skenario 2 kedkom

44
Vivi Vionita 1102012303 Sasaran Belajar 1. Memahami dan Menjelaskan Kejadian Luar Biasa. 2. Memahami dan Menjelaskan Perilaku Pencarian Pengobatan dan Pemanfaatan Layanan Kesehatan. 3. Memahami dan Menjelaskan Cakupan Imunisasi dan Mutu Pelayanan Kesehatan. 4. Memahami dan Menjelaskan Imunisasi. 5. Memahami dan Menjelaskan Menjaga Kesehatan, Berobat, dan Kejadian Luar Biasa Dalam Islam. 1

Upload: vivi-vionita

Post on 18-Dec-2015

232 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

sk2 kedkom

TRANSCRIPT

Vivi Vionita1102012303

Sasaran Belajar1. Memahami dan Menjelaskan Kejadian Luar Biasa.2. Memahami dan Menjelaskan Perilaku Pencarian Pengobatan dan Pemanfaatan Layanan Kesehatan.3. Memahami dan Menjelaskan Cakupan Imunisasi dan Mutu Pelayanan Kesehatan.4. Memahami dan Menjelaskan Imunisasi.5. Memahami dan Menjelaskan Menjaga Kesehatan, Berobat, dan Kejadian Luar Biasa Dalam Islam.

1. Memahami dan Menjelaskan Kejadian Luar Biasa.Definisi KLB

Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis dalam kurun waktu dan daerah tertentu (Kep. Dirjen PPM&PLP No.451-I/PD.03.04/1991Kejadian Luar Biasa (KLB) merupakan salah satu istilah yang sering digunakan dalam epidemiologi. Istilah ini juga tidak jauh dari istilah wabah yang sring kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Kedua istilah ini sering digunakan akan tetapi sering kali kita tidak mengetahui apa arti kedua kata tersebut.Menurut UU : 4 Tahun 1984, kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu.

Kejadian Luar Biasa (adalah ) Timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu. Status Kejadian Luar Biasa diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 949/MENKES/SK/VII/2004.

Wabah adalah berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka. Menteri menetapkan dan, mencabut daerah tertentu dalam wilayah Indonesia yang terjangkit wabah sebagai daerah wabah

Perbedaan definisi antara Wabah dan KLB : Wabah harus mencakup: Jumlah kasus yang besar. Daerah yang luas Waktu yang lebih lama. Dampak yang timbulkan lebih berat.

Ketentuan KLB untuk DBD : Jumlah kasus bulan ini >2 X dari kasus bulan yang sama tahun lalu Jumlah kasus bulan ini > 2X dari rata-rata tahun lalu Jumlah kasus bulan ini > dari jumlah kasus tertinggi tahun lalu 1 kasus kematian 1 kasus DSS

Tujuan Umum KLB : Mencegah meluasnya (penanggulangan) Mencegah terulangnya KLB di masa yang akan datang (pengendalian)

Tujuan khusus : Diagnosis kasus yang terjadi dan mengidentifikasi penyebab penyakit Memastikan bahwa keadaan tersebut merupakan KLB Mengidentifikasikan sumber dan cara penularan Mengidentifikasi keadaan yang menyebabkan KLB Mengidentifikasikan populasi yang rentan atau daerah yang beresiko akan terjadi KLB

Penyebab KLB

1. Herd Immunity yang rendah Yang mempengaruhi rendahnya faktor itu, sebagian masyarakat sudah tidak kebal lagi, atau antara yang kebal dan tidak mengelompok tersendiri.

2. Patogenesiti Kemampuan bibit penyakit untuk menimbulkan reaksi pada pejamu sehingga timbul sakit.

3. Lingkungan Yang Buruk Seluruh kondisi yang terdapat di sekitar organisme tetapi mempengaruhi kehidupan ataupun perkembangan organisme tersebut. Penyakit yang terindikasi mengalami peningkatan kasus secara cepat. Merupakan penyakit menular dan termasuk juga kejadian keracunan. Mempunyai masa inkubasi yang cepat. Terjadi di daerah dengan padat hunian.

Jenis penyakit yang menimbulkan KLB : Penyakit menular : Diare, Campak, Malaria, DHF Penyakit tidak menular : Keracunan, Gizi buruk Kejadian bencana alam yang disertai dengan wabah penyakit

Klasifikasi KLB

Karakteristik Penyakit yang berpotensi KLB : Penyakit yang terindikasi mengalami peningkatan kasus secara cepat. Merupakan penyakit menular dan termasuk juga kejadian keracunan. Mempunyai masa inkubasi yang cepat. Terjadi di daerah dengan padat hunian.

Klasifikasi KLB menurut Penyebab: 1. Toksin a. Entero toxin, misal yang dihasilkan oleh Staphylococus aureus, Vibrio, Kholera, Eschorichia, Shigella.b. Exotoxin (bakteri), misal yang dihasilkan oleh Clostridium botulinum, Clostridium perfringens.c. Endotoxin.2. Infeksi : Virus, Bacteri, Protozoa, Cacing. 3. Toksin Biologis : Racun jamur, Alfatoxin, Plankton, Racun ikan, Racun tumbuh-tumbuhan 4. Toksin Kimia Zat kimia organik: logam berat (seperti air raksa, timah), logam-logam lain cyanida. Zat kimia organik: nitrit, pestisida. Gas-gas beracun: CO, CO2, HCN, dan sebagainya

Klasifikasi menurut Sumber KLB

1. Manusia, ex: jalan napas, tenggorokan, tangan, tinja, air seni, muntahan, seperti Salmonella, Shigella, Staphylococus, Streptoccocus, Protozoa, Virus Hepatitis. 2. Kegiatan manusia, ex : Toxin biologis dan kimia (pembuangan tempe bongkrek, penyemprotan, pencemaran lingkungan, penangkapan ikan dengan racun). 3. Binatang, ex : binatang piaraan, ikan, binatang mengerat, contoh : Leptospira, Salmonella, Vibrio, Cacing dan parasit lainnya, keracunan ikan/plankton 4. Serangga (lalat, kecoa, dan sebagainya), ex : Salmonella, Staphylokok, Streptokok. 5. Udara, ex : Staphyloccoccus, Streptococcus, Virus, pencemaran udara. 6. Permukaan benda-benda/alat-alat, ex : Salmonella. 7. Air, ex : Vibrio Cholerae, Salmonella. 8. Makanan/minuman, misal : keracunan singkong, jamur, makanan dalam kaleng.

Kriteria KLB

Status Kejadian Luar Biasa diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 949/MENKES/SK/VII/2004. Kejadian Luar Biasa dijelaskan sebagai timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu.

Kriteria tentang Kejadian Luar Biasa mengacu pada Keputusan Dirjen No. 451/91, tentang Pedoman Penyelidikan dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa. Menurut aturan itu, suatu kejadian dinyatakan luar biasa jika ada unsur:

1. Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal 2. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3 kurun waktu berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu) 3. Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali lipat atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun).Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2 kali lipat atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya. 4. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya. 5. Angka rata-rata per bulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih dibanding dengan angka rata-rata per bulan dari tahun sebelumnya. 6. Case Fatality Rate dari suatu penyakit dalam suatu kurun waktu tertentu menunjukan kenaikan 50% atau lebih, dibanding dengan CFR dari periode sebelumnya. 7. Propotional Rate (PR) penderita baru dari suatu periode tertentu menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibanding periode yang sama dan kurun waktu/tahun sebelumnya. 8. Beberapa penyakit khusus : Kholera, "DHF/DSS": a). Setiap peningkatan kasus dari periode sebelumnya (pada daerah endemis). b) Terdapat satu atau lebih penderita baru dimana pada periode 4 minggu sebelumnya daerah tersebut dinyatakan bebas dari penyakit yang bersangkutan. 9. Beberapa penyakit yg dialami 1 atau lebih penderita: Keracunan makanan, Keracunan pestisida.

Pencegahan KLBPencegahan terjadinya wabah/KLB adalah :1. Pencegahan tingkat pertama Menurunkan faktor penyebab terjadinya wabah serendah mungkin dengan cara desinfeksi, pasteurisasi, sterilisasi yang bertujuan untuk menghilangkan mikroorganisme penyebab penyakit dan menghilangkan sumner penularan. Mengatasi/modifikasi lingkungan melalui perbaikan lingkungan fisik seperti peningkatan air bersih, sanitasi lingkungan, peningkatan lingkungan biologis seperti pemberntasan serangga dan binatang pengerat serta peningkatan lingkungan sosial seperti kepadatan rumah tangga. Meningkatkan daya tahan pejamu meliputi perbaikan status gizi,kualitas hidup penduduk, pemberian imunisasi serta peningkatan status psikologis.2. Pencegahan tingkat keduaSasaran pencegahan ini terutama ditunjukkan pada mereka yang menderita atau dianggap menderita (suspek) atau yang terancam akan menderita (masa tunas) dengan cara diagnosis dini dan pengobatan yang tepat agar dicegah meluasnya penyakit atau untuk mencegah timbulnya wabah serta untuk segera mencegah proses penyakit lebih lanjut serta mencegah terjadinya komplikasi.3. Pencegahan tingkat ketigaBertujuan untuk mencegah jangan sampai penderita mengalami cacat atau kelainan permanen, mencegah bertambah parahnya suatu penyakit atau mencegah kematian akibat penyakit tersebut dengan dilakukannya rehabilitasi.4. Strategi pencegahan penyakitDilakukan usaha peningkatan derajad kesehatan individu dan masyarakat, perlindungan terhadap ancaman dan gangguan kesehatan, pemeliharaan kesehatan, penanganan dan pengurangan gangguan serta masalah kesehatan serta rehabilitasi lingkungan

Penanggulangan KLBPenanggulangan KLB dikenal dengan nama Sistem Kewaspadaan Dini (SKD-KLB), yang dapat diartikan sebagai suatu upaya pencegahan dan penanggulangan KLB secara dini dengan melakukan kegiatan untuk mengantisipasi KLB. Kegiatan yang dilakukan berupa pengamatan yang sistematis dan terus-menerus yang mendukung sikap tanggap/waspada yang cepat dan tepat terhadap adanya suatu perubahan status kesehatan masyarakat. Kegiatan yang dilakukan adalah pengumpulan data kasus baru dari penyakit-penyakit yang berpotensi terjadi KLB secara mingguan sebagai upaya SKD-KLB. Data-data yang telah terkumpul dilakukan pengolahan dan analisis data untuk penyusunan rumusan kegiatan perbaikan oleh tim epidemiologi (Dinkes Kota Surabaya, 2002).

Berdasarkan Undang-undang No. 4 tahun 1984 tentang wabah penyakit menular serta Peraturan Menteri Kesehatan No. 560 tahun 1989, maka penyakit DBD harus dilaporkan segera dalam waktu kurang dari 24 jam. Undang-undang No. 4 tahun 1984 juga menyebutkan bahwa wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat, yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka. Dalam rangka mengantisipasi wabah secara dini, dikembangkan istilah kejadian luar biasa (KLB) sebagai pemantauan lebih dini terhadap kejadian wabah. Tetapi kelemahan dari sistem ini adalah penentuan penyakit didasarkan atas hasil pemeriksaan klinik laboratorium sehingga seringkali KLB terlambat diantisipasi (Sidemen A., 2003).

Badan Litbangkes berkerja sama dengan Namru 2 telah mengembangkan suatu sistem surveilans dengan menggunakan teknologi informasi (computerize) yang disebut dengan Early Warning Outbreak Recognition System (EWORS). EWORS adalah suatu sistem jaringan informasi yang menggunakan internet yang bertujuan untuk menyampaikan berita adanya kejadian luar biasa pada suatu daerah di seluruh Indonesia ke pusat EWORS secara cepat (Badan Litbangkes, Depkes RI). Melalui sistem ini peningkatan dan penyebaran kasus dapat diketahui dengan cepat, sehingga tindakan penanggulangan penyakit dapat dilakukan sedini mungkin. Dalam masalah DBD kali ini EWORS telah berperan dalam hal menginformasikan data kasus DBD dari segi jumlah, gejala/karakteristik penyakit, tempat/lokasi, dan waktu kejadian dari seluruh rumah sakit DATI II di Indonesia (Sidemen A., 2003)

Penaggulangan KLB Adalah kegiatan yg dilaksanakan utk menangani penderita, mencegah perluasan KLB, mencegah timbulnya penderita atau kematian baru pada suatu KLB yg sedang terjadi

Tujuan penanggulangan KLB : Mengenal dan mendeteksi sedini mungkin terjadinya klb Melalukan penyelidikan klb Memberikan petunjuk dalam mencari penyebab dan diagnose klb Memberikan petunjuk pengiriman dan penanggulangan klb Mengembangkan sistem pengamatan yang baik dan menyeluruh, dan menyusun perencanaan yang mantap untuk penanggulangan klb

Upaya Penanggulangan KLB : Penyelidikan epidemiologis Pemeriksaan, pengobatan, perawatan dan isolasi penderita termasuk tindakan karantina Pencegahan dan pengendalian Pemusnahan penyebab penyakit Penanganan jenazah akibat wabah Penyuluhan kepada masyarakat

Indikator Program penanggulangan KLB adalah : Terselenggaranya system kewaspadaan dini KLB di unit-unit pelayanan wilayan puskesmas, kabupaten/kota, propinsi dan nasional. Deteksi dan respon dini KLB Tidak terjadi KLB besar.

Indikator Keberhasilan Penanggulangan KLB : Menurunnya frek KLB Menurunnya jumlah kasus pada setiap KLB Menurunnya jumlah kematian pada setiap KLB Memendeknya periode KLB Menyempitnya penyebarluasan wilayah KLB

Penanggulangan pasien saat KLB :

1. Jangka pendek Menemukan dan mengobati pasien Melakukan rujukan dengan cepat Malakukan kaporasi sumber air dan disinfeksi kotoran yang tercemar Memberi penyuluhan tentang hygiene dan sanitasi lingkungan Melakukan koordinasi lintas program dan lintas sektoral 2. Jangka panjang Memperbaiki faktor lingkungan Mengubah kebiasaan tidak sehat menjadi sehat Pelatihan petugas

Upaya penaggulangan KLB DBD : Pengobatan/ perawatan penderita Penyelidikan epidemiologi Pemberantasan vector Penyuluhan kepada mayarakat Evaluasi/ penilaian penanggulangan KLB

2. Memahami dan Menjelaskan Perilaku Pencarian Pengobatan dan Pemanfaatan Layanan Kesehatan.

Pengertian PerilakuDari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Skiner (1938) seorang ahli psikologis, merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua :1) Perilaku tertutup (covert behavior)Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Misalnya : seorang ibu hamil tahu pentingnya periksa kehamilan, seorang pemuda tahu bahwa HIV/AIDS dapat menular melalui hubungan seks, dan sebagainya.2) Perilaku terbuka (overt behavior)Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Misalnya : seorang ibu memeriksa kehamilannya atau membawa anaknya ke puskesmas untuk diimunisasi.

Perilaku Kesehatan IndividuPerilaku kesehatan individu pada dasarnya adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan. Batasan ini mempunyai 2 unsur pokok, yakni respons dan stimulus atau perangsangan. Respons atau reaksi manusia, baik bersifat pasif (pengetahuan, persepsi, dan sikap) maupun bersifat aktif (tindakan yang nyata atau practice). Sedangkan stimulus atau rangsangan terdiri 4 unsur pokok, yakni : sakit & penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, dan lingkungan. Dari batasan ini perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 4 kelompok :1) Perilaku Pemeliharaan Kesehatan (health maintenance) adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. Oleh sebeb itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3 aspek :a. Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.b. perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sakit.c. perilaku gizi (makanan & minuman).2) Perilaku Pencarian atau Penggunaan Sistem atau Fasilitas Pelayanan Kesehatan atau sering disebut Perilaku Pencarian Pengobatan (health seeking behavior) adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita dan atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri (self treatment) sampai mencari pengobatan ke luar negeri.3) Perilaku terhadap makanan (nutrition behavior), yakni respons seseorang terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan, meliputi pengetahuan, persepsi, sikap dan praktek kita terhadap makanan serta unsur-unsur yang terkandung di dalamnya/zat gizi, pengelolaan makanan, dll.4) Perilaku Kesehatan Lingkungan adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya dan bagaimana sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya. Seorang ahli lain (Becker, 1979) membuat klasifikasi tentang perilaku kesehatan ini.a. Perilaku hidup sehat adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya. Perilaku ini mencakup antara lain :a) Menu seimbangb) Olahraga teraturc) Tidak merokokd) Tidak minum-minuman keras dan narkobae) Istirahat yang cukupf) Pengendalian stresg) Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatanb. Perilaku sakit mencakup respon seseorang terhadap sakit dan penyakit. Persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang penyebab dan gejala penyakit, pengobatan penyakit dan sebagainya, dsb.c. Perilaku peran sakit (the sick role behavior) mencakup :a) Tindakan untuk memperoleh kesembuhan.b) Mengenal/mengetahu fasilitas atau sasaran pelayanan penyembuhan penyakit yang layak.c) Mengetahu hak (misalnya : hak memperoleh perawatan dan pelayanan kesehatan).Kosa & Robertson mengatakan bahwa perilaku kesehatan individu cenderung dipengaruhi oleh kepercayaan orang yang bersangkutan terhadap kondisi kesehatan yang diinginkan dan kurang berdasarkan pada pengetahuan biologi. Memang kenyataannya demikian, tiap indivisu mempunyai cara yang berbeda dalam mengambil tindakan penyembuhan atau pencegahan yang berbeda meskipun gangguan kesehatannya sama. Pada umumnya tindakan yang diambil berdasarkan penilaian individu atau mungkin dibantu oleh orang lain terhadap gangguan tersebut. Penilaian semacam ini menunjukkan bahwa gangguan yang dirasakan individu menstimulasi dimulainya suatu proses sosial psikologis. Proses semacam ini menggambarkan berbagai tindakan yang dilakukan si penderita mengenai gangguan yang dialami dan merupakan bagian integral interaksi sosial pada umumnya. Proses ini mengikuti suatu keteraturan tertentu yang dapat diklasifikasikan dalam 4 bagian, yakni :1) Adanya suatu penilaian dari orang yang bersangkutan terhadap suatu gangguan atau ancaman kesehatan. Dalam hal ini persepsi individu yang bersangkutan atau orang lain (anggota keluarga) terhadap gangguan tersebut akan berperan. Selanjutnya gangguan dikomunikasikan kepada orang lain (anggota keluarga) dan mereka yang diberi informasi tersebut menilai dengan kriteria subjektif.2) Timbulnya kecemasan karena adanya persepsi terhadap gangguan tersebut. Disadari bahwa setiap gangguan kesehatan akan menimbulkan kecemasan baik bagi yang bersangkutan maupun bagi anggota keluarga lainnya. Bahkan gangguan tersebut dikaitkan dengan ancaman adanya kematian. Dari ancaman-ancaman ini akan menimbulkan bermacam-macam bentuk perilaku.3) Penerapan pengetahuan orang yang bersangkutan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan masalah kesehatan, khususnya mengenai gangguan yang dialaminya. Oleh karena gangguan kesehatan terjadi secara teratur di dalam suatu kelompok tertentu maka setiap orang di dalam kelompok tersebut dapat menghimpun pengetahuan tentang berbagai macam gangguan kesehatan yang mungkin terjadi. Dari sini sekaligus orang menghimpun berbagai cara mengatasi gangguan kesehatan itu baik secara tradisional maupun modern. Berbagai cara penerapan pengetahuan baik dalam menghimpun berbagai macam gangguan maupun cara-cara mengatasinya tersebut merupakan pencerminan dari berbagai bentuk perilaku.Dilakukannya tindakan manipulatif untuk meniadakan atau menghilangkan kecemasan atau gangguan tersebut. Di dalam hal ini baik orang awam maupun tenaga kesehatan melakukan manipulasi tertentu dalam arti melakukan sesuatu untuk mengatasi gangguan kesehatan. Dari sini lahirlah pranata-pranata kesehatan baik tradisional maupun modern.Becker (1979) mengajukan klasifikasi perilaku yang berhubungan dengan kesehatan (health related behavior) sebagai berikut: Perilaku kesehatan (health behavior), yaitu hal-hal yang berkaitan dengan tindakan atau kegiatan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Termasuk juga tindakan-tindakan untuk mencegah penyakit, kebersihan perorangan, memilih makanan, sanitasi, dan sebaginya. Perilaku sakit (illness behavior), yakni segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang individu yang merasa sakit, untuk merasakan dan mengenal keadaan kesehatannya atau rasa sakit. Termasuk di sini juga kemampuan atau pengetahuan individu untuk mengidentifikasi penyakit, penyebab penyakit, serta usaha-usaha mencegah penyakit tersebut. Perilaku peran sakit (the sick role behavior), yakni segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh individu yang sedang sakit untuk memperoleh kesembuhan(health seeking behavior) . Perilaku ini di samping berpengaruh terhadap kesehatan/ kesakitannya sendiri, juga berpengaruh terhadap orang lain, terutama kepada anak-anak yang belum mempunyai kesadaran dan tanggung jawab terhadap kesehatannya.Saparinah Sadli (1982) menggambarkan individu dengan lingkungan social yang saling mempengaruhi di dalam suatu diagram sebagai berikut:

INTERAKSI PERILAKU KESEHATANPerilaku sehubungan dengan pencarian pengobatan (health seeking behavior), yaitu perilaku untuk melakukan atau mencari pengobatan, misalnya usaha-usaha mengobati sendiri penyakitnya, atau mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas kesehatan modern (puskesmas, mantra, dokter praktek, dan sebagainya), maupun ke fasilitas kesehatan tradisional (dukun, sinshe, dan sebagainya).Keluhan kesehatan yang dialami setiap individu akan ditindak lanjuti dengan upaya mengatasinya. Upaya tersebut dapat berupa pengobatan sendiri atau dengan bantuan pengobatan dari pelayanan kesehatan. Upaya pertolongan sendiri banyak membantu dalam mengatasi keluhan kesehatan yang ringan, dengan adanya upaya tersebut akan mengurangi beban dari fasilitas pelayanan kesehatan menangani kasus yang sebenarnya dapat ditangani sendiri. Masalah kesehatan yang cukup serius sudah seharusnya ditangani secara baik oleh pihak yang bertanggung jawab yaitu fasilitas pelayanan kesehatan. Penanganan masalah kesehatan yang terpenuhi dan berkualitas akan meningkatkan derajat kesehatan suatu masyarakat.

Penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan telah diupayakan oleh pemerintah dengan menyediakan Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan bagi masyarakat dan fasilitas rujukan kesehatan berupa rumah sakit. Dengan mengajak partisipasi pihak swasta telah berdiri pula fasilitas kesehatan yang dikelola oleh swasta. Peningkatan status kesehatan sangat dipengaruhi oleh penggunaan pelayanan kesehatan yang keterjangkauannya dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain keterjangkauan dalam hal jarak, biaya, kebutuhan. Sedangkan kebutuhan masyarakat terhadap suatu pelayanan juga dipengaruhi oleh berbagai aspek antara lain faktor pemahaman tentang sakit, derajat kesakitan,

A. Pengobatan Sendiri dan Rawat Jalan. Bila diperhatikan keberadaan gangguan aktivitas pada penduduk sakit dengan upaya aktivitas pada penduduk sakit dengan upaya pencarian pertolongan pengobatan maka dapat dilihat bahwa ada kecenderungan yang sama untuk melakukan pengobatan sendiri baik pada penduduk sakit dengan atau tanpa gangguan aktivitas.Bahkan persentase penduduk sakit tanpa gangguan aktivitas (58,4%) lebih besar dalam upaya pencarian pengobatan sendiri dibanding penduduk sakit dengan gangguan aktivitas (54,6%). Sebaliknya pada penduduk sakit yang mencari pengobatan rawat jalan umumnya lebih banyak dilakukanoleh penduduk sakit yang mengalami gangguan aktivitas dibanding yang tanpa gangguan aktivitas. Lama Gangguan AktivitasSemakin lama gangguan aktivitas, kecenderungan penggunaan obat modern bahkan menurun sedikit. Namun sebaliknya penggunaan obat tradisional justru meningkat secara tajam pada gangguan aktivitas yang semakin lama ("semakin parah sakitnya"), demikian pula dengan pengobatan lainnya meskipun peningkatannya landai. Ada kemungkinan bahwa kecenderungan masyarakat untuk melakukan pengobatan sendiri dengan obat modem adalah oleh karena ketersediaanobat modern yang sampai ke pelosok dan dapat dibeli dengan bebas dengan harga terjangkau. Namun bila dirasa tidak dapat menyembuhkan penyakitnya, mereka beralih kepada obat tradisional.

Kelompok UmurTerlihat bahwa kelompok umur 15- 55 tahun terbanyak mengobati sendiri menggunakan obat modern sedangkan pada bayi pengobatan sendiri rendah, Pengobatan sendiri dengan obat tradisional terbanyak dilakukan oleh kelompok umur > 65 tahun, demikian pula dengan pengobatan cara lainnya.

Upaya Pengobatan Sendiri dan Rawat Jalan di Berbagai Provinsi

B. Pengobatan Rawat InapPengobatan rawat inap tidak dapat dikaitkan gangguan aktivitas yang merupakan gambaran satu bulan terakhir, sedangkan rawat inap merupakan gambaran upaya pengobatan dalam kurun waktu satu tahun. Gangguan aktivitas dapat dikatakan merupakan cermin tingkat keparahan keluhankesehatan. Rawat inap yang dilakukan oleh penduduk dalam satu tahun terakhir di fasilitas kesehatan rawat inap di berbagai provinsi disajikan secara lengkap pada Tabel 5. Upaya pengobatan rawat inap tersebut ditanyakan kepada semua penduduk selama kurun waktu satu tahun sesuai dengan pertanyaan dalam Susenas 2001

Aspek Sosial-Budaya dalam Mengakses Pelayanan Kesehatan di Fasilitas KesehatanPelayanan Publik Bidang Kesehatan di Indonesia : Konsep dan PendekatanSebagai salah satu unsur utama dalam setiap kehidupan seseorang, kesehatan sangat menunjang dalam setiap aktivitas manusia. Pembangunan kesehatan dalam kehidupan berbangsa sangat besar nilai investasinya terutama terhadap sumber daya manusia. Dengan adanya penduduk suatu bangsa yang terjaga kesehatannya dengan baik, bangsa tersebut akan memiliki sumber daya yang manusia yang lebih optimal dalam pembangunan. Dalam Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan menjelaskan bawa pemerintah Indonesia bertanggungjawab penuh dalam pemenuhan hak hidup sehat setiap warga negara termasuk penduduk miskin dan tidak mampu. Tanggung jawab pemerintah termasuk didalamnya komponen penyediaan layanan kesehatan yang mudah, murah dan dapat diakses oleh seluruh masyarakat yang membutuhkan.

Pelayanan publik adalah suatu aktifitas atau serangkaian aktifitas yang bersifat tidak kasat mata yang terjadi sebagai adanya interaksi antara konsumen dengan karyawan atau hal lain yang disediakan oleh pemberi layanan yang dimaksudkan untuk memecahkan permasalah konsumen atau pelanggan (Ratminto ; 2005 ; 2). Sedangkan menurut Dwiyanto (2008 ; 136) mendefinisikan bahwa pelayanan publik sebagai serangkaian aktifitas yang dilakukan oleh birokrasi publik untuk memenuhi kebutuhan warga pengguna, pengguna yang dimaksudkan disini adalah warganegara yang membutuhkan pelayanan publik seperti pembuatan KTP, akte kelahiran, sertifikat tanah dan lainnya.Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara yang mempunyai tugasmengatur tentang pelayanan publik di Indonesia menjelaskan bahwa pelayanan umum adalah segala bentuk kegiatanpelayanan umum yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah di pusat, didaerah dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara / Daerah dalam bentuk barang atau jasa, baik dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan peraturan perundang-undangan.

Dalam bidang kesehatan yang juga merupakan salah satu bidang yang banyak bersentuhan langsung dengan masyarakat, aspek pelayanan publikmenjadi sangat penting. Hal ini disebabkankarena pelayanan kesehatan harus mempunyai nilai-nilai kepuasan yang terukur sehingga dapat menjadi acuan dalam peningkatan kualitas layanan. Bidang kesehatan haruslah memberikan pelayanan kesehatan secara cepat, tepat, ramah, dan terjangkau oleh semua lapisan masyarakat. Namun pada kenyataannya saat ini seringkali kita temukan kenyataan dilapangan bahwa masyarakat mengalami permasalahan dalam mendapatkan pelayanan publik bidang kesehatan yang mereka butuhkan. Seharusnya hal tersebut tidak terjadi jika penyedia layanan publik bidang kesehatan memahami dengan baik konsep pelayanan publik yang bisa memberikan kepuasan bagi masyarakat pengguna layanan kesehatan. Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kesehatan juga berdampak pada meningkatnya tuntutan untuk mendapatkan pelayanan publik dibidang kesehatan yang lebih baik.

Praktik Pelayanan Publik di Bidang Kesehatan di IndonesiaDewasa ini, pelayanan publik oleh aparatur pemerintah masih banyak kelemahan sehingga belum bisa memenuhi kualitas pelayanan publik yang diharapkan masyarakat. Salah satu tandanya adalah masih banyaknya keluhan masyarakat yang terekspos ke media massa sehingga menimbulkan kesan yang kurang baik terhadap aparatur pemerintah. Kinerja pelayanan publik saat ini cenderung menjadi ukuran kinerja pemerintahan, banyak tuntutan masyarakat yang kian menguat agar pelayanan publik bidang kesehatan lebih responsif atas kebutuhan masyarakat, menerapkan manajemen yang transparan, partisipatif dan akuntabel (Bappenas ; 2011)

Dalam sistem kesehatan masyarakat di Indonesiaterdapat hubungan (relationship )antara negara dan masyarakatyang tercermin melalui penyelenggaraan pelayanan publik. Oleh karena itu, pemerintah dengan kewenangan (authorities) yang dimiliki dapat menjadi pengendalidari sumber-sumber untuk kesehatan melalui regulasi dan kebijakanyang dibuat (Gostin ; 2000 dalam Widaningrum : 2009 ;dalam Pramusinto dan Purwanto ; 2009 ; 357).Pelayanan publik bidang kesehatan merupakan salah satu bidang terbesar pelayanan publik yang dilakukan pemerintah setelah bidang pendidikan. Hal ini disebabkan karena pelayanan kesehatan merupakan jenis pelayanan yang bersentuhan langsung dengan masyarakat pengguna jasa layanan kesehatan.Setiap orang pasti membutuhkan pelayanan kesehatan dalam hidupnya, untuk itu pemerintah sesuai dengan amanah UUD 1945 wajib menyediakan fasilitas dan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan tersebut juga harus dipermudah sehingga masyarakat mendapatkan kepuasan terhadapa pelayanan yang diberikan.

Di Indonesia, pelayanan publik bidang kesehatan sesungguhnya telah dimulai sejak masa penjajahan hingga masa pasca reformasi saat ini. Kinerja pelayanan publik bidang kesehatan juga terus mengalami perubahan dan peningkatan dari waktu ke waktu beriringan dengan beralihnya kekuasaan pemerintahan. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam amanatnya disalah satu acara di Semarang, Jawa Tengah tanggal 8 Maret 2006 mengajak seluruh lembaga pemerintah, swasta baik di pusat maupun daerah untuk menggunakan motto permudahlah semua urusandalam pelayanan publik disemua bidang pelayanan kepada seluruh warga negara.World Bank (1993 ;dalam Widaningrum : 2009 ;dalam Pramusinto dan Purwanto ; 2009 ; 356) mengkategorikan sektor kesehatan sebagai sektor unik karena kinerjanya tidak bisa diukur secara ekonomis karena sangat sarat dengan aspek sosial kemanusiaan, sektor kesehatan masih memerlukan peran pemerintah karena sifat barang dan jasanya sebagaisocial goods.

3. Memahami dan Menjelaskan Cakupan Imunisasi dan Mutu Pelayanan Kesehatan.Cakupan ImunisasiDefinisi Perbandingan antara jumlah anak usia 1-2 tahun yang telah mendapat imunisasi lengkap dengan jumlah anak uisa 1-2 tahun, dan biasanya dinyatakan dalam persen.Rumus

KegunaanMemberikan gambaran tentang tingkat pelayanan kesehatan terhadap anak usia 1-2 tahun. Cakupan yang baik minimal 80 persen.

MUTU PELAYANAN KESEHATANDirektorat Jendral Pelayanan Medik Departemen Kesehatan (1994),mengemukan mutu adalah suatu derajat kesempurnaan pelayan rumah sakit untuk memenuhi kebutuhan masyarakat konsumen akan pelayanan kesehatan yang sesuai standar profesi, sumberdaya yang tersedia di rumah sakit secara wajar, efisien dan efektif serta diberikan secara aman dan memuaskan sesuai norma,etika hukum dan sosio budaya dengan memperhatikan keterbatasan dan kemampuan pemerintah dan masyarakat konsumen. Mutu pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap jasa pemakai pelayanan kesehatan yang sesuai dengan tingkat kepuasan rata- rata penduduk serta penyelenggaraannya sesuai dengan standar dan kode etik profesi ( Azhrul Aswar,1996 )

Pada setiap pelayanan kesehatan terdapat beberapa unsur yang bersifat pokok yakni : a. Unsur masukan Yang dimaksud dengan unsur masukan adalah semua hal yang diperlukan untuk terselenggaranya suatu pelayanan kesehatan. Unsur masukan yang terpenting adalah tenaga, dana, dan sarana. ecara umum disebutkan apabila tenaga dan sarana ( kuantitas dan kualitas) tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan ( standart of personnels and facilities), serta dana yang tersedia tidak sesuai dengan kebutuhan, maka sulitlah diharapkan bermutunya pelayanan kesehatan.

b. Unsur lingkungan Yang dimaksud dengan unsur lingkungan adalah keadaan sekitar yang mempengaruhi penyelenggara pelayanan kesehatan. Untuk suatu instansi kesehatan, keadaan sekitar yang terpenting adalah kebijakan, organisasi dan manajemen tersebut tidak sesuai dengan standar dan bersifat mendukung maka sulitlah diharapkan bermutunya pelayanan kesehatan. Universitas Sumatera Utara

c. Unsur proses Yang dimaksud dengan unsur proses adalah semua tindakan yang dilakukan pada waktu menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Tindakan tersebut dapat dibedakan atas dua macam yakni tindakan medis dan non-medis. Secara umum disebutkan apabila kedua tindakan ini tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, maka sulitlah diharapkan bermutunya pelayanan kesehatan.

d. Unsur keluaran Yang dimaksud dengan unsur keluaran adalah yang menunjukan pada penampilan pelayanan kesehatan. Penampilan dapat dibedakan atas dua macam. Pertama penampilan aspek medis pelayanan kesehatan. Kedua penampilan aspek non-medis pelayanan kesehatan. Disebutkan apabila kedua ini tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, maka berarti pelayanan kesehatan yang diselenggarakan bukan pelayanan kesehatan yang bermutu.

Mutu layanan kesehatan bersifat multidimensi, antara lain:1. Dimensi Kompetensi TeknisDimensi kompetensi teknis menyangkut keterampilan, kemampuan, penampilan atau kinerja pemberi layanan kesehatan. Dimensi ini berhubungan dengan bagaimana pemberi layanan kesehatan mengikuti standar layanan kesehatan yang telah disepakati, yang meliputi ketepatan, kepatuhan, kebenaran dan konsistensi. Tidak dipenuhinya dimensi kompetensi teknis dapat mengakibatkan berbagai hal, mulai dari penyimpangan kecil terhadap standar layanan kesehatan, sampai pada kesalahan fatal yang dapat menurunkan mutu layanan kesehatan dan membahayakan jiwa pasien.

2. Dimensi Keterjangkauan atau AksesArtinya layanan kesehatan harus dapat dicapai oleh masyarakat, tidak terhalang oleh keadaan geografis, sosial, ekonomi, organisasi dan bahasa. Akses geografis diukur dengan jarak, lamanya perjalanan, biaya perjalanan, jenis transportasi, dan/atau hambatan fisik lain yang dapat menghalangi seseorang memperoleh layanan kesehatan. Akses sosial atau budaya berhubungan dengan dapat diterima atau tidaknya layanan kesehatan itu secara sosial atau nilai budaya, kepercayaan dan prilaku. Akses ekonomi berkaitan dengan kemampuan membayar biaya layanan kesehatan. Akses organisasi ialah sejauh mana layanan kesehatan itu diatur hingga dapat memberikan kemudahan/kenyamanan kepada pasien atau konsumen. Akses bahasa, artinya pasien harus dilayani dengan menggunakan bahasa atau dialek yang dapat dipahami oleh pasien.

3. Dimensi EfektivitasLayanan kesehatan harus efektif, artinya harus mampu mengobati atau mengurangi keluhan yang ada, mencegah terjadinya penyakit dan berkembang/meluasnya penyakit yang ada. Efektifitas layanan kesehatan ini bergantung pada bagaimana standar layanan kesehatan itu digunakan dengan tepat, konsisten dan sesuai dengan situasi setempat. Umumnya standar layanan kesehatan disusun pada tingkat organisasi yang lebih tinggi, sementara pada tingkat pelaksana, standar layanan kesehatan itu harus dibahas agar dapat digunakan sesuai dengan kondisi. Dimensi efektivitas berhubungan erat dengan dimensi kompetensi teknis terutama dalam pemilihan alternatif dalam menghadapi relative risk dan ketrampilan dalam mengikuti prosedur yang terdapat dalam standar layanan kesehatan.

4. Dimensi EfisiensiSumber daya kesehatan sangat terbatas. Oleh karena itu dimensi efisiensi kesehatan sangat penting dalam layanan kesehatan. Layanan kesehatan yang efisien dapat melayani lebih banyak pasien dan masyarakat. Layanan kesehatan yang tidak efisien umumnya berbiaya mahal, kurang nyaman bagi pasien, memerlukan waktu lama, dan menimbulkan resiko yang lebih besar pada pasien. Dengan melakukan analisis efisiensi dan efektivitas kita dapat memilih intervensi yang paling efisien.

5. Dimensi KesinambunganDimensi kesinambungan layanan kesehatan artinya pasien harus dapat dilayani sesuai dengan kebutuhannya, termasuk rujukan jika diperlukan tanpa mengulangi prosedur diagnosis dan terapi yang tidak perlu. Pasien harus selalu mempunyai akses ke layanan kesehatan yang dibutuhkannya. Karena riwayat penyakit pasien terdokumentasi dengan lengkap, akurat dan terkini, layanan kesehatan rujukan yang diperlukan pasien dapat terlaksana dengan tepat, waktu dan tempatnya.

6. Dimensi KeamananDimensi keamanan maksudnya layanan kesehatan harus aman, baik bagi pasien, pemberi layanan maupun masyarakat sekitarnya. Layanan kesehatan yang bermutu harus aman dari risiko cedera, infeksi, efek samping, aatau bahaya lain. Oleh karena itu harus disusun suatu prosedur yang akan menjamin keamanan kedua belah pihak.

7. Dimensi KenyamananDimensi kenyamanan tidak berpengaruh langsung dengan efektivitas layanan kesehatan, tetapi mempengaruhi kepuasan pasien/konsumen sehingga mendorong pasien untuk datang berobat kembali ke tempat tersebut. Kenyamanan dan kenikmatan dapat menimbulkan kepercayaan pasien terhadap organisasi layanan kesehatan.

8. Dimensi InformasiLayanan kesehatan yang bermutu harus mampu memberikan informasi yang jelas tentang apa. Siapa, kapan, dimana dan bagaimana layanan kesehatan itu akan atau telah dilaksanakan. Dimensi informasi ini sangat penting pada tingkat puskesmas dan rumah sakit.

9. Dimensi Ketepatan WaktuAgar berhasil, layanan kesehatan harus dilakukan dalam waktu dan cara yang tepat, oleh pemberi layanan yang tepat, menggunakan peralatan dan obat yang tepat, serta biaya yang tepat (efisien).

10. Dimensi Hubungan AntarmanusiaHubungan antarmanusia adalah hubungan antara pemberi layanan kesehatan (provider) dengan pasien atau masyarakat (konsumen), antar sesama pemberi layanan kesehatan, antar atasan-bawahan, dinas kesehatan, rumah sakit, puskesmas, pemerintah daerah, LSM, masyarakat dan lain-lain. Hubungan antarmanusia yang baik akan menimbulkan kepercayaan dan kredibilitas dengan cara saling menghargai, menjaga rahasia, saling menghormati, responsif, memberi perhatian, dan lain-lain.Akses terhadap fasilitas Pelayanan KesehatanAkses terhadap fasilitas pelayanan kesehatan sangat penting dalam meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat. Namun dalam kehidupan bermasyarakat saat ini akses terhadap fasilitas pelayanan kesehatan masih sulit. Hal ini dikarenakan faktor-faktor berikut :a. Masalah GeografiGeografi yang sulit disekitar tempat tinggal masyarakat pedalaman mempersulit mereka yang membutuhkan pelayanan kesehatan. Misalnya fasilitas pelayanan kesehatan yang jauh dari tempat tinggal.b. KetersediaanKetersediaan fasilitas kesehatan yang sedikit di daerah pun cukup membuat masyarakat kesulitan dalam mengakses fasilitas pelayanan kesehatan tersebut.c. Distribusi PelayananDistribusi pelayanan yang sedikit juga menghambat masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik.

Tenaga Kesehatan Pelayanan KesehatanTenaga kesehatan masyarakat (Kesmas) merupakan bagian dari sumber daya manusia yang sangat berperan dalam pembangunan kesehatan. Pembangunan kesehatan dengan paradigma sehat merupakan upaya meningkatkan kemandirian masyarakat dalam menjaga kesehatan melalui kesadaran yang lebih tinggi pada pentingnya pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif. Pelayanan promotif, untuk meningkatkan kemandirian dan peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan diperlukan program penyuluhan dan pendidikan masyarakat yang berjenjang dan berkesinambungan sehingga dicapai tingkatan kemandirian masyarkat dalam pembangunan kesehatan. Dalam program promotif membutuhkan tenaga-tenaga kesmas yang handal terutama yang mempunyai spesialisasi dalam penyuluhan dan pendidikan. Pelayanan preventif, untuk menjamin terselenggaranya pelayanan ini diperlukan tenaga kesmas yang memahami epidemiologi penyakit, cara-cara dan metode pencegahan serta pengendalian penyakit. Program preventif ini merupakan salah satu lahan bagi tenaga kesmas dalam pembangunan kesehatan. Keterlibatan kesmas dibidang preventif di bidang pengendalian memerlukan penguasaan teknik-teknik lingkungan dan pemberantasan penyakit. Tenaga kesmas juga dapat berperan dibidang kuratif dan rehabilitatif kalau yang bersangkutan mau dan mampu belajar dan meningkatkan kemampuannya dibidang tersebut.

4. Memahami dan Menjelaskan Imunisasi.DefinisiImunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktifterhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak ia terpapar dengan penyakit tersebut tidakakan menderita penyakit tersebut. Imunisasi merupakan salah satu dari 8 target dalam pencapaian Millenium Development Goals (MDGs) yaitu target 4A, menurunkan angka kematian balita sebesar dua pertiganya, antara 1990 dan 2015, dengan indikator persentase anak di bawah satu tahun yang diimunisasi campak. MDGs merupakan komitmen global untuk menangani isu perdamaian, keamanan, pembangunan, hak asasi manusia dan kebebasan dasar dalam satu paket kebijakan pembangunan guna percepatan pencapaian pembangunan manusia dan pemberantasan kemiskinan di seluruh dunia pada tahun 2015.

Tujuan Umum Turunnya angka kesakitan, kecacatan dan kematian bayi akibat Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I).

Tujuan Khusus1. Tercapainya target Universal Child Immunization yaitu cakupan imunisasilengkap minimal 80% secara merata pada bayi di 100% desa/kelurahan padatahun 2010.2. Tercapainya Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal (insiden dibawah 1per 1.000 kelahiran hidup dalam satu tahun) pada tahun 2005.3. Tercapainya pemutusan rantai penularan Poliomyelitis pada tahun 2004-2005, serta sertifikasi bebas polio pada tahun 2008.4. Tercapainya Reduksi campak (RECAM) pada tahun 2005.

PerencanaanPerencanaan merupakan proses penyusunan rencana tahunan Puskesmas untukmengatasi masalah kesehatan di wilayah kerja Puskesmas. Perencanaa akan memberikanpola pandang secara menyeluruh terhadap semua pekerjaan yang akan dijalankan, siapayang akan melakukan dan kapan akan dilakukan. Puskesmas merupakan unit pelaksanapelayanan kesehatan masyarakat tingkat I yang dibina oleh DKK, yangbertanggungjawab untuk melaksanakan identifikasi kondisi masalah kesehatanmasyarakat dan lingkungan serta fasilitas pelayanan kesehatan meliputi cakupan mutupelayanan, identifikasi mutu sumber daya manusia dan provider, serta menetapkankegiatan untuk menyelesaikan masalah. Perencanaan meliputi kegiatan program dankegiatan rutin puskesmas yang berdasarkan visi dan misi puskesmas sebagai saranapelayanan kesehatan primer dimana visi dan misi digunakan sebagai acuan dalammelakukan setiap kegiatan pokok puskesmas.3Budgeting dalam perencanaan menejemen keuangan dikelola sendiri olehpuskesmas sesuai tatacara pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan, adapunsumber biaya didapatkan dari pemerintah daerah, retribusi puskesmas, swasta ataulembaga sosial masyarakat dan pemerintah adapun pembiayaan tersebut ditujukan untukjemis pembiayaan layanan kesehatan yang mempunyai cirri-ciri barang atau jasa publikseperti penyuluhan kesehatan, perbaikan gizi, P2M dan pelayanan kesehatan yangmempunyai ciri-ciri barang atau jasa swasta seperti pengobatan individu.

Pencapaian Universal Child Immunization (UCI) pada dasarnya merupakan proksi terhadap cakupan atas imunisasi dasar secara lengkap pada bayi (0-11 bulan). Idealnya, seorang anak endapatkan seluruh imunisasi dasar sesuai umurnya, sehingga kekebalan tubuh terhadap penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi dapat optimal.

Jenis-jenis imunisasi Imunisasi telah dipersiapkan sedemikian rupa agar tidak menimbulkan efek-efek yang merugikan. Imunisasi ada 2 macam, yaitu: a. Imunisasi aktif Merupakan suatu pemberian bibit penyakit yang telah dilemahkan (vaksin) agar nantinya sistem imun tubuh berespon spesifik dan memberikan suatu ingatan terhadap antigen ini, sehingga ketika terpapar lagi tubuh dapat mengenali dan merespon. b. Imunisasi pasif Merupakan suatu proses peningkatan kekebalan tubuh dengan cara pemberian zat immunoglobulin, yaitu zat yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia (kekebalan yang didapat bayi dari ibu melalui placenta) atau binatang yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi .

Jadwal Imunisasi Di Puskesmas

IMUNISASI TT UNTUK IBU HAMIL Program Imunisasi TT Ibu Hamil Program Imunisasi bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan, kecacatan dan kematian dari penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I).Untuk mencapai hal tersebut, maka program imunisasi harus dapat mencapai tingkat cakupan yang tinggi dan merata di semua wilayah dengan kualitas pelayanan yang memadai. Pelaksanaan kegiatan imunisasi TT ibu hamil terdiri dari kegiatan imunisasi rutin dan kegiatan tambahan. Kegiatan imunisasi rutin adalah kegiatan imunisasi yang secara rutin dan terus-menerus harus dilaksanakan pada periode waktu yang telah ditetapkan. yang pelaksanaannya dilakukan di dalam gedung (komponen statis) seperti puskesmas, puskesmas pembantu, rumah sakit, rumah bersalin dan di luar gedung seperti posyandu atau melalui kunjungan rumah. Kegiatan imunisasi tambahan adalah kegiatan imunisasi yang dilakukan atas dasar ditemukannya masalah dari hasil pemantauan atau evaluasi. (Depkes RI, 2005). Manfaat imunisasi TT ibu hamil a. Melindungi bayinya yang baru lahir dari tetanus neonatorum (BKKBN, 2005; Chin, 2000). Tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus (bayi berusia kurang 1 bulan) yang disebabkan oleh clostridium tetani, yaitu kuman yang mengeluarkan toksin (racun) dan menyerang sistim saraf pusat (Saifuddin dkk, 2001). b. Melindungi ibu terhadap kemungkinan tetanus apabila terluka (Depkes RI, 2000) Kedua manfaat tersebut adalah cara untuk mencapai salah satu tujuan dari program imunisasi secara nasional yaitu eliminasi tetanus maternal dan tetanus neonatorum (Depkes, 2004) Jadwal Imunisasi TT ibu hamil Bila ibu hamil sewaktu caten (calon penganten) sudah mendapat TT sebanyak 2 kali, maka kehamilan pertama cukup mendapat TT 1 kali, dicatat sebagai TT ulang dan pada kehamilan berikutnya cukup mendapat TT 1 kali saja yang dicatat sebagai TT ulang juga. l. Bila ibu hamil sewaktu caten (calon penganten) atau hamil sebelumnya baru mendapat TT 1 kali, maka perlu diberi TT 2 kali selama kehamilan ini dan kehamilan berikutnya cukup diberikan TT 1 kali sebagai TT ulang. Bila ibu hamil sudah pernah mendapat TT 2 kali pada kehamilan sebelumnya, cukup mendapat TT 1kali dan dicatat sebagai TT ulang. Cara pemberian dan dosis a. Sebelum digunakan, vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi menjadi homogen. b. Untuk mencegah tetanus/tetanus neonatal terdiri dari 2 dosis primer yang disuntikkan secara intramuskular atau subkutan dalam, dengan dosis pemberian 0,5 ml dengan interval 4 minggu. Dilanjutkan dengan dosis ketiga setelah 6 bulan berikutnya. Untuk mempertahankan kekebalan terhadap tetanus pada wanita usia subur, maka dianjurkan diberikan 5 dosis. Dosis ke empat dan ke lima diberikan dengan interval minimal 1 tahun setelah pemberian dosis ke tiga dan ke empat. Imunisasi TT dapat diberikan secara aman selama masa kehamilan bahkan pada periode trimester pertama. c. Di unit pelayanan statis, vaksin TT yang telah dibuka hanya boleh digunakan selama 4 minggu dengan ketentuan : Vaksin belum kadaluarsa Vaksin disimpan dalam suhu +2 - +8C Tidak pernah terendam air. Sterilitasnya terjaga VVM (Vaccine Vial Monitor) masih dalam kondisi A atau B. d. Di posyandu, vaksin yang sudah terbuka tidak boleh digunakan lagi untuk hari berikutnya. Efek Samping Efek samping jarang terjadi dan bersifat ringan, gejalanya seperti lemas dan kemerahan pada lokasi suntikan yang bersifat sementara dan kadang-kadang gejala demam. (Depkes RI, 2005). Vaksin TT (Tetanus Toxoid) Deskripsi Vaksin jerap TT ( Tetanus Toxoid ) adalah vaksin yang mengandung toxoid tetanus yang telah dimurnikan dan terabsorbsi ke dalam 3 mg/ml aluminium fosfat. Thimerosal 0,1 mg/ml digunakan sebagai pengawet. Satu dosis 0,5 ml vaksin mengandung potensi sedikitnya 40 IU. Dipergunakan untuk mencegah tetanus pada bayi yang baru lahir dengan mengimunisasi Wanita Usia Subur (WUS) atau ibu hamil, juga untuk pencegahan tetanus pada ibu bayi. (Depkes RI, 2005). Kemasan Vaksin Kemasan vaksin dalam vial. 1 vial vaksin TT berisi 10 dosis dan setiap 1 box vaksin terdiri dari 10 vial. Vaksin TT adalah vaksin yang berbentuk cairan. Kontraindikasi Vaksin TT Ibu hamil atau WUS yang mempunyai gejala berat (pingsan) karena dosis pertama TT. (Depkes RI, 2005).

Sifat Vaksin Vaksin TT termasuk vaksin yang sensitif terhadap beku (Freeze Sensitive=FS) yaitu golongan vaksin yang akan rusak bila terpapar/terkena dengan suhu dingin atau suhu pembekuan. (Depkes RI, 2005). Kerusakan Vaksin Keterpaparan suhu yang tidak tepat pada vaksin TT menyebabkan umur vaksin menjadi berkurang dan vaksin akan rusak bila terpapar /terkena sinar matahari langsung.

5. Memahami dan Menjelaskan Menjaga Kesehatan, Berobat, dan Kejadian Luar Biasa Dalam Islam.Menurut buku Syariah dan Ibadah (Pamator 1999) yang disusun oleh Tim Dirasah Islamiyah dari Universitas Islam Jakarta, ada 5 (lima) hal pokok yang merupakan tujuan utama dari Syariat Islam, yaitu:

1. Memelihara kemaslahatan agama (Hifzh al-din) Agama Islam harus dibela dari ancaman orang-orang yang tidak bertanggung-jawab yang hendak merusak aqidah, ibadah dan akhlak umat. Ajaran Islam memberikan kebebasan untuk memilih agama, seperti ayat Al-Quran: Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam) (QS Al-Baqarah [2]: 256).

Akan tetapi, untuk terpeliharanya ajaran Islam dan terciptanya rahmatan lilalamin, maka Allah SWT telah membuat peraturan-peraturan, termasuk larangan berbuat musyrik dan murtad: Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendakiNya. Barangsiapa yang mempesekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. (QS An-Nisaa [4]: 48).

Dengan adanya Syariat Islam, maka dosa syirik maupun murtad akan ditumpas.

2. Memelihara jiwa (Hifzh al-nafsi) Agama Islam sangat menghargai jiwa seseorang. Oleh sebab itu, diberlakukanlah hukum qishash yang merupakan suatu bentuk hukum pembalasan. Seseorang yang telah membunuh orang lain akan dibunuh, seseorang yang telah mencederai orang lain, akan dicederai, seseorang yang yang telah menyakiti orang lain, akan disakiti secara setimpal. Dengan demikian seseorang akan takut melakukan kejahatan. Ayat Al-Quran menegaskan:

Hai orang-orang yang beriman! Telah diwajibkan kepadamu qishash (pembalasan) pada orang-orang yang dibunuh (QS Al-Baqarah [2]: 178).

Namun, qishash tidak diberlakukan jika si pelaku dimaafkan oleh yang bersangkutan, atau daiat (ganti rugi) telah dibayarkan secara wajar. Ayat Al-Quran menerangkan hal ini: Barangsiapa mendapat pemaafan dari saudaranya, hendaklah mengikuti cara yang baik dan hendaklah (orang yang diberi maaf) membayar diat kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik (pula) (QS Al-Baqarah [2]: 178).

Dengan adanya Syariat Islam, maka pembunuhan akan tertanggulani karena para calon pembunuh akan berpikir ulang untuk membunuh karena nyawanya sebagai taruhannya. Dengan begitu, jiwa orang beriman akan terpelihara.

3. Memelihara akal (Hifzh al-aqli) Kedudukan akal manusia dalam pandangan Islam amatlah penting. Akal manusia dibutuhkan untuk memikirkan ayat-ayat Qauliyah (Al-Quran) dan kauniah (sunnatullah) menuju manusia kamil. Salah satu cara yang paling utama dalam memelihara akan adalah dengan menghindari khamar (minuman keras) dan judi. Ayat-ayat Al-Quran menjelaskan sebagai berikut:

Mereka bertanya kepadamu (wahai Muhammad) mengenai khamar (minuman keras) dan judi. Katakanlah: Pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa kedua-duanya lebih besar dari manfaatnya. (QS Al-Baqarah [2]: 219). Syariat Islam akan memelihara umat manusia dari dosa bermabuk-mabukan dan dosa perjudian.

4. Memelihara keturunan dan kehormatan (Hifzh al-nashli) Islam secara jelas mengatur pernikahan, dan mengharamkan zina. Didalam Syariat Islam telah jelas ditentukan siapa saja yang boleh dinikahi, dan siapa saja yang tidak boleh dinikahi. Al-Quran telah mengatur hal-hal ini:

Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. (QS Al-Baqarah [2]: 221). Perempuan dan lak-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan dari orang-orang yang beriman. (QS An-Nur [24]: 2).

Syariat Islam akan menghukum dengan tegas secara fisik (dengan cambuk) dan emosional (dengan disaksikan banyak orang) agar para pezina bertaubat.

1. Memelihara harta benda (Hifzh al-mal) Dengan adanya Syariat Islam, maka para pemilik harta benda akan merasa lebih aman, karena Islam mengenal hukuman Had, yaitu potong tangan dan/atau kaki. Seperti yang tertulis di dalam Al-Quran: Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagaimana) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha perkasa lagi Maha Bijaksana (QS Al-Maidah [5]: 38).

Hukuman ini bukan diberlakukan dengan semena-mena. Ada batasan tertentu dan alasan yang sangat kuat sebelum diputuskan. Jadi bukan berarti orang mencuri dengan serta merta dihukum potong tangan. Dilihat dulu akar masalahnya dan apa yang dicurinya serta kadarnya. Jika ia mencuri karena lapar dan hanya mengambil beberapa butir buah untuk mengganjal laparnya, tentunya tidak akan dipotong tangan. Berbeda dengan para koruptor yang sengaja memperkaya diri dengan menyalahgunakan jabatannya, tentunya hukuman berat sudah pasti buatnya. Dengan demikian Syariat Islam akan menjadi andalan dalam menjaga suasana tertib masyarakat terhadap berbagai tindak pencurian.. KLB Dalam Pandangan IslamDan apa saja musibah yang menimpa kamu, maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). (Q.s. As-Syura: 30)

Dalam sudut pandang wahyu Allah terakhir, musibah dan bencana ada kaitannya dengan dosa atau maksiat yang dilakukan oleh manusia-manusia pendurhaka.Bencana alam berupa letusan gunung api, banjir bandang, wabah penyakit, kekeringan, kelaparan, kebakaran, dan lain sebagainya, dalam pandangan alam Islam (Islamic worldview), tidaklah sekedar fenomena alam. Al-Quran menyatakan dengan lugas bahwa segala kerusakan dan musibah yang menimpa umat manusia itu disebabkan oleh perbuatan tangan mereka sendiri. Tentu saja kata tangan sebatas simbol perbuatan dosa/maksiat, karena suatu perbuatan maksiat melibatkan panca indera, dan juga dikendalikan dan diprogram sedemikian rupa oleh otak, kehendak dan hawa nafsu manusia. Maksiat, sebagaimana taat, ada yang bersifat menentang tasyri Allah seperti melanggar perkara yang haram, dan ada yang bersifat menentang takwin Allah (sunnatullah) seperti melanggar dan merusak alam lingkungan. Bahkan sebelum dunia mengenal karantina, Nabi Muhammad Saw. telah menetapkan dalam salah satu sabdanya,

Apabila kalian mendengar adanya wabah di suatu daerah,janganlah mengunjungi daerah itu, tetapi apabila kalian berada di daerah itu, janganlah meninggalkannya.

Menjaga KesehatanIslam menetapkan tujuan pokok kehadirannya untuk memelihara agama, jiwa, akal, jasmani, harta, dan keturunan.Setidaknya tiga dari yang disebut berkaitan dengankesehatan. Tidak heran jika ditemukan bahwa Islam amat kayadengan tuntunan kesehatan.

Paling tidak ada dua istilah literatur keagamaan yang digunakan untuk menunjuk tentang pentingnya kesehatan dalampandangan Islam.1. Kesehatan, yang terambil dari kata sehat;2. Afiat.

Keduanya dalam bahasa Indonesia, sering menjadi kata majemuk sehat afiat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesra, kata "afiat" dipersamakan dengan "sehat". Afiat diartikan sehat dan kuat,sedangkan sehat (sendiri) antara lain diartikan sebagai keadaan baik segenap badan serta bagian-bagiannya (bebas dari sakit).Kalau sehat diartikan sebagai keadaan baik bagi segenap anggota badan, maka agaknya dapat dikatakan bahwa mata yang sehat adalah mata yang dapat melihat maupun membaca tanpa menggunakan kacamata. Tetapi, mata yang afiat adalah yang dapat melihat dan membaca objek-objek yang bermanfaat serta mengalihkan pandangan dari objek-objek yang terlarang, karena itulah fungsi yang diharapkan dari penciptaan mata. Dalam konteks kesehatan fisik, misalnya ditemukan sabda Nabi Muhammad Saw.:

Sesungguhnya badanmu mempunyai hak atas dirimu.

Demikian Nabi Saw. menegur beberapa sahabatnya yang bermaksud melampaui batas beribadah, sehingga kebutuhan jasmaniahnya terabaikan dan kesehatannya terganggu.

Pembicaraan literatur keagamaan tentang kesehatan fisik, dimulai dengan meletakkan prinsip: Pencegahan lebih baik daripada pengobatan. Karena itu dalam konteks kesehatan ditemukan sekian banyak petunjuk Kitab Suci dan Sunah Nabi Saw. yang pada dasarnya mengarah pada upaya pencegahan.Salah satu sifat manusia yang secara tegas dicintai Allah adalah orang yang menjaga kebersihan. Kebersihan digandengkan dengan taubat dalam surat Al-Baqarah (2): 222:

Sesungguhnya Allah senang kepada orang yang bertobat,dan senang kepada orang yang membersihkan diri. Tobat menghasilkan kesehatan mental, sedangkan kebersihan lahiriah menghasilkan kesehatan fisik.Wahyu kedua (atau ketiga) yang diterima Nabi Muhammad Saw. adalah: Dan bersihkan pakaianmu dan tinggalkan segala macam kekotoran (QS Al-Muddatstsir [74]: 4-5).

ISLAM MEMERINTAHKAN UMATNYA UNTUK BEROBATBerobat pada dasarnya dianjurkan dalam agama islam sebab berobat termasuk upaya memelihara jiwa dan raga, dan ini termasuk salah satu tujuan syariat islam ditegakkan, terdapat banyak hadits dalam hal ini, diantaranya;

1. Dari Abu Darda berkata, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

Sesungguhnya Alloh menurunkan penyakit beserta obatnya, dan Dia jadikan setiap penyakit ada obatnya, maka berobatlah kalian, tetapi jangan berobat dengan yang haram. (HR.Abu Dawud 3874, dan disahihkan oleh al-Albani dalam Shahih wa Dhaif al-Jami 2643)

2. Dari Usamah bin Syarik berkata, ada seorang arab baduwi berkata kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam:

: ( ) : : ( )Wahai Rosululloh, apakah kita berobat?, Nabi bersabda,berobatlah, karena sesungguhnya Alloh tidak menurunkan penyakit, kecuali pasti menurunkan obatnya, kecuali satu penyakit (yang tidak ada obatnya), mereka bertanya,apa itu ? Nabi bersabda,penyakit tua. (HR.Tirmidzi 2038, dan disahihkan oleh al-Albani dalam Sunan Ibnu Majah 3436)

1. Menjadi wajib dalam beberapa kondisi: a. Jika penyakit tersebut diduga kuat mengakibatkan kematian, maka menyelamatkan jiwa adalah wajib.b. Jika penyakit itu menjadikan penderitanya meninggalkan perkara wajib padahal dia mampu berobat, dan diduga kuat penyakitnya bisa sembuh, berobat semacam ini adalah untuk perkara wajib, sehingga dihukumi wajib.c. Jika penyakit itu menular kepada yang lain, mengobati penyakit menular adalah wajib untuk mewujudkan kemaslahatan bersama.d. Jika penyakit diduga kuat mengakibatkan kelumpuhan total, atau memperburuk penderitanya, dan tidak akan sembuh jika dibiarkan, lalu mudhorot yang timbul lebih banyak daripada maslahatnya seperti berakibat tidak bisa mencari nafkah untuk diri dan keluarga, atau membebani orang lain dalam perawatan dan biayanya, maka dia wajib berobat untuk kemaslahatan diri dan orang lain.2. Berobat menjadi sunnah/ mustahabJika tidak berobat berakibat lemahnya badan tetapi tidak sampai membahayakan diri dan orang lain, tidak membebani orang lain, tidak mematikan, dan tidak menular , maka berobat menjadi sunnah baginya.

3. Berobat menjadi mubah/ bolehJika sakitnya tergolong ringan, tidak melemahkan badan dan tidak berakibat seperti kondisi hukum wajib dan sunnah untuk berobat, maka boleh baginya berobat atau tidak berobat4. Berobat menjadi makruh dalam beberapa kondisia. Jika penyakitnya termasuk yang sulit disembuhkan, sedangkan obat yang digunakan diduga kuat tidak bermanfaat, maka lebih baik tidak berobat karena hal itu diduga kuat akan berbuat sis- sia dan membuang harta.b. Jika seorang bersabar dengan penyakit yang diderita, mengharap balasan surga dari ujian ini, maka lebih utama tidak berobat, dan para ulama membawa hadits Ibnu Abbas dalam kisah seorang wanita yang bersabar atas penyakitnya kepada masalah ini.c. Jika seorang fajir/rusak, dan selalu dholim menjadi sadar dengan penyakit yang diderita, tetapi jika sembuh ia akan kembali menjadi rusak, maka saat itu lebih baik tidak berobat.d. Seorang yang telah jatuh kepada perbuatan maksiyat, lalu ditimpa suatu penyakit, dan dengan penyakit itu dia berharap kepada Alloh mengampuni dosanya dengan sebab kesabarannya.e. Dan semua kondisi ini disyaratlkan jika penyakitnya tidak mengantarkan kepada kebinasaan, jika mengantarkan kepada kebinasaan dan dia mampu berobat, maka berobat menjadi wajib.5. Berobat menjadi haramJika berobat dengan sesuatu yang haram atau cara yang haram maka hukumnya haram, seperti berobat dengan khomer/minuman keras, atau sesuatu yang haram lainnya.

29