sistem produksi dan kelayakan usaha peternakan … · usaha kurang dari 10 ekor nilai npv rp...

71
SISTEM PRODUKSI DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KAMBING PERANAKAN ETAWAH Studi Kasus di Kelompok Peternak Simpay Tampomas dan Tampomas Sejahtera, Sumedang, Jawa Barat SKRIPSI DEWI IRMAWATI DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013

Upload: dangkien

Post on 23-Mar-2019

242 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: SISTEM PRODUKSI DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN … · usaha kurang dari 10 ekor nilai NPV Rp -24.575.425, B/C rasio 0,439, dan IRR -10%. Pada skala usaha lebih dari 20 ekor nilai

1

SISTEM PRODUKSI DAN KELAYAKAN USAHA

PETERNAKAN KAMBING PERANAKAN

ETAWAH

Studi Kasus di Kelompok Peternak Simpay Tampomas dan Tampomas

Sejahtera, Sumedang, Jawa Barat

SKRIPSI

DEWI IRMAWATI

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2013

Page 2: SISTEM PRODUKSI DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN … · usaha kurang dari 10 ekor nilai NPV Rp -24.575.425, B/C rasio 0,439, dan IRR -10%. Pada skala usaha lebih dari 20 ekor nilai

i

RINGKASAN

DEWI IRMAWATI. D14080236. 2013. Sistem Produksi dan Kelayakan Usaha

Peternakan Kambing Peranakan Etawah Studi Kasus di Kelompok Peternak

Simpay Tampomas dan Tampomas Sejahtera, Sumedang, Jawa Barat. Skripsi.

Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian

Bogor.

Pembimbing Utama : Dr. Ir. Asnath M Fuah, MS

Pembimbing Anggota : Ir. Dwi Joko Setyono, MS (Alm.)

Pemeliharaan ternak umumnya dilakukan didaerah yang cocok dan lahan

yang produktif. Namun, di daerah Sumedang terdapat daerah marjinal dengan

kondisi lahan bekas galian pasir, yang dimanfaatkan oleh seorang petani dengan cara

menanam tanaman gamal dan memelihara ternak kambing. Orientasi awal dan tujuan

memelihara kambing PE adalah untuk menghasilkan daging dan sejalan dengan

perkembangannya, ternak kambing PE dimanfaatkan sebagai penghasil susu.

Pemeliharaan kambing PE memberikan manfaat lebih dalam program reklamasi

lahan karena kotoran kambing dimanfaatkan sebagai pupuk sehingga semakin

banyak tanaman gamal dan kemudian dikembangkan buah naga. Penelitian tentang

sistem produksi dan kelayakan usaha peternakan Kambing Peranakan Etawah di

Sumedang, Jawa Barat ini bertujuan untuk menjelaskan sistem produksi peternakan

kambing pada kelompok ternak dan menganalisis kelayakan usaha peternakan

kambing perah di lokasi pasca tambang pasir di Kabupaten Sumedang.

Lokasi penelitian adalah di Desa Cibeureum Wetan Kecamatan Cimalaka dan

Desa Paseh Kaler Kecamatan Paseh, Sumedang, Jawa Barat. Penelitian ini

melibatkan 17 peternak kambing dari kelompok peternak Simpay Tampomas dan 19

peternak dari Tampomas Sejahtera sebagai responden. Peternak diwawancara

menggunakan kuisioner, data yang dikumpulkan meliputi: kondisi lokasi,

karakteristik responden, jumlah ternak, jenis dan sumber pakan, biaya usaha, data

reproduksi, data produksi susu yang meliputi jumlah susu per laktasi, dan harga susu.

Usaha ternak kambing kelompok Simpay Tampomas dan kelompok

Tampomas Sejahtera dilaksanakan secara semi tradisional, ternak di kandangkan

dengan sistem pemberian pakan yang tidak terbatas dan manajemen sederhana. Jenis

pakan yang diberikan adalah konsentrat dan hijauan berupa gamal dan kaliandra.

Penanganan penyakit seperti diare menggunakan bahan lokal yakni daun nangka dan

daun bambu. Hasil analisis kelayakan finansial untuk kelompok peternak Simpay

Tampomas menunjukkan bahwa semakin besar skala usahanya, semakin tinggi

keuntungan ditandai dengan nilai NPV, B/C rasio, dan IRR yang tinggi. Pada skala

usaha kurang dari 10 ekor nilai NPV Rp -24.575.425, B/C rasio 0,439, dan IRR -10%.

Pada skala usaha lebih dari 20 ekor nilai NPV Rp 22.292.034, B/C rasio 1,710, dan

IRR 23%. Peternak dari dua kelompok belum melakukan pencatatan secara teratur

terhadap unsur-unsur biaya usaha baik pengeluaran maupun pendapatan, sehingga

informasi dan gambaran yang pasti tentang skala usaha yang layak sangat terbatas.

Oleh karena itu peternak disarankan melakukan pencatatan dalam usaha ternak

kambing PE, dan dengan skala usaha yang lebih menguntungkan.

Kata-kata kunci : Kambing PE, kelayakan usaha, Simpay Tampomas

Page 3: SISTEM PRODUKSI DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN … · usaha kurang dari 10 ekor nilai NPV Rp -24.575.425, B/C rasio 0,439, dan IRR -10%. Pada skala usaha lebih dari 20 ekor nilai

ii

ABSTRACT

Production Systems and Feasibility Analysis of PE Goats (Case Study in Simpay

Tampomas dan Tampomas Sejahtera Group in Sumedang, West Java)

Irmawati, D., A. M. Fuah, and D. J. Setyono

Etawah goat was resulted from the crossing of native Indonesian Kacang goat and

Etawah (Jamnapari) Goat from India. The characteristics of PE goats were the

combination between the 2 breeds including easy to maintain, well adapted to the

local environment of which less favorable, and also were efficient in converting feed

into meat and milk production. The study was conducted in the village of Cibeureum

Wetan of Cimalaka District and Paseh Kaler of Paseh District, Sumedang-West Java.

The study involved 17 farmers who were the members of Simpay Tampomas and 19

goats farmers of Tampomas Sejahtera. Both enterprises were managed semi

traditionally, goats were kept by farmers in small number. The animals were placed

in cages and the feed were given unlimited. Simple management was applied without

good and regular recording. Diseases control done by farmers without consulting

animal health officests, for example diarrhea was treated using local mediciens such

as jack fruit leaves and bamboo leaves. The result of financial analysis showed that

the larger the scale of goat enterprise, the higher the profit received by farmers

indicated by NPV value, B/C ratio, IRR value. For those with the number of goats

owned were less than 10 animals, the NPV value was Rp – 24,575, B/C ratio was

0.439 and the IRR value was 10%. Whereas, the scale of ownership more than 20

goats, the NPV was Rp 22,292,034, B/C ratio was 1.710 and IRR was 23%. This

figures indicates that farmers group of Simpay Tampomas organization received high

income from goat farming because the number of goats raised were more than

enough to warrant a significant income. Data recording on the economic variables of

the whole enterprise including buying, sales, income, and production cost of the

goats business need to be done in detail and regular. The improvement of

management and business scale up to 40 heads of goat was suggested in order to

improve income of farmers.

Keywords: PE Goats, Feasibility, Simpay Tampomas.

Page 4: SISTEM PRODUKSI DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN … · usaha kurang dari 10 ekor nilai NPV Rp -24.575.425, B/C rasio 0,439, dan IRR -10%. Pada skala usaha lebih dari 20 ekor nilai

iii

SISTEM PRODUKSI DAN KELAYAKAN USAHA

PETERNAKAN KAMBING PERANAKAN

ETAWAH Studi Kasus di Kelompok Peternak Simpay Tampomas dan Tampomas

Sejahtera, Sumedang, Jawa Barat

DEWI IRMAWATI

D14080236

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan

Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2013

Page 5: SISTEM PRODUKSI DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN … · usaha kurang dari 10 ekor nilai NPV Rp -24.575.425, B/C rasio 0,439, dan IRR -10%. Pada skala usaha lebih dari 20 ekor nilai

iv

Judul : Sistem Produksi Dan Kelayakan Usaha Peternakan Kambing

Peranakan Etawah, Studi Kasus di Kelompok Peternak Simpay

Tampomas dan Tampomas Sejahtera, Sumedang, Jawa Barat

Nama : Dewi Irmawati

NIM : D14080236

Menyetujui,

Pembimbing Utama,

(Dr. Ir. Asnath M Fuah, M.S)

NIP. 19541015 197903 2 001

Pembimbing Anggota,

(Ir. Dwi Joko Setyono, MS) (Alm.)

NIP. 19601123 198903 1 001

Mengetahui,

Ketua Departemen

Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M. Agr. Sc

NIP. 19591212 198603 1 004

Tanggal Ujian : 22 Maret 2013 Tanggal Lulus:

Page 6: SISTEM PRODUKSI DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN … · usaha kurang dari 10 ekor nilai NPV Rp -24.575.425, B/C rasio 0,439, dan IRR -10%. Pada skala usaha lebih dari 20 ekor nilai

v

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 22 September 1989 di Boyolali, Jawa Tengah,

sebagai adalah anak kedua dari dua bersaudara dari Bapak Sukimin dan Ibu Sriyani.

Penulis mengawali pendidikan dasar pada tahun 1996 di Sekolah Dasar

Negeri Kiringan 4 Boyolali dan diselesaikan pada tahun 2002. Pendidikan lanjutan

menengah pertama dimulai pada tahun 2002 dan diselesaikan pada tahun 2005 di

SMPN 1 Boyolali. Setelah tamat, penulis mengikuti pendidikan di Sekolah

Menengah Atas Negeri 1 Boyolali dari tahun 2005 sampai 2008. Pada tahun 2008

melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) penulis diterima di Institut

Pertanian Bogor dan diterima di Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi

Peternakan, Fakultas Peternakan.

Selama mengikuti pendidikan, penulis aktif dalam berbagai kegiatan yaitu

organisasi Ikatan Keluarga Muslim TPB periode 2008-2009 sebagai staff divisi

Pengembangan Potensi Sumberdaya Mahasiswa. Dalam organisasi Badan Eksekutif

Mahasiswa Fakultas Peternakan periode 2009-2010, penulis menjabat sebagai

bendahara Departemen Politik dan Kajian Strategi dan sebagai Sekretaris Komisi III

Advokasi pada organisasi Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Peternakan

periode 2010-2011. Organisasi lain yang pernah diikuti adalah Badan Eksekutif

Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Kabinet Berkarya periode 2011-2012 sebagai

Sekretaris Kementerian Lingkungan Hidup. Penulis juga aktif dalam kegiatan

Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA) yaitu Forum Komunikasi Mahasiswa

Boyolali (FKMB) dan terlibat pada beberapa acara sebagai panitia. Penulis

berkesempatan menjadi penerima beasiswa Eka Tjipta Foundation selama 4 tahun

dari tahun 2008 sampai tahun 2012.

Page 7: SISTEM PRODUKSI DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN … · usaha kurang dari 10 ekor nilai NPV Rp -24.575.425, B/C rasio 0,439, dan IRR -10%. Pada skala usaha lebih dari 20 ekor nilai

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala anugerah dan

karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

pada Program Studi Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan,

Institut Pertanian Bogor.

Peternakan merupakan salah satu sektor yang sangat berperan dalam

kehidupan masyarakat mulai dari hulu sampai hilir meliputi pangan, sandang, dan

juga industri. Ternak dapat menghasilkan pangan sebagai sumber protein hewani

berupa daging, telur, dan susu. Salah satu ternak penghasil susu adalah Kambing

Peranakan Etawah (PE). Kambing PE merupakan kambing hasil persilangan antara

kambing Kacang asli Indonesia dengan kambing Etawah (Jamnapari) asal India,

sehingga memiliki sifat dari kedua jenis. Susu kambing dipercaya oleh masyarakat

dapat menyembuhkan beberapa penyakit, seperti TBC, asma, asam urat, penyakit

kuning, penyakit kulit, dan darah tinggi. Susu kambing juga menjadi salah satu bahan

utama dalam industri kosmetik yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan

sabun, shampo, dan beberapa krim untuk kulit. Keistimewaan yang dimiliki

menyebabkan susu kambing memiliki manfaat dan nilai ekonomi yang tinggi.

Skripsi dengan judul “Sistem Produksi dan Kelayakan Usaha Peternakan

Kambing Peranakan Etawah Studi Kasus di Kelompok Peternak Simpay Tampomas

dan Tampomas Sejahtera, Sumedang, Jawa Barat” di susun dengan tujuan untuk

menjelaskan sistem produksi peternakan kambing pada kelompok ternak di

Kabupaten Sumedang serta menganalisis kelayakan usaha peternakan kambing perah

di lokasi pasca tambang pasir di Kabupaten Sumedang.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Kritik dan

saran yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan skripsi ini. Semoga

seluruh hasil yang tertuang dalam skripsi dapat bermanfaat bagi pembaca dan semua

pihak yang membutuhkan.

Bogor, April 2013

Penulis

Page 8: SISTEM PRODUKSI DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN … · usaha kurang dari 10 ekor nilai NPV Rp -24.575.425, B/C rasio 0,439, dan IRR -10%. Pada skala usaha lebih dari 20 ekor nilai

vii

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN ................................................................................................ i

ABSTRACT .................................................................................................. . ii

LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iv

RIWAYAT HIDUP ....................................................................................... v

KATA PENGANTAR ................................................................................... vi

DAFTAR ISI ................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ......................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xi

PENDAHULUAN .......................................................................................... 1

Latar Belakang .................................................................................... 1

Tujuan ................................................................................................. 3

TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 4

Potensi Ternak Kambing di Indonesia ................................................ 4

Produksi dan Reproduksi Kambing Perah........................................... 6

Budidaya Kambing Peranakan Etawah ............................................. .. 7

Pakan dan Cara Pemberian ...................................................... 7

Sistem Pemeliharaan ................................................................ 8

Tenaga Kerja ........................................................................................ 8

Prospek Ekonomi Usaha Kambing ...................................................... 9

Analisis Kelayakan Finansial .............................................................. 10

Net Present Value (NPV) ........................................................ 11

Internal Rate of Return (IRR) .................................................. 11

B/C rasio .................................................................................. 11

MATERI DAN METODE ............................................................................... 13

Lokasi dan Waktu ................................................................................ 13

Materi ................................................................................................... 13

Rancangan dan Analisis Data .............................................................. 13

Peubah yang Diamati ............................................................... 13

Analisis Data ............................................................................ 14

Net Present Value (NPV) ......................................................... 14

Internal Rate of Return ............................................................. 15

Rasio Manfaat – Biaya (Benefit Cost Ratio) ............................ 16

HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 18

Keadaan Umum Lokasi Penelitian ..................................................... 18

Page 9: SISTEM PRODUKSI DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN … · usaha kurang dari 10 ekor nilai NPV Rp -24.575.425, B/C rasio 0,439, dan IRR -10%. Pada skala usaha lebih dari 20 ekor nilai

viii

Desa Cibeureum Wetan Kecamatan Cimalaka ....................... 18

Desa Paseh Kaler Kecamatan Paseh ...................................... 19

Profil Kelompok ................................................................................. 20

Kelompok Peternak Simpay Tampomas ................................. 20

Kelompok Peternak Tampomas Sejahtera .............................. 20

Sistem Produksi Peternakan Kambing Pernakan Etawah ................... 21

Karakteristik Input .................................................................. 22

Kelompok Simpay Tampomas .................................... 22

Kelompok Tampomas Sejahtera ................................. 22

Organisasi dan SDM Kelompok Simpay

Tampomas ................................................................... 23

Organisasi dan SDM Kelompok Tampomas

Sejahtera ...................................................................... 24

Karakteristik Proses ................................................................. 26

Manajemen Pakan Kelompok Simpay

Tampomas .................................................................... 26

Manajemen Pakan Kelompok Tampomas

Sejahtera ....................................................................... 27

Manajemen Perkandangan Kelompok Simpay

Tampomas .................................................................... 28

Manajemen Perkandangan Kelompok Tampomas

Sejahtera ....................................................................... 30

Manajemen Perkawinan Kelompok Simpay

Tampomas ..................................................................... 32

Manajemen Perkawinan Kelompok Tampomas

Sejahtera ....................................................................... 33

Manajemen Penanganan Penyakit Kelompok

Simpay Tampomas ....................................................... 33

Manajemen Penanganan Penyakit Kelompok

Tampomas Sejahtera ..................................................... 34

Karakteristik Output ................................................................. 34

Analisis Pendapatan Kelompok Simpay Tampomas ............................ 34

Analisis Kelayakan Finansial Kelompok Simpay Tampomas .............. 36

KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... 38

Kesimpulan ............................................................................................ 38

Saran ...................................................................................................... 38

UCAPAN TERIMAKASIH .............................................................................. 39

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 40

LAMPIRAN ....................................................................................................... 42

Page 10: SISTEM PRODUKSI DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN … · usaha kurang dari 10 ekor nilai NPV Rp -24.575.425, B/C rasio 0,439, dan IRR -10%. Pada skala usaha lebih dari 20 ekor nilai

ix

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Populasi Ternak (000 ekor) Tahun 2005 – 2010 ................................. 5

2. Perkembangan Ternak Kambing Kelompok Simpay

Tampomas ............................................................................................ 22

3. Jumlah Kambing pada Kelompok Tampomas Sejahtera Berdasarkan

Struktur Umur ...................................................................................... 23

4. Karakteristik Peternak Kelompok Simpay Tampomas ......................... 24

5. Karakteristik Peternak Kelompok Tampomas Sejahtera ...................... 25

6. Sistem Pemberian Pakan pada Kelompok Simpay Tampomas ............ 27

7. Cara Pemberian Pakan pada Ternak Kelompok Tampomas Sejahtera.. 28

8. Karakteristik Perkandangan pada Kelompok Simpay Tampomas ........ 29

9. Karakteristik Perkandangan pada Kelompok Tampomas

Sejahtera ................................................................................................ 31

10. Sistem Reproduksi pada Kelompok Simpay Tampomas ...................... 32

11. Rata-rata Pendapatan Peternak Simpay Tampomas Berdasarkan

Kepemilikan Ternak .............................................................................. 35

12. Kelayakan Finansial Usaha Ternak Kambing di Kelompok Simpay

Tampomas .............................................................................................. 37

Page 11: SISTEM PRODUKSI DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN … · usaha kurang dari 10 ekor nilai NPV Rp -24.575.425, B/C rasio 0,439, dan IRR -10%. Pada skala usaha lebih dari 20 ekor nilai

x

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Lokasi Tambang Pasir ....................................................................... 18

2. Sistem Produksi Peternakan Kambing Peranakan Etawah

Kelompok Simpay Tampomas dan Tampomas Sejahtera ................. 21

3. (a) Kandang Kelompok Simpay Tampomas, (b) Kandang

Kelompok Tampomas Sejahtera.......................................................... 30

4. Proyeksi Rata-rata Pendapatan Peternak Kelompok Peternak

Simpay Tampomas ............................................................................. 36

Page 12: SISTEM PRODUKSI DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN … · usaha kurang dari 10 ekor nilai NPV Rp -24.575.425, B/C rasio 0,439, dan IRR -10%. Pada skala usaha lebih dari 20 ekor nilai

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Kuisioner Penelitian ........................................................................... 43

2. Hasil Proyeksi Ternak Kelompok Simpay Tampomas (ekor) ........... 55

3. Hasil Analisis Kelayakan Usaha Kelompok Simpay

Tampomas .......................................................................................... 57

4. Hasil Analisis Pendapatan Kelompok Simpay Tampomas

(Rupiah) ............................................................................................. 58

Page 13: SISTEM PRODUKSI DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN … · usaha kurang dari 10 ekor nilai NPV Rp -24.575.425, B/C rasio 0,439, dan IRR -10%. Pada skala usaha lebih dari 20 ekor nilai

1

PENDAHULUAN

Latar belakang

Peternakan merupakan salah satu sektor yang sangat berperan dalam

kehidupan masyarakat mulai dari hulu sampai hilir meliputi pangan, sandang, dan

juga industri. Ternak dapat menghasilkan pangan sebagai sumber protein hewani

berupa daging, telur, dan susu. Salah satu ternak penghasil susu adalah Kambing

Peranakan Etawah (PE). Kambing PE merupakan kambing hasil persilangan antara

kambing Kacang asli Indonesia dengan kambing Etawah (Jamnapari) asal India,

sehingga kambing PE memiliki sifat dari kedua jenis keduanya tersebut yakni mudah

pemeliharaannya, mampu beradaptasi terhadap lingkungan yang ekstrim

menguntungkan dan efisien dalam mengkonversi pakan menjadi susu. Kelebihan

yang dimiliki oleh kambing PE adalah dapat dipelihara di lahan kering dan juga pada

tanah berpasir (bekas galian pasir). Selain untuk mengembalikan produktivitas lahan

tersebut juga dapat memberikan pendapatan kepada masyarakat dan melestarikan

lingkungan.

Susu kambing memiliki banyak manfaat yakni kandungan protein yang tinggi

dan kalori yang cukup nyata. Energi total yang terkandung dalam susu kambing

sebanyak 50% berasal dari lemak, dan dari laktose serta protein masing-masing 25%.

Susu kambing merupakan sumber kalsium dan fosfor yang sangat baik (Devendra

dan Burns, 1994). Komposisi susu kambing adalah lemak 4,25%, protein 3,52%,

laktosa 4,27%, dan abu 0,86% (FAO, 2012). Susu kambing dipercaya oleh

masyarakat dapat menyembuhkan beberapa penyakit, seperti TBC, asma, asam urat,

penyakit kuning, penyakit kulit, dan darah tinggi. Susu kambing juga menjadi salah

satu bahan utama dalam industri kosmetik yang digunakan sebagai bahan baku

pembuatan sabun, shampo, dan beberapa krim untuk kulit. Keistimewaan yang

dimiliki susu kambing menyebabkan produk ini memiliki nilai ekonomi yang tinggi

dan permintaannya terus meningkat.

Produksi susu di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan

namun masih tergolong rendah bila dibandingkan dengan negara lain, karena baru

mencapai sekitar 26% dari kebutuhan nasional. Tingkat konsumsi susu masyarakat

Indonesia baru mencapai 11,9 liter/kapita/tahun, masih lebih rendah dibandingkan

dengan Thailand yang mencapai 33,7 liter/kapita/tahun (Dirjen Peternakan, 2010).

Page 14: SISTEM PRODUKSI DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN … · usaha kurang dari 10 ekor nilai NPV Rp -24.575.425, B/C rasio 0,439, dan IRR -10%. Pada skala usaha lebih dari 20 ekor nilai

2

Produksi susu nasional pada tahun 2000 sebesar 495.600 ton, sedangkan pada tahun

2009 sebesar 827.200 ton dengan presentase produksi rata-rata 5,07% per tahun

(Direktorat Jenderal Peternakan, 2012).

Ternak kambing banyak dipelihara oleh masyarakat karena sebagai ternak

ruminasia kecil tidak terlalu membutuhkan tempat yang relatif luas dan biasanya

digunakan untuk tabungan. Populasi ternak kambing secara nasional meningkat pada

tahun 2010 sebesar 16,62 juta ekor (peningkatan 5,08%) dibandingkan dengan

populasi tahun 2009. Provinsi di Indonesia yang memiliki persebaran kambing

terbanyak pada tahun 2010 adalah Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat yaitu

sebesar 3.691.096 ekor, 2.822.912 ekor, dan 1.801.320 ekor (Badan Pusat Statistik,

2011). Namun, bila dilihat dari tingkat konsumsi daging dan susu dari ketiga provinsi

tersebut, Jawa Barat berada diposisi pertama. Tingkat konsumsi daging di Jawa Barat

pada tahun 2010 yaitu sebanyak 344.267 ton dan untuk konsumsi susu adalah

715.350 ton. Hal ini berarti Jawa Barat memiliki peluang yang baik untuk

mengembangkan usaha peternakan kambing, karena memiliki akses yang mudah ke

ibu kota Jakarta yang memiliki penduduk yang padat dengan tingkat konsumen yang

tinggi dan kebutuhan akan pangan juga tinggi. Bertambahnya penduduk juga akan

meningkatkan permintaan akan daging dan susu kambing, terutama pada hari raya

kurban saat terjadi peningkatan permintaan terhadap daging kambing. Susu kambing

memiliki harga jual yang lebih tinggi dibandingkan harga susu sapi. Harga susu

kambing ditingkat konsumen di luar Jakarta sudah mencapai Rp 20.000 – Rp

40.000/liter sedangkan harga susu sapi hanya berkisar Rp 4.000 - Rp 5.000/liter

(Sodiq dan Abidin, 2008).

Pemeliharaan ternak umumnya dilakukan didaerah yang cocok dan lahan

yang produktif. Namun di daerah Sumedang terdapat daerah marjinal dengan kondisi

lahan bekas galian pasir, yang dimanfaatkan oleh seorang petani dengan cara

menanam tanaman gamal dan memelihara ternak kambing. Orientasi awal dan tujuan

memelihara kambing PE adalah untuk mennghasilkan daging dan sejalan dengan

perkembangannya dimanfaatkan sebagai penghasil susu. Pemeliharaan kambing PE

memberikan manfaat lebih dalam program reklamasi lahan karena kotoran kambing

dimanfaatkan sebagai pupuk sehingga semakin banyak tanaman gamal dan kemudian

dikembangkan buah naga. Penelitian tentang sistem produksi dan kelayakan usaha

Page 15: SISTEM PRODUKSI DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN … · usaha kurang dari 10 ekor nilai NPV Rp -24.575.425, B/C rasio 0,439, dan IRR -10%. Pada skala usaha lebih dari 20 ekor nilai

3

peternakan Kambing Peranakan Etawah di Sumedang Jawa Barat ini dapat memberi

informasi tentang kondisi dan potensi dalam beternak kambing di daerah marjinal.

Tujuan

1. Memperoleh informasi tentang sistem produksi peternakan kambing PE pada

lahan pasca lambang pasir di Kabupaten Sumedang.

2. Menganalisis kelayakan usaha peternakan kambing perah di lokasi pasca

tambang pasir di Kabupaten Sumedang.

.

Page 16: SISTEM PRODUKSI DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN … · usaha kurang dari 10 ekor nilai NPV Rp -24.575.425, B/C rasio 0,439, dan IRR -10%. Pada skala usaha lebih dari 20 ekor nilai

4

TINJAUAN PUSTAKA

Potensi Ternak Kambing di Indonesia

Domestikasi ternak kambing paling awal dilakukan umat manusia, setelah

domestikasi anjing. Jenis yang ada saat ini berasal dari kambing liar yang hidup di

pegunungan yang ada di Asia Barat, Persia, dan sekitarnya. Sebagian ahli menduga,

bahwa ternak yang banyak dibudidayakan saat ini berasal dari keturunan kambing

hias dari spesies Capra aegagrus yang hidup di Asia Kecil dan daratan Persia, Capra

falconeri dari sekitar Pegunungan Himalaya, dan Capra prisca yang hidup di sekitar

Pantai Mediterania (Sodiq dan Abidin, 2008).

Kambing banyak dipelihara untuk produksi daging, susu, kulit, dan serat.

Jenis asli dari Asia telah tersebar di semua benua dan merintangi hampir semua zona

iklim di Lingkaran Kutub sampai Katulistiwa. Ternak ini mampu berkembang

dihampir semua kondisi cuaca. Ada kecenderungan yang jelas bahwa berkonsentrasi

yang tinggi pada daerah kering dan juga sangat baik beradaptasi terhadap kondisi

panas dengan kondisi kering, pada umumnya tidak menyukai hujan (Gall, 1981).

Kambing memiliki kemampuan memilih jenis atau bagian tanaman sebagai upaya

untuk mendapatkan pakan yang lebih bergizi, tetapi apabila ketersediaan hijauan

sangat terbatas sifat tersebut menjadi berkurang atau hilang sama sekali (Novita et al.,

2006). Secara taksonomi, kambing termasuk Suku Caprini, Family Bovidae, Subordo

Ruminantia, Ordo Artiodactyla. Anggota lain dari Caprini adalah domba (Ovis).

Morfologis kambing berbeda dari domba pada ekor dan jenggot terdapat kelenjar

untuk jantan, dan tidak adanya kelenjar pada wajah dan lubang kelenjar air mata

dalam tengkorak dan kaki, setidaknya di kaki belakang. Cara termudah untuk

membedakan dua spesies untuk bawaan normal pada ekor menggantung ke atas pada

kambing dan ke bawah pada domba (Mason, 1981).

Kambing Peranakan Etawah (PE) adalah hasil persilangan antara Kambing

Etawah dengan Kambing Kacang yang bentuk fisiknya lebih mirip Kambing Etawah.

Jika bentuk fisiknya lebih mirip Kambing Kacang dan ukuran badannya lebih dari

Kambing PE, maka disebut Kambing Bligon, Gumbolo, atau Jawa Randu.

Keberadaan Kambing PE sudah beradaptasi dengan kondisi Indonesia, diternakkan

terutama untuk menghasilkan daging dan susu. Bobot kambing jantan dewasa rata-

rata 35 – 50 kg untuk jantan dan betina 30 – 35 kg (Sarwono, 2009). Kambing PE

Page 17: SISTEM PRODUKSI DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN … · usaha kurang dari 10 ekor nilai NPV Rp -24.575.425, B/C rasio 0,439, dan IRR -10%. Pada skala usaha lebih dari 20 ekor nilai

5

menurut Standar Nasional Indonesia merupakan hasil persilangan antara kambing

Etawah dengan kambing lokal yang memiliki ciri-ciri khusus, antara lain telinga

yang panjang, menggantung, dan terkulai, serta bulu rewos yang panjang pada kedua

kaki belakang dan memenuhi persyaratan mutu untuk dibudidayakan sebagai bibit,

memiliki daya produksi dan reproduksi yang tinggi (Badan Standardisasi Nasional,

2008).

Kendala sosial budaya dalam pengembangan usaha ternak kambing adalah

anggapan yang berhubungan dengan perusakan lingkungan, karena dianggap sebagai

hama yang menyebabkan penggundulan hutan dan erosi tanah. Sebaliknya, ternak ini

tidak saja sebagai penyedia daging dan susu bagi masyarakat pedesaan di daerah

tropis, tetapi dapat mengendalikan perluasan semak belukar. Potensi lain ternak ini

diantaranya yaitu untuk investasi, sebagai penyedia pupuk, tanduk, kuku, darah dan

tulang yang kesemuanya bernilai dagang (Devendra dan Burns, 1994). Data populasi

kambing pada tahun 2005 sampai tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Populasi Ternak (000 ekor) Tahun 2005 – 2010

Ternak 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Sapi Potong 10.569 10.875 11.515 12.257 12.760 13.633

Sapi Perah 361 369 374 458 475 495

Kambing 13.490 13.790 14.470 15,147 15.815 16.821

Domba 8.327 8.980 9.514 9.605 10.199 10.932

Ayam Buras 278.085 291.085 272.251 243.423 249.964 268.957

Ayam Ras Petelur 84.790 100.202 111.489 107.955 99.768 103.841

Ayam Ras Pedaging 811.189 797.527 891.659 902.052 991.281 1.49.952

Sumber : Badan Pusat Statistik (2011).

Lebih dari setengah populasi kambing di Indonesia tersebar di pulau Jawa

sementara di Pulau Sumatera adalah setengah dari populasi di Pulau Jawa, sehingga

total populasi di Pulau Jawa dan Sumatera sekitar 82,7% dari total populasi di

Indonesia. Sisanya, kurang dari 17,3% tersebar di beberapa pulau mulai dari yang

paling banyak, yaitu Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, Kalimantan, dan Papua.

(Sodiq dan Abidin, 2008).

Page 18: SISTEM PRODUKSI DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN … · usaha kurang dari 10 ekor nilai NPV Rp -24.575.425, B/C rasio 0,439, dan IRR -10%. Pada skala usaha lebih dari 20 ekor nilai

6

Produksi dan Reproduksi Kambing Perah

Karakter ternak ini lebih mudah dipelihara dibandingkan sapi perah, dapat

dipelihara dalam skala kecil untuk keperluan rumah tangga bahkan dapat diusahakan

sebagai usaha peternakan skala industri. Jenis yang tersebar di berbagai belahan

dunia dikelompokkan berdasarkan daerah asalnya, sifat-sifat produksinya, dan

karakteristiknya sebagai ternak penghasil susu (Sarwono, 2009).

Susu kambing berpotensi sebagai pengganti susu sapi karena beberapa orang

memiliki alergi terhadap susu sapi, juga dipercaya dapat menyembuhkan berbagai

macam penyakit seperti TBC, asma, asam urat, penyakit kuning, penyakit kulit, dan

darah tinggi, bahkan telah digunakan sebagai bahan baku kosmetik. Produksi susu

bervariasi antara keturunannya, tapi kebanyakan dari mereka mampu menghasilkan

susu di samping kebutuhan anak-anak mereka. Ukuran produksi susu berlebih

tergantung pada pakan yang tersedia (Gall, 1981). Kandungan protein susu kambing

jauh lebih tinggi daripada susu manusia dalam kaitannya dengan jumlah kalori.

Energi total yang terkandung sebanyak 50% berasal dari lemak dan dari laktose serta

protein masing-masing 25%, selain itu juga sebagai sumber kalsium dan fosfor yang

sangat baik. Hasil susu harian tertinggi kambing baru tercapai antara minggu

kedelapan dan keduabelas setelah melahirkan anak (Devendra dan Burns, 1994).

Rataan bobot sapih kambing PE berbeda-beda tergantung dari perlakuan yang

diberikan. Anak-anak kambing yang dibiarkan bersama induknya sampai berumur 3

bulan sehingga memperoleh susu sesuai dengan kebutuhannya memiliki rataan bobot

sapih 13,63 kg dengan kisaran 10,20 - 17,60 kg. Puncak produksi susu dicapai rata-

rata pada minggu ke-5 laktasi. Produksi susu selama 3 bulan laktasi tidak

dipengaruhi jenis ransum (Novita et al., 2006). Induk laktasi kambing PE

mengkonsumsi 8,19 kg pakan segar atau 1759 gram bahan kering per ekor per hari,

setara dengan 3,7% dari berat hidup (rataan berat hidup induk laktasi 48 kg). Rataan

berat lahir anak kambing PE adalah 3,84 kg (kisaran 2 – 6 kg). Berat lahir anak

jantan 3,97 kg dan anak betina 3,73 kg. Berat lahir anak tunggal 4,26 kg, kembar dua

4,06 kg, kembar tiga 3,17 kg, dan kembar empat 2,63 kg. Jumlah anak yang lahir

persentasenya lebih banyak jantan yaitu 51,96% dari pada betina yaitu 48,04%.

Angka kelahiran kambing PE 1,89 untuk angka kelahiran setahun dan 1,77 untuk

angka kelahiran seinduk. Produksi susu harian kambing PE adalah 0,99 kg per ekor

Page 19: SISTEM PRODUKSI DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN … · usaha kurang dari 10 ekor nilai NPV Rp -24.575.425, B/C rasio 0,439, dan IRR -10%. Pada skala usaha lebih dari 20 ekor nilai

7

per hari dengan rataan lama laktasi 170,07 hari. Persistensi (penurunan) produksi

susu adalah 56,07%, terjadi secara perlahan (Atabany et al., 2001).

Kemampuan pejantan mengawini betina sampai menjadi bunting merupakan

salah satu kriteria kesuburan pejantan. Pejantan kambing PE mempunyai rataan

kemampuan mengawini betina sampai menjadi bunting rata-rata 1,95 kali, dengan

rataan lama bunting 148,87 hari. Umur saat pertama kali kawin adalah 403,32 hari

(13,44 bulan) dan beranak pertama 643,24 hari (21,44 bulan), dengan alasan pada

umur tersebut alat reproduksi kambing telah berkembang dan berfungsi sempurna.

Selang dari beranak sampai berahi pertama sangat beragam dari satu sampai tiga

bulan atau bahkan lebih. Selang beranak kambing PE adalah 250, 36 hari (Atabany et

al., 2001).

Siklus birahi kambing betina adalah sekitar 18–21 hari dan lama birahi antara

24–36 jam (Devendra dan Burns, 1994). Kambing PE jantan di Peternakan Sahid

mulai dikawinkan umur 18 bulan sedangkan kambing PE betina pada umur 10 bulan

dikawinkan dengan harapan dapat beranak pada umur 15 bulan dengan masa

kebuntingan 5 bulan. Siklus birahi kambing PE betina di Peternakan Sahid adalah 21

hari dengan lama birahi 16–20 jam. Kambing PE betina di Peternakan Sahid akan

dikawinkan lagi pada 3-4 bulan setelah beranak tergantung dari produksi susu. Tiga

bulan pertama setelah kebuntingan susu masih dapat diperah. Memasuki umur

kebuntingan tiga bulan pemerahan dihentikan. Dengan metode seperti ini, maka jarak

beranak pertama ke beranak berikutnya (selang beranak) di Peternakan Sahid adalah

8 bulan (240 hari). Rata-rata jumlah anak yang lahir per induk (litter size) pada

kambing PE di Peternakan Sahid adalah 2 ekor (Prihatini, 2008).

Budidaya Kambing Peranakan Etawah

Pakan dan Cara Pemberian

Pakan merupakan salah satu unsur yang penting dalam usaha peternakan.

Kambing mau memakan berbagai macam pakan, bertentangan dengan anggapan

orang, mereka mempunyai kebiasaan makan yang pemilih. Kambing biasanya

menolak makanan yang telah dikotori hewan lain. Kambing lebih suka pakan

campuran seperti rerumputan dengan tanaman semak belukar atau daun pepohonan.

Kambing mampu merumput rumput yang sangat pendek, dan merenggut dedaunan

Page 20: SISTEM PRODUKSI DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN … · usaha kurang dari 10 ekor nilai NPV Rp -24.575.425, B/C rasio 0,439, dan IRR -10%. Pada skala usaha lebih dari 20 ekor nilai

8

yang biasanya tidak dimakan ternak lainnya (Devendra dan Burns, 1994). Kambing

yang sedang laktasi membutuhkan pakan yang mengandung protein lebih tinggi,

karena proses pembentukan susu membutuhkan suplai protein yang tinggi (Sodiq dan

Abidin, 2008). Persentase pakan untuk kambing laktasi adalah 60,9 % konsentrat dan

39,1 % rumput (Atabany, 2001).

Devendra dan Burns (1994) menyatakan bahwa anak kambing yang baru

lahir perlu diberikan kolostrum. Anak kambing minum susu sampai 35 hari sebanyak

1,2 liter/hari, setelah itu sampai dengan berumur 70 hari, anak kambing yang

menyusu pada induknya minum 1,6 liter/hari dan yang dibesarkan dengan susu

pengganti sebanyak 2 liter/hari. Anak kambing mulai mencicipi makanan padat

ketika berumur sekitar 2–3 minggu.

Sistem Pemeliharaan

Kambing dipelihara dengan cara dikandangkan secara kelompok, dua tipe

kandang yang umum dipakai di daerah tropis yaitu kandang tanpa alas yang sering

menempel pada bangunan lain dan tipe kandang panggung yang sangat umum

digunakan di Malaysia dan Indonesia. Kandang tipe ini sangat praktis untuk daerah

yang sangat lembab dan memiliki curah hujan yang tinggi agar kambing dapat

terlindungi dari hujan. Kandang panggung, lantainya kurang lebih 1-1,5 m dari tanah.

Hal ini bertujuan untuk memudahkan dalam membersihkan dan mengumpulkan

kotoran serta air kencing. Kandang harus mendapatkan cukup sinar matahari dengan

ventilasi serta drainase yang baik dan gampang dibersihkan. Lantai kandang harus

kuat dan tahan lama. Selain itu, bahan atapnya harus dapat memberikan perlindungan

yang efektif terhadap radiasi matahari. Bahan atap yang biasa digunakan adalah

rumbia, bambu, genting, dan asbes (Devendra dan Burns, 1994). Ukuran kandang

untuk anak kambing adalah 1,8 m x 1,8 m x 1,2 m sedangkan untuk kambing dewasa

adalah 2,4 m x 1,8 m (Williamson dan Payne, 1993). Suatu bentuk modifikasi tipe

kandang penggung telah dipakai untuk mengandangkan kambing secara intensif

dalam kandang individual dengan ukuran 0,75 m x 4,5 m x 4,8 m (Devendra dan

Burns, 1994).

Tenaga Kerja

Tenaga kerja (manpower) menurut Simanjuntak (1985) adalah kelompok

penduduk dalam usia kerja (working age populaion). Secara fisik, kemampuan

Page 21: SISTEM PRODUKSI DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN … · usaha kurang dari 10 ekor nilai NPV Rp -24.575.425, B/C rasio 0,439, dan IRR -10%. Pada skala usaha lebih dari 20 ekor nilai

9

bekerja diukur dengan usia. Artinya, orang dalam usia kerja dianggap mampu

bekerja. Secara praktis, pengertian tenaga kerja dan bukan tenaga kerja dibedakan

hanya oleh batas umur.

Setiap usaha pertanian yang akan dilaksanakan pasti membutuhkan tenaga

kerja. Oleh sebab itu dalam analisis ketenagakerjaan dibidang pertanian, penggunaan

tenaga kerja dinyatakan oleh besarnya curahan tenaga kerja. Curahan tenaga kerja

yang dipakai yang dipakai adalah besarnya tenaga kerja efektif yang dipakai. Dalam

analisa ketenagakerjaan juga dibutuhkan pembedaan tenaga kerja pria, wanita, anak-

anak dan ternak. Pembedaan ini terjadi karena setiap jenis tahapan pekerjaan dalam

suatu usaha pertanian adalah berbeda dan faktor kebiasaan juga menentukan

(Soekartawi, 1993).

Umumnya pemakaian jam kerja dianggap dapat memenuhi keperluan, tanpa

memperhatikan kebiasaan kerja yaitu delapan jam kerja dalam satu hari kerja.

Kelemahan pada ukuran ini antara lain pekerja yang mempunyai keahlian, kekuatan

dan pengalaman kerja yang berbeda, dinilai sama padahal pekerjaan dalam usahatani

relatif beragam. Oleh sebab itu dalam prakteknya digunakan ukuran setara jam kerja

pria dengan menggunakan faktor konversi sebagai berikut : 1) 8 jam tenaga kerja pria

dewasa = 1 HKP; 2) 8 jam tenaga kerja wanita dewasa = 0.8 HKP dan 3) 8 jam

tenaga kerja anak-anak = 0.5 HKP (Soekartawi et al ., 1986).

Prospek Ekonomi Usaha Kambing

Kambing Peranakan Etawah merupakan bangsa ternak yang biasanya

diusahakan untuk dimanfaatkan susunya. Keuntungan lain adalah dapat juga

dimanfaatkan sebagai penghasil daging. Produksi susu harian pada kambing PE

adalah sekitar 1,5–3,5 kg dengan lama masa laktasi 170–200 hari (Devendra dan

Burn, 1994). Potensi yang dimiliki kambing PE ini memiliki prospek ekonomi yang

potensial. Komponen biaya dan total pendapatan merupakan hal perlu diperhatikan

dalam suatu usaha.

Biaya adalah tiap barang dan jasa yang digunakan dalam suatu proyek yang

akan mengurangi tujuan yang harus ditempuh tergantung dari segi mana analisa

dilakukan (Gittinger, 1986). Biaya produksi berdasarkan sifatnya dapat digolongkan

menjadi dua yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya

tetap adalah biaya yang tidak ada kaitannya dengan jumlah barang yang diproduksi

Page 22: SISTEM PRODUKSI DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN … · usaha kurang dari 10 ekor nilai NPV Rp -24.575.425, B/C rasio 0,439, dan IRR -10%. Pada skala usaha lebih dari 20 ekor nilai

10

sedangkan biaya tidak tetap adalah biaya yang berubah apabila luas usahanya

berubah. Penentuan apakah suatu biaya tergolong pada biaya tetap atau biaya

variabel tergantung sebagian kepada sifat dan waktu pengambilan keputusan itu

dipertimbangkan (Soekartawi et al., 1986).

Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dan pengeluaran. Pendapatan

kotor usahatani didefinisikan sebagai nilai produk total usahatani dalam jangka

waktu tertentu baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Pendapatan kotor

usahatani adalah ukuran hasil perolehan total sumberdaya yang digunakan dalam

usahatani. Selisih antara pendapatan kotor usahatani dan pengeluaran total usahatani

disebut pendapatan bersih usahatani. Pendapatan bersih merupakan suatu ukuran

keuntungan usahatani yang dapat dipakai untuk membandingkan penampilan

beberapa usahatani (Soekartawi et al., 1986).

Hasil penelitian Ardia (2000) dipeternakan Barokah dengan biaya produksi

yang dikeluarkan terdiri dari biaya tetap (27,07%) dan biaya variabel (72,93%).

Struktur biaya yang paling tinggi adalah biaya pakan yang diikuti oleh gaji pegawai.

Besarnya biaya yang dikeluarkan, sangat mempengaruhi besarnya pendapatan.

Analisis Kelayakan Finansial

Analisa kelayakan finansial adalah suatu analisis yang membandingkan

antara biaya dengan manfaat untuk menentukan apakah suatu proyek akan

menguntungkan selama umur proyek atau tidak ditinjau dari sudut pandang pelaku

proyek. Tujuan utama analisa finansial terhadap usaha pertanian adalah untuk

menentukan berapa banyak keluarga petani yang menggantungkan kehidupan

mereka kepada usaha pertanian tersebut (Gittinger, 1986). Umumnya, kriteria

penilaian kelayakan investasi menggunakan beberapa metode, yaitu metode Net

Present Value (NPV), metode Net B/C Ratio dan metode Internak Rate of Return

(IRR) (Kadariah et al., 1999).

Net Present Value (NPV)

Net Present Value atau nilai kini manfaat bersih adalah selisih antara total

present value manfaat dengan total present value biaya atau jumlah present value

dari manfaat bersih tambahan selama umur bisnis. Nilai yang dihasilkan oleh

perhitungan NPV adalah dalam satua mata uang (Rp) (Nurmalina et al., 2010).

Page 23: SISTEM PRODUKSI DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN … · usaha kurang dari 10 ekor nilai NPV Rp -24.575.425, B/C rasio 0,439, dan IRR -10%. Pada skala usaha lebih dari 20 ekor nilai

11

Dalam metode NPV terdapat tiga penilaian investasi, yaitu :

NPV ≥ 0 berarti secara finansial layak usaha layak untuk dilaksanakan karena

manfaat yang diperoleh lebih besar dari biaya.

NPV ≤ 0 berarti secara finansial usaha tersebut tidak layak untuk

dilaksanakan, hal ini dikarenakan manfaat yang diperoleh lebih kecil dari

biaya/tidak cukup untuk menutupi biaya yang dikeluarkan.

NPV = 0 berarti secara finansial proyek sulit dilaksanakan karena manfaat

yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya yang dikeluarkan.

Internal Rate of Return (IRR)

IRR adalah nilai discount rate yang membuat NPV dari proyek sama dengan

nol. Internal Rate of Return adalah tingkat rata-rata keuntungan intern tahunan

dinyatakan dalam satuan persen. Jika diperoleh dari IRR lebih besar dari tingkat

diskonto yang berlaku, maka proyek layak untuk dilaksanakan. Sebaliknya jika nilai

IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku maka proyek tersebut tidak

layak untuk dilaksanakan (Kadariah et al., 1999).

Kerangka keputusan :

Jika IRR = tingkat diskonto, maka usaha tidak mendapatkan keuntungan

maupun kerugian.

Jika IRR < tingkat diskonto, maka usaha tidak layak untuk dijalankan.

Jika IRR > tingkat diskonto, maka usaha layak dijalankan.

B/C rasio

B/C rasio ini diperoleh bila nilai sekarang arus manfaat dibagi dengan nilai

sekarang arus biaya. Angka tersebut menunjukkan tingkat besarnya tambahan

manfaat pada setiap tambahan biaya sebesar satu satuan uang. B/C rasio merupakan

ukuran kemanfaatan proyek berdiskonto, karena arus-arus manfaat dan biaya terlebih

dahulu telah didiskontonkan (Gittinger, 1986).

Kerangka keputusan :

Jika B/C rasio > 1, maka proyek layak untuk dilakukan karena setiap

pengeluaran akan menghasilkan penerimaan yang lebih besar dari

pengeluaran tersebut.

Page 24: SISTEM PRODUKSI DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN … · usaha kurang dari 10 ekor nilai NPV Rp -24.575.425, B/C rasio 0,439, dan IRR -10%. Pada skala usaha lebih dari 20 ekor nilai

12

Jika B/C rasio = 1, maka proyek layak untuk diteruskan karena setiap

pengeluaran akan menghasilkan penerimaan yang sama dengan pengeluaran

tersebut (impas).

Jika B/C rasio < 1, maka proyek tidak layak untuk diteruskan karena setiap

pengeluaran akan menghasilkan penerimaan lebih kecil dari pengeluaran

tersebut.

Page 25: SISTEM PRODUKSI DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN … · usaha kurang dari 10 ekor nilai NPV Rp -24.575.425, B/C rasio 0,439, dan IRR -10%. Pada skala usaha lebih dari 20 ekor nilai

13

MATERI DAN METODE

Lokasi dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di Desa Cibeureum Wetan Kecamatan Cimalaka dan

di Desa Paseh Kaler Kecamatan Paseh, Sumedang, Jawa Barat. Pengumpulan data

dilakukan dalam 2 bulan yaitu bulan Juli sampai dengan Agustus 2011.

Materi

Penelitian ini melibatkan peternak kambing yang tergabung dalam kelompok

peternak Simpay Tampomas sebanyak 17 orang dan kelompok peternak Tampomas

Sejahtera sebanyak 19 orang, yang diwawancara menggunakan kuisioner (Lampiran

1). Penelitian ini diawali dengan pemilihan lokasi penelitian yaitu Kecamatan

Cimalaka dan Kecamatan Paseh, Sumedang, Jawa Barat karena kedua kecamatan

tersebut terdapat kelompok ternak kambing. Pemilihan responden dilakukan secara

purposif yaitu peternak kambing PE yang memiliki kambing minimal 3 ekor.

Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer yang meliputi: kondisi lokasi,

karakteristik responden, jumlah ternak, jenis dan sumber pakan, biaya usaha,

reproduksi, produksi susu per laktasi, dan harga susu. Data sekunder diperoleh dari

dinas peternakan Kabupaten Sumedang dan statistik peternakan.

Rancangan dan Analisis Data

Peubah yang diamati

Peubah yang dikumpulkan meliputi:

1. Karakteristik lokasi usaha dan peternak

2. Jumlah ternak yang dimiliki peternak

3. Produksi per tahun meliputi: produksi susu, jumlah ternak kambing yang

dijual, dan jumlah kotoran yang dihasilkan

4. Tata laksana pemeliharaan ternak kambing perah meliputi: tujuan produksi,

sistem pemeliharaan, sistem reproduksi, perkandangan, penanganan

kesehatan, pakan serta sistem pemasaran.

5. Karakteristik produksi ternak terdiri dari pertambahan ternak, kematian anak

dan induk, kesehatan dan kondisi ternak.

Page 26: SISTEM PRODUKSI DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN … · usaha kurang dari 10 ekor nilai NPV Rp -24.575.425, B/C rasio 0,439, dan IRR -10%. Pada skala usaha lebih dari 20 ekor nilai

14

6. Pendapatan peternak yakni jumlah penerimaan dari penjualan ternak, kotoran

ternak dan usaha lainnya.

Analisis Data

Analisis deskriptif digunakan unuk menggambarkan kondisi umum daerah

penelitian, karakteristik peternak, sistem budidaya ternak kambing, menggunakan

data yang diperoleh dari hasil pengamatan langsung, wawancara (kuisioner), dan

data sekunder. Data yang telah dikumpulkan ditabulasi, dihitung rataan dan disajikan

dalam bentuk tabel dan gambar.

Berdasarkan data yang diperoleh dihitung pendapatan dan manfaat dari usaha

menggunkan NPV, IRR, dan B/C rasio. Keuntungan diperoleh dari perhitungan biaya

produksi dan selisih antara penerimaan total dengan biaya produksi sesuai dengan

tingkat efisiensi penggunaan faktor produksi pada penggunaannya yang terbaik

(Suparmoko, 1992). Keuntungan usaha ternak dianalisis menggunakan persamaan

matematis:

= TR – TC

TC = TFC + TVC

TR = Q x P

Keterangan :

= Keuntungan Usaha Ternak

TR = Total penerimaan usaha ternak

TC = Total biaya

TFC = Total biaya tetap

TVC = Total biaya variabel

Q = Jumlah output/produk yang dihasilkan

P = Harga jual

Net Present Value (NPV)

Net Present Value atau nilai kini manfaat bersih adalah selisih antara total

present value manfaat dengan total present value biaya atau jumlah present value

dari manfaat bersih tambahan selama umur bisnis. Nilai yang dihasilkan oleh

perhitungan NPV adalah dalam satuan mata uang (Rp). Secara matematis dapat

dirumuskan sebagai berikut (Nurmalina et al., 2010) :

Page 27: SISTEM PRODUKSI DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN … · usaha kurang dari 10 ekor nilai NPV Rp -24.575.425, B/C rasio 0,439, dan IRR -10%. Pada skala usaha lebih dari 20 ekor nilai

15

( )

( )

( )

Keterangan:

Bt = Manfaat pada tahun t

Ct = Biaya pada tahun t

t = Tahun kegiatan bisnis (t = 0, 1, 2, 3,..........., n)

i = Tingkat DR (%)

Dalam metode NPV terdapat tiga penilaian investasi, yaitu :

NPV ≥ 0 berarti secara finansial layak usaha layak untuk dilaksanakan karena

manfaat yang diperoleh lebih besar dari biaya.

NPV ≤ 0 berarti secara finansial usaha tersebut tidak layak untuk

dilaksanakan, hal ini dikarenakan manfaat yang diperoleh lebih kecil dari

biaya/tidak cukup untuk menutupi biaya yang dikeluarkan.

NPV = 0 berarti secara finansial proyek sulit dilaksanakan karean manfaat

yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya yang dikeluarkan.

Namun, pada penelitiaan ini perhitungan NPV tidak dilakukan secara manual.

Perhitungan NPV dilakukan dengan menggunakan formula yang telah tersedia pada

software Microsoft Excel 2007.

Internal Rate of Return

IRR adalah nilai discount rate yang membuat NPV dari proyek sama dengan

nol. Internal Rate of Return adalah tingkat rata-rata keuntungan intern tahunan

dinyatakan dalam satuan persen. Jika diperoleh dari IRR lebih besar dari tingkat

diskonto yang berlaku, maka proyek layak untuk dilaksanakan. Sebaliknya jika nilai

IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku maka proyek tersebut tidak

layak untuk dilaksanakan. Rumus yang digunakan dalam menghitung IRR adalah

sebagai berikut (Kadariah et al., 1999) :

IRR = i1 + (i2 – i1)

Page 28: SISTEM PRODUKSI DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN … · usaha kurang dari 10 ekor nilai NPV Rp -24.575.425, B/C rasio 0,439, dan IRR -10%. Pada skala usaha lebih dari 20 ekor nilai

16

Keterangan :

NPV1 = NPV yang bernilai positif

NPV2 = NPV yang bernilai negatif

i1 = Tingkat bunga yang menghasilkan NPV positif

i2 = Tingkat bunga yang menghasilkan NPV negatif

Kerangka keputusan :

Jika IRR = tingkat diskonto, maka usaha tidak mendapatkan keuntungan

maupun kerugian.

Jika IRR < tingkat diskonto, maka usaha tidak layak untuk dijalankan.

Jika IRR > tingkat diskonto, maka usaha layak dijalankan.

Namun, pada penelitiaan ini perhitungan IRR tidak dilakukan secara manual.

Perhitungan IRR dilakukan dengan menggunakan formula yang telah tersedia pada

software Microsoft Excel 2007.

Rasio Manfaat – Biaya (Benefit Cost Ratio)

B/C rasio ini diperoleh bila nilai sekarang arus manfaat dibagi dengan nilai

sekarang arus biaya. Angka tersebut menunjukkan tingkat besarnya tambahan

manfaat pada setiap tambahan biaya sebesar satu satuan uang. B/C rasio merupakan

ukuran kemanfaatan proyek berdiskonto, karena arus-arus manfaat dan biaya terlebih

dahulu telah didiskontonkan (Gittinger, 1986).

( ) t

B/C Ratio =

( ) t

Keterangan:

Bt = Penerimaan yang diperoleh tiap tahun

Ct = Biaya yang dikeluarkan tiap tahun

n = Jumlah tahun

i = Tingkat suku bunga (%)

t = Tahun ke-1, 2, .... n

Page 29: SISTEM PRODUKSI DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN … · usaha kurang dari 10 ekor nilai NPV Rp -24.575.425, B/C rasio 0,439, dan IRR -10%. Pada skala usaha lebih dari 20 ekor nilai

17

Kerangka keputusan :

Jika B/C rasio > 1, maka proyek layak untuk dilakukan karena setiap

pengeluaran akan menghasilkan penerimaan yang lebih besar dari

pengeluaran tersebut.

Jika B/C rasio = 1, maka proyek layak untuk diteruskan karena setiap

pengeluaran akan menghasilkan penerimaan yang sama dengan pengeluaran

tersebut (impas).

Jika B/C rasio < 1, maka proyek tidak layak untuk diteruskan karena setiap

pengeluaran akan menghasilkan penerimaan lebih kecil dari pengeluaran

tersebut.

Pada penelitiaan ini perhitungan B/C rasio tidak dilakukan dengan menggunakan

formula yang telah tersedia pada software Microsoft Excel 2007.

Page 30: SISTEM PRODUKSI DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN … · usaha kurang dari 10 ekor nilai NPV Rp -24.575.425, B/C rasio 0,439, dan IRR -10%. Pada skala usaha lebih dari 20 ekor nilai

18

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Lokasi Penelitian

Desa Cibeureum Wetan Kecamatan Cimalaka dan Desa Paseh Kaler

Kecamatan Paseh. Kedua lokasi ini merupakan daerah pasca tambang pasir yang

dimanfaatkan sebagai lahan peternakan dan pertanian (Gambar 1).

Gambar 1. Lokasi Tambang Pasir

Desa Cibeureum Wetan Kecamatan Cimalaka

Luas wilayah Desa Cibeureum Wetan 394 ha/m2 dengan batas wilayah:

sebelah utara Kehutanan Kecamatan Conggeang, sebelah selatan Desa Ciuyah

Kecamatan Cisarua, sebelah timur Desa Legok Kaler dan Legok Kidul Kecamtan

Paseh, dan sebelah barat Desa Cibeureum Kulon Kecamatan Cimalaka. Curah hujan

di Desa Cibeureum Wetan sebesar 2000–2500 mm dengan suhu rata - rata hariannya

adalah 23–310C. Desa ini berada pada ketinggian 500–600 mdl. Jarak dari

Kecamatan Cimalaka ke Desa Cibeureum Wetan sekitar 3 km dan apabila ditempuh

dengan kendaraan bermotor kira-kira memerlukan waktu 0,2 jam. Jarak ke Ibu Kota

Kabupaten Sumedang yaitu sekitar 8 km dan dapat ditempuh dengan kendaraan

bermotor kira-kira memerlukan waktu 0,5 jam. Sedangkan jarak ke Ibu kota Provinsi

Jawa Barat yaitu Bandung sekitar 33 km dan dapat ditempuh dengan kendaraan

bermotor kira-kira memerlukan waktu 3 jam.

Pemanfaatan tanah di Desa Cibeureum Wetan Kabupaten Sumedang adalah

sebagai berikut:

Luas pemukiman: 52,31 ha/m2

Luas persawahan: 96,25 ha/m2

Page 31: SISTEM PRODUKSI DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN … · usaha kurang dari 10 ekor nilai NPV Rp -24.575.425, B/C rasio 0,439, dan IRR -10%. Pada skala usaha lebih dari 20 ekor nilai

19

Luas perkebunan : 90 ha/m2

Luas kuburan : 2,45 ha/m2

Luas pekarangan : 0,60 ha/m2

Luas Perkantoran : 0,20 ha/m2

Luas prasarana umum lainnya : 152,19 ha/m2

Desa Cibeureum Wetan memiliki 3.903 penduduk yang terdiri dari 1.973

orang laki-laki dan 1.930 orang perempuan dengan jumlah kepala keluarga (kk)

sebesar 1.279 KK dengan kepadatan penduduk 0,1 per km. Penduduk di Desa

Cibeureum Wetan sebagian besar (52,6%) adalah petani yaitu 1.036 orang laki-laki

dan 1.017 orang perempuan. Data ini menunjukkan bahwa Desa Cibereum Wetan

berpotensi untuk pengembangan usaha peternakan, karena lahan yang tersedia masih

cukup luas dan tenaga kerja produktif tersedia. Diperlukan upaya optimalisasi

sumber daya yang tersedia untuk peningkatan produktivitas.

Desa Paseh Kaler Kecamatan Paseh

Desa Paseh Kaler berjarak sekitar 3 km dari desa Cibeureum Wetan dengan

luas wilayah Desa Paseh Kaler 302.189 km. Secara geografis desa ini berbatasan:

sebelah utara Desa Jambu, sebelah selatan Desa Legok Kidul dan Paseh Kidul,

sebelah timur Desa Paseh Kidul, dan sebelah barat Gunung Tampomas.

Desa Paseh Kaler pada tahun 2012 memiliki penduduk 4.740 jiwa yang

terdiri dari 2.359 orang laki-laki dan 2.381 orang perempuan. Penduduk Desa Paseh

Kaler sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani. Usaha pertanian yang

diusahan oleh penduduk adalah padi dan juga salak. Hal ini dapat dilihat bahwa di

desa Paseh Kaler banyak terdapat lahan persawahan dan perkebunan salak. Dalam

pendistribusian hasil panen, penduduk desa tidak terlalu sulit karena akses dari desa

menuju kecamatan atau kabupaten cukup mudah.

Jarak dari desa ke ibu kota kecamatan 1 km dengan jarak tempuh

mengguakan kendaraan bermotor 0,125 jam. Sedangkan jarak dari desa ke ibu kota

kabupaten 15 km. Lama jarak tempuh ke ibu kota kabupaten dengan kendaraan

bermotor 0,5 Jam. Lama jarak tempuh ke ibu kota kabupaten dengan berjalan kaki

atau angkutan umum 2,5/3 Jam.

Page 32: SISTEM PRODUKSI DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN … · usaha kurang dari 10 ekor nilai NPV Rp -24.575.425, B/C rasio 0,439, dan IRR -10%. Pada skala usaha lebih dari 20 ekor nilai

20

Profil Kelompok

Kelompok Peternak Simpay Tampomas

Kelompok peternak Simpay Tampomas mulai dirintis tahun 1998 yang

berlokasi di atas lahan bekas galian pasir, tepatnya di Blok Tari Kolot dan Batu

Nungku. Awal mulanya terbentuk kelompok ini karena adanya rasa keprihatinan

bersama anggota masyarakat terhadap kondisi lahan bekas galian. Penghijauan

kembali diharapkan kerusakan lahan bekas galian perlahan-lahan dapat diperbaiki,

meskipun akan sangat sulit. Seiring dengan proses penghijauan yang dilakukan

muncul ide-ide baru untuk melaksanakan mix farming antara usaha

penghijauan/usaha pertanian secara umum dengan usaha peternakan. Selama masa

perkembangannya, usahaternak yang pada awalnya hanya dimaksud sebagai

pendukung kegiatan reklamasi akhirnya menjadi usaha pokok. Usaha yang

dilaksanakan pada awal rintisan adalah peternakan kambing pedaging dan

dilanjutkan dengan pengembangan kambing perah.

Kelompok peternak Simpay Tampomas telah memperoleh banyak prestasi

atas upaya memperbaiki lingkungan. Pada tahun 2000 diberi piagam penghargaan

dari Kepala Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat sebagai kelompok pelopor

reklamasi lahan bekas galian C bidang peternakan tingkat Provinsi Jawa Barat.

Tahun 2010 menjadi juara 1 dalam lomba kelompok agribisnis peternakan komoditas

kambing tingkat provinsi Jawa Barat dan masih banyak lagi penghargaan yang

pernah diraih.

Perkembangan anggota kelompok Simpay Tampomas sejak didirikan sampai

tahun 2009 tidak mengalami peningkatan dengan jumlah anggota kelompok berkisar

amtara 40–45 orang. Pada tahun 2010 terjadi penurunan jumlah anggota hingga

mencapai 25 orang, karena terjadi pemekaran kelompok baru dengan nama

kelompok Tampomas Sejahtera. Hal ini disebabkan lokasi tempat tinggal beberapa

anggota cukup jauh dari komplek peternakan sehingga mereka memilih membuat

kelompok baru yang berlokasi dekat dengan tempat tinggal mereka.

Kelompok Peternak Tampomas Sejahtera

Lokasi peternakan Tampomas Sejahtera berada di kaki Gunung Tampomas.

Desa Paseh Kaler Kecamatan Paseh Kabupaten Sumedang Jawa Barat memiliki luas

wilayah 3.437 ha. Sebelum terjadi pemekaran, Paseh Kaler merupakan bagian dari

Page 33: SISTEM PRODUKSI DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN … · usaha kurang dari 10 ekor nilai NPV Rp -24.575.425, B/C rasio 0,439, dan IRR -10%. Pada skala usaha lebih dari 20 ekor nilai

21

Desa Paseh Wilayah Kecamatan Conggeang dan pada tahun 1982 setelah menjadi

Kecamatan, Paseh memiliki dua desa yaitu Desa Paseh Kaler dan Paseh Kidul (Dinas

Kabupaten Sumedang, 2011). Kelompok Peternak Tampomas Sejahtera merupakan

kelompok peternak hasil pemekaran dari Kelompok Simpay Tampomas. Kelompok

ini baru terbentuk pada tahun 2008. Kelompok Tampomas Sejahtera memiliki jumlah

anggota 25 orang.

Sistem Produksi Peternakan Kambing Peranakan Etawah

Sistem produksi peternakan merupakan susunan khusus dari kegiatan usaha

ternak yang dikelola untuk mencapai sebuah tujuan. Sistem produksi terdiri atas

input, proses, dan output. Pada Gambar 2 disajikan bagan sistem produksi peternakan

Kambing Peranakan Etawah pada kelompok Simpay Tampomas dan Tampomas

Sejahtera.

Gambar 2. Sistem Produksi Peternakan Kambing Peranakan Etawah Kelompok

Simpay Tampomas dan Tampomas Sejahtera (Hasil Penelitian).

Page 34: SISTEM PRODUKSI DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN … · usaha kurang dari 10 ekor nilai NPV Rp -24.575.425, B/C rasio 0,439, dan IRR -10%. Pada skala usaha lebih dari 20 ekor nilai

22

Karakteristik Input

Kelompok Simpay Tampomas. Ternak yang diusahakan oleh kelompok

Simpay Tampomas adalah Kambing Peranakan Etawah. Pada Tabel 2 disajikan data

perkembangan jumlah ternak pada kelompok Simpay Tampomas per April 2007

sampai Juni 2010. Jumlah ternak kambing setiap tahunnya terdapat peningkatan. Hal

ini berarti dari tahun 2007 sampai 2010 kelompok Simpay Tampomas skala

usahanya meningkat sebesar 4,3%. Berdasarkan data pada Tabel 2, peningkatan

populasi ternak jantan lebih tinggi daripada ternak betina, hal ini disebabkan

persentase kelahiran anak jantan lebih tinggi. Kelompok Simpay Tampomas pada

awal perintisan usaha lebih menekankan pada ternak penghasil daging sehingga

kelahiran anak betina dan jantan memberi nilai yang sama.

Tabel 2. Perkembangan Ternak Kambing Kelompok Simpay Tampomas

No. Uraian Jumlah (ekor)

April

2007

April

2008

April

2009

Juni

2010

Peningkatan

(%)

1. Dewasa Jantan 25 26 28 35 8,77

2. Dewasa Betina 291 292 294 298 0,61

3. Muda Jantan 44 52 54 66 10,18

4. Muda Betina 56 67 72 80 8,73

5. Anak Jantan 43 46 80 85 16,54

6. Anak Betina 69 59 55 62 -2,8

Jumlah 528 542 583 626 4,3

Sumber : Dinas Peternakan Jawa Barat, 2010.

Kelompok Tampomas Sejahtera. Pada saat penelitian dilaksanakan, jumlah

kambing di kelompok Tampomas Sejahtera secara keseluruhan adalah 179 ekor

(Tabel 3). Berdasarkan data tersebut jumlah ternak terbanyak adalah betina dewasa

sebanyak 36,3% dari total. Kelompok ini belum memiliki kambing dewasa laktasi

sehingga belum memproduksi susu, karena peternak lebih mengutamakan program

pembibitan dan penggemukan. Terdapat 27 ekor ternak betina yang sedang bunting

dan memerlukan suatu manajemen yang lebih memadai pada saat ternak beranak dan

pasca beranak. Diperlukan adanya program peningkatan ketrampilan melalui

pelatihan sehingga ternak apat dikelola dengan baik. Ternak perah memerlukan

Page 35: SISTEM PRODUKSI DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN … · usaha kurang dari 10 ekor nilai NPV Rp -24.575.425, B/C rasio 0,439, dan IRR -10%. Pada skala usaha lebih dari 20 ekor nilai

23

pemeliharaan yang intensif agar dapat berproduksi dengan baik, sementara kelompok

ini baru terbentuk sehingga belum cukup pengalaman.

Tabel 3. Jumlah Kambing Yang Dimiliki Kelompok Tampomas Sejahtera

Berdasarkan Struktur Umur

Populasi Jumlah (ekor)

Betina anak 35

Betina muda tidak bunting 9

Betina muda bunting 0

Betina dewasa 65

Betina dewasa bunting 27

Betina laktasi 0

Jantan anak 21

Jantan muda 14

Jantan dewasa 8

Jumlah 179

Organisasi dan SDM; Kelompok Simpay Tampomas. Karakteristik

peternak yang akan dibahas adalah umur, pendidikan formal dan pendidikan non

formal. Rata-rata usia peternak di kelompok ini adalah usia tua (60-79 tahun) (Tabel

4). Hal ini berarti sebagian besar peternak berada pada kisaran umur yang tidak

produkif lagi. Jarang sekali generasi muda yang mau meneruskan usaha ternak

kambing yang telah dirintis. Hal ini berimbas terhadap berkurangnya jumlah anggota

yang tergabung pada kelompok. Tingkat pendidikan anggota kelompok peternak

termasuk dalam kategori rendah yaitu sebesar 58,82% hanya lulus SD (Sekolah

Dasar). Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor pendukung untuk kemajuan

usaha ternak yang dijalankan. Namun, semangat yang dimiliki oleh peternak di

kelompok Simpay Tampomas untuk mengikuti pelatihan dan penyuluhan dalam

beragai bidang terkait peternakan dan pertanian mampu meningkatkan keterampilan

dan kemajuan usaha. Peternak Simpay Tampomas telah memenangkan beberapa

perlombaan. Karakteristik dari peternak kelompok Simpay Tampomas dapat dilihat

pada Tabel 4. Data tersebut menunjukan bahwa lebih dari 50% petani responden

Page 36: SISTEM PRODUKSI DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN … · usaha kurang dari 10 ekor nilai NPV Rp -24.575.425, B/C rasio 0,439, dan IRR -10%. Pada skala usaha lebih dari 20 ekor nilai

24

hanya menyelesaikan pendidikan dasar (SD). Namun, mereka aktif mengikuti

pelatihan-pelatihan yang dilakukan oleh instansi terkait.

Tabel 4. Karakteristik Peternak Kelompok Simpay Tampomas

Karakteristik Jumlah (Orang) Persentase (%)

Umur

20-29 thn 2 11,76

30-49 thn 3 17,65

40-59 thn 2 11,76

60-79 thn 10 58,82

Pendidikan Formal

SR (SD) 10 58,82

SLTP 2 11,76

SMA 5 29,41

Pendidikan Non Formal

Pelatihan 7 41,18

Penyuluhan 6 35,29

Kedua-duanya 4 23,53

Peternak kelompok Simpay Tampomas sebagian besar (76,47%) tidak

menggunakan tenaga kerja upahan. Hal ini karena jumlah ternak kambing yang

dipelihara belum dalam skala besar sehingga masih bisa hanya dengan tenaga kerja

keluarga, selain itu bila menggunakan upah buruh memerlukan biaya yang mahal

dengan rata-rata gaji per hari adalah Rp 35.000,00 untuk laki-laki dan Rp 20.000,00

untuk perempuan. Pada saat dibutuhkan ada peternak yang menggunakan tenaga

kerja upahan untuk mencari rumput dan membersihkan kandang. Kegiatan memerah

susu dilakukan oleh pemilik ternak. Pemerahan susu memang pekerjaan yang

memerlukan keahlian, sehingga ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar

kualitas susu terjaga maka dari itu peternak memilih melakukan sendiri dalam

memerah susu.

Organisasi dan SDM; Kelompok Tampomas Sejahtera. Karakteristik

peternak kambing kelompok Tampomas Sejahtera yang akan dibahas dalam

penelitian ini umur, pendidikan formal dan nonformal. Berdasarkan wawancara yang

Page 37: SISTEM PRODUKSI DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN … · usaha kurang dari 10 ekor nilai NPV Rp -24.575.425, B/C rasio 0,439, dan IRR -10%. Pada skala usaha lebih dari 20 ekor nilai

25

dilakukan, sebagian besar peternak kambing masih berada pada kisaran umur

produktif, hanya sekitar 10,53% yang berada pada kisaran umur tidak produktif yaitu

berumur 60–79 tahun. Umur peternak merupakan salah satu faktor pendukung

pengembangan usahaternak kambing yang dijalannya. Kelompok peternakan

Tampomas Sejahtera merupakan kelompok ternak yang baru dibentuk sehingga

masih banyak peluang yang bisa dikembangkan dengan peternak yang memiliki usia

yang masih produktif. Bertambahnya umur menjadikan peternak semakin

berpengalaman.

Tabel 5. Karakteristik Peternak Kelompok Tampomas Sejahtera

Uraian Jumlah Peternak (orang) Persentase (%)

Umur

20 – 29 tahun 1 5,26

30 – 39 tahun 5 26,32

40 – 59 tahun 11 57,89

60 – 79 tahun 2 10,53

Pendidikan Formal

SD 18 94,74

SMP 0 0

SMA/SMK 1 5,26

Pendidikan Non Formal

Pelatihan 0 0

Penyuluhan 19 100

Keduanya 0 0

Tingkat pendidikan sesuai data pada Tabel 5, sebagian besar (94,74%)

pendidikan peternak masih rendah yaitu lulusan Sekolah Dasar (SD). Tingkat

pendidikan dapat berpengaruh terhadap penyerapan teknologi baru dan ilmu

pengetahuan tentang usaha ternak kambing. Peternak dengan tingkat pendidikan

rendah bisanya mengalami kesulitan dalam adaptasi teknologi, baik dalam hal

budidaya maupun pasca produksi. Namun, peternak masih semangat untuk

menambah pengetahuan dengan mengikuti penyuluhan (100%) yang diadakan oleh

Dinas Peternakan Kabupaten Sumedang melalui kelompok ternak. Program

Page 38: SISTEM PRODUKSI DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN … · usaha kurang dari 10 ekor nilai NPV Rp -24.575.425, B/C rasio 0,439, dan IRR -10%. Pada skala usaha lebih dari 20 ekor nilai

26

penyuluhan yang dilaksanakan ini diharapkan dapat membantu peternak dalam

memperoleh informasi tentang tatacara beternak yang baik dan memudahkan

peternak dalam mengaplikasikan teknologi yang ada ataupun yang baru sehingga

dapat meningkatkan produksi dan akan berdampak pada kesejahteraan peternak.

Karakteristik Proses

Manajemen Pakan; Kelompok Simpay Tampomas. Pemberian pakan

merupakan salah satu faktor yang penting dalam peternakan kambing. Pemberian

pakan pada kelompok ternak ini dilakukan secara intensif yaitu diberikan setiap hari

di dalam kandang dimana tempat pakan disajikan dalam palungan kandang. Pakan

kambing di kelompok ternak Simpay Tampomas berupa hijauan dan konsentrat.

Tetapi tidak semua peternak memberikan konsentrat hanya sebagian peternak yang

memberi konsentrat yaitu sekitar 47,06% dari jumlah seluruh peternak. Jumlah

pemberian pakan hijauan dari masing-masing peternak untuk ternaknya memiliki

sistem yang berbeda. Jumlah pemberian pakan berdasarkan jenis kelamin dan umur

kambing, berdasarkan 10% bobot badan, dan lebih banyak peternak memberikan

pakan hijauan ad libitum. Jenis hijauan yang diberikan pada umumnya adalah gamal

dan kaliandara, dengan frekuensi pemberian pakan hijauan di kelompok ternak ini

terbanyak adalah sekitar 2-3 kali sehari. Pemberian pakan hijauan biasanya dilakukan

pada pagi, siang, dan sore. Pemberian pakan pada pagi hari adalah sisa hijauan yang

disabit pada hari sebelumnya, sedangkan untuk siang dan sore merupakan hijauan

yang disabit pada hari tersebut. Peternakan di kelompok ternak Simpay Tampomas

masih peternak tradisional, jadi dalam pemberian pakan kebanyakan peternak tidak

ditimbang. Cara pemberian pakan dari kelompok ternak Simpay Tampomas dapat

dilihat pada Tabel 6.

Peternak pada kelompok peternak Simpay Tampomas memberikan pakan

berupa rumput dan dedaunan, pemberiannnya dengan cara disabit (cut and carry).

Proses penyabitan rumput dilakukan oleh pemilik ternak, hanya sekitar 23,53% yang

menggunakan tenaga upahan. Pakan diperoleh dari daerah sekitar Gunung

Tampomas karena sebagian besar peternak tidak memiliki lahan untuk penyedia

rumput bagi ternak kambing.

Page 39: SISTEM PRODUKSI DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN … · usaha kurang dari 10 ekor nilai NPV Rp -24.575.425, B/C rasio 0,439, dan IRR -10%. Pada skala usaha lebih dari 20 ekor nilai

27

Tabel 6. Sistem Pemberian Pakan pada Kelompok Simpay Tampomas.

Karakteristik Jumlah (Orang) Persentase (%)

Cara Mendapat Pakan

Disabit sendiri 13 76,47

Disabit tenaga upah 4 23,53

Tempat Mencari Rumput

Padang rumput di gunung 14 82,35

Padang rumput milik sendiri dan

digunung 3 17,65

Frekuensi Pemberian Hijauan

2 kali 8 47,06

3kali 8 47,06

4 kali 1 5,88

Konsentrat

Diberi 8 47,06

Tidak beri 9 52,94

Tersedianya air dalam jumlah yang memadai dengan kualitas baik juga akan

mempengaruhi keberhasilan usaha ternak. Penyediaan air oleh peternak didapat dari

air sumur. Jumlah sumur resapan yang ada sebanyak 2 unit, sedangkan sumur gali

terdapat 3 buah, dan terdapat mata air dengan jarak sekitar 300 m dari area

peternakan.

Manajemen Pakan; Kelompok Tampomas Sejahtera. Pemberian pakan

pada kelompok peternak Tampomas Sejahtera dilakukan secara intensif yaitu pakan

diberikan setiap hari di dalam kandang dimana tempat pakan disajikan dalam

palungan kandang. Pakan yang diberikan yaitu berupa hijauan dan konsentrat.

Peternak memperoleh hijauan dengan cara menyabit sendiri, hanya satu orang

peternak yang menggunakan tenaga kerja upahan untuk mencari hijauan. Berikut

disajikan Tabel 7 karakteristik pemberian pakan pada kelompok peternak Tampomas

Sejahtera.

Page 40: SISTEM PRODUKSI DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN … · usaha kurang dari 10 ekor nilai NPV Rp -24.575.425, B/C rasio 0,439, dan IRR -10%. Pada skala usaha lebih dari 20 ekor nilai

28

Tabel 7. Sistem Pemberian Pakan pada Ternak Kelompok Tampomas Sejahtera

Uraian Jumlah Peternak (orang) Persentase (%)

Cara Mendapat Pakan

Disabit sendiri 18 94,74

Disabit tenaga upah 1 5,26

Tempat Mencari Rumput

Padang rumput di gunung 17 89,47

Kombinasi 2 10,53

Frekuensi Pemberian Pakan

2 kali 5 31,25

3 kali 10 62,50

5 kali 1 6,25

Konsentrat

Diberi 19 100

Data pada Tabel 7 menunjukkan bahwa peternak dalam mencarri rumput

dilakukan di gunung (89,47%). Jenis hijauan yang diberikan antara lain adalah gamal,

kaliandra, dan rumput lapang. Pemberian pakan dilakukan sebanyak 3 kali sehari

(62,50%) yaitu pagi, siang, dan sore. Jumlah pakan yang diberikan pada ternak tidak

terbatas, ternak kambing diberi hijauan sebanyak-banyaknya dengan penambahan

konsentrat yang diperoleh dari pemerintah, jadi semua peternak (100%) memberikan

konsentrat untuk kambingnya. Konsentrat diberi sekali dalam sehari dan tidak ada

takarannya biasanya peternak dikelompok ini memberikan konsentrat sebanyak satu

kaleng susu bayi atau sekitar 0,5 kg. Penyediaan air minum untuk ternak kambing

didapat dari air sumur yang dibuat oleh peternak di daerah komplek kelompok

peternak Tampomas Sejahtera.

Manajemen Perkandangan; Kelompok Simpay Tampomas. Kandang

memiliki arti penting dalam usaha ternak kambing. Kandang berfungsi sebagai

tempat berlindung ternak dari hal-hal yang dianggap kurang menguntungkan.

Kandang juga memudahkan peternak dalam pemberian pakan, dan pengawasan

kesehatan ternak. Sistem pemeliharaan ternak kambing dilakukan secara intensif.

Artinya aktifitas kambing mulai dari makan hingga pemerahan susu aktifitasnya

Page 41: SISTEM PRODUKSI DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN … · usaha kurang dari 10 ekor nilai NPV Rp -24.575.425, B/C rasio 0,439, dan IRR -10%. Pada skala usaha lebih dari 20 ekor nilai

29

dilakukan di dalam kandang. Karakteristik perkandangan dari kelompok ternak

Simpay Tampomas dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Sistem Perkandangan pada Kelompok Simpay Tampomas Karakteristik Jumlah (orang) Persentase (%)

Status kandang

Milik sendiri 16 94,12

Kerjasama 1 5,88

Atap

Genteng 14 82,35

Asbes 1 5,88

Fiber, genteng 2 11,76

Lantai

Bambu 5 29,41

Semen, bambu 4 23,53

Tanah 8 47,06

Dinding

Bambu 7 41,18

Papan kayu 3 17,65

Keduanya 7 41,18

Peternak memiliki kandang dengan konstruksi yang sederhana dan secara

teknis cukup memadai. Kandang kambing pada kelompok peternak Simpay

Tampomas ada yang berbentuk panggung dan ada yang beralaskan tanah atau semen

(bukan panggung). Karakteristik perkandangan pada kelompok ternak Simpay

Tampomas antar peternak tidaklah jauh berbeda. Jenis atap yang digunakan

sebagaian besar adalah genteng, bahan lantai cukup beragam, dan bahan dinding

terbuat dari bambu dan papan kayu.

Kandang kambing pada kelompok peternak Simpay Tampomas memiliki

ventilasi yang cukup sehingga sinar matahari dan angin cukup didapat oleh ternak.

Kebersihan kandang juga selalu terjaga oleh peternak karena kandang dibersihkan

setiap hari. Devendra dan Burns (1994) menyatakan bahwa apapun tipe kandangnya,

kandang harus mendapat cukup sinar matahari, ventilasi baik dan mudah dibersihkan.

Page 42: SISTEM PRODUKSI DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN … · usaha kurang dari 10 ekor nilai NPV Rp -24.575.425, B/C rasio 0,439, dan IRR -10%. Pada skala usaha lebih dari 20 ekor nilai

30

Bahan kandang dapat terbuat dari rumbia dan bambu yang murah. Namun, agar lebih

kokoh dapat menggunakan bahan-bahan seperti semen dan atap logam. Lokasi

kandang juga terletak cukup jauh dari jalan raya sehingga baik untuk untuk

ketenangan ternak kambing.

Ukuran rata-rata luas kandang per anggota adalah 40 m2 (4 m x 10 m).

Namun, menurut Williamson dan Payne (1993) ukuran kandang untuk anak kambing

adalah 1,8 m x 1,8 m x 1,2 m sedangkan untuk kambing dewasa adalah 2,4 m x 1,8

m. Tipe kandang panggung digunakan untuk mengandangkan kambing secara

intensif dalam kandang individual dengan ukuran 0,75 m x 4,5 m x 4,8 m (Devendra

dan Burns, 1994). Berikut adalah gambar kandang dari kelompok Simpay Tampomas

dan Tampomas Sejahtera.

(a) (b)

Gambar 3. (a) Kandang Kelompok Simpay Tampomas, (b) Kandang Kelompok

Tampomas Sejahtera.

Manajemen Perkandangan; Kelompok Tampomas Sejahtera. Sistem

pemeliharaan ternak kambing di kelompok Tampomas Sejahtera dilakukan secara

intensif. Kandang berbentuk panggung dengan lantai kandang terbuat dari papan

kayu (84,21%). Bentuk kandang panggung akan mempermudah dalam

membersihkan kotoran ternak. Beberapa syarat yang harus dimiliki oleh kandang

yang baik antara lain adalah memiliki sistem ventilasi yang baik. Kandang kambing

di Kelompok Tampomas Sejahtera memiliki ventilasi yang cukup baik terlihat dari

banyaknya rongga udara di kandang. Udara kandang yang kotor sehingga bisa

mudah keluar berganti dengan udara bersih yang ada diluar karena ventilasi yang

baik. Hal ini juga didukung dinding kandang yang bahannya terbuat dari bambu,

Page 43: SISTEM PRODUKSI DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN … · usaha kurang dari 10 ekor nilai NPV Rp -24.575.425, B/C rasio 0,439, dan IRR -10%. Pada skala usaha lebih dari 20 ekor nilai

31

papan kayu, dan perpaduanya. Pada Tabel 9 dapat dilihat informasi tentang

karekteristik kandang kambing kelompok peternak Tampomas Sejahtera.

Tabel 9. Sistem Perkandangan pada Kelompok Tampomas Sejahtera

Uraian Jumlah Peternak (orang) Persentase (%)

Status Kandang

Milik sendiri 19,00 100

Kerjasama 0,00 0

Atap

Genteng 17 89,47

Asbes 1 5,26

Asbes, genteng 1 5,26

Dinding

Bambu 6 31,58

Papan kayu 7 36,84

Keduanya 6 31,58

Lantai

Bambu 3 15,79

Papan kayu 16 84,21

Bahan dinding kandang yang memiliki cukup banyak rongga membuat sinar

matahari dapat masuk dengan baik ke dalam kandang. Sinar matahari ini berguna

untuk mejaga kesehatan kambing dengan membunuh bakteri-bakteri yang ada di

kandang kambing sehingga kesehatan kambing dapat terjaga. Jenis atap yang dipilih

peternak untuk kandang kambing sebagian besar adalah genteng (89,47%).

Konstruksi kandang pada kelompok masih cukup sederhana dan antar peternak tidak

ada perbedaan yang cukup berarti. Ukuran kandang di kelompok ini relatif kecil

karena kepemilikan ternak kambing yang relatif sedikit yaitu 3–15 ekor. Jarak antar

kandang yang dimiliki peternak yang satu dengan peternak yang lain sangat dekat

karena kandang kambing dibangun di tanah desa. Kandang adalah milik peternak

sehingga jika nanti usahaternak kambing berkembang diperlukan kandang dan area

yang lebih luas lagi.

Page 44: SISTEM PRODUKSI DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN … · usaha kurang dari 10 ekor nilai NPV Rp -24.575.425, B/C rasio 0,439, dan IRR -10%. Pada skala usaha lebih dari 20 ekor nilai

32

Manajemen Perkawinan Ternak; Kelompok Simpay Tampomas. Sistem

perkawinan ternak pada kelompok peternak Simpay Tampomas dilakukan secara

alami artinya proses perkawinan menggunakan kambing pejantan yang dimiliki atau

dapat menggunakan kambing pejantan dari peternak lain. Walaupun sudah ada IB

kambing di Kabupaten Sumedang namun dengan pelaksanaannya belum optimal.

Ketersediaan semennya juga belum memadai. Karakteristik sistem reproduksi dari

kelompok ternak Simpay Tampomas dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Karakeristik Reproduksi Ternak Kelompok Simpay Tampomas Karakteristik Jumlah (Orang) Persentase (%)

Asal bakalan

Membeli dari peternak lain 12 70,59

Kelompok 2 11,76

Peternak lain dan pasar hewan 2 11,76

Hasil anakan 1 5,88

Asal Pejantan

Milik Sendiri 11 64,71

Milik peternak lain 5 29,41

Keduanya 1 5,88

Aspek Produksi yang dicatat

Perkawinan 6 35,29

Perkawinan, produksi susu 1 5,88

Perkawinan, produksi susu, bobot

anak 4 23,53

Perkawinan, tanggal lahir 1 5,88

Tidak ada yang dicatat 5 29,41

Peternak kelompok Simpay Tampomas sebagian besar yaitu sebanyak 64,71%

menggunakan pejantan yang dimiliki sendiri untuk perkawinan. Perkawinan sangat

diperhatikan oleh peternak pada kelompok ini karena dari banyak aspek, perkawinan

lebih banyak dicatat oleh peternak yaitu sebanyak 35,29%. Kambing bakalan pada

kelompok peternak ini berasal dari peternak lain (70,59%). Awal mula beternak

bakalan diperoleh di daerah Kaligesing. Ternak kambing pada kelompok peternak

Simpay Tampomas rata-rata pertama birahi pada umur 10 bulan, dan dikawinkan

Page 45: SISTEM PRODUKSI DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN … · usaha kurang dari 10 ekor nilai NPV Rp -24.575.425, B/C rasio 0,439, dan IRR -10%. Pada skala usaha lebih dari 20 ekor nilai

33

pertama pada umur 10 bulan itu juga. Ternak mulai memiliki keturunan/anak lahir

pada umur 15 bulan dengan rata-rata kebuntingan 5 bulan dengan umur sapih adalah

3 bulan. Rata-rata jumlah anak yang lahir per induk adalah 1–2 ekor.

Manajemen Perkawinan Ternak; Kelompok Tampomas Sejahtera.

Sistem perkawinan ternak kambing di lokasi penelitian dilakukan secara alami.

Kambing pejantan yang digunakan biasanya dipinjam dari peternak lain atau

pejantan yang dimiliki oleh kelompok. Pelaksanaan IB pernah dilakukan dikelompok

ini namun tidak berhasil. Selama pemeliharaan ternak aspek yang dicatat oleh

peternak biasanya adalah aspek perkawinan. Tanggal kawin, pejantan dan induk

mana yang dikawinkan. Beberapa keunikan diterapkan oleh peternak yaitu memberi

nama setiap kambing yang dipelihara sehingga lebih mudah untuk mengingat dan

mencatat saat perkawinannya.

Ternak kambing kelompok Tampomas Sejahtera birahi pada umur 13 bulan

dan dikawinkan pertama kali pada umur 14 bulan dengan lama bunting 6 bulan dan

umur sapih adalah 5 bulan. Terdapat perbedaan umur kawin antara ternak kelompok

Tampomas Sejahtera dan Simpay Tampomas yaitu pada kelompok Tampomas

Sejahtera baru dikawinkan pada umur 14 bulan sedangkan ternak kelompok Simpay

Tampomas dikawinkan pada umur 10 bulan. Perbedaan tersebut diakibatkan karena

pakan yang diberikan berbeda kualitasnya sehingga berakibat kurangnya nutrisi pada

ternak dan hal ini berimbas pada umur birahi yang terlambat. Hal ini perlu

diperhatikan karena dapat berakibat pada produksi kelompok Tampomas Sejahtera

yang rendah.

Manajemen Penanganan Penyakit; Kelompok Simpay Tampomas.

Ternak kambing juga harus dijaga kesehatannya agar tetap mampu berproduksi

dengan baik. Jika tidak, dapat menyebabkan kerugian yang sangat besar. Penanganan

kesehatan ternak adalah salah satunya dengan membersihkan kandang setiap hari dan

bila perlu dilakukan vaksinasi. Memandikan ternak juga bisa menjadi alternatif

dalam menjaga kesehatan karena dengan dimandikan kutu atau jamur yang ada pada

ternak bisa hilang.

Penyakit-penyakit yang biasa menyerang kambing PE di kelompok Simpay

Tampomas antara lain scabies, diare, lumpuh, flu, sakit mata, dan ayan. Penanganan

penyakit-penyakit tersebut para peternak menggunakan baik obat tradisional dan juga

Page 46: SISTEM PRODUKSI DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN … · usaha kurang dari 10 ekor nilai NPV Rp -24.575.425, B/C rasio 0,439, dan IRR -10%. Pada skala usaha lebih dari 20 ekor nilai

34

obat kimia. Obat tradisional yang biasa digunakan seperti daun nangka, oli bekas,

daun bambu, dan air kelapa. Obat kimia yang biasa diberikan adalah obat-obatan

yang beredar dipasaran (obat warung) atau memanggil mantri hewan.

Manajemen Penanganan Penyakit; Kelompok Tampomas Sejahtera.

Kesehatan kambing perlu dijaga agar berproduksi dan reproduksi secara optimal.

Kondisi lingkungan, pakan, dan sistem pemeliharaan ternak akan mempengaruhi

kondisi kambing. Pencegahan penyakit juga dilakukan dengan membersihkan

kandang setiap hari. Kambing yang sakit perlu segera ditangani agar tidak menular

kepada kambing lain.

Penyakit yang biasanya menyerang ternak kambing di kelompok Tampomas

Sejahtera adalah scabies, diare, flu, dan batuk. Penanganan penyakit-penyakit

tersebut dilakukan baik secara tradisional maupun dengan obat kimia. Obat

tradisional yang biasa digunakan adalah oli bekas yang biasanya digunakan untuk

scabies, daun nangka untuk diare. Obat kimia yang digunakan adalah obat-obatan

yang beredar dipasaran. Kelompok ini juga mendapat bantuan obat-obatan dari

pemeritah dan bantuan pengobatan dari mantri hewan.

Karakteristik Output

Hasil yang diperoleh oleh kelompok peternak Simpay Tampomas antara lain

ternak kambing, susu, kotoran ternak, dan hasil dari usaha sampingan yaitu buah

naga. Namun, pada kelompok peternak Tampomas Sejahtera hasil yang diperoleh

adalah ternak kambing dan kotoran ternak saja. Kelompok Tampomas Sejahtera

belum memproduksi susu karena usaha ternak yang dijalankan baru pada tahap

pembibitan dan penggemukan.

Analisa Pendapatan Kelompok Simpay Tampomas

Penerimaan pada kelompok peternak Simpay Tampomas berasal dari

penjualan ternak kambing, nilai tambah ternak, penjualan kotoran, pejualan susu, dan

penjualan buah naga. Selama penelitian, penerimaan pada kelompok peternak ini

masih banyak diandalkan dari penjualan ternak kambing karena belum semua

peternak ternak kambingnya menghasilkan susu. Pengeluaran peternak pada

kelompok peternak Simpay Tampomas antara lain adalah untuk pakan, tenaga kerja,

biaya operasional, dan obat-obatan.

Page 47: SISTEM PRODUKSI DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN … · usaha kurang dari 10 ekor nilai NPV Rp -24.575.425, B/C rasio 0,439, dan IRR -10%. Pada skala usaha lebih dari 20 ekor nilai

35

Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dan pengeluaran. Pendapatan

kotor usahatani didefinisikan sebagai nilai produk total usahatani dalam jangka

waktu tertentu baik yang dijual maupun yang tidak dijual (Soekartawi et al., 1986).

Analisa pendapatan kelompok Simpay Tampomas dilakukan dengan membagi dalam

tiga skala usaha atau jumlah kepemilikan ternak yaitu kepemilikan kurang dari 10

ekor, 10 sampai 20 ekor, dan lebih dari 20 ekor. Hasil analisa pendapatan kelompok

Simpay Tampomas dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Rata-rata Pendapatan Peternak Simpay Tampomas Berdasarkan

Kepemilikan Ternak

Skala Usaha

(Ekor)

Responden

(Orang)

Rata-rata Jumlah

Ternak (Ekor)

Rata-rata

Pendapatan (Rp)

<10 2 6 -10.512.566,5

10 -- 20 10 14 -9.223.128,3

>20 5 43 7.154.620

Data tersebut menunjukkan bahwa pada skala usaha kurang dari 10 ekor dan

10 sampai 20 ekor nilai rata-rata pendapatan peternak bernilai negatif, sedangkan

pada skala usaha lebih dari 20 ekor rata-rata pendapatan peternak bernilai positif,

artinya skala tersebut menguntungkan.

Hasil analisa pendapatan peternak Simpay Tampomas secara keseluruhan

adalah (-Rp 4.557.842,118). Rata-rata pendapatan peternak bernilai negatif karena

kondisi antara peternak satu dengan yang lain sangat berbeda. Ada peternak yang

memiliki pendapatan tinggi tetapi ada peternak yang pendapatnya sangat rendah

bahkan negatif. Beternak bukan merupakan usaha pokok bagi beberapa peternak

pada kelompok ini sehingga ketika pendapatan dalam beternak rendah atau bernilai

negatif maka kurang berpengaruh karena ternak hanya digunakan sebagai tabungan.

Namun, jika peternak akan menambah skala usaha maka akan terjadi peningkatan

pendapatan. Pendapatan dapat ditingkatkan bila peternak memiliki ternak sejumlah

kurang lebih 40 ekor. Berikut disajikan grafik proyeksi rata-rata pendapatan peternak

untuk 5 tahun mendatang.

Page 48: SISTEM PRODUKSI DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN … · usaha kurang dari 10 ekor nilai NPV Rp -24.575.425, B/C rasio 0,439, dan IRR -10%. Pada skala usaha lebih dari 20 ekor nilai

36

Gambar 4. Proyeksi Rata-rata Pendapatan Peternak Kelompok Peternak Simpay

Tampomas.

Analisa Kelayakan Finansial Kelompok Simpay Tampomas

Kelayakan finansial usahaternak kambing pada kelompok peternak Simpay

Tampomas dapat dilihat pada Tabel 12. Perencanaan usaha untuk melakukan analisis

finansial ini menggunakan beberapa asumsi dengan mengacu pada kondisi di

kelompok peternak Simpay Tampomas dan teori yang mendukung. Kriteria penilaian

kelayakan investasi menggunakan metode Net Present Value (NPV), metode Net B/C

Ratio dan metode Internak Rate of Return (IRR) (Kadariah et al., 1999). Tingkat

diskonto yang digunakan dalam analisis ini adalah sebesar 8% per tahun berdasarkan

suku bunga deposito Bank Indonesia.

Tabel 12. Kelayakan Finansial Usaha Ternak Kambing di Kelompok Peternak

Simpay Tampomas

Skala Usaha

(ekor)

Responden

(orang)

Rata-rata

Jumlah

Ternak (ekor)

NPV (Rp) B/C Rasio IRR

<10 2 6 -24575425 0,439 -10%

10 - 20 10 14 9311731 1,692 18%

>20 5 43 22292034 1,710 23%

Page 49: SISTEM PRODUKSI DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN … · usaha kurang dari 10 ekor nilai NPV Rp -24.575.425, B/C rasio 0,439, dan IRR -10%. Pada skala usaha lebih dari 20 ekor nilai

37

Hasil analisa dilakukan pada tiga skala usaha yaitu yang melibatkan

kepemilikan kambing kurang dari 10 ekor, antara 10 sampai 20 ekor, dan lebih dari

20 ekor. Hasil analisis menunjukan bahwa pada skala usaha kurang dari 10 ekor

tidak layak untuk dijalankan karena nilai NPV Rp -24.575.425, B/C rasio 0,439, dan

IRR -10%. Pada skala usaha 10–20 ekor dan lebih dari 20 ekor, usaha ternak layak

untuk dijalankan. Usaha ternak layak untuk dijalankan ketika nilai NPV lebih dari

sama dengan nol, nilai B/C rasio lebih dari satu, dan nilai IRR lebih dari tingkat

diskonto yakni 8%. Usaha ternak Kelompok Simpay Tampomas memiliki nilai NPV,

B/C rasio, dan nilai IRR tertinggi pada skala usaha lebih dari 20 ekor.

Page 50: SISTEM PRODUKSI DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN … · usaha kurang dari 10 ekor nilai NPV Rp -24.575.425, B/C rasio 0,439, dan IRR -10%. Pada skala usaha lebih dari 20 ekor nilai

38

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Usaha ternak kambing kelompok Simpay Tampomas dan Tampomas

Sejahtera berdasarkan komponen dan variabel input, proses, dan output, usaha

bersifat semi tradisional. Ternak di kandangkan dengan sistem pemberian pakan

yang tidak terbatas, manajemen reproduksi, pakan, termasuk manajemen kesehatan

masih tergolong sederhana.

Analisis kelayakan finansial usaha ternak kambing hanya dilakukan pada

kelompok Simpay Tampomas. Hasil analisa menunjukkan bahwa semakin besar

skala usahanya, semakin tinggi keuntungan ditandai dengan nilai NPV, B/C rasio,

dan IRR yang tinggi. Pada skala usaha kurang dari 10 ekor nilai NPV (-Rp

24.575.425), B/C rasio 0,439, dan IRR (-10%). Pada skala usaha lebih dari 20 ekor

nilai NPV Rp 22.292.034, B/C rasio 1,710, dan IRR 23%.

Saran

Peningkatan skala usaha agar keuntungan yang diperoleh dapat meningkat

didukung perbaikan manajemen pemeliharaan dan sistem pemberian pakan

berdasarkan umur agar diperoleh produksi yang optimal.

Page 51: SISTEM PRODUKSI DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN … · usaha kurang dari 10 ekor nilai NPV Rp -24.575.425, B/C rasio 0,439, dan IRR -10%. Pada skala usaha lebih dari 20 ekor nilai

39

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur dipanjatkan atas kehadirat Allah SWT atas segala anugerah dan

karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi ini. Pada

kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada: Ibu, Ayah, dan Kakak

tercinta untuk doa, nasihat, dukungan, dan kasih sayang yang begitu berlimpah. Ibu

Dr. Ir. Asnath M Fuah, M.S dan Almarhum Bapak Ir. Dwi Joko Setyono, MS sebagai

dosen pembimbing skripsi atas bimbingan dan nasihat yang telah diberikan dari awal

penyusunan proposal hingga selesainya skripsi ini. Bapak Ir. Maman Duldjaman,

MSi dan Ir. Andi Murfi M.Si sebagai dosen pembimbing akademik atas nasihat dan

dukungan yang diberikan selama di Fakultas Peternakan. Ibu Ir. Sri Darwati, MSi

sebagai dosen pembahas seminar, panitia seminar, dan panitia sidang. Dr. Ir. Henny

Nuraini, M.Si dan Ir. Kukuh Budi Satoto, MS sebagai dosen penguji.

Keluarga Bapak Uha Juhari, Pak Engkos, dan keluarga Bapak Taryan, terima

kasih atas keramahan dan bantuan yang telah diberikan penulis saat melaksanakan

penelitian. Seluruh anggota kelompok Simpay Tampomas dan Tampomas Sejahtera

atas bantuan dan keramahan yang telah diberikan saat penelitian. Teman – teman

satu penelitian : Nia Nuzul, Anni Nur Atiqoh, Euis Widaningsih, Hendro Siswoyo,

dan Wawan Dwi Aprianto yang telah berjuang bersama selama kegiatan penelitian.

Teman –temanku : Siska Yoka, Komala Herarti, Indah, Ika, Lely, Dinis dan teman –

teman IPTP 45 yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas bantuan,

dukungan, dan kebersamaan yang diberikan. Sahabat sahabat satu kontrakan : Gita

Widya, Binti Nur Azizah, Laela Nur Baity, dan Ana Widyawati atas dukungan,

bantuan dan persaudaraan selama ini. Sahabat– sahabatku: Galuh Hanifatiha, Diah

Rahmi Adiyanti, Wuri Setyani, Radini Ayu Pratiwi, Muti Relegi, Muhammad

Rifkiaansyah, dan Abdulrahman Halim atas dukungan, bantuan, dan kebersamaan

selama ini. Teman–teman pimpinan BEMKM IPB dan teman-teman KLH BEMKM

IPB Kabinet Berkarya atas dukungan dan bantuannya. Akhirnya disampaikan ucapan

terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantun dan dukungan

kepada penulis yang tidak dapat disebutkan satu-satu.

Bogor, April 2013

Penulis

Page 52: SISTEM PRODUKSI DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN … · usaha kurang dari 10 ekor nilai NPV Rp -24.575.425, B/C rasio 0,439, dan IRR -10%. Pada skala usaha lebih dari 20 ekor nilai

40

DAFTAR PUSTAKA

Ardia, W. A. 2000. Analisis pendapatan usaha ternak kambing perah peranakan

etawah. Skripsi. Jurusan Sosial Ekonomi Industri Peternakan. Fakultas

Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Atabany, A. 2001. Studi kasus produktivitas kambing Peranakan Etawah dan

kambing Saanen pada peternakan kambing perah Barokah dan PT. Taurus

Dairy Farm. Tesis. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Atabany, A., I. K. Abdulgani, A. Sudono, & K. Mudikdjo. 2001. Performa produksi,

reproduksi dan nilai ekonomis kambing Peranakan Etawah di peternakan

Barokah. Met. Pet. 24(2).

Badan Pusat Statistik. 2011. Populasi Ternak Indonesia. Badan Pusat Statistik,

Jakarta.

Badan Pusat Statistik Sumedang. 2010. Kabupaten Sumedang Dalam Angka Tahun

2010. Badan Pusat Statistik Sumedang, Sumedang.

Badan Standardisasi Nasional. 2008. Bibit Kambing Peranakan Etawah. Badan

Standardisasi Nasional, Jakarta.

Devendra, C & M. Burns. 1994. Produksi Kambing Di Daerah Tropis. Terjemahan:

IDK Harya Putra. ITB, Bandung.

Direktorat Jenderal Peternakan. 2012. Statistik peternakan.

http://ditjennak.deptan.go.id/index.php?page=statistikpeternakan&action=in

fo [18 April 2012].

Direktorat Jenderal Peternakan. 2010. Produksi susu masih rendah.

http://ditjennak.deptan.go.id/index.php?page=berita&action=detail&idberita

=197 [18 April 2012].

Food and Agriculture Organitation. 2012. Small scale food processing – A guide

appropriate equipment. http://www.fao.org/WAIRdocs/x5434e0d.htm [18

April 2012].

Gall, C. 1981. Goat Production. Academic Press, London, New York, Toronto, San

Francisco, Sydney.

Gitingger J P.1968. Analisis Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Penerjemah: Slamet

Sutomo & Komet Manggiri. Universitas Indonesia press, Jakarta.

Kadariah, L. Karlina, & C. Gray. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek. Universitas

Indonesia press, Jakarta.

Mason, I. L. 1981. Wild Goats and Their Domestication. In : C. Gall (Eds.). Goat

Production. Academic Press, London, New York, Toronto, San Francisco,

Sydney.

Page 53: SISTEM PRODUKSI DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN … · usaha kurang dari 10 ekor nilai NPV Rp -24.575.425, B/C rasio 0,439, dan IRR -10%. Pada skala usaha lebih dari 20 ekor nilai

41

Novita, C. I., A. Sudono, I. K. Sutama, & T. Toharmat. 2006. Produktivitas kambing

peranakan Etawah yang diberi ransum berbasis jerami padi fermentasi.

Media Peternakan. 29: 96 – 106.

Nurmalina, R., T. Sarianti, & A. Karyadi. 2010. Studi Kelayakan Bisnis. Departemen

Agribisnis FEM-IPB, Bogor.

Pass, C. & B. Lowes. 1994. Kamus Lengkap Ekonomi. Erlangga, Jakarta.

Pemerintah Kabupaten Sumedang. 2012. Geografis Sumedang.

http://www.sumedangkab.go.id/index.php?option=com_content&view=artic

le&id=58&Itemid=64 [18 Juli 2012].

Prihatini, W. 2008. Analisis prospek dan strategi pengembangan usahaternak

kambing Peranakan Etawah (PE) di pondok pesantren modern sahid gunung

menyan bogor. Skripsi. Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan. Fakultas

Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Sarwono, B. 2009. Beternak Kambing Unggul. Penebar Swadaya, Jakarta.

Simanjuntak, P. J. 1985. Pengantar Ekonomi Sumberdaya Manusia. Lembaga

Penelitian, Jakarta.

Sodiq, A. & Z. Abidin. 2008. Meningkatkan Produksi Susu Kambing Peranakan

Etawah. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Soekartawi, A., Suharja, J.L., Dillon & Hardaker. 1986. Ilmu Usaha Tani dan

Penelitian Untuk Pengembangan Petani Kecil. UI- Press, Jakarta

Suparmoko. 1992. Ekonomika Untuk Manajer BPFE, Yogyakarta

Williamson, G & W. J. A. Payne. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis.

Terjemahan : D. Darmaja. UGM Press, Yogyakarta.

Page 54: SISTEM PRODUKSI DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN … · usaha kurang dari 10 ekor nilai NPV Rp -24.575.425, B/C rasio 0,439, dan IRR -10%. Pada skala usaha lebih dari 20 ekor nilai

42

LAMPIRAN

Page 55: SISTEM PRODUKSI DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN … · usaha kurang dari 10 ekor nilai NPV Rp -24.575.425, B/C rasio 0,439, dan IRR -10%. Pada skala usaha lebih dari 20 ekor nilai

43

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian

Nomor :

Nama Pewawancara :

Tanggal :

Desa :

I. DENTITAS RESPONDEN

1. Nama : ..........................................................................

2. Umur : ..........................................................................

3. Alamat Tempat Tinggal : ..........................................................................

...........................................................................

...........................................................................

4. Pendidikan Terakhir yang perbah saudara ikuti:

a. Tidak sekolah

b. SD/ sederajat (selama ......... tahun)

c. SLTP/sederajat (selama .......... tahun)

d. SMU/ sederajat (selama ........... tahun)

e. Perguruan Tinggi (selama ........... tahun)

5. Tingkat pendidikan informal bidang peternakan yang pernah saudara

ikuti

Kegiatan Lama Pendidikan

( hari/ bulan/ tahun)

Keterangan

Kursus

Pelatihan

Penyuluhan

Lainnya

6. Apa tujuan anda beternak?

a. Tabungan

b. Produksi anak

c. Bibit

d. Penggemukan

e. Penghasil pupuk dan tenaga kerja pertanian

f. Warisan

Page 56: SISTEM PRODUKSI DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN … · usaha kurang dari 10 ekor nilai NPV Rp -24.575.425, B/C rasio 0,439, dan IRR -10%. Pada skala usaha lebih dari 20 ekor nilai

44

g. Lain-lain .............................................................................................

7. Jumlah Anggota Keluarga : .........................................................................

8. Pendapatan dari Beternak Kambing Perah per Tahun : Rp..........................

9. Pendapatan Usaha Lain Per Tahun : Rp ..........................

II. DATA TERNAK

1. Jenis dan Jumlah Ternak

a. Sapi : .................................................................. ekor

b. Kerbau : .................................................................. ekor

c. Kambing : .................................................................. ekor

d. Lain – lain : .................................................................. ekor

2. Jumlah Ternak yang Dipelihara

Ternak kambing Jumlah (ekor)

Kambing induk laktasi

- Bunting

- Tidak bunting

Kambing induk kering

- Bunting

- Tidak bunting

Dara

- Bunting

- Tidak bunting

Jantan

- Muda

- Anak

Betina

- Anak

Kambing cacat/ afkir

3. Status Kepemilikan Kambing

a. Milik Sendiri : ................................ ekor

b. Gaduhan (Bagi Hasil) : ................................ ekor

Persentase bagi hasil : ...............% peternak, ...........% pemilik

4. Jumlah Tenaga Kerja yang ada di Peternaka

Page 57: SISTEM PRODUKSI DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN … · usaha kurang dari 10 ekor nilai NPV Rp -24.575.425, B/C rasio 0,439, dan IRR -10%. Pada skala usaha lebih dari 20 ekor nilai

45

a. Anggota Keluarga

Laki-laki : .......................................... orang

Wanita : .......................................... orang

Anak-anak : .......................................... orang

b. Buruh

Laki-laki : ..................................... orang

Wanita : ..................................... orang

Anak-anak : ..................................... orang

III. DATA TERNAK KAMBING DAN PRODUKTIVITAS

1. Mulai beternak kambing sejak tahun : ......................................

2. Bangsa kambing yang dipelihara : ......................................

3. Asal bibit ternak yang diusahakan selama setahun terkhir

4. Jumlah ternak pertama kali pemeliharaan : ......................................

5. Pertambahan ternak satu tahun terakhir : ......................................

6. Umur kambing pertama birahi : ......................................

7. Umur kambing pertama kali dikawinkan : ......................................

8. Umur kambing betina beranak pertama : ......................................

9. Selang Beranak : .....................................

10. Umur Kambing disapih : ......................................

11. Darimana saudara memperoleh pejantan unggul ?

- Milik sendiri

- Milik orang lain

- Keduanya

- Lainnya..............

12. Apakah saudara sudah menggunakan teknologi inseminasi buatan (IB)?

a. tidak b. Ya, siapa yang melakukannya .....................

...............................................................

13. Berapa kali rata-rata melakukan IB untuk setiap keberhasilan ternak

untuk bunting : ........................kali

14. Kejadian Distokia (kesulitan beranak) : pernah / tidak

Page 58: SISTEM PRODUKSI DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN … · usaha kurang dari 10 ekor nilai NPV Rp -24.575.425, B/C rasio 0,439, dan IRR -10%. Pada skala usaha lebih dari 20 ekor nilai

46

Cara mengatasi : ..............................................................

...............................................................

................................................................

................................................................

15. Kematian : pernah / tidak

a. jantan : ................... ekor

b. betina : ................... ekor

c. cempe : - betina : .................... ekor

- jantan : .................... ekor

Penyebab : ...............................................................

................................................................

16. Kendala dalam pemeliharaan kambing perah

..................................................................................................................

................................................ ................................................................

IV. PAKAN TERNAK

1. Bagaimana cara memperoleh pakan (hijauan)?

a. Disabit oleh pemilik sendiri

b. Disabitkan oleh tenaga kerja upahan

c. Lainnya,

sebutkan......................................................................................

2. Darimana biasanya saudara memperoleh hijauan makanan ternak?

a. Padang rumput/lahan pertanian milik sendiri

(berapa...................................m2 / Ha)

Rumput / legum/ pohon apa yang ditanam?

1). Rumput Gajah

2). Rumput Lapang

3). ..........................

4). ..........................

Apakah rumput yang ditanam mencukupi baik musim kemarau

maupun penghujan? Ya / tidak. Jika tidak, darimana saudara

mendapatkan hijauan tambahan?

Page 59: SISTEM PRODUKSI DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN … · usaha kurang dari 10 ekor nilai NPV Rp -24.575.425, B/C rasio 0,439, dan IRR -10%. Pada skala usaha lebih dari 20 ekor nilai

47

- Membeli, berapa kg/ikat?

(Rp ............................................./kg/ikat.............)

- Lainnya .................................................................

b. Padang rumput/lahan pertanian milik orang lain

c. Kombinasi a dan b

d. Lainnya, sebutkan ................................

3. Berapa frekuensi pemberian hijauan ............... kali/hari (pukul berapa

saja?.........................., ................................, ...............................

Jenis Hijauan

yang diberikan

Jumlah pemberian hijauan (kg) Biaya hijauan

(Rp/kg) IL D IK C

Keterangan : IL = Induk Laktasi

D = Dara

IK = Induk Kering

C = Cempe

4. Apakah saudara menggunakan alat transportasi untuk mengangkut rumput dan

mengantar susu? Ya/tidak

Alat

transportasi

Jumlah

(buah)

Tahun

pembelian

Umur

ekonomis

Biaya

pembelian

(Rp)

Biaya

transportasi/hari

(Rp)

Mobil

- Colt

- Truk

motor

5. Apakah saudara juga memberikan pakan penguat (konsentrat)? Ya/tidak

Page 60: SISTEM PRODUKSI DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN … · usaha kurang dari 10 ekor nilai NPV Rp -24.575.425, B/C rasio 0,439, dan IRR -10%. Pada skala usaha lebih dari 20 ekor nilai

48

Jika ya, berapa frekuensi pemberian konsentrat dalam satu hari? .....kali,

sebanyak...............kg, waktu (pukul)............., ...................., .................

6. Sumber air untuk ternak :

a. sumur

b. sungai

c. PDAM

d. Lain-lain, ...............................

V. TATA LAKSANA

1. Bagaimana mendapat bakalan atau bibit

a. Membeli dari pasar hewan

b. Membeli dari peternak lain

c. Meminta peternak atau petani lain untuk berinvestasi

d. Lain-lain .............................................................................................

2. Aspek apa yanag anda catat selama ini untuk melihat tingkat

produktivitas?

a. Manajemen perkawinan (sifat reproduksi)

b. Performans anak yang dilahirkan

c. Sifat produksi

d. Pertambahan bobot badan

e. Tidak ada yang dicatat

7. Penyakit (selama satu tahun)

Jenis penyakit pengobatan Biaya pengobatan keterangan

o Berapa biaya vaksin selama satu tahun untuk ternak kambing yang

saudara pelihara ?

Rp............................................./ternak

Jenis vaksin..............................................

8. Bagaimana cara mengobati : ...............................................................

Page 61: SISTEM PRODUKSI DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN … · usaha kurang dari 10 ekor nilai NPV Rp -24.575.425, B/C rasio 0,439, dan IRR -10%. Pada skala usaha lebih dari 20 ekor nilai

49

................................................................

9. Apakah ternak saudara digembalakan: ya / tidak

Jika iya, .....

a. Tempat dilepaskan di : ...............................................................

b. Jarak dari kandang : ...............................................................

10. Jarak mantri kesehatan ke lokasi peternakan : ......................................

11. Adakah sumber informasi mengenai tata cara beternak kambing ?

ya /tidak

Jika ya, dari mana .....................................................................................

12. Bentuk bantuan yang pernah di dapatkan dari pemerintah atau instansi

lain?

VI. PERKANDANGAN

1. kepemilikan kandang

a. milik sendiri b. Menyewa (biaya sewanya? Rp............./...........)

2. perincian kandang yang digunakan :

a. Luas kandang : ...........m2

b. jumlah kandang: 1. .................m2(untuk ternak kambing :....................)

2. .................m2 (untuk ternak kambing : ..................)

3. .................m2 (untuk ternak kambing : ..................)

4. .................m2 (untuk ternak kambing : ..................)

c. jarak kandang dari rumah pemilik : ..............m2

d. atap : genteng/seng/rumbia/asbes/lainnya............................

e. dinding : papan kayu/tembok/bambu/lainnya...........................

f. lantai : papan kayu/semen/beton/bambu/lainnya...................

VII. KEPEMILIKAN LAHAN

1. Berapa total luas lahan yang saudara miliki : ......................m2

2. Berapakah luas lahan/tanah yang saudara pergunakan untuk :

a. tempat tinggal/rumah :...................................m2

b. kandang : ..................................m2

c. pekarangan : ..................................m2

Page 62: SISTEM PRODUKSI DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN … · usaha kurang dari 10 ekor nilai NPV Rp -24.575.425, B/C rasio 0,439, dan IRR -10%. Pada skala usaha lebih dari 20 ekor nilai

50

d. lahan hijauan : ..................................m2

e. lainnya ..................... : ..................................m2

VIII. PEMASARAN PRODUKSI ATAU HASIL USAHA PETERNAKAN

1. Kepada siapa anda menjual susu?

2. Siapakah yang menentukan harga jual susu?

3. Apakah susu yang terjual diantar atau pembeli datang langsung ke peternakan?

4. Apakah yang saudara lakukan jika ternak kambing tidak dapat menghasilkan

susu lagi?

5. Kemana biasanya saudara menjual ternak kambing perah?

6. Siapakah yang menentukan harga jual ternak kambing perah?

7. Alasan apa yang membuat saudara menjual ternak kambing perah?

a. Membutuhkan uang tunai

b. Ternak sudah tidak produktif

c. Lainnya,................................

8. Berapa harga jual ternak kambing perah cacat

(afkir)?...............................(Rp/ekor)

9. Kepada siapa saudara menjual kotoran ternak ?....................................

10. Dalam memasarkan produksi apakah mengikuti informasi pasar?

a. Selalu mengikuti perkembangan pasar

b. Kalau perlu saja mengikuti informasi pasar

c. Tidak pernah mengikuti informasi pasar

Alasan : ................................................................................................

............................................................................................

IX. PENDAPATAN USAHA TERNAK

1. berapa total penjualan ternak kambing saudara selama satu tahun terakhir

Ternak kambing jumlah Nilai (Rp)

Induk (ekor)

Dara (ekor)

Cempe (ekor)

Page 63: SISTEM PRODUKSI DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN … · usaha kurang dari 10 ekor nilai NPV Rp -24.575.425, B/C rasio 0,439, dan IRR -10%. Pada skala usaha lebih dari 20 ekor nilai

51

Total

2. Berapa total produksi susu yang dihasilkan setiap hari?

Ternak kambing Produksi

susu hari

itu

Jumlah produksi

susu (liter)

Frekuensi

pemerahan

/hari

umur Laktasi

ke-

max min

Ternak kambing 1

Ternak kambing 2

Ternak kambing 3

Ternak kambing 4

Ternak kambing 5

Ternak kambing 6

Ternak kambing 7

Ternak kambing 8

Ternak kambing 9

Ternak kambing 10

3. penjualan susu segar dan fases kambing perah

Penjualan Jumlah Frekuensi (kali) Harga

(Rp)

keterangan

Penjualan

susu

..............liter ............./hari

Penjualan

fases

.............kg ............../........

4. Perincian penggunaan susu

Bulan Dikonsumsi tidak tunai

(liter)

Penjualan tunai (liter)

Anak

kambing

(cempe)

Pemilik KUD Non KUD

Januari

Februari

Maret

April

Mei

Juni

Juli

Agustus

September

Oktober

Nopember

Page 64: SISTEM PRODUKSI DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN … · usaha kurang dari 10 ekor nilai NPV Rp -24.575.425, B/C rasio 0,439, dan IRR -10%. Pada skala usaha lebih dari 20 ekor nilai

52

Desember

Total (Rp)

VII. JUMLAH BIAYA

1. Biaya Investasi

a. Tanah : Rp ................. / m2

b. Perkandangan

Jenis

bangunan

Jumlah

(buah)

Kapasitas

(ekor)

Tahun

pembuatan

Usia

ekonomis

(tahun)

Biaya

Pembuatan

Kandang

Induk

Kandang

Pedet

Gudang

Penampungan

fases

......................

.....................

Berapa biaya total pembuatan kandang : Rp................................

c. Peralatan Dan Perlengkapan

jenis Jumlah harga satuan (Rp)

umur pakai > 1 tahun

arit

sekop

cangkul

Milk can

Pemotong kuku

kambing

Cooling unit

........................

........................

........................

Page 65: SISTEM PRODUKSI DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN … · usaha kurang dari 10 ekor nilai NPV Rp -24.575.425, B/C rasio 0,439, dan IRR -10%. Pada skala usaha lebih dari 20 ekor nilai

53

Berapa total biya pembelian peralatan dan perlengkapan : Rp ........................

2. Biaya Operasional

a. Pakan hijauan : ..................kg/karung/hari/ekor Rp................................

Konsentrat : ..................kg/karung/hari/ekor Rp................................

Pakan tambahan : .......................................................................................

...............................................................................................

b. Tenaga kerja

Laki-laki : Rp .................. /menit/hari

Wanita : Rp ................../menit/hari

Anak – anak : Rp ................./menit/hari

c. Obat-obatan

1. obat cacing : Rp .........................

2. obat kembung : Rp ........................

3. obat mencret : Rp .......................

4. obat tetes mata : Rp ........................

5. Lain-lain : Rp ........................

d. Perkawinan/IB ......................... kali/tahunRp.........................................

jenis Jumlah Harga satuan (Rp)

Umur pakai < 1 tahun

Sepatu boot

ember

sikat

Sapu lidi

Selang (........meter)

Saringan kain

Sarung tangan

....................

......................

.....................

Page 66: SISTEM PRODUKSI DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN … · usaha kurang dari 10 ekor nilai NPV Rp -24.575.425, B/C rasio 0,439, dan IRR -10%. Pada skala usaha lebih dari 20 ekor nilai

54

e. Pajak

- Listrik : Rp ........................... /bulan

- Air : Rp .......................... /bulan

- PBB : Rp .......................... /tahun

- Lain – lain : Rp .........................

f. Transportasi : Rp ......................

Responden

(..........................................)

Page 67: SISTEM PRODUKSI DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN … · usaha kurang dari 10 ekor nilai NPV Rp -24.575.425, B/C rasio 0,439, dan IRR -10%. Pada skala usaha lebih dari 20 ekor nilai

55

Lampiran 2. Hasil Proyeksi Ternak Kelompok Simpay Tampomas (ekor)

Peternak Ternak Tahun

2011 2012 2013 2014 2015 2016

1 betina anak 6 1 3 5 9 6

betina muda 2 6 1 3 5 9

betina dewasa 1 3 9 10 13 18

jantan anak 4 1 3 5 9 6

jantan muda 2 4 1 3 5 9

jantan dewasa 1 3 7 8 11 16

Jumlah 16 18 24 34 52 64

2 betina anak 6 1 2 4 8 6

betina muda 1 6 1 2 4 8

betina dewasa 1 2 8 9 11 15

jantan anak 3 1 2 4 8 6

jantan muda 0 3 1 2 4 8

jantan dewasa 6 6 9 10 12 16

Jumlah 17 19 23 31 47 59

3 betina anak 4 2 5 5 10 7

betina muda 2 4 2 5 5 10

betina dewasa 3 5 9 11 16 21

jantan anak 1 2 5 5 10 7

jantan muda 2 1 2 5 5 10

jantan dewasa 1 3 4 6 11 16

Jumlah 13 17 27 37 57 71

4 betina anak 4 13 26 15 40 32

betina muda 3 4 13 26 15 39

betina dewasa 27 29 32 44 69 82

jantan anak 3 13 26 15 40 32

jantan muda 11 3 13 26 15 39

jantan dewasa 0 11 14 27 52 66

Jumlah 48 73 124 153 231 290

5 betina anak 1 2 6 4 8 7

betina muda 3 1 2 6 4 8

betina dewasa 3 6 7 9 15 19

jantan anak 1 2 6 4 8 7

jantan muda 4 1 2 6 4 8

jantan dewasa 1 5 6 8 14 18

Jumlah 13 17 29 37 53 67

6 betina anak 0 1 3 2 4 4

betina muda 1 0 1 3 2 4

Page 68: SISTEM PRODUKSI DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN … · usaha kurang dari 10 ekor nilai NPV Rp -24.575.425, B/C rasio 0,439, dan IRR -10%. Pada skala usaha lebih dari 20 ekor nilai

56

betina dewasa 2 3 3 4 7 9

jantan anak 1 1 3 2 4 4

jantan muda 1 1 1 3 2 4

jantan dewasa 0 1 2 3 6 8

Jumlah 5 7 13 17 25 33

7 betina anak 1 1 2 2 4 3

betina muda 0 1 1 2 2 4

betina dewasa 2 2 3 4 6 8

jantan anak 1 1 2 2 4 3

jantan muda 1 1 1 2 2 4

jantan dewasa 1 2 3 4 6 8

Jumlah 6 8 12 16 24 30

8 betina anak 2 2 3 3 6 5

betina muda 0 2 2 3 3 6

betina dewasa 3 3 5 7 10 13

jantan anak 5 2 3 3 6 5

jantan muda 5 5 2 3 3 6

jantan dewasa 1 6 11 13 16 19

Jumlah 16 20 26 32 44 54

9 betina anak 2 0 1 2 3 2

betina muda 1 2 0 1 2 3

betina dewasa 0 1 3 3 4 6

jantan anak 3 0 1 2 3 2

jantan muda 4 3 0 1 2 3

jantan dewasa 0 4 7 7 8 10

Jumlah 10 10 12 16 22 26

10 betina anak 1 4 7 5 12 9

betina muda 1 1 4 7 5 12

betina dewasa 7 8 9 13 20 24

jantan anak 2 4 7 5 12 9

jantan muda 1 2 4 7 5 12

jantan dewasa 0 1 3 7 14 19

Jumlah 12 20 34 44 68 85

11 betina anak 4 3 6 5 12 9

betina muda 0 4 3 6 5 12

betina dewasa 6 6 10 13 19 24

jantan anak 4 3 6 5 12 9

jantan muda 0 4 3 6 5 12

jantan dewasa 0 0 4 7 13 18

Jumlah 14 20 32 42 66 84

12 betina anak 7 16 39 23 58 49

Page 69: SISTEM PRODUKSI DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN … · usaha kurang dari 10 ekor nilai NPV Rp -24.575.425, B/C rasio 0,439, dan IRR -10%. Pada skala usaha lebih dari 20 ekor nilai

57

betina muda 9 7 16 38 23 57

betina dewasa 35 43 49 64 100 121

jantan anak 3 16 39 23 58 49

jantan muda 4 3 16 38 23 57

jantan dewasa 1 5 8 24 61 82

Jumlah 59 90 167 210 323 415

13 betina anak 5 10 25 15 36 29

betina muda 5 5 10 25 15 35

betina dewasa 22 27 31 40 64 77

jantan anak 1 10 25 15 36 29

jantan muda 1 1 10 25 15 35

jantan dewasa 2 3 4 14 38 52

Jumlah 36 56 105 134 204 257

14 betina anak 0 9 21 11 28 24

betina muda 3 0 9 21 11 27

betina dewasa 20 23 23 31 51 61

jantan anak 1 9 21 11 28 24

jantan muda 2 1 9 21 11 27

jantan dewasa 1 3 4 13 33 43

Jumlah 27 45 87 108 162 206

15 betina anak 9 10 23 15 38 29

betina muda 4 9 10 23 15 37

betina dewasa 21 25 33 42 64 77

jantan anak 6 10 23 15 38 29

jantan muda 4 6 10 23 15 37

jantan dewasa 1 5 11 21 43 57

Jumlah 45 65 110 139 213 266

16 betina anak 0 1 2 1 3 3

betina muda 0 0 1 2 1 3

betina dewasa 2 2 2 3 5 6

jantan anak 5 1 2 1 3 3

jantan muda 2 5 1 2 1 3

jantan dewasa 1 3 8 9 11 12

Jumlah 10 12 16 18 24 30

17 betina anak 4 3 6 6 13 9

betina muda 2 4 3 6 6 13

betina dewasa 5 7 11 14 20 26

jantan anak 4 3 6 6 13 9

jantan muda 0 4 3 6 6 13

jantan dewasa 3 3 7 10 16 22

Jumlah 18 24 36 48 74 92

Page 70: SISTEM PRODUKSI DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN … · usaha kurang dari 10 ekor nilai NPV Rp -24.575.425, B/C rasio 0,439, dan IRR -10%. Pada skala usaha lebih dari 20 ekor nilai

58

Lampiran 3. Hasil Analisis Kelayakan Usaha Kelompok Simpay Tampomas

Peternak NPV B/C Ratio IRR

1 Rp753.124,43 1,364 17%

2 Rp16.754.628,33 2,049 29%

3 Rp13.206.067,17 1,790 24%

4 - Rp264.109.653,02 0,016 -27%

5 Rp9.439.231,48 1,749 24%

6 - Rp 16637963 0,584 -4%

7 - RP 20225175 0,294 -17%

8 - Rp17.117.015,53 0,907 6%

9 - Rp 23213002 0,377 -15%

10 Rp34.377.800,77 2,542 35%

11 Rp45.359.512,13 2,944 41%

12 Rp189.501.075,87 3,072 56%

13 - Rp10.238.389,70 0,136 14%

14 Rp187.330.839,18 3,906 55%

15 Rp8.976.295,19 1,419 19%

16 - Rp30799294 0,379 -16%

17 Rp44.356.256,59 2,817 40%

Total 167714339 26,346 280%

Rata-

rata 9865549,351 1,550 16%

Page 71: SISTEM PRODUKSI DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN … · usaha kurang dari 10 ekor nilai NPV Rp -24.575.425, B/C rasio 0,439, dan IRR -10%. Pada skala usaha lebih dari 20 ekor nilai

59

Lampiran 4. Hasil Analisis Pendapatan Kelompok Simpay Tampomas (Rupiah)

Peternak Tahun

1 2 3 4 5 6

1 8851000 -2977000 26883000 17609500 33458000 48891500

2 -11556750 -5331050 28436150 22270550 22439350 61805950

3 -20939800 3394700 24305700 27235700 56730700 70051700

4 -57179400 17360100 -3216400 36514100 127651600 90423100

5 -16085500 17804900 19601300 26372900 60932100 67974900

6 -13605000 1327500 988500 5099500 22329500 26305500

7 -7420133 -5011533 712267 3959067 14556667 20049867

8 2484500 7539500 18694500 21084500 33984000 42664000

9 3697267 -7822733 1473267 -3161733 3572267 11683267

10 -13417500 21822000 40317200 26816200 103272400 87176500

11 -17296000 11022000 37693800 43975800 78946400 89501600

12 77559000 134948000 117120500 140877000 269825500 219951500

13 16458500 77380500 80809750 100499000 208343500 189031750

14 15813500 96031500 112562000 141245250 239069750 232144750

15 -16878500 57422250 60807000 56281500 112183000 65961000

16 -14891500 -4681000 -2852000 -378000 11679000 12982000

17 -13077000 16145800 38827200 46127600 81000800 96443400

Total -77483316 436375434 603163734 712428434 1479974534 1433042284

Rata-rata -4557842,118 25669143,18 35480220 41907554,94 87057325,53 84296604,94