skenario 1

27
SKENARIO 1 ANAKKU KEJANG Ny.N ibu dari an.N (5 th) dating kerumah UGD, mengeluhkan anaknya mengalami demam, dan kejang selama dirumah. Setelah dilakukan pemeriksaan, suhu anak 38’C, kaku kuduk, tampak tidak sadar. Pemeriksaan darah lengkap serta dilakukan pemeriksaan lumbal punksi, dokter menyatakan an.N mengalami infeksi pada meningens. An. N saat ini ditempatkan diruang isolasi untuk mengatasi demam, perawat melakukan Tepid Sponge, dokter memberikan resep antibiotic dan antipiretik. Langkah 1 : Kata-kata sulit 1. Demam 2. Kejang 3. Kaku kuduk 4. Lumbal punksi 5. Ruang isolasi 6. Meningens 7. Infeksi 8. Tepid sponge 9. Antibiotik 10. Antipiretik Langkah 2 : Membuat pertanyaan

Upload: anggie-nurmalasari

Post on 24-Jul-2015

679 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: SKENARIO 1

SKENARIO 1

ANAKKU KEJANG

Ny.N ibu dari an.N (5 th) dating kerumah UGD, mengeluhkan anaknya mengalami demam, dan

kejang selama dirumah. Setelah dilakukan pemeriksaan, suhu anak 38’C, kaku kuduk, tampak

tidak sadar. Pemeriksaan darah lengkap serta dilakukan pemeriksaan lumbal punksi, dokter

menyatakan an.N mengalami infeksi pada meningens. An. N saat ini ditempatkan diruang isolasi

untuk mengatasi demam, perawat melakukan Tepid Sponge, dokter memberikan resep antibiotic

dan antipiretik.

Langkah 1 : Kata-kata sulit

1. Demam

2. Kejang

3. Kaku kuduk

4. Lumbal punksi

5. Ruang isolasi

6. Meningens

7. Infeksi

8. Tepid sponge

9. Antibiotik

10. Antipiretik

Langkah 2 : Membuat pertanyaan

1. Apa yang dimaksud dengan demam?

2. Apa penyebabnya?

3. Bagaimana pencegahan dan penatalaksanaannya?

4. Apa yang dimaksud dengan kejang?

5. Bagaimana penatalaksanaan kejang?

6. Apa yang dimaksud dengan kaku kuduk?

7. Apa ciri-ciri kaku kuduk?

Page 2: SKENARIO 1

8. Bagaimana pentalaksanaannya?

9. Apa yang dimaksu dengan lumbal punksi?

10. Bagaimana prosedur pemeriksaan lumbal punksi?

11. Apa yang dimaksud dengan meningitis?

12. Apa itu Tepid Sponge?

Langkah 3 : Menjawab pertanyaan

1. Demam adalah peningkatan suhu tubuh

2. Penyebabnya adalah infeksi dan inflamasi

3. Pencegahan :

hindari factor pencetus infeksi

menjaga imunitas tubuh agar tidak terpapar agen infeksi

4. Kejang adalah kondisi otot tubuh berkontraksi dan relaksasi secara cepat dan berulang.

5. –

6. Kaku kuduk adalah kondisi badan yang kaku karena kerusakan saraf

7. Ciri-ciri kaku kuduk : leher terasa berat dan kaku sehingga sulit digerakkan secara

normal.

8. Penatalaksanaan :

Mengoleskan balsam paa bagian tubuh yang mengalami kaku

Kompres dengan air hangat

9. –

10. –

11. Meningens adalah suatu lapisan berada di otak

12. –

Langkah 4 : Memisahkan yang jelas dan tidak jelas

Yang jelas : nomor 1, 2, 3, 4, 7, 8

Yang belum jelas : nomor 5, 6, 9, 10, 11, 12

Page 3: SKENARIO 1

Langkah 5 : Sasaran pembelajaran

1. Konsep teori meningitis

2. Asuhan Keperawatan meningitis

3. Pemeriksaan penunjang terhadap meningitis

Jawaban berdasarkan referensi :

1. Bagaimana penatalaksanaan kejang?

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh

(suhu rektal diatas 380C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium

Penatalaksanaan kejang demam meliputi penanganan pada saat kejang dan pencegahan kejang.

a) Penanganan Pada Saat Kejang

Menghentikan kejang: Diazepam dosis awal 0,3-0,5 mg/KgBB/dosis IV (perlahan-lahan)

atau 0,4-0,6mg/KgBB/dosis REKTAL SUPPOSITORIA. Bila kejang masih belum

teratasi dapat diulang dengan dosis yang sama 20 menit kemudian.

Turunkan demam:

Antipiretika: Paracetamol 10 mg/KgBB/dosis PO atau Ibuprofen 5-10

mg/KgBB/dosis PO, keduanya diberikan 3-4 kali perhari

   Kompres: suhu > 390C: air hangat; suhu >380C: air biasa

Pengobatan penyebab: antibiotika diberikan sesuai indikasi dengan penyakit dasarnya

Penanganan suportif lainnya meliputi:

Bebaskan jalan nafas       

Pemberian oksigen

Menjaga keseimbangan air dan elektrolit

Pertahankan keseimbangan tekanan darah

b) Pencegahan Kejang

Pencegahan berkala (intermiten) untuk kejang demam sederhana dengan Diazepam 0,3

mg/KgBB/dosis PO dan antipiretika pada saat anak menderita penyakit yang disertai

demam

Page 4: SKENARIO 1

Pencegahan kontinu untuk kejang demam komplikata dengan Asam Valproat 15-40

mg/KgBB/hari PO dibagi dalam 2-3 dosis

2. Apa yang dimaksdu dengan kaku kuduk?

Tension Headache/Kaku Kuduk/Sakit Kepala dengan kaku otot seputar leher oleh

International Headache Society(IHS) dikatagorikan sebagai episodic/kronik

Biasanya kondisi ini dihubungan dengan gangguan otot perikranium dan terkait dengan

stress psikis dan biasanya responsive terhadap obat bebas(non-prescription). Kondisi ini sering

berulang bahkan dapat kambuh setiap hari yang melibatkan kakakuan /kontraksi berlebihan dari

otot-otot seputar leher bahkan hingga ligament nuchae di occipital begitu kaku saat dipalpasi.

Selain sakit kepala yang dideritanya, pasien juga akan malas dan kesulitan menengok kiri/kanan,

menunduk/mendongakkan kepalanya.

3. Pengertian Lumbal punksi

adalah upaya pengeluaran cairan serebrospinal dengan memasukan jarum ke dalam ruang

subarakhnoid. (Brunner and Suddarth’s, 1999)

Page 5: SKENARIO 1

4. Prosedur tindakan pemeriksaan Lumbal punksi

1. Pengertian

adalah upaya pengeluaran cairan serebrospinal dengan memasukan jarum ke dalam ruang

subarakhnoid. (Brunner and Suddarth’s, 1999) 

2. Tujuan

pemeriksaan cairan serebrospinal

mengukur & mengurangi tekanan cairan serebrospinal

menentukan ada tidaknya darah pd cairan serebrospinal

mendeteksi adanya blok subarakhnoid spinal

memberikan antibiotic intrathekal ke dlm kanalis spinal terutama kasus infeksi.

3. Indikasi

- Kejang

- Paresis atau paralisis termasuk paresis Nervus VI

- Pasien koma

- Ubun – ubun besar menonjol

- Kaku kuduk dengan kesadaran menurun

- Tuberkolosis milier

4. Kontra Indikasi

- Syock/renjatan

- Infeksi local di sekitar daerah tempat pungsi lumbal

- Peningkatan tekanan intracranial (oleh tumor, space occupying lesion,hedrosefalus)

- Gangguan pembekuan darah yang belum diobati

5. Komplikasi

- Sakit kepala

- Infeksi

- Iritasi zat kimia terhadap selaput otak

- Jarum pungsi patah

Page 6: SKENARIO 1

- Herniasi

- Tertusuknya saraf oleh jarum pungsi

6. Alat dan Bahan

- Sarung tangan steril

- Duk lubang

- Kassa steril, kapas dan plester

- Jarum pungsi lumbal no. 20 dan 22 beserta stylet

- Antiseptic: povidon iodine dan alcohol 70%

- Tabung reskasi untuk menampung cairan serebrospinal

7. Anestesi local

- Spuit dan jarum untuk memberikan obat anestesi local

- Obat anestesi loka (lidokian 1% 2 x ml), tanpa epinefrin. (Reis CE, 2006)

- Tempat sampah.

8. Persiapan Pasien

Pasien diposisikan tidur lateral pada ujung tempat tidur dengan lutut ditarik ke abdomen.

Catatan : bila pasiennya obesitas, bisa mengambil posisi duduk di atas kursi, dengan kursi

dibalikan dan kepala disandarkan pada tempat sandarannya.

9. Prosedur Pelaksanaan

1. Lakukan cuci tangan steril

2. Persiapkan dan kumpulkan alat-alat

3. Jamin privacy pasien

4. Bantu pasien dalam posisi yang tepat, yaitu pasien dalam posisi miring pada salah satu

sisi tubuh. Leher fleksi maksimal (dahi ditarik kearah lutut), eksterimitas bawah fleksi

maksimum (lutut di atarik kearah dahi), dan sumbu kraniospinal (kolumna vertebralis)

sejajar dengan tempat tidur.

Page 7: SKENARIO 1

5. Tentukan daerah pungsi lumbal diantara vertebra L4 dan L5 yaitu dengan menemukan

garis potong sumbu kraniospinal (kolumna vertebralis) dan garis antara kedua spina

iskhiadika anterior superior (SIAS) kiri dan kanan. Pungsi dapat pula dilakukan antara L4

dan L5 atau antara L2 dan L3 namun tidak boleh pada bayi

6. Lakukan tindakan antisepsis pada kulit di sekitar daerah pungsi radius 10 cm dengan

larutan povidon iodine diikuti dengan larutan alcohol 70 % dan tutup dengan duk steril di

mana daerah pungsi lumbal dibiarkan terbuka

Tentukan kembali daerah pungsi dengan menekan ibu jari tangan yang telah memakai

sarung tangan steril selama 15-30 detik yang akan menandai titik pungsi tersebut selama

1 menit.

7. Anestesi lokal disuntikan ke tempat tempat penusukan dan tusukkan jarum spinal pada

tempat yang telah di tentukan. Masukkan jarum perlahan – lahan menyusur tulang

vertebra sebelah proksimal dengan mulut jarum terbuka ke atas sampai menembus

durameter. Jarak antara kulit dan ruang subarakhnoi berbeda pada tiap anak tergantung

umur dan keadaan gizi. Umumnya 1,5 – 2,5 cm pada bayi dan meningkat menjadi 5 cm

pada umur 3-5 tahun. Pada remaja jaraknya 6-8 cm.

8. Lepaskan stylet perlahan – lahan dan cairan keluar. Untuk mendapatkan aliran cairan

yang lebih baik, jarum diputar hingga mulut jarum mengarah ke cranial. Ambil cairan

untuk pemeriksaan.

9. Cabut jarum dan tutup lubang tusukkan dengan plester

10. Rapihkan alat-alat dan membuang sampah sesuai prosedur rumah sakit

11. Cuci tangan

5. Pengertian meningitis adalah radang pada meningen (membrane yang mengelilingi

otak dan medulla spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ jamur.

6. Tepid sponge adalah suatu tindakan mengompres dengan air hangat atau dingin

ataupun air biasa pada lipatan ketiak,paha,atau dahi yang bertujuan untuk

menurunkan demam .

Page 8: SKENARIO 1

KONSEP TEORI & ASUHAN KEPERAWATAN MENINGITIS

I. DEFINISI

1. Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan spinal

column yang menyebabkan proses infeksi pada system saraf pusat. (Suriadi, dkk. Asuhan

Keperawatan pada Anak, ed.2, 2006)

2. Meningitis adalah infeksi ruang subaraknoid dan leptomeningen yang disebabkan oleh

berbagai organisme pathogen. (Jay Tureen. Buku Ajar Pediatri Rudolph,vol.1, 2006 ) 

3. Meningitis merupakan infeksi parah pada selaput otak dan lebih sering ditemukan pada

anak-anak. Infeksi ini biasanya merupakan komplikasi dari penyakit lain, seperti campak,

gondong, batuk rejan atau infeksi telinga. 

4. Meningitis adalah infeksi yang menular. Sama seperti flu, pengantar virus meningitis

berasal dari cairan yang berasal dari tenggorokan atau hidung. Virus tersebut dapat

berpindah melalui udara dan menularkan kepada orang lain yang menghirup udara tersebut.

(Anonim, 2007 dalam Juita, 2008).

Page 9: SKENARIO 1

II. ETIOLOGI

1. Bakteri

Merupakan penyebab tersering dari meningitis, adapun beberapa bakteri yang secara umum

diketahui dapat menyebabkan meningitis adalah :

Haemophillus influenzae

Nesseria meningitides (meningococcal)

Diplococcus pneumoniae (pneumococcal)

Streptococcus, grup A

Staphylococcus aureus

Escherichia coli

Klebsiella

Proteus

Pseudomonas

2. Virus

Merupakan penyebab sering lainnya selain bakteri. Infeksi karena virus ini biasanya

bersifat “self-limitting”, dimana akan mengalami penyembuhan sendiri dan penyembuhan

bersifat sempurna. Beberapa virus secara umum yang menyebabkan meningitis adalah:

Coxsacqy

Virus herpes

Arbo virus

Campak dan varicela

3. Jamur

Kriptokokal meningitis adalah serius dan fatal. Bentuk penyakit pada pasien HIV/AIDS

dan hitungan CD< 200.Candida dan aspergilus adalah contoh lain jamur meningitis.

4. Protozoa

III. TANDA DAN GEJALA

1. Anak dan Remaja

a) Demam

b) Mengigil

c) Sakit kepala

Page 10: SKENARIO 1

d) Muntah

e) Perubahan pada sensorium

f) Kejang (seringkali merupakan tanda-tanda awal)

g) Peka rangsang

h) Agitasi

i) Dapat terjadi: Fotophobia (apabila cahaya diarahkan pada mata pasien (adanya

disfungsi pada saraf III, IV, dan VI)),Delirium, Halusinasi, perilaku agresi, mengantuk,

stupor, koma.

2. Bayi dan Anak Kecil

Gambaran klasik jarang terlihat pada anak-anak usia 3 bulan dan 2 tahun.

a) Demam

b) Muntah

c) Peka rangsang yang nyata

d) Sering kejang (sering kali disertai denagan menangis nada tinggi)

e) Fontanel menonjol.

3.Neonatus:

a) Tanda-tanda spesifik: Secara khusus sulit untuk didiagnosa serta manifestasi tidak jelas

dan spesifik tetapi mulai terlihat menyedihkan dan berperilaku buruk dalam beberapa hari,

seperti

b) Menolak untuk makan.

c) Kemampuan menghisap menurun.

d) Muntah atau diare.

e) Tonus buruk.

f) Kurang gerakan.

g) Menangis buruk.

h) Leher biasanya lemas.

i) Tanda-tanda non-spesifik:

j) Hipothermia atau demam.

k) Peka rangsang.

l) Mengantuk.

m) Kejang.

Page 11: SKENARIO 1

n) Ketidakteraturan pernafasan atau apnea.

o) Sianosis.

p) Penurunan berat badan

Page 12: SKENARIO 1

IV. PATOFISIOLOGI

Suatu peradangan akut pada selaput otak yang diakibatkan oleh

Bakteri virus

Meningitis meningitis non bakteri

90% kasus terjadi pada

Anak umur 1bln-5thn

infeksi

pembuluh darah penetrasi luka

CSS

Seluruh rongga sub arachnoid

Eksudat tuberkul

Kelainan pembuluh darah obstruksi sisterna basalis

Infark otak hidrosefalus

Pelunakan otak

Page 13: SKENARIO 1

V. PENATALAKSANAAN MEDIS

a. Obat anti inflamasi

1) Meningitis tuberkulosa

a)   Isoniazid 10 – 20 mg/kg/24 jam oral, 2 kali sehari maksimal 500 gr selama 1 ½

tahun

b)   Rifamfisin 10 – 15 mg/kg/ 24 jam oral, 1 kali sehari selama 1 tahun

c)   Streptomisin sulfat 20 – 40 mg/kg/24 jam sampai 1 minggu, 1 – 2 kali sehari, selama

3 bulan

2) Meningitis bacterial, umur < 2 bulan

a) Sefalosporin generasi ke 3

b) ampisilina 150 – 200 mg (400 gr)/kg/24 jam IV, 4 – 6 kali sehari

c) Koloramfenikol 50 mg/kg/24 jam IV 4 kali sehari

3) Meningitis bacterial, umur > 2 bulan

a) Ampisilina 150-200 mg (400 mg)/kg/24 jam IV 4-6 kali sehari

b) Sefalosforin generasi ke 3

b. Pengobatan Simtomatik 

1) Diazepam IV : 0.2 – 0.5 mg/kg/dosis, atau rectal 0.4 – 0.6/mg/kg/dosiskemudian klien

dilanjutkan dengan.

2) Fenitoin 5 mg/kg/24 jam, 3 kali sehari.

3) Turunkan panas :

a. Antipiretika : parasetamol atau salisilat 10 mg/kg/dosis.

b. Kompres air PAM atau es.

c. Pengobatan suportif 

1. Cairan intravena.

2. zat asam, usahakan agar konsitrasi 02

berkisar antara 30 – 50%.

Page 14: SKENARIO 1

 Sedangkan penatalaksaan secara ilmu keperawatan yang dapatdilakukan pada pasien

meningitis adalah sebagai berikut:

a.Pada waktu kejang

1. Longgarkan pakaian, bila perlu dibuka.

2. Hisap lender 

3. Kosongkan lambung untuk menghindari muntah dan aspirasi.

4. Hindarkan penderita dari rodapaksa (misalnya jatuh). 

b.Bila penderita tidak sadar lama.

1. Beri makanan melalui sonda.

2. Cegah dekubitus dan pnemunia ortostatik dengan merubah posisi penderita sesering

mungkin.

3. Cegah kekeringan kornea dengan boor water atau salebantibiotika.

c. Pada inkontinensia urine lakukan katerisasi.Pada inkontinensia alvi lakukan lavement.

d. Pemantauan ketat.

1. Tekanan darah

2. Respirasi

3. Nadi

4. Produksi air kemih

5. Faal hemostasis untuk mengetahui secara dini adanya DC.

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang khas pada meningitis adalah analisa cairan otak. Lumbal

punksi tidak bisa dikerjakan pada pasien dengan peningkatan tekanan tintra kranial. Analisa

cairan otak diperiksa untuk jumlah sel, protein, dan konsentrasi glukosa.

Page 15: SKENARIO 1

Pemeriksaan darah ini terutama jumlah sel darah merah yang biasanya meningkat diatas nilai

normal.

Serum elektrolit dan serum glukosa dinilai untuk mengidentifikasi adanya ketidakseimbangan

elektrolit terutama hiponatremi.

Kadar glukosa darah dibandingkan dengan kadar glukosa cairan otak. Normalnya kadar

glukosa cairan otak adalah 2/3 dari nilai serum glukosa dan pada pasien meningitis kadar glukosa

cairan otaknya menurun dari nilai normal.

2. Pemeriksaan Radiografi

CT-Scan dilakukan untuk menentukan adanya edema cerebral atau penyakit saraf

lainnya. Hasilnya biasanya normal, kecuali pada penyakit yang sudah sangat parah.

Diagnosa pada pasien dengan meningitis

Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul adalah :

1.Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial

Tujuan

Pasien kembali pada,keadaan status neurologis sebelum sakit

Meningkatnya kesadaran pasien dan fungsi sensoris

Kriteria hasil

Tanda-tanda vital dalam batas normal

Rasa sakit kepala berkurang

Kesadaran meningkat

Adanya peningkatan kognitif dan tidak ada atau hilangnya tanda-tanda tekanan intrakranial

yang meningkat.

Page 16: SKENARIO 1

Rencana Tindakan

INTERVENSI RASIONALISASI

Pasien bed rest total dengan posisi tidur

terlentang tanpa bantal

Perubahan pada tekanan intakranial akan dapat

meyebabkan resiko untuk terjadinya herniasi

otak

Monitor tanda-tanda status neurologis

dengan GCS.

Dapat mengurangi kerusakan otak lebih lanjt

Monitor tanda-tanda vital seperti TD,

Nadi, Suhu, Resoirasi dan hati-hati pada

hipertensi sistolik

Pada keadaan normal autoregulasi

mempertahankan keadaan tekanan darah

sistemik berubah secara fluktuasi. Kegagalan

autoreguler akan menyebabkan kerusakan

vaskuler cerebral yang dapat dimanifestasikan

dengan peningkatan sistolik dan diiukuti oleh

penurunan tekanan diastolik. Sedangkan

peningkatan suhu dapat menggambarkan

perjalanan infeksi.

Monitor intake dan output hipertermi dapat menyebabkan peningkatan

IWL dan meningkatkan resiko dehidrasi

terutama pada pasien yang tidak sadra, nausea

yang menurunkan intake per oral

Bantu pasien untuk membatasi muntah,

batuk. Anjurkan pasien untuk

mengeluarkan napas apabila bergerak atau

berbalik di tempat tidur.

Aktifitas ini dapat meningkatkan tekanan

intrakranial dan intraabdomen. Mengeluarkan

napas sewaktu bergerak atau merubah posisi

dapat melindungi diri dari efek valsava

Page 17: SKENARIO 1

Kolaborasi

Berikan cairan perinfus dengan perhatian

ketat.

Meminimalkan fluktuasi pada beban vaskuler

dan tekanan intrakranial, vetriksi cairan dan

cairan dapat menurunkan edema cerebral

Monitor AGD bila diperlukan pemberian

oksigen

Adanya kemungkinan asidosis disertai dengan

pelepasan oksigen pada tingkat sel dapat

menyebabkan terjadinya iskhemik serebral

Berikan terapi sesuai advis dokter seperti:

Steroid, Aminofel, Antibiotika.Terapi yang diberikan dapat menurunkan

permeabilitas kapiler.

Menurunkan edema serebri

Menurunka metabolik sel / konsumsi dan

kejang.

2.Sakit kepala sehubungan dengan adanya iritasi lapisan otak

Tujuan

Pasien terlihat rasa sakitnya berkurang / rasa sakit terkontrol

Kriteria evaluasi

Pasien dapat tidur dengan tenang

Memverbalisasikan penurunan rasa sakit.

Rencana Tindakan

INTERVENSI RASIONALISASI

Page 18: SKENARIO 1

Independent

Usahakan membuat lingkungan yang

aman dan tenang

Menurukan reaksi terhadap rangsangan ekternal

atau kesensitifan terhadap cahaya dan

menganjurkan pasien untuk beristirahat

Kompres dingin (es) pada kepala dan kain

dingin pada mata

Dapat menyebabkan vasokontriksi pembuluh

darah otak

Lakukan latihan gerak aktif atau pasif

sesuai kondisi dengan lembut dan hati-hati

Dapat membantu relaksasi otot-otot yang

tegang dan dapat menurunkan rasa sakit /

discomfort

Kolaborasi

Berikan obat analgesic Mungkin diperlukan untuk menurunkan rasa

sakit. Catatan : Narkotika merupakan

kontraindikasi karena berdampak pada status

neurologis sehingga sukar untuk dikaji.

3.Potensial terjadinya injuri sehubungan dengan adanya kejang, perubahan status mental

dan penurunan tingkat kesadaran

Tujuan:

Pasien bebas dari injuri yang disebabkan oleh kejang dan penurunan kesadaran

Rencana Tindakan

INTERVENSI RASIONALISASI

Independent

Page 19: SKENARIO 1

monitor kejang pada tangan, kaki, mulut

dan otot-otot muka lainnya

Gambaran tribalitas sistem saraf pusat

memerlukan evaluasi yang sesuai dengan

intervensi yang tepat untuk mencegah

terjadinya komplikasi.

Persiapkan lingkungan yang aman seperti

batasan ranjang, papan pengaman, dan

alat suction selalu berada dekat pasien.

Melindungi pasien bila kejang terjadi

Pertahankan bedrest total selama fae akut Mengurangi resiko jatuh / terluka jika vertigo,

sincope, dan ataksia terjadi

Kolaborasi

Berikan terapi sesuai advis dokter seperti;

diazepam, phenobarbital, dll.

Untuk mencegah atau mengurangi kejang.

Catatan : Phenobarbital dapat menyebabkan

respiratorius depresi dan sedasi.

Page 20: SKENARIO 1

PBL

TUTORIAL

KASUS 1 KEPERAWATAN NEUROBEHAVIOUR

DISUSUN OLEH KELOMPOK 4 KELAS IV.A KEPERAWATAN :

1. ANGGIE NURMALASARI2. FEBRIYANI KOMALA DEWI3. IRNA YULIANTI 4. NOVA YULIANTI5. RHAMA SEPTIAN PRADANA

Page 21: SKENARIO 1

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN MATARAM

(STIKES MATARAM)

2011/2012