sistem penerangan

30
IDENTIFIKASI SISTEM PENERANGAN A. Tujuan Khusus Pembelajaran Setelah mempelajari kegiatan belajar 1, peserta dapat : 1. Menjelaskan fungsi komponen sistem penerangan 2. Mengidentifikasi komponen sistem penerangan 3. Mengidentifikasi ukuran kabel sesuai beban kelistrikan B. Materi Pembelajaran 1. Penghantar a. Jaringan Kabel (Wiring Harness) Jaringan kabel merupakan sejumlah kabel yang terisolasi yang dihubungkan ke komponen-komponen. Kabel-kabel ini disatukan dalam satu unit untuk memudahkan penyambungannya pada komponen-komponen kelistrikan. Gambar 1. Jaringan kabel (Wiring Harness) b. Kode Warna Kabel-kabel otomotif mempunyai kode warna. Artinya, masing- masing rangkaian memberikan warna spesifik atau jumlah warna untuk membantu pekerja menelusuri rangkaian. Pada diagram kelistrikan yang dicetak dengan warna hitam biasanya dilengkapi dengan abjad untuk memudahkan pengidentifikasian. Sebagai contoh R atau red (merah), G untuk green (hijau) dan RG untuk merah dengan strip hijau. Gambar di bawah ini menunjukkan bagaimana keadaan kabel dengan kode dan menginterpretasikannya. Diameter kawat juga tercetak pada kabel. Pada rangkaian lain terdapat juga pengkodean dengan menggunakan angka untuk mengidentifikasi kabel.

Upload: belajar-oto

Post on 16-Apr-2015

1.474 views

Category:

Documents


97 download

DESCRIPTION

SS

TRANSCRIPT

Page 1: SISTEM PENERANGAN

IDENTIFIKASI SISTEM PENERANGAN

A. Tujuan Khusus Pembelajaran

Setelah mempelajari kegiatan belajar 1, peserta dapat :

1. Menjelaskan fungsi komponen sistem penerangan

2. Mengidentifikasi komponen sistem penerangan

3. Mengidentifikasi ukuran kabel sesuai beban kelistrikan

B. Materi Pembelajaran

1. Penghantar

a. Jaringan Kabel (Wiring Harness)

Jaringan kabel merupakan sejumlah kabel yang terisolasi yang dihubungkan ke komponen-

komponen. Kabel-kabel ini disatukan dalam satu unit untuk memudahkan penyambungannya pada

komponen-komponen kelistrikan.

Gambar 1. Jaringan kabel (Wiring Harness)

b. Kode Warna

Kabel-kabel otomotif mempunyai kode warna. Artinya, masing-masing rangkaian

memberikan warna spesifik atau jumlah warna untuk membantu pekerja menelusuri rangkaian.

Pada diagram kelistrikan yang dicetak dengan warna hitam biasanya dilengkapi dengan abjad untuk

memudahkan pengidentifikasian. Sebagai contoh R atau red (merah), G untuk green (hijau) dan RG

untuk merah dengan strip hijau.

Gambar di bawah ini menunjukkan bagaimana keadaan kabel dengan kode dan

menginterpretasikannya. Diameter kawat juga tercetak pada kabel. Pada rangkaian lain terdapat

juga pengkodean dengan menggunakan angka untuk mengidentifikasi kabel.

Page 2: SISTEM PENERANGAN

KODE WARNA

Hurup pertama merupakan warna utama kabel dan hurup lainnya merupakan warna strip.

Bl - Black (Hitam)

Bu - Blue (Biru)

G - Green (Hijau)

R - Red (Merah)

Y - Yellow (Kuning)

W - White (Putih)

Br- Brown (Coklat)

O- Orange (Oranye)

P- Pink (Merah Muda)

Gr- Grey (Abu-abu)

V- Violet (Violet)

P- Purple (Ungu)

Lg- Light Green (Hijau Muda) Gambar 2. Kode warna kabel

Lb- Light Blue (Biru Muda)

c. Diagram Pengawatan (Wiring Diagram)

Diagram pengawatan adalah gambar garis yang menunjukkan unit-unit kelistrikan dan

kabel-kabel penghubungnya. Diagram pengawatan sangat membantu orang-orang yang

mengerjakan sistem kelistrikan pada kendaraan. Pada kendaraan-kendaraan masa kini sistem

kelistrikannya lebih kompleks karena setiap tahunnya selalu ada tambahan komponen yang

dipasang.

2. Sikring dan Fusible Link

Sikring dipasang pada rangkaian kelistrikan yang bertujuan untuk menjaga rangkaian atau

komponen dari kerusakan. Sikring umumnya dipasang pada sebuah kotak sikring dan diletakkan

dalam kendaraan dekat panel instrumen. Ada juga sikring yang dipasang secara terpisah pada

rangkaian.

Sikring ditentukan menurut kapasitas arus yang melewati, seperti 10A dan 15A. Ukuran

sikring biasanya berkisar antara 2 amper (digunakan untuk radio), sampai 30 amper (digunakan

untuk sistem penyejuk udara atau kipas pemanas (heater fans).

Gambar 3. Jenis-jenis sikring

Page 3: SISTEM PENERANGAN

Sebuah sikring pada dasarnya terdiri dari elemen dalam bentuk kawat halus atau plat logam

yang meleleh bila dialiri arus listik yang berlebihan. Terbakarnya sikring akan

membuka/memutuskan rangkaian dan mencegah mengalirnya arus.

Terdapat tiga jenis sikring yang biasa digunakan pada kendaraan, yakni jenis cartridge, keramik ,

dan blade.

Fusible links adalah sikring heavy duty yang ditempatkan di kompartemen engine dekat

baterai. Sikring ini menghubungkan antara baterai dengan berbagai sistem kelistrikan dan

memproteksi seluruh rangkaian pada kendaraan kecuali rangkaian motor starter.

Sebuah kendaraan bisa mempunyai satu fusible link atau fusible link yang terpisah untuk

rangkaian yang berbeda. Gambar berikut menunjukkan fusible link yang berbentuk kabel khusus

yang dihubungkan ke rangkaian dan dirancang untuk mengalirkan arus normal dari sistem

kelistrikan, tetapi dapat meleleh bila arus (dan panas dari arus) yang ditimbulkan berlebihan.

Gambar 4. Fusible link dihubungkan pada sistem kelistrikan.

Kemampuan fusible link dapat diidentifikasi dari warnanya. Sebagai contoh, fusible link

berwarna hitam akan meleleh bila dialiri arus sampai 180 amper, walaupun demikian pengaliran

arus yang diijinkan hanya 45 amper. Sedangkan fusible link berwarna merah akan meleleh pada

pengaliran arus sampai 150 amper dan yang berwarna hijau akan meleleh pada pengaliran arus 100

amper.

3. Saklar

Saklar umumnya digunakan untuk mengoperasikan berbagai komponen kelistrikan.

Sebagian saklar dioperasikan secara manual. Sebagian dioperasikan secara otomatis dan yang

lainnya menggunakan remote control. Kerja saklar adalah menghubungkan dan memutuskan

rangkaian yang sudah dipasang.

Page 4: SISTEM PENERANGAN

Pada kendaraan penumpang, dua saklar utamanya adalah kunci kontak dan saklar

kombinasi pada streering colums. Kunci kontak mempunyai hubungan ke posisi start, ignition

(pengapian), dan accessories (kelengkapan).

Saklar kombinasi seperti diperlihatkan di bawah ini termasuk saklar pengontrol dan saklar

untuk penerangan, penghapus kaca dan lampu belok.

Gambar 5. Saklar kombinasi pada steering column.

Saklar-saklar dioperasikan secara manual, tetapi pada berbagai kondisi saklar ini digunakan

untuk mengoperasikan relay pada kompartemen engine dekat ke komponen. Relay inilah yang

menghubungkan dan memutuskan arus ke komponen.

Beberapa saklar lainnya ditempatkan pada instrumen (dashboard). Meskipun demikian

terdapat juga saklar yang dipasang pada pedal rem, kopling, transmisi otomatis dan komponen-

komponen lainnya.

Selain saklar manual dan saklar elektronik (relay), saklar elektronik (transistor) juga

digunakan pada komponen-komponen elektronik.

4. Relay

Relay dipasang pada berbagai komponen sistem kelistrikan dan dikenal juga sebagai saklar

elektromagnetik atau saklar elektromekanik. Gambar berikut menunjukkan beberapa relay dan

penempatannya pada kendaraan. Walaupun demikian pengaturannya akan bervariasi tergantung

pada merek dan model kendaraan. Seperti diperlihatkan pada gambar, relay digunakan untuk

penerangan, klakson, instrument, sistem pengisian, sistem pengapian dan sebagainya.

Gambar 6. Penempatan relay pada kendaraan.

Page 5: SISTEM PENERANGAN

Secara umum relay dibedakan menjadi dua jenis menurut fungsi dasarnya, yakni relay

normally open dan normally closed.

Gambar 7. Relay

Relay dapat digunakan untuk bemacam-macam keperluan. Relay normally open akan

menghubungkan kontak apabila kumparan dialiri arus (a), sedangkan relay normally closed akan

membuka kontaknya jika kumparan dialiri arus (b). Relay juga dapat bekerja secara kombinasi dari

kedua jenis relay sebelumnya (c). Dalam hal ini, satu set kontak merupakan jenis normally open dan

satu set lainnya jenis normally closed.

Pembangkitan magnet pada kumparan akan menghubungkan komponen dalam rangkaian

ke komponen lainnya.

Diagram (d) menunjukkan variasi lain, pada relay ini, bila kumparan dialiri arus

menyebabkan terputusnya satu komponen dalam rangkaian dan menghubungkan komponen

lainnya.

Ada beberapa keuntungan dari penggunaan relay pada sebuah rangkaian, antara lain:

1. Adanya jalur langsung antara baterai dan beban.

2. Penurunan/kehilangan tegangan sangat kecil.

3. Kemungkinan daya yang besar pada beban.

5. Bola Lampu

Sebuah bola lampu terdiri dari sebuah filamen halus kawat tungsten yang keadaannya

dipertahankan memijar saat dialiri arus listrik. Pijaran filamen inilah yang menghasilkan cahaya.

Filamen ini ditempatkan pada tabung kaca yang hampa udara. Walaupun demikian di dalamnya diisi

sedikit gas inert. Filamen harus bekerja dalam daerah bebas oksigen untuk mencegah dari

pengoksidasian atau terbakar.

Terdapat berbagai macam bola lampu yang dipasang pada kendaraan, seperti dipelihatkan

pada gambar di bawah ini.

Page 6: SISTEM PENERANGAN

Gambar 9. Jenis bola lmpu (a) dua filament dengan offset pins, (b) single filament, (c) quartz halogen, (d)

festoon, (e) panel, (f) capless panel, (g) ulir (screw base)

1. Bola Lampu Festoon

Bola lampu ini terdiri dari tabung gelas dengan sebuah filament yang dihubungkan pada

metal penutup di kedua ujungnya. Bola lampu festoon digunakan untuk penerangan interior, lampu

plat nomor dan pamakaian yang sejenis.

2. Bola Lampu Panel

Bola lampu ini bentuknya kecil, umumnya digunakan untuk penerangan instrument dan

lampu indikator. Beberapa jenis bola lampu ini mempunya fitting bayonet kecil. Kawat kecil yang

berada di bawahnya berguna sebagai kotak.

3. Bola Lampu Jenis Seaaled Beam

Bola lampu ini digunakan umumnya untuk lampu kepala. Bola lampu ini mempunyai

reflektor, lensa dan filament yang diisolasi sebagai satu unit. Ini merupakan kelebihan, karena dapat

menjaga permukaan reflektor dari kemungkinan lembab atau kotor. Filament dipersiapkan dengan

volume gas yang lebih banyak daripada bola lampu normal.

Gambar 10. Bola lampu sealed beam, (a) sealed beam untuk dua lampu kepala, (sealed beam yang lebih besar

untuk lampu kepala tunggal.

Page 7: SISTEM PENERANGAN

4. Bola Lampu Halogen Quartz

Bola lampu halogen biasanya digunakan untuk lampu kepala yang didalamnya terdapat gas

khusus halogen. Bola lampu ini dikonstruksi dalam bentuk sealed beam atau semi sealed hausing

yang memungkinkan bola lampu ini biasa dipasang dan dilepas.

Gambar 10. Lampu kepala halogen/quartz

Bola lampu halogen sangat efisien dan menambah output sekitar 25 persen di atas lampu

kepala biasa tanpa menaikkan arus pemakaian. Ukuran kemampuan lampu-lampu ini biasanya

tertera pada lampu-lampu tersebut. Dengan demikian apabila lampu rusak, mudah menggantinya

dengan lampu yang sejenis.

Gambar 11. lampu halogen dalam bentuk sealed beam.

Page 8: SISTEM PENERANGAN

Gambar 12. Lampu halogen jenis sealed beam dan bola lampu biasa.

Saklar dim digunakan untuk mengontrol kerja lampu jarak jauh dan lampu dekat pada

lampu kepala. Saklar ini biasanya dipasang pada asembly steering column. Pada mobil tua, saklar ini

biasanya dipasang pada lantai (floor board)

Gambar 13. Saklar dim

5. Daya Lampu

Tenaga listrik diukur dalam watt. Satu watt sama dengan 1 volt x 1 amper. Dengan demikian

daya suatu lampu dapat diperoleh dengan mengalikan tegangan dan arus yang mengalir pada

lampu tersebut. Sebagai contoh pada sebuah lampu terdapat data 12 V/42 W. Data ini

menunjukkan bahwa lampu tersebut diaplikasikan pada sistem 12 volt dan dapat dialiri arus sebesar

3,5 amper.

6. Reflektor

Reflektor yang terdapat pada lampu kepala dilapisi alumunium untuk memantulkan cahaya.

Filamen pada bola lampu ditempatkan sedemikian rupa di depan reflektor, sehingga fokus yang

tepat bisa diperoleh. Gambar di bawah ini menunjukkan sebuah lampu kepala yang mempunyai dua

filamen.

Page 9: SISTEM PENERANGAN

Gambar 15. Arah pantulan sinar dari lampu kepala

Lampu jarak jauh (100 m)

a. F merupakan titik api.

b. Pemancaran sinar dipantulkan secara parallel terhadap poros reflektor, oleh karena itu jangkauannya luas.

c. Melalui lensa, penyebaran cahaya menjadi merata.

Lampu jarak dekat (25 m)

a. Filament (A) didepan titik api, dengan demikian arah cahaya tertuju pada arah menurun.

b. Penutup (K) memungkinkan tidak adanya sinar pada setengah cermin bagian bawah, oleh karena

itu hanya cahaya pada cermin bagian atas yang bisa dipantulkan.

7. Lensa Lampu

Terdapat dua jenis lensa yang digunakan untuk lampu kepala jarak dekat, yakni simetris dan

asimetris.

Penutup (K) pada bola lampu membatasi cahaya tepat pada bagian poros, hal ini

mengakibatkan timbulnya kondisi pembatas terang dan gelap.

Gambar 15. Lensa lampu simetris Gambar 17. Lensa lampu asimetris

Page 10: SISTEM PENERANGAN

Posisi penutup (K) miring sebesar 15o. Hal ini menyebabkan cahaya melebar ke bawah (s).

Akibatnya cahaya akan jatuh melebar pada bagian kanan jalan (sistem eropa). Untuk penggunaan di

negara kita, kendaraan berjalan di sebelah kiri, maka konstruksi miringnya berada pada bagian kiri.

6. Rangkaian Sistem Penerangan

a. Rangkaian lampu kepala dan blitz/pass

Sistem lampu kepala biasanya terdiri dari baterai, saklar penerangan, saklar dim, sikring dan

lampu kepala. Walaupun demikian terdapat juga rangkaian sistem lampu kepala yang dilengkapi

dengan relay.

Gambar 17. Rangkaian sistem lampu kepala tanpa relay.

Cara kerjanya sebagai berikut :

Apabila saklar penerangan diarahkan pada lampu kepala, arus dari baterai akan engalir ke

saklar dim. Dari sini arus akan mengalir ke slah satu rangkaian lampu kepala (lampu jarak jauh atau

jarak dekat) tergantung posisi saklar. Selanjutnya arus listrik mengalir ke lampu kepala melalui

sikring. Rangkaian sistem lampu kepala yang menggunakan relay diperlihatkan pada gambar di

bawah ini.

Page 11: SISTEM PENERANGAN

Gambar 18. Sistem lampu kepala menggunakan relay.

Keterangan: 1. Lampu kepala kiri 6. Saklar utama 2. Lampu kepala kanan 7. Sikring 3. Relay lampu kepala jarak

dekat 8. Fusible link 4. Relay lampu jarak jauh 9. Baterai 5. Saklar lampu jarak dekat dan jarak jauh

Cara kerjanya :

Saat saklar penerangan diarahkan pada lampu kepala maka arus listrik dari baterai akan

mengalir ke saklar dim dan diteruskan ke relay. Akibatnya pada kumparan relay timbul magnet.

Kemagnetan ini menyebabkan terhubungnya kontak pada relay. Dengan demikian arus listrik dsari

baterai akan mengalir ke lampu kepala.

b. Rangkaian Lampu Kabut

Lampu kabut digunakan pada saat cuaca berkabut, jalanan berdebu atau hujan lebat.

Penggunaan lampu harus mengikuti aturan yang berlaku yakni :

a. Pemasangan kedua lampu harus berjarak sama, baik yang kiri maupun yang kanan dari titik

tengah kendaraan.

b. Lampu kabut dihubungkan bersama-sama dengan lampu jarak dekat (pada saklar dim).

c. Lampu kabut tidak dihidupkan bersama-sama lampu jarak dan hanya dihidupkan bersama

lampu kota.

d. Lampu kabut boleh menggunakan lensa warna putih atau warna kuning.

Gambar 19. Rangkaian lampu kabut

Page 12: SISTEM PENERANGAN

Bila lampu kabut akan diaktifkan maka saklar lampu kepala harus pada posisi lampu jarak

dekat. Saat saklar lampu kabut diaktifkan, arus listrik dari saklar lampu kepala akan mengalir ke

relay melalui saklar lampu kabut. Dengan aktifnya relay maka arus listrik dari baterai akan mengalir

ke lampu kabut melalui sikring dan relay.

c. Rangkaian lampu belok dan hazzard

Lampu tanda belok dipasang di bagian depan dan bagian belakang kendaraan. Lampu ini

digunakan untuk memberi isyarat pada pengemudi lain bahwa kendaraan akan belok atau pindah

jalur. Saklar lampu tanda belok umumnya dipasang pada assembly steering column. Pada kendaraan

modern biasanya saklar ini merupakan saklar multifungsi yang juga difungsikan sebagai saklar dim

(kadang-kadang juga untuk saklar klakson). Lampu tanda belok yang normal berkedip (nyala-mati)

sebanyak 90 ±30 kali permenit. Lampu tanda bahaya (hazard) biasanya merupakan satu kesatuan

dengan lampu tanda belok tetapi dalam operasinya menggunakan saklar lain. Bila saklar ini

diarahkan pada posisi kerja maka seluruh lampu tanda belok (kiri dan kanan) akan berkedip

serempak. Lampu tanda bahaya dihidupkan hanya dalam keadaan darurat. Berkedipnya lampu

tanda bahaya diatur oleh flasher, baik jenis thermomagnetic maupun jenis elektronik.

Gambar 20. Rangkaian flasher thermomagnetic sederhana

Gambar 21. Flasher elektronik

Page 13: SISTEM PENERANGAN

Sistem lampu belok dengan flasher bimetal

Page 14: SISTEM PENERANGAN

Sistem lampu belok dan hazzard dengan flasher dan dua dioda

Gambar 22. Rangkaian dasar sistem lampu belok dan lampu tanda bahaya.

Cara kerja sistem lampu belok dan lampu tanda bahaya :

Apabila saklar lampu belok diarahkan ke arah kiri atau kanan maka arus listrik dari baterai

akan mengalir ke kunci kontak, flasher, saklar lampu belok dan lampu belok. Dengan bekerjanya

flasher maka lampu belok akan mulai berkedip.

Sedangkan untuk lampu tanda bahaya, aliran listrik dari baterai mengalir ke flasher, saklar hazard

dan lampu hazard (keempat lampu tanda belok). Dengan demikian lampu hazard ini akan mulai

bekerja (nyala-mati secara periodik).

d. Rangkaian lampu jarak (clereance) dan tanda nomor

Pada kendaraan biasanya terdapat beberapa lampu jarak, pemasangan lampu jarak ini minimal dua

buah di depan kendaraan. Lampu ini berfungsi sebagai tanda keberadaan dan lebarnya kendaraan

(lampu jarak), sedangkan lampu yang dipasang di belakang kendaraan biasa disebut lampu

Page 15: SISTEM PENERANGAN

belakang, dengan fungsi sama seperti lampu yang dipasang di depan. Lampu plat nomor digunakan

sebagai penerang plat nomor saat kendaraan digunakan pada malam hari. Karena kegunaannya

untuk mengetahui lebar dan tinggi kendaraan, posisi lampu kota harus berada di bagian ujung dari

bagian yang terlebar dan tertinggi dari kendaraan.

Gambar 23. Rangkaian sistem lampu jarak dan lampu plat nomor.

Cara kerja lampu-lampu ini sebagai berikut :

Apabila saklar penerangan diarahkan pada posisi lampu jarak, maka arus listrik akan mengalir dari

baterai, saklar penerangan, sikring, lampu jarak dan lampu plat nomor.

e. Rangkaian lampu mundur

Lampu mundur dipasang di bagian belakang kendaraan untuk memberikan penerangan di

bagian belakang kendaraan saat kendaraan mundur pada malam hari. Selain itu juga berfungsi

untuk memberi tanda pada pengendara lain bahwa kendaraan bermaksud mundur. Sistem lampu

mundur terdiri dari sikring, saklar yang dipasang pada transmisi, dan dua buah lampu. Apabila

transmisi diarahkan pada posisi mundur, saklar akan menghubungkan rangkaian dan menyalakan

lampu.

Gambar 25. Rangkaian lampu mundur

f. Rangkaian lampu rem

Lampu rem digunakan sebagai tanda bagi pengendara yang ada di belakangnya. Lampu rem

memberi tanda bahwa kendaraan sedang diperlambat atau akan berhenti. Sistem, lampu rem

terdiri dari sikring, saklar lampu rem, lampu belakang dan kabel penghubung. Saklar lampu rem

Page 16: SISTEM PENERANGAN

terdapat dua jenis yakni jenis mekanik dan hidrolik. Pada mobil-mobil modern umumnya digunakan

saklar lampu rem jenis mekanik yang dipasang pada pedal rem. Seperti ditunjukkan pada gambar di

bawah ini, apabila pedal rem diinjak maka saklar akan terhubung.

Gambar 26. Rangkaian lampu rem

Gambar 27. Pedal rem dalam posisi bebas- Gambar 28. Pedal rem dalam posisi bekerja- saklar terbuka saklar tertutup.

g. Rangkaian klakson

Klakson adalah terompet elektromekanik atau sebuah alat yang membuat pendengarnya

waspada. Biasanya klakson digunakan pada kereta, mobil dan kapal untuk mengkomunikasikan

sesuatu, dimana klakson memberi tahu pendengarnya bahwa ada kendaraan yang datang dan

mengingatkan akan kemungkinan bahaya yang terjadi

Page 17: SISTEM PENERANGAN

Gambar 29. Rangkaian klakson

SIMBOL KELISTRIKAN OTOMOTIF

A. Tujuan Khusus Pembelajaran

Setelah mempelajari kegiatan belajar 2, peserta dapat :

1. Menjelaskan simbol kelistrikan dan maknanya

2. Menerapkan simbol kelistrikan otomotif.

B. Materi Pembelajaran

Untuk memudahkan penterjemahan wiring diagram yang diimplementasikan dalam teknik

otomotif, maka pengetahuan tentang symbol kelistrikan menjadi hal yang sangat penting.

Symbol kelistrikan yang biasa digunakan dalam teknik otomotif ditunjukkan pada tabel

berikut.

Ampere Meter

HornResistor

Relay Speaker

Transistor Ignation Coil

Verible Resistor Sakelar

Page 18: SISTEM PENERANGAN

PENGGUNAAN ALAT UKUR LISTRIKA. Tujuan Khusus Pembelajaran

Setelah mempelajari kegiatan belajar 3, peserta dapat :

1. Mengidentifikasi alat ukur listrik.

2. Menjelaskan cara menggunakan amper meter

3. Menjelaskan cara menggunakan volt meter.

4. Menjelaskan cara menggunakan ohm meter.

A. Materi Pembelajaran

Instrumen yang biasa digunakan untuk mendiagnosa masalah dalam sirkuit listrik yaitu

Voltmeter, Ohmmeter, dan Amperemeter (Ammeter). Untuk meningkatkan kemampuan dalam

memperbaiki kelistrikan pada kendaraan, perlu meningkatkan pemahaman alat ukur ini. Tanpa

menggunakan alat listrik tertentu, maka akan sulit mendiagnosa kerusakan yang terjadi pada sistem

kelistrikan. Sangat penting bagi kita untuk mengenal secara lengkap karakteristik alat yang paling

banyak digunakan yaitu Voltmeter, Ammeter, dan Ohmmeter. Ada dua bentuk desain alat ukur

listrik yang digunakan dewasa ini, yakni jenis analog dan digital. Masing masing alat ukur tersebut

saat ini banyak digunakan dalam pekerjaan di industri.

1. Voltmeter

Volmeter digunakan untuk mengukur tegangan (tekanan listrik) antara dua titik dalam

sirkuit/rangkaian listrik. Voltmeter bisa digunakan untuk mengukur tegangan yang ada dalam

baterai, tegangan pada beban, dan penurunan tegangan dalam rangkaian. Volt meter dalam

penggunaannya harus dirangkai secara parallel dengan beban kelistrikan yang diukur. Dalam hal ini

probe positif dihubungkan dengan tegangan positif, dan probe negative dihubungkan dengan

tegangan negative.

Gambar 31. Voltmeter dihubungkan parallel dengan beban rangkaian yang diukur.

Page 19: SISTEM PENERANGAN

Voltmeter umumnya mempunyai beberapa skala ukur yang bisa dipilih sesuai dengan

keperluan. Jika nilai tegangan yang akan diukur tidak diketahui, maka pilihlah skala ukur tertinggi

untuk mencegah rusaknya alat tersebut. Sebagai contoh, untuk memeriksa tegangan baterai 12

Volt, pilihlah skala ukur yang lebih besar dari 12 volt, misalnya 20 volt. Hubungkan Voltmeter positif

(+) (merah) pada baterai positif (+) dan negatif (-)(hitam) pada negatif (-) baterai.

Gambar 32 Voltmeter dihubungkan pada baterai.

Gambar 33. Skala pada Voltmeter

2. Amperemeter (Ammeter) Ammeter digunakan untuk mengukur aliran arus pada beban rangkaian/sirkuit listrik.

Ammeter dihubungkan secara seri dengan rangkaian. Untuk memasang ammeter dapat dilakukan

dengan memutuskan rangkaian/sirkuit, kemudian sambung kembali dengan Ammeter.

Page 20: SISTEM PENERANGAN

Gambar 34. Pemasangan Ammeter pada rangkaian listrik

3. Ohmmeter Ohmmeter digunakan untuk mengukur resistansi komponen atau rangkaian. Ohmmeter

juga dapat dipergunakan untuk memeriksa kondisi saklar, kabel dan sekering untuk mengetahui

apakah terputus atau ada rangkaian terbuka. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa perubahan

skala tidaklah linier.

Catatan : Garis skala ke arah kanan menunjukkan nilai yang kecil perubahan hanya

menandakan 1 satuan (terhadap nilai yang ditunjukkan oleh saklar putar) Ke arah kiri perubahan

menunjukkan nilai yang lebih besar dari 100 atau 1000 kali.

Gambar 35 Ohmmeter

Ohmmeter harus memiliki sendiri baterai karena ohmmeter mengukur resistansi dengan

mengalirkan arus melalui resistor. Oleh karena itu pada saat mengetes sebuah komponen atau

rangkaian dengan menggunakan ohmmeter, sumber power supply harus diputus. Ohmmeter

mempunyai skala range yang menunjukkan lebih dari satu range nilai tahanan. Untuk menghitung

resistansi, pembacaan pada skala dikalikan dengan nilai saklar putar yang dipilih.

Persiapan Penggunaan Ohmmeter

1. Pilih range yang dikehendaki.

2. Setel jarum penunjuk pada posisi “Nol” meter dengan dengan cara sebagai berikut:

Hubungkan kedua jarum penduga (Probe)

Page 21: SISTEM PENERANGAN

Gambar 36 Ohmmeter (setting 1)

Setel Adjuster (penyesuai titik nol) hingga pembacaan meter menunjukkan angka nol.

Gambar 37 Ohmmeter (setting 2)

Catatan : Meter harus disetel pada angka nol setiap kali merubah skala pengukuran (range scale).

Prosedur Pengoperasian Ohmmeter

PERINGATAN : Untuk melindungi Ohmmeter terhadap kerusakan elektronis yang permanen

maka jangan sekali-kali menghubungkan Ohmmeter pada rangkaian yang beraliran arus, ikuti

langkah-langkah berikut dengan hati-hati.

1. Putuskan hubungan power supply pada rangkaian

2. Pilih skala yang paling sesuai dengan memutar selektor.

3. Agar diperoleh akurasi yang maksimum, nol-kan ohmmeter setiap mengganti range.

4. Hubungkan ohmmeter pada komponen atau rangkaian yang hendak dites.

5. Jika diperoleh pembacaan pada skala range yang sesuai, lihat nilai pada ohmmeter dan hitung

resistansi dengan mengalikannya terhadap nilai skala range.

6. Selalu matikan ohmmeter jika tidak digunakan.

Page 22: SISTEM PENERANGAN

Gambar 38. Pengoperasian Ohmmeter

4. Multi Meter

Multimeter yang digunakan pada dasarnya ada dua (2) macam, yaitu tipe analog dan tipe

digital. Masing-masing mempunyai kegunaan yang sama, keduanya dapat digunakan untuk

mengukur tegangan, tahanan (ohm) dan aliran arus (ampere).

Penggunaan Multimeter analog sama seperti meter-meter analog yang telah disebutkan

sebelumnya. Penggunaannya setelah alat dihubungkan, dirubah skalanya dan diatur (dinolkan)

sebelum dugunakan untuk mengukur.

1) Penggunaan Multimeter Digital

Multimeter digital memiliki kegunaan yang luas. Multimeter digital jauh lebih akurat

daripada multimeter tipe analog. Alat ini memiliki pilihan batas skala (Scale range) yang lebih luas

untuk memilih kuantitas yang akan diukur (tegangan, arus, resistansi, dan lain-lain).

Meter yang ditunjukkan pada gambar berikut tidak memiliki batas skala (Scale range) untuk tiap

pilihan pengukuran. Alat ini secara otomatis akan mengatur batas ukurnya (autoranging), sehingga

tidak perlu mengatur range-nya).

Gambar 39. Multimeter Digital

1) Pengukuran Tegangan

Page 23: SISTEM PENERANGAN

Pilih DC V(arus searah) pada tombol range, pasang probe/colok merah positif (+) pada

terminal positif baterai. Pasang probe hitam negatif (-) pada negatif baterai. Pembacaan tegangan

akan ditampilkan di layar LCD.

Gambar 40. Mengukur tegangan dengan Multimeter Digital

2) Pengukuran Arus

Catatan : Sebelum melakukan pengukuran arus, ingat bahwa Multimeter digital tidak bisa

mengukur aliran arus yang besar, biasanya paling besar 10 ampere. Pilih “Am” pada skala ukur.

Lepaskan probe/jarum penduga merah positif (+) dan pasang pada terminal 10A. Matikan power

supply dan putuskan hubungannya pada rangkaian dan hubungkan probe-probe meter dalam

hubungan seri, nyalakan catu daya dan baca nilai yang ditunjukkan alat.

Gambar 41. Sambungan Ammeter

3) Pengukuran Tahanan

Lepaskan baterai. Pilih skala meter pada (ohm). Hubungkan probe/jarum penduga pada kedua

ujung komponen. Pembacaan akan ditampilkan dalam , K (K=1000), atau M (M=mega/juta).

Selalu matikan alat ukur (meter) jika tidak sedang digunakan. Hubungkan probe/jarum penduga

pengukur seperti yang ditunjukan pada gambar. Satuan tahanan ditunjukkan pada layar dalam , K

Page 24: SISTEM PENERANGAN

atau M. Yakinkan bahwa alat yang diukur tidak terhubung dengan baterai, jika terjadi maka bisa

timbul kerusakan pada alat.

Gambar 42. Pemeriksaan Resistor dengan Ohmmeter

TEKNIK PENYAMBUNGAN KABEL

A. Tujuan Khusus Pembelajaran

Setelah mempelajari kegiatan belajar 4, peserta dapat :

1. Mengidentifikasi jenis-jenis kabel

2. Mengidentifikasi jenis-jenis terminal kabel

3. Menyambung kabel dengan teknik solder dan crimping

B. Materi Pembelajaran

1. Ukuran Kabel

Ukuran kabel otomotif umumnya adalah milimeter (mm), misalnya 3 mm, 4 mm, 5 mm dan

seterusnya. Angka-angka ini merupakan ukuran nominal diameter luar kabel (konduktor dan

isolator). Bagian konduktor kabel terbuat dari bagian helaian tembaga. Diameter helaian kawat ini

biasanya sekitar 0,3 mm. Pembuat kabel biasanya menggunakan helaian kawat yang sama untuk

berbagai ukuran kabel.

Contoh :

Kabel 3 mm terbuat dari 16 helai kawat dengan diameter 0,3 mm

Kabel 4 mm terbuat dari 26 helai kawat dengan diameter 0,3 mm

Kabel 6 mm terbuat dari 65 helai kawat dengan diameter 0,3 mm

Produsen kabel biasanya memberi data kabel dalam (mm2). Misalnya 1,25 mm2 dan tersedia

juga ukuran besar arus dalam amper.

Page 25: SISTEM PENERANGAN

Luas nominal konduktor mm2

Jumlah &

diameter

kabel

No./mm

Persamaan Pengukur kawat SAE

Perkiraan

diameter

keseluruhan

mm

Kabel Tunggal

Arus kerja

kabel

serabut

Kabel

0.85 1.25 2.00 3.00 5.00 8 14 19 25 36.5 40

11/0.32 16/0.32 26/0.32 41/0.32 65/0.32 94/0.32 182/0.32 247/0.32 323/0.32 455/0.32 520/0.32

18 16 14 12 10 8 6 4 3 2 1

2.5 2.9 3.1 3.8 4.6 5.5 7.3 9.0 10.8 11.7 12.7

5 10 25 20 25

3 6 10 15 18

45 70 90 100 120 130