sistem koruptif yang melembaga
DESCRIPTION
korupsiTRANSCRIPT
SISTEM KORUPTIF YANG MELEMBAGA
DI INDONESIA
Untuk Memenuhi Tugas Mata Pelajaran .........................
Guru pengampu :
Disusun oleh :
A. Eka Fitriani
B. Mudrikah
C. Na’ila S. R.
D. Niscahyati R.
E. Sumiah
MA TARBIYATUL ISLAMIYAH
SOKOPULUHAN - PUCAKWANGI
TAHUN PELAJARAN 2015/2016
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan karunia-Nya sehingga makalah ini bisa selesai tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata
Pelajaran ........................... tentang “SISTEM KORUPTIF YANG MELEMBAGA
DI INDONESIA”
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dan mendukung dalam penyusunan makalah ini. Terutama kepada Guru Pengampu
Mata Pelajaran ..................... Bapak ......................
Penulis sadar makalah ini belum sempurna dan memerlukan berbagai
perbaikan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan
semua pihak.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................2
DAFTAR ISI ..................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................4
A. LATAR BELAKANG.................................................................................4
B. PERUMUSAN MASALAH........................................................................5
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................6
1. PENGERTIAN KORUPSI..........................................................................6
2. PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG KORUPSI................................7
3. FAKTOR PENYEBAB KORUPSI.............................................................8
4. FENOMENA KORUPSI DI INDONESIA.................................................9
5. PERANAN KPK DALAM PEMBERANTASAN KORUPSI....................10
6. LANGKAH PEMBERANTASAN KORUPSI ..........................................11
BAB III PENUTUP.........................................................................................13
KESIMPULAN.................................................................................................13
SARAN.............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................14
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kemajuan suatu negara sangat ditentukan oleh kemampuan dan
keberhasilannya dalam melaksanakan pembangunan. Pembangunan sebagai suatu
proses perubahan yang direncanakan mencakup semua aspek kehidupan
masyarakat. Efektifitas dan keberhasilan pembangunan terutama ditentukan oleh
dua faktor, yaitu sumber daya manusia, yakni (orang-orang yang terlibat sejak
dari perencanaan samapai pada pelaksanaan) dan pembiayaan. Diantara dua
faktor tersebut yang paling dominan adalah faktor manusianya.
Indonesia merupakan salah satu negara terkaya di Asia dilihat dari
keanekaragaman kekayaan sumber daya alamnya. Tetapi ironisnya, negara
tercinta ini dibandingkan dengan negara lain di kawasan Asia bukanlah
merupakan sebuah negara yang kaya malahan termasuk negara yang miskin.
Mengapa demikian? Salah satu penyebabnya adalah rendahnya kualitas sumber
daya manusianya. Kualitas tersebut bukan hanya dari segi pengetahuan atau
intelektualnya tetapi juga menyangkut kualitas moral dan kepribadiannya.
Rapuhnya moral dan rendahnya tingkat kejujuran dari aparat penyelenggara
negara menyebabkan terjadinya korupsi.
Korupsi di Indonesia dewasa ini sudah merupakan patologi social
(penyakit social) yang sangat berbahaya yang mengancam semua
aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Korupsi telah
mengakibatkan kerugian materiil keuangan negara yang sangat besar. Namun
yang lebih memperihatinkan lagi adalah terjadinya perampasan dan pengurasan
keuangan negara yang dilakukan secara kolektif oleh kalangan anggota legislatif
dengan dalih studi banding, THR, uang pesangon dan lain sebagainya di luar
batas kewajaran.
Di Indonesia, bahkan di seluruh dunia, perilaku koruptif ini memang
acapkali diidentikan dengan prilaku aparat birokrasi atau pemerintah. Namun
dalam perkembangannya, prilaku ini telah merambah ke mana-mana, sehingga
terjalin hubungan yang harmonis antara pemberi dan penerima. Dan pada
akhirnya kondisi ini terus mengalami pemekaran yang solid menuju sebuah
kemapanan. Pemberi sudah merasa tidak enak, jika tidak memberi. Sedang yang
4
diberi merasa “berhak” untuk diberi, sehingga jika tidak maka ia tanpa malu-malu
akan meminta bagian.
Terjadinya pemapanan ini, semakin kuat akibat para perilaku koruptif ini
telah melembaga dengan membentuk sebuah kelompok atau semacamnya dalam
melakukan aksi-aksinya. Hal ini ditandai dengan adanya ikatan kerja sama antara
pengusaha dan penguasa yang kurang sehat. Maka tidak perlu heran, jika untuk
menadatangani sebuah proyek, seorang pengusaha terlebih dahulu harus
menyisipkan amplop tebal di bawah kertas yang ingin ditandatangani (Mungkin
agar lebih enak membubuhkan tanda tangan). Atau untuk memenangkan sebuah
tender proyek terlebih dahulu harus disepakati pembagiannya.
B. PERUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan Korupsi.
2. Persepsi Masyarakat tentang Korupsi
3. Faktor penyebab adanya korupsi.
4. Fenomena korupsi di Indonesia.
5. Peran KPK dalam pemberantasan korupsi di Indonesia.
6. Bagaimana cara Pemberantasan Korupsi.
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Korupsi
Kata “korupsi” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, berarti
penyelewengan atau penggelapan (uang negara atau perusahaaan) dan sebagainya
untuk keuntungan pribadi atau orang lain. Perbuatan korupsi selalu mengandung
unsur “penyelewengan” atau dis-honest (ketidakjujuran). Sesuai dengan Undang-
Undang Nomor 28Tahun 1999 tentang Penyelewengan Negara yang Bersih dan
Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme disebutkan bahwa korupsi adalah
tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ketentuan peraturan perundang-
undangan yang mengatur tentang pidana korupsi.
Dalam prakteknya, korupsi lebih dikenal sebagai menerima uang yang ada
hubungannya dengan jabatan tanpa ada catatan atau administrasinya. Balas jasa
yang diberikan oleh pejabat, disadari atau tidak, adalah kelonggaran aturan yang
semestinya diterapkan secara ketat. Kompromi dalam pelaksanaan kegiatan yang
berkaitann dengan jabatan tertentu dalam jajaran birokrasi di Indonesia inilah
yang dirasakan sudah sangat mengkhawatirkan.
B. Persepsi Masyarakat Tentang Korupsi
Rakyat kecil yang tidak memiliki alat pemukul guna melakukan koreksi
dan memberikan sanksi pada umumnya bersikap acuh tak acuh. Namun yang
paling menyedihkan adalah sikap rakyat menjadi apatis dengan semakin
meluasnya praktik-praktik korupsi oleh beberapa oknum pejabat lokal, maupun
nasional.
Kelompok mahasiswa sering menanggapi permasalahan korupsi dengan
emosi dan demonstrasi. Tema yang sering diangkat adalah “penguasa yang
korup” dan “derita rakyat”. Mereka memberikan saran kepada pemerintah untuk
bertindak tegas kepada para korup-tor. Hal ini cukup berhasil terutama saat
gerakan reformasi tahun 1998. Mereka tidak puas terhadap perbuatan manipulatif
dan koruptif para pejabat. Oleh karena itu, mereka ingin berpartisipasi dalam
usaha rekonstruksi terhadap masyarakat dan sistem pemerin-tahan secara
menyeluruh, mencita-citakan keadilan, persamaan dan kesejahteraan yang merata.
C. Faktor Penyebab Korupsi
Berikut adalah faktor – faktor yang mendasari penyebab dari korupsi :
6
Penegakan hukum tidak konsisten, penegakan hukum hanya sebagai make up
politik, sifatnya sementara, selalu berubah setiap berganti pemerintahan.
Penyalahgunaan kekuasaan/wewenanng, takut dianggap bodoh kalau tidak
menggunakan kesempatan.
Langkanya lingkungan yang antikorup, sistem dan pedoman antikorupsi
hanya dilakukan sebatas formalitas.
Budaya memberi upeti, imbalan jasa dan hadiah.
Konsekuensi bila ditangkap lebih rendah daripada keuntungan korupsi, saat
tertangkap bisa menyuap penegak hukum sehingga dibebaskan atau
setidaknya diringankan hukumannya.
Budaya permisif/serba membolehkan, tidak mau tahu, menganggap biasa bila
sering terjadi. Tidak peduli orang lain, asal kepentingannya sendiri
terlindungi.
Gagalnya pendidikan agama dan etika. Pendapat Franz Magnis Suseno bahwa
agama telah gagal menjadi pembendung moral bangsa dalam mencegah
korupsi karena perilaku masyarakat yang memeluk agama itu sendiri.
Sebenarnya agama bisa memainkan peran yang lebih besar dalam konteks
kehidupan sosial dibandingkan institusi lainnya, sebab agama memiliki relasi
atau hubungan emosional dengan para pemeluknya. Jika diterapkan dengan
benar kekuatan relasi emosional yang dimiliki agama bisa menyadarkan umat
bahwa korupsi bisa membawa dampak yang sangat buruk.dll
D. Fenomena Korupsi Di Indonesia
Fenomena umum yang biasanya terjadi di negara berkembang contohnya
Indonesia ialah:
1. Proses modernisasi belum ditunjang oleh kemampuan sumber daya manusia
pada lembaga-lembaga politik yang ada.
2. Institusi-institusi politik yang ada masih lemah disebabkan oleh mudahnya
“oknum” lembaga tersebut dipengaruhi oleh kekuatan bisnis/ekonomi, sosial,
keagamaan, kedaerahan, kesukuan, dan profesi serta kekuatan asing lainnya.
3. Selalu muncul kelompok sosial baru yang ingin berpolitik, namun sebenarnya
banyak di antara mereka yang tidak mampu.
4. Mereka hanya ingin memuaskan ambisi dan kepentingan pribadinya dengan
dalih “kepentingan rakyat”.
Sebagai akibatnya, terjadilah runtutan peristiwa sebagai berikut :
7
1. Partai politik sering inkonsisten, artinya pendirian dan ideologinya sering
berubah-ubah sesuai dengan kepentingan politik saat itu.
2. Muncul pemimpin yang mengedepankan kepentingan pribadi daripada
kepentingan umum.
3. Sebagai oknum pemimpin politik, partisipan dan kelompoknya berlomba-
lomba mencari keuntungan materil dengan mengabaikan kebutuhan rakyat.
4. Terjadi erosi loyalitas kepada negara karena menonjolkan pemupukan harta
dan kekuasaan. Dimulailah pola tingkah para korup.
5. Sumber kekuasaan dan ekonomi mulai terkonsentrasi pada beberapa
kelompok kecil yang mengusainya saja. Derita dan kemiskinan tetap ada pada
kelompok masyarakat besar (rakyat).
6. Lembaga-lembaga politik digunakan sebagai dwi aliansi, yaitu sebagai sektor
di bidang politik dan ekonomi-bisnis.
7. Kesempatan korupsi lebih meningkat seiring dengan semakin meningkatnya
jabatan dan hirarki politik kekuasaan.
E. Peranan KPK Dalam Pemberantasan Korupsi Di Indonesia
Partisipasi dan dukungan dari masyarakat sangat dibutuhkan dalam
mengawali upaya-upaya pemerintah melalui KPK (Komisi Pemberantasan
Korupsi) dan aparat hukum lain.
KPK yang ditetapkan melalui Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002
Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi untuk mengatasi,
menanggulangi, dan memberantas korupsi, merupakan komisi independen yang
diharapkan mampu menjadi “martil” bagi para pelaku tindak KKN.
Adapun agenda KPK adalah sebagai berikut :
1. Membangun kultur yang mendukung pemberantasan korupsi.
2. Mendorong pemerintah melakukan reformasi public sector dengan
mewujudkan good governance.
3. Membangun kepercayaan masyarakat.
4. Mewujudkan keberhasilan penindakan terhadap pelaku korupsi besar.
5. Memacu aparat hukum lain untuk memberantas korupsi.
F. Langkah – Langkah Pemberantasan Korupsi
korupsi merupakan penyakit moral, oleh karena itu penanganannya perlu
dilakukan secara sungguh-sungguh dan sistematis dengan menerapkan strategi
yang komprehensif.
8
Presiden melalui inpres no 5 tahun 2004 tentang percepatan
pemberantasan korupsi menyatakan langkah-langkah efektif dalam memberantas
korupsi adalah sebagai :
1. Membersihkan kantor keprisidenan kantor wapres sekretariat negara serta
yayasan-yayasan.
2. Mengawasi pengadaan barang disemua departemen.
3. Mencegah penyimpanan proyek rekonstruksi Aceh.
4. Mencegah penyimpangan dalam pembangunan infrastruktur ke depan.
5. Menyelidiki penyimpangan di lembaga negara seperti departemen dan BUMN.
6. memburu terpidana korupsi yang kabur ke luar negeri.
7. meningkatkan intensitas pemberantasan penebangan liar.
8. meneliti pembayar pajak dan cukai.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk pemberantasan korupsi adalah :
1. Penyesuaian kompetensi dengan jabatan
2. Rasionalisasi jumlah PNS
3. Perbaikan gaji dan tunjangan jabatan
4. Sanksi yang tegas bagi pelanggar aturan
5. Penonaktifan pejabat yang diduga sedang terlibat KKN
6. Penggantian pejabat yang mementingkan kepentingan kelompok/ pribadi/
golongan.
9
PENUTUP
Kesimpulan
Korupsi adalah suatu tindak perdana yang memperkaya diri yang secara
langsung merugikan negara atau perekonomian negara. Jadi, unsur dalam perbuatan
korupsi meliputi dua aspek. Aspek yang memperkaya diri dengan menggunakan
kedudukannya dan aspek penggunaan uang Negara untuk kepentingannya.Adapun
penyebabnya antara lain, ketiadaan dan kelemahan pemimpin, kelemahan pengajaran
dan etika, kolonialisme, penjajahan rendahnya pendidikan, kemiskinan, tidak adanya
hukuman yang keras, kelangkaan lingkungan yang subur untuk perilaku korupsi,
rendahnya sumber daya manusia, serta struktur ekonomi. Korupsi dapat
diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu bentuk, sifat, dan tujuan. Dampak korupsi
dapat terjadi di berbagai bidang diantaranya, bidang demokrasi, ekonomi, dan
kesejahteraan negara.
Saran
Sikap untuk menghindari korupsi seharusnya ditanamkan sejak dini. Dan pencegahan
korupsi dapat dimulai dari hal yang kecil
10
DAFTAR PUSTAKA
http://muhammadredja.wordpress.com/pkn/contoh-makalah/
http://livingnavigation.wordpress.com/2009/05/01/korupsi-dan-faktor-
http://denyrizkykurniawan.wordpress.com/2012/11/25/faktor-penyebab-korupsi/
http://hukum-rechtat.blogspot.com/2008/12/makalah-tentang-korupsi.html
https://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20081122212452AAcdX0R
http://makalainet.blogspot.com/2013/10/korupsi.html
11