skenario 1
TRANSCRIPT
SKENARIO 1
ANAKKU KEJANG
Ny.N ibu dari an.N (5 th) dating kerumah UGD, mengeluhkan anaknya mengalami demam, dan
kejang selama dirumah. Setelah dilakukan pemeriksaan, suhu anak 38’C, kaku kuduk, tampak
tidak sadar. Pemeriksaan darah lengkap serta dilakukan pemeriksaan lumbal punksi, dokter
menyatakan an.N mengalami infeksi pada meningens. An. N saat ini ditempatkan diruang isolasi
untuk mengatasi demam, perawat melakukan Tepid Sponge, dokter memberikan resep antibiotic
dan antipiretik.
Langkah 1 : Kata-kata sulit
1. Demam
2. Kejang
3. Kaku kuduk
4. Lumbal punksi
5. Ruang isolasi
6. Meningens
7. Infeksi
8. Tepid sponge
9. Antibiotik
10. Antipiretik
Langkah 2 : Membuat pertanyaan
1. Apa yang dimaksud dengan demam?
2. Apa penyebabnya?
3. Bagaimana pencegahan dan penatalaksanaannya?
4. Apa yang dimaksud dengan kejang?
5. Bagaimana penatalaksanaan kejang?
6. Apa yang dimaksud dengan kaku kuduk?
7. Apa ciri-ciri kaku kuduk?
8. Bagaimana pentalaksanaannya?
9. Apa yang dimaksu dengan lumbal punksi?
10. Bagaimana prosedur pemeriksaan lumbal punksi?
11. Apa yang dimaksud dengan meningitis?
12. Apa itu Tepid Sponge?
Langkah 3 : Menjawab pertanyaan
1. Demam adalah peningkatan suhu tubuh
2. Penyebabnya adalah infeksi dan inflamasi
3. Pencegahan :
hindari factor pencetus infeksi
menjaga imunitas tubuh agar tidak terpapar agen infeksi
4. Kejang adalah kondisi otot tubuh berkontraksi dan relaksasi secara cepat dan berulang.
5. –
6. Kaku kuduk adalah kondisi badan yang kaku karena kerusakan saraf
7. Ciri-ciri kaku kuduk : leher terasa berat dan kaku sehingga sulit digerakkan secara
normal.
8. Penatalaksanaan :
Mengoleskan balsam paa bagian tubuh yang mengalami kaku
Kompres dengan air hangat
9. –
10. –
11. Meningens adalah suatu lapisan berada di otak
12. –
Langkah 4 : Memisahkan yang jelas dan tidak jelas
Yang jelas : nomor 1, 2, 3, 4, 7, 8
Yang belum jelas : nomor 5, 6, 9, 10, 11, 12
Langkah 5 : Sasaran pembelajaran
1. Konsep teori meningitis
2. Asuhan Keperawatan meningitis
3. Pemeriksaan penunjang terhadap meningitis
Jawaban berdasarkan referensi :
1. Bagaimana penatalaksanaan kejang?
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh
(suhu rektal diatas 380C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium
Penatalaksanaan kejang demam meliputi penanganan pada saat kejang dan pencegahan kejang.
a) Penanganan Pada Saat Kejang
Menghentikan kejang: Diazepam dosis awal 0,3-0,5 mg/KgBB/dosis IV (perlahan-lahan)
atau 0,4-0,6mg/KgBB/dosis REKTAL SUPPOSITORIA. Bila kejang masih belum
teratasi dapat diulang dengan dosis yang sama 20 menit kemudian.
Turunkan demam:
Antipiretika: Paracetamol 10 mg/KgBB/dosis PO atau Ibuprofen 5-10
mg/KgBB/dosis PO, keduanya diberikan 3-4 kali perhari
Kompres: suhu > 390C: air hangat; suhu >380C: air biasa
Pengobatan penyebab: antibiotika diberikan sesuai indikasi dengan penyakit dasarnya
Penanganan suportif lainnya meliputi:
Bebaskan jalan nafas
Pemberian oksigen
Menjaga keseimbangan air dan elektrolit
Pertahankan keseimbangan tekanan darah
b) Pencegahan Kejang
Pencegahan berkala (intermiten) untuk kejang demam sederhana dengan Diazepam 0,3
mg/KgBB/dosis PO dan antipiretika pada saat anak menderita penyakit yang disertai
demam
Pencegahan kontinu untuk kejang demam komplikata dengan Asam Valproat 15-40
mg/KgBB/hari PO dibagi dalam 2-3 dosis
2. Apa yang dimaksdu dengan kaku kuduk?
Tension Headache/Kaku Kuduk/Sakit Kepala dengan kaku otot seputar leher oleh
International Headache Society(IHS) dikatagorikan sebagai episodic/kronik
Biasanya kondisi ini dihubungan dengan gangguan otot perikranium dan terkait dengan
stress psikis dan biasanya responsive terhadap obat bebas(non-prescription). Kondisi ini sering
berulang bahkan dapat kambuh setiap hari yang melibatkan kakakuan /kontraksi berlebihan dari
otot-otot seputar leher bahkan hingga ligament nuchae di occipital begitu kaku saat dipalpasi.
Selain sakit kepala yang dideritanya, pasien juga akan malas dan kesulitan menengok kiri/kanan,
menunduk/mendongakkan kepalanya.
3. Pengertian Lumbal punksi
adalah upaya pengeluaran cairan serebrospinal dengan memasukan jarum ke dalam ruang
subarakhnoid. (Brunner and Suddarth’s, 1999)
4. Prosedur tindakan pemeriksaan Lumbal punksi
1. Pengertian
adalah upaya pengeluaran cairan serebrospinal dengan memasukan jarum ke dalam ruang
subarakhnoid. (Brunner and Suddarth’s, 1999)
2. Tujuan
pemeriksaan cairan serebrospinal
mengukur & mengurangi tekanan cairan serebrospinal
menentukan ada tidaknya darah pd cairan serebrospinal
mendeteksi adanya blok subarakhnoid spinal
memberikan antibiotic intrathekal ke dlm kanalis spinal terutama kasus infeksi.
3. Indikasi
- Kejang
- Paresis atau paralisis termasuk paresis Nervus VI
- Pasien koma
- Ubun – ubun besar menonjol
- Kaku kuduk dengan kesadaran menurun
- Tuberkolosis milier
4. Kontra Indikasi
- Syock/renjatan
- Infeksi local di sekitar daerah tempat pungsi lumbal
- Peningkatan tekanan intracranial (oleh tumor, space occupying lesion,hedrosefalus)
- Gangguan pembekuan darah yang belum diobati
5. Komplikasi
- Sakit kepala
- Infeksi
- Iritasi zat kimia terhadap selaput otak
- Jarum pungsi patah
- Herniasi
- Tertusuknya saraf oleh jarum pungsi
6. Alat dan Bahan
- Sarung tangan steril
- Duk lubang
- Kassa steril, kapas dan plester
- Jarum pungsi lumbal no. 20 dan 22 beserta stylet
- Antiseptic: povidon iodine dan alcohol 70%
- Tabung reskasi untuk menampung cairan serebrospinal
7. Anestesi local
- Spuit dan jarum untuk memberikan obat anestesi local
- Obat anestesi loka (lidokian 1% 2 x ml), tanpa epinefrin. (Reis CE, 2006)
- Tempat sampah.
8. Persiapan Pasien
Pasien diposisikan tidur lateral pada ujung tempat tidur dengan lutut ditarik ke abdomen.
Catatan : bila pasiennya obesitas, bisa mengambil posisi duduk di atas kursi, dengan kursi
dibalikan dan kepala disandarkan pada tempat sandarannya.
9. Prosedur Pelaksanaan
1. Lakukan cuci tangan steril
2. Persiapkan dan kumpulkan alat-alat
3. Jamin privacy pasien
4. Bantu pasien dalam posisi yang tepat, yaitu pasien dalam posisi miring pada salah satu
sisi tubuh. Leher fleksi maksimal (dahi ditarik kearah lutut), eksterimitas bawah fleksi
maksimum (lutut di atarik kearah dahi), dan sumbu kraniospinal (kolumna vertebralis)
sejajar dengan tempat tidur.
5. Tentukan daerah pungsi lumbal diantara vertebra L4 dan L5 yaitu dengan menemukan
garis potong sumbu kraniospinal (kolumna vertebralis) dan garis antara kedua spina
iskhiadika anterior superior (SIAS) kiri dan kanan. Pungsi dapat pula dilakukan antara L4
dan L5 atau antara L2 dan L3 namun tidak boleh pada bayi
6. Lakukan tindakan antisepsis pada kulit di sekitar daerah pungsi radius 10 cm dengan
larutan povidon iodine diikuti dengan larutan alcohol 70 % dan tutup dengan duk steril di
mana daerah pungsi lumbal dibiarkan terbuka
Tentukan kembali daerah pungsi dengan menekan ibu jari tangan yang telah memakai
sarung tangan steril selama 15-30 detik yang akan menandai titik pungsi tersebut selama
1 menit.
7. Anestesi lokal disuntikan ke tempat tempat penusukan dan tusukkan jarum spinal pada
tempat yang telah di tentukan. Masukkan jarum perlahan – lahan menyusur tulang
vertebra sebelah proksimal dengan mulut jarum terbuka ke atas sampai menembus
durameter. Jarak antara kulit dan ruang subarakhnoi berbeda pada tiap anak tergantung
umur dan keadaan gizi. Umumnya 1,5 – 2,5 cm pada bayi dan meningkat menjadi 5 cm
pada umur 3-5 tahun. Pada remaja jaraknya 6-8 cm.
8. Lepaskan stylet perlahan – lahan dan cairan keluar. Untuk mendapatkan aliran cairan
yang lebih baik, jarum diputar hingga mulut jarum mengarah ke cranial. Ambil cairan
untuk pemeriksaan.
9. Cabut jarum dan tutup lubang tusukkan dengan plester
10. Rapihkan alat-alat dan membuang sampah sesuai prosedur rumah sakit
11. Cuci tangan
5. Pengertian meningitis adalah radang pada meningen (membrane yang mengelilingi
otak dan medulla spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ jamur.
6. Tepid sponge adalah suatu tindakan mengompres dengan air hangat atau dingin
ataupun air biasa pada lipatan ketiak,paha,atau dahi yang bertujuan untuk
menurunkan demam .
KONSEP TEORI & ASUHAN KEPERAWATAN MENINGITIS
I. DEFINISI
1. Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan spinal
column yang menyebabkan proses infeksi pada system saraf pusat. (Suriadi, dkk. Asuhan
Keperawatan pada Anak, ed.2, 2006)
2. Meningitis adalah infeksi ruang subaraknoid dan leptomeningen yang disebabkan oleh
berbagai organisme pathogen. (Jay Tureen. Buku Ajar Pediatri Rudolph,vol.1, 2006 )
3. Meningitis merupakan infeksi parah pada selaput otak dan lebih sering ditemukan pada
anak-anak. Infeksi ini biasanya merupakan komplikasi dari penyakit lain, seperti campak,
gondong, batuk rejan atau infeksi telinga.
4. Meningitis adalah infeksi yang menular. Sama seperti flu, pengantar virus meningitis
berasal dari cairan yang berasal dari tenggorokan atau hidung. Virus tersebut dapat
berpindah melalui udara dan menularkan kepada orang lain yang menghirup udara tersebut.
(Anonim, 2007 dalam Juita, 2008).
II. ETIOLOGI
1. Bakteri
Merupakan penyebab tersering dari meningitis, adapun beberapa bakteri yang secara umum
diketahui dapat menyebabkan meningitis adalah :
Haemophillus influenzae
Nesseria meningitides (meningococcal)
Diplococcus pneumoniae (pneumococcal)
Streptococcus, grup A
Staphylococcus aureus
Escherichia coli
Klebsiella
Proteus
Pseudomonas
2. Virus
Merupakan penyebab sering lainnya selain bakteri. Infeksi karena virus ini biasanya
bersifat “self-limitting”, dimana akan mengalami penyembuhan sendiri dan penyembuhan
bersifat sempurna. Beberapa virus secara umum yang menyebabkan meningitis adalah:
Coxsacqy
Virus herpes
Arbo virus
Campak dan varicela
3. Jamur
Kriptokokal meningitis adalah serius dan fatal. Bentuk penyakit pada pasien HIV/AIDS
dan hitungan CD< 200.Candida dan aspergilus adalah contoh lain jamur meningitis.
4. Protozoa
III. TANDA DAN GEJALA
1. Anak dan Remaja
a) Demam
b) Mengigil
c) Sakit kepala
d) Muntah
e) Perubahan pada sensorium
f) Kejang (seringkali merupakan tanda-tanda awal)
g) Peka rangsang
h) Agitasi
i) Dapat terjadi: Fotophobia (apabila cahaya diarahkan pada mata pasien (adanya
disfungsi pada saraf III, IV, dan VI)),Delirium, Halusinasi, perilaku agresi, mengantuk,
stupor, koma.
2. Bayi dan Anak Kecil
Gambaran klasik jarang terlihat pada anak-anak usia 3 bulan dan 2 tahun.
a) Demam
b) Muntah
c) Peka rangsang yang nyata
d) Sering kejang (sering kali disertai denagan menangis nada tinggi)
e) Fontanel menonjol.
3.Neonatus:
a) Tanda-tanda spesifik: Secara khusus sulit untuk didiagnosa serta manifestasi tidak jelas
dan spesifik tetapi mulai terlihat menyedihkan dan berperilaku buruk dalam beberapa hari,
seperti
b) Menolak untuk makan.
c) Kemampuan menghisap menurun.
d) Muntah atau diare.
e) Tonus buruk.
f) Kurang gerakan.
g) Menangis buruk.
h) Leher biasanya lemas.
i) Tanda-tanda non-spesifik:
j) Hipothermia atau demam.
k) Peka rangsang.
l) Mengantuk.
m) Kejang.
n) Ketidakteraturan pernafasan atau apnea.
o) Sianosis.
p) Penurunan berat badan
IV. PATOFISIOLOGI
Suatu peradangan akut pada selaput otak yang diakibatkan oleh
Bakteri virus
Meningitis meningitis non bakteri
90% kasus terjadi pada
Anak umur 1bln-5thn
infeksi
pembuluh darah penetrasi luka
CSS
Seluruh rongga sub arachnoid
Eksudat tuberkul
Kelainan pembuluh darah obstruksi sisterna basalis
Infark otak hidrosefalus
Pelunakan otak
V. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Obat anti inflamasi
1) Meningitis tuberkulosa
a) Isoniazid 10 – 20 mg/kg/24 jam oral, 2 kali sehari maksimal 500 gr selama 1 ½
tahun
b) Rifamfisin 10 – 15 mg/kg/ 24 jam oral, 1 kali sehari selama 1 tahun
c) Streptomisin sulfat 20 – 40 mg/kg/24 jam sampai 1 minggu, 1 – 2 kali sehari, selama
3 bulan
2) Meningitis bacterial, umur < 2 bulan
a) Sefalosporin generasi ke 3
b) ampisilina 150 – 200 mg (400 gr)/kg/24 jam IV, 4 – 6 kali sehari
c) Koloramfenikol 50 mg/kg/24 jam IV 4 kali sehari
3) Meningitis bacterial, umur > 2 bulan
a) Ampisilina 150-200 mg (400 mg)/kg/24 jam IV 4-6 kali sehari
b) Sefalosforin generasi ke 3
b. Pengobatan Simtomatik
1) Diazepam IV : 0.2 – 0.5 mg/kg/dosis, atau rectal 0.4 – 0.6/mg/kg/dosiskemudian klien
dilanjutkan dengan.
2) Fenitoin 5 mg/kg/24 jam, 3 kali sehari.
3) Turunkan panas :
a. Antipiretika : parasetamol atau salisilat 10 mg/kg/dosis.
b. Kompres air PAM atau es.
c. Pengobatan suportif
1. Cairan intravena.
2. zat asam, usahakan agar konsitrasi 02
berkisar antara 30 – 50%.
Sedangkan penatalaksaan secara ilmu keperawatan yang dapatdilakukan pada pasien
meningitis adalah sebagai berikut:
a.Pada waktu kejang
1. Longgarkan pakaian, bila perlu dibuka.
2. Hisap lender
3. Kosongkan lambung untuk menghindari muntah dan aspirasi.
4. Hindarkan penderita dari rodapaksa (misalnya jatuh).
b.Bila penderita tidak sadar lama.
1. Beri makanan melalui sonda.
2. Cegah dekubitus dan pnemunia ortostatik dengan merubah posisi penderita sesering
mungkin.
3. Cegah kekeringan kornea dengan boor water atau salebantibiotika.
c. Pada inkontinensia urine lakukan katerisasi.Pada inkontinensia alvi lakukan lavement.
d. Pemantauan ketat.
1. Tekanan darah
2. Respirasi
3. Nadi
4. Produksi air kemih
5. Faal hemostasis untuk mengetahui secara dini adanya DC.
VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang khas pada meningitis adalah analisa cairan otak. Lumbal
punksi tidak bisa dikerjakan pada pasien dengan peningkatan tekanan tintra kranial. Analisa
cairan otak diperiksa untuk jumlah sel, protein, dan konsentrasi glukosa.
Pemeriksaan darah ini terutama jumlah sel darah merah yang biasanya meningkat diatas nilai
normal.
Serum elektrolit dan serum glukosa dinilai untuk mengidentifikasi adanya ketidakseimbangan
elektrolit terutama hiponatremi.
Kadar glukosa darah dibandingkan dengan kadar glukosa cairan otak. Normalnya kadar
glukosa cairan otak adalah 2/3 dari nilai serum glukosa dan pada pasien meningitis kadar glukosa
cairan otaknya menurun dari nilai normal.
2. Pemeriksaan Radiografi
CT-Scan dilakukan untuk menentukan adanya edema cerebral atau penyakit saraf
lainnya. Hasilnya biasanya normal, kecuali pada penyakit yang sudah sangat parah.
Diagnosa pada pasien dengan meningitis
Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul adalah :
1.Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial
Tujuan
Pasien kembali pada,keadaan status neurologis sebelum sakit
Meningkatnya kesadaran pasien dan fungsi sensoris
Kriteria hasil
Tanda-tanda vital dalam batas normal
Rasa sakit kepala berkurang
Kesadaran meningkat
Adanya peningkatan kognitif dan tidak ada atau hilangnya tanda-tanda tekanan intrakranial
yang meningkat.
Rencana Tindakan
INTERVENSI RASIONALISASI
Pasien bed rest total dengan posisi tidur
terlentang tanpa bantal
Perubahan pada tekanan intakranial akan dapat
meyebabkan resiko untuk terjadinya herniasi
otak
Monitor tanda-tanda status neurologis
dengan GCS.
Dapat mengurangi kerusakan otak lebih lanjt
Monitor tanda-tanda vital seperti TD,
Nadi, Suhu, Resoirasi dan hati-hati pada
hipertensi sistolik
Pada keadaan normal autoregulasi
mempertahankan keadaan tekanan darah
sistemik berubah secara fluktuasi. Kegagalan
autoreguler akan menyebabkan kerusakan
vaskuler cerebral yang dapat dimanifestasikan
dengan peningkatan sistolik dan diiukuti oleh
penurunan tekanan diastolik. Sedangkan
peningkatan suhu dapat menggambarkan
perjalanan infeksi.
Monitor intake dan output hipertermi dapat menyebabkan peningkatan
IWL dan meningkatkan resiko dehidrasi
terutama pada pasien yang tidak sadra, nausea
yang menurunkan intake per oral
Bantu pasien untuk membatasi muntah,
batuk. Anjurkan pasien untuk
mengeluarkan napas apabila bergerak atau
berbalik di tempat tidur.
Aktifitas ini dapat meningkatkan tekanan
intrakranial dan intraabdomen. Mengeluarkan
napas sewaktu bergerak atau merubah posisi
dapat melindungi diri dari efek valsava
Kolaborasi
Berikan cairan perinfus dengan perhatian
ketat.
Meminimalkan fluktuasi pada beban vaskuler
dan tekanan intrakranial, vetriksi cairan dan
cairan dapat menurunkan edema cerebral
Monitor AGD bila diperlukan pemberian
oksigen
Adanya kemungkinan asidosis disertai dengan
pelepasan oksigen pada tingkat sel dapat
menyebabkan terjadinya iskhemik serebral
Berikan terapi sesuai advis dokter seperti:
Steroid, Aminofel, Antibiotika.Terapi yang diberikan dapat menurunkan
permeabilitas kapiler.
Menurunkan edema serebri
Menurunka metabolik sel / konsumsi dan
kejang.
2.Sakit kepala sehubungan dengan adanya iritasi lapisan otak
Tujuan
Pasien terlihat rasa sakitnya berkurang / rasa sakit terkontrol
Kriteria evaluasi
Pasien dapat tidur dengan tenang
Memverbalisasikan penurunan rasa sakit.
Rencana Tindakan
INTERVENSI RASIONALISASI
Independent
Usahakan membuat lingkungan yang
aman dan tenang
Menurukan reaksi terhadap rangsangan ekternal
atau kesensitifan terhadap cahaya dan
menganjurkan pasien untuk beristirahat
Kompres dingin (es) pada kepala dan kain
dingin pada mata
Dapat menyebabkan vasokontriksi pembuluh
darah otak
Lakukan latihan gerak aktif atau pasif
sesuai kondisi dengan lembut dan hati-hati
Dapat membantu relaksasi otot-otot yang
tegang dan dapat menurunkan rasa sakit /
discomfort
Kolaborasi
Berikan obat analgesic Mungkin diperlukan untuk menurunkan rasa
sakit. Catatan : Narkotika merupakan
kontraindikasi karena berdampak pada status
neurologis sehingga sukar untuk dikaji.
3.Potensial terjadinya injuri sehubungan dengan adanya kejang, perubahan status mental
dan penurunan tingkat kesadaran
Tujuan:
Pasien bebas dari injuri yang disebabkan oleh kejang dan penurunan kesadaran
Rencana Tindakan
INTERVENSI RASIONALISASI
Independent
monitor kejang pada tangan, kaki, mulut
dan otot-otot muka lainnya
Gambaran tribalitas sistem saraf pusat
memerlukan evaluasi yang sesuai dengan
intervensi yang tepat untuk mencegah
terjadinya komplikasi.
Persiapkan lingkungan yang aman seperti
batasan ranjang, papan pengaman, dan
alat suction selalu berada dekat pasien.
Melindungi pasien bila kejang terjadi
Pertahankan bedrest total selama fae akut Mengurangi resiko jatuh / terluka jika vertigo,
sincope, dan ataksia terjadi
Kolaborasi
Berikan terapi sesuai advis dokter seperti;
diazepam, phenobarbital, dll.
Untuk mencegah atau mengurangi kejang.
Catatan : Phenobarbital dapat menyebabkan
respiratorius depresi dan sedasi.
PBL
TUTORIAL
KASUS 1 KEPERAWATAN NEUROBEHAVIOUR
DISUSUN OLEH KELOMPOK 4 KELAS IV.A KEPERAWATAN :
1. ANGGIE NURMALASARI2. FEBRIYANI KOMALA DEWI3. IRNA YULIANTI 4. NOVA YULIANTI5. RHAMA SEPTIAN PRADANA
SEKOLAH TINGGI KESEHATAN MATARAM
(STIKES MATARAM)
2011/2012