skenario 1
DESCRIPTION
sgdTRANSCRIPT
BAB I
SKENARIO 1
Berdebar debar dan makin kurus
Seorang Pasien Ny. SS 26 tahun diantar suaminya datang ke anda ketika
sedang bertugas di poliklinik dengan keluhan berdebar debar sejak 4 bulan lalu.
keluhan lainnya dalam 3 bulan terakhir pasien mengeluh berat badan turun
sebanyak 5 kg.
1
BAB II
KATA KUNCI
1. Berdebar-debar : peningkatan denyut jantung sehingga
menyebabkan irama jantung juga meningkat
2. penurunan berat badan : Berat badan merupakan hasil peningkatan
atau penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh
2
BAB III
PROBLEM
1. apakah yang dialami oleh Ny. SS ?
2. bagaimanakah mekanisme terjadinya penyakit yang dialami Ny. SS ?
3. terapi apakah yang perlu diberikan kepada Ny. SS ?
4. bagaimanakah prognosis dan penatalaksanaan kepada Ny. SS ?
3
BAB IV
PEMBAHASAN
1. BATASAN
Yang akan dibahas pada bab ini adalah organ tiroid yang dimulai dari
Anatomi, Histologi, Fisiologi, Patologi anatomi dan patomekanisme dari organ
thyroid.
2. ANATOMI
Anatomi Tiroid
Kelenjar tiroid terdiri atas dua lobus kanan dan kiri trakea anterior dan
dihubungkan oleh suatu ismus. Ismus kelenjar tiroid terletak tepat di bawah
kartilago tiroid,di pertengahan antara apeks kartilago tiroid (Adam’s Apple)
dan insisura suprasternum.
Berat kelenjar tiroid pada orang normal , seperti yang di tentukan
oleh pemeriksaan ultrasonik bervariasi tergantung tergantung pada asupan
iodin dari makanan, umur dan berat badan, tetapi pada orang dewasa beratnya
sekitar 15-25 g (Greenspan F S MD,Baxter J D MD, 1994). Pada sekitar 48 %
orang , lobus kanan dari kelenjar tiroid ini didapati lebih besar dari kiri.
Sedangkan pada 12 % orang di dapati lobus kiri lebih besar dari kanan (the
Medicine jurnal, 2000)
Kelenjar tiroid kaya akan suplai darah. Aliran darah ke kelenjar
tiroid adalah sekitar 5 ml/g/menit, pada penderita hipertiroidisme aliran darah
ke kelenjar ini meningkat dengan nyata dan suatu suara siulan atau bruit pada
4
permukaan kutub bawah dari kelenjar ( Greenspan F S MD, Baxter J D MD,
1994)
3. HISTOLOGI
Unit struktural daripada tiroid adalah folikel, yang tersusun rapat,
berupa ruangan bentuk bulat yang dilapisi oleh selapis sel epitel bentuk
gepeng, kubus sampai kolumnar. Konfigurasi dan besarnya sel-sel folikel tiroid
ini dipengaruhi oleh aktivitas fungsional daripada kelenjar tiroid itu sendiri.
Bila kelenjar dalam keadaan inaktif, sel-sel folikel menjadi gepeng dan akan
menjadi kubus atau kolumnar bila kelenjar dalam keadaan aktif. Pada keadaan
hipertiroidism, sel-sel folikel menjadi kolumnar dan sitoplasmanya terdiri dari
vakuol-vakuol yang mengandung koloid.
Folikel-folikel tersebut mengandung koloid, suatu bahan homogen
eosinofilik. Variasi densiti dan warna daripada koloid ini juga memberikan
gambaran fungsional yang signifikan; koloid eosinofilik yang tipis
berhubungan dengan aktivitas fungsional, sedangkan koloid eosinofilik yang
5
tebal dan banyak dijumpai pada folikel dalam keadaan inaktif dan beberapa
kasus keganasan. Pada keadaan yang belum jelas diketahui penyebabnya, sel-
sel folikel ini akanberubah menjadi sel-sel yang besar dengan sitoplasma
banyak dan eosinofilik, kadang-kadang dengan inti hiperkromatik, yang
dikenal sebagai oncocytes (bulky cells) atau Hürthle cells. (Fawcett & blame,
buku ajar histologi edisi 12 )
4. FISIOLOGI
a. Biosintesis Hormon Thyroid
Iodium adalah adalah bahan dasar yang sangat penting dalam
biosintesis hormon thyroid. Iodium yang dikonsumsi diubah menjadi
iodida kemudian diabsorbsi. Kelenjar thyroid mengkonsentrasikan iodida
dengan mentransport aktif iodida dari sirkulasi ke dalam koloid.
Mekanisme transport tersebut dikenal dengan “ iodide trapping
mechanism”. Na+ dan I- ditransport dengan mekanisme cotransport ke
dalam sel thyroid, kemudian Na+ dipompa ke interstisial oleh Na+-
K+ATPase.Di dalam kelenjar thyroid, iodida mengalami oksidasi menjadi
6
iodium. Iodium kemudian berikatan dengan molekul tirosin yang melekat
ke tiroglobulin. Tiroglobulin adalah molekul glikoprotein yang disintesis
oleh retikulum endoplasma dan kompleks Golgi sel-sel thyroid. Setiap
molekul tiroglobulin mengandung 140 asam amino tirosin. (William
Ganong, 2003)
Enzim yang berperan dalam oksidasi dan pengikatan iodida adalah
thyroid peroksidase. Senyawa yang terbentuk adalah monoiodotirosin
(MIT) dan diodotirosin (DIT). Dua molekul DIT kemudian mengalami
suatu kondensasi oksidatif membentuk tetraiodotironin (T4).
Triiodotironin (T3) mungkin terbentuk melalui kondensasi MIT dengan
DIT. Sejumlah kecil reverse triiodotironin (rT3) juga terbentuk, mungkin
melalui kondensasi DIT dengan MIT. Dalam thyroid manusia normal,
distribusi rata-rata senyawa beriodium adalah 23 % MIT, 33 % DIT, 35 %
T4 dan 7 % T3. RT3 dan komponen lain terdapat hanya dalam jumlah
yang sangat sedikit. (William Ganong, 2003)
b. Sekresi Hormon Thyroid
Sel-sel thyroid mengambil koloid melalui proses endositosis. Di
dalam sel, globulus koloid menyatu dengan lisosom. Ikatan peptida antara
residu beriodium dengan tiroglobulin terputus oleh protease di dalam
lisosom, dan T4, T3, DIT serta MIT dibebaskan ke dalam sitoplasma. T4
dan T3 bebas kemudian melewati membran sel dan dilepaskan ke dalam
sirkulasi. (William Ganong, 2003)
7
MIT dan DIT tidak disekresikan ke dalam darah karena iodiumnya
sudah dibebasakan sebagai akibat dari kerja intraselular iodotirosin
dehalogenase. Hasil dari reaksi enzimatik ini adalah iodium dan tirosin.
Iodium digunakan kembali oleh kelenjar dan secara normal menyediakan
iodium dua kali lipat dibandingkan dengan yang dihasilkan oleh pompa
iodium. (William Ganong, 2003)
5. PATOFISIOLOGI
Hipertiroid atau tirotoksikosis merupakan gangguan sekresi
hormon tiroid oleh kelenjar tiroid, dimana terjadi peningkatan produksi
atau pengeluaran simpanan hormon tiroid yang mengikuti injuri kelenjar
tiroid. Hipertiroid ini paling banyak disebabkan oleh penyakit Graves,
meskipun hipertiroid dapat disebabkan beberapa penyebab selain penyakit
Graves. ( Lal G, 2007 ) Akibat sekresi produksi atau pengeluaran
simpanan hormon tiroid yaitu Triiodotironin (T3) dan Tetraiodotironin
(T4) oleh sel-sel kelenjar tiroid maka sel-sel ini akan mengalami
penambahan jumlah sel atau hyperplasia, sehingga penderita hipertiroid ini
sebagian besar kelenjar tiroidnya menjadi goiter atau pembesaran kelenjar
tiroid
8
6. jenis-jenis penyakit yang berhubungan
a. Hipertiroid
Terjadi kelenjar tiroid membesar dua sampai tiga kali dari ukuran
normalnya, disertai dengan banyak hiperplasia dan lipatan-lipatan sel-
sel folikel ke dalam folikel, sehingga jumlah sel meningkat. Perubahan
pada kelenjar tiroid ini pada banyak keadaan mirip dengan perubahan
akibat kelebihan TSH.
Hipertiroid kadang juga disebabkan oleh adanya adenoma setampat
(suatu tumor)yang tumbuh di dalam jaringan tiroid dan menyekresi kan
banyak sekali hormon tiroid. Perbedaannya dengan hipertiroid biasa
adalah tidak adanya kaitan dengan penyakit autoimun.
Gejalanya adalah (guyton,arthur c.2007)
a. Sangat mudah terangsang .
b. Intoleransi terhadap panas.
c. Berkeringat banyak.
d. Berat badan berkurang sedikit atau banyak (kadang kala dapat
berkurang sampai 100 pound).
e. Berbagai derajat keparahan diare.
f. Kelemahan otot.
g. Kecemasan atau keinginan psikis lainnya.
h. Rasa capai yang sangat, namun pasien tidak dapat tidur.
i. Tremor pada tangan.
9
Pemeriksaan fisik didapatkan ( swartz h. Mark, 1995 )
a. Keadaan umum didapatkan berat badan turun tetapi nafsu makan
baik dan menyukai dingin.
b. Mata : penonjolan bola mata, kelopak mata bengkak, penglihatan
ganda dan motilitas menurun.
c. Leher : terdapat goiter
d. Jantung : palpitasi dan peningkatan edema perifer.
e. Gastrointestinal : peristaltik meningkat.
f. Genitourinaria : poliuria dan penurunan fertilitas
g. Neuromuscular : kelelahan, kelemahan dan gemetar.
h. Emosi : nervousness dan iritabilitas.
i. Dermatologi : rambut rontok, banyak keringat, perubahan tekstur
kulit dan perubahan pigmentasi.
Pemeriksaan penunjang :
Lakukan pemeriksaan kadar T3 bebas dan T4 bebas (meningkat), dan
TSH (menurun) dalam serum pada kasus-kasus borderline. Pada
eksoftalmus, CT scan pada orbita menunjukkan penebalan otot luar
bola mata.orbita mengandung mukopolisakarida (dan air) berlebihan.
10
b. Grave disease
Penyakit Grave merupakan bentuk paling umum ditemukan dari
tirotoksikosis dan dapat terjadi pada setiap usia dan lebih sering terjadi
pada wanita disbanding pria. Penyakit ini sering dilihat sebagai
penyakit autoimun dengan penyebab yang belum diketahui. Terdapat
predisposisi familial yang kuat dan pemicu munculnya penyakit ini
pada induvidu yang memiliki predisposisi genetic termasuk stress,
kelebihan iodine, terapi litium, penghentian glukokortikoid, infeksi, dan
melahirkan. ( Vedayanti dkk,2014 )
Tanda dan gejalanya adalah :
a. meliputi tingkat metabolic meningkat.
b. penurunan berat badan.
c. intoleransi terhadap panas.
d. sulit tidur.
e. Tremor
f. frekuensi defekasi meningkat.
g. kelemahan otot tubuh proksimal.
h. Iritabilitas.
i. siklus menstruasi yang ireguler.
j. Takikardi.
k. melotot, oftalmopati.
l. Proptosis.
m. tremor saat istirahat.
n. Hiperrefleks.11
o. Ginekomastia
p. penurunan libido.
q. dan disfungsi ereksi.
Pada pemerikasaan fisik penyakit didapatkan :
Ditemukan adanya benjolan atau massa pada kelenjar tyroid .
pemeriksaan berupa :
- Inspeksi
- Palpasi
- Auskultasi jarang dilakukan, kecuali untuk memeriksa keluhan
lainnya.
Status anatomi :
- Nodus
- Difus
- Kistus
Diagnosa penunjang :
Pengecekan kadar TSH
merupakan tes skrining yang paling sensitive satu- satunya
untuk hipertiroidisme, dan juga sangat sensitive untuk
mendeteksi kelebihan atau kekurangan hormone tiroid yang
ringan (subklinis)
12
Tes fungsi tiroid
pada penyakit Grave biasanya menunjukkan level serum
TSH yang menurun dan level T4 dan T3 bebas yang
meningkat.
FNAB
autoantibody tiroid, termasuk antibody reseptor TSH
(TRAb) atau immunoglobulin penstrimulasi tiroid (TSI,
pemindaian tiroid – dengan I-123 (lebih disukai) atau
00mTc pertechnetate, USGdoppler.
c. Thyroid storm
Adalah salah satu jenis hipertiroid yang timbulnya mendadak,
namanya krisis tiroid (thyroid crisis) atau badai tiroid (thyroid storm).
Terjadinya krisis tiroid ini bisa pada pasien yang sebelumnya sudah
ada hipertiroid, atau yang sebelumnya belum pernah ada tanda-tanda
hipertiroid, kemudian lantaran menjalani operasi, ada infeksi, atau
trauma lainnya sehingga terjadi pelepasan hormon tiroid yang
berlebihan secara mendadak. (tandra,hans, 2011 )
Gejalanya adalah :
a. Denyut jantung menjadi cepat sekali.
b. Demam tinggi.
c. Muntah.
d. Diare.
e. Gelisah.
13
f. Pasien bisa kehilangan banyak cairan tubuh akhirnya
kesadaran menurun.
d. Diabetes melitus
adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang
disebabkan adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah secara
terus menerus (kronis) akibat kekurangan insulin baik kuantitatif
maupun kualitatif. Peneyababnya bisa akibat produksi insulin yang
kurang (kuantitas) maupun produksinya cukup tetapi kualitasnya yang
berkurang. Maka badan akan menjadi lemas karena tidak bisa
memperoleh energi tapi kadar gulanya meningkat. Tubuh tidak bisa
menggunakan glukosa yang ada didalam darah yang untuk diubah
menjadi energi.
Gejala :
a. Mudah lelah.
b. Kondisi tidak fit atau merasa sakit.
c. Poliuria.
d. Polidipsi.
e. Merasa lapar terus menerus.
f. Penurunan berat badan secara tiba-tiba.
g. Peningkatan nafsu makan.
h. Dan pandangan kabur.
i. Mudah terinfeksi.
14
Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan tungkai dan kaki untuk mencari neuropati
sensorik dan untuk mencari ganguan arteri, dan termasuk ke
empat denyut nadi terutama kaki dan bukti menurunnya
serkulasi kapiler.
b. Perhatikan suhu kaki dan periksa adanya infeksi dan
perawatan kuku.
Pemeriksaan penunjang
Darah
Hemoglobin, glikosilasi (HbAic). Yang memberikan
indeks rata – rata pengendalian glukosa dara dalam 2 – 3
bulan sebelumnya: target 7% atau kurang.
Glukosa sesudah makan terakhir
Kreatin (dan atau ureum).
Skrining wipid. Target dalam kolesterol total < 5,2
mmol /L dan trigliserida puasa < 2,0 mmol/L
Urine
Untuk mencari albumin dan mikro albumin
15
7. Gejala Klinis
1. Identitas
a. Nama : Ny. SS
b. Umur : 26 tahun
c. Alamat :
d. Keluhan Utama : Berdebar debar sejak 4 bulan lalu
e. Riwayat Penyakit Sekarang :
mudah lelah
sering gelisah
menstruasi 6 bulan terakhir tidak teratur
f. Riwayat Pengobatan : belum pernah diobati
g. Riwayat Penyakit Dahulu : benjolan dalam leher kurang lebih sudah 1
tahun dan terasa sakit
h. Riwayat Obat : hanya pemerian vitamin
i. Riwayat Penyakit Keluarga : -
j. Riwayat Sosial :
8. Pemeriksaan Fisik
1. Kesadaran : Compos Mentis
2. Tensi : 190/60 mmHg
3. Nadi : 108 x/menit
4. Suhu badan : 37,30C
5. Pernapasan : 24x/menit
6. a/c/i/d : - / - / - / -
16
7. Kulit : dalam batas normal
8. Kepala : Ditemukan exopthalmus pada kedua mata
9. Leher : Terdapat benjolan difus
10. Dada : Jantung tidak membesar
Auskultasi : takikardi
11. Abdomen : dalam batas normal
12. Extremitas :
Reflek meningkat Tremor halus Telapak tangan basah dan lembab
PEMERIKSAAN PENUNJANG
T4 : 7,8 TSH : < 0,03 Kolesterol : 145 Gula darah : 98 mg/dl TG : 120 mg/dl Hb : 12,3 Leukosit : 230.000 PVC : 40% USG : Struma folikel dengan hipervaskularisasi
17
BAB V
HIPOTESIS AWAL
Dari anamnesa, pemeriksaan fisik dan penunjang yang telah ada ditemukan
beberapa diagnosa banding untuk kasus Ny. SS
1. Thyrotoxicosis
2. Grave disease
3. Hiperthyroid
18
BAB VI
ANALISIS DIAGNOSA BANDING
Differential diagnosa
1. Thyrotoxicosis
Tyrotoxicosis atau krisis tyroid adalah keluhan yang sangat
membahayakan meskipun jarang terjadi hampir semua kasus dipengaruhi
faktor pencetus .
Gejala
a. temperatur badan meningkat
b. takikardi
c. nausea / Vomiting
d. Palpitasi jantung
e. Gagal jantung
f. Edema pulmo
g. Konvulsi
Pemeriksaan fisik
a. Adanya bentukan struma pada leher
b. Tampak bentukan nodus atau kistus
19
Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan kadar hormon (FT3, FT4, TSHs)
b. Pemeriksaan kadar tiroglobulin
c. Uji tangkap I131
d. Scintigraphy
e. Fine needle aspiration biopsy
f. Antibodi tiroid (ATPO-Ab, ATg-Ab)
2. Grave’s disease
Gejala
Sistem Gejala dan tanda
Umum Tak tahan hawa panas hyperkinesis,
mudah lelah, BB menurun, tumbuh
cepat, toleransi obat, youth fullness
Gastrointestinal Hyperdefikasi, mudah lapar, makan
banyak, haus, muntah, disfagia,
splenomegali
Muscular Rasa lemah otot
Genetourinaria Oligomenorea, amenorea, libido
menurun , ginekomasti, infertil
20
Kulit Rambut rontok, berkeringat , kulit
basah dan silky hair, dan onikolisis
Psikis dan saraf Labil, iritabel, tremor psikosis,
nervositas, paralysis periodik dipsnue,
Jantung hipertensi, aritmia, palpitasi jantung,
gagal jantung lymphositosis, anemia,
splenomegali, leher membesar
Darah dan limfatik
skelet
Osteoporosis, Ephifisis mudah tertutup,
nyeri tulang
Pemeriksaan Grave’s disease
a. Anamnesa
Anamnesa harus dilakukan dengan teliti kapan mulai terjadi gejala,
apakah muncul benjolan pada leher dan sekitarnya, bagaimana
bentuknya ( difus, nodus , atau kista ) ,
Terdiri dari riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu,
riwayat keluarga, riwayat sosial, riwayat pengobatan.
b. Pemeriksaan fisik
Ditemukan adanya benjolan atau massa pada kelenjar tyroid .
pemeriksaan berupa :
- Inspeksi 21
- Palpasi
- Auskultasi jarang dilakukan, kecuali untuk memeriksa
keluhan lainnya.
Status anatomi :
- Nodus
- Difus
- Kistus
Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium (T3,T4,TSH)
b. Imaging (X-foto,USG,CT/MRI)
c. FNA
Memeriksa bentuk nodul :
◦ Nodul tunggal
◦ Nodul keras
3. Hipertyroid
Gejala
Iritabilitas, respirasi meningkat, jantung berdebar, tremor pada tangan,
kecemasan, susah tidur, penurunan berat badan, kulit mengerut ,
kelemahan otot – terutama di lengan atas dan tungkai , terkadang tidak
tahan panas dan Muntah – muntah
22
Pemeriksaan fisik
a. Pembesaran / benjolan dan bising di kelenjar tiroid
b. Bola mata menonjol ( eksoptalmus ) , retraksi kelopak mata
c. Tremor
d. Kulit cenderung basah dan hangat
e. Takikardia, dan ventricel aritmia
f. Hipertensi
g. Lemah otot
Pemeriksaan penunjang
a. Test darah
b. Test radioaktif iodine
c. CT Scan pada tiroid
d. USG
e. Tiroid Scintigraphy Test
23
Diagnosis
24
BAB VII
HIPOTESA AKHIR DIAGNOSIS
25
Identitas Pasien :
Nama : Ny. SS
Jenis kelamin : Wanita
Umur : 26 tahun
Alamat :
Keluhan Utama : berdebar debar sejak 4 bulan yang lalu
Riwayat Penyakit Sekarang : mudah lelah, sering gelisah, menstruasi 6 bulan terakhir tidak teratur
Riwayat Penyakit dahulu : benjolan dalam leher kurang lebih sudah 1 tahun dan terasa sakit
Riwayat Penyakit keluarga : -
Riwayat Penggunaan Obat : belum pernah diobati, hanya pemerian vitamin
Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : baik
Keadaan umum : baik
Penampakan pasien : baik
Tinggi Badan : 166 cm
Berat Badan : 50 kg
RR : 24x/ menit
Tekanan Darah : 190/60 mmHg
Nadi : 108x/menit
Suhu : 37,3° C
a/i/c/d : -/-/-/-
Pemeriksaan Thorax
Jantung
tidak membesar, auskultasi takikardi
Paru : DBN
Abdomen : DBN
Pemeriksaan Ekstremitas
Reflek meningkat Tremor halus Telapak tangan basah dan lembab
Pemeriksaan Kepala dan leher
Ditemukan exopthalmus pada kedua mata
Terdapat benjolan difus
Pemeriksaan Penunjang
T4 : 7,8 TSH : < 0,03 Kolesterol : 145 Gula darah : 98 mg/dl TG : 120 mg/dl Hb : 12,3 Leukosit : 230.000 PVC : 40% USG
Struma folikel dengan hipervaskularisasi
Differential Diagnosa :
1. Hiperthyroid2. Thyrotoxicosis3. Grave disease
Diagnosa Akhir
GRAVE DISEASE
BAB VIII
DIAGNOSA AKHIR
berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang
telah dilakukan maka Ny. SS di diagnosa GRAVE DISEASE
26
BAB IX
STRATEGI MENYELESAIKAN MASALAH
1. Penatalaksanaan dan Prinsip Tindakan Medis
Walaupun yang mendasari penyakit Graves ini adalah suatu proses
autoimun, namun penatalaksanaan ditujukan untuk mengendalikan
hipertiroidnya. Ada tiga cara yang dapat dikerjakan yaitu :
1. Obat antitiroid
2. Pembedahan
3. Pengobatan dengan radioaktif iodine
4. Terapi medis lain
Obat anti tiroid
Tujuan terapi medis adalah menghambat efek perifer, penghambatan
sintesis hormon, blockade pelepasan hormon, dan pencegahan
konversi perifer dari T4 ke T3. Pemulihan keadaan eutiroid klinis bias
memakan waktu hingga 8 minggu.
Agen penghambat seperti beta-blocker dapat mengurangi
hiperaktivitas simpatis dan menurunkan konversi perifer dari T4 ke
T3.
1. PTU (Propyl thiouracyl) pada umumnya dosis awal adalah 100-
150 mg setiap 6 jam, setelah 4-8 minggu dosis diturunkan
menjadi 50-200 mg sekali atau dua kali dalam sehari. Keuntungan
PTU dibandingkan dengan methimazole adalah bahwa PTU dapat 27
menghambat konversi T4 menjadi T3 sehingga lebih efektif
dalam menurunkan hormone tiroid secara cepat.
2. Methimazole mempunyai duration of action yang lebih panjang
sehingga lebih banyak digunakan sebagai single dose. Dosis awal
dimulai dengan 40 mg setiap pagi selama 1-2 bulan dan
selanjutnya dosis diturunkan menjadi 5-20 mg setiap pagi sebagai
dosis rumatan.
Terapi diberikan sampai mengalami remisi spontan, pada sekitar 20-40%
mengalami perbaikan dalam 6 bulan sampai 15 tahun. Observasi
diperlukan dalam jangka panjang oleh karena angka kekambuhan sangat
tinggi yaitu sekitar 50% - 60% penderita.
Terapi pembedahan
Pada penderita dengan kelenjar gondok yang besar atau dengan
goiter multinoduler maka tiroidektomi subtotal merupakan pilihan.
Operasi baru bisa dikerjakan setelah euthyroid dan dua minggu
sebelum operasi penderita diberikan solutio lugol dengan dosis 5 tetes
dua kali sehari. Pemberian solutio lugol bertujuan untuk mengurangi
vaskularisasi kelenjar sehingga akan mempermudah jalannya operasi.
Pada sebagian penderita Graves’ disease membutuhkan suplemen
hormone tiroid setelah dilakukan tiroidektomi. Komplikasi
pembedahan adalah hipoparatiroidisme dan terjadi kerusakan pada
nervus recurrent laryngeal.
Indikasi operasi adalah :
28
Pasien umur muda dengan struma yang besar serta tidak mempan
dengan Obat Anti Tiroid.
Pada wanita hamil (trimester kedua) yang memerlukan Obat Anti
Tiroid dosis tinggi.
Alergi terhadap Obat Anti Tiroid, pasien tidak bisa menerima
iodium radioaktif.
Adenoma toksik atau struma multinodular toksik.
Pada penyakit grave yang berhubungan dengan satu atau lebih
nodul.
Gambar 11. Sepuluh minggu setelah tiroidektomi total. Teknik bedah saat ini
biasanya meninggalkan bekas luka yang lebih kecil.
Terapi Radioaktif Iodine
Dengan menggunakan I 131, setelah menggunakan iodine
radioaktif, kelenjar akan mengecil dan menjadi eutiroid setelah 6-
12 minggu. Pada orang tua dan mempunyai penyakit dasar jantung,
tirotoksikosis yang berat atau ukuran kelenjar yang besar (>100 gr)
harus diterapi dengan methimazole sampai eutiroid dulu kemudian
methimazole di stop selama 5-7 hari baru diterapi dengan I 131.
Terapi Medik Lain
29
Pada saat terjadi tirotoksikosis akut preparat penyekat beta
adrenergik (beta blocker) sangat membantu untuk mengendalikan
takikardi, hipertensi dan atrial fibrilasi. Selain itu, Beta blocker
juga dapat membantu menurunkan hormone tiroid melalui
mekanisme menghambat konversi T4 menjadi T3.
Nutrisi yang adekuat dan multivitamin.
30
BAB X
PROGNOSIS DAN KOMPLIKASI
1. Prognosis Grave Disease
Prognosis hipertiroid sangat tergantung pada penyebab. Dengan
penanganan dan pemantauan yang disiplin, umumnya gejala hipertiroid akan
terkendali dan teratasi. Dosis obat perlu disesuaikan secara berkala sampai
kondisi telah normal (euthyroid). Pengobatan perlu dilanjutkan minimal 18 –
24 bulan, bila tetap terkendali dan stabil, obat dapat dihentikan. Umumnya
pendeita hipertiroid memberi respons yang baik dengan pengobatan,
walaupun ada kemungkinan terjadi kekambuhan. (Tandra, 2011).
Pengobatan penderita hipertiroid dapat dilakukan dengan berbagai cara,
dengan obat-obatan, pembedahan, maupun dengan menggunakan bahan
radioaktif. Lamanya penanganan dengan obat-obatan bias sampai 12 bulan.
Dengan pembedahan, hanya sebagian kelenjar yang diambil, sedangkan
pengobatan dengan radioaktif tidak boleh dilakukan pada ibu hamil. Secara
lengkap teknik pengobatannya yaitu: (Tandra, 2011).
1. Beristirahat
Untuk kasus-kasus yang ringan, cukup berobat jalan dengan
observasi yang baik. Sedangkan untuk kasus-kasus yang berat,
diperlukan istirahat total, lebih-lebih bila pasien direncanakan akan
dioperasi.
31
2. Makanan
Pengaturan makanannya yaitu tinggi kalori, tinggi vitamin dan
mineral serta cukup protein.
Komplikasi hipertiroidisme yang dapat mengancam nyawa adalah krisis
tirotoksik (thyroid storm). Hal ini dapat berkernbang secara spontan pada
pasien hipertiroid yang menjalani terapi, selama pembedahan kelenjar tiroid,
atau terjadi pada pasien hipertiroid yang tidak terdiagnosis. Akibatnya adalah
pelepasan HT dalam jumlah yang sangat besar yang menyebabkan takikardia,
agitasi, tremor, hipertermia (sampai 106 oF), dan, apabila tidak diobati,
kematian.
Penyakit jantung Hipertiroid, oftalmopati Graves, dermopati Graves,
infeksi karena agranulositosis pada pengobatan dengan obat antitiroid. Krisis
tiroid: mortalitas.
Setelah penanganan kegawatan (pada krisis tiroid) teratasi perlu
dilakukan rujukan ke layanan kesehatan sekunder (spesialis penyakit dalam) (
Peraturan Menteri Kesehatan , 2014 )
2. Pencegahan
Pencegahan penyakit grave’s sebenarnya tidak ada pencegahan spesifik untuk
penyakit grave’s, tetapi bisa juga pencegahan simple goiter termasuk dengan
cara mengatur dari intake yodium yang adekuat. Selain itu, bisa karena
32
imunitas kita yang tidak adekuat atau tidak mencukupi ( P.J Mark, et al ,
2008).
Rokok juga dapat menjadi penyebab resiko penyakit graves, sedangkan lebih
besar peranannya untukmenyebabkan exopthalmus (ophtalmophaty)
(M,Sandra et al , 2000)
Selain terapi medikamentosa diperlukan edukasi terhadap pasien untuk
menurunkan dan mencegah progresifitas penyakit (Sudoyo et al, 2006).
Penyuluhan kesehatan secara profesional dengan memberikan materi
penyuluhanseperti : apakah itu Hipertiroid dan bagaimana
penatalaksanaannya.
Informasikan kepada keluarga klien tentang emosi klien dan anjurkan
kepadakeluarga untuk menjaga emosi klien.
Pemberian pengetahuan kepada klien dan keluarga tentang dosi-dosis
obat yangdiberikan.
Informasikan kepada klien dan keluarga untuk melakukan aktivitas
yang ringan dan tidak melakukan aktivitas yang berat-berat.
Diet yang diberikan harus tinggi kalori, yaitu memberikan kalori 2600-
3000 kalori per hari baik dari makanan maupun dari suplemen.
Konsumsi protein harus tinggi yaitu 100-125 gr (2,5 gr/kg berat
badan ) per hariuntuk mengatasi proses pemecahan protein jaringan
seperti susu dan telur.
Olah raga secara teratur.
Mengurangi rokok, alkohol dan kafein yang dapat meningkatkan kadar
metabolisme.
33
unakan obat tetes mata untuk mengurangi terjadinya iritai pada mata
DAFTAR PUSTAKA
DS, Greenspan FS, Ladenson PW. The Thyroid Gland. Dalam : Gardner
DG, Shoback D, editor. Greenspan‟s Basic & Clinical
Endocrinology. Edisi 8. USA : The McGraw-Hill Companies, Inc ;
2007
Lal G, Clark OH. Endocrine Surgery. Dalam : Gardner DG, Shoback
D,editor. Greenspan‟s Basic & Clinical Endocrinology. Edisi 8.
USA : The McGraw-Hill Companies, Inc ; 2007
Ganong, William. Kelenjar Thyroid, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran,
edisi kedua puluh. Jakarta, McGraw-Hill & EGC. 2003.
Greenspan F S MD, Baxter J D MD. Basic and clinical Endocrinology 4
th . 1994,206- 289
Sudoyo W.Aru, 2006, Ilmu penyakit dalam Edisi IV, Jakarta, Departemen
IPD FKUI
Janet E. Hall, Lynnette K. Nieman, Handbook of Diagnostic
Endocrinology
Berglund J., Christensen S.B., Dymling J.F., Hallengren B. “ The
incidence of recurrence and hyperthyroidism following treatment
with anti thyroid drugs, surgery, or radioiodine in all patients with
hyperthyroidism and thyrotoxicosis in Malmo during the period
2004 – 2009 “ journal of internal medicine 229(5): 435-42
34
Aru W. Sudoyo, Bambang Setiyohadi, Idrus Alwi, Marcellus Simadibrata
K., Siti Setiati, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III 311(3):
1785
Guyton, Fisiologi Kedokteran, 2007, ECG, Jakarta.
swartz h. Mark, 1995, “buku ajar diagnosa diagnostic fisik, ECG, jakarta.
Vedayanti dkk, "Radionuclide Scanning With I-123 In Graves Disease."
E-Jurnal Medika Udayana 3.1 (2014).
Tandra,hans. “mencegah dan mengatasi penyakit tiroid”, PT gramedia
pustaka utama. 2011. Jakarta.
Konthen, Putu Gede.et al. Pedoman Diagnostik Dan Terapi SMF Ilmu
Penyakit Dalam : Hipertiroid dan Tirotoksikosis. Surabaya: Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga; 2010. p.105-109
Zulkifli, Moch. Graves disease. Available from :
http://refmedika.blogspot.com/2009/02/graves-disease.html. diakses
21 maret 2014
Ingbar SH Woeber KA. Disease of the Thyroid. In : Harrison's Principles
of Internal Medicine.IsselbacherKJ et.al. (eds) 9th ed. Tokyo :
McGraw — Hill Hogakusha Ltd. 1980. p. 1694.
Carmago CA, Kolb FO. Endocrine Disorders. In : Current – Medical
Diagnosis and Treatment 1984. Krupp MA, Chatton MJ. (eds) Lange
Medical Publ. Los Altos, California, 1984; p. 679.
Robbins J, Rall JE, Gordon P. The Thyroid and Iodine Metabolism, In :
Duncan’s Diseases of Metabolism. Bondy PK, Rosenberg LE. Eds.
35
7th. Ed. Philadelphia, London, Toronto. WB Saunders Co. Tokyo :
Igaku Shoin Ltd1974; p. 1009.
Corwin, Elizabeth J.2000. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC
Tandra, H. 2011. Mencegah dan Mengatasi Penyakit Tiroid. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Sudoyo, A et al. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : FKUI
Mboi, Nafsiah. 2014. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Primer .
P.J Mark,et al . 2008. Thyroid Disease Fourth Edition. Newyork : Oxford
University Press. Accessed on Saturday, 22 march 2014 [ 12.00 AM]
M. Sandra, R. Basil. 2000. Grave’s Disease Phatogenesis and Treatmant.
USA : Kluwer Academic Publisher. Accessed on Saturday, 22 march
2014 [ 01.00 AM ]
36