skenario 3
DESCRIPTION
Blok Kesehatan OkupasiTRANSCRIPT
SKENARIO III
Ny. Yana berusia 39 tahun masuk rumah sakit dengan serangan asma akut. Ia baru kali ini
masuk rumah sakit dengan asama. Gejala batuk, sesak napas , dan wheezing mulai dialaminya
kira-kira 6 bulan yang lalu. Ia mempunyai riwayat penyakit rhinitis alergi selama beberapa
tahun, tetapi tanpa asma. Serangan biasa dialaminya pada malam hari dan ia merasa penyakitya
membaik pada hari-hari dimana ia tidak masuk bekerja.
Ketika Ny. Yana dalam keadaan cuti melahirkan selama 2 bulan, Ny. Yana tidak pernah
mengalami serangan asma. Satu minggu setelah kembali bekerja, penyakit asmanya kambuh.
Pada saat diperiksa di klinik rawat jalan, dengan auskultasi tidak ditemukan kelainan paru-paru.
Pekerjaan Ny. Yana sehari-hari adalah mengawasi proses finishinh pada pabrik pintu yang
terbuat dari kayu. Ia sendiri sering mengisi retak/celah pada pintu dengan bahan yang
mengandung cyanocrylate . setelah itu, dia menghaluskan permukaan pintu dengan portable
sanding machine. Selama bekerja, Ny.Yana hanya menggunakan alat pelindung diri berupa sapu
tangan untuk menutup hidung dan mulutnya.
TERMINOLOGI ASING
1. Cryanocrylate nama generik untuk golongan adesif yang cepat waktu kerjanya dalam
merekatkan.
2. Portable sanding machine mesin amplas yang dapat dibawa.
ANALISA MASALAH
1. Mengapa Ny. Yana mengalami batuk, sesak napas, dan wheezing sejak 6 bulan yang lalu?
2. Bagaimana faktor riwayat rhinitis alergi dengan keluhan?
3. Mengapa asma kambuh pada malam hari dan pada saat bekerja?
4. Bagaimana hubungan pekerjaan dengan keluhan?
5. Bagaimana hubungan penggunaan APD berupa sapu tangan terhadap keluhan?
6. Bagaimana penanganan dan pengendalian risiko di tempat kerja?
7. Bagaimana pemeriksaan yang dapat dilakukan selanjutnya?
8. Apa kemungkinan diagnosis pada Ny. Yana?
|61112032 | MODUL III | FK-UNIBA 1
SKEMA
LO
Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan:
1. Penegakan diagnosis penyakit akibat kerja (PAK) berdasarkan faktor risiko di tempat
kerja
2. Pencegahan terjadinya gangguan kesehatan pada pekerja di lingkungan kerja
3. Tindakan promotif kesehatan pekerja di lingkungan pekerja
4. Berbagai fungsi alat pelindung diri (APD)
|61112032 | MODUL III | FK-UNIBA 2
PEMBAHASAN
I. Penegakkan diagnosis PAK berdasarkan faktor risiko di tempat kerja
Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia
Nomor 609 Tahun 2012 Tentang Pedoman Penyelesaian Kasus Kecelakaan Kerja
Dan Penyakit Akibat Kerja, ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam
menganalisis dan menetapkan apakah PAK (Occupational Disease) atau penyakit
akibat hubungan kerja (Work Related Disease) diperlukan data pendukung antara
lain:
1) Data hasil pemeriksaan kesehatan awal
(sebelum tenaga kerja di pekerjakan di perusahaan yang bersangkutan);
2) Data hasil pemeriksaan kesehatan berkala
(pemeriksaan yang di lakukan secara periodik selama tenaga kerja bekerja di
perusahaan yang bersangkutan);
3) Data hasil pemeriksaan khusus
(pemeriksaan dokter yang merawat tenaga kerja tentang riwayat penyakit yang di
deritanya);
4) Data hasil pengujian lingkungan kerja oleh Pusat Keselamatan dan Kesehatan
Kerja beserta balai-balainya, atau lembaga-lembaga lain yang ditunjuk oleh
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi;
5) Data hasil pemeriksaan kesehatan tenaga kerja secara umum di bagian tersebut;
6) Riwayat pekerjaan tenaga kerja;
7) Riwayat kesehatan tenaga kerja;
8) Data medis/rekam medis tenaga kerja;
9) Analisis hasil pemeriksaan lapangan oleh Pengawas Ketenagakerjaan; dan/atau
10) Pertimbangan medis dokter penasehat.
|61112032 | MODUL III | FK-UNIBA 3
BIDANG PENYAKIT PARU
I. BATASAN
Penyakit paru akibat kerja adalah penyakit atau kelainan paru yang disebabkan oleh pajanan
faktor-faktor risiko di tempat kerja antara lain berupa : debu, gas dan uap.
Kelainan yang terjadi dapat berupa :
A. Kelainan akut
1. Trauma inhalasi akut akibat gas iritan, fosgen, asap; termasuk Reactive Airways
Dysfunction Syndrome (RADS)
2. Toxic Pneumonitis
3. Edema paru akut, misalnya akibat asap, nitrogen, SO2, fosgen
4. Bronkitis akut
5. Hipersensitiviti pneumonitis
B. Kelainan kronik
1. Pneumokoniosis
Misalnya akibat debu asbes (asbestosis), batubara (pneumoconiosis batubara), silica
(silicosis), beryllium (beriliosis) dan lain-lain
2. Penyakit pleura (efusi pleura, mesotelioma, plak pleura)
3. Misalnya akibat pajanan debu asbes
4. Bronkitis kronik
Misalnya akibat pajanan debu tambang, tepung, talk, asap, gas
5. Asma kerja
Misalnya akibat :
- Isosianat ; Heksametilen diisosianat (HDI),
- toluene diisosianat (TDI)
- Tepung gandum
- Kolofoni pada proses solder elektronik
- Enzim, seperti alkalase, makstalase, lipase dan amilase
- Lateks
- Bulu binatang tertentu
- Dan lain-lain
|61112032 | MODUL III | FK-UNIBA 4
6. Bisinosis
Timbul akibat pajanan debu kapas
7. Hipersensitiviti pneumonitis
Timbul akibat respons hiperimun terhadap antigen inhalasi antara lain berasal dari
mikroorganisme, binatang, tumbuhan dan zat kimia.
8. Kanker paru
Kanker paru akibat pajanan di tempat kerja dapat disebabkan antara lain oleh arsen,
asbes, krom, uranium, metal eter, nikel, cadmium.
Penyakit infeksi :
- Antraks
- Coccodiodomycosis
- Echinococcosis
- Psitacosis
- Tuberkulosis
II. DIAGNOSIS
A. Anamnesis .
1. Riwayat pekerjaan.
i. Pencatatan pekerjaan dan kegemaran/hobby yang terus menerus atau "part time"
secara kronologis
ii. Identifikasi bahan berbahaya di tempat kerja:
- bahan yang digunakan oleh pekerja
- bahan yang digunakan oleh pekerja pembantu.
iii. Hubungan antara paparan dan gejala yang timbul :
- waktu antara mulai bekerja dan gejala pertama
- urutan-urutan dan perkembangan gejala
- hubungan antara gejala dengan tugas tertentu
- perubahan gejala dan waktu libur, jauh dari tempat kerja
2. Keluhan penyakit :
Ditanyakan tentang adanya keluhan penyakit berupa:
1. Batuk:
|61112032 | MODUL III | FK-UNIBA 5
- sifat batuk (kering atau berdahak)
- waktu batuk (pagi/siang/malam/terus- terusan)
- frekuensi
- sejak kapan?
- batuk selama 3(tiga) bulan, terjadi tiap-tiap tahun
- peningkatan batuk selama 3 minggu atau lebih, selama 3 tahun terakhir
b. Dahak
- Warna
- Jumlah
- Konsistensi
- Waktu (pagi/siang/malam/terus-menerus)
- Sejak kapan?
- batuk selama 3(tiga) bulan, terjadi tiap-tiap tahun
- peningkatan batuk selama 3 minggu atau lebih, selama 3 tahun terakhir.
c. Sesak Nafas/nafas pendek
- Ditanyakan sesuai dengan kriteria sesak nafas menurut American Thoracic
Society (ATS)
0 tidak ada Tidak ada sesak nafas kecuali exercise berat
1 ringan Rasa nafas pendek bila berjalan cepat mendatar atau mendaki
2 sedang Berjalan lebih lambat dibandingkan orang lain sama umur karena sesak
atau harus berhenti untuk bernafas saat berjalan mendatar
3 berat Berhenti untuk bernafas setelah berjalan 100 meter/beberapa menit, berjalan
mendatar
4 Sangat
berat
Terlalu sesak untuk keluar rumah, sesak saat mengenakan melepaskan
pakaian
|61112032 | MODUL III | FK-UNIBA 6
-Sejak 12 bulan terakhir pernah mengalami/tidak waktu terbangun dari tidur malam
d. Nyeri dada
- Lokasi
- Waktu nyeri dada (inspirasi atau ekspirasi)
- Deskripsi nyeri dada
- Sejak 3 tahun terakhir pernah mengalami/tidak, yang lamanya 1 minggu
e. Mengi
- Waktu mengi (pagi/siang/malam); Inspirasi/ekspirasi
- Disertai nafas pendek atau nafas normal
- Sejak kapan?
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Ditanyakan tentang adanya penyakit/keluhan penyakit yang pernah dideritanya berupa :
a. Penyakit-penyakit lain yang pernah diderita:
- kecelakaan/operasi daerah dada
- gangguan jantung
- bronkitis
- pneumoni
- pleuritis
- T B paru
- Asma bronkial
- Gangguan dada yang lain
- Hay fever
- Dan lain-lain
|61112032 | MODUL III | FK-UNIBA 7
b. Riwayat atopi/alergi.
4. Riwayat kebiasaan
Ditanyakan kebiasaan merokok meliputi :
a. Jumlah rokok yang dihisap :
- 1 (satu) batang rokok perhari atau 1 batang rokok perbulan atau lebih dari 1 batang
rokok
- jumlah batang rokok/tembakau perhari/ perminggu.
b. Lama merokok :
Kurang dari 1 tahun/lebih dari 1 tahun.
c. Cara mengisap rokok :
- dangkal
- sedang
- dalam
d. Umur waktu mulai merokok dengan teratur.
e. Jenis rokok :
- buatan pabrik/buatan sendiri
- menggunakan filter/tidak
- rokok tipe kecil/sedang
- sering berganti-berganti rokok/ kombinasi/tidak
- kretek/putih
f. Kontinuitas merokok :
- pernah mengalami/berhenti merokok/ tidak, lamanya
- jumlah hari selama merokok (jumlah bulan/tahun )
g. Derajat berat merokok dengan indeks Brinkman (IB), yaitu perkalian jumlah rata-rata
batang rokok yang dihisap sehari dikalikan lama merokok dalam tahun :
- Ringan : 1 - 200
- Sedang : 201 – 600
- Berat : >600
B. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum dan tanda vital
|61112032 | MODUL III | FK-UNIBA 8
2. Pemeriksaan pulmonologik
a. Inspeksi
b. Palpasi
c. Perkusi
d. Auskultasi
C. Pemeriksaan Penunjang
1. Rutin:
- laboratorium : darah, urine
- foto toraks : P A dan lateral
- spirometri.
2. Khusus:
- uji alergi pada kulit
- uji provokasi bronkus dengan bahan spesifik/non spesifik di tempat kerja
- sputum BTA 3x
- Sputum sitologi
- bronkoskopi
- patologi anatomi : biopsi
- radiologi: tomogram, bronkografi, CT -scan
- kapasitas difusi terhadap CO (DLCO)
- uji Cardia Pulmonary Exercise (CPX).
D. Penetapan diagnosis Penyakit Akibat Kerja dalam bidang paru diperlukan data pendukung
berupa kondlsillngkungan kerja apakah terdapat faktor dan bahan-bahan yang menlmbulkan
penyakit akibat kerja.
III.URAIAN CACAT DAN PENILAIAN TINGKAT CACAT
A. Uraian Cacat.
1. Kelainan fungsi paru (restriktif dan obstruktif atau campuran) Restriksi Obstruksi
(KVP% atau (VEP1/KVP)% atau VEP1 % KVP/prediksi%)(VEP1/prediksi)
|61112032 | MODUL III | FK-UNIBA 9
Normal >80% >75%
Ringan 60-79% 60-74%
Sedang 30-59% 30-59%
Berat <30% <30%
2. Kelainan anatomi seperti kehilangan sebagian jaringan paru, misalnya lobektomi.
B. Penilaian derajat sesak
Derajat 0 : Tidak sesak kecuali exercise berat
Derajat I : Sesak ringan, rasa nafas pendek bila berjalan cepat mendatar
atau mendaki
Derajat II : Sesak sedang, berjalan lebih lambat dibandingkan orang lain
sama umur karena sesak atau harus berhenti untuk bernafas
saat berjalan mendatar
Derajat III : Sesak berat, berhenti untuk bernafas setelah berjalan 100
meter/beberapa menit, berjalan mendatar
Derajat IV : Sangat berat terlalu sesak untuk keluar rumah, sesak
mengenakan/melepaskan pakaian
C. Penilaian Cacat.
Penilaian cacat pada penyakit paru akibat kerja didasarkan kepada hasil penentuan
pemeriksaan spirometri dan derajat sesak sebagai berikut:
|61112032 | MODUL III | FK-UNIBA 10
------------------------------------------------------------------------------------------------------
Derajat sesak VEP 1 Persentase cacat fungsi
fungsional disability)
------------------------------------------------------------------------------------------------------
0 > 2,5 L -
1 Ringan 1,6 - 2,5 L 25 %
2 Sedang 1,1 - 1,5 L 50 %
3 Berat 0,5 - 1 L 75 %
4 Sangat berat < 0,1 L 100 %
------------------------------------------------------------------------------------------------------
Penilaian dilakukan setelah penderita mendapat terapi maksimal (bronkodilator)
selama 3 bulan dengan hasil menetap.
Cara menetapkan penilaian kecacatan fungsi (Functional disability) ditentukan
dengan menilai secara subjektif keluhan sesak nafas dan penilaian objektif dengan
pemeriksaan spirometri.
Penentuan ganti rugi didasarkan pada persentase cacat fungsi 100% sama
dengan 70%.
II. Pencegahan Terjadinya Gangguan Kesehatan Pada Pekerja Di Lingkungan
Kerja
Upaya preventif berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan
Ketenagakerjaan Nomor Kep. 22/Djppk/V/2008 Tentang Petunjuk Teknis
Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja:
|61112032 | MODUL III | FK-UNIBA 11
1. Melakukan penilaian terhadap faktor risiko kesehatan di tempat kerja (health
hazard risk assesment) yang meliputi :
a) Identifikasi faktor bahaya kesehatan kerja melalui : pengamatan, walk
through survey, pencatatan/pengumpulan data dan informasi
b) Penilaian/pengukuran potensi bahaya kesehatan kerja
c) Penetapan tindakan pengendalian faktor bahaya kesehatan pekerja
2. Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja (awal, berkala dan khusus)
3. Survailans dan analisis PAK dan penyakit umum lainnya
4. Pencegahan keracunan makanan bagi tenaga kerja
5. Penempatan tenaga kerja sesuai kondisi/status kesehatannya
6. Pengendalian bahaya lingkungan kerja
7. Penerapan ergonomi kerja
8. Penetapan prosedur kerja aman atau Standard Operating Procedure (SOP)
9. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) yang sesuai
10. Pengaturan waktu kerja (rotasi, mutasi, pengurangan jam kerja terpapar
faktor risiko dll);
11. Program imunisasi
12. Program pengendalian binatang penular (vektor) penyakit.
III. Tindakan Promotif Kesehatan Pekerja Di Lingkungan Pekerja
Upaya kesehatan promotif menurut Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan Nomor Kep. 22/Djppk/V/2008 Tentang Petunjuk
Teknis Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja:
1. Pembinaan kesehatan kerja
2. Pendidikan dan pelatihan bidang kesehatan kerja
3. Perbaikan gizi kerja
4. Program olah raga di tempat kerja
5. Penerapan ergonomi kerja
6. Pembinaan cara hidup sehat
7. Program pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS dan Narkoba di tempat
kerja
|61112032 | MODUL III | FK-UNIBA 12
8. Penyebarluasan informasi kesehatan kerja melalui penyuluhan dan media
KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi), dengan topik yang relevan
IV. Berbagai Fungsi Alat Pelindung Diri (APD)
Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia
Nomor Per.08/Men/Vii/2010 Tentang Alat Pelindung Diri, fungsi dan jenis alat
pelindung diri:
1. Alat pelindung kepala
a. Fungsi
Alat pelindung kepala adalah alat pelindung yang berfungsi untuk
melindungi kepala dari benturan, terantuk, kejatuhan atau terpukul benda
tajam atau benda keras yang melayang atau meluncur di udara, terpapar
oleh radiasi panas, api, percikan bahan-bahan kimia, jasad renik (mikro
organisme) dan suhu yang ekstrim.
b. Jenis
Jenis alat pelindung kepala terdiri dari helm pengaman (safety helmet),
topi atau tudung kepala, penutup atau pengaman rambut, dan lain-lain.
2. Alat pelindung mata dan muka
a. Fungsi
Alat pelindung mata dan muka adalah alat pelindung yang berfungsi
untuk melindungi mata dan muka dari paparan bahan kimia berbahaya,
paparan partikel-partikel yang melayang di udara dan di badan air, percikan
benda-benda kecil, panas, atau uap panas, radiasi gelombang
elektromagnetik yang mengion maupun yang tidak mengion, pancaran
cahaya, benturan atau pukulan benda keras atau benda tajam.
b. Jenis
Jenis alat pelindung mata dan muka terdiri dari kacamata pengaman
(spectacles), goggles, tameng muka (face shield), masker selam, tameng
muka dan kacamata pengaman dalam kesatuan (full face masker).
|61112032 | MODUL III | FK-UNIBA 13
3. Alat pelindung telinga
a. Fungsi
Alat pelindung telinga adalah alat pelindung yang berfungsi untuk
melindungi alat pendengaran terhadap kebisingan atau tekanan.
b. Jenis
Jenis alat pelindung telinga terdiri dari sumbat telinga (ear plug) dan
penutup telinga (ear muff).
4. Alat pelindung pernapasan beserta perlengkapannya
a. Fungsi
Alat pelindung pernapasan beserta perlengkapannya adalah alat pelindung
yang berfungsi untuk melindungi organ pernapasan dengan cara
menyalurkan udara bersih dan sehat dan/atau menyaring cemaran bahan
kimia, mikro-organisme, partikel yang berupa debu, kabut (aerosol), uap,
asap, gas/ fume, dan sebagainya.
b. Jenis
Jenis alat pelindung pernapasan dan perlengkapannya terdiri dari
masker, respirator, katrit, kanister, Re-breather, Airline respirator,
Continues Air Supply Machine=Air Hose Mask Respirator, tangki selam
dan regulator (Self-Contained Underwater Breathing Apparatus /SCUBA),
Self-Contained Breathing Apparatus (SCBA), dan emergency breathing
apparatus.
5. Alat pelindung tangan
a. Fungsi
Pelindung tangan (sarung tangan) adalah alat pelindung yang berfungsi
untuk melindungi tangan dan jari-jari tangan dari pajanan api, suhu panas,
suhu dingin, radiasi elektromagnetik, radiasi mengion, arus listrik, bahan
kimia, benturan, pukulan dan tergores, terinfeksi zat patogen (virus, bakteri)
dan jasad renik.
|61112032 | MODUL III | FK-UNIBA 14
b. Jenis
Jenis pelindung tangan terdiri dari sarung tangan yang terbuat dari logam,
kulit, kain kanvas, kain atau kain berpelapis, karet, dan sarung tangan
yang tahan bahan kimia.
6. Alat pelindung kaki
a. Fungsi
Alat pelindung kaki berfungsi untuk melindungi kaki dari tertimpa atau
berbenturan dengan benda-benda berat, tertusuk benda tajam, terkena
cairan panas atau dingin, uap panas, terpajan suhu yang ekstrim, terkena
bahan kimia berbahaya dan jasad renik, tergelincir.
b. Jenis
Jenis Pelindung kaki berupa sepatu keselamatan pada pekerjaan
peleburan, pengecoran logam, industri, kontruksi bangunan, pekerjaan
yang berpotensi bahaya peledakan, bahaya listrik, tempat kerja yang
basah atau licin, bahan kimia dan jasad renik, dan/atau bahaya binatang dan
lain-lain.
7. Pakaian pelindung
a. Fungsi
Pakaian pelindung berfungsi untuk melindungi badan sebagian atau
seluruh bagian badan dari bahaya temperatur panas atau dingin yang
ekstrim, pajanan api dan benda-benda panas, percikan bahan-bahan kimia,
cairan dan logam panas, uap panas, benturan (impact) dengan mesin,
peralatan dan bahan, tergores, radiasi, binatang, mikro-organisme patogen
dari manusia, binatang, tumbuhan dan lingkungan seperti virus, bakteri dan
jamur.
b. Jenis
Jenis pakaian pelindung terdiri dari rompi (Vests), celemek
(Apron/Coveralls), Jacket, dan pakaian pelindung yang menutupi
sebagian atau seluruh bagian badan.
8. Alat pelindung jatuh perorangan
a. Fungsi
|61112032 | MODUL III | FK-UNIBA 15
Alat pelindung jatuh perorangan berfungsi membatasi gerak pekerja agar
tidak masuk ke tempat yang mempunyai potensi jatuh atau menjaga pekerja
berada pada posisi kerja yang diinginkan dalam keadaan miring maupun
tergantung dan menahan serta membatasi pekerja jatuh sehingga tidak
membentur lantai dasar.
b. Jenis
Jenis alat pelindung jatuh perorangan terdiri dari sabuk pengaman
tubuh (harness), karabiner, tali koneksi (lanyard), tali pengaman (safety
rope), alat penjepit tali (rope clamp), alat penurun (decender), alat penahan
jatuh bergerak (mobile fall arrester), dan lain-lain.
9. Pelampung
a. Fungsi
Pelampung berfungsi melindungi pengguna yang bekerja di atas air
atau dipermukaan air agar terhindar dari bahaya tenggelam dan atau
mengatur keterapungan (buoyancy) pengguna agar dapat berada pada posisi
tenggelam (negative buoyant) atau melayang (neutral buoyant) di dalam air.
b. Jenis
Jenis pelampung terdiri dari jaket keselamatan (life jacket), rompi
keselamatan (life vest), rompi pengatur keterapungan (Bouyancy Control
Device).
|61112032 | MODUL III | FK-UNIBA 16
DAFTAR PUSTAKA
Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 609 Tahun 2012 Tentang Pedoman Penyelesaian Kasus Kecelakaan Kerja Dan Penyakit Akibat Kerja
Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan Nomor Kep. 22/Djppk/V/2008 Tentang Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja
Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan Nomor Kep. 22/Djppk/V/2008 Tentang Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja anan Kesehatan Kerja
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor Per.08/Men/Vii/2010 Tentang Alat Pelindung Diri
|61112032 | MODUL III | FK-UNIBA 17