sistim produksi & pengembangan peternakan berbasis kawasan oleh prof. akhmad sodiq
DESCRIPTION
sistim produksi dan pengembangan peternakan berbasis kawasanTRANSCRIPT
Review dan Perspektif Budidaya Peternakan
Berbasis Kawasan yang BerkelanjutanDr.Ir. Akhmad Sodiq, M.Sc.agr.Dr.Ir. Akhmad Sodiq, M.Sc.agr.Dr.Ir. Akhmad Sodiq, M.Sc.agr.Dr.Ir. Akhmad Sodiq, M.Sc.agr.
(Fakultas Peternakan, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto) (Fakultas Peternakan, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto) (Fakultas Peternakan, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto) (Fakultas Peternakan, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto)
(1)Review kawasan budidaya: Permen PU No. 41/PRT/M/2007 ttg
Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budidaya, Permentan No.
41/Permentan/ OT.140/9/ 2009 ttg Kriteria Teknis Kawasan
Peruntukan Pertanian, serta Isu-isu strategis dlm pengembangan
kawasan peternakan.
(2) Perspektif Pengembangan Peternakan Berbasis Kawasan yg
Berkelanjutan: (i) Prinsip dasar dan komponen kawasan peternakan, Berkelanjutan: (i) Prinsip dasar dan komponen kawasan peternakan,
(ii) Pendekatan sistim produksi peternakan, (iii) Keberlanjutan
kawasan peternakan, (iv) Strategi pengembangan.
(3) Lessons Learnt pengembangan kawasan peternakan di (i) up-land
kawasan pengembangan peternakan Kambing PE dan domba Batur,
(ii) low-land pesisir untuk kawasan integrasi peternakan (unggas,
sapi potong, kambing), perikanan dan pertanian (sayuran) serta (iii)
penerapan pola integrasi di Malaysia.
Peraturan Menteri PU No. 41/PRT/M/2007� Tentang Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budidaya.� Kawasan budi daya yg diatur meliputi: (1) kawasan peruntukan hutan produksi, (2)
kawasan peruntukan pertanian, (3) kawasan peruntukan pertambangan, (4)
kawasan peruntukan permukiman, (5) kawasan peruntukan industri, (6) kawasan
peruntukan pariwisata; dan (7) kawasan peruntukan perdagangan dan jasa.
� Kawasan budi daya merupakan wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama
untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber
daya manusia, dan sumber daya buatan.
� Ketentuan Umum. Kegiatan kawasan peruntukan pertanian meliputi pertanian
tanaman pangan dan palawija, perkebunan-tanaman keras, peternakan, perikanan
air tawar, dan perikanan laut.
� Kawasan peruntukan pertanian memiliki fungsi antara lain (1) Menghasilkan bahan
pangan, palawija, tanaman keras, hasil peternakan dan perikanan, (2) Sebagai
daerah resapan air hujan untuk kawasan sekitarnya, dan (3) Membantu
penyediaan lapangan kerja bagi masyarakat setempat.
� Penanganan limbah peternakan (kotoran, bangkai, kulit, bulu, dsb) dan polusi
(udara-bau, limbah cair) yg dihasilkan harus disusun dlm RPL dan RKL yg
disertakan dlm dokumen Amdal
Permentan No. 41/Permentan/OT.140/9/2009
� Kriteria Teknis Kawasan Peruntukan Pertanian� Dimaksudkan sebagai dasar dlm pelaksanaan rekomendasi kawasan peruntukan
pertanian pd RTRW provinsi, Kab/Kota, dan Rencana Detail Tata Ruang, serta bagi
pemangku kepentingan yg akan menggunakan peruntukan kawasan pertanian
� Penetapan ini diperlukan utk memudahkan dlm penumbuhan & pengembangan
kawasan pertanian berbasis agribisnis mulai dari penyediaan sarana produksi,
budidaya, pengolahan pasca panen & pemasaran serta kegiatan pendukungnya
secara terpadu, terintegrasi & berkelanjutan.secara terpadu, terintegrasi & berkelanjutan.
� Kawasan budidaya peternakan adalah kawasan yg secara khusus diperuntukkan
utk kegiatan peternakan atau terpadu dg komponen usaha tani (berbasis tanaman
pangan, perkebunan, hortikultura atau perikanan) berorientasi ekonomi &berakses
dari hulu sampai hilir.
� Tipologi lahan kawasan peternakan berdasarkan kesesuaian lahan & persyaratan
agroklimat. (1) Kesesuaian lahan: Dataran rendah dan dataran tinggi sampai
berbukit di luar pemukiman dengan sistem sanitasi yang cukup. Tidak berada di
permukiman & memperhatikan aspek lingkungan. (2) persyaratan agroklimat:
Disesuaikan dg komoditas yg dikembangkan sesuai dg agropedoklimat setempat.
Permentan No. 41/Permentan/OT.140/9/2009
Klasifikasi Kawasan Peruntukan Perternakan:Dibedakan berdasarkan
(1) Komoditas yg terdiri atas kawasan sapi perah, sapi potong, kambing,
domba, ayam buras, itik, babi, ayam ras petelur & pedaging;
(2) Sistem Usaha Peternakan yg meliputi (i) sistem ekstensifikasi (kawasan
pastura/padang penggembalaan) dan (ii) Sistem Intensifikasi (kawasan
usaha peternakan).
� Kawasan pastura terdiri atas kawasan pengembalaan umum & kawasan rand. Kawasan ranci sbg kawasan peternakan yg sama dg kawasan umum
hanya pd umumnya dimiliki oleh sebuah badan usaha, sudah memanfaatkan
teknologi sistem pembenian pakan yg baik & pemagaran kawasan.
� Sistem intensifikasi: kawasan peternakan dalam suatu hamparan lahan & umumnya meliputi satu jenis ternak yg dimiliki oleh perorangan, kelompok
atau badan usaha peternakan (KUNAK) dan yg sudah mengarah kpd
industrialisasi disebut kawasan industni peternakan (KINAK).
Isu-isu Strategis Pengembangan Kawasan Peternakan
1) Kawasan peternakan yang telah dikembangkan selama ini infrastrukturnya tidak
terpelihara, kegiatannya cenderung berkurang bahkan sama sekali tidak ada kegiatannya
yang disebabkan berkurangnya dukungan kebijakan dan anggaran yang berkelanjutan.
2) Kawasan peternakan yang infrastrukturnya sudah memadai semakin terdesak (konversi
lahan) untuk kepentingan lain diluar usaha peternakan.
3) Terjadinya konflik kepentingan antar-sektor, seperti lingkungan hidup, kehutanan dan
perkebunan.
4) Belum optimalnya penataan ruang dalam rangka menyelaraskan, mensinkronkan, dan
memadukan berbagai rencana dan program diantara sektor–sektor tersebut akibatnya memadukan berbagai rencana dan program diantara sektor–sektor tersebut akibatnya
terjadi berbagai bencana (water-related disaster) seperti banjir, longsor dan kekeringan di
kawasan tersebut atau di sekeliling kawasan tersebut.
5) Inkonsistensi kebijakan terhadap rencana tata ruang serta kelemahan dalam pengendalian
pembangunan sehingga terjadi penyimpangan pemanfaatan ruang dari ketentuan dan
norma yang seharusnya ditegakkan.
6) Belum adanya keterbukaan dan keikhlasan dalam menempatkan kepentingan sektor dan
wilayah dalam kerangka penataan kawasan, serta
7) Perencanaan yang dilaksanakan cenderung masih bersifat jangka pendek sehingga
cenderung tidak memperhatikan kelestarian lingkungan dan keberlanjutan pembangunan
jangka panjang.
Isu-isu Strategis Pengembangan Kawasan Peternakan
1) Kawasan peternakan yang telah dikembangkan selama ini infrastrukturnya tidak
terpelihara, kegiatannya cenderung berkurang bahkan sama sekali tidak ada kegiatannya
yang disebabkan berkurangnya dukungan kebijakan dan anggaran yang berkelanjutan.
2) Kawasan peternakan yang infrastrukturnya sudah memadai semakin terdesak (konversi
lahan) untuk kepentingan lain diluar usaha peternakan.
3) Terjadinya konflik kepentingan antar-sektor, seperti lingkungan hidup, kehutanan dan
perkebunan.
4) Belum optimalnya penataan ruang dalam rangka menyelaraskan, mensinkronkan, dan
memadukan berbagai rencana dan program diantara sektor–sektor tersebut akibatnya memadukan berbagai rencana dan program diantara sektor–sektor tersebut akibatnya
terjadi berbagai bencana (water-related disaster) seperti banjir, longsor dan kekeringan di
kawasan tersebut atau di sekeliling kawasan tersebut.
5) Inkonsistensi kebijakan terhadap rencana tata ruang serta kelemahan dalam pengendalian
pembangunan sehingga terjadi penyimpangan pemanfaatan ruang dari ketentuan dan
norma yang seharusnya ditegakkan.
6) Belum adanya keterbukaan dan keikhlasan dalam menempatkan kepentingan sektor dan
wilayah dalam kerangka penataan kawasan, serta
7) Perencanaan yang dilaksanakan cenderung masih bersifat jangka pendek sehingga
cenderung tidak memperhatikan kelestarian lingkungan dan keberlanjutan pembangunan
jangka panjang.
Pengembangan Budidaya Berbasis Kawasan yang Berkelanjutan
Ciri-ciri Kawasan Peternakan1. Lokasi sesuai dg agroekosistem & alokasi tataruang wilayah,
2. Dibangun & dikembangkan oleh masyarakat dalam kawasan itu sendiri &
sesuai dg biofisik & social ekonomi,
3. Berbasis komoditas ternak unggulan dan atau komoditas ternak strategis,
4. Sebagian besar masy tsb pendapatannya berasal dr usaha peternakan,
5. Memiliki peluang pengembangan/diversivikasi produk yang tinggi,5. Memiliki peluang pengembangan/diversivikasi produk yang tinggi,
6. Didukung kelembagaan keuangan, pasar, teknologi & berakses hulu & hilir.
Komponen Kawasan PeternakanLahan, Pakan,
Penyediaan air, Infrastruktur jalan,
Peternak, Ternak ,
Sarana dan prasarana pendukung
Pendekatan Livestock Production System
� Memperhatikan karakteristik sistem produksi & mempertimbangkan faktor geografi,
agroekosistem, intensitas penggunaan lahan, jenis ternak & tanaman, tujuan produksi.
� Kerjasama berbagai pihak & bersifat multidisplinary.
� SWOT dan Root Cause Analysis untuk merakit program dan kegiatan. Implementasi
berdasarkan kerangka Logical Frame Work.
Characteristics of Production System (Sodiq & Munadi, 2010)
a. Characteristics of system
1. Type (classification)
Sub-type
:
:
Mixed farming (crop livestock), minimum land
Traditional, landless, smallholders,
2. Availability of factors land,
labour, capital
: Land (integrated), tenant (household), capital (low-
input, LEISA); Government Subsides & Bank
3. Orientation of production : Business (Calf-crop, fattening, dung)
4. Crop production, fertilizer : Rice, Maize, Compost (dung).
b. Subsytem animal productionb. Subsytem animal production
1. Animal species/Breeds
Adaptation
Productivity
:
:
:
Ongole C, Sumba Ongole C, Simental C, Brahman C.
Local and imported breeds
Low productivity in 2nd partus for imported breed
2. Function in system : Subsistence, cash-income, security, investment
3. Management
Housing
:
:
Feeding (cut-and-carry, integration into crop).
Communal, integrated with forage areas
4. Intr. with crop production : Complementary (dung field)
5. Constraints nutrition, disease : Nutrition (quality and sustainability),
Prolapsus uteri, bload and parasite.
Characteristics of Production System (Sodiq et al., 2011)
a. Characteristics of system
1. Type (classification)
Sub-type
:
:
Mixed farming (crop livestock), minimum land
Traditional, landless, smallholders,
2. Availability of factors land,
labour, capital
: Land (integrated), tenant (household), capital (low-
input, LEISA); Government Subsides & Bank
3. Orientation of production : Business (lamb-crop, fattening, dung)
4. Crop production, fertilizer : Didominasi tanaman sayuran, Compost (dung).
b. Subsytem animal productionb. Subsytem animal production
1. Animal species/Breeds
Adaptation
Productivity
:
:
:
Domba Batur
Local breeds (dataran tinggi)
Litter size 1-2 (av. 1.5), preweaning mortality (15%)
2. Function in system : Subsistence, cash-income, security, investment
3. Management
Housing
:
:
Feeding (cut-and-carry, integration into crop).
Communal (group), integrated with forage areas
4. Intr. with crop production : Complementary (dung field)
5. Constraints nutrition, disease : Nutrition (quality and sustainability), bload and
parasite.
Sustainability Kawasan PeternakanFokus pd aspek lingkungan, elemen social ekonomi dan politik (Steinfeld et al.,
2006; Devendra, 2011). Pemanfaatan sumberdaya pakan lokal (limbah pertanian
&agroindustri), penerapan CLS & LEISAmemberikan daya saing. Manfaat sistim
integrasi (Devendra, 1993).
Legumes: Gliricidia, Calliandra, Leucaena,
Sesbania, Acacia, Albizia
Grasses other shrubs trees: Elephant grass,
Guinea grass, King grass, Mixed grass, Sugar
cane, Setaria, Cassava, Sweet potato, Jackfruit
Agricultural by-products:
Soyabean leaf, Sweet
potato leaf, Cassava leaf,
Cassava peelings, Banana
leaves, Rice straw, Sugar
cane top, Maize stover
Concentrtaes: Kapok,
Coconut meal, Soyabean,
Cassava rubber, Rice
bran, Cor meal, Maize bran
Strategi Pengembangan Kawasan PeternakanPenataan kawasan peternakan diarahkan:(1). lokasinya sesuai dg agroekosistem & alokasi sesuai dg tata ruang wilayah,
(2) berbasis komoditas ternak unggulan strategis,
(3). memiliki infrastruktur yg baik (pasar, jalan, sumber air, dll),
(4). didukung ketersediaan teknologi & jaringan kelembagaan yg berakses ke
hulu & hilir serta berpeluang dikembangkan.
Konsepsi penataan kawasan peternakan melalui tiga model (Sofyan, 2010)
Strategi Pengembangan Kawasan Peternakan
1. Mengoptimalkan pemanfaatan lahan yang merupakan basis
ekologi pendukung pakan dan lingkungan budidaya.
2. Mengoptimalkan sumberdaya lokal (ternak dan pakan) spesifik
lokasi melalui penerapan pola integrasi CLS & LEISA.
3. Meningkatkan pemberdayaan peternakan (pengetahuan,
kelembagaan kelompok, koperasi).
4. Meningkatkan produksi dan produktivitas ternak.4. Meningkatkan produksi dan produktivitas ternak.
5. Menyediakan sarana & prasarana pendukung berkembangnya
kawasan agribisnis (penyediaan sarana produksi, pengamanan
budidaya & pascapanen, sarana pemasaran).
6. Meningkatkan sinergi kerjasama berbagai pihak (Government,
Academician, Businessman-Bank, Social Community) untuk memfasilitasi
penguatan kelembagaan kelompok, fasilitasi alih teknologi yg
proven dan penguatan pembiayaan, serta pemasaran
Lessons learnt Pengembangan Kawasan Peternakan
(1) Up-land untuk kawasan pengembangan peternakan
Kambing Peranakan Etawah di Kabupaten Banyumas dan
domba Batur di Kabupaten Banjarnegara (Sodiq et al.,
2008; 2011).
(2) Low-land pesisir pantai selatan pulau Jawa untuk kawasan
integrasi peternakan (unggas, sapi potong, kambing), integrasi peternakan (unggas, sapi potong, kambing),
perikanan dan pertanian (berbagai sayuran) berlokasi di
Kab. Purworejo (Yuwono et al., 2010).
(3) Penerapan pola integrasi Crop Livestock System di
Malaysia (kambing, domba, sapi potong).
KAWASAN PENGEMBANGAN
KAMBING PERANAKAN ETAWAH