skenario 1 blok respi

Click here to load reader

Upload: syurliaputri

Post on 12-Jan-2016

263 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

blok respi

TRANSCRIPT

Skenario 1 Blok Respirologi PILEK PAGI HARI Kelompok : B-13 Ketua : Prissilma Tania J 1102010221 Sekretaris: Muthia Ayu Aztari 1102010190 Anggota: 1. Muhammad Afdhal 1102010175 2. Rahmandra Ramli 1102010228 3. Silmi Arfiyani 1102010269 4. Vinna Fazrihardani 1102010284 5. Yulirika Ashari lucha 1102010301 FAKULTAS KEDOKTERAN YARSI JAKARTA 2012-2013

Skenario 1 Blok Respirasi

SKENARIO 1 Pilek Pagi Hari Seorang pemuda, 23 tahun sering menderita pilek di pagi hari yang tidak kunjung sembuh sejak kecil. Ia setiap pagi selalu bersin bersin dan keluar ingus encer, apalagi bila udara berdebu. Kejadian itu mirip dengan apa yang dialami oleh ayahnya sewaktu muda. Oleh kawannya seorang mahasiswa kedokteran disarankan untuk melakukan tes alergi dan hasilnya memang pemuda tersebut menderita alergi. Tapi pemuda itu masih bertanya tanya, apa benar ada hubungan alergi yang dideritanya dengan penyakitnya sekarang , dan mengapa bisa terjadi demikian? Apakah ada hubungannya dengan seringnya ia memasukkan air wudhu ke dalam hidung nya saat akan solat malam?

Sasaran Belajar Memahami dan menjelaskan makroskopis dan mikroskopis saluran napas atas Memahami dan menjelaskan tentang fisiologi saluran napas atas Memahami dan menjelaskan tentang Rhinitis Memahami dan menjelaskan tentang Rhinitis Alergika Memahami dan menjelaskan tentang menjaga kesehatan sistem pernapasan dalam islam 1. Memahami dan menjelaskan makroskopis dan mikroskopis saluran napas atas Saluran napas atas terdiri dari hidung, faring dan laring

1.Hidung Nasal: nares anterior hingga bagian posterior chonca media dan inferior. Terdiri dari :Sepasang nares anterior (lubang hidung)Vestibulum nasi : daerah setelah lubang hidung, tempat tumbuhnya rambut pendek tebal yang disebut Vibriseae yang fungsinya menyaring udara.Cavum nasi : rongga hidung, terdapat septum nasi, chonca nasalis (superior, media, inferior), meatus nasalis (superior, media, inferior)Nares posterior disebut ChoanaSinus sinus yang berhubungan dengan cavum nasi disebut sinus paranasalis antara lain : Sinus sphenoidalis Sinus frontalis Sinus maxilaris Sinus ethmoidalis

2. FaringFaring merupakan suatu tempat diantara rongga mulut dan esofagus. Bagian bawah faring berfungsi sebagai saluran udara dan makanan.Faring terbagi menjadi 3 yaitu : - nasofaring - orofaring - laringofaring

3. Laring Rangka larynx terbentuk atas tulang dan tulang rawan Berbentuk tulang adalah os hyoid Berbentuk tulang rawan: tyroid ( 1 buah), arytenoid ( 2 buah), epiglotis ( 1 buah) Larynx merupakan bagian terbawah dari saluran napas atas. Bagian atas adalah aditus laryngis. Bagian bawahnya cartilago cricoid Otot otot larynx Otot ekstrinsik larynx: membantu pergerakan larynx misalnya ; m cricothyroideus & m thyroepigloticus Otot intrinsik : untuk membuka pita suara contoh ; m cricoarytenoideus posterior, m cricoarytenoideus lateralis, m arytenoideus transversus dan oblique, m vokalis, m aryepiglotica, m thyroarytenoideus Pendarahan hidung

A. ethmoidalis anterior dan posterior A. opthalmica A. carotis interna A. sphenopalatina A. maxillaris interna A. carotis eksterna*Plexus Kiesselbach : kapiler pembuluh darah pada mukosa hidung yang merupakan anyaman ketiga arteri diatas. Plexus ini mudah pecah bila vasodilatasi sehingga menyebabkan epistaksis (mimisan).*Epistaksis adalah perdarahan rongga hidung yang keluar melalui nares anterior ataupun nares posterior.

Persyarafan hidung

N. Olfaktorius (N.1) : indra penciuman. Serabutnya masuk ke hidung menembus lamina cribrosa ethmoidalis.Ganglion pterygopalatinum : saraf sensorik yang merangsang produksi sekret chonca nasalisGanglion sfenopalatinum : saraf sensorik yang merangsang produksi sekret cavum nasi

12

2. Memahami dan menjelaskan mikroskopis saluran napas atas 1. Rongga hidung Vestibulum: bagian paling anterior dan paling lebar dari rongga hidung. Di sekitar permukaan dalam nares terdapat banyak kelenjar sebasea dan kelenjar keringat. Di dalam vestibulum, epitelnya tidak berlapis tanduk lagi dan beralih menjadi epitel respirasi sebelum memasuki fosa nasalis.

Fosa nasalis (Cavum Nasi): dari masing-masing dinding lateral terdapat concha. Concha media dan inferior ditutupi oleh epitel respirasi sedangkan concha superior ditutupi epitel olfaktorius khusus. Di dalam lamina propria concha terdapat plexus vena besar yang dikenal sebagai badan pengembang (swell bodies).

Mukosa OlfaktoriusEpitel respiratoris yang melapisi cavum nasi adalah epitel bertingkat silindris bersilia dan bersel gobletEpitel Olfaktorius adalah epitel bertingkat silindris tinggi terdiri atas tiga jenis sel berbeda :Sel Olfaktoris Sel Penyokong Sel Basal

2. Faring Epitel yang membatasi nasofaring merupakan epitel bertingkat silindris bersilia atau epitel berlapis gepeng yang mengalami pergesekan yaitu tepi belakang pallatum molle dan dinding belakang faring tempat kedua permukaan tersebut mengalami kontak langsung sewaktu menelan

3. Laring Dalam lamina propria terdapat sejumlah tulang rawan laring. Tulang rawan lebih besar (thyroid, krikoid dan kebanyakan arytenoid) merupakan tulang rawan hialin. Tulang rawan lebih kecil (epiglotis, kuneiform, kornikulatum, ujung aritenoid) merupakan tulang rawan elastin

3. Memami dan menjelaskan fisiologi saluran napas atas

Situasi faal seseorang dikatakan normal jika hasil kerja proses ventilasi, distribusi, perfusi, difusi serta hubungan antara ventilasi dengan perfusi pada orang tersebut dalam keadaan santai menghasilkan tekanan parsial gas darah arteri yang normal. tekanan parsial gas O2 arteri normal adalah 96 mmhg sedangkan tekanan CO2 sekitar 40 mmhg Respirasi dibagi menjadi 2:

Pernafasan luar (eksternal) : pertukaran O2 CO2 antar sel-sel tubuh dengan udara luar.Pernafasan dalam (internal) : respirasi sel didalam mitokondria intrasel, dimana metabolisme ini membutuhkan O2 dari kapiler jaringan dan menyuplai metabolit CO2 ke kapiler.

Proses pernafasan luar meliputi beberapa tahapan :1. Ventilasi : pertukaran udara luar dengan alveol paru. Terdiri dari inspirasi dan ekspirasi.2. Difusi : pertukaran O2 CO2 antara udara alveol dengan kapiler paruFase gasFase membranFase cairan3. Perfusi : pengangkutan O2 dan CO2 oleh pembuluh darah paru ke kapiler jaringan atau sebaliknya.4. Pertukaran O2 CO2 antara darah di kapiler jaringan dengan sel-sel jaringan Proses pernafasan diatur oleh sistem pusat pernafasan, tdd : 1. Pusat pernafasan Volunter berdasar kemauan,terletak di korteks serebri traktus kortikospinalis motor neuron syaraf pernafasan. 2. Pusat pernafasan otomatispons dan medula oblongata-bagian ventral dan medial medula spinalis. Bertugas membentuk pola pernafasan ritmik, tdd ;Pusat respirasi : terletak di formatio retikularis medula oblongata. Pemotongan henti nafas.Pusat Apneustik : terletak di formatio retikularis pons bagian bawahPusat Pneumotaksik : di pons bagian atas

Mekanisme bersin

3.Memahami dan menjelaskan tentang Rhinitis Definisi Rhinitis adalah inflamasi yang terjadi pada membran mukosa nasal yang disebabkan adanya mekanisme pertahanan lokal yang berlangsung di rongga nasal yang mana mekanisme ini bertujuan untuk menghindarkan bahan iritan dan alergen yang memasuki paru Rhinitis juga dikenal dengan nama common cold,coryza, cold atau salesma Etiologi Kontak dengan alergen : reaksi makanan, tungau, debu, polutan dllEmosional Pekerjaan Hormon Kelainan anatomi Penyakit imunodefisiensi Virus : yang terbanyak adalah Rhinovirus, virus parainfluenza, coronavirus

Klasifikasi Berdasarkan klausanya : Rhinitis alergika Rhinitis vasomotorRhinitis infeksiosaRhinitis non alergikaRhinitis okupasional Rhinitis hormonal Rhinitis karena obat/medikamentosa

4. Memahami dan menjelaskan Rhinitis alergika Definisi Inflamasi / peradangan pada membran mukosa hidung yang disebabkan oleh reaksi alergi

Epidemiologi>> usia remaja hingga dewasa muda>> alergen inhalan, >> tungau deburiwayat atopik >> riwayat nonatopikPrevalensi wanita dan pria sebandingAnak : >> ingestan

Etiologi, faktor predisposisi dan pencetusReaksi imunologis berupa Hipersensitivitas tipe 1 yang diperantarai oleh IgE. Reaksi inimerupakan interaksi antara faktor genetik dengan faktor pencetus.Faktor predisposisi : genetik atau riwayat atopik keluargaFaktor pencetus : Bermacam-macam, diantaranya adalah suhu dingin, debu, polusi udara, asap rokok, aroma yang kuat atau merangsang, obat-obatan tertentu, gigitan serangga, toxin mikroba dll

Klasifikasi Rhinitis alergika Berdasarkan waktu dibagi 3 (klasifikasi lama) Seasonal allergic rhinitis (SAR) terjadi pada waktu yang sama setiap tahunnya contoh : musim bunga, banyak serbuk sari beterbangan Parennial allergic rhinitis (PAR) terjadi setiap saat dalam setahun penyebab utamanya: debu,bulu binatang, jamur, kecoa Occupational allergic rhinitis : terkait dengan pekerjaan Klasifikasi rhinitis alergica menurut ARIA (Alergic Rhinitis and Its impact on ashtma) Berdasarkan sifat berlangsungnya dibagi:Intermiten (kadang-kadang) : bila gejala kurang dari 4 hari/minggu atau kurang dari 4 mingguPersisten/menetap bila gejala lebih dari 4 hari/minggu dan atau lebih dari 4 minggu tingkat berat ringannya penyakit, rinitis alergi dibagi:Ringan, bila tidak ditemukan gangguan tidur, gangguan aktifitas harian, bersantai, berolahraga, belajar, bekerja dan hal-hal lain yang menggangguSedang atau berat bila terdapat satu atau lebih dari gangguan tersebut diatas

Manisfestasi klinik

Gejala rinitis alergi yang khas ialah terdapatnya serangan bersin berulang lebih dari 5 kali Gejala lain ialah keluar ingus (rinore) yang encer dan banyak, hidung tersumbat, hidung dan mata gatal, yang kadang-kadang disertai dengan banyak air mata keluar (lakrimasi)Tenggorokan, hidung, kerongkongan gatalDiagnosis 1.Anamnesis

2. Pemeriksaan fisik : Allergic shiner (garis Dennie-Morgan) Lingkar hitam dibawah mata akibat venostasis karena obstruksi hidungAllergic crease Garis melintang pada dorsum nasi bagian 1/3 bawahakibat seringnya menggosok hidung dengan punggung tangan (Allergic Sallute)Konkaedema, pucat/kebiruan, edema kelopak mata

Pemeriksaan PenunjangUji alergi kulitSET (Skin End-point Titration) : untuk menguji alergen inhalan dengan menyuntikkan alergen dengan berbagai konsentrasi yang bertingkat kepekatannya.Challenge test : untuk menguji alergen ingestan dengan diet eliminasi dan provokasi.Sitologi : hanya pelengkap dan tidak memastikan diagnosis. Serologi : pemeriksaan IgE dengan RAST/ELISA

Diagnosis Banding

Komplikasi Polip hidung Akumulasi sel-sel inflamasi (>> eosinofil dan sel CD4+), hiperplasia epitel, sel goblet dan metaplasia squamosa.Sinusitis paranasalis Reaksi alergi menyebabkan edema pada ostium sinus dan menyumbat sinus terjadi penurunan oksigenasi dan tekanan udara dalam rongga sinus menyuburkan bakteri anaerobOtitis Media Alergi menyebabkan hambatan tuba eustaschii

Faringitis kronik Akibat hiperplasia submukosa jaringan limfoid

Pencegahan 1. Pencegahan primer ditujukan untuk mencegah terjadinya tahap sensitisasi. Contoh: menghindari paparan terhadap alergen inhalan maupun ingestan selama hamil, menunda pemberian susu formula dan makanan padat sehingga pemberian ASI lebih lama. 2. Pencegahan sekunder adalah mencegah gejala timbul dengan cara menghindari alergen dan terapi medikamentosa. 3. pencegahan tersier bertujuan untuk mencegah terjadinya komplikasi atau berlanjutnya penyakitPenatalaksanaan 1. Menghindari kontak alergen 2. Medika mentosa 1. Antihistamin (AH-1) 2. Dekongestan hidung oral 3. Kortikosteroid oral dan intranasal 4. Antikolinergik topikal3. Operatif4. Imunoterapi

Prognosis Baik apabila : 1) pasien tidak memiliki faktor genetik, 2) berhasil menghindari alergen semaksimal mungkin, 3) belum terjadi komplikasi yang menyulitkan terapi.

5. Menjaga saluran napas dalam islam Dalam buku Al-Ijaaz Al-Ilmiy fii Al-Islam wa Al-Sunnah Al-Nabawiyah dijelaskan, ilmu kontemporer menetapkan setelah melalui eksperimen panjang, ternyata orang yang selalu berwudhu mayoritas hidung mereka lebih bersih, tidak terdapat berbagai mikroba.

Rongga hidung bisa mengantarkan berbagai penyakit.Dari hidung, kuman masuk ke tenggorokan dan terjadilah berbagai radang dan penyakit.Apalagi jika sampai masuk ke dalam aliran darah.Barangkali inilah hikmah dianjurkannya istinsyaaq (memasukkan air ke dalam hidung) sebanyak tiga kali kemudian menyemburkannya setiap kali wudhu.

Ada pun berkumur-kumur dimaksudkan untuk menjaga kebersihan mulut dan kerongkongan dari peradangan dan pembusukan pada gusi.Berkumur menjaga gigi dari sisa-sisa makanan yang menempel.Sementara membasuh wajah dan kedua tangan sampai siku, serta kedua kaki memberi manfaat menghilangkan debu-debu dan berbagai bakteri.

Daftar pustaka Baratawidjaja, Kamen G, Iris Rengganis (2010). Imunologi Dasar. Edisi 9. Jakarta : Balai Penerbit FKUIEl-Bantanie, Muhammad Syafiie (2010). Dahsyatnya Terapi Wudhu. Jakarta : Gramedia Pustaka UtamaHardjodisastro, Daldiyono (2006). Menuju Seni Ilmu Kedokteran : Bagaimana Dokter Berpikir, Bekerja, dan Menampilkan Diri. Jakarta : Gramedia Pustaka UtamaHerawati, Sri, Rukmini, Sri (2000). Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok : Untuk Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi. Jakarta : EGCKumala, Poppy [et.al] (1998). Kamus Saku Kedokteran Dorland. Edisi 25. Jakarta : EGCLeeson CR, Leeson TS, Paparo AA (1996). Buku Ajar Histologi. Edisi 5. Jakarta : EGCRaden, Inmar (2011). Anatomi Kedokteran Sistem Kardiovaskular dan Sistem Respiratorius. Jakarta : Balai Penerbit FKUYSherwood, Lauralee (2001). Fisiologi Manusia : Dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Jakarta : EGCSeopardi, Efiaty Arsyad, Iskandar, Nurbaiti, Bashiruddin, [et.al] (2007). Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Edisi 6. Jakarta : Balai Penerbit FKUI