skenario 3 kedkom

61
1. Memahami dan menjelaskan PHBS Visi pembangunan kesehatan saat ini adalah Indonesia sehat 2014 untuk mewujudkan masyarakat yang mandiri dan berkeadilan. Visi ini dituangkan kedalam empat misi salah satunya adalah meningkatkan kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani (Depkes RI, 2009). Misi pembangunan kesehatan tersebut diwujudkan dengan menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Perilaku hidup bersih dan sehat adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran atas hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat (Dinkes, 2009). Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dilakukan melalui pendekatan tatanan yaitu: PHBS di rumah tangga, PHBS di sekolah, PHBS di tempat kerja, PHBS di institusi kesehatan dan PHBS di tempat umum. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) tersebut harus dimulai dari tatanan rumah tangga, karena rumah tangga yang sehat merupakan aset modal pembangunan di masa depan yang perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Beberapa anggota rumah tangga mempunyai masa rawan terkena penyakit infeksi dan non infeksi, oleh karena itu untuk mencegahnya anggota rumah tangga perlu diberdayakan untuk melaksanakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) (Depkes RI, 2009). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Rumah Tangga merupakan salah satu upaya strategis untuk menggerakan dan memberdayakan keluarga atau anggota rumah tangga untuk hidup bersih dan sehat. Melalui ini setiap anggota rumah tangga diberdayakan agar tahu, mau dan mampu menolong diri sendiri dibidang kesehatan dengan mengupayakan lingkungan yang sehat, mencegah dan menanggulangi masalah-masalah kesehatan yang dihadapi, serta memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada. Setiap rumah tangga juga digerakkan untuk

Upload: xehanork

Post on 29-Nov-2015

179 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

a

TRANSCRIPT

Page 1: Skenario 3 Kedkom

1. Memahami dan menjelaskan PHBS

Visi pembangunan kesehatan saat ini adalah Indonesia sehat 2014 untuk mewujudkan masyarakat yang mandiri dan berkeadilan.

Visi ini dituangkan kedalam empat misi salah satunya adalah meningkatkan kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani (Depkes RI, 2009). Misi pembangunan kesehatan tersebut diwujudkan dengan menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).Perilaku hidup bersih dan sehat adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran atas hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat (Dinkes, 2009). Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dilakukan melalui pendekatan tatanan yaitu: PHBS di rumah tangga, PHBS di sekolah, PHBS di tempat kerja, PHBS di institusi kesehatan dan PHBS di tempat umum. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) tersebut harus dimulai dari tatanan rumah tangga, karena rumah tangga yang sehat merupakan aset modal pembangunan di masa depan yang perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Beberapa anggota rumah tangga mempunyai masa rawan terkena penyakit infeksi dan non infeksi, oleh karena itu untuk mencegahnya anggota rumah tangga perlu diberdayakan untuk melaksanakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) (Depkes RI, 2009). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Rumah Tangga merupakan salah satu upaya strategis untuk menggerakan dan memberdayakan keluarga atau anggota rumah tangga untuk hidup bersih dan sehat. Melalui ini setiap anggota rumah tangga diberdayakan agar tahu, mau dan mampu menolong diri sendiri dibidang kesehatan dengan mengupayakan lingkungan yang sehat, mencegah dan menanggulangi masalah-masalah kesehatan yang dihadapi, serta memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada. Setiap rumah tangga juga digerakkan untuk berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakatnya dan mengembangkan upaya kesehatan bersumber masyarakat (Depkes RI, 2006).

Pemberdayaan keluarga atau anggota rumah tangga untuk melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat tidak terlepas dari peran orangtua, karena orangtua akan menjadi panutan dan teladan bagi anggota keluarga lainnya sehingga pemberian informasi kesehatan akan lebih efektif apabila disampaikan oleh orangtua pada anggota keluarga yang lain (Dermawan dan Setiawan, 2008). Orangtua juga memiliki fun gsi afektif untuk memberikan pengetahuan dasar kepada anggota keluarga yang lain (Friedman, 1998). Agar dapat memberikan pengetahuan dasar tentang perilaku hidup bersih dan sehat kepada anggota keluarga lainnya diperlukan pengetahuan yang memadai dari orangtua. Pengetahuan merupakan hasil proses pembelajaran dengan melibatkan indra pengelihatan, pendengaran, penciuman dan pengecap. Pengetahuan akan memberikan penguatan terhadap individu dalam setiap pengambilan keputusan dan dalam berprilaku (Dermawan dan Setiawan, 2008). Pengetahuan juga merupakan domain yang sangat penting untuk terbetuknya prilaku sesesorang (over behavior), karena dari pengalaman dan penelitian ternyata prilaku yang di dasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari prilaku yang tidak di dasari oleh pengetahuan (Notoadmodjo, 2007).

Page 2: Skenario 3 Kedkom

Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat ( PHBS )

A. Pengertian

PHBS adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kasadaran sebagai hasil

pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri da

bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat.

Kondisi sehat dapat dicapai dengan mengubah perilaku dari yang tidak sehat menjadi

perilaku sehat dan menciptakan lingkungan sehat di rumah tangga oleh karna itu kesehatan

perlu dijaga, dipelihara dan ditingkatkan oleh setiap anggota rumah tangga serta

diperjuangkan oleh semua pihak.

Rumah Tangga Ber-PHBS berarti mampu menjaga,meningkatkan dan melindungi kesehatan

setiap anggota rumah tangga dari gangguan ancaman penyakit dan lingkungan yang kurang

konduktif untuk hidup sehat.

Penerapan PHBS di rumah tangga merupakan tanggung jawab setiap anggota rumah tangga,

yang juga menjadi tanggung jawab pemerintah/ kota beserta jajaran sektor terkait untuk

memfasilitasi kegiatan PHBS di rumah tangga agar dapat dijalaankan secara efektif.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah salah satu strategiyang dapat ditempuh untuk

menghasilkan kemandirian di bidang kesehatan baik pada masyarakat maupun pada keluarga.

artinya harus ada komunikasi antara kader dengan kaluarga/ masyarakat atau memberikan

informasi dan melakukan pendidikan kesehatan.

B. Tujuan PHBS

1. Tujuan Umum

Meningkatnya Rumah Tangga Ber-PHBS di desa kabupaten/ kota seluruh Indonesia

2. Tujuan Khusus

Meningkatnya pengetahuan, kemauan dan kemampuan anggota rumah tangga untuk

melaksanakan PHBS

Berperan aktif dalam gerakan PHBS di masyarakat

C. Manfaat PHBS

Manfaat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat bagi rumah tangga:

1. Setiap rumah tangga meningkat kesehatannya dan tidak mudah sakit

2. Anak tumbuh sehat dan cerdas

3. Prokduktifitas kerja anggota keluarga meningkat dengan meningkatnya kesehatan anggota

rumah tangga maka biaya yang tadinya dialokasikan untuk kesekahatan dapat diahlikan untuk

Page 3: Skenario 3 Kedkom

biaya investasi seperti biya pendidikan, Pemenuhan gizi keluarga dan modal usaha untuk

peningkatan pendapatan keluarga

Manfaat Perilaku Hidup dan Sehat bagi masyarakat :

1. Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan sehat

2. Masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi masalah-masalah kesehatan

3. Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada

4. Masyarakat mampu mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM)

seperti posyandu, jaminan pemeliharaan kesehatan, tabungan bersalin (tabulin), arisan

jamban, kelompok pemakai air, ambulans desa dll.

D. Sasaran PHBS

Sasaran PHBS di rumah tangga adalah seluruh anggota keluarga yaitu :

1. Pasangan Usia Subur

2. Ibu hamil dan ibu menyusui

3. Anak dan Remaja

4. Usia lanjut

5. Pengasuh anak

E. Indikator dan Definisi Operasional PHBS

Pembinasan PHBS di rumah tangga dilakukun untuk mewujudkan Rumah Tangga Ber-PHBS

adalah rumah tangga yang memenuhi 10 indikator PHBS da Rumah Tangga. Namun, apabila

dalam rumah tangga tidak ada ibu yang melahirkan tidak ada bayi dan tidak ada balita, maka

pengertian Rumah Tangga Ber-PHBS adalah rumah tangga yang memenuhi hanya 7

indikator

Indikator PHBS di rumah tangga :

1. Persalinan oleh tenaga kesehatan

2. Memberi bayi ASI Ekslusif

3. Menimbang balita setiap bulan

4. Menggunakan air bersih

5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun

6. Menggunakan jamban sehat

7. Memberantas jentik di rumah sekali seminggu

8. Makan sayur dan buah setiap hari

9. Melakukan aktifitas fisik setiap hari

10. Tidak merokok di dalam rumah

Page 4: Skenario 3 Kedkom

Memahami dan menjelaskan PHBS di Keluarga

Apa itu PHBS di Rumah Tangga?

PHBS di Rumah Tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar sadar, mau dan mampu mempraktikkan PHBS untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya, mencegah resiko terjadinya penyakit dan melindungi diri dari ancaman penyakit serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat. Oleh karena itu tatanan rumah tangga sehat dapat diwujudkan dengan perilaku sehat dan lingkungan sehat.

Perilaku sehat meliputi : Persalinan ditolong oleh petugas kesehatan, mengikuti KB, balita diberikan ASI, balita ditimbang, sarapan pagi dan gosok gigi sebelum tidur.

Lingkungan sehat meliputi : Tersedia air bersih dan jamban, kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni serta lantai rumah bukan dari tanah.

Mengapa perlu PHBS di Rumah Tangga?

Rumah tangga sehat merupakan aset atau modal utama pembangunan di masa depan yang perlu dijaga, ditingkakan dan dilindungi kesehatannya.

Berapa anggota rumah tangga mempunyai masa rawan terkena gangguan berbagai penyakit.

Angka kesakitan dan kematian penyakit infeksi dan non infeksi dapat dicegah dengan PHBS.

Apa tujuan PHBS di Rumah Tangga?Tujuan umum : Meningkatnya rumah tangga sehat di kabupaten/kota.Tujuan khusus :

Meningkatkan pengetahuan, kemauan dan kemampuan anggota rumah tangga untuk melaksanakan PHBS.

Berperan aktif dalam gerakan PHBS di masyarakat.

Apa Manfaat PHBS di Rumah Tangga?

Setiap anggota rumah tangga meningkatkan kesejahteraannya dan tidak mudah sakit karena faktor perilaku mempunyai andil dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat (30-35%).

Rumah tangga sehat dapat meningkatkan produktifitas kerja anggota rumah tangga. Dengan meningkatnya kesehatan rumah tangga, biaya yang tadinya dialokasikan

untuk kesehatan dapat ialihkan untuk biaya investasi seperti biaya pendidikan dan usaha lain yang dapat meningkatkan kesejahteraan anggota rumah tangga.

PHBS merupakan salah satu indikator untuk menilai kinerja pemerintah daerah kabupaten/kota di bidang kesehatan, yaitu pencapaian 65% rumah tangga sehat pada tahun 2010 (sesuai Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No.

Page 5: Skenario 3 Kedkom

1457/Menkes/SK/X/2003 tentang kewenangan wajib standar Pelayanan Minimal (KW SPM) bidang kesehatan).

Meningkatkan citra puskesmas dalam bidang kesehatan.

10 Cara Hidup Bersih & Sehat di rumah Tangga

( Pertongan persalinan oleh tenaga kesehatan)

( Balita diberikan ASI )

( Mempunyai Jaminan Pemeliharaan Kesekatan )

Page 7: Skenario 3 Kedkom

( Tersedia air bersih )

( Tersedia jamban )

( Kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni)

( Lantai rumah bukan dari tanah )

Siapa Pelaku dan Sasaran PHBS di Rumah Tangga?

Pelaku PHBS di rumah tangga yaitu petugas kesehatn, petugas lintas sektor, tokoh masyarakat dan kader kesehatan. Sasaran PHBS di rumah tangga yaitu seluruh anggota keluarga (Ibu, bapak, anak, nenek, dll).

Page 8: Skenario 3 Kedkom

Memahami dan menjelaskan PHBS di Tatanan Pendidikan (Sekolah)

Pengertian PHBS di Sekolah

PHBS di sekolah adalah upaya untuk memperdayakan siswa, guru, dan masyarakat

lingkungan sekolah agar tahu, mau, dan mampu mempraktikkan PHBS dan berperan aktif

dalam mewujudkan sekolah sehat. Perilaku hidup bersih dan sehat juga merupakan

sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru, dan masyarakat lingkungan

sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu

mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya , serta berperan aktif dalam mewujudkan

lingkungan sehat (Depkes RI, 2007).

Tujuan PHBS di Sekolah

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di sekolah mempunyai tujuan yakni:

Tujuan Umum:

Memperdayakan setiap siswa, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah agar tau, mau, dan

mampu menolong diri sendiri di bidang kesehatan dengan menerapkan PHBS dan berperan

aktif dalam mewujudkan sekolah sehat.

Tujuan Khusus:

a. Meningkatkan pengetahuan tentang PHBS bagi setiap siswa, guru, dan masyarakat lingkungan

sekolah.

b. Meningkatkan peran serta aktif setiap siswa, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah ber

PHBS di sekolah.

c. Memandirikan setiap siswa, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah ber PHBS.

Manfaat PHBS di Sekolah

Manfaat bagi siswa:

a. Meningkatkan kesehatannya dan tidak mudah sakit

Page 9: Skenario 3 Kedkom

b. Meningkatkan semangat belajar

c. Meningkatkan produktivitas belajar

d. Menurunkan angka absensi karena sakit

Manfaat bagi warga sekolah:

a. Meningkatnya semangat belajar siswa berdampak positif terhadap pencapaian target dan tujuan

b. Menurunnya biaya kesehatan yang harus dikeluarkan oleh orangtua

c. Meningkatnya citra sekolah yang positif

Manfaat bagi sekolah:

a. Adanya bimbingan teknis pelaksanaan pembinaan PHBS di sekolah

b. Adanya dukungan buku pedoman dan media promosi PHBS di sekolah

Manfaat bagi masyarakat

a. Mempunyai lingkungan sekolah yang sehat

b. Dapat mencontoh perilaku hidup bersih dan sehat yang diterapkan oleh sekolah

Manfaat bagi pemerintah provinsi/kabupaten/kota

a. Sekolah yang sehat menunjukkan kinerja dan citra pemerintah provinsi/kabupaten/kota yang

baik

b. Dapat dijadikan pusat pembelajaran bagi daerah lain dalam pembinaan PHBS di sekolah

Sasaran PHBS di Sekolah

a. Siswa Peserta Didik

b. Warga Sekolah (Kepala Sekolah, Guru, Karyawan Sekolah, Komite Sekolah, dan Orangtua

Siswa)

c. Masyarakat Lingkungan Sekolah (penjaga kantin, satpam, dll)

Page 10: Skenario 3 Kedkom

Strata PHBS di Sekolah

Tabel Strata PHBS di Sekolah

Strata Pratama Strata Madya Strata Utama1. Memelihara rambut agar

bersih dan rapih2. Memakai pakaian bersih

dan rapih

Perilaku di strata pertama ditambah:8. memberantas jentik nyamuk

Perilaku di strata madya ditambah:13. mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah

3. Memelihara kuku agar selalu pendek dan bersih

9. menggunakan jamban yang bersih dan sehat

14. menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan

4. Memakai sepatu bersih dan rapih

10. menggunakan air bersih

5. Berolahraga teratur dan terukur

11. mencuci tangan dengan air mengalir dan memakai sabun

6. Tidak merokok di sekolah 12. membuang sampah ke tempat sampah yang terpilah (sampah basah, sampah kering, sampah berbahaya)

7. Tidak menggunakan NAPZA

Indikator PHBS di Sekolah

A. Memelihara Rambut Agar Bersih dan Rapih

Mencuci rambut secara teratur dan menyisirnya sehingga terlihat rapih. Rambut yang

bersih adalah rambut yang tidak kusam, tidak berbau, dan tidak berkutu. Memeriksa

kebersihan dan kerapihan rambut dapat dilakukan oleh dokter kecil/kader kesehatan/guru

UKS minimal seminggu sekali.

B. Memakai Pakaian Bersih dan Rapih

Memakai baju yang tidak ada kotorannya, tidak berbau, dan rapih. Pakaian yang

bersih dan rapih diperoleh dengan mencuci baju setelah dipakai dan dirapikan dengan

disetrika. Memeriksa baju yang dipakai dapat dilakukan oleh dokter kecil/kader

kesehatan/guru UKS minimal seminggu sekali.

C. Memelihara Kuku Agar Selalu Pendek dan Bersih

Page 11: Skenario 3 Kedkom

Memotong kuku sebatas ujung jari tangan secara teratur dan membersihkannya

sehingga tidak hitam/kotor. Memeriksa kuku secra rutin dapat dilakukan oleh dokter

kecil/kader kesehatan/guru UKS minimal seminggu sekali.

D. Memakai Sepatu Bersih dan Rapih

Memakai sepatu yang tidak ada kotoran menempel pada sepatu, rapih misalnya

ditalikan bagi sepatu yang bertali. Sepatu bersih diperoleh bila sepatu dibersihkan setiap kali

sepatu kotor. Memeriksa sepatu yang dipakai siswa dapat dilakukan oleh dokter kecil/kader

kesehatan/guru UKS minimal seminggu sekali.

E. Berolahraga Teratur dan Terukur

Siswa/Guru/Masyarakat sekolah lainnya melakukan olahraga/aktivitas fisik secara

teratur minimal tiga kali seminggu selang sehari. Olahraga teratur dapat memelihara

kesehatan fisik dan mental serta meningkatkan kebugaran tubuh sehingga tubuh tetap sehat

dan tidak mudah jatuh sakit. Olahraga dapat dilakukan di halaman secara bersama-sama, di

ruangan olahraga khusus (bila tersedia), dan juga di ruangan kerja bagi guru/ karayawan

sekolah berupa senam ringan dikala istirahat sejenak dari kesibukan kerja. Sekolah

diharapkan membuat jadwal teratur untuk berolahraga bersama serta menyediakan alat/sarana

untuk berolahraga.

F. Tidak Merokok di Sekolah

Anak sekolah/guru/masyarakat sekolah tidak merokok di lingkungan sekolah.

Merokok berbahaya bagi kesehatan perokok dan orang yang berada di sekitar perokok.

Dalam satu batang rokok yang diisap akan dikeluarkan 4000 bahan kimia berbahaya

diantaranya: Nikotin (menyebabkan ketagihan dan kerusakan jantung serta pembuluh darah);

Tar (menyebabkan kerusakan sel paru-paru dan kanker) dan CO (menyebabkan berkurangnya

kemampuan darah membawa oksigen sehingga sel-sel tubuh akan mati). Tidak merokok di

Page 12: Skenario 3 Kedkom

sekolah dapat menghindarkan anak sekolah/guru/masyarkat sekolah dari kemungkinan

terkena penyakit-penyakit tersebut diatas. Sekolah diharapkan membuat peraturan dilarang

merokok di lingkungan sekolah. Siswa/guru/masyarakat sekolah bisa saling mengawasi

diantara mereka untuk tidak merokok di lingkungan sekolah dan diharapkan mengembangkan

kawasan tanpa rokok/kawasan bebas asap rokok.

G. Tidak Menggunakan NAPZA

Anak sekolah/guru/masyarkat sekolah tidak menggunakan NAPZA (Narkotika

Psikotropika Zat Adiktif). Penggunaan NAPZA membahayakan kesehatan fisik maupun

psikis pemakainya.

H. Memberantas Jentik Nyamuk

Upaya untuk memberantas jentik di lingkungan sekolah yang dibuktikan dengan tidak

ditemukan jentik nyamuk pada: tempat-tempat penampungan air, bak mandi, gentong air, vas

bunga, pot bunga/alas pot bunga, wadah pembuangan air dispenser, wadah pembuangan air

kulkas, dan barang-barang bekas/tempat yang bisa menampung air yang ada di sekolah.

Memberantas jentik di lingkungan sekolah dilakukan dengan pemberantasan sarang nyamuk

(PSN) melalui kegiatan: menguras dan menutup tempat-tempat penampungan air, mengubur

barang-barang bekas, dan menghindari gigitan nyamuk. Dengan lingkungan bebas jentik

diharapkan dapat mencegah terkena penyakit akibat gigitan nyamuk seperti demam berdarah,

cikungunya, malaria, dan kaki gajah. Sekolah diharapkan dapat membuat pengaturan untuk

melaksanakan PSN minimal satu minggu sekali.

I. Menggunakan Jamban yang Bersih dan Sehat

Anak sekolah/guru/masyarakat sekolah menggunakan jamban/WC/kakus leher angsa

dengan tangki septic atau lubang penampungan kotoran sebagai pembuangan akhir saat

buang air besar dan buang air kecil. Menggunakan jamban yang bersih setiap buang air kecil

Page 13: Skenario 3 Kedkom

ataupun buang air besar dapat menjaga lingkungan di sekitar sekolah menjadi bersih, sehat,

dan tidak berbau. Disamping itu tidak mencemari sumber air yang ada disekitar lingkungan

sekolah serta menghindari datangnya lalat atau serangga yang dapat menularkan penyakit

seperti: diare, disentri, tipus, kecacingan, dan penyakit lainnya. Sekolah diharapkan

menyediakan jamban yang memenuhi syarat kesehatan dalam jumlah yang cukup untuk

seluruh siswa serta terpisah antara siswa laki-laki dan perempuan. Perbandingan jamban

dengan pemakai adalah 1:30 untuk laki-laki dan 1:20 untuk perempuan.

J. Menggunakan Air Bersih

Anak sekolah/guru/masyarakat sekolah menggunakan air bersih untuk kebutuhan

sehari-hari di lingkungan sekolah. Sekolah diharapkan menyediakan sumber air yang bisa

berasal dari air sumur terlindung, air pompa, mata air terlindung, penampungan air hujan, air

ledeng, dan air dalam kemasan (sumber air berasal dari smur pompa, sumur, mata air

terlindung berjarak minimal 10 meter dari tempat penampungan kotoran atau limbah/WC).

Air diharapkan tersedia dalam jumlah yang memenuhi kebutuhan dan tersedia setiap saat.

K. Mencuci Tangan dengan Air Mengalir dan Memakai Sabun

Sekolah/guru/masyarakat sekolah selalu mencuci tangan sebelum makan, sesudah

buang air besar/sesudah buang air kecil, sesudah beraktivitas, dan atau setiap kali tangan

kotor dengan memakai sabun dan air bersih yang mengalir. Air bersih yang mengalir akan

membuang kuman-kuman yang ada pada tangan yang kotor, sedangkan sabun selain

membersihkan kotoran juga dapat membunuh kuman yang ada di tangan. Diharapkan tangan

menjadi bersih dan bebas dari kuman serta dapat mencegah terjadinya penularan penyakit

seperti: diare, disentri, kolera, tipus, kecacingan, penyakit kulit, infeksi saluran pernapasan

akut (ISPA), dan flu burung.

Page 14: Skenario 3 Kedkom

L. Membuang Sampah ke Tempat Sampah yang Terpilah

Anak sekolah/guru/masyarakat sekolah membuang sampah ke tempat sampah yang

tersedia. Diharapkan tersedia tempat sampah yang terpilah antara sampah organik, non-

organik, dan sampah bahan berbahaya. Sampah selain kotor dan tidak sedap dipandang juga

mengandung berbagai kuman penyakit. Membiasakan membuang sampah pada tempat

sampah yang tersedia akan sangat membantu anak sekolah/guru/masyarakat sekolah terhindar

dari berbagai kuman penyakit.

M. Mengkonsumsi Jajanan Sehat dari Kantin Sekolah

Anak sekolah/guru/masyarakat sekolah mengkonsumsi jajanan sehat dari

kantin/warung sekolah atau bekal yang dibawa dari rumah. Sebaiknya sekolah menyediakan

warung sekolah sehat dengan makanan yang mengandung gizi seimbang dan bervariasi,

sehingga membuat tubuh sehat dan kuat, angka absensi anak sekolah menurun, dan proses

belajar berjalan dengan baik.

N. Menimbang Berat Badan dan Mengukur Tinggi Badan Setiap Bulan

Siswa ditimbang berat badan dan diukur tinggi badan setiap bulan agar diketahui

tingkat pertumbuhannya. Hasil penimbangan dan pengukuran dibandingkan dengan standar

berat badan dan tinggi badan sehingga diketahui apakah pertumbuhan siswa normal atau

tidak normal.

Page 15: Skenario 3 Kedkom

2. Memahami dan Menjelaskan Pola Asuh Dalam Keluarga Mengenai Status Gizi

Sering dikatakan bahwa ibu adalah jantung dari keluarga, jantung dalam tubuh merupakan alat yang sangat penting bagi kehidupan seseorang. Apabila jantung berhenti berdenyut maka orang itu tidak bisa melangsungkan hidupnya. Dari perumpaan ini bisa disimpulkan bahwa kedudukan seorang ibu sebagai tokoh sentral dan sangat penting untuk melaksanakan kehidupan. Pentingnya seorang ibu terutama terlihat sejak kelahiran anaknya. (Gunarsa, 1993)

Agar pola hidup anak bisa sesuai dengan standar kesehatan, disamping harus mengatur pola makan yang benar juga tak kalah pentingnya mengatur pola asuh yang benar pula. Pola asuh yang benar bisa ditempuh dengan memberikan perhatian yang penuh serta kasih sayang pada anak, memberinya waktu yang cukup untuk menikmati kebersamaan dengan seluruh anggota keluarga.

Dalam masa pengasuhan, lingkungan pertama yang berhubungan dengan anak adalah orang tuanya. Anak tumbuh dan berkembang di bawah asuhan dan perawatan orang tua oleh karena itu orang tua merupakan dasar pertama bagi pembentukan pribadi anak. Melalui orang tua, anak beradaptasi dengan lingkungannya untuk mengenal dunia sekitarnya serta pola pergaulan hidup yang berlaku dilingkungannya. Dengan demikian dasar pengembangan dari seorang individu telah diletakkan oleh orang tua melalui praktek pengasuhan anak sejak ia masih bayi (Supanto, 1990).

Pengasuhan berasal dari kata asuh (to rear) yang mempunyai makna menjaga, merawat dan mendidik anak yang masih kecil. Wagnel dan Funk menyebutkan bahwa mengasuh itu meliputi menjaga serta memberi bimbingan menuju pertumbuhan ke arah kedewasaan. Pengertian lain diutarakan oleh Webster yang mengatakan bahwa mengasuh itu membimbing menuju ke pertumbuhan ke arah kedewasaan dengan memberikan pendidikan, makanan dan sebagainya terhadap mereka yang di asuh (Sunarti, 1989). Dari beberapa pengertian tentang batas asuh, menurut Whiting dan Child dalam proses pengasuhan anak yang harus diperhatikan adalah orang-orang yang mengasuh dan cara penerapan larangan atau keharusan yang dipergunakan. Larangan maupun keharusan terhadap pola pengasuhan anak beraneka ragam. Tetapi pada prinsipnya cara pengasuhan anak mengandung sifat : pengajaran (instructing), pengganjaran (rewarding) dan pembujukan (inciting) (Sunarti, 1989). Di negara timur seperti Indonesia, keluarga besar masih lazim dianut dan peran ibu seringkali di pegang oleh beberapa orang lainnya seperti nenek, keluarga dekat atau saudara serta dapat juga di asuh oleh pembantu (Nadesul, 1995). Kerangka konseptual yang dikemukan oleh UNICEF yang dikembangkan lebih lanjut oleh Engle et al (1997) menekankan bahwa tiga komponen makanan – kesehatan – asuhan merupakan faktor-faktor yang berperan dalam menunjang pertumbuhan dan perkembangan anak yang optimal. Engle et al (1997) mengemukakan bahwa pola asuh meliputi 6 hal yaitu : (1) perhatian / dukungan ibu terhadap anak,(2) pemberian ASI atau makanan pendamping pada anak, (3) rangsangan psikososial terhadap anak, (4) persiapan dan penyimpanan makanan,

Page 16: Skenario 3 Kedkom

(5) praktek kebersihan atau higiene dan sanitasi lingkungan dan (6) perawatan balita dalam keadaan sakit seperti pencari pelayanan kesehatan.

Perhatian / Dukungan Ibu terhadap Anak dalam Praktek Pemberian Makanan

Semua orangtua harus memberikan hak anak untuk tumbuh. Semua anak harus memperoleh yang terbaik agar dapat tumbuh sesuai dengan apa yang mungkin dicapainya dan sesuai dengan kemampuan tubuhnya. Untuk itu perlu perhatian/dukungan orangtua. Untuk tumbuh dengan baik tidak cukup dengan memberinya makan, asal memilih menu makanan dan asal menyuapi anak nasi. Akan tetapi anak membutuhkan sikap orangtuanya dalam memberi makan. Semasa bayi, anak hanya menelan apa saja yang diberikan ibunya. Sekalipun yang ditelannya itu tidak cukup dan kurang bergizi. Demikian pula sampai anak sudah mulai disapih. Anak tidak tahu mana makanan terbaik dan mana makanan yang boleh dimakan. Anak masih membutuhkan bimbingan seorang ibu dalam memilih makanan agar pertumbuhan tidak terganggu. Bentuk perhatian/dukungan ibu terhadap anak meliputi perhatian ketika makan, mandi dan sakit (Nadesul, 1995).

Wanita yang berstatus sebagai ibu rumah tangga memiliki peran ganda dalam keluarga, terutama jika memiliki aktivitas di luar rumah seperti bekerja ataupun melakukan aktivitas lain dalam kegiatan sosial. Wanita yang bekerja di luar rumah biasanya dalam hal menyusun menu tidak terlalu memperhatikan keadaan gizinya, tetapi cenderung menekankan dalam jumlah atau banyaknya makanan. Sedangkan gizi mempunyai pengaruh yang cukup atau sangat berperan bagi pertumbuhan dan perkembangan mental maupun fisik anak. Selama bekerja ibu cenderung mempercayakan anak mereka diawasi oleh anggota keluarga lainnya yang biasanya adalah nenek, saudara perempuan atau anak yang sudah besar bahkan orang lain yang diberi tugas untuk mengasuh anaknya (Sunarti, 1989).

Pemberian Air Susu Ibu (ASI) dan Makanan Pendamping Pada Anak

Bila ibu dan bayi sehat, ASI hendaknya secepatnya diberikan karena ASI merupakan makanan terbaik dan dapat memenuhi kebutuhan gizi selama 3 – 4 bulan pertama. ASI yang diproduksi pada 1 – 5 hari pertama dinamakan kolostrum, yaitu cairan kental yang berwarna kekuningan. Kolostrum ini sangat menguntungkan bayi karena mengandung lebih banyak antibodi, protein, mineral dan vitamin A. Pemberian ASI tidak dibatasi dan dapat diberikan setiap saat. Produksi ASI dirangsang oleh isapan bayi dan keadaan ibu yang tenang. Disamping itu perlu diperhatikan kesehatan ibu pada umumnya, status gizi dan perawatan payudara. Pemberian ASI tidak dibatasi dan dapat diberikan setiap saat terutama ASI eksklusif (As’ad, 2002). ASI eksklusif adalah bayi yang diberi ASI saja tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, madu, air teh, air putih dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur, biskuit dan tim. Pemberian ASI secara eksklusif ini dianjurkan untuk jangka waktu setidaknya selama 4 bulan, tetapi bila mungkin sampai 6 bulan. Setelah bayi berumur 6 bulan harus mulai diperkenalkan dengan makanan padat, sedangkan ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun atau bahkan lebih dari 2 tahun (Roesli, 2000).

Dibandingkan dengan susu lainnya, ASI memiliki beberapa keunggulan yaitu: 1. Mengandung semua zat gizi dalam susunan dan jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 3 – 4 bulan pertama. 2. Tidak memberatkan fungsi saluran pencernaan dan ginjal. 3. Mengandung beberapa zat antibodi, sehingga mencegah terjadinya infeksi.

Page 17: Skenario 3 Kedkom

4. Mengandung laktoferin untuk mengikat zat besi. 5. Tidak mengandung beta laktoglobulin yang dapat menyebabkan alergi. 6. Ekonomis dan praktis. Tersedia setiap waktu pada suhu yang ideal dan dalam keadaan segar serta bebas dari kuman. 7. Berfungsi menjarangkan kehamilan. 8. Membina hubungan yang hangat dan penuh kasih sayang antara ibu dan bayi.

Bayi sehat pada umumnya tidak memerlukan makanan tambahan sampai usia 6 bulan. Pada keadaan-keadaan khusus dibenarkan untuk mulai memberi makanan padat setelah bayi berumur 4 bulan tetapi belum mencapai 6 bulan. Misalnya karena terjadi peningkatan berat badan bayi yang kurang dari standar atau didapatkan tanda-tanda lain yang menunjukkan bahwa pemberian ASI eksklusif tidak berjalan dengan baik. Namun, sebelum diberi makanan tambahan sebaiknya coba diperbaiki dahulu cara menyusuinya. Cobalah hanya memberi bayi ASI saja tanpa memberi minuman atau makanan lain. Selain itu, bayi harus sering disusui, perhatikan posisi menyusui. Secara umum usahakan dahulu agar cara pemberian ASI dilakukan sebaik mungkin. Apabila setelah 1 – 2 minggu ternyata upaya perbaikan tersebut tidak menyebabkan peningkatan berat badan, maka pemberian makanan tambahan atau padat diberikan bagi bayi berusia diatas 4 bulan (Roesli, 2000).

Bila oleh suatu sebab (misalnya ibu bekerja atau hamil lagi) bayi tidak memperoleh ASI, maka kepada bayi diberikan PASI (Pengganti Air Susu Ibu). PASI dibuat dari susu sapi yang susunan gizinya sudah diubah menjadi hampir sama dengan susunan gizi ASI, sehingga dapat diberikan kepada bayi tanpa menyebabkan akibat sampingan. Akan tetapi belum ada PASI yang tepat menyerupai susunan ASI (As’ad, 2002).

Proses penyapihan dimulai pada saat yang berlainan. Pada beberapa kelompok masyarakat (budaya) tertentu, bayi tidak akan disapih sebelum berusia 6 bulan. Bahkan ada yang baru memulai penyapihan setelah bayi berusia 2 tahun. Sebaliknya, pada masyarkat urban bayi disapih terlalu dini yaitu baru beberapa hari lahir sudah diberi makanan tambahan (Arisman, 2004).

Menurut Sulistjani (2001), seiring bertambahnya usia anak, ragam makanan yang diberikan harus bergizi lengkap dan seimbang yang mana penting untuk menunjang tumbuh kembang dan status gizi anak. Dalam hal pengaturan pola konsumsi makan, ibu mempunyai peran yang sangat penting dalam memilih jenis makanan yang bergizi seimbang. Setelah berumur 6 bulan, bayi memerlukan makanan pendamping karena kebutuhan gizi bayi meningkat dan tidak seluruhnya dapat dipenuhi oleh ASI. Menurut Arisman (2004), pemberian makanan pendamping harus bertahap dan bervariasi, dari mulai bentuk bubur cair kebentuk bubur kental, sari buah, buah segar, makanan lumat, makanan lembek dan akhirnya makanan padat. Pemberian pertama cukup 2 kali sehari, satu atau dua sendok teh penuh. Pada usia 6-9 bulan bayi setidak-tidaknya membutuhkan empat porsi. Menginjak usia 9 bulan bayi telah mempunyai gigi dan mulai pandai menguyah makanan. Sekitar usia 1 tahun bayi sudah mampu memakan makanan orang dewasa. Anak usia 2 tahun memerlukan makanan separuh takaran orang dewasa.

Makanan sapihan yang ideal harus mengandung makanan pokok, lauk pauk, sayur-sayuran, buah-buahan dan minyak atau lemak. Makanan sapihan baru boleh diberikan setelah bayi disusui atau diantara dua jadwal penyusunan. Sebab, diawal masa penyapihan, ASI masih merupakan makanan pokok. Sementara makanan sapihan hanyalah sebagai pelengkap. Kemudian secara berangsur ASI berubah fungsi sebagai makanan tambahan, sementara makanan sapihan menjadi santapan utama (Arisman, 2004).

Pemberian makanan padat atau tambahan yang terlalu dini dapat mengganggu pemberian ASI eksklusif serta meningkatkan angka kesakitan pada bayi. Selain itu, tidak ditemukan bukti yang menyokong bahwa pemberian makanan padat atau tambahan pada usia

Page 18: Skenario 3 Kedkom

4 – 6 bulan lebih menguntungkan. Bahkan sebaliknya, hal ini akan mempunyai dampak yang negatif terhadap kesehatan bayi (Roesli, 2000).

Status Gizi

Menurut penelitian Hafrida (2004), terdapat kecendrungan pola asuh dengan status gizi. Semakin baik pola asuh anak maka proporsi gizi baik pada anak juga akan semakin besar. Dengan kata lain, jika pola asuh anak di dalam keluarga semakin baik tentunya tingkat konsumsi pangan anak juga akan semakin baik dan akhirnya akan mempengaruhi keadaan gizi anak. Dari hasil penelitiannya dapat diketahui bahwa dari 40 responden terdapat 30 orang (75%) dengan pola asuh baik mempunyai status gizi yang baik pula. Dan 10 orang (25%) dengan pola asuh buruk mempunyai status gizi yang kurang.

Berdasarkan penelitian Jahari yang dikutip oleh Hafrida, di Jakarta, Bogor dan Lombok Timur menunjukkan adanya perbedaan kelompok keadaan gizi rendah dan tinggi yang disebabkan oleh perbedaan pola pengasuhan anak yang hasilnya menyatakan bahwa pemberian kolostrum pada bayi dihari-hari pertama kehidupan berdampak positif pada keadaan gizi anak di umur-umur selanjutnya. Anak-anak dengan kelompok keadaan gizi yang lebih baik berkaitan erat juga dengan perilaku pemberian ASI dimana mereka yang sudah tidak diberi ASI lagi ternyata keadaan gizinya lebih rendah. Anak-anak yang selalu diupayakan mendapatkan makanan walaupun dalam keadaan menangis maka keadaan gizinya relatif baik dibandingkan dengan mereka yang tidak diperhatikan atau didiamkan saja.

Berdasarkan penelitian Perangin-angin (2006), bahwa terdapat hubungan antara praktek pemberian makan dengan status gizi anak. Dimana dari 36 orang yang mempunyai status gizi baik terdapat 26 orang (83,87%) dengan praktek pemberian makan yang baik dan 10 orang (58,82%) dengan praktek pemberian makan yang tidak baik. Sedangkan dari 8 orang responden yang mempunyai status gizi kurang terdapat 2 orang (6,45%) dengan praktek pemberian makan yang baik dan 6 orang (35,29%) dengan praktek pemberian makan yang tidak baik. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Menurut Apriadji (1986), ada dua faktor yang berperan dalam menentukan status gizi seseorang yaitu:

1. Faktor Gizi Eksternal

Faktor gizi eksternal adalah faktor-faktor yang berpengaruh diluar diri seseorang, yaitu daya beli keluarga, latar belakang sosial budaya, tingkat pendidikan dan pengetahuan gizi, jumlah anggota keluarga dan kebersihan lingkungan.

2. Faktor Gizi Internal

Faktor gizi internal adalah faktor-faktor yang menjadi dasar pemenuhan tingkat kebutuhan gizi seseorang, yaitu nilai cerna makanan, status kesehatan, status fisiologis, kegiatan, umur, jenis kelamin dan ukuran tubuh. Secara langsung status gizi dipengaruhi oleh asupan gizi dan penyakit infeksi yang mungkin diderita anak. Kedua penyebab langsung ini sangat terkait dengan pola asuh anak diberikan oleh ibu/pengasuh. Dan penyebab tidak langsung adalah ketahanan pangan di keluarga, pola

Page 19: Skenario 3 Kedkom

pengasuhan anak serta pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan. Ketiga faktor ini saling berkaitan dengan pendidikan, pengetahuan dan keterampilan keluarga (Dinkes Sumatera Utara, 2006).

Penilaian Status Gizi

Untuk mengetahui pertumbuhan anak, secara praktis dilakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan secara teratur. Ada beberapa cara menilai status gizi yaitu dengan pengukuran antropometri, klinis, biokimia dan biofisik yang disebut dengan penilaian status gizi secara langsung. Pengukuran status gizi anak berdasarkan antropometri adalah jenis pengukuran yang paling sederhana dan praktis karena mudah dilakukan dan dapat dilakukan dalam jumlah sampel yang besar. Secara umum antropometri adalah ukuran tubuh manusia. Antropometri merupakan pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi yang dapat dilakukan terhadap Berat Badan (BB), Tinggi Badan (TB) dan lingkaran bagian-bagian tubuh serta tebal lemak dibawah kulit (Supariasa, dkk, 2001). Sampai saat ini, ada beberapa kegiatan penilaian status gizi yang dilakukan yaitu kegiatan Pemantauan Status Gizi (PSG), kegiatan bulan penimbangan dan dalam kegiatan penelitian. Jenis pengukuran yang paling sering dilakukan adalah antropometri, karena mudah, prosedurnya sederhana dan dapat dilakukan berulang serta cukup peka untuk mengetahui adanya perubahan pertumbuhan tertentu pada anak balita.

Cara pengukuran dengan antopometri dilakukan dengan mengukur beberapa parameter antara lain : umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul dan tebal lemak di bawah kulit. Kombinasi antara beberapa parameter disebut indeks antropometri. Indeks antropometri yang umum digunakan dalam menilai status gizi adalah Berat Badan menurut umur (BB/U), Tinggi Badan menurut Umur (TB/U), dan Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB).

Pilihan indeks antropometri tergantung pada tujuan penilaian status gizi. Indeks BB/U menunjukkan secara sensitif status gizi saat ini (saat diukur) karena mudah berubah namun tidak spesifik karena berat badan selain dipengaruhi oleh umur juga dipengaruhi oleh tinggi badan. Indeks TB/U menggambarkan status gizi masa lalu karena dalam keadaan normal tinggi badan tumbuh bersamaan dengan bertambahnya umur. Pertambahan tinggi badan atau panjang badan relatif kurang sensitif terhadap kurang gizi dalam waktu yang singkat. Pengaruh kurang gizi terhadap perrtumbuhan tinggi badan baru terlihat dalam waktu yang cukup lama. Sedangkan indeks BB/TB menggambarkan secara sensitif dan spesifik status gizi saat ini, dapat dikategarikan sebagai kurus merupakan pengukuran antropometri yang terbaik (Soekirman, 2000).

Menurut Soekirman (2000), untuk menilai status gizi balita dengan menggunakan indeks Berat Badan / Tinggi Badan (BB/TB) yang dikonversikan dengan baku rujukan WHO – NCHS, status gizi dapat dibagi empat kategori : 1. Gemuk, bila nilai Z – Score > + 2 SD 2. Normal, bila nilai Z – Score terletak antara ≥ - 2 SD sampai + 2 SD 3. Kurus, bila nilai Z – Score terletak anrtara < – 2 SD sampai ≥ - 3SD 4. Kurus Sekali, bila nilai Z – Score < - 3 SD

Page 20: Skenario 3 Kedkom

3. Memahami dan Menjelaskan Kekurangan Gizi dan Kelebihan Gizi

a. DefinisiPengertian gizi buruk adalah status gizi yang didasarkan pada indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U) <-3 SD yang merupakan padanan istilah Severely underweight. Terdapat 3 jenis gizi buruk yang sering di jumpai Yaitu kwashiorkor, marasmus dan gabungan dari keduanya marasmiks-kwashiorkor. Pengertian kwashiorkor sendiri adalah suatu bentuk malnutrisi protein yang berat disebabkan oleh asupan karbohidrat yang normal atau tinggi dan asupan protein yang inadekuat. Kwashiorkor dapat dibedakan dengan marasmus yang disebabkan oleh asupan dengan kurang dalam kuantitas tetapi kualitas yang normal, sedangkan marasmiks-kwashiorkor adalah gabungan dari kwashiorkor dengan marasmus yang disertai dengan oedema.

b. EtiologiPenyebab terjadinya kwashiorkor adalah inadekuatnya intake protein yang berlansungkronis. Faktor yang dapat menyebabkan hal tersebut antara lain :

Pola makan : Protein (asam amino) adalah zat yang sangat dibutuhkan anak untuk tumbuh dan berkembang. Meskipun intake makanan mengandung kalori yang cukup, tidak semuamakanan mengandung protein / asam amino yang memadai. Bayi yang masih menyusuiumumnya mendapatkan protein dari ASI yang diberikan ibunya, namun bagi yang tidak memperoleh ASI protein dari sumber-sumber lain (susu, telur, keju, tahu dll) sangatlahdibutuhkan. Kurangnya pengetahuan ibu mengenai keseimbangan nutrisi anak berperan penting terhadap terjadi kwashiorkhor, terutama pada masa peralihan ASI ke makanan pengganti ASI.

Faktor sosial : Hidup di negara dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, keadaan sosial dan politik tidak stabil, ataupun adanya pantangan untuk menggunakan makanan tertentu dansudah berlansung turun temurun dapat menjadi hal yang menyebabkan terjadinya kwashiorkor.

Faktor ekonomi : Kemiskinan keluarga / penghasilan yang rendah yang tidak dapat memenuhi kebutuhan berakibat pada keseimbangan nutrisi anak tidak terpenuhi, saat dimana ibunya pun tidak dapat mencukupi kebutuhan proteinnya.

Faktor infeksi dan penyakit lain : Telah lama diketahui bahwa adanya interaksi sinergis antara MEP dan infeksi. Infeksiderajat apapun dapat memperburuk keadaan gizi. Dan sebaliknya MEP, walaupun dalamderajat ringan akan menurunkan imunitas tubuh terhadap infeksi. Seperti gejalamalnutrisi protein disebabkan oleh gangguan penyerapan protein, misalnya yangdijumpai pada keadaan diare kronis, kehilangan protein secara tidak normal padaproteinuria (nefrosis), infeksi saluran pencernaan, serta kegagalan mensintesis protein akibat penyakit hati yang kronis

c. KlasifikasiKLASIFIKASI GIZI BURUK

a. Marasmus

Kejadian dan Etiologi

Page 21: Skenario 3 Kedkom

Kelainan ini banyak ditemukan di negara miskin dan dunia ketiga karena peran berbagai faktor negatif seperti diuraikan diatas ,yang sifatnya multifaktorial dan kompleks.Selain pengaruh berbagai faktor tersebut ,masukan kalori yang kurang dapat pula terjadi sebagai akibat kesalahan pemberian makan karena tiadanya keakraban dalam hubungan orang tua dan anak,penyakit metabolik,kelainan kongenital,infeksi kronik atau kelainan organ tubuh lainnya.Patofisiologi Kebutuhan ini tidak terpenuhi pada masukan yang kurang ,karena itu untuk pemenuhannya digunakan cadangan protein sebagai sumber enegi.Penghancuran jaringan pada defisiensi kalori tidak saja membantu memenuhi kebutuhan energi,tetapi juga memungkinkan sintesis glukosa dan metabolit esensial lainnya,seperti berbagai asam amino.Karena itu pada marasmus ,kadang-kadang masih ditemukan kadar asam amino yang normal ,sehingga hati masih dapat membentuk cukup albumin.Gejala Klinis Gambaran klinis memperlihatkn penampilan seorang anak yang kurus,semula anak rewel ,cengeng.Walaupun telah diberi minum ,dan sering bangun tengah malam.Pada tahap berikutnya anak bersifat penakut,apatik,nafsu makan berkurang.Sebagai akibat kegagalan tumbuh kembang akan terlihat berat badan menurun ,jaringan subkutan menghilang sehingga turgor menjadi jelek dan kulit berkeriput .Pada keadaan yang lebih berat jaringan lemak pipi pun menghilang ,sehingga wajah anak meyerupai wajah orang usia lanjut .Vena superfisialis kepala lebih nyata,fontanel cekung,tulang pipi dan dagu terlihat menonjol ,mata nampak lebih besar dan cekung .Perut dapat membuncit atau mencekung dengan gambaran usus yang nyata.Atrofi otot akan menimbulkan hipotoniaa .Kadang-kadang terdapat edema yang ringan pada tungkai ,tetapi tidak pada muka.Suhu tubuh umumnya subnormal,nadi lambat dan metabolisme basal menurun sehingga ujung tangan dan kaki terasa dingin dan nampak sianosis.Penyakit PenyertaSering dijumpai adalah enteritis,infestasi cacing,tuberkulosis,defisiensi vitamin A karena pada pemeriksaan anak dengan marasmus hendaknya diperhatikan kemungkinan adanya penyakit tersebut yang akan mempengaruhi tindakan pengobatan .Komplikasi Marasmus

Defisiensi vitamin A Dermatosis Kecacingan Diare kronis Tuberkulosis

b. Kwashiorkor

Keseimbangan nitrogen yang positif pada orang dewasa tidak diperlukan karena kebutuhan protein sudah terpenuhi bila keseimbangan tersebut dapat dipertahankan.Pada anak bila keseimbangan nitrogen yang positif tidak terpenuhi ,maka setelah beberapa saat ia akan menderita malnutrisi protein yang mungkin berlanjut ke kwashiorkor.Meskipun sebab utama penyakit ini adalah defisiensi protein,tetapi karena bahan makanan yang dimakan kurang mengandung nutrient lainnya ditambah

Page 22: Skenario 3 Kedkom

dengan konsumsi setempat yang berlainan ,maka akan terdapat perbedan gambaran kwashiorkor di berbagai negara.KejadianSebab utama masukan protein yang kurang adalah kemiskinan.Bahan makanan yang bernilai biologik tinggi sulit dijangkau oleh golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah.Kwashiorkor sering ditemui di daerah miskin ,khususnya di negara afrika ,asia dan amerika latin.EtiologiSelain oleh faktor sosio ekonomi dan budaya yang berperan adalah malnutrisi umumnya keseimbangan nitrogen yang negatif dapat pula disebabkan oleh diare kronik,malaabsorpsi protein,hilangnya protein melalui air kemih,infeksi menahun,luka bakar,penyakit hati.Patofisiologi Pada defisiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang sangat berlebihan,karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori dalam dietnya.Kelianan yang mencolok adalah gangguan metabolik dan perubahan sel yang menyebabkan edema dan perlemakan hati.Karena kekurangan protein dalam diet,akan terjadi kekurangan berbagai asam amino esensial dalam serum yang diperlukan dalam sintesis dan metabolisme.Selama diet mengandung cukup karbohidrat,maka produksi insulin akan meningkat dan sebagian asam amino dalam serum yang jumlahnya sudah kurang tersebut akan disalurkan ke dalam jaringan otot.Makin berkurangnya asam amino dalam serum ini akan menyebabkan kekurangan produksi albumin oleh hepar yang kemudian berakibat timbulnya edema.Perlemakan hati terjadi karena gangguan pembentukan beta lippoprotein sehingga transport lemak dari hati ke depot terganggu dengan akibat terjadinya penimbunan lemak dalam hati.Gejala Klinis

1. Tampak sembab,letargik,cengeng,mudah terangsang.Pada tahap lanjut anak menjadi apatik dan sopor.

2. Pertumbuhan yang terhambat,berat badan dan tinggi badan menurun dibandingkan dengan BB baku.

3. Menunjukkan adanya edema,baik ringan ataupun berat.Edema ini muncul dini .Pertama kali terjadi pada alat dalam ,kemudian muka,lengan,tungkai,rongga tubuh dan pada stadium lanjut mungkin diseluruh tubuh.

4. Jaringan otot mengecil dengan tonus nya yang menurun ,jaringan subkutan tipis dan lembek5. Kelainan gastrointestinal yang mecolok seperti anoreksia dan diare.Intoleransi laktosa sering

dijumpai sehingga untuk mencegah diare pemberian susu sapi biasa harus diencerkan.6. Rambut berwarna pirang,berstruktur kasar dan kaku,serta mudah dicabut.Tarikan ringan di

daerah temporal dengan mudah dapat mencabut seberkas rambut tanpa reaksi sakit.Pada kwashiorkor tahap lanjut rambut akan terlihat kusam,jarang,kering,halus dan berwarna pucat atau putih.

7. Kelainan kulit tampak awal berupa kulit yang kering,bersisik dengan garis –garis kulit yang dalam dan lebar disertai denitamin B kompleks,defisiensi eritrpoietin dan kerusakan hati.

8. Anak mudah tejangkit infeksi akibat defisiensi immunologik.Penyakit infeksi sering bermanifestasi sebagai diare,bronkhopneumonia,tuberkulosis

9. Sering disertai dengan defisiensi vitamin dan mineral lain dan dijumpai tanda defisiensi vitamin A ,riboflavin,anemia defisiensi besi,anemia megaloblastik.

Pemeriksaan laboratorium

Page 23: Skenario 3 Kedkom

Hampir semua kasus kwashiorkor memperlihatkan penurunan kadar albumin,kolesterol dan glukosa dalam serum.Kadar globulin dapat normal atau meningkat sehingga perbandingannya dapat terbalik yaitu kurang dari 1.Kadar asam amino esensial dalam plasma relatif lebih rendah daripada dari asam amino non esensial.Kadar immunoglobulin serum normal bahkan dapat meningkat.Gangguan imunitas seluler khususnya jumlah populasi sel T ,merupakan kelainan immunologik yang paling sering dijumpai di MEP berat.Uji toleransi glukosa menunjukkan gambaran tipe diabetik.Terdapat penurunan enzim dalam serum seperti amilase,esterase,kolin esterase,transaminase,fosfatase alkali ; aktivitas enzim pankreas dan xantin oksidase juga berkurang.Penyakit penyertaTerdapat bersamaan dengan kwashiorkor adalah defisiensi vitamin A,infestasi cacing,tuberkulosis,bronkhopneumonia dan noma.Pengobatan Prinsip pengobatan MEP adalah :

1. Memberikan makanan yang mengandung banyak protein bernilai biologik tinggi,tinggi kalori,cukup cairan ,vitamin dan mineral .

2. Makanan harus dihidangkan dalam bentuk yang mudah dicerna dan diserap.3. Makanan diberikan secara bertahap ,karena toleransi terhadap makanan sangat rendah.4. Penanganan terhadap penyakit penyerta5. Tindak lanjut berupa pemantauan kesehatan penderita dan penyuluhan gizi terhadap

keluarga

Komplikasi kwashiorkorAnak dengan kwashiorkor akan lebih mudah untuk terkena infeksi dikarenakan lemahnya sistem imun.Tinggi maksimal dan kemampuan potensial untuk tumbuh tidak akan pernah dapat dicapai oleh anak dengan riwayat kwashiorkor .Bukti secara statistik mengemukakan bahwa kwashiorkor yang terjadi pada awal kehidupan ( bayi dan anak – anak ) dapat menurunkan IQ secara permanen.Komplikasi jangka pendek

1. Hipoglikemia 2. Hipotermia 3. Dehidrasi 4. Gangguan fungsi vital 5. Gangguan keseimbangan 6. Elektrolit asam basa 7. Infeksi berat 8. Hambatan penyembuhan penyakit 9. Penyerta

Komplikasi jangka panjang :

1. Stunting ( tubuh pendek )2. Berkurang potensi3. Tumbuh kembang

Page 24: Skenario 3 Kedkom

c. Marasmic Kwashiorkor

Terdapat gejala seperti edema,dermatosis,perubahan rambut,hepatomegali,perubahan mental,hipotrofi otot,jaringan lemak subkutan berkurang ,kerdil ,anemia dan defisiensi vitamin.Berat badan dengan edema kurang dari 60% nilai berat badan terhadap umum pada standar yang baku.Pemeriksaan darah tepi memperlihatkan anemia ringan sampai sedang ,yang umumnya berupa anemia hipokromik atau normokromik.Pada uji faal tampak nilai albumin sedikit atau amat merendah ,trigliserida normal dan kolesterol normal atau merendah.Kadar elektrolit K rendah bahkan mungkin sangat rendah sedangkan kadar Na,Zn dan Cu bisa normal atau menurun.Penatalaksanaan marasmic kwashiorkor dalam garis besarnya terdiri dari terapi nutrisi,pengobatan terhadap penyakit penyerta dan penyuluhan gizi terhadap keluarga.Keberhasilannya ditentukan dari faktor ekonomi sosio dan budaya keluarga seperti tingkat pendidikan ibu,penghasilan keluarga atau peran dan pengaruh anggota keluarga lain.Penyakit penyerta yang sering ditemukan adalah infeksi saluran nafas atas,bronkhopneumonia,koch pulmonum,noma,otitis media supurativa,infeksi saluran kemih,penyakit parasit dan diareTerapi nutrisi diberikan dengan pemberian makanan tinggi energi tinggi protein seperti pada marasmus dan kwashiorkor.Energi diberikan 150 kkal/kgBB/hari,protein sebanyak 3-5 g/kgBB/hari,sebagai tambahan diberikan KCL 75-100 mg/kgBB/hari,MgSO4 50% sebanyak 0,25% ml/kgBB/hari secara IM dan roboransia.

d. Penatalaksanaan1. Pengobatan atau pencegahan hipoglikemia

Pada hipoglikemia, anak terlihat lemah, suhu tubuh rendah. Jika anak sadar dan dapat menerima makanan usahakan memberikan makanan sering/cair 2–3 jam sekali. Jika anak tidak dapat makan (tetapi masih dapat minum) berikan air gula dengan sendok.

2. Pengobatan dan pencegahan hipotermiaHipotermia ditandai dengan suhu tubuh yang rendah < 36o Celcius. Pada keadaan ini anak harus dihangatkan dgn cara ibu atau orang dewasa lain mendekap anak di dadanya lalu ditutupi selimut atau dengan membungkus anak dengan selimut tebal dan meletakkan lampu di dekatnya. Selama masa penghangatan dilakukan pengukuran suhu anak pada dubur setiap 30 menit sekali. Jika suhu anak sudah normal dan stabil tetap dibungkus dengan selimut/pakaian rangkap agar tidak jatuh kembali pada keadaan hipotermia.

3. Pengobatan dan pencegahan kekurangan cairanTanda klinis yang sering dijumpai pada anak KEP berat dengan dehidrasi adalah ada riwayat diare sebelumnya, anak sangat kehausan, mata cekung, nadi lemah, tangan dan kaki teraba dingin, anak tidak buang air kecil dalam waktu cukup lama.Tindakan yang dapat dilakukan:a. Jika anak masih menyusui, teruskan ASI dan berikan setiap 1/2jam sekali tanpa berhenti. Jika

anak masih dapat minum, lakukan tindakan rehidrasi oral dengan memberi minum anak 50 ml (3 sendok makan) setiap 30 menit dengan sendok. Cairan rehidrasi oral khusus KEP disebut ReSoMal.

b. Jika tidak ada ReSoMal untuk anak dengan KEP berat dapat menggunakan oralit yang diencerkan 2x. Jika anak tidak dapat minum, lakukan rehidrasi intravena (infus) RL/Glukosa 5% dan NaCl dgn perbandingan 1:1.

Page 25: Skenario 3 Kedkom

4. Lakukan pemulihan gangguan keseimbangan elektrolit

Pada semua KEP Berat/gizi buruk terjadi gangguan keseimbangan elektrolit diantaranya :

Kelebihan natrium (Na) tubuh, walaupun kadar Na plasma rendah. Defisiensi Kalium (K) dan Magnesium (Mg).

Ketidakmampuan elektrolit ini memicu terjadinya edema dan untuk pemulihan keseimbangan elektrolit diperlukan waktu minimal 2 minggu.Berikan makanan tanpa diberi garam/rendah garam, untuk rehidrasi, berikan cairan oralit 1 liter yang diencerkan 2x (dengan pe+an 1 liter air) ditambah 4 gr kecil dan 50 gr gula atau bila balita KEP bisa makan berikan bahan makanan yang banyak mengandung mineral bentuk makanan lumat

5. Lakukan pengobatan dan pencegahan infeksi

Pada KEP berat tanda yang umumnya menunjukkan adanya infeksi seperti demam seringkali tidak tampak. Pada semua KEP berat secara rutin diberikan antibiotik spektrum luar.

6. Pemberian makanan, balita KEP berat

Pemberian diet KEP berat dibagi 3 fase:a. Fase Stabilisasi (1–2 hari)Pada awal fase stabilisasi perlu pendekatan yang sangat hati-hati, karena keadaan faali anak yang sangat lemah dan kapasitas homeostatik berkurang, Pemberian makanan harus dimulai segera setelah anak dirawat dan dirancang sedemikian rupa sehingga energi dan protein cukup untuk memenuhi metabolisme basal saja, Formula khusus seperti formula WHO 75/modifikasi/modisko ½ yang dilanjutkan dan jadual pemberian makanan harus disusun agar dapat mencapai prinsip tersebut dengan persyaratan diet sbb: porsi kecil, sering, rendah serat dan rendah laktosa, energi 100 kkal/kg/hari, protein 1–1,5 gr/kgbb/hari, cairan 130 ml/kg BB/hari (jika ada edema berat 100 ml/kg bb/hari),bila anak mendapat ASI teruskan, dianjurkan memberi formula WHO 75/pengganti/modisco ½ dengan gelas, bila anak terlalu lemah berikan dengan sendok/pipet, Pemberian formula WHO 75/pengganti/modisco ½ atau pengganti dan jadual pemberian makanan harus sesuai dengan kebutuhan anak.

7. Perhatikan masa tumbuh kejar balita

Fase ini meliputi 2 fase: transisi dan rehabilitasi :a. Fase Transisi (minggu II)

1) Pemberian makanan pada fase transisi diberikan secara perlahan untuk menghindari resiko gagal jantung, yang dapat terjadi bila anak mengkonsumsi makanan dalam jumlah banyak secara mendadak.2) Ganti formula khusus awal (energi 75 kal dan protein 0.9 – 1.0 gr/100 ml) dengan formula khusus lanjutan (energi 100 kkal dan protein 2.9 gr/100 ml) dalam jangka waktu 48 jam . Modifikasi bubur/mknn keluarga dapat digunakan asal kandungan energi dan protein sama3) Naikkan dengan 10 ml setiap kali sampai hanya sedikit formula tersisa, biasanya pada saat tercapai jumlah 30 ml/kg bb/kali pemberian (200 ml/kg bb/hari).

b. Fase Rehabilitasi (Minggu III–VII)

Page 26: Skenario 3 Kedkom

1) Formula WHO-F 135/pengganti/modisco 1 ½ dengan jumlah tidak terbatas dan sering.2) Energi : 150–220 kkal/kg bb/hari.3) Protein : 4–6 gr/kgbb/hari.4) Bila anak masih mendapat ASI, teruskan ASI, ditambah dengan makanan formula karena energi dan protein ASI tidak akan mencukupi untuk tumbuh kejar.5) Secara perlahan diperkenalkan makanan keluarga.

8. Lakukan penanggulangan kekurangan zat gizi mikro

Semua pasien KEP berat mengalami kurang vitamin dan mineral, walaupun anemia biasa terjadi, jangan tergesa-gesa memberikan preparat besi (Fe). Tunggu sampai anak mau makan dan BB nya mulai naik (pada minggu II). Pemberian Fe pada masa stabilisasi dapat memperburuk keadaan infeksinya .Berikan setiap hari :- Tambahan multivitamin lain- Bila BB mulai naik berikan zat besi dalam bentuk tablet besi folat/sirup besi- Bila anak diduga menderita cacingan berikan pirantel pamoat dosis tunggal.- Vitamin A oral 1 kali.- Dosis tambahan disesuaikan dgn baku pedoman pemberian kapsul vitamin A

9. Berikan stimulasi dan dukungan emosional

Pada KEP berat terjadi keterlambatan perkembangan mental dan perilaku, karenanya diberikan :kasih sayang, ciptakan lingkungan menyenangkan,.lakukan terapi bermain terstruktur 15-330 menit/har, rencanakan aktifitas fisik setelah sembuh, tingkatkan keterlibatan ibu (memberi makan, memandikan, bermain)

10. Persiapan untuk tindak lanjut di rumah

Bila BB anak sudah berada di garis warna kuning anak dapat dirawat di rumah dan dipantau oleh tenaga kesehatan puskesmas/bidan di desa.

Page 27: Skenario 3 Kedkom
Page 28: Skenario 3 Kedkom

PROGRAM PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN SECARA UMUM

1. Pengertian Berbagai pengawasan tentang PMT yang ada di Masus saat ini adalah. PMT sebagai makanan tambahan bagi seseorang terhadap makanan sehari – hari (splementation) untuk mengurangi kebutuhan gizinya.Dengan demikian makanan yang diberikan berbentuk jajan atau makanan kecil, jumlahnya sekelas untuk memenuhi kekurangan makanan seseorang terhadap kebutuhan yang dianjurkan. PMT sebagai pengganti salah satu dari makan pagi siang, malam yang (subsituation). Dengan demikian makanan yang diberikan dapat berbentuk susunan hidangan lengkap dalam jumlah yang cukup besar. (Depkes, UNICEF, 1980).

2. Jenis PMT PMT sebagai sarana pemilihan keadaan gizi, dalam arti kuratif dan rehabilaitas meeruuupakan salah satu bentuk kegiatan pemberian zat gizi beruupa makanan dari kelurga daalam rangka Program UPGK. PMT sebagai sarana penyuluhan merupakan salah satu cara penyuluhan gizi, khususnya untuk meningkatkan keadaan gizi anak balita, ibu hamil dan ibu menyusui (Depkes-UNICEF, 1980)

3. Tujuan PMTa. PMT sebagai sarana penyuluhanTujuan umumnya adalah memberikan pengtahuan dan menumbuhkan kesadaran maasyarakat ke arah perbaikan cari pembagian pemberian makanan anak balita, ibu hamil dan ibu menyusui, tujuan khususnya.Adalah memperluas jangkauan pelayanan program UPGK serta mengumumkan kesadaran masyarakat untuk menggunakan bahan makanan setempat dan dapat diusaahakan secara swadana. (Depkes-UNICEF, 1980).b. PMT sebagai sarana pemulihan Tujuan umum dari PMT sebagai sarana pemulihan adalah memberikan makanan tambahan kepada ibu hamil kurang Energi Kronis (KEK), ibu nifas KEK, bayi (6-11 bulan) dari keluarga miskin sebagai upaya mempertahankan /meningkatkan status gizi GD. (Depkes, 1998).Tujuan khususnya adalah :Memperbaiki kedaan gizi yang menderita kurang gizi. (Depkes-UNICEF, 1980).

4. Sasaran Program PMT Semua anak balita Ibu hamil trimester III Ibu menyusui yang anaknya berumur dibawah 150 hari (Depkes-UNICEF, 1980).PMT sebagai sarana penyuluhan diberikan kepada : Seluruh bayi umur 6-11 bulan dari keluarga miskin Seluruh anak umur 12-23 bulan dari keluarga miskin Seluruh ibu hamil KEK dari keluarga miskin (Depkes, 1998)

Page 29: Skenario 3 Kedkom

MEMPERTAHANKAN DAN MENINGKATKAN STATUS GIZI BAKU BENTUK PMT PEMULIHAN SESUAI DENGAN KETENTUAN DEPKES TAHUN 1998 TENTANG PMT PEMULIHAN BENTUKNYA ADALAH SEBAGAI BERIKUT :

1. Bentuk dan jenis makanan yang disajikan bukan berupa makanan llengkap sesuai nasi dan lauknyya tetapi berupa bahan makanan camppppuran untuk bayi usia 6-11 bulan dan berupa jajanan atau makanan kecil dengan tetap memperhatikan aspek mutu dan keamanan pangan.

2. BML dan makanan jajanan untuk PMT pemulihan hari menggunakan bahan hasil pabrik atau industri yang dibeli atau industri yang dibeli atau didatangkan dari kota seperti susu bubuk, susu kaleng, macam-macam mie instan, roti atau kue-kue produk pabrik.

3. BML dan jajanan PMT pemulihan harus mengandung energi 363,9 KKAI dan protein masing-masing 12,5 grsm untuk umur 6-11 bulan dan 40 ggr untuk 12-23 bulan

4. Makanan PMT pemulihan tersebut diberkan setiap hari selama 90 hari.

1. Konsumsi GiziTingkat konsumen ditentukan oleh kualitas hidangan. Kkualitas hiidangan menunjukkan adanya ssemmmua zat gizi yang diperlukan tubuh didalam susunan hidangaan dan perbandingan yang satu dengan yang lain. Kuantitas menuunjukkan kuantitum masing-masing zat gizi terhadap kebutuhan tubuh baik daari suatu kualitas maupun kuantitas maka tubuh mendapat kooondisi kesehatan gizi yang ssebaik-baiknya. (Djaeni Sediaoetama, MSc)2. Konsumsi EnergiEnergi adalah tenaga untuk melakukan perkerjaan, pangan merupakan bahan bakar yang berfungsi sebagai sumber energi yang dipllukan tubuh untuk melaakukaan pekerjaan yang penting. Energi yang dibutuhkan oleh individu untuk mempertahankan kehidupannya dalam menunjang proses pertumbuhan, bisa berasal dari karbohidrat, lemak, protein. (Djaeni, Sediaotama, 1991). Energi yang masuk melalui makanan yang dimakan harus sesuai dengan kebutuhan masing-masing individu.. Untuk mengetahui apakah orang tersebut kelebihan atau kekurangan energi yang masuk dari makanan, maka digunakan petunjuk utama yaitu berat badan (Anmadjauhi – Sediautama, 1987).Kebutuhan total energi pada individu dipengaruhi oleh tiga faktor (Hertog Nursanboto, 1992) yaitu :

Metabolisme basah adalah jumlah panas yang dibutuhkan oleh tubuh dalam keadaan istirahat total baik fisik, pencernaan, maupun emosinya.

Aktivitas fisik Efek dinamik khusus pada makanan (SDA) : SDA adalah panas khusus yang dibutuhkan untuk

mencerna, menyerap dan memetabolisme zat gizi yang terdapat pada makanan yang masuk ke dalam tubuh.Efek kekurangan energi pada tubuh akan menyebabkan terjadinya masalah gizi kurang. Gizi kurang dapat terjadi akibat tingkat konsumsi yang memang tidak mencukupi atau tingkat konsumsi mencukupi namun tubuh mengalami gangguan pencernaan sehingga zat gizi yang masuk terbuang lagi dengan percuma.

3. Konsumsi ProtreinProtein merupakan suatu zat makanan yang amat penting bagi tubuh, disamping berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh juga berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur. Protein sebagai zat

Page 30: Skenario 3 Kedkom

pembangun merupakan pembentuk jaringan-jaringan baru yang selalu terjadi didalam tubuh serta mengganti jaringan-jaringan tubuh yang rusak dan yang perlu dirombak. Fungsi protein bagi tubuh ialah untuk membentuk jaringan yang baru dan mempertahankan jaringan yang telah ada. Protein yang berasal dari protein hewani lebih tinggi nilainya daripada protein yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, karena protein hewani mengandung lebih lengkap asam-asam amino essensial dan susunannya lebih mendekati sisman tubuh manusia.

Kebutuhan Energi dan Protein Anak BalitaSeperti diketahui kebutuhan energi dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu BMR. Aktivitas fisik dan SDA. BMR mempunyai nilai tertinggi pada masa pertumbuhan, sepanjang kehidupan manusia BMR mencapai titik perkembangan tertinggi pada usia dua tahun dan memasuki tahun ketiga kehidupannya. Kemudian grafik BMR secara perlahan-lahan menurun sampai masa remaja (Hertos Nursanyoti, 1992).Berdasarkan kebutuhan gizi yang dianjurkan (KGA) tahun 1993, kebutuhan energi dan protein dapat dilihat dibawah ini : - Umur 1 – 3 tahun : Kebutuhan energi 1250 kilo kalori dan kebutuhan protein 20 gr. - Umur 4 – 6 tahun : Kebutuhan energi 1750 kilo kalori dan kebutuhan protein 32 gr.

e. PrognosisDengan pengobatan adekuat ,umumnya penderita dapat di tolong walaupun diperlukan waktu sekitar 2-3 bulan untuk tercapainya berat badan yang lumayan.Pada tahap penyembuhan yang sempurna,biasanya pertumbuhan fisis hanya terpaut sedikit dibandingkan dengan anak sebayanya,Namun perkembangan intelektualnya akan mengalami kelambatan yang menetap,khususnya kelainan mental dan defisiensi persepsi.Retardasi perkembangan akan lebih nyata lagi bila penyakit ini diderita sebelum anak berumur 2 tahun ,ketika masih terjadi proses proliferasi ,mielinisasi, dan migrasi sel otak.

Page 31: Skenario 3 Kedkom

4. Memahami dan Menjelaskan RISKESDAS

DEFINISI

Riset Kesehatan Dasar adalah riset berbasis masyarakat untuk mendapatkan gambaran kesehatan dasar masyarakat, termasuk biomedis yang menggunakan sampel Susenas Kor dan informasinya mewakili tingkat kabupaten/kota, Propinsi dan nasional.

TUJUAN dan MANFAAT

a.Tujuan Umum

Mengetahui data dasar kesehatan untuk keperluan perencanaan di tingkat kabupaten/kota, provinsi dan nasional.

b. Tujuan khusus: a. Mengukur prevalensi penyakit menular dan tidak menular, riwayat penyakit keturunan

termasuk data biomedisnya

b. Mengetahui faktor risiko penyakit menular dan tidak menular

c. Mengetahui ketanggapan sistem kesehatan di unit pelayanan kesehatan

d. Mengukur angka kematian dan menelusuri sebab kematian

MANFAAT PENELITIAN 1. Untuk Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota:

- Mampu merencanakan, melaksanakan survei kesehatan lanjutan di wilayahnya.

- Mampu menyusun perencanaan program lebih akurat, sesuai situasi dan kondisi tiap kabupaten/kota.

- Mempunyai bahan advokasi yang berbasis bukti.

2. Untuk Provinsi dan Pusat

- Mampu memetakan masalah kesehatan dan menajamkan prioritas pembangunan kesehatan antar wilayah.

METODOLOGI  

1. Kerangka Konsep 

Page 32: Skenario 3 Kedkom

2. Disain RisetDisain penelitian adalah survei berskala besar, potong lintang (cross-sectional), non-intervensi/observasi 

3. Tempat dan Waktu Lokasi riset adalah seluruh provinsi (33 provinsi), di seluruh kabupaten/ kota (+ 400 kabupaten/ kota), di Indonesia.

4. Populasi dan Sampel Populasi riset untuk Riskesdas adalah semua rumah-tangga di Indonesia. Sampel untuk Riskesdas adalah rumah-tangga terpilih di BS terpilih menurut sampling yang dilakukan oleh BPS untuk Susenas 2007 (sampel Kor). 

Seluruh anggota rumah-tangga terpilih merupakan unit observasi/ pengamatan dalam rumah-tangga, sesuai dengan kuesioner yang telah disiapkan. Instrumen untuk wawancara, pemeriksaan antropometri dipergunakan untuk seluruh anggota rumah tangga terpilih.

Sampel garam rumah-tangga untuk pemeriksaan titrasi kadar Yodium dan sampel pemeriksaan yodium dalam urin sebesar 10 persen dari BS terpilih. Responden pemeriksaan urin adalah anak usia sekolah (6-12 tahun), laki-laki atau perempuan.

Untuk data biomedis dengan pengambilan spesimen darah, hanya 10 persen BS yang dipilih di daerah perkotaan dan pedesaan, atau sebesar 28 ribu rumah-tangga. Sampel untuk biomedis sebanyak 4 anggota rumah tangga dengan klasifikasi 2 orang dewasa laki-laki dan perempuan (kepala rumah tangga dengan istri/suami), satu anak balita (1-4 tahun), dan satu

Page 33: Skenario 3 Kedkom

anak (5-14 tahun).

5. Kerangka Sampel Kerangka pengambilan sampel (sampling frame) menggunakan blok sensus (BS) dari Badan Pusat Statistik (BPS). Cara pengambilan sampel adalah cluster sampling dengan menggunakan blok sensus BPS. Rancangan sampel 2 tahap di daerah perkotaan dan 3 tahap di daerah perdesaan. Untuk rancangan sampel 2 tahap, tahap-1 dari kerangka sampel BS dipilih sejumlah BS secara PPS (probability proportional to size) menggunakan linear systematic sampling dengan size adalah banyaknya rumah-tangga hasil listing di setiap BS hasil P4B (Pendaftaran Pemilih dan Pendataan Penduduk Berkelanjutan). Pada tahap-2, dari jumlah rumah-tangga hasil listing di tiap BS terpilih, dipilih 16 rumah-tangga secara linear systematic sampling. Untuk rancangan sampel 3 tahap, hampir sama dengan 2 tahap, hanya sesudah tahap-1, dibentuk sejumlah sub-BS. Selanjutnya dipilih satu sub-BS secara PPS dengan size banyaknya rumah-tangga hasil listing di setiap sub-BS hasil P4B. Pada tahap-3, dari jumlah rumah-tangga hasil listing di tiap BS terpilih, dipilih 16 rumah-tangga secara linear systematic sampling. 

6. Besar SampelBerdasarkan perhitungan dengan rumus:

                      n = Z2 x P (1-P) x DE                                      d2

Bila digunakan p=50%, z=1,96 dan d=0,15 maka besar sampel adalah 171 rumah tangga / kecamatan. Penggunaan cluster sampling memerlukan design effect, yang biasanya dipakai angka 2, sehingga jumlah sampel per kecamatan adalah 171 x 2 = 342 rumah tangga. Perkiraan drop out sebesat 10%, maka sampel yang dibutuhkan adalah 100/90 x 342 = 381 rumah tangga. Untuk kepraktisan di lapangan maka dibulatkan besar sampel per kabupaten adalah 400 rumah tangga. 

Dengan menggunakan kerangka sampling BPS dan perkiraan jumlah sampel di atas, di seluruh Indonesia didapatkan 280 ribu rumah-tangga terpilih. Jumlah rumah-tangga tiap provinsi dan kabupaten/ kota berbeda sesuai dengan prinsip PPS tersebut.

Rumah tangga terpilih oleh BPS dalam KOR Susenas 2007, apabila dalam proses pengumpulan data Riskesdas menolak, tidak dapat digantikan dengan rumah-tangga lainnya

7. Kriteria Inklusi dan EksklusiSeluruh anggota rumah tangga dalam rumah tangga terpilih dijadikan sebagai responden untuk wawancara dengan kuesioner yang telah disiapkan, dan dilakukan pengukuran antropometri.

Pemeriksaan visus pada responden usia ≥ 5 tahun.

Page 34: Skenario 3 Kedkom

Pemeriksaan gigi permanen. pada responden usia ≥ 12 tahun.Pemeriksaan tekanan darah pada responden usia ≥ 12 tahun Sampel responden pemeriksaan yodium dalam urin adalah anak usia sekolah (6-12 tahun) laki-laki atau perempuan.

Sedangkan pengambilan spesimen darah dilakukan dengan kriteria sebagai berikut :

a. Kriteria inklusiSemua orang yang terpilih dalam DSRT-BPS dimasukkan sebagai responden dengan kriteria sebagai berikut :   � Anak usia 12 � 59 bulan   � Anak usia 5 � 14 tahun   � Perempuan dewasa usia ≥ 15 tahun   � Laki-laki dewasa usia ≥ 15 tahun

b. Kriteria eksklusi    � Usia diluar kriteria inklusi    � Ibu hamil    � Sakit berat    � Jompo    � Menolak menjadi responden

8. Data yang DikumpulkanJenis data yang dikumpulkan secara lengkap dapat dilihat pada Instrumen terlampir. Secara garis besar data yang dikumpulkan terdiri dari blok-blok pertanyaan sebagai berikut: 

a. Pengenalan Tempat

b. Keterangan Rumah-tangga

c. Keterangan Pewawancara

d. Keterangan Anggota Rumah-tangga

e. Mortalitas

f. Autopsi Verbal untuk Kejadian Kematian

g. Manajemen Pelayanan Kesehatan

h. Sanitasi Lingkungan

i. Konsumsi Makanan Rumah-tangga

Page 35: Skenario 3 Kedkom

j. Penyakit Menular, Tidak Menular, dan riwayat penyakit turunan

k. Ketanggapan Pelayanan Kesehatan (Rawat Inap dan Rawat Jalan)

l. Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Kesehatan

m. Disabilitas/ ketidak mampuan

n. Kesehatan Mental

o. Imunisasi dan Pemantauan Pertumbuhan Balita

p. Kesehatan bayi

q. Pengukuran dan Pemeriksaan

Jenis data biomedis dari spesimen darah yang dikumpulkan menghasilkan data tentang:

a. Penyakit menular (DHF, TB paru, malaria, rubella, HIV, demam typhoid, PMS, CMV).

b. Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (DPT, polio, campak, hepatitis).

c. Penyakit tidak menular/ kronik degeneratif (DM, dislipidemia, thyroid, kardiovaskuler, thrombosis, neoplasma).

d. Kelainan gizi (anemia, defisiensi mikronutrien).

e. Penyakit kelainan bawaan (thalasemia).

Semua sampah biomedis akan dikelola oleh RS yang ditunjuk untuk dimusnahkan sesuai prosedur universal precaution.

9. Prosedur Pengambilan, Transportasi, Penyimpanan dan Pemeriksaan Spesimen Darah

* Prosedur Pengambilan, Transportasi, Penyimpanan dan Pemeriksaan Spesimen Darah.

*Untuk pemeriksaan spesimen secara biologi molekuler dan imunologi akan dilakukan secara bertahap. Seluruh spesimen darah akan disimpan di laboratorium Badan Litbang Kesehatan, Jakarta.

*Sebagian hasil pemeriksaan akan disampaikan kepada responden, sebagian ke Puskesmas, sebagian ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat untuk ditindak-lanjuti.

Page 36: Skenario 3 Kedkom

*Seluruh pemeriksaan spesimen darah dilakukan sesuai prosedur baku yang dilakukan di laboratorium kesehatan.

10. Instrumen dan Prosedur Pengumpulan DataPengembangan instrumen kuesioner dilakukan oleh Pokja Persiapan Riskesdas berdasarkan indikator yang telah disepakati di tingkat global seperti Millennium Development Goals (MDGs), Grand Strategy Kesehatan, Standar Pelayanan Minimal (SPM), maupun masukan dari Unit Utama Depkes. 

Instrumen dan peralatan terdiri dari:

a. Kuesioner (Daftar Sampel Rumah Tangga � DSRT, instrumen rumah-tangga dan Individu).

b. Kantong plastik untuk sampel garam

c. Peralatan medis (pengukur tekanan darah digital, alat pemeriksaan visus, alat pemeriksaan gigi)

d. Peralatan antropometri (alat ukur tinggi dan panjang badan (microtoise, length measuring board), timbangan berat badan digital, pita lingkar lengan atas � LILA, pita ukur lingkar perut).

e. Pot penampung urin

f. Peralatan pengambilan darah vena

g. Peralatan penyimpanan spesimen darah (sebelum dikirim ke Badan Litbang Kesehatan).

Prosedur pengumpulan data akan dilakukan dengan membentuk tim yang terdiri dari 4 orang yaitu:� 1 orang ketua tim sekaligus sebagai koordinator lapangan� 3 orang pewawancara, sekaligus melakukan pengukuran dan pemeriksaan

Setiap tim bertanggung jawab pada 10 � 15 BS yang akan diselesaikan dalam waktu 4-6 minggu. Jumlah tim pengumpul data di tiap Kabupaten/ Kota bervariasi, tergantung pada jumlah BS. 

Pengumpulan data Riskesdas dilakukan sesudah pengumpulan data Susenas 2007 (yang dilakukan oleh BPS). Bila pengumpulan data Susenas dilakukan bulan Juli � Agustus 2007, pelaksanaan pengumpulan data Riskesdas akan dilakukan segera sesudahnya yaitu bulan September � November 2007. Semua sampel Susenas (Kor) sebanyak 280 ribu rumah-tangga merupakan juga sampel Riskesdas (tidak dapat dilakukan penggantian sample).

Page 37: Skenario 3 Kedkom

Pengukuran antropometri, pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan visus dan gigi-mulut, dilakukan sesuai dengan prosedur baku (lihat lampiran).

Untuk pengumpulan data biomedis (spesimen darah), dilakukan oleh tim tersendiri yang terdiri dari 2 orang petugas laboratorium yang ditunjuk. Pengumpulan data biomedis dilakukan hanya pada sub-sampel (10 persen dari BS terpilih di daerah perkotaan dan pedesaan). 

Untuk pengambilan spesimen, berdasarkan kelaziman di lapangan, diputuskan hal-hal sebagai berikut:

1. Bayi tidak diambil darah.

2. Anak balita (1-4 tahun) dan anak (5-14 tahun) diambil darahnya sebanyak 5 cc, separuh untuk pemeriksaan langsung di lapangan, separuh disimpan untuk selanjutnya dikirim ke pusat (Balitbangkes) untuk pemeriksaan serologis.

3. Dewasa perempuan dan laki-laki diambil darahnya sebanyak 15 cc, 5 cc untuk pemeriksaan langsung di lapangan dan sisanya disimpan untuk selanjutnya dikirim ke pusat (Balitbangkes) untuk pemeriksaan serologis.

Jumlah subyek yang diambil darahnya adalah sebagai berikut:

Subyek Volume Peruntukan

Anak balita 5 cc� 2 cc untuk pemeriksaan langsung� 3 cc untuk pemeriksaan serologis

Anak 5 cc� 2 cc untuk pemeriksaan langsung� 3 cc untuk pemeriksaan serologis

Dewasa perempuan 15 cc� 5 cc untuk pemeriksaan langsung � 10 cc untuk pemeriksaan serologis

Dewasa laki-laki 15 cc5 cc untuk pemeriksaan langsung � 10 cc untuk pemeriksaan serologis

Darah untuk pemeriksaan serologis akan dimasukkan ke dalam tabung dan secara berkala (diperkirakan setiap 3 hari atau 2 kali seminggu) dibawa oleh kurir ke laboratorium terdekat yang mempunyai fasilitas penyimpanan darah.

11. Bahan Pengumpulan DataBahan pengumpulan data terdiri dari instrumen pengumpulan data (kwesioner) dan peralatan.Kuesioner untuk wawancara telah diuji-coba terlebih dahulu untuk mengetahui masalah

Page 38: Skenario 3 Kedkom

dalam tingkat kesulitan, pemahaman bahasa dan istilah kesehatan, alur pertanyaan. Kuesioner hari uji coba direvisi. Alat pengukuran akan ditera sebelumnya, untuk meningkatkan validitasnya.

12. Organisasi Pengumpulan DataOrganisasi pengumpulan data Riskesdas adalah sebagai berikut:

1. Di tingkat pusat dibentuk Tim Penasehat, Tim Pengarah, Tim Pakar, Tim Teknis, Tim Manajemen dan Tim Pelaksana Pusat:

- Tim Penasehat terdiri dari Menkes dan Kepala BPS, Kepala BKKBN dan Pejabat eselon I Depkes.

- Tim Pengarah terdiri dari Kabadan, Pejabat eselon I, eselon II Depkes dan sektor terkait.

- Tim Pakar terdiri dari para ahli di bidangnya masing-masing.

- Tim Teknis terdiri dari Pejabat eselon II di lingkungan Balitbangkes dan BPS

- Tim Manajemen terdiri dari Pejabat eselon II, eselon III Balitbangkes

- Tim Pelaksana Pusat membentuk Koordinator Wilayah (korwil), setiap korwil mengkoordinir beberapa provinsi.

2. Di tingkat provinsi dibentuk Tim Pelaksana Riskesdas Provinsi:

- Tim Pelaksana di tingkat provinsi diketuai oleh Kadinkes Provinsi, Kasubdin Bina Program, Peneliti Balitbangkes, dan Kasie Litbang/ Kasie Puldata Dinkes Provinsi.

3. Di tingkat kabupaten/kota dibentuk Tim Pelaksana Riskesdas Kabupaten/Kota :

- Tim Pelaksana di tingkat kabupaten/ kota diketuai oleh Kadinkes Kabupaten, Kasubdin Bina Program tingkat kabupaten, Peneliti Balitbangkes, Politeknik Kesehatan (Poltekes), dan Kasie Litbangda.

Di tingkat Kabupaten/ Kota dibentuk Tim Pengumpul Data. Banyaknya tim pengumpul data tergantung kepada jumlah Blok Sensus (BS) di Kabupaten/ Kota tersebut. Setiap tim pengumpul data mencakup 10 � 15 BS. Tiap tim pengumpul data terdiri dari 4 orang yang diketuai oleh Ketua Tim (Katim). Kriteria tim pengumpul data (termasuk Katim) adalah minimal D3 bidang kesehatan terutama keperawatan, dapat bekerja penuh selama pengumpulan data Riskesdas yang diperkirakan selama 1 bulan di lapangan.

Page 39: Skenario 3 Kedkom

Tenaga pengumpul data akan direkrut dari tenaga Poltekkes, tenaga Stikes. Kekurangan tenaga pengumpul data dapat menggunakan staf Dinas Kesehatan kabupaten dengan persetujuan kepala bidang masing-masing untuk dibebaskan dari tugas rutin.

Tenaga pengumpul darah adalah tenaga laboratorium yang telah disepakati

13. Manajemen dan Analisis DataData hasil pengukuran dan wawancara tiap tim dikumpulkan di Tim Pelaksana tingkat Kabupaten. Kelengkapan data tersebut telah diverifikasi oleh Ketua Tim. Manajemen data dilakukan oleh Korwil masing-masing. Manajemen data di korwil meliputi penomoran, editing, pemrosesan data (data entry, dan cleaning). Program komputer untuk manajemen data tersebut disiapkan oleh Badan Litbang Kesehatan. Untuk data autopsi verbal (sebab kematian), setelah diberi nomor/dibukukan, dikirim ke tingkat pusat (Balitbangkes) untuk dianalisis dan ditegakkan diagnosis penyebab kematian, sesuai International Classification of Diseases, tenth revision (edisi 2006).

Setelah masing-masing korwil menyelesaikan manajemen data, data dikirim ke pusat (Balitbangkes) untuk disatukan, dilakukan verifikasi akhir dan pembobotan. Analisis awal tingkat nasional akan dilakukan di tingkat pusat. Data yang telah bersih, akan dikembalikan ke masing-masing korwil guna dilakukan analisis. Analisis data di tingkat Kabupaten/Kota berupa frekuensi distribusi dan tabulasi silang terhadap berbagai variabel. Untuk data yang representatif pada tingkat provinsi, akan dianalisis di tingkat provinsi. Dinas Kesehatan Povinsi melakukan analisis data untuk membandingkan indikator kesehatan antar kabupaten dan profil kesehatan tingkat provinsi.

Balitbangkes melakukan analisis di tingkat pusat untuk membandingkan indikator kesehatan antar provinsi, profil kesehatan nasional dan membuat analisis kecenderungan, membandingkan dengan hasil survei sejenis yang sudah dilakukan pada periode sebelumnya dan membandingkan hasil survei serupa dengan negara lain.

Page 40: Skenario 3 Kedkom

5. Memahami dan Menjelaskan Pandangan Islam Tentang PHBS

Islam sejak awal sangat mementingkan hidup sehat melalui tindakan promotif-preventif-protektif. Langkah dimulai dari pembinaan terhadap manusia sebagai subjek sekaligus objek persoalan kesehatan itu sendiri. Islam menanamkan nilai-nilai tauhid dan manifestasi dari tauhid pada diri manusia. Nilai-nilai tersebut mampu merubah persepsii tentang kehidupan manusia yang pada gilirannya tentu saja dapat merubah perilakunya. perilaku yang diharapkan dari manusia yang bertauhid adalah perilaku yang merealisasikan ketaatan kepada perintah dan larangan Allah SWT.Islam memandang kesehatan merupakan faktor yang sangat penting dalam kehidupan manusia, karena itu Rasulullah saw. menegaskan bahwa orang Islam yang kuat lebih baik dan lebih disenangi di mata Allah daripada orang mukmin yang lemah seperti diungkapkan dalam hadis berikut:

�ف� الض�ع�ي الم�ؤ�م�ن� م�ن� الله� �لى� إ �ح�ب� و�أ �ر� ي خ� الق�و�ي� الم�ؤ�م�ن�“Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih disenangi di mata Allah daripada orang mukmin yang lemah”. (HR. Muslim)Senada dengan hadis ini, ada pepatah Arab yang menyatakan:

� �م �ي ل الس� � م الج�س� ف�ي� �م� �ي ل الس� الع�ق�ل�“Akal yang sehat terdapat dalam jiwa yang sehat”.Mengingat pentingnya kesehatan sebagaimana diungkapkan dalam hadits di atas, maka menjaga kesehatan merupakan perintah wajib bagi setiap muslim. Karena dalam kaidah hukum Islam “perintah terhadap sesuatu juga berarti perintah untuk melaksanakan perantaranya”. Artinya jika membangun badan/fisik yang sehat merupakan perintah wajib, maka melakukan perbuatan untuk menjaga kesehatan hukumnya wajib pula.Secara filosofis, makna kesehatan menurut ajaran Islam adalah kesehatan dalam diri manusia yang meliputi sehat jasmani dan rohani atau lahir dan batin. Orang yang sehat secara jasmani dan rohani adalah orang berperilaku yang lebih mengarah pada tuntunan nilai-nilai ruhaniyah, sehingga melahirkan amal saleh. Ada empat faktor utama yang mempengaruhi kesehatan, ialahh lingkungan (yang utama), perilaku, pelayanan kesehatan, dan genetik. Bila ditilik semuanya tetaplah bemuara pada manusia. Faktor lingkungan yang mencakup fisik, biologi, sosial, dan ekonomi mempunyai pengaruh paling besar terhadap kondisi kesehatan. Manusialah yang paling memiliki kemampuan untuk memperlakukan dan menata lingkungan hidupKetika Islam memandang kesehatan merupakan faktor yang sangat penting, maka Islam juga memberikan petunjuk bagaimana hidup sehat. Di antara yang sangat ditekankan dalam Islam adalah faktor makanan. Islam menyuruh kaum muslim tidak memakan makanan kecuali makanan yang halal dan bergizi seperti dalam firman Allah SWT:

'ا (ب ط�ي ح�الال األر�ض� ف�ي م�م�ا �وا �ل ك �اس� الن �ه�ا ي� أ ا

“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik (bergizi) dari apa yang terdapat di bumi….”. (QS. Al-Baqarah: 168)Makanan yang halal dan bergizi akan membuat tubuh kuat dan tahan terhadap serangan penyakit. Dengan tubuh yang sehat dan kuat ini maka kemungkinan tertular penyakit menjadi kecil. Orang yang mudah terserang penyakit adalah orang-orang yang tidak memiliki antibody yang kuat yang biasanya disebabkan kondisi fisik yang tidak sehat. Karena itu,

Page 41: Skenario 3 Kedkom

kesehatan tubuh harus benar-benar diperhatikan dengan mengonsumsi makanan-makanan yang halal dan bergizi. Makanan yang halal dalam Islam adalah makanan-makanan yang terpilih tidak saja dari segi substansi makanannya tetapi juga dari segi asal makanan diperoleh. Konsep kesehatan dalam Islam tidak hanya mengutamakan kesehatan fisik tetapi juga psikis.Sedangkan makanan yang bergizi adalah makanan-makanan yang lebih spesifik lagi dari sekian banyak makanan yang halal. Sehingga dengan kriteria makanan yang halal dan bergizi ini, makanan yang masuk ke dalam perut manusia benar-benar makanan yang terpilih. Islam menyadari betul bahwa perut adalah sumber munculnya berbagai macam penyakit, karena itu agar tubuh sehat, makanan yang akan masuk ke dalam perut harus disaring terlebih dahulu, baik aspek gizi maupun kehalalannya.

Urgensi Kebersihan dan KesehatanIslam tidak membiarkan manusia di alam ini terbelenggu dalam persoalan yang tidak dapat dipecahkan. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT berikut ini:

(ب� الط�ي م�ن� �يث� ب �خ� ال �م�يز� ي �ى ت ح� �ه� �ي ع�ل �م� �ت ن� أ م�ا ع�ل�ى �ين� �م�ؤ�م�ن ال �ذ�ر� �ي ل �ه� الل �ان� ك م�ا

“Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan kamu sekarang ini, sehingga Dia menyisihkan yang buruk dari yang baik”. (QS. Ali Imran: 179)

Page 42: Skenario 3 Kedkom

DAFTAR PUSTAKA

Draft Panduan Gerakan Nasional Sadar Gizi Menuju Manusia Indonesia Prima diunduh 28 Mei 2013 dari: http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2012/02/Draft-Pedoman-Gerakan-Nasional-Sadar-Gizi-Februari-2012.pdf

Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) diunduh 27 Mei 2013 dari: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29777/4/Chapter%20II.pdf

Kebersihan dan Kesehatan dalam Persepektif Islam (2) diunduh 28 Mei 2013 dari: http://pesantrenonline.org/index.php/publikasi/529-kebersihan-dan-kesehatan-dalam-persepektif-islam-2.html

Panduan Penyelenggaraan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan Bagi Balita Gizi Kurang (Bantuan Oprasional Kesehatan) diunduh 29 Mei 2013 dari: http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2012/05/Panduan-PMT-BOK-2011.pdf

Pedoman Pengembangan Kabupaten/Kota Percontohan Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) diunduh 27 Mei 2013 dari: http://dinkes-sulsel.go.id/pdf/Perilaku_hidup_bersih_&_sehat.pdf

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dan Penyakit Berbasis Lingkungan diunduh 27 Mei 2013 dari: www.pamsimas.org/index.php?option=com... penyakit

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) diunduh 27 Mei 2013 dari: http://dinkes.malangkota.go.id/index.php/artikel-kesehatan/119-perilaku-hidup-bersih-dan-sehat

10 Langakh Tatalaksana Gizi Buruk diunduh 29 Mei 2013 dari: http://pkm-banjarsari-lebak.blogspot.com/2011/02/10-langkah-tatalaksana-gizi-buruk.html