sistem kardiovaskuler

21
MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK PERUBAHAN FISIOLOGIS SISTEM KARDIOVASKULER LANSIA KELAS D FOCUS GROUP 4 DEVINA RIVANTI NUGITA 1206240695 DWI JAYANTI 1206241496 NACHITA PUTRI 1206219016 SHINTIA SILVANA 1206240543 UMMI HAMIDAH 1206219003 FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2015

Upload: alfiya-aini

Post on 14-Nov-2015

59 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

Keperawatan Gerontik

TRANSCRIPT

  • MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK

    PERUBAHAN FISIOLOGIS SISTEM KARDIOVASKULER LANSIA

    KELAS D

    FOCUS GROUP 4

    DEVINA RIVANTI NUGITA 1206240695

    DWI JAYANTI 1206241496

    NACHITA PUTRI 1206219016

    SHINTIA SILVANA 1206240543

    UMMI HAMIDAH 1206219003

    FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

    UNIVERSITAS INDONESIA

    DEPOK

    2015

  • i

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya

    kami, Focus Group 4, dapat menyelesaikan makalah yang memiliki topik

    Perubahan Fisiologis Sistem Kardiovaskuler Lansia dengan baik. Penulisan ini

    dilakukan sebagai syarat pembelajaran mata kuliah Keperawatan Gerontik di

    Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Penulis menyadari bahwa

    dalam penyelesaian makalah ini dibutuhkan beberapa pihak yang turut membantu

    dalam menyusun makalah sejak awal hingga selesai. Oleh karena itu, penulis

    ingin memberikan ucapan terima kasih kepada:

    1. Ibu Poppy Fitriyani selaku dosen pembimbing kelas --- yang telah

    memberikan waktu dan tenaga untuk membimbing kami.

    2. Orang tua penulis yang telah mendoakan agar penulis dapat

    menyeimbangkan waktu dan memberikan dukungan.

    3. Teman-teman seperjuangan sivitas akademika Universitas Indonesia atas

    kerja sama dan bantuannya dalam pengerjaan makalah ini.

    Kiranya makalah ini dapat membantu mahasiswa dalam proses pembelajaran

    Keperawatan Gerontik. Selain itu, bermanfaat bagi mahasiswa untuk lebih

    memahami pembelajaran pembuatan makalah.

    Depok, 10 Maret 2015

    Penyusun

    (Focus Group 4)

  • ii

    DAFTAR ISI

    Kata Pengantar ...................................................................................................i

    Daftar Isi ............................................................................................................ii

    Daftar Tabel .......................................................................................................ii

    BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................1

    1.1 Latar Belakang ......................................................................................1

    1.2 Rumusan Masalah .................................................................................1

    1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................................1

    1.4 Metode Penulisan ..................................................................................2

    1.5 Sistematika Penulisan ............................................................................2

    BAB 2 ISI ..........................................................................................................3

    2.1 Perubahan yang Terjadi pada Jantung dan Pembuluh Darah

    Lansia..................................................................... ................................3

    2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Fungsi Sistem Kardiovaskuler pada

    Lansia............................................................ .........................................5

    2.3 Gangguan Patologis yang Sering Terjadi pada Sistem Kardiovaskuler

    Lansia ..................................................................................................8

    2.4 Pengkajian yang Perlu Dilakukan Untuk Mengetahui Kondisi Sistem

    Kardiovaskuler pada Lansia .................................................................11

    BAB 3 PENUTUP .............................................................................................17

    3.1 Kesimpulan..................................................................... .........................17

    3.2 Saran............................................................ ...........................................17

    Daftar Pustaka ...................................................................................................iii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1. Perubahan Normal pada Sistem Kardiovaskular Akibat Penuaan ..........3

    Tabel 2. Tabel 2. Risiko Terjadinya Hipotensi Ortostatik dan Postprandial.........10

  • 1

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Lansia merupakan tahap perkembangan paling akhir dalam kehidupan

    manusia. Pada lansia terjadi perubahan-perubahan akibat proses menua. Peran

    perawat dalam pemberian asuhan keperawatan pada lansia adalah membantu agar

    lansia dapat hidup bahagia dan sejahtera, mengingat pada masa lansia merupakan

    tahap kehidupan yang tidak mudah. Pada individu lansia terjadi perubahan

    struktur dan fungsional jantung dan pembuluh darah. Perubahan ini tentunya

    mempengaruhi distribusi darah, oksigen dan nutrisi pada tubuh lansia. Perubahan

    yang terjadi dipengaruhi banyak faktor dan dapat menimbulkan penyakit. Untuk

    itu perawat memerlukan pemahaman tentang perubahan lansia secara

    fisiologisnya, faktor apa saja yang dapat mempengaruhi, gangguan patologis yang

    biasa terjadi, serta pengkajian apa saja yang dapat dilakukan.

    1.2 Rumusan Masalah

    Rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini antara lain:

    a. Apa saja perubahan yang terjadi pada jantung dan pembuluh darah lansia?

    b. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi sistem kardiovaskuler pada

    lansia?

    c. Apa saja gangguan patologis yang sering terjadi pada sistem

    kardiovaskuler lansia?

    d. Bagaimana pengkajian yang dapat dilakukan untuk mengetahui kondisi

    system kardiovaskuler pada lansia?

    1.3 Tujuan Penulisan

    Tujuan pembuatan makalah ini yaitu:

    a. Mahasiswa mengetahui dan memahami perubahan yang terjadi pada

    jantung dan pembuluh darah lansia.

    b. Mahasiswa mengetahui dan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi

    sistem kardiovaskuler pada lansia.

  • 2

    c. Mahasiswa mengetahui dan memahami gangguan patologis yang sering

    terjasi pada sistem kardiovaskuler lansia.

    d. Mahasiswa mengetahui pengkajian yang dapat dilakukan untuk

    mengetahui kondisi sistem kardiovaskular pada lansia.

    1.4 Metode Penulisan

    Metode penulisan dalam makalah ini yaitu menggunakan penelusuran pustaka

    dengan mencari referensi dari berbagai literatur baik dari buku maupun dari

    internet. Kemudian referensi ini kami kaitkan dengan kasus dan analisis kasus.

    Sedangkan untuk penulisan dalam makalah ini kami menggunakan metode

    penulisan ilmiah UI.

    1.5 Sistematika Penulisan

    Sistematika penulisan dalam makalah ini terdiri dari tiga bab. Bab pertama

    adalah pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan

    penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan. Bab kedua adalah isi,

    yang berisi tinjauan pustaka dan analisis mengenai topik materi. Terakhir, bab tiga

    adalah penutup, yang berisi kesimpulan dan saran

  • 3

    BAB 2

    ISI

    2.1 Perubahan yang Terjadi pada Jantung dan Pembuluh Darah Lansia

    Tabel 1. Perubahan Normal pada Sistem Kardiovaskular Akibat Penuaan

    (Sumber: Buku Ajar Keperawatan Gerontik, Ed 2, 2006)

    Perubahan Normal yang

    berhubungan dengan penuaan Implikasi klinis

    - Ventrikel kiri menebal

    - Katup jantung menebal dan

    membentuk penonjolan

    - Jumlah sel pacemaker menurun

    - Arteri menjadi kaku dan tidak

    lurus pada kondisi dilatasi

    - Vena mengalami dilatasi, katup-

    katup menjadi tidak kompeten.

    - Penurunan kekuatan kontraktil

    - Gangguan aliran darah melalui

    katup

    - Umum terjadi disritmia

    - Pengumpulan respons

    baroreseptor

    - Pengumpulan respons terhadap

    panas dan dingin

    - Edema pada ekstremitas bawah

    dengan penumpukan darah

    Pada umumnya, ukuran jantung seseorang tetap proporsional dengan berat

    badan. Ukuran ruang-ruang jantung tidak berubah dengan penuaan. Adanya atrofi

    atau hipertrofi merupakan tanda dari penyakit jantung (Gerber, 1990 dalam

    Stanley, 2006). Ketebalan dinding ventrikel kiri cenderung sedikit meningkat

    dengan penuaan karena adanya peningkatan densitas kolagen dan hilangnya

    fungsi serat-serat elastis (Morgan, 1993 dalam Stanley, 2006). Oleh karena itu

    jantung menjadi kurang mampu untuk distensi, dengan kekuatan kontraktil yang

    kurang efektif.

    Berikut ini merupakan perubahan struktur yang terjadi pada sistem

    kardiovaskular akibat proses menua.

    2.1.1 Perubahan Struktur Jantung

    1. Penebalan dinding ventrikel kiri karena peningkatan densitas kolagen dan

    hilangnya fungsi serat-serat elastis. Implikasi dari perubahan ini adalah

  • 4

    ketidakmampuan jantung untuk distensi dan penurunan kekuatan

    kontraktil. Katup jantung menebal dan mengalami penonjolan karena

    adanya aliran darah dengan tekanan tinggi pada area permukaan di dalam

    jantung. Implikasi dari perubahan ini adalah obstruksi parsial terhadap

    aliran darah selama denyut systole dan menyebabkan tidak sempurnanya

    pengosongan ventrikel. Biasanya terjadi pada aorta dan katup mitral.

    Secara keeluruhan, kontraktilitas menjadi kurang efektif karena waktu

    untuk menyelesaikan siklus pengisian diastolik dan pengosongan sistolik

    menjadi lebih lama dan miokardium menjadi kurang responsif terhadap

    impuls sistem saraf simpatik.

    2. Jumlah sel-sel pecemaker mengalami penurunan dan berkas his

    kehilangan serat konduksi yang yang membawa impuls ke ventrikel.

    Selain itu, penebalan pada jaring elastis dan retikuler dengan infiltrasi

    lemak terjadi pada daerah nodus sinoatrial (SA). Implikasi dari

    perubahan ini adalah terjadinya disritmia ataupun kemampuan induksi

    sistem jantung.

    2.1.2 Perubahan Pembuluh Darah

    1. Sistem aorta dan arteri perifer menjadi kaku dan tidak lurus karena

    peningkatan serat kolagen dan hilangnya serat elastis dalam lapisan

    medial arteri. Implikasi dari perubahan ini adalah pengumpulan respon

    baroreseptor dan pengumpulan respon terhadap panas dan dingin.

    Lapisan intima arteri menebal dengan peningkatan deposit kalsium.

    Aorta dan arteri besar lain secara progresif mengalami dilatasi sebagai

    mekanisme kompensasi untuk menerima lebih banyak volume darah.

    2. Vena meregang dan mengalami dilatasi. Implikasi dari hal ini adalah

    vena menjadi tidak kompeten atau gagal dalam menutup secara sempurna

    sehingga mengakibatkan terjadinya edema pada ekstremitas bawah dan

    penumpukan darah.

    2.1.3 Perubahan Fungsi

    1. Pada lansia, secara fungsional atau penampilan, perubahan utama yang

    berhubungan dengan penuaan sistem kardiovaskular adalah penurunan

    kemampuan untuk meningkatkan keluaran sebagai respon terhadap

  • 5

    peningkatan kebutuhan tubuh. Curah jantung pada saat istirahat tetap

    stabil atau sedikit menurun dan denyut jantung juga menurun seiring

    usia yang bertambah

    2. Akibat miokardium mengalami penebalan dan sulit merenggang serta

    katup-katup yang lebih kaku, peningkatan waktu pengisian diastolik dan

    peningkatan tekanan pengisian diastolik diperlukan untuk

    mempertahankan preload yang adekuat. Dua kondisi yang membuat

    lansia berisiko tidak adekuatnya curah jantung adalah takikardia karena

    mengakibatkan pemendekan waktu pengisian ventrikel dan fibrilasi atrial

    karena mengakibatkan hilangnya kontraksi atrial.

    3. Lansia mengalami hilangnya respon denyut jantung terhadap latihan dan

    stress. Gejala-gejala seperti sesak napas dan keletihan terjadi ketika

    jantung tidak dapat memberikan suplai darah yang mengandung oksigen

    secara adekuat untuk tubuh atau ketika jantung tidak dapat secara efektif

    mengeluarkan produk sampah metabolik.

    4. Seiring bertambahnya usia, irama jantung tidak sesuai dan menjadi

    disritmik. Sinus disritmik seperti sick sinus syndrome adalah hal yang

    dapat menimbulkan rasa pusing, jatuh, palpitasi atau perubahan status

    mental.

    2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Fungsi Sistem Kardiovaskuler pada

    Lansia

    Beberapa studi mengidentifikasi faktor risiko yang berpengaruh penting

    terhadap kejadian penyakit kardiovaskular. Faktor tersebut adalah stress, berat

    badan, kandungan lemak tubuh, diabetes, tekanan darah, aktivitas fisik yang

    kurang, merokok, asupan buah dan sayur yang kurang dan konsumsi alkohol

    berlebih (DAgostino et al., 2008; Dennison & Hughes, 2009; Schenk-Gustofsson,

    2009, dalam Miller, 2012). Faktor faktor tersebut dapat perbaiki dengan

    manajemen medis dan intervensi promosi kesehatan. Beberapa faktor lainnya

    seperti umur, ras, jenis kelamin, dan keturunan tidak bisa diubah namun penting

    untuk dipertimbangkan karena mempengaruhi kondisi individu keseluruhan.

  • 6

    Selain itu, faktor sosioekonomi dan psikososial juga merupakan faktor yang

    mempengaruhi risiko seseorang terkena penyakit jantung dan faktor ini

    berhubungan dengan pendekatan perawatan holistik untuk klien lansia.

    2.2.1 Merokok

    Merokok memiliki efek yang membahayakan bagi jantung dengan

    menurunkan kadar HDL, meningkatkan adhesivitas trombosit dan kadar

    fibrinogen, mengganti oksigen pada molekul hemoglobin dengan karbondioksia,

    meningkatkan konsumsi oksigen miokardium, dan menurunkan ambang batas

    fibrilasi ventrikel selama infark miokardium.

    2.2.2 Hipertensi

    Hipertensi merupakan faktor risiko utama untuk terjadinya penyakit

    kardiovaskular, Ketika hipertensi dikombinasikan dengan diabetes atau

    hyperlipidemia, risiko meningkat secara dramatis (Messerli dan Grodzicki, 1996

    dalam Stanley, 2006).

    Faktor risiko terjadinya hipertensi meliputi usia, etnis, faktor genetik,

    kelebihan berat badan, kurangnya aktivitas fisik, sleep apnea, stressor psikososial,

    dan pendidikan rendah dan status sosial ekonomi. Selain itu, pola diet juga

    menjadi faktor risiko hipertensi meliputi asupan tinggi lemak dan natrium,rendah

    kalium, dan konsumsi alkohol yang berlebihan (Lloyd-Jones et al, 2009 dalam

    Miller, 2012).

    2.2.3 Obesitas

    Obesitas, yag didefinisikan sebagai Indeks MassaTubuh (IMT) 30 kg/m2,

    dikaitkan dengan faktor risiko dari kondisi patologis yang meliputi stroke,

    diabetes, gangguan lipid, aterosklerosis, hipertensi, dan penyakit jantung coroner.

    Penelitian menunjukkan bahwa abdominal obesity (abdominal adiposity)

    merupakan faktor risiko independen terjadinya penyakit kardiovaskular.

    Dikatakan abdominal obesity jika lingkar pinggang pada wanita 88 cm dan pada

    laki-laki 102 cm atau perbandingan pinggang dan pinggul pada wanita 0,88 dan

    pada laki-laki 0,95. Keadaan ini dapat terjadi pada orang dengan IMT normal.

    Ukuran lingkar pinggang normal perempuan adalah kurang dari 80 cm, sementara

    pria kurang dari 90 cm. Penelitian juga menunjukkan bahwa jaringan adipose di

    abdomen berbeda dengan lemak subkutan, yang mana memiliki risiko lebih besar

  • 7

    terjadinya penyait kardioaskular disbandingkan obesitas keseluruhan (Carr &

    Tannock, 2009 dalam Miller 2012).

    2.2.4 Kebiasaan Makan

    Berikut temuan yang berkaitan dengan kebiasaan makan dan kesehatan

    kardiovaskular (Lloyd-Jones et al, 2009 dalam Miller 2012):

    1. Jenis lemak yang dikonsumsi lebih penting daripada total asupan lemak.

    Mengganti lemah jenuh dengan lemak tak jenuh mengurangi risiko

    penyakit kardiovaskular sebesar 24%.

    2. Setiap 2% kalori dari lemak trans dihubungkan dengan 23% lebih tinggi

    mengalami penyakit jantung coroner. Contoh bahan makanan yang

    mengandung trans fat adalah snack, gorengan dan margarine.

    3. Konsumsi 2,5 porsi biji-bijian setiap hari memiliki risiko 21% lebih

    rendah dibandingkan konsumsi 0,2 porsi setiap hari.

    4. Setiap penambahan porsi buah-buahan dan sayur-sayuran, risiko penyakit

    jantung coroner berkurang 4% dan stroke berkurang 5%.

    5. Konsumsi rendah garam merurunkan risiko penyakit kardiovaskular

    sebesar 25% setelah 10-15 tahun berikutnya.

    2.2.5 Inaktifitas Fisik

    Inaktifitas fisik adalah faktor yang tidak hanya meningkatkan risiko penyakit

    kardiovaskular akan tetapi juga mengurangi fungsi kardiovaskular pada lansia

    yang sehat. Dengan penurunan aktivitas fisik, terjadi penurunan tonus otot;

    kehilangan massa otot tak berlemak, yang digantikan dengan jaringan lemak.

    Kondisi pada lansia yang berkontribusi pada kurangnya aktifitas fisik antara lain

    penyakit akut, duduk terus-menerus, pembatasan mobilisasi, kondisi kronis yang

    mempengaruhi aktifitas fisik dan pengaruh psikososial seperti depresi dan

    kurangnya motivasi.

  • 8

    2.3 Gangguan Patologis yang Sering Terjadi pada Sistem Kardiovaskuler

    Lansia

    Gangguan patologis yang dapat terjadi dalam meliputi (Stanley, 2006).

    1. Aterosklerosis

    Patofisiologi aterosklerosis tidak memiliki perbedaan pada orang yang

    masih muda ataupun yang telah tua. Pada orang yang lebih tua, biasanya

    proses penyakit yang mungkin adalah karena adanya akumulasi yang lebih

    besar selama bertahun-tahun. Penyakit ateroklerosis terutama memengaruhi

    tunika intima (bagian paling dalam arteri), yang memiliki permukaan

    endothelial yang halus untuk memfasilitasi aliran darah. Pada kondisi normal,

    hanya plasma darah yang melakukan kontak dengan permukaan endothelial,

    sedangkan komponen seluler (misalnya faktor koagulasi) tetap berada di

    tengah-tengah aliran darah. Ketika permukaan endothelial menjadi kasar,

    walaupun hanya plasma darah yang melakukan kontak dengan endotel, maka

    timbul potensi untuk terbentuknya thrombus ketika faktor koagulasi

    melakukan kontak dengan endothelium (Lichtenstein, et al., 2006 dalam

    Miller, 2012).

    Proses aterosklerosis bukan merupakan proses yang berlangsung terus-

    menerus. Proses ini diperkirakan sebagai proses pembentukan dan

    penghancuran, dengan konsentrasi LDL yang berperan dalam fase

    pembentukan dan konsentrasi HDL berperan dalam fase penghancurannya.

    2. Penyakit Katup Jantung

    Patogenensis dari penyakit katup jantung pada lansia terutama

    merupakan kombinasi dari kekakuan yang berhubungan dengan penuaan dan

    trauma akibat penggunaan dan aliran darah yang rusak bertekanan tinggi.

    Awitan akut disfungsi katup jantung dapat dipicu oleh rupture otot papilla

    atau endocarditis setelah infark miokardium akut (IMA).

    Manifestasi klinis dari gangguan tersebut antara lain:

    1. Penyakit Arteri Koroner

    Banyak lansia berespons terhadap peningkatan usia dengan mengurangi

    aktivitas fisik. Oleh karena itu, ketidakseimbangan antara suplai dan

  • 9

    kebutuhan yang secara khas menghasilkan angina pektoris bukan berasal dari

    peningkatan kebutuhan fisik. Ketika kebutuhan akan darah yang mengandung

    oksigen telah melebihi melebihi suplai yang ada maka gejala yang sering

    timbul adalah dispnea, keletihan dan perubahan status mental.

    2. Gagal Jantung Kongestif (CHF)

    Sekitar 50% lansia yang telah dirawat dengan diagnosis gagal jantung

    kongestif, dirawat kembali dalam waktu 90 hari dengan diagnosis yang sama.

    Gagal jantung kongestif dapat terjadi dari penyakit jantung iskemik, penyakit

    jantung akibat hipertensi atau penyakit katup. Gejala klinis CHF pada lansia

    hampir sama dengan orang yang masih muda, dengan gejala dispnea,

    ortopnea, dispnea nocturnal paroksimal dan edema dependen perifer. Gejala

    yang sama dapat ditemukan pada kondisi lain seperti PPOK dan anemia

    nutrisional.

    3. Disritmia

    Insiden disritmia atrial dan ventricular meningkat pada lansia karena

    perubahan structural dan fungsional pada penuaan. Masalah dipicu oleh

    disritmia dan tidak terkoordinasinya jantung sering dimanifestasikan sebagai

    perubahan perilaku, palpitasi, sesak napas, keletihan dan jatuh.

    Gangguan patologis yang sering terjadi pada sistem kardiovaskuler lansia:

    Hipotensi orthostatic dan postprandial

    1. Hipotensi Ortostatik

    Hipotensi ortostatik (juga disebut hipotensi postural) didefinisikan

    sebagai penurunan tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik

    sedikitnya 20 atau 10 mm Hg, berturut-turut, dalam waktu 1 sampai 4 menit

    berdiri setelah berbaring selama setidaknya 5 menit. Studi menemukan 20%

    dari orang dewasa yang tinggal di komunitas lansia dan 30% sampai 50% dari

    mereka dalam rumah keperawatan memiliki hipotensi ortostatik (Mussi et al.,

    2009 dalam Miller, 2012). Meskipun hipotensi ortostatik dapat terjadi pada

    lansia yang sehat, tetapi lebih mungkin terjadi pada mereka yang memiliki

    faktor risiko: seperti kondisi patologis dan pengobatan yang merugikan.

  • 10

    Satu studi menemukan itu usia, pra-hipertensi, hipertensi, dan diabetes

    mellitus adalah penentu penting terjadinya hipotensi ortostatik pada

    komunitas lansia (Wu, Yang, Lu, Wu, dan Chang, 2008 dalam Miller, 2012).

    Hipotensi ortostatik bisa tanpa gejala atau dengan gejala seperti kelelahan,

    pusing, penglihatan kabur, atau gangguan kognitif. Meskipun terlihat tidak

    berbahaya, namun hipotensi ortostatik ini mempengaruhi keselamatan dan

    kualitas hidup yang dapat menyebabkan keadaan yang serius.

    2. Hipotensi Postprandial

    Hipotensi postprandial, didefinisikan sebagai pengurangan tekanan darah

    sistolik 20 mm Hg atau lebih dalam 2 jam makan, terjadi di 34% sampai 65%

    lansia (Jian & Zhou, 2008 dalam Miller, 2012). Perubahan fisiologis yang

    dapat menyebabkan hipotensi postprandial seperti gangguan mekanisme

    baroreseptor, tingkat pengosongan lambung yang lebih cepat, pelepasan

    hormone vasoaktif gastrointestinal, dan gangguan regulasi otonom dari

    perfusi gastrointestinal. Karbohidrat, dan glukosa berkontribusi untuk

    pengembangan hipotensi postprandial. Lansia yang mempunyai sinkop,

    kelemahan, pusing harus dievaluasi adanya hipotensi postprandial karena

    dapat menyebabkan stroke dan penyakit jantung koroner jika tidak dikenali

    dan diobati (Jian & Zhou, 2008 dalam Miller, 2012).

    Tabel 2. Risiko Terjadinya Hipotensi Ortostatik dan Postprandial

    (Sumber: Nursing for Wellness in Older Adults: Theory and Practice, 6th ed, 2012)

    Risiko Terjadinya

    Hipotensi Ortostatik

    . Risiko Terjadinya

    Hipotensi Postprandial

    - Proses patologis

    - Hipertensi, termasuk hipertensi

    sistolik terisolasi

    - Penyakit Parkinson

    - Gangguan cerebrovascular

    - Diabetes

    - Anemia

    - Proses patologi

    - Hipertensi sistolik

    - Diabetes mellitus

    - Atrofi multisystem

    - Medikasi

    - Diuretic

    - Obat anti hipertensi yang

  • 11

    - Disfungsi otonom

    - Deplesi volume

    - Medikasi

    - Antihipetensi

    - Antikolinergik

    - Fenotiazin

    - Antidepresan

    - Agen anti-Parkinson

    - Vasodilator

    - Diuretik

    - Alkohol

    diminum sebelum makan

    2.4 Pengkajian yang Perlu Dilakukan Untuk Mengetahui Kondisi Sistem

    Kardiovaskuler pada Lansia

    2.4.1 Anamnesa

    1. Pengkajian Riwayat Kesehatan

    Riwayat kesehatan terdahulu, riwayat kesehatan sekarang, riwayat

    kesehatan keluarga dan riwayat obat-obatan yang digunakan

    Berikut panduan untuk penilaian keperawatan risiko yang dapat digunakan

    perawat dalam Miller (2012).

    Pertanyaan untuk mengkaji faktor risiko penyakit kardiovaskular

    antara lain:

    a. Apakah anda memiliki atau pernah memiliki masalah jantung atau

    sirkulasi, seperti stroke, angina, serangan jantung, dan bekuan darah.

    Jika jawabannya iya, tanyakan tentang jenis terapi yang dilakukan.

    b. Kapan terakhir kali diperika dengan elektrokardiogram

    c. Berapa tekanan darah normal anda? Pernahkah anda diberi tahu

    memiliki tekanan darah tinggi? Atau berada pada batas atas tekanan

    darah

  • 12

    d. Apakah anda pernah mendapatkan pengobatan untuk permasalahan

    jantung maupun pembuluh darah?. Jika jawabannya iya, tanyakan

    tipe, dosis, dan durasi terapi.

    e. Apakah anda merokok, atau pernah merokok?

    f. Apakah anda mengetahui kadar kolesterol anda? Kapan terakhir kali

    mengecek kadar kolesterol?

    g. Apakah anda memiliki diabetes? Kapan terakhir kali mengecek kadar

    gula darah, dan bagaimana hasilnya?

    h. Bagaimanakah pola olahraga anda?

    2. Pengkajian Pola Hidup

    Riwayat merokok, riwayat konsumsi alcohol, makanan sehari-hari,

    kebiasaan berolahraga, dan aktivitas sehari-hari (Miller, 2012).

    a. Perhitungkan BMI dan bandingkan berat ideal dengan beratnya.

    b. Tentukan kebiasan diet, perhatian khusus pada intake natrium, serat,

    dan lemak.

    3. Pengkajian Psikososial

    Stress dan koping, kepuasan terhadap diri sendiri, dukungan keluarga

    dan teman sebaya, dan konsep diri.

    4. Pengkajian Pengetahuan tentang Penyakit pada Jantung

    Perawat mencari tahu tingkat pengetahuan klien tentang manifestasi

    penyakit pada jantung. Hal ini penting karena perawatan medis segera

    dibutuhkan ketika serangan jantung terjadi. Orang-orang perlu tahu

    tentang tanda-tanda akan munculnya serangan jantung sehingga dapat

    mencari bantuan.

    Pertanyaan untuk mengkaji penyakit kardiovaskular antara lain:

    a. Pernahkah anda mengalami nyeri dada? Jika iya, bagaimanakah

    tipenya, kapan biasanya muncul, berapa lama waktunya. Anda m

    b. Pernahkah anda memiliki kesulitan bernapas. Jika iya, ketika apa

    biasanya muncul?

    c. Pernahkah merasakan sakit kepala? Jika iya, Tanya secara spesifik

    bagaimana keadaannya, evaluasi medisnya, dan metode untuk

    mengatasi gejala, dan memastikan keselamatan

  • 13

    d. Pernahkah anda merasakan jantung berdebar tidak teratur? Jika iya,

    bagaimana evaluasi medisnya?

    e. Pernahkah anda diberitahu bahwa anda memiliki murmur jantung?.

    Jika iya, bagaimanakah evaluasi medisnya?

    5. Informasi yang sebaiknya diperoleh pada pengkajian lain yang

    kemungkinan berguna dalam mengkaji fungsi kardiovaskuler.

    a. Apakah anda merasa mudah lelah atau membutuhkan lebih banyak

    istirahat?

    b. Apakah anda memiliki masalah dengan gangguan pencernaan?

    c. Apakah kaki atau pergelangan kaki anda pernah bengkak?

    d. Apakah anda terbangun malam hari karena kesulitan napas atau

    karena ketidaknyamanan? Apakah anda telah membuat penyesuaian

    dalam kebiasaan tidur anda karena kesulitan napas?

    e. Apakah anda mengalami nyeri pada punggung atau bahu?

    a. Pertanyaan untuk mengkaji hipotensi postural

    f. Apakah anda pernah mengalami sakit kepala yang begitu

    mencengkeram, khususnya ketika bangun di pagi hari atau setelah

    berbaring?

    g. Jika iya, apakah disertai dengan gejala tambahan seperti berkeringat,

    mual, atau kebingungan?

    h. Jika iya, apakah anda memiliki risiko hipotensi, jika iya, bagaimana

    evaluasi medisnya?

    2.4.2 Pengkajian Fisik

    1. Inspeksi

    Memeriksa head to toe. Misal pasien kelelahan.

    2. Palpasi

    Misalnya ditemukan edema pada ekstremitas bawah

    3. Perkusi

    Pada lansia, biasanya kesulitan mengetahui batas jantung. Hal ini

    tidak bisa dijadikan indikasi adanya proses patologis serius tanpa

    ditemukan gejala atau abnormalitas lainnya.

    4. Auskultasi

  • 14

    Misalnya terdengar suara nafas ronchi.

    Pada lansia, biasanya terdengar suara jantung empat atau murmur

    pendek. Temuan ini tidak bisa dijadikan indikasi adanya proses patologis

    serius tanpa ditemukan gejala atau abnormalitas lainnya. Murmur mungkin

    juga disebabkan oleh usia atau kondisi yang berkaitan dengan penyakit.

    Pada pemeriksaan adanya aritmia atau tidak, sebelum melakukan

    auskultasi, tanyakan kepada lansia tentang sejarah aritmia yang dimiliki.

    Aritmia dapat disebabkan oleh penyakit jantung, ketidakseimbangan

    elektrolit, gangguan fisiologis, atau efek obat yang merugikan, atau

    manifestasi berbahaya dari perubahan yang berkaitan dengan usia.

    2.4.3 Pengkajian Tanda-Tanda Vital

    1. Tekanan Darah

    Mengkaji dengan akurat tekanan darah pada lansia mungkin lebih sulit

    karena tekanan darah pada lansia berfluktuasi. Lansia juga memiliki

    fenomena pseudohipertensi yaitu fenomena peningkatan pembacaan

    tekanan sistolik karena manset eksternal tidak mampu mengkompresi

    arteri pada lansia yang terkena aterosklerosis.

    Pengukuran tekanan darah yang akurat pada lansia (Miller, 2012)

    a. Memahami bahwa tekanan darah bervariasi, khususnya dalam

    merespon factor eksternal seperti makanan atau posisi tubuh.

    b. Pengukuran tekanan darah bervariasi setiap harinya, dengan level

    terendah ketika malam dan level tertinggi sesudah pagi

    c. Seseorang harus menunggu 1 jam setelah makan untuk mengetahui

    tekanan darahnya. Kecuali ketika mengecek hiotensi postprandial.

    d. Tidak boleh merokok ataupun minum kafein 30 menit sebelum

    tekanan darahnya dicek.

    e. Seseorang sebaiknya duduk atau posisi istirahat selama 5 menit

    sebelum pengecekan tekanan darah.

    Temuan normal yang dijumpai yaitu:

    a. Tekanan sistolik normal kurang dari 120 mmHg dan tekanan

    diastoliknya kurang dari 80 mmHg.

  • 15

    b. Perbedaan normal tekanan darah sistolik ketika berbaring/duduk dan

    berdiri adalah 20 mmHg atau kurang setelah berdiri selama 1 menit.

    c. Perbedaan normal tekanan diastolic ketika berbaring/ duduk dan

    berdiri adalah 10 mmHg atau kurang setelah berdiri selama 1 menit.

    Temuan lain adalah adanya white coat hypertension (isolated office

    hypertension) yaitu fenomena tekanan darah tinggi ketika mengunjungi

    pelayanan kesehatan tetapi tekanan darah normal ketika diperiksa di

    rumah. Untk memeriksa tekanan darah pada lansia, perlu diperhatikan

    beberapa hal: pemeriksaan dilakukan setelah 1 jam makan, tidak merokok

    dan mengkonsumsi kafein 30 menit sebelum diperiksa, dan pasien duduk

    atau beristirahat 5 menit sebelum diperiksa. Tekanan darah normal pada

    lansia adalah kurang dari 120 untuk sistolik dan kurang dari 80 untuk

    diastolik.

    Pengkajian tekanan darah pada lansia juga bertujuan untuk mendeteksi

    tidak hanya hipertensi tetapi juga orthostatic dan post-prandial

    hypotension. Pengkajian hipotensi ortostatik yang dapat dilakukan yaitu:

    a. Pertahankan posisi lengan pada posisi yang sama selama posisi

    supinasi dan posisi berdiri.

    b. Ukur tekanan darah awal setelah klien duduk atau berbaring minimal

    5 menit.

    c. Ukur tekanan darah yang kedua setelah klien berdiri selama 1-3 menit.

    Sedangkan pengkajian hipotensi postprandial yang dapat dilakukan

    yaitu:

    a. Ukur tekanan darah sebelum makan

    b. Ukur tekanan darah yang kedua dan ketiga dengan interval 15 menit

    setelah seleai makan.

    2. Nadi, RR, dan CVP

    Nadi normal yaitu 80-100x/menit.

    RR normal yaitu 12-20x/menit.

    CVP normal yaitu 4-10 cmH2O.

  • 16

    2.4.4 Pengkajian Laboratorium

    1. Pemeriksaan X ray

    Untuk menilai pembesaran jantung (Cardio Thorax Ratio/ CTR).

    Bertujuan untuk menentukan ukuran, kontur, dan posisi jantung.

    Pemeriksaan ini dapat memperlihatkan adanya perubahan fisiologis

    sirkulasi pulmonal. Pemeriksaan mampu menguatkan adanya komplikasi

    gagal jantung

    2. Elektrokardiograf

    Untuk menilai hipertrofi atrium atau ventrikel, iskemia, infark, dan

    disritma. Tanyakan juga terakhir kali melakukan pemeriksaan

    elektrokardiograf

    a. Hitung sel darah lengkap

    b. Analisa gas darah (AGD) untuk menilai derajat gangguan

    keseimbangan asam basa baik metabolik maupun respiratorik.

  • 17

    BAB 3

    PENUTUP

    3.1 Kesimpulan

    Pada lansia, terjadi proses alamiah akibat usia yang dikenal dengan penuaan

    yang mana berpengaruh pada sistem-sistem tubuh lansia, tak terkecuali sistem

    kardivaskuler. Proses penuaan mempengaruhi jantung secara struktural dan

    fungsional. Selain akibat proses penuaan, faktor lainnya seperti umur, ras, jenis

    kelamin, keturunan, faktor sosisoekonomi, psikososial juga memiliki andil dalam

    perubahan-perubahan yang terjadi pada sistem kardivaskuler lansia. Perubahan

    yang bersifat patologis dapat dicegah dengan mengidentifikasi faktor-faktor risiko

    dan menyediakan intervensi promosi kesehatan sebelum dilakukannya intervensi

    medis. Pengkajian dan pendeteksian dini pada sistem ini membantu lansia

    terhindar dari penyakit kardiovaskuler yang mengancam kehidupan.

    3.2 Saran

    Mengingat betapa pentingnya kesehatan fungsi kardiovaskuler bagi lansia,

    disarankan agar tenaga kesehatan memberikan asuhan keperawatan yang tepat dan

    sesuai kepada lansia. Asuhan keperawatan yang komprehensif tidak lepas dari

    pendekatan dengan komunikasi terapeutik mengingat bahwa tidaklah mudah

    berkomunikasi dengan klien lansia. Upaya preventif dan promotif dapat diberikan

    kepada lansia dengan menerapkan gaya hidup sehat sejak dini sebelum muncul

    penyakit baik akibat penuaan maupun proses penyakit.

  • iii

    DAFTAR PUSTAKA

    Baradero, Mary, Dayrit, Mary & Siswandi, Yakobus. (2005). Klien Gangguan

    Kardiovaskular: Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku

    Kedokteran EGC.

    Ebersole, P., Hess, P., Touhy, T. & Jett, K. (2005). Gerontological Nursing &

    Health Aging. 2nd

    ed. St. Louis: Mosby, Inc.

    Miller, C. A. (2012). Nursing for Wellness in Older Adults: Theory and Practice.

    6th ed.. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkin.

    Stanley, M. & Beare, P. G. (2006). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Ed 2. (Terj.

    Nety Juniarti). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

    Wilkinson, Judith. & Ahern, Nancy. (2012). Buku Saku Diagnosis Keperawatan

    Ed 9. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.