sistem konsultasi online agribisnis cabai (capsicum annuum. l) · 4.1.2. ... panjang maupun jangka...
TRANSCRIPT
39
PEMBAHASAN
4.1. Identifikasi Masalah
4.1.1. Tuntutan Kebutuhan Informasi dan Pengetahuan Agribisnis Cabai
Tuntutan kebutuhan dan memperoleh informasi pertanian dapat berpengaruh
positif terhadap keberdayaan petani sayuran. Artinya, tuntutan kebutuhan
informasi dan memberolehnya berpengaruh terhadap upaya untuk meningkatkan
kemampuan mengembangkan usahatani, khususnya perbaikan dalam hal
merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan mengatasi masalah agribisnis
(Tamba, 2007).
Pada saat ini petani membutuhkan akses terhadap berbagai sumber
informasi pertanian dalam rangka meningkatkan hasil produksinya. Informasi
peningkatan produksi dan mutu sayuran mencakup antara lain informasi teknologi
usahatani, pola tanam, iklim/cuaca, teknologi usahatani. Teknologi usahatani
berarti bagaimana cara melakukan pekerjaan usaha tani. Didalamnya termasuk
cara-cara bagaimana petani menyebarkan benih, pupuk, pestisida, memelihara
tanaman dan memungut hasilnya. Informasi-informasi tersebut dibutuhkan dan
harus dapat diakses oleh petani agar petani menjadi berdaya (Tamba, 2007).
Sementara itu, kualitas informasi merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kecepatan seseorang untuk mengadopsi inovasi melalui informasi
yang diterimanya. Petani maju / masyarakat inovatif umumnya memanfaatkan
berbagai sumber informasi kemudian menyarikannya serta menggunakan dalam
kegiatan agribisnis pertanian yang mereka tekuni. Sedangkan petani
berkembang/masyarakat yang kurang inovatif, umumnya hanya memanfaatkan
teknologi yang sudah umum diterapkan oleh petani setempat dan relatif sedikit
memanfaatkan informasi dari sumber-sumber yang terpercaya.
Dalam penyampaian informasi pertanian, penyuluh pertanian memiliki
peranan yang sangat penting. Hal ini dikarenakan penyuluh pertanian sangat dekat
dengan petani. Petani dapat berkonsultasi dengan penyuluh pertanian terdekat
untuk mendapatkan informasi-informasi terkait dengan kegiatan agribisnis cabai.
40
Namun demikian, terdapat dua faktor yang menyebabkan kurang efektifnya
kegiatan penyuluhan yang dilakukan oleh penyuluh pertanian yaitu faktor internal
dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor-faktor yang melekat pada diri
penyuluh seperti umur, pendidikan, kekosmopolitanan, pengalaman bekerja
sebagai penyuluh, motivasi, kemampuan / wawasan teknis, keinovatifan,
kemampuan menyediakan informasi, komunikatif, intensitas pemanfaatan
multimedia penyuluhan, intensitas penyusunan materi penyuluhan sesuai
kebutuhan petani, intensitas interaksi dengan sumber inforamsi dan sikap
profesionalisme penyuluh. Sedangkan faktor eksternal adalah ketersediaan
kelembagaan penyuluhan, sistem nilai, sarana komunikasi yang terjangkau, serta
dukungan lembaga pelayanan dan dinamika organisasi/lembaga penyuluhan
(Tamba, 2007).
4.1.2. Penyediaan Informasi Pertanian
Pemberdayaan petani melalui penyediaan informasi pertanian, akan
meningkatkan kemampuan manajemen usaha (merencanakan, melaksanakan,
mengevaluasi, dan mengatasi masalah usahatani) petani sehingga petani mampu
memanfaatkan peluang usaha, mengantisipasi perubahan dan permasalahn serta
mampu memprediksi permintaan, dan preferensi konsumen. Berbagai sumber
informasi pertanian telah banyak disediakan oleh lembaga/institusi terkait dengan
kegiatan agribisnis diantaranya adalah :
1. Badan Koordinasi Penyuluhan
Badan Koordinasi Penyuluhan (BKP) merupakan lembaga penyuluhan di
provinsi yang akan mengkaji dan mengolah berbagai data/informasi yang berasal
dari berabgai instansi terkait. Selanjutnya BKP menghasilkan informasi yang siap
disalurkan kepada petani. BKP juga bertanggung jawab menghasilkan informasi
pertanian dalam bentuk cetak dan digital yang disebarkan ke dinas pertanian
provinsi/kabupaten/kota.
2. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)
Balai pengkajian teknologi Pertanian merpakan lembaga penelitian yang
menghasilkan berbagai informasi ilmiah di bidang teknis, ekonomi, dan sosial
yang berasal dari hasil-hasil penelitian yang dijamin dan dapat
41
dipertanggungjawabkan kebenarannya. Selanjutnya informasi ini akan
disampaikan ke Badan Koordinasi Penyuluhan
3. Dinas Pertanian Provinsi/Kabupaten/Kota
Dinas pertanian provinsi/kabupaten/kota merupakan lembaga yang
menyusun program pembangunan pertanian di wilayahnya, baik program jangka
panjang maupun jangka pendak berdasarkan potensi dan sumber daya yang
dimilikinya dan bertujuan untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
petani pada khususnya dan masyarakat pada umumnya dengan meperhatikan
kelsetarian sumber daya pertanian.
4. Lembaga/Unit penelitian sayuran
Lembaga/unit penelitian sayuran merupakan lembaga yang melakuakn
penelitian terutama bdiang teknologi, sosial, dan ekonomi, diharapkan melakukan
diseminasi hasil-hasil penelitian spesifik lokasi ke instansi terkait seperti Dinas
Pertanian, Badan pelaksana penyuluhan, dan lain-lain sehingga bermanfaat bagi
pembangunan.
5. Balai Penyuluhan Pertanian
Balai penyuluhan pertanian merupakan lembaga yang bertugas : (1)
menyusun program penyuluhan pada tingkat kecamatan, (2) melaksanakan
pernyuluhan berdasarkan program penyuluhan, (3) menyebarkan inforamsi
pertanian seperti informsi : teknologi, sarana produksi, permodalan
(pembiayaan), pasar dan informasi lainnya, (4) memfasilitasi pengembangan
kelembagaan serta kemitraan pelaku utama (petani) dan pelaku usaha, dan (5)
memfasilitasi peningkatan kapasitas penyuluh melalui proses pembelajaran
secara berkelanjutan.
6. Perguruan Tinggi Pertanian
Perguruan tinggi yang memegang mandat pendidikan, penelitian dan
pengabdian masyarakat memiliki peran penting dalam penyediaan SDM dan
informsi pertanian. Penelitian yang dilakukan perguruan tinggi secara terus
menerus dan diintegrasikan dengan kegiatan pendidikan dan pengabdian
masyarakat, menjadikan perguruan tinggi menjadi sumber informasi pertanian
yang sangat potensial. Namum permasalahan yang terjadi saat ini adalah belum
optimalnya penyediaan informasi-informasi dan pengetahuan pertanian yang
42
berasal dari perguruan tinggi kepada masyarakat. Hal ini disebabkan karena
cakupan wilayah Indonesia sangat luas, sehingga perlu ada strategi penyebaran
dan pemanfaatan media-media penyebaran informasi yang efektif agar informasi
pertanian dapat sampai.
Permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh lembaga-lembaga yang
menjadi penyedia informasi pertanian adalah belum adanya suatu perangkat yang
baik dalam penyebaran informasi yang komprehensif, berbasis produk, berbasis
lokasi lokal, dan dapat dengan mudah diakses dari manapun. Permasalahan ini
hasus dipecahkan dalam rangka mendorong petani untuk lebih berdaya.
Keberdayaan petani pada akhirnya akan berakibat pada majunya sektor ini, dan
dapat menjadi penopang perekonomian bangsa.
Memperhatikan permasalahan-permasalahan tersebut, maka pada penelitian
ini perlu dibangun sebuah sistem konsultasi online agribisnis cabai. Penelitian
yang dilaksanakan bermaksud menjadi jembatan antara lembaga-lembaga yang
potensial dalam penyediaan informasi dan pengetahuan pertanian yang tepat guna
dan up to date. Salah satu lembaga yang sangat aktif adalah perguruan tinggi,
sehingga penelitian ini fokus pada penyediaan pengetahuan pertanian yang berasal
dari penelitian-penelitian yang dilakukan oleh Institut Pertanian Bogor (IPB)
sebabagi perguruan tinggi pertanian bertaraf internasional.
Ahli-ahli pertanian yang ada di IPB selanjutnya dilibatkan secara penuh
dalam pengembangan sistem konsultasi ini, sehingga sistem ini nantikan dapat
menjadi instrumen yang sangat baik dalam penyampaian informasi dan
pengetahuan agribisnis cabai kepada petani. Pengetahuan yang dimiliki oleh
perguruan tinggi akan dimasukkan ke dalam sistem berbasis komputer dan dapat
diakses secara online. Dengan memanfaatkan teknik-teknik inferensi maka sistem
dapat berkomunikasi dan melakukan dialog kepada pengguna dalam pemecahan
masalah agribisnis. Sistem yang dibangun dibatasi pada komoditas Cabai
(Capsicum annuum. L) dengan studi kasus cabai dataran tinggi.
4.1.3. Visi dan ruang lingkup sistem konsultasi agribisnis Cabai
Sistem konsultasi agribisnis cabai (Capsicum annuum. L) dibangun dengan
visi penyediaan informasi dan pengetahuan pertanian tanpa batas kepada petani
sebagai pelaku agribisnis. Penyediaan informasi tanpa batas maksudnya adalah
43
memberikan kemudahan akses kepada petani dalam mendapatkan informasi
pertanian. Hal ini sesuai dilatarbelakangi oleh kebutuhan petani akan inovasi,
wawasan dan tindakan yang baik dalam kegiatan agribisnis cabai. Selain itu,
kebutuhan akan Knowledge Based Agriculture dengan menerapkan Good
Agricultural Practices sudah menjadi keharusan untuk menjadi petani maju.
Ruang lingkup sistem konsultasi yang akan dibangun dibatasi pada satu
komoditas pertanian yaitu cabai untuk dataran tinggi. Hal ini dimaksudkan agar
pengetahuan yang didapatkan dari ahli di perguruan tinggi dapat diserap dan
ditransformasikan ke dalam sistem secara optimal. Pengetahuan-pengetahuan
tersebut dikumpulkan, dimasukkan ke dalam sistem, dibuat halaman-halaman bagi
petani untuk melakukan dialog terkait dengan kegiatan agribisnis cabai.
4.2. Pencarian Sumber Pengetahuan
Pencarian sumber pengetahuan dilakukan untuk mendapatkan pengetahuan
yang dapat diimplementasikan pada sistem konsultasi online yang dibangun pada
penelitian ini. Pengetahuan berasal dari pengetahuan tacit dan pengetahuan
eksplisit. Pengetahuan yang diperoleh dari berbagai sumber melingkupi tahapan-
tahapan yang dilaksanakan oleh petani dalam kegiatan agribisnis dan teknik-
teknik pemecahan masalah lapangan.
Menurut Kaye (1997), setiap manusia akan mampu mengenali inti
permasalahan yang sedang dihadapi bila diperoleh informasi yang banyak. Untuk
itu dibutuhkan suber daya dan upaya ekstra serta akses dari setiap orang terhadap
sumber informasi. Pencarian pengetahuan dalam rangka membangun sistem
konsultasi yang baik memperhatikan faktor-faktor penyediaan pengetahuan yang
baik. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pencarian pengetahuan pada
penelitian ini adalah :
1. Relevansi : pengetahuan yang berkaitan erat dengan persoalan yang tengah
dihadapi oleh petani cabai (Capsicum annuum. L). Informasi dan
pengetahuan juga harus sesuai dengan perspektif situasi yang ada.
44
2. Akurasi : sumber pengetahuan yang akan dicari adalah pengetahuan yang
berasal dari sumber yang layak untuk dipercaya dan dapat diuji
kebenarannya.
3. Kelengkapan : informasi dan pengetahuan yang dikumpulkan dalam
penelitian ini harus lengkap dan dapat menajawab permasalahan-
permasalahan pokok dalam kegiatan agribisnis cabai.
4. Ketajaman : informasi dan pengetahuan yang dikumpulkan merupakan
diupayakan memiliki ketajaman, sehingga dapat menunjukkan perbedaan
antara pilihan satu dengan pilihan yang lain.
5. Ketepatan waktu : Pengembangan sistem secara online memungkinkan
penyediaan informasi dan pengetahuan yang tepat waktu dan berdaya guna
tinggi karena terhindar dari informasi kadaluarsa. Untuk menjamin
mekanisme pembaharuan informasi dan pengetahuan maka sistem yang akan
dibangun harus meyediakan fitur yang dapat digunakan untuk melakukan
pembaharuan informasi dan pengetahuan.
6. Keterwakilan : informasi dan pengetahuan yang dikumpulkan dalam
penelitian ini sangat mementingkan keterwakilan kondisi lapangan. Untuk itu,
penyusunan pengetahuan fokus pada komoditas cabai (Capsicum annuum. L)
pada dataran tinggi dan spesifik untuk daerah Liwa, Lampung Barat.
Sumardjo (2004) menyatakan bahwa kegiatan agribisnis merupakan
kombinasi dari kegiatan di lahan (on farm) dan pendukung diluar lahan (off farm)
maka pengetahuan yang dicari melingkupi kedua kegiatan tersebut. Pengetahuan
yang didapatkan dari penelitian ini adalah pengetahuan terkait kegiatan agribisnis
yang mengacu pada praktek Good Agricultural Practices (GAP). Pengetahuan
yang akan disajikan dalam sistem konsultasi diutamakan pengetahuan lapangan.
Hal ini dimakudkan agar pengguna dapat melaksanakan rekomendasi dari proses
konsultasi yang dilakukan.
Kegiatan agribisnis cabai pada dasarnya terdiri dari kegiatan-kegiatan
dalam pertanian yang terencana dan terkontrol dengan baik. Kegiatan tersebut
meliputi empat kegiatan utama yaitu : (1) perencanaan dan analisis usaha tani,
kegiatan penyediaan sarana dan budidaya, (2) pengendalian hama dan penyakit,
45
(3) panen dan penanganan pasca panen, dan (4) pemasaran produk. Gambar 13
menunjukkan urutan dari tahapan dalam agribisnis tanaman cabai pada satu
musim tanam.
Gambar 13. Kegiatan Utama Agribisnis Cabai
Untuk mendukung empat kegiatan utama agribisnis tersebut maka perlu
diinventarisasi pengetahuan-pengetahuan yang dibutuhkan. Selanjutnya
pengetahuan tersebut dikumpulkan dan diimplementasikan menjadi sistem
konsultasi. Informasi dan pengetahuan terkait kegiatan agribisnis cabai yang
dikumpulkan (dicari) pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Pengetahuan Pemilihan Varietas unggul
2. Pengetahuan Penentuan Dosis Pupuk Dasar
3. Pengetahuan Pengendalian Hama dan Penyakit
4. Pengetahuan Teknologi Budidaya
5. Pengetahuan Penanganan Pasca Panen
6. Teknik analisis usaha tani
7. Ketersediaan Informasi Pasar
8. Informasi Cuaca
9. Kelembagaan Pertanian
10. Kebijakan, dukungan dan program-program pemerintah
46
Berdasarkan jenisnya pengetahuan dapat digolongkan menjadi dua yaitu
pengetahuan tacit dan pengetahuan eksplisit. Pengetahuan tacit adalah
pengetahuan-pengetahuan yang didapatkan dari pakar berdasarkan hasil
wawancara, sementar pengetahuan eksplisit adalah pengetahuan-pengetahuan
yang telah dibukukan. Pada penelitian ini dilakukan pencarian pengetahuan sesuai
kebutuhan petani dan jenis pengetahuan baik tacit maupun eksplisit. Berikut
adalah penjelasan mengenai pengetahuan tacit dan eksplisit dikumpulkan dari
penelitian ini :
4.2.1. Pengetahuan Tacit
Pengetahuan tacit diperoleh dari pengalaman pakar agribisnis cabai dan
petani. Pakar merupakan orang yang dianggap telah memiliki kemapuan dan
pengalaman yang baik dan diakui dalam kegiatan agribisnis cabai (Capsicum
annuuum. L). Pakar-pakar tersebut digolongkan sesuai dengan jenis keahliannya
sehingga dapat mendukung dalam pencarian pengetahuan tacit. Bidang keahlian
menentukan seberapa faham seorang pakar dalam memahami kasus-kasus yang
dihadapi petani di lapangan.
Berdasarkan jenis keahliannya terdapat tiga bidang keahlian yang
kemudian menjadi nara sumber dalam pencarian pengetahuan yaitu : (1) Ahli
teknologi dan sistem informasi, (2) Pakar Agronomi dan Hortikultura, dan (3)
Pakar Proteksi Tanaman. Selain itu dalam pencarian pengetahuan tacit juga
melibatkan petani sebagai pelaku agribisnis cabai di lapangan.
Pakar agronomi dan hortikultura yang dilibatkan dalam penelitian ini
adalah Prof. Dr. Sriani Sujiprihati, M.S. Selanjutnya pakar proteksi tanaman yang
dilibatkan adalah Dr. Widodo. Petani yang menjadi narasumber adalah Sukoyo,
sebagai petani cabai di daerah Liwa, Lampung Barat. Ketiga nara sumber yang
disebutkan diatas merupakan sumber utama pengetahuan tacit yang akan menjadi
basis pengetahuan dalam sistem konsultasi agribisnis cabai yang dibangun.
Untuk mendapatkan pengetahuan tacit peneliti melakukan wawancara dan
diskusi (forum group discussion) dengan pakar. Diskusi terbuka dipilih agar pakar
dapat mengeluarkan semua pengetahuan yang dimiliki dan dapat
47
ditransformasikan menjadi pengetahuan yang dapat disimpan pada tahapan
selanjutnya dari penelitian ini. Wawancara digunakan untuk memperoleh
pengetahuan yang terarah dan dapat digunakan sebagai basis pengetahuan
(knowledge based). Pengetahuan tacit yang digali melingkupi pengetahuan teoritis
dan pengalaman lapangan yang pernah dialami oleh pakar dan petani. Selain itu
peneliti juga melakukan pengamatan langsung pada kegiatan budidaya pertanian
cabai di daerah Liwa, Lampung Barat untuk memperkuat dan mengumpulkan
pengetahuan-pengetahuan tacit yang sudah diterapkan.
Berdasarkan hasil diskusi dan wawancara yang dilakukan maka
pengetahuan-pengetahuan tacit yang diperoleh meliputi pengetahuan budidaya
tanaman cabai dan proteksi tanaman. Tabel 2 menjelaskan secara detail
pengetahuan, metode pencarian pengetahuan yang digunakan, dan sumber
pengetahuan pakar.
Tabel 2. Jenis dan Sumber Pengetahuan Tacit
No Pengetahuan
Metode
Pencarian
Pengetahuan
Sumber
Pengetahuan
1 Budidaya Tanaman Cabai 1. Pakar Agronomi
dan Hortikultura
(Prof. Dr. Sriani
Sujiprihati,
Departemen
Agronomi dan
Hortikultura,
Institut Pertanian
Bogor)
2. Petani (Sukoyo ;
petani cabai di
daerah Liwa,
Lampung Barat).
a. Pemilihan benih cabai dan
kesesuaian lahan.
Diskusi,
wawancara,
pengamatan
lapangan
b. Penentuan dosis pupuk
dasar berdasarkan jenis
tanah dan ketersediaan hara
di lokasi penanaman cabai.
Diskusi,
wawancara,
pengamatan
lapangan
c. Penentuan Dosis Nutrisi
(pupuk) tambahan dalam
bentuk kocor ataupun
semprot melalui daun pada
kegiatan budidaya.
Diskusi,
wawancara,
pengamatan
lapangan
48
No Pengetahuan
Metode
Pencarian
Pengetahuan
Sumber
Pengetahuan
2 Proteksi Tanam Pakar Proteksi
tanaman (Dr. Ir.
Widodo ; Klinik
tanaman
Departemen
Proteksi tanaman,
Institut Pertanian
Bogor)
a. Diagnosa Penyakit dan
Penanggulangannya
Diskusi dan
wawancara
b. Identifikasi dan
Penanggulangan
Diskusi dan
wawancara
4.2.2. Pengetahuan Ekplisit
Pengetahuan eksplisit terkait kegiatan agribisnis cabai (Capsicum annuum.
L) adalah pengetahuan-pengetahuan yang diperoleh dari keahlian pakar dalam
menggunakan berbagai peralatan dan metodologi. Pengetahuan-pengetahuan
eksplisit yang dikumpulkan dalam penelitian ini bersumber dari literatur-literatur
yang ditulis dan disusun oleh pakar-pakar pertanian. Tulisan-tulisan tersebut
berupa best practice budidaya cabai, publikasi ilmiah, buku-buku, standar
operating prosedur (SOP) dan sumber-sumber lain yang relevan.
Literatur-literatur tersebut dikumpulkan dan dipelajari dan
direpresentasikan dalam bentuk yang mudah difahami dan dapat di
implementasikan ke sistem konsultasi untuk kemudian didiskusikan dengan pakar
untuk menjadi keabsahan dari pengetahuan yang telah disusun oleh peneliti.
Pengetahuan eksplisit lebih terstrtuktur dibandingkan dengan pengetahuan tacit,
yang bergantung pada bagaimana cara pakar menjelaskan suatu permasalahan.
Keterbatasan waktu untuk mengambil pengetahuan dari pakar langsung membuat
studi ini juga mengoptimalkan pengetahuan tacit dalam pencarian pengetahuan
untuk memperkaya basis pengetahuan (knowledge based) dari sistem yang
dibangun.
Setelah dilakukan inventarisir terhadap pengetahuan-pengetahuan eksplisit
yang didapatkan dari pakar yang dilibatkan maka diakukan dokumentasi menjadi
49
bentuk pengetahuan yang mudah diimplementasikan ke dalam sistem konsultasi
berbasis komputer. Secara detail jenis pengetahuan eksplisit agribisnis cabai dan
sumbernya dapat dilihat pada Tabel 3 yang menunjukkan jenis-jenis pengetahuan
sesuai dengan studi pada tahapan identifikasi.
Tabel 3. Jenis dan Sumber Pengetahuan Eksplisit
No Pengetahuan Sumber Pengetahuan
1 Analisis Usaha Tani.
a. Analisis usaha dalam bentuk musiman.
b. Analisis nilai B/C rasio yang sesuai dan
menguntungkan bagi petani. Dengan
mempertimbangkan besarnya pendapatan
bulanan yang akan didapatkan oleh petani.
Buku
2 Budidaya Tanaman Cabai Buku, publikasi ilmiah
(jurnal), peraturan
pemerintah terkait,
SOP Budidaya Cabai
dan sumber-sumber
lain.
a. Pemilihan benih cabai dan kesesuaian lahan.
b. Penentuan dosis pupuk dasar berdasarkan
jenis tanah dan ketersediaan hara di lokasi
penanaman cabai.
c. Penentuan Dosis Nutrisi (pupuk) tambahan
dalam bentuk kocor ataupun semprot melalui
daun pada kegiatan budidaya.
3 Proteksi Tanam Buku, punlikasi
ilmiah, SOP proteksi
tanaman dan sumber-
sumber lain yang
relevan.
c. Diagnosa Penyakit dan Penanggulangannya
d. Identifikasi dan Penanggulangan
4 Informasi – Informasi Lain
a. Informasi Pasar
b. Informasi Cuaca
c. Kelembagaan Pertanian
d. Kebijakan, dukungan dan program-program
pemerintah
Buku, website, dan
keputusan-keputusan
pemerintah.
50
4.3. Akuisisi Pengetahuan
Kegiatan akuisisi pengetahuan merupakan kegiatan yang sulit dalam
pengembangan sistem berbasis pengetahuan (sistem konsultasi) agribisnis cabai.
Pada tahapan ini meliputi identifikasi pengetahuan dan representasi pengetahuan
dalam bentuk dan format yang dapat dimasukkan ke dalam komputer. Pada
kegiatan ini harus ada kerjasama antara knowledge engineer, pakar dan calon
pengguna sistem konsultasi. Seorang knowledge engineer pada tahapan ini
bertugas menerjemahkan pengetahuan ke dalam komputer agar mudah difahami
dan dimengerti oleh end user (pengguna).
Dilihat dari jenis pengetahuan yang digunakan dalam pengembangan
sistem konsultasi maka pengetahuan tersebut masuk pada jenis pengetahuan
eksplisit. Artinya, harus dilakukan transformasi pengetahuan tacit menjadi
eksplisit, eksplisit menjadi eksplisit, eksplisit menjadi tacit, dan tacit menjadi tacit
pada tahap akuisisi pengetahuan. Berikut adalah penjelasan dari proses-proses
akuisisi pengetahuan yang mengadopsi model transformasi pengetahuan yang
dikemukakan oleh Nonaka dan Takeuchi (1995).
4.3.1. Tacit menjadi Tacit (Socialization)
Teknik yang dapat dilakukan peneliti untuk mendapatkan pengetahuan
tacit dari sumber pengetahuan tacit (pengalaman) adalah dengan melakukan
diskusi informal seperti brainstorming secara periodik untuk mendiskusikan
tentang kegiatan agribisnis cabai. Diskusi dan wawancara dilakukan dengan
mendatangi langsung dengan pakar agronomi dan hortikultura, pakar proteksi
tanaman dari Institut Pertanian Bogor (IPB), dan petani yang telah berpengalaman
dalam kegiatan agribisnis cabai.
Hasil dari diskusi ini seorang knowledge engineer memiliki pengetahuan
yang lebih banyak. Pengetahuan ini menjadi dasar bagi peneliti untuk membangun
sistem konsultasi. Selanjutnya knowledge engineer akan mentransformasikan
pengetahuan tacit tersebut menjadi pengetahuan eksplisit untuk dapat
diimplementasikan ke dalam sistem konsultasi.
51
4.3.2. Explicit menjadi Tacit (Internalization)
Menyediakan sistem yang mendokumentasikan semua kebutuhan informasi
dan pengetahuan dalam pembangunan sistem konsultasi. Selanjutnya pakar
menjawab keluhan-keluhan yang dihadapi petani dilapangan. Sehingga seorang
peneliti sebagai knowldedge engineer dapat memiliki pemahaman yang lebih
mendalam terkait dengan kegiatan agribisnis cabai. Selain itu teknik yang
dilakukan adalah dengan mendatangi ruang baca yang berisikan dokumen dan
laporan terkait dengan kegiatan agribisnis cabai.
Hasil dari kegiatan hampir sama dengan tahapan sebelumnya yaitu peneliti
memiliki pengetahuan yang lebih banyak. Pengetahuan ini menjadi dasar bagi
peneliti untuk membangun sistem konsultasi. Selanjutnya peneliti akan
mentransformasikan pengetahuan tacit tersebut menjadi pengetahuan eksplisit
untuk dapat diimplementasikan ke dalam sistem konsultasi.
4.3.3. Pengetahuan Tacit menjadi Eksplisit (Externalization)
Transformasi pengetahuan (knowlegde) dari tacit manjadi eksplisit dapat
dilakukan dengan merekam atau mencatat hasil diskusi dan wawancara dengan
pakar dan petani. Pengetahuan yang didapatkan kemudian dimodelkan dalam
bentuk pengetahuan eksplisit yang akan menjadi bagian dari basis pengetahuan
sistem konsultasi yang dibangun. Pengetahuan eksplisit yang dihasilkan dari
kegiatan ini adalah pengetahuan yang sudah ditransformasikan secara manual oleh
knowledge engineer.
Pengetahuan eksplisit yang dihasilkan berupa pengetahuan yang sudah
direpresentasikan dalam bentuk basis pengetahuan, sehingga bentuk dan teknik
penyimpanannya dapat memanfaatkan perangkat lunak komputer. Perangkat
komputer yang dimaksud adalah sistem konsultasi yang telah dibangun oleh
peneliti.
4.3.4. Pengetahuan Explicit menjadi Eksplisit (Combination)
Mentransfer laporan atau dokumen yang berbasis kertas dapat digitalisasi
misalnya dalam bentuk format PDF atau file DOC dan lain-lain. File-file yang
berisikan pengetahuan eksplisit dikumpulkan kemudian dipelajari untuk
mendapatkan pengetahuan eksplisit yang direpresentasikan dalam bentuk diagram
52
pohon atau basis aturan sehingga mudah diimplementasikan ke dalam sistem
konsultasi. Transformasi ini perlu dilakukan mengingat pengetahuan eksplisit
yang berasal dari berbagai literatur memiliki standar dan bentuk yang berbeda-
beda.
Pada peneletian ini teknik akuisi pengetetahuan eksplisit masih
menggunakan cara manual. Kelebihan cara manual pada tahap akuisisi
pengetahuan ini adalah pengetahuan yang didapatkan dapat dianalisis tingkat
kebenaran dan keabsahannya. Peneliti sebagai knowledge engineer mendapatkan
pengetahuan yang benar-benar siap dimasukkan ke dalam sistem konsultasi
dengan validitas yang baik. Setiap tahapan akuisisi (transformasi) pengetahuan
dilakukan dengan seksama oleh knowledge engineer. Kekurangan dari teknik
manual adalah sangat lambat dalam akuisisi pengetahuan dengan jumlah dokumen
yang banyak.
4.4. Representasi Pengetahuan
Pengetahuan yang diperoleh dari proses akuisisi kemudian
direpresentasikan untuk membentuk basis pengetahuan. Basis pengetahuan terdiri
atas pengetahuan yang dimaksud dan spesifikasi dari pokok persoalan yang akan
diselesaikan (Marimin 2005). Metode representasi pengetahuan yang digunakan
dalam sistem konsultasi ini disesuaikan dengan masing-masing pengetahuan yang
diperoleh. Pengetahuan disusun menjadi rule-rule yang digunakan dalam
pengambilan keputusan. Berikut adalah penjelasan mengenai teknik representasi
pengetahuan dari masing-masing modul sistem konsultasi yang dibangun dalam
penelitian ini :
4.4.1. Pengetahuan Pemilihan Varietas unggul
Pemilihan varietas benih cabai merah (Capsicum annuum. L) sangat
berpengaruh terhadap produksi. Benih yang baik adalah benih yang memiliki daya
hasil (produktivitas tinggi) dan tahan terhadap serangan hama penyakit. Pemilihan
benih berdasarkan dataran (rendah, tinggi dan sedang) merupakan pertimbangan
utama dalam penentuan varietas yang direkomendasikan sistem kepada petani.
53
Rekomendasi dibangkitkan dari informasi yang didapatkan dari pengguna
berupa ketinggian lokasi dan teritorial calon petani yang akan menanam cabai.
Selanjutnya rule based (basis aturan) akan mencocokkan varietas-varietas yang
cocok ditaman di lokasi tersebut. Gambar 14 menunjukkan proses masukan dan
proses inferensi pemilihan benih cabai.
Lokasi Dataran (Rendah,
sedang, Tinggi)Teritorial
Daftar Varietas Cabai yang
Direkomendasikan
Rule Based
Gambar 14. Representasi Pengetahuan Pemilihan Benih
4.4.2. Pengetahuan Penentuan Dosis Pupuk Dasar
Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman
untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu
berproduksi dengan baik. Pemupukan yang efektif dan efisien akan tercapai
apabila diketahui dulu kondisi kesuburan lahan dan jenis tanaman, kemudian
dibuatkan susunan hara (formula) berdasar kepentingan spesifik lokasi kebun
tertentu. Penentuan dosis pupuk yang optimal dan dibutuhkan perlu dilakukan
agar petani dapat melakukan kegiatan pemupukan sesuai kebutuhan tanaman.
Basis pengetahuan untuk penentuan dosis pupuk adalah tabel keputusan
berdasarkan dosis tunggal untuk wilayah Liwa, Lampung Barat. Perhitungan
dilakukan dengan asumsi jumlah tanaman/ha sebanyak 17.000. Tabel 4
menunjukkan detail dosis pupuk per satu hektar untuk budidaya tanaman cabai
(Capsicum annuum. L).
54
Tabel 4. Basis Pengetahuan Penentuan Dosis Pupuk Dasar
Jenis Pupuk Dosis Pertanaman Dosis pupuk per hektar
Pupuk Kandang 1,18 - 1,76 kg 20 - 30 ton/ha
ZA 36 gram 612 kg/ha
Urea 14 gram 238 kg/ha
TSP / SP36 28 gram 476 kg/ha
KCL 22 gram 374 kg/ha
Sementara itu, untuk mengatasi keasaman, maka diberikan rekomendasi
dosis pupuk dolomit berdasarkan keasaman (pH) tanah di lokasi. pH tanah yang
masih membutuhkan pupuk dolomit adalah antara 4-6. Angka menunjukkan
tingkat keasaman, semakin kecil angka pH maka tanah semakin asam dan perlu
ditambahkan dolomit agar tanah menjadi netral dan dapat digunakan untuk
kegiatan budidaya cabai. Tabel 5 menunjukkan dosis pupuk dolomit berdasarkan
pH tanah.
Tabel 5. Dosis Pupuk Dolomit Berdasarkan pH tanah
Keasman tanah (pH) Kepeluan dolomit (ton/ha)
4 10.24
4,1 9.76
4,2 9.28
4,3 8.82
4,4 8.34
4,5 7.87
4,6 7.39
4,7 6.91
4,8 6.45
4,9 5.98
5 5.49
5,1 5.02
5,2 4.54
5,3 4.08
5,4 3.60
5,5 3.12
5,6 2.65
5,7 2.17
5,8 1.69
5,9 1.23
6 0.75
Sumber : Diolah dari berbagai sumber
55
4.4.3. Diagnosa dan Pengendalian Penyakit
Diagnosa penyakit yang menyerang cabai (Capsicum annuum. L)
merupakan kegiatan dalam budidaya pertanian yang membutuhkan pengetahuan
yang baik. Berbagai gejala yang menyerang dapat ditemu kenali dengan melihat
ciri-ciri fisik tanaman di lapangan. Ciri – ciri tersebut dapat dilihat pada bagian
akar, batang, daun, bunga dan buah cabai. Penyebab penyakit dapat berupa Virus,
Bakteri, dan Cendawan (jamur). Pengendalian hama dan penyakit dapat dilakukan
baik secara mekanis dan kimia. Pemanfaatan bahan kimia tentu akan
meninggalkan residu pestisida yang digunakan pada saat pengendalian penyakit.
Sementara pengendalian secara mekanis tidak akan banyak membantu saat
serangan penyakit sudah semakin meluas. Gambar 15 merupakan skema basis
pengetahuan penyakit cabai dan pengendaliannya.
TANAMAN
CABAI
BATANG
Bagian tanaman
BUNGA
DAN BUAH
PENYAKIT
Terserang
Bakteri
Penyebab
Mekanis
Pengendalian
Virus
Kimiawi
Cendawan
AKAR DAUN
Gambar 15. Skema Diagnosa dan Pengendalian Penyakit
Pada saat pengguna berkonsultasi dengan sistem, maka sistem akan
memberikan jawaban (nasehat) berdasarkan pengetahuan yang disimpan. Teknik
representasi pengetahuan yang digunakan adalah dengan menggunakan diagram
pohon. Diagram pohon ini menjadi dasar untuk menentukan basis aturan (rule
56
based) pada sistem konsultasi yang dibangun. Gambar 16 menunjukkan salah satu
contoh pohon keputusan dalam diagnosa dan pengendalian penyakit cabai.
Gambar 16. Pohon Keputusan Pengendalian Penyakit Cabai (Widodo, et al.,
2011)
Pada diagram tersebut dapat didefinisikan bahwa basis aturan yang
digunakan adalah :
1. IF Gejala di lahan tanaman sakit tersebar acak, perakaran baik AND
Gejala daun, terutama daun AND Bercak membulat atau bersudut dengan
lingkaran konsentris dan pinggiran kuning THEN Bercak daun oleh
Alternia
2. IF Gejala di lahan tanaman sakit tersebar acak, perakaran baik AND
Gejala daun, terutama daun AND Bercak membulat, bagian tengah
berwarna putih / warna jerami, pinggiran berwarna gelap, ditengah bercak
terlihat bintik-bintik kecil berwarna hitam THEN bercak daun oleh
cendawan Ceropora atau Coletotrichum.
57
4.4.4. Identifikasi dan Penanggulangan Hama
Langkah yang paling efektif adalah mengenal berbagai macam hama yang
dapat merusak tanaman. Selanjutnya setelah pelaku agribisnis mengenal hama
yang menyerang menentukan strategi penanggulangan. Penanggulangan dapat
dilakukan secara hayati, kimiawi dan mekanik / fisik.
TANAMAN
CABAI
AKAR BATANG DAUN
Bagian tanaman
BUNGA
DAN BUAH
HAMA
Terserang
Thrips
jenis
Manual,
mekanik,
fisik
Pengendalian
Kutu
Kimiawi
Ulat,
Lalat
Hayati
Pestisida
yang tepat
memilih
Gambar 17. Skema Pengendalian Hama
Terdapat berbagai jenis hama yang dapat menyerang tanaman cabai merah
diantaranya adalah Aphids (Aphis gossypii, Myzus persicae), Broad mite
(Polyphagotarsonemus latus), Thrips (Scirtothrips dorsalis, Thrips palmi), dan
Ulat (Berke, T, et al., 2005). Pengguna diberikan pengetahuan berupa gambar
(ciri-ciri) penyakit yang menyerang dan gejala (akibat) yang ditimbulkan oleh
hama. Setelah itu petani akan mendapatkan penjelasan mengenai pengendalian
58
penyakit yang diderita oleh tanaman cabainya. Gambar 17 menunjukkan contoh
tanaman cabai yang terkena Trips dan contoh gejala serangannya.
Gambar 18. Hama Trips dan Gejala Serangannya (Berke, T, et al,. 2005)
4.4.5. Pengetahuan Teknologi Budidaya
Representasi pengetahuan teknologi budidaya adalah dengan membuat
hierarki (pohon). Tahapan-tahapan budidaya akan dikelompokkan sesuai dengan
kategorinya, kemudian pengguna akan memilih penjelasan yang ditampilkan pada
node anak (child) pada diagram pohon. Gambar 19 menunjukkan diagram pohon
konsultasi teknologi budidaya cabai.
Teknologi
Budidaya
Pemasangan
Mulsa
Persiapan
Lahan
Olah Tanah Pemupukan
Penyemaian Pemeliharaan
tanaman
Kocoran Pupuk Daun
Pemasangan
Mulsa
Gambar 19. Diagram Pohon Konsultasi Teknologi Budidaya Cabai
59
4.4.6. Pengetahuan Penanganan Pasca Panen
Penanganan pasca panen merupakan tahapan yang penting di dalam
kegiatan agribisnis cabai. Pengetahuan pasca panen direpresentasikan ke dalam
diagram pohon. Pengetahuan yang diperoleh disusun sedemikian rupa sehingga
dapat menjadi basis pengetahuan di dalam sistem konsultasi yang dibangun.
4.4.7. Teknik analisis usaha tani
Analisis usahatani merupakan tahapan perhitungan secara terliti terhadap
kebutuhan ekonomi pada kegiatan agribisnis cabai. Pada penelitian ini analisis
usaha tani tidak mengakomodir adanya inflasi dan efek kenaikan harga barang
yang menyebabkan biaya produksi meningkat. Analisis usaha pada sistem
konsultasi ini dihitung dengan asumsi sebagai berikut :
1. Analisis usaha tani dihitung untuk satu musim tanam.
2. Populasi tanaman yang digunakan adalah 17.000 pohon/ha.
3. Produktivitas yang digunakan untuk perhitungan adalah produktivitas lapang
dan produktivitas potensi dari benih yang dipilih oleh pengguna,
4. Harga jual cabai diisikan oleh petani pada saat melakukan analisis.
Komponen biaya produksi yang diperhitungkan dalam analisis usaha tani
adalah biaya persiapan lahan, biaya pembibitan, biaya penanaman, biaya
pemeliharaan, biaya pengendalian hama penyakit, biaya pemanenan, dan biaya-
biaya lain yang terkait. Selanjutnya dilakukan analisis pendapatan, keuntungan,
nilai benefit cost ratio (B/C ratio), dan titik Impas. Tabel 3 menunjukkan teknik
yang digunakan dalam analisis usaha tani pada sistem konsultasi yang dibangun.
Tabel 3. Komponen Analisis Usaha Tani
No Komponen Cara Perhitungan
1 Keuntungan Keuntungan =
Total Pendapatan – (Total Biaya Produksi +
Bunga 15 %)
2 Nilai Benefit Cost Ratio
(B/C Ratio)
B/C Ratio =
Pendapatan
Total biaya
3 Titik Impas / Break Event Point (BEP)
60
a. BEP Harga BEP Harga (Rp) =
Total Biaya
Total Produksi
b. BEP Produksi BEP Produksi (Kg) =
Total Biaya
Harga Jual
4.4.8. Informasi Pasar
Informasi pasar diperoleh dari berbagai sumber. Informasi pasar nantinya
akan bersifat dinamis dan dapat diupdate secara berkala oleh pengelola web.
Teknik representasi pengetahuan adalah dengan menggunakan production rule.
Sebagai contoh jika di Jawa Tengah harga cabai sebesar Rp. 10.000 maka rule
yang digunakan untuk merepresentasikan informasi pasar adalah : IF daerah =
Jawa Tengah THEN harga = 10.000.
4.4.9. Informasi Cuaca
Informasi cuaca diambil langsung dari Badan Meteorologi dan Geofisika
(BMKG) pusat. Informasi cuaca dihubungkan dengan data XML yang merupakan
fasilitas yang diberikan oleh BMKG kepada para pengembang web untuk
digunakan kembali pada aplikasi-aplikasi web yang membutuhkan. Ketersediaan
data dan informasi yang dihubungkan dengan penyedia pihak ketiga ini memiliki
kelebihan yakni informasi dapat langsung terupdate saat penyedia (BMKG) telah
mengupdate informasi cuaca.
4.4.10. Kebijakan, dukungan dan program-program pemerintah
Representasi pengetahuan terkait kebijakan, dukungan dan program-
program pemerintah menggunakan diagram pohon. Program-program dan
kebijakan pemerintah disusun berdasarkan hierarki dan jenis informasi yang akan
direpresentasikan. Pengguna dapat memilih bagian yang akan dipilih kemudian
melanjutkan penelusuran, hingga mendapatkan penjelasan dan jawaban yang
memuaskan.
4.5. Analisis Sistem
Tahap ini merupakan tahap penting sebelum program atau sistem ditulis
atau dibangun. Tahap analisis meliputi beberapa aspek dalam sistem seperti
61
lingkungan organisasi, analisis sistem untuk memenuhi kebutuhan waktu
sekarang, analisis system requirement (input, output, proses, storage, dan kontrol).
Sistem konsultasi online agribisnis cabai merah (Capsicum annuum. L) yang
dibangun pada penelitian ini melingkupi kegiatan-kegiatan agribisnis cabai.
Kegiatan agribisnis melingkupi kegiatan on farm (budidaya) dan off farm
(pemasaran, pembiayaan dan kelembagaan). Sistem konsultasi yang dibangun
diimplementasikan ke dalam halaman-halam web.
4.5.1. Analisis Kebutuhan SDM dalam Pengembangan Sistem Konsultasi
Kebutuhan Sumber Daya Manusia (SDM) sistem konsultasi online
agribisnis cabai dapat dikategorikan menjadi dua yaitu SDM pengembangan
sistem konsultasi dan SDM pelaksana operasional sistem konsultasi. Sumber daya
manusia yang dibutuhkan pada saat pengembangan sistem konsultasi adalah
sebagai berikut ;
1. Team leader / Ahli sistem informasi
2. Knowledge engineer
3. System Analist
4. Ahli basis data
5. Programmer
6. Ahli Agribisnis Cabai
7. Network specialist
8. Harware Specialist
9. Seorang admin untuk pengelolaan Sistem Konsultasi
Sumber daya manusia yang dibutuhkan untuk pelaksanaan operasional
sistem konsultasi :
1. Satu orang admin yang bertanggung jawab untuk melakukan update informasi
2. Knowledge engineer yang bertanggung jawab mengupdate pengetahuan yang
ada di dalam sistem konsultasi.
3. Pakar budidaya pertanian, untuk memberikan jawaban dari pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan secara langsung oleh petani namun beluma da di
dalam modul pakar.
62
4.5.2. Pengguna dan Kebutuhan Pengguna
Pengguna sistem konsultasi online agribisnis merah ini adalah semua
orang yang membutuhkan jasa konsultasi agribisnis cabai merah. Pengguna utama
dari sistem konsultasi yang dibangun diantaranya adalah lembaga penelitian,
petani, pemerintah, mahasiswa, penyuluh pertanian, kelompok tani / gabungan
kelompok tani (gapoktan), admin, knowledge engineer, dan pakar. Namun
demikian Pakar dan praktisi pertanian yang akan menambahkan pengetahuan
harus melalui admin atau knowledge engineer, hal ini dimaksudkan agar
pengetahuan yang dimasukkan ke dalam sistem adalah pengetahuan yang valid.
Penyuluh Pertanian
Sistem Konsultasi Online
Agribisnis cabai
Petani
Mahasiswa
Lembaga Penelitian
PemerintahAdmin dan
Knowledge Engineer
Pakar
Praktisi
Pertanian
Literatur dan
Data Sekunder
Kelompok tani/ Gapoktan
Gambar 20. Skema Calon Pengguna Sistem Konsultasi
Berdasarkan hasil studi literatur dan pengataman mendalam terhadap
kegiatan agribisnis cabai, komponen atau institusi yang terlibat beserta
kebutuhannya terhadap informasi dan pengetahuan agribisnis cabai adalah :
1. Lembaga Penelitian
a. Desiminasi teknologi hasil penelitian
b. Informasi kegiatan-kegiatan penelitian
63
2. Petani
a. Pengetahuan teknologi budidaya peratnian
b. Pengetahuan teknik pengolahan tanah
c. Pengetahuan pemilihan benih
d. Pengetahuan pengendalian hama penyakit
e. Pengetahuan analisis usaha tani
f. Informasi Iklim
g. Informasi pemasaran
h. Informasi program-program pemerintah
i. Informasi kemitraan
3. Pemerintah
a. Peningkatan lapangan kerja dan kesempatan berusaha
b. Stabilitas harga dan pasokan komoditas
c. Peningkatan produktivitas petani
d. Peningkatan daya saing produk agribisnis
4. Mahasiswa
a. Pengetahuan teknologi budidaya peratnian
b. Pengetahuan teknik pengolahan tanah
c. Pengetahuan pemilihan benih
d. Pengetahuan pengendalian hama penyakit
e. Pengetahuan analisis usaha tani
5. Penyuluh Pertanian
a. Pengetahuan teknologi budidaya peratnian
b. Pengetahuan teknik pengolahan tanah
c. Pengetahuan pemilihan benih
d. Pengetahuan pengendalian hama penyakit
e. Pengetahuan analisis usaha tani
f. Informasi Iklim
g. Informasi pemasaran
h. Informasi program-program pemerintah
i. Informasi kemitraan
64
6. Kelompok Tani / Gapoktan
a. Pengetahuan teknologi budidaya peratnian
b. Pengetahuan teknik pengolahan tanah
c. Pengetahuan pemilihan benih
d. Pengetahuan pengendalian hama penyakit
e. Pengetahuan analisis usaha tani
f. Informasi Iklim
g. Informasi pemasaran
h. Informasi program-program pemerintah
i. Informasi kemitraan
4.5.3. Kebutuhan Fungsional Sistem
Sebelum menentukan sistem aplikasi yang akan dibuat perlu dilakukan
terlebih dahulu analisis kebutuhan fungsional sistem. Analisis ini bertujuan untuk
memperoleh gambaran sistem seperti apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh
pengguna. Penelitian yang dijadikan acuan adalah penelitian yang dilakukan oleh
Tamba (2007) yang meneliti kebutuhan informasi pertanian tanaman hortikultura.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka informasi dan pengetahuan
yang dibutuhkan petani terdiri dari : (1) Modul Konsultasi Pemilihan Varietas
Unggul, (2) Penentuan Dosis Pupuk Dasar, (3) Pengendalian Hama dan Penyakit,
(4) Teknologi Budidaya Cabai, (5) Pasca Panen, (6) Analisis Usaha Tani, (7)
Prakiraan Cuaca, dan (9) Kebijakan Pemerintah. Tabel 6 menunjukkan secara
detail fungsi-fungsi dari modul yang dikembangkan.
Tabel 6. Kebutuhan Fungsional Sistem Konsultasi
No. Kebutuhan Fungsional Deskripsi
1. Login Mendapatkan hak akses
2.
Lihat Profil Melihat profil sistem konsultasi dan
pengembang sistem.
3.
Konsultasi Pemilihan
Varietas Unggul
Berupa halaman dialog antara pengguna
dengan sistem.
4. Pemilihan Varietas Unggul Berupa halaman dialog antara pengguna
65
No. Kebutuhan Fungsional Deskripsi
dengan sistem.
5.
Penentuan Dosis Pupuk
Dasar
Berupa halaman dialog antara pengguna
dengan sistem.
6.
Pengendalian Hama Berupa halaman dialog antara pengguna
dengan sistem.
7.
Pengendalian Penyakit Berupa halaman dialog antara pengguna
dengan sistem.
8.
Teknologi Budidaya Cabai
(Ssesuai SOP)
Berupa halaman dialog antara pengguna
dengan sistem.
9.
Pasca Panen Berupa halaman dialog antara pengguna
dengan sistem.
10.
Analisis Usaha Tani
Prakiraan Cuaca
Berupa halaman dialog antara pengguna
dengan sistem.
11.
Kebijakan Pemerintah Berupa halaman dialog antara pengguna
dengan sistem.
12.
Informasi Harga Pasar Berupa halaman dialog antara pengguna
dengan sistem.
14.
Forum Konsultasi Ahli Pengguna berkonsultasi langsung dengan ahli
(pakar)
15.
Chat room Ruang yang digunakan untuk berkomunikasi
antar pengguna.
4.5.4. Kebutuhan non Fungsional Sistem
Kebutuhan non fungsional sistem konsultasi meliputi kenyamanan warna
tampilan, kecepatan, dan kemampuan sistem konsultasi melayani pengguna setiap
saat. Berdasarkan hasil analisis yang dilaksanakan maka dapat dinyatakan bahwa
sistem konsultasi diimplementasikan ke dalam sistem berbasis website yang
berjalan pada perangkat yang terkoneksi internet.
66
4.6. Perancangan Sistem Konsultasi
Perancangan sistem merupakan upaya untuk membentuk model yang
bersifat konsep. Perancangan sistem pada penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan pendekatan Unified Modeling Language (UML) yang terdiri dari
perancangan use case, actor, class diagram, dan activity diagram. UML
merupakan suatu kumpulan teknik terbaik yang telah terbukti sukses dalam
memodelkan sistem besar dan kompleks.
4.6.1. Use Case Diagram
Pemodelan fungsional dari sistem dapat dilihat pada usecase diagram
yang merupakan gambaran dari fungsionalitas yang dapat dilakukan oleh user dan
administrator pada sistem konsultasi. Rancangan use case diagram bertujuan
untuk mendapatkan kebutuhan sistem dan untuk memahami bagaimana
seharusnya sistem bekerja. Pada Gambar 21 dapat dilihat gambaran usecase
diagram untuk pengguna sistem konsultasi. Untuk admin yang digambarkan pada
usesace diagram diasumsikan telah login terlebih dahulu. Use case diagram ini
menunjukkan fungsionalitas sistem konsultasi yang akan dibuat.
67
Pengguna Umum
Pemilihan Varietas
Unggul
Penetuan Dosis
Pupuk Dasar
Pengendalian hama
dan Penyakit
Teknologi Budidaya
pasca panen
analisis usaha tani
chating online
Petani
Informasi harga
Informasi
Kebijakan Pemerintah
Update Berita
Pakar
Admin
Update Pengetahuan
Sistem Konsultasi Online Agribisnis Cabai
Login
Gambar 21. Rancangan use case diagram untuk user umum pada sistem
konsultasi agribisis cabai merah
4.6.2. Aktor
Actor dapat menggambarkan peran yang dimainkan oleh seseorang atau
sesuatu yang dapat berinteraksi dengan sistem. Dalam penelitian ini aktor utama
adalah petani yang membutuhkan informasi dan pengetahuan yang terkait dengan
aspsek budidaya cabai merah (Capsicum annuum. L). Aktor utama ini dapat
mengakses pengetahuan dan informasi dengan bebas tanpa harus melakukan login
68
ke sistem konsultasi. Hal ini dimaksudkan agar pengguna mudah dan dapat
langsung menggunakan sistem.
Sementara untuk administrator adalah pengelola sistem konsultasi online
agribisnis cabai. Administrator mempunyai hak akses yang sama yaitu dapat
melihat dan memodifikasi seluruh data serta dapat menambah, mengubah,
menyimpan, menghapus, dan mencetak serta bertanggung jawab terhadap semua
informasi dan pengetahuan yang dikelola oleh sistem konsultasi. Tabel 7
menunjukkan aktor-aktor dan perannya dalam sistem konsultasi.
Tabel 7. Aktor Sistem Konsultasi
Aktor Peran
Mahasiswa Menggunakan Sistem Konsultasi
Pemerintah Penentu kebijakan pertanian
Kelompok tani/ Gapoktan Pengguna Langung sistem konsultasi agribisnis
cabai
Petani Pengguna Langung sistem konsultasi agribisnis
cabai
Pakar Sumber Pengetahuan
4.6.3. Class Diagram
Class diagram dapat mendeskripsikan beberapa jenis obyek dalam suatu
sistem dan menggambarkan berbagai macam hubungan statis yang terjadi. Class
diagram juga dapat menunjukkan properti dan operasi sebuah class dan batasan
yang terdapat dalam hubungan dengan obyek. Class diagram merupakan suatu
alat yang baik dalam mengembangan perancangan perangkat lunak. Class
diagram dapat membantu penulis dalam mendapatkan struktur sistem dan
menghasilkan rancangan sistem.
Rancangan class diagram dalam penelitian ini terdiri dari beberapa class.
Class diagram tersebut yaitu class penyakit, class diagnosa penyakit, class
identifikasi hama, class hama, class varietas cabai, class kabupaten, class
provinsi, class cuaca harian, class pasar, dan class harga komoditas. Gambar 22
menunjukkan class diagram dari sistem konsultasi yang dibangun.
69
+input()
+cari_hama()
-kd_idenfikasi
-ciri-ciri
-kd_hama
Identifikasi hama
+input()
+edit()
+hapus()
-id_penyakit
-nama_penyakit
-gejala
-pengendalian
-gambar
penyakit
+input()
+cari_penyakit()
-kd_diagnosa
-ciri-ciri
-id_penyakit
diagnosa
+input()
+edit()
+hapus()
-kd_provinsi
-nama_provinsi
provinsi
10..*
+input()
+edit()
+hapus()
-kd_hama
-nama_hama
-gejala_serangan
-pengendalian
-gambar
hama
1
0..*
+input()
+edit()
+hapus()
-kd_pasar
-kd_provinsi
-nama_pasar
-luas
-keterangan
Pasar1
0..*+input()
+edit()
+hapus()
-kd_kabupaten
-kd_provinsi
-nama_kabupaten
-topografi
-keterangan
Kabupaten1..*
1
+input()
+edit()
+hapus()
-kd_komoditas
-kd_pasar
-nama_komoditas
-harga_eceran
-harga_agen
Harga Komoditas
1 0..*
+input()
+edit()
+hapus()
-kd_cuaca
-kd_provinsi
-tanggal
-kelembaban
-curah_hujan
Cuaca Harian
1 1
+input()
+edit()
+hapus()
-kd_varietas
-nama_varietas
-produktivitas
-ketahanan_thd_penyakit
-gambar
-dataran
-jenis_cabai
Varietas Cabai
Gambar 22. Class Diagram Sistem Konsultasi Online
4.6.4. Skenario diagram
Skenario penggunaan kasus digunakan untuk menyusun kegiatan yang
terjadi yang selalu menggambarkan tiga masalah yaitu :
1. Aktor yang memulai sebuah pekerjan
2. Sebuah peristiwa sebagai memulai penggunaan kasus
3. Penggunaan kasus menampilkan aksi – aksi yang dimulai oleh peristiwa
Tabel 8 adalah skenario yang mengatur materi untuk penggunaan kasus
user / pengguna mengakses Sistem konsultasi online agribisnis cabai besar merah:
Tabel 8. Skenario User Mengakses Sistem Konsultasi Online Cabai
Penggunaan Nama
Kasus
User / pengguna mangakses sistem konsultasi online
cabai
Aktor - aktor
Petani
Pengguna Umum (mahasiswa, peneliti dan lain-
lain)
Pakar
Administrator
70
Penggambaran
User / pengguna berinteraksi dengan sistem melalui
browser web di komputer (perangkat) yang
terkoneksi dengan internet.
Peristiwa yang memulai
User / pengguna membuka browser web dan
mengetaikkan alamat www.cabe.ipb.ac.id
Kursus Dasar
Langkah Aksi
1.
User mengakses alamat situs
http://www.cabe.ipb.ac.id
2.
User memililih menu – menu yang
tersedia yaitu news, menu konsultasi,
dan menu konsultasi pakar.
2.1
User menekan menu Cabai berisi sub-
sub menu seperti sejarah,
klasifikasi,morfologi, dan syarat tumbuh
2.2
User menekan menu analisis usaha tani
berisi mengenai informasi analisis usaha
tani
2.3 User menekan menu persiapan lahan
2.4
User menekan menu penentuan dosis
pupuk
2.5 User menekan menu pemilihan benih
2.6
User menekan menu pengendalian hama
dan penyakit
2.7
User menekan menu informasi harga
pasar yang berisi harga pasar per-
kabupaten di seluruh Indonesia
71
2.8
User menekan menu informasi prakiraan
cuaca berisi prakiraan cuaca berdasarkan
sumber BMKG
2.9
User menekan Kebijakan / kemitraan
berisi mengenai kebijakan-kebijakan
pemerintah dan pola kemitraan cabai
merah
2.10
User menekan menu teknologi pra dan
pasca panen berisi berita mengenai
teknologi yang digunakan untuk cabai
merah
3. User keluar dari sistem
Keadaan sebelumnya
Petani berkeinginan untuk mendapatkan infomasi dan
pengetahuan agribisnis cabai.
Keadaan Sesudahnya
Petani memiliki pengetahuan terkait pertanyaannya
dalam kegiatan agribisnis cabai.
Asumsi – asumsi User / pengguna adalah petani atau pelaku agribisnis
Tujuan yang dicapai
Menjadi solusi bagi para pelaku agribisnis,
khususnya petani cabai merah untuk dapat
melakukan konsultasi terhadap semua informasi
yang dibutuhkan dengan teknologi berbasis web
yang dapat diakses dengan komputer atau
perangkat lainnya yang terkoneksi internet.
Petani dapat langsung menerima informasi yang
diperlukannya melalui perangkat teknologi
informasi tanpa harus melalui perantara pihak lain
dalam mengembangkan produksi hasil
pertaniannya
72
Penyuluh pertanian dapat memanfaatkan sistem
untuk kegiatan penyuluhan, sehingga para pelaku
agribisnis dapat secara langsung membuktikan
melalui perangkat mobile yang mereka miliki
Menjadi terobosan baru atas kekurangan tenaga
ahli di lapangan dalam menyelesaikan
permasalahan agribisnis cabai
4.6.5. Sequence Diagram
Sequence diagram menggambarkan aktivitas obyek terhadap sistem
konsultasi. Pada Gambar 23 diilustrasikan proses konsultasi Penyakit dan
pengaksesan berita pada sistem konsultasi. Aktor melakukan request kepada
sistem dan sistem memberikan feedback sesui dengan aksi dari aktor.
Sistem Konsultasi
Pengguna
hama dan penyakit(persemaian, pindah tanam)
Rekomendasi pencegahan hama dan penyakit
news(id_news)
news
Gambar 23. Contoh Sequence Diagram Sistem Konsultasi
73
4.6.6. Aktivity Diagram
Activity diagram menggambarkan berbagai alir aktivitas dalam sistem yang sedang dirancang, bagaimana masing – masing alir
berawal, decision yang mungkin terjadi, dan bagaimana berakhirnya.
Akses browser Web
Cabai
Sejarah Klasifikasi Morfologi Syarat Tumbuh
Informasi Harga Pasar Informasi Prakiraan Cuaca Kebijakan / Kemitraan Teknologi pra dan pasca panen
Kabupaten
Detil Harga
[ya]
[else]
Provinsi
Detil cuaca
[ya]
[else] Kebijakan Kemitraan Detail teknologi pra dan pasca panen
Bunga/buahBatang Daun TanahAkar Iklim
Detil sejarah Detil Klasifikasi
Detil akar Detil batang Detil daun Detil bunga/buah
Detil Iklim Detil Tanah
Detil Kebijakan Detil Kemitraan
Menutup Aplikasi
Gambar 24. Activity Diagram Sistem Konsultasi Online
74
Gambar 24 menunjukkan activity diagram dari sistem yang dibangun yang
menggambarkan aktivitas-aktivitas yang dapat dilakukan oleh pengguna sistem
konsultasi. Untuk memulai menggunakan sistem konsultasi pengguna membuka
web browser pada komputer yang terkoneksi internet. Kemudian pengguna
mengekses menu-menu yang disediakan. Mulai dari menu profil umum, menu
konsultasi dan menu chatting (konsultasi langsung) dengan pakar.
4.6.7. Desain Basis Data
Desain object relational database menggambarkan secara konseptual relasi
obyek-obyek data yang akan diimplementasikan ke dalam sistem. Tabel-tabel data
pada sistem konsultasi digunakan untuk menyimpan informasi-informasi hama
dan penyakit, berita, penentuan dosis pupuk, pascapanen, dan informasi harga.
Gambar 25 menunjukkan desain dari object relational database yang
dikembangkan pada sisetm konsultasi online agribisnis cabai.
75
Varietas_Benih
PK id_benih
nama_benih
lokasi_tumbuh
produktivitas
keterangan
spesifikasi_lengkap
FK1 id_pilih
Berita
PK id_berita
FK1 id_kategori
judul
isi_berita
hari
tanggal
jam
dibaca
FK3 username
Kategori_Berita
PK id_kategori
katagori
User
PK username
password
nama_pengguna
alamat
no_telp
pascapanen
PK id_pascapanen
judul
isi_pascasanaen
hari
tanggal
jam
dibaca
FK1 username
FK2 id_kategori
Kategori_pascapanen
PK id_kategori
katagori
hama
PK id_hama
FK1 id_jenis
nama_hama
deskripsi
pengendalian
gambar
Jenis_hama
PK id_jenis
nama_hama
ordo
spesies
Penyakit
PK id_penyakit
FK1 id_bagian_tanaman
nama_penyakit
ciri_ciri
pengendalian
gambar
FK2 id_penyebab
Bagian Tanaman
PK id_bagian_tanaman
bagian_tanaman
penyebab
PK id_penyebab
penyebab
deskripsi
foto
Pupuk
PK id_pupuk
nama_pupuk
dosis_perhektar
efek_kekurangan
keterangan
FK1 id_kategori
FK2 id_dosis
Kategori Pupuk
PK id_kategori
kategori
Dosis Pupuk
PK id_dosis
id_pupuk
dosis
FK1 id_lokasi
provinsi
PK id_provinsi
nama_provinsi
Kabupaten
PK id_kabupaten
FK1 id_provinsi
kabupaten
lokasi_tanam
PK id_lokasi
FK1 id_kabupaten
nama_pemilik
alamat
telp
dataran
pilih_benih
PK id_pilih
id_benih
FK1 id_lokasi
harga
PK id_harga
FK1 id_kabupaten
harga_cabai
Gambar 25. Desain Object Relationship Database
4.6.8. Desain User Interface
Pada tahapan ini dilakukan desain antarmuka (user interface). Antarmuka
sistem konsultasi merupakan halaman yang akan diakses oleh pengguna sistem
konsultasi. Antarmuka dibuat sesederhana mungkin agar dapat diakses dengan
76
mudah oleh petani. Secara konseptual antarmuka utama sistem konsultasi online
agribisnis cabai terdiri dari header, menu utama, halaman utama, menu kanan dan
footer. Gambar 26 menunjukkan rancangan konseptual halaman utama sistem
konsutlasi.
Gambar 26. Desain Antarmuka Sistem
Konsultasi online agribisnis cabai memiliki fungsi utama sebagai media
konsultasi agribisnis cabai. Halaman konsultasi merupakan halaman yang
digunakan untuk berdialog antara pengguna sistem konsultasi dengan sistem.
Sistem akan menjawab berdasarkan knowledge based yang disimpan di dalam
knowledge based management system. Halaman konsultasi di desain dalam bentuk
form-form yang disediakan oleh sistem untuk mendapatkan informasi dari
pengguna. Gambar 27 menunjukkan salah satu desain user interface form
halaman konsultasi agribisnis cabai.
77
Gambar 27. Desain Halaman Konsultasi
Selain dengan menggunakan form-form, beberapa halaman konsultasi di
desain dengan menggunakan menu dialog. Menu dialog di desain untuk
memberikan panduan kepada pengguna dalam proses konsultasi. Dialog
diimplementasikan dalam bentuk check list. Pengguna sistem di mudahkan dalam
proses konsultasi dengan model dialog ini. Pengguna cukup memilih chek list
yang ada kemudian melanjutkan ke tahapan konsultasi selanjutnya, sampai
mendapatkan kesimpulan. Gambar 28 menunjukkan tampilan desain halaman
konsultasi yang berbentuk check list dialog.
Gambar 28. Desain Halaman Konsultasi Berbentuk Check list Dialog
78
4.7. Implementasi
Pengertian implementasi dalam penelitian ini adalah implementasi prototipe
sistem konsultasi online agribisinis cabai. Sistem konsultasi online
diimplementasikan dengan menggunakan bahasa pemrograman PHP dan basis
data (database) MySQL. PHP dan MySQL dipilih karena ketangguhannya dan
mendukung pemrograman yang berbasis object oriented. PHP digunakan untuk
mebangun interface dari sistem konsultasi. Sementara MySQL digunakan sebagai
penyimpanan basis data dan basis pengetahuan.
Instalasi sistem konsultasi telah dilaksanakan pada server web Institut
Pertanian Bogor. Instalasi dilakukan dengan mengkonfigurasi sistem ke dalam
server sehingga dapat diakses secara online dengan nama domain
www.cabe.ipb.ac.id. Sistem konsultasi ini dapat diakses secara online oleh
pengguna di seluruh dunia dengan menggunakan perangkat yang terkoneksi
dengan internet.
Gambar 29 menunjukkan halaman utama dari sistem konsultasi yang telah
diimplementasikan. Halaman utama sistem konsultasi dibuat sesederhana
mungkin agar petani dapat langsung mendapatkan informasi dan pengetahuan
yang dibutuhkan terkait budidaya cabai. Pada bagian atas sistem konsultasi
terdapat menu utama yang digunakan sebagai navigasi untuk berpindah ke
halaman-halaman lain pada sistem konsultasi. Pada bagian tengah, merupakan
bagian utama sistem konsultasi online yang nantinya berisi modul-modul utama
sistem. Pada bagian kanan terdapat menu-menu dan tampilan informasi singkat
yang dapat diakses oleh pengguna sistem konsultasi online agribisnis cabai.
79
Gambar 29. Halaman Utama Sistem Konsultasi
4.7.1. Implementasi Basis Data
Basis data diimplementasikan dengan menggunakan perangkat lunak
sistem manajemen database MySQL. Nama setiap tabel basis data yang dibuat
disesuaikan dengan nama yang telah dirancang sebelumnya. Gambar 30
menunjukkan gambaran implementasi sistem basis data.
80
Gambar 30. Impelementasi Basis Data
4.7.2. Implementasi Sistem Konsultasi
Sistem konsultasi diimplementasikan dengan menggunakan bahasa
pemrograman PHP dan MySQL. Pengguna dapat mengakses halaman ini dalam
bentuk halaman-halaman web yang dapat diakses melalui menu utama di bagian
atas. Berikut adalah penjelasan implementasi sistem konsultasi secara detail.
4.7.2.1.Halaman Konsultasi Pemilihan Varietas Cabai
Pada halaman konsultasi pemilihan varietas Benih Cabai (Capsicum
annuum. L) pengguna terlebih dahulu memasukkan identitas lokasi. Kemudian
memilih lokasi penanaman. Gambar 31 memperlihatakan halaman awal konsultasi
pemilihan varietas benih unggul. Setelah pengguna mengisi dengan benar form
masukan maka pengguna dapat memilih benih yang cocok dengan mengakses
tombol cari benih.
81
Gambar 31. Form Konsultasi Pemilihan Varietas Unggul
Setelah pengguna mengisi form untuk pemilihan varietas benih cabai maka
sistem akan mencari benih cabai yang sesuai denagn karakteristik lokasi yang
dimasukkan oleh pengguna. Pada tahapan ini, sistem akan melakukan penalaran
(inferensi) dan mengeluarkan rekomendasi. Teknik penalaran yang dilakukan
adalah dengan mencocokkan parameter kunci yang dimasukkan oleh pengguna
dengan basis pengetahuan varietas cabai yang disimpan pada sistem konsultasi.
Parameter kunci yang digunakan untuk membuat keputusan pada bagian
ini adalah Lokasi (dataran). Sebenarnya masih banyak faktor – faktor lain yang
menjadi alasan dalam pemilihan varietas yang unggul dan cocok. Parameter ini
karena sistem ini digunakan untuk memudahkan petani, dan semaksimal mungkin
dapat digunakan oleh petani di lapangan tanpa harus disulitkan dengan
pertanyaan-pertanyaan yang banyak.
Gambar 32 menunjukkan hasil rekomendasi benih cabai berdasarkan
kondisi lokasi yang dimasukkan oleh pengguna sistem konsultasi. Rekomendasi
yang diberikan berupa nama benih cabai, produktivitas potensi, jenis buah dan
spesifikasi varietas benih yang direkomendasikan. Pengguna dapat mengunduh
(download) spesifikasi benih dalam format PDF.
82
Gambar 32. Contoh Tampilan Hasil Konsultasi Pemilihan Varietas Benih
4.7.2.2.Halaman Konsultasi Penentuan Dosis Pupuk Dasar
Konsultasi penentuan dosis pupuk dasar diimplementasikan dalam bentuk
halaman konsultasi. Pengguna terlebih dahulu memasukkan parameter kondisi
tanah yang akan ditanami cabai merah. Setelah parameter tersebut terisi maka
pengguna dapat berkonsultasi dosis pupuk anjuran yang sesuai. Parameter yang
dimasukkan oleh pengguna diantaranya adalah luas lahan dan pH tanah.
Selanjutnya pengguna dapat mengklik perhitungan dosis pupuk dasar. Gambar 33
menunjukkan form untuk memasukkan parameter kondisi tanah yang dimiliki
oleh pengguna.
Gambar 33. Form Masukan Parameter Penentuan dosis Pupuk
Selanjutnya sistem melakukan perhitungan dosis pupuk dan memberikan
rekomendasi kepada pengguna. Rekomendasi dosis pupuk didasarkan pada
perhitungan luas lahan dikali dengan dosis pupuk anjuran untuk luasan satu
hektar. Tabel 9 merupakan dasar perhitungan yang digunakan untuk menentukan
83
dosis pupuk dalam budidaya cabai. Petani dapat melakukan simulasi kebutuhan
pupuk yang digunakan sesuai dengan luasan lahan yang ingin ditanami.
Tabel 9. Dasar Penentuan Dosis Pupuk
Jenis Pupuk Dosis Pertanaman Dosis pupuk per hektar
Pupuk Kandang 1,18 - 1,76 kg 20 - 30 ton/ha
ZA 36 gram 612 kg/ha
Urea 14 gram 238 kg/ha
TSP / SP36 28 gram 476 kg/ha
KCL 22 gram 374 kg/ha
Rekomendasi ditampilkan dalam tabel dosis dan rekomendasi teknik
aplikasi pupuk dasar. Halaman rekomendasi ini terdiri dari informasi mengenai
luas lahan yang diinput oleh petani, asumsi jumlah tanaman adalah sebanyak
17.000 tanaman per hektar. pH tanah hasil pengukuran oleh petani adalah sebesar
5,2. Dosis pupuk anjuran yang diberikan sistem konsultasi dapat dilihat pada
Gambar 34. Petunjuk singkat aplikasi pupuk dasar diberikan pada bagian bawah
sistem konsultasi yang dibangun pada penelitian ini.
84
Gambar 34. Hasil Perhitungan dan Rekomendasi Dosis Pupuk
Idealnya penentuan dosis pupuk dilakukan dengan terlebih dahulu
melakukan analisis laboratorium terhadap kandungan hara dalam tanah. Namun,
petani di lapangan masih sulit untuk melakukan uji laboratorium sehingga sistem
konsultasi ini mengakomodir teknik-teknik yang dapat diterapkan secara langsung
di lapangan. Tidak menutup kemungkinan modul konsultasi penentuan dosis
pupuk cabai dikembangkan lagi, sehingga lebih presisi dan sesuai dengan uji
laboratorium terhadap kandungan hara tanah.
4.7.2.3.Halaman Konsultasi Pengendalian Hama
Halaman konsultasi pengendalian hama diimplementasikan dengan
memberikan pilihan kepada pengguna, hama apa yang menyerang di lahannya.
Pengendalian hama umumnya dilakukan dengan melihat ciri-ciri serangan hama
yang menyerang tanaman cabai. Ciri-ciri fisik itu yang menjadi dasar diagnosa,
jenis hama apa yang menyerang tanaman cabai.
85
Untuk memudahkan dalam melakukan konsultasi, pengguna diberikan
ilustrasi gambar hama yang menyerang. Model gambar dipilih karena jika
menggunakan deskripsi maka akan ada ketidaksamaan persepsi petani dikarena
tingkat pemahamannya berbeda-beda satu sama lain. Perbedaan pemahaman ini
dapat disebabkan karena faktor bahasa (bahasa daerah), pendidikan petani, dan
pengalaman petani dalam budidaya cabai.
Untuk melakukan konsultasi, petani terlebih dahulu membuka halaaman
konsultasi pengendalian hama. Selanjutnya pengguna memilih jenis-jenis hama
yang menyerang pada tanaman cabainya. Setelah itu pengguna mengklik tombol
konsultasi, sehingga sistem akan memberikan penjelasan mengenai ciri-ciri
serangan dan teknik penanggulangan hama tersebut. Gambar 35 menunjukkan
tampilan dialog yang digunakan untuk melakukan konsultasi dengan sistem.
Gambar 35. Halaman Konsultasi Pengendalian Penyakit
86
Pada halaman penjelasan ini pengguna akan mendapatkan penjelasan
tentang hama dan teknik pengendaliannya. Petani dapat menggunakan
rekomendasi yang diberikan untuk melakukan pengendalian. Gambar 36
menunjukkan tampilan halaman penjelasan pengendalian hama.
Gambar 36. Halaman Penjelasan Pengendalian Hama
Rekomendasi yang diberikan pada sistem konsultasi ini bersifat umum.
Pengguna harus memilih jenis (merek) pestisida yang akan digunakan dalam
pengendalian hama. Petani diberikan kebebasan pula untuk memilih apakah akan
menggunakan teknik-teknik kimiawi, biologi atau mekanis dalam pengendalian
hama. Tentu pemilihan teknik ini disesuikan dengan luasan lahan dan kondisi
lingkungan budidaya cabai.
4.7.2.4.Halaman Konsultasi Pengendalian Penyakit
Halaman konsultasi pengendalian penyakit diimplementasikan dengan
memberikan pilihan kepada pengguna, gejala – gejala gangguan apa yang muncul
di persemaian dan setelah tanaman dipindah tanam. Gejala-gejala ditanyakan
secara berurut, mengikuti alur diagnosa. Alur diagnosa ini disusun oleh pakar
untuk memudahkan petani dalam melakukan pengendalian penyakit. Pengetahuan
yang menjadi basis pengetahuan merupakan modul konsultasi yang
87
dikembangkan oleh Dr. Ir. Widodo, M.S, pakar klinik tanaman dari Departemen
Proteksi Tanaman, Institut Pertanian Bogor.
Proses konsultasi dimulai dengan memasukkan jenis serangan yang terjadi,
kemudian secara berjengjang petani akan diarahkan untuk mendapatkan jawaban
dari permasalahan yang dihadapi di lapangan. Gambar 37 dan 38 menunjukkan
tampilan dialog untuk diagnosa gangguan tanaman.
Gambar 37. Halaman utama diagnosa gangguan tanaman
Gambar 38. Dialog Sistem dengan pengguna untuk diagnosa
Gambar 39 menunjukkan diagram pohon yang merupakan representasi
pengetahuan yang disimpan pada basis pengetahuan. Diagram pohon ini yang
menjadi basis pengetahuan dalam mengarahkan petani ke jawaban dari
permasalahan lapangan yang dihadapi. Diagram pohon ini menggambarkan ciri-
ciri fisik tanaman cabai yang terserang penyakit. Pengambilan keputusan dilakuan
dengan menelusuri salah satu cabang.
88
Gambar 39. Contoh Diagram Pohon Diagnosa Penyakit
Setelah pengguna menyeleasaikan dialog yang dengan sistem konsultasi,
maka pengguna mendapatkan hasil diagnosa dan rekomendasi pengendalian
penyakit. Rekomendasi yang diberikan sesuai dengan ciri-ciri yang dimasukkan
oleh pengguna sistem konsultasi. Gambar 40 merupakan contoh tampilan hasil
akhir dari diagnosa penyakit dan pengendaliannya.
Gambar 40. Halaman Penjelasan Sistem Konsultasi
89
4.7.2.5.Halaman Konsultasi Teknologi Budidaya Sesuai SOP
Standar operating prosedur (SOP) merupakan hal yang sangat penting
bagi petani. Hal ini sebagai upaya penerapan Good Agricultural Practices (GAP)
di tingkat petani. Pengaplikasian GAP diharapkan dapat meningkatkan
produktivitas dan kualitas produksi cabai merah (Capsicum annuum. L). Pada
halaman ini, pengguna dapat berkonsultasi dengan cara memilih permasalahan
yang akan ditanyakan. Kemudian sistem akan melakukan pertanyaan lanjutan
terhadap permasalahan yang terjadi di lapangan. Gambar 41 menunjukkan contoh
tampilan dialog antara pengguna dan sistem konsultasi.
Gambar 41. Dialog Sistem dengan pengguna untuk Teknologi Budidaya
Setelah pengguna menekan tombol lanjut, maka sistem konsultasi
memberikan rekomendasi terhadap permasalahan yang diajukan oleh pengguna.
Rekomendasi yang diberikan disesuaikan dengan SOP GAP yang diperoleh dari
pakar. Rekomendasi berdasarkan SOP GAP ini diharapkan dapat menjadi acuan
petani dalam kegiatan budidaya tanaman cabai merah.
90
Gambar 42. Contoh Tampilan Halaman Rekomendasi
4.7.2.6.Halaman Konsultasi Penanganan Pasca Panen
Halaman konsultasi penanganan pasca panen diimplementasikan dalam
bentuk penjelasan yang memuat teknik-teknik atau metode penanganan pasca
panen. Pengguna yang akan melakukan konsultasi penanganan pascapanen
terlebih dahulu kategori pengetahuan yang dibutuhkan dalam penanganan
pascapanen cabai.
Gambar 43. Kategori Penanganan Pasca Panen
Kategori ini untuk mengelompokkan informasi dan pengetahuan yang
terkait dengan penanganan pascapanen. Rekomendasi penanganan pasca panen
dijelaskan secara deskriptif agar mudah difahami oleh pengguna sistem
konsultasi. Gambar 44 menunjukkan contoh tampilan halaman konsultasi
penanganan pasca panen.
91
Gambar 44. Contoh Tampilan Halaman Penanganan Pasca Panen
4.7.2.7.Halaman Konsultasi Analisis Usaha Tani
Halaman konsultasi analisis usaha tani diimplementasikan dalam bentuk
halaman web. Pada halaman awal konsultasi analisis usaha tani, pengguna harus
memasukkan identitas, lokasi penanaman, varietas yang akan ditanam, dan
estimasi harga yang digunakan untuk basis perhitungan. Varietas tanaman yang
dipilih akan menentukan produktivitas basis perhitungan yang digunakan. Gambar
45 menunjukkan tampilan halaman konsultasi analisis usaha tani.
Gambar 45. Contoh Tampilan Halaman Konsultasi Analisis Usaha Tani
92
Setelah pengguna mengisikan parameter-parameter yang dibutuhkan untuk
basis perhitungan analisis usaha tani, maka pengguna sistem dapat melihat hasil
analisis usaha tani. Analisis usaha tani yang diberikan adalah Total pendapatan
yang akan didapatkan oleh pengguna, B/C ratio, dan Break event point (BEP).
Total pendapatan merupakan hasil perhitungan produktivitas (ton/ha) dikali luasan
lahan (ha). Sementara B/C ratio adalah perbandingan antara pendapatan dengan
total biaya yang dikeluarkan. Artinya jika B/C ratio > 1 maka kegiatan bisnis
menguntungkan, sebaliknya jika B/C ratio < 1 maka bisnis rugi atau tidak
menguntungkan.
BEP terdiri dari dua jenis yaitu BEP Harga dan BEP Produksi. BEP Harga
adalah harga minimal yang harus didapatkan oleh petani cabai untuk mendapatkan
titik impas (balik modal). Sementara BEP Produksi menggambarkan basis
produksi minimal yang harus didapatkan untuk mencapai titik impas. Parameter
tersebut menjadi dasar analisis apakah usaha tani yang akan dilakukan layak atau
tidak. Tabel 10 merupakan persamaan yang digunakan untuk melakukan analisis
usaha tani.
Tabel 10. Dasar Perhitungan Analisis Usahatani
No Komponen Cara Perhitungan
1 Keuntungan Keuntungan =
Total Pendapatan – (Total Biaya Produksi +
Bunga 15 %)
2 Nilai Benefit Cost Ratio
(B/C Ratio)
B/C Ratio =
Pendapatan
Total biaya
3 Titik Impas / Break Event Point (BEP)
a. BEP Harga BEP Harga (Rp) =
Total Biaya
Total Produksi
b. BEP Produksi BEP Produksi (Kg) =
Total Biaya
Harga Jual
93
Gambar 46 menunjukkan tampilan halaman hasil konsultasi analisis usaha
tani. Pada bagian identitas ditampilkan identitas dari petani yang melakukan
konsultasi, asal kota, kabupaten dan provinsi. Benih yang dipilih pada kasus ini
adalah cabai besar varietas buana dengan potensi produktivitas 14 ton/ha dengan
harga perhitungan analisis usaha Rp. 10.000,00.
Gambar 46. Contoh Tampilan Hasil Analisis Usaha Tani
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan oleh sistem maka didapatkan total
pendapatan untuk adalah Sebesar Rp. 140.000.000 dengan keuntungan Rp.
97.087.600. B/C rasio dari hasil perhitungan adalah 3,26, artinya dengan modal
Rp. 42.912.400 usaha agribisnis akan memperoleh hasil penjualan 3,26 kali lipat
nilai modal yang dikeluarkan. BEP Harga adalah sebesar Rp. 3.065 / kg dan BEP
Produksi Rp. 4.291,24 kg yang artinya jika modal usaha Rp. 42.912.400 dan harga
jual cabai Rp. 3.065,17 dan produksi 4.291,24 kg secara perhitungan usaha anda
telah mencapai titik impas.
94
Perhitungan yang dilakukan tidak memperhatikan faktor inflasi dan
perubahan harga sarana produksi pertanian. Perhitungan dilakukan untuk satu
musim tanam cabai dengan periode antara 8-12 bulan. Perhitungan merupakan
analisis ideal dan tidak memperhitungkan resiko kerusahan yang disebabkan oleh
hama dan penyakit serta kondisi harga turun pada musim-musim tertentu. Gambar
47 menunjukkan rincian dari biasa investasi yang dikeluarkan untuk satu musim
tanam cabai.
Gambar 47. Detail Biaya Produksi
4.7.2.8.Halaman Konsultasi Cuaca Harian
Konsultasi cuaca merupakan halaman yang disediakan bagi pengguna
untuk mengetahui prakiraan cuaca harian untuk suatu lokasi. Prakiraan cuaca yang
ditampilkan dalam sistem konsultasi ini didapatkan secara online dari situs web
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Data dikirimkan dengan
menggunakan data format XML secara real time dari website BMKG. Hal ini
dilakukan untuk menjamin informasi tentang cuaca harian valid dan sesuai dengan
prakiraan cuaca dari BMKG tanpa harus melakukan input data secara manual ke
95
dalam sistem konsultasi. Gambar 48 menunjukkan tampilan prakiraan cuaca
harian untuk beberapa provinsi di Indonesia.
Gambar 48. Prakiraan Cuaca Harian
Prakiraan cuaca yang ditampilkan terdiri dari kondisi cuaca, suhu, dan
kelembaban. Parameter-parameter ini merupakan parameter utama dalam
prakiraan cuaca harian. Untuk mendapatkan informasi secara utuh, pengguna
dapat mengakses secara langsung website bmkg.
4.8. Tahap Pengujian (Testing)
Pada tahapan ini sistem yang akan diluncurkan di uji terlebih dahulu.
Pengujian dilakukan terhadap fungsional sistem konsultasi. Pada setiap iterasi
pekerjaan diluncurkan sebuah rilis perangkat lunak yang dikerjakan. Rilis ini
selanjutnya diluncurkan untuk kemudian dievaluasi kembali untuk kemudian
dilakukan perbaikan oleh tim. Berdasarkan hasil pengujian sistem, dapat diketahui
96
bahwa sistem konsultasi dapat berjalan dengan baik pada browser web. Fungsi-
fungsi sistem untuk berkonsultasi sudah terakomodir dan berjalan dengan baik.
Tabel 11. Hasil Pengujian Fungsional Sistem Konsultasi
No. Modul Hasil Pengujian
1. Login Berjalan Dengan Baik
2. Lihat Profil Berjalan Dengan Baik
3.
Konsultasi Pemilihan
Varietas Unggul Berjalan Dengan Baik
4. Pemilihan Varietas Unggul Berjalan Dengan Baik
5.
Penentuan Dosis Pupuk
Dasar Berjalan Dengan Baik
6. Pengendalian Hama Berjalan Dengan Baik
7. Pengendalian Penyakit Berjalan Dengan Baik
8.
Teknologi Budidaya Cabai
(Ssesuai SOP) Berjalan Dengan Baik
9. Pasca Panen Berjalan Dengan Baik
10.
Analisis Usaha Tani
Prakiraan Cuaca Berjalan Dengan Baik
11. Kebijakan Pemerintah Berjalan Dengan Baik
12. Informasi Harga Pasar Berjalan Dengan Baik
14. Forum Konsultasi Ahli Berjalan Dengan Baik
15. Chat room Berjalan Dengan Baik
97
4.9. Perawatan Sistem Konsultasi
4.9.1. Perawatan Konten Sistem Konsultasi
Untuk melakukan perawatan sistem konsultasi maka disediakan halaman
administrator untuk melakukan penambahan serta editing informasi dan
pengetahuan yang ada. Untuk dapat mengakses halaman yang digunakan untuk
melakukan updating informasi maka admin diharuskan memasukkan username
dan password pada halaman administrasi sistem konsultasi. Gambar 49
menunjukkan contoh tampilan halaman login yang digunakan untuk masuk ke
halaman administrasi sistem konsultasi.
Gambar 49. Login ke halaman Administrator
Pengguna yang telah memasukkan username dan password dengan benar
maka dapat mengakses menu-menu yang ada di halaman administrator. Menu-
menu yang disediakan merupakan menu yang akan menghubungkan admin ke
halaman-halaman updating data. Gambar 50 menunjukkan tampilan halaman
utama administrasi sistem konsultasi online agribisnis cabai.
98
Gambar 50. Halaman Utama Administrasi Sistem Konsultasi
4.9.2. Perawatan Jaringan dan Server
Sistem konsultasi online agribisnis cabai telah diinstal di salah satu web
server unit pelayanan Sistem Informasi dan Teknologi Informasi Institut Pertanian
Bogor (IPB) yang sekarang bernama Direktorat Komunikasi dan Sistem Informasi
(DKSI) sehingga perawatan jaringan dan server dilakukan oleh pihak DKSI IPB.
DKSI IPB diberi mandat oleh IPB untuk mengelola sistem informasi dan
teknologi informasi yang dibangun oleh IPB.
Gambar 51. Arsitektur Jaringan Sistem Konsultasi Online
99
Gambar 51 menunjukkan skema konseptual implementasi sistem melalui
jaringan internet. DKSI IPB memiliki infrastruktur (Company Network
Infrastructure) yang terkoneksi dengan jaringan internet. Pengguna dapat
mengakses sostem konsultasi yang berada pada server IPB melalui berbagai
perangkat yang terkoneksi dengan internet. Perangkat yang digunakan dapat
berupa perangkat mobile, komputer desktop, dan KIOSK. Sementara untuk
administrator dapat mengakses sistem melalui Virtual Private Network (VPN).
4.9.3. Usulan Kelembagaan Pengelola Sistem Konsultasi
Lembaga yang diusulkan akan mengelola sistem konsultasi adalah unit
pelayanan Sistem Informasi dan Teknologi Informasi IPB yang saat ini bernama
DKSI IPB sebagai penyedia teknologi Informasi, Departemen Proteksi Tanaman
serta Departemen Agronomi dan Hortikultura sebagai lembaga yang menciptakan
pengetahuan-pengetahuan baru. Selain itu juga perlu ada pengetahuan-
pengetahuan baru yang harus dikelola dalam rangka penyempurnaan sistem
konsultasi.
Secara organisasi sistem konsultasi online agribisnis cabai hendaknya
dikelola oleh Unit Pelayanan Informasi Pertanian yang berada di bawah DKSI
IPB. Unit pelayanan informasi pertanian ini nantinya memiliki tugas dan
tanggung jawab dalam pengembangan sistem konsultasi. Pengembangan yang
dimaksud dapat berupa pengembangan sistem untuk produk-produk lain, maupun
pengembangan isi dari sistem konsultasi online cabai. Gambar 50 menunjukkan
usulan struktur oranisasi pengelola sistem konsultasi online agribisnis cabai.
Gambar 52. Usulan Struktur Organisasi Pengelola Sistem Konsultasi Online