skenario 3

Upload: aqsha-amanda

Post on 30-Oct-2015

43 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

IPT

TRANSCRIPT

  • SKENARIO 3BLOK INFEKSI PENYAKIT TROPIKMALARIA

    Kelompok B2

    KETUA : Wengki A. 1102009297SEKRETARIS : Meta Adriani 1102009171ANGGOTA : Mira Andhika 1102009173Raka Aditya 1102009234 Ramacil Afsan 1102009235Ratna Dilla 1102009236 Widya Puspita1102009299Widoretno L. 1102009298 Livia eka sofiani 1102008288

  • Malaria

    Pak Mardoni, seorang pegawai Biro Pusat Statistik di Jakarta baru kembali dari melakukan studi lapangan di Papua selama dua minggu. Dua minggu setelah kembali dari Papua pak Mardoni di rawat di RS YARSI karena mengalami demam selama seminggu. Demam dirasakan setiap dua hari sekali dimana setiap kali demam didahului menggigil dan setelah demam berkeringat. Setelah demam Pak Mardoni dapat pulih seperti biasa. Dokter menduga pak Mardoni menderita malaria. Setelah melakukan pemeriksaan sediaan hapus darah tepi, dokter mengatakan pak Mardoni terinfeksi Plasmodium falciparum. Menjawab pertanyaan dokter tentang obat profilaksis malaria, Pak Mardoni mengatakan sudah mendapat obat tetapi tidak meminumnya.Pak Mardoni bertanya apakah keluarganya yang tinggal serumah dapat tertular dari dirinya. Dokter menjelaskan karena vektor malaria yaitu nyamuk Anopheles tidak terdapat di Jakarta maka keluarga pak Mardoni kecil kemungkinan akan tertular malaria dari ayahnya. Dokter kemudian memberikan penyuluhan/KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) yang merupakan salah bentuk implementasi strategi kegiatan Gerakan Berantas Kembali Malaria (Gebrak Malaria) yang telah dicanangkan oleh Depkes RI pada tahun 2000.

  • Sasaran belajar

    TIU 1 Memahami dan Menjelaskan Tentang Plasmodium Penyebab Malaria pada Manusia1.1 Definisi1.2 Klasifikasi1.3 Morfologi1.4 Epidemiologi1.5 Daur Hidup1.6 TransmisiTIU 2 Memahami dan Menjelaskan Tentang Malaria2.1 Definisi2.2 Klasifikasi2.3 Epidemiologi2.4 Etiologi2.5 Patogenesis dan Patofisiologi2.6 Manifestasi Klinik2.7 Diagnosis2.8 Penatalaksanaan2.9 Prognosis2.10 Pencegahan2.11 Komplikasi

  • TIU 3 Memahami dan Menjelaskan Tentang Vektor Malaria di Indonesia 3.1 Definisi 3.2 Morfologi 3.3 Klasifikasi 3.4 Daur Hidup 3.5 Perilaku 3.6 PengendalianTIU 4 Memahami dan Menjelaskan Tentang Obat Anti Malaria 4.1 Klasifiikasi 4.2 Farmakokinetik dan Farmakodinamik 4.3 Efek SampingTIU 5 Memahami Strategi dan Kegiatan Gerakan Berantas Kembali Malaria (gebrak malaria)di Indonesia5.1 Defiinisi5.2 kebijakan dan strategi Kebijaksanaan dan Strategi 5.3 Jenis Kegiatan5.4Peningkatan pelayanan5.5 Upaya Pengendalian KLB

  • TIU 1 Memahami dan Menjelaskan Tentang Plasmodium Penyebab Malaria pada Manusia

    1.1 DefinisiPlasmodium adalah parasit malaria, genus sporozoa (famili Plasmodiidae) bersifat parasitik pada sel darah merah hewan dan manusia1.2 Klasifikasi-Plasmodium vivax-Plasmodium falciparum-Plasmodium malariae-Plasmodium ovale

  • 1.3 Morfologi

    P.falciparumP.vivaxP.ovaleP.malariaepembesaran eritrosit -- ++ + -titik-titik eritrositmaurerschuffnerschuffnerziemannpigmenhitamkuning tenggulitengguli tuatengguli hitamjumlah merozoit dlm eritrosit 8-24 12-18 8-10 8

  • 1.4 Epidemiologi-Plasmodium vivax : Ditemukan didaerah subtropik,di daerah tropik ditemukan di Asia Timur, di Afrika jarang ditemukan, di Indonesia tersebar di seluruh kepulauan dan pada musim kering, umumnya di daerah endemi mempunyai frekuensi tertinggi di antara spesies lain-Plasmodium falciparum : Ditemukan di daerha tropik-Plasmodium malariae : Ditemukan di daerah tropis dengan frekuensi ringan-Plasmodium ovale :Bukan merupakan masalah kesehatan masyarakat, karena frekuensi amat rendah dan dapat sembuh dengan sendirinya

  • 1.5 Daur Hidup Plasmodium vivaxAnophles mengggigit kulit manusiamengeluarkan sporozoidmasuk ke peredaran darah perifer manusiasetelah setengah jam sporozoid masuk kedalam sel hatitumbuh menjadi skizon hati dan sebagian ada yang menjadi hipnozoid(beristirahat dalam hati kira-kira 3 bulan sampai aktif dan mulai dengan daur eksoeritrosit sekunder)merozoid dari skizon hati masuk ke peredaran darahmerozoid menghinggap d eritrosit sehingga eritrosit mulai daur ulang untuk perkembangbiakan aseksual(skizogoni darah)merozoid berdaur beberapa kali, sebagiannya ada yangtumbuh menjadi tropozoit yang membentuk sel kelamin makrogametosit dan mikrogametositnyamuk anopheles betina menghisap manusia darah manusia yang mengandung makrogametosit dan mikrogametositdi dalam lambung, makrogametosit matang berubah menjadi makrogamet dan mikrogametosit berubah menjadi mikrogametterjadi fertilasizigot=ookinett ookista pecah dan mengeluarkan sporozoitsporozoit bergerak dan siap menginfeksi manusia.

  • Plasmodium palcifarumMenusuk pada manusia lalu mengeluarkan sporozoit dan masuk ke dalm darah perifer setelah setengah jam sporozoid masuk kedalam sel hatitumbuh menjadi skizon, merozoit dari skizon hati masuk ke peredaran darah,lalu berkembang secara aseksual d eritrosit dan berdaur ulang. Merizoit skizon eritrosit tumbuh menjadi trofozoit muda. Setelah daur eritrosit berlangsung sebagian merozoit tumbuh menjadi trofozoit yang membentuk sel kelamin yaitu: makrogametosit dan mikrogametosit di alat-alat dalam, nyamuk anopheles betina menghisap darah manusia yang mengandung makrogametosit dan mikrogametosit, didalam lambung nyamuk terdapat makrogametosit dan mikrro gametosit matang yang akan berubah menjadi makro dan mikrogamet lalu terjadi fertilasi zigot=ookinet ookinet menembus dindinglambung lalu membentuk ookista, ookista membesar dan pecah mengeluarka sporozoit sporozoit bergerak mencapai air liur dan siap menginfeksi manusia.

  • Plasmodium malariaBelum di temukan pada manusia, namun baru di temukan pada sinpanse sebagai hospes reservoir, dan plasmodium rhodhaini sama dengan plasmodium malariae pada manusia. Skizon praeritrosit menjadi matang 13 hari setelah infeksi.bila skizon matang,merozoit dilepaskan ke aliran darah tepi, siklus eritrosit aseksual dimulai dengan perioditas 72 jam. Merozoit menempel di eritrosit dan melakukan daur ulang lalu tumbuh menjadi tropozoit dan membentuk makrogametosit dan mikrogametosit di alat-alat dalam.

  • Plasmodium ovaleAnophles mengggigit kulit manusiamengeluarkan sporozoidmasuk ke peredaran darah perifer manusiasetelah setengah jam sporozoid masuk kedalam sel hatitumbuh menjadi skizon hati dan sebagian ada yang menjadi hipnozoid(beristirahat dalam hati kira-kira 3 bulan sampai aktif dan mulai dengan daur eksoeritrosit sekunder)merozoid dari skizon hati masuk ke peredaran darahmerozoid menghinggap d eritrosit sehingga eritrosit mulai daur ulang untuk perkembangbiakan aseksual(skizogoni darah)merozoid berdaur beberapa kali, sebagiannya ada yangtumbuh menjadi tropozoit yang membentuk sel kelamin makrogametosit dan mikrogametositnyamuk anopheles betina menghisap manusia darah manusia yang mengandung makrogametosit dan mikrogametositdi dalam lambung, makrogametosit matang berubah menjadi makrogamet dan mikrogametosit berubah menjadi mikrogametterjadi fertilasizigot=ookinett ookista pecah dan mengeluarkan sporozoitsporozoit bergerak dan siap menginfeksi manusia.

  • 1.6 Transmisi Infeksi dapat terjadi dengan 2 cara :1.secara alami melalui vektor : sporozoit masuk ke tubuh manusia dengan tusukan nyamuk2.secara induksi : stadium asexual dalam eritrosit masuk secara tidak sengaja.contohnya : transfusi, suntikan, plasenta

  • TIU 2 Memahami dan Menjelaskan Tentang Malaria

    2.1 Definisi Malaria adalah penyakit demam menular yang disebabkan oleh protozoa genus plasmodium, yang merupakan parasit pada eritrosit. 2.2 Klasifikasi -Malaria vivax/malaria tersiana : Plasmodium vivax -Malaria malariae/malaria kuartana : Plasmodium malariae -Malaria ovale : Plasmodium ovale -Malaria falciparum/malaria tropika : Plasmodium falciparum

  • 2.3 Epidemiologi Malaria merupakan penyakit endemis atau hiperendemis di daerah tropis maupun subtropis. Diperkirakan prevalensi malaria di seluruh dunia berkisar antara 300-500 juta kasus malaria klinis per tahun dengan 1,5-2,7 juta kematian. Sebanyak 90 % kematian terjadi pada anak-anak. Di Indonesia, malaria tersebar di seluruh pulau dengan derajat endemisitis yang berbeda-beda dan dapat berjangkit di daerah dengan ketinggian sampai 1800 m di atas permukaan laut. Secara tradisi endemisitas daerah dibagi menjadi : -hipoendemik : bila parasit rate/ spleen rate 0-10 % -mesoendemik : bila parasit rate/ spleen rate 10-50 % -hiperendemik : bila parasit rate/ spleen rate 50-75 % -holoendemik : bila parasit rate/ spleen rate > 75 %

  • 2.4 EtiologiMalaria disebabkan oleh infeksi plasmodium. Plasmodium vivax,Plasmodium falciparum,Plasmodium malariae,Plasmodium ovale.Ada juga mixed infection, umumnya 2 jenis plasmodium, yang paling sering dijumpai adalah Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax/ Plasmodium malariae.

  • 2.5 Patogenesis dan PatofisiologiPlasmodium falciparum dalam eritrosit

    Membentuk cincin

    Menampilkan antigen RESA (Ring Erythrocyte Surgace Antigen)

    Antigen RESA menghilang setelah parasit masuk ke stadium matur

    Permukaan EP menonjol, membentuk knob dengan histidin Rich-protein-1 (HRP I)

    Bila EP mengalami merogoni, akan dilepaskan toksin malaria berupa GPI yg merangsang pelepasan TNF dan IL-1 dari makrofag

  • PatofisiologiGejala malaria ttimbul saat pecahnya eritrosit yang mengandung parasit. Gejala mencolok adalah demam yang disebabkan oleh pirogen endogen, yaitu TNF dan IL-1.Demam mengakibatkan vasodilatasi perifer yg disebabkan oleh bahan vasoaktif yang dihasilkan oleh parasit. Splenomegali disebabkan oleh terjadinya peningkatan jumlah eritrosit yang terinfeksi parasit.Juga terjadi penurunan jumlah trombosit dan leukosit neutrofil.Terjadinya kongesti pada organ lain menyebabkan resiko terjadinya ruptur limpa.Anemia disebabkan olehh pecahnya eritrositdan difagositosis oleh RES.Kelainan patologik pembuluh darah kapiler pada malaria tropika, disebabkan karena sel darah merah yang terinfeksi menjadi kaku dan lengket. Setelah terjadi penumpukan sel dan bahan pecahan sel, maka aliran kapiler terhambat dan timbul hipoksi jaringan, terjadi gangguan pada integritas kapiler dan dapat terjadi perembesan cairan bahkan perdarahan ke jaringan sekitarnya

  • 2.6 Manifestasi Klinik-Plasmodium vivax :masa inkubasi 12-17 hari Demam 48 jam Anemia kronik Splenomegali ruptur limpa -Plasmodium falciparum :masa inkubasi 9-14 hari Demam 24,36,48 jam Hemolisis Anemia Ikterus Hemoglobulinuria Syok Edema paru Hipoglikemi

  • -Plasmodium malariae :masa inkubasi 18-40 hariDemam 72 jamrekrudensi sampai 50 tahunsplenomegali menetaplimpa jarang ruptursindrom nefrotik -Plasmodium ovale :masa inkubasi 16-48 hari Demam 48 jam Anemia kronik Splenomegali ruptur limpa

  • 2.7 Diagnosis 1. Anamnesa : -Asal penderita apakah dari daerah endemik -Riwayat berpergian ke daerah malaria -Riwayat pengobatan kuratif maupun preventif

  • 2. Pemeriksaan Fisik : -demam 37,5-40 C -anemia -splenomegali -hepatomegali -malaria berat : -syok -tekanan darah turun -nadi cepat dan lemah -frekuensi nafas -penurunan kesadaran -dehidrasi -perdarahan -ikterik -gangguan fungsi ginjal

  • 3. Pemeriksaan Lab : - tetes darah : a.tetesan preparat darah tebal : Cara terbaik untuk menemukan parasit malaria. b.tetesan preparat darah tipis : untuk identifikasi jenis plasmodium. -Tes antigen : P-F testYaitu mendeteksi antigen dari Plasmodium falciparum (HRP II).Deteksi cepat hanya 3-5 menit.Sensitivitasnya baik. -Tes serologi : mendeteksi adanya antibodi spesifik terhadap malaria atau pada keadaan dimana parasit sangat minimal.Contohnya immuno precipitation techniques,ELISA. -Pemeriksaan PCR : walaupun jumlah parasit sangat sedikit dapat memberikan hasil positif.

  • 2.8 Penatalaksanaan 1. pemberian cairan/nutrisi 2. penanganan terhadap gangguan fungsi organ 3. pemberian obat anti malaria 4. golongan artemisin : bekerja sebagai obat skizontosid darah,membunuh plasmodium dalam semua stadium +gametosit.

  • 5. pengobatan ACT (Artemisinin base Combination Therapy)-Kombinasi tetap:-Co-artem:artemeter(20mg)+lumefantrine(120 mg) Dosis : 4 tablet 2x sehari selama 3 hari -Artekin :dihidroartemisin(40 mg)+piperakuin(320 mg) Dosis : dosis awal 2 tablet, 8 jam kemudian 2 tablet, 24 & 32 jam masing-masing 2 tablet. -Kombinasi tidak tetap : -Artesunat + meflokuin -Artesunat + klorokuin -Artesunat + pironaridin -Artesunat + primakuin -dihidroartemisin+piperakuintri+methoprim

  • 6. Pengobatan non ACT : -Klorokuin difosfat /sulfat -Sulfadoksin-pirimetamin -Kina sulfat -Primakuin

  • 2.9 Prognosis Pada infeksi malaria hanya terjadi mortalitas bila mengalami malaria berat. Pada malaria berat, mortalitas tergantung pada kecepatan penderita sampai di rumah sakit, kecepatan diagnosa, dan penanganan yang tepat. Mortalitas malaria berat di dunia masih cukup tinggi bervariasi 15-60 % tergantung fasilitas pemberi pelayanan. Makin banyak komplikasi makin tinggi mortalitas.

  • 2.10 Pencegahan 1. Tidur dengan menggunakan kelambu 2. Menggunakan obat pembunuh nyamuk 3. Mencegah gigitan nyamuk dengan menggunakan baju lengan panjang dan kaus kaki 4. Memasang kawat anti nyamuk 5. Pemakaian obat anti malaria 6. Vaksin malaria

  • 2.11 Komplikasi1. Sindrom splenomegali tropik : disebut juga Hypereactive Malarial Splenomegaly,terjadi pada penduduk daerah endemik,biasanya terjadi pada anak-anak.Spleen tidak mengecil, bahkan membesar.Terjadi peningkatan serum IgM dan antibodi terhadap malari,merupakan respon imunologik terhadap malaria.Gejala klinis bengkak pada perut, lemah, anoreksia, berat badan turun, dan anemia,

  • 2. Sindrom Nefrotik : Albuminuria, hipoalbumin, edema, dan hiperkolestrolemia.Terjadi pada anak-anak dengan infeksi Plasmodium malariae.3. Burkitts Limfoma :Terjadi pada daerah hiperendemik atau holoendemik.Tumor limfosit B.Tumor dijumpai pada rahang, perut, ovarium, ginjal, dan kelenjar limfe mesenterial.Diduga gangguan sel-sel supresi T dipengaruhi oleh Plasmodium falciparum sehingga sel limfosit T kurang menghambat pembiakan virus Epstein Barr.

  • TIU 3 Memahami dan Menjelaskan Tentang Vektor Malaria di Indonesia

    3.1 DefinisiNyamuk Anophelini yang berperan sebagai vektor malaris hanyalah genus anopheles.

  • 3.2 MorfologiTelur anophelini yang diletakkan satu persatu diatas permukaan air berbentuk seperti perahu yang bagian bawahnya konveks bagian atasnya konkaf dan mempunyai sepasang pelampung yang terletak pada sebelah lateral. Larva anophelini tampak mengapung sejajar dengan permukaan air, mempunyai bagian- bagian badan yang bentuknya khas, yaitu spirakel pada posterior abdomen dan sepasang bulu palma pada lateral abdomen. Pupa mempunyai tabung pernapasan yang bentuknya lebar dan pendek.Nyamuk dewasa palpus jantan dan betina mempunyai panjang yang sama dengan panjang probosisnya. Perbadaannya adalah pada nyamuk jantan ruas palpus bagian apikal berbentuk ganda sedangkan betina mengecil. Sayap bagian pinggir ada sisik sayap yang berkelompok menggambarkan belang- belang hitam putih. Ujung sayap membentuk lengkung, bagian posterior abdomen sedikit melancip.

  • 3.3 Klasifikasi

    Dikawasan pantai :1. Anopheles sundaicus2. Anopheles subpictus Dikawasan pedalaman :1. Anopheles aconitus 2. Anopheles barbirostris3. Anopheles bancrofti4. Anopheles farauti5. Anopheles subpictus6. Anpheles sinensis Dikawasan kaki gunung dengan perkebunan dan perhutanan :1. Anopheles balabacensis2. Anopheles maculatius

  • 3.4 Daur HidupNyamuk anophelini mengalami metamorfosis sempurna. Telur menetas menjadi larva yang kemudian melakukan pengelupasan kulit/ eksoskelet sebanyak 4 kali, lalu tumbuh mnejadi pupa dan akhirnya menjadi nyamuk dewasa. Waktu yang diperlukan untuk pertumbuhan sejak telur diletakkan sampai menjadi dewasa bervariasi antara 2- 5 minggu, tergantung pada spesies, makanan yang tersedia dan suhu udara. Tempat perindukan nyamuk anophelini bermacam- macam tergantung spesies dan dibagi menurut 3 kawasan.

  • 2.5 Perilaku

    NoVektorTempat Perindukan Larva1An. SundaicusMuara sungai yang dangkal pada musim kemarau2An. AconitusPersawahan dengan saluran irigasi3An. SubpicusCelah tanah bekas binatang4An. barbirostrisSawah dan saluran irigasi5An. balabacensisBekas roda yang tergenang air6An. LetiferAir yang tergenang di pinggiran pantai7An. FarautiKebun kangkung8An. punctulatusTepi sungai9An. KoliensisBekas jejak ronda kendaraan10An. LudlowiSungai di daerah pegunungan11An. nigerrimusSawah, kolam, dan rawa yang ada tanaman air12An. SinensisSawah, kolam, dan rawa yang ada tanaman air13An. flavirostrisSungai dan mata air bagian tepi yang berumput14An. KarwariAir tawar yang jernih15An. MaculatusMata air dan sungai dengan air jernih16An. BancroftiDanau dengan tumbuhan bakung17An. barbumbrosusDi pinggir sungai

  • 3.6 PengendalianDapat dilakukan melalui berbagai cara :1. Mengobati penderita malaria2. Mengusahakan agar tidak terjadi kontak antara nyamuk anophelini dan manusia, yaitu dengan memasang kawat kasa di bagian terbuka di luar rumah (jendela dan pintu) penggunaan kelambu dan repellent3. Mengadakan penyuluhan tentang sanitasi lingkungan dan pendidikan kesadaran keada masyarakat yang berkaitan dengan upaya memusnahkan tempat-tempat perindukan nyamuk dan penempatan kandang ternak diantara tempat perindukan dan rumah penduduk.

  • TIU 4 Memahami dan Menjelaskan Tentang Obat Anti Malaria

    Berdasarkan kerjanya pada tahapan perkembangan plasmodium dibedakan atas:Skizontosid jaringan dan darahUntuk mengendalikan serangan klinik , contohnya klorokuin, kuinin, metaflokuin, nalofantrin, artemisinin, antifolat, dan antibiotik. Kerja antifolat kerja kurang efektif dan lambat. Sebagai penanggulan supresi dengan menyingkirkan semua parasit dari tubuh pasien. Untuk penanganan kausal digunakan kloroguanid. Untuk pencegahan relaps digunakan P. vivax dan P. ovale. Penggunaan primakuin khusus untuk infeksi eritrosit berulang akibat plasmodium yang sembunyi di hati. Untuk memusnahkan parasit pada fase eritrosit dan eksoeritrosit digunakan kombinasi skizontosid darah dan jaringan. Gametositosid Membunuh gametosit yang berada dalam eritrosit. Contohnya klorokuin dan kina yang digunakan untuk P. falciparum, P. ovale, dan P. malariae dan primakuin yang digunakan untuk P. falciparum.Sporontosid Menghambat perkembangan gametosit lebih lanjut di tubuh nyamuk. Contohnya kloroguanid dan primakuin.

  • Klorokuin dan TurunannyaFarmakodinamikAktivitas AntimalariaEfektif pada parasit dalam fase eritrosit, tidak efektif untuk parasit di jaringan. Efektivitas lebih besar pada P. vivax, P. malariae, P. ovale, dan strain P. falciparum sensitif klorokuin. Efektif untuk gamet P. vivax, P. malariae, dan P. ovale. Untuk eradikasi P. vivax diberikan bersama primakuin. Efektivitasnya lebih besar untuk profilaksis dan penyembuhan terhadap P. malariae dan P. falciparum sensitif. Gejala klinis dan parasitemia akut dapat cepat diatasi. Mekanisme penting yang terjadi adalah penghambat polimerase hemeplasmodia.FarmakokinetikAbsorpsi klorokuin setelah pemberian oral terjadi lengkap dan cepat, dan makanan mempercepat absorpsi ini, dihambat oleh kaolin/antasia dengan kandungan Ca2+/mg. Mencapai kadar puncaknya 3-5 jam. Klorokuin lebih banyak diikat di jaringan. Hasil metabolit (modesetil klorokuin dan bisdesetil klorokuin) diekskresi lewat urin, dipercepat oleh asidifikasi. Klorokuin lambat dimetabolisme. Waktu paruh terminalnya 30-60 hari. Dosis harian 300 mg.

  • Efek Samping dan KontraindikasiDengan dosis yang tepat akan aman-aman saja. Efek samping yang mungkin ditemukan antara lain sakit kepala ringan, gangguan pencernaan dan penglihatan, dan gatal-gatal. Pemberian lebih dari 250mg/hari dapat menyebabkan ototoksisitas dan retinopati yang terjadi akibat akumulasi korokuin di jaringan seperti melanin. Dosis tinggi parenteral yang diberikan secara cepat dapat mengakibatkan toksisitas pada kardiovaskuler berupa hipotensi, vasodilatasi, penekanan fungsi miokard. Penggunaan pada pasien penyakit hati, gangguan cerna, neurologik, dan anemia berat harus berhati-hati. Pada pasien defisiensi G6DP dapat menyebabkan hemolisis. Pemberian bersama dengan fenil butazon dapat menyebabkan dermatitis, dengan meflokuin tidak dianjurkan karena dapat menimbulkan kejang, dengan antikonvulsan dapat mengurangi efektivitas antikonvulsan tersebut, dan dengan amiodason/halofantrin dapat meningkatkan resiko aritmia jantung.

  • PirimetaminFarmakodinamikEfek antimalarianya mirip dengan efek proguanil tapi lebih kuat karena kerjanya langsung. Kerjanya lambat sebagai skizontosid darah. Untuk profilaksis, pirimetamin diberikan seminggu sekali sedangkan proguanil setiap hari. Dalam bentuk kombinasi deng sulfadoksin digunakan untuk P. falciparum resisten kuinolon. Pirimetamin tidak memusnahkan gamet. Dosis yang tinggi ditambah sulfadiazin digunakan untuk terapi toksoplasmosis.FarmakokinetikPenyerapannya lambat tapi lengkap. Pencapaian kadar puncak pada 4-6 jam. Konsentrasi obat berefek supresi bertahan 2 minggu. Ditimbun di ginjal, paru, hati, dan limpa. Waktu paruhnya 4 hari. Diekskresi di urin.

  • Efek Samping dan KontraindikasiJika diberikan dalam dosis besar dapat terjadi anemia makrositik. Dapat dicegah dengan pemberian asam folinat.

  • PrimakuinFarmakodinamikDosis terapinya hanya memiliki efek antimalaria. Efek toksiknya terutama terlihat dalam darah. Aktivitas AntimalariaBentuk laten jaringan vivax dan ovale dihancurkan. Tidak menekan serangan malaria vivax, secara klinis tidak juga digunakan untuk menangani serangan malaria falsiparum sebab tidak efektif terhadap fase eritrosit. Golongan 8-aminokuinolin memperlihatkan efek gametosidal terhadap keempat jenis plasmodium, terutama P. FalciparumMekanisme AntimalariaKurang diketahui. Mungkin primakuin berubah menjadi elektrofil yang bekerja sebagai mediator oksidasi-reduksi. Aktivitas ini membantu aktivitas antimalaria melalui pembentukan oksigen rekatif atau mempengaruhi transportasi elektron parasit.ResistensiStrain P. vivax termasuk di Asia Tenggara menjadi resisten primakuin. Strain ini perlu pengobatan berulang dengan dosis ditinggikan.

  • FarmakokinetikPada pemberian oral akan diserap dan didistribusikan ke jaringan. Tidak diberikan secara parenteral karena dapat menyebabkan hipotensi. Metabolismenya cepat, hanya sebagian kecil yang diekskresi di urin dalam bentuk asal. Pencapaian konsentrasi plasma maksimum pada dosis tunggal 3 jam dengan waktu paruh 6 jam. Metabolisme oksidatif primakuin menghasilkan turunan karboksil, yang utama pada manusia 3 metabolit yang punya efek anti malaria juga.Efek Samping dan KontraindikasiPada penderita defisiensi G6DP dapet terjadi anemia hemolitik akut dengan derajat bervariasi. Pemberian dalam dosis tinggi dapat menyebabkan spasme usus dan gangguan lambung. Dosis yang lebih tinggi dapat menyebabkan mathemoglobinemia dan sianosis. Primakuin dikontraindikasikan pada pasien dengan penyakit sistemik berat dengan kecenderungan granulositopenia (arthritis reumatoid dan lupus eritematosus). tidak dianjurkan dibarengi dengan pemberian obat yang dapat menimbulkan hemolisis dan depresi tulang. Sebaiknya tidak diberikan kepada wanita hamil sebab berseiko menimbulkan hemolisis.

  • Kina dan Alkaloid SinkonaFarmakodinamikEfeknya sebagai antimalaria mulai tergantikan dengan obat malaria yang lebih aman. Kombinasi primetamin dengan sulfadoksin digunakan untuk P falciparum resisten klorokuin. Sebagai skinzontosid darah dan gametosid P. vivax dan P. malariae dan tidak digunakan untuk profilaksis malaria.FarmakokinetikDiserap baik terutama melalui usus halus bagian atas. Kadar puncak pada 1-3 jam. 70% terikat protein. Distribusinya luas terutama di hati. Sebagian besar alkaloid sinkona dimetabolisme dalam hati. Perombakan dan ekskresinya cepat

  • Efek SampingSering menyebabkan sinkonisme, gejalanya berupa gangguan pendengaran, sakit kepala, pandangan kabur, diare, dan mual. Keracunan lebih berat dapat menyebabkan gangguan gastrointestinal, saraf, dan kardiovaskuler. Kadang terjadi hemolisis berat, haemoglobinemia, dan hemoglobinuria pada pasien yang sedang hamil.IndikasiDigunakan untuk terapi malaria P. falciparum yang resisten klorokuin. Untuk terapi malaria ini, tanpa komplikasi, kina diberikan secara oral dan biasanya dikombinasikan dengan doksisiklin, atau klindamisin atau sulfadoksin- pirimetamin yang mana kombinasi tersebut untuk memperpendek masa pemakaian kina dan toksisitasnya. Jika pasien gagal memperlihatkan perbaikan klinik setelah 48 jam pengobatan, dosis kina perlu diturunkan 30-50% untuk mencegah akumulasi dan toksisitas obat.

  • Artemisinin dan DerivatnyaMerupakan senyawa trioksan yang diekstrak dari tanaman Artemisia annua (qinghousu). Skizontosid darah yang cepat secara in vivo maupun in vitro yang digunakan untuk malaria berat. Diduga ikatan endoperoksida dalam senyawa ini berperan dalam penghambatan sintesis protein yang diudga mekanisme kerja antiparasit ini.ArtesunatGaram suksinil natrium artemisin yang larut dalam air tapi tidak stabil dalam larutan.

  • ArtemeterCepat sekali mengatasi parasitemia malaria ringan maupun berat. Pemberian secara oral akan segera diserap dan mencapai kadar puncak dalam 2-3 jam. Farmakokinetik:Mengalami demetilasi di hati menjadi dihidroartemisin. Waktu paruhnya 4 jam. Pada manusia, 77% terikat protein plasma.Artemisinin adalah obat yang paling efektif untuk kasus malaria berat yang disebabkan oleh P. falciparum resisten klorokuin dan obat lainnya serta efektif untuk malaria serebral. Relaps dapat terjadi pada pemberian jangka pendek.

  • TIU 5 Memahami Strategi dan Kegiatan Gerakan Berantas Kembali Malaria (gebrak malaria) di Indonesia

    5.1 Defiinisigerakan nasional seluruh komponen masyarakat untuk memberantas malaria secara intensif melalui kemitraan antara pemerintah, dunia usaha, lembaga swadaya, badan internasional serta penyandang dana

  • 5.2 kebijakan dan strategi Kebijaksanaan dan Strategi Kebijaksanaan Dilakukan secara menyeluruh dan terpadu oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah dan lintas sektoral bersama mitra kerja pembangunan termasuk LSM, dunia usaha, dan masyarakat.Pemberantasan malaria dilakukan secara bertahap dari satu pulau atau beberapa pulau sampai seluruh wilayah Indonesia menurut tahapan yang didasarkan pada situasi malaria dan kondisi sumber daya setempat.Strategi Memberdayakan masyarakat dalam mendukung secara aktif pemberantasan malaria.Meningkatkan akses pelayanan kepada masyarakat yang beresiko malaria terhadap upaya pemberantasan malaria yang berkualitas.Meningkatkan sistem surveilans, pemantauan dan evaluasi, serta sistem informasi kesehatan.Meningkatkan advokasi kepada Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk berperan aktif dalam pengendalian malaria dengan menggalang kemitraan bersama sektor terkait, swasta, organisasi kemasyarakatan yang sudah ada.Meningkatkan upaya pelaksanaan program pemberantasan malaria yang berkualitas secara bertahap mulai dari intesifikasi, integrasi menuju eliminasi malaria

  • 5.3 Jenis Kegiatan Strategi tersebut dicapai dengan melaksanakan beberapa jenis kegiatan berikut ini. Peningkatan akses pelayananpenemuan penderita suspek malariakonfirmasi diagnosis (mikroskopik atau RDT)pengobatanpenyediaan LLIN untuk melindungi terhadap gigitan nyamukpeningkatan kualitas fasilitas pelayananPenggalangan kemitraan untuk pemberantasan malaria yang berkesinambungan1. melakukan advokasi untuk meningkatan komitmen Pemerintah dan Pemerintah Daerah dengan menggalang kemitraan secara terkoordinasi dengan seluruh sektor terkait termasuk sektor swasta dan organisasi kemasyarakatan melalui forum kerja sama Gebrak Malaria yang menjamin terjadinya sumber daya untuk mendukung upaya pemberantasan malaria yang berkesinambungan.

  • Peningkatan sistem surveilans malaria1. sistem kewaspadaan dini dan penanggulangan KLB 2. surveilans kasus malaria dan vektor 3. pemantauan efikasi obat dan insektisida 4. sistem informasi malaria (pelaporan dan pencatatan) 5. juru malaria desa Pemberdayaan masyarakat1. pembentukan pos malaria desa 2. promosi kesehatan 3. kemitraan dengan NGO,CBO,FGO 4. pemberdayaan posyandu, desa siaga, dll Quality assurance akuntabilitas kinerja program1. penelitian/survey 2. evaluasi,review manajemen program 3. auditing 4. re-planning

  • 5.4 Peningkatan pelayananPeningkatan akses pelayananpenemuan penderita suspek malariakonfirmasi diagnosis (mikroskopik atau RDT)pengobatanpenyediaan LLIN untuk melindungi terhadap gigitan nyamukpeningkatan kualitas fasilitas pelayanan

  • 5.5 Upaya Pengendalian KLBPada tahun 2006 terjadi KLB malaria di beberapa daerah. Upaya penanggulangan, baik dengan pengobatan secara missal, survei demam, penyemprotan rumah, penyelidikan vector penyakit dan tindakan lain, misalnya pengeringan tempat perindukan telah dilakukan dengan baik.Beberapa Kejadian Luar Biasa disebabkan oleh adanya perubahanlingkungan tempat perindukan potensial semakin meluas atau semakin bertambah. Secara rinci perubahan lingkungan yang dihubungankan dengan masalah penyebaran malaria diuraikan sebagai berikut. Akibat beberapa pembangunan proyek konstruksi yang tidak berwawasan lingkungan, seperti di Indrigiri Hilir, galian pasir Pulau Batam dan Bintan, galian timah di Bangka Belitung (Babel), penambangan liar di Kabupaten Landak Kal-bar, Kota Baru Kal-sel, dan tempat cucian rumput laut di Pulau Seribu Jakarta. Perubahan iklim setempat, misalnya di Sukabumi, Bukit Menoreh, Samosir, Wonosobo, Purbalingga.

  • Demikian pula, aktivitas masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan jugaberpengaruh dalam perubahan interaksi sosial sehingga suatu kawasan lingkungan pemukinan yang pada awalnya bebas dari malaria menjadi daerah endemis malaria karena terjadinya penularan oleh carrier yang ditunjang dengan adanya nyamuk vektor penular malaria (Anopheles) yang terdapat di daerah tersebut.Kegiatan pertanian yang diterapkan secara kurang bijaksana, seperti pola tanam padi sepanjang tahun dan tidak serempak di beberapa wilayah juga berdampak terhadap timbulnya penyebaran malaria, demikian pula aktivitas di perkebunan, kawasan pertambangan, dan kawasan pariwisata juga tidak terlepas dari penularan malaria karena adanya migrasi penduduk. Beberapa bencana alam, seperti Tsunami dan gempa bumi di Alor (NTT), Aceh, Sumatra Utara dan Nabire (Papua) mengakibatkan terjadinya perubahan lingkungan yang berdampak pada meluasnya tempat perindukan nyamuk Anopheles dan mempertinggi resiko penularan malaria karena perpindahan penduduk.

  • Di Indonesia ada berbagai suku bangsa dengan ragam kebiasaan dan perilaku yang merupakan factor berpengaruh dalam menunjang keberhasilan partisipasi masyarakat dalam program pengendalian malaria. Masih terbatasnya studi tentang pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat yang telah dilakukan, beberapa studi yang sudah ada di antaranya adalah di Jawa Tengah, Jawa Barat, NTB ( Lombok ), Riau, (Timika). Beberapa perilaku yang tidak menunjang dalam upaya pengendalian malaria ini adalah kebiasaan masyarakat yang biasa mencari pengobatan sendiri dengan membeli obat ke warung terdekat dan menggunakan obat dengan dosis tidak tepat, kebiasaan berada diluar rumah atau beraktivitas pada malam hari tanpa perlindungan dari gigitan nyamuk, dan adanya penebangan hutan bakau oleh masyarakat yang akan mengakibatkan terbentuknya tempat perindukan baru vektor malaria. Di Timika penggunaan kelambu berinsektisida disertai pengobatan yang efektif dengan ACT, berhasil menurunkan kasus malaria sampai 60%.

  • DAFTAR PUSTAKA

    A.W,Sudoyo.2006.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam,edisi V,jilid III. FKUI.JakartaHarijanti,P.N.2009.Malaria dari Molekular Ke Klinis.EGC.JakartaPoerwo,Sumarmo.2002.Buku Ajar Infeksi Dan Pediatri Tropis,edisi II. IDAI.JakartaSutanto, Inge,dkk.2008.Buku Ajar Parasitologi Kedokteran,edisi IV. FKUI.Jakarta