sistem pengelolaan air limbah (spal)
TRANSCRIPT
SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DI DESA SUKOREJO,
KABUPATEN KENDAL
MATA KULIAH TEKNOLOGI KESEHATAN LINGKUNGAN
DISUSUN OLEH
Dhenok Citra Panyuluh
25010112130307
Kelas E 2012
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2014
1. PENGELOLAAN AIR LIMBAH
Air limbah merupakan air bekas yang berasal dari kamar mandi, dapur atau cucian
yang dapat mengotori sumber air seperti sumur, kali ataupun sungai serta lingkungan
secara keseluruhan. Banyak dampak yang ditimbulkan akibat tidak adanya SPAL yang
memenuhi syarat kesehatan. Hal yang pertama dirasakan adalah mengganggu
pemandangan, dan terkesan jorok karena air limbah mengalir kemana-mana. Selain itu,
air limbah juga dapat menimbulkan bau busuk sehingga mengurangi kenyamanan
khususnya orang yang melintas sekitar rumah tersebut. Air limbah juga bisa dijadikan
sarang nyamuk yang dapat menularkan penyakit seperti malaria serta yang tidak kalah
penting adalah adanya air limbah yang melebar membuat luas tanah yang seharusnya
dapat digunakan menjadi berkurang.
Pengelolaan air limbah dapat dilakukan dengan membuat saluran air kotor dan
bak peresapan dengan memperhatikan ketentuan sebagai berikut:
a. Tidak mencemari sumber air minum yang ada di daerah sekitarnya baik air
dipermukaan tanah maupun air di bawah permukaan tanah.
b. Tidak mengotori permukaan tanah.
c. Menghindari tersebarnya cacing tambang pada permukaan tanah.
d. Mencegah berkembang biaknya lalat dan serangga lain.
e. Tidak menimbulkan bau yang mengganggu.
f. Konstruksi agar dibuat secara sederhana dengan bahan yang mudah didapat
dan murah.
g. Jarak minimal antara sumber air dengan bak resapan 10 m.
Pengelolaan yang paling sederhana ialah pengelolaan dengan menggunakan pasir
dan benda-benda terapung melalui bak penangkap pasir dan saringan. Benda yang
melayang dapat dihilangkan oleh bak pengendap yang dibuat khusus untuk
menghilangkan minyak dan lemak. Lumpur dari bak pengendap pertama dibuat stabil
dalam bak pembusukan lumpur, di mana lumpur menjadi semakin pekat dan stabil,
kemudian dikeringkan dan dibuang. Pengelolaan sekunder dibuat untuk menghilangkan
zat organik melalui oksidasi dengan menggunakan saringan khusus. Pengelolaan secara
tersier hanya untuk membersihkan saja. Cara pengelolaan yang digunakan tergantung
keadaan setempat, seperti sinar matahari, suhu yang tinggi di daerah.
2. GAMBARAN UMUM OBJEK
Sukorejo adalah salah satu desa di Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Kendal, Jawa
Tengah. Desa Sukorejo merupakan pusat pemerintahan Kecamatan Sukorejo. Terletak di
sebelah selatan Kabupaten Kendal atau lebih tepatnya di kaki Gunung Perahu.
Di Desa Sukorejo tidak terdapat Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) khusus,
sehingga warga membuang begitu saja air limbah domestik yang berasal dari kegiatan
rumah tangga seperti mandi, mencuci, dan dapur (grey water) melalui pipa-pipa yang
dialirkan langsung ke badan air/sungai. Sementara untuk limbah/buangan dari feses
manusia (black water) warga sudah menggunakan teknologi septic tank yang dianjurkan
meskipun belum seluruh warga menggunakannya.
Selain grey water, warga juga membuang sampah hasil rumah tangga ke sungai,
hal ini disebabkan karena pemerintah setempat tidak menyediakan bak penampungan
sampah yang terjangkau oleh warga, jika pun ada, jaraknya cukup jauh yaitu sekitar satu
kilometer dari pemukiman sehingga banyak warga beralasan tidak ingin repot berjalan
kaki sejauh itu hanya untuk membuang sampah.
Gambar 1. Sungai yang Penuh Sampah di Desa Sukorejo
Bisa dilihat pada gambar di atas, kebanyakan sungai di Desa Sukorejo sudah
mengalami penyempitan karena maraknya pembangunan saat ini. Belum ada upaya
dan tindakan yang bisa dilakukan untuk memanfaatkan sungai menjadi lebih
bermanfaat. Berbagai kegiatan manusia yang tinggal di sepanjang Daerah Aliran
Sungai (DAS) secara langsung maupun tidak, memengaruhi kualitas suatu DAS baik
berupa pencemaran, erosi, maupun sedimentasi.
2.1. Kedalaman Air Tanah
Kedalaman air tanah di daerah Sukorejo dan sekitarnya sangat bervariasi,
mulai dari belasan hingga puluhan meter. Bahkan tak jarang pada saat dilakukan
penggalian, pada kedalaman 8 meter sudah muncul air dari dalam tanah. Sebagian
warga membangun sumur di daerah sekitar sungai untuk mempermudah akses, namun
tentu saja kualitas air tanah yang letaknya berada di dekat sungai berbeda dengan air
tanah yang jaraknya agak jauh, hal ini dipengaruhi oleh keadaan sungai di sekitarnya
yang sudah tercemar oleh berbagai macam limbah.
Gambar 2. Sungai di Desa Sukorejo
2.2. Jenis Tanah
Jenis tanah di daerah Sukorejo kebanyakan adalah tanah latosol yang memiliki
ciri-ciri solum dalam, tekstur lempung, warna coklat/merah/kekuningan, kandungan
bahan organik sedang, memiliki pH 6-7 (agak asam-netral), dan mudah menyerap air.
Oleh karena sifat tanahnya yang mudah menyerap air, maka perlu diadakan
perbaikan sistem pengelolaan air limbah untuk mennghindari terjadinya pencemaran air
tanah oleh berbagai macam limbah di sungai.
3. PRINSIP PEMBUATAN SPAL
Hal pertama yang harus dilakukan adalah membuat lubang di luar dapur dengan
panjang, lebar, dan, tinggi + 110 cm atau disesuaikan dengan tempat dan kebutuhan.. Di
buat saluran dari batu bata, pasir, semen atau menggunakan bis. Bila saluran terbuka
dapat ditutup dengan bambu, kayu, atau seng. Bak resapan diisi dengan pasir, kerikil,
atau batu kali. Akan lebih baik kalau jika bak resapan ditutup dengan kayu/bambu/cor-
coran pasir dan semen. Dan dapat diberi saluran udara dari paralon.
SPAL yang baik adalah SPAL yang dapat mengatasi permasalahan yang
ditimbulkan akibat sarana yang tidak memadai. SPAL yang memenuhi syarat kesehatan
sebagai berikut:
a. SPAL tidak dapat mengotori sumur, sungai, danau maupun sumber air
lainnya.
b. SPAL yang dibuat tidak menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk, lalat,
dan lipan sehingga SPAL tersebut harus ditutup rapat dengan menggunakan
papan.
c. SPAL tidak dapat menimbulkan kecelakaan, khususnya pada anak-anak.
d. Tidak mengganggu estetika.
GAMBARAN SANITASI DI DESA SUKOREJO
PEMUKIMAN PENDUDUK
BADAN AIR/SUNGAI
PIPA-PIPA YANG DIALIRKAN KE BADAN AIR
4. LANGKAH-LANGKAH PEMBUATAN SPAL
A. Bahan dan Alat
Bahan :
a. Drum
b. Koral
c. Kayu
d. Ijuk
e. Pipa paralon
Alat :
a. Palu
b. Besi runcing/linggis
c. Cangkul
d. Parang
e. Gergaji
B. Proses pembuatan
a. Drum dilubangi dengan garis tengah 1 cm, jarak antara lubang 10 cm. Pembuatan
lubang di luar dapur dengan ukuran panjang, lebar dan dalam masing-masing 110
cm.
b. Di dasar lubang diberi koral/ijuk setebal 20 cm dan drum dimasukkan ke dalam
lobang tersebut.
c. Sela-sela drum diselingi dengan koral/ijuk.
d. Kemudian dibuat saluran air limbah ukuran ½ bis, atau dari pasangan batu bata.
e. Drum ditutup dengan kayu/bambu atau kalau ingin lebih tahan lama dicor dengan
campuran semen dan pasir yang diberi penguat besi.
DESAIN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH SEDERHANA
TEMPAT MANDI/CUCISALURAN AIR LIMBAH
JARAKNYA MINIMUM + 10 M
DRUM
LUBANG, DIAMETER 1 CM
JARAK ANTAR LUBANG 10 CM
PADA SELA DRUM DIBERI IJUK/KORAL
DI DASAR LUBANG DIBERI IJUK/KORAL SETEBAL 20 CM
LUBANG 110 CM X 110 CM X 110 CM
PIPA PIPA
DRUM DITUTUP DENGAN BAMBU/KAYU ATAU
DICOR
C. Pemeliharaan
Jangan memasukkan buangan berupa benda padat seperti kertas, kain, plastik.dsb.
D. Keuntungan dan Kerugian
Keuntungan :
Mudah dibuat dengan bahan yang tidak mahal dan merupakan pemanfaatan
bahan-bahan bekas.
Kerugian :
Air yang meresap akan mempengaruhi air tanah di sekitarnya apabila
struktur tanah merupakan tanah liat yang berbongkah-bongkah pada waktu musim
kemarau, serta jaraknya kurang diperhatikan dengan sumur bersih (terlalu dekat).
Referensi :
1. MODUL : KEBIJAKAN DIKLAT KESEHATAN LINGKUNGAN DALAM
PROGRAM PEMBUATAN SALURAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH (SPAL) SEDERHANA