotropi
Ulkus Neurotropik
Penyakit ginjal
Penyakit pembuluh darah perifer
Penyakit koroner
Penyakit pembuluh darah otak
Hipertensi
Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal yang
tinggi dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur atau bahkan
inkontinensia urin Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan akibatnya
mereka tidak bereaksi adekuat terhadap dehidrasi Karena itu tidak terjadi polidipsia
atau baru terjadi pada stadium lanjut (Patric Davey 2002 )
Penyakit yang mula-mula ringan dan sedang saja yang biasa terdapat pada
pasien DM usia lanjut dapat berubah tiba-tiba apabila pasien mengalami infeksi akut
Defisiensi insulin yang tadinya bersifat relatif sekarang menjadi absolut dan timbul
keadaan ketoasidosis dengan gejala khas hiperventilasi dan dehidrasi kesadaran
menurun dengan hiperglikemia dehidrasi dan ketonemia Gejala yang biasa terjadi
pada hipoglikemia seperti rasa lapar menguap dan berkeringat banyak umumnya
tidak ada pada DM usia lanjut Biasanya tampak bermanifestasi sebagai sakit kepala
dan kebingungan mendadak (Patric Davey 2002 )
6
Pada usia lanjut reaksi vegetatif dapat menghilang Sedangkan gejala kebingungan
dan koma yang merupakan gangguan metabolisme serebral tampak lebih jelas
F Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penyaring perlu dilakukan pada kelompok dengan risiko tinggi untuk
DM yaitu kelompok usia dewasa tua ( gt40 tahun) obesitas tekanan darah tinggi riwayat
keluarga DM riwayat kehamilan dengan berat badan lahir bayi gt4000 g riwayat DM pada
kehamilan dan displipidemia
Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan dengan pemeriksaan glukosa darah sewaktu
kadar glukosa darah puasa kemudian dapat diikuti dengan Tes Toleransi Glukosa Oral
(TTGO) standar Untuk kelompok risiko tinggi yang hasil pemeriksaan penyaringnya
negatif perlu pemeriksaan penyaring ulangan tiap tahun Bagi pasien berusia gt45 tahun tanpa
faktor resiko pemeriksaan penyaring dapat dilakukan setiap 3 tahun
Tabel Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan
metode enzimatik sebagai patokan penyaring dan diagnosis
DM (mgdl)
Bukan
DM
Belum
pasti DMDM
Kadar glukosa darah sewaktu
Plasma vena lt110 110 - 199 gt200
Darah kapiler lt90 90 - 199 gt200
Kadar glukosa darah puasa
Plasma vena lt110 110 - 125 gt126
Darah kapiler lt90 90 - 109 gt110
7
Cara pemeriksaan TTGO adalah
1 Tiga hari sebelum pemeriksaan pasien makan seperti biasa
2 Kegiatan jasmani sementara cukuptidak terlalu banyak
3 Pasien puasa semalam selama 10-12 jam
4 Periksa glukosa darah puasa
5 Berikan glukosa 75 g yang dilarutkan dalam air 250 ml lalu minum dalam waktu 5
menit
6 Periksa glukosa darah 1 jam dan 2 jam sesudah beban glukosa
7 Selama pemeriksaan pasien yang diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok (7)
G Komplikasi
Komplikasi Akut
1 Ketoasidosis diabetic (KAD)
Adalah Kedaaan dekompesasi kekacauan metabolic yang ditandai oleh triasterutama
diakibatkan oleh defisiensi insulin absolute atau insulin relative
2 Hipoglikemia
Adalah penurunan kadar glukosa dalam darahbiasanya disebabkan peningkatan kadar insulin
yang kurang tepatasupan karbohidrat kurang
3 Hiperglikemia Hiperosmolar non ketotik
Adalah suatu dekompensasi metabolic pada pasien diabetes tanpa disertai adanya
ketosisgejalanya pada dehirasi berathiperglikemia beratdan gangguan neurologis
8
Komplikasi Kronis
a Makroangiopati mengenai pembuluh darah besar pembuluh darah jantung pembuluh
darah tepi pembuluh darah otak
b Mikroangiopati mengenai pembuluh darah kecil retinopati diabetik nefropati diabetik
c Neuropati diabetik
d Rentan infeksi seperti tuberkulosis paru gingivitis dan infeksi saluran kemih
e Kaki diabetik
H Penatalaksanaan
Dalam jangka pendek penatalaksaan DM bertujuan untuk menghilangkan
keluhangejala DM Sedangkan tujuan jangka panjangnya adalah untuk mencegah
komplikasi Tujuan tersebut dilaksanakan dengan cara menormalkan kadar glukosa lipid dan
insulin Untuk mempermudah tercapainya tujuan tersebut kegiatan dilaksanakan dalam
bentuk pengelolaan pasien secara holistik dan mengajarkan kegiatan mandiri Pengobatan
diabetes secara menyeluruh mencakup diet yang benar olahraga yang teratur kemudian
dilanjutkan dengan obat-obatan yang diminum atau suntikan insulin
Obat Hipoglikemia Oral (OHO)
a Sulfonilurea
Obat golongan sulfonilurea bekerja dengan cara
Menstimulasi penglepasan insulin yang tersimpan
Menurunkan ambang sekresi insulin
Meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa
Klorpropamid kurang dianjurkan pada keadaan insufisiensi renal dan orang tua karena risiko
hipoglikemia yang berkepanjangan demikian juga glibenklamid Untuk orang tua dianjurkan
preparat dengan waktu kerja pendek (tolbutamid glikuidon) Glikuidon juga diberikan pada
pasien DM dengan gangguan fungsi ginjal atau hati ringan
9
b Bliguanid
Bliguanid menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak sampai di bawah normal
Preparat yang ada dan aman adalah metformin Obat ini dianjurkan untuk pasien
gemuk (Indeks Massa TubuhIMT gt30) sebagai obat tunggal Pada pasien dengan
berat lebih (IMT 27-30) dapat dikombinasi dengan obat golongan sulfonilurea
c Inhibitor α glukosidase
Obat ini bekerja secara kompetitif menghambat kerja enzim α glukosidase di dalam
saluran cerna sehingga menurunkan penyerapan glukosa dan menurunkan
hiperglikemia pascaprandial
d Insulin sensitizing agent
Thoazolidinediones adalah golongan obat baru yang mempunyai efek farmakologi
meningkatkan sensitivitas insulin sehingga bisa mengatasi masalah resistensi insulin
dan berbagai masalah akibat resistensi insulin tanpa menyebabkan hipoglikemia Obat
ini belum beredar di Indonesia
Insulin
Indikasi penggunaan insulin pada NIDDM adalah
DM dengan berat badan menurun cepatkurus
Ketoasidosis asidosis laktat dan koma hiperosmolar
DM yang mengalami stres berat (infeksi sistemik operasi berat dan lain-lain)
DM dengan kehamilanDM gestasional yang tidak terkendali dengan perencanaan
makan
DM yang tidak berhasil dikelola dengan obat hipoglikemia oral dosis maksimal atau
ada kontraindikasi dengan obat tersebut
I Prognosis
Sekitar 60 pasien DMTI yang mendapat insulin dapat bertahan hidup seperti orang
normal Sisanya dapat mengalami kebutaan gagal ginjal kronik dan kemungkinan untuk
meninggal lebih cepat
10
II DIABETES MELITUS GESTASIONAL
A Defenisi
Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) adalah kelainan pada metabolisme karbohidrat
dari faktor yang memberatkan yang terjadi selama kehamilan (Marilyn 2001) (1)
DMG adalah kehamilan normal yang disertai dengan peningkatan insulin resistance
(ibu hamil gagal mempertahankan euglycemia)(1)
Pada DM dengan kehamilan ada 2 kemungkinan yang dialami oleh si Ibu
a Ibu tersebut memang telah menderita DM sejak sebelum hamil
b Si ibu mengalamimenderita DM saat hamil(7)
Klasifikasi DM dengan Kehamilan menurut Pyke
1 Klas I Gestasional diabetes yaitu diabetes yang timbul pada waktu hamil dan
menghilang setelah melahirkan
2 Klas II Pregestasional diabetes yaitu diabetes mulai sejak sebelum hamil dan
berlanjut setelah hamil
3 Klas III Pregestasional diabetes yang disertai dengan komplikasi penyakit
pembuluh darah seperti retinopatinefropati penyakit pemburuh darah panggul dan
pembuluh darah perifer (7)
90 dari wanita hamil yang menderita Diabetes termasuk ke dalam kategori DM Gestasional
(Tipe II) dan DM yang tergantung pada insulin (Insulin Dependent Diabetes Mellitus =
IDDM tipe I) (7)
B Metabolisme Karbohidrat Pada Kehamilan Normal
Pada wanita hamil normal terjadi banyak sekali perubahan hormonal dan metabolik
untuk pertumbuhan dan perkembangan fetus yang optimal Yang berhubungan dengan
patologi diabetes mellitus adalah perubahan metabolisme karbohidrat (6)
Pada kehamilan normal terjadi kadar glukosa plasma ibu yang lebih rendah secara
bermakna karena
11
1 Ambilan glukosa sirkulasi plasenta meningkat
2 Produksi glukosa dari hati menurun
3 Produksi alanin (salah satu prekursor glukoneogenesis) menurun
4 Aktifitas ekskresi ginjal meningkat
5 Efek hormon-hormon gestasional (human placental lactogen hormon2 plasenta
lainnya hormon2 ovarium hipofisis pankreas adrenal growth factors dsb) Selain
itu terjadi juga perubahan metabolisme lemak dan asam amino (6)
C Patofisologi
Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolisme endokrin dan karbohidrat yang
menunjang pemasokan makanan bagi janin serta persiapan untuk menyusui Glukosa
dapat berdifusi secara tetap melalui plasenta kepada janin sehingga kadarnya dalam darah
janin hampir menyerupai kadar darah ibu Insulin ibu tidak dapat mencapai janin
sehingga kadar gula darah ibu mempengaruhi kadar darah janin Pengendalian kadar gula
darah terutama dipengaruhi oleh insulin di samping hormon estrogen steroid dan
plasenta laktogen Akibat lambatnya resorbsi makanan maka terjadi hiperglikemia yang
relatif lama dan ini menyebabkan kebutuhan insulin meningkat Menjelang aterm
kebutuhan insulin meningkat hingga mencapai 3 kali dari keadaan normal Hal ini disebut
tekanan diabetojenik dalam kehamilan Secara fisiologis telah terjadi resistensi insulin
yaitu bila ia ditambah dengan insulin eksogen ia tidak mudah menjadi hipoglikemia
Yang menjadi masalah adalah bila seorang ibu tidak mampu meningkatkan insulin
sehingga ia relatif hipoinsulin yang mengakibatkan hiperglikemia atau diabetes
kehamilan
Glukosa yang tidak masuk ke sel tubuh akan tertimbun di dalam darah Setelah
mencapai kadar tertentu glukosa tersebut juga akan muncul dalam air seni padahal air
seni yang normal tidak mengandung glukosa Jika glukosa terdapat dalam air seni
glukosa tersebut akan menarik lebih banyak air bersamanya dengan demikian
menyebabkan bertambahnya volume air seni Karena terjadi pengeluaran air seni yang
berlebihan tubuh kehilangan banyak cairan sehingga terjadi rasa haus yang berlebihan
Ketika sel tidak terdapat cukup glukosa dikarenakan kurangnya jumlah insulin
meski sebenarnya dalam darah terdapat glukosa yang berlebihan boleh dikatakan sel-sel
12
ini lsquokelaparanrsquo Hal ini menyebabkan peningkatan nafsu makan dan walaupun penderita
DM sudah makan lebih banyak kelihatannya sel tidak pernah mendapatkan cukup
glukosa
Untuk mendapatkan energi yang dibutuhkan sel yang ldquokelaparanrdquo ini mulai
memecahkan lemak dan protein yang ada di dalam tubuh Hal ini mengakibatkan
turunnya berat badan dan rasa lelah Jika kadar glukosa dalam darah sangat tinggi
beberapa orang menjadi mudah tersinggung Selain itu tubuh juga menjadi rentan
terhadap infeksi
Tidak semua penderita diabetes mengalami gejala ini dan beberapa orang lainnya
bahkan tidak mengalami gejala apa pu Pada keadaan ini baru diketahui bahwa mereka
ternyata menderita penyakit DM dari pemeriksaan laboratorium rutin
Resistensi insulin juga dapat disebabkan oleh adanya hormon estrogen progesteron
kortisol prolaktin dan plasenta laktogen Hormon tersebut mempengaruhi reseptor
insulin pada sel sehingga mengurangi afinitas insulin (Prawirohardjo 1997) (1)
D Faktor Risiko
Umur lebih dari 30 tahun
Obesitas dengan indeks massa tubuh ge 30 kgm2
Riwayat DM pada keluarga
Pernah menderita DM gestasional sebelumnya
Pernah melahirkan anak besar gt 4000 gram
Adanya glukosuria
Riwayat bayi cacat bawaan
Riwayat bayi lahir mati
Riwayat keguguran
Riwayat infertilitas
Hipertensi (7)
13
E Pengaruh DM dengan kehamilan
a Pengaruh kehamilan persalinan dan nifas pada diabetes adalah
Kehamilan dapat menyebabkan status prediabetik manifes ( diabetik )
Diabetes akan menjadi lebih berat oleh kehamilan
Pada persalinan yang memerlukan tenaga ibu dan kerja rahim akan memerlukan
glukosa banyak maka bisa terjadi hipoglikemia atau koma
Dalam masa lakatasi keperluan akan insulin akan bertambah(3)
b Pengaruh diabetes terhadap kehamilan
Abortus dan partus prematurus
Hidramnion
Pre ndash eklamsia
Kesalahan letak janin
Insufisiensi plasenta(3)
c Pengaruh diabetes terhadap persalinan
Inersia uteri dan atonia uteri
Distorsia karna janin ( anak besar Bahu lebar )
Kelahiran mati
Persalinan lebih sering di tolong secara operatif
Angka kejadian pendarahan dan infeksi tinggi
Morbiditas dan mortalitas ibu tinggi(3)
d Pengaruh Diabetes terhadap nifas
Perdarahan dan infeksi puerperal ebih tinggi
Luka ndashluka jalan lahir lambat pulih sembuh
14
e Pengaruh Diabetes terhadap janin atau bayi
Serig terjadi abortus
Kematian janin dalam kandungan setelah 36 minggu
Daat terjadi cacat bawaan
Dismaturitas
Janin besar ( bayi kingkong makrosomia )
Kematian neonatal tinggi
Kemudian hari dapat terjadi kelainan neurologi dan psikologi(3)
F Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penyaring perlu dilakukan pada kelompok dengan resiko tinggi untuk
DM yaitu kelompok usia dewasa tua (gt 40 tahun) obesitas tekanan darah tinggi riwayat
keluarga DM riwayat kehamilan dengan berat badan bayi gt 4000 gr riwayat DM pada
kehamilan dan dislipidemia
Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan dengan pemeriksan glukosa darah sewaktu
kadar glukosa darah puasa Kemudian dapat diikuti dengan Tes Toleransi Glukosa Oral
(TTGO) standar
Keluhan dan gejala yang khas ditambah hasil pemeriksaan glukosa darah sewaktu
gt200 mgdl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM bila hasil pemeriksaan glukosa
darah meragukan pemeriksaaan TTGO diperlukan untuk memastikan diagnosis DM Untuk
diagnosis DM dan gangguan toleransi glukosa lainnya diperiksa glukosa darah 2 jam setelah
beban glukosa Sekurang-kurangnya diperlukan kadar glukosa darah 2 kali abnormal untuk
konfirmasi diagnosis DM pada hari yang alain atau TTGO yang abnormal
15
Kriteria Diagnosis
1 Gejala klasik DM + gula darah sewaktu 200 mgdl Gula darah sewaktu merupakan
hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memerhatikan waktu makan terakhir
Atau
2 Kadar gula darah puasa 1048725 126 mgdl Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori
tambahan sedikitnya 8 jam Atau
3 Kadar gula darah 2 jam pada TTGO 200mgdl TTGO dilakukan dengan Standard
WHO menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 g glukosa anhidrus yang
dilarutkan dalam air (7)
Cara pelaksanaan TTGO (WHO 1994)
Tiga hari sebelum pemeriksaan tetap makan seperti kebiasaan sehari-hari (dengan
karbohidrat yang cukup) dan tetap melakukan kegiatan jasmani seperti biasa
Berpuasa paling sedikit 8 jam (mulai malam hari) sebelum pemeriksaan minum air
putih tanpa gula tetap diperbolehkan
Diperiksa kadar glukosa darah puasa
Diberikan glukosa 75 g (orang dewasa) atau 175 gKg BB (anak-anak) dilarutkan
dalam 250 ml air dan diminum dalam waktu 5 menit
Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan 2 jam setelah
minum larutan glukosa selesai
Diperiksa kadar glukosa darah 2 jam sesudah beban glukosa
Selama proses pemeriksaan subyek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok(7)
Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau DM maka dapat
digolongkan ke dalam kelompok TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) atau GDPT (Glukosa
Darah Puasa Terganggu) dari hasil yang diperoleh
TGT glukosa darah plasma 2 jam setelah pembebanan antara 140 ndash 199 mgdl
GDPT glukosa darah puasa antara 100 ndash 125 mgdl (7)
16
Reduksi Urine
Pemeriksaan reduksi urine merupakan bagian dari pemeriksaan urine rutin yang selalu
dilakukan di klinik Hasil yang (+) menunjukkan adanya glukosuria Beberapa hal yang perlu
diingat dari hasil pemeriksaan reduksi urine adalah
Digunakan pada pemeriksaan pertama sekali untuk tes skrining bukan untuk
menegakkan Diagnosis
Nilai (+) sampai (++++)
Jika reduksi (+) masih mungkin oleh sebab lain seperti renal glukosuria obat-
obatan dan lainnya
Reduksi (++) kemungkinan KGD 200 ndash 300 mg
Reduksi (+++) kemungkinan KGD 300 ndash 400 mg
Reduksi (++++) kemungkinan KGD 400 mg
Dapat digunakan untuk kontrol hasil pengobatan
Bila ada gangguan fungsi ginjal tidak bisa dijadikan pedoman (7)
Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik sebagai patokan
penyaring dan diagnosis (mgdl)
Bukan DM Belum pasti DM DM
Kadar glukosa darah sewaktu
- Plasma vena lt 110 110 ndash 199 gt 200
- Darah kapiler lt 90 90 ndash 199 gt 200
Kadar glukosa darah puasa
- Plasma vena lt 110 110 ndash 125 gt 126
- Darah kapiler lt 90 90 ndash 109 gt 110
17
Diagnosis dapat dengan mudah di tegakkan
Anamnesis Riwayat persalinan yang lalu abortus partus prematurus kematian
janindan anak besar
Riwayat keluarga ( herediter )
Keluhan sekarang trias poliuri polidipsi polifagi dan pernah berobat sakit gula
pada dokter
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan urin
Pemeriksaan KGD puasa dan post ndash prandiol
Glukosa toleran tes (GTT)
Nilai K(3)
G Penatalaksanan Diabetes Melitus terhadap ibu hamil
Sesuai dengan pengelolaan medis DM pada umumnya pengelolaan DMG juga
terutama didasari atas pengelolaan gizi diet dan pengendalian berat badan ibu
1 Kontrol secara ketat gula darah
2 Hindari adanya infeksi saluran kemih atau infeksi lainnya Lakukan upaya
pencegahan infeksi dengan baik
3 Pada bayi baru lahir dapat cepat terjadi hipoglikemia sehingga perlu diberikan infus
glukosa
4 Penanganan DMG yang terutama adalah diet dianjurkan diberikan 25 kalorikgBB
ideal kecuali pada penderita yang gemuk dipertimbangkan kalori yang lebih mudah
5 Cara yang dianjurkan adalah cara Broca yaitu BB ideal = (TB-100)-10 BB
6 Kebutuhan kalori adalah jumlah keseluruhan kalori yang diperhitungkan dari
Kalori basal 25 kalkgBB ideal
Kalori kegiatan jasmani 10-30
Kalori untuk kehamilan 300 kalori
Perlu diingat kebutuhan protein ibu hamil 1-15 grkgBB(5)
18
Jika dengan terapi diet selama 2 minggu kadar glukosa darah belum mencapai normal atau
normoglikemia yaitu kadar glukosa darah puasa di bawah 105 mgdl dan 2 jam pp di bawah
120 mgdl maka terapi insulin harus segera dimulai (5)
Pemantauan dapat dikerjakan dengan menggunakan alat pengukur glukosa darah kapiler
Perhitungan menu seimbang sama dengan perhitungan pada kasus DM umumnya dengan
ditambahkan sejumlah 300-500 kalori per hari untuk tumbuh kembang janin selama masa
kehamilan sampai dengan masa menyusui selesai
Pengelolaan DM dalam kehamilan bertujuan untuk
Mempertahankan kadar glukosa darah puasa lt 105 mgdl
Mempertahankan kadar glukosa darah 2 jam pp lt 120 mgdl
Mempertahankan kadar Hb glikosilat (Hb Alc) lt 6
Mencegah episode hipoglikemia
Mencegah ketonuriaketoasidosis deiabetik
Mengusahakan tumbuh kembang janin yang optimal dan normal (5)
Dianjurkan pemantauan gula darah teratur minimal 2 kali seminggu (ideal setiap hari
jika mungkin dengan alat pemeriksaan sendiri di rumah) Dianjurkan kontrol sesuai jadwal
pemeriksaan antenatal semakin dekat dengan perkiraan persalinan maka kontrol semakin
sering Hb glikosilat diperiksa secara ideal setiap 6-8 minggu sekali (5)
Kenaikan berat badan ibu dianjurkan sekitar 1-25 kg pada trimester pertama dan
selanjutnya rata-rata 05 kg setiap minggu Sampai akhir kehamilan kenaikan berat badan
yang dianjurkan tergantung status gizi awal ibu (ibu BB kurang 14-20 kg ibu BB normal
125-175 kg dan ibu BB lebihobesitas 75-125 kg) (5)
Jika pengelolaan diet saja tidak berhasil maka insulin langsung digunakan Insulin
yang digunakan harus preparat insulin manusia (human insulin) karena insulin yang bukan
berasal dari manusia (non-human insulin) dapat menyebabkan terbentuknya antibodi terhadap
insulin endogen dan antibodi ini dapat menembus sawar darah plasenta (placental blood
barrier) sehingga dapat mempengaruhi janin (5)
19
Pada DMG insulin yang digunakan adalah insulin dosis rendah dengan lama kerja
intermediate dan diberikan 1-2 kali sehari Dosis insulin diperkirakan antara 05-15
unitkgBB Obat hipoglikemik oral tidak digunakan dalam DMG karena efek
teratogenitasnya yang tinggi dan dapat diekskresikan dalamjumlah besar melalui ASI (5)
H Komplikasi
Komplikasi pada Ibu
Hipoglikemia terjadi pada enam bulan pertama kehamilan
Hiperglikemia terjadi pada kehamilan 20 ndash 30 minggu akibat resistensi insulin
Infeksi saluran kemih
Preeklampsi
Hidramnion
Retinopati
Trauma persalinan akibat bayi besar(7)
Masalah pada anak
Abortus
Kelainan kongenital spt sacral agenesis neural tube defek
Respiratory distress
Neonatal hiperglikemia
Makrosomia
Hipocalcemia
kematian perinatal akibat diabetik ketoasidosis
Hiperbilirubinemia(7)
I Tanda Komplikasi DM
Makrovaskular stroke penyakit jantung koroner ulkus gangren
Mikrovaskular retina (retinopati) dan ginjal (gagal ginjal kronik) saraf (stroke
neuropati)
Koma hiperglikemi hipoglikemi stroke (7)
20
J Prognosis
1 Bila penyakit di tangani oleh dokter ahli penyakit dalam serta kehamilan dan
persalinan di awasi dan di tolong oeh ahli kebidanan umumnya prognosis baik
2 Diabetes berat dan di derita lama apalagi ada komplikasi prognosis buruk
3 Prognosis bagi bayi jelek faktor ndash faktor yang meninggikan morbiditas dan
mortalitas bayi adalah
Berat dan lamany sakit dan adanya asetonuri
Insufisiensi plasenta
Komplikasi dan distosio persalinan
Sindrom gawat napas ( respiratory stress syndrome )
Prematuritas dan cacat bawaan
Angka kematian perinatal kira ndash kira 10 ndash 15 (3)
III PENANGANAN PERSALINAN PADA IBU YANG MENDERITA DM
Pada penderita yang penyakitnya tidak berat dan cukup di puasai dengan diet saja dan
tidak mempunyai riwayat obstetric yang buruk dapat di harapkan partus spontansampai
kehamilan 40 minggu Lebih dari pada itu sebaiknya dilakukan induksi parsalinan karena
prognosis menjadi lebih buruk Apabila diabetes nya berat dan memerlukan pengobatan
insulin sebaiknya kehamilan diakhiri lebih dini biasanya dalam kehamilan antara 36 dan 38
minggu Lebih- lebih apabila kehamilan nya disertai komplikasi lain seperti pre-eklampsi
janin yang tidak baik pertumbuhan nya atau terlampau besar diabetesnya sukar dikuasai atau
apabila ada riwayat kematian perinatal maka dapat di pertimbangkan untuk mengakhiri
kehamilan lebih dini baik dengan induksi maupun dengan seksio sesaria Dalam pelaksanaan
partus pervaginam baik yang tanpa maupun yang dengan induksin keadaan janin harus lebih
ketat di awasi jika mungkin dengan pencatatan denyut jantung janin terus menerus (5)
Penyulit yang sering di jumpai dalam persalinan
a Inersio uteri dan atonia uteri
b Distosia bahu karena anak besar
21
c Kelahiran mati
d Lebih sering mengakhiri partus dengan tindakan termasuk secsio sesaria
e Lebih mudah terjadi infeksi
f Angka kematian maternal lebih tinggi(5)
Pengelolaan Pascapersalinan
Karena sudah tidak ada resistensi terhadap insulin lagi maka pada periode
pascapesalinan perempuan dengan diabetes gestasional jarang memerlukan insulin
Pasien dengan diabetes yang terkontrol dengan diet setelah persalinan tidak perlu
diperiksa kadar glukosanya Namunbila pada waktu kehamilan diberi pengobatan
insulin sebelum meninggalkan rumah sakit perlu diperiksa kadar glukosa puasa dan 2
jam pascaprandial
Karena resiko terjadinya tipe 2 diabetes melitus dikemudian hari meningkat maka 6
minggu pascapersalinan perlu dilakukan pemeriksaan diabetes dengan cara
pemeriksaan gula darah puasa dalam dua waktu atau 2 jam setelah pemberian 75g
glukosa pada glucose tolerance test
jika kadar
1 lt 140 mgdl normal
2 140-200 mgdl gangguan toleransi glukosa
3 gt 200 mgdl DM
Bila test ini menunjukkan kadar yang normal maka kadar glukosa darah puasa
dievaluasi lagi setelah 3 tahun
Skrining diabetes ini harus dilakukan secara berkala khususnya pada pasien dengan
kadar glukosa darah puasa meningkat waktu kehamilan
Perempuan yang pernah menderita diabetes melitus gestasional harus diberi konseling
agar menyusui anakanya karena pemberian ASI akan memperbaiki kontrol kadar gula
darah
Harus direncanakan penggunaan kontrasepsi karena sekali perempuan hamil
menderita diabetes maka dia beisiko terkena hal yang sama pada kehamilan
berikutnya
22
Bagi perempuan yang obes setelah melahirkan harus melakukan upaya penurunan
berat badan dengan diet dan berilahraga secra teratur agar resiko terjadinya diabetes
menjadi menurun (5)
IV PENANGANAN BAYI BARU LAHIR DARI IBU DENGAN DM
Bayi lahir dari ibu dengan Diabetes Melitus berisiko untuk terjadi hipoglikemia pada
3 hari pertama setelah lahir walaupun bayi sudah dapat minum dengan baik Ibu dengan DM
mempunyai resiko kematian bayi lima kali dibanding ibu tidak dengan DM dan sering
mengalami abortus ataupun kematian dalam kandungan Bayi dengan ibu DM mengalami
Transient Hiperinsulinism yang dapat mengakibatkan Hipoglikemia Macrosomia pada bayi
yang dilahirkan dan dapat berakibat kesulitan lahir Tanda bayi hipoglikemia adalah Distres
nafas malas minum jitteriness mudah terangsang sampai kejang (2)
Kadar Glukose Darah Rendah (Hipoglikemia)
Adalah bila kadar glukosa darah kurang dari 45 mgdL (26 mmolL)
Masalah
a Glukose darah kurang 25 mgdL (11 mmolL) atau terdapat tanda Hipoglikemi
b Glukose darah 25 mgdL (11 mmolL) _ 45 mgdL (26 mmolL) tanpa tanda
Hipoglikemia (2)
Pengelolaan Hipoglikemia
a Glukose darah kurang 25 mgdL (11 mmolL) atau terdapat tanda hipoglikemi
Pasang jalur IV jika belum terpasang
Berikan glukose 10 2 mLkg secara IV bolus pelan dalam lima menit
Jika jalur IV tidak dapat dipasang dengan cepat berikan larutan
glukose melalui pipa lambungdengan dosis yang sama
Infus glukose 10 sesuai kebutuhan rumatan
23
Periksa kadar glukose darah satu jam setelah bolus glukose dan kemudian tiap tiga
jam
Jika kadar glukose darah masih kurang 25 mgdL (11 mmolL) ulangi
pemberian bolus glukose seperti tersebut di atas dan lanjutkan pemberian infus
Jika kadar glukose darah 25-45 mgdL (11-26 mmolL) lanjutkan infus dan
ulangi pemeriksaan kadar glukose setiap tiga jam sampai kadar glukose 45 mgdL
(26 mmolL) atau lebih
Bila kadar glukose darah 45 mgdL (26 mmolL) atau lebih dalam dua kali
pemeriksaan berturut-turut ikuti petunjuk tentang frekuensi pemeriksaan kadar
glukose darah setelah kadar glukose darah kembali normal
Anjurkan ibu menyusui Bila bayi tidak dapat menyusu berikan ASI peras
dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum
Bila kemampuan minum bayi meningkat turunkan pemberian cairan infus setiap
hari secara bertahap Jangan menghentikan infus glukose dengan tiba-tiba (2)
b Glukose darah 25 mgdL (11 mmolL)-45 mgdL (26 mmolL) tanpa tanda
Hipoglikemia
Anjurkan ibu menyusui Bila bayi tidak dapat menyusu berikan ASI peras dengan
menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum
Pantau tanda hipoglikemia dan bila dijumpai tanda tersebut tangani seperti tersebut di
atas
Periksa kadar glukose darah dalam tiga jam atau sebelum pemberian minum
berikutnya
Jika kadar glukose darah kurang 25 mgdL (11 mmolL) atau terdapat tanda
hipoglikemia tangani seperti tersebut di atas
Jika kadar glukose darah masih antara 25-45 mgdL (11-26 mmolL) naikkan
frekuensi pemberian minum ASI atau naikkan volume pemberian minum dengan
menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum
Jika kadar glukose darah 45 mgdL (26 mmolL) atau lebih lihat tentang
frekuensi pemeriksaan kadar glukose darah di bawah ini (2)
24
Frekuensi Pemeriksaan Glukose Darah Setelah Kadar Glukose Darah Normal
Jika bayi mendapatkan cairan IV untuk alasan apapun lanjutkan pemeriksaan kadar
glukose darah setiap 12 jam selama bayi masih memerlukan infus Jika kapan saja
kadar glukose darah turun tangani seperti tersebut di atas
Jika bayi sudah tidak lagi mendapat infus cairan IV periksa kadar glukose darah
setiap 12 jam sebanyak dua kali pemeriksaan
Jika kapan saja kadar glukose darah turun tangani seperti tersebut di atas
Jika kadar glukose darah tetap normal selama waktu tersebut maka pengukuran
dihentikan
Anjurkan ibu untuk menyusui secara dini dan lebih sering paling tidak 8 kali sehari
siang dan malam (2)
Bila bayi berumur kurang 3 hari amati sampai umur 3 hari periksa kadar glukose pada
Saat bayi datang atau pada umur 3 jam
Tiga jam setelah pemeriksaan pertama kemudian tiap 6 jam selama 24 jam atau
sampai kadar glukose dalam batas normal dalam 2 kali pemeriksaan berturut ndash turut
Bila kadar glukose le 45 mgdL atau bayi menunjukkan tanda hipoglikemi (tremor
atau letargi) tangani untuk hipoglikemi (lihat Hipoglikemi)
Bila dalam pengamatan tidak ada tanda hipoglikemi atau masalah lain bayi dapat
minum dengan baik pulangkan bayi pada hari ke 3
Bila bayi berumur 3 hari atau lebih dan tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit bayi
tidak perlu pengamatan Bila bayi dapat minum baik dan tidak ada masalah lain yang
memerlukan perawatan di rumah sakit bayi dapat dipulangkan (2)
25
BAB III
PERMASALAHAN
SKENARIO 4
NyAni yang hamil dan Sakit Gula
NyAni 36 tahun G5P3A1 datang ke Rumah Sakit untuk memeriksa kehamilannya yang
berusia 32 minggu Selain itu NyAni juga mengeluhkan poliuri polifagi dan polidipsi pada
dokter yang menanganinya Anak I lahir hidup dengan BB 3200 gr partus pervaginam
Anak II lahir hidup dengan BB 3400 gr partus pervaginam Anak III lahir hidup dengan
BB 3600 gr partus pervaginam Riwayat abortus (+) Riwayat menderita DM (-) Riwayat
keluarga menderita DM (+) TB NyAni = 160 cm BB NyAni = 72 kg
Pemeriksaan Vital Sign TD = 12080 mmhg HR = 82xmenit RR = 22xmenit T = 372 W C
DJJ 120x Letak kepala
Apakah yang terjadi pada NyAni Tindakan apa yang harus kita lakukan sebagai dokter
26
BAB IV
PEMBAHASAN
I KLARIFIKASI ISTILAH
Poliuri Sekresi urin yang berlebihan (4)
Polifagi Makan secara berlebihan (4)
Polidipsi Rasa haus yang sangat dan berlangsung lama (4)
DM Kelainan metabolik dimana ditemukan ketidakmampuan untuk
mengoksidasi karbohidrat akibat gangguan pada mekanisme insulin yang normal
menimbulkan hiperglikemia glikosuria poliuria rasa haus rasa lapar badan
kurus kelemahan asidosis sering menyebabkan dipsnea lipemia ketonuria dan
akhirnya koma (4)
II MENETAPKAN PERMASALAHAN
1 NyAni 36 tahun G5P3A1 datang ke Rumah Sakit untuk memeriksa
kehamilannya yang berusia 32 minggu dan mengeluhkan poliuri polifagi dan
polidipsi
2 Riwayat keluarga menderita DM (+)
3 Riwayat persalinan BB bayi setiap kelahiran selalu bertambah
III ANALISIS MASALAH
1 Dari umur yaitu 36 tahun sudah mempunyai resiko tinggi pada kehamilan
Poliuri polifagi dan polidipsi merupakan gejala khas DM yang tersembunyi pada
ibu hamil
G5P3A1 ini juga merupakan faktor resiko karena adanya riwayat abortus
2 DM adalah penyakit yang dapat di turunkan kemungkinan NyAni mengalami DM
karena adanya Riwayat DM pada keluarga Tetapi diperlukan juga pemeriksaan
penunjang untuk memastikan apakah NyAni memang menderita DM atau tidak
3 Pada riwayat persalinan dimana BB bayi setiap kelahiran selalu bertambah ini juga
merupakan faktor resiko dari Diabetes Melitus
27
IV KESIMPULAN SEMENTARA
1 Kemungkinan NyAni menderita DM dilihat dari gejala dan riwayat persalinan
dimana BB bayi setiap kelahiran selalu bertambah serta riwayat DM pada keluarga
2 Kemungkinan NyAni menderita DM setelah kehamilan
3 Perlunya pemeriksaan penunjang untuk menentukan DM atau tidak karena NyAni
kemungkinan saja mengalami toleransi glukosa
4 Adanya riwayat obstetri yang buruk yaitu abortus
ANAMNESIS
Nama Ani
Jenis Kelamin female
Alamat -
Umur 36 years old
Keluhan Utama Memeriksa kehamilannya yang berusia 32 minggu dan juga
mengeluhkan poliuri polifagi dan polidipsi
Keluhan Tambahan -
Riwayat Penyakit Dahulu -
Riwayat Penyakit Keluarga DM (+)
Riwayat Sosial -
Riwayat Obstetri G5 P3 A1
Vital Signs
TD 12080 mmHg
HR 82xmenit
RR 22xmenit
T 372C
DJJ 120x
Lokasi kepala
General situation
TB = 160 cm
BB = 72 kg
28
V TUJUAN PEMEBELAJARAN
1 Mengetahui Diabetes Melitus secara umum
2 Mengetahui Diabetes Melitus pada Ibu hamil
3 Penatalaksanaan Diabetes Melitus pada Ibu hamil
4 Pengaruh kehamilan pada Diabetes Melitus
5 Penanganan persalinan pada Ibu yang menderita Diabetes Melitus
VI BELAJAR MANDIRI
1 Text book
2 Internet
3 Kamus dorland
VII KESIMPULAN AKHIR
Kemungkinan NyAni mengalami Diabetes Melitus dilihat dari keluhan riwayat
persalinan dan riwayat keluarga
Dibutuhkan pemeriksaan penunjang untuk diagnosa yang lebih tepat
Pemeriksaan yang di maksud adalah
Pemeriksaan urin
Pemeriksaan KGD puasa dan post ndash prandiol
Glukosa toleran tes (GTT)
Nilai K(3)
Perlunya tindakan yang cepat dan tepat untuk mencegah terjadinya komplikasi dan
prognosis yang buruk
29
BAB V
PENUTUP
Penderita DM Gestasional memunyai resiko yang tinggi terhadap kambuhnya
penyakit diabetes yang pernah dideritannya pada saat hamil sebelumnya
Saran 6-8 minggu setelah melahirkan ibu tersebut melakukan test plasma glukosa
puasa dan OGTT 75 gram glukosa Pasien gemuk penderita GDM sebaiknya mengontrol
BB karena diperkirakan akan menjadi DM dalam 20 tahun kemudian
Wanita dengan diabetes masih dapat hamil dan punya anak sepanjang gula darah
terkontrol Disarankan memilih kontrasepsi dengan kadar estrogen rendah dan dapat
memakai pil tambahan hormon progesteron IUD dapat menimbulkan risiko infeksi
Perlu diperhatikan risiko morbiditas dan mortalitas maternal dan perinatal tinggi
Dengan pengelolaan sebaik-baiknya hasil akhir tetap dapat optimal
30
- A Pengertian
- Menurut Brunner and Suddarth 2001 Diabetes Mellitus merupakan sekelompok kelainan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia Pada Diabetes Mellitus kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun atau pankreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin (1)
- Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo 2002)
- B Klasifikasi
- 1 Klasifikasi diabetes mellitus secara umum sebagai berikut
- C Etiologi
- 1 DM tipe I
- a) Faktor genetic
- Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (1)
- b) Faktor-faktor imunologi
- Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen (1)
- c) Faktor lingkungan
- Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi sel beta (1)
- 2 Diabetes Tipe II
- Menurut Brunner dan Suddarth 2001 mekanisme tepat yang menyebabkan belum diketahui Namun ada beberapa resiko yang berhubungan dengan terjadinya DM type II
- D Tanda dan Gejala
- E Patofisiologi (Patways) DM
- Katarak
- Glaukoma
- Retinopati
- Gatal seluruh badan
- Pruritus Vulvae
- Infeksi bakteri kulit
- Infeksi jamur di kulit
- Dermatopati
- Neuropati perifer
- Neuropati viseral
- Amiotropi
- Ulkus Neurotropik
- Penyakit ginjal
- Penyakit pembuluh darah perifer
- Penyakit koroner
- Penyakit pembuluh darah otak
- Hipertensi
- Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal yang tinggi dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur atau bahkan inkontinensia urin Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat terhadap dehidrasi Karena itu tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada stadium lanjut (Patric Davey 2002 )
- Penyakit yang mula-mula ringan dan sedang saja yang biasa terdapat pada pasien DM usia lanjut dapat berubah tiba-tiba apabila pasien mengalami infeksi akut Defisiensi insulin yang tadinya bersifat relatif sekarang menjadi absolut dan timbul keadaan ketoasidosis dengan gejala khas hiperventilasi dan dehidrasi kesadaran menurun dengan hiperglikemia dehidrasi dan ketonemia Gejala yang biasa terjadi pada hipoglikemia seperti rasa lapar menguap dan berkeringat banyak umumnya tidak ada pada DM usia lanjut Biasanya tampak bermanifestasi sebagai sakit kepala dan kebingungan mendadak (Patric Davey 2002 )
- Pada usia lanjut reaksi vegetatif dapat menghilang Sedangkan gejala kebingungan dan koma yang merupakan gangguan metabolisme serebral tampak lebih jelas
- F Pemeriksaan Penunjang
- G Komplikasi
- Komplikasi Akut
- Komplikasi Kronis
- H Penatalaksanaan
- I Prognosis
-
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
I DIABETES MELITUS
A Pengertian
Menurut Brunner and Suddarth 2001 Diabetes Mellitus merupakan sekelompok
kelainan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia Pada Diabetes Mellitus kemampuan
tubuh untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun atau pankreas dapat menghentikan
sama sekali produksi insulin (1)
Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat
kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo 2002)
B Klasifikasi
1 Klasifikasi diabetes mellitus secara umum sebagai berikut
1 DM tipe 1 Diabetes mellitus tergantung insulin (IDDM)
Kerusakan fungsi sel beta di pankreas
Autoimun idiopatik
2 DM Tipe 2 Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (NIDDM)
Menurunnya produksi insulin atau berkurangnya daya kerja insulin atau
keduanya
3 DM tipe lain
Karena kelainan genetik penyakit pankreas obat infeksi antibodi sindroma
penyakit lain
4 DM pada masa kehamilan ( Gestasional Diabetes ) (7)
2
2 Klasifikasi menurut umur waktu penyakit timbul lama sakit berat penyakit
dan komplikasi (White)
a Kelas A
Diabetes laten (subklinis atau diabetes hamil) Uji toleransi gula tidak normal
Pengobatan tidak memerlukan insulin cukup dengan diet saja Prognosis untuk ibu
dan janin baik
b Kelas B
Diabetes dewasa diketahui setelah usia 19 tahun berlangsung kurang dari 10 tahun
tidak disertai kelainan pembuluh darah
c Kelas C
Timbul pada umur 10-19 tahun menderita selama 10-19 tahun tanpa kelainan
pembuluh darah
d Kelas D
Diderita sejak umur 10 tahun lama 20 tahun disertai kelainan pembuluh darah
seperti arteriosklerosis pada retina tungkai dan renitis
e Kelas E
Telah terjadi kalsifikasi pembuluh darah
f Kelas F
Diabetes dengan nefropatia termasuk glomerulonefritis dan pielonefritis
g Kelas R
Diabetes dengan komplikasi retinistis proliferans atau dengan perdarahan dalam
korpus vitreum
h Kelas H
Diabetes dengan komplikasi penyakit koroner (1)
3
C Etiologi
1 DM tipe I
a) Faktor genetic
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi
suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I
Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (1)
b) Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi
terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut
yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing Yaitu otoantibodi terhadap sel-
sel pulau Langerhans dan insulin endogen (1)
c) Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan
destruksi sel beta (1)
2 Diabetes Tipe II
Menurut Brunner dan Suddarth 2001 mekanisme tepat yang menyebabkan belum
diketahui Namun ada beberapa resiko yang berhubungan dengan terjadinya DM type II
a Faktor genetik
b Usia
c Obesitas
d Riwayat keluarga
e Kelompok etnik (1)
4
D Tanda dan Gejala
a Banyak kencing (poliuria)
b Haus dan banyak minum (polidipsia) lapar (polifagia)
c Letih lesu
d Penurunan berat badan yang tidak dapat
e dijelaskan sebabnya
f Lemah badan kesemutan gatal pandangan
g kabur disfungsi ereksi pada pria dan pruritus
h vulvae pada wanita(7)
E Patofisiologi (Patways) DM
5
Menurut Supartondo gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering ditemukan
adalah
Katarak
Glaukoma
Retinopati
Gatal seluruh badan
Pruritus Vulvae
Infeksi bakteri kulit
Infeksi jamur di kulit
Dermatopati
Neuropati perifer
Neuropati viseral
Amiotropi
Ulkus Neurotropik
Penyakit ginjal
Penyakit pembuluh darah perifer
Penyakit koroner
Penyakit pembuluh darah otak
Hipertensi
Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal yang
tinggi dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur atau bahkan
inkontinensia urin Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan akibatnya
mereka tidak bereaksi adekuat terhadap dehidrasi Karena itu tidak terjadi polidipsia
atau baru terjadi pada stadium lanjut (Patric Davey 2002 )
Penyakit yang mula-mula ringan dan sedang saja yang biasa terdapat pada
pasien DM usia lanjut dapat berubah tiba-tiba apabila pasien mengalami infeksi akut
Defisiensi insulin yang tadinya bersifat relatif sekarang menjadi absolut dan timbul
keadaan ketoasidosis dengan gejala khas hiperventilasi dan dehidrasi kesadaran
menurun dengan hiperglikemia dehidrasi dan ketonemia Gejala yang biasa terjadi
pada hipoglikemia seperti rasa lapar menguap dan berkeringat banyak umumnya
tidak ada pada DM usia lanjut Biasanya tampak bermanifestasi sebagai sakit kepala
dan kebingungan mendadak (Patric Davey 2002 )
6
Pada usia lanjut reaksi vegetatif dapat menghilang Sedangkan gejala kebingungan
dan koma yang merupakan gangguan metabolisme serebral tampak lebih jelas
F Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penyaring perlu dilakukan pada kelompok dengan risiko tinggi untuk
DM yaitu kelompok usia dewasa tua ( gt40 tahun) obesitas tekanan darah tinggi riwayat
keluarga DM riwayat kehamilan dengan berat badan lahir bayi gt4000 g riwayat DM pada
kehamilan dan displipidemia
Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan dengan pemeriksaan glukosa darah sewaktu
kadar glukosa darah puasa kemudian dapat diikuti dengan Tes Toleransi Glukosa Oral
(TTGO) standar Untuk kelompok risiko tinggi yang hasil pemeriksaan penyaringnya
negatif perlu pemeriksaan penyaring ulangan tiap tahun Bagi pasien berusia gt45 tahun tanpa
faktor resiko pemeriksaan penyaring dapat dilakukan setiap 3 tahun
Tabel Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan
metode enzimatik sebagai patokan penyaring dan diagnosis
DM (mgdl)
Bukan
DM
Belum
pasti DMDM
Kadar glukosa darah sewaktu
Plasma vena lt110 110 - 199 gt200
Darah kapiler lt90 90 - 199 gt200
Kadar glukosa darah puasa
Plasma vena lt110 110 - 125 gt126
Darah kapiler lt90 90 - 109 gt110
7
Cara pemeriksaan TTGO adalah
1 Tiga hari sebelum pemeriksaan pasien makan seperti biasa
2 Kegiatan jasmani sementara cukuptidak terlalu banyak
3 Pasien puasa semalam selama 10-12 jam
4 Periksa glukosa darah puasa
5 Berikan glukosa 75 g yang dilarutkan dalam air 250 ml lalu minum dalam waktu 5
menit
6 Periksa glukosa darah 1 jam dan 2 jam sesudah beban glukosa
7 Selama pemeriksaan pasien yang diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok (7)
G Komplikasi
Komplikasi Akut
1 Ketoasidosis diabetic (KAD)
Adalah Kedaaan dekompesasi kekacauan metabolic yang ditandai oleh triasterutama
diakibatkan oleh defisiensi insulin absolute atau insulin relative
2 Hipoglikemia
Adalah penurunan kadar glukosa dalam darahbiasanya disebabkan peningkatan kadar insulin
yang kurang tepatasupan karbohidrat kurang
3 Hiperglikemia Hiperosmolar non ketotik
Adalah suatu dekompensasi metabolic pada pasien diabetes tanpa disertai adanya
ketosisgejalanya pada dehirasi berathiperglikemia beratdan gangguan neurologis
8
Komplikasi Kronis
a Makroangiopati mengenai pembuluh darah besar pembuluh darah jantung pembuluh
darah tepi pembuluh darah otak
b Mikroangiopati mengenai pembuluh darah kecil retinopati diabetik nefropati diabetik
c Neuropati diabetik
d Rentan infeksi seperti tuberkulosis paru gingivitis dan infeksi saluran kemih
e Kaki diabetik
H Penatalaksanaan
Dalam jangka pendek penatalaksaan DM bertujuan untuk menghilangkan
keluhangejala DM Sedangkan tujuan jangka panjangnya adalah untuk mencegah
komplikasi Tujuan tersebut dilaksanakan dengan cara menormalkan kadar glukosa lipid dan
insulin Untuk mempermudah tercapainya tujuan tersebut kegiatan dilaksanakan dalam
bentuk pengelolaan pasien secara holistik dan mengajarkan kegiatan mandiri Pengobatan
diabetes secara menyeluruh mencakup diet yang benar olahraga yang teratur kemudian
dilanjutkan dengan obat-obatan yang diminum atau suntikan insulin
Obat Hipoglikemia Oral (OHO)
a Sulfonilurea
Obat golongan sulfonilurea bekerja dengan cara
Menstimulasi penglepasan insulin yang tersimpan
Menurunkan ambang sekresi insulin
Meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa
Klorpropamid kurang dianjurkan pada keadaan insufisiensi renal dan orang tua karena risiko
hipoglikemia yang berkepanjangan demikian juga glibenklamid Untuk orang tua dianjurkan
preparat dengan waktu kerja pendek (tolbutamid glikuidon) Glikuidon juga diberikan pada
pasien DM dengan gangguan fungsi ginjal atau hati ringan
9
b Bliguanid
Bliguanid menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak sampai di bawah normal
Preparat yang ada dan aman adalah metformin Obat ini dianjurkan untuk pasien
gemuk (Indeks Massa TubuhIMT gt30) sebagai obat tunggal Pada pasien dengan
berat lebih (IMT 27-30) dapat dikombinasi dengan obat golongan sulfonilurea
c Inhibitor α glukosidase
Obat ini bekerja secara kompetitif menghambat kerja enzim α glukosidase di dalam
saluran cerna sehingga menurunkan penyerapan glukosa dan menurunkan
hiperglikemia pascaprandial
d Insulin sensitizing agent
Thoazolidinediones adalah golongan obat baru yang mempunyai efek farmakologi
meningkatkan sensitivitas insulin sehingga bisa mengatasi masalah resistensi insulin
dan berbagai masalah akibat resistensi insulin tanpa menyebabkan hipoglikemia Obat
ini belum beredar di Indonesia
Insulin
Indikasi penggunaan insulin pada NIDDM adalah
DM dengan berat badan menurun cepatkurus
Ketoasidosis asidosis laktat dan koma hiperosmolar
DM yang mengalami stres berat (infeksi sistemik operasi berat dan lain-lain)
DM dengan kehamilanDM gestasional yang tidak terkendali dengan perencanaan
makan
DM yang tidak berhasil dikelola dengan obat hipoglikemia oral dosis maksimal atau
ada kontraindikasi dengan obat tersebut
I Prognosis
Sekitar 60 pasien DMTI yang mendapat insulin dapat bertahan hidup seperti orang
normal Sisanya dapat mengalami kebutaan gagal ginjal kronik dan kemungkinan untuk
meninggal lebih cepat
10
II DIABETES MELITUS GESTASIONAL
A Defenisi
Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) adalah kelainan pada metabolisme karbohidrat
dari faktor yang memberatkan yang terjadi selama kehamilan (Marilyn 2001) (1)
DMG adalah kehamilan normal yang disertai dengan peningkatan insulin resistance
(ibu hamil gagal mempertahankan euglycemia)(1)
Pada DM dengan kehamilan ada 2 kemungkinan yang dialami oleh si Ibu
a Ibu tersebut memang telah menderita DM sejak sebelum hamil
b Si ibu mengalamimenderita DM saat hamil(7)
Klasifikasi DM dengan Kehamilan menurut Pyke
1 Klas I Gestasional diabetes yaitu diabetes yang timbul pada waktu hamil dan
menghilang setelah melahirkan
2 Klas II Pregestasional diabetes yaitu diabetes mulai sejak sebelum hamil dan
berlanjut setelah hamil
3 Klas III Pregestasional diabetes yang disertai dengan komplikasi penyakit
pembuluh darah seperti retinopatinefropati penyakit pemburuh darah panggul dan
pembuluh darah perifer (7)
90 dari wanita hamil yang menderita Diabetes termasuk ke dalam kategori DM Gestasional
(Tipe II) dan DM yang tergantung pada insulin (Insulin Dependent Diabetes Mellitus =
IDDM tipe I) (7)
B Metabolisme Karbohidrat Pada Kehamilan Normal
Pada wanita hamil normal terjadi banyak sekali perubahan hormonal dan metabolik
untuk pertumbuhan dan perkembangan fetus yang optimal Yang berhubungan dengan
patologi diabetes mellitus adalah perubahan metabolisme karbohidrat (6)
Pada kehamilan normal terjadi kadar glukosa plasma ibu yang lebih rendah secara
bermakna karena
11
1 Ambilan glukosa sirkulasi plasenta meningkat
2 Produksi glukosa dari hati menurun
3 Produksi alanin (salah satu prekursor glukoneogenesis) menurun
4 Aktifitas ekskresi ginjal meningkat
5 Efek hormon-hormon gestasional (human placental lactogen hormon2 plasenta
lainnya hormon2 ovarium hipofisis pankreas adrenal growth factors dsb) Selain
itu terjadi juga perubahan metabolisme lemak dan asam amino (6)
C Patofisologi
Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolisme endokrin dan karbohidrat yang
menunjang pemasokan makanan bagi janin serta persiapan untuk menyusui Glukosa
dapat berdifusi secara tetap melalui plasenta kepada janin sehingga kadarnya dalam darah
janin hampir menyerupai kadar darah ibu Insulin ibu tidak dapat mencapai janin
sehingga kadar gula darah ibu mempengaruhi kadar darah janin Pengendalian kadar gula
darah terutama dipengaruhi oleh insulin di samping hormon estrogen steroid dan
plasenta laktogen Akibat lambatnya resorbsi makanan maka terjadi hiperglikemia yang
relatif lama dan ini menyebabkan kebutuhan insulin meningkat Menjelang aterm
kebutuhan insulin meningkat hingga mencapai 3 kali dari keadaan normal Hal ini disebut
tekanan diabetojenik dalam kehamilan Secara fisiologis telah terjadi resistensi insulin
yaitu bila ia ditambah dengan insulin eksogen ia tidak mudah menjadi hipoglikemia
Yang menjadi masalah adalah bila seorang ibu tidak mampu meningkatkan insulin
sehingga ia relatif hipoinsulin yang mengakibatkan hiperglikemia atau diabetes
kehamilan
Glukosa yang tidak masuk ke sel tubuh akan tertimbun di dalam darah Setelah
mencapai kadar tertentu glukosa tersebut juga akan muncul dalam air seni padahal air
seni yang normal tidak mengandung glukosa Jika glukosa terdapat dalam air seni
glukosa tersebut akan menarik lebih banyak air bersamanya dengan demikian
menyebabkan bertambahnya volume air seni Karena terjadi pengeluaran air seni yang
berlebihan tubuh kehilangan banyak cairan sehingga terjadi rasa haus yang berlebihan
Ketika sel tidak terdapat cukup glukosa dikarenakan kurangnya jumlah insulin
meski sebenarnya dalam darah terdapat glukosa yang berlebihan boleh dikatakan sel-sel
12
ini lsquokelaparanrsquo Hal ini menyebabkan peningkatan nafsu makan dan walaupun penderita
DM sudah makan lebih banyak kelihatannya sel tidak pernah mendapatkan cukup
glukosa
Untuk mendapatkan energi yang dibutuhkan sel yang ldquokelaparanrdquo ini mulai
memecahkan lemak dan protein yang ada di dalam tubuh Hal ini mengakibatkan
turunnya berat badan dan rasa lelah Jika kadar glukosa dalam darah sangat tinggi
beberapa orang menjadi mudah tersinggung Selain itu tubuh juga menjadi rentan
terhadap infeksi
Tidak semua penderita diabetes mengalami gejala ini dan beberapa orang lainnya
bahkan tidak mengalami gejala apa pu Pada keadaan ini baru diketahui bahwa mereka
ternyata menderita penyakit DM dari pemeriksaan laboratorium rutin
Resistensi insulin juga dapat disebabkan oleh adanya hormon estrogen progesteron
kortisol prolaktin dan plasenta laktogen Hormon tersebut mempengaruhi reseptor
insulin pada sel sehingga mengurangi afinitas insulin (Prawirohardjo 1997) (1)
D Faktor Risiko
Umur lebih dari 30 tahun
Obesitas dengan indeks massa tubuh ge 30 kgm2
Riwayat DM pada keluarga
Pernah menderita DM gestasional sebelumnya
Pernah melahirkan anak besar gt 4000 gram
Adanya glukosuria
Riwayat bayi cacat bawaan
Riwayat bayi lahir mati
Riwayat keguguran
Riwayat infertilitas
Hipertensi (7)
13
E Pengaruh DM dengan kehamilan
a Pengaruh kehamilan persalinan dan nifas pada diabetes adalah
Kehamilan dapat menyebabkan status prediabetik manifes ( diabetik )
Diabetes akan menjadi lebih berat oleh kehamilan
Pada persalinan yang memerlukan tenaga ibu dan kerja rahim akan memerlukan
glukosa banyak maka bisa terjadi hipoglikemia atau koma
Dalam masa lakatasi keperluan akan insulin akan bertambah(3)
b Pengaruh diabetes terhadap kehamilan
Abortus dan partus prematurus
Hidramnion
Pre ndash eklamsia
Kesalahan letak janin
Insufisiensi plasenta(3)
c Pengaruh diabetes terhadap persalinan
Inersia uteri dan atonia uteri
Distorsia karna janin ( anak besar Bahu lebar )
Kelahiran mati
Persalinan lebih sering di tolong secara operatif
Angka kejadian pendarahan dan infeksi tinggi
Morbiditas dan mortalitas ibu tinggi(3)
d Pengaruh Diabetes terhadap nifas
Perdarahan dan infeksi puerperal ebih tinggi
Luka ndashluka jalan lahir lambat pulih sembuh
14
e Pengaruh Diabetes terhadap janin atau bayi
Serig terjadi abortus
Kematian janin dalam kandungan setelah 36 minggu
Daat terjadi cacat bawaan
Dismaturitas
Janin besar ( bayi kingkong makrosomia )
Kematian neonatal tinggi
Kemudian hari dapat terjadi kelainan neurologi dan psikologi(3)
F Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penyaring perlu dilakukan pada kelompok dengan resiko tinggi untuk
DM yaitu kelompok usia dewasa tua (gt 40 tahun) obesitas tekanan darah tinggi riwayat
keluarga DM riwayat kehamilan dengan berat badan bayi gt 4000 gr riwayat DM pada
kehamilan dan dislipidemia
Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan dengan pemeriksan glukosa darah sewaktu
kadar glukosa darah puasa Kemudian dapat diikuti dengan Tes Toleransi Glukosa Oral
(TTGO) standar
Keluhan dan gejala yang khas ditambah hasil pemeriksaan glukosa darah sewaktu
gt200 mgdl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM bila hasil pemeriksaan glukosa
darah meragukan pemeriksaaan TTGO diperlukan untuk memastikan diagnosis DM Untuk
diagnosis DM dan gangguan toleransi glukosa lainnya diperiksa glukosa darah 2 jam setelah
beban glukosa Sekurang-kurangnya diperlukan kadar glukosa darah 2 kali abnormal untuk
konfirmasi diagnosis DM pada hari yang alain atau TTGO yang abnormal
15
Kriteria Diagnosis
1 Gejala klasik DM + gula darah sewaktu 200 mgdl Gula darah sewaktu merupakan
hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memerhatikan waktu makan terakhir
Atau
2 Kadar gula darah puasa 1048725 126 mgdl Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori
tambahan sedikitnya 8 jam Atau
3 Kadar gula darah 2 jam pada TTGO 200mgdl TTGO dilakukan dengan Standard
WHO menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 g glukosa anhidrus yang
dilarutkan dalam air (7)
Cara pelaksanaan TTGO (WHO 1994)
Tiga hari sebelum pemeriksaan tetap makan seperti kebiasaan sehari-hari (dengan
karbohidrat yang cukup) dan tetap melakukan kegiatan jasmani seperti biasa
Berpuasa paling sedikit 8 jam (mulai malam hari) sebelum pemeriksaan minum air
putih tanpa gula tetap diperbolehkan
Diperiksa kadar glukosa darah puasa
Diberikan glukosa 75 g (orang dewasa) atau 175 gKg BB (anak-anak) dilarutkan
dalam 250 ml air dan diminum dalam waktu 5 menit
Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan 2 jam setelah
minum larutan glukosa selesai
Diperiksa kadar glukosa darah 2 jam sesudah beban glukosa
Selama proses pemeriksaan subyek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok(7)
Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau DM maka dapat
digolongkan ke dalam kelompok TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) atau GDPT (Glukosa
Darah Puasa Terganggu) dari hasil yang diperoleh
TGT glukosa darah plasma 2 jam setelah pembebanan antara 140 ndash 199 mgdl
GDPT glukosa darah puasa antara 100 ndash 125 mgdl (7)
16
Reduksi Urine
Pemeriksaan reduksi urine merupakan bagian dari pemeriksaan urine rutin yang selalu
dilakukan di klinik Hasil yang (+) menunjukkan adanya glukosuria Beberapa hal yang perlu
diingat dari hasil pemeriksaan reduksi urine adalah
Digunakan pada pemeriksaan pertama sekali untuk tes skrining bukan untuk
menegakkan Diagnosis
Nilai (+) sampai (++++)
Jika reduksi (+) masih mungkin oleh sebab lain seperti renal glukosuria obat-
obatan dan lainnya
Reduksi (++) kemungkinan KGD 200 ndash 300 mg
Reduksi (+++) kemungkinan KGD 300 ndash 400 mg
Reduksi (++++) kemungkinan KGD 400 mg
Dapat digunakan untuk kontrol hasil pengobatan
Bila ada gangguan fungsi ginjal tidak bisa dijadikan pedoman (7)
Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik sebagai patokan
penyaring dan diagnosis (mgdl)
Bukan DM Belum pasti DM DM
Kadar glukosa darah sewaktu
- Plasma vena lt 110 110 ndash 199 gt 200
- Darah kapiler lt 90 90 ndash 199 gt 200
Kadar glukosa darah puasa
- Plasma vena lt 110 110 ndash 125 gt 126
- Darah kapiler lt 90 90 ndash 109 gt 110
17
Diagnosis dapat dengan mudah di tegakkan
Anamnesis Riwayat persalinan yang lalu abortus partus prematurus kematian
janindan anak besar
Riwayat keluarga ( herediter )
Keluhan sekarang trias poliuri polidipsi polifagi dan pernah berobat sakit gula
pada dokter
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan urin
Pemeriksaan KGD puasa dan post ndash prandiol
Glukosa toleran tes (GTT)
Nilai K(3)
G Penatalaksanan Diabetes Melitus terhadap ibu hamil
Sesuai dengan pengelolaan medis DM pada umumnya pengelolaan DMG juga
terutama didasari atas pengelolaan gizi diet dan pengendalian berat badan ibu
1 Kontrol secara ketat gula darah
2 Hindari adanya infeksi saluran kemih atau infeksi lainnya Lakukan upaya
pencegahan infeksi dengan baik
3 Pada bayi baru lahir dapat cepat terjadi hipoglikemia sehingga perlu diberikan infus
glukosa
4 Penanganan DMG yang terutama adalah diet dianjurkan diberikan 25 kalorikgBB
ideal kecuali pada penderita yang gemuk dipertimbangkan kalori yang lebih mudah
5 Cara yang dianjurkan adalah cara Broca yaitu BB ideal = (TB-100)-10 BB
6 Kebutuhan kalori adalah jumlah keseluruhan kalori yang diperhitungkan dari
Kalori basal 25 kalkgBB ideal
Kalori kegiatan jasmani 10-30
Kalori untuk kehamilan 300 kalori
Perlu diingat kebutuhan protein ibu hamil 1-15 grkgBB(5)
18
Jika dengan terapi diet selama 2 minggu kadar glukosa darah belum mencapai normal atau
normoglikemia yaitu kadar glukosa darah puasa di bawah 105 mgdl dan 2 jam pp di bawah
120 mgdl maka terapi insulin harus segera dimulai (5)
Pemantauan dapat dikerjakan dengan menggunakan alat pengukur glukosa darah kapiler
Perhitungan menu seimbang sama dengan perhitungan pada kasus DM umumnya dengan
ditambahkan sejumlah 300-500 kalori per hari untuk tumbuh kembang janin selama masa
kehamilan sampai dengan masa menyusui selesai
Pengelolaan DM dalam kehamilan bertujuan untuk
Mempertahankan kadar glukosa darah puasa lt 105 mgdl
Mempertahankan kadar glukosa darah 2 jam pp lt 120 mgdl
Mempertahankan kadar Hb glikosilat (Hb Alc) lt 6
Mencegah episode hipoglikemia
Mencegah ketonuriaketoasidosis deiabetik
Mengusahakan tumbuh kembang janin yang optimal dan normal (5)
Dianjurkan pemantauan gula darah teratur minimal 2 kali seminggu (ideal setiap hari
jika mungkin dengan alat pemeriksaan sendiri di rumah) Dianjurkan kontrol sesuai jadwal
pemeriksaan antenatal semakin dekat dengan perkiraan persalinan maka kontrol semakin
sering Hb glikosilat diperiksa secara ideal setiap 6-8 minggu sekali (5)
Kenaikan berat badan ibu dianjurkan sekitar 1-25 kg pada trimester pertama dan
selanjutnya rata-rata 05 kg setiap minggu Sampai akhir kehamilan kenaikan berat badan
yang dianjurkan tergantung status gizi awal ibu (ibu BB kurang 14-20 kg ibu BB normal
125-175 kg dan ibu BB lebihobesitas 75-125 kg) (5)
Jika pengelolaan diet saja tidak berhasil maka insulin langsung digunakan Insulin
yang digunakan harus preparat insulin manusia (human insulin) karena insulin yang bukan
berasal dari manusia (non-human insulin) dapat menyebabkan terbentuknya antibodi terhadap
insulin endogen dan antibodi ini dapat menembus sawar darah plasenta (placental blood
barrier) sehingga dapat mempengaruhi janin (5)
19
Pada DMG insulin yang digunakan adalah insulin dosis rendah dengan lama kerja
intermediate dan diberikan 1-2 kali sehari Dosis insulin diperkirakan antara 05-15
unitkgBB Obat hipoglikemik oral tidak digunakan dalam DMG karena efek
teratogenitasnya yang tinggi dan dapat diekskresikan dalamjumlah besar melalui ASI (5)
H Komplikasi
Komplikasi pada Ibu
Hipoglikemia terjadi pada enam bulan pertama kehamilan
Hiperglikemia terjadi pada kehamilan 20 ndash 30 minggu akibat resistensi insulin
Infeksi saluran kemih
Preeklampsi
Hidramnion
Retinopati
Trauma persalinan akibat bayi besar(7)
Masalah pada anak
Abortus
Kelainan kongenital spt sacral agenesis neural tube defek
Respiratory distress
Neonatal hiperglikemia
Makrosomia
Hipocalcemia
kematian perinatal akibat diabetik ketoasidosis
Hiperbilirubinemia(7)
I Tanda Komplikasi DM
Makrovaskular stroke penyakit jantung koroner ulkus gangren
Mikrovaskular retina (retinopati) dan ginjal (gagal ginjal kronik) saraf (stroke
neuropati)
Koma hiperglikemi hipoglikemi stroke (7)
20
J Prognosis
1 Bila penyakit di tangani oleh dokter ahli penyakit dalam serta kehamilan dan
persalinan di awasi dan di tolong oeh ahli kebidanan umumnya prognosis baik
2 Diabetes berat dan di derita lama apalagi ada komplikasi prognosis buruk
3 Prognosis bagi bayi jelek faktor ndash faktor yang meninggikan morbiditas dan
mortalitas bayi adalah
Berat dan lamany sakit dan adanya asetonuri
Insufisiensi plasenta
Komplikasi dan distosio persalinan
Sindrom gawat napas ( respiratory stress syndrome )
Prematuritas dan cacat bawaan
Angka kematian perinatal kira ndash kira 10 ndash 15 (3)
III PENANGANAN PERSALINAN PADA IBU YANG MENDERITA DM
Pada penderita yang penyakitnya tidak berat dan cukup di puasai dengan diet saja dan
tidak mempunyai riwayat obstetric yang buruk dapat di harapkan partus spontansampai
kehamilan 40 minggu Lebih dari pada itu sebaiknya dilakukan induksi parsalinan karena
prognosis menjadi lebih buruk Apabila diabetes nya berat dan memerlukan pengobatan
insulin sebaiknya kehamilan diakhiri lebih dini biasanya dalam kehamilan antara 36 dan 38
minggu Lebih- lebih apabila kehamilan nya disertai komplikasi lain seperti pre-eklampsi
janin yang tidak baik pertumbuhan nya atau terlampau besar diabetesnya sukar dikuasai atau
apabila ada riwayat kematian perinatal maka dapat di pertimbangkan untuk mengakhiri
kehamilan lebih dini baik dengan induksi maupun dengan seksio sesaria Dalam pelaksanaan
partus pervaginam baik yang tanpa maupun yang dengan induksin keadaan janin harus lebih
ketat di awasi jika mungkin dengan pencatatan denyut jantung janin terus menerus (5)
Penyulit yang sering di jumpai dalam persalinan
a Inersio uteri dan atonia uteri
b Distosia bahu karena anak besar
21
c Kelahiran mati
d Lebih sering mengakhiri partus dengan tindakan termasuk secsio sesaria
e Lebih mudah terjadi infeksi
f Angka kematian maternal lebih tinggi(5)
Pengelolaan Pascapersalinan
Karena sudah tidak ada resistensi terhadap insulin lagi maka pada periode
pascapesalinan perempuan dengan diabetes gestasional jarang memerlukan insulin
Pasien dengan diabetes yang terkontrol dengan diet setelah persalinan tidak perlu
diperiksa kadar glukosanya Namunbila pada waktu kehamilan diberi pengobatan
insulin sebelum meninggalkan rumah sakit perlu diperiksa kadar glukosa puasa dan 2
jam pascaprandial
Karena resiko terjadinya tipe 2 diabetes melitus dikemudian hari meningkat maka 6
minggu pascapersalinan perlu dilakukan pemeriksaan diabetes dengan cara
pemeriksaan gula darah puasa dalam dua waktu atau 2 jam setelah pemberian 75g
glukosa pada glucose tolerance test
jika kadar
1 lt 140 mgdl normal
2 140-200 mgdl gangguan toleransi glukosa
3 gt 200 mgdl DM
Bila test ini menunjukkan kadar yang normal maka kadar glukosa darah puasa
dievaluasi lagi setelah 3 tahun
Skrining diabetes ini harus dilakukan secara berkala khususnya pada pasien dengan
kadar glukosa darah puasa meningkat waktu kehamilan
Perempuan yang pernah menderita diabetes melitus gestasional harus diberi konseling
agar menyusui anakanya karena pemberian ASI akan memperbaiki kontrol kadar gula
darah
Harus direncanakan penggunaan kontrasepsi karena sekali perempuan hamil
menderita diabetes maka dia beisiko terkena hal yang sama pada kehamilan
berikutnya
22
Bagi perempuan yang obes setelah melahirkan harus melakukan upaya penurunan
berat badan dengan diet dan berilahraga secra teratur agar resiko terjadinya diabetes
menjadi menurun (5)
IV PENANGANAN BAYI BARU LAHIR DARI IBU DENGAN DM
Bayi lahir dari ibu dengan Diabetes Melitus berisiko untuk terjadi hipoglikemia pada
3 hari pertama setelah lahir walaupun bayi sudah dapat minum dengan baik Ibu dengan DM
mempunyai resiko kematian bayi lima kali dibanding ibu tidak dengan DM dan sering
mengalami abortus ataupun kematian dalam kandungan Bayi dengan ibu DM mengalami
Transient Hiperinsulinism yang dapat mengakibatkan Hipoglikemia Macrosomia pada bayi
yang dilahirkan dan dapat berakibat kesulitan lahir Tanda bayi hipoglikemia adalah Distres
nafas malas minum jitteriness mudah terangsang sampai kejang (2)
Kadar Glukose Darah Rendah (Hipoglikemia)
Adalah bila kadar glukosa darah kurang dari 45 mgdL (26 mmolL)
Masalah
a Glukose darah kurang 25 mgdL (11 mmolL) atau terdapat tanda Hipoglikemi
b Glukose darah 25 mgdL (11 mmolL) _ 45 mgdL (26 mmolL) tanpa tanda
Hipoglikemia (2)
Pengelolaan Hipoglikemia
a Glukose darah kurang 25 mgdL (11 mmolL) atau terdapat tanda hipoglikemi
Pasang jalur IV jika belum terpasang
Berikan glukose 10 2 mLkg secara IV bolus pelan dalam lima menit
Jika jalur IV tidak dapat dipasang dengan cepat berikan larutan
glukose melalui pipa lambungdengan dosis yang sama
Infus glukose 10 sesuai kebutuhan rumatan
23
Periksa kadar glukose darah satu jam setelah bolus glukose dan kemudian tiap tiga
jam
Jika kadar glukose darah masih kurang 25 mgdL (11 mmolL) ulangi
pemberian bolus glukose seperti tersebut di atas dan lanjutkan pemberian infus
Jika kadar glukose darah 25-45 mgdL (11-26 mmolL) lanjutkan infus dan
ulangi pemeriksaan kadar glukose setiap tiga jam sampai kadar glukose 45 mgdL
(26 mmolL) atau lebih
Bila kadar glukose darah 45 mgdL (26 mmolL) atau lebih dalam dua kali
pemeriksaan berturut-turut ikuti petunjuk tentang frekuensi pemeriksaan kadar
glukose darah setelah kadar glukose darah kembali normal
Anjurkan ibu menyusui Bila bayi tidak dapat menyusu berikan ASI peras
dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum
Bila kemampuan minum bayi meningkat turunkan pemberian cairan infus setiap
hari secara bertahap Jangan menghentikan infus glukose dengan tiba-tiba (2)
b Glukose darah 25 mgdL (11 mmolL)-45 mgdL (26 mmolL) tanpa tanda
Hipoglikemia
Anjurkan ibu menyusui Bila bayi tidak dapat menyusu berikan ASI peras dengan
menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum
Pantau tanda hipoglikemia dan bila dijumpai tanda tersebut tangani seperti tersebut di
atas
Periksa kadar glukose darah dalam tiga jam atau sebelum pemberian minum
berikutnya
Jika kadar glukose darah kurang 25 mgdL (11 mmolL) atau terdapat tanda
hipoglikemia tangani seperti tersebut di atas
Jika kadar glukose darah masih antara 25-45 mgdL (11-26 mmolL) naikkan
frekuensi pemberian minum ASI atau naikkan volume pemberian minum dengan
menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum
Jika kadar glukose darah 45 mgdL (26 mmolL) atau lebih lihat tentang
frekuensi pemeriksaan kadar glukose darah di bawah ini (2)
24
Frekuensi Pemeriksaan Glukose Darah Setelah Kadar Glukose Darah Normal
Jika bayi mendapatkan cairan IV untuk alasan apapun lanjutkan pemeriksaan kadar
glukose darah setiap 12 jam selama bayi masih memerlukan infus Jika kapan saja
kadar glukose darah turun tangani seperti tersebut di atas
Jika bayi sudah tidak lagi mendapat infus cairan IV periksa kadar glukose darah
setiap 12 jam sebanyak dua kali pemeriksaan
Jika kapan saja kadar glukose darah turun tangani seperti tersebut di atas
Jika kadar glukose darah tetap normal selama waktu tersebut maka pengukuran
dihentikan
Anjurkan ibu untuk menyusui secara dini dan lebih sering paling tidak 8 kali sehari
siang dan malam (2)
Bila bayi berumur kurang 3 hari amati sampai umur 3 hari periksa kadar glukose pada
Saat bayi datang atau pada umur 3 jam
Tiga jam setelah pemeriksaan pertama kemudian tiap 6 jam selama 24 jam atau
sampai kadar glukose dalam batas normal dalam 2 kali pemeriksaan berturut ndash turut
Bila kadar glukose le 45 mgdL atau bayi menunjukkan tanda hipoglikemi (tremor
atau letargi) tangani untuk hipoglikemi (lihat Hipoglikemi)
Bila dalam pengamatan tidak ada tanda hipoglikemi atau masalah lain bayi dapat
minum dengan baik pulangkan bayi pada hari ke 3
Bila bayi berumur 3 hari atau lebih dan tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit bayi
tidak perlu pengamatan Bila bayi dapat minum baik dan tidak ada masalah lain yang
memerlukan perawatan di rumah sakit bayi dapat dipulangkan (2)
25
BAB III
PERMASALAHAN
SKENARIO 4
NyAni yang hamil dan Sakit Gula
NyAni 36 tahun G5P3A1 datang ke Rumah Sakit untuk memeriksa kehamilannya yang
berusia 32 minggu Selain itu NyAni juga mengeluhkan poliuri polifagi dan polidipsi pada
dokter yang menanganinya Anak I lahir hidup dengan BB 3200 gr partus pervaginam
Anak II lahir hidup dengan BB 3400 gr partus pervaginam Anak III lahir hidup dengan
BB 3600 gr partus pervaginam Riwayat abortus (+) Riwayat menderita DM (-) Riwayat
keluarga menderita DM (+) TB NyAni = 160 cm BB NyAni = 72 kg
Pemeriksaan Vital Sign TD = 12080 mmhg HR = 82xmenit RR = 22xmenit T = 372 W C
DJJ 120x Letak kepala
Apakah yang terjadi pada NyAni Tindakan apa yang harus kita lakukan sebagai dokter
26
BAB IV
PEMBAHASAN
I KLARIFIKASI ISTILAH
Poliuri Sekresi urin yang berlebihan (4)
Polifagi Makan secara berlebihan (4)
Polidipsi Rasa haus yang sangat dan berlangsung lama (4)
DM Kelainan metabolik dimana ditemukan ketidakmampuan untuk
mengoksidasi karbohidrat akibat gangguan pada mekanisme insulin yang normal
menimbulkan hiperglikemia glikosuria poliuria rasa haus rasa lapar badan
kurus kelemahan asidosis sering menyebabkan dipsnea lipemia ketonuria dan
akhirnya koma (4)
II MENETAPKAN PERMASALAHAN
1 NyAni 36 tahun G5P3A1 datang ke Rumah Sakit untuk memeriksa
kehamilannya yang berusia 32 minggu dan mengeluhkan poliuri polifagi dan
polidipsi
2 Riwayat keluarga menderita DM (+)
3 Riwayat persalinan BB bayi setiap kelahiran selalu bertambah
III ANALISIS MASALAH
1 Dari umur yaitu 36 tahun sudah mempunyai resiko tinggi pada kehamilan
Poliuri polifagi dan polidipsi merupakan gejala khas DM yang tersembunyi pada
ibu hamil
G5P3A1 ini juga merupakan faktor resiko karena adanya riwayat abortus
2 DM adalah penyakit yang dapat di turunkan kemungkinan NyAni mengalami DM
karena adanya Riwayat DM pada keluarga Tetapi diperlukan juga pemeriksaan
penunjang untuk memastikan apakah NyAni memang menderita DM atau tidak
3 Pada riwayat persalinan dimana BB bayi setiap kelahiran selalu bertambah ini juga
merupakan faktor resiko dari Diabetes Melitus
27
IV KESIMPULAN SEMENTARA
1 Kemungkinan NyAni menderita DM dilihat dari gejala dan riwayat persalinan
dimana BB bayi setiap kelahiran selalu bertambah serta riwayat DM pada keluarga
2 Kemungkinan NyAni menderita DM setelah kehamilan
3 Perlunya pemeriksaan penunjang untuk menentukan DM atau tidak karena NyAni
kemungkinan saja mengalami toleransi glukosa
4 Adanya riwayat obstetri yang buruk yaitu abortus
ANAMNESIS
Nama Ani
Jenis Kelamin female
Alamat -
Umur 36 years old
Keluhan Utama Memeriksa kehamilannya yang berusia 32 minggu dan juga
mengeluhkan poliuri polifagi dan polidipsi
Keluhan Tambahan -
Riwayat Penyakit Dahulu -
Riwayat Penyakit Keluarga DM (+)
Riwayat Sosial -
Riwayat Obstetri G5 P3 A1
Vital Signs
TD 12080 mmHg
HR 82xmenit
RR 22xmenit
T 372C
DJJ 120x
Lokasi kepala
General situation
TB = 160 cm
BB = 72 kg
28
V TUJUAN PEMEBELAJARAN
1 Mengetahui Diabetes Melitus secara umum
2 Mengetahui Diabetes Melitus pada Ibu hamil
3 Penatalaksanaan Diabetes Melitus pada Ibu hamil
4 Pengaruh kehamilan pada Diabetes Melitus
5 Penanganan persalinan pada Ibu yang menderita Diabetes Melitus
VI BELAJAR MANDIRI
1 Text book
2 Internet
3 Kamus dorland
VII KESIMPULAN AKHIR
Kemungkinan NyAni mengalami Diabetes Melitus dilihat dari keluhan riwayat
persalinan dan riwayat keluarga
Dibutuhkan pemeriksaan penunjang untuk diagnosa yang lebih tepat
Pemeriksaan yang di maksud adalah
Pemeriksaan urin
Pemeriksaan KGD puasa dan post ndash prandiol
Glukosa toleran tes (GTT)
Nilai K(3)
Perlunya tindakan yang cepat dan tepat untuk mencegah terjadinya komplikasi dan
prognosis yang buruk
29
BAB V
PENUTUP
Penderita DM Gestasional memunyai resiko yang tinggi terhadap kambuhnya
penyakit diabetes yang pernah dideritannya pada saat hamil sebelumnya
Saran 6-8 minggu setelah melahirkan ibu tersebut melakukan test plasma glukosa
puasa dan OGTT 75 gram glukosa Pasien gemuk penderita GDM sebaiknya mengontrol
BB karena diperkirakan akan menjadi DM dalam 20 tahun kemudian
Wanita dengan diabetes masih dapat hamil dan punya anak sepanjang gula darah
terkontrol Disarankan memilih kontrasepsi dengan kadar estrogen rendah dan dapat
memakai pil tambahan hormon progesteron IUD dapat menimbulkan risiko infeksi
Perlu diperhatikan risiko morbiditas dan mortalitas maternal dan perinatal tinggi
Dengan pengelolaan sebaik-baiknya hasil akhir tetap dapat optimal
30
- A Pengertian
- Menurut Brunner and Suddarth 2001 Diabetes Mellitus merupakan sekelompok kelainan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia Pada Diabetes Mellitus kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun atau pankreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin (1)
- Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo 2002)
- B Klasifikasi
- 1 Klasifikasi diabetes mellitus secara umum sebagai berikut
- C Etiologi
- 1 DM tipe I
- a) Faktor genetic
- Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (1)
- b) Faktor-faktor imunologi
- Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen (1)
- c) Faktor lingkungan
- Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi sel beta (1)
- 2 Diabetes Tipe II
- Menurut Brunner dan Suddarth 2001 mekanisme tepat yang menyebabkan belum diketahui Namun ada beberapa resiko yang berhubungan dengan terjadinya DM type II
- D Tanda dan Gejala
- E Patofisiologi (Patways) DM
- Katarak
- Glaukoma
- Retinopati
- Gatal seluruh badan
- Pruritus Vulvae
- Infeksi bakteri kulit
- Infeksi jamur di kulit
- Dermatopati
- Neuropati perifer
- Neuropati viseral
- Amiotropi
- Ulkus Neurotropik
- Penyakit ginjal
- Penyakit pembuluh darah perifer
- Penyakit koroner
- Penyakit pembuluh darah otak
- Hipertensi
- Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal yang tinggi dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur atau bahkan inkontinensia urin Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat terhadap dehidrasi Karena itu tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada stadium lanjut (Patric Davey 2002 )
- Penyakit yang mula-mula ringan dan sedang saja yang biasa terdapat pada pasien DM usia lanjut dapat berubah tiba-tiba apabila pasien mengalami infeksi akut Defisiensi insulin yang tadinya bersifat relatif sekarang menjadi absolut dan timbul keadaan ketoasidosis dengan gejala khas hiperventilasi dan dehidrasi kesadaran menurun dengan hiperglikemia dehidrasi dan ketonemia Gejala yang biasa terjadi pada hipoglikemia seperti rasa lapar menguap dan berkeringat banyak umumnya tidak ada pada DM usia lanjut Biasanya tampak bermanifestasi sebagai sakit kepala dan kebingungan mendadak (Patric Davey 2002 )
- Pada usia lanjut reaksi vegetatif dapat menghilang Sedangkan gejala kebingungan dan koma yang merupakan gangguan metabolisme serebral tampak lebih jelas
- F Pemeriksaan Penunjang
- G Komplikasi
- Komplikasi Akut
- Komplikasi Kronis
- H Penatalaksanaan
- I Prognosis
-
2 Klasifikasi menurut umur waktu penyakit timbul lama sakit berat penyakit
dan komplikasi (White)
a Kelas A
Diabetes laten (subklinis atau diabetes hamil) Uji toleransi gula tidak normal
Pengobatan tidak memerlukan insulin cukup dengan diet saja Prognosis untuk ibu
dan janin baik
b Kelas B
Diabetes dewasa diketahui setelah usia 19 tahun berlangsung kurang dari 10 tahun
tidak disertai kelainan pembuluh darah
c Kelas C
Timbul pada umur 10-19 tahun menderita selama 10-19 tahun tanpa kelainan
pembuluh darah
d Kelas D
Diderita sejak umur 10 tahun lama 20 tahun disertai kelainan pembuluh darah
seperti arteriosklerosis pada retina tungkai dan renitis
e Kelas E
Telah terjadi kalsifikasi pembuluh darah
f Kelas F
Diabetes dengan nefropatia termasuk glomerulonefritis dan pielonefritis
g Kelas R
Diabetes dengan komplikasi retinistis proliferans atau dengan perdarahan dalam
korpus vitreum
h Kelas H
Diabetes dengan komplikasi penyakit koroner (1)
3
C Etiologi
1 DM tipe I
a) Faktor genetic
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi
suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I
Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (1)
b) Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi
terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut
yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing Yaitu otoantibodi terhadap sel-
sel pulau Langerhans dan insulin endogen (1)
c) Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan
destruksi sel beta (1)
2 Diabetes Tipe II
Menurut Brunner dan Suddarth 2001 mekanisme tepat yang menyebabkan belum
diketahui Namun ada beberapa resiko yang berhubungan dengan terjadinya DM type II
a Faktor genetik
b Usia
c Obesitas
d Riwayat keluarga
e Kelompok etnik (1)
4
D Tanda dan Gejala
a Banyak kencing (poliuria)
b Haus dan banyak minum (polidipsia) lapar (polifagia)
c Letih lesu
d Penurunan berat badan yang tidak dapat
e dijelaskan sebabnya
f Lemah badan kesemutan gatal pandangan
g kabur disfungsi ereksi pada pria dan pruritus
h vulvae pada wanita(7)
E Patofisiologi (Patways) DM
5
Menurut Supartondo gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering ditemukan
adalah
Katarak
Glaukoma
Retinopati
Gatal seluruh badan
Pruritus Vulvae
Infeksi bakteri kulit
Infeksi jamur di kulit
Dermatopati
Neuropati perifer
Neuropati viseral
Amiotropi
Ulkus Neurotropik
Penyakit ginjal
Penyakit pembuluh darah perifer
Penyakit koroner
Penyakit pembuluh darah otak
Hipertensi
Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal yang
tinggi dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur atau bahkan
inkontinensia urin Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan akibatnya
mereka tidak bereaksi adekuat terhadap dehidrasi Karena itu tidak terjadi polidipsia
atau baru terjadi pada stadium lanjut (Patric Davey 2002 )
Penyakit yang mula-mula ringan dan sedang saja yang biasa terdapat pada
pasien DM usia lanjut dapat berubah tiba-tiba apabila pasien mengalami infeksi akut
Defisiensi insulin yang tadinya bersifat relatif sekarang menjadi absolut dan timbul
keadaan ketoasidosis dengan gejala khas hiperventilasi dan dehidrasi kesadaran
menurun dengan hiperglikemia dehidrasi dan ketonemia Gejala yang biasa terjadi
pada hipoglikemia seperti rasa lapar menguap dan berkeringat banyak umumnya
tidak ada pada DM usia lanjut Biasanya tampak bermanifestasi sebagai sakit kepala
dan kebingungan mendadak (Patric Davey 2002 )
6
Pada usia lanjut reaksi vegetatif dapat menghilang Sedangkan gejala kebingungan
dan koma yang merupakan gangguan metabolisme serebral tampak lebih jelas
F Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penyaring perlu dilakukan pada kelompok dengan risiko tinggi untuk
DM yaitu kelompok usia dewasa tua ( gt40 tahun) obesitas tekanan darah tinggi riwayat
keluarga DM riwayat kehamilan dengan berat badan lahir bayi gt4000 g riwayat DM pada
kehamilan dan displipidemia
Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan dengan pemeriksaan glukosa darah sewaktu
kadar glukosa darah puasa kemudian dapat diikuti dengan Tes Toleransi Glukosa Oral
(TTGO) standar Untuk kelompok risiko tinggi yang hasil pemeriksaan penyaringnya
negatif perlu pemeriksaan penyaring ulangan tiap tahun Bagi pasien berusia gt45 tahun tanpa
faktor resiko pemeriksaan penyaring dapat dilakukan setiap 3 tahun
Tabel Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan
metode enzimatik sebagai patokan penyaring dan diagnosis
DM (mgdl)
Bukan
DM
Belum
pasti DMDM
Kadar glukosa darah sewaktu
Plasma vena lt110 110 - 199 gt200
Darah kapiler lt90 90 - 199 gt200
Kadar glukosa darah puasa
Plasma vena lt110 110 - 125 gt126
Darah kapiler lt90 90 - 109 gt110
7
Cara pemeriksaan TTGO adalah
1 Tiga hari sebelum pemeriksaan pasien makan seperti biasa
2 Kegiatan jasmani sementara cukuptidak terlalu banyak
3 Pasien puasa semalam selama 10-12 jam
4 Periksa glukosa darah puasa
5 Berikan glukosa 75 g yang dilarutkan dalam air 250 ml lalu minum dalam waktu 5
menit
6 Periksa glukosa darah 1 jam dan 2 jam sesudah beban glukosa
7 Selama pemeriksaan pasien yang diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok (7)
G Komplikasi
Komplikasi Akut
1 Ketoasidosis diabetic (KAD)
Adalah Kedaaan dekompesasi kekacauan metabolic yang ditandai oleh triasterutama
diakibatkan oleh defisiensi insulin absolute atau insulin relative
2 Hipoglikemia
Adalah penurunan kadar glukosa dalam darahbiasanya disebabkan peningkatan kadar insulin
yang kurang tepatasupan karbohidrat kurang
3 Hiperglikemia Hiperosmolar non ketotik
Adalah suatu dekompensasi metabolic pada pasien diabetes tanpa disertai adanya
ketosisgejalanya pada dehirasi berathiperglikemia beratdan gangguan neurologis
8
Komplikasi Kronis
a Makroangiopati mengenai pembuluh darah besar pembuluh darah jantung pembuluh
darah tepi pembuluh darah otak
b Mikroangiopati mengenai pembuluh darah kecil retinopati diabetik nefropati diabetik
c Neuropati diabetik
d Rentan infeksi seperti tuberkulosis paru gingivitis dan infeksi saluran kemih
e Kaki diabetik
H Penatalaksanaan
Dalam jangka pendek penatalaksaan DM bertujuan untuk menghilangkan
keluhangejala DM Sedangkan tujuan jangka panjangnya adalah untuk mencegah
komplikasi Tujuan tersebut dilaksanakan dengan cara menormalkan kadar glukosa lipid dan
insulin Untuk mempermudah tercapainya tujuan tersebut kegiatan dilaksanakan dalam
bentuk pengelolaan pasien secara holistik dan mengajarkan kegiatan mandiri Pengobatan
diabetes secara menyeluruh mencakup diet yang benar olahraga yang teratur kemudian
dilanjutkan dengan obat-obatan yang diminum atau suntikan insulin
Obat Hipoglikemia Oral (OHO)
a Sulfonilurea
Obat golongan sulfonilurea bekerja dengan cara
Menstimulasi penglepasan insulin yang tersimpan
Menurunkan ambang sekresi insulin
Meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa
Klorpropamid kurang dianjurkan pada keadaan insufisiensi renal dan orang tua karena risiko
hipoglikemia yang berkepanjangan demikian juga glibenklamid Untuk orang tua dianjurkan
preparat dengan waktu kerja pendek (tolbutamid glikuidon) Glikuidon juga diberikan pada
pasien DM dengan gangguan fungsi ginjal atau hati ringan
9
b Bliguanid
Bliguanid menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak sampai di bawah normal
Preparat yang ada dan aman adalah metformin Obat ini dianjurkan untuk pasien
gemuk (Indeks Massa TubuhIMT gt30) sebagai obat tunggal Pada pasien dengan
berat lebih (IMT 27-30) dapat dikombinasi dengan obat golongan sulfonilurea
c Inhibitor α glukosidase
Obat ini bekerja secara kompetitif menghambat kerja enzim α glukosidase di dalam
saluran cerna sehingga menurunkan penyerapan glukosa dan menurunkan
hiperglikemia pascaprandial
d Insulin sensitizing agent
Thoazolidinediones adalah golongan obat baru yang mempunyai efek farmakologi
meningkatkan sensitivitas insulin sehingga bisa mengatasi masalah resistensi insulin
dan berbagai masalah akibat resistensi insulin tanpa menyebabkan hipoglikemia Obat
ini belum beredar di Indonesia
Insulin
Indikasi penggunaan insulin pada NIDDM adalah
DM dengan berat badan menurun cepatkurus
Ketoasidosis asidosis laktat dan koma hiperosmolar
DM yang mengalami stres berat (infeksi sistemik operasi berat dan lain-lain)
DM dengan kehamilanDM gestasional yang tidak terkendali dengan perencanaan
makan
DM yang tidak berhasil dikelola dengan obat hipoglikemia oral dosis maksimal atau
ada kontraindikasi dengan obat tersebut
I Prognosis
Sekitar 60 pasien DMTI yang mendapat insulin dapat bertahan hidup seperti orang
normal Sisanya dapat mengalami kebutaan gagal ginjal kronik dan kemungkinan untuk
meninggal lebih cepat
10
II DIABETES MELITUS GESTASIONAL
A Defenisi
Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) adalah kelainan pada metabolisme karbohidrat
dari faktor yang memberatkan yang terjadi selama kehamilan (Marilyn 2001) (1)
DMG adalah kehamilan normal yang disertai dengan peningkatan insulin resistance
(ibu hamil gagal mempertahankan euglycemia)(1)
Pada DM dengan kehamilan ada 2 kemungkinan yang dialami oleh si Ibu
a Ibu tersebut memang telah menderita DM sejak sebelum hamil
b Si ibu mengalamimenderita DM saat hamil(7)
Klasifikasi DM dengan Kehamilan menurut Pyke
1 Klas I Gestasional diabetes yaitu diabetes yang timbul pada waktu hamil dan
menghilang setelah melahirkan
2 Klas II Pregestasional diabetes yaitu diabetes mulai sejak sebelum hamil dan
berlanjut setelah hamil
3 Klas III Pregestasional diabetes yang disertai dengan komplikasi penyakit
pembuluh darah seperti retinopatinefropati penyakit pemburuh darah panggul dan
pembuluh darah perifer (7)
90 dari wanita hamil yang menderita Diabetes termasuk ke dalam kategori DM Gestasional
(Tipe II) dan DM yang tergantung pada insulin (Insulin Dependent Diabetes Mellitus =
IDDM tipe I) (7)
B Metabolisme Karbohidrat Pada Kehamilan Normal
Pada wanita hamil normal terjadi banyak sekali perubahan hormonal dan metabolik
untuk pertumbuhan dan perkembangan fetus yang optimal Yang berhubungan dengan
patologi diabetes mellitus adalah perubahan metabolisme karbohidrat (6)
Pada kehamilan normal terjadi kadar glukosa plasma ibu yang lebih rendah secara
bermakna karena
11
1 Ambilan glukosa sirkulasi plasenta meningkat
2 Produksi glukosa dari hati menurun
3 Produksi alanin (salah satu prekursor glukoneogenesis) menurun
4 Aktifitas ekskresi ginjal meningkat
5 Efek hormon-hormon gestasional (human placental lactogen hormon2 plasenta
lainnya hormon2 ovarium hipofisis pankreas adrenal growth factors dsb) Selain
itu terjadi juga perubahan metabolisme lemak dan asam amino (6)
C Patofisologi
Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolisme endokrin dan karbohidrat yang
menunjang pemasokan makanan bagi janin serta persiapan untuk menyusui Glukosa
dapat berdifusi secara tetap melalui plasenta kepada janin sehingga kadarnya dalam darah
janin hampir menyerupai kadar darah ibu Insulin ibu tidak dapat mencapai janin
sehingga kadar gula darah ibu mempengaruhi kadar darah janin Pengendalian kadar gula
darah terutama dipengaruhi oleh insulin di samping hormon estrogen steroid dan
plasenta laktogen Akibat lambatnya resorbsi makanan maka terjadi hiperglikemia yang
relatif lama dan ini menyebabkan kebutuhan insulin meningkat Menjelang aterm
kebutuhan insulin meningkat hingga mencapai 3 kali dari keadaan normal Hal ini disebut
tekanan diabetojenik dalam kehamilan Secara fisiologis telah terjadi resistensi insulin
yaitu bila ia ditambah dengan insulin eksogen ia tidak mudah menjadi hipoglikemia
Yang menjadi masalah adalah bila seorang ibu tidak mampu meningkatkan insulin
sehingga ia relatif hipoinsulin yang mengakibatkan hiperglikemia atau diabetes
kehamilan
Glukosa yang tidak masuk ke sel tubuh akan tertimbun di dalam darah Setelah
mencapai kadar tertentu glukosa tersebut juga akan muncul dalam air seni padahal air
seni yang normal tidak mengandung glukosa Jika glukosa terdapat dalam air seni
glukosa tersebut akan menarik lebih banyak air bersamanya dengan demikian
menyebabkan bertambahnya volume air seni Karena terjadi pengeluaran air seni yang
berlebihan tubuh kehilangan banyak cairan sehingga terjadi rasa haus yang berlebihan
Ketika sel tidak terdapat cukup glukosa dikarenakan kurangnya jumlah insulin
meski sebenarnya dalam darah terdapat glukosa yang berlebihan boleh dikatakan sel-sel
12
ini lsquokelaparanrsquo Hal ini menyebabkan peningkatan nafsu makan dan walaupun penderita
DM sudah makan lebih banyak kelihatannya sel tidak pernah mendapatkan cukup
glukosa
Untuk mendapatkan energi yang dibutuhkan sel yang ldquokelaparanrdquo ini mulai
memecahkan lemak dan protein yang ada di dalam tubuh Hal ini mengakibatkan
turunnya berat badan dan rasa lelah Jika kadar glukosa dalam darah sangat tinggi
beberapa orang menjadi mudah tersinggung Selain itu tubuh juga menjadi rentan
terhadap infeksi
Tidak semua penderita diabetes mengalami gejala ini dan beberapa orang lainnya
bahkan tidak mengalami gejala apa pu Pada keadaan ini baru diketahui bahwa mereka
ternyata menderita penyakit DM dari pemeriksaan laboratorium rutin
Resistensi insulin juga dapat disebabkan oleh adanya hormon estrogen progesteron
kortisol prolaktin dan plasenta laktogen Hormon tersebut mempengaruhi reseptor
insulin pada sel sehingga mengurangi afinitas insulin (Prawirohardjo 1997) (1)
D Faktor Risiko
Umur lebih dari 30 tahun
Obesitas dengan indeks massa tubuh ge 30 kgm2
Riwayat DM pada keluarga
Pernah menderita DM gestasional sebelumnya
Pernah melahirkan anak besar gt 4000 gram
Adanya glukosuria
Riwayat bayi cacat bawaan
Riwayat bayi lahir mati
Riwayat keguguran
Riwayat infertilitas
Hipertensi (7)
13
E Pengaruh DM dengan kehamilan
a Pengaruh kehamilan persalinan dan nifas pada diabetes adalah
Kehamilan dapat menyebabkan status prediabetik manifes ( diabetik )
Diabetes akan menjadi lebih berat oleh kehamilan
Pada persalinan yang memerlukan tenaga ibu dan kerja rahim akan memerlukan
glukosa banyak maka bisa terjadi hipoglikemia atau koma
Dalam masa lakatasi keperluan akan insulin akan bertambah(3)
b Pengaruh diabetes terhadap kehamilan
Abortus dan partus prematurus
Hidramnion
Pre ndash eklamsia
Kesalahan letak janin
Insufisiensi plasenta(3)
c Pengaruh diabetes terhadap persalinan
Inersia uteri dan atonia uteri
Distorsia karna janin ( anak besar Bahu lebar )
Kelahiran mati
Persalinan lebih sering di tolong secara operatif
Angka kejadian pendarahan dan infeksi tinggi
Morbiditas dan mortalitas ibu tinggi(3)
d Pengaruh Diabetes terhadap nifas
Perdarahan dan infeksi puerperal ebih tinggi
Luka ndashluka jalan lahir lambat pulih sembuh
14
e Pengaruh Diabetes terhadap janin atau bayi
Serig terjadi abortus
Kematian janin dalam kandungan setelah 36 minggu
Daat terjadi cacat bawaan
Dismaturitas
Janin besar ( bayi kingkong makrosomia )
Kematian neonatal tinggi
Kemudian hari dapat terjadi kelainan neurologi dan psikologi(3)
F Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penyaring perlu dilakukan pada kelompok dengan resiko tinggi untuk
DM yaitu kelompok usia dewasa tua (gt 40 tahun) obesitas tekanan darah tinggi riwayat
keluarga DM riwayat kehamilan dengan berat badan bayi gt 4000 gr riwayat DM pada
kehamilan dan dislipidemia
Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan dengan pemeriksan glukosa darah sewaktu
kadar glukosa darah puasa Kemudian dapat diikuti dengan Tes Toleransi Glukosa Oral
(TTGO) standar
Keluhan dan gejala yang khas ditambah hasil pemeriksaan glukosa darah sewaktu
gt200 mgdl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM bila hasil pemeriksaan glukosa
darah meragukan pemeriksaaan TTGO diperlukan untuk memastikan diagnosis DM Untuk
diagnosis DM dan gangguan toleransi glukosa lainnya diperiksa glukosa darah 2 jam setelah
beban glukosa Sekurang-kurangnya diperlukan kadar glukosa darah 2 kali abnormal untuk
konfirmasi diagnosis DM pada hari yang alain atau TTGO yang abnormal
15
Kriteria Diagnosis
1 Gejala klasik DM + gula darah sewaktu 200 mgdl Gula darah sewaktu merupakan
hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memerhatikan waktu makan terakhir
Atau
2 Kadar gula darah puasa 1048725 126 mgdl Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori
tambahan sedikitnya 8 jam Atau
3 Kadar gula darah 2 jam pada TTGO 200mgdl TTGO dilakukan dengan Standard
WHO menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 g glukosa anhidrus yang
dilarutkan dalam air (7)
Cara pelaksanaan TTGO (WHO 1994)
Tiga hari sebelum pemeriksaan tetap makan seperti kebiasaan sehari-hari (dengan
karbohidrat yang cukup) dan tetap melakukan kegiatan jasmani seperti biasa
Berpuasa paling sedikit 8 jam (mulai malam hari) sebelum pemeriksaan minum air
putih tanpa gula tetap diperbolehkan
Diperiksa kadar glukosa darah puasa
Diberikan glukosa 75 g (orang dewasa) atau 175 gKg BB (anak-anak) dilarutkan
dalam 250 ml air dan diminum dalam waktu 5 menit
Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan 2 jam setelah
minum larutan glukosa selesai
Diperiksa kadar glukosa darah 2 jam sesudah beban glukosa
Selama proses pemeriksaan subyek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok(7)
Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau DM maka dapat
digolongkan ke dalam kelompok TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) atau GDPT (Glukosa
Darah Puasa Terganggu) dari hasil yang diperoleh
TGT glukosa darah plasma 2 jam setelah pembebanan antara 140 ndash 199 mgdl
GDPT glukosa darah puasa antara 100 ndash 125 mgdl (7)
16
Reduksi Urine
Pemeriksaan reduksi urine merupakan bagian dari pemeriksaan urine rutin yang selalu
dilakukan di klinik Hasil yang (+) menunjukkan adanya glukosuria Beberapa hal yang perlu
diingat dari hasil pemeriksaan reduksi urine adalah
Digunakan pada pemeriksaan pertama sekali untuk tes skrining bukan untuk
menegakkan Diagnosis
Nilai (+) sampai (++++)
Jika reduksi (+) masih mungkin oleh sebab lain seperti renal glukosuria obat-
obatan dan lainnya
Reduksi (++) kemungkinan KGD 200 ndash 300 mg
Reduksi (+++) kemungkinan KGD 300 ndash 400 mg
Reduksi (++++) kemungkinan KGD 400 mg
Dapat digunakan untuk kontrol hasil pengobatan
Bila ada gangguan fungsi ginjal tidak bisa dijadikan pedoman (7)
Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik sebagai patokan
penyaring dan diagnosis (mgdl)
Bukan DM Belum pasti DM DM
Kadar glukosa darah sewaktu
- Plasma vena lt 110 110 ndash 199 gt 200
- Darah kapiler lt 90 90 ndash 199 gt 200
Kadar glukosa darah puasa
- Plasma vena lt 110 110 ndash 125 gt 126
- Darah kapiler lt 90 90 ndash 109 gt 110
17
Diagnosis dapat dengan mudah di tegakkan
Anamnesis Riwayat persalinan yang lalu abortus partus prematurus kematian
janindan anak besar
Riwayat keluarga ( herediter )
Keluhan sekarang trias poliuri polidipsi polifagi dan pernah berobat sakit gula
pada dokter
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan urin
Pemeriksaan KGD puasa dan post ndash prandiol
Glukosa toleran tes (GTT)
Nilai K(3)
G Penatalaksanan Diabetes Melitus terhadap ibu hamil
Sesuai dengan pengelolaan medis DM pada umumnya pengelolaan DMG juga
terutama didasari atas pengelolaan gizi diet dan pengendalian berat badan ibu
1 Kontrol secara ketat gula darah
2 Hindari adanya infeksi saluran kemih atau infeksi lainnya Lakukan upaya
pencegahan infeksi dengan baik
3 Pada bayi baru lahir dapat cepat terjadi hipoglikemia sehingga perlu diberikan infus
glukosa
4 Penanganan DMG yang terutama adalah diet dianjurkan diberikan 25 kalorikgBB
ideal kecuali pada penderita yang gemuk dipertimbangkan kalori yang lebih mudah
5 Cara yang dianjurkan adalah cara Broca yaitu BB ideal = (TB-100)-10 BB
6 Kebutuhan kalori adalah jumlah keseluruhan kalori yang diperhitungkan dari
Kalori basal 25 kalkgBB ideal
Kalori kegiatan jasmani 10-30
Kalori untuk kehamilan 300 kalori
Perlu diingat kebutuhan protein ibu hamil 1-15 grkgBB(5)
18
Jika dengan terapi diet selama 2 minggu kadar glukosa darah belum mencapai normal atau
normoglikemia yaitu kadar glukosa darah puasa di bawah 105 mgdl dan 2 jam pp di bawah
120 mgdl maka terapi insulin harus segera dimulai (5)
Pemantauan dapat dikerjakan dengan menggunakan alat pengukur glukosa darah kapiler
Perhitungan menu seimbang sama dengan perhitungan pada kasus DM umumnya dengan
ditambahkan sejumlah 300-500 kalori per hari untuk tumbuh kembang janin selama masa
kehamilan sampai dengan masa menyusui selesai
Pengelolaan DM dalam kehamilan bertujuan untuk
Mempertahankan kadar glukosa darah puasa lt 105 mgdl
Mempertahankan kadar glukosa darah 2 jam pp lt 120 mgdl
Mempertahankan kadar Hb glikosilat (Hb Alc) lt 6
Mencegah episode hipoglikemia
Mencegah ketonuriaketoasidosis deiabetik
Mengusahakan tumbuh kembang janin yang optimal dan normal (5)
Dianjurkan pemantauan gula darah teratur minimal 2 kali seminggu (ideal setiap hari
jika mungkin dengan alat pemeriksaan sendiri di rumah) Dianjurkan kontrol sesuai jadwal
pemeriksaan antenatal semakin dekat dengan perkiraan persalinan maka kontrol semakin
sering Hb glikosilat diperiksa secara ideal setiap 6-8 minggu sekali (5)
Kenaikan berat badan ibu dianjurkan sekitar 1-25 kg pada trimester pertama dan
selanjutnya rata-rata 05 kg setiap minggu Sampai akhir kehamilan kenaikan berat badan
yang dianjurkan tergantung status gizi awal ibu (ibu BB kurang 14-20 kg ibu BB normal
125-175 kg dan ibu BB lebihobesitas 75-125 kg) (5)
Jika pengelolaan diet saja tidak berhasil maka insulin langsung digunakan Insulin
yang digunakan harus preparat insulin manusia (human insulin) karena insulin yang bukan
berasal dari manusia (non-human insulin) dapat menyebabkan terbentuknya antibodi terhadap
insulin endogen dan antibodi ini dapat menembus sawar darah plasenta (placental blood
barrier) sehingga dapat mempengaruhi janin (5)
19
Pada DMG insulin yang digunakan adalah insulin dosis rendah dengan lama kerja
intermediate dan diberikan 1-2 kali sehari Dosis insulin diperkirakan antara 05-15
unitkgBB Obat hipoglikemik oral tidak digunakan dalam DMG karena efek
teratogenitasnya yang tinggi dan dapat diekskresikan dalamjumlah besar melalui ASI (5)
H Komplikasi
Komplikasi pada Ibu
Hipoglikemia terjadi pada enam bulan pertama kehamilan
Hiperglikemia terjadi pada kehamilan 20 ndash 30 minggu akibat resistensi insulin
Infeksi saluran kemih
Preeklampsi
Hidramnion
Retinopati
Trauma persalinan akibat bayi besar(7)
Masalah pada anak
Abortus
Kelainan kongenital spt sacral agenesis neural tube defek
Respiratory distress
Neonatal hiperglikemia
Makrosomia
Hipocalcemia
kematian perinatal akibat diabetik ketoasidosis
Hiperbilirubinemia(7)
I Tanda Komplikasi DM
Makrovaskular stroke penyakit jantung koroner ulkus gangren
Mikrovaskular retina (retinopati) dan ginjal (gagal ginjal kronik) saraf (stroke
neuropati)
Koma hiperglikemi hipoglikemi stroke (7)
20
J Prognosis
1 Bila penyakit di tangani oleh dokter ahli penyakit dalam serta kehamilan dan
persalinan di awasi dan di tolong oeh ahli kebidanan umumnya prognosis baik
2 Diabetes berat dan di derita lama apalagi ada komplikasi prognosis buruk
3 Prognosis bagi bayi jelek faktor ndash faktor yang meninggikan morbiditas dan
mortalitas bayi adalah
Berat dan lamany sakit dan adanya asetonuri
Insufisiensi plasenta
Komplikasi dan distosio persalinan
Sindrom gawat napas ( respiratory stress syndrome )
Prematuritas dan cacat bawaan
Angka kematian perinatal kira ndash kira 10 ndash 15 (3)
III PENANGANAN PERSALINAN PADA IBU YANG MENDERITA DM
Pada penderita yang penyakitnya tidak berat dan cukup di puasai dengan diet saja dan
tidak mempunyai riwayat obstetric yang buruk dapat di harapkan partus spontansampai
kehamilan 40 minggu Lebih dari pada itu sebaiknya dilakukan induksi parsalinan karena
prognosis menjadi lebih buruk Apabila diabetes nya berat dan memerlukan pengobatan
insulin sebaiknya kehamilan diakhiri lebih dini biasanya dalam kehamilan antara 36 dan 38
minggu Lebih- lebih apabila kehamilan nya disertai komplikasi lain seperti pre-eklampsi
janin yang tidak baik pertumbuhan nya atau terlampau besar diabetesnya sukar dikuasai atau
apabila ada riwayat kematian perinatal maka dapat di pertimbangkan untuk mengakhiri
kehamilan lebih dini baik dengan induksi maupun dengan seksio sesaria Dalam pelaksanaan
partus pervaginam baik yang tanpa maupun yang dengan induksin keadaan janin harus lebih
ketat di awasi jika mungkin dengan pencatatan denyut jantung janin terus menerus (5)
Penyulit yang sering di jumpai dalam persalinan
a Inersio uteri dan atonia uteri
b Distosia bahu karena anak besar
21
c Kelahiran mati
d Lebih sering mengakhiri partus dengan tindakan termasuk secsio sesaria
e Lebih mudah terjadi infeksi
f Angka kematian maternal lebih tinggi(5)
Pengelolaan Pascapersalinan
Karena sudah tidak ada resistensi terhadap insulin lagi maka pada periode
pascapesalinan perempuan dengan diabetes gestasional jarang memerlukan insulin
Pasien dengan diabetes yang terkontrol dengan diet setelah persalinan tidak perlu
diperiksa kadar glukosanya Namunbila pada waktu kehamilan diberi pengobatan
insulin sebelum meninggalkan rumah sakit perlu diperiksa kadar glukosa puasa dan 2
jam pascaprandial
Karena resiko terjadinya tipe 2 diabetes melitus dikemudian hari meningkat maka 6
minggu pascapersalinan perlu dilakukan pemeriksaan diabetes dengan cara
pemeriksaan gula darah puasa dalam dua waktu atau 2 jam setelah pemberian 75g
glukosa pada glucose tolerance test
jika kadar
1 lt 140 mgdl normal
2 140-200 mgdl gangguan toleransi glukosa
3 gt 200 mgdl DM
Bila test ini menunjukkan kadar yang normal maka kadar glukosa darah puasa
dievaluasi lagi setelah 3 tahun
Skrining diabetes ini harus dilakukan secara berkala khususnya pada pasien dengan
kadar glukosa darah puasa meningkat waktu kehamilan
Perempuan yang pernah menderita diabetes melitus gestasional harus diberi konseling
agar menyusui anakanya karena pemberian ASI akan memperbaiki kontrol kadar gula
darah
Harus direncanakan penggunaan kontrasepsi karena sekali perempuan hamil
menderita diabetes maka dia beisiko terkena hal yang sama pada kehamilan
berikutnya
22
Bagi perempuan yang obes setelah melahirkan harus melakukan upaya penurunan
berat badan dengan diet dan berilahraga secra teratur agar resiko terjadinya diabetes
menjadi menurun (5)
IV PENANGANAN BAYI BARU LAHIR DARI IBU DENGAN DM
Bayi lahir dari ibu dengan Diabetes Melitus berisiko untuk terjadi hipoglikemia pada
3 hari pertama setelah lahir walaupun bayi sudah dapat minum dengan baik Ibu dengan DM
mempunyai resiko kematian bayi lima kali dibanding ibu tidak dengan DM dan sering
mengalami abortus ataupun kematian dalam kandungan Bayi dengan ibu DM mengalami
Transient Hiperinsulinism yang dapat mengakibatkan Hipoglikemia Macrosomia pada bayi
yang dilahirkan dan dapat berakibat kesulitan lahir Tanda bayi hipoglikemia adalah Distres
nafas malas minum jitteriness mudah terangsang sampai kejang (2)
Kadar Glukose Darah Rendah (Hipoglikemia)
Adalah bila kadar glukosa darah kurang dari 45 mgdL (26 mmolL)
Masalah
a Glukose darah kurang 25 mgdL (11 mmolL) atau terdapat tanda Hipoglikemi
b Glukose darah 25 mgdL (11 mmolL) _ 45 mgdL (26 mmolL) tanpa tanda
Hipoglikemia (2)
Pengelolaan Hipoglikemia
a Glukose darah kurang 25 mgdL (11 mmolL) atau terdapat tanda hipoglikemi
Pasang jalur IV jika belum terpasang
Berikan glukose 10 2 mLkg secara IV bolus pelan dalam lima menit
Jika jalur IV tidak dapat dipasang dengan cepat berikan larutan
glukose melalui pipa lambungdengan dosis yang sama
Infus glukose 10 sesuai kebutuhan rumatan
23
Periksa kadar glukose darah satu jam setelah bolus glukose dan kemudian tiap tiga
jam
Jika kadar glukose darah masih kurang 25 mgdL (11 mmolL) ulangi
pemberian bolus glukose seperti tersebut di atas dan lanjutkan pemberian infus
Jika kadar glukose darah 25-45 mgdL (11-26 mmolL) lanjutkan infus dan
ulangi pemeriksaan kadar glukose setiap tiga jam sampai kadar glukose 45 mgdL
(26 mmolL) atau lebih
Bila kadar glukose darah 45 mgdL (26 mmolL) atau lebih dalam dua kali
pemeriksaan berturut-turut ikuti petunjuk tentang frekuensi pemeriksaan kadar
glukose darah setelah kadar glukose darah kembali normal
Anjurkan ibu menyusui Bila bayi tidak dapat menyusu berikan ASI peras
dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum
Bila kemampuan minum bayi meningkat turunkan pemberian cairan infus setiap
hari secara bertahap Jangan menghentikan infus glukose dengan tiba-tiba (2)
b Glukose darah 25 mgdL (11 mmolL)-45 mgdL (26 mmolL) tanpa tanda
Hipoglikemia
Anjurkan ibu menyusui Bila bayi tidak dapat menyusu berikan ASI peras dengan
menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum
Pantau tanda hipoglikemia dan bila dijumpai tanda tersebut tangani seperti tersebut di
atas
Periksa kadar glukose darah dalam tiga jam atau sebelum pemberian minum
berikutnya
Jika kadar glukose darah kurang 25 mgdL (11 mmolL) atau terdapat tanda
hipoglikemia tangani seperti tersebut di atas
Jika kadar glukose darah masih antara 25-45 mgdL (11-26 mmolL) naikkan
frekuensi pemberian minum ASI atau naikkan volume pemberian minum dengan
menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum
Jika kadar glukose darah 45 mgdL (26 mmolL) atau lebih lihat tentang
frekuensi pemeriksaan kadar glukose darah di bawah ini (2)
24
Frekuensi Pemeriksaan Glukose Darah Setelah Kadar Glukose Darah Normal
Jika bayi mendapatkan cairan IV untuk alasan apapun lanjutkan pemeriksaan kadar
glukose darah setiap 12 jam selama bayi masih memerlukan infus Jika kapan saja
kadar glukose darah turun tangani seperti tersebut di atas
Jika bayi sudah tidak lagi mendapat infus cairan IV periksa kadar glukose darah
setiap 12 jam sebanyak dua kali pemeriksaan
Jika kapan saja kadar glukose darah turun tangani seperti tersebut di atas
Jika kadar glukose darah tetap normal selama waktu tersebut maka pengukuran
dihentikan
Anjurkan ibu untuk menyusui secara dini dan lebih sering paling tidak 8 kali sehari
siang dan malam (2)
Bila bayi berumur kurang 3 hari amati sampai umur 3 hari periksa kadar glukose pada
Saat bayi datang atau pada umur 3 jam
Tiga jam setelah pemeriksaan pertama kemudian tiap 6 jam selama 24 jam atau
sampai kadar glukose dalam batas normal dalam 2 kali pemeriksaan berturut ndash turut
Bila kadar glukose le 45 mgdL atau bayi menunjukkan tanda hipoglikemi (tremor
atau letargi) tangani untuk hipoglikemi (lihat Hipoglikemi)
Bila dalam pengamatan tidak ada tanda hipoglikemi atau masalah lain bayi dapat
minum dengan baik pulangkan bayi pada hari ke 3
Bila bayi berumur 3 hari atau lebih dan tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit bayi
tidak perlu pengamatan Bila bayi dapat minum baik dan tidak ada masalah lain yang
memerlukan perawatan di rumah sakit bayi dapat dipulangkan (2)
25
BAB III
PERMASALAHAN
SKENARIO 4
NyAni yang hamil dan Sakit Gula
NyAni 36 tahun G5P3A1 datang ke Rumah Sakit untuk memeriksa kehamilannya yang
berusia 32 minggu Selain itu NyAni juga mengeluhkan poliuri polifagi dan polidipsi pada
dokter yang menanganinya Anak I lahir hidup dengan BB 3200 gr partus pervaginam
Anak II lahir hidup dengan BB 3400 gr partus pervaginam Anak III lahir hidup dengan
BB 3600 gr partus pervaginam Riwayat abortus (+) Riwayat menderita DM (-) Riwayat
keluarga menderita DM (+) TB NyAni = 160 cm BB NyAni = 72 kg
Pemeriksaan Vital Sign TD = 12080 mmhg HR = 82xmenit RR = 22xmenit T = 372 W C
DJJ 120x Letak kepala
Apakah yang terjadi pada NyAni Tindakan apa yang harus kita lakukan sebagai dokter
26
BAB IV
PEMBAHASAN
I KLARIFIKASI ISTILAH
Poliuri Sekresi urin yang berlebihan (4)
Polifagi Makan secara berlebihan (4)
Polidipsi Rasa haus yang sangat dan berlangsung lama (4)
DM Kelainan metabolik dimana ditemukan ketidakmampuan untuk
mengoksidasi karbohidrat akibat gangguan pada mekanisme insulin yang normal
menimbulkan hiperglikemia glikosuria poliuria rasa haus rasa lapar badan
kurus kelemahan asidosis sering menyebabkan dipsnea lipemia ketonuria dan
akhirnya koma (4)
II MENETAPKAN PERMASALAHAN
1 NyAni 36 tahun G5P3A1 datang ke Rumah Sakit untuk memeriksa
kehamilannya yang berusia 32 minggu dan mengeluhkan poliuri polifagi dan
polidipsi
2 Riwayat keluarga menderita DM (+)
3 Riwayat persalinan BB bayi setiap kelahiran selalu bertambah
III ANALISIS MASALAH
1 Dari umur yaitu 36 tahun sudah mempunyai resiko tinggi pada kehamilan
Poliuri polifagi dan polidipsi merupakan gejala khas DM yang tersembunyi pada
ibu hamil
G5P3A1 ini juga merupakan faktor resiko karena adanya riwayat abortus
2 DM adalah penyakit yang dapat di turunkan kemungkinan NyAni mengalami DM
karena adanya Riwayat DM pada keluarga Tetapi diperlukan juga pemeriksaan
penunjang untuk memastikan apakah NyAni memang menderita DM atau tidak
3 Pada riwayat persalinan dimana BB bayi setiap kelahiran selalu bertambah ini juga
merupakan faktor resiko dari Diabetes Melitus
27
IV KESIMPULAN SEMENTARA
1 Kemungkinan NyAni menderita DM dilihat dari gejala dan riwayat persalinan
dimana BB bayi setiap kelahiran selalu bertambah serta riwayat DM pada keluarga
2 Kemungkinan NyAni menderita DM setelah kehamilan
3 Perlunya pemeriksaan penunjang untuk menentukan DM atau tidak karena NyAni
kemungkinan saja mengalami toleransi glukosa
4 Adanya riwayat obstetri yang buruk yaitu abortus
ANAMNESIS
Nama Ani
Jenis Kelamin female
Alamat -
Umur 36 years old
Keluhan Utama Memeriksa kehamilannya yang berusia 32 minggu dan juga
mengeluhkan poliuri polifagi dan polidipsi
Keluhan Tambahan -
Riwayat Penyakit Dahulu -
Riwayat Penyakit Keluarga DM (+)
Riwayat Sosial -
Riwayat Obstetri G5 P3 A1
Vital Signs
TD 12080 mmHg
HR 82xmenit
RR 22xmenit
T 372C
DJJ 120x
Lokasi kepala
General situation
TB = 160 cm
BB = 72 kg
28
V TUJUAN PEMEBELAJARAN
1 Mengetahui Diabetes Melitus secara umum
2 Mengetahui Diabetes Melitus pada Ibu hamil
3 Penatalaksanaan Diabetes Melitus pada Ibu hamil
4 Pengaruh kehamilan pada Diabetes Melitus
5 Penanganan persalinan pada Ibu yang menderita Diabetes Melitus
VI BELAJAR MANDIRI
1 Text book
2 Internet
3 Kamus dorland
VII KESIMPULAN AKHIR
Kemungkinan NyAni mengalami Diabetes Melitus dilihat dari keluhan riwayat
persalinan dan riwayat keluarga
Dibutuhkan pemeriksaan penunjang untuk diagnosa yang lebih tepat
Pemeriksaan yang di maksud adalah
Pemeriksaan urin
Pemeriksaan KGD puasa dan post ndash prandiol
Glukosa toleran tes (GTT)
Nilai K(3)
Perlunya tindakan yang cepat dan tepat untuk mencegah terjadinya komplikasi dan
prognosis yang buruk
29
BAB V
PENUTUP
Penderita DM Gestasional memunyai resiko yang tinggi terhadap kambuhnya
penyakit diabetes yang pernah dideritannya pada saat hamil sebelumnya
Saran 6-8 minggu setelah melahirkan ibu tersebut melakukan test plasma glukosa
puasa dan OGTT 75 gram glukosa Pasien gemuk penderita GDM sebaiknya mengontrol
BB karena diperkirakan akan menjadi DM dalam 20 tahun kemudian
Wanita dengan diabetes masih dapat hamil dan punya anak sepanjang gula darah
terkontrol Disarankan memilih kontrasepsi dengan kadar estrogen rendah dan dapat
memakai pil tambahan hormon progesteron IUD dapat menimbulkan risiko infeksi
Perlu diperhatikan risiko morbiditas dan mortalitas maternal dan perinatal tinggi
Dengan pengelolaan sebaik-baiknya hasil akhir tetap dapat optimal
30
- A Pengertian
- Menurut Brunner and Suddarth 2001 Diabetes Mellitus merupakan sekelompok kelainan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia Pada Diabetes Mellitus kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun atau pankreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin (1)
- Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo 2002)
- B Klasifikasi
- 1 Klasifikasi diabetes mellitus secara umum sebagai berikut
- C Etiologi
- 1 DM tipe I
- a) Faktor genetic
- Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (1)
- b) Faktor-faktor imunologi
- Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen (1)
- c) Faktor lingkungan
- Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi sel beta (1)
- 2 Diabetes Tipe II
- Menurut Brunner dan Suddarth 2001 mekanisme tepat yang menyebabkan belum diketahui Namun ada beberapa resiko yang berhubungan dengan terjadinya DM type II
- D Tanda dan Gejala
- E Patofisiologi (Patways) DM
- Katarak
- Glaukoma
- Retinopati
- Gatal seluruh badan
- Pruritus Vulvae
- Infeksi bakteri kulit
- Infeksi jamur di kulit
- Dermatopati
- Neuropati perifer
- Neuropati viseral
- Amiotropi
- Ulkus Neurotropik
- Penyakit ginjal
- Penyakit pembuluh darah perifer
- Penyakit koroner
- Penyakit pembuluh darah otak
- Hipertensi
- Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal yang tinggi dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur atau bahkan inkontinensia urin Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat terhadap dehidrasi Karena itu tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada stadium lanjut (Patric Davey 2002 )
- Penyakit yang mula-mula ringan dan sedang saja yang biasa terdapat pada pasien DM usia lanjut dapat berubah tiba-tiba apabila pasien mengalami infeksi akut Defisiensi insulin yang tadinya bersifat relatif sekarang menjadi absolut dan timbul keadaan ketoasidosis dengan gejala khas hiperventilasi dan dehidrasi kesadaran menurun dengan hiperglikemia dehidrasi dan ketonemia Gejala yang biasa terjadi pada hipoglikemia seperti rasa lapar menguap dan berkeringat banyak umumnya tidak ada pada DM usia lanjut Biasanya tampak bermanifestasi sebagai sakit kepala dan kebingungan mendadak (Patric Davey 2002 )
- Pada usia lanjut reaksi vegetatif dapat menghilang Sedangkan gejala kebingungan dan koma yang merupakan gangguan metabolisme serebral tampak lebih jelas
- F Pemeriksaan Penunjang
- G Komplikasi
- Komplikasi Akut
- Komplikasi Kronis
- H Penatalaksanaan
- I Prognosis
-
C Etiologi
1 DM tipe I
a) Faktor genetic
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi
suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I
Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (1)
b) Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi
terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut
yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing Yaitu otoantibodi terhadap sel-
sel pulau Langerhans dan insulin endogen (1)
c) Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan
destruksi sel beta (1)
2 Diabetes Tipe II
Menurut Brunner dan Suddarth 2001 mekanisme tepat yang menyebabkan belum
diketahui Namun ada beberapa resiko yang berhubungan dengan terjadinya DM type II
a Faktor genetik
b Usia
c Obesitas
d Riwayat keluarga
e Kelompok etnik (1)
4
D Tanda dan Gejala
a Banyak kencing (poliuria)
b Haus dan banyak minum (polidipsia) lapar (polifagia)
c Letih lesu
d Penurunan berat badan yang tidak dapat
e dijelaskan sebabnya
f Lemah badan kesemutan gatal pandangan
g kabur disfungsi ereksi pada pria dan pruritus
h vulvae pada wanita(7)
E Patofisiologi (Patways) DM
5
Menurut Supartondo gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering ditemukan
adalah
Katarak
Glaukoma
Retinopati
Gatal seluruh badan
Pruritus Vulvae
Infeksi bakteri kulit
Infeksi jamur di kulit
Dermatopati
Neuropati perifer
Neuropati viseral
Amiotropi
Ulkus Neurotropik
Penyakit ginjal
Penyakit pembuluh darah perifer
Penyakit koroner
Penyakit pembuluh darah otak
Hipertensi
Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal yang
tinggi dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur atau bahkan
inkontinensia urin Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan akibatnya
mereka tidak bereaksi adekuat terhadap dehidrasi Karena itu tidak terjadi polidipsia
atau baru terjadi pada stadium lanjut (Patric Davey 2002 )
Penyakit yang mula-mula ringan dan sedang saja yang biasa terdapat pada
pasien DM usia lanjut dapat berubah tiba-tiba apabila pasien mengalami infeksi akut
Defisiensi insulin yang tadinya bersifat relatif sekarang menjadi absolut dan timbul
keadaan ketoasidosis dengan gejala khas hiperventilasi dan dehidrasi kesadaran
menurun dengan hiperglikemia dehidrasi dan ketonemia Gejala yang biasa terjadi
pada hipoglikemia seperti rasa lapar menguap dan berkeringat banyak umumnya
tidak ada pada DM usia lanjut Biasanya tampak bermanifestasi sebagai sakit kepala
dan kebingungan mendadak (Patric Davey 2002 )
6
Pada usia lanjut reaksi vegetatif dapat menghilang Sedangkan gejala kebingungan
dan koma yang merupakan gangguan metabolisme serebral tampak lebih jelas
F Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penyaring perlu dilakukan pada kelompok dengan risiko tinggi untuk
DM yaitu kelompok usia dewasa tua ( gt40 tahun) obesitas tekanan darah tinggi riwayat
keluarga DM riwayat kehamilan dengan berat badan lahir bayi gt4000 g riwayat DM pada
kehamilan dan displipidemia
Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan dengan pemeriksaan glukosa darah sewaktu
kadar glukosa darah puasa kemudian dapat diikuti dengan Tes Toleransi Glukosa Oral
(TTGO) standar Untuk kelompok risiko tinggi yang hasil pemeriksaan penyaringnya
negatif perlu pemeriksaan penyaring ulangan tiap tahun Bagi pasien berusia gt45 tahun tanpa
faktor resiko pemeriksaan penyaring dapat dilakukan setiap 3 tahun
Tabel Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan
metode enzimatik sebagai patokan penyaring dan diagnosis
DM (mgdl)
Bukan
DM
Belum
pasti DMDM
Kadar glukosa darah sewaktu
Plasma vena lt110 110 - 199 gt200
Darah kapiler lt90 90 - 199 gt200
Kadar glukosa darah puasa
Plasma vena lt110 110 - 125 gt126
Darah kapiler lt90 90 - 109 gt110
7
Cara pemeriksaan TTGO adalah
1 Tiga hari sebelum pemeriksaan pasien makan seperti biasa
2 Kegiatan jasmani sementara cukuptidak terlalu banyak
3 Pasien puasa semalam selama 10-12 jam
4 Periksa glukosa darah puasa
5 Berikan glukosa 75 g yang dilarutkan dalam air 250 ml lalu minum dalam waktu 5
menit
6 Periksa glukosa darah 1 jam dan 2 jam sesudah beban glukosa
7 Selama pemeriksaan pasien yang diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok (7)
G Komplikasi
Komplikasi Akut
1 Ketoasidosis diabetic (KAD)
Adalah Kedaaan dekompesasi kekacauan metabolic yang ditandai oleh triasterutama
diakibatkan oleh defisiensi insulin absolute atau insulin relative
2 Hipoglikemia
Adalah penurunan kadar glukosa dalam darahbiasanya disebabkan peningkatan kadar insulin
yang kurang tepatasupan karbohidrat kurang
3 Hiperglikemia Hiperosmolar non ketotik
Adalah suatu dekompensasi metabolic pada pasien diabetes tanpa disertai adanya
ketosisgejalanya pada dehirasi berathiperglikemia beratdan gangguan neurologis
8
Komplikasi Kronis
a Makroangiopati mengenai pembuluh darah besar pembuluh darah jantung pembuluh
darah tepi pembuluh darah otak
b Mikroangiopati mengenai pembuluh darah kecil retinopati diabetik nefropati diabetik
c Neuropati diabetik
d Rentan infeksi seperti tuberkulosis paru gingivitis dan infeksi saluran kemih
e Kaki diabetik
H Penatalaksanaan
Dalam jangka pendek penatalaksaan DM bertujuan untuk menghilangkan
keluhangejala DM Sedangkan tujuan jangka panjangnya adalah untuk mencegah
komplikasi Tujuan tersebut dilaksanakan dengan cara menormalkan kadar glukosa lipid dan
insulin Untuk mempermudah tercapainya tujuan tersebut kegiatan dilaksanakan dalam
bentuk pengelolaan pasien secara holistik dan mengajarkan kegiatan mandiri Pengobatan
diabetes secara menyeluruh mencakup diet yang benar olahraga yang teratur kemudian
dilanjutkan dengan obat-obatan yang diminum atau suntikan insulin
Obat Hipoglikemia Oral (OHO)
a Sulfonilurea
Obat golongan sulfonilurea bekerja dengan cara
Menstimulasi penglepasan insulin yang tersimpan
Menurunkan ambang sekresi insulin
Meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa
Klorpropamid kurang dianjurkan pada keadaan insufisiensi renal dan orang tua karena risiko
hipoglikemia yang berkepanjangan demikian juga glibenklamid Untuk orang tua dianjurkan
preparat dengan waktu kerja pendek (tolbutamid glikuidon) Glikuidon juga diberikan pada
pasien DM dengan gangguan fungsi ginjal atau hati ringan
9
b Bliguanid
Bliguanid menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak sampai di bawah normal
Preparat yang ada dan aman adalah metformin Obat ini dianjurkan untuk pasien
gemuk (Indeks Massa TubuhIMT gt30) sebagai obat tunggal Pada pasien dengan
berat lebih (IMT 27-30) dapat dikombinasi dengan obat golongan sulfonilurea
c Inhibitor α glukosidase
Obat ini bekerja secara kompetitif menghambat kerja enzim α glukosidase di dalam
saluran cerna sehingga menurunkan penyerapan glukosa dan menurunkan
hiperglikemia pascaprandial
d Insulin sensitizing agent
Thoazolidinediones adalah golongan obat baru yang mempunyai efek farmakologi
meningkatkan sensitivitas insulin sehingga bisa mengatasi masalah resistensi insulin
dan berbagai masalah akibat resistensi insulin tanpa menyebabkan hipoglikemia Obat
ini belum beredar di Indonesia
Insulin
Indikasi penggunaan insulin pada NIDDM adalah
DM dengan berat badan menurun cepatkurus
Ketoasidosis asidosis laktat dan koma hiperosmolar
DM yang mengalami stres berat (infeksi sistemik operasi berat dan lain-lain)
DM dengan kehamilanDM gestasional yang tidak terkendali dengan perencanaan
makan
DM yang tidak berhasil dikelola dengan obat hipoglikemia oral dosis maksimal atau
ada kontraindikasi dengan obat tersebut
I Prognosis
Sekitar 60 pasien DMTI yang mendapat insulin dapat bertahan hidup seperti orang
normal Sisanya dapat mengalami kebutaan gagal ginjal kronik dan kemungkinan untuk
meninggal lebih cepat
10
II DIABETES MELITUS GESTASIONAL
A Defenisi
Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) adalah kelainan pada metabolisme karbohidrat
dari faktor yang memberatkan yang terjadi selama kehamilan (Marilyn 2001) (1)
DMG adalah kehamilan normal yang disertai dengan peningkatan insulin resistance
(ibu hamil gagal mempertahankan euglycemia)(1)
Pada DM dengan kehamilan ada 2 kemungkinan yang dialami oleh si Ibu
a Ibu tersebut memang telah menderita DM sejak sebelum hamil
b Si ibu mengalamimenderita DM saat hamil(7)
Klasifikasi DM dengan Kehamilan menurut Pyke
1 Klas I Gestasional diabetes yaitu diabetes yang timbul pada waktu hamil dan
menghilang setelah melahirkan
2 Klas II Pregestasional diabetes yaitu diabetes mulai sejak sebelum hamil dan
berlanjut setelah hamil
3 Klas III Pregestasional diabetes yang disertai dengan komplikasi penyakit
pembuluh darah seperti retinopatinefropati penyakit pemburuh darah panggul dan
pembuluh darah perifer (7)
90 dari wanita hamil yang menderita Diabetes termasuk ke dalam kategori DM Gestasional
(Tipe II) dan DM yang tergantung pada insulin (Insulin Dependent Diabetes Mellitus =
IDDM tipe I) (7)
B Metabolisme Karbohidrat Pada Kehamilan Normal
Pada wanita hamil normal terjadi banyak sekali perubahan hormonal dan metabolik
untuk pertumbuhan dan perkembangan fetus yang optimal Yang berhubungan dengan
patologi diabetes mellitus adalah perubahan metabolisme karbohidrat (6)
Pada kehamilan normal terjadi kadar glukosa plasma ibu yang lebih rendah secara
bermakna karena
11
1 Ambilan glukosa sirkulasi plasenta meningkat
2 Produksi glukosa dari hati menurun
3 Produksi alanin (salah satu prekursor glukoneogenesis) menurun
4 Aktifitas ekskresi ginjal meningkat
5 Efek hormon-hormon gestasional (human placental lactogen hormon2 plasenta
lainnya hormon2 ovarium hipofisis pankreas adrenal growth factors dsb) Selain
itu terjadi juga perubahan metabolisme lemak dan asam amino (6)
C Patofisologi
Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolisme endokrin dan karbohidrat yang
menunjang pemasokan makanan bagi janin serta persiapan untuk menyusui Glukosa
dapat berdifusi secara tetap melalui plasenta kepada janin sehingga kadarnya dalam darah
janin hampir menyerupai kadar darah ibu Insulin ibu tidak dapat mencapai janin
sehingga kadar gula darah ibu mempengaruhi kadar darah janin Pengendalian kadar gula
darah terutama dipengaruhi oleh insulin di samping hormon estrogen steroid dan
plasenta laktogen Akibat lambatnya resorbsi makanan maka terjadi hiperglikemia yang
relatif lama dan ini menyebabkan kebutuhan insulin meningkat Menjelang aterm
kebutuhan insulin meningkat hingga mencapai 3 kali dari keadaan normal Hal ini disebut
tekanan diabetojenik dalam kehamilan Secara fisiologis telah terjadi resistensi insulin
yaitu bila ia ditambah dengan insulin eksogen ia tidak mudah menjadi hipoglikemia
Yang menjadi masalah adalah bila seorang ibu tidak mampu meningkatkan insulin
sehingga ia relatif hipoinsulin yang mengakibatkan hiperglikemia atau diabetes
kehamilan
Glukosa yang tidak masuk ke sel tubuh akan tertimbun di dalam darah Setelah
mencapai kadar tertentu glukosa tersebut juga akan muncul dalam air seni padahal air
seni yang normal tidak mengandung glukosa Jika glukosa terdapat dalam air seni
glukosa tersebut akan menarik lebih banyak air bersamanya dengan demikian
menyebabkan bertambahnya volume air seni Karena terjadi pengeluaran air seni yang
berlebihan tubuh kehilangan banyak cairan sehingga terjadi rasa haus yang berlebihan
Ketika sel tidak terdapat cukup glukosa dikarenakan kurangnya jumlah insulin
meski sebenarnya dalam darah terdapat glukosa yang berlebihan boleh dikatakan sel-sel
12
ini lsquokelaparanrsquo Hal ini menyebabkan peningkatan nafsu makan dan walaupun penderita
DM sudah makan lebih banyak kelihatannya sel tidak pernah mendapatkan cukup
glukosa
Untuk mendapatkan energi yang dibutuhkan sel yang ldquokelaparanrdquo ini mulai
memecahkan lemak dan protein yang ada di dalam tubuh Hal ini mengakibatkan
turunnya berat badan dan rasa lelah Jika kadar glukosa dalam darah sangat tinggi
beberapa orang menjadi mudah tersinggung Selain itu tubuh juga menjadi rentan
terhadap infeksi
Tidak semua penderita diabetes mengalami gejala ini dan beberapa orang lainnya
bahkan tidak mengalami gejala apa pu Pada keadaan ini baru diketahui bahwa mereka
ternyata menderita penyakit DM dari pemeriksaan laboratorium rutin
Resistensi insulin juga dapat disebabkan oleh adanya hormon estrogen progesteron
kortisol prolaktin dan plasenta laktogen Hormon tersebut mempengaruhi reseptor
insulin pada sel sehingga mengurangi afinitas insulin (Prawirohardjo 1997) (1)
D Faktor Risiko
Umur lebih dari 30 tahun
Obesitas dengan indeks massa tubuh ge 30 kgm2
Riwayat DM pada keluarga
Pernah menderita DM gestasional sebelumnya
Pernah melahirkan anak besar gt 4000 gram
Adanya glukosuria
Riwayat bayi cacat bawaan
Riwayat bayi lahir mati
Riwayat keguguran
Riwayat infertilitas
Hipertensi (7)
13
E Pengaruh DM dengan kehamilan
a Pengaruh kehamilan persalinan dan nifas pada diabetes adalah
Kehamilan dapat menyebabkan status prediabetik manifes ( diabetik )
Diabetes akan menjadi lebih berat oleh kehamilan
Pada persalinan yang memerlukan tenaga ibu dan kerja rahim akan memerlukan
glukosa banyak maka bisa terjadi hipoglikemia atau koma
Dalam masa lakatasi keperluan akan insulin akan bertambah(3)
b Pengaruh diabetes terhadap kehamilan
Abortus dan partus prematurus
Hidramnion
Pre ndash eklamsia
Kesalahan letak janin
Insufisiensi plasenta(3)
c Pengaruh diabetes terhadap persalinan
Inersia uteri dan atonia uteri
Distorsia karna janin ( anak besar Bahu lebar )
Kelahiran mati
Persalinan lebih sering di tolong secara operatif
Angka kejadian pendarahan dan infeksi tinggi
Morbiditas dan mortalitas ibu tinggi(3)
d Pengaruh Diabetes terhadap nifas
Perdarahan dan infeksi puerperal ebih tinggi
Luka ndashluka jalan lahir lambat pulih sembuh
14
e Pengaruh Diabetes terhadap janin atau bayi
Serig terjadi abortus
Kematian janin dalam kandungan setelah 36 minggu
Daat terjadi cacat bawaan
Dismaturitas
Janin besar ( bayi kingkong makrosomia )
Kematian neonatal tinggi
Kemudian hari dapat terjadi kelainan neurologi dan psikologi(3)
F Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penyaring perlu dilakukan pada kelompok dengan resiko tinggi untuk
DM yaitu kelompok usia dewasa tua (gt 40 tahun) obesitas tekanan darah tinggi riwayat
keluarga DM riwayat kehamilan dengan berat badan bayi gt 4000 gr riwayat DM pada
kehamilan dan dislipidemia
Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan dengan pemeriksan glukosa darah sewaktu
kadar glukosa darah puasa Kemudian dapat diikuti dengan Tes Toleransi Glukosa Oral
(TTGO) standar
Keluhan dan gejala yang khas ditambah hasil pemeriksaan glukosa darah sewaktu
gt200 mgdl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM bila hasil pemeriksaan glukosa
darah meragukan pemeriksaaan TTGO diperlukan untuk memastikan diagnosis DM Untuk
diagnosis DM dan gangguan toleransi glukosa lainnya diperiksa glukosa darah 2 jam setelah
beban glukosa Sekurang-kurangnya diperlukan kadar glukosa darah 2 kali abnormal untuk
konfirmasi diagnosis DM pada hari yang alain atau TTGO yang abnormal
15
Kriteria Diagnosis
1 Gejala klasik DM + gula darah sewaktu 200 mgdl Gula darah sewaktu merupakan
hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memerhatikan waktu makan terakhir
Atau
2 Kadar gula darah puasa 1048725 126 mgdl Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori
tambahan sedikitnya 8 jam Atau
3 Kadar gula darah 2 jam pada TTGO 200mgdl TTGO dilakukan dengan Standard
WHO menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 g glukosa anhidrus yang
dilarutkan dalam air (7)
Cara pelaksanaan TTGO (WHO 1994)
Tiga hari sebelum pemeriksaan tetap makan seperti kebiasaan sehari-hari (dengan
karbohidrat yang cukup) dan tetap melakukan kegiatan jasmani seperti biasa
Berpuasa paling sedikit 8 jam (mulai malam hari) sebelum pemeriksaan minum air
putih tanpa gula tetap diperbolehkan
Diperiksa kadar glukosa darah puasa
Diberikan glukosa 75 g (orang dewasa) atau 175 gKg BB (anak-anak) dilarutkan
dalam 250 ml air dan diminum dalam waktu 5 menit
Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan 2 jam setelah
minum larutan glukosa selesai
Diperiksa kadar glukosa darah 2 jam sesudah beban glukosa
Selama proses pemeriksaan subyek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok(7)
Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau DM maka dapat
digolongkan ke dalam kelompok TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) atau GDPT (Glukosa
Darah Puasa Terganggu) dari hasil yang diperoleh
TGT glukosa darah plasma 2 jam setelah pembebanan antara 140 ndash 199 mgdl
GDPT glukosa darah puasa antara 100 ndash 125 mgdl (7)
16
Reduksi Urine
Pemeriksaan reduksi urine merupakan bagian dari pemeriksaan urine rutin yang selalu
dilakukan di klinik Hasil yang (+) menunjukkan adanya glukosuria Beberapa hal yang perlu
diingat dari hasil pemeriksaan reduksi urine adalah
Digunakan pada pemeriksaan pertama sekali untuk tes skrining bukan untuk
menegakkan Diagnosis
Nilai (+) sampai (++++)
Jika reduksi (+) masih mungkin oleh sebab lain seperti renal glukosuria obat-
obatan dan lainnya
Reduksi (++) kemungkinan KGD 200 ndash 300 mg
Reduksi (+++) kemungkinan KGD 300 ndash 400 mg
Reduksi (++++) kemungkinan KGD 400 mg
Dapat digunakan untuk kontrol hasil pengobatan
Bila ada gangguan fungsi ginjal tidak bisa dijadikan pedoman (7)
Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik sebagai patokan
penyaring dan diagnosis (mgdl)
Bukan DM Belum pasti DM DM
Kadar glukosa darah sewaktu
- Plasma vena lt 110 110 ndash 199 gt 200
- Darah kapiler lt 90 90 ndash 199 gt 200
Kadar glukosa darah puasa
- Plasma vena lt 110 110 ndash 125 gt 126
- Darah kapiler lt 90 90 ndash 109 gt 110
17
Diagnosis dapat dengan mudah di tegakkan
Anamnesis Riwayat persalinan yang lalu abortus partus prematurus kematian
janindan anak besar
Riwayat keluarga ( herediter )
Keluhan sekarang trias poliuri polidipsi polifagi dan pernah berobat sakit gula
pada dokter
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan urin
Pemeriksaan KGD puasa dan post ndash prandiol
Glukosa toleran tes (GTT)
Nilai K(3)
G Penatalaksanan Diabetes Melitus terhadap ibu hamil
Sesuai dengan pengelolaan medis DM pada umumnya pengelolaan DMG juga
terutama didasari atas pengelolaan gizi diet dan pengendalian berat badan ibu
1 Kontrol secara ketat gula darah
2 Hindari adanya infeksi saluran kemih atau infeksi lainnya Lakukan upaya
pencegahan infeksi dengan baik
3 Pada bayi baru lahir dapat cepat terjadi hipoglikemia sehingga perlu diberikan infus
glukosa
4 Penanganan DMG yang terutama adalah diet dianjurkan diberikan 25 kalorikgBB
ideal kecuali pada penderita yang gemuk dipertimbangkan kalori yang lebih mudah
5 Cara yang dianjurkan adalah cara Broca yaitu BB ideal = (TB-100)-10 BB
6 Kebutuhan kalori adalah jumlah keseluruhan kalori yang diperhitungkan dari
Kalori basal 25 kalkgBB ideal
Kalori kegiatan jasmani 10-30
Kalori untuk kehamilan 300 kalori
Perlu diingat kebutuhan protein ibu hamil 1-15 grkgBB(5)
18
Jika dengan terapi diet selama 2 minggu kadar glukosa darah belum mencapai normal atau
normoglikemia yaitu kadar glukosa darah puasa di bawah 105 mgdl dan 2 jam pp di bawah
120 mgdl maka terapi insulin harus segera dimulai (5)
Pemantauan dapat dikerjakan dengan menggunakan alat pengukur glukosa darah kapiler
Perhitungan menu seimbang sama dengan perhitungan pada kasus DM umumnya dengan
ditambahkan sejumlah 300-500 kalori per hari untuk tumbuh kembang janin selama masa
kehamilan sampai dengan masa menyusui selesai
Pengelolaan DM dalam kehamilan bertujuan untuk
Mempertahankan kadar glukosa darah puasa lt 105 mgdl
Mempertahankan kadar glukosa darah 2 jam pp lt 120 mgdl
Mempertahankan kadar Hb glikosilat (Hb Alc) lt 6
Mencegah episode hipoglikemia
Mencegah ketonuriaketoasidosis deiabetik
Mengusahakan tumbuh kembang janin yang optimal dan normal (5)
Dianjurkan pemantauan gula darah teratur minimal 2 kali seminggu (ideal setiap hari
jika mungkin dengan alat pemeriksaan sendiri di rumah) Dianjurkan kontrol sesuai jadwal
pemeriksaan antenatal semakin dekat dengan perkiraan persalinan maka kontrol semakin
sering Hb glikosilat diperiksa secara ideal setiap 6-8 minggu sekali (5)
Kenaikan berat badan ibu dianjurkan sekitar 1-25 kg pada trimester pertama dan
selanjutnya rata-rata 05 kg setiap minggu Sampai akhir kehamilan kenaikan berat badan
yang dianjurkan tergantung status gizi awal ibu (ibu BB kurang 14-20 kg ibu BB normal
125-175 kg dan ibu BB lebihobesitas 75-125 kg) (5)
Jika pengelolaan diet saja tidak berhasil maka insulin langsung digunakan Insulin
yang digunakan harus preparat insulin manusia (human insulin) karena insulin yang bukan
berasal dari manusia (non-human insulin) dapat menyebabkan terbentuknya antibodi terhadap
insulin endogen dan antibodi ini dapat menembus sawar darah plasenta (placental blood
barrier) sehingga dapat mempengaruhi janin (5)
19
Pada DMG insulin yang digunakan adalah insulin dosis rendah dengan lama kerja
intermediate dan diberikan 1-2 kali sehari Dosis insulin diperkirakan antara 05-15
unitkgBB Obat hipoglikemik oral tidak digunakan dalam DMG karena efek
teratogenitasnya yang tinggi dan dapat diekskresikan dalamjumlah besar melalui ASI (5)
H Komplikasi
Komplikasi pada Ibu
Hipoglikemia terjadi pada enam bulan pertama kehamilan
Hiperglikemia terjadi pada kehamilan 20 ndash 30 minggu akibat resistensi insulin
Infeksi saluran kemih
Preeklampsi
Hidramnion
Retinopati
Trauma persalinan akibat bayi besar(7)
Masalah pada anak
Abortus
Kelainan kongenital spt sacral agenesis neural tube defek
Respiratory distress
Neonatal hiperglikemia
Makrosomia
Hipocalcemia
kematian perinatal akibat diabetik ketoasidosis
Hiperbilirubinemia(7)
I Tanda Komplikasi DM
Makrovaskular stroke penyakit jantung koroner ulkus gangren
Mikrovaskular retina (retinopati) dan ginjal (gagal ginjal kronik) saraf (stroke
neuropati)
Koma hiperglikemi hipoglikemi stroke (7)
20
J Prognosis
1 Bila penyakit di tangani oleh dokter ahli penyakit dalam serta kehamilan dan
persalinan di awasi dan di tolong oeh ahli kebidanan umumnya prognosis baik
2 Diabetes berat dan di derita lama apalagi ada komplikasi prognosis buruk
3 Prognosis bagi bayi jelek faktor ndash faktor yang meninggikan morbiditas dan
mortalitas bayi adalah
Berat dan lamany sakit dan adanya asetonuri
Insufisiensi plasenta
Komplikasi dan distosio persalinan
Sindrom gawat napas ( respiratory stress syndrome )
Prematuritas dan cacat bawaan
Angka kematian perinatal kira ndash kira 10 ndash 15 (3)
III PENANGANAN PERSALINAN PADA IBU YANG MENDERITA DM
Pada penderita yang penyakitnya tidak berat dan cukup di puasai dengan diet saja dan
tidak mempunyai riwayat obstetric yang buruk dapat di harapkan partus spontansampai
kehamilan 40 minggu Lebih dari pada itu sebaiknya dilakukan induksi parsalinan karena
prognosis menjadi lebih buruk Apabila diabetes nya berat dan memerlukan pengobatan
insulin sebaiknya kehamilan diakhiri lebih dini biasanya dalam kehamilan antara 36 dan 38
minggu Lebih- lebih apabila kehamilan nya disertai komplikasi lain seperti pre-eklampsi
janin yang tidak baik pertumbuhan nya atau terlampau besar diabetesnya sukar dikuasai atau
apabila ada riwayat kematian perinatal maka dapat di pertimbangkan untuk mengakhiri
kehamilan lebih dini baik dengan induksi maupun dengan seksio sesaria Dalam pelaksanaan
partus pervaginam baik yang tanpa maupun yang dengan induksin keadaan janin harus lebih
ketat di awasi jika mungkin dengan pencatatan denyut jantung janin terus menerus (5)
Penyulit yang sering di jumpai dalam persalinan
a Inersio uteri dan atonia uteri
b Distosia bahu karena anak besar
21
c Kelahiran mati
d Lebih sering mengakhiri partus dengan tindakan termasuk secsio sesaria
e Lebih mudah terjadi infeksi
f Angka kematian maternal lebih tinggi(5)
Pengelolaan Pascapersalinan
Karena sudah tidak ada resistensi terhadap insulin lagi maka pada periode
pascapesalinan perempuan dengan diabetes gestasional jarang memerlukan insulin
Pasien dengan diabetes yang terkontrol dengan diet setelah persalinan tidak perlu
diperiksa kadar glukosanya Namunbila pada waktu kehamilan diberi pengobatan
insulin sebelum meninggalkan rumah sakit perlu diperiksa kadar glukosa puasa dan 2
jam pascaprandial
Karena resiko terjadinya tipe 2 diabetes melitus dikemudian hari meningkat maka 6
minggu pascapersalinan perlu dilakukan pemeriksaan diabetes dengan cara
pemeriksaan gula darah puasa dalam dua waktu atau 2 jam setelah pemberian 75g
glukosa pada glucose tolerance test
jika kadar
1 lt 140 mgdl normal
2 140-200 mgdl gangguan toleransi glukosa
3 gt 200 mgdl DM
Bila test ini menunjukkan kadar yang normal maka kadar glukosa darah puasa
dievaluasi lagi setelah 3 tahun
Skrining diabetes ini harus dilakukan secara berkala khususnya pada pasien dengan
kadar glukosa darah puasa meningkat waktu kehamilan
Perempuan yang pernah menderita diabetes melitus gestasional harus diberi konseling
agar menyusui anakanya karena pemberian ASI akan memperbaiki kontrol kadar gula
darah
Harus direncanakan penggunaan kontrasepsi karena sekali perempuan hamil
menderita diabetes maka dia beisiko terkena hal yang sama pada kehamilan
berikutnya
22
Bagi perempuan yang obes setelah melahirkan harus melakukan upaya penurunan
berat badan dengan diet dan berilahraga secra teratur agar resiko terjadinya diabetes
menjadi menurun (5)
IV PENANGANAN BAYI BARU LAHIR DARI IBU DENGAN DM
Bayi lahir dari ibu dengan Diabetes Melitus berisiko untuk terjadi hipoglikemia pada
3 hari pertama setelah lahir walaupun bayi sudah dapat minum dengan baik Ibu dengan DM
mempunyai resiko kematian bayi lima kali dibanding ibu tidak dengan DM dan sering
mengalami abortus ataupun kematian dalam kandungan Bayi dengan ibu DM mengalami
Transient Hiperinsulinism yang dapat mengakibatkan Hipoglikemia Macrosomia pada bayi
yang dilahirkan dan dapat berakibat kesulitan lahir Tanda bayi hipoglikemia adalah Distres
nafas malas minum jitteriness mudah terangsang sampai kejang (2)
Kadar Glukose Darah Rendah (Hipoglikemia)
Adalah bila kadar glukosa darah kurang dari 45 mgdL (26 mmolL)
Masalah
a Glukose darah kurang 25 mgdL (11 mmolL) atau terdapat tanda Hipoglikemi
b Glukose darah 25 mgdL (11 mmolL) _ 45 mgdL (26 mmolL) tanpa tanda
Hipoglikemia (2)
Pengelolaan Hipoglikemia
a Glukose darah kurang 25 mgdL (11 mmolL) atau terdapat tanda hipoglikemi
Pasang jalur IV jika belum terpasang
Berikan glukose 10 2 mLkg secara IV bolus pelan dalam lima menit
Jika jalur IV tidak dapat dipasang dengan cepat berikan larutan
glukose melalui pipa lambungdengan dosis yang sama
Infus glukose 10 sesuai kebutuhan rumatan
23
Periksa kadar glukose darah satu jam setelah bolus glukose dan kemudian tiap tiga
jam
Jika kadar glukose darah masih kurang 25 mgdL (11 mmolL) ulangi
pemberian bolus glukose seperti tersebut di atas dan lanjutkan pemberian infus
Jika kadar glukose darah 25-45 mgdL (11-26 mmolL) lanjutkan infus dan
ulangi pemeriksaan kadar glukose setiap tiga jam sampai kadar glukose 45 mgdL
(26 mmolL) atau lebih
Bila kadar glukose darah 45 mgdL (26 mmolL) atau lebih dalam dua kali
pemeriksaan berturut-turut ikuti petunjuk tentang frekuensi pemeriksaan kadar
glukose darah setelah kadar glukose darah kembali normal
Anjurkan ibu menyusui Bila bayi tidak dapat menyusu berikan ASI peras
dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum
Bila kemampuan minum bayi meningkat turunkan pemberian cairan infus setiap
hari secara bertahap Jangan menghentikan infus glukose dengan tiba-tiba (2)
b Glukose darah 25 mgdL (11 mmolL)-45 mgdL (26 mmolL) tanpa tanda
Hipoglikemia
Anjurkan ibu menyusui Bila bayi tidak dapat menyusu berikan ASI peras dengan
menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum
Pantau tanda hipoglikemia dan bila dijumpai tanda tersebut tangani seperti tersebut di
atas
Periksa kadar glukose darah dalam tiga jam atau sebelum pemberian minum
berikutnya
Jika kadar glukose darah kurang 25 mgdL (11 mmolL) atau terdapat tanda
hipoglikemia tangani seperti tersebut di atas
Jika kadar glukose darah masih antara 25-45 mgdL (11-26 mmolL) naikkan
frekuensi pemberian minum ASI atau naikkan volume pemberian minum dengan
menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum
Jika kadar glukose darah 45 mgdL (26 mmolL) atau lebih lihat tentang
frekuensi pemeriksaan kadar glukose darah di bawah ini (2)
24
Frekuensi Pemeriksaan Glukose Darah Setelah Kadar Glukose Darah Normal
Jika bayi mendapatkan cairan IV untuk alasan apapun lanjutkan pemeriksaan kadar
glukose darah setiap 12 jam selama bayi masih memerlukan infus Jika kapan saja
kadar glukose darah turun tangani seperti tersebut di atas
Jika bayi sudah tidak lagi mendapat infus cairan IV periksa kadar glukose darah
setiap 12 jam sebanyak dua kali pemeriksaan
Jika kapan saja kadar glukose darah turun tangani seperti tersebut di atas
Jika kadar glukose darah tetap normal selama waktu tersebut maka pengukuran
dihentikan
Anjurkan ibu untuk menyusui secara dini dan lebih sering paling tidak 8 kali sehari
siang dan malam (2)
Bila bayi berumur kurang 3 hari amati sampai umur 3 hari periksa kadar glukose pada
Saat bayi datang atau pada umur 3 jam
Tiga jam setelah pemeriksaan pertama kemudian tiap 6 jam selama 24 jam atau
sampai kadar glukose dalam batas normal dalam 2 kali pemeriksaan berturut ndash turut
Bila kadar glukose le 45 mgdL atau bayi menunjukkan tanda hipoglikemi (tremor
atau letargi) tangani untuk hipoglikemi (lihat Hipoglikemi)
Bila dalam pengamatan tidak ada tanda hipoglikemi atau masalah lain bayi dapat
minum dengan baik pulangkan bayi pada hari ke 3
Bila bayi berumur 3 hari atau lebih dan tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit bayi
tidak perlu pengamatan Bila bayi dapat minum baik dan tidak ada masalah lain yang
memerlukan perawatan di rumah sakit bayi dapat dipulangkan (2)
25
BAB III
PERMASALAHAN
SKENARIO 4
NyAni yang hamil dan Sakit Gula
NyAni 36 tahun G5P3A1 datang ke Rumah Sakit untuk memeriksa kehamilannya yang
berusia 32 minggu Selain itu NyAni juga mengeluhkan poliuri polifagi dan polidipsi pada
dokter yang menanganinya Anak I lahir hidup dengan BB 3200 gr partus pervaginam
Anak II lahir hidup dengan BB 3400 gr partus pervaginam Anak III lahir hidup dengan
BB 3600 gr partus pervaginam Riwayat abortus (+) Riwayat menderita DM (-) Riwayat
keluarga menderita DM (+) TB NyAni = 160 cm BB NyAni = 72 kg
Pemeriksaan Vital Sign TD = 12080 mmhg HR = 82xmenit RR = 22xmenit T = 372 W C
DJJ 120x Letak kepala
Apakah yang terjadi pada NyAni Tindakan apa yang harus kita lakukan sebagai dokter
26
BAB IV
PEMBAHASAN
I KLARIFIKASI ISTILAH
Poliuri Sekresi urin yang berlebihan (4)
Polifagi Makan secara berlebihan (4)
Polidipsi Rasa haus yang sangat dan berlangsung lama (4)
DM Kelainan metabolik dimana ditemukan ketidakmampuan untuk
mengoksidasi karbohidrat akibat gangguan pada mekanisme insulin yang normal
menimbulkan hiperglikemia glikosuria poliuria rasa haus rasa lapar badan
kurus kelemahan asidosis sering menyebabkan dipsnea lipemia ketonuria dan
akhirnya koma (4)
II MENETAPKAN PERMASALAHAN
1 NyAni 36 tahun G5P3A1 datang ke Rumah Sakit untuk memeriksa
kehamilannya yang berusia 32 minggu dan mengeluhkan poliuri polifagi dan
polidipsi
2 Riwayat keluarga menderita DM (+)
3 Riwayat persalinan BB bayi setiap kelahiran selalu bertambah
III ANALISIS MASALAH
1 Dari umur yaitu 36 tahun sudah mempunyai resiko tinggi pada kehamilan
Poliuri polifagi dan polidipsi merupakan gejala khas DM yang tersembunyi pada
ibu hamil
G5P3A1 ini juga merupakan faktor resiko karena adanya riwayat abortus
2 DM adalah penyakit yang dapat di turunkan kemungkinan NyAni mengalami DM
karena adanya Riwayat DM pada keluarga Tetapi diperlukan juga pemeriksaan
penunjang untuk memastikan apakah NyAni memang menderita DM atau tidak
3 Pada riwayat persalinan dimana BB bayi setiap kelahiran selalu bertambah ini juga
merupakan faktor resiko dari Diabetes Melitus
27
IV KESIMPULAN SEMENTARA
1 Kemungkinan NyAni menderita DM dilihat dari gejala dan riwayat persalinan
dimana BB bayi setiap kelahiran selalu bertambah serta riwayat DM pada keluarga
2 Kemungkinan NyAni menderita DM setelah kehamilan
3 Perlunya pemeriksaan penunjang untuk menentukan DM atau tidak karena NyAni
kemungkinan saja mengalami toleransi glukosa
4 Adanya riwayat obstetri yang buruk yaitu abortus
ANAMNESIS
Nama Ani
Jenis Kelamin female
Alamat -
Umur 36 years old
Keluhan Utama Memeriksa kehamilannya yang berusia 32 minggu dan juga
mengeluhkan poliuri polifagi dan polidipsi
Keluhan Tambahan -
Riwayat Penyakit Dahulu -
Riwayat Penyakit Keluarga DM (+)
Riwayat Sosial -
Riwayat Obstetri G5 P3 A1
Vital Signs
TD 12080 mmHg
HR 82xmenit
RR 22xmenit
T 372C
DJJ 120x
Lokasi kepala
General situation
TB = 160 cm
BB = 72 kg
28
V TUJUAN PEMEBELAJARAN
1 Mengetahui Diabetes Melitus secara umum
2 Mengetahui Diabetes Melitus pada Ibu hamil
3 Penatalaksanaan Diabetes Melitus pada Ibu hamil
4 Pengaruh kehamilan pada Diabetes Melitus
5 Penanganan persalinan pada Ibu yang menderita Diabetes Melitus
VI BELAJAR MANDIRI
1 Text book
2 Internet
3 Kamus dorland
VII KESIMPULAN AKHIR
Kemungkinan NyAni mengalami Diabetes Melitus dilihat dari keluhan riwayat
persalinan dan riwayat keluarga
Dibutuhkan pemeriksaan penunjang untuk diagnosa yang lebih tepat
Pemeriksaan yang di maksud adalah
Pemeriksaan urin
Pemeriksaan KGD puasa dan post ndash prandiol
Glukosa toleran tes (GTT)
Nilai K(3)
Perlunya tindakan yang cepat dan tepat untuk mencegah terjadinya komplikasi dan
prognosis yang buruk
29
BAB V
PENUTUP
Penderita DM Gestasional memunyai resiko yang tinggi terhadap kambuhnya
penyakit diabetes yang pernah dideritannya pada saat hamil sebelumnya
Saran 6-8 minggu setelah melahirkan ibu tersebut melakukan test plasma glukosa
puasa dan OGTT 75 gram glukosa Pasien gemuk penderita GDM sebaiknya mengontrol
BB karena diperkirakan akan menjadi DM dalam 20 tahun kemudian
Wanita dengan diabetes masih dapat hamil dan punya anak sepanjang gula darah
terkontrol Disarankan memilih kontrasepsi dengan kadar estrogen rendah dan dapat
memakai pil tambahan hormon progesteron IUD dapat menimbulkan risiko infeksi
Perlu diperhatikan risiko morbiditas dan mortalitas maternal dan perinatal tinggi
Dengan pengelolaan sebaik-baiknya hasil akhir tetap dapat optimal
30
- A Pengertian
- Menurut Brunner and Suddarth 2001 Diabetes Mellitus merupakan sekelompok kelainan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia Pada Diabetes Mellitus kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun atau pankreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin (1)
- Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo 2002)
- B Klasifikasi
- 1 Klasifikasi diabetes mellitus secara umum sebagai berikut
- C Etiologi
- 1 DM tipe I
- a) Faktor genetic
- Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (1)
- b) Faktor-faktor imunologi
- Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen (1)
- c) Faktor lingkungan
- Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi sel beta (1)
- 2 Diabetes Tipe II
- Menurut Brunner dan Suddarth 2001 mekanisme tepat yang menyebabkan belum diketahui Namun ada beberapa resiko yang berhubungan dengan terjadinya DM type II
- D Tanda dan Gejala
- E Patofisiologi (Patways) DM
- Katarak
- Glaukoma
- Retinopati
- Gatal seluruh badan
- Pruritus Vulvae
- Infeksi bakteri kulit
- Infeksi jamur di kulit
- Dermatopati
- Neuropati perifer
- Neuropati viseral
- Amiotropi
- Ulkus Neurotropik
- Penyakit ginjal
- Penyakit pembuluh darah perifer
- Penyakit koroner
- Penyakit pembuluh darah otak
- Hipertensi
- Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal yang tinggi dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur atau bahkan inkontinensia urin Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat terhadap dehidrasi Karena itu tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada stadium lanjut (Patric Davey 2002 )
- Penyakit yang mula-mula ringan dan sedang saja yang biasa terdapat pada pasien DM usia lanjut dapat berubah tiba-tiba apabila pasien mengalami infeksi akut Defisiensi insulin yang tadinya bersifat relatif sekarang menjadi absolut dan timbul keadaan ketoasidosis dengan gejala khas hiperventilasi dan dehidrasi kesadaran menurun dengan hiperglikemia dehidrasi dan ketonemia Gejala yang biasa terjadi pada hipoglikemia seperti rasa lapar menguap dan berkeringat banyak umumnya tidak ada pada DM usia lanjut Biasanya tampak bermanifestasi sebagai sakit kepala dan kebingungan mendadak (Patric Davey 2002 )
- Pada usia lanjut reaksi vegetatif dapat menghilang Sedangkan gejala kebingungan dan koma yang merupakan gangguan metabolisme serebral tampak lebih jelas
- F Pemeriksaan Penunjang
- G Komplikasi
- Komplikasi Akut
- Komplikasi Kronis
- H Penatalaksanaan
- I Prognosis
-
D Tanda dan Gejala
a Banyak kencing (poliuria)
b Haus dan banyak minum (polidipsia) lapar (polifagia)
c Letih lesu
d Penurunan berat badan yang tidak dapat
e dijelaskan sebabnya
f Lemah badan kesemutan gatal pandangan
g kabur disfungsi ereksi pada pria dan pruritus
h vulvae pada wanita(7)
E Patofisiologi (Patways) DM
5
Menurut Supartondo gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering ditemukan
adalah
Katarak
Glaukoma
Retinopati
Gatal seluruh badan
Pruritus Vulvae
Infeksi bakteri kulit
Infeksi jamur di kulit
Dermatopati
Neuropati perifer
Neuropati viseral
Amiotropi
Ulkus Neurotropik
Penyakit ginjal
Penyakit pembuluh darah perifer
Penyakit koroner
Penyakit pembuluh darah otak
Hipertensi
Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal yang
tinggi dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur atau bahkan
inkontinensia urin Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan akibatnya
mereka tidak bereaksi adekuat terhadap dehidrasi Karena itu tidak terjadi polidipsia
atau baru terjadi pada stadium lanjut (Patric Davey 2002 )
Penyakit yang mula-mula ringan dan sedang saja yang biasa terdapat pada
pasien DM usia lanjut dapat berubah tiba-tiba apabila pasien mengalami infeksi akut
Defisiensi insulin yang tadinya bersifat relatif sekarang menjadi absolut dan timbul
keadaan ketoasidosis dengan gejala khas hiperventilasi dan dehidrasi kesadaran
menurun dengan hiperglikemia dehidrasi dan ketonemia Gejala yang biasa terjadi
pada hipoglikemia seperti rasa lapar menguap dan berkeringat banyak umumnya
tidak ada pada DM usia lanjut Biasanya tampak bermanifestasi sebagai sakit kepala
dan kebingungan mendadak (Patric Davey 2002 )
6
Pada usia lanjut reaksi vegetatif dapat menghilang Sedangkan gejala kebingungan
dan koma yang merupakan gangguan metabolisme serebral tampak lebih jelas
F Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penyaring perlu dilakukan pada kelompok dengan risiko tinggi untuk
DM yaitu kelompok usia dewasa tua ( gt40 tahun) obesitas tekanan darah tinggi riwayat
keluarga DM riwayat kehamilan dengan berat badan lahir bayi gt4000 g riwayat DM pada
kehamilan dan displipidemia
Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan dengan pemeriksaan glukosa darah sewaktu
kadar glukosa darah puasa kemudian dapat diikuti dengan Tes Toleransi Glukosa Oral
(TTGO) standar Untuk kelompok risiko tinggi yang hasil pemeriksaan penyaringnya
negatif perlu pemeriksaan penyaring ulangan tiap tahun Bagi pasien berusia gt45 tahun tanpa
faktor resiko pemeriksaan penyaring dapat dilakukan setiap 3 tahun
Tabel Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan
metode enzimatik sebagai patokan penyaring dan diagnosis
DM (mgdl)
Bukan
DM
Belum
pasti DMDM
Kadar glukosa darah sewaktu
Plasma vena lt110 110 - 199 gt200
Darah kapiler lt90 90 - 199 gt200
Kadar glukosa darah puasa
Plasma vena lt110 110 - 125 gt126
Darah kapiler lt90 90 - 109 gt110
7
Cara pemeriksaan TTGO adalah
1 Tiga hari sebelum pemeriksaan pasien makan seperti biasa
2 Kegiatan jasmani sementara cukuptidak terlalu banyak
3 Pasien puasa semalam selama 10-12 jam
4 Periksa glukosa darah puasa
5 Berikan glukosa 75 g yang dilarutkan dalam air 250 ml lalu minum dalam waktu 5
menit
6 Periksa glukosa darah 1 jam dan 2 jam sesudah beban glukosa
7 Selama pemeriksaan pasien yang diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok (7)
G Komplikasi
Komplikasi Akut
1 Ketoasidosis diabetic (KAD)
Adalah Kedaaan dekompesasi kekacauan metabolic yang ditandai oleh triasterutama
diakibatkan oleh defisiensi insulin absolute atau insulin relative
2 Hipoglikemia
Adalah penurunan kadar glukosa dalam darahbiasanya disebabkan peningkatan kadar insulin
yang kurang tepatasupan karbohidrat kurang
3 Hiperglikemia Hiperosmolar non ketotik
Adalah suatu dekompensasi metabolic pada pasien diabetes tanpa disertai adanya
ketosisgejalanya pada dehirasi berathiperglikemia beratdan gangguan neurologis
8
Komplikasi Kronis
a Makroangiopati mengenai pembuluh darah besar pembuluh darah jantung pembuluh
darah tepi pembuluh darah otak
b Mikroangiopati mengenai pembuluh darah kecil retinopati diabetik nefropati diabetik
c Neuropati diabetik
d Rentan infeksi seperti tuberkulosis paru gingivitis dan infeksi saluran kemih
e Kaki diabetik
H Penatalaksanaan
Dalam jangka pendek penatalaksaan DM bertujuan untuk menghilangkan
keluhangejala DM Sedangkan tujuan jangka panjangnya adalah untuk mencegah
komplikasi Tujuan tersebut dilaksanakan dengan cara menormalkan kadar glukosa lipid dan
insulin Untuk mempermudah tercapainya tujuan tersebut kegiatan dilaksanakan dalam
bentuk pengelolaan pasien secara holistik dan mengajarkan kegiatan mandiri Pengobatan
diabetes secara menyeluruh mencakup diet yang benar olahraga yang teratur kemudian
dilanjutkan dengan obat-obatan yang diminum atau suntikan insulin
Obat Hipoglikemia Oral (OHO)
a Sulfonilurea
Obat golongan sulfonilurea bekerja dengan cara
Menstimulasi penglepasan insulin yang tersimpan
Menurunkan ambang sekresi insulin
Meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa
Klorpropamid kurang dianjurkan pada keadaan insufisiensi renal dan orang tua karena risiko
hipoglikemia yang berkepanjangan demikian juga glibenklamid Untuk orang tua dianjurkan
preparat dengan waktu kerja pendek (tolbutamid glikuidon) Glikuidon juga diberikan pada
pasien DM dengan gangguan fungsi ginjal atau hati ringan
9
b Bliguanid
Bliguanid menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak sampai di bawah normal
Preparat yang ada dan aman adalah metformin Obat ini dianjurkan untuk pasien
gemuk (Indeks Massa TubuhIMT gt30) sebagai obat tunggal Pada pasien dengan
berat lebih (IMT 27-30) dapat dikombinasi dengan obat golongan sulfonilurea
c Inhibitor α glukosidase
Obat ini bekerja secara kompetitif menghambat kerja enzim α glukosidase di dalam
saluran cerna sehingga menurunkan penyerapan glukosa dan menurunkan
hiperglikemia pascaprandial
d Insulin sensitizing agent
Thoazolidinediones adalah golongan obat baru yang mempunyai efek farmakologi
meningkatkan sensitivitas insulin sehingga bisa mengatasi masalah resistensi insulin
dan berbagai masalah akibat resistensi insulin tanpa menyebabkan hipoglikemia Obat
ini belum beredar di Indonesia
Insulin
Indikasi penggunaan insulin pada NIDDM adalah
DM dengan berat badan menurun cepatkurus
Ketoasidosis asidosis laktat dan koma hiperosmolar
DM yang mengalami stres berat (infeksi sistemik operasi berat dan lain-lain)
DM dengan kehamilanDM gestasional yang tidak terkendali dengan perencanaan
makan
DM yang tidak berhasil dikelola dengan obat hipoglikemia oral dosis maksimal atau
ada kontraindikasi dengan obat tersebut
I Prognosis
Sekitar 60 pasien DMTI yang mendapat insulin dapat bertahan hidup seperti orang
normal Sisanya dapat mengalami kebutaan gagal ginjal kronik dan kemungkinan untuk
meninggal lebih cepat
10
II DIABETES MELITUS GESTASIONAL
A Defenisi
Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) adalah kelainan pada metabolisme karbohidrat
dari faktor yang memberatkan yang terjadi selama kehamilan (Marilyn 2001) (1)
DMG adalah kehamilan normal yang disertai dengan peningkatan insulin resistance
(ibu hamil gagal mempertahankan euglycemia)(1)
Pada DM dengan kehamilan ada 2 kemungkinan yang dialami oleh si Ibu
a Ibu tersebut memang telah menderita DM sejak sebelum hamil
b Si ibu mengalamimenderita DM saat hamil(7)
Klasifikasi DM dengan Kehamilan menurut Pyke
1 Klas I Gestasional diabetes yaitu diabetes yang timbul pada waktu hamil dan
menghilang setelah melahirkan
2 Klas II Pregestasional diabetes yaitu diabetes mulai sejak sebelum hamil dan
berlanjut setelah hamil
3 Klas III Pregestasional diabetes yang disertai dengan komplikasi penyakit
pembuluh darah seperti retinopatinefropati penyakit pemburuh darah panggul dan
pembuluh darah perifer (7)
90 dari wanita hamil yang menderita Diabetes termasuk ke dalam kategori DM Gestasional
(Tipe II) dan DM yang tergantung pada insulin (Insulin Dependent Diabetes Mellitus =
IDDM tipe I) (7)
B Metabolisme Karbohidrat Pada Kehamilan Normal
Pada wanita hamil normal terjadi banyak sekali perubahan hormonal dan metabolik
untuk pertumbuhan dan perkembangan fetus yang optimal Yang berhubungan dengan
patologi diabetes mellitus adalah perubahan metabolisme karbohidrat (6)
Pada kehamilan normal terjadi kadar glukosa plasma ibu yang lebih rendah secara
bermakna karena
11
1 Ambilan glukosa sirkulasi plasenta meningkat
2 Produksi glukosa dari hati menurun
3 Produksi alanin (salah satu prekursor glukoneogenesis) menurun
4 Aktifitas ekskresi ginjal meningkat
5 Efek hormon-hormon gestasional (human placental lactogen hormon2 plasenta
lainnya hormon2 ovarium hipofisis pankreas adrenal growth factors dsb) Selain
itu terjadi juga perubahan metabolisme lemak dan asam amino (6)
C Patofisologi
Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolisme endokrin dan karbohidrat yang
menunjang pemasokan makanan bagi janin serta persiapan untuk menyusui Glukosa
dapat berdifusi secara tetap melalui plasenta kepada janin sehingga kadarnya dalam darah
janin hampir menyerupai kadar darah ibu Insulin ibu tidak dapat mencapai janin
sehingga kadar gula darah ibu mempengaruhi kadar darah janin Pengendalian kadar gula
darah terutama dipengaruhi oleh insulin di samping hormon estrogen steroid dan
plasenta laktogen Akibat lambatnya resorbsi makanan maka terjadi hiperglikemia yang
relatif lama dan ini menyebabkan kebutuhan insulin meningkat Menjelang aterm
kebutuhan insulin meningkat hingga mencapai 3 kali dari keadaan normal Hal ini disebut
tekanan diabetojenik dalam kehamilan Secara fisiologis telah terjadi resistensi insulin
yaitu bila ia ditambah dengan insulin eksogen ia tidak mudah menjadi hipoglikemia
Yang menjadi masalah adalah bila seorang ibu tidak mampu meningkatkan insulin
sehingga ia relatif hipoinsulin yang mengakibatkan hiperglikemia atau diabetes
kehamilan
Glukosa yang tidak masuk ke sel tubuh akan tertimbun di dalam darah Setelah
mencapai kadar tertentu glukosa tersebut juga akan muncul dalam air seni padahal air
seni yang normal tidak mengandung glukosa Jika glukosa terdapat dalam air seni
glukosa tersebut akan menarik lebih banyak air bersamanya dengan demikian
menyebabkan bertambahnya volume air seni Karena terjadi pengeluaran air seni yang
berlebihan tubuh kehilangan banyak cairan sehingga terjadi rasa haus yang berlebihan
Ketika sel tidak terdapat cukup glukosa dikarenakan kurangnya jumlah insulin
meski sebenarnya dalam darah terdapat glukosa yang berlebihan boleh dikatakan sel-sel
12
ini lsquokelaparanrsquo Hal ini menyebabkan peningkatan nafsu makan dan walaupun penderita
DM sudah makan lebih banyak kelihatannya sel tidak pernah mendapatkan cukup
glukosa
Untuk mendapatkan energi yang dibutuhkan sel yang ldquokelaparanrdquo ini mulai
memecahkan lemak dan protein yang ada di dalam tubuh Hal ini mengakibatkan
turunnya berat badan dan rasa lelah Jika kadar glukosa dalam darah sangat tinggi
beberapa orang menjadi mudah tersinggung Selain itu tubuh juga menjadi rentan
terhadap infeksi
Tidak semua penderita diabetes mengalami gejala ini dan beberapa orang lainnya
bahkan tidak mengalami gejala apa pu Pada keadaan ini baru diketahui bahwa mereka
ternyata menderita penyakit DM dari pemeriksaan laboratorium rutin
Resistensi insulin juga dapat disebabkan oleh adanya hormon estrogen progesteron
kortisol prolaktin dan plasenta laktogen Hormon tersebut mempengaruhi reseptor
insulin pada sel sehingga mengurangi afinitas insulin (Prawirohardjo 1997) (1)
D Faktor Risiko
Umur lebih dari 30 tahun
Obesitas dengan indeks massa tubuh ge 30 kgm2
Riwayat DM pada keluarga
Pernah menderita DM gestasional sebelumnya
Pernah melahirkan anak besar gt 4000 gram
Adanya glukosuria
Riwayat bayi cacat bawaan
Riwayat bayi lahir mati
Riwayat keguguran
Riwayat infertilitas
Hipertensi (7)
13
E Pengaruh DM dengan kehamilan
a Pengaruh kehamilan persalinan dan nifas pada diabetes adalah
Kehamilan dapat menyebabkan status prediabetik manifes ( diabetik )
Diabetes akan menjadi lebih berat oleh kehamilan
Pada persalinan yang memerlukan tenaga ibu dan kerja rahim akan memerlukan
glukosa banyak maka bisa terjadi hipoglikemia atau koma
Dalam masa lakatasi keperluan akan insulin akan bertambah(3)
b Pengaruh diabetes terhadap kehamilan
Abortus dan partus prematurus
Hidramnion
Pre ndash eklamsia
Kesalahan letak janin
Insufisiensi plasenta(3)
c Pengaruh diabetes terhadap persalinan
Inersia uteri dan atonia uteri
Distorsia karna janin ( anak besar Bahu lebar )
Kelahiran mati
Persalinan lebih sering di tolong secara operatif
Angka kejadian pendarahan dan infeksi tinggi
Morbiditas dan mortalitas ibu tinggi(3)
d Pengaruh Diabetes terhadap nifas
Perdarahan dan infeksi puerperal ebih tinggi
Luka ndashluka jalan lahir lambat pulih sembuh
14
e Pengaruh Diabetes terhadap janin atau bayi
Serig terjadi abortus
Kematian janin dalam kandungan setelah 36 minggu
Daat terjadi cacat bawaan
Dismaturitas
Janin besar ( bayi kingkong makrosomia )
Kematian neonatal tinggi
Kemudian hari dapat terjadi kelainan neurologi dan psikologi(3)
F Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penyaring perlu dilakukan pada kelompok dengan resiko tinggi untuk
DM yaitu kelompok usia dewasa tua (gt 40 tahun) obesitas tekanan darah tinggi riwayat
keluarga DM riwayat kehamilan dengan berat badan bayi gt 4000 gr riwayat DM pada
kehamilan dan dislipidemia
Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan dengan pemeriksan glukosa darah sewaktu
kadar glukosa darah puasa Kemudian dapat diikuti dengan Tes Toleransi Glukosa Oral
(TTGO) standar
Keluhan dan gejala yang khas ditambah hasil pemeriksaan glukosa darah sewaktu
gt200 mgdl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM bila hasil pemeriksaan glukosa
darah meragukan pemeriksaaan TTGO diperlukan untuk memastikan diagnosis DM Untuk
diagnosis DM dan gangguan toleransi glukosa lainnya diperiksa glukosa darah 2 jam setelah
beban glukosa Sekurang-kurangnya diperlukan kadar glukosa darah 2 kali abnormal untuk
konfirmasi diagnosis DM pada hari yang alain atau TTGO yang abnormal
15
Kriteria Diagnosis
1 Gejala klasik DM + gula darah sewaktu 200 mgdl Gula darah sewaktu merupakan
hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memerhatikan waktu makan terakhir
Atau
2 Kadar gula darah puasa 1048725 126 mgdl Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori
tambahan sedikitnya 8 jam Atau
3 Kadar gula darah 2 jam pada TTGO 200mgdl TTGO dilakukan dengan Standard
WHO menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 g glukosa anhidrus yang
dilarutkan dalam air (7)
Cara pelaksanaan TTGO (WHO 1994)
Tiga hari sebelum pemeriksaan tetap makan seperti kebiasaan sehari-hari (dengan
karbohidrat yang cukup) dan tetap melakukan kegiatan jasmani seperti biasa
Berpuasa paling sedikit 8 jam (mulai malam hari) sebelum pemeriksaan minum air
putih tanpa gula tetap diperbolehkan
Diperiksa kadar glukosa darah puasa
Diberikan glukosa 75 g (orang dewasa) atau 175 gKg BB (anak-anak) dilarutkan
dalam 250 ml air dan diminum dalam waktu 5 menit
Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan 2 jam setelah
minum larutan glukosa selesai
Diperiksa kadar glukosa darah 2 jam sesudah beban glukosa
Selama proses pemeriksaan subyek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok(7)
Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau DM maka dapat
digolongkan ke dalam kelompok TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) atau GDPT (Glukosa
Darah Puasa Terganggu) dari hasil yang diperoleh
TGT glukosa darah plasma 2 jam setelah pembebanan antara 140 ndash 199 mgdl
GDPT glukosa darah puasa antara 100 ndash 125 mgdl (7)
16
Reduksi Urine
Pemeriksaan reduksi urine merupakan bagian dari pemeriksaan urine rutin yang selalu
dilakukan di klinik Hasil yang (+) menunjukkan adanya glukosuria Beberapa hal yang perlu
diingat dari hasil pemeriksaan reduksi urine adalah
Digunakan pada pemeriksaan pertama sekali untuk tes skrining bukan untuk
menegakkan Diagnosis
Nilai (+) sampai (++++)
Jika reduksi (+) masih mungkin oleh sebab lain seperti renal glukosuria obat-
obatan dan lainnya
Reduksi (++) kemungkinan KGD 200 ndash 300 mg
Reduksi (+++) kemungkinan KGD 300 ndash 400 mg
Reduksi (++++) kemungkinan KGD 400 mg
Dapat digunakan untuk kontrol hasil pengobatan
Bila ada gangguan fungsi ginjal tidak bisa dijadikan pedoman (7)
Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik sebagai patokan
penyaring dan diagnosis (mgdl)
Bukan DM Belum pasti DM DM
Kadar glukosa darah sewaktu
- Plasma vena lt 110 110 ndash 199 gt 200
- Darah kapiler lt 90 90 ndash 199 gt 200
Kadar glukosa darah puasa
- Plasma vena lt 110 110 ndash 125 gt 126
- Darah kapiler lt 90 90 ndash 109 gt 110
17
Diagnosis dapat dengan mudah di tegakkan
Anamnesis Riwayat persalinan yang lalu abortus partus prematurus kematian
janindan anak besar
Riwayat keluarga ( herediter )
Keluhan sekarang trias poliuri polidipsi polifagi dan pernah berobat sakit gula
pada dokter
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan urin
Pemeriksaan KGD puasa dan post ndash prandiol
Glukosa toleran tes (GTT)
Nilai K(3)
G Penatalaksanan Diabetes Melitus terhadap ibu hamil
Sesuai dengan pengelolaan medis DM pada umumnya pengelolaan DMG juga
terutama didasari atas pengelolaan gizi diet dan pengendalian berat badan ibu
1 Kontrol secara ketat gula darah
2 Hindari adanya infeksi saluran kemih atau infeksi lainnya Lakukan upaya
pencegahan infeksi dengan baik
3 Pada bayi baru lahir dapat cepat terjadi hipoglikemia sehingga perlu diberikan infus
glukosa
4 Penanganan DMG yang terutama adalah diet dianjurkan diberikan 25 kalorikgBB
ideal kecuali pada penderita yang gemuk dipertimbangkan kalori yang lebih mudah
5 Cara yang dianjurkan adalah cara Broca yaitu BB ideal = (TB-100)-10 BB
6 Kebutuhan kalori adalah jumlah keseluruhan kalori yang diperhitungkan dari
Kalori basal 25 kalkgBB ideal
Kalori kegiatan jasmani 10-30
Kalori untuk kehamilan 300 kalori
Perlu diingat kebutuhan protein ibu hamil 1-15 grkgBB(5)
18
Jika dengan terapi diet selama 2 minggu kadar glukosa darah belum mencapai normal atau
normoglikemia yaitu kadar glukosa darah puasa di bawah 105 mgdl dan 2 jam pp di bawah
120 mgdl maka terapi insulin harus segera dimulai (5)
Pemantauan dapat dikerjakan dengan menggunakan alat pengukur glukosa darah kapiler
Perhitungan menu seimbang sama dengan perhitungan pada kasus DM umumnya dengan
ditambahkan sejumlah 300-500 kalori per hari untuk tumbuh kembang janin selama masa
kehamilan sampai dengan masa menyusui selesai
Pengelolaan DM dalam kehamilan bertujuan untuk
Mempertahankan kadar glukosa darah puasa lt 105 mgdl
Mempertahankan kadar glukosa darah 2 jam pp lt 120 mgdl
Mempertahankan kadar Hb glikosilat (Hb Alc) lt 6
Mencegah episode hipoglikemia
Mencegah ketonuriaketoasidosis deiabetik
Mengusahakan tumbuh kembang janin yang optimal dan normal (5)
Dianjurkan pemantauan gula darah teratur minimal 2 kali seminggu (ideal setiap hari
jika mungkin dengan alat pemeriksaan sendiri di rumah) Dianjurkan kontrol sesuai jadwal
pemeriksaan antenatal semakin dekat dengan perkiraan persalinan maka kontrol semakin
sering Hb glikosilat diperiksa secara ideal setiap 6-8 minggu sekali (5)
Kenaikan berat badan ibu dianjurkan sekitar 1-25 kg pada trimester pertama dan
selanjutnya rata-rata 05 kg setiap minggu Sampai akhir kehamilan kenaikan berat badan
yang dianjurkan tergantung status gizi awal ibu (ibu BB kurang 14-20 kg ibu BB normal
125-175 kg dan ibu BB lebihobesitas 75-125 kg) (5)
Jika pengelolaan diet saja tidak berhasil maka insulin langsung digunakan Insulin
yang digunakan harus preparat insulin manusia (human insulin) karena insulin yang bukan
berasal dari manusia (non-human insulin) dapat menyebabkan terbentuknya antibodi terhadap
insulin endogen dan antibodi ini dapat menembus sawar darah plasenta (placental blood
barrier) sehingga dapat mempengaruhi janin (5)
19
Pada DMG insulin yang digunakan adalah insulin dosis rendah dengan lama kerja
intermediate dan diberikan 1-2 kali sehari Dosis insulin diperkirakan antara 05-15
unitkgBB Obat hipoglikemik oral tidak digunakan dalam DMG karena efek
teratogenitasnya yang tinggi dan dapat diekskresikan dalamjumlah besar melalui ASI (5)
H Komplikasi
Komplikasi pada Ibu
Hipoglikemia terjadi pada enam bulan pertama kehamilan
Hiperglikemia terjadi pada kehamilan 20 ndash 30 minggu akibat resistensi insulin
Infeksi saluran kemih
Preeklampsi
Hidramnion
Retinopati
Trauma persalinan akibat bayi besar(7)
Masalah pada anak
Abortus
Kelainan kongenital spt sacral agenesis neural tube defek
Respiratory distress
Neonatal hiperglikemia
Makrosomia
Hipocalcemia
kematian perinatal akibat diabetik ketoasidosis
Hiperbilirubinemia(7)
I Tanda Komplikasi DM
Makrovaskular stroke penyakit jantung koroner ulkus gangren
Mikrovaskular retina (retinopati) dan ginjal (gagal ginjal kronik) saraf (stroke
neuropati)
Koma hiperglikemi hipoglikemi stroke (7)
20
J Prognosis
1 Bila penyakit di tangani oleh dokter ahli penyakit dalam serta kehamilan dan
persalinan di awasi dan di tolong oeh ahli kebidanan umumnya prognosis baik
2 Diabetes berat dan di derita lama apalagi ada komplikasi prognosis buruk
3 Prognosis bagi bayi jelek faktor ndash faktor yang meninggikan morbiditas dan
mortalitas bayi adalah
Berat dan lamany sakit dan adanya asetonuri
Insufisiensi plasenta
Komplikasi dan distosio persalinan
Sindrom gawat napas ( respiratory stress syndrome )
Prematuritas dan cacat bawaan
Angka kematian perinatal kira ndash kira 10 ndash 15 (3)
III PENANGANAN PERSALINAN PADA IBU YANG MENDERITA DM
Pada penderita yang penyakitnya tidak berat dan cukup di puasai dengan diet saja dan
tidak mempunyai riwayat obstetric yang buruk dapat di harapkan partus spontansampai
kehamilan 40 minggu Lebih dari pada itu sebaiknya dilakukan induksi parsalinan karena
prognosis menjadi lebih buruk Apabila diabetes nya berat dan memerlukan pengobatan
insulin sebaiknya kehamilan diakhiri lebih dini biasanya dalam kehamilan antara 36 dan 38
minggu Lebih- lebih apabila kehamilan nya disertai komplikasi lain seperti pre-eklampsi
janin yang tidak baik pertumbuhan nya atau terlampau besar diabetesnya sukar dikuasai atau
apabila ada riwayat kematian perinatal maka dapat di pertimbangkan untuk mengakhiri
kehamilan lebih dini baik dengan induksi maupun dengan seksio sesaria Dalam pelaksanaan
partus pervaginam baik yang tanpa maupun yang dengan induksin keadaan janin harus lebih
ketat di awasi jika mungkin dengan pencatatan denyut jantung janin terus menerus (5)
Penyulit yang sering di jumpai dalam persalinan
a Inersio uteri dan atonia uteri
b Distosia bahu karena anak besar
21
c Kelahiran mati
d Lebih sering mengakhiri partus dengan tindakan termasuk secsio sesaria
e Lebih mudah terjadi infeksi
f Angka kematian maternal lebih tinggi(5)
Pengelolaan Pascapersalinan
Karena sudah tidak ada resistensi terhadap insulin lagi maka pada periode
pascapesalinan perempuan dengan diabetes gestasional jarang memerlukan insulin
Pasien dengan diabetes yang terkontrol dengan diet setelah persalinan tidak perlu
diperiksa kadar glukosanya Namunbila pada waktu kehamilan diberi pengobatan
insulin sebelum meninggalkan rumah sakit perlu diperiksa kadar glukosa puasa dan 2
jam pascaprandial
Karena resiko terjadinya tipe 2 diabetes melitus dikemudian hari meningkat maka 6
minggu pascapersalinan perlu dilakukan pemeriksaan diabetes dengan cara
pemeriksaan gula darah puasa dalam dua waktu atau 2 jam setelah pemberian 75g
glukosa pada glucose tolerance test
jika kadar
1 lt 140 mgdl normal
2 140-200 mgdl gangguan toleransi glukosa
3 gt 200 mgdl DM
Bila test ini menunjukkan kadar yang normal maka kadar glukosa darah puasa
dievaluasi lagi setelah 3 tahun
Skrining diabetes ini harus dilakukan secara berkala khususnya pada pasien dengan
kadar glukosa darah puasa meningkat waktu kehamilan
Perempuan yang pernah menderita diabetes melitus gestasional harus diberi konseling
agar menyusui anakanya karena pemberian ASI akan memperbaiki kontrol kadar gula
darah
Harus direncanakan penggunaan kontrasepsi karena sekali perempuan hamil
menderita diabetes maka dia beisiko terkena hal yang sama pada kehamilan
berikutnya
22
Bagi perempuan yang obes setelah melahirkan harus melakukan upaya penurunan
berat badan dengan diet dan berilahraga secra teratur agar resiko terjadinya diabetes
menjadi menurun (5)
IV PENANGANAN BAYI BARU LAHIR DARI IBU DENGAN DM
Bayi lahir dari ibu dengan Diabetes Melitus berisiko untuk terjadi hipoglikemia pada
3 hari pertama setelah lahir walaupun bayi sudah dapat minum dengan baik Ibu dengan DM
mempunyai resiko kematian bayi lima kali dibanding ibu tidak dengan DM dan sering
mengalami abortus ataupun kematian dalam kandungan Bayi dengan ibu DM mengalami
Transient Hiperinsulinism yang dapat mengakibatkan Hipoglikemia Macrosomia pada bayi
yang dilahirkan dan dapat berakibat kesulitan lahir Tanda bayi hipoglikemia adalah Distres
nafas malas minum jitteriness mudah terangsang sampai kejang (2)
Kadar Glukose Darah Rendah (Hipoglikemia)
Adalah bila kadar glukosa darah kurang dari 45 mgdL (26 mmolL)
Masalah
a Glukose darah kurang 25 mgdL (11 mmolL) atau terdapat tanda Hipoglikemi
b Glukose darah 25 mgdL (11 mmolL) _ 45 mgdL (26 mmolL) tanpa tanda
Hipoglikemia (2)
Pengelolaan Hipoglikemia
a Glukose darah kurang 25 mgdL (11 mmolL) atau terdapat tanda hipoglikemi
Pasang jalur IV jika belum terpasang
Berikan glukose 10 2 mLkg secara IV bolus pelan dalam lima menit
Jika jalur IV tidak dapat dipasang dengan cepat berikan larutan
glukose melalui pipa lambungdengan dosis yang sama
Infus glukose 10 sesuai kebutuhan rumatan
23
Periksa kadar glukose darah satu jam setelah bolus glukose dan kemudian tiap tiga
jam
Jika kadar glukose darah masih kurang 25 mgdL (11 mmolL) ulangi
pemberian bolus glukose seperti tersebut di atas dan lanjutkan pemberian infus
Jika kadar glukose darah 25-45 mgdL (11-26 mmolL) lanjutkan infus dan
ulangi pemeriksaan kadar glukose setiap tiga jam sampai kadar glukose 45 mgdL
(26 mmolL) atau lebih
Bila kadar glukose darah 45 mgdL (26 mmolL) atau lebih dalam dua kali
pemeriksaan berturut-turut ikuti petunjuk tentang frekuensi pemeriksaan kadar
glukose darah setelah kadar glukose darah kembali normal
Anjurkan ibu menyusui Bila bayi tidak dapat menyusu berikan ASI peras
dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum
Bila kemampuan minum bayi meningkat turunkan pemberian cairan infus setiap
hari secara bertahap Jangan menghentikan infus glukose dengan tiba-tiba (2)
b Glukose darah 25 mgdL (11 mmolL)-45 mgdL (26 mmolL) tanpa tanda
Hipoglikemia
Anjurkan ibu menyusui Bila bayi tidak dapat menyusu berikan ASI peras dengan
menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum
Pantau tanda hipoglikemia dan bila dijumpai tanda tersebut tangani seperti tersebut di
atas
Periksa kadar glukose darah dalam tiga jam atau sebelum pemberian minum
berikutnya
Jika kadar glukose darah kurang 25 mgdL (11 mmolL) atau terdapat tanda
hipoglikemia tangani seperti tersebut di atas
Jika kadar glukose darah masih antara 25-45 mgdL (11-26 mmolL) naikkan
frekuensi pemberian minum ASI atau naikkan volume pemberian minum dengan
menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum
Jika kadar glukose darah 45 mgdL (26 mmolL) atau lebih lihat tentang
frekuensi pemeriksaan kadar glukose darah di bawah ini (2)
24
Frekuensi Pemeriksaan Glukose Darah Setelah Kadar Glukose Darah Normal
Jika bayi mendapatkan cairan IV untuk alasan apapun lanjutkan pemeriksaan kadar
glukose darah setiap 12 jam selama bayi masih memerlukan infus Jika kapan saja
kadar glukose darah turun tangani seperti tersebut di atas
Jika bayi sudah tidak lagi mendapat infus cairan IV periksa kadar glukose darah
setiap 12 jam sebanyak dua kali pemeriksaan
Jika kapan saja kadar glukose darah turun tangani seperti tersebut di atas
Jika kadar glukose darah tetap normal selama waktu tersebut maka pengukuran
dihentikan
Anjurkan ibu untuk menyusui secara dini dan lebih sering paling tidak 8 kali sehari
siang dan malam (2)
Bila bayi berumur kurang 3 hari amati sampai umur 3 hari periksa kadar glukose pada
Saat bayi datang atau pada umur 3 jam
Tiga jam setelah pemeriksaan pertama kemudian tiap 6 jam selama 24 jam atau
sampai kadar glukose dalam batas normal dalam 2 kali pemeriksaan berturut ndash turut
Bila kadar glukose le 45 mgdL atau bayi menunjukkan tanda hipoglikemi (tremor
atau letargi) tangani untuk hipoglikemi (lihat Hipoglikemi)
Bila dalam pengamatan tidak ada tanda hipoglikemi atau masalah lain bayi dapat
minum dengan baik pulangkan bayi pada hari ke 3
Bila bayi berumur 3 hari atau lebih dan tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit bayi
tidak perlu pengamatan Bila bayi dapat minum baik dan tidak ada masalah lain yang
memerlukan perawatan di rumah sakit bayi dapat dipulangkan (2)
25
BAB III
PERMASALAHAN
SKENARIO 4
NyAni yang hamil dan Sakit Gula
NyAni 36 tahun G5P3A1 datang ke Rumah Sakit untuk memeriksa kehamilannya yang
berusia 32 minggu Selain itu NyAni juga mengeluhkan poliuri polifagi dan polidipsi pada
dokter yang menanganinya Anak I lahir hidup dengan BB 3200 gr partus pervaginam
Anak II lahir hidup dengan BB 3400 gr partus pervaginam Anak III lahir hidup dengan
BB 3600 gr partus pervaginam Riwayat abortus (+) Riwayat menderita DM (-) Riwayat
keluarga menderita DM (+) TB NyAni = 160 cm BB NyAni = 72 kg
Pemeriksaan Vital Sign TD = 12080 mmhg HR = 82xmenit RR = 22xmenit T = 372 W C
DJJ 120x Letak kepala
Apakah yang terjadi pada NyAni Tindakan apa yang harus kita lakukan sebagai dokter
26
BAB IV
PEMBAHASAN
I KLARIFIKASI ISTILAH
Poliuri Sekresi urin yang berlebihan (4)
Polifagi Makan secara berlebihan (4)
Polidipsi Rasa haus yang sangat dan berlangsung lama (4)
DM Kelainan metabolik dimana ditemukan ketidakmampuan untuk
mengoksidasi karbohidrat akibat gangguan pada mekanisme insulin yang normal
menimbulkan hiperglikemia glikosuria poliuria rasa haus rasa lapar badan
kurus kelemahan asidosis sering menyebabkan dipsnea lipemia ketonuria dan
akhirnya koma (4)
II MENETAPKAN PERMASALAHAN
1 NyAni 36 tahun G5P3A1 datang ke Rumah Sakit untuk memeriksa
kehamilannya yang berusia 32 minggu dan mengeluhkan poliuri polifagi dan
polidipsi
2 Riwayat keluarga menderita DM (+)
3 Riwayat persalinan BB bayi setiap kelahiran selalu bertambah
III ANALISIS MASALAH
1 Dari umur yaitu 36 tahun sudah mempunyai resiko tinggi pada kehamilan
Poliuri polifagi dan polidipsi merupakan gejala khas DM yang tersembunyi pada
ibu hamil
G5P3A1 ini juga merupakan faktor resiko karena adanya riwayat abortus
2 DM adalah penyakit yang dapat di turunkan kemungkinan NyAni mengalami DM
karena adanya Riwayat DM pada keluarga Tetapi diperlukan juga pemeriksaan
penunjang untuk memastikan apakah NyAni memang menderita DM atau tidak
3 Pada riwayat persalinan dimana BB bayi setiap kelahiran selalu bertambah ini juga
merupakan faktor resiko dari Diabetes Melitus
27
IV KESIMPULAN SEMENTARA
1 Kemungkinan NyAni menderita DM dilihat dari gejala dan riwayat persalinan
dimana BB bayi setiap kelahiran selalu bertambah serta riwayat DM pada keluarga
2 Kemungkinan NyAni menderita DM setelah kehamilan
3 Perlunya pemeriksaan penunjang untuk menentukan DM atau tidak karena NyAni
kemungkinan saja mengalami toleransi glukosa
4 Adanya riwayat obstetri yang buruk yaitu abortus
ANAMNESIS
Nama Ani
Jenis Kelamin female
Alamat -
Umur 36 years old
Keluhan Utama Memeriksa kehamilannya yang berusia 32 minggu dan juga
mengeluhkan poliuri polifagi dan polidipsi
Keluhan Tambahan -
Riwayat Penyakit Dahulu -
Riwayat Penyakit Keluarga DM (+)
Riwayat Sosial -
Riwayat Obstetri G5 P3 A1
Vital Signs
TD 12080 mmHg
HR 82xmenit
RR 22xmenit
T 372C
DJJ 120x
Lokasi kepala
General situation
TB = 160 cm
BB = 72 kg
28
V TUJUAN PEMEBELAJARAN
1 Mengetahui Diabetes Melitus secara umum
2 Mengetahui Diabetes Melitus pada Ibu hamil
3 Penatalaksanaan Diabetes Melitus pada Ibu hamil
4 Pengaruh kehamilan pada Diabetes Melitus
5 Penanganan persalinan pada Ibu yang menderita Diabetes Melitus
VI BELAJAR MANDIRI
1 Text book
2 Internet
3 Kamus dorland
VII KESIMPULAN AKHIR
Kemungkinan NyAni mengalami Diabetes Melitus dilihat dari keluhan riwayat
persalinan dan riwayat keluarga
Dibutuhkan pemeriksaan penunjang untuk diagnosa yang lebih tepat
Pemeriksaan yang di maksud adalah
Pemeriksaan urin
Pemeriksaan KGD puasa dan post ndash prandiol
Glukosa toleran tes (GTT)
Nilai K(3)
Perlunya tindakan yang cepat dan tepat untuk mencegah terjadinya komplikasi dan
prognosis yang buruk
29
BAB V
PENUTUP
Penderita DM Gestasional memunyai resiko yang tinggi terhadap kambuhnya
penyakit diabetes yang pernah dideritannya pada saat hamil sebelumnya
Saran 6-8 minggu setelah melahirkan ibu tersebut melakukan test plasma glukosa
puasa dan OGTT 75 gram glukosa Pasien gemuk penderita GDM sebaiknya mengontrol
BB karena diperkirakan akan menjadi DM dalam 20 tahun kemudian
Wanita dengan diabetes masih dapat hamil dan punya anak sepanjang gula darah
terkontrol Disarankan memilih kontrasepsi dengan kadar estrogen rendah dan dapat
memakai pil tambahan hormon progesteron IUD dapat menimbulkan risiko infeksi
Perlu diperhatikan risiko morbiditas dan mortalitas maternal dan perinatal tinggi
Dengan pengelolaan sebaik-baiknya hasil akhir tetap dapat optimal
30
- A Pengertian
- Menurut Brunner and Suddarth 2001 Diabetes Mellitus merupakan sekelompok kelainan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia Pada Diabetes Mellitus kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun atau pankreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin (1)
- Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo 2002)
- B Klasifikasi
- 1 Klasifikasi diabetes mellitus secara umum sebagai berikut
- C Etiologi
- 1 DM tipe I
- a) Faktor genetic
- Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (1)
- b) Faktor-faktor imunologi
- Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen (1)
- c) Faktor lingkungan
- Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi sel beta (1)
- 2 Diabetes Tipe II
- Menurut Brunner dan Suddarth 2001 mekanisme tepat yang menyebabkan belum diketahui Namun ada beberapa resiko yang berhubungan dengan terjadinya DM type II
- D Tanda dan Gejala
- E Patofisiologi (Patways) DM
- Katarak
- Glaukoma
- Retinopati
- Gatal seluruh badan
- Pruritus Vulvae
- Infeksi bakteri kulit
- Infeksi jamur di kulit
- Dermatopati
- Neuropati perifer
- Neuropati viseral
- Amiotropi
- Ulkus Neurotropik
- Penyakit ginjal
- Penyakit pembuluh darah perifer
- Penyakit koroner
- Penyakit pembuluh darah otak
- Hipertensi
- Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal yang tinggi dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur atau bahkan inkontinensia urin Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat terhadap dehidrasi Karena itu tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada stadium lanjut (Patric Davey 2002 )
- Penyakit yang mula-mula ringan dan sedang saja yang biasa terdapat pada pasien DM usia lanjut dapat berubah tiba-tiba apabila pasien mengalami infeksi akut Defisiensi insulin yang tadinya bersifat relatif sekarang menjadi absolut dan timbul keadaan ketoasidosis dengan gejala khas hiperventilasi dan dehidrasi kesadaran menurun dengan hiperglikemia dehidrasi dan ketonemia Gejala yang biasa terjadi pada hipoglikemia seperti rasa lapar menguap dan berkeringat banyak umumnya tidak ada pada DM usia lanjut Biasanya tampak bermanifestasi sebagai sakit kepala dan kebingungan mendadak (Patric Davey 2002 )
- Pada usia lanjut reaksi vegetatif dapat menghilang Sedangkan gejala kebingungan dan koma yang merupakan gangguan metabolisme serebral tampak lebih jelas
- F Pemeriksaan Penunjang
- G Komplikasi
- Komplikasi Akut
- Komplikasi Kronis
- H Penatalaksanaan
- I Prognosis
-
Menurut Supartondo gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering ditemukan
adalah
Katarak
Glaukoma
Retinopati
Gatal seluruh badan
Pruritus Vulvae
Infeksi bakteri kulit
Infeksi jamur di kulit
Dermatopati
Neuropati perifer
Neuropati viseral
Amiotropi
Ulkus Neurotropik
Penyakit ginjal
Penyakit pembuluh darah perifer
Penyakit koroner
Penyakit pembuluh darah otak
Hipertensi
Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal yang
tinggi dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur atau bahkan
inkontinensia urin Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan akibatnya
mereka tidak bereaksi adekuat terhadap dehidrasi Karena itu tidak terjadi polidipsia
atau baru terjadi pada stadium lanjut (Patric Davey 2002 )
Penyakit yang mula-mula ringan dan sedang saja yang biasa terdapat pada
pasien DM usia lanjut dapat berubah tiba-tiba apabila pasien mengalami infeksi akut
Defisiensi insulin yang tadinya bersifat relatif sekarang menjadi absolut dan timbul
keadaan ketoasidosis dengan gejala khas hiperventilasi dan dehidrasi kesadaran
menurun dengan hiperglikemia dehidrasi dan ketonemia Gejala yang biasa terjadi
pada hipoglikemia seperti rasa lapar menguap dan berkeringat banyak umumnya
tidak ada pada DM usia lanjut Biasanya tampak bermanifestasi sebagai sakit kepala
dan kebingungan mendadak (Patric Davey 2002 )
6
Pada usia lanjut reaksi vegetatif dapat menghilang Sedangkan gejala kebingungan
dan koma yang merupakan gangguan metabolisme serebral tampak lebih jelas
F Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penyaring perlu dilakukan pada kelompok dengan risiko tinggi untuk
DM yaitu kelompok usia dewasa tua ( gt40 tahun) obesitas tekanan darah tinggi riwayat
keluarga DM riwayat kehamilan dengan berat badan lahir bayi gt4000 g riwayat DM pada
kehamilan dan displipidemia
Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan dengan pemeriksaan glukosa darah sewaktu
kadar glukosa darah puasa kemudian dapat diikuti dengan Tes Toleransi Glukosa Oral
(TTGO) standar Untuk kelompok risiko tinggi yang hasil pemeriksaan penyaringnya
negatif perlu pemeriksaan penyaring ulangan tiap tahun Bagi pasien berusia gt45 tahun tanpa
faktor resiko pemeriksaan penyaring dapat dilakukan setiap 3 tahun
Tabel Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan
metode enzimatik sebagai patokan penyaring dan diagnosis
DM (mgdl)
Bukan
DM
Belum
pasti DMDM
Kadar glukosa darah sewaktu
Plasma vena lt110 110 - 199 gt200
Darah kapiler lt90 90 - 199 gt200
Kadar glukosa darah puasa
Plasma vena lt110 110 - 125 gt126
Darah kapiler lt90 90 - 109 gt110
7
Cara pemeriksaan TTGO adalah
1 Tiga hari sebelum pemeriksaan pasien makan seperti biasa
2 Kegiatan jasmani sementara cukuptidak terlalu banyak
3 Pasien puasa semalam selama 10-12 jam
4 Periksa glukosa darah puasa
5 Berikan glukosa 75 g yang dilarutkan dalam air 250 ml lalu minum dalam waktu 5
menit
6 Periksa glukosa darah 1 jam dan 2 jam sesudah beban glukosa
7 Selama pemeriksaan pasien yang diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok (7)
G Komplikasi
Komplikasi Akut
1 Ketoasidosis diabetic (KAD)
Adalah Kedaaan dekompesasi kekacauan metabolic yang ditandai oleh triasterutama
diakibatkan oleh defisiensi insulin absolute atau insulin relative
2 Hipoglikemia
Adalah penurunan kadar glukosa dalam darahbiasanya disebabkan peningkatan kadar insulin
yang kurang tepatasupan karbohidrat kurang
3 Hiperglikemia Hiperosmolar non ketotik
Adalah suatu dekompensasi metabolic pada pasien diabetes tanpa disertai adanya
ketosisgejalanya pada dehirasi berathiperglikemia beratdan gangguan neurologis
8
Komplikasi Kronis
a Makroangiopati mengenai pembuluh darah besar pembuluh darah jantung pembuluh
darah tepi pembuluh darah otak
b Mikroangiopati mengenai pembuluh darah kecil retinopati diabetik nefropati diabetik
c Neuropati diabetik
d Rentan infeksi seperti tuberkulosis paru gingivitis dan infeksi saluran kemih
e Kaki diabetik
H Penatalaksanaan
Dalam jangka pendek penatalaksaan DM bertujuan untuk menghilangkan
keluhangejala DM Sedangkan tujuan jangka panjangnya adalah untuk mencegah
komplikasi Tujuan tersebut dilaksanakan dengan cara menormalkan kadar glukosa lipid dan
insulin Untuk mempermudah tercapainya tujuan tersebut kegiatan dilaksanakan dalam
bentuk pengelolaan pasien secara holistik dan mengajarkan kegiatan mandiri Pengobatan
diabetes secara menyeluruh mencakup diet yang benar olahraga yang teratur kemudian
dilanjutkan dengan obat-obatan yang diminum atau suntikan insulin
Obat Hipoglikemia Oral (OHO)
a Sulfonilurea
Obat golongan sulfonilurea bekerja dengan cara
Menstimulasi penglepasan insulin yang tersimpan
Menurunkan ambang sekresi insulin
Meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa
Klorpropamid kurang dianjurkan pada keadaan insufisiensi renal dan orang tua karena risiko
hipoglikemia yang berkepanjangan demikian juga glibenklamid Untuk orang tua dianjurkan
preparat dengan waktu kerja pendek (tolbutamid glikuidon) Glikuidon juga diberikan pada
pasien DM dengan gangguan fungsi ginjal atau hati ringan
9
b Bliguanid
Bliguanid menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak sampai di bawah normal
Preparat yang ada dan aman adalah metformin Obat ini dianjurkan untuk pasien
gemuk (Indeks Massa TubuhIMT gt30) sebagai obat tunggal Pada pasien dengan
berat lebih (IMT 27-30) dapat dikombinasi dengan obat golongan sulfonilurea
c Inhibitor α glukosidase
Obat ini bekerja secara kompetitif menghambat kerja enzim α glukosidase di dalam
saluran cerna sehingga menurunkan penyerapan glukosa dan menurunkan
hiperglikemia pascaprandial
d Insulin sensitizing agent
Thoazolidinediones adalah golongan obat baru yang mempunyai efek farmakologi
meningkatkan sensitivitas insulin sehingga bisa mengatasi masalah resistensi insulin
dan berbagai masalah akibat resistensi insulin tanpa menyebabkan hipoglikemia Obat
ini belum beredar di Indonesia
Insulin
Indikasi penggunaan insulin pada NIDDM adalah
DM dengan berat badan menurun cepatkurus
Ketoasidosis asidosis laktat dan koma hiperosmolar
DM yang mengalami stres berat (infeksi sistemik operasi berat dan lain-lain)
DM dengan kehamilanDM gestasional yang tidak terkendali dengan perencanaan
makan
DM yang tidak berhasil dikelola dengan obat hipoglikemia oral dosis maksimal atau
ada kontraindikasi dengan obat tersebut
I Prognosis
Sekitar 60 pasien DMTI yang mendapat insulin dapat bertahan hidup seperti orang
normal Sisanya dapat mengalami kebutaan gagal ginjal kronik dan kemungkinan untuk
meninggal lebih cepat
10
II DIABETES MELITUS GESTASIONAL
A Defenisi
Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) adalah kelainan pada metabolisme karbohidrat
dari faktor yang memberatkan yang terjadi selama kehamilan (Marilyn 2001) (1)
DMG adalah kehamilan normal yang disertai dengan peningkatan insulin resistance
(ibu hamil gagal mempertahankan euglycemia)(1)
Pada DM dengan kehamilan ada 2 kemungkinan yang dialami oleh si Ibu
a Ibu tersebut memang telah menderita DM sejak sebelum hamil
b Si ibu mengalamimenderita DM saat hamil(7)
Klasifikasi DM dengan Kehamilan menurut Pyke
1 Klas I Gestasional diabetes yaitu diabetes yang timbul pada waktu hamil dan
menghilang setelah melahirkan
2 Klas II Pregestasional diabetes yaitu diabetes mulai sejak sebelum hamil dan
berlanjut setelah hamil
3 Klas III Pregestasional diabetes yang disertai dengan komplikasi penyakit
pembuluh darah seperti retinopatinefropati penyakit pemburuh darah panggul dan
pembuluh darah perifer (7)
90 dari wanita hamil yang menderita Diabetes termasuk ke dalam kategori DM Gestasional
(Tipe II) dan DM yang tergantung pada insulin (Insulin Dependent Diabetes Mellitus =
IDDM tipe I) (7)
B Metabolisme Karbohidrat Pada Kehamilan Normal
Pada wanita hamil normal terjadi banyak sekali perubahan hormonal dan metabolik
untuk pertumbuhan dan perkembangan fetus yang optimal Yang berhubungan dengan
patologi diabetes mellitus adalah perubahan metabolisme karbohidrat (6)
Pada kehamilan normal terjadi kadar glukosa plasma ibu yang lebih rendah secara
bermakna karena
11
1 Ambilan glukosa sirkulasi plasenta meningkat
2 Produksi glukosa dari hati menurun
3 Produksi alanin (salah satu prekursor glukoneogenesis) menurun
4 Aktifitas ekskresi ginjal meningkat
5 Efek hormon-hormon gestasional (human placental lactogen hormon2 plasenta
lainnya hormon2 ovarium hipofisis pankreas adrenal growth factors dsb) Selain
itu terjadi juga perubahan metabolisme lemak dan asam amino (6)
C Patofisologi
Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolisme endokrin dan karbohidrat yang
menunjang pemasokan makanan bagi janin serta persiapan untuk menyusui Glukosa
dapat berdifusi secara tetap melalui plasenta kepada janin sehingga kadarnya dalam darah
janin hampir menyerupai kadar darah ibu Insulin ibu tidak dapat mencapai janin
sehingga kadar gula darah ibu mempengaruhi kadar darah janin Pengendalian kadar gula
darah terutama dipengaruhi oleh insulin di samping hormon estrogen steroid dan
plasenta laktogen Akibat lambatnya resorbsi makanan maka terjadi hiperglikemia yang
relatif lama dan ini menyebabkan kebutuhan insulin meningkat Menjelang aterm
kebutuhan insulin meningkat hingga mencapai 3 kali dari keadaan normal Hal ini disebut
tekanan diabetojenik dalam kehamilan Secara fisiologis telah terjadi resistensi insulin
yaitu bila ia ditambah dengan insulin eksogen ia tidak mudah menjadi hipoglikemia
Yang menjadi masalah adalah bila seorang ibu tidak mampu meningkatkan insulin
sehingga ia relatif hipoinsulin yang mengakibatkan hiperglikemia atau diabetes
kehamilan
Glukosa yang tidak masuk ke sel tubuh akan tertimbun di dalam darah Setelah
mencapai kadar tertentu glukosa tersebut juga akan muncul dalam air seni padahal air
seni yang normal tidak mengandung glukosa Jika glukosa terdapat dalam air seni
glukosa tersebut akan menarik lebih banyak air bersamanya dengan demikian
menyebabkan bertambahnya volume air seni Karena terjadi pengeluaran air seni yang
berlebihan tubuh kehilangan banyak cairan sehingga terjadi rasa haus yang berlebihan
Ketika sel tidak terdapat cukup glukosa dikarenakan kurangnya jumlah insulin
meski sebenarnya dalam darah terdapat glukosa yang berlebihan boleh dikatakan sel-sel
12
ini lsquokelaparanrsquo Hal ini menyebabkan peningkatan nafsu makan dan walaupun penderita
DM sudah makan lebih banyak kelihatannya sel tidak pernah mendapatkan cukup
glukosa
Untuk mendapatkan energi yang dibutuhkan sel yang ldquokelaparanrdquo ini mulai
memecahkan lemak dan protein yang ada di dalam tubuh Hal ini mengakibatkan
turunnya berat badan dan rasa lelah Jika kadar glukosa dalam darah sangat tinggi
beberapa orang menjadi mudah tersinggung Selain itu tubuh juga menjadi rentan
terhadap infeksi
Tidak semua penderita diabetes mengalami gejala ini dan beberapa orang lainnya
bahkan tidak mengalami gejala apa pu Pada keadaan ini baru diketahui bahwa mereka
ternyata menderita penyakit DM dari pemeriksaan laboratorium rutin
Resistensi insulin juga dapat disebabkan oleh adanya hormon estrogen progesteron
kortisol prolaktin dan plasenta laktogen Hormon tersebut mempengaruhi reseptor
insulin pada sel sehingga mengurangi afinitas insulin (Prawirohardjo 1997) (1)
D Faktor Risiko
Umur lebih dari 30 tahun
Obesitas dengan indeks massa tubuh ge 30 kgm2
Riwayat DM pada keluarga
Pernah menderita DM gestasional sebelumnya
Pernah melahirkan anak besar gt 4000 gram
Adanya glukosuria
Riwayat bayi cacat bawaan
Riwayat bayi lahir mati
Riwayat keguguran
Riwayat infertilitas
Hipertensi (7)
13
E Pengaruh DM dengan kehamilan
a Pengaruh kehamilan persalinan dan nifas pada diabetes adalah
Kehamilan dapat menyebabkan status prediabetik manifes ( diabetik )
Diabetes akan menjadi lebih berat oleh kehamilan
Pada persalinan yang memerlukan tenaga ibu dan kerja rahim akan memerlukan
glukosa banyak maka bisa terjadi hipoglikemia atau koma
Dalam masa lakatasi keperluan akan insulin akan bertambah(3)
b Pengaruh diabetes terhadap kehamilan
Abortus dan partus prematurus
Hidramnion
Pre ndash eklamsia
Kesalahan letak janin
Insufisiensi plasenta(3)
c Pengaruh diabetes terhadap persalinan
Inersia uteri dan atonia uteri
Distorsia karna janin ( anak besar Bahu lebar )
Kelahiran mati
Persalinan lebih sering di tolong secara operatif
Angka kejadian pendarahan dan infeksi tinggi
Morbiditas dan mortalitas ibu tinggi(3)
d Pengaruh Diabetes terhadap nifas
Perdarahan dan infeksi puerperal ebih tinggi
Luka ndashluka jalan lahir lambat pulih sembuh
14
e Pengaruh Diabetes terhadap janin atau bayi
Serig terjadi abortus
Kematian janin dalam kandungan setelah 36 minggu
Daat terjadi cacat bawaan
Dismaturitas
Janin besar ( bayi kingkong makrosomia )
Kematian neonatal tinggi
Kemudian hari dapat terjadi kelainan neurologi dan psikologi(3)
F Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penyaring perlu dilakukan pada kelompok dengan resiko tinggi untuk
DM yaitu kelompok usia dewasa tua (gt 40 tahun) obesitas tekanan darah tinggi riwayat
keluarga DM riwayat kehamilan dengan berat badan bayi gt 4000 gr riwayat DM pada
kehamilan dan dislipidemia
Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan dengan pemeriksan glukosa darah sewaktu
kadar glukosa darah puasa Kemudian dapat diikuti dengan Tes Toleransi Glukosa Oral
(TTGO) standar
Keluhan dan gejala yang khas ditambah hasil pemeriksaan glukosa darah sewaktu
gt200 mgdl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM bila hasil pemeriksaan glukosa
darah meragukan pemeriksaaan TTGO diperlukan untuk memastikan diagnosis DM Untuk
diagnosis DM dan gangguan toleransi glukosa lainnya diperiksa glukosa darah 2 jam setelah
beban glukosa Sekurang-kurangnya diperlukan kadar glukosa darah 2 kali abnormal untuk
konfirmasi diagnosis DM pada hari yang alain atau TTGO yang abnormal
15
Kriteria Diagnosis
1 Gejala klasik DM + gula darah sewaktu 200 mgdl Gula darah sewaktu merupakan
hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memerhatikan waktu makan terakhir
Atau
2 Kadar gula darah puasa 1048725 126 mgdl Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori
tambahan sedikitnya 8 jam Atau
3 Kadar gula darah 2 jam pada TTGO 200mgdl TTGO dilakukan dengan Standard
WHO menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 g glukosa anhidrus yang
dilarutkan dalam air (7)
Cara pelaksanaan TTGO (WHO 1994)
Tiga hari sebelum pemeriksaan tetap makan seperti kebiasaan sehari-hari (dengan
karbohidrat yang cukup) dan tetap melakukan kegiatan jasmani seperti biasa
Berpuasa paling sedikit 8 jam (mulai malam hari) sebelum pemeriksaan minum air
putih tanpa gula tetap diperbolehkan
Diperiksa kadar glukosa darah puasa
Diberikan glukosa 75 g (orang dewasa) atau 175 gKg BB (anak-anak) dilarutkan
dalam 250 ml air dan diminum dalam waktu 5 menit
Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan 2 jam setelah
minum larutan glukosa selesai
Diperiksa kadar glukosa darah 2 jam sesudah beban glukosa
Selama proses pemeriksaan subyek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok(7)
Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau DM maka dapat
digolongkan ke dalam kelompok TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) atau GDPT (Glukosa
Darah Puasa Terganggu) dari hasil yang diperoleh
TGT glukosa darah plasma 2 jam setelah pembebanan antara 140 ndash 199 mgdl
GDPT glukosa darah puasa antara 100 ndash 125 mgdl (7)
16
Reduksi Urine
Pemeriksaan reduksi urine merupakan bagian dari pemeriksaan urine rutin yang selalu
dilakukan di klinik Hasil yang (+) menunjukkan adanya glukosuria Beberapa hal yang perlu
diingat dari hasil pemeriksaan reduksi urine adalah
Digunakan pada pemeriksaan pertama sekali untuk tes skrining bukan untuk
menegakkan Diagnosis
Nilai (+) sampai (++++)
Jika reduksi (+) masih mungkin oleh sebab lain seperti renal glukosuria obat-
obatan dan lainnya
Reduksi (++) kemungkinan KGD 200 ndash 300 mg
Reduksi (+++) kemungkinan KGD 300 ndash 400 mg
Reduksi (++++) kemungkinan KGD 400 mg
Dapat digunakan untuk kontrol hasil pengobatan
Bila ada gangguan fungsi ginjal tidak bisa dijadikan pedoman (7)
Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik sebagai patokan
penyaring dan diagnosis (mgdl)
Bukan DM Belum pasti DM DM
Kadar glukosa darah sewaktu
- Plasma vena lt 110 110 ndash 199 gt 200
- Darah kapiler lt 90 90 ndash 199 gt 200
Kadar glukosa darah puasa
- Plasma vena lt 110 110 ndash 125 gt 126
- Darah kapiler lt 90 90 ndash 109 gt 110
17
Diagnosis dapat dengan mudah di tegakkan
Anamnesis Riwayat persalinan yang lalu abortus partus prematurus kematian
janindan anak besar
Riwayat keluarga ( herediter )
Keluhan sekarang trias poliuri polidipsi polifagi dan pernah berobat sakit gula
pada dokter
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan urin
Pemeriksaan KGD puasa dan post ndash prandiol
Glukosa toleran tes (GTT)
Nilai K(3)
G Penatalaksanan Diabetes Melitus terhadap ibu hamil
Sesuai dengan pengelolaan medis DM pada umumnya pengelolaan DMG juga
terutama didasari atas pengelolaan gizi diet dan pengendalian berat badan ibu
1 Kontrol secara ketat gula darah
2 Hindari adanya infeksi saluran kemih atau infeksi lainnya Lakukan upaya
pencegahan infeksi dengan baik
3 Pada bayi baru lahir dapat cepat terjadi hipoglikemia sehingga perlu diberikan infus
glukosa
4 Penanganan DMG yang terutama adalah diet dianjurkan diberikan 25 kalorikgBB
ideal kecuali pada penderita yang gemuk dipertimbangkan kalori yang lebih mudah
5 Cara yang dianjurkan adalah cara Broca yaitu BB ideal = (TB-100)-10 BB
6 Kebutuhan kalori adalah jumlah keseluruhan kalori yang diperhitungkan dari
Kalori basal 25 kalkgBB ideal
Kalori kegiatan jasmani 10-30
Kalori untuk kehamilan 300 kalori
Perlu diingat kebutuhan protein ibu hamil 1-15 grkgBB(5)
18
Jika dengan terapi diet selama 2 minggu kadar glukosa darah belum mencapai normal atau
normoglikemia yaitu kadar glukosa darah puasa di bawah 105 mgdl dan 2 jam pp di bawah
120 mgdl maka terapi insulin harus segera dimulai (5)
Pemantauan dapat dikerjakan dengan menggunakan alat pengukur glukosa darah kapiler
Perhitungan menu seimbang sama dengan perhitungan pada kasus DM umumnya dengan
ditambahkan sejumlah 300-500 kalori per hari untuk tumbuh kembang janin selama masa
kehamilan sampai dengan masa menyusui selesai
Pengelolaan DM dalam kehamilan bertujuan untuk
Mempertahankan kadar glukosa darah puasa lt 105 mgdl
Mempertahankan kadar glukosa darah 2 jam pp lt 120 mgdl
Mempertahankan kadar Hb glikosilat (Hb Alc) lt 6
Mencegah episode hipoglikemia
Mencegah ketonuriaketoasidosis deiabetik
Mengusahakan tumbuh kembang janin yang optimal dan normal (5)
Dianjurkan pemantauan gula darah teratur minimal 2 kali seminggu (ideal setiap hari
jika mungkin dengan alat pemeriksaan sendiri di rumah) Dianjurkan kontrol sesuai jadwal
pemeriksaan antenatal semakin dekat dengan perkiraan persalinan maka kontrol semakin
sering Hb glikosilat diperiksa secara ideal setiap 6-8 minggu sekali (5)
Kenaikan berat badan ibu dianjurkan sekitar 1-25 kg pada trimester pertama dan
selanjutnya rata-rata 05 kg setiap minggu Sampai akhir kehamilan kenaikan berat badan
yang dianjurkan tergantung status gizi awal ibu (ibu BB kurang 14-20 kg ibu BB normal
125-175 kg dan ibu BB lebihobesitas 75-125 kg) (5)
Jika pengelolaan diet saja tidak berhasil maka insulin langsung digunakan Insulin
yang digunakan harus preparat insulin manusia (human insulin) karena insulin yang bukan
berasal dari manusia (non-human insulin) dapat menyebabkan terbentuknya antibodi terhadap
insulin endogen dan antibodi ini dapat menembus sawar darah plasenta (placental blood
barrier) sehingga dapat mempengaruhi janin (5)
19
Pada DMG insulin yang digunakan adalah insulin dosis rendah dengan lama kerja
intermediate dan diberikan 1-2 kali sehari Dosis insulin diperkirakan antara 05-15
unitkgBB Obat hipoglikemik oral tidak digunakan dalam DMG karena efek
teratogenitasnya yang tinggi dan dapat diekskresikan dalamjumlah besar melalui ASI (5)
H Komplikasi
Komplikasi pada Ibu
Hipoglikemia terjadi pada enam bulan pertama kehamilan
Hiperglikemia terjadi pada kehamilan 20 ndash 30 minggu akibat resistensi insulin
Infeksi saluran kemih
Preeklampsi
Hidramnion
Retinopati
Trauma persalinan akibat bayi besar(7)
Masalah pada anak
Abortus
Kelainan kongenital spt sacral agenesis neural tube defek
Respiratory distress
Neonatal hiperglikemia
Makrosomia
Hipocalcemia
kematian perinatal akibat diabetik ketoasidosis
Hiperbilirubinemia(7)
I Tanda Komplikasi DM
Makrovaskular stroke penyakit jantung koroner ulkus gangren
Mikrovaskular retina (retinopati) dan ginjal (gagal ginjal kronik) saraf (stroke
neuropati)
Koma hiperglikemi hipoglikemi stroke (7)
20
J Prognosis
1 Bila penyakit di tangani oleh dokter ahli penyakit dalam serta kehamilan dan
persalinan di awasi dan di tolong oeh ahli kebidanan umumnya prognosis baik
2 Diabetes berat dan di derita lama apalagi ada komplikasi prognosis buruk
3 Prognosis bagi bayi jelek faktor ndash faktor yang meninggikan morbiditas dan
mortalitas bayi adalah
Berat dan lamany sakit dan adanya asetonuri
Insufisiensi plasenta
Komplikasi dan distosio persalinan
Sindrom gawat napas ( respiratory stress syndrome )
Prematuritas dan cacat bawaan
Angka kematian perinatal kira ndash kira 10 ndash 15 (3)
III PENANGANAN PERSALINAN PADA IBU YANG MENDERITA DM
Pada penderita yang penyakitnya tidak berat dan cukup di puasai dengan diet saja dan
tidak mempunyai riwayat obstetric yang buruk dapat di harapkan partus spontansampai
kehamilan 40 minggu Lebih dari pada itu sebaiknya dilakukan induksi parsalinan karena
prognosis menjadi lebih buruk Apabila diabetes nya berat dan memerlukan pengobatan
insulin sebaiknya kehamilan diakhiri lebih dini biasanya dalam kehamilan antara 36 dan 38
minggu Lebih- lebih apabila kehamilan nya disertai komplikasi lain seperti pre-eklampsi
janin yang tidak baik pertumbuhan nya atau terlampau besar diabetesnya sukar dikuasai atau
apabila ada riwayat kematian perinatal maka dapat di pertimbangkan untuk mengakhiri
kehamilan lebih dini baik dengan induksi maupun dengan seksio sesaria Dalam pelaksanaan
partus pervaginam baik yang tanpa maupun yang dengan induksin keadaan janin harus lebih
ketat di awasi jika mungkin dengan pencatatan denyut jantung janin terus menerus (5)
Penyulit yang sering di jumpai dalam persalinan
a Inersio uteri dan atonia uteri
b Distosia bahu karena anak besar
21
c Kelahiran mati
d Lebih sering mengakhiri partus dengan tindakan termasuk secsio sesaria
e Lebih mudah terjadi infeksi
f Angka kematian maternal lebih tinggi(5)
Pengelolaan Pascapersalinan
Karena sudah tidak ada resistensi terhadap insulin lagi maka pada periode
pascapesalinan perempuan dengan diabetes gestasional jarang memerlukan insulin
Pasien dengan diabetes yang terkontrol dengan diet setelah persalinan tidak perlu
diperiksa kadar glukosanya Namunbila pada waktu kehamilan diberi pengobatan
insulin sebelum meninggalkan rumah sakit perlu diperiksa kadar glukosa puasa dan 2
jam pascaprandial
Karena resiko terjadinya tipe 2 diabetes melitus dikemudian hari meningkat maka 6
minggu pascapersalinan perlu dilakukan pemeriksaan diabetes dengan cara
pemeriksaan gula darah puasa dalam dua waktu atau 2 jam setelah pemberian 75g
glukosa pada glucose tolerance test
jika kadar
1 lt 140 mgdl normal
2 140-200 mgdl gangguan toleransi glukosa
3 gt 200 mgdl DM
Bila test ini menunjukkan kadar yang normal maka kadar glukosa darah puasa
dievaluasi lagi setelah 3 tahun
Skrining diabetes ini harus dilakukan secara berkala khususnya pada pasien dengan
kadar glukosa darah puasa meningkat waktu kehamilan
Perempuan yang pernah menderita diabetes melitus gestasional harus diberi konseling
agar menyusui anakanya karena pemberian ASI akan memperbaiki kontrol kadar gula
darah
Harus direncanakan penggunaan kontrasepsi karena sekali perempuan hamil
menderita diabetes maka dia beisiko terkena hal yang sama pada kehamilan
berikutnya
22
Bagi perempuan yang obes setelah melahirkan harus melakukan upaya penurunan
berat badan dengan diet dan berilahraga secra teratur agar resiko terjadinya diabetes
menjadi menurun (5)
IV PENANGANAN BAYI BARU LAHIR DARI IBU DENGAN DM
Bayi lahir dari ibu dengan Diabetes Melitus berisiko untuk terjadi hipoglikemia pada
3 hari pertama setelah lahir walaupun bayi sudah dapat minum dengan baik Ibu dengan DM
mempunyai resiko kematian bayi lima kali dibanding ibu tidak dengan DM dan sering
mengalami abortus ataupun kematian dalam kandungan Bayi dengan ibu DM mengalami
Transient Hiperinsulinism yang dapat mengakibatkan Hipoglikemia Macrosomia pada bayi
yang dilahirkan dan dapat berakibat kesulitan lahir Tanda bayi hipoglikemia adalah Distres
nafas malas minum jitteriness mudah terangsang sampai kejang (2)
Kadar Glukose Darah Rendah (Hipoglikemia)
Adalah bila kadar glukosa darah kurang dari 45 mgdL (26 mmolL)
Masalah
a Glukose darah kurang 25 mgdL (11 mmolL) atau terdapat tanda Hipoglikemi
b Glukose darah 25 mgdL (11 mmolL) _ 45 mgdL (26 mmolL) tanpa tanda
Hipoglikemia (2)
Pengelolaan Hipoglikemia
a Glukose darah kurang 25 mgdL (11 mmolL) atau terdapat tanda hipoglikemi
Pasang jalur IV jika belum terpasang
Berikan glukose 10 2 mLkg secara IV bolus pelan dalam lima menit
Jika jalur IV tidak dapat dipasang dengan cepat berikan larutan
glukose melalui pipa lambungdengan dosis yang sama
Infus glukose 10 sesuai kebutuhan rumatan
23
Periksa kadar glukose darah satu jam setelah bolus glukose dan kemudian tiap tiga
jam
Jika kadar glukose darah masih kurang 25 mgdL (11 mmolL) ulangi
pemberian bolus glukose seperti tersebut di atas dan lanjutkan pemberian infus
Jika kadar glukose darah 25-45 mgdL (11-26 mmolL) lanjutkan infus dan
ulangi pemeriksaan kadar glukose setiap tiga jam sampai kadar glukose 45 mgdL
(26 mmolL) atau lebih
Bila kadar glukose darah 45 mgdL (26 mmolL) atau lebih dalam dua kali
pemeriksaan berturut-turut ikuti petunjuk tentang frekuensi pemeriksaan kadar
glukose darah setelah kadar glukose darah kembali normal
Anjurkan ibu menyusui Bila bayi tidak dapat menyusu berikan ASI peras
dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum
Bila kemampuan minum bayi meningkat turunkan pemberian cairan infus setiap
hari secara bertahap Jangan menghentikan infus glukose dengan tiba-tiba (2)
b Glukose darah 25 mgdL (11 mmolL)-45 mgdL (26 mmolL) tanpa tanda
Hipoglikemia
Anjurkan ibu menyusui Bila bayi tidak dapat menyusu berikan ASI peras dengan
menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum
Pantau tanda hipoglikemia dan bila dijumpai tanda tersebut tangani seperti tersebut di
atas
Periksa kadar glukose darah dalam tiga jam atau sebelum pemberian minum
berikutnya
Jika kadar glukose darah kurang 25 mgdL (11 mmolL) atau terdapat tanda
hipoglikemia tangani seperti tersebut di atas
Jika kadar glukose darah masih antara 25-45 mgdL (11-26 mmolL) naikkan
frekuensi pemberian minum ASI atau naikkan volume pemberian minum dengan
menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum
Jika kadar glukose darah 45 mgdL (26 mmolL) atau lebih lihat tentang
frekuensi pemeriksaan kadar glukose darah di bawah ini (2)
24
Frekuensi Pemeriksaan Glukose Darah Setelah Kadar Glukose Darah Normal
Jika bayi mendapatkan cairan IV untuk alasan apapun lanjutkan pemeriksaan kadar
glukose darah setiap 12 jam selama bayi masih memerlukan infus Jika kapan saja
kadar glukose darah turun tangani seperti tersebut di atas
Jika bayi sudah tidak lagi mendapat infus cairan IV periksa kadar glukose darah
setiap 12 jam sebanyak dua kali pemeriksaan
Jika kapan saja kadar glukose darah turun tangani seperti tersebut di atas
Jika kadar glukose darah tetap normal selama waktu tersebut maka pengukuran
dihentikan
Anjurkan ibu untuk menyusui secara dini dan lebih sering paling tidak 8 kali sehari
siang dan malam (2)
Bila bayi berumur kurang 3 hari amati sampai umur 3 hari periksa kadar glukose pada
Saat bayi datang atau pada umur 3 jam
Tiga jam setelah pemeriksaan pertama kemudian tiap 6 jam selama 24 jam atau
sampai kadar glukose dalam batas normal dalam 2 kali pemeriksaan berturut ndash turut
Bila kadar glukose le 45 mgdL atau bayi menunjukkan tanda hipoglikemi (tremor
atau letargi) tangani untuk hipoglikemi (lihat Hipoglikemi)
Bila dalam pengamatan tidak ada tanda hipoglikemi atau masalah lain bayi dapat
minum dengan baik pulangkan bayi pada hari ke 3
Bila bayi berumur 3 hari atau lebih dan tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit bayi
tidak perlu pengamatan Bila bayi dapat minum baik dan tidak ada masalah lain yang
memerlukan perawatan di rumah sakit bayi dapat dipulangkan (2)
25
BAB III
PERMASALAHAN
SKENARIO 4
NyAni yang hamil dan Sakit Gula
NyAni 36 tahun G5P3A1 datang ke Rumah Sakit untuk memeriksa kehamilannya yang
berusia 32 minggu Selain itu NyAni juga mengeluhkan poliuri polifagi dan polidipsi pada
dokter yang menanganinya Anak I lahir hidup dengan BB 3200 gr partus pervaginam
Anak II lahir hidup dengan BB 3400 gr partus pervaginam Anak III lahir hidup dengan
BB 3600 gr partus pervaginam Riwayat abortus (+) Riwayat menderita DM (-) Riwayat
keluarga menderita DM (+) TB NyAni = 160 cm BB NyAni = 72 kg
Pemeriksaan Vital Sign TD = 12080 mmhg HR = 82xmenit RR = 22xmenit T = 372 W C
DJJ 120x Letak kepala
Apakah yang terjadi pada NyAni Tindakan apa yang harus kita lakukan sebagai dokter
26
BAB IV
PEMBAHASAN
I KLARIFIKASI ISTILAH
Poliuri Sekresi urin yang berlebihan (4)
Polifagi Makan secara berlebihan (4)
Polidipsi Rasa haus yang sangat dan berlangsung lama (4)
DM Kelainan metabolik dimana ditemukan ketidakmampuan untuk
mengoksidasi karbohidrat akibat gangguan pada mekanisme insulin yang normal
menimbulkan hiperglikemia glikosuria poliuria rasa haus rasa lapar badan
kurus kelemahan asidosis sering menyebabkan dipsnea lipemia ketonuria dan
akhirnya koma (4)
II MENETAPKAN PERMASALAHAN
1 NyAni 36 tahun G5P3A1 datang ke Rumah Sakit untuk memeriksa
kehamilannya yang berusia 32 minggu dan mengeluhkan poliuri polifagi dan
polidipsi
2 Riwayat keluarga menderita DM (+)
3 Riwayat persalinan BB bayi setiap kelahiran selalu bertambah
III ANALISIS MASALAH
1 Dari umur yaitu 36 tahun sudah mempunyai resiko tinggi pada kehamilan
Poliuri polifagi dan polidipsi merupakan gejala khas DM yang tersembunyi pada
ibu hamil
G5P3A1 ini juga merupakan faktor resiko karena adanya riwayat abortus
2 DM adalah penyakit yang dapat di turunkan kemungkinan NyAni mengalami DM
karena adanya Riwayat DM pada keluarga Tetapi diperlukan juga pemeriksaan
penunjang untuk memastikan apakah NyAni memang menderita DM atau tidak
3 Pada riwayat persalinan dimana BB bayi setiap kelahiran selalu bertambah ini juga
merupakan faktor resiko dari Diabetes Melitus
27
IV KESIMPULAN SEMENTARA
1 Kemungkinan NyAni menderita DM dilihat dari gejala dan riwayat persalinan
dimana BB bayi setiap kelahiran selalu bertambah serta riwayat DM pada keluarga
2 Kemungkinan NyAni menderita DM setelah kehamilan
3 Perlunya pemeriksaan penunjang untuk menentukan DM atau tidak karena NyAni
kemungkinan saja mengalami toleransi glukosa
4 Adanya riwayat obstetri yang buruk yaitu abortus
ANAMNESIS
Nama Ani
Jenis Kelamin female
Alamat -
Umur 36 years old
Keluhan Utama Memeriksa kehamilannya yang berusia 32 minggu dan juga
mengeluhkan poliuri polifagi dan polidipsi
Keluhan Tambahan -
Riwayat Penyakit Dahulu -
Riwayat Penyakit Keluarga DM (+)
Riwayat Sosial -
Riwayat Obstetri G5 P3 A1
Vital Signs
TD 12080 mmHg
HR 82xmenit
RR 22xmenit
T 372C
DJJ 120x
Lokasi kepala
General situation
TB = 160 cm
BB = 72 kg
28
V TUJUAN PEMEBELAJARAN
1 Mengetahui Diabetes Melitus secara umum
2 Mengetahui Diabetes Melitus pada Ibu hamil
3 Penatalaksanaan Diabetes Melitus pada Ibu hamil
4 Pengaruh kehamilan pada Diabetes Melitus
5 Penanganan persalinan pada Ibu yang menderita Diabetes Melitus
VI BELAJAR MANDIRI
1 Text book
2 Internet
3 Kamus dorland
VII KESIMPULAN AKHIR
Kemungkinan NyAni mengalami Diabetes Melitus dilihat dari keluhan riwayat
persalinan dan riwayat keluarga
Dibutuhkan pemeriksaan penunjang untuk diagnosa yang lebih tepat
Pemeriksaan yang di maksud adalah
Pemeriksaan urin
Pemeriksaan KGD puasa dan post ndash prandiol
Glukosa toleran tes (GTT)
Nilai K(3)
Perlunya tindakan yang cepat dan tepat untuk mencegah terjadinya komplikasi dan
prognosis yang buruk
29
BAB V
PENUTUP
Penderita DM Gestasional memunyai resiko yang tinggi terhadap kambuhnya
penyakit diabetes yang pernah dideritannya pada saat hamil sebelumnya
Saran 6-8 minggu setelah melahirkan ibu tersebut melakukan test plasma glukosa
puasa dan OGTT 75 gram glukosa Pasien gemuk penderita GDM sebaiknya mengontrol
BB karena diperkirakan akan menjadi DM dalam 20 tahun kemudian
Wanita dengan diabetes masih dapat hamil dan punya anak sepanjang gula darah
terkontrol Disarankan memilih kontrasepsi dengan kadar estrogen rendah dan dapat
memakai pil tambahan hormon progesteron IUD dapat menimbulkan risiko infeksi
Perlu diperhatikan risiko morbiditas dan mortalitas maternal dan perinatal tinggi
Dengan pengelolaan sebaik-baiknya hasil akhir tetap dapat optimal
30
- A Pengertian
- Menurut Brunner and Suddarth 2001 Diabetes Mellitus merupakan sekelompok kelainan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia Pada Diabetes Mellitus kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun atau pankreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin (1)
- Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo 2002)
- B Klasifikasi
- 1 Klasifikasi diabetes mellitus secara umum sebagai berikut
- C Etiologi
- 1 DM tipe I
- a) Faktor genetic
- Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (1)
- b) Faktor-faktor imunologi
- Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen (1)
- c) Faktor lingkungan
- Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi sel beta (1)
- 2 Diabetes Tipe II
- Menurut Brunner dan Suddarth 2001 mekanisme tepat yang menyebabkan belum diketahui Namun ada beberapa resiko yang berhubungan dengan terjadinya DM type II
- D Tanda dan Gejala
- E Patofisiologi (Patways) DM
- Katarak
- Glaukoma
- Retinopati
- Gatal seluruh badan
- Pruritus Vulvae
- Infeksi bakteri kulit
- Infeksi jamur di kulit
- Dermatopati
- Neuropati perifer
- Neuropati viseral
- Amiotropi
- Ulkus Neurotropik
- Penyakit ginjal
- Penyakit pembuluh darah perifer
- Penyakit koroner
- Penyakit pembuluh darah otak
- Hipertensi
- Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal yang tinggi dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur atau bahkan inkontinensia urin Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat terhadap dehidrasi Karena itu tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada stadium lanjut (Patric Davey 2002 )
- Penyakit yang mula-mula ringan dan sedang saja yang biasa terdapat pada pasien DM usia lanjut dapat berubah tiba-tiba apabila pasien mengalami infeksi akut Defisiensi insulin yang tadinya bersifat relatif sekarang menjadi absolut dan timbul keadaan ketoasidosis dengan gejala khas hiperventilasi dan dehidrasi kesadaran menurun dengan hiperglikemia dehidrasi dan ketonemia Gejala yang biasa terjadi pada hipoglikemia seperti rasa lapar menguap dan berkeringat banyak umumnya tidak ada pada DM usia lanjut Biasanya tampak bermanifestasi sebagai sakit kepala dan kebingungan mendadak (Patric Davey 2002 )
- Pada usia lanjut reaksi vegetatif dapat menghilang Sedangkan gejala kebingungan dan koma yang merupakan gangguan metabolisme serebral tampak lebih jelas
- F Pemeriksaan Penunjang
- G Komplikasi
- Komplikasi Akut
- Komplikasi Kronis
- H Penatalaksanaan
- I Prognosis
-
Pada usia lanjut reaksi vegetatif dapat menghilang Sedangkan gejala kebingungan
dan koma yang merupakan gangguan metabolisme serebral tampak lebih jelas
F Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penyaring perlu dilakukan pada kelompok dengan risiko tinggi untuk
DM yaitu kelompok usia dewasa tua ( gt40 tahun) obesitas tekanan darah tinggi riwayat
keluarga DM riwayat kehamilan dengan berat badan lahir bayi gt4000 g riwayat DM pada
kehamilan dan displipidemia
Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan dengan pemeriksaan glukosa darah sewaktu
kadar glukosa darah puasa kemudian dapat diikuti dengan Tes Toleransi Glukosa Oral
(TTGO) standar Untuk kelompok risiko tinggi yang hasil pemeriksaan penyaringnya
negatif perlu pemeriksaan penyaring ulangan tiap tahun Bagi pasien berusia gt45 tahun tanpa
faktor resiko pemeriksaan penyaring dapat dilakukan setiap 3 tahun
Tabel Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan
metode enzimatik sebagai patokan penyaring dan diagnosis
DM (mgdl)
Bukan
DM
Belum
pasti DMDM
Kadar glukosa darah sewaktu
Plasma vena lt110 110 - 199 gt200
Darah kapiler lt90 90 - 199 gt200
Kadar glukosa darah puasa
Plasma vena lt110 110 - 125 gt126
Darah kapiler lt90 90 - 109 gt110
7
Cara pemeriksaan TTGO adalah
1 Tiga hari sebelum pemeriksaan pasien makan seperti biasa
2 Kegiatan jasmani sementara cukuptidak terlalu banyak
3 Pasien puasa semalam selama 10-12 jam
4 Periksa glukosa darah puasa
5 Berikan glukosa 75 g yang dilarutkan dalam air 250 ml lalu minum dalam waktu 5
menit
6 Periksa glukosa darah 1 jam dan 2 jam sesudah beban glukosa
7 Selama pemeriksaan pasien yang diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok (7)
G Komplikasi
Komplikasi Akut
1 Ketoasidosis diabetic (KAD)
Adalah Kedaaan dekompesasi kekacauan metabolic yang ditandai oleh triasterutama
diakibatkan oleh defisiensi insulin absolute atau insulin relative
2 Hipoglikemia
Adalah penurunan kadar glukosa dalam darahbiasanya disebabkan peningkatan kadar insulin
yang kurang tepatasupan karbohidrat kurang
3 Hiperglikemia Hiperosmolar non ketotik
Adalah suatu dekompensasi metabolic pada pasien diabetes tanpa disertai adanya
ketosisgejalanya pada dehirasi berathiperglikemia beratdan gangguan neurologis
8
Komplikasi Kronis
a Makroangiopati mengenai pembuluh darah besar pembuluh darah jantung pembuluh
darah tepi pembuluh darah otak
b Mikroangiopati mengenai pembuluh darah kecil retinopati diabetik nefropati diabetik
c Neuropati diabetik
d Rentan infeksi seperti tuberkulosis paru gingivitis dan infeksi saluran kemih
e Kaki diabetik
H Penatalaksanaan
Dalam jangka pendek penatalaksaan DM bertujuan untuk menghilangkan
keluhangejala DM Sedangkan tujuan jangka panjangnya adalah untuk mencegah
komplikasi Tujuan tersebut dilaksanakan dengan cara menormalkan kadar glukosa lipid dan
insulin Untuk mempermudah tercapainya tujuan tersebut kegiatan dilaksanakan dalam
bentuk pengelolaan pasien secara holistik dan mengajarkan kegiatan mandiri Pengobatan
diabetes secara menyeluruh mencakup diet yang benar olahraga yang teratur kemudian
dilanjutkan dengan obat-obatan yang diminum atau suntikan insulin
Obat Hipoglikemia Oral (OHO)
a Sulfonilurea
Obat golongan sulfonilurea bekerja dengan cara
Menstimulasi penglepasan insulin yang tersimpan
Menurunkan ambang sekresi insulin
Meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa
Klorpropamid kurang dianjurkan pada keadaan insufisiensi renal dan orang tua karena risiko
hipoglikemia yang berkepanjangan demikian juga glibenklamid Untuk orang tua dianjurkan
preparat dengan waktu kerja pendek (tolbutamid glikuidon) Glikuidon juga diberikan pada
pasien DM dengan gangguan fungsi ginjal atau hati ringan
9
b Bliguanid
Bliguanid menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak sampai di bawah normal
Preparat yang ada dan aman adalah metformin Obat ini dianjurkan untuk pasien
gemuk (Indeks Massa TubuhIMT gt30) sebagai obat tunggal Pada pasien dengan
berat lebih (IMT 27-30) dapat dikombinasi dengan obat golongan sulfonilurea
c Inhibitor α glukosidase
Obat ini bekerja secara kompetitif menghambat kerja enzim α glukosidase di dalam
saluran cerna sehingga menurunkan penyerapan glukosa dan menurunkan
hiperglikemia pascaprandial
d Insulin sensitizing agent
Thoazolidinediones adalah golongan obat baru yang mempunyai efek farmakologi
meningkatkan sensitivitas insulin sehingga bisa mengatasi masalah resistensi insulin
dan berbagai masalah akibat resistensi insulin tanpa menyebabkan hipoglikemia Obat
ini belum beredar di Indonesia
Insulin
Indikasi penggunaan insulin pada NIDDM adalah
DM dengan berat badan menurun cepatkurus
Ketoasidosis asidosis laktat dan koma hiperosmolar
DM yang mengalami stres berat (infeksi sistemik operasi berat dan lain-lain)
DM dengan kehamilanDM gestasional yang tidak terkendali dengan perencanaan
makan
DM yang tidak berhasil dikelola dengan obat hipoglikemia oral dosis maksimal atau
ada kontraindikasi dengan obat tersebut
I Prognosis
Sekitar 60 pasien DMTI yang mendapat insulin dapat bertahan hidup seperti orang
normal Sisanya dapat mengalami kebutaan gagal ginjal kronik dan kemungkinan untuk
meninggal lebih cepat
10
II DIABETES MELITUS GESTASIONAL
A Defenisi
Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) adalah kelainan pada metabolisme karbohidrat
dari faktor yang memberatkan yang terjadi selama kehamilan (Marilyn 2001) (1)
DMG adalah kehamilan normal yang disertai dengan peningkatan insulin resistance
(ibu hamil gagal mempertahankan euglycemia)(1)
Pada DM dengan kehamilan ada 2 kemungkinan yang dialami oleh si Ibu
a Ibu tersebut memang telah menderita DM sejak sebelum hamil
b Si ibu mengalamimenderita DM saat hamil(7)
Klasifikasi DM dengan Kehamilan menurut Pyke
1 Klas I Gestasional diabetes yaitu diabetes yang timbul pada waktu hamil dan
menghilang setelah melahirkan
2 Klas II Pregestasional diabetes yaitu diabetes mulai sejak sebelum hamil dan
berlanjut setelah hamil
3 Klas III Pregestasional diabetes yang disertai dengan komplikasi penyakit
pembuluh darah seperti retinopatinefropati penyakit pemburuh darah panggul dan
pembuluh darah perifer (7)
90 dari wanita hamil yang menderita Diabetes termasuk ke dalam kategori DM Gestasional
(Tipe II) dan DM yang tergantung pada insulin (Insulin Dependent Diabetes Mellitus =
IDDM tipe I) (7)
B Metabolisme Karbohidrat Pada Kehamilan Normal
Pada wanita hamil normal terjadi banyak sekali perubahan hormonal dan metabolik
untuk pertumbuhan dan perkembangan fetus yang optimal Yang berhubungan dengan
patologi diabetes mellitus adalah perubahan metabolisme karbohidrat (6)
Pada kehamilan normal terjadi kadar glukosa plasma ibu yang lebih rendah secara
bermakna karena
11
1 Ambilan glukosa sirkulasi plasenta meningkat
2 Produksi glukosa dari hati menurun
3 Produksi alanin (salah satu prekursor glukoneogenesis) menurun
4 Aktifitas ekskresi ginjal meningkat
5 Efek hormon-hormon gestasional (human placental lactogen hormon2 plasenta
lainnya hormon2 ovarium hipofisis pankreas adrenal growth factors dsb) Selain
itu terjadi juga perubahan metabolisme lemak dan asam amino (6)
C Patofisologi
Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolisme endokrin dan karbohidrat yang
menunjang pemasokan makanan bagi janin serta persiapan untuk menyusui Glukosa
dapat berdifusi secara tetap melalui plasenta kepada janin sehingga kadarnya dalam darah
janin hampir menyerupai kadar darah ibu Insulin ibu tidak dapat mencapai janin
sehingga kadar gula darah ibu mempengaruhi kadar darah janin Pengendalian kadar gula
darah terutama dipengaruhi oleh insulin di samping hormon estrogen steroid dan
plasenta laktogen Akibat lambatnya resorbsi makanan maka terjadi hiperglikemia yang
relatif lama dan ini menyebabkan kebutuhan insulin meningkat Menjelang aterm
kebutuhan insulin meningkat hingga mencapai 3 kali dari keadaan normal Hal ini disebut
tekanan diabetojenik dalam kehamilan Secara fisiologis telah terjadi resistensi insulin
yaitu bila ia ditambah dengan insulin eksogen ia tidak mudah menjadi hipoglikemia
Yang menjadi masalah adalah bila seorang ibu tidak mampu meningkatkan insulin
sehingga ia relatif hipoinsulin yang mengakibatkan hiperglikemia atau diabetes
kehamilan
Glukosa yang tidak masuk ke sel tubuh akan tertimbun di dalam darah Setelah
mencapai kadar tertentu glukosa tersebut juga akan muncul dalam air seni padahal air
seni yang normal tidak mengandung glukosa Jika glukosa terdapat dalam air seni
glukosa tersebut akan menarik lebih banyak air bersamanya dengan demikian
menyebabkan bertambahnya volume air seni Karena terjadi pengeluaran air seni yang
berlebihan tubuh kehilangan banyak cairan sehingga terjadi rasa haus yang berlebihan
Ketika sel tidak terdapat cukup glukosa dikarenakan kurangnya jumlah insulin
meski sebenarnya dalam darah terdapat glukosa yang berlebihan boleh dikatakan sel-sel
12
ini lsquokelaparanrsquo Hal ini menyebabkan peningkatan nafsu makan dan walaupun penderita
DM sudah makan lebih banyak kelihatannya sel tidak pernah mendapatkan cukup
glukosa
Untuk mendapatkan energi yang dibutuhkan sel yang ldquokelaparanrdquo ini mulai
memecahkan lemak dan protein yang ada di dalam tubuh Hal ini mengakibatkan
turunnya berat badan dan rasa lelah Jika kadar glukosa dalam darah sangat tinggi
beberapa orang menjadi mudah tersinggung Selain itu tubuh juga menjadi rentan
terhadap infeksi
Tidak semua penderita diabetes mengalami gejala ini dan beberapa orang lainnya
bahkan tidak mengalami gejala apa pu Pada keadaan ini baru diketahui bahwa mereka
ternyata menderita penyakit DM dari pemeriksaan laboratorium rutin
Resistensi insulin juga dapat disebabkan oleh adanya hormon estrogen progesteron
kortisol prolaktin dan plasenta laktogen Hormon tersebut mempengaruhi reseptor
insulin pada sel sehingga mengurangi afinitas insulin (Prawirohardjo 1997) (1)
D Faktor Risiko
Umur lebih dari 30 tahun
Obesitas dengan indeks massa tubuh ge 30 kgm2
Riwayat DM pada keluarga
Pernah menderita DM gestasional sebelumnya
Pernah melahirkan anak besar gt 4000 gram
Adanya glukosuria
Riwayat bayi cacat bawaan
Riwayat bayi lahir mati
Riwayat keguguran
Riwayat infertilitas
Hipertensi (7)
13
E Pengaruh DM dengan kehamilan
a Pengaruh kehamilan persalinan dan nifas pada diabetes adalah
Kehamilan dapat menyebabkan status prediabetik manifes ( diabetik )
Diabetes akan menjadi lebih berat oleh kehamilan
Pada persalinan yang memerlukan tenaga ibu dan kerja rahim akan memerlukan
glukosa banyak maka bisa terjadi hipoglikemia atau koma
Dalam masa lakatasi keperluan akan insulin akan bertambah(3)
b Pengaruh diabetes terhadap kehamilan
Abortus dan partus prematurus
Hidramnion
Pre ndash eklamsia
Kesalahan letak janin
Insufisiensi plasenta(3)
c Pengaruh diabetes terhadap persalinan
Inersia uteri dan atonia uteri
Distorsia karna janin ( anak besar Bahu lebar )
Kelahiran mati
Persalinan lebih sering di tolong secara operatif
Angka kejadian pendarahan dan infeksi tinggi
Morbiditas dan mortalitas ibu tinggi(3)
d Pengaruh Diabetes terhadap nifas
Perdarahan dan infeksi puerperal ebih tinggi
Luka ndashluka jalan lahir lambat pulih sembuh
14
e Pengaruh Diabetes terhadap janin atau bayi
Serig terjadi abortus
Kematian janin dalam kandungan setelah 36 minggu
Daat terjadi cacat bawaan
Dismaturitas
Janin besar ( bayi kingkong makrosomia )
Kematian neonatal tinggi
Kemudian hari dapat terjadi kelainan neurologi dan psikologi(3)
F Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penyaring perlu dilakukan pada kelompok dengan resiko tinggi untuk
DM yaitu kelompok usia dewasa tua (gt 40 tahun) obesitas tekanan darah tinggi riwayat
keluarga DM riwayat kehamilan dengan berat badan bayi gt 4000 gr riwayat DM pada
kehamilan dan dislipidemia
Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan dengan pemeriksan glukosa darah sewaktu
kadar glukosa darah puasa Kemudian dapat diikuti dengan Tes Toleransi Glukosa Oral
(TTGO) standar
Keluhan dan gejala yang khas ditambah hasil pemeriksaan glukosa darah sewaktu
gt200 mgdl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM bila hasil pemeriksaan glukosa
darah meragukan pemeriksaaan TTGO diperlukan untuk memastikan diagnosis DM Untuk
diagnosis DM dan gangguan toleransi glukosa lainnya diperiksa glukosa darah 2 jam setelah
beban glukosa Sekurang-kurangnya diperlukan kadar glukosa darah 2 kali abnormal untuk
konfirmasi diagnosis DM pada hari yang alain atau TTGO yang abnormal
15
Kriteria Diagnosis
1 Gejala klasik DM + gula darah sewaktu 200 mgdl Gula darah sewaktu merupakan
hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memerhatikan waktu makan terakhir
Atau
2 Kadar gula darah puasa 1048725 126 mgdl Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori
tambahan sedikitnya 8 jam Atau
3 Kadar gula darah 2 jam pada TTGO 200mgdl TTGO dilakukan dengan Standard
WHO menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 g glukosa anhidrus yang
dilarutkan dalam air (7)
Cara pelaksanaan TTGO (WHO 1994)
Tiga hari sebelum pemeriksaan tetap makan seperti kebiasaan sehari-hari (dengan
karbohidrat yang cukup) dan tetap melakukan kegiatan jasmani seperti biasa
Berpuasa paling sedikit 8 jam (mulai malam hari) sebelum pemeriksaan minum air
putih tanpa gula tetap diperbolehkan
Diperiksa kadar glukosa darah puasa
Diberikan glukosa 75 g (orang dewasa) atau 175 gKg BB (anak-anak) dilarutkan
dalam 250 ml air dan diminum dalam waktu 5 menit
Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan 2 jam setelah
minum larutan glukosa selesai
Diperiksa kadar glukosa darah 2 jam sesudah beban glukosa
Selama proses pemeriksaan subyek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok(7)
Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau DM maka dapat
digolongkan ke dalam kelompok TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) atau GDPT (Glukosa
Darah Puasa Terganggu) dari hasil yang diperoleh
TGT glukosa darah plasma 2 jam setelah pembebanan antara 140 ndash 199 mgdl
GDPT glukosa darah puasa antara 100 ndash 125 mgdl (7)
16
Reduksi Urine
Pemeriksaan reduksi urine merupakan bagian dari pemeriksaan urine rutin yang selalu
dilakukan di klinik Hasil yang (+) menunjukkan adanya glukosuria Beberapa hal yang perlu
diingat dari hasil pemeriksaan reduksi urine adalah
Digunakan pada pemeriksaan pertama sekali untuk tes skrining bukan untuk
menegakkan Diagnosis
Nilai (+) sampai (++++)
Jika reduksi (+) masih mungkin oleh sebab lain seperti renal glukosuria obat-
obatan dan lainnya
Reduksi (++) kemungkinan KGD 200 ndash 300 mg
Reduksi (+++) kemungkinan KGD 300 ndash 400 mg
Reduksi (++++) kemungkinan KGD 400 mg
Dapat digunakan untuk kontrol hasil pengobatan
Bila ada gangguan fungsi ginjal tidak bisa dijadikan pedoman (7)
Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik sebagai patokan
penyaring dan diagnosis (mgdl)
Bukan DM Belum pasti DM DM
Kadar glukosa darah sewaktu
- Plasma vena lt 110 110 ndash 199 gt 200
- Darah kapiler lt 90 90 ndash 199 gt 200
Kadar glukosa darah puasa
- Plasma vena lt 110 110 ndash 125 gt 126
- Darah kapiler lt 90 90 ndash 109 gt 110
17
Diagnosis dapat dengan mudah di tegakkan
Anamnesis Riwayat persalinan yang lalu abortus partus prematurus kematian
janindan anak besar
Riwayat keluarga ( herediter )
Keluhan sekarang trias poliuri polidipsi polifagi dan pernah berobat sakit gula
pada dokter
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan urin
Pemeriksaan KGD puasa dan post ndash prandiol
Glukosa toleran tes (GTT)
Nilai K(3)
G Penatalaksanan Diabetes Melitus terhadap ibu hamil
Sesuai dengan pengelolaan medis DM pada umumnya pengelolaan DMG juga
terutama didasari atas pengelolaan gizi diet dan pengendalian berat badan ibu
1 Kontrol secara ketat gula darah
2 Hindari adanya infeksi saluran kemih atau infeksi lainnya Lakukan upaya
pencegahan infeksi dengan baik
3 Pada bayi baru lahir dapat cepat terjadi hipoglikemia sehingga perlu diberikan infus
glukosa
4 Penanganan DMG yang terutama adalah diet dianjurkan diberikan 25 kalorikgBB
ideal kecuali pada penderita yang gemuk dipertimbangkan kalori yang lebih mudah
5 Cara yang dianjurkan adalah cara Broca yaitu BB ideal = (TB-100)-10 BB
6 Kebutuhan kalori adalah jumlah keseluruhan kalori yang diperhitungkan dari
Kalori basal 25 kalkgBB ideal
Kalori kegiatan jasmani 10-30
Kalori untuk kehamilan 300 kalori
Perlu diingat kebutuhan protein ibu hamil 1-15 grkgBB(5)
18
Jika dengan terapi diet selama 2 minggu kadar glukosa darah belum mencapai normal atau
normoglikemia yaitu kadar glukosa darah puasa di bawah 105 mgdl dan 2 jam pp di bawah
120 mgdl maka terapi insulin harus segera dimulai (5)
Pemantauan dapat dikerjakan dengan menggunakan alat pengukur glukosa darah kapiler
Perhitungan menu seimbang sama dengan perhitungan pada kasus DM umumnya dengan
ditambahkan sejumlah 300-500 kalori per hari untuk tumbuh kembang janin selama masa
kehamilan sampai dengan masa menyusui selesai
Pengelolaan DM dalam kehamilan bertujuan untuk
Mempertahankan kadar glukosa darah puasa lt 105 mgdl
Mempertahankan kadar glukosa darah 2 jam pp lt 120 mgdl
Mempertahankan kadar Hb glikosilat (Hb Alc) lt 6
Mencegah episode hipoglikemia
Mencegah ketonuriaketoasidosis deiabetik
Mengusahakan tumbuh kembang janin yang optimal dan normal (5)
Dianjurkan pemantauan gula darah teratur minimal 2 kali seminggu (ideal setiap hari
jika mungkin dengan alat pemeriksaan sendiri di rumah) Dianjurkan kontrol sesuai jadwal
pemeriksaan antenatal semakin dekat dengan perkiraan persalinan maka kontrol semakin
sering Hb glikosilat diperiksa secara ideal setiap 6-8 minggu sekali (5)
Kenaikan berat badan ibu dianjurkan sekitar 1-25 kg pada trimester pertama dan
selanjutnya rata-rata 05 kg setiap minggu Sampai akhir kehamilan kenaikan berat badan
yang dianjurkan tergantung status gizi awal ibu (ibu BB kurang 14-20 kg ibu BB normal
125-175 kg dan ibu BB lebihobesitas 75-125 kg) (5)
Jika pengelolaan diet saja tidak berhasil maka insulin langsung digunakan Insulin
yang digunakan harus preparat insulin manusia (human insulin) karena insulin yang bukan
berasal dari manusia (non-human insulin) dapat menyebabkan terbentuknya antibodi terhadap
insulin endogen dan antibodi ini dapat menembus sawar darah plasenta (placental blood
barrier) sehingga dapat mempengaruhi janin (5)
19
Pada DMG insulin yang digunakan adalah insulin dosis rendah dengan lama kerja
intermediate dan diberikan 1-2 kali sehari Dosis insulin diperkirakan antara 05-15
unitkgBB Obat hipoglikemik oral tidak digunakan dalam DMG karena efek
teratogenitasnya yang tinggi dan dapat diekskresikan dalamjumlah besar melalui ASI (5)
H Komplikasi
Komplikasi pada Ibu
Hipoglikemia terjadi pada enam bulan pertama kehamilan
Hiperglikemia terjadi pada kehamilan 20 ndash 30 minggu akibat resistensi insulin
Infeksi saluran kemih
Preeklampsi
Hidramnion
Retinopati
Trauma persalinan akibat bayi besar(7)
Masalah pada anak
Abortus
Kelainan kongenital spt sacral agenesis neural tube defek
Respiratory distress
Neonatal hiperglikemia
Makrosomia
Hipocalcemia
kematian perinatal akibat diabetik ketoasidosis
Hiperbilirubinemia(7)
I Tanda Komplikasi DM
Makrovaskular stroke penyakit jantung koroner ulkus gangren
Mikrovaskular retina (retinopati) dan ginjal (gagal ginjal kronik) saraf (stroke
neuropati)
Koma hiperglikemi hipoglikemi stroke (7)
20
J Prognosis
1 Bila penyakit di tangani oleh dokter ahli penyakit dalam serta kehamilan dan
persalinan di awasi dan di tolong oeh ahli kebidanan umumnya prognosis baik
2 Diabetes berat dan di derita lama apalagi ada komplikasi prognosis buruk
3 Prognosis bagi bayi jelek faktor ndash faktor yang meninggikan morbiditas dan
mortalitas bayi adalah
Berat dan lamany sakit dan adanya asetonuri
Insufisiensi plasenta
Komplikasi dan distosio persalinan
Sindrom gawat napas ( respiratory stress syndrome )
Prematuritas dan cacat bawaan
Angka kematian perinatal kira ndash kira 10 ndash 15 (3)
III PENANGANAN PERSALINAN PADA IBU YANG MENDERITA DM
Pada penderita yang penyakitnya tidak berat dan cukup di puasai dengan diet saja dan
tidak mempunyai riwayat obstetric yang buruk dapat di harapkan partus spontansampai
kehamilan 40 minggu Lebih dari pada itu sebaiknya dilakukan induksi parsalinan karena
prognosis menjadi lebih buruk Apabila diabetes nya berat dan memerlukan pengobatan
insulin sebaiknya kehamilan diakhiri lebih dini biasanya dalam kehamilan antara 36 dan 38
minggu Lebih- lebih apabila kehamilan nya disertai komplikasi lain seperti pre-eklampsi
janin yang tidak baik pertumbuhan nya atau terlampau besar diabetesnya sukar dikuasai atau
apabila ada riwayat kematian perinatal maka dapat di pertimbangkan untuk mengakhiri
kehamilan lebih dini baik dengan induksi maupun dengan seksio sesaria Dalam pelaksanaan
partus pervaginam baik yang tanpa maupun yang dengan induksin keadaan janin harus lebih
ketat di awasi jika mungkin dengan pencatatan denyut jantung janin terus menerus (5)
Penyulit yang sering di jumpai dalam persalinan
a Inersio uteri dan atonia uteri
b Distosia bahu karena anak besar
21
c Kelahiran mati
d Lebih sering mengakhiri partus dengan tindakan termasuk secsio sesaria
e Lebih mudah terjadi infeksi
f Angka kematian maternal lebih tinggi(5)
Pengelolaan Pascapersalinan
Karena sudah tidak ada resistensi terhadap insulin lagi maka pada periode
pascapesalinan perempuan dengan diabetes gestasional jarang memerlukan insulin
Pasien dengan diabetes yang terkontrol dengan diet setelah persalinan tidak perlu
diperiksa kadar glukosanya Namunbila pada waktu kehamilan diberi pengobatan
insulin sebelum meninggalkan rumah sakit perlu diperiksa kadar glukosa puasa dan 2
jam pascaprandial
Karena resiko terjadinya tipe 2 diabetes melitus dikemudian hari meningkat maka 6
minggu pascapersalinan perlu dilakukan pemeriksaan diabetes dengan cara
pemeriksaan gula darah puasa dalam dua waktu atau 2 jam setelah pemberian 75g
glukosa pada glucose tolerance test
jika kadar
1 lt 140 mgdl normal
2 140-200 mgdl gangguan toleransi glukosa
3 gt 200 mgdl DM
Bila test ini menunjukkan kadar yang normal maka kadar glukosa darah puasa
dievaluasi lagi setelah 3 tahun
Skrining diabetes ini harus dilakukan secara berkala khususnya pada pasien dengan
kadar glukosa darah puasa meningkat waktu kehamilan
Perempuan yang pernah menderita diabetes melitus gestasional harus diberi konseling
agar menyusui anakanya karena pemberian ASI akan memperbaiki kontrol kadar gula
darah
Harus direncanakan penggunaan kontrasepsi karena sekali perempuan hamil
menderita diabetes maka dia beisiko terkena hal yang sama pada kehamilan
berikutnya
22
Bagi perempuan yang obes setelah melahirkan harus melakukan upaya penurunan
berat badan dengan diet dan berilahraga secra teratur agar resiko terjadinya diabetes
menjadi menurun (5)
IV PENANGANAN BAYI BARU LAHIR DARI IBU DENGAN DM
Bayi lahir dari ibu dengan Diabetes Melitus berisiko untuk terjadi hipoglikemia pada
3 hari pertama setelah lahir walaupun bayi sudah dapat minum dengan baik Ibu dengan DM
mempunyai resiko kematian bayi lima kali dibanding ibu tidak dengan DM dan sering
mengalami abortus ataupun kematian dalam kandungan Bayi dengan ibu DM mengalami
Transient Hiperinsulinism yang dapat mengakibatkan Hipoglikemia Macrosomia pada bayi
yang dilahirkan dan dapat berakibat kesulitan lahir Tanda bayi hipoglikemia adalah Distres
nafas malas minum jitteriness mudah terangsang sampai kejang (2)
Kadar Glukose Darah Rendah (Hipoglikemia)
Adalah bila kadar glukosa darah kurang dari 45 mgdL (26 mmolL)
Masalah
a Glukose darah kurang 25 mgdL (11 mmolL) atau terdapat tanda Hipoglikemi
b Glukose darah 25 mgdL (11 mmolL) _ 45 mgdL (26 mmolL) tanpa tanda
Hipoglikemia (2)
Pengelolaan Hipoglikemia
a Glukose darah kurang 25 mgdL (11 mmolL) atau terdapat tanda hipoglikemi
Pasang jalur IV jika belum terpasang
Berikan glukose 10 2 mLkg secara IV bolus pelan dalam lima menit
Jika jalur IV tidak dapat dipasang dengan cepat berikan larutan
glukose melalui pipa lambungdengan dosis yang sama
Infus glukose 10 sesuai kebutuhan rumatan
23
Periksa kadar glukose darah satu jam setelah bolus glukose dan kemudian tiap tiga
jam
Jika kadar glukose darah masih kurang 25 mgdL (11 mmolL) ulangi
pemberian bolus glukose seperti tersebut di atas dan lanjutkan pemberian infus
Jika kadar glukose darah 25-45 mgdL (11-26 mmolL) lanjutkan infus dan
ulangi pemeriksaan kadar glukose setiap tiga jam sampai kadar glukose 45 mgdL
(26 mmolL) atau lebih
Bila kadar glukose darah 45 mgdL (26 mmolL) atau lebih dalam dua kali
pemeriksaan berturut-turut ikuti petunjuk tentang frekuensi pemeriksaan kadar
glukose darah setelah kadar glukose darah kembali normal
Anjurkan ibu menyusui Bila bayi tidak dapat menyusu berikan ASI peras
dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum
Bila kemampuan minum bayi meningkat turunkan pemberian cairan infus setiap
hari secara bertahap Jangan menghentikan infus glukose dengan tiba-tiba (2)
b Glukose darah 25 mgdL (11 mmolL)-45 mgdL (26 mmolL) tanpa tanda
Hipoglikemia
Anjurkan ibu menyusui Bila bayi tidak dapat menyusu berikan ASI peras dengan
menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum
Pantau tanda hipoglikemia dan bila dijumpai tanda tersebut tangani seperti tersebut di
atas
Periksa kadar glukose darah dalam tiga jam atau sebelum pemberian minum
berikutnya
Jika kadar glukose darah kurang 25 mgdL (11 mmolL) atau terdapat tanda
hipoglikemia tangani seperti tersebut di atas
Jika kadar glukose darah masih antara 25-45 mgdL (11-26 mmolL) naikkan
frekuensi pemberian minum ASI atau naikkan volume pemberian minum dengan
menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum
Jika kadar glukose darah 45 mgdL (26 mmolL) atau lebih lihat tentang
frekuensi pemeriksaan kadar glukose darah di bawah ini (2)
24
Frekuensi Pemeriksaan Glukose Darah Setelah Kadar Glukose Darah Normal
Jika bayi mendapatkan cairan IV untuk alasan apapun lanjutkan pemeriksaan kadar
glukose darah setiap 12 jam selama bayi masih memerlukan infus Jika kapan saja
kadar glukose darah turun tangani seperti tersebut di atas
Jika bayi sudah tidak lagi mendapat infus cairan IV periksa kadar glukose darah
setiap 12 jam sebanyak dua kali pemeriksaan
Jika kapan saja kadar glukose darah turun tangani seperti tersebut di atas
Jika kadar glukose darah tetap normal selama waktu tersebut maka pengukuran
dihentikan
Anjurkan ibu untuk menyusui secara dini dan lebih sering paling tidak 8 kali sehari
siang dan malam (2)
Bila bayi berumur kurang 3 hari amati sampai umur 3 hari periksa kadar glukose pada
Saat bayi datang atau pada umur 3 jam
Tiga jam setelah pemeriksaan pertama kemudian tiap 6 jam selama 24 jam atau
sampai kadar glukose dalam batas normal dalam 2 kali pemeriksaan berturut ndash turut
Bila kadar glukose le 45 mgdL atau bayi menunjukkan tanda hipoglikemi (tremor
atau letargi) tangani untuk hipoglikemi (lihat Hipoglikemi)
Bila dalam pengamatan tidak ada tanda hipoglikemi atau masalah lain bayi dapat
minum dengan baik pulangkan bayi pada hari ke 3
Bila bayi berumur 3 hari atau lebih dan tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit bayi
tidak perlu pengamatan Bila bayi dapat minum baik dan tidak ada masalah lain yang
memerlukan perawatan di rumah sakit bayi dapat dipulangkan (2)
25
BAB III
PERMASALAHAN
SKENARIO 4
NyAni yang hamil dan Sakit Gula
NyAni 36 tahun G5P3A1 datang ke Rumah Sakit untuk memeriksa kehamilannya yang
berusia 32 minggu Selain itu NyAni juga mengeluhkan poliuri polifagi dan polidipsi pada
dokter yang menanganinya Anak I lahir hidup dengan BB 3200 gr partus pervaginam
Anak II lahir hidup dengan BB 3400 gr partus pervaginam Anak III lahir hidup dengan
BB 3600 gr partus pervaginam Riwayat abortus (+) Riwayat menderita DM (-) Riwayat
keluarga menderita DM (+) TB NyAni = 160 cm BB NyAni = 72 kg
Pemeriksaan Vital Sign TD = 12080 mmhg HR = 82xmenit RR = 22xmenit T = 372 W C
DJJ 120x Letak kepala
Apakah yang terjadi pada NyAni Tindakan apa yang harus kita lakukan sebagai dokter
26
BAB IV
PEMBAHASAN
I KLARIFIKASI ISTILAH
Poliuri Sekresi urin yang berlebihan (4)
Polifagi Makan secara berlebihan (4)
Polidipsi Rasa haus yang sangat dan berlangsung lama (4)
DM Kelainan metabolik dimana ditemukan ketidakmampuan untuk
mengoksidasi karbohidrat akibat gangguan pada mekanisme insulin yang normal
menimbulkan hiperglikemia glikosuria poliuria rasa haus rasa lapar badan
kurus kelemahan asidosis sering menyebabkan dipsnea lipemia ketonuria dan
akhirnya koma (4)
II MENETAPKAN PERMASALAHAN
1 NyAni 36 tahun G5P3A1 datang ke Rumah Sakit untuk memeriksa
kehamilannya yang berusia 32 minggu dan mengeluhkan poliuri polifagi dan
polidipsi
2 Riwayat keluarga menderita DM (+)
3 Riwayat persalinan BB bayi setiap kelahiran selalu bertambah
III ANALISIS MASALAH
1 Dari umur yaitu 36 tahun sudah mempunyai resiko tinggi pada kehamilan
Poliuri polifagi dan polidipsi merupakan gejala khas DM yang tersembunyi pada
ibu hamil
G5P3A1 ini juga merupakan faktor resiko karena adanya riwayat abortus
2 DM adalah penyakit yang dapat di turunkan kemungkinan NyAni mengalami DM
karena adanya Riwayat DM pada keluarga Tetapi diperlukan juga pemeriksaan
penunjang untuk memastikan apakah NyAni memang menderita DM atau tidak
3 Pada riwayat persalinan dimana BB bayi setiap kelahiran selalu bertambah ini juga
merupakan faktor resiko dari Diabetes Melitus
27
IV KESIMPULAN SEMENTARA
1 Kemungkinan NyAni menderita DM dilihat dari gejala dan riwayat persalinan
dimana BB bayi setiap kelahiran selalu bertambah serta riwayat DM pada keluarga
2 Kemungkinan NyAni menderita DM setelah kehamilan
3 Perlunya pemeriksaan penunjang untuk menentukan DM atau tidak karena NyAni
kemungkinan saja mengalami toleransi glukosa
4 Adanya riwayat obstetri yang buruk yaitu abortus
ANAMNESIS
Nama Ani
Jenis Kelamin female
Alamat -
Umur 36 years old
Keluhan Utama Memeriksa kehamilannya yang berusia 32 minggu dan juga
mengeluhkan poliuri polifagi dan polidipsi
Keluhan Tambahan -
Riwayat Penyakit Dahulu -
Riwayat Penyakit Keluarga DM (+)
Riwayat Sosial -
Riwayat Obstetri G5 P3 A1
Vital Signs
TD 12080 mmHg
HR 82xmenit
RR 22xmenit
T 372C
DJJ 120x
Lokasi kepala
General situation
TB = 160 cm
BB = 72 kg
28
V TUJUAN PEMEBELAJARAN
1 Mengetahui Diabetes Melitus secara umum
2 Mengetahui Diabetes Melitus pada Ibu hamil
3 Penatalaksanaan Diabetes Melitus pada Ibu hamil
4 Pengaruh kehamilan pada Diabetes Melitus
5 Penanganan persalinan pada Ibu yang menderita Diabetes Melitus
VI BELAJAR MANDIRI
1 Text book
2 Internet
3 Kamus dorland
VII KESIMPULAN AKHIR
Kemungkinan NyAni mengalami Diabetes Melitus dilihat dari keluhan riwayat
persalinan dan riwayat keluarga
Dibutuhkan pemeriksaan penunjang untuk diagnosa yang lebih tepat
Pemeriksaan yang di maksud adalah
Pemeriksaan urin
Pemeriksaan KGD puasa dan post ndash prandiol
Glukosa toleran tes (GTT)
Nilai K(3)
Perlunya tindakan yang cepat dan tepat untuk mencegah terjadinya komplikasi dan
prognosis yang buruk
29
BAB V
PENUTUP
Penderita DM Gestasional memunyai resiko yang tinggi terhadap kambuhnya
penyakit diabetes yang pernah dideritannya pada saat hamil sebelumnya
Saran 6-8 minggu setelah melahirkan ibu tersebut melakukan test plasma glukosa
puasa dan OGTT 75 gram glukosa Pasien gemuk penderita GDM sebaiknya mengontrol
BB karena diperkirakan akan menjadi DM dalam 20 tahun kemudian
Wanita dengan diabetes masih dapat hamil dan punya anak sepanjang gula darah
terkontrol Disarankan memilih kontrasepsi dengan kadar estrogen rendah dan dapat
memakai pil tambahan hormon progesteron IUD dapat menimbulkan risiko infeksi
Perlu diperhatikan risiko morbiditas dan mortalitas maternal dan perinatal tinggi
Dengan pengelolaan sebaik-baiknya hasil akhir tetap dapat optimal
30
- A Pengertian
- Menurut Brunner and Suddarth 2001 Diabetes Mellitus merupakan sekelompok kelainan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia Pada Diabetes Mellitus kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun atau pankreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin (1)
- Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo 2002)
- B Klasifikasi
- 1 Klasifikasi diabetes mellitus secara umum sebagai berikut
- C Etiologi
- 1 DM tipe I
- a) Faktor genetic
- Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (1)
- b) Faktor-faktor imunologi
- Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen (1)
- c) Faktor lingkungan
- Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi sel beta (1)
- 2 Diabetes Tipe II
- Menurut Brunner dan Suddarth 2001 mekanisme tepat yang menyebabkan belum diketahui Namun ada beberapa resiko yang berhubungan dengan terjadinya DM type II
- D Tanda dan Gejala
- E Patofisiologi (Patways) DM
- Katarak
- Glaukoma
- Retinopati
- Gatal seluruh badan
- Pruritus Vulvae
- Infeksi bakteri kulit
- Infeksi jamur di kulit
- Dermatopati
- Neuropati perifer
- Neuropati viseral
- Amiotropi
- Ulkus Neurotropik
- Penyakit ginjal
- Penyakit pembuluh darah perifer
- Penyakit koroner
- Penyakit pembuluh darah otak
- Hipertensi
- Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal yang tinggi dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur atau bahkan inkontinensia urin Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat terhadap dehidrasi Karena itu tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada stadium lanjut (Patric Davey 2002 )
- Penyakit yang mula-mula ringan dan sedang saja yang biasa terdapat pada pasien DM usia lanjut dapat berubah tiba-tiba apabila pasien mengalami infeksi akut Defisiensi insulin yang tadinya bersifat relatif sekarang menjadi absolut dan timbul keadaan ketoasidosis dengan gejala khas hiperventilasi dan dehidrasi kesadaran menurun dengan hiperglikemia dehidrasi dan ketonemia Gejala yang biasa terjadi pada hipoglikemia seperti rasa lapar menguap dan berkeringat banyak umumnya tidak ada pada DM usia lanjut Biasanya tampak bermanifestasi sebagai sakit kepala dan kebingungan mendadak (Patric Davey 2002 )
- Pada usia lanjut reaksi vegetatif dapat menghilang Sedangkan gejala kebingungan dan koma yang merupakan gangguan metabolisme serebral tampak lebih jelas
- F Pemeriksaan Penunjang
- G Komplikasi
- Komplikasi Akut
- Komplikasi Kronis
- H Penatalaksanaan
- I Prognosis
-
Cara pemeriksaan TTGO adalah
1 Tiga hari sebelum pemeriksaan pasien makan seperti biasa
2 Kegiatan jasmani sementara cukuptidak terlalu banyak
3 Pasien puasa semalam selama 10-12 jam
4 Periksa glukosa darah puasa
5 Berikan glukosa 75 g yang dilarutkan dalam air 250 ml lalu minum dalam waktu 5
menit
6 Periksa glukosa darah 1 jam dan 2 jam sesudah beban glukosa
7 Selama pemeriksaan pasien yang diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok (7)
G Komplikasi
Komplikasi Akut
1 Ketoasidosis diabetic (KAD)
Adalah Kedaaan dekompesasi kekacauan metabolic yang ditandai oleh triasterutama
diakibatkan oleh defisiensi insulin absolute atau insulin relative
2 Hipoglikemia
Adalah penurunan kadar glukosa dalam darahbiasanya disebabkan peningkatan kadar insulin
yang kurang tepatasupan karbohidrat kurang
3 Hiperglikemia Hiperosmolar non ketotik
Adalah suatu dekompensasi metabolic pada pasien diabetes tanpa disertai adanya
ketosisgejalanya pada dehirasi berathiperglikemia beratdan gangguan neurologis
8
Komplikasi Kronis
a Makroangiopati mengenai pembuluh darah besar pembuluh darah jantung pembuluh
darah tepi pembuluh darah otak
b Mikroangiopati mengenai pembuluh darah kecil retinopati diabetik nefropati diabetik
c Neuropati diabetik
d Rentan infeksi seperti tuberkulosis paru gingivitis dan infeksi saluran kemih
e Kaki diabetik
H Penatalaksanaan
Dalam jangka pendek penatalaksaan DM bertujuan untuk menghilangkan
keluhangejala DM Sedangkan tujuan jangka panjangnya adalah untuk mencegah
komplikasi Tujuan tersebut dilaksanakan dengan cara menormalkan kadar glukosa lipid dan
insulin Untuk mempermudah tercapainya tujuan tersebut kegiatan dilaksanakan dalam
bentuk pengelolaan pasien secara holistik dan mengajarkan kegiatan mandiri Pengobatan
diabetes secara menyeluruh mencakup diet yang benar olahraga yang teratur kemudian
dilanjutkan dengan obat-obatan yang diminum atau suntikan insulin
Obat Hipoglikemia Oral (OHO)
a Sulfonilurea
Obat golongan sulfonilurea bekerja dengan cara
Menstimulasi penglepasan insulin yang tersimpan
Menurunkan ambang sekresi insulin
Meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa
Klorpropamid kurang dianjurkan pada keadaan insufisiensi renal dan orang tua karena risiko
hipoglikemia yang berkepanjangan demikian juga glibenklamid Untuk orang tua dianjurkan
preparat dengan waktu kerja pendek (tolbutamid glikuidon) Glikuidon juga diberikan pada
pasien DM dengan gangguan fungsi ginjal atau hati ringan
9
b Bliguanid
Bliguanid menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak sampai di bawah normal
Preparat yang ada dan aman adalah metformin Obat ini dianjurkan untuk pasien
gemuk (Indeks Massa TubuhIMT gt30) sebagai obat tunggal Pada pasien dengan
berat lebih (IMT 27-30) dapat dikombinasi dengan obat golongan sulfonilurea
c Inhibitor α glukosidase
Obat ini bekerja secara kompetitif menghambat kerja enzim α glukosidase di dalam
saluran cerna sehingga menurunkan penyerapan glukosa dan menurunkan
hiperglikemia pascaprandial
d Insulin sensitizing agent
Thoazolidinediones adalah golongan obat baru yang mempunyai efek farmakologi
meningkatkan sensitivitas insulin sehingga bisa mengatasi masalah resistensi insulin
dan berbagai masalah akibat resistensi insulin tanpa menyebabkan hipoglikemia Obat
ini belum beredar di Indonesia
Insulin
Indikasi penggunaan insulin pada NIDDM adalah
DM dengan berat badan menurun cepatkurus
Ketoasidosis asidosis laktat dan koma hiperosmolar
DM yang mengalami stres berat (infeksi sistemik operasi berat dan lain-lain)
DM dengan kehamilanDM gestasional yang tidak terkendali dengan perencanaan
makan
DM yang tidak berhasil dikelola dengan obat hipoglikemia oral dosis maksimal atau
ada kontraindikasi dengan obat tersebut
I Prognosis
Sekitar 60 pasien DMTI yang mendapat insulin dapat bertahan hidup seperti orang
normal Sisanya dapat mengalami kebutaan gagal ginjal kronik dan kemungkinan untuk
meninggal lebih cepat
10
II DIABETES MELITUS GESTASIONAL
A Defenisi
Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) adalah kelainan pada metabolisme karbohidrat
dari faktor yang memberatkan yang terjadi selama kehamilan (Marilyn 2001) (1)
DMG adalah kehamilan normal yang disertai dengan peningkatan insulin resistance
(ibu hamil gagal mempertahankan euglycemia)(1)
Pada DM dengan kehamilan ada 2 kemungkinan yang dialami oleh si Ibu
a Ibu tersebut memang telah menderita DM sejak sebelum hamil
b Si ibu mengalamimenderita DM saat hamil(7)
Klasifikasi DM dengan Kehamilan menurut Pyke
1 Klas I Gestasional diabetes yaitu diabetes yang timbul pada waktu hamil dan
menghilang setelah melahirkan
2 Klas II Pregestasional diabetes yaitu diabetes mulai sejak sebelum hamil dan
berlanjut setelah hamil
3 Klas III Pregestasional diabetes yang disertai dengan komplikasi penyakit
pembuluh darah seperti retinopatinefropati penyakit pemburuh darah panggul dan
pembuluh darah perifer (7)
90 dari wanita hamil yang menderita Diabetes termasuk ke dalam kategori DM Gestasional
(Tipe II) dan DM yang tergantung pada insulin (Insulin Dependent Diabetes Mellitus =
IDDM tipe I) (7)
B Metabolisme Karbohidrat Pada Kehamilan Normal
Pada wanita hamil normal terjadi banyak sekali perubahan hormonal dan metabolik
untuk pertumbuhan dan perkembangan fetus yang optimal Yang berhubungan dengan
patologi diabetes mellitus adalah perubahan metabolisme karbohidrat (6)
Pada kehamilan normal terjadi kadar glukosa plasma ibu yang lebih rendah secara
bermakna karena
11
1 Ambilan glukosa sirkulasi plasenta meningkat
2 Produksi glukosa dari hati menurun
3 Produksi alanin (salah satu prekursor glukoneogenesis) menurun
4 Aktifitas ekskresi ginjal meningkat
5 Efek hormon-hormon gestasional (human placental lactogen hormon2 plasenta
lainnya hormon2 ovarium hipofisis pankreas adrenal growth factors dsb) Selain
itu terjadi juga perubahan metabolisme lemak dan asam amino (6)
C Patofisologi
Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolisme endokrin dan karbohidrat yang
menunjang pemasokan makanan bagi janin serta persiapan untuk menyusui Glukosa
dapat berdifusi secara tetap melalui plasenta kepada janin sehingga kadarnya dalam darah
janin hampir menyerupai kadar darah ibu Insulin ibu tidak dapat mencapai janin
sehingga kadar gula darah ibu mempengaruhi kadar darah janin Pengendalian kadar gula
darah terutama dipengaruhi oleh insulin di samping hormon estrogen steroid dan
plasenta laktogen Akibat lambatnya resorbsi makanan maka terjadi hiperglikemia yang
relatif lama dan ini menyebabkan kebutuhan insulin meningkat Menjelang aterm
kebutuhan insulin meningkat hingga mencapai 3 kali dari keadaan normal Hal ini disebut
tekanan diabetojenik dalam kehamilan Secara fisiologis telah terjadi resistensi insulin
yaitu bila ia ditambah dengan insulin eksogen ia tidak mudah menjadi hipoglikemia
Yang menjadi masalah adalah bila seorang ibu tidak mampu meningkatkan insulin
sehingga ia relatif hipoinsulin yang mengakibatkan hiperglikemia atau diabetes
kehamilan
Glukosa yang tidak masuk ke sel tubuh akan tertimbun di dalam darah Setelah
mencapai kadar tertentu glukosa tersebut juga akan muncul dalam air seni padahal air
seni yang normal tidak mengandung glukosa Jika glukosa terdapat dalam air seni
glukosa tersebut akan menarik lebih banyak air bersamanya dengan demikian
menyebabkan bertambahnya volume air seni Karena terjadi pengeluaran air seni yang
berlebihan tubuh kehilangan banyak cairan sehingga terjadi rasa haus yang berlebihan
Ketika sel tidak terdapat cukup glukosa dikarenakan kurangnya jumlah insulin
meski sebenarnya dalam darah terdapat glukosa yang berlebihan boleh dikatakan sel-sel
12
ini lsquokelaparanrsquo Hal ini menyebabkan peningkatan nafsu makan dan walaupun penderita
DM sudah makan lebih banyak kelihatannya sel tidak pernah mendapatkan cukup
glukosa
Untuk mendapatkan energi yang dibutuhkan sel yang ldquokelaparanrdquo ini mulai
memecahkan lemak dan protein yang ada di dalam tubuh Hal ini mengakibatkan
turunnya berat badan dan rasa lelah Jika kadar glukosa dalam darah sangat tinggi
beberapa orang menjadi mudah tersinggung Selain itu tubuh juga menjadi rentan
terhadap infeksi
Tidak semua penderita diabetes mengalami gejala ini dan beberapa orang lainnya
bahkan tidak mengalami gejala apa pu Pada keadaan ini baru diketahui bahwa mereka
ternyata menderita penyakit DM dari pemeriksaan laboratorium rutin
Resistensi insulin juga dapat disebabkan oleh adanya hormon estrogen progesteron
kortisol prolaktin dan plasenta laktogen Hormon tersebut mempengaruhi reseptor
insulin pada sel sehingga mengurangi afinitas insulin (Prawirohardjo 1997) (1)
D Faktor Risiko
Umur lebih dari 30 tahun
Obesitas dengan indeks massa tubuh ge 30 kgm2
Riwayat DM pada keluarga
Pernah menderita DM gestasional sebelumnya
Pernah melahirkan anak besar gt 4000 gram
Adanya glukosuria
Riwayat bayi cacat bawaan
Riwayat bayi lahir mati
Riwayat keguguran
Riwayat infertilitas
Hipertensi (7)
13
E Pengaruh DM dengan kehamilan
a Pengaruh kehamilan persalinan dan nifas pada diabetes adalah
Kehamilan dapat menyebabkan status prediabetik manifes ( diabetik )
Diabetes akan menjadi lebih berat oleh kehamilan
Pada persalinan yang memerlukan tenaga ibu dan kerja rahim akan memerlukan
glukosa banyak maka bisa terjadi hipoglikemia atau koma
Dalam masa lakatasi keperluan akan insulin akan bertambah(3)
b Pengaruh diabetes terhadap kehamilan
Abortus dan partus prematurus
Hidramnion
Pre ndash eklamsia
Kesalahan letak janin
Insufisiensi plasenta(3)
c Pengaruh diabetes terhadap persalinan
Inersia uteri dan atonia uteri
Distorsia karna janin ( anak besar Bahu lebar )
Kelahiran mati
Persalinan lebih sering di tolong secara operatif
Angka kejadian pendarahan dan infeksi tinggi
Morbiditas dan mortalitas ibu tinggi(3)
d Pengaruh Diabetes terhadap nifas
Perdarahan dan infeksi puerperal ebih tinggi
Luka ndashluka jalan lahir lambat pulih sembuh
14
e Pengaruh Diabetes terhadap janin atau bayi
Serig terjadi abortus
Kematian janin dalam kandungan setelah 36 minggu
Daat terjadi cacat bawaan
Dismaturitas
Janin besar ( bayi kingkong makrosomia )
Kematian neonatal tinggi
Kemudian hari dapat terjadi kelainan neurologi dan psikologi(3)
F Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penyaring perlu dilakukan pada kelompok dengan resiko tinggi untuk
DM yaitu kelompok usia dewasa tua (gt 40 tahun) obesitas tekanan darah tinggi riwayat
keluarga DM riwayat kehamilan dengan berat badan bayi gt 4000 gr riwayat DM pada
kehamilan dan dislipidemia
Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan dengan pemeriksan glukosa darah sewaktu
kadar glukosa darah puasa Kemudian dapat diikuti dengan Tes Toleransi Glukosa Oral
(TTGO) standar
Keluhan dan gejala yang khas ditambah hasil pemeriksaan glukosa darah sewaktu
gt200 mgdl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM bila hasil pemeriksaan glukosa
darah meragukan pemeriksaaan TTGO diperlukan untuk memastikan diagnosis DM Untuk
diagnosis DM dan gangguan toleransi glukosa lainnya diperiksa glukosa darah 2 jam setelah
beban glukosa Sekurang-kurangnya diperlukan kadar glukosa darah 2 kali abnormal untuk
konfirmasi diagnosis DM pada hari yang alain atau TTGO yang abnormal
15
Kriteria Diagnosis
1 Gejala klasik DM + gula darah sewaktu 200 mgdl Gula darah sewaktu merupakan
hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memerhatikan waktu makan terakhir
Atau
2 Kadar gula darah puasa 1048725 126 mgdl Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori
tambahan sedikitnya 8 jam Atau
3 Kadar gula darah 2 jam pada TTGO 200mgdl TTGO dilakukan dengan Standard
WHO menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 g glukosa anhidrus yang
dilarutkan dalam air (7)
Cara pelaksanaan TTGO (WHO 1994)
Tiga hari sebelum pemeriksaan tetap makan seperti kebiasaan sehari-hari (dengan
karbohidrat yang cukup) dan tetap melakukan kegiatan jasmani seperti biasa
Berpuasa paling sedikit 8 jam (mulai malam hari) sebelum pemeriksaan minum air
putih tanpa gula tetap diperbolehkan
Diperiksa kadar glukosa darah puasa
Diberikan glukosa 75 g (orang dewasa) atau 175 gKg BB (anak-anak) dilarutkan
dalam 250 ml air dan diminum dalam waktu 5 menit
Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan 2 jam setelah
minum larutan glukosa selesai
Diperiksa kadar glukosa darah 2 jam sesudah beban glukosa
Selama proses pemeriksaan subyek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok(7)
Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau DM maka dapat
digolongkan ke dalam kelompok TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) atau GDPT (Glukosa
Darah Puasa Terganggu) dari hasil yang diperoleh
TGT glukosa darah plasma 2 jam setelah pembebanan antara 140 ndash 199 mgdl
GDPT glukosa darah puasa antara 100 ndash 125 mgdl (7)
16
Reduksi Urine
Pemeriksaan reduksi urine merupakan bagian dari pemeriksaan urine rutin yang selalu
dilakukan di klinik Hasil yang (+) menunjukkan adanya glukosuria Beberapa hal yang perlu
diingat dari hasil pemeriksaan reduksi urine adalah
Digunakan pada pemeriksaan pertama sekali untuk tes skrining bukan untuk
menegakkan Diagnosis
Nilai (+) sampai (++++)
Jika reduksi (+) masih mungkin oleh sebab lain seperti renal glukosuria obat-
obatan dan lainnya
Reduksi (++) kemungkinan KGD 200 ndash 300 mg
Reduksi (+++) kemungkinan KGD 300 ndash 400 mg
Reduksi (++++) kemungkinan KGD 400 mg
Dapat digunakan untuk kontrol hasil pengobatan
Bila ada gangguan fungsi ginjal tidak bisa dijadikan pedoman (7)
Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik sebagai patokan
penyaring dan diagnosis (mgdl)
Bukan DM Belum pasti DM DM
Kadar glukosa darah sewaktu
- Plasma vena lt 110 110 ndash 199 gt 200
- Darah kapiler lt 90 90 ndash 199 gt 200
Kadar glukosa darah puasa
- Plasma vena lt 110 110 ndash 125 gt 126
- Darah kapiler lt 90 90 ndash 109 gt 110
17
Diagnosis dapat dengan mudah di tegakkan
Anamnesis Riwayat persalinan yang lalu abortus partus prematurus kematian
janindan anak besar
Riwayat keluarga ( herediter )
Keluhan sekarang trias poliuri polidipsi polifagi dan pernah berobat sakit gula
pada dokter
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan urin
Pemeriksaan KGD puasa dan post ndash prandiol
Glukosa toleran tes (GTT)
Nilai K(3)
G Penatalaksanan Diabetes Melitus terhadap ibu hamil
Sesuai dengan pengelolaan medis DM pada umumnya pengelolaan DMG juga
terutama didasari atas pengelolaan gizi diet dan pengendalian berat badan ibu
1 Kontrol secara ketat gula darah
2 Hindari adanya infeksi saluran kemih atau infeksi lainnya Lakukan upaya
pencegahan infeksi dengan baik
3 Pada bayi baru lahir dapat cepat terjadi hipoglikemia sehingga perlu diberikan infus
glukosa
4 Penanganan DMG yang terutama adalah diet dianjurkan diberikan 25 kalorikgBB
ideal kecuali pada penderita yang gemuk dipertimbangkan kalori yang lebih mudah
5 Cara yang dianjurkan adalah cara Broca yaitu BB ideal = (TB-100)-10 BB
6 Kebutuhan kalori adalah jumlah keseluruhan kalori yang diperhitungkan dari
Kalori basal 25 kalkgBB ideal
Kalori kegiatan jasmani 10-30
Kalori untuk kehamilan 300 kalori
Perlu diingat kebutuhan protein ibu hamil 1-15 grkgBB(5)
18
Jika dengan terapi diet selama 2 minggu kadar glukosa darah belum mencapai normal atau
normoglikemia yaitu kadar glukosa darah puasa di bawah 105 mgdl dan 2 jam pp di bawah
120 mgdl maka terapi insulin harus segera dimulai (5)
Pemantauan dapat dikerjakan dengan menggunakan alat pengukur glukosa darah kapiler
Perhitungan menu seimbang sama dengan perhitungan pada kasus DM umumnya dengan
ditambahkan sejumlah 300-500 kalori per hari untuk tumbuh kembang janin selama masa
kehamilan sampai dengan masa menyusui selesai
Pengelolaan DM dalam kehamilan bertujuan untuk
Mempertahankan kadar glukosa darah puasa lt 105 mgdl
Mempertahankan kadar glukosa darah 2 jam pp lt 120 mgdl
Mempertahankan kadar Hb glikosilat (Hb Alc) lt 6
Mencegah episode hipoglikemia
Mencegah ketonuriaketoasidosis deiabetik
Mengusahakan tumbuh kembang janin yang optimal dan normal (5)
Dianjurkan pemantauan gula darah teratur minimal 2 kali seminggu (ideal setiap hari
jika mungkin dengan alat pemeriksaan sendiri di rumah) Dianjurkan kontrol sesuai jadwal
pemeriksaan antenatal semakin dekat dengan perkiraan persalinan maka kontrol semakin
sering Hb glikosilat diperiksa secara ideal setiap 6-8 minggu sekali (5)
Kenaikan berat badan ibu dianjurkan sekitar 1-25 kg pada trimester pertama dan
selanjutnya rata-rata 05 kg setiap minggu Sampai akhir kehamilan kenaikan berat badan
yang dianjurkan tergantung status gizi awal ibu (ibu BB kurang 14-20 kg ibu BB normal
125-175 kg dan ibu BB lebihobesitas 75-125 kg) (5)
Jika pengelolaan diet saja tidak berhasil maka insulin langsung digunakan Insulin
yang digunakan harus preparat insulin manusia (human insulin) karena insulin yang bukan
berasal dari manusia (non-human insulin) dapat menyebabkan terbentuknya antibodi terhadap
insulin endogen dan antibodi ini dapat menembus sawar darah plasenta (placental blood
barrier) sehingga dapat mempengaruhi janin (5)
19
Pada DMG insulin yang digunakan adalah insulin dosis rendah dengan lama kerja
intermediate dan diberikan 1-2 kali sehari Dosis insulin diperkirakan antara 05-15
unitkgBB Obat hipoglikemik oral tidak digunakan dalam DMG karena efek
teratogenitasnya yang tinggi dan dapat diekskresikan dalamjumlah besar melalui ASI (5)
H Komplikasi
Komplikasi pada Ibu
Hipoglikemia terjadi pada enam bulan pertama kehamilan
Hiperglikemia terjadi pada kehamilan 20 ndash 30 minggu akibat resistensi insulin
Infeksi saluran kemih
Preeklampsi
Hidramnion
Retinopati
Trauma persalinan akibat bayi besar(7)
Masalah pada anak
Abortus
Kelainan kongenital spt sacral agenesis neural tube defek
Respiratory distress
Neonatal hiperglikemia
Makrosomia
Hipocalcemia
kematian perinatal akibat diabetik ketoasidosis
Hiperbilirubinemia(7)
I Tanda Komplikasi DM
Makrovaskular stroke penyakit jantung koroner ulkus gangren
Mikrovaskular retina (retinopati) dan ginjal (gagal ginjal kronik) saraf (stroke
neuropati)
Koma hiperglikemi hipoglikemi stroke (7)
20
J Prognosis
1 Bila penyakit di tangani oleh dokter ahli penyakit dalam serta kehamilan dan
persalinan di awasi dan di tolong oeh ahli kebidanan umumnya prognosis baik
2 Diabetes berat dan di derita lama apalagi ada komplikasi prognosis buruk
3 Prognosis bagi bayi jelek faktor ndash faktor yang meninggikan morbiditas dan
mortalitas bayi adalah
Berat dan lamany sakit dan adanya asetonuri
Insufisiensi plasenta
Komplikasi dan distosio persalinan
Sindrom gawat napas ( respiratory stress syndrome )
Prematuritas dan cacat bawaan
Angka kematian perinatal kira ndash kira 10 ndash 15 (3)
III PENANGANAN PERSALINAN PADA IBU YANG MENDERITA DM
Pada penderita yang penyakitnya tidak berat dan cukup di puasai dengan diet saja dan
tidak mempunyai riwayat obstetric yang buruk dapat di harapkan partus spontansampai
kehamilan 40 minggu Lebih dari pada itu sebaiknya dilakukan induksi parsalinan karena
prognosis menjadi lebih buruk Apabila diabetes nya berat dan memerlukan pengobatan
insulin sebaiknya kehamilan diakhiri lebih dini biasanya dalam kehamilan antara 36 dan 38
minggu Lebih- lebih apabila kehamilan nya disertai komplikasi lain seperti pre-eklampsi
janin yang tidak baik pertumbuhan nya atau terlampau besar diabetesnya sukar dikuasai atau
apabila ada riwayat kematian perinatal maka dapat di pertimbangkan untuk mengakhiri
kehamilan lebih dini baik dengan induksi maupun dengan seksio sesaria Dalam pelaksanaan
partus pervaginam baik yang tanpa maupun yang dengan induksin keadaan janin harus lebih
ketat di awasi jika mungkin dengan pencatatan denyut jantung janin terus menerus (5)
Penyulit yang sering di jumpai dalam persalinan
a Inersio uteri dan atonia uteri
b Distosia bahu karena anak besar
21
c Kelahiran mati
d Lebih sering mengakhiri partus dengan tindakan termasuk secsio sesaria
e Lebih mudah terjadi infeksi
f Angka kematian maternal lebih tinggi(5)
Pengelolaan Pascapersalinan
Karena sudah tidak ada resistensi terhadap insulin lagi maka pada periode
pascapesalinan perempuan dengan diabetes gestasional jarang memerlukan insulin
Pasien dengan diabetes yang terkontrol dengan diet setelah persalinan tidak perlu
diperiksa kadar glukosanya Namunbila pada waktu kehamilan diberi pengobatan
insulin sebelum meninggalkan rumah sakit perlu diperiksa kadar glukosa puasa dan 2
jam pascaprandial
Karena resiko terjadinya tipe 2 diabetes melitus dikemudian hari meningkat maka 6
minggu pascapersalinan perlu dilakukan pemeriksaan diabetes dengan cara
pemeriksaan gula darah puasa dalam dua waktu atau 2 jam setelah pemberian 75g
glukosa pada glucose tolerance test
jika kadar
1 lt 140 mgdl normal
2 140-200 mgdl gangguan toleransi glukosa
3 gt 200 mgdl DM
Bila test ini menunjukkan kadar yang normal maka kadar glukosa darah puasa
dievaluasi lagi setelah 3 tahun
Skrining diabetes ini harus dilakukan secara berkala khususnya pada pasien dengan
kadar glukosa darah puasa meningkat waktu kehamilan
Perempuan yang pernah menderita diabetes melitus gestasional harus diberi konseling
agar menyusui anakanya karena pemberian ASI akan memperbaiki kontrol kadar gula
darah
Harus direncanakan penggunaan kontrasepsi karena sekali perempuan hamil
menderita diabetes maka dia beisiko terkena hal yang sama pada kehamilan
berikutnya
22
Bagi perempuan yang obes setelah melahirkan harus melakukan upaya penurunan
berat badan dengan diet dan berilahraga secra teratur agar resiko terjadinya diabetes
menjadi menurun (5)
IV PENANGANAN BAYI BARU LAHIR DARI IBU DENGAN DM
Bayi lahir dari ibu dengan Diabetes Melitus berisiko untuk terjadi hipoglikemia pada
3 hari pertama setelah lahir walaupun bayi sudah dapat minum dengan baik Ibu dengan DM
mempunyai resiko kematian bayi lima kali dibanding ibu tidak dengan DM dan sering
mengalami abortus ataupun kematian dalam kandungan Bayi dengan ibu DM mengalami
Transient Hiperinsulinism yang dapat mengakibatkan Hipoglikemia Macrosomia pada bayi
yang dilahirkan dan dapat berakibat kesulitan lahir Tanda bayi hipoglikemia adalah Distres
nafas malas minum jitteriness mudah terangsang sampai kejang (2)
Kadar Glukose Darah Rendah (Hipoglikemia)
Adalah bila kadar glukosa darah kurang dari 45 mgdL (26 mmolL)
Masalah
a Glukose darah kurang 25 mgdL (11 mmolL) atau terdapat tanda Hipoglikemi
b Glukose darah 25 mgdL (11 mmolL) _ 45 mgdL (26 mmolL) tanpa tanda
Hipoglikemia (2)
Pengelolaan Hipoglikemia
a Glukose darah kurang 25 mgdL (11 mmolL) atau terdapat tanda hipoglikemi
Pasang jalur IV jika belum terpasang
Berikan glukose 10 2 mLkg secara IV bolus pelan dalam lima menit
Jika jalur IV tidak dapat dipasang dengan cepat berikan larutan
glukose melalui pipa lambungdengan dosis yang sama
Infus glukose 10 sesuai kebutuhan rumatan
23
Periksa kadar glukose darah satu jam setelah bolus glukose dan kemudian tiap tiga
jam
Jika kadar glukose darah masih kurang 25 mgdL (11 mmolL) ulangi
pemberian bolus glukose seperti tersebut di atas dan lanjutkan pemberian infus
Jika kadar glukose darah 25-45 mgdL (11-26 mmolL) lanjutkan infus dan
ulangi pemeriksaan kadar glukose setiap tiga jam sampai kadar glukose 45 mgdL
(26 mmolL) atau lebih
Bila kadar glukose darah 45 mgdL (26 mmolL) atau lebih dalam dua kali
pemeriksaan berturut-turut ikuti petunjuk tentang frekuensi pemeriksaan kadar
glukose darah setelah kadar glukose darah kembali normal
Anjurkan ibu menyusui Bila bayi tidak dapat menyusu berikan ASI peras
dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum
Bila kemampuan minum bayi meningkat turunkan pemberian cairan infus setiap
hari secara bertahap Jangan menghentikan infus glukose dengan tiba-tiba (2)
b Glukose darah 25 mgdL (11 mmolL)-45 mgdL (26 mmolL) tanpa tanda
Hipoglikemia
Anjurkan ibu menyusui Bila bayi tidak dapat menyusu berikan ASI peras dengan
menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum
Pantau tanda hipoglikemia dan bila dijumpai tanda tersebut tangani seperti tersebut di
atas
Periksa kadar glukose darah dalam tiga jam atau sebelum pemberian minum
berikutnya
Jika kadar glukose darah kurang 25 mgdL (11 mmolL) atau terdapat tanda
hipoglikemia tangani seperti tersebut di atas
Jika kadar glukose darah masih antara 25-45 mgdL (11-26 mmolL) naikkan
frekuensi pemberian minum ASI atau naikkan volume pemberian minum dengan
menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum
Jika kadar glukose darah 45 mgdL (26 mmolL) atau lebih lihat tentang
frekuensi pemeriksaan kadar glukose darah di bawah ini (2)
24
Frekuensi Pemeriksaan Glukose Darah Setelah Kadar Glukose Darah Normal
Jika bayi mendapatkan cairan IV untuk alasan apapun lanjutkan pemeriksaan kadar
glukose darah setiap 12 jam selama bayi masih memerlukan infus Jika kapan saja
kadar glukose darah turun tangani seperti tersebut di atas
Jika bayi sudah tidak lagi mendapat infus cairan IV periksa kadar glukose darah
setiap 12 jam sebanyak dua kali pemeriksaan
Jika kapan saja kadar glukose darah turun tangani seperti tersebut di atas
Jika kadar glukose darah tetap normal selama waktu tersebut maka pengukuran
dihentikan
Anjurkan ibu untuk menyusui secara dini dan lebih sering paling tidak 8 kali sehari
siang dan malam (2)
Bila bayi berumur kurang 3 hari amati sampai umur 3 hari periksa kadar glukose pada
Saat bayi datang atau pada umur 3 jam
Tiga jam setelah pemeriksaan pertama kemudian tiap 6 jam selama 24 jam atau
sampai kadar glukose dalam batas normal dalam 2 kali pemeriksaan berturut ndash turut
Bila kadar glukose le 45 mgdL atau bayi menunjukkan tanda hipoglikemi (tremor
atau letargi) tangani untuk hipoglikemi (lihat Hipoglikemi)
Bila dalam pengamatan tidak ada tanda hipoglikemi atau masalah lain bayi dapat
minum dengan baik pulangkan bayi pada hari ke 3
Bila bayi berumur 3 hari atau lebih dan tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit bayi
tidak perlu pengamatan Bila bayi dapat minum baik dan tidak ada masalah lain yang
memerlukan perawatan di rumah sakit bayi dapat dipulangkan (2)
25
BAB III
PERMASALAHAN
SKENARIO 4
NyAni yang hamil dan Sakit Gula
NyAni 36 tahun G5P3A1 datang ke Rumah Sakit untuk memeriksa kehamilannya yang
berusia 32 minggu Selain itu NyAni juga mengeluhkan poliuri polifagi dan polidipsi pada
dokter yang menanganinya Anak I lahir hidup dengan BB 3200 gr partus pervaginam
Anak II lahir hidup dengan BB 3400 gr partus pervaginam Anak III lahir hidup dengan
BB 3600 gr partus pervaginam Riwayat abortus (+) Riwayat menderita DM (-) Riwayat
keluarga menderita DM (+) TB NyAni = 160 cm BB NyAni = 72 kg
Pemeriksaan Vital Sign TD = 12080 mmhg HR = 82xmenit RR = 22xmenit T = 372 W C
DJJ 120x Letak kepala
Apakah yang terjadi pada NyAni Tindakan apa yang harus kita lakukan sebagai dokter
26
BAB IV
PEMBAHASAN
I KLARIFIKASI ISTILAH
Poliuri Sekresi urin yang berlebihan (4)
Polifagi Makan secara berlebihan (4)
Polidipsi Rasa haus yang sangat dan berlangsung lama (4)
DM Kelainan metabolik dimana ditemukan ketidakmampuan untuk
mengoksidasi karbohidrat akibat gangguan pada mekanisme insulin yang normal
menimbulkan hiperglikemia glikosuria poliuria rasa haus rasa lapar badan
kurus kelemahan asidosis sering menyebabkan dipsnea lipemia ketonuria dan
akhirnya koma (4)
II MENETAPKAN PERMASALAHAN
1 NyAni 36 tahun G5P3A1 datang ke Rumah Sakit untuk memeriksa
kehamilannya yang berusia 32 minggu dan mengeluhkan poliuri polifagi dan
polidipsi
2 Riwayat keluarga menderita DM (+)
3 Riwayat persalinan BB bayi setiap kelahiran selalu bertambah
III ANALISIS MASALAH
1 Dari umur yaitu 36 tahun sudah mempunyai resiko tinggi pada kehamilan
Poliuri polifagi dan polidipsi merupakan gejala khas DM yang tersembunyi pada
ibu hamil
G5P3A1 ini juga merupakan faktor resiko karena adanya riwayat abortus
2 DM adalah penyakit yang dapat di turunkan kemungkinan NyAni mengalami DM
karena adanya Riwayat DM pada keluarga Tetapi diperlukan juga pemeriksaan
penunjang untuk memastikan apakah NyAni memang menderita DM atau tidak
3 Pada riwayat persalinan dimana BB bayi setiap kelahiran selalu bertambah ini juga
merupakan faktor resiko dari Diabetes Melitus
27
IV KESIMPULAN SEMENTARA
1 Kemungkinan NyAni menderita DM dilihat dari gejala dan riwayat persalinan
dimana BB bayi setiap kelahiran selalu bertambah serta riwayat DM pada keluarga
2 Kemungkinan NyAni menderita DM setelah kehamilan
3 Perlunya pemeriksaan penunjang untuk menentukan DM atau tidak karena NyAni
kemungkinan saja mengalami toleransi glukosa
4 Adanya riwayat obstetri yang buruk yaitu abortus
ANAMNESIS
Nama Ani
Jenis Kelamin female
Alamat -
Umur 36 years old
Keluhan Utama Memeriksa kehamilannya yang berusia 32 minggu dan juga
mengeluhkan poliuri polifagi dan polidipsi
Keluhan Tambahan -
Riwayat Penyakit Dahulu -
Riwayat Penyakit Keluarga DM (+)
Riwayat Sosial -
Riwayat Obstetri G5 P3 A1
Vital Signs
TD 12080 mmHg
HR 82xmenit
RR 22xmenit
T 372C
DJJ 120x
Lokasi kepala
General situation
TB = 160 cm
BB = 72 kg
28
V TUJUAN PEMEBELAJARAN
1 Mengetahui Diabetes Melitus secara umum
2 Mengetahui Diabetes Melitus pada Ibu hamil
3 Penatalaksanaan Diabetes Melitus pada Ibu hamil
4 Pengaruh kehamilan pada Diabetes Melitus
5 Penanganan persalinan pada Ibu yang menderita Diabetes Melitus
VI BELAJAR MANDIRI
1 Text book
2 Internet
3 Kamus dorland
VII KESIMPULAN AKHIR
Kemungkinan NyAni mengalami Diabetes Melitus dilihat dari keluhan riwayat
persalinan dan riwayat keluarga
Dibutuhkan pemeriksaan penunjang untuk diagnosa yang lebih tepat
Pemeriksaan yang di maksud adalah
Pemeriksaan urin
Pemeriksaan KGD puasa dan post ndash prandiol
Glukosa toleran tes (GTT)
Nilai K(3)
Perlunya tindakan yang cepat dan tepat untuk mencegah terjadinya komplikasi dan
prognosis yang buruk
29
BAB V
PENUTUP
Penderita DM Gestasional memunyai resiko yang tinggi terhadap kambuhnya
penyakit diabetes yang pernah dideritannya pada saat hamil sebelumnya
Saran 6-8 minggu setelah melahirkan ibu tersebut melakukan test plasma glukosa
puasa dan OGTT 75 gram glukosa Pasien gemuk penderita GDM sebaiknya mengontrol
BB karena diperkirakan akan menjadi DM dalam 20 tahun kemudian
Wanita dengan diabetes masih dapat hamil dan punya anak sepanjang gula darah
terkontrol Disarankan memilih kontrasepsi dengan kadar estrogen rendah dan dapat
memakai pil tambahan hormon progesteron IUD dapat menimbulkan risiko infeksi
Perlu diperhatikan risiko morbiditas dan mortalitas maternal dan perinatal tinggi
Dengan pengelolaan sebaik-baiknya hasil akhir tetap dapat optimal
30
- A Pengertian
- Menurut Brunner and Suddarth 2001 Diabetes Mellitus merupakan sekelompok kelainan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia Pada Diabetes Mellitus kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun atau pankreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin (1)
- Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo 2002)
- B Klasifikasi
- 1 Klasifikasi diabetes mellitus secara umum sebagai berikut
- C Etiologi
- 1 DM tipe I
- a) Faktor genetic
- Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (1)
- b) Faktor-faktor imunologi
- Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen (1)
- c) Faktor lingkungan
- Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi sel beta (1)
- 2 Diabetes Tipe II
- Menurut Brunner dan Suddarth 2001 mekanisme tepat yang menyebabkan belum diketahui Namun ada beberapa resiko yang berhubungan dengan terjadinya DM type II
- D Tanda dan Gejala
- E Patofisiologi (Patways) DM
- Katarak
- Glaukoma
- Retinopati
- Gatal seluruh badan
- Pruritus Vulvae
- Infeksi bakteri kulit
- Infeksi jamur di kulit
- Dermatopati
- Neuropati perifer
- Neuropati viseral
- Amiotropi
- Ulkus Neurotropik
- Penyakit ginjal
- Penyakit pembuluh darah perifer
- Penyakit koroner
- Penyakit pembuluh darah otak
- Hipertensi
- Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal yang tinggi dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur atau bahkan inkontinensia urin Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat terhadap dehidrasi Karena itu tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada stadium lanjut (Patric Davey 2002 )
- Penyakit yang mula-mula ringan dan sedang saja yang biasa terdapat pada pasien DM usia lanjut dapat berubah tiba-tiba apabila pasien mengalami infeksi akut Defisiensi insulin yang tadinya bersifat relatif sekarang menjadi absolut dan timbul keadaan ketoasidosis dengan gejala khas hiperventilasi dan dehidrasi kesadaran menurun dengan hiperglikemia dehidrasi dan ketonemia Gejala yang biasa terjadi pada hipoglikemia seperti rasa lapar menguap dan berkeringat banyak umumnya tidak ada pada DM usia lanjut Biasanya tampak bermanifestasi sebagai sakit kepala dan kebingungan mendadak (Patric Davey 2002 )
- Pada usia lanjut reaksi vegetatif dapat menghilang Sedangkan gejala kebingungan dan koma yang merupakan gangguan metabolisme serebral tampak lebih jelas
- F Pemeriksaan Penunjang
- G Komplikasi
- Komplikasi Akut
- Komplikasi Kronis
- H Penatalaksanaan
- I Prognosis
-
Komplikasi Kronis
a Makroangiopati mengenai pembuluh darah besar pembuluh darah jantung pembuluh
darah tepi pembuluh darah otak
b Mikroangiopati mengenai pembuluh darah kecil retinopati diabetik nefropati diabetik
c Neuropati diabetik
d Rentan infeksi seperti tuberkulosis paru gingivitis dan infeksi saluran kemih
e Kaki diabetik
H Penatalaksanaan
Dalam jangka pendek penatalaksaan DM bertujuan untuk menghilangkan
keluhangejala DM Sedangkan tujuan jangka panjangnya adalah untuk mencegah
komplikasi Tujuan tersebut dilaksanakan dengan cara menormalkan kadar glukosa lipid dan
insulin Untuk mempermudah tercapainya tujuan tersebut kegiatan dilaksanakan dalam
bentuk pengelolaan pasien secara holistik dan mengajarkan kegiatan mandiri Pengobatan
diabetes secara menyeluruh mencakup diet yang benar olahraga yang teratur kemudian
dilanjutkan dengan obat-obatan yang diminum atau suntikan insulin
Obat Hipoglikemia Oral (OHO)
a Sulfonilurea
Obat golongan sulfonilurea bekerja dengan cara
Menstimulasi penglepasan insulin yang tersimpan
Menurunkan ambang sekresi insulin
Meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa
Klorpropamid kurang dianjurkan pada keadaan insufisiensi renal dan orang tua karena risiko
hipoglikemia yang berkepanjangan demikian juga glibenklamid Untuk orang tua dianjurkan
preparat dengan waktu kerja pendek (tolbutamid glikuidon) Glikuidon juga diberikan pada
pasien DM dengan gangguan fungsi ginjal atau hati ringan
9
b Bliguanid
Bliguanid menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak sampai di bawah normal
Preparat yang ada dan aman adalah metformin Obat ini dianjurkan untuk pasien
gemuk (Indeks Massa TubuhIMT gt30) sebagai obat tunggal Pada pasien dengan
berat lebih (IMT 27-30) dapat dikombinasi dengan obat golongan sulfonilurea
c Inhibitor α glukosidase
Obat ini bekerja secara kompetitif menghambat kerja enzim α glukosidase di dalam
saluran cerna sehingga menurunkan penyerapan glukosa dan menurunkan
hiperglikemia pascaprandial
d Insulin sensitizing agent
Thoazolidinediones adalah golongan obat baru yang mempunyai efek farmakologi
meningkatkan sensitivitas insulin sehingga bisa mengatasi masalah resistensi insulin
dan berbagai masalah akibat resistensi insulin tanpa menyebabkan hipoglikemia Obat
ini belum beredar di Indonesia
Insulin
Indikasi penggunaan insulin pada NIDDM adalah
DM dengan berat badan menurun cepatkurus
Ketoasidosis asidosis laktat dan koma hiperosmolar
DM yang mengalami stres berat (infeksi sistemik operasi berat dan lain-lain)
DM dengan kehamilanDM gestasional yang tidak terkendali dengan perencanaan
makan
DM yang tidak berhasil dikelola dengan obat hipoglikemia oral dosis maksimal atau
ada kontraindikasi dengan obat tersebut
I Prognosis
Sekitar 60 pasien DMTI yang mendapat insulin dapat bertahan hidup seperti orang
normal Sisanya dapat mengalami kebutaan gagal ginjal kronik dan kemungkinan untuk
meninggal lebih cepat
10
II DIABETES MELITUS GESTASIONAL
A Defenisi
Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) adalah kelainan pada metabolisme karbohidrat
dari faktor yang memberatkan yang terjadi selama kehamilan (Marilyn 2001) (1)
DMG adalah kehamilan normal yang disertai dengan peningkatan insulin resistance
(ibu hamil gagal mempertahankan euglycemia)(1)
Pada DM dengan kehamilan ada 2 kemungkinan yang dialami oleh si Ibu
a Ibu tersebut memang telah menderita DM sejak sebelum hamil
b Si ibu mengalamimenderita DM saat hamil(7)
Klasifikasi DM dengan Kehamilan menurut Pyke
1 Klas I Gestasional diabetes yaitu diabetes yang timbul pada waktu hamil dan
menghilang setelah melahirkan
2 Klas II Pregestasional diabetes yaitu diabetes mulai sejak sebelum hamil dan
berlanjut setelah hamil
3 Klas III Pregestasional diabetes yang disertai dengan komplikasi penyakit
pembuluh darah seperti retinopatinefropati penyakit pemburuh darah panggul dan
pembuluh darah perifer (7)
90 dari wanita hamil yang menderita Diabetes termasuk ke dalam kategori DM Gestasional
(Tipe II) dan DM yang tergantung pada insulin (Insulin Dependent Diabetes Mellitus =
IDDM tipe I) (7)
B Metabolisme Karbohidrat Pada Kehamilan Normal
Pada wanita hamil normal terjadi banyak sekali perubahan hormonal dan metabolik
untuk pertumbuhan dan perkembangan fetus yang optimal Yang berhubungan dengan
patologi diabetes mellitus adalah perubahan metabolisme karbohidrat (6)
Pada kehamilan normal terjadi kadar glukosa plasma ibu yang lebih rendah secara
bermakna karena
11
1 Ambilan glukosa sirkulasi plasenta meningkat
2 Produksi glukosa dari hati menurun
3 Produksi alanin (salah satu prekursor glukoneogenesis) menurun
4 Aktifitas ekskresi ginjal meningkat
5 Efek hormon-hormon gestasional (human placental lactogen hormon2 plasenta
lainnya hormon2 ovarium hipofisis pankreas adrenal growth factors dsb) Selain
itu terjadi juga perubahan metabolisme lemak dan asam amino (6)
C Patofisologi
Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolisme endokrin dan karbohidrat yang
menunjang pemasokan makanan bagi janin serta persiapan untuk menyusui Glukosa
dapat berdifusi secara tetap melalui plasenta kepada janin sehingga kadarnya dalam darah
janin hampir menyerupai kadar darah ibu Insulin ibu tidak dapat mencapai janin
sehingga kadar gula darah ibu mempengaruhi kadar darah janin Pengendalian kadar gula
darah terutama dipengaruhi oleh insulin di samping hormon estrogen steroid dan
plasenta laktogen Akibat lambatnya resorbsi makanan maka terjadi hiperglikemia yang
relatif lama dan ini menyebabkan kebutuhan insulin meningkat Menjelang aterm
kebutuhan insulin meningkat hingga mencapai 3 kali dari keadaan normal Hal ini disebut
tekanan diabetojenik dalam kehamilan Secara fisiologis telah terjadi resistensi insulin
yaitu bila ia ditambah dengan insulin eksogen ia tidak mudah menjadi hipoglikemia
Yang menjadi masalah adalah bila seorang ibu tidak mampu meningkatkan insulin
sehingga ia relatif hipoinsulin yang mengakibatkan hiperglikemia atau diabetes
kehamilan
Glukosa yang tidak masuk ke sel tubuh akan tertimbun di dalam darah Setelah
mencapai kadar tertentu glukosa tersebut juga akan muncul dalam air seni padahal air
seni yang normal tidak mengandung glukosa Jika glukosa terdapat dalam air seni
glukosa tersebut akan menarik lebih banyak air bersamanya dengan demikian
menyebabkan bertambahnya volume air seni Karena terjadi pengeluaran air seni yang
berlebihan tubuh kehilangan banyak cairan sehingga terjadi rasa haus yang berlebihan
Ketika sel tidak terdapat cukup glukosa dikarenakan kurangnya jumlah insulin
meski sebenarnya dalam darah terdapat glukosa yang berlebihan boleh dikatakan sel-sel
12
ini lsquokelaparanrsquo Hal ini menyebabkan peningkatan nafsu makan dan walaupun penderita
DM sudah makan lebih banyak kelihatannya sel tidak pernah mendapatkan cukup
glukosa
Untuk mendapatkan energi yang dibutuhkan sel yang ldquokelaparanrdquo ini mulai
memecahkan lemak dan protein yang ada di dalam tubuh Hal ini mengakibatkan
turunnya berat badan dan rasa lelah Jika kadar glukosa dalam darah sangat tinggi
beberapa orang menjadi mudah tersinggung Selain itu tubuh juga menjadi rentan
terhadap infeksi
Tidak semua penderita diabetes mengalami gejala ini dan beberapa orang lainnya
bahkan tidak mengalami gejala apa pu Pada keadaan ini baru diketahui bahwa mereka
ternyata menderita penyakit DM dari pemeriksaan laboratorium rutin
Resistensi insulin juga dapat disebabkan oleh adanya hormon estrogen progesteron
kortisol prolaktin dan plasenta laktogen Hormon tersebut mempengaruhi reseptor
insulin pada sel sehingga mengurangi afinitas insulin (Prawirohardjo 1997) (1)
D Faktor Risiko
Umur lebih dari 30 tahun
Obesitas dengan indeks massa tubuh ge 30 kgm2
Riwayat DM pada keluarga
Pernah menderita DM gestasional sebelumnya
Pernah melahirkan anak besar gt 4000 gram
Adanya glukosuria
Riwayat bayi cacat bawaan
Riwayat bayi lahir mati
Riwayat keguguran
Riwayat infertilitas
Hipertensi (7)
13
E Pengaruh DM dengan kehamilan
a Pengaruh kehamilan persalinan dan nifas pada diabetes adalah
Kehamilan dapat menyebabkan status prediabetik manifes ( diabetik )
Diabetes akan menjadi lebih berat oleh kehamilan
Pada persalinan yang memerlukan tenaga ibu dan kerja rahim akan memerlukan
glukosa banyak maka bisa terjadi hipoglikemia atau koma
Dalam masa lakatasi keperluan akan insulin akan bertambah(3)
b Pengaruh diabetes terhadap kehamilan
Abortus dan partus prematurus
Hidramnion
Pre ndash eklamsia
Kesalahan letak janin
Insufisiensi plasenta(3)
c Pengaruh diabetes terhadap persalinan
Inersia uteri dan atonia uteri
Distorsia karna janin ( anak besar Bahu lebar )
Kelahiran mati
Persalinan lebih sering di tolong secara operatif
Angka kejadian pendarahan dan infeksi tinggi
Morbiditas dan mortalitas ibu tinggi(3)
d Pengaruh Diabetes terhadap nifas
Perdarahan dan infeksi puerperal ebih tinggi
Luka ndashluka jalan lahir lambat pulih sembuh
14
e Pengaruh Diabetes terhadap janin atau bayi
Serig terjadi abortus
Kematian janin dalam kandungan setelah 36 minggu
Daat terjadi cacat bawaan
Dismaturitas
Janin besar ( bayi kingkong makrosomia )
Kematian neonatal tinggi
Kemudian hari dapat terjadi kelainan neurologi dan psikologi(3)
F Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penyaring perlu dilakukan pada kelompok dengan resiko tinggi untuk
DM yaitu kelompok usia dewasa tua (gt 40 tahun) obesitas tekanan darah tinggi riwayat
keluarga DM riwayat kehamilan dengan berat badan bayi gt 4000 gr riwayat DM pada
kehamilan dan dislipidemia
Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan dengan pemeriksan glukosa darah sewaktu
kadar glukosa darah puasa Kemudian dapat diikuti dengan Tes Toleransi Glukosa Oral
(TTGO) standar
Keluhan dan gejala yang khas ditambah hasil pemeriksaan glukosa darah sewaktu
gt200 mgdl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM bila hasil pemeriksaan glukosa
darah meragukan pemeriksaaan TTGO diperlukan untuk memastikan diagnosis DM Untuk
diagnosis DM dan gangguan toleransi glukosa lainnya diperiksa glukosa darah 2 jam setelah
beban glukosa Sekurang-kurangnya diperlukan kadar glukosa darah 2 kali abnormal untuk
konfirmasi diagnosis DM pada hari yang alain atau TTGO yang abnormal
15
Kriteria Diagnosis
1 Gejala klasik DM + gula darah sewaktu 200 mgdl Gula darah sewaktu merupakan
hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memerhatikan waktu makan terakhir
Atau
2 Kadar gula darah puasa 1048725 126 mgdl Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori
tambahan sedikitnya 8 jam Atau
3 Kadar gula darah 2 jam pada TTGO 200mgdl TTGO dilakukan dengan Standard
WHO menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 g glukosa anhidrus yang
dilarutkan dalam air (7)
Cara pelaksanaan TTGO (WHO 1994)
Tiga hari sebelum pemeriksaan tetap makan seperti kebiasaan sehari-hari (dengan
karbohidrat yang cukup) dan tetap melakukan kegiatan jasmani seperti biasa
Berpuasa paling sedikit 8 jam (mulai malam hari) sebelum pemeriksaan minum air
putih tanpa gula tetap diperbolehkan
Diperiksa kadar glukosa darah puasa
Diberikan glukosa 75 g (orang dewasa) atau 175 gKg BB (anak-anak) dilarutkan
dalam 250 ml air dan diminum dalam waktu 5 menit
Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan 2 jam setelah
minum larutan glukosa selesai
Diperiksa kadar glukosa darah 2 jam sesudah beban glukosa
Selama proses pemeriksaan subyek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok(7)
Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau DM maka dapat
digolongkan ke dalam kelompok TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) atau GDPT (Glukosa
Darah Puasa Terganggu) dari hasil yang diperoleh
TGT glukosa darah plasma 2 jam setelah pembebanan antara 140 ndash 199 mgdl
GDPT glukosa darah puasa antara 100 ndash 125 mgdl (7)
16
Reduksi Urine
Pemeriksaan reduksi urine merupakan bagian dari pemeriksaan urine rutin yang selalu
dilakukan di klinik Hasil yang (+) menunjukkan adanya glukosuria Beberapa hal yang perlu
diingat dari hasil pemeriksaan reduksi urine adalah
Digunakan pada pemeriksaan pertama sekali untuk tes skrining bukan untuk
menegakkan Diagnosis
Nilai (+) sampai (++++)
Jika reduksi (+) masih mungkin oleh sebab lain seperti renal glukosuria obat-
obatan dan lainnya
Reduksi (++) kemungkinan KGD 200 ndash 300 mg
Reduksi (+++) kemungkinan KGD 300 ndash 400 mg
Reduksi (++++) kemungkinan KGD 400 mg
Dapat digunakan untuk kontrol hasil pengobatan
Bila ada gangguan fungsi ginjal tidak bisa dijadikan pedoman (7)
Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik sebagai patokan
penyaring dan diagnosis (mgdl)
Bukan DM Belum pasti DM DM
Kadar glukosa darah sewaktu
- Plasma vena lt 110 110 ndash 199 gt 200
- Darah kapiler lt 90 90 ndash 199 gt 200
Kadar glukosa darah puasa
- Plasma vena lt 110 110 ndash 125 gt 126
- Darah kapiler lt 90 90 ndash 109 gt 110
17
Diagnosis dapat dengan mudah di tegakkan
Anamnesis Riwayat persalinan yang lalu abortus partus prematurus kematian
janindan anak besar
Riwayat keluarga ( herediter )
Keluhan sekarang trias poliuri polidipsi polifagi dan pernah berobat sakit gula
pada dokter
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan urin
Pemeriksaan KGD puasa dan post ndash prandiol
Glukosa toleran tes (GTT)
Nilai K(3)
G Penatalaksanan Diabetes Melitus terhadap ibu hamil
Sesuai dengan pengelolaan medis DM pada umumnya pengelolaan DMG juga
terutama didasari atas pengelolaan gizi diet dan pengendalian berat badan ibu
1 Kontrol secara ketat gula darah
2 Hindari adanya infeksi saluran kemih atau infeksi lainnya Lakukan upaya
pencegahan infeksi dengan baik
3 Pada bayi baru lahir dapat cepat terjadi hipoglikemia sehingga perlu diberikan infus
glukosa
4 Penanganan DMG yang terutama adalah diet dianjurkan diberikan 25 kalorikgBB
ideal kecuali pada penderita yang gemuk dipertimbangkan kalori yang lebih mudah
5 Cara yang dianjurkan adalah cara Broca yaitu BB ideal = (TB-100)-10 BB
6 Kebutuhan kalori adalah jumlah keseluruhan kalori yang diperhitungkan dari
Kalori basal 25 kalkgBB ideal
Kalori kegiatan jasmani 10-30
Kalori untuk kehamilan 300 kalori
Perlu diingat kebutuhan protein ibu hamil 1-15 grkgBB(5)
18
Jika dengan terapi diet selama 2 minggu kadar glukosa darah belum mencapai normal atau
normoglikemia yaitu kadar glukosa darah puasa di bawah 105 mgdl dan 2 jam pp di bawah
120 mgdl maka terapi insulin harus segera dimulai (5)
Pemantauan dapat dikerjakan dengan menggunakan alat pengukur glukosa darah kapiler
Perhitungan menu seimbang sama dengan perhitungan pada kasus DM umumnya dengan
ditambahkan sejumlah 300-500 kalori per hari untuk tumbuh kembang janin selama masa
kehamilan sampai dengan masa menyusui selesai
Pengelolaan DM dalam kehamilan bertujuan untuk
Mempertahankan kadar glukosa darah puasa lt 105 mgdl
Mempertahankan kadar glukosa darah 2 jam pp lt 120 mgdl
Mempertahankan kadar Hb glikosilat (Hb Alc) lt 6
Mencegah episode hipoglikemia
Mencegah ketonuriaketoasidosis deiabetik
Mengusahakan tumbuh kembang janin yang optimal dan normal (5)
Dianjurkan pemantauan gula darah teratur minimal 2 kali seminggu (ideal setiap hari
jika mungkin dengan alat pemeriksaan sendiri di rumah) Dianjurkan kontrol sesuai jadwal
pemeriksaan antenatal semakin dekat dengan perkiraan persalinan maka kontrol semakin
sering Hb glikosilat diperiksa secara ideal setiap 6-8 minggu sekali (5)
Kenaikan berat badan ibu dianjurkan sekitar 1-25 kg pada trimester pertama dan
selanjutnya rata-rata 05 kg setiap minggu Sampai akhir kehamilan kenaikan berat badan
yang dianjurkan tergantung status gizi awal ibu (ibu BB kurang 14-20 kg ibu BB normal
125-175 kg dan ibu BB lebihobesitas 75-125 kg) (5)
Jika pengelolaan diet saja tidak berhasil maka insulin langsung digunakan Insulin
yang digunakan harus preparat insulin manusia (human insulin) karena insulin yang bukan
berasal dari manusia (non-human insulin) dapat menyebabkan terbentuknya antibodi terhadap
insulin endogen dan antibodi ini dapat menembus sawar darah plasenta (placental blood
barrier) sehingga dapat mempengaruhi janin (5)
19
Pada DMG insulin yang digunakan adalah insulin dosis rendah dengan lama kerja
intermediate dan diberikan 1-2 kali sehari Dosis insulin diperkirakan antara 05-15
unitkgBB Obat hipoglikemik oral tidak digunakan dalam DMG karena efek
teratogenitasnya yang tinggi dan dapat diekskresikan dalamjumlah besar melalui ASI (5)
H Komplikasi
Komplikasi pada Ibu
Hipoglikemia terjadi pada enam bulan pertama kehamilan
Hiperglikemia terjadi pada kehamilan 20 ndash 30 minggu akibat resistensi insulin
Infeksi saluran kemih
Preeklampsi
Hidramnion
Retinopati
Trauma persalinan akibat bayi besar(7)
Masalah pada anak
Abortus
Kelainan kongenital spt sacral agenesis neural tube defek
Respiratory distress
Neonatal hiperglikemia
Makrosomia
Hipocalcemia
kematian perinatal akibat diabetik ketoasidosis
Hiperbilirubinemia(7)
I Tanda Komplikasi DM
Makrovaskular stroke penyakit jantung koroner ulkus gangren
Mikrovaskular retina (retinopati) dan ginjal (gagal ginjal kronik) saraf (stroke
neuropati)
Koma hiperglikemi hipoglikemi stroke (7)
20
J Prognosis
1 Bila penyakit di tangani oleh dokter ahli penyakit dalam serta kehamilan dan
persalinan di awasi dan di tolong oeh ahli kebidanan umumnya prognosis baik
2 Diabetes berat dan di derita lama apalagi ada komplikasi prognosis buruk
3 Prognosis bagi bayi jelek faktor ndash faktor yang meninggikan morbiditas dan
mortalitas bayi adalah
Berat dan lamany sakit dan adanya asetonuri
Insufisiensi plasenta
Komplikasi dan distosio persalinan
Sindrom gawat napas ( respiratory stress syndrome )
Prematuritas dan cacat bawaan
Angka kematian perinatal kira ndash kira 10 ndash 15 (3)
III PENANGANAN PERSALINAN PADA IBU YANG MENDERITA DM
Pada penderita yang penyakitnya tidak berat dan cukup di puasai dengan diet saja dan
tidak mempunyai riwayat obstetric yang buruk dapat di harapkan partus spontansampai
kehamilan 40 minggu Lebih dari pada itu sebaiknya dilakukan induksi parsalinan karena
prognosis menjadi lebih buruk Apabila diabetes nya berat dan memerlukan pengobatan
insulin sebaiknya kehamilan diakhiri lebih dini biasanya dalam kehamilan antara 36 dan 38
minggu Lebih- lebih apabila kehamilan nya disertai komplikasi lain seperti pre-eklampsi
janin yang tidak baik pertumbuhan nya atau terlampau besar diabetesnya sukar dikuasai atau
apabila ada riwayat kematian perinatal maka dapat di pertimbangkan untuk mengakhiri
kehamilan lebih dini baik dengan induksi maupun dengan seksio sesaria Dalam pelaksanaan
partus pervaginam baik yang tanpa maupun yang dengan induksin keadaan janin harus lebih
ketat di awasi jika mungkin dengan pencatatan denyut jantung janin terus menerus (5)
Penyulit yang sering di jumpai dalam persalinan
a Inersio uteri dan atonia uteri
b Distosia bahu karena anak besar
21
c Kelahiran mati
d Lebih sering mengakhiri partus dengan tindakan termasuk secsio sesaria
e Lebih mudah terjadi infeksi
f Angka kematian maternal lebih tinggi(5)
Pengelolaan Pascapersalinan
Karena sudah tidak ada resistensi terhadap insulin lagi maka pada periode
pascapesalinan perempuan dengan diabetes gestasional jarang memerlukan insulin
Pasien dengan diabetes yang terkontrol dengan diet setelah persalinan tidak perlu
diperiksa kadar glukosanya Namunbila pada waktu kehamilan diberi pengobatan
insulin sebelum meninggalkan rumah sakit perlu diperiksa kadar glukosa puasa dan 2
jam pascaprandial
Karena resiko terjadinya tipe 2 diabetes melitus dikemudian hari meningkat maka 6
minggu pascapersalinan perlu dilakukan pemeriksaan diabetes dengan cara
pemeriksaan gula darah puasa dalam dua waktu atau 2 jam setelah pemberian 75g
glukosa pada glucose tolerance test
jika kadar
1 lt 140 mgdl normal
2 140-200 mgdl gangguan toleransi glukosa
3 gt 200 mgdl DM
Bila test ini menunjukkan kadar yang normal maka kadar glukosa darah puasa
dievaluasi lagi setelah 3 tahun
Skrining diabetes ini harus dilakukan secara berkala khususnya pada pasien dengan
kadar glukosa darah puasa meningkat waktu kehamilan
Perempuan yang pernah menderita diabetes melitus gestasional harus diberi konseling
agar menyusui anakanya karena pemberian ASI akan memperbaiki kontrol kadar gula
darah
Harus direncanakan penggunaan kontrasepsi karena sekali perempuan hamil
menderita diabetes maka dia beisiko terkena hal yang sama pada kehamilan
berikutnya
22
Bagi perempuan yang obes setelah melahirkan harus melakukan upaya penurunan
berat badan dengan diet dan berilahraga secra teratur agar resiko terjadinya diabetes
menjadi menurun (5)
IV PENANGANAN BAYI BARU LAHIR DARI IBU DENGAN DM
Bayi lahir dari ibu dengan Diabetes Melitus berisiko untuk terjadi hipoglikemia pada
3 hari pertama setelah lahir walaupun bayi sudah dapat minum dengan baik Ibu dengan DM
mempunyai resiko kematian bayi lima kali dibanding ibu tidak dengan DM dan sering
mengalami abortus ataupun kematian dalam kandungan Bayi dengan ibu DM mengalami
Transient Hiperinsulinism yang dapat mengakibatkan Hipoglikemia Macrosomia pada bayi
yang dilahirkan dan dapat berakibat kesulitan lahir Tanda bayi hipoglikemia adalah Distres
nafas malas minum jitteriness mudah terangsang sampai kejang (2)
Kadar Glukose Darah Rendah (Hipoglikemia)
Adalah bila kadar glukosa darah kurang dari 45 mgdL (26 mmolL)
Masalah
a Glukose darah kurang 25 mgdL (11 mmolL) atau terdapat tanda Hipoglikemi
b Glukose darah 25 mgdL (11 mmolL) _ 45 mgdL (26 mmolL) tanpa tanda
Hipoglikemia (2)
Pengelolaan Hipoglikemia
a Glukose darah kurang 25 mgdL (11 mmolL) atau terdapat tanda hipoglikemi
Pasang jalur IV jika belum terpasang
Berikan glukose 10 2 mLkg secara IV bolus pelan dalam lima menit
Jika jalur IV tidak dapat dipasang dengan cepat berikan larutan
glukose melalui pipa lambungdengan dosis yang sama
Infus glukose 10 sesuai kebutuhan rumatan
23
Periksa kadar glukose darah satu jam setelah bolus glukose dan kemudian tiap tiga
jam
Jika kadar glukose darah masih kurang 25 mgdL (11 mmolL) ulangi
pemberian bolus glukose seperti tersebut di atas dan lanjutkan pemberian infus
Jika kadar glukose darah 25-45 mgdL (11-26 mmolL) lanjutkan infus dan
ulangi pemeriksaan kadar glukose setiap tiga jam sampai kadar glukose 45 mgdL
(26 mmolL) atau lebih
Bila kadar glukose darah 45 mgdL (26 mmolL) atau lebih dalam dua kali
pemeriksaan berturut-turut ikuti petunjuk tentang frekuensi pemeriksaan kadar
glukose darah setelah kadar glukose darah kembali normal
Anjurkan ibu menyusui Bila bayi tidak dapat menyusu berikan ASI peras
dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum
Bila kemampuan minum bayi meningkat turunkan pemberian cairan infus setiap
hari secara bertahap Jangan menghentikan infus glukose dengan tiba-tiba (2)
b Glukose darah 25 mgdL (11 mmolL)-45 mgdL (26 mmolL) tanpa tanda
Hipoglikemia
Anjurkan ibu menyusui Bila bayi tidak dapat menyusu berikan ASI peras dengan
menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum
Pantau tanda hipoglikemia dan bila dijumpai tanda tersebut tangani seperti tersebut di
atas
Periksa kadar glukose darah dalam tiga jam atau sebelum pemberian minum
berikutnya
Jika kadar glukose darah kurang 25 mgdL (11 mmolL) atau terdapat tanda
hipoglikemia tangani seperti tersebut di atas
Jika kadar glukose darah masih antara 25-45 mgdL (11-26 mmolL) naikkan
frekuensi pemberian minum ASI atau naikkan volume pemberian minum dengan
menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum
Jika kadar glukose darah 45 mgdL (26 mmolL) atau lebih lihat tentang
frekuensi pemeriksaan kadar glukose darah di bawah ini (2)
24
Frekuensi Pemeriksaan Glukose Darah Setelah Kadar Glukose Darah Normal
Jika bayi mendapatkan cairan IV untuk alasan apapun lanjutkan pemeriksaan kadar
glukose darah setiap 12 jam selama bayi masih memerlukan infus Jika kapan saja
kadar glukose darah turun tangani seperti tersebut di atas
Jika bayi sudah tidak lagi mendapat infus cairan IV periksa kadar glukose darah
setiap 12 jam sebanyak dua kali pemeriksaan
Jika kapan saja kadar glukose darah turun tangani seperti tersebut di atas
Jika kadar glukose darah tetap normal selama waktu tersebut maka pengukuran
dihentikan
Anjurkan ibu untuk menyusui secara dini dan lebih sering paling tidak 8 kali sehari
siang dan malam (2)
Bila bayi berumur kurang 3 hari amati sampai umur 3 hari periksa kadar glukose pada
Saat bayi datang atau pada umur 3 jam
Tiga jam setelah pemeriksaan pertama kemudian tiap 6 jam selama 24 jam atau
sampai kadar glukose dalam batas normal dalam 2 kali pemeriksaan berturut ndash turut
Bila kadar glukose le 45 mgdL atau bayi menunjukkan tanda hipoglikemi (tremor
atau letargi) tangani untuk hipoglikemi (lihat Hipoglikemi)
Bila dalam pengamatan tidak ada tanda hipoglikemi atau masalah lain bayi dapat
minum dengan baik pulangkan bayi pada hari ke 3
Bila bayi berumur 3 hari atau lebih dan tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit bayi
tidak perlu pengamatan Bila bayi dapat minum baik dan tidak ada masalah lain yang
memerlukan perawatan di rumah sakit bayi dapat dipulangkan (2)
25
BAB III
PERMASALAHAN
SKENARIO 4
NyAni yang hamil dan Sakit Gula
NyAni 36 tahun G5P3A1 datang ke Rumah Sakit untuk memeriksa kehamilannya yang
berusia 32 minggu Selain itu NyAni juga mengeluhkan poliuri polifagi dan polidipsi pada
dokter yang menanganinya Anak I lahir hidup dengan BB 3200 gr partus pervaginam
Anak II lahir hidup dengan BB 3400 gr partus pervaginam Anak III lahir hidup dengan
BB 3600 gr partus pervaginam Riwayat abortus (+) Riwayat menderita DM (-) Riwayat
keluarga menderita DM (+) TB NyAni = 160 cm BB NyAni = 72 kg
Pemeriksaan Vital Sign TD = 12080 mmhg HR = 82xmenit RR = 22xmenit T = 372 W C
DJJ 120x Letak kepala
Apakah yang terjadi pada NyAni Tindakan apa yang harus kita lakukan sebagai dokter
26
BAB IV
PEMBAHASAN
I KLARIFIKASI ISTILAH
Poliuri Sekresi urin yang berlebihan (4)
Polifagi Makan secara berlebihan (4)
Polidipsi Rasa haus yang sangat dan berlangsung lama (4)
DM Kelainan metabolik dimana ditemukan ketidakmampuan untuk
mengoksidasi karbohidrat akibat gangguan pada mekanisme insulin yang normal
menimbulkan hiperglikemia glikosuria poliuria rasa haus rasa lapar badan
kurus kelemahan asidosis sering menyebabkan dipsnea lipemia ketonuria dan
akhirnya koma (4)
II MENETAPKAN PERMASALAHAN
1 NyAni 36 tahun G5P3A1 datang ke Rumah Sakit untuk memeriksa
kehamilannya yang berusia 32 minggu dan mengeluhkan poliuri polifagi dan
polidipsi
2 Riwayat keluarga menderita DM (+)
3 Riwayat persalinan BB bayi setiap kelahiran selalu bertambah
III ANALISIS MASALAH
1 Dari umur yaitu 36 tahun sudah mempunyai resiko tinggi pada kehamilan
Poliuri polifagi dan polidipsi merupakan gejala khas DM yang tersembunyi pada
ibu hamil
G5P3A1 ini juga merupakan faktor resiko karena adanya riwayat abortus
2 DM adalah penyakit yang dapat di turunkan kemungkinan NyAni mengalami DM
karena adanya Riwayat DM pada keluarga Tetapi diperlukan juga pemeriksaan
penunjang untuk memastikan apakah NyAni memang menderita DM atau tidak
3 Pada riwayat persalinan dimana BB bayi setiap kelahiran selalu bertambah ini juga
merupakan faktor resiko dari Diabetes Melitus
27
IV KESIMPULAN SEMENTARA
1 Kemungkinan NyAni menderita DM dilihat dari gejala dan riwayat persalinan
dimana BB bayi setiap kelahiran selalu bertambah serta riwayat DM pada keluarga
2 Kemungkinan NyAni menderita DM setelah kehamilan
3 Perlunya pemeriksaan penunjang untuk menentukan DM atau tidak karena NyAni
kemungkinan saja mengalami toleransi glukosa
4 Adanya riwayat obstetri yang buruk yaitu abortus
ANAMNESIS
Nama Ani
Jenis Kelamin female
Alamat -
Umur 36 years old
Keluhan Utama Memeriksa kehamilannya yang berusia 32 minggu dan juga
mengeluhkan poliuri polifagi dan polidipsi
Keluhan Tambahan -
Riwayat Penyakit Dahulu -
Riwayat Penyakit Keluarga DM (+)
Riwayat Sosial -
Riwayat Obstetri G5 P3 A1
Vital Signs
TD 12080 mmHg
HR 82xmenit
RR 22xmenit
T 372C
DJJ 120x
Lokasi kepala
General situation
TB = 160 cm
BB = 72 kg
28
V TUJUAN PEMEBELAJARAN
1 Mengetahui Diabetes Melitus secara umum
2 Mengetahui Diabetes Melitus pada Ibu hamil
3 Penatalaksanaan Diabetes Melitus pada Ibu hamil
4 Pengaruh kehamilan pada Diabetes Melitus
5 Penanganan persalinan pada Ibu yang menderita Diabetes Melitus
VI BELAJAR MANDIRI
1 Text book
2 Internet
3 Kamus dorland
VII KESIMPULAN AKHIR
Kemungkinan NyAni mengalami Diabetes Melitus dilihat dari keluhan riwayat
persalinan dan riwayat keluarga
Dibutuhkan pemeriksaan penunjang untuk diagnosa yang lebih tepat
Pemeriksaan yang di maksud adalah
Pemeriksaan urin
Pemeriksaan KGD puasa dan post ndash prandiol
Glukosa toleran tes (GTT)
Nilai K(3)
Perlunya tindakan yang cepat dan tepat untuk mencegah terjadinya komplikasi dan
prognosis yang buruk
29
BAB V
PENUTUP
Penderita DM Gestasional memunyai resiko yang tinggi terhadap kambuhnya
penyakit diabetes yang pernah dideritannya pada saat hamil sebelumnya
Saran 6-8 minggu setelah melahirkan ibu tersebut melakukan test plasma glukosa
puasa dan OGTT 75 gram glukosa Pasien gemuk penderita GDM sebaiknya mengontrol
BB karena diperkirakan akan menjadi DM dalam 20 tahun kemudian
Wanita dengan diabetes masih dapat hamil dan punya anak sepanjang gula darah
terkontrol Disarankan memilih kontrasepsi dengan kadar estrogen rendah dan dapat
memakai pil tambahan hormon progesteron IUD dapat menimbulkan risiko infeksi
Perlu diperhatikan risiko morbiditas dan mortalitas maternal dan perinatal tinggi
Dengan pengelolaan sebaik-baiknya hasil akhir tetap dapat optimal
30
- A Pengertian
- Menurut Brunner and Suddarth 2001 Diabetes Mellitus merupakan sekelompok kelainan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia Pada Diabetes Mellitus kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun atau pankreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin (1)
- Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo 2002)
- B Klasifikasi
- 1 Klasifikasi diabetes mellitus secara umum sebagai berikut
- C Etiologi
- 1 DM tipe I
- a) Faktor genetic
- Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (1)
- b) Faktor-faktor imunologi
- Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen (1)
- c) Faktor lingkungan
- Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi sel beta (1)
- 2 Diabetes Tipe II
- Menurut Brunner dan Suddarth 2001 mekanisme tepat yang menyebabkan belum diketahui Namun ada beberapa resiko yang berhubungan dengan terjadinya DM type II
- D Tanda dan Gejala
- E Patofisiologi (Patways) DM
- Katarak
- Glaukoma
- Retinopati
- Gatal seluruh badan
- Pruritus Vulvae
- Infeksi bakteri kulit
- Infeksi jamur di kulit
- Dermatopati
- Neuropati perifer
- Neuropati viseral
- Amiotropi
- Ulkus Neurotropik
- Penyakit ginjal
- Penyakit pembuluh darah perifer
- Penyakit koroner
- Penyakit pembuluh darah otak
- Hipertensi
- Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal yang tinggi dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur atau bahkan inkontinensia urin Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat terhadap dehidrasi Karena itu tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada stadium lanjut (Patric Davey 2002 )
- Penyakit yang mula-mula ringan dan sedang saja yang biasa terdapat pada pasien DM usia lanjut dapat berubah tiba-tiba apabila pasien mengalami infeksi akut Defisiensi insulin yang tadinya bersifat relatif sekarang menjadi absolut dan timbul keadaan ketoasidosis dengan gejala khas hiperventilasi dan dehidrasi kesadaran menurun dengan hiperglikemia dehidrasi dan ketonemia Gejala yang biasa terjadi pada hipoglikemia seperti rasa lapar menguap dan berkeringat banyak umumnya tidak ada pada DM usia lanjut Biasanya tampak bermanifestasi sebagai sakit kepala dan kebingungan mendadak (Patric Davey 2002 )
- Pada usia lanjut reaksi vegetatif dapat menghilang Sedangkan gejala kebingungan dan koma yang merupakan gangguan metabolisme serebral tampak lebih jelas
- F Pemeriksaan Penunjang
- G Komplikasi
- Komplikasi Akut
- Komplikasi Kronis
- H Penatalaksanaan
- I Prognosis
-
b Bliguanid
Bliguanid menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak sampai di bawah normal
Preparat yang ada dan aman adalah metformin Obat ini dianjurkan untuk pasien
gemuk (Indeks Massa TubuhIMT gt30) sebagai obat tunggal Pada pasien dengan
berat lebih (IMT 27-30) dapat dikombinasi dengan obat golongan sulfonilurea
c Inhibitor α glukosidase
Obat ini bekerja secara kompetitif menghambat kerja enzim α glukosidase di dalam
saluran cerna sehingga menurunkan penyerapan glukosa dan menurunkan
hiperglikemia pascaprandial
d Insulin sensitizing agent
Thoazolidinediones adalah golongan obat baru yang mempunyai efek farmakologi
meningkatkan sensitivitas insulin sehingga bisa mengatasi masalah resistensi insulin
dan berbagai masalah akibat resistensi insulin tanpa menyebabkan hipoglikemia Obat
ini belum beredar di Indonesia
Insulin
Indikasi penggunaan insulin pada NIDDM adalah
DM dengan berat badan menurun cepatkurus
Ketoasidosis asidosis laktat dan koma hiperosmolar
DM yang mengalami stres berat (infeksi sistemik operasi berat dan lain-lain)
DM dengan kehamilanDM gestasional yang tidak terkendali dengan perencanaan
makan
DM yang tidak berhasil dikelola dengan obat hipoglikemia oral dosis maksimal atau
ada kontraindikasi dengan obat tersebut
I Prognosis
Sekitar 60 pasien DMTI yang mendapat insulin dapat bertahan hidup seperti orang
normal Sisanya dapat mengalami kebutaan gagal ginjal kronik dan kemungkinan untuk
meninggal lebih cepat
10
II DIABETES MELITUS GESTASIONAL
A Defenisi
Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) adalah kelainan pada metabolisme karbohidrat
dari faktor yang memberatkan yang terjadi selama kehamilan (Marilyn 2001) (1)
DMG adalah kehamilan normal yang disertai dengan peningkatan insulin resistance
(ibu hamil gagal mempertahankan euglycemia)(1)
Pada DM dengan kehamilan ada 2 kemungkinan yang dialami oleh si Ibu
a Ibu tersebut memang telah menderita DM sejak sebelum hamil
b Si ibu mengalamimenderita DM saat hamil(7)
Klasifikasi DM dengan Kehamilan menurut Pyke
1 Klas I Gestasional diabetes yaitu diabetes yang timbul pada waktu hamil dan
menghilang setelah melahirkan
2 Klas II Pregestasional diabetes yaitu diabetes mulai sejak sebelum hamil dan
berlanjut setelah hamil
3 Klas III Pregestasional diabetes yang disertai dengan komplikasi penyakit
pembuluh darah seperti retinopatinefropati penyakit pemburuh darah panggul dan
pembuluh darah perifer (7)
90 dari wanita hamil yang menderita Diabetes termasuk ke dalam kategori DM Gestasional
(Tipe II) dan DM yang tergantung pada insulin (Insulin Dependent Diabetes Mellitus =
IDDM tipe I) (7)
B Metabolisme Karbohidrat Pada Kehamilan Normal
Pada wanita hamil normal terjadi banyak sekali perubahan hormonal dan metabolik
untuk pertumbuhan dan perkembangan fetus yang optimal Yang berhubungan dengan
patologi diabetes mellitus adalah perubahan metabolisme karbohidrat (6)
Pada kehamilan normal terjadi kadar glukosa plasma ibu yang lebih rendah secara
bermakna karena
11
1 Ambilan glukosa sirkulasi plasenta meningkat
2 Produksi glukosa dari hati menurun
3 Produksi alanin (salah satu prekursor glukoneogenesis) menurun
4 Aktifitas ekskresi ginjal meningkat
5 Efek hormon-hormon gestasional (human placental lactogen hormon2 plasenta
lainnya hormon2 ovarium hipofisis pankreas adrenal growth factors dsb) Selain
itu terjadi juga perubahan metabolisme lemak dan asam amino (6)
C Patofisologi
Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolisme endokrin dan karbohidrat yang
menunjang pemasokan makanan bagi janin serta persiapan untuk menyusui Glukosa
dapat berdifusi secara tetap melalui plasenta kepada janin sehingga kadarnya dalam darah
janin hampir menyerupai kadar darah ibu Insulin ibu tidak dapat mencapai janin
sehingga kadar gula darah ibu mempengaruhi kadar darah janin Pengendalian kadar gula
darah terutama dipengaruhi oleh insulin di samping hormon estrogen steroid dan
plasenta laktogen Akibat lambatnya resorbsi makanan maka terjadi hiperglikemia yang
relatif lama dan ini menyebabkan kebutuhan insulin meningkat Menjelang aterm
kebutuhan insulin meningkat hingga mencapai 3 kali dari keadaan normal Hal ini disebut
tekanan diabetojenik dalam kehamilan Secara fisiologis telah terjadi resistensi insulin
yaitu bila ia ditambah dengan insulin eksogen ia tidak mudah menjadi hipoglikemia
Yang menjadi masalah adalah bila seorang ibu tidak mampu meningkatkan insulin
sehingga ia relatif hipoinsulin yang mengakibatkan hiperglikemia atau diabetes
kehamilan
Glukosa yang tidak masuk ke sel tubuh akan tertimbun di dalam darah Setelah
mencapai kadar tertentu glukosa tersebut juga akan muncul dalam air seni padahal air
seni yang normal tidak mengandung glukosa Jika glukosa terdapat dalam air seni
glukosa tersebut akan menarik lebih banyak air bersamanya dengan demikian
menyebabkan bertambahnya volume air seni Karena terjadi pengeluaran air seni yang
berlebihan tubuh kehilangan banyak cairan sehingga terjadi rasa haus yang berlebihan
Ketika sel tidak terdapat cukup glukosa dikarenakan kurangnya jumlah insulin
meski sebenarnya dalam darah terdapat glukosa yang berlebihan boleh dikatakan sel-sel
12
ini lsquokelaparanrsquo Hal ini menyebabkan peningkatan nafsu makan dan walaupun penderita
DM sudah makan lebih banyak kelihatannya sel tidak pernah mendapatkan cukup
glukosa
Untuk mendapatkan energi yang dibutuhkan sel yang ldquokelaparanrdquo ini mulai
memecahkan lemak dan protein yang ada di dalam tubuh Hal ini mengakibatkan
turunnya berat badan dan rasa lelah Jika kadar glukosa dalam darah sangat tinggi
beberapa orang menjadi mudah tersinggung Selain itu tubuh juga menjadi rentan
terhadap infeksi
Tidak semua penderita diabetes mengalami gejala ini dan beberapa orang lainnya
bahkan tidak mengalami gejala apa pu Pada keadaan ini baru diketahui bahwa mereka
ternyata menderita penyakit DM dari pemeriksaan laboratorium rutin
Resistensi insulin juga dapat disebabkan oleh adanya hormon estrogen progesteron
kortisol prolaktin dan plasenta laktogen Hormon tersebut mempengaruhi reseptor
insulin pada sel sehingga mengurangi afinitas insulin (Prawirohardjo 1997) (1)
D Faktor Risiko
Umur lebih dari 30 tahun
Obesitas dengan indeks massa tubuh ge 30 kgm2
Riwayat DM pada keluarga
Pernah menderita DM gestasional sebelumnya
Pernah melahirkan anak besar gt 4000 gram
Adanya glukosuria
Riwayat bayi cacat bawaan
Riwayat bayi lahir mati
Riwayat keguguran
Riwayat infertilitas
Hipertensi (7)
13
E Pengaruh DM dengan kehamilan
a Pengaruh kehamilan persalinan dan nifas pada diabetes adalah
Kehamilan dapat menyebabkan status prediabetik manifes ( diabetik )
Diabetes akan menjadi lebih berat oleh kehamilan
Pada persalinan yang memerlukan tenaga ibu dan kerja rahim akan memerlukan
glukosa banyak maka bisa terjadi hipoglikemia atau koma
Dalam masa lakatasi keperluan akan insulin akan bertambah(3)
b Pengaruh diabetes terhadap kehamilan
Abortus dan partus prematurus
Hidramnion
Pre ndash eklamsia
Kesalahan letak janin
Insufisiensi plasenta(3)
c Pengaruh diabetes terhadap persalinan
Inersia uteri dan atonia uteri
Distorsia karna janin ( anak besar Bahu lebar )
Kelahiran mati
Persalinan lebih sering di tolong secara operatif
Angka kejadian pendarahan dan infeksi tinggi
Morbiditas dan mortalitas ibu tinggi(3)
d Pengaruh Diabetes terhadap nifas
Perdarahan dan infeksi puerperal ebih tinggi
Luka ndashluka jalan lahir lambat pulih sembuh
14
e Pengaruh Diabetes terhadap janin atau bayi
Serig terjadi abortus
Kematian janin dalam kandungan setelah 36 minggu
Daat terjadi cacat bawaan
Dismaturitas
Janin besar ( bayi kingkong makrosomia )
Kematian neonatal tinggi
Kemudian hari dapat terjadi kelainan neurologi dan psikologi(3)
F Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penyaring perlu dilakukan pada kelompok dengan resiko tinggi untuk
DM yaitu kelompok usia dewasa tua (gt 40 tahun) obesitas tekanan darah tinggi riwayat
keluarga DM riwayat kehamilan dengan berat badan bayi gt 4000 gr riwayat DM pada
kehamilan dan dislipidemia
Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan dengan pemeriksan glukosa darah sewaktu
kadar glukosa darah puasa Kemudian dapat diikuti dengan Tes Toleransi Glukosa Oral
(TTGO) standar
Keluhan dan gejala yang khas ditambah hasil pemeriksaan glukosa darah sewaktu
gt200 mgdl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM bila hasil pemeriksaan glukosa
darah meragukan pemeriksaaan TTGO diperlukan untuk memastikan diagnosis DM Untuk
diagnosis DM dan gangguan toleransi glukosa lainnya diperiksa glukosa darah 2 jam setelah
beban glukosa Sekurang-kurangnya diperlukan kadar glukosa darah 2 kali abnormal untuk
konfirmasi diagnosis DM pada hari yang alain atau TTGO yang abnormal
15
Kriteria Diagnosis
1 Gejala klasik DM + gula darah sewaktu 200 mgdl Gula darah sewaktu merupakan
hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memerhatikan waktu makan terakhir
Atau
2 Kadar gula darah puasa 1048725 126 mgdl Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori
tambahan sedikitnya 8 jam Atau
3 Kadar gula darah 2 jam pada TTGO 200mgdl TTGO dilakukan dengan Standard
WHO menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 g glukosa anhidrus yang
dilarutkan dalam air (7)
Cara pelaksanaan TTGO (WHO 1994)
Tiga hari sebelum pemeriksaan tetap makan seperti kebiasaan sehari-hari (dengan
karbohidrat yang cukup) dan tetap melakukan kegiatan jasmani seperti biasa
Berpuasa paling sedikit 8 jam (mulai malam hari) sebelum pemeriksaan minum air
putih tanpa gula tetap diperbolehkan
Diperiksa kadar glukosa darah puasa
Diberikan glukosa 75 g (orang dewasa) atau 175 gKg BB (anak-anak) dilarutkan
dalam 250 ml air dan diminum dalam waktu 5 menit
Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan 2 jam setelah
minum larutan glukosa selesai
Diperiksa kadar glukosa darah 2 jam sesudah beban glukosa
Selama proses pemeriksaan subyek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok(7)
Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau DM maka dapat
digolongkan ke dalam kelompok TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) atau GDPT (Glukosa
Darah Puasa Terganggu) dari hasil yang diperoleh
TGT glukosa darah plasma 2 jam setelah pembebanan antara 140 ndash 199 mgdl
GDPT glukosa darah puasa antara 100 ndash 125 mgdl (7)
16
Reduksi Urine
Pemeriksaan reduksi urine merupakan bagian dari pemeriksaan urine rutin yang selalu
dilakukan di klinik Hasil yang (+) menunjukkan adanya glukosuria Beberapa hal yang perlu
diingat dari hasil pemeriksaan reduksi urine adalah
Digunakan pada pemeriksaan pertama sekali untuk tes skrining bukan untuk
menegakkan Diagnosis
Nilai (+) sampai (++++)
Jika reduksi (+) masih mungkin oleh sebab lain seperti renal glukosuria obat-
obatan dan lainnya
Reduksi (++) kemungkinan KGD 200 ndash 300 mg
Reduksi (+++) kemungkinan KGD 300 ndash 400 mg
Reduksi (++++) kemungkinan KGD 400 mg
Dapat digunakan untuk kontrol hasil pengobatan
Bila ada gangguan fungsi ginjal tidak bisa dijadikan pedoman (7)
Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik sebagai patokan
penyaring dan diagnosis (mgdl)
Bukan DM Belum pasti DM DM
Kadar glukosa darah sewaktu
- Plasma vena lt 110 110 ndash 199 gt 200
- Darah kapiler lt 90 90 ndash 199 gt 200
Kadar glukosa darah puasa
- Plasma vena lt 110 110 ndash 125 gt 126
- Darah kapiler lt 90 90 ndash 109 gt 110
17
Diagnosis dapat dengan mudah di tegakkan
Anamnesis Riwayat persalinan yang lalu abortus partus prematurus kematian
janindan anak besar
Riwayat keluarga ( herediter )
Keluhan sekarang trias poliuri polidipsi polifagi dan pernah berobat sakit gula
pada dokter
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan urin
Pemeriksaan KGD puasa dan post ndash prandiol
Glukosa toleran tes (GTT)
Nilai K(3)
G Penatalaksanan Diabetes Melitus terhadap ibu hamil
Sesuai dengan pengelolaan medis DM pada umumnya pengelolaan DMG juga
terutama didasari atas pengelolaan gizi diet dan pengendalian berat badan ibu
1 Kontrol secara ketat gula darah
2 Hindari adanya infeksi saluran kemih atau infeksi lainnya Lakukan upaya
pencegahan infeksi dengan baik
3 Pada bayi baru lahir dapat cepat terjadi hipoglikemia sehingga perlu diberikan infus
glukosa
4 Penanganan DMG yang terutama adalah diet dianjurkan diberikan 25 kalorikgBB
ideal kecuali pada penderita yang gemuk dipertimbangkan kalori yang lebih mudah
5 Cara yang dianjurkan adalah cara Broca yaitu BB ideal = (TB-100)-10 BB
6 Kebutuhan kalori adalah jumlah keseluruhan kalori yang diperhitungkan dari
Kalori basal 25 kalkgBB ideal
Kalori kegiatan jasmani 10-30
Kalori untuk kehamilan 300 kalori
Perlu diingat kebutuhan protein ibu hamil 1-15 grkgBB(5)
18
Jika dengan terapi diet selama 2 minggu kadar glukosa darah belum mencapai normal atau
normoglikemia yaitu kadar glukosa darah puasa di bawah 105 mgdl dan 2 jam pp di bawah
120 mgdl maka terapi insulin harus segera dimulai (5)
Pemantauan dapat dikerjakan dengan menggunakan alat pengukur glukosa darah kapiler
Perhitungan menu seimbang sama dengan perhitungan pada kasus DM umumnya dengan
ditambahkan sejumlah 300-500 kalori per hari untuk tumbuh kembang janin selama masa
kehamilan sampai dengan masa menyusui selesai
Pengelolaan DM dalam kehamilan bertujuan untuk
Mempertahankan kadar glukosa darah puasa lt 105 mgdl
Mempertahankan kadar glukosa darah 2 jam pp lt 120 mgdl
Mempertahankan kadar Hb glikosilat (Hb Alc) lt 6
Mencegah episode hipoglikemia
Mencegah ketonuriaketoasidosis deiabetik
Mengusahakan tumbuh kembang janin yang optimal dan normal (5)
Dianjurkan pemantauan gula darah teratur minimal 2 kali seminggu (ideal setiap hari
jika mungkin dengan alat pemeriksaan sendiri di rumah) Dianjurkan kontrol sesuai jadwal
pemeriksaan antenatal semakin dekat dengan perkiraan persalinan maka kontrol semakin
sering Hb glikosilat diperiksa secara ideal setiap 6-8 minggu sekali (5)
Kenaikan berat badan ibu dianjurkan sekitar 1-25 kg pada trimester pertama dan
selanjutnya rata-rata 05 kg setiap minggu Sampai akhir kehamilan kenaikan berat badan
yang dianjurkan tergantung status gizi awal ibu (ibu BB kurang 14-20 kg ibu BB normal
125-175 kg dan ibu BB lebihobesitas 75-125 kg) (5)
Jika pengelolaan diet saja tidak berhasil maka insulin langsung digunakan Insulin
yang digunakan harus preparat insulin manusia (human insulin) karena insulin yang bukan
berasal dari manusia (non-human insulin) dapat menyebabkan terbentuknya antibodi terhadap
insulin endogen dan antibodi ini dapat menembus sawar darah plasenta (placental blood
barrier) sehingga dapat mempengaruhi janin (5)
19
Pada DMG insulin yang digunakan adalah insulin dosis rendah dengan lama kerja
intermediate dan diberikan 1-2 kali sehari Dosis insulin diperkirakan antara 05-15
unitkgBB Obat hipoglikemik oral tidak digunakan dalam DMG karena efek
teratogenitasnya yang tinggi dan dapat diekskresikan dalamjumlah besar melalui ASI (5)
H Komplikasi
Komplikasi pada Ibu
Hipoglikemia terjadi pada enam bulan pertama kehamilan
Hiperglikemia terjadi pada kehamilan 20 ndash 30 minggu akibat resistensi insulin
Infeksi saluran kemih
Preeklampsi
Hidramnion
Retinopati
Trauma persalinan akibat bayi besar(7)
Masalah pada anak
Abortus
Kelainan kongenital spt sacral agenesis neural tube defek
Respiratory distress
Neonatal hiperglikemia
Makrosomia
Hipocalcemia
kematian perinatal akibat diabetik ketoasidosis
Hiperbilirubinemia(7)
I Tanda Komplikasi DM
Makrovaskular stroke penyakit jantung koroner ulkus gangren
Mikrovaskular retina (retinopati) dan ginjal (gagal ginjal kronik) saraf (stroke
neuropati)
Koma hiperglikemi hipoglikemi stroke (7)
20
J Prognosis
1 Bila penyakit di tangani oleh dokter ahli penyakit dalam serta kehamilan dan
persalinan di awasi dan di tolong oeh ahli kebidanan umumnya prognosis baik
2 Diabetes berat dan di derita lama apalagi ada komplikasi prognosis buruk
3 Prognosis bagi bayi jelek faktor ndash faktor yang meninggikan morbiditas dan
mortalitas bayi adalah
Berat dan lamany sakit dan adanya asetonuri
Insufisiensi plasenta
Komplikasi dan distosio persalinan
Sindrom gawat napas ( respiratory stress syndrome )
Prematuritas dan cacat bawaan
Angka kematian perinatal kira ndash kira 10 ndash 15 (3)
III PENANGANAN PERSALINAN PADA IBU YANG MENDERITA DM
Pada penderita yang penyakitnya tidak berat dan cukup di puasai dengan diet saja dan
tidak mempunyai riwayat obstetric yang buruk dapat di harapkan partus spontansampai
kehamilan 40 minggu Lebih dari pada itu sebaiknya dilakukan induksi parsalinan karena
prognosis menjadi lebih buruk Apabila diabetes nya berat dan memerlukan pengobatan
insulin sebaiknya kehamilan diakhiri lebih dini biasanya dalam kehamilan antara 36 dan 38
minggu Lebih- lebih apabila kehamilan nya disertai komplikasi lain seperti pre-eklampsi
janin yang tidak baik pertumbuhan nya atau terlampau besar diabetesnya sukar dikuasai atau
apabila ada riwayat kematian perinatal maka dapat di pertimbangkan untuk mengakhiri
kehamilan lebih dini baik dengan induksi maupun dengan seksio sesaria Dalam pelaksanaan
partus pervaginam baik yang tanpa maupun yang dengan induksin keadaan janin harus lebih
ketat di awasi jika mungkin dengan pencatatan denyut jantung janin terus menerus (5)
Penyulit yang sering di jumpai dalam persalinan
a Inersio uteri dan atonia uteri
b Distosia bahu karena anak besar
21
c Kelahiran mati
d Lebih sering mengakhiri partus dengan tindakan termasuk secsio sesaria
e Lebih mudah terjadi infeksi
f Angka kematian maternal lebih tinggi(5)
Pengelolaan Pascapersalinan
Karena sudah tidak ada resistensi terhadap insulin lagi maka pada periode
pascapesalinan perempuan dengan diabetes gestasional jarang memerlukan insulin
Pasien dengan diabetes yang terkontrol dengan diet setelah persalinan tidak perlu
diperiksa kadar glukosanya Namunbila pada waktu kehamilan diberi pengobatan
insulin sebelum meninggalkan rumah sakit perlu diperiksa kadar glukosa puasa dan 2
jam pascaprandial
Karena resiko terjadinya tipe 2 diabetes melitus dikemudian hari meningkat maka 6
minggu pascapersalinan perlu dilakukan pemeriksaan diabetes dengan cara
pemeriksaan gula darah puasa dalam dua waktu atau 2 jam setelah pemberian 75g
glukosa pada glucose tolerance test
jika kadar
1 lt 140 mgdl normal
2 140-200 mgdl gangguan toleransi glukosa
3 gt 200 mgdl DM
Bila test ini menunjukkan kadar yang normal maka kadar glukosa darah puasa
dievaluasi lagi setelah 3 tahun
Skrining diabetes ini harus dilakukan secara berkala khususnya pada pasien dengan
kadar glukosa darah puasa meningkat waktu kehamilan
Perempuan yang pernah menderita diabetes melitus gestasional harus diberi konseling
agar menyusui anakanya karena pemberian ASI akan memperbaiki kontrol kadar gula
darah
Harus direncanakan penggunaan kontrasepsi karena sekali perempuan hamil
menderita diabetes maka dia beisiko terkena hal yang sama pada kehamilan
berikutnya
22
Bagi perempuan yang obes setelah melahirkan harus melakukan upaya penurunan
berat badan dengan diet dan berilahraga secra teratur agar resiko terjadinya diabetes
menjadi menurun (5)
IV PENANGANAN BAYI BARU LAHIR DARI IBU DENGAN DM
Bayi lahir dari ibu dengan Diabetes Melitus berisiko untuk terjadi hipoglikemia pada
3 hari pertama setelah lahir walaupun bayi sudah dapat minum dengan baik Ibu dengan DM
mempunyai resiko kematian bayi lima kali dibanding ibu tidak dengan DM dan sering
mengalami abortus ataupun kematian dalam kandungan Bayi dengan ibu DM mengalami
Transient Hiperinsulinism yang dapat mengakibatkan Hipoglikemia Macrosomia pada bayi
yang dilahirkan dan dapat berakibat kesulitan lahir Tanda bayi hipoglikemia adalah Distres
nafas malas minum jitteriness mudah terangsang sampai kejang (2)
Kadar Glukose Darah Rendah (Hipoglikemia)
Adalah bila kadar glukosa darah kurang dari 45 mgdL (26 mmolL)
Masalah
a Glukose darah kurang 25 mgdL (11 mmolL) atau terdapat tanda Hipoglikemi
b Glukose darah 25 mgdL (11 mmolL) _ 45 mgdL (26 mmolL) tanpa tanda
Hipoglikemia (2)
Pengelolaan Hipoglikemia
a Glukose darah kurang 25 mgdL (11 mmolL) atau terdapat tanda hipoglikemi
Pasang jalur IV jika belum terpasang
Berikan glukose 10 2 mLkg secara IV bolus pelan dalam lima menit
Jika jalur IV tidak dapat dipasang dengan cepat berikan larutan
glukose melalui pipa lambungdengan dosis yang sama
Infus glukose 10 sesuai kebutuhan rumatan
23
Periksa kadar glukose darah satu jam setelah bolus glukose dan kemudian tiap tiga
jam
Jika kadar glukose darah masih kurang 25 mgdL (11 mmolL) ulangi
pemberian bolus glukose seperti tersebut di atas dan lanjutkan pemberian infus
Jika kadar glukose darah 25-45 mgdL (11-26 mmolL) lanjutkan infus dan
ulangi pemeriksaan kadar glukose setiap tiga jam sampai kadar glukose 45 mgdL
(26 mmolL) atau lebih
Bila kadar glukose darah 45 mgdL (26 mmolL) atau lebih dalam dua kali
pemeriksaan berturut-turut ikuti petunjuk tentang frekuensi pemeriksaan kadar
glukose darah setelah kadar glukose darah kembali normal
Anjurkan ibu menyusui Bila bayi tidak dapat menyusu berikan ASI peras
dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum
Bila kemampuan minum bayi meningkat turunkan pemberian cairan infus setiap
hari secara bertahap Jangan menghentikan infus glukose dengan tiba-tiba (2)
b Glukose darah 25 mgdL (11 mmolL)-45 mgdL (26 mmolL) tanpa tanda
Hipoglikemia
Anjurkan ibu menyusui Bila bayi tidak dapat menyusu berikan ASI peras dengan
menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum
Pantau tanda hipoglikemia dan bila dijumpai tanda tersebut tangani seperti tersebut di
atas
Periksa kadar glukose darah dalam tiga jam atau sebelum pemberian minum
berikutnya
Jika kadar glukose darah kurang 25 mgdL (11 mmolL) atau terdapat tanda
hipoglikemia tangani seperti tersebut di atas
Jika kadar glukose darah masih antara 25-45 mgdL (11-26 mmolL) naikkan
frekuensi pemberian minum ASI atau naikkan volume pemberian minum dengan
menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum
Jika kadar glukose darah 45 mgdL (26 mmolL) atau lebih lihat tentang
frekuensi pemeriksaan kadar glukose darah di bawah ini (2)
24
Frekuensi Pemeriksaan Glukose Darah Setelah Kadar Glukose Darah Normal
Jika bayi mendapatkan cairan IV untuk alasan apapun lanjutkan pemeriksaan kadar
glukose darah setiap 12 jam selama bayi masih memerlukan infus Jika kapan saja
kadar glukose darah turun tangani seperti tersebut di atas
Jika bayi sudah tidak lagi mendapat infus cairan IV periksa kadar glukose darah
setiap 12 jam sebanyak dua kali pemeriksaan
Jika kapan saja kadar glukose darah turun tangani seperti tersebut di atas
Jika kadar glukose darah tetap normal selama waktu tersebut maka pengukuran
dihentikan
Anjurkan ibu untuk menyusui secara dini dan lebih sering paling tidak 8 kali sehari
siang dan malam (2)
Bila bayi berumur kurang 3 hari amati sampai umur 3 hari periksa kadar glukose pada
Saat bayi datang atau pada umur 3 jam
Tiga jam setelah pemeriksaan pertama kemudian tiap 6 jam selama 24 jam atau
sampai kadar glukose dalam batas normal dalam 2 kali pemeriksaan berturut ndash turut
Bila kadar glukose le 45 mgdL atau bayi menunjukkan tanda hipoglikemi (tremor
atau letargi) tangani untuk hipoglikemi (lihat Hipoglikemi)
Bila dalam pengamatan tidak ada tanda hipoglikemi atau masalah lain bayi dapat
minum dengan baik pulangkan bayi pada hari ke 3
Bila bayi berumur 3 hari atau lebih dan tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit bayi
tidak perlu pengamatan Bila bayi dapat minum baik dan tidak ada masalah lain yang
memerlukan perawatan di rumah sakit bayi dapat dipulangkan (2)
25
BAB III
PERMASALAHAN
SKENARIO 4
NyAni yang hamil dan Sakit Gula
NyAni 36 tahun G5P3A1 datang ke Rumah Sakit untuk memeriksa kehamilannya yang
berusia 32 minggu Selain itu NyAni juga mengeluhkan poliuri polifagi dan polidipsi pada
dokter yang menanganinya Anak I lahir hidup dengan BB 3200 gr partus pervaginam
Anak II lahir hidup dengan BB 3400 gr partus pervaginam Anak III lahir hidup dengan
BB 3600 gr partus pervaginam Riwayat abortus (+) Riwayat menderita DM (-) Riwayat
keluarga menderita DM (+) TB NyAni = 160 cm BB NyAni = 72 kg
Pemeriksaan Vital Sign TD = 12080 mmhg HR = 82xmenit RR = 22xmenit T = 372 W C
DJJ 120x Letak kepala
Apakah yang terjadi pada NyAni Tindakan apa yang harus kita lakukan sebagai dokter
26
BAB IV
PEMBAHASAN
I KLARIFIKASI ISTILAH
Poliuri Sekresi urin yang berlebihan (4)
Polifagi Makan secara berlebihan (4)
Polidipsi Rasa haus yang sangat dan berlangsung lama (4)
DM Kelainan metabolik dimana ditemukan ketidakmampuan untuk
mengoksidasi karbohidrat akibat gangguan pada mekanisme insulin yang normal
menimbulkan hiperglikemia glikosuria poliuria rasa haus rasa lapar badan
kurus kelemahan asidosis sering menyebabkan dipsnea lipemia ketonuria dan
akhirnya koma (4)
II MENETAPKAN PERMASALAHAN
1 NyAni 36 tahun G5P3A1 datang ke Rumah Sakit untuk memeriksa
kehamilannya yang berusia 32 minggu dan mengeluhkan poliuri polifagi dan
polidipsi
2 Riwayat keluarga menderita DM (+)
3 Riwayat persalinan BB bayi setiap kelahiran selalu bertambah
III ANALISIS MASALAH
1 Dari umur yaitu 36 tahun sudah mempunyai resiko tinggi pada kehamilan
Poliuri polifagi dan polidipsi merupakan gejala khas DM yang tersembunyi pada
ibu hamil
G5P3A1 ini juga merupakan faktor resiko karena adanya riwayat abortus
2 DM adalah penyakit yang dapat di turunkan kemungkinan NyAni mengalami DM
karena adanya Riwayat DM pada keluarga Tetapi diperlukan juga pemeriksaan
penunjang untuk memastikan apakah NyAni memang menderita DM atau tidak
3 Pada riwayat persalinan dimana BB bayi setiap kelahiran selalu bertambah ini juga
merupakan faktor resiko dari Diabetes Melitus
27
IV KESIMPULAN SEMENTARA
1 Kemungkinan NyAni menderita DM dilihat dari gejala dan riwayat persalinan
dimana BB bayi setiap kelahiran selalu bertambah serta riwayat DM pada keluarga
2 Kemungkinan NyAni menderita DM setelah kehamilan
3 Perlunya pemeriksaan penunjang untuk menentukan DM atau tidak karena NyAni
kemungkinan saja mengalami toleransi glukosa
4 Adanya riwayat obstetri yang buruk yaitu abortus
ANAMNESIS
Nama Ani
Jenis Kelamin female
Alamat -
Umur 36 years old
Keluhan Utama Memeriksa kehamilannya yang berusia 32 minggu dan juga
mengeluhkan poliuri polifagi dan polidipsi
Keluhan Tambahan -
Riwayat Penyakit Dahulu -
Riwayat Penyakit Keluarga DM (+)
Riwayat Sosial -
Riwayat Obstetri G5 P3 A1
Vital Signs
TD 12080 mmHg
HR 82xmenit
RR 22xmenit
T 372C
DJJ 120x
Lokasi kepala
General situation
TB = 160 cm
BB = 72 kg
28
V TUJUAN PEMEBELAJARAN
1 Mengetahui Diabetes Melitus secara umum
2 Mengetahui Diabetes Melitus pada Ibu hamil
3 Penatalaksanaan Diabetes Melitus pada Ibu hamil
4 Pengaruh kehamilan pada Diabetes Melitus
5 Penanganan persalinan pada Ibu yang menderita Diabetes Melitus
VI BELAJAR MANDIRI
1 Text book
2 Internet
3 Kamus dorland
VII KESIMPULAN AKHIR
Kemungkinan NyAni mengalami Diabetes Melitus dilihat dari keluhan riwayat
persalinan dan riwayat keluarga
Dibutuhkan pemeriksaan penunjang untuk diagnosa yang lebih tepat
Pemeriksaan yang di maksud adalah
Pemeriksaan urin
Pemeriksaan KGD puasa dan post ndash prandiol
Glukosa toleran tes (GTT)
Nilai K(3)
Perlunya tindakan yang cepat dan tepat untuk mencegah terjadinya komplikasi dan
prognosis yang buruk
29
BAB V
PENUTUP
Penderita DM Gestasional memunyai resiko yang tinggi terhadap kambuhnya
penyakit diabetes yang pernah dideritannya pada saat hamil sebelumnya
Saran 6-8 minggu setelah melahirkan ibu tersebut melakukan test plasma glukosa
puasa dan OGTT 75 gram glukosa Pasien gemuk penderita GDM sebaiknya mengontrol
BB karena diperkirakan akan menjadi DM dalam 20 tahun kemudian
Wanita dengan diabetes masih dapat hamil dan punya anak sepanjang gula darah
terkontrol Disarankan memilih kontrasepsi dengan kadar estrogen rendah dan dapat
memakai pil tambahan hormon progesteron IUD dapat menimbulkan risiko infeksi
Perlu diperhatikan risiko morbiditas dan mortalitas maternal dan perinatal tinggi
Dengan pengelolaan sebaik-baiknya hasil akhir tetap dapat optimal
30
- A Pengertian
- Menurut Brunner and Suddarth 2001 Diabetes Mellitus merupakan sekelompok kelainan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia Pada Diabetes Mellitus kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun atau pankreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin (1)
- Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo 2002)
- B Klasifikasi
- 1 Klasifikasi diabetes mellitus secara umum sebagai berikut
- C Etiologi
- 1 DM tipe I
- a) Faktor genetic
- Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (1)
- b) Faktor-faktor imunologi
- Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen (1)
- c) Faktor lingkungan
- Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi sel beta (1)
- 2 Diabetes Tipe II
- Menurut Brunner dan Suddarth 2001 mekanisme tepat yang menyebabkan belum diketahui Namun ada beberapa resiko yang berhubungan dengan terjadinya DM type II
- D Tanda dan Gejala
- E Patofisiologi (Patways) DM
- Katarak
- Glaukoma
- Retinopati
- Gatal seluruh badan
- Pruritus Vulvae
- Infeksi bakteri kulit
- Infeksi jamur di kulit
- Dermatopati
- Neuropati perifer
- Neuropati viseral
- Amiotropi
- Ulkus Neurotropik
- Penyakit ginjal
- Penyakit pembuluh darah perifer
- Penyakit koroner
- Penyakit pembuluh darah otak
- Hipertensi
- Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal yang tinggi dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur atau bahkan inkontinensia urin Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat terhadap dehidrasi Karena itu tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada stadium lanjut (Patric Davey 2002 )
- Penyakit yang mula-mula ringan dan sedang saja yang biasa terdapat pada pasien DM usia lanjut dapat berubah tiba-tiba apabila pasien mengalami infeksi akut Defisiensi insulin yang tadinya bersifat relatif sekarang menjadi absolut dan timbul keadaan ketoasidosis dengan gejala khas hiperventilasi dan dehidrasi kesadaran menurun dengan hiperglikemia dehidrasi dan ketonemia Gejala yang biasa terjadi pada hipoglikemia seperti rasa lapar menguap dan berkeringat banyak umumnya tidak ada pada DM usia lanjut Biasanya tampak bermanifestasi sebagai sakit kepala dan kebingungan mendadak (Patric Davey 2002 )
- Pada usia lanjut reaksi vegetatif dapat menghilang Sedangkan gejala kebingungan dan koma yang merupakan gangguan metabolisme serebral tampak lebih jelas
- F Pemeriksaan Penunjang
- G Komplikasi
- Komplikasi Akut
- Komplikasi Kronis
- H Penatalaksanaan
- I Prognosis
-
II DIABETES MELITUS GESTASIONAL
A Defenisi
Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) adalah kelainan pada metabolisme karbohidrat
dari faktor yang memberatkan yang terjadi selama kehamilan (Marilyn 2001) (1)
DMG adalah kehamilan normal yang disertai dengan peningkatan insulin resistance
(ibu hamil gagal mempertahankan euglycemia)(1)
Pada DM dengan kehamilan ada 2 kemungkinan yang dialami oleh si Ibu
a Ibu tersebut memang telah menderita DM sejak sebelum hamil
b Si ibu mengalamimenderita DM saat hamil(7)
Klasifikasi DM dengan Kehamilan menurut Pyke
1 Klas I Gestasional diabetes yaitu diabetes yang timbul pada waktu hamil dan
menghilang setelah melahirkan
2 Klas II Pregestasional diabetes yaitu diabetes mulai sejak sebelum hamil dan
berlanjut setelah hamil
3 Klas III Pregestasional diabetes yang disertai dengan komplikasi penyakit
pembuluh darah seperti retinopatinefropati penyakit pemburuh darah panggul dan
pembuluh darah perifer (7)
90 dari wanita hamil yang menderita Diabetes termasuk ke dalam kategori DM Gestasional
(Tipe II) dan DM yang tergantung pada insulin (Insulin Dependent Diabetes Mellitus =
IDDM tipe I) (7)
B Metabolisme Karbohidrat Pada Kehamilan Normal
Pada wanita hamil normal terjadi banyak sekali perubahan hormonal dan metabolik
untuk pertumbuhan dan perkembangan fetus yang optimal Yang berhubungan dengan
patologi diabetes mellitus adalah perubahan metabolisme karbohidrat (6)
Pada kehamilan normal terjadi kadar glukosa plasma ibu yang lebih rendah secara
bermakna karena
11
1 Ambilan glukosa sirkulasi plasenta meningkat
2 Produksi glukosa dari hati menurun
3 Produksi alanin (salah satu prekursor glukoneogenesis) menurun
4 Aktifitas ekskresi ginjal meningkat
5 Efek hormon-hormon gestasional (human placental lactogen hormon2 plasenta
lainnya hormon2 ovarium hipofisis pankreas adrenal growth factors dsb) Selain
itu terjadi juga perubahan metabolisme lemak dan asam amino (6)
C Patofisologi
Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolisme endokrin dan karbohidrat yang
menunjang pemasokan makanan bagi janin serta persiapan untuk menyusui Glukosa
dapat berdifusi secara tetap melalui plasenta kepada janin sehingga kadarnya dalam darah
janin hampir menyerupai kadar darah ibu Insulin ibu tidak dapat mencapai janin
sehingga kadar gula darah ibu mempengaruhi kadar darah janin Pengendalian kadar gula
darah terutama dipengaruhi oleh insulin di samping hormon estrogen steroid dan
plasenta laktogen Akibat lambatnya resorbsi makanan maka terjadi hiperglikemia yang
relatif lama dan ini menyebabkan kebutuhan insulin meningkat Menjelang aterm
kebutuhan insulin meningkat hingga mencapai 3 kali dari keadaan normal Hal ini disebut
tekanan diabetojenik dalam kehamilan Secara fisiologis telah terjadi resistensi insulin
yaitu bila ia ditambah dengan insulin eksogen ia tidak mudah menjadi hipoglikemia
Yang menjadi masalah adalah bila seorang ibu tidak mampu meningkatkan insulin
sehingga ia relatif hipoinsulin yang mengakibatkan hiperglikemia atau diabetes
kehamilan
Glukosa yang tidak masuk ke sel tubuh akan tertimbun di dalam darah Setelah
mencapai kadar tertentu glukosa tersebut juga akan muncul dalam air seni padahal air
seni yang normal tidak mengandung glukosa Jika glukosa terdapat dalam air seni
glukosa tersebut akan menarik lebih banyak air bersamanya dengan demikian
menyebabkan bertambahnya volume air seni Karena terjadi pengeluaran air seni yang
berlebihan tubuh kehilangan banyak cairan sehingga terjadi rasa haus yang berlebihan
Ketika sel tidak terdapat cukup glukosa dikarenakan kurangnya jumlah insulin
meski sebenarnya dalam darah terdapat glukosa yang berlebihan boleh dikatakan sel-sel
12
ini lsquokelaparanrsquo Hal ini menyebabkan peningkatan nafsu makan dan walaupun penderita
DM sudah makan lebih banyak kelihatannya sel tidak pernah mendapatkan cukup
glukosa
Untuk mendapatkan energi yang dibutuhkan sel yang ldquokelaparanrdquo ini mulai
memecahkan lemak dan protein yang ada di dalam tubuh Hal ini mengakibatkan
turunnya berat badan dan rasa lelah Jika kadar glukosa dalam darah sangat tinggi
beberapa orang menjadi mudah tersinggung Selain itu tubuh juga menjadi rentan
terhadap infeksi
Tidak semua penderita diabetes mengalami gejala ini dan beberapa orang lainnya
bahkan tidak mengalami gejala apa pu Pada keadaan ini baru diketahui bahwa mereka
ternyata menderita penyakit DM dari pemeriksaan laboratorium rutin
Resistensi insulin juga dapat disebabkan oleh adanya hormon estrogen progesteron
kortisol prolaktin dan plasenta laktogen Hormon tersebut mempengaruhi reseptor
insulin pada sel sehingga mengurangi afinitas insulin (Prawirohardjo 1997) (1)
D Faktor Risiko
Umur lebih dari 30 tahun
Obesitas dengan indeks massa tubuh ge 30 kgm2
Riwayat DM pada keluarga
Pernah menderita DM gestasional sebelumnya
Pernah melahirkan anak besar gt 4000 gram
Adanya glukosuria
Riwayat bayi cacat bawaan
Riwayat bayi lahir mati
Riwayat keguguran
Riwayat infertilitas
Hipertensi (7)
13
E Pengaruh DM dengan kehamilan
a Pengaruh kehamilan persalinan dan nifas pada diabetes adalah
Kehamilan dapat menyebabkan status prediabetik manifes ( diabetik )
Diabetes akan menjadi lebih berat oleh kehamilan
Pada persalinan yang memerlukan tenaga ibu dan kerja rahim akan memerlukan
glukosa banyak maka bisa terjadi hipoglikemia atau koma
Dalam masa lakatasi keperluan akan insulin akan bertambah(3)
b Pengaruh diabetes terhadap kehamilan
Abortus dan partus prematurus
Hidramnion
Pre ndash eklamsia
Kesalahan letak janin
Insufisiensi plasenta(3)
c Pengaruh diabetes terhadap persalinan
Inersia uteri dan atonia uteri
Distorsia karna janin ( anak besar Bahu lebar )
Kelahiran mati
Persalinan lebih sering di tolong secara operatif
Angka kejadian pendarahan dan infeksi tinggi
Morbiditas dan mortalitas ibu tinggi(3)
d Pengaruh Diabetes terhadap nifas
Perdarahan dan infeksi puerperal ebih tinggi
Luka ndashluka jalan lahir lambat pulih sembuh
14
e Pengaruh Diabetes terhadap janin atau bayi
Serig terjadi abortus
Kematian janin dalam kandungan setelah 36 minggu
Daat terjadi cacat bawaan
Dismaturitas
Janin besar ( bayi kingkong makrosomia )
Kematian neonatal tinggi
Kemudian hari dapat terjadi kelainan neurologi dan psikologi(3)
F Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penyaring perlu dilakukan pada kelompok dengan resiko tinggi untuk
DM yaitu kelompok usia dewasa tua (gt 40 tahun) obesitas tekanan darah tinggi riwayat
keluarga DM riwayat kehamilan dengan berat badan bayi gt 4000 gr riwayat DM pada
kehamilan dan dislipidemia
Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan dengan pemeriksan glukosa darah sewaktu
kadar glukosa darah puasa Kemudian dapat diikuti dengan Tes Toleransi Glukosa Oral
(TTGO) standar
Keluhan dan gejala yang khas ditambah hasil pemeriksaan glukosa darah sewaktu
gt200 mgdl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM bila hasil pemeriksaan glukosa
darah meragukan pemeriksaaan TTGO diperlukan untuk memastikan diagnosis DM Untuk
diagnosis DM dan gangguan toleransi glukosa lainnya diperiksa glukosa darah 2 jam setelah
beban glukosa Sekurang-kurangnya diperlukan kadar glukosa darah 2 kali abnormal untuk
konfirmasi diagnosis DM pada hari yang alain atau TTGO yang abnormal
15
Kriteria Diagnosis
1 Gejala klasik DM + gula darah sewaktu 200 mgdl Gula darah sewaktu merupakan
hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memerhatikan waktu makan terakhir
Atau
2 Kadar gula darah puasa 1048725 126 mgdl Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori
tambahan sedikitnya 8 jam Atau
3 Kadar gula darah 2 jam pada TTGO 200mgdl TTGO dilakukan dengan Standard
WHO menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 g glukosa anhidrus yang
dilarutkan dalam air (7)
Cara pelaksanaan TTGO (WHO 1994)
Tiga hari sebelum pemeriksaan tetap makan seperti kebiasaan sehari-hari (dengan
karbohidrat yang cukup) dan tetap melakukan kegiatan jasmani seperti biasa
Berpuasa paling sedikit 8 jam (mulai malam hari) sebelum pemeriksaan minum air
putih tanpa gula tetap diperbolehkan
Diperiksa kadar glukosa darah puasa
Diberikan glukosa 75 g (orang dewasa) atau 175 gKg BB (anak-anak) dilarutkan
dalam 250 ml air dan diminum dalam waktu 5 menit
Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan 2 jam setelah
minum larutan glukosa selesai
Diperiksa kadar glukosa darah 2 jam sesudah beban glukosa
Selama proses pemeriksaan subyek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok(7)
Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau DM maka dapat
digolongkan ke dalam kelompok TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) atau GDPT (Glukosa
Darah Puasa Terganggu) dari hasil yang diperoleh
TGT glukosa darah plasma 2 jam setelah pembebanan antara 140 ndash 199 mgdl
GDPT glukosa darah puasa antara 100 ndash 125 mgdl (7)
16
Reduksi Urine
Pemeriksaan reduksi urine merupakan bagian dari pemeriksaan urine rutin yang selalu
dilakukan di klinik Hasil yang (+) menunjukkan adanya glukosuria Beberapa hal yang perlu
diingat dari hasil pemeriksaan reduksi urine adalah
Digunakan pada pemeriksaan pertama sekali untuk tes skrining bukan untuk
menegakkan Diagnosis
Nilai (+) sampai (++++)
Jika reduksi (+) masih mungkin oleh sebab lain seperti renal glukosuria obat-
obatan dan lainnya
Reduksi (++) kemungkinan KGD 200 ndash 300 mg
Reduksi (+++) kemungkinan KGD 300 ndash 400 mg
Reduksi (++++) kemungkinan KGD 400 mg
Dapat digunakan untuk kontrol hasil pengobatan
Bila ada gangguan fungsi ginjal tidak bisa dijadikan pedoman (7)
Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik sebagai patokan
penyaring dan diagnosis (mgdl)
Bukan DM Belum pasti DM DM
Kadar glukosa darah sewaktu
- Plasma vena lt 110 110 ndash 199 gt 200
- Darah kapiler lt 90 90 ndash 199 gt 200
Kadar glukosa darah puasa
- Plasma vena lt 110 110 ndash 125 gt 126
- Darah kapiler lt 90 90 ndash 109 gt 110
17
Diagnosis dapat dengan mudah di tegakkan
Anamnesis Riwayat persalinan yang lalu abortus partus prematurus kematian
janindan anak besar
Riwayat keluarga ( herediter )
Keluhan sekarang trias poliuri polidipsi polifagi dan pernah berobat sakit gula
pada dokter
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan urin
Pemeriksaan KGD puasa dan post ndash prandiol
Glukosa toleran tes (GTT)
Nilai K(3)
G Penatalaksanan Diabetes Melitus terhadap ibu hamil
Sesuai dengan pengelolaan medis DM pada umumnya pengelolaan DMG juga
terutama didasari atas pengelolaan gizi diet dan pengendalian berat badan ibu
1 Kontrol secara ketat gula darah
2 Hindari adanya infeksi saluran kemih atau infeksi lainnya Lakukan upaya
pencegahan infeksi dengan baik
3 Pada bayi baru lahir dapat cepat terjadi hipoglikemia sehingga perlu diberikan infus
glukosa
4 Penanganan DMG yang terutama adalah diet dianjurkan diberikan 25 kalorikgBB
ideal kecuali pada penderita yang gemuk dipertimbangkan kalori yang lebih mudah
5 Cara yang dianjurkan adalah cara Broca yaitu BB ideal = (TB-100)-10 BB
6 Kebutuhan kalori adalah jumlah keseluruhan kalori yang diperhitungkan dari
Kalori basal 25 kalkgBB ideal
Kalori kegiatan jasmani 10-30
Kalori untuk kehamilan 300 kalori
Perlu diingat kebutuhan protein ibu hamil 1-15 grkgBB(5)
18
Jika dengan terapi diet selama 2 minggu kadar glukosa darah belum mencapai normal atau
normoglikemia yaitu kadar glukosa darah puasa di bawah 105 mgdl dan 2 jam pp di bawah
120 mgdl maka terapi insulin harus segera dimulai (5)
Pemantauan dapat dikerjakan dengan menggunakan alat pengukur glukosa darah kapiler
Perhitungan menu seimbang sama dengan perhitungan pada kasus DM umumnya dengan
ditambahkan sejumlah 300-500 kalori per hari untuk tumbuh kembang janin selama masa
kehamilan sampai dengan masa menyusui selesai
Pengelolaan DM dalam kehamilan bertujuan untuk
Mempertahankan kadar glukosa darah puasa lt 105 mgdl
Mempertahankan kadar glukosa darah 2 jam pp lt 120 mgdl
Mempertahankan kadar Hb glikosilat (Hb Alc) lt 6
Mencegah episode hipoglikemia
Mencegah ketonuriaketoasidosis deiabetik
Mengusahakan tumbuh kembang janin yang optimal dan normal (5)
Dianjurkan pemantauan gula darah teratur minimal 2 kali seminggu (ideal setiap hari
jika mungkin dengan alat pemeriksaan sendiri di rumah) Dianjurkan kontrol sesuai jadwal
pemeriksaan antenatal semakin dekat dengan perkiraan persalinan maka kontrol semakin
sering Hb glikosilat diperiksa secara ideal setiap 6-8 minggu sekali (5)
Kenaikan berat badan ibu dianjurkan sekitar 1-25 kg pada trimester pertama dan
selanjutnya rata-rata 05 kg setiap minggu Sampai akhir kehamilan kenaikan berat badan
yang dianjurkan tergantung status gizi awal ibu (ibu BB kurang 14-20 kg ibu BB normal
125-175 kg dan ibu BB lebihobesitas 75-125 kg) (5)
Jika pengelolaan diet saja tidak berhasil maka insulin langsung digunakan Insulin
yang digunakan harus preparat insulin manusia (human insulin) karena insulin yang bukan
berasal dari manusia (non-human insulin) dapat menyebabkan terbentuknya antibodi terhadap
insulin endogen dan antibodi ini dapat menembus sawar darah plasenta (placental blood
barrier) sehingga dapat mempengaruhi janin (5)
19
Pada DMG insulin yang digunakan adalah insulin dosis rendah dengan lama kerja
intermediate dan diberikan 1-2 kali sehari Dosis insulin diperkirakan antara 05-15
unitkgBB Obat hipoglikemik oral tidak digunakan dalam DMG karena efek
teratogenitasnya yang tinggi dan dapat diekskresikan dalamjumlah besar melalui ASI (5)
H Komplikasi
Komplikasi pada Ibu
Hipoglikemia terjadi pada enam bulan pertama kehamilan
Hiperglikemia terjadi pada kehamilan 20 ndash 30 minggu akibat resistensi insulin
Infeksi saluran kemih
Preeklampsi
Hidramnion
Retinopati
Trauma persalinan akibat bayi besar(7)
Masalah pada anak
Abortus
Kelainan kongenital spt sacral agenesis neural tube defek
Respiratory distress
Neonatal hiperglikemia
Makrosomia
Hipocalcemia
kematian perinatal akibat diabetik ketoasidosis
Hiperbilirubinemia(7)
I Tanda Komplikasi DM
Makrovaskular stroke penyakit jantung koroner ulkus gangren
Mikrovaskular retina (retinopati) dan ginjal (gagal ginjal kronik) saraf (stroke
neuropati)
Koma hiperglikemi hipoglikemi stroke (7)
20
J Prognosis
1 Bila penyakit di tangani oleh dokter ahli penyakit dalam serta kehamilan dan
persalinan di awasi dan di tolong oeh ahli kebidanan umumnya prognosis baik
2 Diabetes berat dan di derita lama apalagi ada komplikasi prognosis buruk
3 Prognosis bagi bayi jelek faktor ndash faktor yang meninggikan morbiditas dan
mortalitas bayi adalah
Berat dan lamany sakit dan adanya asetonuri
Insufisiensi plasenta
Komplikasi dan distosio persalinan
Sindrom gawat napas ( respiratory stress syndrome )
Prematuritas dan cacat bawaan
Angka kematian perinatal kira ndash kira 10 ndash 15 (3)
III PENANGANAN PERSALINAN PADA IBU YANG MENDERITA DM
Pada penderita yang penyakitnya tidak berat dan cukup di puasai dengan diet saja dan
tidak mempunyai riwayat obstetric yang buruk dapat di harapkan partus spontansampai
kehamilan 40 minggu Lebih dari pada itu sebaiknya dilakukan induksi parsalinan karena
prognosis menjadi lebih buruk Apabila diabetes nya berat dan memerlukan pengobatan
insulin sebaiknya kehamilan diakhiri lebih dini biasanya dalam kehamilan antara 36 dan 38
minggu Lebih- lebih apabila kehamilan nya disertai komplikasi lain seperti pre-eklampsi
janin yang tidak baik pertumbuhan nya atau terlampau besar diabetesnya sukar dikuasai atau
apabila ada riwayat kematian perinatal maka dapat di pertimbangkan untuk mengakhiri
kehamilan lebih dini baik dengan induksi maupun dengan seksio sesaria Dalam pelaksanaan
partus pervaginam baik yang tanpa maupun yang dengan induksin keadaan janin harus lebih
ketat di awasi jika mungkin dengan pencatatan denyut jantung janin terus menerus (5)
Penyulit yang sering di jumpai dalam persalinan
a Inersio uteri dan atonia uteri
b Distosia bahu karena anak besar
21
c Kelahiran mati
d Lebih sering mengakhiri partus dengan tindakan termasuk secsio sesaria
e Lebih mudah terjadi infeksi
f Angka kematian maternal lebih tinggi(5)
Pengelolaan Pascapersalinan
Karena sudah tidak ada resistensi terhadap insulin lagi maka pada periode
pascapesalinan perempuan dengan diabetes gestasional jarang memerlukan insulin
Pasien dengan diabetes yang terkontrol dengan diet setelah persalinan tidak perlu
diperiksa kadar glukosanya Namunbila pada waktu kehamilan diberi pengobatan
insulin sebelum meninggalkan rumah sakit perlu diperiksa kadar glukosa puasa dan 2
jam pascaprandial
Karena resiko terjadinya tipe 2 diabetes melitus dikemudian hari meningkat maka 6
minggu pascapersalinan perlu dilakukan pemeriksaan diabetes dengan cara
pemeriksaan gula darah puasa dalam dua waktu atau 2 jam setelah pemberian 75g
glukosa pada glucose tolerance test
jika kadar
1 lt 140 mgdl normal
2 140-200 mgdl gangguan toleransi glukosa
3 gt 200 mgdl DM
Bila test ini menunjukkan kadar yang normal maka kadar glukosa darah puasa
dievaluasi lagi setelah 3 tahun
Skrining diabetes ini harus dilakukan secara berkala khususnya pada pasien dengan
kadar glukosa darah puasa meningkat waktu kehamilan
Perempuan yang pernah menderita diabetes melitus gestasional harus diberi konseling
agar menyusui anakanya karena pemberian ASI akan memperbaiki kontrol kadar gula
darah
Harus direncanakan penggunaan kontrasepsi karena sekali perempuan hamil
menderita diabetes maka dia beisiko terkena hal yang sama pada kehamilan
berikutnya
22
Bagi perempuan yang obes setelah melahirkan harus melakukan upaya penurunan
berat badan dengan diet dan berilahraga secra teratur agar resiko terjadinya diabetes
menjadi menurun (5)
IV PENANGANAN BAYI BARU LAHIR DARI IBU DENGAN DM
Bayi lahir dari ibu dengan Diabetes Melitus berisiko untuk terjadi hipoglikemia pada
3 hari pertama setelah lahir walaupun bayi sudah dapat minum dengan baik Ibu dengan DM
mempunyai resiko kematian bayi lima kali dibanding ibu tidak dengan DM dan sering
mengalami abortus ataupun kematian dalam kandungan Bayi dengan ibu DM mengalami
Transient Hiperinsulinism yang dapat mengakibatkan Hipoglikemia Macrosomia pada bayi
yang dilahirkan dan dapat berakibat kesulitan lahir Tanda bayi hipoglikemia adalah Distres
nafas malas minum jitteriness mudah terangsang sampai kejang (2)
Kadar Glukose Darah Rendah (Hipoglikemia)
Adalah bila kadar glukosa darah kurang dari 45 mgdL (26 mmolL)
Masalah
a Glukose darah kurang 25 mgdL (11 mmolL) atau terdapat tanda Hipoglikemi
b Glukose darah 25 mgdL (11 mmolL) _ 45 mgdL (26 mmolL) tanpa tanda
Hipoglikemia (2)
Pengelolaan Hipoglikemia
a Glukose darah kurang 25 mgdL (11 mmolL) atau terdapat tanda hipoglikemi
Pasang jalur IV jika belum terpasang
Berikan glukose 10 2 mLkg secara IV bolus pelan dalam lima menit
Jika jalur IV tidak dapat dipasang dengan cepat berikan larutan
glukose melalui pipa lambungdengan dosis yang sama
Infus glukose 10 sesuai kebutuhan rumatan
23
Periksa kadar glukose darah satu jam setelah bolus glukose dan kemudian tiap tiga
jam
Jika kadar glukose darah masih kurang 25 mgdL (11 mmolL) ulangi
pemberian bolus glukose seperti tersebut di atas dan lanjutkan pemberian infus
Jika kadar glukose darah 25-45 mgdL (11-26 mmolL) lanjutkan infus dan
ulangi pemeriksaan kadar glukose setiap tiga jam sampai kadar glukose 45 mgdL
(26 mmolL) atau lebih
Bila kadar glukose darah 45 mgdL (26 mmolL) atau lebih dalam dua kali
pemeriksaan berturut-turut ikuti petunjuk tentang frekuensi pemeriksaan kadar
glukose darah setelah kadar glukose darah kembali normal
Anjurkan ibu menyusui Bila bayi tidak dapat menyusu berikan ASI peras
dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum
Bila kemampuan minum bayi meningkat turunkan pemberian cairan infus setiap
hari secara bertahap Jangan menghentikan infus glukose dengan tiba-tiba (2)
b Glukose darah 25 mgdL (11 mmolL)-45 mgdL (26 mmolL) tanpa tanda
Hipoglikemia
Anjurkan ibu menyusui Bila bayi tidak dapat menyusu berikan ASI peras dengan
menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum
Pantau tanda hipoglikemia dan bila dijumpai tanda tersebut tangani seperti tersebut di
atas
Periksa kadar glukose darah dalam tiga jam atau sebelum pemberian minum
berikutnya
Jika kadar glukose darah kurang 25 mgdL (11 mmolL) atau terdapat tanda
hipoglikemia tangani seperti tersebut di atas
Jika kadar glukose darah masih antara 25-45 mgdL (11-26 mmolL) naikkan
frekuensi pemberian minum ASI atau naikkan volume pemberian minum dengan
menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum
Jika kadar glukose darah 45 mgdL (26 mmolL) atau lebih lihat tentang
frekuensi pemeriksaan kadar glukose darah di bawah ini (2)
24
Frekuensi Pemeriksaan Glukose Darah Setelah Kadar Glukose Darah Normal
Jika bayi mendapatkan cairan IV untuk alasan apapun lanjutkan pemeriksaan kadar
glukose darah setiap 12 jam selama bayi masih memerlukan infus Jika kapan saja
kadar glukose darah turun tangani seperti tersebut di atas
Jika bayi sudah tidak lagi mendapat infus cairan IV periksa kadar glukose darah
setiap 12 jam sebanyak dua kali pemeriksaan
Jika kapan saja kadar glukose darah turun tangani seperti tersebut di atas
Jika kadar glukose darah tetap normal selama waktu tersebut maka pengukuran
dihentikan
Anjurkan ibu untuk menyusui secara dini dan lebih sering paling tidak 8 kali sehari
siang dan malam (2)
Bila bayi berumur kurang 3 hari amati sampai umur 3 hari periksa kadar glukose pada
Saat bayi datang atau pada umur 3 jam
Tiga jam setelah pemeriksaan pertama kemudian tiap 6 jam selama 24 jam atau
sampai kadar glukose dalam batas normal dalam 2 kali pemeriksaan berturut ndash turut
Bila kadar glukose le 45 mgdL atau bayi menunjukkan tanda hipoglikemi (tremor
atau letargi) tangani untuk hipoglikemi (lihat Hipoglikemi)
Bila dalam pengamatan tidak ada tanda hipoglikemi atau masalah lain bayi dapat
minum dengan baik pulangkan bayi pada hari ke 3
Bila bayi berumur 3 hari atau lebih dan tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit bayi
tidak perlu pengamatan Bila bayi dapat minum baik dan tidak ada masalah lain yang
memerlukan perawatan di rumah sakit bayi dapat dipulangkan (2)
25
BAB III
PERMASALAHAN
SKENARIO 4
NyAni yang hamil dan Sakit Gula
NyAni 36 tahun G5P3A1 datang ke Rumah Sakit untuk memeriksa kehamilannya yang
berusia 32 minggu Selain itu NyAni juga mengeluhkan poliuri polifagi dan polidipsi pada
dokter yang menanganinya Anak I lahir hidup dengan BB 3200 gr partus pervaginam
Anak II lahir hidup dengan BB 3400 gr partus pervaginam Anak III lahir hidup dengan
BB 3600 gr partus pervaginam Riwayat abortus (+) Riwayat menderita DM (-) Riwayat
keluarga menderita DM (+) TB NyAni = 160 cm BB NyAni = 72 kg
Pemeriksaan Vital Sign TD = 12080 mmhg HR = 82xmenit RR = 22xmenit T = 372 W C
DJJ 120x Letak kepala
Apakah yang terjadi pada NyAni Tindakan apa yang harus kita lakukan sebagai dokter
26
BAB IV
PEMBAHASAN
I KLARIFIKASI ISTILAH
Poliuri Sekresi urin yang berlebihan (4)
Polifagi Makan secara berlebihan (4)
Polidipsi Rasa haus yang sangat dan berlangsung lama (4)
DM Kelainan metabolik dimana ditemukan ketidakmampuan untuk
mengoksidasi karbohidrat akibat gangguan pada mekanisme insulin yang normal
menimbulkan hiperglikemia glikosuria poliuria rasa haus rasa lapar badan
kurus kelemahan asidosis sering menyebabkan dipsnea lipemia ketonuria dan
akhirnya koma (4)
II MENETAPKAN PERMASALAHAN
1 NyAni 36 tahun G5P3A1 datang ke Rumah Sakit untuk memeriksa
kehamilannya yang berusia 32 minggu dan mengeluhkan poliuri polifagi dan
polidipsi
2 Riwayat keluarga menderita DM (+)
3 Riwayat persalinan BB bayi setiap kelahiran selalu bertambah
III ANALISIS MASALAH
1 Dari umur yaitu 36 tahun sudah mempunyai resiko tinggi pada kehamilan
Poliuri polifagi dan polidipsi merupakan gejala khas DM yang tersembunyi pada
ibu hamil
G5P3A1 ini juga merupakan faktor resiko karena adanya riwayat abortus
2 DM adalah penyakit yang dapat di turunkan kemungkinan NyAni mengalami DM
karena adanya Riwayat DM pada keluarga Tetapi diperlukan juga pemeriksaan
penunjang untuk memastikan apakah NyAni memang menderita DM atau tidak
3 Pada riwayat persalinan dimana BB bayi setiap kelahiran selalu bertambah ini juga
merupakan faktor resiko dari Diabetes Melitus
27
IV KESIMPULAN SEMENTARA
1 Kemungkinan NyAni menderita DM dilihat dari gejala dan riwayat persalinan
dimana BB bayi setiap kelahiran selalu bertambah serta riwayat DM pada keluarga
2 Kemungkinan NyAni menderita DM setelah kehamilan
3 Perlunya pemeriksaan penunjang untuk menentukan DM atau tidak karena NyAni
kemungkinan saja mengalami toleransi glukosa
4 Adanya riwayat obstetri yang buruk yaitu abortus
ANAMNESIS
Nama Ani
Jenis Kelamin female
Alamat -
Umur 36 years old
Keluhan Utama Memeriksa kehamilannya yang berusia 32 minggu dan juga
mengeluhkan poliuri polifagi dan polidipsi
Keluhan Tambahan -
Riwayat Penyakit Dahulu -
Riwayat Penyakit Keluarga DM (+)
Riwayat Sosial -
Riwayat Obstetri G5 P3 A1
Vital Signs
TD 12080 mmHg
HR 82xmenit
RR 22xmenit
T 372C
DJJ 120x
Lokasi kepala
General situation
TB = 160 cm
BB = 72 kg
28
V TUJUAN PEMEBELAJARAN
1 Mengetahui Diabetes Melitus secara umum
2 Mengetahui Diabetes Melitus pada Ibu hamil
3 Penatalaksanaan Diabetes Melitus pada Ibu hamil
4 Pengaruh kehamilan pada Diabetes Melitus
5 Penanganan persalinan pada Ibu yang menderita Diabetes Melitus
VI BELAJAR MANDIRI
1 Text book
2 Internet
3 Kamus dorland
VII KESIMPULAN AKHIR
Kemungkinan NyAni mengalami Diabetes Melitus dilihat dari keluhan riwayat
persalinan dan riwayat keluarga
Dibutuhkan pemeriksaan penunjang untuk diagnosa yang lebih tepat
Pemeriksaan yang di maksud adalah
Pemeriksaan urin
Pemeriksaan KGD puasa dan post ndash prandiol
Glukosa toleran tes (GTT)
Nilai K(3)
Perlunya tindakan yang cepat dan tepat untuk mencegah terjadinya komplikasi dan
prognosis yang buruk
29
BAB V
PENUTUP
Penderita DM Gestasional memunyai resiko yang tinggi terhadap kambuhnya
penyakit diabetes yang pernah dideritannya pada saat hamil sebelumnya
Saran 6-8 minggu setelah melahirkan ibu tersebut melakukan test plasma glukosa
puasa dan OGTT 75 gram glukosa Pasien gemuk penderita GDM sebaiknya mengontrol
BB karena diperkirakan akan menjadi DM dalam 20 tahun kemudian
Wanita dengan diabetes masih dapat hamil dan punya anak sepanjang gula darah
terkontrol Disarankan memilih kontrasepsi dengan kadar estrogen rendah dan dapat
memakai pil tambahan hormon progesteron IUD dapat menimbulkan risiko infeksi
Perlu diperhatikan risiko morbiditas dan mortalitas maternal dan perinatal tinggi
Dengan pengelolaan sebaik-baiknya hasil akhir tetap dapat optimal
30
- A Pengertian
- Menurut Brunner and Suddarth 2001 Diabetes Mellitus merupakan sekelompok kelainan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia Pada Diabetes Mellitus kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun atau pankreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin (1)
- Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo 2002)
- B Klasifikasi
- 1 Klasifikasi diabetes mellitus secara umum sebagai berikut
- C Etiologi
- 1 DM tipe I
- a) Faktor genetic
- Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (1)
- b) Faktor-faktor imunologi
- Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen (1)
- c) Faktor lingkungan
- Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi sel beta (1)
- 2 Diabetes Tipe II
- Menurut Brunner dan Suddarth 2001 mekanisme tepat yang menyebabkan belum diketahui Namun ada beberapa resiko yang berhubungan dengan terjadinya DM type II
- D Tanda dan Gejala
- E Patofisiologi (Patways) DM
- Katarak
- Glaukoma
- Retinopati
- Gatal seluruh badan
- Pruritus Vulvae
- Infeksi bakteri kulit
- Infeksi jamur di kulit
- Dermatopati
- Neuropati perifer
- Neuropati viseral
- Amiotropi
- Ulkus Neurotropik
- Penyakit ginjal
- Penyakit pembuluh darah perifer
- Penyakit koroner
- Penyakit pembuluh darah otak
- Hipertensi
- Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal yang tinggi dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur atau bahkan inkontinensia urin Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat terhadap dehidrasi Karena itu tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada stadium lanjut (Patric Davey 2002 )
- Penyakit yang mula-mula ringan dan sedang saja yang biasa terdapat pada pasien DM usia lanjut dapat berubah tiba-tiba apabila pasien mengalami infeksi akut Defisiensi insulin yang tadinya bersifat relatif sekarang menjadi absolut dan timbul keadaan ketoasidosis dengan gejala khas hiperventilasi dan dehidrasi kesadaran menurun dengan hiperglikemia dehidrasi dan ketonemia Gejala yang biasa terjadi pada hipoglikemia seperti rasa lapar menguap dan berkeringat banyak umumnya tidak ada pada DM usia lanjut Biasanya tampak bermanifestasi sebagai sakit kepala dan kebingungan mendadak (Patric Davey 2002 )
- Pada usia lanjut reaksi vegetatif dapat menghilang Sedangkan gejala kebingungan dan koma yang merupakan gangguan metabolisme serebral tampak lebih jelas
- F Pemeriksaan Penunjang
- G Komplikasi
- Komplikasi Akut
- Komplikasi Kronis
- H Penatalaksanaan
- I Prognosis
-
1 Ambilan glukosa sirkulasi plasenta meningkat
2 Produksi glukosa dari hati menurun
3 Produksi alanin (salah satu prekursor glukoneogenesis) menurun
4 Aktifitas ekskresi ginjal meningkat
5 Efek hormon-hormon gestasional (human placental lactogen hormon2 plasenta
lainnya hormon2 ovarium hipofisis pankreas adrenal growth factors dsb) Selain
itu terjadi juga perubahan metabolisme lemak dan asam amino (6)
C Patofisologi
Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolisme endokrin dan karbohidrat yang
menunjang pemasokan makanan bagi janin serta persiapan untuk menyusui Glukosa
dapat berdifusi secara tetap melalui plasenta kepada janin sehingga kadarnya dalam darah
janin hampir menyerupai kadar darah ibu Insulin ibu tidak dapat mencapai janin
sehingga kadar gula darah ibu mempengaruhi kadar darah janin Pengendalian kadar gula
darah terutama dipengaruhi oleh insulin di samping hormon estrogen steroid dan
plasenta laktogen Akibat lambatnya resorbsi makanan maka terjadi hiperglikemia yang
relatif lama dan ini menyebabkan kebutuhan insulin meningkat Menjelang aterm
kebutuhan insulin meningkat hingga mencapai 3 kali dari keadaan normal Hal ini disebut
tekanan diabetojenik dalam kehamilan Secara fisiologis telah terjadi resistensi insulin
yaitu bila ia ditambah dengan insulin eksogen ia tidak mudah menjadi hipoglikemia
Yang menjadi masalah adalah bila seorang ibu tidak mampu meningkatkan insulin
sehingga ia relatif hipoinsulin yang mengakibatkan hiperglikemia atau diabetes
kehamilan
Glukosa yang tidak masuk ke sel tubuh akan tertimbun di dalam darah Setelah
mencapai kadar tertentu glukosa tersebut juga akan muncul dalam air seni padahal air
seni yang normal tidak mengandung glukosa Jika glukosa terdapat dalam air seni
glukosa tersebut akan menarik lebih banyak air bersamanya dengan demikian
menyebabkan bertambahnya volume air seni Karena terjadi pengeluaran air seni yang
berlebihan tubuh kehilangan banyak cairan sehingga terjadi rasa haus yang berlebihan
Ketika sel tidak terdapat cukup glukosa dikarenakan kurangnya jumlah insulin
meski sebenarnya dalam darah terdapat glukosa yang berlebihan boleh dikatakan sel-sel
12
ini lsquokelaparanrsquo Hal ini menyebabkan peningkatan nafsu makan dan walaupun penderita
DM sudah makan lebih banyak kelihatannya sel tidak pernah mendapatkan cukup
glukosa
Untuk mendapatkan energi yang dibutuhkan sel yang ldquokelaparanrdquo ini mulai
memecahkan lemak dan protein yang ada di dalam tubuh Hal ini mengakibatkan
turunnya berat badan dan rasa lelah Jika kadar glukosa dalam darah sangat tinggi
beberapa orang menjadi mudah tersinggung Selain itu tubuh juga menjadi rentan
terhadap infeksi
Tidak semua penderita diabetes mengalami gejala ini dan beberapa orang lainnya
bahkan tidak mengalami gejala apa pu Pada keadaan ini baru diketahui bahwa mereka
ternyata menderita penyakit DM dari pemeriksaan laboratorium rutin
Resistensi insulin juga dapat disebabkan oleh adanya hormon estrogen progesteron
kortisol prolaktin dan plasenta laktogen Hormon tersebut mempengaruhi reseptor
insulin pada sel sehingga mengurangi afinitas insulin (Prawirohardjo 1997) (1)
D Faktor Risiko
Umur lebih dari 30 tahun
Obesitas dengan indeks massa tubuh ge 30 kgm2
Riwayat DM pada keluarga
Pernah menderita DM gestasional sebelumnya
Pernah melahirkan anak besar gt 4000 gram
Adanya glukosuria
Riwayat bayi cacat bawaan
Riwayat bayi lahir mati
Riwayat keguguran
Riwayat infertilitas
Hipertensi (7)
13
E Pengaruh DM dengan kehamilan
a Pengaruh kehamilan persalinan dan nifas pada diabetes adalah
Kehamilan dapat menyebabkan status prediabetik manifes ( diabetik )
Diabetes akan menjadi lebih berat oleh kehamilan
Pada persalinan yang memerlukan tenaga ibu dan kerja rahim akan memerlukan
glukosa banyak maka bisa terjadi hipoglikemia atau koma
Dalam masa lakatasi keperluan akan insulin akan bertambah(3)
b Pengaruh diabetes terhadap kehamilan
Abortus dan partus prematurus
Hidramnion
Pre ndash eklamsia
Kesalahan letak janin
Insufisiensi plasenta(3)
c Pengaruh diabetes terhadap persalinan
Inersia uteri dan atonia uteri
Distorsia karna janin ( anak besar Bahu lebar )
Kelahiran mati
Persalinan lebih sering di tolong secara operatif
Angka kejadian pendarahan dan infeksi tinggi
Morbiditas dan mortalitas ibu tinggi(3)
d Pengaruh Diabetes terhadap nifas
Perdarahan dan infeksi puerperal ebih tinggi
Luka ndashluka jalan lahir lambat pulih sembuh
14
e Pengaruh Diabetes terhadap janin atau bayi
Serig terjadi abortus
Kematian janin dalam kandungan setelah 36 minggu
Daat terjadi cacat bawaan
Dismaturitas
Janin besar ( bayi kingkong makrosomia )
Kematian neonatal tinggi
Kemudian hari dapat terjadi kelainan neurologi dan psikologi(3)
F Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penyaring perlu dilakukan pada kelompok dengan resiko tinggi untuk
DM yaitu kelompok usia dewasa tua (gt 40 tahun) obesitas tekanan darah tinggi riwayat
keluarga DM riwayat kehamilan dengan berat badan bayi gt 4000 gr riwayat DM pada
kehamilan dan dislipidemia
Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan dengan pemeriksan glukosa darah sewaktu
kadar glukosa darah puasa Kemudian dapat diikuti dengan Tes Toleransi Glukosa Oral
(TTGO) standar
Keluhan dan gejala yang khas ditambah hasil pemeriksaan glukosa darah sewaktu
gt200 mgdl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM bila hasil pemeriksaan glukosa
darah meragukan pemeriksaaan TTGO diperlukan untuk memastikan diagnosis DM Untuk
diagnosis DM dan gangguan toleransi glukosa lainnya diperiksa glukosa darah 2 jam setelah
beban glukosa Sekurang-kurangnya diperlukan kadar glukosa darah 2 kali abnormal untuk
konfirmasi diagnosis DM pada hari yang alain atau TTGO yang abnormal
15
Kriteria Diagnosis
1 Gejala klasik DM + gula darah sewaktu 200 mgdl Gula darah sewaktu merupakan
hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memerhatikan waktu makan terakhir
Atau
2 Kadar gula darah puasa 1048725 126 mgdl Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori
tambahan sedikitnya 8 jam Atau
3 Kadar gula darah 2 jam pada TTGO 200mgdl TTGO dilakukan dengan Standard
WHO menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 g glukosa anhidrus yang
dilarutkan dalam air (7)
Cara pelaksanaan TTGO (WHO 1994)
Tiga hari sebelum pemeriksaan tetap makan seperti kebiasaan sehari-hari (dengan
karbohidrat yang cukup) dan tetap melakukan kegiatan jasmani seperti biasa
Berpuasa paling sedikit 8 jam (mulai malam hari) sebelum pemeriksaan minum air
putih tanpa gula tetap diperbolehkan
Diperiksa kadar glukosa darah puasa
Diberikan glukosa 75 g (orang dewasa) atau 175 gKg BB (anak-anak) dilarutkan
dalam 250 ml air dan diminum dalam waktu 5 menit
Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan 2 jam setelah
minum larutan glukosa selesai
Diperiksa kadar glukosa darah 2 jam sesudah beban glukosa
Selama proses pemeriksaan subyek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok(7)
Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau DM maka dapat
digolongkan ke dalam kelompok TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) atau GDPT (Glukosa
Darah Puasa Terganggu) dari hasil yang diperoleh
TGT glukosa darah plasma 2 jam setelah pembebanan antara 140 ndash 199 mgdl
GDPT glukosa darah puasa antara 100 ndash 125 mgdl (7)
16
Reduksi Urine
Pemeriksaan reduksi urine merupakan bagian dari pemeriksaan urine rutin yang selalu
dilakukan di klinik Hasil yang (+) menunjukkan adanya glukosuria Beberapa hal yang perlu
diingat dari hasil pemeriksaan reduksi urine adalah
Digunakan pada pemeriksaan pertama sekali untuk tes skrining bukan untuk
menegakkan Diagnosis
Nilai (+) sampai (++++)
Jika reduksi (+) masih mungkin oleh sebab lain seperti renal glukosuria obat-
obatan dan lainnya
Reduksi (++) kemungkinan KGD 200 ndash 300 mg
Reduksi (+++) kemungkinan KGD 300 ndash 400 mg
Reduksi (++++) kemungkinan KGD 400 mg
Dapat digunakan untuk kontrol hasil pengobatan
Bila ada gangguan fungsi ginjal tidak bisa dijadikan pedoman (7)
Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik sebagai patokan
penyaring dan diagnosis (mgdl)
Bukan DM Belum pasti DM DM
Kadar glukosa darah sewaktu
- Plasma vena lt 110 110 ndash 199 gt 200
- Darah kapiler lt 90 90 ndash 199 gt 200
Kadar glukosa darah puasa
- Plasma vena lt 110 110 ndash 125 gt 126
- Darah kapiler lt 90 90 ndash 109 gt 110
17
Diagnosis dapat dengan mudah di tegakkan
Anamnesis Riwayat persalinan yang lalu abortus partus prematurus kematian
janindan anak besar
Riwayat keluarga ( herediter )
Keluhan sekarang trias poliuri polidipsi polifagi dan pernah berobat sakit gula
pada dokter
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan urin
Pemeriksaan KGD puasa dan post ndash prandiol
Glukosa toleran tes (GTT)
Nilai K(3)
G Penatalaksanan Diabetes Melitus terhadap ibu hamil
Sesuai dengan pengelolaan medis DM pada umumnya pengelolaan DMG juga
terutama didasari atas pengelolaan gizi diet dan pengendalian berat badan ibu
1 Kontrol secara ketat gula darah
2 Hindari adanya infeksi saluran kemih atau infeksi lainnya Lakukan upaya
pencegahan infeksi dengan baik
3 Pada bayi baru lahir dapat cepat terjadi hipoglikemia sehingga perlu diberikan infus
glukosa
4 Penanganan DMG yang terutama adalah diet dianjurkan diberikan 25 kalorikgBB
ideal kecuali pada penderita yang gemuk dipertimbangkan kalori yang lebih mudah
5 Cara yang dianjurkan adalah cara Broca yaitu BB ideal = (TB-100)-10 BB
6 Kebutuhan kalori adalah jumlah keseluruhan kalori yang diperhitungkan dari
Kalori basal 25 kalkgBB ideal
Kalori kegiatan jasmani 10-30
Kalori untuk kehamilan 300 kalori
Perlu diingat kebutuhan protein ibu hamil 1-15 grkgBB(5)
18
Jika dengan terapi diet selama 2 minggu kadar glukosa darah belum mencapai normal atau
normoglikemia yaitu kadar glukosa darah puasa di bawah 105 mgdl dan 2 jam pp di bawah
120 mgdl maka terapi insulin harus segera dimulai (5)
Pemantauan dapat dikerjakan dengan menggunakan alat pengukur glukosa darah kapiler
Perhitungan menu seimbang sama dengan perhitungan pada kasus DM umumnya dengan
ditambahkan sejumlah 300-500 kalori per hari untuk tumbuh kembang janin selama masa
kehamilan sampai dengan masa menyusui selesai
Pengelolaan DM dalam kehamilan bertujuan untuk
Mempertahankan kadar glukosa darah puasa lt 105 mgdl
Mempertahankan kadar glukosa darah 2 jam pp lt 120 mgdl
Mempertahankan kadar Hb glikosilat (Hb Alc) lt 6
Mencegah episode hipoglikemia
Mencegah ketonuriaketoasidosis deiabetik
Mengusahakan tumbuh kembang janin yang optimal dan normal (5)
Dianjurkan pemantauan gula darah teratur minimal 2 kali seminggu (ideal setiap hari
jika mungkin dengan alat pemeriksaan sendiri di rumah) Dianjurkan kontrol sesuai jadwal
pemeriksaan antenatal semakin dekat dengan perkiraan persalinan maka kontrol semakin
sering Hb glikosilat diperiksa secara ideal setiap 6-8 minggu sekali (5)
Kenaikan berat badan ibu dianjurkan sekitar 1-25 kg pada trimester pertama dan
selanjutnya rata-rata 05 kg setiap minggu Sampai akhir kehamilan kenaikan berat badan
yang dianjurkan tergantung status gizi awal ibu (ibu BB kurang 14-20 kg ibu BB normal
125-175 kg dan ibu BB lebihobesitas 75-125 kg) (5)
Jika pengelolaan diet saja tidak berhasil maka insulin langsung digunakan Insulin
yang digunakan harus preparat insulin manusia (human insulin) karena insulin yang bukan
berasal dari manusia (non-human insulin) dapat menyebabkan terbentuknya antibodi terhadap
insulin endogen dan antibodi ini dapat menembus sawar darah plasenta (placental blood
barrier) sehingga dapat mempengaruhi janin (5)
19
Pada DMG insulin yang digunakan adalah insulin dosis rendah dengan lama kerja
intermediate dan diberikan 1-2 kali sehari Dosis insulin diperkirakan antara 05-15
unitkgBB Obat hipoglikemik oral tidak digunakan dalam DMG karena efek
teratogenitasnya yang tinggi dan dapat diekskresikan dalamjumlah besar melalui ASI (5)
H Komplikasi
Komplikasi pada Ibu
Hipoglikemia terjadi pada enam bulan pertama kehamilan
Hiperglikemia terjadi pada kehamilan 20 ndash 30 minggu akibat resistensi insulin
Infeksi saluran kemih
Preeklampsi
Hidramnion
Retinopati
Trauma persalinan akibat bayi besar(7)
Masalah pada anak
Abortus
Kelainan kongenital spt sacral agenesis neural tube defek
Respiratory distress
Neonatal hiperglikemia
Makrosomia
Hipocalcemia
kematian perinatal akibat diabetik ketoasidosis
Hiperbilirubinemia(7)
I Tanda Komplikasi DM
Makrovaskular stroke penyakit jantung koroner ulkus gangren
Mikrovaskular retina (retinopati) dan ginjal (gagal ginjal kronik) saraf (stroke
neuropati)
Koma hiperglikemi hipoglikemi stroke (7)
20
J Prognosis
1 Bila penyakit di tangani oleh dokter ahli penyakit dalam serta kehamilan dan
persalinan di awasi dan di tolong oeh ahli kebidanan umumnya prognosis baik
2 Diabetes berat dan di derita lama apalagi ada komplikasi prognosis buruk
3 Prognosis bagi bayi jelek faktor ndash faktor yang meninggikan morbiditas dan
mortalitas bayi adalah
Berat dan lamany sakit dan adanya asetonuri
Insufisiensi plasenta
Komplikasi dan distosio persalinan
Sindrom gawat napas ( respiratory stress syndrome )
Prematuritas dan cacat bawaan
Angka kematian perinatal kira ndash kira 10 ndash 15 (3)
III PENANGANAN PERSALINAN PADA IBU YANG MENDERITA DM
Pada penderita yang penyakitnya tidak berat dan cukup di puasai dengan diet saja dan
tidak mempunyai riwayat obstetric yang buruk dapat di harapkan partus spontansampai
kehamilan 40 minggu Lebih dari pada itu sebaiknya dilakukan induksi parsalinan karena
prognosis menjadi lebih buruk Apabila diabetes nya berat dan memerlukan pengobatan
insulin sebaiknya kehamilan diakhiri lebih dini biasanya dalam kehamilan antara 36 dan 38
minggu Lebih- lebih apabila kehamilan nya disertai komplikasi lain seperti pre-eklampsi
janin yang tidak baik pertumbuhan nya atau terlampau besar diabetesnya sukar dikuasai atau
apabila ada riwayat kematian perinatal maka dapat di pertimbangkan untuk mengakhiri
kehamilan lebih dini baik dengan induksi maupun dengan seksio sesaria Dalam pelaksanaan
partus pervaginam baik yang tanpa maupun yang dengan induksin keadaan janin harus lebih
ketat di awasi jika mungkin dengan pencatatan denyut jantung janin terus menerus (5)
Penyulit yang sering di jumpai dalam persalinan
a Inersio uteri dan atonia uteri
b Distosia bahu karena anak besar
21
c Kelahiran mati
d Lebih sering mengakhiri partus dengan tindakan termasuk secsio sesaria
e Lebih mudah terjadi infeksi
f Angka kematian maternal lebih tinggi(5)
Pengelolaan Pascapersalinan
Karena sudah tidak ada resistensi terhadap insulin lagi maka pada periode
pascapesalinan perempuan dengan diabetes gestasional jarang memerlukan insulin
Pasien dengan diabetes yang terkontrol dengan diet setelah persalinan tidak perlu
diperiksa kadar glukosanya Namunbila pada waktu kehamilan diberi pengobatan
insulin sebelum meninggalkan rumah sakit perlu diperiksa kadar glukosa puasa dan 2
jam pascaprandial
Karena resiko terjadinya tipe 2 diabetes melitus dikemudian hari meningkat maka 6
minggu pascapersalinan perlu dilakukan pemeriksaan diabetes dengan cara
pemeriksaan gula darah puasa dalam dua waktu atau 2 jam setelah pemberian 75g
glukosa pada glucose tolerance test
jika kadar
1 lt 140 mgdl normal
2 140-200 mgdl gangguan toleransi glukosa
3 gt 200 mgdl DM
Bila test ini menunjukkan kadar yang normal maka kadar glukosa darah puasa
dievaluasi lagi setelah 3 tahun
Skrining diabetes ini harus dilakukan secara berkala khususnya pada pasien dengan
kadar glukosa darah puasa meningkat waktu kehamilan
Perempuan yang pernah menderita diabetes melitus gestasional harus diberi konseling
agar menyusui anakanya karena pemberian ASI akan memperbaiki kontrol kadar gula
darah
Harus direncanakan penggunaan kontrasepsi karena sekali perempuan hamil
menderita diabetes maka dia beisiko terkena hal yang sama pada kehamilan
berikutnya
22
Bagi perempuan yang obes setelah melahirkan harus melakukan upaya penurunan
berat badan dengan diet dan berilahraga secra teratur agar resiko terjadinya diabetes
menjadi menurun (5)
IV PENANGANAN BAYI BARU LAHIR DARI IBU DENGAN DM
Bayi lahir dari ibu dengan Diabetes Melitus berisiko untuk terjadi hipoglikemia pada
3 hari pertama setelah lahir walaupun bayi sudah dapat minum dengan baik Ibu dengan DM
mempunyai resiko kematian bayi lima kali dibanding ibu tidak dengan DM dan sering
mengalami abortus ataupun kematian dalam kandungan Bayi dengan ibu DM mengalami
Transient Hiperinsulinism yang dapat mengakibatkan Hipoglikemia Macrosomia pada bayi
yang dilahirkan dan dapat berakibat kesulitan lahir Tanda bayi hipoglikemia adalah Distres
nafas malas minum jitteriness mudah terangsang sampai kejang (2)
Kadar Glukose Darah Rendah (Hipoglikemia)
Adalah bila kadar glukosa darah kurang dari 45 mgdL (26 mmolL)
Masalah
a Glukose darah kurang 25 mgdL (11 mmolL) atau terdapat tanda Hipoglikemi
b Glukose darah 25 mgdL (11 mmolL) _ 45 mgdL (26 mmolL) tanpa tanda
Hipoglikemia (2)
Pengelolaan Hipoglikemia
a Glukose darah kurang 25 mgdL (11 mmolL) atau terdapat tanda hipoglikemi
Pasang jalur IV jika belum terpasang
Berikan glukose 10 2 mLkg secara IV bolus pelan dalam lima menit
Jika jalur IV tidak dapat dipasang dengan cepat berikan larutan
glukose melalui pipa lambungdengan dosis yang sama
Infus glukose 10 sesuai kebutuhan rumatan
23
Periksa kadar glukose darah satu jam setelah bolus glukose dan kemudian tiap tiga
jam
Jika kadar glukose darah masih kurang 25 mgdL (11 mmolL) ulangi
pemberian bolus glukose seperti tersebut di atas dan lanjutkan pemberian infus
Jika kadar glukose darah 25-45 mgdL (11-26 mmolL) lanjutkan infus dan
ulangi pemeriksaan kadar glukose setiap tiga jam sampai kadar glukose 45 mgdL
(26 mmolL) atau lebih
Bila kadar glukose darah 45 mgdL (26 mmolL) atau lebih dalam dua kali
pemeriksaan berturut-turut ikuti petunjuk tentang frekuensi pemeriksaan kadar
glukose darah setelah kadar glukose darah kembali normal
Anjurkan ibu menyusui Bila bayi tidak dapat menyusu berikan ASI peras
dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum
Bila kemampuan minum bayi meningkat turunkan pemberian cairan infus setiap
hari secara bertahap Jangan menghentikan infus glukose dengan tiba-tiba (2)
b Glukose darah 25 mgdL (11 mmolL)-45 mgdL (26 mmolL) tanpa tanda
Hipoglikemia
Anjurkan ibu menyusui Bila bayi tidak dapat menyusu berikan ASI peras dengan
menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum
Pantau tanda hipoglikemia dan bila dijumpai tanda tersebut tangani seperti tersebut di
atas
Periksa kadar glukose darah dalam tiga jam atau sebelum pemberian minum
berikutnya
Jika kadar glukose darah kurang 25 mgdL (11 mmolL) atau terdapat tanda
hipoglikemia tangani seperti tersebut di atas
Jika kadar glukose darah masih antara 25-45 mgdL (11-26 mmolL) naikkan
frekuensi pemberian minum ASI atau naikkan volume pemberian minum dengan
menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum
Jika kadar glukose darah 45 mgdL (26 mmolL) atau lebih lihat tentang
frekuensi pemeriksaan kadar glukose darah di bawah ini (2)
24
Frekuensi Pemeriksaan Glukose Darah Setelah Kadar Glukose Darah Normal
Jika bayi mendapatkan cairan IV untuk alasan apapun lanjutkan pemeriksaan kadar
glukose darah setiap 12 jam selama bayi masih memerlukan infus Jika kapan saja
kadar glukose darah turun tangani seperti tersebut di atas
Jika bayi sudah tidak lagi mendapat infus cairan IV periksa kadar glukose darah
setiap 12 jam sebanyak dua kali pemeriksaan
Jika kapan saja kadar glukose darah turun tangani seperti tersebut di atas
Jika kadar glukose darah tetap normal selama waktu tersebut maka pengukuran
dihentikan
Anjurkan ibu untuk menyusui secara dini dan lebih sering paling tidak 8 kali sehari
siang dan malam (2)
Bila bayi berumur kurang 3 hari amati sampai umur 3 hari periksa kadar glukose pada
Saat bayi datang atau pada umur 3 jam
Tiga jam setelah pemeriksaan pertama kemudian tiap 6 jam selama 24 jam atau
sampai kadar glukose dalam batas normal dalam 2 kali pemeriksaan berturut ndash turut
Bila kadar glukose le 45 mgdL atau bayi menunjukkan tanda hipoglikemi (tremor
atau letargi) tangani untuk hipoglikemi (lihat Hipoglikemi)
Bila dalam pengamatan tidak ada tanda hipoglikemi atau masalah lain bayi dapat
minum dengan baik pulangkan bayi pada hari ke 3
Bila bayi berumur 3 hari atau lebih dan tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit bayi
tidak perlu pengamatan Bila bayi dapat minum baik dan tidak ada masalah lain yang
memerlukan perawatan di rumah sakit bayi dapat dipulangkan (2)
25
BAB III
PERMASALAHAN
SKENARIO 4
NyAni yang hamil dan Sakit Gula
NyAni 36 tahun G5P3A1 datang ke Rumah Sakit untuk memeriksa kehamilannya yang
berusia 32 minggu Selain itu NyAni juga mengeluhkan poliuri polifagi dan polidipsi pada
dokter yang menanganinya Anak I lahir hidup dengan BB 3200 gr partus pervaginam
Anak II lahir hidup dengan BB 3400 gr partus pervaginam Anak III lahir hidup dengan
BB 3600 gr partus pervaginam Riwayat abortus (+) Riwayat menderita DM (-) Riwayat
keluarga menderita DM (+) TB NyAni = 160 cm BB NyAni = 72 kg
Pemeriksaan Vital Sign TD = 12080 mmhg HR = 82xmenit RR = 22xmenit T = 372 W C
DJJ 120x Letak kepala
Apakah yang terjadi pada NyAni Tindakan apa yang harus kita lakukan sebagai dokter
26
BAB IV
PEMBAHASAN
I KLARIFIKASI ISTILAH
Poliuri Sekresi urin yang berlebihan (4)
Polifagi Makan secara berlebihan (4)
Polidipsi Rasa haus yang sangat dan berlangsung lama (4)
DM Kelainan metabolik dimana ditemukan ketidakmampuan untuk
mengoksidasi karbohidrat akibat gangguan pada mekanisme insulin yang normal
menimbulkan hiperglikemia glikosuria poliuria rasa haus rasa lapar badan
kurus kelemahan asidosis sering menyebabkan dipsnea lipemia ketonuria dan
akhirnya koma (4)
II MENETAPKAN PERMASALAHAN
1 NyAni 36 tahun G5P3A1 datang ke Rumah Sakit untuk memeriksa
kehamilannya yang berusia 32 minggu dan mengeluhkan poliuri polifagi dan
polidipsi
2 Riwayat keluarga menderita DM (+)
3 Riwayat persalinan BB bayi setiap kelahiran selalu bertambah
III ANALISIS MASALAH
1 Dari umur yaitu 36 tahun sudah mempunyai resiko tinggi pada kehamilan
Poliuri polifagi dan polidipsi merupakan gejala khas DM yang tersembunyi pada
ibu hamil
G5P3A1 ini juga merupakan faktor resiko karena adanya riwayat abortus
2 DM adalah penyakit yang dapat di turunkan kemungkinan NyAni mengalami DM
karena adanya Riwayat DM pada keluarga Tetapi diperlukan juga pemeriksaan
penunjang untuk memastikan apakah NyAni memang menderita DM atau tidak
3 Pada riwayat persalinan dimana BB bayi setiap kelahiran selalu bertambah ini juga
merupakan faktor resiko dari Diabetes Melitus
27
IV KESIMPULAN SEMENTARA
1 Kemungkinan NyAni menderita DM dilihat dari gejala dan riwayat persalinan
dimana BB bayi setiap kelahiran selalu bertambah serta riwayat DM pada keluarga
2 Kemungkinan NyAni menderita DM setelah kehamilan
3 Perlunya pemeriksaan penunjang untuk menentukan DM atau tidak karena NyAni
kemungkinan saja mengalami toleransi glukosa
4 Adanya riwayat obstetri yang buruk yaitu abortus
ANAMNESIS
Nama Ani
Jenis Kelamin female
Alamat -
Umur 36 years old
Keluhan Utama Memeriksa kehamilannya yang berusia 32 minggu dan juga
mengeluhkan poliuri polifagi dan polidipsi
Keluhan Tambahan -
Riwayat Penyakit Dahulu -
Riwayat Penyakit Keluarga DM (+)
Riwayat Sosial -
Riwayat Obstetri G5 P3 A1
Vital Signs
TD 12080 mmHg
HR 82xmenit
RR 22xmenit
T 372C
DJJ 120x
Lokasi kepala
General situation
TB = 160 cm
BB = 72 kg
28
V TUJUAN PEMEBELAJARAN
1 Mengetahui Diabetes Melitus secara umum
2 Mengetahui Diabetes Melitus pada Ibu hamil
3 Penatalaksanaan Diabetes Melitus pada Ibu hamil
4 Pengaruh kehamilan pada Diabetes Melitus
5 Penanganan persalinan pada Ibu yang menderita Diabetes Melitus
VI BELAJAR MANDIRI
1 Text book
2 Internet
3 Kamus dorland
VII KESIMPULAN AKHIR
Kemungkinan NyAni mengalami Diabetes Melitus dilihat dari keluhan riwayat
persalinan dan riwayat keluarga
Dibutuhkan pemeriksaan penunjang untuk diagnosa yang lebih tepat
Pemeriksaan yang di maksud adalah
Pemeriksaan urin
Pemeriksaan KGD puasa dan post ndash prandiol
Glukosa toleran tes (GTT)
Nilai K(3)
Perlunya tindakan yang cepat dan tepat untuk mencegah terjadinya komplikasi dan
prognosis yang buruk
29
BAB V
PENUTUP
Penderita DM Gestasional memunyai resiko yang tinggi terhadap kambuhnya
penyakit diabetes yang pernah dideritannya pada saat hamil sebelumnya
Saran 6-8 minggu setelah melahirkan ibu tersebut melakukan test plasma glukosa
puasa dan OGTT 75 gram glukosa Pasien gemuk penderita GDM sebaiknya mengontrol
BB karena diperkirakan akan menjadi DM dalam 20 tahun kemudian
Wanita dengan diabetes masih dapat hamil dan punya anak sepanjang gula darah
terkontrol Disarankan memilih kontrasepsi dengan kadar estrogen rendah dan dapat
memakai pil tambahan hormon progesteron IUD dapat menimbulkan risiko infeksi
Perlu diperhatikan risiko morbiditas dan mortalitas maternal dan perinatal tinggi
Dengan pengelolaan sebaik-baiknya hasil akhir tetap dapat optimal
30
- A Pengertian
- Menurut Brunner and Suddarth 2001 Diabetes Mellitus merupakan sekelompok kelainan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia Pada Diabetes Mellitus kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun atau pankreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin (1)
- Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo 2002)
- B Klasifikasi
- 1 Klasifikasi diabetes mellitus secara umum sebagai berikut
- C Etiologi
- 1 DM tipe I
- a) Faktor genetic
- Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (1)
- b) Faktor-faktor imunologi
- Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen (1)
- c) Faktor lingkungan
- Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi sel beta (1)
- 2 Diabetes Tipe II
- Menurut Brunner dan Suddarth 2001 mekanisme tepat yang menyebabkan belum diketahui Namun ada beberapa resiko yang berhubungan dengan terjadinya DM type II
- D Tanda dan Gejala
- E Patofisiologi (Patways) DM
- Katarak
- Glaukoma
- Retinopati
- Gatal seluruh badan
- Pruritus Vulvae
- Infeksi bakteri kulit
- Infeksi jamur di kulit
- Dermatopati
- Neuropati perifer
- Neuropati viseral
- Amiotropi
- Ulkus Neurotropik
- Penyakit ginjal
- Penyakit pembuluh darah perifer
- Penyakit koroner
- Penyakit pembuluh darah otak
- Hipertensi
- Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal yang tinggi dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur atau bahkan inkontinensia urin Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat terhadap dehidrasi Karena itu tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada stadium lanjut (Patric Davey 2002 )
- Penyakit yang mula-mula ringan dan sedang saja yang biasa terdapat pada pasien DM usia lanjut dapat berubah tiba-tiba apabila pasien mengalami infeksi akut Defisiensi insulin yang tadinya bersifat relatif sekarang menjadi absolut dan timbul keadaan ketoasidosis dengan gejala khas hiperventilasi dan dehidrasi kesadaran menurun dengan hiperglikemia dehidrasi dan ketonemia Gejala yang biasa terjadi pada hipoglikemia seperti rasa lapar menguap dan berkeringat banyak umumnya tidak ada pada DM usia lanjut Biasanya tampak bermanifestasi sebagai sakit kepala dan kebingungan mendadak (Patric Davey 2002 )
- Pada usia lanjut reaksi vegetatif dapat menghilang Sedangkan gejala kebingungan dan koma yang merupakan gangguan metabolisme serebral tampak lebih jelas
- F Pemeriksaan Penunjang
- G Komplikasi
- Komplikasi Akut
- Komplikasi Kronis
- H Penatalaksanaan
- I Prognosis
-
ini lsquokelaparanrsquo Hal ini menyebabkan peningkatan nafsu makan dan walaupun penderita
DM sudah makan lebih banyak kelihatannya sel tidak pernah mendapatkan cukup
glukosa
Untuk mendapatkan energi yang dibutuhkan sel yang ldquokelaparanrdquo ini mulai
memecahkan lemak dan protein yang ada di dalam tubuh Hal ini mengakibatkan
turunnya berat badan dan rasa lelah Jika kadar glukosa dalam darah sangat tinggi
beberapa orang menjadi mudah tersinggung Selain itu tubuh juga menjadi rentan
terhadap infeksi
Tidak semua penderita diabetes mengalami gejala ini dan beberapa orang lainnya
bahkan tidak mengalami gejala apa pu Pada keadaan ini baru diketahui bahwa mereka
ternyata menderita penyakit DM dari pemeriksaan laboratorium rutin
Resistensi insulin juga dapat disebabkan oleh adanya hormon estrogen progesteron
kortisol prolaktin dan plasenta laktogen Hormon tersebut mempengaruhi reseptor
insulin pada sel sehingga mengurangi afinitas insulin (Prawirohardjo 1997) (1)
D Faktor Risiko
Umur lebih dari 30 tahun
Obesitas dengan indeks massa tubuh ge 30 kgm2
Riwayat DM pada keluarga
Pernah menderita DM gestasional sebelumnya
Pernah melahirkan anak besar gt 4000 gram
Adanya glukosuria
Riwayat bayi cacat bawaan
Riwayat bayi lahir mati
Riwayat keguguran
Riwayat infertilitas
Hipertensi (7)
13
E Pengaruh DM dengan kehamilan
a Pengaruh kehamilan persalinan dan nifas pada diabetes adalah
Kehamilan dapat menyebabkan status prediabetik manifes ( diabetik )
Diabetes akan menjadi lebih berat oleh kehamilan
Pada persalinan yang memerlukan tenaga ibu dan kerja rahim akan memerlukan
glukosa banyak maka bisa terjadi hipoglikemia atau koma
Dalam masa lakatasi keperluan akan insulin akan bertambah(3)
b Pengaruh diabetes terhadap kehamilan
Abortus dan partus prematurus
Hidramnion
Pre ndash eklamsia
Kesalahan letak janin
Insufisiensi plasenta(3)
c Pengaruh diabetes terhadap persalinan
Inersia uteri dan atonia uteri
Distorsia karna janin ( anak besar Bahu lebar )
Kelahiran mati
Persalinan lebih sering di tolong secara operatif
Angka kejadian pendarahan dan infeksi tinggi
Morbiditas dan mortalitas ibu tinggi(3)
d Pengaruh Diabetes terhadap nifas
Perdarahan dan infeksi puerperal ebih tinggi
Luka ndashluka jalan lahir lambat pulih sembuh
14
e Pengaruh Diabetes terhadap janin atau bayi
Serig terjadi abortus
Kematian janin dalam kandungan setelah 36 minggu
Daat terjadi cacat bawaan
Dismaturitas
Janin besar ( bayi kingkong makrosomia )
Kematian neonatal tinggi
Kemudian hari dapat terjadi kelainan neurologi dan psikologi(3)
F Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penyaring perlu dilakukan pada kelompok dengan resiko tinggi untuk
DM yaitu kelompok usia dewasa tua (gt 40 tahun) obesitas tekanan darah tinggi riwayat
keluarga DM riwayat kehamilan dengan berat badan bayi gt 4000 gr riwayat DM pada
kehamilan dan dislipidemia
Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan dengan pemeriksan glukosa darah sewaktu
kadar glukosa darah puasa Kemudian dapat diikuti dengan Tes Toleransi Glukosa Oral
(TTGO) standar
Keluhan dan gejala yang khas ditambah hasil pemeriksaan glukosa darah sewaktu
gt200 mgdl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM bila hasil pemeriksaan glukosa
darah meragukan pemeriksaaan TTGO diperlukan untuk memastikan diagnosis DM Untuk
diagnosis DM dan gangguan toleransi glukosa lainnya diperiksa glukosa darah 2 jam setelah
beban glukosa Sekurang-kurangnya diperlukan kadar glukosa darah 2 kali abnormal untuk
konfirmasi diagnosis DM pada hari yang alain atau TTGO yang abnormal
15
Kriteria Diagnosis
1 Gejala klasik DM + gula darah sewaktu 200 mgdl Gula darah sewaktu merupakan
hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memerhatikan waktu makan terakhir
Atau
2 Kadar gula darah puasa 1048725 126 mgdl Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori
tambahan sedikitnya 8 jam Atau
3 Kadar gula darah 2 jam pada TTGO 200mgdl TTGO dilakukan dengan Standard
WHO menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 g glukosa anhidrus yang
dilarutkan dalam air (7)
Cara pelaksanaan TTGO (WHO 1994)
Tiga hari sebelum pemeriksaan tetap makan seperti kebiasaan sehari-hari (dengan
karbohidrat yang cukup) dan tetap melakukan kegiatan jasmani seperti biasa
Berpuasa paling sedikit 8 jam (mulai malam hari) sebelum pemeriksaan minum air
putih tanpa gula tetap diperbolehkan
Diperiksa kadar glukosa darah puasa
Diberikan glukosa 75 g (orang dewasa) atau 175 gKg BB (anak-anak) dilarutkan
dalam 250 ml air dan diminum dalam waktu 5 menit
Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan 2 jam setelah
minum larutan glukosa selesai
Diperiksa kadar glukosa darah 2 jam sesudah beban glukosa
Selama proses pemeriksaan subyek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok(7)
Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau DM maka dapat
digolongkan ke dalam kelompok TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) atau GDPT (Glukosa
Darah Puasa Terganggu) dari hasil yang diperoleh
TGT glukosa darah plasma 2 jam setelah pembebanan antara 140 ndash 199 mgdl
GDPT glukosa darah puasa antara 100 ndash 125 mgdl (7)
16
Reduksi Urine
Pemeriksaan reduksi urine merupakan bagian dari pemeriksaan urine rutin yang selalu
dilakukan di klinik Hasil yang (+) menunjukkan adanya glukosuria Beberapa hal yang perlu
diingat dari hasil pemeriksaan reduksi urine adalah
Digunakan pada pemeriksaan pertama sekali untuk tes skrining bukan untuk
menegakkan Diagnosis
Nilai (+) sampai (++++)
Jika reduksi (+) masih mungkin oleh sebab lain seperti renal glukosuria obat-
obatan dan lainnya
Reduksi (++) kemungkinan KGD 200 ndash 300 mg
Reduksi (+++) kemungkinan KGD 300 ndash 400 mg
Reduksi (++++) kemungkinan KGD 400 mg
Dapat digunakan untuk kontrol hasil pengobatan
Bila ada gangguan fungsi ginjal tidak bisa dijadikan pedoman (7)
Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik sebagai patokan
penyaring dan diagnosis (mgdl)
Bukan DM Belum pasti DM DM
Kadar glukosa darah sewaktu
- Plasma vena lt 110 110 ndash 199 gt 200
- Darah kapiler lt 90 90 ndash 199 gt 200
Kadar glukosa darah puasa
- Plasma vena lt 110 110 ndash 125 gt 126
- Darah kapiler lt 90 90 ndash 109 gt 110
17
Diagnosis dapat dengan mudah di tegakkan
Anamnesis Riwayat persalinan yang lalu abortus partus prematurus kematian
janindan anak besar
Riwayat keluarga ( herediter )
Keluhan sekarang trias poliuri polidipsi polifagi dan pernah berobat sakit gula
pada dokter
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan urin
Pemeriksaan KGD puasa dan post ndash prandiol
Glukosa toleran tes (GTT)
Nilai K(3)
G Penatalaksanan Diabetes Melitus terhadap ibu hamil
Sesuai dengan pengelolaan medis DM pada umumnya pengelolaan DMG juga
terutama didasari atas pengelolaan gizi diet dan pengendalian berat badan ibu
1 Kontrol secara ketat gula darah
2 Hindari adanya infeksi saluran kemih atau infeksi lainnya Lakukan upaya
pencegahan infeksi dengan baik
3 Pada bayi baru lahir dapat cepat terjadi hipoglikemia sehingga perlu diberikan infus
glukosa
4 Penanganan DMG yang terutama adalah diet dianjurkan diberikan 25 kalorikgBB
ideal kecuali pada penderita yang gemuk dipertimbangkan kalori yang lebih mudah
5 Cara yang dianjurkan adalah cara Broca yaitu BB ideal = (TB-100)-10 BB
6 Kebutuhan kalori adalah jumlah keseluruhan kalori yang diperhitungkan dari
Kalori basal 25 kalkgBB ideal
Kalori kegiatan jasmani 10-30
Kalori untuk kehamilan 300 kalori
Perlu diingat kebutuhan protein ibu hamil 1-15 grkgBB(5)
18
Jika dengan terapi diet selama 2 minggu kadar glukosa darah belum mencapai normal atau
normoglikemia yaitu kadar glukosa darah puasa di bawah 105 mgdl dan 2 jam pp di bawah
120 mgdl maka terapi insulin harus segera dimulai (5)
Pemantauan dapat dikerjakan dengan menggunakan alat pengukur glukosa darah kapiler
Perhitungan menu seimbang sama dengan perhitungan pada kasus DM umumnya dengan
ditambahkan sejumlah 300-500 kalori per hari untuk tumbuh kembang janin selama masa
kehamilan sampai dengan masa menyusui selesai
Pengelolaan DM dalam kehamilan bertujuan untuk
Mempertahankan kadar glukosa darah puasa lt 105 mgdl
Mempertahankan kadar glukosa darah 2 jam pp lt 120 mgdl
Mempertahankan kadar Hb glikosilat (Hb Alc) lt 6
Mencegah episode hipoglikemia
Mencegah ketonuriaketoasidosis deiabetik
Mengusahakan tumbuh kembang janin yang optimal dan normal (5)
Dianjurkan pemantauan gula darah teratur minimal 2 kali seminggu (ideal setiap hari
jika mungkin dengan alat pemeriksaan sendiri di rumah) Dianjurkan kontrol sesuai jadwal
pemeriksaan antenatal semakin dekat dengan perkiraan persalinan maka kontrol semakin
sering Hb glikosilat diperiksa secara ideal setiap 6-8 minggu sekali (5)
Kenaikan berat badan ibu dianjurkan sekitar 1-25 kg pada trimester pertama dan
selanjutnya rata-rata 05 kg setiap minggu Sampai akhir kehamilan kenaikan berat badan
yang dianjurkan tergantung status gizi awal ibu (ibu BB kurang 14-20 kg ibu BB normal
125-175 kg dan ibu BB lebihobesitas 75-125 kg) (5)
Jika pengelolaan diet saja tidak berhasil maka insulin langsung digunakan Insulin
yang digunakan harus preparat insulin manusia (human insulin) karena insulin yang bukan
berasal dari manusia (non-human insulin) dapat menyebabkan terbentuknya antibodi terhadap
insulin endogen dan antibodi ini dapat menembus sawar darah plasenta (placental blood
barrier) sehingga dapat mempengaruhi janin (5)
19
Pada DMG insulin yang digunakan adalah insulin dosis rendah dengan lama kerja
intermediate dan diberikan 1-2 kali sehari Dosis insulin diperkirakan antara 05-15
unitkgBB Obat hipoglikemik oral tidak digunakan dalam DMG karena efek
teratogenitasnya yang tinggi dan dapat diekskresikan dalamjumlah besar melalui ASI (5)
H Komplikasi
Komplikasi pada Ibu
Hipoglikemia terjadi pada enam bulan pertama kehamilan
Hiperglikemia terjadi pada kehamilan 20 ndash 30 minggu akibat resistensi insulin
Infeksi saluran kemih
Preeklampsi
Hidramnion
Retinopati
Trauma persalinan akibat bayi besar(7)
Masalah pada anak
Abortus
Kelainan kongenital spt sacral agenesis neural tube defek
Respiratory distress
Neonatal hiperglikemia
Makrosomia
Hipocalcemia
kematian perinatal akibat diabetik ketoasidosis
Hiperbilirubinemia(7)
I Tanda Komplikasi DM
Makrovaskular stroke penyakit jantung koroner ulkus gangren
Mikrovaskular retina (retinopati) dan ginjal (gagal ginjal kronik) saraf (stroke
neuropati)
Koma hiperglikemi hipoglikemi stroke (7)
20
J Prognosis
1 Bila penyakit di tangani oleh dokter ahli penyakit dalam serta kehamilan dan
persalinan di awasi dan di tolong oeh ahli kebidanan umumnya prognosis baik
2 Diabetes berat dan di derita lama apalagi ada komplikasi prognosis buruk
3 Prognosis bagi bayi jelek faktor ndash faktor yang meninggikan morbiditas dan
mortalitas bayi adalah
Berat dan lamany sakit dan adanya asetonuri
Insufisiensi plasenta
Komplikasi dan distosio persalinan
Sindrom gawat napas ( respiratory stress syndrome )
Prematuritas dan cacat bawaan
Angka kematian perinatal kira ndash kira 10 ndash 15 (3)
III PENANGANAN PERSALINAN PADA IBU YANG MENDERITA DM
Pada penderita yang penyakitnya tidak berat dan cukup di puasai dengan diet saja dan
tidak mempunyai riwayat obstetric yang buruk dapat di harapkan partus spontansampai
kehamilan 40 minggu Lebih dari pada itu sebaiknya dilakukan induksi parsalinan karena
prognosis menjadi lebih buruk Apabila diabetes nya berat dan memerlukan pengobatan
insulin sebaiknya kehamilan diakhiri lebih dini biasanya dalam kehamilan antara 36 dan 38
minggu Lebih- lebih apabila kehamilan nya disertai komplikasi lain seperti pre-eklampsi
janin yang tidak baik pertumbuhan nya atau terlampau besar diabetesnya sukar dikuasai atau
apabila ada riwayat kematian perinatal maka dapat di pertimbangkan untuk mengakhiri
kehamilan lebih dini baik dengan induksi maupun dengan seksio sesaria Dalam pelaksanaan
partus pervaginam baik yang tanpa maupun yang dengan induksin keadaan janin harus lebih
ketat di awasi jika mungkin dengan pencatatan denyut jantung janin terus menerus (5)
Penyulit yang sering di jumpai dalam persalinan
a Inersio uteri dan atonia uteri
b Distosia bahu karena anak besar
21
c Kelahiran mati
d Lebih sering mengakhiri partus dengan tindakan termasuk secsio sesaria
e Lebih mudah terjadi infeksi
f Angka kematian maternal lebih tinggi(5)
Pengelolaan Pascapersalinan
Karena sudah tidak ada resistensi terhadap insulin lagi maka pada periode
pascapesalinan perempuan dengan diabetes gestasional jarang memerlukan insulin
Pasien dengan diabetes yang terkontrol dengan diet setelah persalinan tidak perlu
diperiksa kadar glukosanya Namunbila pada waktu kehamilan diberi pengobatan
insulin sebelum meninggalkan rumah sakit perlu diperiksa kadar glukosa puasa dan 2
jam pascaprandial
Karena resiko terjadinya tipe 2 diabetes melitus dikemudian hari meningkat maka 6
minggu pascapersalinan perlu dilakukan pemeriksaan diabetes dengan cara
pemeriksaan gula darah puasa dalam dua waktu atau 2 jam setelah pemberian 75g
glukosa pada glucose tolerance test
jika kadar
1 lt 140 mgdl normal
2 140-200 mgdl gangguan toleransi glukosa
3 gt 200 mgdl DM
Bila test ini menunjukkan kadar yang normal maka kadar glukosa darah puasa
dievaluasi lagi setelah 3 tahun
Skrining diabetes ini harus dilakukan secara berkala khususnya pada pasien dengan
kadar glukosa darah puasa meningkat waktu kehamilan
Perempuan yang pernah menderita diabetes melitus gestasional harus diberi konseling
agar menyusui anakanya karena pemberian ASI akan memperbaiki kontrol kadar gula
darah
Harus direncanakan penggunaan kontrasepsi karena sekali perempuan hamil
menderita diabetes maka dia beisiko terkena hal yang sama pada kehamilan
berikutnya
22
Bagi perempuan yang obes setelah melahirkan harus melakukan upaya penurunan
berat badan dengan diet dan berilahraga secra teratur agar resiko terjadinya diabetes
menjadi menurun (5)
IV PENANGANAN BAYI BARU LAHIR DARI IBU DENGAN DM
Bayi lahir dari ibu dengan Diabetes Melitus berisiko untuk terjadi hipoglikemia pada
3 hari pertama setelah lahir walaupun bayi sudah dapat minum dengan baik Ibu dengan DM
mempunyai resiko kematian bayi lima kali dibanding ibu tidak dengan DM dan sering
mengalami abortus ataupun kematian dalam kandungan Bayi dengan ibu DM mengalami
Transient Hiperinsulinism yang dapat mengakibatkan Hipoglikemia Macrosomia pada bayi
yang dilahirkan dan dapat berakibat kesulitan lahir Tanda bayi hipoglikemia adalah Distres
nafas malas minum jitteriness mudah terangsang sampai kejang (2)
Kadar Glukose Darah Rendah (Hipoglikemia)
Adalah bila kadar glukosa darah kurang dari 45 mgdL (26 mmolL)
Masalah
a Glukose darah kurang 25 mgdL (11 mmolL) atau terdapat tanda Hipoglikemi
b Glukose darah 25 mgdL (11 mmolL) _ 45 mgdL (26 mmolL) tanpa tanda
Hipoglikemia (2)
Pengelolaan Hipoglikemia
a Glukose darah kurang 25 mgdL (11 mmolL) atau terdapat tanda hipoglikemi
Pasang jalur IV jika belum terpasang
Berikan glukose 10 2 mLkg secara IV bolus pelan dalam lima menit
Jika jalur IV tidak dapat dipasang dengan cepat berikan larutan
glukose melalui pipa lambungdengan dosis yang sama
Infus glukose 10 sesuai kebutuhan rumatan
23
Periksa kadar glukose darah satu jam setelah bolus glukose dan kemudian tiap tiga
jam
Jika kadar glukose darah masih kurang 25 mgdL (11 mmolL) ulangi
pemberian bolus glukose seperti tersebut di atas dan lanjutkan pemberian infus
Jika kadar glukose darah 25-45 mgdL (11-26 mmolL) lanjutkan infus dan
ulangi pemeriksaan kadar glukose setiap tiga jam sampai kadar glukose 45 mgdL
(26 mmolL) atau lebih
Bila kadar glukose darah 45 mgdL (26 mmolL) atau lebih dalam dua kali
pemeriksaan berturut-turut ikuti petunjuk tentang frekuensi pemeriksaan kadar
glukose darah setelah kadar glukose darah kembali normal
Anjurkan ibu menyusui Bila bayi tidak dapat menyusu berikan ASI peras
dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum
Bila kemampuan minum bayi meningkat turunkan pemberian cairan infus setiap
hari secara bertahap Jangan menghentikan infus glukose dengan tiba-tiba (2)
b Glukose darah 25 mgdL (11 mmolL)-45 mgdL (26 mmolL) tanpa tanda
Hipoglikemia
Anjurkan ibu menyusui Bila bayi tidak dapat menyusu berikan ASI peras dengan
menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum
Pantau tanda hipoglikemia dan bila dijumpai tanda tersebut tangani seperti tersebut di
atas
Periksa kadar glukose darah dalam tiga jam atau sebelum pemberian minum
berikutnya
Jika kadar glukose darah kurang 25 mgdL (11 mmolL) atau terdapat tanda
hipoglikemia tangani seperti tersebut di atas
Jika kadar glukose darah masih antara 25-45 mgdL (11-26 mmolL) naikkan
frekuensi pemberian minum ASI atau naikkan volume pemberian minum dengan
menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum
Jika kadar glukose darah 45 mgdL (26 mmolL) atau lebih lihat tentang
frekuensi pemeriksaan kadar glukose darah di bawah ini (2)
24
Frekuensi Pemeriksaan Glukose Darah Setelah Kadar Glukose Darah Normal
Jika bayi mendapatkan cairan IV untuk alasan apapun lanjutkan pemeriksaan kadar
glukose darah setiap 12 jam selama bayi masih memerlukan infus Jika kapan saja
kadar glukose darah turun tangani seperti tersebut di atas
Jika bayi sudah tidak lagi mendapat infus cairan IV periksa kadar glukose darah
setiap 12 jam sebanyak dua kali pemeriksaan
Jika kapan saja kadar glukose darah turun tangani seperti tersebut di atas
Jika kadar glukose darah tetap normal selama waktu tersebut maka pengukuran
dihentikan
Anjurkan ibu untuk menyusui secara dini dan lebih sering paling tidak 8 kali sehari
siang dan malam (2)
Bila bayi berumur kurang 3 hari amati sampai umur 3 hari periksa kadar glukose pada
Saat bayi datang atau pada umur 3 jam
Tiga jam setelah pemeriksaan pertama kemudian tiap 6 jam selama 24 jam atau
sampai kadar glukose dalam batas normal dalam 2 kali pemeriksaan berturut ndash turut
Bila kadar glukose le 45 mgdL atau bayi menunjukkan tanda hipoglikemi (tremor
atau letargi) tangani untuk hipoglikemi (lihat Hipoglikemi)
Bila dalam pengamatan tidak ada tanda hipoglikemi atau masalah lain bayi dapat
minum dengan baik pulangkan bayi pada hari ke 3
Bila bayi berumur 3 hari atau lebih dan tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit bayi
tidak perlu pengamatan Bila bayi dapat minum baik dan tidak ada masalah lain yang
memerlukan perawatan di rumah sakit bayi dapat dipulangkan (2)
25
BAB III
PERMASALAHAN
SKENARIO 4
NyAni yang hamil dan Sakit Gula
NyAni 36 tahun G5P3A1 datang ke Rumah Sakit untuk memeriksa kehamilannya yang
berusia 32 minggu Selain itu NyAni juga mengeluhkan poliuri polifagi dan polidipsi pada
dokter yang menanganinya Anak I lahir hidup dengan BB 3200 gr partus pervaginam
Anak II lahir hidup dengan BB 3400 gr partus pervaginam Anak III lahir hidup dengan
BB 3600 gr partus pervaginam Riwayat abortus (+) Riwayat menderita DM (-) Riwayat
keluarga menderita DM (+) TB NyAni = 160 cm BB NyAni = 72 kg
Pemeriksaan Vital Sign TD = 12080 mmhg HR = 82xmenit RR = 22xmenit T = 372 W C
DJJ 120x Letak kepala
Apakah yang terjadi pada NyAni Tindakan apa yang harus kita lakukan sebagai dokter
26
BAB IV
PEMBAHASAN
I KLARIFIKASI ISTILAH
Poliuri Sekresi urin yang berlebihan (4)
Polifagi Makan secara berlebihan (4)
Polidipsi Rasa haus yang sangat dan berlangsung lama (4)
DM Kelainan metabolik dimana ditemukan ketidakmampuan untuk
mengoksidasi karbohidrat akibat gangguan pada mekanisme insulin yang normal
menimbulkan hiperglikemia glikosuria poliuria rasa haus rasa lapar badan
kurus kelemahan asidosis sering menyebabkan dipsnea lipemia ketonuria dan
akhirnya koma (4)
II MENETAPKAN PERMASALAHAN
1 NyAni 36 tahun G5P3A1 datang ke Rumah Sakit untuk memeriksa
kehamilannya yang berusia 32 minggu dan mengeluhkan poliuri polifagi dan
polidipsi
2 Riwayat keluarga menderita DM (+)
3 Riwayat persalinan BB bayi setiap kelahiran selalu bertambah
III ANALISIS MASALAH
1 Dari umur yaitu 36 tahun sudah mempunyai resiko tinggi pada kehamilan
Poliuri polifagi dan polidipsi merupakan gejala khas DM yang tersembunyi pada
ibu hamil
G5P3A1 ini juga merupakan faktor resiko karena adanya riwayat abortus
2 DM adalah penyakit yang dapat di turunkan kemungkinan NyAni mengalami DM
karena adanya Riwayat DM pada keluarga Tetapi diperlukan juga pemeriksaan
penunjang untuk memastikan apakah NyAni memang menderita DM atau tidak
3 Pada riwayat persalinan dimana BB bayi setiap kelahiran selalu bertambah ini juga
merupakan faktor resiko dari Diabetes Melitus
27
IV KESIMPULAN SEMENTARA
1 Kemungkinan NyAni menderita DM dilihat dari gejala dan riwayat persalinan
dimana BB bayi setiap kelahiran selalu bertambah serta riwayat DM pada keluarga
2 Kemungkinan NyAni menderita DM setelah kehamilan
3 Perlunya pemeriksaan penunjang untuk menentukan DM atau tidak karena NyAni
kemungkinan saja mengalami toleransi glukosa
4 Adanya riwayat obstetri yang buruk yaitu abortus
ANAMNESIS
Nama Ani
Jenis Kelamin female
Alamat -
Umur 36 years old
Keluhan Utama Memeriksa kehamilannya yang berusia 32 minggu dan juga
mengeluhkan poliuri polifagi dan polidipsi
Keluhan Tambahan -
Riwayat Penyakit Dahulu -
Riwayat Penyakit Keluarga DM (+)
Riwayat Sosial -
Riwayat Obstetri G5 P3 A1
Vital Signs
TD 12080 mmHg
HR 82xmenit
RR 22xmenit
T 372C
DJJ 120x
Lokasi kepala
General situation
TB = 160 cm
BB = 72 kg
28
V TUJUAN PEMEBELAJARAN
1 Mengetahui Diabetes Melitus secara umum
2 Mengetahui Diabetes Melitus pada Ibu hamil
3 Penatalaksanaan Diabetes Melitus pada Ibu hamil
4 Pengaruh kehamilan pada Diabetes Melitus
5 Penanganan persalinan pada Ibu yang menderita Diabetes Melitus
VI BELAJAR MANDIRI
1 Text book
2 Internet
3 Kamus dorland
VII KESIMPULAN AKHIR
Kemungkinan NyAni mengalami Diabetes Melitus dilihat dari keluhan riwayat
persalinan dan riwayat keluarga
Dibutuhkan pemeriksaan penunjang untuk diagnosa yang lebih tepat
Pemeriksaan yang di maksud adalah
Pemeriksaan urin
Pemeriksaan KGD puasa dan post ndash prandiol
Glukosa toleran tes (GTT)
Nilai K(3)
Perlunya tindakan yang cepat dan tepat untuk mencegah terjadinya komplikasi dan
prognosis yang buruk
29
BAB V
PENUTUP
Penderita DM Gestasional memunyai resiko yang tinggi terhadap kambuhnya
penyakit diabetes yang pernah dideritannya pada saat hamil sebelumnya
Saran 6-8 minggu setelah melahirkan ibu tersebut melakukan test plasma glukosa
puasa dan OGTT 75 gram glukosa Pasien gemuk penderita GDM sebaiknya mengontrol
BB karena diperkirakan akan menjadi DM dalam 20 tahun kemudian
Wanita dengan diabetes masih dapat hamil dan punya anak sepanjang gula darah
terkontrol Disarankan memilih kontrasepsi dengan kadar estrogen rendah dan dapat
memakai pil tambahan hormon progesteron IUD dapat menimbulkan risiko infeksi
Perlu diperhatikan risiko morbiditas dan mortalitas maternal dan perinatal tinggi
Dengan pengelolaan sebaik-baiknya hasil akhir tetap dapat optimal
30
- A Pengertian
- Menurut Brunner and Suddarth 2001 Diabetes Mellitus merupakan sekelompok kelainan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia Pada Diabetes Mellitus kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun atau pankreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin (1)
- Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo 2002)
- B Klasifikasi
- 1 Klasifikasi diabetes mellitus secara umum sebagai berikut
- C Etiologi
- 1 DM tipe I
- a) Faktor genetic
- Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (1)
- b) Faktor-faktor imunologi
- Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen (1)
- c) Faktor lingkungan
- Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi sel beta (1)
- 2 Diabetes Tipe II
- Menurut Brunner dan Suddarth 2001 mekanisme tepat yang menyebabkan belum diketahui Namun ada beberapa resiko yang berhubungan dengan terjadinya DM type II
- D Tanda dan Gejala
- E Patofisiologi (Patways) DM
- Katarak
- Glaukoma
- Retinopati
- Gatal seluruh badan
- Pruritus Vulvae
- Infeksi bakteri kulit
- Infeksi jamur di kulit
- Dermatopati
- Neuropati perifer
- Neuropati viseral
- Amiotropi
- Ulkus Neurotropik
- Penyakit ginjal
- Penyakit pembuluh darah perifer
- Penyakit koroner
- Penyakit pembuluh darah otak
- Hipertensi
- Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal yang tinggi dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur atau bahkan inkontinensia urin Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat terhadap dehidrasi Karena itu tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada stadium lanjut (Patric Davey 2002 )
- Penyakit yang mula-mula ringan dan sedang saja yang biasa terdapat pada pasien DM usia lanjut dapat berubah tiba-tiba apabila pasien mengalami infeksi akut Defisiensi insulin yang tadinya bersifat relatif sekarang menjadi absolut dan timbul keadaan ketoasidosis dengan gejala khas hiperventilasi dan dehidrasi kesadaran menurun dengan hiperglikemia dehidrasi dan ketonemia Gejala yang biasa terjadi pada hipoglikemia seperti rasa lapar menguap dan berkeringat banyak umumnya tidak ada pada DM usia lanjut Biasanya tampak bermanifestasi sebagai sakit kepala dan kebingungan mendadak (Patric Davey 2002 )
- Pada usia lanjut reaksi vegetatif dapat menghilang Sedangkan gejala kebingungan dan koma yang merupakan gangguan metabolisme serebral tampak lebih jelas
- F Pemeriksaan Penunjang
- G Komplikasi
- Komplikasi Akut
- Komplikasi Kronis
- H Penatalaksanaan
- I Prognosis
-
E Pengaruh DM dengan kehamilan
a Pengaruh kehamilan persalinan dan nifas pada diabetes adalah
Kehamilan dapat menyebabkan status prediabetik manifes ( diabetik )
Diabetes akan menjadi lebih berat oleh kehamilan
Pada persalinan yang memerlukan tenaga ibu dan kerja rahim akan memerlukan
glukosa banyak maka bisa terjadi hipoglikemia atau koma
Dalam masa lakatasi keperluan akan insulin akan bertambah(3)
b Pengaruh diabetes terhadap kehamilan
Abortus dan partus prematurus
Hidramnion
Pre ndash eklamsia
Kesalahan letak janin
Insufisiensi plasenta(3)
c Pengaruh diabetes terhadap persalinan
Inersia uteri dan atonia uteri
Distorsia karna janin ( anak besar Bahu lebar )
Kelahiran mati
Persalinan lebih sering di tolong secara operatif
Angka kejadian pendarahan dan infeksi tinggi
Morbiditas dan mortalitas ibu tinggi(3)
d Pengaruh Diabetes terhadap nifas
Perdarahan dan infeksi puerperal ebih tinggi
Luka ndashluka jalan lahir lambat pulih sembuh
14
e Pengaruh Diabetes terhadap janin atau bayi
Serig terjadi abortus
Kematian janin dalam kandungan setelah 36 minggu
Daat terjadi cacat bawaan
Dismaturitas
Janin besar ( bayi kingkong makrosomia )
Kematian neonatal tinggi
Kemudian hari dapat terjadi kelainan neurologi dan psikologi(3)
F Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penyaring perlu dilakukan pada kelompok dengan resiko tinggi untuk
DM yaitu kelompok usia dewasa tua (gt 40 tahun) obesitas tekanan darah tinggi riwayat
keluarga DM riwayat kehamilan dengan berat badan bayi gt 4000 gr riwayat DM pada
kehamilan dan dislipidemia
Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan dengan pemeriksan glukosa darah sewaktu
kadar glukosa darah puasa Kemudian dapat diikuti dengan Tes Toleransi Glukosa Oral
(TTGO) standar
Keluhan dan gejala yang khas ditambah hasil pemeriksaan glukosa darah sewaktu
gt200 mgdl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM bila hasil pemeriksaan glukosa
darah meragukan pemeriksaaan TTGO diperlukan untuk memastikan diagnosis DM Untuk
diagnosis DM dan gangguan toleransi glukosa lainnya diperiksa glukosa darah 2 jam setelah
beban glukosa Sekurang-kurangnya diperlukan kadar glukosa darah 2 kali abnormal untuk
konfirmasi diagnosis DM pada hari yang alain atau TTGO yang abnormal
15
Kriteria Diagnosis
1 Gejala klasik DM + gula darah sewaktu 200 mgdl Gula darah sewaktu merupakan
hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memerhatikan waktu makan terakhir
Atau
2 Kadar gula darah puasa 1048725 126 mgdl Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori
tambahan sedikitnya 8 jam Atau
3 Kadar gula darah 2 jam pada TTGO 200mgdl TTGO dilakukan dengan Standard
WHO menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 g glukosa anhidrus yang
dilarutkan dalam air (7)
Cara pelaksanaan TTGO (WHO 1994)
Tiga hari sebelum pemeriksaan tetap makan seperti kebiasaan sehari-hari (dengan
karbohidrat yang cukup) dan tetap melakukan kegiatan jasmani seperti biasa
Berpuasa paling sedikit 8 jam (mulai malam hari) sebelum pemeriksaan minum air
putih tanpa gula tetap diperbolehkan
Diperiksa kadar glukosa darah puasa
Diberikan glukosa 75 g (orang dewasa) atau 175 gKg BB (anak-anak) dilarutkan
dalam 250 ml air dan diminum dalam waktu 5 menit
Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan 2 jam setelah
minum larutan glukosa selesai
Diperiksa kadar glukosa darah 2 jam sesudah beban glukosa
Selama proses pemeriksaan subyek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok(7)
Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau DM maka dapat
digolongkan ke dalam kelompok TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) atau GDPT (Glukosa
Darah Puasa Terganggu) dari hasil yang diperoleh
TGT glukosa darah plasma 2 jam setelah pembebanan antara 140 ndash 199 mgdl
GDPT glukosa darah puasa antara 100 ndash 125 mgdl (7)
16
Reduksi Urine
Pemeriksaan reduksi urine merupakan bagian dari pemeriksaan urine rutin yang selalu
dilakukan di klinik Hasil yang (+) menunjukkan adanya glukosuria Beberapa hal yang perlu
diingat dari hasil pemeriksaan reduksi urine adalah
Digunakan pada pemeriksaan pertama sekali untuk tes skrining bukan untuk
menegakkan Diagnosis
Nilai (+) sampai (++++)
Jika reduksi (+) masih mungkin oleh sebab lain seperti renal glukosuria obat-
obatan dan lainnya
Reduksi (++) kemungkinan KGD 200 ndash 300 mg
Reduksi (+++) kemungkinan KGD 300 ndash 400 mg
Reduksi (++++) kemungkinan KGD 400 mg
Dapat digunakan untuk kontrol hasil pengobatan
Bila ada gangguan fungsi ginjal tidak bisa dijadikan pedoman (7)
Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik sebagai patokan
penyaring dan diagnosis (mgdl)
Bukan DM Belum pasti DM DM
Kadar glukosa darah sewaktu
- Plasma vena lt 110 110 ndash 199 gt 200
- Darah kapiler lt 90 90 ndash 199 gt 200
Kadar glukosa darah puasa
- Plasma vena lt 110 110 ndash 125 gt 126
- Darah kapiler lt 90 90 ndash 109 gt 110
17
Diagnosis dapat dengan mudah di tegakkan
Anamnesis Riwayat persalinan yang lalu abortus partus prematurus kematian
janindan anak besar
Riwayat keluarga ( herediter )
Keluhan sekarang trias poliuri polidipsi polifagi dan pernah berobat sakit gula
pada dokter
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan urin
Pemeriksaan KGD puasa dan post ndash prandiol
Glukosa toleran tes (GTT)
Nilai K(3)
G Penatalaksanan Diabetes Melitus terhadap ibu hamil
Sesuai dengan pengelolaan medis DM pada umumnya pengelolaan DMG juga
terutama didasari atas pengelolaan gizi diet dan pengendalian berat badan ibu
1 Kontrol secara ketat gula darah
2 Hindari adanya infeksi saluran kemih atau infeksi lainnya Lakukan upaya
pencegahan infeksi dengan baik
3 Pada bayi baru lahir dapat cepat terjadi hipoglikemia sehingga perlu diberikan infus
glukosa
4 Penanganan DMG yang terutama adalah diet dianjurkan diberikan 25 kalorikgBB
ideal kecuali pada penderita yang gemuk dipertimbangkan kalori yang lebih mudah
5 Cara yang dianjurkan adalah cara Broca yaitu BB ideal = (TB-100)-10 BB
6 Kebutuhan kalori adalah jumlah keseluruhan kalori yang diperhitungkan dari
Kalori basal 25 kalkgBB ideal
Kalori kegiatan jasmani 10-30
Kalori untuk kehamilan 300 kalori
Perlu diingat kebutuhan protein ibu hamil 1-15 grkgBB(5)
18
Jika dengan terapi diet selama 2 minggu kadar glukosa darah belum mencapai normal atau
normoglikemia yaitu kadar glukosa darah puasa di bawah 105 mgdl dan 2 jam pp di bawah
120 mgdl maka terapi insulin harus segera dimulai (5)
Pemantauan dapat dikerjakan dengan menggunakan alat pengukur glukosa darah kapiler
Perhitungan menu seimbang sama dengan perhitungan pada kasus DM umumnya dengan
ditambahkan sejumlah 300-500 kalori per hari untuk tumbuh kembang janin selama masa
kehamilan sampai dengan masa menyusui selesai
Pengelolaan DM dalam kehamilan bertujuan untuk
Mempertahankan kadar glukosa darah puasa lt 105 mgdl
Mempertahankan kadar glukosa darah 2 jam pp lt 120 mgdl
Mempertahankan kadar Hb glikosilat (Hb Alc) lt 6
Mencegah episode hipoglikemia
Mencegah ketonuriaketoasidosis deiabetik
Mengusahakan tumbuh kembang janin yang optimal dan normal (5)
Dianjurkan pemantauan gula darah teratur minimal 2 kali seminggu (ideal setiap hari
jika mungkin dengan alat pemeriksaan sendiri di rumah) Dianjurkan kontrol sesuai jadwal
pemeriksaan antenatal semakin dekat dengan perkiraan persalinan maka kontrol semakin
sering Hb glikosilat diperiksa secara ideal setiap 6-8 minggu sekali (5)
Kenaikan berat badan ibu dianjurkan sekitar 1-25 kg pada trimester pertama dan
selanjutnya rata-rata 05 kg setiap minggu Sampai akhir kehamilan kenaikan berat badan
yang dianjurkan tergantung status gizi awal ibu (ibu BB kurang 14-20 kg ibu BB normal
125-175 kg dan ibu BB lebihobesitas 75-125 kg) (5)
Jika pengelolaan diet saja tidak berhasil maka insulin langsung digunakan Insulin
yang digunakan harus preparat insulin manusia (human insulin) karena insulin yang bukan
berasal dari manusia (non-human insulin) dapat menyebabkan terbentuknya antibodi terhadap
insulin endogen dan antibodi ini dapat menembus sawar darah plasenta (placental blood
barrier) sehingga dapat mempengaruhi janin (5)
19
Pada DMG insulin yang digunakan adalah insulin dosis rendah dengan lama kerja
intermediate dan diberikan 1-2 kali sehari Dosis insulin diperkirakan antara 05-15
unitkgBB Obat hipoglikemik oral tidak digunakan dalam DMG karena efek
teratogenitasnya yang tinggi dan dapat diekskresikan dalamjumlah besar melalui ASI (5)
H Komplikasi
Komplikasi pada Ibu
Hipoglikemia terjadi pada enam bulan pertama kehamilan
Hiperglikemia terjadi pada kehamilan 20 ndash 30 minggu akibat resistensi insulin
Infeksi saluran kemih
Preeklampsi
Hidramnion
Retinopati
Trauma persalinan akibat bayi besar(7)
Masalah pada anak
Abortus
Kelainan kongenital spt sacral agenesis neural tube defek
Respiratory distress
Neonatal hiperglikemia
Makrosomia
Hipocalcemia
kematian perinatal akibat diabetik ketoasidosis
Hiperbilirubinemia(7)
I Tanda Komplikasi DM
Makrovaskular stroke penyakit jantung koroner ulkus gangren
Mikrovaskular retina (retinopati) dan ginjal (gagal ginjal kronik) saraf (stroke
neuropati)
Koma hiperglikemi hipoglikemi stroke (7)
20
J Prognosis
1 Bila penyakit di tangani oleh dokter ahli penyakit dalam serta kehamilan dan
persalinan di awasi dan di tolong oeh ahli kebidanan umumnya prognosis baik
2 Diabetes berat dan di derita lama apalagi ada komplikasi prognosis buruk
3 Prognosis bagi bayi jelek faktor ndash faktor yang meninggikan morbiditas dan
mortalitas bayi adalah
Berat dan lamany sakit dan adanya asetonuri
Insufisiensi plasenta
Komplikasi dan distosio persalinan
Sindrom gawat napas ( respiratory stress syndrome )
Prematuritas dan cacat bawaan
Angka kematian perinatal kira ndash kira 10 ndash 15 (3)
III PENANGANAN PERSALINAN PADA IBU YANG MENDERITA DM
Pada penderita yang penyakitnya tidak berat dan cukup di puasai dengan diet saja dan
tidak mempunyai riwayat obstetric yang buruk dapat di harapkan partus spontansampai
kehamilan 40 minggu Lebih dari pada itu sebaiknya dilakukan induksi parsalinan karena
prognosis menjadi lebih buruk Apabila diabetes nya berat dan memerlukan pengobatan
insulin sebaiknya kehamilan diakhiri lebih dini biasanya dalam kehamilan antara 36 dan 38
minggu Lebih- lebih apabila kehamilan nya disertai komplikasi lain seperti pre-eklampsi
janin yang tidak baik pertumbuhan nya atau terlampau besar diabetesnya sukar dikuasai atau
apabila ada riwayat kematian perinatal maka dapat di pertimbangkan untuk mengakhiri
kehamilan lebih dini baik dengan induksi maupun dengan seksio sesaria Dalam pelaksanaan
partus pervaginam baik yang tanpa maupun yang dengan induksin keadaan janin harus lebih
ketat di awasi jika mungkin dengan pencatatan denyut jantung janin terus menerus (5)
Penyulit yang sering di jumpai dalam persalinan
a Inersio uteri dan atonia uteri
b Distosia bahu karena anak besar
21
c Kelahiran mati
d Lebih sering mengakhiri partus dengan tindakan termasuk secsio sesaria
e Lebih mudah terjadi infeksi
f Angka kematian maternal lebih tinggi(5)
Pengelolaan Pascapersalinan
Karena sudah tidak ada resistensi terhadap insulin lagi maka pada periode
pascapesalinan perempuan dengan diabetes gestasional jarang memerlukan insulin
Pasien dengan diabetes yang terkontrol dengan diet setelah persalinan tidak perlu
diperiksa kadar glukosanya Namunbila pada waktu kehamilan diberi pengobatan
insulin sebelum meninggalkan rumah sakit perlu diperiksa kadar glukosa puasa dan 2
jam pascaprandial
Karena resiko terjadinya tipe 2 diabetes melitus dikemudian hari meningkat maka 6
minggu pascapersalinan perlu dilakukan pemeriksaan diabetes dengan cara
pemeriksaan gula darah puasa dalam dua waktu atau 2 jam setelah pemberian 75g
glukosa pada glucose tolerance test
jika kadar
1 lt 140 mgdl normal
2 140-200 mgdl gangguan toleransi glukosa
3 gt 200 mgdl DM
Bila test ini menunjukkan kadar yang normal maka kadar glukosa darah puasa
dievaluasi lagi setelah 3 tahun
Skrining diabetes ini harus dilakukan secara berkala khususnya pada pasien dengan
kadar glukosa darah puasa meningkat waktu kehamilan
Perempuan yang pernah menderita diabetes melitus gestasional harus diberi konseling
agar menyusui anakanya karena pemberian ASI akan memperbaiki kontrol kadar gula
darah
Harus direncanakan penggunaan kontrasepsi karena sekali perempuan hamil
menderita diabetes maka dia beisiko terkena hal yang sama pada kehamilan
berikutnya
22
Bagi perempuan yang obes setelah melahirkan harus melakukan upaya penurunan
berat badan dengan diet dan berilahraga secra teratur agar resiko terjadinya diabetes
menjadi menurun (5)
IV PENANGANAN BAYI BARU LAHIR DARI IBU DENGAN DM
Bayi lahir dari ibu dengan Diabetes Melitus berisiko untuk terjadi hipoglikemia pada
3 hari pertama setelah lahir walaupun bayi sudah dapat minum dengan baik Ibu dengan DM
mempunyai resiko kematian bayi lima kali dibanding ibu tidak dengan DM dan sering
mengalami abortus ataupun kematian dalam kandungan Bayi dengan ibu DM mengalami
Transient Hiperinsulinism yang dapat mengakibatkan Hipoglikemia Macrosomia pada bayi
yang dilahirkan dan dapat berakibat kesulitan lahir Tanda bayi hipoglikemia adalah Distres
nafas malas minum jitteriness mudah terangsang sampai kejang (2)
Kadar Glukose Darah Rendah (Hipoglikemia)
Adalah bila kadar glukosa darah kurang dari 45 mgdL (26 mmolL)
Masalah
a Glukose darah kurang 25 mgdL (11 mmolL) atau terdapat tanda Hipoglikemi
b Glukose darah 25 mgdL (11 mmolL) _ 45 mgdL (26 mmolL) tanpa tanda
Hipoglikemia (2)
Pengelolaan Hipoglikemia
a Glukose darah kurang 25 mgdL (11 mmolL) atau terdapat tanda hipoglikemi
Pasang jalur IV jika belum terpasang
Berikan glukose 10 2 mLkg secara IV bolus pelan dalam lima menit
Jika jalur IV tidak dapat dipasang dengan cepat berikan larutan
glukose melalui pipa lambungdengan dosis yang sama
Infus glukose 10 sesuai kebutuhan rumatan
23
Periksa kadar glukose darah satu jam setelah bolus glukose dan kemudian tiap tiga
jam
Jika kadar glukose darah masih kurang 25 mgdL (11 mmolL) ulangi
pemberian bolus glukose seperti tersebut di atas dan lanjutkan pemberian infus
Jika kadar glukose darah 25-45 mgdL (11-26 mmolL) lanjutkan infus dan
ulangi pemeriksaan kadar glukose setiap tiga jam sampai kadar glukose 45 mgdL
(26 mmolL) atau lebih
Bila kadar glukose darah 45 mgdL (26 mmolL) atau lebih dalam dua kali
pemeriksaan berturut-turut ikuti petunjuk tentang frekuensi pemeriksaan kadar
glukose darah setelah kadar glukose darah kembali normal
Anjurkan ibu menyusui Bila bayi tidak dapat menyusu berikan ASI peras
dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum
Bila kemampuan minum bayi meningkat turunkan pemberian cairan infus setiap
hari secara bertahap Jangan menghentikan infus glukose dengan tiba-tiba (2)
b Glukose darah 25 mgdL (11 mmolL)-45 mgdL (26 mmolL) tanpa tanda
Hipoglikemia
Anjurkan ibu menyusui Bila bayi tidak dapat menyusu berikan ASI peras dengan
menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum
Pantau tanda hipoglikemia dan bila dijumpai tanda tersebut tangani seperti tersebut di
atas
Periksa kadar glukose darah dalam tiga jam atau sebelum pemberian minum
berikutnya
Jika kadar glukose darah kurang 25 mgdL (11 mmolL) atau terdapat tanda
hipoglikemia tangani seperti tersebut di atas
Jika kadar glukose darah masih antara 25-45 mgdL (11-26 mmolL) naikkan
frekuensi pemberian minum ASI atau naikkan volume pemberian minum dengan
menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum
Jika kadar glukose darah 45 mgdL (26 mmolL) atau lebih lihat tentang
frekuensi pemeriksaan kadar glukose darah di bawah ini (2)
24
Frekuensi Pemeriksaan Glukose Darah Setelah Kadar Glukose Darah Normal
Jika bayi mendapatkan cairan IV untuk alasan apapun lanjutkan pemeriksaan kadar
glukose darah setiap 12 jam selama bayi masih memerlukan infus Jika kapan saja
kadar glukose darah turun tangani seperti tersebut di atas
Jika bayi sudah tidak lagi mendapat infus cairan IV periksa kadar glukose darah
setiap 12 jam sebanyak dua kali pemeriksaan
Jika kapan saja kadar glukose darah turun tangani seperti tersebut di atas
Jika kadar glukose darah tetap normal selama waktu tersebut maka pengukuran
dihentikan
Anjurkan ibu untuk menyusui secara dini dan lebih sering paling tidak 8 kali sehari
siang dan malam (2)
Bila bayi berumur kurang 3 hari amati sampai umur 3 hari periksa kadar glukose pada
Saat bayi datang atau pada umur 3 jam
Tiga jam setelah pemeriksaan pertama kemudian tiap 6 jam selama 24 jam atau
sampai kadar glukose dalam batas normal dalam 2 kali pemeriksaan berturut ndash turut
Bila kadar glukose le 45 mgdL atau bayi menunjukkan tanda hipoglikemi (tremor
atau letargi) tangani untuk hipoglikemi (lihat Hipoglikemi)
Bila dalam pengamatan tidak ada tanda hipoglikemi atau masalah lain bayi dapat
minum dengan baik pulangkan bayi pada hari ke 3
Bila bayi berumur 3 hari atau lebih dan tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit bayi
tidak perlu pengamatan Bila bayi dapat minum baik dan tidak ada masalah lain yang
memerlukan perawatan di rumah sakit bayi dapat dipulangkan (2)
25
BAB III
PERMASALAHAN
SKENARIO 4
NyAni yang hamil dan Sakit Gula
NyAni 36 tahun G5P3A1 datang ke Rumah Sakit untuk memeriksa kehamilannya yang
berusia 32 minggu Selain itu NyAni juga mengeluhkan poliuri polifagi dan polidipsi pada
dokter yang menanganinya Anak I lahir hidup dengan BB 3200 gr partus pervaginam
Anak II lahir hidup dengan BB 3400 gr partus pervaginam Anak III lahir hidup dengan
BB 3600 gr partus pervaginam Riwayat abortus (+) Riwayat menderita DM (-) Riwayat
keluarga menderita DM (+) TB NyAni = 160 cm BB NyAni = 72 kg
Pemeriksaan Vital Sign TD = 12080 mmhg HR = 82xmenit RR = 22xmenit T = 372 W C
DJJ 120x Letak kepala
Apakah yang terjadi pada NyAni Tindakan apa yang harus kita lakukan sebagai dokter
26
BAB IV
PEMBAHASAN
I KLARIFIKASI ISTILAH
Poliuri Sekresi urin yang berlebihan (4)
Polifagi Makan secara berlebihan (4)
Polidipsi Rasa haus yang sangat dan berlangsung lama (4)
DM Kelainan metabolik dimana ditemukan ketidakmampuan untuk
mengoksidasi karbohidrat akibat gangguan pada mekanisme insulin yang normal
menimbulkan hiperglikemia glikosuria poliuria rasa haus rasa lapar badan
kurus kelemahan asidosis sering menyebabkan dipsnea lipemia ketonuria dan
akhirnya koma (4)
II MENETAPKAN PERMASALAHAN
1 NyAni 36 tahun G5P3A1 datang ke Rumah Sakit untuk memeriksa
kehamilannya yang berusia 32 minggu dan mengeluhkan poliuri polifagi dan
polidipsi
2 Riwayat keluarga menderita DM (+)
3 Riwayat persalinan BB bayi setiap kelahiran selalu bertambah
III ANALISIS MASALAH
1 Dari umur yaitu 36 tahun sudah mempunyai resiko tinggi pada kehamilan
Poliuri polifagi dan polidipsi merupakan gejala khas DM yang tersembunyi pada
ibu hamil
G5P3A1 ini juga merupakan faktor resiko karena adanya riwayat abortus
2 DM adalah penyakit yang dapat di turunkan kemungkinan NyAni mengalami DM
karena adanya Riwayat DM pada keluarga Tetapi diperlukan juga pemeriksaan
penunjang untuk memastikan apakah NyAni memang menderita DM atau tidak
3 Pada riwayat persalinan dimana BB bayi setiap kelahiran selalu bertambah ini juga
merupakan faktor resiko dari Diabetes Melitus
27
IV KESIMPULAN SEMENTARA
1 Kemungkinan NyAni menderita DM dilihat dari gejala dan riwayat persalinan
dimana BB bayi setiap kelahiran selalu bertambah serta riwayat DM pada keluarga
2 Kemungkinan NyAni menderita DM setelah kehamilan
3 Perlunya pemeriksaan penunjang untuk menentukan DM atau tidak karena NyAni
kemungkinan saja mengalami toleransi glukosa
4 Adanya riwayat obstetri yang buruk yaitu abortus
ANAMNESIS
Nama Ani
Jenis Kelamin female
Alamat -
Umur 36 years old
Keluhan Utama Memeriksa kehamilannya yang berusia 32 minggu dan juga
mengeluhkan poliuri polifagi dan polidipsi
Keluhan Tambahan -
Riwayat Penyakit Dahulu -
Riwayat Penyakit Keluarga DM (+)
Riwayat Sosial -
Riwayat Obstetri G5 P3 A1
Vital Signs
TD 12080 mmHg
HR 82xmenit
RR 22xmenit
T 372C
DJJ 120x
Lokasi kepala
General situation
TB = 160 cm
BB = 72 kg
28
V TUJUAN PEMEBELAJARAN
1 Mengetahui Diabetes Melitus secara umum
2 Mengetahui Diabetes Melitus pada Ibu hamil
3 Penatalaksanaan Diabetes Melitus pada Ibu hamil
4 Pengaruh kehamilan pada Diabetes Melitus
5 Penanganan persalinan pada Ibu yang menderita Diabetes Melitus
VI BELAJAR MANDIRI
1 Text book
2 Internet
3 Kamus dorland
VII KESIMPULAN AKHIR
Kemungkinan NyAni mengalami Diabetes Melitus dilihat dari keluhan riwayat
persalinan dan riwayat keluarga
Dibutuhkan pemeriksaan penunjang untuk diagnosa yang lebih tepat
Pemeriksaan yang di maksud adalah
Pemeriksaan urin
Pemeriksaan KGD puasa dan post ndash prandiol
Glukosa toleran tes (GTT)
Nilai K(3)
Perlunya tindakan yang cepat dan tepat untuk mencegah terjadinya komplikasi dan
prognosis yang buruk
29
BAB V
PENUTUP
Penderita DM Gestasional memunyai resiko yang tinggi terhadap kambuhnya
penyakit diabetes yang pernah dideritannya pada saat hamil sebelumnya
Saran 6-8 minggu setelah melahirkan ibu tersebut melakukan test plasma glukosa
puasa dan OGTT 75 gram glukosa Pasien gemuk penderita GDM sebaiknya mengontrol
BB karena diperkirakan akan menjadi DM dalam 20 tahun kemudian
Wanita dengan diabetes masih dapat hamil dan punya anak sepanjang gula darah
terkontrol Disarankan memilih kontrasepsi dengan kadar estrogen rendah dan dapat
memakai pil tambahan hormon progesteron IUD dapat menimbulkan risiko infeksi
Perlu diperhatikan risiko morbiditas dan mortalitas maternal dan perinatal tinggi
Dengan pengelolaan sebaik-baiknya hasil akhir tetap dapat optimal
30
- A Pengertian
- Menurut Brunner and Suddarth 2001 Diabetes Mellitus merupakan sekelompok kelainan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia Pada Diabetes Mellitus kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun atau pankreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin (1)
- Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo 2002)
- B Klasifikasi
- 1 Klasifikasi diabetes mellitus secara umum sebagai berikut
- C Etiologi
- 1 DM tipe I
- a) Faktor genetic
- Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (1)
- b) Faktor-faktor imunologi
- Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen (1)
- c) Faktor lingkungan
- Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi sel beta (1)
- 2 Diabetes Tipe II
- Menurut Brunner dan Suddarth 2001 mekanisme tepat yang menyebabkan belum diketahui Namun ada beberapa resiko yang berhubungan dengan terjadinya DM type II
- D Tanda dan Gejala
- E Patofisiologi (Patways) DM
- Katarak
- Glaukoma
- Retinopati
- Gatal seluruh badan
- Pruritus Vulvae
- Infeksi bakteri kulit
- Infeksi jamur di kulit
- Dermatopati
- Neuropati perifer
- Neuropati viseral
- Amiotropi
- Ulkus Neurotropik
- Penyakit ginjal
- Penyakit pembuluh darah perifer
- Penyakit koroner
- Penyakit pembuluh darah otak
- Hipertensi
- Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal yang tinggi dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur atau bahkan inkontinensia urin Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat terhadap dehidrasi Karena itu tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada stadium lanjut (Patric Davey 2002 )
- Penyakit yang mula-mula ringan dan sedang saja yang biasa terdapat pada pasien DM usia lanjut dapat berubah tiba-tiba apabila pasien mengalami infeksi akut Defisiensi insulin yang tadinya bersifat relatif sekarang menjadi absolut dan timbul keadaan ketoasidosis dengan gejala khas hiperventilasi dan dehidrasi kesadaran menurun dengan hiperglikemia dehidrasi dan ketonemia Gejala yang biasa terjadi pada hipoglikemia seperti rasa lapar menguap dan berkeringat banyak umumnya tidak ada pada DM usia lanjut Biasanya tampak bermanifestasi sebagai sakit kepala dan kebingungan mendadak (Patric Davey 2002 )
- Pada usia lanjut reaksi vegetatif dapat menghilang Sedangkan gejala kebingungan dan koma yang merupakan gangguan metabolisme serebral tampak lebih jelas
- F Pemeriksaan Penunjang
- G Komplikasi
- Komplikasi Akut
- Komplikasi Kronis
- H Penatalaksanaan
- I Prognosis
-
e Pengaruh Diabetes terhadap janin atau bayi
Serig terjadi abortus
Kematian janin dalam kandungan setelah 36 minggu
Daat terjadi cacat bawaan
Dismaturitas
Janin besar ( bayi kingkong makrosomia )
Kematian neonatal tinggi
Kemudian hari dapat terjadi kelainan neurologi dan psikologi(3)
F Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penyaring perlu dilakukan pada kelompok dengan resiko tinggi untuk
DM yaitu kelompok usia dewasa tua (gt 40 tahun) obesitas tekanan darah tinggi riwayat
keluarga DM riwayat kehamilan dengan berat badan bayi gt 4000 gr riwayat DM pada
kehamilan dan dislipidemia
Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan dengan pemeriksan glukosa darah sewaktu
kadar glukosa darah puasa Kemudian dapat diikuti dengan Tes Toleransi Glukosa Oral
(TTGO) standar
Keluhan dan gejala yang khas ditambah hasil pemeriksaan glukosa darah sewaktu
gt200 mgdl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM bila hasil pemeriksaan glukosa
darah meragukan pemeriksaaan TTGO diperlukan untuk memastikan diagnosis DM Untuk
diagnosis DM dan gangguan toleransi glukosa lainnya diperiksa glukosa darah 2 jam setelah
beban glukosa Sekurang-kurangnya diperlukan kadar glukosa darah 2 kali abnormal untuk
konfirmasi diagnosis DM pada hari yang alain atau TTGO yang abnormal
15
Kriteria Diagnosis
1 Gejala klasik DM + gula darah sewaktu 200 mgdl Gula darah sewaktu merupakan
hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memerhatikan waktu makan terakhir
Atau
2 Kadar gula darah puasa 1048725 126 mgdl Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori
tambahan sedikitnya 8 jam Atau
3 Kadar gula darah 2 jam pada TTGO 200mgdl TTGO dilakukan dengan Standard
WHO menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 g glukosa anhidrus yang
dilarutkan dalam air (7)
Cara pelaksanaan TTGO (WHO 1994)
Tiga hari sebelum pemeriksaan tetap makan seperti kebiasaan sehari-hari (dengan
karbohidrat yang cukup) dan tetap melakukan kegiatan jasmani seperti biasa
Berpuasa paling sedikit 8 jam (mulai malam hari) sebelum pemeriksaan minum air
putih tanpa gula tetap diperbolehkan
Diperiksa kadar glukosa darah puasa
Diberikan glukosa 75 g (orang dewasa) atau 175 gKg BB (anak-anak) dilarutkan
dalam 250 ml air dan diminum dalam waktu 5 menit
Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan 2 jam setelah
minum larutan glukosa selesai
Diperiksa kadar glukosa darah 2 jam sesudah beban glukosa
Selama proses pemeriksaan subyek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok(7)
Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau DM maka dapat
digolongkan ke dalam kelompok TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) atau GDPT (Glukosa
Darah Puasa Terganggu) dari hasil yang diperoleh
TGT glukosa darah plasma 2 jam setelah pembebanan antara 140 ndash 199 mgdl
GDPT glukosa darah puasa antara 100 ndash 125 mgdl (7)
16
Reduksi Urine
Pemeriksaan reduksi urine merupakan bagian dari pemeriksaan urine rutin yang selalu
dilakukan di klinik Hasil yang (+) menunjukkan adanya glukosuria Beberapa hal yang perlu
diingat dari hasil pemeriksaan reduksi urine adalah
Digunakan pada pemeriksaan pertama sekali untuk tes skrining bukan untuk
menegakkan Diagnosis
Nilai (+) sampai (++++)
Jika reduksi (+) masih mungkin oleh sebab lain seperti renal glukosuria obat-
obatan dan lainnya
Reduksi (++) kemungkinan KGD 200 ndash 300 mg
Reduksi (+++) kemungkinan KGD 300 ndash 400 mg
Reduksi (++++) kemungkinan KGD 400 mg
Dapat digunakan untuk kontrol hasil pengobatan
Bila ada gangguan fungsi ginjal tidak bisa dijadikan pedoman (7)
Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik sebagai patokan
penyaring dan diagnosis (mgdl)
Bukan DM Belum pasti DM DM
Kadar glukosa darah sewaktu
- Plasma vena lt 110 110 ndash 199 gt 200
- Darah kapiler lt 90 90 ndash 199 gt 200
Kadar glukosa darah puasa
- Plasma vena lt 110 110 ndash 125 gt 126
- Darah kapiler lt 90 90 ndash 109 gt 110
17
Diagnosis dapat dengan mudah di tegakkan
Anamnesis Riwayat persalinan yang lalu abortus partus prematurus kematian
janindan anak besar
Riwayat keluarga ( herediter )
Keluhan sekarang trias poliuri polidipsi polifagi dan pernah berobat sakit gula
pada dokter
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan urin
Pemeriksaan KGD puasa dan post ndash prandiol
Glukosa toleran tes (GTT)
Nilai K(3)
G Penatalaksanan Diabetes Melitus terhadap ibu hamil
Sesuai dengan pengelolaan medis DM pada umumnya pengelolaan DMG juga
terutama didasari atas pengelolaan gizi diet dan pengendalian berat badan ibu
1 Kontrol secara ketat gula darah
2 Hindari adanya infeksi saluran kemih atau infeksi lainnya Lakukan upaya
pencegahan infeksi dengan baik
3 Pada bayi baru lahir dapat cepat terjadi hipoglikemia sehingga perlu diberikan infus
glukosa
4 Penanganan DMG yang terutama adalah diet dianjurkan diberikan 25 kalorikgBB
ideal kecuali pada penderita yang gemuk dipertimbangkan kalori yang lebih mudah
5 Cara yang dianjurkan adalah cara Broca yaitu BB ideal = (TB-100)-10 BB
6 Kebutuhan kalori adalah jumlah keseluruhan kalori yang diperhitungkan dari
Kalori basal 25 kalkgBB ideal
Kalori kegiatan jasmani 10-30
Kalori untuk kehamilan 300 kalori
Perlu diingat kebutuhan protein ibu hamil 1-15 grkgBB(5)
18
Jika dengan terapi diet selama 2 minggu kadar glukosa darah belum mencapai normal atau
normoglikemia yaitu kadar glukosa darah puasa di bawah 105 mgdl dan 2 jam pp di bawah
120 mgdl maka terapi insulin harus segera dimulai (5)
Pemantauan dapat dikerjakan dengan menggunakan alat pengukur glukosa darah kapiler
Perhitungan menu seimbang sama dengan perhitungan pada kasus DM umumnya dengan
ditambahkan sejumlah 300-500 kalori per hari untuk tumbuh kembang janin selama masa
kehamilan sampai dengan masa menyusui selesai
Pengelolaan DM dalam kehamilan bertujuan untuk
Mempertahankan kadar glukosa darah puasa lt 105 mgdl
Mempertahankan kadar glukosa darah 2 jam pp lt 120 mgdl
Mempertahankan kadar Hb glikosilat (Hb Alc) lt 6
Mencegah episode hipoglikemia
Mencegah ketonuriaketoasidosis deiabetik
Mengusahakan tumbuh kembang janin yang optimal dan normal (5)
Dianjurkan pemantauan gula darah teratur minimal 2 kali seminggu (ideal setiap hari
jika mungkin dengan alat pemeriksaan sendiri di rumah) Dianjurkan kontrol sesuai jadwal
pemeriksaan antenatal semakin dekat dengan perkiraan persalinan maka kontrol semakin
sering Hb glikosilat diperiksa secara ideal setiap 6-8 minggu sekali (5)
Kenaikan berat badan ibu dianjurkan sekitar 1-25 kg pada trimester pertama dan
selanjutnya rata-rata 05 kg setiap minggu Sampai akhir kehamilan kenaikan berat badan
yang dianjurkan tergantung status gizi awal ibu (ibu BB kurang 14-20 kg ibu BB normal
125-175 kg dan ibu BB lebihobesitas 75-125 kg) (5)
Jika pengelolaan diet saja tidak berhasil maka insulin langsung digunakan Insulin
yang digunakan harus preparat insulin manusia (human insulin) karena insulin yang bukan
berasal dari manusia (non-human insulin) dapat menyebabkan terbentuknya antibodi terhadap
insulin endogen dan antibodi ini dapat menembus sawar darah plasenta (placental blood
barrier) sehingga dapat mempengaruhi janin (5)
19
Pada DMG insulin yang digunakan adalah insulin dosis rendah dengan lama kerja
intermediate dan diberikan 1-2 kali sehari Dosis insulin diperkirakan antara 05-15
unitkgBB Obat hipoglikemik oral tidak digunakan dalam DMG karena efek
teratogenitasnya yang tinggi dan dapat diekskresikan dalamjumlah besar melalui ASI (5)
H Komplikasi
Komplikasi pada Ibu
Hipoglikemia terjadi pada enam bulan pertama kehamilan
Hiperglikemia terjadi pada kehamilan 20 ndash 30 minggu akibat resistensi insulin
Infeksi saluran kemih
Preeklampsi
Hidramnion
Retinopati
Trauma persalinan akibat bayi besar(7)
Masalah pada anak
Abortus
Kelainan kongenital spt sacral agenesis neural tube defek
Respiratory distress
Neonatal hiperglikemia
Makrosomia
Hipocalcemia
kematian perinatal akibat diabetik ketoasidosis
Hiperbilirubinemia(7)
I Tanda Komplikasi DM
Makrovaskular stroke penyakit jantung koroner ulkus gangren
Mikrovaskular retina (retinopati) dan ginjal (gagal ginjal kronik) saraf (stroke
neuropati)
Koma hiperglikemi hipoglikemi stroke (7)
20
J Prognosis
1 Bila penyakit di tangani oleh dokter ahli penyakit dalam serta kehamilan dan
persalinan di awasi dan di tolong oeh ahli kebidanan umumnya prognosis baik
2 Diabetes berat dan di derita lama apalagi ada komplikasi prognosis buruk
3 Prognosis bagi bayi jelek faktor ndash faktor yang meninggikan morbiditas dan
mortalitas bayi adalah
Berat dan lamany sakit dan adanya asetonuri
Insufisiensi plasenta
Komplikasi dan distosio persalinan
Sindrom gawat napas ( respiratory stress syndrome )
Prematuritas dan cacat bawaan
Angka kematian perinatal kira ndash kira 10 ndash 15 (3)
III PENANGANAN PERSALINAN PADA IBU YANG MENDERITA DM
Pada penderita yang penyakitnya tidak berat dan cukup di puasai dengan diet saja dan
tidak mempunyai riwayat obstetric yang buruk dapat di harapkan partus spontansampai
kehamilan 40 minggu Lebih dari pada itu sebaiknya dilakukan induksi parsalinan karena
prognosis menjadi lebih buruk Apabila diabetes nya berat dan memerlukan pengobatan
insulin sebaiknya kehamilan diakhiri lebih dini biasanya dalam kehamilan antara 36 dan 38
minggu Lebih- lebih apabila kehamilan nya disertai komplikasi lain seperti pre-eklampsi
janin yang tidak baik pertumbuhan nya atau terlampau besar diabetesnya sukar dikuasai atau
apabila ada riwayat kematian perinatal maka dapat di pertimbangkan untuk mengakhiri
kehamilan lebih dini baik dengan induksi maupun dengan seksio sesaria Dalam pelaksanaan
partus pervaginam baik yang tanpa maupun yang dengan induksin keadaan janin harus lebih
ketat di awasi jika mungkin dengan pencatatan denyut jantung janin terus menerus (5)
Penyulit yang sering di jumpai dalam persalinan
a Inersio uteri dan atonia uteri
b Distosia bahu karena anak besar
21
c Kelahiran mati
d Lebih sering mengakhiri partus dengan tindakan termasuk secsio sesaria
e Lebih mudah terjadi infeksi
f Angka kematian maternal lebih tinggi(5)
Pengelolaan Pascapersalinan
Karena sudah tidak ada resistensi terhadap insulin lagi maka pada periode
pascapesalinan perempuan dengan diabetes gestasional jarang memerlukan insulin
Pasien dengan diabetes yang terkontrol dengan diet setelah persalinan tidak perlu
diperiksa kadar glukosanya Namunbila pada waktu kehamilan diberi pengobatan
insulin sebelum meninggalkan rumah sakit perlu diperiksa kadar glukosa puasa dan 2
jam pascaprandial
Karena resiko terjadinya tipe 2 diabetes melitus dikemudian hari meningkat maka 6
minggu pascapersalinan perlu dilakukan pemeriksaan diabetes dengan cara
pemeriksaan gula darah puasa dalam dua waktu atau 2 jam setelah pemberian 75g
glukosa pada glucose tolerance test
jika kadar
1 lt 140 mgdl normal
2 140-200 mgdl gangguan toleransi glukosa
3 gt 200 mgdl DM
Bila test ini menunjukkan kadar yang normal maka kadar glukosa darah puasa
dievaluasi lagi setelah 3 tahun
Skrining diabetes ini harus dilakukan secara berkala khususnya pada pasien dengan
kadar glukosa darah puasa meningkat waktu kehamilan
Perempuan yang pernah menderita diabetes melitus gestasional harus diberi konseling
agar menyusui anakanya karena pemberian ASI akan memperbaiki kontrol kadar gula
darah
Harus direncanakan penggunaan kontrasepsi karena sekali perempuan hamil
menderita diabetes maka dia beisiko terkena hal yang sama pada kehamilan
berikutnya
22
Bagi perempuan yang obes setelah melahirkan harus melakukan upaya penurunan
berat badan dengan diet dan berilahraga secra teratur agar resiko terjadinya diabetes
menjadi menurun (5)
IV PENANGANAN BAYI BARU LAHIR DARI IBU DENGAN DM
Bayi lahir dari ibu dengan Diabetes Melitus berisiko untuk terjadi hipoglikemia pada
3 hari pertama setelah lahir walaupun bayi sudah dapat minum dengan baik Ibu dengan DM
mempunyai resiko kematian bayi lima kali dibanding ibu tidak dengan DM dan sering
mengalami abortus ataupun kematian dalam kandungan Bayi dengan ibu DM mengalami
Transient Hiperinsulinism yang dapat mengakibatkan Hipoglikemia Macrosomia pada bayi
yang dilahirkan dan dapat berakibat kesulitan lahir Tanda bayi hipoglikemia adalah Distres
nafas malas minum jitteriness mudah terangsang sampai kejang (2)
Kadar Glukose Darah Rendah (Hipoglikemia)
Adalah bila kadar glukosa darah kurang dari 45 mgdL (26 mmolL)
Masalah
a Glukose darah kurang 25 mgdL (11 mmolL) atau terdapat tanda Hipoglikemi
b Glukose darah 25 mgdL (11 mmolL) _ 45 mgdL (26 mmolL) tanpa tanda
Hipoglikemia (2)
Pengelolaan Hipoglikemia
a Glukose darah kurang 25 mgdL (11 mmolL) atau terdapat tanda hipoglikemi
Pasang jalur IV jika belum terpasang
Berikan glukose 10 2 mLkg secara IV bolus pelan dalam lima menit
Jika jalur IV tidak dapat dipasang dengan cepat berikan larutan
glukose melalui pipa lambungdengan dosis yang sama
Infus glukose 10 sesuai kebutuhan rumatan
23
Periksa kadar glukose darah satu jam setelah bolus glukose dan kemudian tiap tiga
jam
Jika kadar glukose darah masih kurang 25 mgdL (11 mmolL) ulangi
pemberian bolus glukose seperti tersebut di atas dan lanjutkan pemberian infus
Jika kadar glukose darah 25-45 mgdL (11-26 mmolL) lanjutkan infus dan
ulangi pemeriksaan kadar glukose setiap tiga jam sampai kadar glukose 45 mgdL
(26 mmolL) atau lebih
Bila kadar glukose darah 45 mgdL (26 mmolL) atau lebih dalam dua kali
pemeriksaan berturut-turut ikuti petunjuk tentang frekuensi pemeriksaan kadar
glukose darah setelah kadar glukose darah kembali normal
Anjurkan ibu menyusui Bila bayi tidak dapat menyusu berikan ASI peras
dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum
Bila kemampuan minum bayi meningkat turunkan pemberian cairan infus setiap
hari secara bertahap Jangan menghentikan infus glukose dengan tiba-tiba (2)
b Glukose darah 25 mgdL (11 mmolL)-45 mgdL (26 mmolL) tanpa tanda
Hipoglikemia
Anjurkan ibu menyusui Bila bayi tidak dapat menyusu berikan ASI peras dengan
menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum
Pantau tanda hipoglikemia dan bila dijumpai tanda tersebut tangani seperti tersebut di
atas
Periksa kadar glukose darah dalam tiga jam atau sebelum pemberian minum
berikutnya
Jika kadar glukose darah kurang 25 mgdL (11 mmolL) atau terdapat tanda
hipoglikemia tangani seperti tersebut di atas
Jika kadar glukose darah masih antara 25-45 mgdL (11-26 mmolL) naikkan
frekuensi pemberian minum ASI atau naikkan volume pemberian minum dengan
menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum
Jika kadar glukose darah 45 mgdL (26 mmolL) atau lebih lihat tentang
frekuensi pemeriksaan kadar glukose darah di bawah ini (2)
24
Frekuensi Pemeriksaan Glukose Darah Setelah Kadar Glukose Darah Normal
Jika bayi mendapatkan cairan IV untuk alasan apapun lanjutkan pemeriksaan kadar
glukose darah setiap 12 jam selama bayi masih memerlukan infus Jika kapan saja
kadar glukose darah turun tangani seperti tersebut di atas
Jika bayi sudah tidak lagi mendapat infus cairan IV periksa kadar glukose darah
setiap 12 jam sebanyak dua kali pemeriksaan
Jika kapan saja kadar glukose darah turun tangani seperti tersebut di atas
Jika kadar glukose darah tetap normal selama waktu tersebut maka pengukuran
dihentikan
Anjurkan ibu untuk menyusui secara dini dan lebih sering paling tidak 8 kali sehari
siang dan malam (2)
Bila bayi berumur kurang 3 hari amati sampai umur 3 hari periksa kadar glukose pada
Saat bayi datang atau pada umur 3 jam
Tiga jam setelah pemeriksaan pertama kemudian tiap 6 jam selama 24 jam atau
sampai kadar glukose dalam batas normal dalam 2 kali pemeriksaan berturut ndash turut
Bila kadar glukose le 45 mgdL atau bayi menunjukkan tanda hipoglikemi (tremor
atau letargi) tangani untuk hipoglikemi (lihat Hipoglikemi)
Bila dalam pengamatan tidak ada tanda hipoglikemi atau masalah lain bayi dapat
minum dengan baik pulangkan bayi pada hari ke 3
Bila bayi berumur 3 hari atau lebih dan tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit bayi
tidak perlu pengamatan Bila bayi dapat minum baik dan tidak ada masalah lain yang
memerlukan perawatan di rumah sakit bayi dapat dipulangkan (2)
25
BAB III
PERMASALAHAN
SKENARIO 4
NyAni yang hamil dan Sakit Gula
NyAni 36 tahun G5P3A1 datang ke Rumah Sakit untuk memeriksa kehamilannya yang
berusia 32 minggu Selain itu NyAni juga mengeluhkan poliuri polifagi dan polidipsi pada
dokter yang menanganinya Anak I lahir hidup dengan BB 3200 gr partus pervaginam
Anak II lahir hidup dengan BB 3400 gr partus pervaginam Anak III lahir hidup dengan
BB 3600 gr partus pervaginam Riwayat abortus (+) Riwayat menderita DM (-) Riwayat
keluarga menderita DM (+) TB NyAni = 160 cm BB NyAni = 72 kg
Pemeriksaan Vital Sign TD = 12080 mmhg HR = 82xmenit RR = 22xmenit T = 372 W C
DJJ 120x Letak kepala
Apakah yang terjadi pada NyAni Tindakan apa yang harus kita lakukan sebagai dokter
26
BAB IV
PEMBAHASAN
I KLARIFIKASI ISTILAH
Poliuri Sekresi urin yang berlebihan (4)
Polifagi Makan secara berlebihan (4)
Polidipsi Rasa haus yang sangat dan berlangsung lama (4)
DM Kelainan metabolik dimana ditemukan ketidakmampuan untuk
mengoksidasi karbohidrat akibat gangguan pada mekanisme insulin yang normal
menimbulkan hiperglikemia glikosuria poliuria rasa haus rasa lapar badan
kurus kelemahan asidosis sering menyebabkan dipsnea lipemia ketonuria dan
akhirnya koma (4)
II MENETAPKAN PERMASALAHAN
1 NyAni 36 tahun G5P3A1 datang ke Rumah Sakit untuk memeriksa
kehamilannya yang berusia 32 minggu dan mengeluhkan poliuri polifagi dan
polidipsi
2 Riwayat keluarga menderita DM (+)
3 Riwayat persalinan BB bayi setiap kelahiran selalu bertambah
III ANALISIS MASALAH
1 Dari umur yaitu 36 tahun sudah mempunyai resiko tinggi pada kehamilan
Poliuri polifagi dan polidipsi merupakan gejala khas DM yang tersembunyi pada
ibu hamil
G5P3A1 ini juga merupakan faktor resiko karena adanya riwayat abortus
2 DM adalah penyakit yang dapat di turunkan kemungkinan NyAni mengalami DM
karena adanya Riwayat DM pada keluarga Tetapi diperlukan juga pemeriksaan
penunjang untuk memastikan apakah NyAni memang menderita DM atau tidak
3 Pada riwayat persalinan dimana BB bayi setiap kelahiran selalu bertambah ini juga
merupakan faktor resiko dari Diabetes Melitus
27
IV KESIMPULAN SEMENTARA
1 Kemungkinan NyAni menderita DM dilihat dari gejala dan riwayat persalinan
dimana BB bayi setiap kelahiran selalu bertambah serta riwayat DM pada keluarga
2 Kemungkinan NyAni menderita DM setelah kehamilan
3 Perlunya pemeriksaan penunjang untuk menentukan DM atau tidak karena NyAni
kemungkinan saja mengalami toleransi glukosa
4 Adanya riwayat obstetri yang buruk yaitu abortus
ANAMNESIS
Nama Ani
Jenis Kelamin female
Alamat -
Umur 36 years old
Keluhan Utama Memeriksa kehamilannya yang berusia 32 minggu dan juga
mengeluhkan poliuri polifagi dan polidipsi
Keluhan Tambahan -
Riwayat Penyakit Dahulu -
Riwayat Penyakit Keluarga DM (+)
Riwayat Sosial -
Riwayat Obstetri G5 P3 A1
Vital Signs
TD 12080 mmHg
HR 82xmenit
RR 22xmenit
T 372C
DJJ 120x
Lokasi kepala
General situation
TB = 160 cm
BB = 72 kg
28
V TUJUAN PEMEBELAJARAN
1 Mengetahui Diabetes Melitus secara umum
2 Mengetahui Diabetes Melitus pada Ibu hamil
3 Penatalaksanaan Diabetes Melitus pada Ibu hamil
4 Pengaruh kehamilan pada Diabetes Melitus
5 Penanganan persalinan pada Ibu yang menderita Diabetes Melitus
VI BELAJAR MANDIRI
1 Text book
2 Internet
3 Kamus dorland
VII KESIMPULAN AKHIR
Kemungkinan NyAni mengalami Diabetes Melitus dilihat dari keluhan riwayat
persalinan dan riwayat keluarga
Dibutuhkan pemeriksaan penunjang untuk diagnosa yang lebih tepat
Pemeriksaan yang di maksud adalah
Pemeriksaan urin
Pemeriksaan KGD puasa dan post ndash prandiol
Glukosa toleran tes (GTT)
Nilai K(3)
Perlunya tindakan yang cepat dan tepat untuk mencegah terjadinya komplikasi dan
prognosis yang buruk
29
BAB V
PENUTUP
Penderita DM Gestasional memunyai resiko yang tinggi terhadap kambuhnya
penyakit diabetes yang pernah dideritannya pada saat hamil sebelumnya
Saran 6-8 minggu setelah melahirkan ibu tersebut melakukan test plasma glukosa
puasa dan OGTT 75 gram glukosa Pasien gemuk penderita GDM sebaiknya mengontrol
BB karena diperkirakan akan menjadi DM dalam 20 tahun kemudian
Wanita dengan diabetes masih dapat hamil dan punya anak sepanjang gula darah
terkontrol Disarankan memilih kontrasepsi dengan kadar estrogen rendah dan dapat
memakai pil tambahan hormon progesteron IUD dapat menimbulkan risiko infeksi
Perlu diperhatikan risiko morbiditas dan mortalitas maternal dan perinatal tinggi
Dengan pengelolaan sebaik-baiknya hasil akhir tetap dapat optimal
30
- A Pengertian
- Menurut Brunner and Suddarth 2001 Diabetes Mellitus merupakan sekelompok kelainan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia Pada Diabetes Mellitus kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun atau pankreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin (1)
- Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo 2002)
- B Klasifikasi
- 1 Klasifikasi diabetes mellitus secara umum sebagai berikut
- C Etiologi
- 1 DM tipe I
- a) Faktor genetic
- Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (1)
- b) Faktor-faktor imunologi
- Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen (1)
- c) Faktor lingkungan
- Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi sel beta (1)
- 2 Diabetes Tipe II
- Menurut Brunner dan Suddarth 2001 mekanisme tepat yang menyebabkan belum diketahui Namun ada beberapa resiko yang berhubungan dengan terjadinya DM type II
- D Tanda dan Gejala
- E Patofisiologi (Patways) DM
- Katarak
- Glaukoma
- Retinopati
- Gatal seluruh badan
- Pruritus Vulvae
- Infeksi bakteri kulit
- Infeksi jamur di kulit
- Dermatopati
- Neuropati perifer
- Neuropati viseral
- Amiotropi
- Ulkus Neurotropik
- Penyakit ginjal
- Penyakit pembuluh darah perifer
- Penyakit koroner
- Penyakit pembuluh darah otak
- Hipertensi
- Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal yang tinggi dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur atau bahkan inkontinensia urin Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat terhadap dehidrasi Karena itu tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada stadium lanjut (Patric Davey 2002 )
- Penyakit yang mula-mula ringan dan sedang saja yang biasa terdapat pada pasien DM usia lanjut dapat berubah tiba-tiba apabila pasien mengalami infeksi akut Defisiensi insulin yang tadinya bersifat relatif sekarang menjadi absolut dan timbul keadaan ketoasidosis dengan gejala khas hiperventilasi dan dehidrasi kesadaran menurun dengan hiperglikemia dehidrasi dan ketonemia Gejala yang biasa terjadi pada hipoglikemia seperti rasa lapar menguap dan berkeringat banyak umumnya tidak ada pada DM usia lanjut Biasanya tampak bermanifestasi sebagai sakit kepala dan kebingungan mendadak (Patric Davey 2002 )
- Pada usia lanjut reaksi vegetatif dapat menghilang Sedangkan gejala kebingungan dan koma yang merupakan gangguan metabolisme serebral tampak lebih jelas
- F Pemeriksaan Penunjang
- G Komplikasi
- Komplikasi Akut
- Komplikasi Kronis
- H Penatalaksanaan
- I Prognosis
-
Kriteria Diagnosis
1 Gejala klasik DM + gula darah sewaktu 200 mgdl Gula darah sewaktu merupakan
hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memerhatikan waktu makan terakhir
Atau
2 Kadar gula darah puasa 1048725 126 mgdl Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori
tambahan sedikitnya 8 jam Atau
3 Kadar gula darah 2 jam pada TTGO 200mgdl TTGO dilakukan dengan Standard
WHO menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 g glukosa anhidrus yang
dilarutkan dalam air (7)
Cara pelaksanaan TTGO (WHO 1994)
Tiga hari sebelum pemeriksaan tetap makan seperti kebiasaan sehari-hari (dengan
karbohidrat yang cukup) dan tetap melakukan kegiatan jasmani seperti biasa
Berpuasa paling sedikit 8 jam (mulai malam hari) sebelum pemeriksaan minum air
putih tanpa gula tetap diperbolehkan
Diperiksa kadar glukosa darah puasa
Diberikan glukosa 75 g (orang dewasa) atau 175 gKg BB (anak-anak) dilarutkan
dalam 250 ml air dan diminum dalam waktu 5 menit
Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan 2 jam setelah
minum larutan glukosa selesai
Diperiksa kadar glukosa darah 2 jam sesudah beban glukosa
Selama proses pemeriksaan subyek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok(7)
Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau DM maka dapat
digolongkan ke dalam kelompok TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) atau GDPT (Glukosa
Darah Puasa Terganggu) dari hasil yang diperoleh
TGT glukosa darah plasma 2 jam setelah pembebanan antara 140 ndash 199 mgdl
GDPT glukosa darah puasa antara 100 ndash 125 mgdl (7)
16
Reduksi Urine
Pemeriksaan reduksi urine merupakan bagian dari pemeriksaan urine rutin yang selalu
dilakukan di klinik Hasil yang (+) menunjukkan adanya glukosuria Beberapa hal yang perlu
diingat dari hasil pemeriksaan reduksi urine adalah
Digunakan pada pemeriksaan pertama sekali untuk tes skrining bukan untuk
menegakkan Diagnosis
Nilai (+) sampai (++++)
Jika reduksi (+) masih mungkin oleh sebab lain seperti renal glukosuria obat-
obatan dan lainnya
Reduksi (++) kemungkinan KGD 200 ndash 300 mg
Reduksi (+++) kemungkinan KGD 300 ndash 400 mg
Reduksi (++++) kemungkinan KGD 400 mg
Dapat digunakan untuk kontrol hasil pengobatan
Bila ada gangguan fungsi ginjal tidak bisa dijadikan pedoman (7)
Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik sebagai patokan
penyaring dan diagnosis (mgdl)
Bukan DM Belum pasti DM DM
Kadar glukosa darah sewaktu
- Plasma vena lt 110 110 ndash 199 gt 200
- Darah kapiler lt 90 90 ndash 199 gt 200
Kadar glukosa darah puasa
- Plasma vena lt 110 110 ndash 125 gt 126
- Darah kapiler lt 90 90 ndash 109 gt 110
17
Diagnosis dapat dengan mudah di tegakkan
Anamnesis Riwayat persalinan yang lalu abortus partus prematurus kematian
janindan anak besar
Riwayat keluarga ( herediter )
Keluhan sekarang trias poliuri polidipsi polifagi dan pernah berobat sakit gula
pada dokter
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan urin
Pemeriksaan KGD puasa dan post ndash prandiol
Glukosa toleran tes (GTT)
Nilai K(3)
G Penatalaksanan Diabetes Melitus terhadap ibu hamil
Sesuai dengan pengelolaan medis DM pada umumnya pengelolaan DMG juga
terutama didasari atas pengelolaan gizi diet dan pengendalian berat badan ibu
1 Kontrol secara ketat gula darah
2 Hindari adanya infeksi saluran kemih atau infeksi lainnya Lakukan upaya
pencegahan infeksi dengan baik
3 Pada bayi baru lahir dapat cepat terjadi hipoglikemia sehingga perlu diberikan infus
glukosa
4 Penanganan DMG yang terutama adalah diet dianjurkan diberikan 25 kalorikgBB
ideal kecuali pada penderita yang gemuk dipertimbangkan kalori yang lebih mudah
5 Cara yang dianjurkan adalah cara Broca yaitu BB ideal = (TB-100)-10 BB
6 Kebutuhan kalori adalah jumlah keseluruhan kalori yang diperhitungkan dari
Kalori basal 25 kalkgBB ideal
Kalori kegiatan jasmani 10-30
Kalori untuk kehamilan 300 kalori
Perlu diingat kebutuhan protein ibu hamil 1-15 grkgBB(5)
18
Jika dengan terapi diet selama 2 minggu kadar glukosa darah belum mencapai normal atau
normoglikemia yaitu kadar glukosa darah puasa di bawah 105 mgdl dan 2 jam pp di bawah
120 mgdl maka terapi insulin harus segera dimulai (5)
Pemantauan dapat dikerjakan dengan menggunakan alat pengukur glukosa darah kapiler
Perhitungan menu seimbang sama dengan perhitungan pada kasus DM umumnya dengan
ditambahkan sejumlah 300-500 kalori per hari untuk tumbuh kembang janin selama masa
kehamilan sampai dengan masa menyusui selesai
Pengelolaan DM dalam kehamilan bertujuan untuk
Mempertahankan kadar glukosa darah puasa lt 105 mgdl
Mempertahankan kadar glukosa darah 2 jam pp lt 120 mgdl
Mempertahankan kadar Hb glikosilat (Hb Alc) lt 6
Mencegah episode hipoglikemia
Mencegah ketonuriaketoasidosis deiabetik
Mengusahakan tumbuh kembang janin yang optimal dan normal (5)
Dianjurkan pemantauan gula darah teratur minimal 2 kali seminggu (ideal setiap hari
jika mungkin dengan alat pemeriksaan sendiri di rumah) Dianjurkan kontrol sesuai jadwal
pemeriksaan antenatal semakin dekat dengan perkiraan persalinan maka kontrol semakin
sering Hb glikosilat diperiksa secara ideal setiap 6-8 minggu sekali (5)
Kenaikan berat badan ibu dianjurkan sekitar 1-25 kg pada trimester pertama dan
selanjutnya rata-rata 05 kg setiap minggu Sampai akhir kehamilan kenaikan berat badan
yang dianjurkan tergantung status gizi awal ibu (ibu BB kurang 14-20 kg ibu BB normal
125-175 kg dan ibu BB lebihobesitas 75-125 kg) (5)
Jika pengelolaan diet saja tidak berhasil maka insulin langsung digunakan Insulin
yang digunakan harus preparat insulin manusia (human insulin) karena insulin yang bukan
berasal dari manusia (non-human insulin) dapat menyebabkan terbentuknya antibodi terhadap
insulin endogen dan antibodi ini dapat menembus sawar darah plasenta (placental blood
barrier) sehingga dapat mempengaruhi janin (5)
19
Pada DMG insulin yang digunakan adalah insulin dosis rendah dengan lama kerja
intermediate dan diberikan 1-2 kali sehari Dosis insulin diperkirakan antara 05-15
unitkgBB Obat hipoglikemik oral tidak digunakan dalam DMG karena efek
teratogenitasnya yang tinggi dan dapat diekskresikan dalamjumlah besar melalui ASI (5)
H Komplikasi
Komplikasi pada Ibu
Hipoglikemia terjadi pada enam bulan pertama kehamilan
Hiperglikemia terjadi pada kehamilan 20 ndash 30 minggu akibat resistensi insulin
Infeksi saluran kemih
Preeklampsi
Hidramnion
Retinopati
Trauma persalinan akibat bayi besar(7)
Masalah pada anak
Abortus
Kelainan kongenital spt sacral agenesis neural tube defek
Respiratory distress
Neonatal hiperglikemia
Makrosomia
Hipocalcemia
kematian perinatal akibat diabetik ketoasidosis
Hiperbilirubinemia(7)
I Tanda Komplikasi DM
Makrovaskular stroke penyakit jantung koroner ulkus gangren
Mikrovaskular retina (retinopati) dan ginjal (gagal ginjal kronik) saraf (stroke
neuropati)
Koma hiperglikemi hipoglikemi stroke (7)
20
J Prognosis
1 Bila penyakit di tangani oleh dokter ahli penyakit dalam serta kehamilan dan
persalinan di awasi dan di tolong oeh ahli kebidanan umumnya prognosis baik
2 Diabetes berat dan di derita lama apalagi ada komplikasi prognosis buruk
3 Prognosis bagi bayi jelek faktor ndash faktor yang meninggikan morbiditas dan
mortalitas bayi adalah
Berat dan lamany sakit dan adanya asetonuri
Insufisiensi plasenta
Komplikasi dan distosio persalinan
Sindrom gawat napas ( respiratory stress syndrome )
Prematuritas dan cacat bawaan
Angka kematian perinatal kira ndash kira 10 ndash 15 (3)
III PENANGANAN PERSALINAN PADA IBU YANG MENDERITA DM
Pada penderita yang penyakitnya tidak berat dan cukup di puasai dengan diet saja dan
tidak mempunyai riwayat obstetric yang buruk dapat di harapkan partus spontansampai
kehamilan 40 minggu Lebih dari pada itu sebaiknya dilakukan induksi parsalinan karena
prognosis menjadi lebih buruk Apabila diabetes nya berat dan memerlukan pengobatan
insulin sebaiknya kehamilan diakhiri lebih dini biasanya dalam kehamilan antara 36 dan 38
minggu Lebih- lebih apabila kehamilan nya disertai komplikasi lain seperti pre-eklampsi
janin yang tidak baik pertumbuhan nya atau terlampau besar diabetesnya sukar dikuasai atau
apabila ada riwayat kematian perinatal maka dapat di pertimbangkan untuk mengakhiri
kehamilan lebih dini baik dengan induksi maupun dengan seksio sesaria Dalam pelaksanaan
partus pervaginam baik yang tanpa maupun yang dengan induksin keadaan janin harus lebih
ketat di awasi jika mungkin dengan pencatatan denyut jantung janin terus menerus (5)
Penyulit yang sering di jumpai dalam persalinan
a Inersio uteri dan atonia uteri
b Distosia bahu karena anak besar
21
c Kelahiran mati
d Lebih sering mengakhiri partus dengan tindakan termasuk secsio sesaria
e Lebih mudah terjadi infeksi
f Angka kematian maternal lebih tinggi(5)
Pengelolaan Pascapersalinan
Karena sudah tidak ada resistensi terhadap insulin lagi maka pada periode
pascapesalinan perempuan dengan diabetes gestasional jarang memerlukan insulin
Pasien dengan diabetes yang terkontrol dengan diet setelah persalinan tidak perlu
diperiksa kadar glukosanya Namunbila pada waktu kehamilan diberi pengobatan
insulin sebelum meninggalkan rumah sakit perlu diperiksa kadar glukosa puasa dan 2
jam pascaprandial
Karena resiko terjadinya tipe 2 diabetes melitus dikemudian hari meningkat maka 6
minggu pascapersalinan perlu dilakukan pemeriksaan diabetes dengan cara
pemeriksaan gula darah puasa dalam dua waktu atau 2 jam setelah pemberian 75g
glukosa pada glucose tolerance test
jika kadar
1 lt 140 mgdl normal
2 140-200 mgdl gangguan toleransi glukosa
3 gt 200 mgdl DM
Bila test ini menunjukkan kadar yang normal maka kadar glukosa darah puasa
dievaluasi lagi setelah 3 tahun
Skrining diabetes ini harus dilakukan secara berkala khususnya pada pasien dengan
kadar glukosa darah puasa meningkat waktu kehamilan
Perempuan yang pernah menderita diabetes melitus gestasional harus diberi konseling
agar menyusui anakanya karena pemberian ASI akan memperbaiki kontrol kadar gula
darah
Harus direncanakan penggunaan kontrasepsi karena sekali perempuan hamil
menderita diabetes maka dia beisiko terkena hal yang sama pada kehamilan
berikutnya
22
Bagi perempuan yang obes setelah melahirkan harus melakukan upaya penurunan
berat badan dengan diet dan berilahraga secra teratur agar resiko terjadinya diabetes
menjadi menurun (5)
IV PENANGANAN BAYI BARU LAHIR DARI IBU DENGAN DM
Bayi lahir dari ibu dengan Diabetes Melitus berisiko untuk terjadi hipoglikemia pada
3 hari pertama setelah lahir walaupun bayi sudah dapat minum dengan baik Ibu dengan DM
mempunyai resiko kematian bayi lima kali dibanding ibu tidak dengan DM dan sering
mengalami abortus ataupun kematian dalam kandungan Bayi dengan ibu DM mengalami
Transient Hiperinsulinism yang dapat mengakibatkan Hipoglikemia Macrosomia pada bayi
yang dilahirkan dan dapat berakibat kesulitan lahir Tanda bayi hipoglikemia adalah Distres
nafas malas minum jitteriness mudah terangsang sampai kejang (2)
Kadar Glukose Darah Rendah (Hipoglikemia)
Adalah bila kadar glukosa darah kurang dari 45 mgdL (26 mmolL)
Masalah
a Glukose darah kurang 25 mgdL (11 mmolL) atau terdapat tanda Hipoglikemi
b Glukose darah 25 mgdL (11 mmolL) _ 45 mgdL (26 mmolL) tanpa tanda
Hipoglikemia (2)
Pengelolaan Hipoglikemia
a Glukose darah kurang 25 mgdL (11 mmolL) atau terdapat tanda hipoglikemi
Pasang jalur IV jika belum terpasang
Berikan glukose 10 2 mLkg secara IV bolus pelan dalam lima menit
Jika jalur IV tidak dapat dipasang dengan cepat berikan larutan
glukose melalui pipa lambungdengan dosis yang sama
Infus glukose 10 sesuai kebutuhan rumatan
23
Periksa kadar glukose darah satu jam setelah bolus glukose dan kemudian tiap tiga
jam
Jika kadar glukose darah masih kurang 25 mgdL (11 mmolL) ulangi
pemberian bolus glukose seperti tersebut di atas dan lanjutkan pemberian infus
Jika kadar glukose darah 25-45 mgdL (11-26 mmolL) lanjutkan infus dan
ulangi pemeriksaan kadar glukose setiap tiga jam sampai kadar glukose 45 mgdL
(26 mmolL) atau lebih
Bila kadar glukose darah 45 mgdL (26 mmolL) atau lebih dalam dua kali
pemeriksaan berturut-turut ikuti petunjuk tentang frekuensi pemeriksaan kadar
glukose darah setelah kadar glukose darah kembali normal
Anjurkan ibu menyusui Bila bayi tidak dapat menyusu berikan ASI peras
dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum
Bila kemampuan minum bayi meningkat turunkan pemberian cairan infus setiap
hari secara bertahap Jangan menghentikan infus glukose dengan tiba-tiba (2)
b Glukose darah 25 mgdL (11 mmolL)-45 mgdL (26 mmolL) tanpa tanda
Hipoglikemia
Anjurkan ibu menyusui Bila bayi tidak dapat menyusu berikan ASI peras dengan
menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum
Pantau tanda hipoglikemia dan bila dijumpai tanda tersebut tangani seperti tersebut di
atas
Periksa kadar glukose darah dalam tiga jam atau sebelum pemberian minum
berikutnya
Jika kadar glukose darah kurang 25 mgdL (11 mmolL) atau terdapat tanda
hipoglikemia tangani seperti tersebut di atas
Jika kadar glukose darah masih antara 25-45 mgdL (11-26 mmolL) naikkan
frekuensi pemberian minum ASI atau naikkan volume pemberian minum dengan
menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum
Jika kadar glukose darah 45 mgdL (26 mmolL) atau lebih lihat tentang
frekuensi pemeriksaan kadar glukose darah di bawah ini (2)
24
Frekuensi Pemeriksaan Glukose Darah Setelah Kadar Glukose Darah Normal
Jika bayi mendapatkan cairan IV untuk alasan apapun lanjutkan pemeriksaan kadar
glukose darah setiap 12 jam selama bayi masih memerlukan infus Jika kapan saja
kadar glukose darah turun tangani seperti tersebut di atas
Jika bayi sudah tidak lagi mendapat infus cairan IV periksa kadar glukose darah
setiap 12 jam sebanyak dua kali pemeriksaan
Jika kapan saja kadar glukose darah turun tangani seperti tersebut di atas
Jika kadar glukose darah tetap normal selama waktu tersebut maka pengukuran
dihentikan
Anjurkan ibu untuk menyusui secara dini dan lebih sering paling tidak 8 kali sehari
siang dan malam (2)
Bila bayi berumur kurang 3 hari amati sampai umur 3 hari periksa kadar glukose pada
Saat bayi datang atau pada umur 3 jam
Tiga jam setelah pemeriksaan pertama kemudian tiap 6 jam selama 24 jam atau
sampai kadar glukose dalam batas normal dalam 2 kali pemeriksaan berturut ndash turut
Bila kadar glukose le 45 mgdL atau bayi menunjukkan tanda hipoglikemi (tremor
atau letargi) tangani untuk hipoglikemi (lihat Hipoglikemi)
Bila dalam pengamatan tidak ada tanda hipoglikemi atau masalah lain bayi dapat
minum dengan baik pulangkan bayi pada hari ke 3
Bila bayi berumur 3 hari atau lebih dan tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit bayi
tidak perlu pengamatan Bila bayi dapat minum baik dan tidak ada masalah lain yang
memerlukan perawatan di rumah sakit bayi dapat dipulangkan (2)
25
BAB III
PERMASALAHAN
SKENARIO 4
NyAni yang hamil dan Sakit Gula
NyAni 36 tahun G5P3A1 datang ke Rumah Sakit untuk memeriksa kehamilannya yang
berusia 32 minggu Selain itu NyAni juga mengeluhkan poliuri polifagi dan polidipsi pada
dokter yang menanganinya Anak I lahir hidup dengan BB 3200 gr partus pervaginam
Anak II lahir hidup dengan BB 3400 gr partus pervaginam Anak III lahir hidup dengan
BB 3600 gr partus pervaginam Riwayat abortus (+) Riwayat menderita DM (-) Riwayat
keluarga menderita DM (+) TB NyAni = 160 cm BB NyAni = 72 kg
Pemeriksaan Vital Sign TD = 12080 mmhg HR = 82xmenit RR = 22xmenit T = 372 W C
DJJ 120x Letak kepala
Apakah yang terjadi pada NyAni Tindakan apa yang harus kita lakukan sebagai dokter
26
BAB IV
PEMBAHASAN
I KLARIFIKASI ISTILAH
Poliuri Sekresi urin yang berlebihan (4)
Polifagi Makan secara berlebihan (4)
Polidipsi Rasa haus yang sangat dan berlangsung lama (4)
DM Kelainan metabolik dimana ditemukan ketidakmampuan untuk
mengoksidasi karbohidrat akibat gangguan pada mekanisme insulin yang normal
menimbulkan hiperglikemia glikosuria poliuria rasa haus rasa lapar badan
kurus kelemahan asidosis sering menyebabkan dipsnea lipemia ketonuria dan
akhirnya koma (4)
II MENETAPKAN PERMASALAHAN
1 NyAni 36 tahun G5P3A1 datang ke Rumah Sakit untuk memeriksa
kehamilannya yang berusia 32 minggu dan mengeluhkan poliuri polifagi dan
polidipsi
2 Riwayat keluarga menderita DM (+)
3 Riwayat persalinan BB bayi setiap kelahiran selalu bertambah
III ANALISIS MASALAH
1 Dari umur yaitu 36 tahun sudah mempunyai resiko tinggi pada kehamilan
Poliuri polifagi dan polidipsi merupakan gejala khas DM yang tersembunyi pada
ibu hamil
G5P3A1 ini juga merupakan faktor resiko karena adanya riwayat abortus
2 DM adalah penyakit yang dapat di turunkan kemungkinan NyAni mengalami DM
karena adanya Riwayat DM pada keluarga Tetapi diperlukan juga pemeriksaan
penunjang untuk memastikan apakah NyAni memang menderita DM atau tidak
3 Pada riwayat persalinan dimana BB bayi setiap kelahiran selalu bertambah ini juga
merupakan faktor resiko dari Diabetes Melitus
27
IV KESIMPULAN SEMENTARA
1 Kemungkinan NyAni menderita DM dilihat dari gejala dan riwayat persalinan
dimana BB bayi setiap kelahiran selalu bertambah serta riwayat DM pada keluarga
2 Kemungkinan NyAni menderita DM setelah kehamilan
3 Perlunya pemeriksaan penunjang untuk menentukan DM atau tidak karena NyAni
kemungkinan saja mengalami toleransi glukosa
4 Adanya riwayat obstetri yang buruk yaitu abortus
ANAMNESIS
Nama Ani
Jenis Kelamin female
Alamat -
Umur 36 years old
Keluhan Utama Memeriksa kehamilannya yang berusia 32 minggu dan juga
mengeluhkan poliuri polifagi dan polidipsi
Keluhan Tambahan -
Riwayat Penyakit Dahulu -
Riwayat Penyakit Keluarga DM (+)
Riwayat Sosial -
Riwayat Obstetri G5 P3 A1
Vital Signs
TD 12080 mmHg
HR 82xmenit
RR 22xmenit
T 372C
DJJ 120x
Lokasi kepala
General situation
TB = 160 cm
BB = 72 kg
28
V TUJUAN PEMEBELAJARAN
1 Mengetahui Diabetes Melitus secara umum
2 Mengetahui Diabetes Melitus pada Ibu hamil
3 Penatalaksanaan Diabetes Melitus pada Ibu hamil
4 Pengaruh kehamilan pada Diabetes Melitus
5 Penanganan persalinan pada Ibu yang menderita Diabetes Melitus
VI BELAJAR MANDIRI
1 Text book
2 Internet
3 Kamus dorland
VII KESIMPULAN AKHIR
Kemungkinan NyAni mengalami Diabetes Melitus dilihat dari keluhan riwayat
persalinan dan riwayat keluarga
Dibutuhkan pemeriksaan penunjang untuk diagnosa yang lebih tepat
Pemeriksaan yang di maksud adalah
Pemeriksaan urin
Pemeriksaan KGD puasa dan post ndash prandiol
Glukosa toleran tes (GTT)
Nilai K(3)
Perlunya tindakan yang cepat dan tepat untuk mencegah terjadinya komplikasi dan
prognosis yang buruk
29
BAB V
PENUTUP
Penderita DM Gestasional memunyai resiko yang tinggi terhadap kambuhnya
penyakit diabetes yang pernah dideritannya pada saat hamil sebelumnya
Saran 6-8 minggu setelah melahirkan ibu tersebut melakukan test plasma glukosa
puasa dan OGTT 75 gram glukosa Pasien gemuk penderita GDM sebaiknya mengontrol
BB karena diperkirakan akan menjadi DM dalam 20 tahun kemudian
Wanita dengan diabetes masih dapat hamil dan punya anak sepanjang gula darah
terkontrol Disarankan memilih kontrasepsi dengan kadar estrogen rendah dan dapat
memakai pil tambahan hormon progesteron IUD dapat menimbulkan risiko infeksi
Perlu diperhatikan risiko morbiditas dan mortalitas maternal dan perinatal tinggi
Dengan pengelolaan sebaik-baiknya hasil akhir tetap dapat optimal
30
- A Pengertian
- Menurut Brunner and Suddarth 2001 Diabetes Mellitus merupakan sekelompok kelainan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia Pada Diabetes Mellitus kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun atau pankreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin (1)
- Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo 2002)
- B Klasifikasi
- 1 Klasifikasi diabetes mellitus secara umum sebagai berikut
- C Etiologi
- 1 DM tipe I
- a) Faktor genetic
- Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (1)
- b) Faktor-faktor imunologi
- Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen (1)
- c) Faktor lingkungan
- Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi sel beta (1)
- 2 Diabetes Tipe II
- Menurut Brunner dan Suddarth 2001 mekanisme tepat yang menyebabkan belum diketahui Namun ada beberapa resiko yang berhubungan dengan terjadinya DM type II
- D Tanda dan Gejala
- E Patofisiologi (Patways) DM
- Katarak
- Glaukoma
- Retinopati
- Gatal seluruh badan
- Pruritus Vulvae
- Infeksi bakteri kulit
- Infeksi jamur di kulit
- Dermatopati
- Neuropati perifer
- Neuropati viseral
- Amiotropi
- Ulkus Neurotropik
- Penyakit ginjal
- Penyakit pembuluh darah perifer
- Penyakit koroner
- Penyakit pembuluh darah otak
- Hipertensi
- Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal yang tinggi dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur atau bahkan inkontinensia urin Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat terhadap dehidrasi Karena itu tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada stadium lanjut (Patric Davey 2002 )
- Penyakit yang mula-mula ringan dan sedang saja yang biasa terdapat pada pasien DM usia lanjut dapat berubah tiba-tiba apabila pasien mengalami infeksi akut Defisiensi insulin yang tadinya bersifat relatif sekarang menjadi absolut dan timbul keadaan ketoasidosis dengan gejala khas hiperventilasi dan dehidrasi kesadaran menurun dengan hiperglikemia dehidrasi dan ketonemia Gejala yang biasa terjadi pada hipoglikemia seperti rasa lapar menguap dan berkeringat banyak umumnya tidak ada pada DM usia lanjut Biasanya tampak bermanifestasi sebagai sakit kepala dan kebingungan mendadak (Patric Davey 2002 )
- Pada usia lanjut reaksi vegetatif dapat menghilang Sedangkan gejala kebingungan dan koma yang merupakan gangguan metabolisme serebral tampak lebih jelas
- F Pemeriksaan Penunjang
- G Komplikasi
- Komplikasi Akut
- Komplikasi Kronis
- H Penatalaksanaan
- I Prognosis
-
Reduksi Urine
Pemeriksaan reduksi urine merupakan bagian dari pemeriksaan urine rutin yang selalu
dilakukan di klinik Hasil yang (+) menunjukkan adanya glukosuria Beberapa hal yang perlu
diingat dari hasil pemeriksaan reduksi urine adalah
Digunakan pada pemeriksaan pertama sekali untuk tes skrining bukan untuk
menegakkan Diagnosis
Nilai (+) sampai (++++)
Jika reduksi (+) masih mungkin oleh sebab lain seperti renal glukosuria obat-
obatan dan lainnya
Reduksi (++) kemungkinan KGD 200 ndash 300 mg
Reduksi (+++) kemungkinan KGD 300 ndash 400 mg
Reduksi (++++) kemungkinan KGD 400 mg
Dapat digunakan untuk kontrol hasil pengobatan
Bila ada gangguan fungsi ginjal tidak bisa dijadikan pedoman (7)
Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik sebagai patokan
penyaring dan diagnosis (mgdl)
Bukan DM Belum pasti DM DM
Kadar glukosa darah sewaktu
- Plasma vena lt 110 110 ndash 199 gt 200
- Darah kapiler lt 90 90 ndash 199 gt 200
Kadar glukosa darah puasa
- Plasma vena lt 110 110 ndash 125 gt 126
- Darah kapiler lt 90 90 ndash 109 gt 110
17
Diagnosis dapat dengan mudah di tegakkan
Anamnesis Riwayat persalinan yang lalu abortus partus prematurus kematian
janindan anak besar
Riwayat keluarga ( herediter )
Keluhan sekarang trias poliuri polidipsi polifagi dan pernah berobat sakit gula
pada dokter
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan urin
Pemeriksaan KGD puasa dan post ndash prandiol
Glukosa toleran tes (GTT)
Nilai K(3)
G Penatalaksanan Diabetes Melitus terhadap ibu hamil
Sesuai dengan pengelolaan medis DM pada umumnya pengelolaan DMG juga
terutama didasari atas pengelolaan gizi diet dan pengendalian berat badan ibu
1 Kontrol secara ketat gula darah
2 Hindari adanya infeksi saluran kemih atau infeksi lainnya Lakukan upaya
pencegahan infeksi dengan baik
3 Pada bayi baru lahir dapat cepat terjadi hipoglikemia sehingga perlu diberikan infus
glukosa
4 Penanganan DMG yang terutama adalah diet dianjurkan diberikan 25 kalorikgBB
ideal kecuali pada penderita yang gemuk dipertimbangkan kalori yang lebih mudah
5 Cara yang dianjurkan adalah cara Broca yaitu BB ideal = (TB-100)-10 BB
6 Kebutuhan kalori adalah jumlah keseluruhan kalori yang diperhitungkan dari
Kalori basal 25 kalkgBB ideal
Kalori kegiatan jasmani 10-30
Kalori untuk kehamilan 300 kalori
Perlu diingat kebutuhan protein ibu hamil 1-15 grkgBB(5)
18
Jika dengan terapi diet selama 2 minggu kadar glukosa darah belum mencapai normal atau
normoglikemia yaitu kadar glukosa darah puasa di bawah 105 mgdl dan 2 jam pp di bawah
120 mgdl maka terapi insulin harus segera dimulai (5)
Pemantauan dapat dikerjakan dengan menggunakan alat pengukur glukosa darah kapiler
Perhitungan menu seimbang sama dengan perhitungan pada kasus DM umumnya dengan
ditambahkan sejumlah 300-500 kalori per hari untuk tumbuh kembang janin selama masa
kehamilan sampai dengan masa menyusui selesai
Pengelolaan DM dalam kehamilan bertujuan untuk
Mempertahankan kadar glukosa darah puasa lt 105 mgdl
Mempertahankan kadar glukosa darah 2 jam pp lt 120 mgdl
Mempertahankan kadar Hb glikosilat (Hb Alc) lt 6
Mencegah episode hipoglikemia
Mencegah ketonuriaketoasidosis deiabetik
Mengusahakan tumbuh kembang janin yang optimal dan normal (5)
Dianjurkan pemantauan gula darah teratur minimal 2 kali seminggu (ideal setiap hari
jika mungkin dengan alat pemeriksaan sendiri di rumah) Dianjurkan kontrol sesuai jadwal
pemeriksaan antenatal semakin dekat dengan perkiraan persalinan maka kontrol semakin
sering Hb glikosilat diperiksa secara ideal setiap 6-8 minggu sekali (5)
Kenaikan berat badan ibu dianjurkan sekitar 1-25 kg pada trimester pertama dan
selanjutnya rata-rata 05 kg setiap minggu Sampai akhir kehamilan kenaikan berat badan
yang dianjurkan tergantung status gizi awal ibu (ibu BB kurang 14-20 kg ibu BB normal
125-175 kg dan ibu BB lebihobesitas 75-125 kg) (5)
Jika pengelolaan diet saja tidak berhasil maka insulin langsung digunakan Insulin
yang digunakan harus preparat insulin manusia (human insulin) karena insulin yang bukan
berasal dari manusia (non-human insulin) dapat menyebabkan terbentuknya antibodi terhadap
insulin endogen dan antibodi ini dapat menembus sawar darah plasenta (placental blood
barrier) sehingga dapat mempengaruhi janin (5)
19
Pada DMG insulin yang digunakan adalah insulin dosis rendah dengan lama kerja
intermediate dan diberikan 1-2 kali sehari Dosis insulin diperkirakan antara 05-15
unitkgBB Obat hipoglikemik oral tidak digunakan dalam DMG karena efek
teratogenitasnya yang tinggi dan dapat diekskresikan dalamjumlah besar melalui ASI (5)
H Komplikasi
Komplikasi pada Ibu
Hipoglikemia terjadi pada enam bulan pertama kehamilan
Hiperglikemia terjadi pada kehamilan 20 ndash 30 minggu akibat resistensi insulin
Infeksi saluran kemih
Preeklampsi
Hidramnion
Retinopati
Trauma persalinan akibat bayi besar(7)
Masalah pada anak
Abortus
Kelainan kongenital spt sacral agenesis neural tube defek
Respiratory distress
Neonatal hiperglikemia
Makrosomia
Hipocalcemia
kematian perinatal akibat diabetik ketoasidosis
Hiperbilirubinemia(7)
I Tanda Komplikasi DM
Makrovaskular stroke penyakit jantung koroner ulkus gangren
Mikrovaskular retina (retinopati) dan ginjal (gagal ginjal kronik) saraf (stroke
neuropati)
Koma hiperglikemi hipoglikemi stroke (7)
20
J Prognosis
1 Bila penyakit di tangani oleh dokter ahli penyakit dalam serta kehamilan dan
persalinan di awasi dan di tolong oeh ahli kebidanan umumnya prognosis baik
2 Diabetes berat dan di derita lama apalagi ada komplikasi prognosis buruk
3 Prognosis bagi bayi jelek faktor ndash faktor yang meninggikan morbiditas dan
mortalitas bayi adalah
Berat dan lamany sakit dan adanya asetonuri
Insufisiensi plasenta
Komplikasi dan distosio persalinan
Sindrom gawat napas ( respiratory stress syndrome )
Prematuritas dan cacat bawaan
Angka kematian perinatal kira ndash kira 10 ndash 15 (3)
III PENANGANAN PERSALINAN PADA IBU YANG MENDERITA DM
Pada penderita yang penyakitnya tidak berat dan cukup di puasai dengan diet saja dan
tidak mempunyai riwayat obstetric yang buruk dapat di harapkan partus spontansampai
kehamilan 40 minggu Lebih dari pada itu sebaiknya dilakukan induksi parsalinan karena
prognosis menjadi lebih buruk Apabila diabetes nya berat dan memerlukan pengobatan
insulin sebaiknya kehamilan diakhiri lebih dini biasanya dalam kehamilan antara 36 dan 38
minggu Lebih- lebih apabila kehamilan nya disertai komplikasi lain seperti pre-eklampsi
janin yang tidak baik pertumbuhan nya atau terlampau besar diabetesnya sukar dikuasai atau
apabila ada riwayat kematian perinatal maka dapat di pertimbangkan untuk mengakhiri
kehamilan lebih dini baik dengan induksi maupun dengan seksio sesaria Dalam pelaksanaan
partus pervaginam baik yang tanpa maupun yang dengan induksin keadaan janin harus lebih
ketat di awasi jika mungkin dengan pencatatan denyut jantung janin terus menerus (5)
Penyulit yang sering di jumpai dalam persalinan
a Inersio uteri dan atonia uteri
b Distosia bahu karena anak besar
21
c Kelahiran mati
d Lebih sering mengakhiri partus dengan tindakan termasuk secsio sesaria
e Lebih mudah terjadi infeksi
f Angka kematian maternal lebih tinggi(5)
Pengelolaan Pascapersalinan
Karena sudah tidak ada resistensi terhadap insulin lagi maka pada periode
pascapesalinan perempuan dengan diabetes gestasional jarang memerlukan insulin
Pasien dengan diabetes yang terkontrol dengan diet setelah persalinan tidak perlu
diperiksa kadar glukosanya Namunbila pada waktu kehamilan diberi pengobatan
insulin sebelum meninggalkan rumah sakit perlu diperiksa kadar glukosa puasa dan 2
jam pascaprandial
Karena resiko terjadinya tipe 2 diabetes melitus dikemudian hari meningkat maka 6
minggu pascapersalinan perlu dilakukan pemeriksaan diabetes dengan cara
pemeriksaan gula darah puasa dalam dua waktu atau 2 jam setelah pemberian 75g
glukosa pada glucose tolerance test
jika kadar
1 lt 140 mgdl normal
2 140-200 mgdl gangguan toleransi glukosa
3 gt 200 mgdl DM
Bila test ini menunjukkan kadar yang normal maka kadar glukosa darah puasa
dievaluasi lagi setelah 3 tahun
Skrining diabetes ini harus dilakukan secara berkala khususnya pada pasien dengan
kadar glukosa darah puasa meningkat waktu kehamilan
Perempuan yang pernah menderita diabetes melitus gestasional harus diberi konseling
agar menyusui anakanya karena pemberian ASI akan memperbaiki kontrol kadar gula
darah
Harus direncanakan penggunaan kontrasepsi karena sekali perempuan hamil
menderita diabetes maka dia beisiko terkena hal yang sama pada kehamilan
berikutnya
22
Bagi perempuan yang obes setelah melahirkan harus melakukan upaya penurunan
berat badan dengan diet dan berilahraga secra teratur agar resiko terjadinya diabetes
menjadi menurun (5)
IV PENANGANAN BAYI BARU LAHIR DARI IBU DENGAN DM
Bayi lahir dari ibu dengan Diabetes Melitus berisiko untuk terjadi hipoglikemia pada
3 hari pertama setelah lahir walaupun bayi sudah dapat minum dengan baik Ibu dengan DM
mempunyai resiko kematian bayi lima kali dibanding ibu tidak dengan DM dan sering
mengalami abortus ataupun kematian dalam kandungan Bayi dengan ibu DM mengalami
Transient Hiperinsulinism yang dapat mengakibatkan Hipoglikemia Macrosomia pada bayi
yang dilahirkan dan dapat berakibat kesulitan lahir Tanda bayi hipoglikemia adalah Distres
nafas malas minum jitteriness mudah terangsang sampai kejang (2)
Kadar Glukose Darah Rendah (Hipoglikemia)
Adalah bila kadar glukosa darah kurang dari 45 mgdL (26 mmolL)
Masalah
a Glukose darah kurang 25 mgdL (11 mmolL) atau terdapat tanda Hipoglikemi
b Glukose darah 25 mgdL (11 mmolL) _ 45 mgdL (26 mmolL) tanpa tanda
Hipoglikemia (2)
Pengelolaan Hipoglikemia
a Glukose darah kurang 25 mgdL (11 mmolL) atau terdapat tanda hipoglikemi
Pasang jalur IV jika belum terpasang
Berikan glukose 10 2 mLkg secara IV bolus pelan dalam lima menit
Jika jalur IV tidak dapat dipasang dengan cepat berikan larutan
glukose melalui pipa lambungdengan dosis yang sama
Infus glukose 10 sesuai kebutuhan rumatan
23
Periksa kadar glukose darah satu jam setelah bolus glukose dan kemudian tiap tiga
jam
Jika kadar glukose darah masih kurang 25 mgdL (11 mmolL) ulangi
pemberian bolus glukose seperti tersebut di atas dan lanjutkan pemberian infus
Jika kadar glukose darah 25-45 mgdL (11-26 mmolL) lanjutkan infus dan
ulangi pemeriksaan kadar glukose setiap tiga jam sampai kadar glukose 45 mgdL
(26 mmolL) atau lebih
Bila kadar glukose darah 45 mgdL (26 mmolL) atau lebih dalam dua kali
pemeriksaan berturut-turut ikuti petunjuk tentang frekuensi pemeriksaan kadar
glukose darah setelah kadar glukose darah kembali normal
Anjurkan ibu menyusui Bila bayi tidak dapat menyusu berikan ASI peras
dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum
Bila kemampuan minum bayi meningkat turunkan pemberian cairan infus setiap
hari secara bertahap Jangan menghentikan infus glukose dengan tiba-tiba (2)
b Glukose darah 25 mgdL (11 mmolL)-45 mgdL (26 mmolL) tanpa tanda
Hipoglikemia
Anjurkan ibu menyusui Bila bayi tidak dapat menyusu berikan ASI peras dengan
menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum
Pantau tanda hipoglikemia dan bila dijumpai tanda tersebut tangani seperti tersebut di
atas
Periksa kadar glukose darah dalam tiga jam atau sebelum pemberian minum
berikutnya
Jika kadar glukose darah kurang 25 mgdL (11 mmolL) atau terdapat tanda
hipoglikemia tangani seperti tersebut di atas
Jika kadar glukose darah masih antara 25-45 mgdL (11-26 mmolL) naikkan
frekuensi pemberian minum ASI atau naikkan volume pemberian minum dengan
menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum
Jika kadar glukose darah 45 mgdL (26 mmolL) atau lebih lihat tentang
frekuensi pemeriksaan kadar glukose darah di bawah ini (2)
24
Frekuensi Pemeriksaan Glukose Darah Setelah Kadar Glukose Darah Normal
Jika bayi mendapatkan cairan IV untuk alasan apapun lanjutkan pemeriksaan kadar
glukose darah setiap 12 jam selama bayi masih memerlukan infus Jika kapan saja
kadar glukose darah turun tangani seperti tersebut di atas
Jika bayi sudah tidak lagi mendapat infus cairan IV periksa kadar glukose darah
setiap 12 jam sebanyak dua kali pemeriksaan
Jika kapan saja kadar glukose darah turun tangani seperti tersebut di atas
Jika kadar glukose darah tetap normal selama waktu tersebut maka pengukuran
dihentikan
Anjurkan ibu untuk menyusui secara dini dan lebih sering paling tidak 8 kali sehari
siang dan malam (2)
Bila bayi berumur kurang 3 hari amati sampai umur 3 hari periksa kadar glukose pada
Saat bayi datang atau pada umur 3 jam
Tiga jam setelah pemeriksaan pertama kemudian tiap 6 jam selama 24 jam atau
sampai kadar glukose dalam batas normal dalam 2 kali pemeriksaan berturut ndash turut
Bila kadar glukose le 45 mgdL atau bayi menunjukkan tanda hipoglikemi (tremor
atau letargi) tangani untuk hipoglikemi (lihat Hipoglikemi)
Bila dalam pengamatan tidak ada tanda hipoglikemi atau masalah lain bayi dapat
minum dengan baik pulangkan bayi pada hari ke 3
Bila bayi berumur 3 hari atau lebih dan tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit bayi
tidak perlu pengamatan Bila bayi dapat minum baik dan tidak ada masalah lain yang
memerlukan perawatan di rumah sakit bayi dapat dipulangkan (2)
25
BAB III
PERMASALAHAN
SKENARIO 4
NyAni yang hamil dan Sakit Gula
NyAni 36 tahun G5P3A1 datang ke Rumah Sakit untuk memeriksa kehamilannya yang
berusia 32 minggu Selain itu NyAni juga mengeluhkan poliuri polifagi dan polidipsi pada
dokter yang menanganinya Anak I lahir hidup dengan BB 3200 gr partus pervaginam
Anak II lahir hidup dengan BB 3400 gr partus pervaginam Anak III lahir hidup dengan
BB 3600 gr partus pervaginam Riwayat abortus (+) Riwayat menderita DM (-) Riwayat
keluarga menderita DM (+) TB NyAni = 160 cm BB NyAni = 72 kg
Pemeriksaan Vital Sign TD = 12080 mmhg HR = 82xmenit RR = 22xmenit T = 372 W C
DJJ 120x Letak kepala
Apakah yang terjadi pada NyAni Tindakan apa yang harus kita lakukan sebagai dokter
26
BAB IV
PEMBAHASAN
I KLARIFIKASI ISTILAH
Poliuri Sekresi urin yang berlebihan (4)
Polifagi Makan secara berlebihan (4)
Polidipsi Rasa haus yang sangat dan berlangsung lama (4)
DM Kelainan metabolik dimana ditemukan ketidakmampuan untuk
mengoksidasi karbohidrat akibat gangguan pada mekanisme insulin yang normal
menimbulkan hiperglikemia glikosuria poliuria rasa haus rasa lapar badan
kurus kelemahan asidosis sering menyebabkan dipsnea lipemia ketonuria dan
akhirnya koma (4)
II MENETAPKAN PERMASALAHAN
1 NyAni 36 tahun G5P3A1 datang ke Rumah Sakit untuk memeriksa
kehamilannya yang berusia 32 minggu dan mengeluhkan poliuri polifagi dan
polidipsi
2 Riwayat keluarga menderita DM (+)
3 Riwayat persalinan BB bayi setiap kelahiran selalu bertambah
III ANALISIS MASALAH
1 Dari umur yaitu 36 tahun sudah mempunyai resiko tinggi pada kehamilan
Poliuri polifagi dan polidipsi merupakan gejala khas DM yang tersembunyi pada
ibu hamil
G5P3A1 ini juga merupakan faktor resiko karena adanya riwayat abortus
2 DM adalah penyakit yang dapat di turunkan kemungkinan NyAni mengalami DM
karena adanya Riwayat DM pada keluarga Tetapi diperlukan juga pemeriksaan
penunjang untuk memastikan apakah NyAni memang menderita DM atau tidak
3 Pada riwayat persalinan dimana BB bayi setiap kelahiran selalu bertambah ini juga
merupakan faktor resiko dari Diabetes Melitus
27
IV KESIMPULAN SEMENTARA
1 Kemungkinan NyAni menderita DM dilihat dari gejala dan riwayat persalinan
dimana BB bayi setiap kelahiran selalu bertambah serta riwayat DM pada keluarga
2 Kemungkinan NyAni menderita DM setelah kehamilan
3 Perlunya pemeriksaan penunjang untuk menentukan DM atau tidak karena NyAni
kemungkinan saja mengalami toleransi glukosa
4 Adanya riwayat obstetri yang buruk yaitu abortus
ANAMNESIS
Nama Ani
Jenis Kelamin female
Alamat -
Umur 36 years old
Keluhan Utama Memeriksa kehamilannya yang berusia 32 minggu dan juga
mengeluhkan poliuri polifagi dan polidipsi
Keluhan Tambahan -
Riwayat Penyakit Dahulu -
Riwayat Penyakit Keluarga DM (+)
Riwayat Sosial -
Riwayat Obstetri G5 P3 A1
Vital Signs
TD 12080 mmHg
HR 82xmenit
RR 22xmenit
T 372C
DJJ 120x
Lokasi kepala
General situation
TB = 160 cm
BB = 72 kg
28
V TUJUAN PEMEBELAJARAN
1 Mengetahui Diabetes Melitus secara umum
2 Mengetahui Diabetes Melitus pada Ibu hamil
3 Penatalaksanaan Diabetes Melitus pada Ibu hamil
4 Pengaruh kehamilan pada Diabetes Melitus
5 Penanganan persalinan pada Ibu yang menderita Diabetes Melitus
VI BELAJAR MANDIRI
1 Text book
2 Internet
3 Kamus dorland
VII KESIMPULAN AKHIR
Kemungkinan NyAni mengalami Diabetes Melitus dilihat dari keluhan riwayat
persalinan dan riwayat keluarga
Dibutuhkan pemeriksaan penunjang untuk diagnosa yang lebih tepat
Pemeriksaan yang di maksud adalah
Pemeriksaan urin
Pemeriksaan KGD puasa dan post ndash prandiol
Glukosa toleran tes (GTT)
Nilai K(3)
Perlunya tindakan yang cepat dan tepat untuk mencegah terjadinya komplikasi dan
prognosis yang buruk
29
BAB V
PENUTUP
Penderita DM Gestasional memunyai resiko yang tinggi terhadap kambuhnya
penyakit diabetes yang pernah dideritannya pada saat hamil sebelumnya
Saran 6-8 minggu setelah melahirkan ibu tersebut melakukan test plasma glukosa
puasa dan OGTT 75 gram glukosa Pasien gemuk penderita GDM sebaiknya mengontrol
BB karena diperkirakan akan menjadi DM dalam 20 tahun kemudian
Wanita dengan diabetes masih dapat hamil dan punya anak sepanjang gula darah
terkontrol Disarankan memilih kontrasepsi dengan kadar estrogen rendah dan dapat
memakai pil tambahan hormon progesteron IUD dapat menimbulkan risiko infeksi
Perlu diperhatikan risiko morbiditas dan mortalitas maternal dan perinatal tinggi
Dengan pengelolaan sebaik-baiknya hasil akhir tetap dapat optimal
30
- A Pengertian
- Menurut Brunner and Suddarth 2001 Diabetes Mellitus merupakan sekelompok kelainan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia Pada Diabetes Mellitus kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun atau pankreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin (1)
- Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo 2002)
- B Klasifikasi
- 1 Klasifikasi diabetes mellitus secara umum sebagai berikut
- C Etiologi
- 1 DM tipe I
- a) Faktor genetic
- Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (1)
- b) Faktor-faktor imunologi
- Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen (1)
- c) Faktor lingkungan
- Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi sel beta (1)
- 2 Diabetes Tipe II
- Menurut Brunner dan Suddarth 2001 mekanisme tepat yang menyebabkan belum diketahui Namun ada beberapa resiko yang berhubungan dengan terjadinya DM type II
- D Tanda dan Gejala
- E Patofisiologi (Patways) DM
- Katarak
- Glaukoma
- Retinopati
- Gatal seluruh badan
- Pruritus Vulvae
- Infeksi bakteri kulit
- Infeksi jamur di kulit
- Dermatopati
- Neuropati perifer
- Neuropati viseral
- Amiotropi
- Ulkus Neurotropik
- Penyakit ginjal
- Penyakit pembuluh darah perifer
- Penyakit koroner
- Penyakit pembuluh darah otak
- Hipertensi
- Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal yang tinggi dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur atau bahkan inkontinensia urin Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat terhadap dehidrasi Karena itu tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada stadium lanjut (Patric Davey 2002 )
- Penyakit yang mula-mula ringan dan sedang saja yang biasa terdapat pada pasien DM usia lanjut dapat berubah tiba-tiba apabila pasien mengalami infeksi akut Defisiensi insulin yang tadinya bersifat relatif sekarang menjadi absolut dan timbul keadaan ketoasidosis dengan gejala khas hiperventilasi dan dehidrasi kesadaran menurun dengan hiperglikemia dehidrasi dan ketonemia Gejala yang biasa terjadi pada hipoglikemia seperti rasa lapar menguap dan berkeringat banyak umumnya tidak ada pada DM usia lanjut Biasanya tampak bermanifestasi sebagai sakit kepala dan kebingungan mendadak (Patric Davey 2002 )
- Pada usia lanjut reaksi vegetatif dapat menghilang Sedangkan gejala kebingungan dan koma yang merupakan gangguan metabolisme serebral tampak lebih jelas
- F Pemeriksaan Penunjang
- G Komplikasi
- Komplikasi Akut
- Komplikasi Kronis
- H Penatalaksanaan
- I Prognosis
-
Diagnosis dapat dengan mudah di tegakkan
Anamnesis Riwayat persalinan yang lalu abortus partus prematurus kematian
janindan anak besar
Riwayat keluarga ( herediter )
Keluhan sekarang trias poliuri polidipsi polifagi dan pernah berobat sakit gula
pada dokter
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan urin
Pemeriksaan KGD puasa dan post ndash prandiol
Glukosa toleran tes (GTT)
Nilai K(3)
G Penatalaksanan Diabetes Melitus terhadap ibu hamil
Sesuai dengan pengelolaan medis DM pada umumnya pengelolaan DMG juga
terutama didasari atas pengelolaan gizi diet dan pengendalian berat badan ibu
1 Kontrol secara ketat gula darah
2 Hindari adanya infeksi saluran kemih atau infeksi lainnya Lakukan upaya
pencegahan infeksi dengan baik
3 Pada bayi baru lahir dapat cepat terjadi hipoglikemia sehingga perlu diberikan infus
glukosa
4 Penanganan DMG yang terutama adalah diet dianjurkan diberikan 25 kalorikgBB
ideal kecuali pada penderita yang gemuk dipertimbangkan kalori yang lebih mudah
5 Cara yang dianjurkan adalah cara Broca yaitu BB ideal = (TB-100)-10 BB
6 Kebutuhan kalori adalah jumlah keseluruhan kalori yang diperhitungkan dari
Kalori basal 25 kalkgBB ideal
Kalori kegiatan jasmani 10-30
Kalori untuk kehamilan 300 kalori
Perlu diingat kebutuhan protein ibu hamil 1-15 grkgBB(5)
18
Jika dengan terapi diet selama 2 minggu kadar glukosa darah belum mencapai normal atau
normoglikemia yaitu kadar glukosa darah puasa di bawah 105 mgdl dan 2 jam pp di bawah
120 mgdl maka terapi insulin harus segera dimulai (5)
Pemantauan dapat dikerjakan dengan menggunakan alat pengukur glukosa darah kapiler
Perhitungan menu seimbang sama dengan perhitungan pada kasus DM umumnya dengan
ditambahkan sejumlah 300-500 kalori per hari untuk tumbuh kembang janin selama masa
kehamilan sampai dengan masa menyusui selesai
Pengelolaan DM dalam kehamilan bertujuan untuk
Mempertahankan kadar glukosa darah puasa lt 105 mgdl
Mempertahankan kadar glukosa darah 2 jam pp lt 120 mgdl
Mempertahankan kadar Hb glikosilat (Hb Alc) lt 6
Mencegah episode hipoglikemia
Mencegah ketonuriaketoasidosis deiabetik
Mengusahakan tumbuh kembang janin yang optimal dan normal (5)
Dianjurkan pemantauan gula darah teratur minimal 2 kali seminggu (ideal setiap hari
jika mungkin dengan alat pemeriksaan sendiri di rumah) Dianjurkan kontrol sesuai jadwal
pemeriksaan antenatal semakin dekat dengan perkiraan persalinan maka kontrol semakin
sering Hb glikosilat diperiksa secara ideal setiap 6-8 minggu sekali (5)
Kenaikan berat badan ibu dianjurkan sekitar 1-25 kg pada trimester pertama dan
selanjutnya rata-rata 05 kg setiap minggu Sampai akhir kehamilan kenaikan berat badan
yang dianjurkan tergantung status gizi awal ibu (ibu BB kurang 14-20 kg ibu BB normal
125-175 kg dan ibu BB lebihobesitas 75-125 kg) (5)
Jika pengelolaan diet saja tidak berhasil maka insulin langsung digunakan Insulin
yang digunakan harus preparat insulin manusia (human insulin) karena insulin yang bukan
berasal dari manusia (non-human insulin) dapat menyebabkan terbentuknya antibodi terhadap
insulin endogen dan antibodi ini dapat menembus sawar darah plasenta (placental blood
barrier) sehingga dapat mempengaruhi janin (5)
19
Pada DMG insulin yang digunakan adalah insulin dosis rendah dengan lama kerja
intermediate dan diberikan 1-2 kali sehari Dosis insulin diperkirakan antara 05-15
unitkgBB Obat hipoglikemik oral tidak digunakan dalam DMG karena efek
teratogenitasnya yang tinggi dan dapat diekskresikan dalamjumlah besar melalui ASI (5)
H Komplikasi
Komplikasi pada Ibu
Hipoglikemia terjadi pada enam bulan pertama kehamilan
Hiperglikemia terjadi pada kehamilan 20 ndash 30 minggu akibat resistensi insulin
Infeksi saluran kemih
Preeklampsi
Hidramnion
Retinopati
Trauma persalinan akibat bayi besar(7)
Masalah pada anak
Abortus
Kelainan kongenital spt sacral agenesis neural tube defek
Respiratory distress
Neonatal hiperglikemia
Makrosomia
Hipocalcemia
kematian perinatal akibat diabetik ketoasidosis
Hiperbilirubinemia(7)
I Tanda Komplikasi DM
Makrovaskular stroke penyakit jantung koroner ulkus gangren
Mikrovaskular retina (retinopati) dan ginjal (gagal ginjal kronik) saraf (stroke
neuropati)
Koma hiperglikemi hipoglikemi stroke (7)
20
J Prognosis
1 Bila penyakit di tangani oleh dokter ahli penyakit dalam serta kehamilan dan
persalinan di awasi dan di tolong oeh ahli kebidanan umumnya prognosis baik
2 Diabetes berat dan di derita lama apalagi ada komplikasi prognosis buruk
3 Prognosis bagi bayi jelek faktor ndash faktor yang meninggikan morbiditas dan
mortalitas bayi adalah
Berat dan lamany sakit dan adanya asetonuri
Insufisiensi plasenta
Komplikasi dan distosio persalinan
Sindrom gawat napas ( respiratory stress syndrome )
Prematuritas dan cacat bawaan
Angka kematian perinatal kira ndash kira 10 ndash 15 (3)
III PENANGANAN PERSALINAN PADA IBU YANG MENDERITA DM
Pada penderita yang penyakitnya tidak berat dan cukup di puasai dengan diet saja dan
tidak mempunyai riwayat obstetric yang buruk dapat di harapkan partus spontansampai
kehamilan 40 minggu Lebih dari pada itu sebaiknya dilakukan induksi parsalinan karena
prognosis menjadi lebih buruk Apabila diabetes nya berat dan memerlukan pengobatan
insulin sebaiknya kehamilan diakhiri lebih dini biasanya dalam kehamilan antara 36 dan 38
minggu Lebih- lebih apabila kehamilan nya disertai komplikasi lain seperti pre-eklampsi
janin yang tidak baik pertumbuhan nya atau terlampau besar diabetesnya sukar dikuasai atau
apabila ada riwayat kematian perinatal maka dapat di pertimbangkan untuk mengakhiri
kehamilan lebih dini baik dengan induksi maupun dengan seksio sesaria Dalam pelaksanaan
partus pervaginam baik yang tanpa maupun yang dengan induksin keadaan janin harus lebih
ketat di awasi jika mungkin dengan pencatatan denyut jantung janin terus menerus (5)
Penyulit yang sering di jumpai dalam persalinan
a Inersio uteri dan atonia uteri
b Distosia bahu karena anak besar
21
c Kelahiran mati
d Lebih sering mengakhiri partus dengan tindakan termasuk secsio sesaria
e Lebih mudah terjadi infeksi
f Angka kematian maternal lebih tinggi(5)
Pengelolaan Pascapersalinan
Karena sudah tidak ada resistensi terhadap insulin lagi maka pada periode
pascapesalinan perempuan dengan diabetes gestasional jarang memerlukan insulin
Pasien dengan diabetes yang terkontrol dengan diet setelah persalinan tidak perlu
diperiksa kadar glukosanya Namunbila pada waktu kehamilan diberi pengobatan
insulin sebelum meninggalkan rumah sakit perlu diperiksa kadar glukosa puasa dan 2
jam pascaprandial
Karena resiko terjadinya tipe 2 diabetes melitus dikemudian hari meningkat maka 6
minggu pascapersalinan perlu dilakukan pemeriksaan diabetes dengan cara
pemeriksaan gula darah puasa dalam dua waktu atau 2 jam setelah pemberian 75g
glukosa pada glucose tolerance test
jika kadar
1 lt 140 mgdl normal
2 140-200 mgdl gangguan toleransi glukosa
3 gt 200 mgdl DM
Bila test ini menunjukkan kadar yang normal maka kadar glukosa darah puasa
dievaluasi lagi setelah 3 tahun
Skrining diabetes ini harus dilakukan secara berkala khususnya pada pasien dengan
kadar glukosa darah puasa meningkat waktu kehamilan
Perempuan yang pernah menderita diabetes melitus gestasional harus diberi konseling
agar menyusui anakanya karena pemberian ASI akan memperbaiki kontrol kadar gula
darah
Harus direncanakan penggunaan kontrasepsi karena sekali perempuan hamil
menderita diabetes maka dia beisiko terkena hal yang sama pada kehamilan
berikutnya
22
Bagi perempuan yang obes setelah melahirkan harus melakukan upaya penurunan
berat badan dengan diet dan berilahraga secra teratur agar resiko terjadinya diabetes
menjadi menurun (5)
IV PENANGANAN BAYI BARU LAHIR DARI IBU DENGAN DM
Bayi lahir dari ibu dengan Diabetes Melitus berisiko untuk terjadi hipoglikemia pada
3 hari pertama setelah lahir walaupun bayi sudah dapat minum dengan baik Ibu dengan DM
mempunyai resiko kematian bayi lima kali dibanding ibu tidak dengan DM dan sering
mengalami abortus ataupun kematian dalam kandungan Bayi dengan ibu DM mengalami
Transient Hiperinsulinism yang dapat mengakibatkan Hipoglikemia Macrosomia pada bayi
yang dilahirkan dan dapat berakibat kesulitan lahir Tanda bayi hipoglikemia adalah Distres
nafas malas minum jitteriness mudah terangsang sampai kejang (2)
Kadar Glukose Darah Rendah (Hipoglikemia)
Adalah bila kadar glukosa darah kurang dari 45 mgdL (26 mmolL)
Masalah
a Glukose darah kurang 25 mgdL (11 mmolL) atau terdapat tanda Hipoglikemi
b Glukose darah 25 mgdL (11 mmolL) _ 45 mgdL (26 mmolL) tanpa tanda
Hipoglikemia (2)
Pengelolaan Hipoglikemia
a Glukose darah kurang 25 mgdL (11 mmolL) atau terdapat tanda hipoglikemi
Pasang jalur IV jika belum terpasang
Berikan glukose 10 2 mLkg secara IV bolus pelan dalam lima menit
Jika jalur IV tidak dapat dipasang dengan cepat berikan larutan
glukose melalui pipa lambungdengan dosis yang sama
Infus glukose 10 sesuai kebutuhan rumatan
23
Periksa kadar glukose darah satu jam setelah bolus glukose dan kemudian tiap tiga
jam
Jika kadar glukose darah masih kurang 25 mgdL (11 mmolL) ulangi
pemberian bolus glukose seperti tersebut di atas dan lanjutkan pemberian infus
Jika kadar glukose darah 25-45 mgdL (11-26 mmolL) lanjutkan infus dan
ulangi pemeriksaan kadar glukose setiap tiga jam sampai kadar glukose 45 mgdL
(26 mmolL) atau lebih
Bila kadar glukose darah 45 mgdL (26 mmolL) atau lebih dalam dua kali
pemeriksaan berturut-turut ikuti petunjuk tentang frekuensi pemeriksaan kadar
glukose darah setelah kadar glukose darah kembali normal
Anjurkan ibu menyusui Bila bayi tidak dapat menyusu berikan ASI peras
dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum
Bila kemampuan minum bayi meningkat turunkan pemberian cairan infus setiap
hari secara bertahap Jangan menghentikan infus glukose dengan tiba-tiba (2)
b Glukose darah 25 mgdL (11 mmolL)-45 mgdL (26 mmolL) tanpa tanda
Hipoglikemia
Anjurkan ibu menyusui Bila bayi tidak dapat menyusu berikan ASI peras dengan
menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum
Pantau tanda hipoglikemia dan bila dijumpai tanda tersebut tangani seperti tersebut di
atas
Periksa kadar glukose darah dalam tiga jam atau sebelum pemberian minum
berikutnya
Jika kadar glukose darah kurang 25 mgdL (11 mmolL) atau terdapat tanda
hipoglikemia tangani seperti tersebut di atas
Jika kadar glukose darah masih antara 25-45 mgdL (11-26 mmolL) naikkan
frekuensi pemberian minum ASI atau naikkan volume pemberian minum dengan
menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum
Jika kadar glukose darah 45 mgdL (26 mmolL) atau lebih lihat tentang
frekuensi pemeriksaan kadar glukose darah di bawah ini (2)
24
Frekuensi Pemeriksaan Glukose Darah Setelah Kadar Glukose Darah Normal
Jika bayi mendapatkan cairan IV untuk alasan apapun lanjutkan pemeriksaan kadar
glukose darah setiap 12 jam selama bayi masih memerlukan infus Jika kapan saja
kadar glukose darah turun tangani seperti tersebut di atas
Jika bayi sudah tidak lagi mendapat infus cairan IV periksa kadar glukose darah
setiap 12 jam sebanyak dua kali pemeriksaan
Jika kapan saja kadar glukose darah turun tangani seperti tersebut di atas
Jika kadar glukose darah tetap normal selama waktu tersebut maka pengukuran
dihentikan
Anjurkan ibu untuk menyusui secara dini dan lebih sering paling tidak 8 kali sehari
siang dan malam (2)
Bila bayi berumur kurang 3 hari amati sampai umur 3 hari periksa kadar glukose pada
Saat bayi datang atau pada umur 3 jam
Tiga jam setelah pemeriksaan pertama kemudian tiap 6 jam selama 24 jam atau
sampai kadar glukose dalam batas normal dalam 2 kali pemeriksaan berturut ndash turut
Bila kadar glukose le 45 mgdL atau bayi menunjukkan tanda hipoglikemi (tremor
atau letargi) tangani untuk hipoglikemi (lihat Hipoglikemi)
Bila dalam pengamatan tidak ada tanda hipoglikemi atau masalah lain bayi dapat
minum dengan baik pulangkan bayi pada hari ke 3
Bila bayi berumur 3 hari atau lebih dan tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit bayi
tidak perlu pengamatan Bila bayi dapat minum baik dan tidak ada masalah lain yang
memerlukan perawatan di rumah sakit bayi dapat dipulangkan (2)
25
BAB III
PERMASALAHAN
SKENARIO 4
NyAni yang hamil dan Sakit Gula
NyAni 36 tahun G5P3A1 datang ke Rumah Sakit untuk memeriksa kehamilannya yang
berusia 32 minggu Selain itu NyAni juga mengeluhkan poliuri polifagi dan polidipsi pada
dokter yang menanganinya Anak I lahir hidup dengan BB 3200 gr partus pervaginam
Anak II lahir hidup dengan BB 3400 gr partus pervaginam Anak III lahir hidup dengan
BB 3600 gr partus pervaginam Riwayat abortus (+) Riwayat menderita DM (-) Riwayat
keluarga menderita DM (+) TB NyAni = 160 cm BB NyAni = 72 kg
Pemeriksaan Vital Sign TD = 12080 mmhg HR = 82xmenit RR = 22xmenit T = 372 W C
DJJ 120x Letak kepala
Apakah yang terjadi pada NyAni Tindakan apa yang harus kita lakukan sebagai dokter
26
BAB IV
PEMBAHASAN
I KLARIFIKASI ISTILAH
Poliuri Sekresi urin yang berlebihan (4)
Polifagi Makan secara berlebihan (4)
Polidipsi Rasa haus yang sangat dan berlangsung lama (4)
DM Kelainan metabolik dimana ditemukan ketidakmampuan untuk
mengoksidasi karbohidrat akibat gangguan pada mekanisme insulin yang normal
menimbulkan hiperglikemia glikosuria poliuria rasa haus rasa lapar badan
kurus kelemahan asidosis sering menyebabkan dipsnea lipemia ketonuria dan
akhirnya koma (4)
II MENETAPKAN PERMASALAHAN
1 NyAni 36 tahun G5P3A1 datang ke Rumah Sakit untuk memeriksa
kehamilannya yang berusia 32 minggu dan mengeluhkan poliuri polifagi dan
polidipsi
2 Riwayat keluarga menderita DM (+)
3 Riwayat persalinan BB bayi setiap kelahiran selalu bertambah
III ANALISIS MASALAH
1 Dari umur yaitu 36 tahun sudah mempunyai resiko tinggi pada kehamilan
Poliuri polifagi dan polidipsi merupakan gejala khas DM yang tersembunyi pada
ibu hamil
G5P3A1 ini juga merupakan faktor resiko karena adanya riwayat abortus
2 DM adalah penyakit yang dapat di turunkan kemungkinan NyAni mengalami DM
karena adanya Riwayat DM pada keluarga Tetapi diperlukan juga pemeriksaan
penunjang untuk memastikan apakah NyAni memang menderita DM atau tidak
3 Pada riwayat persalinan dimana BB bayi setiap kelahiran selalu bertambah ini juga
merupakan faktor resiko dari Diabetes Melitus
27
IV KESIMPULAN SEMENTARA
1 Kemungkinan NyAni menderita DM dilihat dari gejala dan riwayat persalinan
dimana BB bayi setiap kelahiran selalu bertambah serta riwayat DM pada keluarga
2 Kemungkinan NyAni menderita DM setelah kehamilan
3 Perlunya pemeriksaan penunjang untuk menentukan DM atau tidak karena NyAni
kemungkinan saja mengalami toleransi glukosa
4 Adanya riwayat obstetri yang buruk yaitu abortus
ANAMNESIS
Nama Ani
Jenis Kelamin female
Alamat -
Umur 36 years old
Keluhan Utama Memeriksa kehamilannya yang berusia 32 minggu dan juga
mengeluhkan poliuri polifagi dan polidipsi
Keluhan Tambahan -
Riwayat Penyakit Dahulu -
Riwayat Penyakit Keluarga DM (+)
Riwayat Sosial -
Riwayat Obstetri G5 P3 A1
Vital Signs
TD 12080 mmHg
HR 82xmenit
RR 22xmenit
T 372C
DJJ 120x
Lokasi kepala
General situation
TB = 160 cm
BB = 72 kg
28
V TUJUAN PEMEBELAJARAN
1 Mengetahui Diabetes Melitus secara umum
2 Mengetahui Diabetes Melitus pada Ibu hamil
3 Penatalaksanaan Diabetes Melitus pada Ibu hamil
4 Pengaruh kehamilan pada Diabetes Melitus
5 Penanganan persalinan pada Ibu yang menderita Diabetes Melitus
VI BELAJAR MANDIRI
1 Text book
2 Internet
3 Kamus dorland
VII KESIMPULAN AKHIR
Kemungkinan NyAni mengalami Diabetes Melitus dilihat dari keluhan riwayat
persalinan dan riwayat keluarga
Dibutuhkan pemeriksaan penunjang untuk diagnosa yang lebih tepat
Pemeriksaan yang di maksud adalah
Pemeriksaan urin
Pemeriksaan KGD puasa dan post ndash prandiol
Glukosa toleran tes (GTT)
Nilai K(3)
Perlunya tindakan yang cepat dan tepat untuk mencegah terjadinya komplikasi dan
prognosis yang buruk
29
BAB V
PENUTUP
Penderita DM Gestasional memunyai resiko yang tinggi terhadap kambuhnya
penyakit diabetes yang pernah dideritannya pada saat hamil sebelumnya
Saran 6-8 minggu setelah melahirkan ibu tersebut melakukan test plasma glukosa
puasa dan OGTT 75 gram glukosa Pasien gemuk penderita GDM sebaiknya mengontrol
BB karena diperkirakan akan menjadi DM dalam 20 tahun kemudian
Wanita dengan diabetes masih dapat hamil dan punya anak sepanjang gula darah
terkontrol Disarankan memilih kontrasepsi dengan kadar estrogen rendah dan dapat
memakai pil tambahan hormon progesteron IUD dapat menimbulkan risiko infeksi
Perlu diperhatikan risiko morbiditas dan mortalitas maternal dan perinatal tinggi
Dengan pengelolaan sebaik-baiknya hasil akhir tetap dapat optimal
30
- A Pengertian
- Menurut Brunner and Suddarth 2001 Diabetes Mellitus merupakan sekelompok kelainan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia Pada Diabetes Mellitus kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun atau pankreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin (1)
- Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo 2002)
- B Klasifikasi
- 1 Klasifikasi diabetes mellitus secara umum sebagai berikut
- C Etiologi
- 1 DM tipe I
- a) Faktor genetic
- Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (1)
- b) Faktor-faktor imunologi
- Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen (1)
- c) Faktor lingkungan
- Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi sel beta (1)
- 2 Diabetes Tipe II
- Menurut Brunner dan Suddarth 2001 mekanisme tepat yang menyebabkan belum diketahui Namun ada beberapa resiko yang berhubungan dengan terjadinya DM type II
- D Tanda dan Gejala
- E Patofisiologi (Patways) DM
- Katarak
- Glaukoma
- Retinopati
- Gatal seluruh badan
- Pruritus Vulvae
- Infeksi bakteri kulit
- Infeksi jamur di kulit
- Dermatopati
- Neuropati perifer
- Neuropati viseral
- Amiotropi
- Ulkus Neurotropik
- Penyakit ginjal
- Penyakit pembuluh darah perifer
- Penyakit koroner
- Penyakit pembuluh darah otak
- Hipertensi
- Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal yang tinggi dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur atau bahkan inkontinensia urin Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat terhadap dehidrasi Karena itu tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada stadium lanjut (Patric Davey 2002 )
- Penyakit yang mula-mula ringan dan sedang saja yang biasa terdapat pada pasien DM usia lanjut dapat berubah tiba-tiba apabila pasien mengalami infeksi akut Defisiensi insulin yang tadinya bersifat relatif sekarang menjadi absolut dan timbul keadaan ketoasidosis dengan gejala khas hiperventilasi dan dehidrasi kesadaran menurun dengan hiperglikemia dehidrasi dan ketonemia Gejala yang biasa terjadi pada hipoglikemia seperti rasa lapar menguap dan berkeringat banyak umumnya tidak ada pada DM usia lanjut Biasanya tampak bermanifestasi sebagai sakit kepala dan kebingungan mendadak (Patric Davey 2002 )
- Pada usia lanjut reaksi vegetatif dapat menghilang Sedangkan gejala kebingungan dan koma yang merupakan gangguan metabolisme serebral tampak lebih jelas
- F Pemeriksaan Penunjang
- G Komplikasi
- Komplikasi Akut
- Komplikasi Kronis
- H Penatalaksanaan
- I Prognosis
-
Jika dengan terapi diet selama 2 minggu kadar glukosa darah belum mencapai normal atau
normoglikemia yaitu kadar glukosa darah puasa di bawah 105 mgdl dan 2 jam pp di bawah
120 mgdl maka terapi insulin harus segera dimulai (5)
Pemantauan dapat dikerjakan dengan menggunakan alat pengukur glukosa darah kapiler
Perhitungan menu seimbang sama dengan perhitungan pada kasus DM umumnya dengan
ditambahkan sejumlah 300-500 kalori per hari untuk tumbuh kembang janin selama masa
kehamilan sampai dengan masa menyusui selesai
Pengelolaan DM dalam kehamilan bertujuan untuk
Mempertahankan kadar glukosa darah puasa lt 105 mgdl
Mempertahankan kadar glukosa darah 2 jam pp lt 120 mgdl
Mempertahankan kadar Hb glikosilat (Hb Alc) lt 6
Mencegah episode hipoglikemia
Mencegah ketonuriaketoasidosis deiabetik
Mengusahakan tumbuh kembang janin yang optimal dan normal (5)
Dianjurkan pemantauan gula darah teratur minimal 2 kali seminggu (ideal setiap hari
jika mungkin dengan alat pemeriksaan sendiri di rumah) Dianjurkan kontrol sesuai jadwal
pemeriksaan antenatal semakin dekat dengan perkiraan persalinan maka kontrol semakin
sering Hb glikosilat diperiksa secara ideal setiap 6-8 minggu sekali (5)
Kenaikan berat badan ibu dianjurkan sekitar 1-25 kg pada trimester pertama dan
selanjutnya rata-rata 05 kg setiap minggu Sampai akhir kehamilan kenaikan berat badan
yang dianjurkan tergantung status gizi awal ibu (ibu BB kurang 14-20 kg ibu BB normal
125-175 kg dan ibu BB lebihobesitas 75-125 kg) (5)
Jika pengelolaan diet saja tidak berhasil maka insulin langsung digunakan Insulin
yang digunakan harus preparat insulin manusia (human insulin) karena insulin yang bukan
berasal dari manusia (non-human insulin) dapat menyebabkan terbentuknya antibodi terhadap
insulin endogen dan antibodi ini dapat menembus sawar darah plasenta (placental blood
barrier) sehingga dapat mempengaruhi janin (5)
19
Pada DMG insulin yang digunakan adalah insulin dosis rendah dengan lama kerja
intermediate dan diberikan 1-2 kali sehari Dosis insulin diperkirakan antara 05-15
unitkgBB Obat hipoglikemik oral tidak digunakan dalam DMG karena efek
teratogenitasnya yang tinggi dan dapat diekskresikan dalamjumlah besar melalui ASI (5)
H Komplikasi
Komplikasi pada Ibu
Hipoglikemia terjadi pada enam bulan pertama kehamilan
Hiperglikemia terjadi pada kehamilan 20 ndash 30 minggu akibat resistensi insulin
Infeksi saluran kemih
Preeklampsi
Hidramnion
Retinopati
Trauma persalinan akibat bayi besar(7)
Masalah pada anak
Abortus
Kelainan kongenital spt sacral agenesis neural tube defek
Respiratory distress
Neonatal hiperglikemia
Makrosomia
Hipocalcemia
kematian perinatal akibat diabetik ketoasidosis
Hiperbilirubinemia(7)
I Tanda Komplikasi DM
Makrovaskular stroke penyakit jantung koroner ulkus gangren
Mikrovaskular retina (retinopati) dan ginjal (gagal ginjal kronik) saraf (stroke
neuropati)
Koma hiperglikemi hipoglikemi stroke (7)
20
J Prognosis
1 Bila penyakit di tangani oleh dokter ahli penyakit dalam serta kehamilan dan
persalinan di awasi dan di tolong oeh ahli kebidanan umumnya prognosis baik
2 Diabetes berat dan di derita lama apalagi ada komplikasi prognosis buruk
3 Prognosis bagi bayi jelek faktor ndash faktor yang meninggikan morbiditas dan
mortalitas bayi adalah
Berat dan lamany sakit dan adanya asetonuri
Insufisiensi plasenta
Komplikasi dan distosio persalinan
Sindrom gawat napas ( respiratory stress syndrome )
Prematuritas dan cacat bawaan
Angka kematian perinatal kira ndash kira 10 ndash 15 (3)
III PENANGANAN PERSALINAN PADA IBU YANG MENDERITA DM
Pada penderita yang penyakitnya tidak berat dan cukup di puasai dengan diet saja dan
tidak mempunyai riwayat obstetric yang buruk dapat di harapkan partus spontansampai
kehamilan 40 minggu Lebih dari pada itu sebaiknya dilakukan induksi parsalinan karena
prognosis menjadi lebih buruk Apabila diabetes nya berat dan memerlukan pengobatan
insulin sebaiknya kehamilan diakhiri lebih dini biasanya dalam kehamilan antara 36 dan 38
minggu Lebih- lebih apabila kehamilan nya disertai komplikasi lain seperti pre-eklampsi
janin yang tidak baik pertumbuhan nya atau terlampau besar diabetesnya sukar dikuasai atau
apabila ada riwayat kematian perinatal maka dapat di pertimbangkan untuk mengakhiri
kehamilan lebih dini baik dengan induksi maupun dengan seksio sesaria Dalam pelaksanaan
partus pervaginam baik yang tanpa maupun yang dengan induksin keadaan janin harus lebih
ketat di awasi jika mungkin dengan pencatatan denyut jantung janin terus menerus (5)
Penyulit yang sering di jumpai dalam persalinan
a Inersio uteri dan atonia uteri
b Distosia bahu karena anak besar
21
c Kelahiran mati
d Lebih sering mengakhiri partus dengan tindakan termasuk secsio sesaria
e Lebih mudah terjadi infeksi
f Angka kematian maternal lebih tinggi(5)
Pengelolaan Pascapersalinan
Karena sudah tidak ada resistensi terhadap insulin lagi maka pada periode
pascapesalinan perempuan dengan diabetes gestasional jarang memerlukan insulin
Pasien dengan diabetes yang terkontrol dengan diet setelah persalinan tidak perlu
diperiksa kadar glukosanya Namunbila pada waktu kehamilan diberi pengobatan
insulin sebelum meninggalkan rumah sakit perlu diperiksa kadar glukosa puasa dan 2
jam pascaprandial
Karena resiko terjadinya tipe 2 diabetes melitus dikemudian hari meningkat maka 6
minggu pascapersalinan perlu dilakukan pemeriksaan diabetes dengan cara
pemeriksaan gula darah puasa dalam dua waktu atau 2 jam setelah pemberian 75g
glukosa pada glucose tolerance test
jika kadar
1 lt 140 mgdl normal
2 140-200 mgdl gangguan toleransi glukosa
3 gt 200 mgdl DM
Bila test ini menunjukkan kadar yang normal maka kadar glukosa darah puasa
dievaluasi lagi setelah 3 tahun
Skrining diabetes ini harus dilakukan secara berkala khususnya pada pasien dengan
kadar glukosa darah puasa meningkat waktu kehamilan
Perempuan yang pernah menderita diabetes melitus gestasional harus diberi konseling
agar menyusui anakanya karena pemberian ASI akan memperbaiki kontrol kadar gula
darah
Harus direncanakan penggunaan kontrasepsi karena sekali perempuan hamil
menderita diabetes maka dia beisiko terkena hal yang sama pada kehamilan
berikutnya
22
Bagi perempuan yang obes setelah melahirkan harus melakukan upaya penurunan
berat badan dengan diet dan berilahraga secra teratur agar resiko terjadinya diabetes
menjadi menurun (5)
IV PENANGANAN BAYI BARU LAHIR DARI IBU DENGAN DM
Bayi lahir dari ibu dengan Diabetes Melitus berisiko untuk terjadi hipoglikemia pada
3 hari pertama setelah lahir walaupun bayi sudah dapat minum dengan baik Ibu dengan DM
mempunyai resiko kematian bayi lima kali dibanding ibu tidak dengan DM dan sering
mengalami abortus ataupun kematian dalam kandungan Bayi dengan ibu DM mengalami
Transient Hiperinsulinism yang dapat mengakibatkan Hipoglikemia Macrosomia pada bayi
yang dilahirkan dan dapat berakibat kesulitan lahir Tanda bayi hipoglikemia adalah Distres
nafas malas minum jitteriness mudah terangsang sampai kejang (2)
Kadar Glukose Darah Rendah (Hipoglikemia)
Adalah bila kadar glukosa darah kurang dari 45 mgdL (26 mmolL)
Masalah
a Glukose darah kurang 25 mgdL (11 mmolL) atau terdapat tanda Hipoglikemi
b Glukose darah 25 mgdL (11 mmolL) _ 45 mgdL (26 mmolL) tanpa tanda
Hipoglikemia (2)
Pengelolaan Hipoglikemia
a Glukose darah kurang 25 mgdL (11 mmolL) atau terdapat tanda hipoglikemi
Pasang jalur IV jika belum terpasang
Berikan glukose 10 2 mLkg secara IV bolus pelan dalam lima menit
Jika jalur IV tidak dapat dipasang dengan cepat berikan larutan
glukose melalui pipa lambungdengan dosis yang sama
Infus glukose 10 sesuai kebutuhan rumatan
23
Periksa kadar glukose darah satu jam setelah bolus glukose dan kemudian tiap tiga
jam
Jika kadar glukose darah masih kurang 25 mgdL (11 mmolL) ulangi
pemberian bolus glukose seperti tersebut di atas dan lanjutkan pemberian infus
Jika kadar glukose darah 25-45 mgdL (11-26 mmolL) lanjutkan infus dan
ulangi pemeriksaan kadar glukose setiap tiga jam sampai kadar glukose 45 mgdL
(26 mmolL) atau lebih
Bila kadar glukose darah 45 mgdL (26 mmolL) atau lebih dalam dua kali
pemeriksaan berturut-turut ikuti petunjuk tentang frekuensi pemeriksaan kadar
glukose darah setelah kadar glukose darah kembali normal
Anjurkan ibu menyusui Bila bayi tidak dapat menyusu berikan ASI peras
dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum
Bila kemampuan minum bayi meningkat turunkan pemberian cairan infus setiap
hari secara bertahap Jangan menghentikan infus glukose dengan tiba-tiba (2)
b Glukose darah 25 mgdL (11 mmolL)-45 mgdL (26 mmolL) tanpa tanda
Hipoglikemia
Anjurkan ibu menyusui Bila bayi tidak dapat menyusu berikan ASI peras dengan
menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum
Pantau tanda hipoglikemia dan bila dijumpai tanda tersebut tangani seperti tersebut di
atas
Periksa kadar glukose darah dalam tiga jam atau sebelum pemberian minum
berikutnya
Jika kadar glukose darah kurang 25 mgdL (11 mmolL) atau terdapat tanda
hipoglikemia tangani seperti tersebut di atas
Jika kadar glukose darah masih antara 25-45 mgdL (11-26 mmolL) naikkan
frekuensi pemberian minum ASI atau naikkan volume pemberian minum dengan
menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum
Jika kadar glukose darah 45 mgdL (26 mmolL) atau lebih lihat tentang
frekuensi pemeriksaan kadar glukose darah di bawah ini (2)
24
Frekuensi Pemeriksaan Glukose Darah Setelah Kadar Glukose Darah Normal
Jika bayi mendapatkan cairan IV untuk alasan apapun lanjutkan pemeriksaan kadar
glukose darah setiap 12 jam selama bayi masih memerlukan infus Jika kapan saja
kadar glukose darah turun tangani seperti tersebut di atas
Jika bayi sudah tidak lagi mendapat infus cairan IV periksa kadar glukose darah
setiap 12 jam sebanyak dua kali pemeriksaan
Jika kapan saja kadar glukose darah turun tangani seperti tersebut di atas
Jika kadar glukose darah tetap normal selama waktu tersebut maka pengukuran
dihentikan
Anjurkan ibu untuk menyusui secara dini dan lebih sering paling tidak 8 kali sehari
siang dan malam (2)
Bila bayi berumur kurang 3 hari amati sampai umur 3 hari periksa kadar glukose pada
Saat bayi datang atau pada umur 3 jam
Tiga jam setelah pemeriksaan pertama kemudian tiap 6 jam selama 24 jam atau
sampai kadar glukose dalam batas normal dalam 2 kali pemeriksaan berturut ndash turut
Bila kadar glukose le 45 mgdL atau bayi menunjukkan tanda hipoglikemi (tremor
atau letargi) tangani untuk hipoglikemi (lihat Hipoglikemi)
Bila dalam pengamatan tidak ada tanda hipoglikemi atau masalah lain bayi dapat
minum dengan baik pulangkan bayi pada hari ke 3
Bila bayi berumur 3 hari atau lebih dan tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit bayi
tidak perlu pengamatan Bila bayi dapat minum baik dan tidak ada masalah lain yang
memerlukan perawatan di rumah sakit bayi dapat dipulangkan (2)
25
BAB III
PERMASALAHAN
SKENARIO 4
NyAni yang hamil dan Sakit Gula
NyAni 36 tahun G5P3A1 datang ke Rumah Sakit untuk memeriksa kehamilannya yang
berusia 32 minggu Selain itu NyAni juga mengeluhkan poliuri polifagi dan polidipsi pada
dokter yang menanganinya Anak I lahir hidup dengan BB 3200 gr partus pervaginam
Anak II lahir hidup dengan BB 3400 gr partus pervaginam Anak III lahir hidup dengan
BB 3600 gr partus pervaginam Riwayat abortus (+) Riwayat menderita DM (-) Riwayat
keluarga menderita DM (+) TB NyAni = 160 cm BB NyAni = 72 kg
Pemeriksaan Vital Sign TD = 12080 mmhg HR = 82xmenit RR = 22xmenit T = 372 W C
DJJ 120x Letak kepala
Apakah yang terjadi pada NyAni Tindakan apa yang harus kita lakukan sebagai dokter
26
BAB IV
PEMBAHASAN
I KLARIFIKASI ISTILAH
Poliuri Sekresi urin yang berlebihan (4)
Polifagi Makan secara berlebihan (4)
Polidipsi Rasa haus yang sangat dan berlangsung lama (4)
DM Kelainan metabolik dimana ditemukan ketidakmampuan untuk
mengoksidasi karbohidrat akibat gangguan pada mekanisme insulin yang normal
menimbulkan hiperglikemia glikosuria poliuria rasa haus rasa lapar badan
kurus kelemahan asidosis sering menyebabkan dipsnea lipemia ketonuria dan
akhirnya koma (4)
II MENETAPKAN PERMASALAHAN
1 NyAni 36 tahun G5P3A1 datang ke Rumah Sakit untuk memeriksa
kehamilannya yang berusia 32 minggu dan mengeluhkan poliuri polifagi dan
polidipsi
2 Riwayat keluarga menderita DM (+)
3 Riwayat persalinan BB bayi setiap kelahiran selalu bertambah
III ANALISIS MASALAH
1 Dari umur yaitu 36 tahun sudah mempunyai resiko tinggi pada kehamilan
Poliuri polifagi dan polidipsi merupakan gejala khas DM yang tersembunyi pada
ibu hamil
G5P3A1 ini juga merupakan faktor resiko karena adanya riwayat abortus
2 DM adalah penyakit yang dapat di turunkan kemungkinan NyAni mengalami DM
karena adanya Riwayat DM pada keluarga Tetapi diperlukan juga pemeriksaan
penunjang untuk memastikan apakah NyAni memang menderita DM atau tidak
3 Pada riwayat persalinan dimana BB bayi setiap kelahiran selalu bertambah ini juga
merupakan faktor resiko dari Diabetes Melitus
27
IV KESIMPULAN SEMENTARA
1 Kemungkinan NyAni menderita DM dilihat dari gejala dan riwayat persalinan
dimana BB bayi setiap kelahiran selalu bertambah serta riwayat DM pada keluarga
2 Kemungkinan NyAni menderita DM setelah kehamilan
3 Perlunya pemeriksaan penunjang untuk menentukan DM atau tidak karena NyAni
kemungkinan saja mengalami toleransi glukosa
4 Adanya riwayat obstetri yang buruk yaitu abortus
ANAMNESIS
Nama Ani
Jenis Kelamin female
Alamat -
Umur 36 years old
Keluhan Utama Memeriksa kehamilannya yang berusia 32 minggu dan juga
mengeluhkan poliuri polifagi dan polidipsi
Keluhan Tambahan -
Riwayat Penyakit Dahulu -
Riwayat Penyakit Keluarga DM (+)
Riwayat Sosial -
Riwayat Obstetri G5 P3 A1
Vital Signs
TD 12080 mmHg
HR 82xmenit
RR 22xmenit
T 372C
DJJ 120x
Lokasi kepala
General situation
TB = 160 cm
BB = 72 kg
28
V TUJUAN PEMEBELAJARAN
1 Mengetahui Diabetes Melitus secara umum
2 Mengetahui Diabetes Melitus pada Ibu hamil
3 Penatalaksanaan Diabetes Melitus pada Ibu hamil
4 Pengaruh kehamilan pada Diabetes Melitus
5 Penanganan persalinan pada Ibu yang menderita Diabetes Melitus
VI BELAJAR MANDIRI
1 Text book
2 Internet
3 Kamus dorland
VII KESIMPULAN AKHIR
Kemungkinan NyAni mengalami Diabetes Melitus dilihat dari keluhan riwayat
persalinan dan riwayat keluarga
Dibutuhkan pemeriksaan penunjang untuk diagnosa yang lebih tepat
Pemeriksaan yang di maksud adalah
Pemeriksaan urin
Pemeriksaan KGD puasa dan post ndash prandiol
Glukosa toleran tes (GTT)
Nilai K(3)
Perlunya tindakan yang cepat dan tepat untuk mencegah terjadinya komplikasi dan
prognosis yang buruk
29
BAB V
PENUTUP
Penderita DM Gestasional memunyai resiko yang tinggi terhadap kambuhnya
penyakit diabetes yang pernah dideritannya pada saat hamil sebelumnya
Saran 6-8 minggu setelah melahirkan ibu tersebut melakukan test plasma glukosa
puasa dan OGTT 75 gram glukosa Pasien gemuk penderita GDM sebaiknya mengontrol
BB karena diperkirakan akan menjadi DM dalam 20 tahun kemudian
Wanita dengan diabetes masih dapat hamil dan punya anak sepanjang gula darah
terkontrol Disarankan memilih kontrasepsi dengan kadar estrogen rendah dan dapat
memakai pil tambahan hormon progesteron IUD dapat menimbulkan risiko infeksi
Perlu diperhatikan risiko morbiditas dan mortalitas maternal dan perinatal tinggi
Dengan pengelolaan sebaik-baiknya hasil akhir tetap dapat optimal
30
- A Pengertian
- Menurut Brunner and Suddarth 2001 Diabetes Mellitus merupakan sekelompok kelainan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia Pada Diabetes Mellitus kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun atau pankreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin (1)
- Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo 2002)
- B Klasifikasi
- 1 Klasifikasi diabetes mellitus secara umum sebagai berikut
- C Etiologi
- 1 DM tipe I
- a) Faktor genetic
- Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (1)
- b) Faktor-faktor imunologi
- Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen (1)
- c) Faktor lingkungan
- Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi sel beta (1)
- 2 Diabetes Tipe II
- Menurut Brunner dan Suddarth 2001 mekanisme tepat yang menyebabkan belum diketahui Namun ada beberapa resiko yang berhubungan dengan terjadinya DM type II
- D Tanda dan Gejala
- E Patofisiologi (Patways) DM
- Katarak
- Glaukoma
- Retinopati
- Gatal seluruh badan
- Pruritus Vulvae
- Infeksi bakteri kulit
- Infeksi jamur di kulit
- Dermatopati
- Neuropati perifer
- Neuropati viseral
- Amiotropi
- Ulkus Neurotropik
- Penyakit ginjal
- Penyakit pembuluh darah perifer
- Penyakit koroner
- Penyakit pembuluh darah otak
- Hipertensi
- Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal yang tinggi dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur atau bahkan inkontinensia urin Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat terhadap dehidrasi Karena itu tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada stadium lanjut (Patric Davey 2002 )
- Penyakit yang mula-mula ringan dan sedang saja yang biasa terdapat pada pasien DM usia lanjut dapat berubah tiba-tiba apabila pasien mengalami infeksi akut Defisiensi insulin yang tadinya bersifat relatif sekarang menjadi absolut dan timbul keadaan ketoasidosis dengan gejala khas hiperventilasi dan dehidrasi kesadaran menurun dengan hiperglikemia dehidrasi dan ketonemia Gejala yang biasa terjadi pada hipoglikemia seperti rasa lapar menguap dan berkeringat banyak umumnya tidak ada pada DM usia lanjut Biasanya tampak bermanifestasi sebagai sakit kepala dan kebingungan mendadak (Patric Davey 2002 )
- Pada usia lanjut reaksi vegetatif dapat menghilang Sedangkan gejala kebingungan dan koma yang merupakan gangguan metabolisme serebral tampak lebih jelas
- F Pemeriksaan Penunjang
- G Komplikasi
- Komplikasi Akut
- Komplikasi Kronis
- H Penatalaksanaan
- I Prognosis
-
Pada DMG insulin yang digunakan adalah insulin dosis rendah dengan lama kerja
intermediate dan diberikan 1-2 kali sehari Dosis insulin diperkirakan antara 05-15
unitkgBB Obat hipoglikemik oral tidak digunakan dalam DMG karena efek
teratogenitasnya yang tinggi dan dapat diekskresikan dalamjumlah besar melalui ASI (5)
H Komplikasi
Komplikasi pada Ibu
Hipoglikemia terjadi pada enam bulan pertama kehamilan
Hiperglikemia terjadi pada kehamilan 20 ndash 30 minggu akibat resistensi insulin
Infeksi saluran kemih
Preeklampsi
Hidramnion
Retinopati
Trauma persalinan akibat bayi besar(7)
Masalah pada anak
Abortus
Kelainan kongenital spt sacral agenesis neural tube defek
Respiratory distress
Neonatal hiperglikemia
Makrosomia
Hipocalcemia
kematian perinatal akibat diabetik ketoasidosis
Hiperbilirubinemia(7)
I Tanda Komplikasi DM
Makrovaskular stroke penyakit jantung koroner ulkus gangren
Mikrovaskular retina (retinopati) dan ginjal (gagal ginjal kronik) saraf (stroke
neuropati)
Koma hiperglikemi hipoglikemi stroke (7)
20
J Prognosis
1 Bila penyakit di tangani oleh dokter ahli penyakit dalam serta kehamilan dan
persalinan di awasi dan di tolong oeh ahli kebidanan umumnya prognosis baik
2 Diabetes berat dan di derita lama apalagi ada komplikasi prognosis buruk
3 Prognosis bagi bayi jelek faktor ndash faktor yang meninggikan morbiditas dan
mortalitas bayi adalah
Berat dan lamany sakit dan adanya asetonuri
Insufisiensi plasenta
Komplikasi dan distosio persalinan
Sindrom gawat napas ( respiratory stress syndrome )
Prematuritas dan cacat bawaan
Angka kematian perinatal kira ndash kira 10 ndash 15 (3)
III PENANGANAN PERSALINAN PADA IBU YANG MENDERITA DM
Pada penderita yang penyakitnya tidak berat dan cukup di puasai dengan diet saja dan
tidak mempunyai riwayat obstetric yang buruk dapat di harapkan partus spontansampai
kehamilan 40 minggu Lebih dari pada itu sebaiknya dilakukan induksi parsalinan karena
prognosis menjadi lebih buruk Apabila diabetes nya berat dan memerlukan pengobatan
insulin sebaiknya kehamilan diakhiri lebih dini biasanya dalam kehamilan antara 36 dan 38
minggu Lebih- lebih apabila kehamilan nya disertai komplikasi lain seperti pre-eklampsi
janin yang tidak baik pertumbuhan nya atau terlampau besar diabetesnya sukar dikuasai atau
apabila ada riwayat kematian perinatal maka dapat di pertimbangkan untuk mengakhiri
kehamilan lebih dini baik dengan induksi maupun dengan seksio sesaria Dalam pelaksanaan
partus pervaginam baik yang tanpa maupun yang dengan induksin keadaan janin harus lebih
ketat di awasi jika mungkin dengan pencatatan denyut jantung janin terus menerus (5)
Penyulit yang sering di jumpai dalam persalinan
a Inersio uteri dan atonia uteri
b Distosia bahu karena anak besar
21
c Kelahiran mati
d Lebih sering mengakhiri partus dengan tindakan termasuk secsio sesaria
e Lebih mudah terjadi infeksi
f Angka kematian maternal lebih tinggi(5)
Pengelolaan Pascapersalinan
Karena sudah tidak ada resistensi terhadap insulin lagi maka pada periode
pascapesalinan perempuan dengan diabetes gestasional jarang memerlukan insulin
Pasien dengan diabetes yang terkontrol dengan diet setelah persalinan tidak perlu
diperiksa kadar glukosanya Namunbila pada waktu kehamilan diberi pengobatan
insulin sebelum meninggalkan rumah sakit perlu diperiksa kadar glukosa puasa dan 2
jam pascaprandial
Karena resiko terjadinya tipe 2 diabetes melitus dikemudian hari meningkat maka 6
minggu pascapersalinan perlu dilakukan pemeriksaan diabetes dengan cara
pemeriksaan gula darah puasa dalam dua waktu atau 2 jam setelah pemberian 75g
glukosa pada glucose tolerance test
jika kadar
1 lt 140 mgdl normal
2 140-200 mgdl gangguan toleransi glukosa
3 gt 200 mgdl DM
Bila test ini menunjukkan kadar yang normal maka kadar glukosa darah puasa
dievaluasi lagi setelah 3 tahun
Skrining diabetes ini harus dilakukan secara berkala khususnya pada pasien dengan
kadar glukosa darah puasa meningkat waktu kehamilan
Perempuan yang pernah menderita diabetes melitus gestasional harus diberi konseling
agar menyusui anakanya karena pemberian ASI akan memperbaiki kontrol kadar gula
darah
Harus direncanakan penggunaan kontrasepsi karena sekali perempuan hamil
menderita diabetes maka dia beisiko terkena hal yang sama pada kehamilan
berikutnya
22
Bagi perempuan yang obes setelah melahirkan harus melakukan upaya penurunan
berat badan dengan diet dan berilahraga secra teratur agar resiko terjadinya diabetes
menjadi menurun (5)
IV PENANGANAN BAYI BARU LAHIR DARI IBU DENGAN DM
Bayi lahir dari ibu dengan Diabetes Melitus berisiko untuk terjadi hipoglikemia pada
3 hari pertama setelah lahir walaupun bayi sudah dapat minum dengan baik Ibu dengan DM
mempunyai resiko kematian bayi lima kali dibanding ibu tidak dengan DM dan sering
mengalami abortus ataupun kematian dalam kandungan Bayi dengan ibu DM mengalami
Transient Hiperinsulinism yang dapat mengakibatkan Hipoglikemia Macrosomia pada bayi
yang dilahirkan dan dapat berakibat kesulitan lahir Tanda bayi hipoglikemia adalah Distres
nafas malas minum jitteriness mudah terangsang sampai kejang (2)
Kadar Glukose Darah Rendah (Hipoglikemia)
Adalah bila kadar glukosa darah kurang dari 45 mgdL (26 mmolL)
Masalah
a Glukose darah kurang 25 mgdL (11 mmolL) atau terdapat tanda Hipoglikemi
b Glukose darah 25 mgdL (11 mmolL) _ 45 mgdL (26 mmolL) tanpa tanda
Hipoglikemia (2)
Pengelolaan Hipoglikemia
a Glukose darah kurang 25 mgdL (11 mmolL) atau terdapat tanda hipoglikemi
Pasang jalur IV jika belum terpasang
Berikan glukose 10 2 mLkg secara IV bolus pelan dalam lima menit
Jika jalur IV tidak dapat dipasang dengan cepat berikan larutan
glukose melalui pipa lambungdengan dosis yang sama
Infus glukose 10 sesuai kebutuhan rumatan
23
Periksa kadar glukose darah satu jam setelah bolus glukose dan kemudian tiap tiga
jam
Jika kadar glukose darah masih kurang 25 mgdL (11 mmolL) ulangi
pemberian bolus glukose seperti tersebut di atas dan lanjutkan pemberian infus
Jika kadar glukose darah 25-45 mgdL (11-26 mmolL) lanjutkan infus dan
ulangi pemeriksaan kadar glukose setiap tiga jam sampai kadar glukose 45 mgdL
(26 mmolL) atau lebih
Bila kadar glukose darah 45 mgdL (26 mmolL) atau lebih dalam dua kali
pemeriksaan berturut-turut ikuti petunjuk tentang frekuensi pemeriksaan kadar
glukose darah setelah kadar glukose darah kembali normal
Anjurkan ibu menyusui Bila bayi tidak dapat menyusu berikan ASI peras
dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum
Bila kemampuan minum bayi meningkat turunkan pemberian cairan infus setiap
hari secara bertahap Jangan menghentikan infus glukose dengan tiba-tiba (2)
b Glukose darah 25 mgdL (11 mmolL)-45 mgdL (26 mmolL) tanpa tanda
Hipoglikemia
Anjurkan ibu menyusui Bila bayi tidak dapat menyusu berikan ASI peras dengan
menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum
Pantau tanda hipoglikemia dan bila dijumpai tanda tersebut tangani seperti tersebut di
atas
Periksa kadar glukose darah dalam tiga jam atau sebelum pemberian minum
berikutnya
Jika kadar glukose darah kurang 25 mgdL (11 mmolL) atau terdapat tanda
hipoglikemia tangani seperti tersebut di atas
Jika kadar glukose darah masih antara 25-45 mgdL (11-26 mmolL) naikkan
frekuensi pemberian minum ASI atau naikkan volume pemberian minum dengan
menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum
Jika kadar glukose darah 45 mgdL (26 mmolL) atau lebih lihat tentang
frekuensi pemeriksaan kadar glukose darah di bawah ini (2)
24
Frekuensi Pemeriksaan Glukose Darah Setelah Kadar Glukose Darah Normal
Jika bayi mendapatkan cairan IV untuk alasan apapun lanjutkan pemeriksaan kadar
glukose darah setiap 12 jam selama bayi masih memerlukan infus Jika kapan saja
kadar glukose darah turun tangani seperti tersebut di atas
Jika bayi sudah tidak lagi mendapat infus cairan IV periksa kadar glukose darah
setiap 12 jam sebanyak dua kali pemeriksaan
Jika kapan saja kadar glukose darah turun tangani seperti tersebut di atas
Jika kadar glukose darah tetap normal selama waktu tersebut maka pengukuran
dihentikan
Anjurkan ibu untuk menyusui secara dini dan lebih sering paling tidak 8 kali sehari
siang dan malam (2)
Bila bayi berumur kurang 3 hari amati sampai umur 3 hari periksa kadar glukose pada
Saat bayi datang atau pada umur 3 jam
Tiga jam setelah pemeriksaan pertama kemudian tiap 6 jam selama 24 jam atau
sampai kadar glukose dalam batas normal dalam 2 kali pemeriksaan berturut ndash turut
Bila kadar glukose le 45 mgdL atau bayi menunjukkan tanda hipoglikemi (tremor
atau letargi) tangani untuk hipoglikemi (lihat Hipoglikemi)
Bila dalam pengamatan tidak ada tanda hipoglikemi atau masalah lain bayi dapat
minum dengan baik pulangkan bayi pada hari ke 3
Bila bayi berumur 3 hari atau lebih dan tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit bayi
tidak perlu pengamatan Bila bayi dapat minum baik dan tidak ada masalah lain yang
memerlukan perawatan di rumah sakit bayi dapat dipulangkan (2)
25
BAB III
PERMASALAHAN
SKENARIO 4
NyAni yang hamil dan Sakit Gula
NyAni 36 tahun G5P3A1 datang ke Rumah Sakit untuk memeriksa kehamilannya yang
berusia 32 minggu Selain itu NyAni juga mengeluhkan poliuri polifagi dan polidipsi pada
dokter yang menanganinya Anak I lahir hidup dengan BB 3200 gr partus pervaginam
Anak II lahir hidup dengan BB 3400 gr partus pervaginam Anak III lahir hidup dengan
BB 3600 gr partus pervaginam Riwayat abortus (+) Riwayat menderita DM (-) Riwayat
keluarga menderita DM (+) TB NyAni = 160 cm BB NyAni = 72 kg
Pemeriksaan Vital Sign TD = 12080 mmhg HR = 82xmenit RR = 22xmenit T = 372 W C
DJJ 120x Letak kepala
Apakah yang terjadi pada NyAni Tindakan apa yang harus kita lakukan sebagai dokter
26
BAB IV
PEMBAHASAN
I KLARIFIKASI ISTILAH
Poliuri Sekresi urin yang berlebihan (4)
Polifagi Makan secara berlebihan (4)
Polidipsi Rasa haus yang sangat dan berlangsung lama (4)
DM Kelainan metabolik dimana ditemukan ketidakmampuan untuk
mengoksidasi karbohidrat akibat gangguan pada mekanisme insulin yang normal
menimbulkan hiperglikemia glikosuria poliuria rasa haus rasa lapar badan
kurus kelemahan asidosis sering menyebabkan dipsnea lipemia ketonuria dan
akhirnya koma (4)
II MENETAPKAN PERMASALAHAN
1 NyAni 36 tahun G5P3A1 datang ke Rumah Sakit untuk memeriksa
kehamilannya yang berusia 32 minggu dan mengeluhkan poliuri polifagi dan
polidipsi
2 Riwayat keluarga menderita DM (+)
3 Riwayat persalinan BB bayi setiap kelahiran selalu bertambah
III ANALISIS MASALAH
1 Dari umur yaitu 36 tahun sudah mempunyai resiko tinggi pada kehamilan
Poliuri polifagi dan polidipsi merupakan gejala khas DM yang tersembunyi pada
ibu hamil
G5P3A1 ini juga merupakan faktor resiko karena adanya riwayat abortus
2 DM adalah penyakit yang dapat di turunkan kemungkinan NyAni mengalami DM
karena adanya Riwayat DM pada keluarga Tetapi diperlukan juga pemeriksaan
penunjang untuk memastikan apakah NyAni memang menderita DM atau tidak
3 Pada riwayat persalinan dimana BB bayi setiap kelahiran selalu bertambah ini juga
merupakan faktor resiko dari Diabetes Melitus
27
IV KESIMPULAN SEMENTARA
1 Kemungkinan NyAni menderita DM dilihat dari gejala dan riwayat persalinan
dimana BB bayi setiap kelahiran selalu bertambah serta riwayat DM pada keluarga
2 Kemungkinan NyAni menderita DM setelah kehamilan
3 Perlunya pemeriksaan penunjang untuk menentukan DM atau tidak karena NyAni
kemungkinan saja mengalami toleransi glukosa
4 Adanya riwayat obstetri yang buruk yaitu abortus
ANAMNESIS
Nama Ani
Jenis Kelamin female
Alamat -
Umur 36 years old
Keluhan Utama Memeriksa kehamilannya yang berusia 32 minggu dan juga
mengeluhkan poliuri polifagi dan polidipsi
Keluhan Tambahan -
Riwayat Penyakit Dahulu -
Riwayat Penyakit Keluarga DM (+)
Riwayat Sosial -
Riwayat Obstetri G5 P3 A1
Vital Signs
TD 12080 mmHg
HR 82xmenit
RR 22xmenit
T 372C
DJJ 120x
Lokasi kepala
General situation
TB = 160 cm
BB = 72 kg
28
V TUJUAN PEMEBELAJARAN
1 Mengetahui Diabetes Melitus secara umum
2 Mengetahui Diabetes Melitus pada Ibu hamil
3 Penatalaksanaan Diabetes Melitus pada Ibu hamil
4 Pengaruh kehamilan pada Diabetes Melitus
5 Penanganan persalinan pada Ibu yang menderita Diabetes Melitus
VI BELAJAR MANDIRI
1 Text book
2 Internet
3 Kamus dorland
VII KESIMPULAN AKHIR
Kemungkinan NyAni mengalami Diabetes Melitus dilihat dari keluhan riwayat
persalinan dan riwayat keluarga
Dibutuhkan pemeriksaan penunjang untuk diagnosa yang lebih tepat
Pemeriksaan yang di maksud adalah
Pemeriksaan urin
Pemeriksaan KGD puasa dan post ndash prandiol
Glukosa toleran tes (GTT)
Nilai K(3)
Perlunya tindakan yang cepat dan tepat untuk mencegah terjadinya komplikasi dan
prognosis yang buruk
29
BAB V
PENUTUP
Penderita DM Gestasional memunyai resiko yang tinggi terhadap kambuhnya
penyakit diabetes yang pernah dideritannya pada saat hamil sebelumnya
Saran 6-8 minggu setelah melahirkan ibu tersebut melakukan test plasma glukosa
puasa dan OGTT 75 gram glukosa Pasien gemuk penderita GDM sebaiknya mengontrol
BB karena diperkirakan akan menjadi DM dalam 20 tahun kemudian
Wanita dengan diabetes masih dapat hamil dan punya anak sepanjang gula darah
terkontrol Disarankan memilih kontrasepsi dengan kadar estrogen rendah dan dapat
memakai pil tambahan hormon progesteron IUD dapat menimbulkan risiko infeksi
Perlu diperhatikan risiko morbiditas dan mortalitas maternal dan perinatal tinggi
Dengan pengelolaan sebaik-baiknya hasil akhir tetap dapat optimal
30
- A Pengertian
- Menurut Brunner and Suddarth 2001 Diabetes Mellitus merupakan sekelompok kelainan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia Pada Diabetes Mellitus kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun atau pankreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin (1)
- Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo 2002)
- B Klasifikasi
- 1 Klasifikasi diabetes mellitus secara umum sebagai berikut
- C Etiologi
- 1 DM tipe I
- a) Faktor genetic
- Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (1)
- b) Faktor-faktor imunologi
- Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen (1)
- c) Faktor lingkungan
- Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi sel beta (1)
- 2 Diabetes Tipe II
- Menurut Brunner dan Suddarth 2001 mekanisme tepat yang menyebabkan belum diketahui Namun ada beberapa resiko yang berhubungan dengan terjadinya DM type II
- D Tanda dan Gejala
- E Patofisiologi (Patways) DM
- Katarak
- Glaukoma
- Retinopati
- Gatal seluruh badan
- Pruritus Vulvae
- Infeksi bakteri kulit
- Infeksi jamur di kulit
- Dermatopati
- Neuropati perifer
- Neuropati viseral
- Amiotropi
- Ulkus Neurotropik
- Penyakit ginjal
- Penyakit pembuluh darah perifer
- Penyakit koroner
- Penyakit pembuluh darah otak
- Hipertensi
- Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal yang tinggi dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur atau bahkan inkontinensia urin Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat terhadap dehidrasi Karena itu tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada stadium lanjut (Patric Davey 2002 )
- Penyakit yang mula-mula ringan dan sedang saja yang biasa terdapat pada pasien DM usia lanjut dapat berubah tiba-tiba apabila pasien mengalami infeksi akut Defisiensi insulin yang tadinya bersifat relatif sekarang menjadi absolut dan timbul keadaan ketoasidosis dengan gejala khas hiperventilasi dan dehidrasi kesadaran menurun dengan hiperglikemia dehidrasi dan ketonemia Gejala yang biasa terjadi pada hipoglikemia seperti rasa lapar menguap dan berkeringat banyak umumnya tidak ada pada DM usia lanjut Biasanya tampak bermanifestasi sebagai sakit kepala dan kebingungan mendadak (Patric Davey 2002 )
- Pada usia lanjut reaksi vegetatif dapat menghilang Sedangkan gejala kebingungan dan koma yang merupakan gangguan metabolisme serebral tampak lebih jelas
- F Pemeriksaan Penunjang
- G Komplikasi
- Komplikasi Akut
- Komplikasi Kronis
- H Penatalaksanaan
- I Prognosis
-
J Prognosis
1 Bila penyakit di tangani oleh dokter ahli penyakit dalam serta kehamilan dan
persalinan di awasi dan di tolong oeh ahli kebidanan umumnya prognosis baik
2 Diabetes berat dan di derita lama apalagi ada komplikasi prognosis buruk
3 Prognosis bagi bayi jelek faktor ndash faktor yang meninggikan morbiditas dan
mortalitas bayi adalah
Berat dan lamany sakit dan adanya asetonuri
Insufisiensi plasenta
Komplikasi dan distosio persalinan
Sindrom gawat napas ( respiratory stress syndrome )
Prematuritas dan cacat bawaan
Angka kematian perinatal kira ndash kira 10 ndash 15 (3)
III PENANGANAN PERSALINAN PADA IBU YANG MENDERITA DM
Pada penderita yang penyakitnya tidak berat dan cukup di puasai dengan diet saja dan
tidak mempunyai riwayat obstetric yang buruk dapat di harapkan partus spontansampai
kehamilan 40 minggu Lebih dari pada itu sebaiknya dilakukan induksi parsalinan karena
prognosis menjadi lebih buruk Apabila diabetes nya berat dan memerlukan pengobatan
insulin sebaiknya kehamilan diakhiri lebih dini biasanya dalam kehamilan antara 36 dan 38
minggu Lebih- lebih apabila kehamilan nya disertai komplikasi lain seperti pre-eklampsi
janin yang tidak baik pertumbuhan nya atau terlampau besar diabetesnya sukar dikuasai atau
apabila ada riwayat kematian perinatal maka dapat di pertimbangkan untuk mengakhiri
kehamilan lebih dini baik dengan induksi maupun dengan seksio sesaria Dalam pelaksanaan
partus pervaginam baik yang tanpa maupun yang dengan induksin keadaan janin harus lebih
ketat di awasi jika mungkin dengan pencatatan denyut jantung janin terus menerus (5)
Penyulit yang sering di jumpai dalam persalinan
a Inersio uteri dan atonia uteri
b Distosia bahu karena anak besar
21
c Kelahiran mati
d Lebih sering mengakhiri partus dengan tindakan termasuk secsio sesaria
e Lebih mudah terjadi infeksi
f Angka kematian maternal lebih tinggi(5)
Pengelolaan Pascapersalinan
Karena sudah tidak ada resistensi terhadap insulin lagi maka pada periode
pascapesalinan perempuan dengan diabetes gestasional jarang memerlukan insulin
Pasien dengan diabetes yang terkontrol dengan diet setelah persalinan tidak perlu
diperiksa kadar glukosanya Namunbila pada waktu kehamilan diberi pengobatan
insulin sebelum meninggalkan rumah sakit perlu diperiksa kadar glukosa puasa dan 2
jam pascaprandial
Karena resiko terjadinya tipe 2 diabetes melitus dikemudian hari meningkat maka 6
minggu pascapersalinan perlu dilakukan pemeriksaan diabetes dengan cara
pemeriksaan gula darah puasa dalam dua waktu atau 2 jam setelah pemberian 75g
glukosa pada glucose tolerance test
jika kadar
1 lt 140 mgdl normal
2 140-200 mgdl gangguan toleransi glukosa
3 gt 200 mgdl DM
Bila test ini menunjukkan kadar yang normal maka kadar glukosa darah puasa
dievaluasi lagi setelah 3 tahun
Skrining diabetes ini harus dilakukan secara berkala khususnya pada pasien dengan
kadar glukosa darah puasa meningkat waktu kehamilan
Perempuan yang pernah menderita diabetes melitus gestasional harus diberi konseling
agar menyusui anakanya karena pemberian ASI akan memperbaiki kontrol kadar gula
darah
Harus direncanakan penggunaan kontrasepsi karena sekali perempuan hamil
menderita diabetes maka dia beisiko terkena hal yang sama pada kehamilan
berikutnya
22
Bagi perempuan yang obes setelah melahirkan harus melakukan upaya penurunan
berat badan dengan diet dan berilahraga secra teratur agar resiko terjadinya diabetes
menjadi menurun (5)
IV PENANGANAN BAYI BARU LAHIR DARI IBU DENGAN DM
Bayi lahir dari ibu dengan Diabetes Melitus berisiko untuk terjadi hipoglikemia pada
3 hari pertama setelah lahir walaupun bayi sudah dapat minum dengan baik Ibu dengan DM
mempunyai resiko kematian bayi lima kali dibanding ibu tidak dengan DM dan sering
mengalami abortus ataupun kematian dalam kandungan Bayi dengan ibu DM mengalami
Transient Hiperinsulinism yang dapat mengakibatkan Hipoglikemia Macrosomia pada bayi
yang dilahirkan dan dapat berakibat kesulitan lahir Tanda bayi hipoglikemia adalah Distres
nafas malas minum jitteriness mudah terangsang sampai kejang (2)
Kadar Glukose Darah Rendah (Hipoglikemia)
Adalah bila kadar glukosa darah kurang dari 45 mgdL (26 mmolL)
Masalah
a Glukose darah kurang 25 mgdL (11 mmolL) atau terdapat tanda Hipoglikemi
b Glukose darah 25 mgdL (11 mmolL) _ 45 mgdL (26 mmolL) tanpa tanda
Hipoglikemia (2)
Pengelolaan Hipoglikemia
a Glukose darah kurang 25 mgdL (11 mmolL) atau terdapat tanda hipoglikemi
Pasang jalur IV jika belum terpasang
Berikan glukose 10 2 mLkg secara IV bolus pelan dalam lima menit
Jika jalur IV tidak dapat dipasang dengan cepat berikan larutan
glukose melalui pipa lambungdengan dosis yang sama
Infus glukose 10 sesuai kebutuhan rumatan
23
Periksa kadar glukose darah satu jam setelah bolus glukose dan kemudian tiap tiga
jam
Jika kadar glukose darah masih kurang 25 mgdL (11 mmolL) ulangi
pemberian bolus glukose seperti tersebut di atas dan lanjutkan pemberian infus
Jika kadar glukose darah 25-45 mgdL (11-26 mmolL) lanjutkan infus dan
ulangi pemeriksaan kadar glukose setiap tiga jam sampai kadar glukose 45 mgdL
(26 mmolL) atau lebih
Bila kadar glukose darah 45 mgdL (26 mmolL) atau lebih dalam dua kali
pemeriksaan berturut-turut ikuti petunjuk tentang frekuensi pemeriksaan kadar
glukose darah setelah kadar glukose darah kembali normal
Anjurkan ibu menyusui Bila bayi tidak dapat menyusu berikan ASI peras
dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum
Bila kemampuan minum bayi meningkat turunkan pemberian cairan infus setiap
hari secara bertahap Jangan menghentikan infus glukose dengan tiba-tiba (2)
b Glukose darah 25 mgdL (11 mmolL)-45 mgdL (26 mmolL) tanpa tanda
Hipoglikemia
Anjurkan ibu menyusui Bila bayi tidak dapat menyusu berikan ASI peras dengan
menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum
Pantau tanda hipoglikemia dan bila dijumpai tanda tersebut tangani seperti tersebut di
atas
Periksa kadar glukose darah dalam tiga jam atau sebelum pemberian minum
berikutnya
Jika kadar glukose darah kurang 25 mgdL (11 mmolL) atau terdapat tanda
hipoglikemia tangani seperti tersebut di atas
Jika kadar glukose darah masih antara 25-45 mgdL (11-26 mmolL) naikkan
frekuensi pemberian minum ASI atau naikkan volume pemberian minum dengan
menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum
Jika kadar glukose darah 45 mgdL (26 mmolL) atau lebih lihat tentang
frekuensi pemeriksaan kadar glukose darah di bawah ini (2)
24
Frekuensi Pemeriksaan Glukose Darah Setelah Kadar Glukose Darah Normal
Jika bayi mendapatkan cairan IV untuk alasan apapun lanjutkan pemeriksaan kadar
glukose darah setiap 12 jam selama bayi masih memerlukan infus Jika kapan saja
kadar glukose darah turun tangani seperti tersebut di atas
Jika bayi sudah tidak lagi mendapat infus cairan IV periksa kadar glukose darah
setiap 12 jam sebanyak dua kali pemeriksaan
Jika kapan saja kadar glukose darah turun tangani seperti tersebut di atas
Jika kadar glukose darah tetap normal selama waktu tersebut maka pengukuran
dihentikan
Anjurkan ibu untuk menyusui secara dini dan lebih sering paling tidak 8 kali sehari
siang dan malam (2)
Bila bayi berumur kurang 3 hari amati sampai umur 3 hari periksa kadar glukose pada
Saat bayi datang atau pada umur 3 jam
Tiga jam setelah pemeriksaan pertama kemudian tiap 6 jam selama 24 jam atau
sampai kadar glukose dalam batas normal dalam 2 kali pemeriksaan berturut ndash turut
Bila kadar glukose le 45 mgdL atau bayi menunjukkan tanda hipoglikemi (tremor
atau letargi) tangani untuk hipoglikemi (lihat Hipoglikemi)
Bila dalam pengamatan tidak ada tanda hipoglikemi atau masalah lain bayi dapat
minum dengan baik pulangkan bayi pada hari ke 3
Bila bayi berumur 3 hari atau lebih dan tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit bayi
tidak perlu pengamatan Bila bayi dapat minum baik dan tidak ada masalah lain yang
memerlukan perawatan di rumah sakit bayi dapat dipulangkan (2)
25
BAB III
PERMASALAHAN
SKENARIO 4
NyAni yang hamil dan Sakit Gula
NyAni 36 tahun G5P3A1 datang ke Rumah Sakit untuk memeriksa kehamilannya yang
berusia 32 minggu Selain itu NyAni juga mengeluhkan poliuri polifagi dan polidipsi pada
dokter yang menanganinya Anak I lahir hidup dengan BB 3200 gr partus pervaginam
Anak II lahir hidup dengan BB 3400 gr partus pervaginam Anak III lahir hidup dengan
BB 3600 gr partus pervaginam Riwayat abortus (+) Riwayat menderita DM (-) Riwayat
keluarga menderita DM (+) TB NyAni = 160 cm BB NyAni = 72 kg
Pemeriksaan Vital Sign TD = 12080 mmhg HR = 82xmenit RR = 22xmenit T = 372 W C
DJJ 120x Letak kepala
Apakah yang terjadi pada NyAni Tindakan apa yang harus kita lakukan sebagai dokter
26
BAB IV
PEMBAHASAN
I KLARIFIKASI ISTILAH
Poliuri Sekresi urin yang berlebihan (4)
Polifagi Makan secara berlebihan (4)
Polidipsi Rasa haus yang sangat dan berlangsung lama (4)
DM Kelainan metabolik dimana ditemukan ketidakmampuan untuk
mengoksidasi karbohidrat akibat gangguan pada mekanisme insulin yang normal
menimbulkan hiperglikemia glikosuria poliuria rasa haus rasa lapar badan
kurus kelemahan asidosis sering menyebabkan dipsnea lipemia ketonuria dan
akhirnya koma (4)
II MENETAPKAN PERMASALAHAN
1 NyAni 36 tahun G5P3A1 datang ke Rumah Sakit untuk memeriksa
kehamilannya yang berusia 32 minggu dan mengeluhkan poliuri polifagi dan
polidipsi
2 Riwayat keluarga menderita DM (+)
3 Riwayat persalinan BB bayi setiap kelahiran selalu bertambah
III ANALISIS MASALAH
1 Dari umur yaitu 36 tahun sudah mempunyai resiko tinggi pada kehamilan
Poliuri polifagi dan polidipsi merupakan gejala khas DM yang tersembunyi pada
ibu hamil
G5P3A1 ini juga merupakan faktor resiko karena adanya riwayat abortus
2 DM adalah penyakit yang dapat di turunkan kemungkinan NyAni mengalami DM
karena adanya Riwayat DM pada keluarga Tetapi diperlukan juga pemeriksaan
penunjang untuk memastikan apakah NyAni memang menderita DM atau tidak
3 Pada riwayat persalinan dimana BB bayi setiap kelahiran selalu bertambah ini juga
merupakan faktor resiko dari Diabetes Melitus
27
IV KESIMPULAN SEMENTARA
1 Kemungkinan NyAni menderita DM dilihat dari gejala dan riwayat persalinan
dimana BB bayi setiap kelahiran selalu bertambah serta riwayat DM pada keluarga
2 Kemungkinan NyAni menderita DM setelah kehamilan
3 Perlunya pemeriksaan penunjang untuk menentukan DM atau tidak karena NyAni
kemungkinan saja mengalami toleransi glukosa
4 Adanya riwayat obstetri yang buruk yaitu abortus
ANAMNESIS
Nama Ani
Jenis Kelamin female
Alamat -
Umur 36 years old
Keluhan Utama Memeriksa kehamilannya yang berusia 32 minggu dan juga
mengeluhkan poliuri polifagi dan polidipsi
Keluhan Tambahan -
Riwayat Penyakit Dahulu -
Riwayat Penyakit Keluarga DM (+)
Riwayat Sosial -
Riwayat Obstetri G5 P3 A1
Vital Signs
TD 12080 mmHg
HR 82xmenit
RR 22xmenit
T 372C
DJJ 120x
Lokasi kepala
General situation
TB = 160 cm
BB = 72 kg
28
V TUJUAN PEMEBELAJARAN
1 Mengetahui Diabetes Melitus secara umum
2 Mengetahui Diabetes Melitus pada Ibu hamil
3 Penatalaksanaan Diabetes Melitus pada Ibu hamil
4 Pengaruh kehamilan pada Diabetes Melitus
5 Penanganan persalinan pada Ibu yang menderita Diabetes Melitus
VI BELAJAR MANDIRI
1 Text book
2 Internet
3 Kamus dorland
VII KESIMPULAN AKHIR
Kemungkinan NyAni mengalami Diabetes Melitus dilihat dari keluhan riwayat
persalinan dan riwayat keluarga
Dibutuhkan pemeriksaan penunjang untuk diagnosa yang lebih tepat
Pemeriksaan yang di maksud adalah
Pemeriksaan urin
Pemeriksaan KGD puasa dan post ndash prandiol
Glukosa toleran tes (GTT)
Nilai K(3)
Perlunya tindakan yang cepat dan tepat untuk mencegah terjadinya komplikasi dan
prognosis yang buruk
29
BAB V
PENUTUP
Penderita DM Gestasional memunyai resiko yang tinggi terhadap kambuhnya
penyakit diabetes yang pernah dideritannya pada saat hamil sebelumnya
Saran 6-8 minggu setelah melahirkan ibu tersebut melakukan test plasma glukosa
puasa dan OGTT 75 gram glukosa Pasien gemuk penderita GDM sebaiknya mengontrol
BB karena diperkirakan akan menjadi DM dalam 20 tahun kemudian
Wanita dengan diabetes masih dapat hamil dan punya anak sepanjang gula darah
terkontrol Disarankan memilih kontrasepsi dengan kadar estrogen rendah dan dapat
memakai pil tambahan hormon progesteron IUD dapat menimbulkan risiko infeksi
Perlu diperhatikan risiko morbiditas dan mortalitas maternal dan perinatal tinggi
Dengan pengelolaan sebaik-baiknya hasil akhir tetap dapat optimal
30
- A Pengertian
- Menurut Brunner and Suddarth 2001 Diabetes Mellitus merupakan sekelompok kelainan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia Pada Diabetes Mellitus kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun atau pankreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin (1)
- Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo 2002)
- B Klasifikasi
- 1 Klasifikasi diabetes mellitus secara umum sebagai berikut
- C Etiologi
- 1 DM tipe I
- a) Faktor genetic
- Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (1)
- b) Faktor-faktor imunologi
- Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen (1)
- c) Faktor lingkungan
- Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi sel beta (1)
- 2 Diabetes Tipe II
- Menurut Brunner dan Suddarth 2001 mekanisme tepat yang menyebabkan belum diketahui Namun ada beberapa resiko yang berhubungan dengan terjadinya DM type II
- D Tanda dan Gejala
- E Patofisiologi (Patways) DM
- Katarak
- Glaukoma
- Retinopati
- Gatal seluruh badan
- Pruritus Vulvae
- Infeksi bakteri kulit
- Infeksi jamur di kulit
- Dermatopati
- Neuropati perifer
- Neuropati viseral
- Amiotropi
- Ulkus Neurotropik
- Penyakit ginjal
- Penyakit pembuluh darah perifer
- Penyakit koroner
- Penyakit pembuluh darah otak
- Hipertensi
- Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal yang tinggi dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur atau bahkan inkontinensia urin Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat terhadap dehidrasi Karena itu tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada stadium lanjut (Patric Davey 2002 )
- Penyakit yang mula-mula ringan dan sedang saja yang biasa terdapat pada pasien DM usia lanjut dapat berubah tiba-tiba apabila pasien mengalami infeksi akut Defisiensi insulin yang tadinya bersifat relatif sekarang menjadi absolut dan timbul keadaan ketoasidosis dengan gejala khas hiperventilasi dan dehidrasi kesadaran menurun dengan hiperglikemia dehidrasi dan ketonemia Gejala yang biasa terjadi pada hipoglikemia seperti rasa lapar menguap dan berkeringat banyak umumnya tidak ada pada DM usia lanjut Biasanya tampak bermanifestasi sebagai sakit kepala dan kebingungan mendadak (Patric Davey 2002 )
- Pada usia lanjut reaksi vegetatif dapat menghilang Sedangkan gejala kebingungan dan koma yang merupakan gangguan metabolisme serebral tampak lebih jelas
- F Pemeriksaan Penunjang
- G Komplikasi
- Komplikasi Akut
- Komplikasi Kronis
- H Penatalaksanaan
- I Prognosis
-
c Kelahiran mati
d Lebih sering mengakhiri partus dengan tindakan termasuk secsio sesaria
e Lebih mudah terjadi infeksi
f Angka kematian maternal lebih tinggi(5)
Pengelolaan Pascapersalinan
Karena sudah tidak ada resistensi terhadap insulin lagi maka pada periode
pascapesalinan perempuan dengan diabetes gestasional jarang memerlukan insulin
Pasien dengan diabetes yang terkontrol dengan diet setelah persalinan tidak perlu
diperiksa kadar glukosanya Namunbila pada waktu kehamilan diberi pengobatan
insulin sebelum meninggalkan rumah sakit perlu diperiksa kadar glukosa puasa dan 2
jam pascaprandial
Karena resiko terjadinya tipe 2 diabetes melitus dikemudian hari meningkat maka 6
minggu pascapersalinan perlu dilakukan pemeriksaan diabetes dengan cara
pemeriksaan gula darah puasa dalam dua waktu atau 2 jam setelah pemberian 75g
glukosa pada glucose tolerance test
jika kadar
1 lt 140 mgdl normal
2 140-200 mgdl gangguan toleransi glukosa
3 gt 200 mgdl DM
Bila test ini menunjukkan kadar yang normal maka kadar glukosa darah puasa
dievaluasi lagi setelah 3 tahun
Skrining diabetes ini harus dilakukan secara berkala khususnya pada pasien dengan
kadar glukosa darah puasa meningkat waktu kehamilan
Perempuan yang pernah menderita diabetes melitus gestasional harus diberi konseling
agar menyusui anakanya karena pemberian ASI akan memperbaiki kontrol kadar gula
darah
Harus direncanakan penggunaan kontrasepsi karena sekali perempuan hamil
menderita diabetes maka dia beisiko terkena hal yang sama pada kehamilan
berikutnya
22
Bagi perempuan yang obes setelah melahirkan harus melakukan upaya penurunan
berat badan dengan diet dan berilahraga secra teratur agar resiko terjadinya diabetes
menjadi menurun (5)
IV PENANGANAN BAYI BARU LAHIR DARI IBU DENGAN DM
Bayi lahir dari ibu dengan Diabetes Melitus berisiko untuk terjadi hipoglikemia pada
3 hari pertama setelah lahir walaupun bayi sudah dapat minum dengan baik Ibu dengan DM
mempunyai resiko kematian bayi lima kali dibanding ibu tidak dengan DM dan sering
mengalami abortus ataupun kematian dalam kandungan Bayi dengan ibu DM mengalami
Transient Hiperinsulinism yang dapat mengakibatkan Hipoglikemia Macrosomia pada bayi
yang dilahirkan dan dapat berakibat kesulitan lahir Tanda bayi hipoglikemia adalah Distres
nafas malas minum jitteriness mudah terangsang sampai kejang (2)
Kadar Glukose Darah Rendah (Hipoglikemia)
Adalah bila kadar glukosa darah kurang dari 45 mgdL (26 mmolL)
Masalah
a Glukose darah kurang 25 mgdL (11 mmolL) atau terdapat tanda Hipoglikemi
b Glukose darah 25 mgdL (11 mmolL) _ 45 mgdL (26 mmolL) tanpa tanda
Hipoglikemia (2)
Pengelolaan Hipoglikemia
a Glukose darah kurang 25 mgdL (11 mmolL) atau terdapat tanda hipoglikemi
Pasang jalur IV jika belum terpasang
Berikan glukose 10 2 mLkg secara IV bolus pelan dalam lima menit
Jika jalur IV tidak dapat dipasang dengan cepat berikan larutan
glukose melalui pipa lambungdengan dosis yang sama
Infus glukose 10 sesuai kebutuhan rumatan
23
Periksa kadar glukose darah satu jam setelah bolus glukose dan kemudian tiap tiga
jam
Jika kadar glukose darah masih kurang 25 mgdL (11 mmolL) ulangi
pemberian bolus glukose seperti tersebut di atas dan lanjutkan pemberian infus
Jika kadar glukose darah 25-45 mgdL (11-26 mmolL) lanjutkan infus dan
ulangi pemeriksaan kadar glukose setiap tiga jam sampai kadar glukose 45 mgdL
(26 mmolL) atau lebih
Bila kadar glukose darah 45 mgdL (26 mmolL) atau lebih dalam dua kali
pemeriksaan berturut-turut ikuti petunjuk tentang frekuensi pemeriksaan kadar
glukose darah setelah kadar glukose darah kembali normal
Anjurkan ibu menyusui Bila bayi tidak dapat menyusu berikan ASI peras
dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum
Bila kemampuan minum bayi meningkat turunkan pemberian cairan infus setiap
hari secara bertahap Jangan menghentikan infus glukose dengan tiba-tiba (2)
b Glukose darah 25 mgdL (11 mmolL)-45 mgdL (26 mmolL) tanpa tanda
Hipoglikemia
Anjurkan ibu menyusui Bila bayi tidak dapat menyusu berikan ASI peras dengan
menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum
Pantau tanda hipoglikemia dan bila dijumpai tanda tersebut tangani seperti tersebut di
atas
Periksa kadar glukose darah dalam tiga jam atau sebelum pemberian minum
berikutnya
Jika kadar glukose darah kurang 25 mgdL (11 mmolL) atau terdapat tanda
hipoglikemia tangani seperti tersebut di atas
Jika kadar glukose darah masih antara 25-45 mgdL (11-26 mmolL) naikkan
frekuensi pemberian minum ASI atau naikkan volume pemberian minum dengan
menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum
Jika kadar glukose darah 45 mgdL (26 mmolL) atau lebih lihat tentang
frekuensi pemeriksaan kadar glukose darah di bawah ini (2)
24
Frekuensi Pemeriksaan Glukose Darah Setelah Kadar Glukose Darah Normal
Jika bayi mendapatkan cairan IV untuk alasan apapun lanjutkan pemeriksaan kadar
glukose darah setiap 12 jam selama bayi masih memerlukan infus Jika kapan saja
kadar glukose darah turun tangani seperti tersebut di atas
Jika bayi sudah tidak lagi mendapat infus cairan IV periksa kadar glukose darah
setiap 12 jam sebanyak dua kali pemeriksaan
Jika kapan saja kadar glukose darah turun tangani seperti tersebut di atas
Jika kadar glukose darah tetap normal selama waktu tersebut maka pengukuran
dihentikan
Anjurkan ibu untuk menyusui secara dini dan lebih sering paling tidak 8 kali sehari
siang dan malam (2)
Bila bayi berumur kurang 3 hari amati sampai umur 3 hari periksa kadar glukose pada
Saat bayi datang atau pada umur 3 jam
Tiga jam setelah pemeriksaan pertama kemudian tiap 6 jam selama 24 jam atau
sampai kadar glukose dalam batas normal dalam 2 kali pemeriksaan berturut ndash turut
Bila kadar glukose le 45 mgdL atau bayi menunjukkan tanda hipoglikemi (tremor
atau letargi) tangani untuk hipoglikemi (lihat Hipoglikemi)
Bila dalam pengamatan tidak ada tanda hipoglikemi atau masalah lain bayi dapat
minum dengan baik pulangkan bayi pada hari ke 3
Bila bayi berumur 3 hari atau lebih dan tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit bayi
tidak perlu pengamatan Bila bayi dapat minum baik dan tidak ada masalah lain yang
memerlukan perawatan di rumah sakit bayi dapat dipulangkan (2)
25
BAB III
PERMASALAHAN
SKENARIO 4
NyAni yang hamil dan Sakit Gula
NyAni 36 tahun G5P3A1 datang ke Rumah Sakit untuk memeriksa kehamilannya yang
berusia 32 minggu Selain itu NyAni juga mengeluhkan poliuri polifagi dan polidipsi pada
dokter yang menanganinya Anak I lahir hidup dengan BB 3200 gr partus pervaginam
Anak II lahir hidup dengan BB 3400 gr partus pervaginam Anak III lahir hidup dengan
BB 3600 gr partus pervaginam Riwayat abortus (+) Riwayat menderita DM (-) Riwayat
keluarga menderita DM (+) TB NyAni = 160 cm BB NyAni = 72 kg
Pemeriksaan Vital Sign TD = 12080 mmhg HR = 82xmenit RR = 22xmenit T = 372 W C
DJJ 120x Letak kepala
Apakah yang terjadi pada NyAni Tindakan apa yang harus kita lakukan sebagai dokter
26
BAB IV
PEMBAHASAN
I KLARIFIKASI ISTILAH
Poliuri Sekresi urin yang berlebihan (4)
Polifagi Makan secara berlebihan (4)
Polidipsi Rasa haus yang sangat dan berlangsung lama (4)
DM Kelainan metabolik dimana ditemukan ketidakmampuan untuk
mengoksidasi karbohidrat akibat gangguan pada mekanisme insulin yang normal
menimbulkan hiperglikemia glikosuria poliuria rasa haus rasa lapar badan
kurus kelemahan asidosis sering menyebabkan dipsnea lipemia ketonuria dan
akhirnya koma (4)
II MENETAPKAN PERMASALAHAN
1 NyAni 36 tahun G5P3A1 datang ke Rumah Sakit untuk memeriksa
kehamilannya yang berusia 32 minggu dan mengeluhkan poliuri polifagi dan
polidipsi
2 Riwayat keluarga menderita DM (+)
3 Riwayat persalinan BB bayi setiap kelahiran selalu bertambah
III ANALISIS MASALAH
1 Dari umur yaitu 36 tahun sudah mempunyai resiko tinggi pada kehamilan
Poliuri polifagi dan polidipsi merupakan gejala khas DM yang tersembunyi pada
ibu hamil
G5P3A1 ini juga merupakan faktor resiko karena adanya riwayat abortus
2 DM adalah penyakit yang dapat di turunkan kemungkinan NyAni mengalami DM
karena adanya Riwayat DM pada keluarga Tetapi diperlukan juga pemeriksaan
penunjang untuk memastikan apakah NyAni memang menderita DM atau tidak
3 Pada riwayat persalinan dimana BB bayi setiap kelahiran selalu bertambah ini juga
merupakan faktor resiko dari Diabetes Melitus
27
IV KESIMPULAN SEMENTARA
1 Kemungkinan NyAni menderita DM dilihat dari gejala dan riwayat persalinan
dimana BB bayi setiap kelahiran selalu bertambah serta riwayat DM pada keluarga
2 Kemungkinan NyAni menderita DM setelah kehamilan
3 Perlunya pemeriksaan penunjang untuk menentukan DM atau tidak karena NyAni
kemungkinan saja mengalami toleransi glukosa
4 Adanya riwayat obstetri yang buruk yaitu abortus
ANAMNESIS
Nama Ani
Jenis Kelamin female
Alamat -
Umur 36 years old
Keluhan Utama Memeriksa kehamilannya yang berusia 32 minggu dan juga
mengeluhkan poliuri polifagi dan polidipsi
Keluhan Tambahan -
Riwayat Penyakit Dahulu -
Riwayat Penyakit Keluarga DM (+)
Riwayat Sosial -
Riwayat Obstetri G5 P3 A1
Vital Signs
TD 12080 mmHg
HR 82xmenit
RR 22xmenit
T 372C
DJJ 120x
Lokasi kepala
General situation
TB = 160 cm
BB = 72 kg
28
V TUJUAN PEMEBELAJARAN
1 Mengetahui Diabetes Melitus secara umum
2 Mengetahui Diabetes Melitus pada Ibu hamil
3 Penatalaksanaan Diabetes Melitus pada Ibu hamil
4 Pengaruh kehamilan pada Diabetes Melitus
5 Penanganan persalinan pada Ibu yang menderita Diabetes Melitus
VI BELAJAR MANDIRI
1 Text book
2 Internet
3 Kamus dorland
VII KESIMPULAN AKHIR
Kemungkinan NyAni mengalami Diabetes Melitus dilihat dari keluhan riwayat
persalinan dan riwayat keluarga
Dibutuhkan pemeriksaan penunjang untuk diagnosa yang lebih tepat
Pemeriksaan yang di maksud adalah
Pemeriksaan urin
Pemeriksaan KGD puasa dan post ndash prandiol
Glukosa toleran tes (GTT)
Nilai K(3)
Perlunya tindakan yang cepat dan tepat untuk mencegah terjadinya komplikasi dan
prognosis yang buruk
29
BAB V
PENUTUP
Penderita DM Gestasional memunyai resiko yang tinggi terhadap kambuhnya
penyakit diabetes yang pernah dideritannya pada saat hamil sebelumnya
Saran 6-8 minggu setelah melahirkan ibu tersebut melakukan test plasma glukosa
puasa dan OGTT 75 gram glukosa Pasien gemuk penderita GDM sebaiknya mengontrol
BB karena diperkirakan akan menjadi DM dalam 20 tahun kemudian
Wanita dengan diabetes masih dapat hamil dan punya anak sepanjang gula darah
terkontrol Disarankan memilih kontrasepsi dengan kadar estrogen rendah dan dapat
memakai pil tambahan hormon progesteron IUD dapat menimbulkan risiko infeksi
Perlu diperhatikan risiko morbiditas dan mortalitas maternal dan perinatal tinggi
Dengan pengelolaan sebaik-baiknya hasil akhir tetap dapat optimal
30
- A Pengertian
- Menurut Brunner and Suddarth 2001 Diabetes Mellitus merupakan sekelompok kelainan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia Pada Diabetes Mellitus kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun atau pankreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin (1)
- Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo 2002)
- B Klasifikasi
- 1 Klasifikasi diabetes mellitus secara umum sebagai berikut
- C Etiologi
- 1 DM tipe I
- a) Faktor genetic
- Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (1)
- b) Faktor-faktor imunologi
- Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen (1)
- c) Faktor lingkungan
- Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi sel beta (1)
- 2 Diabetes Tipe II
- Menurut Brunner dan Suddarth 2001 mekanisme tepat yang menyebabkan belum diketahui Namun ada beberapa resiko yang berhubungan dengan terjadinya DM type II
- D Tanda dan Gejala
- E Patofisiologi (Patways) DM
- Katarak
- Glaukoma
- Retinopati
- Gatal seluruh badan
- Pruritus Vulvae
- Infeksi bakteri kulit
- Infeksi jamur di kulit
- Dermatopati
- Neuropati perifer
- Neuropati viseral
- Amiotropi
- Ulkus Neurotropik
- Penyakit ginjal
- Penyakit pembuluh darah perifer
- Penyakit koroner
- Penyakit pembuluh darah otak
- Hipertensi
- Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal yang tinggi dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur atau bahkan inkontinensia urin Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat terhadap dehidrasi Karena itu tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada stadium lanjut (Patric Davey 2002 )
- Penyakit yang mula-mula ringan dan sedang saja yang biasa terdapat pada pasien DM usia lanjut dapat berubah tiba-tiba apabila pasien mengalami infeksi akut Defisiensi insulin yang tadinya bersifat relatif sekarang menjadi absolut dan timbul keadaan ketoasidosis dengan gejala khas hiperventilasi dan dehidrasi kesadaran menurun dengan hiperglikemia dehidrasi dan ketonemia Gejala yang biasa terjadi pada hipoglikemia seperti rasa lapar menguap dan berkeringat banyak umumnya tidak ada pada DM usia lanjut Biasanya tampak bermanifestasi sebagai sakit kepala dan kebingungan mendadak (Patric Davey 2002 )
- Pada usia lanjut reaksi vegetatif dapat menghilang Sedangkan gejala kebingungan dan koma yang merupakan gangguan metabolisme serebral tampak lebih jelas
- F Pemeriksaan Penunjang
- G Komplikasi
- Komplikasi Akut
- Komplikasi Kronis
- H Penatalaksanaan
- I Prognosis
-
Bagi perempuan yang obes setelah melahirkan harus melakukan upaya penurunan
berat badan dengan diet dan berilahraga secra teratur agar resiko terjadinya diabetes
menjadi menurun (5)
IV PENANGANAN BAYI BARU LAHIR DARI IBU DENGAN DM
Bayi lahir dari ibu dengan Diabetes Melitus berisiko untuk terjadi hipoglikemia pada
3 hari pertama setelah lahir walaupun bayi sudah dapat minum dengan baik Ibu dengan DM
mempunyai resiko kematian bayi lima kali dibanding ibu tidak dengan DM dan sering
mengalami abortus ataupun kematian dalam kandungan Bayi dengan ibu DM mengalami
Transient Hiperinsulinism yang dapat mengakibatkan Hipoglikemia Macrosomia pada bayi
yang dilahirkan dan dapat berakibat kesulitan lahir Tanda bayi hipoglikemia adalah Distres
nafas malas minum jitteriness mudah terangsang sampai kejang (2)
Kadar Glukose Darah Rendah (Hipoglikemia)
Adalah bila kadar glukosa darah kurang dari 45 mgdL (26 mmolL)
Masalah
a Glukose darah kurang 25 mgdL (11 mmolL) atau terdapat tanda Hipoglikemi
b Glukose darah 25 mgdL (11 mmolL) _ 45 mgdL (26 mmolL) tanpa tanda
Hipoglikemia (2)
Pengelolaan Hipoglikemia
a Glukose darah kurang 25 mgdL (11 mmolL) atau terdapat tanda hipoglikemi
Pasang jalur IV jika belum terpasang
Berikan glukose 10 2 mLkg secara IV bolus pelan dalam lima menit
Jika jalur IV tidak dapat dipasang dengan cepat berikan larutan
glukose melalui pipa lambungdengan dosis yang sama
Infus glukose 10 sesuai kebutuhan rumatan
23
Periksa kadar glukose darah satu jam setelah bolus glukose dan kemudian tiap tiga
jam
Jika kadar glukose darah masih kurang 25 mgdL (11 mmolL) ulangi
pemberian bolus glukose seperti tersebut di atas dan lanjutkan pemberian infus
Jika kadar glukose darah 25-45 mgdL (11-26 mmolL) lanjutkan infus dan
ulangi pemeriksaan kadar glukose setiap tiga jam sampai kadar glukose 45 mgdL
(26 mmolL) atau lebih
Bila kadar glukose darah 45 mgdL (26 mmolL) atau lebih dalam dua kali
pemeriksaan berturut-turut ikuti petunjuk tentang frekuensi pemeriksaan kadar
glukose darah setelah kadar glukose darah kembali normal
Anjurkan ibu menyusui Bila bayi tidak dapat menyusu berikan ASI peras
dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum
Bila kemampuan minum bayi meningkat turunkan pemberian cairan infus setiap
hari secara bertahap Jangan menghentikan infus glukose dengan tiba-tiba (2)
b Glukose darah 25 mgdL (11 mmolL)-45 mgdL (26 mmolL) tanpa tanda
Hipoglikemia
Anjurkan ibu menyusui Bila bayi tidak dapat menyusu berikan ASI peras dengan
menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum
Pantau tanda hipoglikemia dan bila dijumpai tanda tersebut tangani seperti tersebut di
atas
Periksa kadar glukose darah dalam tiga jam atau sebelum pemberian minum
berikutnya
Jika kadar glukose darah kurang 25 mgdL (11 mmolL) atau terdapat tanda
hipoglikemia tangani seperti tersebut di atas
Jika kadar glukose darah masih antara 25-45 mgdL (11-26 mmolL) naikkan
frekuensi pemberian minum ASI atau naikkan volume pemberian minum dengan
menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum
Jika kadar glukose darah 45 mgdL (26 mmolL) atau lebih lihat tentang
frekuensi pemeriksaan kadar glukose darah di bawah ini (2)
24
Frekuensi Pemeriksaan Glukose Darah Setelah Kadar Glukose Darah Normal
Jika bayi mendapatkan cairan IV untuk alasan apapun lanjutkan pemeriksaan kadar
glukose darah setiap 12 jam selama bayi masih memerlukan infus Jika kapan saja
kadar glukose darah turun tangani seperti tersebut di atas
Jika bayi sudah tidak lagi mendapat infus cairan IV periksa kadar glukose darah
setiap 12 jam sebanyak dua kali pemeriksaan
Jika kapan saja kadar glukose darah turun tangani seperti tersebut di atas
Jika kadar glukose darah tetap normal selama waktu tersebut maka pengukuran
dihentikan
Anjurkan ibu untuk menyusui secara dini dan lebih sering paling tidak 8 kali sehari
siang dan malam (2)
Bila bayi berumur kurang 3 hari amati sampai umur 3 hari periksa kadar glukose pada
Saat bayi datang atau pada umur 3 jam
Tiga jam setelah pemeriksaan pertama kemudian tiap 6 jam selama 24 jam atau
sampai kadar glukose dalam batas normal dalam 2 kali pemeriksaan berturut ndash turut
Bila kadar glukose le 45 mgdL atau bayi menunjukkan tanda hipoglikemi (tremor
atau letargi) tangani untuk hipoglikemi (lihat Hipoglikemi)
Bila dalam pengamatan tidak ada tanda hipoglikemi atau masalah lain bayi dapat
minum dengan baik pulangkan bayi pada hari ke 3
Bila bayi berumur 3 hari atau lebih dan tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit bayi
tidak perlu pengamatan Bila bayi dapat minum baik dan tidak ada masalah lain yang
memerlukan perawatan di rumah sakit bayi dapat dipulangkan (2)
25
BAB III
PERMASALAHAN
SKENARIO 4
NyAni yang hamil dan Sakit Gula
NyAni 36 tahun G5P3A1 datang ke Rumah Sakit untuk memeriksa kehamilannya yang
berusia 32 minggu Selain itu NyAni juga mengeluhkan poliuri polifagi dan polidipsi pada
dokter yang menanganinya Anak I lahir hidup dengan BB 3200 gr partus pervaginam
Anak II lahir hidup dengan BB 3400 gr partus pervaginam Anak III lahir hidup dengan
BB 3600 gr partus pervaginam Riwayat abortus (+) Riwayat menderita DM (-) Riwayat
keluarga menderita DM (+) TB NyAni = 160 cm BB NyAni = 72 kg
Pemeriksaan Vital Sign TD = 12080 mmhg HR = 82xmenit RR = 22xmenit T = 372 W C
DJJ 120x Letak kepala
Apakah yang terjadi pada NyAni Tindakan apa yang harus kita lakukan sebagai dokter
26
BAB IV
PEMBAHASAN
I KLARIFIKASI ISTILAH
Poliuri Sekresi urin yang berlebihan (4)
Polifagi Makan secara berlebihan (4)
Polidipsi Rasa haus yang sangat dan berlangsung lama (4)
DM Kelainan metabolik dimana ditemukan ketidakmampuan untuk
mengoksidasi karbohidrat akibat gangguan pada mekanisme insulin yang normal
menimbulkan hiperglikemia glikosuria poliuria rasa haus rasa lapar badan
kurus kelemahan asidosis sering menyebabkan dipsnea lipemia ketonuria dan
akhirnya koma (4)
II MENETAPKAN PERMASALAHAN
1 NyAni 36 tahun G5P3A1 datang ke Rumah Sakit untuk memeriksa
kehamilannya yang berusia 32 minggu dan mengeluhkan poliuri polifagi dan
polidipsi
2 Riwayat keluarga menderita DM (+)
3 Riwayat persalinan BB bayi setiap kelahiran selalu bertambah
III ANALISIS MASALAH
1 Dari umur yaitu 36 tahun sudah mempunyai resiko tinggi pada kehamilan
Poliuri polifagi dan polidipsi merupakan gejala khas DM yang tersembunyi pada
ibu hamil
G5P3A1 ini juga merupakan faktor resiko karena adanya riwayat abortus
2 DM adalah penyakit yang dapat di turunkan kemungkinan NyAni mengalami DM
karena adanya Riwayat DM pada keluarga Tetapi diperlukan juga pemeriksaan
penunjang untuk memastikan apakah NyAni memang menderita DM atau tidak
3 Pada riwayat persalinan dimana BB bayi setiap kelahiran selalu bertambah ini juga
merupakan faktor resiko dari Diabetes Melitus
27
IV KESIMPULAN SEMENTARA
1 Kemungkinan NyAni menderita DM dilihat dari gejala dan riwayat persalinan
dimana BB bayi setiap kelahiran selalu bertambah serta riwayat DM pada keluarga
2 Kemungkinan NyAni menderita DM setelah kehamilan
3 Perlunya pemeriksaan penunjang untuk menentukan DM atau tidak karena NyAni
kemungkinan saja mengalami toleransi glukosa
4 Adanya riwayat obstetri yang buruk yaitu abortus
ANAMNESIS
Nama Ani
Jenis Kelamin female
Alamat -
Umur 36 years old
Keluhan Utama Memeriksa kehamilannya yang berusia 32 minggu dan juga
mengeluhkan poliuri polifagi dan polidipsi
Keluhan Tambahan -
Riwayat Penyakit Dahulu -
Riwayat Penyakit Keluarga DM (+)
Riwayat Sosial -
Riwayat Obstetri G5 P3 A1
Vital Signs
TD 12080 mmHg
HR 82xmenit
RR 22xmenit
T 372C
DJJ 120x
Lokasi kepala
General situation
TB = 160 cm
BB = 72 kg
28
V TUJUAN PEMEBELAJARAN
1 Mengetahui Diabetes Melitus secara umum
2 Mengetahui Diabetes Melitus pada Ibu hamil
3 Penatalaksanaan Diabetes Melitus pada Ibu hamil
4 Pengaruh kehamilan pada Diabetes Melitus
5 Penanganan persalinan pada Ibu yang menderita Diabetes Melitus
VI BELAJAR MANDIRI
1 Text book
2 Internet
3 Kamus dorland
VII KESIMPULAN AKHIR
Kemungkinan NyAni mengalami Diabetes Melitus dilihat dari keluhan riwayat
persalinan dan riwayat keluarga
Dibutuhkan pemeriksaan penunjang untuk diagnosa yang lebih tepat
Pemeriksaan yang di maksud adalah
Pemeriksaan urin
Pemeriksaan KGD puasa dan post ndash prandiol
Glukosa toleran tes (GTT)
Nilai K(3)
Perlunya tindakan yang cepat dan tepat untuk mencegah terjadinya komplikasi dan
prognosis yang buruk
29
BAB V
PENUTUP
Penderita DM Gestasional memunyai resiko yang tinggi terhadap kambuhnya
penyakit diabetes yang pernah dideritannya pada saat hamil sebelumnya
Saran 6-8 minggu setelah melahirkan ibu tersebut melakukan test plasma glukosa
puasa dan OGTT 75 gram glukosa Pasien gemuk penderita GDM sebaiknya mengontrol
BB karena diperkirakan akan menjadi DM dalam 20 tahun kemudian
Wanita dengan diabetes masih dapat hamil dan punya anak sepanjang gula darah
terkontrol Disarankan memilih kontrasepsi dengan kadar estrogen rendah dan dapat
memakai pil tambahan hormon progesteron IUD dapat menimbulkan risiko infeksi
Perlu diperhatikan risiko morbiditas dan mortalitas maternal dan perinatal tinggi
Dengan pengelolaan sebaik-baiknya hasil akhir tetap dapat optimal
30
- A Pengertian
- Menurut Brunner and Suddarth 2001 Diabetes Mellitus merupakan sekelompok kelainan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia Pada Diabetes Mellitus kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun atau pankreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin (1)
- Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo 2002)
- B Klasifikasi
- 1 Klasifikasi diabetes mellitus secara umum sebagai berikut
- C Etiologi
- 1 DM tipe I
- a) Faktor genetic
- Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (1)
- b) Faktor-faktor imunologi
- Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen (1)
- c) Faktor lingkungan
- Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi sel beta (1)
- 2 Diabetes Tipe II
- Menurut Brunner dan Suddarth 2001 mekanisme tepat yang menyebabkan belum diketahui Namun ada beberapa resiko yang berhubungan dengan terjadinya DM type II
- D Tanda dan Gejala
- E Patofisiologi (Patways) DM
- Katarak
- Glaukoma
- Retinopati
- Gatal seluruh badan
- Pruritus Vulvae
- Infeksi bakteri kulit
- Infeksi jamur di kulit
- Dermatopati
- Neuropati perifer
- Neuropati viseral
- Amiotropi
- Ulkus Neurotropik
- Penyakit ginjal
- Penyakit pembuluh darah perifer
- Penyakit koroner
- Penyakit pembuluh darah otak
- Hipertensi
- Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal yang tinggi dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur atau bahkan inkontinensia urin Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat terhadap dehidrasi Karena itu tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada stadium lanjut (Patric Davey 2002 )
- Penyakit yang mula-mula ringan dan sedang saja yang biasa terdapat pada pasien DM usia lanjut dapat berubah tiba-tiba apabila pasien mengalami infeksi akut Defisiensi insulin yang tadinya bersifat relatif sekarang menjadi absolut dan timbul keadaan ketoasidosis dengan gejala khas hiperventilasi dan dehidrasi kesadaran menurun dengan hiperglikemia dehidrasi dan ketonemia Gejala yang biasa terjadi pada hipoglikemia seperti rasa lapar menguap dan berkeringat banyak umumnya tidak ada pada DM usia lanjut Biasanya tampak bermanifestasi sebagai sakit kepala dan kebingungan mendadak (Patric Davey 2002 )
- Pada usia lanjut reaksi vegetatif dapat menghilang Sedangkan gejala kebingungan dan koma yang merupakan gangguan metabolisme serebral tampak lebih jelas
- F Pemeriksaan Penunjang
- G Komplikasi
- Komplikasi Akut
- Komplikasi Kronis
- H Penatalaksanaan
- I Prognosis
-
Periksa kadar glukose darah satu jam setelah bolus glukose dan kemudian tiap tiga
jam
Jika kadar glukose darah masih kurang 25 mgdL (11 mmolL) ulangi
pemberian bolus glukose seperti tersebut di atas dan lanjutkan pemberian infus
Jika kadar glukose darah 25-45 mgdL (11-26 mmolL) lanjutkan infus dan
ulangi pemeriksaan kadar glukose setiap tiga jam sampai kadar glukose 45 mgdL
(26 mmolL) atau lebih
Bila kadar glukose darah 45 mgdL (26 mmolL) atau lebih dalam dua kali
pemeriksaan berturut-turut ikuti petunjuk tentang frekuensi pemeriksaan kadar
glukose darah setelah kadar glukose darah kembali normal
Anjurkan ibu menyusui Bila bayi tidak dapat menyusu berikan ASI peras
dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum
Bila kemampuan minum bayi meningkat turunkan pemberian cairan infus setiap
hari secara bertahap Jangan menghentikan infus glukose dengan tiba-tiba (2)
b Glukose darah 25 mgdL (11 mmolL)-45 mgdL (26 mmolL) tanpa tanda
Hipoglikemia
Anjurkan ibu menyusui Bila bayi tidak dapat menyusu berikan ASI peras dengan
menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum
Pantau tanda hipoglikemia dan bila dijumpai tanda tersebut tangani seperti tersebut di
atas
Periksa kadar glukose darah dalam tiga jam atau sebelum pemberian minum
berikutnya
Jika kadar glukose darah kurang 25 mgdL (11 mmolL) atau terdapat tanda
hipoglikemia tangani seperti tersebut di atas
Jika kadar glukose darah masih antara 25-45 mgdL (11-26 mmolL) naikkan
frekuensi pemberian minum ASI atau naikkan volume pemberian minum dengan
menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum
Jika kadar glukose darah 45 mgdL (26 mmolL) atau lebih lihat tentang
frekuensi pemeriksaan kadar glukose darah di bawah ini (2)
24
Frekuensi Pemeriksaan Glukose Darah Setelah Kadar Glukose Darah Normal
Jika bayi mendapatkan cairan IV untuk alasan apapun lanjutkan pemeriksaan kadar
glukose darah setiap 12 jam selama bayi masih memerlukan infus Jika kapan saja
kadar glukose darah turun tangani seperti tersebut di atas
Jika bayi sudah tidak lagi mendapat infus cairan IV periksa kadar glukose darah
setiap 12 jam sebanyak dua kali pemeriksaan
Jika kapan saja kadar glukose darah turun tangani seperti tersebut di atas
Jika kadar glukose darah tetap normal selama waktu tersebut maka pengukuran
dihentikan
Anjurkan ibu untuk menyusui secara dini dan lebih sering paling tidak 8 kali sehari
siang dan malam (2)
Bila bayi berumur kurang 3 hari amati sampai umur 3 hari periksa kadar glukose pada
Saat bayi datang atau pada umur 3 jam
Tiga jam setelah pemeriksaan pertama kemudian tiap 6 jam selama 24 jam atau
sampai kadar glukose dalam batas normal dalam 2 kali pemeriksaan berturut ndash turut
Bila kadar glukose le 45 mgdL atau bayi menunjukkan tanda hipoglikemi (tremor
atau letargi) tangani untuk hipoglikemi (lihat Hipoglikemi)
Bila dalam pengamatan tidak ada tanda hipoglikemi atau masalah lain bayi dapat
minum dengan baik pulangkan bayi pada hari ke 3
Bila bayi berumur 3 hari atau lebih dan tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit bayi
tidak perlu pengamatan Bila bayi dapat minum baik dan tidak ada masalah lain yang
memerlukan perawatan di rumah sakit bayi dapat dipulangkan (2)
25
BAB III
PERMASALAHAN
SKENARIO 4
NyAni yang hamil dan Sakit Gula
NyAni 36 tahun G5P3A1 datang ke Rumah Sakit untuk memeriksa kehamilannya yang
berusia 32 minggu Selain itu NyAni juga mengeluhkan poliuri polifagi dan polidipsi pada
dokter yang menanganinya Anak I lahir hidup dengan BB 3200 gr partus pervaginam
Anak II lahir hidup dengan BB 3400 gr partus pervaginam Anak III lahir hidup dengan
BB 3600 gr partus pervaginam Riwayat abortus (+) Riwayat menderita DM (-) Riwayat
keluarga menderita DM (+) TB NyAni = 160 cm BB NyAni = 72 kg
Pemeriksaan Vital Sign TD = 12080 mmhg HR = 82xmenit RR = 22xmenit T = 372 W C
DJJ 120x Letak kepala
Apakah yang terjadi pada NyAni Tindakan apa yang harus kita lakukan sebagai dokter
26
BAB IV
PEMBAHASAN
I KLARIFIKASI ISTILAH
Poliuri Sekresi urin yang berlebihan (4)
Polifagi Makan secara berlebihan (4)
Polidipsi Rasa haus yang sangat dan berlangsung lama (4)
DM Kelainan metabolik dimana ditemukan ketidakmampuan untuk
mengoksidasi karbohidrat akibat gangguan pada mekanisme insulin yang normal
menimbulkan hiperglikemia glikosuria poliuria rasa haus rasa lapar badan
kurus kelemahan asidosis sering menyebabkan dipsnea lipemia ketonuria dan
akhirnya koma (4)
II MENETAPKAN PERMASALAHAN
1 NyAni 36 tahun G5P3A1 datang ke Rumah Sakit untuk memeriksa
kehamilannya yang berusia 32 minggu dan mengeluhkan poliuri polifagi dan
polidipsi
2 Riwayat keluarga menderita DM (+)
3 Riwayat persalinan BB bayi setiap kelahiran selalu bertambah
III ANALISIS MASALAH
1 Dari umur yaitu 36 tahun sudah mempunyai resiko tinggi pada kehamilan
Poliuri polifagi dan polidipsi merupakan gejala khas DM yang tersembunyi pada
ibu hamil
G5P3A1 ini juga merupakan faktor resiko karena adanya riwayat abortus
2 DM adalah penyakit yang dapat di turunkan kemungkinan NyAni mengalami DM
karena adanya Riwayat DM pada keluarga Tetapi diperlukan juga pemeriksaan
penunjang untuk memastikan apakah NyAni memang menderita DM atau tidak
3 Pada riwayat persalinan dimana BB bayi setiap kelahiran selalu bertambah ini juga
merupakan faktor resiko dari Diabetes Melitus
27
IV KESIMPULAN SEMENTARA
1 Kemungkinan NyAni menderita DM dilihat dari gejala dan riwayat persalinan
dimana BB bayi setiap kelahiran selalu bertambah serta riwayat DM pada keluarga
2 Kemungkinan NyAni menderita DM setelah kehamilan
3 Perlunya pemeriksaan penunjang untuk menentukan DM atau tidak karena NyAni
kemungkinan saja mengalami toleransi glukosa
4 Adanya riwayat obstetri yang buruk yaitu abortus
ANAMNESIS
Nama Ani
Jenis Kelamin female
Alamat -
Umur 36 years old
Keluhan Utama Memeriksa kehamilannya yang berusia 32 minggu dan juga
mengeluhkan poliuri polifagi dan polidipsi
Keluhan Tambahan -
Riwayat Penyakit Dahulu -
Riwayat Penyakit Keluarga DM (+)
Riwayat Sosial -
Riwayat Obstetri G5 P3 A1
Vital Signs
TD 12080 mmHg
HR 82xmenit
RR 22xmenit
T 372C
DJJ 120x
Lokasi kepala
General situation
TB = 160 cm
BB = 72 kg
28
V TUJUAN PEMEBELAJARAN
1 Mengetahui Diabetes Melitus secara umum
2 Mengetahui Diabetes Melitus pada Ibu hamil
3 Penatalaksanaan Diabetes Melitus pada Ibu hamil
4 Pengaruh kehamilan pada Diabetes Melitus
5 Penanganan persalinan pada Ibu yang menderita Diabetes Melitus
VI BELAJAR MANDIRI
1 Text book
2 Internet
3 Kamus dorland
VII KESIMPULAN AKHIR
Kemungkinan NyAni mengalami Diabetes Melitus dilihat dari keluhan riwayat
persalinan dan riwayat keluarga
Dibutuhkan pemeriksaan penunjang untuk diagnosa yang lebih tepat
Pemeriksaan yang di maksud adalah
Pemeriksaan urin
Pemeriksaan KGD puasa dan post ndash prandiol
Glukosa toleran tes (GTT)
Nilai K(3)
Perlunya tindakan yang cepat dan tepat untuk mencegah terjadinya komplikasi dan
prognosis yang buruk
29
BAB V
PENUTUP
Penderita DM Gestasional memunyai resiko yang tinggi terhadap kambuhnya
penyakit diabetes yang pernah dideritannya pada saat hamil sebelumnya
Saran 6-8 minggu setelah melahirkan ibu tersebut melakukan test plasma glukosa
puasa dan OGTT 75 gram glukosa Pasien gemuk penderita GDM sebaiknya mengontrol
BB karena diperkirakan akan menjadi DM dalam 20 tahun kemudian
Wanita dengan diabetes masih dapat hamil dan punya anak sepanjang gula darah
terkontrol Disarankan memilih kontrasepsi dengan kadar estrogen rendah dan dapat
memakai pil tambahan hormon progesteron IUD dapat menimbulkan risiko infeksi
Perlu diperhatikan risiko morbiditas dan mortalitas maternal dan perinatal tinggi
Dengan pengelolaan sebaik-baiknya hasil akhir tetap dapat optimal
30
- A Pengertian
- Menurut Brunner and Suddarth 2001 Diabetes Mellitus merupakan sekelompok kelainan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia Pada Diabetes Mellitus kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun atau pankreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin (1)
- Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo 2002)
- B Klasifikasi
- 1 Klasifikasi diabetes mellitus secara umum sebagai berikut
- C Etiologi
- 1 DM tipe I
- a) Faktor genetic
- Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (1)
- b) Faktor-faktor imunologi
- Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen (1)
- c) Faktor lingkungan
- Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi sel beta (1)
- 2 Diabetes Tipe II
- Menurut Brunner dan Suddarth 2001 mekanisme tepat yang menyebabkan belum diketahui Namun ada beberapa resiko yang berhubungan dengan terjadinya DM type II
- D Tanda dan Gejala
- E Patofisiologi (Patways) DM
- Katarak
- Glaukoma
- Retinopati
- Gatal seluruh badan
- Pruritus Vulvae
- Infeksi bakteri kulit
- Infeksi jamur di kulit
- Dermatopati
- Neuropati perifer
- Neuropati viseral
- Amiotropi
- Ulkus Neurotropik
- Penyakit ginjal
- Penyakit pembuluh darah perifer
- Penyakit koroner
- Penyakit pembuluh darah otak
- Hipertensi
- Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal yang tinggi dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur atau bahkan inkontinensia urin Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat terhadap dehidrasi Karena itu tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada stadium lanjut (Patric Davey 2002 )
- Penyakit yang mula-mula ringan dan sedang saja yang biasa terdapat pada pasien DM usia lanjut dapat berubah tiba-tiba apabila pasien mengalami infeksi akut Defisiensi insulin yang tadinya bersifat relatif sekarang menjadi absolut dan timbul keadaan ketoasidosis dengan gejala khas hiperventilasi dan dehidrasi kesadaran menurun dengan hiperglikemia dehidrasi dan ketonemia Gejala yang biasa terjadi pada hipoglikemia seperti rasa lapar menguap dan berkeringat banyak umumnya tidak ada pada DM usia lanjut Biasanya tampak bermanifestasi sebagai sakit kepala dan kebingungan mendadak (Patric Davey 2002 )
- Pada usia lanjut reaksi vegetatif dapat menghilang Sedangkan gejala kebingungan dan koma yang merupakan gangguan metabolisme serebral tampak lebih jelas
- F Pemeriksaan Penunjang
- G Komplikasi
- Komplikasi Akut
- Komplikasi Kronis
- H Penatalaksanaan
- I Prognosis
-
Frekuensi Pemeriksaan Glukose Darah Setelah Kadar Glukose Darah Normal
Jika bayi mendapatkan cairan IV untuk alasan apapun lanjutkan pemeriksaan kadar
glukose darah setiap 12 jam selama bayi masih memerlukan infus Jika kapan saja
kadar glukose darah turun tangani seperti tersebut di atas
Jika bayi sudah tidak lagi mendapat infus cairan IV periksa kadar glukose darah
setiap 12 jam sebanyak dua kali pemeriksaan
Jika kapan saja kadar glukose darah turun tangani seperti tersebut di atas
Jika kadar glukose darah tetap normal selama waktu tersebut maka pengukuran
dihentikan
Anjurkan ibu untuk menyusui secara dini dan lebih sering paling tidak 8 kali sehari
siang dan malam (2)
Bila bayi berumur kurang 3 hari amati sampai umur 3 hari periksa kadar glukose pada
Saat bayi datang atau pada umur 3 jam
Tiga jam setelah pemeriksaan pertama kemudian tiap 6 jam selama 24 jam atau
sampai kadar glukose dalam batas normal dalam 2 kali pemeriksaan berturut ndash turut
Bila kadar glukose le 45 mgdL atau bayi menunjukkan tanda hipoglikemi (tremor
atau letargi) tangani untuk hipoglikemi (lihat Hipoglikemi)
Bila dalam pengamatan tidak ada tanda hipoglikemi atau masalah lain bayi dapat
minum dengan baik pulangkan bayi pada hari ke 3
Bila bayi berumur 3 hari atau lebih dan tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit bayi
tidak perlu pengamatan Bila bayi dapat minum baik dan tidak ada masalah lain yang
memerlukan perawatan di rumah sakit bayi dapat dipulangkan (2)
25
BAB III
PERMASALAHAN
SKENARIO 4
NyAni yang hamil dan Sakit Gula
NyAni 36 tahun G5P3A1 datang ke Rumah Sakit untuk memeriksa kehamilannya yang
berusia 32 minggu Selain itu NyAni juga mengeluhkan poliuri polifagi dan polidipsi pada
dokter yang menanganinya Anak I lahir hidup dengan BB 3200 gr partus pervaginam
Anak II lahir hidup dengan BB 3400 gr partus pervaginam Anak III lahir hidup dengan
BB 3600 gr partus pervaginam Riwayat abortus (+) Riwayat menderita DM (-) Riwayat
keluarga menderita DM (+) TB NyAni = 160 cm BB NyAni = 72 kg
Pemeriksaan Vital Sign TD = 12080 mmhg HR = 82xmenit RR = 22xmenit T = 372 W C
DJJ 120x Letak kepala
Apakah yang terjadi pada NyAni Tindakan apa yang harus kita lakukan sebagai dokter
26
BAB IV
PEMBAHASAN
I KLARIFIKASI ISTILAH
Poliuri Sekresi urin yang berlebihan (4)
Polifagi Makan secara berlebihan (4)
Polidipsi Rasa haus yang sangat dan berlangsung lama (4)
DM Kelainan metabolik dimana ditemukan ketidakmampuan untuk
mengoksidasi karbohidrat akibat gangguan pada mekanisme insulin yang normal
menimbulkan hiperglikemia glikosuria poliuria rasa haus rasa lapar badan
kurus kelemahan asidosis sering menyebabkan dipsnea lipemia ketonuria dan
akhirnya koma (4)
II MENETAPKAN PERMASALAHAN
1 NyAni 36 tahun G5P3A1 datang ke Rumah Sakit untuk memeriksa
kehamilannya yang berusia 32 minggu dan mengeluhkan poliuri polifagi dan
polidipsi
2 Riwayat keluarga menderita DM (+)
3 Riwayat persalinan BB bayi setiap kelahiran selalu bertambah
III ANALISIS MASALAH
1 Dari umur yaitu 36 tahun sudah mempunyai resiko tinggi pada kehamilan
Poliuri polifagi dan polidipsi merupakan gejala khas DM yang tersembunyi pada
ibu hamil
G5P3A1 ini juga merupakan faktor resiko karena adanya riwayat abortus
2 DM adalah penyakit yang dapat di turunkan kemungkinan NyAni mengalami DM
karena adanya Riwayat DM pada keluarga Tetapi diperlukan juga pemeriksaan
penunjang untuk memastikan apakah NyAni memang menderita DM atau tidak
3 Pada riwayat persalinan dimana BB bayi setiap kelahiran selalu bertambah ini juga
merupakan faktor resiko dari Diabetes Melitus
27
IV KESIMPULAN SEMENTARA
1 Kemungkinan NyAni menderita DM dilihat dari gejala dan riwayat persalinan
dimana BB bayi setiap kelahiran selalu bertambah serta riwayat DM pada keluarga
2 Kemungkinan NyAni menderita DM setelah kehamilan
3 Perlunya pemeriksaan penunjang untuk menentukan DM atau tidak karena NyAni
kemungkinan saja mengalami toleransi glukosa
4 Adanya riwayat obstetri yang buruk yaitu abortus
ANAMNESIS
Nama Ani
Jenis Kelamin female
Alamat -
Umur 36 years old
Keluhan Utama Memeriksa kehamilannya yang berusia 32 minggu dan juga
mengeluhkan poliuri polifagi dan polidipsi
Keluhan Tambahan -
Riwayat Penyakit Dahulu -
Riwayat Penyakit Keluarga DM (+)
Riwayat Sosial -
Riwayat Obstetri G5 P3 A1
Vital Signs
TD 12080 mmHg
HR 82xmenit
RR 22xmenit
T 372C
DJJ 120x
Lokasi kepala
General situation
TB = 160 cm
BB = 72 kg
28
V TUJUAN PEMEBELAJARAN
1 Mengetahui Diabetes Melitus secara umum
2 Mengetahui Diabetes Melitus pada Ibu hamil
3 Penatalaksanaan Diabetes Melitus pada Ibu hamil
4 Pengaruh kehamilan pada Diabetes Melitus
5 Penanganan persalinan pada Ibu yang menderita Diabetes Melitus
VI BELAJAR MANDIRI
1 Text book
2 Internet
3 Kamus dorland
VII KESIMPULAN AKHIR
Kemungkinan NyAni mengalami Diabetes Melitus dilihat dari keluhan riwayat
persalinan dan riwayat keluarga
Dibutuhkan pemeriksaan penunjang untuk diagnosa yang lebih tepat
Pemeriksaan yang di maksud adalah
Pemeriksaan urin
Pemeriksaan KGD puasa dan post ndash prandiol
Glukosa toleran tes (GTT)
Nilai K(3)
Perlunya tindakan yang cepat dan tepat untuk mencegah terjadinya komplikasi dan
prognosis yang buruk
29
BAB V
PENUTUP
Penderita DM Gestasional memunyai resiko yang tinggi terhadap kambuhnya
penyakit diabetes yang pernah dideritannya pada saat hamil sebelumnya
Saran 6-8 minggu setelah melahirkan ibu tersebut melakukan test plasma glukosa
puasa dan OGTT 75 gram glukosa Pasien gemuk penderita GDM sebaiknya mengontrol
BB karena diperkirakan akan menjadi DM dalam 20 tahun kemudian
Wanita dengan diabetes masih dapat hamil dan punya anak sepanjang gula darah
terkontrol Disarankan memilih kontrasepsi dengan kadar estrogen rendah dan dapat
memakai pil tambahan hormon progesteron IUD dapat menimbulkan risiko infeksi
Perlu diperhatikan risiko morbiditas dan mortalitas maternal dan perinatal tinggi
Dengan pengelolaan sebaik-baiknya hasil akhir tetap dapat optimal
30
- A Pengertian
- Menurut Brunner and Suddarth 2001 Diabetes Mellitus merupakan sekelompok kelainan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia Pada Diabetes Mellitus kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun atau pankreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin (1)
- Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo 2002)
- B Klasifikasi
- 1 Klasifikasi diabetes mellitus secara umum sebagai berikut
- C Etiologi
- 1 DM tipe I
- a) Faktor genetic
- Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (1)
- b) Faktor-faktor imunologi
- Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen (1)
- c) Faktor lingkungan
- Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi sel beta (1)
- 2 Diabetes Tipe II
- Menurut Brunner dan Suddarth 2001 mekanisme tepat yang menyebabkan belum diketahui Namun ada beberapa resiko yang berhubungan dengan terjadinya DM type II
- D Tanda dan Gejala
- E Patofisiologi (Patways) DM
- Katarak
- Glaukoma
- Retinopati
- Gatal seluruh badan
- Pruritus Vulvae
- Infeksi bakteri kulit
- Infeksi jamur di kulit
- Dermatopati
- Neuropati perifer
- Neuropati viseral
- Amiotropi
- Ulkus Neurotropik
- Penyakit ginjal
- Penyakit pembuluh darah perifer
- Penyakit koroner
- Penyakit pembuluh darah otak
- Hipertensi
- Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal yang tinggi dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur atau bahkan inkontinensia urin Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat terhadap dehidrasi Karena itu tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada stadium lanjut (Patric Davey 2002 )
- Penyakit yang mula-mula ringan dan sedang saja yang biasa terdapat pada pasien DM usia lanjut dapat berubah tiba-tiba apabila pasien mengalami infeksi akut Defisiensi insulin yang tadinya bersifat relatif sekarang menjadi absolut dan timbul keadaan ketoasidosis dengan gejala khas hiperventilasi dan dehidrasi kesadaran menurun dengan hiperglikemia dehidrasi dan ketonemia Gejala yang biasa terjadi pada hipoglikemia seperti rasa lapar menguap dan berkeringat banyak umumnya tidak ada pada DM usia lanjut Biasanya tampak bermanifestasi sebagai sakit kepala dan kebingungan mendadak (Patric Davey 2002 )
- Pada usia lanjut reaksi vegetatif dapat menghilang Sedangkan gejala kebingungan dan koma yang merupakan gangguan metabolisme serebral tampak lebih jelas
- F Pemeriksaan Penunjang
- G Komplikasi
- Komplikasi Akut
- Komplikasi Kronis
- H Penatalaksanaan
- I Prognosis
-
BAB III
PERMASALAHAN
SKENARIO 4
NyAni yang hamil dan Sakit Gula
NyAni 36 tahun G5P3A1 datang ke Rumah Sakit untuk memeriksa kehamilannya yang
berusia 32 minggu Selain itu NyAni juga mengeluhkan poliuri polifagi dan polidipsi pada
dokter yang menanganinya Anak I lahir hidup dengan BB 3200 gr partus pervaginam
Anak II lahir hidup dengan BB 3400 gr partus pervaginam Anak III lahir hidup dengan
BB 3600 gr partus pervaginam Riwayat abortus (+) Riwayat menderita DM (-) Riwayat
keluarga menderita DM (+) TB NyAni = 160 cm BB NyAni = 72 kg
Pemeriksaan Vital Sign TD = 12080 mmhg HR = 82xmenit RR = 22xmenit T = 372 W C
DJJ 120x Letak kepala
Apakah yang terjadi pada NyAni Tindakan apa yang harus kita lakukan sebagai dokter
26
BAB IV
PEMBAHASAN
I KLARIFIKASI ISTILAH
Poliuri Sekresi urin yang berlebihan (4)
Polifagi Makan secara berlebihan (4)
Polidipsi Rasa haus yang sangat dan berlangsung lama (4)
DM Kelainan metabolik dimana ditemukan ketidakmampuan untuk
mengoksidasi karbohidrat akibat gangguan pada mekanisme insulin yang normal
menimbulkan hiperglikemia glikosuria poliuria rasa haus rasa lapar badan
kurus kelemahan asidosis sering menyebabkan dipsnea lipemia ketonuria dan
akhirnya koma (4)
II MENETAPKAN PERMASALAHAN
1 NyAni 36 tahun G5P3A1 datang ke Rumah Sakit untuk memeriksa
kehamilannya yang berusia 32 minggu dan mengeluhkan poliuri polifagi dan
polidipsi
2 Riwayat keluarga menderita DM (+)
3 Riwayat persalinan BB bayi setiap kelahiran selalu bertambah
III ANALISIS MASALAH
1 Dari umur yaitu 36 tahun sudah mempunyai resiko tinggi pada kehamilan
Poliuri polifagi dan polidipsi merupakan gejala khas DM yang tersembunyi pada
ibu hamil
G5P3A1 ini juga merupakan faktor resiko karena adanya riwayat abortus
2 DM adalah penyakit yang dapat di turunkan kemungkinan NyAni mengalami DM
karena adanya Riwayat DM pada keluarga Tetapi diperlukan juga pemeriksaan
penunjang untuk memastikan apakah NyAni memang menderita DM atau tidak
3 Pada riwayat persalinan dimana BB bayi setiap kelahiran selalu bertambah ini juga
merupakan faktor resiko dari Diabetes Melitus
27
IV KESIMPULAN SEMENTARA
1 Kemungkinan NyAni menderita DM dilihat dari gejala dan riwayat persalinan
dimana BB bayi setiap kelahiran selalu bertambah serta riwayat DM pada keluarga
2 Kemungkinan NyAni menderita DM setelah kehamilan
3 Perlunya pemeriksaan penunjang untuk menentukan DM atau tidak karena NyAni
kemungkinan saja mengalami toleransi glukosa
4 Adanya riwayat obstetri yang buruk yaitu abortus
ANAMNESIS
Nama Ani
Jenis Kelamin female
Alamat -
Umur 36 years old
Keluhan Utama Memeriksa kehamilannya yang berusia 32 minggu dan juga
mengeluhkan poliuri polifagi dan polidipsi
Keluhan Tambahan -
Riwayat Penyakit Dahulu -
Riwayat Penyakit Keluarga DM (+)
Riwayat Sosial -
Riwayat Obstetri G5 P3 A1
Vital Signs
TD 12080 mmHg
HR 82xmenit
RR 22xmenit
T 372C
DJJ 120x
Lokasi kepala
General situation
TB = 160 cm
BB = 72 kg
28
V TUJUAN PEMEBELAJARAN
1 Mengetahui Diabetes Melitus secara umum
2 Mengetahui Diabetes Melitus pada Ibu hamil
3 Penatalaksanaan Diabetes Melitus pada Ibu hamil
4 Pengaruh kehamilan pada Diabetes Melitus
5 Penanganan persalinan pada Ibu yang menderita Diabetes Melitus
VI BELAJAR MANDIRI
1 Text book
2 Internet
3 Kamus dorland
VII KESIMPULAN AKHIR
Kemungkinan NyAni mengalami Diabetes Melitus dilihat dari keluhan riwayat
persalinan dan riwayat keluarga
Dibutuhkan pemeriksaan penunjang untuk diagnosa yang lebih tepat
Pemeriksaan yang di maksud adalah
Pemeriksaan urin
Pemeriksaan KGD puasa dan post ndash prandiol
Glukosa toleran tes (GTT)
Nilai K(3)
Perlunya tindakan yang cepat dan tepat untuk mencegah terjadinya komplikasi dan
prognosis yang buruk
29
BAB V
PENUTUP
Penderita DM Gestasional memunyai resiko yang tinggi terhadap kambuhnya
penyakit diabetes yang pernah dideritannya pada saat hamil sebelumnya
Saran 6-8 minggu setelah melahirkan ibu tersebut melakukan test plasma glukosa
puasa dan OGTT 75 gram glukosa Pasien gemuk penderita GDM sebaiknya mengontrol
BB karena diperkirakan akan menjadi DM dalam 20 tahun kemudian
Wanita dengan diabetes masih dapat hamil dan punya anak sepanjang gula darah
terkontrol Disarankan memilih kontrasepsi dengan kadar estrogen rendah dan dapat
memakai pil tambahan hormon progesteron IUD dapat menimbulkan risiko infeksi
Perlu diperhatikan risiko morbiditas dan mortalitas maternal dan perinatal tinggi
Dengan pengelolaan sebaik-baiknya hasil akhir tetap dapat optimal
30
- A Pengertian
- Menurut Brunner and Suddarth 2001 Diabetes Mellitus merupakan sekelompok kelainan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia Pada Diabetes Mellitus kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun atau pankreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin (1)
- Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo 2002)
- B Klasifikasi
- 1 Klasifikasi diabetes mellitus secara umum sebagai berikut
- C Etiologi
- 1 DM tipe I
- a) Faktor genetic
- Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (1)
- b) Faktor-faktor imunologi
- Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen (1)
- c) Faktor lingkungan
- Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi sel beta (1)
- 2 Diabetes Tipe II
- Menurut Brunner dan Suddarth 2001 mekanisme tepat yang menyebabkan belum diketahui Namun ada beberapa resiko yang berhubungan dengan terjadinya DM type II
- D Tanda dan Gejala
- E Patofisiologi (Patways) DM
- Katarak
- Glaukoma
- Retinopati
- Gatal seluruh badan
- Pruritus Vulvae
- Infeksi bakteri kulit
- Infeksi jamur di kulit
- Dermatopati
- Neuropati perifer
- Neuropati viseral
- Amiotropi
- Ulkus Neurotropik
- Penyakit ginjal
- Penyakit pembuluh darah perifer
- Penyakit koroner
- Penyakit pembuluh darah otak
- Hipertensi
- Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal yang tinggi dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur atau bahkan inkontinensia urin Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat terhadap dehidrasi Karena itu tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada stadium lanjut (Patric Davey 2002 )
- Penyakit yang mula-mula ringan dan sedang saja yang biasa terdapat pada pasien DM usia lanjut dapat berubah tiba-tiba apabila pasien mengalami infeksi akut Defisiensi insulin yang tadinya bersifat relatif sekarang menjadi absolut dan timbul keadaan ketoasidosis dengan gejala khas hiperventilasi dan dehidrasi kesadaran menurun dengan hiperglikemia dehidrasi dan ketonemia Gejala yang biasa terjadi pada hipoglikemia seperti rasa lapar menguap dan berkeringat banyak umumnya tidak ada pada DM usia lanjut Biasanya tampak bermanifestasi sebagai sakit kepala dan kebingungan mendadak (Patric Davey 2002 )
- Pada usia lanjut reaksi vegetatif dapat menghilang Sedangkan gejala kebingungan dan koma yang merupakan gangguan metabolisme serebral tampak lebih jelas
- F Pemeriksaan Penunjang
- G Komplikasi
- Komplikasi Akut
- Komplikasi Kronis
- H Penatalaksanaan
- I Prognosis
-
BAB IV
PEMBAHASAN
I KLARIFIKASI ISTILAH
Poliuri Sekresi urin yang berlebihan (4)
Polifagi Makan secara berlebihan (4)
Polidipsi Rasa haus yang sangat dan berlangsung lama (4)
DM Kelainan metabolik dimana ditemukan ketidakmampuan untuk
mengoksidasi karbohidrat akibat gangguan pada mekanisme insulin yang normal
menimbulkan hiperglikemia glikosuria poliuria rasa haus rasa lapar badan
kurus kelemahan asidosis sering menyebabkan dipsnea lipemia ketonuria dan
akhirnya koma (4)
II MENETAPKAN PERMASALAHAN
1 NyAni 36 tahun G5P3A1 datang ke Rumah Sakit untuk memeriksa
kehamilannya yang berusia 32 minggu dan mengeluhkan poliuri polifagi dan
polidipsi
2 Riwayat keluarga menderita DM (+)
3 Riwayat persalinan BB bayi setiap kelahiran selalu bertambah
III ANALISIS MASALAH
1 Dari umur yaitu 36 tahun sudah mempunyai resiko tinggi pada kehamilan
Poliuri polifagi dan polidipsi merupakan gejala khas DM yang tersembunyi pada
ibu hamil
G5P3A1 ini juga merupakan faktor resiko karena adanya riwayat abortus
2 DM adalah penyakit yang dapat di turunkan kemungkinan NyAni mengalami DM
karena adanya Riwayat DM pada keluarga Tetapi diperlukan juga pemeriksaan
penunjang untuk memastikan apakah NyAni memang menderita DM atau tidak
3 Pada riwayat persalinan dimana BB bayi setiap kelahiran selalu bertambah ini juga
merupakan faktor resiko dari Diabetes Melitus
27
IV KESIMPULAN SEMENTARA
1 Kemungkinan NyAni menderita DM dilihat dari gejala dan riwayat persalinan
dimana BB bayi setiap kelahiran selalu bertambah serta riwayat DM pada keluarga
2 Kemungkinan NyAni menderita DM setelah kehamilan
3 Perlunya pemeriksaan penunjang untuk menentukan DM atau tidak karena NyAni
kemungkinan saja mengalami toleransi glukosa
4 Adanya riwayat obstetri yang buruk yaitu abortus
ANAMNESIS
Nama Ani
Jenis Kelamin female
Alamat -
Umur 36 years old
Keluhan Utama Memeriksa kehamilannya yang berusia 32 minggu dan juga
mengeluhkan poliuri polifagi dan polidipsi
Keluhan Tambahan -
Riwayat Penyakit Dahulu -
Riwayat Penyakit Keluarga DM (+)
Riwayat Sosial -
Riwayat Obstetri G5 P3 A1
Vital Signs
TD 12080 mmHg
HR 82xmenit
RR 22xmenit
T 372C
DJJ 120x
Lokasi kepala
General situation
TB = 160 cm
BB = 72 kg
28
V TUJUAN PEMEBELAJARAN
1 Mengetahui Diabetes Melitus secara umum
2 Mengetahui Diabetes Melitus pada Ibu hamil
3 Penatalaksanaan Diabetes Melitus pada Ibu hamil
4 Pengaruh kehamilan pada Diabetes Melitus
5 Penanganan persalinan pada Ibu yang menderita Diabetes Melitus
VI BELAJAR MANDIRI
1 Text book
2 Internet
3 Kamus dorland
VII KESIMPULAN AKHIR
Kemungkinan NyAni mengalami Diabetes Melitus dilihat dari keluhan riwayat
persalinan dan riwayat keluarga
Dibutuhkan pemeriksaan penunjang untuk diagnosa yang lebih tepat
Pemeriksaan yang di maksud adalah
Pemeriksaan urin
Pemeriksaan KGD puasa dan post ndash prandiol
Glukosa toleran tes (GTT)
Nilai K(3)
Perlunya tindakan yang cepat dan tepat untuk mencegah terjadinya komplikasi dan
prognosis yang buruk
29
BAB V
PENUTUP
Penderita DM Gestasional memunyai resiko yang tinggi terhadap kambuhnya
penyakit diabetes yang pernah dideritannya pada saat hamil sebelumnya
Saran 6-8 minggu setelah melahirkan ibu tersebut melakukan test plasma glukosa
puasa dan OGTT 75 gram glukosa Pasien gemuk penderita GDM sebaiknya mengontrol
BB karena diperkirakan akan menjadi DM dalam 20 tahun kemudian
Wanita dengan diabetes masih dapat hamil dan punya anak sepanjang gula darah
terkontrol Disarankan memilih kontrasepsi dengan kadar estrogen rendah dan dapat
memakai pil tambahan hormon progesteron IUD dapat menimbulkan risiko infeksi
Perlu diperhatikan risiko morbiditas dan mortalitas maternal dan perinatal tinggi
Dengan pengelolaan sebaik-baiknya hasil akhir tetap dapat optimal
30
- A Pengertian
- Menurut Brunner and Suddarth 2001 Diabetes Mellitus merupakan sekelompok kelainan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia Pada Diabetes Mellitus kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun atau pankreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin (1)
- Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo 2002)
- B Klasifikasi
- 1 Klasifikasi diabetes mellitus secara umum sebagai berikut
- C Etiologi
- 1 DM tipe I
- a) Faktor genetic
- Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (1)
- b) Faktor-faktor imunologi
- Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen (1)
- c) Faktor lingkungan
- Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi sel beta (1)
- 2 Diabetes Tipe II
- Menurut Brunner dan Suddarth 2001 mekanisme tepat yang menyebabkan belum diketahui Namun ada beberapa resiko yang berhubungan dengan terjadinya DM type II
- D Tanda dan Gejala
- E Patofisiologi (Patways) DM
- Katarak
- Glaukoma
- Retinopati
- Gatal seluruh badan
- Pruritus Vulvae
- Infeksi bakteri kulit
- Infeksi jamur di kulit
- Dermatopati
- Neuropati perifer
- Neuropati viseral
- Amiotropi
- Ulkus Neurotropik
- Penyakit ginjal
- Penyakit pembuluh darah perifer
- Penyakit koroner
- Penyakit pembuluh darah otak
- Hipertensi
- Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal yang tinggi dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur atau bahkan inkontinensia urin Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat terhadap dehidrasi Karena itu tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada stadium lanjut (Patric Davey 2002 )
- Penyakit yang mula-mula ringan dan sedang saja yang biasa terdapat pada pasien DM usia lanjut dapat berubah tiba-tiba apabila pasien mengalami infeksi akut Defisiensi insulin yang tadinya bersifat relatif sekarang menjadi absolut dan timbul keadaan ketoasidosis dengan gejala khas hiperventilasi dan dehidrasi kesadaran menurun dengan hiperglikemia dehidrasi dan ketonemia Gejala yang biasa terjadi pada hipoglikemia seperti rasa lapar menguap dan berkeringat banyak umumnya tidak ada pada DM usia lanjut Biasanya tampak bermanifestasi sebagai sakit kepala dan kebingungan mendadak (Patric Davey 2002 )
- Pada usia lanjut reaksi vegetatif dapat menghilang Sedangkan gejala kebingungan dan koma yang merupakan gangguan metabolisme serebral tampak lebih jelas
- F Pemeriksaan Penunjang
- G Komplikasi
- Komplikasi Akut
- Komplikasi Kronis
- H Penatalaksanaan
- I Prognosis
-
IV KESIMPULAN SEMENTARA
1 Kemungkinan NyAni menderita DM dilihat dari gejala dan riwayat persalinan
dimana BB bayi setiap kelahiran selalu bertambah serta riwayat DM pada keluarga
2 Kemungkinan NyAni menderita DM setelah kehamilan
3 Perlunya pemeriksaan penunjang untuk menentukan DM atau tidak karena NyAni
kemungkinan saja mengalami toleransi glukosa
4 Adanya riwayat obstetri yang buruk yaitu abortus
ANAMNESIS
Nama Ani
Jenis Kelamin female
Alamat -
Umur 36 years old
Keluhan Utama Memeriksa kehamilannya yang berusia 32 minggu dan juga
mengeluhkan poliuri polifagi dan polidipsi
Keluhan Tambahan -
Riwayat Penyakit Dahulu -
Riwayat Penyakit Keluarga DM (+)
Riwayat Sosial -
Riwayat Obstetri G5 P3 A1
Vital Signs
TD 12080 mmHg
HR 82xmenit
RR 22xmenit
T 372C
DJJ 120x
Lokasi kepala
General situation
TB = 160 cm
BB = 72 kg
28
V TUJUAN PEMEBELAJARAN
1 Mengetahui Diabetes Melitus secara umum
2 Mengetahui Diabetes Melitus pada Ibu hamil
3 Penatalaksanaan Diabetes Melitus pada Ibu hamil
4 Pengaruh kehamilan pada Diabetes Melitus
5 Penanganan persalinan pada Ibu yang menderita Diabetes Melitus
VI BELAJAR MANDIRI
1 Text book
2 Internet
3 Kamus dorland
VII KESIMPULAN AKHIR
Kemungkinan NyAni mengalami Diabetes Melitus dilihat dari keluhan riwayat
persalinan dan riwayat keluarga
Dibutuhkan pemeriksaan penunjang untuk diagnosa yang lebih tepat
Pemeriksaan yang di maksud adalah
Pemeriksaan urin
Pemeriksaan KGD puasa dan post ndash prandiol
Glukosa toleran tes (GTT)
Nilai K(3)
Perlunya tindakan yang cepat dan tepat untuk mencegah terjadinya komplikasi dan
prognosis yang buruk
29
BAB V
PENUTUP
Penderita DM Gestasional memunyai resiko yang tinggi terhadap kambuhnya
penyakit diabetes yang pernah dideritannya pada saat hamil sebelumnya
Saran 6-8 minggu setelah melahirkan ibu tersebut melakukan test plasma glukosa
puasa dan OGTT 75 gram glukosa Pasien gemuk penderita GDM sebaiknya mengontrol
BB karena diperkirakan akan menjadi DM dalam 20 tahun kemudian
Wanita dengan diabetes masih dapat hamil dan punya anak sepanjang gula darah
terkontrol Disarankan memilih kontrasepsi dengan kadar estrogen rendah dan dapat
memakai pil tambahan hormon progesteron IUD dapat menimbulkan risiko infeksi
Perlu diperhatikan risiko morbiditas dan mortalitas maternal dan perinatal tinggi
Dengan pengelolaan sebaik-baiknya hasil akhir tetap dapat optimal
30
- A Pengertian
- Menurut Brunner and Suddarth 2001 Diabetes Mellitus merupakan sekelompok kelainan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia Pada Diabetes Mellitus kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun atau pankreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin (1)
- Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo 2002)
- B Klasifikasi
- 1 Klasifikasi diabetes mellitus secara umum sebagai berikut
- C Etiologi
- 1 DM tipe I
- a) Faktor genetic
- Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (1)
- b) Faktor-faktor imunologi
- Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen (1)
- c) Faktor lingkungan
- Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi sel beta (1)
- 2 Diabetes Tipe II
- Menurut Brunner dan Suddarth 2001 mekanisme tepat yang menyebabkan belum diketahui Namun ada beberapa resiko yang berhubungan dengan terjadinya DM type II
- D Tanda dan Gejala
- E Patofisiologi (Patways) DM
- Katarak
- Glaukoma
- Retinopati
- Gatal seluruh badan
- Pruritus Vulvae
- Infeksi bakteri kulit
- Infeksi jamur di kulit
- Dermatopati
- Neuropati perifer
- Neuropati viseral
- Amiotropi
- Ulkus Neurotropik
- Penyakit ginjal
- Penyakit pembuluh darah perifer
- Penyakit koroner
- Penyakit pembuluh darah otak
- Hipertensi
- Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal yang tinggi dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur atau bahkan inkontinensia urin Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat terhadap dehidrasi Karena itu tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada stadium lanjut (Patric Davey 2002 )
- Penyakit yang mula-mula ringan dan sedang saja yang biasa terdapat pada pasien DM usia lanjut dapat berubah tiba-tiba apabila pasien mengalami infeksi akut Defisiensi insulin yang tadinya bersifat relatif sekarang menjadi absolut dan timbul keadaan ketoasidosis dengan gejala khas hiperventilasi dan dehidrasi kesadaran menurun dengan hiperglikemia dehidrasi dan ketonemia Gejala yang biasa terjadi pada hipoglikemia seperti rasa lapar menguap dan berkeringat banyak umumnya tidak ada pada DM usia lanjut Biasanya tampak bermanifestasi sebagai sakit kepala dan kebingungan mendadak (Patric Davey 2002 )
- Pada usia lanjut reaksi vegetatif dapat menghilang Sedangkan gejala kebingungan dan koma yang merupakan gangguan metabolisme serebral tampak lebih jelas
- F Pemeriksaan Penunjang
- G Komplikasi
- Komplikasi Akut
- Komplikasi Kronis
- H Penatalaksanaan
- I Prognosis
-
V TUJUAN PEMEBELAJARAN
1 Mengetahui Diabetes Melitus secara umum
2 Mengetahui Diabetes Melitus pada Ibu hamil
3 Penatalaksanaan Diabetes Melitus pada Ibu hamil
4 Pengaruh kehamilan pada Diabetes Melitus
5 Penanganan persalinan pada Ibu yang menderita Diabetes Melitus
VI BELAJAR MANDIRI
1 Text book
2 Internet
3 Kamus dorland
VII KESIMPULAN AKHIR
Kemungkinan NyAni mengalami Diabetes Melitus dilihat dari keluhan riwayat
persalinan dan riwayat keluarga
Dibutuhkan pemeriksaan penunjang untuk diagnosa yang lebih tepat
Pemeriksaan yang di maksud adalah
Pemeriksaan urin
Pemeriksaan KGD puasa dan post ndash prandiol
Glukosa toleran tes (GTT)
Nilai K(3)
Perlunya tindakan yang cepat dan tepat untuk mencegah terjadinya komplikasi dan
prognosis yang buruk
29
BAB V
PENUTUP
Penderita DM Gestasional memunyai resiko yang tinggi terhadap kambuhnya
penyakit diabetes yang pernah dideritannya pada saat hamil sebelumnya
Saran 6-8 minggu setelah melahirkan ibu tersebut melakukan test plasma glukosa
puasa dan OGTT 75 gram glukosa Pasien gemuk penderita GDM sebaiknya mengontrol
BB karena diperkirakan akan menjadi DM dalam 20 tahun kemudian
Wanita dengan diabetes masih dapat hamil dan punya anak sepanjang gula darah
terkontrol Disarankan memilih kontrasepsi dengan kadar estrogen rendah dan dapat
memakai pil tambahan hormon progesteron IUD dapat menimbulkan risiko infeksi
Perlu diperhatikan risiko morbiditas dan mortalitas maternal dan perinatal tinggi
Dengan pengelolaan sebaik-baiknya hasil akhir tetap dapat optimal
30
- A Pengertian
- Menurut Brunner and Suddarth 2001 Diabetes Mellitus merupakan sekelompok kelainan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia Pada Diabetes Mellitus kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun atau pankreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin (1)
- Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo 2002)
- B Klasifikasi
- 1 Klasifikasi diabetes mellitus secara umum sebagai berikut
- C Etiologi
- 1 DM tipe I
- a) Faktor genetic
- Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (1)
- b) Faktor-faktor imunologi
- Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen (1)
- c) Faktor lingkungan
- Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi sel beta (1)
- 2 Diabetes Tipe II
- Menurut Brunner dan Suddarth 2001 mekanisme tepat yang menyebabkan belum diketahui Namun ada beberapa resiko yang berhubungan dengan terjadinya DM type II
- D Tanda dan Gejala
- E Patofisiologi (Patways) DM
- Katarak
- Glaukoma
- Retinopati
- Gatal seluruh badan
- Pruritus Vulvae
- Infeksi bakteri kulit
- Infeksi jamur di kulit
- Dermatopati
- Neuropati perifer
- Neuropati viseral
- Amiotropi
- Ulkus Neurotropik
- Penyakit ginjal
- Penyakit pembuluh darah perifer
- Penyakit koroner
- Penyakit pembuluh darah otak
- Hipertensi
- Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal yang tinggi dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur atau bahkan inkontinensia urin Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat terhadap dehidrasi Karena itu tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada stadium lanjut (Patric Davey 2002 )
- Penyakit yang mula-mula ringan dan sedang saja yang biasa terdapat pada pasien DM usia lanjut dapat berubah tiba-tiba apabila pasien mengalami infeksi akut Defisiensi insulin yang tadinya bersifat relatif sekarang menjadi absolut dan timbul keadaan ketoasidosis dengan gejala khas hiperventilasi dan dehidrasi kesadaran menurun dengan hiperglikemia dehidrasi dan ketonemia Gejala yang biasa terjadi pada hipoglikemia seperti rasa lapar menguap dan berkeringat banyak umumnya tidak ada pada DM usia lanjut Biasanya tampak bermanifestasi sebagai sakit kepala dan kebingungan mendadak (Patric Davey 2002 )
- Pada usia lanjut reaksi vegetatif dapat menghilang Sedangkan gejala kebingungan dan koma yang merupakan gangguan metabolisme serebral tampak lebih jelas
- F Pemeriksaan Penunjang
- G Komplikasi
- Komplikasi Akut
- Komplikasi Kronis
- H Penatalaksanaan
- I Prognosis
-
BAB V
PENUTUP
Penderita DM Gestasional memunyai resiko yang tinggi terhadap kambuhnya
penyakit diabetes yang pernah dideritannya pada saat hamil sebelumnya
Saran 6-8 minggu setelah melahirkan ibu tersebut melakukan test plasma glukosa
puasa dan OGTT 75 gram glukosa Pasien gemuk penderita GDM sebaiknya mengontrol
BB karena diperkirakan akan menjadi DM dalam 20 tahun kemudian
Wanita dengan diabetes masih dapat hamil dan punya anak sepanjang gula darah
terkontrol Disarankan memilih kontrasepsi dengan kadar estrogen rendah dan dapat
memakai pil tambahan hormon progesteron IUD dapat menimbulkan risiko infeksi
Perlu diperhatikan risiko morbiditas dan mortalitas maternal dan perinatal tinggi
Dengan pengelolaan sebaik-baiknya hasil akhir tetap dapat optimal
30
- A Pengertian
- Menurut Brunner and Suddarth 2001 Diabetes Mellitus merupakan sekelompok kelainan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia Pada Diabetes Mellitus kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun atau pankreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin (1)
- Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo 2002)
- B Klasifikasi
- 1 Klasifikasi diabetes mellitus secara umum sebagai berikut
- C Etiologi
- 1 DM tipe I
- a) Faktor genetic
- Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (1)
- b) Faktor-faktor imunologi
- Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen (1)
- c) Faktor lingkungan
- Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi sel beta (1)
- 2 Diabetes Tipe II
- Menurut Brunner dan Suddarth 2001 mekanisme tepat yang menyebabkan belum diketahui Namun ada beberapa resiko yang berhubungan dengan terjadinya DM type II
- D Tanda dan Gejala
- E Patofisiologi (Patways) DM
- Katarak
- Glaukoma
- Retinopati
- Gatal seluruh badan
- Pruritus Vulvae
- Infeksi bakteri kulit
- Infeksi jamur di kulit
- Dermatopati
- Neuropati perifer
- Neuropati viseral
- Amiotropi
- Ulkus Neurotropik
- Penyakit ginjal
- Penyakit pembuluh darah perifer
- Penyakit koroner
- Penyakit pembuluh darah otak
- Hipertensi
- Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal yang tinggi dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur atau bahkan inkontinensia urin Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat terhadap dehidrasi Karena itu tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada stadium lanjut (Patric Davey 2002 )
- Penyakit yang mula-mula ringan dan sedang saja yang biasa terdapat pada pasien DM usia lanjut dapat berubah tiba-tiba apabila pasien mengalami infeksi akut Defisiensi insulin yang tadinya bersifat relatif sekarang menjadi absolut dan timbul keadaan ketoasidosis dengan gejala khas hiperventilasi dan dehidrasi kesadaran menurun dengan hiperglikemia dehidrasi dan ketonemia Gejala yang biasa terjadi pada hipoglikemia seperti rasa lapar menguap dan berkeringat banyak umumnya tidak ada pada DM usia lanjut Biasanya tampak bermanifestasi sebagai sakit kepala dan kebingungan mendadak (Patric Davey 2002 )
- Pada usia lanjut reaksi vegetatif dapat menghilang Sedangkan gejala kebingungan dan koma yang merupakan gangguan metabolisme serebral tampak lebih jelas
- F Pemeriksaan Penunjang
- G Komplikasi
- Komplikasi Akut
- Komplikasi Kronis
- H Penatalaksanaan
- I Prognosis
-