skenario 1 dms step 1-7

72
SKENARIO I SAAT PERTANDINGAN Cindy adalah seorang mahasiswi anggota tim kesehatan pada acara peringatan hari ulang tahun kanpusnya. Pada hari itu sedang pertandingan sepakbola antar angkatan. Pada babak ke-2, tiba-tiba Deni, salah seorang pemain angkatan 2010, terjatuh karena tersandung oleh kaki pemain lain. Ia menjerit kesakitan dan saat dibantu untuk berdiri dan berjalan ke pinggir lapangan, ia tampak pincang. Sendi pada pergelangan kakinya tampak bengkak., terdapat lecet dan ada bagian kulitnya yang terkelupas. Cindy bingung, tidak tahu harus berbuat apa sehingga diputuskan membawa Deni ke RS. Di UGD, dokter mengisi formulir permintaan rontgen dan menyerahkannya pada bagian radiologi. Saat di rontgen, posisi kaki Deni harus berubah-ubah. Beberapa saat kemudian Cindy melihat dokter memperhatikan hasil rontgennya di balik papan lampu. “Apa ya yang dilihat dokter itu?” pikir Cindy..

Upload: ricosopo

Post on 06-Feb-2016

78 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

yt

TRANSCRIPT

Page 1: Skenario 1 DMS Step 1-7

SKENARIO I

SAAT PERTANDINGAN

Cindy adalah seorang mahasiswi anggota tim kesehatan pada acara peringatan hari ulang tahun

kanpusnya. Pada hari itu sedang pertandingan sepakbola antar angkatan. Pada babak ke-2, tiba-

tiba Deni, salah seorang pemain angkatan 2010, terjatuh karena tersandung oleh kaki pemain

lain. Ia menjerit kesakitan dan saat dibantu untuk berdiri dan berjalan ke pinggir lapangan, ia

tampak pincang. Sendi pada pergelangan kakinya tampak bengkak., terdapat lecet dan ada

bagian kulitnya yang terkelupas. Cindy bingung, tidak tahu harus berbuat apa sehingga

diputuskan membawa Deni ke RS. Di UGD, dokter mengisi formulir permintaan rontgen dan

menyerahkannya pada bagian radiologi. Saat di rontgen, posisi kaki Deni harus berubah-ubah.

Beberapa saat kemudian Cindy melihat dokter memperhatikan hasil rontgennya di balik papan

lampu. “Apa ya yang dilihat dokter itu?” pikir Cindy..

STEP 1

1. Rontgen : LO

STEP 2

1. Apa saja bagian-bagian tulang, fungsi, dan klasifikasinya?

2. Apa saja bagian-bagian sendi, fungsi, dan kalsifikasinya?

3. Apa saja bagian-bagian kulit, fungsi, dan klasifikasinya?

4. Apa yang di alami Deni?

Page 2: Skenario 1 DMS Step 1-7

5. Bagaimana mekanisme sendi bengkak?

6. Pemeriksaan radiologi dan diagnosis untuk kasus diatas?

7. Penatalaksanaan kasus?

STEP 3

1. TULANG

Bagian tulang :

Page 3: Skenario 1 DMS Step 1-7

Klasifikasi tulang :

a. Tulang panjang contoh: humerus, radius, ulna, femur, tibia, dan fibula.

b. Tulang datar contoh: sternum, scapula, dan parietal.

c. Sutural contoh: tulang diantara tulang datar pada tengkorak di garis sutura

d. Tulang tak beraturan contoh: ruas-ruas tulang belakang

e. Tulang pendek contoh: carpal dan tarsal

f. Tulang sesamoid contoh: patella ( Ganong, 2008 )

Fungsi tulang :

1. Tulang memberikan topangan dan bentuk tubuh

2. Pergerakan. Tulang berartikulasi dengan tulang lain pada sebuah persendian sebagai

pengungkit.

3. Perlindungan. Sistem rangka melindungi organ - organ lunak yang ada dalam tubuh

Page 4: Skenario 1 DMS Step 1-7

4. Pembentukan sel darah ( hematopoiesis ). Sumsusm tulang merah, yang ditemukan pada

orang dewasa dalam tulang sternum, tulang iga, badan vertebra, tulang pipih dan kranium,

pada bagian ujung tulang panjang, merupakan tempat produksi sel darah merah, sel darah

putih, dan trombosirt.

5. Tempat penyimpanan mineral

2. SENDI

Bagian sendi :

Fungsi sendi :

1. Mempermudah gerakan antara kedua ujung-ujung tulang

2. Berperan dalam pertumbuhan tulang ke arah memanjang

Klasifikasi sendi :

Secara struktural :

1. Persendian fibrosa, yaitu persendian yang tidak memiliki rongga sendi dan diperkokoh dengan

jaringan ikat fibrosa.

2. Persendian kartilago, yaitu persendian yang tidak memiliki rongga sendi dan diperkokoh

dengan jaringan kartilago.

Page 5: Skenario 1 DMS Step 1-7

3. Persendian sinovial, yaitu persendian yang memiliki rongga sendi dan diperkokoh dengan

kapsul dan ligament artikular yang membukuskan.

Menurut fungsinya :

1. Sendi sinartosis (sendi mati), sendi ini dibungkus dengan jaringan ikat fibrosa atau kartilago.

2. Sendi amfiartosis (sendi dengan pergerakan terbatas)

3. Sendi diartosis (sendi dengan pergerakan bebas) disebut juga sendi sinovial

3. KULIT

Bagian kulit :

Kalsifikasi kulit :

a) Epidermis

Epidermis terbagi atas empat lapisan.

1. Lapisan basal atau stratum germinativium.

2. Lapisan malpighi atau stratum spinosum.

Page 6: Skenario 1 DMS Step 1-7

3. Lapisan granular atau stratum granulosum.

4. Lapisan tanduk atau stratum korneum.

Epidermis mengandung juga : Kelenjar ekrin, kelenjar apokrin, kelenjar sebaseus, rambut dan

kuku.

b) Dermis

Dermis atau korium merupakan lapisan bawah epidermis dan diatas jaringan subkutan. Dermis

terdiri dari jaringan ikat yang dilapisan atas terjalin rapat (pars papillaris), sedangkan dibagian

bawah terjalin lebih lebih longgar (pars reticularis). Lapisan pars retucularis mengandung

pembuluh darah, saraf, rambut, kelenjar keringat dan kelenjar sebaseus.

c) Jaringan Subkutan (Subkutis atau Hipodermis)

Jaringan subkutan merupakan lapisan yang langsung dibawah dermis. Batas antara jaringan

subkutan dan dermis tidak tegas. Sel-sel yang tyerbanyak adalah liposit yang menghasilkan

banyak lemak. Jaringan subkutan mengandung saraf, pembuluh darah dan limfe, kandungan

rambut dan di lapisan atas jaringan subkutan terdapat kelenjar keringan. Fungsi dari jaringan

subkutan adalah penyekat panas, bantalan terhadap trauma dan tempat penumpukan energi.

Fungsi-fungsi dari Kulit :

Kulit mempunyai fungsi bermacam-macam untuk menyesuaikan tubuh dengan lingkungan.

Fungsi kulit adalah sebagai berikut :

a) Perlindungan

b) Pengaturan suhu

c) Ekskresi

d) Metabolisme

e) Komunikasi

f) Absorpsi

g) Pembentukan pigmen dan melanosit

h) Kertinisasi

Page 7: Skenario 1 DMS Step 1-7

4. Deni mengalami trauma musculoskeletal, tepatnya dislokasi.

Trauma musculoskeletal dibagi 2, yaitu :

a. Vulnus/luka

b. Deformitas : dislokasi, subluksasi, fraktur.

Trauma pada jaringan lunak :

a. Kontusio

b. Hemoragik

c. Laserasio

Trauma ligamen :

a. Strain

b. Sprain

5. Sendi bengkak karena dalam fase hematom

6. Pemeriksaan radiologi :

a. Rontgen posisi AP-lateral (selalu role of 2)

b. CT SCAN

c. MRI

7. Penatalaksanaan :

a. RICE

b. Konservatif

c. Medikamentosa

d. Reposisi

e. Imobilisasi

f. Mobilisasi

Page 8: Skenario 1 DMS Step 1-7

STEP 4

1.Tulang Rawan ( Kartilago )

Kartilago Hyalin

Mtrixnya terdiri dari kolagen tipe II, proteoglycans, glycoproteins, dan extracellular fluid.

Berwarna coklat kebiru-biruan, semi tembus cahaya, dan lunak. Terletak di hidung, laring, akhir

dari tulang rusuk, dan cincin trakea dan bronkus. Histogenesis dan pertumbuhan :

Individual mesenchymal cells berkumpul membentuk pusat kondrofikasi berdiferensiasi

menjadi kondroblas sekresi matriz kartilago disekelilingnya terbentuk lacuna

kondroblas yang dikelilingi matrixnya disebut kondrosit cell division lebih dari 2 kondrosit

disebut isogenous groups.

Perikondrium terbentuk di batas luar ketika proses pembentukan kondrosit.

Teritorial matrix merup\akan matrix yang berada di sekeliling lacuna, mengandung sedikit

kolagen dan banyak kondrotinsulfat. Sedangakan interteritorial matrix adalah matrix terbesar dan

mengandung lebih banyak kolagen, serta lebih sedikit kandunagn proteoglikannya. ( Junqueira,

2007 )

Gambar Hyalin Kartilago

Kartilago Elastik

Ditemukan di aurikula telinga, dinding telinga bagian luar, saluran eustachius, epiglottis, dan

tulang rawan kuneiformis di laring, pada bagian perikondrium, lebih banyak mengandung elastic

fiber, sehingga lebih elastis. Kondrositnya lebih besar bila dibandingkan dengan kartilago

hyaline. Memiiki warna kekuningan darena memiliki elastin dalam serat elastis. ( Junqueira,

2007 )

Kartilago Fibrosa

Page 9: Skenario 1 DMS Step 1-7

Merupakan jaringan intermediate antara jaringan ikat padat dan kartilago hyalin. Terdapat pada

discus invertebralis, simfisis pubis, dan dalam tendon-tendon tertentu. Matrixnya mengandung

kolagen tipe I dan bersifat asidofilik. Tidak terdapat perikondrium yang dikanali dalam kartilago

fibrosa. ( Junqueira, 2007 )

Kharakteristik Tulang Rawan

Tulang rawan = Jaringan yang terdiri dari sel-sel rawan yang terdapat kondrosit dan bahan dasar

tulang rawan sebagai bahan antar sel

Terdapat 3 jenis tulang rawan berdasarkan karakteristiknya :

1 Tulang rawan hyalin

Ciri-ciri :

a. Konsistensi lunak, agak elastis

b. Warna kebiru-biruan

c. Bahan dasar homogen

2 Tulang rawan elastis :

Ciri-ciri :

a. Warna kekuning-kuningan

b. Lebih fleksibel dan elastis

c. Bahan dasar terdapat anyaman sabut-sabut elastis dalam berbagai arah terutama di sekitar

kondrosit,sabut ini kemudian melanjutkan diri ke perikandrium

d. Kondrosit,tudung sel tulang rawan dan kelopmpok isogen seperti pada tulang rawan

hyalin

3 Tulang rawan fibrious :

Ciri-ciri :

a. Kondrosit dan tudung sel tulang rawan seperti pada tulang hyalin

b. Kelompok isogen hanya sedikit,karena bahan antar sel agak padat

c. Kemungkinan sel membelah diri sedikit

d. Terdapat bahan sabut kolagen berbagai arah

e. Merupakan peralihan antara jaringan ikat fibrilair dengan jaringan tulang rawan

Tulang ( Bone )

Page 10: Skenario 1 DMS Step 1-7

Tulang adalah jaringan ikat kaku, keras dan berbentuk tetap. Matrix terdiri dari

komponen organic dan anorganik. Komponen organic merupakan kumpulan kristal-kristal

kalsium hidroksiapatit yang terdiri dari kalsium dan fosfor yang banyak. Sedangkan komponen

anorganik berisi kolagen tipe I. Matrix ektravaskulernya telah mengandung kalsium sehingga

menutup jalanya sekresi sel didalamnya. Akan tetapi, pertukaran zat antara osteosit dan kapiler

darah tetap bisa berjalan karena adanya komusikasi melalui kanalikuli. Periosteum melapisi

bagian luar tulang, sedangkan endosteum melapisi bagian dalam tulang. ( Junqueira, 2007 )

Gambar : Penampang system harverst

Sel-sel tulang : Osteoprogenitor cells, Osteoblas, Osteosit, dan Osteoklas.

Osteoprogenitor cells

Page 11: Skenario 1 DMS Step 1-7

Merupakan embryonic mesenchymal cells, sehingga menjaga kemampuan mitotik (sangat

berpotensi untuk berdiferensiasi menjadi Osteoblas). Berada pada bagian dalam periosteum,

lapisan canal harvest, dan di dalam endosteum.

Osteoblas

Terbentuk dari Osteorogenitor cells yang telah berdiferensiasi. Tumbuh dibawah pengaruh Bone

Morphogenic Protein (BMP) dan Transforming Growth Factor β. Osteoblas juga berperan dalam

sistesis komponen organic dari matrix (Kolagen tipe I, Peptioglikan, dan glikoprotein).

Mengalami proses aposisi tulang yaitu komponen matrix disekresi pada permukaan sel yang

berkontak dengan matrx tulang yang lebih tua, dan lapisan matrix baru (namun belum terkapur),

yang disebut Osteoid, diantara lapisan osteoblas dan tulang yang baru dibentuk. ( Junqueira,

2007 )

Osteosit

Merupakan sel tulang yang

telah dewasa. Di dapat dari

osteoblas yang

berdeferensiasi. Terdapat didalam lacuna yang terletak diantara lamela-lamela matrix. Jumlahnya

20.000 – 30.000 per mm3. sel-sel ini secara aktif terlibat untuk mempertahankan matrix tulang

dan kematianya diikuti oleh resorpsi matrix tersebut. ( Junqueira, 2007 )

Osteoklas.

Page 12: Skenario 1 DMS Step 1-7

Berinti banyak. Memiliki peranan penting dalam proses resorpsi tulang. Berasal dari

penggabungan sel-sel sumsum tulang. Osteoklas mensekresi kolagenase dan enzim lain sehingga

memudahkan pencernaan kolagen setempat dan melarutkan kristal gram kalsium. Aktifinasnya

dipengaruhi oleh hormone sitokinin. Osteoklas memiliki reseptor untuk kalsitokinin, yakni suati

hormone tiroid, tetapi bukan untuk hormone paratiroid. Akan tetapi osteoblas memiliki reseptor

untuk hormone paratiroid dan begitu teraktivasi oleh hormone ini, osteoblas akan memperoduksi

suatu sitokin yang disebut factor perangsang osteoklas. ( Junqueira, 2007 )

Hormon yang bekerja pada pertumbuhan tulang

1. Kelenjar hipofisis anterior / kelenjar pertumbuhan : berfungsi meningkatkan kecepatan

mitosis kondrosit dan osteoblas serta meningkatkan kecepatan sintesis protein (kolagen,

matriks, kartilago dan enzim untuk pembentukan kartilago tulang).

2. Tiroksin (kelenjar tiroid) : berfungsi untuk meningkatkan kecepatan sintesis protein dan

meningkatkan produksi energi dari semua jenis makanan.

3. Insulin : berfungsi dalam meningkatkan produksi energi dari glukosa.

4. Paratiroid : berfungsi untuk meningkatkan reabsorpsi kalsium dari tulang ke darah dan

meningkatkan absorpsi kalsium oleh usus halus dan ginjal.

5. Kalsitonin : berfungsi dalam menurunkan reabsorpsi kalsium dari tulang (menurunkan

kadar kalsium dalam darah).

6. Estrogen dan testosteron : berfungsi untuk mempercepat penutupan epifisis tulang

panjang dan untuk membantu menahan kalsium dalam tulang untuk mempertahankan

matriks tulang yang kuat. ( Sanlon, 2008 )

Penulangan endokondral

1. Pembentukan model kartilago hyaline

2. Perikondrium tervaskularisasi

3. Osteoblast mensekresikan matrix

4. Kondrosit dalam mengalami diapsis, mati dan berdegenerasi.

5. Osteoklas membentuk lubang di dalam tulang sub periosteal.

6. Terbentuk kartilago yang telah terkalsifikasi.

Primarry

Centre Of Ossification

Page 13: Skenario 1 DMS Step 1-7

7. Osteoklas mulai meresorpsi kartilago yang terkalsifikasi.

8. Tulang subperiosteal menebal

9. Ossifikasi mulai epifisis.

10. Pertumbuhan tulang terjadi di lempeng epifiseal.

11. Epifisis dan Diafisis

Proses kalsifikasi tulang

Osteoid Ca2+ dan PO43- konsentrasi tinggi vesikel matrix memproduksi pompa kalsium

transport ion Ca2+ ke dalam vesikel konsentrasi ion Ca2+ lebih tinggi kristalisasi

pertumbuhan kristal hidroksiapatit menembus membrane isi dari vesikel keluar.

2.Klasifikasi sendi

Secara struktural :

1. Persendian fibrosa, yaitu persendian yang tidak memiliki rongga sendi dan diperkokoh dengan

jaringan ikat fibrosa.

2. Persendian kartilago, yaitu persendian yang tidak memiliki rongga sendi dan diperkokoh

dengan jaringan kartilago.

3. Persendian sinovial, yaitu persendian yang memiliki rongga sendi dan diperkokoh dengan

kapsul dan ligament artikular yang membukuskan.

Menurut fungsinya :

1. Sendi sinartosis (sendi mati), sendi ini dibungkus dengan jaringan ikat fibrosa atau kartilago.

Sendi jenis ini antara lain adalah :

a. Sutura, yaitu sendi yang dihubungkan dengan jaringan ikat fibrosa rapat yang hanya

ditemukan pada tulang tengkorak. Contoh: sutura sagital dan parietal.

b. Sinkondrosis, yaitu sendi yang tulang-tulangnya dihubungkan dengan kartilago hialin.

Contoh: lempeng epifisis sementara antara epifisis dan diafisis pada tulang panjang anak.

2. Sendi amfiartosis (sendi dengan pergerakan terbatas)

Sendi ini memungkinkan gerakan terbatas sebagai respon terhadap torsi dan kompresi. Sendi

jenis ini antara lain adalah:

Secondary

Centre Of Ossification

Page 14: Skenario 1 DMS Step 1-7

a. Simfisis, adalah sendi yang kedua tulangnya dihubungkan dengan diskus kartilago, yang

menjadi bantalan sendi dan memungkinkan terjadi sedikit gerakan. Contoh: simpisis

pubis

b. Sindesmosis, terbentuk saat tulang-tulang yang berdekatan dihubungkan dengan serat-

serat jaringan ikat kolagen. Contoh: ditemukan pada tulang yang bersisihan seperti radius

dan ulna, serta tibia dan fibula

c. Gomposis, adalah sendi dimana tulang berbentuk kerucut masuk dengan pas dalam

kantong tulang, seperti pada gigi yang tertanam pada tulang rahang

3. Sendi diartosis (sendi dengan pergerakan bebas) disebut juga sendi synovial

Sendi ini memiliki rongga sendi yang berisi cairan sinofial.

Klasifikasi persendian synovial terdiri dari:

a. Sendi sferoidal, yang terdiri dari sebuah tulang yang masuk kedalam rongga berbentuk

cangkir pada tulang lain.

Contoh: sendi panggul dan bahu

b. Sendi engsel, terdiri dari sebuah tulang yang masuk dengan pas pada permukaan konkaf

tulang kedua, sehingga memungkinkan gerakan kesatu arah.

Contoh: sendi lutut dan siku.

c. Sendi kisar, yaitu tulang bentuk kerucut yang masuk pas cekungan tulang kedua dan dapat

berputar kesemua arah.

Contoh: tulang atas, persendian bagian kepala

d. Sendi kondiloid, merupakan sendi biaksial, yang memungkinkan gerakan kedua arah

disudut kanan setiap tulang.

Contoh: sendi antara tulang radius dan tulang karpal

e. Sendi pelana, permukaan tulang yang berartikulasi berbentuk konkaf disatu sisi dan konkaf

pada sisi lain, sehingga tulang akan masuk dengan pas seperti dua pelana yang saling

menyatu. Satu-satunya sendi pelana sejati yang ada dalam tubuh adalah persendian antara

tulang karpal dan metakarpal pada ibu jari.

f. Sendi peluru, adalah salah satu sendi yang permukaan kedua tulang berartikulasi berbentuk

datar, sehingga memungkinkan gerakan meluncur antara satu tulang dengan tulang yang

lainnya. Persendian semacam ini disebut sendi nonaksia.

Page 15: Skenario 1 DMS Step 1-7

Misalnya: Persendian intervertebra, dan persendian antara tulang-tulang karpa dan

tulang-tulang tarsal. ( Setiadi, 2007 )

HISTOLOGI PERSENDIAN SINOVIAL

Sendi sinovial tersusun atas:

1. Tulang rawan sendi

Tersusun atas tulang rawan hialin yang berfungsi untuk melindungi tulang dari benturan

dan meredam tekanan.

2. Rongga sendi

Tempat cairan sinovial

3. Kapsul sendi

4. Cairan sinovial

Cairan sinovial berasal dari filtrasi darah yang disekresikan fibroblast dalam membrane

sinovial, cairan ini berfungsi sebagai pelumas untuk mempermudah gerakan .

5. Reinforcing ligament

Beberapa persendian sinovial menguat dan mengeras oleh ligament yang menutupinya.

Berfungsi untuk mempertebal kapsul sendi, reinforcing ligament terbagi menjadi dua

yaitu extracapsular ligament yang berada di luar kapsul sendi dan intracapsularligamen

yang berada di dalam.

6. Syaraf

Syaraf akan mendeteksi rasa nyeri pada persendian dan memonitor peregangan pada

sendi.

7. Pembuluh darah

Supli pembuluh darah untuk membentuk cairan sinovial. ( Sloane , 2003 )

Page 16: Skenario 1 DMS Step 1-7

Gangguan persendian

1. Artitis (inflamasi sendi)

a. osteoartritis konsekuensi alami menjadi tua

kartilago artikular menjadi aus

sendi menjadi kasar, kaku, dan nyeri

b. artritis reumatoid : merupakan penyakit autoimun (sistem imum keliru mengarahkan

kemampuan destruktifnya pada bagian tubuh). Menyebabkan ketidakmampuan berjalan /

bergerak

c. artritis gouti : disebabkan karena penumpukanasam urat.

d. artritis infeksius : peradangan dalam persendian.

2. Terkilir : merupakan cedera sendi yang disebabkan karena perenggangan ligamen /

tendon.

3. Dislokasi / luksasi : disebabkan karena kesalahan letak permukaan artikulasi suatu

persendian.

4. Bursitis : merupakan peradangan pada bursa yang menyatu dengan sendi yang terjadi

akibat ekskresi sendi yang berlebihan / infeksi. ( Sloane, 2003 )

3.KULIT

Klasifikasi kulit :

A. Epidermis

Kulit Tebal

Tebal 0,8 mm – 1,4 mm. Terdiri dari 5 lapisan. Dari bawah yaitu : Stratum Basale

(Germinativum), Stratum Spinosum, Stratum Granulosum, Stratum Lucidium, dan Stratum

Corneum.

Kulit Tipis

Tebal 0,07 mm – 0,12 mm. Memiliki 4 lapisan, tanpa Stratum Lucidium (Guyton, Arthur C.) ,

terdapat pada bagian yang kekurangan rambut (telapak kaki dan telapak tangan).

Stratum Germinativum

Terdiri dari epidermal stem cells, melanocytes, dan keratinocytes. Merupakan lapisan epidermis

paling bawah. Terbentuk dari jaringan ikat longgar. Berbatasan langsung dengan dermis. Sel-sel

yang mendominasi adalah sel-sel stem yang besar/ sel basale. Aktifitas melanocytes

Page 17: Skenario 1 DMS Step 1-7

menyebabkan kulit bewarna kecoklatan. Sel merkel yang banyak terdapat pada bagian yang

kekurangan rambut, mengeluarkan zat kimia yang peka terhadap sentuhan.

Stratum Spinosum

Lapisan epidermis yang paling tebal, terdiri daru berbagai macam bentuk sel (polyhedral sampai

sel-sel yang berbentuk tipis) sehingga nampak berduri (spin). Disini juga terdapat keratinocytes

yang aktif melakukan mitosis. Stratum basal dan spinosum disebut lapisan malphigi yang

bertanggung jawab dalam pergantian epidermal keratinocytes.

Stratum Granulosum

Terdapat keratinocytes yang tergantikan oleh atau dari stratum spinosum. Ketika sel tersebut

mencapai lapisan ini, mulai untuk membuat protein keratohyalin dan keratin dalam jumlah

banyak. Keratohyalin merupakan zat tanduk, menyebabkan kulit less permeable. Keratin

merupakan bahan penyusun utama rambut dan kuku.

Stratum Lucidium

Lapisan ini hanya terdapat pada kulit tebal (thick skin). Walaupun lapisan ini berisi sel-sel tipis

dan kekurangan organel dan nuclei, akan tetapi mengandung keratin filament yang tebal. Plasma

membran mengalami penenbalan akibat penyuluran protei non kreatin (infolokrin). Tidak terlihat

bawah pada standard hytological layer.

Stratum Corneum

Terletak di permukaan, 15-10 lapisan tipis (epitel pipih), sel mati, interloching cells. Disebut

juga lapisan tanduk (hornylayer).

Tipe Sel : Keratinocytes, Melanocytes, Sel Merkel, Sel Langerhans.

Keratinocytes

Subtansi terbanyak dari sel-sel epidermis, karena keratinocytes selalu mengelupas pada

permukaaan epidermis, maka harus selalu digunakan. Pergantian dilakukan oleh aktivitas mitosis

dari lapisan basal (di malam hari). Selama perjalanannya ke luar (menuju permukaan.

Keratinocyes berdeferensiasi menjadi keratin filamen dalam sitoplasma.

Proses dari basal sampai korneum selama 20-30 hari. Karena proses cytomorhose dari

keratinocytes yang bergerak dari basal ke korneum, lima lapisan dapat diidentifikasi. Yaitu basal,

spimosum, granulosum, losidum dan kornium.

Page 18: Skenario 1 DMS Step 1-7

Melanocytes

Didapat dari ujung saraf, memproduksi pigment melanin yang memberikan warna coklat pada

kulit. Bentuknya silindris, bulat dan panjang. Mengandung tirosinase yang dihasilkan oleh REG,

kemudian tirosinase tersebut diolah oleh Aparatus Golgi menjadi oval granules (melanosomes).

Ketika asam amino tirosin berpindah ke dalam melanosomes, melanosomes berubah menjadi

melanin. Enzim tirosinase yang diaktifkan oleh sinar ultra violet.. Kemudian melanin

meninggalkan badan melanicytes dan menuju ke sitoplasma dari sel-sel dalam lapisan stratum

spinosum. Dan pada akhirnya pigmen melanin didegradasi oleh keratinocytes.

Faktor-faktor yang menyebabkan adanya perbedaan warna kulit antara lain:

1. Melanosit, terletak pada stratum basalis, memproduksi pigmen, melanin, yang bertanggung

jawab untuk pewarnaan kulit dari coklat sampai hitam.

2. Darah dalam pembuluh dermal di bawah lapisan epidermis dapat terlihat dari permukaan dan

menghasilkan pewarnaan merah muda . Ini lebih jelas terlihat pada kulit orang kilit putih

(Kaukasian)

3. Keberadaan dan jumlah pigmen kuning, karotin, hanya ditemukan pada stratum korneum, dan

dalam sel lemak dermis dan hipodermis, yang menyebabkan beberapa perbedaan pada

pewarnaan kulit.

Merkel Cells

Banyak terdapat pada daerah kulit yang sedikit rambut (fingertips, oral mucosa, daerah dasar

folikel rambut). Menyebar di lapisan stratum basal yang banyak mengandung keratinocytes.

Langerhans Cells

Disebut juga dendritic cells karena sering bekerja di daerah lapisan stratum spinosum.

Merupakan sel yang mengandung antibodi. Banyaknya 2% – 4 % dari keseluruhan sel epidermis.

Selain itu, juga banyak terdapat di bagian dermis pada lubang mulut, esophagus, dan vagina.

Fungsi dari langerhans cells adalah untuk responisasi terhadap imun karena mempunyai antibodi

Dermis

Lapisan Papiler : tipis mengandung jaringan ikat jarang.

Lapisan Kutikuler : tebal terdiri dari jaringan ikat padat.

Kulit Tebal

Kulit Tipis

Page 19: Skenario 1 DMS Step 1-7

RAMBUT

Rambut terdiri dari benang-benang bertanduk yang berasal dari epidermis, terdiri dari batang dan

akar yang meluas kebawah hingga menyerupai umbi yang bertakik pada lapisan bawahnya.

Ruang di dalam takik terdapat jaringan penyambung / papilla. Akar rambut terbungkus oleh

folike rambut yang berasal dari sumbu epidermal dan dermal.

Rambut terdiri dari 3 lapisan epitel :

1. Medula

2. Kortex

3. Kutikula

Folikel rambut terdiri dari :

1. Selubung akar epitel dalam

Terdiri dari kutikula, lapisan Huxley, lapisan henle

2. Selubung akar epitel luar yang erasal dari epidermis

Merupakan perpanjangan dari lapisan malpighi (stratum basale dan spinosum)

3. Selubung jaringan penyambung berasal dari dermis

a. Selubung dalam, membran hialin sempit, menempel pada sel-sel silindris selubung luar.

b. Selubung tengah, serat jaringan penyambung halus yang tersusun dalam lingkaran.

c. Selubung tengah, berfungs mengangkat rambut dalam dermis.

KUKU

Merupakan modifikasi dari lapisan epidermis.

1. Badan kuku

Tersusun dari sel-sel pipih jernih.

2. Dinding kuku

Lipatan sekeliling proksimal dan lateral dari kuku.

3. Alas kuku

Epidermis dibawah badan kuku, tidak memiliki sratum granulosum.

KELENJAR PADA KULIT

1. Kelenjar Sebasea

a. Mensekresikan minyak ke folikel rambut

Page 20: Skenario 1 DMS Step 1-7

b. Penyedia antibakteria

2. Kelanjar Keringat

Kelenjar keringat adalah alat utama untuk merendahkan suhu tubuh. Berbagai jumlah air dapat

dilepaskan, kira-kira setengah liter sehari pada iklim sedang, kurang pada ilim dingin dan lebih

pada yang panas. Suhu lingkungan yang lebih tinggi dari suhu tubuh dapat dirasakan cukup

nyaman bila udara kering, tetapi kelembaban dapat menyebabkan rasa sangat tidak enak karena

menghalangi hilangnya suhu tubuh melalui penguapan.

a. Kelenjar apokrin

1) Terdapat pada axilla, groin, nipple

2) Memproduksi sekresi kental dengan komposisi kompleks

3) Pada individu tertentu dapat menjadi sarana komunikasi

4) Kerjanya sangant dipengaruhi hormon

b. Kelenjar merokrin

1) Tersebar luas

2) Memproduksi sedikit sekresi, kebanyakan air

3) Merocrine secretion mechanism

4) Dikontrol oleh sistem saraf

5) Penting dalam thermoregulation dan ekskresi

6) Sebagai antibakteri

4. TRAUMA MUSKULOSKELETAL

VULNUS/LUKA

Klasifikasi :

Berdasarkan Patofisiologi, luka dibedakan menjadi :

1. Abrasi

Merupakan perlukaan paling superfisial, dengan definisi tidak menebus lapisan epidermis

2. Kontusi (memar)

Terjadi karena kebocoran pada pembuluh darah dengan epidermis yang utuh oleh karena

proses mekanis

Page 21: Skenario 1 DMS Step 1-7

3. Laserasi

Berbeda dengan luka iris dimana pada luka gores jringan yang rusak menyobek bukan

mengiris.

Laserasi dapat dibedakan dari luka iris :

Garis tepi memar dan kerusakan memiliki area yang sangat kecil sehingga untuk

pemeriksaanya kadang dibutuhkan bantuan kaca penbesar.

Keberadaan rangkaian jaringan yang terkena terdapat pada daerah bagian dalam

luka, termasuk pembuluh darah dan saraf .

Tidak adanya luka lurus yang tajam pada tulang dibawahnya,terutama jika yang

terluka daerah tulang tengkorak.

Jika area tertutup oleh rambut seperti kulit kepala, maka rambut tersebut akan

terdapat pada luka.

4. luka insisi

PENYEMBUHAN LUKA

Pada kasus Ontoseno, jaringan yang rusak adalah epidermis, dermis, hingga ke pembuluh darah.

Kerusakan pembuluh darah direcovery oleh trombosit. Sedangkan recovery jaringan dermis dan

epidermis dijelaskan sebagai berikut:

1. karena rusaknya hingga ke pembuluh darah, maka disebut luka dalam

2. fase inflammatory

a. merupakan fase pembekuan darah pada daerah luka (terbentuk scab)

Proses pembekuan darah

b. sel epitel bermigrasi silang pada luka dan membelah diri untuk membentuk

jaringan baru

Protrombin

Ca++Aktivator protrombin

Trombin

Fibrinogen Fibrinogen Monomer

Ca++Benang-benang Fibrin

Benang fibrin yang saling berikatan

Trombin Faktor stabilisasi fibrin yang teraktivasi

Page 22: Skenario 1 DMS Step 1-7

c. permeabilitas pembuluh darah meningkat untuk mengantarkan sel fagosit

(monosit dan limfosit untuk membunuh mikroba)

d. mulai terbentuk fibroblast

3. fase migratory

a. fase dimana sel epitel mulai membentuk jembatan diantara luka (dibawah scab)

b. fibroblast mulai mensistesa jaringan luka

c. pembuluh darah yang luka mulai diperbaiki oleh trombosit

4. fase proliferatif

a. merupakan fase dimana pembentukan sel epitel lebih intensif

b. jaringan epidermis yang baru mulai terbentuk

c. fibroblast mulai membentuk kolagen

5. fase maturation

a. scab mengelupas

b. epidermis mulai kembali pada ketebalan normal

c. serat kolagen mulai tersusun normal

d. fibroblast mulai menghilang

e. pembuluh darah kembali normal

DISLOKASI

Adalah terjadi ketika permukaan tulang sendi tidak sesuai dengan posisi anatomi. Dislokasi

merupakan keadaan emergensi karena berhubungan dengan kerusakan aliran darah dan

persarafan disekitarnya

Manifestasi klinis

1. nyeri

2. deformitas

3. perubahan panjang daerah extremitas

4. kerusakan gerakan yang normal

5. x-ray menunjukkan adanya dislokasi tanpa berhubungan dengan fraktur

Penatalaksanaan

1. immobilisasi area dislokasi selama pasien dibawa ke UGD

Page 23: Skenario 1 DMS Step 1-7

2. lakukan reduksi area dislokasi (mengembalikan ke posisi anatomi yang normal) sesegera

mungkin jika perlu menggunakan anesthesia

3. stabilisasi reduksi selama penyembuhan struktur sendi

4. monitor perkembangan sambungan

Intervensi keperawatan

A. pemberian rasa nyaman

1. gunakan anesthesia pada saat melakukan reduksi

2. berikan obat-obtan untuk menghilangkan rasa tidak nyaman

3. immobilisasi sendi

B. pemenuhan ADL

1. Bantu pasien dalam memenuhi ADL yang dibutuhkan

2. berikan KIE yang dibutuhkan pasien dengan keterbatasan aktivitas, terapi

rehabilitasi, dan monitor sambungan sendi setiap saat

FRAKTUR

Definisi Fraktur:

Fraktur adalah diskontinuitas dari jaringan tulang (patah tulang) yang biasanya disebabkan

oleh adanya kekerasan yang timbul secara mendadak. (Aswin, dkk,; 1986).

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang

rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Trauma yang menyebabkan tulang patah

dapat berupa trauma langsung, misalnya benturan pada lengan bawah yang menyebabakan

patah tulang radius dan ulna, dan dapat berupa tidak langsung, misalnya jatuh bertumpu pada

lengan yang menyebabkan tulang klavikula atau radius distal patah.

Klasifikasi Klinis:

1. greenstick fracture; terjadi pada anak-anak, tulang patah di bawah lapisan periosteum yang

elastis dan tebal (lapisan periosteum sendiri tidak rusak).

2. Fissura fraktur; patah tulang yang tidak disertai perubahan letak yang berarti.

Page 24: Skenario 1 DMS Step 1-7

3. complete fracture; patah tulang yang disertai dengan terpisahnya bagian-bagian tulang.

4. Comminuted fracture; tulang patah menjadi beberapa fragmen.

5. Fraktur tekan (stress fracture); kerusakan tulang karena kelemahan yang terjadi sesudah

berulang-ulang ada tekanan berlebihan yang tidak lazim.

6. Impacted fracture; fragmen-fragmen tulang terdorong masuk ke arah dalam tulang satu

sama lain, sehingga tidak dapat terjadi gerakan di antara fragmen-fragmen itu.

7. Fraktur Tertutup (Simple): Faktur tidak meluas melewati kulit

8. Fraktur Terbuka (compaund): Fraktur tulang meluas melewati otot dan kulit

9. Fraktur Patologis: Fraktur terjadi pada penyakit tulang

Derajat Patah Tulang Terbuka

1. Derajat I : laserasi < 2 cm, pada fraktur sederhana, dislokasi fragmen

tulang minimal

2. Derajat II : laserasi > 2 cm, kontusio otot disekitarnya, disklokasi fragmen

jelas.

3. Derajat III : luka lebar, rusak hebat atau hilangnya jaringan disekitarnya,

komunitif, segmental, fragmen tulang ada yang hilang

Gambaran klinis fraktur:

1. Riwayat trauma.

2. Nyeri, pembengkakan dan nyeri pada daerah fraktur (tenderness).

3. Perubahan bentuk (deformitas).

4. Hilangnya fungsi anggota badan dan persendian-persendian yang terdekat.

5. Gerakan-gerakan yang abnormal.

6. Krepitasi.

Prinsip terapi fraktur

Ada empat konsep dasar yang harus dipertimbangkan pada waktu menangani fraktur yaitu:

1. Rekognisi atau pengenalan (Price & Wilson, 1985);

Page 25: Skenario 1 DMS Step 1-7

Rekognisi yaitu pengenalan mengenai dignosis pada tempat kejadian kecelakaan dan

kemudian di rumah sakit. Riwayat kecelakaan, parah tidaknya, jenis kekuatan yang

berperanan dan deskripsi tentang kejadian tersebut oleh klien sendiri, menentukan

kemungkinan tulang yang patah, yang dialami dan kebutuhan pemeriksaan spesifik untuk

fraktur.

2. Reduksi; pemilihan keselarasan anatomi bagi tulang fraktur (Sabiston, 1984)

Reposisi.

Fraktura tertutup pada tulang panjang seringkali ditangani dengan reduksi tertutup.

Untuk mengurangi rasa sakit selama tindakan ini klien dapat diberi narkotika

intravena, obat penenang (sedatif atau anastesia blok saraf lokal).

Traksi kontinu; dengan plester felt melekat di atas kulit atau dengan memasang pin

trafersa melalui tulang, distal terhadap fraktur.

Reduksi terbuka bedah, biasanya disertai sejumlah bentuk fiksasi interna dengan plat

pin, batang atau sekrup.

3. Imobilisasi (Sabiston, 1995) atau retensi reduksi (Wilson & Price, 1985)

Bila reduksi telah tercapai, maka diperlukan imobilisasi tempat fraktur sampai timbul

penyembuhan yang mencukupi. Berbagai teknik digunakan untuk imobilisasi, yang

tergantung pada fraktur:

Fraktur impaksi pada humerus proksimal sifatnya stabil serta hanya memerlukan

ambin atau balutan lunak

Fraktur kompresi (impaksi) pada vertebra, tepat diterapi dengan korset atau brace

Fraktur yang memerlukan reduksi bedah terbuka biasanya diimobilisasi dengan

perangkat keras interna, imobilisasi eksternal normalnya tidak diperlukan.

Fraktur ekstremitas dapat diimobilisasi dengan gibs, gibs fiberglas atau dengan brace

yang tersedia secara komersial

Semua pasien fraktur perlu diperiksa untuk menilaian neurology dan vascular. Adanya nyeri,

pucat, prestesia, dan hilangnya denyut nadi pada ekstremitas distal merupakan tanda

disfungsi neurovaskuler.

Bila traksi digunakan untuk reduksi, maka traksi juga bertindak sebagai imobilisasi dengan

ekstrimitas disokong di atas ranjang atau di atas bidai sampai reduksi tercapai.

Page 26: Skenario 1 DMS Step 1-7

4. Pemulihan fungsi (restorasi) atau rehabilitasi (Price & Wilson 1985, Sabiston 1995)

Sesudah periode imobilisasi pada bagian manapun selalu akan terjadi kelemahan otot dan

kekakuan sendi. Hal ini dapat diatasi dengan aktivitas secara progresif, dan ini dimudahkan

dengan fisioterapi atau dengan melakukan kerja sesuai dengan fungsi sendi tersebut. Adanya

penyambungan yang awal dari fragmen-fragmen sudah cukup menjadi indikasi untuk

melepas bidai atau traksi, akan tetapi penyambungan yang sempurna (konsolidasi) seringkali

berlangsung dalam waktu yang lama. Bila konsolidasi sudah terjadi barulah klien diijinkan

untuk menahan beban atau menggunakan anggota badan tersebut secara bebas.

KONTUSIO

Adalah injury pada jaringan lunak yang disebabkan oleh benda tumpul

(pukulan,tendangan,jatuh)

Manifestasi klinis

1. perdarahan pada daerah injury (ecchymosis) karena rupture pembuluh darah kecil,

juga berhubungan dengan fraktur

2. nyeri, bengkak, dan perubahan warna

3. hiperkalemia mungkin terjadi pada kerusakan jaringan yang luas dan kehilangan arah

yang banyak

Intervensi keperawatan

A. mengurangi/menghilangkan rasa tidak nyaman

1. tinggikan daerah injury

2. berikan kompres dingin selama 24 jam pertama (20-30 menit setiap pemberian)

untuk vasokonstriksi, menurunkan edema, dan menurunkan rasa tidak nyaman

3. berikan kompres hangat disekitar area injury setelah 24 jam prtama (20-30 menit) 4

kali sehari untuk melancarkan sirkulasi dan absorpsi

4. lakukan pembalutan untuk mengontrol perdarahan dan bengkak

5. kaji status neurovaskuler pada daerah extremitas setiap 4 jam bila ada indikasi

B. Jadual aktivitas

Page 27: Skenario 1 DMS Step 1-7

1. anjrkan ROM pada semua sendi

2. Bantu aktivitas yang dilakukan bila diperlukan

3. ajarkan pada pasien latihan berlebihan yang harus dihindari

4. ajarkan pada pasien untuk menghindari kekambuhan

STRAINS AND SPRAINS (TEGANGAN DAN KESELEO)

• Strains adalah sobekan kecil pada otot disebabkan karena gaya yang berlebihan,

regangan, atau penggunaan yang berlebihan

• Sprains adalah injury pada struktur ligamen disekitar persendi; biasanya disebabkan oleh

terkilir sehingga menurunkan stabilitas sendi

Manifestasi klinis

• Strains :

– Biasanya perdarahan dalam otot, bengkak, nyeri ketika kontraksi otot

• Sprain :

– Bengkak cepatextravasasi darah dalam jaringan

– Nyeri pada sendi

– Nyeri bertambah pada jam-jam pertama seiring bertambah bengkak

– X-ray : area keseleo tampak tidak ada injury tulang

Intervensi keperawatan

• Mengurangi nyeri

1. Berikan kompres dingin (kirbat es) selama 15-20 menit secara intermittent

selama 12 - 36 jam vasokonstriksi akan memperlambat ekstravasasi

darah dan limpa sertamenekannyeri

2. Setelah 24 jam, berikan kompres hangat (15 – 30 mnt, 4 x perhari)

meningkatkan penyerapan

3. Instruksikan pada pasien untuk menggunakan analgetik sesuai anjuran

• Immobilisasi area injury untuk penyembuhan

1. Splint dan immobilisasi area injury

2. Tinggikan ekstremmitas injury untukmeminimalkan benkak

Page 28: Skenario 1 DMS Step 1-7

3. Gunakan pembebat elastis (tensokrep)

SUBLUKSASI

Subluksasi adalah suatu keadaan dimana sendi mulai mengalami dislokasi. Subluksasi dapat

terjadi karena adanya suatu trauma atau cedera akut. Subluksasi juga dapat terjadi akibat sendi

yang longgar. Pada gambaran klinis, pasien dengan subluksasi tidak mengalami gejala sehingga

tidak memerlukan pengobatan. Jika sudah muncul gejala, pengobatan dapat diberikan.

5. Secara ringkas tahap penyembuhan tulang adalah sebagai berikut:

1. Stadium pembentukan hematom;

Hematom terbentuk dari darah yang mengalir yang berasal dari pembuluh darah yang

robek.

Hematom dibungkus jaringan lunak sekitar (peristeum & otot).

Terjadi sekitar 1 – 2 x 24 jam.

2. Stadium proliferasi sel/implamasi;

Sel-sel berproliferasi dari lapisan dalam periosteum, sekitar lokasi fraktur.

Sel-sel ini menjadi precusor osteoblast.

Sel-sel ini aktif tumbuh ke arah fragmen tulang.

Prolifferasi juga terjadi di jaringan sumsum tulang.

Terjadi setelah hari ke 2 kecelakaan terjadi.

3. Stadium pembentukan kallus;

Osteoblast membentuk tulang lunak (kallus).

Kallus memberikan rigiditas pada fraktur.

Jika terlihat massa kallus pada X-ray berarti fraktur telah menyatu.

Terjadi setelah 6 – 10 hari setelah kecelakaan terjadi.

4. Stadium konsolidasi

Kallus mengeras dan terjadi proses konsolidasi. Fraktur teraba telah menyatu.

Secara bertahap menjadi tulang mature.

Terjadi pada minggu ke 3 – 10 setelah kecelakaan.

5. Stadium remodeling;

Lapisan bulbous mengelilingi tulang khususnya pada lokasi eks fraktur.

Tulang yang berlebihan dibuang oleh osteoklast.

Page 29: Skenario 1 DMS Step 1-7

Pada anak-anak remodeling dapat sempurna, dewasa masih ada tanda penebalan

tulang.

6.DIAGNOSIS :

LOOK

- adanya deformitas (pemendekan atau bengkok) atau kelainan bentuk (bandingkan dengan

yang sehat

- adanya luka pada sekitar tempat trauma, adanya fragmen tulang yang keluar dari luka

- adanya swelling/bengkak dan bekuan darah dibawah kulit (hematoma)

- adanya warna kebiruan atau warna pucat pada anggota gerak yang mengalami fraktur

dengan cedera vaskuler

FEEL

- diraba adanya ketidakstabilan tulang, krepitasi

- diraba pembengkakan jaringan, kulit yang tegang, nyeri tekan

- diraba suhu permukaan kulit hangat atau dingin (pada patah tulang disertai putusnya

pembuluh darah atau kematian anggota gerak)

MOVEMENT

- adanya gangguan fungsi gerak

1. Anamnesis

- Ada trauma

- Mekanisme trauma yang sesuai, misalnya trauma ekstensi dan eksorotasi pada dislokasi

anterior sendi bahu.

- Ada rasa sendi keluar.

- Bila trauma minimal hal ini dapat terjadi pada dislokasi rekuren atau habitual.

2. Pemeriksaan klinis.

- Deformitas.

terdapat kelainan bentuk misalnya hilangnya tonjolan tulang normal, misalnya deltoid yang rata

pada dislokasi bahu, Perubahan panjang ekstremitas, Kedudukan yang khas pada dislokasi

Page 30: Skenario 1 DMS Step 1-7

tertentu, misalnya dislokasi posterior sendi panggul kedudukan sendi panggul endorotasi, fleksi

dan abduksi.

- Nyeri

- Funtio laesa gerak terbatas.

3. Pemeriksaan radiologis.

Untuk memastikan arah dislokasi dan apakah disertai fraktur, pada dislokasi lama pemeriksaan

radiologis lebih penting oleh karena nyeri dan spasme otot telah menghilang.

a. foto rontgen

b. CT SCAN

c. MRI

Rule of two :

Two Views :

Buatlah dua foto dengan dua proyeksi, misalnya A.P dengan lateral, atau oblik.

Bila keadaan pasien tidak memungkinkan, buatlah dua foto dengan proyeksi tegak lurus

satu sama lain.

Two Joints :

Persendian proksimal, dan distal pada bagian tulang yang mengalami fraktur harus

terlihat.

Persendian terdekat dengan daerah fraktur juga harus terfoto.

Two Limbs :

Anggota gerak yang sehat, juga dapat dibuat fotonya, sebagai perbandingan.

Misalnya epifise immatur pada anak-anak, yang dapat membingungkan diagnosis fraktur,

sehingga perlu dibuat foto anggota gerak yang sehat.

Two Injuries :

Pembuatan foto rontgen pada bagian tubuh lainnya, untuk melihat ada tidaknya cedera

pada bagian tubuh lainnya.

Misalnya pada fraktur femur, perlu dibuat foto rontgen pada tulang belakang, atau pada

pelvis.

Two Occasions :

Page 31: Skenario 1 DMS Step 1-7

Pembuatan foto rontgen ulangan beberapa minggu setelah trauma untuk menunjukkan

lesi yang tidak terlihat jelas setelah trauma.

7. Penatalaksanaan

1. Dislokasi

Penatalaksanaan dislokasi sebagai berikut :

o Lakukan reposisi segera.

o Dislokasi sendi kecil dapat direposisi di tempat kejadian tanpa anestesi, misalnya :

dislokasi siku, dislokasi bahu, dislokasi jari pada fase syok), sislokasi bahu, siku

atau jari dapat direposisi dengan anestesi loca; dan obat penenang misalnya

valium.

o Dislokasi sendi besar, misalnya panggul memerlukan anestesi umum.

2. Traksi

Periksa sesering mungkin kulit pasien mengenai tanda tekanan atau lecet. Perhatian lebih

ditekankan pada tonjolan tulang. Lakukan perubahan posisi sesering mungkin untuk

membantu mencegah kerusakan kulit.

Prinsip Traksi Efektif

Pada setiap pemasangan traksi harus dipikirkan adanya kontratraksi. Kontratraksi adalah gaya

yang bekerja dengan arah yang berlawanan (hukun Newton yang ketiga mengenai gerak.

Menyebutkan bahwa bila ada aksi maka akan terjadi reaksi dengan besar yang sama namun

arahnya berlawanan). Umumnya berat badan pasien pengaturan posisi tempat tidur mampu

memberikan kontraksi.

Prinsip – prinsip traksi efektif adalah :

1. Kontraksi harus dipertahankan agar traksi tetap efektif.

2. Traksi skelet tidak terputus

3. Pemberat / beban tidak boleh diambil kecuali bila traksi dimaksudkan intermiten.

4. Tubuh pasien harus dalam keadaan sejajar dengan pusat tempat tidur ketika traksi

dipasang.

Page 32: Skenario 1 DMS Step 1-7

5. Tali tidak boleh macet.

6. Pemberat harus tergantung bebas dan tidak boleh terletak pada tempat tidur atau lantai.

7. simpul pada tali atau telapak kaki tidak boleh menyentuh katrol atau kaki tempat tidur.

Tindakan Pada Dislokasi

1. Dengan memanipulasi secara hati – hati, permukaan diluruskan kembali. Tindakan ini

sering memerlukan anestesi umum untuk melemaskan otot – otonya.

2. Pembedahan terbuka mungkin diperlukan khususnya kalau jaringan lunak terjepit di

antara permukaan sendi.

3. Persendian tersebut, disangka dengan pembebatan dengan gips. Misalnya : pada sendi

pangkal paha, untuk memberikan kesembuhan pada ligamentum yang teregang.

4. Fisioterapi harus segera dimulai untuk mempertahankan fungsi otot dan latcher (exercise)

yang aktif dapat diawali secara dini untuk mendorong gerakan sendi yang penuh

khususnya pada sendi bahu.

RICE :

1. Rest (istirahat). Bagian tubuh yang cedera harus segera diistirahatkan, karena gerakan aktif

akan meningkatkan perdarahan dan pembengkakan yang terjadi sehingga nyeri akan berlanjut.

Bagian yang terluka segera diistirahatkan untuk meminimalkan perdarahan dalam dan

pembengkakan serta untuk mencegah bertambah parahnya cedera.

2. Ice (es). Bagian tubuh yang cedera dikompres dingin / es, bertujuan untuk terjadinya

vasokontriksi lokal (pengurutan pembuluh darah lokal),  mengurangi terjadinya perdarahan dan

pembengkakan,  mengurangi rasa nyeri,  mengurangi reaksi inflamasi (peradangan) dan spasme

otot. Mula-mula kompres dingin/es dilakukan selama 15-20 menit setiap 1-2 jam, kemudian

frekwensi diturunkan secara bertahap sampai 24-48 jam disesuaikan dengan berat ringannya

cedera yang terjadi. Es batu menyebabkan pembuluh darah mengkerut, membantu mengurangi

peradangan dan nyeri.

3. Compression (balut tekan). Penggunaan bandage untuk balut telan pada daerah yang

mengalami cedera akan menurunkan tingkat perdarahan dan mencegah terjadinya

pembengkakan. Membungkus daerah yang mengalami cedera dengan perban elastik dan

mengangkatnya sampai diatas jantung, akan membantu mengurangi pembengkakan.

Page 33: Skenario 1 DMS Step 1-7

Pengompresan dengan es batu dilakukan selama 10 menit. Suatu perban elastik bisa

dililitkan secara longgar di sekeliling kantong es batu. Es mengurangi nyeri dan

pembengkakan melalui beberapa cara.

Daerah yang mengalami cedera mengalami pembengkakan karena cairan merembes dari

dalam pembuluh darah. Dengan menyebabkan mengkerutnya pembuluh darah, maka

dingin akan mengurangi kecenderungan merembesnya cairan sehingga mengurangi

jumlah cairan dan pembengkakan di daerah yang terkena.

Menurunkan suhu kulit di sekitar daerah yang terkena bisa mengurangi nyeri dan kejang

otot. Dingin juga akan mengurangi kerusakan jaringan karena proses seluler yang lambat.

Pengompresan dengan es batu terlalu lama bisa merusak jaringan. Jika suhu sangat

rendah (sampai sekitar 15 derajat Celsius), kulit akan memberikan reaksi sebaliknya,

yaitu menyebabkan melebarkan pembuluh darah. Kulit tampak merah, teraba hangat dan

gatal, juga bisa terluka.

Efek tersebut biasanya terjadi dalam waktu 9-16 menit setelah dilakukan pengompresan

dan akan berkurang dalam waktu sekitar 4-8 menit setelah es diangkat.  Karena itu es

harus diangkat sebelum efek ini terjadi atau setelah 10 menit, baru dikompreskan lagi 10

menit kemudian.

4.    Elevation (meninggikan). Bagian badan yang mengalami cedera diposisikan lebih tinggi

sehingga aliran arah ke bagian yang cedera berkurang. RICE dilakukan selama 24-48 jam

pertama sejak terjadinya cedera. Setelah itu dapat dilakukan kombinasi kompres dingin dan

hangat untuk memperbaiki vaskularisasi (sirkulasi) jaringan yang cedera. Bagian yang

mengalami cedera tetap diangkat, tetapi kompres es dilepaskan selama 10 menit, setelah itu

dikompres lagi selama 10 menit. Hal ini dilakukan secara bergantian dalam waktu 1-1,5 jam.

Tindakan diatas bisa diulang sebanyak beberapa kali selama 24 jam pertama.

Page 34: Skenario 1 DMS Step 1-7

STEP 5

1. Rontgen

2. Pemeriksaan radiologi dislokasi dan penatalaksanaannya

3. Lesi kulit

1. Rontgen

Rontgen merupakan pemeriksaan radiologi dengan menggunakan sinar x-ray dengan

tujuan mengetahui adanya fraktur, dislokasi, tumor, atau kelainan patologis lainnya.

Semakin padat konsistensi dan volume suatu benda, semakin tinggi pula densitasnya. Benda-

benda dengan konsistensi padat atau cair akan berwarna putih pada foto rontgen. Semakin

rendah konsistensi, semakin hitam gambaran benda tersebut pada foto rontgen.

Contoh benda berdensitas tinggi adalah, jaringan padat seperti tulang, organ tubuh,

dan jaringan lunak (soft tissue).

Contoh benda berdensitas rendah adalah gas.

Tulang akan memberikan gambaran densitas yang lebih tinggi, sehingga tampak lebih putih

daripada otot atau jaringan lemak.

Radioopasitas :

Daerah yang berwarna putih padat pada foto rontgen karena absorbsi sinar X yang baik pada

jaringan, atau organ berdensitas tinggi.

Radiolusensi :

Daerah yang berwarna hitam pada foto rontgen karena absorbsi sinar X yang jelek, pada

jaringan, atau organ berdensitas rendah.

Page 35: Skenario 1 DMS Step 1-7

2. Penatlaksanaan dislokasi

Dislokasi Shoulder Anterior

a. Shoulder joint

Gerakan-gerakan yang terjadi digelang bahu dimungkinkan oleh sejumlah sendi yang

saling berhubungan erat, misalnya sendi kostovertebral atas, sendi akromioklavikular,

permukaan pergeseran skapulotorakal dan sendi glenohumeral atau sendi bahu. Gangguan

gerakan dalam sendi bahu sering mempunyai konsekuensi untuk sendi-sendi yang lain di gelang

bahu dan sebaliknya.

Sendi bahu dibentuk oleh kepala tulang

humerus dan mangkok sendi, disebut cavitas

glenoidalis. Sendi ini menghasilkan gerakan

fungsional sehari-hari seperti menyisir, menggaruk

kepala, mengambil dompet, dan sebagainya atas

kerjasama yang harmonis dan simultan dengan seni-

sendi lainnya. Cavitas glenoidalis sebagai mangkok

sendi bentuknya agak cekung tempat melekatnya

kepala tulang humerus dengan diameter cavitas

glenoidalis yang pendek kira-kira hanya mencakup

sepertiga bagian dan kepala tulang sendinya yang agak besar, keadaan ini otomatis membuat

sendi tersebut tidak stabil namun paling luas gerakannya.

Beberapa karakteristik dari pada sendi bahu yaitu : perbandingan antara permukaan

mangkok sendinya dengan kepala sendi tidak sebanding, kapsul sendinya relative lemah. Otot-

otot pembungkus sendi relative lemah seperti otot supraspinatus, infraspinatus, teres minor, dan

subscapularis, gerakan paling luas, tetapi stabilitas sendi relatif kurang stabil. Dengan melihat

keadaan sendi tersebut, maka sendi bahu lebih mudah mengalami gangguan fungsi dibandingkan

dengan sendi lainnya.

b. Kapsul sendi

Kapsul sendi terdiri atas dua lapisan :

1) Kapsul sinovial (lapisan bagian dalam)

Page 36: Skenario 1 DMS Step 1-7

Dengan karakteristik mempunyai jaringan fibrokolagen agak lunak dan tidak memiliki

saraf reseptor dan pembuluh darah. Fungsinya menghasilkan cairan sinovial sendi dan

sebagai transfomator makanan ke tulang rawan sendi. Bila ada gangguan pada sendi yang

ringan saja, maka yang pertama kali yang mengalami gangguan fungsi adalah kapsul

sinovial, tetapi karena kapsul tersebut tidak memiliki reseptor nyeri, maka kita tidak

merasa nyeri apabila ada gangguan, misalnya pada artrosis sendi

2) Kapsul fibrosa

Karakteristiknya berupa jaringan fibrous keras dan memiliki saraf reseptor dan

pembuluh darah. Fungsinya memelihara posisi dan stabilitas sendi, dan memelihara

regenerasi kapsul sendi.

Biomekanika sendi bahu

Ditinjau dari aspek gerak maka sendi bahu dapat dibagi menjadi dua, yaitu gerak secara

osteokinematika dan arthrokinmeatika.

a. Gerakan osteokinematika

Gerakan fleksi

Yaitu gerakan lengan ke depan, ke arah atas mendekati kepala, bergerak pada bidang

sagital dan axisnya melalui pusat caput humeri dan tegak lurus bidang sagital. Otot penggerak

utamanya adalah otot deltoid anterior dan otot supraspinatus dari 0 – 90 derajat, sedangkan

untuk 90 – 180 derajat di bantu oleh otot pectoralis mayor, otot coracobrachialis, dan otot

bicep brachii.

Gerakan ekstensi

Yaitu gerakan lengan ke belakang yang menjauhi dari posisi anatomis, bergerak pada

bidang sagital. Otot penggerak utamanya adalah latissimus dorsi dan teras mayor. Sedankan

pada gerakan hiper ekstensi teres mayor tidak berfungsi lagi, hanya sampai 90 derajat dan

digantikan fungsinya oleh deltoid posterior.

Gerakan abduksi

Yaitu gerakan pada bidang frontal dengan axisnya horisontal. Otot penggerak utamanya

adalah otot deltoid midle dan supraspinatur. Abduksi sendi bahu meliputi tiga fase, yaitu:

Page 37: Skenario 1 DMS Step 1-7

abduksi 0o – 90o akan diikuti gerakan eksternal rotasi. Otot-otot yang berkerja pada fase ini

adalah deltoid, seratus anterior, dan trapezius ascenden desenden. Gerakan ini dihambat oleh

adanya tahanan peregangan dari latisimus dorsi dan pektoralis mayor. Abduksi 120o – 180o

melibatkan otot deltoid, trapezius dan erector spine. Gerakan ini dikombinasikan abduksi,

fleksi dan vertebra.

Gerakan adduksi

Yaitu suatu gerakan yang merupakan kebalikan dari gerakan abduksi. Otot penggerak

utamanya adalah pectoralis mayor dibantu oleh otot latisimus dorsi, teres mayor serta otot sub

scapulari. Luas gerak sendinya pada bidang frontal.

Gerakan abduksi horizontal

Yaitu gerakan lengan yang mendekati tubuh dalam posisi abduksi lengan 90o dan

mencapai jarak gerak sendi 45o yang dimulai posisi anatomis.

Gerakan adduksi horizontal

Yaitu gerakan lengan yang menjauhi tubuh dalam posisi abduksi lengan 90o dan mencapai

jarak gerak sendi 145o yang dimulai posisi anatomis.

Gerakan eksorotasi

Yaitu gerakan sepanjang axis longitudinal yang melalui caput humeri. Gerakan ini

dilakukan oleh otot infraspinatus, teres mayor dan deltoid posterior.

Gerakan endorotasi

Yaitu suatu gerakan yang merupakan kebalikan dari gerakan eksorotasi. Gerakan ini

dilakukan oleh otot sub scapularis, pectoralis mayor, latisimus dorsi dan teres mayor

Gerakan sirkumduksi

Yaitu gerakan yang merupakan kombinasi dari semua gerakan di atas.

Page 38: Skenario 1 DMS Step 1-7

b. Gerakan arthrokinematika

Pada gerakan arthrokinmeatika meliputi dua gerakan roll dan slide. Roll adalah suatu

gerakan sendi dimana perubahan jarak titik kontak pada suatu permukaan sendi sama besarnya

dengan perubahan jarak titik kontak permukaan sendi lawannya. Sedangkan slide adalah suatu

gerakan sendi dimana hanya ada satu titik yang selalu kontak dengan titik-titik yang selalu

berubah pada permukaan sendi lawannya.

Pada sendi bahu meliputi :

1) Pada gerakan endorotasi caput humeris roll searah dengan gerakan endorotasi dan slidenya ke

posterior.

2) Pada gerakan abduksi caput humeris roll searah dengan gerakan abduksi dan slidenya ke

caudal.

3) Pada gerakan eksorotasi caput humeris roll searah gerak eksorotasi dan slide ventral agak

medial

PATOLOGI

Sendi Bahu merupakan salah satu sendi besar yang paling sering berdislokasi.Ini

disebabkan karena banyaknya rentang gerakan sendi bahu,mangkuk sendi glenoid yang dangkal

serta adanya longgarnya ligament.

Dislokasi adalah keluarnya (bercerainya) kepala sendi dari mangkoknya. Bila hanya

sebagian yang bergeser disebut subluksasi dan bila seluruhnya disebut dislokasi.

Dislokasi diklasifikasikan sebagai berikut :

a) congenital

Congenital dislocation berhubungan dengan congenital deformities

b) traumatic

Traumatic dislocation, biasanya disertai benturan keras.

Page 39: Skenario 1 DMS Step 1-7

Berdasarkan tipe kliniknya dibagi :

1. Dislokasi akut (umumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip. Disertai nyeri akut

dan pembengkakan di sekitar sendi).

2. Dislokasi kronik

3. Dislokasi berulang

Jika suatu trauma dislokasi pada sendi diikuti oleh frekuensi dislokasi yang berlanjut dengan

trauma yang minimal, maka disebut dislokasi berulang. Umumnya terjadi pada shoulder joint

dan patello femoral joint.

Etiologi:

Dislokasi disebabkan oleh :

1. Cedera olah raga

Olah raga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola dan hoki, serta olah

raga yang beresiko jatuh misalnya : terperosok akibat bermain ski, senam, volley. Pemain

basket dan pemain sepak bola paling sering mengalami dislokasi pada tangan dan jari-jari

karena secara tidak sengaja menangkap bola dari pemain lain.

2. Trauma yang tidak berhubungan dengan olah raga

Benturan keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanya menyebabkan dislokasi

3.Terjatuh

Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang licin

4. Patologis : terjadinya ‘tear’ligament dan kapsul articuler yang merupakan kompenen vital

penghubung tulang

Gambaran klinik

Nyeri terasa hebat .Pasien menyokong lengan itu dengan tangan sebelahnya dan segan menerima

pemeriksaan apa saja .Garis gambar lateral bahu dapat rata dan ,kalau pasien tak terlalu berotot

suatu tonjolan dapat diraba tepat di bawah klavikula.

Patofisiologi

Dislokasi biasanya disebabkan oleh jatuh pada tangan .Humerus terdorong kedepan ,merobek

Page 40: Skenario 1 DMS Step 1-7

kapsul atau menyebabkan tepi glenoid teravulsi.Kadang-kadang bagian posterolateral kaput

hancur.Mesti jarang prosesus akromium dapat mengungkit kaput ke bawah dan menimbulkan

luksasio erekta [dengan tangan mengarah ;lengan ini hampir selalu jatuh membawa kaput ke

posisi da bawah karakoid]

Pemeriksaan X-Rays

Sinar –X pada bagian anteroposterior akan memperlihatkan bayangan yang tumpah-tindih antara

kaput humerus dan fossa Glenoid,Kaput biasanya terletak di bawah dan medial terhadap

terhadap mangkuk sendi.

Komplikasi:

Dini

- Cedera saraf : saraf aksila dapat cedera ; pasien tidak dapat mengkerutkan otot deltoid

dan mungkin terdapat daerah kecil yang mati rasa pada otot tesebut

- Cedera pembuluh darah : Arteri aksilla dapat rusak

- Fraktur disloksi

Komplikasi lanjut

- Kekakuan sendi bahu:Immobilisasi yang lama dapat mengakibatkan kekakuan sendi

bahu, terutama pada pasien yang berumur 40 tahun.Terjadinya kehilangan rotasi lateral ,yang

secara otomatis membatasi Abduksi.

- dislokasi yang berulang:terjadi kalau labrum glenoid robek atau kapsul terlepas dari

bagian depan leher glenoid

- kelemahan otot

Terapi medika mentosa dan Reposisi

- Reposisi

- MUA [ Manipulasi Under General Anastesi

- Hangin Arm Teknik

- Hipocratic Methode

Page 41: Skenario 1 DMS Step 1-7

Penderita tidur terlentang diatas meja, lengan penderita pada sisi yang sakit ditarik ke

distal, posisi lengan sedikit abduksi. Sementara itu kaki penolong ditekankan ke aksila

- Kocher

Penderita ditidurkan diatas meja. Penolong melakukan gerakan yang dapat dibagi menjadi

4 tahap :

* tahap 1 : dalam posisi siku fleksi penolong menarik lengan atas kearah distal.

* tahap 2 : dilakukan gerakan ekserotasi dari sendi bahu

* tahap 3 : Melakukan gerakan adduksi dan fleksi pada sendi bahu

* tahap 4 : Melakukan gerakan endorotasi sendi bahu

Setelah terreposisi sendi bahu difiksasi dengan dada, dengan verban dan lengan bawah

digantung dengan sling (mitella ) selama 3 minggu

- Stimson

Penderita tidur tengkurap diatas meja, lengan yang cidera dibiarkan tergelantung ke

bawah, lengan diberi beban seberat 5 – 7,5 Kg, dibiarkan selama 20 – 25 menit.

- Eksternal Rotasi Metode :traksi pada humerus distal kemudian ekternal rotasi formarm

secara pelan-pelan.hentikan jika terjadinya nyeri

Analgetik opioid diberikan untuk mengurangi nyeri dengan aktualitas tinggi.Suntikan

intrarticular dan anastetik regional teknik telah dilaporkan sukses membantu dalam mereduksi

dislokasi shoulder.Prosedural sedasi dan analgesi umumnya digunakan untuk memperoleh

control nyeri yang adekuat dan relaksan otot untuk reduksi.Prosedural sedasi dan analgesi

{PSA}yang digunakan Morphine dan midazolam memperlamlambat perawatan di department

emergensi serta bebas komplikasi.[emedicene]Etomidate, fentanyl/midazolam, ketamine, atau

propofol umumnya digunakan untuk PSA

Program Rehabilitasi

Program Rehabilitasi secara umum terbagi menjadi Nonoperatif Manajemen dan Operatif

manajemen.

Page 42: Skenario 1 DMS Step 1-7

a. Non operatif Rehabilatation

Penanganan rehabilitasi non operatif bertujuan untuk mengoptimalkan stabilisasi

sendi bahu,sebab komplikasi dislokasi berulang banyak terjadi.Menghindari

maneuver yang bersifat provokativ dan penguatan otot secara hati-hati merupakan

komponen penting dalam program rehabilitasi.

Minggu 0-2.Hindari provokatif posisi, termasuk eksternal rotasi,Abduksi,dan

Distrak. Immobilisasi tergantung umur

- kurang dari 20 tahun 3-4 minggu

- 20-30 tahun 2-3 minggu

- Lebih dari 30- 10 hari sampai 2 minggu.

- Lebih dari 40 tahun 3-5 hari

Program dilanjutkan secara bertahap untuk pemulihan fungsi sesuai prosedu rehabilitasi yang

telah ditetapkan.

b. Operatif Treatment

Tujuan utama rehabilitasi adalah:

- Menjaga integritas stabilitasi bedah kore

- Memulihkan ROM fungsional secara full

- Meningkatkan stabilitas Dynamik

- Kembali aktivitas yang tak dibatasi dan olahraga.

Assessment FT

Anamnesis umum diarahkan untuk menggali informasi yang berhubungan identitas dan

pekerjaan klien serta hobby pasien dan khusus untuk menggali penyebab dan mekanisme cedera

serta keluhan subjektif klien pada saat pemeriksaan.

Inspeksi dilakukan mulai Os masuk ruangan terapi dan diamati dari ventral.lateral,posterior,

Hasil:akan nampak ada rata [flattening ] pada area sekitar otot deltoid jika pada shoulder yang

belum direposisi.,cek pembengkakan pada Wrist dan bahu,cek otot bahu/atropi

Pemeriksaan fungsi dasar

Page 43: Skenario 1 DMS Step 1-7

Aktif: mengetahui kekuatan otot gerak aktif pada semua bidang gerak shoulder

Pasif: mengetahui ROM pada gerak pasif dan end feel TIMT. Untuk mengetahui kontraksi

isometric yang akan menggambarkan ada tidaknya gangguan otot.

Pemerikasaan Khusus:

a. Apprehension test untuk mengetahui adanya dislokasi anterior shoulder:Pemeriksa

mengabduksikan disertai gerakan rotasi external shoulder secara perlahan.Pada test yang

positif ditandai dengan alarm atau mimik muka yang enggan melakukan gerakan lebih

lanjut.Test ini harus dilakukan secara pelan untuk menghindari dislokasi yang berulang.

b. Test ROM untuk mengetahui lingkup gerak sendi bahu

c. Muscle power test terutama kelompok otot rotator cuff

d. Test sensasi untuk mengungkap adanya komplikasi neurology

e. Tes circumferential

f. JPM: jika memungkinkan

g. Scala nyeri dengan VAS

Diagnosa Fisioterapi: Gangguan fungsional Bahu akibat post Dislokasi Anterior bahu

Pemerikasaan tambahan spesifik X-rays.

PROBLEMATIK FISIOTERAPI

a. Nyeri gerak

b. Keterbatasan ROM

c. Kelemahan otot

d. Gangguan ADL

e. Advance Aktivitas/Atlet

TUJUAN FISIOTERAPI

- Jangka pendek

a. Mengurangi Nyeri gerak

b. Meningkatkan ROM

b. Meningkatkan kekuatan otot

Page 44: Skenario 1 DMS Step 1-7

c. Meningkatkan fungsi ADL

d. Memperbaiki power,endurance dan persiapan aktivitas normal

- Jangka panjang

Meningkatkan aktifitas fisik dan kemampuan fungsional pasien.\

Dislokasi panggul

Merupakan gawat darurat orthopedik, kaput femoris keluar dari mangkok sendi

Dislokasi panggul posterior (paling sering) dan anterior. Trauma penyebab paling sering

dislokasi posterior karena dushboard injury

Sendi panggul yang mengalami dislokasi yang tidak direposisi dalam waktu 12 jam atau

paling lama 24 jam sesudah cedera akan mengalami nekrosis avaskuler

Dislokasi panggul dikenali dengan adanya :

Nyeri daerah glutea, scrotum dan paha, posisi ekstremitas bawah yang kaku, fleksi putri

malu (dislokasi posterior) dan fleksi abduksi (dislokasi anterior), shortening (pemendekan).

Terapi : Reposisi emergency (segera) dengan :

Teknik Allis

Penderita tengkurap diatas tempat tidur dan tungkai yang sakit dibiarkan pada posisi flexi.

Teknik Bigelow

Pasien tidur terlentang, satu orang assisten menekan kedua SIAS, satu orang assisten lagi

menarik paha ke arah lateral sedangkan penolong menarik tungkai pada posisi flexi lutut ,

gerakan adduksi kemudian dilanjutkan dengan ekserotasi.

Cara 900 – 900

Satu assisten memfiksasi pelvis, satu orang assisten lagi mendorong trochanter, operator

menarik femur pada posisi panggul dan lutut 900 – 900

Komplikasi dislokasi panggul (harus dijelaskan pd pasien):

Cedera saraf skiatika, osteoarthritis, nekrosis avaskuler

Page 45: Skenario 1 DMS Step 1-7

Paska tindakan : sendi diimobilisasi selama 3 minggu dengan skin traksi, setelah itu penderita

jalan non weight bearing (NWB) selama 6 minggu

3 Lesi kulit

A. Lesi Kulit Primer :

1. Makula, Bercak (patch)

Macula: < 1cm, tepi sirkumskripta

Patch: > 1 cm, tepi ireguler

Rata tidak terabadan warna kulit berubah (warnanya dapat berubah mnjadi cokelat,

putih, cokelat kekuningan, ungu, merah)

Contoh : Noda pada wajah (freckles), mola yg datar, petekie, rubella, vitiligo, port wine

stains, eklomosis

2. Papula, plak

Papula: < 0,5 cm

Plak: > 0,5 cm

Massa yang padat, teraba dan menonjol

Tepi yang sirkumskripta

Plak dapat berupa papula yang menyatu dengan puncak yang datar.

Contoh : - Papula : Nevi yang menonjol, veruka, lichen planus

- Plak : Psoriasis, keratosis aktinat

3. Nodul, Tumor

Nodul : 0,5-2 cm

Tumor : 1-2 cm

Massa yang menonjol, teraba dan padat

Meluas lebih dalam ke epidermis dibandingkan papula

Nodul memiliki tepi yang sirkumskripta

Tumor tidak selalu memiliki tepi yang tajam

Page 46: Skenario 1 DMS Step 1-7

Contoh : - Nodul : Lipoma, karsinoma sel sskuamosa, suntikan yang tidak terserap

dengan baik, dermafibroma.

- Tumor : Lipoma yang besar, karsinom

4. Vesikel, Bulla

Vesikel : < 0,5 cm

Bulia : > 0,5 cm

Massa yang sirkumskripta, menonjol dan teraba yang mengandung cairan serous

Contoh : - Vesikel : Herpes Simplex/zoster, varisela, keracunan tanaman (poison ivy),

luka bakar derajat dua (lepuh)

- Bulla : Pemfigus, Dermatitis Kontak, blister luka bakar yang besar, keracunan

tanaman, impetigo bulosa

5. Urtika (Bintul)

Massa yang menonjol dengan batas yang tidak jelas

Sering tidak teratur

Ukuran dan Warna bervariasi

Disebabkan oleh gerakkan cairan serousa ke dalam dermis

Tidak mengandung cairan bebas dalam rongga seperti misalnya pada vesikel

Contoh : Urtikaria (biduran), gigitan serangga

6. Pustula

Vesikel atau bulla yang berisi pus

Contoh : Akne, impetigo, furunkel, karbunkel

7. Kista

Massa semi padat atau berisi cairan yang berkapsul

Dalam jaringan subkutan atau dermis

Contoh : Kista sebasea, kista epidermoid

B. Lesi Kulit Sekunder :

Page 47: Skenario 1 DMS Step 1-7

1. Erosi

Hilangnya jaringan epidermis yang superficial

Tidak meluas ke lapisan dermis

Daerah yang cekung dan basah

Contoh : Vesikel yang rupture, bekas’’ goresan / garukan

2. Ulkus

Kehilangan kulit meluas melampaui lapisan epidermis

Kehilangan jaringan nefrotik

Pendarahan dan pembentukan sikratiks dapat terjadi

Contoh : Ulkus Statis akibat infusiensi venous, Ulkus dekubitus

3. Fissura

Retakan Linier pada kulit

Dapat meluas ke dalam dermis

Contoh : Bibir atau tangan yang pecah’’, tinea pedis

4. Skuama (Sisik)

Pembentukan Skuama (Sisik) terjadi sekunder akibat proses deskuamasi eptel yang

mati

Skuama dapat melakat pada permukaan kulit

Warna bervariasi (keperakan, putih)

Tekstur bervariasi (tebal, halus)

Contoh : Ketombe, psoriasis, kulit yang kering, pitiriasis rosea.

5. Krusta (Kerak)

Residu serum, darah atau pus yang mongering pada permukaan kulit

Krusta yang lebar dan melekat disebut scrab

Contoh : Residu yang tertinggal sesudah rupture vesikel : Impetigo, herpes, eczema.

6. Parut (Sikratiks)

Page 48: Skenario 1 DMS Step 1-7

Bekas pada kulit yang tertinggal suatu luka atau lesi mengalami kesembuhan

Menggambarkan pergantian oleh jaringan ikat dari jaringan yang cedera

Jaringan parut yang muda : Ungu dan Merah

Jaringan parut yang masak (Mature) : putih atau mengkilap

Contoh : Insisi Bedah atau luka sembuh

7. Keloid

Jaringan sikatriks yang mengalami hipertrofi

Terjadi sekunder akibat pembentukan kolagen yang berlebihan selama prosem

penyembuhan

Menonjol, ireguler, berwarna merah

Insidensi yang terbesar pada populasi kulit berwarna ( seperti orang Afrika-Amerika)

Contoh : Keloid pada luka insisi bedah atau penusukan daun telinga

8. Atrofi

Gambarang epidermis yang tipis, kering dan transparan

Hilangnya garis” pada permukaan kulit

Terjadi sekunder akibat hilangnya kolagen dan alestin

Pembuluh darah yang dibawahnya dapat terlihat

Contoh : kulit yang menua, infunsiensi arterial

9. Likenifikasi

Kulit yang menebal menjadi kasar

Garis” kulit yang semakin nyata

Dapat terjadi sekunder akibat gesekan, iritasi atau garukan yang berulang – ulang

Contoh : Dermatitis Kontak

C. Lesi Kulit Vaskuler

Page 49: Skenario 1 DMS Step 1-7

1. Petekie

Macula yang merah atau ungu berbentuk bulat

Berukuran kecil : 1 – 2 mm

Terajadi sekunder akibat ekstravasasi darah

Berkaitan dengan kecenderungan pendarahan atau emboli pada kulit

2. Ekimosis

Lesi berbentuk macula yang bundar atau iregulerlebih besar daripada petekie

Warna bervariasi dan berubah: hitam, kuning dan hijau

Terjadi sekunder akibat ekstravasasi darah

Berkaitan dengan trauma, kecenderungan berdarah

3. Cherry Angioma

Papuler dan bulat

Merah atau ungu

Terlihat pada ekstrimitas, badan

Menjadi pucat ketika ditekan

Perubahan kulit yang normal yang berhubungan dengan penuaan

Bias any tidak punya makna klinik

4. Spider Angioma

Lesi arteriole yang berwarna merah

Memiliki badan badan ditengah dengan cabang” yang menyebar

Terlihat pada wajah, leher, lengan

Jarang terlihat dibawah pinggangmenjadi pucat ketika ditekan

Berhubungan dengan penyakit hepar, kehamilan dan defisiensi vitamin B12

5. Telangiektasis (Venous Star)

Bentuk bervariasi : mirip laba” atau m binatang

Page 50: Skenario 1 DMS Step 1-7

Berwarna kemerahan atau kebiruan

Tidak memucat ketika ditekan

Terlihat pada tungkai, dada bagian anterior

Terjadi akibat sekunder akbat dilatasi superficial pembuluh darah vena kapiler

Berkaitan dengan peningkatan tekanan vena (Verikosa)