skenario 3

24
SKENARIO III Ny. Yana berusia 39 tahun masuk rumah sakit dengan serangan asma akut. Ia baru kali ini masuk rumah sakit dengan asama. Gejala batuk, sesak napas , dan wheezing mulai dialaminya kira- kira 6 bulan yang lalu. Ia mempunyai riwayat penyakit rhinitis alergi selama beberapa tahun, tetapi tanpa asma. Serangan biasa dialaminya pada malam hari dan ia merasa penyakitya membaik pada hari-hari dimana ia tidak masuk bekerja. Ketika Ny. Yana dalam keadaan cuti melahirkan selama 2 bulan, Ny. Yana tidak pernah mengalami serangan asma. Satu minggu setelah kembali bekerja, penyakit asmanya kambuh. Pada saat diperiksa di klinik rawat jalan, dengan auskultasi tidak ditemukan kelainan paru-paru. Pekerjaan Ny. Yana sehari-hari adalah mengawasi proses finishinh pada pabrik pintu yang terbuat dari kayu. Ia sendiri sering mengisi retak/celah pada pintu dengan bahan yang mengandung cyanocrylate . setelah itu, dia menghaluskan permukaan pintu dengan portable sanding machine. Selama bekerja, Ny.Yana hanya menggunakan alat pelindung diri berupa sapu tangan untuk menutup hidung dan mulutnya. TERMINOLOGI ASING 1. Cryanocrylate nama generik untuk golongan adesif yang cepat waktu kerjanya dalam merekatkan. 2. Portable sanding machine mesin amplas yang dapat dibawa. ANALISA MASALAH Cakra Diningrat |61112032 | MODUL III | FK-UNIBA 1

Upload: cakra-diningrat

Post on 29-Jan-2016

25 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Blok Kesehatan Okupasi

TRANSCRIPT

Page 1: Skenario 3

SKENARIO III

Ny. Yana berusia 39 tahun masuk rumah sakit dengan serangan asma akut. Ia baru kali ini

masuk rumah sakit dengan asama. Gejala batuk, sesak napas , dan wheezing mulai dialaminya

kira-kira 6 bulan yang lalu. Ia mempunyai riwayat penyakit rhinitis alergi selama beberapa

tahun, tetapi tanpa asma. Serangan biasa dialaminya pada malam hari dan ia merasa penyakitya

membaik pada hari-hari dimana ia tidak masuk bekerja.

Ketika Ny. Yana dalam keadaan cuti melahirkan selama 2 bulan, Ny. Yana tidak pernah

mengalami serangan asma. Satu minggu setelah kembali bekerja, penyakit asmanya kambuh.

Pada saat diperiksa di klinik rawat jalan, dengan auskultasi tidak ditemukan kelainan paru-paru.

Pekerjaan Ny. Yana sehari-hari adalah mengawasi proses finishinh pada pabrik pintu yang

terbuat dari kayu. Ia sendiri sering mengisi retak/celah pada pintu dengan bahan yang

mengandung cyanocrylate . setelah itu, dia menghaluskan permukaan pintu dengan portable

sanding machine. Selama bekerja, Ny.Yana hanya menggunakan alat pelindung diri berupa sapu

tangan untuk menutup hidung dan mulutnya.

TERMINOLOGI ASING

1. Cryanocrylate nama generik untuk golongan adesif yang cepat waktu kerjanya dalam

merekatkan.

2. Portable sanding machine mesin amplas yang dapat dibawa.

ANALISA MASALAH

1. Mengapa Ny. Yana mengalami batuk, sesak napas, dan wheezing sejak 6 bulan yang lalu?

2. Bagaimana faktor riwayat rhinitis alergi dengan keluhan?

3. Mengapa asma kambuh pada malam hari dan pada saat bekerja?

4. Bagaimana hubungan pekerjaan dengan keluhan?

5. Bagaimana hubungan penggunaan APD berupa sapu tangan terhadap keluhan?

6. Bagaimana penanganan dan pengendalian risiko di tempat kerja?

7. Bagaimana pemeriksaan yang dapat dilakukan selanjutnya?

8. Apa kemungkinan diagnosis pada Ny. Yana?

|61112032 | MODUL III | FK-UNIBA 1

Page 2: Skenario 3

SKEMA

LO

Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan:

1. Penegakan diagnosis penyakit akibat kerja (PAK) berdasarkan faktor risiko di tempat

kerja

2. Pencegahan terjadinya gangguan kesehatan pada pekerja di lingkungan kerja

3. Tindakan promotif kesehatan pekerja di lingkungan pekerja

4. Berbagai fungsi alat pelindung diri (APD)

|61112032 | MODUL III | FK-UNIBA 2

Page 3: Skenario 3

PEMBAHASAN

I. Penegakkan diagnosis PAK berdasarkan faktor risiko di tempat kerja

Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia

Nomor 609 Tahun 2012 Tentang Pedoman Penyelesaian Kasus Kecelakaan Kerja

Dan Penyakit Akibat Kerja, ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam

menganalisis dan menetapkan apakah PAK (Occupational Disease) atau penyakit

akibat hubungan kerja (Work Related Disease) diperlukan data pendukung antara

lain:

1) Data hasil pemeriksaan kesehatan awal

(sebelum tenaga kerja di pekerjakan di perusahaan yang bersangkutan);

2) Data hasil pemeriksaan kesehatan berkala

(pemeriksaan yang di lakukan secara periodik selama tenaga kerja bekerja di

perusahaan yang bersangkutan);

3) Data hasil pemeriksaan khusus

(pemeriksaan dokter yang merawat tenaga kerja tentang riwayat penyakit yang di

deritanya);

4) Data hasil pengujian lingkungan kerja oleh Pusat Keselamatan dan Kesehatan

Kerja beserta balai-balainya, atau lembaga-lembaga lain yang ditunjuk oleh

Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi;

5) Data hasil pemeriksaan kesehatan tenaga kerja secara umum di bagian tersebut;

6) Riwayat pekerjaan tenaga kerja;

7) Riwayat kesehatan tenaga kerja;

8) Data medis/rekam medis tenaga kerja;

9) Analisis hasil pemeriksaan lapangan oleh Pengawas Ketenagakerjaan; dan/atau

10) Pertimbangan medis dokter penasehat.

|61112032 | MODUL III | FK-UNIBA 3

Page 4: Skenario 3

BIDANG PENYAKIT PARU

I. BATASAN

Penyakit paru akibat kerja adalah penyakit atau kelainan paru yang disebabkan oleh pajanan

faktor-faktor risiko di tempat kerja antara lain berupa : debu, gas dan uap.

Kelainan yang terjadi dapat berupa :

A. Kelainan akut

1. Trauma inhalasi akut akibat gas iritan, fosgen, asap; termasuk Reactive Airways

Dysfunction Syndrome (RADS)

2. Toxic Pneumonitis

3. Edema paru akut, misalnya akibat asap, nitrogen, SO2, fosgen

4. Bronkitis akut

5. Hipersensitiviti pneumonitis

B. Kelainan kronik

1. Pneumokoniosis

Misalnya akibat debu asbes (asbestosis), batubara (pneumoconiosis batubara), silica

(silicosis), beryllium (beriliosis) dan lain-lain

2. Penyakit pleura (efusi pleura, mesotelioma, plak pleura)

3. Misalnya akibat pajanan debu asbes

4. Bronkitis kronik

Misalnya akibat pajanan debu tambang, tepung, talk, asap, gas

5. Asma kerja

Misalnya akibat :

- Isosianat ; Heksametilen diisosianat (HDI),

- toluene diisosianat (TDI)

- Tepung gandum

- Kolofoni pada proses solder elektronik

- Enzim, seperti alkalase, makstalase, lipase dan amilase

- Lateks

- Bulu binatang tertentu

- Dan lain-lain

|61112032 | MODUL III | FK-UNIBA 4

Page 5: Skenario 3

6. Bisinosis

Timbul akibat pajanan debu kapas

7. Hipersensitiviti pneumonitis

Timbul akibat respons hiperimun terhadap antigen inhalasi antara lain berasal dari

mikroorganisme, binatang, tumbuhan dan zat kimia.

8. Kanker paru

Kanker paru akibat pajanan di tempat kerja dapat disebabkan antara lain oleh arsen,

asbes, krom, uranium, metal eter, nikel, cadmium.

Penyakit infeksi :

- Antraks

- Coccodiodomycosis

- Echinococcosis

- Psitacosis

- Tuberkulosis

II. DIAGNOSIS

A. Anamnesis .

1. Riwayat pekerjaan.

i. Pencatatan pekerjaan dan kegemaran/hobby yang terus menerus atau "part time"

secara kronologis

ii. Identifikasi bahan berbahaya di tempat kerja:

- bahan yang digunakan oleh pekerja

- bahan yang digunakan oleh pekerja pembantu.

iii. Hubungan antara paparan dan gejala yang timbul :

- waktu antara mulai bekerja dan gejala pertama

- urutan-urutan dan perkembangan gejala

- hubungan antara gejala dengan tugas tertentu

- perubahan gejala dan waktu libur, jauh dari tempat kerja

2. Keluhan penyakit :

Ditanyakan tentang adanya keluhan penyakit berupa:

1. Batuk:

|61112032 | MODUL III | FK-UNIBA 5

Page 6: Skenario 3

- sifat batuk (kering atau berdahak)

- waktu batuk (pagi/siang/malam/terus- terusan)

- frekuensi

- sejak kapan?

- batuk selama 3(tiga) bulan, terjadi tiap-tiap tahun

- peningkatan batuk selama 3 minggu atau lebih, selama 3 tahun terakhir

b. Dahak

- Warna

- Jumlah

- Konsistensi

- Waktu (pagi/siang/malam/terus-menerus)

- Sejak kapan?

- batuk selama 3(tiga) bulan, terjadi tiap-tiap tahun

- peningkatan batuk selama 3 minggu atau lebih, selama 3 tahun terakhir.

c. Sesak Nafas/nafas pendek

- Ditanyakan sesuai dengan kriteria sesak nafas menurut American Thoracic

Society (ATS)

0 tidak ada Tidak ada sesak nafas kecuali exercise berat

1 ringan Rasa nafas pendek bila berjalan cepat mendatar atau mendaki

2 sedang Berjalan lebih lambat dibandingkan orang lain sama umur karena sesak

atau harus berhenti untuk bernafas saat berjalan mendatar

3 berat Berhenti untuk bernafas setelah berjalan 100 meter/beberapa menit, berjalan

mendatar

4 Sangat

berat

Terlalu sesak untuk keluar rumah, sesak saat mengenakan melepaskan

pakaian

|61112032 | MODUL III | FK-UNIBA 6

Page 7: Skenario 3

-Sejak 12 bulan terakhir pernah mengalami/tidak waktu terbangun dari tidur malam

d. Nyeri dada

- Lokasi

- Waktu nyeri dada (inspirasi atau ekspirasi)

- Deskripsi nyeri dada

- Sejak 3 tahun terakhir pernah mengalami/tidak, yang lamanya 1 minggu

e. Mengi

- Waktu mengi (pagi/siang/malam); Inspirasi/ekspirasi

- Disertai nafas pendek atau nafas normal

- Sejak kapan?

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Ditanyakan tentang adanya penyakit/keluhan penyakit yang pernah dideritanya berupa :

a. Penyakit-penyakit lain yang pernah diderita:

- kecelakaan/operasi daerah dada

- gangguan jantung

- bronkitis

- pneumoni

- pleuritis

- T B paru

- Asma bronkial

- Gangguan dada yang lain

- Hay fever

- Dan lain-lain

|61112032 | MODUL III | FK-UNIBA 7

Page 8: Skenario 3

b. Riwayat atopi/alergi.

4. Riwayat kebiasaan

Ditanyakan kebiasaan merokok meliputi :

a. Jumlah rokok yang dihisap :

- 1 (satu) batang rokok perhari atau 1 batang rokok perbulan atau lebih dari 1 batang

rokok

- jumlah batang rokok/tembakau perhari/ perminggu.

b. Lama merokok :

Kurang dari 1 tahun/lebih dari 1 tahun.

c. Cara mengisap rokok :

- dangkal

- sedang

- dalam

d. Umur waktu mulai merokok dengan teratur.

e. Jenis rokok :

- buatan pabrik/buatan sendiri

- menggunakan filter/tidak

- rokok tipe kecil/sedang

- sering berganti-berganti rokok/ kombinasi/tidak

- kretek/putih

f. Kontinuitas merokok :

- pernah mengalami/berhenti merokok/ tidak, lamanya

- jumlah hari selama merokok (jumlah bulan/tahun )

g. Derajat berat merokok dengan indeks Brinkman (IB), yaitu perkalian jumlah rata-rata

batang rokok yang dihisap sehari dikalikan lama merokok dalam tahun :

- Ringan : 1 - 200

- Sedang : 201 – 600

- Berat : >600

B. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum dan tanda vital

|61112032 | MODUL III | FK-UNIBA 8

Page 9: Skenario 3

2. Pemeriksaan pulmonologik

a. Inspeksi

b. Palpasi

c. Perkusi

d. Auskultasi

C. Pemeriksaan Penunjang

1. Rutin:

- laboratorium : darah, urine

- foto toraks : P A dan lateral

- spirometri.

2. Khusus:

- uji alergi pada kulit

- uji provokasi bronkus dengan bahan spesifik/non spesifik di tempat kerja

- sputum BTA 3x

- Sputum sitologi

- bronkoskopi

- patologi anatomi : biopsi

- radiologi: tomogram, bronkografi, CT -scan

- kapasitas difusi terhadap CO (DLCO)

- uji Cardia Pulmonary Exercise (CPX).

D. Penetapan diagnosis Penyakit Akibat Kerja dalam bidang paru diperlukan data pendukung

berupa kondlsillngkungan kerja apakah terdapat faktor dan bahan-bahan yang menlmbulkan

penyakit akibat kerja.

III.URAIAN CACAT DAN PENILAIAN TINGKAT CACAT

A. Uraian Cacat.

1. Kelainan fungsi paru (restriktif dan obstruktif atau campuran) Restriksi Obstruksi

(KVP% atau (VEP1/KVP)% atau VEP1 % KVP/prediksi%)(VEP1/prediksi)

|61112032 | MODUL III | FK-UNIBA 9

Page 10: Skenario 3

Normal >80% >75%

Ringan 60-79% 60-74%

Sedang 30-59% 30-59%

Berat <30% <30%

2. Kelainan anatomi seperti kehilangan sebagian jaringan paru, misalnya lobektomi.

B. Penilaian derajat sesak

Derajat 0 : Tidak sesak kecuali exercise berat

Derajat I : Sesak ringan, rasa nafas pendek bila berjalan cepat mendatar

atau mendaki

Derajat II : Sesak sedang, berjalan lebih lambat dibandingkan orang lain

sama umur karena sesak atau harus berhenti untuk bernafas

saat berjalan mendatar

Derajat III : Sesak berat, berhenti untuk bernafas setelah berjalan 100

meter/beberapa menit, berjalan mendatar

Derajat IV : Sangat berat terlalu sesak untuk keluar rumah, sesak

mengenakan/melepaskan pakaian

C. Penilaian Cacat.

Penilaian cacat pada penyakit paru akibat kerja didasarkan kepada hasil penentuan

pemeriksaan spirometri dan derajat sesak sebagai berikut:

|61112032 | MODUL III | FK-UNIBA 10

Page 11: Skenario 3

------------------------------------------------------------------------------------------------------

Derajat sesak VEP 1 Persentase cacat fungsi

fungsional disability)

------------------------------------------------------------------------------------------------------

0 > 2,5 L -

1 Ringan 1,6 - 2,5 L 25 %

2 Sedang 1,1 - 1,5 L 50 %

3 Berat 0,5 - 1 L 75 %

4 Sangat berat < 0,1 L 100 %

------------------------------------------------------------------------------------------------------

Penilaian dilakukan setelah penderita mendapat terapi maksimal (bronkodilator)

selama 3 bulan dengan hasil menetap.

Cara menetapkan penilaian kecacatan fungsi (Functional disability) ditentukan

dengan menilai secara subjektif keluhan sesak nafas dan penilaian objektif dengan

pemeriksaan spirometri.

Penentuan ganti rugi didasarkan pada persentase cacat fungsi 100% sama

dengan 70%.

II. Pencegahan Terjadinya Gangguan Kesehatan Pada Pekerja Di Lingkungan

Kerja

Upaya preventif berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan

Ketenagakerjaan Nomor Kep. 22/Djppk/V/2008 Tentang Petunjuk Teknis

Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja:

|61112032 | MODUL III | FK-UNIBA 11

Page 12: Skenario 3

1. Melakukan penilaian terhadap faktor risiko kesehatan di tempat kerja (health

hazard risk assesment) yang meliputi :

a) Identifikasi faktor bahaya kesehatan kerja melalui : pengamatan, walk

through survey, pencatatan/pengumpulan data dan informasi

b) Penilaian/pengukuran potensi bahaya kesehatan kerja

c) Penetapan tindakan pengendalian faktor bahaya kesehatan pekerja

2. Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja (awal, berkala dan khusus)

3. Survailans dan analisis PAK dan penyakit umum lainnya

4. Pencegahan keracunan makanan bagi tenaga kerja

5. Penempatan tenaga kerja sesuai kondisi/status kesehatannya

6. Pengendalian bahaya lingkungan kerja

7. Penerapan ergonomi kerja

8. Penetapan prosedur kerja aman atau Standard Operating Procedure (SOP)

9. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) yang sesuai

10. Pengaturan waktu kerja (rotasi, mutasi, pengurangan jam kerja terpapar

faktor risiko dll);

11. Program imunisasi

12. Program pengendalian binatang penular (vektor) penyakit.

III. Tindakan Promotif Kesehatan Pekerja Di Lingkungan Pekerja

Upaya kesehatan promotif menurut Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan

Pengawasan Ketenagakerjaan Nomor Kep. 22/Djppk/V/2008 Tentang Petunjuk

Teknis Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja:

1. Pembinaan kesehatan kerja

2. Pendidikan dan pelatihan bidang kesehatan kerja

3. Perbaikan gizi kerja

4. Program olah raga di tempat kerja

5. Penerapan ergonomi kerja

6. Pembinaan cara hidup sehat

7. Program pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS dan Narkoba di tempat

kerja

|61112032 | MODUL III | FK-UNIBA 12

Page 13: Skenario 3

8. Penyebarluasan informasi kesehatan kerja melalui penyuluhan dan media

KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi), dengan topik yang relevan

IV. Berbagai Fungsi Alat Pelindung Diri (APD)

Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia

Nomor Per.08/Men/Vii/2010 Tentang Alat Pelindung Diri, fungsi dan jenis alat

pelindung diri:

1. Alat pelindung kepala

a. Fungsi

Alat pelindung kepala adalah alat pelindung yang berfungsi untuk

melindungi kepala dari benturan, terantuk, kejatuhan atau terpukul benda

tajam atau benda keras yang melayang atau meluncur di udara, terpapar

oleh radiasi panas, api, percikan bahan-bahan kimia, jasad renik (mikro

organisme) dan suhu yang ekstrim.

b. Jenis

Jenis alat pelindung kepala terdiri dari helm pengaman (safety helmet),

topi atau tudung kepala, penutup atau pengaman rambut, dan lain-lain.

2. Alat pelindung mata dan muka

a. Fungsi

Alat pelindung mata dan muka adalah alat pelindung yang berfungsi

untuk melindungi mata dan muka dari paparan bahan kimia berbahaya,

paparan partikel-partikel yang melayang di udara dan di badan air, percikan

benda-benda kecil, panas, atau uap panas, radiasi gelombang

elektromagnetik yang mengion maupun yang tidak mengion, pancaran

cahaya, benturan atau pukulan benda keras atau benda tajam.

b. Jenis

Jenis alat pelindung mata dan muka terdiri dari kacamata pengaman

(spectacles), goggles, tameng muka (face shield), masker selam, tameng

muka dan kacamata pengaman dalam kesatuan (full face masker).

|61112032 | MODUL III | FK-UNIBA 13

Page 14: Skenario 3

3. Alat pelindung telinga

a. Fungsi

Alat pelindung telinga adalah alat pelindung yang berfungsi untuk

melindungi alat pendengaran terhadap kebisingan atau tekanan.

b. Jenis

Jenis alat pelindung telinga terdiri dari sumbat telinga (ear plug) dan

penutup telinga (ear muff).

4. Alat pelindung pernapasan beserta perlengkapannya

a. Fungsi

Alat pelindung pernapasan beserta perlengkapannya adalah alat pelindung

yang berfungsi untuk melindungi organ pernapasan dengan cara

menyalurkan udara bersih dan sehat dan/atau menyaring cemaran bahan

kimia, mikro-organisme, partikel yang berupa debu, kabut (aerosol), uap,

asap, gas/ fume, dan sebagainya.

b. Jenis

Jenis alat pelindung pernapasan dan perlengkapannya terdiri dari

masker, respirator, katrit, kanister, Re-breather, Airline respirator,

Continues Air Supply Machine=Air Hose Mask Respirator, tangki selam

dan regulator (Self-Contained Underwater Breathing Apparatus /SCUBA),

Self-Contained Breathing Apparatus (SCBA), dan emergency breathing

apparatus.

5. Alat pelindung tangan

a. Fungsi

Pelindung tangan (sarung tangan) adalah alat pelindung yang berfungsi

untuk melindungi tangan dan jari-jari tangan dari pajanan api, suhu panas,

suhu dingin, radiasi elektromagnetik, radiasi mengion, arus listrik, bahan

kimia, benturan, pukulan dan tergores, terinfeksi zat patogen (virus, bakteri)

dan jasad renik.

|61112032 | MODUL III | FK-UNIBA 14

Page 15: Skenario 3

b. Jenis

Jenis pelindung tangan terdiri dari sarung tangan yang terbuat dari logam,

kulit, kain kanvas, kain atau kain berpelapis, karet, dan sarung tangan

yang tahan bahan kimia.

6. Alat pelindung kaki

a. Fungsi

Alat pelindung kaki berfungsi untuk melindungi kaki dari tertimpa atau

berbenturan dengan benda-benda berat, tertusuk benda tajam, terkena

cairan panas atau dingin, uap panas, terpajan suhu yang ekstrim, terkena

bahan kimia berbahaya dan jasad renik, tergelincir.

b. Jenis

Jenis Pelindung kaki berupa sepatu keselamatan pada pekerjaan

peleburan, pengecoran logam, industri, kontruksi bangunan, pekerjaan

yang berpotensi bahaya peledakan, bahaya listrik, tempat kerja yang

basah atau licin, bahan kimia dan jasad renik, dan/atau bahaya binatang dan

lain-lain.

7. Pakaian pelindung

a. Fungsi

Pakaian pelindung berfungsi untuk melindungi badan sebagian atau

seluruh bagian badan dari bahaya temperatur panas atau dingin yang

ekstrim, pajanan api dan benda-benda panas, percikan bahan-bahan kimia,

cairan dan logam panas, uap panas, benturan (impact) dengan mesin,

peralatan dan bahan, tergores, radiasi, binatang, mikro-organisme patogen

dari manusia, binatang, tumbuhan dan lingkungan seperti virus, bakteri dan

jamur.

b. Jenis

Jenis pakaian pelindung terdiri dari rompi (Vests), celemek

(Apron/Coveralls), Jacket, dan pakaian pelindung yang menutupi

sebagian atau seluruh bagian badan.

8. Alat pelindung jatuh perorangan

a. Fungsi

|61112032 | MODUL III | FK-UNIBA 15

Page 16: Skenario 3

Alat pelindung jatuh perorangan berfungsi membatasi gerak pekerja agar

tidak masuk ke tempat yang mempunyai potensi jatuh atau menjaga pekerja

berada pada posisi kerja yang diinginkan dalam keadaan miring maupun

tergantung dan menahan serta membatasi pekerja jatuh sehingga tidak

membentur lantai dasar.

b. Jenis

Jenis alat pelindung jatuh perorangan terdiri dari sabuk pengaman

tubuh (harness), karabiner, tali koneksi (lanyard), tali pengaman (safety

rope), alat penjepit tali (rope clamp), alat penurun (decender), alat penahan

jatuh bergerak (mobile fall arrester), dan lain-lain.

9. Pelampung

a. Fungsi

Pelampung berfungsi melindungi pengguna yang bekerja di atas air

atau dipermukaan air agar terhindar dari bahaya tenggelam dan atau

mengatur keterapungan (buoyancy) pengguna agar dapat berada pada posisi

tenggelam (negative buoyant) atau melayang (neutral buoyant) di dalam air.

b. Jenis

Jenis pelampung terdiri dari jaket keselamatan (life jacket), rompi

keselamatan (life vest), rompi pengatur keterapungan (Bouyancy Control

Device).

|61112032 | MODUL III | FK-UNIBA 16

Page 17: Skenario 3

DAFTAR PUSTAKA

Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 609 Tahun 2012 Tentang Pedoman Penyelesaian Kasus Kecelakaan Kerja Dan Penyakit Akibat Kerja

Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan Nomor Kep. 22/Djppk/V/2008 Tentang Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja

Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan Nomor Kep. 22/Djppk/V/2008 Tentang Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja anan Kesehatan Kerja

Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor Per.08/Men/Vii/2010 Tentang Alat Pelindung Diri

|61112032 | MODUL III | FK-UNIBA 17