skenario 3 fix st 3

49
Hasil Tutorial Skenario 4 “ ORAL FACIAL PAIN ” SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2014-2015 BLOK STOMATOGNASI II OLEH : 1. Shinta Permata Sari (141610101012) 2. Hanifah Nailul Amania (141610101013) 3. Nadia Farhatika (141610101014) 4. Dini Roswati (141610101015) 5. Erlita Prestiandari (141610101016) 6. Zulfah Al Fa’izah (141610101017) 7. Aldiansyah Hakim (141610101018) 8. Prisca Vianda Sukma (141610101019)

Upload: stefani

Post on 31-Jan-2016

239 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

n

TRANSCRIPT

Hasil Tutorial Skenario 4

“ ORAL FACIAL PAIN ”

SEMESTER GENAP

TAHUN AKADEMIK 2014-2015

BLOK STOMATOGNASI II

OLEH :

1. Shinta Permata Sari (141610101012)

2. Hanifah Nailul Amania (141610101013)

3. Nadia Farhatika (141610101014)

4. Dini Roswati (141610101015)

5. Erlita Prestiandari (141610101016)

6. Zulfah Al Fa’izah (141610101017)

7. Aldiansyah Hakim (141610101018)

8. Prisca Vianda Sukma (141610101019)

9. Tazqia Jamil Pratami (141610101020)

10. Stefani Silvia D.A (141610101021)

11. Dina Kuniasari (141610101022)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS JEMBER

2015

2

HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul Tutorial :Oral Facial Pain

2. Ketua Tim Tutorial :

Nama Lengkap : Stefani Silvia D.A

NIM : 141610101021

Kelompok : Tutorial 2

E-mail : [email protected]

Asal Universitas : Universitas Jember

Menyatakan bahwa substansi ini, yang berjudul Oral Facial Pain. Dikerjakan

dengan melibatkan anggota peneliti sebanyak 10 orang, pembimbing 1 orang

dengan rincian sebagai berikut :

Anggota Peneliti

Scriber 1 :

Nama Lengkap : Erlita Prestiandari

NIM : 141610101016

Fakultas : Kedokteran Gigi

Scriber 2 :

Nama Lengkap : Zulfah Al’ Faizah

NIM : 141610101017

Fakultas : Kedokteran Gigi

Anggota :

Nama Lengkap : Dina Kurniasari

NIM : 141610101022

Fakultas : Kedokteran Gigi

Nama lengkap : Dini Roswati S

NIM : 141610101015

Fakultas : Kedokteran Gigi

Nama Lengkap : Nadia Farhatika

NIM : 141610101014

Fakultas : Kedoteran Gigi

Nama Lengkap : Tazqia Jamil Pratami

NIM : 141610101020

3

Fakultas : Kedokteran Gigi

Nama Lengkap : Hanifah Nailul Amania

NIM : 141610101013

Fakultas : Kedokteran Gigi

Nama Lengkap : Prisca Vianda Sukma

NIM : 141610101019

Fakultas : Kedokteran Gigi

Nama Lengkap : Aldiansyah Hakim

NIM : 141610101018

Fakultas : Kedokteran Gigi

Nama Lengkap : Shinta Permata Sari

NIM : 141610101012

Fakultas : Kedokteran Gigi

Jember,

Pembimbing Tutorial Kelompok II Ketua Tim Tutorial

Universitas Jember

Prof.Dr.I.Dewa Ayu Ratna Dewanti,drg.,M.Si Stefani Silvia D.A

NIP NIM 141610101021

4

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat

dan ridho-Nya, akhirnya kami dapat menyelesaikan tugas laporan ini tepat pada waktunya.

Makalah ini membahas mengenai Oral Facial Pain tujuan penyusunan makalah ini adalah

sebagai laporan hasil tutorial kedua mata kuliah Blok Stomatognasi II

Dalam penyusunan makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof.Dr.I.Dewa Ayu Ratna Dewanti,drg.,M.Si selaku dosen dan fasilitator yang telah

memberikan bimbingan kepada kami hingga terselesainya penyusunan laporan ini.

2. Anggota kelompok II yang telah berperan aktif dalam diskusi maupun pembuatan

laporan hasil tutorial ini.

Dalam tugas yang telah diberikan, kami menyadari bahwa laporan ini masih banyak

kekurangan dan kesalahan dari apa yang diharapkan. Untuk itu kami mengharapkan kritik

dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun bagi perbaikan makalah ini. Akhir kata

kami mengucapkan terima kasih.

Jember,

Penulis

BAB I

PENDAHULUAN

5

1.1 Latar Belakang

Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh sebuah agen biologi

(virus, parasit, bakteri). Salah satu agen biologi yang dapat menyebabkan penyakit infeksi

yaitu protozoa. Protozoa merupakan hewan berukuran mikroskopis yang terdiri dari satu

sel. Istilah protozoa berasal dari bahasa Yunani, yaitu protos berarti pertama dan zoon

berarti hewan. Sel protozoa tersusun dari organela-organela yang merupakan kesatuan

lengkap dan sanggup melakukan fungsi kehidupan. Sebgian besar protozoa hidup bebas

dialam, tetapi beberapa jenis hidup sebagai parasit pada binatang dan manusia.

Klasifikasi protozoa berdasarkan alat geraknya yaitu, Sarcodina (bergerak

secara amoboid) contoh: Entamoba histolitica, Mastigophora (bergerak menggunakan

flagel) contohnya: Trichomonas vaginalis, Ciliate (bergerak menggunakan silia)

contohnya : Balantidium coli, Sporozoa (tidak menggunakan alat gerak) contohnya :

Plasmodium.

Beberapa protozoa adalah hewan parasit yang menyerang manusia maupun

hewan yang dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas. Untuk menginfeksi inang

protozoa memiliki dua siklus hidup, yaitu tropozoit dan kista. Bentuk tropozoit adalah

bentuk aktif dari protozoa untuk menginfeksi inang, dan kista adalah bentuk pertahanan

dari protozoa itu sendiri. Protozoa masuk dalam tubuh inang juga dalam bentuk kista.

Infeksi oleh protozoa didukumg oleh beberapa factor, seperti kebersihan

individu; parasit itu sendiri; hospes reservoir; factor lingkungan; dan sebagainya. Salah

satu yang sangat mempengaruhi penyebaran infeksi dari protozoa yaitu faktor

lingkungan, yang diantaranya kepadatan penduduk; kondisi sosial-ekonomi; iklim;

sanitasi lingkungan dan factor cultural sangat berpengaruh terhadap meluasnya

penyebaran infeksi oleh protozoa.

1.2 Skenario

6

Penyakit Infeksi yang disebabkan oleh protozoa merupakan penyebab utama

morbiditas dan mortalitas pada manusia di seluruh bagian dunia. Penyakit infeksi tersebut

dapat merupakan salah satu penyebab kematian pada skala global. Infeksi protozoa

penting yang perlu diketahui oleh masyarakat Indonesia antara lain : Rhizopoda

(Entamoeba histolityca, E.Coli, E,Ginggivitas), Ciliata (Balantidum Coli,

Zoomastigophora (Giardia, Leishmania, Trichomonas, Trypanosoma), Sporozoasidea.

Prevalensi infeksi protozoa di seluruh dunia bervariasi. Di Indonesia infeksi protozoa

banyak ditemukan dalam keadaan endemi. Prevalensi infeksi protozoa di berbagai daerah

di Indonesia disebabkan oleh faktor kepadatan penduduk, hiegene individu, sanitasi

lingkungan hidup serta kondisi social ekonomi dan cultural yang menunjang

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakangmasalah yang ada, maka perumusan masalah yang

dimuat di laporan tutorial ini dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana klasifikasi protozoa ?

2. Bagaimana cara menginfeksi, gejala dan pengobatan dari Rhizopoda?

3. Bagaimana cara menginfeksi, gejala dan pengobatan dari Ciliata?

4. Bagaimana cara menginfeksi, gejala dan pengobatan dari

Zoomastigophora?

5. Bagaimana cara menginfeksi, gejala dan pengobatan dari

Sporozoasidea?

6. Bagaimana kaitannya antara faktor kependudukan, hiegenis individu,

kondisi social dan sanitasi lingkungan hidup dengan timbulnya infeksi

protozoa?

7. Bagaimana cara pencegahan dari infeksi protozoa ?

1.4 Tujuan Pembelajaran

7

Dari beberapa hal diatas, tujuan pembelajaran yang ingin kami capai, antara lain sebagai berikut:

1. Mampu menjelaskan klasifikasi protozoa

2. Mampu menjelaskan cara menginfeksi, gejala dan pengobatan dari

Rhizopoda

3. Mampu menjelaskan cara menginfeksi, gejala dan pengobatan dari

Ciliata

4. Mampu menjelaskan menginfeksi, gejala dan pengobatan dari

Zoomastigophora

5. Mampu menjelaskan menginfeksi, gejala dan pengobatan dari

Sporozoasidea

6. Mampu menjelaskan kaitannya antara faktor kependudukan, hiegenis

individu, kondisi social dan sanitasi lingkungan hidup dengan

timbulnya infeksi protozoa

7. Mampu menjelaskan cara pencegahan dari infeksi protozoa

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Protozoa merupakan sekelompok mahluk hidup yang bersel tunggal, yang heterogen,

meliputi kurang lebih 50.000 Spesies yang telah diberih nama, dan 20.000 spesies telah

berubah fosil. Ribuan spesies telah behasil didiskripsikan sebagai mahluk hidup sebagian

babas dan sebagian lainya hidup secara parasit pada hewan lain, terutama hewan tingkat

tinggi. Jumlah hewan protozoa dalam sutu tempat sering sangat menajjubkan, misalnya

dalam suatu kolam dapat mencapai suatu jutaan hewan, bahkan milyaran (Jasin, 1992).

  Protozoa berasal dari bahasa yunani, yaitu protos yang artinya pertama dan zoon

yang artinya hewan. Protozoa merupakan hewan yang bersifat  uniseluler, dimana setiap satu

sel protozoa merupakan satu keseluruan dari organisme itu sendiri. Protoplasma dari protozoa

dapat mengadakan modifikasi – modifikasi atau penonjolan – penonjolan yang dapat bersifat

sementara atau tetap. Penonjolan – penonjolan yang bersifat sementara misalnya penonjolan

yang berfungsi sebagai kaki pseudopodia (Lahay, 2007).

Protozoa adalah organisme uniseluler, hidup di bebas atau parasit, beberapa

diantaranya bersimbiosis dengan mahluk hidup lain.  Pencernaan secara intraseluler di dalam

vakuola makanan. Alat gerak berupa psedium, cilia, atau flagella pengambilan makanan

secara holozik, saprozoik dan holophitik. Umumnya berkembang biak melalui pembelahan

sel dan konjugasi. Alat gerak berupa kaki semu, flagel dan silia. Terdiri atas 4 kelas yaitu 1).

Mastigopora 2). Rhizopoda 3). Sprozoa 4). Ciliata (Lahay, 1992).

Berdasarkan klasifikasinya protozoa dibedakan menjadi lima kelas yaitu :

1. Mastigopora / Flagelata

Kelas Flagelata mencakup protozoa yang menggunakan flagela (bulu cambuk)

sebagai alat gerak dewasa (mastik = cambuk) dan dianggap sebagai

protozoa yang paling sederhana. Kelas ini dibagi menjadi dua, yaitu :

1)Phytomastighoporea

Mempunyai ciri-ciri: biasanya mempunyai satu atau dua flagela,

chromoplas ( c h r o m a t o p h o r ) u n t u k f o t o s i n t e s i s

( h o l o p h i t i k ) . M i s a l n y a  Euglena,Chlamydomonas, Paranema.

9

2. Zoomastighoporea

Mempunyai ciri-ciri: flagelanya satu sampai beberapa buah, tidak

mempunyaichromoplas, holozoik atau saprozoik, beberapa jenis hidup bebas tetapi

kebanyakankomensal, simbiosis atau parasit pada hewan lain terutama golongan artropoda

danvertebrata. Misalnya

Leishmania danTrypanosoma.

Kelas : Sarcodina / Rhizopoda Protozoa ini menggunakan pseudopodia(kaki semu)

sebagai organela gerak danmakan. Contoh – contoh dari Sarcodina adalah sebagai berikut ;

1 ) A m o e b a

Amoeba ada yang dibungkus cangkang atau tanpa selubung cangkang

(telanjang).Amoeba telanjang dari genus Amoeba dan Pelomyxa, bentuknya asimetris dan

bentuk ini selalu berubah. Sebaliknya amoeba bercangkang memperlihatkan simetris

bagianluarnya (cangkangnya).S i t o p l a s m a t e r b a g i d a l a m e k t o d a n

e n d o p l a s m a , p s e u d o p o d i a a d a y a n g t i p e lobopodia (pada amoeba telanjang) atau tipe

filopodia (pada amoeba bercangkang). Padalobofodia, penjuluran lebih besar dan mengandung

ekto dan endoplasma, sedang padafilopodia lebih kecil dan hanya tersusun dari

ektoplasma.Cangkang berasal dari sekresi sitoplasma berupa silika atau khitin, atau materi

dariluar yang melekat. Amoeba melekat pada dinding dalam cangkang dengan

perantaraan penjuluran protoplasma.

Cangkang selalu memiliki bidang terbuka untuk penjuluransitoplasma, dan karenanya

bentuk cangkang sering mirip helm atau topi.Hewan ini hidup di lumpur-lumpur di bagian dasar

kolam, sawah, sungai, danau,atau tempat-tempat lain yang berair dan banyak mengandung sisa-sisa

organisme.Susunan tubuh amoeba bersifat moniselular, sedang bentuk tubuhnya tidak

tetap,selalu berubah-ubah menurut keadaan.

3. Ciliata

K e l a s C i l l i a t e a m e r u p a k a n k e l a s y a n g j e n i s n y a t e r b e s a r d a r i

s e m u a K e l a s Protozoa.Semua anggotanya memiliki bulu getar( silia) sebagai alat

gerak atau untuk menangkap makanan, dan sebagian besar memiliki mulut atau

sitostome. Satu ciriC i l i a t a a d a l a h m e m i l i k i d u a i n t i ; M a k r o n u k l e u s

( v e g e t a t i f ) a d n M i k r o n u k l e u s (generatif). Salah satu anggota yang dikenal dan

hidup di air tawar adalah  Parameciumcaudatum.

 

10

Paramecium caudatum memiliki bentuk tubuh yang sudah tetap karena

adanya pelikel sebagai selubung tubuhnya.Bentuk tubuhnya menyerupai

terumpah( sandal).T i d a k j a u h d a r i b a g i a n d e p a n t e r d a p a t s u a t u c e l a h

( oral groove) m e n u j u l u b a n g mulutnya (sitostome). Hewan ini mempunyai dua inti sel yaitu:

a) Makronukleus (inti besar) berfungsi mengatur kegiatan tubuh seperti

bergerak,mencerna makanan, dan lain-lain. 

b) Mikronukleus( inti kecil) yang berfungsi mengatur pembiakan.Pergerakan hewan ini

bergerak maju sambil mengadakan gerak rotasi yang arah perputarannya bila dilihat

dari belakang berlawanan dengan arah jarum jam.Pergerakantersebut terjadi karena

perpaduan antara gerak cilia tubuh seperti sistem dayung dangaerak cilia pada oral groove

yang sangat kuat.

4. Sporozoa

S p o r o z o a k u r a n g b e g i t u d i k e n a l d e n g a n b a i k d i b a n d i n g k a n

d e n g a n k e l a s Protozoa lainnya, karena hewan ini tidak terdapat pada kolom atau

perairan. Hewan-hewan ini merupakan hewan yang parasit. Siklus hidup dari beberapa

Sporozoa sangatrumit karena menyangkut beberapa spesies hospes. Contoh yang paling

umum untuk

dipelajari adalah

  Plasmodium yang menyebabkan penyakit malaria, diketemukan olehCharles

Laveran, Ronald Ross dan Grassi, ditularkan oleh nyamuk Anopheles.Berkembang biak secara

vegetative di dalam tubuh manusia dan generative didalam tubuh nyamuk. Di dalam

tubuh nyamuk, gametosit yang terisap nyamuk akan berubah menjadi mikro dan

makrogamet.

11

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 MAPPING

3.2 PROTOZOA

3.2.1 Pengertian dan Klasifikasi Protozoa

Ada beberapa klasifikasi protozoa. Protozoa adalah kelompok organisme bersel

tunggal atau koloni yang dapat bergerak dan bersifat heterotrof. Posisi klasifikasi

Protozoa sangat menarik untuk di kaji dan dijadikan contoh untuk memahami klasifikasi

biologi. Protozoa pada awalnya ditempatkan sebagai satu phylum yang termasuk

kingdom Animalia, Kemudian Phylum Protozoa ditempatkan sebagai bagian dari

Protozoa

Siklus Hidup Klasifikasi

Parasit

Infeksi (Faktor yang

mempengaruhi)

Penyakit

Non Parasit

12

kingdom Protista, Kemudian Protozoa tingkatan taksonominya ditingkatkan sebagai

SubKingdom dari Protista.

Saat ini nama Protozoa tidak di gunakan lagi sebagai nama suatu takson, tapi

Kelompok-kelompok taksonomi yang tadinya di bawah protozoa tingkatannya banyak

yang berubah dan banyak yang dinaikan sebagai Phylum. Sebagai contoh saat ini

kinetoplastida yang dalam klasifikasi lama adalah nama salah satu familia anggota dari

Mastiigophora sekarang menjadi salah satu Phylum tersendiri. Banyak perubahan posisi

klasifikasi dari anggota-anggota protozoa, perubahan ini pada prinsipnya dilakukan

setelah ada bukti dan anilisis yang dapat menyimpulkan tentang posisi kekerabatan dari

takson-takson tersebut.

Klasifikasi protozoa berdasarkan alat geraknya, sebagai berikut:

Rhizopoda

Bergerak dengan kaki semu (pseudopodia) yang merupakan penjuluran

protoplasma sel. Hidup di air tawar, air laut, tempat-tempat basah, dan sebagian ada

yang hidup dalam tubuh hewan atau manusia. Jenis yang paling mudah diamati adalah

amoeba

Flagellata (Mastigophora)

Bergerak dengan falgel ( bulu cambuk ) yang digunakan juga sebagai alat

indera dan alat bantú intuk menangkap makanan.

Dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Fitoflagellata. Flagellata autotrofik (berkloroplas), dapat berfotosintesis. Contohnya:

Noctiluca milliaris, Volvox globator, Zooflagellata, Euglena viridis 

2. Flagellata heterotrofik (tidak berkloroplas). Contohnya: Trypanosoma gambiens,

Leishmania.

Ciliata (Ciliophora)

Anggota Ciliata ditandai dengan adanya silia (bulu getar) pada suatu fase

hidupnya, yang digunakan sebagai alat gerak dan mencari makanan. Ukuran silia

pendek dari flagel. Memiliki 2 inti sel (nukleus), yaitu makronukleus (inti besar) yang

13

mengendalikan funsihidup sehari-hari dengan cara mensintesis RNA, juga penting

untuk reproduksi aseksual, dan mikronukleus (inti kecil) yang dipertukarkan pada saat

konjugasi untuk proses reproduksi seksual. Ditemukan vakuola kontraktil yang

berfungsi untuk menjaga keseimbangan air dalam tubuhnya. Banyak ditemukan hidup

di laut maupun air tawar.

Contoh: Stentor, Paraemecium caudatiun, Didinium, Vorticella, Balantidium coli.

Sporozoa

Tidak memiliki alat gerak khusus, mengahasilkan spora (sporozoid) sebagai

cara perkembangbiakannya. Sporozoid memiliki organel – organel kompleks pada

salah satu ujung selnya yang dikhususkan untuk menembus sel dan jaringan inang.

Hospes parasit pada manusia dan hewan.

Contoh: Plasmodium sp.

3.2.2 Rhizopoda

Entamoeba Histolytica

Morfologi

Amoeba ini memiliki bentuk trofozoit dan kista. Trofozoitnya memiliki ciri-ciri morfologi:

1. Ukuran 10-60 nm2. Sitoplasma berglanular dan mengandung eritrosit, yang merupakan penanda penting

untuk diagnosisnya3. Terdapat satu buah inti entamoeba, ditandai dengan kryosom padat yang terletak

ditengah inti, serta kromatin yang terebar dipinggiran inti4. Bergerak progresif dengan alat gerak ektoplasma yang lebar, yang disebut

pseudopodia

Kista Entamoeba histolytica memiliki ciri-ciri morfologi sebgai berikut :

1. Bentuk memadat mendekati bulat, ukuran 10-20 nm2. Kista matang memiliki 4 buah inti entamoba3. Tidak dijumpai lagi eritrosit di dalam sito-plasma4. Kitsa yang belum matang memiliki glikogen

Dalam peralihan bentuk trofozoit menjadi kista, ektoplasma memendek dan didalam sitoplasma tidak dijumpai lagi eritrosit. Bentuk ini dikenal dengan istilah prekista (dulu

14

disebut minuta). Bentuk prekista dari entamoeba histolytica sangat mirip dengan trofozoit dari Entamoeba coli, spesies lainnya dari ameba usus.

Siklus Hidup

Siklus hidup dari seluruh ameba usus hampir sama. Bentuk yang infektif adalah kista. Setelah tertelan, kista akan mengalami ekistasi di ileum bagian bawah menjadi trofozoit kembali. Trofozoit kemudian memperbanyak diri dengan cara belah pasang.

Trofozoit kerap emngalami enkistasi (merubah diri menjadi bentuk kista). Kista akan dikeluarkan bersama tinja. Bentuk trofozoit dan kista dapat dijumpai di dalam tinja, namun trofozoit biasanya dijumpai pada tinja yang cair

Entamoeba histolytica bersifat invasif, sehingga trofozoit dapat menembus dinding usus dan kemudian beredar di dalam sirkulasi darah (hematogen)

Penularan

Entamoeba Histolytica tersebar sangat luas di dunia. Penularan umunya terjadi karena makanan atau minuman yang tercemar oleh kista ameba. Penularan tidak terjadi melalui bentuk trofozoit, sebab bentuk ini akan rusak oleh asam lambung.

Kista Entamoeba Histolyca mampu bertahan di tanah yang lembab selama 8-12 hari, di air 9-30 hari, dan di air dingin (4 C) dapat bertahan hingga 3 bulan. Kista akan cepat rusak ⁰oleh pengeringan dan pemanasan 50⁰C.

Makanan dan minuman dapat terkontaminasi oleh kista melalui cara-cara berikut ini :

1. Persediaan air yang terpolusi2. Tangan infected food handler yang terkontaminasi3. Kontaminasi oleh lalat dan kecoa4. Penggunaan pupuk tinja untuk tanaman5. Higiene yang buruk, terutama di tempat-tempat dengan populasi tinggi, seperti

asrama, rumah sakit, penjara, dan lingkungan perumahan

Penularan yang berlangsung melalui hubungan seksual biasanya terjadi di kalangan pria homoseksual

Patogenesis dan Patologi

Masa inkubasi dapat terjadi dalam beberapa hari hingga beberapa bulan. Ameblasis dapat berlangsung tanpa gejala (Asimtomatis). Penderita kronis mungkin memiliki toleransi terhadap parasit. Sehingga tidak menderita gejala penyakit lagi. Dari hal ini berkembang istilah symptomless Carrier.

Gejala dapat bervariasi, mulai rasa tidak enak di perut (abdominal discomfort) hingga diare. Gejala yang khas adalah sindroma disentri, yakni kumpulan gejala gangguan pencernaan yang meliputi diare berlendir dan berdarah disertai tenesmus

15

Lesi yang tipikal terjadi di usus besar, yakni adanya ulkus dikarenakan kemampuan amaeba ini untuk menginvasi dinding usus. Lesi primer biasanya terjadi di sekum, apendiks, dan bagian-bagian di sekitar kolom ascendens. Gambaran ulkusnya seperti gaung botol (flash-shaped ulcer), dengan hanya satu atau beberapa titik penetrasi di mukosa usus. Ulkus terjadi di submukosa hingga lamina muskularis dari usus. Ulkus yang lebih dalam dapat melibatkan lamina serosa, sehingga dapat terjadi perforasi hingga rongga peritoneum.

Dari ulkus primer tersebut dapat berkembang lesi sekunder di bagian usus yang lain serta organ dan jaringan ekstraintestinal. Kadang-kadang terbentuk massa tumor granulomatosa ( amoeba ) di usus besar sebagai lanjutan dari ulkus. Gambaran rontgen dan endoskopi menyerupai karsinoma.

Insden tertinggi terjadinya lesi ekstratestinal berlangsung di hati melalui vena porta, dan mayoritas berkembang di lobus kanan, menimbulkan abses hati ameba ( amebic liver abscess ).

Mebiasis di paru biasanya merupakan akibat dari perforasi abses hepatik melalui diafragma. Sedangkan amebiasis kulit terjadi akibat penjalaran abses hingga ke kulit

Penjalaran dapat pula terjadi melalui jalan aliran darah (hematogen). Dengan jalan ini penjalaran dapat berlangsung hingga ke organ-organ yang jauh, seperti limpa dan otak, sehingga menimbulkan abses di tempat-tempat tersebut.

Abses ameba dapat terjadi di serviks, vulva, vagina, dan penis melalui penularan secara hubungan seksual, yaitu seks anal

Diagnosis

Selain menilai gejala dan tanda, diagnosis amebiasis yang akurat membutuhkan pemeriksaan tinja untuk mengidentifikasi benruk trofozoit dan kista. Metode yang paling disukai adalah tekhnik konsentrasi dan pembuatan sediaan permanen dengan trichrom stain. Namun yang paling sederhana dan berguna untuk skrining adalah pembuatan sediaan basah dengan menggunakan bahan saline. Sediaan basah yang sederhana ini dapat diwarnai dengan pewarnaan lugol ( menggunakan sediaan iodine encer) agar terlihat lebih jelas.

Untuk menemukan bentik trofozoit, tinja sebaiknya segera diperiksa. Waktu yang paling baik adalah di bawah 30 menit. Pada tinja encer dengan gejala klinis yang nyata dapat dijumpai bentuk trofozoit, sedangkan pada symtomless carrier dengan tinja yang padat akan dijumpai bentuk kista.

Selain tinja, spesimen lain yang daoat diperiksa berasal dari anema, aspurat, dan biopsi. Pada aspirasi abses hati adakan diperoleh cairan berwarna coklat, dan bentuk trofozoit dapat ditemukan pada akhir aspirasi atau di tepi ulkus.

Pemeriksaan yang lebih maju adalah dengan prosedur serologis. Namun dipastikan bahwa pemeriksaan in jauh lebih mahal. Jenis-jenis pemeriksaan serologis adalah indirect

16

hemagglutination assay ( IHA ), enzyme-linked imunosorbent assay ( ELISA) dan indirect immunofluorescent (IFA).

Pengobatan

Penderita amebiasis harus diobati, dengan atau tanoa gejala. Obat-obat amebisidal dibagi atas dua grup, yakni luminal amebicides dan tissue amebicides. Termasuk golongan yang pertama adalah iodoquinol dan diloxadine furoat, dan termasuk golongan kedua adalah metronidazol, klorokuin, dan dehidroemetin. Belum pernah dilaporkan resistensi terhadap obat-obatan ini.

Pencegahan

Banyak cara dalam penularan parasir ini, dan banyak pula cara untuk menanggulanginya.

1. Setiap penderita harus diobati, termasuk symptomless carrier2. Karena media air sangat penting peranannya dalam penularan, maka perlu

diperhatikan kebersihan suplai air minum. Hal ini akan berhubungan degan jarak jamban dari sumur

3. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan4. Menghindari penggunaan pupuk tinja untuk tanaman5. Hal-hal lain yang berhubungan dengan fecal-borne infection

Gejala Klinis dan pengobatan Rhizopoda

Amebiasis :

Disebabkan oleh Entamoeb Histolytica dari kelas Rhizophoda

Gejala klinis amebiasa hati :

Gejala berupa demam, takhikardi dan berkeringat. Terdapat nyeri di daerah

epigastrum kanan yang menjalar ke bahu kanan dan punggung

Gejala klinis amebiasis otak

Gejala berupa demam, sakit kepala yang hebat dan paresis, kejang tonik klonik

Pengobatan :

Metronidazol 500 mg, 3 x 1 hari, selama 10 – 14 hari

Tinidazol 800 mg, 3 x 1 hari, selama 7 – 10 hari

Ornidazol 500 – 1000 mg, 2 x 1 hari, selama 10 – 12 hari

Klorokuin 600 mg selama 2 hari, lalu 300 mg selama 2 minggu

Entamoeba Histolica

A. Gejala Klinis :

1. Amebiasis intestinal(amebiasis usus, amebiasis kolon) terdiri atas :

17

Amebiasis kolon akut

Gejalanya berlangsung kurang dari 1 bulan. Ditandai dengan diare

(berak-berak encer) dengan tinja yang berlendir dan berdarah serta

nyeri di anus saat buang air besar. Kemudian tanda-tanda selanjutnya

adalah rasa tidak enak di perut dan mules. Bila tinja segar diperiksa,

bentuk histolika dapat ditemukan dengan mudah

Amebiasis kolon menahun

Gejalanya berlangsung lebih dari satu bulan. Tanda-tandanya sama

dengan Amebiasis intenstial, yaitu diare (berak-berak encer) dengan

tinja yang berlendir ,rasa tidak enak diperut dan mules. Tetapi ada

yang membedakan antara amebiasis kolon akut dan menahun, yaitu

bila tinja segar diperiksa akan ditemukan bentukan entamoeba

histolika dalam bentuk histolika.

Amebiasis hati

Amebiasis kolon bila tidak diobati akan menjalar keluar dari usus dan

menyebabkan amebiasis hati. Hal ini dapat terjadi secara hematogen

dan per kontitunuitatum. Cara hematogen terjadi bila amoeba telah

masuk di submukosa kemudian memasuki kapiler darah, di bawa oleh

aliran darah melalui vena porta ke hati dan menimbulkan abses hati.

Sedangkan cara per kontinuinatum terjadi bila abses hati tidak diobati

sehingga abses pecah.

B. PENGOBATAN

Obat amebisid yang penting adalah :

1. Emetin hidroklorida

Obat ini berkhasiat terhadap bentuk histolika. Pemberian emetin ini hanya

efektif bila diberikan seccara parental, karena pada pemberian secara oral

absorbsinya tidak sempurna. Emetin ini efektif untuk pengobatan abses

hati(amebiasis hati)

2. Klorokuin

Obat ini merupakan amebisid jaringan, berkhasiat terhadap bentuk

histolika

3. Antibiotik

18

Tetrasiklin dan eritromisin bekerja secara tidak langsung sebagai amebisid

dengan mempengaruhi flora usus

4. Metronidazol (Nitroimidazol)

Metronidazol merupakan obat pilihan, karena efektif terhadap bentuk

histolika dan bentuk kista.

Yang membedakan Ciliata dengan Rhizopoda adalah bentuk penularan

jika di rhizopoda penulan bentuk kista sedangkan ciliate penularan bentuk

tropozoid

3.2.3 Ciliata

Ciliata umumnya berhabitat di laut atau air tawar, tetapi ada juga yang hidup bersimbiosis komensalisme di dalam usus vertebrata. Sebagian besar ciliate berukuran mikroskopis, tetapi ada yang berukuran 3 mm sehingga dapat dilihat dengan mata telanjang. Anggota kelompok ciliate ditandai dengan adanya organ silia (bulu getar). Tidak semua ciliate bersifat motil (dapat bergerak). Beberapa siliata sesil membentuk tangkai. Walaupun sebenarnya dapat berenang, siliata sesil itu lebih suka tetap melekat pada batu atau substrat lainnya.

Struktur tubuh:

1. Kebanyakan siliata berbentuk asimetris kecuali ciliate primitive yang berbentuk simetris radial

2. Tubuh diperkuat oleh pelikel3. Tubuh diselimuti oleh silia. Siliaa yang menyelubungi seluruh permukaan tubuh

utama disebut silia somatic4. Ciliata memiliki 2 tipe inti sel, yaitu makro nucleus dan mikro nucleus5. Ciliate tidak mempunyai struktur khusus untuk pertukaran udara dan ekskresi, tetapi

mempunyai organel yang berfungsi menjaga keseimbangan air di dalam tubuhnya, yaitu vakuola kontraktil

Terdapat dua macam mulut pada ciliate yaitu:

1. Mulut membrane berombak atau membrane yang bergerak, merupakan silia yang menyatu dalam barisan panjang

2. Mulut membrane yang berupa barisan pendek dari silia yang bersatu membentuk piringan

Fungsi silia di mulut adalah untuk mengalirkan makanan dan mendorong partikel makanan menuju sitofaring

19

Cara infeksi:

Infeksi terjadi ketika manusia memakan bentuk kista dari ciliate melalui makanan atau minuman yang tercemar. Di dalam usus halus, kista akan mengalami eksistasi menjadi bentuk trofozoid. Bentuk trofozoid ini akan bermultiplikasi dengan cara belah pasang di dalam lumen ileum dan cekum. Di dalam kolon berbentuk tropozoid akam mengalami enkistasi menjadi kista yang akan di keluarkan bersama feses

Balantidium coli

a. Morfologi Genus Balantidium mempunyai satu spesies yaitu Balantidium coliadalah protozoa

yang terbesar pada manusia dan hewan. Parasit ini mempunyai dua tipehidup yaitu bentuk vegetatif dan bentuk kista. Parait ini ditemukan diseluruh dunia yang beriklim subtropik dan tropik , tetapi frekuensinya rendah.

Hospes parasit ini adalah babi dan beberapa spesies kera yang hidup di daerah tropik. Tapi kadang – kadang parasit ini ditemukan pada manusia dan meyebabkan kerugian karena dapat menyebabkan berbagai jenis penyakit.

Bentuk trofozoit adalah lonjong, besarnya 60 – 70 mikron atau lebar tubuhnya 30 – 100 mikron dan lebar 30- 80 mikron. Pada bagian anterior yang agak menyempit, terdapat sitostom yang berfungsi sebagai mulut.bagian posterior bentuknya agak melebar, pada daerah ini ditemukan sitoping (cytopyge ) yan berfungsi sebagai alat pengeluaran zat – zat yang tidak diperlukan lagi. Pada seluruh tubuhnya terdapat bulu getar atau cilium. Cilium itu tersusun dalam baris – baris longitudinal.

Pada sitostom terdapat bulu getar yang agak panjang . Fungsi bulu getar ialah untuk bergerak dan mengambil makanan. Di sitoplasma terdapat dua buah inti yang khas yaitu Mempunyai inti dua tipe yaitu inti jenis makronukleus dan mikronukleus yang berbentuk ginjal dan satu mikronukleus kecil bulat. Selain inti ditemukan juga 1 – 2 buah vakuol kontraktil dan banyak vakuol makanan . 1. Bentuk trofozot Balantidium coli Pada balantidium yang berbentuk kista, bentuk tubuhnya lonjong dan berdinding tebal dan berlapis dua dan diantar dua lapisan dinding tersebut terdapat cilia namun dapat menghilang bila dalam bentuk yang matang. Dan berukuran 45 – 65 mikron. Bentuk kista hanya mempunyai makronukleus, kista yang hidup masih mempunyai bulu getar yang masih bergerak.

Siklus Hidup Balantidium coli b. Siklus hidup

Protozoa genus Balantidium merupakan protozoa yang yang dapat menginfeksi manusia dan hewan. Protozoa ini merupakan protozoa yang terbesar. Habitat parasit ini adalah didalam usus besar pada hewan dan manusia.Balantidium Kista hidup didalam tinja dapat hidup 1 – 2 hari pada suhu kamar. Parasit ini hidup di selaput lendir usus besar terutama di daera sekum. Bentuk kista ini adalah bentuk infektif. Bila bentuk kista tertelan terjadi ekskistasi di dinding usus halus.

20

Dari satu keluar satu bentuk vegetatif yang segera berkembangbiak dan membentuk koloni di selaput lendir usus besar. Setelah itu balantidium berkembang dan dewasa lalu bertelur. Bentuk kista dan bentuk vegetatif keluar bersama tinja hospes. Trafozoit dapat menembus dinding usus dan ikut mengalir bersama aliran darah menuju organ – organ lain misalnya ke pulmo ( paru – paru ), liver dan enchephalon ( otak ). Lalu memperbanyak diri di ekstraintestinal. Lalu membentuk sista infektif dan megeluarkannya bersama feses. siklus hidup Balantidium coli

c. Reproduksi Bentuk trofozoit selain bentuk yang masih makan, juga merupakan bentuk yang

berfungsi untuk berkembangbiak dengan cara belah transversal. Mula – mula mikronukleus yang membelah diikuti oleh makronukleus dan sitoplasma sehingga menjadi dua organisme yang baru. Kadang – kadang tampak pertukaran kromatin ( konjugasi ). Reproduksi berlangsung seksual dan aseksual.

Perkembang biakan secara aseksual yaitu dengan belah pasang, yaitu dengan membelah jadi dua parasit yang sama bentuknya. Hanya terjadi bila situasi kurang menguntungkan. Misalnya tidak ada pejantan.

Perkembangbiakan secara seksual terjadi pada pembiakan ini dibantuk sel kelamin, yaitu makrogametositdan mikrogametosit yang kemudian membelah membentuk makrogamet dan mikrogamet. Setelah pembuahan menjadi zigot. Inti zigot membelah menjadi banyak yang disebut sporozoit. Proses ini disebut sporogoni.

d. Distribusi geografik Parasit ini ditemukan diseluruh dunia yang berikllim subtropik dan tropik, tetapi

frekuensinya rendah. Juga di Indonesia parasit ini jarang ditemukan.

e. Patologi dan gejala klinis Penyakit yang ditimbulkan oleh balantidium coli hampir irip dengan penyakit yang

disebabkan oleh Entamoeba Histolytica. Di selaput lendir usus besar, bentuk vegetatif membentuk abses- abses kecil yang kemudian pecah. manjadi ulkus yang menggaung.

Penyakit ini dapat berlangsung akut dengan ulkus merata pada selaput lendir usus besar. Pada kasus berat, ulkus ini dapat menjadi gangrenyang berakibat fatal. Biasanya disertai dengan sindrom disentri. Penyakit dapat menjadi menahun dengan diare yang di sertai konstipasi, sakit perut, tidak nafsu makan, muntah, dan kakeksia ( cachexia ). Infeksi ringan Balantidium coli biasanya idak menampakkan gejala, bila parasit hidup dirongga usus besar.

Balantidium coli kadang – kadang dapat menimbulkan infeksi eksterintestinal, misalnya dapat menyebabkan peritonitis dan uretritis. Pernah ditemukan bahwa Balantidium coli di hepar dan pulmo. Bahkan di ekuadorBalantidium coli ditemukan sebagai sindrom disentris dan abses hepar.

21

f. Diagnosis Dengan melihat pada tinja hewan dan manusia apabila ditemukanbalantidium coli

dalam bentuk vegatatif ( trafozoit) dan bentuk kista, maka hewan maupaun manusia tersebut terinfeksi positif balantidium coli.

g. Pengobatan Balantidiasis dapat diobati dengan tetrasiklin 4x500mgr/hri selama 10 hri, atau

iodokuinol 3x650mgr /hari selama 20 hari.Obat pilihan adalah metronidazo l3x750 mgr/hari.

h. Prognosis Bila infeksi yang terjadi ringan dan bersifat menahun, prognosanya fausta ( masih

dapat disembuhkan ) tetapi apabila penderitanya lemah kondisi fisiknya , infeksi dengan balantidium coli ini bersifat fatal ( infausta).

i. Epidemiologi Parasit ini banyak ditemukan pada babi yang dipelihara ( yang berkisar antara 60 –

90%). Penularan antar babisatu ke babi yang lainnya mudah terjadi, sekali – sekali dapat menular pada manusia ( zoonosis).

Penularan pada manusia terjadi dari tangan ke mulut atau melalui makanan yang terkontaminasi, misalnya pada orang yang memelihara babi dan yang membersihkan kandang babi ; bila tangan ini terkontaminasi dengan tinja babi yang mengandung bentuk kista dan kista ini tertelan, maka terjadilah infeksi. Kebersihan perorangan dan sanitasi lingkungan dapat mempengaruhi terjadinya penularan.

3.2.4 Zoomastigophora

MASTIGOPHORA

MASTIGOPHORA atau flagelata adalah protozoa yang mempunyai flagel (cambuk), terdiri

dari 2 golongan:

I. Flagelata traktus digestivus yang hidup di rongga usus dan mulut dan flagelata tractus

urogenital yang hidup di vagina, uretra, dan prostat.

II. Flagelata darah dan jaringan yang hidup di dalam darah dan di jaringan tubuh ( alat

dalam).

Hospes dan Nama Penyakit

Manusia adalah hospes alamiah G. lamblia. Penyakit yang disebabkan parasit ini

disebabkan parasite ini disebut Giardiasis .

Morfologi

22

Flagelata mempunyai 1 inti atau lebih dari 1 inti dan alat pergerakan (alat

neuromotor) yang terdiri dari kinetoplas dan flagel. Parasit ini berkembang biak secara belah

pasang longitudinal. Parasit ini mempunyai bentuk trofozoit dan bentuk kista. Bentuk

trofozoit bilateral simetris seperti buah jambu monyet yang bagian anteriornya membulat dan

bagian posteriornya meruncing. Trofozoit mempunyai empat pasang flagel yang berasal dari

4 pasang blefaroplas. Kista yang bentuknya oval berukuran 8 – 12 mikron, mempunyai

dinding yang tipis dan kuat. Sitoplasmanya berbutir halus dan letaknya jelas terpisah dari

dinding kista.

Daur Hidup

G. lamblia hidup di rongga usus kecil, yaitu duodenum dan bagian proksimal

yeyunum dan kadang-kadang di saluran dan kandung empedu. Dengan pergerakan flagel

yang cepat, trofozoit bergerak dari satu tempat ke tempat lain dan melekatkan diri pada epitel

usus dengan batil isap. Trofozoit berkembang biak dengan cara belah pasang longitudinal.

Dalam tinja cair biasanya hanya ditemukan trofozoit. Enkistasi terjadi dalam perjalanan ke

kolon, bila tinja mulai padat. Bila kista matang tertelah oleh hospes, maka terjadi ekskistasi di

duodenum, kemudian sitoplasmanya membelah dan flagel tumbuh dari aksonema sehingga

terbentuklah 2 trofozoit. Cara infeksinya ialah dengan menelan kista matang.

Trichomonas

Trichomonas mempunyai 4 flagel anterior dan satu flagel posterior yang melekat pada

tepi membrane bergelombang, kosta, aksostil, dan inti. Trichomonas yang menghinggapi

manusia terdiri dari 3 spesies yaitu Trichomonas tenax, Trichomonas vaginalis.

Trichomonas tenax

Parasit ini hidup dalam mulut, terutama mulut yang kotor, gigi yang berlubang, dan pada

penyakit piore gingivalis. Infeksi terjadi dengan bentuk trofozoit secara kontak langsung atau

melau melalui alat makan dan minum (piring, sendok, gelas).

Trichomonas hominis

Parasit ini hidup di rongga usus besar, terutama di daerah sekum. Parasit ini

dikeluarkan bersama tinja. Infeksi terjadi dengan menelan bentuk trofozoit.

Trichomonas vaginalis

23

Hospes dan Nama Penyakit

Manusia merupakan hospes parasit ini. Parasit ini menyebabkan trikomoniasis vagina

pada wanita dan pada pria menyebabkan prostatitis.

Morfologi dan Daur Hidup

Pada wanita tempat hidup parasit ini di vagina dan pada pria di uretra dan prostat.

Parasit ini hidup di mukosa bagina dengan memakan bakteri dan leukosit. Trichomonas

berkembang biak secara belah pasang longitudinal.

Infeksi terjadi secara langsung dalam bentuk trofozoit ketika bersetubuh. Infeksi

secara tidak langsung melalui alat mandi seperti lap mandi atau alat sanitasi seperti toilet

seat.

FLAGELATA DARAH DAN JARINGAN

24

Golongan ini termasuk keluarga Trypanosomatidae yang terdiri dari beberapa genus.

Yang penting sebagai penyabab penyakit pada manusia adalah genus Leishmania dan genus

Trypanosoma.

Leishmania

Pada genus Leishmania, hanya ada tiga spesies yang penting bagi manusia, yaitu: 1)

Leishmania donovani yang menyebabkan leishmaniasis visceral atau kala azar, 2)

Leishmania tropica yang menyebabkan leishmaniasis kulit atau “oriental sore” dan 3)

Leishmania brasiliensis yang menyebabkan leismaniasis mukokutis atau Espundia.

Morfologi dan Daur Hidup

Genus Leishmania mempunyai dua stadium, yaitu: a) stadium amastigot atau stadium

leismania yang terdapat pada manusia dan pada hospes reservoir dan b) stadium promastigot

atau stadium leptomonas yang terdapat pada hospes perantara (lalat Phlebatomus atau lalat

Lutzomyia). Pada waktu lalat Phlebatomus menghisap darah penderita leismaniasis, stadium

amastigot terisap dan dalam lambung (midgut) lalat tersebut berubah menjadi stadium

promastigot, berkembang biak dengan cepat secara belah pasan longitudinal dan menjadi

banyak dalam watu 3-5 hari. Kemudian stadium promastigot bermigrasi melalui esophagus

dan faring ke saluran hipofaring yang terdapat dalam proboscis. Stadium promastigot ini

adalah stadium infektif yang dapat ditularkan kepada manusi atau hospes reservoar, bila lalat

tersebut menghisap darahnya. Dalam badan manusia stadium promastigot masuk ke dalam sel

makrofag dan berubah menjadi stadium amastigot. Kemudian stadium amastigot ini

berkembang biak lagi secara belah pasang longitudinal dan seterusnya hidup di dalam sel

(intraselular).

Daur Hidup Genus Leishmania

Manusia dan hospes reservoar

(intraselular)

Stadium Promastigot Stadium Amastigot

Lalat Phlebotomus

25

Trypanosoma

Pada genus Trypanosoma terdapat tiga spesies yang dapat menyebabkan penyakit

pada manusia, yaitu Trypanosoma rhodesiense, Trypanosoma gambiense, dan Trypanosoma

cruzi.

Penyakit yang disebabkan oleh ketiga spesies tersebut, yaitu tripanosomiasis, tidak

ditemukan di Indonesia.

Trypanosoma rhodiesiense dan Trypanosoma gambiense

Hospes dan Nama Penyakit

Manusia merupakan hospes dari kedua spesies parasit ini. Hospes reservoar T.

rhodesiense adalah binatang liar seperti antilop dan hospes reservoar T. gambiense adalah

binatang peliharaan seperti sapi, babi, kambing, dan sebagainya. Lalat Glossina berperan

sebagai hospes perantara. Penyakitnya disebut tripanosienensis Afrika atau sleeping sickness.

Morfologi dan Daur Hidup

Pada manusia, kedua spesies tersebut terdapat dalam stadium tripomastigot yang

hidup dalam darah. Stadium tripoomastigot ini hidup di luar sel (ekstraselular) dalam darah,

limpa, kelenjar limfe, cairan otak, dan di otak. Parasite ini berkembang biak secara belah

pasang longitudinal dan dalam darah tampak bentuk-bentuk yang membelah. Dalam tubuh

Glossina, stadium tripomastigot yang terhisap dalam darah berkembang biak di usus tengah

dan usus belakang (midgut dan hindgut) secara belah pasang longitudinal. Setelah 15 hari

tampak bentuk langsing (pro-venticular form) yang membelah lagi dan kemudian bermigrasi

melaluui esophagus, faring, ruang mulut, untuk kemudian masuk ke dalam kelenjar ludahnya.

Dalam kelenjar ludah, parasite ini melekat pada epitel dan berubah menjadi stadium

epimastigot. Stadium epimastigot ini berkembang biak berkali-kali dan kemudian berubah

menjadi stadium tripomastigot metasiklik yang masuk ke saluran kelenjar ludah, lalu ke

proboscis dan dari sini dapat ditularkan kepada manusia.

26

Daur Hidup T. gambiense/ T. rhodesiense

Manusia dan

Hospes reservoar

Stadium tripomastigot Stadium tripomastigot

metasiklik

Lalat Glossina

(Stadium tripomastigot)

Stadium epimastigot

Trypanosoma cruzi

Hospes dan Nama Penyakit

Manusia merupakan hospes parasite ini dan hospes reservoar adalah binatan

peliharaan (anjing dan kucing) atau binatang liar (tupai, armadillo, kera, dll). Triatoma

berpperan sebagai hospes perantara. Penyakitnya disebut tripanosiamiasis Amerika atau

penyakit Chagas.

Morfologi dan Daur Hidup

Dalam badan manusia, parasit ini terdapat dalam dua stadium yaitu stadium

tripamostigot dan stadium amastigot. Stadium tripamostigot hidup di luar sel (ekstraselular)

dalam darah dan tidak berkembang biak. Stadium amastigot terdapat intraselular dalam sel

RE dan berkembang biak secara belah pasang longitudinal. Setelah penuh, sel RE pecah dan

stadium amastigot melalui stadium promastigot berubah menjadi epimastigot, kemudian

menjadi stadium tripomastigot yang masuk kembali ke dalam darah.

Triatoma menghisap darah seorang penderita tripanosomiasis, stadium tripomastigot

dan stadium amastigot berubah menjadi stadium epimastigot dalam usus tengah (midgut),

kemudian stadium epimastigot ini berkembang biak secara belah pasang longitudinal dan

kemudian bermigrasi ke bagian posterior (hindgut) untuk berubah menjadi stadium

tripomastigot metasiklik yang merupakan bentuk infektif.

27

Daur hidup T. cruzi

Manusia dan

Hospes reservoar

Stadium tripomastigot Stadium amastigot

(ekstraselular) (intraselular)

Stadium tripomastigot Stadium tripomastigot

metasiklik

Triatoma

(stadium tripomastigot)

Stadium epimastigot

Giardiasis

Gejala klinis :

Gejala paling umum ditemukan adalah diare kronik, kolik, kram perut,

rasa kembung, flatulensi, dan steatorrhea (feses berlemak dan sangat bau). Akan

tetapi, pada sebagian besar penderita, gejalanya bersifat subklinis (missal hanya

demam saja).

Pengobatan :

Dapat dipilih obat kuinakrin (atabrin, papacrin), metro-nidazole atau tinidazole.

3.2.5 Sprozoasidea

1. Penyakit isosoriasis

Penyakit ini disebabkan oleh Isospora belii dan isospora hominis yang

berhospes pada manusia.

Gejala klinis:

Infeksi biasanya berlangsung tanpa gejala atau dengan gejala usus ringan.

Infeksi berat dpat menimbulkan diare.

Pengobatan:

Tidak diperlukan kemoterapi, karena penyakitnya dapat sembuh sendiri.

2. Toksoplasmosis Kongenital dan Toksoplasmosis Akuisita

Gambaran klinis Toksoplasmosis kongenital:

28

Beratnya infeksi tergantung pada umur janin saat terjadi infeksi: makin

muda usia janin saat terjadi infeksi, makin berat kerusakan pada organ tubuh.

Sebaliknya, makin muda usia kehamilan saat terjadi infeksi primer pada

ibunya, makin kecil presentase janin yang terinfeksi. Gejala klinis baru

timbul setelah beberapa minggu sampai beberapa tahun. Ada gambaran

eritoblastosis, hidrops fetalis dan triad klasik yang terdiri dari hidrosefalus,

retinokoroiditis dan pengkapuran intracranial. Infeksi T. gondii pada

kehamilan muda dapat menyebabkan abortus atau bayi lahir mati.

Gambaran klinis Toksoplasmosis Akuisita

Infeksi pada orang dewasa biasanya tidak diketahui oleh karena jarang

menimbulkan gejala. Tetapi bila seorang ibuyang sedang hamil mendapat

infeksi primer, maka ia dapat melahirkan anak dengan Toksoplasmosis

Kongenital.manifestasi klinis yang paling sering dijumpai pada

toksoplasmosis akuisita adalah limfadenopati dan rasa lelah, disertai demam

dan sakit kepala.

Pengobatan:

Obat-obat yang dijumpai saat ini hanya membunuh bentuk takizoit T. gondii dan

tidak membasmi bentuk kistanya, sehingga obat-obat ini dapat memberantas

infeksi akut, tetapitidak menghilangkan infeksi menahun, yang dapat menjadi

aktif kembali. Obat obatan tersebut diantaranya: pirimetamin dan

sulfonamide, spiramisin,klindamisin, dan lain lain.

3. Malaria

Parasit malaria termasuk genus Plasmodium. Pada manusia terdapat 4

spesies: Plasmodium vivax yang menyebabkan penyakit malaria tersiana,

plasmodium falciparum menyebab penyakit malaria falsiparum, Plasmodium

malariae menyebabkan penyakit malaria kuartana, dan Plasmodium ovala

yang menyebabkan penyakit malaria ovale.

Gejala klinis:

Perjalanan penyakit malariaterdiri dari serangan demam yang

periodisasi. Serangan demam malaria biasanya di mulai dengan gejala

prodromal, yaitu lesi, sakit kepala, tidak nafsu makan , kadang – kadang

disertai dengan mual dan muntah. Seranngan demam yang khas terdiri dari

beberapa stadium:

29

1) Stadium menggigil dimulai dengan peraaan dingin sekali, sehingga

menggigil. Penderita menutupi bajunya dengan baju tebal dan dengan

selimut. Nadinya cepat, tetapi lemah, bibir dan jari-jari tangannya menjadi

biru, kulitnya kering dan pucat. Stadium ini berlangsung antara 15 menit

sapai 1 jam.

2) Stadium puncak demam dimulai pada saat perasaan dingin sekali berubah

menjdi panas sekali. Muka menjadi merah, kult kering dan terasa panas

seperti terbakar, sakit kepala makin hebat, biasanya ada mual dan muntah.

Perasaan haus sekali pada ssat suhu naik sampai 41oC atau lebih.stadium ini

berlangsung selama 2 sampai 6 jam.

3) Stadium berkeringan dimulai dengan penderita berkeringat banyak sehingga

tempat tidurnya basah. Suhu turun dengan cepat, kadang-kadang sampai di

bawah ambang normal.penderita biasanya dapat tidur nyenyak dan waktu

bangun, merasa lemah tapi sehat. Stadium ini berlangsung 2 sampai 4 jam

Gejala infeksi yang timbul kembali setelah serangan pertama biasanya

disebut relaps, relaps dapat bersifat jangka panjang adat jangka pendek.

Pengobatan:

Obat-obat malaria yang ada dapat di bagi dalam 9 golongan menurut rumus

kimianya:

1) Alkaloid cinchona (kina:

2) 8-aminokuinolin (primakun)

3) 9-aminoakridinn (mepakrin)

4) 4-aminokuinolin (klorokuin,amodiakuin)

5) Biguanida (proguanil, klorproguanil)

6) Diaminopirimidin (pirimetamin, trimetropim)

7) Sufon dan sulfoamid (antara lain sulfadoksin)

8) Antiiotik

9) Kuinlinmetanol danfenantrenmetanol (meflokuin)

3.2.6 Korelasi antara faktor kependudukan, hiegenis individu, kondisi social dan

sanitasi lingkungan hidup dengan timbulnya infeksi protozoa

1. Pemadatan penduduk

Dengan adanya kepadatan penduduk, maka lingkungan sekitar semakin terganggu.

Hal ini disebabkan oleh seringnya warga membuang sampah sembarangan.

30

Sehingga hal tersebut membuat lingkungan menjadi kotor. Berbicara mengenai

lingkungan, sering kali kita meninjau dari kondisi fisik. Terjadinya penumpukan

sampah yang tidak dapat dikelola dengan baik, polusi udara, air dan tanah yang

dapat menjadi penyebab upaya menjaga lingkungan menjadi tanggung jawab

semua pihak untuk itulah perlu kesadaran semua pihak. Puskesmas sendiri

memiliki memiliki program kesehatan lingkungan di mana berperan besar dalam

masyarakat, namun dilematisnya di puskesmas jumlah tenaga kesehatan

lingkungan sangat terbatas padahal banyak penyakit yang berasal dari lingkungan

kita seperti di diare, demam berdarah, malaria, TBC, cacar dan sebagainya.

2. Hygiene individu

Kesehatan lingkungan individu pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau

keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh posistif pada

terwujudnnya status kesehatan yang optimal pula. Penularan dan infeksi protozoa

disebabkan tinja yang mengandung tinja terkontaminasi ke manusia, dan

kontaminasi tinja itu masuk tertelah ke dalam tubuh. Hal ini bisa disebabkan oleh

kontak tangan, dan tangan tidak dicuci dengan bersih. Perilaku hidup masyarakat

yang kurang bersih juga akan menjadi pintu masuk terjadinya infeksi parasit

seperti perilaku tidak mencuci tangan sebelum makan, memotong kuku, kebiasaan

mengigit atau menghisap jari pada anak-anak, kebiasaan buang air besar

sembarangan, kebiasaan makan sayuran mentah yang cara pencuciannya tidak

higienis sehingga tercemar telur atau kista parasit. Oleh karena itu, hygiene

individu atau kebersihan individu harus dijaga.

3. Pupuk Tanaman dan Tinja Maunisa

Tinja manusia akan dapat merupakan sumber penularan terutama sekali jika dalam

tinja itu mengandung parasit stadium kista matang. Pupuk sering kali menggunakan

tinja manusia yang dapat menularkan infeksi parasit.

4. Iklim

Merupakan factor tidak langsung, akan mempengaruhi keadaan linhkungan yang lebih

menguntungkan bagi kista parasit.

5. Sanitasi Lingkungan

Usaha Kesehatan lingkungan adalah suatu usaha untuk memperbaiki atau

mengoptimalkan lingkungan hidup manusia agar menjadi media yang baik untuk

terwujudnya kesehatan yang optimal bagi manusia yang hidup di dalamnya. Ruang

lingkup kesehatan lingkungan tersebutantara lain mencakup: Perumahan, pembuangan

31

kotoran manusia ( tinja ), penyedia air bersih, pembuangan sampah, pembuangan air

kotor ( limbah), dan rumah hewan ternak ( kandang ). Jika sanitasi lingkungan seperti

pembuangan kotoran manusia tidak sehat dan tidak bersih, maka dapat menyebabkan

tinja yang mengandung kista ( infektif ). Hal ini disebabkan pula oleh tidak baiknya

pembuangan kotoran manusia.

6. Sosial Budaya

Kebanyakan masyarakat Indonesia masih berada di bawah garis kemiskinan

sehingga membuat masyarakat tidak memiliki MCK yang baik di rumahnya dan tidak

memiliki air bersih yang cukup karena tidak mampu membeli air bersih. Hal tersebut

mengakibatkan banyak masyarakat yang masih melakukan buang air besar di sungai

dan di tanah dimana tempat itu tidak bersih dan bisa saja terkontaminasi tinja yang

mengandung kista. Kebudayaan ini masih turun – temurun hingga sekarang. Oleh

sebab itu kebiasaan ini dapat meningkatkan faktor protozoa yang patogen ke manusia

3.2.7 Pencegahan infeksi protozoa

Pencegahan dan Pemberantasan

Dalam siklus hidup parasit, ada saat-saat kehidupan parasit ini kritis, karena

parasit harus menghadapi keadaan lingkungan yang mengancam kelangsungan

hidupny. Stadium parasit demikian ini, dapat dimanfaatkan dalam pemberantasan

penyakit parasit tersebut. Pada prinsipnya pemberantasan penyakit parasit ditunjukkan

untuk memutuskan mata rantai dari siklus hidup parasit tersebut. Sehubungan parasit

ini tersebar luas terutama di daerah tropis dengan banyak faktor yang membantu

penyebarannya, sangat sulit untuk memberantas penyakit parasit ini. Untuk

memberantas penyakit parasit ini dilakukan upaya-upaya pencegahan.

Pencegahan penyakit parasit menurut Neva FA, (1994), dapat dilakukan dengan

cara :

Megurangi sumber infeksi dengan mengobati penderita

Pendidikan kesehatan dengan tujuan mencegah penyebaran penyakit parasit

Pengawasan sanitasi air, makanan tempat tinggal keadaan tempat kerja, dan

pembuangan sampah

Pemberantasan atau pengendalian hospes reservior dan vektor

Mempertinggi pertahanan biologis terhadap penularan parasit

32

Pencegahan penyakit parasit (Infeksi protozoa) secara umum :

Pencegahan dilakukan dengan meningkatkan sanitasi lingkungan dan hygiene

pribadi.

Perbaikan penyediaan air untuk keperluan rumah tangga,

Perbaikan cara pembuangan kotoran, dan larangan pemupukan tanaman dengan

kotoran manusia.

Pencegahan kontaminasi makanan dan minuman,

Pemberantasan lalat dan kecoa,

Pendidikan kesehatan kepada masyarakat terutama tentang cara pembuangan

kotoran yang baik dan cuci tangan setelah defekasi (buang air besar).

Pencegahan menurut penyakitnya :

Trypanosoma cruzi Pencegahan dengan menghindari gigitan Triatoma,

misalnya tidur berkelambu.

Leismania donovani

Pencegahan dilakukan dengan:

1) Semua penderita diobati, untuk menghilangkan sumber penularan.

2) Hilangkan sampah yang membusuk tempat berkembang biaknya Phlebotomus

sp.

3) Hindari gigitan Phlebotomus sp.

4) Berantas anjing liar yang mungkin menjadi reservoir Leishmania donovani.

Trichomonas vaginalis Pencegahan dilakukan dengan Menghindari

penularan dari penderita (menghindari hubungan sex di luar nikah) dan

meningkatkan hygiene pribadi.

Balantidium coli Pencegahan dilakukan dengan meningkatkan sanitasi

lingkungan dan hygiene pribadi khususnya kebersihan makanan dan minuman.

Malaria

Pencegahan malaria dilakukan dengan:

1. Menghindari gigitan nyamuk

2. Mengobati semua penderita untuk menghilangkan sumber penularan.

3. Pemberantasan nyamuk dan larvanya.

Babesia Microti

Pencegahan babesiosis pada manusia dilakukan dengan cara menghindari

gigitan kutu Ixodes pada daerah endemik.

33

Giardia Lamblia

Pencegahan dilakukan dengan berbagai cara, yaitu :

1. Mengkonsumsi air minum yang bersih yang telah menjalani pemanasan sampai

50° sehingga dapat menginaktifkan kista.

2. Melindungi tempat persediaan air dari hospes reservoir (berang-berang dan

tikus air).

3. Memasyarakatkan kebersihan individu (cuci tangan).

4. Penyediaan makanan yang bersih dan baik.

34

DAFTAR PUSTAKA

Gandahusada, Srisasi Prof, dr. dkk.1998. Parasitologi Kedokteran Ed 3.Jakarta : FKUI.

Pinardi hadidjaja, prof. Dr.dr. MPH & TM,SpParK dkk. 2011. Dasar Parasitologi Klinik

Edisi 1. Jakarta : FKUI

Lahay, Jutje dkk. 2007. Zoologi Invertebrata. Makassar : FMIPA Universitas Negeri

Makassar.

Lahay, Jutje dkk. 2009. Zoologi Invertebrata. Makassar : Universitas Negeri Makassar.

Jasin, Maskoeri. 1992. Zoologi Invertebrata. Surabaya : Sinar Wijaya.

Yulfi,Hamma;2006;Protozoa Intestinalis;Solo

Jurnal Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Infeksi Parasit Usus pada Anak

Usia Prasekolah di Kelurahan Kedung Cowek (Daerah Pesisir) Surabaya oleh Prawesty Diah

Utami dan Herin Setianingsih – Fakultas Kedokteran Universitas Hang Tuah Surabaya

Natadisastra, Djaenudin. 2009. Parasitologi Kedokteran. Jakarta : EGC

Pribadi, Wita.2000. Parasitilogi Kedokteran. Jakarta: Gaya Baru