skenario 1 agromedicine
TRANSCRIPT
SKENARIO
Kedokteran Agromedicine
Fakultas kedokteran Universitas Lampung memiliki visi untuk menjadi
fakultas kedokteran sepuluh terbaik di Indonesia pada tahun 2025 dengan
kekhususan Agromedicine. Kekhususan inilah yang membedakan dan menjadi
nilai lebih bagi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung dibandingkan dengan
Fakultas Kedokteran lainnya. Hal ini didukung dengan banyaknya pekerja di
sektor pertanian, lahan pertanian, perkebunan, dan perusahaan bidang agroindustri
di provinsi Lampung.
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung harus dapat
memahami dan mempelajari secara langsung bahaya potensial spesifik yang ada
di lingkungan kerja sektor pertanian untuk dapat mendiagnosis dari kecelakaan
kerja, penyakit akibat kerja dan penyakit yang diperberat oleh pekerjaan dengan
pendekatan diagnosis okupasi.
STEP 1
1. Agromedicine : subdivisi kedokteran okupasi yang
merupakan kerjasama antara ahli pertanian dengan kedokteran; penerapan
ilmu kedokteran di bidang pertanian khususnya mengenai masalah
kesehatan yang diakibatkan oleh paparan dari bahaya potensial yang ada di
sector pertanian.
2. Bahaya potensial : bahan-bahan/ mekanisme dalam bidang
agroindustri (mekanik, kimia, biologis, ergonomic, psikologis) yang dapat
menyebabkan masalah kesehatan.
3. Agroindustri : kegiatan yang memanfaatkan
hasil pertanian sebagai bahan baku, merancang dan menyediakan peralatan
serta jasa untuk kegiatan tersebut.
STEP 2
1. Bagaimana cara mendiagnosis penyakit akibat kerja?
2. Apa saja bahaya potensial yang mungkin timbul?
3. Apa perbedaan antara kedokteran agromedicine dan kedokteran okupasi?
4. Bagaimana pencegahan penyakit akibat kerja?
5. Bagaimana sejarah agromedicine?
STEP 3
1. (1) Tentukan diagnosis klinisnya
(2) Tentukan pajanan yang dialami oleh tenaga kerja selama ini
(3) Tentukan apakah pajanan tersebut memang dapat menimbulkan
penyakit tersebut
(4) Tentukan apakah jumlah pajanan yang dialami cukup besar untuk
dapat mengakibatkan penyakit tersebut.
(5) Tentukan apakah ada faktor-faktor lain yang mungkin dapat
mempengaruhi
(6) Cari adanya kemungkinan lain yang dapat merupakan penyebab
penyakit
(7) Buat keputusan apakah penyakit tersebut disebabkan oleh
pekerjaannya
2. Bahaya potensial yang mungkin timbul, antara lain:
- Bahaya Fisik
- Bahaya Kimiawi
- Bahaya Biologis
- Bahaya Mekanik
3. Kedokteran agromedicine adalah subdivisi kedokteran okupasi yang
merupakan kerjasama antara ahli pertanian dengan kedokteran;penerapan
ilmu kedokteran di bidang pertanian khususnya mengenai masalah
kesehatan yang diakibatkan oleh paparan dari bahaya potensial yang ada di
sektor pertanian.
4. Pencegahan dilakukan dengan menerapkan 5 Level Prevention
- Health Promotion
- Specific Protection
- Early Diagnostic and Prompt Treatment
- Disability Limitation
- Rehabilitation
5. Sejarah Agroindustri
Agroindustri adalah kegiatan yang memanfaatkan hasil pertanian sebagai
bahan baku, merancang dan menyediakan peralatan serta jasa untuk
kegiatan tersebut. Secara eksplisit pengertian Agroindustri pertama kali
diungkapkan oleh Austin (1981) yaitu perusahaan yang memproses bahan
nabati (yang berasal dari tanaman) atau hewani (yang dihasilkan oleh
hewan).
STEP 4
1. Diagnosis PAK
a. Tentukan Diagnosis klinisnya
Diagnosis klinis harus dapat ditegakkan terlebih dahulu, dengan
memanfaatkan fasilitas-fasilitas penunjang yang ada, seperti umumnya
dilakukan untuk mendiagnosis suatu penyakit dari anamnesis, pemeriksaan
fisik sampai penunjang. Setelah diagnosis klinik ditegakkan baru dapat
dipikirkan lebih lanjut apakah penyakit tersebut berhubungan dengan
pekerjaan atau tidak.
b. Tentukan pajanan yang dialami oleh tenaga kerja selama ini
Pengetahuan mengenai pajanan yang dialami oleh seorang tenaga kerja
adalah esensial untuk dapat menghubungkan suatu penyakit dengan
pekerjaannya. Untuk ini perlu dilakukan anamnesis mengenai riwayat
pekerjaannya secara cermat dan teliti, yang mencakup:
· Penjelasan mengenai semua pekerjaan yang telah dilakukan oleh
penderita secara khronologis
· Lamanya melakukan masing-masing pekerjaan
· Bahan yang diproduksi
· Materi (bahan baku) yang digunakan
· Jumlah pajanannya
· Pemakaian alat perlindungan diri (masker)
· Pola waktu terjadinya gejala
· Informasi mengenai tenaga kerja lain (apakah ada yang mengalami gejala
serupa)
· Informasi tertulis yang ada mengenai bahan-bahan yang digunakan
(MSDS, label, dan sebagainya).
c. Tentukan apakah pajanan tersebut memang dapat menyebabkan
penyakit tersebut
Apakah terdapat bukti-bukti ilmiah dalam kepustakaan yang mendukung
pendapat bahwa pajanan yang dialami menyebabkan penyakit yang
diderita. Jika dalam kepustakaan tidak ditemukan adanya dasar ilmiah
yang menyatakan hal tersebut di atas, maka tidak dapat ditegakkan
diagnosa penyakit akibat kerja. Jika dalam kepustakaan ada yang
mendukung, perlu dipelajari lebih lanjut secara khusus mengenai pajanan
sehingga dapat menyebabkan penyakit yang diderita (konsentrasi, jumlah,
lama, dan sebagainya).
d. Tentukan apakah jumlah pajanan yang dialami cukup besar untuk
dapat mengakibatkan penyakit tersebut.
Jika penyakit yang diderita hanya dapat terjadi pada keadaan pajanan
tertentu, maka pajanan yang dialami pasien di tempat kerja menjadi
penting untuk diteliti lebih lanjut dan membandingkannya dengan
kepustakaan yang ada untuk dapat menentukan diagnosis penyakit akibat
kerja.
e. Tentukan apakah ada faktor-faktor lain yang mungkin dapat
mempengaruhi
Apakah ada keterangan dari riwayat penyakit maupun riwayat
pekerjaannya, yang dapat mengubah keadaan pajanannya, misalnya
penggunaan APD, riwayat adanya pajanan serupa sebelumnya sehingga
risikonya meningkat. Apakah pasien mempunyai riwayat kesehatan
(riwayat keluarga) yang mengakibatkan penderita lebih rentan/lebih
sensitif terhadap pajanan yang dialami.
f. Cari adanya kemungkinan lain yang dapat merupakan penyebab
penyakit
Apakah ada faktor lain yang dapat merupakan penyebab penyakit? Apakah
penderita mengalami pajanan lain yang diketahui dapat merupakan
penyebab penyakit. Meskipun demikian, adanya penyebab lain tidak selalu
dapat digunakan untuk menyingkirkan penyebab di tempat kerja.
g. Buat keputusan apakah penyakit tersebut disebabkan oleh
pekerjaannya
Sesudah menerapkan ke enam langkah di atas perlu dibuat suatu keputusan
berdasarkan informasi yang telah didapat yang memiliki dasar ilmiah.
Seperti telah disebutkan sebelumnya, tidak selalu pekerjaan merupakan
penyebab langsung suatu penyakit, kadang-kadang pekerjaan hanya
memperberat suatu kondisi yang telah ada sebelumnya. Hal ini perlu
dibedakan pada waktu menegakkan diagnosis. Suatu pekerjaan/pajanan
dinyatakan sebagai penyebab suatu penyakit apabila tanpa melakukan
pekerjaan atau tanpa adanya pajanan tertentu, pasien tidak akan menderita
penyakit tersebut pada saat ini.
2. Bahaya potensial dalam agroindustri
Mekanik : mesin, cangkul
Kimia : pestisida
Biologis : virus, bakteri, parasit
Ergonomis : posisi mencangkul yang kurang baik
Identifikasi Potensi Bahaya
Identifikasi potensi bahaya di tempat kerja bisa juga disebut mengenal
potensi bahaya ,semakin tinggi intensitas melakukan identifikasi semakin
banyak hal-hal yang berkaitan dengan penyebab terjadinya bahaya yang
dapat diketahui sehingga langkah-langkah pencegahan atau pengendaliaan
selanjutnya dapat dilaksanakan dengan tepat ada 2 (dua ) cara untuk
melakukan identifikasi yaitu sbb:
A. Cara langsung (kunjungan ketempat kerja)
1. Mengetahui flow diagram atau alur suatu produksi mulai dari
bahan baku menjadi bahan jadi,bagian-bagian oprasi,bahan
baku yang digunakan ,bahan penolong,sampah,dll.
2. Kunjungan ketempat kerjauntuk mendengar,melihat,merasakan
potensi bahaya baik lingkungan maupun peralatan yang
digunakan,serta cara kerja.
3. Mendapatkan informasi dari pekerja, supervisor, petugas
lainnya
B. Cara tidak langsung.
1. Melihat laporan hasil pemeriksaan kesehatan pekerja,hasil
pemeriksaan kesehatan di perusahaan biasanya dikelompokan
menurut bagian kerja sehingga akan terlihat kecendrungan –
kecendrungan tentang masalah kesehatan pekerja pada masing-
masing bagian.
2. Dengan demikian dapat diketahui secara epidemologis tentang
kondisi kesehatan dan ferkwensi kecelakaan pekerja.
3. Kedokteran agromedicine adalah subdivisi kedokteran okupasi yang
merupakan kerjasama antara ahli pertanian dengan kedokteran;penerapan
ilmu kedokteran di bidang pertanian khususnya mengenai masalah
kesehatan yang diakibatkan oleh paparan dari bahaya potensial yang ada di
sektor pertanian.
4. 5 Level Prevention
1. Peningkatan kesehatan (health promotion)
Pada tingkat ini dilakukan tindakan umum untuk menjaga
keseimbangan proses bibit penyakit-pejamu-lingkungan, sehingga dapat
menguntungkan manusia dengan cara meningkatkan daya tahan tubuh
dan memperbaiki lingkungan. Tindakan ini dilakukan pada seseorang
yang sehat.
Contoh :
Penyediaan makanan sehat dan cukup (kualitas maupun kuantitas)
Perbaikan hygiene dan sanitasi lingkungan, misalnya penyediaan air
bersih, pembuangan sampah, pembuangan tinja dan limbah.
Pendidikan kesehatan kepada masyarakat. Misalnya untuk kalangan
menengah ke atas di negara berkembang terhadap resiko jantung
koroner.
Olahraga secara teratur sesuai kemampuan individu.
Kesempatan memperoleh hiburan demi perkembangan mental dan
sosial.
Nasihat perkawinan dan pendidikan seks yang bertanggung jawab.
Rekreasi atau hiburan untuk perkembangan mental dan sosial
2. Perlindungan umum dan khusus terhadap penyakit-penyakit
tertentu (general and specific protection)
Merupakan tindakan yang masih dimaksudkan untuk mencegah
penyakit, menghentikan proses interaksi bibit penyakit-pejamu-
lingkungan dalam tahap prepatogenesis, tetapi sudah terarah pada
penyakit tertentu. Tindakan ini dilakukan pada seseorang yang sehat
tetapi memiliki risiko terkena penyakit tertentu.
Contoh :
Memberikan immunisasi pada golongan yang rentan untuk mencegah
penyakit dengan adanya kegiatan Pekan Imunisasi Nasional (PIN )
Isolasi terhadap penderita penyakit menular, misalnya yang terkena flu
burung ditempatkan di ruang isolasi.
Pencegahan terjadinya kecelakaan baik di tempat umum maupun tempat
kerja dengan menggunakan alat perlindungan diri.
Perlindungan terhadap bahan-bahan yang bersifat karsinogenik, bahan-
bahan racun maupun alergi.
Pengendalian sumber-sumber pencemaran, misalnya dengan kegiatan
jumsih “ jum’at bersih “ untuk mebersihkan sungai atau selokan
bersama – sama.
Penggunaan kondom untuk mencegah penularan HIV/AIDS
3. Penegakkan diagnosa secara dini dan pengobatan yang cepat dan
tepat (early diagnosis and prompt treatment)
Merupakan tindakan menemukan penyakit sedini mungkin dan
melakukan penatalaksanaan segera dengan terapi yang tepat.
Contoh :
Pada ibu hamil yang sudah terdapat tanda – tanda anemia diberikan
tablet Fe dan dianjurkan untuk makan makanan yang mengandung zat
besi
Mencari penderita dalam masyarakat dengan jalan pemeriksaan .
Misalnya pemeriksaan darah, rontgent paru.
Mencari semua orang yang telah berhubungan dengan penderita
penyakit menular (contact person) untuk diawasi agar bila penyakitnya
timbul dapat segera diberikan pengobatan.
Melaksanakan skrining untuk mendeteksi dini kanker
4. Pembatasan kecacatan (dissability limitation)
Merupakan tindakan penatalaksanaan terapi yang adekuat pada pasien
dengan penyakit yang telah lanjut untuk mencegah penyakit menjadi
lebih berat, menyembuhkan pasien, serta mengurangi
kemungkinan terjadinya kecacatan yang akan timbul.
Contoh :
Pengobatan dan perawatan yang sempurna agar penderita sembuh dan
tak terjadi komplikasi, misalnya menggunakan tongkat untuk kaki yang
cacat
Pencegahan terhadap komplikasi dan kecacatan dengan cara tidak
melakukan gerakan – gerakan yang berat atau gerakan yang dipaksakan
pada kaki yang cacat.
Perbaikan fasilitas kesehatan sebagai penunjang untuk dimungkinkan
pengobatan dan perawatan yang lebih intensif.
5. Pemulihan kesehatan (rehabilitation)
Merupakan tindakan yang dimaksudkan untuk mengembalikan pasien
ke masyarakat agar mereka dapat hidup dan bekerja secara wajar, atau
agar tidak menjadi beban orang lain.
Contoh :
Mengembangkan lembaga-lembaga rehabilitasi dengan
mengikutsertakan masyarakat. Misalnya, lembaga untuk rehabilitasi
mantan PSK, mantan pemakai NAPZA dan lain-lain.
Menyadarkan masyarakat untuk menerima mereka kembali dengan
memberikan dukungan moral setidaknya bagi yang bersangkutan untuk
bertahan. Misalnya dengan tidak mengucilkan mantan PSK di
lingkungan masyarakat tempat ia tinggal.
Mengusahakan perkampungan rehabilitasi sosial sehingga setiap
penderita yang telah cacat mampu mempertahankan diri.
Penyuluhan dan usaha-usaha kelanjutan yang harus tetap dilakukan
seseorang setelah ia sembuh dari suatu penyakit.
5. Agroindustri adalah kegiatan yang memanfaatkan hasil pertanian sebagai
bahan baku, merancang dan menyediakan peralatan serta jasa untuk
kegiatan tersebut. Secara eksplisit pengertian Agroindustri pertama kali
diungkapkan oleh Austin (1981) yaitu perusahaan yang memproses bahan
nabati (yang berasal dari tanaman) atau hewani (yang dihasilkan oleh
hewan). Proses yang digunakan mencakup pengubahan dan pengawetan ,
perlakuan fisik atau kimiawi, penyimpanan, pengemasan dan distribusi.
Produk Agroindustri ini dapat merupakan produk akhir yang siap
dikonsumsi ataupun sebagai produk bahan baku industri lainnya.
Agroindustri merupakan bagian dari kompleks industri pertanian sejak
produksi bahan pertanian primer, industri pengolahan atau transformasi
sampai penggunaannya oleh konsumen. Agroindustri merupakan kegiatan
yang saling berhubungan (interelasi) produksi, pengolahan, pengangkutan,
penyimpanan, pendanaan, pemasaran dan distribusi produk pertanian. Dari
pandangan para pakar sosial ekonomi, agroindustri (pengolahan
hasil pertanian) merupakan bagian dari lima subsistem agribisnis yang
disepakati, yaitu subsistem penyediaan sarana produksi dan peralatan.
usaha tani, pengolahan hasil, pemasaran, sarana dan pembinaan.
Agroindustri dengan demikian mencakup Industri Pengolahan
Hasil Pertanian (IPHP), Industri Peralatan Dan Mesin Pertanian (IPMP)
dan IndustriJasa Sektor Pertanian (IJSP).
STEP 5
1. Jelaskan tentang ruang lingkup agromedicine!
2. Jelaskan lagi tentang diagnosis PAK beserta contoh penyakitnya!
3. Bagaimana pencegahan dan penatalaksanaan PAK?
4. Identifikasi permasalahan kesehatan yang sering timbul pada
pertanian dan perkebunan!
STEP 6
Belajar Mandiri