skenario 1 pleno ss kel 7
DESCRIPTION
PlenoTRANSCRIPT
Oleh
Kelompok Tutorial 7
FK Unila 2012
Skenario 1Patologis Hidung
Materi PlenoJumat, 1 November
2013
Kelompok 7 Agam Anggoro
Andrian Reza
Elly Rachmawati
Fathia Sabila Umar
Genoveva Maditias DP
Ivani Ridwan
Kurnia Fitri
Muhammad Farrash Hadyan
Nindriya Kurniandari
Siti Aminah Hasibuan
TresaIvani Saskia
Zygawindi Nur H.
Skenario 1“ Rino yang Sering Bersin”
Rino tidak kuliah hari ini. Kepalanya terasa sakit di dahi seperti di tusuk-tusuk sejak seminggu yang lalu terutama ketika menunduk atau posisi sujud. Pipinya terasa berat. Sebagai mahasiswa kedokteran, Rino memperkirakan bahwa sakitnya ini ada hubungannya dengan bersin-bersin yang sering diderita sejak kecil. Apalagi dua tahun ini sering kambuh sejak ia kuliah dan tinggal di rumah kost. Bila sedang kambuh, Rino selalu bersin-bersin, beringus yang encer dan bening, mata dan hidung terasa gatal. Rino memang memiliki saudara kandung dan orang tuanya yang memiliki keluhan yang sama dengan dirinya. Kepala Rino semakin bertambah sakit ketika ingat bahwa kuliah hari ini tentang penatalaksanaan epistaksis yang akan diujikan pada UAB pekan depan.
Tujuan Pembelajaran: Mahasiswa mampu menjelaskan pembagian, faktor resiko, patofisiologi,penegakan diagnosis, manifestasi klinis dan penatalaksanaan infeksi hidung luar.Mahasiswa mampu menjelaskan mengenai etiologi, patofisiologi, patogenesis, manifestasi klinis, penegakan diagnosis dan penatalaksanaan rhinitis.Mahasiswa mampu menjelaskan mengenai etiologi, patofisiologi, patogenesis, manifestasi klinis, penegakan diagnosis dan penatalaksanaan sinusitis.Mahasiswa mampu menjelaskan mengenai etiologi, patofisiologi, patogenesis, manifestasi klinis, penegakan diagnosis dan penatalaksanaan epiktaksis.Mahasiswa mampu menjelaskan mengenai etiologi, patofisiologi, patogenesis, manifestasi klinis, penegakan diagnosis dan penatalaksanaan polip hidung.Mahasiswa mampu menjelaskan mengenai farmakoterapi pada rhinitis, epiktaksis dan sinusitis.
Cavum Nasi= Rongga hidungLubang hidung (2) disebut NaresDipisahkan o/ Septum NasiLubang hidung sebelah belakang = ChoanaeRongga2 tulang sekitar hidung berhubungan
dengan lubang2 dl hidung Sinus Paranasales:
Sinus MaxillarisSinus FrontalisSinus EthmoidalesSinus Sphenoidales
Kerangka Hidung Luar
Os nasalisProcesus frontalis
os maksilaProsesus nasalis os
frontalKartilago nasalis
lateral superiorKartilago nasalis
lateral inferiorKartilago Ala
mayorKartilago ala minorKartilago septum
NaresBatas – batasLateral : Alae nasi, oleh Cartilago apicis nasiMedial : Cartilago septi nasiDorsal : Maxilla
ChoanaeBatas – batas:VomerOs PalatinumOs SphenoidaleDorsal : Tonsilla pharyngicaDorso lateral : Tuba auditiva EUSTACHII
CAVUM NASIDibatasi oleh 4 dindingDinding medial : septum nasiDinding Lateral : Konka & meatusDinding InferiorDinding Superior
Dinding MedialSEPTUM NASIMemisahkan Nares & Choanae kiri – kanan Terdiri atas:
Lamina perpendicularis Os ethmoidaleKrista nasalis os maksilaKrista nasalis os palatinaVomerKartilago septum kuadrangulariskolumela
Dinding Lateral3 buah konkaMeatusSinus Maksilaris
Concha nasalis infor
Concha nasalis mediaConcha nasalis Supor
Dg adanya Choncae, cavum nasi dibagi:1. Meatus nasalis infor
2. Meatus nasalis medius di antara Choncae3. Meatus nasalis supor
Drainase sinus pada hidungMeatus superior : muara sinus sfenoidMeatus media : hiatus semilunaris, celah
sempit yang melengkung, merupakan muara dari sinus frontal, maksila dan etmoid
Meatus inferior : muara duktus nasolakrimalis
Dinding InferiorDasar cavum nasi dibentuk oleh:Os MaxillaOs palatinum
Dinding SuperiorAtap cavum nasi, dari ventarl dorsal:Cartilago lateralisOs nasaleProcessus nasalis Os frontalisOs ethmoidaleOs sphenoidale
Fila olfactoria N. Olfactorius (N.I) pd lamina cribrosa Os ethmoidale
Vaskularisasi Cavum NasiBagian SuperiorA. Etmoidalis antA. Etmoidalis post
Bagian InferiorA. SphenopalatinaA. Palatina major
Plexus Kieselbach
Merupakan anastomosis A.Etmoidalis anterior dan A.Sphenopalatina
Terletak superficialMudah cedera olah traumaSumber epistaksis terutama pada anak
Inervasi Cavum Nasi
N. ophthalmicus (N. V1) N. Etmoidalis antN. Maxillaris (N. V2) melalui ganglion
pterygopalatinumAda juga N. olfactorius (N. I)
Sinus ParanasalesRadang = Sinusitis
Sinus Maxillaris HIGMORISinus paranasales terbesarDi lateral Cavum nasi, dipisahkan oleh tulang
tipis dg dunia luarSering ada tonjolan2 di bag. ventral dasar
karena Radices bbrp gigi a/ geraham,(P1,P2,M1,M2) kecuali Dentes incisivi memudahkan menjalarnya radang gigi ke dalam sinus ini
Sinus Paranasales …Sinus Maxillaris HIGMORI …Hub. dg cavum nasi terletak pd bag. tertinggi
lendir a/ nanah akan tertimbun Hub. yg merugikan ini = Hiatus semilunaris,
terletak di Caudal Concha nasalis media
Sinus FrontalisDi dl Os frontaleSetinggi Arcus superciliaris os frontaleBerhub. dg cavum nasi & Hiatus Semilunaris
Sinus Paranasales …Sinus EthmoidalisDi dl Pars labyrynthica Os ethmoidale berhub. dg
cavum nasi
Sinus SphenoidalisBerhub. dg cavum nasi melalui lubang2 di dinding
ventral Corpus ossis sphenoidales & di dorsal Concha nasalis supor
Ada hub. dg perjalanan: N. canalis pterygoideus N. maxillaris (N. V2) N. opticus (N. II) A. carotis interna
Vestibulitis Infeksi di kulit vestibulum nasiAkibat iritasi dari sekret hidungHipersekresi sel goblet dan kelenjar
seromusinosa
Selulitis Perluasan furunkel pada vestibulum nasiEtiologi : - streptokokus - stafilokokus Gejala dan tanda : Hidung bengkak, berwarna
kemerahan dan nyeriTerapi : Antibiotik sistemik dosis tinggi
Rhinitis Rhinitis AkutRhinitis Kronis
Rhinitis AkutInfeksi pada hidung : Virus atau bakteriRhinitis simplek (common cold)
Rhinitis KronisKelanjutan dari rhinitis akut Radang kronis mukosa hidungRhinitis hipertrofikans dan atrofikans
Rhinitis Simplek Etiologi : Virus → Rhinovirus
MyxovirusCoxsackieECHO
Penyakit menular Faktor predisposisi : ↓ Daya tahan tubuh Gejala :
Prodormal → rasa panas, kering, gatal di hidung→ bersin-bersin, hidung tersumbat disertai demam dan nyeri kepala
Mukosa → merah, membengkak Infeksi sekunder bakteri → sekret mukopurulen
Komplikasi : sinusitis , otitis media Terapi :
Istirahat cukup Obat simtomatis Infeksi sekunder bakteri→ antibiotik
Rhinitis HipertrofikansRadang akut berulang atau berkelanjutan→konka
hipertrofi (inferior)Gejala : - sumbatan hidung
- sekret mukopurulenPemeriksaan :
Konka hipertrofiMukosa hiperemisSekret mukopurulen
Terapi : Terapi simtomatis→ kaustik konka (nitras argenti atau
trikloroasetat atau elektrokauterisasi) Operatif → luksasi konka, frakturisasi konka,
konkoplasti, konkotomi parsial
Rhinitis Atrofikans Infeksi hidung kronik→ atrofi tulang konkaEtiologi :
infeksi kuman : klebsiella, streptokokus, stafilokokus, pseudomonas aeruginosa
Defisiensi fe Defisiensi vit. A Sinusitis kronik Kelainan hormonal Penyakit autoimun
Gejala klinis: Ingus kental Krusta kehijauan Nafas bau Sakit kepala Hidung tersumbat
Pemeriksaan fisik Rongga hidung lapangKonka inferior dan media→ hipertrofi /
atrofiSekret purulenKrusta hijau
Pemeriksaan histopatologi :Metaplasia : epitel torak bersilia → epitel
kubik/gepeng berlapisPenipisan mukosaKelenjar berdegenerasi
Pengobatan :Konservatif → antibiotik, obat cuci hidungOperatif
Rhinitis DifteriEtiologi : corynebacterium diphteriaePrimer → hidung, tenggorokGejala :
Akut → demam, toksemia, limfadenitis, paralisis otot pernafasan, menular
Kronik → ringan, sembuh sendiri, menularPemeriksaan fisik :
Hidung : ingus bercampur darah, pseuomembran putih, krusta coklat (nares anterior dan rongga)
Pemeriksaan sekret hidungTerapi :
ADSPenisilin → lokal, im
Rhinitis JamurSifat : (1)Invasif : (+) hifa pada lamina propria. Perforasi septum
dan hidung pelana.(2)Non Invasif : Menyerupai rinolit (gumpalan jamur)
dengan inflamasi mukosa yang lebih berat namun tidak terdapat destruksi kartilago dan tulang.
Etiologi: Aspergillus, Candida, Histoplasma, Fussarium, dan Mucor.
PF : (+) sekret mukopurulen, (+) ulkus atau perforasi pada septum disertai dan jaringan nekrotik warna kehitaman (black eschan)
Terapi :(3)Non Invasif : Mengangkat seluruh gumpana jamur
(rinolit)(4)Invasif : Mengeradikasi agen penyebab dengan
pemberian anti jamur lokal dan topikal.
Rhinitis tuberkulosaTuberkulosa ekstra pulmoner → noduler/ulkus
mengenai tulang rawan septum → perforasiPemeriksaan klinis :
Sekret mukopurulenKrustaBTA (basil tahan asam)
Histopatologi → sel datia langhans, limfositosis
Terapi → anti tuberkulosis , obat cuci hidung
Rhinitis sifilisEtiologi : treponema palidumPrimer , sekunder → gejala rinitis akut +
bintik di mukosaTersier : gumma → perforasi septumPemeriksaan klinis :
Sekret mukopurulen bauKrusta
Pemeriksaan mikrobiologi dan biopsiTerapi : penisilin, obat cuci hidung
Rhinitis medikamentosa Gangguan respon vasomotor →
vasokontriktor topikal berkepanjangan ( >7-10 hari)
PatofisiologiGejala → hidung tersumbat menetap, berairPemeriksaan → edema konka, sekret hidung
berlebihPenanganan
Obat tetes atau semprot vasokonstriktor dihentikan
Kortikosteroid Dekongestan oral
Reaksi hipersensitivitasGejala klinis :
• Bersin berulang
• Rhinorea
• Rasa gatal pada hidung
• Hidung tersumbat
• Mata gatal, berair, dan kemerahan
• Hiposmia atau anosmia
• Batuk kronik
Rhinitis Alergi
Macam-macam reaksi alergi Immediated phase allergic reaction/reaksi alergi fase cepat : Berlangsung sejak kontak awal dengan alergen dan terjadi kurang lebih 1 jam setelah terjadi paparan.
Late phase allergic reaction/reaksi alergi fase lambat : Berlangsung 2 s.d 4 jam dengan puncak 6 s.d 8 jam setelah pemaparan dan dapat berlangsung terus sampai 48 jam
RAFC ( Reaksi Alergi Fase Cepat)Hidung terpapar alergen Alergen dianggap sebagao benda asing oleh makrofag dan mempresentasikan APC APC membentuk fragmen pendek peptida bergabung dengan HLA tipe II (faktor kerentanan) Merespon MHC tipe II Dipresentasikan oleh sel T Helper Makrofag mengeluarkan berbagai macam sitokin (ex. IL-1) Merangsang Th1 dan Th2 yang mengeluarkan IL-3, IL-4, IL-5 Merangsang Sel B memproduksi Ig E Merangsang Basofil mensekresikan Histamin sebagai mediator inflamasi, PAF, bradikinin, leukotrien, prostalglandin, dan GM-CSF Kelenjar mukosa menjadi hipersekresi dan merangsang ujung saraf Vidianus yang menyebabkan rasa gatal dan bersin-bersin dan produksi Intercellular Adhesion Molecule
RAFL (Reaksi Alergi Fase Lambat)• Penambahan jumlah dan jenis sel inflamasi seperti eosinofil,
limfosit, neutrofil, basofil, mastosit
• Pelepasan sitokin lebih banyak seperti : IL-3, IL-4, IL-5, ICAM 1,
GM-CSF
• Timbul gejala hiperaktif dan hiperesponsif akibat mediator
eosinofil.
Gambaran Histologik
Terdapat dilatasi pembuluh darah dengan pembesaran sel goblet
dan sel pembentuk mukus, penebalan membran basal, infiltrasi
eosinofil pada jaringan mukosa dan submukosa hidung.
Cara masuk Alergi
Alergen Inhalan (udara pernafasan)
Ex. B. tropicallis, Aspergillus alternaria
Alergen InjektanEx. Suntikan, tusukan, dll
Alergen KontaktanEx. Kontak kulit atau
jaringan mukosa
Alergen Ingestan (masuk ke saluran cerna)
Ex. Makanan, susu sapi, coklat
DiagnosisAnamnesis
• Bersin berulang (RAFC)• Hidung tersumbat hilang timbul atau menetap• Mata gatal dan lakrimasi• Rhinorea bening dan encer• Tanyakan tempat tinggal dan pekerjaan pasien• Tanyakan onset• Anosmia atau hiposmia• Batu kronik
Pemeriksaan Fisik (PF)
• Rhinoskopi anterior : mukosa edema, basah, berwarna pucat atau livid dan terdapat sekret encer yang banyak dan mukosa inferior hipertrofi.
Diagnosis• Bayangan gelap di daerah bawah mata akibat stasis vena
sekunder akibat obstruksi hidung (Allergic Skiner)
• Allergic salute : anak menggaruk hidung karena gatal.
• Allergic crease : akibat alergi salut, timbul garis melintang
di dorsum nasi pada 1/3 bawah.
• Dinding posterior faring tampak granuler
• Geographic Tongue
Pemeriksaan Penunjang
• Hitung eosinofil darah tepi
• Ig E total evaluation (Prist paper radio immunosorbent test)
• Basofil > 5 sel/lapangan pandang
Diagnosis• Sel PMN (+)
• Tes Cukit Kulit
• Uji intrakutan
• Skin end point titration
Tata Laksana1. Hindari kontak langsung dengan alergen2. Medika mentosa
- Antihistamin : Antagonis H1 dapat dikombinasikan dengan dekongestan peroral.
- Golongan 1 (klasik) bersifat lipofilik. Ex. Difenhidramin, kloroferamin, prometasin, azelastin/
- Golongan 2 (sedatif) bersifat hidrofilik, tidak menembus SDO, selektif mengikat H1 reseptor, antikolinergik, antiadrenergik, efek SSP minimal. Ex. Loratadin, fexofenadin, desloratadine, setinisin.
- Preparat adrenergik alfa simpatomimetik (dekongestan oral)
- Obat kortikosteroid secara topikal. Ex. Beklometason, budesonid, flurisonid.
- Antikolinergik topical untuk mengatasi rhinorea- Anti leukotrien- Anti Ig E- Operatif- Imunoterapi
Inflamasi mukosa sinus paranasalBerawal dari rinitis → rinosinusitisMultisinusitis → beberapa sinus paranasal
Pansinusitis → semua sinus paranasalEtiologi & faktor predisposisi :
Sinusitis
Patofisiologi : Diagnosis :Gejala klinis :
Sekret purulenHiposmia, anosmiaNyeri sinus, sefalgiaDemam, malaise
Komplikasi : jarang terjadi bila ditangani cepatOrbita Intrakranial
Terapi :
Menyebabkan sinusitis kronik (maksilla)Infeksi gigi rahang atas → sinus (langsung) atau
melalui pembuluh darah & limfeGejala : ingus purulen & napas berbau busuk (sinusitis
maksila kronik)Pengobatan : cabut gigi (infeksi), antibiotik, irigasi sinus
maksilla
Sinusitis Dentogen
Etiologi : infeksi jamur pada sinus paranasal → aspergillus & candida
Faktor predisposisi : DM, neutropenia, penyakit AIDS, perawatan lama di RS
Waspada → sinusitis jamur unilateral :
- kerusakan tulang dinding sinus
- membran putih keabuan di irigasi antrumSinusitis jamur → invasif akut fulminan
→ invasif kronik indolen
Sinusitis Jamur
Sinusitis jamur invasif akut : Invasi jamur → jaringan dan vaskularTerjadi pada → pasien DM tdk terkontrol, imunosupresi,
pemakaian steroid lama, terapi imunosupresanCavum nasi → mukosa biru-kehitaman, mukosa konka
(septum nekrotik)Sinusitis jamur invasif kronik :
Terjadi pada → pasien gangguan imunologik atau metabolik
Invasi → orbita atau intrakranialPerjalanan penyakit lebih lambat dari fulminanSekret kental, bercak kehitaman → koloni jamur
Sinusitis jamur non-invasif (misetoma) :Gejala klinis seprti sinusitis kronis → rinore
purulen, post nasal drip, napas bauOperasi → materi jamur wrna coklat kehitaman, kotor,
tanpa pus di sinusTerapi :
Invasif → pembedahan, debrideman, anti jamur sistemikMisetoma → terapi bedah, ventilasi sinus
Perdarahan hidung → gejala atau manifestasi penyakit
Etiologi : Spontan Kelainan lokal : trauma, kelainan anatomi, pembuluh darah,
infeksi lokal, benda asing, tumor, pengaruh udara lingkungan
Kelainan sistemik : penyakit kardiovaskuler, kelainan darah, infeksi sistemik, perubahan tekanan atmosfir, kelainan hormonal, kelainan kongenital
Epistaksis
Sumber perdarahan :
Epistaksis anterior Berasal dari pleksus kiesselbach di septum anterior atau dari arteri ethmoidalis anterior. Perdarahan pada septum anterior biasanya ringan karena keadaan mukosa yang hiperemis atau kebiasaan mengorek hidung dan kebanyakan terjadi pada anak, seringkali berulang dan dapat berhenti sendiri.
Epistaksis Posterior Berasal dari arteri ethmoidalis posterior atau arteri sphenopalatina. Perdarahan lebih hebat dan sering ditemukan pada pasien dengan hipertensi, arteriosklerosis atau pasien dengan penyakit kardiovaskuler akibat pecahnya a.spehopalatina.
Tata Laksana
Prinsip Penatalaksanaan Epistaksis1. Perbaiki keadaan umum2. Cari sumber perdarahan3. Hentikan perdarahan4. cari faktor penyebab
Perhatikan keadaan umum, nadi, pernafasan, dan TD
Bersihkan bekuan darah atau darah pada jalan nafas
Cari sumber perdarahan
Pasien epistaksis diperiksa dalam keadaan duduk atau
biarkan darah mengalir agar bisa dimonitor
Jangan sampai darah masuk ke saluran nafas
Pasang tampon sementara yaitu kapas yang telah dibasahi
dengan adrenalin 1/5000 – 1/10.000 dan pantocain atau
lidokain 2% dimasukkan ke dalam rongga hidung untuk
mengurangi rasa nyeri.
tampon dibiarkan 10-15 menit
Massa lunak, banyak cairan, putih keabuan, → rongga hidungEtiologi belum diketahui pastiStadium polip (Mackay dan lund (1997)) :
Stadium 1 → meatus medius Stadium 2 → dirongga hidung tapi belum penuh Stadium 3 → polip masif
Patogenesis : Teori bernstein → perubahan mukosa hidung karena peradangan atau aliran udara
berturbulensi dikompleks ostiomeatal Teori lain → ketidakseimbangan saraf vasomotor
Makroskopis : massa bertangkai, permukaan licin, bulat atau lonjong , putih keabuan, agak bening, tunggal atau multiple
Mikroskopis : epitel bertingkat semu bersilia dg submukosa sembab, sel (limfosit, sel plasma,eosinofil, netrofil, makrofag), sel goblet mukosa, polip lama → metaplasia epitel(non-keratin)
Polip Hidung
Pemeriksaan fisik :Hidung tampak mekarRinoskopi anterior → massa pucat, mudah bergerakNasoendoskopi Radiologi
Pengobatan :Untuk menghilangkan keluhan , mencegah
komplikasi, mencegah rekurensi polip Kortikosteroid → polipektomi medikamentosaTerapi bedah → polipektomi, etmoidektomi
intranasal/ekstranasal, operasi caldwell-luc, BSEF
TERIMA KASIH