sinusitis.docx

15
I. PENDAHULUAN Sinus paranasal merupakan salah satu organ tubuh manusia yang sulit dideskripsi karena bentuknya sangat bervariasi pada tiap individu. Ada empat pasang sinus paranasal, mulai dari yang terbesar yaitu sinus maksila, sinus frontal, sinus ethmoid dan sinus sphenoid kanan dan kiri. Sinus paranasal merupakan hasil pneumatisasi tulang-tulang kepala, sehingga terbentuk rongga di dalam tulang. Semua sinus mempunyai muara (ostium) ke dalam rongga hidung. Semua sinus dilapisi oleh epitel saluran pernafasan yang mengalami modifikasi, dan mampu menghasilkan mukus dan bersilia. Sekret disalurkan ke dalam rongga hidung. Pada orang sehat, sinus terutama berisi udara. (1,2) Sinusitis adalah penyakit peradangan pada lapisan mukosa dari sinus paranasalis. Lapisan mukosa dari sinus paranasalis merupakan lanjutan dari mukosa hidung. Hidung dan sinus paranasalis merupakan bagian dari sistem pernapasan. Penyakit yang menyerang bronkus dan paru-paru juga dapat menyerang hidung dan sinus paranasalis. Oleh karena itu, dalam kaitannya dengan proses infeksi, seluruh saluran nafas dengan perluasan-perluasan anatomik harus dianggap sebagai satu kesatuan. (2,3,4) Penyakit sinusitis merupakan penyakit yang cukup banyak diderita oleh masyarakat. Tidak jarang pasien datang ke dokter dengan keluhan klinis yang khas yang mengarah pada dugaan adanya sinusitis, antara lain pilek-pilek kronik, hidung tersumbat, nyeri kepala kronik, nyeri kepala satu sisi, nafas berbau dan sebagainya. (2,3) Kejadian sinusitis umumnya disertai atau dipicu oleh rhinitis sehingga sinusitis sering juga disebut dengan rhinosinusitis. Rinosinusitis adalah penyakit inflamasi yang sering ditemukan dan mungkin akan terus meningkat prevalensinya. Rinosinusitis dapat mengakibatkan gangguan kualitas hidup yang berat, sehingga penting bagi dokter umum atau dokter spesialis lain untuk memiliki pengetahuan yang baik mengenai definisi, gejala dan metode diagnosis dari penyakit rinosinusitis ini. Sinusitis bila mengenai beberapa sinus disebut multisinusitis sedangkan bila mengenai semua sinus paranasal disebut pansinusitis. (1,4)

Upload: haninamauliani

Post on 24-Nov-2015

7 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

I. PENDAHULUANSinus paranasal merupakan salah satu organ tubuh manusia yang sulit dideskripsi karena bentuknya sangat bervariasi pada tiap individu. Ada empat pasang sinus paranasal, mulai dari yang terbesar yaitu sinus maksila, sinus frontal, sinus ethmoid dan sinus sphenoid kanan dan kiri. Sinus paranasal merupakan hasil pneumatisasi tulang-tulang kepala, sehingga terbentuk rongga di dalam tulang. Semua sinus mempunyai muara (ostium) ke dalam rongga hidung. Semua sinus dilapisi oleh epitel saluran pernafasan yang mengalami modifikasi, dan mampu menghasilkan mukus dan bersilia. Sekret disalurkan ke dalam rongga hidung. Pada orang sehat, sinus terutama berisi udara. (1,2)Sinusitis adalah penyakit peradangan pada lapisan mukosa dari sinus paranasalis. Lapisan mukosa dari sinus paranasalis merupakan lanjutan dari mukosa hidung. Hidung dan sinus paranasalis merupakan bagian dari sistem pernapasan. Penyakit yang menyerang bronkus dan paru-paru juga dapat menyerang hidung dan sinus paranasalis. Oleh karena itu, dalam kaitannya dengan proses infeksi, seluruh saluran nafas dengan perluasan-perluasan anatomik harus dianggap sebagai satu kesatuan.(2,3,4)Penyakit sinusitis merupakan penyakit yang cukup banyak diderita oleh masyarakat. Tidak jarang pasien datang ke dokter dengan keluhan klinis yang khas yang mengarah pada dugaan adanya sinusitis, antara lain pilek-pilek kronik, hidung tersumbat, nyeri kepala kronik, nyeri kepala satu sisi, nafas berbau dan sebagainya.(2,3)Kejadian sinusitis umumnya disertai atau dipicu oleh rhinitis sehingga sinusitis sering juga disebut dengan rhinosinusitis. Rinosinusitis adalah penyakit inflamasi yang sering ditemukan dan mungkin akan terus meningkat prevalensinya. Rinosinusitis dapat mengakibatkan gangguan kualitas hidup yang berat, sehingga penting bagi dokter umum atau dokter spesialis lain untuk memiliki pengetahuan yang baik mengenai definisi, gejala dan metode diagnosis dari penyakit rinosinusitis ini. Sinusitis bila mengenai beberapa sinus disebut multisinusitis sedangkan bila mengenai semua sinus paranasal disebut pansinusitis.(1,4)Fungsi dari sinus paranasalis diantaranya berperan dalam artikulasi saat seseorang berbicara melalui resonansi suara, berperan dalam penyesuaian udara pernafasan (menghangatkan atau mendinginkan udara pernafasan) sesuai dengan suhu tubuh, mengeluarkan sekret mukus yang berperan dalam mempertahankan kelembaban dari rongga hidung, memelihara suhu dalam otak. Selain itu ada beberapa yang mengatakan bahwa bentuk dari sinus paranasalis melindungi otak dari trauma tumpul pada daerah frontal.(4,5) II. INSIDENS DAN EPIDEMIOLOGIPada orang dewasa kasus sinusitis paranasalis paling sering ditemukan baik itu sinusitis akut maupun kronik. Insiden terjadinya sinusitis meningkat seiring dengan meningkatnya kasus asma, alergi, dan penyakit traktus respiratorius lainnya. Kira-kira terjadi pada 35 juta orang setiap tahunnya di Amerika Serikat. Perempuan lebih sering terkena sinusitis dibandingkan laki-laki karena mereka lebih sering kontak dengan anak kecil. Angka perbandingannya yaitu 20 % perempuan : 11,5 % laki-laki. Sinusitis lebih sering diderita oleh anak-anak dan dewasa muda akibat rentannya usia ini dengan infeksi Rhinovirus. Infeksi virus Rhinoviral sering terjadi di musim gugur dan musim semi.(5) III. ETIOLOGIDiketahui bahwa berbagai faktor fisik, kimia, saraf, hormonal dan emosional dapat mempengaruhi mukosa hidung, demikian juga mukosa sinus dalam suhu yang lebih rendah. Defisiensi gizi, kelemahan, tubuh yang tidak bugar dan penyakit sistemik umum perlu dipertimbangkan sebagai etiologi sinusitis. Perubahan dalam faktor-faktor lingkungan misalnya dingin, panas, kelembaban atau kekeringan demikian pula polutan atmosfer termasuk asap tembakau, dapat merupakan faktor predisposisi infeksi.(2)Faktor predisposisi lokal berupa infeksi pada gigi, benda asing, polip, deviasi septal cavum nasi dan tumor dapat menyebabkan obstruksi ostial yang berhubungan dengan terjadinya sinusitis.(2,6)Agen penyebab dari sinusitis antara lain sebagai berikut :1. Virus, sinusitis virus biasanya terjadi selama infeksi saluran nafas atas, infeksi virus yang lazim menyerang hidung dan nasofaring juga menyerang sinus. Mukosa sinus paranasalis berjalan kontinyu dengan mukosa hidung dan penyakit virus yang menyerang hidung perlu dicurigai dapat meluas ke sinus. Agen virus yang biasanya menyebabkan sinusitis antara lain : Rhinovirus, influenza virus, parainfluenza virus dan adenovirus.(2,7,8)2. Bakteri, organisme penyebab sinusitis akut mungkin sama dengan penyebab otitis media. Yang sering ditemukan antara lain : Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, Branhamella catarralis, Streptococcus alfa, Staphylococcus aureus dan Streptococcus pyogenes. Penyebab dari sinusitis kronik hampir sama dengan bakteri penyebab sinusitis akut. Namun karena sinusitis kronik berhubungan dengan drainase yang kurang adekuat ataupun fungsi mukosiliar yang terganggu, maka agen infeksi yang terlibat cenderung bersifat opportunistik, dimana proporsi terbesar merupakan bakteri anaerob (Peptostreptococcus, Corynebacterium, Bacteriodes dan Veillonella).(2,8,9)3. Jamur, antara lain aspergillus, mucormycosis dan fungus.(10) IV.ANATOMIManusia mempunyai sekitar 12 rongga di sepanjang atap dan bagian lateral rongga hidung. Sinus-sinus ini membentuk rongga di dalam tulang wajah yaitu sinus maksilaris, sinus frontalis, sinus ethmoidalis, sinus sphenoidalis.(1,2)1. Sinus MaksilarisSinus ini merupakan sinus paranasalis yang terbesar. Berbentuk piramid. Dinding anterior sinus adalah permukaan fasial os maksila yang disebut fosa kanina, dinding posteriornya adalah permukaan infra-temporal maksila, dinding medialnya adalah dinding lateral rongga hidung, dinding superiornya ialah dasar orbita dan dinding inferiornya ialah prosessus alveolaris dan palatum.Sinus FrontalisSinus frontalis terletak di os frontal, terbagi dua kanan dan kiri yang biasanya tidak simetris, satu lebih besar daripada lainnya dan dipisahkan oleh sekat yang terletak di garis tengah. Sinus frontal biasanya bersekat-sekat dan tepi sinus berlekuk-lekuk. Dipisahkan oleh tulang yang relative tipis dari orbita dan fosa serebri anterior, sehingga infeksi dari sinus frontalis mudah menyebar ke daerah ini.Sinus EthmoidalisSinus ethmoidalis berongga-rongga, terdiri dari sel-sel yang menyerupai sarang tawon yang terdapat di dalam massa bagian lateral os ethmoid, yang terletak diantara konka media dan dinding medial orbita.Berdasarkan letaknya, sinus ethmoidalis dibagi menjadi sinus ethmoidalis anterior dan posterior. Sinus ethmoidalis anterior bermuara di meatus medius dan sinus ethmoidalis posterior bermuara di meatus superior.Sinus SphenoidalisSinus sphenoidalis terletak dalam os sphenoid di belakang sinus ethmoidalis posterior. Sinus sphenoidalis dibagi dua oleh sekat yang disebut septum intersphenoid. Batas-batanya adalah : sebelah superior terdapat fosa serebri median dan kelenjar hipofise, sebelah inferiornya atap nasofaring, sebelah lateral berbatasan dengan sinus kavernosus dan a. karotis interna (sering tampak sebagai indentasi), dan sebelah posteriornya berbatasan dengan fosa serebri posterior di daerah pons. V. PATOFISIOLOGISinus dilapisi oleh sel epitel respiratorius. Lapisan mukosa yang melapisi sinus dapat dibagi menjadi 2 yaitu : lapisan viscous superficial dan lapisan serous profunda. Cairan mukus dilepaskan oleh sel epitel untuk membunuh bakteri. Cairan mukus secara alami menuju ke ostium untuk dikeluarkan jika jumlahnya berlebihan.(3,6,7) Faktor yang paling penting yang mempengaruhi patogenesis terjadinya sinusitis yaitu apakah terjadi obstruksi dari ostium. Jika terjadi obstruksi ostium sinus akan menyebabkan terjadinya hipooksigenasi, yang menyebabkan fungsi silia berkurang dan epitel sel mensekresikan cairan mukus dengan kualitas yang kurang baik. Disfungsi silia ini akan menyebabkan retensi mukus yang kurang baik pada sinus.(3,6,7)Beberapa faktor lain yang menyebabkan terjadinya disfungsi silia adalah udara dingin yang dapat menghalangi perkembangan epitel siliaris,sehingga menyebabkan gangguan pergerakan silia dan akhirnya menyebabkan retensi cairan mukosa. Udara kering dapat mengeringkan lapisan mukosa sinus, yang dapat menyebabkan berkurangnya sekresi. Jika terdapat suatu massa di saluran pernafasan dan sinus, seperti polip, benda asing, tumor, dan pembengkakan mukosa oleh karena rhinitis, dapat menghalangi ostium dan menyebabkan tertahannya sekresi dan kemudian menimbulkan retensi mukus yang berujung pada timbulnya infeksi.(3,6,7)Sinusitis kronik merupakan peradangan pada sinus paranasalis menetap hingga 12 minggu. Proses peradangan yang menetap tersebut dipengaruhi oleh beberapa hal berikut : (9,11)1. Infeksi persisten2. Alergi dan gangguan sistem imun3. Faktor intrinsik dan saluran nafas atas (misalnya deformitas)4. Kolonisasi dari fungsi yang merangsang inflamasi oleh eosinofil5. Gangguan metabolikSinusitis dapat diklasifikasikan dalam 2 cara yaitu berdasarkan waktu terjadinya (akut, subakut, kronik) dan jenis atau tipe inflamasinya (infectious atau noninfectious). Sinusitis akut biasanya ditemukan kurang dari 30 hari, sinusitis subakut terjdi dalam kurun waktu 1-3 bulan sedangkan sinusitis kronik lebih dari 3 bulan. Sinusitis biasanya disebabkan oleh bakteri sedangkan noninfektius sinusitis disebabkan oleh bahan iritan dan alergi. Sinusitis subakut kronik biasanya terjadi sebagai akibat dari pengobatan yang tidak sempurna dari sinusitis akut.(4)Berdasarkan lokasinya, dapat diklasifikasikan berdasarkan gejala khasnya :1. Sinusitis maksilaris dapat menyebabkan nyeri atau tekanan pada area maksilaris (pipi), misalnya sakit gigi atau sakit kepala.2. Sinusitis frontalis dapat menyebabkan nyeri atau tekanan pada sinus frontalis (di atas kedua mata) dan sakit kepala.3. Sinusitis ethmoidalis dapat menyebabkan nyeri tekan diantara kedua mata dan sakit kepala.4. Sinusitis sphenoidalis dapat menyebabkan nyeri tekan di belakang mata, juga sering mengarah ke daerah verteks.Teori terbaru tentang sinusitis mengnyatakan bahwa penyakit ini sering menjadi bagian dalam penyakit-penyakit sistem respirasi (one airway theory) dan sering berhubungan dengan penyakit asma. Semua bentuk sinusitis dapat menyebabkan atau menjadi bagian dari infeksi saluran napas pada umumnya sehingga dapat berhubungan dengan gejala-gejala infeksi saluran napas lainnya misalnya batuk.(12) VI. DIAGNOSISGejala KlinikGejala infeksi sinus maksilaris akut berupa demam, malaise, dan nyeri kepala yang tidak jelas yang biasanya reda dengan pemberian analgetik biasanya seperti aspirin. Wajah terasa bengkak, penuh, dan gigi terasa nyeri pada gerakan kepala mendadak, misalnya sewaktu naik dan turun tangga. Seringkali terdapat nyeri pipi khas yang tumpul dan menusuk, serta nyeri di tempat lain karena nyeri alih (referred pain). Sekret mukopurulen dapat keluar dari hidung dan terkadang berbau busuk. Batuk iritatif nonproduktif juga seringkali ada.(2,13,14)Gejala sinusitis ethmoidalis berupa malaise ringan sampai berat, nyeri kepala dan nyeri tekan diantara kedua mata dan diatas jembatan hidung, drainase dan sumbatan hidung. Tampak mukosa dari nasal mengalami edema dan hiperemis serta adanya mukus purulen. Seringkali bermanifestasi sebagai selulitis orbita.(2,13)Sinusitis frontalis akut hampir selalu bersamaan dengan infeksi sinus ethmoidalis anterior. Penyakit ini terutama ditemukan pada dewasa, dan selain dapat ditemukan tanda-tanda infeksi yang umum, terdapat nyeri kepala yang khas. Nyeri berlokasi di atas alis mata, biasanya pada pagi hari dan memburuk menjelang tengah hari kemudian perlahan-lahan mereda hingga menjelang malam. Pasien biasanya menyatakan bahwa dahi terasa nyeri bila disentuh.(2,15)Sinusitis sphenoidalis biasanya menjadi bagian dari pansinusitis, oleh karena itu gejalanya tidak khas karena menjadi satu dengan gejala infeksi sinus lainnya. Gejala yang khas dari sinusitis antara lain berupa nyeri kepala yang mengarah ke vertex kranium. Nyeri juga biasanya dirasakan di daerah retroorbital, parietooksipital dan di daerah frontal.(2,13)VII. GAMBARAN RADIOLOGI 1. Foto polos Pemeriksaan foto polos adalah pemeriksaan paling baik dan paling utama untuk mengevaluasi sinus paranasal. Pemeriksaan foto kepala untuk mengevaluasi sinus paranasalis terdiri atas berbagai macam posisi, namun yang paling sering dipakai adalah foto kepala posisi waters.(3) Posisi standar yang biasanya digunakan dalam pemeriksaan radiologi dengan tujuan mengevaluasi sinus paranasalis antara lain sebagai berikut :Foto kepala posisi Occipito-Mental atau posisi WatersFoto Waters dilakukan dengan posisi dimana kepala menghadap film, garis orbitomeatus membentuk sudut 45o dengan film. Arah sinar cahaya horizontal dengan sentrasi pada tulang occipital, 3 cmn diatas tonjolan occipital eksterna. Pada foto waters, secara ideal piramid tulang petrosum diproyeksikan pada dasar sinus maksilaris, sehingga kedua sinus maksilaris dapat dievaluasi seluruhnya. Apabila foto dilakukan pada keadaan mulut terbuka, akan dapat menilai dinding posterior sinus sfenoid dan nasofaring dengan baik.(3,13)Foto kepala posisi Occipito-frontal atau posisi CaldwellFoto ini dilakukan dengan kepala menghadap ke film dimana garis orbitomeatal tegak lurus dengan film. Arah datangnya sinar horizontal dengan sentrasi pada nasion. Posisi ini sangat baik untuk menilai sinus frontal dan sinus ethmoid.(3,13)Foto kepala posisi lateralFoto ini dilakukan dengan posisi kepala terletak sebelah lateral atau dalam hal ini bidang sagital kepala terletak paralel dengan film dengan sentrasi pada daerah kantus mata, sehingga dinding posterior dan dasar sinus maksila berhimpit satu sama lain. Posisi ini sangat baik dalam menilai sinus sphenoid dan frontal serta ruang nasofaring.(3,13)Adapun gambaran radiologi sinusitis yang dapat dinilai dari ketiga posisi foto polos di atas antara lain :1. Penebalan mukosa2. Air fluid level (kadang-kadang)3. Perselubungan homogen atau tidak homogen4. Penebalan dinding sinus dengan sklerotik (pada kasus-kasus kronik)Foto Kepala Posisi SubmentoverteksPosisi ini diambil dengan meletakkan film pada vertex, kepala pasien menengadah sehingga garis infraorbitomeatal sejajar dengan film. Sentrasi tegak lurus film dalam bidang midsagital melalui sella tursika kea rah verteks. Posisi ini biasa untuk melihat sinus frontalis dan dinding posterior sinus maksilaris.(3,13)Foto Kepala Posisi RhesePosisi rhese atau oblique dapat mengevaluasi bagian posterior sinus ethmoidalis, kanalis optikus, dan lantai dasar orbita sisi lain.(3,13)Foto Kepala Posisi TownePosisi ini diambil dengan berbagai variasi sudut angulasi antara 30o-60o ke arah garis orbitomeatal. Sentrasi dari depan kira-kira 8 cm diatas glabela dari foto polos kepala dalam bidang midsagital. Proyeksi ini paling baik untuk menganalisis dinding posterior sinus maksilaris, fisura orbitalis inferior, kondilus mandibularis dan arkus zigomatikus posterior.(3,13)Pada sinusitis, mula-mula tampak penebalan dinding sinus, dan yang paling sering adalah sinus maksilaris, tetapi pada sinusitis kronik tampak juga gambaran penebalan dinding sinus yang disebabkan karena timbulnya fibrosis dan jaringan parut yang menebal.(2,9,13)2. CT-ScanPemeriksaan CT Scan sekarang merupakan gold standard pemeriksaan yang sangat unggul untuk mempelajari sinus paranasal, karena dapat menganalisis dengan baik masing-masing sinus, tulang-tulang secara rinci dan bentuk-bentuk jaringan lunak. Potongan aksial merupakan standar pemeriksaan paling baik yang dilakukan untuk mengevaluasi sinus paranasalis.(4,11)CT Scan merupakan pemeriksaan yang sensitif dibandingkan dengan pemeriksaan foto polos kepala, khususnya pada sinus sphenoidalis dan ethmoidalis. Kira-kira 50 % pada kasus sinusitis sphenoidalis pada foto polos tidak tampak kelainan atau normal, tetapi apabila diperiksa dengan CT Scan tampak kelainan pada mukosa sinus berupa penebalan mukosa.(2,6,11) 1. VIII. DIAGNOSIS BANDINGDiagnosis banding dari sinusitis paranasalis yaitu :Fibrosa kistikPada gambaran CT Scan, lebih dari 90% pasien CF juga terdapat gambaran seperti sinusitis kronik yaitu tampak gambaran perselubungan dan displacement dari dinding lateral cavum nasal pada meatus medius. Tampak pula pembengkakan pada dinding lateral cavum nasi dengan penumpukan mukus pada sinus maksilaris.(6)Polip NasiPada gambaran CT scan tampak pembesaran/penebalan dinding nasal lateral, polip antral-choanal juga dapat memberikan gambaran perselubungan pada sinus maksillaris dengan lesi yang menonjol ke atas dari antrum maksilaris ke choanae.(6)IX. PENATALAKSANAANKebanyakan kasus ini dapat ditangani dengan obat-obatan saja. Tetapi pada keadaan dimana obat-obatan tidak efektif lagi, terapi pembedahan mungkin diperlukan khususnya pada sinusitis maksilaris kronik.Terapi KonservatifSinusitis akut umumnya diterapi dengan antibiotik spektrum luas seperti amoksisilin, ampisilin, atau eritromisin ditambah sulfonamide, dengan alternatif lain berupa amoksisilin/kluvalamat, sefaklor, sefuroksim, dan trimetoprim plus sulfonamide. Dekongestan seperti pseudoefedrin juga bermanfaat, dan tetes hidung poten seperti fenilefrin atau oksimetazolin dapat digunakan selama beberapa hari pertama infeksi namun kemudian harus dihentikan. Kompres air hangat pada wajah, dan analgetika seperti aspirin, dan asetaminofen berguna untuk meringankan gejala.(3,9,14,15)Pasien biasanya menunjukkan tanda-tanda perbaikan dalam waktu dua hari, dan proses penyakit biasanya menyembuh dalam 10 hari. Kegagalan penyembuhan dengan suatu terapi aktif mungkin menunjukkan organisme tidak peka lagi terhadap antibiotik atau antibiotik tersebut gagal mencapai lokasi infeksi. Pada kasus demikian ostium sinus sedemikian edematous sehingga drainase sinus terhambat dan terbentuk suatu abses sejati. Bila demikian, terdapat suatu indikasi irigasi antrum segera. .(3,9,14,15) 2. Terapi PembedahanPembedahan RadikalBila pengobatan konservatif gagal, dilakukan terapi radikal, yaitu mengangkat mukosa yang patologik dan membuat drainase dari sinus yang terkena. Untuk sinus maksillaris dilakukan operasi Caldwell-Luc.(10,14)Pembedahan Non RadikalAkhir-akhir ini dikembangkan metode operasi sinus paranasal dengan menggunakan endoskop yang disebut Bedah Sinus Endoskop Fungsional (BSEF). Prinsipnya ialah membuka dan membersihkan daerah kompleks ostiomeatal yang menjadi sumber penyumbatan dan infeksi, sehingga ventilasi dan drainase sinus dapat lancar kembali melalui ostium alami. Dengan demikian mukosa sinus akan kembali normal. (10,14,15) X. KOMPLIKASIKomplikasi yang sering ditimbulkan antara lain sebagai berikut : (5)Komplikasi orbitaSinusitis ethmoidalis merupakan penyebab komplikasi pada orbita yang tersering. Pembengkakan orbita dapat merupakan manifestasi ethmoidalis akut, namun sinus frontalis dan sinus maksilaris juga terletak di dekat orbita dan dapat menimbulkan infeksi isi orbita.MukokelMukokel adalah suatu kista yang mengandung mukus yang timbul dalam sinus, kista ini paling sering ditemukan pada sinus maksilaris, sering disebut sebagai kista retensi mukus dan biasanya tidak berbahaya. Dalam sinus frontalis, ethmoidalis dan sfenoidalis, kista ini dapat membesar dan melalui atrofi tekanan mengikis struktur sekitarnya. Kista ini dapat bermanifestasi sebagai pembengkakan pada dahi atau fenestra nasalis dan dapat menggeser mata ke lateral. Piokel adalah mukokel terinfeksi, gejala piokel hampir sama dengan mukokel meskipun lebih akut dan lebih berat.Komplikasi Intra KranialSalah satu komplikasi sinusitis yang terberat adalah meningitis akut. Iinfeksi dari sinus paranasalis dapat menyebar sepanjang saluran vena atau langsung dari sinus yang berdekatan, seperti lewat dinding posterior sinus frontalis atau melalui lamina kribriformis di dekat sistem sel udara ethmoidalis.Abses dura, adalah kumpulan pus diantara dura dan tabula interna kranium, sering kali mengikuti sinusitis frontalis. Proses ini timbul lambat, sehingga pasien hanya mengeluh nyeri kepala dan sebelum pus yang terkumpul mampu menimbulkan tekanan intra kranial.Abses subdural adalah kumpulan pus diantara duramater dan arachnoid atau permukaan otak. Gejala yang timbul sama dengan abses dura.Abses otak, setelah sistem vena, mukoperiosteum juga dapat sinus terinfeksi, maka dapat terjadi perluasan metastatik secara hematogen ke dalam otak.Osteomielitis dan abses subperiostealPenyebab tersering osteomielitis dan abses subperiosteal pada tulang frontalis adalah infeksi sinus frontalis. Nyeri tekan dahi setempat sangat berat. Gejala sistemik berupa malaise, demam dan menggigil(4,13,15)

DAFTAR PUSTAKA1. Soetjipto D, Mangunkusumo E. Rhinore, infeksi hidung dan sinus. Dalam: Soepardi EA. Buku ajar ilmu kesehataan telinga hidung tenggorok kepala dan leher. Jakarta: FK-UI; 2007. Hal. 145-9.2. Ekadayu I. Hidung, anatomi dan fisiologi terapan dan penyakit sinus paranasalis. Dalam: Adam GL. BOIES buku ajar penyakit THT. Jakarta: EGC; 1997. Hal. 173-88, 240-57.3. Efendi H. Sinus paranasalis dan mastoid. Dalam: Rasad D. Radiologi diagnostic. Jakarta: FK-UI; 2005. Hal. 431-8..4. Hueston WJ. Sinusitis. In: Huestons. Respiratoru disorder. USA: Mc Graw-Hill; 2002. P. 83-1025. Padang S. Etiologi, patofisiologi dan tatalaksana sinusitis. 2009. Dokterdai. [Cited 2009 Desember 30]. Available from: http://www.dokterdai.blogspot.com.6. Ramanan RV. Sinusitis. 2007. Emedicine. [Cited 2009 Desember 30]. Available from: http://www.emedicine.com.7. Shiel WC. Sinus infection. 2006. Mendicinet. [Cited 2010 Januari 03]. Available from: http://www.medicinet.com8. Sobol SE. Sinusitis, acute, medical treatment. 2008. Emedicine. [Cited 2009 Desember 30]. Available from: http://www.emedicine.com.9. Brown SM. Sinusitis, chronic, medical treatment. 2008. Emedicine. [Cited 2009 Desember 30]. Available from: http://www.emedicine.com.10. Mason RJ et all. Disorder of the upper respiratory airways. In: Murray, Nadels. Text book of respiratory medicine. 4th edition. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2005. p. 1277-86.11. Walles J. Sinusitis. 2009. Wikipedia. [Cited 2009 Desember 30]. Available from: http://www.wikipedia.com.12. Salamon FN. Sinuses. In: Lalwanis. Current diagnosis & treatment in otolaryngology-head & neck surgery. New York: Mc Graw Hill; 2004. p. 285-92.13. Lee KJ. The nose and paranasal sinuses. In: Lees. Essential otolaryngology head and neck surgery. USA: Mc Graw Hill; 2003. p. 682-702.14. Sobol SE. Sinusitis, maxillary, acute, surgical treatment. 2009. Emedicine. [Cited 2009 Desember 30]. Available from: http://www.emedicine.com.15. Lee D. Sinusitis, frontal, acute, surgical treatment. 2009. Emedicine. [Cited 2009 Desember 30]. Available from: http://www.emedicine.com.

Sinusitis merupakan peradangan pada sinus. Sinus sendiri adalah rongga udara di daerah wajah yang terhubung dengan hidung. Peradangan pada sinus ini menyebabkan penimbunan lendir di rongga sinus dan menjadi media pertumbuhan bakteri. Berikut beberapa gejala sinusitis yang dapat terjadi :Nyeri dan merasa tertekan pada wajahNyeri tumpul berdenyut atau tekanan yang merupakan tanda utama sinusitis terjadi akibat tekanan yang ditimbulkan oleh jaringan yang meradang pada ujung-ujung saraf di dinding dalam sinus anda. Sinusitis frontalis menyebabkan nyeri dahi atau sakit kepala. Sinusiti maksilaris menyebabkan nyeri pipi yang dapat menjalar ke gigi di rahang atas. Sinusitis etmoidalis menyebabkan nyeri di antara mata. Sinusitis sfenidalis menyebabkan nyeri di belakang mata, di puncak kepala, atau di sepanjang tengkuk.Hidung tersumbatPembengkakan selaput hidung dan peningkatan pembentukan lendir menyebabkan anda sulit bernafas melalui hidung. Penyumbatan ini dapat mengenai satu atau kedua sisi hidung.Postnasal DripLendir secara normal mengalir dalam jumlah kecil ke dalam hidung dan turun ke belakang tenggorokan sebelum tertelan. Selama infeksi produksi lendir meningkat, lebih kental dan berwarna kuning atau hijau. Perubahan warna lendir disebabkan oleh campuran bakteri dan sel darah putih, sebagai tanda bahwa tubuh telah melawan infeksi yang berlangsung. Lendir yang kental dan berwarna hijau ini seringkali turun ke tenggorokan dan disebut postnasal drip.Berkurangnya daya penciumanMembengkaknya selaput di hidung dapat menghambat molekul bau yang anda hirup mencapai reseptor penciuman sehingga daya penciuman anda menjadi berkurang.Berkurangnya daya pengecapIndra pengecapan yang normal bergantung pada keutuhan sensasi penciuman. Sehingga terganggunya indra penciuman akan menyebabkan berkurangnya fungsi indra pengecap.Napas berbauLendir kehijauan yang terinfeksi mengandung bakteri dan bahan buangan yang mengeluarkan bau busuk.BatukKetika lendir mengalir ke bagian belakang tenggorokan, mungkin akan menentuh pita suara dan memicu respon batuk.