sistem respirasi pada invertebrata
DESCRIPTION
BiologiTRANSCRIPT
SISTEM RESPIRASI PADA INVERTEBRATA
Respirasi adalah istilah umu digunakan untuk proses pertukaran gas, dimana oksigen
diserap dari medium respiratori dari medium respirasi dari karbondioksida sebagai
hasil oksidasi dikeluarkan dari tubuh. Selain itu, respirasi juga merupakan rangkaian
proses yang melibatkan pengambilan oksigen dan pengeluaran karbondioksida.
Medium respiratori adalah sumber oksigen, air bagi ewan aquatik dan udara bagi
hewan darat, hamper pada sebahagian aquatik seperti protozoa, permukaan tubuh
biasanya berperan sebagai permukaan respiratori dan permukaan gas dapat hamper
seluruh tubuh (Dahelmi, 1991).
Respirasi adalah peristiwa masuknya O2 ke dalam tubuh untuk respirasi
oksidasi dan disaat yang sama mengeluarkan CO2 sebagai sisa oksidasi dalam tubuh.
Jumlah O2 yang dibutuhkan dan dikonsumsi oleh hewan tergantung dari jenis dan
ukuran hewan serta tingkat aktifitas hewan tersebut (Wulangi,1989). Dalam respirasi
hewan dibagi menjadi 3 tahap : (1). respirasi dalam, merupakan reaksi oksidasi –
reduksi dimana O2 dikonsumsi dan CO2 diproduksi. (2). pengangkutan gas O2 dan
CO2 (3). respirasi luar, merupakan proses pertukaran gas antara atmosfer dengan paru
– paru (Wulangi,1989).
Hewan darat mempunyai sistem respiratori terspesialisasi yang memudahkan
penggunaan O2 dalam jumlah tinggi. Kemungkinan evolusi menyebabkan organisme
berjalan didarat untuk memperoleh O2 yang dibutuhkan tubuh. Insekta dan beberapa
Arthropoda lainnya mempunyai sistem respiratori yang sangat terspesialisasi, yang
terdiri dari dari tabung udara yang kompleks. Sistem respuratori ini berbeda dengan
paru-paru difusi, dimana O2 disampaikan secaralangsung ke sel-sel dan tidak dibawa
ke dalam darh. O2 dan CO2 bergerak sepanjang tabung trakea oleh proses difusi,
dimana spirakel dibuka dan ditutup oleh klep yang dioperasikan otot. dIsekeliling
spirakel terdapat rambut halus. Struktur ini mencegah masuknya debu kedalam
trakea ( Jafnir, 2004 ).
Proses difusi O2 dan CO2 di dalam tubuh hewan tidaklah cukup untuk
mendapat suplay O2 untuk hewan untuk kebutuhan untuk kebutuhan respirasi dan
mengeluarkan hal lain yang dibutuhkan oleh hewan tidak hanya sebagai media
pertukaran O2 dan CO2 tapijuga melibatkan pengaturan pH pada tubuh hewan
(Wulangi,1989).
Setiap bernafas udara masuk dan keluar sebanyak 500 ml disebut udara tidal.
Setelah inspirasi normal, kemungkinan inspirasi yang dalam menghisap udara kira-
kira 1500 ml lebih disebut udara komplemen. Kapasitas total udara paru- paru
berkisar antara 4400- 5900 ml, tergantung jenis kelamin. Selain itu yang
mempengaruhi kecepatan respirasi adalah suhu, aktivitas dan berat badan (Dahelmi,
1990).
Sistem pernafasan memberikan peranan terutama untuk pertukaran O2 dan
CO2 antara organisasi dan lingkungan. Organ utama untuk pernafasan aerobic adalah
di dalam medium air yaitu insang dan di dakam medium udara adalah paru – paru
(Jafnir,1983).
Respirasi luar yang merupakan proses pertukaran gas (O2 dan CO2) antara
atmosfer dengan paru- paru pada hewan yang hidup di darat ataupun pertukaran gas
antara medium air dengan insang pada hewan yang hidup di air, pertukaran O2 dan
CO2, peristiwa ini meliputi pengangkutan O2 dan kapiler paru- paru / kapiler insang
ke seluruh insang / paru- paru dan respirasi dalam, merupakn reaksi oksidasi reduksi
dimana O2dikonsumsi dan CO2 diproduksi. Jumlah CO2 yang dibutuhkan dan
dikonsumsi oleh hewan tergantung dari jenis dan ukuran hewan serta tingkatan
aktivitas hewan (Yatim dan Wildan, 1987).
Jumlah O2 yang dibutuhkan dan dikomsumsi oleh hewan tergantung pada
jenis kelamin dan ukuran hewan serta tingkat aktivitas hewan tersebut. Pada
umumnya hewan yang ukurannya kecil mempunyai tingkat metabolisme perberat
badan yang lebih tinggi dibandingkan dengan hewan besar (Wulangi, 1990).
Oksigen merupakan substansi yang sangat penting dan dibutuhkan bagi
semua hewan. Salah satu substansi yang dihasilkan / diproduksi oleh reaksi kimia
yang terjadi di dalam sel hewan adalah gas asam arang. O2 membentuk ikatan
oksihemoglobin yang dapat meningkatkan kandungan okesigen di dalam darah.
Kandungan O2 yang dapat diikat oleh hemoglobin tergantung dari tekanan partikel
O2 maka semakin banyak O2 yang di dapat diikat oleh hemoglobin (Dahelmi, 1990).
Menurut Wulangi (1989), berdasarkan proses respirasinya terbagi :
1. pernafasan dada
2. pernafasan perut
Kapasitas paru – paru 4 L artinya kalau kita menghembuskan atau menghirup
udara sekuat – kuatnya udara yang keluar masuk paru – paru sebanyak – banyaknya
4 L. jadi di paru – paru tetap ada udara 1 L karena volume paru – paru 5 L
(Wulangi,1989).
Haemoglobin merupakan salah satu pigmen yang berwarna merah
berkombinasi dengan O2 membentuk ikatan oksidasi haemoglobin yang dapat
meningkatkan kandungan O2 di dalam darah. Kandungan O2 larut dalam plasma
darah lebih sedikit dibandingkan dengan haemoglobin (Wulangi,1989).
Dalam respirasi hewan dibagi menjadi 3 tahap :
1. respirasi dalam, merupakan reaksi oksidasi – reduksi dimana O2 dikonsumsi
dan CO2 diproduksi
2. pengangkutan gas O2 dan CO2
3. respirasi luar, merupakan proses pertukaran gas antara atmosfer dengan paru
– paru (Wulangi,1989).
Hewan darat mempunyai sistem respiratori terspesialisasi yang memudahkan
penggunaan O2 dalam jumlah tinggi. Kemungkinan evolusi menyebabkan organisme
berjalan didarat untuk memperoleh O2 yang dibutuhkan tubuh. Insekta dan beberapa
Arthropoda lainnya mempunyai sistem respiratori yang sangat terspesialisasi
(Jafnir,2004).
Jumlah O2 yang dibutuhkan dan dikomsumsi oleh hewan tergantung pada
jenis kelamin dan ukuran hewan serta tingkat aktivitas hewan tersebut. Pada
umumnya hewan yang ukurannya kecil mempunyai tingkat metabolisme perberat
badan yang lebih tinggi dibandingkan dengan hewan besar (Wulangi, 1990).
RESPIRASI SEDERHANA MELALUI DIFUSI SEDERHANA (DENGAN
PERMUKAAN TUBUH)
Respirasi adalah suatu proses pertukaran gas oksigen (O2) dari udara oleh organisme
hidup yang digunakan untuk serangkaian metabolisme yang akan menghasilkan
karbondioksida (CO2) yang harus dikeluarkan karena tidak dibutuhkan oleh tubuh.
Setiap makhluk hidup melakukan pernapasan untuk memperoleh oksigen O2 yang
digunakan untuk pembakaran zat makanan di dalam sel-sel tubuh. Alat pernapasan
setiap makhluk hidup tidaklah sama, pada hewan invertebrata memilki alat
pernapasan dan mekanisme pernapasan yang berbeda dengan hewan vertebrata
(Jasin, M. 1992).
Mekanisme respirasi pada invertebrate
Menurut Tang (2001) menyatakan bahwa mekanisme respirasi invertebrate sebagai
berikut:
Filum Protozoa
Respirasi dengan cara aerob atau anaerob. Pada respirasi aerob terjadi oksidasi
dengan O2 yang masuk dalam tubuh dengan cara difusi dan osmosis melalui seluruh
permukaan tubuh, sedang pada anaerob terjadi pembongkaran zat yang kompleks
menjadi zat yang sederhana dengan menggunakan enzim-enzim tanpa memerlukan
oksigen. Hasil kedua peristiwa itu akan sama yakni dihasilkan energi dan zat sisa-
sisa yang akan ditampung dalam vakuola kontraktil sebagai zat ekskresi.
Filum Porifera (Hewan Spons)
Sebetulnya spons tidak mempunyai alat atau organ pernafasan khusus, kendati
demikian mereka dalam hal respirasi bersifat aerobik. Dalam hal ini yang bertugas
menangkap/mendifusikan oksigen yang terlarut di dalam air medianya bila di jajaran
luar adalah sel-sel epidermis (sel-sel pinakosit), sedangkan pada jajaran dalam yang
bertugas adalah sel-sel leher (khoanosit) selanjutnya oksigen yang telah berdifusi ke
dalam kedua jenis sel tersebut diedarkan ke seluruh tubuh oleh amoebosit.
Berhubung hewan spons bersifat sesil artinya tidak mengadakan perpindahan tempat
sedangkan hidupnya sepenuhnya tergantung akan kaya tidaknnya kandungan
material (oksigen, partikel makanan) dari air yang merupakan medianya, maka ketika
Porifera masih dalam fase larva yang sanggup mengadakan pergerakan yaitu
berenang-renang mengenbara kian kemari dengan bulu-bulu getarnya, ia akan
memilih tempat yang strategis dalam arti yang kaya akan kandungan material yang
dibutuhkan untuk kepentingan hidup.
Bila air yang merupakan media hidupnya itu mengalami penyusutan kandungan
oksigennya, maka hal ini akan mempengaruhi kehidupan Porifera yang
bersangkutan, artinya tubuhnya juga akan mengalami penyusutan sehingga menjadi
kecil dan bila kekurangan sampai melampaui batas toleransinya maka Poriferanya
akan mati.
Gambar anatomi porifera
Filum Coelenterata (Hewan Berongga)
Hewan Hydra “pertukaran gas pada hydra terjadi secara langsung pada permukaan
tubuhnya. Hal ini karena Hydra tidak mempunyai organ khusus untuk pernafasan,
pembuangan hasil ekskresi, dan juga tidak mempunyai darah serta sistem peredaran
darah. Semua organ-organ itu bagi Hydra tidak diperlukan, sebab tubuhnya tersusun
atas deretan sel-sel yang sebagian besar masih bebas bersentuhan langsung dengan
air yang ada di sekitarnya. Di samping itu dinding tubuh Hydramerupakan dinding
yang tipis, oleh sebab itu pertukaran gas oksigen dan karbondioksida maupun zat-zat
sampah dari bahan nitrogen tidak menjadi persoalan bagi tubuh Hydra.
Pertukaran zat tersebut berlangsung secara langsung dengan dunia luar secara difusi
dan osmosis melalui membran dari masing-masing sel. Dengan perkataan lain proses
pernafasan maupun pembuangan sisa metabolisme dilakukan secara mandiri oleh
masing-masing sel ynag bersangkutan.
Hewan Scypozoa “seperti halnya hydra, Ubur-ubur ini tidak mempunyai alat
respirasi maupun ekskresi yang khusus. Kedua proses tersebut dilakukan secara
langsung melalui seluruh permukaan tubuhnya. Dalam hal ini sistem saluran air dan
sistem saluran gastrovaskular sangat membantu dalam memperlancar proses respirasi
maupun ekskresi.
Gas-gas O2 yang terlarut di dalam air akan masuk secara difusi masuk kedalam
lapisan epidermis maupun gastrodermis tubuh ubur-ubur. Sebaliknya gas-gas
O2 yang dihasilkan dari proses respirasi akan dikeluarkan dari tubuhnya secara difusi.
Demikian halnya dengan zat-zat sampah, terutama yang berupa zat-zat nitrogen
sebagai sisa-sisa metabolisme, akan dibuang secara langsung oleh sel-sel epidermis
maupun gastrodermis ke lingkungan luar tubuh.
Hewan Anthozoa “seperti halnya Coelenterata yang lain, tidak mempunyai alat
khusus untuk pernafasan maupun pembuangan hasil ekskresi. Dalam hal ini
pernafasan baik pemasukan oksigen yang terlarut di dalam air laut, maupun
pengeluaran gas karbondioksida berlangsung secara difusi-osmosis secara langsung
melalui semua permukaan tubuhnya. Yang dimaksud dengan permukaan tubuh ialah
baik permukaan epidermis maupun permukaan gastrodermis yang menghadap kearah
liang atau rongga gastrovaskuler. Dalam hal ini, aliran air yang timbul di dalam
saluran gastrovaskuler disebabkan oleh gerak sapu dari rambut-rambut getar yang
berjajar-jajar di bagian dinding stomodeum maupun dinding gastrovaskular
(coelenteron). Gerak rambut getar yang ada pada dinding gastrovaskular
menimbulkan aliran air ke luar. Kedua mekanisme ini sangat membantu dalam hal
pertukaran gas maupun sisa-sisa metabolisme lainnya.
Filum Platyhelminthes
Cacing pipih belum memiliki alat pernafasan khusus. Pengambilan oksigen bagi
anggota yang hidup bebas dilakukan secara difusi melalui permukaan tubuh.
Sementara anggota yang hidup sebagai endoparasit bernafas secara anaerob, artinya
respirasi berlangsung tanpa oksigen. Hal ini terjadi karena cacing endoparasit hidup
pada lingkungan yang kekurangan oksigen.
Filum Nemathelminthes
Cacing Ascaris tidak mempunyai alat respirasi. Respirasi dilakukan secara anaerob.
Energi diperoleh dengan cara mengubah glikogen menjadi CO2 dan asam lemak
yang diekskresikan melalui kutikula. Namun sebenarnya Ascaris dapat
mengkonsumsi oksigen kalau di lingkungannya tersedia. Jika oksigen tersedia, gas
itu diambil oleh hemoglobin yang ada di dalam dinding tubuh dan cairan pseudosoel.
Filum Annelida
Cacing tanah bernapas dengan kulitnya, sebab kulitnya bersifat lembab, tipis, banyak
mengandung kapiler-kapiler darah.
Filum Mollusca
Sebagian besar Mollusca organ respirasinya adalah insang. Insang diadaptasikan
untuk pertukaran gas oksigen dan kabondioksida dalam air melalui permukaan
insang yang luas dan berbentuk membran yang tipis. Pada Mollusca, insang disebut
juga ktinidium (Yunani : kteis; sebuah sisir). Ktenidia terdiri atas sebuah filamen (=
lamela) yang ditutupi silia. Gerakan silia menyebabkan air melintasi permukaan
filamen, oksigen berdifusi melintasi membran menuju ke darah, dan karbondioksida
berdifusi keluar. Pada beberapa Mollusca seperti remis dan bivalvia lain, silia pada
insang juga berperan menyaring partikel makanan, kemudian mengirimnya ke mulut
dalam bentuk benang lendir. Setelah insang aliran air biasanya menuju anus dan
saluran keluar ginjal sambil membawa bahan yang akan dibuang. Pada beberapa
Mollusca, air masuk melalui incurent siphon dan keluar melalui excurent siphon.
Sebelum mencapai insang aliran air yang masuk dideteksi oleh organ sensorik
(osphradium) yang dapat berfungsi mendeteksi endapan lumpur, makanan atau
predator.
Beberapa Mollusca yang tidak memiliki insang, maka pertukaran gas respirasi terjadi
secara langsung melalui permukaan mantel. Keong memiliki kemampuan adaptasi
intuk kehidupan darat yaitu dengan hilangnya insang, maka mantel yang dimilikinya
dimodifikasi menjadi sebuah paru-paru untuk pernapasan udara. Beberapa keong
(pulmoat) kembali ke habitat air, namun tetap mempertahankan paru-parunya. Untuk
itu mereka terlihat sering merambat naik ke permukaan air untuk mengambil udara.
Filum Echinodermata
Organ respirasi pada Asterias adalah insang, atau papula dan kaki tabung. Papula
merupakan organ respirasi utama. Mereka adalah sederhana, kontraktil, transparan,
hasil pertumbuhan dari dinding tubuh pada permukaan aboral mempunyai
ephithelium bersilia pada permukaan sebelah luar dan sebelah dalamnya. Itu
merupakan derivat atau perubahan lanjut dari coelom dan sisa lumennya
berhubungan langsung dengan coelom. Pertukaran O2 dan CO2 terjadi di antara air
laut dan cairan tubuh dari insang-insangnya. Silia pada epithelium mempunyai
peranan vital dalam menggerakkan cairan coelom dan dalam menciptakan air untuk
pernapasan keluar masuk di dalam air laut. Di samping dindingnya tipis, kaya akan
percabangan dan bagia-bagian tubuh lembab, juga bertindak sebagai organ-organ
respirasi.
EVOLUSI DAN DESAIN ORGAN RESPIRASI SPESIFIK SPESIFIK
Organ-organ respirasi yang dibutuhkan haruslah memiliki kriteria berikut:
a. Membutuhkan luas permukaan yang lebih lebar yang akan
meningkatkan kapasitas pertukaran gas antara tubuh dan lingkungan
hewan
b. Pemisah antara darah dan udara atau air yang dihirup oleh hewan
harus seminimal mungkin. Pemisah tersebut dapat berupa selapis
membran plasma yang tipis yang memungkinkan berlangsungnya
proses lalu lintas gas secara mudah
c. Pergerakan medium respirasi harus sesuai dengan cairan tubuh (ke
dalam atau keluar masuknya gas) untuk mencapai suatu
kesetimbangan rasio ventilasi : perfusi.
Desain organ-organ respirasi harus sejalan dengan mekanisme yang terjadi pada
cairan tubuh. Tipe-tipe susunan tersebut meliputi:
1. Susunan uniform pool yang umumnya terdapat pada sistem respirasi
mamalia. Dalam hal ini, medim respirasi (misalnya udara) tidak mengalir
dengan arah yang spesifik dalam hubungannya dengan aliran darah pada
paru-paru. Proses kesetimbangan terjadi dalam hal konsentrasi gas di udara
dan di darah. ii.
2. Susunan berlawanan arah (countercurrent), yang terdapat pada insang ikan.
Dalam hal ini, aliran medium respirasi (misalnya air) dan darah saling
berlawanan arah. Pada banyak titik di sepanjang insang, konsentrasi gas
oksigen dalam air lebih tinggi daripada di dalam darah sehingga terjadi
pergerakan gas tersebut secara kontinyu dari air ke darah. Hal sebaliknya
terjadi pda karbondioksida. iii.
3. Sususan searah (concurrent) dimana pergerakan medium respirasi dan aliran
darah memiliki arah yang sama. Hal ini kurang efisien karena tidak terdapat
gradien konsentrasi yang memadai untuk berlangsungnya difusi gas menuruni
gradien konsentrasi. iv.
4. Aliran bersilang (crooscurrent flow) yang ditemukan pada sistem respirasi
burung. Dalam hal ini, darah dan medium respirasi mengalir saling bersilang
satu sama lain. Desain ini memungkinkan terjadinya transfer gs antara darah
dan medium respirasi secara maksimal (Abbas dan Santoso, 2009)
Gambar 2.1. Pola-pola susunan antara pembuluh darah dan medium respirasi
(a) tipe uniform pool, (b) tipe berlawanan arah atau countercurrent, (c) tipe searah
atau concurrent, dan (d) tipe aliran bersilang atau crosscurrent (Diadaptasi dari Kay,
1998).
RESPIRASI DENGAN SISTEM TRAKEA
Serangga mempunyai alat pernapasan khusus berupa system trachea yang berfungsi
untuk mengangkut dan mngedarkan O2 ke seluruh tubuh serta mengangkut dan
mengeluarkan CO2 dari tubuh. Trachea memanjang dan bercabang-cabang menjadi
saluran hawa halus yang masuk ke seluruh jaringan tubuh oleh karena itu,
pengangkutan O2 dan CO2 dalam system ini tidak membutuhkan bantuan sitem
transportasi atau darah. Udara masuk dan keluar melalui stigma, yaitu lubang kecil
yang terdapat di kanan-kiri tubuhnya. Selanjutnya dari stigama, udara masuk ke
pembuluh trachea yang memanjang dan sebagian ke kantung hawa. Pada serangga
bertubuh besar terjadinya pengeluaran gas sisa pernafasan terjadi karena adanya
pengaruh kontraksi otot-otot tubuh yang bergerak secara terat ( Anonimous, 2014)
* STIGMA
Udara yg masuk ke dalam trakea melewati lubang pernafasan yg disebut STIGMA :
SPIRACLE. Pada tubuh belalang (ordo Orthopthera) peredaran udara terjadi bila
udara yang mengandung Oxigen diisap melalui empat pasang stigma pertama, yg
hanya akan terbuka pada saat menarik nafas; dan udara yg mengandung
karbondioksida dikeluarkan melalui enam pasang stigma sisanya yg tdpt pada
abdomen, yg hanya terbuka pada saat mengeluarkan nafas (expiration). Stigma tidak
serempak membuka atau menutup, akan tetapi bekerja bergantian. Bila stigma bagian
belakang menutup, maka stigma bagian depan membuka untuk memasukan udara.
Ada stigma yang memiliki alat penyaring kotoran (debu) berupa rambut-rambut yg
halus, dan ada yg memiliki alat penutup berupa katup yg berfungsi untuk
menanggulang kekurangan air serta mengatur pemasukan udara (Jumar, 2000)
* Trakeol
Trakea bercabang lagi yang berbentuk tabung-tabung sangat kecil, disebut
TRAKEOL (TRACHEOLES). Ujung-ujung trakeol ini berisi cairan, yg disebut
TRACHEOLE FLUID, yg berhubungan langsung dengan sel-sel hidup.
*. Kantung udara ( air sacs)
Pelebaran dari trakea contoh pada: Valanga nigricornis ( belalang ) , Disticus
mardinalis ( serangga air), Apis cerana ( lebah madu )
Kantung udara tidak memiliki penebalan kutikula yg berbentuk spiral, dengan
demikian dapat menampung oksigen sebanyak-banyaknya dan dapat meningkatkan
kapasitas bernafas bagi serangga
Fungsi kantung udara :
1. menurunkan berat badan
2. sebagai reservoir dari oksigen
3. sebagai penghembus udara dalam mendistribusi kan udara dan penurun suhu
tubuh, terutama waktu terbang
4. untuk meningkatkan tekanan tubuh selama waktu-waktu tertentu seperti pada saat
pergantian kulit
* Insang trakea
Nimfa dan larva serangga air memilki alat khusus untuk memperoleh oksigen dari
dalam air, yang disebut INSANG TRAKEA. Insang trakea merupakan dinding tubuh
yg tumbuh dari berbagai bagian tubuh, khususnya dari abdomen yg bentuknya
menyerupai helaian daun yg tipis
Contoh: Larva nyamuk ( ordo Diptera, fam Culicidae) memiliki empat insang trakea
yang menyerupai helaian daun kecil pada ujung abdomen di sekitar anusnya. Naiad (
nimfa yang mempunyai habitat di dalam air) dari lalat kolam Ephemera varia (ordo
Ephemeroptera) memiliki tujuh pasang trakea insang yang berbentuk seperti helaian
dain terdapat pada tujuh segmen abdomennya.
* Trakea pada serangga semi aquatik
Serangga semi akuatik memiliki trakea, dengan bentuk yang disesuaikan dengan
habitatnya, yaitu air. Serangga semi akuatik hidupnya tergantung pada udara
atmosfir, karena tidak memiliki kemampuan mengambil oksigen dari dalam air.
Misalnya nimfa dari nyamuk memilki alat seperti corong pada thoraxnya, yang dapat
dihubungkan dengan permukaan air ( Natawigena. 1990)
Proses respirasi pada serangga, sama dengan pada organisme lain, merupakan
proses pengambilan oksigen (O2), untuk diproses dalam mitokhondria. Baik
serangga terestrial maupun akuatik membutuhkan O2 dan membuang CO2, namun
pada keduanya terdapat perbedaan jelas: di udara terdapat kl. 20% oksigen, sedang di
air 10%. Oleh karenanya kecepatan diffusinya juga berbeda, di air 3 x 106 lebih kecil
daripada kecepatan diffusi O2 di udara.
Sistem pernafasan pada serangga mengenal dua sistem, yaitu sistem terbuka dan
sistem tertutup. Digunakan alat atau organ yang disebut spirakulum (spiracle), juga
tabung-tabung trakhea dan trakheola. Tekanan total dari udara sebenarnya
merupakan jumlah tekanan gas N2, O2, CO2 dan gas-gas lain. O2 sendiri masuk ke
dalam jaringan dengan satu proses tunggal yaitu adanya tekanan udara dalam
jaringan. Tekanan O2 dengan demikian harus lebih besar daripada tekanan udara
dalam jaringan, sebaliknya tekanan CO2 dalam jaringan harus lebih besar dibanding
yang ada di udara.
Pada umumnya serangga akuatik kecil luas permukaan tubuhnya lebih besar daripada
volumenya, sehingga diffusi O2 dapat berjalan dengan baik berhubung luas
permukaan yang cukup untuk akomodasi aliran O2 dari luar tubuh. Sebaliknya pada
serangga yang ukurannya lebih besar, harus dibantu dengan menggunakan kantung
udara (air-sacs), yang mengumpulkan udara dengan mekanisme kontraksi, yang
harus didukung oleh suatu sistem pemanfaatan energi. Con-tohnya pada beberapa
jenis belalang yang mampu hidup di dalam air.
Sistem respirasi terbuka banyak digunakan oleh serangga-serangga darat dan
beberapa jenis serangga air, sedang sistem tertutup digunakan oleh serangga air,
yang tidak menggunakan spirakulum, antara lain untuk mencegah supaya jangan
terjadi evapotranspirasi.
Pada kepik air (Belastomatidae) digunakan apa yang disebut "insang fisis" atau
physical gill digunakan untuk mengumpulkan gelembung, dan jaringan mengambil
O2 dari dalam gelembung-gelembung udara yang disimpan. Jika tekanan parsial O2
menurun, tekanan udara di dalam air menjadi lebih besar, akan ada gerakan udara
dari dalam air ke dalam tubuh serangga, sehingga terkumpullah gelembung-
gelembung udara. Apabila di dalam gelembung udara yang disaring tersebut sudah
terkan-dung terlalu banyak N2, maka serangga akan muncul ke permukaan dan
membuka mulut.
Sebaliknya terdapat juga serangga yang mampu tinggal lama di dalam air dengan
bantuan suatu organ yang disebut plastron, suatu filamen udara. Dengan alat ini
maka CO2 yang terbentuk dibuang, dan O2 yang terlarut diambil langsung.
Bangunan ini sering juga disebut sebagai insang fisis khusus (special physical gill).
Karenanya serangga mampu bertahan di dalam air dalam jangka waktu yang lebih
lama. Serangga air juga ada yang memanfaatkan insang trakheal (tracheal gill)
(Anonimous, 2014)
RESPIRASI DENGAN PARU-PARU PADA INVERTEBRATA
Paru-paru adalah dua organ yang berbentuk seperti bunga karang besar yang terletak
di dalam torak pada sisi lain jantung dan pembuluh darah besar. Paru-paru
memanjang mulai dari dari akar leher menuju diagfragma dan secara kasar berbentuk
kerucut dengan puncak di sebelah atas dan alas di sebelah bawah (Tabrani, 1996).
Diantara paru-paru mediastinum, yang dengan sempurna memisahkan satu
sisi rongga torasik sternum di sebelah depan. Di dalam mediastinum terdapat
jantung, dan pembuluh darah besar, trakea dan esofagus, dustuk torasik dan kelenjar
timus. Paru-paru dibagi menjadi lobus-lobus. Paru-paru sebelah kiri mempunyai dua
lobus, yang dipisahkan oleh belahan yang miring. Lobus superior terletak di atas dan
di depan lobus inferior yang berbentuk kerucut. Paru-paru sebelah kanan mempunyai
tiga lobus. Lobus bagian bawah dipisahkan oleh fisura oblik dengan posisi yang
sama terhadap lobus inferior kiri. Sisa paru lainnya dipisahkan oleh suatu fisura
horisontal menjadi lobus atas dan lobus tengah. Setiap lobus selanjutnya dibagi
menjadi segmensegmen yang disebut bronko-pulmoner, mereka dipisahkan satu
sama lain oleh sebuah dinding jaringan koneknif , masing-masing satu arteri dan satu
vena. Masing-masing segmen juga dibagi menjadi unit-unit yang disebut lobules
(Mengkidi, 2006).
Beberapa filum invertebrata merupakan bentuk kehidupan transisi menuju
terestrial.
1. Moluska
Pada moluska, paru-paru terdapat pada kelompok pulmonata. Paru-parunya terdapat
di bagian punggung dimana rongga mantel berfusi dengan bagian belakang tubuh
hewan tersebut. Sistem tersebut dapat tertutup dari atmosfir bebas dengan adanya
tutup pneumostom (pneumostome closure). Paru-paru ini dapat berfungsi dalam
ventilasi tetapi proses pertukaran gas antara paru-paru dengan lingkungan luar
berlangsung melalui difusi sederhana (Abbas dan Santoso, 2009). Insang mengalami
kemunduran dan memodifikasi rongga mantel menjadi paru-paru (pulmonata). Paru-
paru itu berupa sebuah jaringan pembuluh darah dan berada disebelah luar dinding
ruang mantel. Udara masuk dan keluar melalui porus-porus respiratorius (Kastawi,
2005).
2. Crustacea
Pada crustacea seperti kutu kayu (woodlice) terdapat struktur menyerupai paru-paru
tetapi kehidupannya masih terbatas di tempat yang basah (Abbas dan Santoso, 2009).
Dalam beberapa spesies kutu kayu kutikula dari pleopods dalam-dilipat, terdapat
bercak pucat yang merupakan paru-paru pleopodal (Jutje, 2006). Paru-paru terletak
pada pleopod yang pertama (Wright, 1997).
3. Arachnida
Pada laba-laba dan kalajengking (chelicerata) terdapat paru-paru buku yang terdapat
di permukaan abdomen yang terdiri atas lapisan-lapisan lamela dan mirip dengan
insang ikan (Abbas dan Santoso, 2009). Masing-masing paru-paru buku ini memiliki
lembaran-lembaran tipis (lamela) yang tersusun berjajar. Paruparu buku ini juga
memiliki spirakel tempat masuknya oksigen dari luar. Keluar masuknya udara
disebabkan oleh gerakan otot yang terjadi secara teratur.
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, N, J. dan Santoso, P. 2009. Buku Ajar Fisiologi Hewan. Unand. Padang
Dahelmi. 1991. Fisiologi Hewan. Universitas Andalas Press: Padang
Jafnir. 2004. Diktat Kuliah Anatomi Hewan Vertebrata. Universitas Andalas: Padang
Jasin,M. 1992. Zoologi Invertebrata Untuk Perguruan Tinggi. Surabaya : Sinar Wijaya
Jumar. 2000. Entomologi Pertanian. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.
Jutje S Lahay. 2006. Zoologi Invetebrata. Makassar: Universitas Negeri Makassar.
Kastawi, Y. 2005. Zoologi Avertebrata. UM Press. Malang.
Kimball, Jonh W. 1991. Biologi Edisi Kelima Jilid 2. Erlangga: Jakarta
Mengkidi, D. 2006. Gangguan fungsi paru dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada karyawan Pt. Semen tonasa pangkep Sulawesi selatan (Tesis). Universitas Diponegoro. Semarang
Natawigena, H. 1990. Entomologi Pertanian. Penerbit Orba Shakti. Bandung.
Tabrani. 1996. Ilmu Penyakit Paru. Hipokrates. Jakarta
Tang, U.M. & R. Affandi. 2001. Fisiologi Hewan Air. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Wright, J. 1997. Woodlice. Department of Biology, Northern State University, Aberdeen, SD.
Wulangi, K.S. 1989. Prinsip-prinsip Fisiologi Hewan. Erlangga: Jakarta.
Wulangi, K.S. 1990. Prinsip-prinsip Fisiologi Hewan. ITB: Bandung
Yatim, Wildan. 1987. Biologi. Tarsitu. Bandung
PAPER FISIOLOGI HEWAN
SISTEM RESPIRASI PADA INVERTEBRATA
OLEH:
KELOMPOK : X A
ANGGOTA KELOMPOK : 1. RATNA SARI (1010422035)
2. JULITA SARI (1110423024)
3. RIZKA FATRIANI (1210422013)
4. MARTHA YUFA (1210423015)
5. MITA ROZA (1210423046)
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2014