situs rogoselo di kec. doro

17
SITUS ROGOSELO SISA-SISA PENINGGALAN HINDU DI PEKALONGAN KARYA TULIS disampaikan dalam rangka panduan pembelajaran keluar kelas MGMP IPS tingkat SMP se-Kabupaten Pekalongan Kamis, 17 Januari 2013 Nama : Slamet Dumadi Pangkat/Gol : Pembina Tk I/ IV b N I P : 19711114 199512 1 001 Unit Kerja : SMA Doro Slamet Dumadi_Makalah untuk MGMP IPS Kab. Pekalongan 1

Upload: gunzhou

Post on 02-Jan-2016

258 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

situs purbakala di kawasan pekalongan yang bru saja ditemukan

TRANSCRIPT

Page 1: Situs Rogoselo Di Kec. Doro

SITUS ROGOSELO SISA-SISA PENINGGALAN HINDU

DI PEKALONGAN

KARYA TULISdisampaikan dalam rangka panduan pembelajaran keluar kelas

MGMP IPS tingkat SMP se-Kabupaten PekalonganKamis, 17 Januari 2013

Nama : Slamet DumadiPangkat/Gol : Pembina Tk I/ IV bN I P : 19711114 199512 1 001Unit Kerja : SMA Doro

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANDINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

KABUPATEN PEKALONGAN

SITUS ROGOSELO SISA-SISA PENINGGALAN HINDU DI PEKALONGAN

Slamet Dumadi_Makalah untuk MGMP IPS Kab. Pekalongan 1

Page 2: Situs Rogoselo Di Kec. Doro

A. Pendahuluan

Interaksi yang kemudian menjelma menjadi akulturasi budaya antara Indonesia–India (salah satunya) dapat dilihat dari situs Rogoselo. Fakta ini dapat dipahami mengingat pantai utara Jawa merupakan jalur perdagangan kuno antara India–Cina–Indonesia. Meskipun jarang diungkap dalam pembahasan sejarah, tetapi bukti-bukti tertua anasir-anasir Hindu/Budha telah berkembang seiring dengan perkembangan budaya lokal.

Kajian mendalam tentang keberadaan situs Rogoselo sebatas cerita rakyat, sehingga muncul berbagai istilah untuk menamai situs ini. Penamaan rogo (=badan) dan selo (=batu) lebih dimungkinkan karena penemuan arca di hutan karet ini, yang kemudian untuk menamai desa terdekat. Kemudian orang memberi nama situs Watu Buto, karena secara fisik mendapatkan pahatan pada bagian mata yang melotot (menyerupai raksasa dalam dongeng-dongeng). Penamaan lain adalah patung Baron Sceber, penjelmaan seorang prajurit kelahiran Spanyol yang mengabdi pada pemerintahan Hindia-Belanda. Cerita rakyat ini sedemikian berkembang dalam masyarakat, sehingga dianggap benar adanya. Pada sisi ini, akhirnya dikembangkan pula cerita sebuah patung yang berada di depan patung pertama sebagai istri Baron Sceber yang juga dikutuk menjadi batu oleh Ki Ageng Penatas Angin.

Kajian dari versi cerita rakyat (juga dalam Babad Baron Scender di Cirebon) akan menisbikan fakta: Bagaimana halnya dengan batu lumpang, menhir, dan lingga-yoni serta umpak-umpak dalam area situs? Bukankah dalam cerita rakyat dikandung pula makna menjaga keselarasan budaya lokal dalam persinggungannya dengan budaya dari luar?

Kajian secara ilmiah dengan mendasarkan pada fisik patung dan benda-benda lain dalam area situs akan memberikan pencerahan bagi peran serta wilayah Pekalongan dalam catatan sejarah awal hubungan Indonesia– India dan masuknya pengaruh Hindu/Budha di Indonesia.

Mustahil, jika pengaruh Hindu/Budha dari India mengarah pada daerah dataran Tinggi Dieng dan Kedu tanpa melalui perantara daerah-daerah pesisir. Dengan beranalogi pada cerita rakyat Aji Saka sesungguhnya dapat ditelisik bahwa Aji Saka meninggalkan Sembada di sebuah daerah (pesisir?) untuk selanjutnya berjalan ke arah selatan bersama Dora. Makna yang tersirat dari cerita rakyat ini memberikan gambaran awal-mula persentuhan budaya/agama Hindu/Budha di daerah-daerah pesisir yang menjadi jalur perdagangan.

Jika prasasti Sojomerto di kecamatan Reban dianggap sebagai “sabda Aji Saka” (yang kemudian dikenal dengan huruf Jawa), dikaitkan dengan situs Ganesha di Wonotunggal, prasasti di Blado, Yoni di Talun, situs Gedong dan

Slamet Dumadi_Makalah untuk MGMP IPS Kab. Pekalongan 2

Page 3: Situs Rogoselo Di Kec. Doro

Nagapertala, dan situs Rogoselo, maka pengkajian sejarah lokal masuknya pengaruh Hindu/Budha di daerah Pekalongan akan dapat memberikan kontribusi bagi penulisan sejarah ulang sejarah Indonesia Masa Hindu/Budha.

B. Penegasan Istilah Situs ”Baron Sceber” atau situs Watu Buto terletak di dukuh Kaum desa

Rogoselo, terletak kurang lebih 14 km ke arah Barat Daya kecamatan Doro. Berada di hutan karet milik PTP IX Blimbing.

Situs ”Baron Sceber” berupa: batu lumpang, dua buah patung dwarapala, lingga yoni, umpak-umpak dan menhir. Nama situs ”Baron Sceber” diambil dari legenda yang berkembang di masyarakat yang menyebutkan patung ini merupakan penjelmaan dari seorang prajurit Belanda yang bernama Baron Sceber dan istrinya yang dikutuk Ki Ageng Atas Angin akibat kalah perang.

Dalam buku Daftar Inventaris Peninggalan Sejarah dan Purbakala Jawa Tengah tahun 1987/1988 (hal. 144) disebutkan bahwa di dukuh Alas Sikaum, desa Rogoselo, kec. Doro terdapat arca Polynesia dengan tinggi 147 cm, lebar 110 cm dan berbahan dasar batu andesit. Adapun ciri-ciri Arca Polynesia tersebut antara lain: (1) tangan kanan memegang benda seperti kendi, (2) tangan kiri memegang semacam gada, (3) bentuk telinga tidak jelas tetapi nampak memakai anting-anting, (4) hiasan rambut digelung dan sebagian terjurai hingga menutup punggung, (5) bentuk wajah tidak jelas, dan (6) diperkirakan dibuat pada periodesasi kurang lebih abad V M.

Dalam daftar inventaris yang dibukukan oleh Proyek Inventarisasi Sejarah dan Peninggalan Purbakala ini, hanya disebutkan adanya sebuah patung, sementara patung yang lebih pendek, menhir, batu lumpang, dan lingga yoni tidak tertuliskan. Hal ini dimungkinkan pada tahun penerbitan (1987/1988) benda-benda purbakala yang disebutkan terakhir belum ditemukan.

Perlu adanya upaya penyelamatan terhadap benda-benda peninggalan budaya agar dapat menjadi kebanggan bangsa dan sekaligus menjadi sumber pembelajaran dan penelitian bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Upaya penyelamatan yang dimaksudkan adalah: Pertama, yang disebabkan oleh faktor alam, kondisi iklim yang selalu berubah-ubah selama berabad-abad. Benda-benda peninggalan budaya dapat hancur di alam terbuka. Perawatan yang minim, menyebabkan situs “Baron Sceber” ditumbuhi lumut yang akan mempercepat proses kerusakan. Lebih memprihatinkan lagi adalah batu lumpang dan lingga yoni yang berada di luar pagar. Keduanya tertutup semak sehingga tidak semua orang dapat mengenali sebagai situs sejarah. Kedua, faktor manusia. Banyak peninggalan budaya yang raib dicuri orang. Nilai Slamet Dumadi_Makalah untuk MGMP IPS Kab. Pekalongan 3

Page 4: Situs Rogoselo Di Kec. Doro

sejarah tidak dapat tergantikan dengan benda serupa yang dibuat pada masa sekarang. Sehingga tidak mengherankan benda-benda peninggalan sejarah menjadi incaran orang-orang yang tergiur nilai ekonomisnya yang kadang tidak masuk akal.

Mengenalkan kepada masyarakat tentang benda peninggalan sejarah bukan berarti memberi peluang bagi orang-orang yang tidak bertanggung jawab untuk sekehendak hati mencuri benda-benda bersejarah. Mengenalkan yang dimaksud adalah menyosialisasikan pemanfaatan benda-benda bersejarah kepada siswa dan guru serta masyarakat sebagai sumber pembelajaran dan penelitian, yang akhirnya dengan belajar dari sejarah akar kebudayaan Indonesia akan tetap terjaga sebagai jati bangsa.

C. Sekilas Legenda “Baron Sceber” Baron van Sceber seorang prajurit dari Spanyol yang mengabdi pada

Belanda. Baron Sceber merasa iri kepada kakaknya yang dapat menjadi raja, sementara ia hanya sebagai prajurit biasa. Ia ingin menjadi penguasa di daerah yang baru.

Di depan pendopo agung, Baron Sceber menantang Panembahan Senapati dengan taruhan yang menang akan menjadi penguasa di Jawa. Dalam pertarungan sengit, Baron Sceber kalah dan melarikan diri ke Pati.

Di Pati, Baron barulah kembali dan menantang Adipati Jaya Kusuma. Pertarungan tidak dapat dielakkan. Baron kalah dan melarikan diri ke Pekalongan disusul oleh istrinya yang sedang menggendong bayi.

Di tepi sunggai Nggoromanik, Baron bertemu dengan Ki Ageng Atas Angin. Karena perbedaan kepentingan antara keduanya, Baron Sceber dan Ki Ageng terlibat pertarungan hebat selama berhari-hari. Akhirnya diputuskan untuk diadakan adu kesaktian dengan cara menyelam di dasar sungai. Ki Ageng Atas Angin mengutuk Baron Sceber menjadi batu akibat kekalahannya itu. Tidak lama kemudian, istrinya meyusul dan menjerit melihat cahaya yang keluar dari dahi suaminya. Karena menggaggu ketenangan Ki Ageng Atas Angin, ia dikutuk pula menjadi batu.

D. Situs “Baron Sceber” Situs “Baron Sceber” terletak 14 kilometer dari kecamatan Doro atau

sekitar 35 kilometer dari pusat Pekalongan ke arah Selatan, tepatnya berada di kawasan perkebunan PTP IX Blimbing di dukuh Kaum, desa Rogoselo.

Slamet Dumadi_Makalah untuk MGMP IPS Kab. Pekalongan 4

Page 5: Situs Rogoselo Di Kec. Doro

Secara geografis daerah ini diapit oleh dua sungai besar yaitu sungai Sengkarang di bagian Barat dan sungai Welo di bagian Selatan. Kedua sungai ini berhulu di pegunungan Kendeng.

Memasuki areal situs, terbentang sungai Nggoromanik (anak cabang sungai Welo), yang dalam legenda diceritakan sebagai tempat berlangsungnya pertarungan antara Baron Sceber dengan Ki Ageng Atas Angin. Benda-benda peninggalan budaya yang terdapat pada situs ”Baron Sceber”, antara lain:1. Batu Lumpang

Bentuknya bulat, dengan diameter 84 cm, tinggi 49 cm, pada bagian tengah terdapat lubang dengan kedalaman 20 cm. Oleh masyarakat disebut sebagai Batu Lumpang karena bentuknya yang menyerupai lumpang atau alat penumbuk padi. Fungsi sesungguhnya dari benda ini belum diketahui secara pasti.

2. Patung ”Baron Sceber” dan istrinyaTerdapat dua buah patung batu, yang satu menghadap ke arah sungai, tinggi 146 cm, lingkar kepala 189 cm, lingkar badan 305 cm. Sementara yang sebuah lagi terletak 3 meter dari patung pertama, arah kiri. Dengan tinggi 87 cm, lingkar kepala 175 cm, lingkar badan 237 cm. Kedua patung ini (seperti) dalam keadaan setengah jongkok. Hiasan atau ornamen pada kedua patung tampak kasar dan sudah aus termakan usia. Bagian kepala bergelung, kedua mata melotot, tangan kanan membawa gada (oleh masyarakat dikatakan sedang menggendong bayi) dan tangan kiri agak ditekuk ke belakang. Hal yang agak aneh di antara kedua patung terdapat batu mirip menhir (jaman Megalithikum), bergaris melingkar sejajar pada ujungnya.

3. Umpak–umpak atau pondasi.

Dari situs patung, ke arah Timur pada tanah yang agak tinggi, berjarak 20 sampai 30 meter. Di tempat ini terdapat tiga buah umpak–umpak, satu dalam keadaan utuh dengan sisi 61 cm, tinggi 27 cm, pada bagian tengah terdapat lubang. Dimungkinkan lubang ini untuk menyangga kayu sebagai bagian tubuh candi. Satu umpak–umpak dalam keadaan rusak dan satu lagi hanya sebagian yang terlihat di bawah akar pohon.

4. Lingga yoni

Slamet Dumadi_Makalah untuk MGMP IPS Kab. Pekalongan 5

Page 6: Situs Rogoselo Di Kec. Doro

Pada tepi tanah agak tinggi ke arah Timur, terdapat lingga yoni yang tersembunyi di bawah rumpun bambu dengan kondisi semakin aus. Secara fisik tinggi yoni 71 cm, sisi bagian bawah 24 cm, dan sisi bagian atas 30 cm. Sedang lingga bergaris tengah 68 cm, dan tinggi 72 cm dipahat secara kasar.

Dalam mitologi Hindu, lingga yoni diumpamakan sebagai alat kelamin laki-laki dan perempuan menggantikan keberadaan Dewa Syiwa dalam sebuah candi utama untuk melambangkan kesuburan.

5. Menhir

Kurang lebih 1 km dari lingga yoni ke arah timur, terdapat tugu–tugu monolith seperti tugu batu peringatan pada jaman Megalitikum. Sayangnya, sekarang sudah di bangun cungkup besar yang tidak boleh dibuka untuk umum. Pertanyaannya, mengapa keberadaan lingga yoni (kebudayaan masa Hindu) dapat bersebelahan dengan hasil kebudayaan Megalithikum, yang merupakan hasil budaya jaman prasejarah? Dimungkinkan telah terjadi akulturasi kebudaayaan antara Hindu dan kebudayaan jaman Megalithikum.

PENUTUP

Dari uraian di atas, diperoleh beberapa kesimpulan, yaitu:

1. Situs ”Baron Sceber” terletak di Dukuh Kaum Desa Rogoselo Kecamatan Doro Kabupaten Pekalongan, di perkebunan karet milik PTP IX Blimbing.

2. Dalam Situs ”Baron Sceber” terdapat benda-benda bersejarah seperti batu lumpang, lingga yoni, dua patung dwarapala, dan umpak-umpak membuktikan persinggungan budaya asli dengan anasir-anasir Hindu secara damai.

Slamet Dumadi_Makalah untuk MGMP IPS Kab. Pekalongan 6

Page 7: Situs Rogoselo Di Kec. Doro

DAFTAR PUSTAKA

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah. 2003. Laporan Pembuatan Album Kepurbakalaan. Semarang: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah.

Ricklefs, M.C, 1999, Sejarah Indonesia Modern (diterjemahkan oleh Drs. Dharmono Hardjowidjono), Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Sekretariat Pemerintah Kabupaten Pekalongan. 2005. Kajen Bangkit Membangun. Pekalongan: Sekretariat Pemerintah Kabupaten Pekalongan.

Slamet Dumadi_Makalah untuk MGMP IPS Kab. Pekalongan 7

Page 8: Situs Rogoselo Di Kec. Doro

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1: Peta wilayah kecamatan Doro

Slamet Dumadi_Makalah untuk MGMP IPS Kab. Pekalongan 8

Page 9: Situs Rogoselo Di Kec. Doro

Lampiran 2: Denah Situs Baron Sceber

Slamet Dumadi_Makalah untuk MGMP IPS Kab. Pekalongan 9

Page 10: Situs Rogoselo Di Kec. Doro

Foto 1: Batu Lumpang

Foto 2, 3, 4: Situs Rogoselo dilihat dari kejauhan, arca Baron Sceber dan arca ”istri Baron Sceber”.

Foto 5: Lingga dan yoni

Slamet Dumadi_Makalah untuk MGMP IPS Kab. Pekalongan 10

Bendungan

Linnga-yoni

SitusBaron Sceber dan Menhir

Umpak-umpak

Page 11: Situs Rogoselo Di Kec. Doro

Foto 6: Menhir dengan garis sejajar melingkar

Foto 7: Umpak-umpak atau pondasi bangunan

Slamet Dumadi_Makalah untuk MGMP IPS Kab. Pekalongan 11

Page 12: Situs Rogoselo Di Kec. Doro

Slamet Dumadi_Makalah untuk MGMP IPS Kab. Pekalongan 12